PEMANFAATAN GAMBUT RAWA PENING UNTUK NUTRIENT …

10
67 PEMANFAATAN GAMBUT RAWA PENING UNTUK NUTRIENT BLOCK SEBAGAI MEDIA PEMBIBITAN JABON (Anthocephalus cadaba) DAN SENGON (Paraserianthes falcataria) E. Hanggari Sittadewi 1) dan Hasmono Suwandito 2) 1) Peneliti Utama pada PTLWB dan 2) Peneliti Madya pada PTLWB, Kedeputian TPSA-BPPT Gd BPPT II lt 18, Jl Thamrin no 8, Jakarta 10340. Email : Abstrak Nutrient Block merupakan produk media tumbuh dalam bentuk bujur sangkar (25 x 25 cm) atau silinder (diameter 20 cm, tinggi 25 cm) terbuat dari bahan gambut yang sudah dikomposkan, ditambah perekat atau limbah tapioka. Nutrient Block dirancang untuk mendukung program rehabilitasi lahan pasca tambang yang kini mengancam kerusakan lingkungan pada areal penambangan. Produk Nutrient Block terbukti baik untuk media pertumbuhan karena selain mempunyai sifat fisik yang mampu menyimpan air dalam jumlah besar, cukup mengandung unsur hara dalam bentuk tersedia bagi tanaman, sehingga dapat mendukung pertumbuhan tanaman. Dari hasil uji aplikasi Nutrient Block untuk tanaman Jabon (Anthocephalus cadaba) dan Sengon (Paraserianthes falcataria) memperlihatkan kinerja yang baik, baik tinggi tanaman maupun diameter pohon serta pada tanaman Jabon pertumbuhan daun nampak sehat dan semakin lebar . key word : Nutrient Block, rehabilitasi lahan pasca tambang, sengon, jabon. UTILIZATION OF RAWAPENING PEAT FOR NUTRIENT BLOCK AS A MEDIA NURSERIES Anthocephalus cadaba and Paraserianthes falcataria Abstract Nutrient Block is a growing medium product in the form of a square (25 x 25 cm) or cylindrical (diameter = 20 cm, height = 25 cm) made of peat which has been composted, plus adhesive gypsum or tapioca waste. Nutrient Block is designed to support the post mining land rehabilitation program that is now threatening the environmental degradation in mining areas. Nutrient Block products has been proved good for growth because of the media in addition to having physical properties that are capable of storing large amounts of water, contain enough nutrients in the form available to plants, so it can support plant growth. Results of the Nutrient Block application test to Jabon (Anthocephalus cadaba) and Sengon (Paraserianthes falcataria) plants showed that good performance, both plant height and diameter of trees and leaf growth in plants Jabon appear healthy and getting wider. keywords: nutrient block, post-mining land rehabilitation. Paraserianthes falcataria, Anthocephalus cadaba JRL Vol.8 No.1 Hal. 67 - 76 Jakarta, Maret 2012 ISSN : 2085.3866 No.376/AU1/P2MBI/07/2011 Pemanfaatan Gambut Rawa Pening... JRL. Vol. 8 No. 1, Maret 2012 : 67 - 76

Transcript of PEMANFAATAN GAMBUT RAWA PENING UNTUK NUTRIENT …

Page 1: PEMANFAATAN GAMBUT RAWA PENING UNTUK NUTRIENT …

67

PEMANFAATAN GAMBUT RAWA PENING UNTUK NUTRIENT BLOCK SEBAGAI MEDIA PEMBIBITAN

JABON (Anthocephalus cadaba) DAN SENGON (Paraserianthes falcataria)

E. Hanggari Sittadewi1) dan Hasmono Suwandito2)

1)Peneliti Utama pada PTLWB dan 2)Peneliti Madya pada PTLWB, Kedeputian TPSA-BPPT

Gd BPPT II lt 18, Jl Thamrin no 8, Jakarta 10340. Email :

Abstrak

Nutrient Block merupakan produk media tumbuh dalam bentuk bujur sangkar (25 x 25 cm) atau silinder (diameter 20 cm, tinggi 25 cm) terbuat dari bahan gambut yang sudah dikomposkan, ditambah perekat atau limbah tapioka. Nutrient Block dirancang untuk mendukung program rehabilitasi lahan pasca tambang yang kini mengancam kerusakan lingkungan pada areal penambangan. Produk Nutrient Block terbukti baik untuk media pertumbuhan karena selain mempunyai sifat fisik yang mampu menyimpan air dalam jumlah besar, cukup mengandung unsur hara dalam bentuk tersedia bagi tanaman, sehingga dapat mendukung pertumbuhan tanaman. Dari hasil uji aplikasi Nutrient Block untuk tanaman Jabon (Anthocephalus cadaba) dan Sengon (Paraserianthes falcataria) memperlihatkan kinerja yang baik, baik tinggi tanaman maupun diameter pohon serta pada tanaman Jabon pertumbuhan daun nampak sehat dan semakin lebar .key word : Nutrient Block, rehabilitasi lahan pasca tambang, sengon, jabon.

UTILIZATION OF RAWAPENING PEAT FOR NUTRIENT BLOCK AS A MEDIA NURSERIES Anthocephalus cadaba

and Paraserianthes falcataria

Abstract

Nutrient Block is a growing medium product in the form of a square (25 x 25 cm) or cylindrical (diameter = 20 cm, height = 25 cm) made of peat which has been composted, plus adhesive gypsum or tapioca waste. Nutrient Block is designed to support the post mining land rehabilitation program that is now threatening the environmental degradation in mining areas. Nutrient Block products has been proved good for growth because of the media in addition to having physical properties that are capable of storing large amounts of water, contain enough nutrients in the form available to plants, so it can support plant growth. Results of the Nutrient Block application test to Jabon (Anthocephalus cadaba) and Sengon (Paraserianthes falcataria) plants showed that good performance, both plant height and diameter of trees and leaf growth in plants Jabon appear healthy and getting wider.keywords: nutrient block, post-mining land rehabilitation. Paraserianthes falcataria,

Anthocephalus cadaba

JRL Vol.8 No.1 Hal. 67 - 76 Jakarta, Maret 2012

ISSN : 2085.3866 No.376/AU1/P2MBI/07/2011

Pemanfaatan Gambut Rawa Pening... JRL. Vol. 8 No. 1, Maret 2012 : 67 - 76

Page 2: PEMANFAATAN GAMBUT RAWA PENING UNTUK NUTRIENT …

68

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangDengan betambahnya akti f i tas

manusia, kondisi lahan kritis di Indonesia semakin tahun semakin bertambah. Akibatnya dengan bertambahnya lahan kritis, daya resap tanah terhadap air menurun sehingga kandungan air tanah berkurang yang mengakibatkan kekeringan pada waktu musim kemarau. Selain itu terjadi arus permukaan tanah pada waktu musim hujan yang mengakibatkan bahaya banjir dan longsor serta menurunnya kesuburan tanah, dan daya dukung lahan serta keanekaragaman hayati. Apabila kondisi tersebut diatas dibiarkan terus berlangsung maka pada akhirnya akan menyebabkan produktifitas lahan dan produksi pertanian menurun sehingga pada akhirnya akan menyebabkan kemiskinan masyarakat, khususnya masyarakat tani. Untuk mendukung rehabilitasi lahan, salah satu upayanya adalah mengkondisikan kesuburan tanah dengan menambah bahan nutrient kedalam tanah pasca tambang tersebut. Dalam mendukung hal ini maka perlu dilakukan kajian tentang media pertumbuhan yang dapat mendukung pertumbuhan tanaman dalam jangka waktu yang cukup lama yang disebut Nutrient Block. Media ini nantinya dapat digunakan untuk perbaikan sifat fisik dan kimia tanah atau ameliorasi lahan. Selain dapat dimanfaatkan untuk media pertumbuhan tanaman untuk perbaikan lahan pasca tambang, Nutrient Block dapat digunakan untuk media tumbuh tanaman hortikultura dan florikultura. Pembuatan Nutrient Block ini digunakan bahan dasar gambut dari Rawa Pening.

Di dasar danau Rawa Pening tersebut terkandung potensi sumberdaya alam gambut yang besar yaitu sekitar 50 juta m3 dengan ketebalan antara 3 – 8 m. Gambut dari danau Rawa Pening terbentuk dari sisa – sisa tumbuhan air antara lain eceng gondok (Eichornia crassipes, (Malt) (Solms),

Hydrilla, sp. Tingkat kemasaman (pH) sekitar 5 – 5,5 , warna gambut hitam dengan struktur halus menyerupai gambut sphagnum (sphagnum peat) dari Eropa (Findlandia dan Norwegia). Bahan organik yang ada dalam gambut belum terdekomposisi secara sempurna sehingga kandungan hara yang ada belum tersedia bagi tanaman. Kandungan hara dalam gambut cukup tinggi, oleh karena itu gambut berpotensi untuk bahan industri media tumbuh. Gambut ada beberapa jenis yaitu : jenis fibrik – khemik yaitu gambut dengan tingkat dekomposisi rendah ; gambut fibrik yaitu gambut kasar dengan lebih dari 2/3 bahan organik kasar, sedangkan gambut khemik adalah gambut dengan 1/3–2/3 bahan kasar. Gambut Rawa Pening termasuk gambut khemik.

Gambut merupakan bahan organik yang mengandung unsur utama karbon (C), Hidrogen (H), Nitrogen (N), oksigen (O). Selain itu mengandung unsur aluminium (Al), silikon (Si), natrium (Na), sulfur (S), fosfor (P) calsium (Ca), besi (Fe), tembaga (Cu), zink (Zn) dan boron (B), tetapi kandungan unsur tersebut dalam bentuk tidak tersedia bagi tanaman. Dengan berkembangnya teknologi pengomposan, unsur – unsur yang ada dalam gambut tersebut dapat dirubah menjadi unsur – unsur hara yang tersedia bagi tanaman. Dari kajian yang telah dilakukan, hasil pengomposan gambut menunjukkan ketersediaan hara makro (N, P, K, Ca, Mg) yang tinggi, nisbah C/N rendah dan pH netral. Hal ini berimplikasi pada peningkatan hara makro dan mikro serta meningkatnya kapasitas tukar kation (KTK) sehingga penggunaan pupuk organik dari gambut dapat mendukung pertumbuhan tanaman (Wagner dan Wolf,1997, Butler et.al, 2010). Kadar hara esensial N (nitrogen) di dalam gambut sekitar 0,69% tetapi apabila dilakukan pengomposan dapat mencapai lebih dari 1 %.

Nutrient Block dirancang sebagai produk media untuk pertumbuhan tanaman yang sudah mengandung hara/ nutrient dalam jumlah tertentu. Dalam aplikasinya

Sittadewi, E. H. dan Suwandito, H., 2012

Page 3: PEMANFAATAN GAMBUT RAWA PENING UNTUK NUTRIENT …

69

tanaman sudah tidak membutuhkan pupuk kembali, dan dalam jangka waktu tertentu tanaman dapat tumbuh seiring dengan proses mineralisasi bahan organik pada lubang tanaman. Lebih lanjut dalam jangka waktu tertentu tanaman sudah dapat beradaptasi dengan kondisi lingkungannya.

Karakteristik dan keunggulan Nutrient Block adalah secara fisik mempunyai porositas tinggi (80 – 90%), bersifat ringan sehingga mudah di pindah – pindah, lebih mudah untuk mengontrol air, udara dan memberikan keseragaman dari kelembaban a i r yang d ipe r lukan , merangsang pertumbuhan akar, akar tumbuh sehat dan kompak serta bibit tanaman tumbuh lebih cepat. Adapun dari segi kandungan hara, gambut yang sudah dikomposkan (kompos gambut) dan yang sudah dicetak sebagai Nutrient Block mengandung unsur N,P,K,Ca dalam bentuk tersedia bagi tanaman dan mempunyai pH netral.

Dalam penelitian ini selain dilakukan pembuatan produk Nutrient Block dengan menggunakan bahan dasar Gambut Rawa Pening, dilanjutkan dengan kajian karakteristik Nutrient Block tersebut serta uji aplikasi Nutrient Block untuk tanaman jabon (Anthocephalus cadaba) dan Sengon (Paraserianthes falcataria). Percobaan ini dilakukan pada pot kayu yang didalamnya dimasukkan Nutrient Block. Pot kayu diletakkan pada luar ruang terbuka, hal ini dimaksudkan agar faktor alam seperti hujan, sinar matahari dapat berinteraksi langsung. Pertumbuhan tanaman Jabon (Anthocephalus cadaba) dan Sengon (Paraserianthes falcataria) pada Nutrient Block menampakkan kinerja yang baik, baik dilhat dari tinggi tanaman maupun diameternya, serta pertumbuhan daun pada tanaman Jabon yang nampak sehat dan semakin lebar. Dari hasil tersebut artinya Nutrient Block dapat dimanfaatkan untuk mendukung program rehabilitasi lahan pasca tambang yang kini mengancam kerusakan lingkungan pada areal penambangan.

1.2 Tujuan1) Memanfaatkan Gambut Rawa Pening untuk merancang dan mendapatkan sebuah produk media pertumbuhan yang disebut Nutrient Block2) Mengetahui kualitas produk Nutrient Block 3) Uji Aplikasi Nutrient Block untuk tanaman Sengon (Paraserianthes falcataria) dan Jabon (Anthocephalus cadaba)

II. BAHAN DAN METODA

2.1 Bahan1) Bahan baku utama yang digunakan untuk pembuatan dan pengembangan media Nutrient Block ini adalah gambut Rawa Pening. Bahan baku disaring dan dipisahkan dari material kasar seperti akar-akar atau batang kayu. Bahan dikondisikan pada kelembaban sekitar 55 – 60%. Untuk pengomposan selain gambut digunakan juga limbah ternak yang dalam hal ini dipakai kotoran sapi, dipilih tidak terlalu kering untuk mendapatkan mikroba yang masih aktif. Dan sebagai bahan aktivator untuk pengomposan digunakan EM4 (Effective microorganisms).2) Bahan tambahan merupakan bahan-bahan untuk pengkayaan hara dan pengkondisian sifat kimia dan biologi seperti KPA, Dolomit (CaMg(CO

3)

2), KCl, Mineral

Vulcanic Ash, Limbah Ternak, Bahan Perekat (limbah tepung tapioka, dan gypsum). 3) Bibit tanaman jabon (Anthocephalus cadaba) berumur 2 bulan dan Sengon (Albazia Paraserianthes) berumur 4 bulan.

2.2 MetodologiTahapan dalam penelitian adalah

sebagai berikut:1) Pengomposan bahan :

Sebelum dicetak menjadi nutrient block, bahan gambut dan kotoran sapi dikomposkan terlebih dahulu. Proses pengomposan dapat ter jadi dengan sempurna jika bahan yang dikomposkan dalam kondisi yang optimal, antara lain kelembaban berkisar antara 50 – 60% dan

Pemanfaatan Gambut Rawa Pening... JRL. Vol. 8 No. 1, Maret 2012 : 67 - 76

Page 4: PEMANFAATAN GAMBUT RAWA PENING UNTUK NUTRIENT …

70

pH awal minimum = 5. Kompos t i ng be r fungs i un tuk

menurunkan C/N rasio hingga berkisar kurang dari 15% dan untuk mencapai kisaran pH 6 - 7. Untuk mempercepat pengomposan selain distimulasi dengan bakteri-pendekomposisi yang terdapat dalam kotoran ternak, juga ditambahkan bakteri atau mikroorganisma pendekomposisi EM4 (Effective microorganism). Satu liter EM4 ditambahkan dalam setiap 1 ton bahan campuran. Sebelum digunakan, EM4 di seeding selama 1 (satu) malam dengan menambahkan air dan gula pasir sebanyak 20 sendok tiap 1 liter EM4. Proses pengomposan berlangsung selama kurang lebih 1 - 1.5 bulan. Untuk mencapai kelembaban 50 – 60%, di awal pengomposan, gambut diangin – anginkan terlebih dahulu karena kelembaban gambut yang baru diambil dari Rawa Pening dapat mencapai 90%. Bahan gambut dan kotoran ternak dicampur dengan perbandingan 3 : 1. Selama proses pengomposan dikontrol suhu dan kelembabannya dengan cara membalik – balikkan bahan kompos, setiap seminggu sekali. Jika kelembaban kurang dari 50 atau 60% maka bahan kompos ditambah dengan air. Setelah 1 – 1,5 bulan proses pengomposan, kompos telah matang. Untuk membuat kompos sebanyak 3 ton, dibutuhkan gambut sebanyak = 2,7 ton limbah ternak sapi sebanyak 900 kg, EM4 = 3,5 liter, terjadi penyusutan sekitar 20%.

2) Pencetakan atau pengepresan Nutrient Block

a) Untuk mendapatkan ukuran yang seragam perlu dilakukan penghancuran kompos gambut. Dengan ukuran yang seragam akan didapatkan hasil proses kompaksi yang sempurna serta merata, tekanan pada semua arah. b) Dalam penelitian ini digunakan bahan-bahan perekat gypsum dan tepung tapioka.c) Pencetakan dilakukan dengan alat pencetak atau pengepres sederhana (Gambar 3a dan 3b). Kompos gambut

dimasukkan dalam bak pencetak (kotak atau silinder) sampai penuh, kemudian bahan ini dipres hingga pada kedalaman 5-10 cm. Cetakan bentuk kotak atau silinder dilakukan dalam rangka untuk menganalisis kemudahan dalam handling.

Gambar 2. Pengomposan gambut untuk peningkatan kualitas bahan Nutrient Block

Gambar 1. Pengatusan dan pengeringan gambut basah untuk bahan baku Nutrient Block

Gambar 3a. Alat pengepres berbentuk persegi( 25 x 25 x25 cm)

3a 3b

Gambar 3b. Alat pengepres berbentuk silindris (diameter 20cm, tinggi 25 cm)

3) Penyediaan bibit tanamanUntuk menguji respon tanaman

terhadap kualitas Nutrient Block, bibit tanaman yang dicoba adalah jenis tanaman sengon dan jabon. Tanaman sengon merupakan pilihan tanaman yang dianggap bisa bertahan dalam suasana lingkungan yang ekstrim (Jajat, 2002), sehingga dengan ditambahkan Nutrient Block ini pertumbuhan tanaman bisa cepat.

Sittadewi, E. H. dan Suwandito, H., 2012

Page 5: PEMANFAATAN GAMBUT RAWA PENING UNTUK NUTRIENT …

71

Begitu pula pilihan terhadap jabon, tanaman ini cepat tumbuh dalam waktu yang relatif singkat, sehingga jabon merupakan tanaman yang direkomendasikan untuk diujikan pada lahan pasca tambang (Anomymous, 2008) sehingga perbaikan ekologi lahan dapat cepat berlangsung. Penyediaan bibit untuk uji aplikasi Nutrient Block ini disediakan dari bibit yang sudah jadi yaitu bibit sengon yang berumur 4 bulan dan jabon yang berumur 2 bulan (Gambar 4a dan 4b)

c) Tanaman yang ditanam pada Nutrient Block, untuk sengon berumur 4 bulan, sedangkan untuk jabon berumur 2 bulan.d) Percobaan dilakukan pada pot kayu yang didalamnya dimasukkan Nutrient Block. Pot kayu diletakkan pada luar ruang terbuka, hal ini dimaksudkan agar faktor alam seperti hujan, sinar matahari dapat berinteraksi langsung.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Karakteristik Kompos Gambut dan Nutrient Block

1) Karakteristik kompos gambutMelalui teknologi pengomposan,

unsur – unsur dalam gambut yang ada dalam bentuk tidak tersedia bagi tanaman dapat dirubah menjadi unsur – unsur hara yang tersedia bagi tanaman. Kompos yang telah cukup matang ditandai dengan adanya perubahan fisik dari bahan yang dikomposkan. Kompos matang berwarna coklat kehitaman, mudah dihancurkan,

Gambar 4a. Bibit sengonGambar 4b. Bibit jabon

4) Uji Aplikasi Nutrient Block a) Uji respon pertumbuhan terhadap ketersediaan hara dilakukan dengan metoda percobaan Rancangan Acak Lengkap 2 faktorial. Jenis tanaman menjadi faktor yaitu jenis sengon dan jabon. Sedangkan perlakukan yang diujicobakan adalah kompos gambut mumi, kompos gambut plus gypsum dan kompos gambut plus limbah tapioka. Percobaan dilakukan dengan ulangan sebanyak 2 kali. Monitoring respon pertumbuhan dilakukan tiap 2 bulan dengan indikator atau parameter tinggi tanaman dan diamater batang.b) Adapun desain rancangannya adalah sebagai berikut :

Keterangan : A1 = tanaman jabon (ulangan 1)A2 = tanaman jabon (ulangan 2)B1 = tanaman sengon (ulangan 1)B2 = tanaman sengon (ulangan 2)P1 = kompos gambut murniP2 = kompos gambut murni + gypsumP3 = kompos gambut murni + limbah tapioka

A2P1 A1P3 B2P3 B2P1

A1P2 A2P2 B1P2 B1P1

B2P2 A2P3 B1P3 A1P1

Parameter Kompos Gambut Rawa Pening

pH H2O 7,0

Kadar Air (%) 70,31

Kadar Abu (%) 14,54

Kadar serat tidak digerus (%) 60

Kadar serat digerus (%) 2,86

Bahan Organik

C (%) 8,79

N (%) 0,42

C/N ratio 21

P205 (%) 0,33

K2O (%) 0,21

Basa dpt tertukar

Ca (me/100gr) 10,94

Mg (me/100gr) 5,14

K (me/100gr) 2,82

Na (me/100gr) 2,43

Tabel 1. Hasil analisis kompos gambut rawa pening

Pemanfaatan Gambut Rawa Pening... JRL. Vol. 8 No. 1, Maret 2012 : 67 - 76

Page 6: PEMANFAATAN GAMBUT RAWA PENING UNTUK NUTRIENT …

72

suhu tumpukan sudah mendekati suhu awal pengomposan, pH netral, tidak berbau menyengat, mengalami penyusutan volume (dengan prosentase penyusutan tergantung bahan yang dikomposkan). Hal ini sesuai dengan pendapat Yang (1996) yang mengatakan bahwa kompos yang sudah matang berwarna coklat tua, tidak berbau busuk tetapi berbau tanah atau berbau fermentasi, suhu stabil, pH netral. Dari kajian yang telah dilakukan, hasil pengomposan gambut menunjukkan ketersediaan hara makro yang cukup untuk menunjang pertumbuhan tanaman, seperti K = 2,82 me/100 gram. Berdasarkan kriteria penilaian sifat – sifat kimia tanah, nilai tersebut adalah sangat tinggi (staf Pusat Penelitian Tanah 1993 dalam Hardjowigeno, 2001). Demikian juga dengan Na yang terkandung dalam kompos gambut termasuk sangat tinggi yaitu 2,43 me/100 mg. Sedangkan Mg termasuk tinggi yaitu 5,14 me/100mg. pH kompos gambut adalah 7 (netral), masuk dalam kisaran pH yang ideal bagi kehidupan tanaman yaitu 6 – 8,5. pH akan menentukan mudah tidaknya unsur hara dapat diserap oleh akar tanaman. Sedangkan nisbah C/N mencapai nilai 21. Nilai C/N kompos yang semakin mendekati C/N tanah yaitu 20 menunjukkan kualitas kompos yang semakin baik.

Hal ini berimplikasi pada peningkatan hara makro dan mikro serta meningkatnya kapasitas tukar kation (KTK) sehingga penggunaan pupuk organik dari gambut dapat mendukung pertumbuhan tanaman. Haris, et.al (1998) mengatakan bahwa pupuk organik (kompos) dapat memperbaiki si fat f is ik, kimia dan biologi tanah, sebagai penyangga kation, pengekstraksi mineral oleh asam humat, meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK), merangsang pertumbuhan mikroorganisme tanah serta dapat menyediakan unsur N, P, K dan S. Selain itu adanya kandungan mikroba tanah yang aktif merupakan dasar dari transformasi dan proses siklus hara untuk melanjutkan kehidupannya melalui berbagai proses

biokimia dalam tanah dan mineralisasi hara yang selanjutnya berdampak terhadap kesuburan dan produktivitas tanah (Kennedy & Gewin, 1997).

2) Karakteristik Nutrient BlockNutrient Block merupakan produk

media tumbuh dalam bentuk tecetak padat baik berbentuk bujur sangkar silinder, dapat diaplikasikan untuk tanaman hortikultura, florikultura atau tanaman keras. Nutrient Block terbuat dari gambut yang sudah dikomposkan dan dicampur bahan perekat yang berupa limbah tapioka atau gypsum (Gambar 5).

Gambar 5. Contoh produk Nutrient Block dengan bentuk silinder dan kotak

Untuk mendapatkan Nutrient Block yang berkualitas, salah satu cara adalah bahan gambut yang akan digunakan dikomposkan terlebih dahulu sehingga mempunyai kandungan hara yang tinggi, baik makro atupun mikro dalam bentuk tersedia bagi tanaman. Hal ini sesuai dengan persyaratan yang dibutuhkan tanaman antara lain untuk proses penumbuhan vegetatif, hara N perlu mendapat perhatian. Kandungan N diharapkan sekitar 1,2 – 1,6%. Selain itu dibutuhkan juga hara yang lain seperti C organik. pH juga harus menjadi perhatian, dikarenakan jika untuk aplikasi pada lahan pasca tambang, secara umum lahan pasca tambang mempunyai kemasaman

Sittadewi, E. H. dan Suwandito, H., 2012

Page 7: PEMANFAATAN GAMBUT RAWA PENING UNTUK NUTRIENT …

73

yang tinggi. Hasil analisis laboratorium bahan Nutrient Block seperti disajikan pada Tabel 2 dan Tabel 3. Bahan Nutrient Block yang baik juga mempunyai spesifikasi mampu mempertahankan kandungan air dalam jangka waktu yang lama. Proses kompaksi atau pengepresan merupakan pertimbangan bahwa gambut mampu menyediakan air dalam jangka waktu yang lama.

D a l a m a p l i k a s i n y a , d e n g a n menggunakan Nutrient Block, tanaman sudah tidak membutuhkan pupuk kembali. Haris, et.al (1998) mengatakan bahwa pupuk organik (kompos) dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah, sebagai penyangga kation, pengekstraksi mineral oleh asam humat, meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK), merangsang pertumbuhan mikroorganisme tanah serta dapat menyediakan unsur N, P, K dan S. Sehingga penggunaan pupuk organik dari gambut dapat mendukung pertumbuhan tanaman. Lebih lanjut dalam jangka waktu tertentu tanaman sudah dapat beradaptasi dengan kondisi lingkungannya.

Produk Nutrient Block yang berbentuk silinder dan bujur sangkar seperti terlihat pada Gambar 5.

Hasil analisis laboratorium, kualitas Nutrient Block adalah sbb :a) Untuk formula Nutrient Block yang terdiri dari kompos gambut dan limbah tapioka dengan perbandingan 20 : 1 (Nutrient Blok 1) mempunyai kualitas sebagai berikut :

Tabel 2. Hasil analisis kimia Nutrient Block 1

dengan perbandingan 20 : 1 (Nutrient Block 2) mempunyai kualitas sebagai berikut :

Tabel 3. Hasil analisis kimia Nutrient Block 2

Parameter Kompos Gambut :Limbah Tapioka = 20 : 1

pH H2O 7,0

pH KCl 6,6

C (%) 31,36

N (%) 1,05

C/N 30

P205 (Olsen) ppm 1342

K20 (Morgan) ppm 1783

3) Aplikasi Nutrient Block untuk tanaman Jabon dan Sengon Salah satu sasaran aplikasi Nutrient

Block adalah untuk revegetasi di lahan pasca tambang yang mempunyai lingkungan ekstrim. Dengan menggunakan Nutrient Block dharapkan pertumbuhan tanaman bisa lebih cepat hidup. Tanaman jabon, merupakan tanaman yang cepat tumbuh dalam waktu yang relatif singkat, sehingga jabon menjadi salah satu tanaman yang direkomendasikan untuk revegetasi lahan pasca tambang, dengan demikian diharapkan perbaikan ekologi lahan dapat cepat berlangsung. Selain pada lahan pasca tambang, Nutrient Block dapat diaplikasikan untuk pengembangan pertanian kota yaitu untuk pertumbuhan bermacam-macam tanaman hortikultura, florikultura atau tanaman buah.

Karakteristik Nutrient Block adalah secara fisik bersifat ringan sehingga mudah di pindah – pindah, lebih mudah untuk dikontrol airnya, udara dan memberikan keseragaman dari kelembaban air yang diperlukan, merangsang pertumbuhan akar, akar tumbuh sehat dan kompak serta bibit tanaman tumbuh lebih cepat. Adapun dari segi kandungan hara, gambut yang sudah dikomposkan dan yang sudah dicetak sebagai Nutrient Block mengandung unsur N,P,K,Ca dalam bentuk tersedia bagi tanaman. Proses mineralisasi dan humifikasi dalam pengomposan akan melepaskan unsur hara yang siap diserap oleh tanaman. Hasil pengomposan gambut

Parameter Kompos Gambut :Limbah Tapioka = 20 : 1

pH H2O 6,5

pH KCl 6,3

C (%) 17,90

N (%) 0,64

C/N 28

P205 (Olsen) ppm 1210

K20 (Morgan) ppm 4903

b) Untuk formula nutrient block yang terdiri dari kompos gambut dan gypsum

Pemanfaatan Gambut Rawa Pening... JRL. Vol. 8 No. 1, Maret 2012 : 67 - 76

Page 8: PEMANFAATAN GAMBUT RAWA PENING UNTUK NUTRIENT …

74

juga meningkatkan Kapasitas Tukar Katon (KTK). KTK merupakan sifat kimia tanah yang sangat erat hubungannya dengan kesuburan. Nutrient Block yang mempunyai KTK tinggi artinya menyerap dan menyediakan unsur hara yang cukup. KTK tanah menggambarkan kation – kation seperti kation Ca, Mg, Na dan K dapat ditukarkan dan diserap oleh perakaran tanaman.

Berdasarkan ilustrasi nutrient atau hara yang terkadung di dalam Nutrient Block seperti Nitrogen yang merupakan hara esensial dan mempunyai fungsi perbaikan pertumbuhan vegetatif tanaman. Tanaman yang tumbuh pada media yang memiliki cukup N akan tampak lebih hijau. Gejala kekurangan Nitrogen, tanaman tampak lebih kerdil, pertumbuhan akar terbatas dan daun akan tampak kuning dan gugur. Nutrient Block mengandung N antara 0.64 % - 1.05%. Densitas produk dari hasil yang telah diproduksi 0.448 – 0.896 gr/cm3, dengan berat antara 7 hingga 14 kg. Sehingga kadar Nutrisi total Nitrogen pada Nutrient Block ukuran volume 15.625 cm3 berkisar antara 89.6 gr hingga 147 gr. Dengan kadar Nitrogen sebesar itu, hingga 6 bulan setelah penanaman, nampak pertumbuhan jabon dan sengon masih mempunyai laju pertumbuhan yang sangat baik. Gambar 6

dan sengon dapat dilihat pada Gambar 7 dan 8.

Gambar 6. Tahapan penanaman bibit jabon ke dalam Nutrient Block

Gambar 7. Uji aplikasi Nutrient Block untuk tanaman jabon

Gambar 8. Uji aplikasi Nutrient Block untuk bibit sengon

Monitoring respon pertumbuhan terhadap ketersediaan hara pada Nutrient Block dilakukan tiap 2 bulan sekali yaitu bulan Juni, Agustus, Oktober dan Desember. Parameter pertumbuhan yang dicatat atau dimonitor adalah tinggi tanaman dan diameter batang tanaman. Hasil respon ketersediaan hara Nutrient Block terhadap

menunjukkan tahapan penanaman bibit ke dalam Nutrient Block sedangkan hasil uji aplikasi Nutrient Block untuk tanaman jabon

Sittadewi, E. H. dan Suwandito, H., 2012

Page 9: PEMANFAATAN GAMBUT RAWA PENING UNTUK NUTRIENT …

75

pertumbuhan tanaman sengon dan jabon disajikan pada Tabel 4 dibawah ini.

Gambar 9. Perkembangan dan proyeksi dukungan hara Nutrient Block terhadap tinggi tanaman hingga jangka waktu tertentu.

Gambar 10. Perkembangan dan proyeksi dukungan hara Nutrient Block terhadap diameter tanaman hingga jangka waktu tertentu

Bulan Sengon Jabon

Rata2Tinggi

Tnmn (cm)

Rata2Diamtr

Btg (mm)

Rata2Jmlh Daun

Rata2Tinggi

Tnmn (cm)

Rata2Diamtr

Btg (mm)

Rata2Jmlh Daun

Juni 58 5 5 31 4 6

Agust 78 8 9 51 9 8

Okt 111 16 12 80 21 13

Nov 142 22 14 105 30 14

Dari hasil monitoring pertumbuhan dan perkembangan tanaman, nampak pertumbuhan tinggi tanaman sengon lebih cepat dibandingkan dengan jabon, akan tetapi perkembangan diameter tanaman jabon lebih besar dibandingan dengan tanaman sengon. Jumlah daun keduanya relatif sama yaitu sekitar 14 lembar/helai. Dilihat dari segi ketersediaan hara, hingga kurun waktu selama 6 bulan Nutrient Block masih mampu mensuplai hara untuk pertumbuhan tanaman sengon dan jabon dengan baik. Berdasarkan ilustrasi grafik diatas ada kecenderungan hingga waktu 6 bulan telah terjadi percepatan pertumbuhan tanaman baik tinggi maupun diameter (Gambar 9 dan 10). Keberhasilan Nutrient Block khususnya untuk media pertumbuhan tanaman Sengon (Paraserianthes falcataria) sesuai dengan yang dilaporkan oleh Sittadewi, dkk

Tabel 4. Pertumbuhan tanaman Sengon dan Jabon

(2010) bahwa cocopeat dan gambut Rawa Pening merupakan sumber bahan organik,

yang berhasil digunakan untuk media perkecambahan biji Paraserianthes falcataria.

IV. KESIMPULAN

1) Nutrient Block dari bahan gambut Rawa Pening terbukti berhasil untuk media tumbuh karena selain mempunyai sifat fisik yang mampu menyimpan air dalam jumlah besar, unsur hara yang terkandung dalam gambut setelah dikomposkan menjadi dalam bentuk tersedia bagi tanaman dan mendukung pertumbuhan tanaman.2) Per tumbuhan tanaman jabon (Anthocephalus cadaba) dan sengon (Paraserianthes falcataria) pada Nutrient Block menampakkan kinerja yang baik, dilihat dari tinggi maupun diameter, serta pertumbuhan daun, yang nampak sehat dan lebar (untuk tanaman jabon). 3) Dilihat dari segi ketersediaan hara, hingga kurun waktu selama 6 bulan Nutrient Block masih mampu mensuplai hara untuk pertumbuhan tanaman sengon dan jabon dengan baik.

Pemanfaatan Gambut Rawa Pening... JRL. Vol. 8 No. 1, Maret 2012 : 67 - 76

Page 10: PEMANFAATAN GAMBUT RAWA PENING UNTUK NUTRIENT …

76

4) Nutrient Block dapat dimanfaatkan untuk mendukung program rehabilitasi lahan krit is antara lain lahan pasca tambang khususnya untuk tanaman jabon (Anthocephalus cadaba) dan sengon (Paraserianthes falcataria) yang kini mengancam kerusakan lingkungan pada areal penambangan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous., 2008. Albizia, Wikipedia, http://en.wikipedia.org/wiki/Albizia

Anonymous., 1990. Food and Fertillizer Technology Centre Production of Compost From Organic Waste. Extension Bulletin no. 311. Kanondai-Tsukuta. Japan

Haris S., Y. Apriyana., N. Heryani, Darmijati S dan Irsal L., 1998. Serapan Hara Nitrogen, Fosfor dan Kalium Tanaman Kedelai (Glycine Max (L) Merril) di Rumah Kaca Pada Tiga Taraf Intensitas Radiasi Surya Dan Kadar Air Tanah Latosol. Jenis tanah dan iklim. 16 : 20-28.

Hardjowigeno, S dan Widiatmoko., 2001. Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tataguna Lahan dan Perencanaan Tataguna Tanah. Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Jajat Hidayat, IFSP., 2002. Paraserianthes falcataria, L (Nielsen). Informasi Singkat Benih No 23. Direktorat Perben ihan Tanaman Hu tan .

Indonesia Forest Seed Project, Bandung.

Kennedy, A.C., and V.L. Gewin.,1997. Soil Microbial Diversity : Present and Future Consideration. Soil Sci.

Sittadewi, E.H dan Tri Astuty, Wiwiek D.S.,2010. Pemanfaatan Cocopeat dan Gambut Rawa Penig untuk Media Tumbuh Perkecambahan Sebagai Upaya Pengendalian Lahan Kritis. Journal Alami, Air, Lahan, Lingkungan dan Mitigasi Bencana. Vol 15. No. 3. November 2010.

Yang, S.S., 1996. Preparat ion and Character izat ion of Compost . Proceedings of International Training Workshop on Microbial Fertilizers and Composting, 15-22 October 1996. Taiwan Agricultural Research Institute, Taichung, Taiwan.

Sittadewi, E.H dan Tri Astuty, Wiwiek D.S.,2010. Pemanfaatan Cocopeat dan Gambut Rawa Pening untuk Media Tumbuh Perkecambahan Sebagai Upaya Pengendalian Lahan Kritis. Journal Alami, Air, Lahan, Lingkungan dan Mitigasi Bencana. Vol 15. No. 3. November 2010.

Wagner, G.H and D.C. Wolf., 1997.1998. Carbon Transformations and Soil Organic Matter Decomposition. In. D.M. Silvia, J.J. Fuhrmann, .G. Hartel, D.A. Zubener (Eds). Principles and Applications of Soil Microbiology. Prentice Hall. New Jersey.

Sittadewi, E. H. dan Suwandito, H., 2012