Pemanfaatan Sensor Cahaya
Transcript of Pemanfaatan Sensor Cahaya
-
8/20/2019 Pemanfaatan Sensor Cahaya
1/10
Tugas Akhir Otomasi Bangunan Page 1
Pemanfaatan Laser dan Sensor Cahaya sebagai Saklar Otomatis
Lampu Toilet
Andik Tri Witanto
Jurusan Teknik Fisika, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Email : [email protected]
Abstrak
Lampu telah banyak diaplikasikan sebagai sumber pencahayaan utama dalam toilet.
Seringkali manusia lalai untuk mematikan lampu ketika meninggalkan toilet. Bahkan, unsur
kesengajaan juga sering terjadi. Hal ini memicu terjadinya pemborosan energi listrik dalam
bangunan. Dengan kemajuan teknologi, penerapan sistem otomasi pada lampu dapat mengatasimasalah tersebut. Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk mendukung hal ini. Seperti
yang dilakukan Arif Setiawan, dkk (2011), dimana sistem otomasi pencahayaan ruang dapat
dilakukan dengan menggunakan sensor cahaya (LDR) yang mendeteksi intensitas cahaya
matahari untuk mematikan lampu secara otomatis. Penelitian lain dilakukan Tri Wibowo
(2010), yaitu dengan memanfaatkan sensor kehadiran orang ( Passive Infra Red ) untuk
mematikan atau menghidupkan lampu secara otomatis. Tetapi, kedua sistem tersebut memiliki
kelemahan ketika diaplikasikan sebagai saklar otomatis lampu toilet.
Pada penelitian ini, saklar otomatis lampu toilet dirancang dengan memanfaatkan laser
dan sensor cahaya (LDR), yaitu berdasarkan perubahan tegangan akibat terhalang/tidaknyasinar laser oleh pintu. Ketika pintu toilet dibuka, sampainya sinar laser ke LDR akan terhalang
dan tegangan yang dihasilkan berada pada kondisi high (logika 1). Ketika pintu ditutup,
tegangan yang dihasilkan menjadi low (logika 0). Perubahan logika ini diolah di dalam
controller dengan menggunakan aplikasi counter . Lampu toilet akan menyala ketika counter
menghitung satu buah sinyal (ketika pertama kali pintu dibuka/terjadi perubahan kondisi
tegangan yang pertama). Hitungan dua buah sinyal akan mengaktifkan tanda “occupied”.
Lampu akan mati ketika counter telah menghitung tiga buah sinyal. Hitungan empat buah
sinyal akan menonaktifkan tanda “occupied” dan mengaktifkan sistem reset.
Kata kunci : Laser, Sensor cahaya, Saklar otomatis, Counter, Lampu toilet.
Pendahuluan
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia
tidak bisa lepas dari cahaya. Keberadaan
cahaya sangat dibutuhkan untuk
mendapatkan keadaan lingkungan yang
aman dan nyaman. Selain itu, pencahayaan
juga dapat mendukung segala aktifitas yang
dilakukan manusia baik di luar ataupun di
dalam ruangan.
mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]
-
8/20/2019 Pemanfaatan Sensor Cahaya
2/10
Tugas Akhir Otomasi Bangunan Page 2
Didalam ruang tertutup seperti toilet yang
terkadang tidak memiliki celah untuk
masuknya sinar matahari, sumber cahaya
diperoleh dari pencahayaan buatan, seperti
lampu. Lampu telah banyak diaplikasikan
sebagai sumber pencahayaan utama dalam
toilet. Dalam operasionalnya, lampu dalam
toilet tidak perlu menyala di sepanjang
waktu. Dengan kata lain, lampu toilet
seharusnya hanya menyala saat toilet
tersebut digunakan. Namun, realitanya
manusia seringkali lalai untuk mematikan
lampu ketika meninggalkan toilet. Bahkan,
unsur kesengajaan juga sering terjadi. Hal
inilah yang memicu terjadinya pemborosan
energi listrik dalam bangunan. Untuk
mengatasi masalah tersebut, salah satu cara
yang dinilai paling efektif adalah
penggunaan sistem otomasi. Sistem ini
mampu menyalakan dan mematikan lampu
secara otomatis.
Banyak penelitian mengenai sistem
otomasi lampu yang telah dilakukan.
Seperti penelitian Arif Setiawan, dkk
(2011). Hasil penelitiannya menyatakan
bahwa sistem otomasi lampu dapat
dilakukan dengan menggunakan sensor
cahaya, Ligh Dependent Resistor (LDR).
LDR akan mendeteksi intensitas cahaya
matahari untuk mematikan lampu secara
otomatis. Tetapi, sistem ini memiliki
kelemahan ketika diaplikasikan sebagai
sistem otomasi lampu toilet, dimana toilet
seringkali tidak memiliki sky lighting
ataupun side lighting sebagai celah
masuknya cahaya matahari. Penelitian lain
dilakukan oleh Tri Wibowo (2010) yang
memanfaatkan sensor kehadiran orang,
Passive Infra Red (PIR) sebagai saklar
otomatis lampu. Ketika PIR mendeteksi
panas tubuh manusia, maka lampu akan
menyala, begitu pula sebaliknya. Tetapi,
sistem otomasi ini juga memiliki
kelemahan. Kondisi di dalam toilet yang
cenderung lembab, dapat mengganggu
sensitifitas sensor. Selain itu, panas tubuh
yang dikeluarkan manusia akan sebanding
dengan aktifitas yang dilakukan pada saat
itu. Aktifitas manusia di dalam toilet
dengan sedikit gerakan, membuat panas
tubuh yang dihasilkan kecil. Hal ini akan
membuat PIR seolah tidak mendeteksi
panas tubuh manusia. Sehingga, sensor
akan mematikan lampu, padahal di dalam
toilet terdapat manusia.
Berdasarkan pada kelemahan-kelemahan
tersebut, maka dicoba untuk memanfaatkan
sinar laser dan sensor cahaya, Ligh
Dependent Resistor (LDR) sebagai saklar
otomatis lampu toilet. Sistem ini tidak
bergantung pada adanya sinar matahari
ataupun manusia di dalam toilet. Sistem ini
memanfaatkan pintu toilet yang
menghalangi sampainya sinar laser ke
sensor cahaya untuk menyalakan dan
mematikan lampu toilet.
-
8/20/2019 Pemanfaatan Sensor Cahaya
3/10
Tugas Akhir Otomasi Bangunan Page 3
Dasar Teori
Pencahayaan
Pencahayaan merupakan jumlah
penyinaran pada suatu bidang kerja yang
diperlukan untuk melaksanakan kegiatan
secara efektif (Depkes RI, 1992).
Pencahayaan yang baik memungkinkan
manusia melihat objek-objek yang
dikerjakannya secara jelas dan cepat
(Merlindriati, 2005). Menurut sumbernya
pencahayaan suatu ruangan, dibagi menjadi
3, yaitu pencahayaan alami (bersumber dari
sinar matahari), Pencahayaan buatan (selain
sinar matahari), dan kombinasi
pencahayaan alami dan buatan.
Pencahayaan buatan adalah pencahayaan
yang berasal dari sumber cahaya selain
cahaya alami, misalnya lampu, lilin, obor,
dll. Pada perkembangannya, lampu telah
menjadi salah satu sumber cahaya utama
suatu bangunan. Lampu sangat diperlukan
ketika intensitas cahaya alami (sinar
matahari) tidak mencukupi, seperti saat
cuaca yang kurang baik dan malam hari
(Lechner, 2007). Selain itu, lampu juga
sangat dibutuhkan oleh ruangan-ruangan
yang sulit dicapai sinar matahari, seperti
toilet (Merlindriati, 2005). Terkadang toilet
merupakan jenis ruangan yang tertutup.
Untuk memenuhi kebutuhan penerangan,
pencahayaan buatan (lampu) menjadi
sumber cahaya yang paling efektif.
Sistem Otomasi Pencahayaan
Sistem otomasi dapat didefinisikan sebagai
suatu teknologi yang berkaitan dengan
aplikasi mekanik, elektronik dan sistem
yang berbasis komputer. Semuanya
bergabung menjadi satu untuk memberikan
fungsi terhadap manipulator (mekanik)
sehingga akan memiliki fungsi tertentu
(Nugroho, 2006). Dalam aplikasi
bangunan, sistem otomasi merupakan salah
satu ciri dari konsep bangunan pintar ( smart
building), yang bisa diterapkan pada
elemen-elemen bangunan, seperti
pencahayaan, HVAC, security, fire safety,
akustika, dan elemen-elemen lainnya.
Sistem otomasi pencahayaan merupakan
suatu sistem yang mampu menyalakan,
mematikan ataupun meredupkan lampu
secara otomatis. Setidaknya terdapat tiga
metode untuk mematikan/menyalakan
lampu secara otomatis, yaitu scheduling
systems, occupancy sensors, and
daylighting sensors (Craig DiLouie, 2012).
Scheduling systems akan mematikan atau
menghidupkan lampu berdasarkan
penjadwalan, misalnya lampu akan mati
secara otomatis pada waktu-waktu tertentu
seperti pagi hingga siang hari dan menyala
begitu sore hingga malam hari atau lampu
akan mati setiap 15 menit sekali. Hal ini
akan berlangsung secara continues
mengikuti jadwal yang telah ditetapkan
sebelumnnya. Occupancy sensors biasanya
-
8/20/2019 Pemanfaatan Sensor Cahaya
4/10
Tugas Akhir Otomasi Bangunan Page 4
memanfaatkan sensor gerak atau panas
tubuh manusia yang berbasis infra merah
sebagai saklar otomatis lampu. Lampu akan
menyala secara otomatis ketika sensor
mendeteksi adanya gerakan atau panas
tubuh manusia di dalam ruang tersebut dan
mati ketika tidak ada gerakan yang
terdeteksi. Sedangkan daylighting sensors
bekerja dengan memanfaatkan sensor
cahaya, ketika sensor mendeteksi intensitas
cahaya (cahaya matahari) yang cukup,
maka lampu tidak akan menyala dan ketika
intensitas cahaya yang dideteksi kecil,
lampu akan menyala. Untuk otomasi
peredupan lampu dapat dilakukan dengan
memanfaatkan dimmer lampu. Seperti
penelitian yang dilakukan oleh Rian
Masjanuar (2011), dimana lampu akan
meredup dan atau bertambah terang ketika
sensor cahaya (LDR) mendeteksi cahaya
pada ruangan sehingga menghasilkan
pencahayaan lampu sesuai dengan setting
value atau pencahayaan yang diinginkan.
Sensor Cahaya (LDR)
Sensor cahaya merupakan komponen
elektronika yang digunakan untuk
mengubah besaran cahaya menjadi besaran
listrik. Sensor cahaya sangat luas
penggunaannya, salah satunya adalah
sebagai sistem otomasi lampu. Sensor
cahaya akan berfungsi sebagai saklar yang
dapat mematikan atau menyalakan lampu
secara otomatis, yaitu dengan cara
mengukur intensitas cahaya yang
diterimanya. Salah satu jenis sensor cahaya
yang umum digunakan sebagai saklar
lampu otomatis adalah LDR ( Light
Dependent Resistor ). LDR merupakan
suatu jenis tahanan yang sangat peka
terhadap cahaya, dimana nilai tahanannya
akan berubah apabila terkena sinar atau
cahaya. Semakin kecil intensitas cahaya
yang diterima LDR, maka tahanan yang
dihasilkan semakin besar, begitu pula
tegangannya. Dan sebaliknya.
Penampakan fisik LDR ditunjukan pada
Gambar 1 sedangkan Gambar 2
menunjukkan grafik hubungan antara
resistansi dan iluminasi.
Gambar 1. Light Dependent Resistor
(SUNROM Technologies, LDR Datasheet)
Gambar 2. Grafik hubungan resistansi dan
iluminansi
(SUNROM Technologies, LDR Datasheet
-
8/20/2019 Pemanfaatan Sensor Cahaya
5/10
Tugas Akhir Otomasi Bangunan Page 5
Perancangan Sistem
Penerapan sistem otomasi pada elemen
pencahayaan merupakan salah satu ciri dari
konsep bangunan cerdas (smart building).
Sistem ini mampu menyalakan ataupun
mematikan lampu ruangan secara otomatis
tanpa campur tangan manusia. Salah satu
contoh ruangan yang memerlukan
penerapan sistem otomasi adalah toilet.
Sering kali lampu toilet dibiarkan menyala,
bahkan ketika toilet tersebut tidak
digunakan. Salah satu sistem otomasi
lampu yang dapat diterapkan didalam toilet
adalah dengan memanfaatkan laser dan
sensor cahaya. Laser dan sensor cahaya
tersebut akan berfungsi sebagai saklar
otomatis yang akan menyalakan dan
mematikan lampu. Secara garis besar, cara
kerja dari sistem otomatis ini ditunjukkan
pada blok diagram gambar 3.
Laser bertindak sebagai transmitter yang
memancarkan sinar dengan intensitas tinggi
pada satu titik. Sedangkan sensor cahaya
berfungsi sebagai receiver yang menerima
pancaran sinar laser. Sensor cahaya yang
digunakan dalam sistem otomasi ini adalah
LDR ( Light Dependent Resistor ). LDR
merupakan sebuah resistor yang nilai
tahanannya tergantung pada intensitas
cahaya. Jika intensitas cahaya yang
diterimanya tinggi, maka hambatannya
akan semakin kecil, dan sebaliknya.
Semakin kecil nilai hambatan yang
dihasilkan, maka tegangan keluaran sensor
juga semakin kecil. Hal ini sesuai dengan
Hukum Ohm, yang menyatakan bahwa
nilai hambatan pada suatu penghantar (R)
sebanding dengan nilai tegangannya (V),
dimana
= …(1)
Laser Sensor
Cahaya
Tanda “Vacant”
atau “Occupied”
Kontroler Lampu
ToiletRelay
Sistem Reset
Gambar 3. Blok Diagram Sistem
-
8/20/2019 Pemanfaatan Sensor Cahaya
6/10
Tugas Akhir Otomasi Bangunan Page 6
Karena LDR sangat peka terhadap cahaya,
maka LDR ditempatkan pada selongsong
pipa. Hal ini bertujuan agar permukaan
LDR tidak terkena cahaya dari luar (selain
sinar laser) yang dapat mengganggu nilai
tegangan yang dihasilkan sensor. Selain itu,
selongsong pipa juga berfungsi sebagai
pelindung komponen dari percikan air.
Dalam operasionalnya, laser dan LDR
diletakkan di dalam toilet, tepat di depan
pintu (gambar 4). Kedua komponen
tersebut berada pada garis lurus, sehingga
sinar laser tepat mengenai permukaan LDR.
Gambar 4. Posisi Laser dan LDR
Setting awal dari sistem otomasi ini adalah
pintu toilet berada pada keadaan tertutup,
dimana sinar laser tepat mengenai
permukaan LDR. Tegangan yang
dihasilkan adalah 0 volt. Hal ini merupakan
kondisi tegangan low atau berlogika 0.
Ketika pintu toilet dibuka, maka pintu akan
menghalangi sampainya sinar laser ke
permukaan LDR (gambar 5) danmenyebabkan tegangan berubah menjadi 5
volt atau beralih ke kondisi high (logika 1).
Perubahan kondisi tegangan tersebut akan
diolah di dalam controller .
Gambar 5. Kondisi Sinar Laser Ketika
Pintu dibuka (terhalang)
Controller berfungsi sebagai otak sistem
yang akan melakukan pengolahan data
untuk mengatur penyalaan lampu toilet,
aktivasi tanda “occupied”,dan sistem reset.
Controller yang digunakan dalam sistem
otomasi lampu toilet ini adalah
microcontroller ATMega16.
Microcontroller tipe ini mendukung
aplikasi counter dalam melakukan
pengolahan data. Skema rangkaian
elektronika dari sistem otomasi lampu toilet
dengan menggunakan microcontroller
ATMega16 ditunjukkan pada gambar 6.
Selain ATMega16, dapat pula digunakan
microcontroller tipe lain , seperti ATMega
8535 ataupun microcontroller lain yang
mendukung pada aplikasi counter.
-
8/20/2019 Pemanfaatan Sensor Cahaya
7/10
Tugas Akhir Otomasi Bangunan Page 7
-
8/20/2019 Pemanfaatan Sensor Cahaya
8/10
Tugas Akhir Otomasi Bangunan Page 8
Gambar 7. Algoritma sistem kerja
controller
Di dalam controller, perubahan tegangan
dari logika 0 ke logika 1 atau sebaliknya
akan diolah. Pengolahan tersebut dilakukan
dengan menggunakan aplikasi counter,
yaitu dengan menghitung jumlah
perubahan tegangan yang masuk kedalam
controller. Perubahan tegangan dari logika
0 ke logika 1 akan dihitung sebagai 1 sinyal,
begitu pula perubahan tegangan dari logika
1 ke logika 0. Sejumlah sinyal yang
terhitung oleh counter akan digunakan
untuk mengaktifkan relay, tanda
“occupied”, dan sistem reset. Sistem kerja
counter di dalam controller didasarkan
pada algoritma yang ditunjukkan pada
gambar 7.
Ketika pintu dibuka untuk pertama kali
(dari kondisi awal yang tertutup) dan
manusia memasuki toilet, maka sinar laser
menjadi terhalang oleh pintu. Hal ini
menyebabkan terjadinya perubahan
tegangan dari logika 0 ke logika 1.
Perubahan ini dihitung counter sebagai
sinyal pertama. Pada saat inilah, controller
akan mengaktifkan relay untuk menyalakan
lampu toilet. Ketika pintu ditutup kembali
(manusia berada di dalam toilet), maka
akan terjadi perubahan kondisi tegangan
lagi (dari logika 1 ke logika 0). Hal ini
dihitung oleh counter sebagai sinyal kedua.
Sinyal ini tidak berpengaruh pada kondisi
nyala lampu. Tetapi akan berpengaruh pada
tanda “occupied” yang ditempel pada pintu
Start
Perubahan
Tegangan
Lampu Nyala
Tanda
“occupied” aktif
Lampu Mati
Tanda“occupied”
tidak aktif
Tanda
“vacant” aktif
Reset
inisialisas
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Perubahan
Tegangan
Perubahan
Tegangan
Perubahan
Tegangan
Ya
Ya
Ya
Ya
-
8/20/2019 Pemanfaatan Sensor Cahaya
9/10
Tugas Akhir Otomasi Bangunan Page 9
bagian luar. Ketika counter telah
menghitung sebanyak dua sinyal, maka
Controller akan memerintahkan tanda
“occupied” untuk aktif. Tanda ini berfungsi
untuk memberitahukan bahwa toilet sedang
digunakan.
Lampu toilet akan mati, ketika counter
telah menghitung sinyal sebanyak tiga buah
(terjadi perubahan tegangan lagi dari logika
0 ke logika 1). Sinyal ini terhitung ketika
pintu kembali dibuka atau manusia hendakkeluar dari toilet. Agar sistem dapat bekerja
secara continues, maka pintu toilet harus
ditutup kembali. Ketika pintu ditutup, maka
akan terjadi perubahan tegangan lagi dari
logika 1 ke logika 0. Perubahan ini dihitung
oleh counter sebagai sinyal keempat. Sinyal
ini merupakan sinyal terakhir yang dihitung
counter dalam sistem otomasi ini. Ketika
empat buah sinyal telah dihitung oleh
counter, maka controller akan kembali
menonaktifkan tanda ”occupied”, dimana
tanda tersebut akan berganti menjadi
“vacant”. Hal ini berarti toilet telah kosong
atau tidak ada manusia yang sedang
menggunakan toilet. Selain itu, Controller
juga akan mengaktifkan sistem reset.
Sistem ini akan menghapus semua jumlah
sinyal yang telah dihitung sebelumnya oleh
counter. Hal ini membuat sistem otomasi
kembali ke posisi awal dan siap digunakan
lagi.
Kesimpulan
Sistem otomasi lampu toilet yang dirancang
memanfaatkan laser dan sensor cahaya
(LDR) sebagai saklar otomatis. Lampu
toilet akan menyala dan mati secara
otomatis berdasarkan pada sejumlah sinyal
yang dihitung oleh counter di dalam
controller . Sinyal tersebut berasal dari
perubahan tegangan yang dihasilkan
sensor, yaitu dari kondisi high (logika 1) ke
kondisi low (logika 0) atau sebaliknya.
Kondisi high terjadi ketika pintu toilet
terbuka dan menghalangi sampainya sinar
laser ke permukaan LDR, dan sebaliknya
untuk kondisi low.
Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan, sistem ini dapat dijadikan
sebagai saklar otomatis untuk menyalakan
dan mematikan lampu toilet ataupun
ruangan lain, khususnya untuk ruangan
tertutup yang tidak memiliki celah
masuknya sinar matahari sebagai sumber
cahaya.
Referensi
Arif Setiawan, dkk (2011). Rancang
Bangun Sistem Otomasi Rumah Berbasis
Microkontroller. Jurusan Teknik Elektro.
PENS-ITS.
Craig DiLouie (2012). Lighting
Controls: Current Use, Major Trends and
-
8/20/2019 Pemanfaatan Sensor Cahaya
10/10
Tugas Akhir Otomasi Bangunan Page 10
Future Direction. Lighting Controls
Association
Departemen kesehatan RI. (1992).
Panduan Pencahayaan Rumah Sakit.
Lechner, Norbert. (2007). Heating,
Cooling, Lighting . (2nd. Ed.). PT
Rajagrafindo. Jakarta.
Merlindriati. (2005). Pencahayaan.
Universitas Guna Dharma. Jakarta
Nugroho Agung Pambudi (2006).
Sistem Otomasi. Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Yogyakarta.
Rian Masjanuar, dkk (2011). Dimmer
Lampu pada Penerangan Ruangan
Menggunakan LED yang Dilengkapi
dengan Otomatisasi dan Emergency.
Jurusan Teknik Elektro. PENS-ITS
Satwiko, Prasasto. (2004). Fisika
Bangunan 2 (1st ed.). Penerbit ANDI.
Yogyakarta.
Tarnoto, Lusiana. (2010). Rancang
Bangun Penghitung Kendaraan Secara
Otomatis Berbasis Client Server. Jurusan
Sistem Komputer. Universitas Guna
Dharma
Tri Wibowo. (2010). Sensor
Kehadiran Orang sebagai Saklar Otomatis
Suatu Ruangan. Jurusan Teknik Elektro.
Universitas Diponegoro.