pembahasan atsiri

3
Minyak kayu putih didapatkan dari hasil penyulingan daun kayu putih. Kandungan utama minyak kayu putih adalah sineol (cineole). Semakin besar kadar sineolnya, kualitas minyak kayu putih semakin tinggi. Selain itu daun kayu putih juga mengandung komponen lain, seperti: terpineol benzaldehyde, dipentene, limonene dan pinene. Identifikasi komponen minyak atsiri yang didestilasi dari dari daun kayu putih segar dengan GCMS menunjukkan minyak atsiri tersebut mengandung 32 komponen, tujuh diantaranya merupakan komponen utama yaitu : α-pinene (1,23), sineol (26,28), α-terpineol (9,77), kariofilen (3,38), α- caryofilen (2,76), Ledol (2,27), dan elemol (3,14). Dan untuk daun kayu putih kering mengandung 26 komponen, tujuh komponen diantarannya merupakan komponen utama yaitu: α- pinene (1,23%); sineol (32,15%); α- terpineol (8,87%); kariofilen (2,86%); α- kariofilen (2,31%); Ledol (2,17%); dan Elemol (3,11%). Minyak umumnya larut pada pelarut organik. Salah satu pengujian yang dilakukan adalah melarutkan minyak pada alkohol 90%. Uji kelarutan alkohol adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui derajat keaslian dari minyak atsiri yang diuji. Minyak atsiri dapat larut dalam alkohol pada perbandingan dan konsentrasi tertentu. Dengan demikian, jumlah dan konsentrasi alkohol yang dibutuhkan untuk melarutkan sejumlah minyak atsiri secara sempurna dapatdiketahui. Umumnya, minyak atsiri yang mengandung persenyawaan oxygenatedterpene lebih mudah larut daripada yang mengandung terpen. Pencampuran bahan minyak atsiri dengan bahan-bahan lain dapat mempengaruhi kelarutan. Sebagai contoh, pencampuran minyak sereh wangi dengan petroleum akan menurunkannilai kelarutan minyak tersebut dalam alkohol 80% dan kahirnya bahan pencampur tersebut terpisah dari minyak atsiri. Hal ini disebabkan adanya polimerisasi selama penyimpanan. Senyawa polimer yang terbentuk akan menurunkan daya larutnya dalam alkohol. Proses polimerisasi

description

pembahasan atsiripembahasan atsiripembahasan atsiripembahasan atsiri

Transcript of pembahasan atsiri

Page 1: pembahasan atsiri

Minyak kayu putih didapatkan dari hasil penyulingan daun kayu putih. Kandungan utama minyak kayu putih adalah sineol (cineole). Semakin besar kadar sineolnya, kualitas minyak kayu putih semakin tinggi. Selain itu daun kayu putih juga mengandung komponen lain, seperti: terpineol benzaldehyde, dipentene, limonene dan pinene. Identifikasi komponen minyak atsiri yang didestilasi dari dari daun kayu putih segar dengan GCMS menunjukkan minyak atsiri tersebut mengandung 32 komponen, tujuh diantaranya merupakan komponen utama yaitu : α-pinene (1,23), sineol (26,28), α-terpineol (9,77), kariofilen (3,38), α- caryofilen (2,76), Ledol (2,27), dan elemol (3,14). Dan untuk daun kayu putih kering mengandung 26 komponen, tujuh komponen diantarannya merupakan komponen utama yaitu: α- pinene (1,23%); sineol (32,15%); α- terpineol (8,87%); kariofilen (2,86%); α- kariofilen (2,31%); Ledol (2,17%); dan Elemol (3,11%).

Minyak umumnya larut pada pelarut organik. Salah satu pengujian yang dilakukan adalah melarutkan minyak pada alkohol 90%. Uji kelarutan alkohol adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui derajat keaslian dari minyak atsiri yang diuji. Minyak atsiri dapat larut dalam alkohol pada perbandingan dan konsentrasi tertentu. Dengan demikian, jumlah dan konsentrasi alkohol yang dibutuhkan untuk melarutkan sejumlah minyak atsiri secara sempurna dapatdiketahui.

Umumnya, minyak atsiri yang mengandung persenyawaan oxygenatedterpene lebih mudah larut daripada yang mengandung terpen. Pencampuran bahan minyak atsiri dengan bahan-bahan lain dapat mempengaruhi kelarutan. Sebagai contoh, pencampuran minyak sereh wangi dengan petroleum akan menurunkannilai kelarutan minyak tersebut dalam alkohol 80% dan kahirnya bahan pencampur tersebut terpisah dari minyak atsiri. Hal ini disebabkan adanya polimerisasi selama penyimpanan. Senyawa polimer yang terbentuk akan menurunkan daya larutnya dalam alkohol. Proses polimerisasi mudah terjadi terutama dalam minyak yang mengandung sejumlah besar terpen yang; yangdisebabkan oleh pengaruh cahaya, sinar, dan air dalam minyak (Ketaren, 1986).

Penetapan indeks bias dilakukan ketika adanya cahaya yang melewatimedia kurang padat ke media padat kemudian sinar tersebut akan membelok ataumembias menuju garis normal. Refraktometer adalah alatyang tepat dan cepatuntuk menetapkan nilai indeks bias (Ketaren, 1985).

Page 2: pembahasan atsiri

Pada penetuan indeks bias minyak atsiri dengan menggunakan refraktometer perlu diperhatikan bahwa di dalam medium sudah tidak terdapat gelembung udara, karena jika ada gelebung akan terjadi proses penghamburan yaitu proses fisis bentuk radiasi, seperti cahaya yang terdeviasi dari arah rambatnya akibat adanya ketidakteraturan di dalam medium rambat. Ketidakteraturan medium dapat berupa partikel, gelembung udara dalam air, tetes air, fluktuasi kepadatan medium cair (fluid), cacat pada padatan kristal, kekasaran permukaan, sel organisme, dan serat tekstil pakaian. Keteraturan struktur medium yang mendeviasi arah rambat cahaya disebut dispersi pandu gelombang.

Penentuan Bobot Jenis dilakukan dengan cara mengambil Contoh minyak atau lemak dimasukka ke dalam piknometer kemudian ditutup dan direndam dalam air suhu 25 0C selama 30 menit. Selanjutnya dikeringkan bagian luar piknometer dan ditimbang. Dengan jalan yang sama piknometer diisi dengan air dan ditimbang.

Hadi Prasetyo Utomo.2008. Isolasi Rhodinol Dalam Ekstraksi Minyak Sereh Jawa. Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, Semarang