PELAKSANAAN PRINSIP-PRINSIP GOOD CORPORATE … · tentang Penerapan Praktek Good Corporate...

84
PELAKSANAAN PRINSIP-PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE PADA PT. PLN (PERSERO) UNIT INDUK PEMBANGUNAN III Skripsi Oleh: MARIA VERONICA SIAHAAN 01111403035 AKUNTANSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS SRIWIJAYA FAKULTAS EKONOMI 2015

Transcript of PELAKSANAAN PRINSIP-PRINSIP GOOD CORPORATE … · tentang Penerapan Praktek Good Corporate...

PELAKSANAAN PRINSIP-PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE

PADA PT. PLN (PERSERO) UNIT INDUK PEMBANGUNAN III

Skripsi Oleh:

MARIA VERONICA SIAHAAN

01111403035

AKUNTANSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih

Gelar Sarjana Ekonomi

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

FAKULTAS EKONOMI

2015

ii

iii

iv

SURAT PERNYATAAN INTEGRITAS KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Maria Veronica Siahaan

NIM : 01111403035

Fakultas : Ekonomi

Jurusan : Akuntansi

Bidang Kajian : Akuntansi Manajemen

menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul: Pelaksanaan

Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance Pada PT. PLN (Persero) Unit

Induk Pembangunan III

Pembimbing :

Ketua : Dr. Luk Luk Fuadah S.E., M.B.A., Ak., CA

Anggota : Emylia Yuniartie , S.E., M.Si., Ak

Tanggal Ujian : 27 Oktober 2015

Adalah benar hasil karya saya sendiri. Dalam skripsi ini tidak ada kutipan hasil

karya orang lain yang tidak disebutkan sumbernya.

Demikianlah pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, dan apabila pernyataan

saya ini tidak benar di kemudian hari, saya bersedia dicabut predikat kelulusan

dan gelar kesarjanaan.

Palembang, Oktober 2015

Yang memberi pernyataan,

Maria Veronica Siahaan

NIM. 01111403035

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan atas rahmat dan karunia-Nya

sehingga saya dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi yang berjudul

“Pelaksanaan Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance pada PT PLN

(Persero) Unit Induk Pembangunan III”. Skripsi ini adalah untuk memenuhi salah

satu syarat kelulusan dalam meraih derajat Sarjana Ekonomi program Strata Satu

(S-1) Fakultas Ekonomi Universitas Sriwijaya.

Dalam penulisan skripsi tak terlepas dari berbagai macam kendala. namun

kendala tersebut dapat diatasi berkat bantuan, bimbingan dan dukungan berbagai

pihak. Penulis berharap kiranya skripsi ini dapat menambah pengetahuan pihak

lain yang membacanya.

Palembang, Oktober 2015

Maria Veronica S

vi

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan atas segala rahmat dan karunia-

Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi yang berjudul

“Pelaksanaan Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance pada PT PLN

(Persero) Unit Induk Pembangunan III” sebagai salah satu syarat dalam meraih

gelar Sarjana Ekonomi program Strata Satu (S-1) Fakultas Ekonomi Universitas

Sriwijaya.

Dalam penulisan skripsi tak terlepas dari berbagai macam kendala namun

kendala tersebut dapat diatasi berkat bantuan, bimbingan dan dukungan berbagai

piha. Untuk itu penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada :

1. Ibu Prof. Dr. Hj. Badia Perizade, MBA, selaku Rektor Universitas

Sriwijaya.

2. Bapak Prof. Dr. Taufiq, S.E.,M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sriwijaya.

3. Ibu Dr. Luk Luk Fuadah, S.E.,M.B.A., Ak., CA selaku Ketua Jurusan

Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas dan selaku dosen

pembimbing.

4. Ibu Emylia Yuniartie , S.E., M.Si., Ak selaku dosen pembimbing atas

bantuan dan bimbingannya dalam pengerjaan skripsi ini.

5. Seluruh Dosen Jurusan Akuntansi maupun jurusan lainnya di Fakultas

Ekonomi Universitas Sriwijaya atas ilmu yang diberikan selama masa

perkuliahan.

6. Seluruh Karyawan dan Staf Fakultas Ekonomi Universitas Sriwijaya

atas bantuan dalam hal administrasi.

7. Seluruh Karyawan PT PLN (Persero) UIP III atas bantuannya dalam

memberikan data di penulisan skripsi ini.

vii

8. Kedua orang tua tercinta atas kasih sayang, doa, bimbingan, serta

dukungan yang diberikan kepadaku selama ini .

9. Sahabat seperjuangan sepanjang perkuliahan Okta, Ayu, Anis, Nisa,

Lina, Raissa, Tia, Indah atas semua canda tawa, kebaikan, dan

dukungannya selama masa perkuliahan.

10. Teman-teman mahasiswa jurusan Akuntansi angkatan 2011 Fakultas

Ekonomi Universitas Sriwijaya yang tidak bisa disebutkan satu per satu

namanya. Terima kasih atas kerjasamanya selama perkuliahan.

11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah

memberikan bantuan dan dukungan hingga dapat terselesaikannya

skripsi ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas budi baik dan memberikan berkat-

Nya dalam setiap garis kehidupan kita.

Palembang,

Penulis,

Maria Veronica S

viii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Apapun yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti

untuk Tuhan dan bukan untuk manusia”

(Kolose3:23)

Skripsi Ini Kupersembahkan Kepada:

Kedua Orang Tua Tercinta

Sahabatku

Almamater yang Selalu Ku

Banggakan

ix

x

xi

xii

RIWAYAT HIDUP

Nama Mahasiswi : Maria Veronica Siahaan

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/Tanggal Lahir : Tanjung Enim / 13 Oktober 1993

Agama : Kristen

Status : Belum Menikah

Alamat Rumah (Orang Tua) : Komplek Sangkuriang Indah blok G2 Sako

Palembang

Alamat E-mail : [email protected]

Pendidikan Formal :

SD : SD Xaverius 9 Palembang

SMP : SMP Xaverius 7 Palembang

SMA : SMA Xaverius 3 Palembang

S1 : Universitas Sriwijaya Kampus Palembang /

Ekonomi Akuntansi

Pendidikan Non Formal : - Kursus Akuntansi Prospek

- Kursus Perpajakan IAI Palembang

- Kursus Bahasa Inggris Global

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN UJIAN KOMPREHENSIF ....................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI .................................................... iii

HALAMAN PERNYATAAN INTEGRITAS KARYA ILMIAH ............. iv

KATA PENGANTAR ................................................................................. v

UCAPAN TERIMA KASIH ....................................................................... vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN .............................................................. viii

ABSTRAK (BAHASA INDONESIA) ........................................................ ix

ABSTRAK (BAHASA INGGRIS) ............................................................. x

LEMBAR PERSETUJUAN ABSTRAK .................................................... xi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP .................................................................... xii

DAFTAR ISI ............................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

1.1. Latar Belakang .............................................................................. 1

1.2. Perumusan Masalah ...................................................................... 6

1.3. Tujuan Penelitian .......................................................................... 6

1.4. Manfaat Penelitian ........................................................................ 6

1.5. Sistematika Penelitian .................................................................. 7

BAB II LANDASAN TEORI ..................................................................... 9

2.1 Teori Agency ................................................................................ 9

xiv

2.2 Good Corporate Governance ....................................................... 10

2.3 Tujuan Penerapan Good Corporate Governance .......................... 11

2.4 Prinsip-prinsip Good Corporate Governance ............................... 13

2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan Good Corporate

Governance................................................................................... 20

2.6 Organ-Organ Good Corporate Governance................................... 22

2.7 Penelitian Sebelumnya .................................................................. 27

2.8 Kerangka Pemikiran ..................................................................... 32

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 33

3.1 Objek penelitian ............................................................................ 33

3.2 Rancangan Penelitian .................................................................... 33

3.3 Sumber Data ................................................................................. 33

3.4 Populasi ........................................................................................ 34

3.5 Teknik Analisis ............................................................................. 35

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ....................................... 36

4.1. Objek Penelitian............................................................................ 36

4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan.................................................. 36

4.1.2 Visi, Misi, dan Tata Nilai Perusahaan .................................. 37

4.2. Struktur Organisasi ....................................................................... 39

4.3. Uraian Fungsi dan Tugas Pokok .................................................... 39

BAB V Pembahasan ................................................................................... 50

5.1 Implementasi Good Corporate Governance pada PT PLN

(Persero) UIP III ........................................................................... 50

5.2 Pelaksanaan Prinsip Keterbukaan (Transparency) ........................ 51

5.3 Pelaksanaan Prinsip Akuntabilitas (Accountability) ....................... 53

5.4 Pelaksanaan Prinsip Pertanggungjawaban (Rensponsibility) .......... 56

5.5 Pelaksanaan Prinsip Kemandirian (Independensi) ......................... 58

5.6 PelaksanaanPrinsip Keadilan dan Kesetaraan (Fairness) ............... 60

xv

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN...................................................... 62

6.1 Kesimpulan ................................................................................... 62

6.2 Saran............................................................................................. 64

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 65

LAMPIRAN ................................................................................................ 67

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Suatu perusahaan didirikan dengan tujuan agar perusahaan tersebut

dapat memperoleh laba yang maksimal sehingga keberlanjutan perusahaan

terjamin dan jalannya perusahaan dapat berlangsung yang disertai dengan

peningkatan perusahaan secara kualitatif dan kuantitatif. Dalam usaha

yang semakin kompleks dan struktur organisasi yang semakin luas,

semakin disadari bahwa kemampuan pimpinan dalam mengendalikan

kegiatan perusahaan semakin terperinci, tetapi walaupun demikian

pimpinan perusahaan akan selalu mengusahakan agar perusahaan tetap

terkendali.

Salah satu penyebab terjadinya penurunan kinerja adalah lemahnya

tata kelola perusahaan atau tidak dilaksanakan prinsip-prinsip Good

Corporate Governance (GCG), hal ini tercermin dari kurang tersedianya

informasi untuk melakukan analisis resiko atau hasil investasi yang

berlebihan pada sumber daya yang tidak produktif yang pada akhirnya

menurunkan dan memudarkan kepercayaan kepada pemodal serta

lemahnya peraturan perundangan-undangan yang mengatur hak dan

kewajiban yang terkait dengan pihak-pihak yang berkepentingan yaitu

pemegang saham, Dewan Komisaris, Dewan Direksi, serta pihak-pihak

2

yang terkait dengan perusahaan lainya sehingga pengawasan terhadap

kinerja perusahaan sangat longgar.

Menyadari situasi dan kondisi demikian, pemerintah melalui

Kementerian Negara BUMN mulai memperkenalkan konsep Good

Corporate Governance di lingkungan BUMN, Melalui Surat Keputusan

Menteri BUMN No. Kep-117/M-MBU/2002 tanggal 1 Agustus 2002

tentang Penerapan Praktek Good Corporate Governance pada Badan

Usaha Milik Negara. Peraturan ini menekankan kewajiban bagi BUMN

untuk menerapkan Good Corporate Governance secara konsisten dan atau

menjadikan prinsip-prinsip Good Corporate Governance sebagai landasan

operasionalnya, yang pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai

pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan

kepentingan stakeholders lainnya, dan berlandaskan peraturan perundang-

undangan dan nilai-nilai etika. Komitmen GCG juga diberlakukan pada

sektor swasta non-BUMN (Alamsyah, 2010).

Penerapan Good Corporate Governance dalam pengelolaan

perusahaan sangat penting karena akan secara langsung akan memberikan

petunjuk yang jelas bagi perusahaan untuk mengambilan keputusan secara

tepat dan bertanggung jawab dan memungkinkan pengelolaan perusahaan

secara lebih aman, sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan dan

kepercayaan dari mitra usaha. Ada beberapa prinsip yang dibutuhkan

untuk membangun suatu budaya bisnis yang sehat, yaitu transparansi

3

(transparency), kemandirian (independency), akuntabilitas

(accountability), pertanggungjawaban (responsibility), dan kewajaran

(fairness). Kelima prinsip ini dikenal sebagai prinsip-prinsip Good

Corporate Governance.

Perusahaan yang menerapkan prinsip-prinsip Good Corporate

Governance diharapkan dapat bertahan dan tangguh dalam menghadapi

persaingan yang semakin ketat serta dapat menerapkan etika bisnis secara

konsisten sehingga dapat terwujud iklim usaha yang sehat, transparan, dan

efisien. Good Corporate Governance juga diharapkan menjadi sarana

yang bagus untuk menjadikan perusahaan lebih baik, antara lain dengan

meningkatkan disiplin anggaran, menghambat praktik-praktik Korupsi,

Kolusi, dan Nepotisme (KKN), mendayagunakan pengawasan, serta

mendorong efisiensi pengelolaan perusahaan.

Penerapan GCG perlu didukung oleh tiga pilar yang saling

berhubungan, yaitu negara dan perangkatnya sebagai regulator, dunia

usaha sebagai pelaku pasar, dan masyarakat sebagai pengguna produk dan

jasa dunia usaha. Prinsip yang harus dilaksanakan oleh masing-masing

pilar adalah Negara dan perangkatnya menciptakan peraturan perundang-

undangan yang menunjang iklim usaha yang sehat, efisien dan transparan,

melaksanakan peraturan perundang-undangan dan penegakan hukum

secara konsisten. Dunia usaha sebagai pelaku pasar menerapkan GCG

sebagai pedoman dasar pelaksanaan usaha. Masyarakat sebagai pengguna

produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dari keberadaan

4

perusahaan, menunjukan kepedulian dan melakukan kontrol sosial (social

control) secara obyektif dan bertanggung jawab (Wahyudin, 2008).

Sebagai salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di

Indonesia, PT. PLN (Persero) dituntut untuk menjalankan usaha dengan

sebaik-baiknya agar dapat membantu dan mensejahterakan masyarakat.

Kebutuhan listrik sangat penting bagi masyarakat untuk melakukan

berbagai kegiatan, oleh karena itu untuk meningkatkan pelayanan kepada

masyarakat PT. PLN (Persero) harus mampu bekerja secara efisien,

efektif, dan profesional.

Pada tahun 2003 PT. PLN (Persero) resmi menerapkan GCG

dengan dasar Kepmen BUMN Nomor KEP-117/M-MBU/2002 tentang

Penerapan Praktek GCG Pada BUMN tentang penerapan Good Corporate

Governance pada BUMN. PT.PLN (Persero) menyadari bahwa penerapan

Good Corporate Governance saat ini tidak hanya sebagai pemenuhan

kewajiban saja, namun telah menjadi kebutuhan dalam menjalankan

kegiatan bisnis Perusahaan dalam rangka menjaga pertumbuhan usaha

secara berkelanjutan, meningkatkan nilai perusahaan dan sebagai upaya

agar perusahaan mampu bertahan dalam persaingan (PLN, 2015).

PT. PLN (Persero) memiliki tujuan tersendiri dari diterapkannya

GCG. Tiga sasaran utama tersebut ialah, untuk memaksimalkan kinerja

perseroan melalui terciptanya proses pengambilan keputusan yang lebih

baik dan berkualitas, peningkatan efisiensi operasional, serta peningkatan

layanan kepada pemangku kepentingan; untuk meningkatkan nilai

5

perusahaan melalui peningkatan kinerja keuangan dan meminimalkan

risiko keputusan investasi yang mengandung benturan kepentingan;

kemudian yang terakhir untuk meningkatkan kepercayaan pemegang

saham serta kepuasan pemangku kepentingan karena meningkatnya nilai

perusahaan.

Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Labesi

(2013) yang melakukan penelitian mengenai Penerapan Prinsip-Prinsip

Good Corporate Governance Di PT Bank Sulut Kantor Pusat Manado.

Metode penelitian yang digunakan yaitu wawancara dan kuesioner. Hasil

penelitian tersebut menunjukan bahwa pelaksanaan GCG dan penerapan

prinsip-prinsip di PT Bank Sulut Kantor Pusat Manado telah terwujud

dengan baik. Pengawasan terhadap kinerja manajemen terkontrol dengan

baik dan tujuan perusahaan untuk peningkatan nilai perusahaan telah

dijalankan dengan baik.

Penelitian pada PT. PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan III

Palembang ini dilakukan untuk melihat bagaimana penerapan Good

Corporate Governance di perusahaan tersebut. Oleh karena itu penulis

berkeinginan untuk meneliti dan memastikan apakah pelaksanaan Good

Corporate Governance pada entitas yang bersangkutan telah berjalan

dengan efektif dan memberikan rekomendasi untuk mengambil kebjakan-

kebijakan yang diperlukan demi mencapai keunggulan bersaing.

Berdasarkan uraian diatas dan pentingnya penerapan Good

Corporate Governance pada Badan Usaha Mlik Negara (BUMN), maka

6

penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Pelaksanaan

Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance pada PT. PLN (Persero) Unit

Induk Pembangunan III”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dipaparkan diatas,

maka yang menjadi rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

“Bagaimana pelaksanaan prinsip-prinsip Good Corporate Governance pada

pada PT. PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan III?”

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, tujuan penelitian yang

ingin dicapai adalah untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan prinsip-

prinsip Good Corporate Governance pada pada PT. PLN (Persero) Unit

Induk Pembangunan III.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan bagi penelitian ini adalah:

1. Manfaat teoritis.

Hasil penelitian ini di harapkan dapat memperluas wawasan dan

menambah ilmu pengetahuan tentang teori-teori dan konsep yang

diperoleh selama perkuliahan dibandingkan dengan penerapannya secara

nyata dalam perusahaan serta dapat memberikan tambahan ilmu

7

pengetahuan dan menjadi bahan referensi bagi pihak-pihak yang

memerlukannya.

2. Manfaat praktis.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan

masukan atau pertimbangan bagi pihak manajer perusahaan untuk

menelaah lebih lanjut mengenai prinsip-prinsip penerapan Good

Corporate Governance, sehingga perusahaan dapat mengoptimalkan

fungsi dalam mencapai tujuan perusahaaan.

1.5. Sistematika Penelitian

Dalam penelitian ini penulis membuat suatu sistematik penulisan

yang akan memberikan gamabaran yang lebih jelas, yang terdiri dari

beberapa bab dengan rincian sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan secara garis besar mengenai latar

belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, serta sistematika penelitian.

BAB II : LANDASAN TEORI

Pada bab ini penulis menguraikan landasan teori yang mendasari

penelitian ini. Pembahasan meliputi pengertian Good Corporate

Governance, Tujuan Penerapan Good Corporate Governance,

8

Prinsip-prinsip Good Corporate Governance, Faktor-faktor

yang mempengarui Penerapan Good Corporate Governance,

serta Organ-Organ Good Corporate Governance. Selain itu bab

ini juga menjelaskan penelitian sebelumnya yang relevan

dengan penelitian yang dilakukan.

BAB III : METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan menjelaskanmengenai ruang lingkup

penelitian, rancangan penelitian, sumber data, dan juga teknik

analisis yang digunakan.

BAB IV : GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Bab ini menjelaskan tentang sejarah singkat berdirinya

perushaan, visi dan misi perusahaan, struktur organisasi, dan

pembagian tugas.

BAB V : ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisikan analisis yang penulis lakukan atas fungsi

penerapan Good Corporate Governance

BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisikan kesimpulan dari penelitian yang dilakukan dan

saran yang diajukan oleh peneliti.

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Agency

Dalam rangka memahami good corporate governance maka

digunakanlah dasar perspektif hubungan keagenan. Ernawan (2011)

mengemukakan bahwa dalam perekonomian modern, manajemen dan

pengelolaan perusahaan banyak dipisahkan dari kepemilikan perusahaan.

Hal ini sejalan dengan teori agency yang menekankan pentingnya pemilik

perusahaan (pemegang saham) menyerahkan pengelolaan perusahaan

kepada tenaga-tenaga professional yang disebut agen yang lebih mengerti

dalam menjalankan bisnis sehari-hari. Tujuan dari dipisahkannya

pengelolaan dan kepemilikan perusahaan yaitu agar pemilik perusahaan

memperoleh keuntungan yang maksimal mungkin dengan biaya yang

seefisien mungkin dengan dikelolanya perusahaan oleh tenaga-tenaga

professional.

Penyebab timbulnya manajemen laba akan dapat dijelaskan dengan

menggunakan teori agensi. Sebagai agen, manajer bertanggung jawab

secara moral untuk mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal)

dengan memperoleh kompensasi sesuai dengan kontrak. Dengan demikian

terdapat dua kepentingan yang berbeda di dalam perusahaan dimana

masing -masing pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan

tingkat kemakmuran yang dikehendaki .

10

Good Corporate governance yang merupakan konsep yang

didasarkan pada teori keagenan, diharapkan bisa berfungsi sebagai alat

untuk memberikan keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan

menerima return atas dana yang telah mereka investasikan. Good

Corporate Governance sangat berkaitan dengan bagaimana membuat para

investor yakin bahwa manajer akan memberikan keuntungan bagi mereka,

yakin bahwa manajer tidak akan mencuri, menggelapkan atau

menginvestasikan ke dalam proyek - proyek yang tidak menguntungkan

berkaitan dengan dana/kapital yang telah ditanamkan oleh investor.

Dengan kata lain yakni Good corporate governance diharapkan akan

dapat berfungsi untuk menekan atau menurunkan biaya keagenan (agency

cost).

2.2 Good Corporate Governance

Menurut Forum Corporate Governance in Indonesia (FCGI) 2001

pengertian Good Corporate Governance adalah Seperangkat peraturan yang

mengatur hubungan antara pemegang saham,pengurus (pengelola)

perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang

kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan

kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur

mengendalikan perusahaan”.

Menurut Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance

(KNKCG) Good Corporate Governance adalah suatu proses dari struktur

11

yang digunakan oleh organ perusahaan guna memberikan nilai tambah pada

perusahaan secara berkesinambungan dalam jangka panjang bagi pemegang

saham dengan tetap memperlihatkan kepentingan stakeholder lainnya,

berlandaskan peraturan perundang-undangan dan norma yang berlaku”

(Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance, 2006).

Berdasarkan pengertian diatas, Good Corporate Governance

didefinisikan sebagai suatu sistem pengendalian internal perusahaan yang

memiliki tujuan utama mengelola resiko yang signifikan guna memenuhi

tujuan bisnisnya melalui pengamanan aset perusahaan dan meningkatkan

investasi pemegang saham dalam jangka panjang (Effandi, 2009).

2.3 Tujuan Penerapan Good Corporate Governance

Dalam keputusan BUMN Nomor Kep. : 117/M-MBU/2002

diutarakan bahwa penerapan GCG pada BUMN bertujuan untuk :

1. Memaksimalkan nilai BUMN dengan cara meningkatkan prinsip

keterbukaan, akuntabilitas, dapat dipercaya, bertanggungjawab, dan

adil agar perusahaan memiliki daya saing yang kuat, baik secara

nasional maupun internasional.

2. Mendorong pengelolaan BUMN secara professional, transparan,

dan efisien, serta memberdayakan fungsi dan meningkatkan

kemandirian organ.

3. Mendorong agar organ dalam membuat keputusan dan

menjalankan tindakan dilandasi nilai moral yang tinggi dalam

12

kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku,

serta kesadaran akan adanya tanggung jawab sosial BUMN

terhadap stakeholder maaupun kelestarian lingkungan di sekitar

BUMN.

4. Meningkatkan kontribusi BUMN dalam perekonomian nasional.

5. Meningkatkan investasi nasional.

Tindakan pemantauan efektifitas praktik Corporate Governance

dalam suatu BUMN merupakan tanggung jawab dan dilakukan oleh

Komisaris atau Dewan Pengawas. Dalam hal ini pemegang saham atau

pemilik modal tidak diperkenankan mencampuri kegiatan operasional

perusahaan yang menjadi tanggung jawab Direksi sesuai dengan ketentuan

anggaran dasar perusahaan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku

(Kusumawati, 2005).

Corporate Governance sebagai suatu sistem bagaimana suatu

perusahaan dikelola dan diawasi, pelaksanaan GCG membawa banyak

manfaat dari penerapannya. Berikut ini pendapat beberapa tokoh, menurut

The forum for Corporate Governance in Indonesia yang dikutip oleh Imam

Sjahputra Tunggal dan Amin Widjaja Tunggal, kegunaan dari Corporate

Governance yang baik adalah :

1. Lebih mudah memperoleh modal.

2. Biaya modal (cost of capital) yang lebih rendah.

3. Memperbaiki kinerja Usaha.

4. Mempengaruhi harga saham

13

5. Memperbaiki kinerja ekonomi.

Corporate Governance yang baik merupakan langkah yang penting

dalam membangun kepercayaan pasar (market convidence) dan mendorong

arus investasi internasional yang stabil dan bersifat jangka panjang. Jadi

berdasarkan beberapa manfaat di atas dapat disimpulkan bahwa manfaat

GCG antara lain adalah entitas bisnis akan menjadi lebih efisien,

meningkatkan kepercayaan publik, dapat mengukur target kinerja

perusahaan, meningkatkan produktivitas, meningkatkan harga saham,

meningkatkan corporate image (Effandi, 2009).

2.4 Prinsip-prinsip Good Corporate Governance

Menurut SK Menteri BUMN Nomor: KEP-117/117/M-MBU/2002

tentang Penerapan Praktek Good Corporate Governance diutarakan bahwa

Prinsip Good Corporate Governance meliputi:

1. Keterbukaan ( Transparency )

2. Akuntabilitas ( Accountability )

3. Pertanggungjawaban ( Responsibility )

4. Kemandirian( Independency )

5. Kesetaraan dan Kewajaran( Fairness )

14

Prinsip-prinsip tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Keterbukaan ( Transparency )

Transparency yaitu keterbukaan dalam mengemukakan informasi

yang material dan relevan serta keterbukaan dalam melaksanakan proses

pengambilan keputusan. Dalam mewujudkan transparansi, perusahaan

harus menyediakan informasi yang cukup, akurat, dan tepat waktu

kepada pihak yang berkepentingan dengan perusahaan tersebut. Selain

itu, para investor harus dapat mengakses informasi penting perusahaan

secara mudah pada saat diperlukan.

2. Akuntabilitas ( Accountability )

Accountability (akuntabilitas) yaitu kejelasan fungsi dan

pelaksanaan pertanggungjawaban organ perusahaan sehingga

pengelolaannya berjalan secara efektif. Bila prinsip accountability

(akuntabilitas) ini diterapkan secara efektif, maka perusahaan akan

terhindar dari agency problem (benturan kepentingan peran).

3. Pertanggungjawaban ( Responsibility )

Responsibility (pertanggungjawaban) adalah kesesuaian atau

kepatuhan di dalam pengelolaan perusahaan terhadap prinsip korporasi

yang sehat serta peraturan perundangan yang berlaku. Peraturan yang

berlaku termasuk yang berkaitan dengan masalah pajak, hubungan

15

industrial, perlindungan lingkungan hidup, kesehatan atau keselamatan

kerja, standar penggajian, dan persaingan yang sehat.

4. Kemandirian ( Independency )

Independency atau kemandirian adalah suatu keadaan dimana

perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan

pengaruh atau tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip

korporasi yang sehat. Independensi penting sekali dalam proses

pengambilan keputusan. Hilangnya independensi dalam proses

pengambilan keputusan akan menghilangkan objektivitas dalam

pengambilan keputusan tersebut.

5. Kesetaraan dan Kewajaran ( Fairness )

Fairness yaitu keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak

Stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Fairness diharapkan membuat

seluruh aset perusahaan dikelola secara baik dan prudent (hati-hati),

sehingga muncul perlindungan kepentingan pemegang saham secara fair

(jujur dan adil). Fairness menjadi jiwa untuk memonitor dan menjamin

perlakuan yang adil di antara beragam kepentingan dalam perusahaan.

16

Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance (2006) prinsip

prinsip Good Corporate Governance meliputi:

1. Keterbukaan ( Transparency )

Untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan

harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara

yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan.

Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya

masalah yang disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi

juga hal yang penting untuk pengambilan keputusan oleh pemegang

saham, kreditur dan pemangku kepentingan lainnya.

Pedoman Pokok Pelaksanaan:

A. Perusahaan harus menyediakan informasi secara tepat waktu,

memadai, jelas,akurat dan dapat diperbandingkan serta mudah

diakses oleh pemangku kepentingan sesuai dengan haknya.

B. Informasi yang harus diungkapkan meliputi, tetapi tidak terbatas

pada, visi, misi,sasaran usaha dan strategi perusahaan, kondisi

keuangan, susunan dan kompensasi pengurus, pemegang saham

pengendali, kepemilikan saham oleh anggota Direksi dan anggota

Dewan Komisaris beserta anggota keluarganya dalam perusahaan

dan perusahaan lainnya, sistem manajemen risiko, sistem

pengawasan dan pengendalian internal, sistem dan pelaksanaan GCG

serta tingkat kepatuhannya, dan kejadian penting yang dapat

mempengaruhi kondisi perusahaan.

17

C. Prinsip keterbukaan yang dianut oleh perusahaan tidak mengurangi

kewajiban untuk memenuhi ketentuan kerahasiaan perusahaan sesuai

dengan peraturan perundang-undangan, rahasia jabatan, dan hak-hak

pribadi.

D. Kebijakan perusahaan harus tertulis dan secara proporsional

dikomunikasikan kepada pemangku kepentingan.

2. Akuntabilitas ( Accountability )

Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya

secara transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara

benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap

memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku

kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan

untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan.

Pedoman Pokok Pelaksanaan:

A. Perusahaan harus menetapkan rincian tugas dan tanggung jawab

masing-masing organ perusahaan dan semua karyawan secara jelas

dan selaras dengan visi, misi, nilai-nilai perusahaan (corporate

values), dan strategi perusahaan.

B. Perusahaan harus meyakini bahwa semua organ perusahaan dan

semua karyawan mempunyai kemampuan sesuai dengan tugas,

tanggung jawab, dan perannya dalam pelaksanaan GCG.

18

C. Perusahaan harus memastikan adanya sistem pengendalian internal

yang efektif dalam pengelolaan perusahaan.

D. Perusahaan harus memiliki ukuran kinerja untuk semua jajaran

perusahaan yang konsisten dengan sasaran usaha perusahaan, serta

memiliki sistem penghargaan dan sanksi (reward and punishment

system).

E. Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, setiap organ

perusahaan dan semua karyawan harus berpegang pada etika bisnis

dan pedoman perilaku (code of conduct) yang telah disepakati.

3. Pertanggungjawaban ( Responsibility )

Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta

melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan

sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang

dan mendapat pengakuan sebagai good corporate citizen.

Pedoman Pokok Pelaksanaan:

A. Organ perusahaan harus berpegang pada prinsip kehati-hatian dan

memastikan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan,

anggaran dasar dan peraturan perusahaan (by-laws).

B. Perusahaan harus melaksanakan tanggung jawab sosial dengan

antara lain peduli terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan

terutama di sekitar perusahaan dengan membuat perencanaan dan

pelaksanaan yang memadai.

19

4. Kemandirian ( Independency )

Untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG, perusahaan harus

dikelola secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan

tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain.

Pedoman Pokok Pelaksanaan:

A. Masing-masing organ perusahaan harus menghindari terjadinya

dominasi oleh pihak manapun, tidak terpengaruh oleh kepentingan

tertentu, bebas dari benturan kepentingan (conflict of interest) dan

dari segala pengaruh atau tekanan, sehingga pengambilan keputusan

dapat dilakukan secara obyektif.

B. Masing-masing organ perusahaan harus melaksanakan fungsi dan

tugasnya sesuai dengan anggaran dasar dan peraturan perundang-

undangan, tidak saling mendominasi dan atau melempar tanggung

jawab antara satu dengan yang lain.

5. Kesetaraan dan Kewajaran ( Fairness )

Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa

memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku

kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.

Pedoman Pokok Pelaksanaan:

A. Perusahaan harus memberikan kesempatan kepada pemangku

kepentingan untuk memberikan masukan dan menyampaikan

pendapat bagi kepentingan perusahaan serta membuka akses

20

terhadap informasi sesuai dengan prinsip transparansi dalam lingkup

kedudukan masing-masing.

B. Perusahaan harus memberikan perlakuan yang setara dan wajar

kepada pemangku kepentingan sesuai dengan manfaat dan kontribusi

yang diberikan kepada perusahaan.

C. Perusahaan harus memberikan kesempatan yang sama dalam

penerimaan karyawan, berkarir dan melaksanakan tugasnya secara

profesional tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, gender,

dan kondisi fisik.

2.5 Faktor-faktor yang mempengarui Penerapan Good Corporate

Governance

Untuk menciptakan keberhasilan dalam penerapan GCG, maka

diperlukan syarat-syarat tertentu. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan

oleh Daniri (2005) yaitu: “Keberhasilan penerapan GCG juga memiliki

prasyarat tersendiri. Ada dua faktor yang memegang peranan, faktor

eksternal dan internal”. Kedua jenis faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai

berikut:

1. Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah berbagai faktor yang berasal dari luar

perusahaan yang sangat mempengaruhi keberhasilan penerapan GCG,

antara lain:

21

A. Terdapatnya sistem hukum yang baik sehingga mampu menjamin

berlakunya supremasi hukum yang konsisten dan efektif;

B. Adanya dukungan pelaksanaan GCG dari sektor publik/lembaga

C. pemerintahan yang diharapkan dapat pula melaksanakan Good

Governance dan Cleane Government menuju Good Corporate

Governance yang sebenarnya;

D. Terdapatnya contoh pelaksanaan GCG yang tepat (best practices)

yang dapat menjadi standar pelaksanaan GCG yang efektif dan

profesional;

E. Terbangunnya sistem tata nilai sosial yang mendukung penerapan

GCG di masyarakat;

F. Adanya semangat anti korupsi yang berkembang dilingkungan

publik dimana perusahaan beroperasi disertai perbaikan masalah

kualitas pendidikan dan perluasan peluang kerja.

2. Faktor Internal

Faktor Internal adalah pendorong keberhasilan pelaksanaan praktek

GCG yang berasal dari dalam perusahaan. Faktor-faktor tersebut antara

lain:

A. Terdapatnya budaya perusahaan (corporate culture) yang

mendukung penerapan GCG dalam mekanisme dan sistem kerja

manajemen di perusahaan;

22

B. Adanya berbagai peraturan dan kebijakan yang dikeluarkan

perusahaan mengacu pada penerapan nilai-nilai GCG;

C. Adanya manajemen pengendalian resiko perusahaan yang

didasarkan pada kaidah-kaidah standar GCG;

D. Terdapatnya sistem audit (pemeriksaan) yang efektif dalam

perusahaan untuk menghindari setiap penyimpangan yang mungkin

akan terjadi;

E. Adanya keterbukaan informasi bagi publik untuk mampu

memahami setiap gerak dan langkah manajemen dalam perusahaan

sehingga kalangan publik dapat memahami dan mengikuti setiap

derap langkah perkembangan dinamika perusahaan dari waktu ke

waktu;

F. Kualitas, skill, kredibilitas, dan integritas berbagai pihak yang

menggerakan perusahaan. Dari uraian di atas dapat disimpulkan

bahwa penerapan good corporate governance bukan hanya untuk

saat ini saja, tetapi juga dalam jangka panjang dapat menjadi pilar

utama pendukung tumbuh kembangnya perusahaan sekaligus

sebaga alat untuk mencapai kemenangan dalam persaingan global.

2.6 Organ-Organ Good Corporate Governance

Menurut Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara

Nomor: PER- 01 /MBU/2011 Tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan

yang Baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara,

23

organ persero terdiri dari Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Dewan

Pengawas, dan Direksi.

2.5.1 Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.40 tahun 2007

tentang Perseroan Terbatas (UUPT) pasal 75 sampai dengan pasal 91, RUPS

merupakan sebuah forum dimana para Pemegang Saham memiliki

kewenangan untuk memperoleh informasi-informasi mengenai perusahaan,

baik dari Direksi maupun Dewan Komisaris. Informasi-informasi itu

merupakan landasan bagi RUPS untuk menentukan kebijakan dan langkah

strategis perusahaan dalam mengambil keputusan sebagai sebuah badan

hukum. Dalam forum RUPS, mekanisme penyampaian keterangan dan

keputusan itu disusun secara teratur dan sistematis sesuai agendanya. Dalam

forum RUPS, para peserta tidak dapat memberikan keterangan dan

keputusan diluar agenda rapat, kecuali RUPS itu dihadiri oleh semua

Pemegang Saham dan mereka menyetujui penambahan agenda rapat itu

dengan suara bulat.

RUPS menetapkan Indikator Pencapaian Kinerja ( Key

Performance Indicators) Dewan Komisaris/Dewan Pengawas berdasarkan

usulan dari Dewan Komisaris/Dewan Pengawas yang bersangkutan.

Selanjutnya Dewan Komisaris/ Dewan Pengawas wajib menyampaikan

laporan triwulanan perkembangan realisasi Indikator Pencapaian Kinerja

kepada para Pemegang Saham/Menteri.

24

Sebagai sebuah forum, pada prinsipnya RUPS harus

diselenggarakan di Indonesia. Penyelenggaraan itu dilakukan di tempat

kedudukan perusahaan atau di tempat perusahaan melakukan kegiatan

operasional. Selain di tempat perusahaan, RUPS juga dapat

diselenggarakan melalui media elektronik, misalnya media telekonferensi

atau video konferensi. Semua peserta RUPS yang diselenggarakan dengan

media elektronik harus bisa saling melihat dan mendengar secara langsung

serta berpartisipasi di dalam rapat. Meskipun sifatnya telekonferensi, RUPS

itu juga harus dibuatkan risalah rapatnya dan ditandatangani oleh semua

peserta rapat. Jenis RUPS dapat terdiri dari :

A. RUPS Tahunan adalah RUPS yang wajib diselenggarakan Direksi

minimal 6 bulan setelah tahun buku Perseroan berakhir. Dalam

RUPS Tahunan, Direksi mengajukan semua dokumen dari Laporan

Tahunan Perseroan.

B. RUPS Lainnya adalah RUPS yang dapat diadakan setiap waktu

berdasarkan kebutuhan untuk kepentingan Perusahaan.

Pemegang Saham dapat mengambil keputusan di luar RUPS,

dengan syarat semua Pemegang Saham dengan hak suara menyetujui secara

tertulis dengan menandatangani keputusan yang dimaksud. Keputusan

Pemegang Saham ini mempunyai kekuatan hukum mengikat yang sama

dengan keputusan RUPS secara fisik. Keputusan Pemegang Saham di luar

RUPS dapat dilakukan dalam bentuk surat keputusan atau surat biasa, yang

25

keduanya mempunyai kekuatan mengikat sebagai Keputusan

RUPS/Menteri.

Menurut Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara

Nomor : PER-01 /MBU/2011 Tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan

yang Baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara,

hak-hak Pemegang Saham antara lain:

A. Mendapatkan perlakuan yang sama (setara) antar Pemegang

Saham.

B. Menghadiri dan mempunyai hak mengemukakan pendapat dalam

Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

C. Mendapatkan informasi-informasi yang penting berkaitan dengan

BUMN secara tepat waktu, terukur dan teratur. Informasi tersebut

antara lain :

Panggilan untuk RUPS.

Informasi laporan metode perhitungan, penentuan serta rincian

atas gaji, honorarium, fasilitas, tunjangan.

Informasi mengenai Rencana Kerja Perusahaan dan Anggaran

Perusahaan.

Informasi keuangan perusahaan.

Informasi yang berkaitan dengan agenda RUPS yang diberikan

sebelum dan atau pada saat RUPS berlangsung.

D. Menerima deviden sesuai dengan komposisi modal yang

ditanamkan.

26

E. Menerima sisa kekayaan hasil likuidasi.

2.5.2 Dewan Komisaris

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.40 tahun 2007

tentang Perseroan Terbatas (UUPT) Pasal 1, definisi Dewan Komisaris

(Dewan Pengawas) adalah organ perusahaan yang menjalankan tugas

pengawasan secara umum dan/ atau khusus sesuai dengan anggaran dasar

yang telah ditetapkan perusahaan serta memberikan nasihat kepada

Direksi.Dalam Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara

Nomor: PER- 01 /MBU/2011 pasal 12, diatur mengenai fungsi Dewan

Komisaris, antara lain:

A. Mengawasi kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada

BUMN dan memberikan nasihat kepada Direksi.

B. Menjalankan tugasnya dengan menjunjung tinggi kepentingan

BUMN.

C. Membuat pembagian tugas yang diatur oleh mereka sendiri.

D. Menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan Dewan

Komisaris yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari

RKAP.

E. Memantau dan memastikan implementasi GCG dilakukan secara

efektif dan berkelanjutan.

F. Memastikan bahwa dalam Laporan Tahunan BUMN telah memuat

informasi mengenai identitas, pekerjaan-pekerjaan utamanya,

27

jabatan Dewan Komisaris/Dewan Pengawas di perusahaan lain,

termasuk rapat-rapat yang dilakukan dalam satu tahun buku (rapat

internal maupun rapat gabungan dengan Direksi), serta honorarium,

fasilitas, dan/atau tunjangan lain yang diterima dari BUMN yang

bersangkutan.

2.5.3 Dewan Direksi

Tugas dan fungsi utama Dewan Direksi menjalankan dan

melaksanakan pengurusan Perseroan. Jadi Perseroan diurus, dikelola dan

dimanage oleh Direksi (Harahap, 2009). Dari penjelasan tersebut dapat

disimpulkan tugas pokok Dewan Direksi adalah:

A. Bertanggungjawab penuh atas kepengurusan perusahaan.

B. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan maksud, tujuan perusahaan

dan demi kepentingan perusahaan.

C. 3.Mewakili perusahaan baik didalam maupun diluar pengadilan

sesuai dengan ketentuan anggara dasar perusahaan

2.7 Penelitian Sebelumnya

Novrianti dan Armas (2012) melakukan penelitian yang berjudul

“Pengaruh Corporate Sosial Responsibility Dan Good Corporate

Governance Terhadap Kinerja Perusahaan (Studi Pada Perusahaan

Manufaktur Di Bei Tahun 2009-2011)”. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui Corporate Social Responsibility dan Good Corporate

28

Governance yang terdiri dari Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan

Institusional, Ukuran Dewan Direksi, Komisaris Independen, dan Ukuran

Komite Audit berpengaruh signifikan secara simultan maupun parsial

terhadap kinerja perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia. Sampel penelitian ini adalah 11 perusahaan

manufaktur dari tahun 2009 hingga tahun 2011. Jenis data yang digunakan

adalah data sekunder yaitu berupa laporan tahunan yang diakses di

www.idx.co.id serta dari Pusat Informasi Pasar Modal (PIPM). Variabel

independen yang digunakan adalah Corporate Social Responsibility dan

Good Corporate Governance. Adapun teknik analisis yang digunakan

adalah regresi linear berganda.Hasil analisis menunjukkan bahwa: CSR dan

GCG berpengaruh secara simultan terhadap kinerja perusahaan. CSR tidak

berpengaruh secara parsial terhadap kinerja perusahaan (ROE) dan GCG:

Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Ukuran Dewan Direksi,

dan Ukuran Komite Audit tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan

(ROE) dan hanya Komisaris Independen berpengaruh secara parsial

terhadap kinerja perusahaan (ROE).

Sundari (2012) melakukan penelitian yang berjudul Evaluasi

Penerapan Good Corporate Governance Pada Bank Pada BPR Sarimadu.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat penerapan prinsip-prinsip tata kelola

perusahaan yang baik di bank-bank PD BPR Sarimadu, penelitian ini

menggunakan metode deskriptif dengan paradigma kualitatif, sedangkan

sumber data adalah data primer dan data sekunder. Sampel adalah PD BPR

29

Sarimadu. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa PD BPR Bank Sarimadu

mencoba untuk menciptakan iklim usaha yang bersih dan sehat dengan

mencoba menekan perilaku penipuan pada prosedur pinjaman yang

diimplementasikan di perusahaan dengan menerapkan prinsip-prinsip tata

kelola perusahaan dalam kegiatan perusahaan. Dari penelitian ini dapat

disimpulkan bahwa ada efek dari penerapan prinsip-prinsip tata kelola

perusahaan yang baik pada kinerja perusahaan. Sejak pertama kali

diterapkan, ini prinsip tata kelola perusahaan yang baik sejauh ini berhasil

untuk mengurangi tingkat risiko kredit dengan tren menurun.

Labesi (2013) Melakukan penelitian yang berjudul Analisis

Penerapan Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance Di PT Bank Sulut

Kantor Pusat Manado. Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan

disebuah Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) di Indonesia yang bergerak

dibidang perbankan. Pelaksanaan tata kelola perusahaan yang baik dan

penerapan prinsip-prinsipnya, yakni: Transparansi, Akuntabilitas,

Pertanggungjawaban, Kewajaran, dan Kemandirian yang efektif dalam

suatu perusahaan merupakan alat pengendalian internal yang berperan

penting untuk mengurangi masalah yang timbul dalam perusahaan, sehingga

perusahaan dapat mengawasi dan memastikan bahwa kinerja manejemen

terkontrol dengan baik dan selalu mengarah pada peningkatan nilai

perusahaan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan

tata kelola perusahaan yang baik (GCG) serta penerapan prinsip-prinsipnya

dalam kinerja manajemen di PT Bank Sulut (Persero) Tbk. Penelitian ini

30

merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Metode

pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan kuesioner. Hasil

penelitian memperlihatkan bahwa pelaksanaan GCG dan penerapan prinsip-

prinsipnya di PT Bank Sulut Kantor Pusat Manado telah terwujud dengan

baik. Pengawasan terhadap kinerja manajemen terkontrol dengan baik dan

tujuan perusahaan untuk mengarahkan perusahaan pada peningkatan nilai

perusahaan dijalankan dengan baik.

Rachmawati (2012) melakukan penelitian yang berjudul Analisis

Penerapan Good Corporate Governance Pada Perum Perhutani Kbm-Ik

Gresik Sesuai Peraturan Menteri Negara BUMN NO: PER-01/MBU/2011.

Hasil penelitian menunjukkan penerapan GCG Pada Perhutani KBM IK

Gresik belum cukup baik karena hanya memenuhi 69.23% Peraturan

Menteri Negara BUMN No: PER-01/MBU/2011 dengan beberapa aspek

berikut: Pasal 5 mengenai Hak Pemegang Saham/Pemilik Modal, Pasal 20

mengenai Rencana Jangka Panjang, Pasal 25 mengenai Manajemen Risiko,

Pasal 32 mengenai Akses Informasi (meskipun akses hanya bisa didapat

dengan mengambilnya secara langsung dengan pihak terkait dan hanya

Catatan akuntansi dapat diakses melalui ERP secara online), Pasal 34

mengenai Keterbukaan Informasi, Pasal 36 mengenai Keselamatan Kerja

dan Pelestarian lingkungan,Pasal 37 mengenai Kesempatan Kerja Yang

Sama, Pasal 38 mengenai Hubungan dengan Pemangku Kepentingan, Pasal

40 mengenai Etika Berusaha, Anti Korupsi dan Donasi.

31

Sakke (2012) melakukan penelitian yang berjudul Analisis

Implementasi Kebijakan Good Corporate GovernanceTerhadap Kinerja

Bank Umum Pada PT Bank Sulteng. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

menganalisis pelaksanaan tata kelola perusahaan yang baik kebijakan yang

diterapkan di PT Bank Sulteng dan pengaruhnya terhadap pencapaian

kinerja sebagai Bank Umum, serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

implementasi kebijakan. Itu pengumpulan data kualitatif yang digunakan

observasi, dokumentasi, dan wawancara, sedangkan Pengumpulan data

kuantitatif dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang dibagikan

kepada 35 responden ditentukan melalui purposive sampling. Kedua data

yang digunakan untuk menyelidiki empat variabel meliputi komunikasi,

sumber daya, disposisi, dan struktur birokrasi. Hasil analisis penelitian ini

menunjukkan bahwa implementasi kebijakan tata kelola perusahaan yang

baik di PT Bank Sulteng tidak dilakukan cukup yang mempengaruhi

terhadap kinerja keuangan PT Bank Sulteng yang tidak dapat dicapai secara

optimal dan bahkan menurun secara signifikan dari tahun 2010 sampai

2011, desain dan implementasi elemen komunikasi, disposisi, dan Sumber

Daya di Sehubungan dengan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang

baik, yaitu transparansi, akuntabilitas, tanggung jawab, dan keadilan, tidak

juga dilaksanakan; sedangkan elemen struktur birokrasi telah dilaksanakan

dengan baik. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan kurang

optimalnya kebijakan itu sikap aparat, gaya manajemen kepemimpinan, dan

terkena pemegang saham yang melemahkan manajemen bank.

32

2.8 Kerangka Pemikiran

Dalam penelitian ini penerapan Good Corporate Governance pada

PT PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan III akan dianalisis dengan

menggunakan analisis deskriptif. Selanjutnya hasil analisis tersebut akan

direkomendasikan pada PT PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan III.

Adapun kerangka pemikiran yang dirancang dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

PT PLN (Persero) Unit

Induk Pembangunan III

Good Corporate Governance:

1. Keterbukaan (Transparency)

2. Akuntabilitas (Accountability)

3. Pertanggungjawaban (Responsibility)

4. Independensi (Independency)

5. Kewajaran (Fairness)

Metode Analisis:

Analisis Deskriptif

Hasil Analisis

Rekomendasi

33

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah PT. PLN (Persero) Unit Induk

Pembangunan III yang beralamat di Jl. Residen A. Rozak No. 2180

Palembang.

3.2 Rancangan Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian

deskriptif. Menurut Sugiyono (2005) metode deskriptif adalah suatu metode

yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil

penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih

luas. Tujuan dari penelitian deskripsi adalah untuk membuat deskriptif,

gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual akurat mengenai fakta-

fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.

3.3 Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Data Primer, yaitu data-data yang diperoleh secara langsung dari obyek

penelitian yang diperoleh melalui cara berikut

34

A. wawancara atau interview, yaitu dengan melaksanakan

wawancara dengan pihak-pihak yang berwenang untuk

memberikan informasi yang dibutuhkan.

B. Kuesioner, yaitu dengan menggunakan daftar pertanyaan yang

telah dipersiapkan dan dibagikan kepada pihak-pihak yang

mempunyai wewenang untuk memberikan informasi yang

diperlukan.

2. Data Sekunder, yaitu data-data yang diperoleh dari dokumentasi pada

objek penelitian seperti Gambaran umum objek dan Struktur organisasi

perusahaan.

3.4 Populasi

Menurut Sugiyono (2013) “populasi adalah wilayah generalisasi

yang terdiri atas objek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian menarik

kesimpulan. Populasi dalam penelitian ini adalah 30 orang karyawan

dibagian akuntansi. Sample penelitian ini adalah seluruh populasi penelitian.

Menurut Erlina (2007) jika penelitian menggunakan seluruh elemen

populasi menjadi data penelitian disebut sensus, jika hanya sebagian maka

disebut sampel. Dengan demikian metode pengambilan sampel yang

digunakan adalah sensus.

35

3.5 Teknik Analisis

Adapun metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah deskritif kualitatif, yaitu membandingkan teori-teori yang ada dengan

prosedur yang ditetapkan oleh perusahaan, dengan teknik analisis data,

sebagai berikut:

1. Mengumpulkan data-data yang berhubungan dengan penelitian untuk

dijadikan dasar acuan dalam menganalisa permasalahan yang telah

ditentukan.

2. Membagikan Kuesioner yang telah dibuat oleh penulis

3. Menghitung kuesioner dengan menggunakan rumus Dean J. Champion

(2009) sebagai berikut:

Jawaban "Ya"

Jawaban Responden× 100%

Penelitian hasil persentase diklasifikasikan menurut Dean J. Champion:

0%-25% : Penerapan GCG tidak memadai

26%-50% : Penerapan GCG kurang memadai

51%-75% : Penerapan GCG cukup memadai

76%-100% : Penerapan GCG sangat memadai

4. Membandingkan kenyataan yang ada dilapangan dengan teori yang

berkaitan dengan masalah yang diteliti.

5. Menganalisa apakah penerapan Good Corporate Governance yang ada

dalam perusahaan sudah berjalan sesuai dengan prosedur yang

seharusnya atau tidak.

6. Menarik Kesimpulan.

36

BAB IV

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

4.1 Objek Penelitian

4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan

PT. PLN atau Perusahaan Listrik Negara merupakan suatu

perusahaan yang bergerak dalam bidang penyediaan energi listrik dan

merupakan penyedia jasa kelistrikkan terbesar di Indonesia. Pada

awalnya PT. PLN ditetapkan sebagai pemegang kuasa usaha

ketenagalistrikan. Naamun sejak tahun 1992, pemerintah memberikan

kesempatan pada sektor swasta untuk bergerak dalam bisnis

penyediaan tenaga listrik. Oleh karena itu, bulan juni 1994 PLN

dialihkan dari perusahaan umum menjadi perusahaan perseroan

(persero) dan bertindak sebagai Pemegang Kuasa Usaha

Ketenagalistrikan (PKUK). Seiring dengan terbitnya UU Nomor 30

Tahun 2009, PLN bukan lagi sebagai PKUK namun sebagai Badan

Usaha Milik Negara (BUMN) dengan tugas menyediakan tenaga

listrik bagi kepentingan umum.

PT PLN Unit Induk Pembangunan (UIP) III yang berlokasi

di jalan Residen A. Rozak No. 2180 Palembang adalah unit usaha

ketenagalistrikan dibawah naungan PT PLN (Persero). PT PLN

(Persero) UIP III di didirikan pada tahun 1982 dengan nama PT PLN

37

Pikitring Sumbagsel. Pada saat itu wilayah kerjanya meliputi

Sumatera selatan, Jambi, Lampung dan Bengkulu. Organisasi PT PLN

UIP III telah beberapa kali mengalami perubahan nama, lingkungan

kerja, dan wilayah kerja. pada tahun 2013 sesuai dengan Kepdir

No.167.K/DIR/2013 pada tanggal 13 febuari 2013 dan Kepdir

No.792.K/DIR/2013 pada tanggal 30 desember 2013 namanya

berubah menjadi PT PLN Unit Induk Pembangunan (UIP) III dengan

wilayah kerja Sumatera Selatan, Jambi, Lampung, Bengkulu, Bangka

Belitung, dan Sumatera Barat.

Bidang usaha pada PLN UIP III adalah usaha penunjang

tenaga listrik yang meliputi pengelolaan dan pengendalian

pembangunan instalasi tenaga listrik, pembangunan infrakstruktur

berupa Gardu Induk dan jaringan transmisi di Sumatera Selatan,

Jambi, Lampung, Bengkulu, Bangka Belitung, dan Sumatera Barat.

4.1.2 Visi, Misi, dan Tata nilai Perusahaan

Tujuan:

Mengelola kegiatan pembangunan jaringan tenaga listrik sesuai

dengan lingkup pekerjaan, kualitas, waktu, biaya dan standar yang

telah ditetapkan sehingga pembangunan dapat diselesaikan sesuai

dengan target yang ditetapkan.

38

Visi:

Diakui sebagai perusahaan kelas dunia yang bertumbuh,

berkembang, unggul dan terpercaya dengan bertumpu pada potensi

insani.

Misi:

Melakukan pengelolaan dan pengendalian pembangunan

jaringan (Transmisi dan Gardu Induk) yang efektif, efisien dan

tepat waktu.

Melaksanakan administrasi konstruksi dengan bertindak

sebagai wakil pemilik.

Menghasilkan jaringan yang berkualitas dan siap dioperasikan.

Tata Nilai:

Saling Percaya, Integritas, Peduli dan Pembelajar.

Kompetensi Inti Organisasi:

Kemampuan mengendalikan dan mengelola pembangunan Gardu

Induk (GI) dan Jaringan Transmisi (TL) melalui manajemen

proyek.

Hubungan Kompetensi Inti dan Misi:

39

Dengan manajemen proyek yang baik maka PLN UIP III siap

melaksanakan pengelolaan dan pengendalian pembangunan

jaringan (Transmisi dan Gardu Induk) yang efektif, efisien dan

tepat waktu, berkualitas dan siap dioperasikan.

4.2 Struktur Organisasi PT PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan (UIP)

III

4.3 Uraian fungsi dan tugas pokok PT PLN (Persero) Unit Induk

Pembangunan (UIP) III

1. General Manager

Bertanggung jawab memastikan tersedianya analisa dan mitigasi

risiko, serta proses bisnis, terselenggaranya pengelolaan kegiatan

pembangunan jaringan tenaga listrik sesuai yang tercantum dalam

Daftar Isian Proyek (DIP), Petunjuk Operasional (PO) dan Anggaran

40

Investasi (AI), serta bertanggungjawab terhadp biaya, jadwal, dan mutu

sesuai target kinerja Unit Induk Pembangunan yang ditetapkan oleh

direksi dan mengoptimalkan sumber daya yang tersedia, serta

memastikan bahwa semua program pembangunan yang dilaksanakan

oleh Unit Induk Pembangunan telah diketahui oleh direksi, sesuai

dengan tugas pokok yang meliputi:

a. Mengembangkan strategi dan kebijakan pokok untuk peningkatan

kinerja Unit Induk Pembangunan;

b. Memastikan kelancaran koordinasi dan Service Level Agreement

(SLA) dengan pihak supervisi konstruksi dan supervisi desain;

c. Menetapkan Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) Unit

Induk Pembangunan;

d. Mengelola dan mengendalikan kegiatan pembangunan dan

bertindak sebagai wakil pemilik (owner);

e. Menetapkan sistem manajemen kinerja dan sistem manajemen

mutu Unit Induk Pembangunan serta pengendaliannya;

f. Mengembangkan hubungan kerja sama dengan pihak lain untuk

kelancaran dan keberhasilan penyelesaian pembangunan;

g. Mengembangkan dan memelihara kompetensi organisasi dan

kompetensi anggota organisasi Unit Induk Pembangunan;

h. Menetapkan Laporan Manajemen Unit Induk Pembangunan.

41

2. Bidang Perencanaan

Bertanggungjawab memastikan tersedianya perencanaan kerja atas

pelaksanaan kegiatan perencanaan umum dan lingkungan hidup serta

perencanaan konstruksi pembangunan, penetapan kebijakan manajemen

yang strategis dalam rangka pencapaian target kinerja Unit Induk

Pembangunan, serta mendukung restrukturisasi organisasi Unit Induk

Pembangunan, dengan tugas pokok meliputi:

a. Menyususun Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) Unit Induk

Pembangunan tahunan;

b. Mengelola kegiatan survey dan soil investigation;

c. Menyiapkan analisis dampak lingkungan dan pengelolaan

lingkungan hidup serta perijinan yang terkait dengan fasilitas

proyek dan pertanahan;

d. Merencanakan, memonitor, dan mengevaluasi kegiatan

pembebasan tanah;

e. Melaksanakan perencanaan pembangunan yang sinergi dengan

koordinasi bersama pihak supervisi konstruksi dan supervisi desian

antara lain Approval Drawing dan Spesifikasi;

f. Mengkoordinir persiapan dan pelaksanaan kegiatan pengadaan

termasuk menyiapkan dokumen pelelangan;

g. Merencanakan dan mengelola impplementasi Sistem Teknologi

Informasi.

42

3. Bidang Operasi Konstruksi

Bertanggung jawab dan memastikan terlaksananya pekerjaan

konstruksi pembangunan, konsolidasi unit pelaksana konstruksi sesuai

dengan jadwal, biaya, dan kualitas pekerjaan melalui pemantauan hasil

kerja untuk pencapaian target kinerja Unit Induk Pembangunan, dengan

tugas pokok meliputi:

a. Mengkoordinasikan secara keseluruhan pembangunan agar

pelaksanaan pembangunan dapat dilaksanakan secara tepat waktu,

biaya, dan mutu;

b. Menyususun Basic Communication internal dan eksternal dengan

pihak ketiga terkait dengan kelancaran pelaksanaan pembangunan;

c. Mengkoordinasikan kegiatan pelaksanaan administrasi teknik

meliputi admnistrasi tenaga kerja asing, administrasi kontrak

(penanganan klaim kontrak, amandemen kontrak, berita acara

pembayaran) dan pengendalian TKDN;

d. Mengelola persetujuan Master List dan kegiatan kepabeanan;

e. Mengelola pengendalian logistik dan administrasi monitoring

terkait dengan pekerjaan pembangunan;

f. Mengelola program keselamatan ketenagalistrikan;

g. Mengelola dan mengkoordinir serah terima proyek dan laporan

proyek selesai di lingkungan Unit Induk Pembangunan.

43

4. Bidang Keuangan dan Sumber Daya Manusia

Bertanggung jawab memastikan terselengggaranya pengelolaan

keuangan dan sumber daya manusia untuk mendukung kegiatan

pelaksanaan pekerjaan Unit Induk Pembangunan dalam mencapai target

kinerja Unit Induk Pembangunansesuai penetapan Direksi, dengan

tugas pokok meliputi:

a. Menyusun perencanaan alokasi pendanaan dan realisasi

pembayaran terkait dengan progres pembangunan;

b. Melaksanakan proses pembayaran sesuai dengan kewajiban dan

komitmen, serta proses pembayaran sesuai dengan ketentuan

kontrak;

c. Mengelola pelaksanaan kegiatan akuntansi, perpajakan, dan

asuransi;

d. Merencanakan dan mengelola pengembangan kompetensi dan karir

SDM;

e. Mengelola administrasi SDM di Unit Induk dan Unit Pelaksana;

f. Mengelola manajemen mutu;

g. Mengelola administrasi kesekretariatan dan umum.

5. Bidang Hukum, Komunikasi, dan Pertanahan

Bertanggung jawab atas seluruh proses hukum dan pertanahan dan

pelaksanaan proyek konstruksi, serta atas seluruh proses komunikasi

44

dengan pihak eksternal proyek untuk menunjang keberhasilan proyek

konstruksi, dengan tugas pokok:

a. Menyusun program penyelesaian masalah hukum dan

melaksanakan kegiatan hukum;

b. Melaksanakan konsultasi, penanganan dan penyelesaian

permasalahan hukum;

c. Melaksanakan kegiatan komunikasi dan kehumasan terkait dengan

pelaksanaan pembebasan tanah;

d. Menyususn basic communication intern dan ekstern dengan pihak

ketiga terkait;

e. Melaksanakan proses perijinan dan administrasi dokumen terkait

dengan pembebasan tanah dan sertifikasi tanah;

f. Merencanakan dan melakukan proses penyiapan dokumen dan

persiapan pelaksanaan pembebasan tanah;

g. Melakukan koordinasi dengan pihak terkait untuk pelaksanaan

pembebasan tanah;

h. Melaksanakan kegiatan pembebasan tanah;

i. Memonitor dan mengevaluasi serta menyelesaikan permasalahan

yang terkait dengan kegiatan pembebasan tanah;

j. Menyususun laporan hasil pembebasan tanah bersama instansi atau

unit terkait;

45

k. Melaksanakan sosialisasi, inventarisasi, dan menyusun daftar

nominatif terkait kegiatan pembebasan tanah dan kompensasi

ROW;

l. Melaksanakan proses pengajuan permohonan pembayaran

pembebasan tanah dan kompensasi ROW;

m. Mengkoordinir dan mengendalikan kegiatan Corporate Social

Responsibility (CSR)

6. Unit Pelaksana Konstruksi

Bertanggung jawab dan memastikan terselenggaranya pengelolaan

pembangunan sesuai kontrak dengan pihak supervisi konstruksi dan

supervisi desain sebagai bagian pencapaian target kinerja pembangunan

yang ditetapkan perusahaan, dengan tugas pokok meliputi:

a. Melaksanakan pengawasan, pengendalian teknik, dan administrasi

konstruksi;

b. Melaksanakan proses perijinan yang terkait dengan pelaksanaan

pekerjaan konstruksi;

c. Mendukung pelaksanaan survey perencanaan proyek terkait dengan

pelaksanaan analisa dampak lingkungan dan pengelolaan

lingkungan hidup;

d. Melaksanakan pemantauan dan pengendalian kemajuan fisik

pembagunan secara berkala, melalui sinergi dengan pihak supervisi

46

konstruksi dan supervisi desain, serta menyusun laporan kemajuan

pekerjaan pembangunan;

e. Mendukung pelaksanaan pembebasan tanah pada saat sosialisasi

dan inventarisasi;

f. Mengelola logistik, tata usaha gudang, serta administrasi umum;

g. Mengkoordinasikan pelaksanaan test komisioning, penyelesaian

pending item, dan penyiapan serah terima proyek di lingkungan

unit pelaksana konstuksi dengan unit pengusahaan;

h. Mengembangkan hubungan kerjasama dengan pihak lain meliputi

koordinasi dengan pihak stakeholder untuk kelancaran dan

keberhasilan penyelesaian pembangunan;

i. Membuat usulan kegiatan CSR ke kantor induk;

j. Melaksanakan kegiatan CSR yang telah disetujui kantor induk;

k. Menerima dan menindaklanjuti tanah dan ROW yang telah

dibebaskan untuk dilakukan pekerjaan konstruksi;

l. Mengendaliakan dan mengawasi tanah dan ROW yang telah

dibebaskan;

m. Apabila dibutuhkan, maka manajer UPK dapat memfasilitasi dalam

rangka koordinasi dengan muspida, kejaksaan, kepolisian,

pengadlan, tokoh masyarakat, dan istansi terkait lainnya.

47

7. Pejabat Pengadaan

7.1 Pejabat Perencana Pengadaan

Bertanggungjawab mengelola strategi perencanaan

pengadaan, menangani perencanaan portofolio pengadaan,

terutama yang masuk dalam kategori strategis, Leverage, dan

Critical atau Bottleneck, riset pasar dengan proses penilaian

kualifikasi, Due Diligence dan penyusunan Daftar Penyedia

Terseleksi (DPT) termasuk mengelola pengadaan yang

dikonsolidasikan dan disentralisasikan serta mempersiapakan

dokumen pengadaan, dengan tugas pokok sebagai berikut:

a. Menghasilkan rencana pengadaan dan strategi pengadaan PLN

yang berlaku setiap tahun;

b. Melakukan kajian atas kebutuhan barang dan jasa, ttermasuk

kebutuhan antisipasi jika terjadi keadaan darurat sumber daya

yang dibutuhkan, waktu pemanfaatan serta pendistribusian yang

menyesuaikan kebutuhan operasional dan proyek;

c. Menyususun dan mengelola dokumen rencana pengadaan

barang dan jasa;

d. Melaporkan hasil prosesperencanaan pengadaan baranang dan

jasa kepada atasan langsung untuk selanjutnya disampaikan

kepada Value For Money Committe dan disahkan oleh pengguna

barang dan jasa;

48

e. Menyusun draft dokumen pelelangan barang dan jasa atau

rencana kerja dan syarat-syarat;

f. Menyusun dan mengelola harga perkiraan engineering;

g. Melakukan evaluasi dan mengukur kinerja penyedia barang dan

jasa;

h. Membantu wakil pengguna barang dan jasa dalam pelaksanaan

manajemen perjanjian kontrak.

7.2 Pejabat Pelaksana Pengadaan

Bertanggung jawab melaksanakan pengadaan, mulai dari

pengumuman, penjelasan, evaluasi, memastikan Value For Money

dan mempersiapkan kontrak, dengan tugas pokok sebagai berikut:

a. Melakukan analisis yang mendalam terhadap lingkungana

pengadaan batrang atau jasa yang akan dilakukan;

b. Menyusun jadwal pelaksanaan pengadaan abrang atau jasa,

melakukan finalisasi dokumen pelelangan dan memahami

metode penyusunan estimasi biaya sebagai dasar Harga

Perkiraan Sendiri (HPS), konsep Total Cost of Ownership

(TCO), serta melakukan analisa penawaran harga dari penyedia

untuk diusulkan penetapannya oleh penggunan barang atau jasa.

c. Melakukan proses pengumuman atau undangan kepada calon

penyedia barang atau jasa.;

49

d. Memastikan calon penyedia barang atau jasa yang akan

diundang tidak termasuk dalam daftar hitam PLN, dan

melakukan penilaian kualifikasi calon penyedia barang atau jasa

dalam hal pengadaan melalu prakualifikasi atau pascakulaifikasi

yang tidak memiliki DPT;

e. Memberikan penjelasan pengadaan serta melakukan evaluasi

terhadap dokumen penawaran;

f. Menentukan penilaian kewajaran harga yang ditawarkan oleh

penyedia dengan berkoordiansi dengan pejabat perencana

pengadaan;

g. Memahami metode penyusunan estimasi biaya sebagai dasar

Harga Perkiraan Sendiri (HPS), konsep Total Cost of Ownership

(TCO), serta melakukan analisa penawaran harga dari penyedia;

h. Melakukan negosiasi kompetitif dengan calon penyedia yang

memberikan penawaran terbaik dan melampauin nilai minimum

kualitas( Best and Final Offer “BAFO”). BAFO merupakan

tambahan langkah setelah keseluruhan evaluasi untuk

meningkatkan kompetisi dan Value for Money;

i. Memastikan bahwa spesifikasi dan deskripdi teknis yang ditulis

tidak mengandung ambiguitas, jelas dan bersifat generik serta

mendorong kompetensi yang wajar antar penyedia, tidak

menyebut brand names, atau memberi restriksi

50

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Implementasi Good Corporate Governance (GCG) pada PT PLN

(Persero) UIP III

PT PLN (Persero) mulai melangkah kearah tata kelola perusahaan

yang baik yang dilandasi dengan penerapan prinsip-prinsip Good

Corporatae Governance (GCG). Pada tanggal 15 september 2003 Dewan

Komisaris dan Direksi PT PLN (Persero) berkomitmen untuk menerapkan

GCG dalam penyelenggaraan korporasi sebagimana Keputusan Menteri

Badan Usaha Milik Negera No. Kep-117/M-MBU/2002 tentang penerapan

praktik GCG pada Badan Usaha Milik Negara.

Sebagai kelanjutan dari penerapan GCG PT PLN (Persero) telah

menerbitkan “Code of Conduct” pada oktober 2005 sebagai kode etik dan

Buku Pedoman GCG sebagai acuan bagi seluruh manajemen perusahaan.

Panduan tersebut juga diterapkan sampai ke Unit Bisnis dan anak

perusahaan.

Dengan diterapkannya prinsip-prinsip GCG ini PT PLN (Persero)

berharap dapat meningkatkan nilai perusahaan dan juga kerpercayaan para

pemegang saham. Adapun prinsip-prinsip yang telah diterapkan oleh PT

PLN (Persero) UIP III adalah prinsip keterbukaan, prinsip akuntabilitas,

prinsip pertanggungjawaban, prinsip Independensi, dan prinsip kewajaran.

51

5.2 Pelaksanaan Prinsip Keterbukaan ( Transparansi )

Perhitungan persentase terhadap prinsip keterbukaan ( transparansi )

berdasarkan hasil jawaban kuesioner:

Pertanyaan Hasil Kuesioner

Total Ya Ragu-ragu Tidak

1 23 5 2 30

2 22 6 2 30

3 17 10 3 30

Jumlah 62 21 7 90

% 𝑇𝑟𝑎𝑛𝑠𝑝𝑎𝑟𝑎𝑛𝑠𝑖 = 62

90× 100% = 66.6%

Transparansi adalah keterbukaan dalam mengemukakan informasi

yang material dan relevan yang terkait dengan perusahaan. Perusahaan

berusaha untuk menyampaikan informasi dengan tepat waktu, jelas, akurat,

dan dapat diperbandingkan. Perusahaan juga membangun teknologi

informasi dimana para pemangku kepentingan dapat dengan mudah

mengetahui informasi penting dan kegiatan perusahaan. Salah satu teknologi

informasi ini adalah website perusahaan, melalui website perusahaan para

pemangku kepentingan dan publik dapat dengan mudah mengetahui

informasi perusahaan.

Berdasarkan hasil perhitungan persentase diatas penerapan prinsip

transparansi mencapai 66,6%, hal ini berarti penerapan prinsip transparasi

pada PT PLN (Persero) UIP III sudah cukup memadai. Hal ini dibuktikan

dengan dimilikinya website perusahaan yang dapat diakses dengan mudah

oleh semua pihak. Melalui website ini publik dapat memperoleh berbagai

52

informasi berupa gambaran umum perusahaan, visi, misi, tata nilai, tujuan,

serta struktur organisasi. Publik juga dapat melihat berbagai kegiatan yang

dilakukan oleh perusahaan.

Prinsip keterbukaan juga dapat dilihat dari kebijakan perusahaan

yang telah tertulis dan dikomunikasikan kepada pihak yang berkepentingan

dan yang berhak memperoleh informasi tersebut. Selain itu PT PLN

(Persero) Unit Induk Pembangunan III telah menyampaikan laporan

keuangan yang mencakup laporan keuangan unaudited triwulan, laporan

keuangan akhir tahun dan laporan Rencana Kerja Anggaran Perusahaan

(RKAP). Hal-hal yang di sampaikan dalam laporan tahunan diantaranya

meliputi ikhtisar data-data keuangan, laporan mengenai tata kelola

perusahaan yang telah dilaksanakan oleh perusahaan, profil perusahaan,

serta berbagai kegiatan yang telah dilakukan oleh perusahaan. Laporan

keuangan disusun secara baik dan akurat, hal ini dibuktikan dengan

kebijakan akuntansi yang dipakai oleh PT PLN (Persero) Unit Induk

Pembangunan III dimana laporan keuangan disusun berdasarkan Standar

Akuntansi Keuangan di Indonesia. Pelaporan keuangan PT PLN (Persero)

Unit Induk Pembangunan III ini tidak diterbitkan untuk publik tetapi

langsung diserahkan ke kantor pusat.

Prinsip keterbukaan juga dapat dilihat dari penyusunan Rencana

Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) yang dilakukan oleh General Manager

dan Manager Bidang Perencanaan. RKAP tersebut kemudian disampaikan

kepada seluruh jajaran perusahaan.

53

5.3 Pelaksanaan Prinsip Akuntabilitas

Perhitungan persentase terhadap prinsip Akuntabilitas berdasarkan hasil

jawaban kuesioner:

Pertanyaan Hasil Kuesioner

Total Ya Ragu-ragu Tidak

1 24 6 - 30

2 19 8 3 30

3 23 5 2 30

4 25 5 - 30

5 26 4 - 30

Jumlah 117 28 5 150

% 𝐴𝑘𝑢𝑛𝑡𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 = 117

150× 100% = 78,0%

Perhitungan persentase akuntabilitas di atas diperoleh hasil

persentase secara keseluruhan yakni sebesar 78,0% sehingga dapat ditarik

kesimpulan bahwa prinsip akuntabilitas pada PT PLN (Persero) UIP III

sudah sangat memadai.

Akuntabilitas diperlukan untuk mengatasai masalah yang timbul

karena adanya perbedaan kepentingan individu dengan perusahaaan. Oleh

karena itu perusahaan harus menerapkan akuntabilitas dengan menetapkan

rincian tugas, wewenang, dan tanggung jawab setiap karyawan secara jelas

dan sesuai dengan visi,misi, nilai-nilai perusahaan, dan strategi perusahaan.

Implementasi dari prinsip akuntabilitas dalam penerapan Good

Corporate Governance pada PT PLN (Persero) UIP III adalah adanya

pembagian tugas dan kewajiban yang jelas disetiap jajaran perusahaan

54

dengan tidak adanya benturan tugas disetiap bidangnya. Pembagian tugas

dan wewenang ini ditetapkan dalam suatu surat keputusan dan penjabaran

wewenang kerja tersebut dapat dilihat dari struktur organisasi perusahaan.

PT PLN (Persero) menerapkan prinsip akuntabilitas dengan

diterbitkannya Board Manual, Code of Conduct dan Pedoman Good

Corporate Governance yang mendasari tugas dan kewajiban organ – organ

perusahaan. Perusahaan mendorong seluruh individu untuk menyadari hak,

kewajiban, dan tanggung jawab untuk mencapai visi, misi, dan tujuan

perusahaan.

Sejak tahun 2004 PT PLN (Persero) secara intensif melaksanakan

program sertifikasi Bidang Pembangkitan yang meliputi ISO 14001 tentang

Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan, SMK3, Kelaikan Operasi,

Sertifikasi Kompetensi Operasi dan Pemeliharaan. Sasaran yang hendak

dicapai adalah setiap Pusat Tenaga Listrik (Pembangkit) harus dikelola

dengan mengikuti standar internasional yang dibuktikan dengan

diperolehnya Sertifikasi Bidang Pembangkitan. Penerapan Sistem

Manajemen Mutu melalui program sertifikasi diyakini akan membuat

akuntabilitas kegiatan operasional meningkat, sehingga tingkat kepercayaan

para kreditor dan para pemangku kepentingan lain terhadap PLN membaik.

PT PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan III juga telah

memiliki ukuran kinerja di seluruh jajaran, serta memiliki sistem reward

dan punishment kepada karyawan untuk meningkatkan kinerja SDM. Selain

memberikan pernghargaan kepada karyawan yang berprestasi, PT PLN

55

(Persero) UIP III juga memberikan sanksi kepada karyawan yang

melakukan pelanggaran. Dengan diadakannya sistem reward dan

punishment ini seluruh jajaran PT PLN (Persero) UIP III diharapkan lebih

termotivasi dalam meningkatkan kinerjanya.

Perusahaan menjamin bahwa setiap karyawan yang bekerja pada

PT PLN (Persero) mempunyai keahlian dalam bidang yang mereka

kerjakan. PT PLN (Persero) telah menempatkan karyawan yang memiliki

kemampuan yang sesuai dan memadai berdasarkan kriteria kualifikasi yang

harus dimiliki untuk masing-masing jabatan. Kriteria kualifikasi yang biasa

digunakan yaitu berdasarkan tingkat pendidikan, pengalaman kerja, dan

juga kompetensi yang dimiliki.

PT PLN (Persero) mempunyai gerakan “PLN Bersih, No Suap”

yang merupakan upaya menciptakan budaya perusahaan. Budaya ini

diterapkan di seluruh jajaran PLN untuk meningkatkan akuntabilitas dalam

menjalankan tugas pengelolaan perusahaan sehari-hari. Untuk mewujudkan

gerakan “PLN Bersih, No Suap” PT PLN (Persero) menjalin kerjasama

dengan jaringan global anti korupsi Transparency Internasional Indonesia

(TII) sejak tanggal 6 Maret 2012. TII merupakan bagian dari jaringan global

anti korupsi yang selama ini berjuang membangun dunia yang bersih dari

praktik dan dampak korupsi. Kerjasama ini bertujuan untuk memastikan

bahwa dalam menjalankan usahanya PT PLN (Persero) sungguh-sungguh

menerapkan praktik GCG dan anti korupsi. Selain itu PT PLN (Persero)

telah menerapkan aturan Whistle blowing system atau sistem pelaporan

56

pelanggaran. Dalam hal ini konsumen pengguna jasa listrik dapat

melaporkan tindak pelanggaran berupa korupsi yang dilakukan oleh

karyawan PT PLN (Persero). Laporan tersebut nantinya akan ditindaklanjut

oleh PT PLN (Persero) , dan kepada pelapor akan diberikan jaminan

kerahasian identitas dan perlindungan.

5.4 Pelaksanaan Prinsip Pertanggungjawaban ( Responsibility )

Perhitungan persentase terhadap prinsip pertanggungjawaban

(responsibility ) berdasarkan hasil jawaban kuesioner:

% 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑎𝑛𝑔𝑔𝑢𝑛𝑔𝑗𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛= 70

90× 100% = 77,7%

Pertanggungjawaban perusahaaan adalah kesesuaian atau

kepatuhan didalam pengelolaan perusahaan terhadap prinsip korporasi yang

sehat dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Implementasi

pertanggungjawaban adalah dengan selalu patuh terhadap peraturan dan

hukum yang berlaku dan melaksanakan kewajiban keterbukaan informasi.

Berdasarkan hasil perhitungan persentase diatas penerapan prinsip

pertanggungjawaban mencapai 77,7%, hal ini berarti penerapan prinsip

Pertanyaan Hasil Kuesioner

Total Ya Ragu-ragu Tidak

1 20 10 - 30

2 24 4 2 30

3 26 3 1 30

Jumlah 70 17 3 90

57

pertanggungjawaban pada PT PLN (Persero) UIP III sudah sangat

memadai.

Dalam menerapkan prinsip pertanggungjawaban PT PLN

(Persero) Unit Induk Pembangunan III selalu mengutamakan kesesuaian

dalam didalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-

undangan yang berlaku dan prinsip korporasi yang sehat. Setiap pihak atau

bagian memiliki tugas dan fungsi masing-masing yang terpisah, dimana

alokasi tugas dan tanggung jawab masing-masing pihak secara jelas

tercantum dalam kebijakan peraturan perusahaan.

Untuk meningkatkan tanggung jawab setiap jajaran terhadap

kualitas pelaksanaan tugasnya, PLN menerapkan Kebijakan Manajemen

Kinerja. Melalui kebijakan tersebut, setiap insan PLN dituntut menunjukkan

tanggung jawabnya dalam melaksanakan tugas dan pelaksanaan tugas

tersebut dinilai untuk kemudian dijadikan dasar bagi penetapan jenjang karir

dan besaran remunerasi yang akan diterima. Remunerasi berbasis kinerja ini

sejalan dengan ketentuan peraturan terbaru dari Kementerian BUMN.

Kebijakan Manajemen Kinerja juga diterapkan dalam rangka optimalisasi

kinerja korporasi. Dalam kaitan ini, seluruh jajaran insan PLN, mulai dari

karyawan pelaksana, manajemen hingga Direksi, diberikan target kinerja

yang harus dicapai sesuai lingkup dan tanggung jawabnya.

Pertanggungjawaban kinerja dilakukan dalam bentuk asesmen kinerja atas

Key Performance Indicator (KPI) yang dilakukan secara berkala pada setiap

periode operasional.

58

PT PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan III juga telah

melaksanakan program Corporate Sosial Responsibility (CSR) di dalam

lingkungan perusahaan, seperti pemberian bantuan kepada korban bencana

banjir di desa Berok dan desa Padang Mulia di kabupaten Koba kepulauan

Bangka pada febuari 2015. PT PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan III

juga memberikan bantuan CSR berupa bantuan pembangunan rumah ibadah

kepada masyarakat setempat pada april 2015.

5.5 Pelaksanaan Prinsip Kemandirian ( Independensi )

Perhitungan persentase terhadap prinsip kemandirian ( independensi )

berdasarkan hasil jawaban kuesioner:

% 𝐾𝑒𝑚𝑎𝑛𝑑𝑖𝑟𝑖𝑎𝑛 = 58

90× 100% = 64.4%

Dalam rangka penerapan GCG perusahaan harus dikelola secara

independen sehingga masing-masing insan perusahaan tidak saling

mendominasi dan atau melempar tanggung jawab antara satu dengan yang

lain, dan juga tidak dapat diintervensi oleh pihak lain.

Pertanyaan Hasil Kuesioner

Total Ya Ragu-ragu Tidak

1 25 4 1 30

2 12 13 5 30

3 21 7 2 30

Jumlah 58 24 8 90

59

Berdasarkan hasil perhitungan persentase diatas penerapan prinsip

kemandirian mencapai 64,4%, hal ini berarti penerapan prinsip

pertanggungjawaban pada PT PLN (Persero) UIP III sudah cukup

memadai.

Untuk memastikan Kemandirian dalam setiap pengambilan

keputusan maupun pelaksanaan tugas, PT PLN (Persero) Unit Induk

Pembangunan III menerapkan dengan ketat kebijakan – kebijakan yang

tercantum dalam Code of Conduct sebagai acuan dalam pelaksanaan

aktivitas perusahaan. Code of Conduct berisi kebiasaan baik dan tata

pergaulan profesional di lingkungan PLN. Petunjuk ini mengatur mengenai

aspek kepemimpinan PLN, keanggotaan yang bertanggung jawab,

hubungan profesional antar anggota, dan hubungan dengan pihak eksternal.

Guna memenuhi pelaksanaan independensinya, karyawan PT PLN

(Persero) tidak diperkenankan menerima pemberian hadiah ataupun donasi

dalam bentuk apapun baik secara langsung maupun tidak langsung.

Pernyataan ini secara jelas dimuat dalam Code of Conduct.

Dalam proses pengambilan keputusan PT PLN (Persero) Unit

Induk Pembangunan III terkadang masih bergantung kepada keputusan

kantor pusat. Seperti kegiatan Corporate Sosial Responsibility (CSR)

dimana PT PLN (Persero) UIP III harus mengusulkan terlebih dahulu

pelaksanaan CSR ke kantor pusat, setelah disetujui oleh kantor pusat

barulah CSR dilaksanakan oleh PT PLN (Persero) UIP III.

60

5.6 Pelaksanaan Prinsip Keadilan dan Kesetaraan ( Fairness )

Perhitungan persentase terhadap keadilan dan kesetaraan ( fairness )

berdasarkan hasil jawaban kuesioner:

Pertanyaan Hasil Kuesioner

Total Ya Ragu-ragu Tidak

1 24 5 1 30

2 26 4 - 30

3 26 4 - 30

Jumlah 76 13 1 90

% 𝐾𝑒𝑠𝑒𝑡𝑎𝑟𝑎𝑎𝑛 = 76

90× 100% = 84.4%

Berdasarkan hasil perhitungan persentase diatas penerapan prinsip

kesetaraan atau fairness sudah mencapai 84,4%, hal ini berarti penerapan

prinsip transparasi pada PT PLN (Persero) UIP III sudah sangat memadai.

PT PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan III telah

melaksanakan prinsip kesetaraan dalam penerimaan karyawan,

pengembangan karir, dan pemenuhan hak dan kewajiban karyawan tanpa

membedakan suku, agama, gender, dan kondisi fisik. Dengan kata lain

perusahaan tidak membeda-bedakan karyawan, seluruh karyawan PT PLN

(Persero) Unit Induk Pembangunan III diperlakukan secara adil sesuai

dengan proporsinya masing-masing.

Dalam proses penerimaan karyawan PT PLN (Persero) Unit Induk

Pembangunan III telah memberikan pengumuman melalui website

perusahaan untuk tenaga kerja berpengalaman maupun fresh graduate.

61

PT PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan III juga telah

melakukan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) untuk

meningkatkan kemampuan kompetensi melalui program pelatihan dan

pendidikan, serta kepemimpinan kepada kayrawan baik secara internal

maupun eksternal. Setiap karyawan diberikan hak untuk meningkatkan

kemampuan dan potensinya melalui pendidikan dengan bantuan dana dari

perusahaan maupun tanpa bantuan dari perusahaan.

Selain dalam pengelolaan sumber daya manusia, PT PLN (Persero)

juga menerapkan asas kewajaran/kesetaraan dalam pemilihan vendor barang

maupun jasa. PT PLN (Persero) menerapkan program e-proc dalam proses

tender pengadaan barang dan jasa, serta menerapkan penilaian dan

pengumuman secara terbuka atas setiap kesempatan pengadaan barang dan

jasa. Proses, kualifikasi jenis barang dan jasa yang ditenderkan juga

diumumkan secara terbuka dan dapat diakses oleh calon peserta tender

sesuai dengan kualifikasi masing-masing. Kemudian PT PLN (persero) juga

melakukan penilaian berkala terhadap kinerja para vendor tersebut dengan

kriteria penilaian yang dapat diketahui oleh seluruh vendor. Hasil penilaian

akan diberikan secara tertutup kepada masing-masing vendor, untuk

menghormati privasi. Dengan penerapan asas kesetaraan tersebut, PLN

meyakini akan dapat menumbuh kembangkan budaya kompetisi yang sehat

dan pada akhirnya mendapatkan kualitas barang dan jasa sesuai kualifikasi

yang diharapkan dengan harga terbaik yang akan mendukung tercapainya

kinerja yang semakin baik.

62

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab

sebelumnya, maka penulis dapat menarik kesimpulan yang merupakan

jawaban dari rumusan masalah penelitian, secara umum penerapan prinsip-

prinsip Good Corporate Governance pada PT PLN (Persero) Unit Induk

Pembangunan III dapat dikatakan baik meskipun masih terdapat beberapa

kendala-kendala yang dihadapi. Adapun penerapan Good Corporate

Governance pada PT PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan III adalah

sebagai berikut:

1. Prinsip Keterbukaan

PT PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan III telah melaksanakan

prinsip keterbukaan dengan baik, hal ini dapat dilihat dimana

perusahaan telah membuat laporan keuangan triwulan, laporan akhir

tahun, dan laporan Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP).

Laporan keuangan yang disusun secara baik dan akurat berdasarkan

Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku. Keterbukaan informasi

mengenai perusahan dijelaskan secara terinci oleh PT PLN (Persero)

UIP III. Informasi tersebut dapat dengan mudah kita dapatkan melalui

media elektronik atau website PT PLN (Persero) UIP III.

63

2. Prinsip Akuntabilitas

Prinsip akuntabilitas pada PT PLN (Persero) UIP III diwujudkan

dengan kejelasan tugas dan tanggung jawab disetiap jajaran perusahaan.

Setiap karyawan diwajibkan untuk berpegang teguh pada Board

Manual, Code of Conduct dan Pedoman Good Corporate Governance.

PT PLN (Persero) UIP III menerapkan sistem Manajemen Mutu

melalui sertifikasi Bidang Pembangkitan yang meliputi ISO 14001

tentang Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan, SMK3, Kelaikan

Operasi, Sertifikasi Kompetensi Operasi dan Pemeliharaan. PT PLN

(Persero) UIP III juga telah memiliki ukuran kinerja di seluruh jajaran,

serta memiliki sistem reward dan punishment kepada karyawan untuk

meningkatkan kinerja SDM. PT PLN (Persero) juga telah bekerja sama

dengan TII untuk menerapkan budaya “PLN Bersih, No Suap”.

3. Prinsip Pertanggungjawaban

PT PLN (Persero) UIP III selalu mengutamakan kesesuaian dalam

didalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-

undangan yang berlaku dan prinsip korporasi yang sehat, serta

melaksanakan tanggung jawab sosial kepada masyarakat dan

lingkungan sektar.

4. Prinsip Independensi

Dalam setiap pengambilan keputusan maupun pelaksanaan tugas, PT

PLN (Persero) UIP III menerapkan dengan ketat kebijakan – kebijakan

64

yang tercantum dalam Code of Conduct sebagai acuan dalam

pelaksanaan aktivitas perusahaan. Perusahaan juga melarang

karyawannya untuk menerima pemberian hadiah ataupun donasi dalam

bentuk apapun baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam

pelaksanaan Corporate Sosial Responsibility (CSR) PT PLN (Persero)

UIP III masih bergantung kepada keputusan kantor pusat.

5. Prinsip Kewajaran dan Kesetaraan

PT PLN (Persero) UIP III telah melaksanakan prinsip kesetaraan dalam

penerimaan karyawan, pengembangan karir, dan pemenuhan hak dan

kewajiban karyawan tanpa membedakan suku, agama, gender, dan

kondisi fisik. Selain dalam pengelolaan sumber daya manusia, PT PLN

(Persero) juga menerapkan asas kewajaran/kesetaraan dalam pemilihan

vendor barang maupun jasa.

6.2 Saran

Adapun saran yang diberikan penulis berdasarkan hasil penelitian dan

kesiimpulan yang dieroleh adalah sebagai berikut:

1. Pimpinan PT PLN (Persero) UIP III sebaiknya selalu memperhatikan

perkembangan penerapan Good Corporate Governance yang ada

didalam perusahaan, dimana penerapan yang cukup baik selama ini

harus bisa ditingkatkan lagi demi perbaikan mutu pengelola perusahaan

dan untuk menaikan nilai perusahaan dimata Stakeholder.

65

Daftar Pustaka

Dean J. Champion. 2009. Metode dan Masalah Penelitian Sosial. Bandung: PT.

Refka Aditama

Daniri, Mas ahmad. 2005. Good Corporate Governance : Konsep dan

Penerapannya dalam Konteks Indonesia. Ray Indonesia. Jakarta.

Effandi, Arief. 2009. The Power of Good Corporate Governance: Teori dan

Implementasi. Jakarta: Salemba empat.

Erlina, Sri Mulyani. 2007. Metodologi Penelitian Bisnis: Untuk Akuntansi dan

Manajemen, Cetakan Pertama USU Press, Medan.

Ernawan, Erni. 2011. Organizational Culture Budaya Organisasi dalam

Perspektif Ekonomi dan Bisnis. CV. Alfabeta. Bandung.

Forum for Corporate Governance in Indonesia.2001 “Tata Kelola Perusahaan.”

Seri Tata Kelola Perusahan, Jilid I. Edisi ke-3. Jakarta.

Keputusan Menteri BUMN Nomor Kep-117/M-MBU/2002 tentang Penerapan

Praktek Good Corporate Governance pada Badan Usaha Milik Negara.

Keputusan Menteri BUMN Nomor Per-01/MBU2011 tentang Penerapan Praktek

Good Corporate Governance pada Badan Usaha Milik Negara

Komite Nasional Kebijakan Governance. 2006. Pedoman Umum Good Corporate

Governance di Indonesia. Jakarta: KNKG

Kusumawati, Dwi Novi dan Bambang Riyanto LS. 2005. Corporate Governance

dan Kinerja: Analisis Compliance Reporting dan Struktur Dewan terhadap

Kinerja. Simposium Nasional Akuntansi (SNA) VIII Solo.

Labesi, Thereza Michiko. 2013. Analisis Penerapan Prinsip-Prinsip Good

Corporate Governance Di PT Bank Sulut Kantor Pusat Manado. Jurnal

ISSN Vol.1 No.4 Desember 2013, Hal. 1274-1283

M. Yahya Harahap, S. H., 2009, Hukum Perseroan Terbatas, Sinar Grafika,

Jakarta

Novrianti ,Vesy dan Armas, Riadi. 2012. Pengaruh Corporate Sosial

Responsibility Dan Good Corporate Governance Terhadap Kinerja

Perusahaan (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Di Bei Tahun 2009-2011).

Jurnal ISSN, Vol. 1, No. 1, Oktober 2012 : 1-11

66

Pedoman Good Corporate Governance PT. PLN (Persero). 2003. PT. PLN

(Persero), Jakarta.

Rachmawati, Dyamustika.2012. Analisis Penerapan Good Corporate Governance

Pada Perum Perhutani Kbm-Ik Gresik Sesuai Peraturan Menteri Negara

Bumn No: Per-01/Mbu/2011. Jurnal Akuntansi. Universitas Negeri

Surabaya.

Sanusi, Anwar. 2003. Metodologi Penelitian Praktis Untuk Ilmu Sosial dan

Ekonomi. Buntara Media. Malang

Sakke, Yusuf. 2012. Analisis Implementasi Kebijakan Good Corporate

Governance Terhadap Kinerja Bank Umum Pada PT Bank Sulteng. Jurnal

ISSN Volume I Nomor 1, Desember 2012 hlm 1-15.

Sundari, Hastrid. Evaluasi Penerapan Good Corporate Governance Pada Bank

BPR Sarimadu. Jurnal Sorot Vol 9 No 1 April hal 1 – 121.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas

Zarkasyi, Moh. Wahyudin. 2008. Good Corporate Governance. Alfabeta.

Bandung.

https://alamsyahprasetio.wordpress.com/2010/10/28/pelaksanaan-good-corporate-

governance-di-indonesia/ diambil pada tanggal 19 April 2015

http://www.pln.co.id/blog/good-corporate-governance/ diambil pada tanggal 19

April 2015

67

Lampiran

PELAKSANAAN PRINSIP-PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE

PADA PT. PLN (PERSERO) UNIT INDUK PEMBANGUNAN III

I. Petunjuk pengisian kuisioner

Berilah tanda checklist ( √ ) pada kolom jawaban yang menurut Bapak/Ibu sesuai atau

paling tepat.

No. Uraian Pertanyaan Ya Ragu-Ragu Tidak

A. Keterbukaan (Transparency)

1. PT.PLN (Persero) UIP III mengungkapkan informasi keuangan

dan non-keuangan serta kejadian penting secara tepat waktu,

memadai, jelas, akurat dan dapat diperbandingkan serta mudah

diakses oleh pihak-pihak berkepentingan sesuai dengan haknya.

23 5 2

2. Kebijakan perusahaan telah tertulis dan dikomunikasikan kepada

pihak yang berkepentingan (stakeholders) dan yang berhak

memperoleh informasi tentang kebijakan tersebut.

22 6 2

3. Laporan Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) telah

disajikan secara lengkap, akurat, terkini, dan telah disampaikan

tepat waktu pihak-pihak berkepentingan (stakeholders) sesuai

ketentuan yang berlaku.

17 10 3

RESPONDEN YANG TERHORMAT,

Dalam segala kesibukan Bapak/Ibu pada saat ini, perkenankanlah saya memohon kesediaan

Bapak/Ibu untuk meluangkan waktu sejenak untuk menjawab semua pertanyaan dalam

kuisioner ini. Saya berharap Bapak/Ibu menjawab dengan jujur dan terbuka sesuai dengan

pendapat Bapak/Ibu. Sesuai dengan kode etik penelitian, saya menjamin kerahasiaan semua

data. Kesediaan Bapak/Ibu mengisi kuisioner ini adalah bantuan yang begitu berharga bagi

saya. Atas kesediaan Bapak/Ibu, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

68

B. Akuntabilitas (Accountability)

4. PT.PLN (Persero) UIP III telah menetapkan tanggung jawab yang

jelas dari masing-masing jajaran yang selaras dengan visi, misi,

sasaran usaha dan strategi perusahaan.

24 6 -

5. Seluruh jajaran perusahaan mempunyai kompetensi sesuai dengan

tanggung jawabnya dan memahami perannya dalam pelaksanaan

Good Corporate Governance (GCG)

19 8 3

6. PT.PLN (Persero) UIP III memiliki sistem pengendalian internal

yang efektif dalam pengelolaan perusahaan. 23 5 2

7. PT.PLN (Persero) UIP III memiliki ukuran kinerja dari seluruh

jajaran berdasarkan ukuran-ukuran yang disepakati konsisten

dengan nilai perusahaan (corporate values), sasaran usaha,

strategi, serta memiliki sistem pemberian penghargaan dan sanksi

(reward and punishment system).

25 5 -

8. Dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya, setiap

karyawan berpegang pada etika bisnis dan pedoman perilaku

yang telah disepakati.

26 4 -

C. Pertanggungjawaban (Responsibility)

9. Untuk menjaga kelangsungan usahanya, PT.PLN (Persero) UIP III

berpegang pada prinsip kehati-hati dan memastikan kepatuhan

terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku.

20 10 -

10. PT.PLN (Persero) UIP III memiliki Pedoman, Sistem, dan

Prosedur Kerja seluruh tingkatan atau jenjang organisasi yang

tersedia secara lengkap, dan sesuai dengan ketentuan dan

perundang-undangan yang berlaku.

24 4 2

11. PT.PLN (Persero) UIP III telah bertindak sebagai warga

perusahaan yang baik (Good Corporate Citizen/GCC) termasuk

peduli terhadap lingkungan dan melaksanakan tanggung jawab

sosial (Corporate Social Responsibility/CSR).

26 3 1

D. Independensi (Independency)

12. PT.PLN (Persero) UIP III memiliki kebijakan, sistem, dan

prosedur penyelesaian mengenai benturan kepentingan yang 25 4 1

69

mengikat seluruh jajaran perusahaan.

13. Seluruh jajaran PT.PLN (Persero) UIP III dapat mengambil

keputusan secara objektif dan bebas dari segala tekanan dari pihak

manapun.

12 13 5

14. PT.PLN (Persero) UIP III mengungkapkan benturan kepentingan

dalam setiap keputusan, dilengkapi dengan risalah rapat dan

didokumentasi dengan baik.

21 7 2

E. Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness)

15. PT.PLN (Persero) UIP III senantiasa memperhatikan kepentingan

seluruh pihak-pihak berkepentingan (

stakeholders) berdasarkan asas kesetaraan dan kewajaran.

24 5 1

16. PT.PLN (Persero ) UIP III memberikan kesempatan kepada

seluruh pihak-pihak berkepentingan (stakeholders) untuk

memberikan masukan dan menyampaikan pendapat bagi

kepentingan perusahaan serta mempunyai akses terhadap

informasi sesuai dengan prinsip keterbukaan.

26 4 -

17. PT.PLN (Persero) UIP III memberikan kesempatan yang sama

dalam penerimaan karyawan, berkarir, dan melaksanakan

tugasnya secara profesional tanpa membedakan suku, agama,

gender, dan kondisi fisik.

26 4 -