Pemba Has An
-
Upload
shinta-novadela -
Category
Documents
-
view
58 -
download
8
Transcript of Pemba Has An
![Page 1: Pemba Has An](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062304/55cf9d83550346d033adf6a1/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Farmakologi merupakan ilmu yang sangat luas cakupannya. Farmakologi
berasal dari kata pharmacon (obat) dan logos (ilmu pengetahuan). Farmakologi
didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari obat dan cara kerjanya pada system
biologis. Namun untuk seorang dokter, ilmu ini dibatasi tujuannya yaitu agar
dapat menggunakan obat untuk maksud pencegahan, diagnosis, dan pengobatan
penyakit. Selain agar mengerti bahwa penggunaan obat dapat mengakibatkan
berbagai gejala penyakit.
Antibiotik merupakan salah satu contoh cabang dari farmakologi. Dalam
penggunaan umum, antibiotik merupakan substansi atau gabungan (juga disebut
obat chemotherapeutic) yang membunuh atau menghalangi pertumbuhan bakteri.
Antibiotik tergolong ke dalam kelompok antimicrobial yang digunakan untuk
mengobati infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme, termasuk jamur,
bakteri, dan protozoa.
Dengan kemajuan perkembangan obat-obat kimia, sebagian besar
antibiotik telah dimodifikasi secara kimia dari ramuan aslinya di alam, seperti
halnya dengan beta-lactam (termasuk penicillin, yang dihasilkan oleh jamur dalam
genus Penicillium, cephalosporins, dan carbapenem). Beberapa antibiotik masih
diproduksi dengan mengisolasi organisme hidup, seperti aminoglycosida; di
samping itu, masih banyak lagi antibiotik yang dibuat melalui sintetis murni,
seperti quinolone.
Selain antibiotik juga terdapat analgesik dan antiinflamasi yang juga
dikenal dalam bidang farmakologi. Analgetik adalah obat yang mengurangi atau
melenyapkan rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Rasa nyeri hanya
merupakan suatu gejala, fungsinya memberi tanda tentang adanya gangguan-
gangguan di tubuh seperti peradangan, infeksi kuman atau kejang otot. Rasa nyeri
disebabkan rangsang mekanis atau kimiawi, kalor atau listrik, yang dapat
menimbulkan kerusakan jaringan dan melepaskan zat yang disebut mediator nyeri
1
![Page 2: Pemba Has An](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062304/55cf9d83550346d033adf6a1/html5/thumbnails/2.jpg)
(pengantara). Zat ini merangsang reseptor nyeri yang letaknya pada ujung syaraf
bebas di kulit, selaput lendir dan jaringan lain. Dari tempat ini rangsang dialirkan
melalui syaraf sensoris ke S.S.P (Susunan Syaraf Pusat), melalui sumsum tulang
belakang ke talamus (optikus) kemudian ke pusat nyeri dalam otak besar, di mana
rangsang terasa sebagai nyeri.
Sebagai mediator nyeri adalah:
1. Histamin
2. Serotonin
3. Plasmokinin (antara lain Bradikinin)
4. Prostaglandin
5. Ion kalium
Obat analgesik serta obat anti - inflamasi nonsteroid (AINS) ini
merupakan suatu kelompok obat yang heterogen, bahkan beberapa obat sangat
berbeda secara kimia. Walaupun demikian obat-obat ini ternyata memiliki banyak
persamaan dalam efek terapi maupun efek samping. Prototip obat golongan ini
adalah aspirin, karena itu obat golongan ini sering disebut juga sebagai obat mirip
aspirin. Perlu diingat, bahwa pemberian antibiotik, analgesik, maupun
antiinflamasi tersebut akan dapat memberikan suatu efek samping, terutama bila
dalam pemberiannya terlalu berlebihan dan melebihi dosis. Oleh karena itu
pemberian antibiotik, analgesik, maupun antiinflamasi tersebut baik digunakan
apabila dalam kadar yang sewajarnya dan tidak berlebihan.
Dalam bidang kedokteran gigi, juga dikenal adanya suatu anestesi lokal
yang juga merupakan salah satu terapan dalam bidang farmakologi tersebut.
Anestesi (pembiusan; berasal dari bahasa Yunani an-"tidak, tanpa" dan aesthētos,
"persepsi, kemampuan untuk merasa"), secara umum berarti suatu tindakan
menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur
lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh.
Penelitian untuk anastesi lokal terus berlangsung sehingga banyak
obat-obat dengan berbagai keuntungan dapat digunakan pada saat ini. Oleh
sebab itu, sebagai mahasiswa kedokteran harus mempelajari bagaimana
memilih jenis obat anastesi lokal yang akan digunakan dan cara
penggunaannya. Obat-obat anastesi lokal dikembangkan dari kokain yang
2
![Page 3: Pemba Has An](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062304/55cf9d83550346d033adf6a1/html5/thumbnails/3.jpg)
digunakan untuk pertama kalinya dalam kedokteran gigi dan oftalmologi pada
abad ke – 19. Kini kokain sudah diganti dengan lignokain (lidokain), buvikain
(marccain), prilokain dan ropivakain.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana klasifikasi antibiotik, analgesik, anti inflamasi dan anestesi
lokal?
2. Bagaimana farmakologi antibiotic, analgesik, anti inflamasi dan anestesi
lokal?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui klasifikasi antibiotik, analgesik, anti inflamasi dan
anestesi lokal
2. Untuk mengetahui farmakologi antibiotic, analgesik, anti inflamasi dan
anestesi lokal
3
![Page 4: Pemba Has An](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062304/55cf9d83550346d033adf6a1/html5/thumbnails/4.jpg)
MAPPING
4
Penderita Komplikasi Medis
Infeksi
Terapi Infeksi
Anti Inflamasi
Analgesik
Antibiotik
Anastesi Lokal
Ekstraksi
FARMAKOLOGI
![Page 5: Pemba Has An](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062304/55cf9d83550346d033adf6a1/html5/thumbnails/5.jpg)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Farmakologi berasal dari kata pharmacon (obat) dan logos (ilmu
pengetahuan). Farmakologi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari obat dan
cara kerjanya pada system biologis.
Farmakokinetika adalah segala proses yang dilakukan tubuh terhadap obat berupa
absorpsi, distribusi, metabolisme (biotransformasi), dan ekskresi. Tubuh kita
dapat dianggap sebagai suatu ruangan besar, yang terdiri dari beberapa
kompartemen yang terpisah oleh membran-membran sel. Sedangkan proses
absorpsi, distribusi dan ekskresi obat dari dalam tubuh pada hakekatnya
berlangsung dengan mekanisme yang sama, karena proses ini tergantung pada
lintasan obat melalui membran tersebut.
Membran sel terdiri dari suatu lapisan lipoprotein (lemak dan protein)
yang mengandung banyak pori-pori kecil, terisi dengan air. Membran dapat
ditembus dengan mudah oleh zat-zat tertentu, dan sukar dilalui zat-zat yang lain,
maka disebut semi permeable. Zat-zat lipofil (suka lemak) yang mudah larut
dalam lemak dan tanpa muatan listrik umumnya lebih lancar melintasinya
dibanding kan dengan zat-zat hidrofil dengan muatan (ion).
Adapun mekanisme pengangkutan obat untuk melintasi membran sel ada
dua cara:
a. Secara pasif, artinya tanpa menggunakan energi.
Filtrasi, melalui pori-pori kecil dari membran misalnya air dan zat hidrofil.
Difusi, zat melarut dalam lapisan lemak dari membran sel, contoh ion
anorganik.
b. Secara aktif, artinya menggunakan energi.
Pengangkutan dilakukan dengan mengikat zat hidrofil (makromolekul atau ion)
pada enzim pengangkut spesifik. Setelah melalui membran, obat dilepaskan lagi.
Cepatnya penerusan tidak tergantung pada konsentrasi obat, Contohnya glukosa,
asam amino asam lemak, garam besi, vitamin B1,B2 dan B12.
Absorpsi
5
![Page 6: Pemba Has An](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062304/55cf9d83550346d033adf6a1/html5/thumbnails/6.jpg)
Proses absorpsi sangat penting dalam menentukan efek obat. Pada
umumnya obat yang tidak diabsorpsi tidak menimbulkan efek. Kecuali antasida
dan obat yang bekerja lokal. Proses absorpsi terjadi diberbagai tempat pemberian
obat, misalnya melalui alat cerna, otot rangka, paru-paru, kulit, dan sebagainya.
Absorpsi dipengaruhi oleh beberapa faktor:
1. Kelarutan obat.
2. Kemampuan difusi melintasi sel membran
3. Konsentrasi obat.
4. Sirkulasi pada letak absorpsi.
5. Luas permukaan kontak obat.
6. Bentuk sediaan obat
7. Cara pemakaian obat.
Distribusi.
Obat setelah diabsorpsi akan tersebar melalui sirkulasi darah ke seluruh
tubuh dan harus melalui membran sel agar tercapai tepat pada efek aksi. Molekul
obat yang mudah melintasi membran sel akan mencapai semua cairan tubuh baik
intra maupun ekstra sel, sedangkan obat yang sulit menembus membran sel,
penyebarannya umumnya terbatas pada cairan ekstra sel.
Kadang-kadang beberapa obat mengalami kumulatif selektif pada
beberapa organ dan jaringan tertentu, karena adanya proses transport aktif,
pengikatan dengan zat tertentu atau daya larut yang lebih besar dalam lemak.
Kumulasi ini digunakan sebagai gudang obat (protein plasma, umumnya albumin,
jaringan ikat dan jaringan lemak). Selain itu ada beberapa tempat lain misalnya
tulang, organ tertentu, dan cairan transel yang dapat berfungsi sebagai gudang
untuk beberapa obat tertentu. Distribusi obat kesusunan saraf pusat dan janin
harus menembus sawar khusus yaitu sawar darah otak dan sawar uri. Obat yang
mudah larut dalam lemak pada umumnya mudah menembusnya.
Metabolisme (Biotransformasi)
Tujuan biotransformasi obat adalah perubahan obat sedemikian rupa
sehingga mudah diekskresikan oleh ginjal, dalam hal ini menjadikannya lebih
6
![Page 7: Pemba Has An](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062304/55cf9d83550346d033adf6a1/html5/thumbnails/7.jpg)
hidrofil. Pada umumnya obat dimetabolisme oleh enzim mikrosom di retikulum
endoplasma sel hati. Pada proses metabolisme molekul obat dapat berubah sifat
antara lain menjadi lebih polar. Metabolit yang lebih polar ini menjadi tidak larut
dalam lemak sehingga mudah diekskresi melalui ginjal. Metabolit obat dapat lebih
aktif dari obat asal (bioaktivasi), tidak atau berkurang aktif (detoksifikasi atau bio-
inaktivasi) atau sama aktifitasnya. Proses metabolisme ini memegang peranan
penting dalam mengakhiri efek obat. Skema proses metabolisme dapat dilihat
pada Gambar
Hal-hal yang dapat mempengaruhi metabolisme:
Fungsi hati, metabolisme dapat berlangsung lebih cepat atau lebih lambat,
sehingga efek obat menjadi lebih lemah atau lebih kuat dari yang kita
harapkan.
Usia, pada bayi metabolismenya lebih lambat.
Faktor genetik (turunan), ada orang yang memiliki faktor genetik tertentu
yang dapat menimbulkan perbedaan khasiat obat pada pasien.
Adanya pemakaian obat lain secara bersamaan, dapat mempercepat metabolisme
(inhibisi enzim).
Ekskresi.
Pengeluaran obat atau metabolitnya dari tubuh terutama dilakukan oleh
ginjal melalui air seni, dan dikeluarkan dalam bentuk metabolit maupun bentuk
asalnya.
disamping ini ada pula beberapa cara lain, yaitu:
Kulit, bersama keringat.
Paru-paru, dengan pernafasan keluar, terutama berperan pada anestesi
umum, anestesi gas atau anestesi terbang.
Hati, melalui saluran empedu, terutama obat untuk infeksi saluran empedu.
Air susu ibu, misalnya alkohol, obat tidur, nikotin dari rokok dan alkaloid
lain. Harus diperhatikan karena dapat menimbulkan efek farmakologi atau
toksis pada bayi.
Usus, misalnya sulfa dan preparat besi .
7
![Page 8: Pemba Has An](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062304/55cf9d83550346d033adf6a1/html5/thumbnails/8.jpg)
Farmakodinamika adalah cabang ilmu yang mempelajari efek biokimiawi
dan fisiologi obat serta mekanisme kerjanya. Mekanisme kerja dipelajari guna
mengetahui efek utama obat, interaksi obat dengan sel, dan urutan peristiwa dan
spektrum efek dan respon yang terjadi. Pengetahuan yang baik mengenai hal ini
merupakan dasar terapi yang rasional dan berguna dalam sintesis obat baru.
Mekanisme kerja obat
Dikenal beberapa mekanisme kerja obat yang dapat digolongkan sebagai
berikut :
o Secara fisika, contohnya anestetik terbang, laksansia dan diuretik osmotis.
o Secara Kimia, contohnya antasida dan zat-zat khelasi (zat-zat yang dapat
mengikat logam berat)
o Proses metabolisme, contohnya antibiotika mengganggu pembentukan
dinding sel, sintesis protein, dan metabolisme asam nukleat bakteri.
o Secara kompetisi atau saingan, dalam hal ini dapat dibedakan dua jenis
kompetisi yaitu untuk reseptor spesifik dan enzym-enzym.
Efek terapi.
Tidak semua obat bersifat betul-betul menyembuhkan penyakit, banyak
diantaranya hanya meniadakan atau meringankan gejala-gejalanya. Oleh karena
itu dapat dibedakan tiga jenis pengobatan, yaitu :
Terapi kausal, yaitu pengobatan dengan meniadakan atau memusnahkan
penyebab penyakitnya, misalnya sulfonamid, antibiotika, obat malaria dan
sebagainya.
Terapi simptomatis, yaitu pengobatan untuk menghilangkan atau
meringankan gejala penyakit, sedangkan penyebabnya yang lebih
mendalam tidak dipengaruhi, misalnya pemberian analgetik pada reumatik
atau sakit kepala.
Terapi substitusi, yaitu pengobatan dengan cara menggantikan zat-zat yang
seharusnya dibuat oleh organ tubuh yang sakit, misalnya insulin pada
penderita diabetes dan tiroksin pada penderita hipotiroid.
8
![Page 9: Pemba Has An](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062304/55cf9d83550346d033adf6a1/html5/thumbnails/9.jpg)
Efek yang tidak diinginkan
a. Efek samping, adalah segala pengaruh obat yang tidak diinginkan pada
tujuan terapi yang dimaksud, pada dosis normal (WHO 1970).
b. Idiosinkrasi, adalah peristiwa dimana suatu obat memberikan efek yang
sama sekali berlainan dari efek normalnya.
c. Alergi, adalah peristiwa hipersensitif akibat pelepasan histamin di dalam
tubuh atau terjadinya reaksi khusus antara antigen-antibodi.Gejala-gejala
alergi yang terpenting dan sering terjadi adalah pada kulit yaitu urtikaria
(gatal dan bentol-bentol), kemerah-merahan dan sebagainya. Pada alergi
yang lebih hebat dapat berupa demam, serangan asma, anafilaksis shock
dan lain-lain.
d. Fotosensitasi, adalah kepekaan berlebihan terhadap cahaya akibat
penggunaan obat. Seringkali terjadi pada penggunaan kosmetik yang tidak
cocok.
e. Efek toksis
Bila obat digunakan dalam dosis yang tinggi akan menunjukkan efek toksis.
Bila dosis dikurangi maka efek toksik dapat berkurang. Dikenal beberapa macam
dosis, yaitu :
1. dosis terapi yaitu dosis yang mampu memberikan efek penyembuhan
2. dosis maksimum yaitu dosis yang bila dilampaui kemungkinan dapat
memberikan efek toksis atau letal
3. dosis letalis yaitu dosis yang dapat menimbulkan kematian.
Dosis yang diberikan pada pasien untuk menghasilkan efek yang diinginkan
tergantung dari banyak faktor antara lain: usia, berat badan dan sebagainya.
Hampir semua obat pada dosis yang cukup besar menimbulkan efek toksik dan
pada akhirnya dapat mengakibatkan kematian. (dosis toksik = TD, dosis letal =
LD, dan dosis terapeutik atau efective dose = ED ).
Untuk menilai keamanan dan efek suatu obat, dilakukan dengan
menggunakan binatang-binatang percobaan. Yang ditentukan adalah khusus ED50
yaitu dosis yang menghasilkan efek pad 50% dari jumlah binatang percobaan dan
LD50 yaitu dosis yang mematikan 50% binatang percobaan. Perbandingan antara
kedua dosis ini dinamakan Indeks terapi. Semakin besar indeks ini semakin aman
9
![Page 10: Pemba Has An](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062304/55cf9d83550346d033adf6a1/html5/thumbnails/10.jpg)
penggunaan obat tersebut. Luas terapi adalah jarak antara LD50 dan ED50, juga
disebut jarak keamanan atau Safety margin.
Efek yang tidak diinginkan pada penggunaan obat jangka panjang
a. Reaksi hipersensitif, adalah reaksi alergik, merupakan respon abnormal
terhadap obat atau zat dimana pasien telah menggunakan obat yang sama
sebelumnya.
b. Kumulasi adalah fenomena penumpukan obat dalam badan sebagai hasil
pengulangan penggunaan obat, dimana obat dieksresikan lebih lambat
dibanding dengan absorbsinya. Pada pengulangan/penggunaan obat
selanjutnya dapat terjadi efek toksik.
c. Toleransi adalah fenomena berkurangnya respon terhadap dosis yang sama
dari obat. Agar diperoleh efek terapeutik yang sama, dosis yang diberikan
harus ditingkatkan secara terus menerus, ada tiga macam toleransi yaitu :
1. Toleransi bawaan (primer), terdapat pada sebagian orang dan
binatang tertentu, misalnya toleransi terhadap atropin pada kelinci.
2. Toleransi perolehan (sekunder), disebut pula habituasi atau
kebiasaan adalah toleransi yang timbul setelah menggunakan suatu
obat selama beberapa waktu. Organisme dapat menjadi kurang
peka terhadap obat tersebut. Habituasi merupakan suatu gejala
ketergantungan psikologis terhadap suatu obat.
3. Toleransi silang, dapat terjadi antara zat-zat dengan struktur kimia
serupa atau derivatnya (fenobarbital dan butobarbital), atau
kadang-kadang antara zat-zat yang berlainan misalnya alkohol dan
barbital.
4. Takhifilaksis adalah fenomena berkurangnya kecepatan respon
terhadap aksi obat pada penggunaan obat dalam dosis yang sama.
Contohnya Efedrin dalam tetes mata untuk glaukoma.
5. Adiksi atau ketagihan adalah ketergantungan jasmaniah dan
rohaniah terhadap suatu obat, dan bila pengobatan dihentikan dapat
menimbulkan efek hebat secara fisik dan mental.
10
![Page 11: Pemba Has An](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062304/55cf9d83550346d033adf6a1/html5/thumbnails/11.jpg)
Waktu penggunaan obat
Bagi kebanyakan obat waktu penggunaan tidak begitu penting, yaitu
sebelum atau sesudah makan. Tetapi ada pula obat dengan sifat atau maksud
pengobatan khusus guna menghasilkan efek maksimal atau menghindarkan efek
samping tertentu.
Sebenarnya absopsi obat dari lambung yang kosong berlangsung paling cepat
karena tidak dihalangi oleh isi usus, contoh :
o Obat-obat yang diharapkan memberikan efek yang cepat sebaiknya ditelan
sebelum makan, misalnya analgetika (kecuali asetosal).
o Obat yang sebaiknya diberikan pada lambung kosong yakni 1 jam sebelum
atau 2 jam setelah makan adalah Penisilin, Sefalosporin, Eritromysin,
Rovamysin, Linkomisin, dan Klindamisin, Rifampisin dan Tetrasiklin.
o Obat lain yang bersifat merangsang mukosa lambung harus digunakan
pada waktu atau setelah makan, meskipun absopsinya menjadi
terhambat.misalnya kortikosteroid dan obat-obat rematik, antidiabetik
oral, garam-garam besi, obat cacing dan sebagainya.
ANTIBIOTIK
Adalah zat-zat yang dihasilkan oleh mikroba terutama fungi dan bakteri
tanah, yang dapat menghambat pertumbuhan atau membasmi mikroba jenis lain,
sedangkan toksisitasnya(racun) terhadap manusia relatif kecil.Mekanisme kerja
dari antibiotik adalah menghambat sintesa dinding sel,menghambat sintesa
membran sel,menghambat sintesa protein sel,dan menghambat pembentukan
asam-asam inti(DNA dan RNA)Efek samping dari penggunaaan antibiotik yang
tidak tepat adalah dapat menyebabkan hipersensitif dan timbulnya resistensi.
Penggolongan Antibiotik berdasarkan aktivitasnya adalah : Zat-zat dengan
aktrivitas sempit (narrow spektrum) dan Zat-zat dengan aktrivitas luas (broad
spektrum).Sedangkan penggolongan Antibiotik secara umum adalah golongan
penisilin, Golongan
Sefalosporin,GolonganAminoglikosida,GolonganKloramfenikol,GolonganTetrasi
klin,Golongan Makrolida,Golongan Rifampicin & Asam Ausidat,Golongan Lain-
laindan Golongan Polipeptida.
ANALGESIK
11
![Page 12: Pemba Has An](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062304/55cf9d83550346d033adf6a1/html5/thumbnails/12.jpg)
Analgesik adalah obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri dan
akhirnya akan memberikan rasa nyaman pada orang yang menderita.
Berdasarkan aksinya obat-obat analgesik dibagi menjadi dua yaitu :
Analgesik Non-opioid : Salicylates, p-Aminophenol Derivatives, Indoles and
Related Compounds, Fenamates, Arylpropionic Acid Derivatives,dll.
Aalgesik Opioid : Fenantren, Fenilheptilamin, Fenilpiperidin,dll.
AINS(Anti Iflamasi Non Steroid)
Ains merupakan salah satu kelompok obat yang banyak diresepkan dan
juga tanpa resep dokter.Obat-obat ini merupakan suatu kelompok obat yang
heterogen,secara kimia(Wilmana PF, Gan S,2007).
Penggolongan obat-obat AINS adalah sebagai berikut :
A. Asam Karboksilat :
a. Asam Asetat :
1.Derivat Asam Fenisetat : Diklofenak,fenklofenak
2.Derivat Asam Asetat-inden/indol : Indometasin,Sulindak
b. Derivat asam Sarisitat : Aspirin, benorilat, diflunisal,
c. Derivat Asam propionat : As.Tiaprofenat, fenbufen,
fenoprofen, ibuprofen, ketoprofen, naproksen
d. Derivat Asam Fenamat : As.Mefenamat, meklofenamat
B. Asam Enolat :
a. Derivat Pirazolon : Azapropazon, Fenilbutazon,
Oksifenbutazon
b. Derivat Oksikam : Peroksikam, Tenoksikam
12
![Page 13: Pemba Has An](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062304/55cf9d83550346d033adf6a1/html5/thumbnails/13.jpg)
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Analgesik
Analgesik adalah senyawa yang pada dosis terapetik meringankan atau
menekan rasa nyeri tanpa memiliki kerja anastesi umum.
3.1.1 Klasifikasi Analgesik
Analgesik dibagi menjadi 3 golongan besar,yaitu :
1. Analgesik OPIOIDS (narkotik)
Analgesik narkotik merupakan analgesik yang dapat
menimbulkan efek adiksi,bekerja di SSP, dapat menghalangi rasa
nyeri dengan intensitas kecil hingga besar, namun cenderung dapat
disalah gunakan. Obat golongan ini dapat dibagi lagi menjadi
beberapa golongan obat menurut asal dan cara kerjanya.
Menurut asalnya,analgesik narkotik dibagi menjadi 3
jenis,yaitu:
a. Natural (berasal dari alam)
Yang termasuk didalamnya adalah golongan Phenatrhrene
(Morphine, Codeine, Thebaine) dan Benzylisoquioline
(Papaverin, Enoscopine, Narceine)
b. Sintetik
Obat-obatan yang masuk dalam golongan ini adalah
Oxymorphone, Morphinians, dan Benzamorphans.
Semisintetik
c. Obat yang masuk dalam golongan ini adalah Heroin,
Oxymorphone, dan Hydromorphone.
Sedangkan menurut cara kerjanya,golongan analgesic
narkotik dibagi menjadi 4,yaitu :
13
![Page 14: Pemba Has An](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062304/55cf9d83550346d033adf6a1/html5/thumbnails/14.jpg)
a. Agonis kuat
Contoh : Fentanil, Heroin, Meperidin, Metadon, Morfin,
Sufentanil.
b. Agonis sedang
Contoh : Kodein,P ropoksifen.
c. Antagonis agonis campuran
Contoh : Buprenofin, Pentazocin.
d. Antagonis
Contoh : Nalokson, Naltrekson.
2. Analgesik non OPIOIDS (non narkotik)
Analgesik non OPIOIDS merupakan analgesic yang dapat
menghilangkan rasa nyeri ringan hingga sedang, mampu menurunkan
suhu dalam keadaan demam (anti piretik), memiliki efek anti-inflamasi
(NSAID),dan beberapa diantaranya memiliki efek anti gout. Disebut
juga analgesic perifer,karena tidak mempengaruhi SSP . golongan ini
dikelompokkan lagi manjadi obat AINS dan anti gout.
Obat golongan AINS, adalah obat yang dapat digunakan sebagai
anti piretik,anti-inflamasi non steroid, dan obat pirai. Obat ini sangat
luas penggunaannya, namun klasifikasi kimiawi dari obat jenis ini tidak
banyak manfaat kliniknya, karena terdapat AINS dari subgolongan
yang sama, namun memiliki sifat yang berbeda. Golongan AINS ini
dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu kelompok asam karboksilat dan
kelompok asam enolat.
Kelompok asam karboksilat merupakan kelompok obat AINS
dengan gugus kimia asam karboksil di dalamnya. Yang termasuk di
dalamnya adalah golongan :
1. Asam Asetat, terdiri atas :
a. Derifat Asam Fenil Asetat
Contoh : Diklofenak, Penklofenak.
b. Derifat Asam Asetat Inden / Indol
Contoh : Indometasin, Sulindak, Tolmetin.
14
![Page 15: Pemba Has An](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062304/55cf9d83550346d033adf6a1/html5/thumbnails/15.jpg)
2. Derifat Asam Salisilat
Contohnya : Aspirin, Benorilat, Diflusinal, Salsalat.
3. Derifat Asam Propionat
Contohnya : Fenbufen, Ibuprofen, Ketoprofen, Naproksen.
4. Derifat Asam Fenamat
Contohnya : Asam Mefenamat, Meklofenamat.
Sedangkan kelompok Asam Enolat, di dalamnya terkandung
senyawa kimia jenis Enol. Diklasifikasikan lagi menjadi :
1. Derifat Pirazolon
Contohnya : Azapropazone, Fenil Butazon, dan Oksifen
Butazon.
2. Derifat Oksikam
Contohnya : Peroksikam dan Tenoksikam.
Golongan obat anti gout adalah golongan obat yang dapat
meredam adanya endapan Kristal sodium asam urat dalam sendi
yang mengakibatkan arthritis akut sendi. Obat-obat di dalamnya
adalah Indometacin, Naproxen, Piroxicam, dan golongan AINS
namun tidak dengan Aspirin.
A. Obat pirai
1. Menghentikan proses inflamasi akut
(Kolkisin, Fenilbutazon, Indometacin)
2. Mempengaruhi kadar asam urat
(Propenecid, Alopurinol, Sulfinpirazon)
B. Obat terapi propilaksis gout
Contohnya : Alopurinol (menghambat oksidase xantin),
Sulfinpirazon, dan Probesid (menghambat reabsorbsi asam urat di
tubuli ginjal dan meningkatkan ekskresinya).
3. Analgesik Adjuvan
Analgesik adjuvant (adjuvant analgesic) adalah obat yang
mempunyai sifat analgesic lemah atau tidak ada sifat analgesic sama
15
![Page 16: Pemba Has An](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062304/55cf9d83550346d033adf6a1/html5/thumbnails/16.jpg)
sekali apabila diberikan sendiri, namun dapat meningkatkan efek agen
analgesic lain. Obat ini dapat dikombinasikan dengan analgesic primer
sesuai dengan sistem WHO Analgesic Ladder untuk mengurangi rasa
nyeri. Analgesik adjuvant biasanya diberikan kepaada pasien yang
menggunakan berbagai obat sehingga keputusan mengenai
administrasi dan dosis obat harus dibuat dengan pemahaman yang jelas
dari tahap penyakit dan tujuan perawatan.
3.1.2 Mekanisme kerja Opioid
Menduduki reseptor opioid (agonis opioid), bertindak seperti
opioid endogen. Yang termasuk opioid endongen adalah: endorfin
dan enkephalin.
3.1.3 Efek dari opioid
1. Respiratory paralisis: hati-hati dalam penggunaan karena dapat
menyebabkan kematian karena respirasi dapat tertekan.
2. Menginduksi pusat muntah (emesis).
3. Supresi pusat batuk (antitusif): kodein
4. Menurunkan motilitas GI tract: sebagai obat antidiare, yaitu
loperamid.
5. Meningkatkan efek miosis pada mata .
6. Menimbulkan reaksi alergi: urtikaria (jarang terjadi).
7. Mempengaruhi mood.
8. Menimbulkan ketergantungan: karena reseptor dapat
berkembang.
3.2 Antibiotik
3.2.1 Klasifikasi Antibiotik
1. Berdasarkan Manfaat dan Sasaran Kerja
a. Spektrum Luas
Antibiotik yang bersifat aktif bekerja terhadap banyak jenis
mikroba yaitu bakteri gram positif , gram negative dan
juga Mycoplasma serta protozoa. Antibiotik golongan ini
16
![Page 17: Pemba Has An](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062304/55cf9d83550346d033adf6a1/html5/thumbnails/17.jpg)
biasanya digunakan pada saat gejala ayam sakit belum spesifik
atau sebagai upaya pencegahan serangan penyakit pada saat
kondisi kandang tidak nyaman. Ayam yang terserang
komplikasi beberapa jenis bakteri juga bisa diatasi dengan
pemberian antibiotik dengan spektrum luas ini.
Contoh antibiotik dalam kelompok ini adalah sulfonamid,
ampisilin, sefalosforin, kloramfenikol, tetrasiklin, dan
rifampisin.
b. Spektrum Sempit
Antibiotik yang bersifat aktif bekerja hanya terhadap
beberapa jenis mikroba saja, bakteri gram positif atau gram
negative saja. Sebagai contohnya golongan peptida yang hanya
bekerja aktif pada bakteri Gram (-). Golongan makrolida juga
memiliki spektrum kerja sempit, hanya efektif untuk bakteri Gram
(+) dan Mycoplasma. Sediaan antibiotik ini relatif jarang
ditemukan, biasanya antibiotik ini diformulasikan berkombinasi
dengan antibiotik lain sehingga memiliki spektrum yang lebih
luas.
Contohnya antibiotik spektrum sempit eritromisin,
klindamisin, kanamisin, hanya bekerja terhadap mikroba gram-
positif. Sedang streptomisin, gentamisin, hanya bekerja terhadap
kuman gram-negatif.
2. Berdasarkan Daya Kerja
a. Bakterisid :
Antibiotika yang bakterisid secara aktif membasmi kuman. Termasuk
dalam golongan ini adalah penisilin, sefalosporin, aminoglikosida
(dosis besar), kotrimoksazol , polipeptida, rifampisin, isoniazid dll.
b. Bakteriostatik :
Antibiotika bakteriostatik bekerja dengan mencegah atau
menghambatpertumbuhan kuman, tidak membunuhnya, sehingga
17
![Page 18: Pemba Has An](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062304/55cf9d83550346d033adf6a1/html5/thumbnails/18.jpg)
pembasmian kuman sangat tergantung pada daya tahan tubuh.
Termasuk dalam golongan ini adalah sulfonamida, tetrasiklin,
kloramfenikol, eritromisin, trimetropim, linkomisin, makrolida,
klindamisin, asam paraaminosalisilat, dll.
3. Berdasarkan Mekanisme Kerja
a. Pada dinding sel
Merusak dinding sel sehingga mikroba / bakteri tidak dapat
berkembang atau lisis
Contohnya : penisilin, selafosporin, siloserin, vankomisin.
b. Pada memberan sel
Dengan jalan permiabilitis menurun sehingga ion Na juga
menurun. Sehingga bocor dan kehilangan cairan intra sel.
Contohnya : polimiksin, kolistemetat, polean nistatin, amfoterasin.
c. Gangguan pada fungsi ribosom
Terjadi inbibisi sintesis protein secara reversibel
Contohnya : makrolid, tetrasiklin, eritromisin, linkomisin,
klindamisin.
d. Difiksasi ribosom 30S
Terjadi akibat dari salah tafsir kode mRNA, sehingga produksi poli
peptida abnormal (aminoglikosid)
e. Gangguan metabolisme asam nukleat
f. Melalui gangguan pada sitoplasma
4. Berdasarkan Senyawa Kimia Penyusunnya
a. Penisilin
Penisilin merupakan antibiotik yang bersifat bakterisid
(membunuh). Turunan terbaru dari antibiotik yang ditemukan pertama
kali pada tahun 1928 tersebut efektif membasmi bakteri Gram (+) dan
Gram (-). Antibiotik hasil penemuan Fleming ini mudah diserap oleh
tubuh melalui usus dan cepat masuk ke darah.
18
![Page 19: Pemba Has An](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062304/55cf9d83550346d033adf6a1/html5/thumbnails/19.jpg)
Antibiotik yang termasuk antibiotik -laktam ini bekerja pada
dinding sel bakteri dan berikatan denganpenicillin binding protein.
Mekanisme ini akan mengakibatkan bakteri
mati. Amoxitin dan Ampicol mempunyai kandungan aktif antibiotik
ini.
b. Aminoglikosida
Antibiotik yang mengandung amino dan glikosida ini bekerja
secara langsung pada ribosom bakteri, membran sel dan menghambat
sintesa protein sehingga bakteri akan mati (bakterisid). Antibiotik ini
tidak bisa diserap melalui usus sehingga untuk tujuan pengobatan yang
bersifat sistemik aplikasinya dilakukan secara injeksi (suntikan), baik
subkutan (bawah kulit) maupun intramuskuler (tembus dinding atau
otot).
Saat diberikan, antibiotik ini akan bekerja optimal membasmi
bakteri Gram (+) dan Gram (-). Hanya saja saat terjadi gangguan
ginjal, seperti pada kasus infeksi Gumboro maupun infectious
bronchitis (IB) pemakaian antibiotik ini hendaknya dihindari karena
akan memicu kerusakan ginjal yang lebih parah. Contoh obat yang
mengandung antibiotik golongan aminoglikosida adalah Gentamin,
Kanamin dan Vet Strep.
c. Fluoroquinolon
Struktur salah satu antibiotik fluoroquinolon
19
![Page 20: Pemba Has An](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062304/55cf9d83550346d033adf6a1/html5/thumbnails/20.jpg)
Antibiotik ini mulai dikenal tahun 1962 oleh Lesher. Pada
aplikasinya, sediaan obat yang mengandung antibiotik golongan
fluoroquinolon banyak tersedia. Proxan-S, Proxan-C, Neo Meditril,
Doctril dan Coliquinmerupakan contoh sediaan antibiotik dari
golongan fluoroquinolon.
Ketika “kontak” dengan bakteri, flouroquinolon akan menyerang
inti sel (DNA) bakteri dengan menghambat enzim DNA gyrase.
Mekanisme ini akan mengakibatkan bakteri mati (bakterisid).
Antibiotik ini memiliki spektrum kerja yang luas, baik terhadap
bakteri Gram (+), Gram (-) dan Mycoplasma.
Aplikasi pemberiannya dapat dilakukan secara oral (melalui
saluran pencernaan) maupun injeksi, baik subkutan atau
intramuskuler. Agar obat bekerja optimal hindari adanya
mineral/logam seperti Ca2+, Mg2+ dan Al3+ dalam air minum yang
digunakan untuk melarutkan obat karena bisa menurunkan penyerapan
obat di saluran pencernaan.
d. Peptida
Antibiotik ini bekerja aktif membunuh (bakterisid) bakteri Gram
(-) dengan cara merusak atau menghambat membran sel. Antibiotik
golongan ini tidak diserap oleh usus sehingga lokasi kerjanya bersifat
lokal. Obat yang hanya mengandung antibiotik golongan peptida
relatif jarang, biasanya dikombinasikan dengan golongan lain untuk
meningkatkan potensi dan spektrum kerjanya,
seperti Amoxitin dan Tycotil.
20
![Page 21: Pemba Has An](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062304/55cf9d83550346d033adf6a1/html5/thumbnails/21.jpg)
e. Makrolida
Struktur antibiotik golongan makrolida
Golongan antibiotik ini efektif untuk mengatasi bakteri Gram (+)
dan Mycoplasma. Pemberian antibiotik ini akan bekerja mengganggu
proses sintesis protein melalui mekanisme berikatan dengan ribosom
30S.
f. Tetrasiklin
Tetrasiklin merupakan antibiotik yang bersifat bakteriostatik
(menghambat pertumbuhan bakteri) dengan cara menghambat sintesis
protein dengan berikatan pada ribosom 30S. Antibiotik yang
ditemukan pertama kali oleh Lloyd Conover ini memiliki spektrum
kerja yang luas, dimana bisa mengatasi infeksi bakteri Gram (+), Gram
(-) dan Mycoplasma.
Cara aplikasi antibiotik golongan tetrasiklin bisa dilakukan melalui
oral maupun suntikan (subkutan atau intramuskuler). Hanya saja jika
diberikan melalui oral sebaiknya memperhatikan kandungan logam
Ca2+, Mg2+dan Al3+ karena dapat menurunkan daya serap saat berada di
usus. Feed supplement yang mengandung mineral sebaiknya diberikan
pada waktu yang berbeda dengan pemberian antibiotik fluoroquinolon
dan tetrasiklin, misalnya pemberian antibiotik pada pagi hingga sore
hari dan supplement pada malam hari atau setelah pengobatan
berakhir.
21
![Page 22: Pemba Has An](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062304/55cf9d83550346d033adf6a1/html5/thumbnails/22.jpg)
Medion telah memproduksi obat dengan kandungan antibiotik dari
golongan tetrasiklin, diantaranyaDoxyvet, Koleridin maupun Vita
Tetra Chlor.
g. Sulfonamida
Sulfamix, Coxy, Trimezyn dan Respiratrek adalah produk
Medion yang mengandung antibiotik dari golongan sulfonamida.
Antibiotik yang ditemukan Gerhard Domagk ini telah dikenal luas oleh
masyarakat, termasuk masyarakat peternakan.
Antibiotik ini bersifat bakteriostatik, yaitu bekerja menghambat
pertumbuhan bakteri. Mekanismenya melalui hambatan pada sintesis
asam folat sehingga mengganggu perkembangan bakteri. Saat
diberikan pada ayam baik secara oral maupun suntikan (subkutan,
intramuskuler), antibiotik yang telah digunakan sejak 1933 ini akan
mampu mengatasi infeksi bakteri Gram (+), Gram (-) dan protozoa.
Agar daya kerja lebih optimal, saat pemberian obat dengan kandungan
antibiotik ini sebaiknya tidak diberikan suplemen berupa vitamin B
dan atau asam amino. Selain itu, saat ayam mengalami gangguan ginjal
sebaiknya penggunaan antibiotik ini dihindari.
Struktur kimia salah satu antibiotik golongan sulfonamida
h. Diaminopirimidin
Antibiotik golongan ini bersifat bakteriostatik. Mekanisme kerja
dari antibiotik ini ialah menghambat sistesis (pembentukan) asam
folat. Pemberiannya efektif untuk mengatasi serangan bakteri Gram
(+) dan Gram (-). Aplikasinya dapat dilakukan secara oral maupun
suntikan, baik subkutan maupun injeksi.
22
![Page 23: Pemba Has An](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062304/55cf9d83550346d033adf6a1/html5/thumbnails/23.jpg)
Antibiotik ini biasanya dikombinasikan dengan golongan
sulfonamida untuk meningkatkan daya kerjanya dan menurunkan
tingkat resistensi bakteri terhadap kedua antibiotik ini. Kedua
antibiotik ini memiliki mekanisme kerja yang sinergis, saling
menguatkan. Trimezyn, Respiratrek,Erysuprim dan Antikoksi ialah
produk Medion yang mengandung kombinasi kedua antibiotik
tersebut.
3.2.2 Mekanisme Kerja Antibiotik
Penggunaan antibiotik khususnya berkaitan dengan pengobatan
penyakit infeksi, antibiotika bekerja seperti pestisida dengan menekan
atau memutus satu mata rantai metabolisme , hanya saja targetnya
adalah bakteri. Antibiotik berbeda dengan desinfektan karena cara
kerjanya. Desinfektan membunuh kuman dengan menciptakan
lingkungan yang tidak wajar bagi kuman untuk hidup. Mekanisme
kerja antibiotik yaitu:
1. Menghambat metabolisme sel, seperti sulfonamid dan trimetoprim.
2. Menghambat sintesa dinding sel, akibatnya pembentukan dinding
sel tidak sempurna dan tidak dapat menahan tekanan osmosa dari
plasma, akhirnya sel akan pecah seperti penicillin, vankomisin,
dan sefalosporin.
3. Menghambat sintesa membran sel, molekul lipoprotein dari
membran sel dikacaukan pembentukannya hingga bersifat
permeabel akibatnya zat-zat penting dari isi sel keluar, seperti
polimiksin.
4. Menghambat sintesa protein sel dengan melekatkan diri ke ribosom
akibatnya sel terbentuknya tidak sempurna, seperti tetrasiklin,
kloramfenikol, streptomosin, dan aminoglikosida.
5. Menghambat pembentukan asam-asam inti (DNA dan RNA)
akibatnya sel tidak dapat berkembang seperti rifampisin.
23
![Page 24: Pemba Has An](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062304/55cf9d83550346d033adf6a1/html5/thumbnails/24.jpg)
3.3 Anti Inflamasi
3.3.1 Klasifikasi
3.3.1.1 Obat Anti-inflamasi Nonsteroid
Obat anti-inflamasi nonstreoid (OAINS) merupakan
kelompok obat yang paling banyak dikonsumsi di seluruh
dunia untuk mendapatkan efek analgetika, antipiretika, dan
anti-inflamasi. OAINS merupakan pengobatan dasar untuk
mengatasi peradangan-peradangan di dalam dan sekitar sendi
seperti lumbago, artralgia, osteoartritis, artritis reumatoid, dan
gout artritis. Disamping itu, OAINS juga banyak pada
penyakit-penyakit non-rematik, seperti kolik empedu dan
saluran kemih, trombosis serebri, infark miokardium, dan
dismenorea.
OAINS merupakan suatu kelompok obat yang heterogen,
bahkan beberapa obat sangat berbeda secara kimia. Walaupun
demikian, obat-obat ini mempunyai banyak persamaan dalam
efek terapi maupun efek samping.15 Prototip obat golongan
ini adalah aspirin, karena itu OAINS sering juga disebut
sebagai obat-obat mirip aspirin (aspirin-like drug).
Aspirin-like drugs dibagi dalam lima golongan, yaitu:
1. Salisilat dan salisilamid, derivatnya yaitu asetosal (aspirin),
salisilamid, diflunisal
2. Para aminofenol, derivatnya yaitu asetaminofen dan
fenasetin
3. Pirazolon, derivatnya yaitu antipirin (fenazon), aminopirin
(amidopirin), fenilbutazon dan turunannya
4. Antirematik nonsteroid dan analgetik lainnya, yaitu asam
mefenamat dan meklofenamat, ketoprofen, ibuprofen,
naproksen, indometasin, piroksikam, dan glafenin
24
![Page 25: Pemba Has An](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062304/55cf9d83550346d033adf6a1/html5/thumbnails/25.jpg)
5. Obat pirai, dibagi menjadi dua, yaitu :
(1) Obat yang menghentikan proses inflamasi akut,
misalnya kolkisin, fenilbutazon, oksifenbutazon, dan
(2) Obat yang mempengaruhi kadar asam urat,
misalnya probenesid, alupurinol, dan sulfinpirazon.
Sedangkan menurut waktu paruhnya, OAINS dibedakan
menjadi:
1. AINS dengan waktu paruh pendek (3-5 jam), yaitu aspirin,
asam flufenamat, asam meklofenamat, asam mefenamat,
asam niflumat, asam tiaprofenamat, diklofenak,
indometasin, karprofen, ibuprofen, dan ketoprofen.
2. AINS dengan waktu paruh sedang (5-9 jam), yaitu fenbufen
dan piroprofen.
3. AINS dengan waktu paruh tengah (kira-kira 12 jam), yaitu
diflunisal dan naproksen.
4. AINS dengan waktu paruh panjang (24-45 jam), yaitu
piroksikam dan tenoksikam.
5. AINS dengan waktu paruh sangat panjang (lebih dari 60
jam), yaitu fenilbutazon dan oksifenbutazon.
Obat-Obat Anti Inflamasi Non steroid (AINS)
C. Asam Karboksilat :
e. Asam Asetat :
1.Derivat Asam Fenisetat :
Diklofenak,fenklofenak
2.Derivat Asam Asetat-inden/indol :
Indometasin,Sulindak
f. Derivat asam Sarisitat :
Aspirin,benorilat,diflunisal,salsalat
25
![Page 26: Pemba Has An](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062304/55cf9d83550346d033adf6a1/html5/thumbnails/26.jpg)
g. Derivat Asam propionat :
As.Tiaprofenat,fenbufen,fenoprofen,ibuprofen,ketopro
fen,naproksen
h. Derivat Asam Fenamat :
As.Mefenamat,meklofenamat
D. Asam Enolat :
c. Derivat Pirazolon
Azapropazon,Fenilbutazon,Oksifenbutazon
d. Derivat Oksikam
Peroksikam,Tenoksikam
3.3.1.2 Obat Anti Inflamasi Golongan Steroid
Obat golongan steroid ini terutama bekerja dengan cara
menghambat pelepasan prostaglandin dari sel-sel
sumbernya.dan contoh dari golongan ini adalah kortison,
hidrokortison, prednisone, prednisolone, dexametason,
3.4 Anestesi lokal
Anestesi lokal adalah hilangnya sensasi pada bagian tubuh tertentu
tanpa disertai kehilangan kesadaran atau kerusakan fungsi kontrol saraf pusat
dan bersifat reversibel. Obat anestesi lokal terutama berfungsi untuk
mencegah atau menghilangkan sensasi nyeri dengan memutuskan konduksi
impuls saraf yang bersifat sementara. Obat anestesi lokal pertama yang
ditemukan adalah kokain. Kokain yang ditemukan secara tidak sengaja pada
akhir abad ke-19 ternyata memiliki kemampuan sebagai anestesi yang baik.
Kokain diperoleh dari ekstrak daun coca (Erythroxylon coca). Selama
berabad-abad bangsa Andean mengunyah ekstrak daun ini untuk
mendapatkan efek stimulasi dan euforia. Kokain pertama kali diisolasi pada
tahun 1860 oleh Albert Niemann. Layaknya ahli kimia lainnya beliau
mencicipi sendiri penemuannya dan merasakan efek mati rasa di lidah.
Sigmund Freud meneliti efek fisiologi kokain dan pada tahun 1884 Carl
Koller memperkenalkan pemakaian kokain dalam praktek klinis sebagai
anestesi topikal untuk operasi mata. Halstead mempopulerkan penggunaan
26
![Page 27: Pemba Has An](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062304/55cf9d83550346d033adf6a1/html5/thumbnails/27.jpg)
cara infiltrasi dan blok saraf. Penggunaan obat anestesi lokal secara luas saat
ini berdasarkan hasil observasi dan temuan di atas
Anestesi merupakan pendamping paling tua Ilmu Bedah.Banyak
kemajuan Ilmu Bedah dicapai sejalan dengan perkembangan teknik serta
penemuan obat anestesi lokal baru yang lebih efektif dibandingkan obat
anestesi lokal terdahulu. Hampir tidak ada tindakan bedah yang dilakukan
tanpa anestesi. Anestesi dapat mengurangi rasa sakit saat tindakan,
mengurangi biaya dan waktu, serta pemulihan lebih cepat, sehingga tindakan
bedah dapat dilakukan dengan tenang dan memberikan hasil baik.
Pada tindakan bedah, obat anestesi lokal dapat langsung diberikan dan
diawasi oleh operator sehingga operator harus memiliki pengetahuan
mengenai jenis, cara, penggunaan, metabolisme, dosis dan mekanisme kerja,
efek samping, dan efek merugikan dari obat anestesi lokal
3.4.1 Jenis obat anestesi lokal
Obat anestesi lokal diklasifikasikan menjadi dua golongan
berdasarkan struktur molekul, yaitu golongan amida dan ester. Masing-
masing golongan mempunyai kaitan pada struktur kimianya.
Golongan amida, meliputi bupivakain, dibukain, etidokain,
lidokain, mepivakain dan prilokain. Golongan ini dihidrolisis oleh
enzim mikrosom hepar dan diekskresikan melalui ginjal. Golongan
ester, meliputi benzokain, kloroprokain, kokain, prokain dan tetrakain.
Golongan ini dihidrolisis di dalam plasma dan hepar oleh enzim
pseudokolinesterase dan diekskresikan melalui ginjal.
3.4.3 Mekanisme Kerja Anestesi lokal
Obat anestesi lokal mencegah hantaran dan konduksi impuls saraf.
Lokasi utama kerja obat anestesi lokal adalah pada membran sel. Obat
anestesi lokal mencegah konduksi dengan menurunkan atau mencegah
peningkatan permeabilitas membran sel terhadap ion natrium.1
Perbedaan potensial transmembran sel saraf perifer dalam keadaan
istirahat adalah sebesar 70 mV, di dalam sel bermuatan negatif dan di
27
![Page 28: Pemba Has An](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062304/55cf9d83550346d033adf6a1/html5/thumbnails/28.jpg)
luar sel bermuatan positif. Banyak faktor berpengaruh pada potensial
membran istirahat, tetapi pengaruh utama adalah pada permeabilitas
membran sel saraf. Difusi ion natrium ke luar sel menurunkan gradient
konsentrasi dan potensial membran menjadi negatif, kemudian ion
kalium yang bermuatan positif menurunkan gradient elektrokimia.
Potensial membran dalam keadaan istirahat menunjukkan
keseimbangan antara konsentrasi dan gradient elektrokimia ion
kalium.
Pada keadaan istirahat, ion natrium yang masuk tidak dapat
menurunkan konsentrasi dan gradient elektrokimia karena membran
sel impermeable, tetapi pada serabut saraf membuka kanal ion natrium
di membran sel, sehingga natrium masuk dan meningkatkan potensial
membran sebesar +20mV. Kanal natrium selanjutnya tertutup dan
kalium bergerak keluar menyebabkan kembali ke potensial membran
istirahat. Pompa natrium-kalium mengatur distribusi ion selama fase
aksi potensial membran istirahat. Dalam serabut saraf perubahan
bifasik potensial membran berlangsung singkat yaitu 1-2 milidetik, dan
ini merupakan bukti transmisi impuls listrik
Kunci proses hantaran dan konduksi impuls adalah pembukaan
kanal natrium. Pembukaan kanal ion natrium pada membran akson dan
membran saraf pada sinaptik dipicu oleh substansi neurotransmitter,
dan di sepanjang serabut saraf oleh muatan listrik dari depolarisasi
pada segmen yang berdekatan. Obat anestesi lokal dapat menghambat
di mana saja, obat anestesi lokal terbaru yang digunakan menghambat
kanal natrium dan mencegah depolarisasi membran sel.
Terdapat dua teori mekanisme kerja obat anestesi lokal dalam
menghambat kanal natrium. Teori pertama, obat anestesi lokal
berikatan dengan reseptor spesifik di kanal natrium dan ikatan ini
mengubah struktur serta fungsi kanal natrium dan menghambat
pergerakan ion natrium ke luar sel. Teori ini disebut natrium trap.
Teori kedua dikenal sebagai teori ekspansi/expantion, obat anestesi
28
![Page 29: Pemba Has An](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062304/55cf9d83550346d033adf6a1/html5/thumbnails/29.jpg)
lokal diabsorbsi pada membran sel sehingga terjadi pembengkakan
membran dan menyebabkan penyempitan kanal natrium.
Untuk meningkatkan kerja obat, obat harus larut dalam lemak agar
dapat berdifusi ke dalam membran sel saraf dan mielin serabut saraf
perifer. Bahan yang larut dalam lemak akan kurang larut dalam air
sehingga menyulitkan formulasi obat, oleh karena itu ditambahkan
garam hidroklorida yang dapat larut dalam air pada pH 4-7. Formulasi
ini mengandung fraksi ion yang seimbang dengan sedikit fraksi bebas
dalam larutannya. Setelah disuntikkan, larutan ini menyebabkan pH
jaringan meningkat dan menambah fraksi lipofilik non-ion yang dapat
berdifusi ke dalam membran sel saraf. Di dalam cairan intrasel pH
sedikit lebih asam sehingga gugus aktif obat anestesi lokal dapat
menghambat kanal natrium.
Obat anestesi lokal dibedakan dalam awitan, durasi dan potensinya.
Perbedaan ini bergantung pada komposisi kimiawi khas masing-
masing, misalnya konstanta disosiasi (pKa), daya larut dalam lemak,
dan daya ikat dengan protein. Nilai pKa merupakan konstanta
disosiasi asam; pKa menunjukkan kekuatan relatif dari gugus amin
untuk berdisosiasi. Nilai pKa rendah berarti awitan anestesi cepat
karena sebagian besar anestesi akan terionisasi menjadi bentuk aktif.
Daya larut dalam lemak tinggi berarti anestesi berpotensi tinggi dan
mudah berpenetrasi ke dalam membran sel saraf. Durasi menunjukkan
lama ikatan anestesi dengan reseptor kanal natrium.
3.4.4 Metabolisme
Metabolisme obat anestesi lokal merupakan hal yang sangat
penting, karena toksisitasnya bergantung pada keseimbangan
kecepatan absorbsi dan eliminasi. Absorbsi obat anestesi lokal dapat
dikurangi dengan menambahkan vasokonstriktor ke dalamnya.
Kecepatan metabolisme obat anestesi lokal sangat bervariasi dan
merupakan faktor utama sebagai penentu keamanannya. Toksisitas
dihubungkan dengan konsentrasi obat bebas serta ikatan obat dengan
29
![Page 30: Pemba Has An](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062304/55cf9d83550346d033adf6a1/html5/thumbnails/30.jpg)
protein serum dan jaringan. Ikatan ini menurunkan konsentrasi obat
bebas di sirkulasi, sehingga menurunkan toksisitas. Sebagai contoh
obat anestesi yang diberikan secara intravena di ekstremitas, kurang
lebih separuh dosis obat awal masih terikat di jaringan setelah 30
menit torniquet dilepaskan.
Beberapa obat anestesi lokal yang biasa digunakan, yaitu golongan
ester, dihidrolisis dan diinaktifkan terutama oleh enzim esterase,
kemungkinan enzim plasma pseudokolinesterase. Hepar juga berperan
dalam hidrolisis obat anestesi lokal, yaitu oleh enzim mikrosom
spesifik sitokrom P-450. Dalam cairan serebrospinal yang
mengandung sedikit atau tidak ada esterase, obat anestesi lokal yang
disuntikkan melalui intratekal akan menetap sampai obat anestesi lokal
diabsorbsi ke dalam sirkulasi.5
Obat anestesi lokal golongan amida, umumnya didegradasi oleh
retikulum endoplasmik hepar. Reaksi awal melibatkan N-dealkilasi
dan selanjutnya terjadi hidrolisis. Langkah awal degradasi prilokain
adalah hidrolisis yang menghasilkan metabolit o-toluidin yang dapat
menyebabkan methemoglobinemia. Pada pasien dengan kelainan hepar
penggunaan obat anestesi lokal golongan amida perlu diperhatikan.
Amida yang terdapat pada obat anestesi lokal terikat dengan protein
plasma dalam jumlah besar (55%-95%), khususnya asam glikoprotein.
Faktor yang dapat meningkatkan konsentrasi asam glikoprotein adalah
keganasan, pembedahan, trauma, infark miokardium, merokok, dan
uremia. Faktor yang dapat menurunkan adalah kontrasepsi oral.
Peningkatan transpor obat anestesi lokal ke dalam hepar untuk
dimetabolisme mempengaruhi toksisitas sistemik. Usia mempengaruhi
ikatan obat anestesi lokal dengan protein. Pada neonatus terdapat
defisiensi protein plasma yang dapat berikatan dengan obat anestesi
lokal sehingga kemungkinan besar terjadi toksisitas. Protein plasma
bukan satu-satunya faktor yang menentukan distribusi obat anestesi
30
![Page 31: Pemba Has An](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062304/55cf9d83550346d033adf6a1/html5/thumbnails/31.jpg)
lokal. Absorbsi melalui paru juga berperan penting dalam distribusi
obat anestesi lokal.1
Pada perempuan hamil penggunaan obat anestesi lokal harus
selektif karena dapat menyebabkan efek teratogenik. Obat anestesi
lokal pilihan untuk perempuan hamil adalah lidokain. Lidokain
termasuk obat kategori B pada kehamilan, berarti pada percobaan
hewan tidak ditemukan efek teratogenik. Selain itu dilaporkan juga
bahwa pada perempuan hamil yang mendapat lidokain pada bulan
keempat kehamilan tidak ditemukan peningkatan kelainan anatomi
pada bayi baru lahir. Lidokain dapat melewati sawar plasenta masuk ke
dalam fetus. Lidokain aman pula digunakan pada wanita menyusui
meskipun sebagian dapat diekskresikan melalui ASI.2
Pada anak lidokain juga aman, tetapi dosis maksimum yang
dianjurkan harus lebih rendah dari dewasa disesuaikan dengan usia dan
berat badan. Paraben digunakan sebagai bahan pengawet dan di dalam
sirkulasi paraben berikatan dengan albumin. Pada bayi ikterik ikatan
dengan albumin dapat digantikan oleh bilirubin, sehingga
memperburuk keadaan hiperbilirubinemia.
3.4.5 Efek Samping
Obat anestesi lokal mempengaruhi fungsi semua organ dengan
menghambat transmisi dan konduksi impuls, oleh karena itu obat
anestesi lokal mempunyai efek penting pada susunan saraf pusat,
ganglion otonom, neuromuscular junction dan semua jenis otot. Efek
toksik yang terjadi berbanding lurus dengan dosis/konsentrasi obat
anestesi lokal yang masuk ke dalam sirkulasi.
Sistem saraf pusat
Obat anestesi lokal dapat menyebabkan stimulasi sistem saraf
pusat (SSP), kelelahan dan tremor, serta kejang klonik. Secara umum,
obat anestesi lokal yang lebih poten lebih cepat menyebabkan kejang.
31
![Page 32: Pemba Has An](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062304/55cf9d83550346d033adf6a1/html5/thumbnails/32.jpg)
Stimulasi diikuti oleh depresi SSP dapat menyebabkan kematian yang
biasanya disebabkan oleh kegagalan pernafasan.1
Gejala stimulasi diikuti depresi SSP disebabkan obat anestesi lokal
menekan aktifitas neuron pada fase eksitasi. Penggunaan obat anestesi
secara sistemik dengan cepat dapat menyebabkan kematian dengan
atau tanpa tanda awal stimulasi SSP. Konsentrasi obat mungkin
meningkat secara cepat sehingga mencapai seluruh saraf yang tertekan
secara simultan. Jalan nafas harus diperhatikan dan pemberian oksigen
merupakan langkah terapi terpenting pada intoksikasi lanjut.
Benzodiazepin atau barbiturat intravena merupakan obat pilihan untuk
mencegah dan menghilangkan kejang.1
Keluhan yang sering ditemukan pada penggunaan obat anestesi
lokal adalah mengantuk, sedangkan lidokain dapat menyebabkan
euforia dan kejutan otot. Lidokain dan prokain dapat menyebabkan
kehilangan kesadaran yang ditandai dengan gejala sedasi. Kokain
secara khusus mempengaruhi tabiat dan perilaku, oleh karena itu
kokain sering disalahgunakan.1,10
Vasovagal
Vasovagal merupakan efek samping anestesi karena stimulasi N.
Vagus, hal ini disebabkan peningkatan tonus saraf parasimpatis.
Manifestasi reaksi vasovagal adalah rasa cemas, nyeri kepala, sinkop,
diaforesis, bradikardi dan hipotensi. Posisi trendelenburg dapat
mengurangi gejala vasovagal dengan cepat, sedangkan untuk
menghindari reaksi vasovagal dianjurkan dalam posisi berbaring.2
Sistem kardiovaskuler
Obat anestesi lokal mempengaruhi sistem kardiovaskuler karena
absorbsi sistemik. Tempat kerja utama obat anestesi lokal adalah pada
miokardum yaitu dengan cara menurunkan eksitasi listrik, frekuensi
konduksi, dan kekuatan kontraksi. Kebanyakan obat anestesi lokal
menyebabkan dilatasi arteriol. Efek terhadap kardiovaskuler biasanya
ditemukan pada konsentrasi tinggi dalam sirkulasi. Dosis rendah obat
32
![Page 33: Pemba Has An](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062304/55cf9d83550346d033adf6a1/html5/thumbnails/33.jpg)
anestesi lokal dapat menyebabkan kolaps kardiovaskuler dan kematian,
hal ini disebabkan karena pengaruhnya pada pacemaker atau awitan
mendadak fibrilasi ventrikel. Bupivakain dapat menyebabkan takikardi
dan fibrilasi ventrikel. Lidokain dan prokain dapat juga digunakan
sebagai obat antiaritmia.1
Otot polos
Obat anestesi lokal menekan kontraksi otot polos usus, dan
menyebabkan relaksasi otot polos pembuluh darah dan bronkus,
meskipun pada konsentrasi rendah awalnya menyebabkan kontraksi.
Obat anestesi lokal dapat meningkatkan bising usus dan menurunkan
kontraksi otot uterus.1
Neuromuscular junction dan ganglion sinapsis
Obat anestesi lokal mempengaruhi transmisi pada neuromuscuaer
junction. Sebagai contoh, prokain dapat menghambat respons otot
skeletal pada motor-neuron dan terhadap asetilkolin pada konsentrasi
di mana otot memberi respons secara normal oleh rangsangan listrik
secara langsung; efek tersebut disebabkan hambatan pada kanal ion
reseptor asetilkolin karena konsentrasi tinggi obat anestesi lokal.1
Hipersensitifitas terhadap obat anestesi lokal.
Obat anestesi lokal jarang menyebabkan reaksi hipersensitifitas.
Reaksi dapat berupa dermatitis kontak alergika atau berupa serangan
asma. Reaksi alergi harus dibedakan dengan efek samping toksik atau
akibat vasokonstriktor yang ditambahkan pada obat anestesi lokal.
Reaksi hipersensitivitas sering ditemukan akibat obat anestesi lokal
golongan ester dan turunannya. Sebagai contoh, individu yang sensitif
terhadap prokain juga bereaksi terhadap obat anestesi lokal dengan
33
![Page 34: Pemba Has An](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062304/55cf9d83550346d033adf6a1/html5/thumbnails/34.jpg)
struktur kimia yang sama, misalnya tetrakain, serta metabolitnya.
Golongan amida jarang menyebabkan reaksi hipersensitifitas, kecuali
metilparaben. Obat anestesi lokal yang mengandung vasokonstriktor
juga dapat menyebabkan reaksi alergi karena mengandung sulfida.
3.4.6 Cara Penggunaan
Pemilihan dan penggunaan obat anestesi lokal harus
memperhatikan efikasi dan toksisitasnya. Toksisitas bergantung kadar
obat anestesi lokal dalam plasma. Kadar plasma bervariasi bergantung
lokasi penyuntikan. Suntikan di interpleura atau interkosta
menyebabkan kadar dalam plasma tinggi, sedangkan infiltrasi
subkutan menyebabkan kadar dalam plasma rendah.
A. Cara aplikasi topikal
Obat anestesi lokal untuk membran mukosa hidung, mulut,
tenggorokan, trakeobronkhial, esophagus dan traktus
genitourinarius dapat diaplikasikan langsung dengan larutan garam
atau suspensi. Tetrakain 2%, lidokain 2-10% dan kokain 1-4%
adalah contoh obat anestesi lokal yang sering digunakan. Kokain
hanya digunakan pada hidung, nasofaring, mulut, tenggorokan dan
telinga. Kokain dapat menyebabkan vasokonstriksi. Konstriksi
membran mukosa dapat mengurangi perdarahan selama
pembedahan. Vasokonstriksi dapat dilakukan dengan penambahan
vasokonstriktor misalnya penileprin 0,005%. Epineprin topikal
kurang mempunyai efek pada pemakaian di membran mukosa
karena penetrasinya kurang. Dosis maksimum yang aman untuk
obat anestesi lokal pada pria dewasa sehat dengan berat badan 70
kg adalah 300 mg untuk lidokain, 150 mg untuk kokain, dan 50 mg
untuk tetrakain.1,12
Efek puncak obat anestesi topikal dicapai dalam 2-5 menit
untuk lidokain dan kokain, dan 30-45 menit untuk tetrakain.
Anestesi topikal tidak berpenetrasi ke dalam submukosa dan teknik
34
![Page 35: Pemba Has An](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062304/55cf9d83550346d033adf6a1/html5/thumbnails/35.jpg)
ini hanya bekerja superfisial sehingga tidak dapat mengurangi
nyeri sendi, nyeri karena peradangan atau cedera akibat olahraga.1
Anestesi topikal di mukosa atau kulit yang rusak diabsorbsi
secara cepat dan masuk ke dalam sirkulasi. Hal ini harus
diperhatikan karena dapat menyebabkan reaksi toksik. Absorbsi
yang paling cepat terjadi jika anestesi topikal digunakan pada
saluran trakeobronkhial. Konsentrasi di sirkulasi setelah pemberian
melalui saluran nafas sama dengan pemberian secara intravena.1
EMLA merupakan krim campuran lidokain 2,5% dengan
prilokain 2,5%, Efikasi campuran ini lebih baik jika dibandingkan
efikasi masing-masing bahan tersebut. EMLA dapat berpenetrasi
ke dalam kulit yang utuh sedalam 5 mm dan efeknya menghilang
dalam 1 jam. EMLA efektif untuk tindakan tandur kulit dan
venipuncture.
B. Cara infiltrasi
Anestesi infiltrasi dilakukan dengan cara menyuntikkan
obat anestesi lokal langsung ke dalam jaringan tanpa
memperhatikan jalur saraf kulit. Cara infiltrasi dibagi dua, yaitu
intradermal dan subkutan. Penyuntikan infiltrasi intradermal dapat
menyebabkan penekanan pada folikel tersebut yang memberi
gambaran peau d`orange.
Teknik infiltrasi adalah sebagai berikut
1. Posisi jarum suntik membentuk sudut 300
2. Kulit dijepit sewaktu memasukkan jarum suntik
3. Pasien sambil diajak berbicara
4. Penyuntikan di folikel rambut, tusukkan jarum secara cepat,
tetapi suntikan obat secara perlahan dan jarum masuk ke dalam
kulit sekitar 0,5 cm
5. Sebaiknya digunakan 2 tempat suntikan
6. Tambahkan natrium bikarbonat ke dalam lidokain.
7. Gunakan jarum suntik no. 27 sampai 30
35
![Page 36: Pemba Has An](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062304/55cf9d83550346d033adf6a1/html5/thumbnails/36.jpg)
8. Jarum suntik yang dianjurkan adalah nomor besar dengan
diameter kecil dan dengan volume 3 ml, serta bagian lain
terbuat dari plastik.
Durasi anestesi infiltrasi menjadi dua kali lipat jika
ditambahkan epinefrin, selain itu epinefrin menurunkan
konsentrasi puncak dalam darah. Epinefrin tidak dianjurkan untuk
disuntikan ke jaringan dengan end arteriole, misalnya jari tangan
dan kaki, telinga, hidung dan penis. Vasokonstriksi yang
berlebihan oleh epinefrin dapat menyebabkan gangren, oleh karena
itu epinefrin tidak dianjurkan untuk disuntikkan.1,2
Obat anestesi lokal jenis infiltrasi yang sering digunakan
adalah lidokain 0,5-1%, prokain 0,5-1% dan bupivakain 0,125-
0,25%, jika digunakan tanpa epinefrin dosis lidokain sampai 4,5
mg/kg, prokain 7 mg/kg dan bupivakain 2 mg/kg. Jika
ditambahkan epinefrin maka dosis dapat dinaikkan 1-3 mg.
Konsentrasi dosis lazim lidokain dalam plasma adalah 2-5 g/ml,
dosis toksik adalah >10 g/ml.2
Keuntungan anestesi infiltrasi dan teknik anestesi regional
adalah anestesi dapat dicapai tanpa mengganggu fungsi normal
organ tubuh yang lain. Kegagalan anestesi infiltrasi adalah
dibutuhkan dosis besar obat anestesi untuk area yang kecil, hal ini
tidak menjadi masalah pada bedah minor. Pada tindakan bedah
mayor, obat anestesi lokal yang dibutuhkan lebih banyak sehingga
mungkin dapat menyebabkan reaksi toksik.1
C. Cara Field Block
Anestesi Field Block adalah penyuntikan subkutan obat
anestesi lokal untuk memblok nervus kutan di area distal dari
tempat injeksi (gambar 5). Sebagai contoh, infiltrasi subkutan di
bagian volar lengan atas untuk area 2-3 cm distal dari tempat
injeksi. Prinsip yang sama dapat digunakan pada kulit kepala,
dinding abdomen bagian anterior dan ekstremitas bawah.
36
![Page 37: Pemba Has An](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062304/55cf9d83550346d033adf6a1/html5/thumbnails/37.jpg)
Jenis obat, konsentrasi dan dosis yang digunakan sama
dengan pada anestesi infiltrasi. Keuntungan anestesi field block
adalah jumlah obat yang digunakan lebih sedikit untuk area yang
luas dibandingkan pada anestesi infiltrasi. Pengetahuan tentang
neuroanatomi sangat diperlukan pada anestesi field block.12
D. Cara anestesi tumescent
Anestesi tumescent merupakan infiltrasi subkutan lidokain
0,05-0,1% dengan epinefrin 1:1.000.000. Teknik ini digunakan
secara luas untuk tindakan sedot lemak dengan obat anestesi lokal.
Anestesi infiltrasi dimasukkan dengan bantuan salah satu pompa
dengan jarum spinal 3,5 inci. Infiltrasi dimulai perlahan dan secara
bertahap dipercepat. Infiltrasi subkutan yang lebih dalam dilakukan
terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan dengan lapisan atas
subkutan. Obat anestesi disuntikkan sampai jaringan lemak
membengkak dan mengeras. Dosis tertinggi epinefrin yang dapat
digunakan adalah 35-50 mg/kgBB, sedangkan dosis tertinggi
lidokain yang masih aman adalah 55 mg/kgBB, dan dosis toksik
lidokain adalah >57 mg/kgBB. Terdapat 2 macam formulasi
tumescent yaitu menurut Illouz dan Klein ( tabel 2 ).
E. Cara Nerve Block
Anestesi nerve block adalah penyuntikkan obat anestesi
lokal ke dalam atau sekitar jaringan saraf perifer, atau pleksus saraf
untuk area yang luas (gambar 5). Blok pada jaringan saraf perifer
dan pleksus saraf juga mengenai jaringan saraf motorik somatik,
menyebabkan relaksasi otot rangka, yang penting untuk tindakan
bedah tertentu. Area yang mengalami blok biasanya beberapa
sentimeter dari tempat injeksi. Blok pada pleksus brakialis
biasanya digunakan untuk daerah ekstremitas atas dan bahu. Blok
jaringan saraf interkostalis efektif untuk relaksasi otot dinding
abdomen bagian anterior. Blok pleksus servikalis terutama
37
![Page 38: Pemba Has An](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062304/55cf9d83550346d033adf6a1/html5/thumbnails/38.jpg)
digunakan untuk pembedahan di daerah leher. Penggunaan blok
jaringan saraf lain yaitu blok jaringan saraf di pergelangan tangan
dan lutut, blok N. Medianus atau N. Ulnaris pada siku, dan blok
jaringan saraf kranialis sensoris.2
Terdapat 4 faktor yang mempengaruhi awitan anestesi
nerve block, yaitu jarak penyuntikan terhadap jaringan saraf,
konsentrasi dan volume obat, derajat ionisasi obat serta waktu.
Obat anestesi lokal tidak boleh disuntikkan mengenai jaringan
saraf, karena dapat menyebabkan kerusakan jaringan saraf. Obat
anestesi lokal disuntikkan di dekat jaringan saraf sehingga obat
dapat menumpuk dekat jaringan saraf. Obat anestesi lokal harus
dapat berdifusi dari tempat penyuntikan masuk ke jaringan saraf.
Jumlah obat anestesi lokal yang berdifusi dipengaruhi oleh
konsentrasi obat, derajat ionisasi (obat anestesi lokal yang mudah
terionisasi berdifusi lebih lambat), derajat hidrofobik, dan sifat
fisik jaringan sekitar jaringan saraf. Konsentrasi tinggi obat
anestesi lokal menyebabkan awitan lebih cepat, namun harus
diingat toksisitas sistemik dan toksisitas terhadap jaringan saraf
terutama jika digunakan obat anestesi lokal sediaan solutio. Obat
anestesi lokal dengan nilai pKa rendah cenderung mempunyai
awitan lebih cepat, karena obat tidak berubah pada pH netral.
Sebagai contoh, awitan lidokain sekitar 3 menit, 35% lidokain
dalam bentuk base pada pH 7,4, sedangkan bupivakain dengan
awitan 15 menit hanya 5-10% dalam bentuk base pada pH yang
sama. Semakin tinggi derajat hidrofobisitas maka semakin cepat
awitan dan semakin poten karena peningkatan penetrasi obat ke
jaringan saraf. Akan tetapi perlu diperhatikan agar diberikan dalam
konsentrasi rendah karena obat menjadi lebih toksik. Jaringan
penunjang berperan dalam penetrasi obat; semakin tebal jaringan
penunjang semakin lambat obat berdifusi ke dalam jaringan saraf. 1
Durasi anestesi nerve block bergantung sifat fisik dan bahan
vasokonstriktor. Sifat fisik yang terpenting adalah daya larut dalam
38
![Page 39: Pemba Has An](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062304/55cf9d83550346d033adf6a1/html5/thumbnails/39.jpg)
lemak dan daya ikat dengan protein. Berdasarkan durasi, obat
anestesi lokal dibagi 3 kategori; durasi pendek, sedang dan lama.
Durasi pendek, yaitu 20-45 menit misalnya prokain, durasi sedang,
yaitu 60-120 menit misalnya lidokain dan mepivakain, dan durasi
lama yaitu 400-450 menit misalnya bupivakain, etidokain,
ropivakain, dan tetrakain.1
39
![Page 40: Pemba Has An](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062304/55cf9d83550346d033adf6a1/html5/thumbnails/40.jpg)
BAB IV
KESIMPULAN
Dari diskusi tutorial yang telah dilakukan oleh kelompok kami, dapat
disimpulkan bahwa Farmakologi adalah ilmu pengetahuan yang berhubungan
dengan obat-obatan. Dalam ilmu ini dipelajari:
1. Penelitian mengenai penyakit-penyakit
2. Kemungkinan penyembuhan
3. Penelitian obat-obat baru
4. Penelitian efek samping obat-obatan dan atau teknologi baru terhadap beberapa
penyakit berhubungan dengan perjalanan obat di dalam tubuh serta perlakuan
tubuh terhadapnya
Di dalam jenis obat-obatan, terdapat jenis obat yang berguna untuk
menghilangkan rasanyeri yang lebih dikenal sebagai obat anastesi. Obat anastesi
dibagi menjadi 2 kelompok yaitu anastesi umum dan anastesi lokal. Jenis obat
anastesi lokal merupakan obat penghilang rasa nyeri tanpa menghilangkan
kesadaran. Pada anastesi lokal ini di bagi menjadi dua golongan yaitu golongan
Amida dan Ester.Selain itu, dikenal pula jenis obat antibiotik, analgesik, dan
antiinflamasi yang memiliki mekanisme dan efek samping tersendiri.
40
![Page 41: Pemba Has An](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062304/55cf9d83550346d033adf6a1/html5/thumbnails/41.jpg)
DAFTAR PUSTAKA
Gunawan,Sulistia Gan. 2011. Farmakologi dan Terapi. Jakarta : Badan penerbit FKUI
Mutschler, E., 1991. Dinamika Obat , Edisi Kelima, Penerbit ITB, Bandung
41