Pemasaran Pariwisata oleh Tour Operator dan Implikasinya ... · 1 Mahasiswa Fakultas Teknologi...

38
0 Pemasaran Pariwisata oleh Tour Operator dan Implikasinya Terhadap Tujuan Konservasi (Studi Kasus: Taman Nasional Karimunjawa) Artikel Ilmiah Diajukan kepada Fakultas Teknologi Informasi Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Terapan Pariwisata Peneliti : Fitri Ciptosari (732013610) Pembimbing : Titi Susilowati Prabawa, S.Pd. MA. Ph.D. Program Studi Destinasi Pariwisata Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga Februari 2015

Transcript of Pemasaran Pariwisata oleh Tour Operator dan Implikasinya ... · 1 Mahasiswa Fakultas Teknologi...

Page 1: Pemasaran Pariwisata oleh Tour Operator dan Implikasinya ... · 1 Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Program Studi Destinasi Pariwisata, Universitas Kristen ... budidaya, pariwisata

0

Pemasaran Pariwisata oleh Tour Operator dan Implikasinya

Terhadap Tujuan Konservasi

(Studi Kasus: Taman Nasional Karimunjawa)

Artikel Ilmiah

Diajukan kepada

Fakultas Teknologi Informasi

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Terapan Pariwisata

Peneliti :

Fitri Ciptosari (732013610)

Pembimbing :

Titi Susilowati Prabawa, S.Pd. MA. Ph.D.

Program Studi Destinasi Pariwisata

Fakultas Teknologi Informasi

Universitas Kristen Satya Wacana

Salatiga

Februari 2015

Page 2: Pemasaran Pariwisata oleh Tour Operator dan Implikasinya ... · 1 Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Program Studi Destinasi Pariwisata, Universitas Kristen ... budidaya, pariwisata
Page 3: Pemasaran Pariwisata oleh Tour Operator dan Implikasinya ... · 1 Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Program Studi Destinasi Pariwisata, Universitas Kristen ... budidaya, pariwisata
Page 4: Pemasaran Pariwisata oleh Tour Operator dan Implikasinya ... · 1 Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Program Studi Destinasi Pariwisata, Universitas Kristen ... budidaya, pariwisata
Page 5: Pemasaran Pariwisata oleh Tour Operator dan Implikasinya ... · 1 Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Program Studi Destinasi Pariwisata, Universitas Kristen ... budidaya, pariwisata
Page 6: Pemasaran Pariwisata oleh Tour Operator dan Implikasinya ... · 1 Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Program Studi Destinasi Pariwisata, Universitas Kristen ... budidaya, pariwisata
Page 7: Pemasaran Pariwisata oleh Tour Operator dan Implikasinya ... · 1 Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Program Studi Destinasi Pariwisata, Universitas Kristen ... budidaya, pariwisata

1

Pemasaran Pariwisata oleh Tour Operator dan Implikasinya Terhadap

Tujuan Konservasi

(Studi Kasus: Taman Nasional Karimunjawa)

1Fitri Ciptosari,

2Titi Susilowati Prabawa

Fakultas Teknologi Informasi

Universitas Kristen Satya Wacana

Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia

Email: 1)

[email protected], 2)

[email protected]

Abstract

National Park is a protected area where the most prominent problem is the protection of

marine ecosystem. Balai Taman Nasional Karimunjawa (BTNKJ) as a representative of

Forest Ministry obliged to manage Karimunjawa National Park in order to conserve

natural resources and its ecosystems. In its management, there are many challenges for

integrating conservation and economic development in balanced, to make it possible it

requires the support of all parties. Tour Operators are the key players in Karimunjawa’s

tourism marketing. They need to adopt the values of conservation in their marketing in

order to achieve sustainable tourism.

Keywords : Marketing, National Park, Tour Operator, Conservation

PENDAHULUAN

Kepulauan Karimunjawa merupakan kawasan pelestarian alam yang

berada di wilayah Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Dengan segala

kekayaan ekosistem asli dan keanekaragaman hayatinya kawasan ini ditetapkan

sebagai Taman Nasional3. Kawasan ini dikelola dengan sistem zonasi yang

1 Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Program Studi Destinasi Pariwisata, Universitas Kristen

Satya Wacana 2 Staf Pengajar Fakultas Teknologi Informasi Program Studi Destinasi Pariwisata, Universitas

Kristen Satya Wacana 3 berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 78/Kpts-II/1999 Tanggal 22 Pebruari 1999

Page 8: Pemasaran Pariwisata oleh Tour Operator dan Implikasinya ... · 1 Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Program Studi Destinasi Pariwisata, Universitas Kristen ... budidaya, pariwisata

2

dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang

budidaya, pariwisata dan rekreasi4.

Sebagai Taman Nasional, Karimunjawa kini sangat populer menjadi salah

satu destinasi tujuan pariwisata di Indonesia. Berdasarkan data dari tahun 2007

sampai 2012 tingkat kunjungan wisata semakin meningkat5. Pesatnya tingkat

kunjungan di Karimunjawa terlihat pada tahun 2012 dimana jumlah pengunjung

mencapai 25.157 orang. Berdasarkan data asal pengunjung terdapat 23.458

pengunjung nusantara dan 1.699 pengunjung mancanegara. Sedangkan

berdasarkan tujuan kunjungan, terdapat 30 kunjungan untuk pendidikan, 23.554

untuk rekreasi, 30 untuk berkemah, 1.175 untuk aktivitas pendidikan dan 274

untuk tujuan lain-lain (BTNKJ, 2013). Dapat dipastikan tujuan mayoritas orang

yang berkunjung ke Karimunjawa adalah untuk berwisata. Oleh karena itu, di

tahun 2013 Karimunjawa mulai dianggap sebagai aset utama oleh Dinas

Pariwisata Provinsi Jawa Tengah. Kawasan TN Karimunjawa yang ditetapkan

sebagai satu dari empat destinasi utama di program Visit Jawa Tengah tentunya

mulai gencar dipromosikan.

Perlu diketahui bahwa aktivitas pariwisata adalah bagian dari bentuk

prinsip pengelolaan Taman Nasional yang dikenal dengan 3P, yaitu

„Perlindungan, Pengawetan dan Pemanfaatan Lestari‟. Pariwisata yang merupakan

penerapan dari „pemanfaatan lestari‟ sangat diharapkan dapat mendukung upaya -

upaya perlindungan dan konservasi. Pariwisata dan konservasi di Taman Nasional

merupakan dua hal yang berbeda, namun merupakan suatu kesatuan, dimana

praktek - prakteknya harus paralel dan seimbang.

Melihat dari penelitian sebelumnya terkait pengembangan obyek wisata

Taman Nasional laut kepulauan Karimunjawa, disarankan bahwa pengembangan

pariwisata yang sangat memungkinkan untuk kawasan ini adalah dengan

menjadikannya sebagai kawasan ekowisata, dimana kegiatan wisatanya menaruh

perhatian yang besar terhadap kelestarian sumber daya pariwisata (Umardiono,

4 UU No 5 tahun 1990

5 Nautilus Edisi III, 2013

Page 9: Pemasaran Pariwisata oleh Tour Operator dan Implikasinya ... · 1 Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Program Studi Destinasi Pariwisata, Universitas Kristen ... budidaya, pariwisata

3

2011). Kemudian penelitian terkait dampak perkembangan pariwisata terhadap

lingkungan TN Karimunjawa yang menunjukkan bahwa kehadiran pariwisata

tidak hanya memberikan dampak positif secara ekonomi, namun juga dampak

negatif terhadap kerusakan ekosistem terumbu karang akibat dari aktivitas wisata

yang salah, minimnya pengetahuan wisatawan, dan intensitas kunjungan yang

tinggi (Limbong & Soetomo, 2014).

Untuk lebih mengembangkan penelitian terdahulu, maka dibutuhkan

perencanaan yang matang sebagai langkah strategis dalam upaya pengembangan

potensi wisata di kawasan TN Karimunjawa. Balai Taman Nasional Karimunjawa

merupakan salah satu unit pelaksana teknis Kementerian Lingkungan Hidup dan

Kehutanan yang bertugas sebagai pengelola kawasan Taman Nasional

Karimunjawa. Tugas pokok dari BTNKJ adalah melakukan penyelenggaraan

konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya dan pengelolaan taman

nasional berdasarkan peraturan perundang – undangan yang berlaku6. Undang-

Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan

Ekosistemnya telah mengamanatkan bahwa Pengelolaan Taman Nasional

berdasarkan zonasi. BTNKJ perlu memperhatikan dengan baik dalam penyusunan

zonasinya, dimana terdapat didalamnya adalah zona pemanfaatan wisata,

kemudian penyusunan zonasi tersebut harus diikuti dengan sistem kontrol yang

baik pula.

Hadirnya pariwisata memang berpotensi pada dampak negatif terhadap

lingkungan dan upaya konservasinya, namun demikian bukan berarti bahwa

keseimbangan antara pariwisata dan konservasi adalah hal yang mustahil.

Wisnuhamidaharisakti (2013) menyatakan bahwa ancaman kerusakan terumbu

karang terjadi karena penambatan jangkar (kapal wisata) ataupun karang yang

terinjak saat berenang sebagai konsekuensi logis dari kegiatan wisata. Namun

penulis tidak terlalu setuju ketika kerusakan terumbu karang dikatakan sebagai

konsekuensi logis. Kerusakan lingkungan dapat dicegah melalui perhatian

terhadap arti pentingnya keberlanjutan dari aktivitas pembangunan. Perencanaan

6 mdi-btnkj.net, 2013

Page 10: Pemasaran Pariwisata oleh Tour Operator dan Implikasinya ... · 1 Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Program Studi Destinasi Pariwisata, Universitas Kristen ... budidaya, pariwisata

4

dan pengelolaan memegang peran yang sangat strategis dalam mewujudkan

pembangunan berkelanjutan. Sementara itu, pemasaran disisi lain diharapkan

dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi upaya mewujudkan cita – cita

pembangunan berkelanjutan.

Dalam hal ini, pemasaran yang merupakan penghubung antara supplier

dan consumers, atau antara destinasi wisata dan wisatawan, merupakan fungsi

yang sangat berperan dalam mewujudkan pembangunan kepariwisataan yang

berkelanjutan. Salah satu cara yang dapat digunakan dalam permasalahan

konservasi yaitu dengan melalui metode pemasaran pariwisata berkelanjutan.

Seperti pengakuan Wearing, Archer dan Beeton (2007), strategi pemasaran kini

diakui lembaga pengelolaan kawasan lindung sebagai dukungan untuk masyarakat

luas, perlindungan lingkungan jangka panjang dan integritas budaya.

Semakin banyak pebisnis seperti Tour Operator yang turut menjual paket

wisata, sebagai konsekuensi dari penetapan Karimunjawa menjadi Daerah Tujuan

Wisata (DTW) utama Jawa Tengah. Oleh sebab itu, Tour Operator tentunya

diharapkan dapat mewujudkan konsep “wish list” seperti yang diutarakan oleh

Hunter (1997) sebagai suatu prinsip – prinsip yang dapat dirangkum sebagai

pemenuhan kebutuhan dan keinginan dari wisatawan dan industri, sekaligus

melindungi kepentingan lingkungan dan masyarakat setempat. Banyak penelitian

yang menunjukkan bahwa Tour Operator dalam banyak hal adalah peran kunci

dalam mencapai pariwisata berkelanjutan (Swarbrooke, 1999; dalam Khairat &

Maher, 2012)

Slattery and Lugg (2002) secara lebih spesifik menekankan bahwa

keberhasilan pembangunan pariwisata berkelanjutan sangat tergantung kepada

keberhasilan sistem pengelolaan dari destinasi bersangkutan dan strategi

pemasaran yang berkontribusi (Suradnya, 2011). Oleh karena itu, dalam penelitian

ini penulis ingin lebih mendalami tentang bagaimana sistem pemasaran yang

selama ini sudah dijalankan oleh para Tour Operator, karena posisi mereka

sebagai intermediari yang memiliki kewenangan dalam membawa wisatawan, dan

Page 11: Pemasaran Pariwisata oleh Tour Operator dan Implikasinya ... · 1 Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Program Studi Destinasi Pariwisata, Universitas Kristen ... budidaya, pariwisata

5

tentunya juga memberikan kontribusi pada perubahan suatu destinasi, entah ke

arah positif atau negatif.

Sangat diperlukan pemahaman pada sistem pemasaran yang selama ini

telah dijalankan oleh organisasi pariwisata, lebih khususnya Tour Operator yang

memiliki peran besar dalam mempromosikan Karimunjawa sebagai wisata bahari.

Pada penelitian ini akan memaparkan landasan teori tentang bagaimana

pemasaran berkelanjutan dan peran Tour Operator (TO) yang terkait dalam

sustainable tourism. Kemudian akan diceritakan bagaimana penelitian ini

dijalankan, dan dilanjutkan dengan temuan – temuan tentang proses pemasaran

yang selama ini telah dijalankan oleh Tour Operator Karimunjawa. Bagian

pembahasan akan mempertemukan teori yang ada dengan kenyataan dilapangan.

Di bagian penutup akan disampaikan kesimpulan dari penulis untuk hasil

penelitian ini.

PEMASARAN PARIWISATA BERKELANJUTAN KAWASAN LINDUNG

Inskeep (1999) berpendapat bahwa pariwisata adalah fenomena yang

berkembang dengan sangat cepat sebagai salah satu industri terbesar di dunia

(Khairat & Maher, 2012). Pariwisata dipandang sebagai satu alternatif karena

pengembangan kawasan wisata dapat mendukung pelestarian objek wisata,

mendorong pelestarian alam, dan transformasi ekonomi menuju ekonomi berbasis

jasa (Raharjana, 2010).

Kern (2006) berpendapat terkait dengan Taman Nasional, di satu sisi

dengan menjadikan aktivitas pariwisata akan menghasilkan dampak positif

ekonomi, di sisi lain Taman Nasional berada di bawah tekanan (dampak negatif)

dari meningkatnya aktivitas pariwisata dan rekreasi. Pentingnya sumber daya

alam untuk dikelola dengan konservasi dan rekreasi adalah untuk memastikan

bahwa sumber daya alam tersebut tetap lestari untuk generasi mendatang. Lanjut

Kern (2006) aktivitas pariwisata tentunya juga sangat tergantung pada kualitas

sumber daya alam dan budaya. Ketergantungan dalam melindungi dan

melestarikan lingkungan ini dapat digunakan untuk mempengaruhi kebijakan

Page 12: Pemasaran Pariwisata oleh Tour Operator dan Implikasinya ... · 1 Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Program Studi Destinasi Pariwisata, Universitas Kristen ... budidaya, pariwisata

6

dalam penggunaan dan konservasi sumber daya alam untuk jangka panjang,

bukan sekedar pembangunan jangka pendek yang telah mendominasi industri

sebelumnya (Eber, 1992; dalam Curtin & Busby, 1999).

Kesadaran akan pentingnya pembangunan kepariwisataan yang

berkelanjutan akhirnya telah merubah pola – pola pemasaran di bidang industri

kepariwisataan menjadi lebih bertanggung jawab (Sunaryo, 2013). Kotler (2002)

seorang pakar pemasaran pernah mengatakan bahwa “All places are in trouble, if

not now, certainly in the future”. Dimaksudkan bahwa para pengambil kebijakan

di suatu destinasi pariwisata wajib memperhatikan arti pentingnya keberlanjutan

(sustainability). Middleton dan Hawkins (1998) memberikan pandangan mereka

mengenai pemasaran pariwisata berkelanjutan sebagai orientasi manajemen yang

merefleksikan sikap yang harus dapat menyeimbangkan keinginan para pemangku

kepentingan (stakeholders) dengan kepentingan pelestarian lingkungan dalam

jangka panjang dan pada saat yang sama dapat memenuhi permintaan dan harapan

dari para wisatawan (Suradnya, 2011).

Konsep pemasaran berkelanjutan dalam pariwisata dapat dicapai melalui

penggunaan alat dan teknik pemasaran, dua diantaranya adalah segmentasi pasar

dan bauran pemasaran (marketing mix). Tregrear (1997) menyebutkan segmentasi

dan penargetan pasar yang berhasil adalah yang memperhatikan kesesuaian antara

kebutuhan wisatawan dengan aktivitas yang ditawarkan. Dalam pariwisata

berkelanjutan, kesesuaian ini sangat diperlukan. Kemudian Dinan (2000)

menambahkan bahwa organisasi pariwisata harus lebih mempertimbangkan

segmentasi pasar dengan maksud untuk berkonsentrasi pada kategori-kategori dari

pengunjung yang tidak hanya menarik secara ekonomi, tetapi juga berfokus pada

penyampaian pesan untuk mengadopsi perilaku yang berkelanjutan (Batra, 2006).

Selanjutnya, terkait dengan Taman Nasional Wearing dan Nelson (2004)

mencatat bahwa “marketing mix dapat dimanipulasi untuk mencapai

keseimbangan antara kunjungan, pendapatan dan keberlanjutan” (Kern, 2006).

Bauran pemasaran merupakan tool atau alat bagi marketer yang terdiri atas

Page 13: Pemasaran Pariwisata oleh Tour Operator dan Implikasinya ... · 1 Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Program Studi Destinasi Pariwisata, Universitas Kristen ... budidaya, pariwisata

7

berbagai unsur suatu program pemasaran yang perlu dipertimbangkan agar

implementasi strategi pemasaran dan positioning yang ditetapkan berjalan sukses

(Lupiyoadi, 2001; dalam Hendarto, 2003). Kotler (1994) menyampaikan ide

dibalik konsep bauran pemasaran adalah bahwa penawaran pasar merupakan satu

variabel yang perlu dipertimbangkan bersama – sama dengan variabel pemasaran

terkontrol lainnya. Untuk meningkatkan kemungkinan keberhasilan, semua

elemen dari bauran pemasaran harus selaras. Oleh karena itu, pemasar perlu

mempertimbangkan campuran elemen yang terkait dengan penawaran pasar

(Batra, 2006). Sunaryo (2013) mengemukakan program pemasaran pariwisata

yang berbasis nilai – nilai responsible marketing salah satunya adalah proses

pemasaran, perencanaan, dan pengelolaan atas bauran pemasaran pariwisata yang

mampu mengakomodir tuntutan atas kelestarian lingkungan, dalam khususnya

adalah konservasi itu sendiri.

Sementara itu, prinsip – prinsip pemasaran pariwisata alternatif untuk

kawasan lindung tentunya adalah pemasaran yang tidak menekankan keuntungan

finansial sebagai kriteria untuk mengukur keberhasilan. Melihat dari penelitian

terdahulu terkait beberapa pendekatan dalam pemasaran pariwisata alternatif yang

digunakan untuk kawasan lindung, terdapat 4 konsep marketing diantaranya

adalah Ecological Marketing, Social Marketing, Demarketing dan Relationship

Marketing. Namun hanya dua yang akan dibahas karena berkaitan langsung

dengan isu lingkungan dan konservasi.

Yang pertama, Ecological Marketing sebagai konsep pemasaran yang

dapat dengan mudah diintegrasikan ke dalam pemasaran kawasan lindung karena

melibatkan tehnik pemasaran produk dan jasa yang memiliki manfaat ekologis

kepada konsumen yang peduli lingkungan. Hasil nyata dari Ecological Marketing

ini diantaranya adalah konservasi lingkungan jangka panjang, meningkatkan

kesadaran dan apresiasi wisatawan terhadap lingkungan alam, dan kepuasan

wisatawan (Wearing, Archer & Beeton, 2007).

Page 14: Pemasaran Pariwisata oleh Tour Operator dan Implikasinya ... · 1 Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Program Studi Destinasi Pariwisata, Universitas Kristen ... budidaya, pariwisata

8

Dan kedua adalah, Demarketing, suatu pendekatan pemasaran yang dapat

digunakan untuk mengurangi serta meningkatkan permintaan dengan menerapkan

pengaturan tertentu. Seperti pada kebanyakan Taman Nasional dan kawasan

lindung lainnya pasti menghadapi kerumunan atau masalah daya dukung

lingkungan. Taman Nasional harus menerapkan pembatasan kunjungan, pengelola

Taman Nasional dapat lebih efektif menggunakan marketing mix untuk

mengurangi tingkat kunjungan. Dengan mengurangi jumlah tingkat kunjungan,

juga dipercaya turut meningkatkan kualitas kepuasan wisatawan dengan

menawarkan pengalaman terbaik dalam berwisata (Wearing, Archer & Beeton,

2007).

Kontribusi Tour Operator Dalam Pemasaran Pariwisata Berkelanjutan

Tour operator adalah elemen kunci dalam pariwisata, mereka adalah

penghubung antara wisatawan dengan destinasi tujuannya. Mason (2003)

menyatakan bahwa Tour Operator adalah satu sektor yang memiliki reputasi

dalam menciptakan masalah dan dampak negatif. Sementara itu, Sigala (2008)

berpendapat bahwa Tour Operator memainkan peran penting dalam mengubah

sikap dan perilaku ke dalam bentuk pariwisata yang lebih bertanggung jawab,

diantaranya dalam : (1) mempengaruhi volume dan arah arus pariwisata; (2)

mengintegrasikan dan mempengaruhi sikap serta praktek dari suplier pariwisata

dan stakeholders; (3) membentuk destinasi tujuan dan masyarakat lokal (Khairat

& Maher, 2012).

Melihat sudut pandang dari Curtin dan Busby (1999) dalam penelitian

mereka disebutkan bahwa karakteristik dari Tour Operator dibedakan pada dua

jenis yaitu Mass Market Operators dan Specialist Operators. Mass Market

Operators ditandai dengan harga rendah atau harga paling murah serta tidak ada

pembedaan produk. Sementara itu, Specialist Operators diantaranya adalah

perusahaan yang mengkhususkan diri dalam wilayah geografis tertentu atau jenis

liburan tertentu.

Page 15: Pemasaran Pariwisata oleh Tour Operator dan Implikasinya ... · 1 Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Program Studi Destinasi Pariwisata, Universitas Kristen ... budidaya, pariwisata

9

Sebelumnya, Tour Operator kadang mengabaikan tanggung jawab sosial

dan lingkungan mereka, dengan alasan bahwa mereka hanya perantara antara

wisatawan dan penyedia layanan, kemudian dampak – dampak yang diterima oleh

destinasi adalah tanggung jawab penyedia layanan dan pihak berwenang setempat.

Namun sekarang, banyak Tour Operator telah mengerti bahwa ini adalah bagian

dari tanggung jawab mereka (Budeanu, 2005; dalam Khairat & Maher, 2012).

Tour Operator sudah mulai menyadari tanggung jawab mereka akan dampak

negatif pariwisata, karena mereka adalah penentu kemana wisatawan pergi dan

fasilitas yang digunakan (Tour Operators Initiative (TOI), 2002; dalam Khairat &

Maher, 2012).

Tour Operator mulai mengarah pada pariwisata berkelanjutan dan

berkomitmen pada konsep pembangunan berkelanjutan sebagai inti dari kegiatan

bisnis mereka, dengan bekerja sama melalui aktivitas – aktivitas yang

mempromosikan dan menyebarluaskan metode dan praktek – praktek yang

kompatibel dengan pembangunan berkelanjutan (TOI, 2005; Masonm 2003;

dalam Khairat & Maher, 2012). Menurut Carbone (2004) dan TOI (2007) ada

banyak cakupan dimana Tour Operator dalam mengintegrasikan praktek – praktek

keberlanjutan. Dari kelima kategori yang ada, Product Development &

Management dan Supply Chain Management adalah dua kategori penting yang

perlu diperhatikan oleh Tour Operator dalam mengintegrasikan praktek – praktek

keberlanjutan. Penciptaan produk dan penggunaan penyedia layanan akan sangat

mempengaruhi pelayanan (service) yang diberikan kepada wisatawan.

Product Development & Management, menurut Miller dan Twining-Ward

(2005) cakupannya adalah hal – hal yang terkait dengan pilihan tour operator dari

destinasi wisata dan seleksi dari komponen yang digunakan pada paket liburan,

tentunya komponen yang meminimalkan dampak lingkungan, ekonomi dan sosial.

Font dan Cochrane (2005) menambahkan bahwa tour operator bertanggung jawab

dalam memilih destinasi yang memiliki sistem pengelolaan lingkungan yang baik.

Selain itu tour operator harus memperdulikan destinasi wisata dengan

menggunakan tenaga kerja lokal yang berkualitas baik (Khairat & Maher, 2012).

Page 16: Pemasaran Pariwisata oleh Tour Operator dan Implikasinya ... · 1 Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Program Studi Destinasi Pariwisata, Universitas Kristen ... budidaya, pariwisata

10

Supply Chain Management, tujuan utama dari manajemen rantai dari

penyedia layanan adalah untuk bekerja pada pengelolaan produk dan layanan dari

sebuah paket liburan, untuk merancang paket yang peduli pada dampak

lingkungan dan dampak sosial (Budeanu, 2009; Font dkk, 2008; Miller &

Twining-Ward, 2005; dalam Khairat & Maher, 2012).

METODE PENELITIAN

Penelitian Kualitatif

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Penelitian

kualitatif adalah riset yang mengkaji perspektif partisipan dengan strategi –

strategi yang bersifat interaktif dan humanistik, dengan memahami fenomena –

fenomena sosial dari sudut pandang partisipan (Rossman & Rallis, 1998; dalam

Creswell, 2002). Pada penelitian ini, peneliti menjadi instrumen kunci dimana

keterlibatan partisipan dalam pengumpulan data diupayakan untuk membangun

hubungan dan kredibilitas dengan tiap individu yang ada dalam penelitian ini.

Penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses bukan pada hasil. Kemudian

dengan penggunaan metode kualitatif deskriptif ini bertujuan untuk

mengorganisasikan dan menginterpretasikan data agar diperoleh pemahaman dan

hasil analisis data sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu mengetahui sistem

pemasaran yang digunakan oleh Tour Operator di Karimunjawa selama ini.

Temuan diperoleh melalui wawancara, observasi dan mempelajari

dokumen – dokumen untuk mencapai triangulasi. Wawancara dilakukan dengan

beberapa narasumber diantaranya adalah: 2 orang dari BTNKJ yang menjabat

sebagai Kepala Seksi PTN Wilayah II Karimunjawa dan seorang petugas

Pengendali Ekosistem Hutan (PEH); 6 orang dari Tour Operator berbeda yang

beberapa diantaranya adalah pemilik dari Tour Operator itu sendiri dan beberapa

adalah tenaga pemasarnya yang juga berperan sebagai Tour Leader; 2 orang

wisatawan lokal dan 3 orang wisatawan asing; 2 orang petugas Tourist

Information Centre (TIC) yang berlokasi di Karimunjawa dan Semarang,

keduanya berada dibawah pengelolaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi

Page 17: Pemasaran Pariwisata oleh Tour Operator dan Implikasinya ... · 1 Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Program Studi Destinasi Pariwisata, Universitas Kristen ... budidaya, pariwisata

11

Jawa Tengah; serta 4 orang perwakilan dari masyarakat yang diantaranya sebagai

pemilik kapal wisata, pemandu wisata lokal dan pekerja hotel. Sementara itu,

pertemuan dengan Tour Operator dipermudah dengan diadakannya kegiatan Meet

and Greet Cumi Bar pada tanggal 13 November 2014, acara temu jejaring dan

sosialisasi yang diadakan oleh Cumi Bar dan diperuntukkan untuk para pelaku

wisata khususnya TO lokal Karimunjawa.

Selain wawancara, observasi juga digunakan untuk memperoleh data.

Peneliti mengobservasi pada kelayakan prosedur saat berwisata, sejauh mana

kepedulian dan pengetahuan wisatawan terhadap konservasi, bagaimana aktivitas

snorkeling selama ini dijalankan, sehingga dapat diketahui bagaimana persepsi

wisatawan setelah menangkap informasi dari beberapa media promosi yang ada

selama ini. Observasi dilakukan di Karimunjawa dan di sela – sela waktu saat

peneliti melakukan tugasnya sebagai tenaga pemasar sebuah resort di

Karimunjawa. Observasi juga dilakukan dengan mengamati dan membandingkan

materi promosi yang dimiliki oleh beberapa TO. Materi promosi diantaranya

dalam bentuk website dan brosur.

Kemudian dokumen – dokumen pelengkap sebagai data sekunder di dapat

dari BTNKJ berupa dokumen Laporan Kajian Dampak Wisata Terhadap

Ekosistem Terumbu Karang tahun 2013, Zonasi Taman Nasional Karimunjawa

tahun 2012, dan juga beberapa media promosi seperti brosur yang dikeluarkan

oleh BTNKJ dan Dinas Pariwisata.

Penelitian dilakukan dalam waktu empat bulan, baik dalam proses

observasi dan wawancara di lapangan. Karena pekerjaannya sebagai tenaga

pemasar di Karimunjawa, penulis mendapatkan kemudahan dalam proses

penelitiannya. Kemudahan dalam melakukan pendekatan kepada narasumber yang

juga merupakan relasi kerja dari penulis sendiri. Namun posisi penulis sebagai

seorang pelaku juga memberikan kesulitan tersendiri, yaitu kemungkinan terjadi

bias penelitian dimana kekhawatiran munculnya analisa berdasarkan pengalaman

pribadi. Kesulitan yang lain adalah kurangnya keterbukaan dari beberapa Tour

Page 18: Pemasaran Pariwisata oleh Tour Operator dan Implikasinya ... · 1 Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Program Studi Destinasi Pariwisata, Universitas Kristen ... budidaya, pariwisata

12

Operator di dalam proses wawancara, sehingga penulis perlu sangat berhati – hati

dalam menginterpretasikan hasil wawancara. Untuk mengatasi kesulitan –

kesulitan tersebut, penulis berusaha netral dalam melihat fakta – fakta dilapangan

dan memfokuskan penelitian pada konteks pemasaran yang diterapkan oleh TO,

serta meyakinkan pihak – pihak TO selaku narasumber bahwa penelitian ini hanya

untuk menganalisa pemasaran yang telah diterapkan selama ini.

Gambaran Lokasi Penelitian

Secara administratif kawasan ini Kecamatan Karimunjawa, Kabupaten

Jepara, Provinsi Jawa Tengah. Secara historis, kawasan Taman Nasional

Karimunjawa ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor

: 78/Kpts-II/1999 tanggal 22 Februari 1999 dengan luas kawasan 111.625 Ha

yang mencakup kawasan perairan seluas 110.117,30 Ha dan kawasan daratan

seluas 1.507,70 Ha. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor :

74/Kpts-II/2001 tanggal 15 Maret 2001 kawasan perairan laut di dalam kawasan

Taman Nasional Karimunjawa seluas 110.117,30 Ha yang ditetapkan sebagai

kawasan pelestarian alam (KPA) perairan.

Taman nasional ini memiliki ekosistem yang asli dengan keanekaragaman

hayati yang tinggi mulai dari daratan hingga perairannya. Kawasan ini memiliki

lima tipe ekosistem yaitu ekosistem terumbu karang, ekosistem padang lamun dan

rumput laut, ekosistem mangrove, ekosistem hutan pantai dan ekosistem hutan

hujan tropis dataran rendah. Secara umum semua ekosistem tersebut masih berada

dalam kondisi yang relatif baik dan merupakan representasi kawasan pantai utara

pulau jawa dengan keberadaan ekosistem pesisir yang lengkap. Ekosistem

terumbu karang merupakan salah satu ekosistem utama di TN Karimunjawa, yang

menjadi daya tarik utama wisata bahari7.

7 Terumbu karang mengandung berbagai manfaat yang sangat besar dan beragam, baik secara

ekologi maupun ekonomi. Estimasi jenis manfaat yang terkandung dalam terumbu karang dapat diidentifikasi menjadi dua yaitu manfaat langsung kepada manusia sebagai potensi wisata bahari serta manfaat tidak langsung sebagai penahan abrasi pantai yang disebabkan gelombang dan ombak laut, serta sebagai sumber keanekaragaman hayati.

Page 19: Pemasaran Pariwisata oleh Tour Operator dan Implikasinya ... · 1 Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Program Studi Destinasi Pariwisata, Universitas Kristen ... budidaya, pariwisata

13

Dari 27 pulau yang tersebar di Kepulauan Karimunjawa hanya 5 pulau

yang berpenghuni, diantaranya adalah pulau Karimunjawa, pulau Kemujan, pulau

Parang, pulau Nyamuk dan pulau Genting. Sementara itu, yang tidak berpenghuni

dan hanya merupakan pulau kecil diantaranya adalah P. Menjangan Besar, P.

Menjangan Kecil, P. Cemara Besar, P. Cemara Kecil, P. Geleyang, P. Burung, P.

Bengkoang, P. Kembar, P. Katang, P. Krakal Besar, P. Krakal Kecil, P. Sintok, P.

Mrican, P. Tengah, P. Pinggir, P. Cilik, P. Gundul, P. Seruni, P. Tambangan, P.

Cendekian, P. Kumbang dan P. Menyawakan. Dari pulau – pulau yang ada, pusat

kegiatan pariwisata ada di pulau Karimunjawa, pulau Kemujan, pulau Menjangan

Besar, pulau Menjangan Kecil, pulau Cemara Besar dan pulau Tengah. Sementara

itu penelitian dilakukan di pulau Karimunjawa, selain sebagai pulau terbesar, juga

karena pulau ini adalah pusat administratif dan sebagai pusat kegiatan

kepariwisataan.

Perjalanan ke Karimunjawa dapat ditempuh melalui dua jalur, yaitu (1)

Transportasi Laut, diantaranya dengan menggunakan 2 Kapal Motor Cepat

(KMC) yaitu KMC Kartini dari Semarang, dan KMC Express Bahari dari Jepara.

Juga ada Kapal Muat Penumpang (KMP) Siginjai dari Jepara; (2) Transportasi

Udara, dapat ditempuh dari Bandara Ahmad Yani Semarang menuju Bandara

Dewadaru di Pulau Kemujan. Saat ini penerbangan yang ada dikelola oleh tour

operator yaitu Kura-Kura Aviation.

Aktivitas pariwisata yang bisa dilakukan di Karimunjawa antara lain : (1)

Atraksi alam di darat, diantaranya adalah kegiatan hiking, camping, trekking

mangrove, dan pemantauan burung; (2) Atraksi alam di perairan, diantaranya

adalah kegiatan pengamatan terumbu karang menggunakan perahu nelayan

(hopping island), berenang, snorkeling dan diving. Atraksi ini didukung oleh

keindahan gugusan terumbu karang yang menyebar di beberapa pulau di kawasan

Taman Nasional Karimunjawa hingga kedalaman 20 m; (3) Kegiatan budaya,

yang terbagi dalam tiga jenis yaitu kesenian rakyat, acara tradisional dan rumah

adat perkampungan suku Bugis di pulau Kemujan.

Page 20: Pemasaran Pariwisata oleh Tour Operator dan Implikasinya ... · 1 Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Program Studi Destinasi Pariwisata, Universitas Kristen ... budidaya, pariwisata

14

Kerusakan Ekosistem Terumbu Karang

Kenaikan arus kunjungan wisata serta pola aktivitas wisata bahari yang

selama ini dijalankan akhirnya berdampak pada kerusakan ekosistem terumbu

karang. Menurut Kartawijaya (2011) menyebutkan beberapa kegiatan atau

aktivitas wisatawan yang datang berkunjung ke Karimunjawa, saat ini lebih

banyak beraktivitas di sekitar pantai dan laut. Hal ini terkait dengan paket wisata

yang ditawarkan oleh pelaku wisata. Kemudian Halpeny (2002) menyebutkan

kebanyakan pengunjung tidak mempunyai atau hanya sedikit pengetahuan tentang

pentingnya ekosistem lautan dan konservasi sumberdaya laut. Kartawijaya (2011)

menambahkan pada tahun 2010, terdapat 10% kerusakan terumbu karang

(BTNKJ, 2013).

BTNKJ sendiri telah melakukan kajian dampak pariwisata pada ekosistem

terumbu karang pada tahun 2012. Hasil kajian menunjukkan bahwa kerusakan

terumbu karang selain diakibatkan oleh faktor alam dan gelombang, juga

ditemukan sebagai dampak dari perilaku wisatawan yang kurang menjaga

ekosistem terumbu karang. Kerusakan karang terbalik yang paling besar di zona

pemanfaatan wisata dengan luasan 30.98 ± 5.95 SE m²/Ha8. Faktor penyebabnya

antara lain: kerusakan akibat alat tangkap (jaring, jangkar), kerusakan alami

(gelombang) dan kerusakan akibat terinjak. Bahkan pada kedalaman 1-2 meter

banyak dijumpai adanya fragmentasi karang karena terinjak atau terkena kipasan

fin waktu berenang. Jadi dapat disimpulkan bahwa kerusakan terumbu karang

akibat perilaku wisatawan dapat ditemukan di beberapa lokasi yang ramai

dikunjungi.

PEMASARAN KARIMUNJAWA OLEH TOUR OPERATOR

Tour Operator banyak bermunculan. Selain banyaknya TO lokal juga

diramaikan oleh persaingan dari TO luar yang diantaranya dari Jepara, Semarang,

Solo, Malang dan Jogja. Umumnya, paket wisata yang ditawarkan adalah wisata

8 Dalam laporan kajian dampak wisata terhadap ekosistem terumbu karang di Taman Nasional

Karimunjawa, Balai Taman Nasional Karimunjawa, 2013

Page 21: Pemasaran Pariwisata oleh Tour Operator dan Implikasinya ... · 1 Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Program Studi Destinasi Pariwisata, Universitas Kristen ... budidaya, pariwisata

15

snorkeling dengan lama tinggal (length of stay) dari 2D1N, 3D2N dan 4D3N. TO

biasanya menerima permintaan dalam bentuk group dari 10 – 50 orang, atau

membuka program open trip sehingga terkumpul sejumlah orang yang tergabung

dalam satu rombongan.

TO ini berlomba – lomba menarik minat konsumen dengan permainan

harga. Harga berbanding terbalik dengan permintaan, begitu pula dengan strategi

pemasaran yang digunakan oleh mereka. Dengan menurunkan harga maka

semakin banyak permintaan dari konsumen terhadap paket wisata yang

ditawarkan. Penetapan harga murah sebagai teknik promosi berhasil menjadi alat

untuk menarik kuota penjualan dan inilah yang mengarahkan terjadinya mass

tourism di Karimunjawa. Persaingan diantara TO yang ada selama ini ternyata

juga tidak mempengaruhi paket wisata yang ditawarkan. Seperti yang terlihat dari

tabel berikut :

Tabel : Aktivitas Wisata

Tour Operator Hopping

Island Snorkeling Diving

Tracking

Mangrove

Wisata

Budaya Camping Harga Paket

Ransel Karimunjawa √ √ √ √ 800.000 – 1.100.000

Karimunjawa Holiday √ √ 600.000 – 800.000

Bumi Karimunjawa √ √ 850.000 – 1.200.000

Explore Karimunjawa √ √ 775.000 – 1.050.000

Visit Karimunjawa √ √ 600.000 – 950.000

Armada Karimunjawa √ √ √ 850.000 – 1.250.000

Tabel aktivitas wisata tersebut berdasarkan hasil pengamatan dari 6

website yang digunakan oleh Tour Operator. Dari hasil pengamatan 6 website

yang dipilih dengan metode purposive sampling menunjukkan bahwa aktivitas

wisata yang ditawarkan sangat seragam, yaitu wisata snorkeling dan hopping

island sebagai paket wisata utama.

Kegiatan pengamatan terumbu karang seperti snorkeling adalah kegiatan

wisata bahari yang paling utama yang sering ditawarkan kepada wisatawan.

Kegiatan snorkeling biasanya ditawarkan bersamaan dengan aktivitas

Page 22: Pemasaran Pariwisata oleh Tour Operator dan Implikasinya ... · 1 Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Program Studi Destinasi Pariwisata, Universitas Kristen ... budidaya, pariwisata

16

mengunjungi pulau – pulau kecil dengan kapal nelayan atau yang dikenal dengan

istilah tour laut (hopping island) yang dibagi ke dua pilihan area, barat dan timur.

Area barat biasanya mengunjungi Menjangan Kecil untuk snorkeling, Menjangan

Besar untuk melihat penangkaran hiu, Cemara Besar dan Cemara Kecil untuk

bakar ikan dan menikmati pantai, dan Pantai Tanjung Gelam untuk menikmati

sunset. Sementara itu, area timur ditujukan untuk mengunjungi Pulau Tengah dan

Pulau Cilik untuk menikmati pantai dan snorkeling, dan pulau gosong untuk

melihat gundukan pasir putih yang menjadi pulau kecil.

Sebenarnya masih ada beberapa aktivitas pariwisata yang lain yang bisa

ditawarkan di Karimunjawa, diantaranya adalah : tracking mangrove (menelusuri

hutan bakau), wisata religi, trekking, kayaking, camping (berkemah), dan wisata

budaya dengan mengunjungi perkampungan bugis di pulau Kemujan melalui jalur

darat. Namun aktivitas – aktivitas wisata yang telah diidentifikasikan oleh Dinas

Pariwisata ini kurang dipromosikan oleh TO, namun lebih dijadikan sebagai

permintaan khusus, yang hanya ditawarkan ketika ada permintaan dari wisatawan.

Dari tabel juga bisa dilihat harga paket wisata yang ditawarkan. Harga

paket tersebut adalah harga paket wisata snorkeling dan hopping island. Harga

yang dicantumkan di tabel adalah harga terendah yang ditawarkan dan dibedakan

dari durasi lama tinggal, yaitu dari 2D1N hingga 4D3N. Indikator harga terendah

dilihat dari fasilitas homestay sebagai pilihan akomodasinya. Dari hasil

pengamatan tersebut dapat disimpulkan bahwa dua dari TO tersebut menjual

dengan harga sangat murah jika dibandingkan dengan empat TO yang lain. Detail

dari penetapan harga memuat segala fasilitas yang ditawarkan, diantaranya: tiket

kapal penyeberangan ke Karimunjawa, akomodasi, sewa kapal, perlengkapan

snorkeling, konsumsi, pemandu wisata, dan transportasi yang digunakan selama di

Karimunjawa, selebihnya adalah margin untuk profit TO itu sendiri.

Karena aktivitas wisata yang ditawarkan selama ini selalu sama, maka

konflik penggunaan lahan (conflicting use) juga muncul sebagai permasalahan

tersendiri. Terlebih lagi pada saat cuaca tertentu, seperti misalnya musim Timuran

Page 23: Pemasaran Pariwisata oleh Tour Operator dan Implikasinya ... · 1 Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Program Studi Destinasi Pariwisata, Universitas Kristen ... budidaya, pariwisata

17

dimana perairan Karimunjawa bagian timur akan lebih bergelombang, maka

otomatis tujuan dari semua program tour laut akan mengarah ke area Barat

dimana ombak lebih tenang dan baik untuk berwisata, dan begitu pula sebaliknya

di musim Baratan. Tempat yang biasa menjadi area tumpukan wisatawan

diantaranya: spot snorkeling, seperti di spot Maer (Menjangan Kecil); di pulau

persinggahan sebagai tempat bakar ikan untuk makan siang, seperti di pulau

Cemara Kecil dan pulau Tengah; atau terlalu padatnya kunjungan di penangkaran

hiu, yang akhirnya wisatawan kurang bisa menikmati wisata karena tidak adanya

eksklusifitas dalam aktivitas wisata. Lonjakan kunjungan biasanya terjadi pada

musim – musim liburan seperti pada Juli – Agustus (liburan sekolah) dimana

kemungkinan musim Timuran terjadi, serta pada saat liburan Lebaran dan liburan

akhir tahun. Lonjakan kunjungan ini biasanya berdurasi satu minggu, dan

peningkatan paling tinggi tentunya pada saat weekend.

Sementara itu, beberapa TO menggunakan tema “eco” atau ekowisata

namun pada operasional atau jalannya program wisata masih sama dengan paket

regular yang ada, kurang atau tidak mencerminkan prinsip – prinsip ekowisata.

Seperti yang disampaikan oleh salah seorang pemandu wisata lokal berikut :

“yang punya travel (TO) ekowisata sama saja seperti wisata

reguler seperti yang sekarang ini, tidak ada kelebihannya dari

tiap – tiap agent itu. Harusnya pemberian nama eco-tour atau

ekowisata memiliki maksud tertentu, harusnya memiliki ciri

khas sendiri, mungkin hanya mengikuti tren saja” (Yadi)

Di aktivitas wisatanya, masih banyak dari pemandu wisata lokal yang

kurang bisa menyampaikan panduan do’s and don’ts yang sangat penting untuk

disampaikan kepada wisatawan. Bahkan masih banyak pemandu wisata lokal

yang kurang begitu merasa memiliki tanggung jawab itu. Seperti yang

disampaikan oleh salah satu wisatawan yang diwawancarai dan kebetulan si

pemandu wisata juga bersamanya.

Page 24: Pemasaran Pariwisata oleh Tour Operator dan Implikasinya ... · 1 Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Program Studi Destinasi Pariwisata, Universitas Kristen ... budidaya, pariwisata

18

“(sempat di briefing oleh tour guide nya?) secara detail sih

nggak, cuman diberitahukan secara umum nanti kalau disana

ada apa dan untuk apa ... (perasaan pertama kali snorkeling

bagaimana?) awalnya takut dengan karang, setelah dua kali

snorkeling akhirnya biasa aja ... (sempat megang karang?) iya

megang karang ... (menginjak karang?) iya menginjak karang.”

(Ahmad)

Dari pendapat wisatawan tersebut, menunjukkan bahwa pemandu wisata

lokal tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang konservasi, dan tentunya

kurang mengetahui peran dan kualitas kerjanya yang sangat diperlukan di industri

pariwisata. Hal ini sama saja dengan kurangnya perhatian dari TO yang

bersangkutan dalam menyediakan informasi dan jasa interpretasi yang berkualitas

bagi wisatawan.

Berdasarkan hasil observasi, tidak banyak pemandu wisata lokal yang

mengetahui pentingnya briefing atau pemberian arahan sebelum kegiatan wisata,

namun berdasarkan hasil wawancara tidak sedikit TO yang menyampaikan bahwa

briefing adalah bagian terpenting yang harus diberikan kepada wisatawan sebagai

bentuk profesionalisme mereka. Seperti yang disampaikan oleh TO berikut :

“pada saat kita mau berangkat snorkeling kita akan briefing

kepada peserta, apa yang boleh dilakukan dan tidak boleh

dilakukan saat wisata, kemudian berdoa bersama demi

keselamatan dari awal acara sampai akhir acara.” (Obet)

Kondisi kepadatan kunjungan semakin diperburuk oleh promosi melalui

media sosial yang dilakukan oleh wisatawan. Sutris Haryanta, selaku Kepala

Seksi PTN Wilayah II Karimunjawa menyebutkan bahwa pariwisata massal di

Karimunjawa juga disebabkan oleh keberhasilan Demonstration Effect di media

sosial online selama ini. Kemudian, petugas Pengendali Ekosistem Hutan BTNKJ

menerangkan lebih lanjut mengenai demonstration effect yang dimaksud :

Page 25: Pemasaran Pariwisata oleh Tour Operator dan Implikasinya ... · 1 Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Program Studi Destinasi Pariwisata, Universitas Kristen ... budidaya, pariwisata

19

“maksud dari demonstration effect adalah banyaknya

wisatawan yang mengupload foto perjalanannya di

Karimunjawa melalui media sosial. Karena foto – foto

tersebutlah memicu keinginan orang lain melakukan

perjalanan ke Karimunjawa bahkan melakukan aktifitas yang

sama” (Yusuf)

Demonstration effect yang terjadi adalah gambaran tentang Karimunjawa

sebagai “paradise”. Banyak gambar wisatawan yang melompat diatas pasir putih

yang beredar di media sosial dan website media promosi TO. Gambar seperti ini

dapat diinterpretasikan bahwa Karimunjawa adalah tempat untuk bersenang –

senang di tengah indahnya alam kepulauan. Selain itu, gambar wisatawan

snorkeling di dekat karang atau bahkan memegang karang dan gambar wisatawan

yang berdiri diatas karang di tengah kolam hiu, semua itu membuat banyak calon

wisatawan juga ingin melakukan hal yang sama di Karimunjawa. Berdasarkan

hasil observasi pada kegiatan wisata, banyak dari pemandu wisata lokal dan pihak

TO memenuhi harapan – harapan mereka untuk berfoto dengan gaya yang sama.

Muncul kekhawatiran dari pihak BTNKJ terkait dengan demonstration

effect yang terjadi, seperti yang disebutkan berikut :

“Yang disayangkan adalah bahwa kemampuan wisatawan

yang ke karimunjawa itu tidak sama, bisa dibayangkan jika

orang yang tidak bisa berenang namun memiliki keinginan

dapat berfoto underwater dengan karang, tentu akan

berdampak pada kerusakan karang” (Yusuf)

PEMASARAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KONSERVASI

Karakteristik Tour Operator Karimunjawa

Melihat pada bisnis TO yang banyak bermunculan dan dilihat pada model

pemasaran yang dilakukan dapat dikatakan banyak dari mereka adalah tipe Mass

Operator, yaitu operator yang cenderung menjual paket standard, memasang

Page 26: Pemasaran Pariwisata oleh Tour Operator dan Implikasinya ... · 1 Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Program Studi Destinasi Pariwisata, Universitas Kristen ... budidaya, pariwisata

20

harga murah dan cenderung kurang memperhatikan prinsip - prinsip konservasi.

Dengan model pemasaran tersebut mereka dapat dengan mudah menjual produk

tersebut ke pasar.

Jika hampir semua TO yang aktif memasarkan karimunjawa adalah Mass

Market Operator, maka tidak aneh jika terjadi pariwisata massal di Karimunjawa.

Wisatawan dalam jumlah massal lebih sering membayar harga yang relatif rendah

karena pengaruh operator yang berhasil mendapat diskon besar dari penyedia

layanan. Dikatakan tipe Mass Market Operator ini tidak berkontribusi terhadap

prinsip – prinsip Konservasi ketika merujuk pada pernyataan Coccossis dan

Nijkamp (1995) bahwa akhirnya TO membayar sedikit atau tidak ada kontribusi

biaya sosial yang terlibat dalam konsumsi sumber daya alam. Karena

mendapatkan keuntungan menjadi lebih ketat, maka TO memberikan kontribusi

yang lebih kecil untuk lingkungan (Curtin & Busby, 1999).

Disisi lain, wisata minat khusus menjadi suatu potensi alternatif dari

pariwisata massal. Specialist Operator memiliki harga yang tidak elastis,

memungkinkan hasil yang sangat berarti dari jumlah wisatawan yang kecil dengan

menyalurkan transaksi yang lebih besar. Dan TO dengan tipe specialist ini belum

ada di Karimunjawa. Beberapa TO yang menawarkan paket Camping, keliling 27

pulau, paket menanam mangrove dan terumbu karang, bisa dikategorikan sebagai

Specialist Operator, namun paket tersebut dijumpai hanya sebagai paket

pelengkap yang hanya diberikan jika ada permintaan, bukan paket utama.

Sementara itu, TO yang menamakan dirinya sebagai “ecotour” belum dapat

membuktikan sebagai Specialist Operator, “eco” yang diangkat lebih sekedar

labeling yang digunakan sebagai penambah nilai jual.

Konservasi dalam Segmentasi Pasar dan Bauran Pemasaran

Karimunjawa yang telah populer sebagai destinasi wisata bahari tentunya

memiliki karakteristik sebagai wisata minat khusus, dimana segala potensi bawah

lautnya akan mengundang para pecinta wisata bahari dan pecinta underwater

untuk singgah ke kepulauan ini. Para pecinta wisata bahari dan pecinta dunia

Page 27: Pemasaran Pariwisata oleh Tour Operator dan Implikasinya ... · 1 Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Program Studi Destinasi Pariwisata, Universitas Kristen ... budidaya, pariwisata

21

underwater tentunya adalah kriteria wisatawan yang memiliki tingkat pemahaman

yang cukup baik tentang karakteristik kawasan bahari. Namun tingkat kunjungan

wisatawan yang tinggi dengan fakta kerusakan ekosistem terumbu karang sebagai

dampak dari aktivitas pariwisata tersebut membuktikan bahwa tidak semua dari

wisatawan tersebut adalah kriteria pecinta wisata bahari atau pecinta bawah laut.

Ini menunjukkan bahwa kurangnya perhatian dari TO sebagai tenaga pemasar

dalam melihat segmentasi pasar.

Dalam pemasaran, khususnya Taman Nasional sangat diperlukan untuk

dapat mencermati target pasar yang tepat. Untuk menarik minat wisatawan pecinta

bahari, maka diperlukan suatu upaya dalam menawarkan aktivitas – aktivitas

bahari yang dapat memenuhi keinginan dan harapan dari wisatawan pecinta bahari

tersebut. Namun, perlu diperhatikan juga bahwa para pecinta bahari yang

berkunjung di kawasan konservasi tentunya memerlukan aktivitas yang memiliki

upaya – upaya konservasi. Begitu pula dengan pengelolaan Bauran Pemasaran

yang perlu mengadopsi upaya – upaya konservasi.

Pelaku wisata harus bisa menciptakan sebuah produk wisata (Product)

yang sarat akan nilai edukasi, karena sejatinya di dalam wisata alam tersirat

sebuah misi untuk mengedukasi orang lain agar dapat berpartisipasi dalam upaya

konservasi melalui media rekreasi. Dalam paket wisata snorkeling, tentunya tidak

saja mengenalkan apa itu terumbu karang, namun juga perlu mengenalkan

manfaat dan kerapuhan dari terumbu karang itu sendiri. Sehingga tidak hanya

pengalaman saja, namun juga value dari pengetahuan yang diperoleh serta

partisipasi aktif dari wisatawan dalam menjaga nilai – nilai konservasi.

Penggunaan jejaring (Place) atau mitra yang tepat dalam mendistribusikan

paket wisata juga dapat mempengaruhi penyampaian produk tersebut kepada

wisatawan potensial. Penggunaan media website yang banyak digunakan oleh TO

Karimunjawa juga termasuk dalam saluran distribusi pemasaran, media ini

menjadi paling efisien karena TO dapat menyampaikan citra (image) dan

memposisikan (positioning) produknya langsung ke wisatawan potensial tanpa

Page 28: Pemasaran Pariwisata oleh Tour Operator dan Implikasinya ... · 1 Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Program Studi Destinasi Pariwisata, Universitas Kristen ... budidaya, pariwisata

22

melewati perantara. Karimunjawa sebagai kawasan konservasi perlu disampaikan

melalui website untuk lebih berfokus pada pengunjung yang mengadopsi perilaku

berkelanjutan. Jika TO memerlukan biro perjalanan wisata atau travel agent

sebagai intermediari atau perantara, maka perlu memilih agen – agen perjalanan

yang juga dapat memasarkan produk wisata ke segmen yang tepat dan mampu

meneruskan pesan – pesan konservasi dalam pemasarannya.

Penentuan harga (Price) juga perlu diperhatikan, karena harga

mencerminkan kemampuan daya beli pasar yang menjadi sasaran. Harga yang

murah biasanya cenderung tidak memiliki margin dalam upaya konservasi.

Semestinya dalam bisnis menjual alam, penentuan harga perlu mengadopsi upaya

konservasi pula. Persaingan antar TO seharusnya dapat digunakan sebagai alasan

untuk lebih meningkatkan kualitas produk wisatanya. Berbeda dengan apa yang

disampaikan oleh Beeton & Benefield (2002; dalam Batra, 2006) bahwa harga

mempengaruhi permintaan, dimana harga murah akan meningkatkan volume

permintaan. Namun faktanya harga memainkan peranan yang penting dalam

mengkomunikasikan kualitas dari paket wisata tersebut. Harga yang tinggi

tentunya dengan tingkat kinerja dari produk jasa yang tinggi pula (Lupiyoadi,

2001; dalam Hendarto, 2003). TO Karimunjawa yang menjual harga murah,

mungkin akan memenangkan kuota dalam persaingannya, namun mereka tidak

mengoptimalkan tingkat kepuasan wisatawannya.

Kemudian tidak kalah pentingnya adalah promosi (promotion), yang

bertujuan untuk menginformasikan dan mempengaruhi wisatawan pada suatu

produk wisata. Suradnya (2011) menyampaikan bahwa pesan – pesan yang

disampaikan melalui media promosi sangat signifikan dalam mempengaruhi

ekspektasi dari target pasar yang dituju mengenai produk wisata macam apa yang

akan dinikmati di destinasi yang bersangkutan. Karimunjawa yang banyak

dipromosikan sebagai “paradise” dapat menimbulkan kesalahpahaman dari

wisatawan yang berkunjung. Suradnya (2011) mengingatkan bahwa pesan – pesan

promosi yang disampaikan diharapkan dapat membentuk sikap dan perilaku

berwisata para wisatawan sesuai yang diharapkan. Seperti yang dihasilkan oleh

Page 29: Pemasaran Pariwisata oleh Tour Operator dan Implikasinya ... · 1 Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Program Studi Destinasi Pariwisata, Universitas Kristen ... budidaya, pariwisata

23

demonstration effect yang banyak terjadi di media sosial. Kekhawatiran mulai

muncul ketika banyak foto – foto wisatawan yang bergaya di dekat terumbu

karang akan mengundang semakin banyak orang untuk melakukan hal yang sama.

Jika semua pengunjung tidak memiliki pemahaman yang baik tentang snorkeling

dan aktivitas underwater, maka banyaknya aktivitas ini justru dapat berkontribusi

terhadap kerusakan terumbu karang. Promosi yang dilakukan harus dapat

menyampaikan kondisi riil kawasan, harapan dari kehadiran wisatawan, serta

dampak yang dapat ditimbulkan dari kunjungan wisatawan tersebut.

Pendekatan Alternatif Pemasaran Pariwisata

Karimunjawa sebagai Taman Nasional tentunya memerlukan pendekatan

alternatif dalam proses pemasarannya. Ecological marketing sebagai suatu

pendekatan dapat diterapkan di strategi pemasarannya. Sebagai kawasan

konservasi, pesan ekologi tidak bisa dilupakan begitu saja, karena pesan ekologi

yang disisipkan pada media promosi paket wisata akan dapat berkontribusi pada

konservasi jangka panjang dengan meningkatkan kesadaran dan apresiasi dari

wisatawan terhadap lingkungan destinasi wisata itu sendiri.

TO yang menjual paket snorkeling lebih menekankan manfaat umum

seperti pantai dan hiburan, dalam situasi seperti ini maka pilihan wisatawan hanya

pada keuntungan harga dan kenyamanan, namun tidak pada kondisi suatu tempat

dengan masyarakat dan ekologinya. Namun perlu diketahui, sekarang ini banyak

wisatawan sudah semakin pandai dalam memilih produk wisata. Wisatawan juga

akan lebih tertarik pada produk yang minim dampak lingkungan serta produk

yang dapat melibatkan mereka dalam kegiatan konservasi, oleh karena itu pesan

konservasi dan pesan ekologi lainnya harus dimasukkan dalam proses pemasaran.

Sementara itu, Karimunjawa sebagai destinasi wisata alam memerlukan

prinsip harmonisasi dimana pemasarannya berdasarkan sistem kuota. Wisata alam

merupakan wisata terbatas dimana sangat tergantung pada kapasitas daya dukung

kawasan. Mass Tourism yang menyebabkan kepadatan di titik – titik tertentu di

Karimunjawa tentunya sangat mempengaruhi tingkat kenyamanan dan kepuasan

Page 30: Pemasaran Pariwisata oleh Tour Operator dan Implikasinya ... · 1 Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Program Studi Destinasi Pariwisata, Universitas Kristen ... budidaya, pariwisata

24

wisatawan. Salah satu pendekatan pemasaran alternatif yang lain yang dapat

diterapkan di Karimunjawa adalah Demarketing. Demarketing diterapkan untuk

mengurangi dan mencegah dampak kerusakan terumbu karang dan tentunya untuk

memaksimalkan tingkat kepuasan wisatawan itu sendiri. Untuk menentukan

batasan tingkat kunjungan ini tentunya bukan hal yang mudah, karena mekanisme

dalam pengaturannya membutuhkan sebuah proses koordinasi dan kolaborasi dari

banyak pihak. Untuk menyatukan banyak keinginan dan banyak visi dari pihak –

pihak yang berbeda maka sangat dibutuhkan pertimbangan yang tepat dan kajian

secara mendalam dari sudut pandang konservasi, lingkungan, ekonomi dan

budaya.

Selain membatasi tingkat kunjungan, demarketing bisa juga dilakukan

dengan pola pemetaan kunjungan. Pada saat high season bisa diterapkan sistem

shifting atau timing untuk arus kunjungan. Dari beberapa lokasi snorkeling yang

telah dipetakan, dapat dilakukan pembagian jadwal shifting kunjungan wisatawan,

tentunya disini diperlukan sistem reservasi yang akuntable dan terstruktur dari

semua TO yang ada. Selain shifting yang diterapkan untuk arus kunjungan,

mapping (pemetaan) potensi objek tujuan yang telah teridentifikasi oleh Dinas

Pariwisata perlu lebih dipromosikan. Dengan mempromosikan potensi lain seperti

wisata darat, wisata budaya, dan aktivitas – aktivitas lain, tentunya akan dapat

membantu dalam mendistribusikan arus kunjungan. Dengan mengangkat potensi

wisata lain yang sudah ada tidak hanya dapat mengurangi tingkat kepadatan di

spot snorkeling dan meningkatkan kepuasan wisatawan, namun juga dapat

membantu dalam membuka peluang usaha baru bagi masyarakat lokal.

Pariwisata Massal Yang Berkelanjutan

Pariwisata Massal yang selama ini dikaitkan sebagai dampak dari paket

wisata murah dan demonstration effect, telah dituding sebagai pemicu dari

kerusakan lingkungan alam. Pariwisata massal memungkinkan untuk dapat

berkelanjutan jika direncanakan dan dikelola dengan tepat. Seperti yang telah

dirumuskan oleh Weaver dan Lawton (1999) bahwa pariwisata massal yang

Page 31: Pemasaran Pariwisata oleh Tour Operator dan Implikasinya ... · 1 Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Program Studi Destinasi Pariwisata, Universitas Kristen ... budidaya, pariwisata

25

berkelanjutan memiliki karakter sebagai pariwisata skala besar dengan

penggunaan regulasi yang ekstra ketat. Oleh karena itu, pemasaran yang

dilakukan oleh TO juga perlu mengangkat regulasi yang ada.

Karimunjawa sebagai destinasi wisata bahari yang aktivitas utamanya

adalah pengamatan terumbu karang, justru tidak banyak ditemukan regulasi atau

panduan do’s and don’ts tentang etika snorkeling dan diving. Sudah semestinya

pesan – pesan seperti: dilarang menginjak karang dan dilarang memegang karang,

dapat disampaikan ke wisatawan. Penyampaian panduan do’s and don’ts

sebaiknya disampaikan sejak pada rencana kedatangan wisatawan ke

Karimunjawa. Jadi, ketika mereka tiba di Karimunjawa, mereka sudah tahu apa

yang harus dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan untuk memberikan

kontribusi yang baik di destinasi setempat. Panduan do’s and don’ts bisa

disampaikan dalam materi promosi seperti website, brosur, dan papan informasi.

Kurangnya pengetahuan yang dimiliki oleh pemandu wisata juga perlu

diperhatikan. Pemandu wisata adalah perwakilan TO, merupakan ujung tombak

dari pelayanan (service) yang diberikan oleh TO. TO perlu memperhatikan secara

betul penggunaan penyedia jasa dalam merancang paket wisata yang peduli pada

dampak lingkungan. Product Development & Management serta Supply Chain

Management adalah dua kategori penting yang perlu diperhatikan oleh TO dalam

merancang paket wisata, khususnya dalam memilih jasa pemandu wisata lokal

yang memiliki standard pengetahuan dan kualitas yang baik dan peduli pada

dampak lingkungan.

BTNKJ yang memiliki peran kontrol dan pemegang regulasi, perlu

melakukan pendekatan pada semua stakeholder pariwisata, seperti TO, TIC, Dinas

Pariwisata, Media Massa, Organisasi Lingkungan, Penyedia Jasa dan LSM.

Semua pihak harus memiliki kesadaran yang sama dalam pentingnya

mempromosikan pesan ekologi untuk mempengaruhi perilaku wisatawan dan

terwujudnya cita – cita pariwisata berkelanjutan.

KESIMPULAN

Page 32: Pemasaran Pariwisata oleh Tour Operator dan Implikasinya ... · 1 Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Program Studi Destinasi Pariwisata, Universitas Kristen ... budidaya, pariwisata

26

Pemasaran memiliki tanggung jawab ganda, yaitu untuk menjaga

keberlangsungan sumber daya di suatu destinasi wisata sekaligus menyediakan

pengalaman berwisata yang berkualitas bagi wisatawan. Semua keputusan dalam

pemasaran pariwisata seperti pengembangan produk, promosi, dan upaya

pemasaran untuk menarik dan memenangkan loyalitas wisatawan harus

memasukkan prinsip – prinsip keberlanjutan.

Kenyataan bahwa pemasaran yang dilakukan oleh Tour Operator juga

berkontribusi pada munculnya konflik antara pariwisata dan konservasi, telah

ditunjukkan dalam praktek promosi Karimunjawa yang sangat bertolak belakang

dari prinsip yang seharusnya diterapkan, dimana pesan konservasi mulai hilang.

Promosi yang dijalankan selama ini sangat komersial, dimana hanya berorientasi

pada tingkat penjualan dan keuntungan semata tanpa memperhatikan nilai – nilai

konservasi dan perlindungan lingkungan.

Tour Operator berada dibalik keberhasilan pemasaran pariwisata

Karimunjawa, namun dilihat dari sistem pemasarannya selama ini masih memiliki

banyak kekurangan yang memungkinkan menimbulkan dampak negatif

pariwisata. Kekurangan yang dimaksud diantaranya adalah: kurangnya perhatian

dalam melihat segmentasi pasar; kurangnya prinsip – prinsip konservasi pada

pengelolaan bauran pemasarannya; kurangnya inovasi dalam menciptakan produk

paket wisata; pemasaran yang dijalankan masih bersifat komersial; kurangnya

perhatian dalam penggunaan penyedia jasa yang berkualitas dan peduli

lingkungan.

Strategi pemasaran berkelanjutan sudah sepatutnya dijadikan sebagai

alternatif kebijakan dalam mewujudkan cita – cita konservasi. Dimulai dari

strategi pemilihan pasar – pasar sasaran yang mengutamakan kualitas pengalaman

berwisata serta kepedulian terhadap konservasi dan keberlanjutan dari destinasi

pariwisata yang dikunjungi. Selanjutnya pengembangan produk, harga, distribusi

pemasaran yang tepat, serta promosi, dirancang untuk mendukung konservasi dan

demi tercapainya value yang mengoptimalkan tingkat kepuasan wisatawan.

Page 33: Pemasaran Pariwisata oleh Tour Operator dan Implikasinya ... · 1 Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Program Studi Destinasi Pariwisata, Universitas Kristen ... budidaya, pariwisata

27

Tour Operator sebagai key player dalam pemasaran Karimunjawa harus

bisa memulai terlebih dahulu langkah – langka strategis dalam pemasaran yang

dijalankan. Dengan menjadi operator yang lebih bertanggung jawab dan lebih

inovatif dalam membangun image kepariwisataan Karimunjawa.

Pihak – pihak yang memiliki kewenangan seperti Balai Taman Nasional

Karimunjawa (BTNKJ) dan Dinas Pariwisata kurang menjangkau dan merangkul

Tour Operator dalam kebijakannya. Para pelaku bisnis tentunya juga perlu tahu

dan mengikuti setiap kebijakan dan peraturan terkait konservasi dan pariwisata,

namun perhatian dan kontrol dari pihak – pihak berwenang ini masih kurang.

Sebelum ekosistem terumbu karang sebagai potensi wisata semakin rusak karena

aktivitas wisata maka perlu diterapkan pula sistem kontrol yang baik. Taman

Nasional sebetulnya adalah kawasan lindung dimana konservasi sangat

diutamakan, sementara pariwisata adalah sekunder atau sebagai pendukung dari

konservasi itu sendiri.

Keberhasilan dalam mengadopsi strategi pemasaran pariwisata

berkelanjutan sangat dipengaruhi oleh terwujudnya pemahaman yang benar

terhadap arti penting pembangunan pariwisata berkelanjutan, serta komitmen dan

dukungan penuh dari semua pihak yang berkepentingan (stakeholders) di semua

lini dan di semua jenjang, baik di tingkat destinasi maupun di tingkat unit bisnis

yang ada di destinasi. Hal ini penting agar konsistensi dalam implementasi strategi

pemasaran berkelanjutan dapat terwujud dengan baik.

SARAN

Berdasarkan dari hasil analisa dan simpulan yang telah diuraikan, maka

diusulkan saran atau rekomendasi jangka pendek yang bisa diupayakan oleh

masing – masing stakeholder yang terlibat dalam pemasaran pariwisata

Karimunjawa. Diantaranya sebagai berikut:

Tour Operator

Page 34: Pemasaran Pariwisata oleh Tour Operator dan Implikasinya ... · 1 Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Program Studi Destinasi Pariwisata, Universitas Kristen ... budidaya, pariwisata

28

Persaingan antar TO yang banyak bermunculan bisa lebih mendorong TO

untuk menjadi lebih inovatif dalam menciptakan produk yang berdaya saing.

Wisatawan kini menjadi lebih pandai dalam membeli produk wisata, mereka akan

cenderung memilih produk yang memiliki nilai plus. Inovasi bisa dilakukan

dengan menjual pengalaman, dengan menggali aspek lain supaya wisatawan

mendapatkan pengalaman yang unik. Pemilihan penggunaan website yang selama

ini digunakan sebagai materi promosi juga sudah baik, akan lebih sangat baik lagi

jika bisa lebih dioptimalkan dalam menciptakan image atau branding yang tepat

tentang Karimunjawa sebagai produk wisata alam. Dalam berinovasi, bukan TO

yang mengikuti pasar, tapi TO yang harus mendikte selera pasar.

Penentuan harga menjadi elemen yang sangat penting yang harus

diperhatikan oleh TO. TO harus memiliki pemikiran baru terhadap bisnis usaha

jasanya. Pemikiran baru diantaranya adalah: bukan jumlah tapi kualitas, bukan

murah tapi nilai tambah (servis dan pengalaman), bukan sekali tapi berkali – kali

(indikasi repeat costomer). TO tidak perlu takut kehilangan pelanggan karena

harga yang mahal. Perlu diketahui bahwa alam adalah komoditas yang bernilai

ekonomis dan manusia secara insting menyukai alam. Yang membuat orang

memutuskan traveling adalah alam yang indah, oleh karena itu dalam bisnis

menjual alam setiap keindahan itu sangat bernilai harganya.

BTNKJ

Balai Taman Nasional Karimunjawa yang memegang peran kontrol dalam

pengelolaan Karimunjawa sebagai kawasan perlindungan dan pelestarian alam

juga perlu melihat pemasaran sebagai alat manajemen yang sangat strategis.

BTNKJ dalam kontrolnya terhadap aktivitas kepariwisataan dapat dimulai dengan

mensosialisasikan pentingnya pemasaran yang baik bagi stakeholder pariwisata

terkait. Dengan memastikan pesan – pesan konservasi perlu diintegrasikan dalam

pemasaran pariwisata, menerapkan SOP dalam aktivitas kepemanduan wisata

khususnya pada saat snorkeling, serta mengoptimalkan peran kontrolnya dalam

Page 35: Pemasaran Pariwisata oleh Tour Operator dan Implikasinya ... · 1 Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Program Studi Destinasi Pariwisata, Universitas Kristen ... budidaya, pariwisata

29

setiap aktivitas kepariwisataan yang berkaitan langsung dengan penggunaan

sumber daya alam dan kawasan konservasi.

Selain berperan sebagai kontrol, BTNKJ semestinya dapat menjalankan

perannya dalam Good Governance untuk sebuah tata kelola yang baik. Untuk

dapat menata struktur dan proses pengelolaan destinasi dan pemasaran pariwisata

yang bertanggung jawab, BTNKJ dan Dinas Pariwisata dapat membuka,

memfasilitasi, dan menyediakan peluang dan forum dialog yang bersifat

konstruktif, berbagi informasi, berkomunikasi dan pengambilan keputusan secara

bersama – sama untuk berbagi masalah.

Dinas Pariwisata

Dinas Pariwisata baik tingkat daerah maupun provinsi juga memiliki peran

penting dalam pemasaran pariwisata Karimunjawa. Selain menjalankan perannya

dalam Good Governance, sudah semestinya Dinas Pariwisata dapat mendorong

terciptanya Brand dan memposisikan Karimunjawa sebagai produk wisata alam

yang sarat akan konservasi. Segala materi dan kegiatan promosi yang dilakukan

oleh Dinas Pariwisata seharusnya tidak berfokus pada peningkatan tingkat

kunjungan saja, selain menyampaikan potensi wisatanya sangat penting juga

untuk dapat menyampaikan pesan – pesan ekologinya.

Tour Guide

Pemandu wisata lokal memiliki peran penting sebagai ujung tombak

pelayanan dari TO dan juga mewakili masyarakat Karimunjawa, sudah

semestinya meningkatkan kapasitasnya dalam memberikan interpretasi kepada

wisatawan. Wawasan dan pengetahuan tentang konservasi, tehnik memandu,

public speaking dan kemampuan bahasa perlu lebih ditingkatkan lagi. Pelayanan

yang baik tentunya akan menciptakan multiplier effect dalam promosi, seperti

word of mouth, repeat consumer dan loyalitas konsumen.

DAFTAR PUSTAKA

Page 36: Pemasaran Pariwisata oleh Tour Operator dan Implikasinya ... · 1 Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Program Studi Destinasi Pariwisata, Universitas Kristen ... budidaya, pariwisata

30

Archer, D. & Wearing, S. 2001. Interpretation and marketing as management

tools in national parks: Insights from Australia. Sydney: University of

Technology

Balai Taman Nasional Karimunjawa. 2012. Zonasi Taman Nasional

Karimunjawa Tahun 2012. Semarang

Balai Taman Nasional Karimunjawa. 2013. Laporan Kajian Dampak Wisata

Terhadap Ekosistem Terumbu Karang di Taman Nasional

Karimunjawa. Semarang

Baltic Sea Region. 2007. Marketing Strategy & Branding Concept of “Parks &

Benefits”. Baltic Sea Region Programme 2007 – 2013

Batra, Adarsh. (2006). Tourism Marketing For Sustainable Development.

ABAC Journal

Creswell, John W. 2002. Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed

Method Approaches. Second Edition. USA: Sage Publications, Inc.

Curtin, S. & Busby, G. 1999. Sustainable Destination Development: The Tour

Operator Perspective. International Journal of Tourism Research

Damanik, Janianton. & Weber, Helmut F. 2006. Perencanaan Ekowisata.

Yogyakarta: Andi

Demartoto, Argyo. 2009. Pembangunan Pariwisata Berbasis Masyarakat.

Surakarta: Sebelas Maret University Press

Dewi, Janita D. 2011. Implementasi dan Implikasi Kelembagaan Pamasaran

Pariwisata Yang Bertanggung Jawab (Responsible Tourism

Marketing). Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Republik

Indonesia

Dinbudpar Provinsi Jawa Tengah. 1995. Laporan Akhir Studi Pengembangan

Pariwisata Kepulauan Karimunjawa. Semarang

Dolnicar, S. & Leisch, F. 2008. Selective Marketing for Environmentally

Sustainable Tourism. University of Wollongong Research Online

Eagles, P., McCool, S., Haynes, C. 2002. Sustainable Tourism in Protected

Areas: Guidelines for Planning and Management. IUCN – The World

Conservation Union

Page 37: Pemasaran Pariwisata oleh Tour Operator dan Implikasinya ... · 1 Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Program Studi Destinasi Pariwisata, Universitas Kristen ... budidaya, pariwisata

31

Font, X. & Buckley, R.C. 2001. Tourism Ecolabelling: Certification and

Promotion of Sustainable Management. UK: CABI Publishing

Gossling, S. & Hall, C. 2006. Tourism and Global Environmental Change:

Ecological, Social, Economic and Political Interrelationship. New

York: Routledge

Hendarto, Kresno A. 2003. Bauran Pemasaran Pada Jasa Ekowisata. Jurnal

Ilmiah Kesatuan. Vol. 4 No. 1-2

Karta, Ni Luh P. 2014. Strategi Komunikasi Pemasaran Ekowisata Pada

Destinasi Wisata Dolphin Hunting Lovina. Jurnal Management Strategi

Bisnis dan Kewirausahaan. Vol. 8 No. 1

Khairat, G., Maher, A. 2012. Integrating Sustainability Into Tour Operator

Business: An Innovative Approach In Sustainable Tourism. Tourismos:

An International Multidisciplinary Journal of Tourism. Vol. 7 No. 1

Kern, Christine Luise. 2006. Demarketing as a tool for managing visitor demand

in national parks – An Australian case study. University of Canberra

Laksono, Akhsanul N. 2014. Dampak Aktivitas Ekowisata di Pulau

Karimunjawa Berdasarkan Persepsi Masyarakat. Jurnal Teknik PWK.

Vol. 3 No. 2

LeCren, N. & Ozanne, L. 2010. Consequences of Corporate Environmental

Marketing Strategies in New Zealand Organisations. Emerald:

Marketing Intelligence & Planning

Limbong, F. & Soetomo, S. 2014. Dampak Perkembangan Pariwisata Terhadap

Lingkungan Taman Nasional Karimunjawa. Jurnal Ruang

Luck, M. & Kirstges, T. 2003. Global Ecotourism Policies and Case Studies:

Perspectives and Constraints. Channel View Publications

McKenna, Regis. 1986. New Marketing Strategies for Certain Times. San

Francisco: Addison-Wesley Publishing Company, Inc.

Nitisemito, Alex S. 1984. Marketing. Jakarta: Ghalia Indonesia

Nugroho, Iwan. 2011. Ekowisata dan Pembangungan Berkelanjutan.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Pitana, I G. & Diarta, I K S. 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata. Yogyakarta: Andi

Page 38: Pemasaran Pariwisata oleh Tour Operator dan Implikasinya ... · 1 Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Program Studi Destinasi Pariwisata, Universitas Kristen ... budidaya, pariwisata

32

Raharjana, Destha T. 2010. Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan dan

Pengelolaan Pariwisata : Studi Kasus Dataran Tinggi Dieng. Laporan

Penelitian Hibah Dosen Sekolah Pascasarjana UGM

Santiago, J. & Pitta, D. 2011. Marketing From The End of The Earth: The

Dilemma of Puerto Nativo Lodge. Emerald: Journal of Product & Brand

Management

Sudirman, Dadang. 2013. Kajian Pengembangan Dan Pemasaran Ekowisata

Taman Nasional Sabangau. Socioscientia: Jurnal Ilmu Ilmu Sosial

Sumaryati, Susi. 2013. Konservasi, pariwisata, edukasi, rekreasi, ekonomi.

Nautilus, Edisi II, Mei – Agustus. p.21.

Sunaryo, Bambang. 2013. Kebijakan Pembangunan Destinasi Pariwisata.

Yogyakarta: Gava Media

Suradnya, I Made. (2011). Strategi Pemasaran Destinasi Pariwisata

Berkelanjutan. Journal Ilmiah Manajemen & Akuntansi STIE Triatma

Mulya

TOI (Tour Operators Initiative). 2003. Sustainable Tourism: The Tour

Operators’ Contribution. Tour Operators Initiative for Sustainable

Tourism Development

Umardiono, Andi. 2011. Pengembangan Obyek Wisata Taman Nasional Laut

Kepulauan Karimunjawa.

Wardianta. 2006. Metode Penelitian Pariwisata. Yogyakarta: CV Andi Offset

Wearing, Stephen. 2007. The Sustainable Marketing of Tourism in Protected

Areas: moving forward. National Library of Australia

Weaver, David B. 1999. Sustainable Tourism: A Critical Analysis. National

Library of Australia

Wisnuhamidaharisakti, D. 2013. Migrasi Profesi. Nautilus, Edisi III, September –

Desember. p.8.

Yoeti, Oka A. 1990. Pemasaran Pariwisata. Bandung: Angkasa

Yoeti, Oka A. 2006. Pariwisata Budaya: Masalah dan Solusinya. Jakarta: PT

Pradnya Paramita