Pemba Has An

download Pemba Has An

of 17

description

ok

Transcript of Pemba Has An

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangKemajuan teknologi di bidang farmasi khususnya di bidang kosmetik saat ini, telah memberikan banyak alternatif bagi konsumen untuk memenuhi kebutuhannya akan kebersihan serta kecantikan tubuh dan wajahnya. Berbagai produk kosmetik dengan berbagai fungsi/manfaat dari berbagai perusahaan dan negara banyak tersedia di pasaran; ada yang berfungsi untuk membersihkan kulit wajah, membersihkan plek-plek pada wajah, membersihkan jamur, mengencangkan kulit dan sebagaianya.Temuan kosmetika yang mengandung bahan berbahaya/dilarang selama 5 tahun terakhir mengalami penurunan dari 3,19% menjadi 0,42% temuan dari jumlah produk yang disampling. Pada 2008 jumlah temuan 3,19% dari produk yang disampling; 2009 jumlah temuan 1,49% ; tahun 2010 jumlah temuan 0,86%; tahun 2011 jumlah temuan 0,70%; dan tahun 2012 jumlah temuan 0,42%. Produk - produk kosmetik tertentu, di samping memiliki fungsi yang sangat baik bagi kecantikan wanita, tetapi di sisi lain dapat menimbulkan efek samping yang merugikan dan membahayakan kesehatan dan kehidupan pemakainya; hal ini disebabkan produk kosmetika tersebut mengandung bahan - bahan kimia yang berbahaya. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia, pada tanggal 11 Juni 2009 telah mengeluarkan Public Warning mengenai kosmetik rias wajah dan rias mata (18 item produk), kosmetik pewarna rambu (7 item produk), kosmetik perawatan kulit (44 perwatan kulit), dan kosmetik sediaan mandi (1 merek produk). Sebagian besar produk - produk yang masuk ke dalam daftar Public Warning tersebut adalah produk buatan China. Masyarakat pada umumnya lebih menyukai produk kosmetik buatan China, karena harganya yang relatif rendah tetapi kinerjanya tidak kalah dengan produk buatan Amerika atau Eropa. Sebagai upaya untuk menghindarkan efek negatif yang merugikan masyarakat pengguna kosmestik - kosmetik yang mengandung bahan kimia berbahaya, maka perlu adanya perlindungan konsumen. Perlindungan konsumen merupakan hal yang cukup baru dalam dunia peraturan perundang - undangan di Indonesia, meskipun pemberitaan mengenai perlunya peraturan perundang - undangan yang komperhensif bagi konsumen tersebut sudah diberitakan sejak lama. Praktek monopoli dan tidak adanya perlindungan konsumen telah meletakkan posisi konsumen dalam tingkat yang terendah dalam menghadapi para pelaku usaha. Tidak adanya alternatif yang diambil oleh konsumen telah menjadi suatu rahasia umum dalam dunia atau industri usaha di Indonesia. Ketidakberdayaan konsumen dalam menghadapi pelaku usaha ini jelas sangat merugikan kepentingan masyarakat.Pihak penjualan sebenarnya tidak memaksa pembeli untuk membeli kosmetik China yang dijualnya. Namun, penjual tidak memberikan informasi yang benar sehingga konsumen tidak mengetahui bahaya yang ada pada kosmetik China yang dikonsumsi. Banyak brosur dari kosmetik - kosmetik China yang menggunakan bahasa China, keterangan jenis penyakit yang dapat disembuhkan dan komposisinya banyak yang menggunakan bahasa China,bahkan ada yang menggunakan bahasa Melayu, yang umumnya tidak dipahami oleh calon pembeli. Brosur kosmetik China seharusnya menggunakan bahasa Indonesia sehingga komposisi yang terkandung di dalamnya, kegunaan, efek samping pemakaian, cara pemakaian, tanggal daularsa dan nomor registrasi pada Badan/Balai Pengawas Obat dan Makanan dapat dipahami oleh pembeli.Produk obat dan kosmetik China menjadi pilihan alternatif bagi masyarakat yang kurang mampu dalam segi ekonomi. Hal ini disebabkan biaya yang relatif lebih murah dibanding biaya pengobatan ke dokter. Selain biaya untuk membeli obat, pasien juga harus membayar biaya pemeriksaan. Biaya itu semakin tinggi jika harus menjalani operasi. Akan tetapi karena tidak ada transparansi mengenai efek samping dari para penjual obat dan kosmetik China, maka penggunanya banyak yang terjebak.Berdasarkan masalah tersebut, maka penulis membuat makalah mengenai perlindungan konsumen terhadap bahan kosmetik yang berbahaya.

1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, maka rumusan masalah yag dibahas yaitu Apa jenis bahan berbahaya dalam kosmetik dan bagaimana tanggung jawab pelaku usaha terhadap perlindungan konsumen?

1.3 TujuanTujuan dari makalah ini yaitu agar diketahuinya jenis bahan yang berbahaya dalam kosmetik dan adanya hak perlindungan konsumen dapat diaplikasikan sehingga anatara konsumen dan pelaku usaha saling menjaga dan memelihara.

BAB II PEMBAHASAN

2.1 KosmetikKosmetika berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti berhias. Bahan yang dipakai dalam usaha untuk mempercantik diri ini, dahulu diramu dari bahan-bahan alami yang terdapat di sekitarnya. Sekarang kosmetika dibuat manusia tidak hanya dari bahan alami tetapi juga bahan buatan untuk maksud meningkatkan kecantikan. Menurut Wall dan Jellinek, 1970, kosmetik dikenal manusia sejak berabad-abad yang lalu. Pada abad ke-19, pemakaian kosmetik mulai mendapat perhatian, yaitu selain untuk kecantikan juga untuk kesehatan. Perkembangan ilmu kosmetik serta industrinya baru dimulai secara besar-besaran pada abad ke-20.Defenisi kosmetik dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 220/MenKes/Per/X/1976 yang menyatakan bahwa kosmetika adalah bahan atau campuran bahan untuk digosokkan, dilekatkan, dituangkan, dipercikkan, atau disemprotkan pada, dimasukkan ke dalam, dipergunakan pada badan atau bagian badan manusia dengan maksud untuk membersihkan, memelihara, menambah daya tarik atau mengubah rupa, dan tidak termasuk golongan obat.

2.2 Keuntungan dan Kerugian Pemakaian Kosmetik1.Keuntungana.Kosmetik mencegah invasi dari bahan organik dan inorganik asing yang tidak bersahabat, menjadikannya sebagai bagian inti dari sistem kekebalan.b.Kosmetik pun menstimulasi tiga dari lima indra manusia, yaitu indra peraba (pijitan), indra penciuman (keharuman) dan indra penglihatan (proses menjadi dan tampak cantik). 2.Kerugiana.Kebanyakan kosmetik pemutih kulit bekerja dengan pengelupasan kulit secara radikal yang mengakibatkan kulit menjadi tak terlindung dari sengatan sinar matahari karena menunggu pertumbuhan sel-sel kulit baru.b.Menyebabkan cacat pada bagian tubuh bahkan bisa menyebabkan korban.

2.3 Bahan kosmetik yang harus Dihindari dan TujuannyaBerikut ini bahan kosmetik yang harus dihindari diantaranya sebagai berikut:1. Merkuri (Hg) / Air RaksaTermasuk logam berat berbahaya, yang dalam konsentrasi kecilpun dapat bersifat racun. Pemakaian merkuri dalam krim pemutih dapat menimbulkan berbagai hal, mulai dari perubahan warna kulit yang pada akhirnya dapat menyebabkan bintik-bintik hitam pada kulit, alergi, iritasi kulit serta pemakaian dengan dosis tinggi dapat menyebabkan kerusakan permanen otak, ginjal dan gangguan perkembangan janin bahkan paparan jangka pendek dalam dosis tinggi juga dapat menyebabkan muntah-muntah, diare dan kerusakan paru-paru serta merupakan zat karsinogenik (penyebab kanker) pada manusia.

2. HidroquinonTermasuk golongan obat keras yang hanya dapat digunakan berdasarkan resep dokter. Bahaya pemakaian obat keras ini tanpa pengawasan dokter dapat menyebabkan iritasi kulit, kulit menjadi merah dan rasa terbakar juga dapat menyebabkan kelainan pada ginjal (nephropathy), kanker darah (leukimia) dan kanker sel hati (hepatocelluler adenoma).

3. Mineral Oil, Minyak Parafin, Vaseline (Petrolatum)Sering digunakan sebagai bahan dasar formulasi kosmestik. Karena ukuran molekulnya lebih besar dari ukuran pori kulit maka minyak mineral tidak dapat menyerap ke dalam kulit dan dapat menyumbat pori-pori kulit. Disamping itu minyak mineral juga bersifat komedogenik ( menimbulkan komedo ). Sebagai pengganti carilah kosmetik yang mengandung minyak nabati/minyak dari tumbuhan seperti olive oil, minyak kedelai yang daya serapnya bagus dan molekulnya kecil sehingga bisa menembus pori-pori kulit.

4. LanolinMerupakan pelumas yang berasal dari lemak pada kulit domba, sering digunakan sebagai bahan pelembut pada formulasi kosmetik. Bahan ini dapat menyebabkan reaksi alergi dan bersifat komedogenik bila pemakai dalam jumlah banyak. Carilah yang mengandung silk amino acid atau squalene yang berasal dari tumbuhan sebagai bahan pelembut.

5. AlkoholUmumnya digunakan pada produk kosmetik untuk kulit berminyak dan berjerawat atau sebagai peralut. Bahan ini akan mengeringkan kulit bila pemakaian dalam jumlah banyak. Sebaiknya gunakan astringent alamiah dari extract tumbuhan dan mineral penyerap minyak untuk mengobati problem pada kulit berminyak.

6. Pewangi BuatanKandungan ini menyababkan reaksi iritasi dan alergi pada kulit kurang lebih 1% populasi umum dan paling sedikit 35% dari seluruh reaksi alergi karena kosmetik. Pewangi juga bersifat photo sensitive dan akan menyebabkan pigmentasi karena paparan sinar matahari, sebagai pengganti yang baik adalah wewangian alami yang berasal dari extract tumbuhan atau minyak essential.

7. Pewarna BuatanPewarna yang disebut coal tar derivative yang digunakan sebagai dasar pewarna pada kosmetik bersifat komedogenik dan akan menyebabkan kulit jenis tertentu menjadi sensitif dan berjerawat.

8. Bahan KomedogenikBanyak bahan baku yang sering digunakan pada produk kosmetik bersifat komedogenik dan menyebabkan timbulnya kelainan kulit.

9. FormaldehidBahan ini sering digunakan sebagai pengawet, bersifat sangat mengeringkan dan mengiritasi kulit. Formaldehid berefek karsinogerik ( menyebabkan kanker ) dan paling sering menyebabkan reaksi iritasi kulit. Bahan pengawet yang terbaik adalah vitamin E alami yang berperan sebagai antioksidan.

2.4 Hukum KesehatanHubungan antara pelayanan kesehatan dan hukum itu akan Nampak secara jelas di dalam hukum kesehatan. Hukum kesehatan dirumuskan sebagai : satu keseluruhan dari peraturan peraturan hukum, yang secara langsung ada hubungannya dengan pelayanan kesehatan dan penerapan dari peraturan peraturan selebihnya mengenai pelayanan kesehatan tersebut di bidang hukum perdata, hukum tata-usaha negara dan di bidang hukum pidana. Hukum kesehatan bertujuan mengatur pelayanan kesehatan di dalam masyarakat dengan mengatur secara sah, melindungi kebebasan dan keutuhan terhadap kesewenangan penguasa.

2.4.1 Surat Keterangan PemeriksaanDengan Keputusan Menteri Kesehatan NO. 222/A/SK/71 ditegaskan : Obat dan bahan obat yang masuk di Indonesia harus disyarati dengan surat keputusan pemeriksaan (Certificate of analysis) dari pabriknya untuk batch yang bersangkutan dengan menyebutkan nomor batch tersebut rangkap tiga. Surat keputusan ini berlaku terhadap obat dan bahan obat yang masuk ke daerah pelabuhan Indonesia pada dan sesudah tanggal 11 April 1971.

2.4.2 Perlindungan Konsumen Atas Hak Informasi Terhadap Kosmetik yang Mengandung Bahan Kimia Berbahaya

UU No.8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMENBAB IKETENTUAN UMUMPasal 1Dalam undang-undang ini yang dimaksud dengan :1. Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen2. Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.3. Pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.4. Barang adalah setiap benda baik berwujud maupun tidak berwujud, baik bergerak maupun tidak bergerak, dapat dihabiskan maupun tidak dapat dihabiskan, yang dapat untuk diperdagangkan, dipakai, dipergunakan, atau dimanfaatkan oleh konsumen.5. Badan Perlindungan Konsumen Nasional adalah badan yang dibentuk untuk membantu upaya pengembangan perlindungan konsumen.

BAB IIASAS DAN TUJUANPasal 2Perlindungan konsumen berasaskan manfaat, keadilan, keseimbangan, keamanan dankeselamatan konsumen, serta kepastian hukum.

Pasal 3Perlindungan konsumen bertujuan :a. meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk melindungi diri;b. mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya dari ekses negatif pemakaian barang dan/atau jasa;c. meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan dan menuntut hak-haknya sebagai konsumen;d. menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian hokum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi;e. menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam berusaha;f. meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin kelangsungan usaha produksi barang dan/atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen.

BAB IIIHAK DAN KEWAJIBANBagian PertamaHak dan Kewajiban Konsumen

Pasal 4Hak konsumen adalah :a. hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa;b. hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan;c. hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa;d. hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang digunakan;e. hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut;f. hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;g. hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;h. hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya;i. hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.

Pasal 5Kewajiban konsumen adalah :a. membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi keamanan dan keselamatan;b. beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau jasa;c. membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati;d. mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara patut.

Bagian KeduaHak dan Kewajiban Pelaku UsahaPasal 6Hak pelaku usaha adalah :a. hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai kondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;b. hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang beritikad tidak baik;c. hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian hukum sengketa konsumen;d. hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;e. hak- hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundangundangan lainnya.

Pasal 7Kewajiban pelaku usaha adalah :a. beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;b. memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barangdan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan;c. memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;d. menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku;e. memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau mencoba barang dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau garansi atas barang yang dibuat dan/atau yang diperdagangkan;f. memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian akibat penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;g. memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.

BAB IVPERBUATAN YANG DILARANGBAGI PELAKU USAHA

Pasal 8(1) Pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan barang dan/atau jasa yang:a. tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan danketentuan peraturan perundangundangan;b. tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih atau netto, dan jumlah dalam hitungan sebagaimana yang dinyatakan dalam label atau etiket barang tersebut;c. tidak sesuai dengan ukuran, takaran, timbangan dan jumlah dalam hitungan menurut ukuran yang sebenarnya;d. tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, keistimewaan atau kemanjuran sebagaimana dinyatakan dalam label, etiket atau keterangan barang dan/atau jasa tersebute. tidak sesuai dengan mutu, tingkatan, komposisi, proses pengolahan, gaya, mode, atau penggunaan tertentu sebagaimana dinyatakan dalam label atau keterangan barang dan/atau jasa tersebut;f. tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label, etiket, keterangan, iklan atau promosi penjualan barang dan/atau jasa tersebut;g. tidak mencantumkan tanggal kadaluwarsa atau jangka waktu penggunaan/ pemanfaatan yang paling baik atas barang tertentu;h. tidak mengikuti ketentuan berproduksi secara halal, sebagaimana pernyataan "halal" yang dicantumkan dalam label;i. tidak memasang label atau membuat penjelasan barang yang memuat nama barang, ukuran, berat/isi bersih atau netto, komposisi, aturan pakai, tanggal pembuatan, akibat sampingan, nama dan alamat pelaku usaha serta keterangan lain untuk penggunaan yang menurut ketentuan harus dipasang/ dibuat;j. tidak mencantumkan informasi dan/atau petunjuk penggunaan barang dalam bahasa Indonesia sesuai dengan ketentuan perundangundangan yang berlaku.(2) Pelaku usaha dilarang memperdagangkan barang yang rusak, cacat atau bekas, dan tercemar tanpa memberikan informasi secara lengkap dan benar atas barang dimaksud.(3) Pelaku usaha dilarang memperdagangkan sediaan farmasi dan pangan yang rusak, cacat atau bekas dan tercemar, dengan atau tanpa memberikan informasi secara lengkap dan benar.(4) Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran pada ayat (1) dan ayat (2) dilarang memperdagangkan barang dan/atau jasa tersebut serta wajib menariknya dari peredaran.

Pasal 9(1) Pelaku usaha dilarang menawarkan, memproduksikan, mengiklankan suatu barang dan/atau jasa secara tidak benar, dan/atau seolah-olah:a. barang tersebut telah memenuhi dan/atau memiliki potongan harga, harga khusus, standar mutu tertentu, gaya atau mode tertentu, karakteristik tertentu, sejarah atau guna tertentu;b. barang tersebut dalam keadaan baik dan/atau baru;c. barang dan/atau jasa tersebut telah mendapatkan dan/atau memiliki sponsor, persetujuan, perlengkapan tertentu, keuntungan tertentu, cirri-ciri kerja atau aksesori tertentu;d. barang dan/atau jasa tersebut dibuat oleh perusahaan yang mempunyai sponsor, persetujuan atau afiliasi;e. barang dan/atau jasa tersebut tersedia;f. barang tersebut tidak mengandung cacat tersembunyi;g. barang tersebut merupakan kelengkapan dari barang tertentu;h. barang tersebut berasal dari daerah tertentu;i. secara langsung atau tidak langsung merendahkan barang dan/atau jasa lain;j. menggunakan kata-kata yang berlebihan, seperti aman, tidak berbahaya, tidak mengandung risiko atau efek sampingan tampak keterangan yang lengkap;k. menawarkan sesuatu yang mengandung janji yang belum pasti.(2) Barang dan/atau jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilarang untukdiperdagangkan.(3) Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran terhadap ayat (1) dilarang melanjutkan penawaran, promosi, dan pengiklanan barang dan/atau jasa tersebut.

Pasal 10Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa yang ditujukan untuk diperdagangkan dilarang menawarkan, mempromosikan, mengiklankan atau membuat pernyataan yang tidak benar atau menyesatkan mengenai:a. harga atau tarif suatu barang dan/atau jasa;b. kegunaan suatu barang dan/atau jasa;c. kondisi, tanggungan, jaminan, hak atau ganti rugi atas suatu barang dan/atau jasa;d. tawaran potongan harga atau hadiah menarik yang ditawarkan;e. bahaya penggunaan barang dan/atau jasa.

Pasal 11Pelaku usaha dalam hal penjualan yang dilakukan melalui cara obral atau lelang, dilarangmengelabui/ menyesatkan konsumen dengan;a. menyatakan barang dan/atau jasa tersebut seolah-olah telah memenuhi standar mutu tertentu;b. menyatakan barang dan/atau jasa tersebut seolah-olah tidak mengandung cacat tersembunyi;c. tidak berniat untuk menjual barang yang ditawarkan melainkan dengan maksud untuk menjual barang lain;d. tidak menyediakan barang dalam jumlah tertentu dan/atau jumlah yang cukup dengan maksud menjual barang yang lain;e. tidak menyediakan jasa dalam kapasitas tertentu atau dalam jumlah cukup dengan maksud menjual jasa yang lain;f. menaikkan harga atau tarif barang dan/atau jasa sebelum melakukan obral.

Pasal 12Pelaku usaha dilarang menawarkan, mempromosikan atau mengiklankan suatu barang dan/atau jasa dengan harga atau tarif khusus dalam waktu dan jumlah tertentu, jika pelaku usaha tersebut tidak bermaksud untuk melaksanakannya sesuai dengan waktu dan jumlah yang ditawarkan, dipromosikan, atau diiklankan.

Pasal 13(1) Pelaku usaha dilarang menawarkan, mempromosikan, atau mengiklankan suatu barang dan/jasa dengan cara menjanjikan pemberian hadiah berupa barang dan/atau jasa lain secara cuma-cuma dengan maksud tidak memberikannya atau memberikan tidak sebagaimana yang dijanjikannya.(2) Pelaku usaha dilarang menawarkan, mempromosikan atau mengiklankan obat, obat tradisional, suplemen makanan, alat kesehatan, dan jasa pelayanan kesehatan dengan cara menjanjikan pemberian hadiah berupa barang dan/atau jasa lain.

Pasal 14Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa yang ditujukan untuk diperdagangkan dengan memberikan hadiah melalui cara undian, dilarang untuk:a. tidak melakukan penarikan hadiah setelah batas waktu yang dijanjikan;b. mengumumkan hasilnya tidak melalui media massa;c. memberikan hadiah tidak sesuai dengan yang dijanjikan;d. mengganti hadiah yang tidak setara dengan nilai hadiah yang dijanjikan.Pasal 15Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa yang dilarang melakukan dengan cara pemaksaan atau cara lain yang dapat menimbulkan gangguan baik fisik maupun psikis terhadap konsumen.

Pasal 16Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa melalui pesanan dilarang untuk:a. tidak menepati pesanan dan/atau kesepakatan waktu penyelesaian sesuai dengan yang dijanjikan;b. tidak menepati janji atas suatu pelayanan dan/atau prestasi.

Pasal 17(1) Pelaku usaha periklanan dilarang memproduksi iklan yang:a. mengelabui konsumen mengenai kualitas, kuantitas, bahan, kegunaan dan hargabarang dan/atau tarif jasa serta ketepatan waktu penerimaan barang dan/atau jasa;b. mengelabui jaminan/garansi terhadap barang dan/atau jasa;c. memuat informasi yang keliru, salah, atau tidak tepat mengenai barang dan/atau jasa;d. tidak memuat informasi mengenai risiko pemakaian barang dan/atau jasa;e. mengeksploitasi kejadian dan/atau seseorang tanpa seizin yang berwenang atau persetujuan yang bersangkutan;f. melanggar etika dan/atau ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai periklanan.(2) Pelaku usaha periklanan dilarang melanjutkan peredaran iklan yang telah melanggarketentuan pada ayat (1).

BAB XIII S A N K S IBagian PertamaSanksi AdministratifPasal 60(1) Badan penyelesaian sengketa konsumen berwenang menjatuhkan sanksi administrative terhadap pelaku usaha yang melanggar Pasal 19 ayat (2) dan ayat (3), Pasal 20, Pasal 25 dan Pasal 26.(2) Sanksi administratif berupa penetapan ganti rugi paling banyak Rp 200.000.000,00 (duaratus juta rupiah).Bagian KeduaSanksi PidanaPasal 61Penuntutan pidana dapat dilakukan terhadap pelaku usaha dan/atau pengurusnya.

Pasal 62(1) Pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 13 ayat (2), Pasal 15, Pasal 17 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf c,huruf e, ayat (2) dan Pasal 18 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda paling banyak Rp 2.000.000.000,00 (dua milyar rupiah).(2) Pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11, Pasal 12, Pasal 13 ayat (1), Pasal 14, Pasal 16, dan Pasal 17 ayat (1) huruf d dan huruf f dipidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau pidana denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).(3) Terhadap pelanggaran yang mengakibatkan luka berat, sakit berat, cacat tetap atau kematian diberlakukan ketentuan pidana yang berlaku.

Pasal 63Terhadap sanksi pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62, dapat dijatuhkan hukuman tambahan, berupa:a. perampasan barang tertentu;b. pengumuman keputusan hakim;c. pembayaran ganti rugi;d. perintah penghentian kegiatan tertentu yang menyebabkan timbulnya kerugian konsumen;e. kewajiban penarikan barang dari peredaran; atauf. pencabutan izin usaha.

2.5 Peran MasyarakatUndang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, mengatur tentang peranan masyarakat dalam proses penye-lenggaraan upaya kesehatan sebagaimana dinyatakan pada Pasal 71 ayat (1) Undang-undang Kesehatan yang berbunyi :Masyarakat memiliki kesempatan untuk berperan serta dalam penye-lengaran upaya kesehatan beserta sumber daya.Dalam hal penyelenggaraan upaya kesehatan masyarakat tidaklah menjadi objek semata, tetapi sekaligus merupakan subjek penyelenggaraan upaya kesehatan. Peran serta masyarakat tersebut dapat diwujudkan melalui kepekaan terhadap masalah ke-sehatan yang terdapat di lingkungan sekitarnya, salah satunya dalam hal adanya isu umum mengenai peredaran kosmetika yang mengandung zat aditif berbahaya, masyarakat dapat memberikan sumbangan dalam bentuk pemikiran, tenaga atau sumber daya lainnya seperti kelembagaan, sarana serta dana.Peran serta masyarakat untuk mem-bantu pemerintah dalam upaya mengatasi peredaran kosmetik yang mengandung zat aditif dapat dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung adalah dengan memberikan informasi mengenai produk kosmetik yang beredar di masyarakat tidak memenuhi standar mutu yang ada serta adanya pelaku usaha nakal yang memproduksi serta mengedarkan produk kosmetik tersebut. Sedangkan peranan masyarakat secara tidak langsung adalah dengan membantu pemerintah dalam proses perencanaan program penyelenggaraan kese-hatan yang dilakukan oleh pemerintah serta dengan memberikan masukan-masukan bagi pemerintah dalam menentukan perumusan kebijaksanaan.

BAB IIIKESIMPULAN DAN SARAN

3.1 KesimpulanBerdasarkan pembahasan mengenai perlindungan konsumen terhadap kosmetik berbahaya diperoleh kesimpulan sebagai berikut :1. UU No.8 TAHUN 1999 tentang perlindungan konsumen telah ditetapkan oleh pemerintah untuk melindungi konsumen yang dirugikan oleh produsen yang membahayakan konsumen.2. Pencabutan izin edar kosmetika dan izin industri kosmetika dilakukan berdasarkan sumber hukum

3.2 SaranPemerintah telah menetapkan hukum yang melindungi konsumen pada UU No.8 TAHUN 1999 tentang perlindungan konsumen. Saran mengenai pembahasan perlindungan konsumen yaitu :1. Instansi pemerintah yang berwenang dalam me-lakukan perlindungan hukum terhadap kon-sumen (Departemen Kesehatan, Badan POM, Kepolisian, Kejaksaan) hendaknya berkoordinasi antara satu sama lain demi mencapai tujuan perlindungan terhadap konsumen.2. Menetapkan sanksi yang tegas atas pelanggaran terhadap UU. Selama ini pun pemerintah sudah membuat sanksi atas pelanggaran terhadap UU mengenai undang-undang terhadap perlindungan konsumen namun hingga saat ini sanksi tersebut belum diterapkan secara nyata dan tegas sehingga belum mampu menyebabkan efek jera pada setiap pelanggar UU tersebut.3. Mengawasi secara langsung dalam proses produksi sebuah produk yang akan diproduksi dalam kemasan banyak dikonsumsi oleh masyarakat secara umum. Oleh karena ituada baiknya selain pemerintah pembuat UU,dan sanksi terhadap pelanggarnya, pemerintah pun melakukan pengawasan secara langsung. Hal ini akan diharapkan akan mengurangi kemungkinan sebuah perusahaan melakukan kecurangan dalam produksi.

BAB IVDAFTAR PUSTAKA

Kansil,CST. 1991. Pengantar Hukum Kesehatan Indonesia. PT.RINEKA CIPTA. JakartaLeenen dan Lamintang. 1991. Pelayanan Kesehatan dan Hukum. Binacipta. BandungUndang Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Terhadap Konsumenhttp://repository.uii.ac.id/410/SK/I/0/00/000/000804/uii-skripsi-05410472-rika%20rizki%20meilia%20sari-05410472-RIKA%20RIZKI%20MEILIA%20SARI-4868257934-bab%201.pdf

http://www.psychologymania.com/2012/10/pengertian-kosmetika.html

http://www.doktercantik.com/1824/daftar-kosmetik-berbahaya-2012-2013-temuan-bpom.html

http://kosmetikxx.blogdetik.com/2012/07/02/penggunaan-kosmetik-keuntungan-dan-kerugian/http://siswaspk.kemendag.go.id/umum/UU_PERLINDUNGAN_KONSUMEN_8_1999.pdf

17