PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM DIALOG FILM …eprints.unram.ac.id/10524/1/jurnal...
Transcript of PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM DIALOG FILM …eprints.unram.ac.id/10524/1/jurnal...
1
PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM DIALOG
FILM KOMEDI DAKWAH KARYA ABDUL GHANI KAJIAN
PRAGMATIK
JURNAL SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program
Strata Satu (S1) Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah
OLEH
RAHMAN HIDAYAT
E1C114090
UNIVERSITAS MATARAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
PEROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA
INDONESIA DAN DAERAH
2018
2
3
ABSTRAK
Email : [email protected]
Permasalahan dalam penelitian ini adalah (1) bagaimanakah bentuk lingual
pelanggaran prinsip kerja sama dalam dialog film “Komedi Dakwah” karya Abdul
Ghani? dan (2) bagaimanakah jenis pelanggaran prinsip kerja sama dalam dialog
film “Komedi Dakwah” karya Abdul Ghani? Tujuan dilakukan penelitian ini
adalah untuk (1) mendeskripsikan bentuk lingual pelanggaran prinsip kerja sama
dalam dialog film “Komedi Dakwah” karya Abdul Ghani? dan (2) bagaimanakah
jenis pelanggaran prinsip kerja sama dalam dialog film “Komedi Dakwah” karya
Abdul Ghani?. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Data dan
sumber data dalam penelitian ini berasal dari tuturan atau dialog dalam film
“Komedi Dakwah” karya Abdul Ghani yang mengandung pelanggaran prinsip
kerja sama seperti pelanggran maksim kuantitas, kualitas, relevansi dan
pelaksana/cara. Data diperoleh dengan metode simak dan metode dokumentasi
dengan teknik yang digunakan adalah teknik catat. Kemudian data tersebut
dianalisis menggunakan metode padan intralingual dan ekstralingual. Berdasarkan
hasil analisis data, diperoleh temuan yakni beberapa dialog percakapan yang
terdapat dalam film “Komedi Dakwah” yang merupakan pelanggaran prinsip kerja
sama maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim relevansi dan maksim
pelaksana/cara.
Kata kunci : Pragmatik, pelanggaran prinsip kerja sama
4
ABSTRACT
Email : [email protected]
This study has two main problems, those are(1) Whatare the lingual forms of
violation of the cooperation principlein the dialogue of "Komedi Dakwah" film by
Abdul Ghani? and (2) Whatare the types of violation of the cooperation principle
in the dialogue of "Komedi Dakwah" film by Abdul Ghani?. The purposes of this
study are 1) to describe the lingual form of violations of the cooperation
principleand 2) the types of violations of the cooperation principlein the dialogue
of "Komedi Dakwah" film by Abdul Ghani. This research belongs to a qualitative
descriptive study. Data and sources of data in this study were obtained from
speeches or dialogues in the "Comedy Dakwah" film by Abdul Ghani which
contains violations of the cooperation principle such as violations in the maxim of
quantity, the maxim of quality, the relevancy and the implementation or method.
The data of this study were obtained throughobservingand documentation with the
technique used is the note-taking technique. Then the data were analyzed by using
intralingual and extralingual matching methods. Based on the data analysis, the
findings of this study reveal that there were several conversational dialogues in
the"Komedi Dakwah" film by Abdul Ghani that contain violations of the
cooperation principlein the maxim of quantity, the maxim of quality, the
relevancy and the implementation or method.
Keywords: pragmatics, violation of the cooperation principle
5
A.PENDAHULUAN
Film merupakan salah satu
bentuk karya seni kompleks yang
pengaruhnya dapat menjangkau
seluruh lapisan sosial masyarakat
mulai dari anak-anak, remaja, hingga
orang tua. Film tidak hanya dijadikan
sebagai media hiburan, tetapi sering
kali dijadikan sebagai sarana untuk
menyampaikan suatu pesan kepada
masyarakat (umumnya pesan moral),
karena cerita suatu film seringkali
mampu menggugah perasaan orang
yang menyaksikannya. Bahkan tidak
jarang kita melihat seseorang yang
sedang menonton film ikut tertawa
saat ada adegan yang lucu dan tidak
jarang pula kita melihat seseorang
yang sedang menonton film ikut
menangis saat ada adegan yang
menyedihkan dalam film yang
disaksikan.
Sebagai media hiburan
umumnya film diklasifikasikan
berdasarkan beberapa aliran, salah
satunya adalah film beraliran
komedi. Film yang beraliran komedi
biasanya mengutamakan humor atau
unsur kelucuan pada jalan ceritanya.
Hal ini juga bisa dilihat pada salah
satu film berjudul “Komedi
Dakwah” karya Abdul Ghani.
Meskipun beraliran komedi,
film ini banyak mengandung pesan
moral di dalamnya. Adapun bahasa
yang digunakan dalam film ini
adalah bahasa sasak dialek Batulayar
Kabupaten Lombok Barat dan di
dalam dialog para pemain film
tersebut terdapat fenomena
kebahasan berupa pelanggaran
prinsip kerja sama yang membangun
kelucuan. Contoh tuturan khas
berupa dialog dalam film “Komedi
Dakwah” karya Abdul Ghani dapat
dilihat di bawah ini.
Tukang Ojek : Assalamu’alaikum
Asisten Dukun : Waalaikumsalam,
silahkan duduk, kamu mau minta
syarat?
Tukang Ojek : Ya ialah, masa
saya mau minta semen! Gila Asisten
ini.
Contoh tuturan di atas
menggambarkan tuturan antara
asisten dukun dengan seorang tukang
ojek yang akan meminta syarat
kepada dukun, akan tetapi harus
melewati asisten dukun terlebih
dahulu sebelum bertemu dengan
dukun. Tujuan asisten dukun
bertanya kepada tukang ojek supaya
dia tahu apa keluhan tukang ojek
meminta syarat kepada dukun. Tetapi
6
tukang ojek membalas tuturan
asisten dukun dengan tuturan
bercanda Ya ialah, masa saya mau
minta semen! Gila Asisten ini
kalimat yang dituturkan tukang ojek
merupakan pelangaaran prinsip kerja
sama terutama pada pelanggaran
maksim relevansi. Dikatakan
pelanggaran maksim relevansi
karena tuturan yang dituturkan
tukang ojek tidak memberikan
kontribusi yang relevan dengan
tuturan sebelumnya yang dituturkan
oleh asisten dukun yang bertindak
sebagai mitra tutur.
Berdasarkan contoh tuturan di atas,
peneliti memilih film “Komedi
Dakwah” karya Abdul Ghani untuk
dikaji karena peneliti menemukan
fenomena tuturan-tuturan yang tidak
sesuai dengan prinsip kerja sama.
Oleh karena itu, peneliti akan
melakukan penelitian dengan judul
Pelanggaran Prinsip Kerja Sama
dalam Dialog Film “Komedi
Dakwah” Karya Abdul Ghani Kajian
Pragmatik.
B. METODE PENELITIAN
Mengingat objek penelitian ini
berupa tontonan yang berfokus pada
dialog antar tokoh dalam film
“Komedi Dakwah” karya Abdul
Ghani. Guna mengungkap tuturan
pelanggaran prinsip kerja sama yang
dilakukan oleh penutur dalam acara
tersebut, maka data-data yang akan
dikumpulkan dalam penelitian ini
berupa kalimat dan wacana. Maka
dari itu penelitian ini dapat
dikatagorikan sebagai penelitian
deskriptif dengan menggunakan
pendekatan kualitatif. Penelitian ini
bertujuan mendeskripsikan data,
yaitu data berupa bentuk lingual dan
jenis pelanggaran prinsip kerja sama
dalam film “Komedi Dakwah” karya
Abdul Ghani.
Penelitan kualitatif adalah
penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa data tulis
Djajasudarma (1993:8). Penelitian
dianggap kualitatif harus
dipertimbangkan dari segi
metodologi kualitatif itu sendiri.
Metodologi kualitatif merupakan
prosedur yang menghasilkan data
deskriptif berupa data tertulis atau
lisan di masyarakat bahasa.
Berdasarkan pendapat di atas
dapat disimpulkan bahwa jenis
penelitian kualitatif adalah penelitian
yang dilakukan secara utuh kepada
subjek penelitian. Peneliti menjadi
istrumen kunci dalam penelitian,
7
kemudian hasil penelitian tersebut
diuraikan dalam bentuk kata-kata
tertulis dari data empiris yang telah
diproleh.
Data adalah segala sesuatu
yang dihasilkan oleh objek
penelitian, kemudian diamati secara
khusus. Sehubungan dengan itu
Sudaryanto (1992:18) data sebagai
bahan penelitian yaitu berupa bahan
jadi (lawan dari bahan mentah) yang
sudah ada karena pemilihan aneka
macam tuturan (bahan mentah).
Bahan jadi yang dimaksud yaitu
bahan yang sudah siap dimasukkan
ke dalam penelitian dan unsur lain
yang membentuk data, yang disebut
konteks penelitian.
Pada dasarnya data merupakan
objek penelitian plus konteks, maka
di dalam data sebagai bahan
penelitian terkandung objek
penelitian. Data dalam penelitian ini
berupa tuturan pelanggaran prinsip
kerja sama dalam film “Komedi
Dakwah” karya Abdul Ghani.
Mahsun (2014:30) menyatakan
bahwa di dalam sumber data terdapat
masalah yang berhubungan dengan
populasi, sampel, dan informan.
Akan tetapi, sumber data dalam
penelitian ini berupa tuturan
pelanggaran prinsip kerja sama
dalam tayangan serial lepas film
yang berjudul Komedi Dakwah
karya Abdul Ghani yang dituliskan
atau ditranskrip ke dalam bahasa
tulis.
Mengingat objek penelitian ini
berupa audio visual yang berbentuk
tayangan film serial lepas, penulis
menggunakan satu metode dan
tekniknya dalam pengumpulan data.
Metode yang dimaksud adalah
metode simak dan teknik yang akan
digunakan adalah teknik catat.
Mahsun (2013:92)
menyatakan bahwa, pengumpulan
data pertama kali dapat dilakukan
dengan menggunakan metode simak,
yaitu menyimak pengguanaan secara
lisan maupun tulisan. Istilah
menyimak tidak hanya berkaitan
dengan bahasa lisan, namun juga
berkaitan dengan bahasa tulis.
Teknik pengumpulan data yang
akan dilakukan pertama-tama
peneliti akan mengunggah film
“Komedi Dakwah” karya Abdul
Ghani di YouTube. Kemudian
dilanjutkan dengan menerapkan
teknik simak bebas cakap dengan
cara menonton film komedi dakwah
karya Abdul Ghani secara berulang-
8
ulang sambil mencatat setiap diaolog
agar mendapat data tuturan
pelanggaran prinsip kerja sama yang
dilakukan oleh para pemain tersebut.
Artinya, dalam penelitian ini penulis
menyimak tuturan penutur dalam
film tersebut dengan menggunakan
metode simak tidak berpartisipasi.
Sudaryanto (1988:3) menyatakan
metode simak dengan tidak
berpartisipasi adalah metode simak
dengan peneliti tidak ikut dalam
proses pembicaraan.
Subroto (2007:59) menyatakan
menganalisis berarti mengurai atau
mebedakan unsur-unsur yang
membentuk satuan lingual
komponen-komponenya. Di dalam
mengurai sebuah data penelitian
secara ilmiah, maka diperlukan
metode-metode tertentu. Mahsun
(2014:117) menyatakan bahwa ada
dua metode utama dalam
menganalisis data, yaitu metode
padan intralingual dan metode padan
ekstralingual. Kedua metode tersebut
sangat mendukung dalam
menganalisis relasi teks dan konteks.
Metode padan intralingual
merupakan suatu metode
menghubung-bandingkan unsur-
unsur dalam bahasa. Mahsun
(2014:117) menyatakan metode
padan intralingual adalah metode
analisis data dengan cara
menghubung-bandingkan unsur-
unsur yang bersifat lingual, baik
yang terdapat dalam satu bahasa
maupun dalam beberapa bahasa yang
berbeda.
Mengingat data dalam
penelitian ini berupa bahasa sasak
dari penutur bahasa sasak, maka
metode teknik hubung banding
(HBS), (HBB), dan (HBSP) yang
digunakan dalam penerapan pada
penelitian ini, maka dari itu penulis
akan menghubung-bandingkan
lingual bahasa sasak ke dalam bahasa
Indonesia agar makna dapat
dipahami secara gramatikal.
Dalam penelitian ini, penyajian hasil
analisis data yang digunakan adalah
metode informal yang menggunakan
kata-kata biasa, karena dalam
penelitian ini penulis menganalisis
tuturan yang melanggar prinsip kerja
sama yang terdapat pada dialog film
“Komedi Dakwah” karya Abdul
Ghani.
C.PEMBAHASAN
4.1 Bentuk Lingual Pelanggaran
Prinsip Kerja Sama dalam
9
Film “Komedi Dakwah”
Karya Abdul Ghani
Hasil penelitian menunjukkan
adanya tuturan yang mengalami
pelanggaran prinsip kerja sama
dalam film “Komedi Dakwah” karya
Abdul Ghani yang berbentuk kalimat
dan wacana. Pembahasan masing-
masing bentuk lingual dimaksud
akan dipaparkan di bawah ini.
4.1.1 Kalimat
(1)
Dia jok alam ghaib pak.
[Dia Jכk alam ghaib pak.]
‘Dia ke alam ghaib pak’
(“Komedi Dakwah”Episode”Dukun Palsu”)
Data (1) di atas merupakan
bentuk lingual berupa kalimat yang
menjadi unsur dalam tuturan yang
berbunyi ‘Dia jok alam ghaib pak’
[Dia Jכk alam ghaib pak.]. Jika
dilihat dari bentuk lingualnya tuturan
di atas merupakan jenis kalimat
lengkap. Dikatakan kalimat lengkap
karena kalimat tersebut merupakan
kalimat yang terdiri dari (S), (P), dan
(Ket). Alasan lain dikatakan kalimat
lengkap, jika dilihat dari unsur kata
Dia dikategorikan sebagai (S), jok
dikategorikan sebagai (P) dan alam
ghaib pak dikategorikan sebagai
(Ket). Oleh sebab itu, kalimat yang
berbunyi ‘Dia jok alam ghaib pak’
dikategorikan sebagai kalimat
lengkap.
4.1.2 Wacana
(5) Aro biase pak, tukang ne macem-macem oleqne, lamun balene amaq
mesaq Tukang ne, lamun kusen jak ne dengan dese Glote, lamun tukang
pasang kramik ne dengan tukaƞ dese kato, lamun tukang cat dengan
tukaƞ desɛ nyandek dan lamun tukang atap ne jak dengan tukang dese
Lempat.
[Arכ biasə pak, tukaƞ nə macəm-macəm כlə?nə, lamun balə nə ama?
məsa? tukaƞ nə, lamun kusən jak nə dəƞan dəsə Glotə, lamun tukaƞ pasaƞ
kramik nə dəƞan tukaƞ Dəsə Katכ, lamun tukaƞ cat dəƞan tukaƞ Dəsə
Nyandək dan lamun tukaƞ atap ne jak dəƞan tukaƞ Dəsə Ləmpat]
‘Biasa pak, tukangnya dari bermacam-macam asalnya, kalau rumah ini
bapak saya sendiri tukangnya, kalau tukang kayunya orang desa Glote,
kalau tukang yang pasang keramik ini orang Desa Kato, kalau tukang cat
10
orang Desa Nyandek dan kalau tukang atap ini orang Desa Lempat.’
(“Komedi Dakwah”Episode” Adab-Adab Bertamu”)
Data (5) di atas merupakan
bentuk lingual berupa wacana yang
menjadi unsur dalam tuturan yang
berbunyi ‘Aro biase pak, tukang ne
macem-macem oleqne, lamun balene
amaq mesaq Tukang ne, lamun kusen
jak ne dengan dese Glote, lamun
tukang pasang kramik ne dengan
tukaƞ dese kato, lamun tukang cat
dengan tukaƞ desɛ nyandek dan
lamun tukang atap ne jak dengan
tukang dese Lempat.’ [Arכ biasə
pak, tukaƞ nə macəm-macəm כlə?nə,
lamun balə nə ama? məsa? tukaƞ nə,
lamun kusən jak nə dəƞan dəsə
Glotə, lamun tukaƞ pasaƞ kramik nə
dəƞan tukaƞ Dəsə Katכ, lamun tukaƞ
cat dəƞan tukaƞ Dəsə Nyandək dan
lamun tukaƞ atap ne jak dəƞan tukaƞ
Dəsə Ləmpat.] Jika dilihat dari
bentuk lingualnya tuturan di atas
merupakan jenis wacana deskriptif.
Dikatakan wacana deskriptif karena
wacana tersebut merupakan wacana
yang mendeskripsikan asal para
tukang yang membuat rumah tokoh
Fazal sehingga terjadi tuturan
tersebut. Oleh karena itu tuturan
wacana di atas merupakan wacana
deskriptif. .
4.2 Jenis Pelanggaran Prinsip
Kerja Sama dalam Film
“Komedi Dakwah” Karya
Abdul Ghani
Di bawah ini dipaparkan
tuturan jenis pelanggaran prinsip
kerja sama yang berupa pelanggaran
maksim kuantitas, maksim kualitas,
maksim relevansi dan maksim
pelaksana/cara yang terdapat dalam
dialog film “Komedi Dakwah” karya
Abdul Ghani sebagai berikut.
4.2.1 Pelanggaran Maksim
Kuantitas.
(10)
Pak
Ghan
: Mbe oleq tukang kusen ne?
[Mbə כlə? Tukaƞ kusən nə?]
‘ Darimana asal tukang kusennya?’
Fazal : Aro biase pak, tukang ne macem-macem oleqne, lamun
balene amaq mesaq Tukang ne, lamun kusen jak ne
dengan dese Glote, lamun tukang pasang kramik ne
dengan tukang Dese Kato, lamun tukang cat dengan
11
tukang Dese Nyandek dan lamun tukang atap ne jak
dengan tukang Dese Lempat.
[Arכ biasə pak, tukaƞ nə macəm-macəm כlə?nə, lamun
balə nə ama? məsa? tukaƞ nə, lamun kusən jak nə dəƞan
dəsə Glotə, lamun tukaƞ pasaƞ kramik nə dəƞan tukaƞ
Dəsə Katכ, lamun tukaƞ cat dəƞan tukaƞ Dəsə Nyandək
dan lamun tukaƞ atap ne jak dəƞan tukaƞ Dəsə Ləmpat]
‘Biasalah pak, asal tukangnya dari bermacam-macam
asalnya. Kalau rumah ini bapak saya sendiri menjadi
tukangnya, kalau tukang kusennnya dari Desa Glote, kalau
tukang yang memasang keramik ini orang dari Desa Kato,
kalau tukang catnya dari Desa Nyandek dan kalau tukang
atap ini dari Desa Lempat.’
(Komedi Dakwah”Episode”Adab-Adab Bertamu”)
Tuturan tokoh Pak Ghani yang
berbunyi ‘Mbe oleq tukang kusen
ne? [Mbə כlə?’ Tukaƞ kusən nə?]
didasari konteks yakni terjadi di
rumah tokoh Fazal dikarenakan
tokoh Fazal tidak pernah masuk
sekolah selama satu minggu. Oleh
karena itu, tokoh Pak Ghani berniat
mencari tokoh Fazal ke rumahnya
sekaligus bersilaturahmi ke rumah
tokoh Fazal. Sesampai di rumah
tokoh Fazal, Pak Ghani melihat
rumah tokoh Fazal yang baru
dibangun. Jadi tokoh Pak Ghani
penasaran darimana asal tukang
kusen yang membuat rumah tokoh
Fazal tersebut. Dengan demikian,
terjadilah percakapan pada dialog di
atas yang merupakan melanggar
prinsip kerja sama maksim kuantitas.
Pelanggaran prinsip kerja sama
pada maksim kuantitas dalam data
(10) dimaksud tampak pada tuturan
tokoh Fazal ‘Aro biase pak, tukang
ne macem-macem oleqne, lamun
balene amaq mesaq Tukang ne,
lamun kusen jak ne dengan dese
Glote, lamun tukang pasang kramik
ne dengan tukang Dese Kato, lamun
tukang cat dengan tukang Dese
Nyandek dan lamun tukang atap ne
jak dengan tukang Dese Lempat.’
12
[Arכ biasə pak, tukaƞ nə macəm-
macəm כlə?nə, lamun balə nə ama?
məsa? tukaƞ nə, lamun kusən jak nə
dəƞan dəsə Glotə, lamun tukaƞ
pasaƞ kramik nə dəƞan tukaƞ Dəsə
Katכ, lamun tukaƞ cat dəƞan tukaƞ
Dəsə Nyandək dan lamun tukaƞ atap
ne jak dəƞan tukaƞ Dəsə Ləmpat].
Tuturan yang dituturkan tokoh Fazal
di atas merupakan pelanggaran
prinsip kerja sama maksim kuantitas.
Alasan tuturan tersebut dikatakan
melanggar maksim kuantitas karena
tuturan yang dituturkan tokoh Fazal
(mitra tutur) memberikan informasi
yang berlebihan dari apa yang
dibutuhkan. Seharusnya dengan
pertanyaan tokoh Pak ‘Ghani Mbe
oleq tukang kusen ne?’ jawaban
yang seharusnya dijawab oleh tokoh
Fazal lamun kusen jak ne dengan
dese Glote bukan menjawab apa
yang tidak dipertanyakan oleh tokoh
Pak Ghani seperti siapa pembuat
rumah, siapa tukang cat dan tukang
atap sehingga tuturan tokoh Fazal di
atas mengakibatkan terjadinya
pelanggaran prinsip kerja sama pada
maksim kuantitas.
4.2.2 Pelanggaran Maksim
Kualitas
(14) Pak Ghani : Nendeq remehan helm nu. Otak kamu neh berharge, kalau
jatuh bisa fatal, kamu anggap rurung nu kasur!
[Nəndək rəməhan həlm nu. כtak kamu nəh bərhargə, kalau jatuh
bisa fatal. Kamu aƞgap ruruƞ nu kasur.]
‘Jangan remehkan helm itu. Otak kamu ini berharga kalau
terjatuh bisa fatal, kamu kira jalan raya itu kasur’
Adrian : Nggih pak.
[ƞgih pak]
‘Iya pak’
(Komedi Dakwah”Episode” Helm Pink”)
Tuturan tokoh Pak Ghani
‘Nendeq remehan helm nu. Otak
kamu neh berharge, kalau jatuh bisa
fatal, kamu anggap rurung nu
kasur!’ didasari konteks, ketika itu
tokoh Adrian ingin meminjam
sepeda motor pada tokoh pak Ghani
akan tetapi tokoh Adrian tidak
mentaati aturan yang wajib
menggunakan helm ketika
berkendara di jalan raya. Sehingga
tokoh pak Ghani mengingatkan
tokoh Adrian untuk menggunakan
13
helm sesuai aturan berkendara demi
keselamatan. Dengan demikian,
terjadilah percakapan pada dialog di
atas yang merupakan melanggar
prinsip kerja sama maksim kualitas.
Pelanggaran prinsip kerja sama
pada maksim kualitas dalam data
(14) dimaksud tampak pada tuturan
tokoh Pak Ghani ‘Nendeq remehan
helm nu. Otak kamu neh berharge,
kalau jatuh bisa fatal, kamu anggap
rurung nu kasur!’ [Nəndək rəməhan
həlm nu. כtak kamu nəh bərhargə,
kalau jatuh bisa fatal. Kamu aƞgap
ruruƞ nu kasur.] merupakan
pelanggaran prinsip kerja sama
maksim kualitas. Alasan tuturan
tersebut dikatakan melanggar
maksim kualitas karena tuturan yang
dituturkan tokoh Pak Ghani (mitra
tutur) memberikan kontribusi yang
cenderung mengada-ngada tidak
mengatakan hal yang sebenarnya.
Kontribusi yang cenderung
mengada-ngada tidak mengatakan
hal yang sebenarnya tersebut tampak
pada tuturan Pak Ghani ‘kamu
anggep rurung nu kasur!’ tuturan
Pak Ghani tersebut terkesan
mengada-ngada dan tidak
mengatakan hal yang sebenarnya
dengan menyamakan jalan raya
dengan kasur.
Tuturan pelanggaran maksim
kualitas tersebut termasuk ke dalam
tuturan yang berimplikatur.
Dikatakan berimplikatur karena pada
tuturan tersebut terdapat makna
tambahan. Makna tambahan dalam
tuturan tersebut adalah tokoh Pak
Ghani yang bermaksud menyakinkan
muridnya supaya menggunakan helm
ketika berkendara di jalan raya,
sehingga kalau jatuh akibatnya tidak
fatal.
4.2.3 Pelanggaran Maksim
Relevansi
(18) Pak Ghani : Nah kebetulan atongan surat ini jok wali murid.
[Nah kebetulan atכƞan surat ini jכk wali murid.]
‘Nah kebetulan, antarakan surat ini buat wali murid’
Adrian : Bapak Makruf, ndek naraq aran Bapak Makruf lek balen
tiang pak.
[Bapak Makruf, ndək nara? aran Bapak Makruf lək balən tiaƞ
pak.]
‘Bapak Makruf, tidak ada nama Bapak Makruf di rumah saya
14
pak.’
(“Komedi Dakwah”Episode”Helm Pink”)
Tuturan Pak Ghani yang
berbunyi ‘Nah kebetulan atongan
surat ini jok wali murid’ didasari
konteks, ketika itu tokoh pak Ghani
sedang membutuhkan bantuan untuk
mengantarkan surat ke wali murid
dan kebetulan tokoh Adrian datang
ke rumahnya tokoh pak Ghani
akhirnya tokoh pak Ghani meminta
tokoh Adrian untuk mengantarkan
surat tersebut. Dengan demikian,
terjadilah percakapan pada dialog di
atas yang merupakan melanggar
prinsip kerja sama maksim
Relevansi.
Pelanggaran prinsip kerja sama
pada maksim relevansi dalam data
(18) dimaksud tampak pada tuturan
tokoh Adrian yang berbunyi ‘Bapak
Makruf, ndek naraq aran Bapak
Makruf lek balen tiang pak’ [Bapak
Makruf, ndək nara? aran Bapak
Makruf lək balən tiaƞ pak]
merupakan pelanggaran prinsip kerja
sama maksim relevansi. Alasan
tuturan tersebut dikatakan melanggar
maksim relevansi karena tuturan
yang dituturkan tokoh Adrian tidak
memberikan kontribusi yang tidak
relevan dengan kalimat sebelumnya.
Dikatakan tidak relevan karena
Adrian menggunakan tindak tutur
tidak langsung dalam tuturannya.
Seharunya untuk menjawab
pertanyaan tokoh pak Ghani, tokoh
Adrian cukup mengatakan ya pak
saya antarkan atau kalimat
sejenisnya. Alasan lain yang
menunjukkan ketidakrelevanan pada
data tersebut yakni hilangnya
pasangan ajesensi pada tuturan
dalam dialog di atas. Pasangan
ajesensi merupakan tata urutan
otomatis yang terdiri atas bagian
pertama dan bagian kedua, kegagalan
menghasilkan tuturan kedua
(jawaban) akan menghasilkan
kekosongan yang memiliki dampak
tertentu. Dampak dari kekosongan
tersebut menyebabkan terjadinya
pelanggaran maksim relevansi
seperti pada dialog di atas.
Tuturan pelanggaran maksim
relevansi tersebut termasuk ke dalam
tuturan yang berimplikatur.
Dikatakan berimplikatur karena pada
tuturan tersebut terdapat makna
tambahan. Makna tambahannya
dalam tuturan tersebut adalah tokoh
15
Adrian yang bermaksud menanyakan
tentang alamat surat untuk wali
murid yang bernama Amak Makruf
yang tidak ada di sekitar rumahnya.
4.2.4 Pelanggaran Maksim
Pelaksana/Cara
(27) Pak
Polisi
: Ini kami sudah tilang pak dengan tilang merah pak.
[Ini kami sudah tilaƞ pak deƞan warna tilaƞ mərah pak]
Ini kami sudah tilang pak dengan tilang merah pak.
Pak
Ghani
: Silahkan tilang, warna apa saja pokoknya tilang. Mau tilang
warna merah, hijau, kuning, kelabu, merah muda dan biru
silahkan.
[Silahkan tilaƞ, warna apa saja pכkכknya tilaƞ. Mau tilaƞ
warna merah, hijau, kuniƞ, kelabu, merah muda dan biru
silahkan.]
Silahkan tilang, warna apa saja pokoknya tilang. Mau menilang
dengan warna merah, hijau, kuning, klabu, merah muda dan
biru silahkan.
(“Komedi Dakwah”Episode”Helm Pink”)
Tuturan tokoh Pak Polisi yang
berbunyi ‘Ini kami sudah tilang pak
dengan tilang merah pak’ didasari
konteks, yakni terjadi pada pagi hari
melalui pembicaraan telepon dengan
tokoh Pak Ghani ketika itu tokoh
Khalid dan tokoh Adrian ditangkap
oleh polantas karena tidak
menggunakan helm ketika
berkendara dijalan raya. Dengan
demikian, terjadilah percakapan pada
dialog di atas yang merupakan
melanggar prinsip kerja sama
maksim pelaksana/cara.
Pelanggaran prinsip kerja sama
pada maksim cara dalam data (27)
dimaksud tampak pada tuturan tokoh
Pak Ghani yang berbunyi ‘Silahkan
tilang, warna apa saja pokoknya
tilang. Mau tilang warna merah,
hijau, kuning, kelabu, merah muda
dan biru silahkan’ [Silahkan tilaƞ,
warna apa saja pכkכknya tilaƞ. Mau
tilaƞ warna merah, hijau, kuniƞ,
kelabu, merah muda dan biru
silahkan.] tuturan di atas merupakan
pelanggaran prinsip kerja sama
maksim pelaksana/cara. alasannya
karena tuturan tersebut memberikan
konstribusi berlebih-lebihan.
16
Dikatakan berlebih-lebihan hal itu
terlihat pada tuturan yang berbunyi
Mau tilaƞ warna merah, hijau,
kuning, kelabu, merah muda dan
biru silahkan, sehingga tuturan Pak
Ghani tersebut seakan-akan berlebih-
lebihan menyamakan warna tilang
dengan warna-warna pada umumnya
sehingga tuturan tersebut tidak jelas
dan menimbulkan efek lucu pada
tuturan tersebut.
Tuturan pelanggaran maksim
pelaksana/cara tersebut termasuk ke
dalam tuturan yang berimplikatur.
Dikatakan berimplikatur karena pada
tuturan tersebut terdapat makna
tambahan. Makna tambahannya
dalam tuturan tersebut adalah tokoh
Pak Ghani yang bermasud untuk
meberikan hukuman tilang kepada
muridnya yang ditangkap oleh Polisi
karena disebabbkan mereka tidak
menggunakan helm.
D. SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Bentuk lingual pelanggaran
prinsip kerja sama dalam film
“Komedi Dakwah” terdiri dari
bentuk kalimat dan wacana.
bentuk kalimat tersebut
diklasifikasikan lagi ke dalam
kalimat lengkap dan bentuk
wacana diklasifikasikan ke
dalam dua jenis wacana yaitu
wacana deskriptif dan wacana
naratif.
2. Jenis pelanggaran prinsip kerja
sama yang ditemukan dalam
film “Komedi Dakwah” karya
Abdul Ghani yaitu pelanggaran
maksim kuantitas, maksim
kualitas, maksim relevansi dan
maksim pelaksana/cara.
Saran
1. Peneliti berharap untuk
penelitian selanjutnya
pembahasan kajian pragmatik
dalam bidang pelanggaran
prinsip kerja sama tidak hanya
dilakukan dalam bentuk lingual
dan jenis pelanggaran dalam
film saja, tetapi juga dalam
bentuk lingual dan jenis
pelanggaran yang lain dalam
ranah bahasa yang lebih variatif.
17
DAFTAR PUSTAKA
Djadjasudarma. 1993. Metode Linguistik: Ancangan Metode Penelitian dan
Kajian. Bandung: PT Eresco Anggota IKAPI.
Dardjowidjojo,Soejono.2003. Psikolonguistik: Pemahaman Bahasa Manusia.
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Endarwati.2015.Pelanggaran Prinsip Kerja Sama dalam Film Animasi Un Mostre
A Paris Karya Bibo Bergeron.Skripsi.Yogyakarta.
Firmansyah, Anand.2012.Penyimpangan Prinsip Kerja Sama dan Prinsip
Kesopanan dalam Wacana Humor Verbal Tulis pada Buku Mang
Kunteng.Skripsi. Yogyakarta.
Leech, Geoffrey. 1993. Prinsip-Prinsip Pragmatik.Jakarta:Penerbit Universitas
Indonesia (UI-Press).
Mahsun. 2011.Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode dan
Tekniknya.Jakarta:Rajawali Pers.
Muhammad. 2011. Metode Penelitian Bahasa. Jogjakarta:AR-Ruzz Media.
Nadar,FX.2009. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. (Edisi Pertama).
Yogyakarta:Graha Ilmu.
Nasihah.2015.Pelanggaran Prinsip Kerja Sama Tayangan Galau Nite di Metro
TV. Skripsi. Yogyakarta.
Rahardi, Kunjana. 2005. Pragmatik:Kesantunan Imperatif Bahasa
Indonesia.Jakarta:Erlangga.
Rosidi,Imron. 2009. Kajian Pragmatik. www.guru-umarbakrie.blogspot.com.
(Diakses 18 Mei 2018)
Sudaryanto. 1992. Metode Linguistik Kea Rah Memahami Metode Linguistik.
Yogyakarta: Gadjah mada university Press.
Sudaryanto. 1988.Metode Linguitik Bagian Kedua: Metode dan Teknik
Pengumpulan Data. Yogyakarta: Gadjah Mada Universitiy Press.
Tarigan, Henry Guntur.1986.Pengajaran Pragmatik.Bandung: Angkasa.
Wijana dan Rohmadi. 2011.Analisis wacana Pragmatik:Kajian teori dan analisis.
Surakarta:Yumna Pustaka.
18
Yulaihah.2012.Prinsip Kerja Sama pada Komunikasi Facebook (studi kasus pada
Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia Negri Yogyakarta Angkatan
2007).Skripsi.Yogyakarta.
Yule,G. 2008. Pragmatik.Indonesia: Pustaka Pelajar.