Pembagian Jasa Pelayanan Di RS Pemerintah

3
Pembagian jasa pelayanan di RS pemerintah Manajemen Keperawatan By: Prof.DR.Nursalam,M.Horn Pembagian jasa pelayanan di rumah sakit atau biasa disebut dengan INSENTIF adalah kebijakan pimpinan RS dalam hal pemberian insentif kepada seluruh karyawan RS, sebenarnya bukan hal mudah tetapi juga bukan hal yang amat sangat sulit. Memang benar kalau dikatakan sangat kompleks dan berpotensi menimbulkan konflik antar karyawan, juga penurunan kinerja serta ketidakpuasan antara kayawan dengan pimpinan RS. Kondisi ini sebenarnya sudah banyak dialami di beberapa RS di Indonesia khusunya di rumah sakit Pemerintah. Bisa dikatakan bahwa setiap kali membagi jasa pelayanan selalu membuat galau para karyawan bahkan dianggap kurang berpihak pada karyawan kecil. Untuk itu perlu dilakukan penyempurnaan terus menerus sampai pada tahap yang aman artinya bagaimana mengurangi kesenjangan pendapatan antar karyawan itu sendiri. Melalui upaya dan kebijakan yang mencerdaskan, selalu mencari solusi terbaik dan tidak berlindung pada alasan klasik (belum tersedianya regulasi pemerintah secara rinci) mungkin akan lebih baik. . A. ATURAN MAIN DALAM PEMBAGIAN JASA PELAYANAN : 1. Adanya perturan Bupati (perbup), Pola Tata Kelola RS dan peraturan lainnya 2. Adanya pedoman teknis pembagian jasa pelayanan yang ditetapkan direktur 3. Adanya Tim yang ditunjuk untuk mengelola tugas tersebut, terdiri satu orang ketua, Sekretaris, dan beberapa anggota yg mewakili komposisi tenaga di RS (secara proporsional)

description

pembagian jasa pelayanan RS

Transcript of Pembagian Jasa Pelayanan Di RS Pemerintah

Page 1: Pembagian Jasa Pelayanan Di RS Pemerintah

Pembagian jasa pelayanan di RS pemerintah Manajemen Keperawatan

By: Prof.DR.Nursalam,M.Horn

Pembagian jasa pelayanan di rumah sakit atau biasa disebut dengan INSENTIF adalah kebijakan pimpinan RS dalam hal pemberian insentif kepada seluruh karyawan RS, sebenarnya bukan hal mudah tetapi juga bukan hal yang amat sangat sulit. Memang benar kalau dikatakan sangat kompleks dan berpotensi menimbulkan konflik antar karyawan, juga penurunan kinerja serta ketidakpuasan antara kayawan dengan pimpinan RS. Kondisi ini sebenarnya sudah banyak dialami di beberapa RS di Indonesia khusunya di rumah sakit Pemerintah. Bisa dikatakan bahwa setiap kali membagi jasa pelayanan selalu membuat galau para karyawan bahkan dianggap kurang berpihak pada karyawan kecil. Untuk itu perlu dilakukan penyempurnaan terus menerus sampai pada tahap yang aman artinya bagaimana mengurangi kesenjangan pendapatan antar karyawan itu sendiri. Melalui upaya dan kebijakan yang mencerdaskan, selalu mencari solusi terbaik dan tidak berlindung pada alasan klasik (belum tersedianya regulasi pemerintah secara rinci) mungkin akan lebih baik.

.

A. ATURAN MAIN DALAM PEMBAGIAN JASA PELAYANAN :1.    Adanya perturan Bupati (perbup), Pola Tata Kelola RS dan peraturan lainnya2.    Adanya pedoman teknis pembagian jasa pelayanan yang ditetapkan direktur3.    Adanya Tim yang ditunjuk untuk mengelola tugas tersebut, terdiri satu orang

ketua, Sekretaris, dan beberapa anggota yg mewakili komposisi tenaga di RS (secara proporsional)

B. PEMBAGIAN TUGAS PADA TIM YANG DITUNJUK, terdiri :1.    Penilaian indeks point2.    Pengolahan data3.    Informasi dan lintas fungsi4.    Inventarisasi sumber-sumber pendapatan5.   Perumusan kebijakan

C. HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN :1.    Pelajari model pola tarif umum, askes, jamkesmas dan tarif lainnya2.   Konversi nilai jasa pelayanan antara tarif umum dgn tarif askes, jamkesmas dan

tarif lainnya3.  Tentukan konversi pendapatan perorangan/kelompok dengan nilai bobot

pendapatan dan dengan hasil Penilaian indeks poin

Page 2: Pembagian Jasa Pelayanan Di RS Pemerintah

4.    Bentuk kelompok-kelompok penerima jasa (misal Direktur, wakil direktur, Kabid/Kasie, Ka.Subid/ka.Subsie, kelompok bendahara, staf madya, staf muda, kepala instalasi, kepala bangsal, perawat,  penunjang medik,  staf administrasi, Dewan Pengawas, dokter tamu, dst)

5.    Penetapan bobot 1 (satu) dan bobot tertinggi serta peruntukannya6.    Tentukan nilai bobot 1 dengan rumus (TJPx90%x5%) / BT

D. PENILAIAN INDEKS POIN :1.    Perlu menetapkan jumlah parameter yang akan dipakai (mis. pendidikan, jabatan,

masa kerja, risiko pekerjaan, profesi, beban kerja, tingkat keaktivan, indeks pajak, status kepegawaian, golongan dst) masing masing parameter diikuti dengan nilai indeks poin sesuai dengan pilihan kesesuaian posisi karyawan.

2. Bagaimana cara menetapkan indeks poin? Jawab : semua parameter dianggap sebagai pertanyaan atau statement yang harus dijawab misalnya dengan pilihan-pilihan yang tersedia, contoh parameter pendidikan : terdapat SD sampai dgn paska sarjana, buat nilai gradasi tsb.

3.  Bobot penilaian indeks point diusahakan seimbang, aplikasinya diatur untuk bahan penjumlahan, pengurangan dan perkalian

 E. Rumus Pembagian jasa

1. Rumus penghitungan nilai bobot 1 (satu) poin:o NB1 = (TJP x 90% x 5%) / BTo NB1 = Nilai bobot 1o TJP = Total jasa pelayanano BT = Bobot tertinggi (direktur)

2. Rumus penghitungan bobot tenaga fungsional :o BTF = (∑PF / NB1) >> ±PBo BTF = Bobot pendapatan Fungsionalo PF = Pendapatan Fungsionalo NB1 = Nilai Bobot 1o PB = pengendalian bobot

3. Rumus penghitungan jasa tenaga fungsionalo JPF = (BPF/TB x TJP90%) + (JIP/TIP x TJP10%)o JPF = Jasa Pelayanan Fungsionalo TB = Total Boboto TJP = Total Jasa Pelayanano JIP = Jumlah Indeks Poino TIP = Total Indeks poin

4. Rumus penghitungan jasa tenaga non fungsionalo JPNF = (BPNF/TBxTJP90%)+(JIP/TIPxTJP10%)