Pemanfaatan Limbah Bahan Padat Sebagai Agregat Kasar Pada ...

21
Pemanfaatan Limbah Bahan Padat Sebagai Agregat Kasar Pada Pembuatan Beton Normal 1 Hendy Febriyatno 1 Jurusan Teknik Sipil Fakultas Tekik Sipil dan Perencanaan, Universitas Gunadarma ([email protected]) ABSTRAK Pengunaan material recycle untuk digunakan dalam campuran beton di Indonesia masih belum umum namun sudah mulai banyak digunakan antara lain untuk pengurukan, lapisan pondasi jalan dll. Hal ini mungkin disebabkan bahan baku seperti semen dan agregat kasar maupun halus mudah didapat. padahal cepat atau lambat material akan semakin habis sehingga menyebabkan material dari tahun ke tahun akan semakin mahal. Terutama agregat kasar atau kerikil yang hampir 78 % menjadi bahan pengisi utama campuran beton Melihat dari fenomena di atas maka disini perlu untuk melakukan pemanfaatan kembali atau daur ulang material bekas bongkaran bangunan atau puing-puing. Maka dari itu perlu dilakukan suatu penelitian dari berbagai jenis material seperti ubin, genteng, dan batu alam yang sudah digunakan sebagai pengganti agregat kasar. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui karakteristik kualitas beton yang dibuat dengan memanfaatkan bahan-bahan recycle agregat yaitu; pecahan ubin, pecahan genteng, pecahan batu alam andesit sebagai agregat kasar kemudian juga untuk memberikan pemahaman dan informasi kepada masyarakat mengenai pemanfaatan limbah konstruksi yang ternyata bisa digunakan lagi sebagai pengganti agregat kasar yang umum digunakan yaitu kerikil untuk pembuatan beton normal. Beton campuran agregat kerikil dan pecahan batu alam andesit mencapai kuat tekan karakteristik yang diisyaratkan yaitu 225 kg/ cm 2 . Beton dengan campuran pecahan ubin dan pecahan genteng tidak mencapai kuat tekan karakteristik yang telah di isyaratkan. Dari 2 (dua) perbandingan yang digunakan yaitu perbandingan volume dan perbandingan mix design, ternyata kuat tekan yang dihasilkan lebih besar perbandingan volume untuk pembuatan beton normal. Kata Kunci : recycle, beton, pecahan, kuat tekan, agregat, PENDAHULUAN Dalam perkembangan dunia yang semakin maju dan serba canggih, teknologi beton mempunyai potensi yang luas dalam bidang konstruksi. Hal ini menyebabkan beton banyak digunakan untuk konstruksi bangunan gedung, jembatan, dermaga dan lain-lain. Banyaknya jumlah penggunaan beton dalam konstruksi tersebut mengakibatkan peningkatan kebutuhan material beton, sehingga memicu penambangan batuan sebagai salah satu bahan pembentuk beton secara besara-besaran yang menyebabkan turunnya jumlah sumber alam yang tersedia untuk keperluan pembetonan. (Suharwanto, 2005)

Transcript of Pemanfaatan Limbah Bahan Padat Sebagai Agregat Kasar Pada ...

Page 1: Pemanfaatan Limbah Bahan Padat Sebagai Agregat Kasar Pada ...

Pemanfaatan Limbah Bahan Padat Sebagai Agregat Kasar

Pada Pembuatan Beton Normal

1Hendy Febriyatno

1 Jurusan Teknik Sipil Fakultas Tekik Sipil dan Perencanaan, Universitas

Gunadarma ([email protected])

ABSTRAK

Pengunaan material recycle untuk digunakan dalam campuran beton di Indonesia

masih belum umum namun sudah mulai banyak digunakan antara lain untuk

pengurukan, lapisan pondasi jalan dll. Hal ini mungkin disebabkan bahan baku

seperti semen dan agregat kasar maupun halus mudah didapat. padahal cepat atau

lambat material akan semakin habis sehingga menyebabkan material dari tahun ke

tahun akan semakin mahal. Terutama agregat kasar atau kerikil yang hampir 78 %

menjadi bahan pengisi utama campuran beton Melihat dari fenomena di atas maka

disini perlu untuk melakukan pemanfaatan kembali atau daur ulang material bekas

bongkaran bangunan atau puing-puing. Maka dari itu perlu dilakukan suatu

penelitian dari berbagai jenis material seperti ubin, genteng, dan batu alam yang

sudah digunakan sebagai pengganti agregat kasar. Tujuan dari penulisan ini

adalah untuk mengetahui karakteristik kualitas beton yang dibuat dengan

memanfaatkan bahan-bahan recycle agregat yaitu; pecahan ubin, pecahan

genteng, pecahan batu alam andesit sebagai agregat kasar kemudian juga untuk

memberikan pemahaman dan informasi kepada masyarakat mengenai

pemanfaatan limbah konstruksi yang ternyata bisa digunakan lagi sebagai

pengganti agregat kasar yang umum digunakan yaitu kerikil untuk pembuatan

beton normal. Beton campuran agregat kerikil dan pecahan batu alam andesit

mencapai kuat tekan karakteristik yang diisyaratkan yaitu 225 kg/ cm2. Beton

dengan campuran pecahan ubin dan pecahan genteng tidak mencapai kuat tekan

karakteristik yang telah di isyaratkan. Dari 2 (dua) perbandingan yang digunakan

yaitu perbandingan volume dan perbandingan mix design, ternyata kuat tekan

yang dihasilkan lebih besar perbandingan volume untuk pembuatan beton normal.

Kata Kunci : recycle, beton, pecahan, kuat tekan, agregat,

PENDAHULUAN Dalam perkembangan dunia yang semakin maju dan serba canggih, teknologi

beton mempunyai potensi yang luas dalam bidang konstruksi. Hal ini

menyebabkan beton banyak digunakan untuk konstruksi bangunan gedung,

jembatan, dermaga dan lain-lain. Banyaknya jumlah penggunaan beton dalam

konstruksi tersebut mengakibatkan peningkatan kebutuhan material beton,

sehingga memicu penambangan batuan sebagai salah satu bahan pembentuk beton

secara besara-besaran yang menyebabkan turunnya jumlah sumber alam yang

tersedia untuk keperluan pembetonan. (Suharwanto, 2005)

Page 2: Pemanfaatan Limbah Bahan Padat Sebagai Agregat Kasar Pada ...

Pengunaan material recycle untuk digunakan dalam campuran beton di Indonesia

masih belum umum namun sudah mulai banyak digunakan antara lain untuk

pengurukan, lapisan pondasi jalan dll. Hal ini mungkin disebabkan bahan baku

seperti semen dan agregat kasar maupun halus mudah didapat. padahal cepat atau

lambat material akan semakin habis sehingga menyebabkan material dari tahun ke

tahun akan semakin mahal. Terutama agregat kasar atau kerikil yang hampir 78 %

menjadi bahan pengisi utama campuran beton (Astanto, 2001).

Beton normal adalah beton yang mempunyai kuat tekan berkisar antara 200 – 500

kg/cm2, beton ini mempunyai porsi terbesar produksi beton di Indonesia dan

sering dijumpai misalkan, di pabrik beton precast dan balok-balok beton pratekan,

serta pembuatan gedung bertingkat (Hanafiah, 2003)

Fungsi penggunaan agregat dalam beton adalah;, menghasilkan kekuatan yang

besar pada beton, mengurangi susut pengerasan beton dan dengan gradasi yang

baik maka akan didapatkan beton yang baik. Agregat yang digunakan dalam beton

berfungsi sebagai bahan pengisi, namun karena prosentase agregat yang besar

dalam volume campuran, maka agregat memberikan kontribusi terhadap kekuatan

beton (Mulyono, 2003). Maka dari itu agregat kasar pada campuran beton

mempunyai peranan penting, walaupun hanya sebagai pengisi akan tetapi agregat

kasar sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat mortar/ beton. Sehingga pemilihan

agregat merupakan suatu bagian penting dalam pembuatan mortar/ beton (

Triwidati,2002).

Limbah secara umum didefenisikan sebagai substansi atau suatu objek dimana

pemilik punya keinginan untuk membuang. Sedangkan limbah konstruksi

didefenisikan sebagai material yang sudah tidak digunakan yang dihasilkan dari

proses konstruksi, perbaikan atau perubahan (Franklin,1998).

Data dari Bappeda DKI Jakarta pada tahun 2004, limbah padat yang dihasilkan

setiap hari mencapai 10.220 ton. Limbah tersebut berupa limbah padat yang

dihasilkan dari aktifitas industri, perumahan dan pertanian dimana didalamnya

termasuk limbah hasil dari pelaksanaan pembangunan konstruksi.

Melihat dari fenomena di atas maka disini perlu untuk melakukan pemanfaatan

kembali atau daur ulang material bekas bongkaran bangunan atau puing-puing.

Maka dari itu perlu dilakukan suatu penelitian dari berbagai jenis material seperti

ubin, genteng, dan batu alam andesit yang sudah digunakan, sebagai pengganti

agregat kasar kerikil. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui kuat

tekan karakteristik beton yang dibuat dengan memanfaatkan bahan-bahan recycle

agregat yaitu; pecahan ubin, pecahan genteng, pecahan batu alam andesit sebagai

campuran agregat kasar.

TINJAUAN PUSTAKA

Beton Beton merupakan bahan bangunan yang dihasilkan dari campuran atas semen

Portland, pasir, kerikil dan air. Beton ini biasanya di dalam praktek dipasang

bersama-sama dengan batang baja, sehingga disebut beton bertulang (batang baja

berada di dalam beton). Pada saat ini sebagian besar bangunan dibuat dari beton

bertulang, disamping kayu dan baja.

Page 3: Pemanfaatan Limbah Bahan Padat Sebagai Agregat Kasar Pada ...

Beton mempunyai kelebihan daripada bahan yang lain, antara lain karena

harganya relatif lebih murah daripada baja, tidak memerlukan biaya perawatan

seperti baja (baja harus selalu dicat pada setiap jangka waktu tertentu untuk

mencegah karat), dan tahan lama karena tidak busuk atau berkarat. Akan tetapi,

beton yang tampaknya mudah dibuat bila tidak dikerjakan atau direncanakan

dengan teliti akan menghasilkan bahan yang kurang baik, atau kurang kuat. Oleh

karena itu cara-cara membuat beton harus dipelajari dengan baik (Astanto, 2001).

Dalam keadaan yang mengeras, beton memiliki kekuatan tinggi. Dalam keadaan

segar, beton dapat diberi bermacam bentuk, sehingga dapat digunakan untuk

membentuk seni arsitektur atau semata-mata untuk tujuan dekoratif . Beton juga

akan memberikan hasil akhir yang bagus jika pengolahan akhir dilakukan dengan

cara khusus, misalnya diekspose agregatnya (agregat yang mempunyai bentuk

yang bertekstur seni tinggi diletakkan dibagian luar, sehingga nampak jelas pada

permukaan betonnya). Selain tahan terhadap serangan api, beton juga tahan

terhadap serangan korosi (Mulyono, 2003).

Beton mempunyai beberapa kelebihan, antara lain yaitu (Mulyono,2003) :

a. Dapat dengan mudah dibentuk sesuai dengan kebutuhan konstruksi.

b. Mampu memikul beban yang berat.

c. Tahan terhadap temperatur yang tinggi.

d. Nilai kekuatan dan daya tahan (durability) beton adalah relatif tinggi.

e. Biaya pemeliharaan yang kecil.

Selain kelebihan, beton juga mempunyai beberapa kekurangan antara lain yaitu

(Mulyono, 2003) :

a. Bentuk yang telah dibuat sulit untuk dirubah.

b. Pelaksanaan pekerjaan membutuhkan ketelitian yang tinggi. c. Kekuatan tarik beton relatif rendah.

d. Daya pantul suara yang besar.

Material Penyusun Beton

Agregat

Agregat ialah butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam

campuran mortar atau beton. Agregat ini kira-kira menempati sebanyak 78 %

volume mortar atau beton. Walaupun hanya sebagai bahan pengisi akan tetapi

agregat sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat mortar/betonnya sehingga

pemilihan agregat merupakan suatu bagian penting dalam pembuatan

mortar/beton. Seperti dengan alternatif pemanfaatan pecahan beton yang terbakar

sebagai agregat kasar, karena kondisi pada saat ini agregat mulai berkurang dan

harganya melambung tinggi. Hal semacam ini banyak dialami oleh beberapa

daerah yang kesulitan mendapatkan material untuk bangunan, karena beberapa

ada daerah sumber material yang terpaksa ditutup (Astanto, 2001).

Sifat yang paling penting dari suatu agregat (batu-batuan, kerikil, pasir dan lain-

lain) ialah kekuatan hancur dan ketahanan terhadap benturan, yang dapat

mempengaruhi ikatannya dengan pasta semen, porositas dan karakteristik

penyerapan air yang mempengaruhi daya tahan terhadap proses pembekuan waktu

musim dingin dan agresi kimia, serta ketahanan terhadap penyusutan (Murdock

dkk., 1991).

Page 4: Pemanfaatan Limbah Bahan Padat Sebagai Agregat Kasar Pada ...

Semen Portland Semen portland atau biasa disebut semen adalah bahan pengikat hidrolis berupa

bubuk halus yang dihasilkan dengan cara menghaluskan klinker ( bahan ini

tertuma terdiri dari silika-silika kalsium yang bersifat hidrolis), dengan batu gips

sebagai bahan tambahan (Samekto dan Candra, 2001).

Semen portland adalah bahan konstruksi yang paling banyak digunakan dalam

pembuatan beton. Menurut ASTM C-150,1985, semen portland didefinisikan

sebagai semen hidrolik yang dihasilkan dengan menggiling klinker yang terdiri

dari kalsiumsilikat hidrolik, yang umumnya mengandung satu atau lebih bentuk

kalsium sulfat sebagai bahan tambahan yang digiling bersama-sama dengan bahan

utamanya (Mulyono, 2003).

Semen portland yang digunakan di Indonesia harus memenuhi syarat SII.0013-8 1

atau Standar Uji Bahan Bangunan Indonesia 1986 dan harus memenuhi

persyaratan yang ditetapkan dalam standar tersebut (PB. 1989:3.2-8)

Sifat Sifat Semen Portland Menurut (Samekto dan Candra, 2001) semen portland memiliki beberapa sifat

yang diantaranya dijelaskan sebagai berikut:

1. Kehalusan Butir Pada umumnya semen memiliki kehalusan sedemikian rupa sehingga kurang

lebih 80 % dari butirannya dapat menembus ayakan 44 mikron. Makin halus

butiran semen, makin cepat pula persenyawaannya. Makin halus butiran

semen, maka luas permukaan butir untuk suatu jumlah berat semen akan

semakin menjadi besar. Makin besar luas permukaan butir ini , makin banyak

pula air yang dibutuhkan bagi persenyawaannya. Ada beberapa cara yang

dapat dilakukan untuk menentukan kehalusan butir semen. Cara yang paling

sederhana dan mudah dilakukan ialah dengan mengayaknya.

2. Kekekalan Bentuk Yang dimaksud dengan kekekalan bentuk adalah sifat dari bubur semen yang

telah mengeras, dimana bila adukan semen dibuat suatu bentuk tertentu bentuk

itu tidak berubah. Buka benda dari adukan semen yang telah mengeras.

Apabila benda menunjukkan adanya cacat (retak, melengkung, membesar atau

menyusut), berarti semen itu tidak baik atau tidak memiliki sifat tetap bentuk.

3. Kekuatan Semen Kekuatan mekanis dari semen yang mengeras merupakan sifat yang perlu

diketahui di dalam pemakaian. Kekuatan semen ini merupakan gambaran

mengenai daya rekatnya sebagai bahan perekat/pengikat. Pada umumnya,

pengukuran kekuatan daya rekat ini dilakukan dengan menentukan kuat lentur,

kuat tarik atau kuat tekan (desak) dari campuran semen dengan pasir.

Klasifikasi Semen Portland Sesuai dengan tujuan pemakaiannya semen Portland dibagi menjadi 5 (lima) tipe,

yaitu :

Tipe I : Semen Portland untuk penggunaan umum yang tidak memerlukan

persyaratan-persyaratan khusus.

Page 5: Pemanfaatan Limbah Bahan Padat Sebagai Agregat Kasar Pada ...

Tipe II : Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan

ketahanan terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang.

Tipe III : Semen Portland yang dalam penggunaannya menuntut kekuatan

awal yang tinggi.

Tipe IV : Semen Portland yang dalam penggunaannya menuntut

persyaratan panas hidrasi rendah.

Tipe V : Semen Portland yang dalam penggunaannya menuntut

persyaratan sangat tahan terhadap sulfat.

Air

Air diperlukan pada pembuatan beton beton untuk memicu proses kimiawi semen,

membasahi agregat dan memberikan kemudahan dalam pekerjaan beton. Air yang

dapat diminum umumnya dapat digunakan sebagai campuran beton. Air yang

mengandung senyawa-senyawa yang berbahaya, yang tercemar garam, minyak,

gula atau bahan kimia lainnya , bila dipakai dalam campuran beton akan

menurunkan kualitas beton, bahkan dapat mengubah sifat-sifat beton yang

dihasilkan (Mulyono, 2003).

Karena pasta semen merupakan hasil reaksi kimia antara semen air, maka bukan

perbandingan jumlah air terhadap total berat campuran yang penting, tetapi justru

perbandingan air dengan semen atau yang biasa disebut sebagai Faktor Air Semen

(water cement ratio). Air yang berlebihan akan menyebabkan banyaknya

gelembung air setelah proses hidrasi selesai, sedangkan air yang terlalu sedikit

akan menyebabkan proses hidrasi tidak tercapai seluruhnya, sehingga akan

mempengaruhi kekutan beton. Untuk air yang tidak memenuhi syarat mutu,

kekuatan beton pada umur 7 hari atau 28 hari tidak boleh kurang dari 90 % jika

dibandingkan dengan kekuatan beton yang menggunakan air standar/suling (PB

1989:9).

Menurut (Pramono dan Suryadi, 1998), dalam pemakaian air untuk beton itu

sebaiknya air memenuhi syarat sebagai berikut:

a. Tidak mengandung lumpur lebih dari 2 gram/liter

b. Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton lebih dari 15

gram

c. Tidak mengandung khlorida (Cl) lebih dari 0,5 gram/liter

d. Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gram/liter

Kandungan zat-zat tersebut apabila terlalu banyak dapat berpengaruh jelek

terhadap beton, antara lain:

a. Mempengaruhi proses reaksi kimia dari semennya

b. Mempengaruhi lekatan antara pasta semen dan butiran batuan

c. Mengurangi kekuatan atau keawetan beton

d. Dapat juga membuat beton mengembang, sehingga terjadi retak-retak

Secara umum air yang dapat dipakai untuk bahan pencampur beton ialah air yang

bila dipakai akan dapat menghasilkan beton dengan kekuatan lebih dari 90%

kekuatan beton yang memakai air suling.

Page 6: Pemanfaatan Limbah Bahan Padat Sebagai Agregat Kasar Pada ...

Fungsi agregat terhadap beton Dalam beton agregat (agregat kasar dan agregat halus) mengisi sebagian besar

volume beton yaitu berkisar antara 60% sampai 80% sehingga sifat-sifat dan mutu

agregat sangat berpengaruh terhadap sifat dan mutu beton (Samekto dan Candra,

2001). Adapun fungsi penggunaan agregat dalam beton adalah untuk :

a. Menghasilkan kekuatan yang besar pada beton.

b. Dengan gradasi yang baik maka akan didapatkan beton yang padat.

c. Mengontrol workability atau sifat dapat dikerjakan aduk beton. Dengan

gradasi agregat yang baik, maka akan didapatkan beton yang mudah

dikerjakan atau memiliki workability yang baik.

Semakin banyak bahan batuan yang digunakan dalam beton, maka semakin hemat

penggunaan semen Portland sehingga semakin murah harganya. Tentu saja dalam

penggunaan agregat tersebut ada batasnya, sebab pasta semen diperlukan untuk

pelekatan butir-butir dalam pengisian rongga-rongga halus dalam beton. Karena

bahan batuan tidak susut, maka susut pengerasan hanya disebabkan oleh adanya

pengerasan pasta semen. Semakin banyak agregat, semakin berkurang susut

pengerasan betonnya. Gradasi yang baik pada agregat dapat menghasilkan beton

yang padat sehingga volume rongga berkurang dan penggunaan semen Portland

berkurang pula. Susunan beton yang padat dapat menghasilkan beton dengan

kekuatan yang besar. Workability adukan beton plastis dapat diusahakan dengan

menggunakan gradasi agregat yang baik. Tetapi gradasi untuk mobilitas yang baik

memerlukan butir-butir berlapis pasta semen untuk dapat memudahkan gerak

adukan betonnya, sehingga butir-butir tidak dapat saling bersinggungan.

Pengaruh agregat kasar terhadap kualitas beton Selain kekuatan pasta semen, hal ini yang perlu menjadi perhatian adalah agregat.

Seperti yang telah dijelaskan, proporsi campuran agregat dalam beton 70-80 %,

sehingga pengaruh agregat akan menjadi besar, baik dari sisi ekonomi maupun

dari sisi tekniknya. Semakin baik mutu agregat yang digunakan, secara linier dan

tidak langsung akan menyebabkan mutu beton menjadi baik, begitu juga

sebaliknya.

Agregat yang digunakan dalam beton berfungsi sebagai bahan pengisi, namun

karena prosentase agregat yang besar dalam volume campuran, maka agregat

memberikan kontribusi terhadap kekuatan beton (Mulyono, 2003). Faktor-faktor

yang mempengaruhi kekuatan beton terhadap agregat adalah sebagai berikut

(Mulyono, 2003):

a. Perbandingan agregat dan semen campuran

b. Kekuatan agregat c. Bentuk dan ukuran d. Tekstur permukaan e. Gradasi

f. Reaksi kimia g. Ketahanan terhadap panas

Page 7: Pemanfaatan Limbah Bahan Padat Sebagai Agregat Kasar Pada ...

Pemanfaatan Limbah Konstruksi Sebagai Agregat

Limbah logam berat berbahaya dalam banyak hal tidak dapat dimusnahkan dan

dimanfaatkan kembali, oleh karenanya pengurugan ke dalam landfill dibutuhkan.

Proses solidifikasi/stabilisasi (S/S) biasanya digunakan untuk merubah limbah cair

atau padat yang berpotensi berbahaya menjadi berkurang sifat bahayanya sebelum

diurug dalam sebuah landfill. Terbatasnya lahan untuk penimbunan, limbah

tersebut dapat menimbulkan masalah pencemaran. Kendala yang membatasi

penimbunan limbah, disertai dengan desakan untuk konservasi sumber daya alam,

menimbulkan upaya untuk mengkonversi limbah menjadi bahan yang bermanfaat.

Makalah ini menyajikan ringkasan sebuah penelitian yang dilaksanakan dalam

area pemanfaatan limbah dari sebuah industri baja untuk menggantikan sebagian

segmen Portland atau agregat dalam campuran beton. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa limbah Lumpur dapat menggantikan agregat halus sampai

50% berat, dan limbah debu dapat menggantikan semen Portland sampai 15%

berat. Terjadi penurunan kuat tekan bila proporsi yang digantikan berada di atas

nilai tersebut. Campuran beton meminimalkan pelindian logam berat dari limbah

yang diindikasikan dengan nilai TCLP dan uji durabilitas yang rendah

dibandingkan batasan standar. Penggunaan semen memainkan peran penting

dalam pengendalian pelindian jangka panjang dari struktur monolitik yang

terbentuk ( Damanhuri,2001)

Penggunaan sekam padi untuk pembuatan batu cetak dan papan semen, dengan

menggunakan bahan perekat yang terdiri dari campuran tras, kapur, dengan atau

tanpa semen Portland. Puslitbang Permukiman telah membuat rumah contoh pada

tahun1967( Amir,2002 )

Penggunaan ampas tebu, sisa-sisa industri kayu, ataupun kayu-kayu dari jenis “

lesser known species”, untuk diolah menjadi papan partikel, dengan menggunakan

bahan perekat seperti urea-formaldehid atau tanin formaldehid. ( Amir,2002).

Paving block pada saat ini sudah banyak dipergunakan sebagai bahan pelapis

permukaan jalan. Untuk memanfaatkan limbah genteng keramik dari pabrik

pembuatan genteng, sisa pembangunan suatu rumah, serta bongkaran rumah maka

digunakan agregat pecahan genteng keranik sebagai pengganti agregat penyusun

paving block. Penelitian ini bertujuan mengetahui kuat tekan paving block dan

membandingkan kekuatannya dengan paving block pasir alam yang ada

dipasaran.

Perencanaan campuran paving block dilakukan dengan sistem perbandingan

volume. Perbandingan volume yang dilakukan adalah 1:6, 1:5, 1:4 serta

menggunakan agregat kasar pecahan genteng keramik 1:2:3. setelah dianalisis,

kuat tekan paving block yang menggunakan pecahan genteng keramik lebih baik

daripada paving block yang menggunakan agregat pasir alam (Handiyanto, 2004).

Tidak setiap daerah memiliki macam agregat yang sama baiknya dari segi

kekuatan, jenis dan ukurannya. Pecahan genteng menjadi bahan alternatif sebagai

agregat kasar untuk beton. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti kuat tekan beton

dengan pecahan genteng sebagai agregat kasar dan mencari faktor air semen

optimum.

Perencanaan campuran beton menggunakan SK SNI T-15-1990-03. Benda uji

yang digunakan dalam penelitian ini adalah silinder beton dengan diameter 15 cm

Page 8: Pemanfaatan Limbah Bahan Padat Sebagai Agregat Kasar Pada ...

dan tinggi 30 cm dengan mutu kuat tekan 200 kg/cm2. nilai faktor air semen

divariasi 0,5; 0,6 dan 0,7. Pengujian kuat tekan dilakukan pada umur 7, 14 dan 28

hari. Benda uji yang dibuat 54 buah, yakni 27 buah untuk beton agregat kasar

pecahan genteng dan 27 buah untuk beton agregat kasar batu pecah biasa sebagai

perbandingan pada masing-masing pengujian hari dan faktor air semen.

Hasil penelitian ini memperlihatkan penggunaan pecahan genteng sebagai

pengganti agregat kasar dengan faktor air semen 0,5 pada umur 28 hari kuat tekan

sebesar 192,84 kg/cm2 mendekati kuat tekan rencana beton. Nilai optimum faktor

air semen pada penelitian ini adalah 0,5 tetapi kuat tekan masih mempunyai

kecenderungan untuk meningkat jika nilai faktor air semen lebih kecil (Sutanto,

2001)

METODE PENELITIAN Tahap Persiapan:

1. Identifikasi Masalah Menentukan topik yang menarik untuk dibahas yaitu tentang pemanfaatan

limbah bahan padat sebagai agregat kasar pada pembuatan beton normal.

2. Landasan Teori Pengumpulan literatur/ tinjauan serta jurnal-jurnal/ artikel dari internet yang

berkaitan dengan recycle agregat untuk dipakai sebagai bahan acuan.

3. Penentuan Agregat

Memilih jenis agregat yang diteliti, dilihat dari segi kemudahan pencarian

bahan material yaitu; puing-puing ubin, genteng dan batu alam andesit

kemudian dipecahkan untuk memenuhi syarat ukuran butiran agregat yaitu

maks. 40 mm.

Tahap Laboratorium:

1. Pengujian sample agregat dan pengujian di laboratorium

Pada tahap melakukan pengujian semua agregat yang akan digunakan dalam

campuran beton mengacu pada pedoman modul percobaan Teknologi Bahan

Konstruksi. karena tidak setiap agregat dapat langsung digunakan, perlu

adanya kontrol terhadap kualitas dan berbagai prilaku agar diperoleh beton

dengan mutu baik

2. Pengumpulan Data

Pengumpulan data diambil dari pengujian beton baik pada saat proses

pengadukan/pengecoran maupun setelah beton mengeras yaitu:

Tahap Analisis 1. Analisa Kuat Tekan Beton

Analisa yang dilakukan dengan membandingkan hasil data kuat tekan beton

masing-masing jenis campuran melalui grafik sehingga kita dapat mengetahui

peningkatan yang dihasilkan pada tiap-tiap umur rencana. Dari analisa ini kita

dapat mengetahui karakteristik kualitas beton masing-masing jenis agregat

yang dipengaruhi oleh sifat dari bahan campuran agregat tersebut

2. Analisa Hubungan Penyusutan, Air Content dan Slump Test dengan Beton

yang dihasilkan

Page 9: Pemanfaatan Limbah Bahan Padat Sebagai Agregat Kasar Pada ...

Analisa ini dilakukan dengan membandingkan nilai masing-masing data yang

didapat dengan umur rencana melalui grafik, untuk analisa Slump hanya

membandingkan nilai Slump yang didapat dengan workability. Dari analisa

ini kita dapat mengetahui pengaruh nilai masing-masing percobaan terhadap

kualitas beton yang dihasilkan. 3. Evaluasi Karakteristik Bahan

Evaluasi dilakukan terhadap bahan/material penyusun beton yaitu semen,

agregat kasar (ubin, genteng, batu alam dan kerikil), agregat halus (pasir)

dan air. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah

bahan-bahan yang digunakan untuk pembentuk beton dalam penelitian ini

mempunyai nilai-nilai yang sesuai dengan standar persyaratan yang sudah

ditentukan. Syarat susunan besar butir untuk agregat halus atau pasir menurut Peraturan

Beton Bertulang Indonesia (PBI) 197 1-NI-2 adalah jika agregat halus diayak dengan

ayakan standar ISO, bagian yang tertinggal di atas ayakan 4 mm tidak kurang dari 2 persen

berat, 1 mm tidak kurang dari 10 persen berat, 0,25 mm antara 80 persen dan 95 persen,

serta memiliki kandungan lumpur < 5 %.

Sedangkan syarat-syarat susunan besar butir untuk agregat kasar atau kerikil menurut PBI

197 1-NI-2 adalah jika agregat kasar diayak dengan ayakan standar ISO, bagian yang

tertinggal di atas ayakan adalah 31,5 mm harus 0% berat, 4 mm harus berkisar antara 90%

dan 98% berat, serta memiliki kandungan lumpur < 1 % dan kandungan klorida-nya < 0,15

% (Samekto dan Candra, 2001).

Untuk semen persyaratan yang ditentukan menurut SNI adalah semen yang

diayak tertahan saringan No. 100 sama dengan 0.0% dan tertahan saringan

No. 200 maks 22%. Sedangkan persyaratan yang ditentukan oleh SNI-03-

xxxx-2002 untuk air adalah pH air antara 4,5 sampai 8,5, untuk kadar bahan

padat dalam air maks. 2000 ppm, kadar tersuspensi dalam air maks. 2000

ppm, kadar organik maks. 2000 ppm (Mindness and Young, 1981).

4. Analisa Keruntuhan

Analisa dilakukan dengan melihat secara visual jenis keruntuhan yang terjadi

pada saat pengujian kuat tekan. Dari analisa ini kita dapat mengetahui jenis

keruntuhan dan kualitas bahan campuran.

DATA HASIL PENELITIAN Setelah melakukan perhitungan mix design, lalu dilakukan pencampuran bahan-

bahan penyusun beton dengan menggunakan concrete mixer, kemudian sebelum

beton mengeras dan dimasukkan kedalam cetakan juga dilakukan pengujian.

Pengujian yang dilakukan diantaranya air content test, slump test dan setelah

pembuatan benda uji dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah melakukan

pengujian pada benda uji yang telah dibuat. Dalam hal ini pengujian yang

dilakukan adalah mencari nilai kuat tekannya dengan cara memberikan

tekanan (stress) pada beton keras sesuai dengan umur rencana yang telah

ditentukan kemudian dilakukan juga pengukuran terhadap penyusutan yang

terjadi akibat pembebanan pada permukaan benda uji beton.

Page 10: Pemanfaatan Limbah Bahan Padat Sebagai Agregat Kasar Pada ...

Data Slump Test dan Air Content Test Dalam penelitian ini dilakukan pula pengujian nilai slump test dan air content test,

pengujian nilai slump test dimaksudkan untuk mengetahui nilai kekentalan adukan

yang akan berpengaruh pada kemudahan dalam pengerjaan (workability) dan

pengujian air content test dimaksudkan untuk mengetahui nilai persentase

kandungan udara yang terdapat dalam beton segar. Adapun hasil dari kedua

penelitian tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 1 Nilai Slump Test dan Air Content Test

Jenis Agregat Mix Design Volume

Slump Test Air Content Test Slump Test Air Content Test

Pecahan Ubin 35 mm 2,3 % 45 mm 2,0 %

Pecahan Genteng 45 mm 2,0 % 55 mm 1,9 % Pecahan Batu

Andesit

Alam 40 mm 1,6 % 40 mm 1,4 %

Pecahan Kerikil 40 mm 1,7 % 40 mm 1,7 % Sumber: Hasil pengujian

Data Kuat Tekan Beton Kubus Dalam penelitian ini digunakan benda uji berbentuk kubus 15x15x15 cm dengan

umur rencana 7, 14, dan 28 hari, setelah itu dicari berat kering dan nilai kuat

tekan dari masing-masing kubus beton. Hasil penelitian kuat tekan kubus beton

dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 2 Data Kuat Tekan Campuran Volume

Benda

Uji

Berat beton (Gram) Beban (KN) Kuat Tekan (Kg/cm2)

7 hari 14 hari 21 hari 7 hari 14 hari 21 hari 7 hari 14 hari 21 hari

Pecahan

Ubin

7043 7129 7340 250 310 330 111,11 137,78 146,67

7105 7264 7260 270 320 335 120 142,22 148,89

7118 7052 7334 275 270* 320 122,22 120* 142,22

Pecahan

Genteng

6793 6856 6985 290 350 300* 128,89 155,56 133,33*

6687 6859 6940 285 345 360 126,67 153,33 160

6890 6825 6840 275 375 385 122,22 166,67 171,11

Pecahan

Batu

alam

7493 7973 8029 415 495 510 184,44 220 226,67

7853 8018 7901 330* 510 530 146,67* 226,67 235,56

7952 7866 7978 435 480 505 193,33 213,33 224,44

Pecahan

Kerikil

7662 7596 7770 370 505 495 164,44 224,44 220

7729 7859 7718 380 480 490 168,88 213,33 217,78

7615 7729 7790 370 475 505 164,44 211,11 224,44

Sumber: Hasil pengujian

Ket * : Dianggap sebagai invalid data

Page 11: Pemanfaatan Limbah Bahan Padat Sebagai Agregat Kasar Pada ...

Tabel 3 Data Kuat Tekan Campuran Mix Design

Benda

Uji

Berat beton (Gram) Beban (KN) Kuat Tekan (Kg/cm2)

7 hari 14 hari 28 hari 7 hari 14 hari 28 hari 7 hari 14 hari 28 hari

Pecahan

Ubin

7341 7383 7522 190 245 215* 84,44 108,89 95,56*

7410 7569 7496 182 400* 255 80,89 177,78* 113,33

7325 7432 7515 192 240 260 85,33 106,67 115,56

Pecahan

Genteng

6953 6920 7155 210 325 350 93,33 144,44 155,56

6821 6895 7098 250 250 320 111,11 111,11 142,22

6750 6983 6976 260 290 270 115,56 128,89 120,00

Pecahan

Batu

alam

8152 8074 8337 340 355 340* 151,11 157,78 151,11*

7875 8121 7981 373 265* 440 165,78 117,78* 195,56

7967 7836 8240 365 360 415 144,44 160,00 184,44

Sumber: Hasil pengujian

Ket * : Dianggap sebagai invalid data

Tabel 4 Kuat Tekan Rata-Rata Campuran Volume

Umur

Kuat Tekan Rata-Rata Tiap Jenis Agregat Kasar (kg/cm2)

Pecahan

Ubin

Pecahan Genteng Pecahan Batu alam andesit Kerikil

7 117,78 125,93 188,89 165,92

14 140 158,52 220 216,29

21 145,93 165,56 228,89 220,74 Sumber: Perhitungan

Tabel 5 Kuat Tekan Rata-Rata Campuran Mix Design

Umur Kuat Tekan Rata-Rata Tiap Jenis Agregat Kasar (kg/cm

2)

Pecahan Ubin Pecahan Genteng Pecahan Batu alam andesit Kerikil

7 83,55 106,67 153,78 165,92

14 107,78 128,15 158,89 216,29

28 114,45 139,26 190,00 232,44* Sumber: Perhitungan

Ket* : hasil konversi pada umur 21 hari.

Tabel 6 Konversi Kuat Tekan Rata-Rata ke Umur 28 hari

Umur Pecahan Ubin Pecahan Genteng Pecahan Batu Alam Kerikil

M V M V M V M/V

7→ 28 128,50 181,15 164,06 193,68 236,53 290,51 255,18

14→ 28 122,44 159,04 145,58 180,08 180,50 249,92 245,71

21→ 28 - 153,66 - 174,33 - 241,02 232,44 Sumber: Perhitungan

Ket* : untuk perbandingan mix design tidak dikonversi, karena sudah ada hasil

pengujian pada umur 28 hari.

M : Mix Design V : Volume

Page 12: Pemanfaatan Limbah Bahan Padat Sebagai Agregat Kasar Pada ...

Tabel 7 Faktor Pengali Nilai Konversi ke 28 Hari

Umur Beton 7 hari 14 hari 21 hari

Ke Umur 28 Hari 1,538 1,136 1,053 Sumber: PBI 71

Data Penyusutan

Dalam penelitian ini dilakukan juga pengukuran tinggi penurunan benda uji

kubus beton setelah melalui pengujian kuat tekan. Pengukuran dilakukan dengan

menggunakan jangka sorong, hal ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar

penyusutan yang terjadi pada beton keras. Adapun hasil pengujian tersebut dapat

dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 8 Data Penyusutan Campuran Volume

Benda Uji Penyusutan (mm)

7 hari 14 hari 21 hari

Pecahan Ubin

0,9 1,1 1,7

1,1 1,4 1,5

0,8 1,4 1,4

Pecahan Genteng

0,5 1,2 1,3

1,7 1,5 1,4

1 0,9 1,5

Pecahan Batu

Alam Andesit

0,5 1,1 1,1

0,5 0,7 1

0,6 1 1,5

Kerikil

0,9 1 1,2

0,7 0,9 1,4

1 0,8 1,3 Sumber: Hasil pengujian

Tabel 9 Data Penyusutan Campuran Mix Design

Benda Uji Penyusutan (mm)

7 hari 14 hari 28 hari

Pecahan Ubin

1,1 1,8 1,7

1,9 1,8 1,5

1,4 1,3 2

Pecahan Genteng

0,5 1,5 2

0,5 1,5 1,5

1,5 1,7 1,3

Pecahan Batu Alam

Andesit

0,9 1,3 1,2

0,6 1,1 1,5

1,1 1,5 1,7 Sumber: Hasil pengujian

Page 13: Pemanfaatan Limbah Bahan Padat Sebagai Agregat Kasar Pada ...

Grafik 1 Kuat Tekan Rata-Rata Tiap Jenis Agregat Kasar Perbandingan

Mix Design

Tabel 10 Data Penyusutan Rata-rata Campuran Volume

Benda Uji Penyusutan Rata-Rata (mm)

7 Hari 14 Hari 21 Hari

Pecahan Ubin 0,93 1,3 1,53

Pecahan Genteng 1,07 1,2 1,4

Pecahan Batu alam andesit 0,53 0,93 1,2

Kerikil 0,87 0,9 1,3 Sumber: Perhitungan

Tabel 11 Data Penyusutan Rata-rata Campuran Mix Design

Benda Uji Penyusutan Rata-Rata (mm)

7 Hari 14 Hari 28 Hari

Pecahan Ubin 1,47 1,63 1,8

Pecahan Genteng 0,83 1,57 1,6

Pecahan Batu alam andesit 0,87 1,3 1,47

Sumber: Perhitungan

PEMBAHASAN Analisa Kuat Tekan Setelah melakukan pengujian beton masing-masing jenis agregat dan

mendapatkan hasil kuat tekan, maka kita dapat melakukan analisa.Dapat kita lihat

kuat tekan yang terjadi pada masing-masing jenis agregat kasar pada baik

perbandingan volume maupun perbandingan mix design terjadi peningkatan untuk

semua jenis agregat. Terlihat beton campuran kerikil memiliki kuat tekan paling

besar untuk perbandingan mix design, namun untuk perbandingan volume beton

batu alam andesit yang memiliki kuat tekan paling besar. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada grafik dibawah ini:

250

225

200

175

150

125

100

25

75

50

0

0 7 1 4 28 Umur ( ha r i )

0

Pe ca ha n Ubi n Pe ca ha n G e nt e ng

P e c a h a n B a t u A l a m A n d e s i t Ke r ik i l

106,67

153,78

165,92

83,55

158,89

128,15

216,29

107,78

232,44

139,26

114,45

190

Page 14: Pemanfaatan Limbah Bahan Padat Sebagai Agregat Kasar Pada ...

Grafik 2 Kuat Tekan Rata-Rata Tiap Jenis Agregat Kasar Perbandingan

Volume

Konversi Kuat Tekan Rata-rata Beton Perbandingan Volume ke Umur 28

Hari

Untuk mendapatkan kuat tekan rencana pada umur 28 hari maka dilakukan

konversi kuat tekan rata-rata ke umur 28 hari. Fenomena yang terjadi adalah

semakin menurunnya nilai kuat tekan konversi yang dihasilkan. Hal ini

menunjukan bahwa peningkatan kuat tekan cukup besar pada umur 7 hari, namun

semakin lama semakin melambat atau menurun sampai pada umur 28 hari. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik dibawah ini:

Grafik 3 Kuat Tekan Rata-Rata Beton Perbandingan Volume Konversi ke

28 hari Tiap Jenis Agregat Kasar

Pengaruh Jenis Agregat Kasar Untuk Masing-Masing Umur Rencana

terhadap Kuat Tekan Beton

Pengaruh kuat tekan dari masing-masing jenis agregat kasar untuk masing-masing

umur rencana dapat dilihat pada grafik 1, 2 dan 3 Bisa kita lihat pada agregat

250

225

200

175

150

125

100

25

75

50

0

0 7 1 4 21 U m u r ( h a r i )

00

P e c a h a n U b i n P e c a h a n G e n t e n g

P e c a h a n B a t u A l a m A n d e s i t K e r i k i l

125,93

188,89

165,92

117,78

220

158,52

216,29

140

228,89

220,74

165,56

145,93

300

275

250

225

200

175

150

125

100

75

50

25

0

0 7 U m u r ( h a r i ) 21 14

290,51

249,92

255,18

193,68

245,71 241,

2 3 2 , 4

180,08 1 7 4 , 3

181,15

159,04 153,

0

4

02

66

P e c a h a n U b i n P e c a h a n G e n t e n g

P e c a h a n B a t u A l a m A n d e s i t K e r i k i l

Page 15: Pemanfaatan Limbah Bahan Padat Sebagai Agregat Kasar Pada ...

pecahan ubin kuat tekan yang didapat relatif kecil dibanding dengan agregat

lainnya. Kuat tekan yang relatif kecil dapat dilihat dari beberapa faktor antara lain

tekstur permukaan yang licin dapat mempengaruhi daya ikat dengan pasta semen

sehingga dapat mengurangi kuat tekan beton, karena faktor kekasaran permukaan

agregat dapat menambah kekuatan tarik maupun kekuatan lentur beton. Hal ini

disebabkan karena adanya tambahan gesekan antara pasta semen dan permukaan

butir-butir agregat. Kemudian bentuknya yang pipih juga ikut mempengaruhi

gradasi sehingga mempengaruhi kepadatan beton.

Pada agregat pecahan genteng terlihat kuat tekan yang dihasilkan lebih besar

daripada agregat pecahan ubin namun lebih kecil dari agregat batu alam dan

kerikil. Kita lihat disini tekstur pecahan genteng lebih baik dari pada ubin

walaupun ada sisi yang halus dengan gradasi sudah baik dengan bentuk butiran

yang bervariasi, walaupun begitu kita lihat bahan dasar genteng adalah tanah

sehingga jelas dapat mengurangi kuat tekan beton.

Pada agregat pecahan batu alam andesit terlihat kuat tekan yang dihasilkan

ternyata dapat melebihi kerikil untuk perbandingan volume besar. Hal ini

disebabkan dari beberapa faktor antara lain dari tekstur permukaan yang kasar,

kemudian pada saat penimbanganan kubus beton lebih berat daripada kubus beton

dengan campuran agregat lainnya, terlihat bahwa beton dengan agregat pecahan

batu alam andesit lebih padat daripada yang lainnya karena susunan beton yang

padat dapat menghasilkan beton dengan kekuatan yang besar.

Secara umum dapat dilihat dari 2 perbandingan yang digunakan menghasilkan

kuat tekan yang bervariatif kemudian adanya perbedaan hasil kuat tekan pada

masing-masing umur dari masing-masing jenis agregat kasar, hal ini

membuktikan bahwa setiap agregat kasar mempunyai karakteristik yang berbeda-

beda yang pastinya akan berpengaruh terhadap kualitas, workability, keawetan

dan yang terpenting adalah daya dukung atau kuat tekan dari beton yang

dihasilkan.

Hubungan Penyusutan Dengan Nilai Air Content Test.

Beton campuran pecahan ubin ternyata mempunyai penyusutan paling

besar diantara yang lainnya begitu juga dengan nilai air content. Fenomena ini

menunjukan semakin meningkatnya nilai air content maka penyusutan yang

terjadi semakin besar dan juga semakin besar kandungan udara dalam beton akan

menyebabkan kekuatan tekan beton berkurang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada grafik dibawah ini:

Page 16: Pemanfaatan Limbah Bahan Padat Sebagai Agregat Kasar Pada ...

Grafik 4 Hubungan Penyusutan dengan Nilai Air Content Test Campuran

beton perbandingan Mix design

Grafik 5 Hubungan Penyusutan dengan Nilai Air Content Test Campuran

beton perbandingan Volume

Hubungan Berat Beton Dengan Umur rencana

Untuk hubungan berat beton dan umur rencana dapat dilihat bahwa berat

beton semakin meningkat seiring dengan peningkatan umur beton.Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada grafik dibawah ini:

1,8

1,63 1,6

1,47

1,57 1,47

0,8

1,3

7

0,83

`

0 7 14 28

Umur (ha r i )

P e c a h a n U b i n ( 2 , 3 % ) P e c a h a n B a t u A l a m A n d e s i t ( 1 , 6 % )

P e c a h a n G e n t e n g ( 2 , 0 % )

2

1,8

1,6

1,4

1,2

1

0,8

0,6

0,4

0,2

0

0,8

0,6

0,4

0,2

1,8

1,6

1,4

1,2

2

1

0 0

P e c a h a n U b i n ( 2 , 0 % ) P e c a h a n G e n t e n g ( 1 , 9 % ) P e c a h a n B a t u A l a m A n d e s i t ( 1 , 4 % ) K e r i k i l ( 1 , 7 % )

0 7 14 21 U m u r ( h a r i )

0 , 9 3

1,07

0 , 8 7

0 , 5 3

`

1,3

1,2

0,9

0 , 9 3

1,53

1 ,4

1,2

1,3

Page 17: Pemanfaatan Limbah Bahan Padat Sebagai Agregat Kasar Pada ...

Grafik 6 Hubungan Berat beton dengan Kuat Tekan Campuran Mix Design

Grafik 7 Hubungan Berat beton dengan Kuat Tekan Campuran Volume

Evaluasi Bahan Penyusun Beton

Agregat Kasar

Agregat kasar yang digunakan dalam penelitian adalah puing-puing sisa

bongkaran bangunan atau yang biasa disebut dengan limbah konstruksi. Limbah

konstruksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah ubin, genteng dan batu

alam andesit kemudian digunakan kerikil sebagai perbandingan. ubin, genteng

dan batu alam ande sit pertama-tama dipecahkan untuk dapat digunakan sebagai

campuran beton dengan syarat ukuran maksimum 40 mm. Untuk kadar lumpur

pecahan ubin sebesar 0 %, pecahan genteng sebesar 0,49 %, pecahan batu alam

8250

8000

7750

7500

7250

7000

6750

6500

6250

6000

7998 8010,33 7969

7461,33 75

7178 6932,67 7076

6841,33

0 7 14 21

Umur (hari)

Kuat Tekan Pecahan Ubin Genteng batu alam

,33

11

,33

8250

8000

7750

7500

7250

7000

6750

6500

6250

6000

Kuat Tekan Pecahan Ubin Genteng batu alam Kerikil

0 7 14 21

Umur (hari)

7766

6790

71 78

7 668,67

6846,67

71 48,33

7952,33

7728

6921,67

7969,33

7759,33

7311,33

Page 18: Pemanfaatan Limbah Bahan Padat Sebagai Agregat Kasar Pada ...

andesit sebesar 0 %, kerikil 0,59 %, dari semua agregat sudah memenuhi syarat

kadar lumpur maksimum 1 % (data terlampir). Untuk keausan/pelapukan agregat

akibat pengaruh cuaca dan iklim dengan percobaan Soundness Test pecahan ubin

sebesar 0,12 %, pecahan genteng sebesar 0,19 %, pecahan batu alam andesit

sebesar 0,67 %, kerikil 1,11 %, masing- masing agregat telah memenuhi syarat

bagian yang hancur atau hilang maksimum 12 % (data terlampir). Untuk Abration

Test bagian yang hancur masing-masing pecahan ubin sebesar 26,9 %, pecahan

genteng 35,76 %, pecahan batu alam andesit 22,92 % dan kerikil 20,1 % sudah

memenuhi syarat mutu kekuatan agregat untuk beton K 225 maksimal 40 % (data

terlampir).

Agregat Halus

Agregat halus yang digunakan dalam penelitian mempunyai bentuk butiran yang

berwarna agak kuning ini berasal dari daerah Cilengsi, Jawa Barat yang pada

umumnya banyak di jual di toko bahan bangunan. Untuk kadar lumpur sebesar

3,54 % telah memenuhi syarat maksimum 5% (data terlampir).

Semen

Evaluasi untuk penelitian semen yang dilakukan di laboratorium adalah sebagai

berikut :

- Tertahan saringan No. 100 : 0,0 %

- Tertahan saringan No. 200 : 9,54 %

- Jenis semen : Portland Cement tipe I Tiga Roda

Sedangkan persyaratan yang ditentukan menurut SNI adalah :

- Tertahan saringan No. 100 : 0.0%

- Tertahan saringan No. 200 : Maks 22% Dari evaluasi hasil yang telah diperoleh dari penelitian semen ini, semen

dinyatakan memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan dan dapat digunakan

sebagai bahan penyusun beton.

Air Evaluasi hasil penelitian air yang dilakukan di laboratorium adalah sebagai

berikut :

- pH air : 8

- Kadar bahan padat dalam air : 1000 ppm

- Kadar tersuspensi dalam air : 100 ppm

- Kadar organik : 1500 ppm

Sedangkan persyaratan yang ditentukan oleh SNI adalah :

- pH air : 4,5 – 8,5

- Kadar bahan padat dalam air : Maks. 2000 ppm

- Kadar tersuspensi dalam air : Maks. 2000 ppm - Kadar organik : Maks. 2000 ppm Dari evaluasi hasil yang telah diperoleh dari penelitian air ini, air dinyatakan

memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan dan dapat digunakan sebagai bahan

penyusun beton.

Page 19: Pemanfaatan Limbah Bahan Padat Sebagai Agregat Kasar Pada ...

Analisa Keruntuhan Jenis retakan atau runtuhan yang terjadi sama untuk semua jenis agregat pada saat

pengujian kuat tekan beton dengan mesin hidrolik. Jenis runtuhan yang terjadi

memanjang arah horizontal dari atas kebawah atau sebaliknya. Runtuhan yang

terjadi hanya menghancurkan pasta semen sebagai pengikat namun tidak

menghancurkan agregat kasar sebagai 70 % lebih pengisi campuran beton. Hal ini

menunjukan bahwa pecahan ubin, genteng dan batu alam andesit serta kerikil

adalah bahan material yang kuat, karena kekerasan atau kekuatan butir-butir

agregat tergantung dari bahannya dan tidak dipengaruhi oleh lekatan antara butir

satu dengan lainnya (Mulyono, 2003).

Gambar 1 Keruntuhan tekan kubus beton Gambar 2 Runtuhan kubus beton Sumber: (Tumilaar, 1999)

Gambar 3 Runtuhan kubus beton Gambar 4 Runtuhan kubus beton Kerikil

Gambar 5 Runtuhan kubus beton Batu alam

Page 20: Pemanfaatan Limbah Bahan Padat Sebagai Agregat Kasar Pada ...

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Dari hasil penelitian maka dapat ditarik kesimpulan:

1. Beton campuran agregat kerikil dan pecahan batu alam andesit mencapai kuat

tekan karakteristik yang diisyaratkan yaitu 225 kg! cm2. Beton dengan

campuran pecahan ubin dan pecahan genteng tidak mencapai kuat tekan

karakteristik yang telah di isyaratkan. Untuk kontribusi ke masyarakat

pecahan ubin dan genteng dapat digunakan sebagai bahan lapis pondasi bawah

atau base course untuk pembangunan jalan lingkungan.

2. Dari 2 (dua) perbandingan yang digunakan yaitu perbandingan volume dan

perbandingan mix design, ternyata kuat tekan yang dihasilkan lebih besar

perbandingan volume untuk pembuatan beton normal.

3. Hubungan air content dan penyusutan Nilai yang didapat rata-rata tidak terlalu

besar karena semakin meningkatnya nilai air content maka penyusutan yang

terjadi semakin besar dan juga semakin besar kandungan udara dalam beton

akan menciptakan pori-pori atau rongga udara yang besar pula sehingga

menyebabkan kekuatan tekan beton berkurang.

4. Untuk hubungan berat beton terhadap umur, semakin lama umur beton maka

berat beton semakin meningkat pula hal ini dipengaruhi oleh perawatan beton

setelah dicetak. Semakin lama beton tersebut direndam dalam air maka

semakin optimal penyerapan air oleh semen selama proses hidrasi!pengerasan

berlangsung.

5. Dari analisa keruntuhan ke-4 jenis campuran beton sudah menunjukan

keruntuhan tekan kubus yang baik dan tidak menghancurkan agregat namun

hanya menghancurkan pasta sebagai bahan pengikat, maka jenis agregat

cukup aman untuk digunakan sebagai campuran beton.

Saran 1. Untuk mendapatkan hasil kuat tekan yang lebih besar lagi, pada penelitian

selanjutnya diharapkan menggunakan pasir yang lebih halus lagi kemudian

pecahan agregat diperhalus! diperkecil lagi untuk mendapatkan gradasi butiran

yang lebih baik lagi.

2. Dalam proses pemadatan agar diperhatikan lagi agar nilai air content yang

didapat semakin kecil sehingga mengurangi rongga udara pada beton yang

dapat menambah kekuatan beton.

DAFTAR PUSTAKA 1. Departemen Pekerjaan Umum., Tata Cara Pembuatan Beton Normal, SK SNI

T-15-1990-03

2. Departemen Pekerjaan Umum., Metode Pembuatan dan Perawatan Benda

Uji Beton di Laboratorium, SK SNI M-62- 1990-03

3. Departemen Pekerjaan Umum, Peraturan Beton Bertulang Indonesia, N.I – 2

- 1971

4. Laboratorium Teknologi Bahan Konstruksi., Diktat Praktikum Beton Teknik

Sipil, Universitas Gunadarma 2003

Page 21: Pemanfaatan Limbah Bahan Padat Sebagai Agregat Kasar Pada ...

5. Dipohusodo, Istimawan., Struktur Beton Bertulang, SK SNI T-15-1991-03

Departemen Pekerjaan Umum RI

6. Pramono, Didiek; Suryadi HS., Bahan Konstruksi Teknik, Penerbit Universitas

Gunadarma, Jakarta, 1998

7. Tumilaar, Steffie, Pengendalian Mutu Pelaksanaan Beton Struktrur, Diklat

pelatihan PT. Total Bangun Persada, 1999

8. Mulyono, Tri, Teknologi Beton, Penerbit Andi, Yogyakarta, 2003

9. Rahmadiyanto, Candra; Samekto, Wuryati., Teknologi Beton, Penerbit

Kanisius, Jakarta, 2001