Pemba Has An

8
4.1 Pembahasan Penelitian ini merupakan uji yang bersifat eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan jamur Trichophyton mentagrophytespada media SDA (Sabouraud Dextrose Agar) yang diberi kitosan dengan konsentrasi 1%, 2% dan 3% dengan parameter pertumbuhan panjang hifa, jumlah septa makrokonidia dan diameter koloni jamur Trichophyton mentagrophytes. Dari studi literatur diperoleh keterangan bahwa untuk kelangsungan hidupnya, jamur Trichophyton mentagrophytesmemerlukan protein yang banyak untuk nutrisi, karbohidrat sebagai sumber energi, vitamin serta mineral sebagai bahan untuk pertumbuhan. Selain itu juga jamur Trichophyton mentagrophytesmemerlukan kondisi habitat yang mempunyai kelembaban tinggi, tumbuh pada suhu kamar dan kebanyakan jamur dapat tumbuh pada kisaran pH yang luas yaitu 5,5-6,5 dengan kelembaban 60%, tetapi biasanya pertumbuhannya akan lebih baik pada kondisi asam atau pH rendah. (Kurniawati, 2006) Salah satu cara yang digunakan untuk mendiagnosa Trichophyton mentagrophytesdi laboratorium adalah dengan metode pembiakan jamur pada media pertumbuhan, beberapa jenis media yang dapat digunakan adalah DTM (Demathopyte Test Medium) dan SDA (Sabouraud Dextrose Agar ). (Feradia, 2009) Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah media SDA (Sabouraud Dextrose Agar) yang berfungsi sebagai media kontrol jamur Trichophyton mentagrophytes. Selama 14 hari secara makroskopis, jamur Trichophyton mentagrophytespada media ini sudah membentuk koloni berfilamen yang tampak seperti kapas yang

description

ini

Transcript of Pemba Has An

4.1 PembahasanPenelitian ini merupakan uji yang bersifat eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan jamur Trichophyton mentagrophytespada media SDA (Sabouraud Dextrose Agar) yang diberi kitosan dengan konsentrasi 1%, 2% dan 3% dengan parameter pertumbuhan panjang hifa, jumlah septa makrokonidia dan diameter koloni jamur Trichophyton mentagrophytes. Dari studi literatur diperoleh keterangan bahwa untuk kelangsungan hidupnya, jamur Trichophyton mentagrophytesmemerlukan protein yang banyak untuk nutrisi, karbohidrat sebagai sumber energi, vitamin serta mineral sebagai bahan untuk pertumbuhan. Selain itu juga jamur Trichophyton mentagrophytesmemerlukan kondisi habitat yang mempunyai kelembaban tinggi, tumbuh pada suhu kamar dan kebanyakan jamur dapat tumbuh pada kisaran pH yang luas yaitu 5,5-6,5 dengan kelembaban 60%, tetapi biasanya pertumbuhannya akan lebih baik pada kondisi asam atau pH rendah. (Kurniawati, 2006)Salah satu cara yang digunakan untuk mendiagnosa Trichophyton mentagrophytesdi laboratorium adalah dengan metode pembiakan jamur pada media pertumbuhan, beberapa jenis media yang dapat digunakan adalah DTM (Demathopyte Test Medium) dan SDA (Sabouraud Dextrose Agar ). (Feradia, 2009)Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah media SDA (Sabouraud Dextrose Agar) yang berfungsi sebagai media kontrol jamur Trichophyton mentagrophytes. Selama 14 hari secara makroskopis, jamur Trichophyton mentagrophytespada media ini sudah membentuk koloni berfilamen yang tampak seperti kapas yang mula-mula berwarna putih kemudian menjadi kuning sampai kecoklatan.Waktu penelitian berlangsung selama 1 bulan, sebelum melakukan penelitian dilakukan uji pendahuluan terlebih dahulu untuk mngetahui formulasi media modifikasi yang tepat dan untuk memastikan bahwa koloni jamur yang digunakan adalah Trichophyton mentagrophytes. Berdasarkan studi literatur bahwa kadar protein pada kitosan sebesar 6,78% (Rahayu, 2000 )lalu dilakukan uji pendahuluan dengan 3 konsentrasi yaitu kitosan 0,5%, 1% dan 2% dengan pemilihan suhu 37 C selama 14 hari, karena menyesuaikan dengan habitat jamur Trichophyton mentagrophytes yang biasa pathogen pada tubuh manusia sebagai hospes. Hasil uji pendahuluan tersebut menunjukkan hasil bahwa jamur Trichophyton mentagrophytesdapat tumbuh pada media modifikasi tersebut. Pada media yang menggunakan kitosan 0,5% dan 1% menunjukan hasil yang tidak jauh berbeda bila dibandingkan dengan kontrol. Sedangkan pada media yang menggunakan kitosan 2% pertumbuhan jamur lebih baik dan diameternya lebih besar jika dibandingkan dengan media yang menggunakan kitosan 0,5% dan 1%. Sehingga pada uji penelitian menggunakan konsentrasi 1%, 2% dan 3% untuk menunjukan hasil lebih baik dibandingkan dengan uji pendahuluan 0,5%, 1% dan 2%.Pembuatan media SDA (Sabouraud Dextrose Agar) sebagai formula kontrol dan Media SDA (Sabouraud Dextrose Agar) dengan kitosan. Dilakukan pengukuran pH pada kedua media tersebut,media SDA menunjukan pH 5,7 sedangkan media SDA modifikasi kitosan menunjukan pH 4. Penelitian ini dilakukan 3 kali pengulangan berdasarkan rumus Gomez (1996). Hasil pengukuran hifa, diameter dan jumlah septa makrokonidia yang tumbuh pada modifikasi media kitosan diperoleh hasil bahwa seluruh perlakuan yang dilakukan berada di atas nilai rata-rata hifa, diameter koloni dan jumlah septa makrokonidia pada media SDA (Sabouraud Dextrose Agar) . Hasil Uji-ANOVA pada hari ke-1 sampai dengan hari ke-14 menunjukan bahwa hasil hifa, diameter koloni dan jumlah septa makrokonidia berbeda nyata, dimana sig 0.005.Pada penelitian ini, pertumbuhan jamur Trichophyton mentagrophytespada media modifikasi kitosan lebih baik dari pada media SDA (Sabouraud Dextrose Agar). Dari studi literatur hal ini terjadi karena kitosan memiliki kadar protein sebesar 6,78% dan merupakan polisakarida terbanyak setelah selulosa. (Rahayu, 2000 ). Struktur dinding sel jamur tersusun olehgugus polisakarida yaitu kitin, selulosa. Sehingga penambahan kitosan ini sangat berperan terhadap pertumbuhan hifa, makrokonidia dan diameter koloni jamur Trichophyton mentagrophytes. Pertumbuhan jamur Trichophyton mentagrophytes ini juga dipengaruhi oleh suhu, pada penelitian kali ini tidak menggunakan suhu kamar melainkan menggunakan inkubator suhu 37 C, hal ini dilakukan untuk mengoptimalkan pertumbuhan jamur yang sesuai habitatnya yaitu pada tubuh mahluk hidup. Hasil penelitian Handari (2011) yang menginokulasikan jamur Trichophyton mentagrophytes pada media SDA yang diberi potongan rambut pada hari kedelapan tidak ditemukan hifa spiral namun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada hari ke-8 ditemukan hifa spiral. Tubuh jamur Trichophyton mentagrophytes terdiri dari benang benang halus yang disebut Hifa. Struktur hifa yang bercabang membentuk suatu anyaman di sebut dengan Miselium, yang berfungsi menyerap zat zat organik pada subtrat / medium dan sebagai alat identifikasi mikroskopis untuk jamur Trichophyton mentagrophytes (Redhani,2013).Hal ini dipengaruhi penambahan kitosan pada media SDA (Sabouraud Dextrose Agar) yang memberikan nutrisi lebih terhadap jamur Trichophyton mentagrophytes.Berdasarkan hasil penelitian modifikasi media menunjukkan bahwa pertumbuhan diameter koloni pada hari ke-3 sampai ke hari-14 berbeda nyata. Hal ini disebabkan karena jamur tersebut menggunakan waktu 3 hari (3 x 24 jam) sebagai fase adaptasi (fase lag). Dalam fase adaptasi ini, pertumbuhan jamur tergantung pada kondisi lingkungan, kondisi subtract (media) yang baru. Kondisi ini dapat terjadi karena adanya perubahan media serta lingkungannya sehingga membutuhkan waktu adaptasi yang cukup lama. Hal ini sesuai dengan referensi bahwa jika mikroorganisme dipindahkan kedalam suatu medium mula-mula akan mengalami fase lag, dimana fase penyesuaian mikroorganisme dengan lingkungan yang baru. Lama fase lag pada mikroorganisme sangat bervariasi, tergantung pada komposisi media, pH, suhu, aerasi, jumlah sel pada inokulum awal dan sifat fisiologis mikroorganisme pada media sebelumnya.(Juju, 2012)Ketika sel telah menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru maka sel mulai membelah hingga mencapai populasi yang maksimum. Fase ini disebut dengan fase logaritma atau fase eksponensial, yaitu merupakan fase yang ditandai dengan terjadi periode pertumbuhan yang cepat. Selanjutnya dilanjut ke fase stasioner terjadi pada saat laju pertumbuhan mikroorganisme sama dengan laju kematiannya, sehingga jumlah keseluruhan mikroorganisme akan tetap. (Juju, 2012). Hal ini membuktikan bahwa syarat-syarat pertumbuhan mikroorganisme khususnya Trichophyton mentagrophytes seperti kondisi subtrat baik protein sebagai sumber nutrisi, karbohidrat sebagai sumber energi, mineral dan vitamin sebagai bahan pertumbuhan serta pH pada modifikasi media kitosan sudah memenuhi untuk pertumbuhan jamur Trichophyton mentagrophytes.Berdasarkanhasilpenelitian (Setiansyah, 2014), yang melakukan pewarnaan jamur Trichophytonmentagrophytes menggunakan metilenbiru diperolehhasil bahwa metilen biru bisa mewarnai jamur dan bisa menjadi pengganti zat warna Cotton Blue pada larutan LPCB. Hal ini dikarenakankomposisi modifikasi metilen biru hampir samadenganCotton Blue pada l;arutanLPCB untuk pewarnaan jamur, komposisi LPCB yaitu Kristal phenol 20 gram, Asam laktat 20 mL, gliserol 40 mL, aquades 20 mL dan bubuk cotton blue sedangkankomposisi larutan modifikasi metilenbiruyaitu kristal phenol 20 gram, Asam asetat 0,5%20 mL berfungsiuntukmenjerihkanlatarbelakangdanmemperjatamstrukturjamur. Asamasetatmudahdidapatdanpersediaanstokbanyak, asamasetat (CH3COOH) danasamlaktat (C3H5O3) adalahsenyawaorganik yang mengandunggugusasamkarboksilat.Gliserol 40 mL berfungsi untuk menjaga fisiologis sel dan menjaga sel terhadap kekeringan, aquades 20 mL dan metilenbiru 1% berfungsiuntuk memberi warnapadaseljamur.Dalam penelitian ini Kristal phenol menyebabkanjamurmati seakan memberi efektransparan, asamasetat, gliserol, aquades dicampur menjadilaktophenoldanditambahkanmetilenbiru 1% hanya memberi warna, perbandingan1 : 1. Konsentrasifenol yang tinggimembuatenzim yang terdapatdalamselterdeaktifasitanpamenyebabkanterjadinya lisis (Setiansyah, 2014).Laktofenoltidakmudahmenguapsepertiakuadessehinggapreparattidakcepatkeringdanseljamurtidakcepatrusak.Kekurangan daripenggunaanlaktofenoladalahapabiladipakaiterlalu lama laktofenoldapatmengubahbentuk sel (Jutono, 1980).Laktofenoldapatmencegahpenguapandanpengerutansel, sehinggaselmudahdiamati. Mengenai dinding sel jamur, jamur menyerap karbon, nitrogen, dan bahan lainnya dari media pertumbuhan dan penggunaan sejumlah besar karbon untuk biosintesis bahan dinding sel. Dinding sel jamur terdiri dari kitosan.Jumlah kitosan dalam dinding sel jamur tergantung pada spesies, fermentasi komposisi media, serta kondisi dan jenis fermentasi (Nwe, 2011). Media SDA yang digunakan mengandung kitosan yang dapat memperkuat dinding sel jamur T.mentagrophytes dan sifat kitin yang stabil sulit dioksidasi sehingga zat warna utama tidak dapat terserap, tetapi morfologi dari jamur (hifa, makrokonidia, dan mikrokonidia) masih dapat terlihat dan dapat dibedakan (Nurasyfa, 2014)Salah satu jenis jamur yang komponen utama penyusun dinding selnya kitin adalah jamur Rhizopus oryzae.Jamur Rhizopus oryzae termasuk dalam kelas Phycomycetes menunjukan bahwa perlakuan awal pada biomassa bisa meningkatkan proses biosorpsi dibandingkan dengan biomassa tanpa perlakuan awal. Salah satu perlakuan awal biomassa adalah dengan perlakuan kimia yaitu dengan aktivasi baik menggunakan asam maupun basa. Hal ini menunjukan bahwa biomassa yang telah diaktivasi dengan menggunakan basa NaOH daya serapnya lebih besar bila dibandingkan dengan biomassa yang diaktivasi menggunakan asam. Aktivasi dapat membersihkan kitin pada dinding sel jamur dari pengotor yang berupa protein, lipid, ion-ion pengganggu pada dinding sel biomassa sehingga sisi aktif spesifik dinding sel jamur yang berfungsi sebagai absorben dapat ditingkatkan. (Rahmayanti, 2007).

Merujuk dari hasil pengamatan dan perhitungan statistik menunjukan hasil bahwa jamur Trichophyton mentagrophytes dapat tumbuh pada media modifikasi, secara statistik ada perbedaan mengenai pertumbuhan jamur Trichophyton mentagrophytes pada media SDA (Sabouraud Dextrose Agar) dan modifikasi media dengan kitosan. Diameter koloni jamur Trichophyton mentagrophytes pada media modifikasi dengan kitosan cenderung lebih besar dari pada media SDA (Sabouraud Dextrose Agar). Karena hasilnya terdapat perbedaan maka harus dilanjut dengan uji Tukeyuntuk melihat perlakuan mana yang paling baik dari ke-3 konsentrasi kitosan yg dipakai.Ada beberapa faktor yang harus dikaji kembali untuk menyempurnakan penelitian ini, yaitu penentuan kadar protein dan karbohidrat yang ada pada kitosan agar dapat disesuaikan dengan nutrisi pada SDA (Sabouraud Dextrose Agar), selain itu jamur yang digunakan lebih terukur secara kuantitatif sebelum diinokulasi pada media.