Pemba Has An

36
III. PEMBAHASAN 3.1. Rekayasa Peningkatan Produksi Kepiting Bakau (Scylla serrata) Budidaya tambak hingga sekarang terhitung sebagai suatu usaha yang dapat memberikan keuntungan yang luar biasa. Kecenderungan kearah ini memang beralasan karena terbukti pada lahan- lahan yang baru dibuka ternyata dapat menghasilkan produksi, baik pada tingkat penguasaan teknologi petani yang masih rendah hingga sedang. Kondisi yang terlihat diawal masa usaha tersebut pada umumnya diikuti dengan ekspansi lahan atau peningkatan jumlah input yang selalu berakhir dengan penurunan produktivitas yang berulang- ulang dengan pemecahan masalah jangka pendek. Tata letak tambak, jenis tanah setempat, kesalahan desain, dan teknologi pengelolaannya adalah faktor- faktor yang berperan terhadap penurunannya produktivitas tambak, seperti ukuran udang yang cenderung sulit berkembang serta respon tambak yang negative terhadap pertumbuhan fitoplankton. Persyaratan pengembangan usaha budidaya ikan, antara lain ditentukan oleh beberapa faktor yang meliputi sumber air menyangkut kualitas dan kuantitasnya, dan lahan tanah menyangkut topografi, tekstur dan kesuburannya, disamping potensi sumber daya manusia, teknologi budidaya ikan dan

description

d

Transcript of Pemba Has An

III. PEMBAHASAN

3.1. Rekayasa Peningkatan Produksi Kepiting Bakau (Scylla serrata)Budidaya tambak hingga sekarang terhitung sebagai suatu usaha yang dapat memberikan keuntungan yang luar biasa. Kecenderungan kearah ini memang beralasan karena terbukti pada lahan- lahan yang baru dibuka ternyata dapat menghasilkan produksi, baik pada tingkat penguasaan teknologi petani yang masih rendah hingga sedang. Kondisi yang terlihat diawal masa usaha tersebut pada umumnya diikuti dengan ekspansi lahan atau peningkatan jumlah input yang selalu berakhir dengan penurunan produktivitas yang berulang- ulang dengan pemecahan masalah jangka pendek. Tata letak tambak, jenis tanah setempat, kesalahan desain, dan teknologi pengelolaannya adalah faktor- faktor yang berperan terhadap penurunannya produktivitas tambak, seperti ukuran udang yang cenderung sulit berkembang serta respon tambak yang negative terhadap pertumbuhan fitoplankton.Persyaratan pengembangan usaha budidaya ikan, antara lain ditentukan oleh beberapa faktor yang meliputi sumber air menyangkut kualitas dan kuantitasnya, dan lahan tanah menyangkut topografi, tekstur dan kesuburannya, disamping potensi sumber daya manusia, teknologi budidaya ikan dan permodalan. BPAP (2004) menyatakan bahwa pembangunan tambak pada umumnya dipilih di daerah sekitar pantai, khususnya yang mempunyai atau dipengaruhi sungai besar, sebab banyak petambak beranggapan, bahwa dengan adanya air payau akan memberikan pertumbuhan ikan/udang yang lebih baik dari pada air laut murni. Secara umum wilayah intertidal, merupakan daerah yang sangat cocok untuk membangun tambak karena ketersediaan air laut sangat mempengaruhi bisa tidaknya tambak beroperasi dengan sukses.

3.2. Tata Letak Tambak Kepiting Bakau (Scylla serrata)Tata letak dari komponen-komponen yang terdapat dalam satu unit tambak harus diatur sedemikian rupa sehingga memenuhi tujuan antara lain; menjamin kelancaran mobilitas operasional sehari-hari; menjamin kelancaran dan keamanan pasok air dan pembuangan; dapat menekan biaya konstruksi tanpa mengurangi fungsi teknis dari unit pertambakan yang dibangun; dan dapat mempertahankan aspek kelestarian lingkungan. Menurut Ahmad et al. (1998), menyatakan bahwa lokasi sangat menentukan keberhasilan usaha budidaya komoditi perikanan. Untuk itu, perlu dipertimbangkan beberapa faktor yang sangat terkait sebagai berikut1. Pertimbangan secara teknisSecara teknis lokasi sanagat mempengaruhi kontruksi dan daya tahan setra biaya pemeliharaan tambak. Faktor teknis yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut: ketinggian air dalam petak; iklim; tanah; dan benih dan pakan2. Pertimbangan secara biologisSecara biologis lokasi sangat menentukan tingkat produktivitas usaha dan bahkan keberhasilan panen. Faktor biologis yang dianggap cukup merugikan dan perlu mendapatkan perhatian adalah sebagai berikut: hama darat; hama air; hama udara; dan kompetitor3. Pertimbangan secara sosial ekonomiPemilihan lokasi juga harus mempertimbangkan faktor sosial ekonomi, karena keuntungan maksimal dapat diperoleh bila lokasi yang dipilih mampu menurunkan biaya panen dan transportasi serta meningkatkan akses pemasaran. Lokasi dan temapat tambak sebaiknya tidak terlalu jauh dari sumber pakan, benih, dan sarana produksi.

3.2. Rekayasa Desain Tambak Kepiting Bakau (Scylla serrata)Menurut Ahmad et al. (1998), Tambak merupakan salah satu alternatif tempat untuk melakukan kegiatan budidaya kepiting, baik secara ekstensif, semi intensif dan intensif. Untuk itu, bangunannya perlu dirancang sehingga memenuhi syarat.1. Petak tambakPada saat merancang petak tambak, jumlah oksigen terlarut dalam air dan fluktuasi suhu air menjadi pertimbangan utama. Pada suhu tinggi kejenuhan oksigen terlarut lebih rendah padahal metabolisme ikan cenderung lebih cepat hingga memerlukan lebih banyak pakan dan oksigen. Kemudian pergantian air, kedalaman air optimal, maksimasi difusi oksigen dari udara. Untuk memudahkan pergantian air maka pompa ditempatkan sedemikian rupa sehingga mampu mengairi banyak petak tambak (Gambar 8)

Gambar 8. Penempatan Pompa untuk Mengairi Petak Tambak Secara Efisien

Pipa tegak yang digunakan untukmengganti dan mengendalikanair di petak tambak

Air masuk kedalam petak tambak melalui pipa yang dilengkapi dengan saringan di ujung yang masuk ke petak tambak. Air keluar dari petak tambak juga melalui pipa peralon yang dilengkapi dengan saringan dan pipa tegak di dalam dan diluar petak. Luas petak sebaiknya tidak lebih dari 0,5 ha dengna dimensi empat persegi panjang atau bujur sangkar. Bentuk empat persegi panjang sebaiknya dibuat tegak lurus arah angin dominan. Kedalaman air dipertahankan 1 meter dan tidak ada perbedaan kedalamana air dalam petak. Pematang dirancang untuk ketinggian 0,5 meter dari permukaan air tambak saat kedalaman 1 meter dengan lebar atas minimal 1 meter dan kemiringan 1,5 : 1 sampai 1 : 1.2. Saluran airKesinambungan pergantian air petak tambak merupakan salah satu faktor yang penting dalam budidaya secara intensif, karena dapat meredam faktor pembatas dan menambah faktor pemacu pertumbuhan. Pergantian ar petak tambak tidak mungkin terlepas dari pengadaan saluran air yang berfungsi baik dan optimal. Pada gilirannya, saluran air juga tidak terlepas dari keberadaan pematang yang dipelihara dengan baik.Pencegahan patogen yang masuk melalui saluran air maka saluran air masuk dan keluar harus dipisahkan. Disarankan air yang keluar dari hamparan petak tambak dialirkan melewati vegetasi mangrove supaya tidak mencemari lingkungan sekitar hamparan tambak sebab vegetasi mangrove dapat berfungsi sebagai biofilter yang andal bagi air limbah tambak.

Gambar 9. Saluran yang Digunakan untuk Mengelola Air dalam Hamparan Tambak

Gambar 10. Jenis-jenis Saluran yang Seharusnya ada pada Irigasi Tambak3. PematangSecara umum, pematang dibagi menjadi atas dua jenis. Pertama pematang keliling dan kedua adlah pematang petak tambak. Dalam kondisi tetentu pematang keliling juga dapat berfungsi sebagai pematang petak tambak (Gambar 11).

Gambar 11. Pembagian Pematangg Berdasarkan FungsinyaPematang keliling berfungsi sebagai pendukung bagi hamparan tambak karena biasanya merupakan pematang dari saluran utama. Pada saat tanah pematang kurang baik atau kurang memenuhi syarat untuk menahan air (porous) maka pematang harus dilengkapi dengan lapisan kedap air (puddle trench). Tanah yang digunakan untuk lapisan air atau inti pematang atau pelapis pematang harus dipadatkan sehingga membentuk lapisan kedap air dalam pematang (Gambar 12).

Gambar 12. Penempatan Lapisan Kedap Air Berdasarkan Kondisi Tekanan Air Untuk Mencegah Kebocoran Lewat Pematang

4. Pintu airPintu air terbagi atas pintu air utama yang terletak pada saluran utama dan pintu air sekunder atau tersier yang terletak pada petak tambak. Sebagai pengatur air bagi hamparan tambak, pintu air utama dirancang hingga dapat memasukkan air secara maksimal dan cepat (Gambar 13)

Gambar 13. Rancangan Pintu Air Utama untuk Mengendalikan Air dalam Hamparan Tambak

Pipa air biasanya menggunakan pipa yang permukaannya relatif licin. Oleh karena itu, untuk mencegah terjadinya pengikisan tanah sekitar permukaan pipa akibat tekanan air dari dalam maupun dari luar petak maka pipa yang digunakan sebaiknya dilengkapi dengan penahan kebocoran (antiseeps collar) pada keliling pipa. Penahan kebocoran ini dapat terbuat dari kayu maupun bahan lain yang tidak dapat dirembesi air dan tahan dari gigitan kepiting serta hewan pengerat lainnya. Fungsi penahan kebocoran selain untuk mencegah aliran air sejajar pipa juga untuk mencegah pipa bergeser dari posisi awalnya, apalagi bila pipa dilengkapi dengan pipategak yang selalu digunakan untuk mengganti air. Pembuatan desain suatu unit tambak mendasarkan pada kriteria perencanaan yang secara garis besar menyangkut hal-hal berikut :1. Kebutuhan air (jumlah dan mutu) yang sangat dipengaruhi oleh tingkat teknologi budidaya yang diterapkan. Kebutuhan air untuk budidaya ini akan menentukan ukuran, bentuk tambak dan pintu air serta salurannya. Kebutuhan air itu sendiri akan ditentukan oleh parameter berikut ini:a. Kondisi pasang surut air laut.b. Jumlah dan mutu air akan banyak berpengaruh terhadap teknologi yang diterapkan.c. Lama waktu yang diperlukan untuk pengisian, pengeringan dan penggantian air tambak.d. Frekuensi dan besarnya prosentase penggantian air.e. Tingkat salinitas bulanan yang dibutuhkanf. Kedalaman/tinggi air tambakg. Tingkat teknologi budidaya, pola dan waktu tanam.2. Keadaan topografi dan elevasi lahan serta kondisi sumber air (tawar tawar dan air laut) akan menentukan kemiringan dasar tambak dan saluran, kedalaman penggalian tanah untuk tambak, dimensi dan penggalian saluran serta penggunaan pompa air3. Kondisi dan karakteristik tanah akan menentukan lebar pematang, serta lebar dan kemiringan tanggul.4. Cara-cara pemanenan akan menetukan pola bentuk dari pintu air (outlet).5. Dalam pembuatan tambak mengacu pada kelestarian sumberdaya seperti penyediaan areal untuk jalur hijau di tepi pantai dan sungai serta pemisahan antara saluran pasok dan buang.

Menurut Kanna (2012), Desain tambak Kepiting Bakau, walaupun desain tambak kepiting bakau tidak berbeda jauh dengan tambak bandeng dan udang. Namun, tambak kepiting bakau mempunyai karakteristik tertentu karena kepiting memiliki sifat dan tingkah laku yang menuntut adanya desain tertentu. Kepiting bakau akan selalu berusaha melarikan diri dari tambak apabila datang saatnya beruaya ke laut untuk memijah. Kepiting bakau juga senang berkelahi dan menggali tanggul/pematang atau apa saja yang ada di tambak terutama bangunan yang berasal dari bahan kayu/bambu. Untuk mencegah agar kepiting bakau tidak melarikan diri lewat tanggul atas atau bwah, maka kontruksi tambak harus kokoh dan padat. Selain itu, tambak harus di pagar dengan bambu atau waring mulai dari dasar tambak ke atas agar kepiting bakau tidak dapat melarikan diri. Pohon-pohon yang berada di tengah-tengah tambak dibiarkan tetap hidup sebagai tempat perlindungan dan menggali lubang bagi kepiting bakau. Selain itu, gundukan pepohonan tersebut juga dapat berfungsi sebagai perlindungan dari cahaya panas matahari, mengurangi penguapan, sumber hara dan memberi kesempatan pada kepiting bakau untuk berada di dekat permukaan pada saat oksigen terlarut dalam tambak rendah. Tinggi air dalam tambak dipertahankan kurang lebih 1 meter untuk mengurangi kemungkinan bagi kepiting bakau melarikan diri pada saat suhu air dalam tambak naik dan mengganggu dan merugikan kegiatan kepiting dalam melakukan penggalian tanggul/pematang.1. Petakan tambakPetakan tambak didesain berdasarkan kondisi dan sifat perairan (sungai), disamping faktor biologis, fisik, ekonomi dan sosial. Disamping itu, tingkah laku dan sifat biologis kepiting bakau juga diperhitungkan dalam membuat kontruksi tambak, terutama pematang/tanggul dan pintu air. Luas satu unit tambak sekitar 5 10 hektare yang terdiri atas 2 petakan pembesaran dan 2 petakan kecil untuk kepiting bakau yang mengalami pergantian kulit (moulting). Luas untuk petakan kecil cukup 5 m2. Untuk menjaga kepiting bakau dari serangan hama, penyakit, pencemaran air dan untuk memudahkan pemanenan, maka setiap petakan sebaiknya mempunyai pintu air sendiri. Untuk itu, pertambakan kepiting bakau memerlukan saluran pembagi air yang dapat mensuplai dan mengatur volume air yang diperlukan dalam tambak.Untuk memudahkan pergatian air, terutama pengeluaran air maka sekeliling tambak kepiting bakau sebaiknya dilengkapi caren (parit keliling). Selain itu, caren juga berfungsi sebagai tempat berlindung bagi kepiting bakau dari cahaya panas matahari, tempat berlangsungnya perkawinan, pemberian pakan dan memudahkan pemanenan. Secara sederhana, desain petakan tambak untuk pembesaran kepiting bakau dapat dilihat pada gambar dibawah ini

2. Tanggul (Pematang)Bahan penyususn pematang sangat penting diperhatikan dalam mendesain tambak, karena pematang berfungsi menahan massa air dalam tambak dan melindungi tambak dari tekanan air dari luar akibat banjir atau penggenangan air pasang. Selain itu, pembangunan pematang sebaiknya berdasarkan hasil survey untuk menghindari hal-hal yang tidaj diinginkan, misalnya:a. Pemotongan arus atau anak sungai yang arusnya kuatb. Areal yang tanahnya jelek sehingga memerlukan biaya banyak untuk membuat kontruksi tambakc. Pembangunan pematang dekat jalur sungai yang tercemar atau tererosi3. Pemagaran TanggulPemagaran tanggul dapat menggunakan pagar bambu atau waring yang ditempatkan disekeliling pematang bagian dalam. Untuk mencegah kepiting bakau melarikan diri melalui dasar pematang dengan menggali tanah, maka pemagaran sebaiknya dumilai pada dasar pematang. Pagar ditanam sedlam 30 cm 40 cm dan usahakan jarak antara bilahan-bilahan bambu pada pagar tersebut tidak terlalu renggang agar kepiting bakau tidak bisa melrikan diri melewati celah-celah anatar bilahan bambu tersebut.

Gambar 14. Pemagaran Pematang dengan BambuJika bangunan tanggul/pematang cukup kuat, besar dan padat. Khususnya bila terbuat dari tanah liat atau tanah liat sedikit bercampur pasir dan diyakini tak mungkin digali kepiting bakau, maka pemagaran cukup dilakukan pada bagian atas tanggul. Tinggi pagar sekitar 50 cm diukur dari puncak sampai tanah pematang. Pembuatan pagar bambu sama dengan pembuatan kandang ternak seperti pada gambar diatas.Pemagaran tambak menggunakan waring dapat dilakukan dengan kombinasi anatara bambu dan waring. Adapun cara pembuatannya adalah sebagai berikut:a. Siapkan waring berukuran lebar kurang lebih 2 meter dan panjangnya disesuaikan dengan keliling tambak kepiting bakaub. Siapkan babmbu berbentuk batangan (tanpa dibelah), kecuali bambu yang berukuran lebih besar harus dibelah menjadi 2 (dua) bagian. Banyaknya bambu yang digunakan disesuaikan dengan kebutuhanc. Rangkaian bambu tersebut hingga tambak yang akan dipagari menyerupai sketsa kasar pembuatan gubukd. Pasanglah waring di sekeliling rangkaian bambu tersebut hingga seluruh bagian luar rangkaian bambu tertutup waring. Seperti halnya pagar bambu, pagar waring pun perlu ditanamkan untuk menghindari kepiting yang akan melarikan diri4. PengapuranSalah satu hal yang juga harus diperlukan dlam budidaya kepiting bakau adalah pengapuran. Seperti halnya udang. Kepiting memerlukan kapur dalam proses penggantian kulit (moulting). Pengapuran juga berguna untuk menaikkan pH tambak yang rendah, mengikat CO2 yang berlebihan karena proses pembusukan dan pernapasan dan mempercepat proses penguraian bahan organik.Jumlah kapur yang diperlukan tergantung pada pH tambak. Tambak-tambak didaerah hutan bakau biasanya memiliki pH rendah (4 5) sehingga membutuhkan kapur dalam jumlah banyak (3.000 6.000 kg/ha batu kapur, CaO). Kapur ini diberikan pada waktu pengolahan tanah dengan cara mengaduk-aduknya sehingga tercampur merata dengan lumpur tanah dasar tambak sedalam 10 cm. Pemberian pupuk sebaiknya dilakukan 1 2 minggu sekali setelah pengapuran5. Pengisian AirSetelah kegiatan perbaikan kontruksi, pengeringan, pemupukan dan pengapuran dilakukan, tambak tersebut dapat diisi air. Tinggi air dalam tambak sekurang-kurangnya 0,75 1 meter. Denga ketinggian air demikian, kegiatan kepiting bakau menggali dasar tanggul/pematang dapat dikurangi. Pengisian air sebaiknya dilakukan pada saat suhu air rendah yaitu pada saat pagi atau sore/malam hari sehingga pada saat penebaran, kepiting bakau tidak mengalami stress. (Kanna, 2012)3.3. Bentuk Pond System Kepiting Bakau (Scylla serrata)1. Tipe-Tipe Tambak Secara umum, beberapa tipe tambak di Indonesia dibagi ke dalam beberapa bentuk di antaranya:a. Tambak tanah, merupakan tambak yang umum di Indonesia, berteknologi konstruksi sederhana, terdapat di daerah pasang surut untuk memudahkan pengambilan dan pembuangan air.b. Tambak semi plastik, merupakan modifikasi dari tambak tanah, diberikan penambahan plastik pada pematang untuk alasan operasional (bocor) atau tekstur tanah yang tidak stabil (berpasir).c. Tambak beton, seperti halnya tambak semi plastik, diberikan penambahan konstruksi pematang beton untuk alasan operasional (bocor) atau tekstur tanah yang tidak stabil (berpasir).d. Tambak biocrete, merupakan modifikasi dari tambak beton, hanya saja menggunakan bahan-bahan penguat (serabut atau ijuk aren) dan plastik.Menurut Rusmiyati (2011), menyatakan bahwa tempat budidaya kepiting meliputi beberapa metode pemeliharaan sebagai berikut.a. Metode keramba bambuPemeliharaan dengan sistem keramba yang terbuat dari bahan bambu pada umumnya sudah lama dilakukan oleh para petani tambak. Selain itu, cara pembuatannya yang relatif sangat mudah, juga bahan yang diperlukan mudah diperoleh dengan harga yang terjangkau. Namun, disisi lain metode ini terbatas dengan padat penebaran yaitu elatif sedikit. Hal ini disebabkan karena ruang gerak kepiting yang sempit sehingga dikhawatirkan kepiting mudah untuk saling memangsa (kanibalisme)b. Metode keramba jaringKeramba dengan bahan dari jaring adalah merupakan hasil modifikasi dari keramba dari bahan bambu, wadah pemeliharaan ini lebih kuat karena dindingnya terbuat dari bahan jaring, selaibn lebih kuat dan tahan juga mempunyai kelebihan sirkulasi air lebih lancardibanding dengan bahan dari bambu. Perkiraan kuatnya metode ini sampai 2 tahun atau lebih, serta pembutannya yang sangat praktis.c. Metode pagar tancapMetode pagar tancap merupakan bagian dari pengembangan wadah sistem budidaya penggemukan kepiting yang memanfaatkan bahan dari bambu yang dibelah sebagai dinding atau pagar, rangka pagar terbuat dari balok kayu sebagai tempat untuk mengikat belahan bambu tersebut. Kontruksi pembuatan pagar bambu biasa digunakan pada areal tambak dengna ukuran yang bervariasi antara 15 x 8 meter atau 20 x 10 meter. Potongan bambu yang telah dibelah-belah kemudian ditancapkan ke dasar tanah sedalam 0,5 meter dan disusun secara vertikal dengan sedikit memberi celah agar sirkulasi air lancar2. KonstruksiKonstruksi tambak yang kurang baik akan mengakibatkan tambak tersebut tidak dapat dimanfaatkan secara optimal. Pada umumnya, konstruksi tambak yang dilakukan secara manual mempunyai kelemahan menonjol yaitu pada kualitas tanggul. Oleh karena itu, agar tanggul cukup kuat, padat, kedap air dan tidak mudah longsor, maka pembuatannya agar menggunakan peralatan berat.3. Sistem irigasiSistem irigasi yang dikembangkan agar memenuhi tujuan, sebagai berikut :a. Dapat menjamin kelancaran dan keamanan pasok serta buang air tambak.b. Pendistribusikan air yang efektif dengan sistem drain yang mampu membersihkan kotoran dan membuang air limbah dari dalam tambak secara praktis dan tuntas sampai keluar kawasan pantai.

Gambar 15. Pond System yang Ramah Lingkungan3.4. Tambak Kepiting Bakau (Scylla serrata) yang Ramah Lingkungan dan BerkelanjutanPrinsip teknologi budidaya kepiting ramah lingkungan ini adalah dengan cara penerapan konstruksi tambak secara benar, pengelolaan budidaya kepiting secara tepat dengan manajemen kualitas air dan pemberian pakan yang baik, serta pengendalian lingkungan tambak (water treatment) secara bijaksana. Semua ini menggunakan bahan konstruksi ramah lingkungan, serta penggunaan formulasi bahan pakan alami. Selain juga memelihara plankton baik sebagai pakan alami maupun menciptakan lingkungan yang kondusif bagi kultivan. Budidaya tambak kepiting yang berlokasi di daerah pesisir sangat berhubungan dengan kondisi tata ruang, sosial budaya, keamanan dan ekonomi masyarakat pesisir tersebut. Oleh karena itu pendekatan pemecahan masalah dilakukan secara terintegrasi. Pada saat ini sudah waktunya untuk melaksanakan pendekatan dan isu bagi pembangunan budidaya yang lestari dan bertanggungjawab melihat kenyataan bahwa produksi udang di tanah air menurun drastis akibat dari kesalahan pengelolaan. Pemahaman terhadap budidaya yang berkelanjutan perlu disosialisasikan di berbagai pihak, pemerintah perlu menetapkan tindakan pengawasan terhadap pelaksanaan undang-undang dan peraturan yang berkenaan dengan pengelolaan kawasan pesisir. Pendekatan yang seimbang dan informatif dapat dilakukan untuk memusatkan isu-isu perhatian terhadap konsep pembangunan budidaya yang berwawasan lingkungan dan bertanggungjawab. Penyiapan lingkungan yang kondusif untuk pembangunan budidaya berkelanjutan adalah merupakan tangungjawab bersama, baik pemerintah, akademisi, dan LSM. Selain itu juga perlu dukungan media massa, lembaga keuangan, kelompok kepentingan khusus termasuk asosiasi sosial dan sektor swasta produsen budidaya, pabrik serta penyedia saprodi, pengolah dan pedagang akuakultur.Irianto dan Soesilo (2007) menyatakan bahwa dukungan teknologi yang diperlukan bagi pengembangan perikanan budidaya untuk pemenuhan gizi masyarakat adalah:a. Sistem budidaya, perlu dikembangan sistem yang lebih efisien dan efektif mengingat biaya input budidaya yang cenderung meningkat, seperti penggunaan pakan buatanb. Teknologi budidaya untuk komoditas baru yang digemari oleh masyarakat, seperti cumi-cumic. Teknologi perbenihan, khususnya untuk lebih memberi kemudahan bagi masyarakat di dalam mendapatkan benih, seperti yang telah dikembangkan di Gondol (Bali) backyard hatchery untuk benih bandeng. Teknologi pemuliaan diperlukan untuk mendukung teknologi perbenihan ini, mengingat semakin menurunnya mutu genetik kultivan dewasa ini.d. Teknologi pakan/nutrisi. Pembuatan pakan ikan selama ini lebih banyak mengandalkan tepung ikan sebagai sumber protein, sedangkan untuk memenuhi kebutuhan tepung ikan masih harus diimpor. Oleh karena itu perlu dikembangkansumber protein alternatif, seperti misalnya memanfaatkan maggot yang dikembangbiakkan dengan memanfaatkan limbah kelapa sawit. Teknologi produksi artemia, yang digunakan untuk pakan benih ikan dan udang, perlu dikembangkan karena selama ini masih diimpor.1. Budidaya Kepiting Bakau (Scylla serrata) yang Ramah LingkunganDesain suatu petakan tambak merupakan salah satu kunci utama keberhasilan budidaya. Hasil penelitian membuktikan bahwa kandungan berbagai polutan (mangrove). Kecenderungan positif seperti ini akan terus dikembangkan hingga diperoleh sebuah standar desain dan teknologi budidaya yang baru dan lebih ramah lingkungan. Lingkungan yang dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan kepiting adalah yang mampu menyediakan kondisi fisika, kimia, dan biologi yang optimal.Kondisi lingkungan fisik yang dimaksud antara lain suhu dan salinitas. Kondisi lingkungan kimia antara lain meliputi pH, oksigen terlarut (DO), nitrat, ortofosfat, serta keberadaan plankton sebagai pakan alami. Selain itu perlu diperhatikan timbulnya kondisi lingkungan yang dapat menghambat pertumbuhan udang, bahkan dapat mematikan kepiting, misalnya munculnya gas-gas beracun serta mikroorganisme patogen.Kapasitas dan daya dukung lingkungan adalah nilai suatu lingkungan yang ditimbulkan oleh interaksi dari semua unsur atau komponen fisika, kimia, dan biologi dalam suatu ekosistem. Daya dukung lahan pesisir di suatu lokasi pertambakan ditentukan oleh mutu air tanah, sumber air, hidro oceanografi, topografi, klimatologi daerah pesisir dan daerah hulu, tipe dan kondisi pantai. Faktor-faktor tersebut berpengaruh terhadap produktivitas dan kelestarian tambak. Selain itu, juga menjadi faktor pembatas pada distribusi atau sebaran dan luas areal pertambakan disuatu lokasi daerah pesisir, sesuai dengan tingkat teknologi budidaya yang diterapkan. BPAP (2004) menyatakan bahwa tambak intensif yang ramah lingkungan harus terdiri dari atas: saluran pengairan; petak tandon perlakuan air masuk; petak tandon air siap pakai; petak pemeliharaan dengan sistem pembuangan sedimen limbah; saluran pengendapan limbah; saluran pengurangan nutrien terlarut; dan petak pengolahan limbahDinas Perikanan Jawa Tengah (1997) menyatakan bahwa produksi lestari tambak disetiap hamparan lahan pantai dipengaruhi oleh luas unit tambak di hamparan tersebut, tingkat teknologi budidaya yang diterapkan, dan distribusi unit areal tambak di sepanjang pesisir. Pada suatu hamparan pantai jumlah kebutuhan air untuk operasional budidaya meningkat dengan bertambahnya luas areal tambak. Kualitas air sebagai variabel pendukung carryng capacity merupakan faktor dalam lingkungan tambak yang berpengaruh terhadap kelangsungan usaha budidaya soft crab kepiting bakau dalam tambak. Kualitas air menunjukkan tidak layak untuk mendukung carryng capacity tambak kepiting. Perubahan (fluktuasi) kisaran kualitas air yang menjolok dalam tambak sangat dipengaruhi oleh air sumber, kepadatan, jumlah serta jenis pakan yang diberikan dan lain-lain

2. Parameter Budidaya Kepiting Bakau (Scylla serrata) yang Berkelanjutana. Tekstur tanah tambakTekstur tanah tambak memegang peranan yang sangat penting dalam budidaya kepiting di tambak, karena kesuburan perairan tambak sangat ditentukan oleh kondisi tekstur tanah penyusunnya. Tekstur memegang peran penting dalam menentukan apakah tanah memenuhi syarat dalam kapasitas penyangga dalam ekososistem tambak atau tidak, karena tekstur tidak saja menentukan sifat fisik tanah seperti permeabilitas dan drainase tetapi juga sejumlah sifat kimia tanah tertentu, seperti tingkat absorbsi fospor (DKP, 2002). Kapasitas absorbsi fosfor berkorelasi dengan kandungan liat, sehingga absorbsi fospor tanah dasar tambak dapat diduga dari tingginya kandungan liat pada lapisan tersebut (Boyd dan Munsiri, 1996). b. Suhu air tambakSuhu air selama 3 periode produksi berkisar antara 26 30 oC, nilai tersebut termasuk dalam kisaran yang layak untuk kehidupan dan pertumbuhan kepiting bakau, sehingga disamping adanya faktor pakan sebagai pertumbuhan, suhu merupakan salah satu faktor juga dalam pertumbuhan kepiting selama penelitian. Hal ini karena suhu mempunyai peran penting dalam pengaturan aktifitas kepiting diantaranya adalah respirasi, metabolisme, konsumsi pakan, dan lain-lain. Lebih lanjut ditegaskan bahwa suhu air media untuk budidaya kepiting bakau dalam tambak yang optimal adalah 18 32 oC, suhu yang kurang dari atau lebih dari kisaran optimum akan berpengaruh terhadap pertumbuhan kepiting, karena reaksi metabolisme mengalami penurunan dan apabila perubahan suhu yang secara mendadak akan dapat mengakibatkan stress pada kepiting hingga dapat mengakibatkan kematian.c. Salinitas dan osmoregulasiSalinitas air media selama penelitian berkisar antara 20 24 ppt, kisaran salinitas tersebut dalam batas normal, sesuai dengan pendapat Ramelan (1994) bahwa kepiting bakau dalam budidaya ditambak akan tumbuh dengan baik pada kisaran salinitas 15 25 ppt. Pada kisaran salintas 35 40 ppt, kepiting akan mengalami pertumbuhan yang lambat. Perubahan salinitas dapat mempengaruhi konsumsi oksigen, sehingga mempengaruhi laju metabolisme dan aktivitas suatu organisme (Buwono, 1993). Hasil penelitian Gunarto (2002) Pada salinitas 20 25 ppt, kepiting bakau yang dipelihara ditambak dapat tumbuh dengan baik mencapai 0,62 g/hr, pada salinitas 15 20 ppt pertumbuhannya 0,56 g/hr, pada salinitas 10 15 ppt mencapai pertumbuhan 0,41 g/hr, dan pada salinitas 25 30 ppt pertumbuhannya hanya mencapai 0,28 g/hr. Lebih lanjut hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kepiting yang dipelihara pada salinitas dibawah 20 ppt mengalami kematian, karena pada kisaran salinitas ini sangat rawan terhadap penyakit.Osmolaritas air media tambak yang bersalinitas 24 ppt sebesar 700,37 mOsm/l H2O. Pada fase intermoult kepiting cukup mantap dalam pertumbuhan sel dan jaringan serta pengerasan kulit karena osmolaritas media hampir seimbang dengan osmlaritas kepiting sehingga energi untuk adaptasi dalam proses osmoregulasi dapat diminimalisasi. Selanjutnya terjadi proses mobilisasi serta akumulasi cadangan nitrien terutama kalsium dan fospor, serta terjadinya aktivitas penyiapan kulit baru diiringi dengan penyerapan nutrien organik dan kalsium dari kulit lama kedalam haemolymph. hal tersebut yang menyebabkan nilai osmolaritas menjadi meningkat, sehingga osmolaritas haemolymph kepiting pada fase moult lebih tinggi dibanding nilai osmolaritas media, hal ini menunjukkan bahwa kepiting mengalami regulasi hiperosmotik. Nilai osmolaritas tersebut diduga terjadi mulai saat kepiting dalam kondisi premoult ke moult, sehingga dalam kondisi yang demikian kepiting berusaha mempertahankan tekanan osmotik cairan tubuh dengan menjaga agar cairan tubuhtidak keluar dari sel dan mencegah agar cairan urine tidak lebih pekat dari haemolymphnya. Moulting merupakan cara yang ditempuh supaya terjadi keseimbangan tekanan osmotik media dengan haemolymph kepiting, dengan moulting kepiting akan mengekstrak air tawar dari air medianya melalui penyerapan dengan kulit barunya.d. Oksigen terlarut (DO)Hasil penelitian Wahyuni E. dan W. Ismail (1997) kepiting bakau membutuhkan oksigen terlarut dalam perairan sekurang-kurangnya 3 mg/l. Oksigen terlarut dalam ekosistem perairan tidak hanya sebagai limiting faktor saja, melainkan juga sebagai directive faktor. Oksigen terlarut tidak saja digunakan untuk pernafasan biota dalam air tetapi juga untuk proses biologis lainnya. Jika oksigen terlarut dalam keadaan minim dapat menyebebkan stres dan meningkatkan peluang infeksi penyakit. Ketika kelarutan oksigen rendah sedangkan konsentrasi CO2 tinggi kemampuan kepiting dan sejenisnya dalam mengambil oksigen akan terganggu (ISU, 1992). Bila konstrasi oksigen terlarut < 3 mg/l, maka nafsu makan kultivan akan berkurang dan tidak dapat berkembang dengan baik (Buwono, 1993).Tingginya oksigen terlarut pada siang hari selain dipengaruhi dari fotosintesa fitoplankton, proses difusi juga mempunyai andil dalam suplay oksigen terlarutdalam media tambak, hal ini disebabkan suhu air media yang berada pada kisaran26 30 oC belum mempengaruhi kelarutan gas oksigen dari udara yang berdifusikedalam air media tambak, karena salinitas media masih berada pada kisaran 20 24 ppt sehingga kondisi air tambak tidak pekat dan gas oksigen dari udara bisa masuk kedalam media tambak.e. pH air tambakpH air media dalam tambak berkisar antara 7,06 7,35 (pada periode produksi ke-1) 6,52 7,02 (pada periode produksi ke-2) dan 5,98 6,91 (pada periode produksi ke-3) kisaran nilai ini tergolong dalam kondisi yang sangat layak sampai tidak layak. Konsentrasi pH mempengaruhi tingkat kesuburan perairan karena mempengaruhi kehidupan jasad renik. Perairan yang asam cenderung menyebabkan kematian pada kepiting bakau yang dibudidayakan di tambak, demikian juga pada pH yang mempunyai nilai kelewat basa. Hal ini disebabkan konsentrasi oksigen akan rendah sehingga aktifitas pernafasan tinggi dan berpengaruh terhadap menurunnya nafsu makan. (Ghufron dan H. Kordi, 2005) lebih lanjut ditegaskan bahwa nilai pH yang baik untuk pertumbuhan kepiting bakau di tambak adalah berkisar antara 6,5 - 7,5. Nilai pH air dipengaruhi oleh konsentrasi CO2. pada siang hari karena terjadi fotosintesa maka konsentrasi CO2 menurun sehingga pH airnya meningkat. Sebaliknya pada malam hari seluruh organisme dalam air melepaskan CO2 hasil respirasi, sehingga pH air menurun. f. Densitas dan diversitas fitoplanktonFitoplankton sebagai pakan alami mempunyai peran ganda yaitu berfungsi sebagai penyangga kualitas air dan dasar dalam mata rantai makanan di perairan atau yang disebut sebagai produsen primer (Odum, 1979). Keberadaan plankton baik jenis maupun jumlah terjadi karena pengaruh faktor-faktor berupa musim, nutrien, jumlah konsentrasi cahaya dan temperatur. Perubahan-perubahan kandungan mineral, salinitas, aktivitas di darat dapat juga merubah komposisi fitoplankton di perairan (Viyard, 1979). Hasil penghitungan densitas fitoplankton dalam media tambak terlihat peningkatan sejalan dengan waktu budidaya, yaitu mulai 8,62.103 s/d 4,94 . 104 cell/cc (pada periode produksi ke-1), 1,12.104 s/d 5,82 . 105 cell/cc (pada periode produksi ke-2), dan 9,14 .104 s/d 2,84 . 106 cell/cc (pada periode produksi ke- 3). Densitas dan deversitas plankton merupakan salah satu parameter sebagai tolok ukur tingkat kesuburan perairan. Peningkatan densitas fitoplankton tersebut sangat berkolerasi dengan peningakatan kandungan nutrien (fospor) yang ada dalam media tambak. Hasil anlisis regesi nilai R2 antara fospor dengan densitas fitoplankton mencapai 0,8 dengan nilai signifikansi 0,001 nilai ini memperlihatkan hubungan yang sangat erat sekali, bahwa densitas fitoplankton sangat dipengaruhi oleh keberadaan fospor dalam media tersebut. Menurut Marsambuana, et al (2006), fospor merupakan peubah yang penting dalam pertumbuhan fitoplankton di suatu perairan, hasil penelitiannya menunjukan perbedaan yang sangat nyata (P>0,05) dari densitas fitoplankton pada berbagai media tambak yang mempunyai perbedaan konsentrasi fospor. Tambak yang memiliki konsentrasi fospor lebih dari 0,8 mg/l sering terjadi blooming plankton yang kemudian diikuti dengan kematian udang sebagai kultivannya.f. Kecerahan air tambakKecerahan perairan merupakan cerminan dari jumlah fitoplankton yang ada dalam media dan jumlah padatan tersuspensi yang terakumulasi dalam media tambak. Kecerahan untuk media budidaya kepiting di tambak paling baik berkisar antara 25 35 cm (Efendi, 2003), namun secara umum kecerahan air media di tambak yang baik berkisar antara 30 40 cm (Dirjen Perikanan Budidaya, 2003). Hasil pengukuran kecerahan selama penelitian didapat 43 51 cm (pada periode produksi ke- 1), 28 47 cm (pada periode produksi ke- 2), dan 18 39 cm (pada periode produksi ke- 3). Tinggi rendahnya kecerahan ini sangat dipengaruhi oleh densitas fitoplankton, hal ini terlihat bahwa penurunan kecerahan sejalan dengan waktu periode budidaya, dimana hal yang sama juga diikuti dengan semakin tingginya densitas fitoplankton. Hasil analisis regesi antara densitas fitoplankton dengan kondisi kecerahan perairan tambak budidaya kepiting menunjukkan nilai R2 = 0,86 dengan signifikansi 0,23. artinya bahwa kondisi kecerahan perairan sangat dipengaruhi oleh densitas fitoplankton.h. Total fosporTotal fospor merupakan faktor pembatas dalam ekosistem tambak, keberadaannya dalam tanah maupun air media budidaya mutlak dibutuhkan sebagai faktor utama dalam keseimbangan lingkungan, hal ini karena total fospor merupakan unsur hara utama yang dibutuhkan untuk pertumbuhan produktifitas primer. Besaran total fospor dalam tanah maupun air media jika melebihi batas daya asimilasi akan menyebabkan kondisi lingkungan menjadi euritrifikasi (kelewat subur), disamping menyebabkan blomming plankton juga dapat menyebabkan penurunan jenis plankton, karena hanya sedikit jenis plankton yang mampu hidup pada kondisi yang euritrifikasi akibat meningkatnya fospor.