Pelaporan Korporat 11 - Pengakuan, Pelaporan Dan Penyajian Lap Keuangan_Korporat

36
PEMBAHASAN Tujuan dan Ruang Lingkup PSAK 1: Penyajian Laporan Keuangan PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) merupakan standar yang digunakan dalam pelaporan keuangan di Indonesia. PSAK digunakan sebagai pedoman akuntan untuk membuat laporan keuangan. Sedangkan untuk penyajian laporan keuangan diatur tersendiri pada PSAK 1. PSAK 1 menetapkan dasar-dasar bagi penyajian laporan keuangan bertujuan umum (general purpose financial statements) yang selanjutnya disebut ‘laporan keuangan’ agar dapat dibandingkan baik dengan laporan keuangan periode sebelumnya maupun dengan laporan keuangan entitas lain. Pernyataan ini mengatur persyaratan bagi penyajian laporan keuangan, struktur laporan keuangan, dan persyaratan minimum isi laporan keuangan. Ruang lingkup dari PSAK 1 ini adalah penyusunan dan penyajian laporan keuangan bertujuan umum sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan. Pernyataan ini tidak berlaku bagi penyusunan dan penyajian laporan keuangan entitas syariah. Penyajian Laporan Keuangan Syariah diatur tersendiri dalam PSAK 101. Revisi PSAK 1 Tahun 2013 Penyusunan PSAK 1 mengadopsi standar-standar yang terdapat pada IAS 1 (Internatioanl Accounting Standard). Dalam perkembangannya, PSAK mengalami perubahan/penyesuaian dari waktu ke waktu sejalan dengan perubahan kebutuhan informasi ekonomi. Terkait penyusunan PSAK 1, revisi terakhir dibuat pada tahun 2013 dan akan berlaku efektif mulai tanggal 1 Januari 2015. Perubahan antara PSAK No. 1 Tahun 2013 dengan PSAK sebelumnya yaitu PSAK No. 1 Tahun 2009 didasarkan atas: Perbaikan dengan penggunaan istilah yang lebih tepat Pengaruh perkembangan PSAK lain yang belum dikeluarkan tahun 2009 Mengikuti perubahan terakhir IAS 1 Tahun 2010 yaitu pemisahaan penghasilan komprehensif lain dan penyajian informasi komparatif Sikronisasi dengan IAS terkait format Pendekatan penyajian standar dengan revisi – tidak menyajikan ulang semua standar

description

Chapter 11

Transcript of Pelaporan Korporat 11 - Pengakuan, Pelaporan Dan Penyajian Lap Keuangan_Korporat

Page 1: Pelaporan Korporat 11 - Pengakuan, Pelaporan Dan Penyajian Lap Keuangan_Korporat

PEMBAHASAN

Tujuan dan Ruang Lingkup PSAK 1: Penyajian Laporan Keuangan

PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) merupakan standar yang digunakan dalam pelaporan keuangan di Indonesia. PSAK digunakan sebagai pedoman akuntan untuk membuat laporan keuangan. Sedangkan untuk penyajian laporan keuangan diatur tersendiri pada PSAK 1.

PSAK 1 menetapkan dasar-dasar bagi penyajian laporan keuangan bertujuan umum (general purpose financial statements) yang selanjutnya disebut ‘laporan keuangan’ agar dapat dibandingkan baik dengan laporan keuangan periode sebelumnya maupun dengan laporan keuangan entitas lain. Pernyataan ini mengatur persyaratan bagi penyajian laporan keuangan, struktur laporan keuangan, dan persyaratan minimum isi laporan keuangan.

Ruang lingkup dari PSAK 1 ini adalah penyusunan dan penyajian laporan keuangan bertujuan umum sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan. Pernyataan ini tidak berlaku bagi penyusunan dan penyajian laporan keuangan entitas syariah. Penyajian Laporan Keuangan Syariah diatur tersendiri dalam PSAK 101.

Revisi PSAK 1 Tahun 2013

Penyusunan PSAK 1 mengadopsi standar-standar yang terdapat pada IAS 1 (Internatioanl Accounting Standard). Dalam perkembangannya, PSAK mengalami perubahan/penyesuaian dari waktu ke waktu sejalan dengan perubahan kebutuhan informasi ekonomi. Terkait penyusunan PSAK 1, revisi terakhir dibuat pada tahun 2013 dan akan berlaku efektif mulai tanggal 1 Januari 2015.

Perubahan antara PSAK No. 1 Tahun 2013 dengan PSAK sebelumnya yaitu PSAK No. 1 Tahun 2009 didasarkan atas:

Perbaikan dengan penggunaan istilah yang lebih tepat

Pengaruh perkembangan PSAK lain yang belum dikeluarkan tahun 2009

Mengikuti perubahan terakhir IAS 1 Tahun 2010 yaitu pemisahaan penghasilan komprehensif lain dan penyajian informasi komparatif

Sikronisasi dengan IAS terkait format

Pendekatan penyajian standar dengan revisi – tidak menyajikan ulang semua standar

Efektif berlaku 1 Januari 2015, tidak ada penerapan dini

Terdapat perbedaan IAS 1 dengan PSAK 1.

Perubahan PSAK No. 1 Tahun 2013 pada dasarnya mencakup hal-hal sebagai berikut:

Perubahan judul Laporan Pendapatan Komprehensif Lain menjadi Laporan Laba Rugi dan Penghasilan Komprehensif Lain. Perubahan judul ini mengikuti perubahan terakhir IAS 1 tahun 2010 yang memisahkan penghasilan komprehensif lain dari laporan laba rugi.

Penambahan pengaturan mengenai persyaratan penyajian dan pengungkapan informasi komparatif minimun dan informasi komparatif tambahan.

Page 2: Pelaporan Korporat 11 - Pengakuan, Pelaporan Dan Penyajian Lap Keuangan_Korporat

Penyajian laporan dalam dua bagian yaitu Laba Rugi dan Penghasilan Komprehensif Lain. Hal tersebut juga terkait dengan perubahan terakhir IAS 1 tahun 2010 yang memisahkan penghasilan komprehensif lain dari laporan laba rugi.

Pemisahan penghasilan komprehensif yang akan direklasifikasi ke laporan laba rugi periode berikutnya setelah penghentian pengakuan dengan OCI yang tidak akan direklasifikasi ke laporan laba rugi.

Pemisahan pajak pengasilan atas pos yang disajikan dalam OCI yang akan direklasifikasikan ke laporan laba rugi dan yang tidak direklasifikasi ke dalam laporan laba rugi.

Sinkronisasi dengan terbitnya PSAK lain seperti PSAK 65 Konsolidasian dan PSAK 4 Laporan Keuangan Tersendiri.

Secara umum perbedaan antara ED PSAK 1 (2013): Penyajian Laporan Keuangan dengan PSAK 1 (2009): Penyajian Laporan Keuangan adalah sebagai berikut:

Hal PSAK 1 2013 PSAK 1 2009

Judul Laporan Laporan Laba Rugi dan Penghasilan Komprehensif Lain

Laporan Laba Rugi Komprehensif

Definisi Tidak memberikan definisi: Laba Rugi, Pemilik, Penyesuaian Reklasifikasi, Total Laba Rugi Komprehensif

Memberikan definisi

Laba Rugi, Pemilik, Penyesuaian Reklasifikasi, Total Laba Rugi Komprehensif

Komponen Laporan keuangan

Laporan posisi keuangan

Laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain

Laporan perubahan ekuitas

Laporan arus kas

Catatan atas laporan keuangan

Informasi kompratif

Laporan posisi keuangan

Laporan laba rugi komprehensif

Laporan perubahan ekuitas

Laporan arus kas

Catatan atas laporan keuangan

Informasi komparatif

Menambahkan persyaratan penyajian dan pengungkapan :

Informasi komparatif minimum

Informasi komparatif tambahan

Tidak terdapat pengaturan tersebut

Penyajian penghasilan komprehensif lain

Disajikan berdasarkan kelompok:

1. Pos-pos yang akan direklasifikasi ke laba rugi

2. Pos-pos yang tidak akan direklasifikasi ke laba rugi

Disajikan dalam kelompok

Penghasilan komprehensif lain

Page 3: Pelaporan Korporat 11 - Pengakuan, Pelaporan Dan Penyajian Lap Keuangan_Korporat

Dalam PSAK 1 ini, terdapat perbedaan dengan ketentuan IFRS, dimana tidak semua ketentuan dalam IAS 1 diadopsi dalam PSAK 1. PSAK 1: Penyajian Laporan Keuangan mengadopsi IAS 1 Presentation of Financial Statements per 1 Januari 2013 kecuali:

IAS 1 paragraf 2 yang menjadi PSAK 1 paragraf 02 tentang ruang lingkup dengan penambahan kalimat yang menyatakan bahwa PSAK 1 tidak berlaku untuk entitas syariah, karena penyajian laporan keuangan syariah diatur dalam PSAK 101: Penyajian Laporan Keuangan Syariah.

IAS 1 paragraf 5 yang menjadi PSAK 1 paragraf 05 tentang ruang lingkup dengan menghilangkan kemungkinan penerapan bagi entitas sektor publik karena pelaporan keuangan entitas sektor publik diatur dalam standar akuntansi pemerintah bukan Standar Akuntansi Keuangan.

IAS 1 paragraf 7 yang menjadi PSAK 1 paragraf 07 tentang definisi Standar Akuntansi Keuangan dengan menambahkan peraturan regulator pasar modal untuk entitas yang berada di bawah pengawasannya, karena untuk sinkronisasi dengan peraturan perundang-undangan di pasar modal.

IAS 1 paragraf 10 yang menjadi PSAK 1 paragraf 11 dengan menghilangkan kalimat yang memperkenankan entitas menggunakan judul lain untuk komponen laporan keuangan, supaya menciptakan keseragaman untuk judul komponen laporan keuangan.

Tambahan di paragraf 16 tentang tanggung jawab atas laporan keuangan, karena peraturan perundang-undangan tidak mengatur pihak yang bertanggung jawab atas laporan keuangan untuk semua entitas, tetapi hanya untuk sebagian entitas.

IAS 1 paragraf 19–22 tentang penerapan penyimpangan dari suatu Standar Akuntansi Keuangan tidak diadopsi, karena tidak sesuai dengan konteks di Indonesia. Pengaturan IAS 1 paragraf 23–24 diadopsi menjadi PSAK 1 paragraf 21–22 mengenai pengungkapannya, tetapi dengan menghilangkan kalimat “but the relevant regulatory framework prohibits departure from the requirement” dalam IAS 1 paragraf 23.

IAS 1 paragraf 54(f) tentang aset biolojik tidak diadopsi, karena IAS 41 Agriculture belum diadopsi.

IAS 1 paragraf 139 yang menjadi PSAK 1 paragraf 139 tentang tanggal efektif dengan meniadakan penerapan dini, karena penerapan dini tersebut hanya akan dapat dilakukan dengan tepat jika seluruh pengaturan dalam IFRS diadopsi secara bersamaan menjadi SAK. Adopsi IFRS menjadi SAK di Indonesia dilakukan secara bertahap.

IAS 1 paragraf 139A, 139B, dan 139C tentang ketentuan transisi tidak diadopsi karena paragraf tersebut tidak relevan.

IAS 1 paragraf 140 tentang penarikan IAS 1 (2003) karena hal tersebut tidak relevan.

Definisi

Dalam pernyataan Standar ini terdapat istilah-istilah yang dijelaskan sebagai berikut:

Laporan keuangan bertujuan umum adalah laporan keuangan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pengguna laporan

Standar Akuntansi Keuangan (SAK) adalah Pernyataan dan Interpretasi yang disusun oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia.

Page 4: Pelaporan Korporat 11 - Pengakuan, Pelaporan Dan Penyajian Lap Keuangan_Korporat

Ketidakpraktisan. Penerapan suatu persyaratan dianggap tidak praktis jika entitas tidak dapat menerapkannya setelah melakukan usaha yang memadai.

Catatan atas laporan keuangan berisi informasi tambahan atas apa yang disajikan dalam laporan posisi keuangan, laporan pendapatan komprehensif, laporan laba rugi terpisah (jika disajikan), laporan perubahan ekuitas dan laporan arus kas.

Pendapatan komprehensif lain berisi pos-pos pendapatan dan beban (termasuk penyesuaian reklasifikasi) yang tidak diakui dalam laba rugi dari laporan pendapatan komprehensif sebagaimana dipersyaratkan oleh SAK lainnya.

Pemilik adalah pemegang instrumen yang diklasifikasikan sebagai ekuitas.

Laba rugi adalah total pendapatan dikurangi beban, tidak termasuk komponen-komponen pendapatan komprehensif lain.

Penyesuaian reklasifikasi adalah jumlah yang direklasifikasi ke bagian laba rugi periode berjalan yang sebelumnya diakui dalam pendapatan komprehensif lain pada periode berjalan atau periode sebelumnya.

Total laba rugi komprehensif adalah perubahan ekuitas selama satu periode yang dihasilkan dari transaksi dan peristiwa lainnya, selain perubahan yang dihasilkan dari transaksi dengan pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik.

Tujuan Laporan Keuangan

Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.

Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, laporan keuangan menyajikan informasi mengenai entitas yang meliputi:

aset;

liabilitas;

ekuitas;

pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian;

kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik;dan

arus kas.

Informasi tersebut, beserta informasi lainnya yang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan, membantu pengguna laporan dalam memprediksi arus kas masa depan dan, khususnya, dalam hal waktu dan kepastian diperolehnya kas dan setara kas.

Komponen Laporan Keuangan

Page 5: Pelaporan Korporat 11 - Pengakuan, Pelaporan Dan Penyajian Lap Keuangan_Korporat

Laporan keuangan dianggap lengkap apabila memenuhi komponen-komponen sebagai berikut:

Laporan Posisi Keuangan (Neraca)

Laporan Laba Rugi Komprehensif

Laporan Perubahan Ekuitas

Laporan Arus Kas

Catatan atas Laporan Keuangan

Laporan Posisi Keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif.

Semua komponen laporan keuangan tersebut harus disajikan oleh entitas secara lengkap dengan tingkat keutamaan yang sama. Selain keenam laporan tersebut, entitas diperbolehkan juga menyajikan laporan keuangan tambahan yang dinilai penting oleh entitas untuk disajikan. Manajemen entitas bertanggung jawab atas penyusunan dan penyajian laporan keuangan entitas tersebut.

Karakteristik Umum Laporan Keuangan

Laporan keuangan memiliki 8 (delapan) karakteristik umum, yaitu:

Penyajian secara wajar dan Kepatuhan terhadap SAK

Laporan keuangan menyajikan secara wajar posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas suatu entitas.Penyajian yang wajar mensyaratkan penyajian secara jujur dampak dari transaksi, peristiwa lain, dan kondisi sesuai dengan definisi dan kriteria pengakuan asset, liabilitas, pendapatan dan beban yang diatur dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan. Penyajian yang wajar juga mensyaratkan entitas untuk:

Memilih dan menerapkan kebijakan akuntansi sesuai PSAK 25 (revisi 2009) Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan kesalahan.

Menyajikan informasi secara relevan, andal, dapat dibandingkan dan mudah dipahami.

Memberikan pengungkapan tambahan jika kesesuaian dengan syarat khusus PSAK dinilai tidak cukup bagi pengguna laporan keuangan.

Apabila entitas tersebut telah menyusun Laporan Keuangan sesuai dan patuh pada SAK, maka entitas tersebut membuat pernyataan eksplisit dan tanpa kecuali tentang kepatuhan terhadap SAK dalam Catatan Atas Laporan Keuangan.Dalam hal kebijakan akuntansi entitas yang digunakan tidak tepat, entitas tidak dapat memperbaiki kebijakan akuntansi yang digunakan maupun mengungkapkannya dalam CaLK ataupun materi penjelasan.

Pengecualian terhadap kepatuhan entitas terhadap aturan PSAK (kasus yang jarang terjadi) dapat dibolehkan apabila dengan dipatuhinya PSAK dapat memberikan interpretasi berbeda atas laporan keuangan, dan oleh karenanya, entitas harus berusaha semaksimal mungkin untuk mengurangi pemahaman yang salah tersebut dengan mengungkapkan nama PSAK terkait, sifat ketentuan, dan alasan mengapa manajemen menyimpulkan bahwa kepatuhan terhadap ketentuan dimaksud akan memberikan pemahaman yang salah yang bertentangan dengan tujuan laporan keuangan. Selain itu, entitas juga mengungkapkan untuk masing-masing periode yang disajikan, penyesuaian terhadap

Page 6: Pelaporan Korporat 11 - Pengakuan, Pelaporan Dan Penyajian Lap Keuangan_Korporat

masing-masing pos dalam laporan keuangan yang dipandang perlu oleh manajemen untuk mencapai penyajian yang wajar. Dalam hal ini, pihak manajemen harus mempertimbangkan alasan tujuan laporan keuangan tidak tercapai dalam kondisi tersebut dan bagaimana perbedaan kondisi entitas dengan kondisi entitas lain yang mematuhi persyaratan.

Kelangsungan Usaha

Entitas menyusun laporan keuangan dengan didasarkan pada asumsi kelangsungan usaha, kecuali manajemen bertujuan untuk melikuidasi entitas atau menghentikan perdagangan, atau tidak mempunyai alternative lain yang realistis selain melakukannya.Apabila entitas menyusun laporan keuangan tidak berdasarkan asumsi kelangsungan usaha, maka entitas mengungkapkan fakta tersebut, bersama dengan dasar yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan dan alasan mengapa entitas tidak dipertimbangkan sebagai entitas yang dapat menggunakan asumsi kelangsungan usaha.

Dalam mempertimbangkan apakah dasar akrual kelangsungan usaha adalah tepat, manajemen memperhatikan semua informasi masa depan, paling sedikit (namun tidak dibatasi untuk) dua belas bulan dari akhir periode pelaporan.

Dasar Akrual

Entitas menyusun laporan keuangan atas dasar akrual, kecuali laporan arus kas.

Materialitas dan Agregasi

Entitas menyajikan secara terpisah kelompok pos sejenis yang material.Entitas menyajikan secara terpisah pos yang mempunyai sifat atau fungsi berbeda kecuali pos tersebut tidak material.Suatu pos mungkin tidak cukup material untuk disajikan terpisah dalam Laporan keuangan tetapi material untuk disajikan terpisah dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

Saling Hapus

Entitas tidak diperbolehkan melakukan saling hapus atas aset dan liabilitas atau penghasilan dan beban, kecuali disyaratkan atau diizinkan oleh suatu PSAK. Saling hapus dalam laporan laba rugi komprehensif atau laporan posisi keuangan atau dalam laporan laba rugi terpisah (jika disajikan) mengurangi kemampuan pengguna laporan keuangan baik untuk memahami transaksi, peristiwa dan kejadian lain yang telah terjadi maupun untuk menilai arus kas entitas di masa depan, kecuali jika saling hapus mencerminkan substansitransaksi atau peristiwa.

Frekuensi Pelaporan

Entitas menyajikan laporan keuangan lengkap (termasuk informasi komparatif) setidaknya secara tahunan. Jika akhir periode pelaporan entitas berubah dan laporan keuangan tahunan disajikan untuk periode yang lebih panjang atau lebih pendek daripada periode satu tahun, sebagai tambahan terhadap periode cakupan laporan keuangan, maka entitas mengungkapkan:

alasan penggunaan periode pelaporan yang lebih panjang atau lebih pendek; dan

fakta bahwa jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan tidak dapat dibandingkan secara keseluruhan

Informasi Komparatif

Informasi kuantitatif diungkapkan secara komparatif dengan periode sebelumnya untuk seluruh jumlah yang dilaporkan dalam laporan keuangan periode berjalan, kecuali dinyatakan lain oleh

Page 7: Pelaporan Korporat 11 - Pengakuan, Pelaporan Dan Penyajian Lap Keuangan_Korporat

SAK.Informasi komparatif yang bersifat naratif dan deskriptif dari laporan keuangan periode sebelumnya diungkapkan kembali jika relevan untuk pemahaman laporan keuangan periode berjalan.

Apabila entitas mengubah penyajian atau pengklasifikasian pos-pos dalam laporan keuangan, maka entitas mereklasifikasi jumlah komparatif kecuali reklasifikasi tersebut tidak praktis untuk dilakukan. Jika entitas mereklasifikasi jumlah komparatif, maka entitas mengungkapkan:

Sifat reklasifikasi;

jumlah masing-masing pos atau gabungan beberapa pos yang direklasifikasi; dan

alasan reklasifikasi

Jika reklasifikasi jumlah komparatif tidak praktis untuk dilakukan, maka entitas mengungkapkan alasan tidak mereklasifikasi jumlah tersebut, dan sifat penyesuaian yang akan dilakukan jika jumlah tersebut direklasifikasi.

Konsistensi Penyajian

Penyajian dan klasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan antar periode dilakukan secara konsisten, kecuali setelah terjadi perubahan yang signifikan terhadap sifat operasi entitas atau mengkaji ulang atas laporan keuangan, terlihat secara jelas bahwa penyajian atau pengklasifikasian yang lain akan lebih tepat untuk digunakan dengan mempertimbangkan kriteria untuk penentuan dan penerapan kebijakan akuntansi dalam PSAK 25 (Revisi 2009) tentang Kebijakan Akuntansi,Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan atau perubahan tersebut diperkenankan oleh suatu PSAK.

Struktur dan Isi Laporan Keuangan

Pernyataan ini mensyaratkan pengungkapan khusus dalam laporan posisi keuangan atau laporan laba rugi komprehensif, laporan laba rugi terpisah (jika disajikan), atau laporan perubahan ekuitas dan mensyaratkan pengungkapan dari pos-pos lain dalam laporan keuangan.Pernyataan ini terkadang menggunakan istilah “pengungkapan” dalam arti luas, meliputi pos-pos yang disajikan dalam laporan keuangan.

Identifikasi Laporan Keuangan

Entitas mengidentifikasikan laporan keuangan secara jelas dan membedakannya dari informasi lain dalam dokumen publikasi yang sama. SAK hanya berlaku untuk laporan keuangan, dan tidak untuk informasi lain yang disajikan dalam laporan tahunan, dokumen yang disampaikan kepada regulator, atau dokumen lain. Entitas mengidentifikasikan secara jelas setiap laporan keuangan dan catatan atas laporan keuangan. Disamping itu, entitas menyajikan informasi berikut ini secara jelas, dan mengulang nya jika dibutuhkan sehingga dapat dipahami :

Nama entitas pembuat laporan keuangan atau identitas lain, dan setiap perubahan informasi dari akhir periode laporan sebelumnya

Apakah merupakan laporan keuangan satu entitas atau suatu kelompok entitas

Tanggal akhir periode pelaporan atau periode yang dicakup oleh laporan keuangan atau catatan atas laporan keuangan

Mata uang pelaporan

Page 8: Pelaporan Korporat 11 - Pengakuan, Pelaporan Dan Penyajian Lap Keuangan_Korporat

Pembulatan yang digunakan dalam penyajian jumlah dalam laporan keuangan

Entitas pada umumnya menyusun laporan keuangan dengan menyajikan informasi mata uang dalam unit ribuan atau jutaan.Hal ini diperkenankan sepanjang entitas mengungkapkan tingkat pembulatan dan tidak menghilangkan informasi yang material.

Laporan Posisi Keuangan (Neraca)

Laporan posisi keuangan minimal mencakup penyajian jumlah pos-pos berikut :

Aset tetap

Properti investasi

Aset tidak berwujud

Aset keuangan

Investasi dengan menggunakan metode ekuitas

Persediaan

Piutang dagang dan piutang lainnya

Kas dan setara kas

Total aset yang diklasifikasikan sebagai aset yang dimiliki untuk dijual dan asset yang termasuk dalam kelompok lepasan yang diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual: asset tidak lancer yang dimiliki untuk dijual dan operasi yang dihentikan

Utang dagang dan terutang lain

Provisi

Liabilitas keuangan

Liabilitas dan aset untuk pajak kini

Liabilitas dan aset pajak tangguhan

Liabilitas yang termasuk dalam kelompok lepasan yang diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual

Kepentingan nonpengendali, disajikan sebagai bagian dari ekuitas

Modal saham dan cadangan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk

Entitas mempertimbangkan apakah pos-pos tambahan disajikan secara terpisah didasarkan pada penilaian dari :

Sifat dan likuiditas aset

Fungsi dari aset tersebut dalam entitas

Jumlah,sifat dan jangka waktu liabilitas

Page 9: Pelaporan Korporat 11 - Pengakuan, Pelaporan Dan Penyajian Lap Keuangan_Korporat

Pembedaan aset lancar dan tidak lancar serta liabilitas jangka pendek dan jangka panjang :

Entitas mengungkapkan jumlah yang diharapkan dapat dipulihkan atau diselesaikan setelah lebih dari dua belas bulan untuk setiap pos aset dan liabilitas yang menggabungkan jumlah yang diharapkan akan dipulihkan atau diselesaikan :

Tidak lebih dari dua belas bulan setelah periode pelaporan

Lebih dari dua belas bulan setelah periode pelaporan

Informasi mengenai tanggal perkiraan realisasi aset dan liabilitas berguna dalam penilaian likuiditas dan solvabilitas entitas. PSAK 50 (revisi 2006): Instrumen keuangan: Penyajian dan Pengungkapan mensyaratkan pengungkapan tanggal jatuh tempo aset keuangan dan liabilitas keuangan.

Aset Lancar dan Tidak lancar

Entitas mengklasifikasikan aset sebagai aset lancar, jika :

Entitas mengharapkan akan merealisasikan aset, atau bermaksud untuk menjual atau menggunakan dalam siklus operasi normal

Entitas memiliki aset untuk tujuan diperdagangkan

Entitas mengharapkan akan merealisasikan aset dalam jangka waktu dua belas bulan setelah periode pelaporan

Kas atau setara kas, kecuali aset tersebut dibatasi pertukaran atau penggunaannya untuk menyelesaikan liabilitas sekurang-kurangnya dua belas bulan setelah periode pelaporan.

Entitas mengklasifikasikan aset yang tidak termasuk kategori tersebut sebagai aset tidak lancar. Pernyataan ini menggunakan istilah “tidak lancar” , pernyataan ini tidak melarang penggunaan istilah lainnya sepanjang pengertiannya jelas.

Siklus operasi entitas merupakan jangka waktu antara perolehan aset untuk pemrosesan dan realisasinya dalam bentuk kas atau setara kas.Ketika siklus operasi normal entitas tidak dapat diidentifikasikan secara elas, maka diasumsikan selama dua belas bulan.Aset lancar mencakup aset yang dijual, dikonsumsi atau direalisasikan sebagai bagian siklus operasi normal meskipun aset tersebut tidak diharakan untuk direalisasikan dalam jangka waktu dua belas bulan setelah periode pelaporan, aset lancar juga mencakup aset yang dimiliki untuk diperdagangkan.

Liabilitas

Liabilitas merupakan kewajiban membayar kepada pihak lain yang disebabkan adanya transaksi di masa lalu. Menurut Kieso (2008) liabilitas memiliki 3 (tiga) karakteristik yaitu:

Kewajiban sekarang

Diperoleh dari kejadian di masa lalu

Penyelesaiannya menggunakan sumber daya yang dimiliki entitas.

Liabiliitas Jangka Pendek

Page 10: Pelaporan Korporat 11 - Pengakuan, Pelaporan Dan Penyajian Lap Keuangan_Korporat

Menurut PSAK 01 terdapat 4 (empat) Kriteria Liabilitas Jangka Pendek, yaitu:

Diselesaiakan dalam siklus operasi normal;

Tujuannya untuk diperdagangkan;

Jatuh tempo 12 bulan setelah periode pelaporan ; atau

Penyelesaian hutang tidak dapat ditunda sekurang-kurangnya dari 12 bulan setelah periode pelaporan.

Pengecualian terhadap kriteria tersebut antara lain:

Pengecualian untuk hutang dagang, beberapa akrual untuk biaya karyawan, dan biaya operasi lain tetap digolongkan sebagai hutang jangka pendek meskipun jatuh temponya lebih dari 12 bulan setelah periode pelaporan.

Jika Jatuh tempo kurang dari 12 bulan meskipun perjanjian awal pinjaman lebih dari 12 bulan dan terdapat perjanjian perpanjangan pembayaran setelah periode pelaporan dan sebelum tanggal penyelesaian laporan keuangan → hutang jangka pendek

Jika hutang jatuh temponya kurang dari 12 bulan lagi akan tetapi entitas menginginkan (dan memiliki diskresi) untuk memperpanjang selama min. 12 bulan setelah setelah periode pelaporan. → hutang jangka panjang

Jika Hutang jangka panjang yang harus segera dibayar diakibatkan entitas melanggar ketentuan perjanjian pinjaman jangka panjang → hutang jangka panjang

Macam-macam liabilitas jangka pendek

Hutang dagang

Hutang berjangka

Bagian hutang jangka panjang yang segera jatuh tempo

Hutang deviden

Pendapatan diterima dimuka

Hutang Pajak Penjualan dan Pajak Penghasilan

Peristiwa yang terkait liabilitas jangka pendek yang memerlukan pengungkapan sebagai peristiwa yang tidak memerlukan penyesuaian yaitu:

Pembiayaan kembali berbasis jangka panjang

Perbaikan pelanggaran perjanjian pinjaman jangka panjang

Pemberian tenggang waktu pembayaran oleh pemberi pinjaman untuk memperbaiki pelanggaran perjanjian pinjaman jangka panjang yang berakhir sekurang-kurangnya 12 bulan setelah periode pelaporan

Page 11: Pelaporan Korporat 11 - Pengakuan, Pelaporan Dan Penyajian Lap Keuangan_Korporat

Liabilitas Jangka Panjang

Menurut PSAK 01, liabilitas yang tidak termasuk dalam kategori liabilitas jangka pendek maka akan diklasifikasikan sebagai sebagai hutang jangka panjang. Hutang jangka panjang antara lain:

Hutang wesel jangka panjang

Hutang obligasi

Hutang hipotek

Ekuitas

Hal-hal yang diungkapkan dalam laporan posisi keuangan atau laporan perubahan ekuitas atau CALK :

Untuk setiap jenis saham

Jumlah saham modal dasar

Jumlah saham yang diterbitkan dan disetor penuh dan yang diterbitkan tetapi tidak disetor penuh

Nilai nominal saham

Rekonsiliasi jumlah saham yang beredar pada awal dan akhir periode

Hak, keistimewaan, dan pembatasan setiap jenis saham

Saham yang dikuasai entitas sendiri, entitas anak, atau entitas asosiasi

Saham yang dicadangkan untuk penerbitan hak opsi

Penjelasan mengenai sifat dan tujuan setiap pos cadangan dalam ekuitas

Entitas yang modalnya tidak terbagi dalam saham, seperti persekutuan atau unit perwalian, mengungkapkan informasi yang setara sesuai dengan poin a di atas, yang memperlihatkan perubahan selama suatu periode dari setiap jenis kepentingan ekuitas, serta hak, keistimewaan, dan pembatasan yang melekat pada setiap kepentingan ekuitas.

Laporan Laba Rugi Komprehensif

PSAK 1 dan IAS 1 merumuskan ketentuan yang serupa atas penyajian dalam Laporan Laba Rugi dan Komprehensif. Entitas menyajikan seluruh pos pendapatan dan beban yang diakui dalam satu periode (Paragraf 79 PSAK, 81 IAS):

dalam bentuk satu laporan laba rugi komprehensif; atau

dalam bentuk dua laporan:

laporan yang menunjukkan komponen laba rugi (laporan laba rugi terpisah) dan

laporan yang dimulai dengan laba rugi dan menunjukkan komponen pendapatan komprehensif lain (laporan pendapatan komprehensif).

Page 12: Pelaporan Korporat 11 - Pengakuan, Pelaporan Dan Penyajian Lap Keuangan_Korporat

Informasi yang disajikan dalam laporan laba rugi komprehensif sekurang-kurangnya mencakup penyajian jumlah pos-pos berikut dalam satu periode (Paragraf 80 PSAK, 82 IAS):

pendapatan;

biaya keuangan;

bagian laba rugi dari entitas asosiasi dan joint ventures yang dicatat dengan menggunakan metode ekuitas;

beban pajak;

suatu jumlah tunggal yang mencakup total dari:

laba rugi setelah pajak dari operasi yang dihentikan dan

keuntungan atau kerugian setelah pajak yang diakui dengan pengukuran nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual atau dari pelepasan aset atau kelompok yang dilepaskan dalam rangka operasi yang dihentikan;

laba rugi;

setiap komponen dari pendapatan komprehensif lain yang diklasifikasikan sesuai dengan sifat (selain jumlah dalam huruf h;

bagian pendapatan komprehensif lain dari entitas asosiasi dan joint ventures yang dicatat dengan menggunakan metode ekuitas; dan

total laba rugi komprehensif.

Selain 9 pos di atas, IAS menambahkan keuntungan dan kerugian dari pelepasan aset keuangan yang diukur dengan biaya amortisasi sebagai bagian dari pos yang disajikan.

Pos-pos di bawah ini diungkapkan dalam laporan laba rugi komprehensif sebagai alokasi laba rugi untuk periode (Paragraf 81 PSAK, 83 IAS):

laba rugi periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada:

kepentingan non-pengendali; dan

pemilik entitas induk.

total laba rugi komprehensif periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada:

kepentingan non-pengendali dan

pemilik entitas induk.

Entitas dapat menyajikan pos-pos sebagaimana dimaksud dalam paragraf 80 huruf a-f PSAK dan 82 huruf a-f IAS dan pengungkapan sebagaimana dimaksud dalam paragraf 81a PSAK dan 83a IAS (Paragraf 82 PSAK, 84 IAS). Entitas menyajikan pos-pos tambahan, judul, dan sub jumlah lain dalam laporan laba rugi komprehensif dan laporan laba rugi terpisah (jika disajikan), jika penyajian tersebut relevan untuk pemahaman kinerja keuangan entitas (Paragraf 83 PSAK, 85 IAS). Karena dampak dari berbagai kegiatan, transaksi, dan peristiwa lain entitas berbeda dalam frekuensi, potensi keuntungan atau kerugian dan kemampuan untuk dapat diprediksi, maka pengungkapan unsur-unsur kinerja keuangan membantu pengguna laporan keuangan dalam memahami kinerja keuangan yang dicapai dan dalam membuat proyeksi kinerja keuangan yang dicapai dan dalam membuat proyeksi kinerja

Page 13: Pelaporan Korporat 11 - Pengakuan, Pelaporan Dan Penyajian Lap Keuangan_Korporat

keuangan masa depan. Entitas memasukkan pos-pos tambahan dalam laporan laba rugi komprehensif dan laporan laba rugi terpisah (jika disajikan), perubahan istilah yang dipakai dan perubahan urutan dari pos-pos jika hal ini diperlukan untuk menjelaskan elemen kinerja keuangan. Entitas mempertimbangkan faktor-faktor termasuk materialitas, sifat, dan fungsi dari berbagai komponen pendapatan dan beban. Misalnya, suatu institusi keuangan dapat mengubah istilah untuk memberikan informasi yang relevan dengan operasinya. Entitas tidak diperkenankan melakukan saling hapus pendapatan dan beban kecuali memenuhi kriteria paragraf 30 (Paragraf 84 PSAK, 86 IAS). Entitas tidak diperkenankan untuk menyajikan pos-pos pendapatan dan beban sebagai pos luar biasa dalam laporan laba rugi komprehensif, laporan laba rugi terpisah (jika disajikan), atau dalam catatan atas laporan keuangan (Paragraf 85 PSAK, 87 IAS).

Entitas mengakui seluruh pos pendapatan dan beban pada suatu periode dalam laba rugi kecuali suatu PSAK mensyaratkan atau memperkenankan lain (Paragraf 86 PSAK, 88 IAS). Beberapa SAK menentukan kondisi-kondisi kapan entitas mengakui pos-pos tertentu di luar laba rugi dalam periode berjalan. PSAK 25 menentukan dua kondisi tersebut, yaitu koreksi kesalahan dan dampak perubahan kebijakan akuntansi. SAK lainnya mensyaratkan atau memperkenankan suatu komponen pendapatan komprehensif lain yang memenuhi defenisi pendapatan dan beban dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan dikeluarkan dari laba rugi (Paragraf 87 PSAK, 89 IAS).

Entitas mengungkapkan jumlah pajak penghasilan terkait dengan setiap komponen dari pendapatan komprehensif lain, termasuk penyesuaian reklasifikasi, baik dalam laporan pendapatan komprehensif atau catatan atas laporan keuangan (Paragraf 88 PSAK, 90 IAS). Entitas dapat menyajikan komponen pendapatan komprehensif lain (Paragraf 89 PSAK, 91 IAS):

jumlah neto dari dampak pajak terkait, atau

jumlah sebelum dampak pajak terkait disertai dengan total pajak penghasilan yang terkait dengan komponen tersebut.

Entitas mengungkapkan penyesuaian reklasifikasi yang terkait dengan komponen pendapatan komprehensif lain (Paragraf 90 PSAK, 92 IAS). SAK lainnya menjelaskan bagaimana dan kapan jumlah yang sebelumnya diakui dalam pendapatan komprehensif lain direklasifikasi ke laba rugi. Reklasifikasi yang dimaksud pada pernyataan ini adalah penyesuaian reklasifikasi. Penyesuaian reklasifikasi dimasukkan dengan komponen pendapatan komprehensif lain yang terkait pada periode dimana penyesuaian direklasifikasi ke laba rugi. Misalnya, keuntungan yang direalisasi dari pelepasan aset keuangan yang dikategorikan sebagai “tersedia untuk dijual” dimasukkan dalam laba rugi periode berjalan. Jumlah tersebut mungkin telah diakui dalam pendapatan komprehensif lain sebagai keuntungan yang belum direalisasi pada periode berjalan atau periode sebelumnya. Keuntungan yang belum direalisasi tersebut dikurangkan dari pendapatan komprehensif lain pada periode ketika keuntungan yang telah direalisasi direklasifikasi ke laba rugi untuk menghindari memasukkan keuntungan yang belum direalisasi tersebut dua kali dalam total laba rugi komprehensif. Entitas dapat menyajikan penyesuaian reklasifikasi di dalam laporan pendapatan komprehensif atau catatan atas laporan keuangan. Entitas yang menyajikan penyesuaian reklasifikasi pada catatan atas laporan keuangan menyajikan komponen pendapatan komprehensif lain setelah penyesuaian reklasifikasi tersebut. Penyesuaian reklasifikasi terjadi dalam hal:

pelepasan kegiatan usaha luar negeri;

Page 14: Pelaporan Korporat 11 - Pengakuan, Pelaporan Dan Penyajian Lap Keuangan_Korporat

penghentian pengakuan aset keuangan “tersedia untuk dijual”;

lindung nilai atas prakiraan transaksi menimbulkan laba atau rugi.

Penyesuaian ini tidak dilakukan terhadap:

perubahan surplus revaluasi yang diakui berdasarkan psak 16 (revisi 2007) atau 19;

keuntungan dan kerugian aktuarial yang diakui dalam program dana pensiun manfaat pasti yang diakui berdasarkan paragraf 93a dari psak 24 (komponen tersebut diakui dalam pendapatan komprehensif lain dan tidak direklasifikasikan ke laba rugi periode berikutnya).

Ketika pos pendapatan dan beban bernilai material, entitas harus mengungkapkan sifat dan jumlahnya secara terpisah (Paragraf 95 PSAK, 97 IAS). Pengungkapan terpisah tersebut disebabkan oleh keadaan (Paragraf 96 PSAK, 98 IAS):

penurunan nilai persediaan menjadi nilai realisasi neto atau penurunan nilai aset tetap menjadi jumlah yang dapat dipulihkan kembali sebagaimana pemulihan atas penurunan tersebut;

restrukturisasi atas aktivitas-aktivitas suatu entitas dan setiap liabilitas diestimasi atas biaya restrukturisasi;

pelepasan aset tetap;

pelepasan investasi;

operasi yang dihentikan;

penyelesaian litigasi;

pembalikan liabilitas diestimasi lain.

Entitas menyajikan analisis beban yang diakui dalam laba rugi dengan menggunakan klasifikasi berdasarkan sifat atau fungsinya dalam entitas, manapun yang dapat menyediakan informasi yang andal dan lebih relevan (Paragraf 97 PSAK, 99 IAS). Entitas dianjurkan untuk menyajikan analisis pada paragraf 97 pada laporan laba rugi komprehensif atau jika disajikan, pada laporan laba rugi terpisah (Paragraf 98 PSAK, 100 IAS). Beban disubklasifikasikan menjadi komponen utama dari kinerja keuangan yang dapat berbeda dalam frekuensi, potensi keuntungan atau kerugian, dan kemampuan untuk dapat memprediksi. Analisis ini diberikan dalam bentuk (Paragraf 99-102 PSAK, 101-104 IAS):

Metode sifat beban

Entitas menggabungkan beban dalam laba rugi berdasarkan sifat, seperti penyusutan, pembelian bahan baku, biaya transportasi, imbalan kerja, dan biaya iklan) dan tidak merealokasikan menurut berbagai fungsi dalam entitas. Metode ini mudah diterapkan karena tidak memerlukan adanya alokasi beban menurut klasifikasi fungsional.

Metode fungsi beban (biaya penjualan)

Metode fungsi beban mengklasifikasikan beban berdasarkan fungsinya sebagai bagian dari biaya penjualan atau biaya aktivitas distribusi (administratif). Berdasarkan metode ini, entitas sekurang-kurangnya mengungkapkan biaya penjualan secara terpisah dari beban-beban lainnya. Metode ini dapat memberikan informasi yang lebih relevan kepada pengguna laporan keuangan dibandingkan dengan metode sifat beban. Namun, pengalokasikan biaya berdasarkan fungsi mungkin

Page 15: Pelaporan Korporat 11 - Pengakuan, Pelaporan Dan Penyajian Lap Keuangan_Korporat

membutuhkan alokasi secara arbiter dan pertimbangan yang matang. Entitas yang mengklasifikasikan beban berdasarkan fungsi mengungkapkan informasi tambahan tentang sifat beban, termasuk beban penyusutan, amortisasi, dan beban imbalan kerja.

Pemilihan metode analisis (fungsi dan sifat) bergantung kepada faktor historis, industri, dan sifat entitas. Kedua metode tersebut memberikan indikasi tentang biaya-biaya yang mungkin berbeda (baik langsung maupun tidak langsung) dengan tingkat penjualan produk atau produksi entitas. Karena setiap metode penyajian memiliki manfaat untuk jenis entitas yang berbeda, pernyataan ini mensyaratkan manajemen untuk memilih penyajian yang andal dan lebih relevan. Namun, karena informasi atas sifat beban bermanfaat dalam memprediksi arus kas masa depan, maka pengungkapan tambahan diperlukan ketika metode fungsi beban digunakan (Paragraf 103 PSAK, 105 IAS).

Laporan Perubahan Ekuitas

Menyajikan laporan perubahan ekuitas yang menunjukkan:

Total Laba Rugi Komprehensif selama suatu periode, yang menunjukan secara terpisah total jumlah yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk dan kepada kepentingan nonpengendali;

Untuk tiap komponen ekuitas, pengaruh penerapan retrospektif atau penyajian kembali secara retrospektif yang diakui sesuai dengan PSAK 25 :Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan.

Untuk Setiap komponen ekuitas, rekonsiliasi antara jumlah tercatat pada awal dan akhir periode, secara terpisah mengungkapkan masing-masing perubahan yang timbul dari:

Laba Rugi;

Masing-masing pos pendapatan komprehensif lain; dan

Transaksi dengan pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik, yang menunjukkan secara terpisah kontribusi dari pemilik dan distribusi kepada pemilik dan perubahan hak kepemilikan pada entitas anak yang tidak menyebabkan hilang pengendalian.

Entitas menyajikan jumlah dividen yang diakui sebagai distribusi kepada pemilik selama periode dan nilai dividen persaham pada laporan perubahan ekuitas atau catatan atas laporan keuangan.

Perubahan ekuitas selama satu periode mencerminkan naik turunnya aset neto entitas selama periode tersebut. Kecuali untuk perubahan:

Transaksi dengan pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik dan instrumen biaya langsungnya

Perubahan keselurhan atas ekuitas selama periode yang menggambarkan jumlah total penghasilan dan beban yang diakibatkan oleh aktivitas entitas selama periode tersebut

Laporan Arus Kas

Laporan Arus Kas memberikan dasar bagi pengguna laporan keuangan untuk menilai kemampuan entitas dalam menghasilkan kas dan setara kas dan kebutuhan entitas dalam menggunakan arus kas tersebut.

Page 16: Pelaporan Korporat 11 - Pengakuan, Pelaporan Dan Penyajian Lap Keuangan_Korporat

Catatan Atas Laporan Keuangan

Catatan atas laporan keuangan. Catatan atas laporan keuangan berisi informasi tambahan atas apa yang disajikan dalam laporan posisi keuangan, laporan laba rugi komprehensif laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain, laporan laba rugi terpisah (jika disajikan), laporan perubahan ekuitas dan laporan arus kas. Catatan atas laporan keuangan memberikan penjelasan naratif dari pos-pos yang disajikan dalam laporan keuangan tersebut dan informasi mengenai pos-pos yang tidak memenuhi kriteria pengakuan dalam laporan keuangan tersebut(Revisi 2013) .

Stuktur

Catatan atas laporan keuangan berisi:

menyajikan informasi tentang dasar penyusun laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang digunakan

mengungkapkan informasi yang disyaratkan oleh SAK yang tidak disajikan dibagian manapun dalam laporan keuangan

memberikan informasi yang tidak disajikan dibgaian manapun dalam laporan keuangan, tetapi informasi tersebut relevan untuk memahami laporan keuangan

Catatan atas laporan keuangan mempunyai urutan sebagai berikut:

Pernyataan atas kepatuhan terhadap SAK

ringkasan kebijakan akuntansi signifikan yang diterapkan

informasi tambahan untuk pos-pos yang disajikan dalam laporan perubahan posisi keuangan dan laporan laba rugi terpisah (jika disajikan), laporan perubahan ekuitas dan laporan arus kas, sesuai dengan urutan penyajian laporan dan penyajian masing-masing pos

pengungkapan lainnya, termasuk:

liabilitas kontinjensi dan komitmen kontraktual yang belum diakui

pengungkapan informasi nonkeuangan, misalnya tujuan dan kebijakan manajemen risiko keuangan

Entitas dapat menyajikan catatan atas laporan keuangan yang memberikan informasi tentang dasar penyusuan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi tertentu sebagai bagian yang terpisah dalam laporan keuangan.

Pengungkapan kebijakan akuntansi

Entitas mengungkapkan dalam ringkasan kebijakan akuntansi signifikan:

dasar pengukuran yang digunakan dalam menyusun laporan keuangan

kebijakan akuntansi lain yang diterapkan yang relevan untuk memahami laporan keuangan

Menuangkan dasar pengukuran yang digunakan dalam laporan keuangan adalah hal yang penting, karena dasar tersebut mempengaruhi analisis pengguna secara signifikan.

Entitas mengungkapkan kedalam ringkasan kebijakan akuntansi signifikan atau catatan atas laporan keuangan lain yang telah dibuat manajemen dalam proses penerapan kebijakan akuntansi dan memiliki dampak yang paling signifikan terhadap jumlah yang diakui dalam laporan keuangan.

Page 17: Pelaporan Korporat 11 - Pengakuan, Pelaporan Dan Penyajian Lap Keuangan_Korporat

Manajemen membuat beberapa pertimbangan yang secara signifikan dapat mempengaruhi jumlah yang diakui dalam laporan keuangan, misalnya:

apakah aset keuangan merupakan investasi yang dikategorikan sebagai "dimiliki hingga jatuh tempo"

kapan secara subtansial seluruh risiko dan manfaat yang signifikan dari kepemilikan aset keuangan dan aset sewa dialihkan kepada entitas lain;

apakah secara substansial penjualan produk tertentu merupakan perjanjian pembiayaan dan dengan demikian tidak meningkatkan pendapatan;

apakah subtansi hubungan antara entitas dan entitas bertujuan khusus menunjukkan bahwa entitas tersebut mengendalikan entitas bertujuan khusus.

Sumber estimasi ketidakpastian

Entitas mengungkapkan informasi tentang asumsi yang dibuat mengenai masa depan, dan sumber utama dari estimasi ketidakpastian lainnya pada akhir periode pelaporan, yang memiliki risiko signifikan yang mengakibatkan penyesuaian material terhadap jumlah tercatat aset dan laibilitas dalam periode pelaporan berikutnya. Berkaitan dengan aset dan laibilitas tersebut, catatan atas laporan keuangan memasukkan rincian atas: 1) sifat dan 2) jumlah tercatat pada akhir periode pelaporan.

Penetapan jumlah tercatat dari beberapa aset dan liabilitas mensyaratkan estimasi pengaruh ketidakpastian atas peristiwa masa depan terhadap aset dan liabilitas tersebut pada akhir pelaporan. misalnya, dalam hal tidak tersedianya harga pasar kini yang diobservasi, maka:

estimasi berorientasi masa depan diperlukan untuk mengukur jumlah terpulihkan atas kelompok aset tetap,

dampak keusangan teknologi atas persediaan, provisi yang bergantung pada hasil masa depan dari proses litigasi yang masih berjalan, dan

liabilitas imbalan kerja jangka panjang seperti kewajiban pensiun.

Estimasi tersebut memasukkan asumsi tentang penyesuaian risiko atas arus kas dan tingkat diskonto, peubahan gaji di masa depan, dan perubahan harga dimasa depan yang mempengaruhi biaya lain.

Asumsi dan sumber estimasi ketidakpastian lainnya membutuhkan pertimbangan manajemen yang paling sulit, subjektif atau kompleks, sehingga potensi dilakukannya penyesuaian material terhadap jumlah tercatat aset dan liabilitas semakin meningkat.

Tidak disyaratkan bagi aset dan liabilitas dengan risiko signifikan bahwa jumlah tercatat aset dan liabilitas tersebut dapat berubah secara material selama periode tahun berikutnya, dan perubahan tersebut tidak berasal dari asumsi atau sumber estimasi ketidakpastian lain pada akhir periode pelaporan.

Entitas menyajikan pengungkapan tersebut dalam suatu cara yang dapat membantu pengguna laporan keuangan untuk memahami yang telah dibuat manajemen tentang masa depan dan tentang sumber estimasi ketidakpastian lain, sifat dan luasnya informasi yang diberikan bervariasi sesuai dengan sifat asumsi dan kondisi lainnya. contoh pengungkapan yang dibuat adalah sebagai berikut:

Page 18: Pelaporan Korporat 11 - Pengakuan, Pelaporan Dan Penyajian Lap Keuangan_Korporat

Sifat asumsi atau estimasi ketidakpastian lain;

sensitivitas jumlah tercatat terhadap metode, asumsi dan estimasi yang mendasari penghitungan jumlah tercatat tersebut, termasuk alasan atas sensitivitas tersebut;

penyelesaian yang diharapkan atas ketidakpastian dan kisaran hasil yang mungkin selama periode pelaporan berikutnya atas jumlah tercatat aset dan liabilitas yang terpengaruh; dan

penjelasan tentang perubahan yang dilakukan terhadap asumsi sebelumnya yuang terkait dengan aset dan liabilitas tersebut, jika ketidakpastian tetap belum dapat diselesaikan.

pernyataan ini tidak mensyaratkan entitas untuk mengungkapkan informasi anggaran atau prakiraan dalam membuat pengungkapan tersebut. Pengungkapan mengenai pertimbangan tertentu yang dibuat oleh manajemen dalam rangka menerapkan kebijakan akuntansi tidak terkait dengan pengungkapan sumber estimasi ketidakpastian.

Modal

Entitas mengungkapkan informasi yang memungkinkan pengguna laporan keuangan untuk mengevaluasi tujuan, kebijakan, dan proses entitas dalam mengelola permodalannya.Entitas mengungkapkan hal-hal sebagai berikut:

informasi kuantitatif tentang tujuan, kebijakan, dan proses entitas dalam mengelola permodalannya, termasuk:

uraian tentang apa yang dikelola sebagai modal;

ketika entitas diharuskan untuk memenuhi persyarata permodalan eksternal, sifat persyaratan dan bagaimana persyaratan tersebut diimplementasikan dalam pengelolaan permodalaan; dan

bagaimana entitas memenuhi tujuannya dalam mengelola permodalan.

ringkasan data kuantitatif mengenai apa yang dikelola sebagai modal. beberapa entitas menganggap liablitas keuangan sebagian dari modal dan entitas lain menganggap modal tidak termasuk beberapa komponen ekuitas.

setiap perubahan 2 (dua) poin diatas dari periode sebelumnya.

apakah selama periode entitas mematuhi setiap persyaratan permodalan eksternal.

ketika entintas tidak mematuhi persyaratan permodalan eksternal tersebut, konsekuensi dari ketidakpatuhan harus dituangkan.

Entitas mendasarkan pengungkapan tersebut dari informasi yang diberikan secara internal kepada personal manajemen kunci.Entitas dapat mengelola modal dalam beberapa cara dan dapat bergantung pada persyaratan permodalan yang berbeda. misalnya, entitas konglomerasi mungkin mencakup entitas yang melakukan kegiatan asuransi dan perbankan dan aktivitas tersebut mungkin melakukan kegiatan operasi dibeberapa juridiksi. Ketika pengungkapan keseluruhan atas persyaratan modal dan bagaimana modal dikelola tidak memberikan informasi yang berguna atau dapat mengacaukan pemahaman pengguna laporan keuangan atas sumber permodalan entitas, maka entitas mengungkapkan informasi terpisah untuk setiap persyaratan modal yang berlaku bagi entitas.

Page 19: Pelaporan Korporat 11 - Pengakuan, Pelaporan Dan Penyajian Lap Keuangan_Korporat

Pengungkapan lain

Entitas mengungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan:

jumlah dividen yang diusulkan atau diumumkan sebelum tanggal penyelesaian laporan keuangan tetapi tidak diakui sebagai distribusi kepada pemilik selama periode serta jumlah dividen pe lembar saham

jumlah dividen preferen kumulatif yang tidak diakui

Entitas mengungkapkan hal-hal berikut ini, jika tidak diungkapkan di bagian manapun dalam informasi yang dipublikasikan bersama dengan laporan keuangan:

domisili dan bentuk hukum, negarea tempat pendirian, alamat kantor pusat entitas (atau lokasi utama kegiatan usaha, jika berbeda dari lokasi kantor)

keterangan mengenai sifat operasi dan kegiatan utama

nama entitas induk dan nama entitas induk terakhir dalam kelompok usaha

bagi entitas yang mempunyai batasan umur, informasi tentang lama umur entitas

Informasi Komparatif

Informasi Komparatif Minimum

Informasi kuantitatif diungkapkan secara komparatif dengan periode sebelumnya untuk seluruh jumlah yang dilaporkan dalam laporan keuangan periode berjalan, kecuali dinyatakan lain oleh PSAK/ISAK. Informasi komparatif yang bersifat naratif dan deskriptif dari laporan keuangan periode sebelumnya diungkapkan kembali jika relevan untuk pemahaman laporan keuangan periode berjalan.

Entitas menyajikan, minimal, dua laporan posisi keuangan, dua laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain, dua laporan laba rugi terpisah (jika disajikan), dua laporan arus kas dan dua laporan perubahan ekuitas, serta catatan atas laporan keuangan yang berhubungan.

Dalam beberapa kasus, informasi naratif yang disajikan dalam laporan keuangan untuk periode sebelumnya masih tetap relevan pada periode berjalan. Misalnya, entitas mengungkapkan dalam periode berjalan rincian tentang sengketa hukum yang dihadapi, namun hasil akhirnya belum diketahui secara pasti pada akhir periode sebelumnya dan masih dalam proses penyelesaian. Pengguna laporan keuangan memperoleh manfaat atas pengungkapan informasi adanya ketidakpastian pada akhir periode pelaporan sebelumnya dan dari pengungkapan informasi tentang langkah-langkah yang telah dilakukan selama periode berjalan untuk mengatasi ketidakpastian tersebut.

Tambahan Informasi Komparatif

Entitas dapat menyajikan informasi komparatif sebagai tambahan atas laporan keuangan komparatif minimum yang disyaratkan PSAK/ISAK, sepanjang informasi tersebut disusun sesuai dengan PSAK/ISAK. Informasi komparatif ini dapat berisi terdiri satu atau lebih laporan keuangan, namun tidak terdiri dari laporan keuangan lengkap. Ketika hal ini terjadi, entitas menyajikan catatan informasi yang berhubungan dengan laporan tambahan tersebut.

Page 20: Pelaporan Korporat 11 - Pengakuan, Pelaporan Dan Penyajian Lap Keuangan_Korporat

Misalnya, entitas dapat menyajikan tiga laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain (sehingga menyajikan periode berjalan, periode sebelumnya, dan satu periode komparatif tambahan). Namun demikian, entitas tidak disyaratkan untuk menyajikan tiga laporan posisi keuangan, tiga laporan arus kas, atau tiga laporan perubahan ekuitas (yaitu laporan keuangan komparatif tambahan). Entitas disyaratkan menyajikan, dalam catatan atas laporan keuangan, informasi komparatif yang terkait dengan laporan tambahan atas laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain.

Entitas menyajikan tiga laporan posisi keuangan seperti pada awal periode sebelumnya sebagai tambahan atas laporan keuangan komparatif minimum yang diwajibsyaratkan dalam paragraf 36A jika:

(a) entitas menerapkan kebijakan akuntansi secara retrospektif, membuat penyajian kembali retrospektif atas pos-pos dalam laporan keuangan atau reklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan; dan

(b) penerapan retrospektif, penyajian kembali retropsektif atau reklasifikasi memiliki dampak material atas informasi dalam laporan posisi keuangan pada awal periode sebelumnya.

Dalam kondisi yang digambarkan dalam paragraf 38A, entitas menyajikan tiga laporan posisi keuangan pada:

(a) akhir periode berjalan;

(b)akhir periode sebelumnya; dan

(c) awal periode

Contoh Kasus :

Kasus Manipulasi Laporan Keuangan PT Kimia Farma

Page 21: Pelaporan Korporat 11 - Pengakuan, Pelaporan Dan Penyajian Lap Keuangan_Korporat

KronologisPT Kimia Farma adalah salah satu produsen obat-obatan milik pemerintah di Indonesiapemerintah di Indonesia. Pada audit tanggal 31 Desember 2001, manajemen Kimia Farma melaporkan adanya laba bersih sebesar Rp 132 milyar, dan laporan tersebut di audit oleh Hans Tuanakotta dan Mustofa (HTM). Akan tetapi, Kementerian BUMN dan Bapepam menilai bahwa laba bersih tersebut terlalu besar dan mengandung unsur rekayasa. Setelah dilakukan audit ulang, pada 3 Oktober 2002 laporan keuangan Kimia Farma 2001 disajikan kembali (restated), karena telah ditemukan kesalahan yang cukup mendasar. Pada laporan keuangan yang baru, keuntungan yang disajikan hanya sebesar Rp 99,56 miliar, atau lebih rendah sebesar Rp 32,6 milyar, atau 24,7% dari laba awal yang dilaporkan. Kesalahan itu timbul pada unit Industri Bahan Baku yaitu kesalahan berupa overstated penjualan sebesar Rp 2,7 miliar, pada unit Logistik Sentral berupa overstated persediaan barang sebesar Rp 23,9 miliar, pada unit Pedagang Besar Farmasi berupa overstated persediaan sebesar Rp 8,1 miliar dan overstated penjualan sebesar Rp 10,7 miliar.

Kesalahan penyajian yang berkaitan dengan persediaan timbul karena nilai yang ada dalam daftar harga persediaan digelembungkan. PT Kimia Farma, melalui direktur produksinya, menerbitkan dua buah daftar harga persediaan (master prices) pada tanggal 1 dan 3 Februari 2002. Daftar harga per 3 Februari ini telah digelembungkan nilainya dan dijadikan dasar penilaian persediaan pada unit distribusi Kimia Farma per 31 Desember 2001. Sedangkan kesalahan penyajian berkaitan dengan penjualan adalah dengan dilakukannya pencatatan ganda atas penjualan. Pencatatan ganda tersebut dilakukan pada unit-unit yang tidak disampling oleh akuntan, sehingga tidak berhasil dideteksi. Berdasarkan penyelidikan Bapepam, disebutkan bahwa KAP yang mengaudit laporan keuangan PT Kimia Farma telah mengikuti standar audit yang berlaku, namun gagal mendeteksi kecurangan tersebut.

Pihak Bapepam selaku pengawas pasar modal mengungkapkan tentang kasusPT.Kimia FarmaDalam rangka restrukturisasi PT.Kimia Farma Tbk, Ludovicus Sensi W selaku partner dari KAP Hans Tuanakotta dan Mustofa yang diberikan tugas untuk mengaudit laporan keuangan PT.Kimia Farma untuk masa lima bulan yang berakhir 31 Mei 2002, tidak menemukan dan melaporkan adanya kesalahan dalam penilaian persediaan barang dan jasa dan kesalahan pencatatan penjualan untuk tahun yang berakhir per 31 Desember 2001. Selanjutnya diikuti dengan pemberitaan dalam harian Kontan yang menyatakan bahwa kementrian BUMN memutuskan penghentian proses divestasi saham milik pemerintah di PT.Kimia Farma setelah melihat adanya indikasi penggelembungan keuntungan dalam laporan keuangan pada semester I tahun 2002.

Berdasarkan hasil pemeriksaan Bapepam diperoleh bukti sebagai berikut :

Terdapat kesalahan penyajian dalam laporan keuangan PT.Kimia Farma, adapun dampak kesalahan tersebut mengakibatkan overstated laba pada laba bersih untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2001 sebesar Rp.32,7 milyar yang merupakan 2,3% dari penjualan dan 24,7% dari laba bersih PT.Kimia Farma Tbk.Selain itu kesalahan juga terdapat pada

Unit industri bahan baku, kesalahan berupa overstated pada penjualan sebesar Rp.2,7 milyar. Unit logistik sentral, kesalahan berupa overstated pada persediaan barang sebesar Rp.23,9 miliar.

Unit pedagang besar farmasi (PBF), kesalahan berupa overstated pada persediaan barang sebesar Rp.8,1 milyar. Kesalahan berupa overstated pada penjualan sebesarRp.10,7 milyar. Kesalahan-kesalahan penyajian tersebut dilakukan oleh direksi periode 1998 – juni 2002 dengan cara :

Page 22: Pelaporan Korporat 11 - Pengakuan, Pelaporan Dan Penyajian Lap Keuangan_Korporat

Membuat dua daftar harga persediaan yang berbeda masing-masing diterbitkan pada tanggal 1 Februari 2002 dan 3 Februari 2002, dimana keduanya merupakan master price yang telah diotorisasi oleh pihak yang berwenang yaitu Direktur Produksi PT.Kimia Farma. Master price per 3 Februari 2002 merupakan master price yang telah disesuaikan nilainya (mark up) dan dijadikan dasar sebagai penentuan nilai persediaan pada unit distribusi PT.Kimia Farma per 31 Desember 2001.Melakukan pencatatan ganda atas penjualan pada unit PBF dan unit bahan baku. Pencatatan ganda dilakukan pada unit-unit yang tidak disampling oleh akuntan.

Berdasarkan uraian tersebut tindakan yang dilakukan oleh PT.Kimia Farma terbukti melanggar peraturan Bapepam no. VIII.G.7 tentang pedoman penyajian laporan keuangan. poin 2, Perubahan Akuntansi dan Kesalahan Mendasar poin 3 Kesalahan Mendasar, sebagai berikut:

“Kesalahan mendasar mungkin timbul dari kesalahan perhitungan matematis, kesalahan dalam penerapan kebijakan akuntansi, kesalahan interpretasi fakta dan kecurangan atau kelalaian.”

Pihak-Pihak yang terlibat

Ø manajemen lama PT Kimia Farma Tbk

Ø akuntan publik Hans Tuanakota Mustofa (HTM)

Ø Ludovicus Sensi W rekan KAP Hans Tuanakota Mustofa (HTM) selaku auditorPT.Kimia Farma.

Ø Direksi lama PT.Kimia Farma periode 1998 – juni 2002

Sehubungan dengan temuan tersebut, maka sesuai dengan pasal 102 UU nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal. Pasal 61 PP no.45 tahun 1995 tentang penyelenggaraan kegiatan bidang pasar modal maka PT.Kimia Farma Tbk, dikenakan sanksi administratif berupa denda yaitu sebesar Rp.500 juta.Sesuai Pasal 5 huruf n Undang-Undang No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, maka:

1. Direksi Lama PT Kimia Farma (Persero) Tbk. periode 1998 – Juni 2002 diwajibkan membayar sejumlah Rp 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah) untuk disetor ke Kas Negara, karena melakukan kegiatan praktek penggelembungan atas laporan keuangan per 31 Desember 2001.

2. Sdr. Ludovicus Sensi W, Rekan KAP Hans Tuanakotta dan Mustofa selaku auditor PT Kimia Farma (Persero) Tbk. diwajibkan membayar sejumlah Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah) untuk disetor ke Kas Negara, karena atas risiko audit yang tidak berhasil mendeteksi adanya penggelembungan laba yang dilakukan oleh PT Kimia Farma (Persero) Tbk. tersebut, meskipun telah melakukan prosedur audit sesuai dengan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), dan tidak diketemukan adanya unsur kesengajaan. Tetapi, KAP HTM tetap diwajibkan membayar denda karena dianggap telah gagal menerapkan Persyaratan Profesional yang disyaratkan di SPAP SA Seksi 110 – Tanggung Jawab & Fungsi Auditor Independen, paragraf 04 Persyaratan Profesional, dimana disebutkan bahwa persyaratan profesional yang dituntut dari auditor independen adalah orang yang memiliki pendidikan dan pengalaman berpraktik sebagai auditor independen.

Terjadinya penyalah sajian laporan keuangan yang merupakan indikasi dari tindakan tidak sehat yang dilakukan oleh manajemen PT. Kimia Farma, yang ternyata tidak dapat terdeteksi oleh akuntan publik yang mengaudit laporan keuangan pada periode tersebut.

Solusi Terkait Manipulasi Laporan Keuangan PT Kimia FarmaBerdasarkan kronologis yang telah kami baca, seharusnya akuntan publik bertindak secara

Page 23: Pelaporan Korporat 11 - Pengakuan, Pelaporan Dan Penyajian Lap Keuangan_Korporat

independen karena mereka adalah pihak yang bertugas memeriksa dan melaporkan adanya ketidakwajaran dalam pencatatan laporan keuangan. Dalam UU Pasar Modal 1995 disebutkan apabila di temukan adanya kesalahan, selambat-lambamya dalam tiga hari kerja, akuntan publik harus sudah melaporkannya ke Bapepam. Dan apabila temuannya tersebut tidak dilaporkan maka auditor tersebut dapat dikenai pidana, karena ada ketentuan yang mengatur bahwa setiap profesi akuntan itu wajib melaporkan temuan kalau ada emiten yang melakukan pelanggaran peraturan pasar modal. Sehingga perlu dilakukan penyajian kembali laporan keuangan PT. Kimia Farma Tbk. dikarenakan adanya kesalahan pencatatan yang mendasar, akan tetapi kebanyakan auditor mengatakan bahwa mereka telah mengaudit sesuai dengan standar profesional akuntan publik. Akuntan publik Hans Tuanakotta & Mustofa ikut bersalah dalam manipulasi laporan keuangan, karena sebagai auditor independen akuntan publik Hans Tuanakotta & Mustofa (HTM) seharusnya mengetahui laporan-laporan yang diauditnya itu apakah berdasarkan laporan fiktif atau tidak.

Berkaitan dengan sikap Skeptisme Profesional seorang auditor, sehingga jika akuntan publik tersebut tidak menerapkan sikap skeptisme profesional dengan seharusnya hingga berakibat memungkinkannya tidak terdeteksinya salah saji dalam laporan keuangan yang material yang pada akhirnya merugikan para investor.

Seorang auditor seharusnya professional, jujur dan lebih teliti dengan bidangnya untuk menghindari kesalahan laporan keuangan yang diauditnya karena Bapepam sebagai lembaga pengawas pasar modal bekerjasama dengan Direktorat Akuntansi dan Jasa Penilai Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan yang mempunyai kewenangan untuk mengawasi para akuntan publik untuk mencari bukti-bukti atas keterlibatan akuntan publik dalam kesalahan pencatatan laporan keuangan baik disengaja ataupun tidak disengaja.

Dampak Terhadap Profesi Akuntan

Aktivitas manipulasi pencatatan laporan keungan yang dilakukan manajemen tidak terlepas dari bantuan akuntan. Akuntan yang melakukan hal tersebut memberikan informasi yang menyebabkan pemakai laporan keuangan tidak menerima informasi yang fair. Akuntan sudah melanggar etika profesinya. Kejadian manipulasi pencatatan laporan keuangan yang menyebabkan dampak yang luas terhadap aktivitas bisnis yang tidak fair membuat pemerintah campur tangan untuk membuat aturan yang baru yang mengatur profesi akuntan dengan maksud mencegah adanya praktik-praktik yang akan melanggar etika oleh para akuntan publik.

KesimpulanPada akhirnya semua hal ini kembali kepada masing-masing individu auditornya dalam melaksanakan jasa profesionalnya yang menuntut sikap independensi, obyektifitas, kejujuran, integritas yang tinggi, serta kemampuan profesional dalam bidangnya

Masalah yang terjadi untuk kasus PT.Kimia Farma, Tbk

Saat audit tanggal 31 Desember 2001, manajemen Kimia Farma melaporkan adanya laba bersih sebesar Rp 132 Miliyar dan laporan tersebut diaudit oleh Hans Tuanakota dan Mustofa(HTM), tetapi Kementrian BUMN dan Bapepam menilai bahwa laba bersihnya mengandung unsure rekayasa, oleh

Page 24: Pelaporan Korporat 11 - Pengakuan, Pelaporan Dan Penyajian Lap Keuangan_Korporat

sebab itu dilakukan audit ulang pada 3 Oktober 2002 ternyata laba bersih hanya sebesar Rp 99.56 Miliyar. Ada 2 hal kesalahan penyajian pada persediaan dan kesalahan penyajian pada penjualan.

Kesalahan penyajian pada persediaan timbul karena adanya nilai yang terdapat pada daftar harga persediaan digelembungkan. Melalui direktur produksinya menerbitkan dua buah daftar harga persediaan pada tanggal 1 dan 3 February , dimana tanggal 3 February dijadikan dasar penilaian persediaan pada unit distribusi PT.Kimia Farma, Tbk

Kesalahan ke dua penyajian pada penjualan adalah dengan dilakukannya pencatatan ganda atas penjualan dengan tidak melakukan disampling oleh akuntan pada unit- unit.

Selain itu juga tidak ditemukan adanya laporan kesalahan dalam penilaian persediaan barang dan jasa dan kesalahan pencatatan penjualan yang berakhir per 31 Desember 2001, yang diikuti adanya pemberitaan dalam harian Kompas bahwa Kementrian memutuskan penghentian proses divestasi saham pada PT.Kimia Farma, Tbk

Hukuman bagi kasus PT.Kimia Farma, Tbk adalah

Dilihat dari pihak yang terlibat :

1.Manajemen Lama PT.Kimia Farma, Tbk

2.Akuntan public Hans Tuanakota Mustofa(HTM)

3.Auditor PT.Kimia Farma, Tbk

4.Direksi Lama PT.Kimia Farma, Tbk

Maka sesuai dengan pasal 102 UU Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal. Pasal 61 PP No.45 tahun 1995 tentang penyelenggaraan kegiatan bidang pasar modal maka PT.Kima Farma, Tbk dikenakan sangsi administrasi berupa denda yaitu sebesar Rp 500.000.000

Pasal 5 huruf n Undang-undang No.8 tahun 1995 tentang Pasar Modal, maka:

1.Direksi Lama PT.Kimia Farma, Tbk diwajibkan membayar sejumlah Rp 1.000.000.000 utnuk disetor ke Kas Negara, karena melakukan kegiatan praktek penggelembungkan atas laporan keuangan per 31 Desember 2001.

2.Auditor PT.Kimia Farma, Tbk diwajibkan membayar sejumlah Rp 100.000.000 untuk disetor ke Kas Negara, karena atas resiko audit yang tidak berhasil mendeteksi adanya penggelembungan laba yang dilakukan oleh PT.Kimia Farma, Tbk tersebut meskipun telah dilakukan prosedur audit sesuai dengan SPAP, tetapi KAP HTM tetap diwajibkan membayar denda karena dianggap telah gagal menerapkan Pesyaratan Profesional yang disyaratkan di SPAP SA Seksi 110 (Tanggung Jawab & Fungsi Auditor Independen) paragraph 4 Persyaratan Profesional dimana disebutkan bahwa persyaratan professional yang dituntut dari auditor independen adalah orang yang memiliki pendidikan dan pengalaman berpraktik sebagai auditor independen.

Prinsip Etika Profesi Akuntansi Kasus PT. Kimia Farma, Tbk adalah

1.Tanggung jawab profesi

Page 25: Pelaporan Korporat 11 - Pengakuan, Pelaporan Dan Penyajian Lap Keuangan_Korporat

Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai professional, setiap anggota mempunyai peran penting dalam masyarakat. Anggota juga harus selalu bertanggung jawab untuk bekerja sama dengan sesame anggota untuk mengembangkan profesi akuntansi, memelihara kepercayaan masyarakat dan menjalankan tanggung jawab profesi dalam mengatur dirinya sendiri.

KASUS: Setiap anggota tidak menjalankan fungsi perannya dengan baik , tidak mempunyai rasa tanggung jawab atas setiap kewajibannya menjalankan tugas dengan benar dimana terbukti bahwa dikorupsinya laba bersih hingga Rp 32.6 Miliyar.

2.Integritas

Karakter yang mendasari timbulnya pengakuan profesional, kualitas yang melandasi kepercayaan public dan patokan bagi anggota dalam menguji keputusan yang diambilnya antara lain bersikap jujur dan berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa.

KASUS:Anggota tidak berterus terang dalam penyajian laporan keuangan baik pada penyajian berdasarkan persediaan barang maupun penyajian berdasarkan penjualan di PT.Kimia Farma, Tbk.

3.Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional

Harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan berhati-hati, kompetensi dan ketekunan serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan keterampilan profesioanl pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien memperoleh manfaat dari jasa profesional dan teknik yang paling mutakhir. Hal ini mengandung bahwa anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan jasa profesional dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya.

KASUS: Pada seorang auditor tidak menjalankan prinsip yang sesuai dengan SPAP jadi tidak dikatakan layak sebagai seorang auditor dikarenakan auditor PT.Kimia Farma, Tbk tidak melaukan teknik disampling pada unit-unit . Sesuai dengan SPAP SA Seksi 110 (seorang auditor menuntut orang yang benar-benar memiliki pendidikan dan berpengalaman berpraktik sebagai auditor idenpenden).

4.Perilaku Profesional

Kewajiban untuk menjauhi tingkah laku yang dapat mendiskreditkan profesi harus dipenuhi oleh anggota sebagai perwujudan tanggung jawabnya kepada penerima jasa, pihak ketiga, anggota yang lain seperti staf, pemberi kerja dan masyarakat umum.

KASUS :Anggota tidak berlaku konsisten dalam berperilaku etika untuk dipandang baik yang terbukti dengan tidak tertib dilakukannya kaedah-kaedah sebagai mana sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Page 26: Pelaporan Korporat 11 - Pengakuan, Pelaporan Dan Penyajian Lap Keuangan_Korporat

DAFTAR PUSTAKA

_____.2009. Pernyataan Standar Akuntansi (PSAK) No.1 : Penyajian Laporan Keuangan. Jakarta: IAI.

_____.2013. ED Pernyataan Standar Akuntansi (PSAK) No. 1 : Penyajian Laporan Keuangan. Jakarta: IAI.

https://staff.blog.ui.ac.id/martani/files/2011/04/PSAK-1-Penyajian-Laporan-Keuangan-Revisi-2013-up21012014.pptx

http://liaaaajach.wordpress.com/2013/01/19/contoh-contoh-kasus-pelanggaran-etika-profesi-akuntansi/

Page 27: Pelaporan Korporat 11 - Pengakuan, Pelaporan Dan Penyajian Lap Keuangan_Korporat

Pelaporan Korporat

Penyajian Laporan Keuangan Menurut PSAK

Disusun oleh :

Peggy Anna Theodora Ambarita – 01044881517009

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2016