Pemanfaatan Limbah Padat Industri Perikanan

6
Pemanfaatan Limbah Padat Industri Perikanan Limbah padat perikanan merupakan limbah padat yang tidak menimbulkan zat-zat beracun bagi lingkungan namun mudah membusuk, sehingga menyebabkan bau menyengat. Menurut Murniyati dan Sunarman (2000), penyebab timbulnya bau busuk pada limbah ikan karena terjadi proses penguraian protein ataupun hasil-hasil peruraian protein dalam proses autolysis serta substansi- substansi non nitrogen oleh bakteri. Proses ini menghasilkan pecahan-pecahan protein sederhana dan berbau busuk seperti H2S, amonia, indol, skatol, dan lain-lain. Limbah padat tersebut dapat berupa kepala, ekor, tulang ikan, kulit, potongan daging ikan, sisik, insang atau saluran pencernaan (Sugiharto, 1987). Penanganan limbah padat dapat dilakukan dengan berbagai cara yang tentunya dapat menjadikan limbah tersebut tidak berdampak buruk bagi lingkungan ataupun kesehatan. Menurut sifatnya pengolahan limbah padat dapat dibagi menjadi dua cara yaitu: - Pengolahan limbah padat tanpa pengolahan: merupakan limbah padat yang tidak mengandung unsur kimia beracun dan berbahaya sehingga dapat langsung dibuang ke tempat tertentu. - Pengolahan limbah padat dengan pengolahan: merupakan limbah padat yang mengandung unsur kimia beracun dan berbahaya sehingga harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke tempat-tempat tertentu.

description

Manajemen Limbah Industri Perikanan

Transcript of Pemanfaatan Limbah Padat Industri Perikanan

Page 1: Pemanfaatan Limbah Padat Industri Perikanan

Pemanfaatan Limbah Padat Industri Perikanan

Limbah padat perikanan merupakan limbah padat yang tidak menimbulkan zat-zat beracun bagi

lingkungan namun mudah membusuk, sehingga menyebabkan bau menyengat. Menurut

Murniyati dan Sunarman (2000), penyebab timbulnya bau busuk pada limbah ikan karena terjadi

proses penguraian protein ataupun hasil-hasil peruraian protein dalam proses autolysis serta

substansi-substansi non nitrogen oleh bakteri. Proses ini menghasilkan pecahan-pecahan protein

sederhana dan berbau busuk seperti H2S, amonia, indol, skatol, dan lain-lain. Limbah padat

tersebut dapat berupa kepala, ekor, tulang ikan, kulit, potongan daging ikan, sisik, insang atau

saluran pencernaan (Sugiharto, 1987).

Penanganan limbah padat dapat dilakukan dengan berbagai cara yang tentunya dapat menjadikan

limbah tersebut tidak berdampak buruk bagi lingkungan ataupun kesehatan. Menurut sifatnya

pengolahan limbah padat dapat dibagi menjadi dua cara yaitu:

- Pengolahan limbah padat tanpa pengolahan: merupakan limbah padat yang tidak

mengandung unsur kimia beracun dan berbahaya sehingga dapat langsung dibuang ke

tempat tertentu.

- Pengolahan limbah padat dengan pengolahan: merupakan limbah padat yang

mengandung unsur kimia beracun dan berbahaya sehingga harus diolah terlebih dahulu

sebelum dibuang ke tempat-tempat tertentu.

Limbah padat tersebut saat ini belum banyak yang termanfaatkan fungsinya. Padahal sebenarnya

dapat menjadi pemasukan sampingan produksi pengolahan dan tentunya akan memberi

tambahan pendapatan bagi industry.

Contoh Produk Hasil Pemanfaatan Limbah Industri Perikanan

Limbah Industri perikanan dapat dimanfaatkan hingga menghasilkan beberapa produk yang

bermanfaat. Contoh produk limbah industri perikanan antara lain:

1. Tepung Tulang Ikan

Page 2: Pemanfaatan Limbah Padat Industri Perikanan

Tepung tulang ikan adalah produk berkadar air rendah yang diperoleh dari penggilingan tulang

ikan. Pemanfaatan tepung tulang ikan dapat dilakukan dalam bentuk pengayaan (enrichment)

sebagai salah satu upaya fortifikasi zat gizi dalam makanan. Produk yang kaya dengan protein,

vitamin B dan mineral ini digunakan sebagai bahan baku pakan. Kandungan gizi yang tinggi

pada tepung telung ikan dapat meningkatkan produksi dan nilai gizi telur, daging ternak dan

ikan. Tepung tulang ikan yang berkualitas tinggi mengandung komponen-komponen sebagai

berikut:

Air 6-100 %

Lemak 5-12 %

Protein 60-75 %

Abu 10-20 %

Tepung tulang ikan yang bermutu baik harus mempunyai sifat-sifat sebagai berikut (Afrianto dan

Liviawaty, 2005) :

a. Butiran–butirannya harus seragam

b. Bebas dari sisa – sisa tulang, mata ikan dan benda asing, warna halus bersih, seragam, serta

bau khas ikan amis

2. Pupuk Organik

Pupuk organik yang terbuat dari limbah ikan memiliki kualitas lebih jika dibandingkan dengan

pupuk organik lain. FAO telah menetapkan kriteria dasar untuk pupuk jenis ini, yakni:

kandungan unsur makro harus mempunyai nilai minimal N (12%), P (8%), dan K (6%)

disamping kandungan unsur mikro seperti Ca, Fe, Mg, Cu, Zn, Mn, dan sebagainya.

Keunggulan pupuk ini adalah (Annonymous, 2010):

- Pupuk yang dihasilkan merupakan pupuk organik yang unsur haranya lebih lengkap

dibandingkan dengan pupuk anorganik.

- Bahan baku melimpah dan murah, karena memanfaatkan limbah pengolahan ikan.

3. Kitin dan Kitosan

Page 3: Pemanfaatan Limbah Padat Industri Perikanan

Limbah padat Crustacea (kulit, kepala, kaki) merupakan salah satu masalah yang harus dihadapi

oleh pabrik pengolahan Crustacea. Selama ini limbah tersebut dikeringkan dan dimanfaatkan

sebagai pakan dan pupuk dengan nilai ekonomi yang rendah. Seiring dengan semakin majunya

i1mu pengetahuan kini limbah udang dapat dijadikan bahan untuk membuat kitin dan kitosan

(Fahmi, 1997). Kitin adalah senyawa polisakarida terbesar kedua di bumi setelah selulosa dan

menjadi bahan utama pembentuk cangkang hewan. Kitosan merupakan salah satu resin alami

yang dapat dibuat dari kulit, kepala dan kaki udang. Kitosan merupakan polimer alami yang

bersifat non toksis, lebih ramah lingkungan dan mudah terdegradasi secara alami. Senyawa ini

dapat dimanfaatkan sebagai bahan penyerap logam-logam berat yang dihasilkan oleh limbah

industri seperti limbah dari industri percetakan (Hargono, 2007).

4. Kolagen dan Gelatin

Kolagen merupakan komponen struktural utama dari jaringan ikat putih (white connetive tissue)

yang meliputi hampir 30 persen dari total protein pada jaringan dan organ tubuh vertebrata dan

invertebrata. Pada mamalia, kolagen terdapat di kulit, tendon, tulang rawan dan jaringan ikat.

Demikian juga pada burung dan ikan, sedangkan pada avertebrata kolagen terdapat pada dinding

sel (Baily and Light, 1989). Produk kolagen biasanya terdapat dalam kosmetik.

Gelatin adalah derivat protein dari serat kolagen yang ada pada kulit, tulang, dan tulang rawan.

Proses perubahan kolagen menjadi gelatin melibatkan tiga perubahan berikut (Junianto dkk,

2006):

1. Pemutusan sejumlah ikatan peptida untuk memperpendek rantai.

2. Pemutusan atau pengacauan sejumlah ikatan camping antar rantai.

3. Perubahan konfigurasi rantai

Pada prinsipnya proses pembuatan gelatin dapat dibagi menjadi dua macam,yaitu proses asam

dan proses basa. Perbedaan kedua proses ini terletak pada proses perendamannya.

5. Kulit Tersamak

Salah satu limbah yang dihasilkan dari pengolahan fillet ialah kulit ikan. Kulit ikan terdiri dari

daerah punggung, perut dan ekor sesuai dengan bentuk badannya. Kulit ikan tersusun dari

komponen kimia protein, lemak, air, dan mineral. Kulit ikan dapat dimanfaatkan sebagai bahan

Page 4: Pemanfaatan Limbah Padat Industri Perikanan

pangan maupun non pangan. Melalui pengembangan teknologi penyamakan kulit, kulit ikan

yang semula dianggap sebagai limbah yang kurang termanfaatkan dan tidak mempunyai nilai

jual, saat ini justru berpeluang menjadi bahan baku industry kerajinan. Kulit hasil penyamakan

digunakan sebagai bahan baku seperti sepatu, tas, dompet, ikat pinggang, dan jaket. Proses

penyamakan kulit pada dasarnya adalah kegiatan mengubah kulit mentah yang bersifat labil yaitu

bahan yang cepat membusuk menjadi kulit tersamak (leather) yang sangat stabil untuk jangka

waktu tidak terbatas dan mempunyai daya jual yang sangat signifikan.

Afrianto, E. dan Liviawaty, E. 2005. Pakan Ikan dan Perkembangannya. Kanisius. Yogyakarta.

Annonymous. 2010. Pemanfaatan Limbah Ikan Untuk Pupuk Organik.

Baily, A.J, dan N.D. Light. 1989. “Genes, Biosynthesis and Degradation of Collagenin

Connetive tissue in Meat and Meat Products”. Elsevier Applied Science, London.

Fahmi, R. 1997. Isolasi dan Transformasi Kitin Menjadi Kitosan. Jurnal Kimia Andalas.

Hargono, dkk. 2007. Pembuatan Kitosan dari Kulit Udang Untuk Mengadsorbsi Logam

Tembaga (Cu2+) Jurnal Teknik Kimia. Universitas Diponegoro, Semarang.

Junianto, Haetami dan Maulina. 2006. Produksi Gelatin Dari Tulang Ikan Dan Pemanfaatannya

Sebagai Bahan Dasar Pembuatan Cangkang Kapsul.

Murniyati, AS. Dan Sunarman. 2000. Pendinginan, Pembekuan dan Pengawetan Ikan. Penerbit

Kanisius. Yogyakarta.

Sugiharto. 1987. Dasar – Dasar Pengelolaan Air Limbah. Universitas Indonesia. Jakarta.