PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID...

108
PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN DESA GABUS KABUPATEN PATI TERHADAP HADIS TENTANG LARANGAN BERBICARA SAAT KHUTBAH JUM’AT Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag) Oleh : Ahmad Nur Kholis 1112034000152 PROGAM STUDI ILMU AL-QUR‟AN DAN TAFSIRFAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H/2018 M

Transcript of PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID...

Page 1: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.

PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN

DESA GABUS KABUPATEN PATI TERHADAP HADIS

TENTANG LARANGAN BERBICARA SAAT KHUTBAH JUM’AT

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh :

Ahmad Nur Kholis

1112034000152

PROGAM STUDI ILMU AL-QUR‟AN DAN

TAFSIRFAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H/2018 M

Page 2: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.
Page 3: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.
Page 4: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.
Page 5: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.

iv

ABSTRAK

Ahmad Nur Kholis

Pemahaman Jama‟ah Masjid Baiturrahman Desa Gabus kabupaten Pati

Terhadap Hadits tentang Larangan Berbicara saat Khutbah Jum‟at

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman jama‟ah tentang

hadits larangan berbicara saat khutbah jum‟at di masjid Baiturrahman Desa Gabus

Kabupaten Pati. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan teknis

analisis regresi. Pengambilan data penelitian menggunakan random sampling

dengan jumlah responden sebanyak 23 jama‟ah dari 26% jumlah seluruh jama‟ah

di masjid Baiturrahman Desa Gabus Kabupaten Pati. Teknik pengumpulan data

dilakukan dengan dua metode, yaitu angket dan dokumentasi. Metode angket

digunakan untuk mengambil data tentang dua variable, yakni untuk mengetahui

pemahaman jama‟ah tentang hadits larangan berbicara saat khutbah dan jama‟ah

yang berbicara saat khutbah jum‟at, sedangkan dokumentasi hanya aktivitas

khutbah jum‟at.

Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan analisis regresi. Hasil

analisis regresi menunjukkan bahwa ada pengaruh antara pemahaman jama‟ah

tentang hadits larangan berbicara saat khutbah jum‟at terhadap jama‟ah yang

berbicara saat khutbah jum‟at. Hasil hitung analisis regresi menunjukkan bahwa

lebih kecil dari pada , maka artinya tidak signifikan dan hipotesis

yang berbunyi terhadap pemahaman jama‟ah tentang hadits larangan berbicara

saat khutbah jum‟at terhadap jama‟ah yang berbicara saat khutbah jum‟at masjid

Baiturrahman Desa Gabus Kabupaten Pati ditolak. Hal tersebut karena adanya

factor lain yang dapat mempengaruhi pemahaman jama‟ah, antara lain tidak

adanya waktu untuk membahas masalah hadits dan kurangnya himbauan panitia

masjid terhadap jama‟ah.

Kata Kunci :Metode Pemahaman Hadits, dan Larangan Berbicara ketika Khutbah

Jum‟at

Page 6: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Swt. Tuhan yang maha membolak

balikan hati. Dialah yang maha pengasih dan penyayang kepada seluruh makhluk

yang ada di muka bumi. Hanya dialah yang maha pemberi rahmat dan maha

menentukan atas segala sesuatu yang terjadi di alam semesta termasuk dengan

selesainya penulisan sekripsi ini. Shalawatullah wa salamuhu saya haturkan

kepada Nabi Muhammad Saw. karena berkat beliaulah saya masih bisa menikmati

adanya agama islam.

Dalam penyelesaian tulisan ini tentunya juga diisertai dengan peran serta

orang lain, seperti halnya keluarga, dosen, kerabat serta temen yang selalu

membantu baik dengan menyumbang ide dan memberikan motivasi kepada saya.

Oleh karenanya, saya mengucapkan terimakasih yang setinggi-tingginya kepada

semua pihak yang terlibat dalam penulisan skripsi ini, di antaranya:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA selaku rektor Universitas Islam Negri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Prof. Dr. Masri Mansoer, MA selaku Dekan Fakultas Ushuluddin.

3. Dr. Lilik Ummi Kaltsum, MA selaku Ketua Jurusan Ilmu al-Qur‟an dan

Tafsir. Serta Terimakasih pula kepada Dra. Banun Binaningrum, M.Pd

selaku Sekretaris Jurusan Ilmu al-Qur‟an dan Tafsir.

4. Terimakasih kepada segenap dosen serta seluruh civitas akademika yang

berada di lingkungan Fakultas Ushuluddin yang telah memberi

dukungan dengan beberapa fasilitas yang disiapkan sehingga

memudahkan penulis ketika sidang membutuhkan sesuatu.

5. Dr. Muhammad Zuhdi Zaini, M.Ag, beliau yang telah memberikan

waktu luangnya untuk bimbingan, memberikan saran dan kritikan pada

penelitian saya secara teliti demi maksimalnya penulisan skripsi ini.

Semua bimbingan yang telah beliau berikan sangat membantu bagi saya

dalam penulisan ini.

Page 7: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.

vi

6. Saya juga mengucapkan terimakasih kepada bapak Maulana, M.Ag,

selaku dosen pembimbing akademik yang juga ikut berpartisipasi

menyumbangkan ide dan saran demi kelancaran skripsi ini.

7. Bpk. Muhadi dan Ibu Kasmi serta Adik Syu‟aib Abdurrahman yang

telah memberikan support kepada saya, baik secara materi ataupun

nonmateri yang terkadang membuat saya menjadi terpacu untuk segera

menyelesaikan kuliah. Serta, merekalah yang selalu mengasuh,

mendidik dan juga selalu mendoakan dengan ikhlas dan penuh dengan

kasih sayang kepada saya.

8. Terimakasih juga kepada teman seperjuangan Prodi Tafsir Hadis

Angkatan 2012 dari kelas A sampai E . Dan kepada Arif, Riswan, Fajar,

Ali, Herman, Sukoi, Aray, Hary, Ainut dan yang tak bisa menyebutkan

satu-persatu, saya ucapkan terimakasih yang setia berkumpul menjadi

teman diskusi, ngopi, PES dan memberikan saran serta mendengarkan

keluh kesah serta kegalauan dalam pembuatan skripsi ini mulai dari

awal hingga akhir.

9. Seluruh teman-teman kelompok KKN Pitagoras 2015, Toro,Tri, Reka,

Sadam, Razi Fadhilah, Nadya, Putri, Tebo, Annisa, Indah, Anggun, dan

Dwi yang telah meledek dengan foto-foto wisuda yang ada di sosmed

ataupun di grup WA.

10. Terimaksih kepada anak-anak IKHLAS Jakarta yang telah menerima

saya dengan seadanya dan mau menjadi teman diskusi ketika kumpul-

kumpul bareng.

11. Terimakasih juga kepada anak-anak ICI yang di bawah naungan Bang

Jarwo, berkat dia dan anggotanya (Teh Lail, Arif, Dullah, Anis, Abdul,

Ikhsan, dan lainnya, saya menjadi memahami tentang organisasi dan

berbagai hal ilmu serta teman diskusi.

Page 8: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.

vii

PEDOMAN TRANSLITERASI

Transeliterasi Arab-Latin yang digunkan dalam skripsi ini berpedoman pada

buku pedoman penulisan skripsi yang terdapat dalam buku Pedoman Akademik

Program Strata 1 tahun 2013-2014 UIN Syarif Hidayatullah.

a. Padanan Aksara

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

tidak dilambangkan ا

b Be ب

t Te ت

ts te dan es ث

j je ج

h h dengan garis bawah ح

kh ka dan ha خ

d De د

dz de dan zet ذ

r Er ر

z Zet ز

s Es س

Page 9: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.

viii

sy es dan ye ش

s es dengan garis bawah ص

d de dengan garis bawah ض

t te dengan garis bawah ط

z zet dengan garis bawah ظ

„ عkoma terbalik keatas, menghadap

kekanan

gh ge dan ha غ

f Ef ف

q Ki ق

k Ka ك

l El ل

m Em م

n En ن

w We و

h Ha ه

Apostrof „ ء

Page 10: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.

ix

y ye ي

b. Voakal

Vocal dalam bahasa Arab, seperti vokal dalam bahasa Indonesia,

terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau

diftong. Untuk vokal tunggal, ketentuan alih aksarannya adalah

sebagai berikut:

Tanda Voka Arab Tanda Vokal Latin

Keterangan

A Fathah

I Kasrah

U Dammah

Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alihaksaranya adalah

sebagai berikut :

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

ي ai a dan i

و au a dan u

Vokal Panjang

Ketentuan alihaksara vokal panjang (mad), yang dalam bahasa

Arab dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu :

Page 11: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.

x

Tanda Voal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

â a dengan topi di atas ىا

î i dengan topi di atas ىي

û u dengan topi di atas ىو

Kata Sandang

Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan

dengan huruf, yaitu ال , dialihaksarakan menjadi huruf /I/, baik diikuti huruf

syamsiyah maupun huruf Qamariyyah. Contoh : al-rijȃl bukan ar-rijȃl, al-

dȋwȃn bukan ad-dȋwȃn.

Syaddah (Tasydid)

Syaddah atau tasydid yang dalam system tuisan Arab

dilambangkan dengan sebuah tanda (), dalam alihaksara ini dilambangkan

dengan huruf, yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah

itu. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda

syaddah itu terletak setelah kata sandang yang telah diikuti oleh huruf-huruf

syamsiyyah. Misalnya, kata الضرورة tidak ditulis ad-darȗrah melainkan al-

darȗrah, demikian seterusnya.

Ta Marbȗtah

Berkaitan dengan alihaksra ini, jika huruf ta marbȗtah terdapat

pada kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut di alihaksarakan menjadi

huruf /h/ (lihat contoh 1 di bawah). Hal yang sama juga berlaku jika ta

marbȗtah tersebut di ikuti kata sifat (na‟t) (lihat contoh 2). Namun jika huruf

ta marbȗtah tersebut diikuti kata benda (ism), maka huruf tersebut

dialihaksarakan menjadi huruf /t/ (lihat contoh 3).

No. Tanda Vokal Latin Keterangan

Tarîqah طريقت .1

al-Jâmi‟ah al-Islâmiyyah الجامعت اإلسالميت .2

Page 12: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.

xi

Wahdat al-wujûd وحدة الوجود .3

Huruf Kapital

Meski pun dalam sistem penulisan Arab huruf kapital tidak dikenal,

dalam alihaksara ini huruf kapital tersebut juga digunakan, dengan mengikuti

ketentuan yang berlaku dalam Ejaan Bahasa Indonesia (EBI), antara lain untuk

menuliskan permulaan kalimat, huruf awal, nama tempat, nama bulan, nama

diri, dan lain-lain. Penting diperhatikan, jika nama diri didahului oleh kata

sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal atau kata

sandangnya. (Contoh : Abu Hamid al-Ghazali bukan AbȗHȃmid Al-Ghazȃlȋ,al-

Kindi bukan Al-Kindi).

Beberapa ketentuan lain dalam EBI sebetulnya juga dapat diterapkan

dalam alihaksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring (italic)

atau cetak tebal (bold). Jika menurut EBI, judul buku itu ditulis dengan cetak

miring, maka demikian halnya dalam alihaksaranya, demikin seterusnya.

Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang berasal

dari dunia Nusantara sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan meskipun akar

katanya berasal dari bahasa Arab. Misalnya ditulis Abdussamad al-Palimbânî,

tidak „Abd al-Samad al-Palimbani; Nuruddin al-Raniri, tidak Nûr al-Dîn al-

Rânirî.

Page 13: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ........................................................................................

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ................................................... i

LEMBAR PERNYATAAN .............................................................................. ii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN ................................................................. iii

ABSTRAK ........................................................................................................ iv

KATA PENGANTAR ....................................................................................... v

PEDOMAN TRANSLITERASI .................................................................... vii

DAFTAR ISI .................................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................................. 1

B. Pembatasan Masalah ...................................................................................... 5

C. Perumusan Masalah ........................................................................................ 5

D. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ..................................................... 5

E. Kajian Pustaka................................................................................................6

F. Sistematika Penulisan ..................................................................................... 7

BAB II TINJAUANTENTANG TAKHRIJ DAN KUALITAS SANAD DAN

MATAN HADIS

A. Pengertian Khutbah ........................................................................................ 9

B. Pengertian Takhrij Hadits ............................................................................. 12

C. Biografi Periwayat Hadits ............................................................................ 25

D. Kualitas Sanad dan Matan Hadits ................................................................ 48

E. Pemahaman Hadits.......................................................................................59

BAB III METODE PENELITIAN TERHADAP JAMA‟AH MASJID

BAITURRAHMAN TENTANG BERBICARA KETIKA KHUTBAH

JUM‟AT

A. Populasi dan Sample .................................................................................... 66

B. Tempat dan waktu Penelitian ....................................................................... 67

C. Sumber Data ................................................................................................. 67

D. Teknik Pengumpulan Data............................................................................68

E. Teknik Pengolahan Data...............................................................................70

Page 14: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.

xiii

BAB IV ANALISIS PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Temuan Hasil Penelitian .............................................................................. 74

B. Analisis Data dan Uji Hipotesis…………………………………………....83

C. Pembahasan. ................................................................................................. 87

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................................... 89

B. Saran ............................................................................................................. 90

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 15: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Nabi Muhammad Saw. diutus oleh Allah SWT di muka bumi ini untuk

menyampaikan risalah-risalahNya, berupa al-Qur‟an untuk kehidupan semua

makhluk dan umatNya.1Selain beliau seorang utusan, Nabi Muhammad Saw.

juga menjadi seorang yang paling dihormati dan dijadikan suri tauladan dari

segala aspek kehidupannya. Untuk itu dibutuhkan sarana dan prasarana bagi

umatnya untuk mengetahui seluk beluk yang berkaitan dengan pribadidan

kehidupan Nabi Muhammad Saw. Sementara sarana yang paling penting untuk

mengetahui informasi yang berkenaan dengan riwayat Nabi yaitu hadits dan

sunnah.2

Secara struktural hadist merupakan sumber ajaran Islam yang kedua setelah

al-Qur‟an, Secara fungsional hadis dapat berfungsi sebagai penjelas (bayan),

sebuah narasi, biasanya sangat singkat, dan bertujuan memberikan

1 Dalam Q.S. Saba (34): 28 disebutkan bahwa “Dan Kami tidak mengutus kamu,

melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita dan pemberi

peringatan, namun kebanyakan manusia tidak mengetahuinya”. Lihat juga Q.S. al-Ahzab

(33): 21 “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik

bagimu (yaitu) bagi orang yang menghrap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat

dan dia banyak menyebut Allah”. Lihat Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan

Terjemahnya,(Surabaya surya Cipta Aksara 1993).edisi baru revisi.

2 Sunnah menurut Bahasa (lughat) sunnah bermakna jalan yang dijalani terpuji,

atau tidak. Sesuatu yang sudah dibiasakan, dinamai Sunnah, walaupun tidak baik. Lihat

Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis (Semarang : PT

Pustaka Rizki Putra, 2005), h. 5.

Page 16: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.

2

informasitentang apa yang dikatakan Nabi, dilakukan, disetujui atau tidak

disetujui oleh beliau yang terkodifikasikan jauh setelah Rasulullah Saw. wafat.3

Dalam kaitannya dengan sumber hukum Islam, terdapat perbedaan yang

sangat besar antara al-Qur‟an dengan hadist Nabi Saw. al-Qur‟an diyakini

sepenuhnya oleh muslim, tanpa terkecuali, sebagai wahyu Allah yang telah

tertulis sejak Rasulullah Saw. masih hidup. Sampai kepada kita dengan proses

periwayatan yang berlangsung secara Mutawatir,4 oleh karena itu ia bersifat

qath‟i al-wurud, serta dijaga keotentitasannya oleh Allah SWT dan secara

kuantitas sedikit lebih banyak di bandingkan dengan hadits.

Dilihat dari periwayatannya, hadist Nabi Saw berbeda dengan al-Qur‟an.

Adapun hadist, proses periwayatan yang lebih banyak berlangsung secara Ahad

dan sedikit yang berlangsung secara Mutawatir, dengan memiliki petunjuk ada

yang Qat‟idan ada yang Zhanni, baik wurud-nya atau dalalah-nya, sehingga

betapa pun sahihnya suatu hadits hanya sampai pada tingkatan “diduga kuat”. Jadi

selain al-Qur‟an sebagai ajaran Islam yang benar, dibutuhkan juga petunjuk Nabi

Muhammad Saw, untuk memperjelas terhadap ayat-ayat yang mujmal maupun

yang global.

3 Menurut catatan para pakar hadis, hadis mulai tercatat dan terbukakan secara

resmi sekitar abad II H, yaitu pada masa Dinasti Bani Umayah oleh Khlifah Umar ibn

Abd al-Aziz yang memberikan intruksi kepada Abu Shihab az-Zuhri dan Abu Bakar bin

Hazm untuk mengumpulkan dan mencatat hadis yang tersebar dan tercecer dalam

hafalan para ahli dan penghafal hadis. 4Mutawatir secara bahasa berarti tatabu‟ (berurut), sedang dalam terminology

ulumu al-hadis adalah berita yang diriwayatkan oleh banyak orang pada setiap tingkat

periwayat, mulai dari tingkat sahabat sampai pada mukharrij.Yang menurut ukuran rasio

dan kebiasaan, mustahil para periwayat yang jumlahnya banyak tersebut bersepakat untuk

berdusta. Subhi al-Salih, Ulum Al-Hadis wa Mustalahuhu (Beirut: Dar al-„Ilm li al-

Malayan, 1977), h. 146.

Page 17: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.

3

Untuk memahami suatu hadits diperlukan seperangkat instrument seperti :

pengetahuan bahasa, informasi tentang situasi yang berkaitan dengan munculnya

sebuah hadits, serta setting sosial budaya pada masa itu. Pemahaman yang cermat

pada suatu hadits dapat berupa sikap kritis sampai dengan penolakan akan

keotentikan sebuah hadits setelah semua perangkat pemahaman diterapkan.5

Memahami teks hadits merupakan suatu persoalan yang urgen untuk didepankan.

Persoalan ini terkadang menjadi semakin kompleks karena tergantung kepada

keberadaan hadits itu sendiri dalam banyak aspeknya, berbeda dengan al-Qur‟an

yang pengkodifikasinya relatif dekat dengan masa hidup Nabi Saw.6

Selain itu banyak dalil al-Qur‟an yang memerintahkan kepada orang-orang

yang beriman, untuk patuh serta mengikuti petunjuk Nabi Saw.salah satunya

dalam surat An-Nisa ayat 59 :

رمنأكمأ وأول الرسول وأطيعوا اللو ياأي هاالذينآمنواأطيعوا مأ ء ف زعأتمأ ت ن فإنأ الأ شيأ

خر والأي وأم باللو ت ؤأمنون كنأتمأ إنأ والرسول اللو إل ف ردوه لك الأ ر ذ سن خي أ تأأويل وأحأ

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul

(Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu

berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalilah ia kepada

Allah (al-Qur‟an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar

beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih

utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”7

5Muh. Zuhri, Telaah Matan Hadis Sebuah Tawaran Metodologi (Yogyakarta :

Lesfi, 2003), h. 41.

6 Fazlurrahman Dkk, Wacana Studi Hadis Kontemporer ( Yogyakarta: PT Tiara

Wacana, 2002), h. 137.

7Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya,(Surabaya surya Cipta

Aksara 1993). Juz. 20, h. 128.

Page 18: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.

4

Dalam beberapa kitab terdapat hadits yang sangat masyhur dikalangan

Muhaddisiin, di antaranya adalah hadits yang menerangkan tentang larangan

berbicara ketika khatib khutbah jum‟at. Adapun teks hadist tersebut adalah

sebagai berikut :

: إذا ق لأت ال صلى اهلل عليو وسلمأ ق اهلل أن رسول :ال ق و نأ ي اهلل ع ض ر ة ير ر ى ب أ نأ ع

معة أنأصتأ . واإلمام يأطب ف قدأ لغوأت لصاحبك ي وأم الأ

Artinya: Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, bahwa sesungguhnya

Rasulullah Saw bersabda :“ Apabila kamu berkata kepada

temanmu dengan perkataan “diamlah” padahal imam (khatib)

sedang berkhutbah, maka sungguh sia sialah (shalat jum‟atmu)”.8

Dalam teks hadits tersebut, terdapat kata Qulta ( قلت ) yang berarti “ Kamu

berkata “ Untuk memahami kata Qulta ( قلت ) itu terdapat beberapa pemahaman,

antara lain kata yang di ucapkan secara langsung dan kata yang disampaikan

melalui isyarat. Di sisi lain, terdapat pula pemahaman, apakah kata yang di

ucapkan itu, mengganggu perhatian terhadap khatib yang sedang berkhutbah atau

tidak. Hal inilah yang menarik untuk diteliti sehingga hadits tersebut dapat

dipahami secara benar, disamping itu, banyak sekarang kita jumpai seorang anak-

anak, remaja ataupun orang dewasa berbicara di masjid-masjid ketika khotib

sedang berkhutbah.Mungkin karena mereka sebagian ada yang belum mengerti

tentang hadits larangan berbicara ketika khutbah jum‟at.

8 Imam Abu Abdillah ibn Ismail ibn al Mughirar Bukhari, Sahih Bukhari, (Beirut :

Dar al Islamiyah, 1992), h. 253.

Page 19: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.

5

Memperhatikan permasalahan diatas, penulis tertarik untuk melakukan

penilitian dengan judul“PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID

BAITURRAHMAN DESA GABUS KABUPATEN PATI TENTANG

HADITS LARANGANAN BERBICARA KETIKA KHUTBAH JUM‟AT

“.Mencermati latar belakang tersebut, maka penulis menilai bahwa penelitian

dengan studi kasus ini layak untuk dilakukan.

B. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka

penulis membatasinya hanya pada hadits yang berkaitan dengan Larangan

berbicara saat Khutbah Jum‟ah. Selain hadits tersebut penulis tidak akan

membahasnya.

C. Perumusan Masalah

Kemudian merumuskan permasalahan yang menjadi pokok-pokok rumusan

masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana kualitas sanad dan matan hadits tentang larangan berbicara saat

khutbah jum‟at?

2. Sejauhmana pemahaman jama‟ah masjid Baiturrahman Gabus memahami

hadits tentang larangan berbicara saat khutbah jum‟at?

D. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian skripsi ini adalah :

1. Untuk mengetahui sejauhmana pemahan jama‟ah Masjid Baiturrahan Desa

Gabus Kecamatan Gabus Kabupaten Pati tentang hadits larangan berbicara saat

khutbah jum‟at.

Page 20: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.

6

2. Untuk memenuhi kewajiban dalam tugas akademik yang merupakan syarat

kewajiban bagi setiap mahasiswa dalam rangka menyelesaikan studi tingkat akhir

program Strata Satu (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta, pada fakultas Ushuluddin jurusan Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir dengan

mendapatkan gelar Sarjana Agama (S.Ag).

Adapun Manfaat Peneltian skripsi ini adalah :

1. Mengetahui hadits tentang larangan berbicara saat khutbah jum‟at itu

sahih lighairihi.

2. Memahami pentingnya diam saat khotib sedang berkhutbah sehingga

mendapatkan pahala kesempurnaan sholat jum‟at.

E. Kajian Pustaka

Sepanjang penelusuran yang dilakukaka penulis, beberapa penelitian

sejenis yang telah membahas tentang hubungan larangan berbicara saat

khutbah jum‟at ada antara lain:

1. Binti Muflihah,9 Mahasiswa Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin

Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru, 2009,

menjelaskan tentang Studi tentang Hadis Larangan Berbicara Ketika

Khatib Sedang Berkhutbah. Penelitian ini lebih fokus untuk membahas

takhrij hadits, kualitas sanad dan matan hadits saja, dengan metode

studi pustaka.

9Binti Muflihah, Studi tentang Hadis Larangan Berbicara Ketika Khatib sedang

Berkhutbah” (Skripsi Fakultas Ushuluddin UIN SUSKA Riau Pekanbaru, 2009)

Page 21: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.

7

2. Rieka Ari Wibowo,10

Mahasiswa Fakultas Ilmu Syari‟ah dan Hukum

Universitas Islam Nahdlatul Ulama (UNISNU) Jepara, 2015,

menjelaskan tentang Larangan Berbicara Pada Waktu Khutbah

Jum‟at dan Implikasinya Terhadap Keabsahan Shalat. Penelitian ini

difokuskan untuk membahas hukum orang berabicara pada waktu

khutbah serta implikasinya tehadap shalat di hari jum‟at.

Perbedaan penelitian yang dilakukan penulis dengan penelitian di atas

berada pada ranah metodologi dan lebih mementingkan pemahaman hadits

terhadap jama‟ah masjid Baiturrahman Desa Gabus Kabupaten Pati.

F. Sistematika Penulisan

Merujuk pada apa yang dipaparkan diatas serta metode yang digunakan

dalam penelitian untuk memudahkan penulisan skripsi ini, maka penulis membagi

pembahasan ini menjadi lima bab pada setiap sub bab sebagai penjelasannya.

Adapun sistematika penulisannya sebagai berikut :

Bab pertama, berisikan pendahuluan dan berfungsi sebagai bahan acuan

pembahasan-pebahasan bab-bab selanjutnya, sekaligus mencerminkan isi skripsi

ini secara global. Pada bab ini terdapat latar belakang masalah, batasan masalah,

rumusan masalah,tujuan penelitian dan manfaat penelitian, kajian pustaka,dan

sistematika penulisan.

10Rieka Ari Wibowo, “Larangan Berbicara Pada Waktu Khutbah Jum‟at dan

Implikasinya Terhadap Keabsahan Shalat”,(Skripsi Fakultas Ilmu Syari‟ah dan Hukum

UNISNU Jepara, 2015).

Page 22: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.

8

Bab kedua, mengenai tinjauan tentang takhrij hadits dan kualitas sanad dan

matan. Pada bab ini terdapat pengertian khutbah, pengertian takhrij hadits,biografi

periwayatan hadits, kualitas sanad dan matan hadits, dan pemahaman hadits.

Bab ketiga, dalam bab ini membahas seputar metode penelitian terhadap

jam‟ah masjid Baiturrahman tentang hadits berbicara saat khutbah jum‟at. Pada

bab ini terdapat populasi dan sampel, tempat dan waktu, sumber data, teknik

pengumpulan data, dan teknik pengolahan data.

Bab keempat, analisis penelitian dan pembahasan. Pada bab ini terdapat

temuan hasil penelitian dan pembahasan.

Bab kelima, penutup yakni merupakan kesimpulan dan saran dari penulis.

Page 23: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.

9

BAB II

TINJAUAN TENTANG TAKHRIJ DAN KUALITAS SANAD DAN

MATAN HADITS

A. Pengertian Khutbah

Khutbah adalah pidato, terutama yang menguraikan tentang ajaran

agama. Atau penyampaian pesan-pesan keagamaan berdasarkan ajaran

islam di depan jam‟ah.11

Khutbah sama halnya dengan berpidato akan

tetapi yang membedakan adalah isi pesan yang disampaikan. Khutbah

lebih cenderung berisi pesan-pesan bertemakan dengan agama.

Sedangkan berpidato lebih cenderung berisi pesan-pesan yang bersifat

umum. Khutbah jum‟at merupakan salah satu metode dakwah bi al-lisan

yaitu dakwah yang dilaksanakan melalui lisan, yang dilakukan antara lain

dengan ceramah-ceramah, khutbah, diskusi dan lain-lain. Metode ini

sudah cukup banyak dilakukan oleh para juru dakwah di tengah-tengah

masyarakat.12

Khutbah jum‟at ialah perkataan yang mengandung mau‟izah dan

tuntunan ibadah yang di ucapkan oleh khatib dengan syarat yang telah di

tentukan syara‟ dan menjadi rukun untuk memberikan pengertian para

hadirin, menurut rukun dari shalat jum‟at.13

Dalam khutbah jum‟at ini

11Bambang S. Ma‟arif, Komunikasi Dakwah Paradigma Untuk Aksi, (Bandung:

Simbiosa Rekatama Media, 2010), h. 150

12Samsul Munir, Ilmu Dakwah, (Jakarta: azam, 2009), h. 11

13H. Moh. Rifa‟i, Ilmu Fiqih Islam Lengkap, (Semarang: PT. Karya Toha Putra,

1978) h. 185.

Page 24: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.

10

khatib menjelaskan secara jelas tentang apa yang hendak dibacakan dalam

isi khutbahnya, untuk itu seorang khatib harus pandai dan mampu

menguasai materi yang akan disampaikan dengan bahasa yang mudah

dimengerti oleh jam‟ah (pendengar).

Khutbah jum‟at terbagi menjadi dua yang antara kedua diadakan

waktu istirahat yang pendek dan khutbah ini dilakukan sebelum shalat.14

Khutbah berfungsi untuk memberikan pelajaran dan nasihat kepada kaum

muslimin, dan yang mendengar diperintahkan supaya tenang

(mendengarkan dan memperhatikan isi khutbah).15

Khutbah jum‟at merupakan sebuah komponen yang penting dalam

pelaksanaan shalat jum‟at, sehingga bagi siapapun yang melaksanakan

ritual mingguan ini seharusnya mengerti apa yang dimaksud dengan

khutbah jum‟at, terutama seorang yang mendapat tugas khutbah atau

khotib. Dengan mengetahui maksud dari sebuah ibadah, maka akan

meningkatkan ke khusyu‟an kita disaat beribadah. Oleh karena itu,

seorang khatib harus mampu memberikan informasi yang benar dan

akurat serta up to date agar dapat mencapai tujuan persuasifnya, yaitu

mempengaruhi setiap orang yang mendengarkan sehingga dapat

membangkitkan kesadarannya untuk menerima dan melakukan dari apa

14H. Moh. Rifa‟i, Ilmu Fiqih Islam Lengkap, (Semarang: PT. Karya Toha Putra,

1978) h. 185.

15Rasjid H. Sulaiman, dan kawan-kawan, fiqih Ialam,(Bandung: CV. Sinar Baru,

1992) h. 124

Page 25: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.

11

yang ia dengar.16

Sebagaimana firman Allah Swt. dalam surat al-Jumu‟ah

ayat 9:

ر اللو وذروا الأب يأع ذلكمأ يا أي ها الذين آمنوا إذا نودي للصلة عوأا إل ذكأ معة فاسأ من ي وأم الأ

ر لكمأ إن كنتمأ ت عألمون خي أ

Artinya :“Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan

shalat jum‟at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah

dan tinggallah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika

kamu mengetahui.17

Jum‟at merupakan sayyid al ayyam atau penghulu hari, jum‟at

memiliki keutamaan luar biasa. Oleh karena itu, ibadah shalat jum‟at

merupakan sesuatu keistimewaan tersendiri diantara ibadah lainnya,

terlebih setelah adzan kedua jum‟at. Dengan mempertimbangkan

sakralitas itu, kita dianjurkan untuk menjaga suasana khidmat ibadah

jum‟at mulai adzan pertama hingga shalat dua rakaat jum‟at selesai.

Dalam konteks khutbah jum‟atkita di anjurkan untuk berdiam ketika

khotib berada di mimbar. Masalah ini disebutkan antara lain oleh Syekh

Abdullah Bafadhal Al-Hadhrami Beirut ini:

أ ف ات ص نأ إل ا ه يأ غ ل ر كأ الذ ن وأ د م ل ك الأ ك رأ ت ب و ع ا م لس ل ر كأ الذ و م ل ك الأ ك رأ ت ب ة ب طأ ا

16 Moh. Ali Azizi, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2009) cet. 2. h. 20

17 Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya,(Surabaya surya Cipta

Aksara 1993). Juz. 20, h. 933.

Page 26: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.

12

Artinya :“(Dianjurkan untuk) diam ketika khutbah jum‟at berlangsung

dengan menahan diri dari berbicara dan berdzikir bagi orang

yang mendengar khutbah. Sementara mereka yang tidak

mendengar khutbah dianjurkan untuk menahan diri dari bicara,

tetapi tidak untuk zikir.”18

Syekh Abdullah Bafadhal dalam mensyarahkan Al-Muqaddimah

Al-Hadhramiyya membagi dua macam jama‟ah jum‟at.Pertama, orang

yang memungkinkan untuk mendengar apa yang disampaikan khotib.

Kedua, orang yang tidak dimungkinkan untuk mendengar khotbah.

B. Pengertian Takhrij Hadits

1. Takhrij Hadits

Secara bahasa pengertian takhrij berasal dari kata kharaja, khuruja

yang artinya berarti keluar atau muncul.19

Menurut Mahmud At-

Thahhan, takhrij adalah berkumpulnya dua persoalan yang bertentangan

dalam satu hal.20

Disamping itu, takhrij hadits dari segi bahasa juga mengandung arti

mengeluarkan dari sumbernya ( ظ ب ن ت س اإل ), bisa berarti latihan ( يب ر د ت ال ), dan

18 Syekh Abdullah Bafadhal Al-Hadrami, Al-Muqaddimah Al-Hadhramiyyah,

(Beirut: Darul Fikr,2012 M/1433-1434 H), juz II, h. 336

19Akhmad Waritsun al Munawwir, Kamus Arab-Indonesia Terlengkap,

(Yogyakarta: Pustaka Progessif, 1997), h. 330.

20Mahmud al Thahhan, Metode Takhrij dan Penelitian Sanad Hadis (terj),

(Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1995), h. 1

Page 27: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.

13

menerangkan, menjelaskan duduk persoalan ( يح ج و الت ). Sedangkan

pengertian takhrij menurut istilah adalah :

“menunjukkan tempat hadits pada sumber-sumber aslinya, dimana hadits

tersebut telah meriwayatkan lengkap dengan sanadnya, kemudian

menjelaskan derajatnya jika di perlukan”.21

Definisi takhrij menurut ulama hadis mempunyai banyak arti

diantaranya adalah :

a. Mengemukakan hadis kepada orang banyak dengan menyebutkan

para periwayatnya dalam sanad yang telah menyampaikan hadits

itu dengan metode periwayatan yang mereka tempuh. Artinya

bahwa para mukharrij melakukan suatu kegiatan pengumpulan

dan penghimpunan hadits Nabi kedalam kitab hadits yang mereka

susun. Seperti Sahih Bukhari, Sahih Muslim, Sunan Tirmizi, dan

lain-lain.

b. Ulama hadis mengemukakan berbagai hadits yang telah

dikemukakan oleh gurunya atau berbagai kitab atau lainnya yang

susunannya dikemukakan berdasarkan riwayatnya sendiri atau

para gurunya dengan mengemukakan periwayat dan penyusun

kitab yang dijadikan sumber pengambilan seperti Imam Al –

Baihaqi yang telah banyak mengambil hadits dari kitab As-

21Mahmud al Thahhan, Metode Takhrij dan Penelitian Sanad Hadis (terj),

(Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1995), h. 1

Page 28: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.

14

Sunnah yang disusun oleh Abu Hasan Al- Bisri As- Saffar, lalu

Al-Baihaqi mengemukakan sanadnya sendiri.

c. Menunjukkan asal-usul hadits dan mengemukakan sumber

pengambilannya dari berbagai kitab hadis yang disusun oleh para

mukharrijnya langsung, misalnya kitab Bulugh Al-Maram karya

Ibn Hajar Al-Atsqalani.

d. Takhrij hadits yang dilakukan oleh muhadisin dengan

mengemukakan hadis berdasarkan sumbernya, yakni kitab-kitab

hadis dengan menyertakan metode periwayatan dan sanadnya

masing-masing serta diterangkan keadaan para periwayatnya dan

kualitas haditsnya.

e. Menunjukkan atau mengemukakan letak usul hadits pada sumber

aslinya yaitu berbagai kitab yang didalamnya dikemukakan hadits

itu secara lengkap dengan sanadnya masing-masing yang

bersangkutan.22

Dari pengertian takhrij hadits di atas, definisi yang paling popular

dikalangan para ulama hadits adalah sebagaimana yang terdapat dalam

poin yang kelima.

Tujuan takhrij hadits adalah untuk menunjukkan hadis-hadis dan

menerangkan ditolak atau diterimanya hadis-hadis tersebut. Tidak di

ragukan lagi bahwa, mengetahui disiplin ilmu takhrij sangat penting bagi

22Muhammad Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi, (Jakarta: Bulan

Bintang, 1992), h. 41-42

Page 29: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.

15

orang yang berkecimpung dalam kajian ilmu-ilmu syar‟i mempelajari

kaedah-kaedah dan metodenya, dengan hal tersebut diharapkan agar

seseorang yang menggeluti bidang tersebut mengetahui bagaimana ia

sampaikan kepada hadis tersebut pada sumber-sumbernya yang asli.

Manfaat takhrij amatlah besar, terutama bagi mereka yang bergelut di

bidang hadis dan ilmu hadis. Sebab dengan perantara ilmu takhrij

seseorang akan mendapatkan petunjuk dari hadis yang disusun oleh para

tokoh atau imam hadits.

Berdasarkan penelusuran pada kitab Mu‟jam al Mufahras li Alfaz al

Hadits an Nabawi, maka diperoleh informasi bahwa hadits tentang

larangan berbicara saat khutbah jum‟at di riwayatkan oleh beberapa orang

mukharrij diantaranya yaitu Imam Bukhari, Imam Muslim, Abu Daud,

Imam Turmudzi, Imam Anas bin malik dan Ahmad bin Hanbal.

Adapun lafaz-lafaz riwayat yang di maksut adalah sebagai berikut :

1. Hadis Riwayat Bukhari

د يأ ع س ن ر ب خأ : ا ال ق اب ه ش ن ابأ ن ع ل يأ ق ع نأ ع ث يأ ل ا الأ ن ث د : ح ال ق يأ ك ب بن ي ا يأ ن ث د ح

اأ ة ع مأ الأ م وأ ي ك ب ا ح ص ل ت لأ ا ق ذ : ا م ل س و و يأ ل ع اهلل ول س ر ن ا ه ر ب خأ ا ة ر ي أ ر ا ى ب ا نأ ا ب ي س ل

23.ت وأ غ ل دأ ق ف ب ط يأ ام م اإلأ و ت ص نأ ا

Urutan nama periwayat hadis Bukhori adalah :

23 Imam Abu Abdillah ibn Ismail ibn al Mughirah Bukhari, Sahih Bukhari, Beirut,

Dar al Islamiyah, 1992, h.253

Page 30: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.

16

Abu Hurairah (periwayat I), Said ibn al Musayyab (periwayat II), Ibn Syihab

(periwayat III), Uqail (periwayat IV) Lais (periwayat V), Yahya bin Bukairi

(periwayat VI), dan Bukhari sebagai mukharrij.

Untuk lebih jelasnya bias di lihat dari skema sebagai berikut :

Skema Sanad Hadis

رسول ص.م

سعد بن المسب

ابو هررة

اللث

عقل

ابن شهاب

Page 31: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.

17

2. Hadis Riwayat Muslim

نأ ع ث يأ ا الل ن ر ب خأ ا ح مأ ر ن بأ : ا ال ق ر اج خ م الأ ن بأ ح مأ ر ن بأ د م م و د يأ ع س ن بأ بة يأ ت ا ق ن ث د ح

ى ل ص اهلل ل وأ س ر ن ا ه ر ب خأ ا ة ر ي أ ر اى ب ا نأ ا بأ ي س م الأ ن بأ د يأ ع س ن ر ب خأ ا اب ه ش ن بأ ا نأ ع ل يأ ق ع

دأ ق ف ب ط يأ ام م الأ و ة ع مأ الأ م وأ ي ت ص نأ ا ك ب ا ح ص ل ت لأ ا ق ذ : ا ال ق م ل س و و يأ ل ع اهلل

24.ت وأ غ ل

Adapun urutan nama periwayat hadis pada jalur Muslim

adalah:

Abu Hurairah (periwayat I), Said bin al Musyayyab (periwayat II), Ibn

Syihab (periwayat III), Uqail (periwayat IV), Lais (periwayat V),

Muhammad bin Rumhin bin al Muhajir (periwayat VI), Qutaibah bin Said

(periwayat VII), dan Muslim sebagai muharrij.

24 Abu al Husein Muslim Ibn al Hujjaj al Qusairi, Sahih Muslim, (Kairo: Dar al

Hadits, 1992), h.582

بخاري

ح بن بكر

Page 32: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.

18

Untuk lebih jelasnya urutan sanad hadits riwayat Muslim dapat dilihat

pada skema sanad berikut :

Skema Sanad Hadis

محمد بن رمح بن المها جر

اللث بن سعد

عقل

ابن شهاب

سعد بن المسب

ابو هررة

رسول ص.م

قتبة بن سعد

Page 33: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.

19

3. Hadis Riwayat Daud

ى ل ص اهلل ل و س ر ن ا ة ر ي أ ر ى بأ ا نأ ع د يأ ع س نأ ع اب ه ش ن بأ ا نأ ع ك ال م نأ ع ب ن عأ ق ا الأ ن ث د ح

25.ت وأ غ ل دأ ق ف ب ط يأ ام م إل اأ و تأ ص نأ ا ت لأ ا ق ذ : ا ال ق م ل س و و يأ ل ع اهلل

Adapun urutan nama periwayat hadis dalam jalur Abu Daud

adalah : Abu Hurairah (periwayat I), Said al Musayyab (periwayat II), Ibn Syihab

(Periwayat III), Malik bin Anas (periwayat IV), Al Qa‟nabi (periwayat V), dan

Abu Daud sebagai mukharrij.

Untuk lebih jelasnya bisa di lihat dari skema sanad berikut :

Skema Sanad Hadis

25 Abu Daud Sulaiman ibn al Asy‟ats as Sijistany, Sunnah Abu Daud, juz I,

(Beirut: Dar al Fikr, 1996), h. 415

مسلم

رسول ص.م

Page 34: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.

20

ابو داود

القعنب

مالك

ابن شهاب

سعد بن المسب

ابو هررة

Page 35: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.

21

4. Hadis Riwayat Turmuzi

نأ ع ب ي س م الأ ن بأ د يأ ع س نأ ع يأ ر ىأ الز نأ ع ل يأ ق ع نأ ع د يأ ع س ن بأ ث يأ ل ا الأ ن ر ب خأ ا ة ب يأ ت ا ق ن ث د ح

دأ ق ف ت ص نأ ا ب ط يأ ام م اإلأ و ة ع مأ الأ م وأ ي ال ق نأ : م ال ق م ل س و و يأ ل ع اهلل ل وأ س ر ن ا ة ر ي أ ر ى بأ ا

26.اغ ل

Urutan nama periwayat hadits riwayat Turmuzi adalah : Abu Hurairah

(periwayat I), Said bin al Musayyab (periwayat II), Az Zuhri (periwayat III),

Uqail (periwayat IV), Lais bin Said (periwayat V), Qutaibah (periwayat VI), dan

Turmuzi sebagai mukharrij.

Untuk lebih jelasnya urutan sanad hadits dari jalur Turmuzi dapat dilihat

dari skema berikut :

Skema Sanad Hadis

26 Abu Isa Muhammad ibn Saurah ibn Musa bin Dahlar al Sulamy al Turmuzi,

Sunan at Turmuzi, Beirut, Dar al Fik, 1998, h.313

رسول ص.م

سعد بن المسب

اب هررة

Page 36: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.

22

5. Hadis Riwayat Muatta‟ Imam Malik

ى اهلل ل ص اهلل ول س ر ن ا ة ر ي أ ر ى ب ا نأ ع ج ر عأ ال نأ ع اد ن ز الب ا نأ ع ك ال م نأ ع ي يأ ن ث د ح

27.ت وأ غ ل دأ ق ف ة ع مأ الأ م وأ ي ب ط يأ ام م إل اأ و ت ص نأ ا ك ب ا ح ص ل ت لأ ا ق ذ : إ ال ق مأ ل س و و يأ ل ع

27 Malik bin Anas, al Muatta‟,Juz I, (Beirut: Dar al Kutub Ilmiah, th), h. 103.

التر مزي

عقل

اللث بن سعد

قتبة

الزهري

Page 37: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.

23

Urutan nama periwayat hadits riwayat Imam Malik adalah : Abi Hurairah

(periwayat I), Al A‟raj (periwayat II), Abi Al Zinad (periwayat III), Malik

(periwayat IV), Yahya (periwayat V).

Untuk lebih jelasnya urutan sanad di atas dapat dilihat melalui skema berikut:

Skema Sanad Hadits

حى

مالك

اب الز ناد

األ عرج

اب هررة

رسول ص.م

Page 38: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.

24

6. Hadits Riwayat Ahmad bin Hambal

ب ن ل ت عأ : س ال ق ة ر ي أ ر ى بأ ا نأ ع ا ب ه ش ن بأ ا ا ن ث اق ز الر د بأ ع ا ثن ب ا ن ث د ح اهلل د بأ ا ع ن ث د ح

28.ت وأ غ ل دأ ق ف ت ص نأ ا ب ط يأ ام م إل أأ و ك ب ا ح ص ل ت لأ ا ق ذ : ا ول ق ي م ل س و و يأ ل ع ى اهلل ل ص

Urutan periwayat hadits, riwayat Ahmad bin Hanbal adalah: Abu Hurairah

(periwayat I), Ibn Al Musayyab (periwayat II), Ibn Syihab (periwayat III), Malik

(periwayat IV), Ibn Juraij (periwayat V), Abdul Razzaq (periwayat VI), Ahmad

bin Hambal sebagai mukharrij.

Untuk lebih jelasnya urutan sanad diatas dapat dilihat dari skema berikut:

Skema Sanad Hadits

28 Abu Abdilah Ahmad Ibn Hambal, Musnad Ahmad bin Hanbal, Juz VII, (Beirut,

Dar al Fikr, th), h. 465.

المواطأ

رسول ص.م

سعد بن المسب

اب هررة

Page 39: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.

25

C. Biografi Periwayat Hadits

1. Hadis Riwayat Bukhari

Periwayat pertama adalah Abu Hurairah, nama aslinya adalah

Abdurrahman ibn Sakr ibn ad Dausi at Tamimy, beliau lahir pada tahun

21 SH dan wafat pada tahun 59 H. beliau meriwayatkan hadits dari Nabi

sendiri dengan menggunakan lafaz Anna akhbarohu. Dan Abu Hurairah

juga berguru dari para sahabat diantaranya yakni Abu Bakar, Umar,

ابن خرج مالك

ابن شهاب

احمد بن حمبل

عبد الرزاق

Page 40: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.

26

Fadhil bin Abbas bin Abdul Muthalib, Usamah bin Said, Aisyah dan lain-

lain.

Sedangkan murid-murid yang meriwayatkan hadits dari beliau

antara lain Ibnu Abbas, Ibnu Umar, Anas, Watsilah, Jabir, Al-A‟raj,

Marwan bin Hakim, Said bin Al-Musayyab, Malik bin Amir dan lain-

lain.29

Para Ulama menilai Abu Hurairah sebagai seorang yang tsiqah,

Abu Hurairah tidak diragukan lagi selain beliau penghafal hadits juga

sahabat yang paling dekat dengan Rasulullah Saw. dan dia merupakan

sahabat yang paling banyak neriwayatkan hadis di bandingkan dengan

sahabat lainnya. Menurut As- Syafi‟i “ Abu Hurairah adalah orang yang

paling banyak menghafal hadits pada masanya” para Ulama kritikus

hadits tidak ada yang mencela kepribadian Abu Hurairah sebagai

periwayat hadits dari Rasulullah Saw.

Periwayat kedua, adalah Said al Musayyab, yang meriwayatkan

hadis dari Abu Hurairah dengan menggunakan lafaz anna. Nama aslinya

adalah Said bin al Musayyab bin Hasan bin Abi Wahab bin Amru bin

A‟iz bin Imran bin Makhsum al Quraisyiyyi, al-Makhsumi. Dia dilahirkan

dua tahun sebelum Umar menjadi khalifah. Beliau wafat pada tahun 94 H.

29 Syihab al Din Ahmad ibn Ali ibn Hajar al Asqalani, Tahzib al Tahzib, (Beirut:

Dar al Fikr, 1984), h. 227-239

Page 41: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.

27

Ada juga yang berpendapat beliau wafat pada tahun 93 H.30

Guru-guru

beliau adalah Abu Bakar, Umar, Usman, Ali, Said bin Abi Waqas, Ibn

Abbas, Abu Hurairah, Aisyah dan lain-lain.

Sedangkan murid-muridnya diantaranya adalah : Anaknya

Muhammad, Salim bin Abdullah bin Umar, Az-Zuhri, Qatadah dan lain-

lain.31

Tentang kualitas kepribadiannya para ulama menilai bahwa beliau

adalah seorang yang tsiqah,menerut Ibnu Main Said, ibnu al Musayyab

adalah seorang yang berstatus tsiqah, menurut Al „Ajali, Ibnu Said, Ibnu

Hibban bahwasanya Said Al Musayyab adalah orang yang berstatus

tsiqah. Menurut ulama ahli hadits mereka telah sepakat memasukkan Said

Al Musayyab sebagai salah seorang Ashahhu al Marasil (riwayat yang

berkesinambungan).32

Periwayat ketiga, adalah Ibnu Syihab, yang meriwayatkan hadits

dari Said Musayyab dengan menggunakan lafaz akhbarani. Nama aslinya

adalah Muhammad bin Muslim bin Ubaidillah bin Abdullah bin Syihab

bin Abdullah ibn al Haris bin Zuhrah bin Kilab bin Murrah al Quraisy al

Zuhri al Faqih. Ibn Syihab tinggal di Ailah, sebuah desa antara Hijaz dan

30 Syihab al Din Ahmad ibn Ali ibn Hajar al Asqalani, Tahzib al Tahzib, (Beirut:

Dar al Fikr, 1984), h.77

31 Syihab al Din Ahmad ibn Ali ibn Hajar al Asqalani, Tahzib al Tahzib, (Beirut:

Dar al Fikr, 1984), h. 76.

32 Syihab al Din Ahmad ibn Ali ibn Hajar al Asqalani, Tahzib al Tahzib, (Beirut:

Dar al Fikr, 1984), h.76-77.

Page 42: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.

28

Syam.33

Beliau wafat tahun 123 H ada yang mengatakan ia meninggal

pada tahun 125 H.

Dalam meriwayatkan hadits beliau pernah berguru diantaranya

adalah Abdullah bin Umar bin Khattab, Abdullah bin Ja‟far, Said Al

Musayyab, Sulaiman bin Yasar dan lain-lain. Sedangkan murid-muridnya

diantaranya adalah Atha‟ bin Abi Rabah, Abu Zubair al Makky, Umar bin

Abdul Aziz, Malik, Uqail, Sy‟aib bin Abi Hamzah, ibn Juraij, Laist,

Ziyad bin Said dan lain-lain.

Para ulama menilai Az Zauhri sebagai seorang yang tsiqah, ibn

Said berkata Az Zuhri adalah orang yang tsiqah, banyak hadits ndan ilmu

riwayah, amar bin Dinar berkata “aku tidak melihat ada orang

pengetahuannya terhadapa hadits melebihi Az Zuhri” para ulama kritikus

hadits tidak ada yang mencela kepribadiannya sebagai seorang periwayat

hadits.

Periwayat keempat, adalah Uqail. Yang meriwayatkan hadits Ibnu

Syihab dengan menggunakan kata lafaz „an. Nama aslinya adalah Uqail

Ibnu Khalid bin Aqil al Aily Abu Khalid al Umawi Maulana Usman.

Beliau wafat di Mesir tahun 141 H, sedangkan menurut Aziz bin Al Aily

beliau wafat tahun 142 H.34

Dalam meriwayatkan hadits beliau berguru

diantaranya adalah ayahnya, paman Ziyad, Nafi‟ Maula bin Umar, al

33 Syihab al Din Ahmad ibn Ali ibn Hajar al Asqalani, Tahzib al Tahzib, (Beirut:

Dar al Fikr, 1984), h.385.

34 Syihab al Din Ahmad ibn Ali ibn Hajar al Asqalani, Tahzib al Tahzib, (Beirut:

Dar al Fikr, 1984), h. 222.

Page 43: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.

29

Hasan, Said bin Abi Said al Hudri, Salman bin Kahlil, al Zuhri dan lain-

lain. Sedangkan diantara murid-murid yang menerima hadits dari beliau

adalah anaknya Ibrahim, anak saudaranya Salmah bin Ruh, Mufdhal bin

Fadholah, Laist bin Sa‟ad, Jabir bin Ismail, Said bin Abi Ayyub, dan lain-

lain.

Para ulama kritikus hadits menilai Uqail sebagai seorang yang

berstatus tsiqah, menurut Ahmad, Muhammad bin Sa‟ad dan Nasa‟i

beliau adalah seorang berstatus tsiqah. Ishaq bin Ruhyah berkata bahwa

Uqail adalah seorang yang hafiz. Abu Zahrah berkata bahwa beliau adalah

orang yang benar-benar berstatus tsiqah. Ibnu Muin berkata “Saya

mempercayai orang-orang yang meriwayatkan hadits dari Zuhri yaitu:

Malik, Muammar, Uqail, Yunus, Syu‟aibi, dan Sufyan”. Ibnu Abi

Maryam dari Mu‟in berkata menurutnya Uqail itu Hujjahnya tsiqah.

Periwayat kelima adalah Lait. Yang meriwayatkan hadits dari

Uqail dengan menggunakan lafaz „an. Nama aslinya Laits bin Sa‟ad bin

Abdurrahman al Fahmi Abu Haris al Masyari. Menurut Ya‟kub bin

Sufyan menjelaskan bahwa Laits meninggal pada hari jum‟at bulan

sya‟ban tahun 175 H dalam usia 94 tahun.35

Dalam meriwayatkan beliau

pernah berguru diantaranya adalah Ayub bin Musa, Ja‟far bin Rabi‟ah,

Abdul Malik bin Juraij, Uqail bin Khalid, Muhammad bin Muslim bin

35Jamaluddin Abi Hajjaj Yusuf al Mizzy, Tahzib al Kamal Fi Asma al Rijal,

(Beirut: Mu‟assasah al Risalat, 1992), h. 441.

Page 44: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.

30

Syihab az Zauhri dan lain-lain.36

Sedangkan diantara murid-murid yang

menerima hadits dari beliau diantaranya adalah Abdullah bin Wahab,

Amru bin Ribah bin Thariq, Qutaibah bin Said al Balkhi, Muhammad bin

Rumhin al Muhajir al Misri, Yahya bin Abdullah bin Bukairi dan lain-

lain.37

Sedang tentang kualitas kepribadiannya menurut Ahmad bin Said

bin ibrahim az Zuhri berkata bahwa Lait bin Sa‟ad adalah orang yang

tsiqah stabat. Al Fadl bin Ziyad dari Ahwan bin Ahmad bin Hambal

berkata “Telah bercerita kepada kami Muhammad bin Husein berkata:

aku mendengar Ahmad dia berkata kepada Laits bin Sa‟ad adalah orang

yang tsiqah. Para kritikus hadits tidak ada yang mencela kepribadiannya

sebagai seorang periwayat hadits”.

Periwayat keenam adalah Yahya bin Bukairi. Yang meriwayatkan

hadis dari Laits bin Sa‟ad dengan menggunakan lafaz haddasani. Nama

aslinya adalah Yahya bin Abdullah bin Bukairi al Quraisiyyi al Makzumi

Abu Zakaria al Mishri al Hafiz.38

Beliau wafat tahun 231 H.39

Dalam

meriwayatkan hadits beliau berguru diantaranya adalah Malik bin Anas,

36Jamaluddin Abi Hajjaj Yusuf al Mizzy, Tahzib al Kamal Fi Asma al Rijal,

(Beirut: Mu‟assasah al Risalat, 1992), h. 436-437

37Syihab al Din Ahmad ibn Ali ibn Hajar Asqalani, Tahzib al Tahzib, (Beirut, Dar

al Islamiyah, 1992), Juz8, h. 402.

38Syihab al Din Ahmad ibn Ali ibn Hajar Asqalani, Tahzib al Tahzib, (Beirut, Dar

al Islamiyah, 1992), Juz8, h. 136.

39Syihab al Din Ahmad ibn Ali ibn Hajar Asqalani, Tahzib al Tahzib, (Beirut, Dar

al Islamiyah, 1992), Juz8, h. 259.

Page 45: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.

31

Laits bin Sa‟ad, Hammad bin Zaid, Abdul Aziz dan lain-lain. Sedangkan

diantara murid-murid adalah al Bukhairi, Muslim, Ibn majah,

Muhammad bin Abdullah bin Namir.40

Tentang kualitas kepribadiannya menurut para ulama diantaranya

adalah An Nasa‟i, mengatakan bahwasannya beliau adalah berstatus

dhaif, dan bukanlah orang yang tsiqah. Sedangkan Abu Daud berkata:

“aku telah mendengar Yahya bin Ma‟in berkata Abu Shaleh banyak

menulis hadits dan Yahya bin Bukairi lebih banyak hafal dari padanya”.

Kemudian As Saji‟ berkata bahwa beliau adalah seorang yang terpercaya.

Selanjutnya Al Khalily berkata: “bahwasanya beliau seorang yang

berstatus tsiqah”.

Dari komentar para kritikus hadits di atas, terlihat adanya

kontradiksi dalam menilai Yahya bin Bukairi, menurut an Nasa‟i bahwa

beliau seorang yang berstatus dhaif dan bukanlah seorang yang berstatus

tsiqah. Namun demikian, dalam satu teori Al Jarh wa Ta‟dil apabila

terjadi pertentangan antara kritikus yang memuji dan mencela, maka

harus didahulukan adalah kritikan yang memuji, kecuali apabila kritikan

yang mencela disertai penjelasan tentang sebab-sebabnya.41

Dan apabila

ditinjau dari martabat-martabat “Jarah” maka pernyataan an Nasa‟i,

40Jamaluddin Abi Hajjaj Yusuf al Mizzy, Tahzib al Kamal Fi Asma al Rijal,

(Beirut: Mu‟assasah al Risalat, 1992), h. 136-137.

41Syuhudi Ismail, kaedah Kesahihan Sanad Hadis, (Jakarta: Bulan Bintang, 1992),

h. 78-79.

Page 46: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.

32

masih dapat toleransi, sebab pernyataan tersebut tidak sampai pernyataan

“si fulan paling berdusta, atau si fulan tertuduh berdusta”.42

Hampir keseluruhan kritikus hadis memuji Yahya bin Bukairi dan

perntaan yang tidak senada masih dapat ditoleransi.

Periwayat ketujuh sekaligus sebagai Muharrij adalah al Bukairi.

Yang meriwayatkan hadits dari Yahya bin Bukairi dengan menggunakan

lafaz haddasana. Nama asalinya adalah Abu Abdillah Muhammad bin

Ismail ibn Ibrahim al Mughirah ibn Bardizbal al Ja‟fi al Bukairi.43

Lahir

pada hari jum‟at 13 Syawal tahun 194 H di kota Bukhara.44

Beliau wafat

tahun 194 H di sebuah desa di Samarkhan yang bernama

Khartank.45

Diantara guru-gurunya adalah Makkiy bin Ibrahim al Balakhy,

Muhammad bin Abdullah bin Anshary, Ahmad bin Hambal, Ismail ibn

Idris al Madany dan lain-lain. Sedangkan murid-muridnya diantaranya

adalah Abu Zu‟ah, Abu Hatim, al Razi, Ibnu Abid Dunya‟ dan lain-lain.

Tentang kualitas kepribadiannya para ulama hadits diantaranya at

Turmuzi berkomentar tentangnya: “saya tidak pernah melihat orang yang

42Hasbi Ash Shidieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis (Jakarta: Bulan Bintang,

1993), h. 371.

43Bukairi adalah nama yang dinisbatkan kepada nama kota kelahirannnya yaitu:

Bukhara salah satu kota besar yang jarak antaranya denga Ssamarkhan delapan hari

perjalanan, kini kota tersebut berada dibawah kekuasaan Rusia. Lihat Muhammad Abu

Syuhbah, Ta‟rif bin Kitab al sunnah al Sittah, (Kairo: Maktabah al Ilm, 1969), h. 42.

44Muhammad Ajjaj al Khatib, Ushul al Hadis; Ulumuhu wa Musthalahuhu,

(Beirut: Dar al Fikr, 1989), h. 310.

45Muhammad Ajjaj al Khatib, Ushul al Hadis; Ulumuhu wa Musthalahuhu,

(Beirut: Dar al Fikr, 1989), h. 311.

Page 47: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.

33

dalam hal illat dan rijal, lebih mengerti dari pada al Bukhari”. Ibnu

Huzaimah berkata bahwa aku tidak melihat di bahwa permukaan langit

seseorang yang lebih tahu tentang hadits Rasulullah Saw. dari pada

Muhammad bin Ismail al Bukhairi. Para ulama Bagdad sengaja memutar

balik seratus hadits. Lalu al Bukhari mengembalikan setiap matan keapda

sanad yang sebenarny dan setiap sanad kepada matannya, sehingga

membuat para ulama kagum akan hafalan dan kecermatannya. Dalam

rangka meneliti dan menghafal hadis al Bukhari tak segan-segan

melakukan perjalanan ke Syam, Mesir, bagdag, Kufah, Hijaz dan

Basrah.46

2. Hadis Riwayat Muslim

Periwayat Pertama adalah Abu Hurairah yang meriwayatkan

hadits tersebut langsung dari Rasulullah Saw. dengan menggunakan

lambang “Akhbarohu”. Ketersambungan sanad antara Abu Hurairah

dengan Rasulullah Saw. tidak diragukan lagi karena selain hubungan

antara guru dan murid beliau juga merupakan seorang sahabat yang paling

dekat dengan Rasulullah Saw. mengenai biodata beliau telah

dikemukakan pada hadits riwayat Bukhairi.

Periwayat kedua adalah Said al Musayyab yang meriwayatkan

hadis dari Abu Hurairah dengan menggunakan lambang “Anna” dan telah

terjadi pertemuan antara Said bin al Musayyab dengan Abu hurairah

46Subhi al Shaleh, membahas Ilmu-ilmu Hadis, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1993), h.

349.

Page 48: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.

34

sebagai seorang guru dan murid. Selanjutnya mengenai biografi beliau

juga telah dikemukakan pada hadits riwayat Bukhari.

Periwayat ketiga adalah Ibnu Syihab yang meriwayatkan hadits

dari Said ibn al Musayyab dengan menggunakan lafaz akhbarani (telah

mengabarkan kepadaku). Selanjutnya mengenai biografi beliau dan

mendapat para ulama tentang kualitas kepribadian beliau di lihat dalam

hadits riwayat Bukhari.

Periwayat keempat adalah Uqail yang meriwayatkan hadits dari

ibnu Syihab dengan menggunakan lafaz „an (dari). Selanjutnya mengenai

biografi beliau telah dikemukakan pada hadits riwayat Bukhari.

Periwayat kelima adalah Laits bin Sa‟ad yang meriwayatkan hadits

dari Uqail dengan menggunakan lafaz „an (dari). Mengenai biografi

beliau dapat dilihat dalam hadits riwayat Bukhari.

Periwayat keenam adalah Muhammad bin Rumhin al Muhajir yang

meriwayatkan hadits dari Laits bin Sa‟ad dengan menggunakan lafaz

akhbarana. Nama aslinya adalah Muhammad bin Rumhin bin al Muhajir

bin al Muharrar bin Salim al Tujibiyyu Abu Abdullah al Misri al Hafiz.

Beliau wafat tahun 243 H.47

Adapun guru-gurunya diantaranya ibnu

Lahi‟ah, Laits bin Sa‟ad, Na‟im bin Hamad dan lain-lain.

47Syihab al Din Ahmad ibn Ali ibn Hajar Asqalani, Tahzib al Tahzib, (Beirut, Dar

al Islamiyah, 1992), h. 141.

Page 49: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.

35

Sedangkan murid-muridnya diantaranya adalah Muslim, ibn majah,

Abdurrahman bin Abdullah bin Abdul Hakim, Ali bin Ahmad bin Sinan,

Muhammad bin Hasan bin Qutaibah dan lain-lain.

Tentang kualitas kepribadiannya Ibnu Yunus berkata bahwa beliau

adalah seorang yang tsiqah tsabat, menurut Abu Daud beliau adalah

seorang yang tsiqah dan tidak ada celaan yang diberikan kepadanya oleh

para kritikus hadits.

Periwayat ketujuh adalah Qutaibah bin Said yang meriwayatkan

hadits dari Laits dengan menggunakan lafaz akhbarana. Nama aslinya

adalah Qutaibah bin Said bin Jamil bin Tharif bin Abdullah al Tsaqafi abu

Raja‟ al Baghlany. Abu Ahmad bin Adi berkata bahwa namanya adalah

Yahya bin Said dan Qutaibah adalah gelarnya.48

Beliau wafat tahun 240

H, diantara guru-gurunya adalah daud bin Ziyad, at Turmuzi, Laits bin

Said, Malik bin anas, Walid bin Muslim, Yahya bin Yaman dan lain-

lain.49

Sedangkan murid-murid yang menerima hadits dari beliau

diantaranya adalah At Turmuzi, Ahmad bin Hambal, Muslim, Ahmad bin

Said ad Darimi, An Nasa‟i dan lain-lain.

Tentang kualitas kepribadiannya menurut Ibnu Ma‟in, Ibnu Hatim

dan Nasa‟i beliau adalah seorang yang berstatus tsiqah dan An Nasa‟i

48Jamaluddin Abi Hajjaj Yusuf al Mizzy, Tahzib al Kamal Fi Asma al Rijal,

(Beirut: Mu‟assasah al Risalat, 1992), h. 236.

49Syihab al Din Ahmad ibn Ali ibn Hajar Asqalani, Tahzib al Tahzib, (Beirut, Dar

al Islamiyah, 1992), h. 311.

Page 50: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.

36

berkata bahwa beliau adalah seorang yang sadduq dan para kritikus hadits

tidak ada yang memberikan celaan terhadap beliau.50

Periwayat kedelapan sekaligus sebagai muharrij adalah Muslim

yang meriwayatkan hadits dari Qutaibah bin Said dan Muhammad bin

Rumhin bin al Muhajir dengan menggunakan lafaz haddasana. Nama

aslinya adalah Abu al Husein Muslim ibn al Hajjaj ibn Muslim al

Qusyairy an Naisaburi dilahirkan pada tahun 206 H. Dan wafat pada

tahun 261 H. Beliau adalah salah seorang imam ahli hadits yang

terkemuka. Beliau melakukan perlawatan ke Hijaz, Iraq, Syam, dan Mesir

untuk mempelajari hadits dari berbagai ulama ahli hadits.

Diantara guru-gurunya adalah Yahya bin Yahya al Naisabury,

Ahmad bin Hambal, Ishaq bin Rahawaih, Abdullah ibn Salamah al

Qa‟nabi, Qutaibah bin Said, Muhammad bin Rumhin al Muhajir dan lain-

lain. Sedangkan murid-muridnya adalah al Turmuzi, Muhammad bin

Ishaq ibn Khuzaimah, Abu Awanah, Ya‟kub bin Ishaq dan lain-lain.

Tentang kualitas kepribadiannya para ulama diantaranya adalah

Abu Ali an Nasabury berkata: “tidak ada di bawah kolong langit ini kitab

yang lebih sahih dari kitab Muslim dalam ilmu hadits”. Kemudian para

ulama berkata bahwa kitab Muslim adalah kitab kedua sesudah kitab al

Bukhari dan tidak ada seorangpun yang menyamai al Bukhari dalam

50Syihab al Din Ahmad ibn Ali ibn Hajar Asqalani, Tahzib al Tahzib, (Beirut, Dar

al Islamiyah, 1992), h. 312-313.

Page 51: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.

37

bidang mengkritik sanad-sanad hadits dan perawi-perawinya selain

Muslim.

3. Jalur Sanad Abu Daud

Periwayat pertama adalah Abu Hurairah yang meriwayatkan hadits

langsung dari Rasulullah Saw. dengan menggunakan lafaz anna.

Mengenai biografi beliau telah dikemukakan pada hadits riwayat

sebelumnya.

Periwayat kedua adalah Said ibn Musayyab yang meriwayatkan

hadits dari Abu Hurairah dengan menggunakan lafaz „an (dari).

Selanjutnya mengenai biografi beliau telah dikemukakan dalam hadits

riwayat Bukhari dan Muslim.

Periwayat ketiga adalah Ibnu Syihab yang meriwayatkan ahdits

Said ibn al Musayyab dengan menggunakan lafaz „an (dari). Adapun

biografi beliau telah dikemukakan di atas.

Periwayat keempat adalah Malik yang meriwayatkan hadits dari

Ibnu Syihab dengan menggunakan lafaz „an (dari) dan telah terjadi

pertemuan antara Malik dan ibnu Syihab sebadai guru dan murid. Nama

aslinya adalah Malik bin Anas bin Malik bin Abi Amir bin Amru bin al

Haris bin Usman bin Jasil. Beliau wafat pada tahun 179 H.51

Guru-

gurunya daiantaranya adalah Amir bin Abdullah bin Zubair bin

51Syihab al Din Ahmad ibn Ali ibn Hajar Asqalani, Tahzib al Tahzib, (Beirut, Dar

al Islamiyah, 1992), h. 7.

Page 52: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.

38

Anwawam, Nafi bin Maula ibn Umar, Syuraik bin Abdullah bin Abi

Namar, al Zuhri, Abi al Zinad, dan lain-lain.

Diantara murid-muridnya adalah Ibn Juraij, Abdurrazzaq, Laits bin

Said, Yahya bin Ayub al Mishri, al Qa‟nabi, Yahya bin Abdullah bin

Bukairi, Qutaibah bin Said dan lain-lain.52

Tentang kualitas kepribadiannya seluruh ulama telah mengakuinya

sebagai muhaddis yang tangguh. Seluruh warga Hijaz memberi gelar

kehormatan baginya Sayyid Fuqaha‟i Hijaz. Imam Yahya bin Said al

Qathan dan Imam Yahya bin Main menggelarinya sebagai Amirul

mu‟minin fi‟l al Hadits. Imam Bukhari mengatakan bahwa sanad yang

dikatakan Ashahul „asanid ialah bila sanad itu terdiri dari Malik, Nafi,

dan Ibnu Umar r.a.53

Periwayat kelima adalah al Qa‟nabi yang meriwayatkan hadits dari

Malik dengan menggunakan lafaz „an. Nama aslinya adalah Abdullah bin

Maslamah bin Qa‟nabi al Qa‟nabi al Haris Abu Abdurrahman al Madany.

Diantara guru-gurunya adalah Salamah bin Wardan, Malik, Syu‟bah, laits,

Daud bin Qaisin, Sulaiman bin Bilal, Nafi‟ bin Umar dan lain-lain.

Diantara murid-muridnya adalah al Bukhari, Abu Daud, Turmuzi, Nasa‟i

dan lain-lain.

52Syihab al Din Ahmad ibn Ali ibn Hajar Asqalani, Tahzib al Tahzib, (Beirut, Dar

al Islamiyah, 1992), h. 5-7.

53Fathur Rahman, Ikhtisar Musthalahul Hadits,(Bandung: PT. Al Ma‟arif, 1974),

h. 368.

Page 53: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.

39

Tentang kualitas kepribadiannya Ibnu Hatim berkata bahwa beliau

adalah seorang yang tsiqah. Al Ajli berkata bahwa beliau seorang yang

shaleh dan tsiqah para kritikus hadits tidak ada yang memberikan cela‟an

tentang kepribadiannya.

Periwayat keenam sekaligus sebagai muharrij adalah Abu Daud

yang meriwayatkan hadits dari al Qa‟nabi dengan menggunakan lafaz

haddasana. Nama aslinya adalah Abu Daud Sulaiman ibn Asy‟ats ibn

Ishaq ibn Basyir ibn Syadad ibn Amar ibn Imran al Azady al Sajastaniy.54

Dilahirkan di Sijistan pada tahun 202 H. Dan wafat di Basrah pada

tanggal 15 Syawal 275 H, dan dimakamkan di dekat makam Sufyan

Tsauri.55

Sijistan adalah nisbah yang diberikan padanya dari tempat

kelahirannya yang merupakan salah satu daerah kawasan Basrah.

Diantara guru-gurunya adalah Sulaiman bin Harb, Usman bin Abi

Syaibah, al Qa‟nabi, Abu Walid at Thayalisy dan lain-lain sedangkan

murid-muridnya antara lain adalah putranya sendiri Abdullah, An Nasa‟i,

at Turmuzi, Abu Awwanah, Ali bin Abdul Shamad dan lain-lain.

Tentang kualitas kepribadiannya para ulama telah sepakat

menetapkan beliau sebagai hafizh yang sempurna, pemilik ilmu yang

melimpah, muhaddis yang terpercaya, mempunyai pemahaman yang

tajam baik dalam bidang ilmu hadits maupun lainnya. Al Khaththany

54Muhammad Muhyi al Din Abdul al Hamid, Sunan Abu Daud, Jilid I, (Semarang:

Maktabah Dahlan,th), h. 4.

55Abdurrahman Muhammad bin Usman, Muqaddimah Tuhfat al Ahwaz, (Madinah:

al Kutuby,1967), h. 4.

Page 54: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.

40

berpendapat bahwa tidak ada susunan kitab ilmu aga setara dengan kitab

Sunan Abu Daud.56

4. Jalur Sanad At Turmuzi

Periwayat pertama adalah Abu Hurairah yang meriwayatkan hadits

langsung dari Rasulullah Saw. dengan menggunakan lafaz anna. Adapun

biografi beliau bisa dilihat dari periwayat sebelumnya.

Periwayat kedua adalah Said bin al Musayyab yang meriwayatkan

hadits dari Az Zuhri (ibn Syihab) dengan menggunakan lafaz „an (dari).

Adapun biografinya bisa dilihat dalam hadits riwayat Bukhari dan

Muslim.

Periwayat ketiga adalah Az Zuhri yang meriwayatkan hadits dari

Said al Musayyab dengan menggunakan lafaz „an (dari). Mengenai

biografi dan pendapat para ulama tentang kualitas kepribadiannya bisa

dilihat dari riwayat hadits sebelumnya.

Periwayat keempat adalah Uqail yang meriwayatkan hadits dari Az

Zuhri dengan menggunakan lafaz „an (dari). Mengenai biografi beliau

dapat dilihat dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim.

Periwayat kelima adalah Laits bin Sa‟ad yang meriwayatkan hadis

dari Uqail dengan menggunakan lafaz „an (dari). Selanjutnya mengenai

biografi beliau telah dijelaskan dalam rentetan periwayat dalam hadits

riwayat Bukhari.

56Fathur Rahman, Ikhtisar Musthalahul Hadits,(Bandung: PT. Al Ma‟arif, 1974),

h. 380-381.

Page 55: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.

41

Periwayat keenam adalah Qutaibah yang meriwayatkan hadits dari

Laits dengan menggunakan lafaz akhbarana (telah mengabarkan kepada

kami). Mengenai biografi beliau bisa dilihat dalam hadits riwayat

Muslim.

Periwayat ketujuh adalah At Turmuzi sekaligus sebagai muharrij

yang meriwayatkan hadits dari Qutaibah dengan menggunakan lafaz

haddasana. Nama aslinya adalah Abu Isa Muhammad ibn Saurah ibn

Musa ibn al Dahhaq al Bugi al Turmuzi.57

Sementara al Bugi adalah nama

tempat dimana al Turmuzi wafat dan dimakamkan.58

Lahir pada tahun

209 H wafat pada malam senin tanggal 13 Rajab tahun 279 H di desa Bug

dekat kota Tirmiz dalam keadaan buta.

Diantara guru-gurunya antara lain, Qutaibah ibn Sa‟id, Ishaq ibn

Rahawaih, Muhammad ibn “amru as Sawwaq al Balqi, Mahmud ibn

Gailan, Muhammad ibn Basyar dan lain-lain. Sedangkan diantara murid-

muridnya adalah Abu Bakar ibn Ismail al Samarqandi, Abu Hamid

Ahmad ibn Abdullah ibn Yusuf al Nasafi, dan lain-lain.

Tentang kualitas kepribadiannya, para ulama diantaranya adalah

Ibnu Hibban menerangkan bahwa, at Turmuzi adalah seorang

penghimpun dan penyampai hadits, skaligus pengarang kitab. Selanjutnya

Al Khalili berkata, at Turmuzi adalah seorang tsiqah muttafaq „alaih

57Syihab al Din Ahmad ibn Ali ibn Hajar Asqalani, Tahzib al Tahzib, (Beirut, Dar

al Islamiyah, 1992), Jilid 8, h. 378.

58Muhammad bin Mukarram ibn Manzur, Lisan al Arab, (Mesir: Dar al Misriyah,

th), Jilid III, h. 478.

Page 56: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.

42

(diakui oleh Imam Bukhari dan Muslim). Al Idris berpendapat bahwa, at

Turmuzi adalah seorang ulama hadits yang meneruskan jejak ulama

sebelumnya dalam bidang ulum al hadits, Al Hakim Abu Ahmad berkata,

aku mendengar Imran ibn „Alan berkata “sepeninggal Bukhari tidak ada

ulama yang menyamai ilmunya, kewara‟annya, dan kezuhudannya di

Khurasan, kecuali Abu Isa at Turmuzi”. Ibn Fadhil menjelaskan, bahwa

at Turmuzi adalah pengarang kitab jami‟ dan tafsirnya, beliau juga ulama

yang berpengetahuan.

5. Jalur Sanad Imam Malik

Periwayat pertama adalah Abu Hurairah yang meriwayatkan hadits

langsung dari Rasulullah Saw. dengan menggunakan lafaz anna. Adapun

biografi beliau dapat dilihat dari hadits sebelumnya.

Periwayat kedua adalah Al A‟raj yang meriwayatkan hadits dari

Abu Hurairah dengan menggunakan lafaz „an. Beliau yang bernama asli

Abdur Rahman bin Hurmuz al-A‟raj Abu Daud al Madany Maula Rabi‟ah

bin al Haris.59

Diantara guru-gurunya adalah Asy‟ats bin Ishaq bin Said bin Abi

Waqas, Humaid bin Abdurrahman Auf, Sulaiman bin Yasar, Abdullah bin

Abbas, Marwan bin Hakim, Muawiyah bin abi Shifyan, Abi Said al

Hudri, Abi Hurairah dan lain-lain. Sedangkan murid-muridnya

diantaranya adalah Usaid bin Yazid al Madany, Ja‟far bin Rabi‟ah, Abu

59Jamaluddin Abi Hajjaj Yusuf al Mizzy, Tahzib al Kamal Fi Asma al Rijal,

(Beirut: Mu‟assasah al Risalat, 1992), h. 409.

Page 57: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.

43

Az Zinad Abdullah bin Zakwan, Muhammad bin Ishaq bin Yasar,

Muhammad bin Muslim bin Syihab az Zuhri, Yahya bin Said al Anshari,

dan lain-lain.

Tentang kualitas kepribadiannya para ulama diantaranya adalah

Muhammad bin Said beliau berkata bahwa al A‟raj termasuk thabaqah

kedua dari ahli madinah dan beliau seorang yang berstatus tsiqahi dan

banyak hadits. Muhammad bin Usman bin Abi Syaibah dari Ali bin Al

Madany sahabat Abu Hurairah diantaranya ada enam orang yaitu Said al

Musayyab, Abu Salamah, Al A‟raj, Abu Shalih, Muhammad bin Sirin,

dan thawas. Wafat di Iskandariah pada tahun 117 H.

Periwayat ketiga adalah Abu az Zinad yang meriwyatkan hadits

dari Al A‟raj dengan menggunakan lafaz „an. Nama aslinya adalah

Abdullah bin Zakwan al Quraisy Abu Abdurrahman al Mandany al

Ma‟ruf. Beliau wafat tahun 130 H. Diantara guru-gurunya adalah Anas,

Aisyah binti Saad, Abi Umamah bin Sahal bin Hanif, Said bin al

Musayyab, Zaid bin Tsabit, al A‟raj dan lain-lain.

Sedangkan murid-murid yang menerima hadits dari beliau

diantaranya adalah Ibnu Umar, Malik, Abu Qasi, Shalih bin Kaisan dan

lain-lain. Sedangkan tentang kualitas kepribadian beliau ibnu abi Maryam

dari Abi Main berkata bahwa beliau seorang yang berstatus tsiqah, hujjah.

Berkata al Ajli bahwa beliau ahli Madinah seorang tabiin, tsiqah. Berkata

ibnu Hatim bahwa beliau seorang yang tsiqah, faqih, shalih hadits.

Page 58: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.

44

Periwayat keempat adalah Malik bin Anas yang meriwayatkan

hadits dari Abu az Zinad dengan menggunakan lafaz „an (dari).

Selanjutnya mengenai biografi serta pendapat ulama mengenai kualitas

kepribadiannya dapat dilihat pada riwayat hadits Abu Daud.

Periwayat kelima adalah Yahya dalam hal ini adalah yahya bin

bukairi yang meriwayatkan hadits dari Malik dengan menggunakan lafaz

„an (dari). Selanjutnya mengenai biografi beliau dapat dilihat dalam

rentetan riwayat hadits Bukhari.

Periwayat keenam sekaligus sebagai muharrij adalah Malik bin

Anas yang meriwayatkan hadits dari Yahya bin Bukairi dan menunjukkan

adanya hubungan serta pertemuan antara seorang guru dan murid.

Tentang biografi beliau juga sudah dijelaskan sebelumnya.

6. Jalur Sanad Ahmad bin Hambal

Periwayat pertama adalah Abi Hurairah yang meriwayatkan hadis

langsung dari Rasulullah dengan menggunakan lafaz sami‟tu (aku

mendengar). Tentang biografi beliau bisa dilihat dalam rentetan periwayat

hadits riwayat Bukhari.

Periwayat kedua adalah Ibnu al Musayyab yang meriwayatkan

hadits dari Abi Hurairah dengan menggunakan lafaz „an (dari). Untuk

biografi beliau dapat dilihat pada rentetan periwayat hadits Bukhari.

Periwayat ketiga adalah Ibnu Syihab yang meriwayatkan hadits

dari Ibnu al Musayyab dengan menggunakan lafaz „an (dari). Untuk

biografi beliau dapat dilihat pada rentetan periwayat hadits Bukhari.

Page 59: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.

45

Periwayat keempat adalah malik yang meriwayatkan hadits dari

Ibnu Syihab dengan menggunakan lafaz „an (dari). Selanjutnya tentang

biografinya dapat dilihat pada rentetan periwayatan hadits riwayat Abu

Daud.

Periwayat kelima adalah Ibnu Juraij yang meriwayatkan hadits dari

Ibnu Syihab dengan menggunakan lafaz „an. Nama aslinya adalah Abdul

Malik bin Abdul Aziz bin Juraij Abu al Walid Abu Khalid al makky.

Beliau wafat tahun 149 H.60

Adapun diantara guru-gurunya adalah Atha‟

bin Abi Ribakh, Abi Ishaq bin Abi Tholhah, Zaid bin Aslam, az Zuhri,

Sulaiman bin Abi Muslim al Ahwal dan lain-lain.61

Sedangkan diantara murid-muridnya yang menerima hadits dari

beliau adalah Laits, Yahya bin Said al Anshor, Ibnu al Mubaraq, Waki‟,

Abdur Razzaq dan lain-lain.

Tentang kualitas kepribadiannya Ali Ibn al Madany dari yahya Ibn

Said al Qatta berkata, bahwa Ibnu Juraij adalah orang yang paling tsubut

dari Nafi‟ dan Malik. Demikian juga pernyataan yang dikemukakan oleh

Ahmad. Yahya bin Said berkata “Kami menamakan kitab-kitab karya

Ibnu Juraij adalah Kitab al Amanah”.62

60Syihab al Din Ahmad ibn Ali ibn Hajar Asqalani, Tahzib al Tahzib, (Beirut, Dar

al Islamiyah, 1992), Jilid 8, h. 354.

61Syihab al Din Ahmad ibn Ali ibn Hajar Asqalani, Tahzib al Tahzib, (Beirut, Dar

al Islamiyah, 1992), Jilid 8, h. 353.

62Syihab al Din Ahmad ibn Ali ibn Hajar Asqalani, Tahzib al Tahzib, (Beirut, Dar

al Islamiyah, 1992), Jilid 8, h. 354.

Page 60: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.

46

Periwayat keenam adalah Abdur Razaq yang meriwayatkan hadits

dari ibnu Juraij dan Malik dengan menggunakan lafaz haddasana. Nama

asli beliau adalah Abdur Razzaq bin Hammam bin Nafi‟ al Himyary Abu

Bakar al Shanany. Beliau wafat tahun 211 H. daiantaranya guru-gurunya

adalah Aiman bin Nabil, Ibnu Juraij, Malik, Abi Daud, Ismail bin Iyas,

dan lain-lain.63

Sedangkan murid-murid yang menerima hadits dari beliau adalah

Ahmad bin hambal, Ahmad bin Shalih, Ibrahim bin Musa, Yahya, Abu

Mas‟ud ar razi dan lain-lain. Pendapat kritikus hadits tentang kualitas

kepribadiannya Abbas al daury dari Ibn main berkata Bahwa Abd razzaq

adalah seorang periwayat yang lebih tsiqah dari Ma‟mar dan Hisyam ibn

Yusuf. Demikian juga hanya pernyataan Ahmad bin Hambal yang

menyatakan bahwa Abd Razzaq adalah manusia yang paling tsiqah dalam

meriwayatkan hadits.64

Periwayat ketujuh sekaligus sebagai muharrij adalah Ahmad bin

Hambal yang meriwayatkan hadits dari Abdur Razzaq dengan

menggunakan lafaz haddasana. Nama asli beliau adalah Ahmad ibn

Muhammad ibn Hambal ibn Hilal ibn Asad ibn Idris ibn Abdullah ibn

Hayyan ibn Anas ibn Auf ibn Qasit ibn Mazin Ibn Syaiban ibn Zuhl ibn

Tsa‟labah ibn „Ukabah ibn Sha‟ab ibn Ali ibn Bakar ibn Wail. Beliau

63Syihab al Din Ahmad ibn Ali ibn Hajar Asqalani, Tahzib al Tahzib, (Beirut, Dar

al Islamiyah, 1992), Jilid 8, h. 275.

64Syihab al Din Ahmad ibn Ali ibn Hajar Asqalani, Tahzib al Tahzib, (Beirut, Dar

al Islamiyah, 1992), Jilid 8, h. 275-276.

Page 61: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.

47

lahir tahun 164 H, dan wafat pada tahun 241 H, dalam usia 77 tahun.65

Ahamad meriwayatkan hadis dari beberapa orang guru diantaranya adalah

Basyir al Mufadhdhal al Raqasyi, Sufyan ibn „Uyainah, Yahya ibn Said al

Qathan, Abdur Razzaq ibn Hamman, Sulaiman ibn Daud al Thayalisi, dan

lain-lain.66

Sedangkan nama-nama murid yang menerima hadits dari beliau

diantaranya adalah anaknya sendiri Abdullah ibn Ahmad ibn Hambal, al

Bikhari, Muslim, Abu Daud, Waki‟ ibn Yarzah dan lain-lain.67

Sedangkan tentang kualitas kepribadiannya ibnu Ma‟in berkata

“saya tidak pernah melihat orang yang lebih cakap dari pada Ahmad

dalam bidang Arabiah”, Abdur Razzaq berkata “ saya tidak pernah

melihat orang yang lebih ahli dalam bidang fiqih dari pada Ahmad dan

tidak ada orang yang lebih wara‟ “ dan Ulama kritikus hadits menilai

Ahmad sebagai orang tsiqah.68

65Ahmad bin Hambal, Muqadimah al Musnad, Juz I, (Kairo: Dar al Hadis, 1995),

h. 66

66Hasbi Ash Shiddieqy, Pokok-pokok Ilmu Dirayah Hadis, Jilid I, (Jakarta: Bulan

Bintang, 1997), h. 202.

67Hasbi Ash Shiddieqy, Pokok-pokok Ilmu Dirayah Hadis, Jilid I, (Jakarta: Bulan

Bintang, 1997), h. 203

68Syihab al Din Ahmad ibn Ali ibn Hajar Asqalani, Tahzib al Tahzib, (Beirut, Dar

al Islamiyah, 1992), Juz I, h. 72-76.

Page 62: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.

48

D. Kualitas Sanad dan Matan Hadits

1. Sanad Hadits

Secara umum telah di ketahui bahwa tidak semua hadits sama

derajatnya dalam kesahihan sanad-nya. Oleh karena itu, sangat perlu

diperhatikan martabat-martabatnya dan pandangan serta pendapat para

ulama mujtahid tentang apakah di bolehkan atau tidaknya ber-hujjah

dengannya.

Ulama salaf membagi tiga hadits dari segi bilangan periwayat yang

meriwayatkan sebuah hadits, yaitu : Mutawattir, Masyhur, dan Ahad.

Sedangkan dari golongan ahli hadits membagi hadits kepada Mutawattir

dan Ahad saja, dan menjadikan masyhur salah satu perincian dari

haditsahad.69

Dari segi kualitas ada beberapa syarat yang harus di penuhi oleh

sebuah hadits sahih di antaranya :

1. Ittishal Sanad (persambungan sanad)

Bersambung atau tidaknya sebuah sanad hadits, dapat ditinjau dari

beberapa sisi yaitu :

a. Hubungan kesezamanan (masa hidup) antara sesama

periwayat.

b. Hubungan antara guru dan murid

c. Kata-kata yang di gunakan dalam meriwayatkan hadits.

69 Utang Ranuwijaya, Ilmu Hadis,(Jakarta: Gaya Media Pratama, 1996), cet.I,

h.123.

Page 63: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.

49

Berdasarkan hubungan kesezamanan, dalam penelitian ini penulis

dapat menentukan dengan pasti kebersambungan sanad, hal ini dapat

dilihat dari segi mu‟asyarah (semasa)nya para periwayat hadis tersebut,

hal ini dapat di buktikan dengan dua cara; pertama, dengan melihat tahun

wafat setiap para periwayat yang meriwayatkan hadits tersebut. Disini

mengindikasikan bahwa mereka semua semasa dan dapat dipastikan

bahwa sanad dalam keenam jalur periwayatan bersambung karena semua

saling berkaitan sebagai guru dan murid. Kedua, dengan melihat lafadz

tahammul wa al „ada‟ yang mereka gunakan dalam meriwayatkan hadits.

Selanjutnya, dengan memperhatikan kata-kata yang menghubungkan

antara seorang periwayat dengan periwayat lain yang terdekat terdapat

perbedaan:

a. Pada periwayatan jalur Bukhari, dari Bukhari ke Yahya bin

Bukairi dihubungkan dengan lafaz haddasana kemudian sampai

ke Laits menggunakan lafaz haddasana, dimana lafaz-lafaz

tersebut memiliki tingkat akurasi yang tinggi dalam periwayatan

hadits dan menunjukkan telah terjadi pertemuan antara guru dan

murid. Kemudian dari Laits ke Uqail dihubungkan dengan lafaz

„an, juga sampai ke Ibnu Syihab menggunakan lafaz „an, dimana

lafaz „an dan anna, menurut sebagian ulama hadis, hadis yang

mengandung lambang „an dan anna, memiliki sanad yang

terputus. Sebagian ulama hadits lainnya menyatakan bersambung

sanadnya jika memenuhi beberapa persyaratan diantaranya :

Page 64: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.

50

1. Pada sanad hadits yang bersangkutan tidak terdapat tadlis

(penipuan).

2. Para periwayat yang namanya beriringan dan diantarai oleh

lambang „an dan anna, telah terjadi pertemuan. Hal ini

dapat ditelusuri melalui hubungan sezaman dan hubungan

guru dan murid.

3. Periwayat yang menggunakan lambang-lambang „an atau

anna itu adalah periwayat yang kepercayaan (tsiqah).70

Selanjutnya dari Ibnu Syihab sampai ke Said ibn Musayyab di

hubungkan menggunakan lafaz akhbarani, begitu juga Said ibn

Musayyab sampai ke Abu Hurairah menggunakan lafaz akhbarohu,

dimana lafaz tersebut adalah lafaz yang terkuat dalam meriwayatkan

hadits. Karena seluruh sanad jalur Bukhari memenuhi persyaratan di atas,

maka dapat dikatakan ittishal sanad(sanad bersambung).

a. Pada jalur periwayatan Muslim, dari Muslim sampai ke

Qutaibah bin Said dan Muhammad bin Rumhin bin al Muhajir

menggunakan lafaz haddasana, dimana lafaz tersebut memiliki

tingkat akurasi yang tinggi dalam periwayat hadits, kemudian

ibn Rumhin ke Laist menggunakan lafaz Akhbarana, dimana

lafaz ini adalah lafaz terkuat dalam meriwayatkan hadits,

selanjutnya Laist ke Uqail sampai kepada ibn Syihab

70 M. Syuhudi Ismail, Kaedah Kesahihan Sanad Hadis,(Jakarta, Bulan Bintang,

1995) h.83.

Page 65: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.

51

menggunakan lafaz „an, namun tiga kriteria yang di tetapkan

oleh ulama hadis tentang hadits Mu‟an‟an sebagaimana telah di

kemukakan di atas dapat di penuhi oleh riwayat muslim ini,

selanjutnya ibn Syihab ke Said ibn Musayyab sampai kepada

Abu Hurairah menggunakan lafaz akhbarani. Karena seluruh

sanad yang di teliti memenuhi persyaratan di atas, maka dapat

dikatakan bahwa seluruh sanad yang meriwayatkan hadits dari

jalur Muslim dapat di kategorikan bersambung (ittishal).

b. Pada jalur periwayatan Abu Daud, dari Abu Daud sampai

kepada Qa‟nabi menggunakan lafaz haddasana, ini

menunjukkan ketersambungan sanad karena lafaz haddasana,

termasuk dalam metode as Sima‟, kemudian dari Qa‟nabi ke

Malik bin Anas, Said al Musayyab hingga sampai kepada Abu

Hurairah dihubungkan dengan menggunakan lafaz „an, namun

tiga kriteria yang ditetapkan oleh ulama hadits tentang hadits

mu‟an‟an, sebagaimana telah dikemukakan di atas juga telah

dapat dipenuhi oleh hadits riwayat Abu Daud, maka dapat

dikategorikan sanad hadits tersebut ada pertemuan dan ittishal.

c. Pada jalur periwayatan Turmuzi, dari Turmuzi sampai kepada

Qutaibah bin Said dihubungkan lafaz haddasana, ini

menunjukkan ketersambungan sanad karena telah terjadi

pertemuan antara Turmuzi dan Qutaibah ibn Said sebagai guru

dan murid, kemudian dari Qutaibah sampai kepadda Laits bin

Page 66: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.

52

Sa‟ad menggunakan lafaz akhbarana, kemudian Laits, Uqail,

Azzuhri, Said al Musayyab hingga sampai kepada Abu

Hurairah menggunakan lafaz „an, namun tiga kriteria yang di

tetapkan oleh ulama hadits tentang hadits mu‟an‟an,

sebagaimana telah dikemukakan dalam hadis riwayat Turmuzi,

dengan demikian sanad hadits tersebut dapat dikategorikan

sebagai sanad yang ittishal.

d. Jalur riwayat Imam Malik, dari Imam Malik sampai kepada

Yahya bin Bukairi menggunakan lafaz haddasana, ini

menunjukkan telah terjadi pertemuan antara Imam Malik dan

Yahya bin Bukairi sebagai guru dan murid, kemudian dari

Yahya kepada Abi al Zinad, al A‟raj hingga sampai kepada

Abu Hurairah menggunakan lafaz „an, ini menunjukkan

ketersambungan sanad karena telah diriwayatkan oleh orang-

orang yang tsiqat dan telah terjadi pertemuan antara seorang

guru dan murid. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa

hadits riwayat Imam Malik ini Ittishal.

e. Jalur riwayat Ahmad bin Hanbal, dari Ahmad bin Hanbal

kepada Abdurazzaq, Ibnu Juraij dan Malik bin Anas

dihubungkan dengan menggunakan lafaz haddasana, hal ini

menunjukkan ketersambungan sanad karena lafaz haddasana,

memiliki tingkat akurasi yang tinggi didalam periwayatan

hadits, kemudian dari Malik sampai ibn Syihab, Ibn Musayyab

Page 67: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.

53

hingga sampai Abu Hurairah menggunakan lafaz „an, namun

tiga kriteria yang telah di tetapkan oleh ulama hadits tentang

hadits mu‟an‟an, dapat dipenuhi oleh hadits riwayat Ahmad bin

Hanbal, maka dapat dikategorikan sanad hadis tersebut ittishal.

1. Periwayat bersifat „Adil

„Adil dalam ilmu hadits, tidak sama seperti yang dimaksud dalm

„adil keseharian, secara umum, ulama telah mengemukakan cara

penetapan keadilan periwayat hadis, yaitu ; (a) popularitas keutamaan

periwayat dikalangan ulama hadis; (b) penilaian dari para hadis

kritikus periwayat hadis; (c) penerapan kaidah al jarh wa al ta‟dil,

cara terakhir ini di tempuh bila para kritikus hadis tidak sepakat

tentang kualitas pribadi periwayat tertentu.71

Oleh karena itu, unsur-unsur kaidah khusus yang ditetapkan oleh

para ulama hadis adalah; (1) Beragam Islam (2) Mukallaf (baligh dan

berakal sehat) (3) melaksanakan ketentuan agama Islam (4)

memelihara maru‟ah (adab kesopanan pribadi).72

Adapun keadilan para periwayat di atas, masing-masing mereka

secara keseluruhan mendapatkan pujian (ta‟dil) dari para kritikus

hadis (naqid al hadis). Ini terbukti berdasarkan penilaian para ulma

kritikus hadis terhadap para perawi tersebut dengan

71 M. Syuhudi Ismail, Kaedah Kesahihan Sanad Hadis,(Jakarta, Bulan Bintang,

1995) h.134

72 Bustamin, Metodologi Kritik Hadis, (Jakarta, Rajawali Press, 2004). h.43

Page 68: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.

54

menta‟dilkanmereka. Walaupun ada salah seorang diantara mereka

yang mendapatkn tarjih (cacat) dari kritikus hadis; yaitu dalam

periwayatan sanad jalur Bukhari yaitu Yahya bin Bukairi, tapi hanya

sedikit sekali ulama hadis yang mentarjih dibandingkan dengan yang

menta‟dil, dan tarjih mereka pun hanya dalam tingkatan rendah. Hal

ini tidak dapat diterima, karena kaidah menyebutkahan sebagai

berikutnya;

ر س لف اأ ح رأ ل اأ بت ا ث ذ ا ل ا ل د عأ م لأ ل م كأ الأ ف ل دأ ع الأ و ح رأ ال ض ار ع ات ذ ا

Artinya : Apabila terjadi pertentangan antara kritikan yang memuji dan

yang mencela, maka yang harus dimenengkan adalah kritikan

yang memuji, kecuali apabila kritikan yang mencela disertai

penjelasan tentang sebab-sebabnya.73

2. Periwayat bersifat Dhabith

Dhabith menurut Ibn Hajar al Asqalany adalah orang yang kuat

hafalannya tentang apa yang telah didengarnya dan mampu

menyampaikan hafalannya itu kapan saja ia menghendakinya.74

Adapun unsur-unsur kaidah khususnya adalah ; (a) hafal dengan

baik hadis yang diriwayatkannya, (b) mampu dengan baik

73 M. Syuhudi Ismail, Metode Penelitian Hadis Nabi,(Jakarta, Bulan Bintang,

1992) h.79.

74 M. Syuhudi Ismail, Kaedah Kesahihan Sanad Hadis,(Jakarta, Bulan Bintang,

1995) h.135

Page 69: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.

55

menyampaikan riwayat hadis yang dihafalnya kepada orang lain, (c)

terhindar dari kejanggalan, (d) terhindar dari „illat.75

Berdasarkan kaidah khusus diatas tersebut, para periwayat hadis di

atas semuanya adalah dhabith. Hal ini dilihat dari komentar para

ulama tentang kredibilitas mereka dalam menerima dan

menyampaikan hadis.

Setelah dijelaskan biografi, tahun lahir dan tahun wafat dari

masing-masing sanad hadis di atas serta keterangan dari sanad itu

sendiri bahwa ia pernah menerima dan memberi riwayat kepada sanad

yang ada sebelum dan sesudahnya, begitupun terhadap penilaian yang

diberikan para ulama kritikus hadis terhadap masing-masing

periwayat maka dapat disimpulkan bahwa sanad hadis diatas adalah

muttasil (bersambung dari awal sanad hingga akhir sanad). Begitupun

penilaian terhadap keseluruhan sanad bahwa mereka bersifat adil dan

dhabith.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hadis tentang larangan

berbicara ketika khatib sedang berkhutbah melalui keenam mukharrij

tersebut adalah muttasil.

2. Matan Hadis

Setelah melihat kualitas sanad hadis maka langkah selanjutnya adalah

melihat kualitas matan dengan melihat apakah matan hadis tersebut

mengandung suatu syadz (kejanggalan) atau „illat (cacat).

75 Bustamin, Metodologi Kritik Hadis, (Jakarta, Rajawali Press, 2004). h. 43

Page 70: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.

56

Namun sebelumnya perlu diteliti susunan matan yang semakna,

karena sebagaimana dijelaskan sebelumnya setelah penulis teliti dan

penulis mendapat informasi dari kitab Mu‟jam al Mufahraz li Alfaz al

Hadis an Nabawy hadis ini diriwayatkan oleh banyak jalur perawi hadis.

Adapun perbedaan lafaz dalam matan hadis tersebut ditemukan pada jalur

Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Muwatta‟ Malik, dan Imam Ahmad di

awali dengan menggunakan lafaz :

معة أنأصتأ . واإلمام يأطب ف م الأ قدأ لغوأت إذا ق لأت لصاحبك ي وأ

Sedangkan pada jalur at Turmuzi di awali dengan menggunakan lafaz:

مام يأطب أنأصت ف قدأ لغا عة واإلأ مأ منأ قال ي وأم الأ

Dari kedua hadis di atas dapat dipahami bahwa adanya periwayatan

secara makna (hadis maknawi). Akan tetapi kesemua matan hadis tersebut

merupakan matan yang satu dan dalam susunan matan hadis tersebut

tidak terdapat ziyadah dan idraj, menurut ulama hadis perbedaan lafaz

yang tidak mengakibatkan perbedaan makna, asalkan sanadnya sama-

sama sahih, maka hal tersebut dapat ditoleransi.

Selanjutnya untuk sampai kepada kesimpulan bahwa matan hadis

tersebut berkualitas sahih, tolok ukur yang digunakan untuk menentukan

kualitas matan adalah:

1. Tidak bertentangan dengan petunjuk al-Qur‟an.

2. Tidak bertentangan dengan hadis lain yang lebih tinggi

kedudukannya.

Page 71: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.

57

3. Tidak bertentangan dengan akal sehat, indra dan sejarah.

4. Susunan pernyataan menunjukkan ciri-ciri sabda kenabian.76

Semua syarat tersebut setelah dikompromikan dengan isi matan hadis,

tidak ditemukan indikasi adanya pertentangan dengan sumber yang lebih

kuat dan akal pikiran. Karena di dalam al-Qur‟an banyak terdapat ayat-

ayat yang memberi petunjuk kepada manusia untuk tidak berbuat dan

mendengarkan perkataan yang sia-sia sebagaimana firman Allah SWT

dalam surat al Qashash ayat 55;

ي وإذا سعوا اللغأو أعأرضوا عنأو وقالوا لنا أعأمالنا ولكمأ أعأمالكمأ سلم عليأكمأ ل ن بأتغ

اىلي الأ

Artinya : Dan apabila mereka mendengar perkataan yang buruk, mereka

berpaling darinya dan berkata. “Bagi kami amal-amal kami dan

bagimu amal-amalmu, semoga selamatlah kamu, kami tidak ingin

(bergaul) dengan orang-orang jahil”.77

Dalam surat al Furqan ayat : 72 juga dijelaskan;

هدون الزور وإذا مروا باللغأو مروا كراماوالذين ل يشأ

Artinya : Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu, dan

apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan

76 Bustamin, Metodologi Kritik Hadis, (Jakarta, Rajawali Press, 2004). h. 46

77 Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya,(Surabaya surya Cipta

Aksara 1993). Juz. 20, h. 618

Page 72: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.

58

perbuatan-perbuatan yang tidak berfaidah, mereka lalui (saja)

dengan menjaga kehormatan dirinya.78

Sedangkan dari hadis Nabi Saw. pun banyak yang mendukung

sebagaimana diriwayatkan oleh an Nassa‟i yaitu:

ث ر م ا أ م ك ة ع مأ الأ م وأ ي ر ه ط ت ي ل ج ر نأ ا م ص.م م اهلل ول س ر ل ال : ق ال ق انأ م لأ س نأ ع

ن م و ل ب أ ق ا ل ة ار ف ك ان ك ل إ و ت ل ص ض قأ ي ت ح ت ص نأ ي و ة ع مأ ى الأ ت أأ ي ت ح و ت يأ ب نأ م ج ر يأ

ة ع مأ الأ

Artinya : Dari Salman, telah berkata kepadaku Rasulullah Saw: “Tidaklah

seorang laki-laki yang mensucikan diri pada hari jum‟at

sebagaimana diperintahkan, kemudian keluar dari rumahnya

hingga tiba shalat jum‟at, dan diam serta memperhatikan khutbah

jum‟at hingga selesai shalatnya, kecuali dihapus dosa-dosa

sebelumnya dari sebelum hari jum‟at.79

Setelah melakukan penelitian tentang kualitas matan sebagaimana

telah diuraikan diatas, maka dapat diketahui bahwa matan hadis tersebut

tidak terdapat syadz (kejanggalan) dan illat (cacat) yang terkandung di

dalamnya. Maka dengan demikian hadis ini dilihat dari segi kualitas

matan adalah sahih lil matani.

78 Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya,(Surabaya surya Cipta

Aksara 1993). Juz. 19, h. 569

79 Abu Abdurrahman Ahmad bin Syu‟aib bin Ali bin Sinan bin Bahr an Nasa‟i,

Sunan an Nasa‟i, (Beirut; Dar al Fikr, 1995), jilid I, h. 104.

Page 73: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.

59

E. Pemahaman Hadis

Metode yang ditawarkan oleh Yusuf Qardhawi dalam memahami

sunnah yaitu :

a. Memahami Sunnah dengan Tututan al-Qur‟an

Untuk dapat memahami hadis dengan pemahaman yang

benar, jauh dari penyimpangan, pemalsuan, dan penafsiran yang

buruk, maka haruslah kita memahaminya sesuai dengan petunjuk

Al-Qur‟an, yaitu dalam kerangka bimbingan Ilahi yang pasti

benarnya dan tak diragukan keadilannya. Sebagaimana firman

Allah Swt. dalam surat Al-An‟am ayat 115 :

ل لكلماتو وىو السميع الأعليم ل ل مبد قا وعدأ وتتأ كلمة رب ك صدأ

Artinya : “Dan telah sempurnalah kalimat Tuhanmu, dalam kebenaran dan

keadilannya. Tidak ada yang dapat mengubah-ubah kalimat-Nya

dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.80

Bahwa Al- Qur‟an adalah “ruh” dari eksistensi islam, dan

merupakan asas bangunannya. Ia merupakan konstitusi dasar yang

paling pertama dan utama, yang kepadanya bermuara segala

perundang-undangan Islam.

Sedangkan hadis (As-Sunnah) adalah penjelasan terperinci

tentang isi konstitusi tersebut, baik dalam hal-hal bersifat teoritis

80 Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, (Surabaya Surya Cipta

Aksara 1993). Juz. 20, h. 207

Page 74: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.

60

ataupun penerapannya secara praktis. Itulah tugas Rasulullah Saw.

menjelaskan bagi manusia apa yang di turunkan kepada mereka.81

Oleh karenanya tidak mungkin suatu hadis shahih

kandungannya bertentangan dengan ayat-ayat al-Qur‟an yang

muhkamat, yang berisi keterangan-keterangan yang jelas dan

pasti, bisa jadi bertentangan disebabkan hadis tersebut yang tidak

shahih, atau pemahamannya yang tidak tepat.82

b. Mengumpulkan Hadis-hadis yang Satu Tema dan

Pembahasan pada Satu Tempat

Salah satu kaidah dasar untuk memahami sunnah dengan

pemahaman yang benar, yaitu mengumpulkan hadis-hadis shahih

yang punya pembahasan sama dalam satu tempat agar hadis yang

mutasyabih (yang memiliki banyak penafsiran) bisa dikembalikan

ke yang muhkam (maknanya jelas), yang muthlaq (tidak terikat)

dibawa yang muqayyad (terikat), dan „am (maknanya umum) di

tafsirkan oleh yang khosh (maknanya khusus). Seperti yang di

ungkapkan oleh imam ahmad bahwasanya : “Suatu hadis, kalau

tidak engkau kumpulkan jalan-jalannya (sanad-sanadnya), engkau

81 Yusuf al-Qardhawi , Kaifa Nat‟amalu Ma‟a As-Sunnah An-Nabawiyyah, alih

bahasa oleh: Muhammad al-Baqir. Karisma Bandung., 1994. h. 92

82 Suryadi, Metode Kontemporer memahami hadis Nabi. Teras; Yogyakarta, 2008,

h. 137.

Page 75: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.

61

tidak akan paham karena sebagian hadis menafsirkan sebagian

yang lain.”83

Dengan cara seperti ini kita dapat memahami hadis secara

optimal karena dalam metode tematis seperti ini kita dapat

mengumpulkan hadis –hadis yang setema baik yang semakna

maupun yang kontradiktif agar dapat dikompromikan maknanya

serta tidak cukup pula kita memahami suatu permasalahan (tema)

hanya dengan memahami satu hadis saja tanpa menghiraukan

hadis-hadis yang lain.

c. Memadukan Hadis-Hadis yang Kontradiktif (muhktalaful

hadis)

Dalam pandangan Yusuf Qardhawi, pada dasarnya nash-

nash syari‟at tidak mungkin saling bertentangan. Sebab,

kebenaran tidak akan bertentangan dengan kebenaran.

Penentangan yang terjadi adalah lahiriahnya bukan dalam

kenyataannya yang hakiki.84

Dalam hal ini ada dua cara yang dapat

digunakan :

1. Al-jam‟u (pengkompromian)

Hadis dapat dihilangkan pertentangannya dengan

cara mengkompromikan hadis-hadis tersebut, semisal

83 Yusuf al-Qardhawi , Kaifa Nat‟amalu Ma‟a As-Sunnah An-Nabawiyyah, alih

bahasa oleh : Muhammad al-Baqir. Karisma Bandung., 1994. h. 106

84 Yusuf al-Qardhawi , Kaifa Nat‟amalu Ma‟a As-Sunnah An-Nabawiyyah, alih

bahasa oleh: Muhammad al-Baqir. Karisma Bandung., 1994. h. 118

Page 76: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.

62

saja tentang hadis yang melarang seseorang menghadap

ke kiblat ketika buang air besar atau kecil, sementara

ada hadis-hadis yang tampak bertentangan tersebut

dapat di ambil natijah (kesimpulan) bahwa hadis-hadis

larangan dimaksudkan bila dilakukan di tempat terbuka,

sedangkan hadis-hadis yang membolehkan

dimaksudkan bila dilakukan didalam suatu tempat yang

ada pembatasnya (seperti seseorang melakukannya di

WC).

2. Tarjih dan Nsikh wa al-Mansukh

Menurut Yusuf Qardhawi apabila hadis-hadis yang

kontradiktif tersebut tidak bisa dikompromikan, maka

dapat diambil 2 cara :

a. Tarjih : memenangkan salah satu dari dua hadis

atau lebih dengan berbagai cara pentarjihan

yang telah ditentukan oleh para ulama.

b. Al-Nasikh wa al-Mansukh : Mansukh (dihapus)

disini menurut beliau bukan berarti penghapusan

dalam arti sebenarnya, tetapi sebagai rukhshah

(keringanan) atau karena situasi dan kondisi

yang berbeda.

Page 77: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.

63

d. Memahami Asbabul Wurud Hadis (memahami hadis sesuai

dengan latar belakang, situasi, dan kondisi serta tujuan)

Pengertian Asbabul Wurud sendiri adalah sebab-sebab

datangnya suatu hadis, mengetahui asbabul wurud suatu hadis

sangat membutuhkan dalam memahami maksud hadis,

diantaranya adalah dengan meneliti sebab-sebab tertentu

disabdakannya suatu hadis, atau kaitannya dengan „illat (alasan

atau sebab) tertentu yang ditegaskan langsung dari redaksi itu atau

dari istinbath/kesimpulan (maknanya), atau yang dipahami

langsung dari kondisi atau tujuan ketika hadis tersebut di ucapkan

oleh Nabi Saw.

e. Membedakan antara Saran yang Berubah-ubah dan Tujuan

yang Tetap

Dalam memahami hadis harus selalu berpegang dan

mementingkan makna subtansial atau tujuan sarana hakiki teks

hadis,85

karena sarana pada lahiriah (teks) hadis dapat berubah-

ubah dari satu masa ke masa yang lain tetapi kita harus tetap

terpaku pada tujuan hakiki dari hadis tersebut seperti hadis tentang

siwak. Tujuan dari hadis tersebut adalah untuk menjaga

kebersihan dan kesehatan gigi dan mulut, sehingga sarana yang

85 Suryadi, Metode Kontemporer Memahami hadis Nabi, teras:Yogyakarta, 2008,

h. 168.

Page 78: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.

64

digunakan tidak harus berupa siwak tapi dapat juga memakai

sarana masa kini seperti halnya sikat gigi.

f. Membedakan antara Ungkapan Haqiqah dan Majaz

Menurut Yusuf Qardhawi, pemahaman berdasarkan majaz

terkadang merupakan suatu keharusan, karena jika tidak, orang

akan tergelincir kekeliruan, karena banyak hadis yang

menggunakan majaz (kiasan), sebab Nabi Saw. adalah orang yang

menguasai retorika atau balaghoh, Beliau menggunakan majaz

untuk mengungkapkan maksud beliau dengan cara yang sangat

mengesankan.

g. Membedakan antara yang Gaib dan yang Nyata

Didalam hadis tidak berisi tentang realitas di dunia ini,

tetapi banyak diantara beberapa kandungan hadis ada hal-hal yang

berkaitan dengan alam gaib, terhadap hadis mengenai alam gaib

ini, seorang muslim wajib menerimanya, tidak dibolehkan untuk

menolaknya hanya karena menyimpang dengan kebsahan atau

tidak sesuai dengan ilmu pengetahuan.

Kita tetap harus mempercayainya selama hal itu masih

dalam batas kemungkinan menurut akal, walaupun mustahil

menurut kebiasaan. Dalam menyikapi hadis seperti tadi Syaikh

Yusuf Qardhawi sependapat dengan Ibn Taimiyyah, yaitu

menghindari ta‟wil dan mengembangkan hal itu pada Allah Swt..

Page 79: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.

65

h. Memastikan Makna dan Konotasi Kata-kata dalam Hadis

Untuk dapat memahami hadis dengan sebaik-sebaiknya,

menurut beliau penting sekali untuk memastikan makna dan

konotasi kata-kata di gunakan dalam susunan kalimat hadis.

Sebab, konotasi kata-kata tertentu ada kalanya berubah dari suatu

masa ke masa lainnya, dan dari satu lingkungan ke lingkungan

lainnya.86

86 Yusuf al-Qardhawi , Kaifa Nat‟amalu Ma‟a As-Sunnah An-Nabawiyyah, alih

bahasa oleh : Muhammad al-Baqir. Karisma Bandung., 1994. h. 195-197

Page 80: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.

66

BAB III

METODE PENELITIAN TERHADAP JAMA‟AH MASJID

BAITURRAHMAN TENTANG BERBICARA KETIKA KHUTBAH

JUM‟AT

A. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian kuantitatif adalah wilayah generalisasi

yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang digunakan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulan.87

Apabila seseorang ingin meneliti semua

elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan

penelitian populasi. Sedangkan sampel adalah sebuah kelompok anggota

yang menjadi bagian populasi.88

Pengertian lain sampel adalah sebagai

atau wakil dari populasi yang diteliti.

Penelitian ini menggunakan teknik sampel dan yang menjadi

sampel penelitian adalah jama‟ah masjid Baiturrahman Desa Gabus

Kabupaten Pati. Teknik sampel adalah teknik pengambilan sampel,

terdapat berbagai teknik sampel. Teknik sampel pada dasarnya

dikelompokkan menjadi dua yaitu probability sampling dan

nonprobability sampling. Peneliti memilih teknik simple random sampling

yang termasuk dalam kategori probability sampling. Probability sampling

adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang sama bagi

setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.

Pengambilan anggota sampel dari populasi dengan menggunakan teknik

simple random sampling sangat sederhana yaitu dilakukan secara acak

87Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,

dan R&D), (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 117.

88Burhan Nurgiyanto, Gunawan marzuki, Statistik terhadap untuk Penelitian Ilmu-

ilmu Sosial, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2002), h. 21.

Page 81: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.

67

tanpa memerhatikan strata yang ada dalam populasi. Cara demikian

dilakukan bila anggota homogen.89

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik random sampling

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Dalam tujuan mencari dan mengumpulkan data untuk menyusun

laporan penelitian, peneliti memilih tempat dan waktu penelitian sebagai

berikut:

1. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada Masjid Baiturrahman Desa

Gabus Kecamatan Gabus Kabupaten Pati.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama 2 bulan, yaitu pada bulan

September sampai Oktober 2017.

C. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini meliputi sumber data primer yaitu

sumber data yang diperoleh langsung melalui sumber dari pihak pertama

atau data yang di peroleh langsung dari penelitian lapangan yakni dari

tempat yang akan menjadi objek penelitian yaitu masjid Biturrahman Desa

Gabus Kabupaten Pati. Disamping itu juga dari sumber data skunder yaitu

sumber data yang berupa kitab hadits al Kutub at- tis‟ah.90

Dalam

melakukan penelitian terhadap hadits, peneliti mengambil langkah

pertama, yaitu dengan mentakhrij hadits tersebut yang mana peneliti

merujuk kepada lafaz yang ada dalam matan hadits dari kitab al- Mu‟jam

al-Mufahraz li al-Fazi al-Hadits al-Nabawi karya A.J. Wensinck yang di

terjemahkan kedalam bahasa Arab oleh Muhammad Fuad Abd. Al-Baqi‟.

Kedua, melalui penelusuran awal matan hadits dari kitab Mausu‟ah Atraf

89Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,

dan R&D), (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 121.

90Sahih al-Bukhari, Sahih Muslim, Sunan Abu Daud, Sunan al-Tirmidzi, Sunan al-

Nasa‟i, Sunan Ibnu Majah, dan kitab Muwatta Malik, Ahmad bin Hambal serta Sunan al-

Darimi.

Page 82: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.

68

al-Hadits karya Abu Hajir Muhammad al- Sa‟id Basyuni Zaghlul. Ketiga,

melalui tema-tema kunci dari kitab Miftah al-Kunuz al-Sunnah A.J.

Wensinck yang diterjemahkan kedalam bahasa arab oleh Muhammad Fuad

Abd. Al-Baqi‟. Keempat, melakukan penelitian sanad (kritik matan sanad)

hadits dari data yang di ambil dari kitab rijal al-Hadits untuk kemudian

menentukan kedudukan hadits. Kemudian melakukan penelitian matan

dari hasil penelitian sanad. dan mengambil sumber dari buku-buku yang

berkenaan dengan skripsi peneliti.

D. Teknik Pengumpulan Data

Bagian ini, akan dibahas mengenai cara pengumpulan data yang

dilakukan oleh peneliti. Adapun metode yang digunakan peneliti dalam

teknik pengumpulan datanya sebagai berikut:

1. Metode Angket

Metode angket adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis

kepada responden untuk dijawabnya.91

Angket ini merupakan daftar

yang didalamnya memuat pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan

kepada pihak responden (pihak yang dimintai jawaban pertanyaan).

Pertanyaan tersebut telah disediakan jawabannya untuk dipilih

menurut apa yang di anggap cocok atau sesuai dengan pendapat dan

keyakinan responden tersebut. Metode ini digunakan untuk

memperoleh data mengenai pemahaman jama‟ah tentang hadits

larangan bicara ketika khutbah (variabel X) dan jama‟ah yang

berbicara saat khutbah jum‟at (variabel Y) dan di peroleh dari sampel

jama‟ah yang hadir di masjid Baiturrahman Desa Gabus Kabupaten

Pati.

91Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan

R&D), (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 142.

Page 83: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.

69

Instrumen yang telah disusun diujicobakan untuk mengetahui

validitas suatu instrumen yang tujuannya untuk mengetahui kelayakan

item-item tersebut. Salah satunya yaitu uji validitas.

a. Menggunakan rumus korelasi Product moment dari Pearson.

Rumusnya adalah92

∑ (∑ ) (∑ )

√ ∑ (∑ )( ∑ (∑ ))

Keterangan :

= Koefisien korelasi antara variabel X dan Variabel Y

N = Jumlah jama‟ah

∑ = jumlah skor butir

∑ = jumlah skor total

2. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi merupakan metode yang digunakan dengan

mencari data melalui peninggalan tertulis, seperti arsip dan termasuk

juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil atau hukum dan lain-lain

yang berhubungan dengan penelitian.93

Dalam hal ini peneliti akan mengambil gambar-gambar yang

memiliki hubungan tentang larangan berbicara saat khutbah jum‟at di

masjid Baiturrahman Desa Gabus Kabupaten Pati.

92Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara,

2002), h. 69.

93S. Margono, Metode Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), h.

181.

Page 84: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.

70

E. Teknik Pengolahan Data

Setelah data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah menganilis data

tersebut. Peneliti menggunakan tiga tahap analisis, yaitu sebagai berikut :

1. Analisis Pendahuluan

Analisi pendahuluan merupakan tahap pertama dengan menyusun

tabel distribusi frekuensi sederhana sesuai variabel yang ada, yaitu data

tentang larangan berbicara saat khutbah jum‟at. Peneliti memasukkan

hasil peroleh angket responden kedalam tabel distribusi frekuensi

untuk memudahkan perhitungan dalam pengolahan data selanjutnya.

a. Penskoran

Data yang diperoleh peneliti melalui angket tersebut dianalisis

dalam bentuk kuantitatif. Langkah yang diambil untuk mengubah

data dari kualitatif menjadi kuantitatif adalah memberi nilai pada

setiap item jawaban pada pertanyaan angket untuk responden

dengan menggunakan skala Likter.

Skala Likter digunakan untuk mengukur sikap pendapat dan

persepsi seorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.

Melalui skala likert maka variabel yang akan diukur dijabarkan

menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut

dijakidakan sebagai tolak ukur untuk menyusun item-item

instrumen yang dapat berupa pernyataan dan pertanyaan.

Penskoran dalam angket ini berurut-urutan nilainya 3, 2, 1 (dari

option a, b, sampai c). Jawaban pada angket bernilai 3 jika

menjawab option pilihan jawaban a, karena pada semua option

jawaban a berisi deskripsi diam saat khotib menyampaikan

khutabah. Begitu seterusnya sampai option b dan c, nilainya

menurun menjadi 2 pada option b dan 1 pada option c.

b. Penelitian menguji rumusan masalah yang pertama dan kedua

dengan mencari distribusi frekuensi hasil angket tentang berbicara

saat khutbah jum‟at di masjid Baiturrahman Desa Gabus dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

Page 85: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.

71

1. Mencari mean dan standar deviasi pemahaman jama‟ah tentang

hadits larangan berbicara saat khutbah jum‟at dengan rumus

sebagai berikut:

M

SD √ ( )

Keterangan:

M = mean (rata-rata)

= jumlah nilai

SD = standar Deviasi

N = jumlah subjek

2. Membuat interval untuk menentukan kategori nilai angket

pemahaman jama‟ah tentang hadits larangan berbicara saat

khutbah jum‟at dengan rumus:

i =

keterangan:

i = interval

R =ranger

K =kelas interval

3. Mencari mean nilai angket tentang jama‟ah berbicara saat

khutbah jum‟at dengan rumus sebagai berikut:

M

SD √ ( )

4. Membuat interval untuk menentukan kategori nilai angket

jam‟ah berbicara saat khutbah jum‟at dengan rumus sebagai

berikut:

i =

Page 86: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.

72

c. Analisis Ujian Hipotesis

Ujian hipotesis digunakan untuk mengetahui pengaruh pemahaman

jama‟ah masjid Baiturrahman dalam berbicara saat khutbah jum‟at.

Analisis ujian hipotesisn ini menggunakan teknis regresi. Analisi

regresi dilakukan untuk menunjukkan besar pengaruh antara

variabel bebas (X) dengan variabel (Y). Analisis regresi yang

digunakan adalah analisi regresi linier sederhana.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1) Mencari hubungan antara predictor dan kriterium melalui

teknik korelasi Moment dari Person melalui rumus.94

rxy =

√( ) ( )

Σxy = ΣXY - ( ) ( )

Σ = Σ - ( )

Σ = Σ - ( )

Keterangan:

rxy = angka indeks korelasi product Moment

N = jumlah responden

Σxy = jumlah hasil perkalian antara skor x dan y

Σx = jumlah skor x

Σy = jumlah skor y

Σ = jumlah kuadrat masing-masing skor variabel x

Σ = jumlah kuadrat masing-masing skor variabel y

2) Mengkonsultasikan hasil hitungan r diatas dengan

menggunakan tabel, baik dalam 1% maupun taraf 5%.

3) Melakukan uji signifikansi korelasi dengan rumus95

:

94Sutrisno Hadi, Analisis Regresi, (Yogyakarta: Andi Offset, 2004), h. 4.

Page 87: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.

73

t = √

4) Mengkonsultasikan hasil hitungan t diatas dengan

menggunakan tabel baik taraf 1% maupun taraf 5%.

5) Mencari persamaan regresi.

6) Analisis varian garis regresi96

=

Keterangan:

= harga bilangan F untuk garis regresi

= rerata kuadrat garis regresi

= rerata kuadrat residu

2. Analisis lanjut

Melalui perhitungan dengan menggunakan rumus di atas, maka dapat

diketahui Setelah diketahui dapat dilakukan uji hipotesis

dengan membandingkan nilai hasil regresi dengan nilai tabel, sehingga

terdapat dua kemungkinan:

a. Jika yang diperoleh itu sama atau lebih besar dari harga

artinya signifikanatau hipotesis diterima.

b. Bila yang diperoleh lebih kecil dari artinya tidak

signifikan atau hipotesis ditolak.

95Iqbal Hasan, Analisis Data Penelitian dengan Statistik, (Jakarta: Bumi Aksara,

2004), h. 96.

96Sutrisno Hadi, Analisis Regresi,(Yogyakarta: Andi Offset, 2004), h. 13.

Page 88: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.

74

BAB IV

ANALISA PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Temuan Hasil Penelitian

1. Analisis Validitas Uji Coba Instrumen

Uji validitas digunakan untuk mengetahui valid atau tidaknya

butir-butir soal angket. Butir soal yang tidak valid akan dibuang dan

tidak digunakan, sedangkan butir soal yang valid digunakan dalam

instrumen angket untuk memperoleh data dari responden.

Hasil analisis perhitungan validitas butir soal r hitung

dikonsultasikan dengan harga kritik r product Moment dengan taraf

signifikansi 5%. Bila harga r hitung > dari r tabel maka butir soal

tersebut dinyatakan valid, begitu sebaliknya.

Tabel1.1

No. Kriteria Nomor butir soal Jumlah Prosentase

1. Valid 1,2,3,4,5,6,7,1,2,3,4,5,6,7 14 80%

2. Tidak

Valid

Variabel X (8,9,10)

Variabel Y (8,9,10)

6 20%

Total 20 100%

2. Data pemahaman jama‟ah tentang hadislarangan berbicara saat

khutbah jum‟at di masjid Baiturrahman Desa Gabus.

Page 89: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.

75

Berikut adalah rekapitulasi nilai angket pemahaman jama‟ah tentang

hadits larangan berbicara saat khutbah jum‟at di masjid Baiturrahman

Desa Gabus.

Tabel 1.2

Hasil Angket variabel X (Pemahaman jam‟ah tentang hadits

larangan berbicara saat khutbah jum‟at)

Responden X

M

M-X ( )

1 15 16,6086 1,6086 2,58759396

2 16 16,6086 0,6086 0,37039396

3 16 16,6086 0,6086 0,37039396

4 16 16,6086 0,6086 0,37039396

5 16 16,6086 0,6086 0,37039396

6 17 16,6086 -0,3914 0,15319396

7 17 16,6086 -0,3914 0,15319396

8 16 16,6086 0,6086 0,37039396

9 15 16,6086 1,6086 2,58759396

10 15 16,6086 1,6086 2,58759396

11 18 16,6086 -1,3914 1,93599396

12 18 16,6086 -1,3914 1,93599396

13 17 16,6086 -0,3914 0,15319396

14 16 16,6086 0,6086 0,37039396

Page 90: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.

76

15 24 16,6086 -7,3914 54,632794

16 18 16,6086 -1,3914 1,93599396

17 16 16,6086 0,6086 0,37039396

18 15 16,6086 1,6086 2,58759396

19 13 16,6086 3,6086 13,021994

20 15 16,6086 1,6086 2,58759396

21 16 16,6086 0,6086 0.37039396

22 16 16,6086 0,6086 0.37039396

23 21 16,6086 -4,3914 19.284394

Jumlah 382 16,6086 0.7806 109,107863

Melalui data angket dengan 23 responden menunjukkan bahwa nilai tertinggi

untuk variabel X ialah 24 dan terendah adalah 13. Langkah selanjutnya adalah

menentukan rata-rata dan standart deviasinya.

a. Menentukan mean:

M

M

Menentukan standart deviasi:

b. SD √ ( )

SD √

2,22698

Page 91: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.

77

Melalui data tersebut dapat ditentukan kelas interval dengan rumus:

c. Menentukan kelas interval

K = 1 + 3,3 log N

= 1 + 3,3 log 23

= 1 + 4,493

= 5,493 (dibulatkan menjadi 5)

d. Menentukan range dengan rumus

R = H-L

= 24- 11

=13

e. Menentukan interval kelas:

I = R/K

= 13/5

= 2,6 (dibulatkan menjadi 2)

Keterangan:

K : Jumlah kelas interval

n : Jumlah data (responden)

R : Jarak Pengukur (range)

L : Nilai terendah

H : Nilai tertinggi

I : Interval kelas

Diperoleh kualifikasi dan interval nilai sebagai berikut :

Page 92: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.

78

Tabel 1.3

Distribusi Frekuensi Skor Data Variabel X (Pemahaman jama‟ah

tentang hadits larangan berbicara saat khutbah jum‟at)

No. Interval Frekuensi

absolute

Frekuensi

relative

1 16 ke atas 2 3,87%

2 13-15 0 0%

3 10-12 10 10,66%

4 7-9 11 85,46%

Ʃ 23 100%

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa terdapat 11 jama‟ah atau

85,46% memperoleh nilai pada interval 7-9, terdapat 10 jama‟ah atau 10,66%

memperoleh nilai pada interval 10-12, tidak ada jama‟ah yang mendapatkan nilai

13-15, dan 2 jama‟ah atau 3,87% memperoleh nilai pada interval 16 keatas.

Tabel 1.4

Kualitas Variabel X (Pemahaman jama‟ah tentang hadits larangan

berbicara saat khutbah )

Rata-rata Interval Kualitas Criteria

16,6086

11-16 Kurang

Kurang 17-20 Cukup

21-23 Baik

Page 93: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.

79

Uraian data di atas dapat diketahui bahwa pemahaman jama‟ah tentang

hadits larangan berbicara saat khutbah jum‟at di masjid Baiturrahman Desa Gabus

Kabupaten Pati kategorinya kurang, yaitu berada pada interval 11-14 dengan nilai

rata-rata 16,6086.

3. Data jama‟ah berbicara saat khutbah jum‟at di masjid

Baiturrahman Desa Gabus Kabupaten Pati.

Berikut adalah tabel rekapitulasi nilai angket jama‟ah berbicara

saat khutbah jum‟at di masjid Baiturrahman Desa Gabus Kabupaten

Pati.

Tabel 1.5

Hasil Angket variabel Y ( Jam‟ah berbicara saat khutbah jum‟at

di masjid Baiturrahman Desa Gabus)

Responden Y

M

M-Y ( )

1 15 16,3913 1,3913 1,93571569

2 16 16,3913 0,3913 0,15311569

3 16 16,3913 0,3913 0,15311569

4 16 16,3913 0,3913 0,15311569

5 16 16,3913 0,3913 0,15311569

6 17 16,3913 -0,6087 0,37051569

7 17 16,3913 -0,6087 0,37051569

8 16 16,3913 0,3913 0,15311569

Page 94: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.

80

9 15 16,3913 1,3913 1,93571569

10 15 16,3913 1,3913 1,93571569

11 18 16,3913 -1,6087 2,58791569

12 18 16,3913 -1,6087 2,58791569

13 14 16,3913 2,3913 5,71831569

14 16 16,3913 0,3913 0,15311569

15 24 16,3913 -7,6087 57,8923157

16 18 16,3913 -1,6087 2,58791569

17 14 16,3913 2,3913 5,71831569

18 15 16,3913 1,3913 1,93571569

19 13 16,3913 3,3913 11,5009157

20 15 16,3913 1,3913 1,93571569

21 16 16,3913 0,3913 0.15311569

22 16 16,3913 0,3913 0.15311569

23 21 16,3913 -4,6087 21,2401157

Jumlah 377 16,3913 -0,0001 121,478261

Melalui data angket dengan 23 responden menunjukkan bahwa nilai tertinggi

untuk variabel Y ialah 24 dan terendah adalah 14. Langkah selanjutnya adalah

menentukan rata-rata dan standart deviasinya.

a. Menentukan mean:

M

Page 95: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.

81

M

Menentukan standart deviasi:

b. SD √ ( )

SD √

2,363932

Melalui data tersebut dapat ditentukan kelas interval dengan rumus:

c. Menentukan kelas interval

K = 1 + 3,3 log N

= 1 + 3,3 log 23

= 1 + 4,493

= 5,493 (dibulatkan menjadi 5)

d. Menentukan range dengan rumus

R = H-L

= 24- 11

=13

e. Menentukan interval kelas:

I = R/K

= 13/5

= 2,6 (dibulatkan menjadi 2)

Keterangan:

Page 96: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.

82

K : Jumlah kelas interval

n : Jumlah data (responden)

R : Jarak Pengukur (range)

L : Nilai terendah

H : Nilai tertinggi

I : Interval kelas

Diperoleh kualifikasi dan interval nilai sebagai berikut :

Tabel 1.6

Distribusi Frekuensi Skor Data Variabel Y (Jama‟ah berbicara saat

khutbah jum‟at di masjid Baiturrahman Desa Gabus)

No. Interval Frekuensi

absolute

Frekuensi

relative

1 20 ke atas 2 3,87%

2 17-19 0 0%

3 14-16 10 10,66%

4 11-13 11 85,46%

Ʃ 23 100%

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa terdapat 11 jama‟ah atau

85,46% memperoleh nilai pada interval 11-13, terdapat 10 jama‟ah atau 10,66%

memperoleh nilai pada interval 14-16, tidak ada jama‟ah yang mendapatkan nilai

17-19, dan 2 jama‟ah atau 3,87% memperoleh nilai pada interval 20 keatas.

Page 97: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.

83

Tabel 1.7

Kualitas Variabel Y (Jama‟ah berbicara saat khutbah jum‟at di masjid

Baiturrahman Desa Gabus )

Rata-rata Interval Kualitas Criteria

16,3913

6-11 Kurang

Kurang 12-17 Cukup

18-23 Baik

Uraian data di atas dapat diketahui bahwa pemahaman jama‟ah tentang

hadits larangan berbicara saat khutbah jum‟at di masjid Baiturrahman Desa Gabus

Kabupaten Pati kategorinya kurang, yaitu berada pada interval 6-11 dengan nilai

rata-rata 16,3913.

B. Analisis Data dan Uji Hipotesis

1. Analisis Pendahuluan

Tabel 4.8

Koefisien Korelasi Antara Variabel X (Pemahaman jama‟ah

tentang hadits larangan berbicara saat khutbah) dan Variabel

Y (Jama‟ah berbicara saat khutbah jum‟at)

Respon X Y XY

1 15 225 15 225 225

2 16 256 16 256 256

3 16 256 16 256 256

4 16 256 16 256 256

Page 98: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.

84

5 16 256 16 256 256

6 17 289 17 289 289

7 17 289 17 289 289

8 16 256 16 256 256

9 15 225 15 225 225

10 15 225 15 225 225

11 18 324 18 324 324

12 18 324 18 324 324

13 17 289 14 196 238

14 16 256 16 256 256

15 24 576 24 576 576

16 18 324 18 325 324

17 16 256 14 196 224

18 15 225 15 225 225

19 13 169 13 169 169

20 15 225 15 225 225

21 16 256 16 256 256

22 16 256 16 256 256

23 21 441 21 441 441

Dari tabel diatas dapat diketahui:

N =23

ΣX = 382

Page 99: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.

85

Σ = 6454

ΣY = 377

Σ = 6302

ΣXY = 6371

2. Analisis Uji Hipotesis

a. Menentukan korelasi antara kedua variabel dapat dicari dengan

menggunakan rumus korelasi product moment1, sebagai

berikut:

rxy =

√( ) ( )

Σxy = ΣXY - ( ) ( )

Σxy = 6371 - ( ) ( )

Σxy = 6371 -

Σxy =

Σxy =

Σxy = 109,521

Σ = Σ - ( )

Σ = 6454 - ( )

Σ =

Σ =

Σ = 109,478

Σ = Σ - ( )

1Sutrisno Hadi , Analisis Regresi, (Yogyakarta: Andi Offset, 2004), h. 4.

Page 100: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.

86

Σ = 6302- ( )

Σ =

Σ =

Σ = 122,739

Maka dapat diketahui korelasinya dengan rumus sebagai

berikut:

rxy =

√( ) ( )

rxy =

√( ) ( )

rxy =

rxy = 8,1506

b. Menguji korelasi tersebut signifikan atau tidak

Penelitian menguji hasil perhitungan dengan menggunakan

teknik korelasi momenttangkar pearson untuk mendapatkan

apakah harga (r hitung) = 8,1506 tersebut signifikan atau

tidak. Peneliti mengkonsultasikan dengan tabel r teoritik.

Melalui tabel r teoritik dengan N = 23 ditemukan harga pada

taraf signifikan 5% sebagai berikut:

(r hitung) = 8,1506

1% = 0,286

Jadi < 1% berarti tidak signifikan.

c. Menentukan analisis varian garis regresi dengan rumus sebagai

berikut:

=

= Σ

Page 101: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.

87

=

=

= 109,565

=

= 122,739 – 109,565

= 13,174

= N-1

= 23-1

= 22

= N-2

= 23-2

= 23-2

= 21

=

=

= 109,565

=

=

= 0,628

=

=

= 174,467

C. Pembahasan

Setelah di ketahui hasil perhitungan di atas, untuk mengetahui

signifikan pemahaman jama‟ah tentang hadits larangan berbicara saat

khutbah jum‟at didesa Gabus Kabupaten Pati adalah membandingkan

Page 102: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.

88

dengan . Hasil perhitungan diperoleh observasi = 174,467

maka langkah selanjutnya mengkonsultasikan dengan nilai F tabel pada

taraf signifikansi 5% maupun 1%.

Nilai 5% = adalah 1,223, jadi < 5% berarti tidak

signifikan.

Selanjutnya dikonsultasikan kepada pada signifikansi 1%

diperoleh hasil sebagai berikut;

Nilai 1% = 2,156, jadi < berarti tidak signifikan.

Perhitungan di atas, observasi lebih kecil dari pada pada

taraf signifikansi baik 5% maupun 1%, ini berarti hipotesis yang peneliti

ajukan dengan bunyi “ ada pengaruh yang signifikan pemahaman jama‟ah

tentang hadits larangan berbicara saat khutbah jum‟at di masjid

Baiturrahman Desa Gabus Kabupaten Pati” ditolak. Dan penelitian ini

pada dasarnya jama‟ah masjid Baiturrahman Desa Gabus Kecamatan Pati

tidak memahami tentang hadits larangan berbicara saat khutbah jum‟at.

Page 103: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.

89

BAB V

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Pada akhirnya pembahasan skripsi yang berjudul pemahaman

jama‟ah masjid Baiturrahman Desa Gabus Kabupaten Pati tentang Hadits

larangan berbicara saat khutbah jum‟at peneliti dapat menyimpulkan

beberapa hal sebagai berikut:

1. Pemahaman jama‟ah tentang hadits larangan berbicara saat

khutbah jum‟at di masjid Baiturrahman Desa Gabus dalam

kategori kurang, terbukti rata-rata nilai angketnya ialah

16,6086 pada interval 11-14.

2. Jama‟ah berbicara saat khutbah jum‟at di masjid Baiturrahman

Desa Gabus termasuk dalam kategori kurang terbukti rata-rata

nilai angketnya 16,3913 pada interval 6-11.

3. Berdasarkan data yang telah diperoleh melalui analisis regresi

diketahui = 1,223 lebih kecil dari pada baik pada

taraf signifikansi 5% maupun pada taraf signifikan 1% = 2,156,

karena lebih kecil dari maka hasil perhitungan di

atas menunjukkan ada pengaruh yang signifikan antara

pemahaman jama‟ah tentang hadits larangan berbicara saat

khutbah jum‟at terhadap jama‟ah yang berbicara saat khutbah

jum‟at di masjid Baiturrahman Desa Gabus Kabupaten Pati

sehingga hipotesis ditolak. Dari hipotesis ini pemahaman

Page 104: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.

90

jama‟ah tentang hadits larangan berbicara saat khutbah jum‟at

masih kurang baik, sehingga perlu penyuluhan atau himbauan

sebelum khotib mulai khutbah berlangsung.

B. Saran

Berdasarkan kajian teori dan hasil penelitian lapangan yang peniliti

kemukakan, ada beberapa saran sebagai berikut:

1. Terbukti melalui perhitungan dengan kategori kurang untuk

pemahaman jama‟ah tentang hadits larangan berbicara saat

khutbah jum‟at di masjid Baiturrahman Desa Gabus Kabupaten

Pati, sehingga perlu adanya pengajian tambahan untuk

menerangkan tentang hadits larangan berbicara saat khutbah

jum‟at serta faidahnya.

2. Kategori jama‟ah berbicara saat khutbah jum‟at akan lebih baik

jika jama‟ah dihimbau sebelum khotib beranjak ke mimbar,

sehingga suasana tenang. Bagi anak-anak agar selalu di awasi

oleh panitia masjid biar tidak gaduh.

Page 105: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.

91

DAFTAR PUSTAKA

- Abd al Hadi, Abu Muhammad abd al Mahdi bin Abdul Qadir, Thuruq Takhrij

Hadis Rsulullah, alih Bahasa Said Agil Munawwar, Ahmad Rifqi Muchtar,

Semarang, Dina Utama, 1994.

- Abu Syuhbah, Muhammad, at Ta‟rif bi Kitb al Sunnah al Sittah,Kairo,

Maktabah al Ilm, 1969.

- Al-Bantany, Nur‟aisyah Rahasia Kedahsyatan Hari Jum‟at, Jakarta: Lembar

Langit Indonesia, 2014.

- Bukhari, Abu Abdillah ibn Ismail ibn al Mughirah, Sahih Bukhari, Beirut, Dar

al Islamiyah, 1992.

- Bustamin, Metodologi Kritik Hadis, Jakarta, Raja Grafindo, 1991.

- Departemen Agama RI, Al Qur‟an dan Terjemahannya, Surabaya, Surya Cipta

Aksara, 1993

- Departemen Pendidikn Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai

Pustaka, 2005.

- Husain, Imam Taqiyuddin Abu Bakar bin Muhammad, Kifayatul Akhyar Fii Al-

Halli Ghayatil Ikhtisar, alih bahasa oleh Syarifuddin Anwar, Misbah Mustafa,

Surabaya, CV Bina Iman, (t.th).

- Husin, Huri Yasin. Fikih Masjid, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2011.

- Ibn Rusyid, Abu al Walid Muhammad bin Ahmad, Bidayatul Mujtahid

Wanihayat al Muqtasid, alih bahasa oleh Abdurrahman Haris Abdillah,

Semarang. CV. As Syifa, 1990.

Page 106: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.

92

- Ismail, Syuhudi, Cara Praktis Mencari Hadis, Jakarta, Bulan Bintang, 1991.

- Ismail, Syuhudi,Metode Penelitian Hadis Nabi, Jakarta, Bulan Bintang, 1992.

- Ismail, Syuhudi,Pengantar Ilmu Hadis, Bandung, Angkasa, 1994.

- Kahlany, Muhammad bin Ismail al amir, Subulu as Salam, Damman, Dar ibn al

Jauzy, 1997.

- Muhammad Nashirudin al Albani, Shahih al Jami‟ ash-Shaghir, al Maktab al

Islami, 1988.

- Rifa‟i, Muhammad, Risalah Tuntunan Shalat Lengkap, Semarang, Toha Putra,

(t.th).

- Sabiq,Sayyid, Fiqih Sunnah, Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2004.

- Shalih, Subhi as, Ulum al Hadis wa Mustalahul, Malayin, Dar al Ilm, 1977.

- Sunarto, Ahmad, Himpunan Khutbah Jum‟at, Jatim, Yayasan Amanah Tuban,

1997.

- Suparta, Munzir, Utang Ranuwijaya, Ilmu Hadis, Raja Grafindo Persada, 1993.

- Suryadi, Metode Kontemporer Memahami Hadis Nabi,Teras: Yogyakarta, 2008.

- Syaikh Salim, „Ied Al – Hilal, Ensiklopedia Larangan Menurut Al-Qur‟an dan

As-Sunnah, terj. Abu Ihsan Al-Atsari, jilid 1. Pustaka Imam Asy- Syafi‟I, 2005.

- Thahhan, Mahmud, Metode Takhrij dan Penelitian Sanad Hadis, Surabaya, PT.

Bina Ilmu, 1995.

- Yusuf al-Qardhawi ,Kaifa Nat‟amalu Ma‟a As-Sunnah An-Nabawiyyah, alih

bahasa oleh : Muhammad al-Baqir. Karisma Bandung., 1994.

- Hadi, Sutrisno , Analisis Regresi, Yogyakarta: Andi Offset, 2004.

- Hasan, iqbal, Analisis Data Penelitian dengan Statistik, Jakarta: Bumi Aksara,

2004.

Page 107: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.

93

- Arikunto, Suharsimi, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2002.

- S. Margono, Metode Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2004.

- Ibn Hajar al Asqalani, Syihab al Din Ahmad ibn Ali, Tahzib al Tahzib, Beirut: Dar al

Fikr, 1984.

- Yusuf al Mizzy, Jamaluddin Abi Hajjaj, Tahzib al Kamal Fi Asma al Rijal, Beirut:

Mu‟assasah al Risalat, 1992.

Page 108: PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43927/2/AHMAD NUR... · PEMAHAMAN JAMA‟AH MASJID BAITURRAHMAN ... yaitu angket dan dokumentasi.

Skema Gabungan Seluruh Jalur Sanad Hadits

رسىل ص.م

ات هررج

سعذ تن الوسة

اتن شهاب

عقل

اللث

هالك

القعنث

اتى داود

قتثح

التر هسي

األ عرج

ات الس ناد

حى

الوىاطأ

اتن خرج

عثذ الرزاق

احوذ تن حوثل

هحوذ تن رهح

تخاري هسلن