Pembaharuan Kejaksaan (Pembentukan Standar Minimum Profesi Jaksa)

211
It Pemantau )sia: Pembahaman Kejaksaan : Pembentukan Standar }tinimum Profesi Jalu;a @ ffqTr,:Wrm Komisi Hukum Nasional Republik Indonesia i rt ', *-.- F, .f Kejaksaan Agung Rl I The Asia Foundation

Transcript of Pembaharuan Kejaksaan (Pembentukan Standar Minimum Profesi Jaksa)

It Pemantau)sia:

Pembahaman Kejaksaan :

Pembentukan Standar }tinimumProfesi Jalu;a

@ffqTr,:Wrm

Komisi Hukum NasionalRepublik Indonesia

irt

', *-.- F,

.fKejaksaan Agung Rl

IThe Asia Foundation

0S1t1rorf

!4"+,01L qw\

oPENELITIAN

i i PEMBAHARUAN KEJAKSAAN:PEMBENTUKAN STANDAR MINIMUM

PROFESI JAKSA

KERTASAMAKOMISI HUKUM NASIONAL

MASYARAKAT PEMANTAU PERADILANINDONESIA

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITASINDONESIA

DANKEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA

JAKARTA2004

r: *;7'- Fii

rt

Koordinator

Anggota

ii

Tim Peneliti

Suhadibroto, S.H.

Mujahid. A.l^atiet S.H., M.H.

Asep Rahmat Fajar, S.H.

Hasril Hertanto, S.H..'' 5=i. -r.." --. .

, t teissii'$tiUardtih, S.n.

;

Thiodoia Yuni Shah Putri, s.H. "* i, ,l, :..., .lt I ;t 'r.,.'i-.. j"t -; t:i";?!:''rRosV$, S:H.,

.,Andri;$rylffilEyqg$e ?$.;,x,,Nursyarifah,€.&{;.: i

'.ii- ii.: ,:

: I : + .''.-".: ;i

PENGANTAR

Kejaksaan adalah tergolong sebagai legal professional organization,yaitu suatu organisasi para profesional di bidang hukum yangberpredikat jaksa.

Jaksa dapat dikualifikasikan sebagai profesional, karena memilikielemen pengertian profesional seperti yang digambarkan oleh G.Millerson (dalam bukunya The eualifyrng Association) antara lain:

skill based on theoritical knowledge,the provision of training and education,testing the competence of members,organEation,an ethical code ofconduclaltruistr? seruice.

Bahwa jaksa adalah legal professional karena tugas wewenang jaksaberada diarea hukum sebagaimana dinyatakan oleh Undang-undangKejaksaan yaitu Undang-Undang No. 16 Tahun 2004 dan peraturanperundang-undangan lainnya.

Meskipun jaksa adalah pegawai negeri sipil Kejaksaan yang memilikidiploma sarjana hukum, tidak berarti setiap pegawai negeri sipilKejaksaan yang memiliki diploma sarjana hukum adalah jaksa ataumenjadijaksa dengan sendirinya. Untuk menjadijaksa harus memenuhistanda r profesi ja ka, setida k-tidaknya sta ndar m i nim u m profesi ja ksa.

Standar minimum profesijaksa itu mempunyai 4 (empat) komponenyaitu: pengetahuan/ilmu, kemampuan/keterampilan, perilaku, danfaktor-faktor pembentuk. Kandungan masing-masing komponentersebut tidak statik tetapi dinamik bergerak bersami peru'bahankeadaan dan kebutuhan sesuai dengan perkembangan kehidupanbernegara dan bermasyarakat.

Kejaksaan yang telah eksis sejak lahirnya negara ini, belum pernahmempunyai standar profesi jaksa yang tersusun secara utuh dancomprehensive. Para jaksa menyatakan bahwa jaksa adalah suiitu

a.b.C.

d.e.f.

profesi, tetapi tidak pernah memberikan justifikasi mengapa dirinyaadalah suatu profesi. Belum pernah dilakukan penelitian tentang profesijaksa oleh lembaga Kejaksaan maupun oleh Persaja (Persatuan jaksa,organisasi para jaksa) untuk memberikaq landasan yang sejak awalseharusnya ada.

Undang-undang Kejaksaan No. 5 Tahun 1991, tanggal 22 Juli 1991

menyatakan bahwa jaksa adalah jabatan fungsional yang berkaitandengan keahlian teknis hukum. Dari undang-undang ini sebenarnyalahir pengakuan yang subtansial, bahwa jaksa adalah suatu profesiyang harus bekerja profesional. Pengakuan ini oleh pemerintahditindaklanjuti dengan pemberian tunjangan jabatan fungsional danusia pensiun yang lebih panjang daripada usia pensiun pegawai negerisipil Kejaksaan lainnya.

Undang-undang No. 16 Tahun 2004, tanggal 26 Juli 2004 lebih tegasmenyatakan bahwa jaksa adalah jabatan fungsional, suatu profesi,dan profesional hukum. Undang-undang ini perlu tindak lanjut pqnataan

lembaga sesuai dengan kandungan-kandungan baru yang termuatdalam undang-undang, khususnya mengenai jaksa sebagai suatuprofesi.

Komisi Hukum Nasional (KHN) sesuai dengan mandatnya, terpanggiluntuk turut berperan melakukan reformasi hukum dan lembaga hukum

dengan melakukan penelitian tentang profesi jaksa dan standarminumum profesi jaksa yang terkait. Penelitian ini juga dilatarbelakangidukungan KHN kepada lembaga Kejaksaan untuk melaksanakanperintah Undang-undang Kejaksaan yang baru, khususnya untuk lebih

meningkatkan profesionalisme para jaksa serta untuk mewujudkanKejaksaan sebaga i professiona I lega I orga n ization yang modern.

Penelitian inidiselenggarakan dalam waktu 3 (tiga) bulan sesuaidenganterbatasnya dana KHN yang berasat dari APBN 2004. Keluaran daripenelitian ini bukan wacana tetapi berupa rekomendasi yang konkritdan implementatif dengan harapan dapat berguna sebagai "produksiap pakai".

Dalam penelitian ini peranan Kejaksaan sangat besar dengan terlibatnyapara pejabat Kejaksaan dan para jaksa di pusat maupun di daerah,

ii

sehingga dapat dikatakan bahwa penelitian ini dilaksanakan oleh KHN

bersama-sama dengan Kejaksaan. Karena terbatasnya tenaga, makadalam melaksanakan penelitian iniKHN mengikutsertakan MAPPI FHUIyang'kebetulan mem punyai program pemantaua n perad ilan kh ususnya

terhadap lembaga Kejakaan. Keterkaitan Sekretariat Negara dalampenelitian ini dikarenakan anggaran bagi KHN secara administratifkeuangan diperoleh dari Departemen Keuangan melalui SekretariatNegara.

The Asia Foundation tidak ketinggalan memberikan dukungannya,sehingga penelitian bisa rampung dan disosialisasikan secara luas,untuk itu KHN menyampaikan terima kasih.

Sekalilagi KHN mengharapkan hasil penelitian inimempunyai manfaatkhususnya bagi lembaga Kejaksaan, serta bagi pembangunan hukumyang sedang berlangsung ditanah air kita ini.

Jakarta, November 2004Komisi Hukum Nasional Republik Indonesia

lI

*

KATA PENGANTARbarrnR rst

BAB IPENDAHULUAN

A. LATAR BEI.AKANGB. PERMASAISHANC. TUJUAND. METODE PENELTTIANE. KELUAMN YANG DIHARAPKANF. JADWAL KEGIAf,AN

BAB IIPROFESI HUKUM

A.PROFESIA.1. Pengertian UmumA.2. Kode Etik Profesi

B.PROFESI HUKUM

BAB IIIPROFESI JAKSA DI BEBERAPA NEGARA

A. PROFESI JAKSA DI AMERIKA SERIKATA.1. PendahuluanA.2. ProfesiJaksaA.3. Peraturan Perundang-undanganA.4. Kode Etikdan Kode Perilaku

1

1

888

1010

11

1111L7

19

23

232335272727A.4.a. Pengaturan Etika dan Kode Perilaku

A.4.b. Standar Minimum Profesi Prosecutor1. Rekruitmen2. Pendidikan dan Pelatihan3. Magangl/ egal Internship4. Pembinaan profesi5. Penegakan disiplin profesi

B. PROFESI JAKSA DI INGGRIS8.1. Perkembangan Lembaga Kejakaan dilnggris

4646

485153555560636364676B

B,2, Visi, Misi, Fungsi, Tugas dan Wewenang Crown ProsecutorSeruice

8,4. Pengawasan terhadap Crown Prosecutor Seruice8.5. Sumber Daya Manusia

B.5.b. Kode Etik Crown Prosecutor 9eruice8.5.c. Standar Minimum Profesi Crown Prosecutor

1. Rekrutmen2. Pelatihan dan Pendidikan3. Pembinaan Profesi4. Penegakan Disiplin Profesi

C. PROFESI JAKSA DIC.1. Pendahuluan

BETANDA

C.2.Struktur Organisasi Minestrie Van Justitiel MenteriKehakiman 72C.3. ProfesiJaksa ........ 73C.4. Peraturan Perundang-undangan 76C.5. Rekruitment ProfesiJaksa 76C.6. Pembinaan ProfesiJaksa ........ 77

BAB IVPROFESI JAKSA DI INDONESIA

A, JAKSA SEBAGAI PROFESI HUKUMA.1. Standar Profesi Bagi Jaksa

363647424243

7171

79

79

VI

A.2. Standar Profesi Jaksa Menurut Undang-Undang Kejaksaan 82

A.3.Guidelines on the Role of Prosecutors dan Standards ofProfesbnal Responsbility and Sbtement of the Essential DutrEsand the Rights afProsecutors

B. LEMBAGA KE]AKSAAN8.1 KedudukanB.2. Tugas, Fungsi Dan Wewehang .....,.....B.3. Doktrin Dan Kode Etik

C. SUMBER DAYA MANUSIA KEIAKSMNC.1. RekruitmenC.2. PendidikanC.3. MagangC.4. Pembinaan ProfesiC.5. Pengawasan dan penegakan Disiplin Jaksa

BAB VSTANDAR MINIMUM PROFESI ]AKSA

A. MATERIA.1 PengetahuanA.2 KeahlianA.3. Perilaku

B. FAKTOR-FAKTOR PEMBENruK8.1. Jabatan Fungsional JaksaB.2. Rekruitmen. PPJ dan MagangB. 3. Penempatan/Formasi dan Pembinaan Profesi8.4. Penegakan Disiplin dan Pengawasan ...........

BAB VIPENUTUPA. KESIMPULANB. REKOMENDASI

DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN

Pembentukan Jaksa

B5

878790

105

109110119L23L24134

L47

L49L49151

154155

159159160

153

L47148148L49

vI

PENDAHUTUAN

;4. LATAR BELAKANG

Perkembangan masyarakat saat ini beflalan secara cepat sejak erareformasi, Sebuah era yang ditandai dengan jatuhnya era rezim ordebaru. Era yang dianggap telah membawa kebangkrutan moral sertaekonomi bagi bangsa. Lalu timbullah Euforia terhadap era reformasi

!ang kemudian disikapi oleh sebagian masyarakat secara berlebihan,bahkan dinilai sudah melewati batas kewajaran bagi sebuahperubahan. Era yang dinilai akan membawa kesejahteraan justrumenim bulkan permasa la han yang berkepanjangan, terutama masalahpenegakan hukum.

Di era reformasi ini semakin banyak praktek korupsi yang dilakukansecara terbuka dan sistematis. Salah satu contoh adalah kasus korupsiyang dilakukan oleh sejumlah anggota Dewan Perwakilan RakyatDaerah (DPRD) di provinsi Sumatera Barat. Mereka telah diganjarhukuman penjara atas perbuatannya. Selain kasus diSumatera Barat,masih banyak lagi kasus korupsi di daerah lain. Ironisnya, korupsidilakukan justru oleh mereka yang seharusnya menjadi teladan bagimasyarakat banyak.

Masalah penegakan hukum terutama terhadap kasus korupsimerupakan satu dari sekian banyak tumpukan masalah yang dihadapioleh bangsa ini. Masalah yang tak kalah penting adalah kualitas aparatpenegak hukum itu sendiri. Hal ini mendapat sorotan tajam darimasyarakat sebagai pihak yang sering tidak berdaya untuk melakukanpenegakan hukum.

Belakangan bahkan disinyalir telah terjadi korupsi di bidang peradilandengan modus operandi jual beli perkara dalam proses peradilanyang tengah dilakukan. Salah satu lembaga yang mendapat sorotanatas isu ini adalah kejaksaan sebagai lembaga yang menentukanapakah seseorang harus diperiksa oleh pengadilan atau tidak. Jaksapula yang menentukan apakah seorang tersangka akan dijatuhihukuman atau tidak melalui kualitas surat dakwaan dan tuntutan

yang dibuat. Sedemikian penting posisijaksa bagi proses penegakan

hukum sehingga lembaga ini harus diisi oleh orang-orang yangprofesional dan memiliki integritas tinggi.

Kejaksaan memilikiperan penting dalam proses penegakan hukum. Hal

ini telah mendapat perhatian yang sangat serius dari komunitasinternasional. Salah satu dokumen internasional yang menjadi referensi

dalam menilai keberadaan jaksa adalah Guidelines on the Role of theProsecutor!. Dalam salah satu konsideransinya menyatakan bahwa:

Whereas prosecutors play a crucial role on the administrationof justice, and rules concerning the performance of theirimportant responsibilities should promote their respect forthe compliance with the above-mentioned principles, thuscontributing to fair and equitable criminal justice and effectiveprotection of citizen againts crime.2

Peran penting yang dimainkan oleh lembaga kejaksaan tak lepas

ddri perwujudan representasi negara dalam melindungi warganya.Untuk itulah, aspek penghormatan dan ketaatan pada prinsip-prinsip

hukum yang bersifat universal dalam menjalankan tugas menjadiunsur yang amat menentukan. Howard Abadinsky3, sebagaimanadikutip oleh Harkristuti Harkrisnowo4, menyatakan bahwa tugas dan

mandat publik yang diberikan pada jaksa yaitu:

1 Guidelines on the Role of Prosecutors, ditetapkan oleh Kongres ke delapanpBB mengenai Pencegahan Kejahatan dan Pembinaan Narapidana di Havana, Cuba,27

Agustus-7 September 1990.

2 Prinsip yang dimaksud adalah prinsip yang dianut dalam the universal ofHuman Rightsebagaimana tertera dalam konsiderans kedua yang terdiri dan the principles

of equatity before the taw, the presumption of innocence, adn the right to a fair andpubtic hearing by an independent an impartial tribunal.

3 Howard Abadinsky, Discretionary lustice: An Introduction to Discretion in

Criminal lustice, Springfield, Illinois: Charles Thoman, hal 6i-62.

4 Harkristuti Harkrisnowo, Membangun strategi Kinerja kejaksaan bagiPeningkatan Produktivitas, Profesionafisme, dan akuntabilitas Publik: Suatu Usulan

Pemikiran, makalah disampaikan pada Seminar Strategi Peningkatan Kinerja Kejaksaan

dalam Rangka mewujudkan Supremasi Hukum, diselenggarakan oleh Pusat Penelitian

dan Pengembangan Kejaksaan Agung di Jakarta, 22 Agustus 2001, hal. 5.

2

1.

r: 2.

to enforce the law on behalf of the people in the name of thestate, andto ensure that justice is accomplished by not prosecutingthose for whom evidence is lacking or whose guilt is in serrbusdoubts

lenaapat tersebut secara jelas menyatakan bahwa dalam, menjalankan fungsinya jaksa bekerja atas nama rakyat dalam

melakukan tugasnya menuntut seseorang yang diduga melakukantindak pidana. Untuk itu, jaksa diberi kewenangan yang tidak dimilikio.leh setiap penegak hukum. Tetapidalam menjalankan kewenanganlgrsebut kerap kali kejaksaan melanggar hak asasi manusia. Misalnyad'engan melakukan penahanan pada mereka yang diduga melakukantindak pidana.

Keberadaan lembaga kejaksaan di Indonesia diatur dalam sebuahundang-undang tentang kejaksaan. Undang-undang tersebutmenyatakan bahwa kewenangan untuk melaksanakan kekuasaan

. negara di bidang penuntutan dilakukan oleh kejaksaans. Sementara,berdasaikan ketentuan Undang-Undang No. 16 Tahun 2004 TentangKejaksaan Republik Indonesia, kejaksaan selain berperan dalamperadilan pidana, juga mbmiliki peran lain dalam bidang hukumperdata dan Tata Usaha Negara, yaitu dapat mewakili negara danpemerintah dalam perkara perdata dan tata usaha negara. Jaksasebagai pelaksana kewenangan tersebut diberi wewenang untukbertindak sebagai penuntut umum serta melaksanakan putusanpengadilan6 dan wewenang lain berdasarkan undang-undang7.

s Indonesia, Undang-Undang tentang Kejaksaan Republik, UU No. 5, LN No.59, Tahun 1991, TLN No. 3451, Pasal 2. peraturan ini telah diganti dengan Undang-Undang No. 16 Tahun 2004 Tentang Kejakaan Republik Indonesia yang telah disetujuioleh Dewan Perwakilan Rakyat pada tanggal 15 Juli 2004 dan diberlakukan pada tanggal26 Juli 2004.

6 Ibid, Pasal 1 angka (1).

7 Kalimat wewenang lain berdasarkan Undang-Undang merupakan penambahantugas Jaksa menurut Undang-Undang No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan RepublikIndonesia Pasal 1 ayat (1) sebagai pengganti UU No. 5 Tahun 1991 Tentang KejaksaanRepublik Indonesia.

Jaksa merupakani jabatan fungsional yang bersifat keahlian dalam

sistem organisasi kejaksaan. Mengingat peran dan kewenangan yang

cukup strategis, maka dibutuhkan seorang jaksa yang memilikikualitas prima dalam menjalankan fungsinya. Oleh karena itudiperlukan kualifikasi tertentu bagi seseorang agar dapat mengemban

tugas sebagaijaksa. Disamping kualifikasi umum (pemegang ijasah

sarSana hukum), juga diperlukan kualifikasi khusus yang pada

umumnya tidak dimiliki oleh setiap orang yang bergelar sarjanahukum.

undang-undang tentang Kejaksaan memberi penegasan atas posisi

jaksa. Pasal 1 angka (1) menyatakan bahwa:

Jaksa adalah pejabat fungsional yang diberi wewenang oleh

undang-undang untuk bertindak sebagai penuntut umum dan

pelakslna putusan pengadilan yang telah memperolehkekuatan hukum tetap serta wewenang lain berdasarkanundang-undang.

penegasan atas fungsi jaksa perlu mendapat perhatian mengingat

selama ini disinyalir telah terjadi penurunan kualitas sumber dayajaksa. Padahal sebagai pejabat yang menjalankan suatu fungsi-diharapkan

akan timbul sikap dan sifat profesional yang ditunjukanpada masyarakat. Dalam pelaksanaannya, fungsi tersebut telah jauh

menyimpang dari yang diharapkan seperti dikatakan olehSuhadibrotos,

"...dalam prakteknya semua jaksa dinilai memenuhi syarat

dan dapat melaksanakan tugas apapun. Seperti kunci inggris,jaksa cocok untuk tugas apapun, mulai dari menguruskendaraan sampai menjadipenuntut umum pelanggaran HAM

berat di Timor Timur, jadi tugas yang ada dilakukan oleh

orang yang tidak jelas keahliannya."

s Suhadibroto, Pembaharuan Kejal<saan, makalah disampaikan pada Raker

Kejaksaan Tahun 2003 pada tanggal 27 sampai dengan 29 Mei 2003'

4

Kondisi tersebut jelas berbeda jauh dengan kondisi profesional yang

"diinginkan. Karakteristik profesional yang dipahami secara umumiantara laine:

1. Keahlian (expertise), keahlian seorang profesional ditandaioleh keterampilan dan spesialisasi pengetahuan yang

i diperoleh dari pengalaman dan pendidikan yang berkelanjutan(prolonged educatio n).

2. Pertanggungjawaban sosial (social responsibilty), setiapprofesional memiliki pertanggungjawaban sosial karenakiprahnya yang berkaitan erat dengan berfungsinyamasyarakat. Oleh karena itu, setiap penyandang jabatan

. profesional dituntut untuk memberikan pelayanan sosialdalam rangka pertanggungjawaban profesinya denganberakar motif pengabdiannya.

3. Rasa kesatuan dan keterikatan (corporateness), dengan rasakesatuan dan keterikatan/kinerja terpadu, setiap profesidituntut pula untuk menyusun dan mematuhi kode etiksehingga kompetensi dan martabat profesi dapat dibina dandipertanggungjawabkan.

Tuntutan transparansi, akuntabilitas publik, sikap, dan perilaku yangprofesional dari aparat penyelenggara negara di era reformasi semakinmengemuka. Dan kejaksaan dituntut untuk dapat memenuhinya.Sampai saat ini kinerja kejaksaan dalam menegakan hukum dirasaoleh sebagian besar masyarakat masih jauh dari yang diharapkan.Terlebih lagi performa yang ditunjukkan seorang Jaksa pun masihsangat jauh dari yang masyarakat inginkan.

Beberapa perkara yang menyangkut kepentingan masyarakat kerapkali menimbulkan masalah. Hal ini menunjukkan indikasi tidakprofesionalnya jaksa dan kejaksaan. Misalnya saat kejaksaanmenangani kasus korupsi yang merugikan negara, surat tuntutan(requisitor) yang dibuat jaksa dalam proses penuntutan kerap kalitidak sesuai dengan rasa keadilan masyarakat. Demikian pula halnya

e Halius Hosen, Strategi Peningkatan kinerja Kejaksaan dalam RangkaMewujudkan Supremasi Hukum, makalah disampaikan pada acara diskusi panel yangdiadakan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Kejaksaan Agung Indonesia, Jakarta,22Juli200L, hal.23.

f".i\

I

dengan perkara pelanggaran HAM, pihak kejaksaan masih dinilai tidakberpihak pada rasa keadilan masyarakat' Walaupun tuntutan keadilan

masyarakat tidak selalu selaras dengan ketentuan hukum yang berlaku

tetapi seorang jaksa dalam rnelaksanakan tugasnya harus tetapmengacu pada hukum dan keadilan yang hidup dalam masyarakat'

Produk hukum berupa berita acara penyidikan untuk perkara tertentu,surat dakwaan, dan tuntutan yang dibuat oleh laksa kerap kali tidaksesuai dengan rasa keadilan masyarakat. Padahal, semuanya itu telahmelalui proses rencana penuntutan (rentut) yang dilakukan olehpimpinan kejaksaan. secara tidak langsung kondisi seperti ini akan

memberikan citra buruk bagi kejaksaan secara keseluruhan'

Sebenarnya banyak faktor yang mempengaruhi kinerja kejaksaan,misalnya posisi kejaksaan dalam sistem Ketatanegaraan dan peradilan

pidana, visi Kejaksaan dan misi kejaksaan. Tetapi komponen yang

paling menentukan dalam pelaksanaan tugas itu adalah sumber daya

manusia itu sendiriyaitu jaksa. Sebagai pejabatfungsional, seorangjaksa dituntut untuk bersikap profesionaldalam menjalanitugas dan

wewenangnya.

Setiap profesi memang memiliki standar tersendiri dalam mengukurtingkat profesionalitas. Standar tersebut digunakan dalammenentukan apakah seseorang layak untuk menduduki suatu jabatan

tertentu atau tidak. Beberapa organisasi profesi yang ada di Indonesiamenilai penting keberadaan standar tersebut untuk menjaga mutupara anggota. Dengan tujuan yang sama, sudah selayaknya kejaksaan

memiliki standar minimum yang menjadi arahan dalam menjagakualitas dan tingkat profesionalisme jaksa.

Menurut kamus Btack's Law Dictionary Second Pocket Edition,standard diartikan sebagai a model accepted as correct by custom,consent, or authority; a criterion for measuring acceptability, quality,

or accuracy'' (terjemahan bebas: suatu model yang telah diterimasecara luas melalui kebiasaan, persetujuan, atau lembaga yang

berwenang; kriteria untuk menguji penerimaan, kualitas, dan

kecermatan). Standar dapat juga diartikan sebagai suatu patokan

baku untuk menilai satu pekerjaan. Keberadaan suatu standar dalam

" B.y*, A. Ga."t S/a ckb Law Dictionary , Second Pocket Edition, St' Paull

Minn, 2001, hal 660.

setiap pekerjaan menjadi prasyarat mutlak untuk menilai suatu

Ukeberhasilan, tak terkecuali bagi jaksa.

Namun hingga saat ini kejaksaan belum memiliki Standar MinimumProfesiJaksa. Standar seperti ini dapat diperoleh dari berbagai disiplin.ilmu terkait dan pengalaman aplikatif, baik di kejaksaan sendiriimaupun dengan perbandingan model Standar Minimum ProfesiJaksayang digunakan di negara lain. Setelah itu digabung sehinggaterhimpun dalam satu konsep yang disusun secara komprehensif.

Perlunya melakukan studi banding dengan negara lain karenaIndonesia telah mengadopsi beberapa instrumen internatbnal crime.Untuk itulah, kejaksaan harus dapat menyesuaikan kemampuan'personal Jaksa dengan ketentuan tersebut. Sampai saat ini, tiganegara yang dipakai sebagai perbandingan adalah Inggris, AmerikaSerikat, dan Belanda.

Penerapan standar minimum profesi jaksa ini tentunya tidak hanyamenjadi standar bagi tenaga fungsional jaksa profesional secaraumum- Lebih dari itu, keberadaan standar profesi ini kelak dapatmenjadi acuan dalam penempatan jaksa di daerah sesuai dengankebutuhan suatu daerah. Dengan begitu diharapkan jaksa terpilihdapat melakukan perannya secara maksimal dengan menggunakanperforma yang dimiliki.

Selain faktor internal terdapat faktor eksternal jaksa yang harusditingkatkan. Kedua faktor ini memiliki peran penting dalammembentuk seorang jaksa yang profesional. Beberapa faktoreksternal yang membentuk jaksa tersebut antara lain pengisianjabatan fungsional jaksa, rekrutmen, Pendidikan Pembentukan Jaksa(PPJ), magang, penempatan formasijaksa, pembinaan profesi, sertapenegakan disiplin dan pengawasan. Faktor tersebut merupakanpintu utama dalam upaya memperbaiki profesi jaksa agarprofesional.

Keberadaan Standar Minimum Profesi Jaksa ini sangat diperlukanagar kejaksaan dapat menjalankan tugasnya secara lebih baik. Dan,diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadappenegakan hukum oleh aparat penegak hukum pada umumnya dankejaksaan pada khususnya.

\I

Penelitian ini akan merumuskan suatu Standar profesi melalui

i' + penjabaran dari ketentuan undang-undang kejaksaan, visi dan misi' 'i kejaksaan, doktrin, kode etik jaksa, sumpah jabatan, literatur lainnya,

serta ketentuan yang diatur dalam Guidelines on the Role of t!:e' Prosecutors.

t

B. PERMASALAHAN

Beberapa permasalahan yang penting untuk dikaji lebih lanjutsehubungan dengan Standar Minimum Jaksa adalah:

'. 1. Apakah peraturan perundang-undangan yang ada telahI ' (cukup) mengatur dan memberikan pedoman bagi profesi

jaksa?

2. Bagaimana standar minimum profesi jaksa yang utuh dankomprehensif dirumuskan sehingga dapat dijadikan sebagaimodel bagi seorang jaksa?

3. Apa yang dibutuhkan untuk menjaga standar minimum inidapat berjalan secara baik dan sesuai dengan tujuan yang

'1 dikehendaki?

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui peraturan perundang-undangan yangmengatur dan memberikan pedoman bagi profesijaksa.

2. Untuk menyusun standar minimum profesi jaksa yangkomprehensif dan dapat dikembangkan sesuai dengankebutuhan. Standar minimum profesijaksa ini mengandungsubstansi yang diharapkan bagi pengembangan profesi jaksa

secara implementatif.3. Untuk mengetahui kebutuhan utama dalam upaya menegakan

standar minimum profesijaksa ini.

D. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode penelitian normatif dan empiris.Penelitian normatif ditujukan untuk mengumpulkan data sekundermelalui:

8

1. Bahan primer; meliputi peraturan perundang-undangan antaralain UU No. 16 tahun 2004 tentang Kejaksaan'RepublikIndonesia, Keppres No. 55 Tahun 1991 tentang SusunanOrganisasi dan Tata Kerja Kejaksaan Republik Indonesia, danKeputusan Jaksa Agung RI No. Kep-115/i.A/101t999 tentangSususnan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RepublikIndonesia.

2. Bahan sekunder; bahan pustaka yang berkaitan dengan objekpenelitian.

3. Bahan tersier; bibliografi, kamus, dan bahan penunjang lainnya.

Penelitian empiris dilakukan untuk mencari data lapangan berupa

'informasi yang akurat mengenai pelaksanaan profesi jaksa. Teknikpengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam dengannarasumber di empat kota.

Na rasum ber terd iri da ri pihak Kejaksaan, a kadem isi, praktisi/advokat,dan aktivis Lembaga Swadaya Masyarakat yang bergerak di bidanghukum. Jumlah narasumber disesuaikan dengan kebutuhan dilapangan hingga mendapat pandangan atas standar profesi jaksamelalui beragam opini.

Pengumpulan data lapangan dalam penelitian ini dilakukan di limadaerah, terdiri dari Jakarta, Medan, Makassar, Surabaya, danBandung. Pemilihan kelima daerah tersebut dianggap telah mewakiliwilayah Indonesia Barat, Indonesia Tengah, dan Indonesia Timur.Daerah ini pun dipilih berdasarkan peraturan per-undang-undangandalam penyelenggaraan peradilan khusus, misalnya pengadilan HAM.

Khusus untuk wilayah Jakarta, selain menjadi pusat pemerintahan,kota ini telah ditunjuk sebagai tempat penyelenggaraan peradilanpidana khusus HAM dan peradilan khusus korupsi. Selain itu, menurutketentuan KUHAP, Pengadilan Negeri Jakarta Pusat telah ditunjuksebagai tempat berlangsungnya pengadilan bagi seseorang yangmelakukan tindak pidana di luar negeri dan dapat dihukum menuruthukum Republik Indonesiarl

11 Indonesia, Undang-Undang tentang Hukum Acara Pidana, UU No. B, LN

No. 76, Tahun 1981, TLN No. 3209, Pasal 86.

\

E. KELUARAN YANG DIHARAPKAN

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam membuatketentuan standar minimum profesijaksa. Diharapkan juga, ketentuan

tersebut dapat dituangkan dalam bentuk Keputusan Jaksa Agung.

Sejauh ini, pemilihan Keputusan Jaksa Agung yang digunakan sebagai

landasan hukum bagi keberadaan standar profesi jaksa hanyamerupakan langkah jangka pendek untuk memberikan pedoman bagiprofesionalitas jaksa.

F. JADWAL KEGIATAN

Penelitian Pembentukan Standar Minimum ProfesiJaksa ini merupakan

kerjasama antara sekretariat Negara dan Komisi Hukum Nasional(KHN) dengan Masyarakat Pemantau Peradilan Indonesia Fakultas

Hukum Universitas Indonesia (MaPPI-FHUi) serta Kejaksaan Agung.Penelitian ini akan dilakukan selama tiga bulan. Dalam kurun waktu

tersebut akan dilakukan beberapa kegiatan pengumpulan data, baikyang diperoleh melalui studi pustaka maupun studi lapangan.

studi pustaka yang dilakukan berupa kajian atas ketentuan peraturanperundang-undangan yang mengatur keberadaan jaksa dan kejaksaan

serta kode etik yang melingkupi.visi, misi, fungsi, dan tugas dan

wewenangnya. Selain itu juga akan dilakukan perbandingan dengan

negara lain dan organisasi profesi yang ada di dalam negeri perhal

pembentukan dan penerapan standar profesi. Kegiatan ini akan

dilakukan selama kurang lebih tiga minggu.

Studi lapangan yang akan dilakukan berupa wawancara denganmenggunakan instrumen pedoman wawancara. Selain itu akandilakukan wawancara secara mendalam kepada beberapa narasumber

yang dinilai memiliki kompetensi di bidangnya. Kegiatan ini akan

dilakukan selama kurang lebih tiga minggu.

penulisan laporan akhir akan dilakukan dalam waktu kurang lebih

dua minggu. Laporan hasil penelitian ini di diseminasidalam sebuah

acara diskusi terbuka yang dihadiri oleh publik dan pakar untukmendapatkan masukkan akhir yang lebih baik.

10

PROFESI HUKUM

, A. PROFESI

A.1. Pengertian Umum

Bekerja merupakan salah satu ciri manusia dalam kehidupanbermasyarakat. Kemudian seiring dengan perkembangan jaman,pekerjaan menjadi lebih dari sekedar untuk memenuhi kebutuhan

. . hidup. Lalu masyarakat pun terus berkembang menjadi lebih beragam." I Hal ini memicu terbentuknya kelompok-kelompok sosial tertentu yang

berbeda antara satu dengan yang lainnya. Sehingga terciptalah pola

. aktifitas berbeda pula yang dapat disebut profesi kekhususan atau:spesialisasi yang menempatkan seorang pekerja pada status sosialtertentu dalam struktur kemasyarakatan.

Secara teoritis pekerjaan dapat dibedakan dalam tiga arti, arti umum,.arti tertentu, dan arti khususl2.

1. Pekerjaan dalam arti umum yaitu pekerjaan apa saja yangmengutamakan kemampuan pisik, baik sementara atau tetapdengan tujuan memperoleh pendapatan;

2. Pekerjaan dalam arti tertentu yaitu pekerjaan yangmengutamakan kemampuan pisik atau intelektual, baiksementara atau tetap dengan tujuan pengabdian;

3. Pekerjaan dalam arti khusus yaitu pekerjaan bidang tertentuyang mengutamakan kemampuan pisik dan intelektual,bersifat tetap dengan tujuan memperoleh pendapatan.

Profesi, menurut Abdulkadir Muhammad, tergolong dalam pekerjaandalam arti khusus dengan rumusan kriteria sebagaipekerjaan bidangtertentu berdasarkan keahlian khusus yang dilakukan secarabertanggung jawab dengan tujuan memperoleh penghasilan13.

12 Abdulkadir Muhammad, Etika Profesi Hukum, (Pf. Citra Aditya BaKi: Bandung,1997), hal.57.

13 Ibid, hal 58.

11

Rumusan lain perihal pengertian tentang profesi, sebagaimanadiungkapkan oleh E.Y. Kanterla,

Sebuah profesi adalah sebutan atau jabatan di mana orangyang menyandangnya memiliki pengetahuan khusus yang

diperolehnya melalui training atau pengalaman lain, ataudiperoleh melalui keduanya, sehingga penyandang profesidapat membimbing atau memberi nasihat/ saran atau jugamelayani orang lain dalam bidangnya sendiri.

Orang yang menyandang profesi tertentu disebut sebagai seorangprofesional. Tentunya tidak mudah untuk menentukan siapa saja yang

tergolong dalam kelompok profesional. Pengertian profesional tidakselalu identik dengan upaya untuk mendapatkan penghasilan,sebagaimana dirumuskan oleh Soetandyo Wignyosoebroto.

Profesionalberasa I da ri a ka r kata profess ion < profiteri yangberarti 'berikrar di hadapan umum', Dari akar kata ini pulalahdatangnya kata 'profesi', ialah suatu kegiatan kerja yang

dilakukan dengan keahlian tinggi untuk memberikan layanan

kepada sesama manusia, semua itu demi kemaslahatanumum, tanpa sedikitpun dilandasi itikat untukmemperjualbelikan jasa layanan yang diberikan dengankeahlian tinggi itu. Kaum profesional bekerja demi kehormatan(=honoraria) dan bukan demi keuntungan materiil. Disinilahletak beda antara apa yang disebut 'profesi' ini denganokupasi yang pencarian nafkah biasals.

Istilah profesi dalam kamus Black's Law Dictionary Second PocketEdition dinyatakan bahwa Profession: a vocation requiring advancededuation and traininy'6. Sedangkan dalam Kamus Webster New World

14 E.Y. Kanter, Etika Profesi Hukum: sebuah pendekatan sosio-religius, (Sloria

Grafika: Jakarta, 2001), hal 63.

15 Soetandyo Wignyosoebroto, Profesionalisme Jaksa, dan AkuntabilitasKejakaan Kepada Pubtik, dalam Kumpulan Makalah Peserta Dengar Pendapat Publik

Pembaruan Kejaksaan Repubtik Indonesia, Yang diselenggarakan oleh Komisi Hukum

Nasional (KHN), Kejaksaan Agung, dan Kemitraan bagi Pembaruan Tata Pemerintahan

di Indonesia, Hotel Sahid Jaya,24-25 Juni 2003.

16Bryan A. Garner, oP.cit. hal. 560.

12

Dictionary, profesi didefinisikan sebagai suatu pekerjaan atau jabatan

+yang memerlukan pendidikan atau latihan yang maju dan melibatkan

'keahlian intelektuallT. Secara bebas, profesi dapat diartikan sebagaipekerjaan tetap bidang tertentu berdasarkan keahlian khusus yangdilakukan secara bertanggung jawab dengan tujuan memperoleh

, penghasilanls.

Pengertian profesi sebagaimana telah dikemukakan mengandungbeberqpa elemen penting sebagai ciri khusus. G. Millersonlemenyimpulkan adanya 23 elemen pengertian profesionalantara lain;a. Skill based on theoritical knowledge; b. The provision of trainingand education; c. Testing the competence of members; d.,Organization; e. An ethical code of conduct; f, Altruistic seruice

Tak jauh berbeda dengan beberapa rumusan profesi yang telahdinyatakan sebelumnya, Daryl Koehn20 mengemukakan kriteriaseorang profesional sebagai berikut:

1. Orang yang mendapat izin dari negara untuk melakukan suatutindakan tertentu;

2. Menjadi anggota organisasi pelaku-pelaku yang sama-samamempunyai hak suara yang menyebarluaskan standar dan/atau cita-cita perilaku dan yang saling mendisiplinkan karenamelanggar standar itu;

3. Memiliki pengetahuan atau kecakapan yang hanya diketahuidan dipahami oleh orang-orang tertentu serta tidak dimilikioleh anggota-anggota masyarakat lain;

4. Memiliki otonomi dalam melaksanakan pekerjannya, danpekerjaan itu tidak amat dimengerti oleh masyarakat yang

lebih luas;

ri Wildan Suyuthi, Etika Profesi Kode Etik Hakim, (, IKAHI : Jakarta, tanpatahun), hal.6.

18 Ibid.

le Soehadibroto, Re-profesionalisasi Kinerja Kejal<saan,

(http://www.komisihukum.qo.idlarticle ooinion.ohp?), diakses pada tanggal15 Juli 2004.

20 Daryl Koehn, Landasan Etika Profesi, (Kanisius: Yogyakarta, 2000), hal' 75.

13

5. Secara publik di muka umum mengucapkan janji(sumpah) untukmemberi bantuan kepada mereka yang membutuhkan bantuan.

Pendapat yang telah diuraikan oleh beberapa orang pakar tersebutpada umumnya memiliki kesamaan yang dapat dijadikan ukurankeberadaan sebuah. profesi. Ukuran tersebut antara lain2l:

1. Keahlian berdasarkan pemahaman teori serta pendidikan dan latihan;Secara formal standar keahlian dapat diperoleh melalui pendidikan

formal sepertijenjang pendidikan 51, 52, dan 53, disamping jugadiperoleh melalui pendidikan dan latihan yang dilakukan olehorganisasi profesi yang bersangkutan. Program pendidikan danlatihan yang diselenggarakan harus sistematik dan aplikatif sebagaiupaya memperkuat dan meningkatkan keterampilan yang bersifattekn is. Seda ng kan pendidikan formal difokuska n pada pen in g kata n

ilmu dan pengetahuan di bidang tertentu22.

2. Pengujian kompetensi bagi keanggotaan profesi;Pengujian atas kompetensi dan kemampuan yang dimiliki olehsetiap profesi akan dapat meningkatkan dan menjaga kualitaskeahlian profesi itu sendiri. Pengujian tersebut dilakukan pada

awal rekrutmen dengan menggunakan kriteria tertentu' Selainitu untuk menjaga kualitas profesiselama melakukan fungsinya,maka perlu dilakukan semacam eksaminasi atas kualitas kerjasesuai dengan standar profesi tersebut.

3. Terintegrasi dalam suatu organisasi profesi;

Sebagai sebuah moral community (masyarakat moral) yangmemiliki cita-cita dan nilai bersama, keberadaan sebuahorganisasi yang dapat mewadahi kaum profesional dianggapperlu. Sekalipun kaum profesional dinilai sebagai kelompok yangmempunyai kekuasaan tersendiri dan tanggung jawab khusus'Selain itu keberadaan organisasidapat menjadi salah satu kontrolatas perilaku kaum profesi itu sendiri.

21 Ukuran yang dimaksud lebih diarahkan pada profesi hukum yang menjadiobjek kajian dalam penelitian ini.

22 T. Gayus Lumbuun, Sbnfur Profesionalisne Dan Kemandiian laksa DalamSistem Penegakan Hukum, makalah tidak terpublikasi, Jakarta; luli 2004' hal. 8.

L4

4. Kode etik profesi;Kode etik profesi hukum merupakan self regulation (pengaturandiri) bagi profesional hukum dengan tujuan untuk mencegahterjadinya perilaku yang tidak etis. Kode etik sebagai saranakontrol sosial dalam pelaksanaan profesisebagai pelayanan danpengabdian terhadap masyarakat. Pelaksanaan kode etik ini mestidiawasi secara terus menerus. Mesti ada kontrol sosial daridewankehormatan atau komisi pengawas. Dewan kehormatan harusmenilai dan menindak tegas berupa pemberian sanksi kepadapelanggar kode etik23.

Majelis Kode EtilV Dewan Kehormatan EtikMajelis Kode Etikdibutuhkan sebagaialat kontrol bagi pelaksanaandan kepatuhan kaum profesional atas kode etik profesi.

Ditujukan bagi pelayanan atas kepentingan orang lain;Keberadaan kaum profesi pada dasarnya merupakan bentukpengabdian bagi kepentingan yang lebih luas. Dalam hal ini iabekerja:tidak sekadar mewakili suatu institusi, melainkan benar-benar mewakili suatu prinsip yang ideal, ialah terwujudnya layananyang bermutu untuk para pencari keadilan.

Adanya kebebasan dalam menjalankan tugas dan peranannya;Profesional hukum harus mampu menafsirkan hukum yang berlakusecara tepat.dan cermat bagi kehidupan bersamJ, tanpamengabaikan etika profesinya. Untuk itu profesional hukum mestiotonom, dalam arti bebas dan mandiri dalam menjalankan profesi,tanpa ada tekanan dari pihak lain untuk merekayasa prosespencapa ian keadilan hukum2a.

Memiliki otoritas tertentu dari negara untuk melakukan suatutindakan;Otoritas yang dimiliki berkenaan dengan tugas, fungsi, danwewenangnya sebagai sebuah profesi. Otoritas tersebut diberikanmelalui suatu peraturan perundang-undangan sebagai dasarlegalitas atas segala kewenangan yang dimilikinya.

23 E.Y.Kanter, op.cit hal. Lt424 E. Y. Kanter, op.cit hal 113.

6.

B.

15

9. Pengucapan janji (sumpah) untuk memberi bantuan kepadamereka yang membutuhkan.Janji publik yang diucapkan oleh kaum profesional diharapkandapat menjadi legitimasi bagi kaum profesi untqk bertindak bagi

suatu kepentingan tertentu. Janji publik tersebut menjadi dasarbagi otoritas dan legitimasi untuk mendapatkan kepercayaan yang

lebih luas dari masYarakat.

Berdasarkan keahlian keilmuan yang dimiliki dan kriteria yang telahdisebutkan sebelumnya, terdapat beberapa profesi yang sedang

berkembang di Indonesia. Profesitersebutantara lain adalah profesi

wartawan, dokter, akuntan, notaris, hakim, dan advokat. Tiga bentukprofesi yang disebutkan terakhir yaitu notaris, hakim dan advokatmerupakan profesi di bidang hukum yang akan dibahas secara

tersendiri.

wartawan merupakan sebuah profesi yang diperoleh melalui kaidah

keilmuan yang dipelajari secara khusus, telah memiliki Kode Etik

Jurnalistik, memiliki Dewan Pers, serta dinaungi {Eh sebuahorlanisasi profesi. Saat ini, ada tiga organisasiwartawartyang cukup

beiar pengaruhnya yaitu Persatuan Wartawan Indonesia (PWI),

Ikatan Jurnalistik Televisi Indonesia (IJTI) dan Aliansi JurnalisIndonesia (AJI). Berdasarkan Undang-undang No. 40 Tahun 1999

tentang Pers yang berlaku saat ini, terdapat satu lembaga khususyang akan mengawasi kinerja profesi wartawan yaitu Dewan Pers2s.

Dewan Pers inilah yang akan mengakomodasikan segala kepentingan

dan permasalahan yang ada pada wartawan dalam menjalankan

tugasnya26.

2s Indonesia, Undang-Undang tentang Pers, UU No. 40, LN No. 166 Tahun

1999, LN No. Pasal 15.26 Berdasarkan ketentuan UU No 40 Tahun 1999 tentang Pers Pasal 15 ayat

(2), Dewan Pers melaksanakan fungsi-fungsi sebagai berikut:a. melindungi kemerdekaan pers dari campur tangan pihak lain;

b. melakukan pengkajian untuk pengembangan kehidupan pers;

c. menetapkan dan mengawasi pelaksanaan Kode Etik Jurnalistik;d. memberikan pertimbangan dan mengupayakan penyelesaian pengaduan

masyarakat atas kasus-kasus yang berhubungan dengan pemberitaanpers;

16

Dokter merupakan salah satu profesi yang tak kalah penting dalam

"kehidupan manusia. Kemampuan dan keahlian seorang dokter!diperoleh melalui suatu proses pemahaman keilmuan dan pengalamanyang tidak dapat dilakukan oleh masyarakat secara umum. Untuk ituseorang dokter terikat pada kode etik kedokteran yang harus ditaati

-dalam melaksanakan tugasnya. Selain kode etik, profesi doktert terintegrasi dalam satu organisasi profesi yang dikenal dengan namaIkatan Dokter Indonesia (IDI). Meskipun belum ada undang-undangyang mengatur perihal profesi dokter, namun kiprah IDI dan kodeetik kedokteran setidaknya telah berhasil menaungi keberadaanseorang dokter dalam melayani masyarakat.

Frofesi lain yang telah cukup lama ada di Indonesia adalah profesiakuntan. Akuntan memberikan jasa pelayanan bidang keuanganberdasarkan ilmu akuntansi. Kemampuan tersebut tidak diperolehsecara instan, namun berdasarkan pemahaman dan pengalaman yangtidak dimiliki oleh masyarakat secara umum. Profesi ini terintegrasidalam sebuah organisasi yang memiliki pengaruh sangat kuat atasanggotanya yaitu Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Salah satu peranpenting IAI dalam menjaga kualitas profesi para anggotanya adalahdengan membuat kode etik dan standar profesional sebagai rujukankerja dalam memberikan pelayanan pada masyarakat.

A.2. Kode Etik Profesi

Salah satu ukuran atas keberadaan sebuah profesiyang membedakandengan pekerja lainnya adalah kode etik yang disusun oleh kalanganprofesional itu sendiri, termasuk kalangan profesi hukum. Kode etikdisusun oleh profesi sebagai acuan dalam bertindak dan berperilaku.

Kode etik profesi dapat dipahami sebagai pernyataan resmiyang memuat, baik unsur-unsur normatif yang harus dijunjungtinggi untuk mempertahankan citra profesi yang

e. mengembangkan komunikasi antara pers, masyarakat, dan pemerintah;f. memfasilitasi organisasi-organisasi pers dalam menyusun peraturan-

peraturan di bidang pers dan meningkatkan kualibs profesi kewartawanan;

S. mendata perusahaan pers.

17

bersangkutan, ma upun pokok-pokok pemikira n yang d iangga p

perlu dan diyakini sebagai komitmen oleh para pengembanprofesi yang bersangkutan dalam mengabdikan profesinya

kepada masyarakat2T.

Kode etik profesi hukum memuat kewajiban dan keharusan untukmenjalankan profesinya secara bertanggung jawab atas hasil dan

dampak dari perbuatannya dan keharusan untuk tidak melanggarhak-hak orang lain28.

Kode etik yang disusun sebagai pedoman normatif bagi sebuah profesi

tentunya tidak dibuat hanya sekadar memenuhi prasyarat belaka.

setidaknya panduan normatif tersebut dapat memberikan manfaat

tidak hanya pada profesi yang bersangkutan, tetapi juga bagimasyarakat secara luas sebagai objek pengabdian. Menurut Robert.

D. Koehn2e, paling tidak terdapat lima manfaat dari keberadaan kode

etik, yaitu:a. Kode etik menjadi tempat perlindungan bagi anggotanya

manakala berhadapan dengan persaingan yang tidak sehatdan tidak jujur, dan dalam mengembangkan profesi yang

sesuai dengan cita-cita dan rasa keadilan masyarakat;b. Kode etik menjamin rasa solidaritas dan kolegialitas antar

anggota untuk saling menghormati;c. Kode etik mengokohkan ikatan persaudaraan diantara para

anggota, terutama bila menghadapi campur tangan pihak

lain;d. Kode etik menuntut anggotanya mesti memiliki kualitas

pengetahuan hukum;e. Kode etik mewajibkan anggotanya mendahulukan pelayanan

kepada masyarakat.

2i Sidharta Pohan Prastowo, Standar Minimum Profesi Hukum: sebuah

rekomendasi untuk penegakan disiptin profesi hukum, makalah disampaikan pada

lokakarya "standar Disiplin Profesi Hukum" di Hotel Menara Peninsula, 18 Juli 2002,

lakarta. hal 2.

28E. Y. Kanter, op.cithal. Lts.,e Ibid.

1B

Sebagaimana dinyatakan oleh Rqbert D. Koehn, manfaat kode etikl baru dapat dirasakan oleh masyarakat ipabila mereka memiliki aksesi pada kode etik profesi tersebut. Mudahnya akses pada kode etiksuatu profesi akan memudahkan masyarakat melakukan kontrol sosial.Sehingga kepercayaan masyarakat pada suatu profesi akan timbul

, dengan sendirinya.

B. PROFESI HUKUM

Selain tiga profesi diatas terdapat profesi di bidang hukum yang juga.sangat berperan bagi kehidupan bermasyarakat. Secara umum

;Siketahui bahwa hukum berfungsi sebagai pedoman yang harusditaati, dengan maksud supaya kehidupan kita diatur sedemikian rupasehingga hak-hak dan kewajiban-kewajiban orang dibagi'sebagaimana mestinya30.

Hukum akan memiliki nilaiapabila mampu memberikan keadilan dankepastian hukum. Upaya memberikan keadilan dan kepastian hukumdilakukan oleh aparat penegak hukum. Namun upaya penegakanhukum itu sendiri harus memiliki batas-batas tertentu sehingga tidakterjadi pelanggaran hak asasi manusia. Oleh karena itu, diperlukanseseorang dengan profesi hukum yang bertugas menjamin penegakanhukum tanpa melanggar hak asasi manusia juga tetap mampumenjaga ketertiban umum.

Profesi hukum yang terkait dalam upaya penegakan hukum antaralain hakim, advokat, jaksa, polisi, dan notaris. Secara umum kelimaprofesi ini memiliki aturan internal yaitu kode etik sebagai selfregulation dalam menjalankan tugasnya.

Para profesionalhukum harus mampu menafsirkan hukum yangberlaku secara tepat dan cermat bagi kehidupan bersama,tanpa mengabaikan etika profesinya. Untuk itu profesionalhukum mesti otonom, dalam arti bebas dan mandiri dalammenjalankan profesi, tanpa ada tekanan dari pihak lain untukmerekayasa proses pencapaian keadilan hukum31.

30 Theo Huijbers, Filsafat Hukum, (Kanisius, Yogyakarta: 1995), hal 46.

3r E.Y Kanter, op.cit. hal. 113.

19

Salah satu ukuran dalam menetapkan sebuah profesi Hakim adalahotonomi profesi. Maksudnya, seorang hakim sebagai profesi harusterlepas dari tekanan pihak lain dan berdiri sendiri. Hal ini telahdijelaskan dalam undang-undang bahwa Hakim harus memilikikebebasan dalam menjalankan tugasnya sesuai dengan ketentuanhukum yang berlaku. Dalam pengambilan keputusan pun, Hakim tidakdapat di intervensi karena keputusan yang diambil hakim terhadapsuatu perkara harus berdasarkan hati nurani dandipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan sertamasyarakat. Hal serupa diterapkan juga pada profesi advokat dan

notaris. Untuk itulah diperlukan kode etik profesi agar tugas yang

berat tersebut berjalan dengan semestinya.

Profesi hakim, advokat, dan notaris memiliki kode etik, organisasiprofesi, sumpah jabatan, serta prasyarat lain yang harus dimiliki oleh

sebuah profesi. Hakim secara organisasitergabung dalam Ikatan Hakim

seluruh Indonesia (IKAHI). Advokat tergabung dalam organisasiyangsaat ini terbagi atas beberapa organisasi profesi antara lain, Ikatanadvokat Indonesia (IKADIN), Asosiasi Advokat Indonesia (AAI), dan

Ikatan Pengacara Hukum Indonesia (IPHI). Sedangkan profesi notaris

tergabung dalam Ikatan Notaris Indonesia (INI).

profesi hukum lainnya adalah polisi dan jaksa. Pemahaman dua profesi

initerbagi atas dua pendapat. Pendapat pertama mengatakan bahwa

kedua profesi inijustru tidak termasuk dalam sebuah profesi, tetapilebih ditekankan pada pelaksanaan tugas. Kedua profesi ini memilikiprasyarat otonom dalam arti bebas, mandiri, dan tanpa tekanan daripihak manapun dalam melaksanakan tugas. Mereka dalammelaksanakan tugasnya diharuskan tunduk pada komando ataupetunjuk dari atasan. Hal inijustru dinilai dapat menghambat proses

keadilan. Jaksa memiliki doktrin bahwa jaksa merupakan satukesatuan yang tidak terpisahkan, namun dalam pelaksanaan tugasnya

seringkali diartikan sebagai sebuah rantai instruksi yang harus ditaatioleh jaksa itu sendiri.32

3' Pendapat tersebut disampaikan oleh Zulkifli, ketua Ikadin sumatera utara.Wawancara dilakukan pada tanggal 23 Agustus 2004. Selain masalah pelaksanaan tugas

dan wewenangnya, perihal honoraria yang diberikan pada sebuah profesi menjadi ukuran

dalam menilai profesi jaksa. Sebagai sebuah profesi seharusnya tidak menerima gaji

bulanan, tetapi didasarkan pada honoraria yang didapatkan karena menjalankan keahlian

20

Pendapat kedua menyatakan bahwa kedua profesi tersebut terutamajaksa merupakan sebuah profesi hukum. Pendapattersebut diperkuat

idengan teori dan beberapa kriteria profesi yang dikumpulkan dari'beberapa sudut pandang seperti yang telah disebutkan sebelumnya.Mayoritas jaksa yang menjadi nara sumber penelitian ini menyatakanbahwa jaksa sebagai sebuah profesi. Demikian pula halnya dengan

I nara sumber lain, diantaranya Prof. Harkristuti Harkrisnowo33 danDR. Gayus Lumbuun3a.

Menurut Prof Harkristuti Harkrisnowo, jaksa merupakan profesi hukumkarena mereka harus melakukan tugas-tugas sesuai dengan tata caratertentu, selain itu harus memiliki pendidikan tertentu dan jugadibayar. Untuk itu perlu ada quality controlatas kualitas kerja jaksa.

"'sedangkan menurut DR. Gayus Lumbuun, jaksa merupakan sebuahprofesi, karena seorang jaksa dibentuk secara keilmuan, memiliki.gelar sarjana hukum. Selain itu jaksa menerima tunjangan profesisebagai honoraria atas tugas yang telah dilakukan.

Berdasarkan kriteria dan teori yang telah dinyatakan sebelumnya,jaksa"sebagai sebuah profesi hukum perlu mendapatkan perhatian.Kualitas dan integritas jaksa saat ini disorot secara tajam olehmasyarakat. Pembahasan mengenai profesi jaksa akan diuraikan pada

bab selanjutnya. Terdapat beberapa hal yang perlu mendapatperhatian sebagai upaya menjaga kualitas dan integritas jaksa, antaraIain proses rekrutmen, pembinaan profesi, dan pengawasan.

yang dimilikinya. Sebagai pengganti kata profesional, digunakan istilah proporsional untukmemberikan peran pada jaksa. Jaksa harus menjalankan fugas sesuai dengan proporsiyang telah ditetapkan Undang-undnag dan kebijakan yang ditetapkan oleh pimpinannya.Meskipun demikian pendapat tersebut masih perlu diperdebatkan kembali. Setidaknyapendapat tersebut baru dikemukakan oleh satu nara sumber.

13 Wawancara dilakukan di Jakarta pada tanggal 9 luli 2004.

34 Wawancara dilakukan di Jakartb pada tanggal 20 Juli 2004.

2t

PROFESI JAKSA DI BEBERAPA NEGARA

*Studi banding yang dilakukan untuk melihat perbedaan profesijaksaini akan menggunakan tiga negara, yaitu: Amerika Serikat, Inggrisdan Belanda. Jaksa di ketiga negara ini memiliki karakteristik yang

berbeda.

A. PROFESI JAKSA DI AMERIKA SERIKAT

'A.1. Pendahuluan

Amerika Serikat menganut sistem federal dalam menjalankanpemerintahannya. Hal ini tercermin melalui pembagian kekuasaaneksekutif di negara bagian dan negara federal. Demikian pulapembentukan departemen kehakiman (Departement of Justice).Depademen initerdiri daridepartemen yang terletak di negara bagiandan negara federal. Pembagian tersebut hanya merupakanpembedaan untuk proses penanganan perkara yang terkait denganpelanggaran peraturan federal atau peraturan negara bagian (state)dan wilayah hukum departemen tersebut.

Departemen Kehakiman Amerika Serikat (uS Departement of Justice)dikepalai oleh seorang Jaksa Agung/Kepala Departemen (US AttorneyGenerall. Fungsi dari departemen ini adalah mewakili warga negara

dalam melakukan penegakan hukum. Melalui ribuan pengacara,penyidi( dan agen, departemen inimemegang peranan utama dalamupaya perlindungan atas kejahatan, subversi, jaminan pengusaha,perlindungan konsumen, serta menegakan hukum anti narkotika,imigrasi, dan naturalisasi.

Departemen initerdiridari40 komponen yang dalam 5 bagian besar,yaitu:3s

3s Komponen departemen yang termasuk kedalam Litigation Offices antara lainadalah:

- Antitrust Division '- Civil Division

23

1) Leadership Offices

2) Management Offices

3) Litigation Divisbns and Offices

4) Legal and PolicY Offices, dan

5) Investigatory and Law Enforcement Offices

Berdasarkan pembagian tersebut terlihat bahwa Amerika Serikat tidakmemiliki lembaga kejaksaan seperti halnya yang diatur di Inggris -

wales - dan Indonesia. Hal inidikarenakan, fungsi utama kejaksaan

yaitu penuntutan terhadap sebuah perkara merupakan bagian kecil

dari keseluruhan fungsi dan wewenang Departemen Kehakiman

Amerika Serikat dan di masing-masing di negara bagian.

Apabila dibandingkan dengan lembaga kejaksaan dilndonesia, maka

bagian yang memilikifungsi dan peranan yang serupa adalah litigationdiiisnns (divisi litigasi). Divisi ini memiliki tugas utama sebagaipengacara negara yang mewakili kepentingan negara dalammelakukan penegakan hukum pidana, perdata, hak asasi warga

negara, pajak, persaingan usaha, lingkungan, dan peraturan sipil

lainnya (civil justice statutes), melalui proses peradilan atau litigasi.

Di Amerika, pada umumnya, pelaksana litigasi utama di lapangan

adalah Pengacara Negara dan Pengacara Negara Bagian.

Amerika serikat mengenal berbagai istilah untuk profesi jaksa. Hal

ini tergantung pada wilayah hukum dimana prosecutorlattorneytersebut bekerja (contoh: county Attorney dan county Prosecutor

untuk wilayah pemerintahan lokal, State Attorney atau stateProsecutor untuk wilayah negara bagian, District Attorney (Pengacara

Distrik)atau tJ.s. Attorney (Pengacara u..5/. Khusus untuk Pengacara

negara yang melakukan fungsi penuntutan dalam perkara pidana

seringkali disebut sebagai prosecutoratau penuntut.

Ciuil Riqh&DivisionCriminal DivisionEnvironment and Natural Resources DivisionTax Auisionunitd states Attomew'offices (including Executive office for u.5. Attorneys

24

Seluruh pengacara-pengacara yang tersebar di berbagai distrik dan

6wilayah di Amerika Serikat dikoordinasi oleh Executive Office foriUnited States Attorneys (EOUSA). EOUSA berada dalam departemenkehakiman dan dibawah pengawasan Afforney General. EOUSAberfungsi sebagai penghubung antara kebutuhan Departemen

,Kehakiman di Washington D.C. dan Pengacara-pengacara di negara

'bagian (United States Attorneys). Salah satu misi dari EOUSA adalahmenyediakan kebutuhan kantor United States Afforneys (USAO) danmengkoordinasikan hubungan antara US Afforneys dengan berbagaikomponen dalam Departemen Kehakiman serta berbagai agen/badanfederal lainnya.

"A.2. ProfesiJaksa

Pada penjelasan mengenai perbandingan antara Amerika Serikat danIndonesia, maka obyek perbandingan yang akan digunakan adalah fungsiuS Attorneys Office yang sesuai dengan fungsi utama dari jaka diIndonesia.

Pengacara atau penasehat hukum secara tegas dimasukkan dalamkategori profesi hukum. Tetapi berdasarkan beberapa literatur, USAttorneys tidak disebutkan secara tegas merupakan salah satu dariprofesi hukum. Prosecutor sendiri sebagai pengacara negara, wajibmemiliki ijin beracara sebelum bekerja sebagai wakil negara dalamperadilan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa prosecutor jugamerupakan salah satu profesi hukum yang sesuai dengan tugas danwewenangnya maka ia melakukan penuntutan dan tugas lain atas namanegara dan masyarakat.

A.2.a. Pegawai Negeri Sipil

Seorang prosecutor merupakan perpanjangan tangan dari negarasecara umum dan masyarakat secara khusus. Sebagaiwakildari negaradalam melakukan penegakan hukum ia bertugas memberikanpelaya na n h u ku m kepada pu b I i k. P rosecuto r atau US Attorney bekerjadi Departemen Kehakiman sehingga secara tidak langsung ia adalahpegawai pemerintah (Government Officials atau GovernmentEmployee).

A.2.b. Jaksa

Sepertiyang sudah diuraikan di bagian awal, seorang penuntut umumdi Amerika Serikat merupakan pelakana proses penuntutan perkarapidana. Di negara-negara yang menganut sistem hukum common lawdijelaskan bahwa seorang penuntut umum adalah pengacara yang

memiliki gelar sarjana hukum dan izin beracara sekaligus. Berbeda halnya

dengan negara yang menganut sistem hukum civillawsepeti Indonesia,prosecutoradalah pegawai negeri sipil yang memiliki gelar sarjana hukum

serta mengikuti pendidikan atau pelatihan tambahan mengenai proses

peradilan.15

Saat ini terdapat 93 orang tJS Attorneyyang tersebar di berbagai distrikdi Amerika Serikat, mereka diangkat dan diberhentikan oleh Presiden

melalui saran dan persetujuan dari Senat Amerika Serikat.3T Setelah

masa jabatannya selesai maka seoran g IJS Attorneymasih menjalankan

tugasnya sampai diangkat seorang pengganti. Dan, mereka yang bekerjadi pemerintahan negara bagian tertentu maupun di pemerintahan federal

dibantu oleh beberapa asisten yang juga pengacara yaitu US AttorneyAssistant

United State Attorney Generalbertugas melakukan pengawasan atas

setiap pelaksanaan litigasi saat pemerintah Amerika atau komponen

eksekutif lainnya menjadi salah satu pihak. Ia juga memberikanpengarahan pada us Attorneysdan para asistennya. Berdasarkan Title

28, Section 507 dari the United States Code, setiap US Attorney, dalam

wilayah hukumnya masing-masing, memiliki tanggung jawab dan

wewenang untuk:o Melakukan penuntutan atas perkara pidana dengan pemerintah

negara federal sebagai salah satu pihaknya;o Melakukan penuntutan dan pembelaan berbagai perkara

perdata, gugatan, dimana pemerintah Amerika Serikat adalah

salah satu pihaknya;38

36 http ://www.worldhistorv.com/wiki/l/orosecutor.htm37 Dikutip dari www.usdoi.orq yang melihat pada 28 U.S.C. Sec. 541

$ Selain itu divisi ini juga memiliki tugas sebagai debt collectoratas piutang

pada pemerintah negara federal yang secara administratif sulit untuk dikembalikan.

26

!t

. Melaksanakan proses pengumpulan piutang pemerintah negarafederal yang tidak dapat diperoleh melaluijalur administratif

Dalam melaksanakan tugas serta kewenangan diskresidalam prosespen u ntuta n, Un ited Sta tes Afforneys mencipta ka n da n mela ksa na ka nkebijakan dari Department of Justice. Kemampuan profesional danobyektifitas dalam menciptakan keadilan secara langsungmempengaruhi persepsi publik atas penegakan hukum federal.

Asisten tJnited States Attorndys diangkat dan diberhentikan olehAttorney General, namun' DpOutf Attorney General-lah yangmelaksanakan tanggung jawab langsung untuk mengambil tindakan

.di bidang kepegawaian serta administrasi umum lain terhadap para.iasisten. Tanggung jawab yang'diemban Deputi ini kemudian

didelegasikan pada Direktur Kantor Eksekutif untuk LtS Attorney(Director of Executive Office for United States Attorneys).

Beberapa tanggung jawab yang diemban antara lain adalah teguran,skors, dan/atau penggantian para asisten. Selain itu, kewenanganuntuk menunjuk seorang asisten dapat didelegasikan pada DirekturKantor Manajemen Personel (Directoq Offbe of Attorney PersonnelManagement).

A.3. Peraturan Perundang-undangan

Seorang US Attorney pada umumnya dan penuntut pada khususnya,melakukan tugas dan wewenang dengan berpedoman pada usAttorneyManualyang dikeluarkan oleh Departemen Kehakiman. Dalam manualini digariskan apa saja yang menjadi tanggung jawab seorang pengacaranegara dalam proses peradilan, termasuk standar etika dan perilakudari seorang penuntut. Sama halnya dengan jaksa di Indonesia makaseorang prosecutorjuga terikat dengan berbagai peraturan mengenaipenanganan perkara di peradilan, khususnya peradilan pidana.

A.4. Kode Etik dan Kode Peritaku

A.4.a. Pengaturan Etika dan Kode Perilaku

Sebagai bagian dari pegawai pemerintahan dalam struktur kekuasaaneksekutif maka pegawai Departemen Kehakiman (termasuk US

27

Attorneys) memiliki kewajiban, kode etik serta kode perilaku yang

secara u*u* diberlakukan pada seluruh pegawai pemerintah. Kode

tersebut memberikan batasan-batasan terhadap tanggung jawab

seorang pegawai pemerintah yang menjalankan tugas pelayanan

publik. Namun secara khusus, pegawai Departemen Kehakiman juga

memiliki kewajiban dan kode etik tertentu dalam hal lingkup

l"*unungunnyi sebagai pegawai dalam lembaga tersebut. Sehingga

Jiprt aiJrmputt<an bahwa seorang pegawai Departemen Kehakiman

merupakan pegawai pemerintah secara umum dan pegawai

departemen secara khusus. Kewenangan dan tugas mereka pun

dibatasioleh peraturan yang disusun secara umum dan khusus sesuai

dengan status-nya sebagai pegawai pemerintah'

Beberapa pengaturan mengenai kode etik dan standar perilaku

tersebut antara lain:

(f) Standar Perilaku Pegawai Pemerintahan (Standardsof Ethical conduct For Employees of The Executive

. Branch)3e

Mengatur beberapa prinsip dasar yang berkaitan dengan:

i. Kewajiban umum seorang pegawai pemerintahan;

2.Laranganyangberkaitandengankonflikkepentingan(conflictof interest);

3. Larangan dan aturan yang berkaitan dengan keuangan

seorang Pegawai Pemerintahan;4. Aturan yang berkaitan dengan hubungan antar pegawal

pemerintahan dan Pihak luar;

5. Aturan mengenai penggunaan fasilitas negara;

6. Aturan mengenai kegiatan diluar kewenangan pegawai

Pemerintahan.

Standarperilakuiniberlakupadasetiapanggotapemerintahansecarakeseluru'han. Namun tidak menutup kemungkinan akan disusun suatu

standar etika dan perilaku khusus dalam departemen atau komponen

iertentu di lingkup pemerintahan. standar khusus akan membahas

28

s http : //www.access.opo.oov/naralcfr/waisidx 02/5cfr380 1 02' html

beberapa batasan yang lebih rinci tetapi tetap harus berpedoman

"pada standar yang bersifat umum.

Pada prinsipnya aturan khusus tidak boleh bertentangan denganaturan umum ataupun mengatur suatu hal yang telah diatur secara

-rinci dalam aturan umum. Karena standar yang disusun oleh masing-tmasing departemen pada dasarnya merupakan aturan yang bersifatlebih teknis dari aturan umum mengenai Standar Perilaku PegawaiPemerintahan. Selain itu, suatu aturan khusus harus disesuaikandengan teknis kerja atau wewenang departemen yang bersangkutan.

(2) Aturan Tambahan Tentang Etika Pegawai Depaftemen, i Kehakiman (Suplement Standards of Ethical Conduct

for Employees Of The Departement of Justice)4o

Khusus untuk para pegawai departemen kehakiman Amerika Serikatyang bukan merupakan uS Attorney maka terdapat aturan tambahanatas standar perilaku Pegawai Pemerintahan (Standards of EthicalConduct For Employees Of The Executive Branch) di atas.

Beberapa ketentuan khusus dalam aturan tambahan adalah:1. Ketentuan umum mengenai subyek didalam aturan tambahan

itu sendiri;2. Peraturan mengenai penggunaan atau pembelian barang-

barang sitaan negara dan asset yang lain;3. Peraturan mengenai penggunaan asset milik pemerintah

untuk kepentingan pribadi para pegawai;4. Peraturan mengenai hubungan pegawaidengan lembaga lain

yang tidak terkait dengan tugas resminya;5. larangan untuk melakukan pekerjaan di luar departemen

seperti: melakukan praktek hukum, kecuali untuk kepentinganpembelaan dirinya sendiri atau keluarganya, serta pekerjaanseperti berbicara dalam forum publik (contoh: seminar),mengajar, dan menjadi penulis. Namun, jika mereka inginmelakukan pekerjaan tersebut maka pegawai yangbersangkutan harus meminta ijin terlebih dahulu berdasarkanDOJ Order 1735.1untuk melewati prosedur tertentu. Ijin akan

40 lbid.

29

diberikan selama tidak bertentangan dengan undang-undangatau peraturan federal.

(3) Standar Perilaku Menurut United States AttorneyManual (USAM Standards of Conduct)

Sebagai profesi yang mengemban tugas menangani proses perkara

di persidangan, maka seorang united States Attorneypada umumnya

dan prosecutor pada khususnya memiliki standar perilaku khusus

dibandingkan pegawai Departemen Kehakiman biasa. Standar khusus

ini juga terkait dengan profesinya sebagai seorang pengacara yang

menangani klien yang khusus yaitu negara dan abstrak yaitumasyarakat. Beberapa ketentuan dalam standar ini serupa denganberbagai peraturan, kode etik dan standar perilaku bagi pegawai

departemen pada umumnya. Memiliki beberapa rincian yang terkaitdengan tugas dan wewenang IJS Attorney. Dalam manual ini, terdapatpula ketentuan yang mengatur standar perilaku untuk para pegawai

lain yang bekefia dalam kantor IJS Attorney. Secara garis besar dapatdisimpulkan bahwa standar perilaku mengatur mengenai:

Peraturan Mengenai Penyusunan Laporan KeuanganUntuk Diumumkan kePada Publik

Ketentuan dalam Peraturan Pemerintah dan amandemen tahunL97B (Government Act of 1978) yang mengatur kewajibanpegawai pemerintah dengan posisi tertentu untuk menyusunlaporan keuangan publik (SF-278). Secara umum, posisitersebutterkait dengan pembuatan kebijakan yang penting dankewenangan diskresi yang dimiliki sehubungan dengan tugas dan

wewenangnya*t. Kewajiban pembuatan laporan keuangantersebut dibebankan kepada para pegawai senior yang akan

menerima gaji sebesar l20o/o dari gaji bersih.

Peraturan mengenai penyusunan Laporan KeuanganInternal (Confidential Financia I Disclosure Reports)

41 Prosecutor dan tlsAttorneylainnya merupakan posisi dengan hak diskresiyang cukup luas misalnya hak untuk mengajukan dan menghentikan perkara, hakmencari alat bukti, menetapkan terdakwa, dsb.

30

Peraturan Pemerintah mengharuskan suatu departemen untukmembuat laporan keuangan internal. Laporan keuangan tersebutdibuat oleh para pegawai pemerintah tertentu yang bukanpegawai senior seperti dalam uraian diatas. Biasanya pegawaiyang diwajibkan menyusun laporan ini memiliki posisikepegawaian yang lebih rendah dan memiliki gaji yang lebihkecil.

Kewajiban penyusunan laporan keuangan juga dibebankan kepadapara pegawai lain dalam berbagai posisi yang telah ditetapkanoleh pimpinan, apabila:

1. Kewajiban dan tanggung jawab pegawai yang bersangkutanmengharuskan mereka untuk berpartisipasi secara pribadimelalui suatu ketetapan atau keputusan untuk melakukantindakan pemerintah berkaitan dengan:. Penyusunan dan prosedur penerimaan kontrak;. Mengurus atau mengawasi pemberian bantuan keuangan

Menyusun suatu peraturan atau melakukan audit atasasset non federal;

, Kegiatan lain dimana keputusan akhir atau tindakan yangdiambil dapat memiliki dampak ekonomi secara !angsungatas kepentingan pihak non-federal.

2. Pelaksanaan kewajiban dan tanggung jawab pegawaidilakukan untuk menghindari kemungkinan keterlibatannyadalam suatu konflik kepentingan dengan berlindung di balikundang-undang, keputusan pemerintah, atau peraturanlainnya saat melaksanankan tugas.

Penyusunan laporan dilakukan pegawai di awa! 30 hari masakerjanya, kemudian dilakukan kembali pada tanggal 31 Oktobersetiap tahunnya. Khusus untuk para pegawai yang waktukerjanya kurang dari 60 hari, tidak diharuskan untuk menyusunlaporan keuangan. Attorney Generaldapat mengajukan gugatanatas tiap pegawai yang tidak memberikan Iaporan keuangansesuai ketentuan, laporan yang tidak sesuai dengan kenyataan,atau pegawai yang tidak melaporkan informasi sesuai denganlaporan. Kesalahan pegawai dalam menyusun laporan keuangandapat dituntut ke pengadilan pidana.

31

Semua pegawai wajib membuat laporan keuangan kecuali bagi

pegawal tingkat rendah yang jabatannya tidak berpengaruh

iurlgrung terhadap konflik kepentingan. Jikapr,rn terjadi, konflik

terie5uitidak merusak integritas pemerintah secara langsung.

Peraturan di atas bertujuan agar tindakan para pegawai

pemerintah tetap sesuai dengan peraturan Federal mengenai

iconflik kepentingan dan berbagai aturan hukum lainnya. Proses

penyerahan laporan keuangan dilakukan secara bertahap sampai

pada Attorney General.

peraturan mengenai Partisipasi Pegawai Dalam Kegiatan

di Luar Oepartemen-Pemutusan Kontrak Kerja danPembayaran Denda (DOJ Employee Participation inOutsiie Activities Termination Agreements/ContingencY Fees)

sepertiyang sudah diuraikan di bagian IV.2. tentang profesijaksa,

maka seora n g ttS Atto rn ey adalah seora ng pengaca ra ya ng tela h

memiliki ijin beracara dan pernah melakukan praktik hukum

pribadi. Wularpun tidak tertutup kemungkinan bahwa mereka

masih memiliki beberapa perkara yang belum sepenuhnya selesai

ditangani ketika memegang jabatan sebagai US Attorney'

Untuk menghindari adanya konflik kepentingan antarakedudukannya terdahulu sebagai uS Attorney dengankedudukannya saat ini sebagai jaksa, maka seorang us Attorney

wajib untuli menghentikan praktik hukum pribadinya serta

menyelesaikan segila sesuatu yang terkait dengan kedudukannya

terdahulu.

Peraturan Umum Tentang Kegiatan Luar Ruang (OutsideActivities GenerallY)

Seorang pegawai pada prinsipnya tidak boleh terlibat dalam

kegiatan'luir termasuk menjadi pegawai pada kantor atau

terinaga lain. Hal ini untuk menghindari kemungkinan timbulnyakonflik- kepentingan dengan jabatannya sebagai pegawai atau

pejabat pemerintahan. Dalam pengaturan ini para pegawai

32

diingatkan untuk berhati-hati melaksanakan tugasnya walaupunkegiatannya di luar pekerjaan tidak dilarang oleh peraturan ini.

Seorang pegawai pemerintahan juga tidak boleh menggunakanjabatannya atau bertindak seolah-olah atas nama departemen/jabatan untuk melakukan kegiatan yang bersifat pribadi atau diluar tugas dan wewenangnya. Selain itu mereka pun dilarangmelakukan kegiatan pribadi di waktu kerja kecuali untuk pekerjaanpro bono (tanpa bayaran), kegiatan sosial, kegiatan organisasikepengacaraan atau memberikan pendidikan hukum (mengajar)tanpa bayaran. Kegiatan tersebut baru dapat dilakukan setelahmengajukan ijin terlebih dahulu sesuai prosedur yang telahditentukan.

Larangan juga diberikan atas penggunaan sarana dan fasilitaskantor untuk kepentingan pribadi. Terkecuali penggunaanperalatan alat tulis menulis seperti komputer, listrik, tinta, kertasdengan jumlah terbatas. Serta diperbolehkan menggunakanfasilitas telepon dan fax untuk hubungan lokal dan terbataspenggunaannya. Sementara itu mereka tetap dilarangmenggunakan bantuan administrasi untuk kepentingan pribadiatau kegiatan di luar kantor pada jam kerja.

Pada dasarnya, seluruh pegawai departemen kehakiman AmerikaSerikat dilarang menggunakan kewenangannya untukmempengaruhi hasil pemilu, menerima bantuan politik tertentu,menggunakan tenaga volunteer demi kepentingan pribadi,menggunakan jabatannya untuk melakukan kegiatanpenggalangan dana, mengajukan diri sebagai calon legislatif daripartai politik tertentu, serta menggunakan atribut yang terkaitdengan aktivitas politik pada waktu kerja.

Selain itu diatur juga mengenai larangan berpartisipasiaKif dalampolitik seperti mengadakan pertemuan resmi partai, menyebarkanatribut politik (khususnya untuk Divisi PidanalCriminal Division,pegawai FBI, dsb). Tetapi mereka tetap diperbolehkan untukmemilih dalam pemilu, memiliki pendapat pribadi atas masalahpolitik tertentu, berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat,kegiatan lingkungan, perburuhan, organisasi profesi, atau

33

t?organisasi lain yang sejenis, juga diperbolehkan memberikan dana

secara pribadi pada partai politik atau organisasi tertentu.

Peraturan Tentang Batasan Kegiatan Pegawai Pemerintah(Government Employment Restrictions)

Dalam Peraturan Pemerintah (GovernmentAd), 1B U.S.C. g 207dan peraturan lain yang dikeluarkan oleh Office of GovernmentEthics (5 C.F.R. Parts 2637 and 264t), terdapat ketentuanmengenai larangan konflik kepentingan saat seorang pegawai

pemerintah melepaskan jabatan atau tidak menjabat lagi.

Peraturan pemerintah ini untuk mencegah para mantan pegawai

pemerintah agar tidak menyalahgunakan kekuasaanya terdahuluuntuk kepentingan pribadi. Bagi mereka yang melakukanpelanggaran maka dapat dikenakan sanksi pidana dan sanksi

disiplin.

Standar Proses Peradilan Pidana: Fungsi Penuntutan danPembelaan (American Bar Association Standards forCriminat Justice: Prosecution Function and DefenseFunction) 42

Standar ini dapat digunakan sebagai pedoman perilakuprofessional bagi prosecutor dalam menentukan validitas suatu

tuntutan. Standar dapat diterapkan sesuai situasi dan kondisi

masing-masing kasus. Berikut ini telah dirangkum beberapaketentuan yang ada dalam standar terkait dengan fungsi dan

wewenang prosecutordalam menangani suatu perkara'

a. Kantor Penuntut UmumlProsecutor mengemban tanggungjawab untuk melakukan tuntutan suatu perkara dalam wilayah

hukumnya.b. Prosecutoradalah seorang pelaksana administrasi peradilan,

seorang advokat dan petugas pengadilan; prosecutorwajibmelaksanakan diskresi yang sesuai/proporsional dalammelaksanakan fungsi dan wewenangnya.

34

42 http://www.abanet.orq/crimjust/standards/ofunc toc.html

d.

Tugas dari seorang prosecutoradalah untuk mencari keadilandan bukan hanya terbatas mengajukan tuntutan.Fungsi penting lain dari seorang prosecutor adalah untukmereformasi dan meningkatkan administrasi peradilan(administration of justice). Apabila seorang prosecutormenemukan ketidakadilan dalam proses peradilan, ia harusmemberikan upaya rehabilitasi.Prosecutor bertanggung jawab untuk mengetahui danmematuhi standar perilaku profesi sesuai dengan kebiasaandan tradisi profesi, kode etik, serta aturan hukum yang berlakudalam wilayah kerjanya.Prosecutor dalam melakanakan kewenangannya harusmenghindari segala kemungkinan timbulnya konflikkepentingan.Prosecutor tidak boleh menjadi pembela bagi seorangterdakwa dalam proses persidangan perkara pidana diwilayahkerjanya.Prosecutortidak boleh mengeluarkan opini di luar ketentuanhukum yang dapat mempengaruhijalannya proses peradilanpidana serta harus menjaga agar para pegawai yang terkaitmelakukan hal yang sama.Setiap prosecutor wajib menindaklanjuti tiap individu dalamlingkup kantornya, jika ia diduga berniat melakukan, telahmelakukan dan/atau terlibat dalam melakukan suatupenyimpangan atas ketentuan hukum dan/atau peraturaninternal kantor. Proses dilakukan berdasarkan kEtentuan dankebijakan kantoi' yang bersangkutan, atau setidak-tidaknya,jika kebijakan tersebut tidak ada maka harus dilaporkan padaatasan dari prosecutoryang bersangkutan.Tuntutan dilakukan oleh seorang pengacara negara atau USAttorney yang terikat pada standar perilaku dan disiplinprofesional.Prosecutor ha rus mencipta ka n h ubu ngan koordinatif denga npenegak hukum yang lain.Tuntutan harus dilakukan dengan menggunakan keahlian yangprofessional dengan tujuan untuk menciptakan pelayananyang menyeluruh dalam setiap tahapan penuntutan.Kompensasi yang sesuai harus diberikan kepada paraprosecutor diikuti dengan peningkatan tanggung jawab

9.

h.

t.

t.

1.

k.

35

mereka untuk meningkatkan professionalisme dan mendorongpengacara yang berkualitas untuk menjadi prosecutor.

Prosecuto rharus menda pat a ngga ra n u ntu k men u nju k asisten

khusus/ahli dalam perkara tertentu.Setiap kantor prosecutor ha rus menci pta ka n kebija ka n um u m

untui dijadikan pedoman penuntutan dan prosedur internal

lembagadalam rangka menciptakan peradilan dan penegakan

hukum pidana yang adil, efisien, dan efektif.Perlu dilakukan program pelatihan internal dalam kantorprosecutorbagi pegawai baru dan peningkatan pendidikan'bagipara

staf. Pendidikan lanjutan juga perlu diciptakan bagi

para prosecutor.Prosecutor harus menangani proses perkara yang cepat dan

efektif.Sebagaisalah satu petugas pengadilan ia harus menghormatipersidangan dan terikat pada standar-standar/kodeprofesionalisme saat berh u bunga n denga n ha ki m, penasehat

irukum, saksi, terdakwa, juri, dan pihak lain dalampersidangan.Prosecutordilarang untuk mengajukan bukti dan fakta yang

salah ke hadapan Persidangan.Proses interogasi atas para saksi harus diakukan dengan adil,

obyektif, tanpa mempermalukan, menekan saksi yang

bersangkutan.Prosecito r di la rang u ntu k me ngel ua rka n opi n i kepada pu bl ik

yang bersifat kritikan atas suatu putusan baik yang

dikeluarkan oleh hakim maupun juri.

A.4.b. Standar Minimum Profesi Prosecutor

1. Rekruitrhen

Proses rekruitmen di Departemen Kehakiman dilakukan secara

desentralisasi artinya setiap divisi atau komponen dalam Departemen

Kehakiman dapat mengajukan persyaratan penerimaan pegawai dan

dipilih sesuaidengan kebutuhan masing-masing divisi. secara umum,

sumber daya minusia yang bekerja di Departemen Kehakiman

Amerika serikat memiliki latar belakang pendidikan hukum atau

36

o.

q.

r.

5,

t.

setidak-tidaknya memiliki pengalaman di bidang hukum. Walaupun

" begitu, tidaktertutup kemungkinan bagi mereka yang tidak memiliki

I latar belakang pendidikan hukum ataupun pengalaman di bidanghukum untuk bekerja di Departemen Kehakiman.

, Sementara itu, proses penerimaan pegawai di kantor US Afforneyi lebih bervariasi latar belakang pendidikannya. Mereka menerima

pegawai dengan latar belakang pendidikan hukum dan non hukum,bidang administrasi, dan bidang teknik. Bagi mereka yang memilikilatar belakang pendidikan hukum akan menempati posisi sebagaiasisten US Attorney. Sedangkan US Attorney itu sendiri dipilih

.berdasarkan pertimbangan senat dan diangkatoleh Attorney General.

"'Posisi pekerjaan dengan latar belakang pendidikan hukum, antaralain:'. 1. Mahasiswa Hukum.

2. Pengacara (Attorney).3. Pengacara yang telah memiliki pengalaman (experienced

lawyer).

berdasarkan tiga kriteria pelamar tersebutlah mekanisme rekruitmendilakukan. Pelamar dapat mengajukan lamaran secara langsungkepada salah satu divisi dari 40 divisi yang ada di DepartemenKehakiman. Proses penerimaan sepenuhnya menjadi tanggung jawabmasing-masing divisi dan diawasi oleh Assistant Attorney Generalfor Administration pada Justice Management Division. Divisi inilahyang akan menyusun kebijakan atas manajemen personalia dalamdepartemen di bawah kewenangan Attorney General.

Posisi:Mahasiswa yang bekerja di Departemen Kehakiman pada umumyadan US Attorney Office pada khususnya harus melalui prosespenerimaan pegawai yang disebut Legal Intern Program. Ada jugapegawai magang yang bekerja secara cuma-cuma sebagai volunteeratau sukarelawan. Beberapa program yang dilakukan olehdepartemen ini adalah the Volunteer Summer Legallntern Positionsatau Volunteer/Work-Study/Part-Time Legal Intern Positions.Beberapa posisi kerja ditempatkan di Washington, D.C. Program ini

37

juga tersedia di 94 kantor us Afforney dan di 52 Pengadilan Imigrasi

serta Kantor Ekekutif ReviewTmigrasi; dan di beberapa kantor lapangan

lainnya.

Jenis fnArnship (magang) yang ditawarkan dalam Legalfntern Program adalah:

VolunteenDepartemen Kehakiman menerima kurang lebih 1900 volunteeriniernal setiap tahunnya. Mahasiswa hukum bekerja sebagaisukarelawanlvolunteers pada tahun ajaran atau di musim panas.posisi ini sangat dicari karena tanggung jawab dan pengalaman yang

ditawarkan.

Kutiah Kerja/ Work-StudYBeberapa organisasi dalam departemen juga menawarkan posisi non

gaji sebagai bagian dari sKS atau Program Kuliah Kerja yang diadakan

oteh sekotah hukum tertentu. Mahasiswa yang tertarik dapatlangsung mendaftar di sekolahnya masing-masing asalkan telahmemenuhi persyaratan yang diajukan untuk posisi yangbersangkutan.

Part-time:Khusus untuk jenis internship ini maka peserta menerima bayaran

untuk posisi part-time yang tersedia dalam departemen (maximum

20 jam kerja per minggunYa).

Persyaratan:Mahasiswa hukum tahun pertama (semester kedua), mahasiswa

tahun kedua, dan tahun ketiga berhak untuk mengajukan diri'Mahasiwa tahun pertama dapat mengajukan lamaran untuk posisi

legal intern setelah tanggal 1 Desember (penentuan waktu ini

disesuaikan dengan pedoman nasional mengenai penempatanpekerja hukum yang melarang adanya hubungan antara pihak

mahasiswa dengan pihak yang akan mempekerjakannya sebelum

waktu yang ditentukan). Mahasiswa hukum dapat bekerja sebagai

volunteerdan paft-timedi suatu departemen hanya pada saat mereka

masih berada di bangku kuliah hukum. Setelah kelulusan mereka

tidak berhak lagi untuk mengajukan diri pada posisi volunteer.

3B

(Namun khusus untuk mahasiswa 52 yang tidak melakukan praktek

6hukum dapat mengajukan lamaran untuk magang I legal internships).

b. Pengaca ra (Attorneys)

*Posisi:

Setidak-tidaknya terdapat 50o/o dari 600 pengacara berpengalamanbekerja di Departemen Kehakiman yang secara spesifik tergabungdalam 94 kantor U.S. Afforney. Sisanya bekerja di organisasi ataukomponen lain dalam departemen yang membutuhkan cukup banyakpegawai, seperti:.. , Antitrust Division

, Civil Division, Civil Rights Division, Criminal Division. Environment and Natural Resources

Division, Tax Division, Federal Bureau of Prisons. Executive Office for Immigration Review. United States Trustees'Offices

Persyaratan:Seorang pengacara yang merupakan anggota aktif dari wilayahmanapun dan telah memiliki setidak-tidaknya 1 tahun pengalamanpost-Jurist Doctor. Secara umum Departemen yang berfungsi sebagai"litigator nasional" ini mencari pengacara yang cukup berpengalamandi bidang litigasi. Namun, terdapat beberapa posisi untuk pengacara

dengan latar belakang yang berbeda seperti mengkaji peraturan,penyusunan kebijakan, dan penyuluhan hukum. Pada dasarnya masing-masing organisasi atau komponen dalam departemen memilikikebutuhan berbeda sesuai dengan fungsi dan kemampuan praktek yang

dibutuhkan.

c. Proses Pengajuan

Departemen Kehakiman mengeluarkan sebuah buku saku tentangprogram Sukarelawan/Kulia h Keqal Pa rt time (lolunteer/Work-Study/

39

Part-Time Legal Intern Positions) setiap tahunnya di musim panas.

Buku tersebut menyediakan informasitentang kesempatan kerja yang

tersedia setiap tahun khususnya di wilayah Washington D.C.

Departemen juga mengeluarkan buku saku berjudul VolunteerSummer Legal Intern Positions, yang dikeluarkan setiap bulan Januari

dan menyediakan informasi tentang cara mengikuti program tersebut.Kesempatan kerja lainnya juga tersedia di kantor U.S. AXorneyataubagian lain dalam Departemen Kehakiman sesuaidengan kebutuhan

dari masing-masing organisasi itu sendiri'

Selain itu, setiap tahun Departemen Kehakiman juga mengikutiberbagai konferensidan pameran kerja sehingga para calon pegawai

yang lertarik dapat menghubungi wakil dari departemen dan

memperoleh informasi mengenai proses rekruitmen dan pelamaran

dengan jelas.

Mengingat sistem perekrutan yang ter-desentralisasi sesuai masing-

masing organisasi dalam departemen, maka tiap organisasimelakukan rekruitmen pengacara yang berpengalaman secara

independen. Kandidat atau calon pegawai dapat mengajukan lamaran

sesuai dengan pengumuman lowongan yang diiklankan dalam website

d epa rte m e n y aitu h ttp : // w ww. u s doi. g o u/oa rm/a ttva ca n c i es. h tm l'

Namun tidak tertutup kemungkinan bagi mereka yang tertarik dan

memenuhi syarat dapat mengajukan lamaran kepada bagian yang

bersangkutan dengan mengirimkan riwayat hidup (cuffbullum vitae).

Dalam situs Departemen Kehakiman atau Departement of lustice(DOJ) juga disebutkan siapa saja yang dapat dihubungi untuk setiap

bag ian di depa rtemen tersebut mela I u i h ttp ://www. usdoj. gou/oa rm/a rm/a r/a rco n ta ct. h tm.

Khusus untuk beberapa bagian yang memiliki lingkup kerja terbatas

dengan kebutuhan pegawaiyang sedikit, maka pembukaan lowongan

baru dilakukan melalui pengumuman biasa tanpa disertai orangpenghubung.

d. Proses Penerimaan Lamaran

Untuk menciptakan lingkungan kerja yang bebas obat-obatanterlarang, calon pegawai yang terpilih harus melewatites obat-obatan

40

terlarang sebelum proses wawancara. Lebih lanjut pegawai harus

+mampu melewati pengecekan latar belakang atau riwayat hidup yangI dilakukan FBI.

Proses pengecekan dan investigasi yang dilakukan FBI mencakup

, pemeriksaan referensi yang diberikan dan pemeriksaan kolega kerja;

'mantan suami/istri; atasan dan teman kerja; tetangga serta pemilikrumah (jika rumah yang ditempati berstatus kontrak); institusipendidikan resmi yang diikuti; dokumen pengadilan dan keuangan;dokumen militer dan kepolisian.

Office of Attorney Recruitment and Management (OARM) berwenangluntuk menentukan diterima atau tidaknya pelamar. OARM juga

"melakukan pengecekan pembayaran pajak penghasilan, laporankredit, dan sertifikasi keanggotaan aktif dalam bar association (khusus'untuk afforney). Sedangkan, khusus untuk pelamar yang berkeinginanbekerja di FBI calon harus menyertakan hasil eksaminasi polygraph(detektor kebohongan) sebelum melaksanakan tugasnya.

Secara umum permasalahan yang biasanya sering terungkap adalahpenggunaan obat-obatan terlarang; kesalahan dalam pembayaranpajak; dan penyimpangan dalam melaksanakan kewajiban keuangan.Setelah calon pegawai menerima posisi yang diberikan olehDepartemen, OARM akbn memberikan solusiatau saran atas beberapapermasalahan dalam proses penerimaan tersebut.

Posisi kerja dalam Executive Offtce for Immigration Review (EOIR),IJ.S. Afforneys' Offices, dan FBI hanya terbatas untuk warganegaraAmerika Serikat. Warga negara asing dapat mengajukan lamaranpada organisasi atau komponen lain dalam Departemen (kecualiditentukan dalam pengumuman lowongan), namun jumlah pelamaryang diterima sangat jarang, kecuali memang sangat dibutuhkanuntuk melaksanakan misi dari Departemen dengan persyaratan yangsangat tegas.

2. Pendidikan dan Pelatihan

Mengingat sistem hukum common lawyang dianut Amerika Serikat,maka seorang penuntut umum tidak memerlukan pendidikan dan

41

rtpelatihan awal di masa jabatannya karena seorang penuntut pada

prinsipnya adalah pengacara yang telah memiliki gelar sarjana hukum

dan izin beracara sekaligus. Hal iniberbeda dengan negara Indonesiayang menganut sistem hukum civil law. Di Indonesia, seorangpenuntut umum cukup memiliki gelar sarjana hukum saja yang

dilanjutkan dengan pendidikan atau pelatihan tambahan mengenaiprosLs peradilan, tanpa adanya kewajiban untuk memiliki ijinberacara. Dalam proses beracara kemudian ia dianggap telah memiliki'rjin untuk beracara berdasarkan kewenangan yang dimilikinya sebagai

penuntut umum negara.

3. Magang I Legal fnturnshiP

Untuk menjadi Lls Attorney atau penuntut umum, maka seseorang

dapat maging di kantor penuntut umum atau di kantor hukum lainnya

sebelum mereka memiliki ijin beracara.

+. Pembinaan profesi

a. Promosi

seorang pengacara biasanya mendapatkan kesempatan promosi dari

tevetltiigka{ CS ltevetGS 11) dimana mereka mulai bekerja di

departemen ke level di atasnya sampai pada level. tertinggibeidasarkan jangka waktu minimum atau masa kerja yang ditentukan.

Pada umumnya ketentuan promosi antara lain meliputi:

b. Jenjang kepangkatan atau grade leveldanjangka waktupromosi

Ada beberapa jenjang kepangkatan yang harus dilewati seseorang

sebelum memperoleh promosi. Masing-masing jenjang memilikijangka waktu yang berbeda-beda. Misalnya, jenjang GS-11 sampai-cs-rz

serta GS-12 sampaiGs-13 adalah 6 bulan (apabila dipekerjakanpada level GS-12: jika kurang dari level itu maka jangka waktu

tunggunya menjadi 1 tahun), GS-13 sampai GS-14 adalah 1 tahun

GS-14 sampai GS-15 (dengan penghargaan kerja) juga 1 tahun, selain

itu 18 bulan.

42

Seorang attorney yang memulai masa kerjanya dalam departemenpada level GS-12, misalnya dapat mencapai level GS-15 hanya dalami,vaktu 2,5 tahun. Sedangkan untuk Assistant dari United StatesAttorneys setia p ta hun nya dila kukan peni nja uan atas gaji tahu na n nya

.yang kemudian dapat berlanjut dengan adanya kenaikan gaji dasar,sesuai dengan kinerja, gaji saat itu dan tingkat gaji, serta masa kerjaUan pengalaman dari attorney itu sendiri.

c. Pelatihan

Masa kerja seorang pengacara di Departemen Kehakiman khususnyaUS Attorney Office atau kantor penuntutan umum di tingkat lokal,berhak untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan yang berkaitandengan tugasnya. Pendidikan ini dilakukan secara khusus oleh TheNa tion a I Advoca cy Cen ter (NA C) yang meru pa ka n ba g ia n kh u sus pada

Qepartment of Justice, Executive Office for United States Attorneys.Bagian ini melakukan tugasnya untuk melatih para pengacara negaradan penuntut umum baik ditingkat federal,.negara bagian, maupunditingkat lokal. Pelatihan yang diberikan diantaranya adalah mengenaikeahlian advokasi dan manajemen peradilan.

Lebih dari 10,000 peserta diperkirakan ikut berpartisipasi setiaptahunnya. Organisasi yang ikut serta memberikan pelatihan antaralain adalah Kantor Pendidikan Hukum Executive Offrce for U.S.Attorneys, dan oleh Natbnal Bankruptcy Training Institute of theExecutive Office for U.S. Trustees5 (untuk pelatihan atas pegawaipemerintahan). Sedangkan untuk Program khusus bagi para penuntutumum atau prosecutor disediakan oleh Asosiasi Nasional DistrictAttorneys.

1. Penegakan Disiplin Profesi

Penegakan disiplin profesi dalam hal ini dilakukan oleh lebih darisatu lembaga, baik di dalam struktur departemen kehakiman, maupunlembaga lain yang berada dalam struktur kekuasaan eksekutif. Halini mengingat seorang US Attorney atau prosecutor memilikikedudukan yang berbeda dalam fungsi dan wewenangnya. Sepertiyang telah diuraikan dalam bagian awal tulisan ini, maka seorangpengacara negara pada umumnya dan penuntut umum pada

43

khususnya berkedudukan sebagai pegawai pemerintahan(i o, ie rn i

" n t e m p lo yee/office ), pegawa i da ri d e pa rte m en- ke ha ki m a n

i"an juga adalah seorang attorneyyang merupakan profesi.hukum'

il"dk . profesidilaku-kan sesuai dengan standar perilaku dan etika

yung-adu sesuai dengan kedudukan yang diemban oleh tJS Attorneyl

Penuntut umum Yang bersangkutan.

Beberapa lembaga yang melakukan penegakan disiplin profesi

diantaranya adalah:1) Office of Government Ethics

officeofGovernmentEthicsadalahpenyusunkebijakanSecaraumumuntukstandaretikadanperilakudiseluruhdepartemen.Selanjutnya masing-masing departemen, misalnya departemen

kehakiman, rn"nylrsrn ketentuan khusus berpedoman dari

kebilakan yang disusun oleh office of Government Ethics. Di dalam

stru-kturmasing-masingdepartemenselanjutnyaterdapatDeputyDesignated lgency Ethics Officiat (DDAEO) yang merupakan

bagiSn khusuidalam struktur departemen yang khusus mengani

feiegat<an profesi dan etika tersebut. Khusus untuk kantor united

states Attorneys dan kantor eksekutif United States Attorneys

iiousnl, maki bagian yang melakukan penegakan atas pegawai

iermaruli para axineydan penuntut umum adalah Legal counsel

EOUSA.

2) Office of Professional Responsibility (OPR) .

Kantor ini melakukan penegakan dan pengawasan atas dugaan

khususadanyatindakanpenyimpanganperilakuyangdilakukanolehafforneydalammenjalankanprofesinyayaitumelaksanakanfungsi dan wewenang untuk melalukan investigasi, penuntutan'

beracaraataumemberikanpendapathukum.Masing-masingkomponen atau bagian dalam departemen kehakiman memiliki

kantor khusus, misilnya Federal Bureau of Investigation (FBI)

dan Drug Enforcement Administration (DEA)'

Proseduryangdilakukandalamkantoriniantaralainadalah:a)PeninjauanAwal(PreliminaryReview).Saatditerimanya-

adanyi dugaan atau tuduhan terhadap penyimpangan atau

pelanggaran dalam yurisdiksi kantor yang bersangkutan'

maka OPR kemudian melakukan peninjauan awal'

44

Selanjutnya, OPR melakukan investigasi terhadap dugaantersebut jika rnemang berdasarkan hasil review hal tersebutdibutuhkan.

b) Peninjauan atas temuan hakim (Review of JudicialFindings). Apabila seorang hakim menemukanpenyimpangan yang dilakukan oleh pegawai Departemen danmengajukan permohonan pemeriksaan atas pegawai yangbersangkutan, maka OPR harus melakukan pemeriksaansecepatnya tanpa harus menunggu adanya upaya hukum daripihak yang dirugikan.

c) Pemberitahuan atas Kesimpulan PemeriksaanlInvestigasi (Notification at Conclusion offnvestigation). Setelah pemeriksaan terhadap dugaanselesai dilakukan maka OPR secepatnya memberitahupegawai yang diduga melakukan penyimpangan, atasanlangsung dari pegawai tersebut serta hasil dari pengaduan.

d) Pengaduan dengan Niat Buruk (Bad Faith Complaints).Apabila OPR menentukan bahwa pengaduan ataspenyimpangan yang dilakukan oleh seorang attorney diajukandengan niat buruk dan kelalaian maka yang bersangkutan(pengadu) akan diajukan pada report pejabat yangberwenang untuk ditindaklanjuti,

e) Former Employees, OPR harus mendapatkan persetujuandari Deputy Attorney General sebelum melakukanpemeriksaan atau investigasi atau menghentikan suatuinvestigasi terhadap pegawai yang telah keluar daridepartemen. Keputusan ini tergantung dari kondisi masing-masing kasus (kasuistis).

O Laporan Publik atas Temuan OPR (Public Disclosureof OPR Findings). OPR dapat menentukan apakah akanmempublikasikan ringkasan dari salah satu Iaporannya sesuaidengan memorandum dari OPR kepada Deputy AttorneyGeneraltanggal 13 December 1993.

Inspectorat General Department of lusticeInspectorat Generalmelakukan penegakan hukum pidana danperdata, peraturan lain yang terkait serta standar etika dalamlingkup departemen dengan melakukan investigasi atas individuatau organisasi teftentu yang diduga terlibat dalam penyimpangan

1)

45

keuangan, kontrak atau tindakan kriminal dalam program danpelaksanaan tugas departemen.

inspektorat ini terdiri dari beberapa divisi, diantaranya adalah:a) Divisi Audit, bertugas menyusun laporan, memeriksa laporan

keuangan dan melakukan audit pada suatu organisasi,program dan fungsi dalam Departemen.

b) Divisi Investigasi, bertugas melakukan invstigasi adanyapelanggaran, penipuan, dan penyalahgunaan atas aturanhukum yang mengatur pegawai DOJ, operations, para donaturdan kontraktor. Investigasi dilakukan oleh agen khusus yangmenyusun hasil investigasinya dalam rangka penuntutan dangugatan perdata maupun administrasi terhadap para pelaku.

c) Divisi Evaluasi dan Pemeriksaan yang membantuInspector General pada evaluasi pelaksanaan suatu programatau kegiatan departemen. Hasil analisis dari divisi ini beruparekomendasi bagi para pengambil kebijakan untukmemperbaiki, mengefektifkan kinerja, dan mengurangi

" peraturan yang tidak efektif.

d) Kantor Oversight and Review (O&R), melakukan investigasidugaan atau tuduhan yang terkait dengan pegawaidepartemen, seringkali dilakukan atas dasar masukan dariAfforney General, manajer senior Departemen, atau Kongres.

e) Divisi Manajemen dan Perencanaan, yang memberikansaran atas kebijakan administrasi dan keuangan kepadaInspector Generalserta membantu komponen lain dalam OIGdengan menyediakan bantuan di bidang perencanaan,anggaran, keuangan, personil, pelatihan, komunikasi,komputer dan sarana penunjang lainnya.

B. PROFESI ]AKSA DI INGGRIS

B.1. Perkembangan Lembaga Kejaksaan di Inggris

Sebelum adanya Prosecution of Offences Act 1879, tidak ada jaksapenuntut yang menuntut kasus-kasus pidana ke pengadilan.Masyarakat harus menemukan pengacara atau menuntut kasus

46

mereka sendiri ke pengadilan. Setelah kepolisian didirikan pada tahun

*829, tugas polisitidak hanya menyidik suatu kasus saja, tetapijugainenuntut kasus tersebut ke pengadilan.

Pada tahun 1880, The Home Secretary menetapkan SirJohn Maulesebagai Director of Public Prosecution (DPP) yang pertama sebagaibagian dari The Home Office. DPP pada saat itu hanya menanganisejumlah kecil kasus-kasus yang sulit atau penting. Ketika DPP

mengambil keputusan untuk menuntut suatu kasus ke pengadilan,maka penanganan kasus tersebut diambil alih oleh Treasury Solicitor.Kepolisian sendiri tetap memiliki tanggung jawab melakukanpenuntutan sampai tahun 1986.

Sedangkan Prosecution of Offences Act L}OB memisahkan perananTyeasury Solicitor dan DPP. Pada tahun 1962 Komisi PengawasKerajaan untuk Kepolisian menyatakan bahwa penggunaan petugaspolisi yang sama untuk menyidik dan menuntut suatu kasus sudahtidak dapatdigunakan lagi. Mereka merekomendasikan bahwa semuakepolisian perlu memiliki departemen penuntut umum sendiri( p rosecuting 5o lt?ito rb depa rtm e n t). Lalu, be bera pa ka ntor kepo I isa n

mendirikan departemen Solicitorsendiri, sedangkan yang lain tetapmenggunakan firma Solicitorlokal untuk meminta saran dan nasehatdalam penuntutan yang tidak mengikat kepolisian.

Pada tahun L9B3 The Home Office mempublikasikan "White PaperAn Independent Prosecution 5eruice for England and Wales" yangmenyebutkan bahwa Pemerintah menciptakan suatu sistem pelayanannasional yang menonjolkan karakterisitik dan ciri masing-masingdaerah termasuk mayoritas bentuk kasus yang ditangani untukmencegah penundaan keputusan.

7-he Prosecution of Offences /cf tahun 1985 merupakan dasarpembentukan Crown Prosecutor Seruice (CPS). Peraturan tersebutjuga menyatakan bahwa CPS dikepalai oleh Director of PublicProsecutor (DPP) yang menyatukan Departement of the Director ofPublic Prosecutor dan Departemen penuntutan di kepolisian yangada saat itu. CPS kemudian mulai beroperasi pada tahun 1986.Kemudian diadakan perbaikan-perbaikan berdasarkan laporanpeninjauan ulang CPS (review of the CPS) yang dibuat oleh Sir Iain

47

Glidewella3. Pada bulan April 1999 CPS diubah dari 14 kantor cabang

menjadi 42 kantor cabang. Berdasarkan laporan Glidewell dibentuklah

suafu labatan yang disebut Chief Executive. Jabatan ini berada di

bawah DPP yang bertanggungjawab dalam bidang administrasi agar

DPP dapat tetap berkonsentrasi terha(ap bidang hukum.

8.2. Visi, Misi, Fungsi, Tugas dan Wewenang CrownProsecutor Servicda

8.2.a. VISI

visi cPS,adalah menciptakan lembaga yang berwenang untukmelakukan penuntutan, memberikan pelayanan sebaik mungkin

kepada masyarakat, menjadi organisasi profesional yang menghargai

semua lapisan masyarakat, menerapkan standar kerja yang tinggi,

memberikan kepercayaan masyarakat terhadap hukum, serta bekerja

sama dengan semua elemen dari sistem peradilan pidana'

CiS memegang peran utama dalam membantu pemerintah untuk

melaksanakan sistem peradilan pidana, antara lain mengurangi

kejahatan dan ketakutan yang ditimbulkan karenanya sertamemastikan agar keadilan ditegakkan sebaik-baiknya'

B.2.b. Misi

Misi cPS adalah mendukung pelaksanaan penegakan hukum yaitu

menguiangi kejahatan, mengurangi rasa takut masyarakat terhadap

kejahatan, serti biaya sosialdan ekonomiyang ditimbulkannya. Untuk

meneEakkan hukum secara adildan efisien serta untuk meningkatkan

kepqr[ayaan masyarakat terhadap hukum, maka CPS diharapkan

untuk:1. Memberikan pelayanan penpntutan berkualitas tinggi yang

membawa para pelanggar kepengadilan;

a3 htto ://www.cps.qov.uk/abouVhistorv'html

+Diperoleh dari situs Crown Pro*cutorSeruie; www.cos.ooy.uk/leoal/sectionl/

chaoter a.html

48

2. Membantu mengurangi baik kejahatan dan rasa takutterhadap kejahatan serta karenanya meningkatkankepercayaan masyarakat terhadap hukum yang berlakudengan melakukan pemeriksaan kasus yang konsisten, adildan independen, melalui presentasi yang adil, menyeluruhdan benar pada tiap-tiap persidangan.

B.2.c. Fungsi

Crown Prosecutor Service(CPS) merupakan lembaga pemerintah yangbertanggungjawab melakukan tuntutan dan memegang kekuasaanpenuntutan tertinggi di Inggris dan Wales. CPS merupakan lembagalndependen yang bekerja sama dengan polisi yang terbentuk dengan.adanya

Prosecution of Offences Act 1985,CPS bertanggung jawab untuk :

. memberi saran kepada polisi tentang kemungkinandiadakannya penuntutan atas suatu kasus;

. meninjau ulang kasus-kasus yang dilimpahkan oleh polisi;

. menyiapkan kasus untuk disidangkan;r mempresentasikan suatu kasus di pengadilan

CPS berperan melakukan penuntutan kasus secara benar, adil, danefektif apabila ditemukan cukup bukti dan terdapat kepentingan publikuntuk dilakukan penuntutan.

8.2.d. Tugas dan Wewenang

The Prosecution of Offences Act 1985 memberikan tugas bagi CPS

berdasarkan undang-undang dan memberikan wewenang diskresikepada Director of Public Prosecutor (DPP) sebagai kepala CPS.Tugas CPS menurut The Prosecution of Offences Act 1985meliputi:

' Menerima pelimpahan berkas dari kepolisian kecualipelanggaran tertentu (;

. Menindak lanjuti pelimpahan tersebut;

. Mengambil alih pelaksanaan darisemua tindakan hukum atasnama kepolisian;

' Mengambil alih tindakan hukuman (Bagian 3 UU Pornografi19s9);

49

. Memberi nasihat kepada kepolisian mengenai pelanggaranpidana;

. Hadir dalam persidangan yang berhubungan denganpenuntutan perkara Pidana;r Membuat laporan tahunan kepada Jaksa Agung.

Tugas-Tugas yang timbul karena UU Lain:. Memproses kasus yang berkaitan dengan The lustice and

the Peace Act 1361. Mengeluarkan "equality statement" berdasarkan The Race

Relations (Amendment) Act 2000. Tugas yang timbul berdasarkan The obscene Publications Ad

1959Wewenang menurut The Prosecution of Offences Act 1985 dan

undang-undang Iain meliPuti:. Penugasan tata cara penanganan kejahatan;. Mengambil alih penanganan kejahatan;. Memperoleh dokumen dari pengadilan magrstrates;. Untuk menunjuk pegawai CPS yang bukan penuntut umum

untuk melakukan permohonan jaminan;r Untuk menghentikan kasus pidana dari pengadilan;. Untuk menyetujui dimulainya penyidikan (dalam pelanggaran

tertentu) sesuai dengan undang:undang;. Untuk memperoleh akses terhadap rekaman atau dokumen

rahasia berkaitan dengan pelanggaran ( Companies Act 1985Land Registration Act 1925)

. Untuk membuat angket/hak bertanya terhadap pelanggaran

Pemilu (representasi dari People Act 19BJ). Untuk meminta penundaan penyidikan (Coroner's

(Amandement) Act 192q

semua kewenangan diatas merupakan kewenangan diskresi sehingga

tidak perlu dilakukan dalam semua kasus. Penggunaan wewenang

diatas juga harus sesuai dengan panduan dan prinsip-prinsip yaitu

independensi, adil, terbuka serta bertanggungjawab.

Sejumlah pelanggaran hanya dapat dituntut dengan persetujuan DPP

atau Law Officers (attorney general dan/atau solicitor general),pertimbangan akan perlunya persetujuan tersebut dapat dipengaruhioleh:

50

r Keamanan nasional;

i' + . Hubungan dengan negara-negara lain;' 'i ' KebUakan publik;. Keadaan yang sensitif atau sulit.

i g.3. Struktur Organis asi Crown Prosecutor Service

Pelaksana sistem peradilan Pidana di Inggris dan Wales antara lain:. The Lord Chancellorb Departements

, The Home Officd6

,i . The Court!7

, The Law Officerls' , The Serious Fraud Officde

4sMerupakan lembaga tertinggi kehakiman dan bertanggungjawab atasadministrasi sistem peradilan di Inggris dan Wales, The Lord Chancellor jugabertanggungjawab untuk menunjuk atau merekomendasikan hakim dan penempatannya,kepala lembaga hukum, termasuk ketua dan anggota pengadilan serta hakim-hakim,serta bertanggung jawab atas metoda pemberian bantuan hukum.

46The Home Office bertanggungjawab atas hal-hal yang berhubungan denganperaturan hukum dan pelaksanaannya, peningkatan efektivitas dan efisiensi kebijakanserta memastikan bahwa pengadilan memiliki kekuatan untuk memberikan hukumanyang layak. Selain itu The Home Officebertanggungjawab memelihara dan memeriksaefektifitas dari hukum pidana dan sistem hukum acara pidana.

4TJaksa yang mewakili CPS kebanyakan menangani kasus pidana yangdisidangkan di MagistrateS coutb dan Cro&n Courb. MagistrateS courtmenangani kasusyang tidak berat. Pengadilan anak merupakan kamar khusus dari magistrateb courtsyang menangani semua tuduhan berat terhadap anak yang berusia 10 - LStahun. CrownCourtmenangani kasus berat, yang diadiili oleh hakim dan juri.

HTerdiri dari Attorney Generaldengan asistennya, yaitu SolicitorGeneral. Merekabertugas memberikan saran kepada pemerintah dalam masalah hukum, termasukmemberi masukan mengenai suatu rancangan Undang-Undang. Attorney Generalbertanggung jawab unfuk melaksanakan penegakan hukum pidana dan mengawasi kinerjaDirector of Public Prosecutor

4eKebanyakan kasus penipuan besar tidak ditangani oleh Crown ProsecutorSeruice, namun ditangani kantor yang memiliki spesialisasi ini, yaitu The Serious FraudOffice.

51

,,,a

The Policdo

The Prison Seruicdt

The Probation Seruicd2

Her Majesty's Crown Prosecution Service Inspectorate(HMCPSI)s3.

Dengan markas besar di London, York dan Birmingham, CPS

beroperasi dibawah struktur dari 42 wilayah geografis di Inggrisdan wales. Daerah-daerah ini berhubungan dengan batas yurisdiksi

43 kesatuan polisi di seluruh Inggris dan Wales, dengan CPS

wilayah London mencakup wilayah Kepolisian Kota London dan

satuan Kepolisian metro. Tiap wilayah dikepalai oleh chief crownProsecutq (cPP) yang bertanggung jawab terhadap penuntutan

di wilayah itu.

50Ada 43 kesatuan polisi di seluruh Inggris dan wales yang bertanggungjawab atas penyidikan pidana, pengumpulan bukti dan penangkapan atau

ir"nihrnun oiri tlrsangki. Setelah tersangka ditahan, polisi menentukan apakah

memberikan peringatan, tidak mengambil tindakan lebih lanjut, mengeluarkan

iuiat tilang - dalim kasus pelanggaran lalu lintas, meminta jaminan untuk

*unrngg, ienyidikan lebih lanjut atau mendakwa mereka dan memberikan berkas

kepada CPS.

slLembaga Pemasyarakatan yang bertanggung jawab untuk.menahan

terdakwa saat menunggu sidang dan mereka yang dihukum penjara oleh

pengadilan.

52lembaga Percobaan yang memberikan saran dan informasi kepada

pengadilan tentarig pelaku, menerapkan aturan kemasyarakatan yang ditetapkan

ien-gaditan Oan Jriga mendampingi para tahanan sebelum dan sesudahpembebasan.

s3 HMPCSI adalah suatu organisasi independen yang memeriksa dan

melaporkan kegiatan operasi Crown Prosecutor Seruice'

52

Organigram Crown Prosecutor Seruice:

Clief Emutiue Drcctrs, ceetrot ardpolicy

Kepala CPS merangkap Director of Public prosecutor (Dpp)bertanggung jawab untuk memastikan prapenuntutan yangindependen serta penuntutan sebagai lanjutan dari proses kriminalyang terlebih dahulu dilakukan oleh polisi di Inggris dan Wales. Dppmembuat keputusan mengenai kasus-kasus sensitif dan kompleksserta memberi saran kepada polisi mengenai hal-halyang berkenaandengan pelaksanaan hukum pidana dan hukum acara pidana. Dppbertanggungjawab kepada Attorney General (Jaksa Agung) yangbertanggungjawab kepada parlemen.

8.4. Pengawasan terhadap Crown prosecutor Seruice

8.4.a. Attorney General dan SoticitorGeneral

Director of Public Prosecutor (DPP) bertanggung jawab ataspelaksanaan tugas dan wewenangnya terhadap Afforney General.

Drecbrof fttlitftosecuttr

{Bpl

C?iefCru'rn

Prffief,r@r/Ircaflief(nrun Pnrsenrtor

53

Selanjutnya Attorney General dan Solicitor General akan dipanggiloleh parlemen atas pengambilan keputusan yang dibuatnya sertatindakan lain yang dilakukan oleh CPS. Dalam menjalankan fungsinyaterhadap penuntutan , Afforney General bertindak independen dan

bebas dari pengaruh pemerintah.

Pengawasan Attorney General atas CPS merupakan perlindungan

konstitusional yang penting untuk masyarakat karena rincianpengambilan keputusan tidak dapat diberitahukan kepada publik.

Dalam prakteknya, DPP berkonsultasi dengan Afforney Generaldanlatau solicitor General atau menginformasikan mereka mengenaipelaksanaan kasus-kasus. DPP juga berkonsultasi kepada mereka

mengenai aspek-aspek kebijakan yang akan dikembangkan CPS, serta

dapat mendiskusikan semua tahapan dalam suatu kasus dan isu-isuyang berkembang dalam lingkup organisasi.

Sejak bulan September 2000 pengarahan langsung dilakukan oleh

Attorney General dan solicitor General kepada semua kepala kantorCPS di daerah. Dalam sidang parlemen, Attorney General dan SolicitorGeneral merespon secara personal semua korespondensi yang

berkaitan dengan pelaksanaan tugas CPS.

8.4.b. Her Maiestyb Crown Prosecutor Seruice fnspectorate(HMCPST)s

Her Majesty's Crown Prosecutor Service Inspectorafe (HMCPSI)

merupakan badan inspektorat independen yang didirikan berdasarkan

The crown Prosecution seruice Inspectorate Act 2000yang bertujuanmempromosikan pengembangan CPS secara berkelanjutan. Usaha

ini dilakukan dalam rangka meningkatkan efisiensi, efektivitas dan

integritas CPS dalam hubungannya dengan elemen-elemen penegak

hukum lain melalui suatu proses pemeriksaan dan evaluasi. HMCPSI

bukanlah lembaga yang berwenang untuk menerima laporan atas

adanya penyelewengan prosedur yang dilakukan oleh CPS karena

UU tidak memberikan kewenangan bagi HMCPSI untuk melakukanpemeriksaan atas kasus-kasus demikian.

54

vData diperoleh dari htto: //www.hmcosi. gov'uk

Laporan HMCPSI dilakukan berdasarkan eksaminasi atas suatu kasus

ntertentu yang meliputi berbagai kategori. Hal ini ditambah denganipengamatan langsung para pengawas selama kunjungannya kepengadilan-pengadilan dan kantor-kantor CPS, wawancara denganpara staff CPS di semua tingkatan dan ruang lingkup kerja dalam

-sistem peradilan pidana.

Laporan yang dikeluarkan berbentuk:

a. CPS regional reportsLaporan regional ini berisi kinerja dan kualitas seluruh staff CpSdalam suatu daerah tertentu, kerjasama yang dilakukan CPS

.i dengan kepolisian dan agen-agen lain dalam iistem peradilanpidana, jumlah perkara dan jenis perkara per tahun, serta prosespenanganan perkara tersebut. HMCPSI juga menilai setiap'. putusan dan kebijakan mengenai penuntutan yang dikeluarkanoleh CPS.

b. Thematic RevrEws

. Tujuan dari diadakannya peninjauan ulang secara tematis iniadalah untuk memberikan gambaran secara nasional mengenaiproses penanganan CPS atas suatu subjek perkara misalnyaperkara yang kompleks. Review dilakukan berdasarkah bukti-buktiyang diperoleh dari seluruh cabang CPS dan kantor pusat CpS.Kasus yang dieksaminasi misalnya kasus yang persidangannyadihentikan oleh pengadilan dan kasus-kasus dimana terdakwanyadibebaskan. Sumber data berasal dari literatur hukum, eksaminasiperkara, wawancara dengan para staff CPS serta analisamanajemen dan informasi kinerja para staff CPS yang menanganikasus tersebut.

8.5. Sumber Daya Manusia

8.5.a. Jenis Pekerjaan di Crown Prosecutor Service

Crown Prosecutor Service mempekerjakan 7000 orang-orangseluruh Inggris dan Wales yang terbagi atas tiga lingkup kerjautama, yaitu:

55

7, Crown Prosecutor(Jaksa Penuntut)

Jaksa penuntut bertanggung jawab untuk meninjau ulang dan

menuntut perkara pidana atas penyidikan yang dilakukan oleh pihak

kepolisian. Mereka juga dapat memberikan saran kepada polisi

tentang berbagai hal yang berkenaan dengan kasus pidana. Pada

setiap kasus yang ditinjau, jaksa penuntut akan mempertimbangkan

apakah ada bukti cukup atau tidtik dan apakah terdapat kepentingan

dalam masyarakat atas suatu penuntutan.

Individu yang inlin mengajukan diri menjadi Crown Prosecutor, maka

ia haruslah ieorang Solicitoryang diakui di Inggris dan Wales serta

memilki ijin praktek yang masih berlaku. Atau, seorang Barristeryang telih bergabung dalam perkumpulan Barrister serta telah

meriyelesaikan pendidikan juga dapat mengajukan diri untuk posisi

ini.

Dilnggris (uK) dan negara-negara yang memilikisistem hukum yang

sama-,-proiesi hukum dibagi dua, Solicitor dan Barrister. Solicitorbertugas menghubungi dan memberi advokasi kepada para klien

sedangkan Barrister beracara di pengadilan, solicitor selanjutnya

berhubungan secara langsung dengan,para klien. Dalam kasus

kriminal, seoiang klien harus menyewa Solicitor untuk memberikan

nasehat dan saran, namun ia tetap harus didampingi oleh seorang

Barister di pengadilan.

Keberadaan solicitor hanya terbatas pada negara-negara yang

menggunakan sistem hukum common law seperti UK. sebelum

unifi[isi Mahkamah Agung UK (UK Supreme Court) tahun 1873,

Solicitor berpraktek di Court of Chanceffs, sementara itu attorney

5s Salah satu dari pengadilan di Inggris dan wales. High court of chancery

merupakan pengadilan yang berkembang dari yurisdiksi Lord Chancellots. Tidak sepefti

pengadilan dalam sistem iommon law, yang sangat kaku menganut asas precedent,'Lord

Chanceltormemiliki yurisdiksi untuk memutus suatu kasus atas nama Raja menurut

ir.t p"rtu*uu nkeadilan (equity) daripada ketentuan hukum yang berlaku secara kaku'

56

dan prosecutor berpraktek dalam pengadilan umum (common lawcourd dan oenoadilan ecclesiastica f6.L'

iDalam sistem hukum Inggris, Solicitor pada umumnya berhadapandengan berbagaipermasalahan hukum kecuali beracara di pengadilan.

.,Cabang dari profesi hukum di Inggris yang lain yaitu Barrister, padai dasarnya melaksanakan fungsi beracara dan memberi advokasi dalambidang hukum yang lebih kompleks namun tidak berhadapan langsungdengan publiksT.

Solicitordi Inggris dan Wales diatur oleh sebuah Law Society. Untukmenjadi solicitor, seseorang harus menyelesaikan pendidikan hukumilengan kualitas yang baik. Metode yang umumnya digunakan untuk

Secara berangsur-angsur ketentuan-ketentuan mengenai pengadilan ini dikodifi kasi,namun beberapa inovasi yang penting sepedi perintah mandatoris dan injuction (perinlahuntuk tidak melakukan sesuatu dimana pelanggarannya merupakan contempt of coufl,kepercayaan, dsb tetap dipelihara.

High Court of Chancery digabungkan dengan pengadilan common law(pengadilan biasa) pada tahun 1873 dan hakim-hakim pengadilan common law diberihak untuk melaksanakan asas equity. Di dalam yurisdiksi sistem common law lainkebanyakan negara melakukan baik itu menghapus Chancery Courts danmenggabungkannya dengan pengadilan common lawke dalam suatu Courts of equiU,dimana hal ini memungkinkan seseorang mencari keadilan baik secara moril maupunsecara hukum, ataupun membuat suatu pengadilan umum dimana di dalamnya adadivisi khusus untuk chancery court

Satu perbedaan penting diantara pengadilan-pengadilan diatas (setidaknya diUS) dimana juri masih dapat memutus kasus-kasus hukum perdata, yaitu pengadilandengan juri tidak memperbolehkan suatu kasus diputus berdasarkan prinsip equity(putusan dibuat tidak berdasarkan yurisprudensi), karena hanya hakim yang dapatmelakukan hal itu; Juri, dapat menjawab pertanyaan mengenai fakta, tetapi tidakmempunyai kekuasaan untuk menginterprestasikan hukum. Perbedaan lain bahwa hukumequitymerupakan suatu perangkat prinsip yang didasarkan atas interprestasi hakim.

56 Pengadilan Ecclesiastical (juga disebut pengadilan kristen) merupakanpengadilan teftentu dengan yurisdiksi dalam bidang agama. Pada abad pertengahan,pengadilan ini di banyak tempat di Eropa memiliki kekuasaan yang lebih daripada saatberkembangnya negara-negara, sebab mereka ahli dalam menginterprestasikan sumbersistem common law, yaitu corpus juris civilis dari kaisar Justitinianus.

57 www.en.wikipedia.orglwiki/Barrister. htm

57

bergabung dalam profesi inidilakukan setelah seseorang memperolehgelar sarjana hukum (bachelor degree at law), atau gelar lain setelahmenyelesaikan kursus selama satu tahun penuh yang disebut ujianprofesional (dahulu) atau saat ini dikenal dengan postgraduatediptoma in law. Cara lain adalah dengan menjadi serang juru tulispengadilan dalam jangka waktu tertentu, atau lulus ujian yang disusun

oleh Institution of Legal Executives (ILEX). Setelah menempuh proses

ini, Calon Barristerdan calon Solicitor memperoleh pendidikan yang

sama.

selanjutnya calon solicitormenempuh satu tahun kursus yaitu Legalpraciice Course dan harus magang di kantorSolicitor selama dua

tahun. Dan setelah itu berakhir barulah ia menjadi solicitor yang

diakui dan terdaftar pada Master of The rolls (kepala pengadilan

banding Inggris dan Wales).

Penerapan aturan disiplin atas Solicitor dilakukan oleh organisasiprofesi yang bernam a Law societydanjika melanggar ia dapat dikenai

iindakan skors bahkan dikeluarkan dari daftar. Para Solicitorharusmembayar iuran praktek kepada Law society of England and wales

supaya dapat terus berpraktek. Jika tidak maka mereka tidakdiperbolehkan berpraktek dan memberikan konsultasi hukum kepada

masyarakat.

Di Inggris, batasan yang jelas antara tugas solicitor dan Barristermulaimenipis sehingga Solicitor seringkali beracara tidak hanya di

pengadilan negeri namun juga di pengadilan yang lebih tinggi seperti

higi court of Justice of Engtand and Wales. Bahkan firma Solicitor(firma hukum) saat ini mempekerjakan Barrister dan konsultan

hukumnya sendiri. Tipisnya perbedaan tugas dan fungsi antara

So t icito r dan Ba rriste r diseba bka n ole h te ka na n pemerinta h pada ba rco u n ci I (perkum pu la n Ba rristefl u ntu k mem perboleh kan par a Ba ryiste rberhadapan langsung dengan publik. Dalam banyak yurisdiksicommon law, Barristermerupakan suatu tipe pengacara, yang khusus

beracara dalam pengadilan negeri dan pengadilan yang lebih tinggidi suatu yurisdiksi tertentu.

Jika Soticitordiatur oleh Law Sociefy; sedangkan Barristerdiatur oleh

General council of the Bar.Terdapat empat perkumpulan Barrister

5B

(inns of court-tempat dimana Barrister berlatih) yang terletak di

6london. Syarat utama daricalon Baristeradalah harus menyelesaikanrpendidikan hukum untuk memperoleh gelar sarjana hukum (bachelordegree at Law), atau konversi satu tahun kursus bagi lulusan non-hukum. Konversi ini disebut CPE (Common Professional Examination)

,atau diploma hukum. Para mahasiswa kemudian bergabung dengan'salah satu inns of courtdan mengikuti Bar Vocational Course (BVC)dari penyedia kursus yang ter-akreditasi.

Pros€s Magang selajutnya memakan waktu 12 bulan pada kantorBarrister yang memiliki minimal 5 tahun pengalaman. Pergantiantempat magang dilakukan dua kalidalam periode 6 bulan. Mahasiswa.yang magang umumnya tidak dibayar dan tidak menghasilkanhonorarium selama periode 6 bulan yang kedua. Sementara kantortempat para mahasiswa hukum magang diharuskan membayarmereka minimal 10,000 poundsterling per tahun. Setelah masamagang berakhir, Barrister harus menyediakan posisi dalamperkumpulan Barister.

Barrister memiliki hak untuk beracara di semua pengadilan dalamwilayahnya, sedangkan beberapa Solicitor memiliki hak yang lebihluas sebagai advokat dalam pengadilan tingkat yang lebih rendah.Namun Barrister memiliki hubungan kerja yang unik denganpengadilan dan melakukan presentasi kasus pada para kliennyadidepan pengadilan. Tidak sedikit Barristeryang jarang beracara dipengadilan. Sebagian besar dari mereka menangani konsultasihukum khusus untuk kliennya agar ter.hindar ketidakpastian proseslitigasi. Mereka juga memberikan saran tertulis dan opini hukumyang lebih rinci.

2. Caseworker

Peran caseworkeradalah membantu jaksa penuntut dalam pekerjaanmanajemen kasus melalui pengolahan dan persiapan awal kasus.Tugas-tugasnya meliputi persiapan kasus, manajemen kasus,pendamping penuntut di pengadilan, administrasi pelaksananputusan, dan mengatur hubungan antara penuntut umum, para saksidan organisasi lain dalam sistem peradilan pidana.

59

3. Administrator

Bidang administratif menangani bidang pekerjaan seperti keuangan,teknologi informasi, pelatihan, personil dan manajemen organisasi.Administrator direkrut dari bermacam-macam latar belakangpendidikan, dengan berbaEai pengalaman dan kemampuan'3eseorang yang bekerja,sebagai administrator harus memilikiketerampiian orga n isasi ya ng ba ik, kemam pua n u ntuk berkomu ni kasi

dengan jelas dan kepercayaan diri. Ia juga diharapkan dapat bekerja

dengan baik di bawah tekanan, memiliki inisiatif tinggi, kemampuan

memimpin dan mengarahkan dalam kerja tim.

8.5.b. Kode Etik Crown Prosecutor Service

l. Civil Service Code

Seluruh staff cPS harus menaati civil service code dan harus

melaksanakan Code of Crown Prosecutors (khusus yang bekerja

sebagai crown Prosecutor). Pada intinya civil service codemengharuskan seluruh staff civil service melakukan tugas dan

wewenang konstitusionalnya dengan integritas, imparsialitas dan

objektifitas tinggi u ntuk membantu tugas-tugas pemerintah. Reputasi

cuit seruicebergantung pada kinerja seluruh staff, karena itu seluruh

staff Civil Seruice tidak hanya harus jujur dan memiliki integritastinggi, namun juga tidak boleh menempatkan diri mereka dalam posisi

yang mengakibatkan timbulnya kecurigaan adanya pelanggaran

integritas. Seluruh staff Civit Seruicediharuskan membuat kebijakan

tanpl terpengaruh dengan kepentingan pribadi atau kelompok.

2. Code for Crown Prosecutor

Director of Pubtic Prosecutor (DPP) bertanggungjawab untukmenerbitkan kode khusus untuk Crown Prosecutors berdasarkan

section 10 dari Prosecution of offences Act t985. Kode tersebutmerupakan panduan mengenai prinsip-prinsip umum bagi seorang

Crown Prosecutor dalam melaksanakan penuntutan terhadap suatu

kasus. Kode ini diperuntukan bagi seluruh staf cPS yang ditunjukoleh DPP berdasarkan section 7 Prosecution of offences ActL9B5.

50

Keputusan untuk menuntut seseorang merupakan langkah yang seriusi' + dan penting bagi penegakan hukum. Penuntutan untuk kasus kecil' saja akan sangat berpengaruh bagi kehidupan semua orang yang

terkait dengan kasus tersebut seperti korban, saksi dan terdakwa.Kode ini dibuat agar para Crown Prosecutordapat membuat keputusan

; yang adil dan konsisten mengenai penuntutan. Kode ini membantuCPS menjalankan tugasnya dan berisi informasi yang penting baikbagi polisidan siapapun yang bekerja dalam sistem peradilan pidanaserta bagi publik.

Petugas kepolisian harus mempertimbangkan kode ini dalam. .memutuskan apakah suatu kasus akan dilanjutkan ke tahap'ipenuntutan atau tidak. Kode ini juga dibuat agar setiap orang

mengetahui prinsip-prinsip yang dijalankan oleh CPS dalam tugasnya.. Dengan prinsip yang sama maka semua pihak yang terlibat dalam'sistem peradilan pidana akan membantu memperlakukan korbansecara adil serta menuntut secara adil dan efektif.

., 3. Prinsip-prinsip Umum

1. Semua kasus memiliki karakteristik khusus dan harusdipertimbangkan berdasarkan fakta-fakta yang ada dalamkasus bersangkutan. Bagaimanapun, ada prinsip-prinsipumum yang harus diberlakukan dalam tiap kasus.Crown Prosecutorharus adil, independen dan objektif. Dalammelaksanakan tugasnya mereka tidak boleh terpengaruhdengan pandangan pribadi atas etnis, jenis kelamin,keyakinan agama, pandangan politik atau orientasi seksualtersangka, korban dan saksi. Mereka juga tidak bolehterpengaruh dengan tekanan dari manapun.Kewajiban Crown Prosecutor adalah meyakinkan seseorangbahwa orang yang dituntut sesuai dengan kesalahan yangdilakukannya. Dalam melakukan hal tersebut, Crownprosecutors harus bertindak sesuai dengan kepentinganhukum dan tidak hanya bertujuan untuk memperoleh putusanbersalah semata.Merupakan kewajiban Crown prosecutor untuk memeriksaulang, memberikan saran, menuntut kasus, memastikanbahwa hukum telah diterapkan dengan semestinya, dan

2.

3.

4.

61

mendapatkan semua bukti yang relevan dengan cara yangsah dan transparan dalam kaitannya dengan prinsip-prinsipyang diatur dalam kode ini.

5. Crown Prosecutor Service bertugas dengan menghormatiHuman Rights Act 1998 dan wajib mengaplikasikan prinsip-prinsip dari Konvensi Eropa tentang HAM yang terkait.

4. Peninjauan Ulang

Setiap kasus yang diterima CPS dari kepolisian harus ditinjau ulangdengan melakukan dua macam pengujian, yaitu evidential test danpublic interestfesf. Setelah itu, Crown Prosecutors dapat menentukan

apakah akan diajukan dakwaan awal, pengubahan dakwaan ataupenghentian kasus. Peninjauan ulang merupakan proses yang

berkelanjutan dan Crown Prosecutors harus memperhatikan setiapperubahan situasi yang timbul. Mereka harus memberitahu pihak

kepolisian yang terkait apabila dakwaan akan diubah atau proses

pemeriksaan akan dihentikan. Hal inidilakukan agar pihak kepolisiandapat memberikan informasi tambahan yang mungkin dapatmempengaruhi keputusan prosecutordalam menuntut suatu kasus.

CPS dan kepolisian bekerjasama dengan erat agar diperolehkeputusan yang tepat. Walaupun pada kenyataannya, keputusan akhirtetap merupakan tanggung jawab CPS.

Pengujian yang diatur dalam Kode

1. Ada dua tahap dalam memutuskan suatu kasus apakah akan

dilanjutkan ke tahap penuntutan. Tahap pertama adalahevidential fesf dimana Crown Prosecutors memperkirakan"prospek yang realistis"ss terhadap kesalahan dalam tiap kasus

dan dakwaan. Mereka harus mempertimbangkan pembelaan

s8 Prospek realitas terhadap kebersalahan terdakwa merupakan pengujian

objektif. futinya, Crown Prosecutorharus dapat memperkirakan putusan apa yang akan

di[utus para juri kepada terdakwa dengan mempertimbangkan bukti-bukti yang telah

diperoleh. Crown Prosecutors harus bisa memperkirakan apakah buffii-bukti yang ada

dapat dipergunakan di pengadilan dan harus mengetahui cara perolehan bukti-buktitersebut serta mengetahui bagaimana keakuratan dan kredibilitas saksi-saksi yang ada.

62

yang akan dilakukan terdakwa dan bagaimana pembelaanitu dapat mempengaruhi penuntutan kasus tersebut. Jikakasus tidak lulus dalam tes pembuktian, maka kasus harusdihentikan tanpa melihat seberapa penting atau seriusnyakasus tersebut. Jika kasus tersebut lulus tes tahap pertama,maka Crown Prosecutors harus memutuskan apakahkepentingan publik menginginkan agar kasus tersebut dituntutatau tidak.

2. Tahap kedua adalah pengujian kepentingan publik (publicinterest fesf). Dalam tes ini harus dipertimbangkan faktor-faktor kepentingan publik dalam proses penuntutan. Faktor

: yang harus dipertimbangkan dalam melakukan penuntutanmisalnya tingkat keseriusan tindak pidana, keadaan tersangkadan faktor lain yang mungkin dapat mengindikasikan untuk

.. dilakukannya tindakan lain selain penuntut6n dalam proses

. penyelesaian perkara.

CPS hanya dapat memulai atau melanjutkan penuntutan jika kasustersebut telah lulus dua tahap pengujian tadi.

B.5.c. Standar Minimum Profesi Crown Prosecutor

1. Rekruitmen

Setiap individu yang ditunjuk pada suatu posisi dalam seluruhdepartemen negara harus dipilih berdasarkan kemampuan dan atasasas keadilan serta kompetisi terbuka, Pada saat melakukanperekrutan:

. calon pelamar harus diberi akses yang layak dan samaterhadap informasi yang cukup tentang pekerjaan danpersyaratannya; dan tentang proses pemilihan;

. pelamar harus dipertimbangkan berdasarkan kemampuannyapada masing-masing langkah proses pemilihan;

. pemilihan harus didasarkan pada ukuran yang relevan danditerapkan secara konsisten bagi semua calon;. teknik pemilihan harus dapat dipercaya dan terjaga daripenyimpangan.

63

Dala m mela ksa nakan rekrutmen, sebelu mnya harus dipertimba ngkan

apakah ada jalan lain untuk mengisi posisi kosong tersebut, misalnya

dengan memindahkan staff di daerah yang kelebihan sumber daya

manusia atau dengan mempromosikan staff untuk kepentinganperkembangan karirnya.

Setiap proses rekrutmen akan dimonitoring oleh Civil ServiceCommissioners dengan cara audit independen atas pengambilan

kebijakan rekrutmen CPS dan bagaimana proses pelaksanaanrekrutmen tersebut. Hasil audit itu akan diumumkan Civil Seruice

commissioners dalam suatu Iaporan tahunan. Proses rekrutmen juga

dilengkapi dengan prosedur pengajuan keberatan bagi kandidat yang

tidak terpilih karena adanya indikasi diskriminasi.

2. Pelatihan dan Pendidikan

CPS menjamin asas kesempatan yang sama terhadap seluruh stafnya.Persyaratan dan penyampaian pelatihan harus sesuaidengan semua

kebijakan mengenai kesempatan yang sama agar tidak adadiskriminasi terhadap seseorang atau sekelompok staf.

Kebijakan pelatihan CPS memiliki tujuan sebagai berikut:. Memberikan seluruh staf pengetahuan dan keahlian untuk

menjalankan tugas mereka secara efisien;. Memberikan kesempatan bagi seluruh staf untuk

mengembangkan potensinya secara penuh;. Mengembangkan para staf supaya bisa memenuhi kebutuhan

pekerjaan mereka di CPS;. Menolong para staff memahami hubungan pekerjaan mereka

dengan koleganya dalam CPS dan agensi lain dalam sistemperadilan pidana;

. Memberikan para staf pengetahuan yang lebih luassehubungan dengan lingkup kerjanya di CPS dan organisasilain yang berhubungan.

pelatihan yang efektif dan tepat pada waktunya sangat esensialkarena:

. Meningkatkan pengetahuan dan keahlian;

. Mengembangkan performa para staff pada semua tingkatankepegawaian;

64

r Agar para staf baru maupun yang mengalami pertukaran

* perkerjaan efektif dalam melakukan kerjanya; dani r Memegang peranan penting dalam pengembangan individu

dan membantu mereka mengembkan potensi diri secarapenuh.

, Pelatihan juga dapat membantu para staf memperoleh gambaranlebih jelas tentang tujuan CPS, mengup date pengetahuan merekamelalui berbaai program serta membantu memahami lingkup kerjamereka. Pelatihan juga membekali mereka untuk menghadapiperubahan pekerjaan dan berperan penting dalam peningkatankemampuan para staf.

Pelatihan dibuat agar jurang antara mereka yang memilikipengetahuan dan keahlian serta kebutuhan mereka sendiri dalaminenjalankan perkerjaannya terjembatani. Sangatlah penting untuksetiap pelatihan baik itu pelatihan profesi maupun mbnajemen untukmengidentifikasi kebutuhan secara tepat.

Bebeiapa bentuk pelatihan yang ditawarkan CPS:

Pelatihan OrientasiPelatihan iniditujukan pada seluruh pegawai baru dan karyawan yangdipindahtugaskan. Pengenalan yang baik sangat penting agar CPSdapat bekerja secara efisien. Setiap pegawai baru dan pegawaiyangberganti pekerjaan (jika perlu) harus menghadiri pelatihanpengenalan secepatnya. Pelatihan ini bertempat di kantor dimanapara peserta bekerja dan dilakukan oleh individu kepada perorangan,kadangkala dilakukan oleh manajer divisi, atau mentor yangditentukan/tim pelatih.

Pelatihan biasanya difokuskan untuk melengkapi para peserta dengankeahlian khusus atau pengetahuan yang dibutuhkan untukmengerjakan kewajiban sehari-hari.

Pelatihan TimPelatihan ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan yang telahteridentifikasi dari beberapa grup kerja yang berbeda, misalnyakebutuhan pelatihan karena adanya peraturan baru, kebijakan

65

pemerintah baru atau peraturan administratif baru. Pelatihan inidisusun dalam suatu tim kerja yang dipilih karena keahliannya atauketertarikannya dalam subjek tertentu dan kemauan untuk terlibatdalam pelatihan dan pengembangan koleganya. Anggota tim dipiliholeh manajer unit dan harus memiliki pengetahuan yang sesuai,keahlian, kemampuan dan motivasi untuk menjadianggota tim traineryang efektif.

Kursus InternalPelatihan ini terutama ditujukan secara spesifik kepada sejumlah besarpegawai CPS, ada tiga kategori dari pelatihan jenis ini antara lain:

o Keahlian (Hukum, kebijakan dan prosedural): Pelatihan iniditujukan untuk memenuhi kebutuhan akan pelatihan yang

diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan para pegawai CPS,

misalnya pelatihan mengenai tindak pidana di bidangekonomi, advokasi untuk pengadilan tinggi, pelatihan untukpara paralegal dan sebagainYa

. Manajemen: Pelatihan ini ditujukan untuk membekali para

manajer menjalankan peranannya. Misalnya pengenalanmanajemen, penilaian kinerja, keahlian memimpin rapat dansebagainya

. Pengembangan: Pelatihan ini ditujukan untuk memenuhikebutuhan organisasi terhadap keahlian para pegawainyasecara individual dan memenuhi keinginan individu pegawaiCPS untuk mengembangkan pengetahuan dan keahliannya.Misalnya pelatihan komunikasi yang efektif'

Pelatihan EksternalPelatihan ini diatur dan diselenggarakan oleh lembaga-lembaga diluarCPS, terbuka untuk publik dan ditujukan untuk memenuhi kebutuhanpeserta yang berasal dari berbagai tingkat pengalaman, misalnyapelatihan penggunaan internet.

Pelatihan inter-agensiMerupakan pelatihan yang disusun dan dilaksanakan oleh berbagaiagensi dalam sistem peradilan pidana baik secara sendiri-sendirimaupun saling bekerja sama. Pelatihan ini memegang perananpenting dalam mempromosikan kerjasama antar agensi danmeningkatkan pengertian satu sama lain.

66

EvaluasiEvaluasi merupakan bagian penting dari proses pelatihan dan harusFilakukan setelah pelatihan. Evaluasi dapat memperlihatkan apakahpelatihan mendapat hasilyang memuaskan atau tidak. Ada 3 tahapanevaluasi dalam buku manual CPS:

tr]. Pre-Course EvaluationEvaluasi ini bertujuan untuk meyakinkan bahwa pegawai dan atasanlangsung benar-benar jelas mengenai apa yang akan diperoleh daripelatihan, apa yang harus dipelajari, bagian apa yang akandikembangkan pelatihan dan bagaimana hasil pelatihan dapatdiimpelementasikan dalam pekerjaan.

'2. Immediate EvaluationSetelah formulir pengajuan pelatihan diberikan kepada manajerfiaining and development, formulir tersebut dikembalikan kepadaatasan yang bersangkutan dan atasannya langsung setelah pelatihanselesai, hal ini dimaksudkan agar yang bersangkutan dapatmendiskusikan hasil training kepada atasan langsungnya.

3. Short Term EualuationDilakukan setelah pegawai yang bersangkutan mendapat kesempatanuntuk menggunakan ilmu yang diperolehnya dari pelatihan. Evaluasiini biasanya dilakukan 3-6 bulan setelah pelatihan dan akan sangatbaik bila dilakukan pada saat penilaian kinerja (performance appraisal\yang bersangkutan. Hasil dari evaluasi ini dikirimkan kepada manajertraining and development untuk dievaluasi apakah pelatihan demikianefektif bagi para staf pada tingkat departemen.

3. Pembinaan Profesi

Pendidikan profesi berkelanjutan sangat penting untuk semua orangtanpa mengindahkan tingkat kesenioritasan mereka dan pekerjaanapa yang mereka kerjakan. Setiap orang harus selalu bertujuan untukberkembang dalam bidang pekerjaan apapun yang mereka kerjakan.

Setiap organisasi profesi memiliki skema pendidikan profesiberkelanjutan yang wajib diikuti oleh anggotanya, jika ada seseorang

67

yang tidak yakin apakah badan profesinya melakukan programpengembangan maka mereka harus menghubungi badan profesisecara Iangsung.

Setiap orang yang tidak memiliki skema pendidikan profesiberkelanjutan harus berusaha menjaga keahlian dan pengetahuanm"ereka untuk selalu diperbaharui agar mereka dapat melaksanakanpekerjaannya secara efektif dan mampu untuk berhadapan dengansegala perubahan.

4. Penegakan Disiplin Profesi

a. Prinsip-Prinsip Umum

Prosedur disiplin dibuat supaya para staf ryrqmpertahankan standarperilaku serta membantu para atasan menindak secara adil indiviuyang tidak mematuhi standar perilaku. Dalam melakukan prosedurdisiplin, para atasan harus:

r Mengaplikasikan prosedur secara setara tanpa mengindahkanlevel kepegawaian, jenis kelamin, status, orientasi seksual,warna kulit, agama, asal etnis, umur atau cacat fisik stafyang bersangkutan;

. Melakukan prosedur yang sesuai dengan situasi dan kondisiyang ada untuk membongkar fakta bahwa seorang staf telahmelakukan tindakan yang tidak sepatutnya sebelum tindakandisiplin dilakukan;

. Mempertimbangkan apakah staf tersebut pernah diberlakukantindakan disiplin sebelumnya;

. Mempertimbangkan latar belakang staf termasuk latarbelakang personal, sosial dan kondisi-kondisi domestik. Jikakondisi domestik staf terbuka maka sangatlah perlu agar staftersebut menghubungi konselornya dan jika kesehatanmerupakan faktor penting, harus memperoleh saran daribagian kesehatan departemen ;. Segera bertindak pada tiap tahap pelanggaran.

Setiap anggota atau staf yang menjadi subjek prosedur disiplinmemliki hak untuk:

68

. Diberi alasan apa yang menjadi keberatan atas perilakumereka tanpa penundaan apapun;. Diberikan nasehat secepatnya jika keputusan yang diambiltidak memberlakukan ketentuan disiplin terhadapnya;

. Dalam keadaan normal, diberikan duplikat material yangmendukung tuduhan disiplin (termasuk yang diperoleh darihasil investigasi formal);

. Diberitahu mengenai prosedur disiplin dan tindak lanjut yangmungkin dilakukan;

. Diberi kesempatan untuk membela diri dan berkomentarmengenai bukti-bukti sebelum ada keputusan;

. Menerima advokasi dan dapat didampingi oleh wakil serikat, buruh atau koleganya sesuai keinginan mereka;

. Menerima penjelasan atas hukuman yang diberikan;r Tidak boleh diskors pada saat pelanggaran pertama kecuali

'. pelanggaran pertama termasuk pelanggaran beraU. Mengajukan keberatan atas hasil prosedur disiplin dan

hukuman yang dijatuhkan.

b. Tipe-tipe perilaku tidak disiplin:, Gross misconduc4, adalah perilaku yang menyebabkan

rusaknya hubungan antara departemen dan pegawai sehinggamemungkinkan untuk dilakukan pemecatan, misalnya:pelanggaran serius yang berulang-ulang, menjadi terpidanadalam kasus kriminal walaupun pada saat memangku jabatanresmiatau tidak (saat cuti), menyerang anggota masyarakatatau koleganya, perampokan, pencurian, penggelapan,pemalsuan klaim, bentuk serius dari pelecehan rasial ataupelecehan seksual atau diskriminasi terhadap anggotamasyarakat atau koleganya, merusak properti departemen,kelalaian serius yang mengakibatkan kerugian besar,kerusakan atau kecelakaan, tanpa hak membuka ataumenggu naka n informasi resmi, d itudu h melakuka n ma lpra Kekyang sedang diproses oleh badan profesional.

, Serious misonduct, perilaku yang menyebabkan rusaknyahubungan antara departemen dan pegawai. Misalnya:pelanggaran ringan yang berulang-ulang, perilau yangmerusak reputasi departemen misalnya menjadi terpidanadalam kasus pidana ringan; tindakan yang menyebabkan

69

hilangnya uang publik dimana staf tersebut bertanggungjawab, absen kerja tanpa ijin atau pemberitahuan dan tanpaalasan yang dapat diterima, tindakan pdlecehan seksual,' rasial atau diskriminasi yang dilakukan karena orientasiseksual atau agama, dalam pengaruh alkoholatau narkotikapada saat menjalankan tugas.

, Minor misconduct, misalnya sering terlambat masuk, tidakmematuhi jam kerja, tindakan tidak mematuhi atau gagal

menjalankan instruksi atasan.

c. Prosedur Keberatan

Dalam kasus keberatan atas pelanggaran ringan setiap anggota stafyang menerima peringatan lisan atau tulisan dapat mengajukan

keberatan kepada orang yang turut mendatangani surat peringatan.

Keberatan dilakukan secara tertulis dalam waktu selambat-lambatnya10 hari kerja setelah keluarnya peringatan. Pejabat yang turutmenandatangi surat peringatan akan mempertimbangkan keberatan

dan akan memberikan respon selambat-lambatnya 10 hari kerja.

Putusan yang dikeluarkannya bersifat final.

setiap anggota staf yang telah terbukti melakukan pelanggaran serius

atau pelanggaran sangat berat dapat mengajukan keberatan/banding

atas hukuman yang dikenakan. Keberatan harus diterima oleh otoritasbanding selambat-lambatnya dalam waktu 10 hari kerja setelahpemberitahuan keputusan. Keber:atan/banding yang terlambat akan

dipertimbangkan pada periode mendatang jika otoritas banding

menemukan alasan baik mengapa keberatan terlambat diajukan.

seorang staff dapat didampingi oleh wakil serikat pekerja atau koleganya.

otoritas banding harus mempertimbangkan keberatan dan semua

materi yang berkaitan dengan kasus tersebut bahwa:. Memang benar alasan penanganan masalah disiplin baik itu

pelanggaran serius maupun pelanggaran berat;. Prosedur disiplin telah diaplikasikan dengan benar;. Ada alasan yang rasional untuk membenarkan temuan otoritas

disiplin;. Jika tiga tes diatas telah memuaskan, maka hukuman yang

dijatuhkan merupakan hukuman yang patut dalam semua

situasi dan kondisi dibandingkan dengan kasus yang serupa.

70

Jika otoritas banding menemukan kesalahan baru, maka

1 otoritas banding mempertimbangkan dan dapat membuati suatu tuduhan baru kepada staf yang bersangkutan. Jika

ternyata hukuman yang dijatuhkan tidak adil makapembanding akan diberitahukan dan dilanjutkan dengan

, tindakan pemulihan.

Otoritas banding tidak boleh menjatuhkan hukuman yang lebih beratdaripada yang telah dijatuhkan sebelumnya kecuali jika staf yangbersangkutan menolak dijatuhkan semua hukuman kecuali pemecatan.

Otoritas banding akan menyetujui permintaan individu untuk,rnewawancarainya dan individu yang bersangkutan dapat didampingi;bleh wakil serikat buruh atau koleganya. Otoritas banding harusmenyelesaikan proses keberatan selambatnya satu bulan setelahpengajuan keberatan diterima.

Jika staf tersebut telah bekerja lebih dari LZ bulan, ia dapatmengajukan keberatan/banding kepada Civil Seruice Appeal Board.Hak mengajukan keberatan ini tdak menghilangkan hak individu untukmengajukan gugatan kepada pengadilan perburuhan.

C. PROFESI ]AKSA DI BELANDA

C.1. Pendahuluan

Lembaga Kejaksaan di negeri Belanda lebih dikenaldengan OpenbaarMinisterb (The Public Prosecution Seruice)yang memegang perananpenting dalam proses penuntutan perkara pidana. OpenbaarMinisteriedikepalai oleh The Board of Procureurs-General. Lembagaini berada di bawah kekuasaan Minister of Justice/Menteri Kehakiman,namun memiliki kedudukan yang independen dan dikategorikansebagai salah satu komponen dalam sistem peradilan. Hal inimengingat pada wewenang Menteri Kehakiman sebagai pemegangkebijakan hukum di negara Belanda secara keseluruhan, danOpenbaar Ministerie secara garis besar bertanggung jawab dalammenentukan kebijakan penuntutan seperti kebijakan penuntutan yangseragam di seluruh wilayah hukum di Belanda.se

se http ://www.ooenbaarministerie. nl/enqlish/

71

Dapat disimpulkan bahwa Openbaar Ministerie bertanggung jawabpada dua kewenangan sekaligus. Disatu pihak, pengadilan melakukan

review atas pelakanaan tugas penuntut umum dan kejaksaan. Namun

di pihak lain, Minister of Justice memiliki tanggung jawab politis ataspeiaksanaan tugas dan kinerja departemen' Sebagai bagian daripemerintahan maka Menteri Kehakiman dalam hal ini dapatdimintakan pertanggungjawabannya oleh parlemen Belanda. Oleh

karena itu kebijakan selalu menjadiagenda pembicaraan dan diskusi

antara The Board of Procureurs-Generaldan Menteri Kehakiman.

C.2. Struktur Organisasi Ministerie Van JustitielMenteriKehakiman

seperti yang telah diuraikan di bagian awal, openbaar Ministeriepada hakekatnya berada di bawah kekuasaan Minister of Justice/Menteri Kehakiman dengan kedudukan yang independen dan lebih

dipandang sebagai komponen dalam sistem peradilan. oleh karena

itu perlu diketahui struktur organisasi dari Menteri Kehakiman dalam

hubungannya dengan Kejaksaan.

Directorate-General forPreventitrr, Youth and

sanctions

Directorate-General forInternational Affairs and

Immigration

Directora te -General forLegislation, Mministration

of.lustice and Legal Aid

National PoliceInternal

InvestagationDepartment

72

C.3. Profesi Jaksa

'C.3.a. Pegawai Negeri SiPilSerupa dengan Indonesia yang menganut sistem hukum civil law,

penuntut umum di negara Belanda adalah pegawai negerisipil yang

,memiliki gelar sarjana hukum serta mengikuti pendidikan atau'pelatihan tambahan mengenai proses peradilan.6a Sehingga seorangjaksa/penuntut umum di negara Belanda pada hakekatnya adalah

seorang Pegawai Negeri Sipil di Lembaga Kejaksaan.

C.3.b. JaksaApabila kita teliti dalam bab khusus mengenai perbandingan dengan

.Belanda ini maka fungsi utama darijaksa di Indonesia memiliki banyak

kesamaan dengan fungsi yang dilakukan dalam openbaar Ministerie.

Jaksa dalam hal ini tidak hanya berperan sebagai seorang penuntut

semata namun juga harus mampu melindungi kepentingan warga

negara, yang secara sungguh-sungguh wajib mentaati aturan dan

segala ketentuan hukum khususnya ketentuan hukum pidana.

Kantor Openhaar Ministerieterdiri dari1. District public prosecutorb offrceslKantor Penuntut Umum

Distrik;2. The jurisdictional public prosecutorb officeslKantor Penuntut

Umum Yurisdiksi;3. The national public prosecutorb officalKantor Penuntut

Umum Nasional.

Saat ini terdapat 62 sub-district courtslpengadilan sub distrik dan 19

district courtslpengadilan distrik di Belanda. Dalam pengadilan di

tingkat yang paling rendah ini, Kantor penuntut umumlthe Public

Prosecution Service diwakili oleh para penuntut umumlpublicprosecutors. Tiga atau empat area district court membentuk satu

region. Pada tiap region terdapat pengadilan banding. wilayah lima

pengadilan banding dan Mahkamah Agung dikepalai oleh seorang

procurator general. Sedangkan The Committee of Procurators General

adalah badan eksekutif dari lembaga Public Prosecution service.Kantor Procurators Generaldibentuk oleh Board of Procurators General

uo Op. Ot, worldhistory.com/wiki/l/prosecutor.htm.

73

dan para staffnya. Namun struktur organisasi ini sedang dalam tahapre-organisasi.

Tiap Kantor Openbaar Ministerie terletak di wilayah yang berbeda-beda, District pubtic prosecutorb offtces/tGntor Penuntut UmumDistrik terletak di wilayah pengadilan distrik (district courts), Kantorpenuntut Umum Yurisdiksi berada di wilayah Pengadilan Banding ( 7iecourts of Appeal). Sedangkan Kantor Penuntut umum Nasional ( IrleNationat Pubtic Prosecutor's Office) terletak di wilayah hukum

Mahkamah Agung dengan kewenangan khusus dalam hal penanganan

investigasi dan penuntutan perkara yang besar/kompleks sepertiperkara kejahatan terorganisir dan beberapa tindak pidana

internasional.

Kantor Openbaar Ministerie bertanggung jawab dalam penyidikan

dan penuntutan perkara pidana. Penuntut Umum di Belanda memiliki

kewenangan atas lembaga kepolisian, pihak militer dan beberapapengawaian penyidikan khusus dalam rangka tugas penyidikannya'51

RpaOila dibandingkan dengan tanggung jawab penyidikan dalam

sistem peradilan dilndonesia dimana pihak kepolisian dan kejaksaan

berbagi tugas dalam melaksanakan penyidikan (jaksa juga berwenang

menyiaitl maka di Belanda secara tegas diatur bahwa pelaksana

penyidikan adalah Polisi yang bertanggung jawab penuh pada

penuntut umum. sehingga dapat disimpulkan bahwa penuntut umum

adalah koordinator penyidikan sedangkan polisi adalah pelaksana di

lapangan. sebenarnya hal ini sedikit banyak diikuti pada proses pra

penuntutan yang diatur dalam KUHAP.

Dalam prosedur pra penuntutan maka jaksa sebagai penuntut umum

memiliki tanggung jawab untuk memeriksa dan meneliti kelengkapan

berkas, alat dan barang bukti dalam rangka penuntutan di pengadilan.

Dalam prakteknya di Indonesia seringkali timbul ketidaksamaanpersepsi penanganan perkara antara kejaksaan dan kepolisiansehingga dapat terjadi suatu berkas perkara yang dianggap lengkap

ote6 pitrat polisi, ternyata belum komprehensif untuk dilakukanpenuntutan oleh jaksa. Hal ini tentunya menimbulkanicetidaksinkronan pandangan dan penanganan atas suatu perkara

74

61 http ://www.iustitie.nl/enolish/

yang dapat menyebabkan hubungan yang renggang antara dua

i. Ur"^"nuO hukum tersebut di atas.

' 'Permasalahan di atas di Belanda dapat terjadi namun dengankedudukan yang jelas di pihak jaksa sendiri sebagai pengendaliperkara maka proses penanganan perkara dapat berjalan dengan

flancar. Selain itu Kantor Openbaar Ministerb dibantu oleh beberapaorang non penuntut umum yang disebut Parket Secretarie/JudicalSecretaries. Pihak ini memiliki tanggung jawab terbatas untukmelanjutkan atau menghentikan kasus-kasus kecil serta membantujaksa dan polisi apabila akan dilakukan penyadapan I wire tapping

, dalam penyidikan suatu kasus.

'Parket Secretarie dibiayai secara bersama-sama antara kepolisiandan kejaksaan/penuntut umum dan dipekerjakan di kantor kepolisianatau kantor kejaksaan.62 Selain itu ia juga memilki akses atas sistemkomputer dan informasi di kepolisan dan kejaksaan. Sehinggakonsistensi penanganan perkara di antara dua lembaga penegakhukum tersebut dapat terwujud.

Beberapa kewenangan lain penuntut umum di Belanda yang hampirserupa dengan Indonesia adalah kewenangan lembaga ini untukmenentukan apakah suatu proses penuntutan akan diteruskan atautidak, serta tanggung jawab pelaksanaan segala putusan pidana.Penuntut Umum berdasarkan wewenang diskresinya juga dapatmelakukan penyelesaian perkara di luar pengadilan. Hal iniseringkaliterjadi pada kasus-kasus kecil seperti pencurian atau perusakanringan atas hak milik.

Penuntut umum kemudian dapat mengupayakan ganti rugidaripadamenyelesaikan perkara yang ditanganinya melalui jalur pengadilan.Pendapatan atas penyelesaian seperti ini kemudian dijadikanpenerimaan bagi negara. Penyelesaian perkara dengan jalan ini padaakhirnya merupakan solusi cepat dalam menangani kasus/perkarakecil dan berkembang menjadi penerapan sanksi yang sering dipiliholeh jaksa.

62 PricewaterHouse Coopercdan Kejaksaan Agung RI, Focus on People: TheRepott of The Governance AuditOf The Public Prosecution Seruices of The Republic ofIndonesia, (Jakarta : Agustus, 20OL), hal. 244.

75

C,4. PeraturanPerundang-undangan

Seorang penuntut umum di Belanda berpedoman pada .code ofCriminil broceduretl<itab Undang-undang Hukum Acara Pidana dan

Kitab Undang-undang Hukum Pidana yang merupakan suatu peraturan

perundang-indangan yang disahkan oleh negara' Serupa dengan

Lnaang-u-nOang trto. B tahun lg3l tentang KUHAP dilndonesia maka

Code 6f Crimiiat Procedure ini mengatur tugas dan wewenang dari

penuntut umum dalam proses peradilan pidana'

Dalam melakukan tugasnya, penuntut umum/jaksa di Belanda

me n gacu pada U nda n g: u nda n g peradilan I th e J ud icia ry o rg a n isa tio n

Act,'the 1993 Police Actdan beberapa peraturan perundang-undangan

dan pedoman pelaksanaan lain yang terkait dengan kinerja lembaga

kejaksaan. Peraturan-peraturan tersebut saat ini tengah direvisi untuk

teutr mengaktifkan prosedur peradilan di Belanda. Hal ini pada

akhirnya a[an merubah struktur hierarki dari The Public Prosecution

Seruicedan tugas serta wewenang jaksa di Belanda'

C.5. Rekruitmen Profesi Jaksa

pada dasarnya, penerimaan calon jaksa di Belanda sama dengan

sistem yang dilukukan di Indonesia. Seorang calon jaksa dapa.! berasal

dari internal pegawai kejaksaan yang non jaksa maupun pihak luar

yang telah memenuhi syarat yang ditetapkan'

calon yang berasaldari internal kejaksaan antara lain adalah pegawai

tinggi'fellksaan agung (The Board of Procureurs-Generall, staf

pei-Oantu dan staf spesiatis kebUakan/staf ahli kejaksaan. Para calon

jafsa yang memiliki latar belakang sarjana hukum ini selanjutnya

tertugas iremperhatikan sidang-sidang sederhana yang diialankan

kurani lebih seiama 4 tahun agar mereka memiliki pengalaman dalam

praktJk pengadilan. Kemudian mereka waiib mengikuti studi hukum

dan ujian [husus (spesialisasi) yang diadakan oleh lembaga

kejaksaan.

calon yang berasal dari luar kejaksaan dapat mengajukan diridengan

*"ngllim[an surat lamaran din curricullum vitaemelalui pos kepada

76

kejaksaan agung (The Board of Procureurs-Generall yang selanjutnyaoditeruskan kepada Komisi Seleksi Kejaksaan yang berada di bawahI:aksa Agung. Hasil dari Komisi ini selanjutnya menentukan apakahseorang calon akan diterima atau tidak dan selanjutnya mengikutipendidlkan khusus di Pusat Pendidikan Kejaksaan Agung.

(

C.6. Pembinaan Profesi Jaksa63

Seperti yang telah diuraikan pada sub bab sebelumnya, PenuntutUmum/Jaksa di Belanda merupakan pegawai negeri sipil dalaminstitusi kejaksaan. Pembinaan profesi Pegawai Negeri Sipil di Belanda

irada hakekatnya serupa ditiap kementerian/departemen yang beradadi badan eksekutif. Proses pembinaan tidak dilakukan secara terpusatpada satu departemen khusus melainkan diserahkan masing-masingdepartemen.

Proses pembinaan profesi di kejaksaan terdiri dari pendidikan danpelatihan pada awal penerimaan (entry phase) dan pelatihan setelahmenjabat sebagai seorang pegawai negeri sipil (post entry phase)yang (disesuaikan dengan level/tingkat jabatan yang dimiliki olehmasing-masing pegawai negeri sipil). Institusi Pendidikan sepertiUniversitas juga memberikan andil dalam membina profesidi bidangpemerintahan dengan membuka jenjang pendidikan Strata 2 (postgraduate courses) yang berkaitan dengan pegawai negeri sipil sepertijurusan administrasi publik umum dan jurusan administrasi publikkhusus di bidang hukum dan ekonomi. Namun di lain pihakperkemba nga n pendidika n tersebut menyebabkan ba nya k universitasmengeksploitasi demi keuntungan semata dan tidak tertutupkemungkinan bahwa pegawai negeri sipil yang mengikuti pendidikantinggi tersebut semata-mata bertujuan hanya untuk meningkatkankarirnya.

Pembinaan profesi di lembaga peradilan adalah melalui programpendidikan dan pelatihan khusus dimana para lulusan/sarjana hukum

63 The Institutional Organization of Training: The Dutch Case,by Dr, Frits. M.Van Der Meer. htto://unpanl.un.orq/intradoc/qroups/public/documents/nisoacee/unpan006456.odf,

77

disiapka,n, untrdc mem$ "sng:' posisi eebagili hakim,da n penurltt&.tlrfiilrn/

,. . iaksa. PrOses inilah.ysRgterj6{idi leld<saan Belanda setdah.prcre€sI i penerimaan calon jaksa selesai dilakukan.

: :'i:l ' : '-

78

PROFESI JAKSA DI INDONESIA

,A. JAKSA SEBAGAI PROFESI HUKUM

Jaksa, menurut Undang-undang No. 16 Tahun 2004 tentangKejaksaan, adalah pejabat yang diberi wewenang oleh undang-undang ini untuk bertindak sebagai penuntut umum sertamelaksanakan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan.hukum tetaps. Rumusan pengertian jaksa dalam undang-undangKejaksaan yang baru memberikan penekanan pada status jaksasebagai pejabat fungsional dengan penambahan wewenang lain6erdasarkan undang-undang. Penekanan status jaksa sebagai pejabatfungsional tentunya akan sangat berpengaruh pada pelaksanaanfungsiyang didasarkan pada keahlian hukum yang dimilikinya, terlebihlagi bila dikaitkan dengan undang-undang Kepegawaian sebagaidasarbagi pengaturan pegawai negeri sipil.

laksa dan Kejaksaan saat ini tengah menjadi sorotan publik. Timbulberbagai pendapat mengenai permasalahan yang sedang dihadapilembaga penuntutan. Salah satu permasalahan yang secara langsungsering mendapat sorotan adalah masalah profesionalisme jaksa.Meskipun permasalahan profesionalisme ada disemua profesi hukumtetapi kejaksaan merupakan lembaga yang kerap kali mendapatsorotan tajam, Apalagi dengan banyaknya kasus-kasus yang belumditangani secara maksimal oleh jaksa. Padahal seorang Jaksa dituntutuntuk selalu profesional dalam menangani masalah keadilan.

Dalam Penjelasan Umum Undang-Undang No. 16 Tahun 2004menekankan faktor profesional dari seorang jaksa, sehingga untukitu seorang jaksa harus mengikuti berbagaijenjang pendidikan danpengalaman dalam menjalankan fungsi, tugas, dan wewenang yangdimilikinya. Dalam menghadapi era globalisasi saat ini,

s Indonesia, Undang-Undang Tentang Kejaksaan, UU No. 5, LN No. 59 Tahun1991, TLN No.3451, Pasal 1 butir 1.

79

profesionalisme dari sebuah profesi menjadi modal utama yang tidakbisa ditawar apabila kita ingin memenangkan persaingan global'

Apakah jaksa merupakan profesi hukum? Pertanyaan tersebut akan

dengan mudah untuk dijawab bila dihubungkan dengan kriteria profesi

hukum sebagaimana telah disebutkan sebelumnya. Setidaknya

terdapat sembilan kriteria untuk menentukan sebuah pekei'jaan

sebagai profesi. Kriteria profesi yang dipenuhi oleh jaksa adalah:

1. Keahlian berdasarkan pemahaman teori serta pendidikan dan

latihan;salah satu syarat menjadijaksa disyaratkan yaitu menyelesaikanpendidikan sarjana hukum' Selain telah mengikuti jenjang

pendidikan dan latihan yang dilakukan oleh instansi kejaksaan

untuk meningkatkan keahlian para jaksa. Dalam Penjelasan umum

UU No. 16 tahun 2004 dinyatakan bahwa untuk membentuk jaksa

yang profesional harus ditempuh berbagai jenjang pendidikan

ian pengalaman dalam menjalankan fungsi, tugas, dan

. wewenang.2. Pengujian kompetensi bagi keanggotaan profesi;

Saa[ p-enerimaan pegawai di kejaksaan tentunya telah diadakan

tes kemampuan akademik. Untuk menjaga mutu profesi dari

seorang jaksa, telah dibuat ketentuan tentang eksaminasi yang

harus dilakukan oleh kejaksaan terhadap para jaksa. Ketentuan

tentang eksaminasi tersebut diatur dalam surat Keputusan Jaksa

Agung.3. Terintegrasi dalam suatu organisasi profesi;

selain terintegrasi dalam organisasi kejaksaan sebagai lembaga

yang menjalankan kekuasaan negara di bidang penuntutan, maka

iecira profesi terdapat organisasi jaksa yang dikenal sebagai

Persatuan Jaksa (Persaja).4. Kode etik Profesi;

Jaksa memiliki kode etik yang dikenal dengan Tata Krama

Adhyaksa yang mengatur tata laku, tata pikir, dan tata tuturseoiang jaksa. Selain itu terdapat pula doktrin yang dikenal

aengan sLUutan Tri Krama Adhyaksa yang terdiridari Satya Adhi

Wicaksana.5. Majelis Kode Etik/ Dewan Kehormatan Etik

BO

6.

B.

7.

Selain organisasidan kode etik, kejaksaan memiliki Komisi KodeEtik sebagai lembaga di bawah Persaja yang diberi tugas danwewenang untuk menegakkan Kode Etik Jaksa6s.Ditujukan bagi pelayanan atas kepentingan orang lain;Lembaga kejaksaan merupakan representasi negara'dalammelindungi warganya melalui kuasa melakukan penuntutansebagai upaya penegakan hukum.Adanya kebebasan dalam menjalankan tugas dan peranannya;Kekuasaan negara di bidang penuntutan dan kewenangan lainberdasa rka n unda ng-u ndang d ila ksa nakan seca ra merdeka. Yangdimaksud "secara merdeka" dalam undang-undang ini adalahdalam melaksanakan fungsi, tugas, dan wewenangnya terlepasdari pengaruh kekuasaan pemerintah dan pengaruh kekuasaanlainnya66.Memiliki otoritas tertentu dari negara untuk melakukan suatutindakanOtoritas Kejaksaan disebutkan dan diatur secara tegas dan jelasdalam bentuk undang-undang. Paling tidak telah terdapat tigabuah undang-undang yang dibuat oleh pemerintah dan DewanPerwakilan Rakyat. Undang-Undang No. 15 Tahun 1961 tentangKetentuan-Ketentuan Pokok Kejaksaan Republik Indonesiamenjadi pijakan atas keberadaan kejaksaan sebagai salah satupilar penegakan hukum. Undang-Undang No. 5 tahun 1991tentang Kejaksaan Republik Indonesia dibuat untuk menggantikanundang-undang sebelumnya. Dalam konsiderannya dinyatakanbahwa UU No. 5 Tahun 1991 dibuat sebagai upaya untukmemantapkan kedudukan dan peranan Kejaksaan RepublikIndonesia sebagai lembaga pemerintah yang melaksanakankekuasaan negara di bidang penuntutan dalam tata susunankekuasaan badan-badan penegak hukum dan keadilan. Terakhiradalah Undang-undang No. 16 Tahun 2004 tentang KejaksaanRepublik Indonesia yang menggantikan UU No. 5 Tahun 1991.Penegasan atas kebebasan dari pengaruh kekuasaan pihak

6s Persaja, Keputusan Pengurus Pusat Persaja No: Kep-001/krsaja/03/1995Tentang Komisi kode Etik Jaksa,

ft lndonesia, Undang-Undang tentang Kejakaan Republik Indonesia,No. 76,LN No. 67 Tahun 2004, TLN No. 4401 Pasal. 2 ayat (2) penjelasan.

B1

manapun dalam melaksanakan kekuasaan negara di bidangpenuntutan menjadi salah satu dasar pertimbangan keberadaan

UU No. 16 tahun 2004 ini.9. Pengucapan janji (sumpah) untuk memberi bantuan kepada

mereka yang membutuhkan.Sebelum memangku jabatannya, jaksa wajib mengucapkansumpah atau janji menurut agamanya di hadapan Jaksa Agung57.

Kriteria profesiyang menjadiacuan dalarn penelitian inisecara umum

telah dipenuhi oleh jaksa dan lembaga kejaksaan, sebagai sebuah

profesi hukum, pemenuhan atas kriteria tersebut bukan menjadi

iujuan utama tetapi keberadaan sebuah profesi dilihat dari proses

m-engembangkan kecakapan strategis untuk meningkatkan kinerja.

Proses profesionalisasi dicirikan melalui efektifitas yang

bertambah sehingga membuat para profesional itu tampaklebih ahli, dan pelaksanaan keahlian yang berkembang ituakan memberi legitimasi atas kepercayaan yang diberikanoleh masyarakat6s.

A.1. Standar Profesi Bagi Jaksa

Menurut kamus Btack's Law Dictionary second Pocket Edition,standard diartikan sebagai a model accepted as correct by custom,

consent, or authority; a criterion for measuring acceptabilitll quality,

or accuracfe (terjemahan bebas: suatu model yang telah diterimasecara luas melalui kebiasaan, persetujuan, atau lembaga yang

berwenang; kriteria untuk mengukur penerimaan, kualitas, dan

kecermatan). Berdasarkan pengertian tersebut, suatu standar akan

menjadi model tetap manakala telah diakui keberadaannya baik oleh

65 Indonesia, lJndang'ttndang tentang Kejaksaan Republik Indonesia, No. 16,

LN No. 67 Tahun 2004, TLN No' 4401 Pasal. 2 ayat (2) penjelasan.

57 lbid, Pasal 10 ayat (1)

6E.Y. Kanter, op.cit. hal. 66.

6eBryan A, Garner, loc.cit, hal 660'

82

kebiasaan maupun atas persetujuan lembaga yang berwenang. Selain*itu model tersebut dapat dijadikan tolok ukur bagi keberhasilan suatu?trgur, dalam hal ini profeii.

Sebuah standar dibuat agar dapat mengukur seberapa jauh,pelaksanaan tugas yang diemban oleh suatu profesi berjalan secarat baik, berkualitas, dan terukur. Standar profesi bagijaksaT0 sebenarnyasudah ada dalam beberapa ketentuan baik dalam undang-undangmaupun peraturan lainnya seperti Keputusan Jaksa Agung. Selainstandar yang sudah ada dalam peraturan perundang-undang, standarbagi jaksa dapat pula ditemukan dalam Guidelines on the Role oflrosecutorsTl dan Standards of Profesional Responsibility and

"Statement of the Essential Duties and the Rights of ProsecutorsT2.Namun standar yang telah ada itu masih tersebar dalam beberapaperaturan perundang-undangan sehingga belum tersusun secara baik.

Standar moral etika bagi seorang jaksa tertuang dalam Tata KramaAdhyaksa yang dijadikan kode etik bagi seorang jaksa. Selain ituterdapat pula doktrin bagi warga Kejaksaan, khususnya jaksa. Baikdoktrih maupun kode etik jaksa tidak terlepas dari ciri hakiki Kejaksaanyang menjadi landasan bagi keduanya. Ciri hakiki Kejaksaan adalah

70 Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap beberapa orang jaksadi daerah penelitian yang meliputi Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara, Kejaksaan NegeriMedan, Kejaksaan Tinggi Jawa Barat, Kejaksaan Negeri Bandung, Kejaksaan TinggiSulawesi Selatan, Kejakaan Negeri Makassa; Kejaksaan Tinggi Jawa timur, KejaksaanNegeri Surabaya, sebagian besar menyatakan setuju apabila dibuat standar minimumprofesi jaka. Namun pernyataan setuju tersebut tidak disertai usulan perihal apa sajayang harus masuk dalam standar profesi tersebut. Selain standar penerimaan dan prosesrekrutmen, para jaksa tersebut mengusulkan adanya standar minimum sarana danprasarana yang harus dimiliki oleh seorang jaksa. Masalah jaksa yang tidak profesionaldiakui pula secara terbuka oleh beberapa orang nara sumber, khususnya jaKa. Penyebabutamanya adalah masalah sumber daya manusia yang dihasilkan melalui proses rekrutmendan Pelatihan Pembentukan Jaksa (PPJ) yang belum maksimal.

1t Guidelines on the Role of Prosecutorc, op.cil.

72 Standards of Profesional Responsibility and Statement of the Essential Duttesand the Rrghts of Prosecutorc, ditetapkan oleh International Association of Prosecutorspada tanggal 23 April 1999. Sampai tahun 2004 telah tercatat sebanyak 72 negarasebagai anggota, namun Kejaksaan Republik Indonesia belum tercatat sebagai anggotadalam organisasi ini.

B3

tunggal, mandiri, dan mumpuni. ciri hakiki ini menjadi pangkaltolak

bagi terbentuknya doktrin kejaksaan.

A.2. Standar Profesi Jaksa Menurut Undang-UndangKejaksaan

Selain doktrin dan kode etik, secara umum undang-undangmencantumkan pula persyaratan untuk dapat menjadi jaksa'persyaratan untuk menjadi jaksa dapat digolongkan menjadipersyaratan umum dan khusus, Persyaratan umum merupakan syarat

iormal untuk diangkat menjadijaksa dilihat dari segi kepegawaiannya

yang akan dibahas pada bagian sumber daya manusia. Persyaratan

kfrrsrr yang harus dimiliki dan melekat dalam diri seorang jaksa

serta menJadi unsur terpenting dalam upaya menegakanprofesionalisme adalah perihal moral dan etika.

Persyaratan khusus yang akan menentukan profesionalisme jaksa

terdiri dari:1. Senantiasa bertindak berdasarkan hukum dengan

mengindahkan norma-norma keagamaan, kesopanan, dan

kesusilaanT3;2. Wajib menggalidan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan

yang hidup dalam masYarakatT4;

3. 3enantiasa menjaga kehormatan dan martabat profesinyaTs;

4. Menjalankan tugas dan wewenang dalam jabatannya dengan

sungguh-sungguh, saksama, objektif, jujur, berani,profeiional, adil, dan tidak membeda-bedakan jabatan, suku,

agama, ras, jender, dan golongan tertentuT6;

73 Indonesia, uu No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia,

Pasal 8 ayat (4).

i4 Ibid.

?5 Ibid,

76 lbid, Pasal 10 ayat (2). Butir-butir dalam sumpah jabatan jaksa yang

diucapkan sebelum memangku jabatan jaksa.

84

t7 lbid.

5. Senantiasa akan menolak atau tidak menerima atau tidakmau dipengaruhi oleh campur tangan siapa pun juga";

6. Tidak memberikan atau menjanjikan sesuatu denganmenggunakan nama atau cara apapun juga kepada siapapun secara langsung atau tidak langsungTs;

7. Tidak sekali-kali menerima langsung atau tidak langsung darisiapa pun juga suatu janji atau pemberianTs;

B. Dilarang untuk merangkap menjadi pengusaha, pengurus ataukaryawan badan usaha milik negara/daerah dan atau swasta,serta advokat.

9. Tidak dipidana karena bersalah melakukan tindak pidanakejahatan berdasarkan putusan pengadilan yang telahmemperoleh kekuatan hukum tetapso;

10. Tidak melalaikan kewajiban dalam menjalankan tugas/pekerjaannyasl;

11. Tidak melakukan perbuatan tercelas2;

A.3. Guidelines on the Role of Prosecutors dan Standardsof Profesional Responsibility and Statement of theEssential Duties and the Rights of Prosecutors

Masalah profesionalisme dari seorang jaksa telah menjadi perhatianyang sangat serius bagi lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).Wujud dari perhatian tersebut adalah dibuatnya Guidelines on theRole of Prosecutors pada lJnited Nations Congress on the Preventionof Crime and the Treatment of Offenders di Havana, Cuba. Perhatianatas profesionalisme tersebut tercermin dalam salah satu butirkonsiderans yang menyatakan :

78 Ibid.

?, Ibid.

80 lbid, Pasal 13 ayat (1), alasan pemberhentian tidak dengan hormat.

81 Ibid.

82 Ibid.

B5

Whereas it is essential to ensure that prosecutors possess

the profesrbnal qualifications required for the accomplishmentof their functions, through improved methods of requirementand legaland professional training, and through the provision

of att necessary means for the proper performance of theirrole in combating criminality, particularly in its new formsand dimensionf3.

Kedudukan jaksa sangat penting dan menentukan dalam proses

peradilan, untuk itu mereka dituntut untuk memiliki kualifikasi sebagai

seorang profesional dalam melaksanakan fungsinya. Penekanan

tersebut terkait pada fungsi jaksa sebagai penuntut umum(prosecuto). Tuntutan tersebut tidak akan dapat dipenuhi apabila

iiOat< teraapat pengembangan atas metode rekruitment, pendidikan

dan pelatihan, dan peraturan yang dapat menunjang peran jaksa

dalam penegakan hukum.

Secara umum ketentuan internasional initelah memberikan panduan

yang meliputi kualifikasi, seleksi dan pelatihan, status dan pelayanan

yang harus diberikan negara untuk senantiasa melindungijaksa dan

keluarganya. Kebebasan untuk berorganisasi, aturan umum dalam

menjalankan peran dalam penegakan hukum pidana, ketentuanmengenai fungsi diskresi yang dimiliki jaksa, hubungan dengan

lembaga pemerintah lainnya, serta proses penegakan disiplin bagijaksa. Panduan tersebut secara umum mengandung prinsip-prinsip-dalam

upaya menjaga kehormatan dan martabat jaksa sebagaipenegakan hukum yang memegang peran penting didalamnya. Salah

satu usaha untuk menjaga agarjaksa dapat berperan sesuai dengan

hukum dan etik yang berlaku adalah dengan membentuk komisi

disiplin bagijaksa yang harus dilaksanakan secara objektif.

Panduan yang disusun oleh PBB menjadi dasar bagi The InternatrbnalAssociation of Prosecution (IAP) dalam menetapkan Standards ofProfesional Responsibitity and Statement of the Essential Duties andRights of Prosecutors. standar profesi yang disusun oleh IAP tidakseluruhnya menyangkut eika dari seorang jaksa, namunmencantumkan juga standar penunjang bagi profesi jaksa. standarpenunjang tersebut antara lain terdiridari standar dalam menjalankan

i

B6

83 Guidelines on the Role of Prosecutors, op.cit.

peran di bidang peradilan pidana dan standar dalam bekerjasamadengan lembaga penegak hukum lainnya.

Bagi seorang jaksa sendiri dituntut untuk memiliki sikap dan sifatprofesional yang secara umum disebutkan dalam panduan ini. Sikapdan sifat tersebut antara lain:' 1. Seorang jaksa harus memiliki dan selalu meningkatkan

integritas dan kemampuan;2. Mengerti dan memahami idealisme dan etika dalam tugas,

memiliki pengetahuan hukum secara baik;3. ,Mengerti dan memahami hukum internasional, kovenan,

. kovensi, dan instrumen lainnya mengenai HAM;'i 4. Menjaga kehormatan dan martabat profesi;

5. Bersikap tidak memihak dan diskriminatif;. 6. Melindungi kepentingan publik, dan bertindak objektif;' 7. Bertindak profesional berdasarkan hukum dan kode etik

profesi;B. Berusaha untuk selalu konsisten, bebas, dan tidak memihak;

Prinsipnya panduan yang telah disusun tersebut tidak memilikiperbedaan dengan standarjaksa yang terdapat dalam undang-undangKejaksaan, kode etik, dan doktrin kejaksaan. Apabila standar tersebutdapat dilaksanakan dengan baik maka permasalahan profesionalismeyang selama ini melekat pada jaksa dapat ditepis.

Salah satu penunjang keberhasilan atas pelaksanaan standar profesiini adalah keberadaan lembaga yang senantiasa mengawasi bahkanmemberikan penilaian. Hal ini sudah menjadi semacam keharusanbagi perbaikan citra profesionalisme jaksa. Selain itu, penerapansanksi yang tegas menjadi mutlak diperlukan. Tanpa keberadaansanksi yang secara tegas diterapkan, pelanggaran atas standarprofesi akan tetap terus terjadi.

B. LEMBAGA KE]AKSAAN.

B.1 Kedudukan

Dalam suatu bangsa yang sedang berkembang, masyarakat Indonesiamenuntut adanya kehidupan bernegara yang tertib, ditegakkannya

hukum secara konsisten, terjaminnya kepastian hukum, dan

dihargainya hak asasi manusia. Agar tuntutan ini dapat terwujudmaka hukum sebagai sarana untuk menertibkan kehidupan bernegara

dan bermasyarakat membutuhkan perangkat yang dapat menjaga

eksistensinya serta perangkat penegak hukum yang dapat menjamin

hukum dipatuhi dan dilaksanakan untuk menciptakan ketertiban.Salah satu perangkat penegak hukum tersebut adalah lembaga

kejaksaan.

Keberadaan lembaga kejaksaan sebagai penegak hukum telah lama

dikenal di Indonesia, jauh sebelum masa penjajahan. Meskipun

mengalami pergantian nama dan pemerintahan, fungsi dan tugas

dari-kejaksaan tetap sama yaitu melakukan penuntutan terhadapperkara-perkara kriminal dan bertindak sebagai penggugat atau

tergugat dalam perkara perdatasa'

Dalam sistem ketatanegaraan menurut Pasal 24 ayat (1) Undang-

undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945),

ditegaskan bahwi kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah

Mahkamah Agung dan badan-badan lain yang fungsinya berkaitan

dengan kekuisaan kehakiman. Ketentuan badan-badan lain tersebut

dipertegas dalam Pasal 41 Undang-undang Nomor 4 Tahun 2004

tentang Kekuasaan Kehakiman yang menjelaskan bahwa badan-badan

lain yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman meliputiKepolisian Negara Republik Indonesia, Kejaksaan RepublikIndonesia,dan badan-badan lain diatur dalam undang-undang'

Dalam Pasal 2 ayat (1) uU No. 16 Tahun 20048s ditegaskan bahwa

Kejaksaan Republik Indonesia adalah lembaga pemerintahan yang

melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan sertakewenangan lain berdasarkan undang-undang.

84 Kejaksaan Agung, Lima windu sejarah Kejaksaan Republik Indonesia,

(Jakada, Kejaksaan Agung RI, 1985), hal.48.

ss Saat ini eksistensi Kejaksaan telah diatur dalam UU No. 16 Tahun 2004.

undang-Undang No. 16 Tahun 2004 merupakan uu baru yang mengatur tentang

Kejaksian setelah sebelumnya diatur dalam uu No. 5 Tahun 1991. Digantinya uu No. 5

Tafrun 1991 riengan UU trto. 16 Tahun 2004 ini diharapkan dapat memantapkan kedudukan

dan peran KeiSksaan sebagai lembaga negara pemerintahan yang melaksanakan

kekuasaan negara (terutama) di bidang penuntutan.

BB

Beidasarkan ketentuan diatas maka kita dapat menyimpulkan bahwa

. kejaksaan adalah lembaga pemerintah yang memiliki fungsi yudikatif.fKe3aksaan merupakan satu-satunya pihak yang berkuasa untukmempertimbangkan apakah ia wajib mengadakan tuntutan terhadapsuatu perbuatan pidana atau membiarkannya karena tidak cukup

..alasan, termasuk salah satu dari badan lain yang fungsinya berkaitanidengan kekuasaan kehakiman yang dimaksud oleh Undang-undang.

Pelaksanaan kekuasaan negara dalam bidang (terutama) penuntutanini diselenggarakan oleh Kejaksaan Agung, Kejaksaan Tinggi, danKejaksaan Negeri. Kejaksaan Agung berkedudukan di ibukota(Jakarta) dan daerah hukumnya meliputi wilayah kekuasaan negaraRepublik Indonesia. Kejaksaan tinggi berkedudukan di ibukota provinsi

'dan daerah hukumnya meliputiwilayah provinsi. Terakhir, Kejaksaannegeri berkedudukan di ibukota kabupaten/kota yang daerahhukumnya meliputi daerah kabupaten/kota.86

Dalam setiap negara hukum, penghargaan terha/ap fungsi lembagapenegak hukum ditandai dengan kemandiriari, serta bebas daricampur tangan badan-badan eksekutif, legislatif serta badan-badankekuasaan negara lainnya8T. Maka kejaksaan sebagai kekuasaannegara di bidang penuntutan serta kewenangan lain berdasarkanundang-undang harus melaksanakan fungsi, tugas danwewenangannya secara merdeka.

Jaminan kemerdekaan bagi Kejaksaan dalam melaksanakan fungsi,tugas dan wewenangnya terdapat dalam Pasal 2 ayat (2) UU No. 16Tahun 2004 yang mengatur bahwa kekuasaan negara dalam(terutama) melakukan penuntutan dilaksanakan secara merdeka.Selanjutnya llsecara merdeka" ini dijelaskan dalam peraturanpenjelasan Pasal 2 ayat (2) UU No.16 Tahun 2004 bahwa yangdimaksud dengan secara merdeka dalam ketentuan iniadalah dalammelaksanakan fungsi, tugas, dan wewenangnya terlepas daripengaruh kekuasaan pemerintah dan pengaruh kekuasaan lainnya.

86 Lihat Pasal 3 dan 4 Undang-Undang No. 16 Tahun 2004 tentang KejaksaanRepublik Indonesia.

87 Ramelan, S.H, "Profesionalisme Jaksa Di Era Supremasi Hukum"disampaikanpada Seminar "Perspektif Peran Kejaksaan dalam Era Supremasi Hukum", Thn. 2000.

89

Selain secara merdeka, dalam melaksanakan fungsi, tugas dan

wewenangnya kejaksaan juga mengedepankan prinsip "Kejaksaan

adalah satu dan tidak terpisah-pisahkan dalam melakukanpenuntutan"(een en ondeelbaarheidl (Pasal 2 ayat (3) UU No. 16

Tahun 2004). Yang dimaksud dengan "kejaksaan adalah satu dan

tidak terpisahkan" adalah satu landasan dalam pelaksanaan tugas

dan wewenangnya di bidang penuntutan yang bertujuan memelihara

kesatuan kebijakan di bidang penuntutan sehingga dapatmenampilkan ciri khas yang menyatu dalam tata pikir, tata laku, dan

tata kerja kejaksaan. oleh karena itu kegiatan penuntutan di

pengadilln oleh kejaksaan tidak akan berhenti hanya karena jaksa

yang semula bertugas berhalangan. Dalam hal demikian tugaspenuntutan oleh kejaksaan akan tetap berlangsung sekalipun untuk

itu dilakukan oleh jaksa lainnya sebagai pengganti.

8.2. Tugas, Fungsi dan Wewenang

Dalam menjalankan tugas pokoknya sebagai pemegang kekuasaan

negara dalam bidang penuntutan, kejaksaan memiliki tugas, fungsi

dan wewenang yang sangat luas. Tugas, fungsi dan wewenang

kejaksaan meliputi bidang hukum pidana, perdata dan tata usaha

negara". Secara ringkas maka tugas, fungsidan wewenang kejaksaan

meliputi:a. Penuntut umum;b. Penyidik tindak pidana tertentu;c, Mewakili negara/pemerintah dalam perkara perdata dan tata

usaha negara;d. Memberi pertimbangan hukum kepada instansi pemerintah;

e. Mewakili kepentingan umum.

Selain tugas, fungsi dan wewenang kejaksaan dalam bidang pidana,

perdata dan ketertiban umum, kejaksaan juga memiliki tugas dan

wewenang lain yang diberikan oleh undang-undang' Tugas, fungsi

dan wewenang kejaksaan tersebut adalah sebagai berikut:

ss Lihat Pasal 30 Undang-undang No.16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik

Indonesia.

90

a. Kejaksaan dapat meminta kepada hakim untuk menempatkan

{ seorang terdakwa di rumah sakit, tempat perawatan jiwa,i atau tempat lain yang layak karena yang bersangkutan tidak

mampu berdiri sendiri atau disebabkan oleh hal-hal yangdapat membahayakan orang lain, lingkungan, atau dirinya

, sendiri.8et [. Tugas dan wewenang lain berdasarkan undang-undang.eoc. Membina hubungan kerja sama dengan badan penegak

hukum dan keadilan serta badan negara atau instansilainnya.el

d. Dapat memberikan pertimbangan dalam bidang hukum

. kepada instansi pemerintah lainnya.e2

Kejaksaan dan jaksa dituntut untuk dapat melakukan seluruh tugasdan wewenangnya yang luas ini dengan sangat baik. Jaksa sebagaia, man of lawtentunya harus mengetahui, memahami dan bertindakberdasarkan hukum, baik itu undang-undang, peraturan pemerintah,keputusan presiden dan peraturan pemerintah pengganti undang-undang.

Pada era otonomi daerah saat ini jaksa dituntut untuk memahamiperaturan daerah. Selain hal yang tersebut diatas, jaksa dalammenjalankan profesinya juga harus mengindahkan norma-normakeagamaan, kesopanan, kesusilaan, serta wajib menggali danmenjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, yang hidup dalammasyarakat, serta senantiasa menjaga kehormatan dan martabatprofesinya.

8e Pasal 31 Undang-Undang No.16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan RepublikIndonesia.

e0 Pasal 32 Undang-Undang No.16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan RepublikIndonesia.

er Pasal 33 Undang-Undang No.15 Tahun 2004 tentang Kejaksaan RepublikIndonesia.

e2 Pasal 34 Undang-Undang No.16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan RepublikIndonesia.

91

Dalam melaksanakan tugas dan wewenang yang sangat luas inijaksabertanggung jawab kepada pejabat kejaksaan yang menurut saluranhierarki menjadi atasan langsung jaksa tersebute3. Dalam hubunganini maka jaksa yang berada di Kejaksaan Negeri bertanggung jawab

kepada Kepala Kejaksaan Negeri, Kepala Kejaksaan Negeribertanggung jawab kepada Kepala Kejaksaan Tinggi, dan Kepala

Kejaksaan Tinggi bertanggung jawab kepada Jaksa Agung selaku

pimpinan dan penanggung jawab tertinggi kejaksaan yang

mengendalikan pelaksanaan tugas dan wewenang Kejaksaan.

8.2.a. Tugas, Fungsi dan Wewenang Kejaksaan dalam BidangHukum Pidana

Dalam Pasal 30 ayat (1) UU No. 16 Tahun 2004 disebutkan bahwa

dalam hukum pidana, Kejaksaan mempunyai tugas dan wewenang:

a. Melakukan Penuntutan;b. Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang

telah memperoleh kekuatan hukum tetap;. c. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan

pidana bersyarat, putusan pidana pengawasan, dankeputusan lePas bersYarat;

d. Melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentuberdasa rkan undang-undang.

e. Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapatrnelakukan pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke

pengadilan yang dalam pelaksanaannya dikoordinasikandengan PenYidik.

Tugas dan wewenang kejaksaan dalam bidang hukum pidana ini

dilSksanakan oleh orgin kejaksaan yaitu Jaksa Penuntut Umum (lPU).

Selain diatur dalam Undang-undang No. 16 Tahun 2004, tugas dan

wewenang Penuntut Umum dalam bidang hukum pidana juga diatur

dalam Undang-undang No. BTahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana

(KUHAP).

e3 Pasal B ayat (2) jo Pasal 18 ayat (1) Undang-undang No. 16 Tahun 2004

tentang Kejaksaan Republik Indonesia.

92

KUHAP membedakan pengertian jaksa dalam pengertian umum dan

" penuntut umum dalam pengertian jaksa yang yang melakukan

lpenuntutan terhadap suatu perkara. Di dalam Pasal 1 butir 5ditegaskan bahwa:

1. Jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang oleh undang-., undang untuk bertindak sebagai penuntut umum sertai melaksanakan putusan pengadilan yang telah memperoleh

kekuatan hukum tetap;2. Penuntut umum adalah jaksa yang diberi wewenang oleh

undang-undang ini untuk melakukan penuntutan danmelaksanakan penetapan hakim.

lDari perumusan tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwapengertian jaksa adalah menyangkut jabatan, sedangkan PenuntutUmum menyangkut fungsi%.

Menurut Pasal 1 butir 7 KUHAP, penuntutan adalah tindakan penuntutumum untuk melimpahkan perkara pidana ke pengadilan negeriyangberwenang dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini dengan permintaan supaya diperiksa dan diputus olehhakim di sidang pengadilan.

Mengenai Penuntut Umum dalam Pasal 17 ayat (2) Undang-undangNo. 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman dinyatakan bahwaseorang penuntut umum wajib hadir dalam perkara pidana (kecualiundang-undang menentukan lain).Secara lebih terperinci kewenangan penuntut umum adalahes:

a. Menerima dan memeriksa berkas perkara penyidikan daripenyidik atau penyidik pembantu;

b. Mengadakan prapenuntutan apabila ada kekurangan padapenyidikan dengan memberi petunjuk dalam rangkapenyempurnaan penyidikan dari penyidik;

c. Memberikan perpanjangan penahanan, melakukanpenahanan atau penahanan lanjutan dan atau mengubahstatus tahanan setelah perkaranya dilimpahkan oleh penyidik;

q Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia, lakarta: Sapta Artha Jaya,L996, hal.74.

es Indonesia, Undang-Undang Tentang Hukum Acara Pidana, Undang-UndangNo. B, LN No 76 Tahun 1981, TLN No 3209, Pasal 14

93

d. Membuat surat dakwaan;e. Melimpahkan perkara ke pengadilan;

f. Menyampaikan pemberitahuan kepada terdakwa tentangketentuan hari dan waKu perkara disidangkan yang disertaisurat panggilan, baik kepada terdakwa maupun kepada saksi,

untuk datang pada sidang yang telah ditentukan;g. Melakukan penuntutan;h. Menutup perkara demi kepentingan hukum;

i. Mengadakan tindakan lain dalam lingkup tugas dan tanggungjawab sebagai penuntut umum menurut ketentuan undang-

undang ini;j. Melaksanakan Penetapan hakim

Dalarn perincian wewenang yang ada dalam Pasal 14 KUHAP tersebutjaksa atau penuntut menerapkan sistem tertutup artinya tidak ada

kemungkinan bagi jaka untuk melakukan penyidikan awal maupun

lanjutan. Namun, berdasarkan Pasal 17 PP No. 27 Tahun 1983 Tentang

PellKanaan KUHAP dijelaskan bahwa jaksa dapat melakukan penyidikan

terhadap tindak pidana tertentu, misalnya dalam tindak pidana dalam

biilang ekonomi, tindak pidana korupsi dan tindak pidana pelanggaran

hak azasi manusia berat(ad hoc)s6.

pasal 30ayat(1) hurufd Undang-undang No. 16Tahun 2004s7 mengenai

kewenangan kejaksaan dalam bidang hukum pidana juga telahditegaskan bahwa jaka dapat melakukan penyidikan terhadap tindakpidana tertentu berdasarkan undang-undang. Maka berdasarkan aturan

s6 Dalam Pasal 21 avat (1) Undang-Undang No. 26 Tahun 2000 Tentang

Pengadilan Hak Azasi Manusia dijelaskan bahwa Penyidikan perkara pelangg-aran hak

asas-i manusia yang berat dilakukan oleh laksa Agung. undang-Undang No. 26 Tahun

2000 tidak menentukan kewenangan penyidik secara definitif akan tetapi hanya disebutkan

kewenangannya tidak meliputi kewenangan menerima laporan atau pengaduan. Maka

*"*enan-g yang dimiliki penyidik, yaitu sebagaimana yang disebutkan dalam Pasal 7

ayat (1) huruf b sampai dengan hurufj KUHAP.

ei sebelumnya dalam Undang-Undang No.5 Tahun 1991 Tentang Kejaksaan,

kewenangan Jaksa daiam melakukan penyidikan dalam tindak pidana tertentu belum

diatur secara tegas, hanya dalam Pasal 27 ayat t huruf d dinyatakan bahwa kewenangan

Jaksa dalam bidang hukum pidana (salah satunya) adalah melengkapi berkas perkara

tertentu dan untuk-itu dapat melakukan pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan

ke pengadilan yang dalam pelaksanaannya dikoordinasikan dengan penyidik'

94

tersebut, seorang jaksa selain memiliki kemampuan dalam melakukan

noenuntutan juga diharuskan untuk memiliki pengetahuan danlkemampuan serta mampu mengembangkannya dalam melakukanpenyidikanes.

"Dalam Pasal 137 KUHAP dijelaskan bahwa Penuntut umum berwenang

'melakukan penuntutan terhadap siapapun yang didakwa melakukansuatu tindak pidana dalam daerah hukumnya dengan melimpahkanperkara ke pengadilan yang berwenang mengadili.Dalam melakukan penuntutan, terdapat beberapa proses yang dilakukanoleh JPU, yaitu; prapenuntutans, pemeriksaan tambahan100, jika hasil

e8 Penyidikan diatur dalam Pasal 1 ayat (2) KUHAP yaitu serangkaian tindakanpenyidik dalam hal dan mdnurut cara yang diatur dalam Undang-Undang untuk mencarisefta mengumpulkan bukti yang dengan bukU itu membuat terang tentang tindak pidana

lbng teqadi dan guna menemukan tersangkanya. Berdasarkan Pasal 7 KUHAP makapenyidik mempunyai tugas dan wewenang untuk:a. Menerima-laporan atau pengaduan dari seorang tentang adanya tindak pidana;

b. Melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian;c. Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka;d. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan;e. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;f. Mengambil sidik jari dan memotret seorang;g. Memanggil orang untuk didengar dan diperirca sebagai tersangka atau saksi;h. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan

perkara;i. Mengadakan penghentian penyidikan;j. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab.

s Prapenuntutan adalah proses setelah JPU menerima berkas hasil penyidikan

dari penyidik dan memeriksa terlebih dahulu apakah berkas tersebut telah lengkap ataubelum. Sesuai ketentuan Pasal 2 hurufa jo Pasal 110 ayat (2) dan (3), Pasal 138 ayat(2) dan Pasal 139 KUHAP, apabila menurut hasil penelitian atas berkas perkara yang

diserahkan pada tahap pertama ternyata hasil penyidikan belum lengkap, maka penuntutumum mengembalikan berkas perkara kepada penyidik disertai petunjuk untuk dilengkapdalam batas waktu 14 hari.

100 Pemeriksaan tambahan adalah kegiatan dimana JPU berkordinasi denganpenyidik untuk melengkapi berkas perkara, pemeriksaan tambahan dilakukan denganmemperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Tidak dilakukan terhadap tersangka;2. Hanya terhadap perkara-perkara yang sulit pembuKiannya, dan/atau dapat

meresahkan masyarakat, dan/atau yang dapat membahayakan keselamatanNegara; harus dapat diselesaikan dalam waKu 14 (empat belas) hari setelahdilaksanakan ketentuan Pasal 110 dan 138 ayat (2) Undang-Undang No. 8Tahun1981 tentang Hukum Acara Pidana;

95

tersebut telah lengkap maka Jaksa Penuntut Umum dapat melanjutkandengan membuat surat dakwaan1o1, setelah membuat surat dakwaanmaka ]PU melimpahkannya kepada Pengadilan Negeriyang berwenanguntuk diperiksa dan diputus oleh hakim di sidang pengadilan.

JPU harus dapat membuktikanlo2 apa yang ia dakrruakan kepada terdakwadalam surat dakwaan. Setelah proses pembuktian maka JPU harusmembuat surat tuntuta n (requisitoifSLi3.

Kewenangan jaksa tidak hanya terbatas untuk melakukan tuntutan pada

perkara-perkara tindak pidana umum seperti yang diatur dalam UU No.

1 tahun 1946 tentang peraturan hukum pidana atau yang lebih dikenal

dengan KUHP. Akan tetapi kewenangan jaksa untuk melakukanpenuntutan tersebar di peraturan perundang-undangan lain yang

terdapat sanki pidana didalamnya. Peraturan perunda ng-undangan yang

secara khusus mengatur kewenangan jaka untuk melakukan penuntutan

antara lain adalah:a. Undang-Undang No. 3 Tahun 1971 Tentang Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi;Undang-Undang No. B Tahun 1995 Tentang Pasar Modal;Undang-Undang No. 10 Tahun 1995 Tentang Kepabeanan;Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas

UU no. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan;Undang-Undang No.5Tahun 1997Tentang Narkotika dan Obat-

obat terlarang;Undang-Undang No. 22 Tahun 1997 Tentang Psikotropika;Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 Tentang Lingkungan Hidup;

Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan;Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 Tentang PemberantasanTindak Pidana Korupsi;

101 Jaksa dalam menyusun surat dakwaan berpedoman kepada Surat Edaran

Kejaksaan Agung R.L No: SE-004[A/LLlt993, dimana terdapat lima bentuk surat

dakwaan, yaitu; tunggal, alternatif, kumulatif, subsidair dan kombinasi yang dapat

disesuaikan dengan jenis tindak pidana yang dilakukan oleh terdakwa dan juga harus

memenuhi syarat dalam Pasal 143 ayat (2) sub a dan b KUHAP.

102 Pembuktian surat dakwaan diperoleh dari dukungan alat bukti yang sah

sesuai dengan Pasal 184 ayat (1) KUHAP'

103 JPU harus membuat rencana tuntutan pidana (rentut) terlebih dahulu.

Selanjutnya rentut tersebut dikonsultasikan dengan atasan sesuai dengan saluran hierarki

dalam Kejaksaan.

96

b.'c.d.

f.g.h.

i.

j. Undang-Undang No. 16 Tahun 2000 Tentang Tentang Ketentuan

* Urum Dan Tata Cara Perpajakan;: k. Undang-Undang No. 30 Tahun 2000 Tentang Rahasia Dagang;

l. Undang-Undang No.26 Tahun 2000 Tentang Pengadilan HakAsasi Manusia (ad hoc)toa;

, m. Undang-Undang No. 14 Tahun 2001 Tentang Paten;{ n. Undang-Undang No. 15 Tahun 2001 Tentang Merek;o. Undang-Undang No. 15 Tahun 2002 Tentang Pencucian Uang;p. Undang-Undang No. 30 Tahun 2002 Tentang Komisi

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi;q. Undang-Undang No. 12 Tahun 2003 Tentang Pemilihan Umum

. Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah

" i dan Dewan Pemrakilan Rakyat Daerah;r. Undang-Undang No. 15 Tahun 2003 Tentang Pemberantasan

Tindak Pidana Terorisme;

" s. Peraturan Daerah (Perda).

Dalam melakukan tugas dan kewenangannya baik sebagai penuntutumum maupun penyidik, beberapa peraturan perundang-undanganmemberikan kewenangan khusus yang dapat dilakukan oleh jaksadalam melakukan penuntutan.los Kewenangan khusus ini diberikanoleh undang-undang untuk menunjang pelaksanaan tugas jaksa baikdalam melakukan penuntutan maupun penyidikan.

Jaksa memiliki tugas dan wewenang untuk melaksanakan penetapanhakim dan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum

ln Dalam Pasal 23 ayat (1) dan (2) Undang-Undang No. 26 Tahun 2000 TentangPengadilan Hak Azasi Manusia dijelaskan bahwa Penuntutan perkara pelanggaran hakasasi manusia yang berat dilakukan oleh Jaksa Agung. Dalam melakukan kewenangannyaitu maka Jaksa Agung dapat mengangkat penuntut umum ad hoc yang terdiri atas unsurpemerintah dan atau masyarakat (yang tentunya memenuhi persyaratan yang ditentukandalam Pasal 213 ayat (4) Undang-Undang No. 26 Tahun 2000, yang mana berdasarkanpersyaratan ini maka yang dapat menjadi penuntut umum ad hoc hanyalah mantanJaksa dan mantan oditur militer saja).

10s Lihat Pasal 29 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 TentangPemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Pasal 47 ayat (1) huruf b dan ayat (3) Undang-Undang No. B Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, Pasal Pasal 32 ayat (1) dan Pasal 33ayat (1) Undang-Undang No. 15 Tahun 2002 Tentang Pencucian Uang, Pasal 26 Undang-Undang No. 1 Tahun 1979 Tentang Ekstradisi.

97

tetapl06 dan melakukan pengawasan terhadap pela$anaan putusan

pidana bersyarat, putusan pidana pengawasan, dan keputusan lepas

bersyaratloT.

Berkaitan dengan tugas utama jaksa yaitu melakukan penuntutan maka

jaka penuntut umum mempunyai kewenangan untuk mengajukan upaya-hukum

banding dan kasasi. Khusus untuklaksa Agung dapat mengajukan

upaya hukum kasasidemi kepentingan hukum108.

Tugas jabatan fungsional di bidang penuntutan pada perkara pidana

Uait< tinaat pidana umum maupun tindak pidana khusus mengharuskan

jaksa untuk mengerti dan memahami dengan baik setiap bidang yang

ikan dilakukan penuntutan. Misalnya, seorang Jaksa yang akan

melakukan penuntutan dalam tindak pidana korupsi bidang perbankan

harus menguasai tentang tehnik-tehnik melakukan penuntutan,pembuatan surat dakwaan dan tuntutan dan pengetahuan tentang alat

bukti. Selain itu harus memperhatikan kepentingan publik yang

terkandung atau dirugikan dan juga harus menguasai peraturanperundang-undangan tentang tindak pidana korupsi, peraturanperundang:undangin tentang perbankan, disiplin-disiplin ilmu yang ada

dalam bidang perbankan dan sarana pendukungnya.

Jika seorang JPU yang akan melakukan penuntutan atau penyidikan

dalam tindak pidana korupsi bidang perbankan tidak menguasaitentang

tindak pidana korupsi dan perbankan maka dapat dipastikan jaksa

tersebut tidak akan dapat melaksanakan tugasnya sebagai penpntut

umum secara baik dan profesional. Dalam hal ini, maka penting untuk

keahlian dan pengetahuan jaksa selalu ditingkatkan dan dikembangkan

106 Dalam Pasal270 KUHAP dinyatakan bahwa pelaksanaan putusan pengadilan

dilakukan oleh laksa. Dalam pasal 270 ini KUHAP memakai istilah Jaksa, berbeda dengan

penuntutan (penahanan, dakwaan, tuntutan) yang memakai istilah Penuntut umum.

ifal ini berarii Jaksa yang tidak menjadi Penuntut Umum untuk suatu perkara boleh

melaksanakan putusan pengadilan (eksekusi).

107 Yang dimaksud dengan "Keputusan lepas bersyarat" adalah keputusan yang

dikeluarkan olehhenteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang pemasyarakatan

(Penjelasan Pasal 30 ayat (1) huruf c UU No. 16 Tahun 2004).

rc8 Lihat Pasal 233,234 dan 259 Undang-Undang No. 8, LN No 76 Tahun 1981,

TLN NO 3209.

9B

agar selalu sesuai dengan hukum yang berlaku, rasa keadilan dan

* kepentingan masyarakat sehingga keahlian yang dimiliki oleh Jaka selaluIdalam gerbang terdepan dan dapat menjaga profesionalitas profesiJaksasebagai pelaksana kekuasaan negara dalam bidang penuntutan danmewaklli kepentingan negara dan masyarakat umum,

ie.Z.O.Tugas dan raiewenang Kejaksaan datam Bidang Perdatadan Tata Usaha Negara

Lembaga Kejaksaan seperti yang diatur dalam Pasal 30 ayat (2) UU No.16 Tahun 2004 memiliki kuasa khusus untuk bertindak baik di dalammaupun di luar pengadilan untukdan atas nama negara atau pemerintahbalam bidang perdata dan tata usaha negara. Tugas, fungsi danwewenang Kejaksaan dalam bidang perdata dan tata usaha negaraselanjutnya dijabarkan dalam Keputusan Presiden Nomor 86 Tahun 1999dan Keputusan Jaksa Agung Nomor: KEP-115ruA/10/1999. Tugas, fungsidan wewenang Kejakaan dalam Bidang Perdata dan Tata Usaha Negara,yaituloe:

a. Penegakan HukumMenegakkan hukum adalah tugas dan fungsi Kejaksaan di bidangperdata dan tata usaha negara. Hal ini ditetapkan oleh peraturanperundang-undangan atau berdasarkan putusan pengadilan di dalamrangka memelihara ketertiban hukum, kepastian hukum danmelindungi kepentingan negara dan pemerintah serta hak-hakkeperdataa n masya ra kat.

Contoh:- Jaksa dapat menuntut pembatalan suatu perkawinan yang dilakukan

oleh wali nikah yang tidak sah atau tanpa dihadiri oleh dua orangsaksi, Dasar ketentuan iniadalah pasal 23 Undang Undang Nomor 1

Tahun 1974 tentang Perkawinan.- Jaksa dapat melakukan gugatan pembayaran uang pengganti

berdasarkan putusan Pengadilan. Dasar ketentuan ini adalah pasal34 C Undang Undang Nomor 3 lbhun 1971 tentang PemberantasanTindak Pidana Korupsi, atau pasal 18 ayat (1) huruf b Undang Undang

10e Profil Jaksa Agung Muda Perdata dan Tata Usaha Negara Pada Akhir TahunKe V, Jakarta: Jaksa Agung Muda Perdata dan Tata Usaha Negara Kejaksaan AgungRepublik Indonesia, 1997, hal. L3-L7.

Nomor 31 Tahun 1999 yang diperbaharui dengan Undang UndangNomor 20 Tahun 2001.

b. Bantuan Hukum.Yaitu bantuan hukum yang diberikan kepada pemberisurat kuasakhusus (Instansi negara atau instansi pemerintah atau BUMN

atau BUMD atau pejabat tata usaha negara) dalam perkaraperdata maupun tata usaha negara. Bantuan hukum ini dapatdilakukan didalam pengadilan (litigasi) maupun diluar pengadilan(non litigasi) serta didalam maupun diluar negeri. Bantuan hukum

di luar pengadilan meliputi negosiasi, mediasi, dan fasilitasi.

c. Pertimbangan Hukum.Yaitu pertimbangan hukum yang diberikan kepada instansi negara

dan instansi pemerintah, baik di pusat maupun di daerah dibidangperdata dan tata usaha negara, diminta atau tidak diminta,melalui kerjasama dan koordinasi yang serasi. Didalammelaksanakan tugas ini Kejaksaan tidak melakukan "intervensi"terhadap instansi lain, tetapi Kejaksaan menjadi mitra kerja dan

- sumber untuk memperoleh pertimbangan hukum di bidangperdata dan tata usaha negara.

Contoh:- Pertimbangan/pendapat hukum dalam bentuk Legal Opinion.- Pertimbangan hukum diberikan dalam rapat Musyawarah Pimpinan

Daerah (Muspida).- Pertimbangan hukum diberikan dalam menyusun peraturan daerah.

d. Pelayanan Hukum.Yaitu semua bentuk pelayanan hukum yang diperlukan kepada

anggota masyarakat yang berkaitan dengan kasus atau masalahperdata dan tata usaha negara. Pelayanan hukum ini sangat luas

artinya dan berbagai macam bentuknya,Contoh: konsultasi, opini, informasi, nasehat hukum dan sebagainya.

e. Tindakan Hukum Lain.Yaitu tindakan hukum dibidang perdata dan tata usaha negaradidalam rangka menyelamatkan kekayaan negara atau didalamrangka memulihkan dan melindungi kepentingan masyarakatmaupun kewibawaan pemerintah. Tindakan hukum lain inimerupakan tindakan yang tidak termasuk dalam penegakan

100

hukum, bantuan hukum, pelayanan hukum dan pertimbangan

, hukum.I Contoh:

- Menjadi mediator dalam menyelesaikan masalah perdatadimana negara, pemerintah atau kepentingan umum

- terkait.

f. Menjamin Tegaknya HukumYaitu turut bertanggung jawab menegakkan hukum di bidangperdata dan tata usaha negara sebagai wakil atau untuk danatas nama negara/ pemerintah serta kepentingan umum.

g. Mengamankan Kekayaan NegaraYaitu melakukan upaya guna meredam atau mengurangitimbulnya resiko sehingga kekayaan negara bisa dilindungi,

. diselamatkan atau dipulihkan.

h. Menegakkan Kewibawaan PemerintahYaitu memberikan bantuan hukum kepada badan atau pejabattata usaha negara yang kewibawaannya dipertaruhkan dalamsengketa tata usaha negara.

i. Melindungi Kepentingan UmumTidak jarang kepentingan umum dirugikan sebagai akibat dariperbuatan perseorangan atau badan hukum. Kepentingan umumperlu dilindungi atau dipulihkan dari akibat perbuatan melawanhukum. Tindakan pemulihan berkaitan dengan tugas, fungsi danwewenang Kejaksaan yaitu untuk mewakili kepentingan umum.Mewakili kepentingan umum tercantum dalam Keputusan PresidenNomor 86 Tahun 1999 Pasal 21 huruff, yang menyatakan bahwasatuan kerja Jaksa Agung Muda bidang Perdata dan Tata UsahaNegara mempunyai fungsi pelaksanaan tindakan hukum di dalam/di luar pengadilan "mewakili kepentingan keperdataan darinega ra/pemerintah dan masyarakat berdasarka n jabata n ma u pu nkuasa khusus". Selanjutnya didalam Keputusan Jaksa AgungNomor: KEP-115/JAll0lt999 Pasal 348 huruf d dinyatakan:"Melaksanakan tindakan hukum untuk mewakili kepentinganmasyarakat dalam rangka pemulihan dan perlindungan hakkeperdataan, sehubungan dengan pemberian hak cipta, hakpaten, hak merek, hak peruntukan tanah, hak pengusahaan hutandan hak-hak keperdataan lainnya".

101

Agar dapat melakukan tugas, kewenangan, dan fungsi lembaga

keiaksaan dalam bidang perdata dan tata usaha negara maka seorang

Jaksa juga diharuskan untuk menguasai kemampuan danpengetatruan mengenai hukum perdata, tata usaha negara dan disiplin

ilmu lain yang berhubungan dengan tugas, fungsidan wewenangnya.

8.2.c. Tugas dan Wewenang Kejaksaan dalam BidangKetertiban Dan ketentraman Umum Serta TugasUmum Pemerintah dan Pembangunan di BidangHukum.

Dalam bidang ketertiban dan ketenteraman umum atau di kenaljuga

dengan istilah intelijen, kejaksaan turut menyelenggarakanll0kegiatanlll:

a. Peningkatan kesadaran hukum masyarakat;b. Pengamanan kebijakan penegakan hukum;c. Pengawasan peredaran barang cetakan;d. Pengawasan aliran kepercayaan yang dapat membahayakan

- masyarakat dan negara;e. Pencegahan penyalahgunaan dan/atau penodaan agama;

f. penelitian dan pengembangan hukum serta statistikkriminal112.

Tugas dan wewenang kejaksaan dalam bidang ketertiban dan

ketentraman umum serta tugas umum pemerintah dan pembangunan

di bidang hukum bersifat preventif dan/atau edukatif'

110 Yang dimaksud dengan ..turut menyelenggarakan,, adalah mencakup

kegiatan-kegiatan bersifat membantu, turut serta, dan bekerja sama. Dalam turut

mJnyetenggirakan tersebut, keja$aan senantiasa memperhatikan koordinasi dengan

instansi tert<ait (penjetasan Pasal 30 ayat (3) huruf c uU No. 16 Tahun 2004).

111 Pasal 30 ayat (3) Undang-Undang No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan

Republik Indonesia.

112 Berclasarkan hasil wawancara dengan wakil Kepala Kejaksaan Tinggi Jawa

Barat pada tanggal 27 \Agustus 2004, pukul 10.00 wIB di Ruangan wakil Kejaksaan

Tinggi Jawa Barat, diungkapkan bahwa penelitian dan pengembangan hukum sefta

staiiiik kriminal seharusnya bukan merupakan tugas dan wewenang dari bidang Intelijen,

akan tetapi seharusnya menjadi tugas dan kewenangan dari bidang Pidana umum dan

pidana khusus.

102

Tugas dan wewenang Kejaksaan di bidang intelijen ini perlu ditinjaukembali. Peninjauan kembali terhadap tugas dan kewenangan

ftersebut perlu dilakukan karena nilai-nilai yang terkandung dalamaturan tersebut tidak sesuai dengan perkembangan bangsa Indonesiasaat ini yang mengedepankan nilai-nilai kebebasan bagi warganegaranya untuk mengaktualisasikan dan mengekpresikan diri dalam

ikehidupan bermasyarakat.ll3 Disamping hal yang telah dikemukakandiatas, tugas dan wewenang menciptakan ketertiban dan ketentramanmasyarakat jelas merupakan tugas utama Kepolisian, bukan tugasdan wewenang Kejaksaan.

Seharusnya kejaksaan khususnya melalui bidang intelijen dalamfnelakukan tugas dan wewenangnya tidak hanya sebatas melakukan

'lnteligen perkara (judicial intelligence) saja, akan tetapi seharusnyamelakukan inteligen hukum (law intelligence). Inteligen hukumperupakan suatu bentuk kegiatan intelijen yang lebih luas dankomperehensif. Dalam inteligen hukum terdapat tiga macam kegiatanutama intelijen, yaitu; pertama, melakukan kegiatan pengamanan yangberhubungan dengan proses penyidikan dan penuntutan (Inteligenperkara). Kedua, analisa hukum (legal analysis)lla, adalah melakukananalisis terhadap peraturan-peraturan baik peraturan lama, baru maupunyang akan dibuat. Dengan dilaksanakannya analisa hukum olehKejaksaan khususnya pada bidang intelijen maka diharapkan Kejaksaanmemiliki pengetahuan yang selalu terdepan dan dapat memberikanmasukan tentang suatu peraturan. Ketiga, pengumpulan bahanketerangan (Information gathering), adalah mengumpulkan seluruhinformasiyang berhubungan dengan bidang hukum dan peradilan.lls

113 Salman Luthan dalam tulisannya Reformasi Organisasi Tugas dankewenangan Kejaksaan, KHN News Letter, edisi Juni 2003.

114 Berdasarkan hasil wawancara dengan Wakil Kepala Kejaksaan Tinggi JawaBarat pada tanggal 27 Agustus 2004, pukul 10.00 WIB di Ruangan Wakil KejaksaanTinggi Jawa Barat, diungkapkan bahwa pada saat ini di Kejaksaan telah dilakukan /egalanalysis yaitu bagian PUSLITBANG Kejaksaan Agung, dan hal itu bukan merupakanbagian dari tugas dan kewenangan dari Intelijen.

115 Ide dan masukan dari Bapak Suhadibroto untuk kemajuan dan pembaharuanKejaksaan dalam bidang Intelijen, disampaikan pada diskusi tanggal 19 Agustus 2004 diKHN.

103

8.3 DOKTRIN DAN KODE ETIK KE]AKSAAN

8.3.a. Ciri Hakiki KejaksaanCiri hakiki Kejaksaan terdiri atas tiga ciri yang menjadi perwujudandari lembaga penuntutan di Indonesia. Ketiga ciri itu adalah116:

1. Tunggal : bagi setiap warga kejaksaan menyadari di dalampelaksanaan tugasnya bahwa ia adalah satu dan tidakdapat dipisah-pisahkan, sehingga selain akan dapatsaling mewakili dalarfr tugas penegakan hukum jugaterkait langsung mengenaicitra kejaksaan karena baikdan buruknya dinilaidarisikap perilaku dan perbuatansetiap warganya.

2. Mandiri : berarti setiap warga Kejaksaan menyadari di dalampelaksanaan tugasnya bahwa Kejaksaan adalah satu-satunya badan hukum negara penuntut umum yangdiamanahkan dan dipercayakan masyarakat, negaradan pemerintah yang mewajibkan setiap warganya agarsenantiasa meningkatkan mutu pengetahuan dan' kemampuannya.

3. Mumpuni : berartisetiap warga kejaksaan menyadari bahwa dalampelaksanaan tugasnya wajib dilakukan dengan penuhprakarsa sendiri dan membangun sertamengembangkan kerjasama dengan badan negaraterutama di bidang penegakan hukum dilandasisemangat kebersamaan, keterpaduan, keterbukaan,dan keakraban guna mencapai keberhasilan.

Ciri hakiki Kejaksaan pada dasarnya telah memberikan penekananpada warga kejaksaan, khususnya jaksa selaku penuntut umum, untukbersikap profesional sebagai penegak hukum. Ciri kemanunggalanjaksa mencerminkan perlunya kesatuan dalam melakukan tindakanterlebih lagidalam menegakan hukum. Kemanunggalan ini pula yangmenjadi tolok ukur citra kejaksaan yang ditampilkan melalui sikapdan perilaku warganya.

116 Kejaksaan Agung, Kepufusan Jaka Agung Tentang Penyempumaan DoktrinKejaksaan Tri Krama Adhyaksa, Kepja No. kep-030/J.A/3/1988

104

Tugas utama sebagai penuntut umum yang dibebankan pada

. Kejaksaan menuntut kemampuan tinggi dalam bidang hukum. Olehlsebab itu ciri mandiri mewajibkan warga kejaksaan untuk selalu

meningkatkan mutu pengetahuan dan kemampuannya. Peningkatanitu merupakan satu kewajiban yang dibebankan lembaga ini kepada

.. para jaksa. Pendidikan lanjutan berupa pendidikan dan latihan yang

i dilakukan secara berkala seharusnya dapat dipergunakan secaramaksimal oleh jaksa dalam meningkat kemampuan tersebut.

Sebagai seorang profesional tentunya jaksa harus memilikikemampuan untuk mengembangkan hubungan baik secaraperorangan maupun lembaga. Inisiatif selalu dituntut dari keberadaan,seorang jaksa. Ciri mumpuni Kejaksaan seharusnya dapat selalu

"'menjadi pegangan bagi jaksa dalam mengembangkan kemampuantersebut. Hukum dalam dimensi yang luas tentunya tidak hanya'sekedar aturan yang tertulis dalam suatu undang-undang, hal yangterpenting dalam hukum adalah menciptakan keadilan yang tidakselalu menggunakan pendekatan menghukum. Upaya menghadirkankeadilan ditengah masyarakat bukan pekerjaan yang mudah, untukitu diperlukan kerjasama antar sesama penegak hukum. Hal itu yangdicirikan oleh lembaga kejaksaan.

8.3.b. Doktrin KejaksaanDoktrin Kejaksaan yang dikenal dengan sebutan Tri Krama Adhyaksamenjadi pedoman yang menjiwai setiap warga Kejaksaan dalam sikapmental yang terpuji117. Setidaknya harapan itulah yang timbul ataskeberadaan doktrin ini. Tiga doktrin tersebut adalah:1. Satya : setia dan taat serta melaksanakan sepenuhnya

perwujudan nilai-nilai Pancasila dan Undang-UndangDasar 1945, serta peraturan perundang-undangannegara sebagai warganegara kesatuan RepublikIndonesia, sebagai abdi masyarakat.

2. Adi : jujur, berdisiplin, dan bertanggung jawab.3. Wicaksana : bijaksana dan berperilaku terpuji.

1r7 ibid.

105

8.3.c. Kode Etik Jaksa

Kode etik bagijaksa atau lebih dikenal dengan Tata Krama Adhyaksa

merupakan tuntunan tata pikir, tata tutur, dan tata laku dalam

mewujudkan jati diri jaksa mandiri yang mumpuni, memilikikemampuan profesional, integritas pribadi dan disiplin tinggi dalam

mengemban bakti profesi kepada masyarakat, bangsa, dan negara'

Tatakrama Adhyaksa sebagai kode etik berisi panduan moral yang

dapat dikatakan masih bersifat umum dan belum terjabarkan secara

rinci. sebagai panduan moral tentunya hanya mengandung prinsip-

prinsip yang harus dijabarkan kembali dalam aturan yang dapat

dipahami dan bersifat aPlikatif.

Tata Krama Adhyaksa memiliki 15 butir panduan moral atau etik yang

terdiri dari118:

" 1. Jaksa adalah insan yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa yang tercermin dari kepribadian yang utuh

dalam pemahaman, penghayatan dan pengamalan Pancasila'

2. laksa sebagai insan yang cinta tanah air dan bangsa

senantiasa mengamalkan dan melestarikan Pancasila serta

secara aktif dan kreatif menjadi pelaku pembangunan hukum

dalam mewujudkan masyarakat adil yang berkemakmurandan makmur dalam berkeadilan.

3. Jaksa mengutamakan kepentingan masyarakat, bangsa, dan

negara daripada kepentingan pribadi atau golongan'

4. Jaksa mengakuiadanya persamaan derajat, persamaan hak,

dan kewajiban antara sesama pencari keadilan sertamenjunjung tingi azas praduga tidak bersalah, disamping

azas-azas hukum Yang berlaku.5. Jaksa dalam melaksanakan tugas dan kewajiban melindungi

kepentingan umum sesuai peraturan perundang-undangan

dengan mengindahkan norma-norma keagamaan, kesopanan,

dan kesusilaan serta menggali nilai-nilai kemanusiaan, hukum,

dan keadilan yang hidup dalam masyarakat'6. Jaksa senantiasa berupaya meningkatkan kualitas

pengabdiannya dengan mengindahkan disiplin ilmu hukum'

memantapkan pengetahuan dan keahlian hukum serta

106

118 E.y. Kanter, op.cit., hal L24-L25.

memperluas wawasan dengan mengikuti perkembangan dankemajuan masyarakat.

7. Jaksa berlaku adil dalam memberikan pelayanan kepadapencari keadilan.

B. laksa dalam melaksanakan tugas dan kewajibannyasenantiasa memupuk serta mengembangkan kemampuanprofesional, integritas pribadi, dan disiplin yang tinggi.

9. Jaksa menghormati adat kebiasaan setempat yang tercermindari sikap dan perilaku baik di dalam maupun di luarkedinasan.

10. Jaksa terbuka untuk menerima kebenaran, bersikap mawasdiri, berani bertanggung jawab, dan dapat menjadi teladandi lingkungannya.

11. Jaksa mengindahkan norma-norma kesopanan dan kepatutandalam menyampaikan pandangan dan menyalurkan aspirasiprofesi, di samping mematuhi hirarki dan aturan kedinasan.

12, laksa berbudi luhur serta berwatak mulia, setia, jujur, arif,dan bijaksana dalam tata pikir, tata tutur, dan tata laku.

13. Jaksa memelihara rasa kekeluargaan, semangat' kesetiakawanan dan mendahulukan kepentingan korpsdaripada kepentingan pribadi.

14. Jaksa menjunjung dan membela kehormatan korps sertamenjaga harkat dan martabat profesi.

15. Jaksa senantiasa membina dan mengembangkan kaderadhyaksa dengan semangat ing ngarso sung tulodo, ingmadyo mangun karsq tut wuri handayani.

Terhadap kelima belas butir kode etik ini, jaksa diwajibkan untukmematuhinya serta mengamalkan secara nyata dalam lingkungankedinasan maupun dalam pergaulan masyarakat. Tataran idealseorang jaksa tentunya harus selalu berpedoman pada kode etik ini,namun disatu sisiaturan tersebut memerlukan sebuah lembaga yangdapat mengawasi pelaksanaannya. Hal tersebut tidak diatur dalamkode etik ini.

Selain itu dalam kode etik ini tidak memuat sanksi bagi pelanggarnyadan mekanisme pembelaan diriyang diberlakukan untuk pelanggaranyang telah dilakukan. Komisi kode etik yang akan mengawasipelaksanaan kode etik baru dibentuk oleh organisasi Persatuan Jaksa

r07

(Persaja) dua tahun kemudian melalui keputusan pengurus pusatPersajalle. Pengaturan atas keberadaan Komisi kode etik ini terpisahdengan kode etik itu sendiri.

Sebagai perbandingan, kode etik advokat yang disusun oleh IkatanAdvokat Indonesia (IKADIN) memiliki perangkat yang rinci sebagaisebuah kode etik. Di dalam kode etik advokat terdapat aturan moral,

lembaga yang mengawasi pelaksanaan kode etik, sanksi bagi para

pelanggar, dan upaya untuk membela diri bagi mereka yang diduga

melakukan pelanggaran etik. Hal itu yang belum diatur secara rinci dalam

Tata Krama Adhyaka.

Perihal kode etik jaksa, sebagian besar jaksa yang dimintai tanggapan

menyatakan bahwa kode etik jaksa tidak'bergigl"tzo bila dibandingkan

dengan PP 30 tahun 1980 yang mengatur masalah disiplin pegawai

negeril21. Kode etik seharusnya dapat lebih mudah dipahami, lebih jelas,

dan lebih aplikatif dibandingkan saat ini122. Selain itu dalam halpelaksanaan pengawasan kode etik, seharusnya Persaja dan Dewan

Etik Kejakaan yang memegang peranan. Namun saat ini pelaksanaan

pengawasan tersebut dilakukan oleh Asisten Pengawasan dan Asisten

Pembinaan123.

1le Persatuan )al<sa, Keputusan Pengurus Pusat Percaja Tentang Komisi Kode

Etik Jaksa, Keputusan Pengurus Pusat Persaja No. Kep-001/Persaja/03/1995. Keberadaan

organisasi profesi menurut para nara sumber masih belum dirasakan manfaatnya. Berbeda

dengan organisasi IKAHI yang selalu memperjuangkan kepentingan para hakim yang

menjadi anggota dari organisasi tersebut.

120 Wawancara dengan narasumber di Kejari Medan pada tanggal 23 Agustus

2004. Nara sumber menyatakan bahwa kemungkinan permsalahan terdapat pada

sosialisasi. Sepanjang pengetahuan nara sumber, belum pernah ada jaksa yang diperiksa

berdasarkan kode etik, Nara sumber berharap jaksa sebagi profesi hukum tidak diaturmelalui PP 30 tahun 1980, melainkan menggunakan kode etik.

121 Wawancara mengenai kode eUk yang dilakukan terhadap para jaksa hampir

seluruhnya menyatakan bahwa kode etik saat ini belum menunjukan fungsinya sebagai

tata pikir, tata laku, dan tata tutur jaksa.

122 Wawancara dengan nara sumber di Kejari Surabaya pada tanggal 23 Agustus

2004.

123 Wawancara dengan nara sumber di Kejati JawaTimur pada tanggal 24

Agustus 2004.

108

C. SUMBER DAYA MANUSIA KEJAKSAAN;'rt iJndang-undang No.16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Pasal 1 ayat

(1) menyatakan bahwa jaksa adalah pejabat fungsional yang diberi.wewenang oleh undang-undang untuk bertindak sebagai penuntut

Imum dan pelaksanan putusan pengadilan yang telah memperolehkekuatan hukum tetap serta wewenang lain berdasarkan undang-undang. Selanjutnya jabatan fungsional jaksa menurut Pasal 1 ayat

, (4) UU No,15 Tahun 2004 adalah jabatan yang bersifat keahlian teknisdalam organisasi kejaksaan yang karena fungsinya memungkinkankelancaran pelaksanaan tugas Kejaksaan. Hal yang sama juga

terdapat dalam Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1991 tentang

"Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan Republik Indonesia(selanjutnya disebut Kepres No.55 Tahun 1991) Pasal 47 ayat (L) sld ayat (3) yang menyebutkan bahwa : "Jaksa adalah jabatanfungsional dan dapat menduduki jabatan struktural di lingkungankejaksaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yangberlaku."

, Kedudukan jaksa sebagai pejabat fungsional juga dipertegas lagidalam Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 1999 tentang RumpunJabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (selanjutnya disebut KepresNomor 87 Tahun 1999). Dalam Kepres tersebut disebutkan bahwajaksa termasuk dalam jabatan fungsional keahlian dalam rumpunhukum dan peradilan yang kegiatannya berhubungan denganpenelitian, peningkatan atau pengembangan konsep, teori danmetode operasional serta penerapan ilmu pengetahuan di bidanghukum, perancangan peraturan perundang-undangan sertapemberian saran dan konsultasi pada para klien tentang aspek hukum,penyidikan kasus dan pelaksanaan peradilan.l2a Selanjutnya sebagairumpun jabatan fungsional, jaksa mempunyai fungsi dan tugas yang

berkaitan erat satu sama lain dalam melaksanakan tugas dan fungsijabatan dalam rangka pelaksanaan tugas umum pemerintahan.l2s

124 Indonesia, Lampiran Keputusan Presiden tentang Rumpun labatanFungsional Pegawai Negei Sipil, Kepres Nomor 87 Tahun 1999, butir 18.

t25 lbid., Pasal 1 ayat (2).

109

Sebagai pejabat fungsional, jaksa tidak boleh mempunyai jabatan

atau pekerjaan rangkap, dan untuk itu jaksa memperoleh tunjanganjabatan fungsional (disamping gajinya sebagai pengawai negeri).126

ilal ini sangat penting untuk dikritisi. lebih lanjut oleh karena ada

beberapa aparat pemerintah, termasuk jaksa, yang mendudukijabatan struktural dan fungsional pada saat yang bersamaan.

Jaksa sebagai jabatan fungsional berkaitan erat dengan fungsi yang

secara khusus dijalankan oleh laksa dalam menjalankan tugaspokoknya yaitu sebagai pemegang kekuasaan negara dalam bidang

penuntutanl2T. Mengingat Jaksa mempunyai kualifikasi sebagaipejabat fungsional, maka persyaratan untuk dapat diangkat menjadi

iaksa metebihi persyaratan bagi pegawai negeri dan juga harus lulus

pendidikan dan pelatihan pembentukan Jaksa128. Sebagai pejabat

iungsional, Jaksa tidak boleh mempunyai jabatan atau pekerjaan

rangkapr2e. Untuk itu Jaksa memperoleh tunjangan jabatan fungsional

sebagaimana diatur dalam Pasal 11 jo Pasal 17 UU No. 16 tahun

ZOO4 io Keppres No. 158 Tahun 2000 Tentang Tunjangan Jabatan

Fungsional Jaksa, disamping gajinya sebagai pengawai negeri.

C.1. Rekrutmen

Rekrutmen adalah proses mencari dan menarik orang yang diinginkan

oleh organisasi untuk mengisi lowongan pekerjaan tertentu'130

126 Indonesia, Undang-Undang Tentang Kejaksaan, UU Nomor 5 Tahun 1991,

Pasal 11 jo. Pasal 17

127 Penuntutan adalah tindakan penuntut umum untuk melimpahkan perkara

ke pengadilan negeri yang berwenang dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam

Huium-lcara Pidina dengan permintaan supaya diperiksa dan diputus oleh hakim di

sidang pengadilan (Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan

Republik Indonesia).

u8 Lihat Pasal 9 ayat (1) dan (2) Undang-Undang No. 16 Tahrln 2004 tentang

Kejaksaan Republik Indonesia.

fe Lihat Pasal 11 undang-undang No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan

Republik Indonesia.

130 Keftas Kerja Pembaruan sistem Pembinaan sDM Hakim, Mahkamah Agung

Republik Indonesia, (Jakarta: 2003), hal.93.

110

Rekrutmen adalah tahap paling awaldan penting dalam pengelolaanSumber Daya Manusia (SDM), karena melalui rekrutmen dapat

! diketahui SDM yang memenuhi kualifikasitertentu untuk mendudukijabatan tertentu sesuai dengan tujuan organisasi.

Peran penting rekrutmen juga dirasakan pada pengisian jabatani fungsionaljaksa. Kritik pedas yang dilontarkan masyarakat terhadap

kualitas sebagian jaksa tidak dapat dilepaskan dari sistem manajemenSDM jaksa yang lemah.131 Pada saat ini, tujuan dari rekrutmen calonjaksa adalah untuk mengisi formasil32 jaksa yang kosong dikejaksaan.l33 Kekosongan formasi biasanya ditimbulkan oleh sebab-sebab yang rutin dan terukur, seperti adanya tenaga jaksa yang

lpensiun, dibentuknya kejaksaan yang baru (perluasan organisasi)"'atau sebab-sebab yang insidental, seperti adanya jaksa yang berhenti

atau meninggal dunia, dan sebagainya.

Rekrutmen yang didasarkan pada formasimerupakan hal lazim dalampola perencanaan dan pengelolaan SDM disuatu organisasi. Namun,penetapan tujuan rekrutmen yang hanya mengedepankan aspekpengisian formasi saja, cenderung menjadikan fungsi rekrutmenhanya menjadi proses administratif biasa. Padahal, tujuan hakiki dariproses rekrutmen adalah untuk mendapatkan jaksa yang berkualitasdan berintegritas agar kejaksaan dapat meningkatkan kualitas

tr1 Dari hasil wawancara dengan A.J. Day, S.H, diperoleh masukan bahwaBangsa Indonesia adalah bangsa beradab yang menjadi anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa. Timbul pertanyaan mengapa tidak digunakan standar dari PBB (Guidelines on

the Role ofProsecutol. Memang ada kesulitan dalam penerapannya, karenajaksa harus

digaji tinggi dan sebagainya sementara kondisi negara yang belum memadai sehinggaharus diimbangi dengan menanam rasa idealisme yang tinggi. Idealisme yang tinggi ini

diperoleh sejak rekruitmen, namun rekruitmen jaksa di Indonesia paling lemah karenafaktor'x'. Terdapat jaksa yang masuk pendidikan melalui seleksi yang katanya ketatnamun tidak mengerti hukum. Proses rekruitmennya menerima orang yang asal jadi.

132 Pengertian Formasi menurut PP Nomor 98 Tahun 2000 tentang PengadaanPegawai Negeri Sipil adalah penentuan jumlah dan susunan pangkat satuan PNS yang

diperlukan oleh suatu satuan organisasi untuk mampu melaksanakan tugas pokok, untukjangka waktu tertentu yang ditetapkan oleh yang berwenang.

133 Menurut keterangan Bambang Waluyo dalam wawancara di Kejaksaan AgungRepublik Indonesia, jumlah formasi rekrutmen jaksa dilakukan sebanyak jaksa yangpensiun.

111

tt

,J

pelayanannya kepada publik. Penetapan tujuan rekrutmen yang hanyabersifat admnistratif belaka tentunya berpotensi menimbulkanimplikasi negatif, berupa berubahnya tolak ukut: rekrutmen dariyangsemula yaitu kualifikasi calon jaksa untuk menghasilkan jaksa yangberkualitas dan berintegritas, menjadiada tidaknya personalia yangdapat mengisi formasi yang kosong.

Mekanisme reknrtmen jaksa-di Indonesia-mengan ir

ffigP, artinya seorang jaksa diangkat setelah ia terlebih dahuluferstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), berijazah sarjanahukum, mengikuti Pendidikan Pembentukan Jaksa (PPJ), kemudianditempatkan pada masa awal jabatannya dan akan dipromosikanmelalui mekanisme penjenjangan karir sampai pada tingkatan danjabatan tertinggi, jika memungkinkan. Sistem karir ini disebut sistemkarir tertutup, karena pengisian posisi-posisi di kejaksaan (kecualijabatan tertinggi, yaitu Jaksa Agung) harus diisi oleh jaksa yang telahberkarir sebelumnya. Melalui mekanisme rekrutmen dengan sistemkarir tertutup maka proses rekrutmennya cenderung tidak politis,tetapi sesuai dengan jenjang karir.

b. Pada saat mengajukan lamaran berusia serendah-rendahnyadelapan belas tahun dan setinggi-tingginya tiga puluh limatahun;13a

lv Pengangkatan sebagai calon PNS dapat dilakukan bagi mereka yang melebihi

usia tiga puluh lima tahun berdasarkan kebutuhan khusus bagi mereka yang telahmengabdi kepada instansi yang menunjang kepentingan nasional sekurang-kurangnyalima tahun sebelum PP ini ditetapkan dan dilaksanakan secara selektif

112

1/

V Proses rekutmen..di Kejaksaantelall"@iga1e ng

*.- n- niemiiiti kopp-,etensi.-dal,am hal-.peneim-aan-+ergaraai.*m.isa.tnya'-i''' ' psikotes i-qnq menssu-e! Angltatan-UdereMC.1.a. Rekruitmen Pegawai Negeri Sipil Di Kejaksaan

*"".r' ,f tentan6 Pengadaan Pegawai Negeri Sipil (selanjutnya disebut PP Nomor8- " ii llTahun 2002) io. Pasal 6 PP NomorgBTahun 2000 tentanq Penqadaan. 1. i .-

-

:__: -(t' Lpegawaj l,,teqeri.Sipil, pers

ty* a. Warga Negara Indonesia;

" F- I Menurut Pasal I angka 1 Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2002fu*] - | tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 2000

5- *{ le$p p:lgg9?ulP"s3ryiry:suri sjRil (selanjutnya disebulPP Nolor

c. Tidak pernah dihukum penjara atau kurungan berdasarkanputusan pengadilan yang sudah mempunyai kekuatan hukumyang tetap, karena melalukan suatu tindak pidana kejahatan;

d. Tidak pernah diberhentikan dengan hormat tidak ataspermintaan sendiri atau tidak dengan hormat sebagai PNS ataudiberhentikan tidak dengan hormat sebagai pegawai swasta;

e. Tidak berkedudukan sebagai calon/pegawai negeri;f. Mempunyai pendidikan, kecakapan, keahlian dan keterampilan

yang diperlukan;g. Berkelakuan baik;h. Sehat jasmani dan rohani;

. i. Bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan

"; Republik Indonesia atau negara lain yang ditentukan olehpemerintah dan;

. j. Syarat lain yang ditentukan dalam persyaratan jabatan.

Selain persyaratan umum dalam PP tersebut, KejqKs?ln Agglg_jgggte la h mengeluarkan "persyaratarLleknis-yan$harus"dipenuhtbagi,"calonpJsailingkura.an,Bep*lF,trkjndones.ia-dalam-K_e"pgtgsp,nJ.alsangu!&J$epia)-Noraar-XEP; 3ZA HN.A9l.20ol'tentang'Tata " CarapSnlm.ringanJ)alamf.e6gadaan"P..eg.a-W"ai!\legeriSiRil Kejakaan.Repuhlikl@sehu"tKe,pja..Npm-oJKEP":37-6lJA/-09J20-0fl .l&dgIr Ki"env.e"_m-engs.'t*p-g_t!y"g!,"?_t3l];p.gJs n*oleh,P-P- Nsmor.l-"lTahUru20OZ* ta pi juga memuat persya ratan-persya rata n khusus, ya itu :

a, Bagi pelamar yang pada waktu melamar sudah memiliki ijazahsarjana strata 1 (S1) hukum dan sarjana strata 2 (S2) hukumlulusan Perguruan Tinggi Negeri (PTN) atau Perguruan Tinggi Swasta(PTS) yang terakreditasi atau PTS yang disamakan dengan negeri135:

1. Nilai Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) strata 1 (S1) sekurang-kurangnya 2.75 dan nilai IPK strata 2 (S2) sekurang-kurangnya3.00; tro

u5 Apabila dalam ijazah 51, 52 tidak disebutkan akreditasinya, maka ijazahperlu dilampirkan surat keterangan dari universitas yang bersangkutan denganmenyebutkan akreditasinya.

116 Wawancara dengan Bambang Walujo, Kejaksaan Agung RI, standar nilaiIPK diturunkan dari yang sebelumnya. Hal ini dilakukan dalam rangka menjaring lulusandari universitas-universitas terbaik, karena pada umumnya untuk mendapatkan nilai IPKyang tinggi dari universitas-universitas tersebut sangat sulit.

113

b.

2. Sesuai dengan tanggal lahir yang tercantum dalam ijazah, pada

saat mengajukan lamaran pelamar berusia setinggi-tingginyadua puluh sembilan tahun;

3. Menguasai bahasa Inggris dan berijazah bahasa Inggris dengan

nilai Test Of English as Foreign LanguagelTOEFL sekurang-kurangnya 450

4. Bersedia mentadi calon tenaga pengajar;

Bagi pelamar yang pada waktu melamar sudah memiliki sarjana

strata I (S1) hukum lulusan PTN atau PTS yang terakreditasi atau

PTS yang disamakan dengan negeri137 : '1. Nilai IPK sekurang-kurangnya 2'75;2. Sesuai dengan tanggal lahir yang tercantum dalam ijazah, pada

saat mengajukan lamaran pelamar berusia dua puluh tujuhtahun;

3. Berijazah komputer dan menguasai bahasa Inggris;Bagi pelamar yang pada waktu melamar sudah memiliki sarjana

strata 1 (S1) non hukum sesuai dengan formasi yang tersedia,lulusan PTN atau PTS yang terakreditasi atau PTS yang disamakan

. dengan perguruan tinggi negeri138 :

1. Nilai IPK sekurang-kurangnya 2.75;2. Sesuai dengan tanggal lahir yang tercantum dalam ijazah, pada

saat mengajukan lamaran pelamar berusia dua puluh tujuhtahun;

3. berUazah komputer dan menguasai bahasa Inggris;13e

si Apabila dalam ijazah s1, s2 tidak disebutkan akreditasinya, maka ijazah

perlu dilampirkan surat keterangan dari universitas yang bersangkutan dengan

menyebutkan akreditasi nYa.

tss Apabila dalam ijazah 51 tidak disebutkan akreditasinya, maka ijazah perlu

dilampirkan surat keterangan dari universitas yang bersangkutan dengan menyebutkan

akreditasinya.

13e Wawancara dengan Azamul, S.H, Jaksa Penuntut Umum Kejaksaan Tlnggi

Sumatera Ulara,24 Agustus 2004.

140 Apabila dalam ijazah Diploma III tidak disebutkan akreditasinya, maka ijazah

perlu dilampirkan surat keterangan dari universitas yang bersangkutan dengan

menyebutkan akreditasinya.

174

c.

d. Bagi pelamar yang pada waktu melamar sudah memiliki sarjana

diploma III (D III) sesuai dengan formasi yang tersedia, lulusan

PTN atau PTS yang terakreditasi atau PTS yang disamakan dengan

perguruan tinggi negeril4o :

e,

t

1. Nilai IPK sekurang-kurangnya 2.75i2. Sesuai dengan tanggal lahir yang tercantum dalam ijazah, pada

saat mengajukan lamaran pelamar berusia dua puluh tujuhtahun;

3. .Berijazah komputer;Bagi yang pada waktu melamar sudah memiliki ijazah SekolahMenengah Umum (SMU) atau Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

1. Memiliki nilai dalam ijazah rata-rata 7.00 atau Nilai EbtanasMurni (NEM) rata-rata 5.00 atau Daftar Nilai Ujian Nasional(DANUM) rata-rata 6.00;

2. Sesuai dengan tanggal lahir yang tercantum dalam iiazah,berusia setinggi-tingginya tiga puluh lima tahun dan sekurang-kurangnya delapan belas tahun; berijazah keterampilanmengeti(komputer;

3. Khusus pelamar pengemudidiutamakan memiliki SIM B, khususpelamar keamanan dalam diutamakan yang memiliki sertifikatpelatihan keamanan/beladiri dan khusus pelamar kejuruan teknikdan tata boga diutamakan memilikisertifikat Balai Latihan Kerja.

Memilikitinggi badan sekurang-kurangnya 160 cm untuk pria dan157 cm untuk wanita, dengan berat badan ideal menurutkesehatan;Pada saat mengajukan lamaran pelamar belum menikah danbersedia tidak akan menikah sampaidiangkat menjadi PNS, dengandibuktikan melalui Surat Keterangan dari Kepala Desa/Lurahsetempat;Tidak bertato, tidak buta warna dan bebas narkoba.

Sudah diusulkan kepada Kejaksaan Agung yang diterima adalah yang

memiliki Indeks Pretasi Kumulatif 3 ke atas. Namun standarisasi IPK

tidak dapat diharapkan karena perbedaan standar pemberian nilai olehmasing-masing Perguruan Tinggi. Diusulkan pula calon-calon jaksa

direkrut dari Perguruan Tinggi Negeri, namun ditolak DPR denganalasan diskriminasi. Cara yang mungkin dapat menutupi kelemahaniniadalah dengan

, -iaksaJ*a [..r6*p,-.rn[r,(

141 Berdasarkan.wawancara dengan A.l, Day, S.H, Widyaiswara di PusatPendidikan dan Latihan Kejaksaan Agung pada tanggal 5 Nopember 2004.

g.

115

C.1.b. Rekruitmen Pejabat Fungsional Jaksa

Sepertitelah dijelaskan pada bagian sebelumnya bahwa jaksa diangkatsetelah ia terlebih dahulu berstatus sebagai PNS, berijazah sarjanahukum, kemudian diikutsertakan dalam PPJ dan selanjutnyaditempatkan pada masa awaljabatannya. Menurut Pasal 9 UU No 16

Tahun 2004 persyaratan yang harus dipenuhi bagi seorangjaksa adalah:Warga negara Indonesia;Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;

Setia kepada Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945;Berijazah paling rendah sarjana hukum;Berusia paling rendah 25 tahun dan paling tinggi 35 tahun;Sehat jasmani dan rohani;

g. Berwibawa, jujur, adil dan berkelakuan tidak tercela;h. Pegawai negeri sipil;i. Lulus Pendidikan Pembentukan Jaksa (PPJ).

f; Proses rekrutmen PNS di kejaksaan dimulai sejak pelamar mendaftar

X sebagai PNS kemudian lulus dan bersatus sebagai calon PNS dan

N me n g i kuti lati h a n p raja bata n. SeJg.UltIE *Eg5eq-Igkrgln elliaksa, d i m u l a i sej a k P N S d

i gq,u lko n .u n-tr ( !:1 e r' 9 ik".q"U JP-"I Keng&I] ul-qslfl

I aan kemudian diangkgtmenjadi iaksa.Untuk mengikuti PPJ, PNS yang

a.b.c.d.e.f.

ll-rr,}0, u

.'i. ,

I,*f ,,

7u*ir '

ili-r;sulkan harus bergelar sarjana hukum. Banyaknya PNS yang berniatuntuk mengikuti PPJ dan menjadijaksa terjadi karena beberapa sebab,antara lain karena alasan prestige karena jaksa melakukan tugas pokok

lembaga kejaksaan dan alasan kesejahteraan, yaitu tunjanganfungsionaljaksa yang jumlahnya lebih besar dibandingkan tunjangan

i struktural. Oleh sebab itu PNS di lingkungan kejaksaan yang berasal

ldari lulusan SMA, diploma III atau sarjana non hukum (yang pada

i umumnya ditempatkan di bagian tata usaha) juga berkeinginan untuki-menjadi jaksa melalui program penyesuaian.

4'"0 ,,:'X .Program nenyesuaiaeaclalah program mengenai PNS bagian tata usaha.fu f

* " (pada umumnya adalah lulusan SMA, diploma III atau sarjana non

hukum) yang diberi kesempatan untuk mengambil kuliah pada fakultashukum guna memperoleh gelar sarjana hukum terlebih dahulu dan

baru kemudian dapat diusulkan untuk mengikuti PPJ. Sayangnyamereka yang kuliah sambilan initidak mencari kualitas tapi hanya asal

lulus. Dalam undang-Undang Kejaksaan baru diperdebatkan batas umur

minimum. "Kami ingin tetap anak-anak yang pegawai lulusan sMA ini

116

didorong untuk maju. Namun ada yang tidak dikehendaki ialah yanglambat kemajuannya sehingga sudah usia lanjut. Undang-undang

f menegaskan batas usia maksimal peserta PPJ adalah 35 tahun.142l

bagi pelamar yang sejak awal sudah mempunyai gelarsarjana hukum, dua tahun pertama sejak ia diangkat menjadi PNS

akan ditempatkan juga pada bagian tata usaha guna mempelajari sblukbeluk administrasi perkara dan setelah itu baru untukmengikuti PPJ. Setelah lulus PPJ,

ran mauDun "dan

Dilihat dari segi positif maupun negatif, baik program penyesuaian'maupun tidak, mempunyai kelebihan dan kekurangan bagi masing-" masi ng ja ksa. ffi ian"adatatlprosesadaptasivgnq_lebl[ Se*at-dan-matang dengan*duniakeja{<saa,n. Kematangan,ini akin berpengaruh pada pembentukan mental jaksa tersebut. Disisi yang lain, Kem.flm"U".a["Le_ngqlgh*a"gh1t[-um"yp3g,b-*els?.!UK"ul?I.mB si h m inimala,tau.hahkan"dirag,uleft jika'lernbaEa'pendidikan- tempatdimana-va,n"q.ieds.g.ng[9..t.?,n...lltgn.u!:r[ut. llmg hukum. !iCpl<..."p-ernahte{dengar-afiau-maslh.-diragu. lsaukualitasnya"-"

Sebaliknya, jaksa yang tidak berasal dari program penyesuaian(program sarjana.!ukum) juga mempunyai kelebihan dan kekurangan.Kelebihannya adalah lulusan sarjana hukum baru (fresh graduate)tersebut pada umumnya berasal dari universitas yang kualitasnya dapatdipertanggungjawabkan. Selain itu jaksa yang berasal dari programsarjana hukum pada umumnya adalah sarjana hukum yang memangsejak awal berniat, bercita-cita atau bertekad untuk menjadi jaksa

Gidek-s6ma&a-mata" +nengqiar-tunjangen"ffiin,tlgkuangan*iaksa-.yan€-b@ffi&.dafi""pre9nmgarjena"&ukum*adaJa hpmses onj@rLprograwl-pen1rest ei&n, meskipun ha| inibergantung pada masing-masing individu jaksa dan tidak dapatdisamaratakan kepada semua jaksa.

Sepertitelah dijelaskan diatas bahwa rekrutmen merupakan prosesatau tahapan penting dalam menjaring sumber daya manusia yang

t42 Wawancara dengan A.J. Day, Widyaiswara di Pusat Pendidikan dan LatihanKejakaan Agung pada tanggal 5 Nopember 2004.

1t7

berkualitas. Oleh sebab itu dalam pelaksanaan dan tujuan rekrutmenjaksapun juga harus dilaksanakan dengan baik, agar dapat menjaring(calon-calon) jaksa yang berkualitas. Dalam ilmu psikologi, untuk-1

melihat kompetensi seseorang dalam melaksanakan tugas yang akan I

diembannya digunakan tiga aspek, yaitu pengetahuan,la3keteram pila n I skill dan kema mpua n/a bi I ity. 144 Melal u i ketiga aspek i ni

akan diperoleh sumber daya manusia yang tepat (fhe right man onthe right place), Oleh sebab itu tahapan rekrutmen yang baik terdiridari pengumuman,l4s pendaftaran dan seleksi administratif,la6 ujiakademis (tes tertulis),1a7 uji kepribadian dan wawancara,148

r43 Wawancara dengan Iman Sukirman, Lembaga Psikologi Terapan Fakultas

Psikologi Universitas Indonesia, 20 Juli 2004, pengetahuan jaksa dapat diukur dengan

cara menguji pengetahuan hukum yang sifatnya umum kepada calon-calon jaksa.

t44 lbid., Kemampuan/ability lebih diarahkan kepada aspek kognitif atau mental

pemikiran.' r4s Pengumuman pelaksanaan rekrutmen memiliki fungsi penting untuk

memberitahukan keberadaan proses penerimaan calon PNS kepada masyarakat. Dengan

adanya pengumuman, pihak-pihak yang memiliki minat untuk menjadi PNS dapatmengikuti proses rekrutmen dan memberikan lebih banyak kemungkinan kepada

kejaksaan untuk memilih tenaga yang dipandang cakap dalam melaksanakan tugasnya.

146 Fendaftaran administrasi adalah tahap dimana pelamar harus menyerahkan

seluruh persyaratan administratif yang telah ditetapkan. Pada tahap seleksi administratif,setiap berkas yang masuk diperiksa dengan teliti apakah telah memenuhi syarat-syaratyang telah ditentukan dalam pengumuman, baik dari segi kelengkapan dan keabsahan,

maupun dari segi lainnya.

147 Ujian akademis adalah bagian terpenting dari proses rekrutmen. Ujian ini

dilakukan untuk mengetahui kemampuan pelamar dalam menguasai pengetahuan umum,

pengetahuan hukum dan pengetahuan lainnya yang dipandang perlU.

14s Ujian kepribadian dan wawancara merupakan ujian yang dilakukan secara

lisan. Sebagai ujian lisan, ujian ini merupakan pelengkap dari ujian tertulis yang bertujuan

untuk meyakinkan hasil ujian tertulis, atau Sebagai salah satu usaha untuk lebih

mengetahui kecakapan pelamar, Dalam tahap uji kepribadian dan wawancara yang

dilakukan secara lisan, aspek yang ditekankan dalam pengujian ini meliputi kejujuran,integritas, tanggung jawab, ketelitian dan keserasian antara pikiran dan tindakan. Ujian

ini dapat dilakukan dengan tim penguji dari Kejaksaan Agung, bekerjasama dengan

lembaga psikologi universitas. Kerjasama ini menurut keterangan Iman Sukirman dari

Lembaga'Psikologi Terapan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia sudah pernah

dilakukan, namun tidak berlanjut.

118

pemeriksaan hasil akhir,lae pengumuman ujian/selbksi,lso dan*1pendidikan dan pelatihan jaksa.1sl Pada masing-masing tahapan flberlaku sistem gugur, sehingga hanya pelamar yang memenuhi syarat /saja yang dapat mengikuti tahapan rekrutmen selanjutnya hingga

I

sampai kepada tahapan akhir rekrutmen. *l

C.2. PENDIDIKAN PEMBENTUKAN JAKSA

C.2.a. Pelaksanaan PPJ

Seperti telah dijelaskan di atas, salah satu persyaratan bagi seorang:iaksa adalah lulus Pendidikan Pebentukan Jaksa. Program tersebutdilaksanakan dengan tujuan agar PNS memiliki kemampuanprofesional dan integritas kepribadian guna melaksanakan tugaspenegakan hukum dan misi keadilan. Pelaksanaan program tersebutdilakukan oleh Pusat Pendidikan dan Latihan (Pusdiklat) KejaksaanAgung dan wajib diikuti oleh setiap PNS di lingkungan kejaksaanya n g a ka n m e nj a d i ja ksa. P. e Ia ksa na an*rekrutme n .oese rta "pPJ"terdi rida ri beberapa taha p*yaitutahap^ peng,usutanJJ$Hrkmeniadipese*aP!!-dan-tabapqiiatreewadagan rnasuk "P"EL

C.2.b. Pengusulan

Untuk diterima sebagai peserta PPJ, setiap PNS Kejaksaan harusdiusulkan oleh pimpinan iaiAran kei* sz

14e Biasanya penentuan kelulusan dilakukan secara tertutup dengan dalih untukmenjaga kerahasiaan. Pemeriksaan ujian tertulis hendaknya terdiri dari sekurang-kurangnya dua orang pemeriksa yang ditunjuk oleh panitia ujian dan jika ada perbedaannilai antara pemeriksa yang satu dengan pemeriksa yang lain, maka nilai peserta ujianadalah hasil bagi jumlah nilai yang diberikan masing -masing pemeriksa ujian.

1s0 Pengumuman hasil ujian hendaknya mencantumkan kriteria penentuankelulusan yang kredibel, sehingga tidak menimbulkan dugaan yang bermacam-macam.

s1 Saat ini, pendidikan dan pelatihan untuk menjadi jaksa diberikan dalamPendidikan Pembentukan laksa (PPJ).

1s2 Indonesia, Sunt Edann laka Agung tentang Petunjuk Pelaksanaan, TataGra, Peneimaan dan Pendidikan tumbentukan Jaksa, SEIA Nomor SE-002/JA/5/1988,butir 3.

119

a.b.

c,

a. Bagi pegawai Kejaksaan Agung, s'erendah-rendahnyadiusulkan oleh sekretaris bidang;

b. Bagi pegawai Kejaksaan Negeri atau Kejaksaan Tinggi,serenda h-renda h nya d iusulka n oleh Kepa la Keja ksaa n Negeriatau Kepaia Kejaksaan Tinggi yang bersangkutan.

Pengusulan tersebut disampaikan kepada Jaksa Agung Muda BidangPembinaan (Jambin) setelah PNS yang diusulkan untuk mengikuti PPJ

memenuhi persyaratan umum dan persyaratan khusus, sebagaimanaditetapkan dalam Keputusan Jaksa Agung Nomor Kep-027/blJAl3lL9BBtentang Persyaratan Khusus dan Tata Cara Penyaringan DalamPengadaan PNS Kejaksaan Republik Indonesia.

C.Z.c. Persyaratan Untuk Menjadi Pesefta PPJMenurut Surat Edaran Jaksa Agung (SEJA) Nomor SE-002/JAI5/1988tentang Petunjuk Pelaksanaan, Tata Cara, Penerimaan, dan PendidikanPembentukan Jaka, persyaratan umum bagi peserta PPJ adalah sebagaiberikut :

Telah berstatus sebagai PNS;Berijazah sarjana hukum dari PTN atau yang dipersamakan;Memiliki prstasi, dedikasi, loyalitas, yang tinggi sebagaimanatercermin dalam Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3)dengan kualifikasi baik atau lebih untuk setiap unsurnya, dengannilai serendah-rendahnya delapan puluh;Tidak tercela, antara lain tidak sedang menjalani hukumandisiplin, tidak sedang dalam pemeriksaan bidang pengawasanatau pihak lainnya;Berasal dari lingkungan keluarga yang bersih;Berbadan sehat, tidak buta warna dan tidak cacat;Bersedia ditempatkan di seluruh Indonesia tanpa jabatanstruKural.

Persyaratan ini hampir serupa dengan persyaratan bagi peserta PPJ

yang terdapat dalam Pasal 9 Keputusan Jaksa Agung Nomor LO9/JA|L1lL994 tentang Persyaratan Peserta Pendidikan dan PelatihanKejaksaan.ls3 Persyaratan bagi peserta diklat PPJ menurut Kepja NomortOglJAl L1l L994 adalah :

153 Ketentuan dalam Kepja ini tidak menghapus segala ketentuan yang tidakbertentangan dengan kepja ini dalam semua ketentuan yang mengatur persyaratanpesefta diklat yang telah ada sebelum Kepja ini dikeluarkan. (termasuk dalam SEIANomor SE-002 lJAlSlLgBe), lihat Pasal 13 Keputusan Jaksa Agung tentang PersyaratanPeserta Pendidikan dan Pelatihan Kejaksaan, Kepja Nomor t09lJ!.ll0lL994.

120

d.

e.t.g.

\-

a. Warga Negara Indonesia;b. Beftaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;c. Setia kepada Pancasila dan UUD 1945;d. Bukan bekas anggota organisasi terlarang PKI, termasuk

organisasi massanya atau bukan seseorang yang terlibatlangsung atau tidak langsung dalam G 30 S/PKI atau organisasiterlarang lainnya;

e. Pegawai kejaksaan dengan masa kerja sekurang-kurangnya 2tahun;

f. Sarjana hukum;g. Berusia sekurang-kurangnya 25 tahun dan setinggi-tingginya

35 tahun;

", h. Berkelakuan tidak tercela;i. Sehat rohanidan jasmani;j, Tinggi badan sekurang-kuragnya 160 cm untuk pria dan 155

' cm untuk wanita.

C.2.d. Ujian Penyaringan Masuk PPJUjian penyaringan masuk PPJ diadakan satu kalidalam setahun sesuaidengan kebutuhan. Dahulunya, ujian penyaringan ini hanya diadakanterhadap pegawai kejaksaan yang berusia setinggi-tingginya 40 tahun,telah 2 tahun memiliki masa baKi di kejaksaan, berpangkat serendah-rendahnya Muda Darma TU (II/b)-PGPS.1s4 Ujian penyaringan masukPPJ terdiri dari psikotest, ujian pengbtahuan hukum dan keadilan, sertates kesehatan. lss

Psikotest diadakan untuk mengetahui tingkat integritas kepribadian,tingkat kemampuan intelektual, kemandirian, kemampuan mengambilkeputusan, kepekaan, daya analisa dan perilakunya.t56 Pelakanaan ujianpsikotest dapat digabung dengan wawancara, karena psikotest adalahdata pertama yang diperoleh dari wawancara dan observasi/pengamatan, sedangkan alat tes digunakan hanya untuk membantupelaksanaan psikotest.lsT

tsa lbid., butir 4.

tss lbid., butir 4.3.

1s6 lbid., 4.3.7

1s7 Wawancara dengan Iman Sukirman, Lembaga Psikologi Terapan FakultasPsikologi Universitas Indonesia, 20 )uli 2004.

r2r

Ujian pengetahuan hukum dan keadilan dilakukan secara tedulis dan

apabila dipandang perlu dilaksanakan secara lisan. Ujian pengetahuan

hukum dan keadilan terdiri dari hukum pidana umum, hukum pidana

khusus, hukum acara pidana umum, hukum acara pidana khusus,

administrasi perkara, administrasi intelijen, administrasi umum dan cita

calon peserta sehubungan dengan penegakan hukum dan keadilan.lss

Selanjutnya tes kesehatan meliputi pemeriksaan mata, telinga, paru-

paru, ginjal, darah, organ tubuh bagian dalam lainnya dan pemeriksaan

bagian luar.lse

C.2.e. Panitia Ujian PenYaringanpanitia ujian penyaringan masuk PPJ bertugas untuk mempersiapkan

program uiian penyaringan, melakukan seleki dan mengusulkan pesefta

yang tului ujian penyaringan dan dapat mengikuti PPJ. Panitia ujian

penyaringan masuk PPJ terdiri dari :

f . iksa ngung Muda Bidang Pembinaan (Jambin), sebagai ketua

2. Jaksa Agung Muda Bidang Pengawasan Umum (Jamwas),

sebagaiwakil ketua

. 3. Kepala Biro Kepegawaian (Karopeg), sebagai sekretaris

4. Jaksa Agung Muda Bidang Intelijen (Jamintel), sebagai anggota

5. Jaksa Abung Muda Bidang Tindak Pidana Umum (Jampidum),

sebagai anggota6. JaksJAgung Muda Bidang'Tindak Pidana Khusus (Jampidsus),

sebagai anggota7. Kepala Pusat Pendidikan dan Latihan, sebagai anggota

Pernah diusulkan seleksi peserta PPJ dilaksanakan oleh Widyaiswara,

karena rendahnya kualitas peserta yang dipilih oleh Kejaksaan Agung.pernah pula pimpinan di Kejaksaan Agung meminta widyaiswara

meningkatkan kemampuan mengajarnya, namun sebenarnyaWidyaiiwara telah bekerja keras, tapi kualitas peserta PPJ yang rendah.

Darifakta demikian, saat ini sedang dipertimbangkan proses rekruitmen

yang dilaksanakan oleh badan independen.l@

tss Op.cit.,4.3.2.

tse [bid.,4.3.3

160 Wawancara dengan A.J. Day, S.H, Widyaiswara di Pusat Pendidikan dan

Latihan Kejaksaan Agung pada tanggal 5 Nopember 2004.

122

C.2.f. Persyaratan Kelulusan Ujian Penyaringan Masuk PPJ

fPeserta ujian penyaringan masuk PPJ dinyatakan lulus ujian masukpenyaringan dan dapat diterima sebagai calon siswa PPJ oleh JaksaAgung yang ditetapkan dalam Keputusan Jaksa Agung berdasarkan_ust1l-

,[email protected]. MAGANG

Program magang sudah dilaksanakan bagi calon jaksa namun hal initidak terpublikasi.16l Melalui program magang, diharapkan calon jaksadapat lebih mudah memahami teori hukum maupun peraturan sertamengaplikasikan teori tersebut di lapangan dengan bai( karena pada

"dasarnya kemampuan seorang jaka dituntut lebih banyakdalam praktek,agar lebih banyak mempunyai pengalaman. Semakin banyak pengalamanatau )am terbang" seorang jaka, maka akan semakin baik, karenadengan pengalaman yang banya( maka jaka ditempa untuk memahamiperka ra, berpiki r sistematis, teram pi I da n mem pu nya i kesta bila n emos i.Hal ini tidak mengesampingkan pentingnya teori ilmu hukum, namunteori tidak akan maksimal tanpa diimbangi dengan praktek dan melaluipraktek dapat diimplementasikan teori secara nyata.

C.4. PEMBINAAN PROFESI

C.4.a. Kepangkatan dan Golongan Awal

Calon PNS yang diangkat menjadi PNS diberikan pangkat sesuai denganijazah yang dimiliki dan dipergunakannya pada saat melamar sebaEaiPNS.162 Untuk lebih jelasnya, kesesuaian pangkat dan ijazah tersebutdapat dilihat pada tabel di bawah ini.

16r Wawancara dengan R. Dondy K. Sudirman, S.H, Asisten PengawasanKejaksaan Tinggi Jawa Timur, 23 Agustus 2004.

162 Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 2000 tentang PengadaanPegawai Negeri Sipil, Pasal 16 dan Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2002 tentangPerubahan Atas Peraturan Pemerintah Noor 98 Tahun 2000 tentang Pengadaan Pegawai.Negeri Sipil, Pasal I angka 2 jo. Pasal 11 Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 2000tentang Pengadaan Pegawai Negeri Sipil.

t23

Ijazah Yang Digunakan Pada SaatMelamar Sebagai Pegawai Negeri Sipil Pangkat Go longan

Surat Tanda Tam at Bela jar (5TTB)/ijazahSekolah Dasar atau yang setingkat

Ju rum uda t/a

STTB/ijazah Seko lah Lan jutan T ingkaiPertama (SLTP) atau yang setingkat Juru llc

STTB/ijazah Seko lah Lan jutan T ingkat Atas(SLTA ), Diplom a I, atau yang setingkat

Pe ng a turMuda ll la

STTB/ijazah sekolah guru pendidikan luarbiasa atau Diploma II

Pe ng aturMuda

T in gkat Ifilb

I jazah sarjana muda, akadem i, atauDiploma III P e ng atur ll /c

Ijazah sarjana (51) atau Diploma IV Pe nataMuda lllla

Ijazah dokter, ijazah apoteker dan magister(52) atau ijazah lain yang setara

Pe na taMuda

T in gkat I

III/b

Ijazah doktor (S3) Pe na ta III/c

/i o ^.i,**"g-' \,.."i'.^*-,,* (ryY'-'

C.4.b. Pembinaan Profesi Jaksa

Pembinaan profesijaksa bertujuan untuk menjaga dan meningkatkanprofesionalitas jaksa agar tetap menjalankan tugas dan kewajibannya

dalam memberikan pelayanan kepada publik dengan baik. Pembinaanprofesi ini tidak boleh didasarkan pada like and dislike seorang atasan

terhadap bawahannya, karena hal inidapat menimbulkan kesenjangandiantara para jaksa dan lebih jauh lagi akan membawa akibatberkurangnya profesionalitas jaka. Melalui pembinaan karir yang baiksesuai dengan prinsip reward and punishmenf akan diperoleh jaka-jaka yang berkualitas, karena pada akhirnya hanya jaksa-jaksa yang

berkualitas dan menunjukan performanceYang baik saja yang layakdan dapat bertahan di kejakaan.

r24

it

r*ii.r' ;l*

Pembinaan profesi tersebut dapat dilakukan melalui beberapa tahapan

.atau proses yang dimulai dari magang, diklat PPJ, diklat fungsional,fdiklat teknis dan diklat-diklat lainnya serta sarana lainnya dalam rangkapeningkatan kualitas jaksa. Sebagai contoh pembinaan profesi jaksayang telah dilakukan oleh beberapa Kejaksapan Negeri dan KejakaanTinggi antara lain adalah diklat teknis,l6a dinamika kelompok,l6s daniekspose.166 Selain itu pembinaan profesi juga dapat dilakukan blehmasing-masing individu jaksa, yaitu melalui pendidikan formal, diskusi,seminar, penelusuran literatur baik di perpustakaan maupun internet,dll, Melalui proses ini pengetahuan hukum yang didapat oleh jaksa tidakterhenti ketika ia lulus PPJ, melainkan justru bertambah seiring denganpengalaman yang dimilikinya dan perkembangan hukum dan perundang-0ndangan. Dengan demikian, seharusnya kualitas pengetahuan jaksa

"bertambah dan terjaga dengan baik. Sayangnya upaya individu tersebut

masih minim karena kurangnya inisiatif darijaksa untuk mengembangkan(emampuan profesionalnya.

Selain itu, dalam rangka pembinaan profesijaksa, sarana dan prasaranayang menunjang pelaksanaan tugas-tugas jaksa juga harus tersedia.Sarana dan prasarana tersebut antara lain alat-alat tulis dan kantor,komputer, kendaraan tahanan, kesejahteraan, dll. Pada kenyataan di

164 Wawancara dengan Abner Pasaribu, S.H, Asisten Pembinaan KejaksaanTinggi Sumatera Utara, diklat teknis yang telah dilaksanakan di Kejaksaan Tinggi SumateraUtara ini antara lain pendidikan dan latihan mengenai HAM, cyber crime, intelijen dansandi.

15s Dari hasil wawancara dengan para jaksa di beberapa Kejaksaan Negeri danKejaksaan nnggi di wilayah Sumatera Utara, Jawa Timur, Sulawesl Selatan dan JawaBarat, diperoleh keterangan bahwa dinamika kelompok ini sering dilakukan gunamenambah pengetahuan hukum para jaksa sesuai dengan perkembangan. Dalamdinamika kelompok setiap jaksa diberi kesempatan untuk berbicara, bertukar informasi,menyampaikan pendapat atau pengetahuannya atau berdiskusi mengenai suatupermasalahan hukum atau peraturan perundang-Undangan yang baru lahir. Melaluidinamika kelompok para jaksa juga belajar untuk berbicara dengan baik di depan umumdan bagi para jaka yang telah mengikuti diklat teknis diwajibkan untuk mensosialisasikansekaligus menularkan pengetahuan yang didapatnya selama mengikuti pendidikan tekniskepada rekan-rekan kerjanya.

166 Wawancara dengan Walujo, S.H (Wakil Kejaksaan Tlnggi Sumatera Utara)dan Abner Pasaribu, S.H (Asisten Pembinaan Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara) Eksposeadalah pemaparan kasus yang sedang ditangani oleh laksa Penuntut Umum kepadastaff-staff lainnya guna memperoleh informasi, diskusi dan kesamaan pandanganmengenai kasus tersebut.

125

lapangan, sarana dan prasarana ini sangat kurang, seringkali jaksa

harus memenuhi kebutuhan pelaksanaan tugasnya sendiri.167Meskipun demikian, kemauan atau keinginan yang kuat dari seorangjaksa untuk terus belajar dan menimba pengalaman sehingga menjadijaksa yang profesional juga amat sangat dibutuhkan.

1. Diklat Dalam Jabatan

Pendidikan dan latihan (selanjutnya disebut diklat) terdiri dari diklatprajabatan dan diklat dalam jabatan. Diklat dalam jabatandilaksana ka n untu k mengemba ng ka n pengetah ua n, keterampila n da n

sikap PNS, agar dapat melaksanakaan tugas-tugas pemerintahan dan

pembangunan dengan sebaik-baiknya. Diklat dalam jabatan terdiridari diklat kepemimpinan, diklat fungsional dan diklat teknis. Diklat

fungsional dilaksanakan untuk mencapai persyaratan kom petensi yang

sesuai dengan jenis dan jenjang jabatan fungsional masing-masingyang ditetapkan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian kepada PNS yang

telah menduduki jabatan fungsional tertentu,l68 misalnya PPJ.

Pendidikan dan pelatihan jaksa dalam jabatan dilaksanakan di

Pusdiklat. Materinya disesuaikan dengan kebutuhan dan jenisnya yaitu

intelijen yustisial, pidana khusus, perdata dan tata usaha negara,pengawasan serta pidana umum. Berkenaan dengan jabatanstruktural, terdapat Pendidikan dan Pelatihan Pimpinan (Diklatpim).Dahulu Diklatpim III disebut Sepama, Diklatpim II disebut Sepamen/

Sespamnas, sedangkan Diklatpim I disebut Sepapi (sepertiLemhanas). Diklat fungsional terbagi menjadi tiga, tergantungpesertanya. Peserta Diklat Fungsional III diikuti oleh jaksa dengangolongan pangkat IIIa, IIIb dan IIIc. Peserta Diklat Fungsional IIdiikuti oleh jaksa dengan pangkat IIId, IVa atau setingkat Kepala

Kejaksaan Negeri. sedangkan Diklat Fungsional I lebih ditujukankepada jaksa pada tingkat pembuat kebijakan. Syarat-syarat danpemanggilan untuk mengikuti Diklat ditentukan oleh BiroKepegawaian. Mekanismenya berawal dari usulan rencana Diklat olehpusdiklat, setelah disetujui maka akan dikirimkan surat ke Biro

157 Wawancara dengan L. Tambunan, S.H, Kepala Seksi Pidana Umum Kejaksaan

Negeri Medan, Sumatera Utara, 23 Agustus 2004'

L8 lbid, Pasal 11 ayat (1) dan (2) dan Pasal 15.

126

Kepegawaian untuk kemudian dipanggilkan para peserta Diklat. Hal

Uini serupa dengan mekanisme PPJ.16e

Sementara di lingkungan Kejaksaan seseorang yang dikirim untukmengikuti pelatihan biasanya dikarenakan faktor subyektif dari atasan

..langsung yang mempunyai wewenang, sehingga seringkali pemilihan/i penunjukan tersebut dirasakan sangat tidak adil bagijaksa-jaksa lain.Sehingga perlu diterapkan parameter yang jelas mengapa seseorangditunjuk untuk mengikuti pelatihan. Sebenarnya sistem penggunaanparameter ini sudah diterapkan di beberapa Kejaksaan, akan tetapibanyak juga yang masih mendasarkan penunjukan pada pemikiranyang subyektif. Kendala yang dihadapi dalam jaksa-jaksa muda untukineng ikuti d iklat ada la h ketida kpercayaa n atasan dengan jaksa-jaksahuda. Padahalyang utama dibutuhkan oleh para Jaksa muda adalahkesempatan untuk mengerjakan kasus yang bagus dan mengikutipelatihan dan pendidikan. 170

Ir4enurut Sistoyo, S.H., PPJ belum maksimal. Hal ini berdasarkanpengalamannya, yang disajikan dalam PPJ hanya kerangka teori tanpamelihat kondisi real di persidangan. Dahulu calon jaksa tidakditempatkan di bagian administrasi ketika menunggu pengangkatanmenjadijaksa, ia diberikan pengalaman untuk mengikutisuatu praktikkerja lapangan selama jangka waktu tertentu, kemudian hasil laporanpraktik kerja lapangan tersebut dipresentasikan di depan Kajari danpimpina n secara berjenjang. 171

Pendidikan khusus digunakan sebagai salah satu cara untukmeningkatkan kemampuan jaksa. Namun pendidikan khusus tersebutbersifat tidak merata, sehingga masing-masing jaksa mendapatkanjatah dan kesempatan yang sama dengan jaksa-jaksa yang beradadi kota besar untuk mengikuti pendidikan khusus tersebut. Selain itujuga diperlukan suatu mekanisme baru agar Jaksa peserta pendidikan

16e Wawancara dengan Bambang Waluyo, S.H, Op. Cit.

r70 Wawancara dengan M. Sugiono, S.H., Kepala Sub Bagian PembinaanKejaKaan Negeri Bandung, Jawa Barat, 25 Agustus 2004

171 Wawancara dengan Sistoyo, S.H., Kepala Seksi Prapenuntutan KejaksaanNegeri Bandung, Jawa Barat, tanggal 25 Agustus 2U04.

127

khusus itu bisa membagi pengetahuan yang didapatkannya denganjaksa-jaksa lain di tempat dia di tugaskan.172

2. Diklat Teknis

Diklat teknis dapat dilaksanakan berjenjang untuk mencapaipersyaratan kompetensi teknis yang diperlukan untuk melaksanakantugas PNS dan ditetapkan oleh instansi teknis yang bersangkutankepada PNS yang membutuhkan peningkatan kompetensi teknisdalam pelaksanaan tugasnya.173 Pembinaan diklat teknis dilakukan

oleh instansi teknis yang bersangkutan dan berkoordinasi dengan

instasi pembina melalui penyusunan pedoman diklat, pengembangan

kurikulum diklat, bimbingan penyelenggaraan diklat dan evaluasidiklat.174

Mengenai diklat kejaksan saat ini menurutnya sudah cukup baik

karena telah diberikan teknik penanganan perkara. Namun mengenai

pendidikan khusus, misalnya pendidikan tentang korupsi, lingkungan

hidup, dsb, ia rasakan masih kurang karena kesempatan bagijaksauntuk mengikuti pendidikan tersebut masih minim. Hal ini terjadijuga dalam pendidikan berjenjang yang saat ini dirasakan masih

kurang memberikan kesempatan yang cukup bagi jaksa, karena

anggaian yang terbatas. Sehingg6 sudah seharusnya pemerintah

meningkatkan anggaran pendidikan dan sarana serta prasarana. Saat

ini Kejaksaan Agung yang menentukan parameter siapa yang dapat

mengikuti pendidikan berjenjang da n spesia lis, pelaksana pen unj u kan

dilakukan oleh Kejaksaan Tinggi.lTs

Seorang calon jaka perlu untuk ditempatkan di bidang teknis. Mereka

tidak hanya ditempatkan di bidang administrasi tetapi diberlakukannya

172 Wawancara dengan Rorogojega S. Kepala Seksi Penuntutan Kejaksaan Tinggi

Jawa Barat pada tanggal 26 Agustus 2004

173 lbid., Pasal 12 ayat (1) s/d (3), Pasal 16.

t74 lbid, Pasal 29 aYat (1) dan (2).

17s Wawancara dengan Kepala seksi Pidana Khusus Kejaksaan Negeri surabaya,

Jawa Timur, tanggal 23 Agustus 2004

r2B

magang di bidang teknis menjadi kurikulum PPJ. Hal inimelihat bahwa

*dengan adanya program tersebut akan sangat menolong calon jaksalsendiri di lapangan. Berdasarkan pengalamannya saat diklat dulu,sebagian besar calon jaksa yang bekerja di kejaksaan agung dankejaksaan tinggi minim pengalaman teknis di lapangan, contohnya

,menyusun suatu surat dakwaan, tuntutan, dan sebagainya.iPermasalahan lain yang timbul setelah pelaksanaan diklat adalahpenempata n ja ksa-ja ksa tida k sesua i dengan keteram pi lan/kea h I ia nyang didapat dari diklat tersebut.176

3. Kurikulum Diklat

Kurikulum diklat mengacu pada standar kompetensijabatan, dimana"ienyusunan dan pengembangan kurikulum diklat dilakukan denganmelibatkan pengguna lulusan, penyelenggara diklat, peserta dan alumnidiklat, serta unsur ahli lain.m:177 Kurikulum diklat prajabatan dandiklatpim ditetapkan oleh instansi pembina, kurikulum diklat fungsionalditetapkan oleh instansi pembina jabatan fungsional (yaitu lembagapemerintah yang bertanggung jawab atas pembinaan jabatanfungsional menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku), dankurikulum diklat teknis ditetapkan oleh instansi teknis yangbersangkutan.lTs

Penyusunan standar materi-materi PPJ dilakukan berdasarkanKeputusan Jaksa Agung, Terdapat pembagian pelajaran yang terdiridari pelajaran pokok, inti, dan wawasan. Setiap dilaksanakannya PPJ

akan dikeluarkan Keputusan Jaksa Agung mengenai hal tersebut.Revisi materijuga dimungkinkan dilakukan setiap kali akan diadakanPPJ. Penerbitan Keputusan Jaksa Agung ini penting sebagai standarminimum pemberian materi PPJ. Pelajaran pokok terdiri dari etikaprofesi jaksa, peraturan baris berbaris, budi pekerti dan EmotionalSpiritual Quotien.tTe

176 Wawancara dengan Bangkit Haryono, Kepala Sub Bagian PembinaanKejaksaan Negeri Surabayb, Jawa Timur, 23 Agustus 2004

117 lbid., Pasal 17 ayat (1) dan (2).

t?8 lbid., Pasal 17 ayat (3) sampai dengan ayat (5).

17e Wawancara dengan Bambang Waluyo S.H, Kepala Pusat Pendidikan danLatihan Kejaksaan Agung pada tanggal 1 Nopember 2004

129

Kurikulum PPJ disusun oleh Pusat Pendidikan dan Latihan Kejaksaan

dengan petunjuk dari Kejaksaan Agung, karena secara struktural

berJda di bawah Jaksa Agung Muda bidang Pembinaan. Seringkali

para pimpinan menambahkan materi-materi kurikulum yang dinilai

krrung perlu, hal iniyang menyebabkan beban kurikulum terlalu berat

bagi piserta ppJ, sehingga tidak perlu ditambah oleh materi-materi

yaig'tidak akan ditemulian dalam pelaksanaan tugas jaksa sehari-

i.,urI Vung perlu diperkuat adalah materi-materi yang berkenaan

dengan misatan koiupsi, tindak pidana umum, perdata dan hukum

acara. Penyusunan surat dakwaan harus berjam-jam dilatih, agar

tidak dinilai obscuuroleh Majelis Hakim dalam persidangan, Sehingga

materi PPJ cukup hanya berkenaan dengan tugas-tugas poko.k jaksa

sehari-hari. waktu belajar PPJ juga dinilai terlalu berat, yaitu dari

pigi ninggu malam. Sebenarnya waktu belajarnya cukup dari pukul

bz.-so ,urpai dengan pukul 16.00. sehingga sisa wakt^unya dapat

dipergunakan siswi untuk belajar sendiri dan istirahat'180

Kurikulum yang diberikan saat PPJ seringkali mengalami pergeseran

dari tahun ke tahun. Alasan perubahan ini adalah kebutuhan use,

dalam hal ini pimpinan, berkaitan dengan kebutuhan di lapangan.padahal sesungguhnya hal tersebut hanya bersifat.insidentil yang

bisa dipenuni ofen ditlat laniutan. PPJ hanyalah diklat dasar saja

,ntrt r"ngambil brevef sebagaijaksa. sehingga dirasa perlu untuk

menetaptJn standar minimum pendidikan pembentukan jaksa,

misalnyajenispelajarannya,waktuyangdibutuhkan,kurikulumdansilabui.

-perkembangan'informasi di luar akan menjadi materi

iupr"r"n pendidikan saja.181 Namun r_evisi kurikulum dinilai tidak

konsisten. Kelompok-kelompok kerja (Pokja) yang dibentuk untuk

merevisi kurikulum mendapatkan tambahan-tambahan materi

kurikulum dari pimpinan Kejaksaan Agung. Pada akhirnya Pokja tadi

tidak berfungsi.tt2

Ide pembaharuan dalam masalah rekruitmen adalah dengan

*"ndirikun sekolah Tinggi setara dengan Universitas lulusannya pun

1s0 wawancara dengan A.J. Day S.H, Widyaiswara di Pusat Pendidikan dan

Latihan Kejaksaan Agung pada tanggal 5 Nopember 2004

1sl Wawancara dengan Bambang waluyo s.H, Kepala Pusat Pendidikan dan

Latihan Kejaksaan Agung pada tanggal 1 Nopember 2004

130

bertitel Strata I. Didalam sekolah tersebut diberikan seluruh*pendidikan dan pembentukan yang di butuhkan untuk membentuki seorang Jaksa yang baik. Setelah lulus dari pendidikan tersebut makabarulah dia dapat menjadi PNS mengikuti PPJ dan akhirnya menjadiJaksa. Diharapkan dengan adanya Sekolah Tinggi Pendidikan Jaksa

,ini maka akan mencetak SDM yang berkualitas baik dari segit kemampuan akademis, moral dan integritasnya. Dengan adanyasistem rekruitmen secara berkesinambungan dari sekolah tinggikhusus tersebut maka otomatis akan menghilangkan sistemrekruitmen dua pintu yang selama ini terjadi.183

Jangka waktu selama 6 bulan untuk mengikuti pendidikan PPJ

"nerupakan waktu yang cukup singkat dengan materi yang padat,sehingga hasil dari PPJ tidak maksimal. Untuk semakin mematangkanJaksa-jaksa muda yang baru lulus PPJ adalah cara pemberiankesempatan oleh pihak atasan dan juga tentunya inisiatif kemauandari diri sendiri untuk berkembang.ls4 Permasalahan lain yangmuncul adalah distribusi waktu pelajaran yang kurang tepat.Kemudian ada beberapa materiyang dinilai tidak perlu disampaikandi PPJ seperti bahasa Inggris yang sebenarnya menjadi syarat bagiseseorang sebelum menjadijaksa. Terdapat keluhan bahwa kualitaspendidikan jaksa menurun, namun seharusnya hal tersebutdisampaikan kepada Biro Kepegawaian yang menentukan hasilrekruitmen dengan kualitas yang rendah. Jika standar minimumuntuk menjadi jaksa terpenuhi dalam proses rekrutimen, maka diPPJ tinggal membentuk saja.18s

Materi-materi pendukung seperti bahasa Inggris sebaiknya didapatdi luar atau dikuasai sebelum calon jaksa mengikuti PPJ, karena waktupemberian materi di PPJ tidak mencukupi. Penambahan pengetahuanlain dapat diberikan pada saat pendidikan fungsional yangdilaksanakan setiap tahun. Jika penguasaan Bahasa Inggris setiap

183 Wawancara dengan Tri Hasan Waluyo, S.H., Kepala Seksi Intel KejaksaanNegeri Surabaya, Jawa Timur, 23 Agustus 2004

184 Wawancara dengan M. Sugiono, S.H., Kepala Sub Bagian PembinaanKejaksaan Negeri Bandung, Jawa Barat, 25 Agustus 2004

18s Wawancara dengan Bambang Waluyo S.H, Op. Ot.

131

jaksa ingin bagus, maka dari rekruitmen sudah jadi persyaratan ataudiusulkan penambahan anggaran untuk pembelajaran tersendiri. 186

Mengenai materi PPJ itu sendiri dinilai kurang aplikatif. Seharusnyakomposisinya adalah 50o/o teori dan 50 o/o lagi praktek. Dulu adawaktu selama dua minggu khusus di PPJ di mana para calon jaksa

diikutsertakan untuk praktek dengan jaksa senior, sehingga terjadiwahana pembelajaran dan transfer informasi. Hal ini tentunya jugasangat membantu jaksa senior di lapangan. Sistem ini telah dilakukansejak 4 tahun yang lalu diJakarta. Sedangkan gagasan magang dan

sertifikasi dengan jaksa senior sebelum dilakukan PPJ sebagai suatusyarat masuk PPJ dinilai tidak perlu, sebab hal ini akan sulit dilakukandi daerah-daerah terpencil dengan jumlah perkara yang terbatas.Hal tersebut menyulitkan calon jaksa untuk mendapatkan pelatihandan masuk PPJ, sehingga akan lebih baik apabila jangka waktu PPJ

lebih diperpanjang.lsT Kesempatan lain disampaikan pendapat bahwapemberian materi PPJ sebaiknya 30o/o teori dan sisanya digunakanuntuk pembahasan kasus, curah pendapat, dan diskusi. Hal ini logism.engingat para peserta PPJ adalah sarjana hukum yang dianggaptelah mengetahui dasar-dasar pengetahuan hukum, sehingga yang

diperlukan hanyalah penyegaran ingatan, pendalaman pemahamandan penggunaannya dalam tugas. Cara penyampaian materi iniberdasarkan pengalaman namun tidak dilakukan oleh semuawidyaiswara.lss

4. Tenaga Kediklatan

Tenaga kediklatan terdiri dari, widyaiswara (yaitu pegawai negerisipil yang diangkat sebagai pejabat fungsional oleh pejabat yang

berwenang dengan tugas, tanggung jawab, wewenang untukmendidik, mengajar, dan/atau melatih pegawai negeri sipil pada

186 Wawancara dengan A.J. Day S.H, Op. Ot. Hal yang senada diperkuat olehpendapat dari Bambang Waluyo S.H, Kepala Pusat Pendidikan dan Latihan Kejaksaan

Agung.

r87 Wawancara dengan Taufik Hidayat, S.H., Kelapa Sub Bagian Kepegawaian

Kejaksan Tinggi Jawa Barat Jawa Barat, 25 Agustus 2004

r88 Wawancara dengan A.J. Day 5.11, Op. Ot.

132

lembaga diklat pemerintah), pengelola lembaga diklat pemerintah,

flan tenaga kediklatan lainnya.lse Selain itu pengajar di Pusdiklatberasal dari pejabat kejaksaan; penyelenggara Pusdiklat; danprofesional di luar kejaksaan (dosen dan pengacara misalnya).Widyaiswara terbagi menjadidua: pertama adalah widyaiswara yang

rnasih aktif (usianya di bawah 63 tahun) dan widyaiswara luar biasa/tidak tetap (jaksa yang sudah pensiun diangkat menjadi widyaiswara).Harusnya widyaiswara tadi sudah mengikutiTOT (Training of Trainer)

dari Lembaga Administrasi Negara (LAN), tapi rata-rata sebagianbesar tidak mengikuti. Untuk menjadi widyaiswara ada syarat dariLAN yaitu minimal dua tahun sebelum pensiun dan dianggap mampuuntuk mengajar. Dahulu widyaiswara untuk memperpanjang umur

"pensiun. Jadi waktu itu usia pensiun jaksa untuk eselon III adalah58 tahun dan eselon II adalah 60 tahun, sehingga banyak yang inginmencapai usia 63 tahun dengan menjadi widyaiswara.leo

Widyaiswara kebanyakan senior-senior yang sudah pensiun yang rata-rata berpendidikan 51, disarankan agar Widyaiswara memiliki gelar 52

mengingat terdapat peserta PPJ yang sedang/telah mencapai gelar 52.

Widyaiswara belum memilikitradisi membuat satuan acara perkuliahan(SAP). Rencananya akan dipancing agar Widyaiswara membuat SAP

yang pelaksanaannya akan dikontrol dengan daftar agenda pengajarandan daftar hadir peserta PPJ dan pengajarnya sendiri.lel

Untuk mempertahankan kualitas diklat agar pelaksanaan diklat dapatmaksimal, maka kualitas masing-masing widyaiswara juga harusdiperhatikan. Selain seleksi yang ketat untuk menjadi widyaiswara,kemampuan atau penguasaan widyaiswara dalam bidang yang akandiajarkan, perlu juga diperhatikan cara atau metode widyaiswaradalam menyampaikan materi diklat kepada peserta diklat. Metodepenyampaian materi diklat dapat diselenggarakan secara klasikal(dengan tatap muka) dan/atau non klasikal (dilakukan denganpelatihan di alam bebas, pelatihan di tempat kerja dan pelatihandengan sistem jarak jauh).1e2

tgs lbid., Pasal 19.

1e0 Wawancara dengan Bambang Waluyo S.H, Op. Ot.

Lsl lbid.

Le2 Op. Cit., Pasal 21 ayat (1) sampai dengan ayat (3).

133

C.5. PENGAWASAN DAN PENEGAKAN DISIPLIN JAKSA

C.S.a. Pengawasan dan Penegakan Disiplin TerhadapKewajiban dan Larangan Bagi Jaksa

Jaksa sebagai bagian dari PNS memiliki beberapa kewajiban yang harusdilaksanakan dan larangan yang harus dihindari. Kewajiban dan larangantersebut merupakan code of conduct tg3 bagi setiap PNS agar setiapperilaku benar-benar mencerminkan citrar aparatur negara yang baik

serta memberikan pelayanan kepada masyarakat secara professional,jujur dan adil. Kewajiban-kewajiban terdapat dalam Pasal 2 PP Nomor

30 Tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil adalah:

a. Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, UUD 1945 danpemerintah;

b. Mengutamakan kepentingan negara di atas kepentingangolongan atau diri sendiri, serta menghindarkan segala sesuatuyang dapat mendesak kepentingan negara oleh kepentingangolongan, diri sendiri atau pihak lain;

. c. Menjunjung tinggi kehormatan dan martabat negara, pemerintah

dan PNS;d. Mengangkat dan mentaati sumpah/janji PNS dan sumpah/janji

jabatan berdasarkan peraturanperundang-undangan yangberlaku;

e. Menyimpan rahasia negara dan atau rahasia jabatan dengansebaik-baiknya;

f. Memperhatikan dan melakanakan segala ketentuan pemerintah

baik yang langsung menyangkut tugas kedinasannya maupunyang berlaku secara umum;

g. Melaksanakan tugas kedinasan dengan sebaik-baiknya dan

dengan penuh pengabdian , kesadaran dan tanggung jawab;

h. Bekerja dengan jujur, tertib, cermat dan bersemangat untukkepentingan negara;

i, Memelihara dan meningkatkan keutuhan, kekompakan,persatuan,dan kesatuan korPs PNS;

j. Segera melaporkan kepada atasannya apabila mengetahuiadahal yang dapat membahayakan atau merugikan negara/

ts3 Code of Conduct menurut Blackb Law Dictionary (Second Pocket Edition,Bryan.A.Garner, St. Paull Minn, 2001) adalah peraturan tertulis yang berisi pedoman

mengenai perilaku dalam menjalankan sebuah profesi tertentu.

L34

k.

t.

m,n.

p.

q.

1r.s.

.t.

pemerintah, terutama di bidang keamanan, keuangan danmateril;Mentaati ketentuan jam kerja;Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik;Menggunakan dan memelihara suasana kerja yang baik;Memberikan pelayanan dengan sebaik-baiknya kepadamasyarakat menurut bidang tugasnya masing-masing;Bertindak dan bersikap tegas, tetapiadil dan bijaksana terhadapbawahannya;Membimbing bawahannya dalam melaksanakan tugasnya;Menjadi dan memberikan contoh serta teladan yang baikterhadap bawahannya;Mendorong bawahannya untu k men ing katkan prestasi kerja nya;

Memberikan kesempatan kepada bawahannya untukmengembangkan karirnya;Mentaati ketentuan peraturan perundang-undangan tentangperpajakan;

u. berpjkuian.tapi dan sopan serta bersikap dan bertingkah laku

sopan santun terhadap masyarakat, sesama PNS dan terhadapatasan;

v. Hormat menghormati antar sesama warga negara yangmemeluk agama/kepercayaan terhadap Tuhan YME, yang

berlainan;w, Menjadi teladan sebagai warga negara yang baik dalam

masyarakat;x. Mentaati segala peraturan perundang-undangan dan peraturan

kedinasan yang berlaku;y. Mentaati perintah kedinasan dariatasan yang berwenang;z. Memperhatikan dan menyelesaikan dengan sebaik-baiknya

setiap laporan yang diterima mengenai pelanggaran disiplin.

Selanjutnya larangan-larangan yang harus dihindari oleh setiap PNS

menurut Pasal 3 ayat (1) PP No. 30 -llbhun 1980 adalah:

a. Melakukan hal-hal yang dapat menurunkan kehormatan ataumartabat negara, pemerintah atau PNS;

b. Menyalahgunakan wewenangnya;c. Tanpa izin pemerintah menjadi pegawai atau bekerja untuk

negara asing;

135

e.

d. Menyalahgunakan barang-barang, uang atau surat-surat

t.

berharga milik negara;Memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakanatau meminjamkan barang-barang, dokumen, atau surat-surat berharga milik negara secara tidak sah;Melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman sejawat,bawahan atau orang lain didalam maupun di luar lingkungankerjanya dengan tujuan untuk kepentingan pribadi, golongan

atau pihak lain, yang secara langsung atau tidak langsungmerugikan negara;Melakukan tindakan yang bersifat negatif dengan maksudmembalas dendam terhadap bawahannya atau orang lain di

dalam maupun di luar lingkungan kerjanya;Menerima hadiah atau sesuatu pemberian berupa apa saja

dari siapapun juga yang diketahui atau patut diduga bahwapemberian itu bersangkutan atau mungkin bersangkutandengan jabatan atau pekerjaan PNS, kecuali untukkepentingan jabatan;Memasuki tempat-tempat yang dapat mencemarkankehormatan atau martabat PNS, kecuali untuk kepentinganjabatan;Bertindak sewenang-wenang terhadap bawahannya;Melakukan suatu tindakan atau sengaja tidak melakukan suatu

tindakan yang dapat berakibat menghalangi atau mempersulitsalah satu pihak yang dilayaninya sehingga mengakibatkankerugian bagi pihak yang dilgYani;Menghalangi berjalannya tu(as kedinasan;Membocorkan dan atau memanfaatkan rahasia negara yang

diketahui karena kedudukan jabatan untuk kepentinganpribadi, golongan atau pihak lain;Bertindak selaku perantara bagi sesuatu pengusaha ataugolongan untuk mendapatkan pekerjaan atau pesanan darikantor/instansi pemerintah;Memiliki saham/modal dalam perusahaan yang kegiatanusahanya berada dalam ruang lingkup kekuasaannya;Memiliki saham/modal suatu perusahaan yang kegiatanusahanya tidak berada dalam ruang lingkup kekuasaan yangjumlah dan sifat pemilikan itu sedemikian rupa sehinggamelalui pemilikan saham tersebut dapat langsung atau tidak

g.

h.

i.k.

l.m.

n.

o.

p.

136

langsung menentukan penyelenggaraan atau jalannyaperusahaan;

q. Melakukan kegiatan usaha dagang baik secara resmi, maupunsambilan, menjadi direksi, pimpinan atau komisarisperusahaan swasta bagiyang berpangkat Pembina golonganruang IV/a ke atas atau yang memangku jabatan eselon I.PNS yang berpangkat Penata Tingkat I golongan ruang III/dke bawah yang akan melakukan kegiatan sebagaimanadisebut sebelumnya dalam butir ini, wajib mendapat izintertulis dari pejabat yang berwenang;

r. Melakukan pungutan tidak sah dalam bentuk apapun jr,rga

dalam melaksanakan tugasnya untuk kepentingan pribadi,

,: golongan atau pihak lain.

Setiap tulisan,le4 ucapanles atau perbuatanle6 yang melanggarkewajiban-kewajiban dan larangan-larangan terhadap PNS yang telahdisebut di atas adalah pelanggaran disiplin. Dengan tidak mengurangiketentuan dalam peraturan perundang-undangan pidana, PNS yangmelakukan pelanggaran disiplin dapat dUatuhi hukuman disiplin olehpejabat yang berwenang menghukum.leT

Dalam lingkungan kejaksaan, pejabat yang berwenang menghukumadalah Jaksa Agung (kecuali pemberhentian dengan hormat tidakatas permintaan sendiri sebagai PNS dan pemberhentian tidak denganhormat sebagai PNS bagi PNS yang berpangkat Pembina Tingkat Igolongan ruang IV/b ke atas, dan pembebasan dari jabatan bagiPNS yang memangku jabatan struktural eselon I atau jabatan lainyang wewenang pengangkatan dan pemberhentiannya berada ditangan presiden).le8 Dalam melakukan pemeriksaan, Jaksa Agungsebagai pejabat yang berwenang menghukum dapat mendengar ataumeminta keterangan dariorang lain apabila dipandangnya perlu, danJaksa Agung dapat memerintahkan pejabat bawahannya untukmemeriksa PNS yang disangkakan melakukan pelanggaran disiplin.lee

1e4 Indonesia, Peraturan Pemerintah tentang Peraturan Disiplin Pegawai NegeriSipil, PP Nomor 30 Tahun 1980, Penjelasan Pasal 4, tutisan adalah pernyataan plkirandan atau perasaan secara tertulis baik dalam bentuk tulisan maupun dalam bentukgambar, karikatur, coretan dan lain-lain yang serupa dengan itu.

137

Sebelum menjatuhkan hukuman disiplin, pejabat yang berwenangmenghukum wajib memeriksa secara tertutup lebih dahulu PNS yang

disangka melakukan pelanggaran disiplin secara:200

a. Lisan, yaitu apabila atas dasar pertimbangan pejabat yang

berwenang menghukum, pelanggaran disiplin yang dilakukanoleh PNS yang bersangkutan akan dapat mengakibatkan iadijatuhi salah satu jenis hukuman disiplin ringan;

b. 'Tertulis, yaitu apabila atas pertimbangan pejabat yang

berwena ng meng h ukum, pelanggaran d isipli n ya ng dila ku ka n

oleh PNS yang bersangkutan akan dapat mengakibatkan iadijatuhi hukuman disiplin sedang dan berat.

Apabila PNS yang disangka melakukan pelanggaran disiplin dan tidakmemenuhi panggilan pertama (dapat dilakukan secara lisan atau

tertulis) untuk pemeriksaan tanpa alasan yang sah, maka dibuatpanggilan kedua (dilakukan secara tertulis), dan jika PNS tersebutjuga tidak memenuhi panggilan kedua, maka pejabat yang berwenang

menghukum menjatuh kan hukuman disiplin berdasarkan bahan-baha n

yang ada padanya.2ol

tss lbiL Penjelasan Pasal 4, ucapan adalah setiap kata-kata yang diucapkan di

hadapan atau dapat didengar oleh orang lain, seperti dalam rapat, ceramah, diskusi

melalui telepon, radio, televisi, rekaman atau alat komunikasi lainnya'

ts6 Jbid, Penjelasan Pasal 4, perbuatan adalah setiap ungkah laku, sikap atau

tindakan. Termasuk juga pelanggaran disiplin adalah setiap perbuatan memperbanyak,

mengedarkan, mempertontonkan, menempelkan, menawarkan, menyirnpan, memiliki

tulisin atau rekaman yang berisi anjuran atau hasutan untuk melanggar kewajian-

kewajiabn dan larangan-larangan.

1e7 lbid., Pasal 4, Pasal 5 dan Pasal 7 ayat (1) butir b'

1s8 lbid., Pasal 7 ayat (1) butir b.

tee Jbid., Pasal 11 jo. Pasal 7 ayat (1) huruf b.

2@ Ibid., Pasal 9 ayat (1), (2) dan (3)'

20t lbid., Penjelasan Pasal 9 ayat (1).

138

Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut, pejabat yang berwenang

.menghukum memutuskan jenis hukuman disiplin yang dijatuhkanidengan mempertimbangkan secara seksama pelanggaran disiplinyang dilakukan oleh PNS yang bersangkutan, dan dalam keputusanhukuman disiplin harus disebutkan pelanggaran disiplin yang

,dilakukan oleh PNS yang bersangkutan.202

Pegawai negerisipilyang dijatuhi salah satu hukuman disiplin ringantidak dapat mengajukan keberatan.203 Sedangkan PNS yang diiatuhisalah satu hukuman disiplin sedang atau berat dapat mengajukankeberatan secara tertulis dengan memuat alasan-alasan keberatankepada atasan pejabat yang berwenang menghukum melalui saluranhirarki dalam jangka waktu empat belas hari terhitung mulai tanggal

'ia menerima keputusan hukum disiplin tersebut.2o4 Selanjutnya setiappejabat yang menerima surat keberatan atas penjatuhan hukumandisiplin wajib menyampaikannya kepada atasan pejabat yangberwenang menghukum melalui saluran hirarki dalam jangka waktutiga hari kerja terhitung mulai tanggal ia menerima surat keberatanitu.20s

Pejabat yang berwenang menghukum wajib mernberikan tanggapansecara tertulis atas keberatan yang diajukan tersebut dan disampaikankepada atasan pejabat yang berwenang menghukum (Jika pejabatyang berwenang menghukum adalah jaksa agung, maka atasanpejabat yang berwenang menghukum adalah presiden) dalam jangkawaktu tiga hari kerja terhitung mulai tanggal ia menerima suratkeberatan itu.206

Selanjutnya atasan pejabat yang berwenang menghukum yangmenerima surat keberatan tentang penjatuhan hukuman disiplin,

202 lbid., Pasal 12 ayat (1) dan (2).

203 lbid., Pasal 15 ayat (1).

2o4 lbid., Pasal 15 ayat (2) dan Pasal 16 ayat (1) dan (2).

205 lbid., Pasal 18.

206 lbid., Pasal 19 ayat (1) dan (2).

139

wajib mengambil keputusan atas keberatan yang diajukan oleh PNSyang bersangkutan dalam jangka waktu satu bulan terhitung tanggalia menerima surat keberatan itu, dan apabila dipandang perlu atasanpejabat yang berwenang menghukum dapat memanggil danmendengar keterangan pejabat yang berwenang menghukum yangbersangkutan, PNS yang dijatuhi hukuman disiplin dan atau orangIain yang dianggap perlu.207 Atasan pejabat yang berwenangmenghukum dapat memperkuat atau mengubah hukuman disiplinyang dijatuhkan oleh pejabat yang berwenang menghukum yangditetapkan dengan surat keputusan atasan pejabat yang berwenangmenghukum, dan terhadap keputusan tersebut tidak dapat diajukankeberata n.208

Pegawai Negeri Sipil yang berdasarkan hasil pemeriksaan ternyatamelakukan beberapa pelanggaran disiplin, terhadapnya hanya dapatdijatuhi satu jenis hukuman disiplin.2oe PNS yang pernah dijatuhihukuman disiplin yang kemudian melakukan pelanggaran disiplinyang sifatnya sama, terhadapnya dijatuhi hukuman disiplin yanglebih berat dari hukuman disiplin terakhir yang pernah dijatuhkankepadanya.2lo

Tingkat hukuman disiplin menurut PP'Nomor 30/1980 adalah sebagaiberikut:

2oz lbid, Pasal 20 ayat (1) dan (2).

208 lbid., Pasal 21 ayat (1) s/d ayat (3).

2@ Ibid., Pasal 13 ayat (1).

210 lbid., Pasal 13 ayat (2).

L40

Hukuman DisiplinRingan

Hukuman DisiplinSedang

Hukuman DisiplinBerat

Bentuk(Lihat Pasal6 ayat (1) s/d ayat (4) PP

Nomor 30/1980)

1. Teguran lisan(penyampaianhukuman dilakukansecara tertutup,dinyatakan dandisampaikan secaralisari oleh pejabat yangberwenangmenghukum kepadaPNS yang bersang-kutan. lika seorangatasan menegurbawahannya tetapitidak tegas dinyatakansebagai hukumandisiplin, bukanhukuman disiplin)Teguran tertulisPernyataan tidak puassecara tertulis(penyampaianhukuman dilakukansecara tertutup dandinyatakan secaratertulis dan disampai-kan oleh pejabat yangberwenangmenghukum kepadaPNS yang bersang-kutan);

2.3.

l. Penundaan gajiberkala untuk palinglama satu tahun;Penurunan gajisebesar satu kalikenaikan gaji berkalauntuk paling lama satutahunPenundaan kenaikanpangkat untuk palinglama satu tahun.

Penyampaian hukumandilakukan secara tertutup,ditetapkan dengan suratkeputusan dan disampai-kan oleh pejabat yangberwenang menghukumkepada PNS yangbersangkutan;

2.

1

1. Penurunan pangkatpada pangkat yangsetingkat lebihrendah untuk palinglama safu tahun;

2. Pembebasan darijabatan;

3. Pemberhentiandengan hormat tidakatas permintaansendiri sebagai PNS;

4. Pemberhenuan tidakdengan hormatsebagai PNS.

Penyampaian hukumandilakukan secaratertutup, ditetapkandengan surat keputusandan disampaikan olehpejabatyang berwenangmenghukum kepadaPNS yang bersangkutan.

Pada kenyataannya, jaksa memang tidak menganggap remehketentuan-ketentuan dalam PP Nomor 30 Tahun 1980, karena dantidak sedikit jaksa yang sudah pernah ditindak karena pelanggarandisiplin. Pengawasan berdasarkan PP Nomor 30 Tahun 1980dilaksanakan melalui DP3 PNS dan pengawasan melekat, yaitupengawasan langsung seorang atasan terhadap bawahan setingkatdibawahnya. Secara khusus penilaian atau pengawasan terhadapjaksa dijabarkan melaluit:Keputusan Jaksa Agung Nomor 5031A/JAI8/2000. Menurut Kepja Nomor 503/A/JAlBl2O0O penilaian ataupengawasan tersebut dilaksanakan dengan berdasarkan pada hal-hal antara lain kesetiaan, kepemimpinan, prakarsa/inisiatif dankerjasama.

147

Selain itu, sebagai pejabat fungsional, jaksa juga harus mematuhikewajibannya sebagaimana diatur dalam Pasal B ayat (3) dan (4) UU

Nomor 16 Tahun 2004. Kewajiban jaksa menurut Pasal B ayat (3)dan (a) UU Nomor 16 Tahun 2004 tersebut adalah

a. Melakukan penuntutan berdasarkan keyakinan dan alat buktiyang sah demi keadilan dan kebenaran berdasarkanKetuhanan Yang Maha Esa;

b. Melakukan tugas wewenangnya berdasarkan hukum danmengindahkan norma-norma keagamaan, kesopanan. dan

kesusilaan;c. Wajib menggali nilai-nilai kemanusiaan, hukum dan keadilan

yang hidup dalam masYarakat;d. Senantiasa menjaga kehormatan dan martabat profesinya'

Sebagai pejabat fungsional, seorang jaksa dituntut mampumenunjukkan performa yang lebih baik nilainya dari pada seorangpegawai negeri pada umumnya. Jika performa yang lebih itu tidakmarnpu ditunjukkan, maka jaksa dapat diberhentikan dengan hormatatau diberhentikan tidak dengan hormat oleh Jaksa Agung sesuai

Pasal 12 huruf d jo pasal 13 huruf b UU No.16 Tahun 2004 yang

berbunyi:a. Jaksa diberhentikan dengan hormat darijabatan fungsional Jaksa

karena ternyata ia tidak cakap menjalankan tugasnya;

b. Jaksa diberhentikan dengan tidak hormat darijabatan fungsionalJaksa, bila ia terus menerus melalaikan kewajibannya dalammenjalankan tugas/ pekerjaannya yaitu apabila ia dalam jangka

waktu tertentu sesuai dengan peraturan perundang-undanganyang berlaku, tidak menyelesaikan tugas yang dibebankankepadanya tanpa suatu alasan yang sah.

Salah satu sebab tidak terjaganya profesionalisme jaksa adalah karena

tidak pernah ada kasus seorang jaksa yang diberhentikan dengan

hormat maupun tidak hormat dari jabatan jaksa karena alasanprofesionalisme.2ll Profesionalisme Jaksa merupakan dasar bahwa

Jaksa diberi kualifikasijabatan fungsional. Oleh sebab itu jika seorangjaksa ternyata tidak dapat menunjukkan profesionalismenya, maka

ia berhadapan dengan sanksi yang cukup berat sebagai garda

profesionalisme, yaitu diberhentikan dengan hormat atau

142

diberhentikan tidak dengan hormat dari jabatan Jaksa, meskipunstatusnya sebagai PNS tetap disandangnya.

|Bilamana seorang Jaksa tidak mampu menjalankan fungsi, tugas dan'kewenangannya secara baik atau tidak mampu menunjukan performayang baik. Maka, seorang Jaksa dapat diberhentikan oleh Jaksa Agungdengan hormat atau diberhentikan tidak dengan hormat2l2.

(

Seorang Jaksa dapat diberhentikan dengan hormat dengan alasan2r3:a. Permintaan sendiri;b. Sakit jasmani dan rohani terus menerus;

Telah mencapai usia 62 (enam puluh dua) tahun;Meninggal dunia;

: e. Tidak cakap dalam menjalankan tugas214.'Dan Jaksa dapat diberhentikan tidak dengan hormat darijabatannyadengan alasan2ls:., a. Dipidana karena bersalah melakukan tindak pidana kejahatan,

berdasarkan putusan pengadilan yang berkekuatan hukumtetap;

b. Terus menerus melalaikan kewajiban dalam melaksankan" tugas/pekerjaannya216;

211 Suhadibroto, " Re-profesionalisasi Knerja Kejaksaan," diakses pada www.komisi hukum.go.id, Desember 2003

2u Pasal B ayat (1) Undang-Undang No.16 Tahun 2004 tentang l(ejaksaanRepublik Indonesia.

213 Pasal 12 Undang-Undang No.16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan RepublikIndonesia.

2r4 Dalam UU No. 16 Tahun 2004 tidak dijelaskan apa yang dimaksud dengan"tidak cakap dalam menjalankan tugas", namun dalam Pasal 12 UU No. 5 Tahun 1991dijelaskan bahwa tidak cakap dalam menjalankan tugas juga termasuk dalam salah satusebab seorang Jaksa dapat diberhentikan dengan hormat dan dalam penjelasanrryadisebutkan bahwa yang dimaksud dengan "tidak cakap" ialah jika yang bersangkutanbanyak melakukan kesalahan besar dalam menjalankan fugasnya.

215 Pasal 13 Undang-Undang No.16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan RepublikIndonesia.

216 Yang dimaksud dengan "terus-menerus melalaikan kewajiban dalammenjalankan tugas/pekeq'aan" adalah apabila dalam jangka waKu paling lama 45 (empatpuluh lima) hari, yang bersangkutan tidak menyelesaikan tugas yang dibebankankepadanya tanpa suafu alasan yang sah (Penjelasan Pasal 13 huruf b Undang-UndangNo.16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia).

c.d.

t43

c. Melanggar larangan merangkap pekerjaan;d. Melanggar sumpah atau janjijabatan;e. Melakukan perbuatan tercela.

C.5.b. Eksaminasi

Selain beberapa peraturan seperti disebutkan di atas, untukmenciptakan suatu figur jaksa yang ideal dan mempunyai jiwaprofesional, disusun juga suatu mekanisme penilaian kinerja dalambentuk eksaminasi. Hal ini telah diatur dalam Keputusan Jaksa AgungRepublik Indonesia Nomor Kep-033/JAl31L993 tentang Eksaminasi

Perkara. Peraturan tersebut menjelaskan bahwa yang dimaksuddengan eksaminasi adalah tindakan penelitian dan pemeriksaan

berkas perkara di semua tingkat penanganan perkara oleh setiapjaksa/penuntut umum,

Adapun penelitian dan pemeriksaan yang dimaksud dalam peraturanini dapat dilakukan dalam 2 jenis yaitu:

1. Eksaminasiumum yaitu penelitian dan pemeriksaan terhadap. berkas perkara yang telah selesai ditangani oleh jaksa/

penuntut umum dan sudah memperoleh kekuatan hukumtetap.

2. Eksaminasi khusus yaitu penelitian dan pemeriksaan terhadapberkas perkara tertentu yang menarik perhatian masyarakatatau perkara lain yang menurut penilaian pimpinan perludilakukan eksaminasi, baik terhadap perkara yang sedangditangani maupun yang telah selesai ditangani oleh jaksa/penuntut umum dan telah memperoleh kekuatan hukumtetap.

Dalam peraturan tersebut dikatakan pula bahwa yang menjadi sasaraneksaminasiadalah semua kegiatan yang berhubungan dengan prosespenanganan perkara mulai dari tahap penyelidikan, sampai dengantahap pelaksanaan putusan pengadilan yang telah memperolehkekuatan hukum tetap, dengan tata cara secara garis besar sebagaiberikut:

1. Jaksa Agung memerintahkan Jaksa Agung Muda TindakPidana Umum dan Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khususatau pejabat lainnya untuk melakukan eksaminasi umum atau

t44

khusus, baik secara rutin atau sewaktu-waktu terhadapperkara tertentu yang menarik perhatian masyarakat atauterhadap perkara-perkara lain yang dianggap perlu untukditeliti dan diperiksa. Sedangkan kepala kejaksaan tinggidalam daerah hukumnya memerintahkan wakilnya ataumelaksanakan sendiri atau memerintahkan asisten tindakpidana umum/asisten tindak pidana khusus atau pejabatlainnya untuk melakukan eksaminasi baik secara rutin atausewaktu-waktu apabila dianggap perlu terhadap perkara yangsedang ditanganimaupun telah memperoleh kekuatan hukumtetap.

2. Kepala kejaksaan negeri dan kepala cabang kejaksaan negeriwajib mengirim ke kejaksaan tinggi 3 berkas perkara tindakpidana umum, masing-masing 1 berkas perkara dari setiapjenis kelompok tindak pidana umum dan 3 berkas perkaratindak pidana khusus masing-masing 1 berkas perkara darisetiap jenis kelompok tindak pidana khusus yang telah selesaiditanganiatau telah memperoleh kekuatan hukum tetap olehmasing-masing jaksa/penuntut umum untuk dieksaminasi.

3; Dalam hal dianggap perlu kejaksaan Agung dapat memilihdan mengambil sendiri berkas-berkas perkara yang telahdieksaminasi oleh kejaksaan tinggi untuk dieksaminasi ulang.Selain itu kejaksaan agung dan kejaksaan tinggi bila dianggapperlu dapat memilih dan mengambil sendiri berkas-berkasperkara yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dikejaksaan negeri atau cabang kejaksaan negeri untukdieksaminasi.

Selanjutnya hasil eksaminasi tersebut akan digunakan sebagai salahsatu bahan penentu konduite, karier seorang jaksa/penuntut umum.Adapun dalam memberikan penilaian, pimpinan kejaksaanmemperhitungkan pertimbangan tentang tingkat pendidikan,penataran, kursus, pengalaman jaksa atau prestasi dan pengabdianjaksa/penuntut umum tersebut. Selain itu juga memperhitungkankuantitas dan kualitas perkara, sarana, dan prasarana serta kondisisituasi setempat. Terhadap hasil eksaminasi, jaksa/penuntut umumyang bersangkutan dapat mengajukan keberatan.

L45

. STANDAR MINIMUM PROFESI JAKSA

iB. MATERI

Standar minimum bagi profesijaksa merupakan kebutuhan tersendirisebagaimana dikatakan oleh para nara sumber dari kalangan jaksa.Prasyarat utama sebagaijaksa adalah memiliki dasar keilmuan hukumyang ditandaidengan kepemilikan gelar sarjana hukum. Permasalahan'ltama dalam profesionalitas jaksa terdapat pada sumber daya"inanusia. Standar minimum profesijaksa diperlukan karena profesijaksa harus selalu sesuai dan mengikuti perkembangan jaman,terlebih persaingan yang semakin ketat sehingga kualitas harusditingkatkan2lT. Beberapa usulan dikemukakan oleh nara sumberperihal standar minimum yang harus dimiliki oleh seorang jaksa,antara lain kemampuan teknis beracara (litigasi), pemahaman atasperaturan perundang-undangan khususnya hukum pidana materiildan formil, dan sebagainya.

Perumusan standar minimum profesijaksa ini dapat dilakukan melaluipenjabaran atas ketentuan undang-undang kejaksaan, visi dan misikejaksaan, doktrin kejaksaan, kode etik jaksa, sumpah jabatan,literatur lainnya, serta ketentuan yang diatur dalam Guidelines onthe Role of the Prosecutors. Penjabaran atas ketentuan tersebutdiharapkan akan dapat menghasilkan jaksa yang profesional danmemiliki integritas yang baik. Meskipun demikian prasyarat tersebuttidak akan dapat berjalan apabila faktor pendukung pembentukanjaksa tidak mendapatkan perhatian yang sama. Standar profesiyangakan dirumuskan dalam penelitian ini setidaknya meliputipengetahuan, keahlian, dan perilaku yang diharapkan dari seorangjaksa.

217 Wawancara dengan Noor Rachmat, Asisten Intelijen Kejaksaan Tinggi JawaTimur pada tanggal 23 Agustus 2004.

147

Faktor pendukung pembentuk jaksa tersebut antara lain perihal

pengisian jabatan fungsional jaksa, rekrutmen, pelatihanpembentukan jaksa (PPJ), magang, penempatan formasi jaksa,

pembinaan profesi, serta penegakan disiplin dan pengawasan' Hal

itu merupakan sarana pendukung yang sangat penting bagipembentukan jaksa yang profesional dan memenuhi tuntutan atas

A.1. Pengetahuan

Seorang jaksa dituntut untuk memiliki pemahaman dan mampu

menerapkan pengetahuannya di dalam melaksanakan tugasnya yang

baik atas:1. Ketentuan hukum pidana materiil dan formil;2, Ketentuan hukum perdata materiil dan formil;3. Ketentuan hukum tata usaha Regara materiil dan formil;4. Peraturan perundang-undangan, baik perundang-undangan

tingkat nasional dan daerah;5. Ketentuan hukum adat di tempat penugasan;

6, Konvensi Internasional yang relevan dengan tugas jaksa;

7. Ketentuan Hak Asasi Manusia (HAM), baik nasional maupun

instrumen HAM internasional yang sudah diratifikasi oleh

Indonesia;B. Pengetahuan mengenai manajemen administrasi umum;

9. Pengetahuan mengenai manajemen administrasi perkara;

10. Pengetahuan Etika Hukum;11. Disialin ilmu lainnya yang menunjang pelaksanaan tugas, fungsi,

dan wewenang; serta12. Memiliki pengitahuan atas perkembangan ilmu hukum, dan

praktik hukum baik nasional maupun internasional'

A.2. Keahlian

seorang jaksa dituntut untuk memiliki keahlian antara lain dalam:

1. Bidang litigasi sesuai dengan peraturan perundang-undanganyang berlaku dalam perkara pidana, perdata dan tata usaha

negara;Z. Seiara umum dalam bidang intelijen, khususnya intelijen hukum

3. Berbahasa asing, khususnya bahasa inggris secara aktif;

148

4. Mengoperasikan komputer;5. Melakukan penyelesaian perkara perdata melaluijalur alternatifS penyelesaian sengketa di luar pengadilan dengan cara konsultasi,' negosiasi, mediasi, konsiliasi, arbitrase, penilaian ahli dan lain-

lain.

f.3. Perilaku

Seorang jaksa harus dapat mencerminkan tata pikir, tata tutur, dan

tata laku terpuji sebagaimana tercantum dalam kode etik dan sumpahjabatan, antara lain;1. Memiliki kesungguhan dalam bekerja, jujur, berani, adil, tidak

: membeda-bedakan suku, agama, ras, dan golongan;'2. Dalam melaksanakan tugas jaksa senantiasa memupuk serta

mengembangkan kemampuan profesional, integritas pribadi, dan. berdisiplin tinggi;

1. Menghormati adat kebiasaan setempat yang tercermin dalamsikap perilaku sehari-hari;

2. Dapat menerima kebenaran, bersikap mawas diri, beranibertanggungjawab dan menjadi teladan di lingkungannya;

3. Mengindahkan norma kesopanan dan kepatutan dalammenyampaikan pandangan dan menyalurkan aspirasi profesi;

4. Berbudi luhur serta berwatak mulia, setia, jujur, arif danbijaksana dalam tata pikir, tata tutur, dan tata laku;

5. Senantiasa menolak atau tidak akan menerima atau tidakdipengaruhi oleh campur tangan siapa pun juga.

B. FAKTOR.FAKTOR PEMBENTUK

8.1. Jabatan Fungsional Jaksa

Terdapat ketidakjelasan atas pengertian jabatan fungsional jaksa.

Uhdang-undang Kejaksaan baik dalam UU No. 5 Tahun 1991 ataupunUU No. 16Tahun 2004 hanya menyebutkan adanyajabatan fungsionaljaksa yang bersifat keahlian teknis, namun tidak menjelaskan apayang dimaksud dengan keahlian teknis tersebut. Apakah keahlianteknis hanyalah keahlian yang dimiliki oleh seorang jaksa dalammenjalankan fungsidan wewenangnya atau keahlian teknis lain yang

149

menunjang kelancaran pelaksanaan tugas lembaga kejaksaan. Tidakada pengaturan yang tegas mengenai hal tersebut memungkinkan(bahkan dalam praktek telah banyak terjadi) Jaksa untuk menjabatsebagai sandiman, di bidang keuangan, di bidang tata usaha, dansebagainya.

Permasalahan lain disebabkan oleh struktur organisasi Kejaksaan yang

terlalu besar. Struktur organisasi Kejaksaan merupakan pemborosan,sehingga pantas disebut sebagai birokrasi berlebihan dan tidak efisien(excess ive a n d in efficient b u rea ucra cy)218. Penem pata n seora n g Ja ksapada suatu jabatan struktural membuat tidak efisien, efektif, danproduktif yang berakibat pada profesionalisme seorang Jaksaberkurang. Seorang Jaksa yang menjabat jabatan struktural maka

secara otomatis beban tugas jabatan fungsionalnya berkurang,sehingga besar kecenderungan seorang Jaksa yang menjabatjabatanstruktural tidak atau jarang melakukan penuntutan. Hal inimengakibatkan investasi negara yang besar pada diriJaksa menjaditidak terpakai secara maksimal.2le

Rekomendasi Jabatan Fungsional Jaksa:

Pengaturan yang jelas mengenaijabatan fungsionaljaksa dan jabatan

fungsional lain dalam lembaga Kejaksaan sangat dibutuhkan.Penegasan atas kategori jabatan fungsional jaksa sebagai jabatanyang bersifat keahlian teknis terkait dengan fungsi dan wewenangnyadalam bidang pidana, perdata, dan tata usaha negara serta ketertibandan ketentraman umum. Sedangkan jabatan-jabatan lain seperti tatausaha, sandiman, arsiparis dan lain-lain merupakan jabatan fungsionalIain di kejaksaan dan hanya bisa diisi oleh pegawai negeri sipil atautenaga ahli non jaksa.

Perampingan struktur organisasi Kejaksaan dan penempatan sumberdaya manusia secara tepat perlu untuk dilakukan, sehingga seorang

21s Suhadibroto, Pembaharuan Kejaksaan, makalah disampaikan dalam acara

Raker Kejaksaan 2003 yang berlangsung tanggal 27 sampai dengan 29 Mei 2003. hal. 5.

21e Berdasarkan hasil Wawancara dengan Narasumber, Prof.HakristutiHakrisnowo, yang dilakukan pada tanggal 9 Juli 2004, pukul 08.15-10.00 WIB di Fakultas

Hukum UI.

150

Jaksa dapat berkonsentrasi pada pelaksanaan tugas, fungsi, dan

rwewenangnya. Selain itu Kejaksaan perlu melakukan pemisahan!labatan fungsional dan jabatan struktural dengan beberapa

pengecualia n. Pengecualia n itu antara lain, ja bata n-ja batan strukturaldan fungsionalyang memerlukan pengetahuan dan keahlian seorang

, Jaksa tetap dipertahankan. Sedangkan jabatan yang murni{ administrasi tidak perlu ditangani oleh Jaksa melainkan diisi olehorang yang berkompeten dibidangnya sehingga Jaksa bisa fokusdengan urusan-urusan yang berkaitan dengan penuntutan.220

8.2. Rekruitmen, PPJ dan Magang

",erose, rekrutmen pejabat fungsional jaksa saat ini menyebabkankualitas sumber daya manusia (SDM) jaksa menjadi tidak optimal.Pada umumnya orang-orang yang berkeinginan menjadijaksa hanyatermotivasi oleh alasan kesejahteraan, yaitu untuk mendapatkanstatus sosial dan tunjangan jabatan fungsional, tidak diiringi motivasiseorang jaksa sesungguhnya serta kualitas teknis yang memadai,Selain itu persyaratan rekrutmen pejabat fungsional jaksa saat inikurarig optimaldan menjadisalah satu penyebab, langsung maupuntidak langsung, menurunnya kualitas jaksa. Hal ini antara lain dapatdilihat dari umur dan produktivitas masa kerja seorang jaksa dalampengabdiannya dan jumlah personeljaksa yang semakin meningkatdan tidak seimbang dengan kebutuhan nyata.

Parameter kelulusan PNS maupun calon jaksa belum transparan,sehingga pelamar atau calon jaksa yang tidak lulus tidak mengetahuidimana letak kekurangannya dan pertanggungjawaban kepada publikpun dalam proses rekrutmen ini menjadi cukup minim.

Proses rekruitmen yang melibatkan pihak ketiga, misalnya psikotes,maka Kejaksaan bekerjasama dengan Angkatan Darat. Kerjasamaini penting agar proses rekruitmen menghasilkan sumber dayamanusia yang siap menjadi jaksa. Namun keberhasilan dankeberlanjutan proses rekruitmen yang melibatkan pihak ketiga iniperlu dikaji dan dievaluasi lebih lanjut.

220 Berdasarkan wawancara dengan narasumber di Kejaksaan Negeri Medantanggal 23 Juli 2004

151

Selain itu materi PPJ sering kalitidak mengikuti perkembangan yang

terjadi di dunia hukum saat ini. Misalnya berkaitan dengan wacana

hukum yang berkembang dan kemampuan praktek yang dibutuhkansaat ini. Berkaitan dengan kemampuan praktek tersebut, salah satupermasalahan yang perlu diperhatikan adalah program magang di

Kejaksaan yang belum terlembagakan. Meskipun demikian seorangcaion Jaksa tetap diikutsertakan dalam praktik litigasi. Namun hal

tersebut tergantung pada inisiatif Jaksa senior dalam membimbingdan membina calon Jaksa221.

Rekomendasi Rekrutmen, PPJ dan Magang-

Proses rekrutmen jaksa dilakukan dengan cara menjaring jaksa

melalui mekanisme rekrutmen'satu pintu'yang dimulai sejak tahap

awal (seperti layaknya rekrutmen calon hakim). Walaupun dalamproses rekrutmen tetap melaluijenjang PNS terlebih dahulu. Hal ini

bertujuan agar mereka yang akan mendudukijabatan jaksa memilikikemampuan dan pemahaman keilmuan hukum secara baik sejak awal

rekrutmen. Selain itu para calon Jaksa harus memiliki motivasi dan

mencintai profesinya sebagaijaksa, bukan karena alasan tunjanganjabatan fungsional semata dan status sosial.

Diharapkan dengan menerapkan rekrutmen sistem satu pintu tersebut

diharapkan dapat meningkatkan kinerja jaksa secara maksimal dan

terfokus pada tugas dan fungsinya sebagai penuntut umum,pengacara negara, dan penjaga ketertiban umum. Sedangkan untuk

iekrutmen pegawai bidang administrasi dilaksanakan melaluimekanisme rekruitmen khusus.

Persyaratan batas usia makimum bagi seorang jaksa pada rekrutmenyang akan datang adalah 27 tahun serta kualifikasi sebagai sarjanahukum dan syarat-syarat teknis lainnya sebagaimana diatur dalamperaturan perundang-undangan. Undang-undang No. 16 Tahun 2004

menerapkan batas usia minimal 25 tahun dan maksimal 35 tahun

berdasarkan adanya suatu kompromi antara DPR dengan Kejaksaan

supaya sumber daya manusia yang direkrut masih berusia muda.

L52

221 Wawancara dengan staff Kejaksaan Negeri Surabaya,23 Agustus 2004.

Dasar pemikiran mengenai batas usia maksimal yang ideal adalah 27

utahun, dengan argumentasi logis diharapkan calon jaksa berasal dariiuniversitas terbaik yang masuknya melalui proses UMPTN pada usia18-21 tahun (dengan asumsi 3 kali kesempatan mengikuti UMPTN),selesai kuliah pada usia 22-27 tahun (dengan asumsi masa kuliah

,antara 4-6 tahun). Hal ini akan menghindari sumber daya manusia,yang kurang produktif pada jabatan setingkat Eselon I dengan alasanusia yang sudah lanjut. Harapannya adalah agarjabatan Jaksa AgungMuda ditempati oleh seseorang yang berusia sekitar 45 tahun. Begitumasuk kejaksaan dalam usia 27 tahun berarti telah memenuhi syaratuntuk mengikuti PPJ, artinya tidak perlu dilibatkan urusan-urusanadministratif (serupa dengan hakim). Begitu diterima, statusnya akan

. menjadi calon jaksa dan magang di kejaksaan.

Sedang batas usia minimal adalah 25 tahun karena dianggap padausia tersebut mentalnya telah terbentuk secara matang. Batas usiaini pun berlaku bagi penegak hukum yang lain (hakim, advokat)menerapkan batas usia minimal yang sama.

Calon'jaksa hendaknya adalah sarjana hukum dengan kekhususanhukum pidana, perdata dan tata usaha negara (karena ketigakekhususan ini berkaitan langsung dengan tugas jaksa sebagaipenuntut umum dan pengacara negara). Diharapkan mereka memilikikemampuan bahasa Inggris dan komputer yang tidak hanyadibuktikan dengan kepemilikan ijazah atau sertifikat semata.Kemampuan bahasa Inggris dan komputer tersebut seharusnya diujilangsung pada saat wawancara, guna menguji dan mengetahuikemampuan pelamar dalam berbahasa inggris dan mengoperasikankomputer.

Hal-hal lain yang berkaitan dengan teknis pelaksanaan rekrutmen(seperti persyaratan, pelaksana dan pelaksanaa n ujian) dan pendidikanawal sebaiknya dikaji lebih mendalam dalam program tersendiri.

Materi PPJ seharusnya disesuaikan dengan perkembangan hukumyang ada dan waktu pelaksanaan PPJ ditambah mengingat materiPPJ yang padat tidak diimbangi dengan waktu yang memadai. KualitasPPJ juga harus ditingkatkan, baik dari kemampuan widyaiswara,kurikulum dan praktek, maupun sarana serta prasarana lainnya.

selain itu program magang harus dilembagakan secara baikdan menjadi

salah satu unsur materi dan penilaian dalam PPJ. Melalui program

magang calon jaksa, dapat terjun langsung dalam dunia praKek sebagai

pengaliman guna menghadapi dunia litigasi yang sesungguhnya'

Sebagai penerapan prinsip transparansi, hal yang menjadipenghlmbat atau penyebab kegagalan pelamar PNS maupun calon

latsl Uatam proses rekrutmen atau hasil seleksi harus dijelaskan

kepada pelamar atau peserta yang bersangkutan sebagai bentuk

peitanggungjawaban Kejaksaan terhadap pelamar atau peserta PPJ

serta publik.

-. 8.3. Penempatan, Formasi dan Pembinaan Profesi

seringkali penempatan Jaksa tidak disesuaikan dengan kelas

kejaksaan, intensitas perkara, jenis perkara, pengetahua n, pendidikan

dan latihan teknis serta kemampuan Jaksa dengan penempatannya.

Hal tersebut seringkali berakibat langsung maupun tidak langsung

kepada kinerja dan kualitas hasil kerja laksa.

Intensitas pendidikan dan pelatihan teknis bagi jaksa dinilai masih

sangat kurang. Hal initerkait dengan minimnya dana yang tersedia.

Ter[adang dJna pendidikan dan latihan itu berasal dari Pemerintah

Daerah. Selain itu, minimnya penghargaan kepada jaksa yang

berprestasi sangat minim dan kesempatan yang diberikan kepada

para jaksa (terutama yang memiliki potensi untuk berkembang222)

untuk mendapatkan pendidikan tidak merata.

Rekomendasi Penempatan/Formasi dan Pembinaan Profesi

Pengadaan calon jaksa harus disesuaikan dengan jumlah jaksa yang

dibutuhkan. Penentuan penempatan jaksa yang dibutuhkan harus

disesuaikan dengan kelas kejaksaan, intensitas perkara223, keahlian

yang dibutuhkan (misalnya untuk daerah-daerah yang mempunyai

222 Sebagai contoh, dalam wawanvara dengan staff Kejaksaan Negeri Jawa

Timur, 23 Agustui 2004, idealnya untuk kejaksaan kelas A seperti Kejaksaan Negeri

Surabaya, situ iaksa penuntut umum menangani 3 buah perkara setiap bulannya.

t54

z3Suhadibroto, op.cit. hal 7

pengadilan niaga dan HAM, maka jaksa pun harus memiliki keahliandi bidang niaga dan HAM, dan lain-lain) dan tenaga jaksa yang sudah

tersedia di kejaksaan tersebut. Artinya, pengadaan/rekrutmen jaksatidak semata-mata hanya untuk memenuhi formasi yang lowong.

Frekuensi pendidikan dan pelatihan harus ditingkatkan, merata, daniberkesinambungan di seluruh wilayah. Sejalan dengan hal ini,anggaran pendidikan dan latihan harus dialokasikan dengan baik dantidak hanya dilaksanakan di Kejaksaan Agung saja, melainkandilaksanakan secara bertahap di kota-kota besar lainnya denganberagam jenis kasus seperti Medan, Surabaya, dan Makasar. Dalammenangani kasus-kasus tertentu (seperti korupsi, money laundry,pelanggaran HAM) yang membutuhkan keahlian khusus, jaksa harus

"bekerjasama dengan pihak-pihak lain yang ahli di bidang tersebut.Dengan demikian penanganan kasus dapat berjalan maksimal dan

terjadi transfer of knowledge dari ahli-ahli tersebut kepada para jaksa.Dalam hal ini perlu juga digagas program pendidikan berlanjut(co ntin uing ed uca tion)

Sebagai penerapan prinsip transparansi dan pertanggungjawabankepada publik, pelaksanaan rotasi, mutasi, dan promosi jaksasebaiknya disertai alasan atas pengambilan keputusan tersebut dandapat diketahui oleh publik, dalam hal ini dapat melalui pembuatanwebsite yang di dalamnya berisi info untuk publik tentang organisasidan sumber daya kejaksaan serta kasus (dalam hal ini berkaitandengan pertanggungjawaban seorang jaksa atas produk-produkhukum yang dihasilkannya) yang cukup menyita perhatian publik.

Hal-hal lain yang berkaitan dengan teknis pelaksanaan formasi, mutasidan promosi, penilaian kinerja dan pendidikan lanjutan sebaiknyadikaji lebih mendalam dalam program tersendiri.

B.4. Penegakan Disiplin dan Pengawasan

Saat ini sebagian besar masyarakat menilai bahwa jaksa tidakmenjalankan tugasnya dengan profesional. Profesionalitas hanyadapat dinilai bila terdapat standar profesiyang menjadi acuan dalambertindak. Standar profesitidak hanya menyangkut masalah moraletiksebuah profesisaja, standar profesi meliputi pula faktor penunjang atas

155

keberadaan profesi itu seperti standar rekrutmen, standar pembinaan,

standar penempatan, dan standar kerja. Untuk itu kejaksaan perlu

memikirkan untuk mempunyai standar Profesi Jaksa dengan Komisi

Profesi Jaksa yang membina profesionalisme Jaksa22a'

saat ini penerapan Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3)

tidak sesuai lagi untuk digunakan dalam mengevaluasijaksa, karena

aspek penilaian yang dibutuhkan dan sesuai dengan karakter jaksa

tidak terdapat dalam DP3. Aspek penilaian yang dimaksud berkaitan

dengan keahlian jaksa dalam melaksanakan tugasnya'

pelaksanaan pengawasan melekat baru akan berfungsi secara

maksimal jika seseorang melaporkan kinerja bawahannyg kepada

atasan yang lebih tinggi. Pengawasan melekat tidak dilakukan

terhadap dua tingkat di bawah atasan. sebagai contoh, seorang

asisten pembinain mengawasi tiga kepala sub bagian sebagai

bawahannya. Masing-masing sub bagian juga mengawasibawahannya. Namun jika kepala sub bagian tidak melaporkan hasil

pengawasan anak buah kepada asisten pembinaan, maka asisten

pemlbinaan tidak akan pernah mengetahui kondisinya. Hal ini

dikarenakan asisten pembinaan hanya mengawasi bawahannya

langsung (setingkat di bawahnya) dan tidak mengawasi bawahan

kepala sub bagian (dua tingkat dibawahnya).

permasalahan lain yang juga perlu dielaborasi lebih jauh adalah

permasalahan yang berkaitan dengan akses publik terhadap proses

kinerla yang ter3idi dan produk yang dihasilkan oleh lembaga

kejaksaan. Hal ini berhubungan erat dengan pertanggungjawaban

kejaksaan sebagai lembaga publik kepada masyarakat'

Rekomendasi Penegakan Disiplin dan Pengawasan

Perlu disusun suatu standar profesijaksa secara komprehensif dengan

memperhatikan peraturan perundang-undangan, doktrin dan kode

etik jaksa, serta panduan internasional yang telah disusun oleh PBB.

Standar tersebut harus disusun dan disesuaikan dengan tugas, fungsi,

dan wewenang yang akan dibebankan pada seorang jaksa agar dapat

dilaksanakan. selain itu perlu dibentuk lembaga tersendiri yang

156

berfungsi untuk mengawasi pelaksanaan standar profesi yang telahditetapkan. Keberadaan lembaga ini harus bersifat independen danfidak memiliki keterikatan dengan orang yang menjadi objekpengu*usannya, baik strukturaI maupun-fungiional.-Selain itulembaga tersebut harus diisi oleh para ahli, baik dari komunitas hukumataupun komunitas keahlian lainnya yang dapat menunjangPengawasan atas lembaga kejaksaan.

Penilaian pelaksanaan pekerjaan jaksa harus disesuaikan dengankemampuan jaksa, seperti keahlian yang harus dimilikinyasehubungan dengan pekerjaannya atau kemampuan dan pengetahuanjaksa terhadap perkara yang ditanganinya. Dalam hal ini instrumenpenilaian DP3 sebaiknya diganti dengan suatu instrumen catataniirestasi yang isinya mencakup penilaian atasan langsung terhadapkualitas jaksa sehubungan dengan standar minimum profesinya. Bilatidak diganti dapat juga unsur penilaian dalam DP3 jaksa ditambahdengan unsur-unsur lain yang berkaitan langsung dengan keahliandan kinerja jaksa. Dalam hal ini catatan prestasijuga dapat dijadikandasar penilaian untuk menentukan formasi, mutasi, dan promosi.

Eksaminasi sebagai salah satu instrumen pengawasan harusdigunakan secara maksimal dan perlu dilakukan secaraberkesinambungan, misalnya satu perkara akan dipilih untukdieksaminasi bagi satu orang jaksa yang menangani 10-20 perkara.Selain itu agar eksaminasi berjalan obyektif, perlu disusun parametereksaminasi bagi para eksaminator dalam memberikan penilaianterhadap setiap aspek dari karya seorang jaksa yang dieksaminasi.

Selain itu sebagai salah satu wujud pelaksanaan good governancedengan prinsip-prinsip tra nsparansi, pa rtisipatif, da n a kuntabel dalamlembaga kejaksaan, maka akses publik atas proses yang tefiadi danproduk yang dihasilkan oleh lembaga kejaksaan perlu dilembagakandan diatur secara jelas.

t57

PENUTUP

: A. KESIMPULAN

Bab VI ini menjabarkan kesimpulan dan saran berdasarkan hasilpemaparan standar minimum profesijaksa yang telah dilakukan padabagian sebelumnya. Berdasarkan hasil kajian tersebut maka terdapatbeberapa masukan yang sebelumnya belum teridentifikasi olehpertanyaan awal dalam penelitian ini. Masukan tersebut merupakan

'baran yang menjadi faktor penunjang bagi pembentukan standar profesiminimum jaksa. Kesimpulan yang merupakan jawaban ataspermasalahan pokok itu adalah sebagai berikut:

1. Peraturan perundang-undangan yang ada saat ini belum memadaiuntuk memberikan pedoman bagi profesijaksa. Pedoman profesijaksa seharusnya meliputisistem kepegawaian dalam hal pengisianjabatan struktural dan fungsional, sistem rekrutmen dan diklat bagijaksa, seta sistem pembinaan dan pengembangan karir bagiseorangjaka. Selain itu pedoman tersebut seharusnya meliputi standarpengetahuan, keahlian, dan perilaku bagi seorang jaksa yangprofesional.

2. Perumusan standar minimum profesi jaksa yang utuh dankomprehensif agar dapat dijadikan model bagi seorang jaksa dalambertindak. Serta memperhatikan ketentuan perundang-undanganyang menjadi landasan dalam bertindak selaku penegak hukum dibidang penuntutan. Perumusan standar minimum tersebutselayaknya mem perhatikan masukan d unia internasiona I ya ng telahterangkum dalam Guidelines on The Role of Prosecutors yangdisusun oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Havana Kubapada tahun L990. Guidelines on The Role of Prosecutors tersebuttelah memuat apa yang seharusnya dan selayaknya dimiliki olehseorang jaksa dan kejaksaan. Perumusan pedoman moralbagijaksadalam berperilaku harus juga memperhatikan kode etik KejaksaanTata Krama Adhyaksa, doktrin Kejaksaan Tri Krama Adhyaksa,

159

sumpah jabatan yang terdapat dalam undang-undang Kejaksaan,

serta peraturan lain dalam bentuk Keputusan Jaksa Agung yang

selama ini masih tersebar dan belum menjadi satu pedoman utuh

yang harus dimiliki oleh seorang jaksa. Perumusan standarminimum ini harus memperhatikan faktor-faktor lain yang sedikit

banyak akan berpengaruh pada cara bertindak dan perilaku

seorang jaksa.

3. Untuk menjaga agar standar minimum profesi jaksa iniJapatberjalan seiaia bait< dan sesuai dengan tujuan yang dikehendaki

aOitafr dengan membentuk sebuah komisi profesijaksa. Komisi

profesi jakia ini bertugas untuk memberikan masukan dan

mengawlsi proses pembinaan profesi secara keseluruhan. Komisi

ini s6baiknya diisi oleh kalangan profesional dan mantan jaksa

yang memil.iki kemampuan dan kualitas baik dalam upaya

membina jaksa sebagai penegak hukum.

B."REKOMENDASI

Kesimpulan yang merupakan jawaban atas pertanyaan polok dalam

penelitian ini masih bersifat umum. untuk itu m.asih diperlukan

beberapa saran yang menjadirekomendasi bagi pembglt_ufan profesi

jaksa yang profesional. Beberapa saran yang dapat diajukan dalam

penelitian ini antara lain:

1. Pada bab v telah disampaikan hal apa saja yang diperlukan untuk

membentuk seorang jaksa yang profesional sesuai dengan

tuntutan profesi dalam menjalankan tuEasnya' Untukmengejawantahkan standar profesi tersebut diperlukan dasar

hukum yang bersifat teknis sebagai payung hukum' Dagar hukum

yang bersifit teknis tersebut harus dilaksanakan oleh kejaksaan

melalui sebuah keputusan Jaksa Agung.

2. Selain dalam bentuk sebuah Keputusan Jaksa Agung, masih perlu

dibentuk petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis agarketentuan dalam standar 'minimum profesi ini dapat berjalan

dengan baik.

160

3. Berdasarkan hasil penelitian ini, ternyata masih terdapat beberapahal yang perlu diperhatikan dalam membentuk profesijaksa yangprofesional. Beberapa persoalan yang teridentifikasi dalampenelitian ini adalah masalah proses pengisian jabatan fungsionaljaksa, proses rekruitmen, Pendidikan dan Pembentukan Jaksa(PPJ) dan program magang, proses penempatan/pembinaanprofesi, serta penegakan disiplin dan pengawasan. Penelitianmelalui pendekatan hukum dinilai belum dapat memadai untukmelakukan sebuah perubahan mendasar di kejaksaan. Persoalantersebut harus dapat diselesaikan melalui penelitian lanjutan yang

lebih komprehensif melalui beberapa pendekatan, antara lainpendekatan manajemen sumber daya manusia, sosiologi danekonomi.

Demikian kesimpulan dan saran yang dapat disampaikan dalamgenelitian ini. Salah satu usaha perbaikan atas kondisi penegakan

hukum yang carut marut ini adalah memperbaiki kondisi aparatpenegak hukum itu sendiri. Usaha inidimulai dari peningkatan kualitassumber daya manusia dan perbaikan atas kondisiorganisasi penegakhukuri itu sendiri. Di sisi lain niat untuk melakukan perubahan danbersungguh-sungguh untuk mela ksana kan sel uruh proses peru baha n

memegang per:an kunci yang sangat penting.

161

I

$ F"" ;* ".;

, Buku

Abad insky. Howard. Dr'scretio na ry Justice : A n Introductrbn to Discretionin Criminal Justice. Springfield. Illinois: Charles Thoman.

Alam. Wawan Tunggul. Memahami Profesi Hukum. Milenia Populer:. Jakarta,2004.

Garner. Brian A. Blackb Law Dictionary. Seventh Edition.St.Paul: west

. Publishing.Co, 1990.

.Guidelines on the Role of Prosecutorc. ditetapkan oleh Kongres kedelapan PBB mengenai Pencegahan Kejahatan dan Pembinaan

. Narapidana di Havana. Cuba. 27 Agustus-7 September 1990.

Hamzah. Andi. Hukum Aara Pidana Indonesia. Jakarta: Sapta ArthaJaya. 1996.

H u ij bers.The o. Fitsafat Hukum. Ka n isius. Yogyakarta : 1995.

lGnter.E.Y. Etika Profesi Hukum : sebuah pendekatan sosio-rehQius StoriaGrafika : Jakarta, 2001.

Kejaksaan Agung. Lima Windu Sejarah Kejaksaan Republik Indonesia.Kejaksaan Agung RI: Jakarta, 1985.

Koehn. Daryl. Landasan Etika Profesi.lGnisius: Yogyakafta, 2000.

Muhammad. Abdulkadir. Etika Profesi Hukum. PT. Citra Aditp Bakti:Bandung. 1997.

Profil Jaka Agung Muda Perdata dan Tata Usaha Negara Pada AkhirTahun Ke V. Jakarta: Jaksa Agung Muda Perdata dan Tata UsahaNegara Kejaksaan Agung Republik Indonesia, 1997.

163

Perserikatan Bangsa-Ban gsa. Standards of Profesrbnal Responsibility andstatementof the Essential DuttEs and the Rights of Prosecutorc.

suyuthi. wildan. Etit<a Profesi Kode Etik Hakim.IKAHI : Jakarta, tanpa

tahun.

Makalah

Harkrisnowo. Harkristuti . Membangun strategi Koneria keiakaan bagiPeningkatan Prod u ktivitas, Profesionalis me, da n a kun ta b ilitas

Pubtrk: Suatu Ltsulan Pemikinn. Makalah disampaikan pada

seminar strategi Peningkatan Kinerja Kejaksaan dalam Rangka

mewujudkan Supremasi Hukum. Diselenggarakan oleh Pusatpenelitian dan Pengembangan Kejaksaan Agung di Jakarta 22

Agustus 2001.Hosen. Hitius. Strategi Peningkatan kinerja Keiakaan dalam Rangka

Mewuiudkan Supremasi Hukum. Makalah disampaikan pada

acara diskusi panel yang diadakan oleh Pusat Penelitian dan' Pengembangan Kejaksaan Agung Indonesia. Jakarta' 22 Juli

2001.

Lumbuun. T. Gayus. Standar Profesionalisme Dan Kemandin'an Jaksa

Dalam sistem Penegakan Hukum. Makalah tidak terpublikasi.

Jakafta; Juli 2004.

Prastowo. Sidharta Pohan. Standar Minimum Profesi Hukum: sebuah

rekomendasi untuk penegakan disiplin profesi hukum' Makalah

disampaikan pada lokakarya "standar Disiplin Profesi Hukum"

di Hotel Menara Peninsula. Jakarta. 18 luli 2002.

Ramelan. ProfesionalismeJaksa Di Era supremasi Hukum. Disampaikan

pada seminar'.Perspektif Peran Kejaksaan dalam Era supremasi

Hukum". Tahun 2000.

Suhadibroto . Pembaharuan Keiaksaan, Makalah disampaikan dalam

acara Raker Kejaksaan 2003 yang berlangsung tanggal 27-29Mei 2003.

L64

Wig nyosoebroto. Soeta n dyo. Profesiona I isme Ja ksa, da n Akun ta bilitasKe1'aksaan Kepada Publik, dalam Kumpulan Makalah PesertaDengar Pendapat Publik Pembaruan Kejaksaan RepublikIndonesn. Diselenggarakan oleh Komisi Hukum Nasional (KHN).Kejaksaan Agung, dan Kemitraan bagi Pembaruan TataPemerintahan di Indonesia. Hotel Sahid Jaya. 24-25 Juni 2OO3.

Penelitian

Mahkamah Agung Republik Indonesia . Kertas Kerja Pembaruan Strtem. Pembinaan SDM Hakim. Mahkamah Agung Republik Indonesia.

". Jakafta: 2003.

PriceWater House Coopers dan Kejaksaan Agung RL. Focus on People:The Report of The Governance Audit Of The PublrC ProsecutionSeruices of The Republtl,c of Indonesia. Jakafta : Agustus, 2001.

Surat Kabar/Majalah

Luthan. Salman. Reformasi Organisasi Tugas dan kewenangan Kejaksaan.KHN News Letter. edisiJuni 2003,

Peraturan Perundang-undangan

Indonesia. Lampiran Keputusan Presiden tentang Rumpun JabatanFungsional Pegawai Negeri Sipil. Kepres Nomor 87 Tahun 1999.

Peraturan Pemerintah Nomor 9B Tahun 2000 tentangPengadaan Pegawai Negeri Sipil. Pasal 16 dan PeraturanPemerintah Nomor 11 Tahun 2002 tentang Perubahan AtasPeraturan Pemerintah Noor 98 Tahun 2000 tentang PengadaanPegawai Negeri Sipil.

Pemturan Pemerintah tentang Peraturan Disiplin PegawaiNegeri Sipil. PP Nomor 30 Tahun 1980.

165

Surat Edaran Jaksa Agung tentang Petunjuk Pelaksanaan,

Tata Gra. Penerimaan dan Pendidikan Pembentukan Jaksa,SEJA

Nomor SE-002[A/5/1988.

i No. 75. Tahun 1981, TLN No. 3209.

undang-undang tentang Kejaksaan Republik lndonesia, UU

No. 16. LN No. 67 Tahun 2004. TLN No' 4401'

Ltndang-UndangtentangKejaksaanRepubliklndonesia,UUNo. 5. LN No. 59, Tahun 1991. TLN No' 3451'

Undang-tJndang tentang Pers, UU No' 40, LN No' 166 Tahun

1999, TLN No. 3887.

Kejaksaan Agung. Keputusan Jaksa Agung Tentang Penyempurnaan

Doktrin kelakaan Tri Krama Adhyaksa' Kepja No' kep-030/J'A/

3/1eBB.

Keputusan Jaksa Agung Tentang Eksaminasi' Kep-033lJAl3l

1993.

Persatuan Jaksa. Keputusan Pengurus Pusat Persaia Tentang Komisi

Kode Etik Jalcsa, Keputusan Pengurus Pusat Persaja No' Kep-

00l/Persaja 1031t995.

Surat Edaran Kejaksaan Agung R.I. No: SE-004/JAI1L1L993'

Internet

Soehad i brot o. Re -p rofes io n a I isa s i Kin e ria Kei a ksaa n'

(http ://www. komisihukum.go. id/article opinion. php?)'

htto: //www.abanet.org/crimjust/standards/pfunc toc' html

166

http : //www.cps. gov. uUabouVh istory. html

i' thttp://www.en.witipedia.o

h ttp : //uluUhmepSlgeu_uk

ihttp ://www. i ustitie. nl/english/

http : //www.open baarmin isterie. n l/english/

http://www.usdoi.org

,:' http : //www.world h istorv.com/wi ki/l/prosecutor. htm

The Institutional Organization of Training: The Dutch Case,by Dr. Frits.

{. Van Der Meer. http://unpanl.un.oro/intradoc/grouos/public/docu ments/nisoacee/u n pan006456. pdf,

www.cps.gov. uk/legal/section l/chapter a. html

t67

Nara Sumber Penelitian

it1. Prof. Harkristuti Harkrisnowo, S.H., M'A, Ph.D.

. 2. DR. Gayus Lumbuun, S.H., M.H'

3. Zulkifli Ketua Ikadin Sumatera Utara.

i C.Iman Sukirman Lembaga Psikologi Terapan Fakultas Psikologi. Universitas Indonesia

, 5. Halius Hosen, S.H Kepala Biro Perencanaan

6. Bambang Walujo, s.H. Kepala Pusat Pendidikan dan Latihan Kejaksaan

Agung RI.

,l ., 8. Wakil Kepala Kejaksaan Tinggi Jawa Barat

10.R. Dondy K.S., S.H. Asisten Pengawasan Kejaksaan Tinggi

' lawa Timur. 11.Noor Rachmat, S.H. Asisten Intelijen Kejaksaan Tingi Jawa Timur

12.Abner Pasaribu, S.H. Asisten Pembinaan Kejaksaan Tinggi

Sumatera Utara.1 13.Taufik Hidayat, S.H. Kepala Sub Bagian Kepegawaian Kejaksan Tinggi

Jawa Barat

14.Rorogojega S., S.H. Kepala Seksi Penuntutan Kejaksaan Tinggi

Jawa Barat

15.Azamul, S.H. Jaksa Penuntut Umum Kejaksaan TinggiSumatera Utara

16.M. Sugiono, S.H. Kepala Sub Bagian Pembinaan Kejakaan Negeri

Bandung

lT.Bangkit Haryono, s.H. Kepala sub Bagian Pembinaan Kejakaan Negeri

SurabaYa

18.M. Sugiono, S.H. Kepala Sub Bagian Pembinaan Kejaksaan Negeri

Bandung

l9.Sistoyo, S.H. Kepala Seksi Prapenuntutan Kejaksaan Negeri

Bandung

20.1. Tambunan, S.H. Kepala Seksi Pidana Umum Kejaksaan Negeri

Medan

2l.Tri Hasan Waluyo, s.H. Kepala seksi Intel Kejaksaan Negeri surabaya

22. Kepala Seksi Pidana Khusus Kejaksaan Negeri

Surabaya

168

159

Lampiran 1.

Menimbang

Mengingat

RANCANGANKEPUTUSAN

JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIANOMOR:

TENTANGSTANDAR MINIMUM PROFESI JAKSA

(sMPJ)

JAKSA AGUNG REPUBUK INDONESIA

: a. Bahwa dalam rangka usaha meningkatkanprofesionalitas Kejakaan membutuhkan Jaksayang profesional, berkualitas, memilikikemam puan intelekual, integritas kepribadia nsefta memiliki disiplin tinggi guna melaksanakantugas penegakan hukum yang bertumpu padarasa keadilan, maka perlu dibentuk StandarMinimum Profesi Jaksa yang akan dijadikanstandar minimum keahlian dan sikap diriJaksabaik dalam tahap rekuitmen, pembinaan danterutama ketika menjalankan profesi Jaksa.

b. Bahwa untuk keperluan pengawasan StandarMinimum ProfesiJaka perlu dibentuk komisiprofesi jaksa.c. Bahwa sebagai perwujudannyaperlu diterbitkan Keputusan Jaksa AgungIndonesia.

: 1. Undang-Undang NomorBTahun 1974tentangPokok-pokok Kepegawaian (Lembaran NegaraTahun 1974 Nomor: 55, Tambahan LembaranNegara Nomor:3a01);

2. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999tentang Perubahan atas Undang-UndangNomor 8 lahun 1974 Tentang Pokok pokokKepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1999

L7t

3.

Nomor: 159, Tambahan Lembaran. NegaraNomor:3890)Undang-undang Nomor 15 tahun 2004 tentangKejaksaan Republik Indonesia LembaranNegara Tahun 2004 Nomor: 67 Tahun 2004,Tambahan Lembaran Negara Nomor: 4401)

Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980

Tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Si pi I

(Lembaran Negara Tahun 1980 Nomor 50,

Tambahan Lembaran Negara Nomor: 3176);

Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2002

tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah

Nomor 98 Tahun 2000 tentang Pengadaan

Pegawai Negeri Sipil Peraturan PemerintahNomor 16 Tahun 1994 tentang JabatanFungsional Pegawai Negeri SiPil;

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor:

86 Tahun 1999 tentang Susunan Organisasi dan

Tata Kerja Kejaksaan Republik Indonesia;

Keputusan laksa Agung Republik IndonesiaNomor: KEP-030/JA/1988 tentang DoktrinKejaksaan "Tri Krama AdhYaksa";

Keputusan Jaksa Agung Republik IndonesiaNomor: Kep-085[.A/ 10/ 1990 tentang Petu njukPelaksanaan Penilaian Dan Penetapan Angka

Kredit Bagi Jabatan Jaksa;

Keputusan Jaksa Agung Republik IndonesiaNomor: KEP-109/J. AltOlL994 TentangPersyaratan Pendidikan dan PelatihanKejaksaan;

l0.Keputusan Jak5a Agung Republik IndonesiaNomor: KEP-O731J.A|}7 I 1999 tentang Pola

Jenjang Karir Pegawai Kejaksaan RepublikIndonesia;

ll.Keputusan Jaksa Agung Republik IndonesiaNomor: KEP.1 15/JA/ tO I L999 tentang Susunan

Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan Republik

Indonesia;

4.

5.

7.

B.

t72

12.Keputusan Jaksa Agung Republik IndonesiaNomor: Kep-503/AlJ.Al 1212000 tentangKetentuan-Ketentuan PenyelenggaraanPengawasa n Kejaksaan Republik Indonesia;

13.Keputusan Jaksa Agung Republik IndonesiaNomor: KEP-376{JA/O912003 tentang Tata Cara

Penyaringan Dalam Pengadaan Pegawai NegeriSipil Kejaksaan Republik Indonesia;

14.Keputusan Jaksa Agung Republik IndonesiaNomor: KEP-X-0561C|0312004 tentangKurukulum Pendidikan Pembentukan Jaksa(PPJ);

15.Surat Edaran Jaksa Agung Republik IndonesiaNomor: SE-002/JAI5/1988 tentang PetunjukPelaksanaan, Tata Cara, Penerimaan danPendidikan Pembentukan Jaksa;

16.Surat Edaran Jaka Agung Republik IndonesiaNomor: SE-00UJ.A/3ll99l TentangPelaksanaan Fungsional Jaksa;

: Kode Etik laksa Tata Krama Adhyaksa

MEMUTUSKAN:

: KEPUTUSAN JAKSA AGUNG REPUBLIKINDONESIA TENTANG STANDAR MINIMUMPROFESI ]AKSA KEJAKSAAN REPUBLIKINDONESIA.

: Standar Minimum ProfesiJaksa yang utuh dankomprehensif agar dapat dijadikan model bagiseorang jaksa, yang berisikan:

A. PengetahuanSeorang jaksa dituntut untuk memilikipemahaman dan mampu menerapkanpengetahuannya di dalam melaksanakantugasnya yang baik atas:

Memperhatikan

Menetapkan

Peftama

173

1. Ketentuan hukum pidana materiil danformil;

2. Ketentuan hukum perdata materiil danformil;

3. Ketentuan hukum tata usaha negaramateriildan formil;

4. Peraturan perundang-undangan, baikperundang-undangan tingkat nasional dandaerah;

5. Ketentuan hukum adat di temPatpenugasan;

6. Konvensi Internasional yang relevandengan tugas jaksa;

7. Ketentuan Hak Asasi Manusia (HAM), baiknasional mauPun instrumen HAMinternasional yang' sudah diratifikasi olehIndonesia;

8. Pengetahuan mengenai manajemenadministrasi umum;

9. Pengetahuan mengenai manajemenadministrasi Perkara;

10. Pengetahuan Etika Hukum;

11. Disiplin ilmu lainnya yang menunjangpelaksanaan tugas, fungsi, dan wewenang;serta

12. Memiliki pengetahuan atas perkembangan

ilmu hukum, dan Praktik hukum baiknasional maupun internasional.

B. KeahlianSeorang jaksa dituntut untuk memiliki keahlian

antara lain dalam:

1. Litigasi sesua i dengan peratu ra n

perundang-undangan png berlaku dalamperkara pidana, perdata dan tata usaha

negara;2. Bldang intelijen khususnp intelijen hukum;

t74

3.

4.

5.

Berbahasa asing, khususnya bahasa inggrissecara aktif;Mengoperasikan komputer;Melakukan penyelesaian perkara perdatamelalui jalur alternatif penyelesaiansengketa di luar pengadilan dengan caraarbitrase, mediasi, konsiliasi, negosiasi,konsultasi, penilaian ahli dan lain-lain.

C. PerilakuSeorang jaksa harus dapat mencerminkan tatapikir, tata tutur, dan tata laku terpujisebagaimana tercantum dalam kode etik dansumpah jabatan, antara lain;1. Memiliki kesungguhan dalam bekerja, jujur,

berani, adil, tidak membeda-bedakan suku,agama, ras, dan golongan;

2. Dalam melaksanakan tugas jaksasenantiasa memupuk sertamengembangkan kemampuan profesional,integritas pribadi, dan berdisiplin tinggi;

3. Menghormati adat kebiasaan setempatyang tercermin dalam sikap perilaku sehari-hari;

4. Dapat menerima kebenaran, bersikapmawas diri, berani bertanggungjawab danmenjadi teladan di lingkungannya;

5. Mengindahkan norma kesopanan dankepatutan dalam menyampaikanpandangan dan menyalurkan aspirasiprofesi;

6. Berbudi luhur, berwatak mulia, setia, jujur,arif dan bijaksana dalam tata pikir, tatatutur, dan tata laku;

7. Senantiasa menolak atau tidak akanmenerima atau tidak dipengaruhi olehcampur tangan siapa pun juga.

t75

r?Kedua'

Ketiga

I,Ier&entuk,kornisi profesi Jaksa untuk menjaga

agar standarmiRimum profesi jaksa dapat

berjalan seca.ra baik.KFgutusan, [ni: rnulai berlaku sejak tanggalditetapkan. :.

: ., . . D.l[-$pP!{An di : JakartaPada tanggal :

it

lakba.AquflgR.I

' .'r'

. rl

t76

l-1

I{Ii

I,

xI

Lampiran 2.

Tugas dan Wewenang Kejaksaan

.,

h. Tuqas dan Wewenanq Kejaksaan Dalam Bidano Pidana

No Dmar fukum Tentang Pmd Trgas dan Kevrenangan

laksa

1

,

UUNb. 14Tahun 1970Tentang KetentuanPokok KekuasaanKehakimanDiperbaharui denganLfu Nb. 4 Tahun 2004

Kel-adiranpenunfutUTNUM

dalamperkarapidara

Pasal17 ayat(s)

Dalam perkara pidana wajibhadir pula seo{'arg perrtnfutumlm, kq.nl i undang-undangmerenh-kan lain.

2. Dalam perkara pidanawajib hadir pulaseorang penunfutunium, kecuali undang-tndarq menentukanlain.

PengajuanKasasi

Pasaln

Mrrgajukan kasasi kepada MA.Dalam L.[J Nb. 4 Talx-tn 2004Tidd< diah.r secara khuusrerqerai kewenangan JaksatnhJcmerga].kan kasasi,dalam Pasal 22hel.tyadisebufl<.an: kaasi dapatdiajukm oleh oleh pihak-pihakya'g bersard(uh, kecual i

Lrdaag:trdang nsentukanlain.

3. PelaksanaanPuh-sanPergadilan

Paal337Pas-al 36

Pelaksanaar B,rh-sanPrqdilan dalam perkaapidarra dild<t-kan oleh ld<sa

4. UU Nb. 8 Tahun 1981Tentang FLkum AcaraPi&rra (KUl-tAP)

laksa Pasal 1

h.rtir 6a

r Bertirdak sebagaiperurtut umunn

r Melaksard<an puhJsanPengadilan yang telahmenlceroleh kekuatanh-kum tetp.

5. laksaPe-{.ntJtUmum

Pasal 1

tutir 6a

a N,ielak*an Pennfutal

Melaksand<an PerretapanKeputusan Haki m

I

L77

No Dasar hukum Tentang Pasal Tugas dan Kewenangan

6. Pasal 114 a. menerima dan memeriksaberkas perkarapenyidikan dari penyidikatau penyidik pembantu;

mengadakanprapenuntutan apabilaada kekurangan padapenyidikan denganmemberi petunjuk dalamrangka penyempurnaanpenyidikan dari penyidik;

memberikanperpanjangan penahanan,

melakukan penahanan

atau penahanan lanjutandan atau mengubahstatus tahanan setelahperkaranya dilimpahkanoleh penyidik;

membuat surat dakwaan;

melimpahkan perkara ke

Pengadilan;

menyampaikanpemberitahuan kepadaterdakwa Tentangketentuan hari dan waKuperkara disidangkan yang

disertai surat panggilan,baik kepada terdakwamaupun kepada saksi,untuk datang pada sidangyang telah ditentukan;

melakukan penuntutan;

menutup perkara demikepentingan hukum;

mengadakan tindakanlain dalam lingkup tugasdan tanggung jawabsebagai penuntut umummenurut ketentuanundang-undang ini;

f.

L7B

Dasar hukum

j. melaksanakan penetapanhakim.

Pasal 137 melakukan penuntutanterhadap siapapun yangdidakwa melakukan suatutindak pidana dalam daerahhukumnya denganmelimpahkan perkara kepengadilan yang berwenangmengadili.

Pasal 138 Penuntut umum setelahmenerima hasil penyidikandari penyidik segeramempelajari dan menelitinyadan dalam waktu tujuh hariwajib memberitahukankepada penyidik apakahpenyidikan itu sudahatau belum. Jlka hasilpenyidikan ternyata belumlengkap, penuntut umummengembalikan berkasperkara kepada penyidikdisertai petunjuk tentang halyang harus dilakukan unfukdilengkapi dan dalam waKuempat belas hari sejaktanggal penerimaan berkas,penyidik harus sudahmenyampaikan kembaliberkas perkara itu kepadapenuntut umum,

Penuntutan Pasal 139 Setelah penuntut umummenerima atau menerimakembali hasil penyidikanyang lengkap dari penyidi(ia segera, menentukanapakah berkas perkara itusudah memenuhipersyaratan untuk dapatatau tidak dilimpahkan kepengadilan.

L79

IIo Dasar hukum Tentang Pasal Tugas dan Kewenangan

UU No. 22 Tahun1952

Pasal 140 Dalam hal penunfut umumberpendapat bahwa darihasil penyidikan dapat.dilakukan penunfutan, ia

dalam waktu secepatnyamembuat suratdakwaan.Dalam halpenuntut umummemutuskan unfukmenghentikan penuntutankarena tidak terdapat cukupbuKi atau peristiwa tersebuttemyata bukan merupakantindak pidana atau perkara

ditutup demi hukum,penuntut umummenuangkan hal tersebutdalam suratketetapan.Apabila kemudianternyata ada alasan baru,penuntut umum dapatmelakukan penunfutanterhadap tersangka.

7. Pengajuanbanding

Pasal 233' Mengajukan banding padaPengadilan Tinggi

8. PengajuanKasasi

pasal244 Mengajukan banding pada

Mahkamah Agung

9. Perafuranmenghadapikemungkinanhilangnyasuratkeputusandan surat-suratpemeriksaanPengadilan.

Pasal 3 Peraturan menghadapikemungkinan hilangnyasurat kepufusan dan zurat-surat pemeriksaanPengadilan.Pasal 3Mengajukanpermintaan agar suafuperkara diperiksa kembali,jika dalam suatu perkarapidana surat catatanpemeriksaan perkara dalamsidang tidak ada.

180

I[o Dasar hukum Tentang Pasal Tugas dan Kewenangan

Pasal 4 Meminta Pengadilan unfu kmengeluarkan penetapanresmi Tentangmacam,jumlah dan warcuberakhimya hukuman, jikadalam menjalankankepufusan Fengadilan, tidakterdapat lagi suratkepufusan atau turunan sahsurat keputusan asli.

11. UU No. ZDrtl1955 TentangPengusutan,Penuntutan danPeradilan TindakPidana Ekonomi

Perryidikanpada TindakPidanaEkonomi

Pasal 15(t) (4), L7(1) (2)

Melakukan penyidikankhusus pada tindak pidanaekonomi.

L2. Nomor 3 Tahun1971 Tentang

'Pemberantasan

Tindak PidanaKorupsi

MelakukanPenuntutan

Pasal 3 Melakukan penuntutan /menjadi Penuntut Umumdalam perkara tindak pidanakorupsi seperti yang diaturdalam Pasal 14 UU No.8Tahun 1981.

13. Menjelaskanmengenaisurattuduhan/dakwaan

Pasal 16 Bilamana pada permulaansidang, tuduhan Udak dapatcukup dimengerti olehterdakwa, maka Penunh.tUmum atas permintaanHakim wajib memberiketerangan lebih lanjut atassurat tuduhan tersebutapabila menurut pandanganHakim terdakwa dapatdirugikan dalampembelaannya.

t4. Pembuktianterbalikterbatas

Pasal 17 penuntut umum tetapberkewajiban untukmembuktikan dakwaannya

181

No Dasar hukum Tentang Pasal Tugas dan Kewenangan

15. Perampasanbarangyang telahdisita

Pasal 23 Mengajukan tuntutankepada hakim untukmenetapkan perampasan

barang-barang yang telahdisita. Dalam hal terdakwameninggal dunia sebelumputusan dijatuhkan danterdapat bukti yang cukuPkuat bahwa yang

bersangkutan telahmelakukan tindak Pidanakorupsi.

16. Nomor 31 Tahun1999 TentangPemberantasanTindak PidanaKorupsi

MelakukanPenyitaandanpelelangan

Pasal 18ayat (2)

Melakukan penyitaan danpelelangan, jika terPidanaperkara korupsi tidakmembayar uang pengganti

sesudah 1 bulan PutusanPengadilan BKHT untukmenutupi uang Penggantitersebut..

17. MelakukanPenuntutan

Pasal 26 Melakukan penuntutan /menjadi Penuntut Umumdalam perkara tindak Pidanakorupsi sepefti yang diaturdalam Pasal 14 UU No.8Tahun 1981.

18. keterangankepadaBank

Pasal 29ayat (1)

Meminta keterangan kepadabank Tentang keadaankeuangan tersangka atauterdakwa.

19. pemblokiranrekeningpada Bank

Pasal 29ayat (2)

Meminta kepada bank untukmemblokir rekeningsimpanan milik tersangkaatau terdakwa Yang didugahasil dari koruPsi.

182

No Dasar hukum Tentang Pasal Tugas dan Kewenangan

20. pencabutanpemblokiranrekeningpada Bank

Pasal 29ayat (3

Meminta kepada bank padahari itu juga mencabutpemblokiran jika tidakdiperoleh bukti yang cukup.

2L, Pembuktianterbalikterbatas

Pasal 37ayat (4))

penuntut umum tetapberkewajiban untukmembuktikandakwaannyaKetentuan inimerupakan suatupenyimpangan dariketentuan Kitab Undang-undang Hukum AcaraPidana yang menentukanbahwa Jaksa yang wajibmembuktikan dilakukannyatindak pidana, bukanterdakwa. Menurutketentuan ini terdakwadapat membuktikan bahwaia tidak melakukan tindakpidana korupsi.Apabilaterdakwa dapatmembuktikan hal tsb tidakberafti ia tidak terbuktimelakukan korupsi, sebabpenuntut umum masih tetapberkewajiban untukmembuktikan dakwaannya.Ketentuan Pasal inimerupakan pembuktianterbalik yang terbatas,karena Jaksa masih tetapwajib membuktikandakwaannya.Au=

22. Perampasanbarangyang telahdisita

Mengajukan tuntutankepada hakim untukmenetapkan perampasanbarang-barang yang telahdisita. Dalam hal terdakwameninggal dunia sebelumputusan dijatuhkan danterdapat bukti yang cukup

183

No Dasar hukum Tentang Pasal Tugas dan Kewenangan

kuat bahwa yangbersangkutan telahmelakukan tindak pidanakorupsi.

23. UU No. 30 Tahun2002TentangKomisiPemberantasanTindak PidanaKorupsi

Pembuktianterbalikterbatas

Pasal 39 Penyelidikan, penyidikan,dan penuntutan tindakpidana korupsi dilakukanberdasarkan hukum acarapidana yang berlaku danberdasarkan Undang-Undang Nomor 31 Tahun1999 tentangPemberantasan nndakPidana Korupsi sebagaimanatelah diubah denganUndang-Undang Nomor 20Tahun 2001 tentangPerubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun1999 tentangPemberantasan TindakPidana Korupsi, kecualiditentukan lain dalamUndang-Undangini.(Penyelidikan,penyidikan, dan penuntutandilaksanakan berdasarkanperintah dan bertindakuntuk dan atas nama Komisi

PemberantasanKorupsi.Penyelidik, penyidik,

dan penuntut umum yangmenjadi pegawai padaKomisi PemberantasanKorupsi, diberhentikansementara dari instansikepolisian dan kejaksaanselama menjadi pegawaipada Komisi PemberantasanKorupsi.

184

No Dasar hukum Tentang Pasal Tugas dan Kewenangan

24. Melakukanpenuntutan

Pasal 51 Penuntut adalah PenuntutUmum pada KomisiPemberantasan Korupsiyang diangkat dandiberhentikan oleh KomisiPemberantasan Korupsi.Penuntut Umummelaksanakan fungsipenuntutan tindak pidanakorupsi. Penuntut adalahJaksa Penuntut Umum.

25. UU No. 1 Tahun1979 TentangEkstradisi

PengajuanEktradisi

Pasal 25 Mengajukan permohonankepada PEngadilan untukmemeriksa dan kemudianmenetapkan dapat atautidaknya seseorangdiekstradisi.

26. ^UU No. 5 Tahun1983TentangZona EkonomiEksklusif

MelakukanPenyitaandanpelelangan

Pasal 14ayat (2)

Melakukan penuntutan/menjadi Penuntut Umumdalam perkara tindak pidanabidang Zona EkonomiEksklusif.

27. UU No. 8 Tahun1995 TentangPasar Modal

MendapatkanketeranganmengenairekeningEfeknasabah

Pasal 47ayat (1)huruf bdan ayat(3)

Untuk kepentingan pem-dilan pidana maka Jaksaberhak untuk mendapatkanketerangan mengenairekening Efek nasabahinformasi dari Kustodianatau Pihak terafi libsinya.Permintaan untuk mempe-roleh keterangan mengenairekening Efek nasabahdiajukan oleh Jaksa Agungkepada Bapepam denganmenyebutkan nama danjabatan Jaksa, nama ataunomor pemegang rekening,sebab-sebab keterangandiperlukan, dan alasanpermintaan dimaksud.

185

I{o Dasar hukum Tentang Pasal Tugas dan Kewenangan

28. UU No. 1 Tahun1979 TentangEkstradisi

Melakukanpenuntutan

Pasal 101ayat (5)

Melakukan penuntutan/menjadi Penuntut Umumdalam perkara tindak pidanabidang pasar modal

29." UU No. 10 Tahun1995 TentangKepabeanan

Melakukanpenuntutan

Pasal 112ayat (3)

Melakukan penuntutan/menjadi Penuntut Umumdalam perkara tindak pidana

bidang kepabeanan sepertiyang diatur dalam Pasal 14UU No. 8 Tahun 1981.

30. UU No. 23 tahun1997 TentangLingkungan Hidup

Melakukanpenuntutan

Pasal 40ayat (4)

Menjadi Penuntut Umumdalam perkara tindak pidanabidang Lingkungan Hidup

31. UU No. 41 Tahun1999 TentangKehutanan

Melakukanpenuntutan

Pasal 77ayat (3)

Melakukan penuntutan /menjadi Penuntut Umumdalam perkara tindak pidanabidang kehutanan.

32. UU No. 16 Tahun2000 TentangTentangKetentuan UmumDan Tata CaraPerpajakan

Melakukanpenuntutan

Pasal 44 Melakukan penuntutan /menjadi Penuntut Umumdalam perkara tindak pidana

bidang perpajakan.

33. UU No. 30 Tahun2000 TentangRahasia Dagang

Melakukanpenuntutan

Pasal 16ayat (4)

Melakukan penuntutan /menjadi Penuntut Umumdalam perkara tindak pidanabidang rahasia dagang.

34. UU No. 14 Tahun2001 TentangPaten

Melakukanpenuntutan

Pasal 129ayat (4)

Melakukan penuntutan /menjadi Penuntut Umumdalam perkara tindak pidanabidang paten.

186

No Dasar hukum Tentang Pasal Tugas dan Kewenangan

35. UU No. 15 Tahun200lTentangItlerek

Melakukanpenuntutan

Pasal 89ayat (4)

Melakukan penuntutan/menjadi Penuntut Umumdalam perkara tindak pidanabidang merek.

36. UU No. 15 Tahun2002 TentangPencucian Uang

Melakukanpenuntutan

Pasal 30 Melakukan penuntutan /menjadi Penuntut Umumdalam perkara tindak pidanapencucian uang.

37. melakukanpemblokiranterhadapHartaKekayaan

Pasal 32ayat (1)

Untuk kepentinganpemeriksaan dalam perkaratindak pidana pencucianuang, maka penuntut umumberwenang memerintahkankepada Penyedia JasaKeuangan untuk melakukanpemblokiran terhadap HartaKekayaan setiap orang yangtelah dilaporkan oleh PPATK

kepada penyidik, tersangka,atau terdakwa yangdiketahui atau patut didugamerupakan hasil tindakpidana.

38. memintaketerangandariPenyediaJasaKeuanganmengenaiHartaKekayaan

Pasal 33ayat (1)

Pasal 77ayat (3)

Untuk kepentinganpemeriksaan dalam perkaratindak pidana pencucianuang, maka penuntut umumberwenang untuk.memintaketerangan dari PenyediaJasa Keuangan mengenaiHarta Kekayaan setiap orangyang telah dilaporkan olehPPATK.

39. UU No. 12 Tahun2003TentangPemilihanUmum Anggota

Melakukanpenuntutan

Pasal 131 Melakukan .penuntutan /menjadi Penuntut Umumdalam perkara tindak pidanadalam bidang

LB7

No Dasar hukum Tentang Pasal - Tugas dan Kewenangan

Dewan PerwakilanRakyat, DewanPerwakilanDaerah, DanDewan

pemilihan umum anggotadewan perwakilan rakyat,dewan perwakilan daerah,dan dewan perwakilanrakyat daerah.

40. Tahun 2fi)2TentangPemberantasanTindak PidanaTerorisme

Melakukanpenuntutan

Pasal 25 Penyidikan, penuntutan, danpemeriksaan di sidangpengadilan dalam perkaratindak pidana terorisme,dilakukan berdasarkanhukum acara yang berlaku,kecuali ditentukan laindalam Peraturan PemerintahPengganti Undang-undangini.

4L.PP No. 26 TahunL970 Kordinasi

pengawasanorang asingyangberkunjungdi Indonesiadenganfasilitasbebas Visatujuh hari.

Pasal 4 Menerima laporan dariAparatur Imigrasi daerahmengenai adanyapersangkaan tindak pidana,terutama Tentang maksuddan tujuan serta tempatyang akan dikunjungi.

42.PP No. 27 Tahun1983 TentangpelaksanaanKUHAP

Penyidikantertradaptindakpidanatertentu.

Pasal 17 Penyidikan menurutketentuan khusus acarapidana dilaksanakan Jaksaberdasarkan peraturanperundang-undangan.

43. Pengeluaranbarangftrmpasan

Pasal 28alat (2)

Pengeluaran barangrampasan unfukmelaksanakan putusanpengadilan yang telahmemperoleh kekuatanhukum tetap, dilakukan ataspermintaan Jaksa secaratertulis.

188

No Dasar hukum Tentang Pasa! Tugas dan Kewenangan

44. MAKEHJA.Itanggal 7 April1983

Pengajuankasasiterhadapputusanbebas

Butir 4 Mengajukan kasasi terhadapputusan bebas

45. KeputusanMenkeh RI. M.14-pw.07.03

Pasal 25 Penyidikan, penuntutan, danpemeriksaan di sidangpengadilan dalam perkaratindak pidana terorisme,dilakukan berdasarkanhukum acara yang berlaku,kecuali ditentukan laindalam Perafu ran PemerintahPengganti Undang-undangini.

46. Keputusanbersama KetuaMahkamahAgung, Menkeh,Jaksa Agung danKapolrF0S/KMA/84-M.02/KP.10.06Tahun 1984-Kep/04|fiyt984

PeningkatanKordinasiDalampenagananperkara

Butir Y(komisil)

Mengajukan keberatan/permohonan unfukdihentikan kepada hakimatas pra peradilan yangsedang berjalan.

47. Butir 7(komisir)

Penuntut umum dapatmendakwakan Pasal-Pasalyang di[persangkakan olehpenyidikKonsultasi denganpenyidik untuk memperkecildan mensinkonkankemungkinan perbedaanpasal.

48. Keputusanbersama MenteriPertahanankeamanan danMenteriKehakiman'No. Kep-I0/M/xrr/1983'No. Kep-57/PR09.03/1983

FernbenfukanTim tetapuntukPenyidikanperkarakoneKitas

Pasal 7ayat (1)dan (3)

Unsur Kejaksaan atauPejabat Penyidik lainnyaberwenang berdasarkanperaturan perundang-undangan diikutsertakansebagai anggota Tim Tetap.Penunjukan tim tetapdilakukan oleh KepalaKejaksaan yangbersangkutan

189

No Dasar hukum Tentang Pasal Tugas dan Kewenangan

49. InstruGi BersamaMendagri JaksaAgung No. 11Tahun 1989. No.\ns-0071JN3189

Pelaksanaanpemanggilan,pemeriksaan,penangkapan/penahananpejabaVpegawaiDepDagri

KeduaNo. 1

Jika ditemukan indikasipenyimpangan, penyalahgunaan yang diduga sebagaitindak pidana khusus rnakakeJaksaan dapatmemanggil, menangkap,menahan, dan melakukanpemeriksaan setelah lebihdahulu meminta izin kepadapejabat yang berwenang.

50. KeduaNo.3

Untuk menghentikanpenyidikan/tidakmeneruskan kasus tersebutke Pengadilan jika ternyatahanya merupakanpelanggaran administratif.

51. Juklak BersamaJaksa Agung RIdan Kepala BadanPengawasKeuangan danPembangunan-No. Juklak-O0Ully'2l1989-No.Kep-145/k/1989

Upaya Apabila BPKP dalammelaksanakan tugaspengawasannyamenemukan kasus yangberindikasi korupsi, makaBPKP melaporkan kepadaKejaksaan untuk dilakukanpenyelidikan dan/ataupenyidikan. Dan sejak awalKejaksaan memasukanunsur BPKP.

Illelllcll ILdPKGII

kerjasamaKejaksaandan BPKP

dalampenanganankasusyangberindi-kasi korupsi

Kepala Kejaksaan T]nggi

52. UU No. 8 Tahun1995 TentangPasar Modal

PengajuanPemblokiranrekening Efek

Pasal 59ayat (3)

Mengajukan kasasi Kepala

Kejaksaan Tinggi denganpermintaan tertulis untukkepentingan peradilandalam perkara perdata ataupidana dapat memintauntuk dilakukan Pemblokiranrekening Efek.

I

--..-t

190

No Dasar hukum Tentang Pasal Tugas dan Kewenangan

53. Intruksi BersamaJaksa Agung R.Idan KepalaKepolisian R.INo. : INSTR/006/JAl10/1981. danNo. Pol:{NS/17lX/81 tanggal 6Oktober 1981

Peningkatanusaha dankelancaranpenyidanganperkarapidana

Butir 4 Mengadakan pertemuanberkal a sekurang-kurangnyasekali sebulan antara unsurKejaksaan R.I danKepolisian R.I didaerahuntuk membicarakanperkembangan penyelesaianperkara, persiapanpenyidangan dan tehnispelaksanaannln, sertamemecahkan hambatan-hambatan yang dihadapidalam pelaksanaan inbuksibersama ini.

Jaksa Agung

54. Nomor 3 Tahun1971 TentangPemberantasanTindak PidanaKorupsi

Memintaketerangandari bank

Pasal 9ayat (1)

Atas permintaan JaksaAgung, Menteri Keuangandapat memberi ijin kepadaJaksa untuk minbketerangan kepada BankTentang keadaan keuangandari tersangka.

55. Mengadilianggotaangkatanbersenjata

Pasal 26 Jaksa Agung selaku penegakhukum dan penunM umumtertinggi mempunyaiwewenang untuk memimpindan mengkoordinoipenyidikan terhadap pelaku-pelaku orang sipil maupunanggota angkatanbersenjata (A.B.R.I. ).

56. FembenUkanTim tetapuntukPenyidikanperkarakoneksitas

Pasal 27Jaksa Agung setelahberkonsultasi denganPanglima AngkahnBersenjata berpendapagbahwa ada cukup alasanuntuk mengajukan perkarakorupsi tersebut di mukaPengadilan, maka demipelaksanaan penegak

191

No Dasar hukum Tentang Pasal Tugas dan Kewenangan

Pengajuankasasiterhadapputusanbebas

hukum, wewenang PerwiraPenyerah Perkara untuktidak menyerahkan perkaratersebut ke Pengadilandengan menutup perkaratersebut atau denganmenyelesaikannya secaradisipliner seperti yang diaturdalam Undang-undang No.1 Drt. Tahun 1958 TentangPerubahan Undang-undangNo. 6 Tahun 1950 TentangHukum Acara Pidana padaPeradilan Ketentaraan tidakdipergunakan.

57. UU No. 5 Tahun1973 TentangBadan PemeriksaKeuangan

EErEkapilYpenahananterhadapanggotaBPK

Pasal 15ayat (1)

Jaksa Agung setelahterlebih dahulu diperolehpersetujuan Presidenberwenang untukmengenakan tindakankepolisian gunapemeriksaan suatu perkaraTerhadap Anggota BadanPem'eriksa Keuangan.

58. Pasal 15ayat (2)

Dalam hal Anggota BadanPemeriksa Keuangantertangkap tanganmelakukan suatu tindakpidana yang diancamdengan hukuman lebih darisatu Tahun penjara; maka iadapat ditangkap ketika itudan ditahan untuk palinglama dua kali duapuluhempat jam, denganketentuan bahwapenahanan tersebut ketikaitu juga harus dilaporkankepada Jaksa Agung yangberkewajiban untuk

192

a

No Dasar hukum Tentang Pasal Tugas dan Kewenangan

memberitahukanpenahanan tersebut kepadaPresiden.

59. UU No. 1 Tahun1979 TentangEkstradisi

memerin-tahkanpenahananyangdimintakanoleh Negaralain

Pasal 18ayat (1)

Jaksa Agung dapatmemerintahkan penahananyang dimintakan olehNegara lain atas dasaralasan yang mendesak jikapenahanan itu tidakberTentangan denganhukum Negara RepublikIndonesia.

50. permintaanekstradisiolehpemerintahIndonesia

Pasal ,+4 JaKa Agung atas namaPresiden melalui salurandiplomatik dapat memintaekstradisi terhadapseseorang yang disangkamelakukan sesuatukejahatan atau harusmenjalani pidana karenamelakukan sesuatukejahatan yang dapatdiekstradisikan di dalamyurisdiksi Negara RepublikIndonesia dan didugaberada di negara asing.

61. UU No. 8 Tahun1981 TentangHukum AcaraPidana (KUHAP)

Mengajukankasasi demikepentinganhukum

Pasal 259 Permohonan kasasi demikepentingan hukumdiajukan hanya satu kalioleh Jaksa Agung dengantidak merugikan pihak-pihakyang berkepentingan.

Sedangkan mengenaimengatur perkara yangbagaimana dan alasan apayang dapat dikemukakanoleh Jaksa Agung untukmengajukan suatupermohonan kasasi demikepentingan hukum tidak

193

l{o Dasar hukum Tentang Pasal Tugas dan Kewenangan

Pengajuankasasiterhadapputusanbebas

Butir 4 diatur baik di dalam KUHAPmaupun PP No. 27 Tahun1983 Tentang PelaksanaanKUHAP tsb.

62. UU No. 9 Tahun1992 Tentang Ke

imgrasianPencegahan

Pencegahan Pasal 11ayat (1)huruf c joPasal 13ayat (2)

Jaksa Agung berwenangmelakukan pencegahan

sepanjang menyangkutpelaksanaan ketentuanPasal 32 huruf g Undang-undang Nomor 5 Tahun1991 Tentang KejaksaanRepublik Indonesia.

63. Penangkalanterhadaporang asing

Pasal 15ayat (1)huruf b

Jaksa Agung berwenangmelakukan penangkalan

sepanjang menyangkutpelaksanaan ketentuanPasal 32 huruf g Undang-undang Nomor 5 Tahun1991 Tentang KejaksaanRepublik Indonesia. Danberlaku untuk jangka waKusesuai dengan keputusanJaksa Agung

64. PenangkalanterhadapWNI

Pasal 16ayat (1)huruf b

Kejakbaan Agung RepublikIndonesia merupakan salahsatu unsur dari Tim yang

dipimpin oleh Menteri, yang

memiliki kewenangan dantanggung jawabpenangkalan terhadap WNI.

55. IJU No. 8 Tahun1995 TentangPasar Modal

MemintakeGranganmengenairekeningEfeknasabah

Pasal 47ayat (3)

Jaksa Agung dapatmengajukan permintaanunfuk memperolehketerangan mengenairekening Efek nasabahkepada Bapepam denganmenyebutkan nama danjabatan Jaksa, nama ataunomor pemegang rekening,

t94

I

l1'l

I

I

II

No Dasar hukum Tentang Pasal Tugas dan Kewenangan

sebab-sebab keterangandiperlukan, dan alasanpermintaan dimaGud.

66. UU No. 10 Tahun1995 TentangKepabeanan

MerUhentikanpenyidikan

Pasalayat

113(1)

Untuk kepentinganpenerimaan negara, ataspermintaan Menteri, JaksaAgung dapat menghentikanpenyidikan tindak pidana diBidang lGpabeanan.

67. UU No. 31 Tahun1997 TentangPengadilan Militer

MenetapkanPengadilanmana(militer/umum)yang akanmengadilisuatuperkara

Pasal 202ayat (3)

Jika terjadi perbedaanpendapat antara JaksaAgung dan Oditur Jenderaldalam menetapkanPengadilan mana (militer/umum)

68. UU No. 10 Tahun1998 TentangPerubahanAtas UU no. 7Tahun 1992TentangPerbankan

Memintaketerangandari bank

Pasal 42

Butir 7(komisir)

Untuk kepenUnganperadilan dalam perkarapidana, Jaksa Agung dapatmeminta izin kepadaPimpinan Bank Indonesiauntuk memperolehketerangan dari bankmengenai simpanantersangka atau terdakwapada bank.

69. UU NO.26 Tahun2000 TentangPengadilan HakAsasi Manusia

knangkapan Pasal 11 Jaksa Agung selakupenyidik dan penuntutumum diberi wewenanguntuk melakukanpenangkapan, penahanandan penahanan lanjutanterhadap seseorang yang

195

I{o Dasar hukum Tentang Pasal Tugas dan Kewenangan

diduga keras melakukanpelanggaran HAM beratberdasarlon buKipermulaan yang cukup

70. Penahanan Pasal 12

7t. Penyidik Pasal 21ayat (1)

Penyidikan perkarapelanggaran hak asasimanusia yang beratdilakukan oleh JakaAgung.Undang-undang No.

25 Tahun 2000 tidakmenentukan kewenanganpenyidik secara defi nitifakan tetapi harryadisebutkan kewenangannyatidak meliputi kewenanganmenerima laporan ataupengaduan. Makawewenang yang dimilikipenyidik, yaitu sebagaimanayang disebutkan dalamPasal 7 ayat (1) huruf bsampai dengan hurufjKUHAP.

72. Mengangkatpenyidik

Pasal 21

ayat (3)

Jaksa Agung dapatmengangkat penyidik adhoc yang terdiri atas unsurpemerintah dan ataumayarakat. (yang tentunyamemenuhi persyaratan yang

ditentukan dalam Pasal 21

ayat (5) UU No. 26 Tahun2000).

73. PenuntutUmum

Pasal 23ayat (1)

rgr rur rlu@r r PEr Nqr s

pelanggaran hak asasimanulia yang beratdilakukan oleh Jaksa Agung

r-

196

l{o Dasar hukum Tentang Pasal Tugas dan Kewenangan

?c.

{

MengangkatPenuntutUmum

Pasal 23ayat (2)

Jaksa Agung dapatmengangkat penunfutumum ad hoc png terdiriatas unsur pemerintah danatau masyarakat. (yangtentunya memenuhipersyaratan yang ditentukandalam Pasal 213 ayat (4) UUNo. 26 Tahun 2000, yangmana berdasarkanpersfaratan ini maka yangdapat menjadi penuntutumum ad hoc hanyalahmantan Jaksa dan mantanoditur militer saja).

7.5. Nomor 31 Tahun1999 TentangPemberantasanTindak Pidanal(orupsi

Fengadalianpenyelidikan,penyidikan,danpenuntutantindakpidanakorupsi

Pasal 39 Jaksa Agungmengkoordinasikan danmengendalikanpenyelidikan, perryidikan,dan penuntutan Undakpidana korupsi yangdilakukan bersama-samaoleh orang yang Endukpada Peradilan Umum danPeradilan Militer.

76. l'imgabungan

Pasal 27 Dalam hal ditemukan Undakpidana korupsi yang sulitpembuktiannya, maka dapatdibentuk tim gabungan dibawah koordinasi JaksaAgung.Sedangkan prosespenyidikan dan penuntubndilaksanakan sesuai denganperafuran perundang-undangan yang berlaku. Halini dimaksudkan dalamrangka meningkatkanefisiensi waktu penanganantindak pidana korupsi dansekaligus perlindungan hakasasi manusia daritersangka atau terdakwa.

L97

No Dasar hukum Tentang Pasal Tugas dan Kewenangan

77. UU No. 14 Tahun2002 TentangPengadilan Pajak

Menangkap/menahanKetua, WakilKetua, atauHakimPengadilanPajak

Pasal 20 Jaksa Agung setelahmendapat persetujuanPresiden dapat menangkap/menahan Ketua, WakilKetua, atau HakimPengadilan Paja( kecualidalam hal:a. tertangkaptangan melakukan tindakpidana kejahatan; atau b.disangka telah melakukantindak pidana kejahatanyang diancam denganpidana mati, atau tindakpidana kejahatan terhadapkeamanan negara.

78. PP No. 27 Tahun1983 TentangPelaksanaan KitabUndang-undangHukum AcaraPidana

PeningkatanKordinasiDalampenagananperkara

Pasal 2ayat (5)

Penyidik PNS diangkat olehMenteri atas usuk daridepartemen yangmembawahkan PNS

tersebut dengansebelumnya mendengarpertimbangan dari kepalakepolisian dan Jaksa Agung.

79. Keppres No. 73Tahun 1967

Pemeriksaanpendahuluandalamtindakpidanapenyeludu-pan

Pemberian wewenangkepada Jaksa Agung untukmelakukan pengusutan /pemeriksaan pendahuluanterhadap mereka yangmelakukan tindakanpenyeludupan.

80. Inpres No. 15Tahun 1983

PelaksanaanPengawasan

Pasal 16ayat (2)huruf c

Tindakan pengaduan tindakpidana denganmenyerahkan perkaranyakepada kepolisian jikaterdapat indikasi Undakpidana umum dan kepadaKejaKaan Agung jikaterdapat indikasi tindakpidana khusus.

,:)

198

T

II

:

I

,

i

I

I

I

B. Perdata dan Tata usaha Neoara

No Dasar hukum Tentang Pasal Tugas dan Kewenangan

81. Inpres No. 15Tahun 1983

PelaksanaanPengawasan

Pasal 16ayat (2)huruf c

Tindakan pengaduan tindakpidana denganmenyerahkan perkaranyakepada kepolisian jikaterdapat indikasi tindakpidana umum dan kepadaKejaksaan Agung jikaterdapat indikasi tindakpidana khusus.

82. Kep. BersamaKetua MA,Menkeh, JaksaAgung, Kapolri,Ka. KehakimanABRI,-Ojen ABRI:02lK.H.N73li.s.s/13itB.Kep.007lJ.Al2l73.S. Kep. 03/1U73.Kep./1 1/Sus/KMMB/73. Kwp.002111.L973tanggal 28Pebruari 1973

Pengawasandalampenyidikanyangdilakukanoleh Polisi

Polisi dalam melaksanakantugasnya sebgai penyidikdapat petunjuk / ,

pengawasan dari JaksaAgung sebagai penuntutumum.

No Dasar hukum Tentang Pasal Tugas dan Kewenangan

Iaksa

1 UU No. 1 Tahun1974 TentangPerkawinanPembatalan suatuperkawinan

PembatalanSUATU

perkawinan

Pasal 26ayat (1)

Meminta pembatalan suatuperkawinan yang.dilangsungkan didepanpegawai catatan sipil yangtidak sah atau yangdilangsungkan tanpadihadiri oleh dua orangsaksi.

199

t'

!

No Dasar hukum Tentang Pasal Tugas dan Kewenangan

2. Burgelijk Wetboek(BW) atau KitabUndang-undangHukum Perdata(KUHPer)

Pasal 65dan 86

Meminta pembatalanperkawinan dalam haltersebut dalam Pasal 27 s/dPasal 34 KUHPeT

3. Pembebasankekuasaanorang tua

Pasal 319 Menuntut seorang bapak/ibu dibebaskan darikekuasaan orang tua

4-' Pemecatanwali

Pasal 381 Menuntut pemecatan walianak yang belum dewasapada Pengadilan Negeri.

5. Pengurusanhartapeninggalan

Pasal 463 Memerintahkan Balai Haftapeninggalan untukmengurus harta bendaseorang yang telahmeninggalkan tempattinggalnya tanpa kuasa.

6. EEtrElGbnpengurusanwarisEgarEkabnpengurusanwaris

Pasal

979,983,985

Melakukan usulpengangkatan pengurugn .

waris apabila pengurus yang

diangkat telah meninggaldunia atau tidak hadir.

7.

W No. 14Tahun2001TentangPaten

PengajuanGugatan Pasal 91

ayat (4)

mengajukan gugatanpembatalan paten terhadaPPemegang Paten ataupenerima lisensi-wajibkepada Pengadilan Niaga

8.Nomor 31 Tahun1999 TentangPemberantasanTindak PidanaKorupsi

MengajukanGugatan Pasal 33

Jaksa Pengacara Negaraberwenang untukmelakukan gugatan perdata

terhadap ahli waris, dalamhal tersangka meninggaldunia pada saat dilakukanpenyidikan, sedangkan

200

No Dasar hukum Tentang Pasal Tugas dan Kewenangan

secara nyata telah adakerugian keuangan negara.

9. Pasal 34 Jaksa Pengacara Negaraberwenang untukmelakukan gugatan perdataterhadap ahli waris, dalamhal tersangka meninggaldunia pada saatpemeriksaan di sidangPengadilan, sedangkansecara nyata telah adakerugian keuangan negara.

10. UU No. 1 Tahun1995 TentangPerseroanterbatas

Pemeriksaanterhadapperseroan

Pasal 110 Kejaksaan dalam halmewakili kepentinganumum dapat mengajukanpermohonan dilakukannyapemeriksaan terhadapperseroan.

11. UU No. 16 Tahun2001 TentangYayasan

Permohonanpembatalanpengurusyayasan

Pasal 34Ke

Kejaksaan dalam halmewakili kepentinganumum dapat mengajukanpermohonan pembatalanpengangkatan,pemberhentian, ataupenggantian Pengurus yangdilakukan tidak sesuaidengan ketentuanAnggaran Dasar. ,.

t2- PermohonanpembatalanpengawasYayasan

Pasal 46 Kejaksaan dalam halmewakili kepentinganumum dapat mengajukanpermohonan pembatalanpengangkatan,pemberhentian, ataupenggantian Pengawasyang dilakukan tidak sesuaidengan ketentuanAnggaran Dasar.

20t

No Dasar hukum Tentang Pasal Tugas dan Kewenangan

13. Pemeriksaanterhadapyayasan

Pasal 53 Dalam hal terdapat dugaanbahwa organ Yayasanmelakukan perbuatan yangmerugikan Negara makaKejaKaan dalam halmewakili kepentingan umumberwenang untukmengajukan permintaanpemeriksaan terhadapYayasan.

14. PembubaranYayasan

Pasal 71ayat (3)

Yayasan yang tidakmenyesuaikan AnggaranDasarnya dalam jangkawaktu lima Tahun sejakmulai berlakunya UU inidapat dibubarkanberdasarkan putusanPengadilan ataspermohonan Kejaksaan.

202

Komisi l"lukum Nasian*l (KHN) dibentuk pada tanggal tB Februari 2000 melaluiKeputusafi Fresiden No, 15 Tahun 2000 tentang Komisi Hukum l\asional.KHN rnengemhan dua mandat, peftama, memberikan pendapat atas permintaanPresiden tentans herbagai kebijakan hukum yang berkaitan dengan kepentinganumum dan kepentingan nosional. Kedua, membantu presiden dengan bertindaksebagai panitia penqarah { steering committee ) dalam mendesain Juatu rencanaumum untuk pembaruan di bidang hukum dan rasa keadilan, dalam upayamernperc*pat penanggulangan krisis kepercayaan kepada hukum dan penegakanhukum, serta dalam menghadapi tantangan dinamika globalisasi terhadap sistemhukurn di Indonesia.

Dalam melaksanakan mandatnya, KHN dapat melakukan kerjasama Oenganpejahat Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, anggota organisasi masyarakat(LSM), para ahli dan angsota organisasi profesi hukum, lembaga donor asing,serta pihak-pihak lain yang sEalan dengan visi dan misi KHN.

Produk yang dikeluarkan Kt'lN bukan hanya milik KHN, akan tetapi menjadi milikLrersama yans dapat dipertanggungjawabkan secara akademis, praktis-maupunsecara politik.

MaPPI Ft{UIMasyarakat Femantau Peradilan Indonesia (Mappl FHUI) adalah sehruah Lembagaotonom Fakultas l-lukum universitas indonesia yang berbasiskan akademis danmengkhususkan kegiatannya pada bidang hukum dan peradilan. .Mappl secaraformal berdiri pada tanggal 27 oktober 2000, melalul surat keputusan Dekan FHUINomor, 38A/SK/D/FHI i0/2000,

Beberapa program kerja yang ditakukan oleh Mappl dari sejak herdirinya hinggakini adalah pemantauan peradilan pada Perrgadilan Negeri di lima wilayah di DKIlakarta dqn wilayah cibinong, Penrantauan Kejaksaan, penelitian Administrasi

!

Hksalninasi terhadap heberapa kasus-kasus tertentu seperti

Peradilan; Pembentukan iembaga Pengawasan sistem peradilan Terpadu, peneli-tian l-'lukum Acara Pengadilan HAM, Maladministrasi peradilan, standar MinimumProfesi Jaksa sefta Penelitian Pembuatan Buku pedoman pelaksanaan TugasHakirn dan Revisi Buku i, II dan IIL Selaln itu Mappl juga telah melakukan

Pelanggaran H,4M Berat Timor-Timur Atas Nama Terdakwa tl peroUStakaan Ma:Stlaen, Kasus Semen Padang, perkara Tindak pidana Koru.Rsi I \

t='t'-- p-e radilankun Hartorao (Bank Modern), Perkara Tindak pidana Korup: I

Saan Agung, para ahli dan anggota organisasi profesi lrukum,'_:-,- rr,,rdK^prhaklain yang sejalan dengan visi dan misi Mappl FHUL

ililTilIilfiilii{iffiifiiiil @IINDfiIW

Republik Indonesia

+frr

$$rr+,

&PI

The Asia Fou

|+io

o

2ip

alD

a,tets

)t

FUE

I

I

Pembaharuan Kejaksaah :

Pembentukan Standar MinimumProfesi Jaksa

Dadang $ulundar dan Winfried Simatupang, Kasus penyerangl | 347 fr17Ternpo dengan terdakwa David Tjioe & Lukman Hidayat serta el.lld;.isTenn6: mu*n*ng-l-trryrru,ti" "'"' "' 'o "n

l l PE M

ilDalam melaksanakan program kerjanya, Mappl bckerjaruru I Imasyarakat(LSM),lembagapemerintahanSepertlMahkamah|[-r-^ A-,.^^ ---^ -Ll: , I I

Pemantaua

Komisi Hukum Nasional

I$F[r 979-90169-0-9

0571,12073 Kejaksaan Agung Rl ndation