PEMBAHASAN 1.pdf

10
Percobaan penapisan fitokimia Percobaan Penapisan Fitokimiawi bertujuan untuk menentukan cara penapisan fitokimi dan menganalisis golongan kimia tumbuhan. Prinsip yang mendasari percobaan ini adalah analisis golongan kimia tumbuhan dengan ujji-uji spesifik. Metode yang digunakan dalam percobaan ini adalah dengan penambahan reagen-reagen yang memberikam reaksi positif terhadap golongan kimia dari tanaman. Penapisan fitokimia dalam percobaan ini digunakan pada golongan kimia sekunder dari tumbuhan yaitu alkaloid, saponin, flavonoid, tanin, kuinon, dan steroid/triterpenoid. Karena golongan kimia ini yang merupakan senyawa aktif dan dapat digunakan sebagai obat. Simplisia yang digunakan adalah kencur. Simplisia kencur sebelum digunakan di iris-iris terlebih dahulu hingga halus. Hal ini dilakukan agar kencur memiliki luas permukaan yang besar sehingga sehingga mempermudah reaksi terhadap penambahan reagen. Kencur diangin-anginkan agar zat-zat pengotor atau kandungan H 2 O hilang. Karena jika masih banyak terkandung H 2 O maka golongan kimia (yaitu alkaloid, saponin, flavonoid, tanin, kuinon, dan steroid/triterpenoid) yang terkandung dalam kencur akan sedikit. Karena terikat oleh zat-zat pengotor H 2 O tersebut. 6.1. Uji Alkaloid Uji alkaloid bertujuan untuk mengetahui apakah pada simplisia kencur mengandung golongan senyawa alkaloid. Alkaloid merupakan senyawa nitrogen heterosiklik yang bersifat polar, sedikitnya mengandung sebuah N dalam cincin. Kencur yang sudah dihaluskan dilarutkan dalam ammonia, yang bertujuan untuk melarutkan senyawa alkaloid agar dapat terpisah dari simplisia. Alkaloid yang bersifat polar akan larut dalam amonia yang juga bersifat polar. Hal ini sesuai dengan prinsip like dissolve like. Amonia digunakan sebagai pelarut karena amonia mangandung atom N dimana alkaloid juga mengandung atom N sehingga kelarutannnya menjadi lebih besar. Selain itu, amonia juga berfungsi untuk memutus ikatan glikosida pada alkaloid. Ikatan glikosida adalah ikatan karbon dioksida (1 karbon dalam atom) dimana 1 karbon terikat pada 2 gugus OR dan cara pemutusan ikatan glikosida adalah dengan penambahan ammonia dimana H dari NH 3 akan masuk menggantikan R pada OR.

Transcript of PEMBAHASAN 1.pdf

  • Percobaan penapisan fitokimia

    Percobaan Penapisan Fitokimiawi bertujuan untuk menentukan cara penapisan

    fitokimi dan menganalisis golongan kimia tumbuhan. Prinsip yang mendasari percobaan ini

    adalah analisis golongan kimia tumbuhan dengan ujji-uji spesifik. Metode yang digunakan

    dalam percobaan ini adalah dengan penambahan reagen-reagen yang memberikam reaksi

    positif terhadap golongan kimia dari tanaman. Penapisan fitokimia dalam percobaan ini

    digunakan pada golongan kimia sekunder dari tumbuhan yaitu alkaloid, saponin, flavonoid,

    tanin, kuinon, dan steroid/triterpenoid. Karena golongan kimia ini yang merupakan senyawa

    aktif dan dapat digunakan sebagai obat. Simplisia yang digunakan adalah kencur. Simplisia

    kencur sebelum digunakan di iris-iris terlebih dahulu hingga halus. Hal ini dilakukan agar

    kencur memiliki luas permukaan yang besar sehingga sehingga mempermudah reaksi

    terhadap penambahan reagen. Kencur diangin-anginkan agar zat-zat pengotor atau kandungan

    H2O hilang. Karena jika masih banyak terkandung H2O maka golongan kimia (yaitu alkaloid,

    saponin, flavonoid, tanin, kuinon, dan steroid/triterpenoid) yang terkandung dalam kencur

    akan sedikit. Karena terikat oleh zat-zat pengotor H2O tersebut.

    6.1. Uji Alkaloid

    Uji alkaloid bertujuan untuk mengetahui apakah pada simplisia kencur

    mengandung golongan senyawa alkaloid. Alkaloid merupakan senyawa nitrogen

    heterosiklik yang bersifat polar, sedikitnya mengandung sebuah N dalam cincin.

    Kencur yang sudah dihaluskan dilarutkan dalam ammonia, yang bertujuan untuk

    melarutkan senyawa alkaloid agar dapat terpisah dari simplisia. Alkaloid yang bersifat

    polar akan larut dalam amonia yang juga bersifat polar. Hal ini sesuai dengan prinsip

    like dissolve like. Amonia digunakan sebagai pelarut karena amonia mangandung atom

    N dimana alkaloid juga mengandung atom N sehingga kelarutannnya menjadi lebih

    besar. Selain itu, amonia juga berfungsi untuk memutus ikatan glikosida pada alkaloid.

    Ikatan glikosida adalah ikatan karbon dioksida (1 karbon dalam atom) dimana 1 karbon

    terikat pada 2 gugus OR dan cara pemutusan ikatan glikosida adalah dengan penambahan

    ammonia dimana H dari NH3 akan masuk menggantikan R pada OR.

  • Reaksinya adalah sebagai berikut :

    O

    O-CH3 + N

    O

    OH NH2 + CH3+

    H

    H

    H

    Alkaloidmetil salisilat

    (Fessenden, 1999)

    Kloroform berfungsi untuk melarutkan ikatan glikosida yang terputus akibat

    penambahan ammonia. Prinsip yang mendasari adalah like dissolve like. Karena sifat

    kloroform yang semipolar, selain bisa melarutkan senyawa polar kloroform juga bisa

    melarutkan senyawa non polar seperti glikosida.

    Penyaringan digunakan untuk memisahkan filtrat yang mengandung alkaloid dari

    residunya. Filtrat yang diperoleh kemudian ditambah dengan HCl yang bertujuan unttuk

    membentuk garam ammonium R3NH+Cl

    -.

    Reaksi yang terjadi :

    R3N + HCl R3NH+Cl

    -

    Alkaloid garam amonia

    (Fessenden, 1999)

    Penambaahan HCl dilakukan dengan proses ekstraksi agar alkaloid dapat

    terdistribusi secara optimal dalam larutan HCl yang bersifat polar. Ekstraksi dilakukan

    sebanyak 2 kali agar alkaloid terdistribusi sepenuhnya pada HCl. Pada proses ekstraksi

    diperoleh 2 lapisan, lapisan atas merupakan lapisan HCl dengan senyawa organik bersifat

    polar (alkaloid) dan lapisan bawah merupakan kloroform. Lapisan kloroform berada

    dibawah karena memiliki berat jenis (yaitu 1,484 g/mL) lebih besar dari pada HCl (yaitu

    1,268 gmL)

    (Markham, 1988)

    Filtrat (lapisan HCl) diambil untuk diuji kandungan alkaloidnya, karena

    diperkirakan golongan alkaloid banyak terdapat didalam lapisan HCl. Filtrat tersebut

    dibagi menjadi 2 bagian untuk diuji kandungan alkaloidnya. Filtrat pertama ditambahkan

    pereaksi Dragendroff yang mengandung ion Bi3+

    dan HI, dimana uji positif jika terbentuk

    endapan merah bata.

  • Reaksinya :

    R3N + Bi3+

    + H+

    + 4I-

    R3N.HBiI4

    Alkaloid endapan merah bata

    (Harbone, 1977)

    Filtrat kedua ditambahkan dengan pereaksi mayer yang mengandung Hg2+ dan KI. Uji

    positif jika terbentuk putih.

    Reaksinya :

    R3N + Hg2+

    + 2K+

    + 4I-

    R3N.K2H3I4

    Alkaloid endapan putih

    (Harbone, 1977)

    Berdasarkan hasil percobaan, filtrat I dan II tidak mengalami perubahan dan

    warna larutan tetap bening keruh. Hal ini menunjukan bahwa senyawa alkaloid tidak

    terkandung dalam kencur. Dengan kata lain uji ini menghasilkan uji negatif pada kencur.

    6.2. Uji Saponin

    Uji saponin bertujuan untuk mengetahui adanya saponin yang terkandung pada

    simplisia kencur. Saponin merupakan suatu glikosida dengan gugus hidroksil pada

    molekulnya dengan rumus C32H18O7. Saponin mempunyai sifat seperti sabun, dimana

    ketika dilarutkan dalam air akan terbentuk busa atau buih. Metode pengujian saponin

    dilakukan dengan mendidihkan kencur yang telah dihaluskan ke dalam air. Tujuan

    pendidihan ini adalah untuk memperbesar kelarutan saponin dalam air.

    Penyaringan dilakukan dalam keadaan panas, hal ini dilakukan agar kandungan

    saponin tidak berkurang bila suhu menurun. Penyaringan ini bertujuan untuk

    memisahkan saponin dari simplisia dan senyawa lain yang terkandung didalamnya seperti

    alkaloid, steroid, flavonoid. Filtrat yang dihasilkan kemudian dikocok secara vertikal

    hingga terbentuk busa. Hal ini disebabkan saponin merupakan senyawa yang bersifat

    seperti sabun, dimana memiliki gugus hidrofil dan hidrofob yang dapat bertindak sebagai

    permukaan aktif dalam pembentukan busa.

    Uji positif untuk saponin adalah dengan terbentuknya busa yang stabil. Saponin

    dapat larut dalam air karena adanya gugus hidrofil (OH) yang dapat membentuk ikatan

    hidrogen dengan molekul air.

  • OH

    H

    H

    O H

    O

    H

    H

    HC Gugus saponinOHGugus saponin

    (Fessenden, 1999)

    Penambahan HCl dilakukan untuk menguji kestabilan busa. Penambahan HCl dilakukan

    dalam jumlah yang sedikit karena apabila ditambahkan dalam jumlah yang banyak dapat

    menurunkan permukaan aktif sabun.

    Dalam percobaan ini memberikan hasil yang negatif karena tidak terbentuknya

    busa atau buih pada larutan tersebut. Larutan tersebut hanya menghasilkan larutan keruh.

    Hal ini menunjukan bahwa didalam kencur tidak mengandung saponin, hal ini mungkin

    disebabkan karena masih terkandung zat pengotor/air pada lapisan kencur.

    6.3. Uji flavonoid

    Uji flavonoid bertujuan untuk mengetahui adanya flavonoid dalam simplisia

    kencur. Flavonoid adalah senyawa polifenol yang mempunyai 15 atom kuinon, terdiri

    dari 2 cincin benzena yang dihubungkan menjadi rantai linear yang terdiri dari 3 atom

    karbon. Penentuan uji flavonoid dilakukan dengan menambahkan serbuk Mg dan larutan

    HCl pada filtrat saponin. Pada proses penambahan ini terjadi reaksi eksoterm yaitu reaksi

    yang melepaskan panas yang ditandai dengan terbentuknya gelembung-gelembung gas

    dan pelepasan kalor pada permukaan tabung reaksi. Gelembung gas yang terbentuk ini

    adalah gas H2.

    Reaksi yang terjadi :

    Mg + 2HCl Mg2+

    + 2Cl-

    + H2

    (Markham, 1988)

    Produk yang dihasilkan pada reaksi diatas adalah MgCl2 dan H2. Dimana MgCl2 berada

    dalam kesetimbangan. Reaksi :

    MgCl2 (aq) MgCl+ (aq) + Cl

    - (aq)

    (Markham, 1988)

    MgCl+ akan bereaksi dengan gugus karbonil pada flavon yang mengalami resonansi,

    sehingga akan terbentuk ikatan baru yaitu pelepasan ikatan rangkap dan pembentukan

    gugus hidroksil.

  • Reaksi yang terjadi :

    O

    C

    + MgCl+ O

    HC

    MgCl OH

    HC

    amilalkohol

    f lavon

    (Markham, 1988)

    Reaksi yang terjadi merupakan pembentukan ikatan baru dimana adanya MgCl+ mampu

    melarutkan flavon sehingga flavonoid dapat dipisahkan dari golongan kimia lain.

    Penambahan amilalkohol berfungsi untuk melarutkan flvonoid. Hal ini disebabkan

    flavonoid merupakan senyawa polar sehingga amilalkohol yang juga bersifat polar

    mampu memisahkan flavonoid dari senyawa-senyawa yang bersifat non polar, misalnya

    kuinon.

    Larutan dikocok dengan tujuan untuk memperbesar distribusi flavonoid ke dalam

    amilalkohol. Uji positif untuk flavonoid adalah terbentuknya larutan berwarna merah

    lembayung.

    Setelah dikocok, terbentuk 2 lapisan. Lapisan atas berwarna keruh dan lapisan

    bawah bening. Hal ini menunjukan bahwa didalam kencur tidak mengandung flavonoid,

    hal ini mungkin disebabkan karena masih terkandung zat pengotor/air pada lapisan

    kencur.

    6.4. Uji Tanin

    Uji tanin bertujuan untuk adanya tanin dalam simplisia kencur. Tanin merupakan

    senyawa yang mengandung gugus hidroksi (turunan benzena) yang dapat larut dalam air

    karena adanya ikatan hidrogen antara gugus hidroksil yang dimiliki tanin dengan molekul

    air. Oleh karena itu penentuan tanin pada kencur dilakukan dengan penambahan air pada

    kencur kemudian didihkan. Tanin yang bersifat polar akan larut dalam air yang bersifat

    polar, hal ini sesuai dengan prinsip like dissolve like. Kelarutan tanin yang tinggi

    terjadi dalam keadaan panas karena alasan inilah maka dilakukan proses pendidihan agar

    tanin yang terlarut semakin banyak. Selain itu proses pendidihan juga berfungsi untuk

    memecah ikatan-ikatan pada tanin sehingga dihasilkan bentuk monomer-monomer tanin

    bebas. Kemudian dilakukan pendinginan untuk mengendapkan senyawa-senyawa

    pengotor yang tidak larut pada suhu rendah, misalnya saponin. Selanjutnya adalah

  • penyaringan yang bertujuan untuk memisahkan tanin dari simplisia dan senyawa lain

    yang terkandung didalamnya seperti alkaloid, steroid, flavonoid. Larutan/filttrat dibagi

    menjadi 3 bagian.

    Filtrat pertama ditambahkan FeCl3 1%. Penambahan FeCl3 berfungsi sebagai

    sumber atom pusat, dimana tanin merupakan ligan yang membutuhkan atom pusat untuk

    membentuk kompleks yang stabil, sehingga terbentuklah kompleks antara atom pusat

    Fe3+

    dengan ligan tanin. Uji positif yaitu terbentuk larutan berwarna cokelat kehitaman.

    Reaksi yang terjadi :

    N

    O

    + Fe3+

    N

    O Fe2+

    + H+

    H

    Kompleks warna (cokelat kehitaman)

    (Markham, 1988)

    Dari percobaan menunjukan hasil negatif karena larutan tetap berwarna kuning. Hal ini

    menunjukan bahwa didalam kencur tidak mengandung tanin, hal ini mungkin disebabkan

    karena masih terkandung zat pengotor/air pada lapisan kencur.

    Filtrat kedua ditambahkan dengan gelatin dan pereaksi steasny, untuk mengujji

    keberadaan tanin katekat.Tanin katekat merupakan kelompok tanin yang tidak dapat

    terhidrolisis dan merupakan polimer kondensasi katekin. Uji positif adalah terbentuk

    endapan putih.

    Pada perobaan ini, setelah larutan ekstrak ditambahkan gelatin tidak terjadi

    perubahan apa-apa, yaitu larutan tetap berwarna kuning. Penambahan gelatin berfungsi

    untuk menunjukan adanya keberadaan tanin tertentu yaitu tanin katekat. Kemudian

    ditambahkan pereaksi steasny. Pereaksi steasny akan menunjukan keberadaan tanin

    katekat tanpa tanin dibentuk terlebih dahulu menjadi senyawa kompleks dengan Fe3+

    tetapi dalam percobaan ini menunjukan uji negatif karena larutan tetap berwarna kuning.

    Hal ini menunjukan bahwa didalam kencur tidak mengandung tanin katekat, hal ini

    mungkin disebabkan karena masih terkandung zat pengotor/air pada lapisan kencur.

    Filtrat ketiga, ditambahkan dengan Na-asetat dari FeCl3 untuk mengetahui

    keberadaan tanin galat pada simplisia kencur. Tanin galat merupakan kelompok tanin

  • yang dapat terhidrolisis menghasilkan asam galat. Uji positif adalah terbentuk warna

    hitam pada larutan tersebut.

    Penambahan Na-asetat bertujuan untuk mengikat molekul air sehingga larutan menjadi

    lebih jenuh dan dilanjutkan dengan penambahan FeCl3 untuk membentuk kompleks

    dengan atom pusat Fe3+

    dari FeCl3 dan ligan tanin. Hasil percobaan ini menunjukan uji

    negatif karena larutan tetap berwarna kuning. Hal ini menunjukan bahwa didalam kencur

    tidak mengandung tanin galat, hal ini mungkin disebabkan karena masih terkandung zat

    pengotor/air pada lapisan kencur.

    6.5. Uji Kuinon

    Uji kuinon bertujuan untuk mengetahui adanya kuinon dalam simplisia kencur.

    Kuinon merupakan senyawa berwarna dan mempunyai kromofor dasar seperti kromofor

    pada benzakuionon yang terdiri dari 2 gugus karbonil yang berkonjugaasi dengan R

    ikatan rangkap karbon.

    Penentuan adanya kuinon dilakukan dengan mendidihkan kencur dalam air.

    Pendidihan berfungsi untuk memperbesar kelarutan kuinon dalam air. Selanjutnya

    dilakukan pendinginan pada temperatur kamar yang bertujuan untuk mengendapkan

    pengotor (misalnya alkaloid, saponin dan kuinon) yang tidak larut pada suhu rendah.

    Setelah itu larutan disaring untuk memisahkan residu kencur dari filtrat yang

    diperkirakan terdapat kuinon.

    Filtrat hasil penyaringan ditambahkan NaOH. Penambahan NaOH berfungsi

    untuk mendeprotonasi gugus fenol pada kuinon sehingga terbentuk ion enolat. Ion enolat

    tersebut akan mampu mengadakan resonansi antar elektron pada ikatan rangkap , karena

    terjadinya resonansi ini ion enolat dapat menyerap cahaya tertentu dan memantulkan

    warna.

    Reaksi pembentukan enolat:

    OH

    + NaOH

    ONa+

    + H2O

    Fenol pada kuinonion f enolat terkonjugasi

    (Fessenden, 1999)

  • Uji positif terhadap keberadaan kuinon yaitu jika larutan memberikan warna merah. Pada

    percobaan ini terbentuk dua lapisan yaitu lapisan atas bening dan lapisan bawah berwarna

    kuning keruh. Hal ini menunjukan bahwa pada percobaan ini menghasilkan uji negatif,

    karena tidak menghasilkan larutan berwarna merah. Hal ini menunjukan bahwa didalam

    kencur tidak mengandung senyawa kuinon, hal ini mungkin disebabkan karena masih

    terkandung zat pengotor/air pada lapisan kencur.

    6.6. Uji steroid/triterpenoid

    Uji steroid/triterpenoid bertujuan untuk mengetahui adanya kandungan

    steroid/triterpenoid pada simplisia kencur. Tahap pertama yang dilakukan adalah

    maserasi terhadap kencur halus ke dalam eter selama 1 jam. Maserasi merupakan proses

    perendaman selama beberapa waktu agar zat (steroid/triterpenoid) yang terkandung

    dalam simplisia kencur dapat keluar atau terekstrak. Maserasi dilakukan selama 1 jam

    karena waktu 1 jam adalah waktu yang optimum untuk mengeluarkan atau mengekstrak

    steroid/triterpenoid yang terkandung dalam simplisia. Pelarut yang digunakan adalah eter

    yang bersifat nonpolar karena steroid merupakan senyawa organik yang memiliki sifat

    nonpolar sehingga steroid dapat larut dalam pelarut nonpolar seperti eter.

    Larutan yang telah dimaserasi kemudian disaring dengan tujuan untuk

    memisahkan residu kencur dari filtrat. Filtrat yang diperoleh kemudian diuapkan.

    Penguapan berfungsi untuk menghilangkan pelarut eter yang tersisa pada filtrat. Residu

    yang diperoleh dari penguapan kemudian ditambah dengan asam asetat anhidrat dimana

    asam asetat anhidrat akan bereaksi dengan steroid melalui reaksi asetilasi menghasilkan

    kompleks asetil steroid.

    Reaksi yang terjadi :

    Gugus steroid OH + O

    C

    O

    CH3

    CCH3

    O

    Steroid O C

    CH3

    O- CH3COOH

    senyawa kompleks

    asetil steroid

    (Fessenden, 1999)

    Penambahan H2SO4 pekat bertujuan untuk mendekstruksi kompleks asetil steroid. H2SO4

    pekat lebih bersifat reaktif jika bereaksi dengan steroid dibandingkan dengan asam asetat

    anhidrat. Hal ini dikarenakan kemampuan H2SO4 yang lebih mudah masuk mengatasi

  • efek sterik yang besar dari molekul steroid sehingga senyawa kompleks yang dihasilkan

    lebih stabil dari kompleks asetil steroid.

    Uji positif terhadap steroid adalah jika terbentuk larutan berwarna biru.

    Sedangkan uji positif terhadap triterpenoid adalah jika terbentuk kristal/endapan

    berwarna merah kecoklatan.

    Pada percobaan ini menghasilkan kristal/endapan berwarna merah kecoklatan.

    Hal ini menunjukan bahwa kencur mengandung triterpenoid.

    VII. KESIMPULAN

    1. Penentuan kandungan senyawa kimia dalam tumbuhan dilakukan dengan penapisan

    kimia dalam suatu simplisia.

    2. Analisis golongan kimia tumbuhan dengan uji spesifik terhadap alkaloid, saponin,

    flavonoid, tanin, kuinon, dan steroid/triterpenoid.

    3. Pada simplisia kencur mengandung senyawa kimia golongan triterpenoid yaitu ditandai

    dengan terbentuknya endapan merah kecoklatan.

    4. Alkaloid, tanin, flavonoid, saponin dan kuinon tidak ditemukan dalam kencur

    (memberikan hasil yang negatif).

  • VIII. DAFTAR PUSTAKA

    Basri, 1996, Kamus Kimia, PT Rineka Cipta, Jakarta

    Budavani, 1989, The Merck Index, Thr Merck Index Co, USA

    Daintith, 1994, Kamus Lengkap Kimia, Erlangga, Jakarta

    Fessenden, 1999, Kimia Organik, Erlangga, Jakarta

    Harbone, 1977, Progress in Photochemistry, Pergamon Press, Oxford

    Herbert, 1995, The Biosynthesis of Secondary Metabolites, Chapman and Hall, London

    Leswara, 2005, Buku ajar Kimia Organik, Ari Cipta, Jakarta

    Linder, 1985, Nutritional Biochemistry and Metabolism, Elsevier Science Publishing

    Company Inc, New York

    Manitto, 1981, Biosintesis Produk alami, IKIP Semarang Press, Semarang

    Markham, 1988, Cara Mengidentifikasi Flavonoid, ITB Press, Bandung

    Rahway, 1960, The Merk Index : An Encyclopedia of Chemical Drugs and Biologicals,

    Merk Index Co Ink, New Jersey

    Yutian, 2005, Pharmaceutical Metabolite Research, School of Pharmacy Second Military

    Medical University, Shanghai, China