PELAKSANAAN PEMANTAUAN KEANEKARAGAMAN HAYATI … · PELAKSANAAN PEMANTAUAN KEANEKARAGAMAN HAYATI...
Click here to load reader
Transcript of PELAKSANAAN PEMANTAUAN KEANEKARAGAMAN HAYATI … · PELAKSANAAN PEMANTAUAN KEANEKARAGAMAN HAYATI...
LAPORAN MONITORING KEANEKARAGAMAN HAYATI PERTAGAS EJA
SEMESTER I TAHUN 2016 1
PELAKSANAAN PEMANTAUAN KEANEKARAGAMAN HAYATI
SEMESTER I TAHUN 2016
A. Lokasi
Lokasi ORF (Onshore Receiving Facilities) dan Landfall berada pada kondisi lingkungan
yang hampir sama. Namun, bedanya pada lokasi ORF jauh dari lingkungan laut. Sedangkan
pada lokasi landfall dekat dengan lingkungan laut. Kondisi lingkungan pada area pengamatan
ORF berupa daratan memanjang yang dikelilingi oleh beberapa tambak. Kondisi saat
pengamatan relatif sepi, tidak ada aktivitas manusia. Sedangkan, pada area pengamatan
landfall merupakan area pertambakan yang lebih luas dibandingkan pada area ORF. Pada
area pengamatan landfall sering dijumpai aktivitas masyarakat sekitar memasuki area
pertambakan untuk memancing atau mengecek tambak pribadi dengan menggunakan sepeda
motor dan sepeda.
B. Alat dan Bahan
Peralatan dan bahan yang digunakan dalam kegiatan pemantauan keanakeragaman hayati
diantaranya adalah:
- Binokuler (teropong)
- Kamera DSLR Canon 600D dengan Canon tele lens 55-250 mm
- Kompas
- Buku panduan identifikasi satwa liar dan vegetasi
- Alat tulis
- Catatan atau lembar pengamatan
- Jam tangan digital
- GPS (Global Positioning System)
- Roll meter
C. Metode Survei atau Pengambilan Data
1. Pengumpulan Data Keanekaragaman Flora
LAPORAN MONITORING KEANEKARAGAMAN HAYATI PERTAGAS EJA
SEMESTER I TAHUN 2016 2
Metode yang digunakan dalam analisis vegetasi survei keanekaragaman hayati kali ini
adalah metode point-centered quarter. Metode ini tidak menggunakan petak contoh (plotless)
dan umumnya digunakan dalam analisis vegetasi tingkat pohon, tiang, atau pancang.
Parameter yang digunakan adalah frekuensi, kerapatan, dan dominansi. Jumlah individu
dalam suatu area dapat ditentukan dengan kerapatan dan dominansi. Jumlah individu dalam
suatu area dapat ditentukan dengan mengukur jarak individu tumbuhan dengan titik sampling.
Titik sampling merupakan titik dalam garis transek. Pada titik tersebut dibagi empat kuadran
yang masing-masing kuadran terdapat individu tumbuhan jarak terdekat dengan titik
sampling.
Pada area ORF, ditentukan transek sepanjang 500 m dengan 10 titik sampling. Antar
titik sampling berjarak 50 m. Pada lokasi landfall, ditentukan transek sepanjang 2 km yang
ditentukan 20 titik sampling. Antar titik sampling berjarak 100 m. Setelah itu, ditentukan
pohon yang terdekat dari titik pusat pada masing-masing kuadran dan diukur jarak pohon ke
titik pusat serta diukur diameter pohon tersebut setinggi dada. Pengambilan data di luar
transek pengamatan dilakukan dengan metode Visual Encounter Survey (VES). Pengambilan
data dilakukan pada pukul 08.00 – 09.00 di area ORF, sedangkan di area landfall dilakukan
pada pukul 09.00 – 12.00.
2. Pengumpulan Data Keanekaragaman Fauna
a) Pengamatan Burung
Pada pengamatan dilakukan inventarisasi jenis-jenis burung air yang dijumpai di
setiap titik pengambilan data. Inventarisasi bertujuan untuk mendapatkan data
keanekaragaman dan jumlah individu jenis burung di lokasi penelitian. Selain itu, dilakukan
deskripsi lokasi penelitian berdasarkan cuaca dan kondisi saat pengambilan data, serta
inventarisasi vegetasi.
Inventarisasi jenis burung air dilakukan dengan cara pengamatan menggunakan
teropong binokular dan/atau teropong monokular. Pengamatan ini dilakukan pada pagi hari
sekitar pukul 06.30-08.00 WIB di kawasan ORF dan jam 06.30 – 09.00 di area landfall.
LAPORAN MONITORING KEANEKARAGAMAN HAYATI PERTAGAS EJA
SEMESTER I TAHUN 2016 3
Pengambilan data dilakukan menggunakan metode line transect dengan berjalan
sepanjang jalur pengamatan tanpa ditentukan titik pengamatan. Dilakukan pengamatan dan
identifikasi jenis burung air yang dijumpai pada lokasi penelitian. Pengamatan meliputi ciri
morfologi (bentuk dan warna tubuh, paruh, kaki, dan bulu) burung yang diamati, lokasi
perjumpaan dengan burung, jumlah burung yang teramati, aktivitas burung, arah terbang
burung, dan waktu perjumpaan. Identifikasi jenis burung menggunakan buku panduan
pengamatan burung di lapangan, yaitu Burung-Burung di Sumatera, Jawa, Bali, dan
Kalimantan (MacKinnon dkk., 2010).
b) Pengamatan Reptilia dan Insekta/Serangga
Pengumpulan data reptilia, dan insekta dilakukan dengan menggunakan metode penghitungan
secara visual (visual encounter survey/VES) pada transek pengamatan sepanjang 2 km pada
area ORF dan 1 km pada area landfall. Pengumpulan data dilakukan pada pagi hari sekitar
pukul 06.30-08.00 WIB di kawasan ORF dan jam 06.30 – 09.00 di area landfall. Data yang
dicatat meliputi jenis yang dijumpai dan jumlah individu setiap jenis yang dijumpai.
D. Metode Pengolahan Data
1. Komposisi dan Struktur Vegetasi
Parameter-parameter dalam analisis vegetasi
a. Jarak rata-rata individu pohon ke titik pengukuran ( d )
�̅� = 𝑑1 + 𝑑2 + ⋯ + 𝑑𝑛
𝑛
b. Luas rata-rata pohon (A)
A = �̅�2
c. Luas total area plot (S)
S = 𝐴 𝑥 𝑛
10.000
LAPORAN MONITORING KEANEKARAGAMAN HAYATI PERTAGAS EJA
SEMESTER I TAHUN 2016 4
d. Kerapatan total seluruh jenis (Ks)
Ks = n / S
e. Kerapatan
𝐾𝑀 = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠(𝑖)
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑟𝑒𝑎 𝑝𝑙𝑜𝑡
𝐾𝑅 = 𝐾𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑀𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 (𝑖)
𝐾𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑥 100%
2. Indeks Keanekaragaman (untuk fauna)
H’= -Σpi ln pi
H’ = indeks keanekaragaman Shannon
Pi = ni/N, perbandingan antara jumlah individu spesies ke-i dengan
jumlah total individu,
ni = jumlah suatu jenis
N = jumlah total individu
Tabel tingkat keanekaragaman dianalisis berdasarkan kriteria Lee et al., (1978), yaitu :
Nilai H’ Keterangan
H’ ≥ 3.0 Sangat tinggi
2.0 ≤ H’ < 3.0 Tinggi
1.5 ≤ H’ < 2.0 Sedang
1.0 ≤ H’ < 1.5 Rendah
H’ < 1.0 Sangat rendah
LAPORAN MONITORING KEANEKARAGAMAN HAYATI PERTAGAS EJA
SEMESTER I TAHUN 2016 5
HASIL PEMANTAUAN KEANEKARAGAMAN HAYATI
A. Flora
1. Flora di area Onshore Receiving Facilities/ORF
Pada jalur atau transek pengamatan yang berdekatan dengan pipa gas, terdapat 7 jenis
pohon yang teridentifikasi, yaitu nyamplung (Calophyllum inophyllum), akasia (Acacia
mangium), mangga (Mangifera indica), kelapa (Cocos nucifera), trembesi (Albizia saman),
weru (Albizia procera), dan kelor (Moringa oleifera). Jenis pohon yang paling banyak
dijumpai pada jalur pengamatan adalah akasia. Akasia (Acacia mangium) merupakan salah
satu jenis pohon akasia yang diprioritaskan sebagai salah satu jenis tanaman Hutan Tanaman
Industri (HTI) dan rehabilitasi lahan karena sifatnya yang cepat tumbuh dan dapat tumbuh
dalam berbagai kondisi lingkungan. Kerapatan relatif terbanyak adalah jenis akasia (48,6%).
Kerapatan relatif jenis nyamplung (11,45%), mangga (5,72%), kelapa (5,72%), trembesi
(8,59%), kelor (8,59%), dan weru (11,45%). Di dekat pipa gas juga terdapat lahan
pertambakan yang didominasi oleh jenis pohon pisang (Musa paradisiaca) dan di sekitar
lahan tambak banyak ditumbuhi rumput-rumput berjenis Ischaemum sp., Cyperus sp., dan
Polytrias sp.
2. Flora di area landfall
Berbeda dengan area ORF, di area landfall terutama yang dekat dengan area pipa gas
didominasi oleh vegetasi mangrove, yaitu api-api (Avicennia sp.) dan bakau (Rhizopora sp.).
Tinggi pohon kedua jenis tersebut yang berada di jalur pengamatan sekitar 1 – 5 m dengan
diameter batang sekitar 4 – 12 cm, sedangkan pohon mangrove kedua jenis tersebut yang
berada di dekat pipa gas tergolong mangrove muda yang memiliki tinggi sekitar 30 cm – 2 m
dengan diameter batang sekitar 1 – 3 cm. Selain itu terdapat pula jenis mangrove buta buta
(Excoecaria sp.) dan Bruguiera sp. Kerapatan relatif terbanyak adalah jenis mangrove api-api
(Avicennia sp.) yaitu sebesar 50,12%. Kerapatan relatif bakau (36,33%), Bruguiera sp.
(6,26%), dan buta buta (7,51%).
B. Fauna
1. Fauna di area Onshore Receiving Facilities/ORF
Penelitian atau pengamatan terhadap fauna ditujukan untuk mendapatkan gambaran
keadaan satwa liar yang ada di area ORF (Onshore Receiving Facilities) dan landfall, baik
dari segi jumlah individu, jenis spesies, dan vegetasi atau habitat yang dimanfaatkan oleh
fauna darat. Hal ini dikarenakan kehadiran satwa liar sangat berguna bagi bio indikator
lingkungan. Banyak fauna darat yang memanfaatkan suatu tempat untuk berlindung, mencari
makan, dan bersarang. Keberadaan satwa liar juga dipengaruhi atau ditentukan oleh keadaan
habitat yang ada pada suatu tempat.
LAPORAN MONITORING KEANEKARAGAMAN HAYATI PERTAGAS EJA
SEMESTER I TAHUN 2016 6
Di daerah ORF (Onshore Receiving Facilities) terdapat ekosistem darat dan ekosistem
pertambakan. Pada ekosistem darat, terdapat beberapa jenis pohon yang tumbuh di sekitar
area ORF (Onshore Receiving Facilities). Selain itu, terdapat jenis rerumputan. Sedangkan
pada ekosistem pertambakan, terdapat tanaman pisang (Musa paradisiaca) dan ilalang-
ilalang (± 1,5-2 meter). Dengan kondisi demikian, masih dapat dijumpai satwa liar berupa
jenis burung (aves), reptil, dan insekta.
a) Insekta/Serangga
Tercatat sebanyak tujuh spesies insekta di area ORF (Onshore Receiving Facilities).
Jenis yang paling banyak dijumpai adalah capung jenis Brachythemis contaminata (sering
kali disebut dengan capung sayap oranye) sebanyak 83 individu dan kupu-kupu jenis Zizina
otis sebanyak 53 individu. Kedua jenis tersebut sering kali dijumpai berkelompok dan
terbang rendah di sekitar tumbuhan bawah atau rumput-rumputan, namun juga terkadang
hinggap pada tumbuhan yang ada di tengah tambak, seperti teratai (Nymphaea).
Dapat dilihat pada Tabel 1, tiga jenis insekta telah dievaluasi oleh IUCN dan masuk
dalam kategori Least Concern atau masih dalam risiko keterancaman rendah. Semua jenis
insekta yang dijumpai tidak dilindungi Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1999. Indeks
keanekaragaman insekta pada area ORF sebesar 1,31 yang menunjukkan bahwa tingkat
keanekaragaman insekta rendah.
Tabel 1. Jenis-jenis insekta/serangga yang dijumpai di area ORF
No. Nama latin Nama Inggris Nama
lokal/Indonesia PP IUCN
1. Ischnura elegans Common Bluetail Capung jarum - Least Concern
2. Augochlora pura Sweat Bee Lebah keringat - -
3. Zizina otis Lesser Grass Blue - - -
4. Brachythemis
contaminata Common Amberwing
Capung sayap
oranye - Least Concern
5. Delias hyparete Painted Jezebel - - -
6. Vespa tropica Greater Banded Hornet Tebuan - -
7. Orthetrum sabina Slender Skimmer Capung badak - Least Concern
Tabel 2. Jumlah individu dan indeks keanekaragaman insekta di ORF
No Spesies
Jumlah ni/N ln ni/N Nama Latin Nama Indonesia
1 Ischnura elegans Capung jarum 20 -0,2502
2 Augochlora pura Lebah keringat 3 -0,07062
3 Zizina otis - 53 -0,36274
4 Brachythemis
contaminata
Capung sayap
oranye 83
-0,35162
5 Delias hyparete - 4 -0,08747
6 Vespa tropica Tebuan 3 -0,07062
7 Orthetrum sabina Capung badak 6 -0,11706
Total spesies 7
LAPORAN MONITORING KEANEKARAGAMAN HAYATI PERTAGAS EJA
SEMESTER I TAHUN 2016 7
Total individu 172
H’ (indeks keanekaragaman) 1,31
b) Reptil
Dijumpai dua jenis reptil yang terdapat di area ORF, yaitu kadal kebun (Eutropis
multifasciata) dan biawak air (Varanus salvator). Kadal kebun sering kali dijumpai berada di
rerumputan baik di tempat terbuka maupun yang terlindung pepohonan. Hal tersebut
kemungkinan berkaitan dengan tempat tersedianya makanan baginya, yaitu serangga, cacing,
maupun kodok kecil. Biawak air sering kali dijumpai di dalam tambak atau badan air lainnya
seperti rawa-rawa, rawa-rawa bakau, tepi pantai, atau saluran air yang menuju sungai. Hal
tersebut juga kemungkinan berkaitan dengan makanannya yaitu kepiting, ikan, kodok, dan
ular yang banyak tersedia di tempat-tempat tersebut.
Dapat dilihat pada Tabel 2, hanya Varanus salvator yang telah dievaluasi oleh IUCN
dan masuk kategori Least Concern atau dalam risiko keterancaman rendah. Kedua jenis reptil
yang dijumpai tidak dilindungi oleh Peraturan pemerintah Nomor 7 tahun 1999. Indeks
keanekaragaman reptil pada area ORF sebesar 0,63 yang menunjukkan bahwa tingkat
keanekaragaman sangat rendah.
Tabel 3. Jenis-jenis herpetofauna yang dijumpai di area ORF
No. Nama latin Nama Inggris
Nama
lokal/Indone
sia
PP IUCN
1. Eutropis
multifasciata
East Indian Brown
Mabuya
Kadal kebun - -
2. Varanus salvator Common Water
Monitor
Biawak air - Least Concern
Tabel 4. Jumlah individu dan indeks keanekaragaman herpetofauna di ORF
No Spesies
Jumlah ni/N ln ni/N Nama Latin Nama Indonesia
1 Eutropis multifasciata Kadal kebun 5 0,241
2 Varanus salvator Biawak air 2 0,358
Total spesies 2
Total individu 7
H’ (indeks keanekaragaman) 0,63
c) Aves/Burung
Selama pengamatan di daerah ORF (Onshore Receiving Facilities) tercatat 88
individu burung dari 23 spesies burung. Dari jumlah spesies burung yang dicatat, dapat
dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu burung air dan burung non-air.
LAPORAN MONITORING KEANEKARAGAMAN HAYATI PERTAGAS EJA
SEMESTER I TAHUN 2016 8
Dari total spesies yang tercatat, sebanyak delapan spesies yang termasuk kelompok
burung air, seperti: Blekok Sawah (Ardeola speciosa), Kuntul Kecil (Ardeola garzetta),
Kuntul Perak (Egretta intermedia), dan Itik Benjut (Anas gibberifrons). Sebanyak 15 spesies
burung termasuk kelompok burung non-air, seperti: Walet Sapi (Collocalia esculenta),
Perenjak padi (Prinia inornata), Bondol Jawa (Lonchura leucogastroides), Raja Udang Biru
(Alcedo coerulescens), dan Cabai Jawa (Dicaeum trochileum).
Dari 23 spesies burung yang tercatatat, terdapat beberapa jenis burung yang
memiliki frekuensi perjumpaan tertinggi, yaitu: Blekok sawah (Ardeola speciosa) sebanyak
18 individu. Kemudian, Walet sapi (Collocalia esculenta) sebanyak 13 individu. Perenjak
padi (Prinia inornata) dan Bondol Jawa (Lonchura leucogastroides) tercatat sebanyak tujuh
individu di area ORF. Kerakbasi ramai (Acrocephalus stentoreus) tercatat enam individu.
Blekok sawah (Ardeola speciosa) sering dijumpai sedang mencari makan di tepian tambak,
tengger, dan terbang di sekitar area pengamatan. Blekok sawah (Ardeola speciosa)
merupakan jenis burung yang mudah dijumpai di lahan tambak. Walet sapi (Collocalia
esculenta) merupakan jenis burung kosmopolit sehingga jenis ini juga mudah dijumpai baik
di lahan tambak maupun di lahan lainnya.
Dapat dilihat pada Tabel 3, terdapat enam jenis burung yang dilindungi oleh
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999, yaitu Kuntul kecil, Kuntul
perak, Kuntul besar, Cekakak suci, Dara laut kecil, dan Raja udang biru. Terdapat satu jenis
burung yang status keterancamannya berada dalam status hampir terancam atau Near
Threatened menurut IUCN, yaitu Itik benjut. Dua puluh dua jenis burung lainnya berada
dalam risiko keterancaman yang masih rendah atau masih melimpah di alam (Least Concern).
Indeks keanekaragaman burung di area ORF sebesar 2,66 yang menunjukkan bahwa tingkat
keanekaragaman burung di area tersebut cukup tinggi dan dapat pula disimpulkan bahwa
lingkungan yang ada dapat mendukung keberlangsungan hidup jenis-jenis burung tersebut.
Tabel 5. Jenis-jenis burung di area ORF
No. Nama Latin Nama
lokal/Indonesia
Nama Inggris PP IUCN
(2016)
1. Collocalia esculenta Walet sapi Glossy swiftlet - Least
Concern
2. Geopelia striata Perkutut jawa Zebra Dove - Least
Concern
3. Lalage nigra Kapasan kemiri Pied Triller - Least
Concern
4. Prinia inornata Perenjak padi Plain Prinia - Least
Concern
5. Ardeola speciosa Blekok sawah Javan Pond-heron - Least
Concern
6. Lonchura
leucogastroides
Bondol jawa Javan Munia - Least
Concern
7. Pycnonotus goiavier Merbah cerukcuk Yellow-vented
Bulbul
- Least
Concern
8. Egretta garzetta Kuntul kecil Little Egret Least
Concern
LAPORAN MONITORING KEANEKARAGAMAN HAYATI PERTAGAS EJA
SEMESTER I TAHUN 2016 9
9. Merops philipinus Kirik-Kirik Laut Blue-tailed Bee-eater - Least Concern
10. Alcedo coerulescens Raja Udang Biru Cerulean Kingfisher Least
Concern
11. Acrocephalus
stentoreus
Kerakbasi ramai Clamorous Reed-
warbler
- Least
Concern
12. Gerygone sulphurea Remetuk Laut Golden-bellied
Gerygone
- Least
Concern
13. Hirundo tahitica Layang-layang batu Pacific Swallow - Least
Concern
14. Spilopelia chinensis Tekukur Biasa Eastern Spotted
Dove
- Least
Concern
15. Amaurornis
phoenicurus
Kareo padi White-breasted
Waterhen
- Least
Concern
16. Egretta intermedia Kuntul perak Intermediate Egret Least
Concern
17. Dicaeum trochileum Cabai Jawa Scarlet-headed
Flowerpecker
- Least
Concern
18. Ardea purpurea Cangak Merah Purple Heron - Least
Concern
19. Sterna albifrons Dara Laut Kecil Little Tern Least
Concern
20. Pycnonotus
aurigaster
Cucak kutilang Sooty-headed Bulbul - Least
Concern
21. Todiramphus
sanctus
Cekakak suci Sacred Kingfisher Least
Concern
22. Egretta alba Kuntul Besar Great White Egret Least
Concern
23. Anas gibberifrons Itik Benjut Sunda Teal - Near
Threatened
Tabel 6. Jumlah individu dan indeks keanekaragaman aves di ORF
No Spesies
Jumlah ni/N ln ni/N Nama Latin Nama Indonesia
1 Collocalia esculenta Walet sapi 13 -1,917
2 Geopelia striata Perkutut jawa 2 -3,816
3 Lalage nigra Kapasan kemiri 3 -3,381
4 Prinia inornata Perenjak padi 7 -2,538
5 Ardeola speciosa Blekok sawah 18 -1,589
6 Lonchura
leucogastroides Bondol jawa 7 -2,538
7 Pycnonotus goiavier Merbah cerukcuk 1 -4,509
8 Egretta garzetta Kuntul kecil 5 -2,882
9 Merops philipinus Kirik-Kirik Laut 3 -3,381
10 Alcedo coerulescens Raja Udang Biru 4 -3,101
11 Acrocephalus
stentoreus Kerakbasi ramai 6 -2,688
LAPORAN MONITORING KEANEKARAGAMAN HAYATI PERTAGAS EJA
SEMESTER I TAHUN 2016 10
12 Gerygone sulphurea Remetuk Laut 3 -3,381
13 Hirundo tahitica Layang-Layang
Batu 1 -4,509
14 Streptopelia chinensis Tekukur Biasa 1 -4,509
15 Amaurornis
phoenicurus Kareo padi 1 -4,509
16 Egretta intermedia Kuntul perak 3 -3,381
17 Dicaeum trochileum Cabai Jawa 1 -4,509
18 Ardea purpurea Cangak Merah 1 -4,509
19 Sterna albifrons Dara Laut Kecil 2 -3,816
20 Pycnonotus
aurigaster Cucak kutilang 2 -3,816
21 Todirhamphus
sanctus Cekakak suci 1 -4,509
22 Egretta alba Kuntul Besar 1 -4,509
23 Anas gibberifrons Itik Benjut 2 -3,816
Total spesies 23
Total individu 88
H’ (indeks keanekaragaman) 2,66
2. Fauna di area landfall
Area pengamatan selanjutnya adalah di area landfall. Area ini merupakan area
pertambakan dimana banyak sekali jenis pohon bakau di tepian tambak dan sekitar pipa-pipa
gas. Selain itu, juga terdapat jenis tumbuhan semak. Selama pengamatan sering dijumpai
orang-orang yang keluar masuk area pertambakan untuk memancing atau nambak. Area ini
berbatasan dengan laut dan lebih luas jika dibandingkan dengan area pengamatan pada ORF
(Onshore Receiving Facilities).
a) Insekta/Serangga
Dijumpai empat spesies insekta di area landfall. Jenis yang paling banyak dijumpai
adalah kumbang jenis Paederus fuscipes atau yang sering disebut dengan tomcat, yaitu
sebanyak 4 individu. Selain itu, dijumpai kupu-kupu jenis Nymphula depunctalis yang sering
kali diangap sebagai hama bagi petani dan sering dijumpai hinggap di rerumputan. Jenis
serangga di area landfall yang juga dijumpai di area ORF adalah capung jenis Brachythemis
contaminata dan capung jarum jenis Ischnura elegans.
Dapat dilihat pada Tabel 4, terdapat dua jenis insekta yang telah dievaluasi oleh IUCN
dan masuk dalam kategori Least Concern yang berarti masih dalam risiko keterancaman yang
rendah atau melimpah di alam. Indeks keanekaragaman insekta pada area landfall sebesar
1,07 yang menunjukkan bahwa tingkat keanekaragaman insekta rendah dan lingkungan
kurang sesuai untuk keberlangsungan hidup insekta.
Tabel 7. Jenis-jenis insekta/serangga yang dijumpai di area landfall
LAPORAN MONITORING KEANEKARAGAMAN HAYATI PERTAGAS EJA
SEMESTER I TAHUN 2016 11
No. Nama latin Nama Inggris Nama
lokal/Indonesia PP IUCN
1. Ischnura elegans Common Bluetail Capung jarum - Least Concern
2. Brachythemis
contaminata Common Amberwing
Capung sayap
oranye - Least Concern
3. Nymphula
depunctalis Rice Caseworm
Hama putih - -
4. Paederus fuscipes Rove Beetle Kumbang
jelajah/Tomcat - -
Tabel 8. Jumlah individu dan indeks keanekaragaman insekta di landfall
No Spesies
Jumlah ni/N ln ni/N Nama Latin Nama Indonesia
1 Ischnura elegans Capung jarum 1 -0,27799
2 Brachythemis
contaminata
Capung sayap
oranye 1
-0,27799
3 Nymphula depunctalis Hama putih 1 -0,27799
4 Paederus fuscipes Kumbang
jelajah/Tomcat 4
-0,31978
Total spesies 4
Total individu 7
H’ (indeks keanekaragaman) 1,07
b) Reptil
Dijumpai tiga jenis reptil yang terdapat di area landfall, yaitu jenis ular air bakau
(Fordonia leucobalia), ular bandotan tutul (Xenochrophis melanozostus), dan biawak air
(Varanus salvator) yang dijumpai muncul di permukaan air di tambak pada saat pemantauan.
Dapat dilihat pada Tabel 5, ketiga jenis reptil yang dijumpai tidak dilindungi oleh
Peraturan pemerintah Nomor 7 tahun 1999, namun ketiganya telah dievaluasi oleh IUCN dan
termasuk dalam kategori Least Concern yang berarti masih cukup melimpah di alam. Indeks
keanekaragaman reptil pada area landfall sebesar 0,63 yang menunjukkan bahwa tingkat
keanekaragaman sangat rendah.
Tabel 9. Jenis-jenis herpetofauna yang dijumpai di area landfall
No. Nama latin Nama Inggris Nama
lokal/Indonesia PP IUCN
1. Fordonia leucobalia White-bellied
Freshwater Snake
Ular air bakau - Least Concern
2. Xenochrophis
melanozostus
Javan Keelback Water
Snake
Ular bandotan
tutul - Least Concern
3. Varanus salvator Common Water
Monitor
Biawak air - Least Concern
LAPORAN MONITORING KEANEKARAGAMAN HAYATI PERTAGAS EJA
SEMESTER I TAHUN 2016 12
Tabel 10. Jumlah individu dan indeks keanekaragaman herpetofauna di landfall
No Spesies
Jumlah ni/N ln ni/N Nama Latin Nama Indonesia
1 Fordonia leucobalia Ular air bakau 1 0,230
2 Xenochrophis
melanozostus
Ular bandotan
tutul 1 0,230
3 Varanus salvator Biawak air 8 0,178
Total spesies 3
Total individu 10
H’ (indeks keanekaragaman) 0,63
c) Aves/Burung
Selama pengamatan, tercatat sebanyak 232 individu burung dari 31 spesies burung.
Dari 33 spesies burung yang tercatat dapat dikelompokkan berdasarkan habitatnya, yaitu:
burung air dan burung non-air. Burung air yang tercatat selama pengamatan sebanyak 13
spesies burung, seperti: Dara laut kumis (Chlidonias hybrida), Kowak malam kelabu
(Nycticorax nycticorax), Pecuk padi hitam (Phalacrocorax sulcirostris), Blekok sawah
(Ardeola speciosa). Sedangkan, burung non-air yang tercatat sebanyak 18 spesies burung,
seperti: Remetuk laut (Gerygone sulphurea), Tekukur biasa (Streptopelia chinensis), dan
Cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster).
Dari total spesies burung yang tercatat, terdapat beberapa spesies burung yang
memiliki frekuensi perjumpaan tertinggi, yaitu: Dara laut kumis sebanyak 50 individu. Pecuk
padi hitam tercatat sebanyak 21 individu. Selain itu, Blekok sawah tercatat sebanyak 19
individu. Hal ini dapat disebabkan karena keberadaan sumber pakan yang melimpah, seperti
ikan yang ada di dalam tambak. Jenis-jenis tersebut sering dijumpai saat beraktivitas seperti:
tengger, mencari makan, berenang, dan terbang. Kelompok burung dara laut dalam jumlah
cukup banyak juga dijumpai bertengger di atas tonggak-tonggak dekat pipa gas.
Dapat dilihat pada Tabel 6, terdapat delapan jenis burung yang dilindungi oleh
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999, yaitu Kuntul kecil, Kuntul
besar, Cekakak suci, Cekakak sungai, Dara laut kecil, Kipasan belang, Burung madu sriganti,
dan Raja udang biru. Terdapat satu jenis burung yang status keterancamannya berada dalam
status hampir terancam atau Near Threatened menurut IUCN, yaitu Itik benjut. Tiga puluh
jenis burung lainnya berada dalam risiko keterancaman yang masih rendah atau masih
melimpah di alam (Least Concern). Indeks keanekaragaman burung di area landfall sebesar
2,84 yang menunjukkan bahwa tingkat keanekaragaman burung di area tersebut cukup tinggi
dan dapat pula disimpulkan bahwa lingkungan yang ada dapat mendukung keberlangsungan
hidup jenis-jenis burung tersebut.
LAPORAN MONITORING KEANEKARAGAMAN HAYATI PERTAGAS EJA
SEMESTER I TAHUN 2016 13
Tabel 11. Jenis-jenis burung di area landfall
No. Nama Latin Nama
lokal/Indonesia
Nama Inggris PP IUCN
1 Collocalia
esculenta Walet sapi
Glossy Swiftlet - Least Concern
2 Geopelia striata Perkutut Jawa Zebra Dove - Least Concern
3 Lalage nigra Kapasan kemiri Pied Triller - Least Concern
4 Prinia inornata Perenjak padi Plain Prinia - Least Concern
5 Ardeola speciosa Blekok sawah Javan Pond-heron - Least Concern
6 Lonchura
punctulata Bondol peking
Scaly-breasted
Munia
- Least Concern
7 Pycnonotus
goiavier Merbah cerukcuk
Sooty-headed
Bulbul
- Least Concern
8 Egretta garzetta Kuntul kecil Little Egret Least Concern
9 Merops philipinus Kirik-kirik laut Blue-tailed Bee-
eater
- Least Concern
10 Alcedo
coerulescens Raja udang biru
Cerulean
Kingfisher
Least Concern
11 Rhipidura
javanica Kipasan belang
Pied Fantail Least Concern
12 Gerygone
sulphurea Remetuk laut
Golden-bellied
Gerygone
- Least Concern
13 Hirundo tahitica Layang-layang batu Pacific Swallow - Least Concern
14 Streptopelia
chinensis Tekukur biasa
Eastern Spotted
Dove
- Least Concern
15 Phalacrocorax
sulcirostris Pecuk padi hitam
Little Black
Cormorant
- Least Concern
16 Nycticorax
nycticorax
Kowak malam
kelabu
Black-crowned
Night-heron
- Least Concern
17 Butorides striata Kokokan laut Green-backed
Heron
- Least Concern
18 Ardea purpurea Cangak merah Purple Heron - Least Concern
19 Sterna albifrons Dara laut kecil Little Tern Least Concern
20 Pycnonotus
aurigaster Cucak kutilang
Yellow-vented
Bulbul
- Least Concern
21 Todiramphus
sanctus Cekakak suci
Sacred Kingfisher Least Concern
22 Egretta alba Kuntul besar Great White Egret Least Concern
23 Anas gibberifrons Itik benjut Sunda Teal - Near
Threatened
24 Chlidonias
hybrida Dara laut kumis
Whiskered Tern - Least Concern
25 Nectarinia
jugularis
Brurung madu
sriganti
Olive-backed
Sunbird
Least Concern
26 Gallinula
chloropus Mandar batu
Common Moorhen - Least Concern
27 Chlidonias
leucopterus
Dara laut sayap
putih
White-winged Tern - Least Concern
28 Tachybaptus Titihan Australia Australasian Grebe - Least Concern
LAPORAN MONITORING KEANEKARAGAMAN HAYATI PERTAGAS EJA
SEMESTER I TAHUN 2016 14
novaehollandiae
29 Artamus
leucorhynchus Kekep babi
White-breasted
Woodswallow
- Least Concern
30 Dendrocopos
macei Caladi ulam
Fulvous-breasted
Woodpecker
- Least Concern
31 Todiramphus
chloris Cekakak sungai
Collared Kingfisher Least Concern
Tabel 12. Jumlah individu dan indeks keanekaragaman burung di landfall
No Spesies
Jumlah ni/N ln ni/N Nama Latin Nama Indonesia
1 Collocalia esculenta Walet sapi 7 -0,105
2 Geopelia striata Perkutut jawa 4 -0,07
3 Lalage nigra Kapasan kemiri 6 -0,094
4 Prinia inornata Perenjak padi 6 -0,094
5 Ardeola speciosa Blekok sawah 19 -0,204
6 Lonchura punctulata Bondol peking 16 -0,184
7 Pycnonotus goiavier Merbah cerukcuk 3 -0,056
8 Egretta garzetta Kuntul kecil 2 -0,04
9 Merops philipinus Kirik-Kirik Laut 1 -0,023
10 Alcedo coerulescens Raja Udang Biru 3 -0,056
11 Rhipidura javanica Kipasan belang 3 -0,056
12 Gerygone sulphurea Remetuk Laut 14 -0,169
13 Hirundo tahitica Layang-Layang
Batu 4 -0,07
14 Streptopelia chinensis Tekukur Biasa 11 -0,144
15 Phalacrocorax
sulcirostris Pecuk Padi Hitam 21 -0,217
16 Nycticorax nycticorax Kowak Malam
Kelabu 11 -0,144
17 Butorides striatus Kokokan Laut 4 -0,07
18 Ardea purpurea Cangak Merah 1 -0,023
19 Sterna albifrons Dara Laut Kecil 2 -0,04
20 Pycnonotus
aurigaster Cucak kutilang 6 -0,094
21 Todirhamphus
sanctus Cekakak suci 3 -0,056
22 Egretta alba Kuntul Besar 5 -0,082
23 Anas gibberifrons Itik Benjut 6 -0,094
24 Chlidonias hybridus Dara Laut Kumis 50 -0,33
25 Nectarinia jugularis Brurung Madu
Sriganti 1 -0,023
26 Gallinula chloropus Maandar batu 1 -0,023
27 Chlidonias
leucopterus
Dara Laut Sayap
putih 5 -0,082
28 Tachybaptus
novaehollandiae Titihan Australia 5 -0,082
LAPORAN MONITORING KEANEKARAGAMAN HAYATI PERTAGAS EJA
SEMESTER I TAHUN 2016 15
29 Artamus
leucorhynchus Kekep Babi 8 -0,116
30 Caladi 1 -0,023
31 Todirhamphus chloris Cekakak Sungai 3 -0,056
Total spesies 31
Total individu 232
H’ (indeks keanekaragaman) 2,84
LAPORAN MONITORING KEANEKARAGAMAN HAYATI PERTAGAS EJA
SEMESTER I TAHUN 2016 16
Lampiran 1. Dokumentasi saat pengambilan data
LAPORAN MONITORING KEANEKARAGAMAN HAYATI PERTAGAS EJA
SEMESTER I TAHUN 2016 17
Lampiran 2. Dokumentasi beberapa flora dan fauna yang dijumpai saat pengamatan
Cocos nucifera daun Acacia mangium
Fauna
Delias hyparete Eutropis multifasciata
Todiramphus sanctus
LAPORAN MONITORING KEANEKARAGAMAN HAYATI PERTAGAS EJA
SEMESTER I TAHUN 2016 18