PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

124
PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN SEPEDA MOTOR MELALUI LAYANAN GO-SEND DALAM APLIKASI GO-JEK SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana (Strata-1) Pada Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia Yogyakarta Oleh: AKBAR SETIAWAN P. No. Mahasiswa : 13410387 PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2017

Transcript of PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

Page 1: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN

SEPEDA MOTOR MELALUI LAYANAN GO-SEND DALAM APLIKASI

GO-JEK

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh

Gelar Sarjana (Strata-1) Pada Fakultas Hukum

Universitas Islam Indonesia

Yogyakarta

Oleh:

AKBAR SETIAWAN P.

No. Mahasiswa : 13410387

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

2017

Page 2: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

ii

elah Dipertahankan di Hadapan Tim Penguji dalam

Ujian Tugas Akhir/Pendadaran

Pada Tanggal 8 Maret 2017 dan Dinyatakan LULUS

Yogyakarta,8 Maret 2017

SURAT PERNYATAAN

ORISININALITAS KARYA TULIS ILMIAH

BERUPA TUGAS AKHIR MAHASISWA

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Tim Penguji Tanda Tangan

1. Ketua : Dr. Budi Agus Riswandi S.H., M.Hum. ..........................

2. Anggota : Ery Arifudin S.H., M.H. ..........................

3. Anggota : Nurjihad S.H., M.H. ..........................

Mengetahui:

Universitas Islam Indonesia Yogyakarta

Fakultas Hukum

Dekan,

Dr. Aunur Rahim Faqih., S.H.,M.Hum

NIP. 844100101

Page 3: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

iii

Page 4: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

iv

Page 5: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

v

Page 6: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

vi

CURICULUM VITAE

1. Nama Lengkap : Akbar Setiawan P.

2. Tempat Lahir : Gorontalo

3. Tanggal Lahir : 21 Juni 1995

4. Jenis Kelamin : Laki-Laki

5. Golongan Darah : A

6. Alamat Terakhir : Taman Siswa, Nyutran, Gang

Warsokusumo, Mergangsan,

Yogyakarta.

7. Alamat Asal : Jl. Palu 1 No. 19, Liluwo, Kota Tengah,

Gorontalo.

8. Identitas Orang tua/Wali

a. Nama Ayah : Dharmawansyah Pulubuhu

Pekerjaan Ayah : Wiraswasta

b. Nama Ibu : Misro Suroso S.E., M.M.

Pekerjaan Ibu : Wiraswasta

9. Riwayat Pendidikan

a. SD : SD N 1 Kayubulan

b. SLTP : SMP N 1 Kota Gorontalo

c. SLTA : SMA N 3 Gorontalo

10. Hobby : Interiror Decoration

Page 7: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

vii

MOTTO

“...niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu

dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat...”- Q.S. Al-

Mujadalah ayat 11

“THE BEST SWARD IN THE WORLD IS SCIENCE AND KOWLEDGE

THAT YOU HAVE - PEDANG TERBAIK DI DUNIA INI ADALAH ILMU

DAN PENGETAHUAN YANG KAMU MILIKI” - Akbar Setiawan P.

Sejatinya Badai Pasti Berlalu, Hanya Saja Kamu Perlu Cukup Sabar dan Kuat

untuk Bertahan Melewatinya - Akbar Setiawan P.

DREAM, BELIEVE, AND MAKE IT HAPPEN – AgnezMo

Page 8: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

viii

PERSEMBAHAN

I dedicate this thesis for my lovely family, especially my mom and also want

to say thank you for all that you have done.

I dedicate this thesis to all those who have participated in my research. And I also

dedicate this thesis for my campus, for the law science, and for this State.

Page 9: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

ix

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Alhamdulillahhirabbil’alamin, puji syukur Penulis panjatkan kehadirat

Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga Penulis

dapat menyelesaikan Tugas Akhir/Skripsi ini dengan baik guna memenuhi syarat

kelulusan pada Fakultas Hukum Universitas Islam Indoensia. Shalawat serta salam

semoga selalu tercurah kepada junjungan besar kita, manusia teladan sepanjang

zaman, Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah

menuju zaman yang penuh dengan pengetahuan dan cahaya Islam.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Tugas Akhir/Skripsi ini tidak

lepas dari doa, motivasi, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena

itu, perkenankanlah Penulis menghaturkan ucapan terimakasih dan penghargaan

yang sebesar-besarnya kepada :

1. Kedua orang tua Penulis, Dharmawansyah Pulubuhu dan Misro Suroso S.E.,

M.M. Sungguh merupakan salah satu hal yang selalu penulis syukuri dapat

terlahir ditengah keluarga ini. Terima Kasih atas cinta dan kasih sayang yang

tiada akhir, motivasi serta doa tulus yang tak pernah putus.

2. Seluruh keluarga besar terutama kakak dan adik Penulis, mereka adalah

salah satu alasan bagi Penulis untuk segera menyelesaikan studi dan tugas

akhir/skripsi ini. Terima kasih atas doa dan dukungan yang mungkin diam-

diam kalian panjatkan kepada Allah SWT.

Page 10: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

x

3. Bapak Dr. Budi Agus Riswandi, S.H., M.Hum., dan Ibu Retno Wulansari

S.H., M.Hum., selaku dosen pembimbing skripsi I dan II yang sangat

menginspirasi dan membantu Penulis sehingga tugas akhir ini dapat

terselesaikan tepat pada waktunya. Terima kasih atas waktu dan ilmu selama

penyusunan tugas akhir/skripsi ini.

4. Dr. Aunur Rohim Faqih, S.H., M.Hum., Dekan Fakultas Hukum Universitas

Islam Indonesia, serta seluruh jajaran dosen dan karyawan Fakultas Hukum

Universitas Islam Indonesia, baik yang secara langsung maupun tidak

langsung telah membantu Penulis selama menuntut ilmu di kampus ini.

Terima kasih atas ilmu yang telah diajarkan kepada Penulis.

5. PT. GO-JEK Indonesia yang menjadi pembahasan dalam penelitian hingga

penulisan tugas akhir/skripsi ini. Semoga tugas akhir/skripsi ini dapat

menjadi suatu saran dan kritik yang bermanfaat untuk menjadikan

perusahaan lebih baik.

6. Oki Kustiwa c.SH., salah satu teman paling baik dan sabar yang pernah

Penulis temukan, terima kasih atas segala bantuan selama perkuliahan

hingga penyusunan skripsi ini. Sri Anggun Mutia Hunowu c.SH. yang telah

menjadi teman sepermainan, seperkuliahan, sepermagangan, dan

seperskripsian. Terima kasih sudah “memindahkan Gorontalo ke Jogja”.

Terima kasih atas semuanya teman. Muthmainnah K. Hamid yang telah

menjadi sepupu sepermainan, seperjuangan di jogja. Terima kasih atas

bantuan, dukungan, serta doanya selama ini, and also thank you for being

one of the actors who moved gorontalo to jogja.

Page 11: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

xi

7. Sahabat-sahabat Paradamns yaitu Ella Sabrina Hamid, Fahri Pratama, Tri

Putranto Gobel, Safira Alamri, Rahmat Noholo, Wulandari Pratiwi,

Ochtarina Mahmud, yang telah dipisahkan oleh pulau namun tetap

senantiasa mendoakan Penulis, mendukung dan memotivasi secara tidak

langsung. Thank you for always listening, understanding, motivating, and

always being my best friend. You are also one of the best things that ever

happened to me. Karena sejauh apapun Penulis melangkah mereka tetaplah

“rumah”, tempat kembali. Without you all, i won’t be the same.

8. Teman-teman alumni Kost VIP Arjuna, Kost Eyang, Kontrakan Masa Gitu,

Terima kasih atas bantuan dan dukungan, serta motivasi untuk semangat

menyusun skripsi. Terima kasih atas kekonyolan, canda, dan tawa selama

ini. Five words for you guys, Time flies but memory stays.

9. Teman-teman KKN Unit 48 Panceng yaitu Saiful Islam, Fellisyah Azizah,

Dara Damayanti, Muhammad Alfian, Erle Arwana, Imam Dwi Prasetyo, dan

An Nissa Ramadhona, yang sudah saling mendukung satu sama lain untuk

berpacu dalam menulis dan menyelesaikan tugas akhir/skripsi masing-

masing.

10. Pak Pardi, Bu Pardi dan anak-anaknya yang sudah menjadi keluarga kedua

bagi penulis di jogja. Terima kasih atas doa dan bantuan yang telah diberikan

sejak awal perkuliahan hingga saat-saat penulis menyelesaikan semua

persyaratan kelulusan di FH UII.

Page 12: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

xii

11. Semua pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu yang telah

berkontribusi baik langsung maupun tidak langsung sehingga dapat

terselesaikannya skripsi ini.

Semoga seluruh pihak yang terkait dalam penyusunan tugas akhir/skripsi ini

dapat diberikan balasan yang paling baik oleh Allah SWT sebaik-baiknya pemberi

balasan. Tidak lupa juga penulis sampaikan permohonan maaf sebesar-besarnya

apabila penulis melakukan kesalahan selama proses penelitian dan pencarian data

berlangsung. Akhirnya, semoga tugas akhir/skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua

pihak yang membaca, serta dapat menjadi rujukan keilmuan bagi yang

membutuhkannya. Penulis juga menyadari bahwa Tugas akhir/Skripi ini masih jauh

dari kata sempurna, oleh karena itu adanya kritik dan saran yang membangun sangat

dibutuhkan untuk perbaikan dan pembelajaran. Wabillahitaufiq wal hidayah

Wassalamu’alaikum Warahmatullahiwabarakatu.

Yogyakarta, 21 Februari 2017

Penulis,

Akbar Setiawan P.

NIM. 13410690

Page 13: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................i

HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................ii

HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................iii

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS ...........................................................iv

CURICULUM VITAE............................................................................................vi

MOTTO .................................................................................................................vii

PERSEMBAHAN.................................................................................................viii

KATA PENGANTAR ............................................................................................ix

DAFTAR ISI ........................................................................................................xiii

ABSTRAKSI ........................................................................................................xvi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .............................................................................................1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................6

C. Tujuan Penelitian .........................................................................................6

D. Orisinalitas Penelitian ..................................................................................7

E. Tinjauan Pustaka ..........................................................................................9

F. Definisi Operasional ..................................................................................21

G. Metode Penelitian ......................................................................................23

H. Kerangka Skripsi........................................................................................25

BAB II TINJAUAN UMUM PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG

A. PENGANGKUTAN SECARA UMUM......................................................27

1. Definisi Pengangkutan..........................................................................27

2. Asas-Asas Hukum Pengangkutan.........................................................28

3. Fungsi dan Tujuan Pengangkutan ........................................................30

4. Jenis-Jenis Pengangkutan dan Pengaturannya .....................................32

Page 14: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

xiv

5. Subjek dan Objek Hukum dalam Pengangkutan ..................................37

B. PERJANJIAN PENGANGKUTAN............................................................40

1. Defenisi Perjanjian Pengangkutan........................................................40

2. Terjadinya Perjanjian Pengangkutan ...................................................41

3. Dokumen dalam Pengangkutan ...........................................................46

4. Berakhirnya Perjanjian Pengangkutan .................................................47

5. Perjanjian Dalam Hukum Islam............................................................48

C. PENGANGKUTAN BARANG MELALUI ANGKUTAN DARAT..........50

1. Definisi Pengangkutan Barang.............................................................50

2. Jenis Angkutan di Darat........................................................................51

3. Para Pihak dalam Pengangkutan Barang di Darat ................................55

4. Penyerahan Barang Muatan .................................................................58

D. HUBUNGAN HUKUM PARA PIHAK DALAM PENGANGKUTAN

BARANG ...................................................................................................59

1. Hak dan Kewajiban Pengangkut ..........................................................60

2. Hak dan Kewajiban Pengirim ..............................................................61

3. Hak dan Kewajiban Penerima .............................................................62

E. TANGGUNG JAWAB DALAM PENGANGKUTAN BARANG ...........63

1. Prinsip-Prinsip Tanggung Jawab dalam Pengangkutan ......................63

2. Tanggung Jawab Pengangkut ..............................................................69

BAB III PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN

SEPEDA MOTOR MELALUI LAYANAN GO-SEND DALAM

APLIKASI GO-JEK

A. Pelaksanaan Pengangkutan Barang Menggukan Sepeda Motor melalui

Layanan Go-send dalam Aplikasi Go-jek Ditinjau berdasarkan Peraturan

Perundang-Undangan terkait Angkutan Jalan yang Berlaku .....................72

B. Tanggung Jawab Hukum apabila Terjadi Kerugian dalam Pelaksanaan

Pengangkutan Barang Menggukan Sepeda Motor Melalui Layanan Go-send

dalam Aplikasi Go-jek ...............................................................................84

Page 15: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

xv

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ..............................................................................................100

B. Saran ........................................................................................................101

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 16: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

xvi

ABSTRAK

Skripsi ini membahas tentang pelaksanaan pengangkutan barang menggunakan

sepeda motor, yang dilaksanakan oleh pengemudi ojek melalui layanan go-send

dalam aplikasi go-jek. Rumusan masalah yang diajukan adalah apakah

pelaksanaan pengangkutan barang menggunakan sepeda motor melalui layanan

go-send dalam aplikasi go-jek termasuk dalam kegiatan pengangkutan barang

berdasarkan peraturan perundang-undangan terkait angkutan jalan yang berlaku

di Indonesia? dan bagaimana tanggung jawab hukum apabila terjadi kerugian

dalam pelaksanaan pengangkutan barang menggunakan sepeda motor melalui

layanan go-send dalam aplikasi go-jek? Penelitian ini merupakan penelitian hukum

normatif, pengumpulan data dilakukan dengan cara studi kepustakaan. Metode

pendekatan masalah yang digunakan adalah pendekatan perundang-undangan dan

pendekatan konseptual. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa

pelaksanaan pengangkutan barang menggunakan sepeda motor melalui layanan

go-send dalam aplikasi go-jek tidak termasuk dalam kegiatan pengangkutan

barang berdasarkan peraturan perundang-undangan terkait angkutan jalan yang

berlaku di Indonesia, adalah hal ini tidak sesuai dengan UU No. 22 Tahun 2009

tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Dalam pelaksanaan pengangkutan

barang menggunakan sepeda motor melalui layanan go-send ini pihak yang harus

bertanggung jawab apabila terjadi kerugian adalah Pengemudi Ojek. PT. GO-JEK

Indonesia hanya bertanggung jawab pada penggunaan teknologi aplikasi yang

disediakannya, bukan pada penyelenggaraan angkutan umumnya. Dalam hal

terjadi kerugian pada pelaksanaan pengangkutan barang menggunakan sepeda

motor melalui layanan go-send maka upaya hukum yang dapat ditempuh oleh para

pihak yang merasa dirugikan dapat dengan jalur litigasi maupun non litigasi.

Dengan maraknya fenomena transportasi berbasis online seperti go-jek ini maka

menurut penulis perlu kiranya aturan yang jelas dan harmonis serta tidak saling

bertentangan satu sama lain. Perlunya peran Pemerintah untuk memastikan bahwa

pelaksanaan jasa transportasi berbasis online yang marak terjadi saat ini

dijalankan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Selain itu, PT. GO-JEK

Indonesia yang dalam hal ini adalah perusahaan penyedia aplikasi penghubung

jasa transportasi harusnya bermitra dengan perusahaan angkutan umum yang

memang dalam pelaksanaan pengangkutannya menggunakan kendaraan bermotor

umum, sehingga dapat tercipta pelaksanaan pengangkutan umum yang baik dan

aman serta sesuai dengan peraturan yang berlaku di Indonesia. Harus ada regulasi

yang jelas dari pemerintah mengenai pemisahan tanggung jawab antara pelaku

usaha teknologi aplikasi dengan pelaku usaha penyedia barang dan/atau jasa

karena antara pelaku usaha teknologi aplikasi dengan pelaku usaha penyedia

barang dan/atau jasa memiliki tanggung jawabnya masing-masing.

Kata kunci : Pengangkutan barang, sepeda motor, tanggung jawab.

Page 17: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Transportasi adalah suatu proses pemindahan orang dan/atau barang

dari suatu tempat ke tempat lain. Proses pemindahan orang dan/atau barang dari

suatu tempat ke tempat lain ini berfungsi meningkatkan nilai ataupun daya guna

dari sesuatu yang diangkut tersebut. Transportasi dalam kata lain dapat juga

disebut dengan pengangkutan. Pengangkutan dilakukan karena nilai barang

akan lebih tinggi ditempat tujuan daripada ditempat asalanya. Oleh karena itu,

pengangkutan dikatakan memberi nilai kepada barang yang diangkut. Nilai itu

akan lebih besar dari biaya yang dikeluarkan. Nilai yang diberikan berupa nilai

tempat (place utility) dan nilai waktu (time utility).1

Pengangkutan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam suatu

negara, dengan adanya pengangkutan atau transportasi kegiatan-kegiatan

disuatu negara dapat berjalan dengan lancar. Dalam kehidupan manusia,

pengangkutan memegang peranan yang sangat penting. Demikian juga halnya

dalam dunia perdagangan, bahkan pengangkutan memegang peranan yang

mutlak, sebab tanpa pengangkutan perusahaan akan mengalami kesulitan untuk

dapat berjalan. Nilai suatu barang tidak hanya tergantung pada barang itu

sendiri, tetapi juga tergantung pada tempat dimana barang itu berada, sehingga

dengan pengangkutan nilai suatu barang akan meningkat.2 Begitu penting

1 Ridwan Khairandy, Pokok-Pokok Hukum Dagang Indonesia, Revisi Pertama, (Yogyakarta: FH

UII Press, 2014), hlm 371. 2 Zainal Asikin, Hukum Dagang, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013), hlm 153.

Page 18: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

2

pengangkutan dalam dunia perniagaan, mengingat sarana ini sebagai angkutan

dari produsen ke agen/grosir, sampai ke konsumen, dari pelabuhan ke gudang,

dari pelelangan ikan ke pasar dan lain-lain.3

Indonesia adalah negara kepulauan yang sangat luas dengan letak

geografis antar pulau satu dan pulau lainnya berjauhan, kadang kala laut yang

memisahkan antara dua pulau lebih luas dari pada pulau yang dipisahkan.4 Oleh

karena itu di Indonesia pengangkutan secara umumnya dilakukan melalui

kegiatan angkutan darat, angkutan laut, dan angkutan udara. Hal ini demi

memenuhi kebutuhan pengangkutan diseluruh wilayah Indonesia yang letak

geografisnya merupakan negara kepulauan. Terhadap pengangkutan darat, di

Indonesia terdapat dua jenis yakni pengangkutan jalan raya dan pengangkutan

kereta api. Pengangkutan jalan raya tersebut dibagi atas pengangkutan terhadap

orang dan pengangkutan barang.

Di era globalisasi ini transportasi di suatu negara dari waktu ke waktu

terus mengalami perkembangan dan kemajuan. Terkait kemajuan bidang

transportasi, di Indonesia telah hadir moda transportasi berbasis aplikasi yakni

Go-jek. Go-jek merupakan suatu aplikasi ciptaan PT GO-JEK Indonesia berupa

perangkat lunak yang dapat diakses melalui handphone. Go-jek telah resmi

beroperasi di 10 kota besar di Indonesia, termasuk Jakarta, Bandung, Bali,

Surabaya, Makassar, Yogyakarta, Medan, Semarang, Palembang, dan

3 Sution Usman Adji, et. al., Hukum Pengangkutan di Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 1990),

hlm 1. 4 Toto T. Suriaatmadja, Pengangkutan Kargo Udara (Tanggung Jawab Pengangkut dalam

Dimensi Hukum Udara Nasional dan Internasional), (Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2005), hlm

1.

Page 19: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

3

Balikpapan dengan rencana pengembangan di kota-kota lainnya pada tahun

mendatang. Masyarakat yang tinggal atau beraktivitas di daerah-daerah

tersebut dapat dipastikan sudah tak asing lagi dengan fenomena maraknya

ojek yang layanannya berbasis aplikasi seluler ini. Terlebih lagi di awal

kemunculannya begitu marak pemberitaan di media-media yang

memberitakan terkait meluasnya teknologi aplikasi berfasilitas jasa

transportasi ini.

Go-jek merupakan aplikasi yang dapat menghubungkan antara

pengemudi ojek dengan pengguna jasa ojek. Dengan kata lain aplikasi ini

menyediakan informasi yang ditawarkan oleh penyedia layanan sebagai pihak

ketiga. Go-jek menyediakan beberapa macam informasi layanan antara lain

adalah:5

1. Go-ride : layanan transportasi sepeda motor

2. Go-car : layanan transportasi mobil

3. Go-food : layanan pesan antar makanan

4. Go-send : layanan kurir isntan pengantaran barang

5. Go-massage : layanan jasa pijat

6. Go-clean : layanan jasa kebersihan

7. Go-tix : layanan informasi acara dengan pembelian tiket

Dari layanan yang diberikan Go-jek tersebut di atas pada dasarnya

adalah bertujuan untuk memudahkan masyarakat dalam kegiatan pengangkutan

di beberapa perkotaan di Indonesia yang sering mengalami kemacetan. Dalam

5 Dikutip dari https://www.go-jek.com/ yang diakses tanggal 30 september 2016.

Page 20: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

4

hal proses pengangkutan umum, Go-jek rata-rata melayani pengangkutan

dengan moda sepeda motor sebagai alat angkut, yakni dengan mengangkut

barang atau orang dengan dipungut biaya tertentu. Seperti yang telah disebutkan

di atas, pada aplikasi Go-jek terdapat layanan Go-send. Layanan Go-send

merupakan layanan kurir instan atau angkutan barang yang dapat mengirim

surat atau barang dengan menggunakan sepeda motor sebagai alat angkut. Go-

send merupakan inovasi baru dalam pelayanan pengangkutan barang, karena

dapat mengantarkan barang dengan cepat dalam waktu 60 menit.

Berkembangnya platform teknologi aplikasi yang memfasilitasi jasa

transportasi seperti Go-jek ini menyebabkan munculnya reaksi dan tekanan

terhadap para pelaku usaha agar menjalankan usahanya berdasarkan izin yang

sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Di sisi lain melalui website

resminya, PT GO-JEK Indonesia dengan tegas menyatakan bahwa PT GO-JEK

Indonesia adalah suatu perseroan yang didirikan berdasarkan hukum Negara

Republik Indonesia. Go-jek adalah perusahaan teknologi dan bukanlah

perusahaan transportasi atau kurir sehingga tidak memberikan layanan

transportasi atau kurir. Go-jek tidak mempekerjakan penyedia layanan dan tidak

bertanggung jawab atas setiap tindakan dan/atau kelalaian penyedia layanan.

Go-jek hanya merupakan sarana untuk memudahkan pencarian atas layanan.6

Go-jek hadir dengan menuai pro-kontra dari beberapa pihak. Go-jek

dinilai tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang ada. Go-jek

dalam pelaksanaannya, melakukan kegiatan pengangkutan umum dengan

6 Dikutip dari https://www.go-jek.com/terms, yang diakses tanggal 30 September 2016.

Page 21: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

5

menggunakan sepeda motor, dimana sepeda motor tidak termasuk sebagai

kendaraan bermotor umum yang dapat digunakan utuk kegiatan pengangkutan

umum. Kendaraan bermotor umum yakni kendaraan yang digunakan untuk

angkutan orang dan/atau barang dengan memungut biaya tertentu. Dalam Pasal

47 Ayat (3) UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

tidak disebutkan bahwa sepeda motor merupakan kendaraan bermotor umum,7

sedangkan jika kita lihat pada Pasal 138 Ayat (3) mewajibkan angkutan umum

orang dan/atau barang dilakukan dengan kendaraan bermotor umum. Begitupun

dalam hal kegiatan pengangkutan umum barang yang dilakukan melalui

layanan Go-send, dalam Undang-Undang tersebut di atas pada Pasal 137 Ayat

(3) diatur bahwa angkutan barang dengan kendaraan bermotor wajib

menggunakan mobil barang.8 Dari uraian di atas maka timbulah masalah terkait

pelaksanaan pengangkutan barang yang dilaksanakan oleh go-jek tersebut,

selain itu juga akan timbul masalah terkait tanggung jawab dalam pelaksanaan

pengangkutan barang menggunakan sepeda motor itu sendiri.

Maka berdasarkan uraian-uraian di atas penulis bermasud untuk

melakukan penelitian mendalam mengenai masalah tersebut yang dituliskan

dalam judul penelitian: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG

MENGGUNAKAN SEPEDA MOTOR MELALUI LAYANAN GO-SEND

DALAM APLIKASI GO-JEK.

7 Lihat Pasal 47 Ayat (3) UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. 8 Lihat Pasal 137 UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Page 22: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

6

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka penulis merumuskan

masalah sebagai berikut:

1. Apakah pelaksanaan pengangkutan barang menggunakan sepeda motor

melalui layanan go-send dalam aplikasi go-jek termasuk dalam kegiatan

pengangkutan barang berdasarkan peraturan perundang-undangan

terkait angkutan jalan yang berlaku di Indonesia?

2. Bagaimana tanggung jawab hukum apabila terjadi kerugian dalam

pelaksanaan pengangkutan barang menggunakan sepeda motor melalui

layanan go-send dalam aplikasi go-jek?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pelaksanaan pengangkutan barang menggunakan

sepeda motor melalui layanan go-send dalam aplikasi go-jek apakah

termasuk dalam kegiatan pengangkutan barang berdasarkan peraturan

perundang-undangan terkait angkutan jalan yang berlaku di Indonesia.

2. Untuk mengetahui tanggung jawab hukum apabila terjadi kerugian

dalam pelaksanaan pengangkutan barang menggunakan sepeda motor

melalui layanan go-send go-jek.

Page 23: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

7

D. Orisinalitas Penelitian

Berdasarkan penelusuran kepustakaan yang dilakukan di Perpustakaan

Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia, penulisan atau penelitian

mengenai Pelaksanaan Pengangkutan Barang Menggunakan Sepeda Motor

Melalui Layanan Go-send dalam aplikasi Go-jek belum pernah dilakukan.

Sedangkan berdasarkan penelusuran internet, penulis menemukan

beberapa topik yang hampir serupa dengan penelitian ini namun dengan kajian

yang berbeda, diantaranya adalah:

1. Tahun 2016, Universitas Pasundan, Dwi Nur Aini Habibah, melakukan

penelitian dengan judul Aspek Hukum yang Timbul dari Kegiatan Usaha

Ojek Berbasis Aplikasi atau Online (Go-Jek). Pada penelitian tersebut

penulis yang bersangkutan secara garis besar mengangkat tiga pokok

masalah yaitu mengenai aspek hukum yang timbul dari kegiatan usaha

ojek berbasis aplikasi, perlindungan hukum terhadap pengemudi dan

pengguna jasa, serta upaya pemerintah terkait kegiatan usaha tersebut.

Penelitian tersebut berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan oleh

penulis. Pada peneltian tersebut meneliti jenis pengangkutan secara

umum yang dilaksanakan oleh go-jek. Sedangkan penelitian yang akan

dilakukan oleh penulis lebih memfokuskan secara khusus pada

pengangkutan barangnya yakni pengangkutan barang menggunakan

sepeda motor melalui layanan aplikasi go-jek. Penulis juga tidak

membahas masalah perlindungan hukum serta upaya pemerintah seperti

halnya yang dilakukan pada penelitian tersebut.

Page 24: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

8

2. Tahun 2016, Universitas Sumatera Utara, Ivana Sarah Sidabutar,

melakukan penelitian dengan judul Aspek Perlindungan Hukum

Pengguna Jasa (Penumpang) Transportasi Online Berbasis Aplikasi

Ditinjau Menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang

Angkutan Jalan (Studi Pada Dinas Perhubungan Kota Medan). Pada

penelitian tersebut penulis yang bersangkutan secara garis besar

mengangkat tiga pokok masalah yaitu mengenai aturan hukum terkait

jasa pengangkutan darat online berbasis aplikasi, perlindungan hukum

terhadap pengguna jasa pada jenis pengangkutan tersebut, serta bentuk

ganti rugi kepada pengguna jasa dalam hal terjadi kecelakaan atas jenis

pengangkutan tersebut. Penelitian tersebut berbeda dengan penelitian

yang akan dilakukan oleh penulis. Perbedaan pertama, pada peneltian

tersebut meneliti tentang semua jenis pengangkutan berbasis aplikasi,

jadi semua pengangkutan yang berbasis apliaksi akan dikaji. Sedangkan

penelitian yang akan dilakukan oleh penulis nanti berfokus pada

pengangkutan berbasis aplikasi yang dilaksanakan oleh go-jek. Kedua,

masalah yang diangkat pada penelitian tersebut menitikberatkan

mengenai perlindungan hukum bagi pengguna jasa serta bentuk ganti

rugi dalam hal terjadi kecelakan, hal ini jelas berbeda dengan masalah

yang diangkat dalam penelitian penulis karena penulis dalam penelitian

ini tidak mengangkat kedua masalah tersebut. Ketiga, pada penelitian

tersebut mengangkat studi kasus yang terjadi di Kota Medan. Sedangkan

Page 25: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

9

pada penelitian penulis tidak terfokus pada studi kasus yang terjadi di

kota medan.

Berdasarkan uraian-uraian yang telah dikemukakan di atas, maka

penulis menyimpulkan bahwa penelitian ini memiliki perbedaan fokus terhadap

kajian yang dilakukan, selain itu penelitian ini adalah orisinal dan layak untuk

diteliti. Namun apabila diluar pengetahuan penulis ternyata telah ada penelitian

serupa dengan penelitian ini, maka diharapkan penelitian ini dapat melengkapi

penelitian sebelumnya serta dapat menambah literatur ilmu hukum khususnya

dalam bidang hukum perdata.

E. Tinjauan Pustaka

1. Pengangkutan Secara Umum

Berdasarkan Pasal 1 Angka (3) UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu

Lintas dan Angkutan Jalan, Angkutan adalah perpindahan orang dan/atau

barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan di

ruang lalu lintas jalan.9 Sedangkan pengangkutan disini dapat diartikan

sebagai pemindahan barang dan/atau orang dari suatu tempat ke tempat lain

tertentu.

Dari segi hukum, khususnya hukum perjanjian, pengangkutan

merupakan perjanjian timbal balik antara pengangkut dan pengirim barang

dan/atau penumpang dimana pihak pengangkut mengikatkan dirinya untuk

menyelenggarakan pengangkutan barang dan/atau orang kesuatu tempat

9 Lihat Pasal 1 Angka (3) UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Page 26: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

10

tujuan tertentu, dan pihak-pihak pengirim barang dan/atau penumpang

mengikatkan dirinya pula untuk membayar ongkos angkutannya.10

Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa pihak dalam

perjanjian pengangkutan adalah pengangkut dan pengirim atau penumpang.

Sifat dari perjanjian pengangkutan adalah perjanjian timbal balik, artinya

masing-masing pihak mempunyai kewajiban sendiri-sendiri. Pihak

pengangkut berkewajiban untuk menyelenggarakan pengangkutan barang

atau orang dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat,

sedangkan pengirim atau penumpang berkewajiban untuk membayar uang

angkutan.11

Pengaturan hukum pengangkutan di Indonesia dapat ditemukan

dalam beberapa peraturan perundang-undangan yang secara khusus

mengatur masalah pengangkutan, yakni:12

1. KUHD

2. UU No. 13 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian

3. UU No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran

4. UU No. 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan

5. UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Legislasi tersebut diikuti oleh peraturan pelaksanaannya.

10 Ridwan Khairandy, Pengantar Hukum Dagang, (Yogyakarta: FH UII Press, 2006), hlm 183. 11 Zainal Asikin, loc. cit. 12 Ridwan Khairandy, Pokok-Pokok Hukum Dagang Indonesia, op. cit., hlm 372.

Page 27: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

11

Secara umum terdapat beberapa fungsi pengangkutan:13

1. Berperan dalam hal ketersediaan barang (availability og goods)

2. Stabilisasi dan penyamaan harga (stabilization and equalization)

3. Penurunan harga (price reduction)

4. Meningkatkan nilai tanah (land value)

5. Terjadinya spesialisasi antar wilayah (territorial division of labour)

6. Berkembangnya usaha skala besar (large scale production)

7. Terjadinya urbanisasi dan konsentrasi penduduk dalm kehidupan

2. Pengangkutan Barang Melalui Darat

Kegiatan dari transportasi memindahkan barang (commodity of

goods) dan penumpang dari suatu tempat (origin atau port of call) ke tempat

lain (part of destination), maka dengan demikian pengangkut menghasilkan

jasa angkutan atau dengan kata lain produksi jasa bagi masyarakan yang

membutuhkan untuk pemindahan/pemgiriman barang-barangnya.14

Pengangkutan adalah proses pemindahan barang dari pengiriman ke

tempat tujuan. Dengan demikian, terdapat tiga komponen dasar dalam

pengangkutan barang yaitu: Pengirim, Jasa angkut (alat angkutan), dan

Penerima. Pengangkutan sebagai sebuah proses atau kegiatan memerlukan

alat pengangkutan untuk mengangkut barang atau penumpang, atau

membawa barang atau penumpang dari tempat pemuatan ke tempat tujuan

13 Zainal Asikin, op. cit., hlm 156. 14 Soegijatna Tjakranegara, Hukum Pengangkutan Barang dan Penumpang, (Jakarta: PT Rineka

Cipta, 1995), hlm 1.

Page 28: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

12

dan menurunkan barang atau penumpang dari alat pengangkutan ke tempat

yang ditentukan.15

Pengangkut secara umum adalah orang atau siapa saja, baik dengan

persetujuan charter menurut waktu (time charter) atau charter menurut

perjalanan, baik dengan suatu persetujuan lain mengikatkan dirinya untuk

menyelenggarakan pengangkutan barang yang seluruhnya maupun sebagian

melalui pengangkutan.16

Dalam hal pengangkutan barang, pengangkutan dilakukan karena

nilai barang akan lebih tinggi ditempat tujuan daripada ditempat asalanya.

Oleh karena itu, pengangkutan dikatakan memberi nilai kepada barang yang

diangkut. Nilai itu akan lebih besar dari biaya yang dikeluarkan. Nilai yang

diberikan berupa nilai tempat (place utility) dan nilai waktu (time utility).

Menurut Sri Rejeki Hartono bahwa pada dasarnya pengangkutan

mempunyai dua nilai keguanaan, yaitu:17

1) Kegunaan Tempat (Place Utility)

Dengan adanya pengangkutan berati terjadi perpindahan barang

dari suatu tempat, dimana barang tadi dirasakan kurang

bermanfaat, ke tempat lain yang menyebabkan barang tadi

menjadi lebih bermanfaat.

15 Zainal Asikin, op. cit. hlm 154. 16 Ibid., hlm 154. 17 Ibid., hlm 154.

Page 29: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

13

2) Kegunaan Waktu (Time Utility)

Dengan adanya pengangkutan berati dapat dimungkinan

terjasinya suatu perpindahan suatu barang dari suatu tempat ke

tempat lain di mana barang itu lebih diperlukan tepat pada

waktunya

Perjanjian pengangkutan barang adalah suatu perjanjian antara

pengangkut dan pengirim untuk mengangkut dan memindahkan barang

milik pengirim ke tempat tujuan dengan selamat, dengan membayar biaya

pengangkutan.18

Dalam perjanjian pengangkutan barang, pihak pengangkut yakni

pihak yang berkewajiban memberikan pelayanan jasa angkutan, barang dan

berhak atas penerimaan pembayaran tarif angkutan sesuai yang telah

diperjanjikan.19 Sedangkan pengirim jika kita lihat dalam KUHD tidak

mengatur definisi pengirim secara umum. Akan tetapi, dilihat dari pihak

dalam perjanjian pengangkutan, pengirim adalah pihak yang mengikatkan

diri untuk membayar pengangkutan barang dan atas dasar itu dia berhak

memperoleh pelayanan pengangkutan barang dari pengangkut. Dalam

bahasa inggris pengirim disebut consigner, khusus pada pengangkutan

perairan pengirim disebut shipper.20

Menurut Ridwan Khairandy, penerima barang dalam kerangka

perjanjian pengangkutan tidak menjadi para pihak. Penerima merupakan

18 Ibid., hlm 169. 19 Ibid., hlm 163. 20 Ibid., hlm 164.

Page 30: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

14

pihak ketiga yang berkepentingan atas penyerahan barang.21 Pihak

penerima barang yakni sama dengan pihak pengirim dalam hal pihak

pengirim dan penerima merupakan subjek yang berdeda. Namun

adakalanya pihak pengirim barang juga adalah sebagai pihak yang

menerima barang yang diangkut ditempat tujuan. Dalam perjanjian

pengangkutan, penerima mungkin pengirim sendiri, mungkin juga pihak

ketiga yang berkepentingan.22

Dalam kegiatan pengangkutan melalui darat, terdapat dua jenis

pengangkutan, yakni pengangkutan jalan raya dan pengangkutan kereta api,

dan dalam ulasan ini akan dibatasi pada pengangkutan barang di jalan raya.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas

dan Angkutan Jalan, pada Pasal 47 Ayat (1) disebutkan bahwa kendaraan

terdiri atas kendaraan bermotor dan kendaraan tidak bermotor. Kendaraan

bermotor dan kendaraan tidak bermotor masih dikelompokan lagi

berdasarkan jenisnya, sebagai berikut:

a. Kendaraan Bermotor

Kendaraan bermotor adalah kendaraan yang digerakkan oleh

peralatan mekanik berupa mesin selain kendaraan yang berjalan di atas

rel.23 Kendaraan bermotor umum adalah setiap kendaraan yang

digunakan untuk angkutan barang dan/atau orang dengan dipungut

21 Ridwan Khairandy, Pokok-Pokok Hukum Dagang, op. cit., hlm 376. 22 Zainal Asikin, op. cit., hlm 164. 23 Lihat Pasal 1 Angka (8) UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Page 31: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

15

biaya. Dalam UU Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pada Pasal 47 Ayat

(2), kendaraan bermotor terbagi atas:

1) Sepeda motor

Sepeda motor adalah kendaraan bermotor beroda dua

dengan atau tanpa rumah-rumah dan dengan atau tanpa kereta

samping atau kendaraan bermotor beroda tiga tanpa rumah-

rumah.24

2) Mobil penumpang

Mobil penumpang adalah kendaraan bermotor angkutan

orang yang memiliki tempat duduk maksimal delapan orang,

termasuk untuk pengemudi atau yang beratnya tidak lebih dari

3500 kilogram.25

3) Mobil bus

Mobil bus adalah kendaraan bermotor angkutan orang

yang memiliki tempat duduk lebih dari delapan orang, termasuk

untuk pengemudi atau yang beratnyalebih dari 3.500 kilogram.26

4) Mobil barang

Mobil barang adalah kendaraan bermotor yang dirancang

sebagian atau seluruhnya untuk mengangkut barang.27

24 Lihat Pasal 1 Angka (20) UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. 25 Lihat Pasal 1 Angka (10) PP No. 74 Tahun 2014 tentang Angkutan Jalan. 26 Lihat Pasal 1 Angka (11) PP No. 74 Tahun 2014 tentang Angkutan Jalan. 27 Lihat Pasal 1 Angka (12) PP No. 74 Tahun 2014 tentang Angkutan Jalan.

Page 32: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

16

5) Kendaraan khusus

Kendaraan khusus adalah kendaraan bermotor yang

dirancang khusus yang memiliki fungsi dan rancang bangun

tertentu, antara lain: 28

- Kendaraan bermotor Tentara Nasional Indonesia.

- Kendaraan bermotor Kepolisian Negara Republik Indonesia.

- Alat berat antara lain bulldozer, traktor, mesin gilas

(stoomwaltz), forklift, loader, excavator, dan crane.

- Kendaraan khusus penyandang cacat.

b. Kendaraan tidak Bermotor

Kendaraan tidak bermotor adalah setiap kendaraan yang

digerakkan oleh tenaga manusia dan/atau hewan.29

3. Tanggung Jawab dalam Pengangkutan

Titik sentral setiap pembahasan mengenai tanggung jawab

pengangkut pada umumnya adalah tentang prinsip tanggung jawab

(Liability Principle) yang diterapkan. Penggunaan suatu prinsip tanggung

jawab tertentu bergantung kepada keadaan tertentu, baik ditinjau secara

makro (sesuai dengan perkembangan masyarakat), maupun ditinjau secara

mikro (sesuai dengan perkembangan dunia angkutan yang bersangkutan,

baik darat, laut, atau udara). 30

28 Lihat Penjelasan Pasal 47 Ayat (2) huruf e UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan. 29 Lihat Pasal 1 Angka (9) UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Linta dan Angkutan Jalan. 30 E. Saefullah Wiradipradja, Tanggung Jawab Pengangkut dalam Hukum Pengangkutan

Udara Internasional dan Nasional, (Yogyakarta: Liberty, 1989), hlm 19.

Page 33: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

17

Setidak-tidaknya ada 3 (tiga) prinsip atau teori mengenai tanggung

jawab yang dikenal, ialah: prinsip tanggung jawab berdasarkan atas adanya

unsur kesalahan (fault liability, liability based on fault principle), prinsip

tanggung jawab berdasarkan atas praduga (rebuttable presumption of

liability principle), prinsip tanggung jawab mutlak (no-fault liability,

absolute atau strict liability principle). 31

Cara membedakan prinsip-prinsip tanggung jawab tersebut pada

dasarnya diletakkan pada masalah pembuktian, yaitu mengenai ada

tidaknya kewajiban pembuktian, dan kepada siapa beban pembuktian

dibebankan dalam proses penuntutan.32

a. Prinsip Tanggung Jawab berdasarkan Kesalahan (Liability based on

Fault Principle)

Menurut sejarahnya, tanggung jawab berdasarkan kesalahan

pada mulanya dikenal dalam kebudayaan Babylonia kuno. Dalam

bentuknya yang lebih moderen, prinsip ini dikenal pada tahap awal

pertumbuhan hukum Romawi termasuk dalam doktrin “culpa” dalam

lex aquila. Lex aquila menentukan bahwa kerugian baik disengaja

ataupun tidak harus selalu diberikan santunan.33

Menurut prinsip ini, setiap pengangkut yang melakukan

kesalahan dalam penyelenggaraan pengangkutan harus bertanggung

jawab membayar segala kerugian yang timbul akibat kesalahannya itu.

31 Ibid., hlm 19. 32 Ridwan Khairandy, Pengantar Hukum Dagang, op. cit., hlm 184-185. 33 Ridwan Khairandy, Pokok-Pokok Hukum Dagang Indonesia, op. cit., hlm 377-378.

Page 34: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

18

Pihak yang menderita kerugian wajib membuktikan kesalahan

pengangkut. Beban pembuktian ada pada pihak yang dirugikan, bukan

pada pengangkut.34

Dalam prinsip tanggung jawab atas dasar kesalahan,

pembuktian kesalahan tergugat harus dilakukan oleh penggugat (yang

dirugikan). Sebagai contoh prinsip ini di Indonesia dianut dalam pasal

1365 KUHPerdata,35 yakni bunyinya adalah tiap perbuatan melanggar

hukum, yang membawa kerugian pada seorang lain, mewajibkan

kerugian itu mengganti kerugian tersebut.36 Pasal ini mengharuskan

pemenuhan unsur-unsur untuk menjadikan suatu perbuatan melanggar

hukum dapat dituntut ganti rugi, yaitu:37

1. Adanya perbuatan melawan hukum dari tergugat.

2. Perbuatan tersebut dapat dipersalahkan kepadanya

3. Adanya kerugian yang diderita akibat kesalahan tersebut

b. Prinsip Tanggung Jawab berdasarkan Praduga (Presumption of Liability

Principle)

Menurut prinsip ini pengangkut dianggap selalu bertanggung

jawab atas setiap kerugian yang timbul dari pengangkutan yang

diselenggarakan. Tetapi jika pengangkut dapat membuktikan bahwa ia

34 Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Niaga, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti,

1998), hlm 37. 35 Toto T. Suriaatmadja, op. cit., hlm 25. 36 R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (Jakarta: Balai

Pustaka, 2014), hlm 346. 37 Toto T. Suriaatmadja, loc. cit.

Page 35: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

19

tidak bersalah, maka ia dibebaskan dari kewajiban membayar ganti

kerugian. Yang dimaksud dengan “tidak bersalah” adalah tidak

melakukan kelalaian, telah mengambil tindakan yang perlu untuk

menghindari kerugian, atau peristiwa yang menimbulkan kerugian itu

tidak mungkin dihindari.38

Pada dasarnya prinsip tanggung jawab berdasarkan praduga

adalah juga prinsip tanggung jawab berdasarkan adanya kesalahan

(liability based on fault), tetapi dengan pembalikan beban pembuktian

(omkering van de bewijslaast, shifting of the burden of proof) kepada

pihak tergugat.39 Perbedaan yang utama antara prinsip tanggung jawab

yang didasarkan semata-mata pada adanya unsur kesalahan dan

“presumption of liability” adalah bahwa di dalam prinsip yang kedua

beban pembuktian beralih dari penggugat (korban) kepada

pengangkut.40 Artinya, bahwa penggugat selalu dianggap salah

sehingga ia mempunyai beban untuk membuktikan bahwa ia tidak

bersalah dengan mengemukakan hal-hal yang dapat membebaskan dari

tanggung jawabnya.41

c. Prinsip Tanggung Jawab Mutlak (Absolute Liability Principle)

Di dalam prinsip tanggung jawab mutlak (strict liability atau

absolute liability) tergugat atau pengangkut selalu bertanggung jawab

38 Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Darat, Laut, dan Udara, (Bandung: PT. Citra

Aditya Bakti, 1991), hlm 28. 39 Ridwan Khairandy, Pengantar Hukum Dagang, op. cit., hlm 188. 40 E. Saefullah Wiradipradja, op. cit., hlm 30. 41 Toto T. Suriaatmadja, op. cit., hlm 27.

Page 36: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

20

tanpa melihat ada atau tidaknya kesalahan atau tidak melihat siapa yang

bersalah.42 Prinsip ini tidak mengenal beban pembuktian, unsur

kesalahan tak perlu dipersoalkan. Pengangkut tidak mungkin bebas dari

tanggung jawab dengan alasan apapun yang menimbulkan kerugian itu.

Prinsip ini dapat dirumuskan dengan kalimat: “pengangkut

bertanggung jawab atas setiap kerugian yang timbul karena peristiwa

apapun dalam penyelenggaraan pengangkutan ini”.43

Terkait prinsip tanggung jawab mutlak ini biasa disebut

(absolute liability) dan (strict liability). Kkedua istilah tersebut

beberapa pakar ada yang membedakannya, tetapi ada juga yang

mempersamakannya. Menurut Bin Cheng sebagaimana yang dikutip

oleh E. Saefullah, meskipun baik secara teoritis maupun praktis sulit

mengadakan pembedaan yang tegas di antara kedua istilah tersebut,

namun Bin Cheng menunjukan adanya perbedaan pokok antara kedua

istilah tersebut.

Pada “strict liability” terdapat hubungan kausalitas antara orang

yang benar-benar bertanggung jawab dengan kerugian. Semua hal yang

biasanya dapat membebaskan tanggung jawab tetap diakui kecuali hal-

hal yang mengarah pada pernyataan tidak bersalah. Sedangkan

“absolute liability” akan timbul kapan saja keadaan yang menimbulkan

tanggung jawab tersebut ada tanpa mempermasalahkan oleh siapa atau

42 Ridwan Khairandy, Pokok-Pokok Hukum Dagang Indonesia, op. cit., hlm 382-383. 43 Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Niaga, op. cit., hlm 41.

Page 37: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

21

bagaimana terjadinya kerugian tersebut.44 Dengan demikian dalam

absolute liability tidak diperlukan hubungan kausalitas dan hal-hal yang

dapat membebaskan dari tanggung jawab hanya yang dinyatakan secara

tegas dalam perundang-undangan.45

F. Definisi Operasional

Untuk mengantarkan pada pemahaman yang benar perlu kiranya penulis

menerangkan pengertian dan batasan judul tersebut di atas sehingga jelas bagi

kita segala pengertian yang ada di dalamnya.

Arti kata pelaksanaan itu sendiri dikutip dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI) adalah proses, cara, perbuatan melaksanakan. Jadi dapat

disimpulkan penulis pelaksanaan yang dimaksud adalah suatu proses

menjalankan sesuatu hal tertentu.46

Seperti yang telah diuraikan di atas, berdasarkan Pasal 1 Angka 3 UU

No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Angkutan adalah

perpindahan orang dan/atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan

menggunakan kendaraan di ruang lalu lintas jalan. Sedangkan pengangkutan

dapat diartikan sebagai pemindahan bahan dan/atau orang dari tempat asal ke

tempat tujuan.

Sepeda motor menurut Pasal 1 Angka 20 UU No. 22 Tahun 2009 tentang

Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah kendaraan bermotor beroda dua dengan

44 E. Saefullah Wiradipradja, op. cit., hlm 37. 45 Toto T. Suriaatmadja, op. cit., hlm 30. 46 Dikutip dari http://kbbi.web.id/pelaksanaan yang diakses tanggal 1 Oktober 2016.

Page 38: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

22

atau tanpa rumah-rumah dan dengan atau tanpa kereta samping atau kendaraan

bermotor beroda tiga tanpa rumah-rumah.

Layanan aplikasi adalalah suatu layanan berbasis komputer untuk

pelanggan melaui sistem elektronik atau suatu jaringan. Dalam hal ini aplikasi

yang dimaksud adalah Go-jek. Go-jek merupakan suatu aplikasi perangkat

lunak yang dapat diakses melalui handphone/smartphone, dimana apliaksi ini

berfungsi sebagai sarana untuk menghubungkan antara pengemudi dengan

pengguna jasa ojek. Dengan kata lain aplikasi ini menyediakan informasi yang

ditawarkan oleh penyedia layanan sebagai pihak ketiga. Jenis layanan yang

dapat diminta melalui aplikasi ini antara lain adalah kurir instan, transportasi,

pengiriman makanan, pembelanjaan pribadi, dan lain-lain. Adapun yang

menjadi bahan penelitian penulis adalah layanan go-send yakni layanan kurir

instan atau angkutan barang yang dapat mengirim surat atau barang dengan

menggunakan sepeda motor sebagai alat angkut.

Dari uraian pengertian-pengertian di atas jadi yang dimaksud dengan

Pelaksanaan Pengangkutan Barang Menggunakan Sepeda Motor melalui

Layanan Go-send dalam Aplikasi Go-Jek adalah melihat bagaimana

pelaksanaan pengangkutan barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan

dipungut biaya tertentu dan menggunakan sepeda motor, dalam hal ini

kendaraan beroda dua yang didapatkan dengan cara mengakses layanan Go-

send pada aplikasi Go-jek. Berdasarkan kegiatan pengangkutan barang tersebut

akan dikaji apakah termasuk dalam kegiatan pengangkutan barang sesuai

dengan peraturan perundang-undangan terkait angkutan jalan yang berlaku dan

Page 39: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

23

juga mengkaji bagaimana tanggung jawab hukum apabila terjadi kerugian

dalam pelaksanan pengangkutan barang tersebut yakni siapa pihak yang harus

betanggung jawab serta tanggung jawabnya seperti apa.

G. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini akan menggunakan metode penelitian hukum

normatif, yang dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif (normatif legal

research) yakni dilakukan melalui kajian terhadap Peraturan Perundang-

Undangan yang berlaku dan bahan-bahan hukum yang berhubungan dengan

penelitian ini.

2. Metode Pendekatan Masalah

Dalam penelitian ini metode pendekatan masalah yang digunakan

adalah pendekatan perundang-undangan (statue approach) yakni

pendekatan yang mendasarkan pada peraturan perundang-undangan yang

berkaitan dengan permasalah yang akan dibahas. Selain itu adalah

pendekatan konseptual (conceptual approach) yakni pendekatan yang

mendasarkan pada konsep-konsep dalam ilmu hukum yang berkaitan

langsung dengan masalah dalam penelitian ini.

3. Metode Analisis Data

Dalam menganalisis data, penulis menggunakan teknik analisis

kualitatif yaitu data yang telah diperoleh akan diuraikan dalam bentuk

keterangan dan penjelasan, selanjutnya akan dikaji berdasarkan peraturan

Page 40: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

24

perundang-undangan, konsep dalam hukum, dan argumentasi dari peneliti

sendiri.

4. Sumber Data

Data yang dikumpulkan oleh penulis dalam penelitian ini dilakukan

melalui pengumpulan data sekunder. Metode pengumpulan data sekunder

terbagi atas tiga, yaitu :

a. Bahan hukum primer yaitu, peraturan dasar seperti Peraturan

Perundang-Undangan yang meliputi Undang-Undang, Peraturan

Pemerintah.

b. Bahan hukum sekunder adalah buku-buku atau literatur yang

memberikan penjelasan tentang bahan hukum primer

c. Bahan hukum tersier adalah kamus, bahan dari internet yang dapat

memberikan penjelasan tentang bahan hukum primer dan bahan

hukum sekunder.

5. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data sekunder dilakukan

melalui studi kepustakaan yakni dengan mengumpulkan data dan meneliti

melalui sumber bacaan yang berhubungan dengan judul penelitian ini,

bersifat teoritis ilmiah yang dapat dipergunakan sebagai dasar dalam

penelitian dan menganalisa masalah-masalah yang dihadapi. Penelitian

yang dilakukan dengan membaca serta menganalisa peraturan perundang-

undangan maupun dokumentasi lainnya seperti karya ilmiah para sarjana,

Page 41: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

25

majalah, surat kabar, internet, maupun sumber teoritis lainnya yang

berkaitan dengan materi penelitian.

H. Kerangka Skripsi

Penelitian ini akan disusun dalam empat bab yang antara bab pertama

hingga bab terakhir akan disambungkan menjadi satu kesatuan pemikiran yaitu

mengkaitkan teori-teori dan norma hukum dengan permasalahan yang terjadi.

Bab I (Pendahuluan) merupakan kerangka pikir yang menjawab

mengapa penelitian ini disusun, teori-teori apa yang digunakan serta

bagaimana penelitian ini disusun hingga mencapai kesimpulan. Dalam bab

ini terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,

orisinalitas penelitian, tinjauan pustaka, definisi operasional, metode

penelitian, dan sistematikan penulisan.

Bab II (Tinjauan Umum Pelaksanaan Pengangkutan Barang)

merupakan penjelasan secara mendalam mengenai teori-teori yang

berhubungan dengan masalah dalam penelitian ini. Dalam bab ini akan

dijelaskan secara teoritis mengenai pengangkutan secara umum,

pengangkutan barang melalui darat, tanggung jawab dalam pengangkutan

barang. Dari paparan ini diharapkan dapat mengantarkan penulis pada

penyelesaian terhadap pokok persoalan yang menjadi fokus penelitian.

Bab III (Pelaksanaan Pengangkutan Barang Menggunakan Sepeda

Motor melalui Layanan Go-send dalam Aplikasi Go-Jek) berisi data

berupa hasil penelitian dan pembahasan mengenai pelaksanaan

pengangkutan barang menggunakan sepeda motor melalui layanan go-

Page 42: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

26

send dalam aplikasi go-jek dengan meninjau peraturan perundang-

undangan, bahan hukum, buku-buku, dan lain-lain yang nantinya dapat

menjawab rumusan masalah pada bab pertama.

Bab IV (Penutup) berisi kesimpulan jawaban atas permasalahan yang

menjadi objek penelitian setelah dilakukannya pembahasan oleh penulis

dan juga berisi saran berupa rekomendasi terhadap hasil kesimpulan dalam

skripsi dari penulis atas penelitian ini.

Page 43: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

27

BAB II

TINJAUAN UMUM PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG

A. PENGANGKUTAN SECARA UMUM

1. Definisi Pengangkutan

Pengangkutan dapat diartikan sebagai pemindahan barang dan

manusia dari tempat asal ke tempat tujuan. Dalam hal ini unsur-unsur

pengangkutan adalah:47

1) Ada sesuatu yang diangkut

2) Tersedianya kendaraan sebagai alat angkutnya

3) Ada tempat yang dapat dilalui alat angkutan

Berdasarkan Pasal 1 Angka (3) UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu

Lintas dan Angkutan Jalan, Angkutan adalah perpindahan orang dan/atau

barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan di

ruang lalu lintas jalan.48 Jadi dari pengertian di atas dapat penulis simpulkan

pengangkutan dapat diartikan sebagai pemindahan barang dan/atau orang

dari suatu tempat ke tempat lain tertentu.

Angkutan dapat berarti suatu proses atau gerakan dari suatu tempat

ke tempat yang lain. Berdasarkan ulasan tersebut dapat diartikan bahwa

pengangkutan mengandung pengertian suatu proses kegiatan memuat

barang atau mengangkut orang, membawa barang atau penumpang ke

tempat yang lain. Jika dirumuskan dalam suatu kalimat yang dimaksud

47 Ridwan Khairandy Et. Al., Pengantar Hukum Dagang I, (Yogyakarta: Gama Media

Yogyakarta, 2006), hlm 195. 48 Lihat Pasal 1 Angka (3) UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Page 44: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

28

angkutan adalah proses kegiatan memuat barang atau penumpang ke dalam

alat tempat pemuatan yang diangkut ke tempat tujuan dan diturunkan ke

tempat yang telah ditetapkan.49

Abdulkadir Muhammad mendefinisikan pengangkutan meliputi tiga

dimensi pokok yaitu:50

1) Pengangkutan sebagai usaha (business) yakni mempunyai ciri-

ciri sebagai berikut: berdasarkan perjanjian, kegiatan ekonomi di

bidang jasa, berbentuk perusahaan, menggunakan alat

pengangkut mekanik.

2) Pengangkutan sebagai perjanjian yakni pada umumnya bersifat

lisan tetapi selalu didukung oleh dokumen angkutan.

3) Pengangkutan sebagai proses yaitu serangkaian perbuatan mulai

dari pemuatan ke dalam alat angkut, kemudian dibawa menuju

ke tempat yang telah ditentukan, dan pembongkaran atau

penurunan di tempat tujuan.

2. Asas-Asas Hukum Pengangkutan

Asas-asas hukum pengangkutan merupakan landasan dasar filosofis

yang diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:51

49 H.K. Martono dan Eka Budi Tjahjono, Transportasi di Perairan berdasarkan UU No. 17

Tahun 2008, (Jakarta: Rajawali Press, 2011), hlm 5-6. 50 Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Niaga, op. cit., hlm 12-13. 51 Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Niaga, op. cit., hlm 16-19.

Page 45: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

29

a. Bersifat Publik

1) Asas manfaat, yakni setiap pengangkutan harus dapat memberikan

nilai guna yang sebesar-besarnya bagi kemanusiaan,

kesejahteraan rakyat.

2) Asas adil dan merata, yakni penyelenggaraan pengangkutan harus

dapat memberikan pelayanan yang adil dan merata kepada

segenap lapisan masyarakat, dengan biaya yang terjangkau oleh

masyarakat.

3) Asas keseimbangan, yakni pengangkutan harus dengan

keseimbangan yang serasi antara sarana dan prasarana, antara

kepentingan pengguna dan penyedia jasa.

4) Asas kepentingan umum, yakni penyelenggaraan pengangkutan

harus lebih mengutamakan kepentingan pelayanan umum bagi

masyarakat luas.

5) Asas keterpaduan, yakni pengangkutan harus merupakan kesatuan

yang bulat dan utuh, terpadu, saling menunjang, dan saling

mengisi baik intra maupun antar moda pengangkutan.

b. Bersifat Perdata

1) Asas konsensual, yakni perjanjian pengangkutan tidak harus

dalam bentuk tertulis, sudah cukup dengan kesepakatan para

pihak. Tetapi untuk menyatakan bahwa perjanjian pengangkutan

itu sudah terjadi atau sudah ada harus dibuktikan atau didukung

oleh dokumen angkutan.

Page 46: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

30

2) Asas koordinatif, yakni pihak-pihak dalam pengangkutan

mempunyai kedudukan setara atau sejajar, tidak ada pihak yang

mengatasi atau membawahi yang lain.

3) Asas campuran, yakni perjanjanjian pengangkutan secara umum

merupakan campuran dari tiga jenis perjanjian, yaitu pemberian

kuasa, penyimpanan barang, dan melakukan pekerjaan dari

pengirim kepada pengangkut.

4) Asas retensi, yakni pengangkutan tidak menggunakan hak retensi.

Penggunaan hak retensi bertentangan dengan tujuan dan fungsi

pengangkutan. Pengangkut hanya mempunyai kewajiban

menyimpan barang atas biaya pemiliknya.

5) Asas pembuktian dengan dokumen, yakni setiap pengangkutan

harus dibuktikan dengan dokumen angkutan, kecuali jika

kebiasaan yang sudah berlaku umum, misalnya pengangkutan

dengan angkutan kota (angkot) tanpa tiket/karcis penumpang.

3. Fungsi dan Tujuan Pengangkutan

Fungsi pengangkutan ialah memindahkan barang atau orang dari

suatu tempat ke tempat lain dengan maksud untuk meningkatkan daya guna

dan nilai. Disini jelas meningkatnya daya guna dan nilai merupakan tujuan

dari pengangkutan, yang artinya apabila daya guna dan nilai di tempat yang

baru itu tidak naik, maka pengangkutan tidak perlu diadakan, sebab

merupakan suatu perbuatan yang merugikan bagi si pedagang/penjual.52

52 Ibid., hlm 1.

Page 47: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

31

Dalam hal pengangkutan barang, pengangkutan dilakukan karena nilai

barang akan lebih tinggi ditempat tujuan daripada di tempat asalanya. Oleh

karena itu, pengangkutan dikatakan memberi nilai kepada barang yang

diangkut. Nilai itu akan lebih besar dari biaya yang dikeluarkan.

Menurut Sri Rejeki Hartono bahwa pada dasarnya pengangkutan

mempunyai dua nilai keguanaan, yaitu:53

a. Kegunaan Tempat (Place Utility)

Dengan adanya pengangkutan berati terjadi perpindahan barang

dari suatu tempat, dimana barang tadi dirasakan kurang

bermanfaat, ke tempat lain yang menyebabkan barang tadi

menjadi lebih bermanfaat.

b. Kegunaan Waktu (Time Utility)

Dengan adanya pengangkutan berati dapat dimungkinan

terjadinya suatu perpindahan suatu barang dari suatu tempat ke

tempat lain di mana barang itu lebih diperlukan tepat pada

waktunya

Zainal Asikin dalam bukunya berpendapat bahwa secara umum

terdapat beberapa fungsi pengangkutan:54

a. Berperan dalam hal ketersediaan barang (availability og goods)

b. Stabilisasi dan penyamaan harga (stabilization and equalization)

c. Penurunan harga (price reduction)

53 Zainal Asikin, op. cit., hlm 154. 54 Ibid., hlm 156.

Page 48: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

32

d. Meningkatkan nilai tanah (land value)

e. Terjadinya spesialisasi antar wilayah (territorial division of

labour)

f. Berkembangnya usaha skala besar (large scale production)

g. Terjadinya urbanisasi dan konsentrasi penduduk dalm kehidupan

Secara umum dinyatakan bahwa setiap pengangkutan bertujuan

untuk tiba di tempat tujuan dengan selamat dan meningkatkan nilai guna

bagi penumpang atau barang yang diangkut. Tiba di tempat tujuan yang

dimaksud adalah proses pemindahan dari satu tempat ke tempat tujuan

berlangsung lancar atau tanpa hambatan, sesuai dengan waktu yang

direncanakan. Dengan selamat artinya penumpang dalam keadaan sehat,

tidak mengalami bahaya yang mengakibatkan luka, sakit atau meninggal

dunia. Sedangkan arti selamat jika yang diangkut adalah barang maka

barang tersebut tidak mengalami kerusakan, kehilangan, kekurangan, atau

kemusnahan.55

4. Jenis-Jenis Pengangkutan dan Pengaturannya

a. Pengangkutan Darat

Pengangkutan di darat pengaturannya terdapat dalam

Ordonansi Lalu Lintas di Jalan Umum atau Wegverkeersordonnantie

(Lembaran Negara 1933-86). Pada peraturan tersebut memberikan

peraturan-peraturan untuk lalu lintas di jalan umum, yakni seperti

55 Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Niaga, Cetakan ke IV, (Bandung: PT Citra

Aditya Bakti, 2008) hlm 16.

Page 49: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

33

mengenai tanggung jawab pengangkut ditetapkan dalam Pasal 28 ayat

(1) bahwa “seorang pemilik atau pengusaha sebuah kendaraan umum

bertanggung jawab untuk tiap kerugian yang diderita oleh seorang

penumpang atau kerusakan pada barang yang diangkutnya, keculai

jika ia dapat membuktikan bahwa kerugian atau kerusakan itu tidak

dapat disebabkan karena kesalahan pengangkut atau bukan

disebabkan oleh orang-orang yang bekerja padanya”. Dengan

demikian setiap kerugian atau kerusakan pada barang yang

ditimbulkan dalam pengangkutan, oleh undang-undang dianggap

sebagai akibat dari kelalaian pihak pengangkut, sehingga memberikan

hak pada penumpang atau pengirim barang untuk menuntut ganti

rugi.56

Terhadap pengangkutan darat, di Indonesia terdapat dua jenis

yaitu pengangkutan jalan raya dan pengangkutan kereta api.

Pengaturannya terdapat dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang

(KUHD), yakni dalam Buku I Bab V bagian 2 dan 3, mulai Pasal 90

sampai dengan Pasal 98. Dalam bagian tersebut diatur sekaligus

pengangkutan darat dan perairan darat, namun hanya khusus

mengenai pengangkutan barang. Selain itu terdapat dalam Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian (pengganti

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1992 tentang Perkeretaapian) dan

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan

56 R. Subekti, op. cit., hlm 71-72.

Page 50: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

34

Angkutan Jalan (pengganti Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992

tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan ).

Pada pengangkutan darat agar terjadi pengangkutan dengan

kendaraan umum, perlu diadakan perjanjian pengangkutan terlebih

dahulu, yang dapat dibuktikan dengan karcis penumpang atau surat

pengangkutan barang. Perusahaan pengangkutan umum wajib

mengangkut orang dan atau barang setelah disepakati perjanjian

pengangkutan tersebut atau setelah dilakukannya pembayaran biaya

angkutan oleh penumpang atau pengirim barang.57

b. Pengangkutan Perairan

Jenis angkutan di perairan dibagi menjadi tiga yaitu angkutan

laut, angkutan sungai dan danau, angkutan penyeberangan. Dalam

hukum pelayaran, diadakan perbedaan antara pelayaran laut dengan

pelayaran sungai dan perairan pedalaman. Dalam hal pelayaran laut

hubungan laut dengan daratan terputus, sedangkan pada perairan

pedalaman pada umumnya tidak demikian. Oleh karena itu pada

pelayaran laut timbul keadaan-keadaan luar biasa, lebih banyak yang

harus diatur daripada perairan pedalaman.58

57 Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Niaga, Cetakan ke IV, op. cit., hlm 18. 58 Sapto Sardjono, Hukum Dagang Laut Bagi Indonesia, (Jakarta: Simplex, 1985), hlm 5-6.

Page 51: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

35

Pengaturan mengenai pengangkutan laut terdapat dalam:

1) KUHD, dalam Buku II Bab V tentang Perjanjian Charter

Kapal, Buku II Bab VA tentang Pengangkutan Barang-

barang, dan Buku II Bab VB tentang Pengangkutan Orang.

2) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran

(pengganti Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1992 tentang

Pelayaran),

3) PP No. 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan

4) PP No. 22 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Peraturan

Pemerintah No. 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan.

c. Pengangkutan Udara

Pengangkutan melalui udara di Tanah Air kita telah diadakan

serta dikembangkan dengan baik, mulai dari ujung barat sampat

dengan ujung timur angkutan udara telah mampu menghubungkan

tempat atau kota-kota tertentu dengan waktu yang singkat, karena

sarana-sarana angkutan baik pesawat maupun lapangan terbangnya

telah berkembang dengan pesat.59

Hukum pengangkutan udara adalah sebagian dari hukum udara.

Hukum udara Indonesia dapat dibagi menjadi dua yaitu hukum udara

kenegaraan dan hukum udara keperdataan. Hukum pengangkutan

udara adalah sebagian dari hukum udara keperdataan.60 Sistem

59 G. Kartasapoetra dan E. Roekasih, Segi-Segi Hukum dalam Charter dan Asuransi Angkutan

Udara, (Bandung: Armico, 1981), hlm 5. 60 H.M.N. Purwosujipto, op. cit., hlm 90.

Page 52: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

36

penyelenggaraan angkutan udara dilaksanakan untuk memenuhi

permintaan akan jasa angkutan udara meliputi penerbangan

komersial, termasuk penerbangan berjadwal dan tidak berjadwal,

penerbangan umum, penerbangan transmigrasi, penerbangan perintis

dan penerbangan haji.61

Kegiatan penerbangan dan angkutan udara di Indonesia dapat

digolongkan menjadi dua macam, yaitu kegiatan penerbangan

komersial dan kegiatan penerbangan non komersial. Kegiatan

penerbangan komersial adalah kegiatan usaha dimana mengangkut

penumpang, barang, dan pos atau kegiatan keudaraan lain dengan

memungut bayaran tertentu. Kegiatan penerbangan non komersial

adalah kegiatan penerbangan yang bersifat untuk kepentingan pribadi

bukan untuk dikomersilkan atau memungut bayaran dari penerbangan

tersebut.62

Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 diatur mengenai

jenis angkutan udara, perizinan angkutan udara, jaringan dan rute

penerbangan, tarif angkutan udara dan jasa kebandarudaraan, kegiatan

usaha penunjang angkutan udara, pengangkutan unttung penyandang

cacat, lanjut usia, anak-anak dan/atau orang sakit, pengangkutan

61 H.K. Martono, Hukum Udara, Angkutan Udara Dan Hukum Ruang Angkasa, (Bandung:

Alumni, 1987), hlm 63. 62 Hartono Hadisuprapto, et. all., Pengangkutan dengan Pesawat Udara, (Yogyakarta:

Perpustakaan FH UII, 1988), hlm 3-4.

Page 53: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

37

barang khusus dan barang berbahaya, serta tanggung jawab

pengangkut dan angkutan multimoda.63

Alat angkut yang digunakan dalam pengangkutan udara adalah

pesawat terbang, pengaturannya terdapat dalam Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan ( pengganti Undang-

Undang Nomor 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan).

Di Indonesia dewasa ini kegiatan pengangkutan udara dengan

menggunakan pesawat udara sebagian besar untuk mengangkut

penumpang, sedangkan pengangkutan barang masih menempati

tempat kedua. Bersama-sama dengan penumpang biasanya diangkut

pula bagasi yaitu semua kepunyaan atau di bawah kekuasaan seorang

penumpang, yang olehnya, atas namanya, sebelum ia menumpang

pesawat terbang diminta untuk diangkut melalui udara.64

5. Subjek dan Objek Hukum dalam Pengangkutan

Subjek hukum adalah pendukung hak dan kewajiban yang disebut

orang. Orang menurut konsep hukum terdiri atas manusia dan badan hukum.

Manusia adalah subjek hukum menurut konsep biologis, sebagai mahluk

ciptaan tuhan yang dilengkapi dengan akal, perasaan dan kehendak. Badan

hukum adalah subjek hukum menurut konsep yuridis, sebagai badan ciptaan

manusia berdasar pada hukum, memiliki hak dan kewajiban seperti

63 H.K. Martono, Pembajakan Angkutan dan Keselamatan Penerbangan, (Jakarta: Gramata

Publishing, 2011), hlm 86. 64 Badan Pembinaan Hukum Nasional, Seminar Hukum Pengangkutan Udara, (Jakarta:

Binacipta, 1980), hlm 187

Page 54: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

38

manusia.65 Subjek hukum adalah segala sesuatu yang memiliki hak dan

kewajiban dalam lalu lintas hukum. Subjek hukum merupakan peraturan

hukum yang dihubungkan dengan seseorang berdasarkan hak dan

kewajiban dalam lalu lintas hukum.66

Subjek hukum dalam pengangkutan niaga adalah pendukung

kewajiban dan hak dalam hubungan hukum pengangkutan niaga, yaitu

pihak-pihak yang berkepentingan dalam pengangkutan niaga itu sendiri

maupun dalam perjanjian pengangkutannya. Pihak-pihak tersebut adalah

pengangkut, penumpang, pengirim, penerima, ekspeditur, agen perjalanan,

pengusaha bongkar muat, dan pengusaha pergudangan. Subjek hukum

pengangkutan niaga ini dapat berstatus sebagai persekutuan berbadan

hukum, tidak berbadan hukum, maupun perseorangan.67

Subjek hukum pengangkutan atau biasa disebut dengan pihak-pihak

dalam pengangkutan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:68

1. Pengangkut adalah pihak yang menyelenggarakan pengangkutan

barang dam/atau penumpang.

2. Penumpang adalah pihak yang menggunakan jasa angkutan dan

berkewajiban membayar biaya angkutan atas dirinya yang diangkut.

65 Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2010),

hlm 23. 66 Neng Yani Nurhayani, Hukum Perdata, (Bandung: Pustaka Setia, 2015), hlm 71. 67 Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Niaga, op. cit., hlm 45. 68 Ibid., hlm 46-58.

Page 55: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

39

3. Pengirim adalah pihak yang menggunakan jasa angkutan dan

berkewajiban membayar biaya angkutan atas barangnya yang

diangkut.

4. Penerima adalah pihak yang memiliki hak untuk menerima barang

yang dikirimkan kepadanya.

5. Ekspeditur adalah pihak perantara yang menghubungkan antara

pengirim dan pengangkut. Ekspeditur bertindak atas nama pengirim.

6. Agen perjalanan adalah pihak yang mencarikan penumpang bagi

pengangkut dan bertindak untuk kepentingan pengangkut.

7. Pengusaha bongkar muat adalah perusahaan yang menjalankan bisnis

bidang jasa pemuatan barang ke kapal dan pembongkaran barang dari

kapal.

8. Pengusaha pergudangan adalah perusahaan yang bergerak dibidang

jenis jasa penyimpanan barang di dalam gudang pelabuhan selama

bartang yang bersangkutan menunggu pemuatan ke kapal.

Objek hukum (recht objek) merupakan segala sesuatu yang berguna

bagi subjek hukum dan yang menjadi objek hukum dari suatu hubungan

hukum adalah hak. Oleh karena itu, dapat dikuasai oleh subjek hukum.69

Menurut Abdulkadir Muhammad yang diartikan dengan objek adalah segala

sasaran yang digunakan untuk mencapai tujuan. Sasaran tersebut pada

pokoknya meliputi barang muatan, alat pengangkut, dan biaya angkutan.

Jadi objek hukum pengangkutan niaga adalah barang muatan, alat

69 Neng Yani Nurhayani, op. cit., hlm 75.

Page 56: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

40

pengangkut, dan biaya yang digunakan untuk mencapai tujuan hukum

pengangkutan niaga, yaitu dapat terpenuhinya kewajiban dan hak para pihak

secara benar, adil, dan bermanfaat.70

Objek hukum pengangkutan tersebut dapat diuraikan sebagai

berikut:

1. Barang muatan adalah barang yang sah dilindungi oleh undang-undang.

2. Alat pengangkut adalah alat yang diguanakan untung mengangkut barang

atau penumpang. Alat angkut misalnya seperti kapal, kereta api, bus, mobil

barang, pesawat.

3. Biaya angkutan adalah sejumlah uang yang harus dibayarkan kepada

pengangkut atas jasanya yang telah mengangkut barang atau penumpang.

B. PERJANJIAN PENGANGKUTAN

1. Definisi Perjanjian Pengangkutan

Dalam perspektif hukum perjanjian, pengangkutan merupakan

perjanjian timbal balik antara pengangkut dan pengirim barang dan/atau

penumpang dimana pihak pengangkut mengikatkan dirinya untuk

menyelenggarakan pengangkutan barang dan/atau orang kesuatu tempat

tujuan tertentu, dan pihak-pihak pengirim barang dan/atau penumpang

mengikatkan dirinya pula untuk membayar ongkos angkutannya.71

Perjanjian pengangkutan merupakan suatu perjanjian dimana satu

pihak menyanggupi untuk dengan aman membawa orang atau barang dari

70 Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Niaga, op. cit., hlm 59. 71 Ridwan Khairandy, Pengantar Hukum Dagang, op. cit., hlm 183.

Page 57: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

41

satu tempat ke lain tempat, sedangkan pihak lainnya menyanggupi

membayar ongkosnya.72

Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa pihak dalam

perjanjian pengangkutan adalah pengangkut dan pengirim atau

penumpang. Sifat dari perjanjian pengangkutan adalah perjanjian timbal

balik, artinya masing-masing pihak mempunyai kewajiban sendiri-sendiri.

Pihak pengangkut berkewajiban untuk menyelenggarakan pengangkutan

barang atau orang dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan

selamat, sedangkan pengirim atau penumpang berkewajiban untuk

membayar uang angkutan.73

Menurut H.M.N Purwosujipto, pengangkutan adalah perjanjian

timbal balik antara pengangkut dengan pengirim, dimana pengangkut

mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang dan/atau

orang dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat,

sedangkan pengirim mengikatkan diri untuk membayar uang angkutan.74

2. Terjadinya Perjanjian Pengangkutan

Terjadinya perjanjian pengangkutan didahului oleh serangkaian

perbuatan penawaran (offer) dan penerimaan (acceptance) yang dilakukan

oleh pengangkut dan pengirim/penumpang secara timbal balik. Cara

terjadinya perjanjian pengangkutan dapat secara langsung antara

penggangkut dan pengirim/penumpang, yakni dengan adanya penawaran

72 R. Subekti, Aneka Perjanjian, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2014), hlm 69. 73 Zainal Asikin, loc. cit. 74 H.M.N Purwosujipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, Jilid 3, (Jakarta:

Djambatan, 1981), hlm 2.

Page 58: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

42

dari salah satu pihak baik pengangkut maupun pengirim/penumpang.

Selain itu dapat secara tidak langsung dengan menggunakan jasa perantara

yaitu ekspeditur atau agen perjalanan.75

Tentang bagaimana terjadinya perjanjian pengangkutan ini tidak

diatur dalam bagian III buku I KUHD, tetapi diatur dalam bagian II buku

I KUHD. Mengenai saat kapan perjanjian pengangkutan itu terjadi dan

mengikat pihak-pihak, tidak ada ketentuan dalam undang-undang, yang

ada ialah bahwa pihak mengadakan persetujuan kehendak Pasal 1320

KUHPer yang dibuktikan oleh dokumen angkutan. Melalui dokumen

angkutan tersebut dapat diketahui saat terjadi perjanjian pengangkutan

yakni bedasarkan tempat, tanggal, dan tanda tangan yang tertulis pada

dokumen angkutan.76

Pada angkutan kendaraan umum, karcis penumpang atau surat

angkutan barang merupakan tanda bukti telah terjadinya perjanjian

pengangkutan dan pembayaran biaya angkutan. Dalam hal biaya angkutan

dibayar terlebih dahulu maka dokumen angkutan berfungsi sebagai bukti

bahwa perjanjian sudah terjadi dan biaya angkutan sudah dibayar. Dengan

demikian perjanjian sudah terjadi dan mengikat sejak tanggal yang tertera

pada dokumen angkutan. Dalam hal biaya angkutan dibayar kemudian,

maka perjanjian sudah terjadi dan mengikat sejak barang dimuat dalam

truk, atau penumpang berada dalam kendaraan umum.77

75 Ibid., hlm 90. 76 Ibid., hlm 91. 77 Ibid., hlm 92.

Page 59: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

43

Setelah perjanjian itu terjadi maka hal yang terpenting adalah

keabsahan suatu perjanjian. Perjanjian dapat dikatan sah apabila telah

memenuhi syarat sah perjanjian. Syarat sah perjanjian tersebut di dalam

sistem hukum Indonesia ditentukan dalam Pasal 1320 KUHPer. Pasal

1320 KUHPer menentukan adanya 4 syarat sahnya suatu perjanjian,

yaitu:78

1. kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya (de toesteming van

degemen die zich verbinden)

2. kecakapan untuk membuat suatu perikatan (de bekwaamheid om eene

verbintenis aan te gaan)

3. suatu hal tertentu (een bepald onderwerp)

4. kausa hukum yang halal (eene goorloofde oorzaak)

Kesepakatan merupakan pertemuan atau persesuaian kehendak

antara para pihak di dalam perjanjian. Seseorang dapat dikatakan telah

memberikan persetujuannya atau kesepakatannya apabila telah

menghendaki apa yang disepakati.79 Persesuaian kehendak para pihak

dalam perjanjian harus diutarakan dengan pernyataan. Kehendak atau

keinginan yang disimpan dalam hati, tidak dapat diketahui oleh pihak lain

dan karenanya tidak dapat melahirkan kesepakatan.80 Pernyataan

kehendak itu harus disampaikan kepada pihak lawannya, kemudian jika

78 Ridwan Khairandi, Hukum Kontrak Indonesia dalam Perspektif Perbandingan, Bagian

Pertama, (Yogyakarta: FH UII Press, 2014), hlm 168. 79 Ibid., hlm 168. 80 Firman F. Adonara, Aspek-Aspek Hukum Perikatan, (Bandung: Mandar Maju, 2014), hlm

76.

Page 60: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

44

pihak lawan menyatakan menerima atau menyetujui kehendak, baru terjadi

kata sepakat.81 Dengan demikian yang akan menjadi tolak ukur

tercapainya persesuaian persesuaian kehendak adalah pernyataan-

pernyataan yang telah dilakukan oleh kedua belah pihak.82

Syarat sahnya perjanjian yang kedua adalah kecakapan. Kecakapan

bertindak adalah kecakapan atau kemampuan untuk melakukan perbuatan

hukum. Pada dasarnya setiap orang sepanjang tidak ditentukan lain oleh

undang-undang, dianggap cakap atau mampu membuat perjanjian.83

Dalam Pasal 1329 KUHPer menyatakan bahwa setiap orang adalah cakap

untuk membuat perjanjian, kecuali apabila menurut undang-undang

dinyatakan tidak cakap. Selanjutnya dalam Pasal 1330 KUHPer

menetukan siapa saja yang tidak cakap untuk mengadakan perjanjian,

yaitu:84

1. orang yang belum dewasa (anak diibawah umur);

2. orang yang ditaruh di bawah pengampuan;

3. perempuan yang telah kawin dalam hal-hal yang ditentukan

undang-undang.

Syarat sahnya perjanjian yang ketiga adalah adanya suatu hal

tertentu. Suatu perjanjian harus memiliki objek tertentu. Objek tertentu

dalam perjanjian adalah prestasi (pokok perjanjian). Prestasi terdiri atas

81 Ridwan Khairandi, Hukum Kontrak Indonesia dalam Perspektif Perbandingan, Bagian

Pertama, op. cit., hlm 169. 82 Firman F. Adonara, op. cit., hlm 76. 83 Ibid., hlm 84. 84 Ridwan Khairandi, Hukum Kontrak Indonesia dalam Perspektif Perbandingan, Bagian

Pertama, op. cit., hlm 176.

Page 61: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

45

memberikan sesuatu, berbuat sesuati, atau tidak berbuat sesuatu. Prestasi

harus tertentu atau setidak-tidaknya dapat ditentukan.85

Syarat sah keempat adalah kausa hukum yang halah. Kausa yang

halal adalah kausa hukum yang tidak bertentangan degan peraturan

perudang-undangan, ketertiban umum, atau kesusilaan. Jika objek dalam

suatu perjanjian adalah illegal atau bertentangan dengan kesusilaan, atau

bertentangan dengan ketertiban umum, maka perjanjian tersebut tidak sah

dan menjadi batal.86

Dua syarat yang pertama dinamakan syarat subjektif, karena kedua

syarat tersebut yakni kesepakatan dan kecakapan adalah mengenai subjek

dari perjanjian. Sedangkan dua syarat terakhir disebut syarat objektif,

karena syarat suatu hal tertentu dan kausa hukum yang halal adalah

mengenai objek dari perjanjian.87 Apabila syarat pertama dan syarat kedua

tidak terpenuhi maka perjanjian tersebut dapat dibatalkan. Dapat

dibatalkan artinya salah satu pihak dapat mengajukan pembatalan pada

pengadilan, tetapi apabila para pihak tidak ada yang keberatan dan tidak

membatalkannya maka perjanjian tersebut tetap dianggap sah mengikat

para pihak. Adapun jika syarat ketiga dan keempat tidak dipenuhi oleh para

pihak maka perjanjian tersebut batal demi hukum, artinya perjanjian

tersebut dianggap tidak ada dari awal.88

85 Ibid., hlm 186. 86 Ibid., hlm 186. 87 Mariam Darus Badrulzaman, et. al., Kompilasi Hukum Perikatan, (Bandung: PT. Citra

Aditya Bakti, 2001), hlm 73. 88 Firman F. Adonara, op. cit., hlm 87.

Page 62: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

46

3. Dokumen dalam Pengangkutan

Pada dasarnya dokumen pengangkutan terbentuk karena adanya

perjanjian pengangkutan. Meskipun perjanjian pengangkutan itu sendiri

tidak mengharuskan dalam bentuk tertulis (dokumen angkutan), namun

dalam praktik perjanjian pengangkutan selalu dibuat dalam bentuk tertulis,

yaitu dokumen angkutan.89 Dokumen angkutan dibagi menjadi dua jenis

yaitu:

a. Dokumen angkutan penumpang yang disebut karcis penumpang

untuk angkutan darat dan perairan, tiket penumpang untuk angkutan

udara dan angkutan laut.

b. Dokumen angkutan barang yang disebut surat angkutan barang

untuk angkutan darat, dokumen muatan (konosemen) untuk

angkutan laut dan perairan darat, surat muatan udara dan tiket

bagasi untuk angkutan udara.

Pengaturan mengenai dokumen angkutan secara umum tidak

tercantum di dalam KUHD. Dalam KUHD terdapat aturan mengenai

dokumen angkutan untuk pengangkutan laut yang tercantum pada pasal

454 KUHD tentang perjanjian charter kapal, pasal 504 dan 506 KUHD

tentang konosemen, serta Pasal 90 KUHD tentang dokumen dalam

perjanjian pengangkutan darat yang disebut surat muatan.

89 H. M. Hudi Asrori S., Mengenal Hukum Pengangkutan Udara, (Yogyakarta: Kreasi Wacana,

2010), hlm. 41.

Page 63: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

47

Pada Pasal 90 KUHD ditentukan bahwa surat angkutan merupakan

perjanjian antara pengirim atau ekspeditur dan pengangkut atau nakhoda.

Sebenarnya tanpa surat angkutan suatu perjanjian telah terjadi apabila

tercapai persetujuan kehendak antara kedua belah pihak, sehingga surat

angkutan hanya merupakan surat bukti saja mengenai adanya perjanjian

angkutan. Surat angkutan dinyatakan telah mengikat bukan hanya ketika

dokumen/surat angkutan tersebut telah ditandatangani pengirim atau

ekspeditur, melainkan juga ketika pengangkut/nakhoda telah menerima

barang angkutan beserta dokumen/surat angkutan tersebut.90

4. Berakhirnya Perjanjian Pengangkutan

Untuk mengetahui kapan dan dimana perjanjian pengangkutan

berakhir perlu dibedakan dua keadaan yaitu:91

1) Keadaan dimana proses pengangkutan berjalan dengan lancar dan

selamat, maka perbuatan yang dijadikan ukuran berakhirnya

perjanjian pengangkutan adalah pada saat penyerahan dan

pembayaran biaya angkutan di tempat tujuan yang disepakati.

2) Keadaan dimana terjadi peristiwa yang menimbulkan kerugian,

maka perbuatan yang dijadikan ukuran berakhirnya perjanjian

pengangkutan adalah pada saat pemberesan kewajiban membayar

ganti kerugian.

90 Sution Usman Adji, et. al., op. cit., hlm. 16. 91 Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Darat, Laut, dan Udara, op. cit., hlm 107

Page 64: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

48

Berakhirnya perjanjian pengangkutan tidak sama dengan

berakhirnya pengangkutan, hal ini tergangtung dari isi kesepakatan yang

ditulis dalam surat muatan. Pengertian tempat tujuan tidak selalu sama

dengan terminal, stasiun, pelabuhan laut, dan bandara.92 Dalam perjanjian

pengangkutan memungkinkan tempat tujuan bukan hanya pada tempat-

tempat tersebut, tetapi ada tempat lain yang disepakati sebagai tempat

tujuan pengangkutan, sehingga tujuan tersebut yang menjadi ukuran

berakhirnya perjanjian pengangkutan.

5. Perjanjian Dalam Hukum Islam

Perjanjian dalam bahasa arab disebut dengan akad. Akad atau al-

‘akd secara bahasa berarti al-rabth atau ikatan atau mengikat. Al-rabth

adalah menghimpun atau mengumpulkan dua ujung tali dan mengikatkan

salah satu pada yang lainnya sehingga keduanya saling bersambung dan

menjadi seperti seutas tali yang satu.93

Dalam Al-Quran terdapat beberapa surat yang menjelaskan

mengenai akad atau janji yaitu antara lain sebagai berikut; QS. Al-Maidah

ayat 1 “Hai orang-orang yang beriman penuhilah aqad (perjanjian atau

perikatan) di antara kamu”. Selain itu dalam QS. Ali Imran ayat 76 “Ya,

siapa saja menepati janjinya dan takut kepada Allah, sesungguhnya Allah

mengasihi orang-orang yang taqwa”.

92 Ibid., hlm 108. 93 Ghufron A. Mas’adi, Fiqh Muamalah Kontekstual, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2002),

hlm 75.

Page 65: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

49

Akad adalah pertalian antara ijab dan qabul yang dibenarkan oleh

syara’ yang menimbulkan akibat hukum terhadap objeknya. Ijab dalam

definisi akad adalah ungkapan atau pernyataan kehendak melakukan

perikatan oleh satu pihak yang biasanya disebut sebagai pihak pertama.

Qabul adalah pernyataan atau ungkapan yang menggambarkan kehendak

pihak lain (pihak kedua) untuk menyetujui atau menerima pernyataan ijab.94

Akad adalah salah satu bentuk perbuatan hukum atau disebut dengan

tasharruf. Tasharruf adalah segala yang keluar dari seseorang manusia

dengan kehendaknya dan sesuai syara’, yang menetapkan beberapa

haknya.95 Tasharruf terbagi dua yaitu sebagi berikut:96

1. Tasharruf fi’li adalah usaha yang dilakukan manusia dengan tenaga

dan badanya, selain lidah. Misalnya memanfaatkan tanah yang

tandus, menerima barang dalam jual beli.

2. Tasharruf qauli adalah tasharruf yang keluar dari lidah manusia.

Tasharruf qauli terbagi dua yaitu aqdi dan bukan aqdi. Aqdi

merupakan pernyataan dan bukan aqdi merupakan perwujudannya.

Setelah diketahui bahwa akad adalah suatu perbuatan yang sengaja

dibuat oleh dua orang atau lebih berdasarkan keridhaan masing-masing,

maka timbil bagi kedua belah pihak haq dan iltijam yang diwujudkan oleh

akad. Akad memiliki beberapa rukun akad. Terdapat perbedaan pandangan

94 Ibid., hlm 76-77. 95 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, Cetakan Kesembilan (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,

2014), hlm 43. 96 Ibid., hlm 43-44.

Page 66: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

50

di kalangan fuqaha berkenaan dengan rukum akad. Secara umunya rukun

akad adalah sebagai berikut: 97

1. Aqid adalah orang yang berakad.

2. Ma’qud adalah benda-benda yang diakadkan, seperti benda yang

dijual belikan dalam akad jual beli.

3. Maudhu al aqd adalah tujuan atau maksud mengadakan akad.

4. Shighat al aqd adalah ijab dan qabul

C. PENGANGKUTAN BARANG MELALUI ANGKUTAN DARAT

1. Definisi Pengangkutan Barang

Pengangkutan (barang) adalah proses pemindahan barang dari

tempat pengiriman ke tempat tujuan. Dengan demikian, terdapat tiga

komponen dasar dalam pengangkutan barang yaitu: Pengirim, Jasa angkut

(alat angkutan), dan Penerima. Pengangkutan sebagai sebuah proses atau

kegiatan memerlukan alat angkutan untuk mengangkut barang atau

penumpang, atau membawa barang atau penumpang dari tempat pemuatan

ke tempat tujuan dan menurunkan barang atau penumpang dari alat

pengangkutan ke tempat yang ditentukan.98

Angkutan barang bersifat atau berurusan dengan benda, dimana

pengirim menyerahkan suatu benda ke pengangkut, yang akhirnya si

pengangkut itulah yang bertanggung jawab. Jadi dapat dikatakan bahwa hal

ini bersifat pasif. Sebaliknya pada perjanian pengangkutan orang, tidak ada

97 Ibid., hlm 46. 98 Zainal Asikin, op. cit. hlm 154.

Page 67: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

51

penyerahan subjek hukum itu kepada pengangkut. Mereka memiliki

kehendak sendiri dan mampu untuk bergerak sendiri.99

2. Jenis Angkutan di Darat

Dalam kegiatan pengangkutan barang melalui darat, terdapat dua

jenis pengangkutan, yakni melalui pengangkutan jalan raya dan

pengangkutan kereta api.

a. Pengangkutan Jalan Raya

Pasal 137 ayat (1) UU No. 22 Tahun 2009 menyatakan bahwa

“angkutan orang dan/atau barang dapat menggunakan kendaraan

bermotor dan tidak bermotor. Berdasarkan pasal tersebut dapat

dikatakan bahwa pengangkutan barang melalui jalan raya dapat

dilakukan mengunakan kendaraan bermotor dan tidak bermotor.

Kendaraan bermotor dan tidak bermotor tersebut dapat dijelaskan

sebagai berikut:

1) Kendaraan Bermotor

Kendaraan bermotor adalah kendaraan yang digerakkan oleh

peralatan mekanik berupa mesin selain kendaraan yang berjalan di

atas rel.100 Kendaraan bermotor umum adalah setiap kendaraan yang

digunakan untuk angkutan barang dan/atau orang dengan dipungut

biaya. Dalam UU Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pada Pasal 47

Ayat (2), kendaraan bermotor terbagi atas:

99 Sution Usman Adji, et. al., op. cit., hlm. 80. 100 Lihat Pasal 1 Angka (8) UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Page 68: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

52

a) Sepeda motor

Sepeda motor adalah kendaraan bermotor beroda dua

dengan atau tanpa rumah-rumah dan dengan atau tanpa kereta

samping atau kendaraan bermotor beroda tiga tanpa rumah-

rumah.101

b) Mobil penumpang

Mobil penumpang adalah kendaraan bermotor angkutan

orang yang memiliki tempat duduk maksimal delapan orang,

termasuk untuk pengemudi atau yang beratnya tidak lebih dari

3500 kilogram.102

c) Mobil bus

Mobil bus adalah kendaraan bermotor angkutan orang

yang memiliki tempat duduk lebih dari delapan orang, termasuk

untuk pengemudi atau yang beratnya lebih dari 3.500

kilogram.103

d) Mobil barang

Mobil barang adalah kendaraan bermotor yang dirancang

sebagian atau seluruhnya untuk mengangkut barang.104

101 Lihat Pasal 1 Angka (20) UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. 102 Lihat Pasal 1 Angka (10) PP No. 74 Tahun 2014 tentang Angkutan Jalan. 103 Lihat Pasal 1 Angka (11) PP No. 74 Tahun 2014 tentang Angkutan Jalan. 104 Lihat Pasal 1 Angka (12) PP No. 74 Tahun 2014 tentang Angkutan Jalan.

Page 69: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

53

e) Kendaraan khusus

Kendaraan khusus adalah kendaraan bermotor yang

dirancang khusus yang memiliki fungsi dan rancang bangun

tertentu, antara lain: 105

- Kendaraan bermotor Tentara Nasional Indonesia.

- Kendaraan bermotor Kepolisian Negara Republik Indonesia.

- Alat berat antara lain bulldozer, traktor, mesin gilas

(stoomwaltz), forklift, loader, excavator, dan crane.

- Kendaraan khusus penyandang cacat.

2) Kendaraan tidak Bermotor

Kendaraan tidak bermotor adalah setiap kendaraan yang

digerakkan oleh tenaga manusia dan/atau hewan.106

b. Pengangkutan Kereta Api

Telah diketahui bahwa kereta api dapat mengangkut orang dan

barang. Pengangkutan barang dengan kereta api itu dapat dilakukan

dengan beberapa jenis pengangkutan yakni:107

1) Pengangkutan barang kiriman : barang-barang yang beratnya tidak

lebih dari 50 kg akan diangkut sebagai barang kiriman, kecuali

apabila pengirim menghendakin lain.

105 Lihat Penjelasan Pasal 47 Ayat (2) huruf e UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan. 106 Lihat Pasal 1 Angka (9) UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Linta dan Angkutan Jalan. 107 H.M.N Purowsujipto, op. cit., hlm 77-78.

Page 70: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

54

3) Pengangkutan barang muatan : barang-barang yang beratnya lebih

dari 500kg atau barang-barang lain yang diminta pengirim agar

barangnya dikirim sebagai barang muatan.

4) Pengangkutan barang kilat : barang-barang yang diinginkan agar

dapat dikirim dengan cepat, pelaksanaannya lebih cepat daripada

pengangkutan sebagai barang kiriman atau barang muatan.

5) Pengangkutan barang sebagai bagasi : barang-barang keperluan

dalam perjalanan, kalau tidak bisa dibawa sebagai barang bawaan

maka harus dibagasikan dan disimpan dalam gerbong bagasi.

Pemilik barang bagasi harus memiliki surat bukti bagasi.

Saat ini berdasarkan Undang-Undang Perkeretaapian yakni UU

No. 23 Tahun 2007, pengangkutan barang dengan kereta api dilakukan

dengan gerbong atau kereta bagasi. Angkutan barang tersebut terdiri

dari barang umum, barang khusus, bahan berbahaya dan beracun,

limbah bahan berbahaya dan beracun.108 Dalam kegiatan pengangkutan

barang dengan kereta api, penyelenggara sarana perkeretaapian

berwenang untuk:

a) memeriksa kesesuaian barang dengan surat angkutan barang;

b) menolak barang angkutan yang tidak sesuai dengan surat

angkutan barang; dan

108 Lihat Pasal 139 ayat (1) dan (2) UU No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian.

Page 71: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

55

c) melaporkan kepada pihak yang berwajib apabila barang yang

akan diangkut merupakan barang terlarang.

3. Para Pihak dalam Pengangkutan Barang di Darat

a. Pengangkut

Pihak pengangkut dalam perjanjian pengangkutan barang yakni

pihak yang berkewajiban memberikan pelayanan jasa angkutan, barang

dan berhak atas penerimaan pembayaran tarif angkutan sesuai yang

telah diperjanjikan.109 Pengangkut adalah pihak yang mengikatkan diri

untuk menyelenggarakan pengangkutan barang. Singkatnya,

pengangkut adalah penyelenggara pengangkutan niaga.110 Pihak

pengangkut adalah sebagai pihak yang bertugas dan berkewajiban

mengangkut dan yang bertanggung jawab terhadap semua kerugian

yang diderita dalam pengangkutan barang.111

Pengangkut pada pengangkutan darat adalah perusahaan

pengangkutan umum yang mendapat izin operasi dari pemerintah

menggunakan kendaraan umum dengan memungut bayaran.112 Kegiatan

Pengangkutan barang dilakukan dengan menggunakan kendaraan

bermotor yang khusus mengangkut barang, kendaraan bermotor khusus

109 Zainal Asikin, op. cit. hlm 163 110 Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Niaga, op. cit. hlm 46. 111 Achmad Insani, Hukum Dagang, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1984), hlm. 407. 112 Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Niaga, Cetakan ke IV, op. cit., hlm 64.

Page 72: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

56

mengangkut barang yang dimaksud adalah kendaraan bermotor umum

yakni seperti truk dan truk gandeng.113

b. Pengirim

Pengirim adalah pihak dalam perjanjian pengangkutan. Jika kita

lihat dalam KUHD tidak mengatur definisi pengirim secara umum.

Akan tetapi, dilihat dari pihak dalam perjanjian pengangkutan, pengirim

adalah pihak yang mengikatkan diri untuk membayar pengangkutan

barang dan atas dasar itu dia berhak memperoleh pelayanan

pengangkutan barang dari pengangkut. Dalam bahasa inggris pengirim

disebut consigner, khusus pada pengangkutan perairan pengirim disebut

shipper.114

Status pengirim dapat sebagai pemilik barang, dalam

perdagangan pemilik barang juga berfungsi sebagai penjual (ekportir).

Pemilik barang dapat berupa manusia pribadi atau badan hukum yang

menjalankan perusahaan. Pemilik barang yang berstatus penjual dalam

perdagangan dapat berupa badan hukum atau persekutuan bukan badan

hukum, akan tetapi penjual yang berstatus sebagai eksportir dapat

dipastikan sebagai badan hukum. Status eksportir ini lebih dikenal

dalam perdagangan internasional. 115

113 Ibid., hlm 64. 114 Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Darat, Laut, dan Udara, op. cit. hlm 35. 115 Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Niaga, op. cit. hlm 49-50.

Page 73: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

57

c. Penerima

Penerima barang dalam kerangka perjanjian pengangkutan tidak

menjadi para pihak. Penerima merupakan pihak ketiga yang

berkepentingan atas penyerahan barang.116 Pihak penerima barang yakni

sama dengan pihak pengirim dalam hal pihak pengirim dan penerima

merupakan subjek yang berbeda. Namun adakalanya pihak pengirim

barang juga adalah sebagai pihak yang menerima barang yang diangkut

di tempat tujuan. Dalam perjanjian pengangkutan, penerima mungkin

pengirim sendiri, mungkin juga pihak ketiga yang berkepentingan.117

Ada beberapa pendapapat mengenai kedudukan penerima: 118

1) Penerima sebagai pihak ketiga yang berkepentingan

sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 1317 KUHPer.

2) Penerima sebagai cessionaris (orang yang menerima cessie)

yakni secara diam-diam mengenai hak menagih pengirim

terhadap pengangkut.

3) Penerima sebagai pemegang kuasa atau penyelenggara urusan si

pengirim

116 Ridwan Khairandy, Pokok-Pokok Hukum Dagang, op. cit., hlm 376. 117 Zainal Asikin, op. cit., hlm 164. 118 H.M.N Purwosujipto, op. cit., hlm 5-6.

Page 74: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

58

4. Penyerahan Barang Muatan

Penyerahan barang yang dimaksud adalah meliputi dua jenis

penyerahan yang merupakan perwujudan dari suatu perjanjian

pengangkutan, yaitu sebagai berikut:119

a. Penyerahan barang dari pengirim kepada pengangkut untuk diangkut

ke tempat tujuan yang ditentukan dalam dokumen pengangkutan

barang.

Konsep penyerahan barang ini terjadi antara pengirim dengan

pengangkut. Dalam konsep ini terdapat hubungan hukum dimana

pengirim berstatus sebagai pemilik barang yang bertujuan agar barang

miliknya diangkut dan diserahkkan kepada penerima yang ditunjuk

dalam dokumen pengangkutan. Penerima dalam hal ini dapat berstatus

pengirim sendiri sebagai pemilik barang atau orang lain yang bertindak

atas nama pengirim. Pada posisi tersebut pengirim hanya

memanfaatkan jasa pengangkutan guna memindahkan barang

miliknya dari suatu tempat ke tempat lain. Jadi pihak-pihak dalam

perjanjian pengangkutan pada konsep penyerahan barang ini adalah

pengirim dan pengangkut.

b. Penyerahan barang muatan dari pengangkut kepada penerima untuk

mengakhiri proses pengangkutan di tempat tujuan yang ditentukan

dalam dokumen pengangkutan.

119 Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Darat, laut, dan Udara, op. cit., hlm 223-

224.

Page 75: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

59

Konsep penyerahan barang muatan ini terjadi antara

pengangkut dan penerima dengan tujuan untuk mengakhiri proses

pengangkutan di tempat tujuan yang telah disepakati dalam perjanjian

pengangkutan. Dalam konsep ini terdapat hubungan hukum dimana

pengangkut berstatus sebagai penyedia jasa pengangkutan baik untuk

kepentingan pengirim maupun kepentingan penerima. Penerima yang

ditunjuk dalam dokumen pengangkutan tidak sama statusya dengan

pengirim. Hubungan hukum antara pengirim dan penerima biasanya

didasari perjanjian jual beli atau kontrak perdagangan lain yang

merupakan perjanjian utamanya, sedangkan perjanjian pengangkutan

hanyalah sebagai perjanjian pelengkap.

D. Hubungan Hukum Para Pihak dalam Pengangkutan Barang

Hubungan hukum adalah suatu wewenang yang dimiliki oleh seseorang

sehingga dapat menguasai sesuatu dari orang lain, dan kewajiban dari orang lain

untuk berperilaku sesuai dengan wewenang yang ada. Isi dari wewenang dan

kewajiban tersebut ditentukan oleh hukum.120 Hubungan hukum adalah

hubungan kewajiban dan hak secara bertimbal balik, yang timbul karena

dilakukannya peristiwa hukum berupa perbuatan, kejadian, atau keadaan.

Peristiwa hukum tersebut dapat berasal dari perjanjian atau ketentuan undang-

undang.121

120 Neng Yani Nurhayani, op. cit., hlm 75. 121 Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Niaga, op. cit. hlm 107.

Page 76: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

60

Hubungan hukum dalam pengangkutan adalah hubungan hak dan

kewajiban secara timbal balik yang timbul karena adanya perbuatan, keadaan,

atau kejadian dalam proses pengangkutan. Hak dan kewajiban yang dimaksud

dalam kegiatan pengangkutan adalah hak dan kewajiban para pihaknya yakni

hak dan kewajiban pengangkut, pengirim, maupun penerima. Dalam perjanjian

pengangkutan, pada umumnya hak dan kewajiban para pihak telah dirumuskan

dalam perjanjian yang mereka buat. Namun dalam praktik, hak dan kewajiban

para pihak biasanya tertulis pada dokumen angkutan. Apabila dalam dokumen

angkutan tidak dirumuskan, maka yang diikuti adalah ketentuan yang ada pada

undang-undang pengangkutan terkait. Namun jika dalam undang-undang

pengangkutan juga tidak dapat ditemukan, maka mengikuti kebiasaan umum

dalam pengangkutan.122

1. Hak dan Kewajiban Pengangkut

Pengangkut sebagai pihak dalam kegiatan pengangkutan umumnya

memiliki hak untuk mendapatkan bayaran dari pengirim atas kegiatan

angkutan yang dilaksanakannya, juga termasuk haknya untuk menuntut

pemenuhan pembayaran apabila pengirim belum melaksanakan sepenuhnya

kewajibannya. Pengangkut juga berhak untuk menolak mengangkut barang

yang diserahkan kepadanya, misalanya barang yang diminta untuk diangkut

adalah barang berbahaya atau termasuk sebagai barang yang dilarang

menurut undang-undang. Penolakan oleh pengangkut harus beralasan yang

jelas, karena jika alasan penolakan tidak jelas maka penolakan pengangkut

122 Ibid., hlm 107-108

Page 77: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

61

tersebut sudah merupakan wanprestasi. Dengan perjanjian yang dibuat

pengangkut dengan pengirim maka pengangkut mengikatkan diri untuk

mengangkut muatan yang diserahkan kepadanya, selanjutnya menyerahkan

kepada orang yang ditunjuk sebagai penerima serta menjaga keselamatan

barang muatan tersebut.123

Dalam Pasal 91 KUHD dinyatakan bahwa pengangkut berkewajiban

mengangkut barang-barang yang diserahkan kepadanya ke tempat tujuan

yang telah ditentukan. Selain itu, pengangkut juga berkewajiban

menyerahkan kepada penerima tepat pada waktunya dan dalam keadaan

seperti pada waktu diterimanya barang tersebut.124

2. Hak dan Kewajiban Pengirim

Pengirim yang juga merupakan pihak dalam pengangkutan berhak

untuk mendapatkan pelayanan pengangkutan barang oleh pengangkut yakni

diangkut barang-barangnya ke tempat tujuan yang ditentukan. Hak lain

yang dimiliki pengirim adalah menuntut ganti rugi apabila terjadi

kehilangan atau kerusakan terhadap barangnya selama dalam pengangkutan

tersebut. Selain hak, pengirim juga merupakan pihak yang menyandang

kewajiban. Kewajiban pengirim adalah membayar biaya angkutan kepada

pengangkut atas dilaksanakannya angkutan barang milik pengirim. Namun

dalam praktek, terkadang pembayaran ini dilakukan di tempat tujuan yakni

penerimalah yang akan membayarnya, hal ini sesuai dengan pasal 491

123 H.M.N Purwosujipto, op. cit., hlm 4. 124 Lihat Pasal 91 KUHD

Page 78: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

62

KUHD, kewajiban membayar uang angkutan ada pada penerima, setelah

barang-barang diterimanya. Terkait metode pembayaran ini dapat

diperjanjikan sebelumnya sesuai kesepakan para pihak. Selain kewajiban

tersebut, pengirim juga berkewajiban untuk memberikan informasi atau

keterangan yang benar dalam dokumen angutan terkait barang yang

dikirimnya.

3. Hak dan Kewajiban Penerima

Menurut pasal 1317 ayat (2) KUHPer, sejak penerima menyatakan

kehendaknya untuk menerima barang-brang yang dikirim oleh pengirim,

maka sejak saat itulah penerima mulai mendapatkan haknya sesuai dengan

janji khusus dalam perjanjian pengangkutan yang dibuat oleh pengirim

dengan pengangkut. Pada saat penerima mulai mendapatkan haknya maka

pengirim tidak berwenang lagi mengubah tujuan pengirimannya.125

Kewajiban penerima akan timbul setelah penerima mendapatkan

haknya untuk menerima barang angkutan, oleh karena itu penerima adalah

sebagai pihak yang berkepentingan dalam pengangkutan. Akibatnya

berlakulah ketentuan-ketentuan dalam perjanjian pengangkutan, misalnya

kewajiban membayar biaya angkutan, kecuali diperjanjikan lain dalam

perjanjian pengangutannya.126

125 Ibid., hlm 6 126 Ibid., hlm 6

Page 79: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

63

E. TANGGUNG JAWAB DALAM PENGANGKUTAN BARANG

1. Prinsip-Prinsip Tanggung Jawab dalam Pengangkutan

Titik sentral setiap pembahasan mengenai tanggung jawab

pengangkut pada umumnya adalah tentang prinsip tanggung jawab

(Liability Principle) yang diterapkan. Penggunaan suatu prinsip tanggung

jawab tertentu bergantung kepada keadaan tertentu, baik ditinjau secara

makro (sesuai dengan perkembangan masyarakat), maupun ditinjau secara

mikro (sesuai dengan perkembangan dunia angkutan yang bersangkutan,

baik darat, laut, atau udara). 127

Setidak-tidaknya ada 3 (tiga) prinsip atau teori mengenai tanggung

jawab yang dikenal, ialah: prinsip tanggung jawab berdasarkan atas adanya

unsur kesalahan (fault liability, liability based on fault principle), prinsip

tanggung jawab berdasarkan atas praduga (rebuttable presumption of

liability principle), prinsip tanggung jawab mutlak (no-fault liability,

absolute atau strict liability principle). 128

Cara membedakan prinsip-prinsip tanggung jawab tersebut pada

dasarnya diletakkan pada masalah pembuktian, yaitu mengenai ada

tidaknya kewajiban pembuktian, dan kepada siapa beban pembuktian

dibebankan dalam proses penuntutan.129

127 E. Saefullah Wiradipradja, op. cit., hlm 19. 128 Ibid., hlm 19. 129 Ridwan Khairandy, Pengantar Hukum Dagang, op. cit., hlm 184-185.

Page 80: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

64

a. Prinsip Tanggung Jawab berdasarkan Kesalahan (Liability based

on Fault Principle)

Menurut sejarahnya, tanggung jawab berdasarkan kesalahan

pada mulanya dikenal dalam kebudayaan Babylonia kuno. Dalam

bentuknya yang lebih moderen, prinsip ini dikenal pada tahap awal

pertumbuhan hukum Romawi termasuk dalam doktrin “culpa” dalam

lex aquila. Lex aquila menentukan bahwa kerugian baik disengaja

ataupun tidak harus selalu diberikan santunan.130

Menurut prinsip ini, setiap pengangkut yang melakukan

kesalahan dalam penyelenggaraan pengangkutan harus bertanggung

jawab membayar segala kerugian yang timbul akibat kesalahannya itu.

Pihak yang menderita kerugian wajib membuktikan kesalahan

pengangkut. Beban pembuktian ada pada pihak yang dirugikan, bukan

pada pengangkut.131

Dalam prinsip tanggung jawab atas dasar kesalahan,

pembuktian kesalahan tergugat harus dilakukan oleh penggugat (yang

dirugikan). Sebagai contoh prinsip ini di Indonesia dianut dalam pasal

1365 KUHPerdata,132 yakni bunyinya adalah tiap perbuatan melanggar

hukum, yang membawa kerugian pada seorang lain, mewajibkan

kerugian itu mengganti kerugian tersebut.133 Pasal ini mengharuskan

130 Ridwan Khairandy, Pokok-Pokok Hukum Dagang Indonesia, op. cit., hlm 377-378. 131 Abdulkadir Muhammad, op. cit., hlm 37. 132 Toto T. Suriaatmadja, op. cit., hlm 25. 133 R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, op. cit., hlm 346.

Page 81: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

65

pemenuhan unsur-unsur untuk menjadikan suatu perbuatan melanggar

hukum dapat dituntut ganti rugi, yaitu:134

1) Adanya perbuatan melawan hukum dari tergugat.

2) Perbuatan tersebut dapat dipersalahkan kepadanya

3) Adanya kerugian yang diderita akibat kesalahan tersebut

Menurut Pasal 1367 KItab Undang-Undang Hukum Perdata,

tanggung jawab hukum kepada seseorang yang menderita kerugian

tidak hanya terkait akibat perbuatan perusahaan pengangkutan itu

sendiri, melainkan juga terhadap perbuatan karyawan, pegawai, agen,

dan perwakilannya apabila menimbulkan kerugian pada orang lain.

Tanggung jawab atas dasar kesalahan harus memenuhi unsur-unsur

adanya kesalahan, ada suatu kerugian dan kerugian tersebut

berhubungan dengan kesalahan, beban pembuktiannya dibebankan

pada korban, namun pada dasarnya kedudukan para pihaknya sama

yakni dalam arti dapat saling membuktikan.135

b. Prinsip Tanggung Jawab berdasarkan Praduga (Presumption of

Liability Principle)

Menurut prinsip ini pengangkut dianggap selalu bertanggung

jawab atas setiap kerugian yang timbul dari pengangkutan yang

diselenggarakan. Tetapi jika pengangkut dapat membuktikan bahwa ia

134 Toto T. Suriaatmadja, loc. cit. 135 H.K. Martono dan Agus Pramono, Hukum Udara Perdata Internasional dan Nasional,

(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013), hlm 11.

Page 82: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

66

tidak bersalah, maka ia dibebaskan dari kewajiban membayar ganti

kerugian. Yang dimaksud dengan “tidak bersalah” adalah tidak

melakukan kelalaian, telah mengambil tindakan yang perlu untuk

menghindari kerugian, atau peristiwa yang menimbulkan kerugian itu

tidak mungkin dihindari.136

Pada dasarnya prinsip tanggung jawab berdasarkan praduga

adalah juga prinsip tanggung jawab berdasarkan adanya kesalahan

(liability based on fault), tetapi dengan pembalikan beban pembuktian

(omkering van de bewijslaast, shifting of the burden of proof) kepada

pihak tergugat.137 Perbedaan yang utama antara prinsip tanggung

jawab yang didasarkan semata-mata pada adanya unsur kesalahan dan

“presumption of liability” adalah bahwa di dalam prinsip yang kedua

beban pembuktian beralih dari penggugat (korban) kepada tergugat

(pengangkut).138 Pengangkut harus membuktikan sebaliknya atas

gugatan penggugat, yakni membuktikan bahwa pengangkut tidak

bersalah.

Unsur-unsur dari tanggung jawab atas dasar praduga adalah

sebagai berikut:139

1) beban pembuktiannnya terbalik yakni yang harus

membuktikan adalah pengangkut,

136 Abdulkadir Muhammad, op. cit., hlm 28. 137 Ridwan Khairandy, Pengantar Hukum Dagang, op. cit., hlm 188. 138 E. Saefullah Wiradipradja, op. cit., hlm 30. 139 H.K. Martono dan Agus Pramono, op. cit., hlm 14.

Page 83: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

67

2) tanggung jawab terbatas yakni yang dibebankan pada

pengangkut hanya sejumlah yang diatur dalam konvensi

internasional atau pertauran perundang-undangan yang

berlaku,

3) adanya perlindungan hukum bagi perusahaan pengangkutan

yakni bebas bertanggung jawab apabila dapat membuktukan

bahwa pihkanya tidak bersalah,

4) Pihak pengirim atau penumpang juga dapat ikut bersalah

apabila pengangkut dapat membuktikannya sehingga

tanggung jawab tidak sepenuhnya ada pada pengangkut,

5) tanggung jawab tidak terbatas yakni tanggung jawab yang

terbatas dapat menjadi tidak terbatas apabila pengirim atau

penumpang dapat membuktikan bahwa kesalahan yang

dilakukan oleh pengangkut adalah kesalahan yang disengaja.

c. Prinsip Tanggung Jawab Mutlak (Absolute Liability Principle)

Di dalam prinsip tanggung jawab mutlak (strict liability atau

absolute liability) tergugat atau pengangkut selalu bertanggung jawab

tanpa melihat ada atau tidaknya kesalahan atau tidak melihat siapa

yang bersalah.140 Prinsip ini tidak mengenal beban pembuktian, unsur

kesalahan tak perlu dipersoalkan. Pengangkut tidak mungkin bebas

dari tanggung jawab dengan alasan apapun yang menimbulkan

kerugian itu. Prinsip ini dapat dirumuskan dengan kalimat:

140 Ridwan Khairandy, Pokok-Pokok Hukum Dagang Indonesia, op. cit., hlm 382-383.

Page 84: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

68

“pengangkut bertanggung jawab atas setiap kerugian yang timbul

karena peristiwa apapun dalam penyelenggaraan pengangkutan ini”.141

Terkait prinsip tanggung jawab mutlak ini biasa disebut

(absolute liability) dan (strict liability). Kedua istilah tersebut beberapa

pakar ada yang membedakannya, tetapi ada juga yang

mempersamakannya. Menurut Bin Cheng sebagaimana yang dikutip

oleh E. Saefullah, meskipun baik secara teoritis maupun praktis sulit

mengadakan pembedaan yang tegas di antara kedua istilah tersebut,

namun Bin Cheng menunjukan adanya perbedaan pokok antara kedua

istilah tersebut.

Pada “strict liability” terdapat hubungan kausalitas antara

orang yang benar-benar bertanggung jawab dengan kerugian. Semua

hal yang biasanya dapat membebaskan tanggung jawab tetap diakui

kecuali hal-hal yang mengarah pada pernyataan tidak bersalah.

Sedangkan “absolute liability” akan timbul kapan saja keadaan yang

menimbulkan tanggung jawab tersebut ada tanpa mempermasalahkan

oleh siapa atau bagaimana terjadinya kerugian tersebut.142 Dengan

demikian dalam absolute liability tidak diperlukan hubungan

kausalitas dan hal-hal yang dapat membebaskan dari tanggung jawab

hanya yang dinyatakan secara tegas dalam perundang-undangan.143

141 Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Niaga, op. cit., hlm 41. 142 E. Saefullah Wiradipradja, op. cit., hlm 37. 143 Toto T. Suriaatmadja, op. cit., hlm 30.

Page 85: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

69

2. Tanggung Jawab Pengangkut

Menurut ajaran hukum yang berlaku pada sistem Common Law

maupun sistem Continental Law, perusahaan pengangkutan sebagai

perusahaan yang menyediakan jasa transportasi umum harus bertanggung

jawab atas kerugian yang diderita oleh penumpang dan/atau pengirim

barang. Perusahaan transportasi umum tidak hanya bertanggung jawab atas

perbuatannya sendiri, melainkan juga bertanggung jawab atas perbuatan

yang diakibatkan oleh karyawan, pegawai, agen, atau perwakilannya, atau

orang yang bertindak untuk dan atas nama perusahaan tersebut.144

Pengangkut merupakan penyelenggara pengangkutan barang mulai

dari tempat pemuatan sampai tempat tujuan dengan selamat. Ada dua

kemungkinan yang akan terjadi apabila barang yang dikirm tidak selamat

yaitu barang sampai pada tujuan dalam keadaan musnah atau barang

sampai pada tujuan dalam keadaan rusak. Barang musnah artinya barang

telah terbakar, tenggelam, atau dicuri. Barang rusak artinya meskipun

barangnya ada tetapi barang tersebut tidak dapat digunakan sebagai

mestinya. Keadaan tidak selamat ini menjadi tanggung jawab pengangkut

sehingga harus memberikan ganti rugi atas barang yang musnah atau rusak.

Hal tersebut dikecualikan apabila kerugian tersebut terjadi atas sebab-sebab

seperti cacat pada barang itu sendiri, karena kesalahan atau kelalaian

pengirim sendiri, keadaan memaksa.145

144 H.K. Martono dan Eka Budi Tjahjono, op. cit., hlm 167. 145 H.M.N Purwosujipto, op. cit., hlm 35-34.

Page 86: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

70

Cacat pada barang artinya memang adanya sifat pembawaan dari

barang itu sendiri yang menyebabkan rusak atau terbakarnya barang dalam

perjalanan, misalnya sifat barangnya memang mudah pecah atau terbakar,

sehingga dari sifat bawaan inilah yang memudahkan terjadinya cacat pada

barang. Lain halnya apabila kerusakan atau terbakarnya barang itu

disebabkan karena salah penempatan atau kelalaian pengangkut, maka

kerugiannya dapat dibebankan pada pengangkut.146

Kelalaian atau kesalahan dari pengirim sendiri misalnya seperti

pengirim mengirim barang dengan pengepakan yang kurang baik, artinya

mudah untuk terjadi kerusakan saat dalam perjalanan. Dalam hal

pengangkut mengetahui kelalian atau kesalahan pengirim itu maka

pengangkut harus menolak atau memperingatkan atau dapat mencatatnya

dalam surat muatan bahwa memang pengepakannya kurang sempurna.147

Sebab lain yang dapat menjadi alasan pengangkut untuk tidak

bertanggung jawab adalah karena keadaan yang memaksa. Keadaan

memaksa ada dua jenis yaitu keadaan memaksa objektif dan keadaan

memaksa subjektif. Keadaan memaksa objektif adalah adanya keadaan

yang bebar-benar sama sekali tidak dapat dihindari oleh pengangkut,

sedangkan keadaan memaksa subjektif adalah adanya keadaan dimana

pengangkkut sudah berusaha sebisa mungkin untuk mencegah adanya

kerugian namun juga tidak berhasil.148

146 Ibid., hlm 36. 147 Ibid., hlm 37. 148 Ibid., hlm 37.

Page 87: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

71

Dalam praktek, umumnya terjadi pengurangan atau penghapusan

tanggung jawab yang dicantumkan dalam perjanjian pengangkutan.

Adanya klausula pengurangan tanggung jawab pada dasarnya dapat

dibenarkan, dengan syarat klausula tersebut disetujui oleh kedua belah

pihak. Namun terkait pengahapusan tanggung jawab, hal ini tidak

dibenarkan oleh undang-undang. Setiap pelaku usaha dilarang membuat

perjanjian yang mencantumkan klasula menghilangkan tanggung jawab.

Setiap perjanjian yang dibuat harus dilaksanakan dengan itikad baik.

Tanggung jawab pengangkut disini mencakup pengangkut

merupakan perusahaan angkutan umum. Menurut Pasal 193 UU Lalu

Lintas dan Angkutan Jalan, perusahaan anggkutan umum bertanggung

jawab atas kerugian yang diderita oleh pengirim barang karena barang

musnah, hilang, atau rusak akibat penyelenggaraan angkutan, kecuali

terbukti bahwa musnah, hilang, atau rusaknya barang disebabkan oleh

suatu kejadian yang tidak dapat dicegah atau dihindari atau karena

kesalahan pengirim. Tanggung jawab ini berlangsung sejak barang

diangkut oleh pengangkut sampa barang diserahkan di tempat tujuan yang

disepakati. Dalam Pasal 191 masih dalam undang-undang yang sama

disebutkan bahwa perusahaan angkutan umum juga bertanggung jawab

atas kerugian yang diakibatkan oleh segala perbuatan orang yang

dipekerjakan dalam kegiatan penyelenggaraan angkutan.

Page 88: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

72

BAB III

PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN

SEPEDA MOTOR MELALUI LAYANAN GO-SEND DALAM APLIKASI

GO-JEK

A. Pelaksanaan Pengangkutan Barang Menggukan Sepeda Motor melalui

Layanan Go-send dalam Aplikasi Go-jek Ditinjau berdasarkan Peraturan

Perundang-Undangan terkait Angkutan Jalan yang Berlaku

Angkutan merupakan suatu proses atau gerakan dari suatu tempat ke

tempat yang lain. Definisi Angkutan menurut Pasal 1 Angka (3) UU No. 22

Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah perpindahan orang

dan/atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan

kendaraan di ruang lalu lintas jalan.149 Berdasarkan ulasan tersebut dapat

diartikan bahwa pengangkutan mengandung pengertian suatu proses kegiatan

memuat barang atau mengangkut orang, membawa barang atau penumpang

sehingga terjadi perpindahan dari suatu tempat ke tempat yang lain dengan

dibantu oleh sarana atau alat transportasi yaitu kendaraan. Terkait pengangkutan

barang, proses yang terjadi adalah pemindahan barang milik pengirim dari

tempat asal kepada penerima di tempat tujuan yang ditentukan. Dengan

demikian, dalam hal ini terdapat tiga komponen dasar dalam pengangkutan

barang yaitu: Pengirim, Jasa angkut atau alat angkutan, dan Penerima.

149 Lihat Pasal 1 Angka (3) UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Page 89: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

73

Pengangkutan sebagai sebuah proses atau kegiatan memerlukan alat

pengangkutan untuk mengangkut barang atau membawa barang dari tempat

pemuatan ke tempat tujuan dan menurunkan barang dari alat pengangkutan ke

tempat yang ditentukan.150 Pada umumnya kegiatan pengangkutan di jalan raya

menggunakan kendaraan sebagai alat transportasi atau sarana angkut untuk

membawa ataupun memindahkan barang. Jika kita lihat dalam Pasal 47 ayat (1)

UU No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan menyebutkan

bahwa kendaraan terdiri atas kendaraan bermotor dan kendaraan tidak bermotor.

Kendaraan tidak bermotor adalah setiap kendaraan yang digerakkan oleh

tenaga manusia dan/atau hewan,151 sedangkan kendaraan bermotor adalah setiap

kendaraan yang digerakkan oleh peralatan mekanik berupa mesin selain

kendaraan yang berjalan di atas rel.152 Kendaraan bermotor dalam hal ini

dikelompokan lagi berdasarkan jenisnya, yaitu: sepeda motor, mobil

penumpang, mobil bus, mobil barang, dan kendaraan khusus.153 Dalam hal

pelaksanaan pengangkutan ditujukan untuk menjalankan kegitan transportasi

umum, maka alat transportasi atau kendaraan yang digunakan haruslah alat

transportasi umum atau dengan kata lain dalam undang-undang tersebut di atas

adalah kendaraan bermotor umum.

Seluruh kegiatan pengangkutan dalam suatu negara haruslah

dilaksanakan sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku, baik pengangkutan di

darat, laut, maupun udara. Hal ini agar dapat menjamin kepastian dan ketertiban

150 Zainal Asikin, op. cit. hlm 154. 151 Lihat Pasal 1 angka 9 UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. 152 Lihat Pasal 1 angka 8 UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. 153 Lihat Pasal 47 ayat (2) UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Page 90: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

74

hukumnya. Sehingga seluruh pelaksanaan kegiatan pengangkutan dapat

berfungsi dan bermanfaat dengan baik, serta terwujudnya kegiatan

pengangkutan yang aman, selamat, tertib dan lancar. Begitupun halnya dengan

kegiatan pengangkutan barang di darat yang dilaksanakan melalui layanan go-

send haruslah sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Terdapat beberapa regulasi yang mengatur mengenai pelaksanaan

pengangkutan barang melalui layanan go-send. Salah satunya adalah UU No. 22

Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Apabila mengkaji UU No.

22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan maka terdapat beberapa

Pasal yang terkait dengan pelaksanaan pengangkutan barang, diantaranya adalah

sebagai berikut :

1. Pasal 137 ayat (3), mengatur bahwa :

“Angkutan barang dengan Kendaraan Bermotor wajib menggunakan

mobil barang”.

2. Pasal 138 ayat (3), mengatur bahwa :

“Angkutan umum orang dan/atau barang hanya dilakukan dengan

Kendaraan Bermotor Umum”.

Selain UU Lalu Lintas dan Angkutan Jalan terdapat juga peraturan teknis

yang mengatur tentang pengangkutan barang di jalan raya yang terkait dengan

pelaksanaan pengangkutan barang melalui layanan go-send yaitu PP No. 74

Tahun 2014 tentang Angkutan Jalan. Dalam Peraturan Pemerintah ini terdapat

beberapa Pasal yang memuat ketentuan terkait pengangkutan barang, yaitu

sebagai berikut:

Page 91: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

75

1. Pasal 10 ayat (1) : “Angkutan barang dengan menggunakan Kendaraan

Bermotor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf a wajib

menggunakan Mobil Barang”.

2. Pasal 10 ayat (2) : "Dalam hal memenuhi persyaratan teknis, Angkutan

barang dengan Kendaraan Bermotor sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dapat menggunakan Mobil Penumpang, Mobil Bus, atau Sepeda Motor.

3. Pasal 10 ayat (4) : “Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) untuk sepeda motor meliputi”:

a. muatan memiliki lebar tidak melebihi stang kemudi;

b. tinggi muatan tidak melebihi 900 (sembilan ratus) milimeter dari

atas tempat duduk pengemudi; dan

c. barang muatan ditempatkan di belakang pengemudi.

4. Pasal 11 : “Angkutan barang dengan menggunakan Mobil Penumpang,

Mobil Bus, atau Sepeda Motor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10

harus memperhatikan faktor keselamatan”.

Di era globalisasi ini hadirlah layanan go-send sebagai suatu layanan

yang menawarkan jasa untuk memindahkan atau mengangkut barang dari suatu

tempat ke tempat tertentu yang menggunakan sepeda motor dan dengan dipungut

tarif atau bayaran tertentu sebagai biaya angkut. Go-send merupakan layanan

dalam aplikasi Go-jek, dimana Go-jek adalah sebuah aplikasi ciptaan PT. GO-

JEK Indonesia. Dalam menjalankan kegiatan pengangkutan PT. GO-JEK

Indonesia bermitra dengan Pengemudi Ojek. Melalui sistem dalam aplikasinya

PT. GO-JEK Indonesia akan menghubungkan Pengguna Jasa Ojek (konsumen

Page 92: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

76

yang akan mengirim barang) dengan Pengemudi ojek.154 Pengemudi ojek akan

mengantar atau mengirim barang milik pengirim dari suatu tempat kepada

penerima di tempat tertentu.

Dalam layanan go-send ini pihak yang melaksanakan kegiatan

pengangkutan adalah pengemudi ojek, sehingga pembayaran sejumlah uang

tertentu sebagai biaya angkut harus diserahkan kepada pengemudi ojek.

Sejumlah uang tersebut selanjutnya akan menjadi milik pengemudi ojek. Namun

dengan ketentuan sekian persen akan dibagikan kepada PT. GO-JEK Indonesia

sebagai komisi telah menghubungkan pengguna jasa ojek dengan pengemudi

ojek melalui aplikasinya.155

Berdasarkan Pasal dalam UU No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas

dan Angkutan Jalan dan juga pada PP No. 74 Tahun 2014 tentang Angkutan

Jalan yang disebutkan di atas, maka penulis dapat menganilisis mengenai

kegiatan pengangkutan barang yang dilaksanakan melalui layanan go-send

sebagai berikut:

Pertama, penulis menganalisis terkait pasal-pasal dalam UU No. 22

Tahun 2009. Merujuk pada Pasal 137 ayat (3) yang menentukan bahwa kegiatan

angkutan barang dengan kendaraan bermotor wajib menggunakan mobil barang.

Dalam hal ini mobil barang adalah kendaraan bermotor yang dirancang sebagian

atau seluruhnya untuk mengangkut barang.156 Sedangkan layanan go-send

154 Dikutip dari https://www.go-jek.com/terms, yang diakses tanggal 14 Januari 2017. 155 Hasil wawancara dengan M. Arkan Tunas sebagai pengemudi ojek di Yogyakarta, pada

tanggal 20 Januari 2017. 156 Lihat penjelasan Pasal 47 ayat (2) huruf d UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas

Angkutan Jalan.

Page 93: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

77

sebagaimana telah dijelaskan di atas dalam prakteknya melakukan kegiatan

angkutan barang dengan menggunakan sepeda motor dan bukan mobil barang.

Dalam Pasal 137 ayat (3) tersebut terdapat kata “wajib” yang jika kita lihat dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia, wajib berati harus dilakukan, tidak boleh tidak

dilaksanakan (ditinggalkan).157 Sedangkan dalam norma hukum kata “wajib”

biasanya mengandung konsekuensi sanksi. Sanksi memperlihatkan sisi hukum

yang memaksa (dwingend recht).

Pasal sealanjutnya dalam UU No. 22 Tahun 2009 adalah Pasal 138 ayat

(3), yang mengatur bahwa “Angkutan umum orang dan/atau barang hanya

dilakukan dengan kendaraan bermotor umum”. Angkutan umum merupakan

angkutan untuk masyarakat umum. Angkutan umum adalah angkutan yang

diperuntukan untuk masyarakat secara umum yang dilakukan dengan sistem

sewa atau membayar, baik untuk mengangkut penumpang ataupun barang.

Dalam hal ini intinya terjadi pemungutan sejumlah biaya tertentu yang dijadikan

sebagai ongkos angkutan. Jika kita lihat dalam prakteknya pengemudi ojek

melalui layanan go-send dapat dikatakan melaksankan kegiatan angkutan umum

yakni angkutan umum barang.

Layanan Go-send dalam prakteknya melakukan kegiatan perpindahan

barang milik pengirim dari suatu tempat ke tempat tertentu dengan

menggunakan kendaraan di ruang lalu lintas jalan dan tentunya memungut

bayaran. Penulis dapat menilai bahwa dari segi kegiatannya, layanan go-send

termasuk kegiatan angkutan umum. Layanan go-send diperuntukan untuk

157 Dikutip dari http://kbbi.web.id/wajib yang diakses tanggal 12 Januari 2017.

Page 94: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

78

masyarakat umum, dan dalam layanan tersebut terjadi pengangkutan barang

yang dilakukan dengan sistem membayar. Sehingga hal yang perlu diperhatikan

dalam menyelenggarakan angkutan umum salah satunya adalah ketentuan

kendaraan atau alat angkutnya. Kendaraan yang harus digunakan untuk angkutan

umum adalah kendaraan bermotor umum. Kendaraan bermotor umum adalah

setiap kendaraan yang digunakan untuk angkutan barang dan/atau orang dengan

dipungut bayaran.158

Sesuai dengan penjelasan penulis sebelumnya bahwa kendaraan yang

digunakan oleh pengemudi ojek dalam layanan go-send adalah sepeda motor.

Sepeda motor menurut UU Lalu Lintas dan Angkutan Jalan bukanlah sebagai

kendaraan bermotor umum yang dapat berfungsi sebagai alat transportasi umum.

Jika kita lihat dalam Pasal 47 ayat (3) UU No. 22 Tahun 2009, tidak

mengelompokan sepeda motor sebagai fungsi kendaraan bermotor umum.

Dalam Pasal 47 ayat (3) kendaraan yang dikelompokan sebagai fungsi

kendaraan bermotor umum hanyalah mobil penumpang, mobil bus, dan mobil

barang.159 Sehingga dalam hal menyelenggarakan kegiatan angkutan umum

kendaraan yang dapat digunakan hanyalah mobil penumpang, mobil bus,

ataupun mobil barang. Dalam hal inilah menurut penulis terjadi penyimpangan.

Go-jek melalui layananannya go-send melaksanakan angkutan umum tetapi

tidak mengindahkan ketentuan atau syarat dalam melaksanakan angkutan

umum, yakni salah satunya dari segi kendaraan yang digunakan.

158 Lihat Pasal 1 angka 10 UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan. 159 Lihat Pasal 47 ayat (3) UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan.

Page 95: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

79

Kedua, penulis menganalis terkait pasal-pasal dalam Peraturan

Pemerintah No. 74 Tahun 2014 tentang Angkutan Jalan. Pada Pasal 10 ayat (1)

memuat ketentuan bahwa “Angkutan barang dengan menggunakan kendaraan

bermotor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf a wajib

menggunakan mobil barang”, hal ini berarti masih sesuai dengan amanat dalam

Pasal 137 ayat (3) UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan

Jalan yang manyatakan bahwa “Angkutan barang dengan Kendaraan Bermotor

wajib menggunakan mobil barang”. Namun selanjutnya jika kita lihat dalam

Pasal 10 ayat (2) PP No. 74 Tahun 2014 tentang Angkutan Jalan, menyatakan

bahwa “Dalam hal memenuhi persyaratan teknis, Angkutan barang dengan

Kendaraan Bermotor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menggunakan

Mobil Penumpang, Mobil Bus, atau Sepeda Motor”. Hal ini berarti, sepeda

motor sebagai kendaraan bermotor dapat digunakan dalam angkutan barang.

Dengan memenuhi persyaratan teknis yang telah ditentukan selanjutnya melalui

ayat (4), sepeda motor dapat digunakan untuk kegiatan angkutan barang.

Persyaratan teknis yang dimaksudkan adalah muatan memiliki lebar

tidak melebihi stang kemudi, tinggi muatan tidak melebihi 900 (sembilan ratus)

milimeter dari atas tempat duduk pengemudi, barang muatan ditempatkan di

belakang pengemudi. Berdasarkan persyaratan teknis tersebut, apabila melihat

peraturan terkait pengiriman barang yang di tetapkan oleh PT. GO-JEK

Indonesia juga sudah cukup baik. Melalui syarat dan ketentuan pada website

Page 96: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

80

resminya, PT. GO-JEK Indonesia mengatur bahwa go-jek tidak memberikan

layanan pengiriman untuk barang-barang sebagai berikut: 160

1. barang yang dilarang pihak berwajib untuk dimiliki dan diedarkan,

pengiriman barang dari dan ke penjara,

2. pengiriman binatang peliharaan atau binatang lain,

3. pengiriman barang yang dimensinya lebih dari 70cm (panjang), 50cm

(lebar), 50cm (tinggi) atau barang yang beratnya melebihi 20 kg,

4. mengangkut barang-barang ilegal atau berbahaya atau barang-barang

curian, termasuk pada barang-barang yang mengandung bahan berbahaya

atau beracun, obat-obatan atau material terlarang/ilegal,

5. mengangkut atau mengirimkan barang-barang berharga atau barang yang

bernilai lebih dari Rp10.000.000.

Persyaratan teknis dalam layanan go-send memang sudah cukup bagus

dan telah mencerminkan pesrsyaratan teknis sebagaimana yang ditentuan dalam

PP No. 74 Tahun 2014. Namun Diperbolehkannya secara bersyarat penggunaan

sepeda motor sebagai kendaraan untuk angkutan barang sebagaimana yang

dinyatakan dalam Pasal 10 ayat (2) PP No. 74 Tahun 2014 tentang Angkutan

Jalan tersebut memicu adanya permasalahan baru. Bahwa dalam hal ini yang

dimaksud dengan angkutan barang yang dapat menggunakan sepeda motor

adalah angkutan barang dalam fungsi seperti apa. Apakah angkutan barang

tersebut dalam fungsi untuk mengangkut barang pribadi saja atau juga termasuk

ketika angkutan barang dilaksanakan dalam fungsi untuk menjalankan angkutan

160 Dikutip dari https://www.go-jek.com/terms yang diakses tanggal 12 Januari 2017

Page 97: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

81

umum. Terkait hal ini dalam penjelasan Pasal 10 ayat (2) juga tidak dijelaskan

secara rinci.

Menurut penulis mungkin ketika kegiatan angkutan barang

menggunakan sepeda motor dilaksanakan hanya sebagai fungsi untuk

mengangkut barang perseorangan atau barang pribadi saja dapat diperbolehkan,

namun apabila hal ini dilaksanakan dengan maksud untuk angkutan umum

seperti halnya layanan go-send maka akan bertentangan dengan UU Lalu Lintas

dan Angkutan Jalan. Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumya, bahwa pada

Pasal 138 ayat (3) UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan

Jalan diatur bahwa “Angkutan umum orang dan/atau barang hanya dilakukan

dengan Kendaraan Bermotor Umum”.

Dalam UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

memang tidak ada Pasal yang secara tegas melarang beroperasinya angkutan

umum beroda dua seperti sepeda motor. Namun pada Pasal 138 ayat (3) tersebut

telah dengan jelas menetukan bahwa angkutan umum orang dan/atau barang

hanya dilakukan dengan Kendaraan Bermotor Umum. Penggunaan kata “hanya”

dalam pasal tersebut bermakna bahwa tidak ada pilihan kendaraan lain selain

menggunakan kendaraan bermotor umum. Undang-Undang telah dengan tegas

mengatur bahwa jenis kendaraan yang dapat digunakan untuk angkutan umum

orang dan/atau barang hanyalah jenis kendaraan yang tergolong sebagai

kendaraan bermotor umum. Sehingga apabila angkutan umum barang tidak

mengunakan kendaraan bermotor umum dapat dianggap melakukan pelanggaran

terhadap Pasal tersebut.

Page 98: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

82

Selain itu menurut Menteri Perhubungan RI Ignaisus Jonan, alasan atau

latar belakang tidak dimasukannya kendaraan bermotor beroda dua seperti

sepeda motor sebagai alat transportasi umum adalah karena alasan keselamatan.

Dalam hal ini sepeda motor tidak layak untuk dijadikan sebagai alat transportasi

umum. Penggunaan sepeda motor dinilai sangat berpotensi terjadinya

kecelakaan.161 Fenomena ojek online seperti go-jek ini juga sebenarnya sempat

dilarang beroperasi oleh Menteri Perhubungan seperti yang tertuang dalam Surat

Nomor UM.302/1/21/Phb/2015. Surat ini ditandatangani oleh Menteri

Perhubungan Ignasius Jonan, tertanggal 9 November 2015. Surat ini ditujukan

kepada Kepolisian RI, dan ditembuskan kepada Menteri Koordinator Bidang

Politik, Hukum dan Kemanaan Republik Indonesia, Menteri Koordinator Bidang

Perekonomian, serta Gubernur, Kapolda, Korlantas, Dirjen Perhubungan Darat

dan Ketua Umum DPP Organda.

Surat tersebut berisikan pemberitahuan bahwa taksi maupun ojek online

dinilai tidak memenuhi ketentuan atau kriteria sebagai angkutan umum karena

tidak sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas

dan Angkutan Jalan dan Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2014 Tentang

Angkutan Jalan. Oleh karena itu, Menteri Perhubungan meminta segenap

instansi terkait untuk mengambil langkah-langkah sesuai dengan peraturan

perundang-undangan. Pada dasarnya sifat dari surat tersebut adalah bersifat

pemberitahuan dan imbauan. Namun kemudian Menteri Perhubungan Ignasius

161 Lihat Alasan Jonan tak Mengatur Ojek Online,Tribunjambi.com, Edisi Kamis 28 April 2016,

diakses melalui http://jambi.tribunnews.com/2016/04/28/alasan-jonan-tak-mengatur-ojek-online

pada tanggal 12 Januari 2017.

Page 99: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

83

Jonan membatalkan surat tersebut dan menyatakan bahwa jasa transportasi

online dan layanan sejenisnya dipersilakan untuk beroperasi sebagai solusi

sampai transportasi publik di Indonesia dapat terpenuhi dengan layak.

Berdasarkan penelitian penulis, sampai saat ini juga masih belum ada

aturan tegas dari pemerintah yang melarang dan memberikan sanksi terkait

adanya pelaksanaan angkutan umum orang dan/atau barang dengan sepeda

motor. Tidak adanya aturan tegas yang mengatur tentang pelaksanaan angkutan

umum dengan menggunakan sepeda motor tersebut menjadikan eksistensi

layanan angkutan umum barang seperti halnya go-send ini terus ada. Walaupun

dalam hal ini pelaksanaan angkutan umum menggunakan sepeda motor adalah

bertentangan dengan hukum, karena sepeda motor bukanlah kendaraan untuk

angkutan umum orang dan/atau barang.

Sejauh ini terkait maraknya transportasi berabis online, pemerintah baru

mengeluarkan aturan yang mengatur mengenai pelaksanaan anggkutan umum

orang. Aturan tersebut adalah melalui Peraturan Menteri Perhubungan Republik

Indonesia Nomor PM 32 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan Angkutan

Orang dengan Kendaraan Bermotor Umum Tidak dalam Trayek.162 Aturan ini

hanya terkait angkutan orang dengan menggunakan kendaraan bermotor umum

seperti mobil penumpang umum atau bus umum dengan tidak mempunyai

lintasan dan waktu tetap. Ruang lingkup dari aturan ini juga telah meliputi

pengawasan, sanksi administratif dan peran serta masyarakat.

162 Lihat Peraturan Meteri Perhubungan Nomor PM 32 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan

Angkutan Orang dengan Kendaraan Bermotor Umum Tidak dalam Trayek.

Page 100: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

84

B. Tanggung Jawab Hukum apabila Terjadi Kerugian dalam Pelaksanaan

Pengangkutan Barang Menggukan Sepeda Motor Melalui Layanan Go-

send dalam Aplikasi Go-jek

Berkaitan dengan tanggung jawab hukum apabila terjadi kerugian dalam

pelaksanaan pengangkutan barang menggunakan sepeda motor melalui layanan

go-send dalam aplikasi go-jek ini akan menjawab siapa pihak yang dibebani

tanggung jawab hukum apabila terjadi kerugian. Maka untuk mendapatkan

jawaban terkait pihak yang harus bertanggung jawab apabila terjadi kerugian

dalam pelaksanaan pengangkutan barang melalui layanan go-send adalah

pertama-tama penulis mengkaji tentang kedudukan pihak PT. GO-JEK

Indonesia sebagai pemilik dan penyedia apliaksi go-jek dalam penyelenggaraan

pengangkutan ini.

Melalui website resminya PT. GO-JEK Indonesia menyatakan bahwa PT.

GO-JEK Indonesia adalah suatu perseroan yang didirikan berdasarkan hukum

Negara Republik Indonesia. PT. GO-JEK Indonesia adalah perusahaan teknologi

dan bukanlah perusahaan transportasi atau kurir sehingga tidak memberikan

layanan transportasi atau kurir. PT. GO-JEK Indonesia tidak mempekerjakan

penyedia layanan sehingga tidak bertanggung jawab atas setiap tindakan

dan/atau kelalaian penyedia layanan. Penyedia layanan yang dimaksud adalah

orang perseorangan atau badan usaha yang memberikan jasa pelayanan dan

selanjutnya bekerja sama dengan PT. GO-JEK Indonesia.163 Penyedia layanan

misalnya pengemudi ojek atau biasa disebut driver go-jek. Dengan kata lain PT.

163 Dikutip dari https://www.go-jek.com/terms, yang diakses tanggal 14 Januari 2017.

Page 101: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

85

GO-JEK Indonesia merupakan perusahaan jasa berbasis teknologi aplikasi yang

berfungsi untuk mempertemukan masyarakat sebagai pembeli dan penjual.

Merujuk pada pernyataan resmi tersebut dimana PT. GO-JEK Indonesia

menyatakan bahwa PT. GO-JEK Indonesia tidak mempekerjakan penyedia

layanan (pengemudi ojek), maka penulis dapat menyimpulkan bahwa hubungan

yang terjadi antara PT. GO-JEK Indonesia dengan pengemudi ojek bukanlah

hubungan kerja sebagaimna yang terdapat dalam UU Ketenagakerjaan. Dalam

Pasal 1 angka 15 UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

mendefinisikan “Hubungan kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan

pekerja/buruh berdasarkan perjanjian kerja, yang mempunyai unsur pekerjaan,

upah, dan perintah”.

Berdasarkan pengertian tersebut terdapat tiga unsur hubungan kerja yaitu

pekerjaan, upah, dan perintah. Unsur-unsur ini jika di terapkan dalam hubungan

yang terjadi antara PT. GO-JEK Indonesia dengan Pengemudi ojek adalah

sebagai berikut:

1. Unsur Pekerjaan : unsur ini terpenuhi jika pekerja dalam melaksanakan

pekerjaanya adalah pekerjaan yang diberikan perusahaan, sedangkan

dalam prakteknya PT. GO-JEK Indonesia tidak memberikan pekerjaan

pada pengemudi ojek, melainkan yang memberi pekerjaan adalah

penumpang atau pengirim yang dihubungkan oleh aplikasi go-jek.

2. Unsur Upah : unsur ini terpenuhi jika pekerja mendapatkan kompensasi

berupa sejumlah uang tertentu yang besarannya tetap atau sama dalam

periode tertentu, dan juga bukan berdasarkan komisi/persentase. Dalam

Page 102: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

86

prakteknya yang terjadi antara PT. GO-JEK Indonesia dengan pengemudi

ojek yakni pengemudi ojek tidak mendapatkan upah langsung dari PT.

GO-JEK Indonesia, melainkan mendapatkan upah atau pembayaran dari

penumpang atau pengirim. Upah pengemudi ojek juga tidak tetap atau

sama dalam setiap bulannya, hal ini tergantung seberapa banyak

penumpang atau barang yang diantar.

3. Unsur Perintah : unsur ini terpenuhi jika terdapat perintah kerja dari

perusahaan kepada pekerja, bukan atas inisiatif pekerja. Dalam praktek,

perintah mengantar penumpang atau barang bukan berasal dari PT. GO-

JEK Indonesia, melainkan dari penumpang atau pengirim itu sendiri yang

dihubungkan oleh aplikasi go-jek.

Dengan tidak terpenuhinya unsur-unsur di atas maka hubungan yang

terjadi antara PT. GO-JEK Indonesia dengan pengemudi ojek sudah jelas

bukanlah hubungan kerja. Hubungan yang terjadi antara keduanya adalah

kemitraan. Dalam majalah LKBH News menyatakan bahwa berdasarkan hasil

wawancara dengan para pengemudi ojek, hubungan yang terjalin antara

Pengemudi ojek dengan PT. GO-JEK Indonesia adalah kemitraan.164 Kemitraan

adalah kerjasama dalam keterkaitan usaha, baik langsung maupun tidak

langsung, atas dasar prinsip saling memerlukan, mempercayai, memperkuat, dan

menguntungkan yang melibatkan pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

dengan Usaha Besar.165

164 Himsar A. Trijatmoko, et. al., Mengurai Ojek berbasis Aplikasi di Yogyakarta, LKBH

News, Edisi Januari – Maret 2016, hlm 5. 165 Lihat Pasal 1 angka 13 UU No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.

Page 103: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

87

Hafsah dalam bukunya mendefinisikan kemitraan adalah suatu strategi

bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu

untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan

saling membesarkan.166 Sehingga oleh karena hubungan yang terjadi adalah

hubungan kemitraan, maka tidak ada kewajiban bagi perusahaan untuk

bertanggung jawab atas kelalaian atau kesalahan dari pekerjanya, sebagaimna

yang ada dalam hubungan kerja. Dalam hubungan kemitraan berarti setiap

pelaku usaha memiliki tanggung jawab masing-masing, begitupun halnya

dengan PT. GO-JEK Indonesia dan pengemudi ojek, masing-masing memiliki

tanggung jawab terhadap kegiatan usaha yang dijalankan. PT. GO-JEK

Indonesia dalam hal ini juga tidak diwajibkan untuk bertanggung jawab atas

kelalaian atau kesalahan pengemudi ojek.

Melihat status PT. GO-JEK Indonesia yang merupakan perusahaan

aplikasi maka tanggung jawabnya yang diembannya berbeda dengan tanggung

jawab perusahaan transportasi pada umumnya. Begitupun dengan izin.

perusahaan aplikasi tidak wajib memilik izin usaha seperti perusahaan

transportasi. Untuk mengetahui lebih rinci perbedaannya, berikut uraian

perbandingan antara bentuk dan tanggung jawab hukum perusahaan penyedia

aplikasi transportasi dengan perusahaan penyedia transportasi umum:167

166 Hafsah. Kemitraan Usaha Konsepsi Dan Strategis, (Jakarta : Penebar swadaya, 2000), hlm

43. 167 Bimo Prasetio dan Sekar Ayu Primandani, Menyibak Tanggung Jawab Hukum Penyedia

Aplikasi Transportasi, Strategi Hukum : 23 Desember 2015, dikases melalui

http://strategihukum.net/di-balik-gojek-grabtaxi-dan-uber-menyibak-tanggung-jawab-hukum-

penyedia-aplikasi-transportasi pada tanggal 15 Januari 2017.

Page 104: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

88

Tabel 1

No. Ruang

Lingkup

Perusahaan Aplikasi

(Go-jek, Grab, Uber)

Perusahaan Transportasi

Umum

(Taksi, Rental Mobil)

1 Bentuk Badan

Hukum

Perseroan Terbatas ( PT.) Perseroan Terbatas ( PT.)

2 Perizinan 1. Tanda Daftar

Perusahaan (TDP)

2. Surat Ket. Domisili

Perusahaan (SKDP)

3. Surat Izin Usaha

Perdagangan (SIUP)

4. Izin Prinsip/Izin Usaha

dari BKPM (untuk

PMA/perusahaan

modal asing)

5. Nomor Pokok Wajib

Pajak (NPWP)

1. Tanda Daftar

Perusahaan (TDP)

2. Surat Ket. Domisili

Perusahaan (SKDP)

3. Surat Izin Usaha Jasa

Transportasi (SIUJT)

4. Nomor Pokok Wajib

Pajak (NPWP)

5. Izin Penyelenggaraan

Angkutan Orang Dalam

Trayek atau Tidak

Dalam Trayek

6. Izin Penyelenggaraan

Angkutan Barang

Khusus dan Alat Berat

7. Sertifikasi Uji Tipe

Kenderan Bermotor

8. Pengesahan Rancang

Bangun dan Rekayasa

Kendaraan Bermotor

3 Tanggung

Jawab

1. Terhadap Penggunaan

aplikasi yang

digunakan untuk

1. Terhadap

penyelenggaraan jasa

transportasi umum yang

Page 105: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

89

memesan jasa

transportasi

2. Tunduk pada

ketentuan yang ada

pada UU ITE

3. Tunduk pada tanggung

jawab yang ada pada

UU perlindungan

Konsumen

diberikan kepada

konsumen

2. Tunduk pada tanggung

jawab yang ada pada

UU Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan, serta

peraturan terkait

lainnya.

3. Tunduk pada tanggung

jawab yang ada pada

UU Perlindungan

Konsumen

4 Pelaku Usaha

Pesaing

Perusahaan atau badan

usaha yang menjalankan

dan mengembangkan

teknologi aplikasi sejenis

Perusahaan atau badan

usaha yang menyediakan

jasa transportasi umum

5 Hubungan

Perusahaan

dengan

Pengemudi

Hubungan Kemitraan Hubungan Kerja, dalam

beberapa perusahaan ada

yang hubungan mitra

bedasarkan perjanjian

Berdasarkan uraian dalam tabel di atas dapat memperjelas bahwa PT.

GO-JEK Indonesia sebagai perusahaan penyedia aplikasi ternyata memiliki

perbedaan dengan perusahaan transportasi umum. Begitupun dengan tanggung

jawab yang dimilikanya, dimana perusahaan penyedia aplikasi seperti PT. GO-

JEK Indonesia hanya bertanggung jawab pada penggunaan teknologi aplikasi

yang disediakannya, misalnya tanggung jawab atas data dan informasi pribadi

konsumen yang menggunakan aplikasi tersebut, bukan pada penyelenggaraan

Page 106: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

90

angkutan umumnya. Perbedaan pola tanggung jawab ini memiliki potensi terjadi

masalah di masyarakat, karena terlihat bahwa perusahaan penyedia aplikasi

memiliki tanggung jawab yang terbatas.

Berdasarkan penjelasan penulis di atas jadi PT. GO-JEK Indonesia tidak

dapat dimintai pertanggungjawaban terkait pelaksanaan pengangkutan barang.

PT. GO-JEK Indonesia hanya dapat dimintai pertanggungjawaban terkait

penggunaan aplikasi yang disediakan untuk menghubungkan penyedia jasa

transportasi (pengemudi ojek) dengan pengguna jasa transportasi (penumpang

atau pengirim). Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, para pihak

dalam pelaksanaan pengangkutan barang melalui layanan go-send ini antara lain

adalah PT. GO-JEK Indonesia sebagai pihak penghubung, pengemudi ojek

sebagai pihak pengangkut, dan konsumen sebagai pihak pengirim dan/atau

penerima. Ketika PT. GO-JEK Indonesia sebagai pihak penghubung tidak dapat

dimintai pertanggung jawaban terkait penyelenggaran angkutannya, maka pihak

selanjutnya yang memungkinkan untuk dimintai pertanggung jawaban adalah

pengangkut.

Pengangkut adalah penyelenggara pengangkutan barang mulai dari

tempat pemuatan sampai tempat tujuan dengan selamat. Ada dua kemungkinan

yang akan terjadi apabila barang yang dikirim tidak selamat yaitu barang sampai

pada tujuan dalam keadaan musnah atau barang sampai pada tujuan dalam

keadaan rusak. Barang musnah artinya barang telah terbakar, tenggelam, atau

dicuri. Barang rusak artinya meskipun barangnya ada tetapi barang tersebut tidak

dapat digunakan sebagai mestinya. Keadaan tidak selamat ini menjadi tanggung

Page 107: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

91

jawab pengangkut sehingga harus memberikan ganti rugi atas barang yang

musnah atau rusak. Hal tersebut dikecualikan apabila kerugian tersebut terjadi

atas sebab-sebab seperti cacat pada barang itu sendiri, karena kesalahan atau

kelalaian pengirim sendiri, keadaan memaksa.168

Cacat pada barang artinya memang adanya sifat pembawaan dari barang

itu sendiri yang menyebabkan rusak atau terbakarnya barang dalam perjalanan,

misalnya sifat barangnya memang mudah pecah atau terbakar, sehingga dari

sifat bawaan inilah yang memudahkan terjadinya cacat pada barang. Lain halnya

apabila kerusakan atau terbakarnya barang itu disebabkan karena salah

penempatan atau kelalaian pengangkut, maka kerugiannya dapat dibebankan

pada pengangkut.169

Kelalaian atau kesalahan dari pengirim sendiri misalnya seperti pengirim

mengirim barang dengan pengepakan yang kurang baik, artinya mudah untuk

terjadi kerusakan saat dalam perjalanan. Dalam hal pengangkut mengetahui

kelalian atau kesalahan pengirim itu maka pengangkut harus menolak atau

memperingatkan atau dapat mencatatnya dalam surat muatan bahwa memang

pengepakannya kurang sempurna.170

Sebab lain yang dapat menjadi alasan pengangkut untuk tidak

bertanggung jawab adalah karena keadaan yang memaksa. Keadaan memaksa

ada dua jenis yaitu keadaan memaksa objektif dan keadaan memaksa subjektif.

Keadaan memaksa objektif adalah adanya keadaan yang bebar-benar sama

168 H.M.N Purwosujipto, op. cit., hlm 35-34.

169 Ibid., hlm 36. 170 Ibid., hlm 37.

Page 108: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

92

sekali tidak dapat dihindari oleh pengangkut, sedangkan keadaan memaksa

subjektif adalah adanya keadaan dimana pengangkkut sudah berusaha sebisa

mungkin untuk mencegah adanya kerugian namun juga tidak berhasil.171

Pengemudi ojek sebagai pengangkut yakni sebagai penyelenggara

pengangkutan barang dapat dimintai pertanggungjawaban secara perseorangan,

karena pengemudi ojek dalam pelaksanaan pengangkutan barang menggunakan

sepeda motor melalui layanan go-send dalam aplikasi go-jek tidak dalam

naungan sebuah perusahaan angkutan umum. Apabila melihat UU No. 22 Tahun

2009 tentang Lalu Lintas dan Jalan maka tanggung jawab yang ada dalam

Undang-Undang tersebut sebagian besar lebih diperuntukan kepada perusahaan

angkutan umum yang menjalankan kegiatan usaha pengangkutan.

Tanggung jawab perusahaan angkutan umum dalam UU No. 22 Tahun

2009 tentang Lalu Lintas dan Jalan yang dimaksud diantaranya adalah sebagai

berikut:

1. Pasal 188, mengatur bahwa:

“Perusahaan Perusahaan Angkutan Umum wajib mengganti kerugian

yang diderita oleh Penumpang atau pengirim barang karena lalai dalam

melaksanakan pelayanan angkutan”

2. Pasal 189, mengatur bahwa:

“Perusahaan Angkutan Umum wajib mengasuransikan tanggung

jawabnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 188”.

3. Pasal 191, mengatur bahwa:

“Pengemudi Kendaraan Bermotor Umum dapat menurunkan penumpang

dan/atau barang yang diangkut pada tempat pemberhentian terdekat jika

171 Ibid., hlm 37.

Page 109: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

93

Penumpang dan/atau barang yang diangkut dapat membahayakan

keamanan dan keselamatan angkutan”.

4. Pasal 193, mengatur bahwa:

(1) Perusahaan Angkutan Umum bertanggung jawab atas kerugian

yang diderita oleh pengirim barang karena barang musnah, hilang,

atau rusak akibat penyelenggaraan angkutan, kecuali terbukti

bahwa musnah, hilang, atau rusaknya barang disebabkan oleh

suatu kejadian yang tidak dapat dicegah atau dihindari atau

kesalahan pengirim.

(2) Kerugian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung

berdasarkan kerugian yang nyata-nyata dialami.

(3) Tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimulai

sejak barang diangkut sampai barang diserahkan di tempat tujuan

yang disepakati.

(4) Perusahaan Angkutan Umum tidak bertanggung jawab jika

kerugian disebabkan oleh pencantuman keterangan yang tidak

sesuai dengan surat muatan angkutan barang.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai besaran ganti kerugian diatur

dengan peraturan pemerintah.

5. Pasal 194, mengatur bahwa:

(1) Perusahaan Angkutan Umum tidak bertanggung jawab atas

kerugian yang diderita oleh pihak ketiga, kecuali jika pihak ketiga

dapat membuktikan bahwa kerugian tersebut disebabkan oleh

kesalahan Perusahaan Angkutan Umum.

(2) Hak untuk mengajukan keberatan dan permintaan ganti kerugian

pihak ketiga kepada Perusahaan Angkutan Umum sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) disampaikan selambat-lambatnya 30 (tiga

puluh) hari terhitung mulai tanggal terjadinya kerugian.

6. Pasal 195, mengatur bahwa:

(1) Perusahaan Angkutan Umum berhak untuk menahan barang yang

diangkut jika pengirim atau penerima tidak memenuhi kewajiban

dalam batas waktu yang ditetapkan sesuai dengan perjanjian

angkutan.

(2) Perusahaan Angkutan Umum berhak memungut biaya tambahan

atas barang yang disimpan dan tidak diambil sesuai dengan

kesepakatan.

(3) Perusahaan Angkutan Umum berhak menjual barang yang

diangkut secara lelang sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan jika pengirim atau penerima tidak

memenuhi kewajiban sesuai dengan kesepakatan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1).

Page 110: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

94

Dalam pelaksanaan pengangkutan barang melalui layanan go-send,

menurut penulis satu-satunya pihak yang dapat dimintai pertanggungjawaban

apabila terjadi kerugian adalah pengemudi ojek, karena pengemudi ojek adalah

pihak yang melaksanakan pengangkutan barang milik pengirim. Pengemudi ojek

dalam hal ini disebut sebagai pengangkut, sehingga apabila terjadi kerugian

maka pengirim dapat meminta ganti kerugian kepada pengangkut.

Pelaksanaaan pengangkutan barang melalui layanan go-send dalam

aplikasi go-jek jika dikaji berdasarkan perspektif hukum perjanjian, maka pada

dasarnya telah terjadi perjanjian antara pengemudi ojek dalam hal ini sebagai

pihak pengangkut dengan konsumen sebagai pihak pengirim barang. Menurut

H.M.N Purwosujipto, perjanjian pengangkutan adalah perjanjian timbal balik

antara pengangkut dengan pengirim barang, dimana pengangkut mengikatkan

diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang dan/atau orang dari suatu

tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat, sedangkan pengirim

mengikatkan diri untuk membayar uang angkutan.172

Terjadinya perjanjian pengangkutan didahului oleh serangkaian

perbuatan penawaran (offer) dan penerimaan (acceptance) yang dilakukan oleh

pengangkut dan pengirim/penumpang secara timbal balik. Cara terjadinya

perjanjian pengangkutan dapat secara langsung antara penggangkut dan

pengirim/penumpang, yakni dengan adanya penawaran dari salah satu pihak

baik pengangkut maupun pengirim/penumpang. Selain itu dapat secara tidak

172 H.M.N Purwosujipto, op. cit., hlm 2.

Page 111: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

95

langsung dengan menggunakan jasa perantara yaitu ekspeditur atau agen

perjalanan.173

Suatu perjanjian pengangkutan terjadi dan mengikat para pihak biasanya

dibuktikan oleh dokumen angkutan, melalui dokumen angkutan tersebut dapat

diketahui saat terjadi perjanjian pengangkutan yakni bedasarkan tempat, tanggal,

dan tanda tangan yang tertulis pada dokumen angkutan.174 Pada angkutan

kendaraan umum, karcis penumpang atau surat angkutan barang merupakan

tanda bukti telah terjadinya perjanjian pengangkutan dan pembayaran biaya

angkutan. Dokumen pengangkutan pada dasarnya terbentuk karena adanya

perjanjian pengangkutan, meskipun perjanjian pengangkutan itu sendiri pada

asasnya tidak mengharuskan dalam bentuk tertulis (dokumen angkutan), karena

perjanjian pengangkutan dapat terjadi secara lisan.

Berikut dapat penulis jelaskan mengenai sistem pemesanan dalam aplikasi

go-jek yang dapat menetukan terjadinya perjanjian pengangkutan antara

pengemudi ojek dengan pengirim. Dalam layanan go-send, hal pertama adalah

calon pengirim barang mengirimkan permintaan untuk memesan layanan kepada

penyedia layanan (pengemudi ojek), setelah itu sistem dalam aplikasi akan

mendeteksi lokasi dari pengirim barang, dan mengirimkan informasi lokasi

tersebut kepada pengemudi ojek terdekat. Pengemudi ojek memiliki kebijakan

sendiri dan menyeluruh untuk menerima atau menolak setiap permintaan

pengirim barang atas layanan go-send. Jika pengemudi ojek menerima

173 Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Niaga, op. cit., hlm 90. 174 Ibid., hlm 91.

Page 112: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

96

permintaan tersebut, aplikasi go-jek akan memberitahu pengirim barang dan

memberikan informasi mengenai pengemudi ojek yang akan mengirim barang,

termasuk nama pengemudi ojek, nomor polisi kendaraannya, dan nomor telepon

yang dapat dihubungi. Dalam aplikasi go-jek ini juga memungkinkan pengirim

barang untuk melihat perkembangan pengemudi ojek menjuju titik penjemputan

barang secara langsung dan nyata.175

Berdasarkan sistem yang berlaku dalam aplikasi go-jek tersebut maka

ketika pengirim barang telah meminta untuk barangnya diangkut ke tempat

tertentu dan penggangkut (pengemudi ojek) menerima serta menyanggupi

permintaannya maka disinilah telah terjadi perjanjian pengangkutan. Perjanjian

pengangkutan tersebut terjadi dalam bentuk transaksi eletronik. Sebagaimana

yang telah dijelaskan di atas bahwa dalam perjanjian pengangkutan pada asasnya

tidak mewajibkan perjanjian tersebut dibuat dalam bentuk tertulis, karena

perjanjian pengangkutan dapat terjadi secara lisan, begitupun juga dapat dalam

bentuk transaksi eletronik seperti halnya dalam sistem pemesanan layana go-

send dalam aplikasi go-jek. Selama perjanjian tersebut sesuai dengan semua

syarat sah dari suatu perjanjian maka perjanjian tersebut tetaplah sah.

Perjanjian pengangkutan yang dibuat secara sah akan mengikat kedua

belah pihak yaitu pengangkut dengan pengirim. Berdasarkan perjanjian tersebut

maka akan melahirkan kewajiban dan hak yang perlu direalisasikan melalui

penyelenggaraan pengangkutan yang aman dan selamat serta ikuti pembayaran

175 Dikutip dari website resmi PT. GO-JEK Indonesia melalui https://www.go-jek.com/terms,

pada tanggal 16 Januari 2017.

Page 113: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

97

biaya angkutan. Dengan adanya kewajiban dan hak inilah yang kemudian

menimbulkan tanggung jawab bagi para pihak. Dari kewajiban tersebut timbulah

tanggung jawab pengangkut, maka segala sesuatu yang mengganggu

keselamatan barang menjadi tanggung jawab pengangkut. Dengan demikian,

berarti pengangkut berkewajiban menanggung segala kerugian yang diderita

oleh pengirim barang yang diangkutnya tersebut. Wujud tanggung jawab

tersebut dapat berupa ganti tugi (kompensasi).176

Bagi pengangkut wajib bertanggung jawab sejak diterimanya barang yang

dimintakan kepadanya untuk dikirim sampai terlaksananya tujuan perjanjian

pengangkutan tersebut, yaitu telah sampainya barang ke alamat penerima dengan

selamat sesuai dengan keadaan semula pada saat diterimanya barang tersebut

oleh pengangkut. Pada dasarnya pengangkut bertanggung jawab atas kerugian

yang timbul akibat peristiwa yang terjadi dalam proses pengangkutan sejak

pemuatan, pengantaran, sampai penyerahan barang kepada penerima, keculai

dalam perjanjiannya diperjanjikan lain.

Dalam hal terjadi kerugian pada pelaksanaan pengangkutan barang

menggunakan sepeda motor melalui layanan go-send maka upaya hukum yang

dapat ditempuh oleh para pihak yang merasa dirugikan dapat dengan jalur litigasi

maupun non litigasi. Melalui jalur non litigasi para pihak dapat telebih dahulu

untuk melakukan negosiasi dan/atau mediasi untuk mendapatkan ganti kerugian

sehingga tercapai keadilan satu sama lain. Opsi kedua adalah melalui jalur

pengadilan atau litigasi. Bagi pihak yang merasa dirugikan dapat melakukan

176 Ridwan Khairandy, Pokok-Pokok Hukum Dagang Indonesia, op. cit., hlm 377.

Page 114: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

98

gugatan secara perdata baik perbuatan melawan hukum maupun wanprestasi

terkait perjanjian pengangkutan yang dibuat para pihak.

Membahas soal tanggung jawab maka akan ada pula wujud atau bentuk

tanggung jawabnya. PT. GO-JEK Indonesia dalam website resminya

menyatakan bersedia untuk memberikan bantuan keuangan jika pengguna

mengalami kecelakaan, menderita cidera atau meninggal saat dijemput oleh

Pengemudi ojek. Jumlah bantuan keuangan akan ditentukan berdasarkan

kebijakan PT. GO-JEK Indonesia. PT. GO-JEK Indonesia juga memberikan

biaya ganti rugi untuk kehilangan barang dalam layanan go-send sampai dengan

Rp. 10.000.000, selama barang tersebut sesuai dengan informasi yang diberikan

dan sesuai dengan syarat yang ditentukan dalam pengiriman barang melalui

layanan go-send. Nominal penggantian akan berdasarkan struk pembelian

dan/atau mengacu kepada nilai wajar harga barang. PT. GO-JEK Indonesia juga

telah menyatakan bahwa tidak memiliki asuransi untuk barang yang dikirimkan

dan oleh karena itu jika pengirim barang ingin barang tersebut diasuransikan

selama pengiriman, silahkan menyediakan asuransinya sendiri.177

Langkah yang diambil oleh PT. GO-JEK Indonesia ini menurut penulis

sangatlah bagus. Walaupun pada dasarnya PT. GO-JEK Indonesia tidak wajib

bertanggung jawab atas penyelenggaraan pengangkutan, namun PT. GO-JEK

Indonesia tetap bersedia memberikan bantuan dan santunan terhadap

penumpang maupun pengirim barang yang mengalami kerugian. Dalam hal ini,

177 Dikutip dari penjelasan syarat dan ketentuan serta tanggung jawab PT. GO-JEK Indonesia,

yang diakses melalui https://www.go-jek.com/terms pada tanggal 17 Januari 2016.

Page 115: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

99

PT. GO-JEK Indonesia hanya memiliki tanggung jawab hukum terbatas yaitu

hanya pada penggunaan aplikasi yang disediakan. Bentuk dari ganti kerugian ini

menurut penulis merupakan langkah yang tepat bagi PT. GO-JEK Indonesia

untuk tetap menjaga brand dan citra baik perusahaan serta sebagai bentuk

kepeduliannya terhadap pengguna apilaksi.

Page 116: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

100

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian dan analiasa penulis mengenai pelaksanaan

pengangkutan barang menggunakan sepeda motor melalui layanan go-send

dalam aplikasi go-jek pada bab-bab sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut :

1. Pelaksanaan pengangkutan barang menggunakan sepeda motor melalui

layanan go-send dalam aplikasi go-jek tidak termasuk dalam kegiatan

pengangkutan barang berdasarkan peraturan perundang-undangan terkait

angkutan jalan yang berlaku di Indonesia. Dalam UU No. 22 Tahun 2009

tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan serta PP No. 74 tahun 2014

tentang Angkutan Jalan hanya mengakui kegiatan pengangkutan umum

barang yang dilaksanakan menggunakan kendaraan bermotor umum.

Layanan go-send dalam prakteknya melaksanakan angkutan umum barang

dengan menggunakan sepeda motor dan bukan kendaraan bermotor

umum.

2. Pihak yang harus bertanggung jawab apabila terjadi kerugian dalam

pelaksanaan pengangkutan barang menggunakan sepeda motor melalui

layanan go-send dalam aplkasi go-jek adalah Pengemudi Ojek. PT. GO-

JEK Indonesia hanya bertanggung jawab pada penggunaan teknologi

aplikasi yang disediakannya, bukan pada penyelenggaraan angkutan

umumnya. Dalam hal terjadi kerugian pada pelaksanaan pengangkutan

Page 117: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

101

barang menggunakan sepeda motor melalui layanan go-send maka upaya

hukum yang dapat ditempuh oleh para pihak yang merasa dirugikan dapat

dengan jalur litigasi maupun non litigasi. Melalui jalur non litigasi para

pihak dapat telebih dahulu untuk melakukan negosiasi dan/atau mediasi.

Melalui jalur litigasi pihak yang merasa dirugikan dapat melakukan

gugatan secara perdata baik perbuatan melawan hukum maupun

wanprestasi terkait perjanjian pengangkutan yang dibuat para pihak.

B. Saran

Berdasarkan data yang diperoleh penulis terkait pelaksanaan

pengangkutan barang menggunakan sepeda motor melalui layanan go-send

dalam aplikasi go-jek, maka penulis dapat memberikan saran-saran sebagai

berikut :

1. Perlu kiranya aturan yang jelas serta tidak saling bertentangan satu sama

lain agar dapat memberikan kepastian hukum bagi masyarakat. Dalam hal

ini juga perlunya peran Pemerintah untuk memastikan bahwa pelaksanaan

jasa transportasi berbasis online yang terjadi saat ini dijalankan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku. Selain itu, PT. GO-JEK Indonesia yang

dalam hal ini adalah perusahaan penyedia aplikasi penghubung jasa

transportasi harusnya bermitra dengan perusahaan angkutan umum atau

orang perseorangan yang memang dalam pelaksanaan pengangkutannya

menggunakan kendaraan bermotor umum, sehingga dapat tercipta

pelaksanaan pengangkutan umum yang baik dan aman serta sesuai

dengan peraturan yang berlaku di Indonesia.

Page 118: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

102

2. Oleh karena tanggung jawab yang dimiliki perusahaan aplikasi seperti

PT. GO-JEK Indonesia adalah tanggung jawab terbatas, maka menurut

penulis hal ini juga merupakan kepentingan bagi pemerintah untuk

memastikan bahwa tanggung jawab perusahaan penyedia aplikasi yang

terbatas ini tidak merugikan masyarakat. Harus ada regulasi yang jelas

dari pemerintah mengenai pemisahan tanggung jawab antara pelaku

usaha teknologi aplikasi dengan pelaku usaha penyedia barang dan/atau

jasa karena antara pelaku usaha teknologi aplikasi dengan pelaku usaha

penyedia barang dan/atau jasa memiliki tanggung jawabnya masing-

masing.

Page 119: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

103

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Darat, Laut, dan Udara.

Bandung: Citra Aditya Bakti, 1991.

_____, Hukum Pengangkutan Niaga. Bandung, Citra Aditya Bakti,

1998.

_____, Hukum Pengangkutan Niaga, Cetakan ke IV. Bandung: PT Citra

Aditya Bakti, 2008.

_____, Hukum Perdata Indonesia. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2010.

Achmad Insani, Hukum Dagang. Jakarta: Pradnya Paramita, 1984.

Badan Pembinaan Hukum Nasional, Seminar Hukum Pengangkutan

Udara. Jakarta: Binacipta, 1980.

E. Saefullah Wiradipradja, Tanggung Jawab Pengangkut dalam Hukum

Pengangkutan Udara Internasional dan Nasional. Yogyakarta:

Liberty, 1989.

Firman F. Adonara. Aspek-Aspek Hukum Perikatan. Bandung: Mandar

Maju, 2014.

G. Kartasapoetra dan E. Roekasih, Segi-Segi Hukum dalam Charter dan

Asuransi Angkutan Udara. Bandung: Armico, 1981.

Ghufron A. Mas’adi, Fiqh Muamalah Kontekstual. Jakarta: PT.

RajaGrafindo Persada, 2002.

H. K. Martono, Hukum Udara, Angkutan Udara Dan Hukum Ruang

Angkasa. Bandung: Alumni, 1987.

_____, Pembajakan Angkutan dan Keselamatan Penerbangan. Jakarta:

Gramata Publishing, 2011.

H.K. Martono dan Eka Budi Tjahjono, Transportasi dii Perairan

berdasarkan UU No. 17 Tahun 2008. Jakarta: Rajawali Press, 2011.

H.K. Martono dan Agus Pramono, Hukum Udara Perdata Internasional

dan Nasional. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013.

Page 120: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

104

H.M.N Purwosujipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, Jilid

3. Jakarta: Djambatan, 1981.

Hartono Hadisuprapto, et. al., Pengangkutan dengan Pesawat Udara.

Yogyakarta: Perpustakaan FH UII, 1988.

Hafsah, Kemitraan Usaha Konsepsi Dan Strategis, Jakarta: Penebar

Swadaya, 2000.

Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, Cetakan Kesembilan. Jakarta: PT.

RajaGrafindo Persada, 2014.

M. Hudi Asrori S., Mengenal Hukum Pengangkutan Udara. Yogyakarta:

Kreasi Wacana, 2010.

Mariam Darus Badrulzaman, et. al., Kompilasi Hukum Perikatan,

Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2001.

Neng Yani Nurhayani, Hukum Perdata. Bandung: Pustaka Setia, 2015.

R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Jakarta: Balai Pustaka, 2014.

R. Subekti, Aneka Perjanjian, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2014.

Ridwan Khairandy, Pengantar Hukum Dagang. Yogyakarta: FH UII

Press, 2006.

_____, Pokok-Pokok Hukum Dagang Indonesia. Yogyakarta: FH UII

Press, 2014.

_____, Hukum Kontrak Indonesia dalam Perspektif Perbandingan,

Bagian Pertama. Yogyakarta: FH UII Press, 2014.

Ridwan Khairandy, Et. Al., Pengantar Hukum Dagang I. Yogyakarta:

Gama Media Yogyakarta, 2006.

Sapto Sardjono, Hukum Dagang Laut Bagi Indonesia, (Jakarta: Simplex,

1985.

Soegijatna Tjakranegara, Hukum Pengangkutan Barang dan Penumpang.

Jakarta: Rineka Cipta, 1995.

Sution Usman Adji, Et. Al., Hukum Pengangkutan Indonesia. Jakarta:

Rineka Cipta, 1990.

Page 121: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

105

Toto T. Suriaatmadja, Pengangkutan Kargo Udara. Bandung: Pustaka

Bani Quraisy, 2005.

Zainal Asikin, Hukum Dagang. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013.

B. Peraturan Perundang-Undangan

Kitab Undang-Undang Hukum Dagang.

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

Undang-Undang No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian.

Undang-Undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran.

Undang-Undang No.20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan

Menengah.

Undang-Undang No. 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan.

Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan.

PP No. 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan.

PP No. 22 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No.

20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan.

PP Nomor 74 Tahun 2014 tentang Angkutan Jalan

Peraturan Meteri Perhubungan Nomor PM 32 Tahun 2016 Tentang

Penyelenggaraan Angkutan Orang dengan Kendaraan Bermotor

Umum Tidak dalam Trayek.

C. Majalah

Himsar A. Trijatmoko, et. al., Mengurai Ojek berbasis Aplikasi di

Yogyakarta, LKBH News, Edisi Januari – Maret 2016.

D. Wawancara

Wawancara dengan M. Arkan Tunas, Pengemudi ojek (driver go-jek) di

Yogyakarta, 20 Januari 2017.

Page 122: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

106

E. Internet

Website Kamus Besar Bahasa Indonesia dikases melalui

http://kbbi.web.id/.

Website PT Gojek Indonesia diakses melalui https://www.go-

jek.com/terms.

Bimo Prasetio dan Sekar Ayu Primandani, Menyibak Tanggung Jawab

Hukum Penyedia Aplikasi Transportasi, melalui

http://strategihukum.net/.

Page 123: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

107

LAMPIRAN

Gambar sistem pemesanan dalam aplikasi go-jek yang dapat menetukan terjadinya

perjanjian pengangkutan :

Page 124: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN …

108