Pembaharuan Hukum Pidana Oleh Prof.dr.Bardanawawiariefs.h

download Pembaharuan Hukum Pidana Oleh Prof.dr.Bardanawawiariefs.h

of 9

Transcript of Pembaharuan Hukum Pidana Oleh Prof.dr.Bardanawawiariefs.h

  • 8/19/2019 Pembaharuan Hukum Pidana Oleh Prof.dr.Bardanawawiariefs.h

    1/20

    1

    PEMBAHARUAN HUKUM PIDANA

    DALAM KONTEKS RUU KUHP*)

    Oleh :

    Barda Nawawi Arief 

    Penganar :

    Salah satu masalah besar pembangunan nasional yang dihadapi bangsa Indonesia

    adalah masalah pembaharuan/pembangunan sistem hukum nasional, di antaranya

     pembaharuan hukum pidana nasional, khususnya pembaharuan KUHP sebagai sistem

    induk hukum pidana.

    Jiwa/semangat nasionalisme dan keinginan the founding fathers agar bangsa Indonesia

    mempunyai KUHP buatan bangsanya sendiri, terlihat seak pertama kali !"S #KUHP

    warisan $elanda% diberlakukan di Indonesia. !aktu itu ditegaskan #dalam PP &o.

    '/1()*%, bhw +peraturanperaturan yang ada sampai berdirinya negara -.I. pada tanggal 1

    gustus 1()*, selama belum diadakan yang baru menurut UndangUndang 0asar masih

     berlaku, a!al !a"a ida# $erenangan dengan Undang%Undang Da!ar+.

    Sewaktu !"S diberlakukan dg UU &o. 1/1(),  pun ditegaskan 2 3Peraturanperaturan

    hukum pidana, yang seluruhnya atau sebagian sekarang ida# da&a di"alan#an' aa(

    $erenangan dengan #ed(d(#an Re&($li# Ind)ne!ia !e$agai Negara *erde#a, atau tidak

    mempunyai arti

    lagi, harus dianggap seluruhnya atau sebagian sementara tidak  berlaku+.

    0ari kedua statement di atas, elas terlihat bhw diberlakukannya !"S/KUHP warisan

    4aman Hindia $elanda itu $5-SI67 S585&7-, dan berlakunya !"S/KUHP

    itu dibatasi dengan semangat patriotisme/nasionalisme para pendahulu/peuang

    kemerdekaan, untuk membangun/memperbaharui KUHP warisan $elanda.

    9%$ahan Pelatihan/penataran sasasas Hk Pidana dan Kriminologi, diselenggarakan oleh 6H

    U:8 ;ogyakarta dan 8ahupiki, di Uni"ersity

  • 8/19/2019 Pembaharuan Hukum Pidana Oleh Prof.dr.Bardanawawiariefs.h

    2/20

    '

    0engan belum diperbarui/digantinya KUHP warisan 4aman Hindia $elanda itu,

     berdampak ?ukup luas pada keseluruhan pilarpilar sistem penegakan hukum pidana

    #yaitu pilar legislasi/@ormulasiA pilar yudikasi/aplikasi dan pilar edukasi/pendidikan

    dan ilmu hukum%. Pilar legi!la!i/@ormulasi #pembuatan/perumusan hk pidana dalam

     peraturan perundangundangan% saat ini, walaupun dibuat se?ara nasional oleh bangsa

    Indonesia sendiri, namun selalu terikat/berorientasi pada KUHP/!"S sebagai sistem

    induk buatan $elanda. Pada &ilar +(di#a!i,+(di!ial,  penegakan hukum pidana selalu

     berorientasi pada asasasas hukum pidana dalam aturan umum KUHP sebagai sistem

    induk, antara lain dan terutama terikat pada asas legalitas @ormal # principle of legality%

    sehingga terabaikanlah asasasas lain yang tidak tertulis atau yang ada dalam ramburambu sistem penegakan hukum nasional, seperti asas keadilan berketuhanan, asas

    kemanusiaan, asas demokrasi/kerakyatan, dan asas keadilan sosial. Pilar ed(#a!i

    #pendidikan/ilmu hukum% uga sangat dipengaruhi oleh hukum pidana positi@ yg

     berlaku, sehingga ilmu hukum pidananya lebih ter@okus pada ilmu hukum pidana

     positi@ yg berorientasi pada KUHP sebagai sistem induknya, sehingga kurang

    mengembangkan ilmu hukum yang berorientasi pada budaya hukum nasional

    Pan?asila. 0engan demikian tidak banyak digali/diperdalam/dikembangkan

     pembaharuan ilmu hukum berbasis budaya hukum nasional.

    Sehubungan dengan masalah terakhir ini, saya kutipkan kembali sebagian orasi

     pengukuhan saya pada tahun 1(() sbb. 2

    Pemahaman dan penguasaan normati@dogmatis keseluruhan sistem KUHP memang

    diperlukan dalam praktek penegakan hukum, namun di sisi lain dapat berakibat

    Bkebekuan dan kekakuanB pemikiran yang dapat menadi @aktor penghambat di

    dalam memahami dan beradaptasi dengan pemikiranpemikiran baru #konsep

    konsep BlainB% dalam rangka upaya pengembangan dan pembaharuan hukum

     pidana di Indonesia. 0alam pengalaman saya selaku salah seorang anggota 7im

    Pengkaian dan Penyusunan Konsep KUHP $aru, sering dirasakan tidak 

    mudahnya menelaskan aspekaspek BbaruB #konsepkonsep BlainB% yang ada atau

    yang ingin dimasukkan ke dalam Konsep KUHP $aru, bahkan sering mendapat

    reaksi dan kritik keras. 0engan mengungkapkan hal ini saya tidak bermaksud

  • 8/19/2019 Pembaharuan Hukum Pidana Oleh Prof.dr.Bardanawawiariefs.h

    3/20

    =

    menyatakan konsep mana yang lebih baik #yang ada di dalam KUHP atau yang ada

    di dalam BKonsep KUHPB%A tetapi sekedar ingin mengungkapkan bahwa di dalam

    mengembangkan Bsesuatu #ide/konsep/ sistem% yang lain/baruB, hambatan

     pertama ustru akan mun?ul dari mereka yang se?ara dogmatis sudah terbiasa

    dengan ide/konsep/sistem yang lama. Hal lain yang ingin diungkapkan ialah, bahwa

    usaha penemuan dan pengembangan ide/ konsep/sistem lain #BbaruB% khususnya

    dalam upaya pengembangan dan pembaharuan hukum pidana Indonesia, harus

     uga dilakukan dengan pengembangan ilmu hukum pidana yang diaarkan di

     perguruan tinggi. Kalau yang diaarkan terlalu berorientasi pada IHP positi@,

    khususnya berorientasi pada pola/sistem KUHP #!"S%, sulit diharapkan adanyaBpengembanganB. IHP positi@ lebih bersi@at BstatisB karena yang terutama diaarkan

    adalah penguasaan atau kemahiran/ ketrampilan hukum positi@. 0ari tahun ke

    tahun yang diaarkan tetap sama yaitu normanorma substanti@ yang ada di dalam

    hukum positi@ itu. $ahkan tidak ada perbedaan prinsip antara Ilmu Hukum Pidana

    Positi@ sebelum dan sesudah kemerdekaan. 0emikian pula ilmu/teori yang diaarkan

    lebih ditekankan pada pengetahuan yang berhubungan langsung dengan bagaimana

    hukum potiti@/substanti@ itu diterapkan. Kebiasaan menerima, memahami dan

    menerapkan sesuatu #norma dan pengetahuan hukum% yang bersi@at BstatisB dan

    BrutinB inilah, terlebih apabila diterima sebagai suatu BdogmaB, yang dapat menadi

    salah satu @aktor penghambat upaya pengembangan dan pembaharuan hukum

     pidana.1

    khirnya, dapat saya tegaskan kembali pernyataan saya pada seminar 8unaslub

    8ahupiki bulan September '>1= tentang akibat lamanya proses pembaharuan KUHP

    nasional, sbb2

    Camanya perubahan/pembaharuan KUHP memang bukan masalah. 8asalahnya

     pada akibat/dampak yang ditimbulkannya. Selama KUHP/!"S warisan $elanda

    #yang menadi induk sistem hukum pidana% belum diganti, selama itu pulalah

    teradi 3penaahan sistem hukum pidana+. Ini berarti ada 3penaahan

    1$arda &awawi rie@, $eberapa spek Pengembangan Ilmu Hukum Pidana2 8enyongsong :enerasi $aru

    Hukum Pidana,

  • 8/19/2019 Pembaharuan Hukum Pidana Oleh Prof.dr.Bardanawawiariefs.h

    4/20

    )

    #pemerkosaan/ pemasungan/pembunuhan% terhadap nilainilai luhur budaya

    hukum nasional yang di?ita?itakan dan nilainilai yang hidup di masyarakat+.

    $ahkan dapat dikatakan, semakin lama sistem hukum bekas penaah/kolonial

    diberlakukan, semakin tergeser/ tergoyahkan karakter ati diri bangsa yang ingin

    dibangun. Sungguh sulit dibayangkan, bagaimana kualitas kehidupan masyarakat

    yang berkarakter Pan?asila dapat terwuud, kalau sistem hukumnya sendiri tidak

     berkarakter Pan?asila #tidak berkarakter ketuhanan/religius, tidak berkemanusia

    an/humanis, tidak berkarakter nasionalis, demokratis/kerakyatan, dan tidak 

     berkarakter keadilan sosial%.

    RUAN- LIN-KUP PEMBAHARUAN HKM PIDANA DALAM RUU%KUHP

    Se?ara garis besar, pembaharuan dalam konteks -UU KUHP dapat dielaskan sebagai

     berikut 2

    KUHP pada dasarnya dapat dilihat sebagai bangunan sistem hukum pidana yang

    terdiri dari bangunan 3norma substanti@+ dan bangunan 3sistem nilai/ide

    dasar/konsep #kultural/@iloso@i%+.

    norma substanti@nya adalah norma hukum pidana substanti@ yang mengatur 

    keseluruhan sistem hukum pidana dan pemidanaan # penal/sentencing system%, dan

    3sistem nilai/ide dasar/konsep+ adalah 3intelectual philosophy/ intelectual 

    conception+ yang berada dibalik norma substanti@nya.  Intellectual 

     philosophy/intellectual conception ini, kalau meminam istilah ./ Ewald 0 dapat

    '!illiam 5wald menyatakan, bahwa 2 3Comparative law is an essentially philosophical activity.

    Comparative law as 'comparative jurisprudence' is the comparative study of the intellectualconceptions that underlie the principal institutions of one or more foreign legal systems+. # Esin Örücü,CI!IC"# C$%&""!IE #"(, Considering &arado)es for #egal *ystems in !ransition, E+C#

    vol..-, +une %.

  • 8/19/2019 Pembaharuan Hukum Pidana Oleh Prof.dr.Bardanawawiariefs.h

    5/20

    *

    disebut sebagi 1law in mind 2 yang bisa berupa pandangan = the view >, pemahaman

    #the understanding %, atau konsep #the conception%.

    Oleh #arena i(' r(ang ling#(& &e$ahar(an KUHP da&a diliha dari

    $er$agai a!&e# :

    % Kalau KUHP dilihat sebagai bangunan norma substanti@, yaitu sebagai 3sistem

    hukum pidana/sistem pemidanaan substanti@+, maka pembaharuan KUHP pada

    dasarnya merupakan 2 perubahan/pembaharuan sistem hukum pidana/sistem

     pemidanaan substanti@. Se?ara singkat, aspek pertama ini dapat disebut

    3pembaharuan norma substanti@+ atau 3pembaharuan sistem hukum pidana/

    sistem pemidanaan substanti@+ # su5stantive penal/ sentencing system reform%.% Kalau KUHP dilihat sebagai mani@estasi sistem budaya/kultur/nilainilai sentral/

    ide dasar hukum suatu masyarakat, maka pembaharuan KUHP pada dasarnya

    merupakan perubahan/pembaharuan sistem nilai budaya/kultur/nilainilai

    sentral/ide dasar/pokok pemikiran/pandangan/wawasan/konsep intellektual

    @iloso@i tertentu yang melatar belakangi sistem norma hukum pidana

    substanti@nya. Pembaharuan aspek kedua ini #aspek nilai/ide dasar/pokok

     pemikiran/intellectual conception/intellectual philosophy+% dapat disebut se?ara

    singkat sebagai 3pembaharuan nilai/ide dasar/pokok pemikiran+ #bisa disebut

    dengan berbagai istilah, a.l. 3value reform/cultural reform/5asic7ideas reform;

    law in minds reform+%.

    apprehended only from within, from the standpoint of legal actors. "nd comparative law ascomparative jurisprudence correspondingly is 1comparative law in minds26 1the comparative studyof the intellectual conceptions that underlie the principal institutions of one or more foreign legal

     systems.+='

    0ari kutipan di atas terlihat elas, bahwa hukum lebih dari sekedar @akta/@a?ts #berupa teks/rumusannorma, institusi, sanksi, dll ...% yang dibuat dan dilaksanakan oleh &egara, tetapi uga, yang pentingadalah ideide yang mendasari, yang menggerakkan/menghidupkan, dan yang mengikat @akta itu bersamasama. Ideide itu bisa berupa pandangan = the view >, pemahaman #the understanding %, ataukonsep #the conception%. 0itegaskan pula, hukum sebagai ilmu bukan hanya 3law in 5oo3s+ dan 3law inaction+ , yang keduanya dapat dipahami sepenuhnya melalui pengamatan eksternal/luar saa, tetapihukum uga merupakan 3law in minds+ #Bhukum dalam ideide/ pikiranB%, antara lain berbagaialasan/pertimbangan logis, gaya pemikiran # style of thought %, alinan berbagai pendirian/keyakinan, ide, pilihanpilihan, keinginan, kepentingan, dasar dasar pembenaran, prinsipprinsip, teknik, alasan, danasumsiasumsi yang hanya dapat dipahami daridalam. Perbandingan hukum sebagai ilmu perbandingan #comparative jurisprudence% adalahBperbandingan hukum dalam pikiran/ide+ #comparative law in minds%, yaitu Bstudi banding dari

    konsepsikonsepsi intelektual #intellectual conceptions% yang mendasari institusi pokok dari satu ataulebih sistem hukum asingB.

  • 8/19/2019 Pembaharuan Hukum Pidana Oleh Prof.dr.Bardanawawiariefs.h

    6/20

    PEMBAHARUAN 1NORMA SUBSTANTI32 4SISTEM HUKUM PIDANA,

    SISTEM PEMIDANAAN SUBSTANTI3%.

    Keseluruhan norma substanti@ dalam KUHP, pada dasarnya merupakan

    keseluruhan bangunan sistem hukum pidana/sistem pemidanaan materiil/substanti@

    # su5stantive penal system/sentencing system%, baik yang merupakan aturan umum

    # general rules% maupun aturan khusus # special rules%. -UU KUHP hanya terdiri

    dari ' #dua% buku 2 $uku I tentang turan Umum dan $uku II tentang 2 7indak 

    Pidana.

    0i dalam aturan umum $uku I dimasukkan bangunan konsepsional sistem hukum pidana #sistem pemidanaan% yang men?akup ketentuan mengenai asasasas, tuuan

     pidana/ pemidanaan, aturan dan pedoman pemidanaan, serta berbagai pengertian/

     batasan uridis se?ara umum yang berkaitan dengan ketiga masalah pokok #tindak

     pidana, kesalahan, dan pidana%. Se?ara doktrinal, bangunan konsepsional hukum

     pidana yang bersi@at umum inilah yang biasanya disebut 3aaranaaran umum+

    #3algemene leerstukken+ atau 3algemeine Cehren+%, seperti masalah tindak pidana,

    si@at melawan hukum, kesalahan, pidana dan tuuan pemidanaan, asasasas hukum

     pidana dsb.

    0i dalam KUHP yang sekarang berlaku, tidak semua bangunan/ konstruksi

    konsepsional sistem hukum pidana atau aaran hukum pidana umum itu

    dimasukkan/ dirumuskan di dalam $agian Umum $uku I. ;ang tidak dimasukkan/

    dirumuskan se?ara eksplisit dalam $uku I KUHP itu antara lain ketentuan

    mengenai tuuan dan pedoman pemidanaan, pengertian/ hakikat tindak pidana, si@at

    melawan hukum #termasuk asas tiada pertanggungawaban pidana tanpa si@at

    melawan hukumA 1no lia5ility without unlawfullness+A asas ketiadaan sama sekali

    si@at melawan hukum se?ara materiel atau dikenal dengan asas 3afwe?igheids van

    alle materiele wederrechtelij3heid2 D!%, masalah kausalitas, masalah

    kesalahan atau pertanggungawaban pidana #termasuk asas tiada pidana tanpa

    kesalahanA asas ?ulpabilitasA +no lia5ility without 5lameworthiness2@ 2afwe?igheids

    van alle schuld +DSA pertanggungawaban akibat/ erfolgshaftung , kesesatan/

    errorA pertanggungawaban korporasi%.

  • 8/19/2019 Pembaharuan Hukum Pidana Oleh Prof.dr.Bardanawawiariefs.h

    7/20

    !alaupun aaran umum atau konstruksi konsepsional yang umum itu tidak ada di

    dalam KUHP, tetapi semua itu ada di dalam pelaaran/ ilmu hukum pidana dan

    umumnya diaarkan kepada para mahasiswa hukum. &amun, karena tidak

    ter?antum se?ara tegas/ eksplisit di dalam KUHP, sering konstruksi konsepsional

    yang umum itu dilupakanA bahkan kemungkinan +diharamkan+ dalam praktek atau

     putusan pengadilan. 0emikian pulalah halnya dengan masalah tuuan dan pedoman

     pemidanaan yang kemungkinan bisa dilupakan, diabaikan, atau diharamkan hanya

    karena tidak ada perumusannya se?ara eksplisit di dalam KUHP. Padahal dilihat

    dari sudut sistem, posisi 3tuuan+ sangat sentral dan @undamental. 7uuan inilah

    yang merupakan iwa/ roh/ spirit dari sistem pemidanaan.Setiap sistem mempunyai tuuan. Sistem ketatanegaraan, sistem pembangunan

    nasional, sistem pendidikan nasional, sistem pendidikan hukum dsb.nya uga

    mempunyai tuuan #dikenal dengan istilah 3"isi+ dan 3misi+%. 0emikian pulalah

    dengan sistem hukum #termasuk sistem hukum pidana%, sehingga tepatlah apabila

    dikatakan bahwa sistem hukum merupakan suatu sistem yang bertuuan

    #3 purposive system+%. gar ada keteralinan sistem, maka tuuan pemidanaan

    dirumuskan se?ara eksplisit di dalam -KUHP. 0i samping itu, perumusan yang

    eksplisit itu dimaksudkan agar 3tidak dilupakan+, dan terutama untuk menegaskan

     bahwa tuuan pemidanaan merupakan bagian integral dari sistem pemidanaan.

    0engan konstruksi demikian, maka persyaratan pemidanaan atau dasar pembenaran

    #usti@ikasi% adanya pidana, tidak hanya didasarkan pada adanya +tindak pidana+

    #7P% dan +kesalahan atau pertanggungawaban pidana+ #K/PJP%, tetapi uga

    didasarkan pada +tuuan pemidanaan+. Persyaratan pemidanaan demikian dapat

    diskemakan sebagai berikut 2

    PI0& E 7P F K #PJP% F 7uuan

    Skema pemidanaan di atas dapat pula digambarkan dalam bentuk nera?a

    keseimbangan, sebagai berikut 2

  • 8/19/2019 Pembaharuan Hukum Pidana Oleh Prof.dr.Bardanawawiariefs.h

    8/20

    G

    Skema pemidanaan di atas akan berbeda dengan syarat pemidanaan yang hanya

     bertolak atau ter@okus pada tiga masalah pokok hukum pidana tindak pidanaA

    kesalahan/ pertanggungawaban pidanaA dan pidana. 0engan hanya melihat tiga

    masalah pokok itu, maka @ormula syarat pemidanaan yang sering dikemukakan

    se?ara kon"ensional adalah2

    PI0& E 7P F K #PJP%

    0alam @ormula/model/pola kon"ensional di atas, tidak terlihat "ariabel +tuuan+,karena tidak dirumuskan se?ara eksplisit dalam KUHP, sehingga terkesan +tuuan+

     berada di luar sistem. 0engan model demikian, dasar pembenaran atau usti@ikasi

    adanya pidana hanya terletak pada 7P #syarat obekti@% dan Kesalahan #syarat

    subekti@%. Jadi seolaholah pidana dipandang sebagai konsekuensi absolut yang

    harus ada, apabila kedua syarat itu terbukti. Jelas terkesan sebagai +model

    kepastian+ yang kaku. 0irasakan anggal #menurut model ini%, apabila kedua syarat

    itu terbukti tetapi sipelaku +dimaa@kan+ dan tidak dipidana. 0engan demikian, ide

    +permaa@an/ pengampunan hakim+ # echterlij3 pardon/judicial pardon/dispensa de

     pena% seolaholah tidak mempunyai tempat atau setidaktidaknya sulit diterima.

    Cain halnya dengan model Konsep/-KUHP. 0engan dimasukkannya

    "ariabel tuuan di dalam syarat pemidanaan, maka menurut Konsep, dasar

     pembenaran atau usti@ikasi adanya pidana tidak hanya pada +tindak pidana+

    #syarat obekti@% dan

    +kesalahan #syarat subekti@%, tetapi uga pada +tuuan/ pedoman pemidanaan+.

  • 8/19/2019 Pembaharuan Hukum Pidana Oleh Prof.dr.Bardanawawiariefs.h

    9/20

    Pidana

    (

    0engan mengingat +tuuan dan pedoman pemidanaan+ ini, maka menurut Konsep,

    dalam kondisi tertentu hakim tetap diberi kewenangan untuk memberi maa@ dan

    tidak menatuhkan pidana atau tindakan apapun, walaupun +7P+ dan +K+ telah

    terbukti. Jadi Konsep memberi tempat pada ide +permaa@an/pengampunan hakim+.

    0engan demikian, dapat dikatakan bahwa model Konsep bukan model yang

    kaku/absolut, tetapi model keseimbangan yang @leksibel. Catar belakang ide

    @leksibilitas/elastisitas pemidanaan inipun terlihat di $elanda sewaktu dimasuk

    kannya ketentuan 2echterlij3 pardon+ ke dalam Pasal (a !"S $elanda. 8enurut

     penelasan Pro@. &i?o Kei4er dan Pro@. S?ha@@meister, dulu #sebelum adanya pasal

     permaa@an hakim%, apabila dalam keadaan khusus hakim di $elanda berpendapat bahwa sesungguhnya tidak harus diatuhkan pidana, maka hakim terpaksa tetap

    menatuhkan pidana, walaupun sangat ringan. 0ari penelasan demikian terlihat,

     bahwa Pasal (a !"S $elanda #-e?hterlik pardon% pada hakikatnya merupakan

    +pedoman pemidanaan+ yang dilatarbelakangi oleh ide @leksibilitas untuk 

    menghindari kekakuan. 0apat pula dikatakan, bahwa adanya pedoman permaa@an

    hakim itu ber@ungsi sebagai suatu +katup/ klep pengaman+ #eiligheids73lep% atau

    +pintu darurat+ #nooddeur %.

    $angunan/struktur sistem normati@ atau sistem hukum pidana/sistem pemidanaan

    substanti@ dalam -UU KUHP dapat diskemakan sbb. 2

    SISTEM PEMIDANAAN

    4SISTEM HK PIDANA)

    A!a! 5 T("(an

    Pe*idanaanA(ran,Ped%

    an Peid/

    Tinda# 

    PidanaKe!alahan

    4P6P)

  • 8/19/2019 Pembaharuan Hukum Pidana Oleh Prof.dr.Bardanawawiariefs.h

    10/20

    1>

    $angunan/struktur sistem normati@ atau sistem hukum pidana/sistem pemidanaan

    substanti@ dalam -UU KUHP di atas agak berbeda dengan KUHP #!"S% selama ini,

    yang nampak lebih sederhana sebagaimana bagan/skema sbb. 2

    SISTEM PEMIDANAAN

    4SISTEM HK PIDANA)

    A!a!

    HPA(ran

    Pe*idanaan

    n

    TP 7

    Pidana

    PEMBAHARUAN IDE DASAR,LATAR BELAKAN- PEMIKIRAN 2

    Kaian/diskusi mengenai pokokpokok pemikiran #idedasar% ini menadi sangat

     penting, karena membangun atau melakukan pembaharuan hukum #3law reform+,

    khususnya 3 penal reform+% pada hakikatnya adalah 3membangun/memperbaharui

     pokokpokok pemikiran/konsep/idedasarnya+, bukan sekedar memperbaharui/

    mengganti perumusan pasal #UU% se?ara tekstual. leh karena itu, kaian/diskusi

    tekstual mengenai Konsep/-UU KUHP harus didahului atau disertai dengan

    diskusi konseptual.

    Kaian konseptual mengenai pokokpokok pemikiran #idedasar% sassas

    Hukum Pidana #8ateriel% &asional sudah ?ukup lama dilakukan, yaitu seak

    dibahasnya Konsep I tahun 1() sampai sekarang. Konsep pertama tahun 1()

     berudul 3Konsep -UU 7entang sassas dan 0asar0asar Pokok 7ata Hukum

    Pidana dan Hukum Pidana Indonesia+. Konsep pertama ini dibahas dalam Kongres

    P5-SHI di Surabaya tahun 1(), antara lain oleh almarhum Pro@. 8oelatno

    yang mengaukan prasaran berudul 3tas 0asar tau sassas pakah Hukum

    Pidana Kita Hendaknya 0ibangun+. Pokokpokok pemikiran tersebut bergulir

    terus dan diperkaya oleh pemikiranpemikiran yang berkembang sampai saat ini.

    Jadi masalah ini sudah merupakan proses kaian yang ?ukup panang dan bahkan

  • 8/19/2019 Pembaharuan Hukum Pidana Oleh Prof.dr.Bardanawawiariefs.h

    11/20

    3bergenerasi+ #dari generasi 3kakek guru+ sampai ke 3?u?u murid+%. Hasil kaian

    itu kemudian di?oba untuk dituangkan, diimplementasikan, dan di@ormulasikan

    dalam Konsep/-UU KUHP.

    -UU KUHP #disingkat -KUHP% merupakan sebuah 3-an?ang $angun+ Sistem

    Hukum Pidana &asional #SHP&% yang bermaksud 3membangun/memperbaharui/

    men?iptakan sistem baru+, maka pembahasan -KUHP seyogyanya bukan sekedar

    membahas masalah perumusan/@ormulasi pasal #UU%. 8embangun atau

    melakukan pembaharuan hukum #3law reform+, khususnya 3 penal reform+% pada

    hakikatnya adalah 3membangun atau memperbaharui pokokpokok pemikiran/

    konsep/idedasarnya+, bukan sekedar memperbarui/mengganti perumusan pasal#UU% se?ara tekstual. leh karena itu, pembahasan tekstual -KUHP harus

    dipahami atau disertai dengan pembahasan konseptual dan konstekstual,

    khususnya dalam konteks rekonstruksi konseptual pokokpokok pemikiran atau

    ideide dasar SHP& yang bertolak dari ramburambu dan nilainilai @undamental

    SISKU8&S, perkembangan problem @aktual dan problem konseptual/keilmuan,

     baik dari aspek nasional maupun global/internasional, bahkan dari perkembangan

     problem di era digital saat ini.

    Uraian di atas ingin menegaskan, bahwa membahas -KUHP pada dasarnya

    3membangun/memperbarui sistem hukum pidana nasional+. Arand design Sistem

    Hukum Pidana &asional bagaimana yang 3di?ita?itakan+ untuk dibangun,

    merupakan masalah konseptual/gagasan besar yang sudah ?ukup lama

    diungkapkan dan dibi?arakan dalam berbagai dokumen nasional maupun berbagai

    kegiatan ilmiah. leh karena itu, dalam membahas -KUHP seyogyanya ditelusuri

    dan dipahami lebih dulu berbagai rangkaian kegiatan ilmiah dan rangkaian

    ide/gagasan/pokok pemikiran yang berkembang, karena +pembaharuan/

     pembangunan hukum+ pada hakikatnya merupakan +pembaharuan/pembangunan

    yang berkelanutan+ # sustaina5le reform/sustaina5le development %.= Pembaharuan

    =Cihat Barda' $5$5-P SP5K P5&:58$&:& IC8U HUKU8 PI0& #8enyongsong

    :enerasi $aru Hukum Pidana Indonesia%, Pidato Pengukuhan, 1((), h. 1* 2 3 &em5aharuanhu3um merupa3an 3egiatan yang 5erlanjut dan terus menerus =3ontinyu> ta3 3enal henti+AKn8en!i H# 

    Na!inal 9 !,d 9; Mare 0

  • 8/19/2019 Pembaharuan Hukum Pidana Oleh Prof.dr.Bardanawawiariefs.h

    12/20

    dan pembangunan hukum #+law reform and development +% terkait erat dengan

     pembangunan masyarakat yang berkelanutan/berkesinambungan #+ sustaina5le

     society/ development +%, termasuk kegiatan pemikiran/ide dasar/konsep yang

     berkesinambungan #+ sustaina5le intellectual activity2,2sustaina5le intellectual

     phylosophy2, 1sustaina5le intellectual conceptions/5asic ideas2>. Kaian terhadap

    masalah ini tentunya merupakan kaian yang 3bergenerasi+.

    7idak mudah menelusuri riwayat pokok pemikiran atau ide dasar penyusunan

    -KUHP, karena sudah ?ukup panang peralanan -KUHP ini. 0ihitung dari

    Konsep pertama tahun 1(), saat ini #'>1)% sudah beralan *> tahun. 0alam

     peralanan yang ?ukup panang itu, tidak sedikit pokokpokok pemikiran yang pernah dikemukakan oleh para pembi?ara dalam berbagai @orum seminar dan

     pertemuan ilmiah lainnya. Penelusuran perkembangan pemikiran itu, tentunya

    menarik untuk dikai tersendiri dalam bentuk tesis atau disertasi.

    $agi yang berminat untuk menelusuri perkembangan pemikiran dalam penyusunan

    -KUHP, dapat kiranya dikemukakan beberapa bahan penelusuran latar belakang

     pemikiran yang berkaitan dengan penyusunan Konsep/ -KUHP atau yang ada

     pada saat berlangsungnya proses pembahasan Konsep/-KUHP, yaitu antara lain 2

    1. 8akalah Pro@. 8oelatno dalam Kongres P5-SHI 1() di Surabaya,

     berudul 2 1Aa! Da!ar Aa( A!a!%A!a! A&a#ah Henda#n+a H(#(

    Pidana Kia Di$ang(n>2, sewaktu membahas Konsep $uku I KUHP 1().

    '. Pidato pengukuhan Pro@. Sudarto sebagai :uru $esar pada tgl. '1 0esember 

    1() #berarti 1> tahun setelah Pro@. 8oelatno%, berudul 3S(a( Dile**a

    dala Pe*$ahar(an Si!e Pidana Indne!ia2' yang membahas Konsep

    1(G dan Konsep 1(1/1('.

    =. 8akalah $arda &awawi rie@ berudul 3P##%P## Pei#iran 4Ide

    Da!ar) A!a!%A!a! H(#( Pidana Na!inal2, dalam Seminar &asional

    3sasasas Hukum Pidana &asional+ tanggal ' L ' pril '>>), yang

    diselenggarakan oleh $PH& dalam rangka penyusunan Konsep '>>) #berarti

    Criminal #aw #$oston 7oronto, Cittle, $rown M

  • 8/19/2019 Pembaharuan Hukum Pidana Oleh Prof.dr.Bardanawawiariefs.h

    13/20

    => tahun kemudian setelah Pro@. Sudarto atau )> tahun setelah Pro@.

    8oelatno%.

    Patut kiranya di?atat, bahwa bahan penelusuran pokokpokok pemikiran atau ide

    dasar pembaharuan sistem hukum pidana nasional tentunya tidak terbatas pada

     bahan yang dikemukakan di atas. 8asih banyak yang lain. $ahan di atas, sekedar 

    yang berkaitan langsung dengan proses penyusunan -KUHP.

    Penyusunan Konsep KUHP $aru dilatarbelakangi oleh kebutuhan dan tuntutan

    nasional untuk melakukan pembaharuan dan sekaligus perubahan/penggantian

    KUHP lama #(et5oe3 van *trafrecht % warisan 4aman kolonial $elanda. Jadi

     berkaitan erat dengan ide 3 penal reform+ #pembaharuan hukum pidana% yang padahakikatnya uga merupakan bagian dari ide yang lebih besar, yaitu pembangunan/

     pembaharuan #sistem% hukum nasional.

    Upaya melakukan pembaharuan hukum pidana #3 penal reform+% pada hakikatnya

    termasuk bidang 3 penal policy+ yang merupakan bagian dan terkait erat dengan

    3law enforcement policy+, 1criminal policy+, dan 1social policy+. Ini berarti,

     pembaharuan hukum pidana pada hakikatnya 2

    a. merupakan bagian dari kebiakan #upaya rasional% untuk memperbaharui

    substansi hukum #legal su5stance% dalam rangka lebih menge@ekti@kan

     penegakan hukumA

     b. merupakan bagian dari kebiakan #upaya rasional% untuk memberantas/

    menanggulangi keahatan dalam rangka perlindungan masyarakatA

    ?. merupakan bagian dari kebiakan #upaya rasional% untuk mengatasi masalah

    sosial dan masalah kemanusiaan dalam rangka men?apai/ menunang tuuan

    nasional #yaitu 3 social defence2 dan + social welfare2%A

    d. merupakan upaya peninauan dan penilaian kembali #Breorientasi dan re

    e"aluasiB% pokokpokok pemikiran, ideide dasar, atau nilainilai sosio

    @iloso@ik, sosiopolitik, dan sosiokultural yang melandasi kebiakan kriminal

    dan kebiakan #penegakan% hukum pidana selama ini. $ukanlah pembaharuan

    #BreformasiB% hukum pidana, apabila orientasi nilai dari hukum pidana yang

    di?ita?itakan sama saa dengan orientasi nilai dari hukum pidana lama warisan

     penaah #KUHP lama atau !"S%.

  • 8/19/2019 Pembaharuan Hukum Pidana Oleh Prof.dr.Bardanawawiariefs.h

    14/20

    0engan demikian, pembaharuan hukum pidana harus ditempuh dengan pendekatan

    yang berorientasi pada kebiakan #3 policy oriented approach2> dan sekaligus

     pendekatan yang berorientasi pada nilai #3value oriented approach+%.

    $ertolak dari pemikiran di atas, maka penyusunan Konsep KUHP $aru tidak dapat

    dilepaskan dari ide/kebiakan pembangunan Sistem Hukum &asional yang

     berlandaskan Pan?asila sebagai nilainilai berkehidupan kebangsaan yang di?ita

    ?itakan. Ini berarti, pembaharuan Hukum Pidana &asional seyogyanya uga

    dilatarbelakangi dan bersumber/berorientasi pada ideide dasar #35asic ideas+%

    Pan?asila yang mengandung di dalamnya #e!ei*$angan nilai,ide,&aradig*a :49) ral religi(! #Ketuhanan%, 40) #e*an(!iaan #humanistik%, 4?) #e$ang!aan,

    4@) de#ra!i, dan 4) #eadilan !!ial/ Keseimbangan lima sila itu dapat

    dipadatkan menadi 1#e!ei$angan iga &ilar2' yaitu 2 #a% pilar ketuhanan

    #religius%A #b% pilar kemanusiaan #humanistik%A dan #?% pilar kemasyarakatan

    #kebangsaan/ nasionalistikA demokrasi/kerakyatanA dan keadilan sosial%.

    0i samping bertolak dari ide keseimbangan Pan?asila, pembaharuan hukum pidana

    di Indonesia #khususnya penyusunan Konsep KUHP $aru%, dilatarbelakangi oleh

    ide yang berulang kali dinyatakan dalam berbagai @orum seminar nasional maupun

    internasional, bahwa 2

    pembaharuan hukum pidana dan penegakan hukum pidana hendaknya dilakukan

    dengan menggali dan mengkai sumber hukum tidak tertulis dan nilainilai hukum

    yang hidup di dalam masyarakat, antara lain dalam hukum agama dan hukum adat.

    Ide demikian tertuang atau terlihat antara lain di dalam 2

    1. kesepakatan pertemuan ilmiah nasional #antara lain dalam Seminar Hukum &asional I/1(=A ID/1((A DI/1((*A DIII/'>>=A Simposium Pengaruh Kebudayaan/

    gama 7erhadap Hukum Pidana 1(* dan Simposium Pembaharuan Hukum Pidana

     &asional 1(G>%A

    '. kebiakan legislati@ nasional #antara lain dalam UU &o. 1 0rt. 1(*1 dan UU &o.

    1)/1(> o. UU &o. =*/1((( yang sudah diganti dengan UU &o. )/'>>) dan

    terakhir diganti lagi dengan UU &o. )G/'>>(%A

  • 8/19/2019 Pembaharuan Hukum Pidana Oleh Prof.dr.Bardanawawiariefs.h

    15/20

    =. laporan Kongres P$$ mengenai 3!he &revention of Crime and the !reatment of 

    $ffenders2 #antara lain Kongres D/1(*A Kongres DI/1(G>A Kongres DII/1(G*A

    Kongres DIII/1((>% ).

    ) Caporan Kongres ke D #1(*% 2

    a. .... it was necessary, in the long term, to rethin3 the whole of criminal policy in a spirit of rationali?ation, planning and democrati?ation. ....... ........ the criminal justicesystem should be transformed so as to be more responsive to contemporary social

    necessities, the aspirations of the whole population and the demands of a scientific

    evaluation of needs and means in preventing and containing criminality" 4halaman

    '>%A

     b. It was important that traditional forms of primary social control should 5e revived and developed #halaman ')%.

    Caporan Kongres ke DI #1(G>% 2

    a/ ... development =5erarti termasu3 pem5angunan di 5idang hu3um, pen.> was not criminogenic per se, 5ut could become such if it was not rationally planned,disregarded cultural and moral values , and did not include integrated socialdefence strategies #halaman )'%A

     b. ... the importation of foreign cultural  patterns which did not harmonize with theindige-nous culture had had a criminogenic effect  #halaman )'%A

    Caporan Kongres ke DII #1(G*% 2

    a. Crime prevention and criminal justice should not 5e treated as isolated pro5lems to5e tac3led 5y simplistic, fragmentary methods, 5ut rather as comple) and wide7

    ranging activities re !he socio7economic, political and cultural conte)t and circumstances of the

     society in which they are applied@=5> !he developmental stage, ...................... @(c) The respective traditions and customs, making maimum and effective use of 

    human indigenous options"!#laporan halaman 1>%A

    5. (ritten laws and societal structure and values 6!he conflicts e)isting in many countries 5etween indigenous and traditions for the

     solution of socio7legal pro5lems and the fre

  • 8/19/2019 Pembaharuan Hukum Pidana Oleh Prof.dr.Bardanawawiariefs.h

    16/20

    $erbagai pernyataan # statement % pertemuan ilmiah yang dikemukakan di atas #baik 

    nasional maupun internasional% elas menunukkan, bahwa perlu ada harmonisasi/

    sinkronisasi/konsistensi antara pembangunan/pembaharuan hukum nasional

    dengan nilainilai atau aspirasi sosio@iloso@ik dan sosiokultural yang ada di

    masyarakat. leh karena itu, dalam melakukan upaya pembaruan hukum pidana

    #KUHP% nasional, perlu dilakukan pengkaian dan penggalian nilainilai nasional

    yang bersumber pada Pan?asila dan yang bersumber pada nilainilai yang ada di

    masyarakat #nilainilai religius maupun nilainilai budaya/adat%.

    Upaya pembaharuan hukum pidana #KUHP% &asional yang saat ini sedangdilakukan, khususnya dalam rangka menggantikan KUHP warisan 4aman kolonial,

    memerlukan kaian komparati@ yang mendasar/@undamental, konseptual, kritis dan

    konstrukti@. Salah satu kaian alternati@/perbandingan yang sangat mendesak dan

    sesuai dengan ide pembaharuan hukum nasional saat ini, ialah kaian terhadap

    keluarga hukum =1family law2% yang lebih dekat dengan karakteristik masyarakat

    dan sumber hukum di Indonesia. Karakteristik masyarakat Indonesia lebih bersi@at

    monodualistik dan pluralistikA dan berdasarkan berbagai kesimpulan seminar

    nasional, sumber hukum nasional diharapkan berorientasi pada nilainilai hukum

    yang hidup dalam masyarakat yaitu yang bersumber dari nilainilai hukum adat

    dan hukum agama. Kaian komparati@ dari sudut 3traditional and religious law

     family2 itu tidak hanya merupakan suatu kebutuhan, tetapi uga suatu keharusan.

    $ahkan dalam salah satu kesimpulan dan rekomendasi #saran peme?ahan masalah%

    Hasil Seminar Pembangunan Hukum &asional DIII tahun '>>= di Kuta, 0enpasar,

    $ali, ditegaskan antara lain 2*%

    8enadikan aaran agama sebagai sumber moti"asi, sumber inspirasi, dan

    sumber e"aluasi yang kreati@ dalam membangun insan hukum yang berakhlak 

    mulia, sehingga wa"i$ di#e*$ang#an upayaupaya konkret dalam (aan

    #e$i"a#an &e*$ang(nan h(#(* na!inal yang dapat 2

    *%Cihat -umusan Hasil Seminar Pembangunan Hukum &asional DIII, angka II sub $., termuat dalam

    Seminar Pembangunan Hukum &asional DIII, $uku 1, $PH& 0epkeh dan H8, '>>=, halaman .

  • 8/19/2019 Pembaharuan Hukum Pidana Oleh Prof.dr.Bardanawawiariefs.h

    17/20

    memperkuat landasan $(da+a #eaga*aan yang sudah berkembang dalam

    masyarakatA

    mem@asilitasi &er#e*$angan #e$eraga*aan dalam masyarakat dengan

    kemauan bangsaA

    enegah #nfli# !!ial antar umat beragama dan meningkatkan #si?.A

    3meningkatkan kerukunan+ , pen.% antar umat bangsa.

    -ekomendasi untuk melakukan kaian/penggalian hukum yang hidup #yang bersumber 

    dari nilainilai hukum agama dan hukum tradisional/ adat% uga menadi

    ke?enderungan kongreskongres internasional di bidang hukum pidana dan

    kriminologi. 0alam berbagai kongres P$$ yang diselenggarakan lima tahun sekali

    mengenai 1!he &revention of Crime and the !reatment of $ffenders2 sering

    dinyatakan, bahwa sistem hukum pidana yang selama ini ada di beberapa negara

    #terutama yang berasal/diimpor dari hukum asing semasa 4aman kolonial%, pada

    umumnya bersi@at 1o5solete and unjust2 #telah usang dan tidak adil% serta 1outmoded

    and unreal2 #sudah ketinggalan 4aman dan tidak sesuai dengan kenyataan%.

    lasannya, karena sistem hukum pidana di beberapa negara yang berasal/diimpor dari

    hukum asing semasa 4aman kolonial, tidak berakar pada nilainilai budaya dan bahkan

    ada 3diskrepansi+ dengan aspirasi masyarakat, serta tidak responsi@ terhadap

    kebutuhan sosial masa kini. Kondisi demikian oleh Kongres P$$ dinyatakan sebagai

    @aktor kontribusi untuk teradinya keahatan =1a contri5uting factor to the increase of

    crime2%. $ahkan dinyatakan, bahwa kebiakan pembangunan #termasuk di bidang

    hukum% yang mengabaikan nilainilai moral dan kultural, antara lain dengan masih

    diberlakukannya hukum asing warisan 4aman kolonial, dapat menadi @aktor 

    kriminogen.

    $ertolak dari kondisi demikian, kongres P$$ menghimbau agardilakukan 3pemikiran kembali keseluruhan kebiakan kriminal+ #3to rethin3 the whole

    of criminal policy2%, termasuk di bidang kebiakan hukum pidana.

    0alam laporan Kongres P$$ DI #Ibid., halaman )*% antara lain dinyatakan 2 B?apkali, keti

    adaan

    konsistensi antara undangundang dengan kenyataan merupakan @aktor kriminogenA semakin auhUU

     bergeser dari perasaan dan nilainilai yang hidup di dalam masyarakat, semakin besar ketidakper?aya

    anakan kee@ekti@an sistem hukum ituB. #$ften, lac3 of consistency 5etween laws and reality was criminog enic@the farther the law was removed from the feeling and the values shared 5y the community, the greater 

  • 8/19/2019 Pembaharuan Hukum Pidana Oleh Prof.dr.Bardanawawiariefs.h

    18/20

    was the lac3 of confidence and trust in the efficacy of the legal system >.

    1

  • 8/19/2019 Pembaharuan Hukum Pidana Oleh Prof.dr.Bardanawawiariefs.h

    19/20

    1G

    Hal yang menarik dari ke?enderungan internasional di dalam melakukan upaya

    3pemikiran kembali+ dan 3penggalian hukum+ dalam rangka memantapkan strategi penanggulangan keahatan yang integral, ialah himbauan untuk melakukan

    3pendekatan yang berorientasi pada nilai+ #3value oriented approach2%, baik nilai

    nilai kemanusiaan maupun nilainilai identitas budaya dan nilainilai moral

    keagamaan. Jadi terlihat himbauan untuk melakukan 1&ende#aan h(ani!2'

    1&ende#aan #(l(ral2' dan 3&ende#aan religi(!+ yang diintegrasikan ke dalam

    &ende#aan ra!inal yang berorientasi pada kebiakan =1policy oriented approach2%.

    Himbauan untuk melakukan pendekatan kultural dan religius, menyebabkan pula

    adanya perhatian untuk 3menoleh+ dan 3mengkai+ sistem hukum yang bersumber

     pada nilainilai hukum tradisional dan hukum agama. 8isalnya dalam kongres

    internasional kriminologi ke1> di Hamburg pernah ditampilkan makalahmakalah

    dari keluarga hukum tradisional dan hukum agama, yaitu dari

  • 8/19/2019 Pembaharuan Hukum Pidana Oleh Prof.dr.Bardanawawiariefs.h

    20/20

    1(

     penghematan #the principle of parsimony% dan prinsip menahan diri # principle of 

    restraint % dalam menggunakan pidana penaraA identik uga dengan 3the ultimo7ratio

    character of the prison sentence2 atau 3alternative to imprisonment or custodial 

     sentence+A ide 3elasticity/fle)i5ility of sentencing +A ide judicial corrective to the

    legality principle2 untuk menembus kekakuanA ide 3modi@ikasi pidana+

    #3modification of sanction2@ the alteration/annulment/ revocation of sanction2@

    1redetermining of punishment2>@ dan ide 3permaa@an/ pengampunan hakim+

    #3rechterlij3 pardon/judicial pardon/dispensa de pena%, dan ide penyelesaian perkara

    di luar proses atau ide tidak meneruskan perkara pidana se?ara @ormal #dikenal dengan

    istilah ide di"ersi/ diversion% antara lain melalui perdamaian atau 3mediasi penal+# penal mediation%.

    8ateri Konsep KUHP #sistem hukum pidana materiel dan asasasasnya%, ingin

    disusun/di@ormulasikan dengan berorientasi pada berbagai pokok pemikiran dan ide

    dasar yang telah diungkapkan di atas. Se?ara garis besar dapat disebut 3ide

    keseimbangan+, yang antara lain men?akup 2

    keseimbangan nd(ali!i# antara 3#e&eningan ((/masyarakat+ dan

    3#e&eningan indi8id(/perorangan+A

    keseimbangan antara perlindungan/kepentingan pelaku tindak pidana #ide

    indi8id(ali!a!i &idana% dan #r$an inda# &idana

    keseimbangan antara unsur/@aktor 3obekti@+ #perbuatan/lahiriah% dan 3subekti@+

    #orang/batiniah/sikap batin%A ide 3daad-dader strafrecht +A

    keseimbangan antara #rieria 1fr*al2 dan 1aeriel+A

    keseimbangan antara 3#e&a!ian h(#(*2' 1#elen(ran,ela!i!ia!,fle#!i$ilia!2'

    dan 1#eadilan2 keseimbangan nilai%nilai na!inal dan nilai%nilai gl$al,inerna!inal,

    (ni8er!al

    Ide dasar 3keseimbangan+ itu diwuudkan dalam ketiga permasalahan pokok hukum

     pidana, yaitu dalam masalah 3tindak pidana+, masalah 3kesalahan/pertanggung

     awaban pidana+, dan masalah 3pidana dan pemidanaan+.

    o>o