Pemanfaatan Minyak Atsiri Kapulaga (Amomum ......minyak atsiri yang diperoleh dari kulit kayu manis...

37
Pemanfaatan Minyak Atsiri Kapulaga (Amomum cardamomum Willd), Kayu Manis (Cinnamomum burmannii Ness), dan Jeruk Purut (Citrus hystrix DC) dalam Pembuatan Parfum Utilization of Cardamom (Amomum cardamomum Willd), Cinnamon Bark (Cinnamomum burmannii Ness), and Kaffir Lime (Citrus hystrix DC) Essential Oils in The Manufacture of Perfume Oleh, Retno Kristanti NIM: 652009013 TUGAS AKHIR Diajukan kepada Program Studi: Kimia, Fakultas: Sains dan Matematika guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains (Kimia) Program Studi Kimia Fakultas Sains dan Matematika Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga 2015

Transcript of Pemanfaatan Minyak Atsiri Kapulaga (Amomum ......minyak atsiri yang diperoleh dari kulit kayu manis...

  • Pemanfaatan Minyak Atsiri Kapulaga (Amomum cardamomum Willd), Kayu Manis

    (Cinnamomum burmannii Ness), dan Jeruk Purut (Citrus hystrix DC) dalam Pembuatan

    Parfum

    Utilization of Cardamom (Amomum cardamomum Willd), Cinnamon Bark (Cinnamomum

    burmannii Ness), and Kaffir Lime (Citrus hystrix DC) Essential Oils in The Manufacture

    of Perfume

    Oleh,

    Retno Kristanti

    NIM: 652009013

    TUGAS AKHIR

    Diajukan kepada Program Studi: Kimia, Fakultas: Sains dan Matematika guna

    memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains (Kimia)

    Program Studi Kimia

    Fakultas Sains dan Matematika

    Universitas Kristen Satya Wacana

    Salatiga

    2015

  • ii

    Pemanfaatan Minyak Atsiri Kapulaga (Amomum cardamomum Willd), Kayu Manis

    (Cinnamomum burmannii Ness), dan Jeruk Purut (Citrus hystrix DC) dalam Pembuatan

    Parfum

    Utilization of Cardamom (Amomum cardamomum Willd), Cinnamon Bark (Cinnamomum

    burmannii Ness), and Kaffir Lime (Citrus hystrix DC) Essential Oils in The Manufacture

    of Perfume

    Oleh,

    Retno Kristanti

    NIM: 652009013

    TUGAS AKHIR

    Diajukan kepada Program Studi: Kimia, Fakultas: Sains dan Matematika guna

    memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains (Kimia)

    Disetujui oleh,

    Pembimbing Utama

    Dra. Hartati Soetjipto, M.Sc

    Pembimbing Pendamping

    Silvia Andini, S.Si., M.Sc

    Diketahui oleh,

    Kepala Program Studi

    FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA

    UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

    SALATIGA

    2015

  • iii

    PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS TUGAS AKHIR

    Yang bertanda tangan di bawah ini,

    Nama : Retno Kristanti

    N I M : 652009013

    Program Studi : Kimia

    Fakultas : Sains dan Matematika, Universitas Kristen Satya Wacana

    Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, Judul :

    Pemanfaatan Minyak Atsiri Kapulaga (Amomum cardamomum Willd), Kayu Manis

    (Cinnamomum burmannii Ness), dan Jeruk Purut (Citrus hystrix DC) dalam

    Pembuatan Parfum

    Yang dibimbingoleh:

    1. Dra. Hartati Soetjipto, M.Sc 2. Silvia Andini, S.Si., M.Sc

    adalah benar-benar hasil karya saya.

    Di dalam laporan tugas akhir ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau

    gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk

    rangkaian kalimat atau gambar serta simbol yang saya aku seolah-olah sebagai karya saya

    sendiri tanpa memberikan pengakuan pada penulis atau sumber aslinya.

    Salatiga, 13 Februari 2015

    Yang memberi pernyataan,

    Retno Kristanti

  • iv

    PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

    TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

    Sebagai sivitas akademika Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), saya yang bertanda

    tangan di bawah ini :

    Nama : Retno Kristanti

    N I M : 652009013

    Program Studi : Kimia

    Fakultas : Sains dan Matematika

    Jenis Karya : Skripsi

    Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada UKSW Hak

    bebas royalty non-eksklusif (non-exclusive royalty free right) atas karya ilmiah saya berjudul

    :

    Pemanfaatan Minyak Atsiri Kapulaga (Amomum cardamomum Willd), Kayu Manis

    (Cinnamomum burmannii Ness), dan Jeruk Purut (Citrus hystrix DC) dalam

    Pembuatan Parfum

    Beserta perangkat yang ada (jika perlu)

    Dengan hak bebas royalty non-eksklusif ini, UKSW berhak menyimpan, mengalih media /

    mengalih formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data, merawat, dan

    mempublikasikan tugas akhir saya, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis /

    pencipta.

    Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

    Dibuat di : Salatiga

    Pada tanggal :

    Yang menyatakan,

    Retno Kristanti

    Pembimbing Utama

    Dra. Hartati Soetjipto, M.Sc

    Mengetahui,

    Pembimbing Pendamping

    Silvia Andini, S.Si., M.Sc

  • 1

    Pemanfaatan Minyak Atsiri Kapulaga (Amomum cardamomum Willd), Kayu

    Manis (Cinnamomum burmannii Ness), dan Jeruk Purut (Citrus hystrix DC) dalam

    Pembuatan Parfum

    Utilization of Cardamom (Amomum cardamomum Willd), Cinnamon Bark

    (Cinnamomum burmannii Ness), and Kaffir Lime (Citrus hystrix DC) Essential Oils

    in The Manufacture of Perfume

    Retno Kristanti*, Dra. Hartati Soetjipto, M.Sc.**, dan Silvia Andini, S.Si., M.Sc.**

    *Mahasiswa Program Studi Kimia Fakultas Sains dan Matematika

    **Dosen Program Studi Kimia Fakultas Sains dan Matematika

    Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga

    Jln. Diponegoro no. 52-60 Salatiga 50711 Jawa Tengah – Indonesia

    [email protected]

    ABSTRACT

    The purpose of this study was first, to determine the constituent components of

    the essential oil of cardamom, cinnamon, and kaffir lime peel with GC-MS method.

    Second, to determine the perfume formulation using the most preferred essential oils

    above as perfume with organoleptic method.

    The result of this study showed was 1) The chemical composition of cardamom

    essential oil consists of 9 chemical components with the most content is 84% cineol, the

    cinnamon essential oil consists of 22 chemical components with the most content is

    35,55% cineol, while kaffir lime peel essential oil consists of 25 chemical components

    with the most content is 19,98% -pinene. 2) According to data analysis of organoleptic result, all of the perfume formulations were well liked but specifically for the H

    formulation in fragrant and fresh genre is determined as fragnance and fresh.

    Key words: cardamom, cinnamon, kaffir lime peel, essential oils, GCMS

    PENDAHULUAN

    Parfum atau perfume berasal dari bahasa Latin “Perfumen” yang artinya melalui

    asap. Parfum mengandung 3 macam komponen, yaitu zat pewangi (odoriferous), zat

    pengikat (fixatives), dan bahan pelarut/pengencer (diluent) (Ezigbo & Ezigbo, 2011).

    Pada dasarnya, parfum memiliki 3 tingkat aroma menurut lamanya penguapan, yaitu 1)

    top notes, aroma yang pertama kali tercium dan menghilang setelah beberapa menit, 2)

    middle notes, memerlukan 4-6 jam untuk menguap dan merupakan jantung dari parfum,

    dimana parfum tersebut dapat dikenal, 3) base notes, aroma paling dasar dan tahan

    mailto:[email protected]

  • lama, ≥ 6-8 jam untuk menguap, base notes juga berfungsi sebagai zat pengikat dan

    pencampur bahan-bahan (Gomes et al., 2001).

    Minyak atsiri adalah minyak yang terdiri dari campuran zat yang mudah

    menguap, dengan komposisi dan titik didih yang berbeda-beda. Minyak atsiri bukan

    merupakan zat kimia tunggal, tetapi terdiri dari berbagai campuran zat yang bersifat

    fisika dan kimia yang berbeda. Dalam industri minyak atsiri dikenal 3 macam metode

    penyulingan, yaitu penyulingan dengan air (water distillation), penyulingan dengan air

    dan uap (water and steam distillation), penyulingan dengan uap (steam distillation)

    (Guenther, 1987). Minyak atsiri yang dihasilkan diidentifikasikan dengan gas

    chromatography-mass spectrometry (GC-MS). GC-MS merupakan metode utama untuk

    mengidentifikasi senyawa penyusun minyak atsiri (Noorizadeh et al., 2011).

    Kapulaga (Amomum cardamomum Willd) atau biasanya dikenal sebagai kapulaga

    lokal, berasal dari famili Zingiberaceae, merupakan salah satu rempah yang banyak

    digunakan dalam industri makanan/minuman dan obat tradisional. Biji kapulaga

    mempunyai aroma yang menyenangkan dan hangat yang sangat karakteristik serta

    pedas (Mulyono & Hernani, 1996). Dalam minyak atsiri kapulaga mengandung

    komponen penyusun minyak atsiri yang terdiri dari metanol (84,66%), cineol (10,75%),

    geraniol (1,23%), dan mirsenol (1,62%), dan senyawa lain (1,74) (Prasasty dkk., 2003).

    Kayu manis (Cinnamomum burmannii Ness) dikenal dengan nama Cassia

    Indonesia, adalah tanaman yang berasal dari famili Lauraceae (Parthasarathy et al.,

    2008). Perolehan minyak atsiri kayu manis dipengaruhi oleh jenis bahannya, cara

    penyulingan, lama penyulingan serta ukuran bahan pada waktu penyulingan. Rendemen

    minyak atsiri yang diperoleh dari kulit kayu manis berkisar antara 0,5-2%. Warna

    minyak atsiri kuning kecoklatan dan mempunyai bau khas kayu manis (Purseglove et

    al., 1981 dalam Parthasarathy et al., 2008). Komponen penyusun minyak atsiri kayu

    manis adalah -pinene (5,41%), camphene (2,19%), -pinene (2,04%), -copaene

    (8,07%), -bergamotene (0,55%), -muurolene (0,86%), cadina-1,4-diene (0,44%),

    coumarin (1,35%), limonene (1,53%), cineole (5,07%), benzaldehyde (0,49%), bornyl

    acetate (2,01%), 4-terpineol (1,36%), trans--caryophyllene (1,7%), linalyl propionate

    (1,11%), -cadinene (1,78%), benzenepropanal (2,3%), cinnamaldehyde (0,56%),

    cinnamic aldehyde (50,75%), dan cinnamyl acetate (10,43%) (Rusliawan dkk., 2012).

  • Jeruk purut (Citrus hystrix DC) berasal dari famili Rutaceae, yang biasanya

    digunakan sebagai bahan tambahan di dalam masakan. Jeruk purut, khususnya pada

    kulit, memiliki aroma yang kuat dan berbau sedap. Minyak atsiri yang berasal dari kulit

    jeruk purut mengandung komponen penyusun yaitu -pinene (35,65%), limonene

    (31,87%), -terpinene (10,33%), citronellal (6,48%), tidak teridentifikasi (4,22%), dan

    2,3,3-trimethyl-bicyclo (2,2,1) heptane 2-ol (11,55%) (Ginting, 2005) .

    Berdasarkan latar belakang di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah:

    1. Menentukan komponen penyusun minyak atsiri biji kapulaga, kayu manis, dan kulit

    jeruk purut dengan metoda GC-MS.

    2. Menentukan formulasi parfum menggunakan ketiga minyak atsiri di atas yang

    paling disukai sebagai parfum dengan metoda organoleptik.

    METODOLOGI

    Bahan dan Piranti

    Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2013 sampai dengan bulan April

    2014 di Fakultas Sains dan Matematika Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.

    Kapulaga (A. cardamomum Willd), kayu manis (C. burmannii Ness), dan jeruk

    purut (C. hystrix DC) yang diperoleh dari Salatiga dan sekitarnya. Bahan kimiawi yang

    digunakan antara lain akuades, Na2SO4.H2O (pro analysis, Merck), dan etanol.

    Piranti yang digunakan antara lain neraca analitis 4 digit (Mettler H 80, Mettler

    Instrument Corp., USA), neraca 2 digit (Ohaus TAJ602, Ohaus Corp., USA), Ohaus

    Moisture Analyser Balance MB-25, clevenger, refraktometer, panci modifikasi, oven

    (WTB binder), desikator (Wherteim GL 32), Gas Chromatography-Mass Spectrometer

    (GC-MS), dan peralatan gelas.

    Metoda Penelitian

    Preparasi Sampel

    Kapulaga dalam keadaan bersih dan kering dipisahkan antara kulit dengan bijinya.

    Batang kayu manis dicuci bersih sampai lipatan-lipatan kayu manis, dikeringkan dan

  • dipotong kecil-kecil. Jeruk purut segar dibersihkan dan dipotong kecil-kecil selanjutnya

    dikeringkan dalam oven selama 24 jam dengan suhu 48°C. Ketiga sampel ini disimpan

    dalam wadah berbeda dan rapat.

    Penentuan Kadar Air (Moisture Analyser Balance)

    Penentuan kadar air menggunakan alat Moisture analyser balance dengan jumlah

    sampel masing-masing 1 gram.

    Preparasi Penyulingan Minyak Atsiri

    a. Minyak atsiri dari biji kapulaga (dimodifikasi dari (Fachriyah & Sumardi,

    2007)).

    Sampel sebanyak 100 gram biji kapulaga dilakukan distilasi uap dan air selama

    6 jam dihitung dari tetesan distilat pertama keluar.

    b. Minyak atsiri dari kulit kayu manis (dimodifikasi dari (El-Baroty et al., 2010)).

    Kulit kayu manis ditimbang sebanyak 500 gram dilakukan distilasi air selama 6

    jam dihitung dari tetesan distilat pertama keluar.

    c. Minyak atsiri dari kulit jeruk (Muhtadin dkk., 2013).

    Kulit luar jeruk purut yang sudah kering ditimbang sebanyak 100 gram

    dilakukan distilasi uap selama 6 jam dihitung dari tetesan distilat pertama

    keluar.

    Pengukuran Parameter Fisika (SNI 06-3734-2006)

    Pengujian Bau

    Pengujian ini menggunakan indera penciuman langsung terhadap minyak atsiri

    dan hasil pengujian ini diekspresikan dengan diskripsi terhadap minyak atsiri.

    Pengukuran Rendemen Minyak Atsiri

    Pengukuran rendemen minyak dihitung dari berapa banyak minyak yang

    diperoleh dibanding dengan berat bahan yang digunakan untuk penyulingan.

  • Pengukuran Berat Jenis Minyak Atsiri

    Tiap sampel minyak atsiri diukur sebanyak 1 mL menggunakan pipet ukur dengan

    ketelitian 0,01 mL kemudian ditimbang dalam botol sampel. Berat jenis tiap minyak

    atsiri yang diperoleh dapat ditentukan dengan menggunakan rumus 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎

    𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒.

    Pengukuran Indeks Bias Minyak Atsiri

    Pengukuran nilai indeks bias menggunakan alat refraktometer.

    Pengukuran Kelarutan Minyak Atsiri dalam Etanol (Guenther, 1987)

    Masing-masing sampel diukur dengan pipet ukur sebanyak 1 mL dan dimasukkan

    dalam tabung reaksi. Pada sampel minyak atsiri kapulaga dan kayu manis masing-

    masing ditambahkan etanol 70% secara perlahan tetes demi tetes, dikocok sampai

    minyak atsiri larut seluruhnya. Untuk minyak atsiri jeruk purut dilakukan hal yang sama

    menggunakan etanol 80%. Kelarutan dalam etanol dinyatakan dalam jumlah etanol

    yang dibutuhkan untuk melarutkan 1 mL minyak.

    Penentuan Komponen Kimia Penyusun Minyak Atsiri Kapulaga, Kayu Manis, dan

    Jeruk Purut (Loh et al., 2011)

    Penentuan komponen penyusun minyak atsiri biji kapulaga, kayu manis, dan kulit

    jeruk purut menggunakan GC-MS Shimadzu QP2010S di Laboratorium Kimia Organik,

    Fakultas MIPA – UGM, Yogyakarta. Jenis kolom yang digunakan adalah AGILENT

    HP 5MS, panjang 30 meter, dan ID sebesar 0,25 mm. Kondisi pengoperasian alat

    menggunakan suhu pemanasan kolom: 70°C, selama 5 menit, suhu injeksi: 310°C

    selama 0,20 menit, mode injeksi dengan split ratio sebesar 113 dan gas pembawa berupa

    helium dengan tekanan 13,7 kPa, total aliran: 60 mL/menit, aliran kolom: 0,50

    mL/menit serta kelajuan linier: 25,9 cm/detik. Sedangkan untuk SM dengan kondisi

    sebagai berikut: waktu awal (start time) 3 menit kemudian berlangsung sampai 70 menit

    (end time), interval 0,50 detik dengan scan speed 1250, awal m/z sebesar 28 dan

    berakhir m/z 600. Penentuan jenis senyawa dilakukan dengan bantuan komputer

    menggunakan perangkat data base Wiley 7, Wiley 229, NIST 12, NIST 62 Library.

  • Penentuan Formulasi Parfum

    Formulasi parfum dilakukan dengan menggunakan hasil distilasi minyak atsiri biji

    kapulaga, kayu manis, dan kulit jeruk purut dengan perbandingan volume. Untuk

    pembuatan parfum, ditambahkan etanol hingga volume total 10 mL disajikan dalam

    Tabel 1.

    Tabel 1. Perbandingan Formulasi Minyak Atsiri dan Jumlah Etanol yang Digunakan

    Formulasi A B C D E F G H I J

    Perbandingan

    Minyak

    (KL:KM:JP)*

    3:1:1 1:1:3 1:3:1 3:2:1 2:1:3 2:3:1 3:1:2 1:2:3 1:3:2 1:1:1

    Etanol (mL) 5 5 5 4 4 4 4 4 4 7

    Total (mL) 10

    Keterangan : *KL (Kapulaga), KM (Kayu Manis), JP (Jeruk Purut)

    Analisis Data

    Data penelitian dianalisis dengan Metode Sidik Ragam, dengan rancangan dasar

    RAK, 10 perlakuan dan 3 ulangan. Sebagai perlakuan adalah perbandingan volume

    campuran antara ketiga minyak atsiri yaitu (3:1:1), (1:1:3), (1:3:1), (3:2:1), (2:1:3),

    (2:3:1), (3:1:2), (1:2:3), (1:3:2), dan (1:1:1), sementara sebagai kelompok adalah waktu

    analisa. Untuk membandingkan purata digunakan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) dengan

    tingkat kebermaknaan 5% (Steel & Torie, 1989).

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Kadar Air Biji Kapulaga, Kulit Kayu Manis, dan Kulit Jeruk Purut

    Hasil kadar air kayu manis menunjukkan rata-rata sebesar 10,70%. Nilai tersebut

    masih termasuk standar nilai kadar air, berdasarkan pada SNI 06-3734-2006, yaitu

    maksimal 14%. Standar nilai kadar air biji kapulaga menurut SNI 01-3180-1992,

    memiliki syarat nilai maksimal 12%. Dalam penelitian ini, hasil kadar air biji kapulaga

    sebesar 6,54% masih termasuk dalam standar SNI yang ditetapkan.

  • Parameter Fisik Minyak Atsiri Biji Kapulaga, Kulit Kayu Manis, dan Kulit Jeruk

    Purut

    Pengukuran parameter fisik minyak atsiri kapulaga, kayu manis, dan jeruk purut

    yang dihasilkan disajikan pada Tabel 2.

    Tabel 2. Parameter Fisik Minyak Atsiri Kapulaga, Kayu Manis dan Jeruk Purut

    Sampel Bau Berat Jenis

    (g/mL)

    Indeks

    Bias

    Rendemen

    (%)

    Kelarutan dalam

    Etanol

    Biji Kapulaga Pedas dan

    Hangat

    0,9005

    ±

    0,0829

    1,356

    ±

    0,0014

    0,7

    ±

    0,1123

    1 mL larut dalam 3

    mL alkohol 70%

    Kayu Manis Manis 0,5264

    ±

    0,0155

    1,904

    ±

    0,0010

    0,16

    ±

    0,0446

    1 mL larut dalam 5

    mL alkohol 70%

    Kulit Jeruk

    Purut

    Segar 0,4513

    ±

    0,0158

    1,891

    ±

    0,0023

    0,8

    ±

    0,1473

    1 mL larut dalam

    3,5 mL alkohol

    80%

    Berat Jenis

    Sampel minyak atsiri kulit jeruk purut memiliki berat jenis sebesar 0,4513 g/mL.

    Menurut Botanicessence (2014), minyak atsiri kulit jeruk purut memiliki berat jenis

    antara 0,8600-0,8800 g/mL. Minyak atsiri biji kapulaga memiliki standar berat jenis

    antara 0,922-0,938 g/mL (Ketaren, 1985). Dalam penelitian ini, berat jenis biji kapulaga

    memiliki nilai sebesar 0,9005 g/mL. Di dalam buku “Minyak Atsiri” karya Ernest

    Guenther (1990), menyatakan bahwa minyak atsiri kayu manis memiliki berat jenis

    1,055-1,070 g/mL. Namun dalam penelitian ini, hasil berat jenis dari minyak atsiri kayu

    manis sebesar 0,5264 g/mL. Bila dilihat dari hasil penelitian ini, nilai berat jenis minyak

    atsiri kulit jeruk purut dan kayu manis jauh berbeda dengan standar yang ada. Hal ini

    dikarenakan mengalami proses pemanasan, sehingga ikatan antar molekul berkurang

    dan menyebabkan kerapatan juga berkurang (Sutiah dkk., 2008).

  • Indeks Bias

    Dalam penelitian ini, nilai indeks bias minyak atsiri biji kapulaga yaitu 1,356.

    Minyak atsiri biji kapulaga memiliki standar nilai indeks bias sebesar 1,4610-1,4670

    (Ketaren, 1985). Standar nilai indeks bias yang dimiliki minyak atsiri kayu manis yaitu

    antara 1,600-1,606 (Guenther, 1990), sedangkan dalam penelitian ini hasil indeks bias

    minyak atsiri adalah 1,904. Minyak atsiri kulit jeruk purut yang dihasilkan memiliki

    nilai indeks bias sebesar 1,891. Dalam Botanicessence (2014), minyak atsiri kulit jeruk

    purut memiliki nilai indeks bias antara 1,4570-1,4810.

    Rendemen

    Tabel 2 menunjukkan bahwa rendemen minyak atsiri kulit jeruk purut memiliki

    rendemen yaitu 0,8%. Dalam penelitian Muhtadin dkk. (2013), melaporkan bahwa

    minyak atsiri kulit jeruk purut yang diperoleh memiliki rendemen optimum sebesar

    0,4%. Di dalam SNI 01-3180-1992, minyak atsiri biji kapulaga memiliki rendemen

    maksimal 3% (v/b). Rendemen minyak atsiri biji kapulaga dalam penelitian ini

    diperoleh sebesar 0,7%. Rendemen minyak atsiri kayu manis dari penelitian ini

    diperoleh sebanyak 0,16%. Menurut Purseglove et al., (1981) dalam Parthasarathy et al.,

    (2008), minyak atsiri kayu manis memiliki rendemen sebesar 0,5-2,0%.

    Kelarutan dalam Etanol

    Kelarutan dalam etanol merupakan salah satu uji mutu minyak atsiri yang

    menenentukan seberapa besar kemurnian minyak atsiri. Bila nilai kelarutan minyak

    atsiri semakin besar dalam etanol, maka semakin baik mutu minyak atsiri tersebut

    (Guenther, 1987).

    Tabel 2 menunjukkan bahwa 1 mL minyak atsiri biji kapulaga dapat larut dalam

    etanol 70% sebanyak 3 mL. Di dalam buku “Pengantar Teknologi Minyak Atsiri” karya

    S. Ketaren (1985) menyatakan bahwa minyak atsiri biji kapulaga dapat larut dalam 2,5-

    3,5 mL etanol 70%. Hal ini menunjukkan bahwa nilai kelarutan dalam etanol, minyak

    atsiri biji kapulaga masih masuk dalam range standar kelarutan. Minyak atsiri kayu

    manis memiliki kelarutan dalam etanol 70% sebanyak 5 mL. Sebagian besar minyak

    atsiri kayu manis larut dalam 2-3 mL etanol 70% (Guenther, 1987). Pada minyak atsiri

  • kulit jeruk purut, memiliki kelarutan dalam etanol 80% sebanyak 3,5 mL. Minyak atsiri

    kulit jeruk purut menjadi putih keruh saat dilarutkan dalam etanol 70%. Sedangkan

    dengan etanol 80%, dapat larut menjadi larutan jernih.

    Komponen Kimia Penyusun Minyak Atsiri Biji Kapulaga

    Hasil pengukuran GC-MS minyak atsiri biji kapulaga disajikan dalam Gambar 1.

    Gambar 1. Kromatogram GC-MS Minyak Atsiri Biji Kapulaga

    Analisis minyak atsiri biji kapulaga (A. cardamomum Willd) dengan GC-MS

    menunjukkan adanya 9 puncak yang muncul pada kromatogram. Hasil analisis data

    kromatogram menunjukkan adanya 3 puncak tertinggi yaitu nomor 3, 9, dan 2 yang

    kemudian diidentifikasikan dengan membandingkan spectra data base Wiley. Spektrum

    dari puncak nomor 3 (a1) memiliki fragmentasi yang serupa dengan spektrum a2 (Wiley)

    (Gambar 2 dalam Lampiran 1), yang teridentifikasi sebagai cineol, sehingga dapat

    disimpulkan bahwa puncak nomor 3 (Gambar 1) merupakan puncak dari cineol.

    Dengan cara yang sama spektrum dari puncak nomor 9 (Gambar 1) memiliki

    fragmentasi serupa dengan spektrum b2 (Wiley) (Gambar 3 dalam Lampiran 1),

    teridentifikasi sebagai -terpineol, sehingga dapat disimpulkan bahwa puncak nomor 9

    (Gambar 1) merupakan puncak dari -terpineol.

    Demikian pula spektrum dari puncak nomor 2 serupa dengan spektrum c2 (Wiley)

    (Gambar 4 dalam Lampiran 1), yang teridentifikasi sebagai -pinene, sehingga dapat

    disimpulkan bahwa puncak nomor 2 (Gambar 1) merupakan puncak dari -pinene.

  • Langkah yang sama dilakukan pada semua komponen penyusun minyak atsiri biji

    kapulaga, dan hasil identifikasi disajikan pada Tabel 3.

    Tabel 3. Komponen Penyusun Minyak Atsiri Biji Kapulaga

    No

    Puncak

    Indeks

    Retensi Komponen Kimia

    Rumus

    Molekul BM

    Kadar Total

    Minyak (%)

    1 6,993 -trans-Ocimene C10H16 136 1,14

    2 8,350 -Pinene C10H16 136 4,59

    3 10,505 Cineol C10H18O 154 84,00

    4 11,036 -Terpinene C10H16 136 0,98

    5 11,292 cis-4-Thujanol C10H18O 154 0,49

    6 12,325 Linalool C10H18O 154 0,62

    7 14,629 -Terpineol C10H18O 154 0,86

    8 14,984 4-Terpineol C10H18O 154 0,98

    9 15,529 -Terpineol C10H18O 154 6,33

    Tabel 3 menunjukkan adanya 9 komponen yang teridentifikasi pada minyak atsiri

    biji kapulaga. Tiga komponen dengan puncak tertinggi yaitu cineol sebesar 84%, -

    terpineol sebesar 6,33% dan -pinene sebesar 4,59%.

    Senyawa cineol merupakan golongan oxygenated hydrocarbon, yang berperan

    besar dalam bau harum dalam minyak atsiri. Oleh karena senyawa ini, minyak atsiri

    kapulaga memiliki bau seperti kamfor dan pedas (Gopal et al., 2012). Selain itu,

    senyawa cineol memiliki peran sebagai anti mikrobial dan anti peradangan. Menurut

    Agnihotri et al. (2012), menyatakan bahwa minyak atsiri kapulaga ditemukan lebih aktif

    daripada standar obat yang digunakan dalam agen anti mikrobial. Namun, minyak atsiri

    kapulaga sebagai agen anti peradangan, hasil yang diperoleh menyatakan sebanding

    dengan standar obat yang digunakan.

    Agnihotri et al. (2012) menyatakan bahwa komponen utama tertinggi minyak

    atsiri yaitu 2-methylheptane (9,1%), n-tetracosanoic acid (8,0%), dan 2-methylnonane

    (7,2%) yang disajikan pada Tabel 4. Dalam penelitian Agnihotri et al. (2012)

    menggunakan proses distilasi air untuk memperoleh minyak atsiri kapulaga. Proses

  • distilasi yang dilakukan berbeda dengan proses distilasi pada peneitian ini. Dalam

    proses distilasi air, sering kali minyak atsiri tidak sepenuhnya terangkat bersama dengan

    uap, sehingga masih ada beberapa minyak atsiri yang tertinggal dalam air. Selain itu

    juga, proses distilasi air yang panjang menyebabkan beberapa komponen, seperti ester,

    bereaksi dengan air pada suhu tinggi untuk membentuk asam dan alkohol (Guenther,

    1987).

    Tabel 4. Komponen Penyusun Minyak Atsiri Biji Kapulaga Agnihotri et al. (2012)

    No. Komponen Kadar Total

    Minyak (%) No. Komponen

    Kadar Total

    Minyak (%)

    1 n-Hexane 6,5 14 n-Oktadecane 3,3

    2 2-Methylhepatane 9,1 15 n-Nonadecane 2,7

    3 n-Heptane 6,2 16 Hexadecanoic acid 2,5

    4 n-Non-2-ene 6,5 17 n-Eicosane 3,1

    5 2-Methylnonane 7,2 18 Arachidic acid 1,9

    6 n-Octanol 4,8 19 n-Docosane 1,8

    7 n-Nonanol 3,9 20 n-Tricosane 1,0

    8 n-Decanol 3,8 21 n-Tetracosane 0,8

    9 n-Dodecanol 3,8 22 n-Tetracosanoic acid 8,0

    10 n-Tridecanol 4,0 23 Caryophylladienol I 0,6

    11 n-Tetradecanol 3,8 24 9-Epi-caryophylli-

    1(12),8(15) diene-14-ol

    4,7

    12 n-Hexadecane 3,6 25 Caryophyladienol II 2,4

    13 n-Heptadecanol 3,3 26 Caryophyllenol acetate 0,7

    Sumber: Agnihotri et al. (2012)

  • Komponen Kimia Penyusun Minyak Atsiri Kayu Manis

    Hasil pengukuran GC-MS minyak atsiri kayu manis disajikan dalam Gambar 5.

    Gambar 5. Kromatogram GC-MS Minyak Atsiri Kayu Manis

    Analisis minyak atsiri kayu manis (C. burmannii Ness) dengan GC-MS

    menunjukkan adanya 22 puncak yang muncul pada kromatogram. Hasil analisis data

    kromatogram menunjukkan adanya 4 puncak tertinggi yaitu nomor 4, 12, 11, dan 10

    diidentifikasikan dengan membandingkan spectra data base Wiley. Spektrum puncak

    nomor 4 (d1) memiliki fragmentasi yang serupa dengan spektrum d2 (Wiley) (Gambar

    6 dalam Lampiran 2), yang teriidentifikasi sebagai cineol, sehingga dapat disimpulkan

    bahwa puncak nomor 4 (Gambar 5) merupakan puncak dari cineol.

    Spektrum dari puncak nomor 12 (e1) diidentifikasi dengan spektra data base e2

    (Wiley) (Gambar 7 dalam Lampiran 2) mempunyai kemiripan fragmentasi, yang

    teridentifikasi sebagai trans-cinnamaldehyde, sehingga dapat disimpulkan bahwa

    puncak nomor 12 (Gambar 5) merupakan puncak dari trans-cinnamaldehyde.

    Spektrum puncak nomor 11 (f1) diidentifikasikan dengan spektrum f2 (Wiley)

    (Gambar 8 dalam Lampiran 2), yang teridentifikasi sebagai cis-cinnamaldehyde,

    sehingga dapat disimpulkan bahwa puncak nomor 11 merupakan puncak dari cis-

    cinnamaldehyde.

    Hasil spektrum dari puncak nomor 10 (g1) diidentifikasi dengan spektrum g2

    (Wiley) (Gambar 9 dalam Lampiran 2), yang teridentifikasi sebagai -terpineol,

  • sehingga dapat disimpulkan bahwa puncak nomor 10 (Gambar 5) merupakan puncak

    dari -terpineol.

    Demikian dengan cara yang sama semua komponen penyusun minyak atsiri kulit

    kayu manis dapat teridentifikasi dan hasil identifikasi disajikan pada Tabel 5.

    Tabel 5. Komposisi Kimiawi Penyusun Minyak Atsiri Kayu Manis

    No

    Puncak

    Indeks

    Retensi Komponen Kimia

    Rumus

    Molekul BM

    Kadar Total

    Minyak (%)

    1 7,009 -trans-Ocimene C10H16 136 4,53

    2 7,462 Camphene C10H16 136 1,89

    3 8,325 -Pinene C10H16 136 1,68

    4 10,279 Cineol C10H18O 154 35,55

    5 11,001 -Terpinen C10H16 136 0,94

    6 11,994 -Terpinolen C10H16 136 0,41

    7 12,457 Linalool C10H18O 154 7,73

    8 14,678 Isoborneol C10H18O 154 1,35

    9 15,114 4-Terpineol C10H18O 154 7,32

    10 15,583 -Terpineol C10H18O 154 8,93

    11 18,175 cis-Cinnamaldehyde C9H8O 132 9,33

    12 18,379 trans-Cinnamaldehyde C9H8O 132 11,80

    13 18,523 Bornyl acetate C12H20O2 196 1,48

    14 21,116 trans--Copaene C15H24 204 0,90

    15 22,389 -cis-Caryophyllene C15H24 204 1,51

    16 22,964 Cinnamyl acetate C11H12O2 176 3,07

    17 23,307 1,4,8-Cycloundecatriene,

    2,6,6,9-tetramethyl-, (E,E,E) C15H24 204 0,22

    18 25,070 -Cadiene C15H24 204 0,28

    19 27,758 Globulol C15H26O 222 0,37

    20 28,090 Cadinol C15H26O 222 0,20

    21 28,375 Cadinol C15H26O 222 0,15

    22 28,482 trans--Copaene C15H24 204 0,35

  • Tabel 5 menunjukkan adanya 22 komponen yang teridentifikasi pada minyak

    atsiri kayu manis. Empat komponen dengan puncak tertinggi yaitu cineol (35,55%),

    trans-cinnamaldehyde (11,8%), cis-cinnamaldehyde (9,33%), dan -terpineol (8,93%).

    Spektrum puncak nomor 12 dan nomor 11 memiliki nama komponen yang sama,

    yaitu cinnamaldehyde. Perbedaan antara puncak nomor 12 dan nomor 11 terletak pada

    senyawa tersebut termasuk trans-cinnamaldehyde atau cis-cinnamaldehyde. Menurut

    yang dilaporkan (Unsupported type (Grant) and source type (Patent) for source

    FAl82.) kandungan cis-cinnamaldehyde berkisar 10% dari berat total untuk

    cinnamaldehyde. Selain itu juga, menurut Egawa et al. (2008) melaporkan bahwa cis-

    cinnamadehyde memiliki konformer yang tidak stabil bila dibandingkan dengan

    konformer trans-cinnamaldehyde.

    Tabel 6. Komponen Penyusun Minyak Atsiri Kayu Manis Wijayanti dkk. (2013)

    No. Komponen Kimia Kadar Total

    Minyak (%) No. Komponen Kimia

    Kadar Total

    Minyak (%)

    1 -Pinene 0,83 12 Cinnamic acid 0,33

    2 Benzaldehyde 1,09 13 -Caryophyllen 2,76

    3 -Pinene 0,52 14 -Humulene 0,36

    4 Limonene 1,44 15 Valencen 1,19

    5 Cineol 3,48 16 -Muurolene 1,01

    6 Benzenepropanal 2,38 17 -Cadinen 2,13

    7 Terpineol 1,18 18 -Kalakoren 0,62

    8 -Terpineol 2,51 19 Caryophyllene oxide 0,44

    9 cis-Cinnamaldehyde 1,72 20 Widdrene 0,33

    10 trans-

    Cinnamaldehyde 72,17 21 Torreyol 0,2

    11 -Copaene 2,53 22 Benzyl benzoate 0,76

    Sumber: Wijayanti dkk. (2013)

    Wijayanti dkk. (2013) menyatakan bahwa minyak atsiri kayu manis mempunyai

    komponen penyusun utama yaitu trans-cinnamaldehyde (72,17%), cineol (3,48%), dan

    -caryophyllen (2,76%). Penelitian Wijayanti dkk. (2013) menggunakan petroleum eter

  • sebagai pelarut, sedangkan akuades digunakan sebagai pengantar panas ke seluruh

    bagian tanaman. Petroleum eter memiliki sifat stabil dan mudah menguap, sehingga

    sangat baik digunakan dalam proses ekstraksi. Keuntungan penggunaan petroleum eter

    dalam ekstraksi, karena bersifat selektif dalam melarutkan sejumlah kecil zat (lilin,

    albumin, dan zat warna). Namun, dapat mengekstrasi zat pewangi dalam jumlah besar

    (Guenther, 1987).

    Komponen Kimia Penyusun Minyak Atsiri Kulit Jeruk Purut

    Hasil pengukuran GC-MS minyak atsiri kulit jeruk purut disajikan dalam

    Gambar 10.

    Gambar 10. Kromatogram GC-MS Minyak Atsiri Kulit Jeruk Purut

    Analisis minyak atsiri kulit jeruk purut (C. hystrix DC) dengan GC-MS

    menunjukkan adanya 25 puncak yang muncul pada kromatogram. Hasil analisis data

    kromatogram menunjukkan adanya 3 puncak tertinggi yaitu nomor 2, 14, dan 6

    diidentifikasikan dengan membandingkan spectra data base Wiley. Hasil spektrum

    puncak nomor 2 (h1) diidentifikasi dengan spektrum h2 (Wiley) yang disajikan pada

    Gambar 11 dapat dilihat dalam Lampiran 3.

    Spektrum h1 (sampel) memiliki fragmentasi yang serupa dengan spektrum h2

    (Wiley), yang teridentifikasi sebagai -pinene, sehingga dapat disimpulkan bahwa

    puncak nomor 2 (Gambar 10) merupakan puncak dari -pinene.

    Cara yang sama juga dilakukan pada spektrum puncak nomor 14 (i1) yang

    fragmentasinya serupa dengan spektrum i2 (Wiley) (Gambar 12 dalam Lampiran 3),

  • yang teridentifikasi sebagai 4-terpineol, sehingga dapat disimpulkan bahwa puncak

    nomor 14 (Gambar 10) merupakan puncak dari 4-terpineol.

    Pada spektra puncak nomor 6 (j1) memiliki fragmentasi yang serupa dengan

    spektrum j2 (Wiley) (Gambar 13 dalam Lampiran 3), yang teridentifikasi sebagai

    limonene, sehingga dapat disimpulkan bahwa puncak nomor 6 (Gambar 10) merupakan

    puncak dari limonene.

    Demikian pula dilakukan identifikasi pada semua komponen penyusun minyak

    atsiri kulit jeruk purut, maka dapat diidentifikasi dan hasil identifikasi disajikan pada

    Tabel 7.

  • Tabel 7. Komposisi Kimiawi Penyusun Minyak Atsiri Kulit Jeruk Purut

    No

    Puncak

    Indeks

    Retensi Komponen Kimia

    Rumus

    Molekul BM

    Kadar Total

    Minyak (%)

    1 6,993 -trans-Ocimene C10H16 136 2,44

    2 8,451 -Pinene C10H16 136 19,98

    3 8,717 -Myrcene C10H16 136 2,06

    4 9,207 Pinene C10H16 136 0,85

    5 9,638 -Terpine C10H16 136 3,57

    6 10,140 Limonene C10H16 136 13,83

    7 11,077 -Terpine C10H16 136 5,62

    8 12,041 -Terpinolen C10H16 136 2,97

    9 12,371 Linalool C10H18O 154 1,73

    10 12,861 Isoborneol C10H18O 154 0,39

    11 13,975 Cyclohexanol C10H18O 154 1,27

    12 14,154 -Citronellal C10H18O 154 1,95

    13 14,353 Neoiso(iso)pulegol acetate C10H18O 154 1,11

    14 15,246 4-Terpineol C10H18O 154 15,46

    15 15,639 -Terpineol C10H18O 154 8,57

    16 16,747 -Citronellol C10H20O 156 12,00

    17 17,399 Geraniol C10H18O 154 0,77

    18 19,819 3,8-Terpin C10H20O2 172 0,12

    19 20,268 -Citronellyl acetate C12H22O2 198 1,19

    20 21,125 Geranyl acetate C12H20O2 196 1,34

    21 22,361 -cis-Caryophyllene C15H24 204 0,40

    22 25,075 -Cadiene C15H24 204 0,75

    23 25,717 Hedycaryol C15H26O 222 0,20

    24 27,858 Spathylenol C15H24 204 0,63

    25 28,397 Hedycaryol C15H26O 222 0,78

    Tabel 7 menunjukkan adanya 25 komponen yang teridentifikasi pada minyak

    atsiri kulit jeruk purut. Tiga komponen dengan puncak tertinggi yaitu -pinene

    (19,98%), 4-terpineol (15,46%), dan limonene (13,83%).

  • Tabel 8. Komponen Penyusun Minyak Kulit Jeruk Purut Omar (1999)

    No. Komponen Kimia Kadar Total

    Minyak (%) No. Komponen Kimia

    Kadar Total

    Minyak (%)

    1 -Pinene 1,72 16 l-Citronellal 12,56

    2 Sabinene 20,13 17 Pulegol 0,54

    3 -Pinene 23,45 18 4-Terpineol 4,13

    4 -Myrcene 0,98 19 l--Terpineol 1,25

    5 Limonene 11,78 20 trans-Sabinene hydrate 0,88

    6 Cymene 0,28 21 -Citronellol 3,34

    7 Ocimene 0,05 22 4-p-Methene 0,23

    8 -Terpinene 0,56 23 Citronellyl acetate 1,67

    9 trans-Linalool oxide 0,04 24 Geranyl acetate 0,88

    10 Menthan-8-ol 0,13 25 -Bisabolene 1,23

    11 -Terpinolene 0,25 26 -Cadinene 0,57

    12 Linalool 1,82 27 Elamol tr

    13 epoxy-Linalool oxide 0,11 28 Nerolidol 0,23

    14 2,6 dimethyl-5-heptenol 0,13 29 Guaiol 0,10

    15 d-Citronellal tr 30 Caryophyllene oxide 0,12

    Keterangan: tr: trace level

    Sumber : Omar (1999)

    Omar (1999) menyatakan bahwa terdapat 30 komponen penyusun minyak jeruk

    purut, komponen penyusun utama adalah -pinene, sabinene, dan l-citronellal. Dalam

    penelitian Omar (1999), peneliti menggunakan diklorometan sebagai pelarut dalam

    proses ekstraksi. Menurut Bero et al. (2009), diklorometan lebih aktif jika dibandingkan

    dengan metanol maupun air. Diklorometan tidak larut dalam air, sehingga dapat

    mengikat senyawa yang memiliki kelarutan besar dalam diklorometan.

    Organoleptik

    Formulasi parfum diuji organoleptik dengan total panelis 30 orang kisaran usia 18

    – 25 tahun, pria dan wanita berstatus mahasiswa. Terdapat 3 parameter penentuan, yang

    pertama tingkat keharuman dengan skor nilai 1 untuk sangat harum, 2 untuk harum, 3

  • untuk tidak harum, dan 4 untuk sangat tidak harum. Yang kedua tingkat kesukaan

    dengan skor nilai 1 untuk sangat suka, 2 untuk suka, 3 untuk tidak suka, dan 4 untuk

    sangat tidak suka. Yang ketiga jenis aroma dengan skor 1 untuk manis, 2 untuk segar, 3

    untuk halus, 4 untuk tajam (Lawless & Heymann, 2010).

    Tabel 9. Hasil Uji Organoleptik Parfum

    Formulasi Keharuman

    Rataan ± SE Formulasi

    Kesukaan

    Rataan ± SE Formulasi Jenis Aroma*

    H 2,067 ± 0,2962a H 2,333 ± 0,2713

    a H 2

    J 2,2 ± 0,2724ab

    J 2,333 ± 0,3021a J 3

    B 2,3 ± 0,2513ab

    B 2,467 ± 0,2439a B 4

    I 2,333 ± 0,3164ab

    I 2,533 ± 0,3079a I 2 dan 4

    A 2,4 ± 0,2414ab

    A 2,633 ± 0,2201a A 4

    D 2,4 ± 0,2756ab

    D 2,733 ± 0,2474a D 4

    C 2,467 ± 0,3353ab

    C 2,667 ± 0,2871a C 4

    G 2,467 ± 0,2932ab

    G 2,767 ± 0,2605a G 3

    F 2,533 ± 0,3079ab

    F 2,733 ± 0,2647a F 4

    E 2,6 ± 0,2591b E 2,633 ± 0,3320

    a E 4

    W = 0,474 W = 0,501

    *Khusus Jenis Aroma, skor yang digunakan ialah skor terbanyak yang dipilih oleh para panelis (36,67% -

    66,67%)

    Hasil uji organoleptik penelitian ini menunjukkan bahwa formulasi parfum H

    memiliki aroma yang segar serta parfum yang harum dan disukai oleh para panelis.

    Untuk formulasi parfum E memiliki jenis aroma tajam, tergolong tidak harum dan

    disukai oleh para panelis. Pada formulasi parfum D termasuk parfum yang harum,

    namun memiliki jenis aroma yang tajam serta disukai oleh para panelis.

  • Analisa GC-MS Formulasi Parfum Terpilih (J)

    Hasil pengukuran GC-MS formulasi terpilih disajikan dalam Gambar 14.

    Gambar 14. Kromatogram GC-MS Formulasi Terpilih (J)

    Analisis formulasi terpilih (J) dengan GC-MS menunjukkan adanya 12 puncak

    yang muncul pada kromatogram. Hasil analisis data kromatogram menunjukkan adanya

    3 puncak tertinggi yaitu nomor 7, 3, dan 6 kemudian diidentifikasikan dengan

    membandingkan spectra data base Wiley. Spektrum puncak nomor 7 (k1) memiliki

    fragmentasi serupa dengan spektrum k2 (Wiley) (Gambar 15 dalam Lampiran 4), yang

    teridentifikasi sebagai cineol, sehingga dapat disimpulkan bahwa puncak nomor 7

    (Gambar 14) merupakan puncak dari cineol.

    Spektrum dari puncak nomor 3 (Gambar 14) memiliki fragmentasi yang serupa

    dengan spektrum l2 (Wiley) (Gambar 16 dalam Lampiran 4), yang teridentifikasi

    sebagai -pinene, sehingga dapat disimpulkan bahwa puncak nomor 3 (Gambar 16

    dalam Lampiran 4) merupakan puncak dari -pinene.

    Dengan cara yang sama seperti di atas, spektrum puncak nomor 6 (Gambar 14)

    memiliki fragmentasi serupa dengan spektrum m2 (Wiley) (Gambar 17 dalam

    Lampiran 4), yang teridentifikasi sebagai limonene, sehingga dapat disimpulkan bahwa

    puncak nomor 6 (Gambar 14) merupakan puncak dari limonene.

    Demikian pula diidentifikasikan semua komponen penyusun formulasi terpilih,

    maka hasil analisa GC-MS disajikan pada Tabel 10.

  • Tabel 10. Komposisi Kimiawi Penyusun Formulasi Parfum Terpilih (J)

    No

    Puncak

    Indeks

    Retensi Komponen Kimia

    Rumus

    Molekul BM

    Kadar Total

    Minyak (%)

    1 8,142 -Pinene C10H16 136 2,20

    2 9,512 Sabinene C10H16 136 3,00

    3 9,635 -Pinene C10H16 136 14,71

    4 10,118 -Myrcene C10H16 136 0,63

    5 11,031 -Terpinene C10H16 136 0,85

    6 11,467 Limonene C10H16 136 3,63

    7 11,619 Cineol C10H18O 154 65,82

    8 12,535 -Terpinene C10H16 136 1,84

    9 13,962 Linalool C10H18O 154 0,69

    10 15,745 Citronella C10H18O 154 1,14

    11 16,593 Terpineol C10H18O 154 3,24

    12 17,030 -Terpineol C10H18O 154 2,24

    .Tabel 10 menunjukkan adanya 12 komponen yang teridentifikasi pada formulasi

    parfum terpilih (J). Tiga komponen dengan puncak tertinggi yaitu cineol sebesar

    65,82%, -pinene sebesar 14,71%, dan limonene sebesar 3,63%.

    Bila dilihat dari hasil GC-MS formulasi parfum terpilih (J) ini, memiliki

    komponen penyusun utama yang sama dengan hasil komponen penyusun utama dari

    ketiga minyak atsiri (kapulaga, kayu manis, dan jeruk purut). Namun memiliki

    perbedaan dalam jumlah komponen penyusun utamanya.

    KESIMPULAN DAN SARAN

    Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa:

    1. Komposisi kimia penyusun minyak atsiri biji kapulaga terdiri atas 9 komponen

    kimia dengan kandungan terbanyak cineol sebesar 84%, minyak atsiri kayu manis

    terdiri atas 22 komponen kimia dengan kandungan terbanyak cineol sebesar

    35,55%, sedangkan minyak atsiri kulit jeruk purut terdiri atas 25 komponen kimia

    dengan kandungan terbanyak -pinene sebesar 19,98%.

  • 2. Berdasarkan hasil analisa data uji organoleptik, semua formulasi parfum tergolong

    disukai.

    SARAN

    1. Perolehan minyak atsiri dioptimalisasikan sehingga perolehan nilai parameter fisika

    dan hasil GC-MS dapat maksimal.

    2. Penggunaan pelarut sebaiknya menggunakan pelarut yang tidak berbau atau sedikit

    berbau, supaya tidak mengganggu aroma minyak atsiri.

    3. Untuk uji organoleptik parfum, range panelis diperbesar (umur, jenis kelamin, serta

    jumlah panelis) serta formulasi parfum diperlebar dan lebih divariasi.

    DAFTAR PUSTAKA

    Unsupported type (Grant) and source type (Patent) for source FAl82.

    Agnihotri, S.A., Wakode, S.R. & Ali, M., 2012. Chemical Composition, Antimicrobial

    and Topical Anti-inflammatory Activity of Essential Oil of Amomum Subulatum

    Fruits. Acta Poloniae Pharmaceutica - Drug Research, 69(6), pp.1177-81.

    Bero, J., Ganfon, H., Jonville, M.-C. & Frederich, M., 2009. In Vitro Antiplasmodial

    Activity of Plants Used in Benin in Traditional Medicine to Treat Malaria.

    Journal of Ethnopharmacology, (122), pp.439-44.

    Botanicessence, 2014. Botanicessence Pure Essential Oils. [Online] Available at:

    www.botanicessence.com [Accessed November 2014].

    Egawa, T., Matsumoto, R., Yamamoto, D. & Takeuchi, H., 2008. Molecular Structure

    of trans-Cinnamadehyde as Determined by Gas Electron Diffraction Aided by

    DFT Calculations. Journal of Molecular Structure, pp.158-62.

    El-Baroty, G.S., El-Baky, H.H.A., Farag, R.S. & Saleh, M.A., 2010. Characterization of

    Antioxidant and Antimicrobial Compounds of Cinnamon and Ginger Essential

    Oils. African Journal of Biochemistry Research, 4(6), pp.167-74.

    Fachriyah, E. & Sumardi, 2007. Identifikasi Minyak Atsiri Biji Kapulaga (Amomum

    cardamomum). Jurnal Sains & Matematika (JSM), 15(2), pp.83-87.

    Ginting, H., 2005. Karakterisasi Simplisia dan Analisis Komponen Minyak Atsiri dari

    Kulit Buah Jeruk Purut (Citrus hystrix DC) Kering. Jurnal Penelitian Bidang Ilmu

    Pertanian, 3(1), pp.15-17.

    Gomes, P.B., Mata, V.G. & Rodrigues, A.E., 2001. Characterization of Odor

    Performance Using Headspace Analysis. Mercosur Congress on Process Systems

    Engineering, (4).

    file:///E:/Bendel%20Lia/www.botanicessence.com

  • Gopal, K., Baby, C. & Mohammed, A., 2012. Amomum Subulatum Roxb: Overview in

    All Aspects. International Research Journal of Pharmacy, 3(7), pp.96-99.

    Guenther, E., 1987. Essential Oils. I ed. Translated by S. Ketaren. Jakarta: Universitas

    Indonesia (UI-Press).

    Guenther, E., 1990. Essential Oils. IV A ed. Translated by S. Ketaren. Jakarta:

    Universitas Indonesia (UI-Press).

    Ketaren, S., 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Jakarta: Balai Pustaka.

    Lawless, H.T. & Heymann, H., 2010. Sensory Evaluation Of Food. XXIII ed.

    Loh, F.S., Awang, R.M., Omar, D. & Rahmani, M., 2011. Insecticidal Properties of

    Citrus hystrix DC Leaves Essential Oil Against Spodoptera litura Fabricius.

    Journal of Medicinal Plants Research, 5(16), pp.3739-44.

    Muhtadin, A.F., Wijaya, R., Prihatini, P. & Mahfud, 2013. Pengambilan Minyak Atsiri

    dari Kulit Jeuk Segar dan Kering dengan Menggunakan Metode Steam

    Distillation. Jurnal Teknik Pomits, 2(1), pp.98-101.

    Mulyono, E. & Hernani, 1996. Oleoresin Kapulaga., 1996. Tumbuhan Obat dan

    Aromatik APINMAP.

    Noorizadeh, H., Farmany, A. & Noorizadeh, M., 2011. Quatitative Structure-Retention

    Relationships Analysis of Retention Index of Essential Oils. Quim Nova, 34(2),

    pp.242-49.

    Omar, M.N., 1999. Volatile Aroma Compounds in Citrus hystrix Oil. j. Trop Agric. and

    Fd. Sc., 27(2), pp.225-29.

    Parthasarathy, V.A., Chempakam, B. & Zachariah, T.J., 2008. Chemistry of Spices.

    London: Biddles Ltd. King's Lynn.

    Rusliawan, A., Wijayanti, D.M. & Pramudono, B., 2012. Inovasi Produksi Minyak

    Kayu Manis dengan Menggunakan Teknik Hidrodistilasi Vakum. Jurnal

    Teknologi Kimia dan Industri, 1(1), pp.92-97.

    Steel, R.G.D. & Torie, J.H., 1989. Prisnsip dan Prosedur Statika Suatu Pendekatan

    Geometrik. Kedua ed. Jakarta: PT Gramedia.

    Sutiah, Firdausi, K.S. & Budi, W.S., 2008. Studi Kualitas Minyak Goreng Dengan

    Parameter Viskositas dan Indeks Bias. Berkala Fisika, 11(2), pp.53-58.

    Wijayanti, W.A., Zetra, Y. & Burhan, P., 2013. Minyak Atsiri dari Kulit Batang

    Cinnamomum burmannii (Kayu Manis) dari Famili Lauraceae sebagai Insektisida

    Alami, Antibakteri, dan Antioksidan.

  • 1

    LAMPIRAN 1

    a1

    a2

    Gambar 2. Perbandingan Spektrum Massa Minyak Atsiri Biji Kapulaga Puncak 3 (a1)

    dengan data base Wiley Minyak Atsiri Biji Kapulaga Cineol (a2)

    b1

    b2

    Gambar 3. Perbandingan Spektrum Massa Minyak Atsiri Biji Kapulaga Puncak 9 (b1)

    dengan data base Wiley Minyak Atsiri Biji Kapulaga -Terpineol (b2)

  • c1

    c2

    Gambar 4. Perbandingan Spektrum Massa Minyak Atsiri Biji Kapulaga Puncak 2 (c1)

    dengan data base Wiley Minyak Atsiri Biji Kapulaga -Pinene (c2)

  • LAMPIRAN 2

    d1

    d2

    Gambar 6. Perbandingan Spektrum Massa Minyak Atsiri Kayu Manis Puncak 4 (d1)

    dengan data base Wiley Minyak Atsiri Kayu Manis Cineol (d2)

    e1

    e2

    Gambar 7. Perbandingan Spektrum Massa Minyak Atsiri Kayu Manis Puncak 12 (e1)

    dengan data base Wiley Minyak Atsiri Kayu Manis trans-Cinnamaldehyde (e2)

  • f1

    f2

    Gambar 8. Perbandingan Spektrum Massa Minyak Atsiri Kayu Manis Puncak 11 (f1)

    dengan data base Wiley Minyak Atsiri Kayu Manis cis-Cinnamaldehyde (f2)

    g1

    g2

    Gambar 9. Perbandingan Spektrum Massa Minyak Atsiri Kayu Manis Puncak 10 (g1)

    dengan data base Wiley Minyak Atsiri Kayu Manis -Terpineol (g2)

  • LAMPIRAN 3

    h1

    h2

    Gambar 11. Perbandingan Spektrum Massa Minyak Atsiri Kulit Jeruk Purut Puncak 2

    (h1) dengan data base Wiley Minyak Atsiri Kulit Jeruk Purut -Pinene (h2)

    i1

    i2

    Gambar 12. Perbandingan Spektrum Massa Minyak Atsiri Kulit Jeruk Purut Puncak 14

    (i1) dengan data base Wiley Minyak Atsiri Kulit Jeruk Purut 4-Terpineol (i2)

  • j1

    j2

    Gambar 13. Perbandingan Spektrum Massa Minyak Atsiri Kulit Jeruk Purut Puncak 6

    (j1) dengan data base Wiley Minyak Atsiri Kulit Jeruk Purut Limonene (j2)

  • LAMPIRAN 4

    k1

    k2

    Gambar 15. Perbandingan Spektrum Massa Formulasi Terpilih (J) Puncak 7 (k1)

    dengan data base Wiley Formulasi Terpilih (J) Cineol (k2)

    l1

    l2

    Gambar 16. Perbandingan Spektrum Massa Formulasi Terpilih (J) Puncak 3 (l1)

    dengan data base Wiley Formulasi Terpilih (J) -Pinen (l2)

  • m1

    m2

    Gambar 17. Perbandingan Spektrum Massa Formulasi Terpilih (J) Puncak 6 (m1)

    dengan data base Wiley Formulasi Terpilih (J) Limonene (m2)