Pemanfaatan Modal Sosial dlm tsunamai.pdf

105
PEMANFAATAN MODAL SOSIAL DALAM REKONSTRUKSI SOSIAL EKONOMI PASCA GEMPA BUMI DAN GELOMBANG TSUNAMI (Studi Kasus Pada Pelaksanaaan Credit Union BSP Makmur Ratana di Kuta Geulumpang Kec. Samudra Gedong kabupaten Aceh Utara ) TESIS OLEH : Mauludi NIM 047024008/SP SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008 Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008 1

Transcript of Pemanfaatan Modal Sosial dlm tsunamai.pdf

Page 1: Pemanfaatan Modal Sosial dlm tsunamai.pdf

PEMANFAATAN MODAL SOSIAL DALAM REKONSTRUKSI SOSIAL EKONOMI PASCA GEMPA BUMI DAN

GELOMBANG TSUNAMI

(Studi Kasus Pada Pelaksanaaan Credit Union BSP Makmur Ratana di Kuta Geulumpang Kec. Samudra Gedong kabupaten Aceh Utara )

TESIS

OLEH :

Mauludi

NIM 047024008/SP

SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2008

Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008

1

Page 2: Pemanfaatan Modal Sosial dlm tsunamai.pdf

Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008

2

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemanfatan modal sosial dalam rekonstruksi sosial ekonomi melalui Credit Union bagi korban bencana tsunami. Dalam penelitian ini difokuskan pada pelaksanan Credit Union BSP Makmur Ratana yang beroperasi pada wilayah kampung Geulupang.

Tipe penelitian ini adalah deskriptif .Lokasi penelitian ini dilaksanakan di

Kuta Geulumpang Adapun pertimbangan pemilihan lokasi penelitian ini adalah mengingat bahwa Kuta Geulumpang Kecamatan Samudra Gedung Kabupaten Aceh Utara yang merupakan salah satu wilayah yang terkena bencana Tsunami yang sedang dalam tahap rekonstruksi. Untuk memenuhi kebutuhan akan data dan informasi untuk kebutuhan penelitian ini dipergunakan pendekatan-pendekatan yang sesuai dengan tipe penelitian. Metode pengumpulan data menggunakan teknik, interview, observasi dan studi dokumentasi.

Adapun hasil dari penelitian ini menunjukkan keberhasilan rekayasa modal sosial dalam membentuk lembaga keuangan swadaya masyarakat (Credit Union) dimana pembentukan Credit Union telah berhasil mengembangkan potensi ekonomi masyarakat Geulumpang dan juga telah mampu mendongkrak perkembangan dunia usaha masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa orang miskin bukan hanya perlu uang saja untuk keluar dari keadaannya yang miskin itu. Yang diperlukan adalah pembinaan dan pendampingan. Pembinaan dan pendampingan tersebut tersedia oleh.Credit Union bukan hanya berperan sebagai lembaga simpan pinjam, tetapi juga mendidik dan menyejahterakan anggotanya dalam banyak hal. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia harus berperan lebih aktif dalam mengembangkan Credit Union . Seharusnya lebih ditingkatkan lagi peran serta pemerintah dalam mensukseskan Credit Union di Indonesia dalam bentuk: bantuan, motivasi, pendampingan, pembinaan dan pelatihan.

Kata kunci : modal social, rekonstruksi social ekonomi

Page 3: Pemanfaatan Modal Sosial dlm tsunamai.pdf

Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008

3

ABSTRACT

The aim of this research is to acknowledge the profitable sosial capital in

reconstruction sosial economic by Credit Union program for victim of Tsunami disaster. The focus of this research is the implementation of program Credit Union BSP makmur Ratana that was operatein Kampung Geulumpang.

The type of this research is descriptive. The location of research was

doing in Kuta geulumpang. The reason to choose this location by consideration that Kuta Geulumpang, Kecamatan samudera Gedung kabupaten Aceh Utara was the one of the reconstruction area pasca natural disaster (tsunami). The data was collect by , interview, observation (perseption) and documentation study.

The result of this research show the successfully of profitable of sosial capital to build an finance foundation by Credit Union, where the Credit Union support the expand of economic potension of Geulupang people, and other side to grow up the trade and business society. Based on the results of this research it can be concluded that the poor do not just need money to be relieved of their situation. What is needed is both cultivation and guidance. This cultivation and guidance is provided by credit cooperatives. Not only do credit cooperatives play a role as a credit institution, but also educate and enhance the welfare of their members in a variety of ways. Because of this the Indonesian people should be providing encouragement, cultivation and financial aid in order to continue the success of credit cooperatives in Indonesia

Key word : Social capital, social economic reconstruction

Page 4: Pemanfaatan Modal Sosial dlm tsunamai.pdf

Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008

4

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat

allah SWT, yang senantiasa memberikan rahmat, hidayah dan kekuatan sehingga

penulis dapat menyelesaiakan penyususnan tesis ini dengan judul “

PEMANFAATAN MODAL SOSIAL DALAM REKONSTRUKSI SOSIAL

EKONOMI PASCA GEMPA BUMI DAN GELOMBANG TSUNAMI (Studi

Kasus Pada Pelaksanaaan Credit Union BSP Makmur Ratana di Kuta

Geulumpang Kec. Samudra Gedong kabupaten Aceh Utara)

Pada kesempatan ini penulis sampaikan ucapan terimakasih kepada semua

pihak yang dengan keiklasan hati telah banyak memberikan bantuan moril dan

materil untuk kelancaran studi dan penulisan tesis ini, yaitu :

1. Bapak Prof.Dr. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, DSAK, selaku Rektor

Universitas Sumatera Utara

2. Ibu Ir. Chairun Nisa, B. Msc, MS., selaku Direktur Sekolah Pasca Sarjana

Universitas Sumatera Utara

3. Bapak Dr. Subhilhar, MA, selaku Ketua Program Magister Studi

Pembangunan Universitas Sumatera Utara

4. Bapak Drs. Badaruddin, M.Si selaku dosen Pembimbing I, yang telah

banyak memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam

penyelesaian tesis ini

5. Bapak Drs. Irfan, M.Si, selaku dosesn Pembimbing II, yang telah

memberikan waktu dan pemikiran dalam penyelesaian tesis ini

Page 5: Pemanfaatan Modal Sosial dlm tsunamai.pdf

Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008

5

6. Para pengurus dan staff BSP MAKMUR Ratana yang telah memberikan

dukungan dan bantuan guna kelancaran studi ini.

7. Segenap civitas akademika, terutama dosen dan staff sekretariat Sekolah

Pasca Sarjana Studi Pembangunan Universitas Sumatera Utara yang telah

memberikan pelayanan akademik dan administratif guna kelancaran studi

ini.

Akhir kata, penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang

tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut andil dan memberi bantuan

langsung maupun tidak langsung, sehingga penelitian ini dapat diselesaikan.

Semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi kita semua dan atas segala saran dan

kritik untuk penyempurnaan tesis ini, penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Januari 2008

Penulis

Page 6: Pemanfaatan Modal Sosial dlm tsunamai.pdf

Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008

6

DAFTAR ISI

HALAMAN BAB I : PENDAHULUAN ............................................................................... 1

1.1. Latar Belakang Masalah............................................................. 1

1.2. Perumusan Masalah ................................................................... 6

1.3. Tujuan Penelitian ....................................................................... 7

1.3 . Manfaat Penelitian .................................................................... 7

1.3. Kerangka Pemikran ................................................................... 8

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Modal Sosial ............................................................................. 11

2.2. Rekonstruksi sosial ..................................................... 23

2.3. Pemberdayaan masyarakat ......................................................... 25

2.4. Koperasi Sebagai Penjelmaan Ekonomi Kerakyatan................. 36

2.5. Credit Union............................................................................... 46

BAB III METODE PENELTIAN .................................................................. 50

3.1. Jenis Penelitian ....................................................................... 50

3.2. Defenisi Konsep ...................................................................... 50

3.5. Informan .................................................................................. 51

3.6 Teknik Pengumpulan Data........................................................ 51

3.6 Lokasi Penelitian ...................................................................... 51

3.7. Teknik Analisis Data................................................................ 51

Page 7: Pemanfaatan Modal Sosial dlm tsunamai.pdf

Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008

7

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 53

4.1. Sejarah Desa Kuta Geulumbang ............................................... 53

4.2. Rekayasa Modal Sosial Sebagai Pondasi

Pembentukan Credit Union......................... ............................... 59

4.3.Credit Union Sebagai Alternatif Rekonstruksi

Sosial Ekonomi Masyarakat ...................................................... 67

4.4. Hambatan-Hambatan Dalam Pelaksanaan Credit Union ............ 75

BAB V PENUTUP

KESIMPULAN ............................................................................. 77

SARAN ......................................................................................... 78

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 8: Pemanfaatan Modal Sosial dlm tsunamai.pdf

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang Permasalahan

Pasca bencana gempa bumi dan gelombang tsunami telah membawa pada

kondisi yang sangat memprihatinkan dengan melihat kerusakan fisik yang sangat

parah di propinsi NAD dan Sumatera Utara. Penderitaan masyarakat Aceh yang

demikian lama akibat konflik bersenjata yang panjang, ditambah lagi dengan

bencana gempa dan tsunami, telah menempatkan mereka pada posisi yang

semakin terpuruk. Dengan kata lain pembangunan kembali masyarakat Aceh

harus dilakukan dengan membangun (kembali) prakondisi yang diperlukan agar

Aceh bangkit. Demikian halnya masyarakat pulau nias Propinsi Sumatera Utara

yang mengalami bencana dapat segera memulihkan kondisi sosial ekonominya.

Berbagai infrastruktur sosial dan ekonomi, terutama yang berada di

wilayah perkotaan mengalami kerusakan berat/hancur. Diperkirakan akibat gempa

tersebut 90% masyarakat, terutama di perkotaan mengalami kehilangan mata

pencaharian. Pasca gempa, banyak program bantuan masuk ke Aceh, baik yang

berasal dari Pemerintah RI maupun dari berbagai negara donor, pihak swasta,

organisasi masyarakat sipil, politik, relawan dan pihak lainnya. Bantuan yang

diberikan terbagi dalam 2 kategori besar, yaitu yang bersifat darurat dan bersifat

membangun kembali (rekonstruksi, rehabilitasi dan pemulihan). Saat ini, bantuan

darurat secara umum telah dinyatakan selesai, sedangkan bantuan rekonstruksi,

rehabilitasi dan pemulihan masih dalam tahap implementasi.

Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008

8

Page 9: Pemanfaatan Modal Sosial dlm tsunamai.pdf

Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008

9

Presiden RI mengeluarkan Keputusan Presiden tanggal 27 Desember 2004

yang menyatakan bencana alam gempa bumi dan gelombang tsunami di wilayah

Aceh dan Nias Sumatera Utara sebagai bencana nasional, dan selanjutnya juga

mengeluarkan arahan berupa 12 direktif kepada seluruh jajaran Kabinet Indonesia

Bersatu dan Gubernur Provinsi NAD untuk melakukan tindakan yang segera dan

komprehensif di dalam penanganan tanggap darurat bencana alam tersebut.

Sebagai tindak lanjut dari arahan direktif tersebut, telah diterbitkan pula Instruksi

Presiden Nomor 1 Tahun 2005 tentang Kegiatan Tanggap Darurat dan

Perencanaan serta Persiapan Rehabilitasi dan rekonstruksi Pasca Bencana Alam

Gempa Bumi dan Gelombang Tsunami di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam .

Permasalahan di Aceh itu sendiri tidaklah hanya terbatas pada tatanan

kegiatan rekontruksi dan rehabilitasi, namun juga merupakan sintesa antara

bencana gempa bumi dan tsunami serta konflik yang berkepanjangan.

Permasalahan utama kenapa kemampuan seluruh pakar yang berkecimpung di

Aceh dalam kegiatan rehabilitasi dan rekontruksi seperti tidak kelihatan hasilnya

lebih dikarenakan oleh beberapa faktor utama, diantaranya:

1. Rusaknya struktur sosial akibat konflik yang berkepanjangan

2. Rusaknya infrastruktur pemerintahan dan pendidikan

3. Ketidakpercayaan masyarakat terhadap integritas pemerintah (formal),

baik dalam skala lokal maupun skala yang lebih besar.

4. Konflik juga mentransformasikan sebagian besar masyarakat Aceh mejadi

masyarakat dengan pola pikir yang cendrung tertutup. (www.kompas.co.id)

Setelah selesainya masa emergency, hal yang paling perlu dilaksanakan

adalah kegiatan sustainable yang dapat mendukung ekonomi masyarakat pada

Page 10: Pemanfaatan Modal Sosial dlm tsunamai.pdf

Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008

10

pengembangan ekonomi berdasarkan jenis usahanya. Adapun alasan diadakan

program rekonstruksi sosial ekonomi masyarakat adalah berdasar pada sulitnya

masyarakat dalam mengembangkan ekonominya karena mayoritas masyarakat

banyak yang kehilangan matapencahariannya akibat dari bencana alam gempa

bumi dan tsunami. Pola hidup masyarakat saat ini hanyalah bergantung kepada

kapasitas alam tanpa memikirkan suatu hal yang baru yang dapat merobah

keadaan menjadi lebih baik karena kurangnya pengetahuan mereka.

Melihat kondisi masyarakat yang terkena musibah tersebut perlu adanya

satu persiapan sosial dan pemanfatan potensi modal sosial yang didasari kepada

kemampuan masyarakat untuk dapat menemukan kembali jati dirinya. Adapun

hasil yang diinginkan dari pemanfaatan potensi modal sosial tersebut adalah

untuk membangun dan memulihkan kondisi yang lama ke kondisi yang baru

sehingga terbentuk program pembangunan yang didasari kepada norma-norma

dan hubungan sosial yang mengakar dalam struktur masyarakat sehingga orang-

orang dapat mengkoordinir tindakan untuk mencapai tujuan. Intinya adalah

kemampuan masyarakat untuk mengorganisir diri sendiri tujuan-tujuan mereka.

Dengan menggali kembali modal sosial tersebut, masyarakat kembali tumbuh

kepercayaan dan jati dirinya untuk menata kembali kehidupan dan mengharapkan

masyarakat berpartisipasi dalam pembangunan tersebut.

Kabupaten Aceh Utara merupakan daerah yang turut tertimpa musibah

akibat gempa bumi dan gelombang Tsunami tersebut. Dari 22 kecamatan di

Kabupaten Aceh Utara terdapat 7 (tujuh) kecamatan yang terkena langsung

gelombang tsunami tersebut. Untuk pemulihan kondisi hasil dari dampak musibah

tersebut di Kabupaten Aceh Utara terutama terhadap kerusakan infrastruktur dan

Page 11: Pemanfaatan Modal Sosial dlm tsunamai.pdf

Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008

11

sufrastruktur yang begitu dasyhat, maka perlu di cari solusi alternatif agar

masyarakat Aceh, khususnya Aceh Utara dapat kembali melangsungkan tatanan

kehidupan yang normal seperti sebelum terjadinya musibah tersebut.

Modal sosial bisa dikatakan sebagai sumberdaya sosial yang dimiliki

oleh masyarakat. Sebagai sumberdaya tentunya modal sosial ini memberikan

kekuatan atau daya dalam beberapa kondisi-kondisi sosial dalam masyarakat.

Putnam (1993) menemukan bahwa modal sosial merupakan unsur utama

pembangunan masyarakat Madani (civil community). Menurut Fukuyama (1995)

justru semakin bertambah bobotnya apabila semakin intensif di daya gunakan

modal sosial itu.

Putnam (dalam Badaruddin.2002) menyebutkan bahwa modal sosial

tersebut mengacu pada aspek-aspek utama dari organisasi sosial,seperti

kepercayaan (trust),norma-norma (norms) dan jaringan –jaringan (networks) yang

dapat meningkatkan efisiensi dalam suatu masyarakat melalui fasilitas bagi

tindakan-tindakan yang terkoordinasi.

Modal sosial dapat terwujud di dalam kelompok sosial terkecil

(keluarga) hingga kelompok sosial terbesar (negara). Pada hakekatnya semua

kelompok masyarakat memiliki sejumlah modal sosial karena modal sosial

tercipta dari dinamika budaya masing-masing kelompok (Lister, 2002 : 11 ).

Modal sosial merupakan norma-norma dan hubungan-hubungan sosial

yang mengakar dalam struktur masyarakat,sehingga orang-orang dapat

mengkoordinir tindakan untuk mencapai tujuan. Secara sederhana Modal sosial

merupakan kemampuan masyarakat untuk mengkoordinir diri sendiri dalam

memperjuangkan tujuan-tujuan mereka .

Page 12: Pemanfaatan Modal Sosial dlm tsunamai.pdf

Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008

12

Sebelum terjadinya gempa bumi dan gelombang tsunami, kehidupan

masyarakat Aceh Utara dalam menjalankan aktifitasnya selalu bergotong royong

bekerja sama bahu membahu melaksanakan kegiatan saling bergandeng tangan

dan mengedepankan musyawarah mufakat, kepercayaan,jaringan-jaringan

mengikuti pranata-pranata yng sudah ada sejak dulu..”

Untuk mengembalikan dan pemulihan kondisi dari dampak gempa bumi

dan gelombang tsunami yang telah meluluh lantakkan seluruh sendi-sendi dan

potensi masyarakat yang ada di kabupaten Aceh Utara .Maka perlu di gali

kembali potensi modal sosial yang ada dan pernah ada di NAD khususnya di

kabupaten Aceh Utara untuk dapat menata kembali kehidupan dan pembangunan

masyarakat itu sendiri sehingga tidak tergantung kepada bantuan orang lain.

Salah satu alternative tindakan yang diimplementasikan dalam hal

perbaikan kondisi sosial ekonomi masyarakat adalah dengan mensosialisasikan

program Credit Union dengan mengandalkan pondasi pada modal sosial

masyarakat yang ada selama ini. Dimana dengan konsep kredit simpan-pinjam ini

diharapkan dapat menjadi penopang pergerakan dan aktivitas kehidupan

masyarakat korban bencana. Program tersebut diharapkan dapat membawa

masyarakat kepada era perbaikan kualitas hidup dan juga kepada ikatan

solidaritas sosial untuk bersama-sama mengembangkan kesejahteraan bersama

dimana konsep koperasi kredit merupakan milik dan tanggung jawab bersama

para anggota untuk memupuk semangat solidaritas dan sikap saling tolong

menolong .

Page 13: Pemanfaatan Modal Sosial dlm tsunamai.pdf

Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008

13

1.2. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah : Bagaimana

pemanfaaatan modal sosial dalam rekonstruksi sosial ekonomi melalui Credit

Union bagi korban bencana tsunami?

1.3. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

1.3.1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana pemanfaatan modal sosial dalam

rekonstruksi sosial ekonomi melalui Credit Union bagi korban bencana

tsunami di Kuta Geulumpang

2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan dalam pemanfaatan modal sosial

dalam rekonstruksi sosial ekonomi melalui Credit Union bagi korban

bencana tsunami di Kuta Geulumpang.

1.3.2. Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai

berikut:

1. Bagi penulis, penelitian ini merupakan usaha untuk meningkatkan

kemampuan berfikir melalui penulisan karya ilmiah dan untuk menerapkan

teori-teori yang penulis peroleh selama perkuliahan di Magister Studi

Pembangunan Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara

2. Bagi Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, akan melengkapi

ragam penelitian yang telah dibuat oleh para mahasiswa dan dapat menambah

bahan bacaan dan referensi bahan bacaan dan referensi dari satu karya ilmiah

Page 14: Pemanfaatan Modal Sosial dlm tsunamai.pdf

KERANGKA BERPIKIR

Kepercayaan

Jaringan

sosial

Modal sosial

Rekayasa modal sosial

Rekonstruksi

sosial ekonomi melalui

Credit union

Perbaikan

kondisi sosial ekonomi

masyarakat

Pranata sosial

Kerangka pemikiran diatas merupakan gambaran sebuah kondisi

pemanfaaatan modal sosial dalam perbaikan kondisi sosial ekonomi masyarakat

Aceh pasca bencana tsunami. Proses ini dimulai dari pemetaan sumber-sumber

modal sosial yang terdiri dari nilai-nilai kepercayaan, jaringan sosial dan pranata

sosial yang ada pada masyarakat setempat. Sumber-sumber modal tersebut

Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008

14

Page 15: Pemanfaatan Modal Sosial dlm tsunamai.pdf

Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008

15

kemudian akan dijadikan fondasi perbaikan kondisi ekonomi masyarakkat melalui

usaha swadaya masyarakat itu sendiri dengan menggunakan media yang disebut

dengan Credit Union. Credit Union ini merupakan sebuah pilihan strategi

rekonstruksi sosial ekonomi masyarakat yang mengandalkan kepada swdaya

masyarakat tersebut untuk keluar dari keterpurukan yang ada. Melalui Credit

Union ini diharapkan tercipta perbaikan-perbaikan tatanan kehidupan sosial

terutama ekonomi masyarakat karena pada dasarnya kekuatan dan keberhasilan

Credit Union ini terletak pada masyarakat itu sendiri.

Page 16: Pemanfaatan Modal Sosial dlm tsunamai.pdf

Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008

16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Modal sosial

Konsep modal sosial (sosial capital) diperkenalkan Robert Putnam (1993)

sewaktu meneliti Italia pada 1985. Masyarakatnya, terutama di Italia Utara,

memiliki kesadaran politik yang sangat tinggi karena tiap indvidu punya minat

besar untuk terlibat dalam masalah publik. Hubungan antar masyarakat lebih

bersifat horizontal karena semua masyarakat mempunyai hak dan kewajiban yang

sama. Sementara itu, Putnam prihatin atas kecenderungan runtuhnya jalinan sosial

masyarakat Amerika. Adanya televisi memberikan kontribusi bagi terciptanya

"couch potato syndrome". Kebiasaan orang Amerika "nongkrong" di depan layar

televisi berjam-jam sebagai cerminan hidup yang sangat individualistik.

Menurut Putnam (1993), modal sosial adalah kemampuan warga untuk

mengatasi masalah publik dalam iklim demokratis. Schaft dan Brown (2002)

mengatakan bahwa modal sosial adalah norma dan jaringan yang melancarkan

interaksi dan transaksi sosial sehingga segala urusan bersama masyarakat dapat

diselenggarakan dengan mudah.

Pengertian modal sosial, dalam kajian ilmu-ilmu sosial kontemporer,

terkait dengan perilaku kooperatif yang terorganisasikan secara horisontal, meski

sering kali tidak formal, yang bisa mendorong pada adanya keteraturan dan

peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat. Di samping itu, dalam modal

sosial ini terkandung pula hubungan saling mempercayai di antara warga

Page 17: Pemanfaatan Modal Sosial dlm tsunamai.pdf

Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008

17

masyarakat dan antara masyarakat dengan negara, bukan hubungan-hubungan

dominasi dan otoritarianisme.

Dalam rumusan Robert D. Putnam (1993), modal sosial menunjuk pada

ciri-ciri organisasi sosial yang berbentuk jaringan-jaringan horisontal yang di

dalamnya berisi norma-norma yang memfasilitasi koordinasi, kerja sama, dan

saling mengendalikan yang manfaatnya bisa dirasakan bersama anggota

organisasi. Dalam konteks ekonomi, jaringan horisontal yang terkoordinasi dan

kooperatif itu akan menyumbang pada kemakmuran dan pada gilirannya diperkuat

oleh kemakmuran tersebut.

Modal sosial dalam bentuk asosiasi-asosiasi horisontal ini umpamanya

berperan penting dalam mendukung kemajuan ekonomi pada komunitas Cina

perantauan (overseas Chinese) melalui apa yang disebut dengan network

capitalism. Organisasi informal Cina perantauan di Asia Tenggara, misalnya di

Singapura dan Malaysia, mendorong pada kemampuan kompetitif mereka dalam

kegiatan bisnis. Keunggulan bersaing tersebut bukan hanya karena mereka

memiliki bakat kewiraswastaan, tapi juga berasal dari perkumpulan dan lembaga

dagangnya. Pendirian perkumpulan satu dialek bahasa dan jaringan keluarganya,

siang hwee (kamar dagang), memungkinkan mereka bisa saling membantu dan

mempercayai satu sama lain dalam transaksi ekonomi modern tanpa harus melalui

lembaga ekonomi formal yang birokratis.

Putnam juga mengajukan contoh mengenai kuatnya modal sosial

masyarakat Italia Utara yang sejak berabad-abad lalu memiliki jaringan horisontal

Page 18: Pemanfaatan Modal Sosial dlm tsunamai.pdf

Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008

18

di antara kelompok-kelompok masyarakatnya, yang mengembangkan budaya

politik yang menekankan pada otonomi, kerja sama, toleransi, dan penghormatan

pada hukum, sehingga memungkinkan berkembangnya demokrasi partisipatif dan

ketertiban. Sebaliknya, organisasi sosial di Italia Selatan sangat hierarkhis, dengan

dominasi dan hegemoni kelompok elite, budaya politiknya berpola atasan-

bawahan (clientelistic) dan otoriter, yang dilambangkan dengan penguasaan mafia

yang mencolok.

Masyarakat Italia Selatan mengembangkan hubungan sosial yang vertikal,

memiliki ketergantungan yang luas pada keluarga, dan kepercayaan sosial pada

nonkeluarga yang rendah, karena lembaga-lembaga publik yang ada tidak dapat

diandalkan untuk terciptanya rasa keamanan dan perlindungan. Juga ada

kecurigaan meluas pada negara dan otoritas yang lebih tinggi. Di sini jaringan

sosial vertikal mencakup hubungan-hubungan asimetri dan eksploitasi, yang

mendorong pada munculnya ketimpangan sosial-ekonomi dan tindak kekerasan.

James S. Coleman (1990) melihat modal sosial dari sisi fungsinya. Dia

menunjukkan bahwa struktur sosial dalam bentuk jaringan yang sifatnya lebih

ketat dan relatif tertutup cenderung lebih efektif daripada yang terbuka. Jaringan

komunitas yang dikembangkan kelompok-kelompok perantau di berbagai daerah

lazimnya dibuat eksklusif, yang keanggotaannya didasari relasi kekerabatan dan

kesamaan daerah, bahasa, etnis, dan agama, dan mungkin karena ketertutupannya

itulah mereka bisa survive dan bisa menguasai jaringan perdagangan komoditas

dan keterampilan tertentu di daerah perantauan.

Page 19: Pemanfaatan Modal Sosial dlm tsunamai.pdf

Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008

19

Kiranya cukup penting untuk mengetengahkan konsep modal sosial yang

diajukan Francis Fukuyama (1999), yang tulisan-tulisannya dianggap

kontroversial, tetapi populer, yang menekankan bahwa modal sosial memiliki

kontribusi cukup besar atas terbentuk dan berkembangnya ketertiban dan

dinamika ekonomi. Dalam konsepsi Fukuyama, modal sosial adalah serangkaian

nilai dan norma informal yang dimiliki bersama di antara para anggota suatu

kelompok yang memungkinkan terjalinnya kerja sama di antara mereka.

Apabila anggota kelompok mengharapkan anggota-anggotanya

berperilaku jujur dan terpercaya, mereka akan saling mempercayai. Kepercayaan

ibarat pelumas yang membuat jalannya organisasi menjadi lebih efisien dan

efektif. dalam konteks ini, berarti modal sosial bukan hukum atau aturan formal,

tetapi norma informal yang mempromosikan perilaku konsesual dan kerja sama

yang juga di dalamnya terkandung kejujuran, pemenuhan tugas dan tanggung

jawab, saling mengendalikan, dan kesediaan untuk saling menolong.

Keluarga, dilihat Fukuyama, merupakan sumber penting bagi modal

sosial. Sebagai contoh, betapa pun rendah opini orang tua Amerika atas anak-anak

mereka yang berusia belasan tahun, jauh lebih mungkin di antara mereka saling

mempercayai dan bekerja sama ketimbang dengan orang asing. Inilah alasan

mengapa sebenarnya seluruh kegiatan bisnis dimulai dari keluarga. Di Cina dan

Amerika Latin, keluarga sangat kuat dan kohesif, tetapi ia sangat sulit untuk

memercayai orang asing, sehingga tingkat kejujuran dan kerja sama dalam

kehidupan publik jauh lebih rendah dan ini mendorong pada terjadinya nepotisme

dan korupsi pada lembaga-lembaga publik. Reformasi agama Protestan menjadi

Page 20: Pemanfaatan Modal Sosial dlm tsunamai.pdf

Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008

20

bermakna bukanlah karena ia mendorong kejujuran, kesediaan saling menolong,

dan kepedulian di antara para wiraswastawannya, tetapi kebajikan-kebajikan itu

dipraktikkan secara luas di luar keluarga, terutama pada lembaga-lembaga publik.

Fukuyama (1999) menyebutkan, bahwa modal sosial menunjuk pada

seperangkat sumber daya yang melekat dalam hubungan keluarga dan dalam

organisasi sosial komunitas serta sangat berguna bagi pengembangan kognitif dan

sosial anak. Kerja sama dalam keluarga itu dimungkinkan karena adanya fakta

biologis yang kodrati dan itu tidak hanya memperlancar dan memudahkan jenis-

jenis aktivitas sosial lainnya, seperti menjalankan bisnis. Dalam dunia sekarang

ini pun banyak perusahaan besar yang impersonal dan birokratis sebagian besar

dijalankan oleh keluarga. Tapi kebergantungan berlebihan atas ikatan kekerabatan

itu bisa menimbulkan konsekuensi negatif atas masyarakat luas. Dalam

penglihatan Fukuyama, banyak kebudayaan, mulai dari Cina, Eropa Selatan,

hingga Amerika Latin yang mempromosikan familisme, yakni peningkatan ikatan

kekerabatan, tetapi itu mengakibatkan kewajiban moral atas otoritas publik dalam

segala bentuknya menjadi lemah.

Tetapi Fukuyama mengakui, ada modal sosial yang diproduksi dan

disosialisasikan institusi publik, yakni melalui sistem pendidikan, yang di

sebagian besar negara diberikan oleh negara sebagai kekayaan publik. Sekolah-

sekolah biasanya tidak hanya mengajarkan berbagai pengetahuan dan

keterampilan, juga memasyarakatkan para pelajar ke dalam kebiasaan-kebiasaan

budaya tertentu yang dirancang untuk membuat mereka menjadi warga negara

yang baik.

Page 21: Pemanfaatan Modal Sosial dlm tsunamai.pdf

Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008

21

Namun demikian, banyak juga, menurut Fukuyama, pemerintah yang

cakap dalam menghancurkan modal sosial. Umpamanya, bagaimana negara telah

gagal memberikan dan melindungi hak-hak keamanan dan kepemilikan yang

stabil kepada publik, sehingga mengakibatkan para warga negara tidak percaya

bukan hanya pada pemerintah tapi juga saling tidak percaya di antara mereka

sendiri dan menjadi sangat sulit untuk diasosiasikan. Pertumbuhan negara-negara

kesejahteraan modern di Eropa Barat, sentralisasi fungsi-fungsinya, dan turut

campurnya pada hampir seluruh perjalanan kehidupan warga negaranya

cenderung melemahkan sosiabilitas spontan.

Konsep modal sosial muncul dari pemikiran bahwa anggota masyarakat

tidak mungkin dapat secara individu mengatasi berbagai masalah yang

dihadapi.Diperlukan adanya kebersamaan dan kerjasama yang baik dari segenap

anggota masyarakat yang berkepentingan untuk mengatasi masalah tersebut.

Pemikiran seperti inilah yang pada awal abad ke 20 mengilhami seorang pendidik

di Amerika Serikat bernama Lyda Judson Hanifan untuk memperkenalkan.

Konsep modal sosial (sosial capital) pertama kalinya. Dalam tulisannya berjudul

The Rural School Community Centre tahun 1916 mengatakan modal sosial,

bukanlah modal dalam arti biasa seperti harta kekayaan atau uang, tetapi lebih

mengandung arti kiasan, namun merupakan aset atau modal nyata yang penting

dalam hidup bermasyarakat. Menurut Hanifan, dalam modal sosial termasuk

kemauan baik, rasa bersahabat; saling simpati serta hubungan sosial dan

kerjasama yang erat antara individu dan keluarga yang membentuk suatu

kelompok sosial (Syabra, 2003).

Page 22: Pemanfaatan Modal Sosial dlm tsunamai.pdf

Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008

22

Pierre Bourdieu, seorang sosiolog Perancis kenamaan, dalam sebuah

tulisan yang berjudul "The Forms of Capital" tahun 1986 (Syabra, 2003)

mengemukakan bahwa untuk dapat memahami struktur dan cara berfungsinya

dunia sosial perlu dibahas modal dalam segala bentuknya, tidak cukup hanya

membahas modal seperti yang dikenal dalam teori ekonomi. Penting juga

diketahui bentuk transaksi yang dalam teori ekonomi dianggapsebagai non-

ekonomi karena tidak dapat secara langsung memaksimalkan keuntungan

material. Padahal sebenarnya dalam setiap transaksi modal ekonomi selalu disertai

oleh modal immaterial berbentuk modal budaya dan modal sosial.

Bourdieu (Syabra, 2003) menjelaskan perbedaan antara modal ekonomi,

modal budaya dan modal sosial, dan menggambarkan bagaimana ketiganya dapat

dibedakan antara satu sama lain dilihat dari tingkat kemudahannya untuk

dikonversikan. Modal ekonomi, menurut Bourdieu memang dengan mudah dapat

dikonversikan ke dalam bentuk uang, dan dapat dilembagakan dalam bentuk hak

kepemilikan. Tetapi dalam kondisi tertentu modal budaya juga dapat

dikonversikan menjadi modal yang memiliki nilai ekonomi, dan dapat

dilembagakan, seperti kualifikasi pendidikan. Demikian pula modal sosial dalam

kondisi tertentu dapat dikonversikan ke dalam modal ekonomi dan bahkan dapat

dilembagakan dalam bentuk gelar kesarjanaan. Misalnya sekalipun diperoleh

melalui perguruan tinggi yang sama dan dalam jangka waktu pendidikan yang

sama, masing-masing gelar kesarjanaan dengan bidang keahlian yang berbeda

memiliki "nilai jual ekonomi" yang berbeda. Bahkan gelar kesarjanaan dalam

bidang sama tetapi diperoleh dari perguruan tinggi yang berbeda akan

mengandung nilai ekonomi yang berbeda. Seorang tamatan perguruan tinggi yang

Page 23: Pemanfaatan Modal Sosial dlm tsunamai.pdf

Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008

23

memiliki nilai akreditasi tinggi pada umumnya akan lebih mudah mendapat

pekerjaan dengan penghasilan yang lebih besar dibandingkan dengan seorang

tamatan perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta yang rendah nilai

akreditasinya (Todaro & Smith, 2003).

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa modal sosial (sosial capital)

merupakan fasilitator penting dalam pembangunan ekonomi. Modal sosial yang

dibentuk berdasarkan kegiatan ekonomi dan sosial dimasa lalu dipandang sebagai

faktor yang dapat meningkatkan dan jika digunakan secara tepat mampu

memperkuat efektifitas pembangunan (Suharto dan Yuliani, 2005).

Tjondronegoro (2005) menjelaskan bahwa modal sosial dapat menjadi

unsur pendukung keberhasilan pembangunan, termasuk pula dinamika

pembangunan pedesaan dan pertanian di Indonesia. Seperti dicontohkan oleh

Tjondronegoro tentang bentuk-bentuk jaringan daerah pedesaan dan perkotaan

seperti gotong royong, kelompok arisan maupun pengajian dapat disebut sebagai

modal sosial. Sehingga dalam menjalankan program pembangunan, khususnya

pertanian dan pedesaan bentuk-bentuk modal sosial tersebut sebaiknya di perhati-

kan dan dimanfaatkan. Brehm dan Rahn (Bahtiar,1997) menjelaskan bahwa modal

sosial adalah jaringan kerjasama di antara warga masyarakat yang memfasilitasi

pencarian solusi dari permasalahan yang dihadapi.

Definisi lain dikemukakan oleh Pennar (Bahtiar,1997) bahwa modal sosial

adalah jaringan hubungan sosial yang mempengaruhi perilaku individual yang

mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.

Prusak (2001) menjelaskan bahwa modal sosial adalah kumpulan dari

hubungan yang aktif di antara manusia: rasa percaya, saling pengertian dan

Page 24: Pemanfaatan Modal Sosial dlm tsunamai.pdf

Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008

24

kesamaan nilai dan perilaku yang mengikat anggota dalam sebuah jaringan kerja

dan komunitas yang memungkinkan adanya kerjasama.

Modal sosial mulai berkembang dan banyak menyita waktu para ilmuwan

sosial setelah manusia sadar bahwa keberhasilan ekonomi tidak hanya ditentukan

oleh modal ekonomi yang berbentuk material semata tetapi juga ada modal dalam

bentuk immaterial. Modal immaterial ini oleh banyak ilmuwan disebut sebagai

modal sosial. Modal sosial bisa melekat pada individu manusia dan juga bias

merupakan hasil interaksi sosial dalam bentuk jaringan sosial (Alder & Seok,

2002).

Oleh karena itu mengenai pengertian atau definisi modal sosial sangat

beragam tetapi tidak lepas dari dua obyek penekanan, pertama penekanan pada

karakteristik yang melekat pada individu (misalnya, norma-norma, saling percaya,

saling pengertian , kepedulian, dll) dan kedua penekanan pada jaringan hubungan

sosial (misalnya adanya kerjasama, pertukaran informasi, dll)

Bourdieu (Winter, 2000) menjelaskan bahwa modal sosial (sosial capital)

merupakan wujud nyata dari suatu institusi kelompok yang merupakan jaringan

koneksi yang bersifat dinamis dan bukan alami. Oleh karena itu modal sosial

dapat menghasilkan hubungan sosial secara langsung dan tidak langsung dan

jangka pendek maupun jangka panjang. Hubungan ini dapat dilakukan dalam

hubungan antar keluarga, tetangga, teman kerja, maupun masyarakat dalam arti

luas. Modal sosial merupakan kumpulan sumberdaya yang dimiliki setiap anggota

dalam suatu kelompok yang digunakan secara bersama-sama.

Grootaert dan Basteler (2001) mengungkapkan ada tiga manfaat modal

sosial (sosial capital), yaitu: (1) partisipasi individu dan jaringan kerja sosial akan

Page 25: Pemanfaatan Modal Sosial dlm tsunamai.pdf

Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008

25

meningkatkan ketersediaan informasi dengan biaya rendah; (2) partisipasi dan

jaringan kerja lokal serta sikap saling percaya akan membuat kelompok lebih

mudah untuk mencapai keputusan bersama dan mengimplementasikan dalam

kegiatan bersama; dan (3) memperbaiki jaringan kerja dan sikap mengurangi

perilaku tidak baik dari anggota. Jika disimak, titik simpul kekuatan modal sosial

(sosial capital) itu bertumpu pada dua hal: jaringan dan sumber daya. Itulah yang

dapat dibaca dalam karya-karya para pemikir seperti Pierre Bourdieu, Robert

Putnam, James Coleman, Fukuyama, dan lain-lain. Mereka mengenalkan konsep

modal sosial itu merujuk dua komponen penting yaitu: (1) jaringan sosial yang

beroperasi di masyarakat yang memberi manfaat mutualistik bagi para warganya;

dan (2) berbagai jenis sumber daya yang tersedia di masyarakat bersangkutan

yang dapat didayagunakan bagi kepentingan publik.

2.1.1. Saling Percaya ( Trust)

Sikap saling percaya (trust) sebagai salah satu elemen dari modal sosial

adalah merupakan sikap salah satu dasar bagi lahirnya sikap saling percaya yang

terbangun antar beberapa golongan komunitas dan merupakan dasar bagi

munculnya keinginan untuk membentuk jaringan sosial (networks) yang akhirnya

di mapankan dalam wujud pranata (institution) saling percaya meliputi adanya

kejujuran (honesty ) kewajaran (fainerss), sikap egaliter (egali-tarianism),

toleransi (tolerance) dan kemurahan hati (generosity). Salah satu elemen-elemen

pokok modal sosial tersebut bukanlah sesuatu yang tumbuh dan berkembang

dengan sendirinya, melainkan harus dikreasikan dan di transmisikan melalui

mekanisme-mekanisme sosial budaya didalam sebuah unit sosial seperti

Page 26: Pemanfaatan Modal Sosial dlm tsunamai.pdf

Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008

26

keluarga, komunitas, asosiasi suka rela, negara, dan sebagainya. Menurut Pretty

dan Ward (1999 ),sikap saling percaya merupakan unsur pelumas yang sangat

penting untuk kerja sama, yang oleh Putnam di Italia, ia menemukan bahwa para

warga negara di negara bagian Emilia- Romagna dan Tuscany misalnya, memiliki

banyak organisasi-organisasi komonitas yang aktif, dan mereka ditautkan oleh

isu-isu publik, bukan melalui pola patronasme. Mereka percaya satu sama lain

untuk berlaku fair dan mematuhi hukum.para pimpinan di dalam komunitas-

komunitas ini relatif jujur dan komit terhadap kesetaraan, jaringan-jaringan sosial

dan politik di organisasi secara horizontal, bukan hiraikal. Komunitas seperti ini

menurut Putnam menilai penting solidaritas, partisipasi warga ( civic participation

) dan intergas; dan dalam komunitas seperti ini demokrasi berjalan

(democracy work ). Sikap saling percaya itu terbangun karena adanya dua unsur

yang saling terkait yaitu norma-norma resiproritas (norms of reciprocity) dan

jaringan keterlibatan keluarga (networks of civic engagement ).

Francois (2003) memandang trust sebagai komponen ekonomi yang

relevan melekat pada kultur yang ada pada masyarakat yang akan membentuk

rekayasa modal sosial.

Qionhong Fu (2004) merujuk ke beberapa pendapat para sosiolog,

membagi tiga tingkatan trust yaitu :

1. Tingkatan individual, merupakan kekayaan individu

2. Hubungan sosial, merupakan atribut kolektif untuk mencapai tujuan

kelompok

3. Sistem sosial, merupakan nilai publik yang perkembangnnya difasilitasi

oleh sistem sosial yang ada.

Page 27: Pemanfaatan Modal Sosial dlm tsunamai.pdf

Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008

27

Dari mana sumber trust tersebut ? banyak peneliti merujuk ke jaringan

sebagai sumber penting tumbuh dan hilangnya trust. Nahapit dan ghosal (1998)

menyatakan bahwa pada tingkat individual, trust berasal dari adanya nilai –nilai

yang bersumber dari kepercayaan agama yang dianut, kompetensi seseorang dan

keterbukaan yang telah menjadi norma di masyarakat. Pada tingkatan komunitas,

sumber trust berasal dari norma sosial yang memang melekat pada stuktur sosial

setempat ( dalam Coleman, 1998).

Fukuyama yang mengkaji bidang ekonomi menyebutkan bahwa modal

sosial yang berintikan kepercayaan (trust) merupakan dimensi budaya dari

kehidupan ekonomi yang sangat menentukan dalam keberhasilan pembangunan

ekonomi. Hilangnya sikap saling percaya antar warga masyarakat, maupun antar

warga dengan pemerintah, merupakan contoh hilangnya potensi modal sosial

dalam kehidupan masyarakat. Penelitian yang dilakukan oleh Badaruddin (2005)

tentang potensi modal sosial dalam komunitas nelayan menemukan adanya

beberapa potensi modal sosial, yaitu : patron-klien, koperasi, serikat tolong

menolong, arisan. Dalam keempat potensi modal sosial yang ditemukannya

tersebut diketahui bahwa kepercayaan (trust) adalah unsur utama yang

membentuk potensi-potensi tersebut. Menurut Badaruddin adanya sikap saling

percaya dalam komunitas nelayan merupakan faktor pendorong bagi munculnya

keinginan adanya suatu bentuk jaringan sosial yang dimapankan dalam wujud

pranata sosial, dan pranata sosial itu dikenal dengan patron-klien. Begitu juga

dengan koperasi, serikat tolong menolong , dan arisan, semuanya dapat terjadi

karena adanya kepercayaan dalam komunitas nelayan, yang kemudian melembaga

menjadi pranata sosial resmi yang dimiliki masyarakat. Kepercayaan inilah yang

Page 28: Pemanfaatan Modal Sosial dlm tsunamai.pdf

Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008

28

menjadi faktor utama dalam modal sosial, dimana kepercayaan dapat menjadi

perekat bagi kerjasama dalam masyarakat.

Fukuyama ( 2002 ) berpendapat bahwa kepercayaan adalah pengharapan

yang muncul dalam sebuah komunitas yang berperilaku normal, jujur, dan

kooperatif berdasarkan norma-norma yang dimiliki bersama, demi kepentingan

anggota yang lain dari komunitas itu. Ada tiga jenis perilaku dalam komunitas

yang mendukung kepercayaan ini, yaitu perilaku normal, jujur dan kooperatif.

Perilaku norma yaitu perilaku yang sesuai asas dan norma-norma yang dianut

bersama, jika dalam komunitas terdapat perilaku deviant (menyimpang) dari

beberapa anggotanya maka akan sulit mendapatkan adanya kejujuran dan sifat

kooperatif. Adanya jaminan tentang kejujuran dalam komunitas dapat

memperkuat rasa solidaritas dan sifat kooperatif dalam komunitas.

Kepercayaan timbal balik hanya muncul di dalam sebuah konteks sosial,

kata fukuyama. Kepercayaan sosial, termasuk kejujuran, keteladanan, kerjasama,

dan rasa tanggup jawab terhadap orang lain sangat penting untuk menumbuhkan

kebajikan-kebajikan individual. Hal itulah yang menjadi argumen sentral dari

Max Weber tentang etika protestan yang menunjukan bahwa kaum puritan

memperoleh kekayaan material sebagai hasil dari kepercayaan religiusnya, dan

telah mengembangkan kebajikan-kebajikan tertentu seperti kejujuran dan sikap

hemat yang sangat membantu bagi akumulasi modal.

Dalam bukunya Trust, Fukuyama mencoba membedah karakteristik

ekonomi beberapa negara berdasarkan unsur-unsur budaya negara bersangkutan (

modal sosial dan kepercayaan yang dianut ). Ia sampai pada kesimpulan bahwa

ada dua jenis kepercayaan yang ada dalam struktur masyarakat, yaitu high trust

Page 29: Pemanfaatan Modal Sosial dlm tsunamai.pdf

Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008

29

community dan low trust community. High trust commmunity adalah masyarakat

dengan tingkat kepercayaan yang tinggi dalam komunitasnya. Tingkat

kepercayaan yang tinggi tersebut dilihatnya dari apa yang disebutnya sosiabilitas

spontan.

2.1.2. Jaringan Sosial ( networks)

Aspek vital dari modal sosial adalah keterkaitan ( Connectedness ),

jaringan ( networks ) dan kelompok ( groups ). Keterkaitan terwujud didalam

beragam tipe kelompok pada tingkat lokal maupun di tingkat yang lebih tinggi.

Adanya jaringan hubungan antar individu, norma-norma dan kepercayaan, sebagai

bagian dari modal sosial memberikan manfaat dalam konteks terbentuknya

kerjasama kolektif dalam menghadapi dan memecahkan persoalan bersama

komunitas masyarakat kecil secara kolektif yang akan memperkuat posisi tawar

mereka terhadap kekuatan-kekuatan struktural, seperti pasar dan nelayan pemilik

yang senantiasa berupaya mengeksploitasikan mereka melalui penentuan harga

secara sepihak dan system bagi hasil yang tidak setara dan adil. Tentang

keterkaitan ini berikut akan dikutip pendapat dari penelitian terdahulu oleh

Zulkifli Lubis ( 2001) :

Keterkaitan antar individu di dalam kelompok memilki tiga elemen penting yang paling relevan, yaitu : (i) hubungan yang bersifat lokal ( local connection ), berupa ikatan yang kuat antara individu-individu di dalam kelompok – kelompok lokal dan komunitas; (ii) hubungan lokal – lokal ( local – local connection ), berupa hubungan hosrisontal antar grup di dalam satu komunitas atau antar komunitas yang kadangkala menjadi flatform bagi struktur – struktur institusional yang lebih baru pada tingkat yang lebih tinggi; (iii) hubungan lokal-luar (local – external connections) berupa hubungan vertikal antara kelompok – kelompok lokal dan agensi atau organisasi dari luar, biasanya hubungan bersifat satu arah atau dua arah.

Page 30: Pemanfaatan Modal Sosial dlm tsunamai.pdf

Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008

30

Adanya sikap saling percaya yang terbangun antar beberapa golongan

komunitas nelayan merupakan dasar bagi munculnya keinginan untuk membentuk

jaringan sosial (networks). Adanya saling percaya diantara beberapa golongan

komunitas nelayan tersebut membuat mereka mampu membentuk jaringan sosial.

Jaringan sosial tersebut terbentuk antar golongan nelayan yang berperan sebagai

”klien”. Jaringan sosial juga terbentuk antar sesama golongan ”klien”. Menurut

Putnam, kerjasama sukarela lebih mudah terjadi di dalam suatu komunitas yang

telah mewarisi sejumlah modal sosial yang substansial dalam bentuk aturan-

aturan yang telah mewarisi sejumlah modal sosial yang substansial dalam bentuk

aturan-aturan, pertukaran timbal balik (reciprocity), dan jaringan-jaringan antar

warga. Jaringan sosial (networks), yang meliputi adanya partisipasi

(participations), pertukaran timbal balik (reciprocity), solidaritas (solidarity),

kerjasama (collaboration/cooperation ), dan keadilan (equity). Elemen – elemen

pokok modal sosial ini tersebut bukanlah sesuatu yang tumbuh dan berkembang

dengan sendirinya, melainkan harus dikreasikan dan ditransmisikan melalui

mekanisme-mekanisme sosial budaya didalam sebuah unit sosial di dalam sebuah

unit soaial seperti keluarga, komunitas, asosiasi sukarela, negara, dan sebagainya.

Dalam penelitian Putnam di Italia, ia menemukan bahwa warga negara di negara

bagian Emilia-Romagna dan Tuscany misalnya, memiliki banyaknya organisasi -

organisasi komunitas yang aktif, dan mereka di tautkan oleh isu-isu publik, bukan

melalui pola patronasme. Mereka percaya satu sama lain untuk berlaku fair dan

mematuhi hukum. Para pemimpin didalam komunitas-komunitas ini relative jujur

dan komit terhadap kesetaraan, jaringan- jaringan sosial dan politik diorganisasi

secara horisontal, bukan hikarial. Komunitas seperti ini menurut Putnam menilai

Page 31: Pemanfaatan Modal Sosial dlm tsunamai.pdf

Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008

31

penting solidaritas, partisipasi warga (civic participations) dan integritas; dan

dalam komunitas seperti ini demokrasi berjalan ( democracy work). Sikap saling

percaya itu terbangun karena adanya dua unsur yang paling terkait yaitu norma –

norma resiprositas norms of reciprocity). Salah satu elemen pokok modal sosial

adalah adanya jaringan sosial yang meliputi adanya partisipasi.

Solidaritas adalah faktor utama dalam merekatkan hubungan sosial dalam

sebuah komunitas. Karena rasa solidaritaslah masyarakat bisa menyatukan

resepsinya tentang hal yang ingin mereka perjuangkan. Salah satu unsur dalam

jaringan sosial adalah kerjasama. Kerjasama adalah suatu usaha bersama antara

orang perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa

tujuan bersama. Hampir pada semua kelompok manusia dapat ditemui adanya

pola-pola kerjasama. Kerjasama timbul karena individu memiliki orientasi

terhadap kelompoknya atau terhadap kelompok lain. Charles H Cooley ( Dalam

Soekanto, 1997) menggambarkan kerjasama sebagai :

Kerjasama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan – kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan yang sama dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta yang penting dalam kerjasama yang berguna.

2.1.3. Pranata Sosial

Pranata sosial merupakan salah satu merupakan elemen penting dari

modal sosial selain dari kepercayaan dan jaringan sosial. Pranata (institutions),

yang meliputi nilai-nilai yang di miliki bersama (shared value), norma-norma dan

sanksi-sanksi (norms and sanctions), dan aturan-aturan. (Soekanto, 1997 : 7).

Page 32: Pemanfaatan Modal Sosial dlm tsunamai.pdf

Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008

32

Pranata atau lembaga adalah sistem-sistem yang menjadi wahana yang

memungkinkan warga masyarakat itu untuk berinteraksi menurut pola-pola resmi.

Pranata muncul di sebabkan adanya keperluan dan kebutuhan manusia yang tidak

dapat dipenuhi sendiri, dan lembaga ini muncul dengan norma-norma masing-

masing. Di dalam pranata, masayarakat dapat berinteraksi satu sama lain tetapi

sudah di ikat oleh aturan-aturan yang telah di sepakati bersama. Jika tidak ada

aturan-aturan dan pola-pola yang resmi maka belum di sebut sebagai pranata

sosial, karena hal itu masih merupakan interaksi sosial biasa.

Pranata sosial ini sangat bermacam-macam ragam bentuknya, mulai dari

yang tradisional (masyarakat adat) sampai pada pranata yang modern (partai

politik, koperasi, perusahaan dan perguruan tinggi). Menurut Koentjaraningrat

(1990) ada delapan tipe dari pranata sosial, yaitu :

1. Pranata yang berfungsi memenuhi keperluan manusia untuk mata

pencaharian hidupnya

2. Pranata yang berfungsi untuk memenuhi keperluan kehidupan

kkerabatan,yang sering di sebut Domestic institution.

3. Pranata yang berfungsi memenuhi keperluan pendidikan.

4. Pranata yang berfungsi memenuhi keperluan ilmiah manusia atau

sering disebut scientific institution.

5. Pranata yang berfungsi memenuhi keperluan untuk menghayatkan rasa

keindahan.

6. Pranata yang berfungsi memenuhi keperluan fisik dan kenyamanan

hidup manusia.

Page 33: Pemanfaatan Modal Sosial dlm tsunamai.pdf

Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008

33

7. Pranata yang berfungsi memenuhi keperluan manusia untuk berbakti

kepada Tuhan .

8. Pranata yang berfungsi untuk keperluan manusia untuk mengatur

keseimbangan kekuasaan dalam masyrakat.

Di dalam suatu pranata supaya dapat tercipta kerjasama, maka harus ada

norma-norma yang mengatur . Norma-norma yang ada pada sebuah pranata dapat

terbentuk secara sengaja maupun tidak sengaja. Norma-norma yang ada pada

masyarakat mempunyai kekuatan mengikat yang berbeda-beda, ada yang lemah

dan ada yang kuat ikatannya.

2.2. Rekontruksi Sosial Ekonomi

Dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2005

Tentang Rencana Induk Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah dan Kehidupan

Masyarakat Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Kepulauan Nias Provinsi

Sumatera Utara disebutkan bahwa rekonstruksi adalah perumusan kebijakan, dan

usaha serta langkah-langkah nyata yang terencana, konsisten dan berkelanjutan

untuk membangun kembali semua prasarana, sarana, kelembagaan baik di tingkat

pemerintahan maupun masyarakat dengan sarana utama tumbuh

berkembangnya kegiatan perekonomian,sosial dan budaya, tegaknya hukum dan

ketertiban, dan bangkitnya peran dan partisipasi masyarakat sipil dalam segala

aspek kehidupan bermasyarakat di wilayah pasca bencana.

Rekontruksi dan rehabilitasi Aceh tengah berjalan, sekalipun oleh

sebahagiaan melihatnya agak lambat.Dua tahun lebih pasca musibah tsunami

tidak terasa bagi kita,namun sangat dirasakan oleh sebahagiaan masyarakat yang

Page 34: Pemanfaatan Modal Sosial dlm tsunamai.pdf

Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008

34

hidupnya masih terkatung-katung,baik di pengungsian, tenda-tenda darurat

,bahkan yang masih berada di di areal hutan. Dari fenomena tersebut rekontruksi

sosial Aceh membutuhkan keteladanan dan keikhalasan,itulah kunci dan kiat

membangun kembali peradaban-peradaban yang hilang selama ini. Keteladanan

yang di maksud disini adalah rekontruksi sosial masyarakat Aceh mensyaratkan

kesatuan pandangan dan pola pikir yang jelas dan terarah.Rekontruksi sosial

masyarakat Aceh adalah kerja besar secara mental dan fisik.

Kesulitan hidup di era-era yang lalu untuk sekian dekade telah

membuahkan kekerasan struktural yang berbahaya dan penghancuran peradaban

yang di dalamnya termasuk hilangnya kekuatan yang ada sejak dulu yaitu modal

sosial di dalam kehidupan masyarakat. Rekontruksi sosial membutuhkan

komitmen juang yang di landasi pemikiran yang cerdas bahwa rekontruksi sosial

masyarakat Aceh harus bangkit dari keterpurukan.Rekontruksi sosial

membutuhkan keteladanan karena keikut sertaan masyarakat Aceh membangun

kembali jatidirinya tak terlepaskan dari kesadaran yang tinggi yang di barengi

dengan tarap apresiasi positif terhadap niat mulia membangun kembali Aceh. Di

sadari bahwa keikut sertaan publik Aceh menjadi tolak ukur utama dalam menatap

masa depan Aceh yang lebih baik.

Kendala pokok rekontruksi sosial di lapangan adalah kendala teknis dan

koordinasi.Secara teknis harus diakui bahwa kesulitan signifikan di lapangan

adalah dalam mengubah kebiasaan -kebiasaan turun temurun yang pernah ada di

dalam kehidupan dan peradaban Aceh sejak dulu.Di sini pentingnya penyatuan

langkah yang sistematis membangun jaringan kerja yang baik dengan tetap

mengacu kepada adat istiadat setempat.Kendala signifikan lainnya adalah

Page 35: Pemanfaatan Modal Sosial dlm tsunamai.pdf

Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008

35

koordinasi .Keikut sertaan publik dalam membangun Aceh harus diapresiasikan

dengan baik.Banyaknya LSM, NGO dan donatur-donatur lainnya yang

memberikan perhatian positif terhadap percepatan pembangunan Aceh membawa

pengaruh besar dalam pergeseran tatanan kehidupan dan mempengaruhi segi

modal sosial yang ada.Dengan demikian langkah koordinasi dilakukan bagaimana

masing-masing LSM,NGO dan donatur lainnya serta pemerintahan turut berjuang

bersama di dalam percepatan rekontruksi sosial masyarakat Aceh terwujud.

Untuk para korban gempa bumi dan tsunami di Nanggroe Aceh

Darussalam (NAD) dan Sumatera Utara (Sumut), pemerintah pusat bersama-sama

dengan pemerintah daerah setempat menyusun kebijakan-kebijakan serta

menjalankan program-program yang ditujukan untuk pemulihan akses terhadap

pelayanan publik dan motor penggerak kegiatan ekonomi masyarakat. Kebijakan

yang dilakukan adalah dengan menggerakkan sel-sel ekonomi dalam skala yang

tidak terlalu besar antara lain melalui kebijakan pemberdayaan ekonomi lokal,

terutama UMKM yang dibarengi dengan pembangunan jaringan/ keterkaitan

usaha (business linkages/networking) dengan usaha besar. Strategi pembangunan

NAD dan Sumatera Utara (pulau Nias) diupayakan menyeluruh (holistic) serta

memperhatikan dimensi spatial dan kemanusiaan, membangun basis kelembagaan

berdasarkan prinsip-prinsip syari’ah dengan melibatkan seluruh pemangku

kepentingan (stakeholders) setempat. Apapun rencana pembangunan rehabilitasi

dan rekonstruksi yang dilakukan, harus dapat menjamin penghidupan masyarakat

NAD dan Nias menjadi lebih baik antara lain jaminan kehidupan ekonomi yang

normal dengan tingkat pendapatan yang semakin meningkat, adanya lapangan

kerja yang produktif, dan adanya perlindungan sosial yang memadai.

Page 36: Pemanfaatan Modal Sosial dlm tsunamai.pdf

Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008

36

Relasi dan tanggung jawab masing-masing yang berkepentingan terhadap

Rekontruksi sosial harus berada dalam langkah-langkah koordinasi yang baik.Di

lapangan kondisi ini terasa sulit sekali karena masih terdapatnya keinginan dan

langkah beragam dari masing-masing pihak.

Alas pikiran ini merupakan bentuk konkrit dari perjuangan bersama

membangun kualitas kehidupan masyarakat Aceh yang lebih baik dengan

rekontruksi sosial yang baru berdasarkan kaidah-kaidah dan elemen-elemen

modal sosial .

2.3. Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan adalah upaya memberdayakan ( mengembangkan klien dari

keadaan tidak atau kurang berdaya menjadi mempunyai daya ) guna mencapai

kehidupan yang lebih baik. Jadi pemberdayaan masyarakat adalah upaya

mengembangkan mayarakat dari keadaan kurang atau tidak berdaya menjadi

punya daya dengan tujuan agar masyarakat tersebut dapat mencapai / memperoleh

kehidupan yang lebih baik.

Payne (1997: 266) mengemukakan lebih jauh inti dari tujuan

pemberdayaan dilakukan :

“to help clients gain power of decision and action over their own lives by reducing the effect of sosial or personal blocks to exercising cacity and self-confidence to use power and by transferring power from the environment to clients.”

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada intinya tujuan

pemberdayaan masyarakat adalah untuk membantu masyarakat memperoleh daya

untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan mereka lakukan

Page 37: Pemanfaatan Modal Sosial dlm tsunamai.pdf

Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008

37

yang terkait dengan diri mereka sendiri, termasuk mengurangi efek hambatan

pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan. Hal ini dapat dilakukan melalui

peningkatan kemampuan dan rasa percaya diri pada masyarakat untuk

menggunakan daya yang ia miliki, antara lain melalui transfer daya dari

lingkungannya.

Shardlow (1998:32) melihat bahwa berbagai pengertian yang ada

mengenai pemberdayaan pada intinya membahas bagaimana individu, kelompok

maupun komunitas berusaha mengkontrol kehidupan mereka sendiri dan

mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai dengan keinginan mereka.

Gagasan Shardlow ini, tidak jauh dengan gagasan yang mengartikan

pemberdayaan sebagai upaya mendorong klien untuk menentukan sendiri apa

yang harus ia lakukan dalam kaitannya dengan upaya mengatasi permasalahan

yang ia hadapi sehingga klien mempunyai kesadaran dan kekuasaan penuh dalam

membentuk hari depannya.

Pemberdayaan masyarakat mengacu kepada kata empowerment, yaitu

sebagai upaya untuk mengaktualisasikan potensi yang sudah dimiliki sendiri oleh

masyarakat. Jadi, pendekatan pemberdayaan masyarakat bertitik berat pada

pentingnya masyarakat lokal yang mandiri sebagai suatu sistem yang

mengorganisir diri mereka sendiri sehingga diharapkan dapat memberi peranan

kepada individu bukan sekedar objek, tetapi justru sebagai subjek pelaku

pembangunanyan ikut menentukan masa depan dan kehidupan masyarakat secara

umum, (Setiana, 2002:8)

Dalam kaitannya dengan masyarakat sebagai objek yang akan

diberdayakan, pemberdayaan adalah upaya memberikan motivasi/dorongan

Page 38: Pemanfaatan Modal Sosial dlm tsunamai.pdf

Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008

38

kepada masyarakat agar mereka memiliki kesadaran dan kemampuan untuk

menentukan sendiri apa yang harus mereka lakukan untuk mengatasi

permasalahan yang mereka hadapi.

Sebagaimana diutarakan pada urai terdahulu, rakyat berada dalam posisi

yang tidak berdaya (powerless). Posisi yang demikian memberi ruang yang lebih

besar terhadap penyalahgunaan kekuasaan yang berimplikasi terhadap

pelanggaran hak-hak rakyat. Dengan demikian, rakyat harus diberdayakan

sehingga memiliki kekuatan posisi tawar (empowerment of the powerless).

Pemberdayaan (empowerment) dalam studi kepustakaan memiliki

kecenderungan dalam dua proses. Pertama, proses pemberdayaan yang

menekankan pada proses pemberian atau mengalihkan sebagian kekuasaan,

kekuatan atau kemampuan kepada masyarakat agar individu menjadi lebih

berdaya, dan kedua, menekankan pada proses menstimulasi, mendorong atau

memotivasi individu agar mempuyai kemampuan atau keberdayaan untuk

menentukan apa yang menjadi pilihan hidupnya melalui proses dialog.

Proses yang pertama merupakan suatu pendekatan alternatif tehadap

pembangunan yang menempatkan prioritas pada kaum miskin. Dalam hal ini

menurut John Friedman, pembangunan alternatif menekankan keutamaan politis

untuk melindungi kepentingan rakyat. Selanjutnya, tujuan dari pembangunan

alternatif adalah memanusiakan suatu sistem yang membungkam mereka dan

untuk mencapai tujuan ini diperlukan bentuk-bentuk perlawanan dan perjuangan

politis yang menekankan hak-hak mereka sebagai manusia dan sebagai warga

negara yang tersingkir.

Page 39: Pemanfaatan Modal Sosial dlm tsunamai.pdf

Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008

39

Di masa lampau hingga saat ini, pembangunan, termasuk Indonesia, telah

mengisolasi sebagian besar rakyat dari proses pembangunan, oleh karena itu

diperlukan pemecahan masalah- masalah melalui pemberdayaan.

Sementara itu menurut pendapat Kartasasmita, menyatakan bahwa upaya

pemberdayaan masyarakat dapat dilihat dari tiga sisi, yaitu: (1) menciptakan

suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang

(enabling); (2) memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat

(empowering); dan (3) memberdayakan mengandung pula arti melindungi

kelompok lemah agar tidak tertindas oleh kelompok kuat, dan mencegah

terjadinya persaingan yang tidak seimbang serta eksplotasi yang kuat atas yang

lemah. (Setiana 2005: 6)

Pada intinya, pemberdayaan masyarakat bukan membuat masyarakat

makin tergantung pada program-program pemberian (charity). Karena tujuan

akhirnya adalah memandirikan masyarakat, dan membangun kemampuan untuk

memajukan diri kearah kehidupan yang lebih baik secara berkesinambungan.

Pembedayaan masyarakat adalah meningkatkan kemampuan dan

kemandirian masyarakat dalam meningkatkan taraf hidupnya.Pemberdayaan

masyarakat dilakukan dengan menempatkan masyarakat sebagai pihak utama atau

pusat pengembangan dengan sasarannya adalah masyarakat yang terpinggirkan.

Pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk meningkatkan kemampuan

masyarakat guna menganalisa kondisi dan potensi serta masalah-masalah yang

perlu diatasi. Yang intinya adalah melibatkan partisipasi masyarakat dalam proses

pemberdayaan masyarakat.

Page 40: Pemanfaatan Modal Sosial dlm tsunamai.pdf

Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008

40

Pemberdayaan masyarakat bertitik tolak untuk memandirikan masyarakat

agar dapat meningkatkan taraf hidupnya, mengoptimalkan sumber daya setempat

sebaik mungkin, baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia.

Pemberdayaan masyarakat akan meningkatkan kemampuan masyarakat untuk

menyampaikan kebutuhannya kepada instansi-instansi pemberi pelayanan.

Dengan demikian, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa, pemberdayaan

bertujuan untuk memberikan kekuatan terhadap rakyat agar memiliki posisi tawar

terhadap negara. Posisi tawar ini selanjutnya menjadi kekuatan untuk

mengkonntrol kekuasan negara dalam menyelenggarakan manajemen pemerintah,

sehingga hak-hak rakyat tidak terekploitasi dan dapat berpartisipasi secara aktif

dan bebas.

Didalam melakukan pemberdayaan keterlibatan masyarakat yang akan

diberdayakan sangatlah penting sehingga tujuan dari pemberdayaan dapat tercapai

secara maksimal. Program yang mengikutsertakan masyarakat, memliki beberapa

tujuan, yaitu agar bantuan tersebut efektif karena sesuai dengan kehendak dan

mengenali kemampuan serta kebutuhan mereka, serta meningkatkan keberdayaan

(empowering) masyarakat dengan pengalaman merancang, melaksanakan dan

mempertanggungjawabkan upaya peningkatan diri dan ekonomi (Kartasasmita,

1996:249).

Untuk itu diperlukan suatu perencanaan pembangunan yang didalamnya

terkandung prinsip-prinsip pemberdayaan masyarakat. Dalam perencanaan

pembangunan seperti ini, terdapat dua pihak yang memiliki hubungan yang sangat

erat yaitu pertama, pihak yang memberdayakan (Community Worker) dan kedua,

pihak yang diberdayakan (masyarakat). Antara kedua pihak harus saling

Page 41: Pemanfaatan Modal Sosial dlm tsunamai.pdf

Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008

41

mendukung sehingga masyarakat sebagai pihak yang akan diberdayakan bukan

hanya dijadikan objek, tapi lebih diarahkan sebagai subjek (pelaksana).

Pemberdayaan merupakan suatu bentuk upaya memberikan kekuatan,

kemampuan, keterampilan, pengetahuan dan berbagai bentuk inovasi kreatif

sesuai dengan kondisi, yang secara potensial dimiliki. Disamping itu secara

bertahap masyarakat juga didorong untuk meningkatkan kapasitas dirinya untuk

mengambil peran yang sejajar dengan mereka yang lebih berdaya melalui proses

penyadaran.

Menurut Prijono (1996:208-209), pemberdayaan terdiri dari

pemberdayaan pendidikan, ekonomi, sosial budaya, psikologi dan politik.

Pemberdayaan pendidikan merupakan faktor kunci yang ditunjang dan dilengkapi

oleh pemberdayaan yang lain, yaitu :

a. Pemberdayaan pendidikan. Pendidikan merupakan kunci

pemberdayaan masyarakat. Oleh karena pendidikan dapat

meningkatkan pendapatan, kesehatan, produktivitas.

Seringkali masyarakat berpendidikan rendah yang salah satu

penyebabnya adalah faktor ekonomi, karean dalam pendidikan

itu sendiri membutuhkan biaya yang cukup banyak.

b. Pemberdayaan ekonomi. Akses dan penghasilan atas

pendapatan bagi setiap orang merupakan hal yang penting

karena menyangkut otonominya (kemandirian). Sehingga

dengan faktor ekonomi tersebut memungkinkan manusia

untuk mengontrol dan mengendalikan kehidupannya sesuai

dengan yang mereka inginkan.

Page 42: Pemanfaatan Modal Sosial dlm tsunamai.pdf

Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008

42

c. Pemberdayaan sosial budaya. Dalam kehidupan masyarakat

hendaknya tidak ada pembedaan-pembedaan peran dan

tanggung jawab dalam kehidupan bermasyarakat. Setiap

manusia hendaknya memiliki peran dan tanggung jawab yang

sama sehingga dapat berpartisipasi dalam kehidupan

bermasyarakat secara bersama-sama.

d. Pemberdayaan psikologi. Pemberdayaan sebagai perubahan

dalam cara berfikir manusia. Pemberdayaan tidak bermaksud

membekali manusia dengan kekuasaan dan kekayaan, tetapi

membuat mereka sadar terhadap dirinya dan apa yang

diinginkan dalam hidup ini. Interaksi antar masyarakat

didasarkan atas pengambilan keputusan bersama, tanpa ada

yang memerintah dan diperintah, tidak ada yang merasa

menang atau dikalahkan. Pemberdayaan didasarkan atas kerja

sama, untuk mencapai dengan hubungan timbal balik yang

saling memberdayakan.

e. Pemberdayaan politik. Dalam pemberdayaan politik pada

intinya adalah bagaimana setiap orang dapat memiliki peluang

dan partisipasi yangs sama dalam kegiatan-kegiatan politik.

Seperti kesempatan bersama dalam pengambilan keputusan

dan kepemimpinan, keterlibatan lembaga-lembaga politik,

kesempatan untuk memberikan pendapat dan menyampaikan

hak suara dan lain sebagainya.

Page 43: Pemanfaatan Modal Sosial dlm tsunamai.pdf

Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008

43

Dalam pelaksanaannya, pemberdayaan yang menurut Midgley dalam

Adi (2003:49-50) diidentikkan dengan pembangunan sosial yang dapat dilakukan

oleh individu, masyarakat/atau komunitas maupun oleh pemerintah, yaitu :

a. Pembangunan sosial melalui individu (Sosial Development By

Individual), dimana individu-individu dalam masyarakat secara

swadaya membentuk usaha pelayanan masyarakat pada pendekatan

individual ataupun perusahaan (individuals or enterprise

approach).

b. Pembangunan sosial melalui komunitas (Sosial Development By

Communities), dimana kelompok masyarakat secara bersama-sama

berupaya mengembangkan komitas lokalnya. Pendekatan ini lebih

dikenal dengan nama pendekatan komunitarian (communitarian

approach).

c. Pembangunan sosial melalui pemerintah (Sosial Development By

Goverments), dimana pembangunan sosial dilakukan oleh

lembaga-lembaga didalam organisasi pemerintah (governmental

agencies). Pendekatan ini lebih dikenal dengan nama pendekatan

statis (statist approach).

Dari beberapa pendapat diatas jelas dikatakan bahwa dalam melakukan

langkah perencanaan pemberdayaan, harus meliputi bidang politik, hukum dan

ekonomi sehingga masyarakat dapat berperan didalam pembangunan dengan

aturan yang jelas demi peningkatan kesejahteraan masyarakat itu sendiri. Namun

Page 44: Pemanfaatan Modal Sosial dlm tsunamai.pdf

Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008

44

agar pemberdayaan dapat berjalan dengan baik, maka pemberdayaan dibidang

pendidikan merupakan faktor kunci dari pemberdayaan masyarakat.

Pemberdayaan sebagai suatu proses perlu adanya pengembangan dari

keadaan yang tidak atau kurang berdaya menjadi mempunyai daya guna mencapai

kehidupan yang lebih baik. Untuk meningkatkan kapasitas masyarakat agar

mampu mentransfer daya adalah dengan strategi peningkatan pendidikan dan

kesadaran, sebagaimana Ife (1995:64), mengemukakan sebagai berikut:

“Empowerment through educationan and consciousness raising emphasizes the importance of an educative process (broadly understood) in equipping people to increase their power. This incorporates notion of consciousness raising : helping people to understand the society and the structures of oppression, giving people the vocabulary and the skill to work towards effective change, and so on.”

(Pemberdayaan melalui peningkatan pendidikan dan kesadaran menekankan pada pentingnya proses pendidikan (pengertian secara luas) untuk meningkatkan kemampuan masyarakat. Kerja sama ini menekankan pada kesadaran meningkatkan: membantu masyarakat untuk memahami masyarakat dan strukturnya, memberikan masyarakat wawasan dan keterampilan untuk bekerja menghadapi perubahan secara efektif, dan seterusnya).

Agar proses pemberdayaan sesuai dengan tujuannya Adi (2001:32-33)

mengatakan perlu adanya intervensi sosial yang dijabarkan melalui dua intervensi

yakni internesi makro yaitu intervensi yang dilakukan di tingkat komunitas dan

organisasi sedangkan intervensi mikro adalah suatu intervensi yang dilakukan

pada level individu, keluarga dan kelompok.

Dalam penerapannya dilapangan Adi (2001:160) menyatakan ada 2

(dua) pilihan pendekatan yang dapat dilakukan. Pendekatan direktif yang

dilakukan berdasarkan asumsi bahwa community worker tahu apa yang

dibutuhkan dan yang baik bagi masyarakat, sedangkan pendekatan non direktif

Page 45: Pemanfaatan Modal Sosial dlm tsunamai.pdf

Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008

45

dilakukan berdasarkan asumsi bahwa masyarakat tahu apa yang sebenarnya

mereka butuhkan dan baik bagi mereka.

Menurut Hogan (2000:20) seperti yang dikutip Adi (2001:212), tahapan-

tahapan yang menggambarkan proses pemberdayaan yang berkelanjutan sebagai

suatu siklus, yaitu :

1. Menghadirkan kembali pengalaman yang memberdayakan dan

tidak memberdayakan.

2. Mendiskusikan alasan mengapa terjadi pemberdayaan dan

pentidak berdayaan.

3. Mengidentifikasikan suatu masalah ataupun proyek.

4. Mengidentifikasikan basis daya yang bermakna.

5. Mengembangkan rencana aksi dan mengimplementasikannya.

Terkait dengan hal tersebut, Lapera (2001:57-59) mengungkapkan

langkah perencanaan pemberdayaan ini dapat dilakukan dalam bidang:

1.Di bidang politik, pada bidang ini adalah mengerakkan perubahan

sedemikian rupa, sehingga dipenuhi syarat minimal bagi sebuah

kondisi baru yaitu menyangkut kepastian akan hak-hak dasar

rakyat untuk ambil bagian dalam proses politik dan

penyelenggaraan pemerintahan. Inti dari usaha pemberdayaan di

bidang politik ini adalah menghilangkan seluruh hambatan yang

selama ini menutup peluang bagi masyarakat untuk bisa ambil

Page 46: Pemanfaatan Modal Sosial dlm tsunamai.pdf

Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008

46

bagian secara konstruktif dalam proses pembangunan dan

pengambilan keputusan.

2.Di bidang hukum, di bidang ini diperlukan suatu kondisi minimal

yang berkembang memperkuat identitas masyarakat (komunitas),

termasuk identitas lokal yang antara lain dapat mengacu pada

nilai-nilai dan norma hukum adat setempat. Penguatan institusi

lokal sudah tentu tidak dilakukan dengan mata tertutup,

melainkan dengan pikiran kritis, sehingga jelas mana yang harus

dipertahankan dan mana yang harus ditinggalkan.

3.Di bidang ekonomi, program di lapangan ekonomi diawali dengan

langkah redistribusi sumber-sumber ekonomi. Hal ini dilakukan

untuk memenuhi syarat dasar bagi pemenuhan konsumsi dan

tingkat produksi tertentu di kalangan masyarakat.

Jamasy (2004) mengemukakan bahwa konsekuensi dan tanggungjawab

utama dalam program pembangunan melalui pendekatan pemberdayaan adalah

masyarakat berdaya atau memiliki daya, kekuatan atau kemampuan. Kekuatan

yang dimaksud dapat dilihat dari aspek fisik dan material, ekonomi, kelembagaan,

kerjasama, kekuatan intelektual dan komitmen bersama dalam menerapkan

prinsip-prinsip pemberdayaan. Kemampuan berdaya mempunyai arti yang sama

dengan kemandirian masyarakat. Salah satu cara untuk meraihnya adalah dengan

membuka kesempatan bagi seluruh komponen masyarakat dalam tahapan program

pembangunan. Setiap komponen masyarakat selalu memiliki kemampuan atau

Page 47: Pemanfaatan Modal Sosial dlm tsunamai.pdf

Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008

47

yang disebut potensi. Keutuhan potensi ini akan dapat dilihat apabila di antara

mereka mengintegrasikan diri dan bekerja sama untuk dapat berdaya dan mandiri.

Terkait dengan tujuan pemberdayaan, Sulistiyani (2004) menjelaskan

bahwa tujuan yang ingin dicapai dari pemberdayaan masyarakat adalah untuk

membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian tersebut

meliputi kemandirian berpikir, bertindak dan mengendalikan apa yang mereka

lakukan. Kemandirian masyarakat merupakan suatu kondisi yang dialami oleh

masyarakat yang ditandai dengan kemampuan memikirkan, memutuskan serta

melakukan sesuatu yang dipandang tepat demi mencapai pemecahan

masalahmasalah yang dihadapi dengan mempergunakan daya/kemampuan yang

dimiliki. Daya kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan kognitif, konatif,

psikomotorik dan afektif serta sumber daya lainnya yang bersifat fisik/material.

Kondisi kognitif pada hakikatnya merupakan kemampuan berpikir yang dilandasi

oleh pengetahuan dan wawasan seseorang dalam rangka mencari solusi atas

permasalahan yang dihadapi. Kondisi konatif merupakan suatu sikap perilaku

masyarakat yang terbentuk dan diarahkan pada perilaku yang sensitif terhadap

nilai-nilai pemberdayaan masyarakat. Kondisi afektif adalah merupakan perasaan

yang dimiliki oleh individu yang diharapkan dapat diintervensi untuk mencapai

keberdayaan dalam sikap dan perilaku. Kemampuan psikomotorik merupakan

kecakapan keterampilan yang dimiliki masyarakat sebagai upaya mendukung

masyarakat dalam rangka melaku-kan aktivitas pembangunan.

Terjadinya keberdayaan pada empat aspek tersebut (kognitif, konatif,

afektif dan psikomotorik) akan dapat memberikan kontribusi pada terciptanya

kemandirian masyarakat yang dicita-citakan. Karena dengan demikian, dalam

Page 48: Pemanfaatan Modal Sosial dlm tsunamai.pdf

Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008

48

masyarakat akan terjadi kecukupan wawasan, yang dilengkapi dengan

kecakapanketerampilan yang memadai, diperkuat oleh rasa memerlukan

pembangunan dan perilaku sadar akan kebutuhannya.

Kemandirian masyarakat dapat dicapai tentu memerlukan sebuah proses

belajar. Masyarakat yang mengikuti proses belajar yang baik, secara bertahap

akan memperoleh daya, kekuatan atau kemampuan yang bermanfaat dalam proses

pengambilan keputusan secara mandiri. Sebagaimana dikemukakan oleh

Montagu& Matson (Suprijatna, 2000) yang mengusulkan konsep The Good

Community and Competency yang meliputi sembilan konsep komunitas yang baik

dan empat komponen kompetensi masyarakat. The Good Community and

Competency itu adalah;

(1) setiap anggota masyarakat berinteraksi satu sama lain berdasarkan

hubungan pribadi atau kelompok;

(2) komunitas memiliki kebebasan atau otonomi, yaitu memiliki

kewenangan dan kemampuan untuk mengurus kepentingannya

sendiri secara mandiri dan bertanggung jawab;

(3) memiliki vialibilitas yaitu kemampuan memecahkan masalah

sendiri;

(4) distribusi kekuasaan secara adil dan merata sehingga setiap orang

mempunyai berkesempatan dan bebas memiliki serta menyatakan

kehendaknya;

(5) kesempatan setiap anggota masyarakat untuk berpartsipasi aktif

untuk kepentingan bersama;

(6) komunitas memberi makna kepada anggota;

Page 49: Pemanfaatan Modal Sosial dlm tsunamai.pdf

Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008

49

(7) adanya heterogenitas/beda pendapat;

(8) pelayanan masyarakat ditempatkan sedekat dan secepat mungkin

kepada yang berkepentingan; dan

Pembentukan masyarakat yang memiliki kemampuan yang memadai

untuk memikirkan dan menentukan solusi yang terbaik dalam pembangunan

tentunya tidak selamanya harus dibimbing, diarahkan dan difasilitasi. Berkaitan

dengan hal ini, Sumodiningrat (2000) menjelaskan bahwa pemberdayaan tidak

bersifat selamanya, melainkan sampai target masyarakat mampu untuk mandiri,

dan kemudian dilepas untuk mandiri, meskipun dari jauh tetap dipantau agar tidak

jatuh lagi. Berdasarkan pendapat Sumodiningrat berarti pemberdayaan melalui

suatu masa proses belajar, hingga mencapai status mandiri.

Proses belajar dalam rangka pemberdayaan masyarakat berlangsung secara

bertahap, yaitu: (1) tahap penyadaran dan pembentukan perilaku menuju perilaku

sadar dan peduli, sehingga yang bersangkutan merasa membutuhkan peningkatan

kapasitas diri, (2) tahap transformasi kemampuan berupa wawasan berpikir atau

pengetahuan, kecakapan-keterampilan agar dapat mengambil peran di dalam

pembangunan, dan (3) tahap peningkatan kemampuan intelektual, kecakapan-

keterampilan sehingga terbentuk inisiatif, kreatif dan kemampuan inovatif untuk

mengantarkan pada kemandirian (Sulistiyani, 2004).

Sesuai uraian diatas, dapat dikatakan proses pemberdayaan sebaiknya

mampu mentransfer daya dengan upaya peningkatan kapasitas masyarakatnya

secara berkelanjutan dalam meningkatkan daya dan kemampuan yang ada baik

Page 50: Pemanfaatan Modal Sosial dlm tsunamai.pdf

Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008

50

secara individu, organisasi dan komunitas, yang merupakan upaya peningkatan

kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat.

2.4. Perkembangan Koperasi Dan Credit Union

Sejak Indonesia merdeka pada tahun 1945, para pendiri bangsa ini telah

menyadari bahwa pembangunan ekonomi harus diarahkan kepada terwujudnya

demokrasi ekonomi, yaitu : perekonomian disusun sebagai usaha bersama

berdasarkan atas kekeluargaan.

Hal ini sangat jelas terlihat dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33

ayat 1 yang berbunyi : “Perekonomian disusun sebagai usaha bersama

berdasarkan atas kekeluargaan.”

Pasal 33 ayat 1 UUD 1945 tersebut mengandung cita-cita bangsa, tujuan

membangun asas perekonomian dan tata cara menyusun perekonomian bangsa.

Pemerintah bersama warga negaranya berkewajiban menjalankan usaha

melaksanakan ketetapan dalam UUD 1945, agar cita-cita yang luhur dapat dicapai

dalam waktu yang tidak terlalu lama.

Inilah yang kemudian menjadi dasar demokrasi ekonomi, dimana produksi

dikerjakan oleh semua, untuk semua, dibawah pimpinan atau penilaian anggota-

anggota masyarakat. Kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan, bukan

kemakmuran orang seorang.

Pemahaman ini kemudian melahirkan apa yang disebut dengan ekonomi

kerakyatan yaitu ekonomi berbasis masyarakat. Ekonomi kerakyatan yang

berbasis masyarakat tersebut akan terwujud bila : Pertama, terciptanya suasana

Page 51: Pemanfaatan Modal Sosial dlm tsunamai.pdf

Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008

51

atau iklim yang menungkinkan potensi ekonomi masyarakat berkembang. Kedua,

memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat. Ketiga, melindungi

berlangsungnya kegiatan ekonomi kerakyatan.

Dengan dasar-dasar pemikiran diatas, koperasi lahir menjadi badan usaha

yang sesuai dengan tujuan-tujuan demokrasi ekonomi dan mampu

memberdayakan perekonomian masyarakat. Dan sejak itu pula koperasi dijadikan

sebagai soko guru perekonomian Indonesia.

Koperasi kemudian lahir sebagai sebuah badan usaha yang bertujuan untuk

meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan anggota-anggotanya. Koperasi

berusaha memperbaiki nasib, maningkatkan taraf hidup, serta memajukan

kemakmuran dan kesejahteraan hidup anggota-anggotanya. Tidak seperti badan

usaha lain yang mencari keuntungan yang sebesar-besarnya.

Untuk tujuan tersebut, koperasi berusaha memenuhi kebutuhan sehari-hari

anggota-anggotanya, sehingga usaha koperasi biasanya sesuai dengan kebutuhan

anggota-anggotanya yang berasal dari apa yang mereka hasilkan sendiri. Apa

yang dihasilkan oleh anggota koperasi merupakan usaha-usaha kecil dalam sektor

informal yang mereka kerjakan. Pertanian, perikanan, industri-indusri rumah

tangga, dan lain-lain sektor informal.

Unit-unit usaha kecil seperti mendapat kesempatan hidup dan berkembang

dengan adanya koperasi. Sehingga masyarakat sebagai pemilik unit-unit usaha

kecil terus merasa ingin berkembang dan bertumbuh menjadi lebih besar. Dengan

filosofis koperasi “dari semua dan untuk semua “ , koperasi pun turut menjadi

besar mengiringi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi masyrakat.Dan

Page 52: Pemanfaatan Modal Sosial dlm tsunamai.pdf

Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008

52

dengan keadaan seperti ini, maka kesejahateraan masyarakat dan pemerataan

kesejahteraan dapat tercapai.

Dilihat dari asal katanya, koperasi berasal dari bahasa Inggris co dan

operation, yang mengandung arti kerjasama untuk mencapai tujuan. Yang

dimaksud dengan koperasi dalam hal ini bukanlah segala bentuk pekerjaan yang

dilakukan secara bersama-sama dalam arti yang sangat umum. Koperasi yang

dimaksud adalah suatu bentuk usaha yang didirikan oleh orang-orang tertentu,

untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu, berdasarkan ketentuan dan tujuan

tertentu pula.

Secara umum, koperasi dipahami sebagai perkumpulan orang yang secara

sukarela mempersatukan diri untuk memperjuangkan peningkatan kesejahteraan

ekonomi mereka, melalui pembentukan sebuah perusahaan yang dikelola secara

demokratis.

Keinginan yang dimiliki seseorang untuk menyatukan diri kedalam

koperasi jelas untuk melihat tujuan peningkatan kesejahteraan ekonominya.

Kondisi ini tampak dengan gerakan-gerakan yang dilakukan koperasi berada di

“arus bawah” yaitu pada tingkatan masyarakat dengan kemampuan ekonomi

terbatas / ekonomi lemah.

Hal ini diperkuat oleh pendapat Bung Hatta yang menyatakan bahwa:

“Koperasi didirikan sebagai persekutuan kaum yang lemah untuk membela keperluan hidupnya. Mencapai keperluan hidupnya dengan ongkos yang semurah-murahnya, itulah yang dituju. Pada koperasi didahulukan keperluan bersama, bukan keuntungan.”

Koperasi dianggap sesuai dalam susunan perekonomian yang hendak

dibangun di Indonesia tidak terlepas dari mayoritas penduduk Indonesia yang

Page 53: Pemanfaatan Modal Sosial dlm tsunamai.pdf

Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008

53

masih hidup dalam kemiskinan dan keterbatasan yang ditandai dengan

kemampuan ekonomi yang lemah dan terbatas. Dimana koperasi mewadahi

masyarakat tersebut yang ingin melibatkan diri dalam kegiatan ekonomi dan

menjalin kerjasama dengan pelaku-pelaku ekonomi yang lebih kuat.

Keadaan ini menjadikan koperasi tumbuh sebagai badan usaha yang

tumbuh dan mengakar pada masyarakat lapisan bawah. Mereka biasanya terdiri

dari para karyawan pabrik, petani kecil, pedagang kecil, nelayan dan kelompok-

kelompok ekonomi lemah. Yang nantinya diharapkan dapat tumbuh menjadi

ekonomi yang kuat dan besar.

Koperasi kredit menjadi populer di Indonesia ketika sulitnya masyarakat

mengakses dana dari perbankan. Koperasi kredit atau kopdit semakin

berkembang. Tumbuhnya koperasi ini memberikan peluang bagi masyarakat

untuk mendapat dana membantu memecahkan masalah keuangan dan paling tidak

menggantikan peran rentenir yang sebelumnya banyak meminjamkan uang

kepada masyarakat khususnya pedesaan semakin berkurang.

Kopdit atau koperasi simpan pinjam menjadi salah satu bagian dari

koperasi di dalam negeri. Boleh dibilang kopdit masuk ke Indonesia takkala

perekonomian baru mulai tumbuh. Pada saat itu, kondisi ekonomi masyarakat

terutama di pedesaan masih sangat rendah sehingga koperasi menjadi salah satu

jalan menggerakkan ekonomi rakyat.

Credit Union, pertama kali muncul di Indonesia pada 1960-an yang mulai

dikembangkan dari barat. Seorang pastor Katolik asal Jerman bertugas di

Indonesia dan membawa konsep tersebut. Traget utama atau sasaran Credit Union

diperuntukkan kepada setiap orang yang mau menciptakan asset dengan cara

Page 54: Pemanfaatan Modal Sosial dlm tsunamai.pdf

Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008

54

menabung dengan harapan hari esok akan lebih sejahtera. Credit Union berbeda

dengan koperasi kredit yang bermakna memberikan kredit, bandingkan dengan

kartu kredit, mobil kredit, rumah kredit dan sebagainya. Semua barang-barang

kredit ini diluar makna Credit Union karena barang-barang dilunasi secara

perlahan-lahan dengan tidak mempunyai makna menabung didalamnya. Setelah

lunas selesai sudah kreditnya dan orang yang punya kredit tersebut tidak punya

asset atau modal, yang berbeda dengan konsep Credit Union, nilai kredit tersebut

justru menjadi aset dan menjadi modal yang disebut saham. (Ngo. A. Petrus,

2004)

Credit Union (CU), diambil dari bahasa Latin "credere" yang artinya

percaya dan "union" atau "unus" berarti kumpulan. Sehingga "Credit Union"

memiliki makna kumpulan orang yang saling percaya, dalam suatu ikatan

pemersatu dan sepakat untuk menabungkan uang mereka sehingga menciptakan

modal bersama untuk dipinjamkan kepada anggota dengan tujuan produktif dan

kesejahteraan.

Manfaat CU bagi anggota adalah mengubah pola pikir. Maksudnya, dari

yang terbiasa instant- langsung memanfaatkan uang saat mendapat pinjaman --

menjadi menciptakan modal dahulu dengan menabung secara rutin. Jika telah

tercipta modal atau tabungan, baru memanfaatkan atau meminjam.

Selain itu, CU juga dapat mengubah kebiasaan seseorang dari tidak biasa

menabung menjadi biasa menabung. Anggota CU selalu mempunyai uang dalam

bentuk tabungan yang terus meningkat, dan selalu bisa memanfaatkan tabungan

untuk meningkatkan jumlah untuk menciptakan aset.

Page 55: Pemanfaatan Modal Sosial dlm tsunamai.pdf

Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008

55

Credit Union merupakan salah satu gerakan masyarakat membangun

sumber modal bersama yang demokratis dan berkeadilan, gerakan masyarakat

memberdayakan dirinya dalam bidang ekonomi, dengan mengangkat nilai-nilai

sosial yang ada di lingkungannya sebagai semangat kegiatan Ekonomi yang

berperspektif lingkungan dan gender secara partisipatif, gerakan Rakyat untuk

membuka pintu bagi gerakan sosial/masyarakat (dalam bidang lainnya), gerakan

rakyat meningkatkan partisipasinya dalam pembangunan ekonomi negara,

terutama di daerahnya (meningkatnya daya beli dan kemampuan membayar

kewajiban pajak adalah salah satu faktanya), gerakan rakyat meningkatkan

kecerdasan intelektual, emosional, spiritual dan financialnya. Sebagai Upaya

mengangkat harkat dan martabatnya, maupun martabat bangsa di mata dunia,

serta gerakan rakyat membangun perdamaian.

Credit Union (CU) ialah “kumpulan orang” (disebut anggota) yang

bersepakat membentuk sebuah perusahaan atau lembaga keuangan sebagai

sumber modal bersama. Dengan modal dari kekurangannya, orang-orang tersebut

menginvestasikan, meminjamkan dan mengembangkan uang diantara sesama

mereka, dengan bunga yang layak untuk kepentingan produktif demi mencapai

kesejahteran dan kebebasan finansial (keuangan) secara bersama-sama. Credit

Union berasal dari bahasa latin “Credere” yang berarti saling percaya, dan

“Unus” yang berarti komunitas/kumpulan, jadi Credit Union adalah Sekumpulan

orang yang saling percaya. Di Indonesia CU ini lebih dikenal dengan Koperasi

Kredit (KOPDIT).

Untuk mencapai kesejahteraan anggotanya Credit Union memberikan

pelayanan dalam bentuk pelayanan simpanan anggota, pelayanan pinjaman

Page 56: Pemanfaatan Modal Sosial dlm tsunamai.pdf

Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008

56

anggota dan pelayanan non simpan pinjam. Pelayanan non simpan pinjam

dimaksudkan disini adalah pelayanan seperti solidaritas kesehatan, pelayanan

santunan duka anggota, pelayanan perlindungan pinjaman anggota dan lain-lain.

Dalam proses pelayanannya Credit Union menganut dan mengembangkan nilai-

nilai 1) Menolong diri sendiri, 2) Bertanggung-jawab pada diri sendiri, 3) Diawasi

secara Demokrasi, 4) Kesetaraan, 5) Keadilan, 6) Kejujuran dan 7) Solidaritas.

Prinsip-Prinsipnya Credit Union, Keanggotaan sukarela dan terbuka, pengawasan

demokratis oleh anggota, partisipasi anggota dalam kegiatan ekonomi, otonomi

dan kemandirian, pendidikan, pelatihan dan penerangan, kerjasama antar koperasi

dan kepedulian sosial. Selain nilai-nilai dan prinsip-prinsip diatas, Credit Union

mengembangkan dan memperkuat Tiga Pilarnya yakni pendidikan, swadaya dan

solidaritas.

Jika ditelusuri lebih jauh, Gerakan CU lahir sebagai salah satu bentuk

perlawanan rakyat terhadap gerakan ekonomi kapitalis yang berlindung di balik

kebijakan pemerintah. Melalui gerakan ini diharapkan terjadi perimbangan dalam

perekonomian Negara. Setidaknya bisa meminimalisir system monopoli pasar

yang selama ini cenderung dibiarkan oleh pemerintah.Dalam hal ini ekonomi

kerakyatan merupakan pilihan yang tepat untuk menciptakan kemakmuran rakyat

yang berkeadilan, karena bisa mengakomodir berbagai kepentingan rakyat, seperti

kepentingan ekonomi, lingkungan, budaya, kebersamaan dan keadilan, kejujuran

dan transparansi. Bentuk gerakan yang tepat untuk ini dan sudah dibuktikan

keberadaanya adalah Credit Union.

Mengapa Credit Union yang menjadi pilihan, berdasarkan pengalaman dan

fakta hingga saat ini, setidaknya ada beberapa alasan berikut:

Page 57: Pemanfaatan Modal Sosial dlm tsunamai.pdf

Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008

57

1. Credit Union memberdayakan manusia dalam berbagai aspek,

2. mendorong ekonomi rumah tangga yang kokoh,

3. membangun gerakan ekonomi moral rakyat,

4. sarana kaum miskin yang senasib untuk berhimpun,

5. membangun kearifan pengelolaan keuangan, menciptakan

lapangan kerja,

6. memperkuat keswadayaan sosial, budaya, ekonomi dan politik

yang akan mengurangi ketergantungan pada Negara.

7. memperkuat proteksi pada tanah dan hak-hak adat dan sumberdaya

alam lainnya dari eksploitasi pemodal dan Negara,

8. menciptakan pensiunan mandiri dan jaminan sosial bagi keluarga

miskin,

9. serta terbangunnya rekonsiliasi dan perdamaian dalam kehidupan

bermasyarakat.(www.pancur kasih.com)

Page 58: Pemanfaatan Modal Sosial dlm tsunamai.pdf

Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008

58

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian ini, tipe penelitian yang digunakan

adalah deskriftif dengan pendekatan kualitatif. Sebagaimana menurut Nawawi

(1990: 64), bahwa metode deskriptif yaitu metode penelitian yang memusatkan

perhatian pada masalah masalah atau fenomena yang ada pada saat penelitian

dilakukan atau masalah yang bersifat aktual, kemudian menggambarkan fakta-

fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya diiringi dengan

interpretasi yang rasional dan akurat.

3.2. Defenisi Konsep

1. Modal sosial adalah norma dan jaringan yang melancarkan interaksi dan

transaksi sosial sehingga segala urusan bersama masyarakat dapat

diselenggarakan dengan mudah.

2. Pemberdayaan merupakan suatu bentuk upaya memberikan kekuatan,

kemampuan, keterampilan, pengetahuan dan berbagai bentuk inovasi

kreatif sesuai dengan kondisi, yang secara potensial dimiliki. Disamping

itu secara bertahap masyarakat juga didorong untuk meningkatkan

Page 59: Pemanfaatan Modal Sosial dlm tsunamai.pdf

Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008

59

kapasitas dirinya untuk mengambil peran yang sejajar dengan mereka yang

lebih berdaya melalui proses penyadaran.

3. Rekonstruksi sosial ekonomi merupakan suatu langkah rehabilitasi dan

upaya-upaya perbaikan terhadap kondisi kehancuran dan keterpurukan

bidang tatanan kehidupan sosial ekonomi masyarakat korban bencana

Tsunami di Aceh

4. Credit Union adalah kumpulan orang yang saling percaya, dalam suatu

ikatan pemersatu dan sepakat untuk menabungkan uang mereka sehingga

menciptakan modal bersama untuk dipinjamkan kepada anggota dengan

tujuan produktif dan kesejahteraan.

3.3. Informan

Untuk dapat memperoleh informasi yang lebih jelas mengenai masalah

penelitian yang sedang dibahas, maka data diperoleh dari informan. Dalam

penelitian ini informan adalah :

1. Pengurus Laksamana Kemala 1 orang

2. Pengurus Credit Union BSP Makmur Ratana 2 orang

3. Anggota Credit Union BSP Makmur Ratana 4 orang

4. Anggota masyarakat Kuta Krueng 3 orang

3.4. Teknik pengumpulan data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data

primer dan data sekunder. Data primer diperoleh wawancara mendalam (in-depth

interviewed) dengan informan. Data sekunder diperoleh dari penelusuran berbagai

Page 60: Pemanfaatan Modal Sosial dlm tsunamai.pdf

Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008

60

kepustakaan dan dokumen yang terdapat di Credit Union BSP (Bantuan Simpan

Pinjam) Makmur Ratana.

3.5. Lokasi dan penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksnaakan di Kuta Geulumpang Adapun

pertimbangan pemilihan lokasi penelitian ini adalah mengingat bahwa Kuta

Geulumpang Kecamatan Samudra Gedung Kabupaten Aceh Utara yang

merupakan salah satu wilayah yang terkena bencana Tsunami yang sedang dalam

tahap rekonstruksi. Dan dalam kehidupan masyarakat Kuta Geulumpang

ditemukan sebuah aktivitas ekonomi berbentuk Credit Union yang dapat

membantu pemulihan kondisi ekonomi dan sosial masyarakatnya.

3.6. Metode Analisis Data

Teknik analisa data yang dipergunakan adalah teknik analisa data

deskriptif kualitatif. Analisis kualitatif bermakna sebagai suatu pengertian analisis

yang didasarkan pada argumentasi logika. Namun materi argumentasi didasarkan

pada data yang diperoleh melalui kegiatan teknik perolehan data. Baik studi

lapangan maupun studi pustaka, didalam menganalisisnya berdasarkan pada

kemampuan nalar peneliti dalam menghubung-hubungkan fakta, data dan

informasi.yang ada. Selanjutnya diberi interpretasi yang secukupnya sesuai

dengan tujuan penelitian yang telah dirumuskan

Page 61: Pemanfaatan Modal Sosial dlm tsunamai.pdf

Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008

61

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Sejarah Desa Kuta Geulumpang

Pada tahun 1923 berdirinya desa Kuta Geulumpang oleh Said Cek

sekeluarga. Dari BNA yang pada tahun tersebut desa ini dihuni oleh Kepala

Keluarga. Sejarah lahirnya Kuta Geulumpang dari sebatang pohon Geulumpang

dan benteng yang berada disebelah utara dari Meunasah Kuta Geulumpang itu

sendiri.benteng tersebut adalah sebuah benteng peninggalan Portugis.Tahun 1932

said Habib Cek mempunyai anak yang bernama Said Mahmud yang memimpin

Kuta Geulumpang sejak 1932-1945, pada waktu itu jabatan kepala Gampong

bernama Petua.

Luas wilayah desa tersebut pada tahun 1940 lebih 600 m x 1000 m dan

mata pencaharian penduduk adalah nelayan sementara yang lainnya sebagai

pedagang yang berjumlah kira-kira 10 %.

Terjadinya peristiwa DI/TII pada masa itu masyarakat cukup aman dan

perekonomian tidak morat-marit karena desa ini dipimpin oleh Petua said yang

sangat disegani oleh masyarakat. Namun kepemimpinan desa ini diserahkan

kepada Tgk M.Hasan diamna kadaaan perekonomian tidak begitu lancer karena

Page 62: Pemanfaatan Modal Sosial dlm tsunamai.pdf

Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008

62

gangguan dari luar yaitu pada kejadian DI/TII yang paeda masa itu dipimpin oleh

Daud Bereuh.

Pada tahun 1981 sampai 1992 Geuchik Gampong di daerah ini dipimpin

oleh Geuchik Sulaiman Reubi. Pembangunan desa terus dilaksanakan dengan

adanya bantuan dari pemerintah pusat dan juimlah penduduk bertmabah menjadi

500 jiwa dengan mata pencaharian 65 persen nelayan dan 30 persen petani dan 5

persen pegawai pemerintah.

Pada tahun 1990 terjadi konflik bersenjata antara RI dan GAM yang

banyak merenggut jiwa manusia dan mengakibatkan perekonomian masyarakat

hancur total.Dan ditambah tepatnya pada tangga 26 Desember tahun 2004 terjadi

bencana alam yaitu Gempa dan gelombang pasang yang melanda NAD-SUMUT

yang merenggut jutaaan jiwa manusia.

Pada tahun 2005masyarakat Kuta Geulumpang yang mayoritas sudah

tinggal di barak-barak pengungsian yang terletak kurang lebih 25 Km dari desa

mereka semula. Mata pencaharian mereka pada saat ini belum ada yang menetap

dikarenakan hancur dan banyak ternak-ternak mereka yang sudah hilang.Pada

tahun 2006 masyarakat mulai kembali ke Kuta Geulumpang, mereka mulai

menempati rumah-rumah bantuan.

Page 63: Pemanfaatan Modal Sosial dlm tsunamai.pdf

Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008

63

Gambar 4.1

Page 64: Pemanfaatan Modal Sosial dlm tsunamai.pdf

Gambaran Umum Lembaga Laksamana Kemala

Nama : Lembaga Sinar Keumala

Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008

64

Page 65: Pemanfaatan Modal Sosial dlm tsunamai.pdf

Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008

65

Tahun Berdiri : 01 Agustus 2005 ( Akte Notaris T. Abdullrahman, SH. No.01

Tanggal 01 Agustus 2005)

Alamat : Jl. Peutua Ali, Lrg, I, No. 68, Kelurahan Gampong Kuta Krueng

Lembaga : Kota Lhokseumawe ; 24351

Tel : 0654 460077/ 7011252

Fax : 0645 46077

Dasar Pemikiran Berdirinya Lembaga Sinar Keumala

Berawal dari pemikiran sadar bahwa kedudukan menusia sebagai khalifah

dimuka bumi yang senantiasa dituntut untuk mengabdikan diri semata-mata

kahadirat-Nya, dengan senantiasa selalu menitikberatkan pada prinsip

keseimbangan antara hubungan manusia dengan sang Khalik dan hubungan

menusia dengan manusia yang lain, maupun hubungan antara manusia dengan

dengan lingkungan sekitarnya. Maka sudah seharusnyalah manusia tidak

seharusnya bersikap angkuh, sombong dan egois, menggungakan seluruh

hidupnya untuk ambisi pribadi, menumpuk kekayaan dengna dalih demi masa

depaan sebatas dunia, tanpa mempedulikan teman, tetangga, dan masyarakat

sekitar yang masih hidup dalam kemiskinanan dan keterbelakangan.

Menyadari bahwa tujuan tersebut hanya dapat dicapai melalui sebuah

rencana yang sistematis dan terorganisir dangan senantiasa selalu mengharap dan

menggantungkan harapan kehadirat-Nya, maka melalui kesepakatan bersama

Mahasiswa, tokoh masyarakat, dan Pekerja Sosial, serta unsur-unsur lain yang

mempunyai komitmen yang tinggi akan kemanusiaan terbentuklah Lembaga

Sinar Keumala dengan bentuk sebagai sebuah lembaga yang tidak berafiliasi

Page 66: Pemanfaatan Modal Sosial dlm tsunamai.pdf

Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008

66

pada salah satu partai ataupun kelompok politik tertentu (non partisan), tidak

membeda bedakan suku , jenis kelamin, serta agama (non diskrimatif), dan tidak

bertujuan untuk mencari keuntungan oribadi (non profit) sebaliknya berusaha

untuk bekerja bagi kemaslahatan seluruh umat manusia.

Visi

Penumbuhan kehidupan masyarkat yang sejahtera dan demokratis dengan

dibarengi upaya- upaya perwujudan nilai-nilai kemanusiaan yang luhur dan

universal, yang berdasarkan pada semangat keberagaman denga memperhatikan

pergaulan sesame yang penuh toleransi, kelestarian lingkungan serta keadilan

peran antara laki-laki degan perempuan.

Misi

1. Membangun tatanan masyarakat yang sejahtera dan demokratis yang

berkeadilan dengan cara menumbuhkan kesadaran kehidupan berbangsa

dan bernegara.

2. Mengembangkan sikap pergaulan yang menghargai sesama manusia dan

untuk membangun jaringan kerja dan gerakan yang lebih mandiri atas asar

nilai-nilai- silaturrahmi yang luhur

3. Meningkatkan kualitas hidup dan kemandirian bagi komunitas kurang

beruntung (Orang miskin, anak yatim/piatu, anak jalanan, anak terlantar,

mupun penderita cacat) dengan bertumpu pada potensi dan sumberdaya

setempat

Page 67: Pemanfaatan Modal Sosial dlm tsunamai.pdf

Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008

67

4. Mengembangkan sikapdan perilaku sosial yang berkeadilan gender pada

berbagai kalangan dan kehidupan mesyarakat dalam menjalankan tugas-

tugas kehidupan.

5. Meningkatkan upaya-upaya yang mengarah pada pemelihraan dan

pelestarian alam sekitar.

6. Menumbuh kembangkan kesadaran masyarakat terhadap permasalahan

sosial sekitar, lingkungan hidup, hak dan tanggung jawab sebagai warga

Negara serta kewajiban insani terhadap Tuhan.

7. Menumbuh kembangkan keswadayaan Masyarakat

8. Pemberdayaan ekonomi terhadap masyarakat marginal.

Program Jangka Pendek

Melanjutkan kegiartan kemanusiaan sesuai kebutuhan mendesak bagi

masyarakat Dan melaksanakan berbagai program pemberdayaan eknomi bagi

masyarakat marginal.

Program Jangka Menengah

Mendampingi dan memberikan keterampilan usaha ekonomi produktif

bagi masyarakat dampingan sebagai upaya kemandirian konflik dan tsunami.

Program Jangka Panjang

Page 68: Pemanfaatan Modal Sosial dlm tsunamai.pdf

Mendampingi usaha kelompok-kelompok dampingan dalam

mengembangkan usahanya secara labih baik dan mengembangkan usaha ekonomi

produktif dalam usaha kemandirian kelompok dampingan dan kemandirian

lembaga tanpa menggantungkan diri subsidi door.

Stuktur Organisasi

MANAGER Fitriadi

PEMBINA Geuchik Kuta Geulumpang

Tuha Peut Imum Gampong

STAFF ADMINISTRASI

Halimah

PENGAWAS Fadli

Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008

68

Pengutip I Said Salam

Pengutip II Faisal

4.2. Rekayasa Modal Sosial Sebagai Pondasi Pembentukan Credit Union

Page 69: Pemanfaatan Modal Sosial dlm tsunamai.pdf

Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008

69

Modal sosial (sosial capital) merupakan isu menarik yang banyak

dibicarakan dan dikaji belakangan ini. Dalam laporan tahunannya yang berjudul

Entering the 21st Century, misalnya, Bank Dunia mengungkapkan bahwa tingkat

modal sosial memiliki dampak yang signifikan terhadap proses-proses

pembangunan (World Bank 2000). Perhatian besar terhadap peran modal sosial

pun makin diarahkan pada persoalan-persoalan pembangunan ekonomi yang

sifatnya lokal termasuk dalam hal pengurangan kemiskinan, karena hal-hal ini

akan lebih mudah untuk dicapai dan biayanya kecil jika terdapat modal sosial

yang besar .

Modal sosial barulah bernilai ekonomis kalau dapat membantu individu

atau kelompok misalnya untuk mengakses sumber-sumber keuangan,

mendapatkan informasi, menemukan pekerjaan, merintis usaha, dan

meminimalkan biaya transaksi. Dalam hidup keseharian, modal sosial atau

hubungan antar individual merupakan salah satu sumber daya atau modal yang

digunakan orang dalam strategi pemecahan persoalan kehidupan sehari-hari atau

dengan kata lain bagaimana masyarakat di sana menggunakan berbagai cara

untuk mentransformasi modal sosial dan modal manusia menjadi modal financial

dalam konteks ekonomi informal masyarakat.

Beberapa upaya/ bentuk rekayasa modal sosial yang terjadi dalam

pembentukan credit union dapat dilihat dalam bentuk :

Page 70: Pemanfaatan Modal Sosial dlm tsunamai.pdf

Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008

70

1. Adanya mekanisme pemanfaatan figure pemimpin informal

masyarakat.

Dalam hal ini pihak lembaga mengkondisikan tokoh/figure

pemimpin informal yang ada pada masyarakat seperti ulama dan ketua RT

untuk memperoleh pinjaman dengan jumlah besar (untuk pinjaman usaha).

Dalam bentuk ini, keterlibatan pemimpin informal tersebut dalam

memberikan rekomendasi, di satu sisi mengukuhkan kepemimpinan

informalnya di kalangan komunitasnya. Di sisi lain, pemimpin informal

tersebut akan menarik komunitasnya untuk aktif dalam credit union.

Dalam hal ini terjadi simbiosis mutualisme

2. Pinjaman tanpa jaminan

Salah satu bentuk rekayasa modal social dalam pembentukan credit

union ini menekankan pada nilai kepercayaan. Dengan adanya system

tanpa jaminan ini merupakan kondisi yang seimbang dimana

kepercayaan dari anggota menyimpan uangnya dengan jaminan

kepercayaan di balas dengan pemberian pinnjaman dengan garansi

kepercayaan lembaga terhadap si anggota.

3. Menciptakan rasa kepemilikan bersama yang berakar pada kepercayaan

komunitas

Setiap kelompok berkewajiban untuk mengembangkan nilai-nilai

kebersamaan, kepercayaan, kepedulian, dan empati, baik dalam sisi

kemanusiaan maupun kewajiban berupa financial. Dalam Credit Union

ini, kalau ada anggota yang tidak membayar kewajibannya maka,

Page 71: Pemanfaatan Modal Sosial dlm tsunamai.pdf

Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008

71

seluruh anggota dalam kelompok itu menanggungnya jadi mau tidak

mau, setiap anggota akan saling kontrol dan mengingatkan supaya tidak

lalai dalam menemuhi kewajibannya.. Mekanisme tanggung dapat

digunakan sebagai alat untuk pemberdayaan anggota melalui pembinaan,

serta dapat dipakai sebagai pengaman asset bersama melalui bentuk

saling menanggung pada segi finansial bila terjadi masalah. Selanjutnya,

kelompok menyediakan interaski, saling tanggung rasa, saling

menghargai dan menjaga diri serta harus ada disiplin dan kebersamaan

dalam menemuhi kewajiban.. Oleh karena ini, ada peningkatan harga

diri, kesejahteraan masyarakat dan rasa tanggung jawab sosial. Sikap dan

rasa memiliki sangat ditekankan kepada seluruh anggotanya. Yang

dimaksud disini dengan rasa memiliki bersama adalah yang menjadi

penyimpan dana atau para anggota dan juga para pengurus. Nilai yang

berkembang adalah dimana dalam hal pinjaman dipandang sebagai

sesuatu yang berasal dari saudaranya , karena menurut orientasi nilai

masyarakat sekampung adalah saudara sehingga dana wajib

dikembalikan. Dengan adanya pengembalian tersebut membuka

kesempatan orang lain yang juga saudaranya untuk meminjam kembali

dana dari CU.

Masyarakat Kuta Geulumpang pada umumnya merupakan masyarakat

petani. Namun yang pasti, pasca bencana Tsunami yang melanda Aceh

mewariskan kemiskinan yang semakin akut karena kompleksnya permasalahan di

desa ini. Selain itu, kompleksnya permasalahan kemiskinan masyarakat terjadi

Page 72: Pemanfaatan Modal Sosial dlm tsunamai.pdf

Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008

72

disebabkan masyarakat Kuta Geulumpang hidup dalam suasana alam yang keras

yang selalu diliputi ketidakpastian (uncertainty) dalam menjalankan usahanya.

Kondisi tersebut di atas merupakan salah satu factor penyebab

masyarakat Kuta Geulumpang dijauhi oleh institusi-institusi perbankan dan

perusahaan asuransi, seperti sulitnya masyarakat mendapatkan akses pinjaman

modal, baik untuk modal kerja maupun untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari

keluarga. Di tengah kesusahan itulah, masyarakat menggantungkan hidupnya pada

institusi lain yang mampu menjamin keberlangsungan hidup keluarganya.

Selama ini, tidak adanya alternatif institusi di wilayah ini dalam menjamin

keberlangsungan hidup masyarakat menyebabkan mereka beberapa kali harus

jatuh pada pola masalah seperti pelunasan kredit yang tidak pernah berakhir .

Kondisi yang sering terjadi apabila masyarakat sedang mengalami

kesulitan ekonomi memaksa masyarakat Kuta Geulumpang melakukan proses

adaptasi kondisi. Untuk itu berbagai strategi adaptasi dilakukan masyarakat untuk

bertahan hidup. Strategi adaptasi yang biasanya dilakukan adalah memobilisasi

peran perempuan (kaum istri) dan anak-anaknya untuk mencari nafkah.

Keterlibatan perempuan dalam mencari nafkah untuk keluarga tidak terlepas dari

sistem pembagian kerja secara seksual (the division of labour by sex) yang berlaku

pada masyarakat setempat.

Kaum perempuan biasanya terlibat penuh dalam kegiatan pranata-pranata

sosial ekonomi yang mereka bentuk, seperti arisan, kegiatan pengajian berdimensi

kepentingan ekonomi, simpan pinjam, dan jaringan sosial yang bisa mereka

manfaatkan untuk menunjang kelangsungan hidup keluarga. Hadirnya pranata-

pranata tersebut merupakan strategi adaptasi masyarakat Kuta Geulumpang dalam

Page 73: Pemanfaatan Modal Sosial dlm tsunamai.pdf

Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008

73

menghadapi kesulitan hidup yang dihadapinya. Strategi adaptasi diartikan sebagai

pilihan tindakan yang bersifat rasional dan efektif sesuai dengan konteks

lingkungan sosial, politik, ekonomi dan ekologi, dimana penduduk itu hidup. Hal

ini didukung dengan penuturan salah seorang informan yang berasal dari anggota

masyarakat, ibu fitri, yang mengatakan :

Bisanya apabila keluarga sedang mengalami kesulitan ekonomi , maka seperti biasanya yang berlaku di daerah kami ini, kami para kaum istri akan berinisiatif mencari kegiatan-kegiatan yang dapat menghasilkan demi kelangsungan hidup keluarga. Paling tidak kami para istri aka berupaya mencari pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari. Biasanya kami para istri akan mencoba memeinjam kearisan yang diikuti dan apabila tidak ada dana dari arisan maka pergi keladang (ikut gajian) dan apabila

Strategi lainnya yang sering dilakoni masyarakat pemanfaatan jaringan,

merupakan salah satu upaya yang ditempuh oleh masyarakat dalam mengatasi

masalah keluarga. Jaringan yang dimaksud adalah relasi sosial mereka, baik

secara informal maupun formal dengan lingkungan sosialnya dan lingkungan

kelembagaan. Pemanfaatan jaringan ini terlihat jelas dalam mengatasi masalah

dengan pinjam uang kepada tetangga, mengutang ke warung terdekat,

memanfaatkan program anti kemiskinan, bahkan ada yang pinjam uang ke

rentenir atau bank dan sebagainya). Kondisi dilapangan menunjukkan, bahwa

mereka sering meminta bantuan kepada relasi sosialnya terutama kepada teman

sekerja atau tetangga. Kondisi ini menunjukkan, bahwa di antara mereka

mempunyai solidaritas yang kuat dan saling percaya. Tampaknya teman

merupakan tumpuan untuk memperoleh pertolongan dan sebagai tempat pertama

yang akan dituju apabila mereka mengalami masalah. Relasi mereka tidak hanya

sebatas di bidang, tetapi mencakup bidang-bidang yang lain, misalnya dalam

Page 74: Pemanfaatan Modal Sosial dlm tsunamai.pdf

Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008

74

peningkatan mental spiritual. Kegiatan ini merupakan strategi yang bersifat aktif

untuk memperoleh dukungan emosional.

Dalam tatanan kehidupan sosialnya, masyarakat Kuta Geulumpang hidup

dengan mengembangkan sikap dan sifat demokratis. Keputusan-keputusan yang

diambil adalah merupakan hasil musyawarah bersama, dengan kata lain tidak akan

ada keputusan berdasarkan kemauan satu orang atau sepihak meskipun itu berasal

dari aparat desa. Misalnya, walaupun dalam proses pengambilan keputusan

dilakukan voting ( pemilihan suara terbanyak), namun selalu diawali dengan

musyawarah. Jika dalam musyawarah tidak tercapai suatu kesepakatan atau ada

beberapa pendapat yang tidak sejalan barulah ditempuh langkah voting tertutup

dengan cara masing-masing orang menulis di kertas.

Setelah keputusan diambil dan ditetapkan, baik itu keputusan hasil

musyawarah mufakat ataupun pemungutan suara, biasanya seluruh warga akan

melaksanakan keputusan itu dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab. Jika

keputusan telah diambil, semua warga harus menjalankan hasil keputusan

tersebut. Bila ada yang melanggar, biasanya akan mendapatkan sanksi. Sanksi

yang akan dikenakan kepada pelanggar tersebut juga ditetapkan melalui

musyawarah, dan untuk melegitimasi hasil musyawarah untuk menentukan sanksi

tersebut, kepala kampung yang akan menjatuhkan hukumannya. Misalnya saja,

dalam arih ditetapkan bahwa seluruh warga harus bergotong-royong

membersihkan lingkungan dalam waktu seminggu sekali dan bagi pelanggar akan

diberi sanksi berupa denda. Maka ketika ada orang yang tidak melaksanakan

keputusan tersebut, kepala kampung akan menagih uang denda tersebut kepada si

pelanggar. Di samping itu sanksi lain yang diterima adalah berupa sanksi sosial Si

Page 75: Pemanfaatan Modal Sosial dlm tsunamai.pdf

Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008

75

pelanggar tersebut akan dikucilkan dari pergaulan dan aktivitas kehidupan sehari-

hari.

Kondisi tersebut di atas merupakan suatu fenomena modal sosial yang

apabila diarahkan dapat menjadi suatu potensi positif . Hal inilah yang menjadi

dasar optimisme lembaga “Sinar Keumala” untuk sosialisasikan program Credit

Union. Adanya suatu sistem pranata, saling percaya dan jaringan sosial dari

realitas hidup masyarakat Kuta Geulumpang menjadi suatu modal sosial yang

dapat direkayasa untuk pelaksanaan suatu aktivitas ekonomi demi perbaikan

kualitas hidup masyarakat itu sendiri.

Konsep modal sosial merupakan pelengkap dari banyak kapital yang

sudah berkembang sebelumnya, yaitu natural capital, financial capital, physical

capital, human capital, human made capital, dan intelectual capital. modal sosial

merupakan syarat penting untuk menggerakkan sebuah organisasi, bahkan untuk

pembangunan. Untuk itu, modal sosial harus dikenali dan dikembangkan pula.

Konsep modal sosial dapat diterapkan untuk upaya pemberdayaan masyarakat.

modal sosial menjadi semacam perekat yang mengikat semua orang dalam

masyarakat. Di dalamnya berjalan “nilaisaling berbagi” (shared values) serta

pengorganisasian peran-peran (rules) yang diekspresikan dalam hubungan-

hubungan personal (personal relationships), kepercayaan (trust), dan common

sense tentang tanggung jawab bersama.

Selama ini, banyak pihak yang kurang percaya terhadap kemampuan

masyarakat untuk memecahkan masalahnya sendiri, karena melihat banyak

kelompok masyarakat yang mempunyai sikap dan perilaku yang kurang dapat

dipercaya. Di pihak lain karena tidak dipercaya dan tidak diberi kesempatan

Page 76: Pemanfaatan Modal Sosial dlm tsunamai.pdf

Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008

76

memecahkan masalah sendiri, masyarakat menjadi lemah, sehingga mereka selalu

bergantung kepada pihak luar. Masyarakat yang makin lemah, akan memperkuat

pandangan pihak luar bahwa mereka ‘tidak mempunyai kemampuan’ untuk

mengorganisir diri sendiri , sehingga hal ini akan menjadi seperti lingkaran setan.

Sangat penting untuk membangun masyarakat yang dapat dipercaya ,

karena masyarakat seperti inilah yang akan dihargai dan diperhitungkan oleh

pihak lain yang mau bekerjasama dengan mereka, sehingga memungkinkan

terjadinya kerjasama yang setara di antara masyarakat dengan pihak luar.

Kepercayaan merupakan modal sosial dalam melakukan kerjasama, sehingga

berjaringan dan bermitra antara masyarakat yang mempunyai modal sosial yang

kuat dan pihak luar merupakan keniscayaan. Untuk membangun modal sosial

perlu perubahan dalam masyarakat.

Sebagai motor penggerak perubahan masyarakat, Lembaga Sinar

Keumala berupaya membangun sikap dan perilaku masyarakat untuk menjadi

masyarakat yang bisa dipercaya.Kepercayaan bisa tumbuh, bisa terbangun dengan

baik apabila ada rasa saling percaya di antara para pihak, dengan dilandasi

keterbukaan, kejujuran, saling menghargai, tidak mementingkan diri sendiri dan

sebagainya. Masyarakat yang berhubungan dalam satu ikatan sosial seperti di atas

akan menjadi masyarakat yang kuat dan mandiri. Tingkat kemandirian yang

paling tinggi apabila ada saling kebergantungan di antara para pihak, dimana

hubungan sosial antar berbagai pihak dilandasi oleh kesetaraan.

Bercermin dari kondisi tersebut di atas maka sebagai icon dalam

pembaharuan dan pengemban amanat sosial yang peka terhadap peri kehidupan

Page 77: Pemanfaatan Modal Sosial dlm tsunamai.pdf

Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008

77

masyarakat maka lembaga Sinar Keumala berupaya untuk menciptakan sebuah

perbaikan dan pencapaian kemapanan masyarakat Kuta Geulumpangmelalui

swadaya dan pemanfaatan potensi-potensi yang ada pada masyarakat itu sendiri.

Sebagai alternative pilihan program yang dikembangkan oleh lembaga ini

adalah penerapan konsep Credit Union sebagai solusi ekonomi bagi masyarakat

Kuta Geulumpang yang dimana penekanannya adalah bahwa sebagai pondasi

pembentukannya adalah melalui rajutan-rajutan modal sosial yang ada ditengah-

tengah masyarakat itu sendiri sebab Sebuah komunitas terbangun karena adanya

ikatan-ikatan sosial di antara anggotanya.. Komunitas ini merupakan ikatan sosial

di antara semua warga yang terdiri dari individu-individu dan atau kelompok-

kelompok yang berinteraksi dalam sebuah hubungan sosial yang didasarkan

kepada suatu tujuan bersama. Kemampuan komunitas atau kelompok-kelompok

untuk bekerjasama dan menumbuhkan kepercayaan baik di antara anggota -

anggotanya maupun dengan pihak luar merupakan kekuatan yang besar untuk

bekerjasama dan menumbuhkan kepercayaan pihak lain, karena itulah disebut

modal sosial Jika warga masyarakat saling bekerjasama dan saling percaya yang

didasarkan kepada nilai- nilai universal yang ada , maka tidak akan ada sikap

saling curiga, saling jegal, saling menindas dan sebagainya sehingga

ketimpangan-ketimpangan antara anggota masyarakat akan bisa diminimalkan.

Dalam pelaksanaan program Credit Union ini pihak Sinar Keumala harus

bekerja keras dalam mengeksplorasi dan merajut modal-modal sosial yang ada

pada masyarakat untuk dijadikan pijakan bagi pembentukan Credit Union tersebut

nantinya. Arah dari segala program ini adalah lebih diarahkan kepada manajemen

Page 78: Pemanfaatan Modal Sosial dlm tsunamai.pdf

Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008

78

ekonomi masyarakat atau mengajak masyarakat untuk hidup hemat melalui

tabungan yang dalam arti harus ada suatu wadah yang dapat menampung dan

meningkatkan tabungan masyarakat melalui Credit Union CU). Sehingga segala

kebutuhan masyarakat terutama yang kekurangan modal dapat dengan mudah

meminjam melalui CU.. Hal ini diperkuat dengan pernyataan ketua pelaksana

Credit Union sekaligus Direktur Eksekutif Lembaga Laksamana Kemala , Bapak

Safaruddyn yang mengatakan :

Kami sadar bahwa bekerja tanpa modal itu omong kosong. Masyarakat tidak bisa berpartisipasi dalam program pengembangan jika mereka tidak punya uang. Maka kami himpun masyarakat, tanpa membedakan agama, untuk membentuk Credit Union. Sekarang ini CU ada di mana-mana. Melalui CU, modal berupa uang terkumpul. CU yang dikelola oleh secara bersama sehingga mendorong masyarakat untuk menabung.

Sebagai follow up program, maka perlu dilakukan implementasinya di

lapangan, yaitu pengorganisasian masyarakat Kuta Krueng. Berhubungan dengan

pengorganisasian ini, lembaga mengajak, mengarahkan masyarakat untuk diskusi

bersama, menyampaikan pendapatnya, dan sekaligus memberikan beberapa

solusi. Disamping itu, masyarakat diajak untuk mencari apa saja yang menjadi

faktor penghambat perkembangan ekonominya atau dengan kata lain bahwa

mereka dipacu untuk mengetahui akar permasalahan yang mereka alami pada saat

ini. Masyarakat juga disadarkan akan pentingnya suatu organisasi atau kelompok-

kelompok .Disamping itu juga mereka membuat aturan mainnya untuk masing-

masing kelompok, memilih leadeships seperti ketua, sekretaris, dan bendahara.

Setelah masyarakat sepakat untuk membuat suatu wadah yang dapat mendukung

kegiatannya, maka terbentuklah sebuah kelompok Credit Union yang bernama

BSP (Bantuan Simpan Pinjam) Makmur Ratana . Sesuai dengan filosofinya maka

Page 79: Pemanfaatan Modal Sosial dlm tsunamai.pdf

Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008

79

organisasi ini dibentuk dengan mengandalkan modal sosial yang terdiri dari saling

percaya, jaringan sosial dan pranata sosial.

Kelompok ini dibentuk atas dasar kesamaan-kesamaan etnis/suku/marga,

kesamaan agama, atau kelompok yang dibentuk atas dasar kesamaan pekerjaan

atau mata pencaharian, pada komunitas di Kuta Geulumpang, kelompok atau

anggotanya memiliki kesamaan kepentingan antara yang satu dengan yang lain,

dan saling membantu serta saling mengisi. Dalam kelompok etnis/suku/marga,

keeratan sosial berdasarkan kesukuan dibina dan dibangun sebagai modal sosial

untuk memenuhi kepentingan bersama. Disamping hal tersebut masyarakat Kuta

Geulumpang merupakan masyarakat yang mata pencahariannya dari bertani,

sehingga Kelompok BSP (Bantuan Simpan Pinjam) Makmur Ratana

pembentukannya atas dasar kesamaan pekerjaan atau mata pencaharian sebagai

petani. Para anggota dari kelompok ini terdiri dari berbagai suku maupun agama

yang berbeda. Mereka dipersatukan atas dasar kesamaan kepemilikan lahan atau

wilayah hamparan tanah pertanian, yang memiliki kesamaan kebutuhan untuk

mengembangkan kehidupan ekonominya.

Ada beberapa point penting yang menjadi esesnsi dan peran modal sosial

dalam membentuk dan mempertahankan eksistensi Credit Union yang telah

dibentuk yaitu ;

1. Modal sosial berupa kepercayaan yang ada pada masyarakat yang bekerja

pada tatanan psikologis individual. Sikap ini akan mendorong orang

berkeyakinan dalam mengambil satu keputusan setelah memperhitungkan

resiko-resiko yang ada. Dalam waktu yang sama, orang lain juga akan

Page 80: Pemanfaatan Modal Sosial dlm tsunamai.pdf

Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008

80

berkeyakinan sama atas tindakan sosial tersebut, sehingga tindakan itu

mendapatkan legitimasi kolektif.

2. Kerjasama, yang berarti pula sebagai proses sosial asosiatif dimana trust

menjadi dasar terjalinnya hubungan-hubungan antar individu tanpa

dilatarbelakangi rasa saling curiga. Selanjutnya, semangat kerjasama akan

mendorong integrasi sosial yang tinggi dalm menjalankan Credit Union

3. Penyederhanaan pekerjaan, dimana modal sosial membantu meningkatkan

efisiensi dan efektivitas kerja Credit Union. Pekerjaan yang menjadi

sederhana itu dapat mengurangi biaya-biaya transaksi yang bisa jadi akan

sangat mahal sekiranya pola hubungan sosial dibentuk atas dasar moralitas

ketidakpercayaan.

4. Ketertiban. Modal sosial berfungsi menciptakan suasana kedamaian dan

meredam kemungkinan timbulnya kekacauan sosial. Dengan demikian,

membantu menciptakan tatanan sosial yang teratur, tertib dan beradab

yang memberikan ruang kondusif bagi perjalanan dan perkembangan

Credit Union

5. Modal sosial membantu merekatkan setiap komponen sosial yang hidup

dalam sebuah komunitas menjadi kesatuan yang tidak tercerai-berai. Hal

ini akan membuat keberadaan Credit Union semakin langgeng berada

ditengah-tengah masyarakat.

Sebagai upaya menumbuhkan rasa saling percaya maka diperlukan suatu

kerja keras dari lembaga untuk mewujudkannya. Kepercayaan tidak akan tercapai

dengan sendirinya, memerlukan proses untuk membangun kepercayaan secara

Page 81: Pemanfaatan Modal Sosial dlm tsunamai.pdf

Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008

81

terus menerus. Untuk menumbuhkan kepercayaan diantara masyarakat Kuta

Geulumpang maka diperlukan adanya sikap penerimaan sebab sejak awal

hubungan, setiap orang membutuhkan jaminan bahwa mereka diterima

sepenuhnya, termasuk rasa aman untuk mengemukakan pendapat dan

berkontribusi dalam kegiatan kelompoknya. Membutuhkan suasana saling

menghargai untuk tumbuhnya penerimaan dalam kelompok, sehingga kelompok

tersebut akan tumbuh menjadi komunitas yang kuat. Dalam perkembangan ikatan

sosial sebuah komunitas, saling mengenal dengan baik merupakan awal dari

tumbuhnya komunitas tersebut, kepercayaan tidak akan tumbuh terhadap orang

baru dengan begitu saja, perlu pembuktian dalam sikap dan perilaku masing–

masing dalam waktu yang relatif lama.

Dalam upaya menumbuhkan rasa saling percaya tersebut maka lembaga

“Sinar Keumala” memiliki strategi khusus yaitu berupaya menumbuhkan

kerjasama dan kepercayaan di antara anggota, menumbuhkan kerjasama dan

kepercayaan antara lembaga dengan warga masyarakat . Dalam hal menumbuhkan

kerjasama dan kepercayaan diantara sesama anggota, maka diupayakanlah

menerapkan pola- pola hubungan yang jujur dan terbuka dalam setiap kegiatan

kelompok dengan cara:

1. Merumuskan semua keputusan dan tindakan bersama, tidak ada anggota

yang memutuskan sendiri berdasarkan kepentingannya.

2. Menjalin dialog terbuka dengan diskusi-dikusi secara berkala, saling

memberikan informasi dan bertukar pengalaman.

Page 82: Pemanfaatan Modal Sosial dlm tsunamai.pdf

Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008

82

3. Mencatat semua kegiatan yang dilakukan dan informasi yang diterima,

agar semua anggota bisa mengakses informasi tersebut.

4. Memberikan kesempatan yang sama kepada semua anggota untuk

berpendapat dan mengemukakan perasaan- perasaannya dalam suasana

saling menghargai

Sementara itu dalam hal menumbuhkan kerjasama dan kepercayaan di

antara anggota diupayakan untuk

1. Menjalankan tugas yang diamanahkan oleh masyarakat dengan

pengelolaan yang jujur dan adil. Adil bukan berarti bagi rata, akan tetapi

menentukan prioritas berdasarkan kebutuhan yang nyata, bukan untuk

kepentingan pribadi. Tidak mencari keuntungan pribadi, akan tetapi

menjalankan tugas dan tanggung jawab semata – mata untuk kepentingan

kesejahteraan masyarakat.

2. Mampu melindungi masyarakatnya tidak memihak kepada kelompok

tertentu akan tetapi memberikan kesempatan kepada semua warga untuk

terlibat dalam keseluruhan kegiatan.

3. Memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada warga mayarakat untuk

berpartisipasi dalam proses dari menemukenali masalah (refleksi n dan

pemetaan swadaya, merencanakan dan monitoring evaluasi kegiatan,

walaupun keputusan terakhir lembaga yang menentukan sebagai

pengambil kebijakan.

4. Mempertanggung jawabkan pengelolaan keuangan, kegiatan-kegiatan dan

kebijakan yang dikeluarkan (akuntabilitas).

Page 83: Pemanfaatan Modal Sosial dlm tsunamai.pdf

Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008

83

Lahir dan berkembangnya suatu Credit Union sangat bergantung pada

kepercayaan suatu komunitas /anggotanya. Kepercayaan itu muncul dari proses.

Tingkat kepercayaan anggota akan terus meningkat seiring dengan keberhasilan

dalam pengelolaan dan cara mengkomunikasikan kondisi keuangan. Sebaliknya

tingkat kepercayaan tersebut akan melorot jika terjadi salah kelola dan tidak

komunikatif. Tingkat kepercayaan itu akan menipis dan dapat hilang bila terjadi

penyalahgunaan keuangan.

Credit Union dipakai sebagai jaminan sosial yang tercipta berdasarkan

nilai-nilai yang berkembang dalam masyarakat, yaitu, kebersamaan, tolong-

menolong dan kepercayaan antar anggota masyarakat. Inilah sistem bergotong-

royong dan kebersamaan, biar kalau ada kesulitan, kelompoknya kerja sama untuk

meringankan. Kalau ada yang jahat, semua anggota lain di kelompok harus

bertanggung jawab. Oleh karena ini, proses untuk menjadi anggota di koperasi

simpan pinjam harus selektif dan anggota harus sudah kenal sama anggota baru.

Hal ini sesuai dengan penuturan salah seorang pengurus yaitu Ibu Halimah yang

mengatakan :

Kalau ada anggota baru yang minta ijin masuk, semua anggota lain harus membuat kesepakatan didasarkan tingkat kepercayaan sama anggota itu. Selanjutnya, pertemuan menjadi hal yang wajib, karena bagaimana bisa muncul jiwa kebersamaan bila di antara anggota tidak terjadi interaksi, dan kalau tidak ada jiwa kebersamaan, bagaimana mungkin di antara mereka mau saling menanggung jiwa individu yang justru akan menonjol.

Dalam system Credit Union keterlibatan para anggota sangat terbuka luas.

Salah satu bentuk keterlibatan adalah hak control yang besar dimiliki semua

anggota. Bentuk control biasanya dapat berupa perolehan laporan (kuartal,

Page 84: Pemanfaatan Modal Sosial dlm tsunamai.pdf

semester atau tahunan) keuangan lembaga atau anggota dapat menanyakan

langsung kepada pengurus.

Gambar 4.2. Proses pembentukan credit union

Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008

84

4.3. Credit Union Sebagai Alternatif Rekonstruksi Sosial Ekonomi

Masyarakat

Masyarakat kecil sangat sulit untuk memperoleh akses kelembaga

keuangan dan Pertanyaan sekarang adalah, apa yang harus dilakukan dalam

memberdayakan ekonomi rakyat ?. Jika disepakati bahwa konsep pemberdayaan

didasarkan pada nilai-nilai tertentu yang memihak pada subyek yaitu masyarakat

Page 85: Pemanfaatan Modal Sosial dlm tsunamai.pdf

Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008

85

akar rumput, wong cilik, komunitas paling kecil atau masyarakat yang

teroganisasi secara territorial, maka pemberdayaan( ekonomi rakyat) tidak bisa

hanya di konsepkan dari atas (sentralitas). Pemberdayaan menekankan adanya

otonomi komunitas dalam pengambilan keputusan, kemandirian dan keswadayaan

local, demokrasi dan belajar dari pengalaman sejarah. Esensinya ada pada

partisipasi masyarakat dalam setiap tahapan perubahan masyarakatnya.

Pada berbagai program pemberdayaan yang bersifat parsial, sektoral dan

charity yang pernah dilakukan, sering menghadapi berbagai kondisi yang kurang

menguntungkan, misalnya salah sasaran, menumbuhkan ketergantungan

masyarakat pada bantuan luar, terciptanya benih-benih fragmentasi sosial, dan

melemahkan kapital sosial yang ada di masyarakat (gotong royong, musyawarah,

keswadayaan, dll). Lemahnya kapital sosial pada gilirannya juga mendorong

pergeseran perubahan perilaku masyarakat yang semakin jauh dari semangat

kemandirian, kebersamaan dan kepedulian untuk mengatasi persoalannya secara

bersama.

Kondisi modal sosial dan perilaku masyarakat yang melemah serta

memudar tersebut salah satunya disebabkan oleh keputusan, kebijakan dan

tindakan dari pengelola program pemberdayaan dan pemimpin-pemimpin

masyarakat yang selama ini cenderung tidak berorientasi kepada masyarakat

golongan ekonomi lemah, tidak adil, tidak transparan dan tidak tanggung gugat.

Hal yang demikian akan menimbulkan kecurigaan, kebocoran, stereotype dan

skeptisme di masyarakat, akibat ketidakadilan tersebut. Keputusan, kebijakan dan

tindakan yang tidak adil ini dapat terjadi pada situasi tatanan masyarakat yang

Page 86: Pemanfaatan Modal Sosial dlm tsunamai.pdf

Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008

86

belum madani, yang salah satu indikasinya dapat dilihat dari kondisi kelembagaan

masyarakat yang belum berdaya, yang tidak berorientasi pada keadilan, tidak

dikelola dengan jujur serta terbuka dan tidak berpihak serta memperjuangkan

kepentingan masyarakat lemah.

Kelembagaan masyarakat yang belum berdaya tersebut pada dasarnya

disebabkan oleh karakteristik lembaga masyarakat yang ada di masyarakat

cenderung tidak mengakar dan tidak representatif. Di samping itu, ditengarai pula

bahwa berbagai lembaga masyarakat yang ada saat ini dalam beberapa hal lebih

berorientasi pada kepentingan pihak luar masyarakat atau bahkan untuk

kepentingan pribadi dan kelompok tertentu, sehingga mereka kurang memiliki

komitmen dan kepedulian pada masyarakat di wilayahnya. Dalam kondisi ini akan

semakin mendalam krisis kepercayaan masyarakat terhadap berbagai lembaga

masyarakat yang ada di wilayahnya.

Kondisi kelembagaan masyarakat yang tidak mengakar, tidak representatif

dan tidak dapat dipercaya tersebut pada umumnya tumbuh subur dalam situasi

perilaku/sikap masyarakat yang belum berdaya. Ketidakberdayaan masyarakat

dalam menyikapi dan menghadapi situasi yang ada di lingkungannya, yang pada

akhirnya mendorong sikap skeptisme, masa bodoh, tidak peduli, tidak percaya

diri, mengandalkan bantuan pihak luar untuk mengatasi masalahnya, tidak

mandiri, serta memudarnya orientasi moral dan nilai-nilai luhur dalam kehidupan

bermasyarakat, yaitu terutama keikhlasan, keadilan dan kejujuran.

Kemandirian lembaga masyarakat ini dibutuhkan dalam rangka

membangun lembaga masyarakat yang benar-benar mampu menjadi wadah

perjuangan kaum ekonomi lemah, yang mandiri dan berkelanjutan dalam

Page 87: Pemanfaatan Modal Sosial dlm tsunamai.pdf

Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008

87

menyuarakan aspirasi serta kebutuhan mereka dan mampu mempengaruhi proses

pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kebijakan publik di tingkat lokal

agar lebih berorientasi ke masyarakat miskin (pro poor) dan mewujudkan tata

kepemerintahan yang baik (good governance), baik ditinjau dari aspek sosial,

ekonomi maupun lingkungan, termasuk perumahan dan permukiman.

Pertanyaan sekarang adalah, apa yang harus dilakukan dalam

memberdayakan ekonomi rakyat ?. Jika disepakati bahwa konsep pemberdayaan

didasarkan pada nilai-nilai tertentu yang memihak pada subyek yaitu masyarakat

akar rumput, wong cilik, komunitas paling kecil atau masyarakat yang

teroganisasi secara territorial, maka pemberdayaan( ekonomi rakyat) tidak bisa

hanya di konsepkan dari atas (sentralitas). Pemberdayaan menekankan adanya

otonomi komunitas dalam pengambilan keputusan, kemandirian dan keswadayaan

lokal, demokrasi dan belajar dari pengalaman sejarah. Esensinya ada pada

partisipasi masyarakat dalam setiap tahapan perubahan masyarakatnya.

Partisipasi mampu terwujud jika terdapat pranata sosial di tingkat

komunitas yang mampu menampung aspirasi masyarakat dalam pembangunan.

Tanpa adanya pranata sosial dan politik di tingkat komunitas, Distrik dan

Kabupaten yang mampu memberikan rakyat akses ke pengambilan keputusan,

yang akan diuntungkan hanyalah kalangan bisnis dan kalangan menengah

perkampungan serta perkotaan. Kebijakan top down yang didisain untuk

menolong rakyat tidak bisa dikatakan mempromosikan perekonomian rakyat

karena tidak ada jaminan bahwa rakyatlah yang akan menikmati keutungannya.

Untuk mewujudkan ekonomi rakyat berdaya, yang pertama-tama harus dilakukan

Page 88: Pemanfaatan Modal Sosial dlm tsunamai.pdf

Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008

88

adalah memfasilitasi terbentuknya pranata sosial yang memungkinkan rakyat ikut

serta dalam pengambilan keputusan. Apabila ada pranata sosial yang

memungkinkan rakyat untuk merumuskan kebutuhan pembangunan mereka dan

memetakan potensi serta hambatan yang mereka hadapi dalam rangka memenuhi

kebutuhan pembangunan mereka, pemerataan kesempatan berusaha akan dengan

sendirinya mulai tercipta.

Salah satu cara untuk memecahkan persoalan yang pelik seperti itu adalah

dari pembiayaan swadaya keuangan melalui sebuah lembaga kemasyarakatan dan

koperasi kredit Untuk menjawab permasalahan tersebut maka dibentuklah Credit

Union BSP (Bantuan Simpan Pinjam) Makmur Ratana sebagai alternative solusi

terhadap permasalahan sosial ekonomi masyarakat Kuta Geulumpang. Pengaruh

keberadaan lembaga keuangan Credit Union BSP (Bantuan Simpan Pinjam)

Makmur Ratana untuk desa ini sangat besar karena langsung menyentuh rakyat

lapisan bawah. Ini bisa menjadi semacam senjata ampuh untuk mengangkat

masyarakat Kuta Geulumpang dari faktor ekonomi yang lemah dan permodalan.

Sejauh yang kita tahu, pengaruh CU sendiri telah membantu pemberdayaan

masyarakat dan menarik mereka kedalam tatanan tingkat kehidupan ekonomi

sosial yang jauh lebih baik.

Page 89: Pemanfaatan Modal Sosial dlm tsunamai.pdf

Gambar 4.3. Diskusi perumusan AD/RT credit union

Proses pembentukan Credit Union dimulai dari jumlah anggota yang tidak

cukup banyak. Anggota awal dari CU ini hanya berjumlah 32 orang.. Setelah

melalui berbagai proses dan berbagai pencapaian hasil maka kelompok ini

mendapat simpati dari warga yang akhirnya ikut serta menggabungkan diri

sebagai anggota dari Credit Union ini. Hal ini sesuai dengan penuturan salah

seorang anggota CU, Ibu wahyu Ningsih, yang memaparkan alasan

ketertarikannya untuk bergabung dengan Credit Union BSP yang mengatakan :

Saya merasa tertarik untuk ikut menjadi salah satu anggota Cu ini dikarenakan melihat sistem manajemen, organisasi dan administrasi yang baik serta transparan,. Selain itu CU saya melihat beberapa tetangga saya yang terdahulu masuk sebagai anggota di CU ini yang pada awalnya berasal dari

Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008

89

Page 90: Pemanfaatan Modal Sosial dlm tsunamai.pdf

Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008

90

keluarga yang sangat lemah ekonominya kini dapat mensejahterakan keluarga dan membiayai pendidikan anak-anak nya .

Dalam pelaksanaan Credit Union ini ada beberapa peraturan dan ketantuan

yang berlaku umum yaitu :

a. Ketentuan yang harus dipenuhi jika ingin menjadi anggota CU, antara lain :

1. Seluruh anggota masyarakat Kuta Keulumpang. Bagi anggota yang belum

berumah tangga harusmendapat persetujuan dari orang tua jika ingin

menjadi anggota CU

2. Anggota harus penduduk Kuta Keulumpang ; orang yang berasal dari luar

kuta Keulumpang juga menjadi anggota CU, tetapi harus memiliki aset di

kuta Keulumpang, misalnya tanah ladang atau rumah.

3. Setiap anggota memiliki hak dan kewajiban yang hampir sama, misalnya

setiap anggota berhak meminjam uang di CU sesuai dengan saham yang

dimilikinya setiap anggota berhak dipilih menjadi pengurus dalam rapat

anggota yang dilakukan tahun sekali setiap anggota dapat menyimpan

uang dan mendapatkan bunga setiap anggota yang lepas (mengundurkan

diri) berhak mendapatkan modalnya dengan potongan uang administrasi

Rp. 10.000,-.

4. Anggota yang mengundurkan diri biasanya karena pindah.

5. Sedangkan yang menjadi kewajiban bagi setiap anggota CU adalah bagi

anggota baru diwajibkan membayar uang pangkal membayar iuran wajib

dengan jumlah minimal Rp. 5000/bulan mengikuti semua aturan yang

berlaku di CU

Page 91: Pemanfaatan Modal Sosial dlm tsunamai.pdf

Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008

91

b. Mekanisme peminjaman :

Bagi anggota CU yang ingin meminjam uang ada beberapa ketentuan

dipenuhi, antara lain:

1. Jumlah pinjaman anggota maksimal sebesar 5X jumlah saham. Artinya

bila seseorang memiliki total saham Rp. 100.000,- maka pinjaman

maksimalnya sebesar Rp. 500.000,

2. Bunga pinjaman sebesar 3 % menurun, artinya bunga yang dibayar adalah

3 % dari jumlah sisa cicilan.

3. Jangka waktu pinjaman 7 -12 bulan. Untuk pinjaman kurang dari satu juta

rupiah dengan jangka waktu 7 bulan, sedangkan untuk pinjaman satu juta

rupiah ke atas dengan jangka waktu 12 bulan

4. Pembayaran pinjaman dapat dilakukan dengan cara mencicil atau dibayar

sekaligus

Proses Pinjaman

Pinjaman pertama adalah Rp. 500 000 dengan angsuran maksimal 10 kali.

Pinjaman kedua adalah Rp. 1 juta, dan anggota boleh pinjam lagi dengan kenaikan

Rp. 500 000 setiap pinjaman. Pinjaman maksimal adalah Rp. 5 juta. Seperti di

koperasi, sebelum boleh pinjam, anggota di koperasi harus menemuhi kewajiban

simpanan pokok, yaitu Rp. 100 000 dulu sebelum realisasi pinjaman pertama.

Sesudah simpanan pokok dibayar anggotanya boleh pinjam, dan setiap bulan

simpanan wajib, yaitu Rp. 5 000 harus dipenuhi. Di koperasi ini simpanan tidak

boleh diambil sampai waktu anggota keluar. Aturan ini didasarkan keperluan

Page 92: Pemanfaatan Modal Sosial dlm tsunamai.pdf

Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008

92

simpanan anggota untuk modal koperasi. Di koperasi simpan pinjam ini bunganya

tergantung pada kali angsuran. Sistem ini bisa dilihat di tabel berikut:

Tabel 4.1

Jumlah Angsuran & Bunganya Credit Union BSP (Bantuan Simpan Pinjam) Makmur Ratana

Angsuran

Bunga

10 kali 1 %

15 kali 1.5 %

20 kali 2 %

Sumber: Credit Union BSP (Bantuan Simpan Pinjam) Makmur Ratana

Page 93: Pemanfaatan Modal Sosial dlm tsunamai.pdf

Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008

93

Tabel 4.2 List Pinjaman Tahun Buku Januari 2006 s/d Desember 2006

Jumlah Peminjam Tujuan Peminjaman No Bulan Orang Uang Darurat Konsumtif, Produktif

01

02

03

04

05

06

07

08

09

10

11

12

Januari

Februari

Maret

April

Mei

Juni

Juli

Agustus

September

Oktober

November

Desember

6

18

12

17

20

15

23

11

18

19

24

25

10.500.000 15..540.000 12..250.000 15.000.000 22..000.000 14.750.000 25..000.000 13.800.000 24.500.000 25.000.000 32..750.000 40.000.000

3

1

3

2

1 -

7

3 -

3

7

8

2

9 -

12

8

12

10

5

12

9

15

16

1

8

9

3

11

3

6

3

6

7

2

1

Jumlah 208 345.590.000 38 110 60 Sumber Data: Laporan Tahunan 2004

c. Mekanisme penyimpanan di CU

1. Waktu peminjaman ditentukan setiap tanggal 20 setiap bulannya

2. Bunga simpanan dihitung berdasarkan Sisa Hasil Usaha pada setiap

akhirtahun

3. Pertanggungjawaban pengurus diminta setahun sekali dalam rapat tahunan

Page 94: Pemanfaatan Modal Sosial dlm tsunamai.pdf

Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008

94

4. Kegiatan yang dilakukan oleh CU tidak hanya seputar pinjam-meminjam

uang, akan tetapi juga mencakup kegiatan lain yang biasanya di

selenggarakan oleh pihak lembaga pendamping

5. Kegiatan-kegiatan yang sering dilakukan misalnya: Mengadakan diskusi,

penyuluhan juga seminar tentang gender, pemilu, otonomi daerah

mengadakan penyuluhan tentang pertanian .

Kegiatan utama dari CU ini adalah usaha penghimpunan dana dengan

mengumpulkan dana dari berbagi sumber, baik dari anggota sendiri maupun dari

pihak lain. Jenis-jenis sumber dana yang biasa dijaring adalah : modal, hutang,

dan simpanan. Sumber dana jenis modal dapat berupa simpanan pokok, simpanan

wajib, dan simpannan sukarela anggota. Sedangkan sumber dana jenis hutang

dapat berupa hutang pinjaman dan sumber hutang lainnya..

Simpanan pada Credit Union terdiri dari beberapa bentuk, yaitu simpanan

pokok, simpanan wajib, dan tabungan pembiayaan. Simpanan pokok adalah

simpanan yang dibayar satu kali yaitu pada waktu mendaftar sebagai anggota CU.

Simpanan wajib adalah simpanan adalah simpanan yang dibayar semua anggota

secara teratur biasanya perbulan. Tabungan pembiayaan adalah simpanan bagi

anggota yang mendapatkan fasilitas pembiayaan dari CU.

Dalam simpanan pokok terdapat beberapa ketentuan yaitu ;

1. Besarnya simpanan pokok adalah sama untuk setiap anggota

2. Besarnya simpanan pokok adalah sebesar Rp. 100.000

3. Cara pembayaran simpanan pokok bias sekaligus atau diangsur sesuai

dengan kesepakatan

Page 95: Pemanfaatan Modal Sosial dlm tsunamai.pdf

Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008

95

4. Penyetoran dapat dilakukan oleh anggota bersangkutan atau yang diberi

kuasa

5. Simpanan pokok tidak boleh diambil selama anggota yang bersangkutan

masih menjadi anggota

Ketentuan yang ada dalam simpanan wajib adalah sebagai berikut :

1. Besarnya simpanan adalah sama untuk setiap anggota

2. Besarnya simpanan wajib ditentukan atas dasar kesepakatan bersama

dengan mendasar pada kemampuan anggota yang paling rendah

3. Simpanan wajib tidak boleh diambil selama yang bersangkutan masih

menjadi anggota

Ketentuan dalam simpanan pembiayaan adalah :

1. Besarnya simpanan disesuaikan dengan pembiayaan yang diterima

2. Besarnya simpanan sudah termasuk angsuran mingguan

3. Simpanan tersebut dapat diambil ketika pembiayaan telah lunas

4. Jika yang bersangkutan tidak membayar angsuran pembiayaan, maka

pihak pengurus berhak memotong sejumlah dana ditabungan tersebut.

5. Tabungan pembiayaan tidak mendapatkan imbalan bagi hasil

Manfaaat yang paling dirasakan para anggota adalah secara ekonomis

dimana dengan ikut menjadi anggota CU maka memiliki hak untuk melakukan

pinjaman yang sangat mambantu masyarakat dalam kehidupan usaha maupun

kesehariannya.Dalam hal peminjaman Credit Union BSP (Bantuan Simpan

Pinjam) Makmur Ratana membuat system peminjaman menjadi tiga kategori.

yaitu yang bersifat darurat, konsumtif, dan produktif. Pinjaman darurat itu

berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan mendesak seperti pengobatan orang sakit.

Page 96: Pemanfaatan Modal Sosial dlm tsunamai.pdf

Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008

96

Pinjaman konsumtif, biasanya pinjaman itu untuk pemenuhan kebutuhan rumah.

Dan pinjaman produktif, artinya pinjaman itu untuk pengembangan usaha

perorangan.

Bentuk fasilitas lainnya yang dapat dirasakan oleh anggota CU ini adalah

koperasi kredit ini juga menawarkan beragam produk seperti mengembangkan

simpanan bunga harian. Seperti tabungan bank, simpanan ini dapat disimpan-tarik

setiap saat dan diberikan bunga yang layak. Kemudian juga ada simpanan

berjangka yang berlaku seperti deposito pada perbankan. Fasilitas ini tentunya

sangat membantu dan mendukung bagi aktivitas usaha maupun ekonomi

masyarakat Kuta Krueng.

Disamping hal tersebut untuk melengkapi program kesejahteraan anggota

CU Credit Union BSP (Bantuan Simpan Pinjam) Makmur Ratana

mengembangkan produk yang disebut dengan Pinjaman kesehatan. Fungsinya

seperti asuransi kesehatan. Dana untuk program ini merupakan dana swadya dari

anggota juga akan tetapi dalam hal ini anggota memberikan modal tambahan. Hal

ini sesui dengan penuturan dari salah seoranng pengurus Credit Union yaitu

Bapak M.AG, yang mengatakan :

"Untuk pengadaan program pinjaman kesehatan ini dananya dipungut dari anggota CU 25 ribu Rupiah per tahun. Dana yang dikumpulkan itu lalu akan disalurkan kepada anggota CU yang mengajukan klaim penggantian pengobatan hingga 100 ribu Rupiah. Dengan produk ini masyarakat tidak perlu lagi merasa takut untuk pergi kebalai-bali pengobatan untuk mendapat perawatan apabila mengalami penyakit.

Kondisi ini tentunya merupakan suatu jawaban tepat bagi kebutuhan

masyarakat karena disamping kebutuhan ekonomi dan sosial, kebutuhan akan

Page 97: Pemanfaatan Modal Sosial dlm tsunamai.pdf

Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008

97

kesehatan merupakan kebutuhan yang tidak dapat ditiadakan. Kebutuhan akan

kesehatan merupakan tuntutan hidup dan harus dipenuhi. Dengan adanya program

ini masyarakat yang mengalami musibah gangguan kesehatan akan sangat merasa

terbantu dimana apabila kondisi keuangan tidak mencukupi untuk biaya

pengobatan maka sudah ada sebuah fasiltas yang dapat dipergunakan untuk

menutupinya. Disamping kondisi tersebut, hal positif yang dapat dilihat dengan

adanya program ini adalah berubahnya pandangan masyarakat yang selama ini

sangat konservatif terhadap masalaha kesehatan terutama sikap apatisme

terhadap pengobatan dirumah sakit karena stigma yang ada selama ini pengobatan

itu adalah pemborosan dan sangat banyak memakan biaya.

Cikal bakal kesuksesan Credit Union (CU) BSP (Bantuan Simpan Pinjam)

Makmur Ratana hingga sekarang tidak terlepas dari keberadaan Lembaga Sinar

Keumala. Seperti kita ketahui bersama bahwa embrio CU sendiri adalah buah

pemikiran orang-orang yang konsen terlibat didalamnya untuk maju secara

ekonomi dan pemberdayaan masyarakat. Sekarang, kekuatan Credit Union di

Kuta Geulumpang sendiri sudah menjadi sebuah kekuatan ekonomi kerakyatan

yang tumbuh dan berkembang dari tahun ketahun dan menjadi sebuah kekuatan

ekonomi yang mampu menggerakkan arus uang dalam jumlah yang cukup besar.

Masyarakat Kuta Geulumpang sudah mulai bisa bernafas lega dan melirik

kehidupan yang lebih baik dengan harapan pada peningkatan tarap hidup dalam

mimpi kesejahteraan. Peningkatan ekonomi keluarga dan pendidikan kecerdasan

finansial yang dipelajari dari sekolah Credit Union banyak berpengaruh terhadap

bidang-bidang lain kehidupan masyarakat.

Page 98: Pemanfaatan Modal Sosial dlm tsunamai.pdf

Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008

98

Berdasarkan kondisi tersebut di atas dapat dilihat betapa besarnya fungsi

pelaksanaan Credit Union dalam peri kehidupan masyarakat Kuta

Kraeng.Pelaksnaaan Credit Union yang merupakan rekayasa modal sosial yang

ada pada masyarakat yang diapiliasikan terhadap kegiatan ekonomi dalam bentuk

Credit Union telah berhasil menjawab permasalahan ekonomi masyarakat secara

umum. Disamping hal tersebut apabila dimaknai lebih mendalam , melalui

aktivitas Credit Union ini disadari atau tidak akan semakin memupuk dan

mengarahkan modal sosial masyarakat kearah yang lebih positif, karena melalui

program ini secara tidak disadari interaksi yang terjadi antara masyarakat semakin

berjalan dengan tertib dan aktivitas Credit Union ini perlahan-lahan akan

memupuk modal sosial berupa rasa semakin saling mempercai, perluasan jaringan

sosial dan semakin matangnya pranata-pranata sosial yang berlaku ditengah-

tengah masyarakat Kuta Geulumpang. Jadi dari pemaparan tersebut di atas dapat

disimpulkan bahwa implementasi program Credit Union melalui rekayasa modal

sosial di Kuta Geulumpang telah berhasil memperbaiki kehidupan sosial dan

ekonomi masyarakat tersebut.

Page 99: Pemanfaatan Modal Sosial dlm tsunamai.pdf

Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008

99

4.4. Hambatan-Hambatan Dalam Pelaksanaan Credit Union

Adalah sebuah fenomena yang lazim bahwa dalam setiap implementasi

sebuah program atau kegiatan akan sering dihadapkan dengan berbagai rintangan

ataupun hambatan-hambatan. Sebagus apapun tataran sebuah konsep akan tetapi

kenyataan di lapangan adalah merupakan ajang pembuktian terhadap kualitas

konsep tersebut. Demikian juga halnya dengan pelaksanaan program Credit Union

yang di implementasikan di Kuta Geulumpang ini, dimana walaupun banyak

dampak positif yang telah dicapai akan tetapi masih ada beberapa hambatan yang

ditemui di lapangan yang menjadi kendala dalam pengembangan program ini

kedepannya. Adapun hambatan-hambatan tersebut akan dipaparkan di bawah ini ;

1. Masih maraknya praktik tengkulak dan riba ditengah-tengah

masyarakat yang bagi sebagian masyarakat masih lebih menjadi

pilihan karena adanya kebebasan kapan dan seberapa besar dana yang

akan dipinjam

2. Masih minimnya kesadaran beberapa anggota CU dalam melaksanakan

kewajibannya sebagai anggota

3. Masih kurangnya tenaga sosial dan media/ fasilitas yang tersedia untuk

melaksanakan penyadaran-penyadaran serta sosialisasi manfaaat Credit

Union kepada masyarakat terutama yang berada di pedalaman

4. Sikap mental sebagian anggota Credit Union yang masih kurang baik

dalam mengalokasikan dana yang diterima dari koperasi simpan

pinjam sehingga manfaat keikutsertaanya tidak nampak. Dalam hal ini

Page 100: Pemanfaatan Modal Sosial dlm tsunamai.pdf

Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008

100

sebagian besar anggota masih menggunakan dana dari CU hanya untuk

keperluan komsumsi

5. Masih ditemukannya sebagian dari masyarakat yang apatis dan belum

menerima keberadaan Cu karena masyarakat sempat memiliki stigma

bahwa organisasi-organisasi yang ada pasca bencana hanya merupakan

penjelmaan kegiatan eksploitatif dan tujuan utama hanya untuk meraih

keuntungan saja.

6. Adanya konflik berkepanjangan dari luar masyarakat dan juga

beberapa konflik internal pada masyarakat memiliki peran yang sangat

berpengaruh dalam perjjalanan credit union ini.

Page 101: Pemanfaatan Modal Sosial dlm tsunamai.pdf

Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008

101

BAB V

PENUTUP

5.1. KESIMPULAN

1. Hasil penelitian menunjukkan keberhasilan rekayasa modal sosial dalam

membentuk lembaga keuangan swadaya masyarakat (Credit Union)

2. Pembentukan Credit Union telah berhasil mengembangkan potensi

ekonomi masyarakat Geulumpang dan juga telah mampu mendongkrak

perkembangan dunia usaha masyarakat

3. Pemanfatan modal sosial sebagai pondasi pembentukan Credit Union telah

menjadi sebuah kekuatan bagi lembaga keuangan ini dimana terdapat rasa

kepemilikan dan tanggungjawab yang tinggi dari pada anggota-

anggotanya.

4. Masih terdapat berbagai kendala dalam proses pengembangan Credit

Union salah satunya adalah masih kurangnya tenaga sosial dan media/

fasilitas yang tersedia untuk melaksanakan penyadaran-penyadaran serta

sosialisasi manfaaat Credit Union kepada masyarakat terutama yang

berada di pedalaman .

Page 102: Pemanfaatan Modal Sosial dlm tsunamai.pdf

Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008

102

5.2. SARAN

1. Perlunya peningkatan kegiatan sosialisasi Credit Union kepada seluruh

masyarakat terutama yang berada di daerah pelosok

2. Perlunya dukungan yang lebih besar lagi dari berbagai pihak dalam

peningkatan kondisi sosial dan ekonomi masyarakat Kuta Geulumpang

3. Kedepannya perlu digalakkan kegiatan-kegiatan pemberdayaan

masyarakat dan pendampingan-pendampingan sosial terutama bagi

daerah-daerah rekonstruksi

Page 103: Pemanfaatan Modal Sosial dlm tsunamai.pdf

DAFTAR PUSTAKA

Adi, Isbandi Rukminto, 2001, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan

Intervensi Komunitas, Jakarta : LPFE – UI. ________,2002, Pemikiran-Pemikiran Dalam Pembangunan Kesejahteraan

Sosial, Jakarta : Fakultas Ekonomi UI. Arif M Nasution, Subhilhar dan Badaruddin, 2005, Isu-isu Kelautan : Dari

Kemiskinan hingga Bajak Laut ,Yogyakarta,Pustaka Pelajar,2005 Badaruddin, 2003, Modal Sosial dan Reduksi Kemiskinan Nelayan di Sumatera

Utara, Laporan Penelitian Hibah Bersaing Perguruan tinggi,DIKTI. Badaruddin,1999, Sosial Capital in The Creation of Human Capital, Dalam

Partha Dasgupta dan Ismail Serageldin(ed), Sosial Capital : A Multifaceted Perspective,Washington: The World Bank.

Coleman, J.1988, sosial capital in the creation of human capital, cambridge,

Harvard University Cohen & Prusak, 2001, sosial capital in the creation of human capital. The

american journal of sociology Cook, Sarah dan Stave, Macaulay, 1997, Pemberdayaan Yang Tepat, Jakarta :

PT. Elex Media Komputindo. Departemen Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, Pemberdayaan Ekonomi

Rakyat, Jakarta,1999. Departemen Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, Biro Hukum dan Organisasi,

Undang-Undang Republik indonesia No. 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian, Jakarta,1992.

Fukuyama, Prancis ,Trust ; Kebajikan Sosial dan Penciptaan

Kemakmuran,Yogykarta,Penerbit Qalam,2002 Fukuyama,Prancis,Sosial Capital ; Civil Society and Development,Third World

Quarterly,Vol 22,2001 Kartasasmita, Ginanjar,1996, Pembangunan Untuk Rakyat : Memadukan

Pertumbuhan dan Pemerataan, CIDES, Jakarta. Koentjaraningrat, Kebudayaan ,Mentalitas dan Pembangunan,Jakarta, Gramedia

Pustaka Utama,2002

Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008

103

Page 104: Pemanfaatan Modal Sosial dlm tsunamai.pdf

Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008

104

Mulyana, Dedi, 2004, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : PT Remaja Rosda Karya.

Mikkelsen, Britha, 1999. Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya-upaya

Pemberdayaan, Jakarta : Yayasan Obor Indonesia Moeljarto, T, 1992, Politik Pembangunan : Sebuah Analisis Konsep, Gerak dan

Strategi, Yogyakarta : PT. Tiara Walda. Putnam Robert D.1993. The prosperous Community : Sosial capital and public

life. TAP _________________, Making Democracy work : civic Tradition in modern italy.

Princeton University press Rani Usman,2003, Sejarah Peradaban Aceh, Jakarta,Penerbit Yayasan Obor

Indonesia,2003 Sastropoetro, Santoso, 1998, Partisipasi, Komunikasi dan Disiplin dalam

Pembangunan Nasional, Bandung : Alumni. Suharto, E. 2005. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat: Kajian

Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial. Bandung: Rafika Aditama.

Sulistiyani, A.T. 2004. Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan. Yogyakarta: Gaya Media.

Setiana, 2005, tehnik Penyuluhan da pemberdayaan masyarakat, Ghalia indonesia, Bogor

Suyono Usman 1998, Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat, Pustaka

Pelajar , Jakarta

Suprijatna, T. 2000. Strategi Pembangunan dan Kemiskinan. Rineka Cipta:

Jakarta.

Syabra, R. 2003. ”Modal Sosial: Konsep dan aplikasi”. Jurnal Masyarakat dan Budaya. Vol.V. N0.1:1-5.

Soetrisno, Lukman, 1995, Menuju Masyarakat Partisipatif, Jakarta : Kanisius. Tjondronegoro, S.M.P. 2005. “Pembangunan, Modal dan Modal Sosial”. Jurnal

Sosiologi Indonesia. Vol. I. No. 7: 21-22

Todaro, P.M. & Smith S.C. 2003. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Jakarta: Erlangga.

Page 105: Pemanfaatan Modal Sosial dlm tsunamai.pdf

Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008

105

Usman, Husaini dan Akbar PS, 2003, Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta : PT Bumi Aksara.

Winter. 2000. Towards a Theorised Understanding of Family Life and Sosial

Capital. Australia: Australian Institute of Family Studies.

Zaim saIdi, Secangkir Kopi Max Havelaar : LSM Kebangkitan Masyarakat,

Jakarta, PT. Gramedia