Pembahasan Agama
-
Upload
sriramadhani -
Category
Documents
-
view
227 -
download
0
description
Transcript of Pembahasan Agama
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Berbuat baik kepada orang tua adalah perintah Allah SWT, baik
langsung melalui firman-Nya (Al-Qur’an) maupun melalui Nabinya
Muhammad Shalallahu ‘alailhi Wa Sallam.
Sebenarnya, meskipun tak ada perintah Allah SWT. Kita tetap
seharusnya berbuat baik dan berbakti (akhlak) kepada orang tua dan guru ,
karena merekalah hingga kita terlahir ke dunia ini, merawat dan mengasuh
kita dari kecil hingga tumbuh dewasa.
1.2. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian akhlak,orang tua, murid ?
b. Bagaimana seharusnya akhlak kita kepada kedua orang tua ?
c. Apa saja ayat Al-Qur’an dan hadits nabi tentang akhlak kepada kedua
orang tua ?
d. Apa saja kriteria yang menunjukan berbakti kepada orang tua?
e. Apa saja batasan taat kepada orang tua?
f. Bagaimana etika murid terhadap guru?
g. Apa saja yang harus diperhatikan etika murid dan guru?
h. Bagaimana metode yang baik dalam mencari/menuntut ilmu?
i. Bagaimana peran guru terhadap murid?
1.3. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan kami menulis makalah ini adalah agar kita dapat
mengetahui akhlak kepada orang tua dan guru menurut Al-Qur’an dan
hadits, serta mengaplikasikannya di dalam kehidupan kita sehari-hari.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Akhlak
Dari segi bahasa Akhlaq berasal daripada kata ‘khulq’ yang
bererti perilaku, perangai atau tabiat. Hal ini terkandung dalam perkataan
Sayyidah Aisyah berkaitan dengan akhlak Rasulullah saw
yaitu : “Akhlaknya (Rasulullah) adalah al-Quran.” Akhlak Rasulullah yang
dimaksudkan di dalam kata-kata di atas ialah kepercayaan, keyakinan,
pegangan, sikap dan tingkah laku Rasulullah saw yang semuanya
merupakan pelaksanaan dari ajaran al-Quran.
Dari segi istilah : Menurut Imam al-Ghazali, “Akhlak ialah suatu sifat
yang tertanam dalam jiwa yang dari padanya timbul perbuatan-perbuatan
dengan mudah tanpa memerlukan pertimbangan terlebih dahulu.”
Menurut Ibnu Maskawih, “Akhlak ialah keadaan jiwa seseorang yang
mendorong untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa pertimbangan
akal fikiran terlebih dahulu.”
Menurut Profesor Dr Ahmad Amin, “Akhlak ialah kehendak yang
dibiasakan dan ia akan menjadi kebiasaan yang mudah dilakukan.”
Menurut Iman Al Ghazali, akhlak merupakan gambaran tentang
keadaan dalam diri manusia dan dari gambaran tersebut menumbuhkan
tingkah laku secara mudah dan senang tanpa memerlukan pertimbangan
atau pemikiran. Akhlak sangat penting dan pengaruhnya sangat besar dalam
membentuk tingkah laku manusia. Apa saja yang lahir dari manusia atau
segala tindak-tanduk manusia adalah sesuai dengan pembawaan dan sifat
yang ada dalam jiwanya.
Tepatlah apa yang dikatakan oleh Al-Ghazali dalam bukunya Ihya’
Ulumuddin, “Sesungguhnya semua sifat yang ada dalam hati akan lahir
pengaruhnya (tandanya) pada anggota manusia, sehingga tidak ada suatu
perbuatan pun melainkan semuanya mengikut apa yang ada dalam hati
manusia”.
2
Tingkah laku atau perbuatan manusia mempunyai hubungan yang erat
dengan sifat dan pembawaan dalam hatinya. Umpama pokok dengan
akarnya. Bermakna, tingkah laku atau perbuatan seseorang akan baik
apabila baik akhlaknya, sebagaimana pokok, apabila baik akarnya maka
baiklah pokoknya. Apabila rusak akarnya maka akan rusaklah pokok
dan cabangnya. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
Artinya: “Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur
dengan seizin Allah; dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya
Hanya tumbuh merana. Demikianlah kami mengulangi tanda-tanda
kebesaran (kami) bagi orang-orang yang bersyukur.” (QS. Al- A’raf: 58)
Akhlak yang mulia adalah matlamat utama bagi ajaran Islam. Ini telah
dinyatakan oleh Rasulullah Sallallahu’alaihiwasallam dalam hadisnya (yang
bermaksud, antara lain: “Sesungguhnya aku diutuskan hanyalah untuk
menyempurnakan akhlak yang mulia”.
Hal ini ditegaskan lagi oleh ayat al-Qur’an dalam firman Allah:
ع�ظ�يم� لق� خ ل�ع�ل�ى إ�ن�ك� و�
Artinya: “Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang
agung” (QS. Al-Qalam: 4)
Pengertian Orang Tua
Orang Tua yang dimaksud disini adalah ayah dan ibu kandung yang
mempunyai fungsi sebagai penanggung jawab pertama dan utama bagi
anak. Karena anak merupakan amanat Allah atas orang tua yang harus
dibina dan didik sehingga menjadi insan yang sholeh dan sholehah, dan
sesuai kodratnya oarng tua merupakan pendidik pertama dan utama dalam
kehidupan anak, yang bertanggung jawab atas fitrah yang dibawa anak
ketika lahir.
Pengertian Guru
Guru adalah ibu bapa kedua, iaitu orang yang mendidik murid-
muridnya untuk menjadi lebih baik sebagaimana yang diredhai Allah ‘azza
wa jalla. Sebagaimana wajib hukumnya mematuhi kedua ibu bapa, maka
3
wajib pula mematuhi perintah para guru selama perintah tersebut tidak
bertentangan dengan syari’at agama.
2.2. Akhlak Terhadap Orang Tua (Ibu Dan Bapak)
a. Akhlak terhadap orang tua yang masih hidup
Orang tua (ibu dan bapak) adalah orang secara jasmani menjadi
asal keturunan anak. Jadi anak adalah keturunan dari orang tuanya dan
darahnya adalah juga mengalir darah orang tuanya. Seorang anak
kandung merupakan bagian dari darah dan daging orang tuanya,
sehingga apa yang dirasakaan oleh anaknya juga dirasakan oleh orang
tuanya dan demikian sebaliknya.
Itu pula sebabnya secara kudrati, setiap orang tua menyayangi dan
mencintai anaknya sebagai mana ia menyayangi dan mencintai dirinya
sendiri. Kasih dan sayang ini mulai dicurahkan sepenuhnya terutama
oleh ibu, semenjak anak masih dalam kandungan sampai ia lahir dan
menyusui bahkan sampai tua.
Orang tua tidak mengharapkan balas jasa dari anak atas semua
pengorbanan yang diberikan kepada anak. Harapan orang tua hanya
satu yaitu kelak anaknya menjadi anak yang saleh dan salehah, anak
yang memberi kebahagiaan orang di dunia dan mendo’akan mereka
setelah mereka meninggal dunia.
Atas dasar itu, antara lain yang menyebabkan seorang anak harus
berbakti kepada orang tua, bukan saja saat keduanya masih hidup, tetapi
kebaktian anak itu harus lanjut sampai kedua orang tuanya meninggal.
b. Akhlak terhadap orang tua yang Sudah Meninggal
Orang tua yang sudah meninggal dunia tidak lagi dapat menerima
apa-apa, selain apa yang mereka lakukan selama di dunia kecuali jika
mereka memiliki tiga hal yang mensubsidi bekal berupa pahala untuk
mereka di akhirat sebagai tambahan dari mereka bawa dari dunia, yaitu
sedekah jariyah, ilmu yang diajarkan, dan anak yang saleh yang
mendo’akannya.
4
Seorang ayah atau ibu yang sudah meninggal dunia masih
memiliki hak mendapatkan limpahan pahala dari do’a yang
disampaikan anaknya. Hal ini juga mengandung arti bahwa anak
memiliki kewjiban mendo’akan orang tuanya yang sudah meninggal.
Dalam ajaran tasawuf, dikatakan, do’a yang paling besar kemungkinan
diterima Allah adalah do’a seorang anak untuk orang tuanya dan do’a
oaring fakir untuk orang kaya.
Kita sebagai anak, meskipun orang tua kita sudah wafat, orang tua
tetap sebagai orang tua yang wajib dihormati, oleh sebab itu, kewajiban
anak terhadap mereka berlanjut sampai mereka wafat.
2.2.1 Akhlak Kepada Orang Tua Menurut Al-Qur’an dan Hadits
a. Al-Qur’an
1. Surat An-Nisaa’ ayat 36:
Artinya: ”Sembahlah Allah dan janganlah kamu
mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah
kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim,
orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh,
dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong
dan membangga-banggakan diri.”
2. Surat Luqman ayat 15:
Artinya: ”Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan
dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu,
Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah
keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang
kembali kepada-Ku, Kemudian Hanya kepada-Kulah kembalimu,
Maka Kuberitakan kepadamu apa yang Telah kamu kerjakan.”
5
3. Surat Al-Ahqaaf ayat 15:
Artinya: ”Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik
kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan
susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula).
mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan,
sehingga apabila dia Telah dewasa dan umurnya sampai empat
puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah Aku untuk
mensyukuri nikmat Engkau yang Telah Engkau berikan kepadaku
dan kepada ibu bapakku dan supaya Aku dapat berbuat amal yang
saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan
(memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya Aku
bertaubat kepada Engkau dan Sesungguhnya Aku termasuk orang-
orang yang berserah diri".”
b. Hadits
1. Dari Abdullah bin Amr r.a.
: ح �ي� �ب الن �ل�ى إ ج�ل ر� جاء� ق�ال� عنهما، الله رضي ع�م ر�و ب ن� الله ع�ب د� �ديث�
» « : . ؟ �د�اك� و�ال �ح�ي) أ ف�ق�ال� الج�ه�اد� ف�ي �ه� ذ�ن�أ ت ف�اس وسلم، عليه الله صلى
.» « : . اه�د : ف�ج� ف�ف�يه�م�ا ق�ال� �ع�م ن ق�ال�
Abdullah bin Amr r.a. berkata: Seorang datang kepada Nabi saw.
minta izin untuk berjihad. Maka ditanya oleh Nabi saw.: Apakah
kedua ayah bundamu masih hidup? Jawabnya: Ya. Sabda Nabi
saw.: Di dalam melayani keduanya itulah anda berjihad. (HR.
Bukhari, Muslim).
2. Dari Abdullah bin Mas’ud. r.a.
م�ع ت� س� ق�ال� �ي ن �ر� ب خ � أ �ار ع�ي ز� ب ن� �يد� ال و�ل ق�ال� �ة� ع ب ش� �ا �ن ح�د�ث �يد� ال و�ل �و ب
� أ �ا �ن ح�د�ث
د�ار� �ل�ى إ �د�ه� �ي ب� و م�أ
� و�أ الد�ار� ه�ذ�ه� ص�اح�ب� �ا ن �ر� ب خ � أ �ق�ول� ي �ي� �ان ي ب الش� ع�م ر�و �ا �ب أ
�ل�ى إ �ح�ب) أ ال ع�م�ل� ي)� أ �م� ل و�س� �ي ه� ع�ل �ه� الل ص�ل�ى �ي� �ب الن �ل ت� أ س� ق�ال� �ه� الل ع�ب د�
ق�ال� Fي� أ �م� ث ق�ال� �د�ي ن� ال و�ال �ر) ب ق�ال� Fي
� أ �م� ث ق�ال� �ه�ا و�ق ت ع�ل�ى ة� الص�ال� ق�ال� �ه� الل
اد�ن�ي �ز� ل �ه� د ت �ز� ت اس �و و�ل �ه�ن� ب �ي �ن ح�د�ث ق�ال� �ه� الل �يل� ب س� ف�ي ال ج�ه�اد�
6
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abu Al Walid telah
menceritakan kepada kami Syu'bah berkata; Al Walid bin 'Aizar
telah mengabarkan kepadaku dia berkata; saya mendengar Abu
'Amru Asy Syaibani berkata; telah mengabarkan kepada kami
pemilik rumah ini, sambil menunjuk kerumah Abdullah dia
berkata; saya bertanya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam;
"Amalan apakah yang paling dicintai Allah? Beliau bersabda:
"Shalat tepat pada waktunya." Dia bertanya lagi; "Kemudian
apa?" beliau menjawab: "Berbakti kepada kedua orang tua." Dia
bertanya; "Kemudian apa lagi?" beliau menjawab: "Berjuang di
jalan Allah." Abu 'Amru berkata; "Dia (Abdullah) telah
menceritakan kepadaku semuanya, sekiranya aku menambahkan
niscaya dia pun akan menambahkan (amalan) tersebut kepadaku."
(HR. Bukhari)
3. Dari Abu Hurairah r.a.
: صلى الله س�ول� ر� �ل�ى إ ج�ل ر� ج�اء� ق�ال� عنه، الله رضي ة� ي ر� ه�ر� �ي ب� أ ح�د�يث�
: ! : ق�ال� �ي؟ �ت اب ص�ح� �ح�س ن� ب �ح�ق) أ م�ن الله س�ول� ر� �ا ي ف�ق�ال� وسلم، عليه الله
: » « : : » « : : » �م�» ث ق�ال� م)ك�� أ ق�ال� ؟ م�ن �م� ث ق�ال� م)ك�
� أ ق�ال� ؟ م�ن �م� ث ق�ال� م)ك�� أ
.» �وك� » �ب أ �م� ث ق�ال� ؟ م�ن
Artinya: Abu Hurairah r.a. berkata: Seorang datang kepada Nabi
saw. dan berkata: Ya Rasulullah, siapakah yang berhak aku layani?
Jawab Nabi saw.: Ibumu. Ditanya; Kemudian siapakah? Jawab
Nabi saw.: Ibumu. Ditanya: Kemudian siapakah? Jawab Nabi saw.:
Ibumu. Ditanya, kemudian siapakah? Jawab Nabi saw.: Ayahmu.
(Bukhari, Muslim).
Sebenarnya masih banyak lagi, baik ayat Al-Qur’an maupun hadits
nabi yang berbicara tentang akhlak kepada kedua orang tua, namun karena
keterbatasan halaman makalah ini menyebabkan kami tidak dapat
menampilkan semuanya. Meskipun demikian, dari ayat maupun hadits di
atas rasanya sudah cukup bagi kita untuk dapat menyimpulkan bahwa
7
akhlak baik kepada orang tua mempunyai kedudukan yang tinggi dihadapan
Allah SWT maupun Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wa Sallam.
2.2.2 kriteria yang menunjukkan berbakti kepada orang tua
Ada lima kriteria yang menunjukkan bentuk bakti seorang anak kepada
kedua orang tuanya.
1. Tidak ada komentar yang tidak mengenakkan dikarenakan melihat atau
tercium dari kedua orang tua kita sesuatu yang tidak enak. Akan tetapi
memilih untuk tetap bersabar dan berharap pahala kepada Allah dengan hal
tersebut, sebagaimana dulu keduanya bersabar terhadap bau-bau yang tidak
enak yang muncul dari diri kita ketika kita masih kecil. Tidak ada rasa susah
dan jemu terhadap orang tua sedikit pun.
2. Tidak menyusahkan kedua orang tua dengan ucapan yang menyakitkan.
3. Mengucapkan ucapan yang lemah lembut kepada keduanya diiringi dengan
sikap sopan santun yang menunjukkan penghormatan kepada keduanya. Tidak
memanggil keduanya langsung dengan namanya, tidak bersuara keras di
hadapan keduanya. Tidak menajamkan pandangan kepada keduanya (melotot)
akan tetapi hendaknya pandangan kita kepadanya adalah pandangan penuh
kelembutan dan ketawadhuan.
rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh
kesayangan dan ucapkanlah, “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya,
sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” (QS. al-Isra:
24)
Urwah mengatakan jika kedua orang tuamu melakukan sesuatu yang
menimbulkan kemarahanmu, maka janganlah engkau menajamkan pandangan
kepada keduanya. Karena tanda pertama kemarahan seseorang adalah pandangan
tajam yang dia tujukan kepada orang yang dia marahi.
8
4. Berdoa memohon kepada Allah agar Allah menyayangi keduanya sebagai
balasan kasih sayang keduanya terhadap kita.
5. Bersikap tawadhu’ dan merendahkan diri kepada keduanya, dengan menaati
keduanya selama tidak memerintahkan kemaksiatan kepada Allah serta sangat
berkeinginan untuk memberikan apa yang diminta oleh keduanya sebagai
wujud kasih sayang seorang anak kepada orang tuanya.
Perintah Allah untuk berbuat baik kepada orang tua itu bersifat umum,
mencakup hal-hal yang disukai oleh anak ataupun hal-hal yang tidak disukai oleh
anak. Bahkan sampai-sampai al-Qur’an memberi wasiat kepada para anak agar
berbakti kepada kedua orang tuanya meskipun mereka adalah orang-orang yang
kafir.
Artinya : “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan
dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka
janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergauilah keduanya di dunia dengan
baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya
kepada-Ku lah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu
kerjakan.” (QS. Lukman:15).1
2.2.3 Batasan Taat Kepada Orang Tua
Secara umum kita diperintahkan taat kepada orang tua. Wajib taat kepada
kedua orang tua baik yang diperintahkan itu sesuatu yang wajib, sunnah atau
mubah. Demikian pula bila orang tua melarang dari perbuatan yang haram,
makruh atau sesuatu yang mubah kita wajib mentaatinya. Lebih dari itu, kita juga
wajib mendahulukan berbakti kepada orang tua dari pada perbuatan wajib kifayah
dan sunnah. Mengenai hal diatas para ulama telah beristimbat dari kisah Juraij
yang hidup jauh sebelum masa Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam
yang diriwayatkan oleh Imam
1
9
2.2 Berbakti Kepada Guru
2.3.1 Etika Murid Terhadap Guru
Pada zaman Rasulullah dan para Sahabat murid itu mendapatkan kedudukan
yang sangat tinggi dalam proses pendidikan, karena murid itu adalah sosok yang
sedang tumbuh dan berkembang yang harus diperhatikan oleh pendidik. Dalam
hal ini, para guru membuat aturan bagaimana murid mampu merealisasikan
aturan, sehingga dapat menciptakan proses pembelajaran yang baik
Adapun mengenai etika murid terhadap guru, menurut Sa’id bin Muhammad
Da’ib Hawwa itu ada delapan:
1. Mendahulukan kesucian jiwa dari pada kejelekan akhlak dan keburukan sifat,
karena ilmu adalah ibadahnya hati, shalatnya jiwa, dan peribadatannya batin
kepada Allah.
2. Mengurangi keterikatannya dengan kesibukan dunia, karena iktan-iktan itu
menyibukkan dan memalingkan kepada Allah. Jika pikiran terpecah maka tidak
bisa mengetahui berbagai hakekat. Oleh karena itu, ilmu tidak akan diberikan
kepada seseorang sebelum seseorang tersebut menyerahkan seluruh jiwanya.
3. Tidak bersikap sombong kepada orang yang berilmu dan tidak bertindak
sewenang-wenang terhadap guru, bahkan ia harus menyerahkan seluruh
urusannya dan mematuhi nasehatnya. Oleh karena itu, penuntutilmu tidak boleh
bersikap sombong terhadap guru. Di antara bentuk
kesombongannya terhadap guru adalah sikap tidak mau mengambilmanfaat (ilmu)
kecuali dari orang-orang besar yang terkenal.
4. Hendaknya seorang murid menjaga diri dari mendengarkan perselisihan di
antara mereka, baik yang ditekuni itu termasuk ilmu dunia ataupun akhirat.Karena
itu akan membingungkan akal dan pikirannya, dan membuatnyaputus asa dari
melakukan pengkajian dan telaah mendalam.
5. Seorang penuntut ilmu tidak boleh meninggalkan suatu cabang ilmu yang
terpuji, atau salah satu jenis ilmu, kecuali ia harus mempertimbangkanmatang-
matang dan memperhatikan tujuan dan maksudnya.
6. Hendaknya seorang tidak menekuni semua bidang ilmu secara sekaligus
melainkan memulai dengan yang lebih mudah.
10
7. Hendaklah seorang murid tidak memasuki suatu cabang ilmu sebelum
menguasai cabang ilmu yang sebelumnya.
8. Hendaklah mengetahui faktor penyebab adanya ilmu yang mulia. Yang
dimaksud adalah kemulian hasil, kekokohan dan kekuatan dalil.
9. Hendaklah tujuan murid di dunia adalah semata-mata untuk menghias dan
mempercantik hatinya dengan keutamaan, dan akhirat adalah untuk mendekatkan
diri kepada Allah dan meningkatkan diri untuk bisa berdekatan dengan makhluk
tertinggi dari kalangan malaikat dan orangorang yang didekatkan (muqorrobin).
10. Hendaklah mengetahui kaitan dengan tujuan agar supaya mengutamakan yang
tinggi.
Sedangkan menurut Hasyim Asy’ari bahwa etika murid terhadap ada
sepuluh macam yang harus diketahui oleh murid
1. Murid hendaknya membersihkan hati dari segala kotoran, agar ilmu mudah
masuk pada dirinya.
2. Memfokuskan niat hanya semata-mata karena Allah dan beramal
denganilmunya, menjaga syariat, menerangi hati dan taqorrub Kepada Allah.
3. Berusaha semaksimal mungkin untuk segera memperoleh ilmu, tidak tertipu
oleh lamunan-lamunan kosong atau kemalasan.
4. Qona’ah dan sabar terhadap makanan dan pakaian yang sederhana agar segera
memperoleh kedalam ilmu dan sumber hikmah.
5. Pandai mengatur waktu, sehingga semua potensi bisa dimanfaatkan secara
maksimal.
6. Makan sekedarnya, tidak terlalu kenyang, agar tidak menghambat ibadah dan
memberatkan badan.
7. Berusaha bersikap waro’ (hati-hati terhadap masalah haram, subhat dan sia-
sia); memilih yang halal bagi kebutuhan hidupnya agar hati senantiasa bersinar
dan siap menerima cahaya ilmu dan keberkahanya.
8. Menghindari makanan yang menyebabkan kemalasan dan melemahkan
keberanian, termasuk juga menghindari hal-hal yang banyak menyebabkan
lemahnya daya ingat.
11
9. Menyedikitkan tidur selama tidak mengganggu kesehatan diri.
10. Meninggalkan hal yang bisa menarik pada kesia-sian dan kelalaian dari belajar
dan ibadah
Sangat jelas sekali, keharusan adanya niat dan kebersihan hati dalam
belajar. Karena belajar dianggap sebagai ibadah dan tujuannya adalah ridha dan
taqorrub kepada Allah. Untuk itu, murid harus menyesuaikan diri dengan sifatsifat
bersih dan suci dari Allah. Penekanan pentingnya kebersihan hati dalam belajar
itu berdasarkan atas kepercayaan bahwa ilmu merupakan anugerah dari Allah
yang maha Agung. Semakin suci dan bersih hati manusia akan semakin baik dan
kuat menerima ilmu dan nur Allah. Dan juga perlu disadari, bahwa hormat dan
patuh kepada gurunya bukanlah manifestasi penyerahan total kepada guru yang
dianggap memiliki otoritas, melainkan karena keyakinan murid bahwa guru
adalah penyalur kemurahan Tuhan kepada para murid di dunia maupun di akhirat.
Selain itu juga didasarkan atas kepercayaan bahwa guru tersebut memiliki
kesucian karena memegang kunci penyalur ilmu pengetahuan dari Allah. Dengan
demikian, dalam kontek kepatuhan santri pada guru hanyalah karena
hubungannya dengan kesalehan guru kepada Allah, ketulusannya, dan
kecintaanya mengajar murid-murid.
2.3.2 Adapun yang Harus Diperhatikan Adab Terhadap Guru
Adapun yang harus diperhatikan adab terhadap guru diantarnya:
menghormati dan memuliakan guru dan keluarganya dengan tulus dan ikhlas
tunduk dan patuh terhadap semua perintah dan nasihat guru
jujur dan setia bersama guru bersikap rendah hati, lembut dan santun kepada guru
hendaknya memaafkan guru ketika beliau melakukan suatu kesalahan
tidak menjelek-jelekan dan tidak memfitnah guru tidak menghianati dan tidak
menyakiti hati guru berusaha melayani guru dengan sebaik-baiknya
selalu berusaha menyenangkan hati guru memanggil guru dengan panggilan yang
disukainya berusaha menyukai apa yang disukai oleh guru
12
membiasakan diri memberikan hadiah kepada guru dan keluarganya sebagai
tanda penghormatan kepada mereka tidak berjalan di depan guru ketika berjalan
bersamanya tidak terbahak-bahak di depan guru tidak meninggikan suara ketika
berbicara dengan guru selalu duduk dalam sikap sopan berusaha keras ( jihad )
dan tekad membuat kemajuan bersama guru
1. Adapun adab menurut Imam al-Ghazali seseorang murid terhadap gurunya
hendaklah:
Memberikan sepenuh perhatian kepada gurunya.
2. Mendiamkan diri sewaktu guru sedang menyampaikan pelajaran.
3. Menunjukkan minat terhadap apa yang disampaikan oleh guru.
4. Tidak meninggikan suara terhadap guru, sebaliknya memadailah berkata
dengan suara yang didengari.
5. Sekiranya perlu bertanya, pastikan guru bersedia memberikan jawapan
6. Menghormati guru di hadapan dan belakangnya.
7. Menutup kelemahan guru agar tidak didedahkan tanpa keperluan.
8. Mendoakan kebaikan baginya.
2.3.3 Metode yang Baik Dalam Mencari/menuntut Ilmu
metode yang baik dalam mencari/menuntut ilmu, agar ilmu yang kita
miliki bermanfaat dan mendapat barokah dari Allah:
1. Awali dengan niat yang benar, baik dan ikhlas. Niatkan bahwa
mencari/menuntut ilmu hanya untuk mendapatkan ridho Allah. Niatkan bahwa
ilmu yang dimiliki akan digunakan untuk kebaikan, bukan untuk mengejar dunia
semata. Niatkan bahwa dengan ilmu tersebut, kita berjuang di jalan Allah.
Memohonlah kepada Allah agar ilmu yang kita miliki bermanfaat dunia-akhirat.
Memohonlah kepada Allah agar kita terhindar dari ilmu/ajaran sesat dan
menyesatkan.
2. Selalu minta restu dan ridho orangtua. Mintalah dengan kerendahan hati
dan santun kepada orangtua untuk mendoakan agar kita selamat dunia-akhirat.
13
3. Berhati-hati dalam memilih ilmu. Pelajarilah ilmu agama sebagai landasan
hidup. Pelajarilah ilmu tentang aqidah, karena aqidah yang benar merupakan
pondasi keimanan. Pelajarilah ilmu tentang akhlak, karena akhlak merupakan
cermin dari suasana hati. Ingatlah... bahwa sesungguhnya Rasulullah SAW diutus
ke dunia untuk memperbaiki akhlak manusia. Pelajarilah ilmu fiqh agar tata cara
ibadah kita sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW. Pelajarilah ilmu-ilmu
duniawi sebagai sarana untuk beribadah kepada Allah dan berbuat kebaikan.
4. Belajar kepada guru yang terpercaya akan keilmuannya dan agamanya.
Cara ini lebih cepat dan lebih meyakinkan daripada belajar tanpa guru. Dengan
belajar kepada guru akan memungkinkan diskusi, tanya-jawab dan timbal-balik
antara murid dan guru.
Belajar kepada alam. Gunakanlah akal untuk memikirkan alam semesta ini dan
kejadian-kejadiannya, dalam rangka meneguhkan/menguatkan keyakinan kita
terhadap kekuasaan dan keagunggan Allah.
5. Belajar dari pengalaman dan ujian hidup. Jika hidup dan kehidupan ini kita
jalani dengan kesholehan hati, maka setiap pengalaman dan ujian/cobaan dapat
kita jadikan pelajaran. Sabar dan rasa syukur kepada Allah merupakan dua aspek
penting dalam mengambil atau memetik pelajaran dari pengalaman dan ujian
hidup. Adab murid kepada guru. menghormati dan memuliakan guru dan
keluarganya dengan tulus dan ikhlas; tunduk dan patuh terhadap semua perintah
dan nasihat guru,jujur dan setia bersama guru, bersikap rendah hati, lembut dan
santun kepada guru Insya Allah ilmu yang kita miliki dapat menyelamatkan kita
di kemudian hari. Jika penuntut ilmu tidak memperhatikan bahkan meninggalkan
adab dan akhlak, maka amal dan ilmunya tidak akan mendapatkan barokah dari
Allah.
2.3 Peran Orang Tua dan Guru
Orang tua sebagai pendidik utama dalam keluarga memperhatikan dengan
seksama perkembangan pribadi anak-anaknya termasuk perkembangan moral
anak dengan menggunakan cara-cara pendidikan yang baik sehingga menjadi
manusia berkepribadian baik dan bermoral baik. Dalam keluarga orang tua
14
bertugas sebagai pemimpin keluarga yang harus memelihara dan melindungi
keselamatan hidup dan kehidupan keluarga baik moral maupun materiil. Suami
adalah pimpinan bagi istri dan anakananaknya, dimana istri atau seorang ibu
mempunyai peranan yang sangat penting dalam membantu membina dan
membentuk karakter seorang anak
dimana bahasa kasih yang dimiliki oleh seorang ibu dapat diterima oleh 10
seorang anak karna kasih sayang yang diberikan sejak dalam kandungan hingga
anak tumbuh dewasa.
Adapun tugas dan peran orang tua menurut Arifin (1976 : 13) antara lain :
a. Orang tua sebagai pendidik
Anak sebagai amanah bagi orang tuanya, hati anak itu suci, bersih dari segala
dosa maka orang tua nyalah yang harus membiasakan ke arah kebaikan dan
diajarkan kebaikan, jadilah ia anak yang baik dan berbahagia dunia dan akhirat,
orang tua juga berpahala. Terkait dengan tangung jawab orang tua terhadap
pendidikan anak , dalam al Qur’an disebutkan :
Artinya: “Dan rendahkanlah dirimu terhadap kedua (orang tua ) dengan penuh
kasih sayang dan ucapkanlah “ Wahai Rabbku, sayagilah keduanya sebagaimana
mereka berdua mendidik aku sewaktu kecil.”(QS al:Isra,17:24).
Dan surat lain yang artinya
Artinya:“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua
orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan
melahirkannya dengan susah payah (pula). mengandungnya sampai menyapihnya
adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila Dia telah
dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku,
tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan
kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh
yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan)
kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan
Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang berserah diri".
15
Ayat pada surat al-Isra di atas menggambarkan betapa besarnya arti
pendidikan oran tua kepada anak-anaknya semasa mereka kecil, hingga Allah
SWT mengabadikan dalam lafazh doa pada Al-Qur’an. Sementara itu, pada surat
Al-ahqaf:15 tergambar bahwa kematangan kepribadian seorang beriman tercemin
dalam usaha dan permohonan kepada Allah agar kebaikan pada dirinya menjadi
washilah kebaikan yang akan diperoleh anak cucunya. Oleh
karenanya perhatian orang tua terhadap pendidikan anak-anak kecil menjadi
sebuah kewajiban dalam ajaran islam .
b. Orang tua sebagai pelindung dan pemelihara Orang tua itu memiliki kekuasaan
terhadap keluarganya yaitu orang tua harus melindungi memelihara keselamatan
kehidupan keluarga baik moral maupun materiil.
Sedangkan menurut Mohamad Zeini (1991 :65-66) peran orang tua antara
lain :
1) Sebagai penanggung jawab
Secara kodrati maka ibu bapak di dalam keluaraga adalah sebagai penaggung
jawab tertinggi, mau tidak mau mereklah yang menjadi tumpuan harapan, tempat
meminta segala kebutuhan bagi anak-anak. Selain itu orang tua menjamin
kesejahteraan materiil dan kesejahteraan
sosial.
2) Sebagai pendidik
Sebagai keluarga muslim maka selain tanggung jawab sebagai pendidik bagi
anaknya maka bertambah lagi sebagai pendidik agama bagi anakanak yaitu
menjadikan anak menjadi orang yang taat terhadap agamanya, pendidikan dan
masyarakat dan keluarga.
Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa peranan orang tua dalam
keluarga adalah sangat penting dalam pendidikan dan pembentukan moral adalah :
a) Orang tua sebagai pemimpin atau pembimbing.
b) . Orang tua sebagai pelindung.
c) . Orang tua sebagai pendidik.
16
d) . Orang tua sebagai teman bagi anak-anak.
Dalam mengembangkan kepribadian dan membentuk akhlak yang baik bagi anak,
orang tua perlu memberikan contoh-contoh dan teladan yang dapat diterima.
Dalam membentuk akhlak anak belajar melalui meniru terhadap perilaku orang
lain, sering kali tampa disadari orang tua memberi contoh dan teladan yang
sebenarnya justru tidak diinginkan. Anak yang sering mendengar perintahperintah
di iringi dengan suara keras dan bentakkan, tidak bias diharapkan untuk bicara
dengan lemah lembut. Karena itu dalam menanamkan kelembutan, sikap ramah,
anak membutuhkan contoh dari orang tuanya yang lembut dan ramah.
Peran Guru
Menurut Wrightman yang dikutip oleh Usman (1990: 1) bahwa, peranan guru
adalah serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan yang dilakukan dalam
suatu situasi tertentu serta berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku
dan perkembangan siswa yang menjadi tujuannya.Adapun peranan guru yang
penulis maksud adalah peranserta atau usaha dalam menumbuhkan akhlakpara
peserta didik.
17
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari segi bahasa Akhlaq berasal daripada kata ‘khulq’ yang
bererti perilaku, perangai atau tabiat. Hal ini terkandung dalam perkataan
Sayyidah Aisyah berkaitan dengan akhlak Rasulullah saw
yaitu : “Akhlaknya (Rasulullah) adalah al-Quran.” Akhlak Rasulullah yang
dimaksudkan di dalam kata-kata di atas ialah kepercayaan, keyakinan,
pegangan, sikap dan tingkah laku Rasulullah saw yang semuanya
merupakan pelaksanaan dari ajaran al-Quran.
Kewajiban kita untuk menunjukan akhlak atau bakti kepada kedua
orang tua dan guru tidak hanya ketika mereka masih hidup saja, tetapi juga
ketia mereka sudah meninggalpun dengan cara selalu mengirimkan do’a
serta berbuat baik kepada saudara-saudari dan juga teman-teman mereka.
Banyak sekali ayat Al-Qur’an maupun hadits nabi yang menjelaskan
tentang akhlak kepada orang tua dan guru, hal ini menunjukkan bahwa
akhlak kepada orang tua dan guru merupakan sesuatu yang sangat penting
menurut Islam.
3.2. Saran
Setelah membaca uraian di atas, kami menyarankan kepada diri kami
sendiri khususnya dan juga rekan-rekan semuanya untuk selalu berbakti
kepada orang tua dan guru yang telah melahirkan kita. Agar kita
memperoleh ridhonya yang bermuara pada ridho Allah.
18
DAFTAR PUSTAKA
Nawawi Muhammad. 1996. Nasehat Bagi Hamba Allah. Surabaya : Al-Hidayah
Ritonga, A. Rahman. 2005. Akidah merakit hubungan manusia dengan khaliknya
melalui pendidikan anak usia dini. Surabaya: Amalia
Zakie al-Kaaf, Abdullah. 2002. Etika Islami. Bandung : Pustaka Setia
19