PEMANTAUAN PELAKSANAAN STRATEGI NASIONAL …semakin masif digunakan berbagai Pemerintah Daerah. Jika...
Transcript of PEMANTAUAN PELAKSANAAN STRATEGI NASIONAL …semakin masif digunakan berbagai Pemerintah Daerah. Jika...
PEMANTAUAN PELAKSANAAN STRATEGI NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI
PENGANTAR
Penelitian kebijakanMenangkap praktik baik dan tantangan implementasi Stranas PKditingkat daerah dalam satu tahun pelaksanaan
Mandat pasal 5 UNCACNegara-negara pihak perlu merancang strategi nasional anti-korupsi yangterintegrasi dan komprehensif
Peningkatan kapasitas dan peran masyarakat sipilKorupsi berdampak langsung pada masyarakat,namun ruangpartisipasi belum maksimal
METODOLOGI
• Fokus pada pemantauan saja, belum sampai evaluasi
•Memantau 4 sub-aksi dari 27 sub-aksi, yaitu
pembentukan UKPBJ, pelaksanaan OSS, implementasi
Kebijakan Satu Peta, dan percepatan Sistem Merit
• Dilakukan di 9 wilayah (provinsi dan kota): Kota Banda
Aceh, Kota Gorontalo, Kota Pontianak, Kota Yogyakarta,
Provinsi Nusa tenggara Timur, Provinsi Kalimantan Timur,
Provinsi Riau, Provinsi Jawa Timur dan Provinsi Sulawesi
Utara
• Pemantauan dilakukan November 2019-Februari 2020
Cakupan
Pemerintah Daerah Kelompok Masyarakat
• UKBPJ(Kepala dinas,fungsional/pokja,
peserta tender)• LSM
• PTSP(Kepala dinas,pemohon izin) • Akademisi
• Badan Kepegawaian Daerah(Kepala
dinas,peserta seleksi)• Asosiasi bisnis/pengusaha
• Inspektorat dan biroorganisasi• Penerima manfaat/kelompok
dampingan
• BUMD • Mediamassa dan aliansi jurnalis
RASIONAL METODE DESKRIPSI INDIKATOR
Apa standar yang dapat digunakanuntuk meningkatkan kualitas
strategi?Benchmarking
Metode ini digunakan untuk program yang fokus pada indikator-indikator.
Biasanya dipakai oleh pembuatkebijakan untuk mengidentifikasi
perbandingan kinerja antara program dan target. Benchmarking biasanya
mengadopsi standar-standarinternasional dalam penentuan target.
1. UNCAC pasal 52. Kuala Lumpur Statement
Sudahkah mekanismeoperasional mendukung
pencapaian tujuan program?
Evaluasi proses
Metode ini dilakukan guna memastikanapakah proses-proses yang sudah
dijalankan (program implementation) sudah sesuai dengan apa yang
diharapkan, serta apakah proses-proses tersebut telah menghasilkanperubahan atau output tertentu.
Target sub-aksi Stranas PK (PBJ, OSS, dan Sistem Merit)
Instrumen
Teknik Penggalian Informasi:1.Informasi yang mengidentifikasi:
a.Kesenjangan hukum antara strategi nasional dan peraturan daerah
b.Aktor-aktor dan institusi kunci
c.Dimensi kondisi sosiologis dan budaya dalam pelaksanaan Aksi PK
d.Perubahan pasca pelaksanaan Aksi PK serta hubungan aksi dan upaya pencegahan
korupsi
e.Tantangan dan hambatan
2. Rekomendasi perbaikan perumusan dan pelaksanaan sub-aksi PK serta mekanisme pemantauan
3. Bentuk: diskusi kelompok terfokus (FGD) dan wawancara mendalam dengan Pemerintah Daerah dan CSO
DIMENSI INDIKATORKelembagaan Independensi Komitmenpolitik Kewenangan DukunganPemerintahPusat
danSekretariatNasionalPencegahanKorupsi
DukunganPemerintahDaerah
SumberDayaManusiadanAnggaran
Proporsi dan stabilitasanggaran
Gaji dan insentif pegawai Seleksipegawai Perlindunganpegawai Pelatihandanpendidikanpegawai
Akuntabilitas Kepatuhan pelaporantargetStranas PK
Inklusivitas prosesperencanaan Mekanismekontrolinternaldaneksternal
Mekanismeevaluasi Mekanismepenanganan hukum
Mitigasi Risiko Korupsi Kebijakananti-korupsi Responsivitas terhadappermintaan informasi publik danpengaduan
Pengetahuan tentangStrategi NasionalPencegahan Korupsi
Kode etik dan sanksi hukum Peningkatankapasitaspegawai
Pelibatan masyarakat PartisipasikelompokmasyarakatsipildalamperumusanrencanaAksiPencegahanKorupsiDaerah
Partisipasi kelompok masyarakatsipil dalam pelaksanaan rencanaAksi Pencegahan Korupsi Daerah
Partisipasi kelompokmasyarakat sipil dalampengawasan danpelaporan realisasirencana AksiPencegahan KorupsiDaerah
Pengetahuan dan kapasitaskelompok masyarakat sipildalam memantau prosesperumusan,pelaksanaandan evaluasi rencana AksiPencegahan Korupsi Daerah
Pengetahuan dankapasitas kelompokmasyarakat sipil dalammengembangkanmekanismepemantauan terhadapkualitas partisipasimasyarakat dalam AksiPencegahan KorupsiDaerah
TEMUAN
UNITKERJAPEMBENTUKANBARANGDANJASA
Wilayah Rerata SkorDimensi
Kelembagaan Sumber Daya Manusia &Anggaran
Akuntabilitas Mitigasi Risiko Korupsi Pelibatan Masyarakat
BandaAceh Kurang Memadai
Pontianak Kurang Memadai
Gorontalo Kurang Memadai
Yogyakarta Memadai
Provinsi NusaTenggaraTimur
Kurang memadai
Provinsi KalimantanTimur
Kurang memadai
Provinsi Riau Memadai
Provinsi Jawa Timur Memadai
Provinsi SulawesiUtara
Kurang memadai
Warna Keterangan
Sangat Memadai
Memadai
Kurang memadai
Tidak Memadai
• Hasilpemantauan sub-aksi percepatan pembentukan UKPBJdisembilan wilayahmenunjukkan berada dalam kategori KURANGMEMADAIsebagaimana yangditunjukkanmelalui tabel 7.Darisembilan wilayah,KotaBandaAceh,KotaPontianak,Provinsi NusaTenggaraTimur,Provinsi KalimantanTimur,danProvinsi SulawesiUtaradikategorikandalam kelompok kurang memadai,sementara untuk KotaGorontalo,KotaYogyakarta,Provinsi RiaudanProvinsi Jawa Timurdikategorikan dalam kelompok memadai.
• UKPBJterutama diwilayah dengan kategori memadai,telah memiliki mekanisme kontroldanmekanisme evaluasi baik secara internalmaupun eksternal.UKBPJdiProvinsi NusaTenggaraTimurmisalnya,sudah sampai padakategori centerofexcellencedimanamenujukkan bahwa secara kelembagaan sudah memenuhi 9kriteria unitpengadaantermasuk mekanisme evaluasi internalyangsudah terbangun.DiProvinsi Jawa Timur,secara ketat sudah diberlakukan mekanisme evaluasi dengan bekerjasama dengan timdari Inspektorat Pemerintah Daerahserta tim dari Korsupgah KPK.
Temuan danPraktik baik
Temuan Utama1. Mayoritas pengelola belum berstatus
pegawai fungsional2. Minimnya dukungan danasistensi dari
Timnas PK3. Risiko hukum besar,sementara insentif kecil4. Konsolidasi pengadaan belum berjalan
maksimal
Praktik Baik1. Mengaktifkan daftarhitam perusahaan2. UKPBJterlibat sejak pembahasan Pokok
Pikiran (Pokir)serta Kebijakan UmumAPBDdanPrioritas danPlafon AnggaranSementara (KUA-PPAS)
3. UKPBJdidorong untuk membuat rencanatindak pengendalian risiko
4. Menolak paket pengadaan berisiko tinggipadafase perancangan RAPBD-Perubahan
5. UKPBJterlibat menjadi TimAnggaranPemerintah Daerah(TAPD)
6. Menjalankan AuditKejujuran (ProbityAudit)
PERCEPATANONLINESINGLESUBMISSION
Wilayah Rerata Skor
Dimensi
Kelembagaan Sumber Daya Manusia&Anggaran
Akuntabilitas Mitigasi Risiko Korupsi Pelibatan Masyarakat
BandaAceh Memadai
Pontianak Kurang Memadai
Gorntalo Kurang Memadai
Yogyakarta Memadai
Provinsi NusaTenggaraTimur
Kurang Memadai
Provinsi KalimantanTimur
Memadai
Provinsi Riau Memadai
Provinsi Jawa Timur Memadai
Provinsi SulawesiUtara
Kurang Memadai
• Hasil pemantauan proses pelaksanaan OSS di Sembilan wilayah menunjukkan berada dalamkategori MEMADAI. Dari 9 wilayah, yang dipantau Kota Banda Aceh, Kota Yogyakarta, ProvinsiKalimantan Timur, Provinsi Riau dan Provinsi jawa Timur dalam kategori memadai. Sementarakota Pontianak, Kota Gorontalo, Provinsi Nusa Tenggara Timur, dan Provinsi Sulawesi Utara dalamkategori kurang memadai.
• Sejak dimulai pada tahun 2017, penerapan sistem perizinan satu pintu melalui sistem OSSsemakin masif digunakan berbagai Pemerintah Daerah. Jika dilihat secara dimensi Kelembagaan,Sumber Daya Manusia dan Anggaran serta Mitigasi Risiko Korupsi, memang hampir semuawilayah pemantauan dapat dikatakan sudah cukup baik. Namun belum adanya penyempurnaandari standar Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria (NSPK) membuat proses perizinan antardaerah tidak memiliki standar yang sama. Selain itu, masyarakat pemohon izin merasa sosialisasimengenai OSS sendiri masih kurang masif, terutama kepada masyarakat dari sektor UMKM.
• Dalam proses perizinan menggunakan OSS ini, sayangnya belum diikuti dengan mekanismeakuntabilitas dan pelibatan masyarakat. Tim peneliti menemukan bahwa DPM-PTSP belumprogresif dalam melakukan mekanisme evaluasi dan perencanaan yang inklusif.
Temuan danPraktik baik
Temuan Utama1. Aplikasi OSSkurang memenuhi
aspek muatan lokal2. Sistem perizinan yangbanyak pintu.3. Aplikasi OSStidak stabil4. Sulitnya memenuhi Surat
Keterangan Pemenuhan Komitmen
Praktik Baik1. Akses disabilitas sudah di
perhatikan2. Komitmen yangkuat dan
pemetaan titik-titik rawankorupsi
3. Penjangkauan pengusahaUMKMditingkat Kecamatan
4. Deskkonsultasi calon pengusaha5. Timinspeksi izin
PELAKSANAANKEBIJAKANSATUPETA
Wilayah Rerata Skor
Dimensi
KelembagaanSumber DayaManusia &Anggaran
Akuntabilitas Mitigasi RisikoKorupsi
PelibatanMasyarakat
ProvinsiKalimantanTimur
Kurangmemadai
Provinsi Riau Memadai
• Pemantauan hanya dilakukan didua provinsi yaitu Provinsi KalimantanTimurdanProvinsi Riau.
o Dua wilayah yangdipantau merupakan daerah-daerah yangkayaakan sumber daya alam.Dariberbagaidatayangdisadur menemukan bahwa potensi sumber daya alam ini sayangnya masih dimanfaatkanolehkelompok tertentu melalui praktik obral izin menjelang pemilihan umum disertai intimidasi.
o Wilayahpenerapan kebijakan satu peta
o Penegakan hukum dalam hal ini dinilai belum berjalan maksimal.Salahsatu sebabnya adalah minimnyapelibatan masyarakat sipil dalam pembahasan mengenai kebijakan satu petadanpenentuan kawasanhutan.
• Hasilpemantauan implementasi kebijakan satu petadidua wilayah menunjukkan berada dalam kategoriKURANGMEMADAI.
• Didimensi kelembagaan,dua wilayah belum memiliki cukup dukungan politik dandikategorikan masihrawan intervensi politik,baik terjadi prosespemetaan,penerbitan izin lahan,hingga peninjauan efektivitasfungsi lahan.Situasi ini didukung olehkapasitas sumber daya manusia dananggaran yangbelum mencukupi,dimana masing-masing wilayah memiliki regulasi yangdinamis perubahannya.
• Sementara didimensi akuntabilitas danmitigasi risiko korupsi,kedua wilayah dirasa belum memiliki upaya-upaya yangefektif dalam menjaga unitnya dari potensi korupsi.Padadimensi partisipasi publik,dukunganuntuk menjalankan kebijakan satu petatidak diikuti dengan membuka akses masyarakat terhadap publikasipetayangjelas,reliabel,danakurat.
Temuan danPraktik baik
Temuan Utama1. Tumpang tindih aturan izin2. Komunikasi berjalan kurang
harmonis dengan BIG3. Akses publik terhadap dokumen
peta tidak transparan
Praktik Baik1. Aksi kolektif kelompok
masyarakat sipil yangterusmendorong transparansi danakuntabilitas sektor sumberdaya alam
PERCEPATANMERITSISTEM
Wilayah Rerata Skor
Dimensi
KelembagaanSumber DayaManusia &Anggaran
Akuntabilitas Mitigasi RisikoKorupsi
PelibatanMasyarakat
BandaAceh Memadai
Pontianak Memadai
Gorntalo Memadai
Yogyakarta Kuran Memadai
Provinsi NusaTenggaraTimur memadai
ProvinsiKalimantanTimur Kurang memadai
Provinsi Riau Memadai
Provinsi JawaTimur Memadai
Provinsi SulawesiUtara Kurang memadai
• Hasil pemantauan proses percepatan sistem merit di 9 wilayah secaraumum menunjukkan berada dalam kategori MEMADAI.• Dari Sembilan wilayah yang dipantau, Kota Banda Aceh, KotaPontianak, Kota Gorontalo, Provinsi Nusa Tenggara Timur dan ProvinsiJawa Timur berada dalam kategori memadai. Sementara di KotaYogyakarta, Provinsi Kalimantan Timur, Provinsi Riau, dan ProvinsiSulawesi Utara dalam kategori kurang memadai.
Temuan danPraktik baik
Temuan:1. Mitigasi risiko korupsi sudah
dilakukan2. Rendahnya partisipasi perempuan
dangolongan disabilitas dalamjabatan publik
3. Jual-beli jabatan masih berisikotinggi
4. Minimnya assessmentcenter
Praktik Baik1. Dilakukannya peningkatan
kapasitas dilevelKepala Desa(Lurah)
2. Sudah adanya mekanismekontrol internaldaneksternalbagi pelaksana aksi stranas PK
3. Pedoman konflik kepentingan4. Pelibatan Inspektorat danPPK
dalam seleksi JPT5. Uji publik
KESIMPULAN
• Temuan-temuan yangdihasilkan dari laporan ini menyimpulkan bahwa secaraumum kapasitas dari masing-masing unitpelaksana diempat sub-aksi StranasPKberada dalam kategori kurang memadai.
• Pemantauan ini menemukan bahwa diperlukan upaya-upaya penguatan yangkomprehensif dari masing-masing kelima dimensi yangdiukur terutama padadimensi Akuntabilitas,Mitigasi Risiko Korupsi danPelibatan Masyarakat.
§ Kelembagaan: Pemantauan menemukan bahwa aspekkelembagaan seperti kepatuhan regulasi sudahditemukan cukup progresif.
§ Sumber Daya Manusia dan Anggaran: Perkiraan biayadan alokasi sumber daya keuangan, manusia dan kelembagaan untuk pendekatan antikorupsi merupakantantangan besar.
§ Akuntabilitas: Peninjauan terhadap dimensiakuntabilitas menemukan bahwa mekanisme ini masihdijalankan secara parsial.
§ Mitigasi Risiko Korupsi: Peran dan tanggung jawabdalam menyiapkan infrastruktur dalam menjalankan aksipencegahan korupsi daerah masih lemah.
§ Partisipasi Kelompok Masyarakat Sipil: Hasilpemantauan menemukan bahwa komunikasi terkaitStranas PK sangat lemah di hampir semua unit pelaksana yang dipantau.
KESIMPULAN
• Pemerintah Pusat: meninjau ulang, melakukan sinkronisasi, danpenguatan koordinasi di dalam penerbitan regulasi-regulasipendukung dari Stranas PK
§ Timnas PK dan Setnas PK: merancang strategi pemantauandan evaluasi berbasis dampak, membuka dokumen-dokumenaksi pencegahan korupsi seluas-luasnya, dan merumuskanmodel kolaborasi serta komunikasi yang efektif dengankelompok-kelompok masyarakat sipil di daerah & memperkuatkolaborasi dengan Korsupgah KPK
• Pemerintah Daerah: memastikan hadirnya komitmen politikdan menjamin independensi unit-unit pelaksana
§ Kelompok Bisnis: mendeklarasikan komitmen untukmendukung Aksi PK, berpartisipasi dalam seluruh tahapkebijakan Aksi PK, dan membangun mekanisme integritasinternal
§ Kelompok Masyarakat Sipil: terlibat aktif dalam proses sikluskebijakan Aksi PK, memperkuat konsolidasi sesamamasyarakat sipil dalam pemantauan Stranas PK, meningkatkanpengetahuan, kapasitas dan kerja advokasi seputar StranasPK.
KESIMPULAN
1.Membenahi kapasitas unit-unit pelaksana2.Memperkuat komitmen politik lokal3.Memastikan inklusivitas dan memperluas keterlibatan
publik4. Sumbatan di masing-masing sub-aksi segera
dibenahi
REKOMENDASI
1. Menyasar korupsi politik: pembenahanpartai politik dan transparansi keuanganparpol
2. Pelibatan masyarakat dari tahapperencanaan
3. Didorong kembali aksi pencegahan korupsidaerah (RAD PK)
4. Merancang strategi sosialisasi ke publikyang lebih mudah dipahami
REKOMENDASIAKSI 2021-2022
TERIMAKASIH