Pemba Has An
-
Upload
ikhsan-blnd -
Category
Documents
-
view
216 -
download
0
description
Transcript of Pemba Has An
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu Fisika merupakan ilmu pengetahuan yang berlandaskan eksperimen, dimana eksperimen itu sendiri terbagi dalam beberapa tahapan, di antaranya pengamatan, pengukuran, menganalisis, dan membuat laporan hasil eksperimen. Dalam melakukan eksperimen diperlukan pengukuran dan alat yang digunakan di dalam pengukuran yang disebut alat ukur. Seiring berjalannya zaman yang semakin modern dan perlengkapan atau penanganan medis yang semakin canggih dan maju khususnya alat ukur yang digunakan dalam pengukuran antropometri dan pemeriksaan tanda vital.
Pengukuran antropometri merupakan suatu studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia. Pengukurn antropometri meliputi, pengukuran berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas (LILA), lingkar pinggang, perut dan lain-lain. Tujuan akhir dari pengukuran antropometri adalah menetapkan bentuk atau tipe badan seseorang. Tipe badan bagi seseorang sebelum ia bekerja adalah penting, karena dengan tipe badan yang ideal untuk jenis pekerjaan tertentu dapat meningkatkan capaian keberhasilan kerjannya. Dengan tes antropometri akan dapat mengetahui pertumbuhan badan seseorang normal atau tidak, kekurangan-kekurangan serta upaya pertumbuhan badan secara ideal. Sedangkan Pemeriksaan tanda vital adalah cara untuk mendeteksi perubahan system yang ada di dalam tubuh. Tanda vital meliputi suhu tubuh, denyut nadi, frekuensi pernapasan, dan tekanan darah. Perubahan tanda vital dapat terjadi bila tubuh dalam keadaan sakit atau kelelahan. Perubahan tersebut merupakan indikator adanya gangguan sistem tubuh. Pemeriksaan tanda vital yang dilaksanakan oleh tenaga medis seperti dokter, bidan, dan perawat digunakan untuk memantau perkembangan pasien. Tindakan ini bukan hanya merupakan kegiatan rutin pada pasien, tetapi merupakan tindakan pengawasan terhadap perubahan atau gangguan sistem tubuh. Hal inilah yang mendorong kelompok kami untuk membuat makalah yang berjudul “PENGUKURAN ATROPOMETRI DAN PEMERIKSAAN TANDA VITAL” yang diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana prosedur kerja pengukuran atropometri dan pemeriksaan Tanda vital ?2. Jelaskan mengapa terjadi perbedaan dan persamaan hasil pengukuran berdasarkan sudut
pandang fisika, kimia, dan biologi!3. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi suhu tubuh, tekanan darah, dan tanda-tanda
vital lainnya!
1
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui prosedur pengukuran atropometri meliputi BB, TB, lingkar lengan (LILA), lingkar pinggang, dan perut. Serta pemeriksaan Tanda vital meliputi suhu tubuh, denyut nadi, frekuensi pernapasan, dan tekanan darah.
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui bagaimana keadaan pasien setelah melihat hasil dari pengukuran antropometri dan pemeriksaan tanda vital.
D. Manfaat
Adapun manfaat dari penyusunan makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. Mahasiswa dapat mengetahui tentang pengertian, dan prosedur pelaksanaan pengukuran antropometri dan pemeriksaan tanda vital.
2. Mahasiswa dapat mengetahui tujuan dalam pemeriksaan pada pengukuran antropometri dan tanda vital.
3. Mahasiswa dapat mendapatkan informasi tentang pengukuran antropometri dan pemeriksaan tanda vital.
BAB II
2
LANDASAN TEORI.
A. Pengertian Antropometri
Menurut Nurmianto (1996) antropometri adalah satu kumpulan data numerik yang berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh manusia, ukuran, bentuk dan kekuatan serta penerapan dari data tersebut untuk penanganan masalah desain. Antropometri secara lebih luas digunakan sebagai pertimbangan ergonomis dalam proses perencanaan produk maupun sistem kerja yang memerlukan interaksi manusia.
Menurut Sritomo (1992), salah satu bidang keilmuan ergonomis adalah istilah antropometri yang berasal dari “Anthro” yang berarti ukuran dan ”Metron” adalah dimensi. Secara definitif antropometri dinyatakan sebagai satu studi yang berhubungan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia. Manusia pada dasarnya memiliki bentuk, ukuran (tinggi, lebar, dan sebagainya) berat dan lain-lain yang berbeda satu dengan yang lainnya.
Menurut Sutalaksana, (1997) tempat kerja yang baik, sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan manusia, dapat diperoleh apabila ukuran-ukuran dari tempat kerja tersebut sesuai dengan tubuh manusia. Hal-hal yang bersangkutan dengan dimensi tubuh manusia ini dipelajari dalam antropometri.
Antropometri secara luas akan digunakan sebagai pertimbangan-pertimbangan ergonomis dalam memerlukan interaksi manusia dan antropometri yang berhasil diperoleh akan diaplikasikan secara luas, yaitu:
1. Perancangan areal kerja.2. Perancangan peralatan seperti mesin, perkakas.3. Perancangan produk konsumtif seperti pakaian, kursi lemari komputer.4. Perancangan lingkungan kerja fisik.
3
B. Suhu Tubuh
Pemakaian energi oleh tubuh, menghasilkan panas yang penting dalam pengaturan suhu. Sebagian besar energi makanan akhirnya diubah menjadi energi panas. Perlunya tubuh menghasilkan panas secara internal karena manusia hidup di lingkungan yang suhunya lebih dingin dari suhu tubuhnya. Pembentukkan panaspun akhirnya bergantung pada peristiwa oksidasi bahan metabolik makanan. Interaksi/pertukaran panas antara hewan dan lingkungannya dapat terjadi melalui empat cara yaitu konduksi, konveksi, radiasi, dan evaporasi. Dalam lingkungan akuatik, hewan tidak mungkin melepaskan panas tubuh dengan cara evaporasi. Pelepasan panas melalui radiasi juga sangat kecil kemungkinannya karena air merupakan penyerap radiasi inframerah yang efektif. (Isnaeni,2006).
Suhu tubuh yang biasa dikatakan normal berkisar pada 37oC. Namun, sebenarnya tidak ada suhu yang normal, karena suhu bervariasi dari organ ke organ. Dalam termoregulatorik, tubuh dapat dianggap sebagai suatu inti di tengah (central core) dengan lapisan pembungkus di sebelah luar (outer shell). Yang termasuk suhu inti berada pada organ-organ abdomen dan toraks, sistem saraf pusat serta otot rangka. Suhu inti internal inilah yang dianggap sebagai suhu tubuh yang harus dipertahankan kestabilannya. Penambahan panas harus seimbang dengan pengurangan panas agar suhu inti tetap stabil. Suhu inti mengandung panas total tubuh maka untuk mempertahankan kandungan panas yang konstan sehingga suhu inti stabil. Pemasukan panas melalui penambahan panas dari lingkungan eksternal dan produksi panas internal. Sedangkan pengurangan panas terjadi melalui pengurangan panas dari permukaan tubuh yang terpejan ke lingkungan eksternal. Biasanya manusia berada di lingkungan yang suhunya lebih dingin daripada tubuh mereka, sehingga ia harus terus menerus menghasilkan panas secara internal untuk mempertahankan suhu tubuhnya. Pembentukan panas akhirnya bergantung pada oksidasi bahan bakar metabolik yang berasal dari makanan (Isnaeni, 2006).
Karena fungsi sel peka terhadap fluktuasi suhu internal, manusia secara homeostatis mempertahankan suhu tubuh pada tingkat yang optimal bagi kelangsungan metabolisme yang stabil. Bahkan peningkatan suhu tubuh sedikit saja sudah dapat menimbulkan gangguan fungsi saraf dan denaturasi protein yang ireversibel. Suhu tubuh normal secara tradisional dianggap berada pada 370C (98,60F). Namun sebenarnya tidak ada suhu tubuh “normal” karena suhu bervariasi dari organ ke organ. Dari sudut pandang termoregulatorik, tubuh dapat dianggap sebagai suatu inti di tengah (central core) dengan lapisan pembungkus di sebelah luar (outer shell). Suhu di inti bagian dalam yang terdiri dari organ-organ abdomen dan toraks, sistem saraf pusat, serta otot rangka, umumnya relative konstan sekitar 37,80C (1000F) . Suhu inti internal inilah yang dianggap sebagai suhu tubuh dan menjadi subjek pengaturan ketat untuk mempertahankan kestabilannya. Suhu kulit dapat berfluktuasi antara 200C (680F) dan 400C (1040F) tanpa mengalami kerusakan. Ini karena suhu kulit sengaja diubah-ubah sebagai tindakan kontrol untuk membantu mempertahankan agar suhu di tengah tetap konstan (Sherwood, 2001)
C. Jalur Termoregulasi Utama
4
1. Berat Badan dan Tinggi Badan
Kegemukan dan obesitas merupakan dua hal yang berbeda. Namun, keduanya sama-sama menunjukkan adanya penumpukan lemak yang berlebihan di dalam tubuh, yang ditandai dengan peningkatan nilai indeks masa tubuh di atas normal.
Studi tentang pasien gemuk sekali menunjukkan bahwa suatu proporsi kegemukan yang sangat besar diakibatkan oleh faktor pshychogenic. barangkali faktor pshychogenic yang paling umum contributingto kemegukan menjadi gagasan yang lazim yang sehat makan kebiasaan memerlukan tiga makanan [adalah] suatu hari dan bahwa masing-masing makanan harus mengisi. (Guyton :2001)
Penderita obesitas mengalami penumpukan lemak yang lebih banyak dibandingkan dengan penderita kegemukan untuk jangka waktu yang lama, dan beresiko lebih tinggi untuk terkena beberapa penyakit jantung, hipertensi, diabetes mellitus tipe 2 dan sebagainya.Obesitas menyebabkan peradangan yang merusakkan gondok, yang mana mengeluarkan hormon untuk mengatur metabolisme dan fungsi penting lain .
D. Denyut Nadi
Nadi perifer adalah gelombang yang berjalan dalam pembuluh darah arteri akibat keluarnya sejumlah darah yang dipompakan oleh ventrikel kiri (stroke volume) ke arah dinding aorta. Dinding aorta mengalami disternsi setiap kali terjadi stroke volume sehingga menimbulkan gelombang denyut yang berjalan dengan cepat dalam pembuluh arteri (Murtiati et all, 2010).
Denyut arteri adalah suatu gelombang yang teraba pada arteri bila darah dipompa keluar jantung. Denyut ini mudah diraba di suatu tempat di mana arteri melintasi sebuah tulang yang terletak dekat permukaan. Seperti misalnya: arteri radialis di sebelah depan pergelangan tangan, arteri temporalis di atas tulang temporal, atau arteri dorsalis pedis di belokan mata kaki. Yang teraba bukan darah yang dipompa oleh jantung masuk ke dalam aorta melainkan gelombang tekanan yang dialihkan dari aorta dan merambat lebih cepat daripada darah itu sendiri (Evelyn, 2006).
BAB IIIMETODE PRAKTIKUM
5
A. Waktu dan tempat
Praktikum pengukuran antropometri dan pemeriksaan tanda-tanda vital dilakukan dua hari berturut-turut yaitu pada:
1. Hari / TGL : Senin, 1 September 2014Waktu : 01.00 – 03.30 WITA
2. Hari / TGL : Selasa, 2 September 2014Waktu : 10.00 – 12.30 WITA
B. Alat dan bahan
ANTROPOMETRI
Alat yang di gunakan yaitu sebagai berikut:1. Timbangan Seca (mengukur berat badan)2. Microtoice3. Pita LILA4. Pita Lingkar Pinggang5. Buku catatan
PEMERIKSAAN TANDA VITAL
a) Alat dan bahan yang digunakan untuk mengukur suhu tubuh yaitu:1. Termometer2. Kertas / tissue3. Buku catatan Suhu
b) Alat untuk mengukur tekanan darah yaitu sebagai berikut:1. Tensi meter (mengukur tekanan darah)2. Buku catatan
c) Alat dan bahan untuk mengukur denyut nadi:1. Stop watch atau jam tangan2. Buku catatan
d) Alat untuk mengukur frekuensi pernapasan yaitu sebagai berikut:1. Stop watch atau jam tangan2. Stetoskop
6
3. Buku catatan
C. Prosedur Pengukuran
a. Berat Badan
1. Subjek mengenakan pakaian biasa (usahakan dengan pakaian yang minimal) serta tidak mengenakan alas kaki.
2. Pastikan timbangan berada pada penunjukan skala dengan angka 0,03. Subjek berdiri di atas timbangan dengan berat yang tersebar merata pasa kedua kaki
dan posisi kepala dengan pandangan lurus ke depan. Usahakan tetap tenang.4. Bacalah berat badan pada tampilan dengan skala 0,1 kg terdekat.
b. Tinggi Badan
1. Subjek tidak mengenakan alas kaki, lalau posisikan subjek tepat di bawah Microtoice.2. Kaki rapat. Lutut lurus, sedagkan tumit, pantat dan bahu menyentuh dinding vertical.3. Subjek dengan pandangan lurus ke depan, kepala tidak perlu menyentuh dinding
vertikal. Tangan dilepas ke samping badan dengan telapak tangan menghadap paha.4. Mintalah subjek untuk menarik napas panjang dan berdiri tegak tanpa mengangkat
tumit untuk menegakkan tulang belakang. Usahakan bahu tetap santai.5. Tarik Microtoice hingga menyentuh ujung kepala, pegang secara horizontal.
Pengukuran tinggi badan diambil pada saat menarik napas maksimum, dengan mata pengukur sejajar dengan alat petunjuk angka untuk menghindari kesalahan penglihatan.
6. Catat tinggi badan pada skala 0,1 cm terdekat.
c. LILA
1. Subjek diminta untuk berdiri tegak.2. Tanyakan kepada subjek lengan mana yang aktif digunakan. Jika yang aktif digunakan
adalah lengan kanan, maka yang diukur adalah lengan kiri, begitupun sebaliknya.3. Mintalah subjek untuk membuka lengan pakaian yang menutup lengan yang tidak aktif
digunakan.4. Untuk menentukan titik mid point lengan ditekuk hingga membentuk sudut 90o,
dengan telapak tangan menghadap ke atas. Pengukur berdiri di belakang subjek dan menentukan titik tengah antar tulang atas pada bahu dan siku.
5. Tandailah titik tersebut dengan pulpen.6. Tangan lemudian tergantung lepas dan siku lurus di samping badan serta telapak
tanggan menghadap ke bawah.
7
7. Ukurlah lingkar lengan atas pada posisi mid point dengan pita LILA menempel pda kulit.
8. Catat hasil pengukuran pada skala 0,1 cm terdekat.
d. Lingkar Pinggang
1. Subjek menggunakan pakain yang longgar (tidak menekan) sehingga alat ukur dapat diletakkan dengan sempurna. Sebaliknya pita pengukur tidak berada di atas pakaian yang digunakan.
2. Subjek berdiri tegak dengan perut dalam keadaan yang rileks.3. Letakkan alat ukur melingkari pinggang secara horizontal, dimana merupakan bagian
terkecil dari tubuh. Bagi subjek yang gemuk, dimana sukar menentukan bagian paling kecil, maka daerah yang diukur adalah antara tulang rusuk dan tonjolan iliaca. Seorang pembantu diperlukan untuk meletakkan alat ukur dengan tepat.
4. Lakukan pengukuran di akhir ekspresi yang normal dengan alat ukur tidak menekan kulit.
5. Bacalah hasil pengukuran pada pita hingga 0,1 cm terdekat.
e. Lingkar Perut
1. Subjek menggunakan pakaina yang longgar (tidak menekan) sehingga alat ukur dapat diletakkan dengan sempurna. Sebaliknya pita pengukur tidak berada di atas pakaian yang digunakan.
2. Subjek berdiri tegak dengan perut dalam keadaan yang rileks.3. Tetapkan titik ujung lengkung tulang pangkal paha/panggul.4. Tetapkan titik tengah di antara titik tulang rusuk terakhir titik ujung lengkung tulang
pangkal paha/panggul dan tanda titik tengah tersebut dengan alat tulis.5. Lakukan pengukuran lingkar perut dimulai/diambil dari titik tengah kemudian secara
sejajar horizontal melingkari pinggang dan perut kembali menu titik tengah diawal pengukuran.
6. Apabila subjek mempunyai perut yang gendut ke bawah, pengukuran mengambil bagian yang paling buncit lalu berakhir pada titik tengah tersebut lagi.
7. Lakukan pengukuran di akhir ekspresi yang normal dengan alat ukur tidak menekan kulit.
8. Bacalah hasil pengukuran pada pita hingga 0,1 cm terdekat.
f. Suhu Tubuh (pada ketiak/aksila)
1. lengan baju subjek dibuka dan ketiaknya harus dikeringkan lebih dahulu.2. Termometer diperiksa apakah air raksa tepat pada angka nol, lalu jepitkan dengan
reservoarnya tepat ditengah ketiak, dan lengan pasien dilipatkan di dada.
8
3. Setelah 3 sampai 5 menit, termometer diangkat dan langsung dibaca dengan teliti, kemudian hasilnya dicatat pada buku.
4. Termometer dilap dengan potongan kertas atau tissue, 5. Air raksa diturunkan kembali pada angka nol, dan thermometer diletakkan pada
tempatnya serta siap dipakai untuk pasien berikutnya.
g. Denyut Nadi
1. Minta pasien untuk menyingsingkan baju yang menutupi lengan bawah2. Pada posisi duduk, tangan diletakkan pada paha dan lengan ekstensi. Pada posisi tidur
terlentang, kedua lengan ekstensi dan menghadap atas.3. Lakukan palpasi ringan arteri radialis dengan menggunakan jari telunjuk dan jari
tengah ,lakukan palpasi sepanjang lekuk radial pada pergelangan tangan4. Rasakan denyut arteri radialis dan irama yang teratur5. Hitung denyut tersebut selama satu menit ,6. Informasikan ke pasien dan catat hasil pemeriksaan pada buku.
h. Respirasi Rate
1. Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan pada klien2. Membuka baju klien untuk mengobservasi pergerakan dada3. Menghitung pernapasan klien dengan melihat gerakan inspirasi dan ekspirasi, jika
pernapasan teratur dihitung selama 30 detik dan dikalikan 2, bila pernapasan tidak teratur dihitung selama 1 menit
4. Mendengarkan bunyi pernapasan dengan stetoskop, kemudian cek apakah terdengar suara napas yang abnormal
5. Akhiri tindakan dengan baik
i. Tekanan Darah
1. Lengan baju dibuka atau digulung.2. Manset tensimeter dipasang pada lengan atas dengan pipa karetnya berada di
sisi luar lengan.3. Manset dipasang tidak terlalu kuat atau terlalu longgar.4. Pompa tensimeter dipasang.5. Denyut arteri brachialis diraba, lalu stetoskop ditempatkan pada daerah tersebut.6. Sekrup balon karet ditutup, pengunci air raksa dibuka. Selanjutnya balon dipompa sampai denyut arteri tidak terdengar lagi dan air raksa di dalam gelas pipa naik.7. Sekrup balon dibuka perlahan-lahan, sehingga air raksa turun perlahan-lahan.
Sambil memperhatikan turunnya air raksa, dengarkan bunyi denyutan pertama.8. Skala permukaan air raksa pada waktu terdengar denyutan pertama disebut Systole
9
(misalnya 120 mm Hg). 9. Dengarkan terus sampai denyutan yang terakhir. Skala permukaan air raksa pada waktu denyutan terakhir disebut tekanan Dyastole (misalnya 80 mm Hg).
7. Pencatatan hasil dilakukan dengan cara sebagai berikut: Systole diatas, dan Dyastole di bawah, misalnya 120/80 dengan satuan mm Hg.
BAB IVPEMBAHASAN
A. HASIL PENGUKURAN ANTROPOMETRI
1. Tinggi Badan
10
NAMA TINGGI BADAN
MAGFIRAH149,6 cm
HARNIA152,1 cm
RUNI SEPTIANTI ODE M.146,8 cm
SITI NAZRAH151,1 cm
ARNI AYU161,2 cm
AGRIFANNY ARSAN153,1 cm
MAHARUNI NURQADRIASTI DJUDDAWI152,6 cm
LA ODE ALMUSYABAR 158 cm
SELVY MIRNA WULANDARI 158,2 cm
POPY ASMAYANTI 158,1 cm
MUH. IKHSAN FADLY NANLOHY 161,1 cm
2. Berat Badan
NAMA PENGUKURAN BERAT BADAN (kg)
MAGFIRAH 41 kg
HARNIA 42,1 kg
RUNI SEPTIANTI ODE M. 43,2 kg
SITI NAZRAH 42 kg
ARNI AYU 46 kg
AGRIFANNY ARSAN 47 kg
MAHARUNI NURQADRIASTI DJUDDAWI 44 kg
LA ODE ALMUSYABAR 49,5
SELVY MIRNA WULANDARI 73 kg
POPY ASMAYANTI 60 kg
11
MUH. IKHSAN FADLY NANLOHY 42,5 kg
3. LILA
NAMA PENGUKURAN LILA
MAGFIRAH 25,2 cm
HARNIA 28,5 cm
RUNI SEPTIANTI
ODE M.
24,5 cm
SITI NAZRAH 26,5 cm
ARNI AYU 23,5 cm
AGRIFANNY ARSAN
25,7 cm
MAHARUNI NURQADRIAST
I DJUDDAWI
25,2 cm
LA ODE ALMUSYABAR
26,5 cm
SELVY MIRNA WULANDARI
34 cm
POPY ASMAYANTI
29,2 cm
MUH. IKHSAN FADLY
NANLOHY
26 M
4. Lingkar Perut
NAMA PENGUKURAN LINGKAR PERUT
MAGFIRAH 75,8 cm
12
HARNIA 68,3 cm
RUNI SEPTIANTI ODE M. 67,4 cm
SITI NAZRAH 63,5 cm
ARNI AYU 77,4 cm
AGRIFANNY ARSAN 72,3 cm
MAHARUNI NURQADRIASTI DJUDDAWI 71,4 cm
LA ODE ALMUSYABAR 74,5 cm
SELVY MIRNA WULANDARI 102,7 cm
POPY ASMAYANTI 78,2 cm
MUH. IKHSAN FADLY NANLOHY 64,7 cm
5. Lingkar Pinggang
NAMA PENGUKURAN PINGGANG
MAGFIRAH 73,6 cm
HARNIA 80 cm
RUNI SEPTIANTI ODE M. 72,4 cm
SITI NAZRAH 75,4 cm
ARNI AYU 82 cm
AGRIFANNY ARSAN 75,7 cm
MAHARUNI NURQADRIASTI DJUDDAWI 77,3 cm
LA ODE ALMUSYABAR 74,9 cm
SELVY MIRNA WULANDARI 96,2 cm
POPY ASMAYANTI 80,5 cm
MUH. IKHSAN FADLY NANLOHY 70,3 cm
Keterkaitan Berat Badan dan Tinggi Badan
13
Pada percobaan ini, kami melakukan pengukuran berat badan dengan menggunakan timbangan berat badan (timbangan seca) dengan skala kilogram (kg) diukur dengan melepaskan segala atribut yang dapat berpengaruh terhadap pengukuran, sedangkan untuk pengukuran tinggi badan kami menggunakan alat pengukur tinggi (microtoice) dengan skala centi meter (cm) diukur dari ujung kaki hingga ujung kepala dengan kondisi badan tegak. Pengukuran ini akan menunjukkan keseimbangan antara kalori yang tersedia dengan pengeluaran energi, massa otot, lemak tubuh dan penyimpanan protein. Menurut Guyton (1995), masukan makanan harus selalu cukup untuk mensuplai kebutuhan metabolisme tubuh dan tidak cukup menimbulkan obesitas. Juga, karena berbagai makanan mengandung berbagai bagian protein, karbohidrat, dan lemak, keseimbangan yang sesuai harus dipertahankan antara berbagai jenis makanan tersebut sehingga semua segmen sistem meabolisme tubuh dapat disuplai dengan bahan yang dibutuhkan.
Setelah melakukan pengukuran terhadap 11 individu berjenis kelamin perempuan dan laki-laki, diperoleh hasil pengukuran berat badan dan tinggi badan yang berbeda-beda dari setiap individu. Perbedaan itu dikarenakan setiap individu memiliki aktivitas, usia, nutrisi yang dimakan dan kecepatan metabolisme dalam tubuh yang berbeda-beda. Faktor utama yang mempengaruhi kecepatan metabolisme mencakup ukuran tubuh, umur, jenis kelamin, iklim yang mencakup derajat panas, jenis pakaian yang dipakai, dan jenis aktifitas pekerjaan.
Dari data berat badan dan tinggi badan, kemudian dilakukan pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT). Dengan menghitung IMT maka akan terlihat kesesuaian antara berat badan dengan tinggi badan setiap individu. Jika nilai IMT sudah didapat, hasilnya dibandingkan dengan ketentuan berikut : Nilai IMT < 18,5 = Berat badan di bawah normal
Nilai IMT 18,5 - 22,9 = Normal
Nilai IMT 23,0 - 24,9 = pre-obesitas
Nilai IMT 25,0 - 29,9 = obesitas 1
Nilai IMT ≥ 30,0 = Obesitas 2
Pengukuran Indeks Masa Tubuh (IMT)
1. Nama : MagfirahJenis kelamin : PerempuanBerat Badan (BB) : 41 KgTinggi Badan (TB) : 149,6 cm = 1,496 mIndeks Masa Tubuh (IMT) : BB (Kg) /(TB)2 (m) = 41 kg /(1,496)2 m = 18,3 Kg/m2
2. Nama : HarniaJenis kelamin : PerempuanBerat Badan (BB) : 42,1 KgTinggi Badan (TB) : 152,1 cm = 1,521 mIndeks Masa Tubuh (IMT) : BB (Kg) /(TB)2 (m) =42,1 kg /(1,521)2 m = 18,2 Kg/m2
14
3. Nama : Runi Septianti Ode MurhumJenis kelamin : PerempuanBerat Badan (BB) : 43,2 KgTinggi Badan (TB) : 146,8 cm 1,468 mIndeks Masa Tubh (IMT) : BB (Kg) /(TB)2 (m) = 43,2 kg/ (1,468)2 m = 20,0 Kg/m2
4. Nama : Siti NazrahJenis kelamin : PerempuanBerat Badan (BB) : 42 KgTinggi Badan (TB) : 151,1 cm 1,511 mIndeks Masa Tubuh (IMT) : BB (Kg) /(TB)2 (m) = 42 kg / (1,511)2 m = 18,4 Kg/m2
5. Nama : Arni AyuJenis kelamin : PerempuanBerat Badan (BB) : 46 KgTinggi Badan (TB) : 161,2 cm 1,612 mIndeks Masa Tubuh (IMT) : BB (Kg) /(TB)2 (m) = 46 kg / (1,612)2 m = 17,7 Kg/m2
6. Nama : Agrifanny ArsanJenis kelamin : PerempuanBerat Badan (BB) : 47 KgTinggi Badan (TB) : 153,1 cm 1,531 mIndeks Masa Tubuh (IMT) : BB (Kg) /(TB)2 (m) = 47 kg / (1,531)2 m = 20,0 Kg/m2
7. Nama : Maharuni Nurqadriasti DjuddawiJenis kelamin : PerempuanBerat Badan (BB) : 44 KgTinggi Badan (TB) : 152,6 cm 1,526 mIndeks Masa Tubuh (IMT) : BB (Kg) /(TB)2 (m) = 44 kg / (1,526)2 m = 19,7 Kg/m2
8. Nama : La Ode AlmusyabarJenis kelamin : Laki-lakiBerat Badan (BB) : 49,5 KgTinggi Badan (TB) : 158 cm 1,58 mIndeks Masa Tubuh (IMT) : BB (Kg) /(TB)2 (m) = 49,5 kg / (1,58)2 m = 19,8 Kg/m2
9. Nama : Selvy Mirna WulandariJenis kelamin : PerempuanBerat Badan (BB) : 73 KgTinggi Badan (TB) : 158,2 cm 1,582 mIndeks Masa Tubuh (IMT) : BB (Kg) /(TB)2 (m) = 73 kg / (1,582)2 m = 29,2 Kg/m2
10. Nama : Popy AsmayantiJenis kelamin : PerempuanBerat Badan (BB) : 60 KgTinggi Badan (TB) : 158,1 cm 1,581 mIndeks Masa Tubuh (IMT) : BB (Kg) /(TB)2 (m) = 60 kg / (1,581)2 m = 24,0 Kg/m2
11. Nama : Muh Ikhsan Fadli Nanlohy
15
Jenis kelamin : Laki-lakiBerat Badan (BB) : 42,5 KgTinggi Badan (TB) : 161,1 cm 1,611 mIndeks Masa Tubuh (IMT) : BB (Kg) /(TB)2 (m) = 42,5 kg / (1,611)2 m = 16,4 Kg/m2
Keterkaitan Indeks Masa Tubuh (IMT) dengan Obesitas
Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh yang berlebihan. Seseorang yang lemaknya banyak tertimbun di perut mungkin akan lebih mudah mengalami berbagai masalah kesehatan yang berhubungan dengan obesitas. Mereka memiliki resiko yang lebih tinggi. Terjadinya obesitas dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti, faktor genetik.
Dalam sebuah referensi dikatakan bahwa terdapat penelitian terbaru yang menunjukkan bahwa rata-rata faktor genetik memberikan pengaruh sebesar 33% terhadap berat badan seseorang. Faktor lingkungan seseorang juga memegang peranan yang cukup berarti. Lingkungan ini termasuk perilaku/pola gaya hidup (misalnya apa yang dimakan dan berapa kali seseorang makan serta bagaimana aktivitasnya). Selain itu, faktor psikis yaitu apa yang ada di dalam pikiran seseorang bisa mempengaruhi kebiasaan makannya. Banyak orang yang memberikan reaksi terhadap emosinya dengan makan. Salah satu bentuk gangguan emosi adalah persepsi diri yang negatif.
Obesitas digolongkan menjadi 3 kelompok: Obesitas ringan : kelebihan berat badan 20-40% Obesitas sedang : kelebihan berat badan 41-100% Obesitas berat : kelebihan berat badan >100% (Obesitas berat ditemukan sebanyak 5%
dari antara orang-orang yang gemuk).Resiko kesehatan yang berhubungan dengan obesitas akan meningkat sejalan dengan
meningkatnya angka BMI : Resiko rendah : BMI < 27 Resiko menengah : BMI 27-30 Resiko tinggi : BMI 30-35 Resiko sangat tinggi : BMI 35-40 Resiko sangat sangat tinggi : BMI 40 atau lebih.
Kesimpulan Hasil Perhitungan IMT
1. Dari Tabel dapat terlihat bahwa nilai berat badan dari kesebelas individu terendah pada 41 kg dan tertinggi pada 73 kg. Sedangkan nilai IMT yang ada adalah terendah pada Muh Ikhsan Fadli Nanlohy yaitu 16,4 kg/m2 dan tertinggi pada Selvy Mirna Wulandari yaitu 29,2 kg/m2. Dari kesebelas individu hanya 4 orang yang memiliki IMT normal yaitu
16
Runi Septianti Ode Murhum (20,0 kg/m2), Agrifanny Arsan (20,0 kg/m2), Maharuni Nurqadriasti Djuddawi (19,7 kg/m2) dan La Ode Almusyabar (19,8 kg/m2), hal itu berarti berat badan dan tinggi badan keempat individu tersebut sesuai/ideal.
2. Sedangkan terdapat juga individu yang memiliki IMT di bawah normal yaitu Magfirah (18,3 kg/m2), Harnia (18,2 kg/m2), Siti Nazrah (18,4 kg/m2), Arni Ayu (17,7 kg/m2), dan Muh Ikhsan Fadli Nanlohy (16,4 kg/m2). Hal ini menunjukkan bahwa status gizi keempat individu tersebut adalah kurus tingkat ringan. individu dianjurkan untuk menaikkan berat badan sampai menjadi normal sampai nilai interval pada IMT masing-masing. Selain itu terdapat individu yang memiliki IMT normal tinggi yaitu Popy Asmayanti (24,0 kg/m2).
3. Selain itu terdapat pula individu yang memiliki IMT di atas normal yaitu Selvy Mirna Wulandari (29,2 kg/m2) yang berarti memiliki resiko masalah kesehatan, salah satunya yaitu resiko mengalami obesitas.
Nilai IMT individu yang lebih rendah dari standar nilai IMT dapat disebabkan konsumsi energi lebih rendah dari kebutuhan yang mengakibatkan sebagian cadangan energi tubuh dalam bentuk lemak akan digunakan. Mempertahankan berat badan normal bisa diwujudkan dengan mengkonsumsi energi sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan tubuh, sehingga tidak terjadi penimbunan energi dalam bentuk lemak, maupun penggunaan lemak sebagai sumber energi.
Berbagai penelitian memperlihatkan bahwa, secara rata-rata, orang yang gemuk tidak makan lebih banyak daripada orang kurus. Salah satu penjelasan yang mungkin adalah bahwa orang yang kegemukan tidak makan berlebihan, tetapi ”kurang bergerak”. Penelitian-penelitian memperlihatkan bahwa tingkat aktivitas fisik yang sangat rendah tidak disertai oleh penurunan pemasukan makanan yang setara. Penjelasan lain adalah bahwa kelebihan pemasukan makanan energi terjadi hanya ketika kegemukan sedang berlangsung (Sherwood, 2001).
Faktor lain yang menyebabkan perbedaan berat badan dan tingi badan yaitu perbedaan asupan makanan dan gizinya. Masing-masing individu mungkin memiliki asupan gizi dan kebutuhan nutrisi sehari-hari yang berbeda. Kondisi yang mempengaruhi kebutuhan gizi sehari-hari diantaranya bobot badan, tinggi badan, jenis kelamin, usia serta aktivitas, perlu juga diperhatikan apakah seseorang sedang menderita penyakit. Selain itu pula faktor genetik biasa menjadi penentu perbedaan berat badan dan tinggi badan.
Keterkaitan Lingkar Lengan Atas (LILA) dengan Status Gizi (SG)
Nilai standar LILA
Laki-laki : 29,5 cm
Perempuan : 28,5 cm
Penilaian status gizi
17
Baik : > 85%
Kurang : 75,1% - 85%
Buruk : < 75%
Rumus penentuan status gizi (SG)
% SG = LILA yang di ukur / LILA standar x 100%
Pengukuran Status Gizi Berdasarkan LILA
1. Nama : MagfirahJeniskelamin : PerempuanLILA : 25,2 cmStatus Gizi (SG) : LILA yang diukur / LILA standar X 100%
= 25,2 cm /28,5 cm X 100% = 88%2. Nama : Harnia
Jeniskelamin : PerempuanLILA : 28,5 cmStatus Gizi (SG) : LILA yang diukur / LILA standar X 100%
= 28,5 cm / 28,5 X 100= 100%
3. Nama : Runi Septianti Ode MurhumJeniskelamin : PerempuanLILA : 24,5 cmStatus Gizi (SG) : LILA yang diukur / LILA standar X 100% = 24,5 cm / 28,5 cm X 100% = 85%
4. Nama : Siti NazrahJeniskelamin : PerempuanLILA : 26,5 cmStatus Gizi (SG) : LILA yang diukur / LILA standar X 100%
= 26,5 cm / 28,5 cm X 100% = 92%
5. Nama : Arni AyuJeniskelamin : PerempuanLILA : 23,5 cmStatus Gizi (SG) : LILA yang diukur / LILA standar X 100% = 23,5 cm / 28,5 cm X 100% = 82%
6. Nama : Agrifanny ArsanJeniskelamin : PerempuanLILA : 25,7 cmStatus Gizi (SG) : LILA yang diukur / LILA standar X 100% 25,7 cm / 28,5 cm X 100%
= 90%7. Nama : Maharuni Nurqadriasti Djuddawi
18
Jeniskelamin : PerempuanLILA : 25,2 cmStatus Gizi (SG) : LILA yang diukur / LILA standar X 100% 25,2 cm / 28,5 cm X 100% = 88%
8. Nama : La Ode Almusyabar
Jeniskelamin : laki-lakiLILA : 26,5 cmStatus Gizi (SG) : LILA yang diukur / LILA standar X 100%
= 26,5 cm / 29,5 cm X 100 % = 89%9. Nama : Selvy Mirna Wulandari
Jeniskelamin : PerempuanLILA : 34 cmStatus Gizi (SG) : LILA yang diukur / LILA standar X 100% = 34 cm / 28,5 cm X 100% = 119%
10. Nama : Popy AsmayantiJeniskelamin : PerempuanLILA : 29,2 cmStatus Gizi (SG) : LILA yang diukur / LILA standar X 100%
= 29,2 cm / 28,5 cm X 100 % = 102%11. Nama : Muh Ikhsan Fadli Nanlohy
Jeniskelamin : Laki-lakiLILA : 26 cmStatus Gizi (SG) : LILA yang diukur / LILA standar X 100%
= 26 cm / 29,5 cm X 100%= 88%
Kesimpulan Pengukuran LILA
Dari hasil pengukuran di atas dapat disimpulkan bahwa kesebelas individu dikategorikan dalam keadaan gizi baik.
B. HASIL PENGUKURAN TANDA VITAL1. Suhu Tubuh
NAMA SUHU TUBUH
MAGFIRAH 36,6℃
HARNIA 36,8 ℃
RUNI SEPTIANTI ODE M. 36,9 ℃
19
SITI NAZRAH 36 ℃
ARNI AYU 37,5 ℃
AGRIFANNY ARSAN 36,2 ℃
MAHARUNI NURQADRIASTI DJUDDAWI 37 ℃LA ODE ALMUSYABAR 36,9 ℃
SELVY MIRNA WULANDARI 36,9 ℃
POPY ASMAYANTI 37,3 ℃
MUH. IKHSAN FADLY NANLOHY 36,5 ℃
Dari hasil pengukuran suhu di atas, menyatakan bahwa suhu setiap individu rata-rata berada pada suu normal yaitu kisaran 36,2-37,5 oc, dimana suhu masing” individu berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya karena adanya pengaruh dari kecepatan metabolisme basal dimana kecepatan metabolisme basal tiap individu berbeda- beda. Hal ini memberi dampak jumlah panas yang diproduksi tubuh menjadi berbeda pula. Selain itu, perbedaan suhu juga disebabkan karena pengaruh dari beberapa hormon yaitu:
Hormone pertumbuhan : Hormone pertumbuhan ( growth hormone ) dapat menyebabkan
peningkatan kecepatan metabolisme sebesar 15-20%. Akibatnya, produksi panas tubuh
juga meningkat.
Hormone tiroid : Fungsi tiroksin adalah meningkatkan aktivitas hampir semua reaksi
kimia dalam tubuh sehingga peningkatan kadar tiroksin dapat mempengaruhi laju
metabolisme menjadi 50-100% diatas normal.
Hormon kelamin :Hormon kelamin pria dapat meningkatkan kecepatan metabolisme
basal kira-kira 10-15% kecepatan normal, menyebabkan peningkatan produksi panas.
Pada perempuan, fluktuasi suhu lebih berfariasi dari pada laki-laki karena pengeluaran
hormone progesterone pada masa ovulasi meningkatkan suhu tubuh sekitar 0,3-0,6°C di
atas suhu basal.
Selain itu lingkungan juga dapat mempengaruhi suhu tubuh manusia. Perpindahan
suhu antara manusia dan lingkungan terjadi sebagian besar melalui kulit.
Proses Pengeluaran Panas :
1. Radiasi
20
Radiasi adalah mekanisme kehilangan panas tubuh dalam bentuk gelombang panas
inframerah..
2. Konduksi
Konduksi adalah perpindahan panas akibat paparan langsung kulit dengan benda-
benda yang ada di sekitar tubuh.
3. Konveksi
Konveksi adalah perpindahan panas karena gerakan udara.
4. Evaporasi
Evaporasi ( penguapan air dari kulit ) dapat memfasilitasi perpindahan panas tubuh.
2. Denyut Nadi
NAMA DENYUT NADI
MAGFIRAH 71 kali/menit
HARNIA 65 kali /menit
RUNI SEPTIANTI ODE M. 75 kali /menit
SITI NAZRAH 75 kali /menit
ARNI AYU 63 kali /menit
AGRIFANNY ARSAN 72 kali /menit
MAHARUNI NURQADRIASTI DJUDDAWI 81 kali /menit
LA ODE ALMUSYABAR 75 kali /menit
SELVY MIRNA WULANDARI 88 kali /menit
POPY ASMAYANTI 76 kali /menit
MUH. IKHSAN FADLY NANLOHY 78 kali /menit
Dari hasil pemeriksaan denyut nadi di atas dapat disimpulkan bahwa denyut nadi masing-
masing individu dalam keaadan normal yaitu antara 76-88 kali/menit. Perbedaan kecepatan
denyut nadi baik saat istirahat maupun setelah beraktivitas dipengaruhi oleh beberapa faktor,
21
diantaranya: usia, jenis kelamin, aktivitas atau pekerjaan, makanan, obat-obatan, dan kondisi
emosional. Faktor lain yang meyebabkan perbedaan frekuensi denyut nadi dalam praktikum
dapat diakibatkan kesalahan dan ketidaktelitian pengukuran pada saat praktikum.
3. Tekanan Darah
NAMA TEKANAN DARAH
MAGFIRAH 120/80 mmHg
HARNIA 90/80 mmHg
RUNI SEPTIANTI ODE M. 120/60 mmHg
SITI NAZRAH 120/60 mmHg
ARNI AYU 100/60 mmHg
AGRIFANNY ARSAN 110/90 mmHg
MAHARUNI NURQADRIASTI DJUDDAWI 110/80 mmHg
LA ODE ALMUSYABAR 100/80 mmHg
SELVY MIRNA WULANDARI 100/80 mmHg
POPY ASMAYANTI 100/90 mmHg
MUH. IKHSAN FADLY NANLOHY 100/60 mmHg
Tekanan darah normal seseorang yaitu 120/80 mmHg. Dari hasil pengukuran
tekanan darah di atas dapat disimpulkan bahwa dari sebelas individu yang
dikategorikan memiliki tekanan darah dibawah normal adalah Harnia , dimana tekanan
darahnya adalah 90/80 mmhg. Tekanan darah masing-masing individu memang sangat
bervariasi secara alami. Bayi dan anak-anak secara normal memiliki tekanan darah
yang jauh lebih rendah dari pada orang dewasa. Tekanan darah juga dipengaruhi oleh
aktivits fisik. Tekanan akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas dan akan lebih
22
rendah ketika beristirahat. Menurut Kozier et al (2009), ada beberapa hal yang dapat
mempengaruhi tekanan darah, diantaranya adalah:
Umur : Bayi yang baru lahir memiliki tekanan sistolik rata-rata 73 mmHg. Tekanan sistolik dan diastolik meningkat secara bertahap sesuai usia hingga dewasa. Pada orang lanjut usia, arterinya lebih keras dan kurang fleksibel terhadap darah. Hal ini mengakibatkan peningkatan tekanan sistolik. Tekanan diastolik juga meningkat karena dinding pembuluh darah tidak lagi retraksi secara fleksibel pada penurunan tekanan darah.
Jenis Kelamin : Berdasarkan Journal of Clinical Hypertension, Oparil menyatakan bahwa perubahan hormonal yang sering terjadi pada wanita menyebabkan wanita lebih cenderung memiliki tekanan darah tinggi. Hal ini juga menyebabkan risiko wanita untuk terkena penyakit jantung menjadi lebih tinggi (Miller, 2010).
Olahraga yaitu aktivitas fisik meningkatkan tekanan darah.
4. Frekuensi Pernafasan
NAMAPENGHITUNGAN FREKUENSI
PERNAFASAN
MAGFIRAH 18 kali/menit
HARNIA 26 kali/menit
RUNI SEPTIANTI ODE M. 26 kali/menit
SITI NAZRAH 19 kali/menit
ARNI AYU24 kali/menit
AGRIFANNY ARSAN 23 kali/menit
MAHARUNI NURQADRIASTI DJUDDAWI 21 kali/menit
LA ODE ALMUSYABAR 25 kali/menit
SELVY MIRNA WULANDARI 27 kali/menit
POPY ASMAYANTI 22 kali/menit
MUH. IKHSAN FADLY NANLOHY 34 kali/menit
23
Frekuensi pernapasan normal seseorang yaitu anatara 16-26 kali/ menit. Pada hasil perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa individu yang bernama MUH. Ikhsan Fadly Nanlohy mempunyai frekuensi pernapasan di atas normal yaitu 34 kali/ menit. Frekuensi pernapasan masing-msing individu sangat beragam. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya faktor aktifitas dan suhu tubuh. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi frekuensi pernapasan seseorang yaitu sebagai berikut:
Usia : Anak-anak lebih banyak frekuensi pernafasannya daripada orang dewasa. Hal ini disebabkan anak-anak masih dalam usia pertumbuhan sehingga banyak memerlukan energi. Oleh sebab itu, kebutuhannya akan oksigen juga lebih banyak dibandingkan orang tua.
Jenis kelamin : Laki-laki lebih banyak frekuensi pernafasannya daripada perempuan. semakin banyak energi yang dibutuhkan, berarti semakin banyak pula O2 yang diambil dari udara. Hal ini terjadi karena laki-laki umumnya beraktivitas lebih banyak dari pada perempuan.
Suhu tubuh : Semakin tinggi suhu tubuh (demam) maka frekuensi pernapasan akan semakin cepat. Aktivitas ini membutuhkan energi yang dihasilkan dari peristiwa oksidasi dengan menggunakan oksigen sehingga akan dibutuhkan oksigen yang lebih banyak untuk meningkatkan pernapasannya.
Posisi Tubuh : Posisi tubuh sangat berpengaruh terhadap frekuensi pernapasan. Pada tubuh yang berdiri, otot-otot kaki akan berkontraksi sehingga diperlukan tenaga untuk menjaga tubuh tetap tegak berdiri. Untuk itu diperlukan banyak O2 dan diproduksi banyak CO2. Pada posisi tubuh berdiri, frekuensi pernapasannya meningkat.
Kegiatan Tubuh : Orang yang banyak melakukan kegiatan memerlukan lebih banyak energi dibandingkan dengan orang yang tidak melakukan kegiatan (santai/tidur). Oleh karena itu, tubuh memerlukan lebih banyak oksigen untuk oksidasi biologi dan lebih banyak memproduksi zat sisa. Tubuh perlu meningkatkan frekuensi pernapasan agar dapat menyediakan oksigen yang lebih banyak.
BAB 5
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Perbedaan hasil pengukuran setiap individu disebabkan oleh beberapa faktor tertentu, diantaranya faktor hormon, lingkungan dan aktifitas.
24
2. Hasil pengukaran antropometri dan tanda vital setiap individu dapat menentukan keadaan fisik dan kesehatan seseorang.
B. Saran
1. Dalam melakukan pengukuran membutuhkan tingkat ketelitian yang baik dalam membaca nilai pengukuran.
2. Pengukuran antropometri dan tanda vital harus dilakukan sesuai dengan teknik dan prosedur yang telah ditentukan.
3. Sebelum melakukan pengukuran kita harus memperhatikan psikis individu yang terlibat dalam pengukuran.
DAFTAR PUSTAKA
1. http://siavent.blogspot.com/2010/01/prosedur-pemeriksaan-tanda-vital.html
2. http://id.shvoong.com/medicine-and-health/2104136-tabel-nilai-normal-tekanan-darah/#ixzz289MTds1c
25
3. Tim Departemen Kesehatan RI. 1994. Prosedur Perawatan Dasar. Persatuan Perawat Nasional Indonesia, Jakarta
.4. http://fisiologi.blogspot.com/2011/11/frekuensi-pernapasan.html
26