Pelunasan Bea Meterai Atas Dokumen Di Indonesia

10
PELUNASAN BEA METERAI ATAS DOKUMEN DI INDONESIA

description

sdfgghmn

Transcript of Pelunasan Bea Meterai Atas Dokumen Di Indonesia

Page 1: Pelunasan Bea Meterai Atas Dokumen Di Indonesia

PELUNASAN BEA METERAI ATAS DOKUMEN DI INDONESIA

Page 2: Pelunasan Bea Meterai Atas Dokumen Di Indonesia

BAB I

KASUS POSISI

Menurut situs Dirjen Pajak, tagihan kartu kredit dikenakan bea materai. Kalau tidak salah, besarnya adalah Rp 3000 untuk pembayaran sebesar Rp 250 ribu sampai Rp 1 juta, atau Rp 6000 untuk pembayaran di atas Rp 1 juta. Pembayaran kartu kredit di bawah Rp 250 ribu tidak dikenakan bea materai. Biaya ini akan ditagihkan pada tagihan bulan berikutnya.

Tapi ternyata ada beberapa penerbit kartu kredit yang tidak mengenakan bea materai. Berikut adalah hasil pengamatan saya terhadap tagihan beberapa penerbit kartu kredit, apakah mereka mengenakan bea materai atau tidak.

ANZ: ya (info dari catfish)

BCA: ya (info dari Idarmadi)

BII: ya (info dari Jun)

BNI: ya (info dari Slamet Widodo)

Citibank: ya

GE Money: ya

HSBC: tidak, jika menggunakan tagihan elektronik (PDF)

Danamon: ya

Mandiri: ya

Mega: ya (info dari Alex dan Orangutanz)

Standard Chartered: tidak

UOB Buana: ya

Ada yang bisa memberikan informasi untuk penerbit kartu kredit lainnya? Pastikan terlebih dahulu pembayaran anda pada bulan sebelumnya lebih dari Rp 250 ribu.

Aneh jika ada penerbit kartu kredit yang mengenakan bea materai, tapi ada juga yang tidak.

Page 3: Pelunasan Bea Meterai Atas Dokumen Di Indonesia

BAB II

PERMASALAHAN HUKUM

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1985 menetapkan pajak atas dokumen yang disebut bea meterai. Pelaksanaannya kemudian diatur dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2000 Tentang Perubahan Tarif Bea Meterai dan Besarnya Batas Pengenaan Harga Nominal yang dikenakan Bea Meterai. Selama ini banyak orang hanya mengenal bentuk pelunasan dengan meterai tempel saja. Selain itu, banyak pihak juga tidak memahami tentang adanya kewajiban pemeterain kemudian bagi pihak-pihak yang pemegang dokumen dan hendak menggunakannya. Berdasarkan pendekatan yuridis normatif, ditemukan bahwa selain menggunakan benda meterai, bea meterai atas dokumen dapat dilunasi dengan mesin teraan meterai baik manual maupun digital. Pelunasan dengan cara ini sebelumnya dilakukan dengan prosedur yang sudah ditentukan. Untuk pemeteraian kemudian dapat dilakukan dengan menggunakan meterai tempel atau surat setoran pajak. Pemeteraian dengan cara ini dilakukan pada dokumen yang digunakan sebagai alat bukti yang semula tidak terutang bea meterai serta tidak atau kurang dilunasi sebagaimana mestinya. Ketentuan ini juga berlaku terhadap dokumen yang dibuat di luar negeri yang akan digunakan di Indonesia.

Page 4: Pelunasan Bea Meterai Atas Dokumen Di Indonesia

BAB III

ATURAN HUKUM

Hukum menjadi salah satu unsur penting dalam suatu kehidupan bernegara sebagaimana dikemukakan oleh Martosoewigyo, bahwa negara yang dikategorikan sebagai negara hukum harus mempunyai unsur sebagai berikut, yaitu:

1. Pemerintah dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya harus berdasarkan atas hukum atau peraturan perundang-undangan;

2. adanya jaminan terdapat hak-hak asasi manusia (warga negara);

3. adanya pengawasan dari badan-badan peradilan.

Sejak perubahan tahap yang ketiga UUD 1945, prinsip negara hukum disepakati untuk dimuat menjadi rumusan Pasal 1 Ayat (3) karena sifatnya yang sangat mendasar dan fundamental. Bagir Manan juga memberikan pendapat bahwa syarat dalam negara hukum minimal harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut, yaitu:

a. Semua tindakan harus berdasarkan atas hukum;

b. ada ketentuan yang menjamin hak-hak dasar dan hak lainnya;

c. ada kelembagaan yang bebas untuk menilai perbuatan penguasa terhadap masyarakat (badan peradilan yang bebas);

d. ada pembagian kekuasaan.

Berdasarkan batasan-batasan negara hukum yang diuraikan tersebut terlihat adanya penyelenggaraan kepentingan umum, berbentuk pembangunan nasional sebagai tujuan dari negara kesejahteraan. Untuk mencapai tujuan tersebut, negara membutuhkan dana sebagai biaya penyelenggaraan aktivitas negara dan dana yang dibutuhkan oleh negara antara lain diperoleh dari pajak. Saat ini, pajak merupakan salah satu sumber pembiayaan yang sangat potensial karena Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) Republik Indonesia tidak cukup mengandalkan dari hasil minyak bumi, gas alam, dan penghasilan non pajak lainnya. Hasil pajak yang dipungut oleh pemerintah dari masyarakat tidak hanya digunakan untuk membiayai pengeluaran rutin tetapi ditujukan pula untuk pembangunan di segala bidang. Salah satu jenis pajak yang dipungut oleh negara adalah bea meterai. Pajak ini termasuk jenis pajak objektif.

Page 5: Pelunasan Bea Meterai Atas Dokumen Di Indonesia

Pajak objektif menurut Brotodiharjo adalah pajak yang pertama-tama melihat kepada objeknya yang selain daripada benda dapat pula berupa keadaan, perbuatan atau peristiwa yang menyebabkan timbulnya kewajiban membayar kemudian barulah dicari subjeknya (orang atau badan hukum) yang bersangkutan langsung. Subjek yang mempunyai hubungan hukum yang tertentu dengan objek itulah yang ditunjuk sebagai subjek yang harus membayar pajak.

Selama ini banyak orang hanya mengenal bentuk pelunasan dengan meterai tempel saja. Selain itu, banyak pihak juga tidak memahami tentang adanya kewajiban pemeteraian kemudian bagi pihak-pihak yang pemegang dokumen dan hendak menggunakannya. Terlebih lagi dengan adanya globalisasi dunia sekarang ini banyak pihak yang membuat perjanjian di luar negeri dan akan menggunakannya di Indonesia. Berdasarkan uraian tersebut, maka akan dikaji mengenai bentuk pelunasan bea meterai atas dokumen selain dengan meterai tempel dan bentuk pemeteraian kemudian atas suatu dokumen.

Dasar Hukum Bea Materai

UU No 13 tahun 1985 tentang bea materai :Bahwa pembangunan Nasional menuntut keikut sertaan segenap warganya untuk berperan menghimpun dana pembiayaan yang memadai, terutama harus bersumber dari kemampuan dalam negeri, hal mana merupakan perwujudan kewajiban kenegaraan dalam rangka mencapai tujuan pembangunan Nasional. ( demikian bunyi salah satu ayat pembukaan UU no: 13 tahun 1985 tentang bea materai )Selanjutnya dalam ketentuan umum disebutkan dengan mana bea materai dikenakan pajak atas dokumen, dan yang dimaksud dokumen dalam UU no:13/1985 adalah salah satunya disebut " Kertas yang berisikan tulisan yang mengandung arti dan maksud tentang perbuatan, keadaan atau kenyataan bagi seseorang dan/atau pihak-pihak yang berkepentingan dalam pasal 2 UU no:13/1985 dokumen tersebut salah satunya berbentuk surat perjanjian, dari alur kutipan UU no:13 tahun 1985, mencoba memaparkan korelasi meterai dengan perjanjian , mengingat di masyarakat sudah terlanjur tertanam bahwa perjanjian tidak syah apabila tidak bermeterai.Apa yang termakna dalam UU no : 13 tahun 1985 pengenaan meterai dalam kegiatan penggalangan dana demi pembangunan dan kemakmuran dengan kata lain bahwa materai sama saja dengan pajak,

Page 6: Pelunasan Bea Meterai Atas Dokumen Di Indonesia

lalu bagaimana hubungannya materai dengan dokumen yang berbentuk surat perjanjiannya.Perjanjian dalam hukum perdata Indonesia dapat diartikan suatu persetujuan dengan mana dua orang atau lebih saling mengikatkan diri untuk melaksanakan suatu hal ( mengenai harta kekayaan ).Pemahaman suatu hal yang diperjanjikan pasti sesuatu yang mempunyai nilai,dengan alasan inikah mungkin dibentuknya UU tentang materai.Kembali pada inti perjanjian sesuai pasal 1320 Kuh Perdata ( BURGERLIJK WETBOEK ) yang mengatur tentang syarat-syarat syah Perjanjian : 1.Adanya persetujuan kehendak antara para pihak yang membuat perjanjian ( consensus )

2.Adanya kecakapan para pihak untuk membuat perjanjian ( capacity )3.Adanya suatu hal tertentu ( Obyek )4.Adanya suatu sebab yang halal ( causa )

Jadi sebetulnya perjanjian tanpa di bubuhkan sehelai materai pun tetap syah, lantas bilamana materai di butuhkan pada perjanjian,dengan alas pijak pada pasal 2 ayat 1(A) UU no : 13 tahun 1985, dikenakan bea materai atas dokumen yang berbentuk surat perjanjian dan surat-surat lainnya yang dibuat dengan tujuan untuk digunakan sebagai alat pembuktian ( Pengadilan )bilamana surat perjanjian (dokumen) tidak dibubuhkan materai dianggap dokumen yang bersangkutan tidak bermaterai (pasal 7 ayat 9 UU no : 13 thn 1985 ), selanjutnya dilakukan pemateraian kemudian oleh kantor pos dan giro dikenakan denda sebesar 200% dari bea materai yang tidak atau kurang dibayarkan.jadi mungkin inilah alasan2 masyarakat menyimpulkan kalau membuat perjanjian harus dibubuhkan materai disebabkan :1. Tidak mau repot lagi dikemudian hari apabila surat perjanjian tsb

digunaka sebagai alat pembuktian (pengadilan)2. Masyarakat bertindak ekonomis,mengingat apabila pemateraian

kemudian hari dikenakan denda administrasi sebsar 200 % dan hemat waktu

3. Keterbatasan pemahaman terhadap UU yang diberlakukan4. Tidak adanya ketegasan bunyi dari UU yang diberlakukan.

Page 7: Pelunasan Bea Meterai Atas Dokumen Di Indonesia

BAB IVANALISA

Pada setiap lembaran pemberitahuan tagihan dari kartu kredit terdapat biaya materai sesuai dengan undang undang jumlah nominalnya. Yang jadi pertanyaan menjadi tanggung siapakah beban biaya materai tersebut ? apakah pihak bank atau nasabah ?

Menurut saya sesuai dengan surat edaran dirjen pajak No.,13/PJ.5/2001, adalah tanggung jawab pihak bank. Untuk lebih meyakinkan saya mohon kiranya saya diberikan advis atau referensi yang lebih menguatkan pendapat saya tersebut. Ini akan sangat bermanfaat bagi semua nasabah kartu kredit di negara kita ini, terima kasih.

BAB VPENUTUP

Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa bea meterai atas dokumen dapat dilunasi dengan mesin teraan meterai baik manual maupun digital. Pelunasan dengan cara ini sebelumnya dilakukan dengan prosedur yang sudah ditentukan. Untuk pemeteraian kemudian dapat dilakukan dengan menggunakan meterai tempel atau surat setoran pajak. Pemeteraian dengan cara ini dilakukan pada dokumen yang digunakan sebagai alat bukti yang semula tidak terutang bea meterai serta tidak atau kurang dilunasi sebagaimana mestinya. Ketentuan ini juga berlaku terhadap dokumen yang dibuat di luar negeri yang akan digunakan di Indonesia.