Pemanfaatan Limbah Padat Industri Perikanan
-
Upload
fidyah-oktavia-sari -
Category
Documents
-
view
41 -
download
4
description
Transcript of Pemanfaatan Limbah Padat Industri Perikanan
Pemanfaatan Limbah Padat Industri Perikanan
Limbah padat perikanan merupakan limbah padat yang tidak menimbulkan zat-zat beracun bagi
lingkungan namun mudah membusuk, sehingga menyebabkan bau menyengat. Menurut
Murniyati dan Sunarman (2000), penyebab timbulnya bau busuk pada limbah ikan karena terjadi
proses penguraian protein ataupun hasil-hasil peruraian protein dalam proses autolysis serta
substansi-substansi non nitrogen oleh bakteri. Proses ini menghasilkan pecahan-pecahan protein
sederhana dan berbau busuk seperti H2S, amonia, indol, skatol, dan lain-lain. Limbah padat
tersebut dapat berupa kepala, ekor, tulang ikan, kulit, potongan daging ikan, sisik, insang atau
saluran pencernaan (Sugiharto, 1987).
Penanganan limbah padat dapat dilakukan dengan berbagai cara yang tentunya dapat menjadikan
limbah tersebut tidak berdampak buruk bagi lingkungan ataupun kesehatan. Menurut sifatnya
pengolahan limbah padat dapat dibagi menjadi dua cara yaitu:
- Pengolahan limbah padat tanpa pengolahan: merupakan limbah padat yang tidak
mengandung unsur kimia beracun dan berbahaya sehingga dapat langsung dibuang ke
tempat tertentu.
- Pengolahan limbah padat dengan pengolahan: merupakan limbah padat yang
mengandung unsur kimia beracun dan berbahaya sehingga harus diolah terlebih dahulu
sebelum dibuang ke tempat-tempat tertentu.
Limbah padat tersebut saat ini belum banyak yang termanfaatkan fungsinya. Padahal sebenarnya
dapat menjadi pemasukan sampingan produksi pengolahan dan tentunya akan memberi
tambahan pendapatan bagi industry.
Contoh Produk Hasil Pemanfaatan Limbah Industri Perikanan
Limbah Industri perikanan dapat dimanfaatkan hingga menghasilkan beberapa produk yang
bermanfaat. Contoh produk limbah industri perikanan antara lain:
1. Tepung Tulang Ikan
Tepung tulang ikan adalah produk berkadar air rendah yang diperoleh dari penggilingan tulang
ikan. Pemanfaatan tepung tulang ikan dapat dilakukan dalam bentuk pengayaan (enrichment)
sebagai salah satu upaya fortifikasi zat gizi dalam makanan. Produk yang kaya dengan protein,
vitamin B dan mineral ini digunakan sebagai bahan baku pakan. Kandungan gizi yang tinggi
pada tepung telung ikan dapat meningkatkan produksi dan nilai gizi telur, daging ternak dan
ikan. Tepung tulang ikan yang berkualitas tinggi mengandung komponen-komponen sebagai
berikut:
Air 6-100 %
Lemak 5-12 %
Protein 60-75 %
Abu 10-20 %
Tepung tulang ikan yang bermutu baik harus mempunyai sifat-sifat sebagai berikut (Afrianto dan
Liviawaty, 2005) :
a. Butiran–butirannya harus seragam
b. Bebas dari sisa – sisa tulang, mata ikan dan benda asing, warna halus bersih, seragam, serta
bau khas ikan amis
2. Pupuk Organik
Pupuk organik yang terbuat dari limbah ikan memiliki kualitas lebih jika dibandingkan dengan
pupuk organik lain. FAO telah menetapkan kriteria dasar untuk pupuk jenis ini, yakni:
kandungan unsur makro harus mempunyai nilai minimal N (12%), P (8%), dan K (6%)
disamping kandungan unsur mikro seperti Ca, Fe, Mg, Cu, Zn, Mn, dan sebagainya.
Keunggulan pupuk ini adalah (Annonymous, 2010):
- Pupuk yang dihasilkan merupakan pupuk organik yang unsur haranya lebih lengkap
dibandingkan dengan pupuk anorganik.
- Bahan baku melimpah dan murah, karena memanfaatkan limbah pengolahan ikan.
3. Kitin dan Kitosan
Limbah padat Crustacea (kulit, kepala, kaki) merupakan salah satu masalah yang harus dihadapi
oleh pabrik pengolahan Crustacea. Selama ini limbah tersebut dikeringkan dan dimanfaatkan
sebagai pakan dan pupuk dengan nilai ekonomi yang rendah. Seiring dengan semakin majunya
i1mu pengetahuan kini limbah udang dapat dijadikan bahan untuk membuat kitin dan kitosan
(Fahmi, 1997). Kitin adalah senyawa polisakarida terbesar kedua di bumi setelah selulosa dan
menjadi bahan utama pembentuk cangkang hewan. Kitosan merupakan salah satu resin alami
yang dapat dibuat dari kulit, kepala dan kaki udang. Kitosan merupakan polimer alami yang
bersifat non toksis, lebih ramah lingkungan dan mudah terdegradasi secara alami. Senyawa ini
dapat dimanfaatkan sebagai bahan penyerap logam-logam berat yang dihasilkan oleh limbah
industri seperti limbah dari industri percetakan (Hargono, 2007).
4. Kolagen dan Gelatin
Kolagen merupakan komponen struktural utama dari jaringan ikat putih (white connetive tissue)
yang meliputi hampir 30 persen dari total protein pada jaringan dan organ tubuh vertebrata dan
invertebrata. Pada mamalia, kolagen terdapat di kulit, tendon, tulang rawan dan jaringan ikat.
Demikian juga pada burung dan ikan, sedangkan pada avertebrata kolagen terdapat pada dinding
sel (Baily and Light, 1989). Produk kolagen biasanya terdapat dalam kosmetik.
Gelatin adalah derivat protein dari serat kolagen yang ada pada kulit, tulang, dan tulang rawan.
Proses perubahan kolagen menjadi gelatin melibatkan tiga perubahan berikut (Junianto dkk,
2006):
1. Pemutusan sejumlah ikatan peptida untuk memperpendek rantai.
2. Pemutusan atau pengacauan sejumlah ikatan camping antar rantai.
3. Perubahan konfigurasi rantai
Pada prinsipnya proses pembuatan gelatin dapat dibagi menjadi dua macam,yaitu proses asam
dan proses basa. Perbedaan kedua proses ini terletak pada proses perendamannya.
5. Kulit Tersamak
Salah satu limbah yang dihasilkan dari pengolahan fillet ialah kulit ikan. Kulit ikan terdiri dari
daerah punggung, perut dan ekor sesuai dengan bentuk badannya. Kulit ikan tersusun dari
komponen kimia protein, lemak, air, dan mineral. Kulit ikan dapat dimanfaatkan sebagai bahan
pangan maupun non pangan. Melalui pengembangan teknologi penyamakan kulit, kulit ikan
yang semula dianggap sebagai limbah yang kurang termanfaatkan dan tidak mempunyai nilai
jual, saat ini justru berpeluang menjadi bahan baku industry kerajinan. Kulit hasil penyamakan
digunakan sebagai bahan baku seperti sepatu, tas, dompet, ikat pinggang, dan jaket. Proses
penyamakan kulit pada dasarnya adalah kegiatan mengubah kulit mentah yang bersifat labil yaitu
bahan yang cepat membusuk menjadi kulit tersamak (leather) yang sangat stabil untuk jangka
waktu tidak terbatas dan mempunyai daya jual yang sangat signifikan.
Afrianto, E. dan Liviawaty, E. 2005. Pakan Ikan dan Perkembangannya. Kanisius. Yogyakarta.
Annonymous. 2010. Pemanfaatan Limbah Ikan Untuk Pupuk Organik.
Baily, A.J, dan N.D. Light. 1989. “Genes, Biosynthesis and Degradation of Collagenin
Connetive tissue in Meat and Meat Products”. Elsevier Applied Science, London.
Fahmi, R. 1997. Isolasi dan Transformasi Kitin Menjadi Kitosan. Jurnal Kimia Andalas.
Hargono, dkk. 2007. Pembuatan Kitosan dari Kulit Udang Untuk Mengadsorbsi Logam
Tembaga (Cu2+) Jurnal Teknik Kimia. Universitas Diponegoro, Semarang.
Junianto, Haetami dan Maulina. 2006. Produksi Gelatin Dari Tulang Ikan Dan Pemanfaatannya
Sebagai Bahan Dasar Pembuatan Cangkang Kapsul.
Murniyati, AS. Dan Sunarman. 2000. Pendinginan, Pembekuan dan Pengawetan Ikan. Penerbit
Kanisius. Yogyakarta.
Sugiharto. 1987. Dasar – Dasar Pengelolaan Air Limbah. Universitas Indonesia. Jakarta.