PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA SD NEGERI PADAWENING DI DINIYAH TAKMILIYAH...

download PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA SD NEGERI PADAWENING DI DINIYAH TAKMILIYAH AWALIYAH.rtf

If you can't read please download the document

description

a

Transcript of PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA SD NEGERI PADAWENING DI DINIYAH TAKMILIYAH...

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA SD NEGERI PADAWENING DI DINIYAH TAKMILIYAH AWALIYAH (DTA) NURUL AMANAH

53

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA SD NEGERI PADAWENING DI DINIYAH TAKMILIYAH AWALIYAH (DTA) NURUL AMANAH

DTA MIFTAHUS SAADAH, DAN DTA AL-ITTIHAD

KABUPATEN TASIKMALAYA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Purwokerto

Guna Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu

Pendidikan Agama Islam

Oleh:

Wandi Ruswandi

052631064

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

JURUSAN TARBIYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

PURWOKERTO

2010

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan agama merupakan bagian pendidikan nasional yang sangat penting, sebab salah satu tujuan pendidikan nasional adalah untuk meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor. 20 Tahun 2003 BAB. II Pasal 3 yang berbunyi:

Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. (UU SISDIKNAS 2003 : 12)

Demi mencapai tujuan pendidikan nasional tersebut, di Indonesia pendidikan agama mendapatkan perhatian dan memegang peranaan yang sangat penting. Hal ini terbukti dengan dimasukannya pendidikan agama kedalam kurikulum nasional yang wajib diikuti oleh semua peserta didik mulai tingkat Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi (Zuhairini dkk, 1993 : 19).

1

Akan tetapi dalam pelaksanaanya, meskipun Pendidikan Agama Islam (PAI) telah dimasukkan kedalam kurikulum nasional sebagai subsistem dari sistem pendidikan nasional, Pendidikan Agama Islam di sekolah umum masih jauh dari keberhasilan. Menurut beberapa pendapat sebagaimana dikutip Abdul Majid dan Dian Andayani (2005:165) mengemukakan bahwa:

Hasil-hasil PAI di sekolah belum sesuai dengan tujuan-tujuan Pendidikan Agama Islam (Mimbar pendidikan, No 1 tahun 2000)Sudijarto (1999:3) : Pendidikan nasional belum sepenunya mampu mengembangkan manusia Indonesia yang religius, berakhlak, berwatak kesatria dan patriorikNurcholis Majid : kegagalan pendidikan agama disebabkan pembelajaran pendidikan Agama Islam lebih menitik beratkan pada hal-hal yang bersifat formal dan hafalan, bukan pada pemaknaannya, (Pikiran Rakyat 30 juni 2003)Arief Rahman : Pendidikan kita lebih banyak menekankan pada kemampuan berbahasa (verbal) dan kemampuan menghitung (numerik), sementara kemampuan mengendalikan diri dan penanaman keimanan diabaikan, (Pikiran Rakyat 25 November 2000)Karo Hukum dan Humas Depag. RI mengutip pernyataan Presiden RI menyatakan bahwa : Pendidikan Agama belum berhasil dengan baik, salah satu indikatornya adalah masih banyaknya kejadian perkelahian antar pelajar terutama di Jakarta, (Pikiran Rakyat,28/1997)Husni Rahim : Penyampaian materi akhlak di sekolah oleh guru-guru yang diberikan kepada siswa hanya sebatas teori, padahal yang diperlukan adalah suasana keagamaan (Republika, 18/2000)Malik Fajar (1998:9) menyatakan bahwa : proses belajar mengajar sampai saat ini hanya sekedar mengejar target pencapaian kurikulum yang telah ditentukanMentri Agama (Said Agil Munawar) bahwa pendidikan agama Islam di sekolah mengalami masalah metodologi (Pikiran Rakyat, 2003:9)

Selanjutnya Abdul Majid dan Dian Andayani (2005:171) mengemukakan bahwa rendahnya kualitas Pendidikan Agama Islam sebagaimana pendapat diatas, disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:

Kualitas dan kuantitas kompetensi guru agama yang masih rendahProses belajar mengajar sampai saat ini hanya sekedar mengejar target pencapaian kurikulumPembelajaran PAI yang bukan diarahkan pada penguasaan dan pencapaian kompetensi, melainkan hanya terfokus pada aspek kognitif sajaAlokasi waktu yang tersedia sangat sedikit sedangkan muatan materi sangat padatTerbatasnya sarana dan prasaranaPenilaian hanya terfokus pada aspek kognitif.

Sedangkan menurut Ahmad Ludjito (1998:5) yang menjadi masalah Pendidikan Agama Islam di sekolah umum diantaranya: (1). kurangnya jumlah jam pelajaran, (2). metodologi pendidikan agama yang kurang tepat, (3). adanya dikotomi antara pendidikan agama (madrasah) dengan pendidikan umum, (4). heterogenitas pengetahuan dan penghayatan agama peserta didik, (5). kurangnya perhatian serta kepedulian pimpinan sekolah dan guru-guru.

Problem dikotomi antara pendidikan agama dan pendidikan umum atau antara ilmu agama dan ilmu umum sejak lama dan sampai sekarang masih berlangsung. Secara simbolik, dikotomi jenis keilmuan ini masih terlihat dengan jelas antara madrasah dan sekolah umum. Di madrasah, mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dibagi kedalam beberapa sub mata pelajaran, yaitu Al-Quran Hadits, Aqidah Akhlaq, Fiqh, Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) dan Bahasa Arab, yang masing-masing berdiri sendiri sebagai mata pelajaran. Sedangkan disekolah umum, mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) yang disebutkan diatas digabungkan menjadi satu, dengan porsinya hanya dua jam pelajaran setiap minggu.

Terkait dengan permasalahan diatas, SD Negeri Padawening merupakan salah satu Sekolah Dasar yang memiliki permasalahan sebagaimana diuraikan diatas. Namun dalam hal ini, SD Negeri Padawening selalu berupaya agar pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di sekolah dapat dilaksanakan sebaik mungkin guna mencapai tujuan yang diharapkan meskipun dengan keterbatasan jumlah jam pelajaran dan tenaga pengajar yang ada.

Salah satu upaya yang dilakukan SD Negeri Padawening ini adalah bekerjasama dengan orang tua siswa serta masyarakat sekitar dengan cara mewajibkan seluruh peserta didiknya untuk mengikuti pendidikan agama di lembaga pendidikan non formal. Untuk kelas I (satu) dan kelas II (dua) masuk Taman Pendidikan Al-Quran (TPQ), sedangkan untuk kelas III (tiga) sampai kelas VI (enam) masuk Diniyah Takmiliyah Awaliyah (DTA) yang ada dilingkungan masyarakat setempat.

Dalam pelaksanaannya, melalui pengawasan sekolah khususnya guru Pendidikan Agama Islam (PAI), orang tua siswa dan masyarakat, setiap siswa kelas III (tiga) sampai kelas VI (enam) yang belajar di Sekolah Dasar Negeri Padawening setelah pulang sekolah harus mengikuti pendidikan di Diniyah Takmiliyah Awaliyah (DTA) yang ada di lingkungan masyarakat setempat. (Wawancara dan observasi pendahuluan pada tanggal 22 Mei-26 Mei 2009).

Upaya tersebut dilakukan karena selain waktu dan tenaga pengajar pendidikan agama di sekolah sangat terbatas, untuk masuk ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) siswa wajib memiliki ijazah madrasah diniyah atau Diniyah Takmiliyah Awwaliyah (DTA).

Hal tersebut dilakukan sesuai dengan peraturan Bupati Tasikmalaya No. 421.2 /Kep.326A /Sos /2001 tentang persyaratan memasuki Sekolah Dasar (SD/MI) dan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP/MTs) di Kabupaten Tasikmalaya yang isinya antara lain:

Bagi anak-anak usia pra sekolah yang beragama Islam yang akan memasuki pendidikan tingkat Sekolah Dasar (SD/MI) atau yang sederajat diharuskan sudah memiliki kemampuan membaca Al-Quran.Kepada para siswa SD dan SLTP yang beragama Islam diharuskan untuk mengikuti pendidikan Sekolah Diniyah (Ula / Awaliyah dan Wustho).Bagi anak-anak yang beragama Islam yang telah lulus pada tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD/MI) atau yang sederajat yang akan melanjutkan se Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP/MTs atau yang sederajat) diharuskan sudah memiliki sertifikat / STTB/ Ijazah Madrasah Diniyah Awwaliyah.

Definisi Operasional.

Untuk menghindari kesalah pahaman dalam memahami maksud dari judul skripsi ini Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Siswa SD Negeri Padawening Di Diniyah Takmiliyah Awaliyah (DTA) Nurul Amanah, DTA Miftahus Saadah Dan DTA Al-Ittihad Kabupaten Tasikmalaya, maka perlu dijelaskan istilah-istilah yang terkandung dalam judul di atas.

Pelaksanaan

Pelaksanaan adalah proses, cara, perbuatan melaksanakan hasil rancangan atau keputusan (Depdikbud, 1993:488). Menurut E. Mulyasa (2004:21) pelaksanaan adalah kegiatan untuk merealisasikan rencana menjadi tindakan nyata dalam rangka mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Adapun pelaksanaan yang dimaksud dalam skripsi ini adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh ustadz/ustadzah sebagai pendidik dan siswa SD Negeri Padawening sebagai peserta didik dalam proses kegiatan belajar mengajar yang bertujuan untuk mencapai pengetahuan dan meperoleh perubahan tingkah laku pada siswa.

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (Undang-Undang SISDIKNAS No.20 Tahun 2003:11). Menurut Wina Sanjaya (2007:102) pembelajaran adalah proses pengaturan lingkungan yang diarahkan dalam rangka mengubah perilaku siswa ke arah yang positif dan lebih baik sesuai dengan potensi dan perbedaan yang dimiliki siswa.

Sedangkan Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikannya sebagai pandangan hidup demi mencapai keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat (Zakiyah Daradjat, 2008:86).

Adapun pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam skripsi ini adalah suatu proses kegiatan belajar mengajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang dilaksanakan di Diniyah Takmiliyah Awaliyah yang meliputi tujuan, waktu, materi pembelajaran, metode, media dan evaluasi pembelajaran.

Siswa SD Negeri Padawening

Siswa adalah murid, terutama pada tingkat Sekolah Dasar dan menengah. Sedangkan murid adalah orang yang menuntut ilmu di Sekolah Dasar (Depdikbud, 1993:849). SD Negeri Padawening ini adalah sebuah lembaga pendidikan dasar di bawah Departemen Pendidikan Nasional yang berada di wilayah Desa Ciampanan Kecamatan Cineam Kabupaten Tasikmalaya. Adapun yang dimaksud siswa SD Negeri Padawening disini adalah siswa dari mulai kelas tiga sampai dengan kelas enam yang diwajibkan oleh SD Negeri Padawening untuk mengikuti Pendidikan Agama Islam di Diniyah Takmiliyah Awaliyah yang berada di lingkungan tempat tinggalnya masing-masing.

Diniyah Takmiliyah Awaliyah (DTA) Nurul Amanah

Sebuah lembaga pendidikan dan pengajaran agama Islam di bawah Departemen Agama Kabupaten Tasikmalaya yang bekerjasama dengan SD Negeri Padawening dalam melaksanakan Pendidikan Agama Islam. Diniyah Takmiliyah Awaliyah ini menghimpun sebagian siswa SD Negeri Padawening sebanyak 16 siswa. Letaknya berada sekitar 500 meter di sebelah utara SD Negeri Padawening.

Diniyah Takmiliyah Awaliyah (DTA) Miftahus Saadah

Sebuah lembaga pendidikan dan pengajaran agama Islam di bawah Departemen Agama Kabupaten Tasikmalaya yang bekerjasama dengan SD Negeri Padawening dalam melaksanakan Pendidikan Agama Islam. Diniyah Takmiliyah Awaliyah ini menghimpun sebagian siswa SD Negeri Padawening sebanyak 25 siswa. Letaknya berada sekitar 800 meter di sebelah timur SD Negeri Padawening.

Diniyah Takmiliyah Awaliyah (DTA) Al Ittihad

Sebuah lembaga pendidikan dan pengajaran agama Islam di bawah Departemen Agama Kabupaten Tasikmalaya yang bekerjasama dengan SD Negeri Padawening dalam melaksanakan Pendidikan Agama Islam. Diniyah Takmiliyah Awaliyah ini menghimpun sebagian siswa SD Negeri Padawening sebanyak 22 siswa. Letaknya berada sekitar 500 meter di sebelah barat SD Negeri Padawening.

Dari uraian tersebut diatas dapatlah ditegaskan bahwa penelitian yang berjudul Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Siswa SD Negeri Padawening Di Diniyah Takmiliyah Awaliyah (DTA) Nurul Amanah, DTA Miftahus Saadah Dan DTA Al-Ittihad Kabupaten Tasikmalaya ini adalah penelitian untuk mengetahui kegiatan belajar mengajar Pendidikan Agama Islam para siswa SD Negeri Padawening dari kelas tiga sampai dengan kelas enam yang di laksanakan di masing-masing Diniyah Takmiliyah Awaliyah yaitu di DTA Nurul Amanah, di DTA Miftahus Saadah dan di DTA Al-Ittihad yang meliputi, tujuan, waktu, materi, metode, media dan evaluasi pembelajaran, sebagai suatu upaya dalam memberikan Pendidikan Agama Islam yang lebih banyak sebagai pelengkap Pendidikan Agama Islam bagi para siswa Sekolah Dasar Negeri Padawening, agar para siswa dapat mengetahui, memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam dengan baik.

Rumusan Masalah.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan masalah yang menjadi fokus dalam penelitian ini sebagai berikut:

Bagaimana pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam siswa SD Negeri Padawening di DTA Nurul Amanah?Bagaimana pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam siswa SD Negeri Padawening di DTA Miftahus Saadah?Bagaimana pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam siswa SD Negeri Padawening di DTA Al-Ittihad?

Tujuan dan Manfaat Penelitian.Tujuan Penelitian.Untuk mengetahui dengan jelas tentang pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam siswa SD Negeri Padawening di DTA Nurul Amanah, DTA Miftahus Saadah dan DTA Al-Ittihad.Untuk mengetahui dengan jelas tentang faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam siswa SD Negeri Padawening di DTA Nurul Amanah, di DTA Miftahus Saadah dan di DTA Al-Ittihad.Manfaat Penelitian.Sebagai bahan informasi ilmiah bagi sekolah khususnya para guru, orang tua dan masyarakat tentang pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam siswa SD Negeri Padawening di DTA Nurul Amanah, DTA Miftahus Saadah dan DTA Al-Ittihad.Sebagai bahan informasi ilmiah bagi para guru, orang tua dan masyarakat tentang faktor-faktor yang mendukung dan menghambat pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam siswa SD Negeri Padawening di DTA Nurul Amanah, DTA Miftahus Saadah dan DTA Al-Ittihad.Menambah wawasan pengetahuan yang berharga bagi penulis, terutama dalam memahami pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam siswa SD Negeri Padawening di DTA Nurul Amanah, DTA Miftahus Saadah dan DTA Al-Ittihad.

Tinjauan Pustaka.

Tinjauan pustaka yang penulis lakukan ini bertujuan untuk menerangkan teori-teori, konsep, dan generalisasi yang relevan dan dapat dijadikan landasan teori dalam penelitian.

Abdullah Idi dan Toto Suharto dalam bukunya Revitalisasi Pendidikan Islam mengemukakan bahwa sebagai suatu proses bimbingan dan pembinaan, pendidikan Islam harus ditunjang oleh sebuah lingkungan yang dapat dijadikan tempat untuk melangsungkan proses pembelajaran. Oleh karena itu pendidikan tidak akan pernah lepas dari tiga pusat pendidikan yang utama, yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat. Karena ketiganya merupakan sebuah sistem yang saling melengkapi dan tidak mungkin terpisahkan. (Abdullah Idi dan Toto Suharto, 2006 : 77)

Sejalan dengan ungkapan diatas, Langeveld dan Ki Hajar Dewantara, sebagaimana dikutip Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati (2003 : 176) dalam buku Ilmu Pendidikan Islam mengemukakan bahwa terdapat 4 (empat) unsur pusat pendidikan, yaitu keluarga, sekolah, masyarakat dan tempat-tempat Ibadah.

Abdul Majid dan Dian Andayani (2005:186-187) dalam bukunya Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi mengemukakan bahwa pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di sekolah perlu adanya keterpaduan sistem kerjasama antara sekolah dan guru-guru dengan orang tua, serta kerjasama antara sekolah dengan masyarakat.

Sebagai langkah-langkah dalam mewujudkan kerjasama pembinaan Pendidikan Agama Islam tersebut, menurut Abdul Majid dan Dian Andayani ada beberapa cara yang dapat dilakukan, yaitu:

Menekankan kepada siswa agar aktif belajar di mushalla masing-masing, pesantren yang menyelenggarakan Pendidikan Agama Islam pada sore atau malam hariMendatangi Ustadz-Ustadz di mushalla, pesantren untuk mengkomunikasikan rencana sederhana Pendidikan Agama Islam yang perlu mendapatkan pengembangan lebih lanjut kepada merekaGuru agama mengontrol kegiatan belajar Pendidikan Agama Islam di mushalla dan pesantrenMengkondisikan para siswa untuk mengikuti pendidikan di Madrasah DiniyahKhusus bulan Ramdhan para siswa diwajibkan mengikuti kegiatan bulan Ramadhan seperti tarawih, tadarus Al-Quran, dan kuliah subuhMengadakan komunikasi dengan orang tua secara periodik baik dalam rapat formal maupun nonformal.

Dari penelaahan terhadap laporan penelitian (skripsi) sebelumnya, penulis menemukan telah banyak penelitian yang mengkaji pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di lembaga-lembaga non formal yang ada kaitannya dengan Pendidikan Agama di sekolah formal. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Nardjo (2003) tentang Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam, studi komparatif antara siswa yang memiliki pengalaman pendidikan di madrasah diniyah dengan siswa yang tidak memiliki pengalaman pendidikan di madrasah diniyah pada siswa kelas IV SD Karang Kemiri. Pada pembahasannya membandingkan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam antara siswa yang memiliki pengalaman belajar Pendidikan Agama Islam di madrasah diniyah dengan siswa yang tidak memiliki pengalaman belajar di madrasah diniyah.

Selanjutnya Amalia Setiati (2008) yang mendeskripsikan penelitiannya dengan judul Peranan Taman Pendidikan Al-Quran (TPA) Baitul Hikmah sebagai penunjang keberhasilan Pendidikan Agama Islam di MIN Purwokerto. Mengkaji tentang pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Taman Pendidikan Al-Quran (TPA) dalam menunjang keberhasilan Pendidikan Agama Islam di MIN Purwokerto.

Dari penelitian yang telah dilakukan tersebut, terdapat kesamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan penulis lakukan. Persamaannya ialah sama-sama melakukan penelitian terhadap lembaga pendidikan keagamaan non formal yang berada di masyarakat. Adapun perbedaannya yaitu penelitian yang dilakukan ini lebih menekankan pada pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di lembaga pendidikan Diniyah Takmiliyah Awaliyah (DTA), yang meliputi tujuan, waktu, materi, metode, media dan evaluasi pembelajaran yang dilakukan oleh ustadz/ustadzah dalam rangka mendidik, mengajar, membimbing dan mengarahkan para siswa Sekolah Dasar Negeri Padawening agar ia dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam.

Metode Penelitian.

Jenis Penelitian.

Penelitian yang penulis lakukan merupakan penelitian lapangan (field research) dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Hal ini didasarkan pada tempat penelitian sumber data yaitu DTA Nurul Amanah, DTA Miftahus Saadah dan DTA Al-Ittihad.

Jenis data yang dicari adalah data kualitatif tentang pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang dilaksanakan oleh ustadz/ustadzah dan para siswa SD Negeri Padawening di masing-masing Diniyah Takmiliyah Awaliyah yang meliputi tujuan, waktu, materi, metode, media dan evaluasi pembelajaran.

Lokasi Penelitian.

Lokasi penelitian ini adalah tiga lembaga pendidikan Diniyah Takmiliyah Awaliyah yaitu DTA Nurul Amanah, DTA Miftahus Saadah, dan DTA Al-Ittihad.

Adapun yang menjadi alasan penulis melakukan penelitian di sekolah dan Diniyah Takmiliyah Awaliyah ini antara lain:

Diniyah Takmiliyah Awaliyah tersebut merupakan salah satu sekolah yang telah bekerjasama dengan SD Negeri Padawening, orang tua dan masyarakat dalam meningkatkan pendidikan agama anak didiknya dengan cara mewajibkan setiap peserta didiknya mengikuti pendidikan di Diniyah Takmiliyah Awaliyah (DTA) setelah pulang sekolah.Dengan segala keterbatasan, orang tua dan masyarakat yang sebagian besar adalah petani dan buruh, mampu mendirikan sebuah lembaga Diniyah Takmiliyah Awaliyah. Bahkan rela mendatangkan serta memberikan fasilitas tempat tinggal dan biaya kepada Ustadz dan Ustadazah lulusan pondok pesantren dari luar desa maupun kecamatan, untuk mendidik dan mengajar di diniyah tersebut.Diniyah Takmiliyah Awaliyah tersebut mudah dijangkau oleh peneliti sehingga memungkinkan peneliti memperoleh data yang valid dan lengkap, sehingga proses pelaksanaan penelitian dapat efektif dan efisien baik dari segi tenaga, waktu dan biaya.Subjek dan Objek Penelitian.Subjek Penelitian.Kepala Diniyah Takmiliyah Awaliyah.

Dari kepala Diniyah Takmiliyah Awaliyah diperoleh informasi tentang sejarah berdirinya, letak geografis, visi dan misi masing-masing Diniyah Takmiliyah Awaliyah, keadaan pendidik, keadaan santri, struktur organisasi, kurikulum, sarana prasarana serta pelaksanaan gambaran umum pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di masing-masing Diniyah Takmiliyah Awaliyah.

Ustadz dan Ustadzah Diniyah Takmiliyah Awaliyah.

Dari Ustadz dan Ustadzah Diniyah Takmiliyah Awaliyah diperoleh informasi tentang pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Diniyah Takmiliyah Awaliyah yang meliputi tujuan, waktu, materi, metode, media dan evaluasi pembelajaran, dan informasi tentang faktor pendukung dan penghambat serta upaya mengatasinya.

Objek Penelitian.

Yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di DTA Nurul Amanah, di DTA Miftahus Saadah dan di DTA Al-Ittihad yang meliputi tujuan, waktu, materi, metode, media dan evaluasi yang digunakan oleh ustadz/ustadzah.

Metode Pengumpulan Data.

Metode pengumpulan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

Metode Observasi (observation).

Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian(S.Margono, 2007:158). Metode observasi ini digunakan untuk mengamati kondisi sosial dengan tujuan untuk mendapatkan data secara holistik (menyeluruh). Yaitu tentang kondisi lingkungan, fasilitas, letak geografis, hubungan antara ustadz/ustadzah dan siswa, serta proses pembelajaran di Diniyah Takmiliyah Awaliyah.

Observasi yang penulis lakukan adalah observasi partisipatif, yaitu peneliti melibatkan diri dalam kegiatan sehari-hari objek yang diobservasi. Namun pada proses pelaksanaannya observasi yang dilakukan adalah observasi partisipasi moderat (moderate partisifation) yaitu peneliti datang ketempat kegiatan orang yang diamati, ikut observasi partisipatif dalam beberapa kegiatan, tetapi tidak ikut terlibat semuanya.

Metode Wawancara (intrview).

Wawancara atau interview adalah alat pengumpulan data dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan kepada responden untuk dijawab secara lisan pula. (Sugiyono, 2008 : 165)

Dalam pelaksanaannya, teknik yang digunakan adalah interview bebas terpimpin atau interview terkontrol, yaitu teknik interview yang memadukan antara interview terpimpin dengan interview bebas (tidak terpimpin) dimana hanya menggunakan pedoman wawancara berupa garis-garis besar atau kerangka permasalahan (frameework of question) yang akan ditanyakan, tetapi cara bagaimana pertanyaan-pertanyaan itu diajukan dan irama (timing) interview sama sekali diserahkan pada kebijakan interviewer.

Metode ini dilakukan langsung dengan Kepala Diniyah Takmiliyah Awaliyah untuk memeperoleh data tentang gambaran umum DTA, serta pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di DTA. Sedangkan kepada ustadz/ustadzah dilakukan untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di DTA secara lebih jelas tentang tujuan, waktu, materi, metode, media dan evaluasi yang digunakan.

Metode dokumentasi.

Dokumen yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya. (Suharsimi Arikunto, 2006:230)

Metode dokumentasi digunakan untuk mencari data yang berwujud dokumen, seperti data tentang sejarah sekolah, keadaan guru, siswa, dan karyawan, fasilitas sekolah, struktur organisasi, nilai ulangan dan hal-hal lain yang berkaitan dengan data yang dibutuhkan dalam penelitian, sehingga data yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi lebih kredibel (dapat dipercaya).

Uji Keabsahan Data.

Uji kebsahan data ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas data yang telah diperoleh. Dalam menetapkan keabsahan data pada penelitian ini, penulis menggunakan teknik uji kredibilitas (derajat kepercayaan).

Teknik yang dilakukan penulis dalam uji kredibilitas (derajat kepercayaan) data ini menggunakan beberapa teknik antara lain:

Teknik triangulasi, yaitu pengecekan data dari berbagai sumber dan berbagai cara atau teknik, dan berbagai waktu. Untuk penelitian ini menggunakan cek silang data antara data dari Kepala DTA dengan ustad/ustadzah yang satu dan ustadz/ustadzah yang lain. Juga dengan cara memadukan hasil observasi, wawancara dan dokumentasi.

Member Check, yaitu dengan cara pengecekan data yang telah diperoleh peneliti kepada pemberi data agar data yang telah diperoleh sesuai dengan apa yang telah diberikan pemberi data.

Metode Analisis Data.

Dalam penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif. Bogdan dan Biklen sebagaimana dikutip Lexy J Moleong (2007:248) mengatakan bahwa analisis kualitaif adalah:

Upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Dalam menggunakan analisis kualitatif tersebut, digunakan metode berpikir sebagai berikut:

Metode Berpikir Induktif.

Metode berpikir indkutif adalah metode berpikir yang berangkat dari fakta-fakta yang khusus, peristiwa-peristiwa yang kongkret, kemudian dari fakta dan peristiwa yang khusus dan kongkret itu ditarik generalisasi yang bersifat umum. ( Sutrisno Hadi, 2004:47) Metode berpikir induktif ini penulis gunakan untuk menganalisa data berupa uraian-uraian rinci dari sumber data tentang pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam siswa SD Negeri Padawening di DTA Nurul Amanah, DTA Miftahus Saadah dan DTA Al-Ittihad.

Metode Berpikir Deduktif.

Metode berpikir dedukutif adalah metode berpikir yang berangkat dari pengetahuan yang bersifat umum dan dengan bertitik tolak pada pengetahuan yang umum tersebut kita hendak menilai sesuatu yang khusus. ( Sutrisno Hadi, 2004:47). Metode berpikir deduktif ini penulis gunakan untuk menguraikan data yang masih umum dari sumber data tentang pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam siswa SD Negeri Padawening di DTA Nurul Amanah, DTA Miftahus Saadah dan DTA Al-Ittihad.

Sistematika Penulisan.

Untuk mempermudah dalam memahami skripsi ini, penulis membaginya kedalam tiga bagian, yaitu bagian awal, bagian utama dan bagian akhir.

Bagian awal meliputi: halaman judul, pernyataan keaslian, halaman nota pembimbing, halaman pengesahan, halaman persembahan, halaman motto, halaman kata pengantar, halaman daftar isi, dan halaman daftar tabel.

Bagian utama merupakan pokok-pokok dalam skripsi ini yang penulis sajikan kedalam lima bab yang meliputi:

Bab I adalah pendahuluan yang meliputi : latar belakang masalah, definisi operasional, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, dan sitematika penulisan.

Bab II menjelaskan teori-teori tentang pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Diniyah Takmiliyah Awaliyah (DTA) yang meliputi tiga sub bab yaitu : sub bab pertama tenatang Pembelajaran yang meliputi pengertian, ciri-ciri, komponen-komponen serta faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran. Sub bab kedua tentang Pendidikan Agama Islam yang meliputi pengertian Pendidikan Agama Islam, dasar-dasar pelaksanaan Pendidikan Agama Islam, tujuan dan fungsi Pendidikan Agama Islam, ruang lingkup Pendidikan Agama Islam, metode Pendidikan Agama Islam, serta media Pendidikan Agama Islam. Sub bab ketiga tentang Diniyah Takmiliyah Awaliyah (DTA), berisi tentang, pengertian Diniyah Takmiliyah Awaliyah, dasar pelaksanaan Diniyah Takmiliyah Awaliyah, tujuan Diniyah Takmiliyah Awwaliyah, kurikulum Diniyah Takmiliyah Awaliyah, pelaksanaan Pembelajaran Diniyah Takmiliyah Awaliyah, evaluasi Diniyah Takmiliyah Awaliyah.

Bab III meliputi tiga sub bab yaitu: sub bab pertama berisi tentang gambaran umum Diniyah Takmiliyah Awwaliyah Nurul Amanah yang terdiri dari : sejarah berdirinya, letak geografis, struktur organisasi, tujuan, keadaan ustadz/ustadzah dan santri, dan sarana prasarana. Sub bab kedua tentang gambaran umum Diniyah Takmiliyah Awaliyah Miftahus Saadah yang terdiri dari : sejarah berdirinya, letak geografis, struktur organisasi, tujuan, keadaan ustadz/ustadzah dan santri, dan sarana prasarana. Sub bab ketiga tentang gambaran umum Diniyah Takmiliyah Awaliyah Al-Itihad yang terdiri dari : sejarah berdirinya, letak geografis, struktur organisasi, tujuan, keadaan ustadz/ustadzah dan santri, dan sarana prasarana.

Bab IV berisi penyajian dan analisis data yang meliputi dua sub bab yaitu sub bab pertama tentang penyajian data yang berisi tentang pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di DTA Nurul Amanah, di DTA Miftahus Saadah, dan di DTA Al-Ittihad. Sub bab kedua tentang analisis data yang meliputi analisis data tentang pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di DTA Nurul Amanah, analisis peranan DTA Miftahus Saadah, analisis peranan DTA Al-Ittihad.

Bab V adalah penutup yang meliputi: kesimpulan, saran, dan kata penutup. Sedangkan bagian akhir pada skripsi ini berisi tentang daftar pustaka, lampiran-lampiran, dan daftar riwayat hidup.

BAB II

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DAN DINIYAH TAKMILIYAH AWALIYAH (DTA)

Pembelajaran

Pengertian Pembelajaran

Memaknai kata pembelajaran tidak akan lepas dari dua konsep belajar dan mengajar. Slameto sebagaimana dikutip Syaiful Bahri Djamarah mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Syaiful Bahri Djamarah, 2002:13). Sedangkan mengajar merupakan sebuah proses mengatur lingkungan agar siswa mau dan mampu belajar sesuai dengan kemampuan dan potensi yang dimilikinya (Nana Sudjana, 1991:29). Dua konsep tersebut menjadi terpadu dalam suatu kegiatan apabila terjadi interaksi antara guru dengan siswa serta siswa dengan lingkungannya. Dan keterpaduan antara proses belajar dan mengajar memerlukan berbagai pengaturan dan perencanaan.

Dalam Undang-Undang SISDIKNAS No.20 Tahun 2003 dikemukakan bahwa proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar dimaknai sebagai pembelajaran.22

Pembelajaran sendiri merupakan terjemahan dari kata instruction yang diartikan sebagai proses pengaturan lingkungan yang diarahkan untuk mengubah perilaku siswa ke arah yang positif dan lebih baik sesuai dengan potensi dan perbedaan yang dimiliki siswa (Wina Sanjaya, 2007:102). Pembelajaran juga dimaknai sebagai suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi demi mencapai tujuan pembelajaran (Oemar Hamalik, 2008:57).

Dari pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran merupakan proses interaksi antara guru dan siswa dengan lingkungannya untuk memperoleh perubahan perilaku pada diri siswa, dengan menggunakan seperangkat pengaturan dan perencanaan pada setiap komponen pembelajaran, yang meliputi tujuan, materi, metode, media dan evaluasi.

Ciri-Ciri Pembelajaran

Sebagai suatu proses pengaturan, pembelajaran tidak terlepas dari cirri-ciri tertentu. Menurut Edi Suardi sebagaimana dikutip Syaiful Bahri dan Aswan Zain (2006:39) mengemukakan bahwa ciri-ciri pembelajaran antara lain:

Memiliki tujuan, yakni untuk membentuk anak didik dalam suatu perkembangan tertentu. Setiap pembelajaran harus memiliki tujuan yang hendak dicapai oleh setiap peserta didik.Adanya suatu prosedur (jalannya interaksi) yang direncanakan, didesain secara sistematik dan relevan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.Ditandai dengan penggarapan materi yang khusus yang sudah didesain sehingga sesuai dengan tujuan.Ditandai dengan aktivitas anak didik, yakni siswa aktif dalam melakukan setiap kegiatan belajar.Dalam kegiatan pembelajaran, guru berperan sebagai pembimbing, dan fasilitator belajar siswa.Membutuhkan disiplin, yakni dalam pembelajaran perlu adanya suatu pola tingkah laku yang diatur sedemikian rupa menurut ketentuan yang sudah ditaati oleh pihak guru maupun siswa denga sadar.Ada batas waktu dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.Evaluasi untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.Komponen-Komponen Pembelajaran

Sebagai suatu sistem, proses pembelajaran terdiri dari beberapa komponen yang satu sama lain saling berinteraksi dan berinterelasi. komponen-komponen tersebut antara lain:

Tujuan

Tujuan merupakan komponen yang utama dan sangat penting karena tujuan merupakan arah yang akan dituju. Seberapapun bagusnya komponen lain dalam pendidikan, tanpa adanya arah yang dituju maka akan kehilangan kendali dan akan terombang-ambing pada aktivitas yang tidak jelas. Tujuan perlu dirumuskan dalam merancang suatu proses pembelajaran. Karena dengan tujuan yang jelas akan membawa suatu aktivitas menuju kepada keberhasilan. Ada beberapa alasan kenapa tujuan penting untuk dirumuskan dalam merancang proses pembelajaran, antar lain:

Rumusan tujuan yang jelas dapat digunakan untuk mengevaluasi efektivitas keberhasilan proses pembelajaranTujuan dapat digunakan sebagai pedoman dan panduan proses pembelajaranTujuan dapat membantu mendesain sistem pembelajaranTujuan dapat dijadikan sebagai kontrol dalam menentukan batas-batas dan kualitas pembelajaran. (Wina Sanjaya, 2007: 64).Materi atau Bahan

Materi atau bahan adalah subtansi yang akan disampaikan dalam proses pembelajaran. Menurut Suharsimi Arikunto (1999) sebagaimana dikutip Syaiful Bahri dan Aswan Zain (2006:43) mengemukakan bahwa materi atau bahan pembelajaran merupakan komponen inti yang terdapat dalam pembelajaran, karena materi atau bahan itulah yang diupayakan untuk dikuasai siswa. Oleh karena itu guru sebagai pengembang kurikulum harus memikirkan keluasan serta kedalaman materi atau bahan pembelajaran sehingga sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik anak didik. Karena minat anak didik akan bangkit apabila materi yang diajarkan sesuai dengan kebutuhannya. Selain itu guru harus menguasai materi atau bahan pembelajaran yang akan dikuasai siswa.

Strategi atau Metode

Terdapat perbedaan makna antara pendekatan (approach), strategi, metode, teknik dan taktik pembelajaran. Mengutip pendapatnya Wina Sanjaya (2007) , terlebih dahulu akan dijelaskan perbedaan istilah-istilah tersebut.

Pendekatan diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang seseorang terhadap proses pembelajaran. Hal ini merujuk pada suatu proses yang sifatnya masih umum. Oleh karena itu, strategi dan metode tergantung dari pendekatan tertentu.

Strategi menurut Kemp (1995) sebagaimana dikutif Wina Sanjaya menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Strategi ini merujuk pada sebuah perencanaan untuk mencapai sesuatu (a plan of operation achieving something).

Metode adalah upaya mengimplementasikan rencana (strategi) yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Metode merujuk pada cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi tersebut (a way in a achieving something). Sedangkan teknik adalah cara yang dilakukan seseorang dalam rangka mengimplementasikan metode. Sedangkan taktik adalah gaya seseorang dalam melaksanakan suatu teknik atau metode tertentu. (Wina Sanjaya, 2007:126-127).

Misalnya, jika pendekatan yang digunakan adalah berpusat pada siswa (student centerd approach) akan menurunkan strategi pembelajaran inkuiri dan discovery serta strategi pembelajaran induktif. Metode yang digunakannya diskusi dan akan menurunkan teknik tentang cara yang baik agar diskusi tersebut berjalan lancar. Dan selanjutnya akan menurunkan taktik atau gaya dari masing-masing guru.

Dari beberapa perbedaan diatas, pendekatan, strategi, metode, teknik dan taktik yang digunakan seorang guru akan berpengaruh pada pencapaian tujuan. Meskipun komponen yang lain sangat lengkap, tanpa diimplementasikan dengan strategi dan metode yang tepat, komponen-komponen tersebut tidak akan bermakna dalam mencapai keberhasilan pembelajaran.

Media

Salah satu sarana pendukung terhadap kelancaran dan keberhasilan proses pembelajaran adalah media pembelajaran. Menurut Arief S. Sadiman sebagaimana dikutip Suwarna mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan dari pengirim pesan kepada penerima pesan, sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa, dan dengan demikian terjadilah proses pembelajaran (Suwarna,dkk, 2006:128). Dalam kemajuan teknologi seperti sekarang ini memungkinkan siswa dapat belajar dari mana saja dan kapan saja dengan memanfaatkan hasil teknologi. Penggunaan media pembelajaran akan meningkatkan gairah dan motivasi mengajar bagi guru, dan yang utama akan menumbuhkan semangat belajar siswa, apalagi jika menggunakan berbagai media serta sumber belajar yang bervariasi.

Evaluasi

Menurut Roestiyah N.K sebagaimana dikutip Syaiful Bahri dan Aswan Zain (2006:50) evaluasi adalah kegiatan mengumpulkan data seluas-luasnya, sedalam-dalamnya, yang bersangkutan dengan kapabilitas siswa guna mengetahui sebab akibat dan hasil belajar siswa yang dapat mendorong dan mengembangkan kemampuan belajar.

Evaluasi memiliki tujuan dan fungsi bagi guru dan siswa dalam pembelajaran. Tujuan evaluasi dapat dilihat dari dua segi antara lain:

Tujuan umum evaluasi adalah mengumpulkan data-data tentang taraf kemajuan belajar siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran, memungkinkan guru menilai aktivitas pembelajaran yang didapat, serta menilai metode pembelajaran yang digunakan.Tujuan khusus evaluasi adalah merangsang kegiatan siswa, menemukan sebab-sebab kemajuan atau kegagalan belajar siswa, memberikan bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan, perkembangan dan bakat siswa, memperoleh bahan laporan tentang perkembangan siswa, serta untuk memperbaiki mutu pembelajaran tentang cara dan metode mengajar.

Sedangkan sebagai komponen terakhir dalam pembelajaran, evaluasi berfungsi sebagai berikut:

Untuk memberikan umpan balik (feed back) kepada guru sebagai dasar memperbaiki kualitas mengajar serta mengadakan perbaikan program bagi siswa.Untuk memberikan angka yangtepat tentang kemajuan atau hasil belajar dari setiap siswa.untuk menentukan situasi belajar yang tepat sesuai dengan karakteristik siswa.Untuk mengenal latar belakang (psikologis, fisik dan lingkungan) siswa yang mengalami kesulitan belajar.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembelajaran

Menurut Wina Sanjaya, (2007 : 52) pembelajaran sebagai suatu sistem memiliki beberapa faktor yang dapat mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut adalah faktor guru, faktor siswa, sarana, serta faktor lingkungan.

Faktor Guru

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, serta mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan menengah.(Undang-Undang RI No. 14. Th. 2005, 2006: 2). Dengan tugas utamanya itu guru haruslah orang yang berpengalaman dan memiliki banyak ilmu. Karena dengan pengalaman dan keilmuan yang dimilikinya, diharapkan setiap peserta didik menjadi manusia yang cerdas.

Menurut Dunkin (1974) sebagaimana dikutif Wina Sanjaya (2007:51) ada sejumlah aspek yang dapat mempengaruhi kualitas proses pembelajaran dilihat dari faktor guru antara lain:

Teacher formatif experience, meliputi jenis kelamin serta semua pengalaman hidup yang menjadi latar belakang sosial mereka.

Teacher training experience, meliputi pengalaman-pengalaman yang berhubungan dengan aktivitas dan latar belakang pendidikan guru, misalnya latihan profesional guru, tingkat pendidikan, pengalaman jabatan, pembinaan guru dan sebagainya.

Teacher properties, yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan sifat yang dimiliki guru. Misalnya sikap guru terhadap profesinya, sikap guru terhadap siswa, intelegensi guru, termasuk kemampuan menguasai materi pembelajaran, mengelola pembelajaran, merencanakan dan mengevaluasi.

Dari berbagai aspek tersebut, guru dengan perbedaan kepribadian, pandangan, latar belakang pendidikan serta pengalaman mengajar dapat mempengaruhi kualitas pembelajaran.

Peserta Didik

Peserta didik adalah orang yang belum dewasa dan memiliki sejumlah potensi (kemampuan) dasar yang masih perlu dikembangkan. Sedangkan dalam Undang-Undang sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003 pada bagian ketentuan umum, peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu.

Peserta didik yang berusaha mengembangkan potensi dirinya di sekolah memiliki karakteristik yang bervariasi. Mereka datang dan berkumpul di sekolah dengan latar belakang kehidupan sosial keluarga dan masyarakat yang berlainan. Dengan membawa perbedaan kepribadian, kemampuan intelektual, perbedaan biologis maupun psikologis yang dimiliki peserta didik tentu akan mempengaruhi kegiatan pembelajaran. Sebagai contoh, sejumlah siswa yang terbiasa disiplin akan berbeda dengan anak yang sehari-hari dirumahnya kurang disiplin. Siswa yang terbiasa disiplin akan mudah menyesuaikan diri dan mudah dibimbing. Sebaliknya siswa yang terbiasa kurang disiplin akan sukar untuk dibimbing.

Begitu juga dengan siswa yang memiliki minat yang tinggi terhadap suatu pelajaran akan berbeda dengan siswa yang tidak memiliki minat pada suatu mata pelajaran. Siswa yang memilki minat terhadap suatu pelajaran, ia dengan senang hati mempelajarinya. Sebaliknya siswa yang tidak menyukai suatu pelajaran, ia selalu malas untuk belajar sehingga tidak heran bila prestasinya kurang bagus.

Dengan demikian, dapat diyakini bahwa peserta didik dengan berbagai perbedaan yang ia miliki, datang dan berkumpul disekolah dalam suatu kelas sangat mempengaruhi kegiatan pembelajaran berikut hasil pembelajarannya.

Sarana dan Prasarana

Sarana adalah segala sesuatu yang mendukung secara langsung terhadap kelancaran proses pembelajaran, misalnya media pembelajaran, alat-alat pembelajaran, perlengkapan sekolah. Sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang secara tidak langsung mendukung terhadap kelancaran dan keberhasilan proses pembelajaran, misalnya jalan menuju sekolah, penerangan ruangan kelas, kamar kecil, dan sebagainya. (Wina Sanjaya, 2007:55).

Oleh karena itu, sarana dan prasarana sangat penting sekali dalam menunjang keberhasilan pembelajaran. Dengan adanya sarana dan prasarana yang lengkap akan membantu guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Sehingga proses pembelajaran akan berjalan dengan lancar dan tujuan pembelajaranpun akan tercapai dengan baik.

Kurikulum

Dalam Undang-Undang SISDIKNAS Bab I Pasal I ayat 19, kurikulum diartikan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu.

Sebagai seperangkat rencana, kurikulum merupakan unsur pokok dalam pendidikan. Tanpa kurikulum proses pembelajaran tidak dapat berlangsung, sebab tujuan pembelajaraan, materi atau bahan yang akan dipelajari, kegiatan pembelajaran serta evaluasi yang akan digunakan mengacu pada kurikulum.

Tugas guru ialah mempelajari dan menjabarkan isi kurikulum kedalam program yang lebih rinci dan jelas sasarannya. Kesesuaian isi/materi dengan tujuan, kedalaman serta keluasan materi pembelajaran harus dipertimbangkan guru dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran, karena hal itu akan mempengaruhi tingkat pencapaian tujuan pembelajaran.

Lingkungan

Lingkungan dalam pengertian umum berarti segala sesuatu yang berada disekitar kita. Dalam lingkup pendidikan yaitu segala sesuatu yang berada disekitar anak di alam semesta ini.

Ramayulis mengemukakan bahwa lingkungan adalah:

Segala yang ada disekitar anak, baik berupa benda-benda, peristiwa-peristiwa yang terjadi maupun kondisi masyarakat, terutama yang dapat memberi pengaruh kuat terhadap anak yaitu lingkungan dimana proses pendidikan berlangsung dan lingkungan dimana anak bergaul sehari-hari. (Ramayulis, 1998:147).

Jika dilihat dari dimensi lingkungan, ada dua hal yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran, yaitu faktor organisasi kelas dan faktor iklim sosial-psikologis. Faktor organisasi kelas yang meliputi jumlah siswa dalam satu kelas merupakan aspek penting yang mempengaruhi proses pembelajaran. Organisasi kelas yang terlalu besar akan kurang efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Faktor lain yaitu iklim sosial-psikologis yang terdiri dari iklim sosial-psikologis internal dan iklim sosial-psikologis eksternal. Iklim sosial-psikologis internal adalah hubungan yang terlibat secara langsung dalam lingkungan sekolah, misalnya iklim sosial antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru, antara guru dengan guru, bahkan antara guru dengan pimpinan sekolah. Iklim sosial-psikologis eksternal adalah keharmonisan hubungan antara pihak sekolah dengan dunia luar, misalnya hubungan sekolah dengan orang tua siswa, hubungan sekolah dengan lembaga-lembaga masyarakat dan lain sebagainya (Wina Sanjaya, 2007:57).

Pendidikan Agama Islam.

Pengertian Pendidikan Agama Islam

Menurut Zakiyah Daradjat Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, mennghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikannya sebagai pandangan hidup demi mencapai keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat (Zakiyah Daradjat, 2008:86)

Menurut Marasudin Siregar (1998:178) Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk senantiasa menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam lingkup masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat diambil suatu pemahaman bahwa Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani, bertaqwa, dan berakhlakul karimah serta menjadikan ajaran-ajaran agama Islam dari sumber utamanya Al-Quran dan Hadits sebagai pandangan hidupnya, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, dan penggunaan pengalaman dibarengai tuntunan untuk menghormati penganut agama lain, dengan tujuan mendapatkan keselamatan hidup didunia dan akhirat kelak.

Dasar-dasar Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam

Dasar-dasar pelaksanaan pendidikan Agama Islam tidak akan pernah lepas dari dasar pendidikan Islam itu sendiri yakni Al-Quran dan Sunnah Rasulullah (Hadits). Sedangkan dasar-dasar pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di sekolah, menurut Zuhairini (1981) dapat ditinjau dari beberapa segi, yaitu:

Dasar Yuridis (Hukum)

Dasar yuridis ialah kekuatan hukum atau perundang-undangan yang secara tidak langsung menjadi pegangan dalam pelaksanaan pendidikan Agama Islam disekolah secara formal. Dasar yuridis tersebut terdiri dari tiga macam, yaitu:

Landasan Idiil.

Yaitu dasar falsafah negara Pancasila sila pertama yakni Ketuhanan Yang Maha Esa.

Landasan Struktural (Konstitusional)

Yaitu Undang-Undang Dasar tahun 1945 Bab XI pasal 29 ayat 1 dan 2 yang berbunyi: 1). Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa. 2). Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut agama dan kepercayaannya itu.

Landasan Operasional

Dasar operasionalnya yaitu terdapat dalam Tap MPR No IV/MPR/1973 yang kemudian dikokohkan dalam tap MPR No IV/MPR/1978. Ketetapan MPR Np. II/MPR/1983, yang diperkuat oleh Tap. MPR No. II/MPR/1988 dan Tap. MPR No. II/MPR/ 1993 tentang GBHN yang pada pokok intinya menyatakan bahwa pelaksanaan pendidikan agama secara langsung dimasukan dalam kurikulum sekolah-sekolah formal mulai dari Sekolah Dasar hingga perguruan tinggi (Zuhairini, 1981:19-24)

Dasar Religius

Yang dimaksud dasar religius adalah dasar yang yang bersumber dari Al-quran dan Hadist Nabi yang secara langsung atau tidak langsung mewajibkan kepada umat Islam untuk melaksanakan pendidikan.

Firman Allah QS. at-Tahrim ayat 6 tentang kewajiban bagi orang tua mendidik anaknya.

:

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dankeluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.

Hadits Riwayat Ibnu Majah

Muliakanlah anak-anakmu dan perbaikilah pendidikannya, karena anak-anakmu adalah karunia Allah bagimu. (HR. Ibnu Majah)

Dasar Psikologis

Psikologis adalah dasar yang berhubungan dengan aspek kejiwaan manusia sebagai makhluk individu dan sosial. Hal ini didasarkan bahwa dalam hidupnnya manusia dihadapkan pada hal-hal yang tidak tenang dan tenteram sehingga memerlukan adanya pegangan hidup.

Zuhairini dkk (1981:25) mengemukakan bahwa semua manusia di dunia ini senantiasa membutuhkan adanya pegangan hidup yang disebut agama. Baik pada masyarakat yang masih primitif maupun masyarakat modern, mereka merasakan bahwa dalam jiwanya ada suatu perasaan yang mengakui adanya Zat Yang Maha Kuasa tempat mereka berlindung dan tempat mereka memohon pertolongan-Nya. Mereka merasa tenang dan tenteram hatinya apabila dapat mendekatkan diri dan mengabdi kepada Zat Yang Maha Kuasa.

Dengan demikian jelaslah bahwa untuk membuat hati tenang dan tenteram ialah dengan jalan mendekatkan diri kepada Tuhan. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam QS Ar-Raad ayat 28 yang berbunyi:

Artinya:

(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.

Tujuan Pendidikan Agama Islam

Tujuan Pendidikan Agama di lembaga-lembaga pendidikan formal di Indonesia dibagi menjadi dua macam:

Tujuan Umum Pendidikan Agama

Tujuan umum Pendidikan Agama adalah membimbing anak agar mereka menjadi orang muslim sejati yang beriman teguh, beramal sholeh, berakhlak mulia serta berguna bagi masyarakat, agama dan bangsa, demi mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat (Zuhairini dkk, 1981: 43-45).

Tujuan Khusus Pendidikan Agama

Tujuan khusus Pendidikan Agama adalah tujuan pada setiap jenjang pendidikan. Dalam pembahasan ini , tujuan Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar ialah:

Menumbuh kembangkan aqidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah SWTMewujudkan manusia Indonesi yang taat beragama dan berakhlak mulia yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas, produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi (tasamuh), menjaga keharmonisan personal dan sosial, serta mengembangkan budaya agama dalam komunitas sekolah (Depdiknas, Direktorat Pendidikan TK dan SD, 2007 : 2)Fungsi Pendidikan Agama IslamPengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT, yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga, melalui bimbingan, pengajaran dan pelatihan agar keimanan dan ketaqwaannya tersebut dapat berkembang secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya.Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan peserta didik yang memiliki bakat khusus di bidang agama agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan dapat pula bermanfaat untuk orang lain.Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan dalam keyakinan, pemahaman dan pengamalan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal yang negatif dari lingkungan peserta didik atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dan mennghambat perkembangan dirinya menuju manusia Indonesia seutuhnya.Penyesuaian, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik, psykis maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran Islam.Sumber Nilai, yaitu memberikan pedoman hidup demi mencapai kebahagian hidup di dunia dan akhirat. Pengajaran, yaitu memberikan ilmu pengetahuan keagamaan secara umum yang fungsional (Abdul Majid dan Dian Andayani, 2005:134).Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam

Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara:

Hubungan manusia dengan Allah SWT (Hablumminallah)

Hubungan antar manusia (makhluk) dengan Allah SWT (Khalik) merupakan hubungan vertikal (menegak). Hubungan ini menempati prioritas pertama dalam pengajaran agama Islam, karena itu merupakan sentral dan dasar utama dari ajaran islam. Dengan demikian hal itulah yang pertama-tama harus ditanamkan kepada peserta didik.

Ruang lingkup program pengajarannya meliputi iman, islam dan ihsan. Sebagai alat untuk meresapi keyakinan dan ketundukan kepada Allah SWT, maka termasuk pula pelajaran membaca Al-Quran sesuai dengan aturannya. (Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1985:136).

Hubungan manusia dengan sesama manusia (Hablumminannas)

Hubungan manusia dengan sesamanya merupakan hubungan horizontal (mendatar) dalam kehidupan bermasyarakat dan menempati urutan kedua dalam ajaran agama Islam. Dalam pendidikan agama, guru harus berusaha menumbuh kembangkan pemahaman siswa agar mereka hidup bermasyarakat sesuai dengan tuntunan ajaran Islam.

Ruang lingkup program pengajarannya berkisar pada pengaturan hak dan kewajiban serta larangan antara manusia yang satu dengan manusia yang lain. (Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1985:137).

Hubungan manusia dengan alam

Hubungan manusia dengan alam memiliki ruang lingkup program pengajaran yang berkisar pada mengenal, memahami dan mencintai alam, sehingga memiliki kemampuan untuk memelihara, mengolah dan memanfaatkan alam sekitar serta mampu mensyukuri nikmat Allah SWT (Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1985:138).

Adapun ruang lingkup bahan pelajaran Pendidikan Agama Islam di tingkat Sekolah Dasar, penekanannya meliputi lima unsur pokok, yaitu:

Pengajaran Keimanan

Pengajaran keimanan berarti proses pembelajaran tentang berbagai aspek kepercayaan menurut ajaran Islam. Ruang lingkupnya meliputi rukun Iman, yaitu iman kepada Allah SWT, iman kepada para Malaikat Allah, iman kepada para Rasul Allah, iman kepada Kitab-kitab Allah, iman kepada hari akhir, dan iman kepada Qada dan Qadar Allah SWT ( Zakiyah Daradjat, 2001:67).

Pengajaran Akhlaq

Pengajaran akhlak berarti pengajaran tentang bentuk batin seseorang yang kelihatan dari tingkah lakunya. Dalam pelaksanaannya, pengajaran akhlak ini membicarakan tentang nilai-nilai suatu perbuatan sesuai dengan ajaran Islam, serta membicarakan berbagai hal yang ikut mempengaruhi pembentukan sifat-sifat pada diri seseorang secara umum ( Zakiyah Daradjat, 2001:71).

Pengajaran Ibadah/ Fiqh

Ibadah ialah suatu upacara pengabdian yang sudah digariskan oleh syariat Islam, baik bentuknya, caranya, waktunya, serta syarat dan rukunnya. Pengajarannya yaitu membicarakan ibadah pokok yang terdapat dalam rukun Islam ( Zakiyah Daradjat, 2001:73-74).

Pengajaran Al-Quran

Pengajaran Al-Quran yang paling penting adalah mengajarkan keterampilan membaca Al-Quran dengan benar sesuai aturan dalam ilmu tajwid. Pengajaran ini diawali dengan pengenalan huruf hijaiyah dan kata, selanjutnya diteruskan dengan pengenalan tanda baca, cara membacanya. Kemudian menghafal ayat-ayat dan surat-surat pendek yang perlu dibaca dalam shalat, serta mengerti maksud yang terkandung didalam ayat-ayat Al-Quran tersebut (Mahmud Yunus 1983: 60).

Pengajaran Tarikh

Tarikh atau sejarah Islam adalah suatu bidang studi yang memberikan pengetahuan tentang sejarah dan kebudayaan Islam, meliputi masa sebelum kelahiran Islam, masa Nabi dan sesudahnya, baik pada masa sahabat, daulah Islamiyah maupun Negara di dunia dan di Indonesia (Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1985:134).

Pada tingkat Sekolah Dasar, pengajaran tarikh dimulai dari kelas IV. Pengajarannya membicarakan tentang kisah Nabi, Sahabat Nabi, dan kisah orang-orang yang menentang perjuangan Nabi Muhammad dalam menyebarkan agama Islam.

Metode Pendidikan Agama Islam

Metode adalah upaya mengimplementasikan rencana (strategi) yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Metode merujuk pada cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi tersebut (a way in a achieving something). (Wina Sanjaya, 2007: 126-127).

Dalam Pendidikan Agama Islam banyak sekali metode yang dapat digunakan oleh guru untuk membina tingkah laku siswa secara edukatif pada setiap kegiatan belajar. Namun jika dihubungkan dengan Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar, tentu tidak semua metode dapat diterapkan karena harus disesuaikan dengan tingkat usia, pemikiran, pemahaman, dan karakteristik siswa pada setiap tingkatan pendidikan.

Adapun metode-metode yang dapat digunakan dalam Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar antara lain:

Metode Keteladanan

Keteladanan adalah hal-hal yang dapat ditiru atau dicontoh oleh seseorang dari orang lain (Armai Arief, 2002:117). Sedangkkan pendidikan keteladanan berarti pendidikan dengan memberi contoh, baik berupa tingkah laku, sifat, cara berfikir, dan sebagainya (Hery Noer Aly, 1999:178)

Penerapannya dalam Pendidikan Agama Islam, setiap pendidik baik di keluarga, sekolah, masyarakat, maupun di lembaga-lembaga keagamaan hendaknya menerapkan metode keteladanan yang baik dalam kehidupan sehari hari. Sebab seorang pendidik merupakan contoh ideal dalam pandangan anak, yang tingkah laku dan sopan santunnya akan ditiru baik disadari atau tidak. Bahkan semua keteladanan itu akan melekat pada diri dan perasaannya, baik dalam bentuk ucapan, perbuatan, hal yang bersifat material, inderawi maupun spiritual.

Metode Pembiasaan

Pembiasaan merupakan proses penanaman kebiasaan (Hery Noer Aly, 1999:184). Kaitannya dengan metode pendidikan agama Islam, pembiasaan adalah sebuah cara yang dapat dilakukan untuk membiasakan anak berpikir, bersikap dan bertindak sesuai dengan tuntunan ajaran Islam (Armai Arief, 2002:110).

Menurut Abdullah Nasih Ulwan sebagaimana dikutip Hery Noer Aly (1999:189) mengatakan bahwa untuk menanamkan suatu kebiasaan, pendidik bisa memberikan motivasi berupa kata-kata yang baik, pujian, hadiah, bahkan hukuman apabila dipandang perlu dalam meluruskan penyimpangan.

Dalam pembentukan kebiasan ini, anak didik akan terbiasa berperilaku apabila hal itu dilakukan dengan berulang-ulang. Maka dari itu, pendidik hendaknya selalu mengawasi secara terus menerus, disertai dengan usaha membangkitkan kesadaran agar setiap anak didik memiliki kesadaran atau pengertian akan maksud dari tingkah laku yang dibiasakan.

Metode Pemberian Nasihat

Menurut Abdurrahman An-Nahlawi sebagimana dikutip oleh Hery Noer Aly (1999:191), yang dimaksud dengan nasihat ialah penjelasan tentang kebenaran dan kemaslahatan dengan tujuan menghindarkan orang yang dinasihati dari bahaya serta menunjukannya ke jalan yang mendatangkan kebahagiaan dan manfaat

Memberi nasihat kepada anak hendaknya didasarai dengan hati yang tulus. Sehingga timbul kesan dari peserta didik bahwa gurunya punya niat baik dan peduli terhadap kebaikannya. Oleh sebab itu dalam memberi nasihat kepada anak, hindari perintah dan larangan langsung seperti Kerjakan ini! dan Jangan lakukan itu!. Sebaiknya pendidik menggunakan teknik-teknik tidak langsung seperti dengan bercerita, kisah dan membuat perumpamaan. Seperti cerita tentang akhlak para Nabi dan para Sahabatnya.

Metode Ceramah

Metode ceramah adalah teknik penyampaian pesan yang sudah lajim dipakai guru di sekolah. Ceramah diartikan sebagai suatu cara penyampaian bahan secara lisan oleh guru di muka kelas (Basyiruddin Usman, 2005 : 34). Ceramah dapat digunakan pada semua bahan atau materi Pendidikan Agama Islam. Akan tetapi dalam penerapannya perlu dipadukan dengan metode-metode lain yang dibantu dengan media yang bervariasi agar peserta didik tidak bosan dan mudah memahami apa yang disampaikan.

Metode Kisah

Kisah diartikan sebagai cerita atau riwayat tentang perjalanan hidup seseorang (M. Dahlan Al Barry, 1994:339). Sedangkan metode kisah merupakan cara menyampaikan pesan dari riwayat seseorang untuk diambil hikmah atau manfaatnya. Penerapannya dalam Pendidikan Agama Islam adalah dengan cara menceritakan kisah-kisah kehidupan tokoh-tokoh perjuangan Islam seperti kisah para Nabi dan Rasul, para Sahabat, para pahlawan Islam, Para Wali dan sebagainya.

Dengan metode kisah ini, anak didik diharapkan akan mengambil hikmah dari peristiwa yang pernah dialami para tokoh-tokoh perjuangan dan pembesar Islam.

Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab adalah penyampaian pesan dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan untuk dijawab oleh siswa, atau sebaliknya siswa diberi kesempatan bertanya dan guru yang menjawab pertanyaan (Basyiruddin Usman, 2005 : 43).

Metode ini dipakai untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa tentang suatu materi yang akan disampaikan di awal pelajaran, atau di akhir pelajaran sebagai umpan balik. Jika metode ini dilakukan secara tepat, maka akan dapat meningkatkan perhatian siswa untuk belajar aktif.

Metode Drill atau Latihan

Menurut Winarno Surachmad sebagaimana dikutip Basyiruddin Usman (2005 : 55) mengemukakan bahwa metode drill atau latihan adalah metode yang digunakan untuk memperoleh ketangkasan atau keterampilan latihan terhadapa apa yang dipelajari, karena hanya dengan melakukan secara praktis suatu pengetahuan dapat disempurnakan dan disiap diagakan.

Metode ini dapat dipakai dalam meningkatkan sejumlah keterampilan dan ketangkasan anak didik. Misalnya latihan menulis arab, membaca, dan menghafal Al-Quran, latihan untuk mengumandangkan azan dan iqomah, latihan tilawatil Quran dan sebagainya.

Metode Pemberian Tugas (Resitasi)

Metode resitasi biasa disebut metode pekerjaan rumah, karena siswa diberi tugas khusus diluar jam pelajaran (Basyiruddin Usman, 2005 : 47)

Metode ini tujuannya untuk mengaktifkan siswa agar pengetahuannya lebih mantap dan terbiasa mempelajari suatu masalah serta menemukannya secara langsung. Selain itu metode ini dapat membiasakan siswa untuk melaksanakan tanggung jawab.

Metode Demontrasi

Demontrasi adalah salah satu teknik mengajar yang dilakukan oleh seorang guru atau orang lain yang dengan sengaja diminta, atau siswa sendiri yang ditunjuk untuk memperlihatkan kepada kelas tentang suatu proses atau cara melakukan sesuatu (Basyiruddin Usman, 2005 : 45)

Dalam Pendidikan Agama Islam demontrasi dipakai untuk mengajarkan siswa agar mereka lebih memahami tata cara ibadah sesuai aturannya. Misalnya demontrasi tentang tata cara shalat, wudhu, tayamum, memandikan jenazah, tawaf pada saat menunaikan ibadah haji dan sebagainya.

Metode Karyawisata

Metode karyawisata adalah metode pembelajaran yang dilakukan dengan mengajak para siswa untuk mengunjungi suatu peristiwa atau tempat yang ada kaitannya dengan pokok bahasan. (Basyiruddin Usman, 2005 : 53)

Dalam Pendidikan Agama Islam, metode ini dapat digunakan agar siswa lebih mengenal akan adanya alam yang sengaja dibuat oleh Allah SWT untuk di ambil manfaatnya oleh manusia. Sehingga dapat menambah keimanan serta meningkatkan ketaqwaan dan rasa syukurnya kepada Allah SWT. Misalnya mengajak siswa ke pantai, pegunungan, kebun binatang, atau berziarah kubur ke makam para wali dan sebagainya.

Media Pendidikan Agama Islam

Media berasal dari bahasa latin medius yang artinya tengah, perantara, atau pengantar. Dalam bahasa Arab, media () artinya perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan (Azhar Arsyad, 2007:3). Menurut Arief S. Sadiman (1986) sebagaimana dikutip Suwarna (2006:128) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan dari pengirim pesan kepada penerima pesan, sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa, dan dengan demikian terjadilah proses pembelajaran.

Dalam Pendidikan Agama Islam banyak sekali media yang dapat digunakan oleh guru untuk menyampaikan informasi berupa materi pembelajaran pada setiap kegiatan belajar, meskipun tidak semua media dapat digunakan karena harus disesuaikan dengan tujuan, materi, metode pembelajaran, serta sarana yang dimiliki oleh masing-masing sekolah.

Menurut Seels dan Glasgow (1990:181-183) sebagaimana dikutip Azhar Arsyad, (2007:33) mengemukakan bahwa sesuai dengan perkembangan teknologi, media dibagi kedalam dua kategori luas, yaitu pilihan media tradisional dan mutakhir. Media tersebut antara lain:

Media TradisionalMedia audio, adalah media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja, seperti radio, video-cassete, piringan, pita kaset.Media visual, adalah media yang hanya mengandalkan indera penglihatan. Media ini terbagi kedalam tiga jenis yaitu visual diam yang diproyeksikan seperti proyeksi opaque (tak tembus pandang, proyeksi operhead, film strip (film rangkai), slides (film bingkai). Visual diam yang tidak diproyeksikan seperti foto, gambar, lukisan, cetakan, poster, grafik, diagram, pameran, papan info, dan visual dinamis yang diproyeksikan seperti televisi, film dan video.Media audiovisual, yaitu media yang bisa menampilkan gambar dan suara sekaligus. Media ini terbagi menjadi media audiovisual diam, yaitu yang menampilkan suara dan gambar diam seperti film bingkai suara (sound slides), film rangkai suara dan film cetak suara, juga media audiovisual gerak yaitu yang menampilkan suara dan gambar gerak seperti film suara dan video-cassete.Media grafis, yaitu media yang menuangkan pesan dalm bentuk simbol-simbol komunikasi verbal, misalnya gambar foto, sketsa, diagram, bagan (chart), grafik, kartun, poster, peta, papan flannel, dan papan buletin.Media dua dimensi non projeksi, yaitu media yang mempunyai dimensi panjang dan lebar saja, yang penggunaanya tidak memerlukan bantuan perangkat projeksi. Misalnya papan tulis, papan putih magnetis, papan tulis elektronik, Alat Lebar Gantungan (ALG), Alat Lebar Sampiran (ALS).Media permainan, seperti teka teki, simulasi, permainan papan.

Media cetak, seperti buku teks, modul, teks berprogram, workbook, majalah ilmiah, majalah berkala, lembaran lepas (hand-out).

Realia, seperti model, specimen (contoh), manipulatif (peta, boneka)

Media MutakhirMedia berbasis telekomunikasi, seperti telekonfern yaitu suatu teknik komunikasi dimana kelompok yang berada di lokasi geografis bebeda menggunakan mikrofon dan amplifier khusus yang dihubungkan satu dengan lainnya sehingga setiap orang dapat berpartisipasi dengan aktif dalam suatu pertemuan besar dan diskusi. Selanjutnya kuliah jarak jauh (telecture), dimana seorang ahli dalam bidang tertentu menghadapi sekelompok pendengar yang mendengarkan melalui dengan menggunakan amplifier dan telepon.media berbasis mikroprosesor, seperti computer assisted intruction, permainan komputer, sistem tutor intelejen, interaktif, hypermedia, compact(video) disc.

Diniyah Takmiliyah Awaliyah (DTA)

Pengertian Diniyah Takmiliyah Awaliyah

Diniyah Takmiliyah adalah satuan pendidikan keagamaan Islam non formal yang menyelenggarakan Pendidikan Agama Islam sebagai pelengkap bagi siswa sekolah umum. Diniyah Takmiliyah terdiri dari Diniyah Takmiliyah Awaliyah (dasar) dengan masa belajar 4 tahun, Diniyah Takmiliyah Wushta (tingkat menengah pertama) dengan masa belajar 2 tahun, dan Diniyah Takmiliyah Ulya (tingkat menengah atas) dengan masa belajar 2 tahun.

Sedangkan Diniyah Takmiliyah Awaliyah adalah satuan pendidikan keagamaan non formal tingkat permulaan yang menyelenggarakan Pendidikan Agama Islam sebagai pelengkap bagi siswa Sekolah Dasar (SD/sederajat) dengan masa belajar 4 (empat) tahun mulai dari kelas I sampai dengan kelas IV dengan jumlah jam belajar sebanyak 18 jam pelajaran dalam setiap minggu (Departemen Agama RI, 2006:5)

Kedudukan Diniyah Takmiliyah Awaliyah

Diniyah Takmiliyah Awaliyah sebagai satuan pendidikan keagamaan Islam non formal di lingkungan Departemen Agama, berada di dalam pembinaan Departemen Agama Kabupaten atau Kota, dalam hal ini Kepala Seksi Pendidikan Keagamaan dan Pondok Pesantren, atau tingkat organisasi yang sejenis (Departemen Agama RI, 2006:5).

Dasar Hukum Penyelenggaraan Diniyah TakmiliyahUndang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;Peraturan pemerintah No. 39 Tahun 1992 tentang peran serta masyarakat dalam pendidikan nasional;Peraturan Pemerintah No. 73 Tahun 1991 Tentang Pendidikan Luar sekolah;Peraturan pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan;Keputusan Mentri Agama No. 18 Tahun 1985 tentang Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Departemen Agama yang telah diubah dan disempurnakan dengan keputusan Mentri Agama N0. 1 Tahun 2001;Peraturan mentri agama No. 3 Tahun 1983 tentang Kurikulum Madrasah Diniyah (Departemen Agama RI, 2006:2)

Tujuan Diniyah Takmiliyah AwaliyahMemberikan bekal kemampuan dasar kepada warga belajar untuk mengembangkan kehidupannya sebagai warga muslim yang beriman, bertaqwa, dan beramal saleh serta berakhlaq mulia, juga sebagai warga Negara Indonesia yang berkepribadian, percaya diri, sehat jasmani dan rohani.Membina warga belajar agar memiliki pengalaman, pengetahuan, keterampilan beribadah dan sikap terpuji yang berguna bagi pengembangan dirinya.Mempersiapkan warga belajar untuk dapat mengikuti pendidikan agama Islam pada Diniyah Takmiliyah Wushta (Departemen Agama RI, 2006:5).Fungsi Diniyah Takmiliyah Awaliyah

Dalam buku Pedoman Penyelenggaraan Diniyah Takmiliyah (2006: 6) disebutkan bahwa Diniyah Takmiliyah Awaliyah berfungsi:

Menyelenggarakan pendidikan agama Islam yang meliputi Al-Quran Hadits, Tajwid, Aqidah Akhlak, Fiqih-Ibadah, Sejarah Kebudayaan Islam, Bahasa Arab dan Praktek Ibadah.Memenuhi kebutuhan masyarakat akan tambahan kebutuhan Pendidikan Agama Islam terutama bagi siswa yang belajar di Sekolah Dasar atau sederajat.Memberikan bimbingan dalam pelaksanaan pengalaman ajaran Islam.Membina kerjasama antara orang tua, peserta didik dan masyarakat.Melaksanakan tata usaha dan rumah tangga pendidikan serta perpustakaan (Departemen Agama RI, 2006:6).Kurikulum Diniyah Takmiliyah Awaliyah.

Kurikulum Diniyah Takmiliyah Awaliyah disusun sesuai jenjang pendidikan yang ada yaitu dengan masa belajar 4 (empat) tahun dari kelas 1 (satu) sampai dengan kelas 4 (empat) dengan jumlah jam belajar masing-masing maksimal 18 (delapan belas) jam pelajaran setiap mingggu. Ruang lingkup materi pembelajarannya meliputi mata pelajaran Al-Quran-Hadits, Aqidah-Akhlaq, Fiqih-Ibadah, Sejarah Kebudayaan Islam, Bahasa Arab serta Praktek Ibadah (Departemen Agama RI, 2006:17).

Struktur program pada jenjang Diniyah Takmiliyah Awaliyah selanjutnya dapat dijelaskan sebagai berikut:

No

Bidang studi

Jenjang Dan Kelas

Diniyah Takmiliyah Awwaliyah

I

II

III

IV

01

Quran-Hadits

a. Quran

b. Hadits

c. Terjemah-Tafsir

d. Tajwid

4

4

8

8

(4)

(4)

(2)

(2)

-

-

(2)

(2)

-

-

(2)

(2)

-

-

(2)

(2)

02

Aqidah-Akhlaq

4

4

2

2

03

Fiqih-Ibadah

4

4

2

2

04

Sejarah Kebudayaan Islam

2

2

2

2

05

Bahasa Arab

2

2

2

2

06

Praktek Ibadah

2

2

2

2

Jumlah

18

18

18

18

Keterangan:

Satu jam pelajaran berarti:

Kelas I Diniyah Takmiliyah Awaliyah adalah 30 menitKelas II s.d kelas IV Diniyah Takmiliyah Awaliyah adalah 40 menitKompetensi Lulusan Diniyah Takmiliyah Awaliyah

Kompetensi lulusan Diniyah Takmiliyah Awaliyah adalah:

Memiliki sikap sebagai seorang muslim yang berakhlak muliaMemiliki sikap sebagai warga negara indonesia yang baikMemiliki kepribadian, percaya diri, sehat jasmani dan rohaniMemiliki pengalaman, pengetahuan, keterampilan beribadah dan sikap terpuji yang berguna bagi pengembangan pribadinya.

Kompetensi lulusan Diniyah Takmiliyah Awaliyah ini terbagi dalam tiga bidang, yaitu:

Dalam Bidang Pengetahuan:Memiliki pengetahuan dasar tentang agama IslamMemiliki pengetahuan dasar tentang Bahasa Arab sebagai alat untuk memahami ajaran agama Islam.Dalam Bidang Pengalaman:

1) Dapat mengamalkan ajaran agama Islam

Dapat belajar dengan cara yang baikDapat bekerja sama dengan orang lain dan dapat mengambil bagian dalam kegiatan-kegiatan masyarakatDapat menggunakan dasar-dasar Bahasa Arab.Dalam Bidang Nilai dan Sikap:Cinta terhadap agama Islam dan berkeinginan untuk melakukan ibadah shalat dan ibadah lainnyaBerminat dan bersikap positif terhadap ilmu pengetahuanMematuhi disipilin dan dan peraturan yang berlakuMenghargai kebudayaan nasional dan kebudayaan lain yang tidak bertentangan dengan ajaran IslamMemiliki sikap demokratis, tenggang rasa dan mencintai sesama manusia dan lingkungan sekitarnyaMenghargai setiap pekerjaan dan usaha yang halalMenghargai waktu, hemat dan produktif (Departemen Agama RI, 2006:21).

Proses Pembelajaran Diniyah Takmiliyah Awaliyah

Proses pembelajaran di Diniyah Takmiliyah terbagi dua kegiatan, yaitu intrakurikuler dan ekstrakurikuler.

Kegiatan Intrakurikuler

Kegiatan Intrakurikuler adalah kegiatan pembelajaran di Diniyah Takmiliyah yang penjatahan waktunya telah ditentukan dalam program (Departemen Agama RI, 2006:2). Dalam pelaksanaannya, harus memperhatikan hal berikut:

Waktu yang terjadwal dalam struktur programKompetensi mata pelajaran dari masing-masing jenjang Diniyah TakmiliyahSifat masing-masing bidang mata pelajaran, sehingga dapat ditetapkan pengorganisasian kelas, metode serta sarana dan sumber belajarBerbagai sumber dan sarana yang terdapat di Diniyah Takmiliyah dan lingkungan sekitarnyaPelaksanaan dapat berbentuk belajar secara klasikal, kelompok dan peroranganBelajar klasikal, ditujukan untuk memberikan informasi atau pengantar dalam proses belajar mengajarBelajar kelompok, ditujukan untuk mengembangkan keterampilan siswa dalam mempelajari dan mengembangkan materi pokok setiap pokok bahasanBelajar perorangan, ditujukan untuk menampung kegiatan perbaikan dan pengayaanKegiatan Ekstrakurikuler

Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan diluar jam pelajaran biasa, yang dilakukan di dalam atau diluar pendidikan dengan tujuan memperluas pengetahuan siswa, mengenai hubungan antara berbagai bidang pengembangan/mata pelajaran, menyalurkan bakat dan minat, serta melengkapi upaya pembinaan manusia seutuhnya. Kegiatan ini dilakukan secara berkala dalam waktu-waktu tertentu.

Dalam pelaksanaannya harus memperhatikan beberapa hal berikut:

Materi kegiatan yang dapat memberi pengayaan bagi siswaSejauh mungkin tidak membebani siswaMemanfaatkan potensi dan lingkunganMemanfaatkan kegiatan keagamaan (Departemen Agama RI, 2006:28).Evaluasi (Penilaian) Diniyah Takmiliyah Awaliyah

Penilaian adalah suatu usaha untuk mengumpulkan informasi yang berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses dan hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa melalui kegiatan belajar mengajar yang ditetapkan sehingga dapat dijadikan dasar untuk menentukan langkah berikutnya (Departemen Agama RI, 2006:30). Sasaran penilaiannya meliputi semua komponen yang menyangkut proses dan hasil belajar siswa dalam kegiatan belajar mengajar baik kegiatan kurikuler maupun ekstrakurikuler. Jenis penilaiannya adalah tes formatif, ulangan harian, tugas, tes sub sumatif (UTS) dan tes sumatif (UAS). Cara penilaiannya dilakukan dengan dua cara, antara lain:

Dari segi cara mengerjakan/pelaksanaan evaluasiCara tertulisCara lisanCara praktekDari segi cara memberi skorCara kualitatif seperti istimewa, baik sekali, baik, cukup, sedang dan kurangCara kuantitatif, dalam bentuk rentangan antara 0-10 atau 0-100 (Departemen Agama RI, 2006:34).

Sedangkan teknik penilaian yang dapat digunakan oleh guru meliputi dua golongan pokok, yaitu:

Teknik tes, terutama untuk menilai kemampuan siswa dalam ranah pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotorik) sebagi hasil belajar.Teknik non-tes, terutama untuk menilai mutu ranah afektif sebagai hasil belajar (Departemen Agama RI, 2006:36).

BAB III

GAMBARAN UMUM DTA NURUL AMANAH

DTA MIFTAHUS SAADAH, DAN DTA AL-ITTIHAD

Gambaran Umum DTA Nurul Amanah

Sejarah Berdiri

Lembaga Pendidikan Diniyah Takmiliyah Awaliyah (DTA) Nurul Amanah pada mulanya bernama Madrasah Diniyah Awaliyah Nurul Amanah berdiri pada tanggal 21 Juli 1993. Diniyah Takmiliyah Awaliyah Nurul Amanah didirikan atas dasar semakin banyaknya jumlah siswa yang mengikuti pengajian di mesjid. Melalui Dewan Kerja Mesjid (DKM) Nurul Hidayah beserta orang tua, masyarakat dan aparat pemerintahan setempat berupaya semaksimal mungkin mendirikan madrasah yang diberi nama Nurul Amanah. Dengan harapan mampu meningkatkan kualitas pendidikan agama Islam bagi anak-anak.

60

Tokoh-tokoh yang berjasa pada saat itu adalah ketua DKM Nurul Hidayah yaitu Bapak Irin, Kepala Dusun Sindangrasa yaitu Bapak Samdi, dan tokoh masyarakat lainnya adalah Bapak Haedin, Bapak Unan, Bapak Komon, Bapak Eman, Bapak, Misja, Bapak Udjo, Bapak Dedi Hidayat, Bapak RN Iskandar, Bapak Utam Bapak Ace Aceng (Wawancara dengan Bapak Ali Ridho selaku Kepala DTA dan salah satu tokoh pendiri DTA Nurul Amanah Bapak Ace Aceng pada tanggal 28 Oktober 2009).

Dalam perkembangan selanjutnya, dengan Surat Keputusan Kepala Kantor Departemen Agama Kabupaten Tasikmalaya Nomor: Kd.10.06/05/PP.007/573/2009 tanggal 25 Maret 2009, Madrasah Diniyah Nurul Amanah ini berganti nama menjadi Diniyah Takmiliyah Awaliyah Nurul Amanah dengan No. statistik 311.2.32.06.2154.

Letak Geografis

Diniyah Takmiliyah Awaliyah Nurul Amanah terletak di Dusun Sindangrasa, RT 01 RW 04, Desa Ciampanan, Kecamatan Cineam. Jika ditinjau dari letak SD negeri Padawening, maka DTA Nurul Amanah berada di sebelah utara SD Negeri Padawening. Jarak dari DTA ke SD sekitar 500 Meter. DTA ini sangat strategis dan mudah dijangkau oleh masyarakat karena dikelilingi oleh pemukiman penduduk (Wawancara dengan Bapak Ali Ridho selaku Kepala DTA Nurul Amanah pada tanggal 28 Oktober 2009).

Struktur Organisasi

Bagan 1.

Struktur Organisasi

Lembaga Pendidikan DTA Nurul Amanah

Tahun Ajaran 2009/2010

Kepala Diniyah

Ali Ridho, S.Pd

G. Kelas 1

Didah

G. Kelas 2

Oop S

G. Kelas 3

Ai Nur A

G. Kelas 4

Kholis

Sumber: (Dokumentasi DTA Nurul Amanah dikutip tanggal 28 Oktober 2009).

Visi dan Misi DTA Nurul Amanah

Visi Diniyah Takmiliyah Awaliyah Nurul Amanah adalah membentuk santri yang beriman, berilmu, beramal shaleh, dan berakhlakul karimah sesuai tuntunan agama Islam.

Misi Diniyah Takmiliyah Awaliyah Nurul Amanah antara lain:

Melalui pembinaan profesionalisme, ustadz/ustadzah meningkatkan kualitas tenaga kependidikanMenciptakan pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkanMenciptakan pembiasaan melalui penerapan beribadah dan berakhlak mulia dalam kehidupan sehari-hariBekerjasama dengan orang tua, Sekolah Dasar, dan masyarakat melalui pengawasan terhadap kegiatan-kegiatan santri (Wawancara dengan Bapak Ali Ridho selaku Kepala DTA Nurul Amanah tanggal 28 Oktober 2009).Keadaan Ustadz / Ustadazah dan Santri

Ustadz/Ustadzah yang menjadi tenaga pendidik adalah warga masyarakat yang dipercaya oleh Dewan Kerja Mesjid (DKM) Nurul Hidayah dan secara sukarela dapat membantu mengajar di DTA. Ustadz/Ustadzah tersebut lebih diutamakan mereka yang memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam bidang Agama baik lulusan pendidikan formal maupun pondok pesantren. Sedangkan santrinya adalah warga masyarakat sekitar, yang berada di wilayah Dewan Kerja Mesjid Nurul Hidayah yang semuanya merupakan siswa SD Negeri Padawening.

Jumlah Ustadz/Ustadzah di DTA Nurul Amanah pada tahun ajaran 2009/2010 berjumlah 5 (lima) orang termasuk Kepala DTA. Sementara jumlah santri pada tahun 2009/2010 sebanyak 16 orang putra dan putri. Siswa kelas 1 DTA adalah kelas 3 Sekolah Dasar (Wawancara dengan Kepala DTA Nurul Amanah tanggal 28 Oktober 2009).

Tabel 1.

Keadaan Ustadz/Ustadzah DTA Nurul Amanah

Tahun Ajaran 2009/2010

No

Nama

Jabatan

Tk. Pendidikan

Formal

Non Formal

1

Ali Ridho, S.Pd

Kepala DTA

S1

Pondok Pesantren 3 Th

2

Kholis Fuadi

Guru Kelas 4

MTs

Pondok Pesantren 12 Th

3

Ai Nur Asiyah

Guru Kelas 3

MAN

Pondok Pesantren 6 Th

4

Oop Sofiyah

Guru Kelas 1

MAN

Pondok Pesantren 3 Th

5

Didah

Guru Kelas 2

MTs

Pondok Pesantren 4 Th

Sumber: (Dokumentasi DTA Nurul Amanah dikutip tanggal 28 Oktober 2009)

Tabel 2.

Keadaan Santri DTA Nurul Amanah

Tahun Ajaran 2009/2010

Kelas

Jenis Kelamin

Jumlah

Laki-laki

Perempuan

I

1

-

1

II

1

1

2

III

3

3

6

IV

2

5

7

Jumlah

7

9

16

Sumber: (Dokumentasi DTA Nurul Amanah dikutip tanggal 28 Oktober 2009).

Keadaan Sarana dan Prasarana

Tabel 3.

Keadaan Bangunan DTA Nurul Amanah

Tahun Ajaran 2009/2010

No

Bangunan /Ruang

Kondisi

Jumlah

Baik

Rusak Ringan

Rusak Berat

1

Ruang Kelas

1

-

-

1

2

Ruang Guru dan Kepala Sekolah

1

-

-

1

3

Mesjid

1

-

-

1

4

Tempat Wudu

3

-

-

3

5

WC / Toilet

2

-

-

2

Tabel 4.

Keadaan Mebeler DTA Nurul Amanah

Tahun Ajaran 2009/2010

Mebeler

Kondisi

Jumlah

Baik

Rusak Ringan

Rusak Berat

Meja Murid

-

2

5

7

Kursi murid

-

2

2

4

Meja Guru

-

2

-

2

Kursi Guru

2

-

-

1

Lemari

1

2

1

4

Rak Buku

-

-

2

2

Papan Tulis

3

1

4

4

Tabel 5.

Keadaan Buku Sumber DTA Nurul Amanah

Tahun Ajaran 2009/2010

No

Mata Pelajaran

Buku Sumber

Jumlah

Asal

1

Akidah Akhlak

4

Bantuan

2

B. Arab

4

Bantuan

3

Fiqih Ibadah

4

Bantuan

4

Quran-Hadits

4

Bantuan

5

SKI

4

Bantuan

6

Al-Quran

30

Bantuan

7

Kitab Kuning

20

Swadaya

Sumber: (Dokumentasi DTA Nurul Amanah dikutip tanggal 28 Oktober 2009).

Gambaran Umum DTA Miftahus Saadah

Sejarah Berdiri

Pada mulanya Miftahus Saadah merupakan pusat perkembangan agama Islam di Desa Ciampanan. Banyak warga masyarakat lain yang berdatangan ke sana guna menuntut ilmu agama. Untuk melaksanakan shalat jumat pun pada waktu itu baru ada satu mesjid yaitu di Miftahus Saadah ini. Namun dengan semakin banyaknya warga masyarakat khususnya anak-anak yang belajar agama, pada tanggal 15 Juni 1978 para tokoh masyarakat beserta warga masyarakat merintis sebuah pembangunan Madrasah Diniyah Awaliyah yang bertempat di sebelah utara mesjid. Tokoh perintis pembangunan madrasah tersebut antara lain Bapak H. Amat, Bapak Enceng Disa, Bapak Uung, Bapak Kayat, Bapak Bajuri. (Wawancara dengan Bapak Uca selaku Kepala DTA Miftahus Saadah pada tanggal 16 November 2009).

Dalam perkembangan selanjutnya, dengan Surat Keputusan Kepala Kantor Departemen Agama Kabupaten Tasikmalaya Nomor: Kd.10.06/05/PP.007/573/2009 tanggal 25 Maret 2009, Madrasah Diniyah Miftahus Saadah ini berganti nama menjadi Diniyah Takmiliyah Awaliyah Miftahus Saadah dengan No. statistik 311.2.32.06.2150.

Letak Geografis

DTA Miftahus Saadah terletak di Dusun Sukabakti, RT 04 RW 05, Desa Ciampanan, Kecamatan Cineam. Jika ditinjau dari letak SD negeri Padawening, maka DTA Miftahus Saadah berada di sebelah timur SD Negeri Padawening. Letaknya sangat strategis karena dapat dilalui kendaraan umum angkutan pedesaan dan berada di tengah-tengah rumah warga. Jarak dari DTA ke SD Negeri padawening sekitar 800 Meter. (Wawancara dengan Bapak Uca Ganda selaku Kepala DTA Miftahus Saadah pada tanggal 16 November 2009).

Struktur Organisasi

Bagan 2.

Struktur Organisasi

Lembaga Pendidikan DTA Miftahus Saadah

Tahun Ajaran 2009/2010

Kepala Diniyah

Uca Ganda P

G. Kelas 1

Aas Siti A

G. Kelas 2

D. Salamah

G. Kelas 3

Diyanto

G. Kelas 4

Iip T Arifin

Sumber : (Dokumentasi DTA Miftahus Saadah dikutip pada tanggal 16 November 2009).

Visi dan Misi DTA Miftahus Saadah

Visi DTA Miftahus Saadah adalah membentuk manusia yang beriman, berilmu, beramal shaleh dan berakhlak mulia menuju kebahagiaan fi dunya wal akhirat.

Misi DTA Miftahus Saadah antara lain:

Meningkatkan kualiatas kerja ustadz/ustadzah dalam proses belajar mengajarMenciptakan pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan melalui privat dan klasikalMenerapkan metode pembiasaan dalam penerapan ibadah dan akhlakMenciptakan lingkungan yang harmonis sebagai sarana dan kegiatan belajarBekerjasama dengan orang tua, Sekolah Dasar dan masyarakat untuk mengawasi keseharian santri (Wawancara dengan Kepala DTA Miftahus Saadah pada tanggal 16 November 2009).Keadaan Ustadz/Ustadazah dan Santri

Salah satu Ustadz/ustadazah yang menjadi tenaga pendidik utama di DTA Miftahus Saadah adalah didatangkan dari luar kecamatan yakni berasal dari Kecamatan Gunung Tanjung. Hal ini dikarenakan di lingkungan setempat, dari segi keilmuan warga merasa tidak mampu mengelola siswa yang cukup banyak. Ustadz/ustadazah tersebut diberikan fasilitas dan tempat tinggal oleh masyarakat setempat.

Ustadz/ustadazah yang lainnya adalah warga masyarakat setempat yang dipercaya oleh DKM Miftahus Saadah dan secara sukarela dapat membantu mengajar di DTA. Ustadz/Ustadzah tersebut lebih diutamakan mereka yang memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam bidang Pendidikan Agama Islam baik lulusan pendidikan formal maupun pondok pesantren. Sedangkan siswanya adalah warga masyarakat sekitar, yang berada di wilayah DKM Miftahus Saadah yang semuanya merupakan siswa SD Negeri Padawening.

Jumlah Ustadz/Ustadzah di DTA Miftahus Saadah pada tahun ajaran 2009/2010 berjumlah 5 (lima) orang termasuk Kepala DTA. Sementara jumlah santri pada tahun 2009/2010 sebanyak 25 orang putra dan putri. Santri kelas 1 DTA adalah siswa kelas 3 Sekolah Dasar (Wawancara dengan Kepala DTA Miftahus Saadah pada tanggal 16 November 2009).

Tabel 6.

Keadaan Ustadz/Ustadzah DTA Miftahus Saadah

Tahun Ajaran 2009/2010

No

Nama

Jabatan

Tk. Pendidikan

Formal

Non Formal

1

Uca Ganda P

Kepala Dniyah

S1

-

2

Iif T Arifin

Guru Kelas 4

SD

Pondok Pesantren 9 Th

3

Aas Siti Asiyah

Guru Kelas 1

SD

Pondok Pesantren 5 Th

4

Dede Salamah

Guru Kelas 2

MTs

Pondok Pesantren 7 Th

5

Diyanto

Guru Kelas 3

SD

Pondok Pesantren 7 Th

Sumber: (Dokumentasi DTA Miftahus Saadah dikutip tanggal 16 November 2009

Tabel 7.

Keadaan Santri DTA Miftahus Saadah

Tahun Ajaran 2009/2010

Kelas

Jenis Kelamin

Jumlah