PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf ·...

112
PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK REKLAME TERKAIT PENAGIHAN PAJAK REKLAME (Studi di Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Blitar) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Kesarjanaan Dalam Ilmu Hukum Oleh : ABDURAHMAN NIM.155010109111007 KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS HUKUM MALANG 2017

Transcript of PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf ·...

Page 1: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 39

TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PEMUNGUTAN

PAJAK REKLAME TERKAIT PENAGIHAN PAJAK REKLAME

(Studi di Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Blitar)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat-Syarat Memperoleh

Gelar Kesarjanaan Dalam Ilmu Hukum

Oleh :

ABDURAHMAN

NIM.155010109111007

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS HUKUM

MALANG

2017

Page 2: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,
Page 3: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,
Page 4: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

IDENTITAS TIM PENGUJI

Nama : Lutfi Effendi, SH. M.Hum

NIP : 196008101986011002

NIDN : 0010086004

Golongan : IV a

Jabatan Fungsional : Lektor Kepala

E-Mail : [email protected]

Bagian : Hukum Administrasi Negara

Nama : Agus Yulianto, S.H., M.H

NIP : 195907171986011001

NIDN : 0017075905

Golongan : III d

Jabatan Fungsional : Lektor

E-Mail : [email protected]

Bagian : Hukum Administrasi Negara

Nama : Arif Zaiunudin, S.H., M.Hum,

NIP : 197201232003121001

NIDN : 0023017202

Golongan : III c

Jabatan Fungsional : Lektor

E-Mail : [email protected]

Bagian : Hukum Tata Negara

Page 5: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan pasal 21 Peraturan Bupati Blitar

Nomor 39 Tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Pemungutan Pajak Reklame terkait

penagihan pajak reklame. Dalam Pelaksanaan penerimaan pajak daerah masih terbentur

pada berbagai kendala, salah satu kendalanya adalah tingginya angka tunggakan pajak,

baik yang murni penghindaran pajak (tax avoidance) dari masyarakat karena masyarakat

merasa rugi bila membayar pajak maupun ketidakmampuan masyarakat dalam membayar

utang pajak. Di Kabupaten Blitar banyak ditemui wajib pajak reklame di Kabupaten

Blitar yang tidak membayar pajak terutang dalam kurun waktu yang melebihi jangka

waktu pembayaran, sehingga menyebabkan tidak optimalnya pemungutan pajak guna

menunjang pendapatan asli daerah, oleh karena itu Badan Pendapatan Daerah

melaksanakakan Penagihan dengan tahap – tahap yang sudah diatur dalam Pasal 21

Peraturan Bupati Nomor 39 Tahun 2012 tersebut. Peraturan tersebut di buat sebagai cara

pemerintah daerah menyelamatkan potensi Pendapatan Asli Daerah (PAD) guna sebagai

pembiayaan pembangunan daerah.

Kata Kunci : Pelaksanaan Pasal, Penagihan Pajak, Pajak Reklame.

ABSTRACT

This study aims to find out the implementation of Article 21 of Blitar Regent Regulation

No. 39 of 2012 on Guidelines for Implementation of Tax Collection Advertisement

related to bill advertisement tax bill. In the implementation of local tax revenues still

hung on various obstacles, one of the obstacles is the high rate of tax arrears, both the

pure tax evasion (tax avoidance) of the community because people feel loss when paying

taxes and the inability of the community in paying tax debt. In Blitar regency, there are

many taxpayers in Blitar regency who do not pay the tax payable in the period that

exceeds the payment period, thus causing a non-optimal tax collection to support the

original revenue of the region, therefore the Regional Revenue Board conducts billing

with stages Already regulated in Article 21 of Regulation of the Regent Number 39 of

2012. The regulation is made as a means of local government to save the potential of

local revenue (PAD) in order to finance regional development.

Keywords: Implementation of Article, Tax Billing, Advertising Tax.

Page 6: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

ATA PENGANTAR

Segala puji penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa

yang telah memberikan rahmat dan karunia yang tiada henti hingga penulis dapat

sampai pada tahap ini, khususnya dengan selesainya skripsi ini. Terimakasih

penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Dr. Rachmad Safa’at, SH. M.Si, selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Brawijaya Malang.

2. Bapak Lutfi Effendi, SH. M.Hum, selaku Ketua Bagian Hukum

Administrasi Negara atas bimbingan dan motivasinya.

3. Bapak Agus Yulianto, S.H., M.H, dan Bapak Arif Zaiunudin, S.H.,

M.Hum, selaku Dosen Pembimbing yang telah membantu, memberi

masukan, dan senantiasa membimbing penulis dalam penyusunan Skripsi

ini dari awal hingga selesai. Semoga Bapak sekalian diberikan kesehatan

selalu, serta kelancaran dalam setiap urusan dan pekerjaan Bapak sekalian.

4. Bapak Drs. Ismuni, M.M., selaku Kepala Badan Pendapatan Daerah

Kabupaten Blitar yang sudah mengizinkan penulis untuk melakukan

penelitian skripsi di Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Blitar serta

mendampingi dan membantu penulis dalam penelitian skripsi ini.

5. Bapak Ir. A. Irianto, MM., selaku Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan

Politik Kabupaten Blitar yang telah memberi izin penulis dalam

melaksanakan penelitian skripsi di Badan Pendapatan Daerah Kabupaten

Blitar.

Page 7: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

6. Bapak Bambang Sugeng, S.E., selaku Kepala Seksi Penagihan, Bidang

Penagihan dan Keberatan Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Blitar

yang telah mendampingi dan membantu penulis dalam menyusun skripsi

ini.

7. Bapak Junaidi, S.E., dan Bapak Winarno S.H., selaku Seksi Penagihan, Bidang

Penagihan dan Keberatan Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Blitar yang

bersedia menjadi narasumber dan memberikan informasi dala penyusunan

skripsi ini.

8. Kedua orang tua penulis Bapak Tember Mu’in dan Endang Kristyawati

yang senantiasa memberikan doa, dukungan, serta arahan yang tiada henti

kepada penulis. Semoga Ayah dan Ibu selalu diberikan kesehatan dan

umur yang barakah.

9. Saudara-saudara penulis Nadia Rahmawati, Ennys Kurniawati, Endhy

Bastyan, Himawan Setiaji, Bella Palupi Suharianto, dan Charisma Putri

Suharianto yang selama ini memberikan semangat serta do’a. Semoga

kalian semua diberikan kelancaran dalam setiap urusan dan pekerjaan

kalian.

10. Bara Nuansa, Danu Waskito Aji, Aditya Darmawan, Arsyad Rahmandani,

Indra Ikhsan Novtrian, Wildan Akbar Hasemi, Ahmad Reza, Karina Jenik

Farizki, Adelia Anes, Gilang Prasetyo Rahman, Nia Marisa dan semua

sahabat- sahabat penulis yang telah memberikan semangat dan motivasi

serta doanya selama penulisan skripsi ini.

11. Pihak-pihak lain yang turut membantu selesainya skripsi ini yang tidak

dapat penulis sebutkan satu-persatu.

Page 8: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna, sehingga masukan dan

kritik akan selalu penulis harapkan untuk memperbaiki skripsi ini. Akhir kata

penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya jika dalam proses pembuatan skripsi

ini penulis melakukan kesalahan baik yang disengaja maupun tidak disengaja.

Semoga kebaikan dan ketulusan semua pihak yang telah membantu hingga

penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik dan lancar dibalas oleh Allah

SWT dengan limpahan Rahmat dan karuniaNya. Diharapkan skripsi ini dapat

memberikan manfaat bagi kita semua.

Malang, 2017

Penulis

Page 9: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. ii

KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii

DAFTAR ISI ............................................................................................................ v

DAFTAR TABEL ................................................................................................ vii

RINGKASAN ....................................................................................................... viii

SUMMARY ............................................................................................................ ix

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah .................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 9

C. Tujuan Penelitian .............................................................................................. 9

D. Manfaat Penelitian ........................................................................................... 10

E. Sistematika Penulisan ...................................................................................... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA ............................................................................... 14

A. Tinjauan Umum tentang Konsep Pelaksanan................................................... 14

B. Tinjauan Umum tentang Teori Efektifitas Hukum ........................................... 16

C. Tinjauan Umum tentang Pajak Daerah............................................................. 20

D. Tinjauan Umum tentang Pajak Reklame .......................................................... 27

BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 42

A. Jenis Penelitian ................................................................................................ 42

B. Pendekatan Penelitian ...................................................................................... 42

C. Alasan Lokasi Penelitian ................................................................................. 43

D. Jenis dan Sumber Data .................................................................................... 43

E. Teknik Pengambilan/Pengumpulan Data ........................................................ 45

F. Populasi dan Sampling ..................................................................................... 46

G. Teknik Analisis Data ....................................................................................... 47

H. Definisi Operasional ........................................................................................ 48

Page 10: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 50

A. Gambaran Umum Kabupaten Blitar ................................................................ 50

1. Keadaan Umum Kabupaten Blitar ............................................................. 50

2. Visi dan Misi Kabupaten Blitar................................................................... 51

3. Keadaan Demografi Kabupaten Blitar ........................................................ 53

4. Jumlah Penduduk Per Kecamatan ............................................................... 55

5. Administrasi Pemerintahan ......................................................................... 55

6. Letak Geografis ........................................................................................... 57

7. Kondisi Iklim dan Topografi ....................................................................... 58

8. Potensi Daerah ............................................................................................ 59

B. Gambaran Umum Pendapatan Daerah Kabupaten Blitar................................. 65

1. Sejarah Badan Pendapatan Kabupaten Blitar .............................................. 65

2. Visi dan Misi Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Blitar ....................... 66

3. Kedudukan, Tugas, dan Fungsi ................................................................... 68

4. Struktur Organisasi ..................................................................................... 69

C. Pelaksanaan Penagihan Pajak Reklame di Kabupaten Blitar berdasarkan Pasal

21 Peraturan Bupati Blitar Nomor 39 Tahun 2012 Tentang Pedoman

Pelaksanaan Pemungutan Pajak Reklame ....................................................... 76

Pelaksanaan Penagihan Pajak Reklame .......................................................... 79

D. Hambatan dan solusi dalam pelaksanaan penagihan pajak di Kabupaten Blitar

berdasarkan Pasal 21 Peraturan Bupati Blitar Nomor 39 Tahun 2012 Tentang

Pedoman Pelaksanaan Pemungutan Pajak Reklame ....................................... 89

1. Kurangnya Sumber Daya Manusi (SDM) Badan Pendapatan Daerah

Kabupaten Blitar untuk melaksanakan penagihan pajak reklame .............. 89

2. Kurangnya Kesadaran Pajak ....................................................................... 91

BAB V PENUTUP ................................................................................................ 96

A. Kesimpulan ..................................................................................................... 96

B. Saran ................................................................................................................ 98

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 99

LAMPIRAN ......................................................................................................... 102

Page 11: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

DAFTAR TABEL

Tabel. 1 Keaslian Penelitian ..................................................................................... 6

Tabel. 2 Jumlah Penduduk Kabupaten Blitar per Kecamatan ............................... 54

Tabel. 3 Jumlah Pegawai Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Blitar ................ 75

Tabel. 4 Jumlah Reklame Kabupaten Blitar .......................................................... 80

Tabel. 5 Piutang Pajak Reklame ............................................................................ 83

Tabel. 6 Hasil Penelitian Kesadaran Wajib Pajak .................................................. 83

Tabel. 7 Realisasi Penerimaan Pajak Reklame Kabupaten Blitar .......................... 84

Page 12: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah :

Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara hukum yang

berlandaskan Pancasila dimana rasa kemanusiaan dijunjung tinggi sebagai nilai

dasar dalam kehidupan bangsa Indonesia yang termuat dalam Sila ke kelima yaitu

keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Salah satunya dengan adanya Otonomi

Daerah, yang dalam pelaksanaanya didasarkan pada Pasal 18 ayat 1 Undang –

Undang Dasar NRI Tahun 1945 yang menyebutkan bahwa :

Negara Kesatuan Repubik Indonesia dibagi atas daerah – daerah

provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota,

yang tiap – tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai

pemerintah daerah yang diatur dengan undang undang.

Lalu Otonomi daerah juga ditegaskan pula dalam ayat (2) yang

menyebutkan bahwa “pemerintah daerah provinsi, kabupaten, dan kota mengatur

dan mengurus sendiri urusan pemerintah menurut asas otonomi dan tugas

pembantuan”.

Dari pasal – pasal diatas dapat disimpulkan Pengertian daerah otonom

dimaksud agar daerah yang bersangkutan dapat berkembang sesuai dengan

kemampuannya sendiri yang tidak bergantung kepada pemerintah pusat, oleh

karena itu daerah otonom harus mempunyai kemampuan sendiri untuk mengurus

dan mengatur rumah tangganya sendiri melalui sumber – sumber pendapatan yang

dimiliki. Hal ini meliputi semua kekayaan yang dikuasai oleh daerah dengan

batas-batas kewenangan yang ada dan selanjutnya digunakan untuk membiayai

semua kebutuhan dalam rangka penyelenggaraan urusan rumah tangganya sendiri.

Page 13: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

2

Maka daerah otonom diharapkan mempunyai pendapatan sendiri untuk

membiayai penyelenggaraan urusan rumah tangganya, pemerintahan daerah tidak

dapat melaksanakan fungsinya dengan efektif dan efisien tanpa biaya yang cukup

untuk memberikan pelayanan dan pembangunan, keuangan inilah merupakan

salah satu dasar kriteria untuk mengetahui secara nyata kemampuan daerah dalam

mengurus rumah tangganya sendiri.1 Dalam hal ini salah satu sumber pendapatan

daerah yaitu bersumber dari Pajak Daerah.

Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka (10) Undang – Undang Nomor 28

Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah menjelaskan bahwa :

Pajak daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang

oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan

Undang-Undang, dengan tidak mendapat imbalan secara langsung

dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat.

Dari definisi tersebut pengertian pajak daerah merupakan iuran wajib dalam

hal ini di kelola oleh pemerintah daerah dan untuk membiayai kebutuhan

pemerintah daerah termasuk pembangunan daerah dengan tanpa memperoleh

imbalan secara langsung. Pajak daerah adalah iuran wajib oleh orang perorangan

ataupun badan hukum kepada pemerintah daerah tanpa mendapatkan imbalan

secara langsung yang dapat dipaksakan berdasarkan Undang-Undang yang

berlaku kemudian dapat digunakan untuk pembiayaan pembangunan dan

kebutuhan daerah.2 Pengenaan pajak daerah merupakan sumber pendapatan yang

penting untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan

1 Sony Lazio, 2012, Pengertian dan Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah,

https://bemfisipgaluhkomisariatpangandaran.wordpress.com/2011/10/26/sumber-sumber-

penerimaan-daerah/, (15 April 2017) 2 Marihot Pahala Siahaan, Pajak Daerah & Retribusi Daerah, Rajawali Pers, Depok,

2005, hlm 7.

Page 14: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

3

daerah untuk memantapkan otonomi daerah yang nyata, dinamis, serasi, dan

bertanggung jawab.

Pajak daerah merupakan salah satu bentuk peran serta masyarakat dalam

penyelenggaraan otonomi daerah, sebagai sumber pendapatan daerah yang

penting untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan

daerah. Pajak daerah dibedakan sesuai yang mengelolanya terbagi menjadi dua,

yaitu pajak provinsi dan pajak kabupaten/kota. Sedangkan pajak provinsi terdiri

dari bea balik nama kendaraan bermotor, pajak kendaraan bermotor dan

kendaraan di atas air, pajak air permukaan, serta pajak rokok.3

Sedangkan Pajak kabupaten atau kota terdiri dari Pajak Sarang Burung

Walet, Pajak Parkir, Pajak Air Bawah Tanah, Pajak Mineral Bukan Logam

Bebatuan, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Hotel, Pajak Restoran Pajak

Penerangan Jalan, Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan (PBB P2)

serta Pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)4. Pajak

Daerah yang dipungut oleh Pemerintah Daerah kabupaten/kota salah satunya

adalah Pajak Reklame sebagai tempat untuk mempromosikan suatu usaha baik

berskala kecil ataupun besar. Dalam Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2009

tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dijelaskan bahwa pajak reklame

merupakan jenis pajak kabupaten atau kota. Pemungutan pajak dan Retribusi

daerah diserahkan kepada pemerintah daerah untuk mengaturnya melalui

peraturan daerah sesuai dengan asas otonomi daerah.

3 Pasal 2 Ayat 1 Undang – Undang 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130 Tambahan Lembaran

negara Nomor 5049. 4 Pasal 2 Ayat 2 Undang – Undang 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130 Tambahan Lembaran

negara Nomor 5049.

Page 15: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

4

Reklame yaitu benda, alat, perbuatan, atau media yang bentuk dan corak

ragamnya dirancang untuk tujuan komersial memperkenalkan, menganjurkan,

mempromosikan, atau untuk menarik perhatian umum terhadap barang, jasa,

orang, atau badan, yang dapat dilihat, dibaca, didengar, dirasakan, dan/atau

dinikmati oleh umum.5

Di dalam upaya menyampaikan informasi atau pesanya kepada konsumen

yang tersebar luas diberbagai tempat, serta untuk menjamin agar pesan atau

informasi mengenai produk yang akan disampaikan melalui teknik pembayaran

pajak dan maka dari itu pihak yang memiliki Reklame tersebut wajib memenuhi

peraturan yang sudah ditetapkan. Ditinjau dari segi mekanisme pemungutanya,

pajak atas reklame sebenarnya praktis dan tidak begitu banyak menuntut

perangkat fiskus, khususnya dibidang administrasi pemungutanya karena objek

pajak jelas, penetapan besarnya didasarkan pada laporan. Penagihan pajak yang

efektif merupakan sarana yang tepat untuk mencapai target penerimaan pajak

yang maksimal. Apabila kekurangan pajak yang tercantum pada surat ketetapan

pajak dan surat tagihan pajak tersebut sampai dengan jatuh tempo, maka

penagihan pajak dianggap perlu untuk dilaksanakan sebagai salah satu upaya

pencapaian penerimaan pajak. Dalam kegiatan penagihan pajak tidak semua wajib

pajak taat dan mematuhi semua peraturan perpajakan.

Optimalisasi penerimaan pajak masih terbentur pada berbagai kendala, salah

satu kendalanya adalah tingginya angka tunggakan pajak, baik yang murni

penghindaran pajak (tax avoidance) dari masyarakat karena masyarakat merasa

rugi bila membayar pajak maupun ketidakmampuan masyarakat dalam membayar

5 Pasal 1 Ayat 27 Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak daerah dan

Retribusi daerah. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130 Tambahan

Lembaran negara Nomor 5049.

Page 16: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

5

utang pajak.6 Kali ini penulis tertarik menulis peneletian mengenai pelaksanaan

dalam penagihan Pajak Reklame di Kabupaten Blitar yang diatur dalam Pasal 21

Peraturan Bupati Blitar Nomor 39 Tahun 2012 Tentang Pedoman Pelaksanaan

Pemungutan Pajak Reklame yang dalam pasal tersebut berbunyi :

(1) Surat teguran, surat peringatan atau surat lain yang sejenis

sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan pajak

dikeluarkan 7 (tujuh) hari sejak saat jatuh tempo pembayaran.

(2) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal surat teguran,

surat peringatan atau surat lain yang sejenis, wajib pajak harus

melunasi pajak yang terutang.

(3) Surat teguran, surat peringatan atau surat lain yang sejenis

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh Kepala

DPPKAD dan atau Kepala SKPD yang ditunjuk.

Karena di Kabupaten Blitar, fakta di lapangan banyak wajib pajak reklame

di Kabupaten Blitar yang tidak membayar pajak terutang dalam kurun waktu yang

melebihi jangka waktu pembayaran, sehingga menyebabkan tidak optimalnya

pemungutan pajak guna menunjang pendapatan asli daerah, oleh karena itu Badan

Pendapatan Daerah melaksanakakan Penagihan dengan tahap – tahap yang sudah

diatur dalam Pasal 21 Peraturan Bupati Nomor 39 Tahun 2012 tersebut, tidak

sampai disitu ada beberapa wajib pajak yang dilakukan penagihan dengan surat

peringatan, surat paksa, bahkan penagihan seketika dan sekaligus tetap tidak

melunasi, sehingga Badan Pendapatan Daerah berwenang menertibkan reklame

tersebut.7

Selain itu sejauh ini belum ada bentuk penelitian khusus yang mendasar

tentang bagaimana Pelaksanaan Pasal 21 Peraturan Bupati Blitar Nomor 39 Tahun

6 Derlina Sutria Tunas, Efektifitas Penagihan Tunggakan Pajak Dengan

Menggunakan Surat Paksa Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Manado, Jurnal EMBA,

Volume 1, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sam Ratulangi, Manado, hlm 1521. 7 Hasil wawancara dengan Staff Seksi Penagihan, Bidang Penagihan dan Keberatan,

Ahmad Junaidi S.E., Tanggal 12 April 2017 di Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Blitar.

Page 17: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

6

2012 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pemungutan Pajak Reklame Terkait

Penagihan Pajak Reklame. Tetapi ada beberapa penelitian yang mengangkat karya

ilmiah tentang penagihan Pajak Reklame dari aspek pandangan yang berbeda

seperti:

Tabel 1.1 : Keaslian Penelitian

Penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian yang akan

dilakukan:

No Judul Nama Univesitas Keterangan Rumusan

Masalah

1. Penerapan

Sanksi

Administras

i terhadap

Penyimpang

an

Penyelengga

raan

Reklame di

Kota

Malang

Berdasarkan

Peraturan

Walikota

Malang

Nomor 19

Tahun 2013

Risma

Whulan

Sari

2014

Fakultas

Hukum

Universita

s

Brawijaya

Banyaknya

Reklame yang

tidak berizin

oleh

Penyelenggara

Reklame tetapi

tidak mendapat

tanggapan oleh

Penyelenggara

Reklame. Oleh

karena itu

Pemerintah Kota

Malang

melakukan Surat

Keputusan

Mencabut Izin

pada

Penyelenggara

Reklame

tersebut dan

menyerahkan

surat kepada

SATPOL PP

Kota Malang

guna melakukan

penindakan

sesuai peraturan

– peraturan yang

berlaku.

1. Apakah

sanksi

administrasi

telah

diberlakukan

untuk

pelanggaran

reklame

Peraturan

Walikota

Nomor 19

Tahun 2013

tentang

Perizinan

Reklame

2.Bagaimanaka

h penerapan

sanksinya bila

ada kesalahan

pada proses

penyelenggara

an Reklame

kepada

Pemohon serta

Pemerintah

Kota?

2. Analisis

Efetifitas

dan

KONTRIB

USI

TINDAKA

Mala

Rizkika

Velayat

i

2013

Fakultas

Ilmu

Administr

asi

Universita

s

Penelitian ini

dilakukan atas

dasar semakin

meningkatnya

tunggakan pajak

yang sulit

1. Bagaimana

tingkat

efektivitas

tindakan

penagihan

pajak

Page 18: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

7

N

PENAGIHA

N PAJAK

AKTIF

DENGAN

SURAT

TEGURAN

DAN

SURAT

PAKSA

SEBAGAI

PENCAIRA

N

TUNGGAK

AN PAJAK

(Studi di

KPP

Pratama

Batu Tahun

2010-2012)

Brawijaya tertagih. Kantor

Pelayanan Pajak

(KPP) Pratama

Batu adalah

salah satu KPP

di lingkungan

Kantor Wilayah

Direktorat

Jenderal Pajak

Jawa Timur III.

KPP Pratama

Batu mempunyai

jumlah

perkembangan

tunggakan pajak

yang meningkat

sejak tahun 2010

hingga 2012.

Hal ini perlu

guna pencairan

tunggakan pajak.

sebagai

pencarian

tunggakan

pajak?

2. Berapa

tingkat

kontribusi

tindakan

penagihan

pajak

menggunaka

n Surat

Paksa dan

Teguran

dalam

pencairan

tunggakan

pajak?

3. PENERAP

AN

PENEGAK

AN

HUKUM

PAJAK

REKLAME

DI

KABUPAT

EN

TULANG

BAWANG

Fricilia

2016

Fakultas

Hukum

Universita

s

Lampung

Permasalahan

dalam penelitian

ini adalah

bagaimanakah

penerapan

penegakan

hukum pajak

reklame di

Kabupaten

Tulang

Bawang dan

apakah faktor

pendukung dan

penghambat

penegakan

hukum pajak

reklame di

Kabupaten

Tulang Bawang.

1.Bagaimanaka

h penerapan

penegakan

hukum pajak

reklame di

Kabupaten

Tulang

Bawang?

2. Faktor-faktor

apakah yang

menjadi

pendukung

dan

penghambat

terhadap

penegakan

hukum pajak

reklame di

Kabupaten

Tulang

Bawang?

Sumber : BKG digilib Univeristas Brawijaya & digilib Universitas Lampung

Berdasarkan penelitian yang berjudul Penerapan Sanksi Administrasi

Terhadap Penyimpangan Penyelenggaraan Reklame di Kota Malang Berdasarkan

Page 19: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

8

Perwali Malang Nomor 19 Tahun 2013 yang disusun oleh Risma Whulan Sari,

Fakultas Hukum Universitas Brawijaya pada tahun 2014 memiliki persamaan

dengan penelitian yang akan penulis lakukan yaitu penelitian ini memiliki latar

belakang yang sama tentang penyimpangan penyelenggaraan reklame, yang

membedakan adalah dalam penelitian ini lebih mengkaji permasalahan mengenai

izin reklame yang berada di Kota Malang.

Dalam Penelitian Analisis Efektifitas dan Kontribusi Tindakan Penagihan

Pajak Aktif dengan Surat Teguran dan Surat Paksa Sebagai Pencairan Tunggakan

Pajak (Studi di KPP Pratama Batu Tahun 2010-2012) yang di susun oleh Mala

Rizkika Velayati, Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya pada tahun

2013 memiliki persamaan dengan penelitian yang penulis lakukan yaitu mengkaji

permasalahan tentang tindakan penagihan sehingga diberikan surat teguran

sampai surat paksa, yang membedakan adalah dalam penelitian ini membahas

mengenai penagihan Pajak bukan Pajak Daerah yang dilakukan oleh Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Batu.

Dalam Penelitian Penerapan Penegakan Hukum Pajak Reklame di

Kabupaten Tulang Bawang yang di susun oleh Fricilia, Fakultas Hukum

Universitas Lampung pada tahun 2016 memiliki persamaan dengan penelitian

yang penulis lakukan yaitu mengkaji Pemungutan Pajak Reklame, yang

membedakan adalah dalam penelitian ini membahas mengenai Pemungutan Pajak

dan Penegakan Hukum serta Sanksi Administratif terhadap Wajib Pajak Reklame

di Kabupaten Tulang Bawang.

Berdasakan pemaparan diatas, Penulis tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul Pelaksanaan Pasal 21 Peraturan Bupati Blitar Nomor 39 Tahun 2012

Page 20: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

9

Tentang Pedoman Pelaksanaan Pemungutan Pajak Reklame Terkait Penagihan

Pajak Reklame (Studi di Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Blitar)

B. Rumusan Masalah :

Bertitik tolak dari uraian dalam latar belakang permasalahan di atas maka

perumusan masalahnya adalah:

1. Bagaimana pelaksanaan penagihan pajak reklame di Kabupaten

Blitar berdasarkan Pasal 21 Peraturan Bupati Blitar Nomor 39 Tahun

2012 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pemungutan Pajak Reklame ?

2. Apa hambatan dan solusi dalam pelaksanaan penagihan pajak di

Kabupaten Blitar berdasarkan Pasal 21 Peraturan Bupati Blitar

Nomor 39 Tahun 2012 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pemungutan

Pajak Reklame ?

C. Tujuan Penelitian :

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk menganalisis efektifitas pelaksanaan penai pajak reklame di

Kabupaten Blitar berdasarkan Pasal 21 Peraturan Bupati Blitar

Nomor 39 Tahun 2012 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pemungutan

Pajak Reklame.

2. Untuk menganalisis hambatan yang dihadapi beserta solusi dalam

pelaksanaan penagihan pajak di Kabupaten Blitar berdasarkan

Pasal 21 Peraturan Bupati Blitar Nomor 39 Tahun 2012 Tentang

Pedoman Pelaksanaan Pemungutan Pajak Reklame.

Page 21: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

10

D. Manfaat Penelitian

Nilai suatu penulisan ditentukan oleh besarnya manfaat yang dapat diambil

dari penulisan tersebut. Adapun manfaat yang ingin dicapai oleh penulis dalam

penelitian ini mencakup kegunaan teoritik dan kegunaan praktis, sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang berarti

untuk pengetahuan dan pengembangan ilmu hukum dan khususnya pada

ilmu Hukum Administrasi Negara mengenai pelaksanaan penagihan pajak

di Kabupaten Blitar berdasarkan Pasal 21 Peraturan Bupati Blitar Nomor

39 Tahun 2012 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pemungutan Pajak

Reklame

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan bagi:

a. Bagi Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Blitar

Diharapkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis

dapat memberikan masukan berupa pemikiran sebagai usaha bagi

Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Blitar mengenai dalam

pelaksanaan penagihan pajak di Kabupaten Blitar berdasarkan

Pasal 21 Peraturan Bupati Blitar Nomor 39 Tahun 2012 Tentang

Pedoman Pelaksanaan Pemungutan Pajak Reklame.

Page 22: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

11

b. Mahasiswa

Diharapkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis

dapat memberikan wacana dan wawasan baru bagi mahasiswa

fakultas hukum khususnya dan mahasiswa secara umum mengenai

pelaksanaan penagihan pajak di Kabupaten Blitar berdasarkan

Pasal 21 Peraturan Bupati Blitar Nomor 39 Tahun 2012 Tentang

Pedoman Pelaksanaan Pemungutan Pajak Reklame.

c. Masyarakat

Diharapkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis

dapat memberikan pengetahuan kepada masyarakat sejauh mana

Pemerintah Daerah Kabupaten Blitar dalam hal ini Badan

Pendapatan Daerah Kabupaten Blitar telah memiliki peraturan

mengenai Peraturan dalam penagihan pajak reklame yang tertuang

dalam Peraturan Bupati Blitar Nomor 39 Tahun 2012 Tentang

Pedoman Pelaksanaan Pemungutan Pajak Reklame.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini terbagi ke dalam bab-bab yang

menguraikan permasalahannya secara tersendiri . Didalam satu konteks yang

saling berkaitan satu dengan lainnya. Penulis membuat sistematika dengan

membagi pembahasan keseluruhan kedalam 5 (lima) bab terperinci. Adapun

bagian-bagianya adalah :

Page 23: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

12

BAB I : PENDAHULUAN

Di dalam penulisan ini berupa pendahuluan yang akan memberikan

gambaran secara objektif untuk memasuki materi selanjutnya. Pendahuluan

ini pada bab I sebab merupakan pengantar yang menggambarkan secara

umum inti permasalahan di samping untuk memudahkan pembaca dalam

memahami isi keseluruhan skripsi. Pada bab ini diuraikan mengenai

permasalahan hukum atau latar belakang penulisan. Perumusan masalah

sebagai dasar dalam bab ini juga memberikan tujuan penelitian juga manfaat

penelitian dan metodologi yang digunakan.

BAB II : KAJIAN PUSTAKA

Bab ini akan menguraikan lebih dalam mengenai teori – teori yang

melandasi penulisan dan pembahasan yang berkaitan dengan judul. Teori ini

akan diperoleh dari studi kepustakaan dan digunakan sebagai kerangka

untuk memudahkan penulisan penelitian yaitu Kajian umum tentang

Efektifitas Pasal 21 Peraturan Bupati Blitar Nomor 39 Tahun 2012 Tentang

Pedoman Pelaksanaan Pemungutan Pajak Reklame Penagihan Pajak

Reklame

BAB III: METODE PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang jenis penelitian, metode pendekatan, lokasi

penelitian, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, populasi dan

sampel, analisis data, dan definisi operasional.

Page 24: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

13

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi hasil pembahasan yang dilakukan peneliti dengan berpedoman

pada metode penelitian yang digunakan sehingga dapat terjawab

permasalahan-permasalahan di bahas dalam penelitian ini.

BAB V: PENUTUP

Di dalam bab ini mengenai penutup yang berisikan tentang kesimpulan dan

saran – saran dari penulis. Adapun isi dari kesimpulan adalah tentang

jawaban dari perumusan masalah. Agar lebih jelas, bagian kedua adalah

saran yang merupakan rekomendasi penulis kepada dunia ilmu pengetahuan

di bidang hukum.

Page 25: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

14

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Konsep Pelaksanaan

Pada dasarnya pelaksanaan atau implementasi hukum di dallam kehidupan,

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara mempunyai arti yang sangat penting.

Untuk tercapai tidaknya suatu tujuan hukum dipengaruhi oleh pelaksana hukum

dimana pelaksana hukum tersebut dituntut untuk memiliki kemampuan dan

kinerja yang baik. Teori Donald S. Van Meter dan Carl E. Van Horn, Meter dan

Horn mengemukakan bahwa terdapat lima variabel yang mempengaruhi kinerja

implementasi, yakni:8

1. Standart dan sasaran kebijakan, dimana standart dan saran kebijakan

harus jelas dan terstruktur sehingga dapat direalisir. Apabila standart

dan saran kebijakan kabur, maka akan terjadi multi intepretasi dan

mudah menimbulkan konflik di antara para agen inplementasi;

2. Sumber daya, dimana implementasi kebijakan perlu dukungan

sumber daya, baik sumber daya manusia maupun sumber daya non

manusia;

3. Hubungan antar non organisasi, yaitu dalam banyak program,

implementor sebuah program perlu dukungan dan koordinasi dengan

8Ebony Marenden, Implementasi Kebijakan Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan di

Kabupaten Mamuju, Makassar, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Administrasi

Program Studi Administrasi Negara, Universitas Hasanuddinm 2011,

http://respository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1150/EBONY%20MARENDEN.pdf/se

quence=1, diakses September 2016.

Page 26: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

15

instansi lain, sehingga diperlukan koordinasi dan kerja sama antar

instansi bagi keberhasilan suatu program;

4. Karakteristik agen pelaksana yaitu mencakup struktur birokrasi,

norma-norma dan pola-pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi

yang semuanya itu akan mempengarui implementasi suatu program;

5. Kondisi sosial, politik dan ekonomi. Variabel ini mencakup sumber

daya ekonomi lingkunngan yang dapat mendukung keberhasilan

implementasi kebijakan, sejauh mana kelompok-kelompok

kepentingan memberikan dukungan bagi implementasi kebijakan,

karakteristik para partisipan, yakni mendukung atau menolak,

bagaimana sifat opini public yang ada di lingkungan, serta apakah

elite politik mendukung implemetasi kebijakan;

6. Disposisi implementator yang mencakup tiga hal yang penting, yaitu

respon implementator terhadap kebijakan, yang akan mempengaruhi

kemauannya untuk melaksanakan kebijakan, kognisi yaitu

pemahaman terhadap kebijakan, intensitas disposisi implementator,

yaitu preferensi nilai yang dimiliki oleh implementator.

Dalam pelaksanaan hukum bisa terjadi suatu pelanggaran hukum, karena itu

perlu diadakan pelaksanakan penegakan hukum (law enforcement) sebagai bagian

dari yurisdiksi negara.9 Penegakan hukum adalah suatu usaha untuk mewujudkan

ide-ide tersebut menjadi suatu kenyataan.10

Soerjono Soekanto mengatakan bahwa

penegakan hukum adalah kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang

9H. Ahmad Sukardjo, Hukum Tata Negara dan Hukum Administrasi Negara Dalam

Prespektif Fikih Siyasah, Sinar Grafika, Jakarta 2012, hlm. 243. 10

Satjipto Raharjo, Masalah Penegakan Hukum Suatu Tinjauan Sosiologis, Sinar

Baru, Bandung, 1993, hlm.15.

Page 27: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

16

terjabarkan di dalam kaidah-kaidah atau pandangan-pandangan nilai yang mantap

dan mengejawentah dan sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap

akhir untuk menciptakan (sebagai social enginering), memelihara dan

mempertahankan (sebagai social control) kedamaian pergaulan hidup.11

B. Kajian Umum Tentang Efektifitas Hukum

Efektifitas berasal dari kata efek yang artinya pengaruh yang ditimbulkan

oleh sebab, akibat/dampak. Efektif yang artinya berhasil, sedang efektifitas

menurut bahasa ketepatan gunaan, hasil guna, menunjang tujuan. Sedangkan,

efektifitas hukum secara tata bahasa dapat diartikan sebagai keberhasil gunaan

hukum, dalam hal ini berkenaan dengan keberhasilan pelaksanaan hukum itu

sendiri. Bila membicarakan efektifitas hukum dalam masyarakat berarti

membicarakan daya kerja hukum itu dalam mengatur dan atau memaksa

masyarakat untuk taat terhadap hukum. Efektifitas hukum dimaksud berarti

mengkaji kaidah hukum yang memenuhisyarat, yaitu berlaku secara yuridis,

berlaku secara sosiologis, dan berlaku secara filosofis.

Secara etimologi, kata efektivitas berasal dari kata efektif sebagai

terjemahan dari kata effective dalam bahasa Inggris yang dalam bahasa Indonesia

memiliki makna berhasil, dan dalam bahasa Belanda dikenal kata effectief yang

memiliki makna berhasil guna. Secara umum, kata efektivitas menunjukkan

keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran yang telah ditetapkan. Jika

hasilnya semakin mendekati sasaran, berarti makin tinggi efektivitasnya. Dalam

konteks dengan hukum, maka efektivitas hukum secara tata bahasa dapat diartikan

11

Soerjono Soekanto, Penegakan Hukum, Jakarta, Bina Cipta, 1983, hlm.13.

Page 28: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

17

sebagai keberhasilanyaitu keberhasilan dalam mengimplementasikan hukum itu

sendiri dalam tatanan masyarakat.

Suatu penegakan hukum merupakan suatu tindakan nyata untuk

mewujudakan suatu keadilan dan kepastian hukum. Penegakan hukum ada

dasarnya adalah proses dari kumpulan ide-ide yang di wujudakan demi

memperoleh kesejahteraan masyarakat. Penegakan hukum adalah suatu proses

yang dilakukan oleh pemerintah untuk memberlakukan norma-norma hukum

secara nyata sebagai pedoman berperilaku dalam hubungan bermasyarakat dan

bernegara. Penegakan hukum merupakan usaha untuk mewujudkan ide-ide dan

konsep-konsep hukum yang diharapkan rakyat menjadi kenyataan dan penegakan

hukum merupakan suatu proses ya.ng melibatkan banyak hal.

Hukum adalah sebuah pedoman masyarakat dalam bersikap dan berperilaku

secara pantas. Suatu penegakan hukum dapat dikatakan efektif apabila hukum

tersebut telah berhasil mencapai tujuannya dalam mengatur suatu hal. Efektifitas

hukum artinya suatu penegakan hukum yang dilihat dari keberhasilannya

mencapai tujuan pembentukan hukum tersebut. salah satu upaya agar hukum

tersebut mencapai tujuannya adalah dengan memberikan sanksi-sanksi.

Sedangkan menurut Lawrence M. Friedmann efektif tidaknya suatu

peraturan dapat dilihat dari tiga elemen yaitu:12

12

Lawrence M. Friedmann, Sistem Hukum Prespektif Ilmu Sosial, Nusa Media,

Bandung, 2011,hlm.15-17

Page 29: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

18

a. Substansi

Substansi ialah tersusun dari peraturan-peraturan dan ketentuan-

ketentuan mengenai bagaimana institusi-institusi itu harus berperilaku.

b. Struktur

Struktur sebuah sistem adalah kerangka badannya, adalah bentuk

permanennya, tubuh institusional dari sistem tersebut, tulang-tulang keras

yang kaku yang menjaga agar proses mengalir dalambatas-batasnya.

c. Kultur Hukum

Kultur hukum adalah elemen sikap dan nilai sosial. Kultur Hukum

mengacu pada bagian-bagian yang ada pada kultur umum, adat kebiasaan,

opini, cara bertindak dan berpikir yang mengarahkan kekuatan-kekuatan

sosial menuju ata umenjauh dari hukum dan dengan cara-cara tertentu.

Sedangkan faktor-faktor penghambat efektifitas penegakan hukum menurut

Soerjono Soekamto adalah sebagai berikut :13

a. Faktor hukumnya sendiri

Hukum mempunyai fungsi sebagai keadilan, kepastian dan

kemanfaatan. Dalam kenyataannya akan selalu terjadi pertentangan

keadilan dengan kepastian dikarenakan bentuk keadilan adalah abstrak

sedangkan bentuk kepastian adalah konkrit. Suatu penegakan hukum tidak

hanya dilihat dari sisi kepastiannya saja atau terpatok dengan peraturan

13

Soerjono Soekamto, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum,

Rajawali Pers, Jakarta, 2008, hal.15

Page 30: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

19

perudang-undangan saja. Untuk dapat menegakkan hukum selain melihat

sisi kepastian hukumnya juga dilihat sisi keadilannya.

b. Faktor penegak hukum

Faktor ini ditujukan kepada para pihak yang membuat ataupun

menerapkan hukum atau law enforecment. Bagian bagian dari law

enforecment tersebut adalah para aparatur penegak hukum yang dapat

memberikan kepastian dan keadilan dari suatu hukum. Dalam hal ini para

aparatur penegak hukum memiliki kedudukan (status)

c. Faktor sarana dan prasarana

Sarana dan prasarana dapat diartikan sebagai faktor pendukung

hukum dalam mencapai tujuannya. Ruang lingkup dari faktor pendukung

tersebut adalah sarana dan prasarana fisik. Fasilitas pendukung tersebut

adalah manusia yang berpendidikan, organisasi yang baik, peralatan yang

mumpuni, keuangan yang cukup dan diatur secara teratur dan lain-lain.

d. Faktor masyarakat

Pembuatan hukum haruslah memperhatikan keserasian tentang

norma hukum tersebut dengan keadaan masyarakat yang siatur oleh norma

tersebut. Masyarakat modern tidak bisa disamakan dengan masyarakat

adat dalam hal penegakan hukum. Masyarakat modern akan lebih terbuka

dan dapat menerima norma-norma hukum yang baru sedangkan

masyarakat adat yang masih memiliki kepercayaan yang kuat akan lebih

sulit diterapkan suatu norma yang baru. Masyarakat adat lebih memilih

memegang teguh aturan adatnya yang telah diterapkan oleh leluhurnya

Page 31: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

20

karena mereka memiliki pendapat tidak selamanya perubahan

mendatangkan kebaikan.

e. Faktor kebudayaan

Faktor kebudayaan ini di titikberatkan pada sistem nilai-nilai yang

menjadi inti dari sebuah kebudayaan spiritual atau non material.

Kebudayaan hukum pada dasarnya mencangkup nilai-nilai yang

merupakan dasar dari suatu hukum yang diberlakukan. Nilai-nilai yang

terkandung dalam kebudayaan merupakan bentuk abstrak dari suatu norma

yang dibuat dalam bentuk konkrit atau bentuk peraturan perundang-

undangan.

C. Kajian Umum Pajak Daerah

1. Pengertian Pajak Daerah

Menurut bahasa, kata pajak dikenal sebagai tax (Inggris), import

contribution, droit (Prancis), steuer, abagade, gebuhr (Jerman), tributo,

gravamen, tasa (Spanyol), Belasting (Belanda). Beberapa para sarjana

mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian pajak, salah satunya

ialah Dr. Soeparman Soemahamidjaja. Menurut Dr. Soeparman

Soemahamidjaja, Pajak adalah iuran wajib, berupa uang atau barang, yang

dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum, guna menutup

biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai

kesejahteraan umum.14

Menurut Prof. Dr. P.J.A Adriani, Pajak merupakan iuran pada negara

(yang dapat dipaksa) yang terutang oleh wajib membayarnya berdasar

14

Yuswanto, dkk., Hukum Pajak, PKKPUU FH Unila, Bandar Lampung, 2007, hlm. 3.

Page 32: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

21

peraturan terkait, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung

dapat dipilih, dan gunanya sebagai pembiayaan pengeluaran umum

berhubung kepada tugas negara guna terselenggaranya pemerintahan.15

Dari definisi menurut Adriani, pajak dianggap sebagai pengertian yang

merupakan spesies dari sebuah genus berupa pungutan. Dengan demikian,

ruang lingkup pemungutan lebih luas dari pajak. Di dalam definisi

tersebut, terlihat bahwa ia menekankan fungsi budgetaire (keuangan)

pajak, sekalipun sebenarnya pajak masih memiliki fungsi lain yang juga

sangat penting, yakni fungsi mengatur. Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro,

S.H., memberikan definisi pajak bahwa pajak adalah iuran terhadap negara

sesuai undang-undang dan dapat dipaksakan, dengan tidak mendapatkan

timbal balik langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan guna

pembayaran pengeluaran umum.16

Hukum pajak, yang disebut dengan hukum fiskal, adalah

keseluruhan dari peraturan-peraturan yang meliputi wewenang pemerintah

untuk mengambil kekayaan seseorang dan menyerahkannya kembali

kepada masyarakat dengan melalui kas negara, sehingga ia merupakan

bagian dari hukum publik, yang mengatur hubungan-hubungan hukum

antara negara dan orang-orang atau badan-badan (hukum) yang

berkewajiban membayar pajak (selanjutnya sering disebut wajib pajak).17

Tugasnya adalah menelaah keadaan-keadaan dalam masyarakat yang

dapat dihubungkan dengan pengenaan pajak, merumuskannya dalam

15

R. Santoso Brotodiharjo, Pengantar Ilmu Hukum Pajak, PT Refika Aditama,

Bandung, 2010, hlm. 2 16

Dwiarso Utomo, dkk., Perpajakan: Aplikasi dan Terapan, Penerbit ANDI,

Yogyakarta, 2011, hlm.1 17

R. Santoso Brotodiharjo, Op. Cit., hlm. 1

Page 33: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

22

peraturan-peraturan hukum dan menafsirkan peraturan-peraturan hukum

ini; dalam pada itu adalah penting sekali bahwa tidak harus diabaikan

begitu saja latar belakang ekonomis dari keadaan-keadaan dalam

masyarakat tersebut. Pajak daerah berdasarkan Pasal 1 angka (10) Undang

– Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang

pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,

dengan tidak mendapat imbalan secara langsung dan digunakan untuk

keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Dari definisi diatas dapat dirangkum pengertian pajak daerah yaitu

iuran wajib dan di kelola oleh pemerintah daerah dan untuk membiayai

kebutuhan pemerintah daerah termasuk pembangunan daerah dengan tanpa

memperoleh imbalan secara langsung. Sedangkan menurut penulis definisi

pajak adalah, iuran wajib oleh orang pribadi ataupun badan hukum pada

pemerintah daerah tanpa mendapatkan imbalan secara langsung yang

dapat dipaksakan berdasarkan Undang-Undang yang berlaku kemudian

dapat digunakan untuk pembiayaan pembangunan dan kebutuhan daerah.

Pengertian wajib pajak dijabarkan di Pasal 1 huruf a Undang – Undang

Nomor 6 Tahun 1983 tentang Kitab Undang Perpajakan (KUP) ialah orang

pribadi ataupun badan yang berdasarkan peraturan perundangan pajak

diatur guna melaksanakan kewajiban pajak, juga dalam hal ini pungutan

pajak atau pemotongan pajak. Seseorang atau suatu badan yang memenuhi

Page 34: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

23

persyaratan menjadi wajib pajak diharuskan untuk melaksanakan

kewajiban perpajakan sesuai ketentuan yang harus dihormati oleh fiskus.18

Khusus untuk pajak daerah, ketentuan tentang siapa yang menjadi

wajib pajak harus mengacu pada Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009

tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dan Peraturan Daerah yang

menjadi dasar hukum pemungutan suatu jenis pajak daerah yang

diberlakukan pada suatu jenis pajak daerah yang diberlakukan pada suatu

provinsi atau kabupaten/kota.19

Terdapat beberapa prinsip umum dari pajak daerah yang

dikemukakan oleh Irwansyah Lubis, yaitu :20

a. Prinsip manfaat (benefit principle) suatu sistem pajak dikatakan adil

bila kontribusi yang diberikan oleh setiap wajib pajak, sesuai dengan

manfaat yang diperolehnya dari jasa-jasa pemerintah;

b. Kemampuan membeyar pajak (ability to pay);

c. Kemampuan membayar dengan keadilan vertikal dan struktur tarif

pajak;

d. Prinsip menyediakan pendapatan yang cukup naik dan elastis.

Artinya dapat mudah naik turun mengikuti naik turunnya

kemakmuran masyarakat;

e. Administrasi yang fleksibel artinya, sederhana, mudah dihitung

pelayanan memuaskan bagi wajib pajak;

18

Marihot Pahala Siahaan, Hukum Pajak Formal, Graha Ilmu, 2010, hlm.1 19

Ibid., hlm 2 20

Irwansyah Lubis, Menggali Potensi Pajak Perusahaan dan Bisnis Dengan

Pelaksanaan Hukum, Kompas Gramedia, Jakarta, 2010, hlm 70

Page 35: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

24

f. Secara politis dapat diterima oleh masyarakat, sehingga timbul

motifasi dan kesadaran untuk memenuhi kapetuhan membayar pajak.

2. Jenis Pajak Daerah

Dalam literatur pajak dan public finance, pajak dapat

diklasifikasikan berdasar golongan, wewenang, dan sifat dan lain

sebagainya. Pajak Daerah termasuk klasifikasi pajak menurut wewenang

pemungutanya. Artinya, pihak yang berwenang dan berhak memungut

pajak daerah adalah pemerintah daerah. Selanjutnya, pajak daerah ini

dapat diklasifikasikan kembali menurut wilayah kekuasaan pihak

pemungutnya. Menurut wilayah pemungutanya pajak daerah dibagi

menjadi :21

a. Pajak Provinsi

Pajak Provinsi adalah pajak daerah yang dipungut oleh

pemerintah daerah tingkat provinsi. Berbagai Pajak Provinsi antara

lain adalah :22

1) Pajak Kendaraan Bermotor serta Kendaraan di atas air

2) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor

3) Pajak Air Permukaan

4) Pajak Rokok

21

Pasal 2 Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah. Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130 Tambahan Lembaran negara Nomor 5049. 22

Pasal 2 Ayat 1 Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah.

Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130 Tambahan Lembaran negara

Nomor 5049.

Page 36: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

25

b. Pajak Kabupaten/Kota

Berbagai Pajak Kabupaten/Kota antara lain adalah:23

1) Pajak Hotel

2) Pajak Restoran

3) Pajak Hiburan

4) Pajak Reklame

5) Pajak Penerangan Jalan

6) Pajak Mineral Bukan Logam Bebatuan

7) Pajak Parkir

8) Pajak Air Bawah Tanah

9) Pajak Sarang Burung Walet

10) Pajak Bumi Bangunan Pedesaan dan Perkotaan

11) Pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan

3. Karakteristik Pajak Daerah

Karakteristik dari pajak daerah adalah sebagai berikut :24

a. Pajak daerah dapat berasal dari pajak asli daerah maupun pajak

dari negara disalurkan terhadap daerah guna menjadi Pajak

Daerah.

b. Penyerahan pajak daerah dilakukan berdasarkan Undang-

Undang.

23

Pasal 2 Ayat 2 Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah.

Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130 Tambahan Lembaran negara

Nomor 5049. 24

Angger Sigit Pramukti dan Fuadi Primaharsya, Pokok-Pokok Hukum Perpajakan,

Pustaka Yustisia, Yogyakarta, 2015), hlm. 25

Page 37: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

26

c. Pajak daerah dipungut oleh daerah terbatas di dalam wilayah

administratif yang dikuasainya berdasarkan kekuatan Undang-

Undang dan atau peraturan hukum lainnya.

d. Hasil dari pemungutan pajak daerah digunakan sebagai

pembiayaan terselenggaranya urusan rumah tangga daerah

atau guna pembiayaan terhadap pengeluaran daerah.

4. Fungsi Pajak Daerah

Pajak memiliki peran penting dalam kehidupan bernegara, khususnya

di dalam keberlangsungan pembangunan karena pajak sebagai sumber

pendapatan daerah guna membiayai segala pengeluaran salah satunya

pengeluaran pembangunan. Sesuai hal tersebut maka pajak mempunyai

beberapa fungsi, yaitu :25

a. Fungsi Anggaran

Pajak daerah merupakan penyumbang pendapatan daerah,

dan juga pajak bertujuan guna membiayai pengeluaran daerah.

Untuk menjalankan tugas-tugas rutin daearah dan juga melakukan

pembangunan, daerah memerlukan biaya. Biaya tersebut salah

satunya diterima dari penerimaan pajak. Dewasa ini pajak digunakan

untuk pembiayaan rutin daerah, adapun seperti belanja barang,

pemeliharaan, belanja pegawai, dan lain sebagainya.

25

Safri Nurmantu, Pengantar Perpajakan, Granit, Jakarta, 2005, hlm. 34

Page 38: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

27

b. Fungsi Mengatur

Pemerintah dapat menentukan pertumbuhan ekonomi dengan

kebijaksanaan pajak. Dengan fungsi tersebut, pajak dapat digunakan

sebagai sarana untuk mencapai tujuan.

c. Fungsi Stabilitas

Dengan pajak, pemerintah memiliki dana untuk membuat suatu

kebijakan yang memiliki hubungan dengan stabilitas harga sehingga

inflasi dapat dikendalikan, hal tersebut dapat dilaksanakan antara

lain dengan mengatur peredaran uang di masyarakat, penggunaan

pajak, pemungutan pajak secara efektif dan efisien.

C. Pajak Reklame

1. Pengertian Pajak Reklame

Berdasarkan Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2009 Pasal 1 angka

26 dan 27, Pajak Reklame merupakan pajak atas penyelenggaraan

reklame. Lalu definisi reklame adalah benda, alat, perbuatan, ataupun

media yang bentuk dan corak ragamnya dirancang guna tujuan komersial

menganjurkan, mempromosikan, memperkenalkan, atau lebih menarik

perhatian umum terhadap barang, jasa, orang, atau badan, yang dapat

dilihat, dibaca, didengar, dirasakan, dan atau dinikmati oleh umum.

Pengenaan Pajak Reklame tidak mutlak ada pada seluruh daerah

kabupaten atau kota yang ada di Indonesia. Hal ini berkaitan dengan

kewenangan yang diberikan kepada pemerintah kabupaten atau kota untuk

mengenakan atau tidak mengenakan suatu jenis pajak kabupaten/kota.

Page 39: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

28

Untuk dapat dipungut pada suatu daerah kabupaten atau kota,

pemerintah daerah harus terlebih dahulu menerbitkan Peraturan Daerah

tentang Pajak Reklame yang akan menjadi landasan hukum operasional

dalam teknis pelaksanaan pengenaan dan pemungutan Pajak Reklame di

daerah kabupaten atau kota yang bersangkutan. Keberadaan Pajak

Reklame yang merupakan salah satu jenis pajak kabupaten/ kota diatur

pula pada Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2009, yang pada 1 Januari

2010 telah menjadi dasar hukum pajak daerah di Indonesia.26

Dalam pemungutan Pajak Reklame ada terminologi – terminologi

yang harus diketahui. Terminologi tersebut adalah sebagaimana dibawah

ini:

a. Reklame adalah benda, alat, perbuatan, ataupun media yang

bentuk dan corak ragamnya dirancang guna tujuan

komersial menganjurkan, mempromosikan,

memperkenalkan, atau lebih menarik perhatian umumn

terhadap barang, jasa, orang, atau badan, yang dapat dilihat,

dibaca, didengar, dirasakan, dan atau dinikmati oleh umum..

b. Penyelenggara reklame yaitu orang atau badan yang

menyelenggarakan reklame baik untuk dan atas nama pihak

lain yang merupakan tanggunganya.

c. Perusahaan jasa periklanan/biro reklame adalah badan yang

bergerak di bidang periklanan yang melaksanakan

persyaratan sesuai berdasarkan peraturan yang berlaku.

26

Op.cit, Marihot Pahala Siahaan, hlm.382

Page 40: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

29

d. Panggung reklame adalah sarana atau tempat memasang

reklame yang diatur untuk satu atau beberapa buah reklame.

e. Jalan Umum adalah prasarana perhubungan darat berbentuk

apa pun, mencakup semua komponen jalan termasuk

bangunan pelengkap dan perlengkapanya yang

diperuntukan bagi lalu lintas umum.

f. Izin merupakan izin penyelenggaraan atas reklame yang

terdiri dari izin tetap dan izin terbatas.

g. Surat Permohonan Penyelenggaraan reklame yang

selanjutnya disingkat SPPR yaitu surat yang digunakan oleh

wajib pajak guna mengajukan permohonan

penyelenggaraan reklame dan mendaftarkan identitas

pemilik data reklame sebagai dasar perhitungan pajak

terhutang.

h. Surat Kuasa Untuk Menyetor yang selanjutnya disingkat

SKUM adalah nota perhitungan besarnya Pajak Reklame

yang wajib dibayar oleh wajib pajak yang berguna sebagai

ketetapan pajak.

2. Dasar Hukum Pemungutan Pajak Reklame

Pemungutan Pajak Reklame di Indonesia kini memiliki dasar hukum

yang jelas dan kuat sehingga wajib ditaati oleh masyarakat dan juga pihak

Page 41: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

30

yang terkait. Dasar hukum pemungutan pajak Reklame di suatu kabupaten

atau kota adalah sebagai berikut :27

a. Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah

dan Retribusi Daerah.

b. Undang – Undang Nomor 34 Tahun 2000 merupakan perubahan

atas Undang – Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak

Daerah

c. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak

Daerah.

d. Peraturan daerah kabupaten/kota yang mengatur tentang Pajak

Reklame

3. Objek Pajak Reklame

Objek Pajak Reklame adalah seluruh penyelenggara reklame.

Penyelenggara reklame dapat dilaksanakan oleh penyelenggara reklame

atau perusahaan jasa periklanan yang telah terdaftar oleh Badan

Pendapatan Daerah Kabupaten/Kota. Penyelenggaraan reklame yang

ditetapkan menjadi objek Pajak Reklame adalah seperti tertuang dibawah

ini :28

a. Reklame papan/billboard; adalah reklame yang dibuat dari

papan, kayu, termasuk pula seng atau bahan lain yang sama,

dipasang, digantungkan atau dibuat pada bangunan, pohon,

27

Ibid, hlm 383 28

Ibid, hlm 384

Page 42: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

31

tembok, dinding pagar, tiang, dan sebagainya baik bersinar

ataupun disinari.

b. Reklame megatron/videotron/Large Electronic Display

(LED), merupakan reklame yang menggunakan layar

monitor besar berupa program reklame dengan gambar dan

atau tulisan berwarna yang dapat berganti – ganti,

terprogam, dan difungsikan dengan tenaga listrik.

c. Reklame kain, yaitu reklame yang diselenggarakan dengan

bahan yang terbuat dari kain, termasuk plastik, kertas, karet,

atau bahan lain yang sejenis.

d. Reklame melekat (stiker), merupakan reklame yang

memiliki bentuk lembaran lepas, diselenggarakan dengan

cara disebarkan, dipasang digantungkan pada suatu benda

dengan ketentuan luasnya tidak lebih dari 200 cm2 per

lembar.

e. Reklame selebaran, yaitu reklame yang memiliki bentuk

lembaran lepas, diselenggarakan dengan cara disberikan,

disebarkan, atau dapat diminta dengan ketentuan tidak

untuk dipasang, digantungkan, ditempelkan, atau diletakkan

disuatu benda lain.

f. Reklame berjalan, yaitu reklame yang ditempatkan di

kendaraan yang diselenggarakan dengan menggunakan

kendaraan atau dengan cara dibawa oleh orang.

Page 43: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

32

g. Reklame udara, yaitu reklame yang diselenggarakan di

udara dengan menggunakan laser, gas, pesawat, atau

peralatan yang sejenis.

h. Reklame suara, yaitu reklame yang diselenggarakan dengan

menggunakan kata – kata yang diucapkan atau dengan suara

yang ditimbulkan dari atau oleh perantaraan alat.

i. Reklame film/slide, adalah reklame yang diselenggarakan

dengan menggunakan klise berupa kaca atau film, ataupun

bahan lain yang sejenis, sebagai alat untuk diproyeksikan

dan atau dipancarkan pada layar atau benda lain yang ada di

ruangan.

j. Reklame peragaan, yaitu reklame yang diselenggarakan

dengan cara memperagakan suatu barang.

4. Subjek Pajak dan Wajib Pajak Reklame29

Pada Pajak Reklame yang bertindak sebagai subjek pajak adalah

orang pribadi atau badan yang menggunakan reklame. Wajib pajak adalah

orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan reklame. Jika reklame

diselenggarakan sendiri secara langsung oleh orang pribadi atau badan,

wajib Pajak Reklame adalah orang pribadi atau badan tersebut. Apabila

reklame diselenggarakan dengan pihak ketiga, seperti perusahaan jasa

periklanan, pihak ketiga tersebut bertindak wajib Pajak Reklame. Berikut

beberapa wajib pajak yang didapatkan oleh penulis pada Badan

Pendapatan Daerah Kabupaten Blitar

29

Ibid hlm 386

Page 44: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

33

Dalam menjalankan kewajiban perpajakanya, wajib pajak dapat

diwakilan oleh pihak yang diperbolehkan oleh undang – undang dan

peraturan daerah tentang Pajak Reklame. Wakil wajib pajak bertanggung

jawab secara pribadi dan atau secara tanggung renteng atas pembayaran

pajak terutang. Selain itu, wajib pajak dapat memilih seorang kuasa

dengan surat kuasa khusus guna melakukan hak dan melaksanakan

kewajiban perpajakan.

5. Dasar Pengenaan, Tarif dan Cara Perhitungan Pajak

a. Dasar Pengenaan Pajak Reklame

Dasar pengenaan Pajak Reklame yaitu nilai sewa reklame

(NSR), adalah nilai yang ditetapkan sebagai dasar perhitungan

penetapan besarnya Pajak Reklame. Dalam peraturan daerah

tentang Pajak Reklame, NSR dapat dihitung berdasarkan hal – hal

berikut ini :

b. Besarnya biaya pemasangan reklame ;

1) Besarnya biaya pemeliharaan reklame ;

2) Lama pemasangan reklame ;

3) Nilai strategis lokasi; dan

4) Jenis reklame.

Cara perhitungan NSR didasarkan dengan peraturan daerah. Pada

umumnya peraturan daerah akan menetapkan NSR ditetapkan oleh

bupati/walikota dengan persetujuan DPRD kabupaten/kota tersebut dengan

mengacu kepada Keputusan Menteri Dalam Negeri. Hasil dari perhitungan

Page 45: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

34

NSR ditetapkan dengan keputusan bupati/walikota. Nilai sewa reklame

dihitung dengan rumus :30

Nilai Sewa Reklame = Nilai Jual Objek Reklame (NJOR) + Nilai

Strategis Pemasangan Reklame (NSPR)

Nilai Jual Objek Reklame (NJOR) adalah keseluruhan

pembayaran/pengeluaran yang dikeluarkan oleh pemilik atau

penyelenggara reklame. Perhitunngan NJOR didasarkan pada besarnya

komponen biaya penyelenggaraan reklame, yang meliputi indikator :

a. biaya pembuatan/kontruksi ;

b. biaya pemeliharaan ;

c. lama pemasangan ;

d. jenis reklame ;

e. luas bidang reklame ; dan

f. ketinggian reklame

Besarnya NJOR dihitung dengan rumus :31

NJOR = (Ukuran Reklame x Harga Dasar Ukuran Reklame) +

(Ketinggian Reklame x Harga Dasar Ketinggian Reklame).

Nilai Strategis Pemasangan Reklame yang selanjutnya disingkat

(NSPR) adalah ukuran nilai yang ditetapkan pada titik lokasi dipasang reklame

tersebut, berdasarkan kriteria kepadatan pemanfaatan tata ruang kota guna

30

Pasal 3 Ayat 1 Huruf a Peraturan Bupati Blitar Nomor 39 Tahun 2012 Tentang

Pedoman Pelaksanaan Pemungutan Pajak Reklame. 31

Pasal 3 Ayat 1 huruf b Peraturan Bupati Blitar Nomor 39 Tahun 2012 Tentang

Pedoman Pelaksanaan Pemungutan Pajak Reklame. Lembaran Daerah Kabupaten Blitar Tahun

2012 Nomor 39 / C

Page 46: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

35

berbagai aspek kegiatan di bidang usaha. Perhitungan nilai strategis didasarkan

pada besarnya ukuran reklame, dengan indikator: nilai fungsi ruang (NFR)

lokasi pemasangan; nilai fungsi jalan (NFJ); dan nilai sudut pandang (NSP).

Besarnya NSPR dihitung dengan rumus sebagai berikut :32

NSPR = (NFR + NSP + NFJ) x Harga Dasar Nilai Strategis.

NSPR = [{Fungsi Ruang (= Bobot x Skor)} + {Fungsi Jalan (= Bobot x

Skor)}+ {Sudut Pandang (= Bobot x Skor)}] x Harga Dasar Nilai

Strategis.

6. Tarif Pajak Reklame

Tarif Pajak Reklame ditetapkan paling tinggi sebesar dua puluh lima

persen dan ditetapkan oleh peraturan daerah kabupaten/kota. Hal tersebut

bermaksud guna memberi keleluasaan kepada pemerintah kabupaten/kota guna

menetapkan tarif pajak yang dipandang sesuai dengan kondisi masing – masing

daerah kabupaten/kota. Dalam hal ini Pemerintah Kabupaten Blitar telah

menetapkan bahwa Tarif Pajak Reklame sebesar 25% dihitung dari

perhitungan Nilai Sewa Reklame dengan rumus33

:

Tarif Pajak Reklame = 25% x (NJOPR + NSPR)

32

Pasal 3 Ayat 1 Huruf c Peraturan Bupati Blitar Nomor 39 Tahun 2012 Tentang

Pedoman Pelaksanaan Pemungutan Pajak Reklame. Lembaran Daerah Kabupaten Blitar Tahun

2012 Nomor 39 / C 33

Pasal 4 Ayat 1 Peraturan Bupati Blitar Nomor 39 Tahun 2012 Tentang Pedoman

Pelaksanaan Pemungutan Pajak Reklame. Lembaran Daerah Kabupaten Blitar Tahun 2012 Nomor

39 / C

Page 47: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

36

7. Pelaporan Pajak dan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah

(SPTPD)34

Wajib Pajak Reklame diharuskan melaporkan pada bupati/walikota,

dalam praktik adalah Kepala Badan Pendapatan Kabupaten/Kota, tentang

penghitungan dan pembayaran Pajak Reklame yang terhutang. Wajib pajak

yang sudah memunyai NPWPD pada awal masa pajak harus mengisi SPTPD.

STPPD diisi dengan jelas, lengkap, dan benar lalu ditandatangani oleh wajib

pajak atau kuasanya dan disampaikan kepada walikota/bupati atau pejabat yang

berwenang sesuai dengan waktu yang ditentukan. Umumnya SPTPD harus

disampaikan paling lambat lima belas hari setelah selesainya masa pajak.

Semua data perpajakan yang didapat dari daftar isian tersebut dihimpun dalam

berkas atau kartu data yang adalah hasil akhir yang akan dibuat sebagai dasar

penghitungan dan penetapan pajak yang terutang. Keterangan dan dokumen

yang harus dicantumkan dan atau dilampirkan SPTPD ditetapkan oleh

bupati/walikota.

Bupati/walikota atas permohonan wajib pajak dengan alasan yang sah

dan bisa diterima bisa memperpanjang waktu penyampaian SPTPD untuk

jangka waktu tertentu, yang telah diatur di peraturan daerah. SPTPD dianggap

tidak dimasukkan bila wajib pajak tidak melakukan atau tidak sepenuhnya

melakukan ketentuan pengisian dan penyampaian SPTPD yang sudah

ditetapkan.Wajib pajak yang tidak melaporkan atau juga melaporkan tidak

sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan maka dikenakan sanksi

administrasi berupa denda berdasarkan peraturan daerah.

34

Op.Cit, Marihot Pahala Saihaan hlm 393.

Page 48: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

37

8. Surat Tagihan Pajak Daerah35

Bupati/walikota berwenang menerbitkan Surat Tagihan Pajak Daerah

(STPD) bila Pajak Reklame dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar;

hasil penelitian SPTPD ditemui kekurangan pembayaran sebagai akibat salah

tulis dan atau salah hitung; dan wajib pajak dapat diberikan sanksi administrasi

seperti bunga dan atau denda. Sanksi administrasi seperti bunga dijaatuhkan

kepada wajib pajak yang tidak atau kurang membayar pajak yang terutang.

Sementara itu, sanksi administrasi seperti denda dijatuhkan sebab tidak

dipenuhinya ketentuan formal, contohnya tidak atau terlambat menyampaikan

SPTPD.

Selain ketentuan di atas, bupati/walikota juga berwenang menerbitkan

STPD bila kewajiban pembayaran pajak terutang di SKPD atau SKPDKBT

tidak dilaksanakan atau tidak sepenuhnya dilaksanakan oleh wajib pajak. Oleh

karena itu, STPD juga merupakan sarana yang dipakai guna menagih SKPDKB

atau SKPDKBT yang tidak atau kurang dibayar oleh wajib pajak sampai jatuh

tempo pembayaran pajak dalam SKPDKB atau SKPDKBT. Pajak dengan

sanksi berupa bunga sebesar dua persen perbulan untuk jangka waktu paling

lama lima belas bulan sejak saat terutang pajak. STPD wajib dilunasi dalam

jangka waktu maksimal satu bulan sejak tanggal diterbitkan. Di samping itu,

bentuk, isi, serta tata cara penerbitan STPD, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT,

SKPDLB, SKPDN, dan STPD ditetapkan oleh bupati/walikota.

35

Ibid, hlm 395

Page 49: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

38

9. Pembayaran Pajak Reklame36

Pajak Reklame terutang dilunasi dalam waktu yang diatur daerah,

contohnya selambatnya pada tanggal 15 bulan selanjutnya dari masa pajak

yang terutang setelah berakhirnya masa pajak. Penentuan tanggal jatuh tempo

pembayaran dan penyetoran Pajak Reklame diatur oleh bupati/ walikota. Jika

pada wajib pajak diterbitkan SKPD, SKPDKBT, STPD, Surat Keputusan

Keberatan, Surat Keputusan Pembetulan, dan Putusan Banding yang

mengakibatkan jumlah pajak yang wajib dibayar bertambah, Pajak Reklame

wajib dilunasi selambat – lambatnya satu bulan sejak tanggal diterbitkan.

Pembayaran Pajak Reklame yang terutang dilaksanakan ke kas daerah,

bank, atau tempat lain yang ditunjukan oleh bupati/walikota berdasarkan waktu

yang ditentukan dalam SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, dan STPD. Jika

pembayaran pajak dilaksanakan di tempat lain yang ditunjuk, hasil penerimaan

pajak wajib diserahkan ke kas daerah selambat - lambatnya 1 x 24 jam atau di

waktu yang ditetapkan oleh bupati/ walikota. Bila tanggal jatuh tempo

pembayaran di hari libur, pembayaran dilakukan pada hari kerja selanjutnya.

Pembayaran pajak dilakukan dengan Surat Setoran Pajak Daerah

(SSPD). Pembayaran pajak wajib dilaksanakan sekaligus atau lunas. Wajib

pajak membayar pajak diberi tanda bukti pembayaran pajak dan dicatat di buku

penerimaan. Hal tersebut wajib dilaksanakan oleh petugas pembayaran pajak

guna tertib administrasi dan pengawasan pajak. Dengan demikian, pembayaran

pajak akan mudah dipantau oleh petugas Badan Pendapatan Daerah. Bentuk,

36

Ibid, hlm 396

Page 50: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

39

isi, ukuran buku penerimaan, dan tanda bukti pembayaran pajak ditetapkan

melalui keputusan bupati/walikota.

Pada situasi tertentu, bupati/walikota atau pejabat yang ditunjuk bisa

memberikan persetujuan pada wajib pajak guna melakukan angsuran

pembayaran Pajak Reklame terutang dalam masa waktu tertentu setelah

memenuhi syarat – syarat yang telah ditentukan. Pemberian persetujuan guna

mengangsur pembayaran pajak diberikan atas permohonan wajib pajak.

Angsuran pajak yang terutang wajib dilaksanakan dengan rutin dan berturut –

turut dengan dikenakakan bunga sebesar dua persen perbulan dari jumlah pajak

yang belum ataupun kurang dibayar. Selain memberikan persetujuan

mengangsur pembayaran pajak, bupati/walikota atau pejabat yang ditunjukan

bisa memberi persetujuan pada wajib pajak guna menunda memenuhi

pembayaran pajak diberikan atas permohonan wajib pajak, dengan dikenakan

bunga sebesar dua persen sebulan dari jumlah pajak yang belum atau kurang

dibayar. Persyaratan untuk bisa melakukan angsuran atau penundaan

pembayaran pajak dan tata cara pembayaran angsuran ditetapkan melalui

keputusan bupati/walikota.

10. Penagihan Pajak Reklame37

Apabila Pajak Reklame yang terutang tidak lunas setelah jatuh tempo

pembayaran bupati/walikota atau pejabat yang ditunjuk akan melaksanakan

tindakan penagihan pajak. Penagihan pajak dilaksanakan terhadap pajak

terutang dalam SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, STPD, Surat Keputusan

Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, dan Putusan Banding yang

37

Ibid, hlm 397

Page 51: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

40

mengakibatkan jumlah pajak yang wajib dibayar bertambah. Penagihan pajak

dilaksanakan dengan terlebih dahulu memberikan surat teguran atau surat

peringatan atau surat lain yang sejenis sebagai awal tindakan penagihan pajak.

Surat teguran atau surat peringatan dikeluarkan tujuh hari sejak saat jatuh

tempo pembayaran pajak dan dikeluarkan pejabat yang ditunjuk oleh

bupati/walikota. Dalam kurun waktu tujuh hari semenjak surat teguran atau

surat peringatan atau surat lain yang sejenis diterima, wajib pajak wajib

melunasi pajak terhutang.

Bila jumlah pajak yang harus dibayar tidak dilunasi saat jangka waktu

yang ditentukan dalam surat teguran atau surat peringatan atau surat lain yang

sejenis, akan ditagih dengan Surat Paksa. Tindakan penagihan pajak dengan

Surat Paksa. Tindakan penagihan pajak dengan Surat Paksa. Tindakan

penagihan pajak dengan surat paksa dapat dilanjutkan dengan penyitaan,

pelelangan, pencegahan, dan penyanderaan jika wajib pajak tetap tidak mau

melunasi pajak terutang sebagaimana mestinya. Terakhir, bila dilakukan

penyitaan dan pelelangan barang milik wajib pajak yang disita, pemerintah

kabupaten/kota memiliki hak mendahulu untuk tagihan pajak atau barang –

barang milik wajib pajak atau penanggung pajak. Ketentuan hak mendahulu

meliputi pokok pajak, sanksi administrasi seperti kenaikan, bunga, denda, dan

biaya penagihan pajak.

Adanya tentang ketentuan tentang hak mendahului tersebut guna

memberikan jaminan pada daerah pelunasan utang pajak daerah apabila pada

saat yang sama wajib pajak memiliki uang pajak dan juga utang/kewajiban

Page 52: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

41

perdata kepada kreditur lainya, sementara itu wajib pajak tidak melunasi

semua utangnya sehingga dinyatakan pailit.

Page 53: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

42

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jika dilihat dari jenisnya, penelitian ini dapat dikategorikan sebagai

penelitian yuridis empiris. Penelitian jenis ini adalah penelitian yang mengkaitkan

langsung hukum dengan keadaan masyarakat yang diatur oleh hukum. Penelitian

ini melihat bagaimana efektifitas suatu produk hukum terhadap masyarakat

sebagai obyek pengaturannya. Penelitian hukum empiris ini tidak hanya tertuju

pada warga-warga masyarakat tetapi juga kepada penegak hukum dan fasilitas

yang dharapkan akan menunjang pelaksanaan peraturan tersebut38.

B. Metode Pendekatan

Pendekatan penilitian adalah metode atau cara mengadakan penelitian.

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis-

sosiologis karena sesuai dengan jenis penilitian yaitu empiris. Pendekatan yuridis-

sosiologis akan melihat fenomena masyarakat yang telah diatur dalam suatu

hukum. Yang dikaji dalam penelitian ini apakah hukum yang diterapkan sudah

ditegakkan dengan efektif oleh lembaga penegak hukum.

Yuridis dalam hal ini adalah tugas Badan Pendapatan Daerah Kabupaten

Blitar yang telah jelas dalam Pasal 21 Peraturan Bupati Blitar Nomor 39 Tahun

2012 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pemungutan Pajak Reklame. Dalam pasal

tersebut dijelaskan tentang tindakan penagihan pajak Reklame.

38

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 2005, hlm.32

Page 54: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

43

C. Alasan Lokasi Penelitian

Penulis memilih melakukan penelitian di Badan Pendapatan Daerah

Kabupaten Blitar dikarenakan yang memiliki wewenang untuk melaksanakan

Pasal 21 Peraturan Bupati Blitar Nomor 39 Tahun 2012 Tentang Pedoman

Pelaksanaan Pemungutan Pajak Reklame. Alasan pemilihan Badan Pendapatan

Daerah Kabupaten Blitar menjadi tempat penelitian di karenakan pelaksanaan

penagihan pajak reklame di Kabupaten Blitar merupakan wewenang Badan

Pendapatan Daerah Kabupaten Blitar, serta di Kabupaten Blitar banyak ditemui

para wajib pajak yang menunggak pembyaran pajak reklame.

D. Jenis dan Sumber Data

Dalam suatu penelitian ilmiah sumber data merupakan hal yang penting

karena jika ada kesalahan dalam memahami dan menggunakan sumber data maka

penelitian tersebut tidak akan mencapai tujuannya. Dari sumber data tersebut akan

diklasifikasikan mana data primer dan mana data sekunder. Maka dari itu seorang

peneliti harus mampu memahami dan menggunakan sumber data secara baik dan

benar.

1. Jenis Data

Jenis data yang diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Jenis data Primer berupa informasi, pendapat, dan

pengalaman yang didapat dari wawancara langsung kepada

pihak-pihak yang terkait dengan penelitian ini.39

2. Jenis data skunder adalah data-data pelengkap atau

pendukung dari penelitian ini. Data ini adalah studi

39

Universitas Brawijaya, 2010, Pedoman Penulisan Karya ilmiah, Fakultas Hukum

Universitas Brawijaya, Malang, hlm.21.

Page 55: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

44

kepustakaan dan peraturan perundang-undangan terkait

yang meliputi:

1) Undang – Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang

Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 1983

2) Undang – Undang Nomor 34 Tahun 2000 Tentang

Perubahan atas Undang – Undang Nomor 18 Tahun

1997 tentang Pajak Daerah dan Rertibusi Daerah.

3) Undang – Undang Nomor 18 Tahun 1997 Tentang

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2000

4) Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2009

5) Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang

Pemerintahan Daerah

6) Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 Tentang

Pajak Daerah. Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2001 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 413

7) Peraturan Daerah Kabupaten Blitar Nomor 2 Tahun

2011 Tentang Pajak Daerah. Peraturan Daerah

Kabupaten Blitar Nomor 10 Tahun 2016 Tentang

Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah.

Page 56: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

45

8) Peraturan Bupati Blitar Nomor 39 Tahun 2012

Tentang Pedoman Pelaksanaan Pemungutan Pajak

Reklame.

2. Sumber data

Sumber data yang diambil penulis adalah sebagai berikut :

a. Sumber data primer adalah hasil dari wawancara langsung

dilapangan. Jenis data primer merupakan sumber data

utama yang didapatkan dengan cara melakukan

wawancara kepada pihak terkait. Jenis data primer dalam

penelitian ini adalah wawancara secara langsung kepada

pihak-pihak terkait yang meliputi pegawai seksi

penagihan, bidang penagihan dan Keberatan.

b. Sumber data sekuder diambil dari website resmi seperti

JDIH Kabupaten Blitar dan laman resmi Badan

Pendapatan Daerah Kabupaten Blitar.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data menggunakan studi literatur dan studi lapangan.

Studi literatur dipakai guna pengumpulan dan analisis bahan-bahan hukum, baik

bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder, sedangkan studi lapangan

pakai guna pengumpulan data dalam hal ini opini dari pihak yang terkait. Studi

lapangan dilakukan dengan cara :

1. Wawancara

Teknik pengumpulan data primer yang digunakan untuk penelitian

ini yaitu dengan menggunakan wawancara. Artinya suatu metode

Page 57: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

46

pengumpulan data guna memperoleh sejumlah data guna memperoleh

sejumlah data yang akurat dengan jalan mengajukan pertanyaan secara

langsung kepada responden yang dihasilkan dari wawancara tersebut.

Dalam hal ini langsung dengan pihak yang erat hubunganya dengan

penelitian agar data yang diperoleh lebih jelas dan akurat. Adapun yang

dijadikan sebagai sumber informasi dalam penelitian ini adalah Badan

Pendapatan Kabupaten Kabupaten Blitar, Bidang Penagihan dan

Keberatan, Seksi Penagihan.

2. Studi Pustaka

Dalam pengumpulan data sekunder, penulis juga memperoleh data

dengan studi literatur dan sumber-sumber yang berhubungan dengan

penelitian. Studi ini dimaksudkan untuk mendapat landasarn teori yang

cukup, guna mendukung analisis dalam penelitian ini. Data sekunder di

peroleh dari membaca literatur yang berhunungan dengan penelitian ini

disertai penelururan situs-situs internet untuk mencari data- data yang

berkaitan dengan penelitian ini. Data sekunder juga diperoleh dari

beberapa perundang-undangan yang mengatur tentang Otonomi Daerah,

Pajak Daerah, Pajak Reklame dan hal-hal lain yang memiliki kaitan erat

dengan penelitian ini.

F. Populasi dan Sampling

1. Populasi

Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisis yang ciri-

cirinya akan diduga.40

Dalam penelitian populasi adalah pegawai Badan

40

Masri Singarimbun, Metode Survei, LP3ES, Jakarta, 1987, hal.152

Page 58: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

47

Pendapatan Daerah Kabupaten Blitar, Bidang Penagihan dan Keberatan,

Seksi Penagihan.

2. Sampel

Sample adalah sebagian yang diambil dari populasi dengan

menggunakan cara tertentu.41

Pengambilan sample yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode purposive sampling.PurposiveSampling

adalah teknik pengambilan sample secara bertujuan, Adapun sample dalam

penelitian ini adalah petugas Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Blitar

terdiri dari :

a. Bapak Bambang Sugeng, S.E., selaku Kepala Seksi Penagihan,

Bidang Penagihan dan Keberatan Badan Pendapatan Daerah

Kabupaten Blitar.

b. Bapak Junaidi, S.E, selaku Seksi Penagihan, Bidang Penagihan

dan Keberatan Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Blitar

c. Bapak Winarno S.H., selaku Seksi Penagihan, Bidang

Penagihan dan Keberatan Badan Pendapatan Daerah

Kabupaten Blitar

G. Teknik Analisis Data

Penggunaan teknik analisis data ini adalah deskritif kualitatif. Deskriptif

kualitatif merupakan uraian dalm bentuk kalimat yang teratur, runntut, logis dan

efektif. Tujuan hal tersebut untuk mempermudah dalam interpretasi data dan

pemahaman hasil analisis.42

Sedangkan menurut Soerjono Soekanto, teknik

41

Hadari Nawawi,Metode Penelitian Bidang Sosial. Universitas Gadjah Mada Press,

Yogyakarta, 1987, hlm.141 42

Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Aditya Bakti,

Bandung, 2004, hlm.127

Page 59: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

48

analisis data deskriptif kualitatif merupakan suatu metode analisa data yang tidak

didasarkan atas angka-angka namun data yang telah dirangkai dengan kata-kata

dan kalimat, kemudian dibuat dengan metode berfikir deduktif. Befikir deduktif

didasarkan hal umum yang kemudian ditarik sebuah kesimpulan yang bersifat

khusus.43

H. Definisi Operasional

1. Pelaksanaan

Pelaksanaan dapat di artikan sebagai penerapan atau implementasi

pelaksanaan Pasal 21 Peraturan Bupati Blitar Nomor 39 Tahun 2012

Tentang Pedoman Pelaksanaan Pemungutan Pajak Reklame Terkait

Penagihan Pajak Reklame.

2. Reklame

Reklame adalah benda, alat, perbuatan, atau media yang bentuk dan

corak ragamnya dirancang untuk tujuan komersial memperkenalkan,

menganjurkan, mempromosikan, atau untuk menarik perhatian umum

terhadap barang, jasa, orang, atau badan, yang dapat dilihat, dibaca,

didengar, dirasakan, dan atau dinikmati oleh umum.

2. Pajak Daerah

Pajak Daerah adalah pungutan dari masyarakat oleh pemerintah

daerah berdasarkan undang – undang yang bersifat dapat dipaksakan dan

terutang oleh yang wajib membayarnya dengan tidak mendapat prestasi

43

Soejono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI-Press, Jakarta, 1986, hlm. 67.

Page 60: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

49

kembali (kontra prestasi/balas jasa) secara langsung, yang hasilnya

digunakan untuk membiayai pengeluaran daerah dalam penyelenggaraan

pemerintahan dan pembangunan.

3. Pajak Reklame

Pajak Reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame. Sebagai

Pajak Daerah yang menjadi wewenang pemerintah Kabupaten/Kota guna

menunjang pendapatan asli daerah.

4. Penagihan Pajak Reklame

Penagihan pajak dilakukan dengan terlebih dahulu memberikan surat

teguran atau surat peringatan atau surat lain yang sejenis sebagai awal

tindakan penagihan pajak. Surat teguran atau surat peringatan dikeluarkan

tujuh hari sejak saat jatuh tempo pembayaran pajak dan dikeluarkan oleh

pejabat yang ditunjuk oleh bupati/walikota. Dalam jangka waktu tujuh hari

sejak surat teguran atau surat peringatan atau surat lain yang sejenis

diterimanya, wajib pajak harus melunasi pajak yang terhutang.

Page 61: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

50

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Kabupaten Blitar

1. Keadaan Umum Kabupaten Blitar

Kabupaten Blitar merupakan salah satu daerah di Propinsi Jawa Timur

yang secara geografis Kabupaten Blitar terletak pada 111 25’ – 112 20’ BT

dan 7 57-8 9’51 LS berada di Barat daya Ibu Kota Propinsi Jawa Timur –

Surabaya dengan jarak kurang lebih 160 Km. Adapun batas – batas wilayah

adalah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kabupaten Kediri dan Kabupaten Malang

Sebelah Timur : Kabupaten Malang

Sebelah Selatan : Samudra Indonesia

Sebelah Barat : Kabupaten Tulungagung dan Kabupaten Kediri

Kabupaten Blitar memiliki luas wilayah 1.588.79 KM dengan tata

guna tanah terinci sebagai Sawah, Pekarangan, Perkebunan, Tambak, Tegal,

Hutan, Kolam Ikan dan lain-lain, Kabupaten Blitar juga di belah aliran

sungai Brantas menjadi dua bagian yaitu Blitar Utara dan Blitar Selatan

yang sekaligus membedakan potensi kedua wilayah tersebut yang mana

Blitar Utara merupakan dataran rendah lahan sawah dan beriklim basah dan

Blitar Selatan merupakan lahan kering yang cukup kritis dan beriklim

kering. Wilayah Blitar selatan terus berusaha mengembangkan segala

potensi yang dimiliki. Daya tarik Potensi dan kekayaan yang dimiliki

Kabupaten Blitar bukan hanya pada sumber daya alam, produksi hasil bumi

Page 62: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

51

yang melimpah, hasil – hasil peternakan, perikanan dan deposit hasil

tambang yang tersebar di wilayah Blitar Selatan, tetapi juga kekayaan

budaya serta peninggalan sejarah yang mempunyai nilai adiluhung menjadi

kekayaan yang tidak ternilai. Namun lebih dari itu, berbagai kemudahan

perijinan dan iklim investasi (usaha) yang kondusif didukung oleh stabilitas

sosial politik merupakan modal utama yang dapat menjadi ―point of

essential‖ terutama jaminan bagi investor dan seluruh masyarakat untuk

melibatkan diri dalam pengembangan Kabupaten Blitar.44

2. Visi dan Misi

a. Visi

Pemerintahan Kabupaten Blitar dibawah kepemimpinan

Drs.H. Rijanto, MM dan Marhaenis Urip Widodo, S Sos selama peroide

2016 – 2021 menetapkan visi : ― MENUJU KABUPATEN BLITAR

LEBIH SEJAHTERA, MAJU DAN BERDAYA SAING‖.45

Penjabaran Visi

Lebih Sejahtera, berarti meningkatnya kesejahteraan masyarakat

secara lahir dan batin. Secara lahir adalah pemenuhan kebutuhan dasar

masyarakat secara baik, pengurangan angka kemiskinan, peningkatan

pendapatan masyarakat, peningkatan kesempatan kerja, kemudahan akses

masyarakat terhadap pelayanan pendidikan dan kesehatan. Peningkatan

kesejahteraan secara batin diwujudkan dalam penciptaan suasana

44

Website Resmi Pemerintah Kabupaten Blitar, Gambaran Umum Kabupaten Blitar

(online), http://www.blitarkab.go.id/2012/06/06/gambaran-umum-2/ (12 Juni 2017) , 2012. 45

Website Resmi Pemerintah Kabupaten Blitar, Visi dan Misi Kabupaten Blitar (online),

http://www.blitarkab.go.id/2016/02/24/visi-dan-misi-kabupaten-blitar/ (12 Juni 2017) , 2012.

Page 63: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

52

kehidupan yang religius, aman dan kondusif, serta adanya kebebasan dan

kemudahan masyarakat dalam menjalankan ibadah sesuai dengan agama

dan kepercayaannya.

Maju, dimaknai dengan adanya perkembangan positif dalam

setiap aspek kehidupan masyarakat terutama terkait dengan kualitas dan

kapasitas sumber daya manusia (SDM), tata kelola pemerintahan dan

pelayanan publik. Berdaya Saing, yaitu terwujudnya kemampuan

masyarakat Kabupaten Blitar untuk memanfaatkan keunggulan

komparatif dan kompetitif yang dimiliki sehingga mampu bersaing

secara regional, nasional bahkan internasional.

b. Misi

1) Meningkatkan taraf kehidupan masyarakat melalui akselerasi

program pengentasan kemiskinan, optimalisasi dan

pengembangan program pembangunan dan kemasyarakatan yang

tepat sasaran ;

2) Memantapkan kehidupan masyarakat berlandaskan nilai-nilai

keagamaan (religius), kearifan lokal dan hukum melalui

optimalisasi kehidupan beragama dan kehidupan sosial, serta

penerapan peraturan perundang-undangan ;

3) Meningkatkan kualitas Sumer Daya Manusia (SDM) masyarakat

melalui peningkatan mutu bidang pendidikan (termasuk di

dalamnya adalah wawasan kebangsaan, budi pekerti, praktek

keagamaan) dan kesehatan serta kemudahan akses memperoleh

pendidikan dan pelayanan kesehatan yang memadai ;

Page 64: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

53

4) Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik melalui

reformasi birokrasi, serta pelayanan publik berbasis teknologi

informasi ;

5) Meningkatkan keberdayaan masyarakat dan usaha ekonomi

masyarakat yang memiliki daya saing melalui peningkatan

ketrampilan dan keahlian, pengembangan ekonomi kerakyatan

berbasis Koperasi dan UMKM, ekonomi kreatif, jiwa

kewirausahaan, potensi lokal daerah dan penguatan sektor

pariwisata serta pemanfaatan sumber daya alam dengan

memperhatikan kelestarian lingkungan hidup ;

6) Meningkatkan pembangunan berbasis desa dan kawasan

perdesaan melalui optimalisasi penyelenggaraan pemerintahan

desa, pembangunan, pembinaan kemasyarakatan dan

pemberdayaan masyarakat desa.

3. Keadaan Demografi Kabupaten Blitar

Penduduk merupakan salah satu potensi bagi Kabupaten Blitar untuk

menggerakkan pembangunan, namun sebaliknya menjadi permaslahan

apabila kualitas sumberdaya manusianya masih rendah. Jumlah penduduk

yang besar dengan kualitas SDM yang tinggi akan sangat mendukung

pemerintah dalam mencapai tujuan-tujuan kesejahteraan masyarakat.

Adapun jumlah penduduk Kabupaten Blitar pada tahun 2008

mencapai 1.268.194 jiwa, terdiri dari penduduk perempuan 637.419 jiwa dan

laki – laki 630.7754 jiwa. Adapun tingkat pertumbuhan penduduk Kabupaten

Blitar mencapai 0,80% dengan kepadatan penduduk rata-rata 729 km2.

Page 65: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

54

Adapun sebaran penduduk di Kabupaten Blitar untuk masing – masing

kecamatan adalah sebagai berikut :46

Tabel 4.1

Jumlah Penduduk Kabupaten Blitar per Kecamatan

No. Kecamatan Laki – Laki Perempuan Jumlah

1 Bakung 15.090 15.385 30.475

2 Wonotitro 20.701 20.778 41.479

3 Panggungrejo 22.619 23.360 45.098

4 Wates 16.949 17.147 34.188

5 Binangun 24.433 24.755 49.520

6 Sutojayan 26.277 26.293 52.191

7 Kademangan 36.328 35.863 72.829

8 Kanigoro 38.625 39.204 77.370

9 Talun 33.073 33.297 66.125

10 Selopuro 22.828 23.297 46.971

11 Kesamben 29.342 29.629 58.971

12 Selorejo 21.621 21.690 43.311

13 Doko 22.729 22.880 45.609

14 Wlingi 29.484 29.657 59.141

15 Gandusari 37.957 38.062 76.019

16 Garum 34.427 33.873 68.300

17 Nglegok 38.114 38.388 76.702

18 Sanankulon 28.597 28.951 57.548

19 Ponggok 51.493 52.590 104.083

20 Srengat 33.164 33.615 66.779

21 Wonodadi 25.255 26.219 51.474

22 Udanawu 21.719 22.284 44.003

Jumlah 630.755 637.419 1.268.194

Sumber Data Primer, Tidak Diolah, 2012

46

Website Resmi Pemerintah Kabupaten Blitar, Gambaran Umum Kabupaten Blitar

(online), http://www.blitarkab.go.id/2012/06/06/gambaran-umum-2/ (12 Juni 2017) , 2012.

Page 66: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

55

4. Jumlah Penduduk Per Kecamatan

Kecamatan yang memiliki jumlah penduduk terbesar adalah

Kecamatan Ponggok yaitu sebanyak 104.083 jiwa, sedangkan kecamatan

yang memiliki jumlah penduduk paling sedikit adalah Kecamatan Bakung

dengan jumlah penduduk 30.475 jiwa. Namun begitu apabila jumlah

penduduk dibandingkan luas wilayah masing – masing kecamatan, maka

kecamatan Kanigoro memiliki kepadatan penduduk paling tinggi karena

diduga berdekatan dengan wilayah Kota Blitar. Hal tersebut didukung data

bahwa kecamatan kecamatan yang berbatasan dengan wilayah Kota Blitar

seperti Kanigoro, Garum, Kademangan, dan Nglegok. Adapun kecamatan

yang memiliki kepadatan penduduk paling rendah adalah Kecamatan Wates47

.

5. Administrasi Pemerintahan

Secara administrasi Pemerintah Kabupaten Blitar terbagi menjadi 22

kecamatan, 220 desa, 28 kelurahan, 759 dusun/Rukun Warga(RW) dan

sebanyak 6.978 Rukun Tetangga (RT).

Untuk menggerakan roda pemerintahan di Kabupaten Blitar terdapat

13.209 jumlah pegawai negeri sipil yang didukung oleh 144 tenaga honorer

(non PNS) yang tersebar di 41 Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD).

Adapun kelembagaab/organisasi Pemerintah Kabupaten Blitar sesuai dengan

Peraturan Daerah Kabupaten Blitar No.3 Tahun 2002 tentang Susunan

Organisasi dan Tata Kerja Badan-badan dan Kantor di Lingkungan

Pemerintah Kabupaten Blitar, adalah sebagai berikut : SKPD Badan meliputi

47

Website Resmi Pemerintah Kabupaten Blitar, Gambaran Umum Kabupaten Blitar

(online), http://www.blitarkab.go.id/2012/06/06/gambaran-umum-2/ (12 Juni 2017) , 2012.

Page 67: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

56

: 8 SKPD,Dinas terdiri dari : 15 SKPD,Sekretariat DPRD = 1 SKPD Kantor

terdiri dari : 6 SKPD, Bagian terdiri dari 9 SKPD dan SKPD kecamatan

terdiri dari 22 kecamatan serta 28 SKPD kelurahan. Pada akhir tahun 2008

yaitu tanggal 30 Desember 2008 Pemerintah kabupaten Blitar menerbitkan

Peraturan Daerah No.18 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Sekretariat Daerah dan Sekretariat DPRD Kabupaten Blitar, No.19 Tahun

2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas-dinas Daerah Kabupaten

Blitar, No.20 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata kerja Inspektorat,

BAPPEDA dan Lembaga Teknis Dinas, No.21 Tahun 2008 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kecamatan dan Kelurahan, No.22 Tahun 2008

tentang Organisasi dan Tata Kerja Satpol PP. Pemerintah Daerah tersebut

sebagai implementasi dai Peraturan Pemerintah No.41 Tahun 2007 dimana

struktur kelembagaan pemerintah Kabupaten Blitar terdiri dari : Badan = 7

SKPD, Dinas = 16 SKPD, Kantor = 4 SKPD, Bagian = 9 SKPD, Inspektorat

= 1 SKPD, Sekretariat DPRD = 1 SKPD.

Adapun jumlah anggota DPRD Kabupaten Blitar hasil pemilihan

umum legislatif tahun 2005 terdiri dari 45 orang dengan rincian : PDI

Perjuangan = 16 orang, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) = 12 orang, Partai

Golkar = 8 orang, Partai Demokrat = 5 orang, Partai Persatuan Pembangunan

= 1 orang, Partai Amanat Nasional (PAN) = 2 orang dan Partai Keadilan

Sejahtera (PKS) = 1 orang.48

48

Website Resmi Pemerintah Kabupaten Blitar, Gambaran Umum Kabupaten Blitar

(online), http://www.blitarkab.go.id/2012/06/06/gambaran-umum-2/ (12 Juni 2017) , 2012.

Page 68: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

57

6. Letak Geografis

Kabupaten Blitar tercatat sebagai salah stu kawasan yang strategis dan

mempunyai perkembangan yang cukup dinamis. Kabupaten Blitar berbatasan

dengan tiga kabupaten lain, yaitu sebelah Timur berbatasan dengan

Kabupaten Malang, sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten

Tulungagung dan Kabupaten Kediri sedangkan sebelah Utara berbatasan

dengan Kabupaten Kediri dan Kabupaten Malang. Sementara itu untuk

sebelah Selatan adalah Samudera Indonesia yang terkenal dengan kekayaan

lautnya.Apabila diukur dari atas permukaan laut, maka Kabupaten Blitar

mempunyai ketinggian ± 167 meter dan luas 1.588,79 km².49

Di Kabupaten Blitar terdapat Sungai Brantas yang membelah daerah

ini menjadi dua yaitu kawasan Blitar Selatan yang mempunyai luas689,85

km² dan kawasan Blitar Utara, Blitar Selatan termasuk daerah yang kurang

subur. Hal ini disebabkan daerah tersebut merupakan daerah pegunungan

yang berbatu, dimana batuan tersebut cenderung berkapur sehingga

mengakubatkan tanah tandus dan susah untuk ditanami. Sebaliknya kawasan

Blitar Utara termasuk daerah surplus karena tanahnya yang subur, sehingga

banyak tanaman yang tumbuh dengan baik. Salah satu faktor penting yang

mempengaruhi tingkat kesuburan tanah di kawasan Blitar Utara adalah

adanya Gunung Kelud yang masih aktif serta banyaknya aliran sungai yang

cukup memadai. Gunung berapi dan sungai yang lebar berfungsi sebagai

49

Website Resmi Pemerintah Kabupaten Blitar, Gambaran Umum Kabupaten Blitar

(online), http://www.blitarkab.go.id/2012/06/06/gambaran-umum-2/ (12 Juni 2017) , 2012.

Page 69: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

58

sarana penyebaran zat-zat hara yang terkandung dalam material hasil letusan

gunung berapi.

7. Kondisi Iklim dan Tofografi

Lokasi Kabupaten Blitar berada di sebelah Selatan Khatulistiwa.

Tepatnya terletak antara 111°40¹-112°10¹ Bujur Timur dan 7°58¹-8°9¹51¹¹

Lintang Selatan. Hal ini secara langsung mempengaruhi perubahan iklim.

Iklim Kabupaten Blitar termasuk tipe C.3 dimana rata-rata curah hujan

tahunan 1.478,8 mm dengan curah hujan tertinggi 2.618,2 mm per tahun dan

terendah 1.024,7 per tahun. Sedangkan suhu tertinggi 30 Celcius dan suhu

terendah 18 celcius Perubahan iklimnya seperti di daerah-daerah lain

mengikuti perubahan putaran dua iklim yaitu musim penghujan dan musim

kemarau. Satu kenyataan yang dapat kita lihat sampai saat ini, bahwa

betapapun Kabupaten Blitar sebagai daerah yang kecil dengan segala potensi

alam, gografis dan iklim serta kualitas sumber daya manusia yang sedang,

ternyata telah mampu tampil ke depan dalam keberhasilan pembangunan.

Kemajuan demi kemajuan dan kemenangan demi kemenangan yang telah

dicapai daerah ini adalah karena besarnya partisipasi, kesadaran dan

pengabdian seluruh lapisan masyarakat. Sedangkan jika dilihat dari letak

Tofografi tinggi tempat tertinggi adalah 800 meter diatas permukaan laut dan

tinggi tempat terendah adalah 40 meter diatas permukaan laut.50

50

Website Resmi Pemerintah Kabupaten Blitar, Gambaran Umum Kabupaten Blitar (online),

http://www.blitarkab.go.id/2012/06/06/gambaran-umum-2/ (12 Juni 2017) , 2012.

Page 70: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

59

8. Potensi Daerah

a. Peternakan

Komoditi peternakan terbesar di Kabupaten Blitar adalah ayam ras

petelur. Sampai pada tahun 2010 sebagai potensi unggulan, produksi telur

Kabupaten Blitar mampu memenuhi 70% dari kebutuhan telur di Jawa

Timur dan secara Nasional memenuhi 30% dari kebutuhan telur ayam

Nasional.

Tahun 2010 jumlah populasi ayam ras petelur Kabupaten Blitar

mencapai 15.467.600 ekor dengan jumlah produksi telur sebanyak

134.735,3 ton telur. Adapun secara produksi di Kecamatan Srengat,

Ponggok dan Kademangan. Selain itu populasi itik di Kabupaten Blitar

mencapai750.444 ekor dengan jumlah produksi telur 3.512 ton. Sedangkan

populasi ayam buras mencapai 2.826.963 ekor pada tahun 2010 dengan

sentra di Kecamatan Talun.

Komoditi peternakan terbesar di Kabupaten Blitar adalah ayam ras

petelur. Sampai pada tahun 2010 sebagai potensi unggulan, produksi telur

Kabupaten Blitar mampu memenuhi 70% dari kebutuhan telur di Jawa

Timur dan secara Nasional memenuhi 30% dari kebutuhan telur ayam

Nasional.51

b. Kehutanan dan Perkebunan

Tahun 2010 jumlah populasi ayam ras petelur Kabupaten Blitar

mencapai 15.467.600 ekor dengan jumlah produksi telur sebanyak

51

Website Resmi Pemerintah Kabupaten Blitar, Potensi Daerah Peternakan (online),

http://www.blitarkab.go.id/2012/06/15/peternakan-2/ (12 Juni 2017) , 2012.

Page 71: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

60

134.735,3 ton telur. Adapun secara produksi di Kecamatan Srengat,

Ponggok dan Kademangan. Selain itu populasi itik di Kabupaten Blitar

mencapai750.444 ekor dengan jumlah produksi telur 3.512 ton. Sedangkan

populasi ayam buras mencapai 2.826.963 ekor pada tahun 2010 dengan

sentra di Kecamatan Talun.

Lahan bukan sawah yang berupa hutan rakyat di Kabupaten Blitar

seluas 1.845 Ha. Penggunaan lahan untuk hutan Negara secara statistik

selama lima tahun terakhir tidak mengalami perubahan signifikan yaitu

seluas 23.915 Ha. Sementara itu luas hutan yang dikelola Perum Perhutani

KPH Blitar sampai dengan tehun 2010 mencapai seluas 34.968,9 Ha.

Selama tahun 2002 s/d 2008 luas lahan kritis di wilayah Kabupaten

Blitar pengalami penurunan yang cukup signifikan dengan adanya

program GERHAN yang digulirkan oleh pemerintah. Sampai dengan

tahun 2008 penurunan lahan kritis di Kabupaten Blitar yang mencapai

18.130 Ha (70,77%) dari luas lahan kritis di Kabupaten Blitar yang

mencapai 25.617 Ha. Diharapkan pada tahun 2009 luas lahan kriis seluas

7.487 Hal tersebut dapat diubah menjadi hutan rakyat melalui program

GERHAN. Kecamatan memiliki lahan kritis paling luas adalah Kecamatan

Panggungrejo (5.801 Ha) dan yang paling sedikit adalah Kecamatan

Ponggok (67 Ha). Sedangkan 8 Kecamatan di Kabupaten Blitar tidak

memiliki lahan kritis.

Page 72: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

61

c. Pertanian

Di Kabupaten Blitar salah satu sektor prioritas adalah pertanian.

Sektor pertanian di Kabupaten Blitar meliputi : tanaman pangan dan

holtikultura, peternakan kehutanan dan perkebunan, dan perikanan. Sektor

pertanian merupakan sektor prioritas terhadap nilai PDRB Kabupaten

Blitar yang mencapai 47%. Di perkirakan pada beberapa dasawarsa

kedepan sektor pertanian masih mendominasi di bandingkan dengan sektor

lain mengingat kultur dan kondisi geografi di Kabupaten Blitar sangat

mendukung perkembangan sektor pertanian. Berkaitan dengan hal tersebut

yang perlu di pikirkan dan di carikan trobosan inovasi adalah bagaimana

hasil-hasil pertanian tersebut tidak hanya di pasarkan dalam bentuk bahan

mentah sehingga dapat menambah nilai ekonomi bagi masyarakat

Kabupaten Blitar. Oleh sebab itu kedepan diperlukan stimulasi terhadap

sektor industri pengolahan sehingga dapat mengisi kekosongan ruang

usaha antara produksi bahan mentah yang dihasilkan sektor pertanian

dengan pemasaran.52

d. Tanaman Pangan

Jenis tanaman pangan yang banyak di produksi di Kabupaten Blitar

meliputi: padi, jagung, kedelai, kacang tanah,umbi kayu, dan ketela

rambat. Kedelai hasil produksi masyarakat Kabupaten Blitar memiliki

prospek yang bagus dan mampu bersaing dengan daerah lain sebagai

52

Website Resmi Pemerintah Kabupaten Blitar, Potensi Daerah Peternakan (online),

http://www.blitarkab.go.id/2012/06/15/pertanian/ (12 Juni 2017) , 2012.

Page 73: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

62

pemasok bahan baku kecap selain di gunakan sebagai bahan dasar tempe

dan tahu.

Sementara itu produksi jagung selain di pergunakan sebagai bahan

makanan juga di gunakan sebagai bahan makanan ternak sedangkan ubi

kayu selain untuk di konsumsi juga di pasarkan untuk kebutuhan pabrik

tepung tapioka dan untuk industri makanan olahan seperti krupuk.

e. Perikanan

Potensi sektor perikanan di Kabupaten Blitar sangat menjanjikan.

Potensi perikanan tersebut meliputi perikanan laut (tangkap) dan

perikanan darat yang berupa budidaya ikan konsumsi dan ikan hias. Di

Kabupaten Blitar potensi perikanan darat sangat menjanjikan baik

budidaya ikan untuk konsumsi yang dominan adalah: Tombro, Tawes,

Mujair, Nila, Gurami, Lele dan Udang Windu dengan daerah pemasaran

baik lokal, regional maupun nasional. Selain itu untuk ikan hias yang

banyak di budidayakan adalah : Koi, ikan hias Koki, Manfish, Sedaker,

Oscar Sumatra dan Black Molly lebih banyak untuk memenuhi

permintaan lokal dan regional Jawa Timur.

Kabupaten Blitar merupakan salah satu sentra produksi ikan hias

khususnya ikan hias Koi. Sehingga setiap menyebut ikan hias Koi pasti

mengarah ke Blitar sebagai salah satu produksi ikan koi berkualitas. Hal

tersebut dapat dibuktikan dengan seringnya Blitar meraih juara dalam

event perlombaan (kontes) ikan Koi baik yang diselenggarakan event

ragional maupun nasional. Oleh sebab itu pengembangan di masa datang

Page 74: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

63

harus dlakukan secara memadai untuk memberikan jaminan terhadap

kualitas produk. Pada tahun 2005 dimulailah pembangunan Sub Raiser

ikan hias yang terletak di kawasan wisata candi Penataran. Pembangunan

Sub Raiser tersebut merupakan salah satu bentuk pembangunan sistem

kawasan yang saling berintegrasi antara obyek wisata yang ada di

kawasan candi Penataran.53

d. Pariwisata

Kabupaten Blitar memiliki kekeayaan obyek wisata yang dapat

diandalkan dan memiliki peluang untuk dikembangkan di masa

mendatang. Hal tersebut mengingat terdapat bermacam-macam jenis

obyek wisata yang mempunyai daya tarik khusus. Selain itu, obyek wisata

yang tersebar di Kabupaten Blitar dapat bersinergi dengan obyek wisata di

daerah lain seperti Kabupaten Kediri, Kota Blitar dan Kabupaten Malang.

Berbagai jenis obyek wisata yang terdiri dari wisata sejarah , wisata alam,

wisata rekreasi dan wisata budaya. Paling tidak sekitar 15 (lima belas)

obyek wisata yang dapat dinikmati diantaranya adalah Pantai Tambakrejo,

Pantai Serang, Pantai Jolosutro, Goa Embul Tuk, Bendungan Lahor

Selorejo, Petilasan Telaga Rambut Monte, Candi Penataran, Candi

Simping, dan Monumen Trisula.54

53

Website Resmi Pemerintah Kabupaten Blitar, Potensi Daerah Perikanan (online),

http://www.blitarkab.go.id/2012/06/15/perikanan-2/ (12 Juni 2017) , 2012. 54

Website Resmi Pemerintah Kabupaten Blitar, Potensi Daerah Perikanan (online),

http://www.blitarkab.go.id/2012/06/15/pariwisata-2/ 12 Juni 2017) , 2012.

Page 75: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

64

e. Industri

Salah satu penggerak roda perekonomian di Kabupaten Blitar

adalah sektor industri, khususnya industi kecil rumah tangga yang

jumlahnya mencapai 99,64%, namun begitu, apabila dilihat dari

komposisi PDRB Kabupaten Blitar, sektor industri hanya memberikan

kontribusi sebesar 2,55 % sehingga dengan jumlah prosentase tersebut

kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi dan perluasan lapangan kerja

masih relatife kecil. Hal tersebut sedikit banyak disebabkan oleh masih

dominanya industri kecil rumah tangga mencapai 687 unit (formal) dan

11.378 (non formal). Adapun jangkauan pemasaran hasil industri kecil

tersebut sebagian besar untuk memenuhi kebutuhan pangsa pasar lokal

dan regional dan sedikit eksport.55

Adapun jenis industri andalan Kabupaten Blitar adalah pengolahan

minyak kenanga 4 unit yang ada di Desa Kebonduren, Langon, dan

Togogan. Pengolahan minyak atsiri daun cengkeh dan daun nilam di Desa

Resapombo Kecamatan Doko. Industri Gula Kelapa mencapai 5.366 unit

tersebar diseluruh Kecamatan yang ada di Kabupaten Blitar. 56

f. Pertambangan

Kabupaten Blitar memilki potensi tambang Golongan B dan C

sangat menjanjikan terutama terdapat di Wilayah Blitar Selatan apabila

dapat di manfaatkan dan dikelola secara maksimal. Deposit bahan

55

Website Resmi Pemerintah Kabupaten Blitar, Potensi Daerah Perikanan (online),

http://www.blitarkab.go.id/2012/06/15/pariwisata-2/ 12 Juni 2017) , 2012. 56

Website Resmi Pemerintah Kabupaten Blitar, Potensi Daerah Pertambangan (online),

http://www.blitarkab.go.id/2012/06/15/pertambangan/ (12 Juni 2017) , 2012.

Page 76: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

65

tambang tersebut meliputi : pasir besi, trass, bentonit, kaolin, feldspar,

zeloit, ballclay, sirtu, batu kapur, andesit dan pirophiliyt.

Sektor Pertambangan semestinya memperoleh perhatian yang lebih

besar mengingat Kabupaten Blitar memiliki deposit bahan galian yang

besar dan mempunyai potensi untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat dan menopang pendapatan Asli Daerah (PAD). Pada

kenyataan dari sekian potensi yang ada baru sebagian yang bisa

dieksplorasi, namun belum di kelola secara profesional sehinga hasilnya

tidak maksimal.

B. Gambaran Umum Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Blitar

1. Sejarah Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Blitar

Proses berdirinya Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Blitar didahului

oleh lembaga yang dinamakan Penyusunan Penerimaan Pendapatan yang

bertugas untuk mengumpulkan atau menyusun suatu pendapatan yang

diperoleh dari retribusi, pajak, dan lain – lain. Kemudian dari nama

Penyusunan Penerimaan Pendapatan diganti menjadi Dinas Pendapatan

berdasarkan Keputusan Bupati No. 8/Drh/1964 tanggal 23 Januari 1964, yang

isinya membentuk suatu dinas baru Dinas Pendapatan Daerah Tingkat II

Blitar.

Perkembangan selanjutnya, karena pemerintah melihat tidak adanya

keseragaman nama, tata kerja, ruang lingkup, wewenang serta struktur dan

dinas yang bergerak dalam bidang pemungutan pendapatan daerah di seluruh

tingkat II dalam wilayah Negara Republik Indonesia, maka untuk

kepentingan penyempurnaan struktur organisasi Keputusan Menteri Dalam

Page 77: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

66

Negeri No. KUPD 7/41/10 tanggal 6 Juni 1978 tentang Susunan Organisasi

dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten/Kota Daerah Tingkat II

Blitar.

Dan, pada tahun 2013 Pemerintah Daerah Kabupaten Blitar

menerbitkan peraturan baru yakni, Peraturan Bupati No. 8 tahun 2013 tentang

organisasi perangkat daerah di lingkungan Pemerintahan Kabupaten Blitar

mengatur tentang kewenangan dan tupoksi yang ada di Dinas Pendapatan

menggantikan peraturan sebelumnya dimana Dinas Pendapatan masih

bernama DPPKAD atau Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Asset

Daerah. Peraturan Bupati No. 8 tahun 2013 juga mengatur tentang susunan

organisasi dan tata kerja Dinas Pendapatan Kabupaten Blitar. Lalu di tahun

2016 Pemerintah Kabupaten Blitar menerbitkan Peraturan Daerah Nomor 10

Tahun 2016 Tentang Pembentukan Dan Susunan Perangkat Daerah yang

dimana didalamnya mengubah Dinas Pendapatan Kabupaten Blitar menjadi

Badan Pendapatan Daerah berlaku sejak 1 Januari 2017 hingga sekarang.57

2. Visi dan Misi

Tantangan birokrasi pemerintahan masa depan meliputi berbagai aspek,

baik dalam negerimaupun manca negara yang bersifat alamiah maupun sosial

budaya, sosial politik, pertahanan keamanan, ilmu pengetahuan serta

responsible dan acuntable. Seiring dengan itu penerapan otonomi daerah

yang luas, nyata dan bertanggung jawab diperlukan aparatur Pemerintah

daerah yang berkualitas serta profesional dalam pelaksanaan tugas dan

57

Website Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Blitar, Sejarah (Online), http://

bapenda.kab.go.id/category/profil/tupoksi/, ( 10 Mei 2017)

Page 78: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

67

fungsinya, sehingga benar – benar dapat diwujudkan tata kepemerintahan

yang baik (Good governance) dan bersih dari KKN (Clean Governance) yang

juga merupakan pesan agenda reformasi.

Berdasarkan hal tersebut Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Blitar

yang juga merupakan aparatur Pemerintah Kabupaten Blitar dalam

kedudukanya sebagai unsur pelaksana Pemerintah Kabupaten Blitar

membantu dibidang peningkatan pemberdayaan sumber daya daerah,

sehinga dapat memberikan nilai tambah Pendapatan Asli Daerah, membantu

pengembangan peningkatan sumber daya secara terus menerus dan

berkelanjutan hingga menjadi aparatur yang profesional, beriman, berdaya,

dan bermatabat.

Untuk melakasanakan wewenang dan tanggung jawab tersebut, maka

Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Blitar merumuskan visinya sebagai

berikut : ―Terwujudnya peningkatan pendapatan asli daerah Kabupaten

Blitar dalam rangka menunjang pembiayaan pembangunan daerah yang

lebih mandiri.‖

Dalam pencapaian visi,diperlukan misi untuk mencapai visi tersebut.

Misi dari Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Blitar yaitu :58

a. Meningkatkan kinerja/profesionalisme aparat pengelola

pemdapatan daerah;

b. Meningkatkan kualitas pelayanan kepada wajib pajak;

58

Website Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Blitar, Visi dan Misi (Online), http://

bapendablitar.kab.go.id/category/profil/tupoksi/, ( 10 Mei 2017)

Page 79: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

68

c. Memantapkan data potensi subyek dan obyek pajak serta

sumber – sumber pendapatan daerah lainya;

d. Menumbuh kembangkan kesadaran dan peran serta masyarakat;

e. Mengoptimalkan pengelolaan sumber – sumber pendapatan

daerah melalui penyempurnaan peraturan daerah;

f. Meningkatkaan pendapatan daerah melalui Intensifikasi dan

Ekstensifikasi.

3. Kedudukan, Tugas, dan Fungsi

Kedudukan Badan Pendapatan Daerah dalam sistem Pemerintahan

Kabupaten Blitar adalah pelaksana dibidang pendapatan daerah. Kepala

Badan Pendapatan Daerah berada dibawah dan bertanggung jawab kepada

Bupati yang secara teknis dibina oleh Bupati. Dalam melaksanakan

tugasnya Badan Pendapatan Daerah berada dibawah kooordinasi Sekretaris

Daerah.59

Tugas Badan Pendapatan Daerah adalah melaksanakan urusan

pemerintahan daerah bidang pendapatan berdasarkan asas otonomi dan

tugas pembantuan dengan berpedoman pada kebijakan yang ditetapkan oleh

Bupati Blitar dengan Peraturan Bupati Blitar Nomor 8 Tahun 2013 tanggal

22 Februari 2013.

59

Pasal 4 huruf e Peraturan Daerah Kabupaten Blitar Nomor 10 Tahun 2016 Tentang

Pembentukaan dan Susunan Perangkat Daerah

Page 80: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

69

Untuk menyelenggarakan tugas tersebut Badan Pendapatan Daerah

mempunyai fungsi :60

a. Perumusan kebijakan teknis di bidang pendapatan;

b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di

bidang pendapatan;

c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas bidang pendapatan.

4. Struktur Organisasi

Berikut Struktur Organisasi beserta tugas dan wewenang masing –

masing bagian dalam Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Blitar terdiri

dari :61

60

Website Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Blitar, Sejarah (Online), http://

bapenda.kab.go.id/category/profil/tupoksi/, ( 10 Mei 2017) 61

Website Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Blitar, Struktur Organisasi (Online),

http:// bapendablitar.kab.go.id/category/profil/tupoksi/, ( 10 Mei 2017)

Page 81: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

70

Gambar 4.1

Susunan Organisasi Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Blitar

Sumber : Data Primer, tidak diolah, 2017

a. Kepala Badan Pendapatan Daerah

Kepala Badan Pendapatan Daerah mempunyai tugas pokok

memimpin, membina, mengawasi, mengkoordinasikan danmengendalikan

penyelenggaraan kegiatan serta merumuskan kebijakan teknis di bidang

Page 82: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

71

pendapatan. Dalam menyelenggarakan tugasnya, Kepala Badam Pendapatan

Daerah mempunyai fungsi:62

1) Pelaksanaan urusan ketatausahaan, keuangan, kepegawaian

dan perlengkapan Badan;

2) Perumusan dan pelaksanaan kebijakan teknis di bidang

pendapatan daerah;

3) Pembinaan terhadap unit pelaksana teknis Badan;

4) Pengkoordinasian, pengendalian, pengawasan dan evaluasi

pelaksana tugas di bidang pendapatan daerah;

5) Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Bupati.

b. Sekretariat

Sekertariat mempunyai tugas menyelenggarakan administrasi

ketatausahaan, kearsipan, kepegawaian, keuangan, perlengkapan dan rumah

tangga Badan, penyusunan program dan perencanaan Badan serta

pembinaan hukum, organisasi dan tatalaksana Badan. Dalam melaksanakan

tugasnya, Sekretariat mempunyai fungsi :

1) Pengelolaan dan pembinaan urusan tata usaha dan tata

kearsipa, rumah tangga dan keprotokolan Badan;

2) Penyusunan program dan perencanaan Badan;

3) Penyusunan dan pembinaan hukum, organisasi dan

tatalaksana Badan;

62

Pasal 4 Huruf e Angka 4 Peraturan Daerah Kabupaten Blitar Nomor 10 Tahun 2016

tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah. Lembaran Daerah 382-10/2016.

Page 83: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

72

4) Pengelolaan administrasi dan penyusunan laporan

kepegawaian, keuangan dan perlengkapan;

5) Pembinaan administrasi kepada Unit Pelaksana Teknis

Badan; Pelaksanaan koordinasi dalam rangka penyusunan

program dan penyelenggaraan tugas-tugas Badan;

6) Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala

Badan.

c. Bidang Pendataan dan Penetapan

Bidang Pendapatan dan Penetapan mempunyai tugas menyusun dan

melaksanakan kebijakan dan pedoman teknis dibidang pendataan dan

penilaian, penetapan dan pelayanan dan pengolahan data dan informasi.

Dalam melaksanakan tugasnya, Bidang Pendapatan dan Penerimaan

mempunyai fungsi :

1) Perumusan kebijakan teknis pendataan penetapan Pajak

Daerah dan Pendapatan Daerah lainnya;

2) Pelaksanaan pendaftaran pendataan Wajib Pajak,

menghimpundan mengolah data obyek dan subyek pajak serta

penilaian lokasi/lapangan;

3) Penyusunan Daftar Induk Wajib Pajak Daerah;

4) Penghitungan dan penetapan Pajak Daerah dan Pendapatan

Daerah lainnya;

5) Pelaksanaan dan pendistribusian serta penyimpanan surat-surat

perpajakan yang berkaitan dengan pendaftaran,pendataan dan

penetapan;

Page 84: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

73

6) Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala

Badan.

d. Bidang Pembukuan dan Pelaporan

Bidang Pembukuan dan Pelaporan mempunyai tugas menyusun dan

melaksanakan kebijakan danpedoman teknis dibidang pembukuan

penerimaan, pembukuan benda berharga, evaluasi dan pelaporan. Dalam

melaksanakan tugasnya, bidang Pembukuan dan Pelaporan mempunyai

fungsi:

1) Perumusan prosedur pembukuan dan pelaporan pendapatan

daerah;

2) Pelaksanaan pencatatan penerimaan pajak daerah dan

pendapatan daerah lainnya kedalam jenis pajak serta DHKP

PBB;

3) Pelaksanaan pencatatan penerimaan dan pengeluaran benda

berharga;

4) Penyusunan laporan realisasi penerimaan pendapatan daerah;

5) Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala

Badan.

e. Bidang Penagihan dan Keberatan

Bidang Penagihan dan Keberatan mempunyai tugas menyusun dan

melaksanakan kebijakan dan pedoman teknis dibidang penagihan,

Page 85: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

74

keberatan, dan pengurangan serta pemeriksaan. Dalam melaksanakan

tugasnya bidang Penagihan dan Keberatan mempunyai fungsi :

1) Perumusan kebijakan tentang sistem dan prosedur penagihan

dan keberatan;

2) Pelaksanaan penagihan pajak dan pendapatan daerah lainnya;

3) Pelaksanaan pelayanan keberatan dan permohonan banding

serta pembetulan, pembatalan, pengurangan ketetapan dan

penghapusan atas pengurangan sanksi admnistrasi sesuai

dengan batas kewenangannya;

4) Pelaksanaan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan

pemenuhan kewajiban perpajakan dan pendapatan daerah

lainnya dalam rangka melaksakan peraturan perundang-

undangan;

5) Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala

Badan.

d. Bidang Pengendalian dan Evaluasi

Bidang Pengendalian dan Evaluasi mempunyai tugas menyusun dan

melaksanakan kebijakan dan pedoman teknis dibidang perencanaan,

intensifikasi dan ekstensifikasi pendapatan serta pengendalian dan evaluasi,

Dalam melaksanakan tugasnya bidang pengendalian dan evaluasi

mempunyai fungsi :

1) Perumusan kebijakan teknis perencanaan, pengendalian dan

evaluasi pendapatan daerah;

Page 86: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

75

2) Perencanaan dan penyusunan anggaran pendapatan daerah;

3) Pembinaan teknis operasional kepada Satuan Kerja Perangkat

Daerah yang melaksanakan pemungutan retribusi dan

pendapatan Lain-lain;

4) Pelaksana koordinasi teknis terhadap UPTD;

5) Pelaksanaan koordinasi penerimaan bagi hasil pajak dan bukan

pajak dari pemerintah pusat dan propinsi;

6) Perumusan rancangan peraturan daerah dan Keputusan Bupati

tentang pajak daerah;

7) Pelaksaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan.

Dari susunan organisasi tersebut diatas jumlah personil / pegawai

yang ada pada Dinas Pendapatan Kabupaten Blitar sebanyak 45 orang,

dengan perincian sebagai berikut :

Tabel 4.1

Jumlah Pegawai Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Blitar

No. Keterangan Jumlah

1. Menurut Kepegawaian -

Pegawai Negeri Sipil (PNS) 40/0 Orang

Pegawai Kontrak 5 Orang

2. Menurut Tingkat Pendidikan -

Pasca Sarjana (Strata 2) 8 Orang

Sarjana (Strata 1) 24 Orang

Sarjana Muda (Diploma 3) 2 Orang

Page 87: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

76

SMA dan yang sederajat 11 Orang

3. Menurut Pangkat / Golongan -

Golongan IV 5 Orang

Golongan III 28 Orang

Golongan II 7 Orang

4 Menurut Tempat/ Lokasi Kerja -

Di Kantor Badan Pendapatan

Daerah Kabupaten Blitar

45 Orang

Sumber: Data Primer, tidak diolah, 2017

Dari tabel berdasarkan struktur gologan pegawai di Badan Pendapatan

Daerah Kabupaten Blitar di atas dari 45 pegawai dapat dilihat bahwa jumlah

PNS sejumlah 40 orang dan dari tingkat pendidikan terdiri dari Pasca

Sarjana (Strata 2) 8 Orang, Sarjana (Strata 1) 24 Orang, Sarjana Muda

(Diploma 3) 2 Orang, dan SMA sederajat 11 Orang. Lalu pada tingkat

golongan terdiri dari Golongan IV 5 orang, Golongan III 28 orang, dan

golongan II 7 orang.

C. Pelaksanaan Penagihan Pajak Reklame di Kabupaten Blitar

Berdasarkan Pasal 21 Peraturan Bupati Blitar Nomor 39 Tahun 2012

Tentang Pedoman Pelaksanaan Pemungutan Pajak Reklame

Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Blitar merupakan pelaksana

otonomi daerah di bidang pendapatan daerah yang telah diatur dalam

kebiajakan pemerintah daerah Kabupaten Blitar.63

Badan Pendapatan Daerah

Kabupaten Blitar juga memiliki fungsi melaksanakan fungsi penunjang

63

Pasal 4 Huruf e Angka 4 Peraturan Daerah Kabupaten Blitar Nomor 10 Tahun 2016

tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah. Lembaran Daerah Nomor 10 / D

Page 88: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

77

keuangan yang berguna untuk meningkatkan kemajuan pembangunan di

Kabupaten Blitar. Salah satu Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Blitar yang

cukup unggul adalah pajak daerah dari sektor reklame64

. Reklame di

Kabupaten Blitar mengalami pertumbuhan yang menunjukan peningkatan

tiap tahunya, namun semakin meningkatnya pertumbuhan reklame di

Kabupaten Blitar, timbul beberapa masalah, yang salah satunya adalah

banyak ditemui beberapa reklame yang tidak melunasi pembayaran pajak,

yang menyebabkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sektor reklame

menjadi tidak optimal, hal tersebut mewajibkan Badan Pendapatan

Kabupaten Blitar yang memiliki fungsi penunjang keuangan daerah

melaksanakan penagihan pajak65

dan telah diatur dalam Pasal 21 Peraturan

Bupati Nomor 39 Tahun 2012 tersebut, tidak sampai disitu ada beberapa

wajib pajak yang dilakukan penagihan dengan surat peringatan, surat paksa,

bahkan penagihan seketika dan sekaligus tetap tidak melunasi, sehingga

Badan Pendapatan Daerah berwenang menertibkan reklame tersebut.66

Kabupaten Blitar merupakan kota yang memiliki banyak potensi

daerah seperti, industri, pertambangan, peternakan, pertanian, Tanaman

Pangan, Kehutanan dan Perkebunan, ditunjang dengan luas daerah mencapai

64

Pasal 1 angka 11 Peraturan Bupati Blitar Nomor 39 Tahun 2012 Tentang Pedoman

Pelaksanaan Pemungutan Pajak Reklame. Lembaran Daerah Kabupaten Blitar Tahun 2012.

Lembaran Daerah Nomor 39 / C yang berbunyi :

―Reklame adalah benda, alat, perbuatan, ataupun media yang bentuk dan corak ragamnya

dirancang guna tujuan komersial menganjurkan, mempromosikan, memperkenalkan, atau lebih

menarik perhatian umum terhadap barang, jasa, orang, atau badan, yang dapat dilihat, dibaca,

didengar, dirasakan, dan atau dinikmati oleh umum.‖ 65

Hasil wawancara dengan Staff Seksi Penagihan, Bidang Penagihan dan Keberatan,

Ahmad Junaidi S.E., Tanggal 12 April 2017 di Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Blitar. 66

Hasil wawancara dengan Staff Seksi Penagihan, Bidang Penagihan dan Keberatan,

Ahmad Junaidi S.E., Tanggal 12 April 2017 di Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Blitar.

Page 89: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

78

1.588.79 Km dengan letak yang strategis di jalur selatan pulau jawa maka

banyak perusahaan memasarkan iklan produk pada reklame. Selain itu

Kabupaten Blitar juga diminati untuk pariwisata, baik warga Kabupaten

Blitar sendiri maupun luar Kabupaten Blitar. Sehingga, keberadaan reklame

memiliki nilai yang potensial dalam keberadaanya di Kabupaten Blitar.

Semakin pesatnya pertumbuhan reklame di Kabupaten Blitar, maka

dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Pendapatan Asli Daerah

berperan penting sebagai dana pembangunan, karena setiap daerah dituntut

untuk mampu menggali sumber dana sesuai potensi daerah tersebut.

Kewajiban pemerintah daerah untuk selalu meningkatkan pemasukan PAD

terkait pajak reklame di Kabupaten Blitar ini termasuk dalam fungsi budgeter

pada fungsi pajak.

Penyelenggaraan penagihan pajar reklame yang terkait pasal 21

Peraturan Bupati Blitar Nomor 39 Tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan

Pemungutan Pajak Reklame yang menyatakan bahwa:

1. Surat teguran, surat peringatan atau surat lain yang sejenis

sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan pajak

dikeluarkan 7 (tujuh) hari sejak saat jatuh tempo

pembayaran.

2. Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal surat

teguran, surat peringatan atau surat lain yang sejenis,

wajib pajak harus melunasi pajak yang terutang.

3. Surat teguran, surat peringatan atau surat lain yang sejenis

sebagaimana dimaksud padaayat (1) dikeluarkan oleh

Kepala DPPKAD67

dan atau Kepala SKPD yang ditunjuk.

Pihak – pihak yang terkait dalam pelaksanaan pajak reklame ini antara

lain: Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Blitar yang disebut sebagai

67

Sekarang bernama Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Blitar

Page 90: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

79

fiskus68

, sedangkan untuk orang pribadi atau badan yang berkewajiban

membayar pajak disebut sebagai wajib pajak. Objek pajak reklame adalah

penyelenggaraan reklame69

. Pengertian reklame sendiri telah dijelaskan

dalam Pasal 1 Ayat 11 Peraturan Bupati Blitar Nomor 39 Tahun 2012

tentang Pedoman Pelaksanaan Pemungutan Pajak Reklame.

1. Pelaksanaan Penagihan Pajak Reklame

Dalam pengenaan tarif pajak reklame ditetapkan paling tinggi sebesar

dua puluh lima persen dan ditetapkan oleh peraturan daerah kabupaten/kota.

Hal tersebut bermaksud guna memberi keleluasaan kepada pemerintah

kabupaten/kota guna menetapkan tarif pajak yang dipandang sesuai dengan

kondisi masing – masing daerah kabupaten/kota. Dalam hal ini Pemerintah

Kabupaten Blitar telah menetapkan bahwa Tarif Pajak Reklame sebesar 25%

dihitung dari perhitungan Nilai Sewa Reklame dengan rumus :70

Tarif Pajak Reklame = 25% x (NJOPR + NSPR)

Wajib Pajak Reklame diharuskan melaporkan pada bupati/walikota,

dalam praktik adalah Kepala Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Blitar,

tentang penghitungan dan pembayaran Pajak Reklame yang terhutang. Wajib

pajak yang sudah memunyai NPWPD pada awal masa pajak harus mengisi

SPTPD. STPPD diisi dengan jelas, lengkap, dan benar lalu ditandatangani

68

Sri Pudyatmoko, Pengantar Hukum Pajak, Andi, Yigyakarta, 2009, hlm. 24.

Dalam buku ini dijelaskan pengertian fiskus yaitu:

Fiskus diartikan sebagai aparatur pemerintah yang mengenai pemasukan uang dari rakyat berupa

pajak untuk dimasukkan ke dalam kas negara. 69

Op.cit buku 70

Pasal 4 Ayat 1 Peraturan Bupati Blitar Nomor 39 Tahun 2012 Tentang Pedoman

Pelaksanaan Pemungutan Pajak Reklame. Lembaran Daerah Kabupaten Blitar Tahun 2012 Nomor

39 / C

Page 91: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

80

oleh wajib pajak atau kuasanya dan disampaikan kepada Bupati atau pejabat

yang berwenang sesuai dengan waktu yang ditentukan. SPTPD harus

disampaikan paling lambat lima belas hari setelah selesainya masa pajak.

Semua data perpajakan yang didapat dari daftar isian tersebut dihimpun

dalam berkas atau kartu data yang adalah hasil akhir yang akan dibuat sebagai

dasar penghitungan dan penetapan pajak yang terutang. Keterangan dan

dokumen yang harus dicantumkan dan atau dilampirkan SPTPD ditetapkan

oleh bupati. Berikut merupakan daftar jumlah reklame yang telah

mendaftarkan diri pada Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Blitar.

Tabel 4.2

Tabel Jumlah Reklame

Berdasarkan Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Blitar

No. Tahun Jumlah

1. 2014 482

2. 2015 563

3. 2016 647

Sumber : Data Primer, tidak diolah, 2017

Data data tersebut dapat dilihat bahwa pertumbuhan reklame dari

2014 sampai 2016 di Kabupaten Blitar meningkat setiap tahun.

Dalam pembayaran pajak reklame, pajak reklame terutang dilunasi

dalam waktu yang diatur daerah, contohnya selambatnya pada tanggal 15

bulan selanjutnya dari masa pajak yang terutang setelah berakhirnya masa

pajak. Penentuan tanggal jatuh tempo pembayaran dan penyetoran Pajak

Reklame diatur oleh bupati. Jika pada wajib pajak diterbitkan SKPD,

SKPDKBT, STPD, Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan Pembetulan,

Page 92: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

81

dan Putusan Banding yang mengakibatkan jumlah pajak yang wajib dibayar

bertambah, Pajak Reklame wajib dilunasi selambat – lambatnya satu bulan

sejak tanggal diterbitkan.

Pembayaran Pajak Reklame yang terutang dilaksanakan ke kas daerah,

bank, atau tempat lain yang ditunjukan oleh bupati berdasarkan waktu yang

ditentukan dalam SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, dan STPD. Jika pembayaran

pajak dilaksanakan di tempat lain yang ditunjuk, hasil penerimaan pajak wajib

diserahkan ke kas daerah selambat - lambatnya 1 x 24 jam atau di waktu yang

ditetapkan oleh bupati/ walikota. Bila tanggal jatuh tempo pembayaran di hari

libur, pembayaran dilakukan pada hari kerja selanjutnya.

Apabila Pajak Reklame yang terutang tidak lunas setelah jatuh tempo

pembayaran, bupati atau pejabat yang ditunjuk akan melaksanakan tindakan

penagihan pajak71

. Penagihan pajak dilaksanakan terhadap pajak terutang

dalam SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, STPD, Surat Keputusan Pembetulan,

Surat Keputusan Keberatan, dan Putusan Banding yang mengakibatkan jumlah

pajak yang wajib dibayar bertambah. Penagihan pajak dilaksanakan dengan

terlebih dahulu memberikan surat teguran atau surat peringatan atau surat lain

yang sejenis sebagai awal tindakan penagihan pajak. Surat teguran atau surat

peringatan dikeluarkan tujuh hari sejak saat jatuh tempo pembayaran pajak

dan dikeluarkan pejabat yang ditunjuk oleh bupati. Dalam kurun waktu tujuh

71

Panca Kurniawan, Penagihan Pajak di Indonesia, Bayumedia Publishing, Malang,

2006, hlm.1

Pada buku terebut dijelaskan pengertian penagihan pajak adalah :

Serangkaian tindakan agar penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak

dengan menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus,

memberitahukan surat paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan

penyanderaan, menjual barang yaang telah disita.

Page 93: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

82

hari semenjak surat teguran atau surat peringatan atau surat lain yang sejenis

diterima, wajib pajak wajib melunasi pajak terhutang72

.

Bila jumlah pajak yang harus dibayar tidak dilunasi saat jangka waktu

yang ditentukan dalam surat teguran atau surat peringatan atau surat lain yang

sejenis, akan ditagih dengan Surat Paksa.73

Tindakan penagihan pajak dengan

surat paksa dapat dilanjutkan dengan penyitaan, pelelangan, pencegahan, dan

penyanderaan jika wajib pajak tetap tidak mau melunasi pajak terutang

sebagaimana mestinya. Terakhir, bila dilakukan penyitaan dan pelelangan

barang milik wajib pajak yang disita, pemerintah kabupaten Blitar memiliki

hak mendahulu untuk tagihan pajak atau barang – barang milik wajib pajak

atau penanggung pajak. Ketentuan hak mendahulu meliputi pokok pajak,

sanksi administrasi seperti kenaikan, bunga, denda, dan biaya penagihan

pajak.74

Tindakan penagihan pajak terhadap wajib pajak yang memiliki

tunggakan didata oleh seksi penagihan pajak daerah. Setelah itu petugas

penagihan mendatangi setiap wajib pajak yeng memiliki tunggakan untuk

menagih pajak reklame beserta bunga yang dimiliki oleh wajib pajak. Jumlah

petugas penagihan tang dimiliki Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Blitar

terbatas, sehingga petugas penagihan dibagi untuk setiap kecamatan di

Kabupaten Blitar. Berikut data piutang pajak reklame :

72

Pasal 21 Peraturan Bupati Blitar Nomor 39 Tahun 2012 Tentang Pedoman

Pelaksanaan Pemungutan Pajak Reklame. Lembaran Daerah Kabupaten Blitar Tahun 2012 Nomor

39 / C. 73

Pasal 23 Peraturan Bupati Blitar Nomor 39 Tahun 2012 Tentang Pedoman

Pelaksanaan Pemungutan Pajak Reklame. Lembaran Daerah Kabupaten Blitar Tahun 2012 Nomor

39 / C. 74

Hasil wawancara dengan Staff Seksi Penagihan, Bidang Penagihan dan Keberatan,

Ahmad Junaidi S.E., Tanggal 12 April 2017 di Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Blitar.

Page 94: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

83

Tabel 4.3

Piutang Pajak Reklame

Tahun Total Piutang

2014 25.832.548

2015 28.489.286

2016 30.368.842,00

Sumber : Data Primer, diolah, 2017.

Tunggakan pajak reklame yang telah didata oleh Badan Pendapatan

Daerah Kabupaten Blitar tersebut menunjukan bahwa kesadaran wajib pajak

untuk membayarkan pajaknya masih kurang. Sehingga penagihan oleh Badan

Pendapatan Daerah Kabupaten Blitar sangat dibutuhkan untuk mengurangi

tunggakan yang semakin meningkat. Penagihan juga bertujuan untuk

meningkatkan tingkat kesadaran pajak.

Tabel 4.5

Tebal Hasil Penelitian

No. Objek Pajak

Reklame

Kesadaran Pajak

dari Wajib Pajak

Reklame

Penilaian Penagihan

Bapenda Kab. Blitar

oleh Wajib Pajak

Reklame

KB B SB KB B SB

1. Reklame Papan /

Billboard/Videot

ron/Megatron — — — —

2. Reklame Kain

(Spanduk) — — — —

3. Reklame

Melekat (Stiker) — — — —

Sumber : Data Primer, diolah, 2017.

Keterangan Variabel :

- KB : Kurang Baik

- B : Baik

Page 95: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

84

- SB : Sangat Baik

Penelitian yang dilakukan oleh penulis kepada tiga objek pajak reklame

berbeda di Kabupaten Blitar, memberikan hasil bahwa kesadaran pajak masih

kurang. Seperti masih ditemukan beberapa pelanggaran pada wajib pajak,

namun wajib pajak bersedia untuk melakukan perbaikan. Untuk presentase

kesadaran pajak dari wajib pajak reklame dalam mentaati peraturan mengenai

pajak reklame berada di presentase 65,7 % sudah mentaati peraturan terkait

pajak reklame, sedangkan 34,3 % masih melakukan pelanggaran.75

Dalam setiap tahun Badan Pendapatan Daerah diberikan target

penerimaan pajak daerah oleh pemerintah Kabupaten Blitar. Badan

Pendapatan Daerah Kabupaten Blitar diwajibkan memenuhi target tersebut,

sehingga pelaksanaan terkait penagihan pajak reklame ini memang sangat

dibutuhkan. Sebab jika semakin banyak wajib pajak yang membayarkan

pajak reklame melebihi tanggal jatuh tempo, akan mengakibatkan pendapatan

asli daerah tidak optimal sehingga pembangunan di Kabupaten Blitar

terhambat. Berikut adalah realisasi penerimaan pendapatan daerah Kabupaten

Blitar dari sektor pajak reklame.

Tabel 4.6

Data Realisasi Penerimaan Pajak Reklame Kab. Blitar Tahun 2014 - 2016

Reklame Papan /

Billboard/Videotr

on/Megatron

Reklame Kain

(Spanduk)

Reklame

Melekat

(Stiker)

Tah

un 2

014

Target 294.235.200,00 80.000.000,00 36.000.000,00

Realisasi 300.270.124,00 80.672.100,00 36.162.500,00

Persen 102,05 % 100,84 % 100,45 %

75

Hasil wawancara dengan Staff Seksi Penagihan, Bidang Penagihan dan Keberatan,

Ahmad Junaidi S.E., Tanggal 12 April 2017 di Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Blitar.

Page 96: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

85

Tah

un 2

015

Target 300.000.000,00 85.000.000,00 40.000.000,00

Realisasi 344.004.092,00 92.864.750,00 39.500.000,00

Persen 114,67 % 109,25 % 98, 75 % T

ahun 2

016

Target 350.000.000,00 100.000.000,0

0

50.000.000,00

Realisasi 355.609.751,00 102..278.750,0

0

50.500.000,00

Persen 101,60 % 102, 28 % 101, 00 %

Sumber : Data Primer, diolah, 2015.

Data tersebut telah menjelaskan bahwa pada tiap tahunya Badan

Pendapatan Daerah Kabupaten Blitar telah mendapatkan penerimaan pajak

reklame diatas dari target, walaupun pada tahun 2015 subjek Reklame

Melekat (Stiker) . Adanya target ini membuktikan bahwa Badan Pendapatan

Daerah Kabupaten Blitar memiliki rencana untuk mengatur dan mengarahkan

wajib pajak reklame kearah yang dikehendaki, hal ini yang disebut sebagai

fungsi mengatur (regulerend).

Hal ini juga disebabkan oleh semakin bertambahnya usaha di bidang

reklame ini tiap tahunya. Keuntunganya adalah pemasukan dari pajak

reklame semakin bertambahnya usaha di bidang periklanan ini tiap tahunya.

Hal terebut merupakan peran penting dari penagihan pajak reklame, sehingga

dapat menunjang PAD.

Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Blitar sebagai Badan yang

diberikan kewenangan untuk melaksanakan pemungutan pajak reklame di

Kabupaten Blitar wajib mematuhi adanya Undang – Undang Nomor 23

Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah yang mengatur asas – asas umum

pemerintahan yang baik. Menurut penulis, Badan Pendapatan Daerah

Page 97: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

86

Kabupaten Blitar telah mentaati adanya asas – asas umum pemerintahan yang

baik, seperti asas kepastian hukum yaitu telah dijelaskan secara rinci

mengenai peraturan pajak reklame dalam Peraturan Daerah Kabupaten Blitar

Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah dan Peraturan Bupati Blitar

Nomor 39 Tahun 2012 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pemungutan Pajak

Reklame.

Dalam asas tertib penyelenggaraan negara, Badan Pendapatan Daerah

Kabupaten Blitar telah melaksanakan tugas dan fungsinya sesuai dengan

Peraturan Daerah Kabupaten Blitar Nomor 10 Tahun 2016 Tentang

Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kabupaten Blitar. Ketiga adalah

asas kepentingan umum, dimana penagihan pajak daerah oleh Badan

Pendapatan Daerah Kabupaten Blitar tidak hanya disebabkan karena

menegakkan peraturan, namun juga mengupayakan penagihan pajak guna

pemasukan pajak, untuk pembangunan dan kesejahteraan Kabupaten Blitar.

Asas keempat adalah asas keterbukaan yang ditunjukan dengan selalu

memberikan informasi terkait pajak reklame.

Pada pasal 21 Peraturan Bupati Blitar tentang Pedoman Pelaksanaaan

Pemungutan Pajak Reklame telah mengatur mengenai penagihan pajak

reklame, hal terebut berkaitan dengan masih kurangnya kesadaran pada wajib

pajak. Jika kesadaran pajak masyarakat semakin berkurang, maka pemasukan

PAD Kabupaten Blitar juga akan semakin berkurang. Hal ini dapat

mengakibatkan pembiayaan urusan pemerintahan dan pembangunan

Kabupaten Blitar semakin melambat. Sehingga upaya penagihan pajak

Page 98: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

87

reklame di Kabupaten Blitar sangat dibutuhkan untuk pembangunan

Kabupaten Blitar.

Jika di perhatikan pada penjabaran diatas terkait pelaksanaan dapat kita

lihat beberapa poin penting antara lain, pertama, berdasarkan standart sasaran

dan kebijakan, standart yang digunakan dalam pelaksanaan penagihan pajak

Reklame di Kabupaten Blitar adalah Peraturan Bupati Blitar Nomor 39 Tahun

2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Pemungutan Pajak Reklame. Sedangkan

yang menjadi target sasaran kebijakan pelaksanaan penagihan pajak adalah

wajib pajak yang menunggak pembayaran pajak reklame saat jatuh tempo

pembayaran. Kedua, Sumber Daya Manusia di dalam Badan Pendapatan

Daerah Kabupaten Blitar khususnya pada Seksi Penagihan, Bidang Penagihan

dan Keberatan bertugas melaksanakan penagihan pajak sesuai Peraturan

Bupati Blitar Nomor 39 Tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan

Pemungutan Pajak Reklame. Jumlah Sumber Daya Manusia yang berada di

Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Blitar Seksi Penagihan, Bidang

Penagihan dan Keberatan adalah berjumlah 8 orang, dengan melihat luas

wilayah Kabupaten Blitar dan jumlah wajib pajak yang banyak maka jumlah

pegawai dirasa masih kurang.

Ketiga, hubungan antar non organisasi dalam pelaksanaan penagihan

pajak reklame di Kabupaten Blitar bekerjasama dengan Satuan Polisi Pamong

Praja Kabupaten Blitar dalam hal ini melakukan penertiban reklame, sehingga

pelaksanaan program ini berjalan dengan efektif. Keempat, karakteristik

pelaksana mencakup struktur birokrasi di Badan Pendapatan Daerah

Kabupaten Blitar adalah karakteristik yang memiliki pembagian urusan

Page 99: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

88

secara formal dan jelas. Hal ini dapat dilihat dalam pembagian struktur

organisasi dan tata kerja, pada Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Blitar

diatur di dalam Peraturan Daerah Kabupaten Blitar Nomor 10 Tahun 2016

tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah.

Kelima, berkaitan dengan kondisi sosial, politik dan ekonomi, yang

mencakup kondisi sosial di Kabupaten Blitar masih banyak ditemui wajib

pajak yang kurang memiliki kesadaran dalam pembayaran pajak daerah

dikarenakan hal tersebut dinilai dapat mengurangi penghasilan wajib pajak

dalam hal penyelenggaraan reklame. Dalam politik kondisinya sendiri di

Kabupaten Blitar wajib pajak banyak yang masih menolak atas Peraturan

Bupati Blitar Nomor 39 Tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan

Pemungutan Pajak Reklame karena dinilai masih memberatkan. Kondisi

ekonomi sendiri pada Nelayan di wilayah perairan Provinsi Jawa Timur

semenjak Berlakunya Peraturan Bupati Blitar Nomor 39 Tahun 2012 tentang

Pedoman Pelaksanaan Pemungutan Pajak Reklame berdampak pada

berkurangnya hasil pendapatan wajib pajak dalam penyelenggaraan reklame.

Keenam, terkait dengan disposisi implementator di Kabupaten Blitar

dalam hal ini Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Blitar, namun

permasalahannya adalah kurangnya jumlah Sumber Daya Manusia untuk

melaksanakan kebijakan tersebut terkait pelaksanaan penagihan pajak

reklame.

Berdasarkan hasil analisis menurut pelaksanaannya yang terbagi dalam

6 poin di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Pelaksanaan penagihan

pajak reklame pada pasal 21 Peraturan Bupati Blitar Nomor 39 Tahun 2012

Page 100: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

89

tentang Pedoman Pelaksanaan Pemungutan Pajak Reklame belum

sepenuhnya terlaksana dengan baik dikarenakan adanya beberapa poin yang

belum terpenuhi.

D. Hambatan yang dihadapi beserta solusi dalam pelaksanaan penagihan

pajak di Kabupaten Blitar berdasarkan Pasal 21 Peraturan Bupati

Blitar Nomor 39 Tahun 2012 Tentang Pedoman Pelaksanaan

Pemungutan Pajak Reklame

Seperti yang telah dibahas dalam pembahasan sebelumnya, pajak

reklame di Kabupaten Blitar termasuk dalam salah satu potensi unggulan di

Kabupaten Blitar. Semakin meningkatnya pertumbuhan reklame di

Kabupaten Blitar pajak reklame termasuk pemasukan yang cukup besar ke

dalam Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Blitar. Penagihan Pajak

Reklameoleh Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Blitar.

1. Kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM) Badan Pendapatan

Daerah Kabupaten Blitar untuk melaksanakan penagihan pajak

a. Kendala yang dihadapi Badan Pendapatan Daerah Kabupaten

Blitar

Pajak reklame di Kabupaten Blitar menggunakan sistem official-

assessment, Sistem Official Assessment adalah sistem pemungutan

pajak yang wewenang untuk menentukan besarnya pajak yang terutang

oleh wajib pajak terletak pada fiskus atau aparat pemungut pajak76

dalam hal ini Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Blitar. Sistem ini

pada umumnya diterapkan pada pengenaan pajak langsung, dalam hal

ini wajib pajak bersifat pasif karena utang pajak baru timbul setelah

76

Website Ilmu Ekonomi, Pengertian Official Asement Menurut Para Ahli (online), http://www.ilmuekonomi.net/2016/05/pengertian-official-assessment-system-menurut-para-

ahli.html / (25Juni 2017)

Page 101: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

90

dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh Badan Pendapatan Daerah

Kabupaten Blitar.

Penagihan yang dilakukan Badan Pendapatan Daerah Kabupaten

Blitar merupakan penagihan yang dilakukan dilapangan. Petugas dari

Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Blitar melakukan penagihan

pajak dalam jangka waktu tertentu. Semakin banyak jumlah penunggak

pajak Pertumbuhan reklame yang semakin meningkat sangat

mempengaruhi penagihan pajak reklame, karena akan dibutuhkan

petugas dengan jumlah yang sesuai.

Petugas terdiri dari seluruh staff bidang penagihan, termasuk

kepala bidang penagihan dan keberatan beserta para seksi penagihan.

Bidang Penagihan terdiri dari 2 orang pegawai, sedangkan wilayah

Kabupaten Blitar sangat luas. Petugas dibagi 2 orang tiap kecamatan, 2

orang petugas ini melakukan penagihan pajak yang bersifat aktif di

satu kecamatan.

Namun, kendalanya petugas yang memberikan keputusan

tersebut hanya kepala seksi dan kepala bidang yang jumlahnya

terbatas. Sehingga dengan pembagian 2 orang petugas tiap kecamatan

ini tidak dapat melakukan penagihan secara perorangan, melainkan

harus dengan berkelompok.

b. Solusi yang dilakukan Badan Pendapatan Daerah Kabupaten

Blitar

Dengan kurangnya SDM yang berjumlah 9 orang pegawai di

bidang penagihan Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Blitar, maka

akan menghambat penagihan yang dilakukan. Sehingga solusi yang

Page 102: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

91

dilakukan Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Blitar adalah

membagi petugas penagihan untuk melakukan penagihan yang bersifat

aktif.

Petugas dibagi berdasarkan kecamatan di Kabupaten Blitar

dengan masing – masing tim yang beerjumlah kurang lebih 2 orang

setiap kecamatan. 2 orang terdiri dari kepala bidang/ kepala seksi dan

staff. Kepala bidang/kepala seksi wajib ada dalam setiap tim petugas

penagihan, sebab staff tidak dapat memberikan keputusan terkait wajib

pajak yang meminta adanya kompensasi pembayaran pajak daerah.

Jumlah ideal petugas penagihan pajak adalah setidaknya 10 wajib

pajak. Namun hal ini masih belum dapat dilaksanakan, sebab jika

terjadi permasalahan dengan wajib pajak maka hanya kepala bidang/

kepala seksi yang dapat memberikan keputusan.

Pihak Satpol PP juga memberikan solusi terkait pengadaan

operasi gabungan yaitu dengan membuat tim khusus yang terdiri dari

pihak – pihak dalam operasi gabungan, sehingga tim ini tidak hanya

berkumpul saat operasi gabungan. Namun telah dibentuk sejak awal

sehingga tim ini tidak hanya bertugas saat operasi gabungan saja.77

2. Kurangnya Kesadaran Pajak

a. Kendala yang dihadapi Badan Pendapatan Daerah Kabupaten

Blitar

Penerapan official asesment dalam pemungutan pajak reklame di

Kabupaten Blitar juga masih memiliki kekurangan. Terkadang apabila

77

Hasil wawancara dengan Kepala Seksi Penyelidikan dan Penyeldikani, Bidang

Penegakan Perundang – Undangan Daerah, Ruslan, S.Sos, M.M. pada 29 Juni 2017.

Page 103: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

92

pajak yang harus dibayarkan oleh seorang wajib pajak terhitung besar,

maka wajib pajak tersebut akan berfikr bahwa ada

kesalahan/kecurangan dalam penghitungan pajak. Dan dengan pikiran

seperti itu, otomatis selaku badan pemungut pajak tidak akan

dipercayai sepenuhnya oleh wajib pajak sehingga masyarakat yang

mendaftarkan diri sebagai wajib pajak pun berkurang. Terkadang

dalam prakteknya wajib pajak dan fiskus dalam proses negosiasi

penetapan dan penghitungan besar pajak sangat dimungkinkan untuk

melakukan ―tawar-menawar‖. Semakin baik pelaksanaan penagihan

yang dilakukan Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Blitar, maka

dapat memperbaiki kesadaran pajak dari para wajib pajak reklame.

Penerapan sistem official asessment ini memiliki beberapa prasyarat,

antara lain 78

a) Pengetahuan Wajib Pajak (tax knowladge)

b) Kejujuran Wajib Pajak (tax integrity)

c) Kesadaran Wajib Pajak (tax consciousness)

d) Hasrat untuk membayar pajak (tax mindedness)

e) Kedisiplinan Wajib Pajak (tax discipline)

Melihat bahwa pajak ini merupakan beban yang wajib

ditanggung oleh wajib pajak, maka hasrat untuk membayar pajak juga

harus dimiliki oleh wajib pajak. Bukan hanya mengeluhkan beban

mereka untuk membayar pajak, namun juga mengingat pentingnya

78

Sri Pudyatmoko, Penegakan dan Perlindungan Hukum di Bidang Pajak, Salemba

Empat, Jakarta, 2007, hlm. 64.

Page 104: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

93

pajak untuk pembangunan daerah. Sehingga pemerintah diharapkan

juga dapat mempertanggung jawabkan pajak yang telah dibayarkan

oleh wajib pajak dengan baik. Hal yang terakhir adalah kedisiplinan

yang juga diperlukan oleh wajib pajak, sebab pajak tidak hanya

menghitung dan melaporkan nilai penjualanya saja namun wajib

pajak juga wajib memiliki kedisiplinan dalam membayarkan pajak

selama waktu masa pajak yang telah diberikan.

Selain wajib pajak yang memiliki prasyarat, pemerintah juga

tidak dapat sewenang – wenang dalam memaksakan pemungutan

pajak. Penegakan hukum administrasi tidak lepas dari bagaimana

kekuasaanpemerintah itu dijalankan dan dipenuhi. Berbagai hal yang

perlu diperhatikan dalam penegakan hukum administrasi adalah :

a) Kejelasan norma yang mengatur

Kejelasan peraturan sangat diperlukan, mengingat penegakan

hukum pajak ini tidak melalui proses peradilan melainkan melalui

prosedur yang langsung diterapkan kepada wajib pajak.

b) Pemahaman dari pejabat yang berwenang

Sebagai aparat yang diberikan kewenangan untuk melakukan

penegakan, setiap pejabat yang dalam jabatanya diserahi kewenangan

penegakan harus mengetahui tugas dan kewenanganya.

Page 105: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

94

c) Penggunaan kewenangan diskresi

Kewenangan diskresi memungkinkan tidak digunakanya

kewenangan untuk melakukan penegakan hukum sekalipun syarat –

syarat penggunaanya telah dipenuhi. Digunakan maupun tidak

digunakanya kewenangan tersebut oleh pejabat yang berwenang,

kejelasan alasan harus dapat dipertanggungjawabkan.

d) Norma hukum yang baik yang tertulis maupun tidak tertulis.

Tidak hanya peraturan perundang – undangan saja yang

penting dalam pelaksanaan hukum administrasi, namun pentingnya

norma juga diperlukan seperti asas – asas umum pemerintah yang baik

untuk pengujian penggunaan kewenangan diskresi tersebut.

b. Solusi yang dilakukan Badan Pendapatan Daerah Kabupaten

Blitar

Solusi untuk kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya

pajak reklame ini dengan menambah intensitas untuk melakukan

sosialisasi terkait pajak reklame. Program tersebut dapat dilakukan

dengan mendatangi SMA, Universitas di Kabupaten Blitar, juga

pastinya para penyelenggara reklame. Hal tersebut bertujuan agar

masyarakat telah diberikan pendidikan mengenai pajak untuk

menanamkan kesadaran pajak yang baik sejak dini. Solusi lain dengan

melakukan peningkatan pengawasan penagihan, sehingga ketika

ditemukan pelanggaran akan segera ditindak supaya tidak

menimbulkan reklame lain melakukan kesalahan yang sama.

Page 106: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

95

Demikian kendala yang dihadapi oleh Badan Pendapatan Daerah

Kabupaten Blitar beserta solusi yang dilakukan Badan Pendapatan

Daerah Kabupaten Blitar. Kinerja Badan Pendapatan Daerah

Kabupaten Blitar sudah cukup bagus untuk melaksanakan pemungutan

pajak hanya saja masih perlu ditingkatkan mengingat masih banyak

ditemui wajib pajak yang menunggak dalam pembayaran.

Page 107: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

96

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil dan pembahasan bab sebelumnya maka dapat ditarik

beberapa kesimpulan dari penulisan skripsi ini. Kesimpulannya adalah

sebagai berikut:

1. Pelaksanaan Pelaksanaan Pasal 21 Peraturan Bupati Blitar Nomor

39 Tahun 2012 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pemungutan Pajak

Reklame Terkait Penagihan Pajak Reklame tidak terlaksana secara

efektif karena adanya beberapa faktor penghambat.

2. Hambatan dalam Pelaksanaan Pasal 21 Peraturan Bupati Blitar

Nomor 39 Tahun 2012 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pemungutan

Pajak Reklame Terkait Penagihan Pajak Reklame adalah sebagai

berikut:

a. Kurangnya jumlah petugas penagihan pajak reklame

melaksanakan tugasnya sehingga menyebabkan kegiatan

penagihan yang dilakukan oleh pihak Badan Pendapatan

Daerah Kabupatenn Blitar menjadi terbatas.

b. Kurangnya kesadaran wajib pajak untuk membayar pajak

reklame, sehingga menyebabkan Pendapatan Asli Daerah

(PAD) tidak optimal, hal tersebut berdampak alokasi dana

untuk pembangunan daerah terhambat.

3. Solusi yang dilakukan agar Pelaksanaan Pasal 21 Peraturan Bupati

Blitar Nomor 39 Tahun 2012 Tentang Pedoman Pelaksanaan

Page 108: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

97

Pemungutan Pajak Reklame Terkait Penagihan Pajak Reklame

adalah sebagai berikut:

a. Kurangnya SDM yang berjumlah 9 orang petugas di bidang

penagihan Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Blitar, maka

akan menghambat penagihan yang dilakukan tidak sebanding

dengan jumlah kecamatan dan wajib banyak yang banyak,

maka dari itu sangat perlu ditambahkan petugas guna

mengoptimalkan pendapatan asli daerah.

b. Solusi untuk kurangnya kesadaran masyarakat akan

pentingnya pajak reklame ini dengan menambah intensitas

untuk melakukan sosialisasi terkait pajak reklame. Program

tersebut dapat dilakukan dengan mendatangi SMA,

Universitas di Kabupaten Blitar, juga pastinya para

penyelenggara reklame. Hal tersebut bertujuan agar

masyarakat telah diberikan pendidikan mengenai pajak untuk

menanamkan kesadaran pajak yang baik sejak dini. Solusi

lain dengan melakukan peningkatan pengawasan penagihan,

sehingga ketika ditemukan pelanggaran akan segera ditindak

supaya tidak menimbulkan reklame lain melakukan

kesalahan yang sama.

Page 109: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

98

B. Saran

Saran yang dapat diberikan penulis terkait hasil dan pembahasan

adalah sebagai berikut:

1. Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Blitar dapat menambah

pegawai tambahan ketika melaksanakan penagihan pajak.

Pengadaan UPT (Unit Pelakansana Teknis) juga dapat membantu

kinerja Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Blitar.

2. Meningkatkan kesadaran pajak pada masyarakat Kabupaten Blitar,

tidak hanya wajib pajak reklame namun kepada semua masyarakat

juga dapat diupayakan dengan memberikan pengetahuan pajak

sedini mungkin agar terciptanya kesadaran akan pentingnya pajak

dan tingginya keinginan membayar pajak. Maka akan terciptanya

kedisiplinan pajak yang baik.

Page 110: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

DAFTAR PUSTAKA

BUKU :

Adrian Sutedi, Hukum Pajak Dan Retribusi Daerah, Ghalia Indonesia, Bogor,

2008.

Agung Kurniawan, Transformasi Pelayanan Publik, Yogyakarta, 2005.

Ali Zainuddin, Sosiologi Hukum, Sinar Grafika, Palu, 2005.

Angger Sigit Pramukti dan Fuadi Primaharsya, Pokok-Pokok Hukum

Perpajakan, Yogyakarta, Pustaka Yustisia, 2015

C.S.T Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan tata Hukum Indonesia, balai

pustaka, jakarta, 1989.

Dwiarso Utomo, dkk., Perpajakan: Aplikasi dan Terapan, Penerbit ANDI,

Yogyakarta, 2011.

Guntur Usman, Implementasi Dalam Birokrasi Pembangunan, Cipta Karya,

Jakarta, 2004.

Irwansyah Lubis, Menggali Potensi Pajak Perusahaan dan Bisnis Dengan

Pelaksanaan Hukum, Kompas Gramedia, Jakarta, 2010.

Leo Agustina, Politik dan Kebijakan Publik, AIPI, Bandung, 2006, hlm. 139.

Mahmudi, Manajemen Kinerja Sektor Publik (Edisi 2), UPP STIM YKPN,

Yogyakarta, 2007.

Marihot Pahala Siahaan, Hukum Pajak Formal, Graha Ilmu, 2010.

Marihot Pahala Siahaan, Pajak Daerah & Retribusi Daerah, Rajawali Pers,

Depok, 2005.

Nurdin Usman, Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum, Raja Grafindo

Persada, Surabaya, 2002.

Poerwodarminto, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua, Pusat

Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Jakarta, 1991.

R. Santoso Brotodiharjo, Pengantar Ilmu Hukum Pajak, PT Refika Aditama,

Bandung, 2013.

Safri Nurmantu, Pengantar Perpajakan, Granit, Jakarta 2005.

Page 111: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

Soejono Soekanto, Efektifitas Hukum dan Peranan Saksi, Remaja Karya,

Bandung, 1985.

Soerjono Soekanto, Beberapa Aspek Sosio Yuridis Masyarakat, Alumni

Bandung, 1983.

Soerjono Soekanto, Beberapa Permasalahan Hukum dalam Kerangka

Pembangunan di Indonesia, UI Press, Jakarta, 1983.

Soerjono Soekanto, Faktor – faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum,

Raja Grafindo, Jakarta, 2004.

Soewono Handayaningrat, Pengantar Studi Ilmu Hukum Administrasi dan

Manajemen, Alumni Bandung, 1994.

Solichin Abdul Wahab, Analisis Kebijakan dari Formulasi ke Implementasi

Kebijakan Negara, Bumi Aksara, Jakarta, 2004.

Yuswanto, dkk., Hukum Pajak, PKKPUU FH Unila, Bandar Lampung, 2007.

JURNAL :

Derlina Sutria Tunas, Efektifitas Penagihan Tunggakan Pajak Dengan

Menggunakan Surat Paksa Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Manado, Jurnal EMBA, Volume 1, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Sam Ratulangi, Manado, 2013.

UNDANG-UNDANG :

Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Undang – Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara

Perpajakan. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 49,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3262

Undang – Undang Nomor 34 Tahun 2000 Tentang Perubahan atas Undang –

Undang Nomor 18 Tahun 1997 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4048.

Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049.

Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah Nomor ,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Page 112: PELAKSANAAN PASAL 21 PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR …repository.ub.ac.id/3312/1/Abdurahman.pdf · dapat penulis sebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 Tentang Pajak Daerah. Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 118, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 413

Peraturan Daerah Kabupaten Blitar Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah.

Lembaran Daerah Kabupaten Blitar Tahun 2011 Nomor 2/A.

Peraturan Daerah Kabupaten Blitar Nomor 10 Tahun 2016 Tentang Pembentukan

dan Susunan Perangkat Daerah. Lembaran Daerah Kabupaten Blitar Tahun

2016 Nomor 10/D.

Peraturan Bupati Blitar Nomor 39 Tahun 2012 Tentang Pedoman Pelaksanaan

Pemungutan Pajak Reklame. Lembaran Daerah Kabupaten Blitar Tahun

2012 Nomor 39/C.

SKRIPSI

Nindra Sandria Ardhana, Efektifitas Pasal 13 Jo Pasal 14 Huruf (D) Peraturan

Walikota Surabaya No. 42 Tahun 2011, Tentang Rincian Tugas Dan

Fungsi Dinas Kota Surabaya Terkait Pembangunan Insfrastruktur

Jalan Kota Surabaya, Skripsi tidak diterbitkan, Malang, Fakultas Hukum

Universitas Brawijaya ,2014.

INTERNET

Sony Lazio, 2012, Pengertian dan Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah,

https://bemfisipgaluhkomisariatpangandaran.wordpress.com/2011/10/26/su

mber-sumber-penerimaan-daerah/, (15 April 2017)

Website Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Blitar,

http://bapendablitar.kab.go.id/category/profil/tupoksi/, ( 10 Mei 2017)

Website Resmi Pemerintah Kabupaten Blitar, Gambaran Umum Kabupaten Blitar

(online), http://www.blitarkab.go.id/2012/06/06/gambaran-umum-2/, (12 Juni

2017)