Pemba Has An

65
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Farmakologi merupakan ilmu yang sangat luas cakupannya. Farmakologi berasal dari kata pharmacon (obat) dan logos (ilmu pengetahuan). Farmakologi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari obat dan cara kerjanya pada system biologis. Namun untuk seorang dokter, ilmu ini dibatasi tujuannya yaitu agar dapat menggunakan obat untuk maksud pencegahan, diagnosis, dan pengobatan penyakit. Selain agar mengerti bahwa penggunaan obat dapat mengakibatkan berbagai gejala penyakit. Antibiotik merupakan salah satu contoh cabang dari farmakologi. Dalam penggunaan umum, antibiotik merupakan substansi atau gabungan (juga disebut obat chemotherapeutic) yang membunuh atau menghalangi pertumbuhan bakteri. Antibiotik tergolong ke dalam kelompok antimicrobial yang digunakan untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme, termasuk jamur, bakteri, dan protozoa. Dengan kemajuan perkembangan obat-obat kimia, sebagian besar antibiotik telah dimodifikasi secara kimia dari ramuan aslinya di alam, seperti halnya dengan beta-lactam (termasuk penicillin, yang 1

Transcript of Pemba Has An

Page 1: Pemba Has An

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Farmakologi merupakan ilmu yang sangat luas cakupannya. Farmakologi

berasal dari kata pharmacon (obat) dan logos (ilmu pengetahuan). Farmakologi

didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari obat dan cara kerjanya pada system

biologis. Namun untuk seorang dokter, ilmu ini dibatasi tujuannya yaitu agar

dapat menggunakan obat untuk maksud pencegahan, diagnosis, dan pengobatan

penyakit. Selain agar mengerti bahwa penggunaan obat dapat mengakibatkan

berbagai gejala penyakit.

Antibiotik merupakan salah satu contoh cabang dari farmakologi. Dalam

penggunaan umum, antibiotik merupakan substansi atau gabungan (juga disebut

obat chemotherapeutic) yang membunuh atau menghalangi pertumbuhan bakteri.

Antibiotik tergolong ke dalam kelompok antimicrobial yang  digunakan untuk

mengobati infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme, termasuk jamur,

bakteri, dan protozoa.

Dengan kemajuan perkembangan obat-obat kimia, sebagian besar

antibiotik telah dimodifikasi secara kimia  dari ramuan aslinya di alam, seperti

halnya dengan beta-lactam (termasuk penicillin, yang dihasilkan oleh jamur dalam

genus Penicillium, cephalosporins, dan carbapenem). Beberapa antibiotik masih

diproduksi dengan mengisolasi organisme hidup, seperti aminoglycosida; di

samping itu, masih banyak lagi antibiotik yang dibuat melalui sintetis murni,

seperti quinolone.

Selain antibiotik juga terdapat analgesik dan antiinflamasi yang juga

dikenal dalam bidang farmakologi. Analgetik adalah obat yang mengurangi atau

melenyapkan rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Rasa nyeri hanya

merupakan suatu gejala, fungsinya memberi tanda tentang adanya gangguan-

gangguan di tubuh seperti peradangan, infeksi kuman atau kejang otot. Rasa nyeri

disebabkan rangsang mekanis atau kimiawi, kalor atau listrik, yang dapat

menimbulkan kerusakan jaringan dan melepaskan zat yang disebut mediator nyeri

1

Page 2: Pemba Has An

(pengantara). Zat ini merangsang reseptor nyeri yang letaknya pada ujung syaraf

bebas di kulit, selaput lendir dan jaringan lain. Dari tempat ini rangsang dialirkan

melalui syaraf sensoris ke S.S.P (Susunan Syaraf Pusat), melalui sumsum tulang

belakang ke talamus (optikus) kemudian ke pusat nyeri dalam otak besar, di mana

rangsang terasa sebagai nyeri.

Sebagai mediator nyeri adalah:

1. Histamin

2. Serotonin

3. Plasmokinin (antara lain Bradikinin)

4. Prostaglandin

5. Ion kalium

Obat analgesik serta obat anti - inflamasi nonsteroid (AINS) ini

merupakan suatu kelompok obat yang heterogen, bahkan beberapa obat sangat

berbeda secara kimia. Walaupun demikian obat-obat ini ternyata memiliki banyak

persamaan dalam efek terapi maupun efek samping. Prototip obat golongan ini

adalah aspirin, karena itu obat golongan ini sering disebut juga sebagai obat mirip

aspirin. Perlu diingat, bahwa pemberian antibiotik, analgesik, maupun

antiinflamasi tersebut akan dapat memberikan suatu efek samping, terutama bila

dalam pemberiannya terlalu berlebihan dan melebihi dosis. Oleh karena itu

pemberian antibiotik, analgesik, maupun antiinflamasi tersebut baik digunakan

apabila dalam kadar yang sewajarnya dan tidak berlebihan.

Dalam bidang kedokteran gigi, juga dikenal adanya suatu anestesi lokal

yang juga merupakan salah satu terapan dalam bidang farmakologi tersebut.

Anestesi (pembiusan; berasal dari bahasa Yunani an-"tidak, tanpa" dan aesthētos,

"persepsi, kemampuan untuk merasa"), secara umum berarti suatu tindakan

menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur

lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh.

Penelitian untuk anastesi lokal terus berlangsung sehingga banyak

obat-obat dengan berbagai keuntungan dapat digunakan pada saat ini. Oleh

sebab itu, sebagai mahasiswa kedokteran harus mempelajari bagaimana

memilih jenis obat anastesi lokal yang akan digunakan dan cara

penggunaannya. Obat-obat anastesi lokal dikembangkan dari kokain yang

2

Page 3: Pemba Has An

digunakan untuk pertama kalinya dalam kedokteran gigi dan oftalmologi pada

abad ke – 19. Kini kokain sudah diganti dengan lignokain (lidokain), buvikain

(marccain), prilokain dan ropivakain.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana klasifikasi antibiotik, analgesik, anti inflamasi dan anestesi

lokal?

2. Bagaimana farmakologi antibiotic, analgesik, anti inflamasi dan anestesi

lokal?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui klasifikasi antibiotik, analgesik, anti inflamasi dan

anestesi lokal

2. Untuk mengetahui farmakologi antibiotic, analgesik, anti inflamasi dan

anestesi lokal

3

Page 4: Pemba Has An

MAPPING

4

Penderita Komplikasi Medis

Infeksi

Terapi Infeksi

Anti Inflamasi

Analgesik

Antibiotik

Anastesi Lokal

Ekstraksi

FARMAKOLOGI

Page 5: Pemba Has An

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Farmakologi berasal dari kata pharmacon (obat) dan logos (ilmu

pengetahuan). Farmakologi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari obat dan

cara kerjanya pada system biologis.

Farmakokinetika adalah segala proses yang dilakukan tubuh terhadap obat berupa

absorpsi, distribusi, metabolisme (biotransformasi), dan ekskresi. Tubuh kita

dapat dianggap sebagai suatu ruangan besar, yang terdiri dari beberapa

kompartemen yang terpisah oleh membran-membran sel. Sedangkan proses

absorpsi, distribusi dan ekskresi obat dari dalam tubuh pada hakekatnya

berlangsung dengan mekanisme yang sama, karena proses ini tergantung pada

lintasan obat melalui membran tersebut.

Membran sel terdiri dari suatu lapisan lipoprotein (lemak dan protein)

yang mengandung banyak pori-pori kecil, terisi dengan air. Membran dapat

ditembus dengan mudah oleh zat-zat tertentu, dan sukar dilalui zat-zat yang lain,

maka disebut semi permeable. Zat-zat lipofil (suka lemak) yang mudah larut

dalam lemak dan tanpa muatan listrik umumnya lebih lancar melintasinya

dibanding kan dengan zat-zat hidrofil dengan muatan (ion).

          Adapun mekanisme pengangkutan obat untuk melintasi membran sel ada

dua cara:

a. Secara pasif, artinya tanpa menggunakan energi.

Filtrasi, melalui pori-pori kecil dari membran misalnya air dan zat hidrofil.

Difusi, zat melarut dalam lapisan lemak dari membran sel, contoh ion

anorganik.

b.    Secara aktif, artinya menggunakan energi.

Pengangkutan dilakukan dengan mengikat zat hidrofil (makromolekul atau ion)

pada enzim pengangkut spesifik. Setelah melalui membran, obat dilepaskan lagi.

Cepatnya  penerusan tidak tergantung pada konsentrasi obat, Contohnya glukosa,

asam amino asam lemak, garam besi, vitamin B1,B2 dan B12.

Absorpsi

5

Page 6: Pemba Has An

          Proses absorpsi sangat penting dalam menentukan efek obat. Pada

umumnya obat yang tidak diabsorpsi tidak menimbulkan efek. Kecuali antasida

dan obat yang bekerja lokal. Proses absorpsi terjadi diberbagai tempat pemberian

obat, misalnya melalui alat cerna, otot rangka, paru-paru, kulit, dan sebagainya.

Absorpsi dipengaruhi oleh beberapa faktor:

1.    Kelarutan obat.

2.    Kemampuan difusi melintasi sel membran

3.    Konsentrasi obat.

4.    Sirkulasi pada letak absorpsi.

5.    Luas permukaan kontak obat.

6.    Bentuk sediaan obat

7.    Cara pemakaian obat.

Distribusi.

            Obat setelah diabsorpsi akan tersebar melalui sirkulasi darah ke seluruh

tubuh dan harus melalui membran sel agar tercapai tepat pada efek aksi. Molekul

obat yang mudah melintasi membran sel akan mencapai semua cairan tubuh baik

intra maupun ekstra sel, sedangkan obat yang sulit menembus membran sel,

penyebarannya umumnya terbatas pada cairan ekstra sel.

            Kadang-kadang beberapa obat mengalami kumulatif selektif pada

beberapa organ dan jaringan tertentu, karena adanya proses transport aktif,

pengikatan dengan zat tertentu atau daya larut yang lebih besar dalam lemak.

Kumulasi ini digunakan sebagai gudang obat (protein plasma, umumnya albumin,

jaringan ikat dan jaringan lemak). Selain itu ada beberapa tempat lain misalnya

tulang, organ tertentu, dan cairan transel yang dapat berfungsi sebagai gudang

untuk beberapa obat tertentu. Distribusi obat kesusunan saraf pusat dan janin

harus menembus sawar khusus yaitu sawar darah otak dan sawar uri. Obat yang

mudah larut dalam lemak pada umumnya mudah menembusnya.

Metabolisme (Biotransformasi)

Tujuan biotransformasi obat adalah perubahan obat sedemikian rupa

sehingga mudah diekskresikan oleh ginjal, dalam hal ini menjadikannya lebih

6

Page 7: Pemba Has An

hidrofil. Pada umumnya obat dimetabolisme oleh enzim mikrosom di retikulum

endoplasma sel hati. Pada proses metabolisme molekul obat dapat berubah sifat

antara lain menjadi lebih polar. Metabolit yang lebih polar ini menjadi tidak larut

dalam lemak sehingga mudah diekskresi melalui ginjal. Metabolit obat dapat lebih

aktif dari obat asal (bioaktivasi), tidak atau berkurang aktif (detoksifikasi atau bio-

inaktivasi) atau sama aktifitasnya. Proses metabolisme ini memegang peranan

penting dalam mengakhiri efek obat. Skema proses metabolisme dapat dilihat

pada Gambar

Hal-hal yang dapat mempengaruhi metabolisme:

Fungsi hati, metabolisme dapat berlangsung lebih cepat atau lebih lambat,

sehingga efek obat menjadi lebih lemah atau lebih kuat dari yang kita

harapkan.

Usia, pada bayi metabolismenya lebih lambat.

Faktor genetik (turunan), ada orang yang memiliki faktor genetik tertentu

yang dapat menimbulkan perbedaan khasiat obat pada pasien.

Adanya pemakaian obat lain secara bersamaan, dapat mempercepat  metabolisme

(inhibisi enzim).

Ekskresi.

            Pengeluaran obat atau metabolitnya dari tubuh terutama dilakukan oleh

ginjal melalui air seni, dan dikeluarkan dalam bentuk metabolit maupun bentuk

asalnya.

disamping ini ada pula beberapa cara lain, yaitu:

Kulit, bersama keringat.

Paru-paru, dengan pernafasan keluar, terutama berperan pada anestesi

umum, anestesi gas atau anestesi terbang.

Hati, melalui saluran empedu, terutama obat untuk infeksi saluran empedu.

Air susu ibu, misalnya alkohol, obat tidur, nikotin dari rokok dan alkaloid

lain. Harus diperhatikan karena dapat menimbulkan efek farmakologi atau

toksis pada bayi.

Usus, misalnya sulfa dan preparat besi .

7

Page 8: Pemba Has An

Farmakodinamika adalah cabang ilmu yang mempelajari efek biokimiawi

dan fisiologi obat serta mekanisme kerjanya. Mekanisme kerja dipelajari guna

mengetahui efek utama obat, interaksi obat dengan sel, dan urutan peristiwa dan

spektrum efek dan respon yang terjadi. Pengetahuan yang baik mengenai hal ini

merupakan dasar terapi yang rasional dan berguna dalam sintesis obat baru.

Mekanisme kerja obat

            Dikenal beberapa mekanisme kerja obat yang dapat digolongkan sebagai

berikut :

o Secara fisika, contohnya anestetik terbang, laksansia dan diuretik osmotis.

o Secara Kimia, contohnya antasida dan zat-zat khelasi (zat-zat yang dapat

mengikat logam berat)

o Proses metabolisme, contohnya antibiotika mengganggu pembentukan

dinding sel, sintesis protein,  dan metabolisme asam nukleat bakteri.

o Secara kompetisi atau saingan, dalam hal ini dapat dibedakan dua jenis

kompetisi yaitu untuk reseptor spesifik dan enzym-enzym.

Efek terapi.

          Tidak semua obat bersifat betul-betul menyembuhkan penyakit, banyak

diantaranya hanya meniadakan atau meringankan gejala-gejalanya. Oleh karena

itu dapat dibedakan tiga jenis pengobatan, yaitu :

Terapi kausal, yaitu pengobatan dengan meniadakan atau memusnahkan

penyebab penyakitnya, misalnya sulfonamid, antibiotika, obat malaria dan

sebagainya.

Terapi simptomatis, yaitu pengobatan untuk  menghilangkan atau

meringankan gejala penyakit, sedangkan penyebabnya yang lebih

mendalam tidak dipengaruhi, misalnya pemberian analgetik pada reumatik

atau sakit kepala.

Terapi substitusi, yaitu pengobatan dengan cara menggantikan zat-zat yang

seharusnya dibuat oleh organ tubuh yang sakit, misalnya insulin pada

penderita diabetes dan tiroksin pada penderita hipotiroid.

8

Page 9: Pemba Has An

Efek yang tidak diinginkan

a. Efek samping, adalah segala  pengaruh obat  yang tidak diinginkan pada

tujuan terapi yang dimaksud, pada dosis normal (WHO 1970).

b. Idiosinkrasi, adalah peristiwa dimana suatu obat memberikan efek yang

sama sekali berlainan dari efek normalnya.

c. Alergi, adalah peristiwa hipersensitif akibat pelepasan histamin di dalam

tubuh atau terjadinya reaksi khusus antara antigen-antibodi.Gejala-gejala

alergi yang terpenting dan sering terjadi adalah pada kulit yaitu urtikaria

(gatal dan bentol-bentol), kemerah-merahan dan sebagainya. Pada alergi

yang lebih hebat dapat berupa demam, serangan asma, anafilaksis shock

dan lain-lain.

d. Fotosensitasi, adalah kepekaan berlebihan terhadap cahaya akibat

penggunaan obat. Seringkali terjadi pada penggunaan kosmetik yang tidak

cocok.

e. Efek toksis

Bila obat digunakan dalam dosis yang tinggi akan menunjukkan efek toksis.

Bila dosis dikurangi maka efek toksik dapat berkurang. Dikenal beberapa macam

dosis, yaitu :

1. dosis terapi yaitu dosis yang mampu memberikan efek penyembuhan

2. dosis maksimum yaitu dosis yang bila dilampaui kemungkinan dapat

memberikan efek toksis atau letal

3. dosis letalis yaitu dosis yang dapat menimbulkan kematian.

Dosis yang diberikan pada pasien untuk menghasilkan efek yang diinginkan

tergantung dari banyak faktor antara lain: usia, berat badan dan sebagainya.

Hampir semua obat pada dosis yang cukup besar menimbulkan efek toksik dan

pada akhirnya dapat mengakibatkan kematian. (dosis toksik = TD, dosis letal =

LD, dan dosis terapeutik atau efective dose = ED ).

Untuk menilai keamanan dan efek suatu obat, dilakukan dengan

menggunakan binatang-binatang percobaan. Yang ditentukan adalah khusus ED50

yaitu dosis yang menghasilkan efek pad 50% dari jumlah binatang percobaan dan

LD50 yaitu  dosis yang mematikan 50% binatang percobaan. Perbandingan antara

kedua dosis ini dinamakan Indeks terapi. Semakin besar indeks ini semakin aman

9

Page 10: Pemba Has An

penggunaan obat tersebut. Luas terapi adalah jarak antara LD50 dan ED50, juga

disebut jarak keamanan atau Safety margin.

Efek yang tidak diinginkan pada penggunaan obat jangka panjang

a. Reaksi hipersensitif, adalah reaksi alergik, merupakan respon abnormal

terhadap obat atau zat dimana pasien telah menggunakan obat yang sama

sebelumnya.

b. Kumulasi adalah fenomena penumpukan obat dalam badan sebagai hasil

pengulangan penggunaan obat, dimana obat dieksresikan lebih lambat

dibanding dengan absorbsinya. Pada pengulangan/penggunaan obat

selanjutnya dapat terjadi efek toksik.

c. Toleransi adalah fenomena berkurangnya respon terhadap dosis yang sama

dari obat. Agar diperoleh efek terapeutik yang sama, dosis yang diberikan

harus ditingkatkan secara terus menerus, ada tiga macam toleransi yaitu :

1. Toleransi bawaan (primer), terdapat pada sebagian orang dan

binatang tertentu, misalnya toleransi terhadap atropin pada kelinci.

2. Toleransi perolehan (sekunder), disebut pula habituasi atau

kebiasaan adalah toleransi yang timbul setelah menggunakan suatu

obat selama beberapa waktu. Organisme dapat menjadi kurang

peka terhadap obat tersebut. Habituasi merupakan suatu gejala

ketergantungan psikologis terhadap suatu obat.

3. Toleransi silang, dapat terjadi antara zat-zat dengan struktur kimia

serupa atau derivatnya (fenobarbital dan butobarbital), atau

kadang-kadang antara zat-zat yang berlainan misalnya alkohol dan

barbital.

4. Takhifilaksis adalah fenomena berkurangnya kecepatan respon

terhadap aksi obat pada penggunaan obat dalam dosis yang sama.

Contohnya Efedrin dalam tetes mata untuk glaukoma.     

5. Adiksi atau ketagihan adalah ketergantungan jasmaniah dan

rohaniah terhadap suatu obat, dan bila pengobatan dihentikan dapat

menimbulkan efek hebat secara fisik dan mental.

10

Page 11: Pemba Has An

Waktu penggunaan obat

          Bagi kebanyakan obat waktu penggunaan tidak begitu penting, yaitu

sebelum atau sesudah makan. Tetapi ada pula obat dengan sifat atau maksud

pengobatan khusus guna menghasilkan efek maksimal atau menghindarkan efek

samping tertentu.

Sebenarnya absopsi obat dari lambung yang kosong berlangsung paling cepat

karena tidak dihalangi oleh isi usus, contoh :

o Obat-obat yang diharapkan memberikan efek yang cepat sebaiknya ditelan

sebelum makan, misalnya analgetika (kecuali asetosal).

o Obat yang sebaiknya diberikan pada lambung kosong yakni 1 jam sebelum

atau 2 jam setelah makan adalah Penisilin, Sefalosporin, Eritromysin,

Rovamysin, Linkomisin, dan Klindamisin, Rifampisin dan Tetrasiklin.

o Obat lain yang bersifat merangsang mukosa lambung harus digunakan

pada waktu atau setelah makan, meskipun absopsinya menjadi

terhambat.misalnya  kortikosteroid dan obat-obat rematik, antidiabetik

oral, garam-garam besi, obat cacing dan sebagainya.

ANTIBIOTIK

Adalah zat-zat yang dihasilkan oleh mikroba terutama fungi dan bakteri

tanah, yang dapat menghambat pertumbuhan atau membasmi mikroba jenis lain,

sedangkan toksisitasnya(racun) terhadap manusia relatif kecil.Mekanisme kerja

dari antibiotik adalah menghambat sintesa dinding sel,menghambat sintesa

membran sel,menghambat sintesa protein sel,dan menghambat pembentukan

asam-asam inti(DNA dan RNA)Efek samping dari penggunaaan antibiotik yang

tidak tepat adalah dapat menyebabkan hipersensitif dan timbulnya resistensi.

Penggolongan Antibiotik berdasarkan aktivitasnya adalah : Zat-zat dengan

aktrivitas sempit (narrow spektrum) dan Zat-zat dengan aktrivitas luas (broad

spektrum).Sedangkan penggolongan Antibiotik secara umum adalah golongan

penisilin, Golongan

Sefalosporin,GolonganAminoglikosida,GolonganKloramfenikol,GolonganTetrasi

klin,Golongan Makrolida,Golongan Rifampicin & Asam Ausidat,Golongan Lain-

laindan Golongan Polipeptida.

ANALGESIK

11

Page 12: Pemba Has An

Analgesik adalah obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri dan

akhirnya akan memberikan rasa nyaman pada orang yang menderita.

Berdasarkan aksinya obat-obat analgesik dibagi menjadi dua yaitu :

Analgesik Non-opioid : Salicylates, p-Aminophenol Derivatives, Indoles and

Related Compounds,   Fenamates, Arylpropionic Acid Derivatives,dll.

Aalgesik Opioid : Fenantren, Fenilheptilamin, Fenilpiperidin,dll.

AINS(Anti Iflamasi Non Steroid)

Ains merupakan salah satu kelompok obat yang banyak diresepkan dan

juga tanpa resep dokter.Obat-obat ini merupakan suatu kelompok obat yang

heterogen,secara kimia(Wilmana PF, Gan S,2007).

Penggolongan obat-obat AINS adalah sebagai berikut :

A. Asam Karboksilat :

a. Asam Asetat :

1.Derivat Asam Fenisetat : Diklofenak,fenklofenak

2.Derivat Asam Asetat-inden/indol : Indometasin,Sulindak

b. Derivat asam Sarisitat : Aspirin, benorilat, diflunisal,

c. Derivat Asam propionat : As.Tiaprofenat, fenbufen,

fenoprofen, ibuprofen, ketoprofen, naproksen

d. Derivat Asam Fenamat : As.Mefenamat, meklofenamat

B. Asam Enolat :

a. Derivat Pirazolon : Azapropazon, Fenilbutazon,

Oksifenbutazon

b. Derivat Oksikam : Peroksikam, Tenoksikam

12

Page 13: Pemba Has An

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Analgesik

Analgesik adalah senyawa yang pada dosis terapetik meringankan atau

menekan rasa nyeri tanpa memiliki kerja anastesi umum.

3.1.1 Klasifikasi Analgesik

Analgesik dibagi menjadi 3 golongan besar,yaitu :

1. Analgesik OPIOIDS (narkotik)

Analgesik narkotik merupakan analgesik yang dapat

menimbulkan efek adiksi,bekerja di SSP, dapat menghalangi rasa

nyeri dengan intensitas kecil hingga besar, namun cenderung dapat

disalah gunakan. Obat golongan ini dapat dibagi lagi menjadi

beberapa golongan obat menurut asal dan cara kerjanya.

Menurut asalnya,analgesik narkotik dibagi menjadi 3

jenis,yaitu:

a. Natural (berasal dari alam)

Yang termasuk didalamnya adalah golongan Phenatrhrene

(Morphine, Codeine, Thebaine) dan Benzylisoquioline

(Papaverin, Enoscopine, Narceine)

b. Sintetik

Obat-obatan yang masuk dalam golongan ini adalah

Oxymorphone, Morphinians, dan Benzamorphans.

Semisintetik

c. Obat yang masuk dalam golongan ini adalah Heroin,

Oxymorphone, dan Hydromorphone.

Sedangkan menurut cara kerjanya,golongan analgesic

narkotik dibagi menjadi 4,yaitu :

13

Page 14: Pemba Has An

a. Agonis kuat

Contoh : Fentanil, Heroin, Meperidin, Metadon, Morfin,

Sufentanil.

b. Agonis sedang

Contoh : Kodein,P ropoksifen.

c. Antagonis agonis campuran

Contoh : Buprenofin, Pentazocin.

d. Antagonis

Contoh : Nalokson, Naltrekson.

2. Analgesik non OPIOIDS (non narkotik)

Analgesik non OPIOIDS merupakan analgesic yang dapat

menghilangkan rasa nyeri ringan hingga sedang, mampu menurunkan

suhu dalam keadaan demam (anti piretik), memiliki efek anti-inflamasi

(NSAID),dan beberapa diantaranya memiliki efek anti gout. Disebut

juga analgesic perifer,karena tidak mempengaruhi SSP . golongan ini

dikelompokkan lagi manjadi obat AINS dan anti gout.

Obat golongan AINS, adalah obat yang dapat digunakan sebagai

anti piretik,anti-inflamasi non steroid, dan obat pirai. Obat ini sangat

luas penggunaannya, namun klasifikasi kimiawi dari obat jenis ini tidak

banyak manfaat kliniknya, karena terdapat AINS dari subgolongan

yang sama, namun memiliki sifat yang berbeda. Golongan AINS ini

dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu kelompok asam karboksilat dan

kelompok asam enolat.

Kelompok asam karboksilat merupakan kelompok obat AINS

dengan gugus kimia asam karboksil di dalamnya. Yang termasuk di

dalamnya adalah golongan :

1. Asam Asetat, terdiri atas :

a. Derifat Asam Fenil Asetat

Contoh : Diklofenak, Penklofenak.

b. Derifat Asam Asetat Inden / Indol

Contoh : Indometasin, Sulindak, Tolmetin.

14

Page 15: Pemba Has An

2. Derifat Asam Salisilat

Contohnya : Aspirin, Benorilat, Diflusinal, Salsalat.

3. Derifat Asam Propionat

Contohnya : Fenbufen, Ibuprofen, Ketoprofen, Naproksen.

4. Derifat Asam Fenamat

Contohnya : Asam Mefenamat, Meklofenamat.

Sedangkan kelompok Asam Enolat, di dalamnya terkandung

senyawa kimia jenis Enol. Diklasifikasikan lagi menjadi :

1. Derifat Pirazolon

Contohnya : Azapropazone, Fenil Butazon, dan Oksifen

Butazon.

2. Derifat Oksikam

Contohnya : Peroksikam dan Tenoksikam.

Golongan obat anti gout adalah golongan obat yang dapat

meredam adanya endapan Kristal sodium asam urat dalam sendi

yang mengakibatkan arthritis akut sendi. Obat-obat di dalamnya

adalah Indometacin, Naproxen, Piroxicam, dan golongan AINS

namun tidak dengan Aspirin.

A. Obat pirai

1. Menghentikan proses inflamasi akut

(Kolkisin, Fenilbutazon, Indometacin)

2. Mempengaruhi kadar asam urat

(Propenecid, Alopurinol, Sulfinpirazon)

B. Obat terapi propilaksis gout

Contohnya : Alopurinol (menghambat oksidase xantin),

Sulfinpirazon, dan Probesid (menghambat reabsorbsi asam urat di

tubuli ginjal dan meningkatkan ekskresinya).

3. Analgesik Adjuvan

Analgesik adjuvant (adjuvant analgesic) adalah obat yang

mempunyai sifat analgesic lemah atau tidak ada sifat analgesic sama

15

Page 16: Pemba Has An

sekali apabila diberikan sendiri, namun dapat meningkatkan efek agen

analgesic lain. Obat ini dapat dikombinasikan dengan analgesic primer

sesuai dengan sistem WHO Analgesic Ladder untuk mengurangi rasa

nyeri. Analgesik adjuvant biasanya diberikan kepaada pasien yang

menggunakan berbagai obat sehingga keputusan mengenai

administrasi dan dosis obat harus dibuat dengan pemahaman yang jelas

dari tahap penyakit dan tujuan perawatan.

3.1.2 Mekanisme kerja Opioid

Menduduki reseptor opioid (agonis opioid), bertindak seperti

opioid endogen. Yang termasuk opioid endongen adalah: endorfin

dan enkephalin.

3.1.3 Efek dari opioid

1. Respiratory paralisis: hati-hati dalam penggunaan karena dapat

menyebabkan kematian karena respirasi dapat tertekan.

2. Menginduksi pusat muntah (emesis).

3. Supresi pusat batuk (antitusif): kodein

4. Menurunkan motilitas GI tract: sebagai obat antidiare, yaitu

loperamid.

5. Meningkatkan efek miosis pada mata .

6. Menimbulkan reaksi alergi: urtikaria (jarang terjadi).

7. Mempengaruhi mood.

8. Menimbulkan ketergantungan: karena reseptor dapat

berkembang.

3.2 Antibiotik

3.2.1 Klasifikasi Antibiotik

1. Berdasarkan Manfaat dan Sasaran Kerja

a. Spektrum Luas

Antibiotik yang bersifat aktif bekerja terhadap banyak jenis

mikroba yaitu bakteri gram positif , gram negative dan

juga Mycoplasma serta protozoa. Antibiotik golongan ini

16

Page 17: Pemba Has An

biasanya digunakan pada saat gejala ayam sakit belum spesifik

atau sebagai upaya pencegahan serangan penyakit pada saat

kondisi kandang tidak nyaman. Ayam yang terserang

komplikasi beberapa jenis bakteri juga bisa diatasi dengan

pemberian antibiotik dengan spektrum luas ini.

Contoh antibiotik dalam kelompok ini adalah sulfonamid,

ampisilin, sefalosforin, kloramfenikol, tetrasiklin, dan

rifampisin.

b. Spektrum Sempit

Antibiotik yang bersifat aktif bekerja hanya terhadap

beberapa jenis mikroba saja, bakteri gram positif atau gram

negative saja. Sebagai contohnya golongan peptida yang hanya

bekerja aktif pada bakteri Gram (-). Golongan makrolida juga

memiliki spektrum kerja sempit, hanya efektif untuk bakteri Gram

(+) dan Mycoplasma. Sediaan antibiotik ini relatif jarang

ditemukan, biasanya antibiotik ini diformulasikan berkombinasi

dengan antibiotik lain sehingga memiliki spektrum yang lebih

luas. 

Contohnya antibiotik spektrum sempit eritromisin,

klindamisin, kanamisin, hanya bekerja terhadap mikroba gram-

positif. Sedang streptomisin, gentamisin, hanya bekerja terhadap

kuman gram-negatif.

2. Berdasarkan Daya Kerja

a. Bakterisid :

Antibiotika yang bakterisid secara aktif membasmi kuman. Termasuk

dalam golongan ini adalah penisilin, sefalosporin, aminoglikosida

(dosis besar), kotrimoksazol , polipeptida, rifampisin, isoniazid dll.

b. Bakteriostatik :

Antibiotika bakteriostatik bekerja dengan mencegah atau

menghambatpertumbuhan kuman, tidak membunuhnya, sehingga

17

Page 18: Pemba Has An

pembasmian kuman sangat tergantung pada daya tahan tubuh.

Termasuk dalam golongan ini adalah sulfonamida, tetrasiklin,

kloramfenikol, eritromisin, trimetropim, linkomisin, makrolida,

klindamisin, asam paraaminosalisilat, dll.

3. Berdasarkan Mekanisme Kerja

a. Pada dinding sel

Merusak dinding sel sehingga mikroba / bakteri tidak dapat

berkembang atau lisis

Contohnya : penisilin, selafosporin, siloserin, vankomisin.

b. Pada memberan sel

Dengan jalan permiabilitis menurun sehingga ion Na juga

menurun. Sehingga bocor dan kehilangan cairan intra sel.

Contohnya : polimiksin, kolistemetat, polean nistatin, amfoterasin.

c. Gangguan pada fungsi ribosom

Terjadi inbibisi sintesis protein secara reversibel

Contohnya : makrolid, tetrasiklin, eritromisin, linkomisin,

klindamisin.

d. Difiksasi ribosom 30S

Terjadi akibat dari salah tafsir kode mRNA, sehingga produksi poli

peptida abnormal (aminoglikosid)

e. Gangguan metabolisme asam nukleat

f. Melalui gangguan pada sitoplasma

4. Berdasarkan Senyawa Kimia Penyusunnya

a. Penisilin

Penisilin merupakan antibiotik yang bersifat bakterisid

(membunuh). Turunan terbaru dari antibiotik yang ditemukan pertama

kali pada tahun 1928 tersebut efektif membasmi bakteri Gram (+) dan

Gram (-). Antibiotik hasil penemuan Fleming ini mudah diserap oleh

tubuh melalui usus dan cepat masuk ke darah.

18

Page 19: Pemba Has An

Antibiotik yang termasuk antibiotik -laktam ini bekerja pada

dinding sel bakteri dan berikatan denganpenicillin binding protein.

Mekanisme ini akan mengakibatkan bakteri

mati. Amoxitin dan Ampicol mempunyai kandungan aktif antibiotik

ini.

b. Aminoglikosida

Antibiotik yang mengandung amino dan glikosida ini bekerja

secara langsung pada ribosom bakteri, membran sel dan menghambat

sintesa protein sehingga bakteri akan mati (bakterisid). Antibiotik ini

tidak bisa diserap melalui usus sehingga untuk tujuan pengobatan yang

bersifat sistemik aplikasinya dilakukan secara injeksi (suntikan), baik

subkutan (bawah kulit) maupun intramuskuler (tembus dinding atau

otot).

Saat diberikan, antibiotik ini akan bekerja optimal membasmi

bakteri Gram (+) dan Gram (-). Hanya saja saat terjadi gangguan

ginjal, seperti pada kasus infeksi Gumboro maupun infectious

bronchitis (IB) pemakaian antibiotik ini hendaknya dihindari karena

akan memicu kerusakan ginjal yang lebih parah. Contoh obat yang

mengandung antibiotik golongan aminoglikosida adalah Gentamin,

Kanamin dan Vet Strep.

c. Fluoroquinolon

Struktur salah satu antibiotik fluoroquinolon

19

Page 20: Pemba Has An

Antibiotik ini mulai dikenal tahun 1962 oleh Lesher. Pada

aplikasinya, sediaan obat yang mengandung antibiotik golongan

fluoroquinolon banyak tersedia. Proxan-S, Proxan-C, Neo Meditril,

Doctril dan Coliquinmerupakan contoh sediaan antibiotik dari

golongan fluoroquinolon.

Ketika “kontak” dengan bakteri, flouroquinolon akan menyerang

inti sel (DNA) bakteri dengan menghambat enzim DNA gyrase.

Mekanisme ini akan mengakibatkan bakteri mati (bakterisid).

Antibiotik ini memiliki spektrum kerja yang luas, baik terhadap

bakteri Gram (+), Gram (-) dan Mycoplasma.

Aplikasi pemberiannya dapat dilakukan secara oral (melalui

saluran pencernaan) maupun injeksi, baik subkutan atau

intramuskuler. Agar obat bekerja optimal hindari adanya

mineral/logam seperti Ca2+, Mg2+ dan Al3+ dalam air minum yang

digunakan untuk melarutkan obat karena bisa menurunkan penyerapan

obat di saluran pencernaan.

d. Peptida

Antibiotik ini bekerja aktif membunuh (bakterisid) bakteri Gram

(-) dengan cara merusak atau menghambat membran sel. Antibiotik

golongan ini tidak diserap oleh usus sehingga lokasi kerjanya bersifat

lokal. Obat yang hanya mengandung antibiotik golongan peptida

relatif jarang, biasanya dikombinasikan dengan golongan lain untuk

meningkatkan potensi dan spektrum kerjanya,

seperti Amoxitin dan Tycotil.

20

Page 21: Pemba Has An

e. Makrolida

Struktur antibiotik golongan makrolida

Golongan antibiotik ini efektif untuk mengatasi bakteri Gram (+)

dan Mycoplasma. Pemberian antibiotik ini akan bekerja mengganggu

proses sintesis protein melalui mekanisme berikatan dengan ribosom

30S.

f. Tetrasiklin

Tetrasiklin merupakan antibiotik yang bersifat bakteriostatik

(menghambat pertumbuhan bakteri) dengan cara menghambat sintesis

protein dengan berikatan pada ribosom 30S. Antibiotik yang

ditemukan pertama kali oleh Lloyd Conover ini memiliki spektrum

kerja yang luas, dimana bisa mengatasi infeksi bakteri Gram (+), Gram

(-) dan Mycoplasma.

Cara aplikasi antibiotik golongan tetrasiklin bisa dilakukan melalui

oral maupun suntikan (subkutan atau intramuskuler). Hanya saja jika

diberikan melalui oral sebaiknya memperhatikan kandungan logam

Ca2+, Mg2+dan Al3+ karena dapat menurunkan daya serap saat berada di

usus. Feed supplement yang mengandung mineral sebaiknya diberikan

pada waktu yang berbeda dengan pemberian antibiotik fluoroquinolon

dan tetrasiklin, misalnya pemberian antibiotik pada pagi hingga sore

hari dan supplement pada malam hari atau setelah pengobatan

berakhir.

21

Page 22: Pemba Has An

Medion telah memproduksi obat dengan kandungan antibiotik dari

golongan tetrasiklin, diantaranyaDoxyvet, Koleridin maupun Vita

Tetra Chlor.

g. Sulfonamida

Sulfamix, Coxy, Trimezyn dan Respiratrek adalah produk

Medion yang mengandung antibiotik dari golongan sulfonamida.

Antibiotik yang ditemukan Gerhard Domagk ini telah dikenal luas oleh

masyarakat, termasuk masyarakat peternakan.

Antibiotik ini bersifat bakteriostatik, yaitu bekerja menghambat

pertumbuhan bakteri. Mekanismenya melalui hambatan pada sintesis

asam folat sehingga mengganggu perkembangan bakteri. Saat

diberikan pada ayam baik secara oral maupun suntikan (subkutan,

intramuskuler), antibiotik yang telah digunakan sejak 1933 ini akan

mampu mengatasi infeksi bakteri Gram (+), Gram (-) dan protozoa.

Agar daya kerja lebih optimal, saat pemberian obat dengan kandungan

antibiotik ini sebaiknya tidak diberikan suplemen berupa vitamin B

dan atau asam amino. Selain itu, saat ayam mengalami gangguan ginjal

sebaiknya penggunaan antibiotik ini dihindari.

Struktur kimia salah satu antibiotik golongan sulfonamida

h. Diaminopirimidin

Antibiotik golongan ini bersifat bakteriostatik. Mekanisme kerja

dari antibiotik ini ialah menghambat sistesis (pembentukan) asam

folat. Pemberiannya efektif untuk mengatasi serangan bakteri Gram

(+) dan Gram (-). Aplikasinya dapat dilakukan secara oral maupun

suntikan, baik subkutan maupun injeksi.

22

Page 23: Pemba Has An

Antibiotik ini biasanya dikombinasikan dengan golongan

sulfonamida untuk meningkatkan daya kerjanya dan menurunkan

tingkat resistensi bakteri terhadap kedua antibiotik ini. Kedua

antibiotik ini memiliki mekanisme kerja yang sinergis, saling

menguatkan. Trimezyn, Respiratrek,Erysuprim dan Antikoksi ialah

produk Medion yang mengandung kombinasi kedua antibiotik

tersebut.

3.2.2 Mekanisme Kerja Antibiotik

Penggunaan antibiotik khususnya berkaitan dengan pengobatan

penyakit infeksi, antibiotika bekerja seperti pestisida dengan menekan

atau memutus satu mata rantai metabolisme , hanya saja targetnya

adalah bakteri. Antibiotik berbeda dengan desinfektan karena cara

kerjanya. Desinfektan membunuh kuman dengan menciptakan

lingkungan yang tidak wajar bagi kuman untuk hidup. Mekanisme

kerja antibiotik yaitu:

1.   Menghambat metabolisme sel, seperti sulfonamid dan trimetoprim.

2.   Menghambat sintesa dinding sel, akibatnya pembentukan dinding

sel tidak sempurna dan tidak dapat menahan tekanan osmosa dari

plasma, akhirnya sel akan pecah seperti penicillin, vankomisin,

dan sefalosporin.

3.   Menghambat sintesa membran sel, molekul lipoprotein dari

membran sel dikacaukan pembentukannya hingga bersifat

permeabel akibatnya zat-zat penting dari isi sel keluar, seperti

polimiksin.

4. Menghambat sintesa protein sel dengan melekatkan diri ke ribosom

akibatnya sel terbentuknya tidak sempurna, seperti tetrasiklin,

kloramfenikol, streptomosin, dan aminoglikosida.

5.  Menghambat pembentukan asam-asam inti (DNA dan RNA)

akibatnya sel tidak dapat berkembang seperti rifampisin.

23

Page 24: Pemba Has An

3.3 Anti Inflamasi

3.3.1 Klasifikasi

3.3.1.1 Obat Anti-inflamasi Nonsteroid 

       Obat anti-inflamasi nonstreoid (OAINS) merupakan

kelompok obat yang paling banyak dikonsumsi di seluruh

dunia untuk mendapatkan efek analgetika, antipiretika, dan

anti-inflamasi. OAINS merupakan pengobatan dasar untuk

mengatasi peradangan-peradangan di dalam dan sekitar sendi

seperti lumbago, artralgia, osteoartritis, artritis reumatoid, dan

gout artritis. Disamping itu, OAINS juga banyak pada

penyakit-penyakit non-rematik, seperti kolik empedu dan

saluran kemih, trombosis serebri, infark miokardium, dan

dismenorea.

       OAINS merupakan suatu kelompok obat yang heterogen,

bahkan beberapa obat sangat berbeda secara kimia. Walaupun

demikian, obat-obat ini mempunyai banyak persamaan dalam

efek terapi maupun efek samping.15 Prototip obat golongan

ini adalah aspirin, karena itu OAINS sering juga disebut

sebagai obat-obat mirip aspirin (aspirin-like drug).

Aspirin-like drugs dibagi dalam lima golongan, yaitu:

1. Salisilat dan salisilamid, derivatnya yaitu asetosal (aspirin),

salisilamid, diflunisal

2. Para aminofenol, derivatnya yaitu asetaminofen dan

fenasetin

3. Pirazolon, derivatnya yaitu antipirin (fenazon), aminopirin

(amidopirin), fenilbutazon dan turunannya

4. Antirematik nonsteroid dan analgetik lainnya, yaitu asam

mefenamat dan meklofenamat, ketoprofen, ibuprofen,

naproksen, indometasin, piroksikam, dan glafenin

24

Page 25: Pemba Has An

5. Obat pirai, dibagi menjadi dua, yaitu :

(1) Obat yang menghentikan proses inflamasi akut,

misalnya kolkisin, fenilbutazon, oksifenbutazon, dan

(2) Obat yang mempengaruhi kadar asam urat,

misalnya probenesid, alupurinol, dan sulfinpirazon.

Sedangkan menurut waktu paruhnya, OAINS dibedakan

menjadi:

1. AINS dengan waktu paruh pendek (3-5 jam), yaitu aspirin,

asam flufenamat, asam meklofenamat, asam mefenamat,

asam niflumat, asam tiaprofenamat, diklofenak,

indometasin, karprofen, ibuprofen, dan ketoprofen.

2. AINS dengan waktu paruh sedang (5-9 jam), yaitu fenbufen

dan piroprofen.

3. AINS dengan waktu paruh tengah (kira-kira 12 jam), yaitu

diflunisal dan naproksen.

4. AINS dengan waktu paruh panjang (24-45 jam), yaitu

piroksikam dan tenoksikam.

5. AINS dengan waktu paruh sangat panjang (lebih dari 60

jam), yaitu fenilbutazon dan oksifenbutazon.

Obat-Obat Anti Inflamasi Non steroid (AINS)

C. Asam Karboksilat :

e. Asam Asetat :

1.Derivat Asam Fenisetat :

Diklofenak,fenklofenak

2.Derivat Asam Asetat-inden/indol :

Indometasin,Sulindak

f. Derivat asam Sarisitat :

Aspirin,benorilat,diflunisal,salsalat

25

Page 26: Pemba Has An

g. Derivat Asam propionat :

As.Tiaprofenat,fenbufen,fenoprofen,ibuprofen,ketopro

fen,naproksen

h. Derivat Asam Fenamat :

As.Mefenamat,meklofenamat

D. Asam Enolat :

c. Derivat Pirazolon

Azapropazon,Fenilbutazon,Oksifenbutazon

d. Derivat Oksikam

Peroksikam,Tenoksikam

3.3.1.2 Obat Anti Inflamasi Golongan Steroid

Obat golongan steroid ini terutama bekerja dengan cara

menghambat pelepasan prostaglandin dari sel-sel

sumbernya.dan contoh dari golongan ini adalah kortison,

hidrokortison, prednisone, prednisolone, dexametason,

3.4 Anestesi lokal

Anestesi lokal adalah hilangnya sensasi pada bagian tubuh tertentu

tanpa disertai kehilangan kesadaran atau kerusakan fungsi kontrol saraf pusat

dan bersifat reversibel. Obat anestesi lokal terutama berfungsi untuk

mencegah atau menghilangkan sensasi nyeri dengan memutuskan konduksi

impuls saraf yang bersifat sementara. Obat anestesi lokal pertama yang

ditemukan adalah kokain. Kokain yang ditemukan secara tidak sengaja pada

akhir abad ke-19 ternyata memiliki kemampuan sebagai anestesi yang baik.

Kokain diperoleh dari ekstrak daun coca (Erythroxylon coca). Selama

berabad-abad bangsa Andean mengunyah ekstrak daun ini untuk

mendapatkan efek stimulasi dan euforia. Kokain pertama kali diisolasi pada

tahun 1860 oleh Albert Niemann. Layaknya ahli kimia lainnya beliau

mencicipi sendiri penemuannya dan merasakan efek mati rasa di lidah.

Sigmund Freud meneliti efek fisiologi kokain dan pada tahun 1884 Carl

Koller memperkenalkan pemakaian kokain dalam praktek klinis sebagai

anestesi topikal untuk operasi mata. Halstead mempopulerkan penggunaan

26

Page 27: Pemba Has An

cara infiltrasi dan blok saraf. Penggunaan obat anestesi lokal secara luas saat

ini berdasarkan hasil observasi dan temuan di atas

Anestesi merupakan pendamping paling tua Ilmu Bedah.Banyak

kemajuan Ilmu Bedah dicapai sejalan dengan perkembangan teknik serta

penemuan obat anestesi lokal baru yang lebih efektif dibandingkan obat

anestesi lokal terdahulu. Hampir tidak ada tindakan bedah yang dilakukan

tanpa anestesi. Anestesi dapat mengurangi rasa sakit saat tindakan,

mengurangi biaya dan waktu, serta pemulihan lebih cepat, sehingga tindakan

bedah dapat dilakukan dengan tenang dan memberikan hasil baik.

Pada tindakan bedah, obat anestesi lokal dapat langsung diberikan dan

diawasi oleh operator sehingga operator harus memiliki pengetahuan

mengenai jenis, cara, penggunaan, metabolisme, dosis dan mekanisme kerja,

efek samping, dan efek merugikan dari obat anestesi lokal

3.4.1 Jenis obat anestesi lokal

Obat anestesi lokal diklasifikasikan menjadi dua golongan

berdasarkan struktur molekul, yaitu golongan amida dan ester. Masing-

masing golongan mempunyai kaitan pada struktur kimianya.

Golongan amida, meliputi bupivakain, dibukain, etidokain,

lidokain, mepivakain dan prilokain. Golongan ini dihidrolisis oleh

enzim mikrosom hepar dan diekskresikan melalui ginjal. Golongan

ester, meliputi benzokain, kloroprokain, kokain, prokain dan tetrakain.

Golongan ini dihidrolisis di dalam plasma dan hepar oleh enzim

pseudokolinesterase dan diekskresikan melalui ginjal.

3.4.3 Mekanisme Kerja Anestesi lokal

Obat anestesi lokal mencegah hantaran dan konduksi impuls saraf.

Lokasi utama kerja obat anestesi lokal adalah pada membran sel. Obat

anestesi lokal mencegah konduksi dengan menurunkan atau mencegah

peningkatan permeabilitas membran sel terhadap ion natrium.1

Perbedaan potensial transmembran sel saraf perifer dalam keadaan

istirahat adalah sebesar 70 mV, di dalam sel bermuatan negatif dan di

27

Page 28: Pemba Has An

luar sel bermuatan positif. Banyak faktor berpengaruh pada potensial

membran istirahat, tetapi pengaruh utama adalah pada permeabilitas

membran sel saraf. Difusi ion natrium ke luar sel menurunkan gradient

konsentrasi dan potensial membran menjadi negatif, kemudian ion

kalium yang bermuatan positif menurunkan gradient elektrokimia.

Potensial membran dalam keadaan istirahat menunjukkan

keseimbangan antara konsentrasi dan gradient elektrokimia ion

kalium.

Pada keadaan istirahat, ion natrium yang masuk tidak dapat

menurunkan konsentrasi dan gradient elektrokimia karena membran

sel impermeable, tetapi pada serabut saraf membuka kanal ion natrium

di membran sel, sehingga natrium masuk dan meningkatkan potensial

membran sebesar +20mV. Kanal natrium selanjutnya tertutup dan

kalium bergerak keluar menyebabkan kembali ke potensial membran

istirahat. Pompa natrium-kalium mengatur distribusi ion selama fase

aksi potensial membran istirahat. Dalam serabut saraf perubahan

bifasik potensial membran berlangsung singkat yaitu 1-2 milidetik, dan

ini merupakan bukti transmisi impuls listrik

Kunci proses hantaran dan konduksi impuls adalah pembukaan

kanal natrium. Pembukaan kanal ion natrium pada membran akson dan

membran saraf pada sinaptik dipicu oleh substansi neurotransmitter,

dan di sepanjang serabut saraf oleh muatan listrik dari depolarisasi

pada segmen yang berdekatan. Obat anestesi lokal dapat menghambat

di mana saja, obat anestesi lokal terbaru yang digunakan menghambat

kanal natrium dan mencegah depolarisasi membran sel.

Terdapat dua teori mekanisme kerja obat anestesi lokal dalam

menghambat kanal natrium. Teori pertama, obat anestesi lokal

berikatan dengan reseptor spesifik di kanal natrium dan ikatan ini

mengubah struktur serta fungsi kanal natrium dan menghambat

pergerakan ion natrium ke luar sel. Teori ini disebut natrium trap.

Teori kedua dikenal sebagai teori ekspansi/expantion, obat anestesi

28

Page 29: Pemba Has An

lokal diabsorbsi pada membran sel sehingga terjadi pembengkakan

membran dan menyebabkan penyempitan kanal natrium.

Untuk meningkatkan kerja obat, obat harus larut dalam lemak agar

dapat berdifusi ke dalam membran sel saraf dan mielin serabut saraf

perifer. Bahan yang larut dalam lemak akan kurang larut dalam air

sehingga menyulitkan formulasi obat, oleh karena itu ditambahkan

garam hidroklorida yang dapat larut dalam air pada pH 4-7. Formulasi

ini mengandung fraksi ion yang seimbang dengan sedikit fraksi bebas

dalam larutannya. Setelah disuntikkan, larutan ini menyebabkan pH

jaringan meningkat dan menambah fraksi lipofilik non-ion yang dapat

berdifusi ke dalam membran sel saraf. Di dalam cairan intrasel pH

sedikit lebih asam sehingga gugus aktif obat anestesi lokal dapat

menghambat kanal natrium.

Obat anestesi lokal dibedakan dalam awitan, durasi dan potensinya.

Perbedaan ini bergantung pada komposisi kimiawi khas masing-

masing, misalnya konstanta disosiasi (pKa), daya larut dalam lemak,

dan daya ikat dengan protein. Nilai pKa merupakan konstanta

disosiasi asam; pKa menunjukkan kekuatan relatif dari gugus amin

untuk berdisosiasi. Nilai pKa rendah berarti awitan anestesi cepat

karena sebagian besar anestesi akan terionisasi menjadi bentuk aktif.

Daya larut dalam lemak tinggi berarti anestesi berpotensi tinggi dan

mudah berpenetrasi ke dalam membran sel saraf. Durasi menunjukkan

lama ikatan anestesi dengan reseptor kanal natrium.

3.4.4 Metabolisme

Metabolisme obat anestesi lokal merupakan hal yang sangat

penting, karena toksisitasnya bergantung pada keseimbangan

kecepatan absorbsi dan eliminasi. Absorbsi obat anestesi lokal dapat

dikurangi dengan menambahkan vasokonstriktor ke dalamnya.

Kecepatan metabolisme obat anestesi lokal sangat bervariasi dan

merupakan faktor utama sebagai penentu keamanannya. Toksisitas

dihubungkan dengan konsentrasi obat bebas serta ikatan obat dengan

29

Page 30: Pemba Has An

protein serum dan jaringan. Ikatan ini menurunkan konsentrasi obat

bebas di sirkulasi, sehingga menurunkan toksisitas. Sebagai contoh

obat anestesi yang diberikan secara intravena di ekstremitas, kurang

lebih separuh dosis obat awal masih terikat di jaringan setelah 30

menit torniquet dilepaskan.

Beberapa obat anestesi lokal yang biasa digunakan, yaitu golongan

ester, dihidrolisis dan diinaktifkan terutama oleh enzim esterase,

kemungkinan enzim plasma pseudokolinesterase. Hepar juga berperan

dalam hidrolisis obat anestesi lokal, yaitu oleh enzim mikrosom

spesifik sitokrom P-450. Dalam cairan serebrospinal yang

mengandung sedikit atau tidak ada esterase, obat anestesi lokal yang

disuntikkan melalui intratekal akan menetap sampai obat anestesi lokal

diabsorbsi ke dalam sirkulasi.5

Obat anestesi lokal golongan amida, umumnya didegradasi oleh

retikulum endoplasmik hepar. Reaksi awal melibatkan N-dealkilasi

dan selanjutnya terjadi hidrolisis. Langkah awal degradasi prilokain

adalah hidrolisis yang menghasilkan metabolit o-toluidin yang dapat

menyebabkan methemoglobinemia. Pada pasien dengan kelainan hepar

penggunaan obat anestesi lokal golongan amida perlu diperhatikan.

Amida yang terdapat pada obat anestesi lokal terikat dengan protein

plasma dalam jumlah besar (55%-95%), khususnya asam glikoprotein.

Faktor yang dapat meningkatkan konsentrasi asam glikoprotein adalah

keganasan, pembedahan, trauma, infark miokardium, merokok, dan

uremia. Faktor yang dapat menurunkan adalah kontrasepsi oral.

Peningkatan transpor obat anestesi lokal ke dalam hepar untuk

dimetabolisme mempengaruhi toksisitas sistemik. Usia mempengaruhi

ikatan obat anestesi lokal dengan protein. Pada neonatus terdapat

defisiensi protein plasma yang dapat berikatan dengan obat anestesi

lokal sehingga kemungkinan besar terjadi toksisitas. Protein plasma

bukan satu-satunya faktor yang menentukan distribusi obat anestesi

30

Page 31: Pemba Has An

lokal. Absorbsi melalui paru juga berperan penting dalam distribusi

obat anestesi lokal.1

Pada perempuan hamil penggunaan obat anestesi lokal harus

selektif karena dapat menyebabkan efek teratogenik. Obat anestesi

lokal pilihan untuk perempuan hamil adalah lidokain. Lidokain

termasuk obat kategori B pada kehamilan, berarti pada percobaan

hewan tidak ditemukan efek teratogenik. Selain itu dilaporkan juga

bahwa pada perempuan hamil yang mendapat lidokain pada bulan

keempat kehamilan tidak ditemukan peningkatan kelainan anatomi

pada bayi baru lahir. Lidokain dapat melewati sawar plasenta masuk ke

dalam fetus. Lidokain aman pula digunakan pada wanita menyusui

meskipun sebagian dapat diekskresikan melalui ASI.2

Pada anak lidokain juga aman, tetapi dosis maksimum yang

dianjurkan harus lebih rendah dari dewasa disesuaikan dengan usia dan

berat badan. Paraben digunakan sebagai bahan pengawet dan di dalam

sirkulasi paraben berikatan dengan albumin. Pada bayi ikterik ikatan

dengan albumin dapat digantikan oleh bilirubin, sehingga

memperburuk keadaan hiperbilirubinemia.

3.4.5 Efek Samping

Obat anestesi lokal mempengaruhi fungsi semua organ dengan

menghambat transmisi dan konduksi impuls, oleh karena itu obat

anestesi lokal mempunyai efek penting pada susunan saraf pusat,

ganglion otonom, neuromuscular junction dan semua jenis otot. Efek

toksik yang terjadi berbanding lurus dengan dosis/konsentrasi obat

anestesi lokal yang masuk ke dalam sirkulasi.

Sistem saraf pusat

Obat anestesi lokal dapat menyebabkan stimulasi sistem saraf

pusat (SSP), kelelahan dan tremor, serta kejang klonik. Secara umum,

obat anestesi lokal yang lebih poten lebih cepat menyebabkan kejang.

31

Page 32: Pemba Has An

Stimulasi diikuti oleh depresi SSP dapat menyebabkan kematian yang

biasanya disebabkan oleh kegagalan pernafasan.1

Gejala stimulasi diikuti depresi SSP disebabkan obat anestesi lokal

menekan aktifitas neuron pada fase eksitasi. Penggunaan obat anestesi

secara sistemik dengan cepat dapat menyebabkan kematian dengan

atau tanpa tanda awal stimulasi SSP. Konsentrasi obat mungkin

meningkat secara cepat sehingga mencapai seluruh saraf yang tertekan

secara simultan. Jalan nafas harus diperhatikan dan pemberian oksigen

merupakan langkah terapi terpenting pada intoksikasi lanjut.

Benzodiazepin atau barbiturat intravena merupakan obat pilihan untuk

mencegah dan menghilangkan kejang.1

Keluhan yang sering ditemukan pada penggunaan obat anestesi

lokal adalah mengantuk, sedangkan lidokain dapat menyebabkan

euforia dan kejutan otot. Lidokain dan prokain dapat menyebabkan

kehilangan kesadaran yang ditandai dengan gejala sedasi. Kokain

secara khusus mempengaruhi tabiat dan perilaku, oleh karena itu

kokain sering disalahgunakan.1,10

Vasovagal

Vasovagal merupakan efek samping anestesi karena stimulasi N.

Vagus, hal ini disebabkan peningkatan tonus saraf parasimpatis.

Manifestasi reaksi vasovagal adalah rasa cemas, nyeri kepala, sinkop,

diaforesis, bradikardi dan hipotensi. Posisi trendelenburg dapat

mengurangi gejala vasovagal dengan cepat, sedangkan untuk

menghindari reaksi vasovagal dianjurkan dalam posisi berbaring.2

Sistem kardiovaskuler

Obat anestesi lokal mempengaruhi sistem kardiovaskuler karena

absorbsi sistemik. Tempat kerja utama obat anestesi lokal adalah pada

miokardum yaitu dengan cara menurunkan eksitasi listrik, frekuensi

konduksi, dan kekuatan kontraksi. Kebanyakan obat anestesi lokal

menyebabkan dilatasi arteriol. Efek terhadap kardiovaskuler biasanya

ditemukan pada konsentrasi tinggi dalam sirkulasi. Dosis rendah obat

32

Page 33: Pemba Has An

anestesi lokal dapat menyebabkan kolaps kardiovaskuler dan kematian,

hal ini disebabkan karena pengaruhnya pada pacemaker atau awitan

mendadak fibrilasi ventrikel. Bupivakain dapat menyebabkan takikardi

dan fibrilasi ventrikel. Lidokain dan prokain dapat juga digunakan

sebagai obat antiaritmia.1

Otot polos

Obat anestesi lokal menekan kontraksi otot polos usus, dan

menyebabkan relaksasi otot polos pembuluh darah dan bronkus,

meskipun pada konsentrasi rendah awalnya menyebabkan kontraksi.

Obat anestesi lokal dapat meningkatkan bising usus dan menurunkan

kontraksi otot uterus.1

Neuromuscular junction dan ganglion sinapsis

Obat anestesi lokal mempengaruhi transmisi pada neuromuscuaer

junction. Sebagai contoh, prokain dapat menghambat respons otot

skeletal pada motor-neuron dan terhadap asetilkolin pada konsentrasi

di mana otot memberi respons secara normal oleh rangsangan listrik

secara langsung; efek tersebut disebabkan hambatan pada kanal ion

reseptor asetilkolin karena konsentrasi tinggi obat anestesi lokal.1

Hipersensitifitas terhadap obat anestesi lokal.

Obat anestesi lokal jarang menyebabkan reaksi hipersensitifitas.

Reaksi dapat berupa dermatitis kontak alergika atau berupa serangan

asma. Reaksi alergi harus dibedakan dengan efek samping toksik atau

akibat vasokonstriktor yang ditambahkan pada obat anestesi lokal.

Reaksi hipersensitivitas sering ditemukan akibat obat anestesi lokal

golongan ester dan turunannya. Sebagai contoh, individu yang sensitif

terhadap prokain juga bereaksi terhadap obat anestesi lokal dengan

33

Page 34: Pemba Has An

struktur kimia yang sama, misalnya tetrakain, serta metabolitnya.

Golongan amida jarang menyebabkan reaksi hipersensitifitas, kecuali

metilparaben. Obat anestesi lokal yang mengandung vasokonstriktor

juga dapat menyebabkan reaksi alergi karena mengandung sulfida.

3.4.6 Cara Penggunaan

Pemilihan dan penggunaan obat anestesi lokal harus

memperhatikan efikasi dan toksisitasnya. Toksisitas bergantung kadar

obat anestesi lokal dalam plasma. Kadar plasma bervariasi bergantung

lokasi penyuntikan. Suntikan di interpleura atau interkosta

menyebabkan kadar dalam plasma tinggi, sedangkan infiltrasi

subkutan menyebabkan kadar dalam plasma rendah.

A. Cara aplikasi topikal

Obat anestesi lokal untuk membran mukosa hidung, mulut,

tenggorokan, trakeobronkhial, esophagus dan traktus

genitourinarius dapat diaplikasikan langsung dengan larutan garam

atau suspensi. Tetrakain 2%, lidokain 2-10% dan kokain 1-4%

adalah contoh obat anestesi lokal yang sering digunakan. Kokain

hanya digunakan pada hidung, nasofaring, mulut, tenggorokan dan

telinga. Kokain dapat menyebabkan vasokonstriksi. Konstriksi

membran mukosa dapat mengurangi perdarahan selama

pembedahan. Vasokonstriksi dapat dilakukan dengan penambahan

vasokonstriktor misalnya penileprin 0,005%. Epineprin topikal

kurang mempunyai efek pada pemakaian di membran mukosa

karena penetrasinya kurang. Dosis maksimum yang aman untuk

obat anestesi lokal pada pria dewasa sehat dengan berat badan 70

kg adalah 300 mg untuk lidokain, 150 mg untuk kokain, dan 50 mg

untuk tetrakain.1,12

Efek puncak obat anestesi topikal dicapai dalam 2-5 menit

untuk lidokain dan kokain, dan 30-45 menit untuk tetrakain.

Anestesi topikal tidak berpenetrasi ke dalam submukosa dan teknik

34

Page 35: Pemba Has An

ini hanya bekerja superfisial sehingga tidak dapat mengurangi

nyeri sendi, nyeri karena peradangan atau cedera akibat olahraga.1

Anestesi topikal di mukosa atau kulit yang rusak diabsorbsi

secara cepat dan masuk ke dalam sirkulasi. Hal ini harus

diperhatikan karena dapat menyebabkan reaksi toksik. Absorbsi

yang paling cepat terjadi jika anestesi topikal digunakan pada

saluran trakeobronkhial. Konsentrasi di sirkulasi setelah pemberian

melalui saluran nafas sama dengan pemberian secara intravena.1

EMLA merupakan krim campuran lidokain 2,5% dengan

prilokain 2,5%, Efikasi campuran ini lebih baik jika dibandingkan

efikasi masing-masing bahan tersebut. EMLA dapat berpenetrasi

ke dalam kulit yang utuh sedalam 5 mm dan efeknya menghilang

dalam 1 jam. EMLA efektif untuk tindakan tandur kulit dan

venipuncture.

B. Cara infiltrasi

Anestesi infiltrasi dilakukan dengan cara menyuntikkan

obat anestesi lokal langsung ke dalam jaringan tanpa

memperhatikan jalur saraf kulit. Cara infiltrasi dibagi dua, yaitu

intradermal dan subkutan. Penyuntikan infiltrasi intradermal dapat

menyebabkan penekanan pada folikel tersebut yang memberi

gambaran peau d`orange.

Teknik infiltrasi adalah sebagai berikut

1. Posisi jarum suntik membentuk sudut 300

2. Kulit dijepit sewaktu memasukkan jarum suntik

3. Pasien sambil diajak berbicara

4. Penyuntikan di folikel rambut, tusukkan jarum secara cepat,

tetapi suntikan obat secara perlahan dan jarum masuk ke dalam

kulit sekitar 0,5 cm

5. Sebaiknya digunakan 2 tempat suntikan

6. Tambahkan natrium bikarbonat ke dalam lidokain.

7. Gunakan jarum suntik no. 27 sampai 30

35

Page 36: Pemba Has An

8. Jarum suntik yang dianjurkan adalah nomor besar dengan

diameter kecil dan dengan volume 3 ml, serta bagian lain

terbuat dari plastik.

Durasi anestesi infiltrasi menjadi dua kali lipat jika

ditambahkan epinefrin, selain itu epinefrin menurunkan

konsentrasi puncak dalam darah. Epinefrin tidak dianjurkan untuk

disuntikan ke jaringan dengan end arteriole, misalnya jari tangan

dan kaki, telinga, hidung dan penis. Vasokonstriksi yang

berlebihan oleh epinefrin dapat menyebabkan gangren, oleh karena

itu epinefrin tidak dianjurkan untuk disuntikkan.1,2

Obat anestesi lokal jenis infiltrasi yang sering digunakan

adalah lidokain 0,5-1%, prokain 0,5-1% dan bupivakain 0,125-

0,25%, jika digunakan tanpa epinefrin dosis lidokain sampai 4,5

mg/kg, prokain 7 mg/kg dan bupivakain 2 mg/kg. Jika

ditambahkan epinefrin maka dosis dapat dinaikkan 1-3 mg.

Konsentrasi dosis lazim lidokain dalam plasma adalah 2-5 g/ml,

dosis toksik adalah >10 g/ml.2

Keuntungan anestesi infiltrasi dan teknik anestesi regional

adalah anestesi dapat dicapai tanpa mengganggu fungsi normal

organ tubuh yang lain. Kegagalan anestesi infiltrasi adalah

dibutuhkan dosis besar obat anestesi untuk area yang kecil, hal ini

tidak menjadi masalah pada bedah minor. Pada tindakan bedah

mayor, obat anestesi lokal yang dibutuhkan lebih banyak sehingga

mungkin dapat menyebabkan reaksi toksik.1

C. Cara Field Block

Anestesi Field Block adalah penyuntikan subkutan obat

anestesi lokal untuk memblok nervus kutan di area distal dari

tempat injeksi (gambar 5). Sebagai contoh, infiltrasi subkutan di

bagian volar lengan atas untuk area 2-3 cm distal dari tempat

injeksi. Prinsip yang sama dapat digunakan pada kulit kepala,

dinding abdomen bagian anterior dan ekstremitas bawah.

36

Page 37: Pemba Has An

Jenis obat, konsentrasi dan dosis yang digunakan sama

dengan pada anestesi infiltrasi. Keuntungan anestesi field block

adalah jumlah obat yang digunakan lebih sedikit untuk area yang

luas dibandingkan pada anestesi infiltrasi. Pengetahuan tentang

neuroanatomi sangat diperlukan pada anestesi field block.12

D. Cara anestesi tumescent

Anestesi tumescent merupakan infiltrasi subkutan lidokain

0,05-0,1% dengan epinefrin 1:1.000.000. Teknik ini digunakan

secara luas untuk tindakan sedot lemak dengan obat anestesi lokal.

Anestesi infiltrasi dimasukkan dengan bantuan salah satu pompa

dengan jarum spinal 3,5 inci. Infiltrasi dimulai perlahan dan secara

bertahap dipercepat. Infiltrasi subkutan yang lebih dalam dilakukan

terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan dengan lapisan atas

subkutan. Obat anestesi disuntikkan sampai jaringan lemak

membengkak dan mengeras. Dosis tertinggi epinefrin yang dapat

digunakan adalah 35-50 mg/kgBB, sedangkan dosis tertinggi

lidokain yang masih aman adalah 55 mg/kgBB, dan dosis toksik

lidokain adalah >57 mg/kgBB. Terdapat 2 macam formulasi

tumescent yaitu menurut Illouz dan Klein ( tabel 2 ).

E. Cara Nerve Block

Anestesi nerve block adalah penyuntikkan obat anestesi

lokal ke dalam atau sekitar jaringan saraf perifer, atau pleksus saraf

untuk area yang luas (gambar 5). Blok pada jaringan saraf perifer

dan pleksus saraf juga mengenai jaringan saraf motorik somatik,

menyebabkan relaksasi otot rangka, yang penting untuk tindakan

bedah tertentu. Area yang mengalami blok biasanya beberapa

sentimeter dari tempat injeksi. Blok pada pleksus brakialis

biasanya digunakan untuk daerah ekstremitas atas dan bahu. Blok

jaringan saraf interkostalis efektif untuk relaksasi otot dinding

abdomen bagian anterior. Blok pleksus servikalis terutama

37

Page 38: Pemba Has An

digunakan untuk pembedahan di daerah leher. Penggunaan blok

jaringan saraf lain yaitu blok jaringan saraf di pergelangan tangan

dan lutut, blok N. Medianus atau N. Ulnaris pada siku, dan blok

jaringan saraf kranialis sensoris.2

Terdapat 4 faktor yang mempengaruhi awitan anestesi

nerve block, yaitu jarak penyuntikan terhadap jaringan saraf,

konsentrasi dan volume obat, derajat ionisasi obat serta waktu.

Obat anestesi lokal tidak boleh disuntikkan mengenai jaringan

saraf, karena dapat menyebabkan kerusakan jaringan saraf. Obat

anestesi lokal disuntikkan di dekat jaringan saraf sehingga obat

dapat menumpuk dekat jaringan saraf. Obat anestesi lokal harus

dapat berdifusi dari tempat penyuntikan masuk ke jaringan saraf.

Jumlah obat anestesi lokal yang berdifusi dipengaruhi oleh

konsentrasi obat, derajat ionisasi (obat anestesi lokal yang mudah

terionisasi berdifusi lebih lambat), derajat hidrofobik, dan sifat

fisik jaringan sekitar jaringan saraf. Konsentrasi tinggi obat

anestesi lokal menyebabkan awitan lebih cepat, namun harus

diingat toksisitas sistemik dan toksisitas terhadap jaringan saraf

terutama jika digunakan obat anestesi lokal sediaan solutio. Obat

anestesi lokal dengan nilai pKa rendah cenderung mempunyai

awitan lebih cepat, karena obat tidak berubah pada pH netral.

Sebagai contoh, awitan lidokain sekitar 3 menit, 35% lidokain

dalam bentuk base pada pH 7,4, sedangkan bupivakain dengan

awitan 15 menit hanya 5-10% dalam bentuk base pada pH yang

sama. Semakin tinggi derajat hidrofobisitas maka semakin cepat

awitan dan semakin poten karena peningkatan penetrasi obat ke

jaringan saraf. Akan tetapi perlu diperhatikan agar diberikan dalam

konsentrasi rendah karena obat menjadi lebih toksik. Jaringan

penunjang berperan dalam penetrasi obat; semakin tebal jaringan

penunjang semakin lambat obat berdifusi ke dalam jaringan saraf. 1

Durasi anestesi nerve block bergantung sifat fisik dan bahan

vasokonstriktor. Sifat fisik yang terpenting adalah daya larut dalam

38

Page 39: Pemba Has An

lemak dan daya ikat dengan protein. Berdasarkan durasi, obat

anestesi lokal dibagi 3 kategori; durasi pendek, sedang dan lama.

Durasi pendek, yaitu 20-45 menit misalnya prokain, durasi sedang,

yaitu 60-120 menit misalnya lidokain dan mepivakain, dan durasi

lama yaitu 400-450 menit misalnya bupivakain, etidokain,

ropivakain, dan tetrakain.1

39

Page 40: Pemba Has An

BAB IV

KESIMPULAN

Dari diskusi tutorial yang telah dilakukan oleh kelompok kami, dapat

disimpulkan bahwa Farmakologi adalah ilmu pengetahuan yang berhubungan

dengan obat-obatan. Dalam ilmu ini dipelajari:

1. Penelitian mengenai penyakit-penyakit

2. Kemungkinan penyembuhan

3. Penelitian obat-obat baru

4. Penelitian efek samping obat-obatan dan atau teknologi baru terhadap beberapa

penyakit berhubungan dengan perjalanan obat di dalam tubuh serta perlakuan

tubuh terhadapnya

Di dalam jenis obat-obatan, terdapat jenis obat yang berguna untuk

menghilangkan rasanyeri yang lebih dikenal sebagai obat anastesi. Obat anastesi

dibagi menjadi 2 kelompok yaitu anastesi umum dan anastesi lokal. Jenis obat

anastesi lokal merupakan obat penghilang rasa nyeri tanpa menghilangkan

kesadaran. Pada anastesi lokal ini di bagi menjadi dua golongan yaitu golongan

Amida dan Ester.Selain itu, dikenal pula jenis obat antibiotik, analgesik, dan

antiinflamasi yang memiliki mekanisme dan efek samping tersendiri. 

40

Page 41: Pemba Has An

DAFTAR PUSTAKA

Gunawan,Sulistia Gan. 2011. Farmakologi dan Terapi. Jakarta : Badan penerbit FKUI

Mutschler, E., 1991. Dinamika Obat , Edisi Kelima, Penerbit ITB, Bandung

41