Peluang implementasi Development by Design (DbD) di Sektor HTI

21
Peluang Penerapan Development by Design (DbD) Pada Sektor HTI The Viewpoint by Non-Governmental Organization (NGO) Regarding Sustainable Pulp & Paper Industry in accordance with Eco-friendly Environment Musnanda Satar

description

Presentation about Development by Design in plantation

Transcript of Peluang implementasi Development by Design (DbD) di Sektor HTI

Page 1: Peluang implementasi Development by Design (DbD) di Sektor HTI

Peluang Penerapan Development by Design (DbD) Pada Sektor HTI

The Viewpoint by Non-Governmental Organization (NGO) Regarding Sustainable Pulp & Paper Industry in accordance

with Eco-friendly Environment

Musnanda Satar

Page 2: Peluang implementasi Development by Design (DbD) di Sektor HTI

Outline

• Kajian Singkat HTI• Konsep Development by Design (DbD)• Peluang Penerapan DbD pada sektor HTI:

Studi Kasus Kalimantan Timur • Rekomendasi

Page 3: Peluang implementasi Development by Design (DbD) di Sektor HTI

PEMBANGUNAN ADALAH KEHARUSAN

KEBERLANJUTAN ADALAH KENISCAYAAN

KEADILAN dengan dimensi::1. Spatial

2. Volume/nilai3. Antar Generasi.

Disadur dari: Wardojo, 2014

Page 4: Peluang implementasi Development by Design (DbD) di Sektor HTI

Pentingnya Pendekatan Berkelanjutan di Sektor HTI

• HTI merupakan pilihan sektor kehutanan dimana semakin berkurangnya hutan alam untuk produksi harus disubstitusi dengan HTI.

• Pengelolaan HTI belum dilakukan dengan mempertimbangkan faktor-faktor keberlanjutan secara penuh.

• Isu-isu dalam sektor HTI ada banyak seperti misalnya pengelolaan kawasan yang belum maksimal, dimana luas konsesi dengan realisasi penanaman masih minim.

• Implementasi kebijakan di Kaltim untuk lokasi HTI belum dilakukan dengan baik. Dimana seharusnya HTI berada dikawasan HP yang tidak prduktif.

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

412892 305465 279959 457776 374728 399176 188107

7087812 7154832

86730168975375.4310046839.439834744 9931516

Area konsesi vs Realisasi Penanaman

Planting Concession Area

Page 5: Peluang implementasi Development by Design (DbD) di Sektor HTI

1993

1994

1995

1996

1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

010203040506070

23.41

Area of HPH

Alokasi ruang untuk konsesi HPH terus berkurang

-

2,000,000

4,000,000

6,000,000

8,000,000

10,000,000

12,000,000 10,046,839

Area of HTI

Sementara itu alokasi ruang untuk HTI meningkat

Page 6: Peluang implementasi Development by Design (DbD) di Sektor HTI

Kajian Singkat sektor HTI • Sampai tahun 2013 diketahui

jumlah konsesi HTI di Kaltim sejumlah 48 konsesi dengan total luas lahan 2,063,314 ha

• Kapasitas produksi industri pengolahan di Kaltim adalah 6,995,509 m3 sementara realiasi produksi hanya pada kisaran 31 %.

• Analisis produksi di Kaltim menunjukkan bahwa kapasitas produksi dapat dipenuhi tanpa harus membuka kawasan konsesi yang baru.

Djarum

Inhuta

ni I

Inhuta

ni II

Intra

ca

ITCI

Kayu L

apis

Indon

esia

korin

do

Mult

istra

da A

gro

Nusan

tara E

nerg

i

Raja G

arud

a Mas

Rangg

akes

uma

Segar

a Tim

ber

Sinarm

as

Sumali

ndo

Timbe

rdan

a

Unkno

wn

(blan

k) -

100,000

200,000

300,000

400,000

500,000

600,000

LARGE MEDIUM SMALL UNKNOWN

2008 2009 2010 2011 2012 20130%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

18% 20% 22% 21%27%

23%

33%36% 37%

33% 35%29%

24%

0% 2% 3%

12%

2%3%

22%

30%

45%

32% 31%

3% 1%7%

2%5%

0%

Sawn Wood Plywood & Veneer Laminated Lumber

Pulp Wood Chip

Veneer

Page 7: Peluang implementasi Development by Design (DbD) di Sektor HTI

Konsep DbD• Development by Design (DBD) adalah proses perencanaan

mitigasi berbasis ilmu pengetahuan yang menyeimbangkan kebutuhan perencanaan pembangunan seperti perkebunan, kehutanan, minyak dan gas, pertambangan, dan infrastruktur, dengan aspek konservasi keanekaragaman hayati. Tujuannya adalah untuk efisiensi dalam perencanaan pembangunan dan mitigasi dampak, sementara mencapai konservasi yang mendorong penyelamatan dari nilai-nilai keanekaragaman hayati.

• DBD mendukung pelaksanaan “ tingkat mitigasi " pada setiap tahapan yaitu; avoid/menghindari, minimize/ restore meminimalkan, dan penyeimbang/offset- dengan cara yang transparan kepada pelaku dan pengambil kebijakan, dengan melengkapi proses pengkajian lingkungan.

Page 8: Peluang implementasi Development by Design (DbD) di Sektor HTI

Biodiversity breakeven point

No

net l

oss

for b

iodi

vers

ity

Net

pos

itive

out

put

for b

iodi

vers

ity

+

-(Zero impact)

Anticipated impacts

Residual impacts

Avoided impacts

Minimize/Restore

Avoided impacts

Offset for impacts

Avoided impacts

Positive contributions to biodiversity

Size

of o

ffset

Residual impacts

Avoid Minimize/Restore Offset

Minimize/Restore

TIME

1. Conforming with mitigation hierarchy: avoid vs. offset

2. Selecting suitable offset sites

3. Achieving no net loss

Kiesecker, J.M, H. Copeland, A. Pocewicz, N. Nibbelink, B. McKenney J. Dahlke, M. Holloran and D. Stroud 2009 A Framework for Implementing Biodiversity Offsets: Selecting Sites and Determining Scale. BioScience 59:77-84.

Kiesecker, J.M., H. Copeland, A. Pocewicz, B. McKenney et al. Development by Design: Blending Landscape Level Planning with the Mitigation Hierarchy. Frontiers In Ecology and the Environment

Page 9: Peluang implementasi Development by Design (DbD) di Sektor HTI

Kerangka Dasar DbD

• Menentukan Prioritas : konservasi, jasa lingkungan, nilai-nilai lain (kajian ecoregional, HCV, HCS)

• Mengukur Dampak: untuk banyak tujuan, dampak komulatif, “early warning” konflik, mengidentifikasi hal-hal yang harus dihindari, peluang untuk hasil yang berkelanjutan

• Mengidentifikasi Pilihan Terbaik: peluang-peluang untuk menentukan strategi mitigasi untuk mengatasi dampak padatingkat site (avoid, minimize, restore, offset)

• Mengukur Tahapan Perkembangan: tahap lanjutan untuk melihat kegiatan mengatasi dampak dan mendukung tujuan-tujuan perlindungan.

Pada tingkat landscape

Pada tingkat proyek

Page 10: Peluang implementasi Development by Design (DbD) di Sektor HTI

Tahapan Pelaksanaan• Step 1: Develop a landscape conservation plan: Menentukan

dimana prioritas area untuk konservasi dan jasa lingkungan? • Step 2: Blend landscape planning with mitigation hierarchy:

Menentukan bagaimana pembangunan dipadukan dengan hirarki mitigasi (mis; dimana dampak dapat dihindari dan dimana offset dapat diterapkan)?

• Step 3: Determine project impacts and identify portfolio of best offset opportunities: Menentukan bagaimana pilihan offset mampu memberikan nilai ekologi yang minimal sebanding dengan kehilangan, diwilayah yang terkena dampak, dan berkontribusi pada tujuan perlindungan landscape/wilayah?

• Step 4: Evaluate potential offset contribution to conservation goals: Sampai tingkatan apa kompensasi dari offset dapat mencapai tujuan penghilangan dampak/menuju dampak positive? Pilihan terbaik yang mendukung konservasi terbaik pada suatu kegiatan pembangunan– nilai konservasi tertinggi berdasarkan nilai dan resiko?

Page 11: Peluang implementasi Development by Design (DbD) di Sektor HTI

Peluang Penerapan DbD pada Sektor HTI (contoh wilayah Kaltim)

• Sektor HTI merupakan sektor berbasis lahan yang jika tidak dikelola dengan baik akan memberikan kontribusi pada tujuan kegiatan penurunan emisi. Alokasi ruang HTI di Kaltim pada kawasan HP yang tidak seluruhnya adalah kawasan kritis/tidak produktif.

• Pendekatan pada sektor HTI akan memberikan masukan dalam kebijakan mitigasi dan praktek dibidang HTI.

• Pendekatan ini akan mampu mencegah kerusakan hutan dan menjaga wilayah penting konservasi dengan memberikan pilihan-pilihan mitigasi yang sesuai pada konteks pembangunan HTI.

Page 12: Peluang implementasi Development by Design (DbD) di Sektor HTI

Source: TNC Marxan analysis 2008(May 2008, Sept 2008 Workshop revised)

0 100 200 300 400 50050

Kilometers

Base Legend

Project area is split (stratified) by majorwatersheds in order to get representation acrossentire project area.

Stratification Boundary

Selected River (2 per strata)*

Recommended portfolio to capture goals*** Used as a lock-in (or anchor) for defining portfolio.** See report for goals used for this analyisis.

30% Goal Scenario

Prioritas Konservasi Kalimantan Timur

Page 13: Peluang implementasi Development by Design (DbD) di Sektor HTI

• Menggabungkan aspek konservasi dalam penentuan alokasi ruang untuk HTI – Habitat species dilindungi– Kawasan hutan primer dan

gambut– HCV (High Conservation

Value (HCV )– HCS (High Carbon Stock)

• Memasukkan aspek-aspek konservasi dalam pengelolaan kawasan konsesi– Melindungi kawasan-

kawasan penting konservasi

Page 14: Peluang implementasi Development by Design (DbD) di Sektor HTI

Pilihan Mitigasi

MINIMIZE/RESTORE

OFFSET

• Hutan Primer• Lahan Gambut• Habitat Satwa Dilindungi• Jasa Lingkungan

• Menerapkan best management practices (BMP) pada kegiatan

• Membuat kajian detail wilayah kelola dengan menerapkan prinsip AMDAL yang sebenarnya (EIA)

• Mengurangi dampak ke masyarakat (polusi,limbah)

AVOID

Jika memang tidak dapat dihindari• Mendukung aspek konservasi (melalui trust

fund)• Land swapping

Page 15: Peluang implementasi Development by Design (DbD) di Sektor HTI

Perencanaan Mitigasi

AVOID MINIMIZE/RESTORE

OFFSET

Page 16: Peluang implementasi Development by Design (DbD) di Sektor HTI

Mengukur Dampak• Menilai dampak kebijakan alokasi ruang HTI dengan

menggunakan KLHS sesuai amanah UU 32 tahun 2009.• Mengukur dampak secara general dengan menggunakan

beberapa skenario seperti skenario BAU, skenario skenario pilihan mitigasi.

• TNC menggunakan aplikasi Marxan with Zone untuk mengukur dampak terhadap biodiversity dengan beberapa skenario.

• Menghitung dampak lingkungan dan dampak ekonomi dengan mengunakan beberapa pendekatan seperti Invest (NatCap) dan pendekatan ekonomi dengan menghitung produktifitas/ha.

• Menghitung dampak berdasarkan Kebijakan Ijin Lingkungan (AMDAL).

Page 17: Peluang implementasi Development by Design (DbD) di Sektor HTI

Mengevaluasi Pilihan Offset Pada Dampak Konservasi

• Kebijakan-kebijakan yang mendukung offset, insentif dan disentif. o Insentif untuk pelaksana BMP

• Offset melalui MoU dengan pemerintah lokalo Membangun mekanisme untuk strategi offset pada

tingkat pemerintahan lokal (mis: PKHB, DDPI, Lembaga REDD)

• Offset yang dikaitkan dengan kegiatan komitmen perlindungan masyarakat.o Program CSR untuk mendukung masyarakat yang

melakukan perlindungan atas kawasan penting bagi perlindungan alam.

Page 18: Peluang implementasi Development by Design (DbD) di Sektor HTI

Pilihan Offset pada kebijakan HTI

• Offset dikaitkan dengan kebijakan lembaga keuangan (misalnya Equatorial Principles).

• Pilihan offset yang didukung oleh kebijakan-kebijakan pemerintah (misalnya AMDAL, Kebijakan pajak, kebijakan perijinan).

• Offset dikaitkan dengan pelaksanaan FSC prinsip 6 terkait konservasi biodiversity, water, soil dan ekosistem.

Page 19: Peluang implementasi Development by Design (DbD) di Sektor HTI

Rekomendasi• Sesuai dengan amanah UU no 32/2009 bahwa review Rencana

Tata Ruang Wilayah dilakukan dengan KLHS dengan menerapkan ‘valuing nature’ dalam mempertimbangkan derajat sensitivitas dari aspek ekologis, physik, sosial-budaya, economi, dan stok karbon.

• Pendekatan DbD dapat menjadi masukan dalam pengambilan kebijakan di sektor HTI. Dengan pilihan mitigasi nya dan meng-adopsi pendekatan HCV dan HCS akan memberikan rekomendasi yang dapat diimplementasikan.

• Sektor HTI memiliki trend perkembangan kedepan yang besar dimana prduksi dari hutan alam semakin berkurang.

• Sebagai sebuah kegiatan berbasis lahan, maka pelaksanaan mitigasi yang tepat pada sektor HTI akan mampu berkontribusi pada tujuan-tujuan pembangunan rendah emisi.

Page 20: Peluang implementasi Development by Design (DbD) di Sektor HTI

Peluang-peluang • Menggunakan KPH sebagai institusi yang mampu

melakukan proses verifikasi kesesuaian alokasi ruang untuk HTI.

• Perbaikan kebijakan alokasi ruang makro dan mikro untuk memperbaiki proses penentuan kawasan.

• Menggali peluang untuk memadukan konsep HTI dan konsep pengelolaan hutan alam.

• Menerapkan Insentif dan Disinsentif Melalui Mekanisme Fiscal untuk mendukung aspek keberlanjutan.

• Menggali peluang-peluang offset biodiversity melalui skema multi sektoral (mis: Trust Fund untuk Konservasi).

Page 21: Peluang implementasi Development by Design (DbD) di Sektor HTI

Terima Kasih