PELESTARIAN KOLEKSI BUKU LANGKA DI PERPUSTAKAAN...
Transcript of PELESTARIAN KOLEKSI BUKU LANGKA DI PERPUSTAKAAN...
PELESTARIAN KOLEKSI BUKU LANGKA
DI PERPUSTAKAAN KEMENTRIAN PEKERJAAN
UMUM
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu (S1)
Pada Jurusan Ilmu Perpustakaan
Oleh :
AHMAD NAWAWI NIM : 106025001044
JURUSAN ILMU PERPUSTAKAAN
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H / 2010 M
PELESTARIAN KOLEKSI BUKU LANGKA DI PERPUSTAKAAN
KEMENTRIAN PEKERJAAN UMUM
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP)
Oleh :
Ahmad Nawawi 106025001044
Pembimbing
Pungki Purnomo, MLIS NIP. 19641215 199903 1 005
JURUSAN ILMU PERPUSTAKAAN
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H / 2010 M
i
ABSTRAK
Ahmad Nawawi Pelestarian Koleksi Buku Langka Di Perpustakaan Kementrian Pekerjaan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor penyebab kerusakan koleksi buku langka, mengetahui bagaimana teknik melestarikan koleksi buku langka serta mengetahui apa saja kendala yang dihadapi dalam melakukan kegiatan pelestarian koleksi buku langka di Perpustakaan Kementrian Pekerjaan Umum. Penelitian menggunakan metode kualitatif dimana data diperoleh penulis melalui kajian pustaka, observasi dan wawancara yang dilakukan penulis dengan informan yang memahami objek penelitian penulis. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa faktor penyebab kerusakan koleksi buku langka yang terjadi di Perpustakaan Kementrian Pekerjaan Umum mayoritas adalah faktor serangga, jamur, binatang pengerat, kutu buku, debu dan manusia itu sendiri. Hal ini terlihat dari keadaan beberapa buku yang sudah berwarna kuning, bahkan ada beberapa lembaran buku langka yang mengalami kebolongan kertas. Kehadiran serangga juga disebabkan oleh sisa makanan yang ada di ruangan perpustakaan. Teknik melestarikan koleksi buku langka di Perpustakan Kementrian Pekerjaan Umum dilakukan dengan penjilidan ulang, menambal buku serta dilakukan juga fumigasi dan pengasapan untuk mencegah dan mengurangi keberadaan serangga di dalam ruangan perpustakaan. Kendala yang dialami oleh perpustakaaan dalam melakukan kegiatan pelestarian koleksi buku langka adalah kendala biaya atau anggaran. Rumitnya proses menurunkan anggaran menyebabkan lambatnya tindakan perbaikan dalam memperbaiki buku langka yang rusak.
ii
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat Islam, nikmat iman serta nikmat sehat wal’afiat kepada kita semua dan kepada penulis khususnya, sehingga dengan nikmat tersebut penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang pada awalnya berjudul “Teknik Pelestarian Koleksi Buku Langka Di Perpustakaan Kementrian Pekerjaan Umum”, namun setelah menerima masukan dari Dosen Pembimbing maka judul skripsi ini mengalami perubahan menjadi “Pelestarian Koleksi Buku Langka di Perpustakaan Kementrian Pekerjaan Umum”. Shalawat serta salam kita sampaikan kepada Junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, sang pengantar kebenaran Illahi.
Penulis dalam kesempatan ini ingin mengucapkan terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu penulis baik secara moril maupun materiil sehingga penulis dapat merampungkan penulisan skripsi ini. Layak rasanya penulis sampaikan terima kasih kepada :
1) Bapak DR. H. Abd. Wahid Hasyim, M.Ag selaku Dekan Fakultas Adab
dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2) Bapak Drs. Rizal Saiful-Haq, MA, selaku Ketua Jurusan Ilmu Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3) Bapak Pungki Purnomo, MLIS selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta selaku Dosen Pembimbing yang telah dengan sabar memberikan saran serta masukan kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
4) Seluruh Dosen Fakultas Adab dan Humaniora khususnya Dosen Jurusan Ilmu Perpustakaan yang telah memberikan ilmunya kepada mahasiswa Jurusan Ilmu Perpustakaan, semoga ilmu yang diberikan bermanfaat.
5) Kedua orang tua yang teramat sangat berjasa dalam kehidupan penulis sejak lahir hingga akhir hayat, semua berkat do’a dari Ibu, Ibu Ibu dan Ayah.
6) Kepala Perpustakaan Kementrian Pekerjaan Umum Bapak Yunaldi, ST, MT yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian dan wawancara yang berhubungan dengan skripsi penulis.
7) Staf Perpustakaan Kementrian Pekerjaan Umum khususnya Kak Umi, S.IP, Bang Wayan Oka, S.IP, Pak Hadiman, Bang Nadi dan Pak Heru Asfika serta segenap staf Perpustakaan yang dengan senang hati memudahkan penulis dalam melakukan observasi dan wawancara.
iii
8) Kawan-kawan FEIS khususnya Manajemen A ’05 : Arif LittleHead,
Atheng, Ojie, Doni, Iip,Ilham Black, Om Andi, A’ang Gans, Komenk, Farah, Febi dan lain-lain, terima kasih telah memberikan inspirasi tentang apa itu perjuangan, persahabatan dan kebersamaan, saya percaya bahwa setiap orang hidup dengan masalahnya masing-masing. Hidup kosan!!
9) Kawan-kawan Underground Movement on IPI atau IPI ‘06 : Bung Aths,
Ipoy, Gele, Adit, TB Aneh, Salam Aki, Heri, Metha, Ayu dan lain-lain, kita orang-orang kecil lahir dari rakyat kecil berjuang untuk kebenaran yang besar.
10) Melly Kartika Adelia yang selama ini baik dan selalu menyemangati
penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi. Makasih yaa,de!
11) Seluruh kawan-kawan Jipers baik alumni, senior maupun junior, Cah Iphoenk, Achenk,Agus Qtink, Zaki, Bagus, Bassam, Lanna,Syafiq, Haikal Tyo, Intje dan lain-lain jangan pernah lupakan sejarah jika ingin membuat masa depan yang cerah.
12) Seluruh kawan-kawan BEMJ IPI yang ada selama penulis aktif kuliah,
semangat bekerja, jangan pernah ragu untuk berbuat yang terbaik kepada jurusan kita. Ingat, dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung. Maju terus JIP UIN.
13) Serta kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu
namun tidak mengurangi rasa hormat penulis kepada kalian semua. Thank’s.
Semoga jasa baik dan hubungan yang baik, mendapat imbalan yang layak
dari Allah SWT. Amin yaa Allah.
Jakarta, Oktober 2010.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................... 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ........................................ 4
C. Tujuan Penelitian .............................................................. 5
D. Manfaat Penelitian ........................................................... 5
E. Metodologi Penelitian ...................................................... 5
F. Sistematika Penulisan ...................................................... 8
BAB II TINJAUAN LITERATUR .................................................... 10
A. Pengertian Perpustakaan Khusus ...................................... 10
B. Tugas dan Fungsi Perpustakaan Khusus .......................... 11
C. Pengertian Pelestarian Bahan Pustaka .............................. 12
D. Pelestarian Koleksi Buku Langka ..................................... 14
E. Faktor-faktor Penyebab Kerusakan Buku Langka ............ 15
1. Faktor Internal ............................................................ 15
2. Faktor Eksternal ......................................................... 17
F. Metode Penanganan dan Pelestarian Koleksi
Buku Langka ..................................................................... 26
1. Usaha Pencegahan Kerusakan Buku ........................... 27
2. Usaha Memperbaiki Buku yang Rusak ...................... 36
v
BAB III GAMBARAN UMUM PERPUSTAKAAN ......................... 47
A. Sejarah Singkat ................................................................ 47
B. Struktur Organisasi .......................................................... 49
1. Struktur Kementrian Pekerjaan Umum ...................... 49
2. Struktur Perpustakaan Kementrian
Pekerjaan Umum .............................................................. 50
C. Koleksi ............................................................................. 50
D. Buku Langka .................................................................... 51
E. Anggaran .......................................................................... 52
1. Anggaran Rutin .......................................................... 52
2. Anggaran Proyek ........................................................ 52
F. Sumber Daya Manusia ..................................................... 52
G. Pengguna .......................................................................... 53
1. Pengguna Potensial .................................................... 53
2. Pengguna Aktual ........................................................ 53
H. Sarana Sistem Simpan dan Temu Kembali ...................... 54
I. Gedung Perpustakaan ...................................................... 55
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................... 56
A. Usaha Pencegahan Kerusakan Buku ................................ 56
1. Lingkungan ................................................................. 56
2. Manusia ...................................................................... 68
3. Bencana Alam ............................................................ 71
B. Usaha – usaha Memperbaiki Buku yang Rusak .............. 77
1. Penjilidan .................................................................... 78
2. Fotokopi ..................................................................... 80
3. Menambal ................................................................... 80
BAB V PENUTUP .............................................................................. 83
A. Kesimpulan ...................................................................... 83
B. Saran ................................................................................. 85
vi
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 85
LAMPIRAN-LAMPIRAN
viii
DAFTAR GAMBAR (ILUSTRASI)
1. Denah Perpustakaan Biro Umum Kementrian Pekerjaan
Umum (Tempat Koleksi Buku Langka) .................................................... 58
2. Silica Gel ................................................................................................... 60
3. Alarm Kebakaran ....................................................................................... 72
4. Alat Pemadam Kebakaran ......................................................................... 72
5. Smoke Detector ........................................................................................... 73
6. Staples Besar .............................................................................................. 78
7. Mesin Fotokopi .......................................................................................... 79
8. Mesin Pemotong Kertas (Mesin Kacip) ..................................................... 80
vii
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1 Hasil Observasi Terhadap Suhu dan Kelembaban ...................... 61
2. Tabel 2 Hasil Observasi Terhadap Keberadaan Serangga dan Jamur ..... 63
3. Tabel 3 Hasil Observasi Terhadap Pencahayaan ..................................... 65
4. Tabel 4 Hasil Observasi Terhadap Debu Dalam Ruangan ...................... 67
5. Tabel 5 Hasil Observasi Terhadap Tindakan Manusia ............................ 70
6. Tabel 6 Hasil Observasi Terhadap Bahaya Kebakaran ............................ 74
7. Tabel 7 Hasil Observasi Terhadap Bahaya Kebanjiran ........................... 76
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Buku merupakan sebuah benda yang paling nyata fungsinya dalam
menunjang terjadinya sebuah proses pendidikan dan sebuah penyelenggaraan
perpustakaan. Selain buku terdapat pula majalah, koran, jurnal, laporan penelitian dan
lain – lain yang menjadi sumber informasi bagi semua manusia di dunia sehingga
tanpa disadari buku serta sumber informasi yang lain adalah sesuatu yang sangat
penting bagi kehidupan manusia untuk saat ini dan masa yang akan datang. Hal ini
menyebabkan pentingnya kita melestarikan buku sebagai warisan berharga dan
sumber informasi untuk seluruh umat manusia di masa kini dan masa yang akan
datang.
Meskipun fungsi dari buku telah disadari dan diketahui oleh semua manusia
yang memahami pentingnya pendidikan akan tetapi sampai saat ini masih banyak
terdapat buku – buku entah buku di ruang belajar pribadi, buku di ruang sekolah atau
kuliah hingga buku di perpustakaan yang keadaan bukunya sudah dalam keadaan
yang tidak layak pakai atau pun rusak. Penyebab kerusakan dari sebuah buku atau
bahan pustaka ini memang beragam, mulai dari faktor usia buku yang sudah tua
namun tidak diimbangi dengan kualitas kertas dan tinta yang baik, faktor cuaca,
pencahayaan, jamur, atau bahkan kebanjiran dan kebakaran bisa saja menjadi faktor
penyebab rusaknya sebuah buku.
2
Dengan banyaknya faktor – faktor yang bisa menyebabkan rusaknya buku
sebagai sebuah sumber informasi yang penting bagi kehidupan umat manusia maka
wajarlah apabila dilakukan tindakan perbaikan terhadap buku yang rusak namun bisa
diperbaiki dan dilakukan pencegahan terjadinya kerusakan terhadap sebuah buku.
Tindakan – tindakan seperti ini adalah merupakan bagian dari pelestarian bahan
pustaka. Pelestarian bahan pustaka menjadi sangat penting mengingat tujuan
dilakukannya pelestarian bahan pustaka adalah untuk menjaga dan melestarian buku
atau bahan pustaka yang merupakan warisan kebudayaan dan sumber informasi
utama dalam kehidupan umat manusia untuk jangka panjang, yang berarti pelestarian
bahan pustaka pun dituntut untuk menjaga usia buku agar bisa digunakan dalam
jangka waktu yang panjang. Agar pelestarian bahan pustaka berjalan dengan baik
maka kegiatan ini memerlukan pengorganisasian yang sistematis, dilakukan dengan
cermat dan menyertakan orang – orang yang ahli di bidang tersebut dan memiliki
pedoman atau standar guna dijadikan acuan atau pedoman dalam pelestarian bahan
pustaka.
Pelestarian bahan pustaka ini berkaitan erat sekali dengan perpustakaan
mengingat perpustakaan adalah tempat dikumpulkannya buku dan bahan pustaka lain
yang berfungsi sebagai sumber informasi bagi masyarakat penggunanya. Oleh sebab
itu peran perpustakaan khususnya pustakawan diharapkan mampu berperan penting
dalam usaha pelestarian bahan pustaka tersebut, dimana pustakawan harus senantiasa
mengontrol kondisi buku yang ada di dalam perpustakaan, dan memperbaiki buku
yang memang terlihat sudah rusak. Berbicara mengenai keamanan atau pelestarian
3
bahan pustaka pun tidak terlepas dari pemustaka atau orang – orang yang memakai
perpustakaan sebagai jendela informasi. Sikap yang tertib dan kesadaran yang tinggi
terhadap pentingnya sebuah buku sangat berpengaruh terhadap pelestarian bahan
pustaka karena apabila pemustaka tidak memahami pentingnya keberadaan sebuah
buku maka besar kemungkinan pemustaka tersebut tidak akan menjaga keutuhan dan
keadaan fisik dari buku tersebut.
Jenis buku yang akan menjadi obyek penelitian ini adalah buku langka. Buku
langka yaitu buku yang sudah tua, langka, sulit untuk dijumpai dan jarang beredar di
pasaran.1 Dilihat dari definisi tersebut maka bisa disimpulkan bahwa buku langka
merupakan sebuah buku yang dilihat dari segi usia merupakan buku yang diterbitkan
pada puluhan atau bahkan ratusan tahun silam sehingga menjadi buku yang langka
karena sulit untuk dijumpai dan jarang sekali beredar di pasaran sehingga memiliki
nilai historis yang tinggi dan tidak semua perpustakaan memiliki buku langka.
Perpustakaan Kementrian Pekerjan Umum (selanjutnya disebut Perpustakaan
Kem. PU) adalah merupakan salah satu dari sedikit perpustakaan khusus yang
memiliki koleksi buku langka, bahkan Perpustakaan Kem. PU ini memiliki ribuan
koleksi buku langka yang ditempatkan di daerah Citeureup Bogor, sedangkan letak
Perpustakaan Kem. PU sendiri berada di bawah naungan Kementrian Pekerjaan
Umum yang terletak di Jl. Pattimura No. 20 Kebayoran Baru – Jakarta Selatan.
Koleksi buku langka yang terdapat di Perpustakaan Kem. PU hanyalah sebagian
kecilnya saja yang berjumlah sekitar 100 – 200 buku.
1 Ishvari Corea, “Encyclopaedia of Information and Library Science”, Vol. 8 (New Delhi: Akashdeep Publishing House, 1993), h. 2638.
4
Dengan beberapa pemaparan tentang pentingnya pelestarian bahan pustaka
terhadap koleksi buku langka di mana perpustakaan khusus seperti Perpustakaan
Kementrian Pekerjaan Umum memiliki banyak koleksi buku langka yang bisa
dijadikan sebagai objek penelitian, maka penulis melakukan penulisan skripsi dengan
judul “PELESTARIAN KOLEKSI BUKU LANGKA DI PERPUSTAKAAN
KEMENTRIAN PEKERJAAN UMUM ” .
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Untuk menjaga agar penelitian ini tidak terlalu luas pembahasannya maka
penelitian ini dibatasi hanya membahas mengenai :
1. Faktor – faktor penyebab kerusakan koleksi buku langka.
2. Teknik melestarikan koleksi buku langka.
3. Kendala – kendala yang dihadapi dalam melakukan pelestarian koleksi buku
langka.
Untuk menjawab hal tersebut diatas maka dibuatlah rumusan masalahnya
seperti berikut :
1. Apa saja faktor – faktor penyebab kerusakan koleksi buku langka?
2. Bagaimana teknik melestarikan koleksi buku langka guna mencegah dan
memperbaiki koleksi buku langka dari kerusakan?
3. Apa saja kendala - kendala yang dihadapi dalam melakukan pelestarian
koleksi buku langka?
5
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui apa saja faktor – faktor penyebab kerusakan koleksi buku langka.
2. Mengetahui bagaimana teknik pelestarian buku langka yang dilakukan di
Perpustakaan Kementrian Pekerjaan Umum.
3. Mengetahui kendala apa saja yang dihadapi dalam melakukan pelestarian
koleksi buku langka.
D. Manfaat Penelitian
1. Menambah pengetahuan kepada penulis tentang teknik pelestarian bahan
pustaka secara praktis.
2. Diharapkan bisa menjadi kontribusi pemikiran bagi Perpustakaan Kem. PU
dalam melakukan pelestarian bahan pustaka.
3. Memperkaya khazanah literatur tentang pelestarian bahan pustaka bagi
pengembangan informasi kepada Jurusan Ilmu Perpustakaan.
E. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan penelitian kualitatif sebagaimana
menurut Bogdan dan Taylor dalam buku Metode Penelitian Kualitatif yang dibuat
oleh Lexy J. Moleong, metodologi penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian
6
yang menghasilkan data – data deskriptif berupa kata – kata tertulis atau lisan dari
orang – orang dan perilaku yang diamati.2
2. Informan
Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi
tentang situasi dan konsidi latar penelitian3. Penentuan informan ditentukan dengan
mencari tahu pihak yang paling memahami objek penelitian.
3. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini disesuaikan dengan fokus dan tujuan
penelitian. Data yang dikumpulkan berdasarkan data primer dan data sekunder. Data
primer diperoleh melalui wawancara yang diubah dari bentuk rekaman menjadi
tulisan dan observasi. Untuk data sekunder diperoleh dari penelusuran data dan
informasi dari dokumen atau catatan yang memiliki keterkaitan dengan objek
penelitian.
Alat atau teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah :
a. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu oleh
pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang
memberikan jawaban atas pertanyaan itu.4 Peneliti mengajukan beberapa
pertanyaan yang telah peneliti siapkan kepada informan, lalu dijawab oleh
pemberi data dengan bebas terbuka.
2 Lexy J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung:: Remaja Rosdakarya, 2001), h. 3 3 Ibid, h. 90. 4 Ibid, h. 135.
7
b. Observasi
Observasi adalah metode penelitian yang pengambilan datanya
bertumpu pada pengamatan langsung terhadap objek penelitian.5 Observasi
bertujuan untuk mendeskripsikan keadaan yang dipelajari dan aktifitas –
aktifitas yang tengah berlangsung. Kemudian hasil dari observasi tersebut
dicatat menjadi suatu catatan observasi yang berisi deskripsi hal – hal yang
diamati secara lengkap dengan keterangan tanggal dan waktu.
c. Kajian Kepustakaan
Kajian kepustakaan adalah penelitian yang datanya diambil terutama
atau seluruhnya dari kepustakaan (buku, dokumen, artikel, laporan dan
sebagainya).6
4. Teknik Analisa Data
Data akan di analisa melalui tiga tahapan yaitu :
1. Reduksi data
Data yang diperoleh penulis melalui observasi, wawancara dan
kajian pustaka dicatat dengan rinci, mengelompokkan atau memilah
– milah dan memfokuskan pada hal penting dengan demikian data
yang didapat bisa memberikan gambaran yang jelas.
2. Penyajian data
Setelah data direduksi penulis melakukan penyajian dalam bentuk
teks bersifat naratif.
5 Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian (Jakarta: STIA – LAN Press., 1999), h. 63. 6 Ibid, h. 65.
8
3. Penarikan kesimpulan
Data – data yang terangkum dan dijabarkan dalam bentuk naratif
penulis buatkan kesimpulan. Kesimpulan digunakan untuk
menjawab rumusan masalah.
F. Sistematika Penulisan
Dalam sistematika penulisan ini akan menguraikan secara sistematis mulai
dari Bab I sampai Bab V dengan rician sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan. Bab ini berisi tentang latar belakang masalah,
perumusan dan pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II Tinjauan Literatur. Bab ini memuat teori – teori yang berasal dari
kajian kepustakaan yang berkaitan dengan gambaran mendetil
mengenai pelestarian bahan pustaka, koleksi buku langka, faktor –
faktor penyebab kerusakan buku langka, teknik atau metode
pelestarian dan penanganan kerusakan koleksi buku langka, dan fungsi
serta tugas perpustakaan khusus.
Bab III Gambaran Umum Perpustakaan Kementrian Pekerjaan Umum.
Pada bab ini akan membahas tentang sejarah singkat, struktur
organisasi, sistem dan jenis layanan Perpustakaan Khusus Kementrian
Pekerjaan Umum.
9
Bab IV Hasil Penelitian. Bab ini membahas tentang hasil penelitian yang
berkaitan dengan pelestarian bahan pustaka serta penyebab kerusakan
buku langka dan cara mengatasinya .
Bab V Penutup. Pada bab ini terdiri atas kesimpulan dan saran yang dibuat
oleh penulis setelah melakukan penelitian di perpustakaan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
10
BAB II
TINJAUAN LITERATUR
A. Pengertian Perpustakaan Khusus
Perpustakaan khusus adalah perpustakaan yang mempunyai tugas
melayani suatu kelompok masyarakat khusus yang memiliki kesamaan dalam
kebutuhan dan minat terhadap bahan pustaka dan informasi1.
Perpustakaan khusus dapat merupakan perpustakaan sebuah departemen,
lembaga negara, lembaga penelitian, organisasi massa, militer, industri, maupun
perusahaan swasta2.
Termasuk perpustakaan khusus adalah perpustakaan yang memiliki
kekhususan tertentu, misalnya dilihat dari tugas dan fungsinya, koleksi serta
pemakainya3.
Perpustakaan khusus sering disebut perpustakaan kedinasan, karena
adanya pada lembaga – lembaga pemerintahan dan lembaga swasta. Perpustakaan
tersebut diadakan sebagai sumber informasi dan ilmu pengetahuan yang berkaitan,
baik langsung maupun tidak, dengan lembaga induknya4.
Tergolong pada perpustakaan khusus ialah perpustakaan yang
menekankan koleksi dan pelayanannya pada suatu bidang khusus atau bidang –
bidang yang bertalian satu sama lain5.
1 Soeatminah, Perpustakaan Kepustakawanan dan Pustakawan (Yogyakarta: Kanisius, 1992), h. 35. 2 Sulistyo-Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1991), h. 49. 3 Hernandono, Perpustakaan dan Kepustakawanan (Jakarta: Universitas Terbuka, 1999), h. 18. 4 Sutarno NS, Perpustakaan dan Masyarakat (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2003), h. 39. 5 Luwarsih Pringgoadisurjo, Perpustakaan Khusus : pengantar ke organisasi dan administrasi (Djakarta: PDIN-LIPI), h. 1.
11
Perpustakaan khusus adalah salah satu jenis perpustakaan yang dibentuk
oleh lembaga (pemerintah / swasta) atau perusahaan atau asosiasi yang menangani
atau mempunyai misi bidang tertentu dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan
di lingkungannya baik dalam hal pengelolaan maupun pelayanan informasi
pustaka dalam rangka mendukung pengembangan dan peningkatan lembaga
maupun kemampuan sumberdaya manusia6.
B. Tugas dan Fungsi Perpustakaan Khusus
Tugas perpustakaan khusus antara lain :
1. Diharapkan secara aktif memberi informasi literatur yang mengalir
yang seyogyanya diketahui oleh para peminat perpustakaan, atau
oleh mereka yang bergerak pada suatu bidang khusus;
2. Menyediakan bibliografi atau sari karangan atas permintaan atau
atas inisiatif sendiri;
3. Atas pemintaan menelusur literatur dalam suatu bidang khusus;
4. Menyediakan terjemahan – terjemahan;
5. Reproduksi karangan jika diperlukan7.
Tugas pokok perpustakaan khusus adalah melakukan kegiatan
pengumpulan / pengadaan, pengolahan, penyimpanan dan pendayagunaan bahan
pustaka bidang ilmu pengetahuan tertentu untuk memenuhi misi lembaga yang
harus diemban dalam rangka mendukung organisasi induknya dan masyarakat
6 Rachmat Natadjumena, dkk., Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Khusus (Jakarta: Perpustakaan Nasional, 2000), h. 6. 7 Luwarsih Pringgoadisurjo, Perpustakaan Khusus : pengantar ke organisasi dan administrasi, h. 2.
12
yang berminat mengkaji / mempelajari disiplin ilmu bidang yang menjadi misi
perpustakaan8.
Karena perpustakaan khusus berdiri dibawah lembaga atau badan,
biasanya tugas dan fungsi perpustakaan khusus adalah mendukung badan
induknya9.
C. Pengertian Pelestarian Bahan Pustaka
Perpustakaan berkewajiban untuk menjaga dan melestarikan koleksi
bukunya agar bisa digunakan dalam jangka waktu yang lama, dapat dijaga
kondisinya minimal mampu memperlambat terjadinya kerusakan bahan pustaka
serta menjaga kandungan informasi yang terdapat didalamnya, dimana
kesemuanya itu terangkum dalam kegiatan pelestarian bahan pustaka. Kegiatan
pelestarian bahan pustaka pada hakikatnya mencakup dua segi, yaitu melestarikan
kandungan informasi, dan melestarikan fisik dokumen atau bahan pustaka yang
bersangkutan10.
Pelestarian bahan pustaka lainnya yaitu pelestarian sumber informasi yang
terkandung dalam koleksi buku langka. Hal ini dapat dilakukan dengan
melakukan alih media kepada bentuk yang lebih durable. Seperti melakukan alih
media dengan cara fotokopi, pembuatan mikrofilm, digitalisasi data (magnetic
disc seperti, disket, optical disc seperti CD - ROM dan lain lain11. Alasan untuk
melakukan pelestarian kandungan informasi adalah karena kondisi fisik bahan
pustaka yang bersangkutan sudah dalam keadaan fisik yang rentan untuk
8 Rachmat Natadjumena, dkk., Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Khusus, h. 7. 9 Hernandono, Perpustakaan dan Kepustakawanan, h. 19 10 Ibid, h. 11. 11 Durea J.M dan D.W.G Clement, Dasar - dasar Pelestarian dan Pengawetan Bahan Pustaka (Jakarta: Perpustakaan Nasional, 1990), h. 4
13
digunakan sebagai bahan bacaan seperti pada umumnya bahkan sudah tidak bisa
digunakan lagi, sedangkan kandungan informasi yang terdapat didalamnya masih
dibutuhkan oleh pengguna perpustakaan dan bahan pustaka tersebut sudah tidak
tersedia lagi di pasaran.
Pelestarian bahan pustaka menyangkut usaha preventif, kuratif dan juga
mempermasalahkan faktor – faktor yang mempengaruhi pelestarian bahan pustaka
tersebut.12 Tujuan pelestarian bahan pustaka adalah melestarikan hasil budaya
cipta manusia, baik yang berupa informasi maupun fisik dari bahan pustaka
tersebut13.
Perpustakaan bertanggung jawab mengelola bahan pustaka agar dapat
dimanfaatkan oleh pengguna perpustakaan tanpa mengabaikan pelestarian dari
bahan pustaka tersebut. Perpustakaan juga harus mampu mengatur besarnya
anggaran yang dibutuhkan untuk melakukan pelestarian bahan pustaka sehingga
jelas dalam mengalokasikan anggaran dalam kegiatan pelestarian bahan pustaka.
Kebutuhan untuk keperluan kegiatan pelestarian harus direncanakan dengan
matang agar dana yang terserap dapat berguna secara efektif dan dapat
dipertanggungjawabkan.
Agar bahan pustaka yang dimiliki tidak mudah rusak, perpustakaan perlu
mengetahui bagaimana memperlakukan bahan – bahan pustaka dalam tempat
penyimpanan, sebab sering kita jumpai sebuah buku dengan jilidan yang sudah
rusak sebelum digunakan. Lalu harus diperhatikan dimana bahan pustaka
disimpan dan dipertimbangkan siapa yang menyimpan, alat bantu apa yang
diperlukan untuk penyimpanan dan untuk kegiatan pelestarian pada umumnya. 12 Durea J.M dan D.W.G Clement, Dasar - dasar Pelestarian dan Pengawetan Bahan Pustaka, h. 1 13 Karmidi Martoatmodjo, Pelestarian Bahan Pustaka (Jakarta: Universitas Terbuka, 1993), h. 1.
14
Alat – alat tersebut misalnya alat untuk melakukan penjilidan, fumigasi dan lain
sebagainya.
Kualifikasi tenaga kerja yang melakukan kegiatan pelestarian pun tidak
boleh luput dari perhatian, dari segi kuantitas dan kualitas. Mengenai berapa
jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan pelestarian serta
kualifikasi mengenai bidang dan kemampuannya. Dalam kegiatan pelestarian ini
diperlukan kesadaran serta pemahaman dari berbagai pihak mulai dari
pustakawan, tenaga administrasi serta pengguna perpustakaan.
D. Pelestarian Koleksi Buku Langka
Buku merupakan sumber informasi utama bagi masyarakat informasi,
buku yang sudah tua, langka dan jarang beredar di pasaran disebut buku langka,
seperti pengertian yang sudah disebutkan sebelumnya.
Perpustakaan Kem. PU merupakan salah satu dari sedikit perpustakaan
yang memiliki koleksi buku langka, seiring berjalannya waktu, buku langka
tesebut banyak yang mengalami kerusakan, bahkan hingga sudah tidak layak
pakai karena mengalami kehancuran fisik buku. Bahan pustaka langka tersebut
perlu diperhatikan pelestariannya. Pelestarian bahan pustaka meliputi perawatan
kondisi fisiknya dan pelestarian informasi yang terkandung didalamnya.
Apabila perpustakaan Kem. PU telah berkeyakinan untuk
mempertahankan koleksi buku langka yang dimilikinya, maka perlu ditetapkan
pula kebijakan pelestarian jangka panjang dan jangka pendek karena hal tersebut
memerlukan biaya yang cukup besar, tempat penyimpanan dan pada akhirnya
biaya pemeliharaan dan perbaikan bahan pustaka yang rusak. Dengan adanya
15
kebijakan pelestarian bahan pustaka maka kegiatan pelestarian dapat dilakukan
dengan baik dan benar.
Pelestarian bahan pustaka yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah
pelestarian bahan pustaka yang berkaitan dengan perawatan koleksi fisiknya, yaitu
pelestarian buku langka dari kondisi fisiknya. Kegiatan ini dilakukan dalam dua
cara yaitu preventif (pencegahan) dan kuratif (perbaikan). Kegiatan tersebut
bertujuan untuk merawat dan memperbaiki koleksi buku langka agar dapat
dipergunakan dengan sebagaimana mestinya.
E. Faktor – faktor Penyebab Kerusakan Buku Langka
Untuk dapat memahami bagaimana memberikan perlakuan yang tepat
terhadap koleksi buku langka serta dapat membantu melestarikan keberadaanya
maka terlebih dahulu kita harus memahami faktor – faktor yang menyebabkan
kerusakan koleksi buku langka. Adapun faktor penyebab tersebut antara lain :
1. Faktor Internal
Faktor internal yaitu faktor kerusakan buku yang disebabkan oleh unsur -
unsur yang ada pada buku itu sendiri, seperti bahan kertas, tinta cetak, perekat dan
lain - lain. Kertas tersusun dari senyawa - senyawa kimia, yang lambat laun akan
terurai. Penguraian tersebut dapat disebabkan oleh tinggi rendahnya suhu dan kuat
lemahnya cahaya. Kandungan asam pada kertas akan mempercepat kerapuhannya.
Ada dua penyebab utama kerusakan kimiawi pada kertas yaitu terjadinya
oksidasi dan hidrolisis selulosa14. Terjadinya reaksi oksidasi dan hidrolisis ini
menyebabkan susunan kertas yang terdiri atas senyawa kimia itu akan terurai.
14 Durea J.M dan D.W.G Clement, Dasar - dasar Pelestarian dan Pengawetan Bahan Pustaka, h. 26.
16
Oksidasi pada kertas terjadi karena adanya oksigen dari udara menyebabkan
jumlah gugusan karbonil dan karboksil bertambah dan diikuti dengan
memudarnya warna kertas. Hidrolisis adalah reaksi yang terjadi karena adanya air
(H2O). Reaksi hidrolisis pada kertas menyebabkan putusnya rantai polimer serat
selulosa sehingga mengurangi kekuatan serat15.
Kandungan asam di dalam kertas mempercepat reaksi hidrolisis, sehingga
mempercepat kerusakan kertas. Oleh karena itu, kandungan asam merupakan zat
yang berbahaya bagi kertas dan harus dihilangkan. Asam yang terbentuk dalam
kertas dapat terjadi dari berbagai macam sumber dan cara, baik dari dalam kertas
maupun dari udara sekitar tempat penyimpanan serta tinta. Disamping itu sifat
asam yang mudah berpindah tempat, menyebabkan keasaman kertas dapat
diperoleh dari kotak karton dan kertas sampul atau pembungkus yang
mengandung asam, apabila terjadi kontak langsung diantara bahan – bahan
tersebut16.
Keasaman kertas akan meningkat dengan ditambahnya bahan pemutih
pada kertas, penggunaan tinta tertentu, polusi udara dan perpindahan asam17.
Penggunaan bahan tersebut masih dtemukan pada buku yang diterbitkan saat ini.
Buku tersebut telah mengalami penurunan mutu kertas karena meningkatnya
penggunaan alum - rosing sizing dan penggunaan pembuatan pulp secara mekanik
yang akan menghasilkan tingkat keasaman yang tinggi pada kertas. Bahan –
bahan tersebut akan meninggalkan residu yang bersifat asam yang akan
mengakibatkan kertas menjadi rapuh. Untuk menetralkan asam yang terdapat pada
15 Karmidi Martoatmodjo, Pelestarian Bahan Pustaka, h.46. 16 Muhammadin Razak, dkk., Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Program Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip, 1992), h. 17. 17 Ross Harvey, Preservation in libraries: principles, strategies and practices for librarians (London: Bowker saur, 1993), h. 60.
17
bahan pustaka harus menggunakan larutan alkali yang terdapat dalam larutan
organik (non aqueos solution) dan tidak direkomendasikan menggunakan larutan
alkali dalam air karena dapat menyebabkan lunturnya tinta ke seluruh
permukaan18.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal yaitu kerusakan bahan pustaka yang disebabkan oleh
faktor – faktor diluar buku itu sendiri, seperti dari faktor lingkungan, faktor
manusia, dan bencana alam.
a. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan adalah faktor - faktor yang menyebabkan kerusakan
buku dari lingkungan yang ada diantaranya :
1. Suhu dan Kelembaban Udara
Faktor iklim seperti suhu dan kelembaban udara merupakan penyebab
kerusakan bahan pustaka. Tingkat suhu dan kelembaban nisbi selama
penyimpanan jangka panjang bahan pustaka diketahui berdampak nyata pada
pelestarian. Oleh karena itu, kedua variabel tadi harus berada pada suatu tingkat
yang harus tetap dipertahankan di ruang penyimpanan dan ruang baca. Semakin
rendah suhu penyimpanan dan kelembaban udara, semakin lama bahan kertas
dapat mempertahan kekuatan fisiknya19.
Sebaliknya apabila suhu udara tinggi dapat menyebabkan kertas menjadi
rapuh, warna kertas menjadi kuning. Apabila kelembaban nisbi juga tinggi, maka
dapat menyebabkan buku menjadi lembab. Hal ini menyebabkan buku menjadi
mudah diserang jamur, rayap, kecoa, kutu buku dan ikan perak sehingga 18 Terry Boone, “Book Keeper for Spray Use in Single Item Treatment”, artikel diakses pada 7 Juli 2010 dari http://cool.conservation-us.org/coolaic/sg/bpg/annual/v17/bp17-04.html 19 Durea J.M, Dasar - dasar Pelestarian dan Pengawetan Bahan Pustaka, h. 8.
18
mengakibatkan buku menjadi rapuh dan mudah robek20. Jadi suhu dan
kelembaban merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap kerusakan bahan
pustaka. Suhu dan kelembaban dapat meningkatkan reaksi kimia dan secara
langsung berdampak pada struktur fisik koleksi perpustakaan21.
2. Serangga dan Binatang Pengerat
Beberapa jenis serangga yang dapat merusak bahan pustaka seperti kecoa,
rayap, kutu buku dan lain - lain. Tikus merupakan binatang pengerat yang suka
merusak buku, terutama buku - buku yang tertumpuk, apalagi di tempat gelap.
a. Kecoa
Kecoa merupakan binatang yang sering terdapat di luar atau di dalam
rumah atau perpustakaan. Tempat – tempat ini bagi mereka merupakan tempat
yang memiliki banyak makanan menurut mereka, dan bisa juga dijadikan sarang
oleh mereka. Struktur tubuh kecoa adalah merupakan hal yang paling
membedakan kecoa dengan makhluk serangga lainnya. Kecoa di Indonesia
umumnya terdiri dari dua jenis, yaitu kecoa Amerika / American Cockroach
(Periplaneta Americana) dan Kecoa Jerman / German cockroach (Blattela
Germanica).
Kedua kecoa ini memiliki habitat yang berbeda, kecoa Amerika lebih
sering berada di di dalam tempat yang lembab dan hangat seperti septic tank atau
saluran sanitari. Sedangkan kecoa Jerman lebih sering berada di dalam rumah di
tempat yang lembab, gelap dan banyak makanan seperti dapur, lemari makan atau
di atas plafon rumah.
20 Martoatmodjo, Pelestarian Bahan Pustaka, h. 44. 21 Ross Harvey, Preservation in libraries: principles, strategies and practices for librarians, h. 42.
19
Kecoa kebanyakan hidup di daerah tropis dan kemudian menyebar ke
daerah subtropis, bahkan sampai ke daerah yang dingin. Serangga ini memang
lebih menyukai berada di tempat yang kotor dan bau. Berada di tempat yang kotor
dan bau tidak menjadikan kecoa menjadi rentan terhadap penyakit. Sebaliknya
serangga ini justru termasuk serangga yang mampu hidup dalam kondisi ekstrim.
Kemampuan beradaptasinya tidak perlu diragukan lagi. Daur hidup kecoa hanya
memiliki tiga stadium yaitu telur, nimfa, dan dewasa. Untuk menyelesaikan satu
siklus hidupnya kecoa membutuhkan waktu kurang lebih tujuh bulan. Waktu yang
sangat lama jika dibandingkan dengan serangga lain seperti nyamuk dan lalat.
Untuk stadium telur saja kecoa membutuhkan waktu sekitar 30 – 40 hari sampai
telur itu menetas22.
Buku merupakan salah satu makanan yang diminati kecoa. Bagian buku
yang menjadi makanan kecoa adalah kanji dan perekat sampul buku yang
dimakannya sampai habis, serta kain – kain pada punggung buku namun tetapi
jarang yang sampai menembus ke dalam buku. Ciri – ciri buku yang terserang
kecoa bisa dilihat dari noda hitam yang berasal dari cairan pekat berwarna hitam,
yang dikeluarkan oleh kecoa dan noda tersebut sulit untuk dihilangkan23.
b. Rayap
Rayap merupakan jenis serangga yang tidak asing lagi, yang selalu
dikaitkan dengan ”si perusak”. Keberadaannya sangat menyeramkan dan dengan
gerakan komunitinya dapat meruntuhkan sebuah bangunan atau gedung. Serangga
ini berukuran kecil yang hidupnya berkelompok dengan sistem kasta yang
berkembang sempurna. Pada dasarnya rayap merupakan bagian dari komponen
22 Nugroho Susetya Putra, Serangga di Sekitar Kita (Yogyakarta: Kanisius, 1994), h. 41. 23 Razak, dkk., Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip, h. 21.
20
lingkungan biotik yang memainkan peranan penting, serta dapat membantu
manusia menjaga keseimbangan alam dengan cara menghancurkan kayu untuk
mengembalikannya sebagai unsur hara dalam tanah. Namun karena perubahan
kondisi habitat akibat aktivitas manusia, sangat potensial mengubah status rayap
menjadi serangga hama yang merugikan.
Serangga ini memang tidak mengenal kompromi dan melihat kepentingan
manusia dengan merusak mebel, buku – buku, kabel – kabel listrik, telepon serta
barang – barang yang disimpan. Di perpustakaan rayap masuk ke dalam rak – rak
kayu, memakannya sampai habis dan masuk ke dalam buku – bukunya.
Kehadirannya pada buku rayap dapat terlihat dari bekas tanah yang tertinggal di
kertas hingga jilidannya24. Hal ini disebabkan karena rayap makan kayu dan
semua bahan berselulosa (salah satunya buku) dan itu adalah menu utamanya.
Untuk mencapai sasarannya, rayap tanah dapat menembus tembok yang tebalnya
beberapa sentimeter. Dalam usus bagian belakang dari berbagai jenis rayap
terdapat protozoa flagellata, yang ternyata berperan sebagai simbion untuk
melumatkan selulosa sehingga rayap mampu mencernakan dan menyerap
selulosa25.
c. Kutu Buku
Kutu buku disebut juga psocids, panjangnya sekitar 1 - 2 mm dan tidak
berwarna sehingga tidak kelihatan. Hama ini sangat kecil sehingga disebut juga
kutu debu (dust lice), kebanyakan tidak bersayap. Kepalanya cukup besar dan
memiliki rahang bawah yang cukup kuat. Kutu buku betina dapat bertelur sekitar
24 Ibid, h. 22. 25 Putra, Serangga di Sekitar Kita, h. 71.
21
20 sampai 100 butir terletak secara tersebar atau berkelompok. Ada berbagai jenis
kutu buku yang ada di dunia ini, antara lain :
1. Lipocelis Divinatorum, disebut juga book louse atau cereal psocids
book stick atau cabinet mite. Jenis ini tersebar luas di seluruh dunia,
panjangnya 1 mm berwarna pucat atau hampir tak berwarna.
2. Trogium Pulsatorum L, kutu buku ini biasanya terdapat di dalam
museum, perpustakaan, rumah – rumah dan lumbung – lumbung padi.
3. Psocoptropus mocrops, jenis ini terdapat di Afrika, Formosa, Jawa dan
New Guinea.
Serangga ini sering menyerang buku terutama bagian punggung buku dan
pinggirnya, serta mengikis permukaan kertas sehingga huruf – hurufnya dapat
hilang26. Makanan utama yang paling disukai oleh kutu buku adalah perekat, glue,
dan kertas – kertas yang ditumbuhi jamur. Biasanya kehadiran kutu buku dapat
diketahui dari telur yang ditinggalkan atau sisa bangkai yang menempel di dekat
jilidan atau bagian pada kertas.
d. Tikus
Hewan yang terkenal sangat rakus ini tidak hanya berbahaya bagi para
petani pemilik ladang dan sawah, tetapi juga bagi rumah dan perpustakaan. Ada
berbagai jenis tikus, tapi tidak semua jenis tikus dikenal sebagai perusak buku.
Adapun yang dikenal sebagai perusak buku adalah jenis – jenis berikut ini :
1. Tikus rumah, jenis ini terbagi dua, yaitu tikus bertubuh besar dan tikus
bertubuh kecil.
26 Martoatmodjo, Pelestarian Bahan Pustaka, h. 38.
22
2. Tikus sawah, jenis ini memang hidupnya di sawah tetapi apabila telah
masuk ke dalam rumah atau perpustakaan dapat menimbulkan bahaya
seperti yang diakibatkan oleh tikus rumah.
3. Tikus parit, tikus ini sering hidup di dalam parit – parit atau di dalam
got dan sering membuat sarang di bawah fondasi rumah serta jarang
mendatangkan bahaya langsung terhadap buku.
Binatang ini biasanya memakan buku – buku yang disimpan dalam gudang
dan kadang – kadang kertas disobek – sobek dan dikumpulkan untuk dijadikan
sarang27.
3. Cahaya
Sumber cahaya yang digunakan untuk penerangan ruang perpustakaan ada
dua, yaitu cahaya matahari dan cahaya lampu listrik. Cahaya dapat berakibat
buruk pada buku jika tidak sesuai dengan standar. Gelombang cahaya mendorong
dekomposisi kimiawi bahan – bahan organik terutama cahaya ultraviolet (UV)
dengan gelombang yang lebih tinggi yang bersifat sangat merusak. Dalam ruang
baca bahan langka tingkat cahaya yang menerangi bahan pustaka harus rendah
tetapi masih tetap nyaman untuk kegiatan membaca. Selain itu cahaya matahari
langsung juga harus dihindarkan. Cahaya ini biasanya masuk lewat jendela atau
celah – celah kecil yang dapat dilalui sinar matahari28.
Sinar matahari yang terdiri dari sinar ultraviolet, mempunyai panjang
gelombang yang kecil, sehingga dapat berbahaya bagi buku. Kertas yang terkena
panas akan mengalami kerusakan dan warnanya berubah menjadi kuning dan
27 Razak, dkk., Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip, h. 24. 28 Durea J.M dan D.W.G Clement, Dasar - dasar Pelestarian dan Pengawetan Bahan Pustaka, h. 10.
23
rapuh. Jenis – jenis kerusakan lain yang diakibatkan karena pengaruh sinar
ultraviolet adalah memudarnya tulisan, sampul buku, dan bahan cetak29.
4. Debu
Debu merupakan salah satu partikel – partikel kecil yang terdapat dalam
udara. Partikel – partikel debu yang ada di udara ini dapat menyebabkan polusi
udara dan juga membahayakan kehidupan manusia. Selain dampak tersebut, debu
juga berdampak negatif terhadap buku. Debu – debu tersebut dapat masuk ke
dalam ruang perpustakaan melalui jendela, pintu, lubang angin perpustakaan,
maupun celah – celah kecil. Debu yang masuk ke perpustakaan dapat
mengakibatkan kerusakan fisik, juga mengandung pencemaran udara bentuk gas
yang menimbulkan keasaman pada kertas30.
Apabila debu melekat pada kertas, maka akan terjadi reaksi kimia yang
meningkatkan tingkat keasaman pada kertas. Akibatnya kertas menjadi rapuh dan
cepat rusak. Disamping itu apabila keadaan di ruang perpustakaan lembab, debu
yang bercampur dengan air lembab itu akan menimbulkan jamur pada buku dan
merupakan makanan bagi serangga – serangga31.
5. Jamur
Keadaan jamur pada buku dapat terjadi bila keadaan buku berdebu, kotor
dan lembab. Jamur dikenal sebagai tumbuhan saprofit atau parasit. Jamur
berkembang biak dengan spora, biasanya spora ini dapat menyebar di udara dan
apabila menemukan lingkungan yang cocok, spora tersebut akan berkembang
biak. Oleh karena itu pada tempat – tempat yang terdapat banyak makanan, jamur
29 Martoatmodjo, Pelestarian Bahan Pustaka, h. 45. 30 Durea J.M dan D.W.G Clement, Dasar – dasar Pelestarian dan Pengawetan Bahan Pustaka, h. 8 31 Martoatmodjo, Pelestarian Bahan Pustaka, h. 44.
24
akan berkembang biak dengan sangat subur apalagi bila cuaca pada tempat itu
lembab. Pada buku, bagian yang paling cepat terserang jamur adalah pinggir atas
buku, kemudian kulit dan punggung buku. Bagian ini merupakan yang biasa
menyarangkan debu dan mudah lembab32. Secara umum dalam perkembangannya
jamur membutuhkan suhu yang hangat yaitu berkisar 250C atau lebih, kelembaban
berkisar antara 78% RH atau lebih, dan penerangan yang kurang serta sirkulasi
udara yang buruk33.
b. Faktor Manusia
Dalam hal – hal tertentu manusia dapat saja digolongkan sebagai musuh
buku. Sadar atau tidak sadar, sengaja atau tidak sengaja, kenyataan telah
membuktikan bahwa telah banyak terjadi kerusakan buku karena perbuatan
manusia. Perilaku pengrusakan buku baik disengaja maupun tidak disengaja
disebut vandalisme34.
Kerusakan bahan pustaka dalam ruangan baca disebabkan oleh para
pemakai yang ceroboh dan oleh perlengkapan yang rusak35.Kerusakan bahan
pustaka yang disebabkan oleh manusia ini disebabkan oleh pemakai perpustakaan
maupun petugas perpustakaan itu sendiri. Pemakai perpustakaan kadang – kadang
secara sengaja merobek atau mengambil bab tertentu dari buku, dan secara tidak
sengaja mereka membuat lipatan tanda batas baca atau membaca dengan melipat
buku ke belakang yang dapat mengakibatkan perekat buku dapat terlepas,
sehingga lembaran – lembaran buku dapat terlepas dari jilidannya.
32 Ibid, h. 45. 33 Harvey, Preservation in libraries: principles, strategies and practices for librarians, h. 45. 34 Ibid, h. 47. 35 Durea J.M dan D.W.G Clement, Dasar – dasar Pelestarian dan Pengawetan Bahan Pustaka, h. 20
25
Dilain pihak petugas perpustakaan sendiri secara tidak sadar dapat
menimbulkan kerusakan – kerusakan, misalnya penempatan buku yang terlalu
padat di dalam rak menyebabkan punggung buku dan kulit buku mudah rusak,
buku – buku berukuran besar yang dipaksa masuk ke dalam rak yang bukan
ukurannya membuat buku cepat koyak pada tepi atas dan bawahnya. Petugas
perpustakaan yang tidak memliki rasa sayang terhadap buku, dan tidak pernah
belajar bagaimana cara memelihara dan merawat buku dapat membuat kesalahan
fatal, sehingga menimbulkan kerusakan pada buku36.
c. Bencana Alam
Bencana alam merupakan penyebab yang cukup mengancam keberadaan
bahan perpustakaan hingga keberadaan perpustakaan itu sendiri, walaupun
kerusakan yang disebabkan oleh bencana alam tidak mengancam setiap saat.
1) Api
Api bagi manusia mempunyai dua sifat yaitu menguntungkan dan
merugikan. Misalnya dalam kehidupan sehari – hari ibu rumah tangga, api sangat
berguna untuk aktifitas memasak. Api dianggap merugikan apabila adanya
kelalaian dalam penggunaannya, salah satu akibatnya yaitu menimbulkan
kebakaran.
Dalam dunia perpustakaan, api juga merupakan bahaya utama. Banyak
koleksi bahan pustaka berharga dan fasilitas perpustakaan yang tidak murah
harganya mengalami kerusakan berat atau bahkan kepunahan dikarenakan
kebakaran. Perlindungan terhadap bahaya ini bisa dicegah dengan dimulai dari
36 Martoatmodjo, Pelestarian Bahan Pustaka, h. 46-47.
26
desain arsitek dan perbaikan bahan bangunan. Segi – segi desain seperti ruangan
terbuka yang luas, tangga yang dapat menjadi cerobong penyebaran api perlu
dihindari.37
2) Air
Bahaya yang disebabkan oleh air bukanlah merupakan hal yang baru.
Selain menimbulkan kerusakan langsung pada buku, air juga dapat meningkatkan
prosentase kelembaban di dalam ruangan perpustakaan, sehingga buku dan bahan
pustaka lainnya dapat menjadi lembab dan mudah terserang jamur atau hama
lainnya.
Air dapat ditimbulkan oleh berbagai sebab seperti air laut pasang, sungai
meluap atau banjir dan hujan terus menerus, kerusakan saluran persediaan air
minum, air buangan pipa pemanasan sentral, alat pendingin udara, rembesan
dinding, jendela terbuka dan sebagainya. Usaha melawan api dengan air seringkali
memberi dampak lebih besar dan lebih luas daripada apinya itu sendiri. Perawatan
dan pemeliharaan gedung secara teratur dan penyusunan arsitektur yang memadai
merupakan hal – hal yang dapat menghindarkan koleksi dari air.
F. Metode Penanganan dan Pelestarian Koleksi Buku Langka
Pencegahan kerusakan bahan pustaka bertujuan untuk38 :
1. Kerusakan yang lebih hebat dapat dihindarkan. Koleksi yang dimakan oleh
serangga atau dirusak binatang pengerat dapat diselamatkan;
2. Koleksi yang terkena penyakit, misalnya terkena jamur dapat diobati, yang
terkena kerusakan kecil dapat diperbaiki; 37 Durea J.M dan D.W.G Clement, Dasar – dasar Pelestarian dan Pengawetan Bahan Pustaka, h. 14 38 Martoatmodjo, Pelestarian Bahan Pustaka, h. 68.
27
3. Koleksi yang masih baik dapat terhindar dari penyakit maupun kerusakan
lainnya;
4. Kelestarian fisik bahan pustaka terjaga;
5. Kelestarian informasi yang terkandung dalam bahan pustaka tersebut dapat
terjaga;
6. Pustakawan atau pegawai yang bekerja di perpustakaan sadar bahwa bahan
pustaka bersifat rawan kerusakan;
7. Para pemakai terdidik untuk berhati – hati dalam menggunakan buku, serta
ikut menjaga keselamatannya;
8. Semua pihak baik petugas perpustakaan maupun pemakai perpustakaan selalu
menjaga kebersihan lingkungan.
Usaha – usaha melakukan pencegahan kerusakan koleksi buku langka
harus dilakukan sejak dini, kegiatan ini merupakan tindakan yang lebih baik dan
lebih tepat daripada melakukan perbaikan buku langka yang sudah parah
keadaannya. Dengan melakukan pencegahan kerusakan koleksi buku langka sejak
dini, biaya pelestarian koleksi buku langka dapat ditekan.
1. Usaha Pencegahan Kerusakan Buku
a. Lingkungan
Lingkungan merupakan faktor yang paling penting dalam pelestarian
koleksi buku langka karena buku langka yang akan dijadikan koleksi maupun
buku langka yang telah diperbaiki kondisi fisiknya pada akhirnya akan kembali
ditempatkan di lingkungannya yaitu tempat penyimpanannya. Oleh karena itu
28
sangatlah penting bagi perpustakaan untuk selalu menjaga kondisi lingkungan
guna melakukan pencegahan terhadap kerusakan koleksi buku langka.
1. Suhu dan Kelembaban
Sudah banyak bahan pustaka yang mengalami kerusakan yang disebabkan
oleh suhu dan kelembaban udara. Untuk mencegah kerusakan yang lebih parah
perlu dilakukan cara – cara pencegahan. Kondisi yang sesuai untuk ruang
penyimpanan koleksi berkisar antara 16 0C sampai 21 0C dan untuk kelembaban
berkisar antara 40 - 60% RH. Pengaturan suhu dan kelembaban ini harus
disesuaikan dengan kenyamanan bagi pengguna dan disesuaikan dengan keadaan
suhu dan kelembaban di suatu daerah (negara) tempat perpustakaan tersebut
berada. Kondisi yang stabil untuk jangka panjang merupakan pertimbangan
penting lainnya. Kondisi lingkungan yang disarankan untuk penyimpanan jangka
panjang bahan pustaka harus dipandang sebagai tujuan yang dikehendaki, tetapi
tidak perlu kaku sifatnya39.
Salah satu cara untuk mendapatkan kondisi seperti yang dimaksud di atas
adalah dengan menggunakan AC. Untuk penggunaan AC ini sebaiknya harus
dinyalakan selama 24 jam sehari. Oleh karena jika dinyalakan setengah hari saja
dapat menyebabkan naik turunnya kelembaban udara dalam ruangan. Kondisi
seperti ini justru akan mempercepat kerusakan kertas40.
Tindakan yang lebih sederhana untuk membatasi suhu dan kelembaban
yang berlebihan dapat dilakukan sebagai berikut41 :
a. Menjamin peredaran udara yang baik dengan kipas angin.
39 Durea J.M dan D.W.G Clement, Dasar – dasar Pelestarian dan Pengawetan Bahan Pustaka, h. 9. 40 Razak, dkk., Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip, h. 34. 41 Durea J.M dan D.W.G Clement, Dasar – dasar Pelestarian dan Pengawetan Bahan Pustaka, h. 9.
29
b. Menggunakan alat pengering udara untuk mengurangi kelembaban di
tempat penyimpanan buku.
c. Menggunakan metode penyekatan untuk mengurangi panas dan tirai untuk
mencegah cahaya matahari langsung.
d. Merawat gedung dan seluruh ruangannya dengan baik untuk mencegah
uap air selama musim hujan.
Untuk mengurangi kelembaban udara di dalam ruangan perpustakaan
dapat menggunakan alat dehumidifier. Sedangkan untuk mengurangi kelembaban
udara dalam rak koleksi dapat menggunakan silica gel, bahan ini dapat menyerap
uap air dari udara. Silica gel akan berwarna biru bila masih aktif menyerap air dan
berwarna merah muda bila sudah jenuh dengan uap air, maka silica gel ini tidak
dapat lagi menyerap air.
2. Serangga dan Jamur
Unsur – unsur biologis (jamur, serangga, binatang pengerat, dan
sebagainya) dapat menyebabkan kerusakan yang parah pada bahan pustaka (juga
pada perlengkapan perpustakaan). Untuk mengatasi masalah ini perlu dilakukan
usaha pencegahan serta pembasmian unsur – unsur biologis tadi dengan bahan
kimia. Penggunaan bahan kimia tadi harus dijaga dengan benar agar aman dan
tidak membahayakan manusia42.
Lingkungan yang lembab, gelap, sirkulasi udara kurang, merupakan
lingkungan yang ideal bagi serangga, untuk itu maka suhu dan kelembaban udara
harus selalu dimonitor. Usaha lain untuk mengatasi masalah ini dapat dilakukan
fumigasi. Fumigasi merupakan suatu tindakan pengasapan yang bertujuan
42 Ibid, h. 24
30
mencegah, mengobati dan mensterilkan bahan pustaka. Mencegah maksudnya
menghindari kerusakan yang lebih lanjut dapat dihindari. Mengobati maksudnya
mematikan atau membunuh serangga, kuman dan sejenisnya yang telah
menyerang dan merusak bahan pustaka., dan mensterilkan maksudnya
menetralisasi keadaan seperti menghilangkan bau busuk yang timbul dari bahan
pustaka43.
Martoatmodjo dalam bukunya juga mengatakan untuk mengatasi masalah
ini dengan cara memilih rak – rak penyimpanan yang terbuat dari bahan – bahan
yang tidak disukai oleh serangga, seperti kayu jati atau logam, sedangkan untuk
mencegah jamur perlu menjaga kebersihan tempat penyimpanan dan menjaga
temperatur suhu, menyusun koleksi tidak terlalu rapat satu sama lainnya, dan
fumigasi secara berkala perlu dilakukan.
3. Cahaya
Cahaya terdiri dari dua jenis yaitu cahaya alami seperti sinar matahari, dan
cahaya buatan seperti cahaya dari lampu pijar. Untuk mencegah kerusakan akibat
cahaya ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut; untuk cahaya alami, yaitu
dengan cara menghindarkan sinar matahari masuk secara langsung, menutup
jendela dengan tirai atau dengan sarana perlindungan lainnya dan juga menutup
jendela dengan saringan ultraviolet untuk menurunkan tingkat cahaya dan
perolehan cahaya. Untuk cahaya buatan juga dapat digunakan saringan ultraviolet.
Tingkat pencahayaan dan kandungan ultraviolet dari penerangan di dalam
ruangan penyimpanan bahan pustaka harus diukur dengan menggunakan alat
43 Razak dkk, Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip, h. 39.
31
fotometer dan monitor ultraviolet44. Selain itu untuk mencegah kerusakan dari
pengaruh sinar UV, Ogden45 memberikan rekomendasi agar kandungan UV pada
ruangan penyimpanan bahan pustaka tidak lebih dari 75 µwatt/lumen.
4. Debu
Debu termasuk partikel – partikel zat yang paling ringan dan mudah
diterbangkan oleh angin dan dapat masuk kedalam perpustakaan melalui pintu,
jendela atau melalui lubang angin – angin pada tembok. Dalam keadaan lembab,
debu yang melekat pada buku biasanya dapat menyebabkan buku ditumbuhi
jamur sehingga buku cepat rusak dan rapuh. Untuk merawat buku agar terhindar
dari kerusakan yang lebih parah salah satunya dengan cara menjaga kebersihan
yang berarti dalam ruangan penyimpanan harus bebas dari debu dan kotoran.
Suatu program pembersihan yang teratur dan terus – menerus harus
diselenggarakan. Pekerjaan tersebut tadi perlu dilakukan dengan hati – hati dan
dibawah pengawasan petugas. Program pembersihan juga mencakup pemeriksaan
koleksi guna memberi peringatan dini mengenai kerusakan yang ada46.
Banyak yang dapat dilakukan untuk mengurangi permasalahan debu jika
pengatur udara tidak dapat disediakan, yaitu dengan cara; menjamin supaya pintu
dan jendela tertutup rapat, menggunakan pita perekat pada pintu dan jendela,
menggunakan jendela berengsel daripada jendela sorong karena jendela ini tidak
pernah bebas dari debu. Debu dan kotoran yang tidak meresap ke dalam buku
44 Durea J.M dan D.W.G Clement, Dasar – dasar Pelestarian dan Pengawetan Bahan Pustaka, h. 10. 45 Sherelyn Ogden, “Temperature, relative humidity, light and air quality: basics guidelines for preservation, technical leaflet, section 2, Northeast document conservation center”, diakses pada tanggal 15 Juli 2010 dari http://www.nedcc.org/resources/leaflets/2The_Environment/01BasicGuidelines.php 46Durea J.M dan D.W.G Clement, Dasar – dasar Pelestarian dan Pengawetan Bahan Pustaka, h. 11.
32
dapat dihilangkan dengan metode kering. Alat – alat yang digunakan untuk
melakukan cara ini adalah sikat halus, kuas, spon, vacuum cleaner, sedangkan
untuk kotoran yang sukar dibersihkan dengan menggunakan penghapus karet47.
b. Manusia
Perlindungan terhadap bahan pustaka merupakan tanggung jawab
pustakawan, namun pustakawan sendiri sering lalai sehingga mengakibatkan
kerusakan bahan pustaka. Selain itu penyebab kerusakan bahan pustaka
disebabkan oleh penggunaan yang ceroboh dari para pengguna bahan pustaka.
Untuk mencegah kerusakan – kerusakan ini dapat ditempuh dengan cara
memberikan pemahaman kepada para pengguna dan pustakawan sendiri tentang
pentingnya menjaga kelestarian bahan pustaka. Untuk para pengguna
perpustakaan perlu adanya rambu – rambu petunjuk tentang bagaimana
menggunakan bahan pustaka dengan baik dan benar, seperti cara memperoleh
buku, cara mengambil buku dari rak, cara menempatkannya di rak dan
sebagainya48.
Untuk mencegah pencurian oleh pengguna perlu dilakukan usaha – usaha
seperti perencanaan efektif mengenai perancangan gedung perpustakaan. Akses
tanpa izin melaui pintu, jendela, saluran pelayanan mekanis, got dan lainnya
perlu diperkecil., keamanan pada bagian gedung akan mencegah banyak
pencurian. Para pustakawan harus mempertimbangkan memasang tanda bahaya
tertentu atau tanda bahaya permanen yang dapat diterapkan selama perpustakaan
47 Razak dkk, Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip, h. 38. 48 Martoatmodjo, Pelestarian Bahan Pustaka, h. 69
33
tutup. Untuk perpustakaan besar, sebagai tambahan sarana tanda bahaya tadi,
diperlukan patroli petugas keamanan yang mempunyai hubungan dengan polisi49.
c. Bencana Alam
Kerusakan terhadap bahan pustaka yang disebabkan oleh bencana alam
meskipun tidak terjadi secara periodik, namun sebaiknya dilakukan hal – hal yang
bersifat perbaikan apabila terjadi bencana alam di daerah sekitar perpustakaan.
1. Api
Selama ini sudah banyak kerusakan – kerusakan yang disebabkan oleh api
(kebakaran). Begitu pula di perpustakaan, api dapat merusak bahan pustaka
bahkan memusnahkannya. Untuk mencegah kerusakan – kerusakan yang lebih
parah lagi perlu adanya suatu tindakan preventif seperti :
1. Kabel listrik harus diperiksa secara berkala.
2. Bahan yang mudah terbakar seperti varnish dan bahan – bahan kimia
yang mudah menguap harus diletakkan di luar bangunan utama.
3. Larangan keras merokok di dalam atau di luar bangunan gedung.
4. Alarm seperti smoke detector harus dipasang di tempat yang strategis
untuk mengetahui dengan cepat adanya kebakaran, fungsi alat ini harus
diperiksa secara berkala.
5. Alat – alat pemadam api harus diletakkan pada tempat yang mudah
dijangkau. Alat pemadam ini harus diganti kembali bila sudah habis
masa berlakunya. Pemadam api yang baik untuk ruangan yang di
49 Durea J.M dan D.W.G Clement, Dasar – dasar Pelestarian dan Pengawetan Bahan Pustaka, h. 17.
34
dalamnya terdapat benda – benda organik seperti kertas adalah tipe
pemadam api kering seperti CO2 (karbondioksida).
Alat deteksi api dan tanda bahaya harus dipasanag dan secara teratur
diperiksa. Bunyi alat – alat tersebut harus terdengar oleh semua anggota staf dan
pembaca. Mereka harus mengenal tanda – tanda bahaya dari alat tersebut. Selain
itu perpustakaan menyediakan tenaga listrik cadangan pada waktu api
melumpuhkan tenaga listrik utama dari PLN. Petugas perpustakaan harus dilatih
secara teratur mengenai cara penggunaannya dan berbagai aspek pencegahan api.
Seyogyanya organisasi pemadam kebakaran yang profesional perlu diusahakan
memberi saran mengenai sifat alat – alat tadi50.
2. Air
Kerusakan yang disebabkan oleh air mungkin lebih berbahaya bagi
perpustakaan dibandingkan kerusakan oleh api51. Untuk mengatasi timbulnya
kerusakan perlu adanya usaha atau tindakan pencegahan. Salah satu pencegahan
seperti pemeliharaan gedung secara teratur. Cara pencegahan lainnya adalah
dengan menyusun perincian arsitektur bangunan baru, misalnya pembuangan
genangan air sebaiknya tidak berlokasi di daerah penyimpanan koleksi52.
Untuk kertas yang terkena air dapat dikeringkan dalam ruangan yang
mempunyai ventilasi yang baik. Untuk membantu sirkulasi udara dalam ruangan
dapat menggunakan kipas angin. Temperatur dapat dinaikkan sekitar 35-400C
dengan menggunakan heater. Setelah pengeringan kertas dapat difumigasi dan
50 Durea J.M dan D.W.G Clement, Dasar – dasar Pelestarian dan Pengawetan Bahan Pustaka, h. 14. 51 Ibid, h. 15. 52 Ibid, h. 16.
35
direstorasi sebelum disimpan di tempat penyimpanan53. Selain itu untuk
menghentikan kerusakan yang disebabkan oleh air dapat dilakukan dengan cara
mengangin – anginkan secara tradisional atau mempercepat pembekuan54.
Perpustakaan perlu mengenal perusahaan setempat yang dapat dimanfaatkan
untuk tindakan pendinginan tersebut. Bagaimanapun juga, ketersediaan alat
penghilang kelembaban juga harus diadakan.
Untuk buku yang rusak terkena banjir, langkah – langkah yang dapat
diambil sebagai tindakan pencegahannya adalah sebagai berikut :
a. Ikatan buku jangan dilepas, dengan demikian lumpur yang ada di
bagian luar dapat dibersihkan. Untuk menghilangkan kotoran, lumpur
dan lain – lain digunakan kapas yang sudah dibasahi.
b. Air yang terdapat dalam ikatan buku harus dikeluarkan dengan cara
menekannya perlahan – lahan.
c. Buku yang masih basah dianginkan sampai kering.
d. Buku diusahakan agar tetap utuh dan lampirannya jangan sampai
terpisah.
e. Buku jangan dikeringkan dibawah pancaran sinar matahari.
f. Kesabaran adalah modal utama dalam usaha melakukan tindakan
pencegahan terhadap kerusakan bahan pustaka55.
53 Razak dkk, Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip, h. 37. 54 Durea J.M dan D.W.G Clement, Dasar – dasar Pelestarian dan Pengawetan Bahan Pustaka, h. 16. 55 Martoatmodjo, Pelestarian Bahan Pustaka, h. 78.
36
2. Usaha - usaha Memperbaiki Buku yang Rusak
Untuk memperbaiki koleksi bahan pustaka yang rusak diperlukan suatu
usaha atau tindakan perbaikan, usaha tersebut diantaranya sebagai berikut :
a. Menambal dan Menyambung
Menambal dan menyambung dilakukan untuk mengisi lubang – lubang
dan bagian – bagian yang dihilangkan pada kertas atau menyatukan kembali
kertas yang sobek akibat bermacam – macam faktor perusak buku56. Lubang –
lubang pada buku disebabkan oleh larva kutu buku, kecoa atau ikan perak yang
memakan kertas yang menyebabkan kertas tersebut menjadi berlubang atau robek.
Kerusakan dapat pula terjadi karena sering dipakai, sehingga buku menjadi tipis
pada bagian lipatan. Ada dua jenis penambalan kertas yang rusak yaitu
penambalan kertas karena berlubang dan penambalan kertas karena robek
memanjang.
Kertas berlubang yang disebabkan oleh larva kutu buku, jika terlalu parah
dapat dilakukan dengan menutup lubang – lubang tersebut dengan bubur kertas.
Sedangkan penambalan kertas yang robek memanjang dapat dilakukan dengan
cara penambalan menggunakan kertas Jepang (sejenis kertas untuk laminasi), dan
penambalan dengan kertas tisu (heat tissue paper). Menambal dengan kertas
Jepang dilakukan jika ada halaman buku yang robek, baik robeknya lurus maupun
tidak lurus. Sedangkan penambalan dengan kertas tisu (heat tissue paper), apabila
kertas yang diperbaiki mengkilap. Kertas tisu ini tampilannya sudah “nerawang”
ada lemnya yang hanya dapat menempel jika dipanasi57. Kertas tisu (heat tissue
paper) ini sudah tidak digunakan lagi, karena mengandung keasaman yang sangat
56 Razak dkk, Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip, h. 50. 57 Martoatmodjo, Pelestarian Bahan Pustaka, h. 53.
37
tinggi. Kertas yang umumnya sekarang digunakan adalah kertas tisu washi (dari
Jepang) atau kertas buatan tangan (handmade paper), dari Indonesia daluang
yang kini sudah dapat diproduksi dalam negri.
b. Laminasi
Laminasi adalah suatu kegiatan melapisi bahan pustaka dengan kertas
khusus, agar bahan pustaka menjadi lebih awet. Proses keasaman yang terjadi
pada kertas yang terdiri dari film oplas kertas cromton, atau kertas pelapis lainnya.
Pelapis kertas ini menahan polusi debu yang menempel di bahan pustaka,
sehingga tidak teroksidasi dengan polutan58. Cara laminasi ini cocok dan tepat
apabila digunakan untuk kertas – kertas yang sudah tidak dapat diperbaiki lagi
dengan cara – cara lain seperti menambal, menyambung, penjilidan dan
sebagainya, dengan demikian kertas menjadi lebih kuat59.
Biasanya kertas yang dilaminasi adalah kertas yang sudah tua, berwarna
kuning atau berwarna coklat, berbau apek, kotor, berdebu dan sebagainya oleh
karena pengaruh lingkungan dan bertambahnya derajat kesaman60.
Ada berbagai jenis cara laminasi yaitu laminasi dengan tangan, laminasi
dengan mesin pres panas, laminasi dengan filmo plast. Untuk memperoleh hasil
yang baik dari ketiga jenis cara laminasi tersebut, setelah proses laminasi masing
– masing kertas dilapisi dengan kertas pembatas atau kertas minyak dan ditindih
dengan alat pres atau papan, maka hasilnya akan terlihat rapi61.
58 Martoatmodjo, Pelestarian Bahan Pustaka, h. 111. 59 Razak dkk, Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip, h. 54. 60 Ibid, h. 54. 61 Ibid,h. 54.
38
c. Enkapsulasi
Salah satu cara lain dalam memperbaiki buku yang rusak adalah dilakukan
dengan cara enkapsulasi. Enkapsulasi adalah cara melindungi kertas dari
kerusakan yang bersifat fisik. Pada enkapsulasi setiap lembar kertas diapit dengan
cara menempatkannya diantara dua lembar plastik yang transparan, jadi tulisannya
tetap bisa dibaca dari luar. Pinggiran plastik tersebut ditempeli lem dari double
sided tape, sehingga kertas tidak terlepas62.
Jenis – jenis kertas yang akan dienkapsulasi ini adalah kertas lembaran
seperti naskah kuno, peta, bahan cetakan atau poster yang umumnya sudah rapuh
karena umur, rusak oleh pengaruh asam, atau polusi udara, berlubang – lubang
karena dimakan serangga, kesalahan dalam penyimpanan, atau salah dalam
penggunaan seperti menggulung atau melipat, rusak karena terlalu sering
digunakan. Peralatan dan bahan yang dibutuhkan dalam proses ini adalah gunting
kecil atau besar, alas dari plastik tebal yang dilengkapi dengan garis – garis yang
berpotongan tegak lurus untuk mempermudah pekerjaan, sikat halus film plastik
polyester, pisau pemotong (cutter), double sided tape 3M, pemberat, kertas
penyerap bebas asam dan lembaran kaca63.
d. Penjilidan
Bahan pustaka yang rusak seperti buku, lem atau jahitannya terlepas,
lembar pelindung dan sampul mengalami kerusakan, sobek dan bentuk – bentuk
kerusakan fisik lainnya yang diperkirakan masih dapat diatasi, perlu dilakukan
perbaikan. Salah satu tindakan yang tepat untuk kerusakan jenis tersebut adalah
dengan mereparasi atau memperbaiki atau menjilid kembali untuk dapat
62 Martoatmodjo, Pelestarian Bahan Pustaka, h.113. 63 Razak, Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip, h. 56.
39
mempertahankan bentuk fisiknya, sekaligus mempertahankan kandungan ilmiah
di dalamnya. Pada dasarnya penjilidan merupakan pekerjaan menghimpun atau
menggabungkan lembaran – lembaran yang lepas menjadi satu., yang dilindungi
ban atau sampul64.
Untuk pelaksanaan pekerjaan penjilidan ini diperlukan perlengkapan dan
bahan jilidan seperti65 :
1. Perlengkapan penjilidan:
a. Pisau, digunakan untuk memotong kertas dan lain – lain bahan atau
material yang kecil dan digunakan memotong tepi kulit buku.
b. Pemampat atau palu kayu, digunakan ketika menjalankan proses
rounding dan backing (memilung).
c. Pelubang atau pusat (berupa besi tajam yang bergagang kayu),
digunakan untuk membuat lubang diatas kertas, board ketika menjilid
atau menjahit dengan tangan.
d. Gunting, untuk memotong pita, kain atau bahan cover buku dan lain –
lain.
e. Tulang pelipat (bone folder), terbuat dari jenis tulang, kayu atau plastik
yang digunakan untuk melipat dengan tangan (turning inedge),
membuat creasing pad ked, membuat tanda dengan cara melipat atau
menggores, dan lain – lain.
f. Penggaris besi (straight edge/steel ruler), untuk mengukur atau
sebagai alat bantu ketika memotong kertas dengan tangan.
64 Martoatmodjo, Pelestarian Bahan Pustaka, h. 123. 65 Ibid, h. 126-135..
40
g. Kuas (brush), untuk menyapu perekat (lem) di atas material (kertas,
karton dan sebagainya) saat pekerjaan penjilidan dilakukan.
h. Gergaji (tannon saw), untuk menggergaji punggung buku pada
penjilidan yang dikerjakan dengan tangan.
i. Jarum, untuk menjahiit pada penjilidan yang dikerjakan dengan
tangan.
j. Pengepres atau pemampat (presses), untuk penjilidan dengan tangan.
k. Pemidang jahit (sewing press), untuk menjahit kuras dengan tangan.
l. Mesin potong, untuk memotong bahan yang berukuran besar dan tebal.
2. Bahan penjilidan :
Bahan – bahan yang diperlukan atau digunakan dalam penjilidan
adalah sebagai berikut :
a. Kertas, adalah lembaran yang terbuat dari selulosa alam atau serat
buatan yang telah mengalami penggilingan ditambah beberapa bahan
tambahan, misalnya kaolin, zat warna, formaldehida (untuk memberi
daya tahan pada kertas) dan sebagainya.
b. Karton, sejenis kertas tebal dengan berat atau gramatur berkisar antara
165 gram sampai 320 gram per meter persegi. Ada bermacam –
macam jenis karton yaitu karton manila (61 x 86 cm; 65 x 100 cm),
karon BC (bild carton) (61 x 86 cm; 65 x 100 cm), lenen karton (79 x
109 cm; 90 x 120 cm), duplek karton (79 x 109 cm; 90 x 120 cm). ada
juga jenis karton tebal dengan berat / gramatur di atas 320 gram per
meter persegi yang disebut strook board. Jenis ini antara lain strook
board lokal (65 x 75 cm), strook board import (70 x 100 cm). Nomor
41
ketebalan board antara lain nomor 18 ketebalannya 4,3 mm dengan isi
per paknya 18 lembar, nomor 20 ketebalannya 3,80 mm dengan isi per
paknya 20 lembar, nomor 30 ketebalannya 2,50 mm dengan isi per
paknya 30 lembar, nomor 40 ketebalannya 2,00 mm dengan isi per
paknya 40 lembar, nomor 100 ketebalannya 0,70 mm dengan isi per
paknya 100 lembar.
c. Kain linen (book Binden Linnen), digunakan untuk pelapis punggung
buku atau seluruh cover buku.
d. Bahan perekat (lem), digunakan untuk menempelkan barang yang satu
dengan yang lainnya misalnya kertas dengan kertas, kertas dengan
bahan lain dan sebagainya.
e. Benang, digunakan untuk menjahit kertas dalam penjilidan.
f. Kawat jahit, kawat jahit ini terdiri dua jenis yaitu; kawat bulat
(digunakan untuk menjahit (satu katern atau kuras) atau majalah
berkala), dan kawat persegi (digunakan untuk menjahit dos – dos
untuk kemasan yang sifatnya sederhana).
Setelah perlengkapan dan bahan penjilidan tersebut sudah tersedia, proses
selanjutnya adalah penghimpunan dan penggabungan. Penghimpunan adalah
penyusunan lembaran – lembaran menurut urutan yang dikehendaki, kemudian
membentuk kuras atau katern. Penggabungan adalah menyatukan secara erat dan
padu setiap lembaran menjadi katern, kemudian katern – katern itu digabung
menjadi satu.
Sebagaimana kita ketahui, bahan pustaka berupa buku banyak bentuknya,
ada yang panjang, pendek, tebal, tipis, kuat, lemah, indah, sederhana dan
42
sebagainya. Bervariasinya bentuk buku tersebut mempengaruhi jenis penjilidan
serta cara mengerjakannya. Secara umum ada tiga jenis penjilidan. Pertama,
penjilidan manual, yang masih dipraktekkan pada penjilid dengan tangan, seperti
dilakukan para penjilid tukang fotokopi, dan sebagian penjilid di perpustakaan.
Kedua, penjilidan semiotomatis, yang biasa dipakai untuk buku – buku sampul
lunak (paperback). Ketiga, penjilidan otomatis (dengan mesin), yang biasa
dipakai dalam penjilidan buku edisi bersampul keras (hard cover)66. Ada berbagai
jenis penjilidan yaitu67 :
a. Penjilidan kaye atau jilidan yang paling sederhana, jilidan ini hanya
cocok kalau jumlah halamannya sedikut.
b. Jilidan dengan tanda atau signature binding, yaitu penjilidan dengan
memperhatikan tanda pada bahan pustaka yang akan dijilid.
c. Jilid lem punggung.
d. Jilid spiral, penjilidan ini dapat dikerjakan untuk menjilid buku dengan
jumlah halaman yang banyak maupun yang sedikit.
e. Jilid lak ban.
Beberapa langkah yang perlu dilakukan dalam proses perbaikan dengan
cara penjilidan antara lain :
1. Kuras atau katern, yaitu lembaran – lembaran yang telah dilipat dan
saling disisipkan dijahit satu dengan yang lainnya dan akhirnya
membentuk isi buku atau blok buku.
66 Iwank, “Jilid Lem,” artikel diakses pada tanggal 16 Juli 2010 dari http://www.ruangbaca.com/ruangbaca/?doky=MjAwOA==&dokm=MDI=&dokd=MjU=&dig=YXJjaGl2ZXM=&on=U0xQ&uniq=NjIz 67 Martoatmodjo, Pelestarian Bahan Pustaka, h. 142 – 144.
43
2. Isi buku atau blok buku kemudian dipres atau dipampatkan, sambil
dilem. Pada sistem tanpa benang (perpect binding) blok buku dapat
dilem pada punggungnya setelah punggung buku tersebut dipotong dan
dikasarkan (dipres).
3. Lembar pelindung ditempelkan, baik bagian atas maupun bagian
bawah atau ditempelkan pada lembaran pertama dan lembaran terakhir
isi buku.
4. Isi buku yang telah ditempeli lapisan lembar pelindung dapat dipotong
/ dirapikan sesuai ukuran yang dikehendaki, baik bagian kedua sisi
samping dan sisi depan.
5. Isi buku dipilung atau dibulatkan atau dapat juga dibentuk lurus / siku,
sesuai dengan yang diinginkan.
6. Tempel atau rekatkan pita kapital, untuk pemanis / estetika disamping
dapat juga menambah kekuatan pada bagian kepala dan ekornya.
7. Tempel kain kasa sebelum digabung dengan sampul atau covernya68.
e. Deasidifikasi
Deasidifikasi adalah pelestarian bahan pustaka dengan cara menghentikan
proses keasaman yang terjadi pada kertas. Dalam proses pembuatan kertas, ada
campuran zat kimia yang apabila zat tersebut terkena udara luar, membuat kertas
menjadi asam yang akan merusak kertas. Sebelum dilakukan kegiatan
deasidifikasi, terlebih dulu dilakukan uji keasaman terhadap kertas dengan
mengunakan pH meter, kertas pH atau spidol pH69.
68 Razak dkk, Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip, h. 59. 69 Martoatmodjo, Pelestarian Bahan Pustaka, h. 104.
44
Proses deasidifikasi ini merupakan cara yang hanya dapat menghilangkan
asam yang sudah ada dan melindungi kertas dari kontaminasi asam dari berbagai
sumber, deasidifikasi tidak dapat memperkuat kertas yang sudah rapuh. Alat – alat
yang disebutkan di atas diperlukan untuk menentukan sifat asam atau basa suatu
bahan, dengan memakai ukuran derajat keasaman yang disingkat pH. Asam
mempunyai pH antara 0-7 dan basa antara 7-14, pH7 adalah normal atau netral.
Kalau pH kertas lebih dari 7, berarti kertas tersebut sudah bersifat asam, jika pH
kertas berada antara 4-5, ini menunjukkan kondisi kertas itu sudah parah. Untuk
mengetahui derajat keasaman pada suatu kertas, satu titik pada kertas dibasahi
dengan air suling., kemudian pHnya diukur dengan pH meter atau kertas pH70.
Sedangkan cara lain dengan menggunakan spidol pH adalah dengan
menggoreskan spidol tersebut pada kertas di buku, kemudia kita lihat perubahan
warnanya. Selanjutnya kita ukur dengan menggunakan ukuran warna yang
menunjukkan tingkat keasamannya, namun cara ini tentunya kurang baik, karena
akan meninggalkan bekas warna goresan pada buku71.
Dalam melakukan deasidifikasi kita harus hati – hati, karena deasidifikasi
terlalu besar akan menyebabkan kertas menjadi rusak. Deasidifikasi yang paling
baik adalah merubah pH kertas yang mula – mula kurang dari 7 menjadi 7 sampai
8,5, jika pH kertas lebih besar dari 9 akan menyebabkan terhidrolisasinya selulosa
dalam suasana alkali. Oleh karena itu, konsentrasi basa yang dipakai harus
sebanding dengan asam yang ada dalam kertas untuk menghasilkan garam netral
dan tidak terjadi kelebihan basa.
70 Razak, Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip, h. 43. 71 Martoatmodjo, Pelestarian Bahan Pustaka, h. 105.
45
Ada beberapa larutan yang bersifat basa yang digunakan oleh para ahli
konservasi kertas. Bahan – bahan ini cukup baik untuk menetralkan asam yang
terkandung dalam kertas, yaitu :
1. Kalsium hidroksida, kalsium karbonat, magnesium
hidroksida dan magnesium karbonat.
2. Magnesium methoxide.
3. Barium hidroksida.
Deasidifikasi harus dilakukan dengan cara kering untuk mencegah
penggunaan larutan yang dapat melarutkan tinta pada bahan pustaka72.
f. Memutihkan Kertas
Kertas pada buku yang biasa kita jumpai kadang ada yang berwarna
kecoklatan, hal ini menandakan kertas tersebut sudah terkena debu dan lumpur.
Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan usaha perbaikan yaitu dengan cara
diputihkan dengan berbagai zat kimia seperti :
1. Chloromine-T
2. Gas Chlordioksida
3. Natrium Chlorida
4. Potasium Perrmanganate
5. Natrium Hipochlorite
6. Hidrogen Peroksida
Pemutihan kertas yang dimaksud disini adalah untuk menghilangkan noda
yang terdapat pada kertas, bukan untuk memutihkan buku yang telah terisi tulisan
72 Terry Boone, “Book Keeper for Spray Use in Single Item Treatment”, diakses pada tanggal 07 Juli 2010 dari http://cool.conservation-us.org/coolaic/sg/bpg/annual/v17/bp17-04.html
46
tangan ataupun tulisan cetak. Namun, apabila dianggap sangat perlu, dapat juga
seluruh halaman dari suatu buku diputihkan73.
73 Martoatmodjo, Pelestarian Bahan Pustaka, h. 54.
47
BAB III
GAMBARAN UMUM
PERPUSTAKAAN KEMENTRIAN PEKERJAAN UMUM
A. Sejarah Singkat
Perpustakaan Kementrian Pekerjaan Umum (Kem. PU) merupakan
perpustakaan khusus yang koleksinya tersebar di masing – masing unit kerja.
Perpustakaan tersebut antara lain :
• Perpustakaan Sekretariat Ditjen Pengairan, didirikan pada tahun 1967.
• Perpustakaan Sekretariat Ditjen Bina Marga, didirikan pada tahun 1971.
• Perpustakaan Sekretariat Balitbang, didirikan pada tahun 1975.
• Perpustakaan Biro Hukum, didirikan pada tahun 1975.
• Perpustakaan Biro Umum, didirikan pada tahun 1975.
Seiring dengan perubahan struktur organisasi yang terjadi di Kementrian
Pekerjaan Umum pada tahun 2005, koleksi perpustakaan Sekretariat Balitbang,
Sekretariat Jenderal, Sekretariat SDA dan Bina Marga diserahkan kepada Pusat
Komunikasi Publik untuk digabungkan menjadi satu dan menempati gedung Pusdata.
Dengan penggabungan tersebut dan berkoordinasi dengan Perpustakaan di Gedung
Utama (Biro Hukum dan Biro Umum) diharapkan dapat dijadikan cikal bakal
terbentuknya Perpustakaan Utama Kementrian Pekerjaan Umum, sehingga dapat
menyajikan data dan informasi ke–PU-an kepada masyarakat PU secara khusus dan
masyarakat luas secara umum.
48
Perpustakaan Kem. PU telah memanfaatkan teknologi informasi berupa
fasilitas jaringan komputer untuk mengakses unit – unit perpustakaan di lingkungan
Kementrian PU baik dalam maupun luar daerah. Perpustakaan dengan fasilitas
jaringan ini mulai dikenalkan pada awal terbentuknya Kementrian Kimpraswil tahun
2001, dengan diawali sharing data pustaka.
Dengan ditetapkannya SK Menteri PU No. 242/KPTS/1993 tentang
Pembinaan Pengelolaan Perpustakaan di lingkungan Kementrian PU, maka
perpustakaan Biro Umum saat itu ditetapkan sebagai pusat jaringan perpustakaan
Kementrian PU, untuk selanjutnya diharapkan dapat melakukan pembinaan sistem
jaringan perpustakaan di lingkungan Kementrian PU, yang sejak tahun 2005
dilimpahkan kepada Pusat Komunikasi Publik.
Visi dan Misi
Visi dari Perpustakaan Kementrian Pekerjaan Umum adalah “One Stop
Service For Public Works Documents.”
Misi Perpustakaan Kementrian Pekerjaan Umum, yaitu :
1. Meningkatkan jumlah koleksi baik dalam bentuk buku maupun non buku.
2. Mempromosikan koleksi – koleksi yang dimiliki oleh Perpustakaan
Kementrian Pekerjaan Umum.
3. Meningkatkan jumlah pengunjung Perpustakaan dengan cara meningkatkan
mutu layanan.
4. Meningkatkan sumber daya manusia di perpustakaan baik dengan cara
pelatihan perpustakaan maupun perekrutan sarjana perpustakaan.
49
Menteri
Pekerjaan
Umum
BPKSD
M
Balitbang
ItJen
SekJen
DirJen TaRu
DirJen SDA
DirJen
BM
DirJen
CK
Biro
Perencan
aan dan
Biro
Kepegawaia
n dan
ORTALA
Biro
Keuanga
n
Biro
Perlengka
pan dan
Umum
Biro
Hukum
Pusat
Komunikasi
Publik
Pusat
Pendidi
kan
Pusat
Kajian
Strategis
Pusat
Pengol
ahan
Bidang
Dokumentas
i dan
Publikasi
Sub. Bidang
Publikasi
Sub. Bidang
Dokumentasi
Sub Bidang Perpustaka
an
5. Membuat perpustakaan yang berbasis IT.
B. Struktur Organisasi
1. Struktur Kementrian PU
Struktur organisasi Kementrian Pekerjaan Umum terdiri dari Sub Bidang
Perpustakaan yang berada pada eselon IV yang bertanggung jawab kepada Bidang
Dokumentasi dan Publik eselon III. Bidang Dokumentasi dan Publik bertanggung
jawab kepada Pusat Komunikasi Publik dibawah Sekretariat Jenderal eselon I.
kemudian Sekretariat Jenderal bertanggung jawab kepada Menteri Pekerjaan Umum.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam struktur organisasi berikut ini :
Bagan 1
Struktur Makro Perpustakaan Kementrian PU
50
Kepala Sub Bidang Perpustakaan
Pengadaan Pengolahan Pelayanan
2. Struktur Perpustakaan Kementrian PU
Semua Staf Perpustakaan bertanggung jawab langsung kepada Kepala
Perpustakaan Kementrian Pekerjaan Umum. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam
struktur organisasi berikut ini :
Bagan 2
Struktur Mikro Perpustakaan Kementrian PU
C. Koleksi
Koleksi Perpustakaan Kementrian Pekerjaan Umum terdiri dari koleksi –
koleksi dari Perpustakaan Balitbang, Bina Marga, dan Sumber Daya Air yang terdiri
atas majalah, monograf, hasil studi, makalah, dan bahan non buku (album foto, VCD
dan DVD) yang meliputi bidang teknik sipil, arsitektur, lingkungan, planologi, jalan,
jembatan, perumahan dan pemukiman, serta penataan ruang. Jumlah koleksi yang
dimiliki Kementrian PU dari beberapa jenis pustaka, sebagai berikut :
51
Jumlah Koleksi Bahan Pustaka
JENIS PUSTAKA JUMLAH JUDUL
PUSTAKA
MAJALAH 10657 PERATURAN PERUNDANNG – UNDANGAN 739 MAKALAH/KONFERENSI/SEMINAR/WORKSHOP 2330 MONOGRAF 45767 KOLEKSI BUKU LANGKA 1214 NON BUKU 500 JUMLAH PUSTAKA 61207
D. Buku Langka
Perpustakaan Kementrian Pekerjaan Umum juga mempunyai koleksi buku
langka yang dimiliki dari tahun 1757 hingga tahun 1950 yang merupakan
peninggalan zaman Belanda. Buku ini terdiri dari beberapa bahasa asing, seperti
Bahasa Inggris, Belanda, Jerman, dan Perancis. Koleksi buku langka milik
Perpustakaan Kem. PU terdapat pada dua tempat, diantaranya koleksi buku langka di
Gedung Kintaka, yaitu gedung tempat penyimpanan koleksi buku langka milik
Kementrian Pekerjaan Umum baik yang belum diolah sebagai koleksi maupun yang
sudah diolah, yang terletak di daerah Citeureup Bogor yang berjumlah kurang lebih
1.214 koleksi dan koleksi buku langka di Perpustakaan Kementrian Pekerjaan Umum
yang berjumlah kurang lebih 150 buku langka. Koleksi buku langka ini tidak hanya
membahas tentang pembangunan gedung, jembatan, arsitektur rumah, dan bidang –
bidang teknik lainnya saja tetapi juga terdapat cerita – cerita mengenai Indonesia
pada saat itu.
52
E. Anggaran
Perpustakaan Kementrian PU memiliki anggaran sebesar Rp. 550.000.000,-
/tahun. Untuk membelanjakan anggaran ini, kepala perpustakaan tidak lagi
memerlukan persetujuan dari unit di atasnya. Anggaran tersebut terbagi dua, yaitu :
1. Anggaran Rutin
Adalah anggaran yang digunakan untuk keperluan kegiatan administrasi
perpustakaan sehari – hari dan setiap tahunnya selalu dikeluarkan, misalnya sebagai
perawatan gedung, ATK, dan pengadaan koleksi perpustakaan.
2. Anggaran Proyek
Adalah anggaran yang digunakan untuk keperluan pengembangan
perpustakaan, misalnya; pengadaan komputer, pengadaan furniture, perjalanan dinas,
dan peningkatan SDM (pelatihan, studi banding, dan lain – lain).
F. Sumber Daya Manusia
Perpustakaan Kementrian Pekerjaan Umum dikepalai oleh Yunaldi, ST, MT.
Staf perpustakaan terdiri dari 2 orang pustakawan dan 7 orang lulusan SMA yang
kemudian mengikuti pelatihan di berbagai tempat untuk dapat mengikuti dan
memahami pekerjaan di perpustakaan, seperti Pengelolaan Perpustakaan,
Pengembangan SDM Perpustakaan, dan lain sebagainya.
53
G. Pengguna
Setiap perpustakaan memiliki pengguna. Dalam hal ini pengguna dapat dibagi
dua, yaitu pengguna potensial dan aktual.
1. Pengguna Potensial
Yaitu semua orang yang dapat menggunakan perpustakaan. Pengguna
potensial terbagi menjadi dua, yaitu :
a. Potensial Target
Yaitu orang – orang yang diharapkan dapat memanfaatkan
perpustakaan. Dalam hal ini, pengguna potensial target Kementrian PU adalah
semua pegawai Kementrian PU.
b. Potensial Non Target
Pengguna selain sasaran utama (diluar pengguna potensial target).
Pengguna non target pada perpustakaan Kementrian PU adalah kontraktor,
konsultan, peneliti, dosen, mahasiswa.
2. Pengguna Aktual
Pengguna yang sudah menggunakan perpustakaan, yang ditandai dengan
kartu keanggotaan. Pada Perpustakaan Kementrian PU, semua pegawai Kementrian
PU tidak otomatis terdaftar sebagai anggota perpustakaan, akan tetapi harus
mendaftarkan diri terlebih dahulu sebagai anggota perpustakaan. Pengguna aktual
terbagi menjadi dua, yaitu :
54
a. Aktual Aktif
Pengguna dengan kesadaran sendiri datang ke perpustakaan untuk
mencari informasi yang ia butuhkan.
b. Aktual Pasif
Pengguna tidak dengan kesadaran sendiri datang ke perpustakaan.
H. Sarana Sistem Simpan dan Temu Kembali
Sarana sistem simpan dan temu kembali merupakan sarana yang digunakan
oleh pengguna maupun staf perpustakaan untuk memudahkan penelusuran informasi
atau mencari koleksi perpustakaan yang diinginkan.
Perpustakaan Kem. PU menggunakan SIMPUSTAKA sebagai sarana sistem
simpan dan temu kembali. SIMPUSTAKA yang dapat diakses oleh pengguna dari
mana saja (berbasis web). SIMPUSTAKA ini menggunakan software SQL server,
access, dan ASP. Selain sarana pencarian, SIMPUSTAKA juga dapat memberikan
abstrak dari koleksi – koleksi Perpustakaan Kementrian Pekerjaan Umum. Pencarian
koleksi dapat dilakukan dengan menggunakan kata kunci : judul, penulis, penerbit,
tahun terbit, dan subyek.
Perpustakaan Kementrian PU menggunakan sistem Open Access, di mana
pengunjung dapat mencari atau mengambil sendiri dokumen yang diinginkan. Dan
apabila menemukan kesulitan pengguna dapat langsung bertanya pada staf
perpustakaan.
55
I. Gedung Perpustakaan
Gedung Perpustakaan Kementrian PU memiliki luas 400m2 dan terdapat 4
ruangan yaitu, ruang kepala Perpustakaan, ruang staf perpustakaan, ruang
multimedia, serta ruang koleksi dan ruang baca dijadikan satu. Prasarana yang
dimiliki oleh Perpustakaan Kementrian PU terdiri dari ruangan ber-AC, layanan wifi,
12 buah kursi di ruang baca, 4 meja baca, 4 unit komputer untuk pustakawan, dan 1
unit komputer untuk pengguna, loker penyimpanan barang serta alat fotokopi,
scanner, dan penjilidan. Pada perpustakaan ini terdapat rak – rak yang berguna untuk
menyajikan koleksi – koleksi terbaru yang dimiliki perpustakaan dan ruang
multimedia yang terdapat televisi dan VCD/DVD guna memutar koleksi audiovisual
Kementrian PU. Ruang multimedia ini dilengkapi dengan seperangkat sofa yang
cukup nyaman untuk pengguna.
56
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan memaparkan tentang hasil observasi dan wawancara
penulis dengan Bapak Heru Asfika, seorang pustakawan yang bertugas merawat
dan memperbaiki koleksi buku langka, mengenai berbagai macam penyebab
kerusakan buku langka yang disebabkan oleh faktor lingkungan sekitar
perpustakaan dan teknik memperbaiki buku langka yang rusak. Observasi yang
diakhiri dengan wawancara ini dilakukan selama kurang lebih 3 minggu sejak
tanggal 27 Agustus hingga 23 September dengan disertai wawancara terhadap
pustakawan yang bertugas merawat dan memelihara kondisi fisik buku langka.
Usaha pelestarian koleksi buku langka mencakup dua aspek, yaitu usaha
pencegahan (preventif) dari kerusakan buku yang disebabkan oleh banyak faktor
perusak buku dan usaha perbaikan (kuratif) terhadap buku langka yang sudah
mengalami kerusakan. Pada bab 4 ini akan diawali dengan observasi terhadap
keadaan di sekitar tempat koleksi buku langka untuk mengenali lingkungan
tempat penyimpanan buku langka agar bisa terdeteksi hal – hal yang mungkin
menjadi faktor penyebab kerusakan koleksi buku langka.
A. Usaha Pencegahan Kerusakan Buku
1. Lingkungan
Buku langka yang sudah berumur puluhan bahkan ratusan tahun memiliki
kondisi fisik yang rapuh dan rentan sehingga diperlukan kondisi lingkungan yang
mampu sesuai dengan kondisi fisik buku langka agar dapat menghindari
57
kerusakan bahkan kepunahan koleksi buku langka, sehingga penting sekali
memperhatikan kondisi lingkungan tempat penyimpanan koleksi buku langka.
Kantor Kementrian Pekerjaan Umum sendiri terletak di daerah sekitar
Blok M atau tepatnya di Jl. Pattimura No. 20 Jakarta Selatan. Di sebelah utara
kantor Kementrian Pekerjaan Umum terdapat Universitas Al- Azhar, dengan
keberadaannya yang dekat dengan salah satu pusat pendidikan memungkinkan
banyaknya pengguna yang berkunjung ke perpustakaan. Di sebelah selatan kantor
Kementrian Pekerjaan Umum terdapat kantor kepolisian Republik Indonesia yang
lebih dikenal dengan Mabes Polri, keberadaan Mabes Polri bisa membantu
mencegah tindakan vandalisme dari pengguna perpustakaan, sementara
Perpustakaan Kementrian Pekerjaan Umum jauh dari kantor pemadam kebakaran.
Untuk keberadaan koleksi buku langka itu sendiri berada di Perpustakaan
Biro Umum Kementrian Pekerjaan Umum yang terletak di sebelah gedung Utama
Kementrian Pekerjaan Umum. Gedung Biro Umum terdiri dari 4 lantai dan
perpustakaannya terletak di lantai 1.
58
Gambar 1. Denah Perpustakaan Biro Umum Kementrian Pekerjaan Umum (Tempat Koleksi Buku Langka)
Keterangan :
1. Meja Sirkulasi 2. Layout Majalah 3. Katalog Online (OPAC) 4. Meja Baca 5. Ruang Staf Perpustakaan 6. Rak Buku Umum 7. Rak Koleksi Buku Langka 8. Tempat Perbaikan Buku (Penjilidan)
Ruangan Perpustakaan Biro Umum Kementrian Pekerjaan Umum tidak
terlalu luas, hanya berukuran 10 x 6 meter. Keberadaan koleksi buku langka di
tempat ini pun tidak terlepas dari ancaman kerusakan koleksi buku langka, seperti
yang akan penulis paparkan di bawah ini.
59
a. Suhu dan Kelembaban
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan oleh penulis, diketahui
keadaan suhu pada tempat penyimpanan koleksi buku langka adalah 180C, hal ini
didapat dari angka yang tertera pada remote Air Conditioner (AC) yang terdapat
di ruang penyimpanan koleksi buku langka. Hal ini sesuai dengan teori yang ada
mengenai suhu pada ruang penyimpanan koleksi buku langka yaitu bahwa suhu
pada tempat penyimpanan koleksi buku langka harus berkisar antara 160C – 210C.
Sementara untuk kelembaban pada ruang penyimpanan koleksi buku
langka tidak dapat diketahui berapa kadar kelembabannya karena pihak
perpustakaan belum mempunyai thermohigrometer, suatu alat pengukur
kelembaban dan suhu udara1, sedangkan menurut teori yang ada, kelembaban
pada tempat penyimpanan koleksi buku harus berkisar antara 40 – 60% RH.
Perpustakaan Kem. PU telah melakukan berbagai upaya untuk
mendapatkan kondisi suhu dan kelembaban yang sesuai untuk koleksi buku
langka, diantara upayanya antara lain perpustakaan telah menggunakan AC untuk
mendapatkan suhu yang sesuai dengan kondisi buku langka dan juga sesuai untuk
kenyamanan pengguna di dalam ruangan. Akan tetapi penggunaan AC untuk
ruangan koleksi buku langka hanya digunakan pada saat jam kerja saja2. Padahal
untuk mempertahan kondisi buku langka, AC sebaiknya dinyalakan selama 24
jam sehari, sebab apabila hanya setengah hari saja dapat menyebabkan naik
1 Jepry Kurniawan, “Analisis Faktor Resiko Lingkungan dan Prilaku Penduduk Terhadap Kejadian Malaria Di Kabupaten Asmat Tahun 2008, diakses pada tanggal 25 September 2010 dari http://eprints.undip.ac.id/17976/1/Jeppry_Kurniawan.pdf
2 Wawancara Pribadi dengan Heru Asfika, Jakarta, 23 September 2010
60
turunnya kelembaban udara dalam ruangan yang dikhawatirkan berpengaruh
terhadap kondisi buku langka.
Upaya lain yang dilakukan ialah dipasangkannya penyekat untuk
mengurangi panas dan tirai pada jendela untuk mencegah masuknya cahaya
matahari secara langsung. Perpustakaan Kem. PU juga menggunakan silica gel
untuk mengurangi kelembaban udara dalam rak koleksi, alat ini bekerja dengan
cara menyerap uap air dari udara, apabila masih aktif menyerap udara silica gel
akan berwarna biru dan akan berwarna merah muda jika sudah jenuh menyerap
udara. Sementara untuk mengurangi kelembaban udara di dalam ruangan dapat
menggunakan dehumidifier, suatu alat atau mesin yang berfungsi untuk
menurunkan suhu dan kelembaban udara3, akan tetapi perpustakaan belum
memiliki alat tersebut sehingga kelembaban udara pada ruangan tersebut tidak
bisa dikurangi kelembabannya.
Gambar 2. Silica Gel
3Tim Suramadu, “Pemasangan Utilitas Jaringan Listrik Dikebut”, artikel diakses pada 16 September 2010 dari http://suramadu.com.4017.masterweb/40-berita/116-pemasangan-utilitas-jaringan-listrik-dikebut.pdf
61
Apabila hasil observasi dibuat dalam tabel sederhana, maka hasil observasi
dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 1
Hasil Observasi Terhadap Suhu dan Kelembaban
Objek Teori Praktek Keterangan
Suhu
Kondisi yang sesuai untuk ruang penyimpanan koleksi berkisar antara 160C sampai 210C
Suhu yang terdapat di ruang penyimpanan adalah 180C (tertera pada remote control AC)
Sesuai
Kelembaban
Kelembaban yang seusai untuk ruangan adalah 40% - 60% RH
Tidak diketahui karena perpustakaan tidak memiliki alatnya
Tidak
Sesuai
Sirkulasi
Udara
Menggunakan AC atau kipas angin, diharapkan hidup selama 24 jam sehari.
Menggunakan Air Conditioner (AC) namun tidak menyala selama 24 jam
Kurang
Sesuai
Mengurangi Kelembaban
Udara di Ruangan
Untuk mengurangi kelembaban ruangan menggunakan alat dehumidifier
Perpustakaan tidak memiliki alat tersebut
Tidak
Sesuai
Mengurangi Kelembaban Udara di Rak
Untuk mengurangi kelembaban udara menggunakan Silica Gel yang akan berwarna biru jika masih aktif menyerap air dan berwarna merah muda bila sudah jenuh dengan uap air
Menggunakan Silica Gel, namun kurang diperhatikan penggunaannya karena Silica Gel terlihat begitu berdebu dan kenungkinan sudah jenuh dengan uap air.
Kurang
Sesuai
62
b. Serangga dan Jamur
Penelitian di hari berikutnya penulis memfokuskan pada observasi
terhadap keberadaan serangga dan jamur dalam ruangan penyimpanan koleksi
buku langka. Keberadaan serangga dan jamur pada ruangan koleksi buku langka
dapat menyebabkan rusaknya fisik buku dan memudarnya tulisan – tulisan yang
tertera pada buku. Untuk menghindari kerusakan tersebut sebaiknya dilakukan
upaya pencegahan terhadap kehadiran serangga dan jamur pada ruangan
penyimpanan koleksi buku langka tersebut.
Dengan adanya AC dan sirkulasi udara yang cukup pada ruangan
penyimpanan koleksi buku masih dirasakan belum cukup untuk mewaspadai
keberadaan serangga dan jamur apalagi dengan keadaan suhu dan kelembaban
yang tidak selalu dimonitor. Hal ini mengkhawatirkan keberadaan koleksi buku
langka karena kelembaban ruangan merupakan salah satu faktor penting dalam
mempertahankan kondisi fisik buku langka.
Perpustakaan Kem. PU juga melakukan pengasapan dan fumigasi terhadap
ruangan penyimpanan koleksi untuk mencegah kehadiran serangga, mengobati
buku yang terkena penyakit akibat kehadiran serangga dan jamur serta
mensterilkan bau busuk yang timbul dari bahan pustaka4. Fumigasi ini dilakukan
oleh perpustakaan secara periodik dua kali dalam setahun. Fumigasi secara
berkala memang perlu dilakukan untuk mempertahankan kondisi buku langka
agar selalu terjaga dan terhindar dari kerusakan.
Selain melakukan fumigasi, antisipasi lain yang dilakukan oleh
perpustakaan adalah dengan menggunakan rak koleksi yang terbuat dari besi yang
4 Ibid
63
tidak disukai serangga, tidak terbuat dari kayu biasa guna mencegah kehadiran
rayap pada rak yang bisa merusak dan menggerogoti rak kayu, rak – rak yang
sesuai untuk penyimpanan koleksi buku agar terhindar dari kerusakan yang
disebabkan oleh serangga adalah rak – rak yang terbuat dari logam dan kayu jati.
Susunan koleksi pada rak pun disusun tidak terlalu dekat satu sama lainnya atau
renggang agar koleksi tidak mudah berdebu dan menghadirkan jamur.
Untuk mengantisipasi kehadiran jamur, perpustakaan juga melakukan
program kebersihan sebanyak dua atau tiga kali dalam seminggu yang dilakukan
oleh petugas cleaning service dan dalam melakukan tugas ini, petugas
perpustakaan mengawasi kegiatan tersebut guna menghindari kerusakan koleksi
ketika petugas kebersihan sedang membersihkan ruangan koleksi buku langka
karena petugas kebersihan tidak memahami bagaimana penggunaan buku langka
dan cara meletakkanya kembali ke rak koleksi5.
Untuk lebih jelasnya, dapat diperhatikan tabel berikut.
Tabel 2
Hasil Observasi Terhadap Keberadaan Serangga dan Jamur
Tindakan Teori Praktek Keterangan Mencegah, mengobati dan mensterilkan bahan pustaka dari serangga dan jamur
Melakukan fumigasi
Mengadakan fumigasi pada ruangan koleksi buku langka
Sesuai
Bahan rak – rak penyimpanan koleksi
Memilih bahan rak dari kayu jati atau logam
Menggunakan rak dari besi
Sesuai
5 Ibid
64
Penempatan buku di rak
Buku sebaiknya disusun tidak terlalu rapat satu sama lainnya
Buku disusun renggang di rak koleksi
Sesuai
Fumigasi Melakukan fumigasi merupakan salah satu langkah pelestarian bahan pustaka
Melakukan fumigasi sebanyak dua kali dalam setahun
Sesuai
Kegiatan Kebersihan
Setiap hari sebaiknya ruangan harus selalu dibersihkan dengan diawasi oleh petugas perpustakaan agar ruangan tidak lembab dan berdebu sehingga mencegah kehadiran jamur.
Melakukan kegiatan kebersihan sebanyak dua atau tiga kali dalam seminggu, dilakukan oleh Cleaning Service dengan diawasi oleh petugas
Kurang Sesuai
c. Cahaya
Cahaya terdiri dari dua jenis yaitu cahaya alami dan cahaya buatan, cahaya
alami adalah cahaya yang berasal dari matahari dan cahaya buatan adalah cahaya
yang berasal dari lampu pijar yang digunakan di dalam ruangan. Keberadaan
cahaya dalam ruangan juga sebaiknya diperhatikan oleh perpustakaan, cahaya
matahari yang menghasilkan sinar ultraviolet dengan gelombang sinarnya yang
tinggi merupakan bahaya yang sangat merusak bahan pustaka, menyebabkan
kertas menjadi kuning dan rapuh serta memudarkan tulisan yang terdapat pada
kertas. Perpustakaan juga sebaiknya menata cahaya dalam ruangan sedemikian
rupa agar pencahayaan menjadi aman bagi bahan pustaka tanpa meninggalkan
aspek kenyamanan bagi pengguna yang berkunjung ke perpustakaan.
65
Berdasarkan hasil observasi, perpustakaan telah menutup jendela dengan
tirai untuk mengurangi cahaya matahari masuk secara langsung ke dalam ruangan
perpustakaan. Sedangkan untuk memperoleh hasil optimal sebaiknya
perpustakaan juga menggunakan saringan ultraviolet untuk menurunkan tingkat
pencahayaan dan perolehan cahaya.
Untuk cahaya buatan, perpustakaan telah menggunakan lampu neon
sebanyak enam buah, penggunaan lampu neon ini sangat baik untuk bahan
pustaka karena cahaya dari lampu neon menyebar rata ke dalam ruangan.
Saringan ultraviolet juga bisa digunakan untuk cahaya buatan tersebut. Untuk
mengetahui tingkat pencahayaan dan kandungan ultraviolet dapat menggunakan
alat fotometer dan monitor ultraviolet agar dapat diketahui kadar pencahayaan
yang ada dalam ruangan tersebut, akan tetapi pihak perpustakaan belum memiliki
alat tersebut. Berdasarkan teori yang ada, kandungan ultraviolet yang ada didalam
ruangan bahan pustaka direkomendasikan tidak lebih dari 75 µwatt/lumen.
Tabel 3
Hasil Observasi Terhadap Pencahayaan
Objek Teori Praktek Keterangan Cahaya Alami Menutup jendela
dengan tirai atau sarana perlindungan lainnya
Jendela ditutup dengan tirai
Sesuai
Cahaya Buatan (lampu)
Saringan Ultraviolet
Tidak ada saringan ultraviolet
Tidak Sesuai
Mengukur tingkat pencahayaan
Menggunakan alat fotometer dan monitor
Tidak menggunakan kedua alat
Tidak Sesuai
66
ultraviolet untuk mengukur tingkat pencahayaan dan kandungan ultraviolet dari kandungan di dalam
tersebut karena perpustakaan tidak memiliki alat tersebut
Kandungan UV dalam ruangan
Kandungan UV pada ruangan penyimpanan bahan pustaka diharapkan tidak lebih dari 75µwatt/lumen
Tidak diketahui berapa kandungan ultraviolet dan tingkat pencahayaannya
Kurang Sesuai
d. Debu
Debu merupakan partikel – partikel kecil yang terdapat di udara, kehadiran
debu sangat berbahaya bagi manusia dan dapat menimbulkan polusi udara bahkan
debu juga berbahaya bagi bahan pustaka. Debu dapat hadir dalam ruangan melalui
celah – celah yang terdapat di jendela, lubang angin, pintu dan berbagai celah –
celah kecil lainnya. Debu yang masuk ke dalam ruangan dapat mengakibatkan
kerusakan fisik bahan pustaka karena pencemaran udara berbentuk gas dapat
menimbulkan keasaman pada kertas yang berakibat kertas menjadi rapuh dan
cepat rusak. Bahkan apabila keadaan dalam ruangan lembab, debu yang
bercampur dengan air lembab akan menimbulkan jamur pada buku, dimana jamur
merupakan makanan bagi para serangga.
Untuk mengantisipasi kehadiran debu pada buku, langkah yang dilakukan
oleh perpustakaan antara lain menutup rapat pintu dan jendela dan berbagai celah
kecil yang memungkinkan masuknya debu ke dalam ruangan. Perpustakaan juga
melakukan kegiatan kebersihan yang rutin sebanyak dua atau tiga kali dalam
seminggu yang dilakukan oleh petugas cleaning service, meskipun hal ini dirasa
67
kurang cukup, lebih baik lagi apabila program kebersihan dilakukan setiap
harinya. Program kebersihan ini juga akan menjadi lebih efektif jika disertai
dengan pemeriksaan koleksi guna memberi peringatan dini terhadap kerusakan
bahan pustaka.
Jendela yang digunakan oleh perpustakaan adalah jendela yang berengsel,
jendela ini lebih efektif dalam mencegah masuknya debu jika dibandingkan
dengan jendela sorong karena jendela sorong tidak pernah bebas dari debu.
Debu yang masuk ke dalam ruangan dan tidak meresap ke dalam buku,
biasanya dibersihkan oleh petugas perpustakaan dengan menggunakan sikat halus,
vacuum cleaner, dan lap yang agak dibasahi untuk menghilangkan debu di
permukaan buku. Sedangkan untuk kotoran yang sukar untuk dihilangkan,
petugas perpustakaan mengerik debu yang melekat pada buku tersebut6. Hal ini
berbeda dengan teori yang ada, apabila terdapat kotoran yang tidak dapat
dihilangkan pada debu yang tidak meresap ke dalam buku, bisa menggunakan
penghapus karet untuk menghilangkan kotoran tersebut.
Untuk gambaran yang lebih jelas, coba perhatikan tabel berikut ini.
Tabel 4
Hasil Observasi Terhadap Debu Dalam Ruangan
Objek Teori Praktek Keterangan Program Kebersihan
Setiap hari sebaiknya ruangan harus selalu dibersihkan dengan diawasi oleh petugas perpustakaan agar ruangan tidak lembab dan berdebu
Melakukan kegiatan kebersihan sebanyak dua atau tiga kali dalam seminggu, dilakukan oleh Cleaning Service dengan diawasi oleh petugas
Kurang Sesuai
6 Ibid
68
Ruang masuk debu
Menutup rapat pintu dan jendela, menggunakan pita perekat pada pintu dan jendela, menggunakan jendela berengsel
Jendela dan pintu selalu ditutup rapat dan menggunakan jendela berengsel
Sesuai
Debu yang terdapat dibuku
Menggunakan metode kering dengan alat – alat seperti sikat halus, kuas, spon, vacuum cleaner
Menggunakan sikat halus, vacuum cleaner, dan lap yang agak dibasahi (kanebo)
Sesuai
Kotoran pada buku yang sukar dihilangkan
Menggunakan penghapus karet
Mengerik debu yang terdapat pada buku lalu menyedot sisa debu yang ada
Tidak Sesuai
2. Manusia
Disadari atau tidak, kehadiran manusia pada ruangan koleksi buku langka
juga bisa menjadi penyebab kerusakan bahan pustaka, dari pengguna maupun dari
petugas perpustakaan itu sendiri. Hal ini berkaitan erat dengan pemahaman yang
kurang tentang bagaimana menggunakan koleksi buku langka yang baik dan
benar, cara mengambilnya dari rak, cara membaca atau membuka halaman buku
langka hingga cara penempatan kembali buku langka ke dalam rak koleksi.
Perlindungan terhadap bahan pustaka bukan hanya menjadi tanggung
jawab pustakawan, tetapi juga menjadi tanggung jawab bagi pengguna
perpustakaan dan semua orang yang menjadi pengunjung perpustakaan.
Penggunaan bahan pustaka yang ceroboh dan sikap kurang peduli terhadap
keamanan bahan pustaka biasanya menjadi penyebab utama yang mengakibatkan
rusaknya bahan pustaka oleh manusia. Sikap tidak disiplin seperti merokok dalam
ruangan perpustakaan juga menjadi penyebab rusaknya bahan pustaka. Bahkan
jika diperhatikan, tidak sedikit pengguna bahan pustaka yang dengan sengaja
69
merobek beberapa halaman atau bagian buku yang diperlukan oleh mereka.
Perilaku pengrusakan bahan pustaka baik disengaja ataupun tidak disengaja biasa
disebut vandalisme.
Perilaku seperti demikian diatas dapat dicegah dengan memberikan
pemahaman terhadap tata cara menggunakan bahan pustaka. Tetapi berdasarkan
pengamatan penulis, tidak ada pedoman tertulis tentang tata cara menggunakan
buku langka di dalam perpustakaan tersebut. Tidak adanya rambu – rambu
tersebut bisa mengakibatkan pengguna merusak bahan pustaka meskipun tanpa
disengaja.
Langkah antisipasi yang sudah dilakukan oleh perpustakaan untuk
kerusakan yang mungkin timbul dari faktor manusia itu sendiri adalah dengan
memberikan larangan merokok di dalam ruangan perpustakaan baik untuk petugas
perpustakaan dan pengguna perpustakaan. Perpustakaan juga memasang smoke
detector pada atap ruangan perpustakaan untuk mendeteksi keberadaan api atau
pun asap rokok dari pengguna maupun petugas perpustakaan. Larangan untuk
makan, minum dan perbuatan illegal lainnya di dalam ruangan perpustakaan juga
sudah dilakukan oleh perpustakaan.
Perpustakaan menutup akses – akses illegal untuk masuk ke dalam
ruangan perpustakaan misalnya melalui pintu, jendela, dan saluran – saluran
mekanis lainnya. Namun perpustakaan Kemen. PU belum memiliki alarm untuk
memelihara keamanan koleksi.
70
Tabel 5
Hasil Observasi Terhadap Tindakan Manusia
Subyek Teori Praktek Keterangan Pustakawan Memberikan
pemahaman kepada pustakawan mengenai pentingnya melestariakan bahan pustaka
Pustakawan diberikan pemahaman yang cukup mengenai pentingnya menjaga keberadaan fisik buku langka beserta nilai informasi yang dikandungnya
Sesuai
Pengguna Mengadakan rambu – rambu petunjuk tentang bagaimana menggunakan bahan pustaka dengan baik dan benar, seperti cara memperoleh buku, cara mengambil buku dari rak, cara menempatkannya di rak dan sebagainya
Belum ada pedoman penggunaan buku langka di dalam ruangan koleksi buku langka namun membuat larangan – larangan terhadap pengguna yang hendak melakukan pengrusakan terhadap bahan pustaka
Kurang Sesuai
Pencuri Melakukan perancangan efektif mengenai gedung perpustakaan. Akses tanpa izin ke dalam perpustakaan ditutup, memasang tanda bahaya dan patroli rutin dari petugas keamanan
Menutup akses illegal menuju ke dalam ruangan koleksi buku langka, patroli keamanan gedung yang siap siaga 24 jam dan belum memasang alarm keamanan di sekitar perpustakaan
Kurang Sesuai
71
3. Bencana Alam
Bencana alam mampu mengakibatkan kerusakan bahan pustaka bahkan
kerusakan ruangan perpustakaan secara keseluruhan. Bencana alam pada
umumnya yang terjadi adalah banjir dan kebakaran. Hal ini pun tidak boleh luput
dari perhatian perpustakaan, harus ada tindakan preventif untuk menghindari
kerusakan bahan pustaka secara akut. Kerusakan bahan pustaka yang diakibatkan
oleh bencana alam dapat mengakibatkan rusak bahkan musnahnya bahan pustaka,
hal ini bisa menjadi ancaman serius bagi pihak perpustakaan meskipun hal ini bisa
dihindari apabila perpustakaan berada dalam lingkungan yang jauh dari banjir dan
mampu mengamankan ruangan dari bahaya kebakaran yang disebabkan oleh
human error.
a. Api
Bencana kebakaran merupakan bencana yang tidak hanya mampu merusak
bahan pustaka, bahkan kebakaran dapat memusnahkan keberadaan bahan pustaka.
Kebakaran dapat dihindari apabila pihak perpustakaan cermat dalam mencegah
dan mendeteksi hal – hal yang dapat memancing terjadinya kebakaran. Mulai dari
kabel – kabel listrik yang terdapat di dalam ruangan, hingga mengenai
kepemiilikan alat pemadam kebakaran.
72
Gambar 3. Alarm Kebakaran
Gambar 4. Alat Pemadam Kebakaran
Berdasarkan hasil observasi penulis, perpustakaan telah melakukan
tindakan preventif dalam menghadapi bahaya kebakaran seperti memeriksa kabel
– kabel listrik yang ada, bahan – bahan yang mudah terbakar diletakkan di luar
bangunan perpustakaan, membuat larangan merokok bagi pengguna dan petugas
perpustakaan, perpustakaan juga memiliki alat smoke detector yang berfungsi
mendeteksi kehadiran api dalam ruangan, alat ini dipasang di tiap sisi ruangan.
73
Perpustakaan juga memiliki alat pemadam kebakaran sendiri, alat tersebut
dipasang di dinding luar perpustakaan. Hal – hal tersebut sesuai dengan teori yang
ada.
Gambar 5. Smoke Detector
Ketika terjadi kebakaran, api bisa menyebabkan lumpuhnya tenaga listrik
PLN yang menyebabkan matinya seluruh alat – alat yang berhubungan dengan
listrik di ruangan perpustakaan seperti AC, lampu, komputer dan lain - lain. Untuk
mencegah hal ini terjadi, sebaiknya perpustakaan memiliki tenaga listrik cadangan
(genset) agar tidak terjadi kelumpuhan pasokan listrik di ruangan koleksi bahan
pustaka. Akan tetapi berdasarkan hasil observasi, pihak perpustakaan Kem. PU
belum memiliki genset atau tenaga listrik cadangan. Tapi berdasarkan hasil
wawancara, kebakaran di perpustakaan Kementrian Pekerjaan Umum belum
pernah terjadi selama ini7.
7 Ibid
74
Tabel 6
Hasil Observasi Terhadap Bahaya Kebakaran
Objek Teori Praktek Keterangan
Kabel listrik Kabel listrik harus diperiksa secara berkala
Kabel listrik diperiksa secara berkala
Sesuai
Bahan mudah terbakar dan bahan kimia
Bahan mudah terbakar seperti varnish dan bahan – bahan kimia yang mudah menguap harus diletakkan di luar bangunan utama
Meletakkan bahan – bahan yang mudah terbakar di luar bangunan gedung.
Sesuai
Rokok Larangan keras merokok di dalam atau di luar bangunan gedung
Pengguna dan pustakawan dilarang merokok dan makan di sekitar area perpustakaan
Sesuai
Deteksi api Alat seperti smoke detector harus dipasang di tempat yang strategis untuk mengetahui dengan cepat adanya kebakaran, fungsi alat ini harus diperiksa secara berkala
Smoke detector dipasang pada tiap sisi ruangan perpustakaan, tepatnya dipasang di atap ruangan
Sesuai
Alat pemadam
Alat – alat pemadam api harus diletakkan pada tempat yang mudah dijangkau. Alat pemadam ini harus diperiksa kembali bila sudah habis masa berlakunya
Terdapat alat pemadam kebakaran di sekitar ruangan perpustakaan
Sesuai
Listrik cadangan (genset
Perpustakaan sebaiknya menyediakan tenaga listrik cadangan pada waktu api melumpuhkan tenaga listrik utama dari PLN
Perpustakaan tidak memiliki genset atau tenaga listrik cadangan, sehingga ketika terjadinya pemadaman
Tidak Sesuai
75
listrik, maka semua ruangan perpustakaan pun listriknya akan padam semua
b. Air
Air juga merupakan ancaman serius bagi koleksi bahan pustaka
perpustakaan, macam – macam cara air bisa merusak bahan pustaka mulai dari air
laut pasang, air sungai meluap atau banjir dan hujan terus menerus yang dapat
mengakibatkan terjadinya genangan air atau bahkan atap bocor, kerusakan saluran
persediaan air minum, alat pendingin udara, rembesan dinding, jendela terbuka
dan lain sebagainya.
Ancaman-ancaman tersebut juga disadari oleh pihak perpustakaan,
berdasarkan hasil observasi,tindakan yang sudah dilakukan perpustakaan antara
lain adalah selalu menutup rapat jendela agar ketika terjadi hujan, air hujan tidak
masuk ruangan melalui jendela, AC selalu diperiksa secara rutin agar tidak terjadi
kebocoran AC, selain itu keberadaan perpustakaan cukup aman dari bahaya air
laut dan sungai menguap karena letak perpustakaan jauh dari daerah laut dan
cukup jauh dari sungai. Gedung juga dirancang dalam posisi yang cukup tinggi
untuk menghindari genangan air yang terjadi akibat turun hujan, pembuangan
genangan air juga tidak berlokasi di dekat penyimpanan koleksi.
Namun apabila terjadi masuknya air dan mengenai koleksi perpustakaan,
pihak perpustakaan juga sudah mengantisipasinya dengan menyediakan kipas
angin untuk mengeringkan koleksi yang terkena air. Pihak perpustakaan memang
harus memiliki rekanan perusahaan setempat yang bekerja dalam bidang
76
pengeringan bahan pustaka yang terkena air. Ancaman dari air ini mengingatkan
kepada pihak perpustakaan mengenai pentingnya memiliki alat penghilang
kelembaban atau dehumidifier.
Berdasarkan keterangan dari petugas perpustakaan, kebocoran atap ketika
hujan pernah terjadi di ruangan perpustakaan sekitar setahun yang lalu, namun
kebocoran tersebut terjadi di ruangan petugas perpustakaan bukan di ruangan
koleksi. Setelah itu dilakukan perbaikan dan tidak pernah terjadi kebocoran lagi
sampai sekarang ini8.
Tabel 7
Hasil Observasi Terhadap Bahaya Kebanjiran
Objek Teori Praktek Keterangan Banjir Air laut pasang,
sungai meluap merupakan bahaya yang dapat merusak bahkan memusnahkan bahan pustaka
Letak perpustakaan jauh dari sungai dan laut sehingga bisa dipastikan aman dari bahaya tersebut
Sesuai
Desain ruangan
Letak saluran pembuangan genangan air harus jauh dari ruangan perpustakaan
Untuk menghindari turunnya hujan secara terus menerus selama musim penghujan, perpustakaan sudah merancang saluran pembuangan genangan air agar jauh dari ruang penyimpann koleksi untuk mencegah bahaya
Sesuai
8 Ibid
77
air dari koleksi bahan pustaka serta desain gedung yang dirancang cukup tinggi dari dataran untuk menghindari genangan air ketika hujan
Sirkulasi Udara
Jendela harus selalu ditutup rapat dan pemeriksaan AC secara rutin
Jendela selalu ditutup rapat dan AC selalu diperiksa secara berkala oleh petugas
Sesuai
Alat pengering
Menyediakan alat pengering tradisional atau kipas angin untuk mengeringkan bahan pustaka yang terkena air
Perpustakaan menyediakan kipas angin untuk mengeringkan bahan pustaka yang terkena air
Sesuai
Alat penghilang kelembaban
Menggunakan dehumidifier untuk mengurangi kelembaban ruangan
Perpustakaan tidak memiliki alat dehumidifier
Tidak Sesuai
B. Usaha - usaha Memperbaiki Buku yang Rusak
Selain melakukan tindakan pencegahan terhadap kerusakan bahan pustaka,
pihak perpustakaan juga tidak memungkiri akan adanya buku langka yang berada
dalam keadaan rusak, oleh karena itu maka di perpustakaan juga dilakukan
kegiatan perbaikan buku langka yang memiliki kerusakan.
Berdasarkan wawancara antara penulis dengan informan, memang sudah
ada beberapa tindakan perbaikan buku langka yang sudah biasa dilakukan oleh
petugas Perpustakaan Kementrian Pekerjaan Umum. Kegiatan perbaikan terhadap
koleksi buku langka yang mengalami kerusakan ini dilakukan di ruangan
78
perpustakaan karena memang tempat perbaikan koleksi buku langka berada satu
ruangan dengan koleksi buku langka. Pelaksanaan kegiatan perbaikan koleksi
buku langka dilakukan dengan cara-cara yang sederhana seperti penjilidan &
penambalan bahan yang rusak.
1. Penjilidan
Untuk koleksi buku langka yang jilidannya rusak, dilakukan penjilidan
ulang terhadap buku tersebut. Penjilidan yang dilakukan oleh perpustakaan
memiliki dua jenis penjilidan yaitu penjilidan lem punggung dan penjilidan spiral.
Dalam melakukan kegiatan penjilidan, perpustakaan sudah dilengkapi dengan
peralatan penjilidan yang cukup lengkap. Berdasarkan hasil observasi penulis,
perpustakaan memiliki alat perbaikan berupa mesin laminating, mesin jilid
ringplastik, peralatan jilid lem punggung, mesin fotokopi, mesin kacip (pemotong
kertas), steples ukuran besar, serta satu set alat alih media.
Gambar 6. Staples Besar
79
Gambar 7. Mesin Fotokopi
Untuk koleksi buku langka tindakan penjilidan yang biasa dilakukan
adalah penjilidan lem punggung, berdasarkan hasil wawancara antara penulis
dengan informan, tahap-tahap dalam melakukan penjilidan lem punggung
pertama-tama adalah petugas melepas jilidan yang telah rusak, menghimpun
lembaran kertas yang telah rusak dengan memperhatikan urutan halaman,
menggabungkan lembaran-lembaran tersebut dengan cara dipress atau
dipampatkan, punggung buku kemudian dilem setelah dipotong dan dikasarkan.
Menempelkan lembaran pelindung pada lembaran pertama dan lembaran terakhir
isi buku. Setelah ditempeli lapisan lembaran pelindung, kemudian dipotong atau
dirapikan sesuai dengan ukuran buku, baik bagian kedua sisi samping dan sisi
depan, memotong karton sebanyak dua lembar untuk bagian bawah dan atas,
dengan panjang dan lebar disesuaikan dengan ukuran buku yang akan dijilid.
Setelah karton sudah siap, kemudian karton disatukan dengan blok buku tersebut
80
dengan cara pengeleman. Langkah terakhir sebagai finishing adalah buku tersebut
dipress atau dipampatkan kembali untuk merekatkan lem dan merapikan buku
yang sudah dijilid9.
Gambar 8. Mesin Pemotong Kertas (Mesin Kacip)
2. Fotokopi
Selain melakukan penjilidan lem punggung, perpustakaan juga melakukan
tindakan perbaikan seperti mengganti lembaran kertas yang sudah rusak atau
rapuh karena umur, lembaran yang rusak tersebut itu difotokopi, lalu lembar
fotokopi digabungkan dengan lembaran yang akan diperbaiki, sedangkan
lembaran yang diganti dengan lembaran fotokopi atau lembaran yang rusak
disimpan oleh petugas. Hal ini sesuai dengan teori yang ada bahwa apabila
perpustakaan ingin mengganti lembaran kertas yang rapuh atau rusak dapat
diganti dengan fotokopi.
3. Menambal
Langkah perbaikan lain yang dilakukan dilakukan oleh petugas adalah
apabila petugas menemukan buku langka yang lembaran-lembarannya sudah
9 Ibid
81
keriting atau tidak rata permukaannya. Untuk membuat lembaran buku tersebut
tetap memiliki permukaan kertas yang halus, petugas memberikan kertas keras
seperti kerah baju dibelakang lembaran buku, lalu memberikan alas diatas
lembaran buku tersebut dan menyetrikanya. Setelah petugas menyetrika, petugas
mengangkat alas yang digunakan untuk melindungi lembaran yang telah kami
setrika, dan kertas keras seperti kerah baju akhirnya menempel pada lembaran
buku tersebut dan lembaran buku akhirnya tidak keriting lagi dan permukaannya
menjadi halus dan rata10.
C. Kendala-kendala Dalam Melakukan Kegiatan Pelestarian
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan oleh penulis, ada
beberapa kendala yang berkaitan dengan kegiatan pelestarian koleksi buku langka
di Perpustakaan Kementrian Pekerjaan Umum. Tidak adanya Standard
Operational Procedure (SOP) mengenai kegiatan pelestarian koleksi buku langka
menyebabkan kegiatan pelestarian buku langka tidak berjalan dengan sistematis
dikarenakan tidak adanya pedoman atau petunjuk baku dalam melakukan kegiatan
pelestarian, padahal keberadaan SOP sangat penting jika memang Perpustakaan
Kementrian Pekerjaan Umum sudah berkomitmen untuk menjadikan koleksi buku
langka sebagai salah satu koleksi perpustakaan yang diutamakan keberadaannya
di perpustakaan.
Selain tidak adanya SOP yang khusus membahas mengenai pelestarian
koleksi buku langka, pihak perpustakaan Kementrian Pekerjaan Umum juga
belum memiliki beberapa alat yang berhubungan dengan kegiatan pelestarian
10 Ibid
82
seperti dehumidifier yang berfungsi untuk mengurangi kelembaban udara dalam
ruangan, thermohigrometer untuk mengukur kelembaban udara, genset sebagai
cadangan listrik dan fotometer untuk mengukur tingkat pencahayaan dalam
ruangan koleksi buku langka.
Kendala lain yang dialami oleh pihak perpustakaan Kementrian Pekerjaan
Umum adalah kendala minimnya sumber daya manusia yang memahami tentang
teknik pelestarian koleksi buku langka dan kendala biaya atau anggaran yang
lambat dalam pencairan dikarenakan permasalahan prosedur dalam penurunan
anggaran yang mengalami beberapa tahapan sehingga kerusakan koleksi buku
langka tidak bisa dengan cepat ditangani.
83
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian penulis tentang pelaksanaan kegiatan pelestarian
buku langka di perpustakaan Kementrian Pekerjaan Umum, dapat ditarik beberapa
kesimpulan, antara lain :
1) Penyebab kerusakan buku langka di Perpustakaan Kementrian Pekerjaan
Umum pada umumnya disebabkan oleh faktor suhu dan kelembaban,
pencahayaan dan manusia.
2) Teknik melestarikan koleksi buku langka di Perpustakaan Kementrian
Pekerjaan Umum antara lain yang sudah dilakukan adalah :
a. Dilakukan dengan cara pencegahan terhadap kehadiran serangga yaitu
dengan melakukan fumigasi sebanyak dua kali dalam setahun,
pengasapan, meletakkan kapur barus di sekitar rak koleksi, menutup
rapat jendela dan pintu untuk mencegah kehadiran debu dalam ruangan
dan menutup jendela dengan tirai untuk mengurangi cahaya sinar
matahari yang masuk ke dalam ruangan.
b. Melakukan perbaikan terhadap buku yang rusak dengan melakukan
penjilidan ulang terhadap buku langka, menambal buku, fotokopi,
laminasi dan melakukan alih media.
84
Adapun kegiatan pelestarian koleksi buku langka yang belum dilakukan
oleh Perpustakaan Kementrian Pekerjaan Umum antara lain :
a. Belum pernah melakukan deasidifikasi untuk mengetahui tingkat
keasaman pada kertas dikarenakan tidak adanya petugas pelestarian
koleksi buku langka yang mengerti cara melakukan kegiatan
deasidifikasi tersebut. Perpustakaan Kementrian Pekerjaan Umum juga
belum pernah melakukan kegiatan memutihkan kertas karena dirasa
belum terlalu penting untuk melakukan kegiatan tersebut.
b. Perpustakaan belum memiliki alat untuk mengukur tingkat
kelembaban udara dalam ruangan atau thermohygrometer dikarenakan
anggaran yang minim untuk membeli alat tersebut, juga belum
memiliki alat untuk mengurangi kadar kelembaban dalam ruangan atau
dehumidifier dan saringan ultraviolet.
c. Perpustakaan tidak menyalakan AC selama 24 jam, AC hanya
dinyalakan selama jam kerja saja. Perpustakaan juga belum memiliki
genset dan tidak melakukan kegiatan kebersihan secara rutin.
3) Kendala yang dialami oleh perpustakaan dalam melakukan kegiatan buku
langka diantaranya adalah kendala anggaran, proses turunnya anggaran yang
cukup rumit membuat lambannya tindakan perbaikan terhadap kerusakan
koleksi buku langka, belum lengkapnya alat dalam melakukan kegiatan
pelestarian dan kurangnya sumber daya manusia yang memahami mengenai
kegiatan pelestarian koleksi buku langka.
85
B. Saran
1) Perpustakaan sebaiknya melengkapi peralatan yang dibutuhkan dalam
menjaga kondisi buku langka seperti membeli alat thermohigrometer,
dehumidifier, saringan ultraviolet.
2) Perpustakaan sebaiknya membuat kebijakan tertulis atau Standard
Operational Procedure (SOP) mengenai kegiatan pelestarian koleksi buku
langka.
3) Perpustakaan sebaiknya melarang petugas perpustakaan untuk makan dan
minum di sekitar ruangan perpustakaan karena sisa makanan dalam ruangan
dapat mengakibatkan munculnya serangga.
4) Perpustakaan sebaiknya membeli satu genset sebagai tenaga listrik cadangan
untuk tindakan pencegahan apabila terjadi pemadaman listrik.
5) Perpustakaan sebaiknya menyalakan AC selama 24 jam pada ruangan koleksi
perpustakaan agar suhu ruangan tetap aman untuk keberadaan koleksi buku
langka dan melakukan kegiatan kebersihan secara rutin.
6) Perpustakaan sebaiknya menambah jumlah sumber daya manusia yang
mengerti dengan baik tentang pelestarian koleksi buku langka.
85
DAFTAR PUSTAKA
Boone, Terry. [et.al]. “Book keeper for spray use in single item treatment”, the American Institute for conservation, book and paper group annual, volume 17, (http://cool.conservation-us.org/)
Corea, Ishvari. Encyclopaedia of Information and Library science vol. 8. New Delhi (India): Akashdeep Publishing House, 1993.
Durea J.M dan Clement, DWG. Dasar – dasar Pelestarian dan Pengaweetan Bahan Pustaka. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 1990.
Harvey, Ross. Preservation in libraries: principles, strategies and practices for librarians. London: Bowker saur, 1993.
Hernandono. Perpustakaan dan Kepustakawanan. Jakarta: Universitas Terbuka, 1999.
Irawan, Prasetya. Logika dan Prosedur Penelitian. Jakarta: STIA-LAN Press, 1999.
Iwank. “Jilid Lem”. Ruang Baca Koran Tempo Edisi 25 Februari 2008 (http://www.ruangbaca.com/ruangbaca/)
Kurniawan, Jepry. “Analisis Faktor Resiko Lingkungan dan Prilaku Penduduk Terhadap Kejadian Malaria Di Kabupaten Asmat Tahun 2008, (http://eprints.undip.ac.id/17976/1/Jeppry_Kurniawan.pdf)
Martoatmodjo, Karmidi. Pelestarian Bahan Pustaka. Jakarta: Universitas Terbuka, 1993.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001.
Natadjumena, Rachmat, dkk. Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Khusus. Jakarta: Perpustakaan Nasional, 2000.
Ogden, Sherelyn. “Temperature, relative humidity, light and air quality: basic guidelines for preservation”, technical leaflet, section 2, Northeast document center”, (http://www/nedcc.org)
Pringgoadisurjo, Luwarsih. Perpustakaan Khusus : pengantar ke organisasi dan administrasi. Djakarta: PDIN-LIPI, 1971.
Putra, Nugroho Susetya. Serangga di Sekitar Kita. Yogyakarta: Kanisius, 1994.
Razak, Muhammadin, dkk. Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip. Program Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip. Jakarta, 1992.
Soeatminah. Perpustakaan Kepustakawanan dan Pustakawan. Yogyakarta: Kanisius, 1992.
86
Sulistyo-Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1991.
Sutarno NS, Perpustakaan dam Masyarakat. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2003.
Tim Suramadu, “Pemasangan Utilitas Jaringan Listrik Dikebut”, artikel diakses pada 16 September 2010 dari (http://suramadu.com.4017.masterweb/40-berita/116-pemasangan-utilitas-jaringan-listrik-dikebut.pdf)
Hasil Wawancara
(23 September 2010 Pukul 13.00 WIB)
Tema : Pelestarian Koleksi Buku Langka di Perpustakaan Kementrian Pekerjaan Umum
Informan : Petugas perpustakaan yang bertugas merawat dan memperbaiki koleksi buku langka (Bapak Heru Asfika, kode =HA)
Pertanyaan umum :
1. Apakah perpustakaan kementrian pekerjaan umum mempunyai kebijakan tertulis pelestarian bahan pustaka? HA : “kami belum memiliki kebijakan khusus mengenai pelestarian bahan pustaka. Sejauh ini kami hanya memiliki kebijakan pelayanan secara umum saja kepada pengguna”
2. Bagaimana pelaksanaan kegiatan pelestarian di perpustakaan Kementrian PU dan siapa yang melakukan? HA : “kegiatan pelestarian kami lakukan dengan melakukan fumigasi, perbaikan buku yang rusak dan tindakan pencegahan lainnya. Kami sendiri yang melakukan kegiatan pelestarian”
3. Faktor – faktor apa saja yang menjadi penyebab kerusakan bahan pustaka? HA : “faktor – faktor yang menjadi penyebab kerusakan disini biasanya adalah kerusakan disebabkan karena fotokopi, faktor usia buku itu sendiri yang sudah tua, tikus, debu dan kutu buku, karena ada beberapa buku yang lembaran-lembarannya bolong-bolong”
4. Jenis kerusakan apa saja yang disebabkan oleh faktor – faktor perusak tersebut? HA : “buku langka disini menjadi berjamur, kertasnya berwarna kuning dan lembaran kertasnya menjadi bolong” Pertanyaan mengenai suhu dan kelembaban ruangan
5. Berdasarkan hasil observasi saya, tidak didapatkan adanya alat thermohygrometer yaitu alat untuk mengetahui kadar kelembaban udara dalam ruangan, lantas bagaimana cara perpustakaan mengetahui kadar kelembaban udara? HA : “Ya, kami memang tidak memiliki alat tersebut, sehingga kadar kelembaban ruangan koleksi pun tidak kami ketahui, kami hanya mengantisipasi suhu ruangan dengan AC saja”
6. Saya juga tidak menemukan alat untuk mengurangi kadar kelembaban udara dalam ruangan atau dehumidifier, bagaimana perpustakaan mengurangi kadar kelembaban udara dalam ruangan koleksi? HA : “Kami tidak melakukan apa-apa untuk mengurangi kelembaban ruangan karena memang sampai saat ini kami tidak memiliki alat tersebut”
7. Apakah ada pemeriksaan rutin terhadap AC di perpustakaan? HA : “pemeriksaan rutin terhadap AC dilakukan ketika kami merasa ada kerusakan terhadap AC”
8. Apakah AC di ruangan koleksi hidup selama 24 jam? HA : “tidak, AC pada ruangan koleksi hanya hidup ketika jam kantor saja”
Pertanyaan mengenai ancaman keberadaan jamur, serangga dan binatang pengerat
9. Apakah terdapat ancaman dari jamur, serangga dan binatang pengerat? HA : “iya, disini terdapat ancaman dari jamur, serangga seperti kecoa pernah ada di ruangan ini dan binatang pengerat. Perkiraan kami binatang ini ada mungkin karena ada sisa bekas makanan di dalam ruangan”
10. Apa tindakan yang dilakukan untuk mengatasi ancaman tersebut? HA : “untuk tikus,kami melakukan tindakan pengasapan di ruangan koleksi perpustakaan, fumigasi dan untuk serangga & jamur kami meletakkan kapur barus di ruangan dekat rak-rak koleksi perpustakaan”
11. Apakah dilakukan kegiatan kebersihan di perpustakaan? HA : “kegiatan kebersihan dilakukan oleh petugas Cleaning Service dengan diawasi oleh petugas”
12. Apakah pernah dilakukan fumigasi? HA : “fumigasi pernah dilakukan sebanyak dua kali dalam setahun, untuk melakukan fumigasi kami bekerja sama dengan pihak atau perusahaaan luar” Pertanyaan mengenai pencahayaan di ruangan perpustakaan
13. Apakah perpustakaan menggunakan saringan ultraviolet? HA : “kami tidak memiliki saringan ultraviolet, kami hanya menutup jendela dengan rapat dan memasang tirai pada jendela. Serta lampu dalam ruangan pastinya”
14. Apakah perpustakaan memiliki alat untuk mengukur tingkat pencahayaan dalam ruangan perpustakaan (fotometer)? HA : “kami tidak memiliki alat untuk mengukur kandungan cahaya di dalam ruangan, sehingga kami tidak mengetahui kandungan ultraviolet yang ada” Pertanyaan mengenai kotoran debu dalam ruangan
15. Bagaimana cara membersihkan debu yang terdapat di buku? HA : “kami membersihkan debu dengan menggunakan vacuum cleaner, lap yang kami basahi sedikit dan mengelap sedikit demi sedikit buku langka yang terkena debu”
16. Apabila debu sulit dihilangkan? HA : “untuk debu yang sulit dihilangkan, kami hilangkan dengan cara mengeriknya hingga debu yang melekat hilang lalu kami sedot debu tersebut” Pertanyaan mengenai ancaman kerusakan bahan pustaka dari manusia
17. Apakah petugas perpustakaan diberikan pemahaman mengenai pentingnya buku langka? HA : “iya, petugas perpustakaan diberikan pemahaman mengenai pentingnya buku langka untuk menghindari tindakan-tindakan yang dapat mengancam kerusakan terhadap bahan pustaka”
18. Adakah pedoman penggunaan koleksi buku langka untuk pengguna? HA : “kami membuat pedoman penggunaan dan larangan kepada pengguna untuk melakukan tindakan yang merusak terhadap buku langka”
19. Adakah larangan merokok di dalam ruangan? HA : “untuk ruangan koleksi kami memberikan larangan merokok dan larangan makan dan minum”
20. Pernahkah terjadi pencurian terhadap koleksi buku langka? HA : “pencurian tidak pernah terjadi, yang ada hanya tindakan vandalisme seperti merusak buku dengan merobek lembaran buku yang mereka anggap penting” Pertanyaan mengenai ancaman kebakaran
21. Apakah pernah terjadi kebakaran? HA : “kebakaran tidak pernah terjadi”
22. Apakah kabel listrik di perpustakaan diperiksa secara berkala? HA : “pemeriksaan rutin tidak pernah ada, kondisional saja, apabila ada masalah yang kami alami tentang listrik, baru kami menghubungi petugas yang mengurus listrik”
23. Apakah perpustakaan memiliki genset atau tenaga listrik cadangan? HA : “perpustakaan tidak memiliki genset, genset hanya tersedia di sekretaris jendral”
Pertanyaan mengenai ancaman kebanjiran
24. Apakah pernah terjadi kebocoran atau pun kebanjiran? HA : “kebanjiran tidak pernah terjadi, kebocoran pernah terjadi sekitar setahun yang lalu, tetapi hanya terjadi di ruangan petugas perpustakaan, tidak memberikan ancaman terhadap koleksi buku langka”
25. Apakah letak pembuangan genangan air dekat dengan ruang koleksi perpustakaan? HA : “letak perpustakaan jauh dari pembuangan genangan air, tidak ada saluran got di sekitar perpustakaan”
26. Apakah jendela perpustakaan selalu ditutup rapat? HA : “jendela pada ruang koleksi kadang kami buka di pagi hari sekitar 1 sampai 2 jam agar ruangan tidak terlalu pengap” Pertanyan mengenai cara perbaikan buku yang rusak
27. Bagaimana cara yang dilakukan untuk memperbaiki buku yang sudah rusak? HA : “untuk buku yang rusak kami melakukan penjilidan ulang dengan jilid lem punggung dan jilid spiral, tetapi untuk buku langka biasanya dijilid lem punggung, menambal dan menyambung lembaran yang rusak”
28. Apa saja tahapan dalam penjilidan? HA : “pertama-tama adalah melepas jilidan yang telah rusak, menghimpun lembaran kertas yang telah rusak tadi dengan memperhatikan urutan halaman, menggabungkan lembaran-lembaran tersebut dengan cara dipress atau dipampatkan, punggung buku kemudian dilem setelah dipotong dan dikasarkan. Menempelkan lembaran pelindung pada lembaran pertama dan lembaran terakhir isi buku. Setelah ditempeli lapisan lembaran pelindung, kemudian dipotong atau dirapikan sesuai dengan ukuran buku, baik bagian kedua sisi samping dan sisi depan, memotong karton sebanyak dua lembar untuk bagian bawah dan atas, dengan panjang dan lebar disesuaikan dengan ukuran buku yang akan dijilid. Setelah karton sudah siap, kemudian karton disatukan dengan blok buku tersebut dengan cara pengeleman. Langkah terakhir sebagai finishing adalah buku tersebut dipress atau dipampatkan kembali untuk merekatkan lem dan merapikan buku yang sudah dijilid.”
29. Bagaimana cara menambal atau menyambung? HA : “menyambung kami lakukan dengan menggunakan perekat untuk menyatukan 1 helai atau lembaran kertas yang sobek atau terpisah, namun apabila kertas yang sobek atau terpisah sudah rentan untuk digabungkan kembali, maka kami akan memotokopi lembaran tersebut dan menggunakan lembaran fotokopinya untuk disambungkan ke lembaran yang terpisah, sedangkan lembaran yang sudah rentan kami simpan. Sedangkan ada lagi cara lain yang kami lakukan apabila menemukan buku langka yang lembaran-lembarannya sudah keriting atau tidak rata permukaannya. Untuk membuat lembaran buku tersebut tetap memiliki permukaan kertas yang halus, kami memberikan kertas keras seperti kerah baju dibelakang lembaran buku, lalu memberikan alas diatas lembaran buku tersebut dan menyetrikanya. Setelah kami menyetrika, kami mengangkat alas yang kami gunakan untuk melindungi lembaran yang telah kami setrika, dan kertas keras seperti kerah baju akhirnya menempel pada lembaran buku tersebut dan lembaran buku akhirnya tidak keriting lagi dan permukaannya menjadi halus dan rata”
30. Alat apa saja yang diperlukan dan dimiliki oleh perpustakaan untuk melakukan kegiatan tersebut? HA : “Alat yang kami miliki untuk melakukan perbaikan buku antara lain adalah 1 set alat fotokopi, mesin laminating, mesin jilid ring plastik (spiral), mesin kacip (pemotong kertas), scanner ukuran A3 dan A4, steples ukuran besar, lem dan lain-lain”
31. Apakah perpustakaan melakukan deasidifikasi atau uji keasaman kertas untuk mengetahui kandungan asam terhadap buku langka dan mengurangi kandungan asam pada kertas? HA : “kami tidak pernah melakukan deasidifikasi atau uji keasaman kertas maupun upaya mengurangi kadar asam pada kertas”
32. Apakah tidak ada kegiatan pemutihan kertas? HA : “yang menggunakan bahan-bahan kimia itu ya?kami tidak pernah melakukan kegiatan memutihkan kertas”
33. Siapa yang bertugas memperbaiki buku yang rusak? HA : “saya yang bertugas memperbaiki buku yang rusak, yang melakukan penjilidan ulang terhadap buku maupun menambalnya”
Pertanyaan mengenai kendala dalam melakukan pelestarian bahan pustaka
34. Kendala apa saja yang ditemukan dalam melakukan kegiatan pelestarian bahan pustaka di perpustakaan? HA : “Kendala yang kami hadapi adalah lambatnya penanganan perbaikan buku yang rusak dikarenakan lambatnya proses turun anggaran untuk pembelian alat-alat perbaikan yang dibutuhkan, sehingga dalam melakukan perbaikan kami harus menunggu turunnya anggaran”
35. Menurut bapak, apa solusi yang tepat untuk mengatasi kendala tersebut? HA : “solusi yang kami lakukan selama ini jika menghadapi masalah tersebut adalah dengan menalang biaya perbaikan buku yang dibutuhkan, karena perbaikan buku menurut kami harus dilakukan dengan segera” Menyetujui
Heru Asfika Informan
Lembar Observasi Kondisi Lingkungan Koleksi Buku Langka
No. Kondisi Lingkungan Ada Tidak Ada
Keterangan
1. Pencahayaan : a. Cahaya Alami
b. Cahaya Buatan c. Kontrol UV d. Monitor Kandungan UV
√ √
√ √
1-2 jam setiap pagi hari kerja Saringan Ultraviolet fotometer
2. Monitor Kelembaban Udara Kontrol Kelembaban Udara
√
√
Thermohigrometer Silica Gel
3. Monitor Suhu Udara Kontrol Suhu Udara
√
√ Thermohigrometer AC
4. Tipe dan Lokasi Sistem Alarm √ Smoke detector
5. Pengamanan Koleksi : a. Kebakaran
- Listrik - Rokok
b. Kebanjiran / Bocor - Rembesan dari tembok
atau langit – langit c. Serangga, Jamur dan
Binatang Pengerat - Serangga - Jamur - Binatang Pengerat
√
√ √ √
√
√
6. Alat Pemadam Api √ 7. Shelving Buku
a. Cara menyusun buku
b. Apakah buku disusun berdiri?
√ √
Buku disusun renggang Ya