Pemba Has An

16
PEMBAHASAN PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF Metodologi untuk memenuhi standar pekerjaan lapangan kedua dan ketiga. Metodologi yang digunakan untuk memenuhi standar pekerjaan lapangan kedua dan ketiga tergantung pada strategi audit pendahuluan. Seperti dijelaskan sebelumnya,ada dua alternatif strategi audit pendahuluan yang dapat dipilih oleh auditor, kedua alternatif tersebut adalah: Primarily substansive approach Lower assessed level of control risk approach Dalam pemilihan alternatif strategi tersebut ,auditor mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut: Planned assessed level of control risk Luas pemahaman auditor terhadap suatu pengendalian intern yang dihimpun Test of control yang dilaksanakan dalam menentukan resiko pengendalian Planned assessed level of substansive test yang dilaksanakan auditor untuk mengurangi resiko audit pada tingkat serendah mngkin Berikut ini akan dibahas kedua alternatif strategi tersebut dengan memperhatikan pula faktor-faktoryang harus dipertimbangkan tersebut. Primarily Substansive Approach Pendekatan ini menggunakan asumsibahwa auditor menganggap efektivitas struktur pengendalian intern kurang dapat diandalkan. Auditor menganggap bahwa salah saji tidak akan dapat dicegah atau PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF

Transcript of Pemba Has An

Page 1: Pemba Has An

PEMBAHASAN

PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF

Metodologi untuk memenuhi standar pekerjaan lapangan kedua dan ketiga.

Metodologi yang digunakan untuk memenuhi standar pekerjaan lapangan kedua dan ketiga tergantung

pada strategi audit pendahuluan. Seperti dijelaskan sebelumnya,ada dua alternatif strategi audit

pendahuluan yang dapat dipilih oleh auditor, kedua alternatif tersebut adalah:

Primarily substansive approach

Lower assessed level of control risk approach

Dalam pemilihan alternatif strategi tersebut ,auditor mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut:

Planned assessed level of control risk

Luas pemahaman auditor terhadap suatu pengendalian intern yang dihimpun

Test of control yang dilaksanakan dalam menentukan resiko pengendalian

Planned assessed level of substansive test yang dilaksanakan auditor untuk mengurangi resiko

audit pada tingkat serendah mngkin

Berikut ini akan dibahas kedua alternatif strategi tersebut dengan memperhatikan pula faktor-

faktoryang harus dipertimbangkan tersebut.

Primarily Substansive Approach

Pendekatan ini menggunakan asumsibahwa auditor menganggap efektivitas struktur pengendalian

intern kurang dapat diandalkan. Auditor menganggap bahwa salah saji tidak akan dapat dicegah atau

dideteksi oleh struktur pengendalian intern klien. Aduditor kemdian melakukan pengujian apakah

salah saji yang tak terdeteksi oleh struktur pengendalian intern klien tersebut, dapat dicegah dan

dideteksi oleh prosedur audit. Oleh karena itu auditor akan lrbih mengutamakan dan memperluas

pengujian substansive.

Metode pemeriksaan yang digunakan auditor dalam pendekatan pengutamaan pengujian substansive

meliputi delapan tahap berikut:

Menghimpun dan mendokumentasikan pemahaman struktur pengendalian intern.

Menetapkan resiko pengendalian berdasar pengujian pengendalian yang dilakukan dalam

menghimpun pemahaman struktur pengendalian intern.

Menentukan kemungkinan dapat tidaknya dilakukan pengurangan lebih terhadap tingkat

resiko pengendalian yang telah ditentukan.

PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF

Page 2: Pemba Has An

Melaksanakan pengujian pengendalian tambahan untuk memperoleh bukti tambahan

mengenai efektifitas operasi.

Melakukan revisi atau menetapkan kembali resiko pengendalian berdasar bukti tambahan.

Melakukan dokumentasi atas penetapan resiko pengendalian.

Melakukan penilaian terhadap kemampuan tingkat resiko pengendalian yang telah ditetapkan

tersebut, untuk mendukung tingkat pengujian substansif yang direncanakan auditor.

Merencanakan pengujian substansif.

Menghimpun dan mendokumentasikan pemahaman struktur pengendalian intern

Pemahaman atas berbagai kebijakan dan prosedur struktur pengendalian pada pendekatan

pengutamaan pengujian substansif ini relatif lebih sedikit atau lebih tidak/kurang diperlukan daripada

pemahaman yang diperlukan pada pendekatan lower assessed level of control risk.

Mengapa resiko pengendalian berdasar pengujian pengendalian yang dilakukan dalam

menghimpun pemahaman struktur pengendalian intern

Berkaitan dengan dilakukan tidaknya pengujian pengendalian dalam menghimpun pemahaman

struktur pengendalian intern klien,ada dua alternatif tindakan auditor. Kedua alternatif tersebut adalah:

Auditor tidak melakukan pengujian pengendalian adalam menghimpun pemahaman struktur

pengendalian intern. Apabila auditor tidak melakukanpengujian pengendalian dalam

menghimpun pemahaman struktur pengendalian intern, maka auditor menetapkan resiko

pengendalian pada maksimum yaitu 100%. Tingkat resiko pengendalian maksimum ini

kemudian dipakai terus untuk menyelesaikan metodologi pelaksanaan standar pekerjaan

lapangan kedua. Auditor langsung melakukan tahap dokumentasi penetapan resiko

pengendalian.

Auditor melakukan pengujian dalam menghimpun pemahaman struktur pengendalian intern .

apabila auditor melakukan pengujian pengendalian dalam menghimpun pemahaman struktur

pengendalian intern, maka auditor menetapkan resiko pengendalian berdasarkan bukti

dihimpun mengenai efektivitas operasi. Bukti tersebut dapat mendukungpenetapan resiko

pengendalian sedikit dibawah tingkat maksimum. Hal ini disebabkan concurrent tests of

control biasanya lingkupnya terbatas dan dilakukan pada tahap perencanaan audit. Sedangkan

tahap perencanaan audit tersebut dilakukan beberapa bulan sebelum perusahaan klien

melakukan penutupan pembukuan.

PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF

Page 3: Pemba Has An

Menentukan kemungkinan dapat tidaknya dilakukan pengurangan lebih lanjut terhadap

tingkat resiko pengendalian yang telah ditentukan

Dengan memodifikasi strategi audit pendahuluan. Hal ini dilakukan auditor untuk:

Memperoleh pengurangan tingkat resiko pengendalian yang ditetapkan.

Merencanakan perubahan yan sesuai dengan tingkat resiko deteksi yang direncanakan.

Merencanakan perubahan yang sesuai dalam pengujian substansif yang direncanakan.

Dalam memutuskan apakah auditor akan memodifikasi strategi audit pendahuluan, auditor harus

mempertimbangkan dua hal, yaitu:

Kemungkinan tambahan bukti yang diperoleh dapat mendukung tingkat resiko pengendalian

yang ditetapkan lebih rendah untuk satu asersi.

Efisiensi biaya untuk menghimpun tambahan bukti.

Melaksanakan pengujian pengendalian tambahan untuk memperoleh bukti tambahan

mengenai efektivitas operasi

Apabila auditor memutuskan untuk melaksanakan pengujian pengendalian tambahan, maka auditor

mengembangkan program audit. Pengembangan program ini dimaksudkan untuk menspesifikasikan

pengendalian yang akan diuji oleh prosedur khusus yang akan dilakukan. Pengujian pengendalian

tambahan ini biasanya dilaksanakan selama pekerjaan interim. Pengujian pengendalian tambahan ini

seharusnya dapat menghasilkan tambahan bukti yang memadai mengenai efektivitas kebijakan dan

prosedur struktur pangendalian. Hal ini disebabkan pengujian tersebut dilakukan setelah current tests

of control. Disamping itu, pengujian pengendalian tambahan ini lebih ekstensif daripada concurrent

tests of control.

Melakukan revisi atau menetapkan kembali resiko pengendalian berdasarkan bukti tambahan

Auditor dapat melakukan revisiatau menetapkan kembali resiko pengendalian berdasar bukti

tambahan yang diperoleh melalui pengujiann pengendalian tambahan. Auditor dapat menetapkan

resiko pengendalian pada tingkat moderat atau rendah apabila harapan auditor terhadap hasil

pengujian pengendalian tambahan dapat terpenuhi. Apabila harapan auditor terhadap hasil pengujian

pengendalian tambahan tidak dapat terpenuhi maka auditor tidak dapat menetapkan resiko

pengendalian yg lebih rendah.

Melakukan dokumentasi atas penetapan resiko pengendalian

PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF

Page 4: Pemba Has An

Auditor harus membuat dokumentasi atas penetapan resikopengendalian. Pembuatan dokumen

tersebut dilakukan dalam kertas kerja. Auditor cukup mendokumentasikan kesimpulan penetapan

resiko pengendalian apabila resiko pengendalian ditetapkanpada tingkat maksimum. Auditor tidak

perlu mendokumentasikan dasar penetapan resikopengendalian tersebut.

Menilai kemampuan tingkat resiko pengendalian yang ditetapkan tersebut, untuk mendukung

tingkat pengujian substansif yang direncanakan

Dalam pendekatan pengutamaan pengujian substansif, pengendalian substansif yang direncanakan

auditor harus mendukung rendahnya tinggkat resiko deteksi yang dapat diterima. Apabila tingkat

resiko pengendalian yang ditetapkan mendukung tingkat pengujiansubstansif yang direncanakan,

maka auditor dapat merancang pengujian substansif.

Merancang pengujian substansif

Dalam merancang pengujian substansif,auditor harus mempertimbangkan tiga hal sebbagai berikut:

Sifat atau jenis pengujian pengendalian

Penentuan waktu pelaksanaan pengujian pengendalian

Luas atau lingkup pengujian

Lower Aseded Level Of Control

Pendekatan ini menggunakan asumsi bahwa auditor menganggap afektifitas struktur

pengendalian intern dapat di andalkan. Struktur pengendalian intern klien yang sangat efektif tersebut

akan dapat mengurangi kemungkinan terjadinya salah saji. Sehingga auditorn harus benar-benar

efektif dalam menguji apakah struktur pengendalian intern klien benar-benar efektif dalam

mendeteksi salah saji. Dalam metode ini, bukan berarti bahwa auditor tidak melakukan pengujian

substantif, pengujian substantif tetap di lakukan namun tidak seefektif pada primarily substantif

approach. Strategi ini lebih banyak di pakai dalam penugasan audit klien lama daripada penugasan

audit yang pertama kali ats klien baru.

Metodologi pemeriksaan yang di lakukan auditor dalam pedekatan ini meliputi enam

tahap,yaitu:

1. Menghimpun dan mendokmentasikan pemahaman struktur pengendalian intern.

Struktur pengendalian intern mempunyai kandungan yang terdiri dari kebijakan dan prosedur

yang di terapkan untuk memberikan keyakinan yang memadai bahwa tujuan suatu entitas akan

tercapai.

PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF

Page 5: Pemba Has An

2. Merencanakan dan melaksanakan pengujian intern.

Pengujian pengendalian dapat di laksanakan dalam dua saat yaitu:

a. Selama melaksanakan pekerjaan interim setelah memperoleh pemahaman mengenai

berbagai kebijakan dan prosedur struktur pengendalian yang relevan.

b. Bersamaan dengan pelaksanaan prosedur untuk memperoleh pemahaman mengenai

berbagai kebijakan dan prosedur struktur pengendalian yang relevan.

3. Mentapkan resiko pengendalian.

Dalam strategi ini, auditor hanya sekali menetapkan resiko pengendalian. Penetapan ini di

lakukan setelah auditor memperoleh pemahaman mengenai struktur pengendalian intern dan harus

berdasarkan bukti mengenai efektivitas operasi kebijakan dan prosedur pengendalian klien. Auditor

memperoleh bukti mengenai efektivitas operasi kebijakan dan prosedur pengendalian klien melalui

pelaksanaan pengujian pengendalian.

4. Melakukan dokumentasi atas penetapan resiko pengendalian.

Auditor harus membuat dokumentasi atas penetapan resiko pengendalian dalam kertas keja, ini di

karenakan bahwa resiko pengendalian di tetapkan pada tingkat di bawah maksimum, yang

mencerminkan keyakinan auditor bahwa berbagai kebijakan dan dan prosedur pengendalian klien

dapat mendeteksi dan mencegah terjadinya salah saji material.

5. Melakukan penilaian terhadap kemampuan tingkat resiko pengendalian yang telah di tetapkan

tersebut, untuk mendkung tingkat pengujian substantif yang di rencankan auditor.

6. Merancang pengujian substantif.

Tahapan ini juga di lakukan dalam pengendalian substantif. Dalam merancang pengujian

substantif, auditor harus mempertimbangkan tiga halnberikut:

a. Sifat atau jenis pengujian pengendalian.

b. Penentuan waktu pelaksanaan pengujian pengendalian.

c. Luas atau lingkup pengujian pengendalian.

PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF

Page 6: Pemba Has An

Pengujian Pengendalian

Pengujian pengendalian di laksanakan untuk menilai efektivitas kebijakan atau prosedur

pengendalian untuk mendeteksi dan mecegah salah saji material dalam suatu asersi laporan keuangan.

Sehingga di fokuskan pada tiga hal berikut:

a. Bagaimana pengendalian-pengendalian di terapkan?

b. Sudahkah di terapkan secara konsisten sepanjang tahun?

c. Siapa yang menerapkan pengujian pengendalian?

Tipe Pengujian Pengendalian

Terdapat dua tipe pengujian pengendalian yaitu:

a. Concurrent test of control yaitu pengujian pengendalian yang di laksanakan auditor seiring

dengan prosedur untuk memperoleh pemahaman mengenai struktur pengendalian intern.

b. Pengujian pengendalian tambahan atau yang di rencanakan (additional or planned test of

control) yaitu pengujian yang di laksanakan auditor selama pekerjaan lapangan.

Prosedur Dalam Melakaksanakan Pengujian Audit

Ada empat prosedur untuk melaksanakan pengujian pengendalian,yaitu:

1. Pengajuan pertanyaan kepada karyawan klien

Hal ini di lakukan berkaitan dengan evaluasi atas kinerja tugas mereka. Namun, pengsjusn

pertanyaan ini tidak menghasilkan bukti yang kuat.

2. Pengamatan atau melakukan observasi terhadap karyawan klien dalam melaksanakan tugasnya.

Hal ini di lakukan terutama terhadap pengendalian yang tidak menghasilkan jejak bikti. Contoh

pengendalian yang tidak meninggalkan jejak bukti adalah pemisahan tugas yang mengandalkan

beberapa orang tertentu untuk melaksanakan tugas khusus.

3. Melakukan inspeksi dokumen, catatan, dan laporan.

Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa dokumen, catatan, dan laporan tersebut telah:

a. Lengkap.

b. Di bandingkan secara tepat dengan dokumen lainnya.

c. Di tandatangani sebagaimana mestinya.

4. Mengulang kembali pelaksanaan pengendalian oleh auditor

PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF

Page 7: Pemba Has An

Hal ini cenderung merupakan pengujian untuk menilai akurasi mekanis kegiatan pengendalian.

Contohnya adlah penilaian ketepatan pemakaian daftar harga standar dalam menentukan harga jual

barang dagangan.

Lingkup Pengujian Pengendalian

Semakin ekstensif pengujian pengendalian yang dilaksanakan, semakin banyak bukti yang

dihimpun mengenai efektivitas berbagai kebijakan dan prosedur pengendalian. Luas pengujian

pengendalian dipengaruhi langsung oleh tingkat risiko pengendalian yang ditetapkan yang

direncanakan oleh auditor. Semakin rendah tingkat risiko pengendalian yang ditetapkan, semakin

banyak bukti yang diperlukan yang harus dihimpun.

Untuk klien lama luas atau lingkup pengujian pengendalian dipengaruhi juga oleh

penggunaan bukti yang diperoleh pada pelaksanaan audit tahun sebelumnya. Sebelum menggunakan

bukti tersebut, auditor harus memastikan bahwa tidak ada perubahan yang signifikan atas rancangan

dan operasi berbagai kebijakan dan prosedur pengendalian sejak pengujian pada pelaksanaan audit

tahun sebelumnya.

Penentuan saat pelaksanaan pengujian pengendalian

Penentuan saat pelaksanaan pengujian pengendalian berkaitan erat dengan kapan sebaiknya

auditor melaksanakan pengujian pengendalian. Pengujian pengendalian dapat dilaksanakan pada dua

saat, yaitu:

1. Selama pekerjaan interim.

2. Pada saat mendekati akhir tahun.

Auditor semestinya lebih mengutamakan pelaksanaan pengujian pengendalian mendekati

akhir tahun. Idealnya, pengujian pengendalian dilaksanakan pada keseluruhan periode tahun

pembukuan yang diaudit. Tetapi hal ini tidak selalu praktis dilaksanakan.

Pengendalian Risiko Pengendalian

Dalam menentukan risiko pengendalian untuk setiap asersi, auditor perlu:

a. Mengidentifikasi salah saji potensial yang dapat terjadi untuk asersi tersebut. Identifikasi

salah saji potensial dapat dilakukan atas kelompok-kelompok transaksi dan atas saldo-saldo

akun, walaupun pada dasarnya keduanya dapat dapat saling terkait.

PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF

Page 8: Pemba Has An

b. Mengidentifikasi pengendalian yang dapat mencegah atau mendeteksi salah saji. Hal yang

perlu diingat dalam mengidentifikasi pengendalian yang relevan adalah bahwa pengendalian-

pengendalian tentang lingkungan pengendalian, dan sistem akuntansi mungkin dapat diterapkan

pada lebih dari satu asersi.

c. Menghimpun bukti dari pengujian pengendalian apakah rancangan dan operasi

pengendalian relevan adalah efektif. Kemungkinan pengujian pengendalian yang akan

ditempuh didasarkan pada hasil kedua identifikasi yang telah dilakukan. Pengujian yang akan

dilakukan tentunya setelah mempertimbangkan jenis bukti yang diinginkan, dan biaya pengujian

tersebut.

d. Mengevaluasi bukti yang diperoleh. Dari hasil pengujian tersebut, auditor akan mengevaluasi

bukti-bukti yang diperoleh. Setelah bukti-bukti diperoleh kemudian auditor menentukan tingkat

risiko pengendaliannya.

e. Menentukan risiko pengendalian. Auditor harus mendokumentasikan penentuan risiko

pengendalian dalam kertas kerja. Bila risiko pengendalian meksimum maka hanya kesimpulan

tersebut yang didokumentasikan. Bila risiko pengendalian di bawah maksimum maka yang perlu

didokumentasikan adalah dasar untuk penentuannya.

Penentuan Risiko Deteksi

Risiko bawaan dan risiko pengendalian berkaitan dengan kondisi klien. Risiko bawaan dan

risiko pengendalian bukan merupakan fungsi efektivitas prosedur audit. Sebaliknya, risiko deteksi

tidak berkaitan dengan kondisi klien. Risiko deteksi merupakan fungsi efektivitas prosedur audit.

Oleh karena itu, auditor mengendalikan risiko audit dengan cara mengendalikan risiko deteksi.

Risiko deteksi dapat ditekan atau diturunkan auditor dengan cara:

1. melakukan perencanaan audit yang memadai,

2. melakukan supervise atau pengawasan yang tepat,

3. menerapkan prosedur audit secara efektif,

4. menerapkan standar pengendalian mutu pemeriksaan.

Auditor mengendalikan risiko audit dengan cara menyesuaikan risiko deteksi sesuai dengan

assessed level of inherent risk and control risk. Pemahaman model risiko audit ini sangat penting

dalam menentukan tingkat risiko deteksi yang dapat diterima yang direncanakan untuk setiap asersi

laporan keuangan yang signifikan. Tingkat risiko deteksi yang direncanakan dapat ditentukan

berdasar model risiko yang telah dikemukakan pada bab terdahulu yaitu:

DR = AR : ( IR x CR)

PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF

Page 9: Pemba Has An

Risiko deteksi yang direncanakan tersebut merupakan dasar untuk menentukan tingkat

pengujian substantif yang direncanakan

Perancangan pengujian substantif

Auditor harus menghimpun bukti yang cukup untuk memperoleh dasar yang memadai untuk

menyatakan pendapat atas laporan keungan klien. Pengujian substantif menyediakan bukti mengenai

kewajaran setiap asersi laporan keuangan yang signifikan. Perancanaan pengujian substantif meliputi

penentuan.

a. Sifat pengujian,

b. Waktu pengujian,

c. Dan luas pengujian substantif yang perlu untuk memenuhi tingkat risiko deteksi yang dapat

diterima untuk setiap asersi.

Delapan prosedur untuk melaksanakan pengujian pengendalian substantif

Ada delapan prosedur untuk melaksanakan pengujian pengendalian substantif, yaitu :

1. Pengajuan pertanyaan kepada para karyawan berkaitan dengan kinerja tugas mereka.

2. Pengamatan atau observasi terhadap personel dalam melaksanakan tugas mereka.

3. Menginspeksi dokumen dan catatan.

4. Melakukan perhitungan kembali atau reperforming.

5. Konfirmasi.

6. Analisis.

7. Tracing atau pengusutan.

8. Vouching atau penelusuran.

Sifat atau Jenis pengendalian Substantif

Jika tingkat resiko deteksi yang dapat diterima adalah rendah, maka auditor harus

menggunakan prosedur yang lebih efektif yang biasanya juga lebih mahal. Ada tiga tipe pengujian

substantif yang dapat digunakan, yaitu :

a. Pengujian rinci atau detail saldo

b. Pengujian rinci atau transaksi

c. Prosedur analitis.

Pengujian Detail Saldo

PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF

Page 10: Pemba Has An

Pengujian detail saldo akun yang direncanakan harus cukup memadai untuk memenuhi setiap

tujuan spesifik audit dengan memuaskan.

Metodologi perancangan pengujian detail saldo meliputi empat tahapan , yaitu :

1. Menilai materialitas dan resiko bawaan suatu akun.

2. Menetapkan risiko pengendalian.

3. Merancang pengendalian transaksi dan prosedur analitis.

4. Merancang pengujian detail saldo untuk memenuhi setiap tujuan spesifik audit secara

memuaskan.

Pengujian Detail Transaksi

Pengujian detail transaksi dilakukan untuk menentukan:

a. Ketepatan autorisasi transaksi akuntansi klien.

b. Kebenaran pencatatan dan peringkasan transaksi tersebut dalam jurnal.

c. Kebenaran pelaksanaan posting atas transaksi tersebut kedalam buku besar dan buku

pembantu.

Prosedur Analitis

Prosedur analisis meliputi juga perhitungan rasio oleh auditor. Rasio ini kemudian

dibandingkan dengan rasio tahun sebelumnya dan data lain yang terkait. Ada empat kegunaan

prosedur analitis, yaitu :

1. Untuk memperoleh pemehaman mengenai bisnis dan industri klien.

2. Untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menjaga kelangsungan usahanya.

3. Untuk mendeteksi ada tidaknya kesalahan dalam laporan keuangan klien.

4. Untuk menentukan dapat tidaknya dilakukan pengurangan atas pengujian audit detail.

Luas Pengujian Substantif

Semakin rendah tingkat risiko deteksi yang dapat diterima, semakin banyak bukti yang

diperlukan. Auditor dapat mengubah jumlah bukti yang harus dihimpun dengan cara mengubah luas

pengujian substantif yang dilakukan.

Keputusan auditor tentang rancangan pengujian substantif didokumentasikan dalam kertas

kerja dalam bentuk program audit. Program audit adalah daftar prosedur audit yang akan

dilaksanakan.

PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF

Page 11: Pemba Has An

PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF