Pelat Beton Bertulang

27
PELAT BETON BERTULANG DOSEN PENGAMPU Karmila Achmad, S.T. RESKI APRILIA NIM : 120309180092 POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN JURUSAN TEKNIK SIPIL BALIKPAPAN 2014

description

Word Document

Transcript of Pelat Beton Bertulang

Page 1: Pelat Beton Bertulang

PELAT BETON BERTULANG

DOSEN PENGAMPU

Karmila Achmad, S.T.

RESKI APRILIA

NIM : 120309180092

POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN

JURUSAN TEKNIK SIPIL

BALIKPAPAN

2014

Page 2: Pelat Beton Bertulang

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

berkat rahmat, taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyusun dan

menyelesaikan tugas makalah Teknologi Beton sub materi Beton Pelat ini.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua

pihak yang membantu dalam penulisan makalah ini, baik secara material maupun

moril. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, kami ucapkan terima kasih

kepada :

1. Ibu Karmila Achmad sebagai dosen pengampu.

2. Kedua orang tua kami yang mendukung secara material dan moril.

3. Teman – teman kelas 2 Teknik Sipil 2.

Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari

kesempurnaan, namun demikian telah memberikan manfaat bagi penulis. Akhir

kata penulis berharap makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Kritik dan saran

yang bersifat membangun akan diterima dengan senang hati.

Balikpapan, Maret 2014

Penulis

Reski Aprilia

Page 3: Pelat Beton Bertulang

iii

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL............................................................................................... i

KATA PENGANTAR....................................................................... ii

DAFTAR ISI...................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR......................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.............................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah......................................................................... 1

1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................... 1

1.4 Manfaat Penelitian........................................................................ 2

1.5 Metodologi Penelitian................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Beton.......................................................................... 3

2.2 Material Penyususn Beton........................................................... 4

2.3 Sifat Beton................................................................................... 4

2.4 Kelebihan Beton ........................................................................ 5

2.5 Kekurangan Beton....................................................................... 5

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Pengenalan Pelat......................................................................... 7

3.2 Sistem Penulangan Pelat............................................................. 9

3.3 Pelat dengan Satu Tumpuan........................................................ 11

3.4 Pelat dengan Dua Tumpuan Sejajar............................................ 11

3.5 Pelat dengan Emapt Tumpuan Saling Sejajar............................. 12

3.6 Pekat Tangga Beton Bertulang................................................... 13

3.7 Metode Pelaksanaan Pelat Lantai............................................... 15

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan................................................................................... 17

4.2 Saran............................................................................................. 18

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 4: Pelat Beton Bertulang

iv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Material Penyusun Beton 4

Gambar 3.1 Penumpu Pelat 8

Gambar 3.2 Jenis perletakan pelat pada balok 9

Gambar 3.3 Contoh pelat dengan penulangan satu arah 9

Gambar 3.4 Contoh pelat dengan penulangan dua arah 10

Gambar 3.5 Contoh penulangan pelat dengan satu tumpuan 11

Gambar 3.6 Contoh penulangan pelat dengan dua tumpuan

Sejajar 12

Gambar 3.7 Contoh pelat dengan empat tumpuan saling sejajar 12

Gambar 3.8 Komponen-komponen tangga 14

Gambar 3.9 Bentuk tangga 14

Gambar 3.10 Pengerjaan pelat lantai metode konvensional 15

Gambar 3.11 Pengerjaan pelat lantai metode half slab 16

Gambar 3.12 Pengerjaan pelat lantai metode precast 17

Gambar 3.13 Pengerjaan pelat lantai metode bondek 18

Page 5: Pelat Beton Bertulang

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan konstruksi saat ini semakin maju, seiring dengan

pembangunan yang kian banyak dilakukan, baik berupa gedung-gedung tinggi

maupun infrastrukstur lainnya. Dalam perkembangan tersebut metode konstruksi

adalah salah satu pilarnya Beton telah menjadi salah satu konstruksi yang paling

banyak dimanfaatkan. Hal itu dikarenakan beberapa keunggulan yang dimilikinya,

baik karena material pembentuknya yang mudah didapatkan juga karena mudah

dalam pembuatan.

Beton seiring perkembangannya dalam hal konstruksi bangunan sering

digunakan sebagai struktur dan dapat digunakan untuk hal-hal lainnya lagi.

Banyak hal yang dapat dilakukan dengan beton dalam bangunan, contohnya saja

dalam struktur beton yang kini telah terdiri dari kolom, pondasi dan pela.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, maka permasalahan dapat

dirumuskan adalah:

1. Bagaimana sistem penulangan pada pelat beton bertulang?

2. Bagaimana sistem penerapan pelat beton bertulang dalam dunia

konstruksi?

3. Bagaimana cara membaca simbol-simbol dalam penulangan pelat beton

bertulang?

1.3 Tujuan Penelitian

Dari rumusan permasalahan, maka makalah ini disusun dengan tujuan:

Page 6: Pelat Beton Bertulang

2

1. Mengetahui definisi beton.

2. Mengetahui material penyusun beton.

3. Mengetahui sifat – sifat serta kelebihan dan kekurangan beton.

4. Mengetahui definisi pelat beton bertulang.

5. Mengetahui penerapan plat beton bertulang dalam konstruksi.

6. Mengetahui cara membaca simbol-simbol pada gambar penulangan

1.4 Manfaat Peneliatian

Manfaat yang diperoleh dalam makalah ini adalah dapat menambah

khazanah ilmu pengetahuan bidang Teknik Sipil seperti penerapan pelat beton

bertulang dalam dunia konstruksi, sistem penulangan, tumpuan serta jenis-jenis

perletakan pelat pada balok yang sangat berguna terutama dalam dunia kerja

dikemudian hari.

1.5 Metode Penelitian

Dalam penulisan makalah ini, untuk mendapatkan data dan informasi yang

diperlukan, kami mempergunakan metode studi pustaka. Metode studi pustaka

atau literatur ini dilakukan dengan cara mendapatkan data atau informasi tertulis

yang bersumber dari buku-buku, dan berbagai artikel diinternet yang menurut

kami dapat mendukung penelitian ini.

Page 7: Pelat Beton Bertulang

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Beton

Beton didefinisikan “sebagai campuran antara semen portland atau semen

hidraulik yang lain, agregat halus, agregat kasar, dan air, dengan atau tanpa

bahan tambahan membentuk massa padat” (SK SNI T-15-1991-03). Sifat-sifat

dan karakteristik material penyusun beton akan mempengaruhi kinerja dari beton

yang dibuat. Pemilihan material yang memenuhi persyaratan sangat penting dalam

perencanaan beton, sehingga diperoleh kekuatan yang optimum. Selain itu

kemudahan pengerjaan (workabilitas) juga sangat dibutuhkan pada perancangan

beton. Meskipun suatu struktur beton dirancang agar mempunyai kuat tekan yang

tinggi, tetapi jika rancangan tersebut tidak dapat diimplementasikan di lapangan

karena sulit untuk dikerjakan, maka rancangan tersebut menjadi percuma.

Biasanya dipercayai bahwa beton mengering setelah pencampuran dan

peletakan. Sebenarnya, beton tidak menjadi padat karena airmenguap, tetapi

semen berhidrasi, mengelem komponen lainnya bersama dan akhirnya

membentuk material seperti-batu. Beton digunakan untuk membuat perkerasan

jalan, struktur bangunan, fondasi, jalan, jembatan penyeberangan, struktur

parkiran, dasar untuk pagar/gerbang, dan semen dalam bata atau tembok blok.

Nama lama untuk beton adalah batu cair.

Dalam perkembangannya banyak ditemukan beton baru hasil modifikasi,

seperti beton ringan, beton semprot (eng: shotcrete), beton fiber,beton

berkekuatan tinggi, beton berkekuatan sangat tinggi, beton mampat sendiri (eng:

self compacted concrete) dll. Saat ini beton merupakan bahan bangunan yang

paling banyak dipakai di dunia.

Page 8: Pelat Beton Bertulang

4

2.2 Material Penyusun Beton

Semen yang diaduk dengan air akan membentuk pasta semen. Jika pasta

semen ditambah dengan pasir akan menjadi mortar semen. Jika ditambah lagi

dengan kerikil/batu pecah disebut beton. Pada umumnya, beton mengandung

rongga udara sekitar 1% - 2%, pasta semen (semen dan air) sekitar 25% - 40%

dan agregat (agregat halus dan agregat kasar) sekitar 60% - 75%. Untuk

mendapatkan kekuatan yang baik, sifat dan karakteristik dari masing-masing

bahan penyusun tersebut perlu dipelajari.

Gambar 2.1 Material Penyusun Beton

2.3 Sifat Beton

Sebagaimana disebutkan sebelumnya, beton memiliki kuat tekan yang

tinggi namun kuat tarik yang lemah. Untuk kuat tekan, di Indonesia sering

digunakan satuan kg/cm² dengan simbol K. Misal, beton mutu K300 berarti

memiliki kuat tekan 30 MPa. Kuat hancur dari beton sangat dipengaruhi oleh

beberapa faktor :

Jenis dan kualitas semen

Jenis dan lekak lekul bidang permukaan agregat. Kenyataan menunjukkan

bahwa penggunaan agregat akan menghasilkan beton dengan kuat tekan

dan kuat tarik lebih besar daripada penggunaan kerikil halus dari sungai.

Page 9: Pelat Beton Bertulang

5

Perawatan. Kehilangan kekuatan sampai dengan sekitar 40% dapat terjadi

bila pengeringan diadakan sebelum waktunya. Perawatan adalah hal yang

sangat penting pada pekerjaan lapangan dan pada pembuatan benda uji.

Suhu. Pada umumnya kecepatan pengerasan beton bertambah dengan

bertambahnya suhu. Pada titik beku kuat tekan akan tetap rendah untuk

waktu yang lama.

Umur. Pada kekeadaan yang normal kekuatan beton bertambah dengan

umurnya.

2.4 Kelebihan Beton

Harganya relatif murah karena menggunakan bahan-bahan dasar dari

bahan lokal, kecuali semen Portland.

Beton termasuk tahan aus dan tahan kebakaran, sehingga biaya perawatan

termasuk rendah

Beton termasuk bahan yang berkekuatan tekan tinggi, serta mempunyai

sifat tahan terhadap pengkaratan/pembusukan oleh kondisi lingkungan.

Ukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan beton tak bertulang atau

pasangan batu.

Beton segar dapat dengan mudah diangkut maupun dicetak dalam bentuk

apapun dan ukuran seberapapun tergantung keinginan .

2.5 Kekurangan Beton

Kuat tarik rendah, sehingga mudah retak. Oleh karena itu perlu diberi baja

tulangan, atau tulangan kasa.

Beton segar mengerut saat pengeringan dan beton keras mengembang jika

basah sehingga dilatasi (constraction joint) perlu diadakan pada beton

yang panjang/lebar untuk memberi tempat bagi susut pengerasan dan

pengembangan beton.

Beton keras mengembang dan menyusut bila terjadi perubahan suhu

sehingga perlu dibuat dilatasi (expansion joint) untuk mencegah terjadinya

retak-retak akibat perubahan suhu.

Page 10: Pelat Beton Bertulang

6

Beton sulit untuk kedap air secara sempurna, sehingga selalu dapat

dimasuki air, dan air yang membawa kandungan garam dapat merusakkan

beton.

Bersifat getas (tidak daktail) sehingga harus dihitung dan didetail secara

seksama agar setelah dikombinasikan dengan baja tulangan menjadi

bersifat daktail, terutama pada struktur tahan gempa.

Page 11: Pelat Beton Bertulang

7

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pengenalan Pelat

3.1.1 Definisi Pelat

Pelat beton bertulang yaitu struktur tipis yang dibuat dari beton bertulang

dengan bidang yang arahnya horizontal dan beban yang bekerja tegak lurus pada

bidang struktur tersebut. Ketebalan bidang pelat ini relatif sangat kecil apabila

dibandingkan dengan bentang panjang atau lebar bidangnya. Pelat beton bertulang

ini sangat kaku dan arahnya horizontal, sehingga pada bangunan gedung pelat ini

berfungsi sebagai diafragma atau unsur pengaku horizontal yang sangat

bermanfaat untuk mendukung ketegaran balok portal.

Pelat beton bertulang banyak digunakan pada bangunan sipil baik sebagai

lantai bangunan, lantai atap dari suatu gedung, lantai jembatan maupun lantai pada

dermaga. Beban yang bekerja pada pelat umumnya diperhitungkan terhadap

beban gravitasi (beban mati dan/atau beban hidup). Beban tersebut mengakibatkan

terjadi momen lentur, oleh karena itu pelat juga direncanakan terhadap beban

lentur.

3.1.2 Tumpuan Pelat

Untuk bangunan gedung, umumnya pelat tersebut ditumpu oleh balok-

balok dengan berbagai sistem sebagai berikut:

Monolit, yaitu pelat dan balok dicor bersama-sama sehingga menjadi satu

kesatuan.

Ditumpu dinding-dinding/tembok bangunan.

Didukung oleh balok-balok baja dengan sistem komposit.

Didukung oleh kolom secara langsung tanpa balok, dikenal dengan pelat

cendawan.

Page 12: Pelat Beton Bertulang

8

Gambar 3.1 Penumpu Pelat

3.1.3 Jenis Perletakan Pelat pada Balok

Terletak bebas

Jika pelat diletakkan begitu saja diatas balok, atau antara pelat dan balok

tidak dicor bersama-sama sehingga pelat dapat berotasi bebas pada

tumpuan tersebut.

Terjepit elastis

Jika pelat dan balok dicor bersama-sama secara monolit, tetapi ukuran

balok cukup kecil shingga balok tidak cukup kuat untuk mencegah

terjadinya rotasi.

Terjepit penuh

Jika pelat dan balok dicor bersama-sama secara monolit, dan ukuran balok

cukup besar sehingga mampu untuk mencegah terjadinya rotasi pelat.

Page 13: Pelat Beton Bertulang

9

Gambar 3.2 Jenis perletakan pelat pada balok

3.2 Sistem Penulangan Pelat

3.2.1 Penulangan Pelat Satu Arah

Pelat dengan tulangan pokok satu arah ini dijumpai jika pelat beton lebih

dominan menahan beban yang berupa momen lentur pada bentang satu arah saja.

Gambar 3.3 Contoh pelat dengan penulangan satu arah

Karena momen lentur hanya bekerja pada satu arah saja, yaitu searah

dengan bentang λ, maka tulangan pokok juga dipasang satu arah yang searah

bentang λ tersebut. Untuk menjaga kedudukan tulangan pokok pada saat

Page 14: Pelat Beton Bertulang

10

pengecoran beton tidak berubah dari tempat semula, maka dipasang pula tulangan

tambahan yang arahnya tegak lurus tulangan pokok. Tulangan tambahan ini

disebut tulangan bagi.

Kedudukan tulangan pokok dan tulangan bagi selalu bersilangan tegak

lurus, tulangan pokok dipasang dekat dengan tepi luar beton. Sedangkan tulangan

bagi dipasang di bagian dalamnya dan menempel pada tulangan pokok.

3.2.2 Penulangan Pelat Dua Arah

Pelat dengan tulangan pokok dua arah ini akan dijumpai jika pelat beton

menahan beban yang berupa momen lentur pada bentang dua arah.

Gambar 3.4 Contoh pelat dengan penulangan dua arah

Karena momen lentur bekerja pada dua arah yaitu searah dengan bentang

lx dan bentang ly, maka tulangan pokok juga dipasang pada dua arah yang saling

tegak lurus (bersilangan), sehingga tidak perlu lagi tulangan bagi.

Page 15: Pelat Beton Bertulang

11

3.3 Pelat dengan Satu Tumpuan

Pelat yang ditumpu satu sisi (tumpuan jepit). Pada umumnya pelat satu

tumpuan sering disebut pelat luifel atau pelat kantilever. Pelat ini termasuk jenis

pelat satu arah, karena beban lentur hanya bekerja pada satu arah saja yang

menghasilkan momen negatif.

Karena termasuk pelat satu arah, maka harus dihitung tulangan pokok serta

tulangan bagi (tulangan susut dan suhu) dan karena momen lenturnya negatif,

maka kedua tulangan tersebut dipasang dibagian atas.

Gambar 3.5 Contoh penulangan pelat dengan satu tumpuan

3.4 Pelat dengan Dua Tumpuan Sejajar

Pelat yang ditumpu oleh dua tumpuan berpasangan, yang dapat berupa

tumpuan bebas, tumpuan jepit elastis, maupun tumpuan jepit penuh. Pelat ini

termasuk jenis pelat satu arah yang dapat menghasilkan momen positif di

lapangan atau bentang tengah dan momen negatif di ujung pelat.

Untuk daerah momen positif yaitu di daerah bentang tengah tulangan

dipasang di bawah, sedangkan untuk daerah momen negatif yaitu di daerah ujung

pelat tulangan dipasang di atas. Baik daerah momen positif maupun momen

negatif tersebut harus dipasang dua jenis tulangan, yaitu tulangan pokok dan

tulangan bagi.

Page 16: Pelat Beton Bertulang

12

Gambar 3.6 Contoh penulangan pelat dengan dua tumpuan sejajar

3.5 Pelat dengan Empat Tumpuan Saling Sejajar

Pelat dengan empat tumpuan yang saling sejajar termasuk pelat dua arah,

karena menahan momen lentur dalam dua arah yaitu arah lx dan arah ly. Beban

merata q yang bekerja di atas pelat dapat mengakibatkan lendutan pada pelat,

sehingga pelat melengkung ke bawah. Lendutan maksimal pada pelat akan terjadi

di tengah bentang, kemudian menyebar ke semua arah di antara bentang lx

maupun bentang ly dan secara berangsur-angsur lendutannya semakin kecil

menuju ke tumpuan (balok).

Gambar 3.7 Contoh pelat dengan empat tumpuan saling sejajar

Page 17: Pelat Beton Bertulang

13

Lendutan dan momen lentur yang terjadi merupakan fungsi dari beban

yang bekerja pada pelat. Semakin besar beban yang bekerja di atas pelat, semakin

besar pula lendutan maupun momen lentur yang akan ditimbulkannya.

3.6 Pelat Tangga Beton Bertulang

Tangga merupakan salah satu sarana pendukung dari dua tempat yang

berbeda level atau ketinggiannya. Pada bangunan gedung bertingkat, umumnya

tangga digunakan sebagai sarana penghubung antara lantai tingkat yang satu

dengan lantai tingkat lain, khususnya bagi pejalan kaki.

Menurut Djojowirono (1984), penentuan sudut kemiringan tangga

bergantung pada fungsi tangga yang akan dibangun, sebagai pedoman dapat

diambil ketentuan berikut:

Tangga mobil masuk garasi, sudut maksimal 12,5 atau dengan kemiringan

1 : 4,5.

Tangga diluar bangunan, sudut kemiringan 30 – 35 atau kemiringan 1 : 7,5

sampai 1 : 1,4.

Tangga perumahan dan bangunan gedung pada umumnya sudut

kemiringan 30 – 35 atau kemiringan 1 : 1,7 sampai 1 : 1,4.

Tangga dengan sudut kemiringan sama atau lebih besar dari 41, disebut

tangga curam.

3.6.1 Komponen Tangga

Badan/pelat tangga, digunakan sebagai saran lalu lintas naik turun antar

lantai.

Bordes, digunakan sebagai tempat berhenti sementara bagi pejalan yang

merasa lelah pada saat melewati tangga.

Anak tangga, digunakan sebagai tempat kaki berpijak ketika melalui

tangga.

Sandaran, digunakan sebagai pegangan agar lebih aman dapat melewati

tangga.

Page 18: Pelat Beton Bertulang

14

Gambar 3.8 Komponen-komponen tangga

3.6.2 Bentuk Tangga

Jika ruangannya luas, maka tangga dapat dibuat dengan bentuk “L”.

Jika ruanggan agak sempit dan panjang, maka tangga dapat dibuat dengan

bentuk “I”.

Jika ruangannya sempit dan tidak panjang, maka dapat dibuat tangga

putar.

Jika ruangan luas dengan pertimbangan arsitektur, maka dibuat tangga

layang.

Gambar 3.9 Bentuk tangga

Page 19: Pelat Beton Bertulang

15

3.7 Metode Pelaksanaan Pelat Lantai

3.7.1 Metode Konvensional

Seluruh struktur plat lantai dikerjakan ditempat, bekisting menggunakan

plywood dengan perancah scaffolding. Ini merupakan cara lama yang paling

banyak digunkana namun membutuhkan waktu lama serta biaya tinggi. Kondisi

ini kemudian menyebabkan banyak pekerja proyek berlomba-lomba melakukan

inovasi untuk mendapatkan hasil yang lebih baik sekaligus biaya termurah.

Gambar 3.10 Pengerjaan pelat lantai metode konvensional

Page 20: Pelat Beton Bertulang

16

3.7.2 Metode Half Slab

Disebut half slab karena separuh struktur palt lantai dikerjakan dengan

sistem precast, bagian tersebut bisa dibuat di pabrik lalu dikirim ke lokasi proyek

untuk dipasang, selanjutnya dilakukan pemasangan besi tulangan bagian atas lalu

dilakukan pengecoran separuh plat ditempat. Kelebihannya yaitu adanya

pengurangan waktu serta biaya pekerjaan bekisting. Namun, tidak semua bagian

plat gedung bisa dibuat dengan sistem half slab, contohnya area plat kantilever

baguan pinggir biasanya tetap dipasangan dengan sistem konvensional, are toilet

juga sebaiknya dibuat secara konvensional untuk menghindari kebocoran.

Gambar 3.11 Pengerjaan pelat lantai metode half slab

3.7.3 Metode Precast

Bisa dibilang bahwa ini merupakan sistem paling cepat, nmaun yang perlu

diperhatikan jika menggunkan metode ini adalah segi kekuatan alat angkat.

Misalnya kuat angkat ujung tower crane harus lebih besar dan total berat beton

Page 21: Pelat Beton Bertulang

17

precast dapat dilakukan dipabrik sejak dini lalu tinggal dikirim ke lokasi proyek

untuk dipasang.

Gambar 3.12 Pengerjaan pelat lantai metode precast

3.7.4 Metode Bondek

Tulangan bawah dihilangkan dan fungsinya digantikan oleh plat bondek

dengan begini diharapkan ada penghematan besi tulangan dan bekisting

dibawahnya. Tulangan atas bisa dibuat dalam bentuk batangan atau diganti

dengan besi wiremesh agar lebih cepat saat pemasangan.

Page 22: Pelat Beton Bertulang

18

Gambar 3.13 Pengerjaan pelat lantai metode bondek

Page 23: Pelat Beton Bertulang

19

BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Pelat beton bertulang sangat kaku dan arahnya horizontal, sehingga pada

bangunan gedung pelat ini berfungsi sebagai diafragma atau unsur pengaku

horizontal yang sangat bermanfaat untuk mendukung ketegaran balok portal

dengan memperhitungkan beban yang bekerja pada pelat terhadap beban gravitasi.

Dalam pengaplikasiannya dalam konstruksi, pelat digunakan sebagai lantai

bangunan, lantai atap sebuah gedung, lantai jembatan, lantai dermaga serta tanga.

Jenis perletakan pelat pada balok yaitu terletak bebas, terjepit elastis dan

terjepit penuh. Sistem penulangannya terbagi atas penulangan satu arah dan dua

arah. Dan berdasarkan tumpuan terdiri dari satu tumpuan, dua tumpuan saling

sejajar dan emapat tumpuan saling sejajar.

Page 24: Pelat Beton Bertulang

20

DAFTAR PUSTAKA

Asroni, Ali. (2010). Balok dan Pelat Beton Bertulang. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Serbaneka, B. (2013). Menggambar Rencana Pelat Lantai Bangunan. Diambil

pada 8 Maret 2014 dari

http://belajarserbaneka.blogspot.com/2013/11/menggambar-rencana-pelat-

lantai-bangunan.html

Vis, W.C., Kusuma, Gideon. (1993). Dasar – Dasar Perencanaan Beton

Bertulang (CUR-1). Jakarta: Erlangga (Anggota IKAPI).

Page 25: Pelat Beton Bertulang

21

LAMPIRAN

Page 26: Pelat Beton Bertulang

22

Page 27: Pelat Beton Bertulang

23

Catatan:

Untuk mengatasi kesulitan memabaca simbol-simbol dan keterangan dalan

penggambaran konstruksi.