PELATIHAN SOFTBALL BAGI SISWA DAN GURU...

of 44 /44
i LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK PELATIHAN SOFTBALL BAGI SISWA DAN GURU PENJASORKES SMP/SMA/SMK NEGERI DI KOTA NEGARA TIM PELAKSANA: I Made Danu Budhiarta, Drs., M.Pd. (Ketua) NIDN. 0020025403 I Ketut Budaya Astra, S.Pd., M.Or.(Anggota 1) NIDN. 0008046802 Dr. I Ketut Yoda,, S.Pd., M.Or. (Anggota 2) NIDN. 0017056810 Dibiayai dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Universitas Pendidikan Ganesha dengan SPK Nomor: 56 /UN48.16/PM/2016 tanggal 1 Maret 2016 JURUSAN PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT TAHUN 2016

Embed Size (px)

Transcript of PELATIHAN SOFTBALL BAGI SISWA DAN GURU...

  • i

    LAPORAN AKHIRPROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK

    PELATIHAN SOFTBALL BAGISISWA DAN GURU PENJASORKES

    SMP/SMA/SMK NEGERI DI KOTA NEGARA

    TIM PELAKSANA:

    I Made Danu Budhiarta, Drs., M.Pd. (Ketua)NIDN. 0020025403

    I Ketut Budaya Astra, S.Pd., M.Or.(Anggota 1)NIDN. 0008046802

    Dr. I Ketut Yoda,, S.Pd., M.Or. (Anggota 2)NIDN. 0017056810

    Dibiayai dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)Universitas Pendidikan Ganesha dengan SPK

    Nomor: 56 /UN48.16/PM/2016 tanggal 1 Maret 2016

    JURUSAN PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI

    FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATANLEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

    TAHUN 2016

  • ii

  • iii

    TIM PELAKSANA

    1. Ketua Pelaksanaa. Nama Lengkap : Drs. I Made Danu Budhiarta, M.Pd.b. Jenis Kelamin : Laki-lakic. NIP : 195402201989031001d. Disiplin Ilmu : Pendidikan Olahragae. Pangkat/Golongan : Pembina Tk. I/IV bf. Jabatan Fungsional/ Struktural : Lektor Kepalag. Fakultas/Jurusan : FOK/Penjaskesrekh. Waktu untuk Kegiatan ini : 10 jam/minggu

    2. Anggota Pelaksana 1a. Nama Lengkap : I Ketut Budaya Astra, S.Pd., M.Or.b. Jenis Kelamin : Laki-lakic. NIP : 196804081997031002d. Disiplin Ilmu : Ilmu Keolahragaane. Pangkat/Golongan/NIP : Pembina Tk.I/ IV bf. Jabatan Fungsional/ Struktural : Lektor Kepalag. Fakultas/Jurusan : FOK/Penjaskesrekh. Waktu untuk Kegiatan ini : 8 jam/minggu

    2. Anggota Pelaksana 2a. Nama Lengkap : Dr. I Ketut Yoda, S.Pd., M.Or.b. Jenis Kelamin : Laki-lakic. NIP : 196805172001121001d. Disiplin Ilmu : Ilmu Keolahragaane. Pangkat/Golongan/NIP : Penata Tk.I /IIIdf. Jabatan Fungsional/ Struktural : Lektor Kepalag. Fakultas/Jurusan : FOK/Pendidikan Kepelatihan Olahragah. Waktu untuk Kegiatan ini : 8 jam/minggu

  • iv

    PELATIHAN SOFTBALL BAGI SISWA DAN GURUPENJASORKES SMP/SMA/SMK NEGERI DI KOTA NEGARA

    OlehI Made Danu Budhiarta, I Ketut Budaya Astra, I Ketut Yoda

    ABSTRAKKegiatan P2M ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan

    bermain softball bagi siswa dan guru Penjasorkes di Kota Negara. Realisasi kegiatandilakukan dengan memberikan ceramah dan praktek lapangan bertempat di SMAN 1Negara. Pelatihan dilaksanakan sebanyak 3 kali yaitu tanggal 4, 5 dan 11 Juni 2016.Hasil kegiatan menunjukkan bahwa secara umum pelaksanaan pelatihan berjalanlancar. Penguasaan siswa dan guru-guru Penjasorkes terhadap teknik dasar bermainsoftball tergolong baik. Respon siswa dan guru-guru peserta adalah positif dan merekasangat antusias mengikuti pelatihan. Kendala yang ditemui dalam pelaksanaanpelatihan adalah kurangnya waktu untuk praktek bermain softball.

    Kata-kata kunci: pelatihan, permainan softball, siswa dan guru-guru penjasorkes

    ABSTRACTThis P2M activity aims to improve the knowledge and skills to play softball for studentsand teachers of physical education, sports and health in Negara City. The realization ofactivities is done by giving discourse and practice at SMAN 1 Negara. The training hasbeen held three times, namely the 4th, 5th and June 11th, 2016. The results of this activityshow that in general the implementation of training lasted smoothly. The competencyof students and teachers of physical education, sports and health about the basictechniques of playing softball was good. The response of students and teachers waspositive and they were very enthusiastic about the training. The problem that is foundin the implementation of the training is the lack of time to practice.

    Key words: training, softball games, students and teachers of physical education, sportsand health.

  • v

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena

    berkat rakhmatNya-lah maka penulis dapat menyelesaikan laporan Pengabdian Kepada

    Masyarakat, dengan judul: Pelatihan Permainan Soft Ball Bagi Siswa dan Guru

    Penjasorkes SMP/SMA/SMK Negeri di Kota Negara.

    Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya disampaikan kepada semua pihak

    yang telah memberikan kontribusi dalam perencanaan, pelaksanaan kegiatan sampai

    dengan penulisan laporan ini, diantaranya kepada yth:

    1. Ketua LPM Undiksha, atas bantuan dana yang diberikan.

    2. Kepala SMAN 1 Negara, SMAN 2 Negara dan SMKN 1 Negara, yang telah

    membantu menyediakan fasilitas berupa ruang laboratorium dan lapangan

    tempat kegiatan pelatihan.

    3. KONI kota Negara, Perbasasi Provinsi Bali, dan Dinas Pendidikan Kota Negara

    atas dukungannya.

    4. Semau pihak yang telah membantu menyukseskan kegiatan P2M ini yang tidak

    dapat penulis sebutkan satu persatu.

    Akhirnya, kami berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat untuk

    meningkatkan kualitas pendidikan melalui pelatihan bagi siswa dan guru. Masukan dari

    pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan laporan ini.

    Singaraja, 28 Oktober 2016

    Tim Pelaksana,

  • vi

    DAFTAR ISI

    HalamanJUDUL ... iHALAMAN PENGESAHAN iiTIM PELAKSANA iiiABSTRAK..... ivKATA PENGANTAR....... vDAFTAR ISI ....... viDAFTAR GAMBAR viiDAFTAR LAMPIRAN...... viii

    I PENDAHULUAN .... 1A. Analisis Situasi... 1B. Identifikasi dan Perumusan Masalah...... 5C. Tujuan Kegiatan... . 5D. Manfaat Kegiatan.. . 5

    II TINJAUAN PUSTAKA.... .. 6A. Sejarah Permainan Softball.. 6B. Sarana Dan Prasarana Soft Ball ... 8C. Teknik Dasar Bermain SoftBall ... 14D. Peraturan Permainan SoftBall.. 16

    III METODE PELAKSANAAN... 22A. Kerangka Pemecahan Masalah..... 22B. Realisasi Pemecahan Masalah.. 23C. Khalayak Sasaran ........ 23D. Metode Pelaksanaan Kegiatan.. 24

    IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 25A. Hasil Kegiatan ... .. 25B. Pembahasan.. 26

    V SIMPULAN DAN SARAN..... 28A. Simpulan... 28B. Saran. 28

    DAFTAR PUSTAKA....... 29

    LAMPIRAN-LAMPIRAN .. 30

  • vii

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar:

    1.1 Lapangan Softball . 9

    1.2 Bentuk Home Plate 9

    1.3 Ukuran Home Plate 12

    1.4 Pitcher Plate 12

    1.5 Base . 13

    3.1 Skema Alur Kerja Pemecahan Masalah . 22

  • viii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Halaman

    Lampiran:

    01 Lembar Monitoring .. 30

    02 Foto Kegiatan ... 31

    03 Daftar Hadir Peserta Pelatihan P2M ... 35

    04 Kontrak P2M 38

    05 Materi Pelatihan.. . 41

  • 2

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1. ANALISIS SITUASI

    Pembelajaran olahraga di SMP/SMA/SMK dewasa ini masih belum inovatif

    cenderung dilaksanakan secara konvensional, dengan alternatif kegiatan berupa lari

    keliling lapangan, permainan voli, atau senam kesegaran jasmani. Olahraga yang sama

    juga diberikan sebagai pilihan ekstrakurikuler. Pilihan kegiatan olahraga yang terbatas

    tersebut cenderung menjadi rutinitas dan menimbulkan kebosanan. Padahal, ada

    beberapa olahraga lain yang dapat dan wajib dibelajarkan di sekolah-sekolah seperti

    Basketball, Sepak bola, renang dan Softball sebagaimana tertuang dalam Kurikulum

    2013. Dengan diberlakukannya kurikulum 2013 mulai Tahun Ajaran 2013/2014, maka

    setiap guru pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan (PENJASORKES) di

    SMP/SMA/SMK harus menguasai berbagai jenis permainan bola besar seperti voli,

    basket, sepak bola dan permainan bola kecil seperti softball (Kemdikbud, 2013).

    Softball ini sebenarnya sudah tidak asing bagi siswa-siswi di kota-kota besar

    dan di ibu kota setiap kabupaten dan kota. Olahraga ini mirip dengan permainan bola

    kasti yang sudah sering diberikan di tingkat Sekolah Dasar. Softball ini merupakan

    olahraga permainan penyesuaian dari baseball yang mempunyai permainan lebih lunak

    (Budhiarta, 2007). Softball merupakan permainan yang mulai populer di Indonesia.

    Manfaat melakukan olahraga ini, dapat menimbulkan perasaan gembira pada orang

    yang memainkannya, sehingga menyenangkan bagi siswa SMP/SMA/SMK atau remaja

    yang melakukannya. Selain itu, secara tidak langsung permainan Softball dapat melatih

    dan meningkatkan kondisi fisik.

    Permainan Softball dapat dilakukan oleh anak-anak sampai orang dewasa baik

    wanita maupun pria. Olahraga softball dapat mengembangkan jasmani dan rohani, di

    dalam gerakan-gerakan bermain, jiwa/mental sebagai pendorong utama untuk

    menggerakkan kemampuan yang telah dimiliki. Perkembangan jasmani digunakan

    untuk pembentukan sikap tubuh yang baik meliputi anatomis, fisiologis, kesehatan serta

    kemampuan jasmani yang mencakup kecepatan, kelincahan, daya tahan, kekuatan,

    kelentukan dan lain sebagainya. Perkembangan rohani dimana segi kejiwaan,

    keperibadian dan karakter akan tumbuh ke arah yang positif sesuai dengan tuntutan

  • 3

    masyarakat Indonesia. Dengan bermain softball akan berkembang secara baik unsur-

    unsur: daya pikir, kemauan dan perasaan. Keperibadian juga berkembang dengan baik

    terutama self kontrol, disiplin, rasa kerja sama, rasa tanggung jawab terhadap apa yang

    diperbuatnya (Budhiarta, 2007). Disamping itu, pelatihan juga dapat meningkatkan

    penguasaan teknik bermain softball. Hal ini berdasarkan pada hasil kegiatan

    pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh Budhiarta, dkk. (2014, 2015) yang telah

    memberikan pelatihan di bidang softball bagi guru-guru SMP/SMA/SMK di Kota

    Singaraja dan Amlapura. Hasil kegiatan menunjukkan adanya respon yang positif dari

    para guru dan kemampuan penguasaan teknik bermain softball mengalami peningkatan

    dengan cukup memuaskan.

    Agar bermain softball bisa menjadi kesenangan maka pemahaman, penguasaan

    teknik dan pemahaman peraturan permainan diajarkan dengan baik. Beberapa teknik

    yang harus dikuasai antara lain melempar bola, menangkap bola, melambungkan bola,

    memukul bola dan lain sebagainya. Walaupun permainan ini sudah mulai populer di

    Indonesia, namun di Kota Negara, olahraga ini belum memasyarakat dan masih banyak

    siswa dan guru penjasorkes yang belum mengetahui apa itu olahraga softball, apa saja

    sarana prasarananya dan bagaimana peraturan permainannya. Oleh karena itu, dalam

    mendukung kurikulum 2013 dan sebagai upaya mempopulerkan olahraga softball di

    Kota Negara, serta mengutip pernyataan ketua umum Persatuan Softball dan Basdeball

    (PERBASASI) Bali bahwa Perbasasi Bali saat ini sedang mencari pemain-pemain dari

    luar kota Denpasar dan Badung untuk mendukung pembibitan pemain (Bali Post,

    hal16, 22-10- 2015). Sesuai dengan permasalahan di atas melalui kegiatan pengabdian

    pada masyarakat UNDIKSHA ingin mengenalkan olahraga softball pada siswa dan

    guru-guru Penjasorkes SMP/SMA/SMK Negeri yang ada di Kota Negara.

    Kota Negara sebagai salah satu daerah tujuan wisata di Bali, memiliki visi dan

    misi pembangunan yang berorientasi pada sektor pariwisata, pertanian, pendidikan, dan

    kesehatan. Pada sektor pendidikan, salah satu misi pembangunan Kota Negara sebagai

    ibu kota kabupaten Jembrana adalah menjadikan Negara sebagai kota pendidikan.

    Realisasi dari hal itu telah dituangkan dalam berbagai kebijakan daerah, antara lain

    dengan memfasilitasi pembangunan lembaga pendidikan mulai dari jenjang taman

    kanak-kanak (TK) sampai perguruan tinggi (PT), termasuk melengkapi sarana

    pendukung bidang keolahragaan.

  • 4

    Permasalahan yang saat ini dihadapi oleh Dinas Pendidikan Kabupaten

    Jembrana adalah terbatasnya dana untuk melaksanakan program in-service training

    bagi para guru. Di sisi lain, kualifikasi dan profesionalisme para tenaga pendidik (guru)

    yang ada di Kabupaten Jembrana, khususnya guru bidang studi Pendidikan Jasmani,

    Olahraga dan Kesehatan di SMP/SMA/SMK banyak yang belum menguasai bidang

    tugasnya, khususnya masih kurangnya kemampuan dan keterampilan-keterampilan

    profesional guru dalam mengajar permainan Softball.

    Salah satu alternatif yang dipandang cukup visibel untuk dilakukan adalah

    melalui penyegaran akademis (refreshing program) yang inti kegiatannya berupa

    pelatihan softball bagi para siswa dan guru-guru Penjasorkes SMP/SMA/SMK Negeri

    karena guru adalah ujung tombak dari pembelajaran. Melalui program ini, siswa dan

    guru diharapkan memperoleh sesuatu yang baru dan dapat dijadikan sebagai acuan

    dalam pengembangan tugas dan profesinya yang nantinya secara langsung dapat

    meningkatkan produktivitas kerjanya seperti, mampu memberikan pembinaan di bidang

    permainan softball bagi anak didiknya. Jika guru menguasai permainan softball dengan

    baik, mereka akan dapat mengajarkannya dengan baik kepada siswa di sekolahnya.

    Dengan kata lain, bila kualitas pengetahuan guru penjasorkes meningkat, akan

    berimplikasi pada kualitas pelaksanaan PBM, dan akhirnya bermuara pada peningkatan

    prestasi penjasorkes. Sebagaimana temuan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan

    oleh Wirta, dkk (1990) bahwa terdapat hubungan yang positif dan bermakna antara

    kualitas guru dengan prestasi belajar siswanya.

    Dengan dasar tersebut nantinya softball bisa dijadikan sebagai salah satu

    alternatif yang dipilih untuk pembelajaran penjasorkes di sekolah, sehingga olahraga

    menjadi lebih bervariasi dan siswa lebih bersemangat dalam melakukan kegiatan

    olahraga. Softball ini juga dapat dimasukkan sebagai salah satu pilihan ekstrakurikuler

    sehingga menambah khasanah kegiatan ekstrakurikuler dan KONI Jembrana dapat

    mengambil manfaat dalam pembentukan organisasi Persatuan Softball dan Baseball

    (PERBASASI) Jembrana serta akan ikut mempopulerkan permainan softball di

    Indonesia khususnya di Kota Negara.

    Berdasarkan analisis situasi di atas, Tim Pelaksana merasa terpanggil untuk

    mengadakan Pengabdian pada Masyarakat dengan judul: Pelatihan SoftBall Bagi

    Siswa dan Guru-guru Penjasorkes SMP/SMA/SMK Negeri di Kota Negara.

  • 5

    B. IDENTIFIKASI DAN PERUMUSAN MASALAH

    Dari paparan di atas dapat diidentifikasi hal-hal berikut.

    1. Siswa dan guru-guru Penjasorkes di SMP/SMA/SMK di Kota Negara belum

    memiliki penguasaan terhadap Pengetahuan, keterampilan dan peraturan olahraga

    Softball. Oleh karena itu perlu diadakan program re-freshing bagi guru-guru dalam

    upaya peningkatan kualitas penguasaan bidang Softball.

    2. Siswa dan guru-guru penjasorkes SMP/SMA/SMK di Kota Negara belum pernah

    mengikuti pelatihan dalam permainan cabang Softball.

    3. Hasil belajar penjasorkes siswa bergantung pada kualitas PBM yang dilaksanakan

    guru.

    Berdasarkan uraian dan identifikasi masalah di atas, maka permasalahan pokok

    yang hendak diurai melalui program ini adalah: Bagaimanakah cara meningkatkan

    pengetahuan, keterampilan dan peraturan Olahraga siswa serta guru-guru Penjasorkes

    SMP/SMA/SMK Negeri di Kota Negara dalam permainan cabang olahraga Softball?.

    C. TUJUAN KEGIATAN

    Berdasarkan analisis potensi dan rumusan masalah di atas, maka secara umum

    tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan siswa

    dan guru-guru penjasorkes di Kota Negara dalam bidang softball. Secara khusus tujuan

    kegiatan ini adalah:

    1. Sebagai upaya memberikan pemahaman kepada siswa dan guru-guru Penjasorkes

    SMP/SMA/SMK Negeri di Kota Negara dalam bidang softball.

    2. Mempersiapkan guru-guru Penjasorkes SMP/SMA/SMK Negeri yang berkualitas

    untuk mengajarkan softball kepada siswa-siswanya.

    3. Menumbuhkembangkan bakat, minat dan kebugaran jasmani siswa SMP/SMA/SMK

    Negeri di Kota Negara melalui softball.

    D. MANFAAT KEGIATANMelalui pelatihan softball bagi siswa dan guru-guru Penjasorkes

    SMP/SMA/SMK Negeri di Kota Negara, diharapkan dapat meningkatkan wawasan,

    pengetahuan, dan keterampilan siswa dan guru-guru Penjasorkes SMP/SMA/SMK

    Negeri di Kota Negara dalam bidang softball, sehingga dapat mendidik, melatih dan

    meningkatkan keterampilan olahraga softball para siswa, dan bisa dibentuk tim softball

    sekolah.

  • 6

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. SEJARAH PERMAINAN SOFT BALL

    Permainan Softball berasal dari Amerika Serikat yang diciptakan oleh George

    Hancoc di kota Chicago tahun 1887. Permainan softball ini merupakan penyesuaian

    dari baseball dengan bentuk permainan lebih lunak. Pada mulanya softball dimainkan

    hanya untuk kegiatan rekreasi semata dan dilakukan di lapangan tertutup. Namun,

    ternyata dalam waktu singkat softball justru menjadi permainan yang digemari di

    Amerika. Daya tarik yang utama mengapa permainan ini cepat dicintai masyarakat,

    karena permainannya berbeda dengan baseball. Softball dapat dimainkan oleh setiap

    orang dengan tidak memandang usia, baik pria maupun wanita, tidak memerlukan

    lapangan yang luas dan yang terutama dapat dimainkan di gelanggang tertutup. Dari

    Amerika softball ini berkembang ke Kanada dan dari sanalah softball makin

    berkembang ke seluruh penjuru dunia.

    Mengingat perkembangan softball dari permainan rekreasi menjadi satu cabang

    olahraga, maka diperlukan peraturan-peraturan yang seragam sehingga dapat digunakan

    sebagai pedoman bagi semua negara. Untuk membuat peraturan-peraturan tersebut

    harus ada badan yang mempunyai wewenang untuk itu. Akhirnya terbentuklah Federasi

    Softball Internasional (International Soft ball Federation) yang bertugas membuat

    peraturan-peraturan menyangkut permainan olahraga softball yang berlaku di seluruh

    dunia, termasuk Indonesia. Naskah asli peraturan softball tertulis dalam Bahasa Inggris,

    yang kemudian diterjemahkan oleh negara-negara anggotanya. Dalam menjabarkan

    peraturan ke bahasa nasional negara anggota, ada ditemui beberapa kesulitan untuk

    memberi pengertian yang tepat. Untuk mengatasi adanya perbedaan pendapat mengenai

    peraturan, maka untuk pemecahan masalahnya digunakan naskah aslinya, dalam

    Bahasa Inggris.

    Terbentuknya Federasi Softball Internasional ini memungkinkan diadakannya

    pertandingan antar negara yang bersifat internasional. Kemudian diselenggarakan

    kejuaraan-kejuaraan tingkat naional, regional dan dunia. Bahkan pada Olympiade

    Mexiko, softball menjadi cabang olahraga yang didemonstrasikan untuk lebih dikenal

    lagi.

    Dari Amerika softball berkembang ke Kanada dan negara-negara barat lainnya,

    lalu ke Asia, terutama setelah usai Perang Dunia II softball semakin dikenal dan

  • 7

    digemari. Di Jepang, Philipina, Korea Selatan, dan Taiwan, softball telah menjadi

    permainan rakyat. Di Indonesia, perkembangan softball sebenarnya sudah dari sebelum

    perang kemerdekaan, namun sifatnya masih terbatas dan hanya dimainkan di sekolah-

    sekolah tertentu. Bahkan anggapan softball hanya dimainkan oleh wanita saja terus

    berlangsung hingga tahun 1966. Baru pada Asian Games Bangkok olahraga softball

    dapat dimainkan baik oleh putri maupun putra, karena pada waktu itu mereka masih

    menyenangi olahraga softball.

    Melihat perkembangan softball sedemikian cepat dan adanya kompetisi antara

    negara setiap tahun maka perhatian Indonesia pada cabang olahraga ini sudah serius. Di

    Indonesia, softball mula-mula berkembang di Jakarta Bandung, Palembang, Semarang

    dan Surabaya. Tetapi kini telah menjadi salah satu cabang olahraga yang sangat

    digemari masyarakat, terutama para pelajar dan mahasiswa. Untuk menyalurkan

    kegiatan-kegiatan softball di Indonesia diatur oleh suatu badan yang bernama

    PERBASASI (Perserikatan Baseball dan Softball Amatir Seluruh Indonesia). Dengan

    adanya PERBASASI mulailah diadakan kompetisi softball tingkat nasional. Kejuaraan

    Nasional I tahun 1967 di Jakarta dan sejak PON VII Surabaya, softball menjadi salah

    satu cabang olahraga yang dipertandingkan.

    Ada beberapa faktor penunjang mengapa olahraga softball bisa berkembang

    pesat di Indonesia, yaitu:

    1) Faktor lapangan, lapangan permainan softball tidak terlalu luas, berukuran 4 x

    20 meter. Ukuran ini bisa diperkecil untuk keperluan latihan.

    2) Faktor orang, softball dapat dimainkan oleh setiap orang baik pria maupun

    wanita, dan tidak memandang usia. Setiap regu terdiri dari 9 orang, dalam

    permainan ada 2 regu yang berlawanan.

    3) Dasar-dasar permainan softball, sebetulnya sudah dikenal di Indonesia. Sebagai

    contoh ada permainan kasti dan rounders.

    4) Sifat-sifat, olahraga softball merupakan kombinasi dari olahraga ketangkasan

    dan otak (pikiran), sehingga mempunyai pengaruh yang baik bagi si pemain.

    5) Peralatan, karena softball adalah olahraga beregu maka peralatan dapat

    disediakan bersama, sehingga peralatan yang mahal dapat dimiliki secara

    bergotong royong.

    6) Kelanjutan, oleh karena tiap-tiap tahun sudah disusun acara-acara pertandingan,

    maka kontinuitas permainan dapat terjamin, seeprti kompetisi daerah, nasional,

    PON, kompetisi internasional, dan sebagainya.

  • 8

    B. SARANA DAN PRASARANA SOFT BALL

    Cabang olahraga softball dikatakan olahraga yang paling digemari anak-anak

    muda terutama para pelajar dan mahasiswa. Biasanya pada permainan menggunakan

    seragam olahraga yang menarik. Dengan disertai teriakan-teriakan bahasa asing ketika

    sedang bermain. Sarana dan prasarana pendukung yang diperlukan dalam permainan

    softball diantaranya lapangan permainan dan peralatan untuk bermain softball.

    Lapangan

    Lapangan permainan softball berbentuk bujursangkar, dibagi menjadi daerah

    fair (fair territory) dan daerah foult (foul territory). Daerah fair dibagi menjadi dua

    bagian yaitu daerah diamond (infield) dan daerah di luar diamond (outfield). Lapangan

    ini harus berupa tanah datar yang bebas dari rintangan pada radius 60 m terhitung dari

    base IV (home plate). Di dalam daerah infield terdapat 4 marka atau pos yang disebut

    base. Base diberi nomor berlawanan dengan arah jarum jam, dimulai dari base awal

    yang disebut home plate. Kemudian base pertama, base kedua dan base ketiga. Base

    berbentuk bujur sangkar dengan ukuran sisi 38 cm yang dibuat sedikit lebih tinggi dari

    permukaan tanah. Sudut dari keempat base membentuk bujur sangkar yang disebut

    diamond. Di belakang home plate terdapat batasan yang disebut tembok penahan bola

    di belakang lapangan (backstop) sejauh 7,62 dan 9,14 meter di belakang home plate

    (lihat Gambar 2.1).

    Lapangan permainan dibatasi oleh dua garis yang disebut fouline yang bertemu

    pada sudut luar home plate (saling bertemu/berpotongan membentuk suatu sudut yang

    menghadap ke dalam lapangan). Dari kedua fouline ini diukur ke arah luar suatu jarak

    selebar 7,5 m yang bebas dari segala rintangan, demikian pula dari titik sudut luar home

    plate ke backstop (supaya jelas maka pada jarak 7,5 m dari kedua fouline dibuat garis

    atau pagar (fence) sejajar dengan kedua fouline tersebut, sebagai tempat penonton).

    Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa lapangan dibuat menyerupai intan (diamond)

    dengan ukuran sisi masing-masing 18,3 m, sedangkan jarak dari tempat pitcher ke titik

    sudut home plate adalah 12,2 m untuk putri dan 14 m untuk putra.

  • 9

    Gambar 2.1 Lapangan Softball

    Gambar 2.2 Home Plate

    Catatan: Jarak antara home plate dan pitcher plate bagi wanita: 12,2 mJunior berusia 9 12 tahun : Jarak base ke base : 13,7 m dan Jarak pitching : 10,7 m

    BaseCoach

    II

    IIII

    IV

    4,6 m4,6 m

    18,3 m 18,3 m

    18,3 m 9,15 mm

    1 m

    Base Coach

    14 m

    1,8 m

    22

    cm

    43

    cm

    m30

    cm

    30

    cm

    25,8 m

    3 m73 cm

    1,2 m

    43 cm1 m

    2,73 m

    1 m

    22

    cm

    43

    cm

    22

    cm

    30

    cm

    30

    cm

    15 cm

  • 10

    Cara membuat diamond dimulai dengan menempatkan letak home plate dengan

    membuat garis yang sesuai dengan arah diamond yang dikehendaki. Tanamkanlah tiang

    kecil (patok) pada sudut home plate yang terdekat dengan catcher. Ikatkan tali pada

    patok ini dan tariklah tali itu ke arah tempat pitcher yang dikehendaki, diukur sekaligus

    12,2 m (14 m), 18,3 m, 25,8 m dan 36,6 m pada tali. Letakkanlah tali itu pada 12,2 m

    (14 m) tanamlah patok sebagai tanda tempat pitcher plate. Pada tanda 25,8 m tanamlah

    patok (tiang kecil) juga sebagai tanda tempat pusat base II. Pasanglah tanda 36,6 m

    tempat pada pusat base kedua (diikat pada patok), kemudian peganglah tali pada tanda

    18,3 m dan berjalanlah ke luar ke arah kanan, menjauh dari arah tali semula. Tariklah

    tali sampai lurus. Tanamlah patok disini untuk tanda letaknya sudut luar dari base

    pertama dan kelihatan bahwa tali merupakan garis ke base I dan base II. Sekali lagi

    peganglah tali pada tanda 18,3 m dan berjalanlah menyeberangi lapangan ke arah

    kebalikan dari yang tadi dikerjakan, dan dengan demikian dapat ditentukan letak base

    III. Home plate, base I dan base III ketiga-tiganya terletak di dalam diamond. Untuk

    mengecek apakah lapangan sudah betul, ujung tali yang tadi di home plate dipindahkan

    ke base I dan yang bertanda 36,6 m dipindahkan ke base III. Kalau sekarang tali ditarik

    ke luar pada tanda 18,3 m, harus tepat menyentuh home plate dan base II. Setelah itu

    telitilah ukuran-ukuran dengan pita pengukur baja.

    Jadi jumlah seluruh base ada empat. Tiga diantaranya yaitu base I, base II, dan

    base III berukuran masing-masing 38 x 38 cm, berbentuk bujur sangkar. Sedang yang

    satu lagi yaitu base IV ukuran sisinya adalah 43 22 30 30 22 cm.

    Pitcher plate (tempat pelambung), dibuat berukuran 15 x 60 cm. Selanjutnya

    garis sepanjang 1 meter ditarik sejajar dengan base line, pada jarak 1 meter dari base

    line, mulai dari titik tengah antara home plate (base IV) dan base I, terus sampai ke luar

    dari base I. Garis 1 meter ini adalah batas yang diperbolehkan bagi baserunner atau

    pelari base, untuk menghindari ketikan baseman atau penjaga base.

    Batter Box (daerah pemukul) adalah daerah tempat pemukul, terletak pada

    kedua sisi dari home plate dan berukuran 1 x 2,2 m, dengan sisi dalamnya sejauh 15 cm

    dari home plate. Garis depan dari batter box berada sejauh 1,2 m di depan garis yang

    ditarik melalui pusat home plate. Garis-garis pembatas dianggap bagian dalam dari

    batter box. Daerah pemukul untuk pemain kidal posisinya ditaruh berlawanan dengan

    pemain normal (di sebelah kiri).

    Catcher Box (daerah catcher), luasnya 3 m x 2,73 m, dan diukur mulai dari

    sudut belakang dan luar dari batter box.

  • 11

    Batter on deck circle yaitu tempat batter menunggu giliran memukul, berupa

    suatu lingkaran dengan radius 0,79 m, terletak berdekatan dengan ujung bangku

    terakhir atau daerah dug out yang paling dekat dengan home plate.

    Coach Box (daerah coach) ialah di belakang garis sepanjang 4,6 m yang dibuat

    sejajar dengan sisi luar diamond pada jarak 1,8 m, mulai dari base I dan base III ke arah

    home plate.

    Back Stop. Daerah belakang untuk menahan bola agar bola tidak meloncat

    terlalu jauh ke luar lapangan.

    Tempat pembantu ada dua, masing-masing dibuat berjarak 4,6 meter dari garis

    lapangan. Pada setiap permainan, masing-masing regu mempunyai dua pembantu yang

    berseragam dengan regunya yang ditempatkan di tempat pembantu tadi. Seorang di

    sebelah kanan dan yang seorang lagi di sebelah kiri. Tugasnya adalah memberi

    petunjuk kepada pemukul dan pelari base.

    Peralatan

    Peralatan yang dibutuhkan dalam permainan softball minimal sebuah bola. Alat alat

    yang dipergunakan untuk bermain softball adalah terdiri dari :

    1. Alat Pemukul (Bat)

    Alat pemukul yang sah harus bulat, terbuat dari batang kayu keras, atau dibubut

    dari balok yang terdiri atas dua atau lebih lapisan kayu yang di lem satu sama lain

    sedemikian rupa sehingga jalannya urat kayu itu sejajar ke panjangnya alat pukul.

    Ukuran panjangnya 86 cm dengan diameter 5 cm. Panjang alat pemukul ini tidak

    boleh lebih dari 86,36 cm dan diameternya (garis tengahnya) tidak boleh lebih dari

    5,7 cm pada bagian yang terbesar. Pada pangkal kayu pemukul (tempat

    pegangannya) harus dibalut dengan pita pembalut atau bahan lain yang sesuai demi

    untuk ekselamatan (safety grip). Safety grip tersebut panjangnya kurang lebih 35

    cm (tidak boleh kurang dari 25,4 cm dan tidak boleh lebih dari 38,1 cm) dari

    pangkal yang terkecil dari kayu pemukul tersebut. Kayu pemukul harus ditandai

    OFFICIAL SOFTBALL oleh pabrik pembuatnya.

    2. Bola

    Bola yang sah harus berbentuk bulat. Bagian dalamnya dibuat dari campuran gabus

    dan karet dibalut dengan benang dan dibungkus dengan kulit kuda atau sapi atau

    dibuat dari bahan sintetis dan berwarna putih, dengan jahitan yang halus dan tak

    kentara. Ukuran kelilingnya sekitar 30 cm (lingkaran bola tidak boleh kurang dari

  • 12

    30,2 cm dan tidak lebih dari 30,8 cm). Beratnya tidak boleh kurang dari 6 ons

    dan tidak lebih dari 7 ons.

    3. Base IV (home plate)

    Home plate terbuat dari karet atau bahan lain yang sesuai, berbentuk segi lima

    dengan ukuran 30 2243 22 30 cm seperti gambar berikut.

    Gambar 2.3 Home Plate

    Panjang sisi yang berhadapan dengan pitcher 43 cm, panjang sisi yang sejajar

    dengan garis sebelah dalam dari kotak si pemukul (batter box) 22 cm, sedang

    panjang sisi yang melekat pada garis yang menghubungkan antara home plate

    dengan base pertama dan base ketiga panjangnya 30 cm.

    4. Pitcher Plate (Tempat Pelambung)

    Dibuat dari karet atau kayu dengan ukuran panjang 60 cm dan lebar 15 cm,

    berbentuk empat persegi panjang, permukaan harus rata dengan tanah, dipasang

    sedemikian rupa.

    Gambar 2.4 Pitcher Plate

    22 cm

    43 cm

    22 cm

    30 cm30 cm

    15 cm

    60 cm

  • 13

    5. Base (Tempat Hinggap) I, II dan III

    Base untuk hinggap ke I, ke II, dan ke III, bentuknya bujur sangkar dengan

    ukuran 38 x 38 cm. Base ini terbuat dari kanvas atau yang sejenis, masing-masing

    diikat sedemikian rupa sehingga tidak mudah berpindah tempat.

    Gambar 2.5 Base

    6. Glove atau Sarung Tangan

    Semua pemain lapangan memakai glove dari bahan kulit. Glove ini dapat dibedakan

    sebagai berikut:

    a. Mitts yaitu sarung tangan untuk catcher dan penjaga base I, sarung tangannya

    lebih tebal dan bentuknya lain. Untuk Catcher, tanpa ibu jari atau bulat utuh.

    Untuk Pitcher dan penjaga base I, juga bulat tetapi memakai ibu jari

    b. Glove yang dipakai oleh pemain lapangan selain penjaga base pertama dan

    catcher, bentuknya dengan lima jari yang terpisah.

    7. Pelindung khusus untuk catcher terdiri dari:

    a) Mask atau masker (penutup muka), yang harus dipakai oleh setiap catcher

    sewaktu pitcher melemparkan bola kepada pemukul.

    b) Body Protector (pelindung dada). Body protector ini terutama harus dipakai oleh

    catcher wanita.

    c) Leg quard yaitu penutup tungkai bawah.

    8. Sepatu

    Sepatu yang dianggap sah adalah yang terbuat dari kanvas, kulit halus atau yang

    sejenis. Solnya boleh rata atau berpahat-pahat dari karet. Sol logam dan plat tumit

    juga boleh dipergunakan, asal paku yang menonjol tidak lebih panjang dari tiga

    perempat inci. Sepatu yang diberi metal spike disekelilingnya dianggap tidak sah.

    Base I, II, III

    38 cm38 cm

    38 cm38 cm

  • 14

    C. TEKNIK DASAR BERMAIN SOFTBALL

    Setiap kali melakukan latihan maka perlu terlebih dahulu mengadakan

    pemanasan. Meskipun maksud pemanasan ini adalah guna penyesuaian secara

    fisiologis untuk latihan yang akan dilakukan tetapi bahan untuk pemanasan tadi

    hendaknya dipilih sedemikian rupa sehingga cocok dan sesuai dengan gerak-gerak

    tehnik untuk bermain softball. Dengan demikian didapat 2 keuntungan ialah di samping

    otot-otot siap untuk melakukan aktivitas juga disiapkan tehnik dari gerakan badan

    untuk aktivitas tersebut. Oleh karena itu hendaknya memiliki senam yang gerak-

    geraknya sesuai dengan gerak pada permainan softball.

    Adapun materi senam yang dimaksudkan di atas diantaranya seperti di bawah

    ini :

    1. Mengayun-ayunkan tangan ke muka, ke belakang, memutar tangan dengan titik

    pusat pada sendi bahu dan sebagainya. Ini perlu untuk gerakan melempar.

    2. Gerakan-gerakan untuk latihan otot-otot togok yang dapat membantu kekuatan

    melempar dan memukul. Contohnya :

    a. Berdiri kangkang tangan pada pinggang badan diputar ke kiri dan ke kanan

    dengan lentur.

    b. Meliuk-liukkan badan ke muka dan ke belakang, ke samping kiri dan kanan.

    3. Meregangkan dan menguatkan otot-otot pergelangan tangan dan kaki:

    a. Dengan bending tanpa alat

    b. Loncat-loncat ke atas, jengket-jengket dan sebagainya.

    4. Gerak-gerak yang mirip dengan gerak untuk mengambil bola yang menggeser

    tanah (ground ball), yaitu dengan melangkahkan kaki ke depan badan

    dibongkokkan dan tangan meraih ke tanah. Demikian berganti-ganti ke kiri dan

    ke kanan di tempat maupun dengan gerak maju.

    5. Latihan lari yang disesuaikan dengan ciri-ciri lari pada permainan softball, yaitu

    :

    a. Sprint, ialah lari secepat-cepatnya dengan jarak kurang lebih sejauh jarak

    antar base.

    b. Lari dengan cepat kemudian berhenti dengan sekonyong-konyong,

    membalik dan lari kembali dengan cepat. Lari semacam ini perlu untuk

    pelari base yang bermaksud maju ke base berikutnya tetapi terpaksa harus

    kembali ke base semula agar tidak mati.

  • 15

    Contoh-contoh seperti tersebut di atas tadi dapat diubah, ditambah atau

    dikurangi disesuaikan dengan penekanan latihan yang akan dilakukan serta

    banyaknya waktu yang disediakan untuk keperluan itu.

    Latihan teknik bertujuan untuk dapat menguasai dan melakukan unsur-unsur

    permainan tersebut secara baik. Adapun unsur-unsur teknik pada softball dapat dibagi

    sebagai berikut :

    1. Melempar

    Yang perlu diperhatikan pada teknik melempar ini ialah :

    a. Bagaimana cara memegang bola yang benar sebelum bola tersebut dilemparkan.

    b. Bagaimana cara melakukan over hand throw (lemparan atas tangan)

    c. Bagaimana cara melakukan lemparan samping (side throw)

    d. Bagaimana cara melakukan lemparan ayunan bawah (underhand throw)

    2. Menangkap Bola

    Unsur teknik menangkap bola pada pokoknya ada 3, sesuai dengan jalannya

    bola hasil pukulan dari partai pemukul, ialah :

    a. Bola yang datang lurus ke arah penangkapan atau straight ball.

    b. Bola melambung (fly ball) untuk menangkap bola melambung ini di samping

    tehnik menangkap bola yang datang dari atas perlu pemain itu dilatih untuk

    dapat memperkirakan/memperhitungkan di mana bola tersebut akan jatuh,

    sehingga selalau menempatkan diri tepat di bawah bola itu akan jatuh.

    c. Bola guling tanah (ground ball).

    3. Memukul

    a. Cara memegang Bet (kayu pemukul).

    b. Posisi berdiri. Dalam sikap pada waktu akan memukul dapat dibedakan menjadi

    3 macam yaitu posisi berdiri yang disebut closed stance, parallel stance dan

    open stance.

    c. Sikap awal dari memukul.

    d. Memukul dengan ayunan kayu pemukul atau pukulan swing yang merupakan

    pukulan keras.

    e. Pukulan tumbuk yaitu memukul tanpa mengayunkan kayu pemukul (bunt)

    4. Pitching, yaitu cara pitcher melambungkan/menyajikan bola ke arah pemukul.

    5. Catcher, yang akan dibicarakan adalah teknik catcher dalam menjaga bola

    lemparan dari pitcher.

  • 16

    6. Sliding, yaitu meluncur dengan jalan menjatuhkan badan menuju ke base dengan

    maksud menghindari sehingga ia tidak out

    7. Cara lari keliling lapangan dengan menyentuh setiap base secara efisien

    Demikian pokok-pokok dari latihan tehnik yang penting dalam permainan

    softball. Karena setiap lemparan yang tepat dan keras merupakan senjata yang baik

    dalam jaga atau fielding. Pada latihan bagi pemula, hendaknya terlebih dahulu dilatih

    macam lemparan yang disebut overhand throw, sampai lemparan ini dikuasai dasar-

    dasarnya, baik kecepatan, ketepatan maupun pengontrolannya. Setelah overhand throw

    dikuasai baru diajarkan macam lemparan yang lain ialah lemparan sampai dan

    lemparan ayunan bawah.

    D. PERATURAN PERMAINAN SOFTBALL

    1) PEMAIN: satu regu terdiri dari sembilan orang pemain.

    2) PENENTUAN REGU YANG BERTANDING: Regu yang mendapat giliran

    memukul pertama atau terakhir dalam suatu inning, ditentukan dengan undian

    pakai koin atau cara yang telah disetujui oleh regu yang bertanding.

    3) PERMAINAN YANG SAH: Permainan dianggap sah bila terjadi dari tujuh

    inning.

    4) INNING: inning adalah bagian dari permainan dimana satu regu mengalami

    menjadi regu pemukul dan regu bertahan, dan terjadi 3 mati (out) untuk

    masing-masing regu.

    5) NILAI: Baik dengan pukulan sendiri atau tidak seorang pelari yang dapat

    masuk ke ruang bebas dengan selamat mendapat nilai 1 (satu).

    6) MATI atau OUT: Seorang pelari mati dan harus masuk ke ruang bebas

    (keluar dari lapangan) apabila ia:

    a) Telah memukul tiga kali dan yang ketiga ini tidak kena, sedangkan catcher

    dapat menangkap lambungan pitcher sebelum bola jatuh. Jika catcher tidak

    dapat menangkap lambungan pitcher pun, tetapi semua base isi, maka si

    pemukul tetap mati.

    b) Memukul betul atau salah, sedang partai lapangan dapat menangkap

    pukulannya (tangkap bola). Bola yang dipukul kena tetapi tidak sempurna

    dan tidak membuat suatu busur ke atas, jika ditangkap catcher, tidak

    dianggap tangkap bola.

    c) Belum sampai di base I, sedang base I ini telah di bakar.

  • 17

    d) Dia tidak menginjak base yang dilewati.

    e) Dia menghindar agar tidak disentuh bola, sehingga menyimpang lebih dari

    satu meter di luar garis antara kedua base.

    f) Dapat di tik sewaktu-waktu dan di mana saja, asal dia tidak menginjak

    base.

    g) Membuat infield fly

    h) Membuat bunting pada pukulan ketiga, sedang hasilnya adalah pukulan

    salah.

    i) Pada lari keharusan belum sampai di base yang dituju, dan base ini telah

    dibakar, atau dia di tik diperjalanan.

    j) Langsung kena bola yang dipukul temannya.

    7) PITCHER: Sebelum pitcher melambung, dia harus memenuhi tiga syarat, yaitu:

    a) Menginjak pitcher plate (dari persiapan melambung sampai bola lepas dari

    tangan).

    b) Menghadap ke home base (base IV)

    c) Menyentuhkan bola ke tangan yang lain

    d) Pitcher hanya boleh melempar salah (membuat ball) empat kali. Setelah

    empat kali ball, pemukul mendapat free walk.

    8) LAMBUNGAN YANG BETUL: yaitu bila bola lewat tepat di atas base IV dan

    tingginya di antara lutut dan bahu si pemukul, jika ia berdiri tegak. Lambungan

    yang betul harus dipukul.

    9) LAMBUNGAN YANG SALAH: yaitu bila bola tidak memenuhi syarat di atas.

    Lambungan yang salah disebut ball. Bila ball terjadi sampai empat kali, si

    pemukul boleh ke base I dengan bebas (free walk).

    10) MENOLAK LAMBUNGAN: Lambungan yang salah boleh tidak dipukul. Jika

    dipukul, dianggap satu pukulan. Lambungan betul yang tidak dipukul dianggap

    satu pukulan pula, pada saat itu wasit harus berseru strike

    11) HAK MEMUKUL:

    a) Hak memukul ada tiga kali, tetapi pada pukulan pertama atau kedua yang

    betul, pemukul harus lari ke base I. Pada pukulan ketiga yang salah, pemukul

    boleh memukul lagi, sampai ada pukulan yang betul atau tidak kena,

    kemudian dia harus lari ke base I. Tetapi jika pukulan yang ketiga tidak kena

    dan catcher dapat menangkap lambungan pitcher sebelum bola menyentuh

    tanah, pemukul mati 1.

  • 18

    b) Jika terjadi pergantian dan ada seorang pemukul yang belum selesai

    menghabiskan haknya memukul, pemukul ini masih berhak memukul pada

    inning selanjutnya.

    12) PERGANTIAN: Pergantian dilakukan setelah ada 3 mati ( 3 out)

    13) PUKULAN BETUL:

    a) Jika bola setelah dipukul berhenti di dalam lapangan (di antara kedua garis

    salah)

    b) Jika bola setelah dipukul, jatuh di dalam lapangan, kemudian berputar ke

    luar melalui lanjutan garis salah.

    14) PUKULAN SALAH:

    a) Jika bola jatuh di luar garis salah dan tetap berhenti di situ.

    b) Jika bola jatuh di dalam lapangan, kemudian berputar ke luar melewati garis

    salah antara base IV dengan base I dan antara base IV dengan base III.

    15) PUKULAN MELESET (Tip Salah):

    a) Jika bola dipukul tidak kena dengan sempurna dan bola tersebut ditangkap

    oleh catcher, maka pukulan itu disebut tip salah atau meleset.

    b) Tip Salah pada pukulan ketiga, si pemukul mati satu.

    16) FREE WALK: free walk diberikan pemukul bila:

    a) Sudah empat kali lambungan ball

    b) Lambungan pitcher mengenai pemukul dan pemukul ini sudah berusaha

    menghindari bola.

    c) Pitcher membuat gerak tipu.

    17) CATCHER: Catcher adalah penjaga belakang. Tempatnya di belakang base IV.

    Tugas utamanya menangkap semua bola yang dilambungkan pitcher.

    18) PENJAGA BASE: Tugas utamanya membakar base (menginjak base dengan

    membawa bola dan mengetik (menyentuh pelari dengan bola yang digenggam

    dan bola ini tidak boleh jatuh). Semua partai lapangan boleh mengetik dan

    membakar base.

    19) PELARI BASE:

    a) Setelah sampai pada base yang dituju, pelari base tidak boleh terlanjur

    larinya, kecuali pada base I.

    b) Bila sampai terjadi, dia harus kembali menginjak base dan dapat ditik

    sebelum kembali ke base tersebut.

  • 19

    c) Setiap kali melepaskan base, dia dapat ditik. Jadi kalaupun dia bermaksud

    meninggalkan base, dalam mengambil ancang-ancang untuk lari, salah satu

    kakinya harus tetap menginjak base.

    20) LARI KEHARUSAN: Tiap base dapat menjadi tujuan yang diharuskan bagi

    seorang pelari, yaitu:

    a) Base I, bagi pelari yang baru saja memukul

    b) Base II, bila base I isi dan base III harus ditempati oleh pemukul (base I

    juga keharusan).

    c) Base III, bila base I dan II isi, sedang base I harus ditempati oleh pemukul

    (base I dan II juga keharusan).

    d) Base IV, bila semua base isi (base I, II dan III juga keharusan)

    e) Tiap-tiap base yang ditinggalkan oleh pelari base, kemudian harus kembali

    karena terjadi tangkap bola.

    f) Pada lari keharusan ini, semua pelari dapat dimatikan dengan membakar

    base yang dituju atau pelarinya yang ditik.

    21) INFIELD FLY:

    a) Apabila bola dipukul tinggi sampai hampir vertikal dan diperkirakan jatuh

    diantara keempat base dan akan tertangkap, wasit berseru infield fly

    b) Pada saat si pemukul mati dan semua pelari base tidak boleh lari. Wasit

    menyerukan infield fly apabila belum ada mati 2, base I dan II isi, atau

    base I, II dan III isi.

    22) CATCH BALL atau TANGKAP BOLA: pada tiap-tiap catch ball (tangkap

    bola), si pemukul mati satu. Pelari lainnya tidak boleh lari. Bila sudah terlanjur

    lari, mereka harus kembali ke base semula. Mereka dapat mati bila basenya

    dibakar atau ditik.

    23) PEMENANG PERTANDINGAN: Pemenang pertandingan adalah regu yang

    mengumpulkan run lebih banyak selama pertandingan yang sah.

    a) Hasil akhir dari pertandingan yang sah adalah hasil akhir dari inning

    lengkap, kecuali bila regu yang mendapat giliran memukul terakhir telah

    mengumpulkan run lebih banyak daripada run yang didapat oleh regu yang

    mendapat giliran memukul sebelumnya dalam inning yang belum selesai.

    Dalam hal ini nilai ditentukan pada inning yang belum selesai tersebut.

    b) Hasil seri dari pertandingan yang sah adalah hasil seri sewaktu pertandingan

    dihentikan. Pertandingan yang berakhir seri harus diulang dari permulaan.

  • 20

    c) Nilai dari fortaited game atau regu yang melanggar, dinyatakan kalah 7

    0 untuk regu yang tidak bersalah.

    24) RUN:

    a) Satu run dihasilkan jika seorang pelari secara sah telah menyentuh base I, II,

    III dan home plate (base IV) sebelum terjadi out ketiga.

    b) Suatu run akan diabaikan bila terjadi out ketiga yang disebabkan oleh:

    (1) Batter base-runner (pelari base pemukul) dimatikan sebelum

    mencapai base I.

    (2) Pelari base out karena harus meninggalkan basenya, karena

    pemukul harus menjadi batter base runner. Kejadian ini disebut

    force out, yakni suatu out yang terjadi jika pelari kehilangan suatu

    out yang terjadi jika pelari kehilangan haknya menempati base I, II,

    dan III yang sedang dia tempati karena pemukul menjadi pelari

    base, sebelum ia mencapai base didepannya dia sudah dimatikan

    (mati terpaksa).

    (3) Seorang pelari base meninggalkan basenya, sebelum pitcher

    melepaskan lambungan bolanya kepada pemukul.

    c) Pelari base yang berada di belakang, tidak dapat membuat run jika pelari

    didepannya out ketiga di dalam satu inning.

    d) Pelari base yang di belakang tidak dapat membuat run lebih dulu daripada

    pelari didepannya di dalam batting order, jika pelari didepannya belum

    dimatikan. Batting order adalah daftar nama pemain yang akan melakukan

    giliran memukul dari regu ofensif

    25) WASIT: Ada empat orang. Satu kepala wasit dan tiga wasit base. Kepala wasit

    bertugas di belakang catcher, menentukan ball, pukulan salah, dan pukulan

    betul. Sedangkan wasit base bertugas di lapangan untuk menentukan

    matinya para pelari base.

    26) SCORER atau PENCATAT NILAI: Wasit dibantu oleh dua orang pencatat nilai

    yang disediakan oleh masing-masing regu atau partai. Catatan tersebut berisi:

    a. Tanggal dan jam permainan

    b. Nama kedua regu yang bertanding

    c. Nama kedua pemimpin atau kapten regu

    d. Jumlah inning

  • 21

    e. Banyaknya nilai, banyaknya mati dan banyaknya tangkap bola untuk

    tiap pemain dari tiap regu.

    27) PEMAIN PENGGANTI: Pergantian pemain hanya diperkenankan asal

    memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

    a) Kapten regu menghendakinya dan memberitahukannya kepada wasit. Wasit

    akan menghentikan permainan untuk sementara dan memberitahukannya

    kepada pencatat nilai.

    b) Pemain pengganti dianggap telah masuk dalam pertandingan tanpa

    hukuman, dalam hal sebagai berikut:

    (1) Bila dia seorang pemukul, yaitu pada saat dia menempati posisinya

    dalam tempat pemukul.

    (2) Bila dia seorang fielder, yaitu saat dia menempati pemain yang

    diganti.

    (3) Bila dia seorang pelari, yaitu saat dia menempati pitcher plate.

    c) Setiap pitcher yang namanya telah terdaftar dalam lembaran nilai, telah

    diumumkan telah menempati posisinya di pitcher plate, harus

    menyelesaikan tugasnya sampai pemukul pertama yang dihadapinya telah

    menyelesaikan giliran memukul atau telah dikeluarkan dan pemain-pemain

    lainnya boleh diganti setiap saat dengan pemain lain.

    d) Pemain yang telah dikeluarkan dari permainan (karena suatu pelanggaran)

    tidak boleh bermain lagi, kecuali sebagai pembantu.

  • 22

    BAB III

    METODE PELAKSANAAN

    A. KERANGKA PEMECAHAN MASALAH

    Secara skematis kerangka pemecahan masalah yang dikembangkan terlihat pada

    Gambar 3.1 berikut.

    Keterangan: __________ alur kegiatan, - - - - - - - - - alur pengkajian

    Gambar 3.1 Skema Alur Kerja Pemecahan Masalah

    Berdasarkan skema di atas, langkah kegiatan untuk memecahkan permasalahan

    sebagai berikut.

    1. Melakukan observasi dan wawancara ke lapangan untuk mengumpulkan

    permasalahan yang dihadapi siswa dan guru-guru penjasorkes SMP/SMA/SMK

    Negeri dalam bidang softball.

    2. Mengidentifikasi masalah yang ada di lapangan sehingga ditemukan ada masalah

    yang perlu mendapat penanganan yaitu kurangnya pengetahuan dan keterampilan

    guru dalam softball.

    3. Melakukan pengkajian literatur, ditemukan alternatif yang visibel untuk

    dilaksanakan yaitu melalui program refreshing.

    Orientasi Lapangan

    Identifikasi Masalah

    Studi Literatur Ceramah

    Penyegaran Materi danketerampilan Softball

    Produk

    Menambah pengetahuan danketerampilan tentang Softball

    Mampu membina Siswa untukmeningkatkan kebugaran jasmaninya

    melalui softball

  • 23

    4. Pemberian pelatihan bidang softball untuk meningkatkan kualitas penguasaan dan

    keterampilan guru penjasorkes dalam bidang soft ball sehingga mampu membina

    kebugaran jasmani siswa melalui olahraga softball.

    5. Pemberian pelatihan softball untuk menumbuhkembangkan bakat, minat dan

    kebugaran jasmani siswal.

    B. REALISASI PEMECAHAN MASALAH

    Program ini dirancang sebagai bentuk jawaban dan antisipasi dari berbagai

    permasalahan menyangkut kualitas dan kinerja guru SMP/SMA/SMK Negeri di Kota

    Negara, khususnya pada bidang peningkatan kualitas guru yang saat ini tengah

    berkonsentrasi pada pembangunan berbagai institusi pendidikan dan tenaga

    kependidikan di berbagai pelosok wilayahnya dan meningkatkan kebugaran siswa.

    Berangkat dari rasional tersebut, maka program ini akan dilaksanakan dengan

    menyelenggarakan pelatihan untuk meningkatkan kualitas penguasaan teknik dasar

    bermain softball bagi guru-guru SMP/SMA/SMK Negeri di Kota Negara. Model

    pelaksanaan kegiatan ini akan dilakukan secara langsung (tatap muka) dengan bidang

    kajian yang terkonsentrasi pada 2 (dua) hal yaitu, penambahan wawasan dan

    pengetahuan guru tentang teknik dasar bermain softball melalui pembekalan materi,

    dan pelatihan keterampilan bermain softball melalui kegiatan praktek lapangan.

    Lama pelaksanaan kegiatan adalah 3 (tiga) hari dengan melibatkan perwakilan

    siswa dan guru SMP/SMA/SMK Negeri yang ada di Kota Negara. Pada akhir program

    dilakukan evaluasi kepada setiap peserta untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta

    dalam keterampilan bermain softball. Selanjutnya, diakhir kegiatan setiap peserta diberi

    sertifikat sebagai tanda bukti partisipasi mereka dalam kegiatan ini. Dengan demikian,

    diharapkan siswa dan guru SMP/SMA/SMK memperoleh penyegaran wawasan dan

    peningkatan keterampilan dalam permainan softball untuk kepentingan tugas dan

    profesinya sebagai pengembang dan pelaksana kurikulum.

    C. KHALAYAK SASARAN

    Khalayak sasaran yang dianggap strategis dalam kegiatan ini adalah para siswa

    dan guru-guru Penjasorkes SMP/SMA/SMK Negeri di Kota Negara. Sasaran yang

    dipilih dipandang cukup visibel dan prediktif bagi penyebarluasan informasi atau hasil

    dari kegiatan ini secara berkelanjutan dan terstruktur

  • 24

    Jumlah siswa dan guru yang akan dilibatkan adalah sebanyak 30 orang siswa-

    guru yang belajar dan mengajar Penjasorkes di SMP/SMA/SMK Negeri yang ada di

    Kota Negara. Kegiatan pelatihan ini dilaksanakan dengan sistem kader. Siswa dan guru

    Penjasorkes SMP/SMA/SMK Negeri perwakilan yang ditunjuk akan diberikan

    pelatihan. Mereka yang dijadikan kader dipersyaratkan agar mampu dan mau bekerja

    sama, serta dapat menyebarkan hasil kegiatan kepada siswa dan guru lainnya.

    D. METODE PELAKSANAAN KEGIATAN

    Metode yang dipergunakan dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah:

    1. Metode ceramah, untuk menyampaikan materi-materi tentang olahraga softball.

    2. Metode praktek atau demonstrasi, untuk mendemonstrasikan teknik-teknik softball

    yang benar kepada para peserta sehingga para peserta dapat dengan mudah melihat

    dan menirukan gerakan-gerakan dengan benar.

    3. Metode diskusi, untuk mendiskusikan kembali materi yang telah disampaikan

    sehingga terjadi interaksi timbal balik antara peserta dengan peserta dan antara

    peserta dengan pelatih.

    4. Metode pelatihan, dengan penerapan metode pelatihan ini para peserta dapat secara

    langsung mengikuti pelatihan softball.

    5. Tahapan-tahapan pelaksanaannya adalah mengadakan penjajagan, mengadakan

    koordinasi, mengirim undangan kepada peserta, melaksanakan kegiatan pelatihan,

    melaksanakan evaluasi terhadap proses pelaksanaan P2M dan melakukan

    monitoring serta membuat laporan kegiatan.

    Keberhasilan penyelenggaraan kegiatan pengabdian pada masyarakat ini dapat

    dilihat dari hasil evaluasi sepanjang pelaksanaan kegiatan, yaitu:

    1. Ketekunan dan keterlibatan para peserta pelatihan dalam melibatkan diri pada

    pelaksanaan kegiatan pelatihan ini.

    2. Terjadinya peningkatan pemahaman dan keterampilan softball melalui tugas, tanya

    jawab, demonstrasi dan pelatihan.

    3. Para peserta memiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup dalam

    melaksanakan pembelajaran softball di sekolah masing-masing.

    4. Indikator keberhasilan yaitu peserta pelatihan dapat menguasai keterampilan dan

    peraturan permainan softball.

  • 25

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Pada bagian ini dipaparkan tentang hasil atas perlakuan yang diberikan untuk

    memecahkan masalah yang dihadapi oleh masyarakat dan pembahasannya.

    A. HASIL KEGIATAN

    Kegiatan pengabdian kepada Masyarakat ini dibagi dua tahap, yaitu pendalaman

    teori dan praktek lapangan. Sesi pendalaman teori dilaksanakan tanggal 4 Juni 2016.

    Peserta pelatihan diberikan materi tentang keterampilan dasar bermain softball dan

    peraturan permainan softball. Sesi kedua praktek lapangan, peserta dilatih teknik

    bermain softball. Praktek lapangan dilaksanakan dua kali, tanggal 5 dan 11 Juni 2016.

    Hasil-hasil yang diperoleh dari pelaksanaan P2M ini adalah sebagai berikut.

    Pertama, penyajian materi oleh pelatih sekaligus nara sumber tentang teknik

    dasar bermain softball dan peraturan permainan softball berjalan dengan lancar.

    Cakupan materi yang diberikan terdiri dari:

    a. Sekilas mengenai sejarah permainan softball

    b. Sarana dan prasarana softball

    c. Teknik dasar bermain softball

    d. peraturan permainan softball

    Setelah pemantapan materi teknik dasar bermain softball, dilanjutkan dengan praktek di

    lapangan.

    Kedua, pelatihan keterampilan/teknik dasar bermain softball dilakukan di

    lapangan yang lokasinya disebelah SMAN 1 Negara. Pelatihan dipandu oleh seorang

    pelatih dan beberapa orang asisten. Praktek lapangan pertama kali dilaksanakan tanggal

    4 Juni 2016 sore, kemudian dilanjutkan tanggal 5 Juni dan 11 Juni 2016 (pagi dan sore

    hari). Praktek lapangan diawali dengan membuat lapangan softball sesuai standar yang

    ditetapkan. Kemudian menyiapkan peralatan softball dan berlatih dengan

    mempraktekkan setiap teknik dasar secara bagian-bagian, kemudian diakhiri dengan

    melakukan permainan secara utuh sebagai kesatuan. Praktek lapangan berlangsung

    dengan menyenangkan, siswa dan guru selalu bersemangat hingga dengan 3 kali

    pelatihan sudah dipandang cukup. Pelatihan selanjutnya dilakukan oleh guru

    Penjasorkes di masing-masing sekolah.

  • 26

    Ketiga, kehadiran peserta dalam kegiatan ini sangat kompak dan sesuai dengan

    jumlah yang direncanakan yaitu 30 orang (daftar hadir terlampir). Hal ini disebabkan

    karena peserta yang dilibatkan adalah guru dan siswa yang dibinanya dari masing-

    masing sekolah sampel. Tanggapan siswa dan guru-guru Penjasorkes SMP/SMA/SMK

    sangat positif. Walaupun saat itu sedang diadakan PORPROV, jumlah peserta yang

    hadir mencapai 100%. Jumlah ini sesuai dengan yang ditargetkan, sehingga dapat

    dikatakan kegiatan pelatihan softball ini berjalan dengan lancar dan tujuan P2M dapat

    tercapai.

    B. PEMBAHASAN

    Berdasarkan hasilhasil yang diuraikan di atas dapat disampaikan bahwa

    seluruh peserta pelatihan mengikuti kegiatan dengan tekun dari awal hingga akhir.

    Jumlah peserta yang hadir mencapai 30 orang. Kehadiran seluruh peserta menjadi bukti

    bahwa animo siswa dan guru-guru dalam mengikuti pelatihan sangat baik. Hal ini

    menunjukkan bahwa siswa dan guru-guru penjasorkes SMP/SMA/SMK Negeri di kota

    Negara sangat berminat dalam mengembangkan permainan softball.

    Pelaksanaan pelatihan yang diawali dengan pemaparan materi mengenai teknik

    dasar bermain softball secara teoritis disajikan oleh nara sumber akan menambah

    wawasan dan pengetahuan siswa dan guru-guru penjasorkes tentang teknik dasar

    bermain softball. Selanjutnya untuk memantapkan penguasaan teknik bermain softball,

    maka para siswa dan guru diajak untuk praktek di lapangan yang sebenarnya. Masing-

    masing peserta secara bergantian diberi kesempatan untuk mencoba memainkan teknik

    ini seperti teknik melempar/melambungkan bola, menangkap bola, memukul bola, dan

    teknik berlari ke base dengan dibantu oleh dosen dan asisten mahasiswa. Di bagian

    akhir pelatihan dilakukan bermain softball dan membagi peserta menjadi 2 regu,

    masing-masing beranggotakan 9 orang.

    Berkat ketekunan dan kesungguhan semua peserta dalam mengikuti pelatihan

    softball maka terjadi peningkatan pengetahuan, wawasan serta keterampilan guru-guru

    Penjasorkes SMP/SMA/SMK Negeri di kota Negara, yang dapat dibuktikan dengan

    kemampuan para peserta mendemonstrasikan setiap bagian teknik permainan softball

    secara benar, dan kemampuan peserta dalam melakukan permainan softball secara

    keseluruhan. Jika dibandingkan dengan keadaan awal dari siswa yang belum mengenal

    permainan softball, berarti penguasaan teknik dasar bermain softball siswa dan guru-

    guru penjasorkes SMP/SMA/SMK Negeri di kota Negara mengalami peningkatan.

  • 27

    Walaupun demikian, keterampilan yang telah diperoleh melalui pelatihan ini

    hendaknya ditindaklanjuti dengan terus melatih siswa-siswi di sekolah tempat peserta

    bertugas secara berkelanjutan. Apalagi dengan diterapkannya kurikulum 2013,

    pelajaran penjasorkes di SMP/SMA/SMK menuntut guru-guru memahami teknik dasar

    bermain softball. Apabila saat mempraktekkan permainan ini di sekolah menemui

    kendala, para guru dapat menghubungi pelatih selaku dosen di jurusan Penjaskesrek

    FOK Undiksha.

    Di akhir kegiatan, pelatih menghimbau agar para guru merintis dibentuknya

    club softball dan membentuk tim softball Kabupaten Jembrana, sehingga nantinya

    dapat mengharumkan nama Jembrana dalam PORPROV 2017 yang akan datang.

  • 28

    BAB V

    SIMPULAN DAN SARAN

    A. SIMPULAN

    Berdasarkan uraian tentang hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan hal-hal

    berikut.

    1. Kegiatan pelatihan permainan softball bagi siswa dan guru-guru penjasorkes

    SMP/SMA/SMK Negeri di kota Negara dapat terlaksana dengan baik sesuai

    dengan program yang telah direncanakan. Kehadiran peserta mencapai 100%,

    dengan jumlah 30 orang.

    2. Telah terjadi peningkatan pengetahuan, wawasan, dan keterampilan guru-guru

    penjasorkes peserta pelatihan permainan softball yang ditunjukkan dengan

    kemampuan siswa dan guru dalam mendemonstrasikan teknik-teknik dasar

    bermain softball dengan benar.

    3. Materi softball yang dilatihkan mulai dari sejarah softball, sarana dan prasarana,

    teknik dasar bermain softball, dan peraturan permainan softball. Dengan

    demikian para guru tidak hanya memahami teknik bermain softball, tetapi juga

    mengetahui sejarah permainan dan peraturannya.

    C. SARAN

    Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas diajukan beberapa saran agar

    pembinaan softball dalam club-club siswa pencinta softball di kota Negara dapat

    berjalan lancar.

    1. Para siswa dan guru disarankan agar setelah pelatihan tetap menjaga kesiapan

    kondisi fisik dengan baik agar lebih mudah dalam menguasai teknik dasar bermain

    softball dengan benar.

    2. Para guru diharapkan dapat mengimplementasikan pengetahuan dan keterampilan

    yang telah diperoleh pada kegiatan pelatihan ini dalam pembelajaran olahraga di

    kelas. Untuk selanjutnya guru diharapkan dapat mengembangkan bakat dan minat

    siswa serta dapat memasyarakatkan permainan softball di kota Negara.

  • 29

    DAFTAR PUSTAKA

    Bethel, D. (1993). Petunjuk Lengkap Softball dan Baseball. Semarang: Dahara Prize

    Budhiarta, M. D. (2007). Teori dan Praktek Permainan SoftBall. Diktat. FOKUniversitas Pendidikan Ganesha.

    Budhiarta, M. D, Darmayasa, I P., dan Darmawan, G. E. B. 2014. Pelatihan Softballbagi Guru-guru Penjasorkes SMP/SMA di Kota Tabanan. Laporan PengabdianPada Masyarakat. LPM Universitas Pendidikan Ganesha.

    Budhiarta, M. D, Darmayasa, I P., dan Darmawan, G. E. B. 2015. Pelatihan Softballbagi Guru-guru Penjasorkes SMP/SMA/SMK di Kota Amlapura. LaporanPengabdian Pada Masyarakat. LPM Universitas Pendidikan Ganesha.

    Dohson, J.M. (1971). Softball for Girls. New York: The Ronald Press Company.http://www.google.com. [30 Agustus 2013].

    Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Materi Pelatihan Guru ImplementasiKurikulum 2013, SMP/MTs-Penjasorkes. Jakarta

    Softball Canada. (1981). Coaching Manual, Level I,II-Thecnical. Canada: CanadianAmateur Soft Ball Association. CASAP-300-1.

    Universitas Pendidikan Ganesha. (2013). Pedoman Pelaksanaan Kegiatan PadaMasyarakat. Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat. UNDIKSHA.

  • 30

    Lampiran 01 Lembar Monitoring

  • 31

    Lampiran 02: Foto-foto Kegiatan

    Gambar 1: Pembukaan Kegiatan P2M oleh Kepala Dinas Pendidikan Kab. Jembranadiwakili Wakasek Sarana SMAN 1 Negara

    Gambar 2: Kegiatan P2M dihadiri olehKetua Koni Kab. Jembrana, Bpk. Nyoman Widiastra, S.Pd dan

    Ketua PERBASASI Propinsi Bali Bpk Sunarjan dan Bpk Komang Karyasa.

  • 32

    Gambar 3. Sebagian Siswa dan Guru-guru Penjasorkes SMP/SMA/SMKpeserta pelatihan softball

    Gambar 4. Peserta Pelatihan dengan tekun mengikuti penjelasan narasumbertentang teori teknik permainan softball

  • 33

    Gambar 5. Peserta Pelatihan dengan tekun mengikuti penjelasan narasumbertentang teknik permainan softball di lapangan

    Gambar 6. Peserta Pelatihan berlatih teknik melempar dan menangkap bola dalampermainan softball di lapangan dengan gembira

  • 34

    Gambar 7. Peserta Pelatihan berlatih teknik memukul bola dalam permainan softball dilapangan dengan gembira

    Gambar 7. Peserta mulai latihan bermainan softball secara utuh/lengkap di lapangan

    Gambar 8 Sebagianperalatan softball

  • 35

    Lampiran 03 Daftar Hadir Peserta

  • 36

    Lampiran 04 Surat Perjanjian Kerja P2M

  • 37

    Lampiran 05 Materi Pelatihan