Pemba Has An

9
PEMBAHASAN Gerak reflek merupakan respon yang cepat dan tidak disadari terhadap perubahan lingkungan interna maupun eksterna. Reflek dikendalikan oleh sistem saraf yaitu otak atau medulla spinalis lewat saraf motoric kranial dan spinal. Suatu refleks adalah setiap respon yang terjadi secara otomatis tanpa disadari. Terdapat dua macam refleks: reflek sadr dan reflek tak sadar. Dimana reflek tak sadar dapat terjadi tanpa dipelajari terlebih dahulu, sedangkan reflek sadar adalah reflek yang dapat dipelajari terjadinya. Reseptor merupakan impuls yang mengalami perubahan fisik atau kimia. Dalam merespon stimulus, reseptor menghasilkan potensial aksi yang akan diteruskan oleh saraf eferen ke pusat pengintegrasi refleks dasar, sedangkan otak lebih tinggi memproses semua informasi dan meneruskannya melalui saraf eferen ke efektor (otot atau kelenjar) yang melaksanakan respon yang diinginkan. (Soewolo.1997:241-262). Pada praktikum sistem saraf pusat sebagai pengendali gerak reflex menggunaka bahan amatan berupa katak rana dewasa. Dengan menggunakan katak rana dewasa diharapkan katak tidak akan cepat merasa kelelahan dan cepat mati saat diberi perlakuan. Perlakukan yang akan diberikan berupa sigle pith dan double pith, diamana perlakuan ini bertujuan untuk melihat sistem kerja saraf. Single pith adalah perlakuan dengan cara merusak bagian sistem saraf pusat , dimana otak mengendalikan beberapa sistem saraf seperti keseimbangan dan koordinasi motoris. Sedangkan perlakuan dengan

Transcript of Pemba Has An

PEMBAHASAN

Gerak reflek merupakan respon yang cepat dan tidak disadari terhadap perubahan lingkungan interna maupun eksterna. Reflek dikendalikan oleh sistem saraf yaitu otak atau medulla spinalis lewat saraf motoric kranial dan spinal. Suatu refleks adalah setiap respon yang terjadi secara otomatis tanpa disadari. Terdapat dua macam refleks: reflek sadr dan reflek tak sadar. Dimana reflek tak sadar dapat terjadi tanpa dipelajari terlebih dahulu, sedangkan reflek sadar adalah reflek yang dapat dipelajari terjadinya. Reseptor merupakan impuls yang mengalami perubahan fisik atau kimia. Dalam merespon stimulus, reseptor menghasilkan potensial aksi yang akan diteruskan oleh saraf eferen ke pusat pengintegrasi refleks dasar, sedangkan otak lebih tinggi memproses semua informasi dan meneruskannya melalui saraf eferen ke efektor (otot atau kelenjar) yang melaksanakan respon yang diinginkan. (Soewolo.1997:241-262).Pada praktikum sistem saraf pusat sebagai pengendali gerak reflex menggunaka bahan amatan berupa katak rana dewasa. Dengan menggunakan katak rana dewasa diharapkan katak tidak akan cepat merasa kelelahan dan cepat mati saat diberi perlakuan. Perlakukan yang akan diberikan berupa sigle pith dan double pith, diamana perlakuan ini bertujuan untuk melihat sistem kerja saraf. Single pith adalah perlakuan dengan cara merusak bagian sistem saraf pusat , dimana otak mengendalikan beberapa sistem saraf seperti keseimbangan dan koordinasi motoris. Sedangkan perlakuan dengan double pith bertujuan untuk merusak sistem saraf spinal, dimana sistem saraf spinal merupakan pusat terjadinya gerak reflek (Tenzer, 1998).Pada praktikum ini, sebelum memberikan perlakuan pada katak berupa sigle pith dan double pith, terlebih dulu katak dilihat refleknya terhadap rangsang saat katak masih keadaan normal. Diamana saat keadaan normal ini, semua sistem saraf dan gerak reflek masih bagus. Hasil pengamatan dari perlakuan yang diberikan pada katak normal inilah yang nantinya akan dapat dijadikan perbandingan untuk hasil pengamatan pada katak yang telah disinggle pith dan double pith. Kornea Mata Disentuh dengan Kapas

Perlakuan pertama yang diberikan adalah menyentuh bagian kornea mata dengan kapas yang diruncingkan ujungya. Pada katak normal, gerak reflek yang dihasilkan masih bagus yaitu kelopak mata dapat menutup dengan cepat didahului kelopak mata bagian bawah kemudian diikuti kelopak mata bagain atas. Setelah rangsang dihilangkan, mata dapat segera membuka. . Hal ini berarti katak masih bisa menerima respon dengan baik dengan memberikan reflek sebagai akibat dari menaggapi respon yang diberikan. Gerak refleks yang ditimbulkan katak merupakan gerak reflek sederhana sebagai respon adanya benda asing yang mengenai mata.

Sedangkan pada katak yang sudah di single pith, katak kehilangan keseimbangan sehingga katak miring ke kiri. Saat kornea mata disentuh dengan kapas, mata kiri katak tidak terjadi gerakan reflek, dimana katak tidak berkedip saat kapas menyentuh kornea katak, namun pada mata kanan katak masih terjadi gerakan menutup mata sebagai reflek yang menanggapi rangsang. Tetapi gerakan tersebut terjadi sangat lambat. Hal tersebut menunjukkan bahwa terjadi kerusakan otak pada katak, sehingga terjadi pengurangan frekuensi gerak reflek. Tenzer (1998), menjelaskan bahwa letak pusat saraf penglihatan terdapat di otak tengah, yaitu pada saraf okumulator yang berfungsi dalam pergerakan kelopak dan bola mata. Melihat efek dari single pith yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa otak tengah katak telah rusak, namun tidak sepenuhnya rusak, karena mata bagian kanan masih mampu menanggapi rangsang walau reflek yang ditimbulkan sangat lambat.Pada katak yang di double pith, kedua mata katak sudah tidak dapat menanggapi rangsang, sehingga saat disenth dengan kapas, mata katak tidak menunjukkan adanya reflek. Hal itu terjadi karena pusat penglihatan pada otak telah rusak dan pusat saraf reflek pada medulla spinalis telah rusak.

Frekuensi Pernafasan Permenit

Pada kata normal jumlah frekuensi pernafasan adalah 76/menit. Keadaan tersebut manunjukkan semua aktifitas saraf pada katak masih normal. Setelah di single pith, terjadi penurunan jumlah frekuensi pernafasan, menjadi 47/menit, hal itu dikarenakan telah rusaknya bagian medulla oblongata dari katak saat diberi perlakuan single pith. Dimana telah dijelaskan bahwa medulla oblongata mengatur respirasi dari makhluk hidup (Hickman, et all. 2001). Kemudian, pada katak yang telah di double pith, jumlah frekuensi pernafasan semakin mneurun, yaitu 41/menit. Hal itu menunjukkan bahwa bagian medulla oblongatanya semakin rusak. Sehingga jumlah frekuensi pernafasannya semakin menurun.Keseimbangan Katak

Katak normal yang diberi perlakuan untuk mengetahui keseimbangannya, menunjukkan respon yang positif saat katak diputar dalam keadaan horizontal dan telentang. Dimana respon positif yang ditunjukkan katak adalah dapat membalikkan badan dalam waktu yang relative cepat. Selain itu respon positif juga terdapat pada keseimbangan vertical, hal itu terlihat dari katak dapat membalikkan badan pada kemiringan yang kurang dari 450. Sebelum katak dapat membalikkan badan, katak juga menunjukkan tanda tanda adanya respon terhadap rangsang yang diberikan yaitu dengan menegangnya tangan dan kakinya. Hal itu dikarenakan sistem saraf otak dan sistem saraf spinal masih baik dan belum terganggu.

Sedangkan pada katak yang telah diberi perlakuan single pith, katak masih dapat merespon positif saat diputar dengan masih dpat membalikkan badan walau dengan jeda waktu yang sedikit lebih lama. Kemudian masih dapat membalikkan badan pada sudut kemiringan >450. Peristiwa diatas menunjukkan adanya penurunan keseimbangan pada katak, hal tersebut dikarenakan rusaknya serebellum bagian metensefalon pada katak. Dimana dalam Hickman et all (2001) dijelaskan bahwa bagian saraf metensefalon serebellum mengatur pusat koordinasi dan keseimbangan. Sehingga jika terjadi penurunan keseimbangan katak terjadi karena telah rusaknya saraf metensefalon saat proses single pith.

Kemudian pada katak yang di double pith, katak masih mampu membalikkna badan, namun pada perlakuan kemiringan, katak baru mampu membalikkan tubuh saat kemiringan hampir 900. Seharusnya, jika perusakan saraf spinal telah dilakukan dengan double pith, katak tidak mampu lagi membalikkan badan, namun pada praktikum ini, katak masih mampu membalikkan badanya. Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan Kimball (1988) yang menyatakan bahwa rusaknya otak menyebabkan hubungan antara alat-alat vastibuler dengan sum-sum tulang belakang yang rusak. Frandson (1992), menyatakan bahwa katak yang dirusak tulang belakangnya mengalami shock spinal yang diakibatkan oleh pemutusan sistem saraf sehingga katak menjadi lumpuh dan tidak memberikan respon.alasan mengapa katak masih dapat membalikkan badan karena mungkin dalaam perusakan saraf spinal atau doubl pith belum total, atau masih sebagian. Sehingga ia masih mampu memberikan reflek saat diberikan stimulus. Cara berenang katak Pada katak normal, berdasarkan anlisis dan data pengamatan menunjukkkan bahwa katak masih dapat berenang secara aktif. Sedangkan pada katak yang telah di single pith, katak seolah kehilangan keseimbangan, sehingga hanya anggota badan bagian kanan yang masih aktif bergerak untuk membantu berenang, akibatnya katak berenang dengan berputar putar. Hal itu terjadi karena saat katak di single pith, terjadi pengrusakan otak bagian kanan, lebih tepatnya bagian otak serebellum yang mengontrol pusat koordinasi (Hickman, 2001). Rusaknya otak bagian kanan terlihat dari anggota tubuh bagian kiri katak sudah tidak aktif dalam bergerak. Kemudian, saat katak yang sudah di doubl pith dimasukkan kedalam air, katak tersebut tidak mampu berenang dengan baik, melainkan alat gerak kaki saja yang mampu bergerak dengan lambat. Sedangkan posisi badan hanya berputar putar saja, karena keseimbangan telah rusak saat single pith. Ketidak mampuan berenang denagan baik dikarenakan saraf spinal telah rusak saat dilakukan doubl pith. Sebagaimana dalam Tenzer (1998) telah menyebutkan bahwa sistema saraf spinalis merupakan pusat gerak reflek. Oleh karena spinalnya telah rusak, maka ia tidak mampu membuat reflek dengan baik saat menyentuh air. Gerak Reflek Femur

Pada katak normal, saat diberi perlakuan dengan mencubit kaki katak, ia menunjukkan reflek dengan baik. Karena semua sistema saraf dan reflek masih belum terganggu, sehingga saat diberi stimulus katak langsung memberikan respon dengan baik.Saat di singgle pith, katak tidak dapat merespon cubitan yang diberikan. Seharusnya katak masih dapat merespon cubitan, sebab pusat saraf cubitan bukan di bagian saraf kranial. Namun kenyataannya katak tidak merespon cubitan, hal itu mungkin karena katak sudah kelelahan dalam menanggapi rangsang cubitan. Kemudian pada katak yang di doubl pith, katak justru daoat menunjukkan reflek walau sangat sedikit. Seharusnya katak setelah di doubl pith tidak dapat merespon cubitan, karena pada saat di doubl pith katak telah dirusak bagian medula spinalisnya. Didalam Seeley (2004) dijelaskan bahwa pusat saraf cubitan ada pada saraf stretch di medula spinalis. Adanya gamma motor neuron pada saraf stretch dapat menyalurkan stimulus berupa cubitan pada saraf gerak reflek. Seharusnya, setelah di double pith katak tidak dapat lagi merespon cubitan, namun kenyataannya katak masih mampu merespon cubitan walau cukup lemah. Hal itu mungkin dapat terjadi karena saat proses perusakan medula spinalis mungkin tidak rusak sepenuhnya, sehingga katak masih dapat menunjukkan reflek saat terkena cubitan.Reflek terhadap Suhu

Pada katak normal, gerak reflek katak terhadap suhu air yang dipanaskan mulai terjadi saat suhu 300. Dalam menanggapi rangsang panas pada suhu 300 tersebut, katak mengangkat kakinya dengan cepat, hal itu sebagai bentuk gerak tidak sadar dalam menanggapi rangsang. Sedangkan untuk katak yang sudah di single pith, baru menanggapi rangsang suhu pada saat suhu mencapai 440, begitu pula pada katak yang di double pith baru menunjukkan reaksi pada suhu 440C. hal tersebut menunjukkan pada katak normal ke katak single pith mengalami penuruan reflek terhadap suhu, sedangkan dari single pith ke double pith tdak mengalami penurunan kemampuan reflek terhadap panas, terlihat dari ekspresi gerak reflek mengangkat kaki pada suhu yang sama. Jika dilogika, seharusnya setelah di double pith respon katak terhadap perubahan suhu semakin lambat dari pada setelah di single pith, namun ternyata tidak. Hal itu terjadi karena pusat pengendali saraf panerima rangsang panas ada pada saraf otak atau serebrum. Oleh karena itu, terjadi penurunan gerak reflek setelah di single pith dan tidak terjadi penurunan gerak reflek pada saar katak di double pith. Karena saat di single pith terjadi pengrusakan saraf otak kranial, sehingga terjadi kerusakan pada sistem saraf pusat pengendali rangsang panas yang berakibat turunnya reflek terhadap panas.Pada perlakuan selanjutnya mengenai pengaruh suhu dengan mencelupkan kaki katak pada air dengan suhu 800C, untuk katak normal secara spontan menunjukkan reflek mengangkat kaki dengan cepat disertai dengan tubuh yang ikut berontak. Hal ini menunjukkan bahwa saraf spinalisnya masih bekerja dengan baik. Dimana cara kerja spinalis dijelaskan Frandson (1993) bahwa rangsang dari luar tubuhn diterima reseptor lalu diteruskan ke sum-sum tulang belakang melalui saraf sensorik. Dari sum-sum tulang belakang, rangsang diteruskan ke efektor tanpa melalui saraf motorik ke otak, tetapi langsung ke otot melalui jalan terpendek yang disebut lengkung refleks sehingga bisa menimbulkan suatu respon secara spontan. Untuk katak yang sudah disingle pith, katak masih dapat memberikan respon reflek mengangkat kaki namun lebih lambat dari keadaan normal, begitu juga dengan katak yang sudah di double pith masih mampu menunjukan responnya tetapi lebih lambat dari keadaan double pith, hal ini terjadi karena pusat saraf pengendali panas yang ada pada serebrum telah mengalami kerusakan. DAFTAR PUSTAKA:Frandson, R. D. 1993. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.Hickman, et all. 2001. Integrated Principle of Zoology. Pearson Education Inc Kimball, J. W. 1988. Biologi. Erlangga, Jakarta.Tenzer, Amy. 1998. Struktur Hewan Bagian II. Malang. Institute Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Malang.

Seeley at all. 2004. Integration and Control System. Mc Graw Hill.