Pemba Has An
-
Upload
ichsan-ibnudin -
Category
Documents
-
view
88 -
download
8
Transcript of Pemba Has An
PEMBAHASAN
PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF
Metodologi untuk memenuhi standar pekerjaan lapangan kedua dan ketiga.
Metodologi yang digunakan untuk memenuhi standar pekerjaan lapangan kedua dan ketiga tergantung
pada strategi audit pendahuluan. Seperti dijelaskan sebelumnya,ada dua alternatif strategi audit
pendahuluan yang dapat dipilih oleh auditor, kedua alternatif tersebut adalah:
Primarily substansive approach
Lower assessed level of control risk approach
Dalam pemilihan alternatif strategi tersebut ,auditor mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut:
Planned assessed level of control risk
Luas pemahaman auditor terhadap suatu pengendalian intern yang dihimpun
Test of control yang dilaksanakan dalam menentukan resiko pengendalian
Planned assessed level of substansive test yang dilaksanakan auditor untuk mengurangi resiko
audit pada tingkat serendah mngkin
Berikut ini akan dibahas kedua alternatif strategi tersebut dengan memperhatikan pula faktor-
faktoryang harus dipertimbangkan tersebut.
Primarily Substansive Approach
Pendekatan ini menggunakan asumsibahwa auditor menganggap efektivitas struktur pengendalian
intern kurang dapat diandalkan. Auditor menganggap bahwa salah saji tidak akan dapat dicegah atau
dideteksi oleh struktur pengendalian intern klien. Aduditor kemdian melakukan pengujian apakah
salah saji yang tak terdeteksi oleh struktur pengendalian intern klien tersebut, dapat dicegah dan
dideteksi oleh prosedur audit. Oleh karena itu auditor akan lrbih mengutamakan dan memperluas
pengujian substansive.
Metode pemeriksaan yang digunakan auditor dalam pendekatan pengutamaan pengujian substansive
meliputi delapan tahap berikut:
Menghimpun dan mendokumentasikan pemahaman struktur pengendalian intern.
Menetapkan resiko pengendalian berdasar pengujian pengendalian yang dilakukan dalam
menghimpun pemahaman struktur pengendalian intern.
Menentukan kemungkinan dapat tidaknya dilakukan pengurangan lebih terhadap tingkat
resiko pengendalian yang telah ditentukan.
PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF
Melaksanakan pengujian pengendalian tambahan untuk memperoleh bukti tambahan
mengenai efektifitas operasi.
Melakukan revisi atau menetapkan kembali resiko pengendalian berdasar bukti tambahan.
Melakukan dokumentasi atas penetapan resiko pengendalian.
Melakukan penilaian terhadap kemampuan tingkat resiko pengendalian yang telah ditetapkan
tersebut, untuk mendukung tingkat pengujian substansif yang direncanakan auditor.
Merencanakan pengujian substansif.
Menghimpun dan mendokumentasikan pemahaman struktur pengendalian intern
Pemahaman atas berbagai kebijakan dan prosedur struktur pengendalian pada pendekatan
pengutamaan pengujian substansif ini relatif lebih sedikit atau lebih tidak/kurang diperlukan daripada
pemahaman yang diperlukan pada pendekatan lower assessed level of control risk.
Mengapa resiko pengendalian berdasar pengujian pengendalian yang dilakukan dalam
menghimpun pemahaman struktur pengendalian intern
Berkaitan dengan dilakukan tidaknya pengujian pengendalian dalam menghimpun pemahaman
struktur pengendalian intern klien,ada dua alternatif tindakan auditor. Kedua alternatif tersebut adalah:
Auditor tidak melakukan pengujian pengendalian adalam menghimpun pemahaman struktur
pengendalian intern. Apabila auditor tidak melakukanpengujian pengendalian dalam
menghimpun pemahaman struktur pengendalian intern, maka auditor menetapkan resiko
pengendalian pada maksimum yaitu 100%. Tingkat resiko pengendalian maksimum ini
kemudian dipakai terus untuk menyelesaikan metodologi pelaksanaan standar pekerjaan
lapangan kedua. Auditor langsung melakukan tahap dokumentasi penetapan resiko
pengendalian.
Auditor melakukan pengujian dalam menghimpun pemahaman struktur pengendalian intern .
apabila auditor melakukan pengujian pengendalian dalam menghimpun pemahaman struktur
pengendalian intern, maka auditor menetapkan resiko pengendalian berdasarkan bukti
dihimpun mengenai efektivitas operasi. Bukti tersebut dapat mendukungpenetapan resiko
pengendalian sedikit dibawah tingkat maksimum. Hal ini disebabkan concurrent tests of
control biasanya lingkupnya terbatas dan dilakukan pada tahap perencanaan audit. Sedangkan
tahap perencanaan audit tersebut dilakukan beberapa bulan sebelum perusahaan klien
melakukan penutupan pembukuan.
PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF
Menentukan kemungkinan dapat tidaknya dilakukan pengurangan lebih lanjut terhadap
tingkat resiko pengendalian yang telah ditentukan
Dengan memodifikasi strategi audit pendahuluan. Hal ini dilakukan auditor untuk:
Memperoleh pengurangan tingkat resiko pengendalian yang ditetapkan.
Merencanakan perubahan yan sesuai dengan tingkat resiko deteksi yang direncanakan.
Merencanakan perubahan yang sesuai dalam pengujian substansif yang direncanakan.
Dalam memutuskan apakah auditor akan memodifikasi strategi audit pendahuluan, auditor harus
mempertimbangkan dua hal, yaitu:
Kemungkinan tambahan bukti yang diperoleh dapat mendukung tingkat resiko pengendalian
yang ditetapkan lebih rendah untuk satu asersi.
Efisiensi biaya untuk menghimpun tambahan bukti.
Melaksanakan pengujian pengendalian tambahan untuk memperoleh bukti tambahan
mengenai efektivitas operasi
Apabila auditor memutuskan untuk melaksanakan pengujian pengendalian tambahan, maka auditor
mengembangkan program audit. Pengembangan program ini dimaksudkan untuk menspesifikasikan
pengendalian yang akan diuji oleh prosedur khusus yang akan dilakukan. Pengujian pengendalian
tambahan ini biasanya dilaksanakan selama pekerjaan interim. Pengujian pengendalian tambahan ini
seharusnya dapat menghasilkan tambahan bukti yang memadai mengenai efektivitas kebijakan dan
prosedur struktur pangendalian. Hal ini disebabkan pengujian tersebut dilakukan setelah current tests
of control. Disamping itu, pengujian pengendalian tambahan ini lebih ekstensif daripada concurrent
tests of control.
Melakukan revisi atau menetapkan kembali resiko pengendalian berdasarkan bukti tambahan
Auditor dapat melakukan revisiatau menetapkan kembali resiko pengendalian berdasar bukti
tambahan yang diperoleh melalui pengujiann pengendalian tambahan. Auditor dapat menetapkan
resiko pengendalian pada tingkat moderat atau rendah apabila harapan auditor terhadap hasil
pengujian pengendalian tambahan dapat terpenuhi. Apabila harapan auditor terhadap hasil pengujian
pengendalian tambahan tidak dapat terpenuhi maka auditor tidak dapat menetapkan resiko
pengendalian yg lebih rendah.
Melakukan dokumentasi atas penetapan resiko pengendalian
PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF
Auditor harus membuat dokumentasi atas penetapan resikopengendalian. Pembuatan dokumen
tersebut dilakukan dalam kertas kerja. Auditor cukup mendokumentasikan kesimpulan penetapan
resiko pengendalian apabila resiko pengendalian ditetapkanpada tingkat maksimum. Auditor tidak
perlu mendokumentasikan dasar penetapan resikopengendalian tersebut.
Menilai kemampuan tingkat resiko pengendalian yang ditetapkan tersebut, untuk mendukung
tingkat pengujian substansif yang direncanakan
Dalam pendekatan pengutamaan pengujian substansif, pengendalian substansif yang direncanakan
auditor harus mendukung rendahnya tinggkat resiko deteksi yang dapat diterima. Apabila tingkat
resiko pengendalian yang ditetapkan mendukung tingkat pengujiansubstansif yang direncanakan,
maka auditor dapat merancang pengujian substansif.
Merancang pengujian substansif
Dalam merancang pengujian substansif,auditor harus mempertimbangkan tiga hal sebbagai berikut:
Sifat atau jenis pengujian pengendalian
Penentuan waktu pelaksanaan pengujian pengendalian
Luas atau lingkup pengujian
Lower Aseded Level Of Control
Pendekatan ini menggunakan asumsi bahwa auditor menganggap afektifitas struktur
pengendalian intern dapat di andalkan. Struktur pengendalian intern klien yang sangat efektif tersebut
akan dapat mengurangi kemungkinan terjadinya salah saji. Sehingga auditorn harus benar-benar
efektif dalam menguji apakah struktur pengendalian intern klien benar-benar efektif dalam
mendeteksi salah saji. Dalam metode ini, bukan berarti bahwa auditor tidak melakukan pengujian
substantif, pengujian substantif tetap di lakukan namun tidak seefektif pada primarily substantif
approach. Strategi ini lebih banyak di pakai dalam penugasan audit klien lama daripada penugasan
audit yang pertama kali ats klien baru.
Metodologi pemeriksaan yang di lakukan auditor dalam pedekatan ini meliputi enam
tahap,yaitu:
1. Menghimpun dan mendokmentasikan pemahaman struktur pengendalian intern.
Struktur pengendalian intern mempunyai kandungan yang terdiri dari kebijakan dan prosedur
yang di terapkan untuk memberikan keyakinan yang memadai bahwa tujuan suatu entitas akan
tercapai.
PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF
2. Merencanakan dan melaksanakan pengujian intern.
Pengujian pengendalian dapat di laksanakan dalam dua saat yaitu:
a. Selama melaksanakan pekerjaan interim setelah memperoleh pemahaman mengenai
berbagai kebijakan dan prosedur struktur pengendalian yang relevan.
b. Bersamaan dengan pelaksanaan prosedur untuk memperoleh pemahaman mengenai
berbagai kebijakan dan prosedur struktur pengendalian yang relevan.
3. Mentapkan resiko pengendalian.
Dalam strategi ini, auditor hanya sekali menetapkan resiko pengendalian. Penetapan ini di
lakukan setelah auditor memperoleh pemahaman mengenai struktur pengendalian intern dan harus
berdasarkan bukti mengenai efektivitas operasi kebijakan dan prosedur pengendalian klien. Auditor
memperoleh bukti mengenai efektivitas operasi kebijakan dan prosedur pengendalian klien melalui
pelaksanaan pengujian pengendalian.
4. Melakukan dokumentasi atas penetapan resiko pengendalian.
Auditor harus membuat dokumentasi atas penetapan resiko pengendalian dalam kertas keja, ini di
karenakan bahwa resiko pengendalian di tetapkan pada tingkat di bawah maksimum, yang
mencerminkan keyakinan auditor bahwa berbagai kebijakan dan dan prosedur pengendalian klien
dapat mendeteksi dan mencegah terjadinya salah saji material.
5. Melakukan penilaian terhadap kemampuan tingkat resiko pengendalian yang telah di tetapkan
tersebut, untuk mendkung tingkat pengujian substantif yang di rencankan auditor.
6. Merancang pengujian substantif.
Tahapan ini juga di lakukan dalam pengendalian substantif. Dalam merancang pengujian
substantif, auditor harus mempertimbangkan tiga halnberikut:
a. Sifat atau jenis pengujian pengendalian.
b. Penentuan waktu pelaksanaan pengujian pengendalian.
c. Luas atau lingkup pengujian pengendalian.
PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF
Pengujian Pengendalian
Pengujian pengendalian di laksanakan untuk menilai efektivitas kebijakan atau prosedur
pengendalian untuk mendeteksi dan mecegah salah saji material dalam suatu asersi laporan keuangan.
Sehingga di fokuskan pada tiga hal berikut:
a. Bagaimana pengendalian-pengendalian di terapkan?
b. Sudahkah di terapkan secara konsisten sepanjang tahun?
c. Siapa yang menerapkan pengujian pengendalian?
Tipe Pengujian Pengendalian
Terdapat dua tipe pengujian pengendalian yaitu:
a. Concurrent test of control yaitu pengujian pengendalian yang di laksanakan auditor seiring
dengan prosedur untuk memperoleh pemahaman mengenai struktur pengendalian intern.
b. Pengujian pengendalian tambahan atau yang di rencanakan (additional or planned test of
control) yaitu pengujian yang di laksanakan auditor selama pekerjaan lapangan.
Prosedur Dalam Melakaksanakan Pengujian Audit
Ada empat prosedur untuk melaksanakan pengujian pengendalian,yaitu:
1. Pengajuan pertanyaan kepada karyawan klien
Hal ini di lakukan berkaitan dengan evaluasi atas kinerja tugas mereka. Namun, pengsjusn
pertanyaan ini tidak menghasilkan bukti yang kuat.
2. Pengamatan atau melakukan observasi terhadap karyawan klien dalam melaksanakan tugasnya.
Hal ini di lakukan terutama terhadap pengendalian yang tidak menghasilkan jejak bikti. Contoh
pengendalian yang tidak meninggalkan jejak bukti adalah pemisahan tugas yang mengandalkan
beberapa orang tertentu untuk melaksanakan tugas khusus.
3. Melakukan inspeksi dokumen, catatan, dan laporan.
Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa dokumen, catatan, dan laporan tersebut telah:
a. Lengkap.
b. Di bandingkan secara tepat dengan dokumen lainnya.
c. Di tandatangani sebagaimana mestinya.
4. Mengulang kembali pelaksanaan pengendalian oleh auditor
PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF
Hal ini cenderung merupakan pengujian untuk menilai akurasi mekanis kegiatan pengendalian.
Contohnya adlah penilaian ketepatan pemakaian daftar harga standar dalam menentukan harga jual
barang dagangan.
Lingkup Pengujian Pengendalian
Semakin ekstensif pengujian pengendalian yang dilaksanakan, semakin banyak bukti yang
dihimpun mengenai efektivitas berbagai kebijakan dan prosedur pengendalian. Luas pengujian
pengendalian dipengaruhi langsung oleh tingkat risiko pengendalian yang ditetapkan yang
direncanakan oleh auditor. Semakin rendah tingkat risiko pengendalian yang ditetapkan, semakin
banyak bukti yang diperlukan yang harus dihimpun.
Untuk klien lama luas atau lingkup pengujian pengendalian dipengaruhi juga oleh
penggunaan bukti yang diperoleh pada pelaksanaan audit tahun sebelumnya. Sebelum menggunakan
bukti tersebut, auditor harus memastikan bahwa tidak ada perubahan yang signifikan atas rancangan
dan operasi berbagai kebijakan dan prosedur pengendalian sejak pengujian pada pelaksanaan audit
tahun sebelumnya.
Penentuan saat pelaksanaan pengujian pengendalian
Penentuan saat pelaksanaan pengujian pengendalian berkaitan erat dengan kapan sebaiknya
auditor melaksanakan pengujian pengendalian. Pengujian pengendalian dapat dilaksanakan pada dua
saat, yaitu:
1. Selama pekerjaan interim.
2. Pada saat mendekati akhir tahun.
Auditor semestinya lebih mengutamakan pelaksanaan pengujian pengendalian mendekati
akhir tahun. Idealnya, pengujian pengendalian dilaksanakan pada keseluruhan periode tahun
pembukuan yang diaudit. Tetapi hal ini tidak selalu praktis dilaksanakan.
Pengendalian Risiko Pengendalian
Dalam menentukan risiko pengendalian untuk setiap asersi, auditor perlu:
a. Mengidentifikasi salah saji potensial yang dapat terjadi untuk asersi tersebut. Identifikasi
salah saji potensial dapat dilakukan atas kelompok-kelompok transaksi dan atas saldo-saldo
akun, walaupun pada dasarnya keduanya dapat dapat saling terkait.
PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF
b. Mengidentifikasi pengendalian yang dapat mencegah atau mendeteksi salah saji. Hal yang
perlu diingat dalam mengidentifikasi pengendalian yang relevan adalah bahwa pengendalian-
pengendalian tentang lingkungan pengendalian, dan sistem akuntansi mungkin dapat diterapkan
pada lebih dari satu asersi.
c. Menghimpun bukti dari pengujian pengendalian apakah rancangan dan operasi
pengendalian relevan adalah efektif. Kemungkinan pengujian pengendalian yang akan
ditempuh didasarkan pada hasil kedua identifikasi yang telah dilakukan. Pengujian yang akan
dilakukan tentunya setelah mempertimbangkan jenis bukti yang diinginkan, dan biaya pengujian
tersebut.
d. Mengevaluasi bukti yang diperoleh. Dari hasil pengujian tersebut, auditor akan mengevaluasi
bukti-bukti yang diperoleh. Setelah bukti-bukti diperoleh kemudian auditor menentukan tingkat
risiko pengendaliannya.
e. Menentukan risiko pengendalian. Auditor harus mendokumentasikan penentuan risiko
pengendalian dalam kertas kerja. Bila risiko pengendalian meksimum maka hanya kesimpulan
tersebut yang didokumentasikan. Bila risiko pengendalian di bawah maksimum maka yang perlu
didokumentasikan adalah dasar untuk penentuannya.
Penentuan Risiko Deteksi
Risiko bawaan dan risiko pengendalian berkaitan dengan kondisi klien. Risiko bawaan dan
risiko pengendalian bukan merupakan fungsi efektivitas prosedur audit. Sebaliknya, risiko deteksi
tidak berkaitan dengan kondisi klien. Risiko deteksi merupakan fungsi efektivitas prosedur audit.
Oleh karena itu, auditor mengendalikan risiko audit dengan cara mengendalikan risiko deteksi.
Risiko deteksi dapat ditekan atau diturunkan auditor dengan cara:
1. melakukan perencanaan audit yang memadai,
2. melakukan supervise atau pengawasan yang tepat,
3. menerapkan prosedur audit secara efektif,
4. menerapkan standar pengendalian mutu pemeriksaan.
Auditor mengendalikan risiko audit dengan cara menyesuaikan risiko deteksi sesuai dengan
assessed level of inherent risk and control risk. Pemahaman model risiko audit ini sangat penting
dalam menentukan tingkat risiko deteksi yang dapat diterima yang direncanakan untuk setiap asersi
laporan keuangan yang signifikan. Tingkat risiko deteksi yang direncanakan dapat ditentukan
berdasar model risiko yang telah dikemukakan pada bab terdahulu yaitu:
DR = AR : ( IR x CR)
PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF
Risiko deteksi yang direncanakan tersebut merupakan dasar untuk menentukan tingkat
pengujian substantif yang direncanakan
Perancangan pengujian substantif
Auditor harus menghimpun bukti yang cukup untuk memperoleh dasar yang memadai untuk
menyatakan pendapat atas laporan keungan klien. Pengujian substantif menyediakan bukti mengenai
kewajaran setiap asersi laporan keuangan yang signifikan. Perancanaan pengujian substantif meliputi
penentuan.
a. Sifat pengujian,
b. Waktu pengujian,
c. Dan luas pengujian substantif yang perlu untuk memenuhi tingkat risiko deteksi yang dapat
diterima untuk setiap asersi.
Delapan prosedur untuk melaksanakan pengujian pengendalian substantif
Ada delapan prosedur untuk melaksanakan pengujian pengendalian substantif, yaitu :
1. Pengajuan pertanyaan kepada para karyawan berkaitan dengan kinerja tugas mereka.
2. Pengamatan atau observasi terhadap personel dalam melaksanakan tugas mereka.
3. Menginspeksi dokumen dan catatan.
4. Melakukan perhitungan kembali atau reperforming.
5. Konfirmasi.
6. Analisis.
7. Tracing atau pengusutan.
8. Vouching atau penelusuran.
Sifat atau Jenis pengendalian Substantif
Jika tingkat resiko deteksi yang dapat diterima adalah rendah, maka auditor harus
menggunakan prosedur yang lebih efektif yang biasanya juga lebih mahal. Ada tiga tipe pengujian
substantif yang dapat digunakan, yaitu :
a. Pengujian rinci atau detail saldo
b. Pengujian rinci atau transaksi
c. Prosedur analitis.
Pengujian Detail Saldo
PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF
Pengujian detail saldo akun yang direncanakan harus cukup memadai untuk memenuhi setiap
tujuan spesifik audit dengan memuaskan.
Metodologi perancangan pengujian detail saldo meliputi empat tahapan , yaitu :
1. Menilai materialitas dan resiko bawaan suatu akun.
2. Menetapkan risiko pengendalian.
3. Merancang pengendalian transaksi dan prosedur analitis.
4. Merancang pengujian detail saldo untuk memenuhi setiap tujuan spesifik audit secara
memuaskan.
Pengujian Detail Transaksi
Pengujian detail transaksi dilakukan untuk menentukan:
a. Ketepatan autorisasi transaksi akuntansi klien.
b. Kebenaran pencatatan dan peringkasan transaksi tersebut dalam jurnal.
c. Kebenaran pelaksanaan posting atas transaksi tersebut kedalam buku besar dan buku
pembantu.
Prosedur Analitis
Prosedur analisis meliputi juga perhitungan rasio oleh auditor. Rasio ini kemudian
dibandingkan dengan rasio tahun sebelumnya dan data lain yang terkait. Ada empat kegunaan
prosedur analitis, yaitu :
1. Untuk memperoleh pemehaman mengenai bisnis dan industri klien.
2. Untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menjaga kelangsungan usahanya.
3. Untuk mendeteksi ada tidaknya kesalahan dalam laporan keuangan klien.
4. Untuk menentukan dapat tidaknya dilakukan pengurangan atas pengujian audit detail.
Luas Pengujian Substantif
Semakin rendah tingkat risiko deteksi yang dapat diterima, semakin banyak bukti yang
diperlukan. Auditor dapat mengubah jumlah bukti yang harus dihimpun dengan cara mengubah luas
pengujian substantif yang dilakukan.
Keputusan auditor tentang rancangan pengujian substantif didokumentasikan dalam kertas
kerja dalam bentuk program audit. Program audit adalah daftar prosedur audit yang akan
dilaksanakan.
PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF
PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF