PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI...

168
PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002 TENTANG RAHN DAN POJK NO.31/POJK.05/2016 TENTANG USAHA PERGADAIAN (Studi Kasus : Pegadaian Syariah Cabang Cinere) SKRIPSI Diajukan Kepada Syariah Dan Hukum Untuk memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H) Oleh : Alawiyah Rahmah 11150490000111 PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441 H / 2019 M

Transcript of PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI...

Page 1: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI

BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

TENTANG RAHN DAN POJK NO.31/POJK.05/2016

TENTANG USAHA PERGADAIAN

(Studi Kasus : Pegadaian Syariah Cabang Cinere)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Syariah Dan Hukum Untuk memenuhi Salah Satu Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh :

Alawiyah Rahmah

11150490000111

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1441 H / 2019 M

Page 2: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002
Page 3: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002
Page 4: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002
Page 5: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

iv

ABSTRAK

Alawiyah, NIM 11150490000111. PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA

JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

TENTANG RAHN DAN POJK NO.31/POJK.05/2016 TENTANG USAHA

PERGADAIAN. Program Studi Hukum Ekonomi Syariah (Muamlah), Fakultas

Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta,

1441 H/2019 M.

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pelaksanaan lelang pada benda

jaminan gadai dengan berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional No.25/DSN-

MUI/III/2002 dan POJK No.31/POJK.05/2016, pegadaian merupakan lembaga

keuangan yang menyalurkan dana kepada masyarakat dengan menggunakan

jaminan gadai sehingga ketika nasabah sudah jatuh tempo dan tidak dapat

memenuhi utangnya, maka pihak pegadaian akan melakukan pelelangan terhadap

benda jaminan tersebut. Maka Pegadaian Syariah dalam melakukan pelaksanaan

lelang harus tunduk terhadap Fatwa DSN-MUI No. 25/DSN-MUI/III/2002

Tentang Rahn selain tunduk kepada aturan tersebut pelaksanaannya harus

berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.31/POJK.05/2016 Tentang

Usaha Pergadaian.

Penelitian ini menggunakan penelitian yuridis normative dan field

research (lapangan) dengan melakukan wawancara kepada pihak terkait dengan

menyesuaikan sumber data sekunder dalam bentuk perundang-undangan.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa, Pegadaian Syariah Cabang Cinere

dalam prosedur pelaksanaan lelang telah sesuai dengan Fatwa DSN No.25/DSN-

MUI/III/2002, tentang jatuh tempo, pemberitahuan kepada murtahin, dan

mengembalikan uang kelebihan.Namun dalam kekurang penjualan hasil lelang

belum sesuai dengan fatwa karena pihak pegadaian syariah cabang cinere tidak

meminta kewajiban kekurangan kepada nasabah. Dalam kesesuaian hukumnya

pegadaian syariah cabang Cinere belum sepenuhnya mengikuti peraturan dalam

fatwa No. 25/DSN-MUI Tentang Rahn “kelebihan hasil penjualan menjadi milik

rahin dan kekurangannya menjadi kewajiban rahin “ sedangkan berdasarkan

Perundang-undangan yaitu POJK No. 31/POJK.05/2016 Tentang Usaha

Pergadaian “lelang adalah penjualan barang jaminan yang terbuka untuk umum

dengan penawaran harga secara tertulis / lisan yang semakin meningkat atau

menurun untuk mencapai harga tertinggi yang didahulukan pengumuman lelang”

bahwa pegadaian syariah cabang Cinere belum sesuai dalam pelaksanaan lelang

yang terbuka secara umum.

Kata Kunci : Pelaksanaan , Pegadaian Syariah, Lelang.

Pembimbing : Dr. Muhammad Maksum, S.H., M.H.

Page 6: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulilah, puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Illahi Rabbi

sang pemberi kehidupan, pencipta alam semesta, yang telah memberikan nikmat

dan kemudahan, sehingga dengan izin-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan

skripsi dengan judul PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN

GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002 TENTANG

RAHN DAN POJK NO.31/POJK.05/2016 TENTANG USAHA PERGADAIAN.

Shalawat beriring salam penulis haturkan kepada baginda Rasullalah SAW,

beserta para keluarga dan sahabatnya. Semoga beliau dapat menjadi sauri tauladan

bagi kita semua dan syafaatnya dapat tercurah kepada semua umatnya.

Kemudian penulis mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang

telah membantu dan mendukung penulis baik langsung maupun tidak langsung

dalam penulisan skripsi ini penulis mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya:

1. Bapak Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.A.g., S.H., M.H., M.A, selaku

Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. A.M. Hasan Ali, M.A, selaku Ketua Prodi Hukum Ekonomi Syariah dan

Dr. Abdurrauf, M.A, selaku Sekretaris Prodi Hukum Ekonomi Syariah.

3. Dr. Muhammad Maksum, S.H., M.A, selaku Pembimbing Skripsi yang

telah bersedia meluangkan waktu, fikiran, dan tenaga kepada penulis

penelitian ini, semoga Allah SWT selalu memberikan kesehatan dan

keberkahan kepada bapak. Amiin.

4. Dr. Muhammad Bukhori Muslim, Lc., M.A, selaku Dosen Pembimbing

Akademik yang selalu meluangkan waktu guna motivasi dan kelancaran

Akademik semasa perkuliahan. Semoga Allah SWT selalu memberikan

kesehatan dan keberkahan. Amiin.

5. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah

memberikan ilmunya kepada penulis, semoga ilmunya bermanfaat dan

bapak ibu selalu di berikan kesehatan dan keberkahan. Amiin.

Page 7: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

vi

6. Segenap keluarga besar Pegadaian Syariah Cabang Cinere, terutama

kepada Bapak Jamiat Heri selaku Pimpinan Pegadaian syariah Cabang

Cinere, mas Anggi Kristanto, Mas Frandika Sandi, Mba Elin Fergita, Mba

Siti Hidayah dan Mas Boy, yang telah membantu penulis untuk

melakukan riset dan memberikan data yang diperlukan guna penyelesaian

skripsi.

7. Ungkapan terimakasih, hormat, cinta dan kasih sayang penulis haturkan

kepada Ayahanda Bapak Ide Wahyudin dan Ibunda Syamsiah. Kepada

papa dan mamah terimakasih atas segala doa, pengorbanan, motivasi, serta

ketulusan yang kalian berikan kepada penulis. Semoga papa dan mamah

bangga atas pencapaian ini serta Allah selalu memberikan kesehatan,

kelancaran dan keberkahan. Amiin. Terimaksih untuk adik-adikku Ilham

Maulana dan Rifki Khoirul Anam telah menjadi suporter terbaik bagi

penulis.

8. Kepada Kakak sepupu saya Karna Wijaya dan Bayu Suprihartini

terimakasih atas dukungan kepada penulis baik moril maupun materil, Ai

Nur Ilmy yang telah membantu selama proses Skripsi.

9. Sahabat-sahabat terbaikku : Nadia Nandini, Rijal Hanafi dan Camelia Ria

Vurista, terimkasih telah menjadi kawan dikala senang maupun susah dan

telah banyak memotivasi atas segala kendala yang dihadapi sejak awal

kuliah hingga penyusunan skripsi ini dan teman berjuang dalam

menjalankan tugas akhir ini. Anto Dwi Cahyo terimakasih telah membantu

selama proses skripsi. Dan teruntuk kak Winarti makasih banyak atas

bantuan dan motivasinya . Semoga Allah membalas kebaikan kalian

semua dengan kebaikan yang lebih banyak.

10. Seluruh teman-teman Prodi Hukum Ekonomi Syariah Angkatan 2015,

terimakasih kalian telah memberikan warna keceriaan selama kuliah.

Semoga silaturahmi kita tetap terjalin sampai kapan pun, kenangan

bersama kalian tidak pernah terlupakan.

Page 8: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

vii

11. Kepada seluruh Hukum Ekonomi Kelas D penulis ucapkan terimakasih

selalu menjadi teman – teman saya yang solid dan saling support, semoga

kalian semua dipermudah segala urusannya oleh Allah SWT. Amin.

12. Teman-teman KKN 007 “Gramahita” 2018, terimaksih kepada kalian telah

berbagi kebersamaan khusunya kepada Anita, Vernia, Laras, Rahma dan

Hanum.

13. Seluruh pihak-pihak lainnya yang telah memberikan dukungan serta

semangat kepada penulis selama penyelesaian skripsi ini.

Jakarta, 21 Agustus 2019

Alawiyah

Page 9: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................ i

LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... ii

LEMBAR PERNYATAAN ......................................................................... iii

ABSTRAK .................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR .................................................................................. v

DAFTAR ISI ................................................................................................. vi

BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .................................... 4

1. Identifikasi Masalah ....................................................... 4

2. Pembatasan Masalah ...................................................... 5

3. Perumusan Masalah ........................................................ 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................. 5

1. Tujuan Penelitian ............................................................ 5

2. Manfaat Penelitian .......................................................... 6

D. Metode Penelitian .................................................................. 7

1. Pendekatan Penelitian ..................................................... 7

2. Jenis penelitian ............................................................... 7

3. Sumber dan Jenis data Penelitian ................................... 7

4. Teknik Analisis dan Pengolahan Data ............................ 8

5. Teknik Penulisan ............................................................ 9

E. Tinjauan Kajian Terdahulu ..................................................... 9

F. Sistematika Penulisan ............................................................ 13

G. Kerangka Pemikiran ............................................................. 14

BAB II TINJAUAN TEORI .................................................................... 15

A. Konsep Pegadaian Syariah .................................................... 15

1. Pengertian Pegadaian Syariah ........................................ 15

2. Dasar Hukum Pegadaian Syariah ................................... 17

3. Rukun dan Syarat Gadai ................................................. 18

Page 10: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

ix

4. Perjanjian Akad Gadai .................................................... 20

5. Tujuan dan Manfaat Gadai ............................................. 22

6. Hak dan Kewajiban Rahn ............................................... 23

7. Hukum Pemanfaatan Barang yang di Gadaikan ............. 25

8. Musnahnya Barang Jaminan Gadai ................................ 25

9. Penjualan Barang Gadai Setelah Jatuh Tempo ............... 27

10. Berakhirnya Akad ........................................................... 28

11. Berakhirnya Ajada Gadai ................................................ 29

B. Konsep Lelang Syariah .......................................................... 29

1. Pengertian Jual Beli Muzayadah (Lelang) ..................... 29

2. Dasar Hukum Jual Beli Muzayadah (Lelang) ................. 31

3. Syarat dan Rukun Lelang ............................................... 33

4. Macam-macam Lelang ................................................... 34

5. Subyek dan Obyek Lelang ............................................. 35

BAB III LEMBAGA PEGADAIAN SYARIAH CABANG CINERE .. 45

A. Profil Pegadaian Syariah Cabang Cinere .............................. 45

1. Sejarah Pembentukan Pegadaian Syariah Cinere ........... 45

2. Visi dan Misi Pegadaian Syariah Cabang Cinere ............ 48

3. Pegadaian Syariah Cabang Cinere ................................. 49

B. Produk Pegadaian Syariah Cabang Cinere ............................ 49

1. Rahn ............................................................................... 49

2. Arrum BPKB .................................................................. 51

3. Amanah .......................................................................... 53

4. Arrum Haji ..................................................................... 54

5. Arrum Emas ................................................................... 55

6. Rahn Bisnis ..................................................................... 56

7. Rahn Refleksi ................................................................. 57

8. Rahn Hasan ..................................................................... 57

9. Arrum Umroh ................................................................. 58

10. Rahn Tasjily Tanah ........................................................ 59

Page 11: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

x

C. Struktur Organisasi, Tugas Pokok, dan Fungsi Pegadaian

Syariah Cabang Cinere .......................................................... 61

1. Struktur Organisasi Cabang Syariah Cinere .................... 61

D. Tugas Pokok Pegadaian Syariah Cabang Cinere ................... 64

E. Fungsi Pegadaian Syariah Cabang Cinere ............................. 64

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA

JAMINAN GADAI ...................................................................... 65

A. Prosedur Pelaksanaan Lelang ................................................. 65

B. Kesesuaian Praktik Lelang .................................................... 69

1. Jatuh Tempo ................................................................... 70

2. Lelang Syariah ................................................................ 73

3. Hasil Penjualan Lelang ................................................... 78

4. Uang Kelebihan Lelang dan Kekurangan Lelang .......... 80

BAB V PENUTUP ................................................................................... 88

A. Kesimpulan ............................................................................ 88

B. Saran ...................................................................................... 90

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 91

LAMPIRAN – LAMPIRAN ........................................................................ 94

Page 12: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan Ekonomi merupakan bagian dari pembangunan Nasional,

dalam rangka mencapai masyarakat yang adil dan makmur. Dalm rangka

memelihara dan meneruskan pembangunan yang berkesinambungan serta

berkembang, para pelaku pembangunan ekonomi baik pemerintah ataupun

masyarakat, baik perseorangan maupun badan hukum, hal tersebut

memerlukan dana yang cukup besar. Seiring dengan meningkatnya kegiatan

pembangunan, meningkat pula pada kebutuhan pendanaan, sebagian besar

dana yang di butuhkan adalah dari hasil pinjam meminjam.

Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan dana dan juga lokomotif

sebagai penggerak ekonomi masyarakat, maka di perlukannya lembaga

jaminan untuk meminjam dana yaitu lembaga jaminan penyaluran kredit

melalui pegadaian

Perum Pegadaian merupakan salah satu Lembaga Keuangan Non Bank

yang sudah dikenal oleh masyarakat Indonesia. Sebagai Lembaga Keuangan

Non Bank milik pemerintah yang berhak memberikan pinjaman kredit kepada

masyarakat atas dasar hukum gadai yang bertujuan agar masyarakat tidak di

rugikan oleh lembaga keuangan Non Bank yang cenderung memanfaatkan

kebutuhan dana dari masyarakat.

Bagi mereka yang memiliki barang-barang berharga dan kesulitan dana

dapat segera dipenuhi dengan cara menjual barang berharga tersebut,

sehingga jumlah uang yang di inginkan dapat dipenuhi. Namun resikonya

barang yang telah di jual akan hilang dan sulit kembali. Kemudian jumlah

uang yang diperoleh terkadang lebih besar dari yang diinginkan sehingga

dapat mengakibatkan pemborosan.1

1 Sugiono,” Metode Penelitian Bisnis”,( Bandung : CV Alfabeta, 2005), h. 77.

Page 13: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

2

Dengan adanya pegadaian sehingga masyarakat hanya perlu

menjaminkan barang berharga miliknya berupa emas, lalu Nasabah sudah

bisa mendapatkan pinjaman yang di butuhkannya.

Saat ini pegadaian hadir pula dengan prinsip syariah yaitu pegadaian

syariah.munculnya pegadaian syariah merupakan salah satu bentuk usaha

untuk membantu masyarakat agar tetap dapat memenuhi kebutuhan hidupnya

sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Akan tetapi apabila masayarakat tidak

mampu membayar angsurannya maka sebagaimana yang telah ditetapkan

oleh Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) No 25/DSN-MUI/III/2002

barang jaminannya akan di ekseskui lelang.

Secara umum lelang merupakan penjualan barang yang dilakukan di

muka umum termasuk melalui media elektronik dengan cara penawaran lisan

dengan harga yang semakin meningkat atau harga semakin menurun dan atau

dengan harga secara tertulis yang didahului dengan usaha mengumpulkan

para peminat.2

Dalam fiqih, lelang di kiaskan dengan ba‟i muzayyadah. Ba‟i

Muzayyadah adalah salah satu jenis jual beli dimana penjual menawarkan

dagangannya di tengah-tengah keramaian, lalu para pembeli saling menawar

dengan harga yang lebih tinggi sampai pada harga yang paling tinggi dari

salah satu pembeli, lalu terjadilah akad dan pembelian tersebut mengambil

barang dari penjual. 3

Jual beli lelang di dalam hukum Islam bertujuan untuk memberikan

kemudahan dan kemaslahat an serta menghindari kemadharatan atau kerugian

dalam transaksi. Akan tetapi dilihat dari segi prakteknya di jaman sekarang

sering dijumpai bahwa dalam pelaksanaannya sering terjadi manipulasi harga

yang dilakukan oleh penjual, pengurangan timbangan dan kecurangan

lainnya.

2 Abdul Ghofur Anshori, “Gadai Syariah di Indonesia”,( Yogyakarta :Gajah Mada

University Press 2011), h. 122. 3 Syaikh Abdurrahman Al-Jaziri, “Al-Fiqh al-madzhaib Al-Araba‟ah Juz II”,( Beirut

Libanon, 1992), h. 25.

Page 14: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

3

Berdasarkan fiqih dan undang-undang membolehkan jual beli lelang

tersebut dengan kata sepakat (suka sama suka, saling rela) antara penjual dan

pembeli. Dalam pandangan hukum Islam jual beli lelang tersebut tidak

memenuhi aturan syariah yang berlaku dan telah diutarakan oleh beberapa

madzhab, bahwa praktik jual beli yag tidak memenuhi syarat dan rukun serta

aturan islam yang berlaku dinyatakan tidak sah.

Di dalam pegadaian syariah sistem lelang berlaku bagi nasabah yang

tidak mampu membayar angsuran hutangnya setelah jatuh tempo.Hal ini

sesuatu yang boleh, karena terdapat pula pada hakikat gadai itu sendiri, yakni

sebagai kepercayaan dari suatu utang untuk dipenuhi harganya, apabila yang

berhutang tidak sanggup membayarnya kepada yang berpiutang.Karena itu

barang gadai boleh di jual sebagai pengganti hutangnya kepada seseorang

yang terpercaya dan adil.

Di dalam prakteknya mekanisme penjualan terkadang tidak dapat

berjalan dengan baik, sebagaimana jual beli dalam kasus lelang, segala

bentuk kecurangan untuk mengeruk keuntungan tidak sah dalam praktik

najasy (komplotan/trik kotor tender dan lelang) yang diharamkan Nabi

Muhammad SAW, atau juga dapat dikategorikan dalam Riswah (sogok) bila

penjual atau pembeli menggunakan uang, fasilitas atau servis untuk

memenangkan tender atau pun lelang yang sebenarnya tidak memenuhi yang

dikehendaki.

Dalam pelaksanaan barang jaminan gadai yang dijual di pegadaian

syariah tdak boleh terlepas dari aturan Fatwa No.25/DSN-MUI/III/2002

tentang rahn. Dimana didalam fatwa tersebut terdapat aturan tentang

penjualan barang gadai (marhun), fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN)

adalah salah satu aturan yang mendasari dan pedoman pokok praket ekonomi

syariah selain didalam fatwa pelaksanaan gadai dan lelang tidak terlepas dari

aturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) No.31/POJK.05/2016 dimana dalam

peraturan tersebut dijelaskan tentang lelang sebagaimana penjelasannya

adalah “penjualan barang jaminan yang terbuka untuk umum dengan

penawaran harga secara tertulis dan lisan yang semakin meningkat atau

Page 15: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

4

menurun untuk mencapai harga tertinggi yang didahului pengumuman

lelang”.4

Dalam praktiknya saat ini, ternyata masih banyak beberapa

penyimpangan dari aturan-aturan yang telah ditetapkan sekalipun lelang yang

dilaksanakan di pegadaian syariah tidak semua kantor pegadaian syariah

mengikuti aturan yang telah tertera di dalam hukum islam dan hukum positif

seperti di dalam aturan Fatwa dan aturan POJK peraturan otoritas jasa

keuangan, diantaranya benda yang dilelang tidak dihadapkan di muka umum,

ketika jatuh tempo pada benda tersebut kemudian hasil dari penjualannya

tidak cukup untuk melunasi hutang si rahin maka pihak rahin tidak

diwajibkan untuk membayar kekurangan. Sedangkan didalam fatwa dewan

syariah nasional di jelaskan bahwa “hasil penjualan menjadi milik rahin dan

kekurangannya menjadi kewajiban rahin” namun, dalam pelaksanaannya

ketika hasil dari penjualan lelang tersebut tidak dapat memenuhi kewajiban

rahin pihak pegadaian (murtahin) tidak pernah meminta kekurangan dari

nasabah, dan adapula dalam pelaksanaannya yang tidak sesuai dengan aturan

pedoman pegadaian yaitu : bila menjual barang jaminan gadai haruslah

terlebih dahulu meminta ijin ke kantor wilayah (KANWIL) akan tetapi

perijinan tidak dilakukan. Maka dari itu berdasarkan latar belakang diatas

penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “

PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI

BERDASARKAN FATWA DSN No.25/DSN-MUI/III/2000 TENTANG

RAHN DAN POJK No.31/POJK.05/2016 TENTANG PEGADAIAN DI

PT PEGADAIAN SYARIAH CABANG CINERE”.

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

1. Bagaimana pelaksanaan lelang benda jaminan gadai di pegadaian

syariah ?

2. Bagaimana peran lembaga pegadaian sebagai penyalur dana pinjaman?

4 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 31/POJK.05/2016 Tentang Usaha Pergadaian

Page 16: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

5

3. Bagaimana ekseskusi barang jaminan gadai di pegadaian syariah ?

4. Apakah pelaksanaan lelang dipegadaian syariah telah sesuai dengan

fatwa No.25/DSN-MUI/III/2000 tentang rahn ?

5. Apakah pelaksanaan lelang di pegadaian syariah telah sesuai dengan

POJK No.31/POJK.05/2016 tentang pegadaian ?

6. Bagaimana mekanisme pelaksanaan lelang di pegadaian syariah ?

7. Bagaimana prosedur pelaksanaan lelang di pegadaian syariah ?

8. Apakah pelaksanaan lelang di pegadaian syariah telah sesuai dengan

aturan syariah ?

2. Pembatasan Masalah

Untuk mempermudah pembahasan dalam penulisan skripsi ini, penulis

membatasai masalah yang akan dibahas sehingga pembahasannya lebih

jelas dan terarah sesuai dengan yang diharapkan penulis.5

1. Pelaksanaan lelang pada benda jaminan gadai di perusahaan pegadaian

syariah ?

2. Materi dibatasi pada Fatwa Dewan Syariah Nasional tentang rahn dan

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang pegadaian.

3. Perumusan Masalah

1. Bagaimana prosedur pelaksanaan lelang benda jaminan gadai di

pegadaian syariah Cabang Cinere ?

2. Bagaimana kesesuaian praktik lelang yang dilaksanakan di Pegadaian

Syariah Cabang Cinere, apakah telah sesuai dengan fatwa dewan

syariah nasional no.25/DSN-MUI/III/2000 dan peraturan otoritas jasa

keuangan no.31/POJK.05/2016 tentang gadai di pegadaian syariah

Cabang Cinere ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan uraian diatas penelitian ini ditujukan untuk mendapatkan

data dan informasi atau keterangan guna :

5Fakultas Syariah dan Hukum “Pedoman penulisan skripsi”, 2007, h. 29.

Page 17: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

6

1. Menganalisis pelaksanaan lelang benda jaminan gadai di perusahaan

pegadaian syriah berdasarkan Fatwa No.25/DSN-MUI/III/2000 dan

peraturan otoritas jasa keuangan No.31/POJK.05/2016 .

2. Menganalisis prosedur pelaksanaan lelang pada benda jaminan

dipegadaian syariah cabang Cinere.

3. Menganalisis kesesuaian aturan lelang yang dilaksanakan dipegadaian

syariah cabang Cinere berdasarkan Fatwa dewan syariah nasional dan

peraturan jasa keuangan.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Akademisi

Penelitian ini dapat menjadi informasi/ilmu pengetahuan bagi kalangan

akademisi institusi tentang pelaksanaan lelang di pegadaian syariah

terhadap benda jaminan gadai berdasarkan Fatwa dewan syariah

nasional dan peraturan jasa keuangan.

b. Manfaat Praktis

1. Bagi penulis

Untuk menerapkan dan mempersembahkan sebuah karya tulis

terhadap ilmu yang telah didapat selama perkuliahan dan

memperluas wawasan pada bidang kajian ekonomi islam.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi wacana baru dalam kajian

ekonomi syariah yang pada gilirannya akan mendorong lahirnya

karya-karya baru oleh para akademisi.

3. Bagi Masyarakat

Memberikan kontribusi positif bagi pembaca pada umumnya,

memberikan wawasan kepada masyarakat, baik para akademisi

maupun para praktisi dalam menghadapi zaman modernisasi saat

ini dan sebagai bahan untuk melakukan penyuluhan hukum dengan

memberikan sumbangan pengetahuan, pemahaman dan kepastian

hukum kepada masyarakat terhadap pelaksanaan lelang benda

jaminan dipegadaian syariah berdasarkan Fatwa dewan syariah

Page 18: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

7

nasional dan peraturan otoritas jasa keuangan (perundang-

undangan).

D. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normative, yaitu

melalui pendekatan hukum, pendekatan doktrin-doktrin terkait dengan

peraturan hukum dan pendekatan kasus yang terjadi di pegadaian syariah.

2. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan masalah yang berpacu

kepada pendekatan dalam penelitian hukum, yaitu pendekatan perundang-

undangan ( statuta approach), karena dalam penelitian ini ada aturan-

aturan tertentu dan ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam pelaksanaan

lelang benda jaminan diperusahaan umum pegadaian syariah.

3. Sumber dan Jenis data Penelitian

Pada penelitian hukum normatif, bahan pustaka merupakan bahan

hukum dasar yang dalam (ilmu) penelitian digolongkan sebagai bahan

hukum sekunder.6 Dalam penelitian ini data yang diperlukan diperoleh

melalui penelitian lapangan. Sumber data yang digunakan penulis dalam

penelitian ini adalah menggunakan data Primer dan data sekunder :

1. Data Primer

Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat

autoratif berupa peraturan perundang-undangan. Peraturan perundang-

undangan yang digunakan adalah peraturan perundang-undangan yang

memiliki kaitan dengan penelitian yang dilakukan.7

1. Wawancara Data PPegadaian Syariah Cabang Cinere

2. Peraturan Pemerintah No. 103 Tahun 2000 Tentang Perusahaan

Umum (PERUM) Pegadaian.

6 Abdulkadir Muhammad, “Hukum dan Penelitian Hukum”, ( PT Citra Aditya Bakti,

Bandung, 2004), h. 82. 7 Peter Mahmud Marzuki, “Penelitian hukum”, Edisi Pertama, (Jakarta : Kencana Prenada

Media Group, 2005), Cet. 3, h. 35.

Page 19: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

8

3. Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1970 Jo Peraturan

Pemerintah No. 7 Tahun 1969 Tentang Perusahaan Jawatan

Pegadaian.

4. Pasal 1150 KUH Perdata sampai dengan Pasal 1160 Buku II

KUH Perdata Tentang Prinsip, Kerja, dan lainnya dari Pegadaian.

5. Undang-undang No. 9 Tahun 1969 Tentang.

6. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 31/POJK.05/2016

7. Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 25/DSN-MUI/III/2002

Tentang Rahn.

2. Data Sekunder

Bahan hukum sekunder biasanya berupa pendapat hukum /

doktrin / teori-teori yang diperoleh dari literature hukum, hasil

penelitian, artikel ilmiah, buku-buku, maupun website yang terkait

dengan penelitian. Bahan hukum sekunder pada dasarnya digunakan

untuk memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer. Dengan

adanya hukum sekunder maka peneliti akan terbantu untuk memahami

/ menganalisis bahan hukum primer.

4. Teknik Analisis dan Pengolahan Data

Analisis data merupakan kegiatan mengurai sesuatu sampai

komponen-komponennya dan kemudian menelaah hubungan masing-

masing komponen dengan keseluruhan konteks dari berbagai sudut

pandang.Penelaahan dilakukan sesuai dengan tujuan penelitian yang telah

ditetapkan.8

Data yang diperoleh baik primer maupun sekunder dianalisis

menggunakan metode deskripsi analitis, yaitu mendeskripsikan atau

memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data yang telah

terkumpul dan menganalisa semua aspek yang berkaitan dengan masalah

penelitian guna menilai benar tidaknya dalam implementasinya.

8 Sri Mamudji, dkk, “Metode Penelitian dan Penulisan Hukum”, h. 50.

Page 20: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

9

5. Teknik penulisan dan pedoman yang digunakan dalam penulisan ini adalah

buku “pedoman penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan HukumUIN Syarif

Hidayatullah Jakarta 2017.”9

E. Tinjauan Kajian Terdahulu

Tinjauan Hukum Islam Terhadap Sistem Lelang Hp Jaminan

Gadai (Studi Kasus Pada Konter Hp di Jalan Moses Yogykarta), Skripsi

ini di tulis oleh Fathurrokhman tahun 2017 dengan menggunakan metode

penelitian kualitatif dengan menarik kesimpulan analisis kasus ini dengan

teori hukum Islam bahwa praktek yang dilaksanakan dalam gadai HP ini

terdapat bunga. Hal ini, merupakan riba yang berlipat ganda dan

berakumulasi.Karena dalam prakteknya penggadai di wajibkan membayar

bunga dalam pengembalian utang, berarti mengambil harta si penggadai HP.

Fakta kasus di JL Moses Yogyakarta, beberapa konter mengidentifikasi

bahwa, mereka menetapkan bungan sebesar 10%, pada setiap transaksi

menggadaikan barang jaminan berupa HP atau barang elektronik lainnya,

nasabah akan menerima struk atau nota jaminan gadai, yang berisi tentang

peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan kesepakatan. Pihak konter akan

memberikan taksiran harga melalui pasar sekitar (HPS) saat ini. Nasabah

menandatangani struk atau nota yang telah diberikan pihak konter maka

nasabah telah menerima kesepakatan yang berlaku didalamnya.Pengambilan

uang pinjaman selambat-lambatnya 15 hari atau dua minggu setelah dua

pihak bersepakat, beserta bungan 10% dari harga yang diterima

nasabah.Namun demikian setelah 15 hari tidak sedikit nasabah yang tidak

bisa menebus barang jaminan gadainya. Ketika ini terjadi pihak

akanmelakukan pelelangan atas barang jaminan yang tidak bisa ditebus atau

diambil kembali oleh penggadai.10

Dalam penelitian ini mengkaji praktek pelaksanaan tinjauan hukum

Islam terhadap sistem lelang benda jaminan Hp, namun lebih condong

9Fakultas Syariah dan Hukum, “Pedoman Penulisan Skripsi”, 2017.

10 Fathurrokhman, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Sistem Lelang Hp Jaminan Gadai

(Studi Kasus pada Konter Hp di JL Moses Yogyakarta),” Skripsi, UIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta, 2017.

Page 21: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

10

terhadap pelaksanaan di sebuah Konter Hp. Penelitian ini berbeda dengan

penelitian yang akan dikaji, perbedaannya dari segi regulasi maupun dari segi

Lembaganya.

Konsep Harga Lelang Barang Jaminan Gadai dalam Ekonomi

Islam di Pegadaian Syariah Cabang Simpang Patal Palembang, jurnal

ditulis oleh Susanti tahun 2016 dengan metode penelitian kualitatif dengan

menarik keimpulan bahwa penrapan konsep harga lelang di pegadaian syariah

cabang simpang patal Palembang sudah menggunakan prinsip syariah,

dimana jika barang jaminan nasabah sudah jatuh tempo pihak pegadaian

memberitahukan kepada pihak nasabah bahwa barang jaminan sudah jatuh

tempo, tetapi nasabah tidak melakukan perpanjangan maka pihak pegadaian

syariah melakukan lelang, dan proses ini juga pihak pegadaian melakukan

terlebih dahulu survey ke pasar setempat dan pasar pusat dan melakukan

penaksiran ulang supaya tidak menimbulkan penindasan sehingga dapat

merugikan salah satu pihak dan menguntungkan pihak lain.

Penelitian ini membahas mengenai konsep harga lelang pada benda

jaminan dengan menggunakan konsep dasar harga pasar untuk memastikan

agar tidak terjadai kerugian terhadap nasabah yang telah di lelang

barangjaminannya agar tidak terlepass dari prinsip kesyariahannya.

Berdasarkan penjelasan tersebut penelitian yang akan dikaji memiliki

persamaan dari lemabaganya akan tetapi pembahasannya berbeda karena

penelitian yang akan di kaji lebih kepada pelaksanaan lelangnya.11

Perlindungan Hukum Bagi Pemilik Objek Gadai atas Pelelangan

Objek Gadai, jurnal ditulis oleh Habib Adjie dan Emmy Haryono Saputro

tahun 2015 penelitian yang digunakan penelitian hukum normative yang

beranjak pada keilmuan hukum. Dalam penelitian ini digunakan pendekatan

perundang-undangan (statute approach), dan dan pendekatan konseptual

(approach). Dapat ditarik kesimpulan bahwa perjanjian gadai sebagai

perjanjian tambahan keberadaannya ditujukan untuk mendukung perjanjian

11

Susanti, “Konsep harga lelang barang jaminan gadai dalam ekonomi islam, di

pegadaian syariah cabang simpang patal Palembang”, jurnal intelektualita, Volume 5, Nomor 1,

1Juni 2016. Available online at http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/intelektualita

Page 22: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

11

pokok, yakni perjanjian utang piutang, sehingga manakala pemberi

gadai/debitor wanprestasi terhadap penerima gadai/kreditornya, maka

berdasarkan parate executie yang dimiliki oleh penerima gadai, penerima

gadai berhak melelang objek gadai. Perlindungan hukum bagi pemilik objek

gadai diberikan oleh hukum yakni, apabila terbukti bahwa pihak penerima

gadai menerima wajib mengembalikan barang yang digadaikan kepada

pemilik yang sesungguhnya.

Dalam penelitian ini memiliki perbedaan dengan yang akan dikaji

karena dalam penelitian ini dalam regulasinya lebih cenderung kepada hukum

postif yaitu hukum perdata karena dalam penelitian ini hanya membahas

tentang perlindungan hukum bagi pemilik objek gadai ,sedangkan yang akan

di kaji yaitu pelaksanaannya dan memakai regulasi fatwa dewan syariah

nasional majlis ulama Indonesia (DSN-MUI).

Pelaksanaan Lelang jaminan Gadai di PT Pegadaian (Persero)

Cabang Ngupas Kota Yogyakarta, skripsi ini ditulis oleh Yuli Nurhasanah

tahun 2018 dengan menggunakan metode penelitian kualitatif dengan

menarik kesimpulan bahwa Pelaksanaan lelang jaminan gadai di PT.

Pegadaian (Persero) Cabang Ngupasan Kota Yogyakarta sudah sesuai dengan

peraturan yang berlaku yaitu KUHPerdata pasal 1155 dan Keputusan Direksi

Perum Pegadaian Nomor : 0pp.2/675/5/998 Tentang pedoman Operasional

Kantor Cabang Perum Pegadaian. Pelaksanaan eksekusi barang jaminan

tersebut juga diatur dalam ketentuan pasal 1155 KUHPerdata.Dari ketentuan

di atas dapat di simpulkan bahwa pihak debitur dapat menjadi barang jaminan

di muka umum menurut kebiasaan-kebiasaan setempat serta syarat-syarat

yang lazim berlaku, sehingga pegadaian di perbolehkan melaksanakan lelang

sesuai dengan kebiasaan-kebiasaannya melalui Kantor Lelang Negara.

Dalam penelitian ini memiliki perbedaan dengan yang saya akan kaji,

dalam penelitian ini menjelaskan tentang pelaksanaan lelang dengan

menggunakan sistem regulasi dari KUHPerdata pasal 1155 dan Keputusan

Direksi Perum Pegadaian Nomor : 0pp.2/675/5/998 Tentang pedoman

Operasional Kantor Cabang Perum Pegadaian, selain regulasi (aturan hukum)

Page 23: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

12

nya lalu dalam objek penelitiannya pun berbeda penelitian ini menggunakan

objek pegadaian konvensional sedangkan yang saya akan teliti obyeknya

pegadaian syaariah Cabang Cinere, lalu perbedaannya dari penelitian ini yaitu

dari segi regulasinya penelitian yang saya kaji terfokus kepada Fatwa No.

25/DSN-MUI/III/2000 dan POJK No. 31/POJK.05/2016.

dalam penelitian ini objek yang di teliti merupakan lembaga pegadaian

syariah konvensional dan menggunakan regulasi dengan hukum positif yaitu

hukum perdata, sedangkan pada objek yang akan di kaji yaitu lembaga

pegadaian syariah dan menggunakan regulasi atau dasar hukum fatwa dewan

syariah nasional majlis ulama indonesia (DSN-MUI) dan peraturan otoritas

jasa keuangan (POJK) tentu berbeda dengan penelitian tersebut. 12

Analisis Pelaksanaan Llelang Benda Jaminan Gadai Berdasarkan

Fatwa Dewan Syariah Nasional No.25/DSN-MUI/III/2002 Tentang Rahn

di Pegadaian Syariah Cabang Majapahit Semarang.Skripsi ini ditulis oleh

Siti Farihah menggunakan metode penelitian yuridis normatif yang megacu

kepada norma-norma hukum yang terdapat dalam perundang-undangan dan

putusan-putusan pengadilan serta norma hukum yang berada dimasyarakat,

dan juga dengan melihat singkronisasi suatu aturan dengan aturan lainnya

secara hirarki. Dengan menarik kesimpulan bahwa pelaksanaan lelang di

ppegadaian syariah Cabang Majapahit telah sesuai dengan aturan fatwa dan

praktik yang dilaksanakan sesuai dengan syariat islam, karena praktiknya

berdasarkan dengan dalil-dalil al-Qur‟an dan Hadis.

Dalam penelitian ini hanya berpacu kepada Fatwa DSN-MUI saja No.

25/DSN-MUI/III/2002 tentang rahn, sedangkan yang saya akan teliti selain

memakai regulasi dari Fatwa DSN-MUI juga akan disandingkan dengan

POJK (Peraturan Otoritas Jasa Keuangan) lalu pada objek penelitiannya pun

berbeda.13

12

Yuli Nurhasanah, “Pelaksanaan lelang jaminan gadai di PT. Pegadaian (PERSERO)

Cabang ngupasan Kota Yogyakarta”, Skripsi, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2018. 13

Siti Farihah “Analisis Pelaksanaan Llelang Benda Jaminan Gadai Berdasarkan Fatwa

Dewan Syariah Nasional No.25/DSN-MUI/III/2002 Tentang Rahn di Pegadaian Syariah Cabang

Majapahit Semarang”, Skripsi, Universitas Islam Negeri Walisongo, 2017.

Page 24: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

13

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan berisi deskripsi isi skripsi bab per bab. Uraian

dibuat dalam bentuk esai yang menggambarkan alur logis dan struktur dari

bangun bahasan skripsi. Agar porsi masing-masing bab dibatasai isi judulnya,

sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN

Dalam bab ini memuat latar belakang penelitian, identifikasi masalah,

pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,

metode penelitian, studi kajian review terdahulu, dan sistematika

penulisan.

BAB II TINJAUAN TEORI

Bab ini membahas mengenai teori-teori, seperti konsep gadai syariah

dan konsep lelang syariah.

BAB III Metode Penelitian

Dalam bab ini menjelaskan tentang jenis penelitian yaitu

mendeskripsikan profil lembaga pegadaian syariah cinere.

BAB IV Analisis dan Pembahasan

Bab ini menjelaskan bagaimana pelaksanaan lelang di pegadaian

syariah pada benda jaminanberdasarkan fatwa No.25/DSN-

MUI/III/2002 dan peraturan otoritas jasa keuangan

No.31/POJK.05/2016 serta menjelaskan tentang prosedur-prosedur

pelaksanaan lelang dipegadaian syariah cabang cinere.

BAB V PENUTUP

a. Kesimpulan

b. Saran

Page 25: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

14

G. Kerangka Pemikiran

PerbankanSyariah Nasabah

Penggadaian dan

Penyerahan (Objek

Jaminan)

Apakah sesuai dengan

Fatwa DSN?

Penelitian Kualitatif

Fatwa DSN No.25/DSN-

MUI/III/2002

POJK

No.31/POJK.05/2016

Kesimpulan dan Saran

Analisis dan

Pembahasan

wawancara

Nasabah Tidak Menepati

Kewajiban

PelaksanaanLelang

Benda Jaminan di

Pegdaian Syariah

Cabang Cinere

Page 26: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

15

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Pegadaian Syariah

1. Pengertian pegadaian syariah

Istilah pegadaian dalam fiqih islam disebut dengan ar-rahn. Secara

etimologis ar-rahn berarti tsubut (tetap) dan dawam (kekal, terus-

menerus).Adapun secara terminologis, ar-rahn adalah menjadikan harta

benda sebagai jaminan utang agar utangnya itu dilunasi (dikembalikan)

atau dibayarkan harganya jika tidak dapat mengembalikannya.1

Menurut Sayid Sabiq, rahn adalah menjadikan barang yang

mempunyai nilai harta menurut syara‟ sebagai jaminan utang, sehingga

orang yang bersabgkutan boleh mengambil utang atau ia bisa mengambil

sebagian dari manfaat barang itu. Hal ini merupakan pengertian secara

praktis, bahwa setiap orang yang mengutangkan sesuatu biasanya meminta

jaminan dari pihak yang berutang, baik jaminan berupa barang bergerak

maupun barang berupa benda tidak bergerak.2

Menurut pasal 20 ayat (14) rahn / gadai adalah penguasaan barang

milik peminjam oleh pemberi pinjaman sebagai jaminan.

Selain pengertian diatas ada beberapa defines rahn (gadai) menurut

ulama madzhab, diantaranya sebagai berikut:3

Menurut Syafi‟iyah, rahn adalah menjadikan suatu barang yang bisa

dijual sebagai jaminan utang dipenuhi dari harganya, bila yang berutang

tidak sanggup membayar utangnya. Menurut Hanabilah, rahn adalah suatu

benda yang dijadikan kepercayaan suatu utang, untuk dipenuhi dari

harganya, bila yang berutang tidak sanggup membayar utangnya. Menurut

Malikiyah, rahn adalah suatu yang bernilai harta (mutamawwal) yang

1 Abdullah Muhammad bin ath-Thayyar et al., “Ensiklopedia Fiqih Muamalah dalam

pandangan 4 madzhab”, (Yogyakarta : maktabah al-hanif, 2008), h. 173-174. 2 Sayid Sabiq, “Fiqih sunnah”, (Beirut: Dar al-fikr, 1403 H/1983 M, Jilid III), h. 182

3 Zainudin Ali, “Hukum Perbankan Syariah”.( Jakarta : Sinar Grafika, 2008), h. 2.

Page 27: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

16

diambil dari pemiliknya untuk dijadikan pengikat atas utang yang tetap

(mengikat).

Dari beberapa definsi diatas dapat disimpulkan tentang gadai sebagai

berikut : Pertama, barang gadai harus sesuatu yang bernilai harta atau

barang yang dapat dijualbelikan. Kedua, barang gadai berfungsi sebagai

barang jaminan atas hutang.Ketiga, barang gadai akan dikembalikan bila

utang sudah lunas dibayarkan. Keempat, barang gadai akan dijual, bila si

rahin tidak sanggup membayar utangnya kepada murtahin. Kelima, barang

gadai bisa dalam bentuk benda bergerak dan benda tidak bergerak.Prinsip

dasar dari rahn yakni tolong-menolong.

Pengertian gadai yang ada dalam syariat islam agak berbeda dengan

pengertin gadai yang ada dalam hukum positif kita sekarang ini, sebab

pengertian gadai dalam hukum positif kita sekarang ini sebagaimana yang

tercantum dalam kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUH Perdata)

sebagai berikut :

Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang berpiutang atas suatu

barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seorang kekuasaan

kepada si berpiutang untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut

secara didahulukan daripada orang-orang yang berpiutang lainnya, dengan

pengecualian biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya-biaya mana

yang harus didahulukan.4

Selain berbeda dengan KUHPerdata, pengertian gadai menurut

syariat Islam juga berbeda dengan pengertian gadai menurut ketentuan

hukum adat. Menurut ketentuan hukum adat, gadai adalah menyerahkan

tanah untuk menerima pembayaran sejumlah uang secara tunai, dengan

ketentuan si penggadai tetap berhak atas pengembalian tanahnya dengan

jalan menebusnya kembali.

Dalam bebapa pengertian gadai diatas, maka dapat dikemukakan

bahwa gadai menurut ketentuan syariat islam adalah kombinasi pengertian

gadai yang terdapat dalam KUHPerdata dan hukum adat, terutama sekali

4 Lihat pasal 1150 KUHPerdata

Page 28: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

17

menyangkut objek perjanjian gadai menurut syariat islam meliputi barang

yang mempunyai nilai harta, dan tidak dipersoalkan apakah dia merupakan

benda bergerak atau tidak bergerak.5

2. Dasar Hukum Pegadaian Syariah

Gadai hukumnya mubah berdasarkan dalil al-Qur‟an, Hadis, dan

Ijma‟.Dasar Gadai dari Al-qur‟an adalah firman Allah SWT dalam QS. Al-

Baqarah (2):283:

Artinya :” jika kamu dalam perjalanan (dan bermuamalah tidak

secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka

hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang).

Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka

hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (utangnya) dan

hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya ; dan janganlah kamu

(para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan, barang siapa yang

menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa

hatinya; dan Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al-

Baqarah : (2) 283).

Dasar dari Hadis diantaranya Hadis yan bersumber dari Aisyah r.a :

إن ؤد صهى اشتز طعا يا ي صه الله عه انب ذ أ حذ ذرعا ي ر .أجه

Artinya :”sesungguhnya Rasullalah SAW membeli makanan dari

orang Yahudi dan beliau menggadaikan baju besinya kepadanya” (H.R.

Bukhari-Muslim).

Dasar dari ijma‟ yakni bahwa kaum muslimin sepakat dibolehkannya

gadai secara syariat ketika bepergian (safar) dan ketika dirumah (tidak

bepergian) kecuali mujahid yang berpendapat gadai hanya berlaku ketika

5 Chairuman Pasaribu dan Suhrawardi K.Lubis, “Hukum Perjanjian dalam Islam”, (Jakarta

: Sinar Grafika, cet 3, 2004), h.140.

Page 29: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

18

bepergian berdasarkan ayat tersebut. Akan tetapi, pendapat Mujahid ini

dibantah dengan argumentasi hadis diatas. Disamping itu, penyebutan

safar (bepergian) dalam ayat tersebut keluar dari yang umum (kebiasaan).6

Selain itu, secara praktik dasar hukum gadai syariah di Indonesia

telah diatur dalam :

1. Bab XIV Pasal 412 Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah.

2. Fatwa DSN-MUI No.25/DSN-MUI/III/ 2002 Tentang Rahn.

3. Fatwa DSN-MUI No.26/DSN-MUI/III/2002 Tentang Rahn Emas.

4. Fatwa DSN-MUI No.68/DSN-MUI/III/2008 Tentang Rahn Tasjily.

5. Fatwa DSN-MUI No.77/DSN-MUI/V/2010 Tentang Jual Beli Emas

Secara Tidak Tunai.

3. Rukun dan Syarat Gadai

Rukun gadai yaitu :7

1. Penerima gadai

2. Pemberi gadai

3. Harta gadai

4. Utang

5. Akad

Menurut Rahmat Syafe‟i, rukun rahn (gadai) yaitu rahin (orang yang

memberikn jaminan), al-murtahin (orang yang menerima), al-marhun

(jaminan), dan al-marhun bih (utang).

Menurut ulama Hanafiyah, rukun rahn (gadai) yaitu ijab kabul dari

rahin dan al-murtahin, sebagaimana pada akad yang lain. Akan tetapi, akad

tidak akan sempurna sebelum adanya penyerahan barang.

Adapun menurut ulama selaian Hanafiyah, rukun rahn (gadai) yaitu

shigat, „aqid (orang yang berakad), marhun, dan marhun bih.8

Adapun syarat-syarat (rahn) gadai menurut Kompilasi Hukum

Ekonomi Syariah, yaitu :9

6 Abdullah Muhammad bin ath-Thayyar et al. “Menuju Era Wakaf Produktif”. Cet.3.(

Jakarta: Mitra Abadi Press, 2006), h. 174-175. 7Pasal 372 ayat (1) Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah.

8 Rahmat Syafe‟i, “Fiqih Muamalah”, (Bandung : Pustaka Setia, 2001), h.162.

Page 30: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

19

1. Penerima dan pemberi gadai haruslah memiliki kecakapan hukum.

Oleh karena itu, tidak sah gadai yang dilakukan oleh para pihak yang

tidak memiliki kecakapan hukum, misalnya gila, anak-anak, dan

seterusnya.

2. Akad gadai sempurna bila akad gadai tealh dikuasai oleh penerima

gadai.

3. Akad gadai harus dinyatakan oleh para pihak secara lisan, tulisan, atau

isyarat.

4. Harta gadai harus bernilai dan dapat diserah terimakan.

5. Harta gadai harus ada ketika akad dibuat.

Menurut Rahmat Syafe‟i, dalam gadai disyaratkan beberapa syarat

sebagai berikut :

Pertama, persyaratan aqid kedua orang yang akan melakukan akad

harus memenuhi criteria al-ahliyah, yaitu orang yang sudah sah untuk

melakukan jual beli, yakni yang berakal dan mumayiz. Rahn (gadai) tidak

boleh dilakukan oleh orang yang mabuk, gila, bodoh, atau anak kecil yang

belum baligh.

Kedua, syarat shighat ulama Hanafiyah berpendapat bahwa shighat

dalam rahn (gadai) tidak boleh memakai syarat atau dikaitkan dengan

sesuatu.Adapun menurut ulama selain Hanafiyah, syarat dalam rahn ada

yang shahih dan ada yang rusak (Fassid).

Ulama Syafi‟iyah berpendapat, bahwa syarat dalam rahn ada tiga,

Pertama, syarat Sahih, seperti mensyaratkan agar murtahin cepat

membayar sehingga jaminan tidak dapat disita. Kedua, mensyaratkan

sesuatu yang tidak bermanfaat, seperti mensyaratkan agar hewan yang

diajdikan jaminan diberi makanan tertentu. Syarat seperti ini batal, tetapi

akadnya sah. Ketiga, syarat yang merusak akad, seperti mensyaratkan

sesuatu yang akan merugikan murtahin.

Ulama Malikiyah berpendapat bahwa syarat rahn terbagi dua, yaitu

rahn sahih dan rahn fasid. Rahn fasid adalah rahn yang didalamnya

9Pasal 372 Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah.

Page 31: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

20

mengandung persyaratan yang tidak sesuai dengan kebutuhan atau

dipalingkan pada sesuatu yang haram, seperti mensyaratkan barang harus

berada dibawah tanggung jawab rahin.

Ulama Hanabilah berpendapat seperti pendapat ulama Malikiyah

diatas, yakni rahn terbagi dua, shahih dan fasid.Rahn shahih dan fasid

adalah rahn yang mengandung unsur kemaslahatan dan sesuai dengan

kebutuhan.

1. Syarat Marhun

Adapun syarat marhun yaitu : Pertama, dapat diperjualbelikan.

Kedua, bermanfaat. Ketiga, Jelas. Keempat, milik rahin. Kelima, bisa

diserahkan. Keenam, tidak bersatu dengan harta lain. Ketujuh,

dipegang (dikuasai) oleh rahin. Kedelapan, harta yang tetap atau

dapat dipindahkan.

2. Syarat Marhun Bih

Adapun syarat marhun bih yaitu :

Menurut ulama Hanafiyah, syarat murtahin bih yaitu : marhun

bih hendaknya barang yang wajib diserahkan, Marhun bih

memungkinkan dapat dibayarkan. Dan hak atas marhun bih harus

jelas.

Adapun menurut ulama Hanabilah dan Syafi‟iyah, syarat

marhun bih, yaitu : berupa utang yang tetap dan dapat dimanfaatkan,

utang harus lazim pada waktu akad, dan utang harus jelas dan

diketahui oleh rahin dan murtahin.

4. Akad Perjanjian Gadai

Akad yang digunakan dalam mekanisme perjanjian gadai, yaitu :

1. Akad al-Qardu al-Hasan

Akad al-qardu al-hasan yaitu suatu akad yang dibuat oleh

pihak pemebri gadai dengan pihak penerima gadai dalam hal transaksi

gadai harta benda yang bertujuan untuk mendapatkan uang tunai yang

diperuntukkan untuk konsumtif. Hal ini dimaksud, pemberi gadai

(nasabah/rahin) dikenakkan biaya upah / fee oleh penerima gadai

Page 32: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

21

(murtahin/ lembaga pegadaian), yang telah menjaga atau merawat

barang gadaian (marhun).10

Akad al-qardhu al-hasan dimaksud pada

prinsipnya tidak boleh pembebanan biaya selain biaya administrasi.

Namun ketentuan biaya administrasi dimaksud berdasarkan cara :

Pertama, biaya administrasi harus dinyatakan dengan nominal,

bukan persentase.

Kedua, biaya administrasi harus bersifat jelas, nyata, dan pasti

serta terbatas pada hal-hal mutlak yang diperlukan dalam akad atau

kontrak.11

2. Akad al-Mudharabah

Akad mudharabah yaitu suatu akad yang diberikan oleh pihak

pemberi gadai (rahin) dengan pihak penerima gadai (murtahin).Pihak

pemberi gadai (rahin) atau orang yang menggadaikan harta benda

sebagai jaminan untuk menambah modal usahanya atau pembiayaan

produktif. Akad dimaksud, pihak pemberi gadai akan memberikan

bagi hasil berdasarkan keuntungan yang diperoleh kepada penerima

gadai sesuai dengan kesepakatan, sampai modal yang dijaminkan

dilunasi.12

3. Akad Ba‟i al-Muqayadah

Akad bai‟i al-muqayadah yaitu akad yang dilakukan oleh

pemilik sah harta benda barang gadai dengan pengelola barang gadai

agar harta benda dimaksud mempunyai manfaat produktif. Misalnya

pembelian peralatan untuk modal kerja, untuk memperoleh dana

pinjaman, nasabah harus menyerahkan harta benda sebagai jaminan

berupa harta benda sebagai jaminan berupa barang-barang yang dapat

dimanfaatkan oleh penerima gadai, baik oleh rahin maupun murtahin.

Dalam hal ini, nasabah dapat memberikan keuntungan berupa mark up

10

Heri Sudarsono, “Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi”. Cet 2.

(Yogyakarta: Ekonisia, 2012), h. 179. 11

Zainudin Ali, “Hukum Perbankan Syariah”. (Jakarta : Sinar Grafika, 2008), h. 83. 12

Muhammad Firdaus et al., “Mengatasi Masalah dengan Pegadaian Syariah”, (Jakarta :

Reinesa, 2007), h. 29.

Page 33: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

22

atas barang yang dibelikan oleh murtahin atau pihak penerima gadai

dapat memberikan barang yang dibutuhkan oleh nasabah dengan akd

jual beli sehingga murtahin dapat ambil keuntungan berupa margin

dari penjualan barang tersebut sesuai kesepakatan antara keduanya.

Sebagai contoh dapat diungkapkan, Hasan membutuhkan pabrik

penggilingan padi, maka Hasan mengajukan permohonan kepada

kantor pegadaian agar dapat dibelikan pabrik tersebut. Berdasarkan

permohonan Hasan, maka pihak pegadaian syariah membelikan

kebutuhan Hasan berupa pabrik penggilingan padi. Apabila harga

penggilingan beras dimaksud Rp. 15.000.000,-, maka pihak pegadaian

menjual kepada Hasan Rp. 17.500.000,-, berdasarkan kesepakatan

sehingga pihak pegadaian syariah mendapatkan keuntungan Rp.

2.500.000,-,13

5. Tujuan dan Manfaat Pegadaian

Pegadaian bertujuan sebagai berikut :14

Pertama,turut melaksanakan dan menjunjung pelaksanaan

kebijaksanaan dan program pemerintah di bidang ekonomi dan

pembangunan nasional pada umumnya melalui penyaluran uang

pembiayaan/pinjaman atas dasar hukum gadai.

Kedua, pencegahan praktik ijon, pegadaian gelap, dan pinjaman

tidak wajar lainnya.

Ketiga, pemanfaatan gadai bebas bunga pada gadai syariah memilki

efek jaring pengaman sosial karena masyarakat yang butuh dana

mendesak tidak lagi dijerat pinjaman/pembiayaan berbasis bunga.

Keempat, membantu orang-orang yang membutuhkan pinjaman

dengan syarat mudah.

13

Zainudin Ali,” Hukum Perbankan Syariah”.( Jakarta : Sinar Grafika, 2008), h. 92-93. 14

Andri Soemitra, “Bank dan Lembaga Keuangan Syariah”. Edisi ke 1, cet 2, (Jakarta :

Kencana, 2003), h. 394.

Page 34: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

23

Adapun manfaat pegadaian sebagai berikut :15

a. Penghasilan yang bersumber dari sewa modal yang dibayarkan oleh

peminjam dana.

b. Penghasilan yang bersumber dari ongkos yang dibayarkan oleh

nasabah memperoleh jasa tertentu. Bagi bank syariah yang

mengeluarkan produk gadai syariah dapat menambah keuntungan dari

pembebanan biaya sewa tempat penyimpanan emas.

c. Pelaksanaan misi perum pegadaian BUMN yang bergerak dibidang

pembiayaan berupa pemberian bantuan kepada masyarakat yang

memerlukan dana dengan prosedur yang relative sederhana.

d. Berdasarkan PP No. 10 Tahun 1990, laba yang di peroleh digunakan

untuk :Dana pembangunan semesta (55%), cadangan umum (20%),

cadangan tujuan (5%), dan cadangan sosial (20%)

6. Hak dan Kewajiban dalam Rahn

Hak dan kewajiban dalam rahn telah diatur dalam pasal 386 hingga

pasal 395 Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, sebagai berikut :16

Pertama, dalam pasal 386 ayat 1sampai 2 “penerima gadai

mempunyai hak menahan harta gadai sampai utang pemberi gadai dibayar

lunas, Jika pemberi gadai meninggal, maka penerima gadai mempunyai

hak istimewa dari pihak-pihak yang lain dan boleh mendapat pembayaran

utang dari harta gadai itu”.

Kedua, pasal 387 “adanya harta gadai tidak menghilangkan hak

penerima gadai untuk menuntut pembayaran utang.”

Ketiga, pasal 388 “pemberi gadai dapat menuntut salah satu harta

gadainya jika ia telah membayar lunas utang pada salah satu harta

gadainya.”

Keempat, pasal 389 “pemilik harta yang dipinjamkan dan telah

digadaikan mempunyai hak untuk meminta kepada pemberi gadai guna

untuk menebus harta gadai serta mengembalikannya kepadanya.”

15

Andri Soemitra, “Bank dan Lembaga Keuangan Syariah”. Edisi ke 1, cet 2, (Jakarta :

Kencana, 2003), h. 394-395. 16

Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah Pasal 386 sampai dengan pasal 395.

Page 35: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

24

Kelima, pasal 390 “akad gadai tidak batal karena pemberi gadai atau

penerima gadai meninggal.”

Kelima, pasal 391ayat 1 sampai ayat 2 “ahli waris yang memiliki

kecakapan hukum dapat menggantikan pemberi gadai yang meninggal.

Wali dan ahli waris yang tidak cakap hukum pemberi gadai yang

meninggal dapat menjual harta gadai setelah mendapat izin terlebih dahulu

dari penerima harta gadai, lalu membayar utang pemberi gadai.”

Keenam, pasal 392 “barangsiapa yang meminjamkan harta yang

kemudia harta tersebut digadaikan oleh peminjam dengan seizinnya, tidak

berhak menuntut harta tersebut dari penerima gadai sampai utang yang

dijamin oleh harta gadai itu dilunasi, walaupun sudah meninggal.”

Ketujuh, pasal 393, ayat 1 sampai 3 “apabila pemberi gadai

meninggal dunia dalam keadaan pailit, pinjaman tersebut tetap berada

dalam status harta gadai.Harta gadai sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diatas, tidak boleh dijual tanpa persetujuan pihak pemberi gadai. Apabila

pihak pemberi gadai bermaksud menjual harta gadai sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1) harta tersebut harus dijual meskipun tanpa

persetujuan penerima gadai.”

Kedelapan, pasal 394 ayat 1 sampai 3 “dalam hal kematian pemberi

pinjaman harta yang digadaikan dan utangnya melebihi harta

kekayaannya, maka pemberi gadai harus dipanggil untuk membayar utang

dan menebus harta gadai dalam kekuasaan penerima gadai. Apabila

pemberi gadai tidak mampu membayar utangnya tersebut, maka harta yang

dipinjamnya akan terus dalam status dalam harta gadai dalam kekuasaan

penerima gadai. Ahli waris dari pemberi gadai bisa menebus harta itu

dengan cara membayar utangnya.”

Kesembilan, pasal 395 ayat 1samapi 3 “jika ahli waris penerima

gadai tidak melunasi hutang pewaris, maka pemberian gadai dibolehkan

menjual harta gadai untuk melunasi utang pewaris.Jika hassil pejualan

harta gadai melebihi jumlah utang penerima gadai, maka kelebihan

tersebut harus dikembalikan kepada ahli waris dari penerima gadai.Jika

Page 36: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

25

hasil penjualan harta gadai kurang atau tidak cukup untuk memlunasi

utang penerima gadai, maka pemberi gadai berhak menuntut pelunasan

utang tersebut kepada ahli warisnya.”

7. Pembatalan Akad Rahn

Tentang pembatalan Akad Rahn telah diatur dalam pasal 380 hingga

pasal 384 Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, sebagai berikut :17

Pertama,pasal 380 “akad gadai dapat dibatalkan bila harta gadai

belum dikuasai oleh penerima gadai.”

Kedua,pasal 381 “penerima gadai dengan kehendak sendiri dapat

membatalkan akad gadainya. “

Ketiga, pasal 382 “pemberi gadai dapat membatalkan akad gadainya

tanpa persetujuan dari penerima gadai.”

Keempat, pasal 383 ayat 1 sampai 2 “pemberi gadai dan penerima

gadai dapat membatalkan akad gadainya melalui kesepakatan.Penerima

gadai boleh menahan harta gadainya setelah pembatalan akad gadai

sampai utang yang dijamin oleh harta gadai itu dibayar lunas.”

Kelima, pasal 384 “pemberi gadai boleh mengadakan akad secara

sah dalam kaitan dengan sejumlah uang dari dia penerima gadai itu

menjamin kedua utang itu.”

8. Hukum Pemanfaatan Barang yang di Gadaikan

Menurut Sayid Sabiq, bahwa pada prinsipnya penerima gadai tidak

boleh memnfaatkan harta gada atau mengambil keuntungan dari benda

yang digadaikan, meskipun diijinkan oleh si penggadai, karena utang

piutang yang mengambil manfaat itu riba.18

Adapun ulama madzhab

berbeda pendapat tentang boleh tidaknya pemegang gadai menggunakan

barang sebagau jaminan tersebut pendapat mereka sebagai beriku :19

17

Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah Pasal 380 sampai dengan pasal 384. 18

Sayid Sabiq, Fiqih sunnah, (Beirut: Dar al-fikr, 1403 H/1983 M, Jilid III), h., 188 19

Abdul Ghafur Anshari, “Hukum perjanjian Islam di Indonesia”, (Yogyakarta :UGM

Press, Cet. 1, 2010) h. 127-128.

Page 37: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

26

1. Terhadap pemanfaatan rahin atas borg (barang yang digadaikan)

Ulama Hanafiyah berpendapat bahwa rahin tidak boleh

memanfaatkan barang tanpa seijin murtahin, begitu pula murtahin

tidak boleh memanfaatkannya tanpa seijin rahin pendapat ini senada

dengan pendapat Hanabilah.

Ulama Malikiyah berpendapat bahwa jika borg sudah berada

ditangan murtahin, rahin mempunyai hak memanfaatkan.

Ulama Syafi‟iyah berpendapat bahwa rahin dibolehkan untuk

memanfaatkan barang jika tidak menyebabkan borg berkurang, tidak

perlu meminta ijin, seperti mengendarainya, menyimpannya, dan lain-

lain. Akan tetapi jika menyebabkan barag berkurang, seperti sawah

dan kebun, maka rahin harus meminta ijin kepada murtahin.

2. Terhadap pemanfaatan murtahin atas borg :

Ulama Hanafiyah berpendapat bahwa murtahin tidak boleh

memanfaatkan borg, sebab dia hanya berhak menyesuaikannya dan

tidak boleh memanfaatkan.

Ulama Malikiyah membolehkan murtahin memanfaatkan borg

jika diijinkan oleh rahin atau disyaratkan ketika akad dan barang

tersebut adalah barang yang diperjual belikan serta ditentukan

waktunya secara jelas. Hampir sama dengan pendapat Syafi‟iyah.

Pendapat Ulama Hanabilah berbeda dengan jumhur mereka

berpendapat, jika borg berupa hewan murtahin boleh

memanfaatkannya, seperti dengan mengendarainya atau merah

susunya sekedar mengganti biaya meskipun tidak diijinkan oleh rahin.

Adapun borg selain hewan tidak boleh dimanfaatkan kecuali atas ijin

rahin.

Page 38: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

27

9. Musnahnya Barang Jaminan Gadai

Ulama berbeda pendapat tentang siapa yang bertanggung jawab

ketika terjadi kerusakan atau musnahnya barang jaminan gadai. Perbedaan

itu sebagai berikut :20

Menurut Imam Syafi‟I, Ahmad, Abu Tsur, dan kebanyakan ahli

hadis, menyatakan bahwa pemegang gadai sebagai pemegang amanah

tidak dapat mengambil tanggung jawab atas kehilangan tanggungannya.

Mereka berpendapat sebagaimana Hadis Rasulallah SAW: ”Barang

jaminan tidak boleh disembunyikan dari pemiliknya, karena hasil atau

keuntungan (dari barang / jaminan) dan resiko / kerugian (yang timbul atas

barang itu) menjadi tanggung jawabnta.” (H.R.Al-Hakim, al-Baihaqi, dan

Ibnu Hibban dari Abu Hurairah).

Menurut Abu Hanafiyah dan jumhur fukaha berpendapat, bahwa

kerusakan atau kehilangan barang gadai ditanggungboleh penerima gadai.

Alasan mereka yaitu bahwa barang itu merupkana jaminan atas utang,

sehingga barang itu musnah, kewajiban melunasi utang juga jadi hilang

dengan musnahnya barang tersebut. Besarnya tanggungan terhadap barang

gadai yang hilang atau rusak yaitu harga terendah atau dengan harga utang.

Tetapi ada juga yang berpendapat tanggungan tersebut sebesar harganya.

Mereka yang mengatakan bahwa pemegang gadai yang berhak

menggantikannya bersandar pada hadis Rasulallah SAW : ”Seseorang

lelaki menerima gadai seekor kuda dari lelaki lain, kemudian kuda tersebut

lepas (hilang). Maka Nabi SAW Bersabda “hilanglah hakmu”.

Ketentuan rusaknya harta gadai telah diatur dalam pasal 410 hingga

pasal 412 Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, sebagai berikut :

- Pasal 410 : ”apabila harta gadai rusak karena kelalaiannya, penerima

gadai harus mengganti harta gadai. “

- Pasal 411 : ”jika yang merusak harta gadai ialah pihak ketiga, maka

yang bersangkutan harta menggantikannya.”

20

Fathurrahman Djamil, “Penerapan Hukum Perjanjian dalam Transaksi di Lembaga

Keuangan Syariah”, (Jakarta: Sinar Grafika, Cet 1, 2012), h. 242-243.

Page 39: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

28

- Pasal 412 : ”penyimpanan harta gadai harus mengganti kerugian jika

harta gadai itu rusak karena kelalaian.”

10. Penjualan Barang Gadai Setelah Jatuh Tempo

Ulama berbeda pendapat mengenai penjualan yang dilakukan oleh

penerima gadai. Pendapat mereka sebagai berikut:21

Menurut Imam Syafi‟i, penerima gadai tidak boleh menjual barang

gadaian setelah jatuh tempo, kecuali oleh wakil yang adil dan terpercaya.

Argumentasinya, karena pemberi gadai menghendaki kesabaran terhadap

barang yang akan dijual dan kecermatan terhadap harga. Hal ini berbeda

dengan penerima gadai yang menghendaki agar hak pelunasan cepat

terpenuhi, maka apabila penjualan dilakukan oleh penerima gadai maka

dikhawatirkan penjualan tersebut tidak dengan harga yang tepat dan

dapat memberi kerugian / mudharat pihak pegadaian.

Menurut Abu Hanafiyah dan Imam Malik, apabila dalam akad

gadai disyaratkan penjualan oleh penerima gadai setelah jatuh tempo,

maka hal itu dibolehkan. Demikian pula pendapat Imam Ahmad bin

Hambal, ia membolehkan penerima gadai menjual barang gadaian setelah

jatuh tempo. Alasannya, apa yang sah untuk diwakilkan oleh selain

pemberi dan penerima gadai, maka sah untuk diwakilkan oleh mereka

berdua.

Menurut Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, apabila telah jatuh

tempo, pemberi gadai dapat mewakilkan kepada penerima gadai atas

penyimpan atau pihak ketiga untuk menjual harta gadainya.22

Pertama, menurut pasal 407 “apabila jatuh tempo, penerima gadai

harus memperingatkan pemberi gadai untuk segera melunasi utangnya.

Apabila pemberi gadai tidak dapat melunasi utangnya, maka harta gadai

dijual paksa melalui lelang. Hasil penjualan harta gadai digunakan untuk

melunasi hutang, biaya penyimpanan dan pemeliharaan yang belum

21

Fathurrahman Djamil, “Penerapan Hukum Perjanjian dalam Transaksi di Lembaga

Keuangan Syariah”, (Jakarta: Sinar Grafika, Cet 1, 2012), h. 341 22

Pasal 406 Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah

Page 40: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

29

diabayar serta serta biaya penjualan. Kelebihan hasil penjualan menjadi

milik pemberi gadai dan kekuarangan menjadi kewajiban pemberi

gadai”.

Kedua, menurut pasal 408 “jika pemberi gadai tidak diketahui

keberadaannya, maka penerima gadai boleh mengajukan kepada

pengadilan agar pengadilan menetapkan bahwa penerima gadai boleh

menjual harta gadai untuk melunasi htang pemberi gadai”.

11. Berakhirnya Akad Gadai

Akad gadai berakhir dengan terjadinya hal-hal seperti berikut :

Pertama, barang telah diserahkan kembali kepada

pemiliknya.Kedua, Rahin membayar utangnya. Ketiga, dijual dengan

perintah hakim atas perintah rahin. Keempat, pembebasan utang dengan

cara apapun, meskipun tidak ada persetujuan dari pihak rahin.23

Kelima,

pembatalan oleh murtahin, meskipun tidak ada persetujuan dari pihak

lain. Keenam, rusaknya barang gadaian oleh tindakan / penggunaan

murtahin. Memanfaatkan barang gadai dengan penyewaan, hibah atau

sedekah, baik dari pihak rahin maupun murtahin. Ketujuh,

meninggalnya rahin (menurut Malikiyah) dan atau Murtahin (menurut

Hanafiyah). Sedangkan Syafi‟iyah dan Hanabilah, menganggap

kematian para pihak tidak mengakhiri akad rahn.24

B. Konsep Lelang Syariah

1. Pengertian Jual Beli Muzayadah (Lelang)

Jual beli dalam bahasa Arab di sebut al-bai (البع) yang merupakan

bentuk masdar dari kata بع –بع –با ع yang artinya menjual sedangkan

kata beli dalam bahasa Arab di kenal dengan شزا ء yaitu masdar dari kata

شزا ء -شز -شز namun pada umumnya kata بع sudah mencakup

keduanya, dengan demikian kata بع berarti menjual dan sekaligus berarti

membeli.25

23

Abdul Ghafur Anshari,” Hukum perjanjian Islam di Indonesia”, (Yogyakarta :UGM

Press, Cet. 1, 2010) h. 129 24

Fathurrahman Djamil, “Penerapan Hukum Perjanjian dalam Transaksi di Lembaga

Keuangan Syariah”, (Jakarta: Sinar Grafika, Cet 1, 2012), h. 243. 25

A.W. Munawwir, “Kamus Al-munawir : Arab-Indonesia “ terlengkap (Surabaya :

Pustaka Progressif, 1997), h.124.

Page 41: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

30

Secara etimologis bai‟ (jual beli) berarti pertukaran sesuatu yang

lain ءبا لش ء مقبلة الش ,26

atau bisa jga disebut tukar menukar (barter)

secara mutlak.

Adapun ba‟i (jual beli) secara terminologis para ulama berbeda

pendapat, antara lain :

Menurut Sayyid Sabiq, jual beli adalah pertukaran benda dengan

benda lain dengan saling merelakan atau memindahkan hak milik dengan

ada penggantinya dengan cara yang diperbolehkan.27

Menurut Hasbi ash- Shiddieqy, jual beli akad yang tegak atas dasar

penukaran harta dengan harta, maka terjadilah penukaran hak milik

secara tetap.28

Menurut Hendi Suhendi, jual beli adalah suatu perjanjian tukar

menukar suatu barang yang mempunyai nilai secara sukarela diantara

kedua belah pihak, yang satu menerima benda-benda dan pihak lain yang

menerimanya sesuai dengan perjanjian atau ketentuan yang telah

dibenarkan syara‟ dan disepakati.29

Menurut Aiyub Ahmad, jual beli adalah tukar menukar suatu

barang dengan barang yang lain atau penukaran barang dengan uang

dengan cara tertentu yang sama jenisnya atau memiliki nilai sama.

Sedangkan jual beli muzayadah (Lelang) secara etimologis berarti

bersaing (tanaffus), yaitu bersaing dalam menambah harga barang

dagangan yang ditawarkan untuk dijual.30

Adapun secara terminologis, jual beli muzayadah (Lelang) adalah

jika seorang penjual menawarkan barang dagangannya dalam pasar

(dihadapan para calon pembeli), kemudian para calon pembeli saling

26

Rachmat Syafe‟i , “Fiqih Muamalah” (Bandung : Pustaka Setia, 2001), h.73. 27

Sayid Sabiq, “Fiqih al-sunnah, et al, Ensiklopedia Fiqih muamalah” . (Bandung :

Pustaka setia, 2001), h. 1. 28

Hasbi Ash- Shiddieqy, “Pengantar Fiqih Muamalah “.(Jakarta: Bulan Bintang, 1974), h.

360. 29

Hendi Suhendi, “Fiqih Muamalah “. (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2002), h. 68. 30

Abdullah Bin Muhammad ath-Thayyar, et al, “Ensiklopedi Fiqih Muamalah”, h. 24.

Page 42: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

31

bersaing dalam menambah harga, kemudian barang dagangan yang

paling tinggi dalam memberikan harga.

Secara teknis jual beli muzayadah dalam pandangan madzhab

Syafi‟i adalah penjualan yang dilakukan secara lelang. Umpanya

perkataan seseorang yang hendak membeli, “saya mau menambah” lalu

orang lain menambah harganya yang akan ditawarkannya, seraya

berkata, “saya mau membeli dengan harga sekian,” demikian seterusnya

hingga tak adalagi yang sanggup membayar lebih tinggi. 31

Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa jual beli

muzayadah adalah jual beli yang dilakuka dihadapan umum, atau dimuka

umum dengan cara si pembeli bersaing untuk menambah harga yang

telah ditawarkan oleh penjual sampai tidak ada yang sanggup untuk

menambah harga lagi, sehingga barang dagangan tersebut diberikan

kepada si pembeli yang telah menambah harga paling tinggi.

2. Dasar Hukum Jual Beli Muzayadah (Lelang)

Jual beli muzayadah (lelang) dalam hukum Islam adalah mubah.

Didalam kitab subulus salam disebutkan Ibnu Abdi Dar berkata,

“sesungguhnya tidak haram menjual kepada orang dengan adanya

penambahan harga (lelang), dengan kesepakatan diantara semua pihak”.32

Menurut Ibnu Qudamah Ibnu Abdi Dar meriwayatkan adanya ijma‟

kesepakatan ulama‟ tentang bolehnya jual-beli secara lelang bahkan telah

menjadi kebiasaan yang berlaku dipasar umat islam pada masa lalu.

sebagaimana Umar bin Khatab juga pernah melakukannya sedemikian

pula karena umat membutuhkan praktik lelang sebagai salah satu cara

dalam jual beli.

Didalam Al-Qur‟an tidak ada aturan pasti yang mengatur tentang

lelang, tetapi berdasarkan definisi lelang dapat disamakan (diqiaskan)

dengan jual beli dimana ada pihak penjual dan pembeli.Dimana

pegadaian dalam hal ini sebagai pihak penjual dan masyarakat yang hadir

31

Ibnu Mas‟ud dan Zainal Abidin, Fiqih Madzhab Syafi‟i. 32

Imam Ash-Shan‟ani, “Subulus salam juz III”,( Beirut : Darul kutub al-Ilmiyah, 1995), h.

24.

Page 43: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

32

dalam pelelangan tersebut sebagai pihak pembeli. Jual beli termaktub

dalam Al-Qur‟an surat Al-Baqarah ayat 275.

Artinya : “ orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat

berdiri melainkan berdirinya seperti orang yang kemaukan setan lantaran

tekanan penyakit gila. Kedaan mereka yang demikian itu adalah

disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu

sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan

mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan

dari tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya

apa yang telah diambilnya dahulu itu (terserah) kepada Allah. Orang

yang mengulangi (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-

penghuni ahli neraka dan kekal didalmnya.

Ayat tersebut merujuk kepada kehalalan jual beli dan keharaman

riba. Ayat tersebut menolak argument kaum musyrikin yang menentang

disyariatkannya jual beli dalam Al-Qur‟an. Kaum musyrikin tidak

mengakui konsep jual beli yang telah disyariatkan oleh Allah dan Al-

Qur‟an, dan menganggapnya identik dan sama dengan sistem ribawi.

Untuk itu Allah mempertegas legalitas dan keabsahan jual beli secara

umum, serta menolak dan melarang konsep ribawi.

Dalil bolehnya lelang adalah Hadis yang diriwayatkan oleh Abu

Dawud, at-Tirmidzi, an-Nasa‟I dan juga Imam Ahmad.

إل جاء الوصار مه رجل أن مالل به أوس عه صل الىب الل سلم عل فقا سأل

تل ف لل ل ء ب وبسط بعض ولبس حلس بل قال ش قدح بعض وشزب الماء ف

ما ائتى قال ما فأتاي قال ب رسل فأخذما ب صل الل الل سلم عل مه قال ثم بدي

ه شتز ه درم عل زد مه قال بدرم آخذما أوا رجل فقال ذ ت مز قا ثلثا أ

ه آخذما أوا رجل ل أخذ إاي فأعطاما بدرم ه رم فأعطاما الد الوصار

Page 44: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

33

Artinya :”dari Anas bin Malik r.a bahwa ada lelaki Ansor yang

datang menemui Nabi saw dan dia meminta sesuatu kepada Nabi saw.

Nabi saw bertanya kepadanya, “apakah dirumahmu tidak ada sesuatu?”

lelaki itu menjawab “ada, sepotong kain, yang satu dikenakan dan yang

lain untuk alas duduk, serta cangkir untuk meminum air. ”Nabi SAW

berkata, “kalau begitu bawalah kedua barang itu kepadaku.”lelaki itu

datang membawanya. Nabi SAW bertanya, “siapa yang mau membeli

barang ini?”salah seorang sahabat beliau menjawab,”saya mau

membelinya dengan harga satu dirham.” Nabi SAW bertanya lagi,” ada

yang mau membelinya dengan harga yang lebih mahal ?” Nabi SAW

menawarkannya hingga dua atau tiga kali. Tiba-tiba salah seorang

sahabat beliau berkata, “aku mau membelinya dengan harga dua dirham.”

Maka Nabi SAW memberikan dua barang itu kepadanya dan beliau

mengambil uang dua dirham itu dan memberikannya kepada lelaki

Anshar tersebut. “(H.R. Tirmidzi).33

Syariat Islam dengan berbagai pertimbangan yang sangat dijunjung

tinggi tidak melarang dalam melakukan usaha untuk mencari kekayaan

sebanyak-banyaknya dan dengan cara apapun selama cara tersebut masih

berada dalam garis syariat yang dihalalkan. Sedangkan adanya aturan

dalam ajaran Islam tentunya tidak semata-mata hanya menjadi dasar,

tetapi merupakan suatu aturan yang berfungsi menjaga dari adanya

manipulasi atau kecurangan-kecurangan dalam menjalankan bisnis

dengan cara lelang. Sebagaimana hadis diatas merupakan pedoman untuk

kita bahwa praktik lelang pernah dilakukan oleh Rasulallah SAW

dengan bentuk yang sederhana.

3. Syarat dan Rukun Lelang

Syariat Islam telah memberikan panduan kriteria umum sebagai

pedoman pokok untuk mencegah adanya penyimpangan syariah dan

pelanggaran hak, norma dan etika dalam lelang. Pedoman tersebut yaitu

sebagai berikut :34

33

Sunan at-Tirmidzi, “Al-Jami Al-Shohih”, Hadis no. 1236,( Semarang : Toha Putra), h.

345 34

Abdul Ghofur Anshori, “Gadai Syariah di Indonesia”, (Yogyakarta : Gajah Mada

University Press, 2011), h. 125.

Page 45: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

34

1) Transaksi dilakukan oleh pihak yang cakap hukum atas dasar saling

sukarela (an taradin)

2) Objek lelang harus halal dan bermanfaat

3) Kepemilikan / kuasa penuh pada barang yang dijual

4) Kejelasan dan transparansi barang yang dilelang tanpa adanya

manipulasi

5) Kesanggupan penyerahan barang dari penjual

6) Kejelasan dan kepastian harga yang disepakati tanpa berpotensi

menimbulkan perselisihan

7) Tidak menggunakan cara yang menjurus kepada kolusi dan suap

untuk memenagkan tawaran

Menurut ketentuan syariat, jika masa yang telah ditentukan dalam

perjanjian untuk pembayaran utang telah terlewati, maka jika si rahin

tidak mampu untuk mengemabalikan pinjamannya, hendaklah ia

memberikan ijin pada murtahin untuk menjual barang gadaian, dan

seandainya ijin ini tidak diberikan oleh rahin maka murtahin dapat

meminta pertolongan kepada hakim untuk memaksa si rahin untuk

melunasi utangnya atau memberikan ijin untuk menjual barang gadaian.35

4. Macam-macam Lelang

Pada umumnya lelang hanya ada dua macam yaitu lelang turun dan

lelang naik, keduanya dapat dijelaskan sebagai berikut :

1) Lelang turun

Lelang turun adalah suatu penawaran yang pada mulanya membuka

lelang dengan harga tinggi, kemudia semakin turun dan akhirnya

diberikan kepada calon pembeli dengan tawaran tertinggi dengan

disepakati penjual melalui juru lelang (auctioneer) sebagai kuasa si

penjual untuk melakukan lelang dan biasanya ditandai dengan

ketukan.36

35

Chairuman Pasaribu dan Suhwardi K Lubis, “Hukum Perjanjian dalam Islam”, (Jakarta :

Sinar Grafika cet II, 1996), h. 140. 36

Abdul Ghofur Anshori, “Gadai Syariah di Indonesia”, (Yogyakarta : Gajah Mada

University Press, 2011), h. 122.

Page 46: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

35

2) Lelang Naik

Sedangkan penawaran barang tertentu kepada penawar yang pada

mulanya membuka lelang dengan harga rendah, kemudia semakin

naik pada sampai akhirnya diberikan kepada calon pembeli dengan

harga tertinggi, sebagaimana lelang ala Belanda (Dutc Action) dan

disebut dengan lelang naik.37

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No. 27/PMK.06/2016

tentang petunjuk pelaksanaan Lelang, Bab II Pasal 5 lelang terdiri dari:38

a) Lelang Eksekusi

Lelang Eksekusi adalah lelang untuk melaksanakan putusan atau

penetapan pengadilan, dokumen-dokumen lain yang dipersamakan

dengan itu, atau melaksanakan ketentuan dalam peraturan

perundang-undangan.

b) Lelang Nonekseskusi Wajib

Lelang noneksekusi wajaib wajib adalah lelang untuk melaksanakan

penjualan barang yang oleh peraturan perundang-undangan

diharuskan dijual secara lelang.

c) Lelang Noneksekusi Sukarela

Lelang nonekseskusi sukarela adalah lelang atas barang miliki

swasta, perorangan atau hukum / badan usaha yang dilelang secara

sukarela.

5. Subyek dan Obyek Jual Beli Muzayadah (Lelang)

Jual beli muzayadah merupakan jual beli yang ditinjau dari segi

penentuan harga.Oleh karenanya, jual beli tersebut merupakan bagian

dari jual beli (ba‟i).

Subyek dan obyek jual beli muzayadah sama halnya dengan subyek

dan obyek jual beli (ba‟i). Adapun subyek dan obyek jual beli

37

Abdul Ghofur Anshori, “Gadai Syariah di Indonesia”, (Yogyakarta : Gajah Mada

University Press, 2011), h. 123. 38

Peraturan Menteri Keuangan No. 27/PMK.06/2016 tentang petunjuk pelaksanaan Lelang

Page 47: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

36

merupakan istilah lain dari rukun dan syarat jual beli, antara lain sebagai

berikut :39

a. Pihak-pihak yang berakad (muta‟aqidain/subyek transaksi)

Mereka adalah dua pihak yang melakukan akad (transaksi)

karena transaksi tidak diakui legalitasnya tanpa keduanya.Kedua

belah pihak yang melakukan transaksi harus telah baligh (dewasa),

berakal sehat, mengerti (pandai), dan tidak terkena larangan

melakukan transaksi.

Adapun syarat sahnya jual beli yang berknaan dengan

muta‟aqidaian (subyek transaksi) ada dua yaitu :

Pertama, muta‟aqidaian (subyek transaksi) harus memeuhi

syarat sebagai orang yang boleh membelanjakan harta, yaitu

merdeka, mukallaf, dan pandai (tidak cacat mental / gila). Oleh

karena itu tidak sah jual beli yang dilakukan oleh anak kecil, orang

gila, dan budak tana izin orangtua dan majikannya.40

Senada dengan syarat tersebut, ulama madzhab Syafi‟I juga

mensyaratkan seperti itu, hal ini sesuai dengan firman Allah SWT

dalam Q.S. Al-Nisa [4] : 5, sebagai berikut

Artinya :

“Dan janganlah kamu serakah kepada orang-orang yang belum

sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu)

yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. “

39

Wahbah al-Juhaily, “al-fiqh al-islam wa Adillatuhu”, juz V (Damaskus: Dar al-Fikr), h.

6. 40

Wahbah al-Juhaily, “al-fiqh al-islam wa Adillatuhu”, juz 10 (Damaskus: Dar al-Fikr), h.

10.

Page 48: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

37

Kedua, muta‟aqidaian (subyek transaksi) dalam kondisi

kemauan sendiri (mukhtarain, tidak dipaksa) untuk melakukan

transaksi.41

Hal ini karena taradhi (suka sama suka) merupakan yang saha

transaksi. Oleh karenanya, tidak sah jual beli yang dilakukan dengan

adanya paksaan yang tidak benar terhadap salah satu di antara

muta‟aqidain (dua pihak yang melakukan transaksi). Allah SWT

Berfirman dalam Q.S. Al-Nisa‟ [4] : 29 yang berbunyi :

Artinya:

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan

harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan

perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu.dan

janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha

Penyayang kepadamu.(Q.S. Al-Nisa ayat 29)

b. Adanya uang (harga) dan barang (ma‟uqud‟alaih/ obyek transaksi)

Adapun syarat sahnya jual beli yang berkenaan dengan

ma‟qud‟alaih (obyek transaksi) ada enam yaitu:42

Pertama, ma‟qud alaih (obyek transaksi) ada saat terjadi

transaksi. Fuqaha‟ sepakat bahwa tidak sah jual beli barang (obyek)

yang tidak ada pada saat transaksi, seperti menjual buah-buahan

yang belum nyata (belum berbuah dan belum jelas baik buruknya

karena masih terlalu dini) dan menjual mudhamain (kembag pohon

kurma jantan untuk penyerbukan kurma betina yang belum keluar).

Demikian pula tidak sah menjual belikan malaqih (janin hewan

yang masih dalam kandungan induknya). Hal ini berdasar hadis pada

41

Abdullah bin Muhammad ath-Thayyar, et al, “Ensiklopedi Fiqih Muamalah”, h. 11. 42

Abdullah bin Muhammad ath-Thayyar, et al, “Ensiklopedi Fiqih Muamalah”, h. 6-10.

Page 49: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

38

kitab Musnaf Abdul Al-Rajaq dalam bab Ba‟i al-Hayawan bi al-

Hayawan no. 14137 :

حبم ح لا ق ان ضا ي ع ان ب صهى ع ل الله صه الله عه ر ص

انحبهت

Artinya : “ Rasulallah SAW melarang jual beli al-madhamain dan

habah al-habalah.43

Kedua, ma‟qud „alaih (obyek transaksi) berupa harta (mal)

yang bermanfaat. Harta yang dimaksud disini adalah sesuatu yang

menjadi kecederungan (disukai) oleh tabiat manusia, dapat diberikan

dan ditahan (tidak diberikan), dan bermanfaat.Sesuatu yang tidak

bermanfaat tidak dikategorikan sebagai harta.

Ulama madzhab Syafi‟i berpendapat, bahwa tidak sah

memperjualbelikan sesuatu yang tidak bermanfa (menurut syara‟.

Begitu juga alat-alat permainan yang digunakan untuk melakukan

perbuatan yang haram atau untuk meninggalkan kewajiban kpeada

Allah, perbuatan itu di golongkan mubadzir (sia-sia).44

Allah

berfirman dalam Q.S. Al-Isra‟ [17] : 27 yang berbunyi :

Artinya :sesungguhnya orang-orang yang pemboros itu adalah

saudara-saudara syaitan”. (Q,S. Al-Isra : 27).

Ketiga ma‟qud alaihi (obyek transaksi) menjadi miilik ba‟i

(penjual) .syarat seperti ini berdasarkan sabda Rasulallah SAW yang

diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dalam Hadis pada kitab Jami‟Al

Sahih Sunan al-Tirmidzi dalam bab Ma Jaa Fi Karahiyati Ba‟in Ma

Laisa Indaka No. 1232:45

س عىد ك....... ..... لا تبع ما ل

43

Abu Bakar Abd al-Razaq bin Hammam al-San‟any, “Musnaf Abd Razzaq”, Juz VIII,

(Belrur : Maktab al-islami, 1403), h. 20. 44

Ibnu Mas‟ud dan Zainal Abidin, “Fiqih Madzhab”, h. 31. 45

Muhammad Bin Isa Abu Isa al-Tirmidzi al-Silmy,” al-Jami al-Shahih Sunan Tirmidzi”,

juz III, h. 534.

Page 50: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

39

Artinya : “janganlah kamu menjual sesuatu yang bukan milikmu”

Keempat, ma‟qud alaih (obyek transaksi) dapat

diserahterimkan pada saat transaksi.Tidak sah menjual unta yang

melarikan diri atau burung yang masih terbang baik yang sudah jinak

sehingga dapat kembali kepada pemiliknya atau sudah tidak jinak

lagi.

Kelima, ma‟qud alaih (obyek transaksi) harus diketahui secara

jelas oleh muta‟aqidain (subyek transaski).hal ini karena

memperjualbelikan sesuatu yang tidak diketahui dapat

mengakibatkan perselisihan dan pertikaian karena mengandung

gharar (penipuan) yang dilarang Islam. Jadi, tidak sah

memperjualbelikan sesuatu yang tidak dapat dilihat atau sesuatu

yang dapat dilihat, tetapi tidak dapat dketahui (secara jelas).

Senada dengan syarat tersebut, ulama madzhab Syafi‟I juga

melarang jual beli yang menimbulkan keraguan salah satu pihak.46

Hal ini dijelaskan dalam hadis pada kita Sahih Muslim dalam Bab

Bat‟lan ba‟i al-Ladhi Fihi Gharar, No. 1513 :

ل الله صه الله عه قا ل : رص الله ع ز ة ر ض ز أب ع

ع انغز ر ب ع انحصا ة ع ب صهى ع

Artinya :

“ dari Abu Hurairah r.a ia berkata : Rasulallah SAW telah

melanggar jual beli secara melempar dengan batu (lempar melelmpar)

dan jual beli yang mengandung tipuan.47

Keenam, Malikiyyah dan Syafi‟iyah menambah syariat ma‟qud

alaih (obyek transaksi) yang lain, yaitu substansi (dzat) ma‟qud

alaih (obyek transaksi) harus suci dan bukan termasuk barang yang

dilarang untuk diperjualbelikan.

Sebagaimana dijelaskan dalam hadis pada kita Shahih Bukhori

dalam Bab ba‟i al-Maitah Wa al-asnam No. 2236 :

46

Ibnu Mas‟ud dan Zainal Abidin,” Fiqih Madzhab”, h. 32. 47

Muslim bin al-Hajjaj Abu al-Husain al-Qushairy, “Shahih Muslim”, juz III, (Beirut : Dar

Ihya al-Taurath al-Araby, tt), h. 1153.

Page 51: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

40

الله صهى قا ل : إ الله صه الله عه ر ص أ الله ع جا بز رض ع

ز الا صا و ز تت انخ ز ان ع انخ ن حز و ب رص .

Artinya :

Dari Jabir r.a bahwa Rasulallah SAW bersabda : sesungguhnya

Allah dan Rasul telah mengharamkan jual beli arak, bangkai, babi, dan

berhala.48

Menurut ulama madzhab Syafi‟i penyebab diharamkannya jual

beli bangkai, babi, anjing, adalah najis (rijs, keji).Adapun mengenai

berhala, pelarangannya bukan karena najis, melainkan semata-mata

tidak ada manfaatnya.49

c. Adanya shigat akad (ijab qabul)

Ijab dan qabul merupakan bentuk pernyataan (serah terima)

dari kedua belah pihak (penjual dan pembeli) dalam hal ini Ahmad

Ajar Basir telah menetapkan criteria yang terdapat dalam ijab dan

qabul, yaitu:

Ijab dan qabul harus dinyatakan oleh orang sekurang-

kurangnya telah mencapai umur tamyiz, yang menyadari dan

mengetahui isi perkataan yang diucapkan, sehingga ucapan itu

benar-benar merupakan pernyataan isi hatinya. Dengan kata lain,

ijab dan qabul harus keluar dari orang yang cakap melakukan

tindakan hukum.

Ijab dan qabul harus tertuju pada suatu objek yang merupakan

objek akad.

Ijab dan qabul harus berhubungan langsung dalam suatu

majlis, apabila kedua belah pihak sama-sama hadir atau sekurang-

kurangnya dalam majlis diketahui ada ijab oleh pihak yang tidak

48

Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Maghirah al-Bukhari,” al-Jami al-Musnad al-

Sahih al-Mukhtasar Min Umur Saulallah saw wa sunanuhu wa Ayyamuhu”, juz III, (kt, : Dar Tuq

al-Najah, 1442 H), h. 84. 49

Ibnu mas‟ud dan Zainal Abidin, “Fiqih Madzhab”, h. 30.

Page 52: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

41

hadir.50

Ijab dan qabul (siqhat akad) dapat dilakukan dengan

berbagai cara, yaitu :

1) Secara lisan, yaitu dengan menggunakan bahasa atau perkataan

apapun asalkan dapat dimengerti oleh masing-masing pihak

yang berakad.

2) Dengan tulisan, yaitu akad yang dilakukan dengan tulisan oleh

salah satu pihak atau kedua belah pihak yang berakad. Cara

yang demikian ini dapat dilakukan apabila orang yang berakad

tidak dalam berada dalam satu majlis atau orang yang berakad

salah satu dari keduanya tidak dapat berbicara.

3) Dengan isyarat, yaitu suau akad yang dilakukan dengan bahasa

isyarat yang dapat difahami oleh kedua belah pihak yang

berakad atau kedua belah pihak yang berakad tidak dapat

berbicara dan tidak dapat menulis. 51

Adapun dalam ijab dan qabul harus terhindar dari unsur-unsur

yang dilarang dalam Islam, antara lain :

1) Dzalim

Syariah melarang terjadinya interaksi bisnis yang merugikan atau

membahayakan salah satu pihak.Karena, bila hal itu terjadi maka

unsure kedzoliman telah terpenuhi. Hal ini sesuai Q.S. Al-

Baqarah [2] : (279). Yang berbunyi :

Artinya :

“kalian tidak boleh mendzolimi orang lain dan tidak pula didzolimi

orang lain”. (Q.S. Al-Baqarah : 279).

50

Ahmad Azhar Basyir, Asas-asas Hukum Muamalah (Yogyakarta : UII Press, 2000), h.

66-67. 51

Ahmad Azhar Basyir, “Asas-asas Hukum Muamalah”, (Yogyakarta : UII Press, 2000),

h. 68-70.

Page 53: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

42

2) Riba

Secara tegas syariah mengharamkan segala bentuk riba. Hal ini

sesuai Q.S. Al-Baqarah [2] : (278-279). Yang berbunyi :

Artinya :

“wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan

tinggalka sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang

beriman. Maka, jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba)

maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasulnya akan memerangimu. (Q.S.

Al-Baqarah : 278-279).

3) Maisir (perjudian)

Adalah perbuatan yang merugikan salah satu pihak. Hal ini sesuai

Q.S Al-Maidah [5] : (90). Yang berbunyi :

Artinya :

” wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum)

Khamar, berjudi, (berkorban) untuk berhala, mengundi nasib dengan

panah adalah perbuatan keji, termasuk perbuatan setan.Maka, jauhilah

perbuatan-perbuatan itu, agar kamu mendapat keberuntungan. (Q.S. Al-

Maidah : 90).

4) Gharar (penipuan)

Tentang penipu, Rasulallah menjaelaskan bahwa orang yang

seperti itu bukan termasuk golongan ummat Islam, hal ini

dijelaskan dalam hadis pada Shahih Muslim dalam Bab Khaul Al-

Nabi Saw Man Ghashshana Falaisa Mina, No. 102.

Page 54: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

43

صهى يز عه صبزة طعا ل الله صه الله عه ر ص زة أ ز أب ع

ذا ا صا حب انطعا و ف ا فا نت أ صا بع بهلا فقا ل : يا أ دخم ذ ف

ق انطعا و ل الله. قا ل أفلا جعهت ف ا ء ا رص و. قا ل : أ صا بت انض

ش ي غش فه زا انا س ي . ك

Artinya : dari Abu Khurairah r.a bahwa sesungguhnya Rasulallah

Saw pernah melewati setumpuk makanan, lalu beliau memasukkan

tangannya kedalamnya, kemudian tangan beliau menyentuh sesuatu

yang basah, maka pun beliau bertanya ? apa ini wahai pemilik

makanan ?” sang pemilik menjawab: “makanan tersebut terkena air

hujan wahai Rasulallah”. Beliau bersabda, “mengapa kamu tidak

meletakkannya dibagian makanan agar manusia dapat

melihatnya?Ketahuilah barang siapa menipu maka dia bukan dari

golongan kami”.52

5) Riswah (suap)

Riswah adalah perbuatan yang digunakan untuk mempengaruhi

kepuusan atau kebijakan. Hal ini dilarang dalam hadis dalam kita

Jami‟ al-Shahih Sunan al-Tirmidzi dalam Bab Ma Jaa al-Rashi

Wa al-Murtashi Fi al-Hukmi, no. 1336.

زة ز أب ع صهى انز ش ل الله صه الله عه رص قا ل نع

انحكى ف زتش ان .

Artinya :

“dari Abu Hurairah r.a berkata : Rasulallah Saw melaknat orang

yang memberi daan menerima suap dalam hukum.53

6) Haram

Dalam transaksi jual beli, Islam mengharamkan

memperjualbelikan barang-barang yang haram, baik dari sumber

barang maupun penggunaan (konsumsi) barang tersebut. Hal ini

52

Muslim bin al-Hajaj Abu al-Husain al-Qushairy al-Naisabury, “Shahih Muslim dalam Bab

Khaul Al-Nabi Saw Man Ghashshana Falaisa Mina”, No. 102.Juz 1, h. 99. 53

Muhammad bin Isa Abu Isa al-Tirmidzi al-Silmy, “kitabal-Jami al-shahih”, juz III, h.

622.

Page 55: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

44

sesuai Hadis pada kitab Sahih Bukhari dalam Bab Ba‟i al-Maitah

Wa al-Asnam, no. 2336 :

ن رص الله ل إ م ا رص الأصا و فق زر انح تت ان ز ع انخ و ب حز

ضتضبح د ا انجه ب ذ ف ا انض ا طه ب تت فئ و ان ت شح الله أرأ

حزاو. ا اناس فقا ل لا ب

Artinya :

“sesungguhnya Allah dan Rsulnya mengharamkan jual beli

khamar, bangkai, babi, dan patung-patung. Rasulallah saw pun

ditanya :”wahai Rasulallah, tahukah anda tentang lemak bangkai,

ia dipakai untuk mengecat kapal-kapal, meminyaki kulit-kulit, dan

untuk penerangan banyak orang?” Nabi menjawab” tidak (jangan),

ia adalah (tetap) haram.54

7) Maksiat

Apapun bentuk maksiat yang terdapat dalam proses transaksi

(muamalah) merupakan hal yang diharamkan. Hal ini sesuai

dengan Hadis pada kita Shahi Bukhori dan Muslim :

صهى صه الله عه انب أ الله ع رض صارش د الأ يضع أ ب ع

ع . انكا ا حه ز انبغ ي انكهب ث

Artinya :

“dari Ibnu Mas‟ud al-Anshari r.a bahwa Nabi saw melanggar

menerima uang pembelian (penjualan) anjing, uang hasil pelacuran,

dan uang yang diberikan kepada dukun.

54

Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin AL-Mughirah al-Bukhari, “Kitabal-Jami al-

Musnad al-Shahih”, juz III, h. 84.

Page 56: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

45

BAB III

LEMBAGA PEGADAIAN SYARIAH CABANG CINERE

A. Profil Pegadaian Syariah Cabang Cinere

1. Sejarah Pembentukan Pegadaian Syariah Cinere

Sebelum memaparkan sejarah berdirinya pegadaian syariah cinere

disini akan dipaparkan terlebih dahulu tentang sejarah pegadaian dikenal

di Indonesia sejak tahun 1746 lembaga kredit dengan sistem gadai pertama

kali hadir dibumi nusantara pada saat Vereenigde Oost Indische

Compagnie (VOC) datang dinusantara ini dan berkuasa. Institusi yang

menjalankan usaha dimaksud adalah Bank Van Leening. Bank ini

didirikan oleh Gubernur Jenderal Van Imhoff melalui surat keputusan

tertanggal 28 Agustus 1974, dengan modal awal sebesar f 7.500.000, yang

berdiri dari 2/3 modal milik VOC dan sisanya milik swasta. Namun ketika

VOC bubar di Indonesia pada tahun 1800 maka usaha pegadaian

dimaksud, diambil oleh pemerintah Hindia-Belanda. Di masa

pemerintahan Daendales, dikeluarkan peraturan tentang barang yang dapat

diterima sebagai jaminan gadai, seperti perhiasan, kain, dan lain-lain.1

Pada tanggal 1 April 1901 di Sukabumi, Jawa Barat, berdiri lembaga

gadai milik pemerintah Belanda pada waktu itu dengan nama pegadaian,

tanggal ini kemudian ditetapkan sebaagai hari berdiri kantor pegadaian

Indonesia. Seiring dengan perjalanan waktu dan perkembangan situasi,

sehingga pegadaian telah beberapa kali mengalami pergantian status,

mulai dari perusahaan jawatan (1901), IBW ditahun 1928, Perusahaan

Negara (1960) kembali ke status perjan di tahun 1969, dan perusahaan

umum (PERUM) mulai tahun 1990 hingga saat ini.2

Apabila memperhatikan sejarah pegadaian maka ditemukan bahwa

peraturan pemerintah No.10 tahun 1990 tentang Perum Pegadaiaan

1 Zainuddin Ali, M.A. “Hukum Gadai Syariah”, Cet.1,( Jakarta : Sinar Grafika, 2008), h.

9. 2 Zainuddin Ali, M.A. “Hukum Gadai Syariah”, Cet.1, (Jakarta : Sinar Grafika, 2008), h.

14.

Page 57: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

46

mengubah status pegadaian dari perusahaan jawatan menjadi perusahaan

umum (PERUM). Hal ini berarti pegadaian ditetapkan sebagai Badan

Usaha Tunggal di Lingkungan Departement Keuangan Republik Indonesia

yang diberi wewenang untuk memberikan uang pinjaman atas dasar

hukum gadai yang bertujuan :

1. Menunjang program pemerintah dibidang ekonomi atas dasar hukum

gadai.

2. Mencegah praktik ijon, pegadaian gelap, riba, dan pinjaman tidak

wajar.

Sejarah pegadaian syariah di Indonesia tidak dapat dicerai pisahkan

dari kemauan warga masyarakat Islam untuk melaksanakan transaksi akad

gadai berdasarkan prinsip syariah dan kebijakan pemerintah dalam

pengembangan praktik ekonomi dan lembaga keuangan yang sesuai

dengan nilai dan prinsip hukum islam. Berdasarkan hal ini, pemerintah

mengeluarkan peraturan perundang-undangan untuk melegitimasi secara

hukum positif pelaksanaan praktik bisnis yang sesuai dengan syariah

termasuk gadai syariah. Karena itu, pihak pemerintah bersama DPR

merumuskan rancangan peraturan perundang-undangan yang kemudian

disahkan pada bulan mei menjadi UU No. 10 tahun 1998 tentamg

perbankan. Undang-undang dimaksud, memberi peluang untuk diterapkan

praktik perekonomian sesuai syariah di bawah perlindungan hukum

positif.Berdasarkan undag-undang tersebut maka terwujud lembaga-

lembaga Keuangan Syariah (LKS). Pada awalnya muncul lembaga

perbankan syariah, yaitu Bank Muamalah menjadi pionimnya, dan

seterusnya bermunculan lembaga asuransi syariah, lembaga pegadaian

syariah, dan lain-lainnya.3

Usaha lembaga keuangan syariah, dimulai oleh PT Bank Muamalah

Indonesia (BMI), yang merupakan salah satu lembaga perbankan syariah

pertama di Indonesia, beralinasi dengan perum pegadaian. Bentuk

3 Zainuddin Ali, M.A. “Hukum Gadai Syariah”, Cet.1, (Jakarta : Sinar Grafika, 2008), h.

15.

Page 58: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

47

kerjasama dua pihak, yaitu perum pegadaian bertindak sebagai pihak

contributor muatan sistem syariah dan dananya. Aliansi kedua pihak

dimaksud, melahirkan unit layanan gadai syariah (Kini, Cabang Pegadaian

Syariah). Selain alinasi kedua lembaga dimaksud, gadai syariah juga

dilakukan oleh Bank-bank umum syariah, seperti Bank Syariah Mandiri

(BSM) dan bank-bank umum lainnya yang membuka unit usaha syariah

(UUS).

Melihat adanya peluang dalam pengimplementasian praktik gadai

berdasarkan prinsip syariah, perum pegadaian yang telah bergelut dengan

bisnis pegadaian kovensional selama beratus-ratus tahun lebih, berinisyatif

untuk bekerjasama dengan PT Bank Muamalah Indonesia (BMI) dalam

mengusahakan praktik gadai syariah sebagai diversifikasi usaha gadai

yang sudah dilakukannya sehingga bulan Mei tahun 2002, ditandatangani

sebuah kerjasama antara keduanya untuk meluncurkan gadai syariah, yaitu

BMI sebagai penyandang dana.

Pembentukan pegadaian syariah ini juga berdasarkan Fatwa DSN-

MUI No. 25/DSN-MUI/III/2002 yang menyatakan bahwa pinjaman

dengan menggadaikan barang sebagai jaminan utang dalam bentuk rahn

diperbolehkan.

Pegadaian syariah pertama dijakarta dengan nama unit layanan gadai

syariah (ULGS) cabang Dewi Sartika pada bulan Januari 2003. Menyusul

kemudian pendirian unit layanan gadai syariah (ULGS) di Surabaya,

Makkasar, Semarang, Surakarta dan Yogyakarta di tahun yang sama

sehingga September 2003. masih ditahun yang sama pula 4 kantor Cabang

Pegadaian di Aceh di konversi menjadi pegadaian syariah.

Pegadaian syariah Cinere yang terletak di Jalan Karang Tengah,

Lebak Bulus Jakarta selatan berdiri pada tanggal 10 November 2004, yang

di Pimpin oleh Ibu Tita Agustini SE, MM. Barang yang adapat dijadikan

Page 59: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

48

jaminan pada pegadaian syariah ini diantara lain berupa perhiasan, berlian,

dan barang bergerak lainnya (seperti: mobil, elektronik dan lain-lain).4

Masyarakat sekitar menyambut baik dengan hadirnya pegadaian

syariah ini. Hal ini dipicu oleh banyaknya masyarakat yang melakukan

transaksi dengan menggadaikan perhiasan emas untuk membiayai

pendaftaran anak sekolah, modal usaha, dan lain-lain.Kondisi ini juga

menunjukan minat masayrakat untuk menggunakan layanan gadai syariah

dalam beberapa tahun terakhir terus meningkat.Menurut pimpinan cabang

pegadaian syariah Cinere, peningkatan omset gadai itu terjadi pada

beberapa tahun terakhir ini.

2. Visi dan Misi Pegadaian Syariah Cabang Cinere

a. Visi Pegadaian Syariah Cabang Cinere5

Pada dasarnya visi pegadaian syariah cabang Cinere sama halnya

dengan visi pegadaian konvensional. Pegadaian syariah dalam

menjalankan usahanya pada satu kondisi ideal perusahaan yang di cita-

citakan akan terjadi dimasa yang akan datang tanpa harus menyimpang

dari tujuan perusahaan inilah yang merupakan visi yang ingin

diwujudkan.

Dalam rencana jangka panjang bahwa visi perusahaan sekarang dan

akan datang akan menjadi perusahaan yang modern, dinamis dan

inovatif dengan usaha gadai. Rumusan visi tersebut mengandung

pengertian bahwa dalam 10 tahun yang akan datang perusahaan harus

mampu menjadi pegadaian yang modern, dinamis, inovatif serta

dimasa era digital ini akan menjadi perusahaan yang semakin mudah

diakses oleh masyarakat dan siapa saja.

b. Misi Pegadaian Syariah Cabang Cinere Jakarta Selatan

Kepribadian perusahaan tercermin pada misi dan budaya perusahaan

yang dicanangkan. Sejak berdirinya, pegadaian tetap berjuang untuk

menunaikan misi, yakni:

4 Dokumen profil Pegadaian syariah cinere 2004

5 Pegadaian Syariah Cabang Cinere (Profil Lembaga )

Page 60: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

49

“Ikut membantu program pemerintah dalam upaya meningkatkan

kesejahteraan masyarakat golongan menengah kebawah melalui

kegiatan utama berupa penyaluran kredit gadai dan melakukan usaha

atau produk lain yang menguntungkan”

3. Pegadaian Syariah Cinere Jakarta Selatan

Pegadaian syariah merupakan perusahaan yang bergerak di bidang

jasa dan pembiayaan lainnya dikeluarkan oleh pegadaian syariah adalah

sebagai berikut:

1. Pemberian pinjaman atau pembiayaan atas dasar hukum gadai

Syaratnya harus terdapat jaminan berupa barang bergerak seperti emas,

elektronik, dan lain-lain. Besarnya pemberian pinjaman ditentukan

oleh pegadaian, besarnya akan tergantung pada nilai dan jumlah

barang yang digadaikan.

2. Penaksiran nilai barang

Jasa ini diberikan bagi mereka yang menginginkan informasi tentang

barang yang berupa emas dan berlian.Biaya yang dikenakan adalah

ongkos penaksiran barang jasa.

Dalam prakteknya nasabah melakukan transaksi gadai syariah dengan

konsep mun‟ah (akad sewa tempat). Sedangkan dengan pemberian

dana diantaranya Bank Muamalat dan Bank Syariah Mandiri

menggunakan prinsip Mudhorobah dan Musyarakah. Kemudian

murtahin (penerima gadai) akan diberikan surat bukti Rahn berikut

dengan akad pinjam meminjam yang disebut akad gadai syariah dan

mun‟ah. Mun‟ah adalah kesepakatan antara penerima gadai dan

pemberi gadai untuk menyewa tempat sebagai lokasi penyimpanan

barang gadai.

B. Produk Pegadaian Syariah Cabang Cinere

1. Rahn

Pembiayaan Rahn dari pegadaian syariah adalah solusi tepat

kebutuhan dan cepat yang sesuai syariah, cepat prosesnya, aman

Page 61: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

50

penyimpanannya. Barang jaminan berupa emas perhiasan, emas

batangan, berlian, smartphone, laptop, barang elektronik lainnya, sepeda

motor, mobil, atau barang-barang lainnya.6

a. Fitur dan Keunggulan : Pertama, pelayanan rahn tersedia di lebih

dari 604 outlet pegadaian syariah di seluruh Indonesia. Kedua,

prosedur pengajuan sangat mudah. Ketiga, prosedur pinjaman

sangat cepat, hanya butuh waktu 15 menit. Keempat, pinjaman

berjangka 4 bulan dan dapat diperpanjang berkali-kali. Kelima,

Pelunasan dapat dilakukan sewaktu-waktu dengan perhitungan

mun‟ah selama masa pinjaman. Keenam,proses pinjaman tanpa harus

membuka rekening. Ketujuh,penerima marhun bih dalam bentuk

tunai atau dapat ditransfer ke rekening nasabah.

b. Persyaratan : Pertama,fotocopy KTP atau Paspor. Kedua, memiliki

barang jaminan. Ketiga,untuk kendaraan bermotor membawa BPKB

dan STNK asli. Keempat,nasabah menandatangani Surat Bukti Rahn

(SBR)

c. Proses bisnis

1. Nasabah datang dengan membawa (marhun) agunan

2. Marhun ditaksir oleh penaksir

3. Marhun bih diterima oleh nasabah tunai atau ditransfer

d. Tarif mun‟ah / jangka waktu7

Tabel 3.1

Tarif mun‟ah

Pegadaian Syariah Cabang Cinere

GOL MARHUN BIH (RP) MUNAH

Per 10

hari

MUN‟AH

AKAD

RASIO

TAKSIR

PEMBULATAN

UP

PREMI

ASURANSI

A 50.000 – 500.000 0,47% 2.000 95% 10.000 -

B1 510.000 – 1.000.000 0,73% 10.000 92% 10.000 1.000

6 Peraturan Direksi Nomor 11/DIR 1/2019

7 Peraturan Direksi Nomor 11/DIR 1/2019

Page 62: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

51

B2 1.010.000 – 2.500.000 0,73% 20.000 92% 10.000 1.000

B3 2.550.000 – 5.000.000 0,73% 35.000 92% 50.000 1.000

C1 5.050.000 – 10.000.000 0,73% 50.000 92% 50.000 1.000

C2 10.050.000 -

15.000.000

0,73% 75.000 92% 50.000 1.000

C3 15.050.000 -

20.000.000

0,73% 100.000 92% 50.000 1.000

D 20.050.000-

100.000.000

0,64% 125.000 93% 50.000 1.000

D1 100.050.000 –

200.000.000

0,64% 125.000 93% 50.000 1.000

D2 200.050.000 –

300.000.000

0,64% 125.000 93% 50.000 1.000

D3 300.050.000 –

400.000.000

0,64% 125.000 93% 50.000 1.000

D4 400.050.000 –

500.000.000

0,64% 125.000 93% 50.000 1.000

D5 500.050.000 –

750.000.000

0,64% 125.000 93% 50.000 1.000

D6 750.050.000 -

1.000.000.000

0,64% 125.000 93% 50.000 1.000

D7 1.000.000.000 ke atas 0,64% 125.000 93% 50.000 1.000

2. Arrum BPKB

Arrum BPKB adalah pembiayaan syariah untuk mengembankan

usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dengan jaminan BPKB

bermotor.8

1. Fitur dan keunggulan : Pertama, proses transaksi berprinsip syariah

yang adil dan menentramkan sesuai Fatwa DSN-MUI. Kedua,

proses pembiayaan dilayani dilebih dari 600 outlet syariah

8 Peraturan Direksi No. 118/DIR I / 2018

Page 63: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

52

pegadaian. Ketiga, pembayaran angsuran dapat dilakukan diseluruh

outlet pegadaian syariah. Keempat, pembiayaan berjangka waktu

fleksibel mulai dari 12,18,24 dan 36 bulan. Kelima, pegadaian

memberikan tarif menarik dan kompetitif. Keenam, prosedur

pelayanan sederhana, cepat dan mudah. Ketujuh, pegadaian hanya

menyimpan BPKB, kendaraan dapat digunakan nasabah. Kedelapan,

marhun bih (uang pinjaman) mulai dari Rp. 1 juta – 400 juta

2. Persyaratan seperti berikut ini :

1. Memiliki usaha mikro/kecil yang memenuhi kriteria kelayakan

serta berjalan lebih dari 1 (satu) tahun dan menjalankan

usahanya secara sah secara syariat islam dan perundang-

undangan RI

2. Fotocopy KTP, kartu keluarga dan surat nikah dengan

menunjukan aslinya

3. Menyerahkan dokumen yang sah

4. Menyerahkan dokumen kepemilikan kendaraan bermotor

(BPKB asli, fotocopy, STNK, dan faktur pembelian)

3. Nasabah Proses Bisnis : mengajukan permohonan pembiayaan,

petugas pegadaian melakukan verifikasi dan survey, kuasa pemutus

pinjaman menyetujui besaran pinjaman, dan nasabah menerima uang

pinjaman

4. Tarif Mun‟ah / Jangka Waktu

Harga pasar setempat (HPS) x 0,7 % x jangka waktu (bulan). untuk

pinjaman Rp. 100 juta ke atas tidak dikenakan mun‟ah akad, marhun

bih Rp. 1 s.d 100 juta jangka waktu pinjaman 12, 16, 24,36 bulan,

marhun bih Rp. 100.100.000 s.d 400 juta jangka waktu pinjam 12,

16, 24, 36 bulan

Page 64: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

53

3. Amanah 9

Amanah adalah pemberian pinjaman berprinsip syariah kepada

pengusaha mikro/kecil, karyawan internal dan eksternal serta

professional, guna pembelian kendaraan bermotor.

a. Fitur dan keunggulan : Pertama, proses transaksi berprinsip syariah

yang adil dan menentramkan sesuai Fatwa DSN-MUI.

Kedua,pelayanan dilebih dari 4400 outlet pegadaian diseluruh

indonesia, ketiga, uang muka pembelian sepeda motor mulai 10%.

Keempat, uang muka pembelian mobil mulai 20%.

Kelima,pembiayaan berjangka waktu fleksibel mulai dari 12, 18, 24,

36, 48 dan 60 bulan. Keenam,pegadaian memberikan tariff (mun‟ah)

menarik dan kompetitif. Ketujuh, pembiayaan dapat diberikan untuk

kendaraan baru dan second. Kedelapan,prosedur pelayanan

sederhana, cepat dan mudah

b. Persyaratan :Pertama, karyawan tetap suatu intansi pemerintah atau

swasta minimal telah bekerja selama 2 tahun. Kedua, melampirkan

kelengkapan : fotocopy KTP dan KK, fotocopy SK pengangkatan,

fotocopy surat nikah (jika ada), slip gaji 2 bulan terakhir. Ketiga,

mengisi dan menandatangani formulir . Keempat, proses bisnis:

1. Nasabah mengajukan pembiayaan amanah

2. Analis melakukan verifikasi dokumen, domisili dan tempat kerja

3. Pejabat berwenang memberikan persetujuan

4. Pencairan dana di outlet pegadaian (estimasi 3 hari)

c. Penentuan Besaran angsuran Bulanan

Angsuran = [MB + m] : n

__________________________________________________

MB = Marhun Bih

m = Mun‟ah (biaya pemeliharaan marhun) selama akad

n = Jangka waktu akad (bulan)

___________________________________________________

9Peraturan direksi N0. 110/ DIR I / 2017

Page 65: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

54

Mun‟ah [m] = HPS x tariff x n

HPS = Harga pasar kendaraan, HPS nilainya sama dengan

taksiran

Tarif = Tarif mun‟ah

n = Jangka waktu akad [bulan]

4. Arrum Haji10

Arrum haji adalah pembiayaan untuk mendapatkan porsi ibadah

haji secara syariah dengan proses mudah, cepat dan aman.

a. Fitur dan Keunggulan: Pertama, memperoleh tabungan haji yang

langsung dapat digunakan untuk memperoleh porsi haji. Kedua,

emas dan dokumen haji aman tersimpan di pegadaian. Ketiga, biaya

pemeliharaan jaminan aman terjangkau .Keempat, jamianan emas

dapat dipergunakan untuk pelunasan biaya haji pada saat lunas

b. Persyaratan

1. Jaminan emas batangan (LM) minimal 3,5 gram atau emas

perhiasan berkadar minimal 70 % dengan berat sekitar 7 gram

2. Bukti SA BPIH (Setoran awal biaya pendafaran pergi haji)

3. Bukti tabungan haji

c. Proses Bisnis : Nasabah mengajukan Arrum Haji, marhun emas

ditaksir oleh penaksir, nasabah ke Bank untuk memperoleh SABPIH

, nasabah ke kemenag memperoleh nomor porsi / SPPH, dan nasabah

menyerahkan SABPIH, SPPH, dan buku tabungan ke pegadaian .

d. Tarif Mun‟ah / Jangka Waktu

Mun‟ah selama jangka waktu pinjaman

0,95% x taksiran barang x jangka waktu (bulan)

Angsuran

Angsuran pokok = (Rp. 25.000.000 : jangka waktu)

Angsuran mun‟ah = (mun‟ah selama jangka waktu : jangka

waktu)

10

Peraturan Direksi No. 21 / DIR / I / 2019

Page 66: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

55

5. Arrum Emas11

Arum Emas adalah produk pegadaian untuk memberikan pinjaman

dana tunai dengan jaminan perhiasan (emas dan berlian). Pinjaman

daapat diangsur melalui proses yang mudah dan sesuai syariah.

a. Fitur dan keunggulan : Pinjaman mulai Rp. 1 juta – Rp 500 juta, plafon

95% dari taksiran, jangka waktu 12, 18, 24, dan 36 bulan, biaya admin

Rp. 70.000 dan biaya mun‟ah 0,95% perbulan dari nilai taksiran

b. Persyaratan

1. Fotocopy KTP / SIM / Paspor

2. Menyerahkan jaminan berupa emas dan / atau berlian terikat

perhiasan emas

3. Menandatangani Akad

c. Proses Bisnis :Pertama, nasabah mengisi formulir dan menyertakan

agunan [marhun]. Kedua, penaksir menaksir marhun dan menghitung

pinjaman. Ketiga, nasabah dan penaksir / KPT melakukan akad dan

menandatangani surat bukti rahn. Keempat, nasabah menerima uang

pinjaman tunai atau via bank. Kelima, pegadaian menyimpan dan

memelihara marhun

d. Tarif Mun‟ah

1. Tariff mun‟ah : 0,95% x taksiran x jangka waktu (bulan)

2. Untuk pinjaman Rp.100 juta ke atas tidak dkenakan mun‟ah akad

___________________________________________________

3. Marhun bih Rp. S.d 100 juta jangka waktu pinjanman 12, 16,

24, 36 bulan

4. Marhun bih Rp. 100.100.000 s.d 400 juta jangka waktu pinjam

12,16, 24, 36, 48 bulan

11

Peraturan Direksi No. 42 /DIR I / 2017

Page 67: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

56

6. Rahn Bisnis12

Rahn bisnis adalah produk pegadaian untuk memberikan pinjaman

dana tunai kepada pemilik usaha dengan jaminan emas (batangan atau

perhiasan).

Pertama, fitur dan Keunggulan sebagai berikut : Pinjaman mulai

dari Rp. 100.000.000 sampai lebih dari 1M (BMPK), Mun‟ah mulai dari

0,38 – 0,55% per 10 hari, Plafon 87% dari taksiran , dan Jangka waktu 4

bulan Mun‟ah akad 100.000.

Kedua,persyaratan sebagai berikut : Fotocopy KTP / Paspor,

Menyerahkan jaminan berupa emas, dan Menandatangani akad.

Ketiga, proses bisnis sebagai berikut :Nasabah mengisi formulir

dan menyerahkan agunan (marhun), Penaksir menaksir marhun dan

menghitung pinjaman, Nasabah dan penaksir / KPT melakukan akad dan

menandatangani surat bukti rahn, Nasabah menerima uang pinjaman

tunai atau via bank, Pegadaian menyimpan dan memelihara marhun.

Keempat, tariff mun‟ah / Jangka Waktu

Tabel 3.2

Tarif mun‟ah Rahn Bisnis

Pegadaian Syariah Cabang Cinere

Marhun bih Mun‟ah per

10 hari

Mun‟ah

akad

Rasio

taksiran

Premi

asuransi

>100jt s.d 200jt 0,55% 100.000 87% 1.500

>200jt s.d 300jt 0,52% 100.000 87% 1.500

>300jt s.d 400jt 0,49% 100.000 87% 1.500

>400jt s.d 500jt 0,46% 100.000 87% 1.500

>500jt s.d 750jt 0,43% 100.000 87% 1.500

>750jt s.d 1M 0,41% 100.000 87% 1.500

>1M s.d

BPMK

0,39% 100.000 87% 1.500

12 Peraturan Direksi No. 69 / DIR I / 2018

Page 68: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

57

7. Rahn Refleksi13

Rahan refleksi adalah pemberian pinjaman dengan jaminan barang

bergerak sesuai syariah, palfon pinjaman tinggi dan ongkos titipan

harian.

a. Fitur dan Keunggulan :Pertama, diskon ongkos titip untuk pinjaman

dibawah plafon tertinggi . Kedua, bebas biaya dministrasi. Ketiga,

uang pinjaman diterima utuh tanpa potongan. Keempat, bisa

diperpanjang, dengan cicil atau tambah pinjaman. Kelima, plapon

pinjaman 96%, 94%, atau 93%. Keenam, jangka waktu 10 hari, 30

hari, 60 hari, minimal 5 hari. Ketujuh, diskon mun‟ah untuk

pinjaman dibawah plafon tertinggi

b. Persyaratan

1. Fotocopi KTP / Paspor

2. Menyerahkan jaminan

3. Menandatangani akad

c. Proses Bisnis :Nasabah mengisi formulir dan menyerahkan agunan

(marhun),penaksir menaksir marhun dan menghitung pinjaman ,

nasabah dan penaksir / KPT melakukan akad dan menandatangani

surat bukti rahn, nasabah menerima uang pinjaman tunai atau via

bank, dan Pegadaian menyimpan dan memelihara marhun

d. Tarif Mun‟ah

Mun‟ah 0,1% dari nilai taksiran barang perhari

8. Rahn Hasan 14

Rahn hasan adalah rahn dengan tariff mun‟ah pemeliharaan sebesar

0%, berjangka waktu (tenor) 60 (enam puluh) hari, dan berlaku untuk

besaran marhun bih (uang pinjaman) golongan A.

a. Fitur dan keunggulan :Pertama, bebas mun‟ah pemeliharaan (0%

dari taksiran). Kedua, jangka waktu 60 hari. Ketiga, berlaku untuk

13

Peraturan Direksi No. 103 / DIR I /2016 14

Peraturan Direksi No. 34 / DIR I / 2019

Page 69: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

58

marhun bih (pinjaman) golongan A. Keempat, maksimal marhun bih

Rp. 500.000

b. Persyaratan

1. 3.2

c. Proses Bisnis: Nasabah mengisi formulir dan menyerahkan agunan

(marhun), penaksir menaksir marhun dan menghitung pinjaman,

Nasabah dan penaksir / KPT melakukan akad dan menandatangani

surat bukti rahn,nasabah menerima uang pinjaman tunai atau via

bank, lalu Pegadaian menyimpan dan memelihara dan memelihara

marhun .

d. Kewajiban Rahn

Tabel 3.3

Tarif mun‟ah Rahn Hasan

Pegadaian Syariah Cabang Cinere

Taksiran (Rp) Mun‟ah Akad Diskon Mun‟ah akad

Nett

52.263 s.d 210.526 125.000 98,4% 2.000

210.527 s.d 315.789 125.000 97,6% 3.000

315.790 s.d 421.053 125.000 96,8% 4.000

421.054 ke atas 125.000 96,0% 5.000

9. Arrum Umroh15

Arum umroh adalah produk penyaluran pinjaman untuk perjalanan

ibadah umroh dengan jaminan barang berharga, menggunakan pola

angsuran berlandaskan prinsip-prinsip syariat islam.

a. Fitur dan keunggulan: Pertama, nasabah dijadwalkan berangkat

umrah 45 hari sejak dilakukan akad. Kedua, marhun bih (uang

pinjaman) dari emas yang dijaminkan minimal Rp. 1 juta hingga

15

Fatwa DSN-MUI Nomor 92/DSN-MUI/IV/2014 Tanggal 2 April 2014 Tentang

Pembiayaan yang disertai Rahn

Page 70: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

59

harga paket umroh. Ketiga, jangka wsaktu pinjaman arum umroh

ditetapkan selama 12, 18, 24, dan 36 bulan.

b. Persyaratan

1. Usia minimal untuk berakad arum umroh adalah 17 tahun

keatas, sudah memiliki kecakapan untuk melakukan perbuatan

hukum

2. Bagi keluarga (dalam satu kartu keluarga) bisa diatas namakan

ayah dan ibu

3. Memiliki marhun (barang jaminan)

c. Proses Bisnis: pertama, nasabah mengajukan arum umroh dengan

membawa barang berharga senilai selisih dari nilai paket umroh

dengan uang muka. Kedua, pegadaian syariah menghubungi pihak

travel untuk verifikasi seat/kuota. Ketiga, pegadaian syariah

melakukan booking seat untuk nasabah .

d. Tarif Mun‟ah

Biaya mun‟ah 0,95% perbuln dari nilai taksiran x jangka waktu

mun‟ah akad sebesar Rp. 100.000

10. Rahn Tasjily Tanah 16

Pembiayaan rahn tasjily tanah adalah pembiayaan berbasis syariah

yang diberikan kepada masyarakat berpenghasilan tetap/rutin, pengusaha

mikro/kecil dan petani dengan jaminan tanah dan HGB

a. Fitur dan keunggulan

Plafon pembiayaan : Rp. 1.000.000 – Rp. 200.000.000

b. Persyaratan Jaminan

Jika jaminan berupa tanah produktif (pertanian, perkebunan atau

peternakan) :

1. Tanah produktif yang tidak ada pada struktur tanah yang sulit

dijangkau

2. Status tanah tidak terblokir / bermasalah

16

Peraturan Direksi No. 119 / DIR I/ 2018

Page 71: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

60

3. Status tanah tidak menjadi jaminan pinjaman/tidak diikat hak

tanggungan oleh pihak lain

4. Lokasi tanah boleh berbeda dari tempat tinggal nasabah selama

masih berada dalam naungan satu kanwil yang sama

Jika jaminan berupa tanah dan bangunan tempat tinggal / tempat

usaha :

1. Memiliki Imb untuk pinjaman > 50 juta

2. Bukti bayar PBB tahun terakhir

3. Lebar jalan dimuka minimal dapat dimasuki kendaraan roda dua

4. Jarak minimal 20 menit dari SUTET

5. Bukan daerah banjir dalam 2 (dua) tahun terakhir

6. Bukan jalur hijau

7. Tidak dalam sengketa hukum

8. Lokasi tanah boleh berbeda dari tempat tinggal nasabah selama

berada dalam naungan kantor area yang sama

c. Persyaratan Nasabah :Pertama, usia minimal Rahin 2 tahun saat

pengajuan dan maksimal 65 tahun saat kredit berakhir. Kedua, untuk

petani, telah bertani minimal 2 (dua) tahun dan memperoleh

penghasilan rutin. Ketiga, untuk pengusaha mikro, usahanya telah

berjalan lebih dari 1 (satu) tahun dan menjalankan usahanya secara

syariat dan sah secara hukum. Keempat, untuk karyawan, minimal 0

(nol) tahun untuk internal pegadaian dan minimal 1 (satu) tahun

untuk eksternal, surat keterangan sebagai karyawan dan surat izin

atasan langsung untuk TNI/POLRI. Kelima, pensiunan, memilki

penghasilan rutin setiap bulan dari intansi tempat bekerja

sebelumnya. Keenam,profesional Format, memiliki izin praktek

kerja dan telah berjalan minimal (satu tahun). Contoh : dokter,

pengacara. Ketujuh, profesinal non Formal, tinggal dirumah milik

sendiri (SHM/SHGB) dan telah berjalan minimal 2 (dua) tahun.

Contoh : driver gojek/grab.

d. Target Nasabah

Page 72: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

61

Pengusaha mikro/kecil dan petani

e. Barang jaminan

Property bersertifikat setingkat SHM dan SHGB

f. Proses Bisnis :Nasabah datang dengan membawa (marhun) agunan,

tim mikro melakukan verifikasi berkas dan survey lokasi, tim mikro

menyetujui besaran marhun bih, dan marhun bih diterima oleh

nasabah tunai atau di transfer .

g. Pola Angsuran, Tenor dan Mun‟ah

Tabel 3.4

Mun‟ah Rahn Tasjily Tanah

Pegadaian Syariah Cabang Cinere

Reguler (per bulan ) Tenor (bulan) Mun‟ah perbulan Equivalent dengan

sea modal

Regular (per bulan) 12,18,24,36,48,60 0,70% x taksiran 1,00% x pinjaman

Fleksi satu kali

pembayaran

3 1,28% x taksiran 1,83% x pinjaman

4 1,29 % x taksiran 1,84% x pinjaman

6 1,31% x taksiran 1,87% x pinjaman

Berkala 3 bulan 12,24,36 0,82% x taksiran 1,17% x pinjaman

Berkala 4 bulan 12,24,36 0,88% x taksiran 1,26% x pinjaman

Berkala 6 bulan 12,24,36 1,00% x taksiran 1,43% x pinjaman

C. Struktur Organisasi, Tugas Pokok, dan Fungsi Pegadaian Syariah

Cabang Cinere

1. Struktur Organisasi Cabang Syariah Cinere

Struktur organisasi adalah suatu susunan dan hubungan antar tiap

bagian secara posisi yang ada pada perusahaan dalam menjalin

operasional untuk mencapai tujuan.17

Begitupun dengan pegadaian

syariah cabang Cinere.

17

Sutarto, “dasar-dasar organisasi” (Yogyakarta Gajah Mada University Press, Cet.18,

tahun 1998).

Page 73: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

62

Untuk lebih jelas, berikut ini gambaran bagan struktur organisasi

PT pegadaian syariah cabang Cinere18

Deskripsi jabatan dan tugas

Pertama,pimpinan cabang mengelola operasional cabang, yaitu

menyalurkan uang pinjaman secara hukum gadai yang didasarkan pada

prinsip syariah. Disamping itu pimpinan cabang juga mempunyai tugas yaitu,

menyusun program kerja operasional cabang agar sesuai dengan visi dan misi

perusahaan, mengkordinasikan kegiatan bawahannya (penaksir, pengelola

unit, pengelola agunan, kasir, security, office boy) sesuai dengan bidangnya

masing-masing dan sesuai ketentuan yang berlaku diperusahaan dalam rangka

pengembangan asset secara professional.19

18

Lampiran Peraturan Direksi Nomor. 27 tahun 2016 tentang struktur organisasi dan tata

kerja 19

Dokumen Profil PT Pegadaian syariah cabang cinere 2017

PIMPINAN

CABANG JamiatHerySantosa,

SE

PenaksirCabang AnggiKristianto

KasirCabang • Frandrika

Sandy

• SitiHidayah

PengelolaAgunan Elin Fergita

• Securit

y

• Office

Boy

Pengelola Unit • Hendra

• Miftahul. U

• Aulia. S

• Susi. I

• Ade Indra

• Babay. U

Kasir Unit • Kartiwi.

L

• Lutfi

• Ricky. I

• Lely. I

• Wenti. P

Page 74: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

63

Kedua,penaksir dan pengelola unit menaksir marhun (barang

jaminan)untuk menentukan mutu dan nilai suatu barang yang sesuai dengan

ketentuan yang berlaku dalam rangka mewujudkan penerapan taksiran yang

maksimal dan uang pinjaman yang wajar serta citra yang baik bagi

perusahaan.20

Dan tugasnya yaitu, memberikan pelayanan kepada rahin (nasabah)

dengan cepat, mudah dan aman.Menaksir barang jaminan (marhun) sesuai

ketentuan yang berlaku, memberikan perhitungan kepada pimpinan cabang

untuk taksiran dan pinjaman berkaitan dengan biaya administrasi dan jasa

simpan (mun‟ah) sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Ketiga,pengelola agunan yang mempunyai fungsi, melakukan

pemeriksaan, penyimpanan, pemeliharaan, dan pengelolaan serta pembukuan

marhun(barang jaminan). Pengelola agunan juga menerima barang jaminan

selain barang kantong (emas perhiasan) untuk disimpan digudang lainnya,

selain itu juga menyusun sesuai nomor urut surat bukti rahn (SBR).

Pengelola agunan juga mempunyai tugas mengelola marhun (barang jaminan)

emas perhiasan dan elektronik dengan menerima, menuimpan, merawat,

mengeluarkan, dan mengadministrasikannya sesuai dengan ketentuan yang

berlaku dalam rangka mengamankan serta menjaga keutuhan barang milik

rahin (penggadai).21

Keempat, kasir yaitu yang mempunyai fugsi penerimaan, penyimpanan,

dan pembayaran serta pembukuan sesuai dengan ketentuan yang berlaku,

untuk kelancaran pelaksanaan operasional cabang.

Selain itu, kasir juga mempunyai tugas menyiapkan peralatan dan

perlengkapan kerja, menerima modal kerja harian dari atasan, dan

menyiapkan uang kecil (receh) untuk kelancaran pelaksanaan tugas,

melaksanakan penerimaan perpanjangan gadai, pelunasan gadai, pencairan

gadai, menerima pembayaran lainnya.22

20

Dokumen Profil PT Pegadaian syariah cabang cinere 2017 21

Dokumen Profil PT Pegadaian syariah cabang cinere 2017 22

Dokumen Profil PT Pegadaian syariah cabang cinere 2017

Page 75: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

64

Ketujuh,security atau keamanan yang mempunyai fungsi dan tugas

yang sama yaitu : mengamankan harta perusahaan dan rahin dalam

lingkungan kantor dan sekitarnya.23

Kedelapan, office boy yang mempunyai fungsi dan tugas untuk

memelihara kebersihan, keindahan, kenyamanan gudang atau kantor, ruang

kerja, ruang nasabah agar nyaman, mengirim dan mengambil surat atau

dokumen untuk menunjang kelancaran tugas administrasi dan tugas

operasional kantor cabang. 24

D. Tugas Pokok Pegadaian Syariah Cinere

Pegadaian syariah Cinere termasuk kedalam kantor cabang. Tugas

dikantor cabang adalah melakukan kegiatan usaha perusahaan yang

berlangsung dengan masyarakat (nasabah) dalam rangka pemberian pinjaman

atau usaha lain sesuai dengan peraturan yang berlaku dan kebijaksanaan yang

ditetapkan Direksi.

E. Fungsi Pegadaian Syariah Cabang Syariah Cinere

Kantor cabang adalah ujung tombak operasional secara langsung

memberikan layanan kepada masyarakat dalam transaksi gadai syariah.Oleh

karena itu, Pemimpinan cabang menjalankan fungsi sebagai pemimpin

pelaksanaan teknis dari perusahaan yang berhadapan langsung dengan

masyarakat yang dibantu oleh staffnya.

23

Dokumen Profil PT Pegadaian syariah cabang cinere 2017 24

Dokumen Profil PT Pegadaian syariah cabang cinere 2017

Page 76: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

65

BAB IV

ANALISIS PELAKSANAAN LELANG PADA

BENDA JAMINAN GADAI

A. Prosedur Pelaksanaan lelang

Prosedur Pelaksanaan Lelang pada benda jaminan gadai berdasarkan

Fatwa DS No. 25/DSN-MUI/III/2002 Tentang Rahn.

Gadai merupakan suatu hak yang diperoleh oleh orang yang berpiutang

atas suatu barang yang diserahkan oleh orang yang berpiutang atau suatu

barang yang diserahkan oleh orang yang berutang sebagai jaminan utangnya

dan barang tersebut dapat dijual (dilelang) oleh yang berpiutang bila yang

berhutang tidak dapat melunasi kewajibannya pada saat jatuh tempo1

Barang jaminan milik Rahin yang akan dilelang karena ada beberapa

sebab :2

Pertama, ketika jatuh tempo, nasabah tidak dapat melunasi dan tidak

dapat menebus barang jaminan. Kedua, ketika jatuh tempo, nasabah tidak

memperpanjang waktu pinjaman dengan ketentuan yang telah diatur oleh

Pegadaian. Apabila rahin tidak dapat melunasi setelah jatuh tempo dan jangka

waktu yang ditentukan maka pihak pegadaian akan memperingatkan rahin

dengan cara mengirim pesan (SMS) atau menelpon nasabah. dan apabila

peringatan tersebut rahin tidak bisa menebus marhun maka pihak pegadaian

akan memberikan surat peringatan, dan jika pada hari berikutnya rahin tidak

dapat melunasinya maka pihak pegadaian akan melapor ke pihak kanwil

bahwa akan melelang suatu barang jaminan gadai milik rahin yang tidak bisa

melunasi utangnya3.

Namun, dalam praktik yang dilaksanakan dilapangan berbeda dengan

prosedur yang telah ditentukan yaitu bahwa pihak cabang tidak pernah

melapor ke kantor wilayah (Kanwil) ketika barang jaminan nasabah yang

1 Muhammad Shalikul Hadi, “Pegadaian Syariah”,( Jakarta : Salemba Diniyah, 2003), h.

2 Buku Pedoman Pegadaian Syariah, Pedoman Operasional Gadai Syariah,( Jakarta :

Januari, 2007). 3 Wawancara Eksklusif dengan Assisten Manager Operasional Pegadaian Syariah Cabang

Cinere, Anggi Kristanto, Jakarta 15 April 2019.

Page 77: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

66

telah jatuh tempo akan dilelang, pihak pegadaian cabang syariah Cinere

melapor ke Kantor Wilayah (KANWIL) hanya pada saat harga barang

jaminan seperti (emas) sedang mengalami penurunan harga.

Prosedur pelelangan barang jaminan gadai di pegadaian syariah cabang

Cinere menggunakan sistem jual-beli.

Adapun upaya yang dilakukan pihak pegadaian sebelum melakukan

lelang terhadap benda jaminan gadai diantaranya adalah pendekatan secara

persuasive dengan cara meminta rahin untuk datang langsung ke kantor

pegadaian syariah untuk melakukan negosiasi untuk mencari solusi agar

barang jaminannya tidak dilelang, antara lain sebagai berikut :4

Pertama, gadai ulang (GU) yaitu rahin dapat mengajukan permohonan

kembali agar diperpanjang lagi jangka waktu pinjaman dengan cara

membayar administrasi dan ijaroh. Kedua, minta tambahan (MT) yaitu rahin

mengajukan permohonan kepada pegadaian dengan cara tambahan uang

pinjaman dikurangi biaya administrasi dan ijaroh. Ketiga, ambil sebagian

(AS) yaitu rahin mengambil sebagian pokok pinjaman barang jaminan

ditambah jasa simpanan dan biaya administrasi. Keempat, nyicil (NC) yaitu

rahin melunasinya dengan cara menyicil sebagian pokok pinjaman barang

jaminan ditambah jasa simpanan dan biaya administrasi.

Untuk pelelangan dilakukan dengan sesuai waktu dan tempat yang

telah ditentukan yaitu di kantor pegadaian, adapun untuk waktu pelaksanaan

Pelelangan dikantor pegadaian syariah Cinere yaitu pada minggu ke 2 (dua)

dan minggu terakhir dalam waktu 1 (bulan) terhitung dari tanggal 1 (satu)

sampai dengan tanggal 30 / 31 (tiga puluh / tiga puluh satu), tergantung

jumlah tanggal yang terdapat pada bulan tersebut. Selain pada watu yang

telah ditentukan pelaksanaan lelang di pegadaian syariah cabang Cinere

terkadang melakukan lelang sewaktu-waktu (bukan waktu yang

ditentukan.5Pelelangan berlaku pada masyarakat umum dan sebelumnya ada

4 Wawancara Eksklusif dengan Assisten Manager Operasional Pegadaian Syariah Cabang

Cinere, Anggi Kristanto, Jakarta 15 April 2019. 5 Wawancara Eksklusif dengan Assisten Manager Operasional Pegadaian Syariah Cabang

Cinere, Anggi Kristanto, Jakarta 15 April 2019.

Page 78: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

67

pemberitahuan kepada nasabah dan masyarakat adanya pelelangan

.Pelelangan di pegadaian syariah cabang Cinere berlaku untuk masyarakat

umum akan tetapi, bila mengandalkan dari masyarakat proses lelang akan

begitu lama karena hanya menunggu pembeli yang akan datang. Untuk

meminimalisir terjadinya kelambatan penjualan barang jaminan gadai yang

lambat, pihak pegadaian pun membuat aturan dan inisyatif untuk melakukan

penjualan lelang dengan cara sistim borongan (menjualnya kepada seorang

pemborong ) adapun harga yang ditawarkan untuk penjualan lelang yaitu

sesuai dengan harga yang dipasar seperti lelang jual beli emas, maka

harganya mengikuti harga yang sedang terjadi di pasar bila harga tinggi maka

penjualannya pun tinggi bila harga sedang turun maka harganya pun ikut

turun . peraturan seperti ini atas kesepakatan bersama antara pimpinan dan

pegawainya yang bekerja di kantor cabang syariah Cinere. Kemudian dari

pihak pegadaian harus menunjukan sikap ramah yang selalu ditujukan kepada

calon pembeli.6

Didalam Fatwa DSN No. 25/DSN-MUI/III/2002 Tentang Rahn tidak

dijelaskan mengenai tempat ataupun pelaksanaan lelang akan tetapi hanya

menjelaskan sebagai berikut :

a. Apabila Rahin tetap tidak dapat melunasi utangnya, maka Marhun dijual

paksa/ekseskusi melalui lelaang sesuai syariah.

b. Hasil penjualan Marhun digunakan untuk melunasi utang, biaya

pemeliharaan dan penyimpanan yang belum dibayar serta biaya

penjualan.

c. Kelebihan hasil penjualan menjadi milik Rahin dan kekurangan menjadi

milik Rahin.

Praktik Lelang yang dilakukan kantor pegadaian syariah Cinere ini,

tentunya bertentangan dengan hukum islam. Dalam Fiqih, lelang di kiaskan

dengan ba‟i Muzayyadah. Ba‟i Muzayyadah adalah salah satu jenis jual beli

dimana penjual menawarkan dagangannya di tengah-tengah keramaian, lalu

6 Wawancara Eksklusif dengan Assisten Manager Operasional Pegadaian Syariah Cabang

Cinere, Anggi Kristanto, Jakarta 15 April 2019.

Page 79: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

68

para pembeli saling menawar dengan harga yang lebih tinggi sampai pada

harga yang paling tinggi dari salah satu pembeli, lalu terjadilah akad dan

pembelian tersebut mengambil barang dari penjual.7

Dalam pengertian di atas telah jelas bahwa untuk praktek lelang syariah

(ba‟i Muzayadah) harus dilaksanakan di muka umum atau dengan disebut di

tengah-tengah keramaian, telah jelas bahwa berdasarkan penelitian praktik

jual beli lelang (Ba‟i Muzayadah) yang dilaksanakan di pegadaian syariah

cabang Cinere belum memenuhi kriteria Syariah. Karna telah jelas di dalam

fiqih tidak menjelasakan untuk jual beli lelang dengan sistem borong dan

tidak dihadapan umum.

Prosedur pelaksanaan lelang pada Benda Jaminan Gadai Berdasarkan

POJK No.31/POJK.05/2016 Tentang Usaha Pergadaian

Prosedur Pelaksanaan lelang pada benda jaminan gadai telah di atur

dalam buku Pedoman Pegadaian syariah selain menggunakan aturan yang

ada dalam buku pedoman tersebut prosedur pelaksanaannya pun harus sesuai

dengan aturan Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN). Terkait hal ini, penulis

akan menganalisis tentang prosedur pelaksanaan lelang di pegadaian syariah

berdasarkan Otoritas Jasa Keuangan No. 31/POJK.05/2016 Tentang Usaha

Pergadaian. Karena pada saat wawancara dengan Asiten Manager

Operasional pegadaian syariah cabang Cinere Anggi Kristanto, bahwa

prosedur pelaksanaannya bukan hanya berdasarkan hukum islam dan aturan

fatwa DSN NO.25/DSN-MUI/2002 tentang Rahn akan tetapi harus memakai

hukum positif salah satunya Perundang-undangan Peraturan Otoritas Jasa

Keuangan No. 31/POJK.05/2016 tentang usaha pergadaian.

Adapun prosedur yang di jelaskan oleh Peraturan Otoritas Jasa

Keuangan yaitu dalam pasal 1 Nomor 16 dan 17 seperti berikut ini :

1. Pasal 1 Nomor 16 berbunyi : Lelang adalah penjualan barang

jaminanyang terbuka untuk umum dengan penawaran harga secara

7 Syaikh Abdurrahman Al-Jaziri, “Al-Fiqh al-madzhaib Al-Araba‟ah Juz II”,( Beirut

Libanon, 1992), h. 25

Page 80: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

69

tertulis atau lisan yang semakin meningkat atau menurun untuk mencapai

harga tertinggi yang didahului pengumuman lelang. 8

2. Pasal 1 Nomor 17 berbunyi : uang kelebihan adalah selisih lebih dari

hasil penjualan barang jaminan dikurangi dengan jumlah uang pinjaman,

bunga/jasa simpan, biaya untuk melelang, dan biaya penyelamatan

barang tersebut.9

Dalam praktiknya di pegadaian syariah cabang Cinere jika di lihat dari

aturan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.31/POJK.05/2016 tentang usaha

pergadaian, bahwa prosedur pelaksanaannya belum sesuai dengan Peraturan

Otoritas Jasa keuangan karena sistem pelaksanaan lelang tidak terbuka secara

umum, sebagaimana dijelaskan dalam pasal 1 Nomor 16 “ lelang adalah

penjualan barang jaminan yang terbuka secara umum “ untuk kesesuain

pelaksanaan dalam uang kelebihan telah sesuai dengan Peraturan Otoritas

Jasa Keuangan No. 31/POJK.05/2016 tentang usaha pergadaian dalam pasal 1

nomor 17 “uang kelebihan adalah selisih lebih dari hasil penjualan barang

jaminan dikurangi dengan jumlah uang pinjaman, bunga/jasa simpan, biaya

untuk melelang, dan biaya penyelamatan barang tersebut”. Bahwa jika ada

kelebihan dari hasil penjualan barang jaminan gadai yang telah jatuh tempo,

pihak pegadaian selalu memberikan uang kelebihan tersebut kepada nasabah.

B. Kesesuaian Praktek Lelang

Praktik lelang yang dijalankan oleh PT Pegadaian Syariah tidak terlepas

dari aturan hukum Islam, begitupun dengan pegadaian syariah cabang Cinere.

Praktik lelang di pegadaian syariah cabang Cinere tidak terlepas dari

peraturan hukum Islam seperti :Fatwa DSN No. 25/DSN-MUI/III/2002

tentang Rahn, Kompilasi Hukum Islam, Al-Qur‟an dan Hadis. Selain

menjalankan aturan menurut syariat Islam pada dasarnya praktik lelang yang

dilaksanakan oleh PT Pegadaian syariah juga menggunakan hukum positif

seperti : KUHPerdata, Peraturan Pemerintah, Undang-undang, dan POJK.

8 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan, Nomor 31/POJK.05/2016 Tentang Usaha pegadaian

Bab 1, Pasal 1 No.16, h. 4. 9 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan, Nomor 31/POJK.05/2016 Tentang Usaha pegadaian

Bab 1, Pasal 1 No.16, h. 5.

Page 81: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

70

Namun dalam pembahasan Analisis terkait penelitian ini hanya terfokus

pada kesesuaian Fatwa DSN No. 25/DSN/MUI/III/2002 dan POJK No.

31/POJK.05/2016. Adapun penjelasannya sebagai berikut :

1. Jatuh Tempo

a) Langkah-langkah penyelesaian barang jaminan gadai yang sudah jatuh

tempo :10

Pertama, megirimkan pemberitahuan lelang sebelum barang

jaminan jatuh tempo, baik melalui sms, surat pemberitahuan lelang

maupun telepon.

Kedua, Melakukan penjualan lelang untuk barang jatuh tempo

sebagaimana diatur dalam POPKCA Bab III.E tentang lelang dan SE

44/2006, dengan catatan harga minimal lelang lebih tinggi atau sama

dengan harga dasar lelang emas.

Ketiga, barang jaminan yang sudah jatuh tempo atau barang

lelang milik perusahaan (BLP), namun dicatat atau diperlakukan

sebagai pinjaman yang diberikan atau marhun bih dalam proses

lelang. Untuk barang diminta tunda lelang oleh nasabah, maka

dikenakan sewa modal sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Keempat, setiap pelaksanaan lelang, pada bulan yang

bersangkutan, pinjaman yang diberikan / marhun Bih dalam proses

lelang diikutkan dalam proses lelang.

Kelima, untuk barang jaminan yang sudah jatuh tempo dan

belum laku lelang, namun terlanjur sudah dibukukan sebagai barang

jaminan tunda lelang, jaminan yang disisihkan (AYD) khusus,

maupun barang jaminan milik perusahaan (BLP), maka

penyeelesaiannya dapat dilakukan melalui :Pertama, mekanisme

lelang biasa. Kedua, mekanisme lelang sewaktu-waktu, yaitu melalui

event pameran, galeri 24, lelang dengan catalog, secara sosialisasi

pemasaran, lelang di arsisan lingkungan atau kantor. Ketiga,

mekanisme penambahan barang jaminan, khusus bagi nasabah yang

10

Direksi Internal Perusahaan umum (PERUM) PT Pegadaian Nomor : 60/002102/2013.

Page 82: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

71

ingin melakukan ulang gadai dapat ditawarkan penambahan barang

jaminan senilai selisih uang pinjaman lama dikuragi uang pinjaman

baru sesuai dengan standar taksiran logam (STL) yang

berlaku.Tambahan agunan berupa barang jaminan gudang dibuatkan

surat bukti kredit (SBK) tersendiri.Sedangkan tambahan agunan

berupa barang jaminan perhiasan emas/logam mulia dapat disatukan

dalam satu surat bukti kredit (SBK).

Keenam, menghubungi kembali kepada nasabah yang

bersangkutan dan memberi kesempatan untuk dilakukan gadai ulang

khusus sesuai dengan ketentuan yag berlaku : dicicil, tambah barang

jaminan, dibeli kembali barang jaminan tersebut atau dikrasida kan.

Ketujuh, untuk barang jaminan perhiasan dan atau emas

lantakan yang tidak dapat dijual sebesar harga minimal lelang, maka

diusulkan penjualannya kepada direksi melalui pemimpin wilayah,

sisa kewajiban nasabah yang masih akan ditagih perusahaan dicatat

sebagai piutang nasabah belum tertagih.

Kedelapan, melakukan penagihan kepada nasabah yang barang

jaminan nya telah dilelang, namun masih terdapat sisa kewajiban

nasabah yang masih harus dibayar sebagaimana diatur dalam intruksi

direksi Nomor 14/ID-BISNIS II/203 tanggal 27 mei 203 tentang

penagihan kekurangan kewajiban nasabah kredit cepat dan aman

(KCA).

b) Metode Pencatatan

Pertama, untuk menampung sisa kewajiban nasabah yang

masih akan ditagih oleh perusahaan digunakan kode perkiraan

114.20.0 (Piutang Nasabah Belum Tertagih).

Kedua, Pada saat barang jaminan jatuh tempo, dilakukan

pencatatan uang pinjaman dengan jurnal sebagai berikut :

Dr. 114.14/15.xx PYD/Marhun bih dalam proses lelang

Cr. 114.01/03.xx PYD/Marhun Bih

Page 83: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

72

Ketiga, barang jaminanyang sudah jatuh tempo dan setelah

terjual, namun hasil penjualan lelang tidak mencukupi semua

kewajiban nasabah (UP+SM+Bea Lelang), maka dilakukan jurnal

sebagai berikut :

Dr. 111.01.01 Kas Rp.xxx

114.20.01 Piutang Nasabah Belum Tertagih Rp.xxx

Cr. 14.14/15xx PYD/Marhun Bih dlm Poses Lelang Rpxxx

411.01/03.xx Pendapatan SM/Ijaroh Rpxxx

212.01.xx Bea Lelang Rpxxx

c) Penutup

Untuk meminimalisir terjadinya kerugian perusahaan, maka

diminta kepada seluruh pegawai yang ada di unit pelayan cabang

maupun unit pegadaian syariah (UPC/UPS) untuk secara pro aktif

menghubungi nasabah sebelum barang jaminan jatuh tempo lelang,

sehingga jumlah barang jaminan yag dilelang dapat ditekan /

diminimalisir.

Dalam pelaksanaan praktik di lapangan pada saat benda

jaminan jatuh tempo, pihak pegadaian syariah cabang Cinere telah

sesuai pelaksanaannya dengan aturan yang ditentukan oleh direksi

internal perusahaan umum (PERUM) PT Pegadaian Nomor :

60/002102/2013 seperti berikut “Megirimkan pemberitahuan

lelang sebelum barang jaminan jatuh tempo, baik melalui sms,

surat pemberitahuan lelang maupun telepon” adapun aturan lain

yang dijelaskan oleh Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Fatwa

No. 25/DSN-MUI/III/2002 Tentang Rahn “Apabila jatuh tempo,

murtahin harus memperingati Rahin untuk segera melunasi

utangnya”. Oleh karena itu, kesesuain pelaksanaan pada benda

jaminan gadai yang telah jatuh tempo, pelaksanaannya telah sesuai

dengan aturan Fatwa Nomor.25/DSN-MUI/III/2002 Tentang Rahn.

Page 84: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

73

Berdasarkan langkah-langkah dari aturan Direksi Internal

Perusahaan umum (PERUM) PT Pegadaian Nomor :

60/002102/2013, yang disandingkan dengan aturan Fatwa Dewan

Syariah Nasional dilihat dalam praktiknya, dalam hal ini maka

dapat dikatakan pegadaian syariah cabang Cinere telah sesuai

dengan ketentuan Fatwa Dewan Syariah Nsional No. 25/DSN-

MUI/III/2002 dalam hal pemberitahuan tentang jatuh tempo.

2. Lelang Syariah

Dalam Islam lelang syariah disebut dengan ba‟i Muzayadah (lelang)

secara etimologis jual beli muzayadah berarti bersaing (tanaffus), yaitu

bersaing dalam menambah harga barang dagangan yang ditawarkan untuk

dijual.11

Adapun secara terminologis, jual beli muzayadah (lelang) adalah jika

seorang penjual menawarkan barang dagangannya dalam pasar (di

hadapan calon pembeli), kemudian para calon pembeli saling bersaing

dalam menambah harga, kemudian barang dagangan itu diberikan kepada

orang yang paling tinggi dalam memberikan harga.12

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa jual beli muzayadah

(lelang) adalah jual beli yang dilakukan dihadapan umum atau dimuka

umum dengan cara si pembeli bersaing untuk menambah harga yang telah

ditawarkan oleh penjual sampai tidak ada yang sanggup untuk menambah

harga lagi, sehingga barang dagangan tersebut diberikan kepada si pembeli

yang telah menambah harga paling tinggi.

Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) disebutkan bahwa

lelang adalah penjualan barang jaminan yang terbuka untuk umum dengan

penawaran harga secara tertulis atau lisan yang semakin meningkat atau

menurun untuk mencapai harga tertinggi yang didahului pengumuman

lelang.13

11

Abdullah Bin Muhammad ath-Thayyar, et al, “Ensiklopedia Fiqih Muamalah”. h. 24. 12

Abdullah Bin Muhammad ath-Thayyar, et al,” Ensiklopedia Fiqih Muamalah”. h. 25. 13

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan, Nomor 31/POJK.05/2016 Tentang Usaha pegadaian

Bab 1, Pasal 1 No.16, h. 4.

Page 85: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

74

Pelaksanaan Lelang di PT. Pegadaian Syariah Cabang Cinere

menggunakan praktik jual beli dengan sistem lelang, praktik jual beli

lelang di era masa sekarang ini perlu diperhatikan , salah satunya yaitu

mengenai bagaimana cara menentukan harga yang harus adil dan

bagaimana cara agar tetap sesuai dengan syariat islam. Penulis

menganalisis berdasarkan data yang di dapatkan dengan cara observasi

langsung ke lapangan terhadap pelaksanaan praktik lelang pada benda

jaminan gadai di pegadaian syariah cabang Cinere, kemudian dari hasil

observasi tersebut penulis mengolah dengan menggunakan Fatwa Dewan

Syariah Nasional No. 25/DSN-MUI/III/2002 Tentang Rahn, selain

menggunakan fatwa penulis juga mengolah dengan Peraturan Otoritas Jasa

Keuangan No. 31/POJK.05/2016 Tentang Usaha Pergadaian, apakah

ketetuan pelaksanaan lelang di Pegadaian Syariah Cabang Cinere sudah

sesuai dengan ketentuan Fatwa Dewan Syariah Nasional dan Peraturan

Otoritas Jasa Keuangan atau belum.

Hasil yang di dapatkan oleh penulis adalah sebagai berikut :

Dalam kaitannya dengan peringatan jatuh tempo yang diberikan

murtahin (penerima barang) kepada rahin (nasabah), di pegadaian syariah

cabang Cinere yaitu sebagai berikut dan telah dijelaskan dalam peraturan

Direksi Internal Perusahaan umum (PERUM) PT Pegadaian Nomor :

60/002102/2013 salah satunya “megirimkan pemberitahuan lelang

sebelum barang jaminan jatuh tempo, baik melalui sms, surat

pemberitahuan lelang maupun telepon”. Pemberitahuan tersebut dilakukan

oleh pegadaian untuk memberikan kesempatan bagi rahin (nasabah) untuk

menebus dan memiliki barangnya kembali sebelum barang jaminan

tersebut dilelang. Adapun ayat Al-Qur‟an yang berkaitan dengan hal

tersebut adalah Firman Allah swt dalam surat al-Baqarah [1]: (280).

Page 86: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

75

Artinya :

“dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah

tangguh sampai ia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau

semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui”. (Q.S Al-

Baqarah ayat :280).

Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah memerintahkan kita untuk

bersabar terhadap orang yang berada dalam kesulitan, dimana orang

tersebut belum bisa melunasi hutangnya. Memberi tenggang waktu

terhadap orang yang kesulitan adalah wajib, tetapi jika ingin

membebaskan hutangnya maka hukumnya adalah sunnah. Orang yang

berhati baik inilah yang akan mendapatkan kebaikan dan pahala yang

melimpah. Begitu pula dalam hadis disebutkan keutamaan orang-orang

yang memberi tenggang waktu bagi orang yang sulit melunasi hutangnya.

Rasulallah saw bersabda :

أ قال ضع ع ظز يعضزا أ أ صهى ي صه انم عه ل انه رص

. الله ف ظهه ظهه

Artinya :”

barang siapa memberi tenggang waktu bagi orang yang berada

dalam kesulitan untuk melunasi hutangnya atau bahkan membebaskan

hutangnya maka dia akan mendapat naungan Allah”.

Fatwa Dewan Syariah Nasional memberikan ketentuan apabila

jatuh tempo, murtahin (penerima barang) harus memperingatkan rahin

(nasabah) untuk segera melunasi utangnya. Dilihat dari segi praktiknya,

dalam hal ini pegadaian syariah cabang Cinere telah sesuai dengan

ketentuan Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 25/DSN-MUI/III/2002

Tentang Rahn dalam hal pemberitahuan tentang jatuh tempo seperti

berikut ini “ Apabila jatuh tempo, Murtahin harus memperingatkan Rahin

untuk segera melunasi utangnya”.

Praktik jual beli lelang selain dijelaskan dalam Fatwa Dewan

Syariah Nasional (DSN) mengenai hal jatuh tempo, penulis juga akan

Page 87: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

76

menganalisis pelaksanaan lelang berdasarkan perundang-undangan yaitu

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK).

Didalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 31/POJK.05/2016

Tentang Usaha Pergadaian bahwa dalam pasal satu Nomor 16 sebagai

berikut : “Lelang adalah penjualan barang jaminan yang terbuka untuk

umum dengan penawaran harga secara tertulis atau lisan yang semakin

meningkat atau menurun untuk mencapai harga tertinggi yang didahului

pengumuman lelang”. Dengan adanya aturan yang dikeluarkan oleh

Otoritas jasa keuangan maka penulis akan mengolah data hasil observasi

dengan menggunakan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan apakah sudah

sesuai atau belum.

Setelah di analisis bahwa praktik jual beli lelang yang dilaksanakan

di pegadaian syariah cabang Cinere tidak sesuai dengan Peraturan Otoritas

Jasa Keuangan No.31/POJK.05/2016 tentang usaha pergadaian “lelang

adalah penjualan barang jaminan yang terbuka untuk umum dengan

penawaran harga secara tertulis atau lisan yang semakin meningkat atau

menurun untuk mencapai harga tertinggi yang didahului pengumuman

lelang ” yakni dalam hal bahwa pelaksanaan jual beli lelang harus terbuka

secara umum, akan tetapi dalam pelaksanaannya di pegadaian syariah

cabang Cinere tidak mengikuti aturan tersebut melainkan atas

kesepakatan bersama yaitu “pelaksanaan jual beli lelang menggunakan

sistem jual beli borongan yaitu : menjual barang jaminan gadai kepada

seorang pelanggan yang biasa membeli barang jaminan setiap

pelaksanaan lelang”. Adapun dalil yang menunjukan bahwa jual beli

lelang harus terbuka secara umum yaitu Hadis yang diriwayatkan oleh

Abu Dawud, at-Tirmidzi, an-Nasa‟i dan juga Imam Ahmad, seperti berikut

ini :

إل جاء الوصار مه رجل أن مالل به أوس عه صل الىب الل سلم عل فقا سأل

تل ف لل ل ء ب وبسط بعض ولبس حلس بل قال ش قدح بعض وشزب الماء ف

ما ائتى قال ما فأتاي قال ب رسل فأخذما ب صل الل الل سلم عل مه قال ثم بدي

Page 88: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

77

ه شتز ه درم عل زد مه قال بدرم آخذما أوا رجل فقال ذ ت مز قا ثلثا أ

ه آخذما أوا رجل ل أخذ إاي فأعطاما بدرم ه رم فأعطاما الد الوصار

Artinya :”dari Anas bin Malik r.a bahwa ada lelaki Ansor yang

datang menemui Nabi saw dan dia meminta sesuatu kepada Nabi saw.

Nabi saw bertanya kepadanya, “apakah dirumahmu tidak ada sesuatu?”

lelaki itu menjawab “ada, sepotong kain, yang satu dikenakan dan yang

lain untuk alas duduk, serta cangkir untuk meminum air.”Nabi saw

berkata, “kalau begitu bawalah kedua barang itu kepadaku.”lelaki itu

datang membawanya. Nabi saw bertanya, “siapa yang mau membeli

barang ini?”salah seorang sahabat beliau menjawab,”saya mau

membelinya dengan harga satu dirham.” Nabi saw bertanya lagi,” ada

yang mau membelinya dengan harga yang lebih mahal ?” Nabi saw

menawarkannya hingga dua atau tiga kali. Tiba-tiba salah seorang

sahabat beliau berkata, “aku mau membelinya dengan harga dua

dirham.” Maka Nabi saw memberikan dua barang itu kepadanya dan

beliau mengambil uang dua dirham itu dan memberikannya kepada lelaki

Anshar tersebut. “(H.R. Tirmidzi).14

Dari hadis tersebut telah jelas bahwa Nabi Muhammad SAW

melakukan jual beli lelang dengan cara menawarkan dihadapan umum.

dalam pandangan madzhab Syafi‟i penjualan yang dilakukan secara

lelang. Umpanya perkataan seseorang yang hendak membeli, “saya mau

menambah” lalu orang lain menambah harganya yang akan

ditawarkannya, seraya berkata, “saya mau membeli dengan harga

sekian,” demikian seterusnya hingga tak adalagi yang sanggup membayar

lebih tinggi. 15

Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa jual beli

Muzayadah dalam pandangan Syafi‟i adalah jual beli yang dilakukan

dihadapan umum, atau dimuka umum dengan cara si pembeli bersaing

untuk menambah harga yang telah ditawarkan oleh penjual sampai tidak

14

Sunan at-Tirmidzi, “Al-Jami Al-Shohih”, Hadis no. 1236,( Semarang : Toha Putra), h. 34

15

Ibnu Mas‟ud dan Zainal Abidin, Fiqih Madzhab Syafi‟i.

Page 89: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

78

ada yang sanggup untuk menambah harga lagi, sehingga barang

dagangan tersebut diberikan kepada sipembeli yang telah menambah

harga paling tinggi.

Untuk pelaksanaan lainnya berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa

Keuangan seperti tentang penawaran harga secara tertulis / lisan , hal ini

sudah sesuai dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan

No.31/POJK.05/2016 Tentang usaha pergadaian.

Peraturan Otoriatas Jasa Keuangan (POJK) memberikan ketentuan

penjualan barang jaminan harus terbuka secara umum, dengan penawaran

harga secara tertulis atau lisan. Di dalam praktiknya, dalam hal ini maka

dapat dikatakan Pegadaian Syariah Cabang Cinere belum sesuai dengan

ketentu an Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 31/POJK.05/2016 dalam

hal ketentuan penjualan barang jaminan yang terbuka secara umum.

3. Hasil Penjualan Lelang

Hasil penjualan lelang marhun (barang jaminan) setelah dikurangi

marhunbih (uang pinjaman), mun‟ah( biaya) pemeliharaan, biaya

pemeliharaan marhun (barang jaminan) dalam proses lelang (jika ada), dan

bea lelang, merupakan kelebihan yang menjadi hak Rahn (nasabah), dan

jika lewat waktu dari jangka waktu pengambilan uang kelebihan lelang ,

rahn (nasabah) menyatakan setuju untuk menyalurkan uang kelebihan

lelang tersebut sebagai sedekah yang pelaksanaannya diserahkan kepada

murtahin (pegadaian). Jika hasil penjualan lelang marhun (barang

jaminan) tidak mencukupi untuk melunasi kewajiban rahin (nasabah)

berupa marhun bih (uang pinjaman), mun‟ah (biaya) pemeliharaan, biaya

pemeliharaan marhun (barang jaminan) dalam proses lelang maka rahin

(nasabah) wajib membayar kekurangan tersebut. 16

Berikut ini contoh Hasil penjualan lelang di Pegadaian Syariah Cinere :

Nama Rahin : Fariz Ridwansyah

Harga Lelang : Rp. 1.350.000

Marhun Bih : Rp. 1.100.000

16

Wawancara Eksklusif dengan Assisten Manager Operasional Pegadaian Syariah Cabang

Cinere, Anggi Kristanto, Jakarta 15 April 2019.

Page 90: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

79

Ujrah : Rp. 34.400

Tambahan Mun‟ah : Rp. 9.200

Bea Lelang Pembeli : Rp. 13.236

Bea Lelang Penjual : Rp. 13.236

Biaya Proses Lelang : Rp. 16.201

___________

Uang Kelebihan : Rp. 163.727

Terkait dengan hasil penjualan marhun (barang jaminan) dalam

praktiknya di Pegadaian Syariah Cabang Cinere, hasil penjualan marhun

(barang jaminan) digunakan untuk melunasi kewajiban rahin (nasabah)

berupa biaya : marhun bih (biaya pemeliharaan dan penyimpanan yang

belum di bayar), Ujrah, Tambahan Mun‟ah, Bea Lelang Pembeli 1 % , Bea

Lelang Penjual 1 % dan Biaya Proses Lelang 1 %. Jadi masing-masing

biaya yang dikeluarkan oleh rahin untuk memenuhi administrasi lelang

adalah 1 % termasuk pajak penjual dan pajak pembeli total dari pajak

pejual dan pembeli adalah 2%. Praktek tersebut telah sesuai dengan

peraturan yang telah ditentukan oleh fatwa Dewan Syariah Nasional No.

25/DSN-MUI/III/2002 Yaitu “ Hasil penjualan Marhun digunakan untuk

melunasi utang, biaya pemeliharaan dan penyimpanan yang belum

dibayar serta biaya penjualan”. Selain sesuai dengan ketentuan Fatwa

Dewan Syariah Nasional Praktik yang di laksanakan di pegadaian syariah

cabang Cinere pun dalam mengambil ujrah tidak berlebihan dalam artian

tidak mengandung unsur riba.

Berdasarkan Firman Allah swt dalam surat Al-Baqarah [2] : 275

bunyinya sebagai berikut :

و انزبا..... ........ حز ع أحم الله انب

Artinya : “….. dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan

riba… “. (Q.S. Al-Baqarah ayat 275).

Page 91: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

80

4. Uang kelebihan Lelang dan Uang Kekurangan Lelang

a) Uang Kelebihan Lelang

Uang kelebihan adalah uang yang dapat dikembalikkan kepada

nasabah atas hasil penjualan lelang barang jaminan sebesar selisih

antara nilai penjualan lelang (NJL) selisih penjualan lelang setelah

dikurangi uang pinjaman, sewa modal dan biaya-biaya lain. Atau

uang yang dapat dikemblikkan kepada nasabah atas nilai pendapatan

lelang (NDL) setelah dikurangi uang pinjaman, sewa modal, bea

lelang, dan biaya-biaya lain.

Yang dimaksud biaya-biaya lain adalah tambahan biaya sewa

modal karena nasabah memanfaatkan layanan tunda lelang dan biaya

lain atas pengelolaan barang jaminan sebelum pelaksanaan lelang

yang ditetapkan oleh pejabat berwenang (minimal pemimpin

wilayah), misalnya untuk biaya memindahkan barang jaminan yang

akan dilelang ditempat lain agar harganya lebih optimal. 17

Pertama :Dalam upaya untuk meningkatkan pelayanan

Dalam upaya meningkatkan pelayanan, termasuk mempercepat

pembayaran uang kelebihan yang menjadi hak nasabah, pada saat

nasabah menggadai agar memberitahu nomor rekening bank yang

dimiliki atas nama nasabah (bila ada) dan dicatat di surat bukti kredit

(SBK) pada kolom paling akhir keterangan barang jaminan Berikut

ini adalah rumus uang kelebihan :

a. Ukel dengan penjualan dilakukan dengan rumus :

Ukel = NDL –(UP + SM + Biaya Lain + Bea Lelang )

b. Ukel untuk BLP dilakukan dengan rumus

UKEL = HPb BLP – (UP+SM+Biaya Lain+Bea Lelang )

Keterangan :

Ukel : Uang Keleebihan.

17

Surat Edaran Peraturan Internal perum pegadaian Nomor : 55/UG.2.00212/2011

Page 92: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

81

NDL : Nilai Pendapatan Lelang (merupakan

pendapatan lelang yang dibayarkan pembeli

lelang, sudah termasuk bea lelang pembeli)

Hpb BLP : Harga pokok pembelian barang hasil lelang

Biaya Lain : Tambahan biaya sewa modal karena nasabah

memanfaatkan layanan tunda lelang dan biaya lainnya atas

pengeolaan barang jaminan sebelum pelaksanaan lelang yang

ditetapkan oleh pejabat berwenang (minimal pemimpin wilayah),

misalnya biaya untuk memindahkan barang jaminan yang akan

dilelang ditempat lain agar harganya lebih optimal. Untuk biaya

pemindahan per surat bukti kredit (SBK) dihitung proposional

berdasarkan nilai taksirannya.

Kedua: Pemberitahuan uang kelebihan

Pertama, barang jaminan yang telah dilelang terdapat

kelebihan (ukel), maka uang kelebihan tersebut menjadi hak

nasabah.Kedua, pembayaran uang kelebihan dapat dilakukan segera

setelah pelaksanaan dan administrasi lelang selesai. Ketiga,

pemberitahuan hak nasabah tentang uang kelebihan dilakukan

dengan cara : Ditemepel dipapan pengumuman di unit pegadaian

cabang maupun unit pegadaian syariah (UPC/UPS). Khusus uang

kelebihan dengan nilai RP. 25.000 keatas di lakukan pemberitahuan

melalui Surat / Sms / Telepon, pemilihan sarana untuk

pemberitahuan uang kelebihan kepada nasabah agar selalu

mengedepankan faktor efesieni dan evektifitas.Pemberitahuan uang

kelebihan selambat-lambatnya bulan ke 10 (sepuluh) setelah bulan

pelaksanaan lelang.

1. Ketentuan pembayaran uang kelebihan: Pertama, pembayaran

uang kelebihan dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu :

pembayaran melalui kas / tunai, Pembayaran melalui rekening

Bank yang disampaikan nasabah pada saat pengajuan kredit atas

Page 93: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

82

nama nasabah yang tertera di Forum Permintaan Kredit (FPK).

Kedua, Pembayaran uang kelebihan melalui kas. Ketiga,

Pembayaran uang kelebihan dapat dilakukan segera setelah

pelaksanaan dan administrasi lelang sesuai di outlet tempat

pengajuan kredit. Keempat, nasabah yang akan mengambil uang

kelebihan harus menyerahkan asli surat bukti kredit (SBK) dan

identitas diri yang masih berlaku. Apabila pengambilan

dilakukan oleh orang lain, maka harus ada surat kuasa

bermaterai cukup dan fotocopy identitas diri penerima dan

pemberi kuasa dengan menunjukan aslinya. Kelima,

pembayaran uang kelebihan melalui transfer Bank, dengan

ketentuan : Pertama, pada bulan ke 10 (sepuluh) sampai dengan

bulan ke 12 (dua belas) setelah bulan pelaksanaan lelang dan

setelah pemberitahuan uang kelebihan kepada nasabah, untuk

nasabah yang telah mengambil ukel dan ada nomor rekening

bank atas nama nasabah sesuai yang dicantumkan di Forum

Permintaan Kredit / surat bukti kredit (FPK / SBK), maka

ukelnya agar segera dikirimkan / disetor ke nomor rekening atas

nama nasabah dimaksud dan biaya kirim / setor ke nomor

rekening atas nama nasabah dimaksud dan biaya kirim/setor

dibebankan kepada nasabah. Kedua, pengiriman uang kelebihan

melalui nomor rekening atas nama nasabah yang tercata pada

Forum Permintaan Kredit / surat bukti kredit (FPK/ SBK).

Ketiga, dengan mempertimbangkan efesiensi dan efektivitas,

maka uang kelebihan yang dapat ditransfer melalui rekening

bank adalah uang kelebihan dengan nilai Rp. 50.000 ke atas.

Keempat, untuk lebih efesien dan efektivnya, pengiriman ukel

ke bank sebaiknya dilakukan secara bersamaan dan sekaligus,

dan untuk mempermudah kegiatan tersebut agar dilakukan

kerjasama dengan pihak bank tersebut. Kelima, pembayarn ukel

melalui transfer bank tidak disertai SBK asli dan identitas diri

Page 94: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

83

namun sebagai bukti pendukung data akuntansinya perlu

dilampirkan surat bukti kredit (SBK) dilipat ditambah bukti

setor dari bank yang tervalidasinya. Dengan demikian

pembayaran uke melalui transfer bank, nasabah tidak harus

menyertakan surat bukti kredit (SBK) asli dan identitas diri.

2. Prosedur pembayaran uang kelebihan melalui bank

Prosedur pembayaran ukel melalui transfer / wesel ini

sebagai berikut :

Pertama,petugas pengadministrasian yang ditunjuk oleh

pemimpin cabang/manageur operasional usaha gadai melakukan

kegiatan: Pertama, merekap seluruh ukel sesuai dengan nomor

urut dan nomor surat bukti kredit (SBK) barang jaminan yang

dilelang bulan yang bersangkutan. Kedua, menulis dan mengisi

kepada buku ekspedisi ukel dan memintakan ukel ke petugas

penaksiran dan transaksi uang dengan persetujuan pemimpin

cabang/menejour operasional usaha gadai. Ketiga, menyetorkan

ukel ke bank. Keempat, menerima bukti penyetoran dari bank

sebagai bukti sah administrasi. Merekap ukel yang dikirim dan

biaya kirim dalam buku daftar nasabah yang dikirim ukelnya.

Kedua, petugas penaksiran dan transaksi uang seperti

berikut ini: menerima dan meneliti rekap ukel dan buku

ekspedisi dari petugas pengadministrasian yang ditunjuk,

membayar ukel ke pemimpin cabang/manajer operasonal usaha

gadai/petugas pengadministrasian yang ditunjuk untuk

disetorkan ke bank, agar proses pengiriman dan administrasi

ukel kepada nasabah berjalan efektif, lancer dan dapat

dipertanggungjawabkan , maka pencatatannya dilakukan pada :

buku ekspedisi khusus ukel, buku uang kelebihan, Formulir

bukti penyetoran dari Bank

Page 95: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

84

3. Uang kelebihan yang kadaluarsa

uang kelebihan yang tidak diambil oleh nasabah setelah

1 (satu) tahun sejak pelaksanaan lelang dibukukan sebagai

pendapatan perusahaan yang akan dialokasikan pada kegiatan

CSR (Corporate Social Responsible).

4. Lain-lain

Pertama, seluruh aparat cabang agar mengupayakan

secara maksimal untuk memberitahukan uang kelebihan kepada

nasabah sehingga dapat diminimalkan jumlah uang kelebihan

yang kadaluarsa. Kedua, upaya untuk meminimalkan uang

kelebihan oleh cabang agar dijadikan salah satu obyek

pemeriksaan oleh tim pemeriksa pada saat melakukan

pemeriksaan di cabang. Ketiga, ketentuan lain yang

bertentangan dengan ketentuan ini dinyatakan tidak berlaku. 18

b) Uang Kekurangan Lelang

Berdasarkan hasil wawancara dengan Anggi Kristanto

selaku Asisten Manager Operasional Pegadaian Syariah Cabang

Cinere mengemukakan bahwa uang kekurangan lelang rahin

(nasabah) seringkali ditanggung oleh pihak murtahin (pegadaian)

yang seharusnya uang kekurangannya menjadi kewajiban Rahin

(nasabah). 19

Terkait dengan hasil penjualan marhun ketika ada kelebihan

dan kekurangan , berdasarkan penelitian yang penulis temukan,

dalam praktiknya di pegadaian syariah cabang Cinere, hasil dari

penjualan marhun (barang jaminan) dicatat pada saat pelaksanaan

transaksi mengenai lakunya sebesar hasil penjualan marhun

(barang jaminan) tersebut. Jika ada uang kelebihan hasil penjualan

marhun (barang jaminan) pegadaian memberikan jangka waktu

selama 1 tahun kepada rahin (nasabah) untuk mengambilnya. Jika

18

Surat Edaran Peraturan Internal perum pegadaian Nomor : 55/UG.2.00212/2011 19

Wawancara Eksklusif dengan Assisten Manager Operasional Pegadaian Syariah Cabang

Cinere, Anggi Kristanto, Jakarta 15 April 2019.

Page 96: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

85

selama satu tahun atau jangka watu tersebut rahin tetap tidak

mengambilnya, maka dalam surat edaran Surat Edaran Peraturan

Internal perum pegadaian Nomor : 55/UG.2.00212/2011 butir f

mengemukakan sebagai berikut : “uang kelebihan yang tidak

diambil oleh nasabah setelah 1 (satu) tahun sejak pelaksanaan

lelang dibukukan sebagai pendapatan perusahaan yang akan

dialokasikan pada kegiatan CSR (Corporate Social Responsible)”.

20atau juga sering disebut dengan dana kebajikan umat yang

dikelola langsung oleh pegadaian syariah Cinere.

Selain terkait dengan uang kelebihan penulis juga

mengemukakan tentang kekurangan dari hasil penjualan marhun

(barang jaminan) yang kurang untuk menutupi utangnya.

Berdasarkan penelitian yang penulis temukan dalam praktinya di

pegadaian syariah cabang Cinere sering terjadi kekurangan

penjualan marhun (barang jaminan) untuk menutupi utangnya.

Akan tetapi, dalam praktiknya Murtahin (pegadaian/ penerima

barang) jarang menghubungi kembali rahin (nasabah) untuk

meminta kekurangan utang rahin (nasabah) hal seperti ini

dikarenakan ada beberapa faktor :

Pertama, rahin (nasabah) tidak dapat dihubungi

dikarenakan alasan-alasan sebagai berikut : telah mengganti Nomor

telephon, sudah berpindah domisili dll. Kedua, rahin (nasabah)

yang jatuh miskin sehingga tidak bisa membayar kewajiban

utangnya. Ketiga, disebabkan meninggal dunia, dan wakilnya tidak

mau bertanggung jawab.

Faktor-faktor tersebut yang mempengaruhi pihak

pegadaian untuk tidak menuntut kekurangan utang rahin

(nasabah). Dan atas kesepakatan bersama dengan pimpinan cabang

hal tersebut dilunasi kewajibannya oleh pegadaian. Adapun alasan

lain yang dilakukan seperti ini yaitu agar urusannya tidak menjadi

20

Surat Edaran Peraturan Internal perum pegadaian Nomor : 55/UG.2.00212/2011

Page 97: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

86

panjang seperti yang tertera dalam aturan bahwa jika nasabah tidak

membayar kekurangan utangnya maka dapat digugat ke Pengadilan

Agama.21

Ketentuan yang ada dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional

(DSN) No. 25/DSN-MUI/III/2002 tentang rahn mengemukakan

bahwa “ kelebihan hasil penjualan menjadi milik Rahin dan

kekurangan menjadi kewajiban Rahin”. Peraturan Otoritas Jasa

Keuangan (POJK) membahas mengenai uang kelebihan dalam ayat

1 Nomor 17 “uang kelebihan adalah selisih lebih dari hasil

penjualan barang jaminan dikurangi dengan jumlah uang pinjaman,

bunga / jasa simpan, biaya untuk melelang dan biaya

menyelamatkan barang tersebut.

Kaitannya dengan kelebihan dan kekurangan hasil lelang,

berdasarkan Firman Allah swt dalam surat An-Nisa ayat 29 yang

artinya :

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu

saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang bathil,

kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama

suka diantara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu;

sesungguhnya Allah adalah maha penyayang kepadamu”.

Berdasarkan ayat Al-Qur‟an tersebut kaitannya dengan

kelebihan dan kekurangan lelang yang dilaksanakan oleh pegadaian

syariah cabang Cinere pihak pegadaian dalam pelaksanaan

terhadap uang kelebihan telah sesuai dengan syariat islam karena

memberikan sisa penjualan marhun (barang jaminan) kepada rahin,

dengan demikian pihak pegadaian tidak memakan harta yang bukan

menjadi hak miliknya.

Dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam praktik mengenai

uang kelebihan dan kekurangan sistem pelaksanaannya belum

sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 25/DSN-

21

Wawancara Eksklusif dengan Assisten Manager Operasional Pegadaian Syariah Cabang

Cinere, Anggi Kristanto, Jakarta 15 April 2019.

Page 98: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

87

MUI/III/2002 dalam sistem kekurangannya , bahwa kekurangan

menjadi kewajiban rahin (nasabah) hal ini dalam praktiknya di

peagadain syariah cabang Cinere tidak sesuai dengan Fatwa karena

tidak pernah meminta kekurangan tersebut ataupun rahin (nasabah)

tidak diminta untuk memenuhi kewajibannya. Adapun mengenai

uang kelebihannya telah sesuai dengan aturan Fatwa Dewan

Syariah Nasional (DSN) No. 25/DSN-MUI/III/2002 tentang rahn

“kelebihan hasil penjualan menjadi milik rahin dan

kekurangannya menjadi kewajiban rahin” juga telah sesuai dengan

Peraturan Otorita Jasa Keuangan No. 31/POJK.05/2016 Tentang

Usaha Pergadaian pasal 1 Nomor 17 “ uang kelebihan adalah

selisih lebih dari hasil penjualan barang jaminan dikurangi dengan

jumlah uang pinjaman, bunga / jasa simpan, biaya untuk melelang,

dan biaya menyelamatkan barang tersebut”.

Page 99: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

88

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, dan merujuk pada

hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut.

Berdasarkan hasil anaslisis dari data yang diperoleh peneliti

menyimpulkan bahwa prosedur pelelangan yang dilaksanakan di Pegadaian

syariah cabang Cinere ketika benda jaminan yang telah jatuh tempo pihak

pegadaian memberitahu kepada rahin bahwa barang jaminan gadainya telah

jatuh tempo. Lalu ketika nasabah tetap tidak bisa memenuhi utangnya, yang

sebelumnya pihak pegadaian memberikan keringanan dengan menawarkan

Gadai Ulang (GU) dll. maka pihak pegadaian melelelang benda jaminan

tersebut berdasarkan syariah yaitu telah sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah

Nasional (DSN) No. 25/DSN-MUI/2002 tentang rahn yaitu: “apabila jatuh

tempo, murtahin harus memperingatkan rahin untuk segera melunasi

utangnya”. “Apabila rahin tetap tidak melunasi utangnya, maka marhun

dijual paksa / eksekusi melalui lelang sesuai syariah”.

Maka prosedur yang dilaksanakan di pegadaian syariah cabang Cinere

mengenai pemberitahuan jatuh tempo telah sesuai dengan Fatwa Dewan

Syariah Nasional No. 25/DSN-MUI/2002 tentang rahn.

Prosedur pelaksanaan penjualannya yang dilaksanakan oleh pegadaian

syariah cabang Cinere belum sesuai dengan hukum Islam dalam Fiqih, yang

dikiaskan dengan ba‟i muzayyadah yaitu : “dimana penjual menawarkan

dagangan nya di tengah-tengah keramaian, lalu para pembeli saling

menawar dengan harga yang lebih tinggi sampai pada harga yang lebih

tinggi dari salah satu pembeli, lalu terjadilah akad dan pembelian tersebut

mengambil barang penjual “ . Jadi tidak terbuka secara umum, melainkan

dengan sistem borongan (hanya kepada satu pembeli) yang telah menjadi

pelanggan. Selain tidak sesuai dengan syariat Islam pelaksanaan penjualnnya

tidak sesuai dengan Peraturan Otoritas Jasa keuangan No. 31/POJK.05/2016

Page 100: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

89

tentang Usaha Pergadaian. Dijelaskan dalam pasal 1 nomor 16 “lelang adalah

penjualan barang jaminan yang terbuka untuk umum dengan penawaran

harga secara tertutils atau lisan yang semakin meningkat atau menurun

untuk mencapai harga tertinggi yang didahului pengumuman lelang”.

Adapun cara memperlihatkan barang, cara melakukan tawar menawar , cara

melakukan ijab qabul serta melakukan penyerahan barang, hal ini telah sesuai

dengan syariat islam.

Kesesuain praktik lelang yang dilaksanakan di pegadaian Syariah

Cinere jika dilihat berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 25/DSN-

MUI/III/2002 Tentang Rahn dan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.

31/POJK.05/2016 Tentang Usaha Pergadaian mengenai kesesuaian Praktik

Lelang benda jaminan gadai, yakni mengenai jatuh tempo, lelang syariah,

hasil penjualan lelang, dan uang kelebihan lelang / kekurangan lelang.

Pertama, kesesuain praktik lelang yang dilaksanakan di pegadaian

syariah cabang Cinere telah sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional

No. 25/DSN-MUI/2002 tentang rahn. Kedua, lelang syariah Jika dilihat dari

kesesuain hukum isalm dan POJK untuk pelaksanaan penjualan barang

jaminan gadai yang dilelang, tidak sesuai dengan hukum islam yang

dikiaskan dengan ba‟i muzayyadah dan peraturan Otoritas Jasa Keuangan

(POJK) No. 31/POJK.05/2016 tentang usaha pergadaian dalam pasal 1

nomor 16. Ketiga, hasil penjualan lelang dalam praktiknya di pegadaian

syariah digunakan untuk melunasi kewajiban rahin (nasabah) pelaksanaan

yang dilakukan oleh pegadaian syariah Cinere telah sesuai dengan ketentuan

fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) No. 25/DSN-MUI/2002 tentang rahn

dan POJK No. 31/POJK.05/2016 tentang usaha pergadaian. Keempat, terkait

uang kelebihan dan kekurangan lelang , untuk uang kelebihannya pihak

pegadaian syariah dalam pelaksanaannya telah sesuai dengan Fatwa DSN

NO. 25/DSN-MUI/2002 tentang rahn dan POJK No. 31/POJK.05/2016

tentang usaha pergadaian yakni “uang kelebihan dari sisa penjualan lelang

benda jaminan gadai dikembalikan kepada rahin (nasabah)”. Namun, dalam

penjualan hasil marhun (barang jaminan) yang tidak dapat menutupi utangnya

Page 101: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

90

praktik yang dilaksanakan di Pegadaian syariah cabang Cinere belum sesuai

dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) No. 25/DSN-MUI/2002 tetang

rahn dan POJK No. 31/POJK.05/2016 tentang usaha pergadaian. Karena

pihak Pegadaian Syariah Cabang Cinere tidak meminta kekurangan utang dari

hasil penjualan marhun (barang jaminan ) kepada nasabah. Di dalam fatwa

disebutkan bahwa : “kelebihan hasil penjualan menjadi milik Rahin dan

kekurangannya menjadi kewajiban rahin”. Jadi kesesuaian hukum

pelaksanaan lelang di pegadaian syariah cinere belum sesuai dengan Fatwa

Dewan Syariah Nasional No. 25/DSN-MUI/2002 tentang rahn dan Peraturan

Otoritas Jasa Keuangan (POJK) No. 31/POJK.05/2016 tentang usaha

pergadaian . Akan tetapi hal ini tidak menyalahi aturan syariat yang ada.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pemaparan diatas maka saran yang

dapat diberikan adalah :

1. DSN-MUI patut mengeluarkan fatwa tentang Lelang syariah untuk

pelaksanaan eksekusi barang jaminan gadai di Pegadaian Syariah, agar

dapat tertata dan sesuai dengan syariat islam.

2. Pegadaian Syariah Cabang Cinere harus lebih memperhatikan dalam segi

kesyariahannya terutama dalam pelaksanaan lelang benda jaminan gadai,

agar praktik lelang nya terbuka di hadapan umum. Minimal dengan

membuka stand galeri di kantor pegadaian syariah cabang

3. Pegadaian Syariah harus lebih tegas untuk menghadapi nasabah yang

hasil penjualan barang jaminan tidak dapat menutupi utangnya, agar

pihak pegadaian syariah tidak dirugikan karna harus menutupi

kekurangan utang nasabah.

4. Prosedur pelaksanaan lelang pada benda jaminan gadai di pegadaian

syariah cabang Cinere harus lebih di perhatikan kembali mengenai

aturannya, karena dalam pelaksanaannya belum sesuai dengan peraturan-

peraturan yang telah ditentukan.

5. Pihak pegadaian syariah cabang Cinere jangan keterganungan oleh

pemerintah

Page 102: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

91

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an

Surat Al-Baqarah Ayat 283

Surat Al-Baqarah Ayat 275

Surat Al-Baqarah Ayat 188

Surat Al-Baqarah Ayat 180

Surat Al-Nisa Ayat 05

Surat Al-Nisa Ayat 29

Surat Al-Isra Ayat 27

Surat Al-Nisa Ayat 278-279

Buku-Buku

Mardani, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah Di Indonesia,

Kencana, 2015.

Anshori, AG, Gadai Syariah di Indonesia, Yogyakarta :Gajah Mada

university press, 2011.

Fakultas Syariah dan Hukum, Pedoman Penulisan Skripsi, 2017.

Muhammad, A,Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung : PT Citra Aditya

Bakti, 2004.

Ali, Z, Hukum Gadai Syariah , Jakarta : Sinar Grafika, 2008.

Sugiono,Metode Penelitian Bisnis, Bandung : CV Alfabeta, 2005.

Al Jaziri, SA, Al-Fiqh Al-Mazhaib Al-Arba‟ah, Beirut Libanon, 1992.

Lexy.J. Meolong, Metode Penelitian Kualitatif , Bandung : PT Remaja

Rosda Karya, 2010.

Muhammad, A, Ensiklopedia Fiqih Muamalah dalam Pandangan 4

Madzhab , Yogyakarta : Maktabah Al-Hanif, 2008.

Sabiq, S, Fiqih Sunnah, Beirut : Da‟ar al-fikr , 1403 H/1983 M.

Ali, Z, Hukum Perbankan Syariah, Jakarta : Sinar Grafika , 2008.

Chairuman, dan Lubis, SK, Hukum Perjanjian dalam Islam , Jakarta : Sinar

Grafika , 2004.

Page 103: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

92

Soemitra, A, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah , Jakarta : Kencana ,

2003.

Djamil, F, Penerapan Hukum Perjanjian dalam Trransaksi di Lembaga

Keuangan Syariah, Jakarta : Sinar Grafika , 2012.

Jurnal dan Skripsi

Susanti, Konsep Harga Lelang Barang Jaminan Gadai Dalam Ekonomi Islam ,

Jurnal Intelektualita, Volume 5, Nomor 1 tahun 2015.

Fathurrokhman, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Sistem Lelang HP Jaminan

Gadai (Studi Kasus Pada Konter HP di JL Moses Yogyakarta, Skripsi , 2017.

Susanti ,Konsep Harga Lelang Jaminan Gadai Dalam Ekonomi Islam, di

Pegadaian Syariah Cabang Simpang Patal Palembang , Jurnal Intelektualita ,

Volume 5, Nomor 1 tahun 2016.

Yuli Nurhasanah ,Pelaksanaan Lelang Benda Jaminan Gadai di PT Pegadaian

(Persero) Cabang Ngupas Yogyakarta , Skripsi, 2018.

Interview

Interview Pribadi dengan Anggi Kristanto selaku Wakil Ketua Manager

Pegadaian Syariah Cabang Cinere.

Perundang – Undangan

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 31/POJK.05/2016 Tentang Usaha

Pergadaian.

Fatwa DSN No. 25/DSN-MUI/III/2002 Tentang Rahn .

Peraturan Pemerintah No.103 Tahun 2000 Tentang Perusahaan Umum (PERUM)

Peegadaian.

Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1970 Jo Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun

1969 Tentang Perusahaan Jawatan Pegadaian .

KUHPerdata Pasal 1150 sampai dengan pasal 1160 Tentang prinsip, kerja, dan

lainnya dari pegadaian.

Page 104: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

93

Peraturan Menteri Keuangan No. 27/PMK.06/2016 Tentang Petunjuk Pelaksanaan

Lelang.

Komplikasi Hukum Ekonomi Syariah (KHES)

Website

Available Online at http://jurnal .radenfatah.ac.id/index.php/intelektualita.

Page 105: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

94

Lampiran 1 Surat Rekomendasi

Page 106: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

95

Lampiran 2 Surat Pemberian ijin penelitian dari Kanwil

Page 107: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

96

Lampiran 3 Surat Permohonan Data/Wawancara

Page 108: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

97

Lampiran 4 Wawancara

Lampiran Wawancara

1. bagaimana prosedur pelaksanaan lelang yang dilaksanakan di Pegadaian

Syariah Cabang Cinere ?

Jawaban

“ Prosedur yang dilaksanakan oleh Pegadaian Syariah Cabang Cinere

menggunakan prosedur dari buku pedoman pegadaian syariah, “pedoman

operasional Gadai syariah” penelasannya seperti berikut ini :

a) Ketika jatuh tempo, nasabah tidak dapat melunasi dan tidak dapat

menebus barang jaminan.

b) Ketika jatuh tempo, nasabah tidak memperpanjang waktu pinjaman

dengan ketentuan yang telah diatur oleh Pegadaian. Apabila rahin

tidak dapat melunasi setelah jatuh tempo dan jangka waktu yang

ditentukan maka pihak pegadaian akan memperingatkan rahin dengan

cara mengirim pesan (SMS) atau menelpon nasabah. dan apabila

peringatan tersebut rahin tidak bisa menebus marhun maka pihak

pegadaian akan memberikan surat peringatan, dan jika pada hari

berikutnya rahin tidak dapat melunasinya maka pihak pegadaian akan

melapor ke pihak kanwil bahwa akan melelang suatu barang jaminan

gadai milik rahin yang tidak bisa melunasi utangnya.

adapun peraturan yang sering digunakan terkait prosedur pelaksanaan

lelang yaitu berdasarkan aturan Fatwa Dewan Syariah Nasional No.

25/DSN-MUI/III/2002 Tentang rahn yaitu :

d. Apabila Rahin tetap tidak dapat melunasi utangnya, maka Marhun

dijual paksa/ekseskusi melalui lelaang sesuai syariah.

e. Hasil penjualan Marhun digunakan untuk melunasi utang, biaya

pemeliharaan dan penyimpanan yang belum dibayar serta biaya

penjualan.

f. Kelebihan hasil penjualan menjadi milik Rahin dan kekurangan

menjadi milik Rahin.

Page 109: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

98

2. Kenapa barang jaminan nasabah bisa dilelang ?

Alasan barang jaminan nasabah yang dilelang yaitu karena nasabah tidak

dapat melunasi utangnya, sehingga pihak pegadaian melelang barang

jaminannya untuk memenuhi utang nasabah. Akan tetapi dari kami pihak

pegadaian syariah melakukan beberapa ketentuan sebelum melakukan

llang terhadap nasabah :

a. Gadai Ulang (GU) yaitu rahin dapat mengajukan permohonan

kembali agar diperpanjang lagi jangka waktu pinjaman dengan cara

membayar administrasi dan ijaroh.

b. Minta Tambahan (MT) yaitu rahin mengajukan permohonan kepada

pegadaian dengan cara tambahan uang pinjaman dikurangi biaya

administrasi dan ijaroh.

c. Ambil Sebagian (AS) yaitu rahin mengambil sebagian pokok

pinjaman barang jaminan ditambah jasa simpanan dan biaya

administrasi. Keempat, Nyicil (NC) yaitu rahin melunasinya dengan

cara menyicil sebagian pokok pinjaman barang jaminan ditambah jasa

simpanan dan biaya administrasi.

3. Barang jaminan apasajakah yang bisa di jual lelang ?

Semua barang jaminan gadai yang di jaminkan di pegadaian syariah

merupkan barang-barang yang dilelang ketika nasabah sudah tidak bisa

memenuhi kewajiban utangnya barang jaminan nya berupa. Emas, BPKB

motor/mobil maka kendaraannya yang akan ditarik dan dilakukan lelang,

Handphone, Laptop, Sertifikat tanah, Sk kerja dll. Semua barang jaminan

tersebut merupakan barang jaminan yang bisa dilelang.

4. Apa saja produk – produk yang terdapat di PegadaianSyariah Cabang

Cinere ?

Pada dasarnya seluruh pegadaian syariah di Indonesia memiliki Produk

yang sama, begitu pun di Pegadaian Syariah Cabang Cinere diantaranya :

Rahn , Arrum BPKB, Amanah, Arrum Haji, Arrum Emas, Rahn Bisnis,

Rahn Fleksi, Rahn Hasan, Arrum Umroh, Rahn Tasjily Tanah. Itulah

Produk – produk saat ini yang di keluarkan dan sekaligus dijalankan oleh

Pegadaian Syariah khususnya Pegadaian Syariah Cabang Cinere.

Page 110: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

99

5. Peraturan hukum apa saja yang berlaku dalam pelaksanaan Lelang di

Pegadaian Syariah Cabang Cienere ?

Semua peraturan yang ditetapkan untuk pelaksanaan lelang seperti

Peraturan Mentri, Peraturan Pemerintah, Perundang-undangan semuaya

berlaku untuk pelaksanaan lelang di pegadaian syariah cabang cinere

begitu pula dengan peraturan yang tertera dalam Al-Qur‟an dan Hadis,

serta Fatwa Dewan Syariah Nasional.

Semua regulasi yang menyangkut pelaksanaan lelang seharusnya diikuti

akan tetapi di pegadaian syariah cabang cinere ini belum sepenuhnya

mengikuti aturan tersebut.

6. Bagaimana pelaksanaan Lelang di Pegadaian Syariah Cabang Cinere ?

Pelaksaan lelang di Pegadaian syariah cinere menggunakan untuk saat ini

menggunakan metode penjualan dengan cara borongan, yaitu menjual

kepada pembeli yang sudah menjadi langganan pembelian barang jaminan

gadai, hal itu dilakukan untuk mempercepat penjualan dan di jamin

barang lelang akan terjual. Sebenarnya metode seperti ini tidak sesuai

dengan peraturan peraturan yang telah ditetapkan salah satunya tidak

dijual dihadapan umum.

7. Apakah praktik lelang yang dilaksanakan oleh Pegadaian Syariah Cabang

Cinere telah sesuai Fatwa Dewan Syariah Nasional dan Peraturan Otoritas

Jasa Keuangan ?

Terkait jatuh tempo dan kembalikan uang kelebihan nasabah semua telah

sesuai dengan fatwa DSN No. 25/DSN-MUI/III/2002 Tentang Rahn

namun apabila terdapat kekurangan pada hasil penjualan marhun pihak

pegadaian syariah jarang meminta kewajiban kekurangan kepada rahin,

hal ini dikarenakan beberapa faktor :

Pertama, rahin atau nasabah terkadang sudah tidak bisa dihubungi dan

sudah berpindah tempat (Domisili). Kedua, rahin meninggal dunia dan

yang mewakilkan berupa keluarga nasabah tidak mau bertanggung

jawab.Ketiga, agar masalahnya tidak berlanjut ke Pengadilan Agama.

Page 111: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

100

Lampiran 5 Dokumentasi Penelitian

Page 112: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

101

Lampiran 6 Fatwa No. 25/DSN-MUI/2002 Tentang Rahn

Page 113: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

102

Page 114: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

103

Page 115: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

104

Page 116: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

105

Lampiran 7 Surat Edaran

Page 117: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

106

Page 118: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

Lampiran 8 Surat Pemberitahuan Lelang107

Page 119: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

108

Page 120: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

OTORITAS JASA KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN

NOMOR 31 /POJK.05/2016

TENTANG

USAHA PERGADAIAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan inklusi keuangan

bagi masyarakat menengah ke bawah dan usaha

mikro, kecil, dan menengah, perlu memperluas

layanan jasa keuangan melalui penyelenggaraan

usaha pergadaian;

b. bahwa dalam rangka penyelenggaraan usaha

pergadaian yang memberikan kemudahan akses

terhadap pinjaman, khususnya bagi masyarakat

menengah ke bawah dan usaha mikro, kecil, dan

menengah, perlu adanya landasan hukum bagi

Otoritas Jasa Keuangan dalam mengawasi usaha

pergadaian di Indonesia;

c. bahwa landasan hukum untuk pengawasan usaha

pergadaian diperlukan untuk menciptakan usaha

pergadaian yang sehat, memberikan kepastian hukum

bagi pelaku usaha pergadaian, dan perlindungan

kepada konsumen;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu

SALINAN

Lampiran 9 pojk

109

Page 121: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

- 2 -

menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang

Usaha Pergadaian;

Mengingat : Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas

Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5253);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG

USAHA PERGADAIAN.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini yang

dimaksud dengan:

1. Usaha Pergadaian adalah segala usaha menyangkut

pemberian pinjaman dengan jaminan barang bergerak,

jasa titipan, jasa taksiran, dan/atau jasa lainnya,

termasuk yang diselenggarakan berdasarkan prinsip

syariah.

2. Perusahaan Pergadaian adalah perusahaan

pergadaian swasta dan perusahaan pergadaian

pemerintah yang diatur dan diawasi oleh Otoritas Jasa

Keuangan.

3. Perusahaan Pergadaian Swasta adalah badan hukum

yang melakukan Usaha Pergadaian.

4. Perusahaan Pergadaian Pemerintah adalah PT

Pegadaian (Persero) sebagaimana dimaksud dalam

Staatsblad Tahun 1928 Nomor 81 tentang Pandhuis

Regleement dan Peraturan Pemerintah Nomor 51

Tahun 2011 tentang Perubahan Bentuk Badan

Hukum Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian

menjadi Perusahaan Perseroan (Persero).

Page 122: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

- 3 -

5. Prinsip Syariah adalah ketentuan hukum Islam

berdasarkan fatwa dan/atau pernyataan kesesuaian

syariah dari Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama

Indonesia.

6. Direksi:

a. bagi Perusahaan Pergadaian yang berbentuk

badan hukum perseroan terbatas adalah direksi

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang

Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas; atau

b. bagi Perusahaan Pergadaian yang berbentuk

badan hukum koperasi adalah pengurus

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang

Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.

7. Dewan Komisaris:

a. bagi Perusahaan Pergadaian yang berbentuk

badan hukum perseroan terbatas adalah dewan

komisaris sebagaimana dimaksud dalam Undang-

Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas; atau

b. bagi Perusahaan Pergadaian yang berbentuk

badan hukum koperasi adalah pengawas

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang

Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.

8. Dewan Pengawas Syariah yang selanjutnya disingkat

DPS adalah bagian dari organ Perusahaan Pergadaian

yang mempunyai tugas dan fungsi pengawasan

terhadap penyelenggaraan kegiatan usaha agar sesuai

dengan Prinsip Syariah.

9. Modal Disetor:

a. bagi Perusahaan Pergadaian yang berbentuk

badan hukum perseroan terbatas adalah modal

disetor sebagaimana dimaksud dalam Undang-

Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas; atau

b. bagi Perusahaan Pergadaian yang berbentuk

badan hukum koperasi adalah simpanan pokok

Page 123: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

- 4 -

dan simpanan wajib sebagaimana dimaksud

dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992

tentang Perkoperasian.

10. Gadai adalah suatu hak yang diperoleh Perusahaan

Pergadaian atas suatu barang bergerak, yang

diserahkan kepadanya oleh nasabah atau oleh

kuasanya, sebagai jaminan atas pinjamannya, dan

yang memberi wewenang kepada Perusahaan

Pergadaian untuk mengambil pelunasan pinjaman

dari barang itu dengan mendahului kreditur-kreditur

lain, dengan pengecualian biaya untuk melelang atau

menjual barang tersebut dan biaya untuk

menyelamatkan barang tersebut yang dikeluarkan

setelah barang itu diserahkan sebagai gadai, biaya-

biaya mana harus didahulukan.

11. Uang Pinjaman adalah uang yang dipinjamkan oleh

Perusahaan Pergadaian kepada nasabah.

12. Barang Jaminan adalah setiap barang bergerak yang

dijadikan jaminan oleh nasabah kepada Perusahaan

Pergadaian.

13. Penaksir adalah orang yang memiliki sertifikat

keahlian untuk melakukan penaksiran atas nilai

Barang Jaminan dalam transaksi Gadai.

14. Surat Bukti Gadai adalah surat tanda bukti perjanjian

pinjam meminjam uang dengan jaminan yang

ditandatangani oleh Perusahaan Pergadaian dan

nasabah.

15. Nasabah adalah orang perseorangan atau badan

usaha yang menerima Uang Pinjaman dengan jaminan

berupa Barang Jaminan dan/atau memanfaatkan

layanan lainnya yang tersedia di Perusahaan

Pergadaian.

16. Lelang adalah penjualan Barang Jaminan yang

terbuka untuk umum dengan penawaran harga secara

tertulis dan/atau lisan yang semakin meningkat atau

menurun untuk mencapai harga tertinggi yang

didahului pengumuman lelang.

Page 124: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

- 5 -

17. Uang Kelebihan adalah selisih lebih dari hasil

penjualan Barang Jaminan dikurangi dengan jumlah

Uang Pinjaman, bunga/jasa simpan, biaya untuk

melelang, dan biaya menyelamatkan barang tersebut.

18. Pemeriksaan adalah rangkaian kegiatan mencari,

mengumpulkan, mengolah, dan mengevaluasi data

dan/atau keterangan, serta untuk menilai dan

memberikan kesimpulan mengenai penyelenggaraan

usaha pada Perusahaan Pergadaian.

19. Pemeriksa adalah pegawai Otoritas Jasa Keuangan

atau pihak lain yang ditunjuk oleh Otoritas Jasa

Keuangan untuk melakukan Pemeriksaan.

20. Hari adalah hari kerja.

21. Otoritas Jasa Keuangan yang selanjutnya disingkat

OJK adalah Otoritas Jasa Keuangan sebagaimana

dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun

2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan.

BAB II

BENTUK BADAN HUKUM, KEPEMILIKAN,

DAN PERMODALAN

Pasal 2

(1) Bentuk badan hukum Perusahaan Pergadaian adalah:

a. perseroan terbatas; atau

b. koperasi.

(2) Perusahaan Pergadaian yang berbentuk badan hukum

perseroan terbatas sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) huruf a, sahamnya hanya dapat dimiliki oleh:

a. negara Republik Indonesia;

b. pemerintah daerah;

c. warga negara Indonesia; dan/atau

d. badan hukum Indonesia.

(3) Ketentuan kepemilikan untuk Perusahaan Pergadaian

yang berbentuk badan hukum koperasi sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf b mengikuti ketentuan

Page 125: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

- 6 -

peraturan perundang-undangan di bidang

perkoperasian.

Pasal 3

Perusahaan Pergadaian dilarang dimiliki baik secara

langsung maupun tidak langsung oleh warga negara asing

dan/atau badan usaha yang sebagian atau seluruhnya

dimiliki oleh warga negara asing atau badan usaha asing,

kecuali kepemilikan langsung maupun tidak langsung

tersebut dilakukan melalui bursa efek.

Pasal 4

(1) Modal Disetor Perusahaan Pergadaian ditetapkan

berdasarkan lingkup wilayah usaha yaitu

kabupaten/kota atau provinsi.

(2) Jumlah Modal Disetor Perusahaan Pergadaian

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan

paling sedikit:

a. Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah), untuk

lingkup wilayah usaha kabupaten/kota; atau

b. Rp2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta

rupiah), untuk lingkup wilayah usaha provinsi.

(3) Modal Disetor sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

harus disetor secara tunai dan penuh atas nama

Perusahaan Pergadaian pada salah satu bank umum

atau bank umum syariah di Indonesia.

BAB III

PENDAFTARAN DAN PERIZINAN USAHA

Bagian Kesatu

Pendaftaran

Pasal 5

(1) Bagi pelaku Usaha Pergadaian yang telah melakukan

kegiatan Usaha Pergadaian sebelum Peraturan OJK ini

Page 126: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

- 7 -

diundangkan, dapat mengajukan permohonan

pendaftaran kepada OJK.

(2) Bagi pelaku Usaha Pergadaian yang akan mengajukan

permohonan pendaftaran sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dikecualikan dari ketentuan bentuk badan

hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1),

ketentuan lingkup wilayah usaha sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1), dan ketentuan

permodalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4

ayat (2).

(3) Permohonan pendaftaran sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) diajukan kepada OJK paling lama 2 (dua)

tahun sejak Peraturan OJK ini diundangkan.

(4) Permohonan pendaftaran oleh pelaku Usaha

Pergadaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

disampaikan kepada Kepala Eksekutif Pengawas

Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan,

dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya.

(5) Bagi pelaku Usaha Pergadaian sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) yang mengajukan permohonan

pendaftaran harus menggunakan format 1

sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

Peraturan OJK ini dan dilampiri dengan:

a. akta pendirian badan usaha termasuk anggaran

dasar berikut perubahannya (jika ada) yang telah

disahkan/disetujui oleh instansi yang berwenang

atau diberitahukan kepada instansi yang

berwenang dan/atau surat bukti usaha dari

instansi yang berwenang;

b. bukti identitas diri dan daftar riwayat hidup yang

dilengkapi dengan pas foto berwarna yang terbaru

berukuran 4x6 cm dari:

1. pemilik kecuali koperasi;

2. anggota Direksi; dan

3. anggota Dewan Komisaris;

Page 127: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

- 8 -

c. surat keterangan domisili perusahaan dari

instansi yang berwenang;

d. bukti telah melakukan kegiatan usaha; dan

e. foto unit layanan (outlet) berukuran 4R/5R.

(6) OJK memberikan persetujuan atas permohonan

pendaftaran paling lama 10 (sepuluh) Hari sejak

diterimanya dokumen permohonan pendaftaran secara

lengkap dan sesuai dengan persyaratan dalam

Peraturan OJK ini.

(7) OJK menetapkan pendaftaran pelaku Usaha

Pergadaian berupa tanda bukti terdaftar.

(8) Tanda bukti terdaftar sebagaimana dimaksud pada

ayat (7) harus dicantumkan pada setiap kantor atau

unit layanan (outlet).

Pasal 6

(1) Pelaku Usaha Pergadaian yang telah terdaftar, dapat

membuka unit layanan (outlet).

(2) Pembukaan unit layanan (outlet) sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) wajib dilaporkan kepada OJK

melalui laporan berkala.

Pasal 7

(1) Pelaku Usaha Pergadaian yang telah terdaftar wajib

menyampaikan laporan secara berkala setiap 3 (tiga)

bulan untuk periode yang berakhir pada tanggal 31

Maret, 30 Juni, 30 September, dan 31 Desember

kepada OJK paling sedikit berupa:

a. profil pelaku Usaha Pergadaian;

b. laporan keuangan; dan

c. laporan operasional.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk, susunan, dan

tata cara penyampaian laporan berkala sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Surat Edaran

OJK.

Page 128: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

- 9 -

Pasal 8

(1) Bagi pelaku Usaha Pergadaian yang telah terdaftar

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (7), wajib

mengajukan permohonan izin usaha sebagai

Perusahaan Pergadaian dalam jangka waktu

paling lama 3 (tiga) tahun sejak Peraturan OJK ini

diundangkan.

(2) Pelaku Usaha Pergadaian yang telah terdaftar, pada

saat mengajukan izin usaha harus memenuhi

ketentuan dalam Peraturan OJK ini.

(3) Pelaku Usaha Pergadaian yang telah terdaftar dan

berbentuk perseroan terbatas atau koperasi, pada saat

mengajukan izin usaha dikecualikan dari ketentuan

Modal Disetor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4

ayat (2).

(4) Ketentuan permodalan bagi pelaku Usaha Pergadaian

yang telah terdaftar dan berbentuk perseroan terbatas

atau koperasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3),

pada saat mengajukan izin usaha harus memenuhi

Ekuitas sebesar:

a. Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah), untuk

lingkup wilayah usaha kabupaten/kota; atau

b. Rp2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta

rupiah), untuk lingkup wilayah usaha provinsi.

(5) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) telah berakhir dan pelaku Usaha Pergadaian

yang telah terdaftar belum menyampaikan

permohonan izin usaha, pendaftaran dinyatakan batal

dan tidak berlaku.

Bagian Kedua

Perizinan Usaha Perusahaan Pergadaian

Pasal 9

(1) Perusahaan Pergadaian melakukan kegiatan usaha

setelah memperoleh izin usaha dari OJK.

Page 129: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

- 10 -

(2) Untuk memperoleh izin usaha sebagai Perusahaan

Pergadaian dari OJK sebagaimana dimaksud pada ayat

(1), Direksi Perusahaan Pergadaian harus mengajukan

permohonan izin usaha kepada OJK dengan

menggunakan format 2 sebagaimana tercantum dalam

Lampiran yang merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari Peraturan OJK ini dan harus dilampiri

dokumen berupa:

a. akta pendirian perseroan terbatas atau koperasi

yang telah disahkan oleh instansi yang

berwenang, yang paling sedikit harus memuat:

1. nama, tempat kedudukan, dan lingkup

wilayah usaha;

2. kegiatan usaha sebagai Perusahaan

Pergadaian;

3. permodalan;

4. kepemilikan; dan

5. wewenang, tanggung jawab, masa jabatan

Direksi, Dewan Komisaris, dan/atau DPS,

dan perubahan anggaran dasar terakhir (jika ada)

disertai dengan bukti pengesahan, persetujuan,

dan/atau surat penerimaan pemberitahuan dari

instansi berwenang;

b. data anggota Direksi, Dewan Komisaris,

dan/atau DPS meliputi:

1. fotokopi tanda pengenal berupa Kartu Tanda

Penduduk (KTP) yang masih berlaku;

2. fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

yang masih berlaku;

3. daftar riwayat hidup dengan dilengkapi pas

foto berwarna yang terbaru berukuran 4x6

cm; dan

4. surat pernyataan bermeterai dari masing-

masing anggota Direksi, Dewan Komisaris,

dan/atau DPS yang menyatakan:

a) tidak tercatat dalam daftar kredit macet

di sektor jasa keuangan;

Page 130: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

- 11 -

b) tidak tercantum dalam daftar tidak

lulus (DTL) di sektor jasa keuangan;

c) tidak pernah dihukum karena

melakukan tindak pidana di bidang jasa

keuangan dan/atau perekonomian

berdasarkan putusan pengadilan yang

telah mempunyai kekuatan hukum

tetap dalam 5 (lima) tahun terakhir;

d) tidak pernah dihukum karena

melakukan tindak pidana kejahatan

berdasarkan putusan pengadilan yang

telah mempunyai kekuatan hukum

tetap dalam 5 (lima) tahun terakhir;

e) tidak pernah dinyatakan pailit atau

dinyatakan bersalah menyebabkan

suatu badan usaha dinyatakan pailit

berdasarkan putusan pengadilan yang

telah mempunyai kekuatan hukum

tetap dalam 5 (lima) tahun terakhir; dan

f) tidak pernah menjadi pemegang saham,

direksi, dewan komisaris, atau dewan

pengawas syariah pada perusahaan jasa

keuangan yang dicabut izin usahanya

karena melakukan pelanggaran dalam 5

(lima) tahun terakhir;

c. data pemegang saham atau anggota pendiri:

1. dalam hal pemegang saham atau anggota

pendiri adalah warga negara Indonesia,

dokumen yang dilampirkan berupa:

a) fotokopi surat pemberitahuan pajak

terhutang (SPT) untuk 1 (satu) tahun

terakhir;

b) dokumen sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) huruf b angka 1, angka 2, dan

angka 3; dan

c) surat pernyataan bermeterai dari yang

bersangkutan yang menyatakan bahwa:

Page 131: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

- 12 -

1) setoran modal tidak berasal dari

pinjaman;

2) setoran modal tidak berasal dari

dan untuk tindak pidana

pencucian uang (money laundering)

dan kejahatan keuangan;

3) tidak tercatat dalam daftar kredit

macet di sektor jasa keuangan;

4) tidak tercantum dalam daftar tidak

lulus (DTL) di sektor jasa

keuangan;

5) tidak pernah dihukum karena

melakukan tindak pidana di bidang

jasa keuangan dan/atau

perekonomian berdasarkan

putusan pengadilan yang telah

mempunyai kekuatan hukum tetap

dalam 5 (lima) tahun terakhir;

6) tidak pernah dihukum karena

melakukan tindak pidana

kejahatan berdasarkan putusan

pengadilan yang telah mempunyai

kekuatan hukum tetap dalam 5

(lima) tahun terakhir;

7) tidak pernah dinyatakan pailit atau

dinyatakan bersalah menyebabkan

suatu badan usaha dinyatakan

pailit berdasarkan putusan

pengadilan yang telah mempunyai

kekuatan hukum tetap dalam 5

(lima) tahun terakhir; dan

8) tidak pernah menjadi pemegang

saham, direksi, dewan komisaris,

atau dewan pengawas syariah pada

perusahaan jasa keuangan yang

dicabut izin usahanya karena

Page 132: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

- 13 -

melakukan pelanggaran dalam 5

(lima) tahun terakhir;

2. dalam hal pemegang saham atau anggota

pendiri adalah badan hukum Indonesia,

dokumen yang dilampirkan berupa:

a) akta pendirian termasuk anggaran

dasar berikut perubahan yang terakhir

(jika ada) yang telah disahkan/disetujui

oleh instansi yang berwenang atau

diberitahukan kepada instansi yang

berwenang;

b) laporan keuangan tahunan dan laporan

keuangan bulanan terakhir;

c) dokumen sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) huruf b angka 1, angka 2, dan

angka 3 bagi direksi; dan

d) surat pernyataan bermeterai dari

direksi yang menyatakan bahwa:

1) setoran modal tidak berasal dari

pinjaman;

2) setoran modal tidak berasal dari

dan untuk tindak pidana

pencucian uang (money laundering)

dan kejahatan keuangan;

3) tidak terdapat kepemilikan asing

baik secara langsung maupun

tidak langsung;

4) tidak tercatat dalam daftar kredit

macet di sektor jasa keuangan;

5) tidak tercantum dalam daftar tidak

lulus (DTL) di sektor jasa keuangan;

6) tidak pernah dihukum karena

melakukan tindak pidana di bidang

jasa keuangan dan/atau

perekonomian berdasarkan

putusan pengadilan yang telah

Page 133: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

- 14 -

mempunyai kekuatan hukum tetap

dalam 5 (lima) tahun terakhir;

7) tidak pernah dihukum karena

melakukan tindak pidana

kejahatan berdasarkan putusan

pengadilan yang telah mempunyai

kekuatan hukum tetap dalam 5

(lima) tahun terakhir;

8) tidak pernah dinyatakan pailit atau

dinyatakan bersalah menyebabkan

suatu badan usaha dinyatakan

pailit berdasarkan putusan

pengadilan yang telah mempunyai

kekuatan hukum tetap dalam 5

(lima) tahun terakhir; dan

9) tidak pernah menjadi pemegang

saham, direksi, dewan komisaris,

atau dewan pengawas syariah pada

perusahaan jasa keuangan yang

dicabut izin usahanya karena

melakukan pelanggaran dalam 5

(lima) tahun terakhir;

3. dalam hal pemegang saham adalah negara

Republik Indonesia, dokumen yang

dilampirkan berupa Peraturan Pemerintah

mengenai penyertaan modal negara Republik

Indonesia untuk pendirian Perusahaan

Pergadaian; dan/atau

4. dalam hal pemegang saham adalah

pemerintah daerah, dokumen yang

dilampirkan berupa Peraturan Daerah

mengenai penyertaan modal daerah untuk

pendirian Perusahaan Pergadaian;

d. fotokopi bukti pelunasan Modal Disetor, berupa:

1. slip setoran dari pemegang saham atau

anggota pendiri ke rekening tabungan atau

giro atas nama Perusahaan Pergadaian; dan

Page 134: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

- 15 -

2. rekening koran Perusahaan Pergadaian

periode mulai dari tanggal penyetoran modal

sampai dengan tanggal surat permohonan

izin usaha;

e. struktur organisasi yang memuat susunan

personalia yang paling sedikit memiliki fungsi

pemutus pinjaman, Penaksir, pelayanan

Nasabah, dan administrasi;

f. rencana kerja untuk 1 (satu) tahun pertama yang

paling sedikit memuat:

1. gambaran mengenai kegiatan usaha yang

akan dilakukan;

2. target dan langkah-langkah yang dilakukan

untuk mewujudkan target dimaksud; dan

3. proyeksi laporan keuangan untuk 1 (satu)

tahun ke depan;

g. bukti kesiapan operasional antara lain berupa:

1. bukti kepemilikan atau penguasaan gedung

dan ruangan kantor atau unit layanan

(outlet), berupa fotokopi sertipikat hak milik,

hak guna bangunan, atau hak pakai atas

nama Perusahaan Pergadaian, atau

perjanjian sewa gedung/ruangan disertai

foto tampak luar gedung dan foto dalam

ruangan serta tata letak (lay-out) ruangan;

2. daftar inventaris dan peralatan kantor; dan

3. contoh Surat Bukti Gadai dan/atau formulir

yang akan digunakan;

h. fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) atas

nama Perusahaan Pergadaian;

i. bukti setor pelunasan biaya perizinan;

j. bukti sertifikat Penaksir yang diterbitkan oleh

lembaga sertifikasi profesi atau pihak lain yang

ditunjuk OJK sebagai lembaga penerbit sertifikasi

Penaksir;

k. surat rekomendasi DPS dari Dewan Syariah

Nasional Majelis Ulama Indonesia, bagi

Page 135: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

- 16 -

Perusahaan Pergadaian yang akan

menyelenggarakan kegiatan usaha berdasarkan

Prinsip Syariah; dan

l. pedoman penerapan anti pencucian uang dan

pencegahan pendanaan terorisme.

(3) OJK memberikan persetujuan atau penolakan atas

permohonan izin usaha sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) paling lama 10 (sepuluh) Hari sejak

permohonan izin usaha dan dokumen diterima secara

lengkap serta sesuai dengan persyaratan dalam

Peraturan OJK ini.

(4) OJK menyampaikan pernyataan lengkap atau

permintaan kelengkapan dokumen kepada pemohon

paling lama 10 (sepuluh) Hari setelah permohonan

diterima.

(5) Dalam hal permohonan izin usaha yang disampaikan

tidak lengkap, pemohon harus menyampaikan

kekurangan dokumen tersebut paling lama 10

(sepuluh) Hari sejak tanggal surat permintaan

kelengkapan dokumen dari OJK.

(6) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada

ayat (5) telah berakhir dan pemohon tidak

menyampaikan kelengkapan dokumen, permohonan

izin usaha dinyatakan batal.

(7) Penolakan atas permohonan izin usaha sebagaimana

dimaksud pada ayat (3) disertai dengan alasan

penolakan.

(8) Dalam hal permohonan izin usaha disetujui, OJK

menetapkan keputusan pemberian izin usaha sesuai

lingkup wilayah usaha sebagai:

a. perusahaan pergadaian, bagi Perusahaan

Pergadaian yang menjalankan kegiatan usaha

secara konvensional; atau

b. perusahaan pergadaian syariah, bagi Perusahaan

Pergadaian yang menjalankan seluruh kegiatan

usaha berdasarkan Prinsip Syariah.

Page 136: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

- 17 -

(9) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara

permohonan izin usaha Perusahaan Pergadaian

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam

Surat Edaran OJK.

Pasal 10

Nama Perusahaan Pergadaian harus dicantumkan secara

jelas dalam anggaran dasar sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 9 ayat (2) huruf a angka 1 yang dimulai dengan

bentuk badan hukum dan memuat kata:

a. Gadai atau kata yang mencirikan kegiatan Gadai, bagi

Perusahaan Pergadaian yang menjalankan kegiatan

usaha secara konvensional; atau

b. Gadai atau kata yang mencirikan kegiatan Gadai

diikuti dengan kata syariah, bagi Perusahaan

Pergadaian yang menjalankan seluruh kegiatan usaha

berdasarkan Prinsip Syariah.

Pasal 11

(1) Perusahaan Pergadaian yang telah memperoleh izin

usaha dari OJK wajib melakukan kegiatan usaha

paling lama 30 (tiga puluh) Hari sejak tanggal izin

usaha ditetapkan.

(2) Perusahaan Pergadaian wajib menyampaikan laporan

pelaksanaan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) kepada OJK paling lama 15 (lima belas)

Hari sejak tanggal dimulainya kegiatan usaha.

(3) Laporan pelaksanaan kegiatan usaha sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) harus dilakukan dengan

menggunakan format 3 sebagaimana tercantum dalam

Lampiran yang merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari Peraturan OJK ini dengan dilampiri

fotokopi Surat Bukti Gadai.

Pasal 12

(1) Perusahaan Pergadaian dilarang membuka atau

memindahkan alamat unit layanan (outlet) di luar

Page 137: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

- 18 -

wilayah usaha yang ditetapkan dalam keputusan

pemberian izin usaha dari OJK.

(2) Ketentuan mengenai persyaratan dan tata cara

pembukaan atau pemindahan alamat unit layanan

(outlet) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur

dalam Surat Edaran OJK.

BAB IV

PENYELENGGARAAN USAHA

Pasal 13

(1) Kegiatan usaha Perusahaan Pergadaian meliputi:

a. penyaluran Uang Pinjaman dengan jaminan

berdasarkan hukum Gadai;

b. penyaluran Uang Pinjaman dengan jaminan

berdasarkan fidusia;

c. pelayanan jasa titipan barang berharga;

dan/atau

d. pelayanan jasa taksiran.

(2) Selain melakukan kegiatan usaha sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), Perusahaan Pergadaian

dapat melakukan kegiatan usaha lainnya, yaitu:

a. kegiatan lain yang tidak terkait Usaha

Pergadaian yang memberikan pendapatan

berdasarkan komisi (fee based income)

sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan

perundang-undangan di bidang jasa keuangan;

dan/atau

b. kegiatan usaha lain dengan persetujuan OJK.

(3) Kegiatan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dan ayat (2) dapat dilakukan secara konvensional

atau berdasarkan Prinsip Syariah.

(4) Pelaksanaan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip

Syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (3), wajib

menggunakan akad dengan ketentuan:

Page 138: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

- 19 -

a. memenuhi prinsip keadilan (‘adl), keseimbangan

(tawazun), kemaslahatan (maslahah), dan

universalisme (alamiyah);

b. tidak mengandung gharar, maysir, riba, zhulm,

risywah, dan objek haram; dan

c. tidak bertentangan dengan ketentuan hukum

Islam berdasarkan fatwa dan/atau pernyataan

kesesuaian syariah dari Dewan Syariah Nasional

Majelis Ulama Indonesia.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai kegiatan usaha lain

dengan persetujuan OJK sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) huruf b diatur dalam Surat Edaran

OJK.

Pasal 14

(1) Perusahaan Pergadaian yang akan melakukan

kegiatan usaha lain sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 13 ayat (2) huruf b, harus tidak sedang

dikenakan sanksi oleh OJK.

(2) Perusahaan Pergadaian yang akan melakukan

kegiatan usaha lain sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), wajib mengajukan permohonan kepada OJK

dan harus melampirkan dokumen yang berisi uraian

paling sedikit mengenai:

a. kegiatan usaha yang akan dilakukan; dan

b. hak dan kewajiban para pihak.

(3) OJK melakukan analisis atas dokumen sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) dan mengeluarkan surat

persetujuan atau penolakan paling lama 20 (dua

puluh) Hari setelah permohonan diterima secara

lengkap dan sesuai dengan persyaratan dalam

Peraturan OJK ini.

Pasal 15

Perusahaan Pergadaian yang menyelenggarakan kegiatan

usaha penyaluran Uang Pinjaman dengan jaminan

berdasarkan fidusia sebagaimana dimaksud dalam Pasal

Page 139: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

- 20 -

13 ayat (1) huruf b wajib melakukan mitigasi risiko, yang

dapat dilakukan dengan:

a. mengalihkan risiko usaha melalui mekanisme

asuransi kredit atau penjaminan kredit;

b. mengalihkan risiko atas barang yang menjadi agunan

melalui mekanisme asuransi; dan/atau

c. melakukan pendaftaran jaminan fidusia atas barang

yang menjadi jaminan dari kegiatan usaha.

Pasal 16

Perusahaan Pergadaian wajib mencantumkan

keterangan/informasi secara jelas di setiap kantor atau

unit layanan (outlet) hal sebagai berikut:

a. nama dan/atau logo Perusahaan Pergadaian;

b. nomor dan tanggal izin usaha dan pernyataan bahwa

Perusahaan Pergadaian diawasi oleh OJK;

c. hari dan jam operasional; dan

d. tingkat bunga pinjaman atau imbal jasa/imbal hasil

bagi Perusahaan Pergadaian yang menyelenggarakan

kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah, dan

biaya administrasi.

Pasal 17

(1) Perusahaan Pergadaian wajib menetapkan Barang

Jaminan yang dapat diterima sebagai jaminan.

(2) Penetapan Barang Jaminan yang dapat diterima

sebagai jaminan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) wajib dilakukan sesuai dengan kriteria Barang

Jaminan.

(3) Ketentuan mengenai kriteria Barang Jaminan

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam

Surat Edaran OJK.

Pasal 18

Perusahaan Pergadaian yang menyalurkan Uang Pinjaman

berdasarkan hukum Gadai dilarang untuk:

a. menggunakan Barang Jaminan;

Page 140: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

- 21 -

b. menyimpan Barang Jaminan di tempat Nasabah;

c. memiliki Barang Jaminan; dan/atau

d. menggadaikan kembali Barang Jaminan kepada

pihak lain.

Pasal 19

(1) Perusahaan Pergadaian wajib memiliki paling sedikit

1 (satu) orang Penaksir untuk melakukan penaksiran

atas Barang Jaminan pada setiap unit pelayanan

(outlet).

(2) Dalam melakukan penaksiran, Penaksir wajib

dilengkapi pedoman tertulis yang ditetapkan oleh

Perusahaan Pergadaian.

(3) Penaksir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus

lulus sertifikasi penaksiran Barang Jaminan.

Pasal 20

(1) Perusahaan Pergadaian wajib memberikan nilai

taksiran atas setiap Barang Jaminan kepada

Nasabah.

(2) Dalam rangka memenuhi kualitas penaksiran Barang

Jaminan, Perusahaan Pergadaian wajib:

a. menyediakan alat penaksir; dan

b. menetapkan daftar harga pasar Barang Jaminan

yang wajar.

Pasal 21

(1) Perusahaan Pergadaian wajib memenuhi nilai

minimum perbandingan antara Uang Pinjaman dan

nilai taksiran Barang Jaminan dalam memberikan

Uang Pinjaman kepada Nasabah, kecuali apabila

Nasabah menyatakan secara tertulis menghendaki

Uang Pinjaman yang lebih rendah.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai nilai minimum

perbandingan antara Uang Pinjaman dan nilai

taksiran Barang Jaminan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) diatur dalam Surat Edaran OJK.

Page 141: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

- 22 -

Pasal 22

(1) Perusahaan Pergadaian wajib memiliki tempat

penyimpanan Barang Jaminan berdasarkan hukum

Gadai dan barang titipan yang memenuhi

persyaratan keamanan dan keselamatan.

(2) Perusahaan Pergadaian wajib memiliki pedoman

tertulis dalam menjaga keamanan dan keselamatan

Barang Jaminan berdasarkan hukum Gadai dan

barang titipan.

(3) Perusahaan Pergadaian wajib mengasuransikan

Barang Jaminan berdasarkan hukum Gadai dan

barang titipan dalam rangka memitigasi risiko.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan tempat

penyimpanan Barang Jaminan berdasarkan hukum

Gadai dan barang titipan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) diatur dalam Surat Edaran OJK.

Pasal 23

(1) Perusahaan Pergadaian wajib menyerahkan Surat

Bukti Gadai kepada Nasabah pada saat menerima

Barang Jaminan.

(2) Surat Bukti Gadai sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) wajib disusun dengan memenuhi ketentuan

perjanjian sebagaimana diatur dalam Peraturan OJK

mengenai perlindungan konsumen sektor jasa

keuangan.

(3) Perusahaan Pergadaian wajib menyimpan paling

sedikit 1 (satu) salinan Surat Bukti Gadai untuk

setiap transaksi.

Pasal 24

(1) Jangka waktu pinjaman kepada Nasabah dengan

jaminan berdasarkan hukum Gadai paling lama 4

(empat) bulan.

(2) Dalam hal Uang Pinjaman dengan jaminan

berdasarkan hukum Gadai belum dilunasi sampai

Page 142: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

- 23 -

dengan tanggal jatuh tempo, Perusahaan Pergadaian

dapat melelang Barang Jaminan.

(3) Sebelum pelaksanaan Lelang sebagaimana dimaksud

pada ayat (2), berdasarkan kesepakatan antara

Perusahaan Pergadaian dengan Nasabah, Barang

Jaminan dapat dijual dengan cara:

a. Nasabah menjual sendiri Barang Jaminannya;

atau

b. Nasabah memberikan kuasa kepada Perusahaan

Pergadaian untuk menjualkan Barang

Jaminannya.

(4) Dalam hal Perusahaan Pergadaian bersepakat

dengan Nasabah untuk melakukan cara penjualan

sebagaimana dimaksud pada ayat (3), maka

penjualan dimaksud dilaksanakan paling lama 20

(dua puluh) Hari setelah tanggal jatuh tempo.

(5) Kesepakatan antara Perusahaan Pergadaian dengan

Nasabah sebagaimana dimaksud pada ayat (4) harus

dimuat dalam Surat Bukti Gadai.

(6) Penjualan Barang Jaminan sebagaimana dimaksud

pada ayat (3) huruf b dilakukan apabila nilai

penjualan dapat memenuhi kewajiban Nasabah

terhadap Perusahaan Pergadaian.

(7) Barang Jaminan yang dijual oleh Nasabah sebelum

tanggal Lelang, dilarang dibeli secara langsung

maupun tidak langsung oleh Perusahaan Pergadaian

atau pegawainya.

(8) Perusahaan Pergadaian wajib memiliki pedoman

tertulis untuk melakukan penjualan Barang Jaminan

sebagaimana dimaksud pada ayat (3).

Pasal 25

(1) Dalam hal Nasabah telah melunasi Uang Pinjaman

beserta bunga pinjaman atau imbal jasa/imbal hasil

bagi Perusahaan Pergadaian yang menyelenggarakan

kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah,

Perusahaan Pergadaian wajib mengembalikan Barang

Page 143: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

- 24 -

Jaminan kepada Nasabah dalam kondisi fisik yang

sama seperti saat penyerahan Barang Jaminan.

(2) Dalam hal Barang Jaminan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) hilang atau rusak, Perusahaan

Pergadaian wajib menggantinya dengan:

a. uang atau barang yang nilainya sama atau

setara dengan nilai Barang Jaminan pada saat

Barang Jaminan tersebut hilang atau rusak,

untuk Barang Jaminan berupa perhiasan; atau

b. uang atau barang yang nilainya sama atau

setara dengan nilai Barang Jaminan pada saat

Barang Jaminan tersebut dijaminkan, untuk

Barang Jaminan selain perhiasan.

Pasal 26

Syarat dan tata cara penjualan Barang Jaminan

berdasarkan hukum Gadai dengan cara Lelang

berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-

undangan.

Pasal 27

(1) Perusahaan Pergadaian wajib mengembalikan Uang

Kelebihan dari hasil penjualan Barang Jaminan

dengan cara Lelang sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 26 atau berdasarkan kuasa menjual

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (3)

huruf b kepada Nasabah.

(2) Perusahaan Pergadaian wajib mencatat secara

terpisah Uang Kelebihan dari hasil penjualan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara

pengembalian Uang Kelebihan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Surat Edaran

OJK.

Page 144: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

- 25 -

Pasal 28

(1) Perusahaan Pergadaian wajib memiliki dan

melaksanakan mekanisme penanganan pengaduan dan

penyelesaian sengketa bagi Nasabah.

(2) Mekanisme penanganan pengaduan dan penyelesaian

sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib

dicantumkan dalam Surat Bukti Gadai.

(3) Ketentuan mengenai penanganan pengaduan dan

penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud ayat (1)

berpedoman pada Peraturan OJK mengenai

perlindungan konsumen sektor jasa keuangan dan

Peraturan OJK mengenai lembaga alternatif

penyelesaian sengketa beserta peraturan

pelaksanaannya.

Pasal 29

(1) Perusahaan Pergadaian yang menyelenggarakan

kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (3) wajib

mengangkat paling sedikit 1 (satu) orang DPS.

(2) DPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib

diangkat dalam rapat umum pemegang saham atau

rapat anggota setelah memperoleh rekomendasi Dewan

Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia.

(3) Bagi Perusahaan Pergadaian yang berbentuk badan

hukum koperasi, pengangkatan DPS sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) dapat pula dilakukan setelah

memperoleh sertifikasi pelatihan DPS dari Dewan

Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia.

(4) DPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat

diangkat oleh 1 (satu) atau beberapa Perusahaan

Pergadaian secara bersama-sama.

(5) DPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai

tugas pengawasan dan pemberian nasihat kepada

Direksi agar kegiatan usahanya sesuai dengan Prinsip

Syariah.

Page 145: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

- 26 -

(6) Tugas pengawasan dan pemberian nasihat

sebagaimana dimaksud pada ayat (5) paling sedikit

dilakukan terhadap:

a. kegiatan operasional Perusahaan Pergadaian;

b. pedoman operasional dan produk yang dipasarkan;

dan

c. pengembangan, pengkajian, dan rekomendasi

kegiatan usaha Perusahaan Pergadaian yang

antara lain mencakup produk, operasional, dan

pemasaran.

Pasal 30

(1) Perusahaan Pergadaian dapat menyelenggarakan

sebagian kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (3) dengan

wajib terlebih dahulu memperoleh persetujuan dari OJK.

(2) Perusahaan Pergadaian yang menyelenggarakan

sebagian kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah,

wajib:

a. mempunyai pembukuan terpisah untuk kegiatan

usaha berdasarkan Prinsip Syariah dari kegiatan

usaha konvensional; dan

b. menunjuk pegawai yang bertanggung jawab atas

pelaksanaan kegiatan usaha yang dilakukan

berdasarkan Prinsip Syariah.

Pasal 31

(1) Untuk memperoleh persetujuan menyelenggarakan

sebagian kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1), Direksi

Perusahaan Pergadaian harus mengajukan

permohonan persetujuan kepada OJK dengan

menggunakan format 4 sebagaimana tercantum dalam

Lampiran yang merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari Peraturan OJK ini dan harus dilampiri

dokumen:

Page 146: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

- 27 -

a. surat rekomendasi DPS dari Dewan Syariah

Nasional Majelis Ulama Indonesia atau bukti

sertifikasi pelatihan DPS dari Dewan Syariah

Nasional Majelis Ulama Indonesia;

b. daftar riwayat hidup pegawai yang bertanggung

jawab atas kegiatan usaha yang dilakukan

berdasarkan Prinsip Syariah, dilengkapi dengan

pas foto berwarna yang terbaru berukuran 4x6 cm;

dan

c. contoh Surat Bukti Gadai dan/atau formulir

berdasarkan Prinsip Syariah yang akan

digunakan.

(2) OJK memberikan persetujuan atau penolakan atas

permohonan persetujuan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) paling lama 10 (sepuluh) Hari sejak

permohonan persetujuan dan dokumen diterima secara

lengkap serta sesuai dengan persyaratan dalam

Peraturan OJK ini.

(3) OJK menyampaikan pernyataan lengkap atau

permintaan kelengkapan dokumen kepada pemohon

paling lama 10 (sepuluh) Hari setelah permohonan

diterima.

(4) Dalam hal permohonan persetujuan menyelenggarakan

sebagian kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah

yang disampaikan tidak lengkap, pemohon harus

menyampaikan kekurangan dokumen tersebut paling

lama 10 (sepuluh) Hari sejak tanggal surat permintaan

kelengkapan dokumen dari OJK.

(5) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada

ayat (4) telah berakhir dan pemohon tidak

menyampaikan kelengkapan dokumen, permohonan

persetujuan dinyatakan batal.

(6) Penolakan atas permohonan persetujuan sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) disertai dengan alasan

penolakan.

(7) Dalam hal permohonan sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) disetujui, OJK menetapkan surat persetujuan

Page 147: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

- 28 -

penyelenggaraan sebagian kegiatan usaha berdasarkan

Prinsip Syariah.

BAB V

PELAPORAN

Bagian Kesatu

Perubahan Modal Disetor, Perubahan Alamat Kantor Pusat,

dan Perubahan Nama Perusahaan Pergadaian

Pasal 32

(1) Perusahaan Pergadaian wajib melaporkan perubahan

Modal Disetor secara tertulis kepada OJK paling lama

15 (lima belas) Hari setelah diterbitkannya persetujuan

atau surat penerimaan pemberitahuan dari instansi

yang berwenang, atau disetujui oleh rapat anggota.

(2) Pelaporan perubahan Modal Disetor sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) harus disampaikan oleh Direksi

Perusahaan Pergadaian dengan menggunakan format 5

sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

Peraturan OJK ini dengan dilampiri dokumen:

a. perubahan anggaran dasar yang disertai dengan

bukti persetujuan dari instansi berwenang bagi

Perusahaan Pergadaian yang berbentuk badan

hukum perseroan terbatas;

b. akta risalah rapat anggota dan/atau perubahan

anggaran dasar bagi Perusahaan Pergadaian yang

berbentuk badan hukum koperasi; dan

c. surat pernyataan bahwa setoran modal tidak

berasal dari pinjaman dan/atau tindak pidana

pencucian uang.

Pasal 33

(1) Perusahaan Pergadaian wajib melaporkan perubahan

alamat kantor pusat secara tertulis kepada OJK paling

Page 148: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

- 29 -

lama 10 (sepuluh) Hari terhitung sejak tanggal

pemindahan.

(2) Pelaporan perubahan alamat kantor pusat

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus

disampaikan oleh Direksi Perusahaan Pergadaian

dengan menggunakan format 6 sebagaimana

tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian

yang tidak terpisahkan dari Peraturan OJK ini dengan

dilampiri dokumen:

a. bukti penguasaan gedung atas kantor pusat yang

baru; dan

b. fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) yang

telah mencantumkan alamat kantor pusat yang

baru.

Pasal 34

(1) Perusahaan Pergadaian yang melakukan perubahan

nama wajib melaporkan perubahan nama paling lama

15 (lima belas) Hari setelah diterbitkannya persetujuan

dari instansi berwenang, atau disetujui oleh rapat

anggota.

(2) Laporan perubahan nama sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) harus disampaikan oleh Direksi Perusahaan

Pergadaian dengan menggunakan format 7

sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

Peraturan OJK ini dengan dilampiri dokumen:

a. perubahan anggaran dasar yang disertai dengan

bukti persetujuan dari instansi berwenang bagi

Perusahaan Pergadaian yang berbentuk badan

hukum perseroan terbatas;

b. akta risalah rapat anggota dan/atau perubahan

anggaran dasar bagi Perusahaan Pergadaian yang

berbentuk badan hukum koperasi; dan

c. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) atas nama

Perusahaan Pergadaian yang baru.

Page 149: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

- 30 -

Bagian Kedua

Pelaporan Perusahaan Pergadaian

Pasal 35

(1) Perusahaan Pergadaian wajib menyampaikan laporan

secara berkala setiap 3 (tiga) bulan untuk periode

yang berakhir pada tanggal 31 Maret, 30 Juni, 30

September, dan 31 Desember kepada OJK.

(2) Selain laporan berkala sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), Perusahaan Pergadaian wajib

menyampaikan laporan sewaktu-waktu bila

diperlukan oleh OJK.

(3) Perusahaan Pergadaian yang menyelenggarakan

sebagian kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah

wajib menyampaikan laporan kegiatan usaha yang

dilakukan berdasarkan Prinsip Syariah dalam

laporan berkala sebagaimana dimaksud pada ayat

(1).

(4) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib

disampaikan kepada OJK paling lambat pada akhir

bulan berikutnya.

(5) Apabila batas akhir penyampaian laporan

sebagaimana dimaksud pada ayat (4) jatuh pada hari

libur, batas akhir penyampaian laporan adalah hari

kerja pertama berikutnya.

(6) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

disampaikan oleh Perusahaan Pergadaian berupa:

a. profil Perusahaan Pergadaian;

b. laporan keuangan; dan

c. laporan operasional.

(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk, susunan,

dan tata cara penyampaian laporan berkala

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam

Surat Edaran OJK.

Page 150: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

- 31 -

BAB VI

PENGGABUNGAN, PELEBURAN,

PENGAMBILALIHAN, DAN PEMISAHAN

Pasal 36

(1) Perusahaan Pergadaian yang melakukan

penggabungan atau peleburan wajib menyampaikan

laporan penggabungan atau peleburan kepada OJK

paling lama 15 (lima belas) Hari terhitung sejak

tanggal diterimanya persetujuan atau pengesahan

perubahan anggaran dasar dari instansi berwenang.

(2) Laporan penggabungan atau peleburan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) harus disampaikan oleh

Direksi Perusahaan Pergadaian dengan menggunakan

format 8 sebagaimana tercantum dalam Lampiran

yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

Peraturan OJK ini dengan dilampiri dengan

dokumen:

a. risalah rapat umum pemegang saham atau

rapat anggota;

b. akta hasil penggabungan atau peleburan yang

telah disetujui atau disahkan oleh instansi yang

berwenang;

c. akta pendirian atas Perusahan Pergadaian hasil

peleburan yang telah disahkan oleh instansi

berwenang; dan

d. data pemegang saham atau anggota

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2)

huruf c, dalam hal terdapat pemegang saham

baru atau anggota baru.

(3) Berdasarkan laporan penggabungan atau peleburan

sebagaimana dimaksud pada ayat (2), OJK

menetapkan:

a. pencabutan izin usaha Perusahaan Pergadaian

yang menggabungkan diri atau yang melakukan

peleburan; dan/atau

Page 151: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

- 32 -

b. pemberian izin usaha kepada Perusahaan

Pergadaian hasil peleburan.

(4) Sebelum pemberian izin usaha sebagaimana

dimaksud pada ayat (3) huruf b diberikan,

Perusahaan Pergadaian hasil peleburan dilarang

menjalankan kegiatan usaha.

Pasal 37

(1) Perusahaan Pergadaian yang diambil alih wajib

menyampaikan laporan pengambilalihan kepada OJK

paling lama 15 (lima belas) Hari sejak tanggal akta

pengambilalihan yang dibuat di hadapan notaris.

(2) Laporan pengambilalihan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) harus disampaikan oleh Direksi

Perusahaan Pergadaian dengan menggunakan format

9 sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

Peraturan OJK ini dengan dilampiri dokumen:

a. risalah rapat umum pemegang saham atau

rapat anggota;

b. akta pengambilalihan; dan

c. data pemegang saham atau anggota pendiri

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2)

huruf c.

Pasal 38

(1) Perusahaan Pergadaian yang melakukan pemisahan

wajib menyampaikan laporan pemisahan kepada OJK

paling lama 15 (lima belas) Hari terhitung sejak

tanggal akta pemisahan yang dibuat di hadapan

notaris.

(2) Pemisahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dapat dilakukan dengan cara:

a. pemisahan murni; atau

b. pemisahan tidak murni.

(3) Pemisahan murni sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) huruf a mengakibatkan seluruh aset dan liabilitas

Page 152: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

- 33 -

Perusahaan Pergadaian beralih karena hukum

kepada 2 (dua) Perusahaan Pergadaian lain atau

lebih yang menerima peralihan dan Perusahaan

Pergadaian yang melakukan pemisahan tersebut

berakhir karena hukum.

(4) Pemisahan tidak murni sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) huruf b mengakibatkan sebagian aset dan

liabilitas Perusahaan Pergadaian beralih karena

hukum kepada 1 (satu) Perusahaan Pergadaian lain

atau lebih yang menerima peralihan dan Perusahaan

Pergadaian yang melakukan pemisahan tersebut

tetap ada.

(5) Laporan pemisahan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) harus disampaikan oleh Direksi Perusahaan

Pergadaian dengan menggunakan format 10

sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

Peraturan OJK ini dengan dilampiri dengan

dokumen:

a. risalah rapat umum pemegang saham atau rapat

anggota; dan

b. akta pemisahan.

(6) Berdasarkan laporan pemisahan sebagaimana

dimaksud pada ayat (5), OJK mencabut izin usaha

Perusahaan Pergadaian yang melakukan pemisahan

murni sebagaimana dimaksud pada ayat (3).

Pasal 39

Perusahaan Pergadaian yang melakukan penggabungan,

peleburan, pengambilalihan, dan pemisahan wajib

memenuhi ketentuan dalam peraturan OJK ini dan

peraturan perundang-undangan lain mengenai

penggabungan, peleburan, pengambilalihan, dan

pemisahan.

Page 153: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

- 34 -

BAB VII

ASOSIASI PERUSAHAAN PERGADAIAN

Pasal 40

(1) Dalam hal telah terbentuk asosiasi yang menaungi

Perusahaan Pergadaian di Indonesia, Perusahaan

Pergadaian wajib terdaftar sebagai anggota asosiasi

dengan ketentuan sebagai berikut:

a. bagi Perusahaan Pergadaian yang telah

mendapatkan izin usaha sebelum terbentuknya

asosiasi, paling lama 3 (tiga) bulan sejak

asosiasi terbentuk;

b. bagi Perusahaan Pergadaian yang mendapatkan

izin usaha setelah asosiasi terbentuk, paling

lama 3 (tiga) bulan sejak mendapatkan izin

usaha.

(2) Asosiasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus

mendapat persetujuan dari OJK.

(3) Asosiasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

mempunyai tugas paling sedikit:

a. mengkoordinasikan penyusunan standar praktik

dan kode etik Perusahaan Pergadaian; dan

b. mengadakan pendidikan dan pelatihan yang

berkelanjutan.

(4) Pelaksanaan tugas asosiasi sebagaimana dimaksud

pada ayat (3) dilaporkan kepada OJK.

BAB VIII

PENGAWASAN DAN PEMERIKSAAN

Bagian Kesatu

Pengawasan Perusahaan Pergadaian

Pasal 41

(1) Pengawasan terhadap Perusahaan Pergadaian

dilakukan oleh OJK.

Page 154: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

- 35 -

(2) Pengawasan terhadap Perusahaan Pergadaian

dilakukan berdasarkan Peraturan OJK ini dan

peraturan pelaksanaannya.

Bagian Kedua

Pemeriksaan Perusahaan Pergadaian

Pasal 42

(1) Dalam rangka pelaksanaan fungsi pengawasan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat (1), OJK

berwenang melakukan Pemeriksaan terhadap

Perusahaan Pergadaian.

(2) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan oleh tim Pemeriksa yang dapat terdiri dari:

a. pegawai OJK yang ditugaskan untuk melakukan

Pemeriksaan;

b. pihak lain yang ditunjuk oleh OJK; atau

c. gabungan antara pegawai OJK dan pihak lain

yang ditunjuk oleh OJK.

Pasal 43

Pelaksanaan Pemeriksaan terhadap setiap Perusahaan

Pergadaian dilakukan:

a. secara berkala sesuai dengan rencana Pemeriksaan

tahunan yang ditetapkan oleh OJK; dan/atau

b. setiap waktu bila diperlukan.

Pasal 44

(1) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43

dilaksanakan oleh Pemeriksa berdasarkan surat

perintah Pemeriksaan dan surat pemberitahuan

Pemeriksaan.

(2) Sebelum dilakukan Pemeriksaan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) terlebih dahulu disampaikan

surat pemberitahuan Pemeriksaan kepada

Perusahaan Pergadaian.

Page 155: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

- 36 -

(3) Surat pemberitahuan Pemeriksaan sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) memuat informasi sebagai

berikut:

a. nomor dan tanggal surat perintah Pemeriksaan;

b. nama Pemeriksa;

c. tujuan Pemeriksaan;

d. jangka waktu Pemeriksaan;

e. dokumen yang diperlukan untuk Pemeriksaan;

dan

f. batas waktu penyampaian dokumen kepada

Pemeriksa.

(4) Surat pemberitahuan Pemeriksaan sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) disampaikan paling lambat 3

(tiga) Hari sebelum tanggal pelaksanaan kegiatan

Pemeriksaan.

(5) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

dikecualikan apabila penyampaian surat

pemberitahuan Pemeriksaan diduga akan

mempersulit atau menghambat proses Pemeriksaan

atau akan memungkinkan dilakukannya tindakan

untuk mengaburkan keadaan yang sebenarnya atau

menyembunyikan atau menghilangkan data,

keterangan, atau laporan, yang diperlukan dalam

pelaksanaan kegiatan Pemeriksaan.

Pasal 45

(1) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43

dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:

a. persiapan Pemeriksaan;

b. pelaksanaan kegiatan Pemeriksaan; dan

c. pelaporan hasil Pemeriksaan.

(2) Persiapan Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf a dibuat berdasarkan hasil analisis

laporan berkala dan data lain yang mendukung.

(3) Pelaksanaan kegiatan Pemeriksaan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf b dilakukan dengan

cara Pemeriksaan di Perusahaan Pergadaian,

Page 156: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

- 37 -

Pemeriksaan di kantor OJK, atau Pemeriksaaan di

tempat lain yang ditentukan oleh OJK.

Pasal 46

(1) Pada saat akan dimulai Pemeriksaan, Pemeriksa

menunjukkan surat perintah Pemeriksaan dan tanda

pengenal Pemeriksa.

(2) Dalam hal Pemeriksa tidak dapat memenuhi

ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

Perusahaan Pergadaian yang akan diperiksa dapat

menolak dilakukannya Pemeriksaan.

(3) Pemeriksa wajib merahasiakan data, dokumen,

dan/atau keterangan yang diperoleh selama

Pemeriksaan terhadap pihak yang tidak berhak,

kecuali dalam rangka pelaksanaan fungsi, tugas, dan

wewenangnya berdasarkan keputusan OJK atau

diwajibkan oleh undang-undang.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara

Pemeriksaan diatur dalam Surat Edaran OJK.

Pasal 47

(1) Dengan memperhatikan ketentuan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 46 ayat (2), Perusahaan

Pergadaian yang diperiksa dilarang menolak dan/atau

menghambat kelancaran proses Pemeriksaan.

(2) Dalam pelaksanaan Pemeriksaan, Perusahaan

Pergadaian yang diperiksa wajib untuk:

a. memenuhi permintaan untuk memberikan atau

meminjamkan buku, berkas, catatan, disposisi,

memorandum, dokumen, data elektronik,

termasuk salinannya;

b. memberikan keterangan dan penjelasan yang

berkaitan dengan aspek yang diperiksa baik lisan

maupun tertulis;

c. memberi kesempatan kepada Pemeriksa untuk

memasuki dan memeriksa tempat atau ruangan

yang dipandang perlu;

Page 157: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

- 38 -

d. memberi kesempatan kepada Pemeriksa untuk

meneliti keberadaan dan penggunaan sarana fisik

yang berkaitan dengan aspek yang diperiksa;

dan/atau

e. menghadirkan pihak ketiga termasuk auditor

independen untuk memberikan data, dokumen,

dan/atau keterangan kepada Pemeriksa terkait

dengan Pemeriksaan.

(3) Perusahaan Pergadaian yang diperiksa dinyatakan

menghambat kelancaran proses Pemeriksaan apabila

tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) atau meminjamkan buku,

memberikan catatan, dokumen, atau keterangan yang

tidak benar.

Pasal 48

(1) Setelah pelaksanaan Pemeriksaan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 45 ayat (1) huruf b berakhir,

Pemeriksa menyusun laporan hasil Pemeriksaan.

(2) Laporan hasil Pemeriksaan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) terdiri dari:

a. laporan hasil Pemeriksaan sementara; dan

b. laporan hasil Pemeriksaan final.

(3) Pemeriksa menyampaikan laporan hasil Pemeriksaan

sementara kepada Perusahaan Pergadaian paling

lama 30 (tiga puluh) Hari setelah berakhirnya

pelaksanaan Pemeriksaan.

(4) Dalam hal hasil Pemeriksaan terdapat rekomendasi

OJK yang harus dilakukan oleh Perusahaan

Pergadaian, maka Perusahaan Pergadaian wajib

melakukan rekomendasi tersebut.

(5) Perusahaan Pergadaian wajib melakukan langkah-

langkah tindak lanjut sesuai rekomendasi yang

terdapat dalam laporan hasil Pemeriksaan

sebagaimana dimaksud pada ayat (4).

(6) Perusahaan Pergadaian wajib melaporkan

pelaksanaan langkah-langkah tindak lanjut

Page 158: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

- 39 -

sebagaimana dimaksud pada ayat (5) kepada OJK

paling sedikit setiap bulan atau sesuai laporan hasil

Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2).

(7) Kewajiban melakukan rekomendasi sebagaimana

dimaksud pada ayat (4) berakhir dalam hal OJK

menilai bahwa Perusahaan Pergadaian telah

melakukan rekomendasi tersebut.

(8) Penilaian OJK sebagaimana dimaksud pada ayat (7)

disampaikan kepada Perusahaan Pergadaian melalui

surat.

(9) Perusahaan Pergadaian yang diperiksa dapat

mengajukan tanggapan atas laporan hasil

Pemeriksaan sementara sebagaimana dimaksud pada

ayat (3) kepada OJK paling lambat 20 (dua puluh)

Hari setelah tanggal ditetapkannya laporan hasil

Pemeriksaan sementara.

(10) Apabila setelah lewat jangka waktu sebagaimana

dimaksud pada ayat (9) Perusahaan Pergadaian tidak

memberikan tanggapan atas laporan hasil

Pemeriksaan sementara secara tertulis, OJK

menetapkan laporan hasil Pemeriksaan sementara

menjadi laporan hasil Pemeriksaan final paling

lambat 15 (lima belas) Hari setelah jangka waktu

sebagaimana dimaksud ayat (9) berakhir.

(11) Dalam hal Perusahaan Pergadaian menyampaikan

tanggapan yang tidak memuat sanggahan atas

laporan hasil Pemeriksaan sementara yang telah

disampaikan sehingga tidak diperlukan adanya

pembahasan, OJK menetapkan laporan hasil

Pemeriksaan sementara menjadi laporan hasil

Pemeriksaan final paling lambat 15 (lima belas) Hari

setelah diterimanya tanggapan dari Perusahaan

Pergadaian yang diperiksa.

(12) Dalam hal Perusahaan Pergadaian menyampaikan

tanggapan yang memuat sanggahan atas laporan

hasil Pemeriksaan sementara yang telah disampaikan

dan diperlukan adanya pembahasan atas laporan

Page 159: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

- 40 -

hasil Pemeriksaan sementara, maka OJK dapat

mengundang Perusahaan Pergadaian yang

bersangkutan guna melakukan pembahasan atas

tanggapan yang disampaikan.

(13) Proses pembahasan atas tanggapan laporan hasil

Pemeriksaan sementara sebagaimana dimaksud pada

ayat (12) paling lambat 15 (lima belas) Hari sejak

diterimanya surat tanggapan.

(14) Berdasarkan hasil pembahasan sebagaimana

dimaksud pada ayat (13), OJK menetapkan laporan

hasil Pemeriksaan sementara menjadi laporan hasil

Pemeriksaan final paling lambat 15 (lima belas) Hari

setelah selesainya pembahasan bersama Perusahaan

Pergadaian yang diperiksa.

(15) Laporan hasil Pemeriksaan final sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) huruf b bersifat rahasia.

(16) Ketentuan lebih lanjut mengenai laporan hasil

Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diatur dalam Surat Edaran OJK.

Bagian Ketiga

Kerja Sama Dengan Pihak Tertentu

Pasal 49

(1) OJK dapat bekerja sama dengan pihak tertentu untuk

dan atas nama OJK melaksanakan sebagian fungsi

pengawasan Perusahaan Pergadaian.

(2) Kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan berdasarkan kesepakatan antara OJK

dengan pihak tertentu yang menerima kerja sama.

(3) Pihak tertentu yang melakukan kerja sama harus

melaporkan rencana dan pelaksanaan sebagian tugas

pengawasan Perusahaan Pergadaian sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) kepada OJK.

(4) Ketentuan mengenai kerja sama OJK dengan pihak

tertentu untuk melaksanakan sebagian fungsi

pengawasan Perusahaan Pergadaian sebagaimana

Page 160: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

- 41 -

dimaksud pada ayat (1) dan pelaporan rencana serta

pelaksanaan pengawasan Perusahaan Pergadaian

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur lebih

lanjut dalam Surat Edaran OJK.

BAB IX

PENCABUTAN IZIN USAHA

Pasal 50

(1) Pencabutan izin usaha Perusahaan Pergadaian

dilakukan oleh OJK.

(2) Pencabutan izin usaha sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dilakukan dalam hal Perusahaan Pergadaian:

a. bubar karena pailit;

b. bubar karena keputusan rapat umum pemegang

saham atau rapat anggota, atau menurut

anggaran dasar jangka waktunya berakhir;

c. bubar karena penggabungan, peleburan, atau

pemisahan;

d. melakukan perubahan kegiatan usaha sehingga

tidak lagi menjadi Perusahaan Pergadaian; atau

e. dikenakan sanksi administratif berupa

pencabutan izin usaha.

(3) Sebelum pencabutan izin usaha ditetapkan oleh OJK,

Perusahaan Pergadaian wajib melakukan penyelesaian

kewajibannya kepada Nasabah.

(4) Prosedur penyelesaian kewajiban sebagaimana

dimaksud pada ayat (3) wajib dilakukan berdasarkan

peraturan perundang-undangan dan memperhatikan

kepentingan Nasabah.

Pasal 51

(1) Perusahaan Pergadaian yang dinyatakan pailit wajib

menyampaikan laporan kepada OJK paling lama 20

(dua puluh) Hari sejak ditetapkannya putusan pailit.

(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus

disampaikan oleh Direksi Perusahaan Pergadaian

Page 161: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

- 42 -

dengan menggunakan format 11 sebagaimana

tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian

yang tidak terpisahkan dari Peraturan OJK ini dengan

dilampiri dokumen:

a. dokumen yang menjadi dasar ditetapkannya

putusan pailit atau penetapan pembubaran; dan

b. fotokopi izin usaha sebagai Perusahaan

Pergadaian.

(3) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada

ayat (2), OJK mencabut izin usaha Perusahaan

Pergadaian.

Pasal 52

(1) Perusahaan Pergadaian yang akan melakukan

pembubaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50

ayat (2) huruf b atau melakukan perubahan kegiatan

usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (2)

huruf d, wajib mendapatkan persetujuan dari OJK.

(2) Permohonan persetujuan pembubaran atau

perubahan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) harus disampaikan oleh Direksi

Perusahaan Pergadaian dengan menggunakan format

12 sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

Peraturan OJK ini dengan dilampiri dokumen:

a. rancangan akta pembubaran atau rancangan

akta perubahan anggaran dasar yang memuat

rencana kegiatan usaha yang baru; dan

b. rencana penyelesaian hak dan kewajiban.

(3) Perusahaan Pergadaian yang telah memperoleh

persetujuan pembubaran atau perubahan kegiatan

usaha dari OJK sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

wajib melaporkan pembubaran atau perubahan

kegiatan usaha paling lama 20 (dua puluh) Hari sejak

tanggal ditetapkannya akta pembubaran atau sejak

perubahan anggaran dasar disahkan oleh instansi

berwenang, dengan menggunakan format 13

Page 162: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

- 43 -

sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

Peraturan OJK ini dengan dilampiri dokumen:

a. risalah rapat umum pemegang saham atau rapat

anggota;

b. perubahan anggaran dasar yang telah disahkan

oleh instansi berwenang; dan

c. bukti penyelesaian hak dan kewajiban.

Pasal 53

Perusahaan Pergadaian yang telah dicabut izin usahanya

dilarang untuk menggunakan kata Gadai atau kata yang

mencirikan kegiatan Gadai dalam nama perusahaan.

Pasal 54

OJK dapat mengumumkan pelaku usaha yang telah

terdaftar atau memiliki izin usaha dari OJK.

BAB X

PERUSAHAAN PERGADAIAN PEMERINTAH

Pasal 55

(1) Perusahaan Pergadaian Pemerintah dinyatakan telah

memperoleh izin usaha dari OJK berdasarkan

Peraturan OJK ini.

(2) Permodalan Perusahaan Pergadaian Pemerintah

mengacu pada peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

(3) Perusahaan Pergadaian Pemerintah dikecualikan dari

ketentuan Pasal 4, Pasal 5, Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8,

Pasal 9, Pasal 11, Pasal 12, dan Pasal 19 ayat (3)

Peraturan OJK ini.

Pasal 56

(1) Untuk memperoleh persetujuan menyelenggarakan

kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1),

Page 163: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

- 44 -

Perusahaan Pergadaian Pemerintah wajib membentuk

unit usaha syariah.

(2) Unit usaha syariah sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) merupakan unit kerja dari kantor pusat

Perusahaan Pergadaian Pemerintah yang berfungsi

sebagai kantor induk dari kantor yang melaksanakan

kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah.

Pasal 57

(1) Perusahaan Pergadaian Pemerintah yang mempunyai

unit usaha syariah wajib memenuhi ketentuan:

a. mempunyai modal kerja yang disisihkan untuk

kegiatan unit usaha syariah;

b. mempunyai pimpinan unit usaha syariah yang

bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan

usaha yang dilakukan berdasarkan Prinsip

Syariah; dan

c. mempunyai pembukuan terpisahkan untuk unit

usaha syariah.

(2) Pimpinan unit usaha syariah Perusahaan Pergadaian

Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf b wajib memenuhi ketentuan:

a. diangkat oleh Direksi Perusahaan Pergadaian

Pemerintah; dan

b. tidak melakukan rangkap jabatan pada fungsi

lain selain pada fungsi yang bertujuan untuk

mendukung pelaksanaan kegiatan usaha

berdasarkan Prinsip Syariah.

Pasal 58

Untuk membentuk unit usaha syariah sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 56 ayat (1), Direksi Perusahaan

Pergadaian Pemerintah harus mengajukan permohonan

izin unit usaha syariah kepada OJK dengan dilampiri:

a. anggaran dasar Perusahaan Pergadaian Pemerintah

yang memuat maksud dan tujuan melakukan kegiatan

usaha berdasarkan Prinsip Syariah;

Page 164: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

- 45 -

b. surat keputusan dari rapat umum pemegang saham

atau Direksi, yang membuktikan adanya modal kerja

yang disisihkan untuk unit usaha syariah;

c. dokumen DPS, meliputi:

1. keputusan rapat umum pemegang saham

mengenai pengangkatan DPS; dan

2. surat rekomendasi DPS dari Dewan Syariah

Nasional Majelis Ulama Indonesia;

d. dokumen pimpinan unit usaha syariah meliputi:

1. surat keputusan Direksi Perusahaan Pergadaian

Pemerintah mengenai pengangkatan pimpinan

unit usaha syariah;

2. surat pernyataan dari pimpinan unit usaha

syariah dan diketahui oleh Direksi Perusahaan

Pergadaian Pemerintah yang menyatakan bahwa

pimpinan unit usaha syariah tidak rangkap

jabatan pada fungsi lain selain pada fungsi yang

bertujuan untuk mendukung pelaksanaan

kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah; dan

3. daftar riwayat hidup pimpinan unit usaha

syariah, dilengkapi dengan pas foto berwarna

yang terbaru berukuran 4x6 cm; dan

e. contoh Surat Bukti Gadai dan/atau formulir

berdasarkan Prinsip Syariah yang akan digunakan.

Pasal 59

(1) Laporan berkala sebagaimana dimaksud dalam Pasal

35 ayat (1) bagi Perusahaan Pergadaian Pemerintah

berupa laporan unit usaha syariah dalam hal

Perusahaan Pergadaian Pemerintah telah memiliki izin

pembukaan unit usaha syariah.

(2) Selain laporan berkala sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 35 ayat (1), Perusahaan Pergadaian Pemerintah

wajib menyampaikan kepada OJK:

a. laporan keuangan tahunan yang telah diaudit

oleh akuntan publik paling lambat 4 (empat)

bulan setelah tahun buku berakhir; dan

Page 165: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

- 46 -

b. laporan bulanan sesuai peraturan perundang-

undangan.

BAB XI

SANKSI

Pasal 60

(1) Perusahaan Pergadaian yang tidak memenuhi

ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat

(2), Pasal 3, Pasal 11 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 12

ayat (1), Pasal 13 ayat (4), Pasal 14 ayat (2), Pasal 15,

Pasal 16, Pasal 17 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 18, Pasal

19 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 20 ayat (1) dan ayat (2),

Pasal 21 ayat (1), Pasal 22 ayat (1), ayat (2), dan ayat

(3), Pasal 23 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3), Pasal 24

ayat (7) dan ayat (8), Pasal 25 ayat (1) dan ayat (2),

Pasal 27 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 28 ayat (1) dan

ayat (2), Pasal 29 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 30 ayat

(1) dan ayat (2), Pasal 32 ayat (1), Pasal 33 ayat (1),

Pasal 34 ayat (1), Pasal 35 ayat (1), ayat (2), ayat (3),

dan ayat (4), Pasal 36 ayat (1) dan ayat (4), Pasal 37

ayat (1), Pasal 38 ayat (1), Pasal 39, Pasal 40 ayat (1),

Pasal 47 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 48 ayat (4), ayat

(5), dan ayat (6), Pasal 50 ayat (3) dan ayat (4), Pasal

51 ayat (1), Pasal 52 ayat (1) dan ayat (3), Pasal 56

ayat (1), Pasal 57 ayat (1) dan ayat (2), dan Pasal 59

ayat (2) Peraturan OJK ini dikenakan sanksi

administratif berupa:

a. peringatan;

b. pembekuan kegiatan usaha;

c. pembatalan persetujuan penyelenggaraan

sebagian kegiatan usaha berdasarkan Prinsip

Syariah;

d. pencabutan izin unit usaha syariah bagi

Perusahaan Pergadaian Pemerintah; dan/atau

e. pencabutan izin usaha.

Page 166: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

- 47 -

(2) Peringatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf

a diberikan paling banyak 3 (tiga) kali berturut-turut

dengan jangka waktu paling lama masing-masing 40

(empat puluh) Hari.

(3) Dalam hal sebelum berakhirnya jangka waktu sanksi

peringatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2),

Perusahaan Pergadaian telah memenuhi ketentuan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), OJK mencabut

sanksi peringatan.

(4) Dalam hal masa berlaku peringatan ketiga

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berakhir dan

Perusahaan Pergadaian tetap tidak memenuhi

ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), OJK

mengenakan sanksi pembekuan kegiatan usaha.

(5) Sanksi pembekuan kegiatan usaha diberikan secara

tertulis dan berlaku sejak ditetapkan untuk jangka

waktu paling lama 6 (enam) bulan.

(6) Dalam hal sebelum berakhirnya jangka waktu

pembekuan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud

pada ayat (5), Perusahaan Pergadaian telah memenuhi

ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), OJK

mencabut sanksi pembekuan kegiatan usaha.

(7) Dalam hal sampai dengan berakhirnya jangka waktu

pembekuan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud

pada ayat (5), Perusahaan Pergadaian tidak juga

memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), OJK melakukan:

a. pembatalan persetujuan penyelenggaraan

sebagian kegiatan usaha berdasarkan Prinsip

Syariah;

b. pencabutan izin unit usaha syariah bagi

Perusahaan Pergadaian Pemerintah; atau

c. pencabutan izin usaha.

Pasal 61

(1) Bagi pelaku Usaha Pergadaian yang telah terdaftar di

OJK dan tidak memenuhi ketentuan sebagaimana

Page 167: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

- 48 -

dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) dan Pasal 7 ayat (1)

Peraturan OJK ini dikenakan sanksi berupa

peringatan paling banyak 2 (dua) kali berturut-turut

dengan jangka waktu paling lama masing-masing 1

(satu) bulan.

(2) Dalam hal sebelum berakhirnya jangka waktu sanksi

peringatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

pelaku Usaha Pergadaian telah memenuhi ketentuan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), OJK mencabut

sanksi peringatan.

(3) Dalam hal masa berlaku peringatan kedua

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berakhir dan

pelaku Usaha Pergadaian tetap tidak memenuhi

ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), OJK

membatalkan pendaftaran.

BAB XII

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 62

Perusahaan Pergadaian Pemerintah harus menyesuaikan

kegiatan usahanya sebagaimana diatur dalam Pasal 13

ayat (1) dan ayat (2) paling lambat 2 (dua) tahun sejak

Peraturan OJK ini diundangkan.

Pasal 63

Kegiatan usaha Perusahaan Pergadaian Pemerintah yang

telah mendapat persetujuan OJK sebelum Peraturan OJK

ini diundangkan, dinyatakan tetap berlaku.

Pasal 64

Permohonan izin pembukaan unit usaha syariah

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 harus diajukan

oleh Perusahaan Pergadaian Pemerintah kepada OJK

paling lambat 1 (satu) tahun sejak Peraturan OJK ini

diundangkan.

Page 168: PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47987...PELAKSANAAN LELANG PADA BENDA JAMINAN GADAI BERDASARKAN FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002

- 49 -

BAB XIII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 65

Peraturan OJK ini mulai berlaku pada tanggal

diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan

pengundangan Peraturan OJK ini dengan penempatannya

dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 29 Juli 2016

KETUA DEWAN KOMISIONER

OTORITAS JASA KEUANGAN,

ttd

MULIAMAN D. HADAD

Diundangkan di Jakarta

pada tanggal 29 Juli 2016

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,

ttd

YASONNA H. LAOLY

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 NOMOR 152

Salinan sesuai dengan aslinya

Direktur Hukum 1

Departemen Hukum

ttd

Yuliana