Pemba Has An

4
A. Pembahasan 1.Karakteristik Responden Hasil penelitian mengenai kejadian DBD dengan tingkat pengetahuan tentang DBD menunjukkan bahwa faktor pengetahuan mempunyai hubungan terhadap kejadian DBD di Di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan tahun 2009 dimana nilai p = 0,030. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Hasil penelitian pengetahuan responden tentang DBD dikatakan kurang sebanyak 33 orang (44,0%) dengan responden pernah sakit DBD. Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan merupakan respon seseorang terhadap stimulus atau rangsangan yang masih bersifat terselubung, sedangkan tindakan nyata seseorang yang belum otomatis terwujud sebagai respons terhadap stimulus merupakan overt behaviour. Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, dimana pengetahuan kesehatan akan berpengaruh kepada perilaku sebagai hasil jangka menengah (intermediate impact) dari pendidikan kesehatan, selanjutnya perilaku kesehatan akan berpengaruh pada meningkatnya indikator kesehatan masyarakat sebagai keluaran dari pendidikan. Faktor pendidikan sangat berpengaruh terhadap pengetahuan seseorang. Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka wawasan yang dimilikinya akan semakin luas sehingga pengetahuan pun juga akan meningkat, sebaliknya rendahnya pendidikan seorang ibu akan mempersempit

description

evapro cha

Transcript of Pemba Has An

Page 1: Pemba Has An

A. Pembahasan

1. Karakteristik Responden

Hasil penelitian mengenai kejadian DBD dengan tingkat pengetahuan tentang DBD menunjukkan bahwa faktor pengetahuan mempunyai hubungan terhadap kejadian DBD di Di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan tahun 2009 dimana nilai p = 0,030. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima.Hasil penelitian pengetahuan responden tentang DBD dikatakankurang sebanyak 33 orang (44,0%) dengan responden pernah sakit DBD. Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan merupakan respon seseorangterhadap stimulus atau rangsangan yang masih bersifat terselubung, sedangkantindakan nyata seseorang yang belum otomatis terwujud sebagai responsterhadap stimulus merupakan overt behaviour. Pengetahuan itu sendiridipengaruhi oleh tingkat pendidikan, dimana pengetahuan kesehatan akanberpengaruh kepada perilaku sebagai hasil jangka menengah (intermediateimpact) dari pendidikan kesehatan, selanjutnya perilaku kesehatan akanberpengaruh pada meningkatnya indikator kesehatan masyarakat sebagaikeluaran dari pendidikan.Faktor pendidikan sangat berpengaruh terhadap pengetahuanseseorang. Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka wawasan yangdimilikinya akan semakin luas sehingga pengetahuan pun juga akanmeningkat, sebaliknya rendahnya pendidikan seorang ibu akan mempersempitwawasannya sehingga akan menurunkan tingkat pengetahuan terhadapmasalah kesehatan. Reponden yang berpendidikan tinggi akan cenderungmemiliki wawasan yang luas serta mudah dalam menerima informasi dari luar,seperti dari televisi, koran, dan majalah.Pada tingkat pendidikan menengah, seseorang telah mempunyaiwawasan dan tingkat pengetahuan yang cukup baik sehingga terbuka terhadaphal-hal baru, termasuk juga responden untuk berusaha menjaga kebersihandisekitar lingkungan rumahnya. Hal ini menunjukkan bahwa tingkatpendidikan berhubungan dengan sikap kesehatan masyarakat, sehinggaberpengaruh pada pembentukan sikap dan perilaku seseorang terkait dengan tingkat pengetahuan dan wawasannya dalam melakukan pencegahan danpenanggulangan terhadap kejadian DBD. Oleh karena itu responden denganlatar belakang berpendidikan SMA ke bawah, memungkinkan cara pandanguntuk mencegah terjadinya demam berdarah dengue masih belum optimal.Oleh karena itu kurangnya tingkat pengetahuan responden tentang DBD dapatmenyebabkan peningkatan kejadian DBD di Kelurahan Ploso KecamatanPacitan Tahun 2009.Hasil penelitian ini sejalan dengan peneltian yang dilakukan olehDuma, et al (2007) tentang analisis faktor yang berhubungan dengan kejadiandemam berdarah dengue di Kecamatan Baruga Kota Kendari. Penelitiantersebut menghasilkan kesimpulan berupa faktor pengetahuan berhubungandengan kejadian demam berdarah dengue di Kecamatan Baruga Kota Kendari.

Page 2: Pemba Has An

Hasil penelitian mengenai kejadian DBD dengan keberadaan jentikAedes aegypti pada kontainer menunjukkan bahwa nilai p = 0,001. Dengandemikian dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga faktor keberadaan jentik Aedes aegypti pada kontainer mempunyai hubunganterhadap kejadian DBD di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan Tahun 2009.Dari hasil tersebut dimungkinkan bahwa responden belum secara maksimalmemutus rantai perkembangbiakan nyamuk dengan cara membasmi jentikjentiknyamuk dengan melakukan 3 M plus sehingga tidak sampai menjadinyamuk dewasa. Kegiatan 3 M plus harus sering dilakukan oleh masyarakat dilingkungan tempat tinggalnya masing-masing.Keberadaan jentik nyamuk yang hidup sangat memungkinkanterjadinya demam berdarah dengue. Jentik nyamuk yang hidup di berbagaitempat seperti bak air, atau hinggap di lubang pohon, lubang batu, pelepahdaun, tempurung kelapa, pelepah pisang, potongan bambu (Depkes RI, 1992).Virus dengue ini memiliki masa inkubasi yang tidak terlalu lama yaitu antara3-7 hari, virus akan terdapat di dalam tubuh manusia (Sutaryo, 2005). Olehkerena itu apabila keberadaan jentik nyamuk dibiarkan maka yang terjadiadalah kejadian demam berdarah dengue yang akan terus meningkat. Hasilpengujian hipotesis memperlihatkan bahwa dari 75 rumah responden yangdiperiksa ada jentik dengan responden pernah sakit DBD sebanyak 46 rumahresponden 61.3%. Hal ini dikarenakan masih banyak ditemukan jentik Aedessetiap kontainer yang diperiksa di rumah responden saat dilakukan observasi.Sehingga hal tersebut dapat menggambarkan bahwa kejadian demam berdarahdengue di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan Tahun 2009 disebabkan olehkeberadaan jentik Aedes aegypti yang ada pada kontainer.