Pemba Has An

5
Pembahasan Penyebaran mineral ekonomis di Indonesia ini tidak merata. Seperti halnya penyebaran batuan, penyebaran mineral ekonomis sangat dipengaruhi oleh tatanan geologi Indonesia yang rumit. Berkenaan dengan hal tersebut, maka usaha-usaha penelusuran keberadaan mineral ekonomis telah dilakukan oleh banyak orang. Mineral ekonomis adalah mineral bahan galian dan energi yang mempunyai nilai ekonomis. Mineral logam yang termasuk golongan ini adalah tembaga, besi, emas, perak, timah, nikel dan aluminium. Mineral non logam yang termasuk golongan ini adalah fosfat, mika, belerang, fluorit, mangan. Mineral industri adalah mineral bahan baku dan bahan penolong dalam industri, misalnya felspar, ziolit, diatomea. Mineral energi adalah minyak, gas dan batubara atau bituminus lainnya. Dalam pembahasan ini dijelaskan pergerakan lempeng tektonik yang dapat mempengaruhi pembentukan mineral maupun penyebarannya. Pembentukan mineral logam sangat berhubungan dengan aktivitas magmatisme dan vulkanisme, pada saat proses magmatisme akhir), pada suhu sekitar 200 0 C. Pesebaran mineral logam di pulau Sumatra antara lain Birun 34,0782 ton emas,Parit Ujung 21,012 ton emas,

Transcript of Pemba Has An

Pembahasan

Penyebaran mineral ekonomis di Indonesia ini tidak merata. Seperti halnya penyebaran batuan, penyebaran mineral ekonomis sangat dipengaruhi oleh tatanan geologi Indonesia yang rumit. Berkenaan dengan hal tersebut, maka usaha-usaha penelusuran keberadaan mineral ekonomis telah dilakukan oleh banyak orang. Mineral ekonomis adalah mineral bahan galian dan energi yang mempunyai nilai ekonomis. Mineral logam yang termasuk golongan ini adalah tembaga, besi, emas, perak, timah, nikel dan aluminium. Mineral non logam yang termasuk golongan ini adalah fosfat, mika, belerang, fluorit, mangan. Mineral industri adalah mineral bahan baku dan bahan penolong dalam industri, misalnya felspar, ziolit, diatomea. Mineral energi adalah minyak, gas dan batubara atau bituminus lainnya. Dalam pembahasan ini dijelaskan pergerakan lempeng tektonik yang dapat mempengaruhi pembentukan mineral maupun penyebarannya.

Pembentukan mineral logam sangat berhubungan dengan aktivitas magmatisme dan vulkanisme, pada saat proses magmatisme akhir), pada suhu sekitar 2000 C. Pesebaran mineral logam di pulau Sumatra antara lain Birun 34,0782 ton emas,Parit Ujung 21,012 ton emas, Sungai Sengak 20,4408 ton emas,Rantau Pandan (timbal, seng, mangan, antimon), serta mineral-mineral lain seperti Tembaga, besi, timah, dan lain-lain. Sedangkan untuk mineral logam di pulau Kalimantan tepatnya di Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat , Ketapang antara lain Kalkopirit, Pirit, Besi, Emas,Bauksit,Zirkon ,Sfalerit,Magnetit.

Jebakan emas dapat terjadi di lingkungan batuan plutonik yang tererosi, ketika kegiatan fase akhir magmatisme membawa larutan hidrotermal dan air tanah. Proses ini dikenal sebagai proses epitermal, karena terjadi di daerah dangkal dan suhu rendah. Proses ini juga dapat terjadi di lingkungan batuan vulkanik (volcanic hosted rock) maupun di batuan sedimen (sedimen hosted rock), yang lebih dikenal dengan skarn. Contoh cukup baik atas skarn terdapat di Erstberg (Sudradjat, 1999). Skarn Erstberg berupa roofpendant batugamping yang diintrusi oleh granodiorit. Sebaran skarn dikontrol oleh oleh struktur geologi setempat. Sebagai sebuah roofpendant, zona skarn bergradasi dari metasomatik contact sampai metamorphic zone (Juharlan, 1993).

Konsep cebakan emas epitermal merupakan hal baru yang memberikan perubahan signifikan pada potensi emas Indonesia. jebakan yang terbentuk secara epitermal ini terdapat pada kedalaman kurang dari 200 m, dan berasosiasi dengan batuan gunungapi muda berumur kurang dari 70 juta tahun. Sebagian besar host rock merupakan batuan vulkanik, dan hanya beberapa yang merupakan sediment hosted rock. jebakan emas epitermal umumnya terbentuk pada bekas-bekas kaldera dan daerah retakan akibat sistem patahan. Endapan epitermal, ciri-cirinya sebagai berikut : 1. Tekanan dan temperatur yang berpengaruh paling rendah.2. Tekstur penggantian tidak luas (jarang terjadi).3. Endapan bisa dekat atau pada permukaan bumi.4. Kebanyakan teksturnya berlapis atau berupa (fissure-vein).5. Asosiasi mineral logamnya berupa Au dan Ag dengan mineral gangue-nya berupa Kalsite dan Zeolit disamping Kuarsa.Untuk mineral non logam di pulau sumatra (NAD, Sumatera Barat, Sumatera Selatan) Feldspar, Obsidian, Silika, Kristobalit, Muskovit, Ilit, Mineral lempung. Sedangkan untuk pulau Kalimantan, mineral non-logam antara lain kuarsa dan mineral mineral pembentuk batubara.Cikal bakal semua jenis batuan maupun bahan galian (mineral) yang membentuk kerak bumi adalah magma. Magma bersifat cair seperti bubur dan mengandung berbagai unsur kimia. Magma dapat berasal dari mantel bumi, atau berasal dari batuan kerak bumi yang meleleh kembali akibat tekanan dan temperatur tinggi pada kedalaman tertentu. Karena sifatnya yang cair dan tempatnya yang dalam dengan tekanan dan temperatur tinggi, maka magma mempunyai kecenderungan untuk mengalir naik ke permukaan bumi melalui bagian-bagian bumi yang lemah atau retak, atau jika tekanannya cukup, magma dapat menerobos batuan lain diatasnya.Perjalanan magma ke permukaan menyebabkan magma mengalami berbagai proses, rintangan dan interaksi dengan batuan lain yang telah ada. Proses interaksi tersebut bisa menghasilkan bahan-bahan galian yang berharga bagi manusia.Proses-proses geologis yang terjadi dalam waktu yang singkat maupun dalam waktu yang lama dan bahkan seringkali diikuti oleh kegiatan tektonik yang berulang-ulang, dapat mengakibatkan terjadinya proses pembentukan mineral atau bahan galian termasuk terutama bahan galian industri. Proses-proses tersebut dapat terjadi secara lokal ataupun meliputi daerah yang sangat luas pada berbagai macam formasi batuan mulai dari yang sederhana seperti pada pembentukan pasir dan batu (sirtu) sungai sampai yang kompleks seperti pembentukan bahan galian karena proses pelapukan, kegiatan magmatis, hidroternal, diagenesis, metamorfisme, sedimentasi dan yang lainnya. Perubahan ini dapat terjadi pada semua jenis batuan, dari yang berumur pra-tersier sampai kuarter yang disebut sebagai batuan sumber atau batuan induk atau batuan pengandung bahan galian. Pada proses pembentukan batubara diperlukan proses pembatubaraan (coalification) yaitu proses perubahan sisa-sisa tanaman menjadi gambut hingga batu bara. Secara ringkas ada dua tahap proses yang terjadi, yakni tahap diagenetik atau biokimia, dimulai pada saat material tanaman terdeposisi hingga lignit terbentuk. Agen utama yang berperan dalam proses perubahan ini adalah kadar air, tingkat oksidasi dan gangguan biologis yang dapat menyebabkan proses pembusukan (dekomposisi) dan kompaksi material organik serta membentuk gambut. Pada tahap malihan atau geokimia, meliputi proses perubahan dari lignit menjadi bituminus dan akhirnya antrasit.