PELAKSANAAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PALANG MERAH …eprints.uny.ac.id/49032/1/Dani Pratromo.pdf ·...

210
i PELAKSANAAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PALANG MERAH REMAJA UNIT 74 SD NEGERI BHAYANGKARA YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Dani Pratomo NIM 11108244037 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2017

Transcript of PELAKSANAAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PALANG MERAH …eprints.uny.ac.id/49032/1/Dani Pratromo.pdf ·...

i

PELAKSANAAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER

PALANG MERAH REMAJA UNIT 74

SD NEGERI BHAYANGKARA

YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan

Oleh

Dani Pratomo

NIM 11108244037

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2017

ii

PELAKSANAAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER

PALANG MERAH REMAJA UNIT 74

SD NEGERI BHAYANGKARA

YOGYAKARTA

Oleh:

Dani Pratomo

NIM 11108244037

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan

ekstrakurikuler Palang Merah Remaja Unit 74 SD Negeri Bhayangkara

Yogyakarta.

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan subjek

penelitian terdiri atas kepala sekolah, pembina dan pelatih ekstrakurikuler Palang

Merah Remaja. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data berupa

observasi, wawancara dan dokumentasi. Adapun teknik yang digunakan untuk

menganalisis data yaitu dengan langkah-langkah yang dikemukakan oleh Miles

dan Huberman melalui pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, serta

kesimpulan dan verifikasi. Untuk menguji keabsahan data menggunakan

triangulasi sumber dan teknik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perencanaan kegiatan ekstrakurikuler

dilakukan oleh pelatih ekstrakurikuler Palang Merah Remaja kemudian diseleksi

dalam rapat sekolah dan hasilnya dijabarkan dalam program kegiatan.

Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler Palang Merah Remaja diikuti oleh sebagian

siswa kelas V SD Negeri Bhayangkara. Siswa sekolah dasar dilibatkan secara

aktif dalam program kegiatan yang dapat membantu perkembangan sosial dan

emosional siswa. Evaluasi kegiatan ekstrakurikuler Palang Merah Remaja

dilakukan dengan evaluasi pelatihan dan evaluasi program kegiatan. Faktor

pendukung kegiatan ekstrakurikuler Palang Merah Remaja Unit 74 SD Negeri

Bhayangkara adalah dukungan dari pihak sekolah dan wali murid. Faktor

penghambat kegiatan ekstrakurikuler Palang Merah Remaja Unit 74 SD Negeri

Bhayangkara adalah pelatih PMR memiliki kesibukan di tempat lain, partisipasi

anak masih kurang, dan keterbatasan anggaran.

Kata kunci: ekstrakurikuler, Palang Merah Remaja, Siswa sekolah Dasar

iii

IMPLEMENTATION OF EXTRACURRICULAR ACTIVITIES

OF YOUTH RED CROSS IN 74 UNIT BHAYANGKARA

STATE ELEMENTARY SCHOOL OF YOGYAKARTA

By:

Dani Pratomo

NIM 11108244037

ABSTRACT

This research aimed to determine the implementation of extracurricular

activities of Youth Red Cross in Unit 74 of Bhayangkara State Elementary School

of Yogyakarta.

This research was used a qualitative descriptive approach with the subjects

were principal, supervisors and trainer of Youth Red Cross. The method was

observation, interview and documentation. Data analyze used Miles and

Huberman theory by data collection, data reduction, data presentation, and

conclusions and verification. The data validity used triangulation of sources and

techniques.

The results show that the program plans are conducted by the trainer then

selected in the school meeting and the results were elaborated in the activity

programs. The implementation of extracurricular activities are followed by some

students in grade fifth of Bhayangkara State Elementary School. The students are

invited in the programs which is able to develop social and emotional of the

students. Evaluation of Youth Red Cross extracurricular has done by training

evaluation and program evaluation. Support factor is support from the school and

parents. Constraint factor is the trainers have another job, the participation of

students is low, and budget constraints

Keywords: extracurricular, Youth Red Cross, students of elementary school

iv

v

vi

vii

MOTTO

“Yang terbaik di antara kalian adalah mereka yang berakhlak paling mulia”

Nabi Muhammad SAW

“Berusahalah untuk tidak menjadi manusia yang berhasil tapi berusahalah

menjadi manusia yang berguna” ~ Einstein

“Do your best at any moment that you have”.

(Lakukan yang terbaik pada setiap saat yang kamu miliki)

“Siammo tutti fratelli”

Kita semua bersaudara

viii

HALAMAN PERSEMBAHAN

Puji syukur penulis panjatkan atas limpahan rahmat Allah SWT, sehingga karya

kecil ini dapat saya persembahkan kepada:

Kedua orang tua, Bapak Senen dan Ibu Sarinem yang sangat saya

banggakan, karena dengan kasih sayang kalian akhirnya saya dapat

menyelesaikan studi sampai jenjang ini.

Almamater Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memfasilitasi

dalam berbagai studi keilmuan.

Organisasi Palang Merah Indonesia, Khususnya KSR PMI Unit UNY yang

bergerak dalam bidang kemanusiaan.

Insan-insan yang peduli terhadap pendidikan.

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT berkat rahmat, karunia

dan hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi yang berjudul

“Pelaksanaan Kegiatan Palang Merah Remaja Unit 74 SD Negeri Bhayangkara

Yogyakarta”. Skripsi ini disusun sebagai syarat memperoleh gelar sarjana

pendidikan di Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.

Skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik dan lancar atas bantuan dari

berbagai pihak yang memberikan dukungan dan memberikan kemudahan dalam

penyusunan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan

terimakasih kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta atas

ijin bimbingan yang telah diberikan untuk melakukan penelitian.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Prasekolah dan Sekolah Dasar yang telah

menyetujui judul ini.

3. Ibu Wuri Wuryandini, M.Pd selaku dosen penasehat akademik yang

telah memberikan arahan dan bimbingan selama masa studi.

4. Bapak Sudarmanto, M.Kes dan Bapak Banu Setyo Adi, M.Pd selaku

dosen pembimbing atas waktu dan kesabaran yang membimbing dan

mengarahkan penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi ini.

5. Bapak dan ibu dosen program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

yang telah memberikan ilmu dan wawasan selama masa studi penulis.

6. Kepala sekolah, guru kelas V, pembina PMR, pelatih PMR dan siswa

kelas V SD Negeri Bhayangkara Yogyakarta yang telah mengijinkan,

membantu dan memberikan informasi selama penelitian.

7. Kedua orang tuaku yang terus berusaha mendo’akan, membesarkan,

mendidik serta membiayai pendidikanku demi tercapainya

kesuksesanku.

8. Kakak-kakak dan adikku yang memberikan motivasi untuk

menyelesaikan pendidikanku.

x

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ..........................................................................................i

ABSTRAK ..........................................................................................................ii

ABSTRACT ..........................................................................................................iii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...............................................iv

HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................v

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................vi

HALAMAN MOTTO .........................................................................................vii

HALAMAN PERSEMBAHAN..........................................................................viii

KATA PENGANTAR ........................................................................................ix

DAFTAR ISI .......................................................................................................xi

DAFTAR TABEL ...............................................................................................xiii

DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................xiv

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................xvi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ..........................................................................1

B. Identifikasi Masalah ................................................................................5

C. Batasan masalah ......................................................................................6

D. Rumusan Masalah ...................................................................................6

E. Tujuan penelitian .....................................................................................6

F. Manfaat Penelitian ..................................................................................6

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kegiatan Ekstrakurikuler

1. Pengertian Kegiatan Ekstrakurikuler ................................................8

2. Fungsi Kegiatan Ekstrakurikuler.......................................................9

3. Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler ..............................................10

4. Tujuan Kegiatan Ekstrakurikuler ......................................................11

5. Jenis-jenis Kegiatan Ekstrakurikuler.................................................12

B. Palang Merah Remaja

1. Palang Merah Indonesia dan Palang Merah Remaja.........................14

a. Palang Merah Indonesia ..............................................................14

b. Palang Merah Remaja .................................................................18

1). Visi dan Misi Palang Merah Remaja .....................................20

2). Landasan Hukum Palang Merah Remaja...............................21

3). Keanggotaan Palang Merah Remaja ......................................21

xii

4). Kurikulum Palang Merah Remaja .........................................22

5). Manajemen Palang Merah Remaja ........................................26

6). Karakteristik Siswa Sekolah Dasar ........................................32

C. Penelitian yang Relevan ..........................................................................36

D. Pertanyaan penelitian ..............................................................................37

BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian .............................................................................38

B. Tempat dan Waktu penelitian .................................................................38

C. Sumber Data Penelitian ...........................................................................39

D. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................39

E. Instrumen Penelitian................................................................................41

F. Teknik Analisis Data ...............................................................................47

G. Keabsahan Data .......................................................................................49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian .......................................................................................51

1. Deskripsi Lokasi Penelitian...............................................................51

2. Deskripsi Hasil penelitian .................................................................55

a. Perencanaan program ekstrakurikuler PMR SD Negeri

Bhayangkara ................................................................................56

b. Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR SD Negeri

Bhayangkara ................................................................................61

c. Evaluasi kegiatan ekstrakurikuler PMR SD Negeri Bhayangkara

.....................................................................................................84

B. Pembahasan .............................................................................................94

1. Perencanaan program ekstrakurikuler PMR SD Negeri Bhayangkara..94

2. Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR SD Negeri Bhayangkara..96

3. Evaluasi kegiatan ekstrakurikuler PMR SD Negeri Bhayangkara .......100

C. Keterbatasan Penelitian ...........................................................................104

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan .............................................................................................105

B. Saran ........................................................................................................106

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 109

LAMPIRAN....................................................................................................... 111

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Kurikulum pelatihan PMR ...................................................................29

Tabel 2. Kisi-kisi umum hubungan sumber data, metode, dan instrumen

pengumpulan data .................................................................................43

Tabel 3. kisi-kisi pedoman wawancara kepala sekolah ......................................44

Tabel 4. kisi-kisi pedoman wawancara pembina PMR .......................................45

Tabel 5. kisi-kisi pedoman wawancara pelatih PMR .........................................46

Tabel 6. jumlah guru dan karyawan SD Negeri Bhayangkara ............................54

Tabel 7. jumlah siswa SD Negeri Bhayangkara..................................................54

Tabel 8. Struktur organisasi PMR .......................................................................57

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Siklus manajemen PMR ................................................................ 27

Gambar 2. Komponen dalam analisis data ...................................................... 47

Gambar 3. Anggota PMR SD Negeri Bhayangkara dalam kegiatan orientasi,

pengukuhan pengurus, dan keakraban anggota PMR di Bumi

Perkemahan Babarsari ................................................................ 65

Gambar 4.1. Anggota PMR sedang melakukan permainan ular tangga siaga

bencana dalam pelatihan PMR ................................................... 66

Gambar 4.2. Pelatih sedang mengamatai dan mengarahkan permainan ular tangga

siaga bencana .............................................................................. 66

Gambar 5. Tanaman TOGA yang terletak di halaman samping SD Negeri

Bhayangkara ............................................................................... 68

Gambar 6. Slayer, seragam, dan bed anggota PMR SD Negeri Bhayangkara. 69

Gambar 7.1. Anggota PMR menggunakan co-card Panitia dalam kegiatan

pemeriksaan golongan darah ...................................................... 70

Gambar 7.2. Pelatih memberikan arahan kepada anggota PMR yang sedang

bertugas memanggil peserta aksi donor darah ............................ 70

Gambar 7.3. Anggota PMR sedang duduk menunggu pendonor yang telah selesai

mendonorkan darahnya untuk diberi cenderamata ..................... 71

Gambar 7.4. Walikota, kapolresta dan kadindikdas kota Yogyakarta mengamati

aksi donor darah yang dilaksanakan PMR SD Negeri Bhayangkara

Gambar 8.1. Tim paduan suara PMR SD Negeri Bhayangkara dalam acara

Penghargaan Relawan PMI DIY ................................................. 73

Gambar 8.2. Tim paduan suara PMR SD Negeri Bhayangkara berfoto bersama

gubernur DIY dan ketua PMI DIY ............................................. 73

Gambar 9. Kegiatan futsal persahabatan antara PMR SD Negeri Bhayangkara

dengan PMR SD Negeri Demangan ........................................... 75

Gambar 10.1. ruang UKS sebagai sarana anggota PMR memberikan pertolongan

kepada teman yang sedang sakit ............................................... 77

xv

Gambar 10.2. ruang kelas sebagai sarana pelatihan PMR ............................... 77

Gambar 10.3. penggunaan halaman sekolah untuk kegiatan praktek atau

permainan dalam pelatihan ....................................................... 77

Gambar 11. Simulasi sebagai salah satu metode dalam pelatihan PMR.......... 83

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Surat ijin observasi ...................................................................... 111

Lampiran 2. Surat ijin penelitian ...................................................................... 112

Lampiran 3. Surat ijin dari Dinas Perijinan Kota Yogyakarta ......................... 113

Lampiran 4. Instrumen wawancara kepala sekolah ........................................ 114

Lampiran 5. Instrumen wawancara pembina PMR ......................................... 115

Lampiran 6. Instrumen wawancara pelatih PMR ............................................. 116

Lampiran 7. Pedoman observasi ...................................................................... 117

Lampiran 8. Pedoman Dokumentasi ................................................................ 118

Lampiran 9. Surat Keputusan PMI Kota Yogyakarta ...................................... 119

Lampiran 10. Struktur Organisasi PMR........................................................... 122

Lampiran 11. Anggota PMR SD Negeri Bhayangkara .................................... 124

Lampiran 12. Program kegiatan ekstrakurikuler PMR SD Negeri

Bhayangkara ............................................................................. 126

Lampiran 13. Foto kegiatan PMR SD Bhayangkara ........................................ 129

Lampiran 14. Silabus kegiatan pembelajaran ekstrakurikuler PMR SD

Negeri Bhayangkara tahun 2015/2016 ..................................... 131

Lampiran 15. Lembar pelaksanaan harian ekstrakurikuler PMR..................... 135

Lampiran 16. Catatan wawancara kepala sekolah ........................................... 139

Lampiran 17. Catatan wawancara pembina PMR ............................................ 144

Lampiran 18. Catatan wawancara pelatih PMR ............................................... 151

Lampiran 19. Analisis data .............................................................................. 157

Lampiran 20. Lembar Observasi ...................................................................... 179

Lampiran 21. Catatan lapangan........................................................................ 183

Lampiran 22. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ......................... 194

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Pendidikan ada

selama manusia tersebut menjalani kehidupannya. Hal ini karena sejak awal

manusia dilahirkan dan memulai kehidupannya manusia tersebut tidak mengetahui

apa-apa. Melalui bantuan orang-orang yang berada disekitarnya, manusia tersebut

dapat belajar dan melakukan sesuatu yang dikehendakinya misalnya makan,

minum, berbicara dan berjalan. Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta

didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

spiritual keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Jenjang pendidikan yang pertama kali dilalui oleh siswa pada lembaga formal

pendidikan adalah sekolah dasar. Bafadal (2003:3) mengemukakan bahwa sekolah

dasar merupakan satuan pendidikan dasar yang menyelenggarakan pendidikan

enam tahun. Sekolah dasar diselenggarakan untuk mengembangkan sikap dan

kemampuan serta memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang

diperlukan untuk kehidupan dalam masyarakat serta menyiapkan peserta didik

memenuhi persyaratan untuk mengikuti pendidikan menengah.

2

“Siswa sekolah dasar yang berkisar antara usia 6 sampai 12 tahun adalah

kelompok usia yang masih mempunyai keinginan untuk selalu bergerak

karena pada masa itu anak mempunyai kelebihan energi sehingga disalurkan

melalui bergerak. Sering didapatkan ketika bermain terjadi suatu kecelakaan

besar maupun kecil sehingga kadang-kadang menyebabkan kepanikan bagi

pihak sekolah. Untuk itu guru sebagai orang pertama yang bertangung jawab

diharapkan mampu memberikan suatu pertolongan pertama agar tidak terjadi

akibat yang lebih buruk” (Adi, 2012:88)

Pada kasus tersebut, dapat disimpulkan bahwa guru merupakan orang yang

bertanggung jawab untuk memberikan pertolongan pertama (first aid). Namun pada

kenyataannya, guru tidak dapat mengawasi semua siswa satu persatu. Siswa yang

berada dekat dengan yang mengalami kecelakaan itulah yang memiliki peran untuk

memberikan pertolongan pertama. Pertolongan pertama harus diberikan dengan

tepat karena jika tidak tepat, justru akan memperparah kondisi siswa. Oleh karena

itu, perlu diberikan pemahaman tentang pertolongan pertama pada semua siswa

untuk dapat memberikan bantuan yang tepat dengan kecelakaan yang dialami.

Perkembangan Ilmu pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) mengubah pola

kehidupan manusia. Semua kalangan dapat memanfaatkan perkembangan IPTEK

dalam aktivitas sehari-hari. Apalagi saat ini gadget berupa ponsel sudah bisa

diaplikasikan oleh anak yang masih duduk di sekolah dasar (Hidayat dalam

sindonews: 2015). Perkembangan IPTEK tidak hanya memberi dampak positif,

dampak negatif juga mengikutinya. Gadget dapat memberikan kemudahan pada

anak untuk mencari informasi yang dibutuhkan, tetapi gadget juga dapat membuat

anak lebih individualis, komunikasi dan kerja sama dengan teman sebayanya

menjadi berkurang serta tingkat kepedulian dan kepekaan anak terhadap lingkungan

menjadi berkurang.

3

Berdasarkan dua permasalahan diatas, salah satu cara untuk mengatasinya

adalah dengan kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan

di luar jam pelajaran sekolah biasa, yang dilakukan di sekolah atau di luar sekolah

dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan siswa, mengenai hubungan antar

mata pelajaran, menyalurkan bakat dan minat, serta melengkapi pembinaan

manusia seutuhnya. Kegiatan ini dilakukan berkala atau hanya dalam waktu-waktu

tertentu dan ikut dinilai (Saputra, 1999:4).

Kegiatan ekstrakurikuler yang ada di sekolah dasar (SD) yaitu kepramukaan,

usaha kesehatan sekolah, palang merah remaja, kesenian, dan olahraga. Salah satu

kegiatan ekstrakurikuler yang dapat membantu siswa untuk mengembangkan

pengetahuan anak dalam pertolongan pertama dan membentuk karakter siswa yang

peduli terhadap lingkungan disekitarnya adalah palang merah remaja (PMR).

PMR merupakan suatu organisasi yang terdiri dari para remaja untuk

melakukan suatu kegiatan sosial yang bermanfaat bagi manusia. Susilo (2008:1)

juga menyatakan bahwa PMR adalah wadah pembinaan dan pengembangan

anggota remaja Palang Merah Indonesia (PMI), anggota PMR merupakan salah satu

kekuatan PMI dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan kemanusiaan di bidang

kesehatan dan siaga bencana, mempromosikan prinsip-prinsip dasar gerakan palang

merah dan bulan sabit merah internasional serta mengembangkan kapasitas

organisasi PMI.

PMR memiliki tujuan untuk membentuk dan mengembangkan karakter siswa

ke arah yang lebih baik yang tercantum dalam Tri Bhakti PMR. Tri Bhakti PMR

yaitu meningkatkan keterampilan hidup sehat, berkarya dan berbakti di masyarakat,

4

dan mempererat persahabatan nasional dan internasional (Susilo, 2008:2).

Berdasarkan Tri Bhakti tersebut, PMR memiliki peran yang sangat penting dalam

membentuk karakter remaja yang berjiwa sosial. Kegiatan PMR memiliki banyak

kegiatan-kegiatan yang dapat menumbuhkan sikap kepedulian siswa terhadap

keadaan di lingkungan sekitarnya. Kegiatan-kegiatan tersebut juga memiliki

manfaat terhadap masyarakat yang ada di sekitar lingkungan siswa. Materi kegiatan

ekstrakurikuler PMR di sekolah dasar yaitu pengenalan akan kegiatan-kegiatan dan

keterampilan-keterampilan sosial misalnya: pemberian pertolongan pertama saat

terjadi kecelakaan, perawatan keluarga, kepemimpinan, kesehatan remaja, donor

darah, dan kesiapsiagaan bencana (Susilo, 2008: 18).

Namun pada kenyataannya, kegiatan ekstrakurikuler PMR masih dipandang

sebelah mata. PMR juga belum menjadi primadona di sekolah (PMI, 2007:10).

Banyak sekolah yang belum melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler PMR.

Berdasarkan data yang diperoleh dari staf Pendidikan dan Latihan PMI Kota

Yogyakarta baru enam SD yang telah melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler PMR

dari jumlah 244 SD yang ada di kota Yogyakarta. Hal ini menunjukkan bahwa

masih banyak sekolah yang belum mengetahui tujuan dan manfaat dari kegiatan

ekstrakurikuler PMR

SD Negeri Bhayangkara Yogyakarta merupakan salah satu sekolah dasar

yang melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler PMR secara rutin. Berbagai prestasi

telah diperoleh dalam kegiatan PMR. PMR SD Negeri Bhayangkara Yogyakarta

menjadi juara umum untuk tingkat Mula (tingkat SD) pada kegiatan Jumbara PMR

5

XIV yang diadakan oleh PMI Kota Yogyakarta. Berikut ini daftar prestasi yang

diperoleh SD Bhayangkara dalam kegiatan tersebut:

a. Juara I Ceramah PHBS JUMBARA PMR XIV tahun 2014

b. Juara I Foto Kemanusiaan JUMBARA PMR XIV tahun 2014

c. Juara I Vocal Grup JUMBARA PMR XIV tahun 2014

d. Juara I Mendirikan Tenda JUMBARA PMR XIV tahun 2014

e. Juara II Pengetahuan Umum JUMBARA PMR XIV tahun 2014

f. Juara I Dapur Umum JUMBARA PMR XIV tahun 2014

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa ekstrakurikuler Palang

Merah Remaja di SD Negeri Bhayangkara berjalan dengan baik. Hampir pada

semua lomba mendapatkan juara I, namun belum diketahui bagaimana proses

pembelajarannya dan faktor-faktor yang mendukung ekstrakurikuler Palang Merah

Remaja di SD Negeri Bhayangkara. Oleh karena itu, peneliti ingin melakukan

penelitian tentang Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler PMR di SD Negeri

Bhayangkara Yogyakarta.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka peneliti menemukan

berbagai masalah yaitu :

1. Anak sekolah dasar perlu dibekali keterampilan pertolongan pertama.

2. Perkembangan IPTEK membuat anak lebih individualis, komunikasi dan

kerja sama dengan teman sebayanya menjadi berkurang serta tingkat

kepedulian dan kepekaan anak terhadap lingkungan menjadi berkurang.

6

3. Banyak sekolah dasar di kota Yogyakarta yang belum melaksanakan

kegiatan ekstrakurikuler Palang Merah Remaja.

4. Belum diketahui proses pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler Palang Merah

Remaja di SD Negeri Bhayangkara yang mampu mendapat juara umum di

JUMBARA PMI Kota Yogyakarta.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, dapat

disimpulkan terdapat berbagai masalah yang ada di lingkungan sekolah dasar yang

cakupannya sangat luas. Oleh karena itu, peneliti akan memfokuskan penelitian

pada “pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler Palang Merah Remaja SD Negeri

Bhayangkara Yogyakarta ”.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, identifikasi masalah, dan batasan masalah

yang telah dikemukakan pada bagian terdahulu, maka rumusan masalah yang dapat

peneliti ajukan adalah: “Bagaimana pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler Palang

Merah Remaja Unit 74 SD Negeri Bhayangkara Yogyakarta?”.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan

kegiatan ekstrakurikuler Palang Merah Remaja (PMR) di SD Negeri Bhayangkara.

F. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai

berikut.

7

1. Bagi sekolah

Penelitian ini dapat dijadikan referensi atau rujukan bagi pengambil kebijakan

sekolah yang ingin menerapkan kegiatan ekstrakurikuler PMR di tingkat SD,

memberikan gambaran tentang kegiatan ekstrakurikuler Palang Merah Remaja

(PMR), dan sekolah dapat lebih memperhatikan pelaksanaan kegiatan

ekstrakurikuler khususnya PMR.

2. Bagi siswa

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang kegiatan

kepalangmerahan, menambah pengetahuan tentang kegiatan sosial di sekitar

lingkungannya dan meningkatkan minat siswa untuk mengikuti kegiatan

ekstrakurikuler Palang Merah Remaja.

3. Bagi peneliti

Sebagai sarana dalam menerapkan ilmu yang diperoleh selama kuliah dan

menambah bekal pengetahuan untuk terjun ke sekolah dan masyarakat.

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kegiatan Ekstrakurikuler

1. Pengertian Kegiatan Ekstrakurikuler

Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan-kegiatan peserta didik diluar jam

pelajaran untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan,

potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang diselenggarakan secara

khusus di sekolah atau madrasah (Muhaimin, dkk. 2008:74). Kegiatan

ekstrakurikuler dilakukan di luar jam pelajaran untuk memperkaya dan memperluas

wawasan, pengetahuan, dan kemampuan dari materi pelajaran yang telah dipelajari

dalam kurikulum (Raharjo, 2010:155-156). Mengingat terbatasnya jam pelajaran

yang disediakan sekolah untuk program intrakurikuler (Program pengajaran berupa

label mata pelajaran, alokasi waktu, dan penyebarannya di setiap kelas dan satuan

pengajarannya), kegiatan ekstrakurikuler membantu peserta didik, terutama yang

memiliki kemampuan kurang (Saputra, 1998 :7).

Hal ini sejalan dengan pendapat Hernawan (2008: 12.5) yang menyatakan

bahwa kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang dilaksanakan untuk

memenuhi tuntutan penguasaan bahan kajian dan pelajaran dengan alokasi waktu

yang diatur secara tersendiri berdasarkan kebutuhan tiap sekolah.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

kegiatan ekstrakurikuler adalah suatu wadah untuk mengembangkan minat, bakat,

dan kreativitas peserta didik agar memiliki kemampuan intelektual, emosional,

kompetensi sosial, dan spiritual yang dilaksanakan di luar jam pelajaran sekolah,

yang pada akhirnya dapat mendukung keberhasilan program pengajaran.

9

2. Fungsi Kegiatan Ekstrakurikuler

Dalam setiap kegiatan yang dilakukan, pasti tidak lepas dari aspek tujuan.

Kerena suatu kegiatan yang diakukan tanpa jelas tujuannya, maka kegiatan itu akan

sia-sia. Begitu pula dengan kegiatan ekstrakurikuler tertentu memiliki tujuan

tertentu. Kegiatan ekstrakurikuler memiliki fungsi untuk menunjang program

pembelajaran yang telah direncanakan dalam pembelajaran di kelas dan untuk

menunjang program keberhasilan program kurikuler. Termasuk di dalamnya

mencakup kepribadian, serta pengembangan minat dan bakat peserta didik (Raharjo

: 149).

Sementara itu, Muhaimin (2008:75) menjelaskan bahwa kegiatan

ekstrakurikuler berfungsi sebagai:

a. Edukatif dan ritual, kegiatan-kegiatan tersebut sangat menunjang proses

pembinaan dan pendidikan praktis di sela-sela kehidupan peserta didik (An

Nahlawi dalam Muhaimin 2008 : 75).

b. Pengembangan, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk

mengembangkan potensi, minat, dan bakat peserta didik.

c. Sosial, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan

kemampuan dan rasa tanggung jawab peserta didik.

d. Rekreatif, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan

suasana rileks, menggembirakan dan menyenangkan hati peserta didik

yang menunjang proses perkembangannya.

e. Persiapan karir, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk

mengembangkan kesiapan karir peserta didik.

10

Dengan demikian, kegiatan ekstrakurikuler yang diselenggarakan di sekolah

dapat berfungsi untuk menunjang tujuan pembelajaran sekaligus membantu dalam

mengembangkan minat, bakat, sikap sosial dan tanggung jawab, memberikan

suasana rileks, dan mengembangkan kesiapan karir peserta didik.

3. Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler

Hernawan (2008:12.24 – 12.25) menyebutkan bahwa ada lima prinsip dalam

pengembangan kegiatan ekstrakurikuler. Prinsip-prinsip tersebut meliputi :

a. Orientasi pada tujuan

Prinsip ini memiliki arti yang sangat penting untuk perkembangan

kepribadian peserta didik secara utuh. Oleh karena kegiatan ekstrakurikuler

memiliki tujuan yang ingin dicapai, maka perlu dirancang alat evaluasi sebagai alat

untuk menentukan keberhasilan pelaksanaan program untuk mencapai tujuan.

b. Sosial dan kerjasama

Siswa adalah makhluk sosial, maka melalui kegiatan ekstrakurikuler, harus

ditumbuhkan sikap sosial dalam arti bekerja sama dalam kelompok secara

harmonis, saling membantu, saling menghargai, bersikap toleran dan sebagainya.

c. Motivasi

Untuk keberhasilan program ekstrakurikuler, maka menumbuhkan motivasi

itu sangat penting. Baik kepala sekolah terhadap guru, maupun guru terhadap

peserta didik.

d. Pengkoordinasian dan tanggung jawab

Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab pada orang- orang yang

terlibat dalam kegiatan tersebut sangat diperlukan untuk efektifitas dan efisiensi

11

kegiatan, untuk memberdayakan potensi Sumber Daya Manusia yang tersedia

dengan mempertimbangkan bakat, kemampuan dan pengalaman – pengalaman

yang pernah dilaluinya.

e. Relevansi

Kesesuaian kegiatan ekstrakurikuler dengan program kurikuler dan

kesesuaian kegiatan ekstrakurikuler dengan kondisi dan tuntunan lingkungan

sekitar.

4. Tujuan Kegiatan Ekstrakurikuler

Peserta didik banyak menghabiskan waktunya di lingkungan sekolah dalam

kegiatan belajar mengajar baik dalam kegiatan intrakurikuler dan kegiatan

ekstrakurikuler. Kegiatan belajar mengajar yang ditawarkan tersebut membantu

pertumbuhan dan perkembangan peserta didik sebagai individu. Kegiatan

ekstrakurikuler menekankan pada pengalaman peserta didik berupa pengalaman

yang beriklim sosial untuk tujuan hubungan antar manusia (peserta didik yang satu

dengan peserta didik lainnya). Pengalaman ini dapat menjadi pondasi penting

terhadap perilaku peserta didik ketika memasuki masa remaja (Saputra 1998 :16).

Beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan ekstrakurikuler menurut

Hernawan ( 2008 : 12-16) antara lain :

a. Memperluas, memperdalam pengetahuan dan kemampuan/ kompetansi

yang relevan dengan program kurikuler.

b. Memberikan pemahaman terhadap hubungan antar mata pelajaran

c. Menyalurkan minat dan bakat siswa

12

d. Mendekatkan pengetahuan yang diperoleh dengan kebutuhan dan tuntutan

masyarakat.

e. Melengkapi upaya penbinaan manusia seutuhnya dalam arti membentuk

manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berbudi pekerti, memiliki pengetahuan dan keterampilan, sehat jasmani dan

rohani, berkepribadian yang mantap dan mandiri serta memiliki rasa

tanggung jawab kemasyarakatan

5. Jenis-jenis Kegiatan Ekstrakurikuler

Kegiatan ekstrakurikuler pada umumnya dibagi dalam beberapa bidang,

antara lain :

a. Bidang Olahraga, meliputi Sepak Bola, Bola Basket, Bola Volly, Futsal,

Tenis Meja, Bulu Tangkis, Renang, Billyard, Bridge, dan Fitnes.

b. Bidang Seni Beladiri, meliputi Karate, Silat, Tae Kwon Do, Gulat, Tarung

Drajat, Kempo, Wushu, Capoeira, Tinju dan Merpati Putih.

c. Bidang Seni Musik, meliputi Band, Paduan Suara, Orkestra,

Drumband/Marching Band, Akapela, Angklung, Nasyid, Qosidah dan

Karawitan.

d. Bidang Seni Tari dan Peran, meliputi Cheerleader, Modern Dance/Tari

Modern, Tarian Tradisional dan Teater.

e. Bidang Seni Media, meliputi Jurnalistik, Majalah Dinding, Radio

Komunikasi, Fotografi, dan Sinematrografi.

13

f. Bidang-bidang lain, meliputi Komputer, Otomotif, PMR, Pramuka, Karya

Ilmuan Remaja/KIR, Pecinta Alam, Bahasa Paskibraka, Wirausaha,

Koperasi Siswa, dan lain-lain.

Jenis kegiatan ekstrakurikuler yang tertuang dalam Peraturan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 81A Tahun 2013 dapat berbentuk:

a. Krida; meliputi Kepramukaan, Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa

(LDKS), Palang Merah Remaja (PMR), Pasukan Pengibar Bendera Pusaka

(Paskibraka), dan lainnya;

b. Karya ilmiah; meliputi Kegiatan Ilmiah Remaja (KIR), kegiatan penguasaan

keilmuan dan kemampuan akademik, penelitian, dan lainnya;

c. Latihan/olah bakat/prestasi; meliputi pengembangan bakat olahraga, seni

dan budaya, cinta alam, jurnalistik, teater, keagamaan, dan lainnya; atau

d. Jenis lainnya.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 81A Tahun 2013

juga menjelaskan bahwa kegiatan ekstrakurikuler dalam Kurikulum 2013

dikelompokkan berdasarkan kaitan kegiatan tersebut dengan kurikulum, yakni

ekstrakurikuler wajib dan ekstrakurikuler pilihan.

Ekstrakurikuler wajib merupakan program ekstrakurikuler yang harus diikuti

oleh seluruh peserta didik, terkecuali peserta didik dengan kondisi tertentu yang

tidak memungkinkannya untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler tersebut. Dalam

Kurikulum 2013, Kepramukaan ditetapkan sebagai kegiatan ekstrakurikuler wajib

dari sekolah dasar (SD/MI) hingga sekolah menengah atas (SMA/SMK), dalam

pendidikan dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas. Pelaksananannya

dapat bekerja sama dengan organisasi Kepramukaan setempat/terdekat.

Ekstrakurikuler pilihan merupakan kegiatan yang antara lain OSIS, UKS, dan

PMR. Selain itu, kegiatan ini dapat juga dalam bentuk antara lain kelompok atau

14

klub yang kegiatan ekstrakurikulernya dikembangkan atau berkenaan dengan

konten suatu mata pelajaran, misalnya klub olahraga seperti klub sepak bola atau

klub bola voli.

B. Palang Merah Remaja

1. Palang Merah Indonesia dan Palang Merah Remaja

a. Palang Merah Indonesia

Berdirinya Perhimpunan Palang Merah Indonesia (PMI) dimulai sejak masa

kolonial sebelum Perang Dunia Ke-II. Pada 21 Oktober 1873 Pemerintah Kolonial

Belanda mendirikan organisasi Palang Merah di Indonesia dengan nama Het

Nederland-Indische Rode Kruis (NIRK) yang kemudian berubah menjadi

Nederlands Rode Kruis Afdeling Indie (NERKAI). NERKAI dibubarkan ketika

Jepang datang merebut Hiindia Belanda. Munandar (2008 :28) menyatakan di masa

operasionalnya NERKAI berfungsi layaknya sebuah organisasi kemanusiaan,

namun NERKAI melupakan prinsip kesamaan dan kesemestaan karena lembaga ini

mementingkan orang-orang belanda ketimbang warga anak jajahan. Hal inilah yang

membuat sejumlah tokoh pejuang perlu memiliki sendiri organisasi palang merah

meskipun pada saat itu Indonesia belum merdeka.

Semangat dari Putra Indonesia untuk mendirikan PMI tepatnya diawali

sekitar 1932. Rencana pendirian dipelopori oleh dr. RCL Senduk dan dr. Bahder

Djohan. Rencana itu mendapat dukungan luas terutama dari kalangan terpelajar

Indonesia. Para tokoh ini berusaha keras membawa rancangan tersebut dalam

Sidang Konferensi NERKAI pada 1940 walaupun akhirnya ditolak. Saat

pendudukan Jepang usulan ini diajukan kembali dan ditolak kembali.

15

Momentum pembentukan PMI baru hadir di masa kemerdekaan. Pada 3

September 1945, Presiden Soekarno mengeluarkan perintah untuk membentuk

suatu Badan Palang Merah Nasional.

Atas perintah Presiden, maka dr. Buntaran Martoatmodjo yang saat itu

menjabat Menteri Kesehatan Republik Indonesia Kabinet I, membentuk panitia

lima pada 5 September 1945. Panitia itu terdiri atas: dr. R. Mochtar (Ketua), dr.

Bahder Djohan (Penulis), serta tiga orang anggota, yaitu dr. Djuhana, dr. Marzuki

dan dr. Sitanala. Akhirnya pada 17 September 1945, Perhimpunan PMI berhasil

dibentuk dan diketuai oleh Drs. Mohammad Hatta yang saat itu menjabat

sebagai Wakil Presiden RI. Pasca pembentukan, PMI mulai merintis

kegiatannya dengan memberi bantuan korban perang revolusi kemerdekaan

Indonesia dan pengembalian tawanan perang sekutu maupun Jepang.

PMI terus melakukan kegiatan pemberian bantuan hingga akhirnya melalui

Keputusan Presiden (Keppres) RIS (Keppres) Nomor 25 tanggal 16 Januari

1950 yang diperkuat dengan Keppres Nomor 246 tanggal 29 November 1963,

Pemerintah Indonesia mengakui keberadaan PMI.

Secara Internasional pada 15 Juni 1950, keberadaan PMI diakui oleh

Komite Internasional Palang Merah (International Committee of the Red Cross)

atau disingkat ICRC. Setelah itu PMI diterima menjadi anggota Perhimpunan

Nasional ke-68 oleh Liga Perhimpunan Palang Merah pada 16 Oktober 1950.

Berikut adalah nama-nama tokoh yang pernah menjabat Ketua Umum PMI

dalam PMI Provinsi Jawa Timur (2012:23):

1. Ketua PMI I (1945-1946) : Drs. Mohammad Hatta

16

2. Ketua PMI II (1946-1948) : Soetardjo Kartohadikoesoemo

3. Ketua PMI III (1948-1952) : BPH. Bintoro

4. Ketua PMI IV (1952-1954) : Prof. Dr. Bahder Djohan

5. Ketua PMI V (1954-1966) : K.G.P.A.A. Paku alam VIII

6. Ketua PMI VI (1966-1969) : Letnan Jenderal Basuki Rachmat

7. Ketua PMI VII (1970-1982) : Prof. Dr. Satrio

8. Ketua PMI VIII (1982-1986) : Dr. H. Soeyoso Soemodimedjo

9. Ketua PMI IX (1986-1994) : Dr. H. Ibnu Sutowo

10. Ketua PMI X (1994-1999) : Dra. Siti Hardiyanti Rukmana

11. Ketua PMI XI (1999-2004) : Mar’ie Muhammad

12. Ketua PMI XI (1999-2004) : Mar’ie Muhammad

13. Ketua PMI XI (2004-2009) : Muhammad Jusuf Kalla

14. Ketua PMI XI (2014-2019) : Muhammad Jusuf Kalla

Sebagai perhimpunan nasional di Indonesia, cakupan tugas PMI sesuai

dengan Konvensi-Konvensi Jenewa 1949 yang telah diratifikasi oleh pemerintah

Republik Indonesia melalui UU Nomor 59 tahun 1958 (Munandar 2008 : 36).

Cakupan tugas PMI dijabarkan menjadi empat tugas pokok yaitu: (1) kesiapsiagaan

dan penanggulangan bencana; (2) pelatihan pertolongan pertama untuk

sukarelawan; (3) pelayanan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, serta (4)

pelayanan tranfusi darah.

Sapta (2009 : 08) menjelaskan bahwa kegiatan PMI diantaranya adalah: (1)

Diseminasi Palang Merah dan Hukum Perikemanusiaan Internasional (HPI), (2)

17

Penanganan Bencana, (3) Pelayanan Sosial dan Kesehatan Masyarakat, (4)

Pembinaan PMR dan Relawan, dan (5) pelayanan Tranfusi Darah.

Pembinaan PMR dan Relawan dilakukan dalam rangka meningkatkan

kapasitas sumber daya PMI. Pembinaan dilakukan melalui beragam kegiatan

secara tepat, berkualitas dan mengandung nilai-nilai Gerakan. Sasaran pembinaan

untuk Palang Merah Remaja (PMR) meliputi anggota remaja pada tingkat Mula,

Madya dan Wira. Sedangkan untuk relawan meliputi anggota biasa yang berada

dalam wadah Korps Sukarela (KSR) dan Tenaga Sukarela (TSR).

Susilo, dkk (2008 : 74) Palang Merah Indonesia dalam melaksanakan

kegiatan dan pelayanannya berpegang pada prinsip-prinsip dasar gerakan Palang

Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional. Ketujuh Prinsip Dasar Gerakan itu

meliputi:

1) Kemanusiaan

Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional didirikan

berdasarkan keinginan memberi pertolongan tanpa membedakan korban yang

terluka di dalam pertempuran, mencegah dan mengatasi penderitaan sesama

manusia. Palang merah menumbuhkan saling pengertian, persahabatan, kerja sama,

dan perdamaian abadi bagi sesama manusia.

2) Kesamaan

Gerakan ini tidak membuat perbedaan atas dasar kebangsaan, kesukuan,

agama atau pandangan politik. Tujuannya semata-mata mengurangi penderitaan

manusia sesuai dengan kebutuhannya dan mendahulukan keadaan yang paling

parah.

18

3) Kenetralan

Agar senantiasa mendapat kepercayaan dari semua pihak, Gerakan ini tidak

boleh memihak atau melibatkan diri dalam pertentangan politik, kesukuan, agama

atau ideologi.

4) Kemandirian

Gerakan ini bersifat mandiri. Selain membantu pemerintahnya dalam bidang

kemanusiaan, perhimpunan nasional harus menaati peraturan negaranya dan harus

selalu menjaga otonominya sehingga dapat bertindak sejalan dengan

PrinsipPrinsip dasar Gerakan.

5) Kesukarelaan

Gerakan ini adalah Gerakan pemberi bantuan sukarela yang tidak didasari

oleh keinginan untuk mencari keuntungan apa pun.

6) Kesatuan

Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional adalah bersifat

semesta. Setiap perhimpunan nasional mempunyai hak dan tanggung jawab yang

sama dalam menolong sesama manusia.

7) Kesemestaan

Di dalam suatu negara hanya ada satu perhimpunan palang merah atau bulan

sabit merah yang terbuka untuk semua orang dan melaksanakan tugas

kemanusiaan di seluruh wilayah.

b. Palang Merah Remaja

Palang Merah Remaja (PMR) adalah sebuah wadah atau organisasi pelajar

yang mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melakukan tugas dan pelayanan-

19

pelayanan kesehatan dan medis terhadap para korban atau pasien yang

membutuhkan pertolongan, baik di lingkungan internal sekolah maupun

masyarakat yang berada di sekitarnya (Kompri, 233:2015). PMR adalah wadah

pembinaan dan pengembangan anggota remaja PMI, yang selanjutnya disebut

PMR. Terdapat di PMI cabang di seluruh Indonesia, dengan anggota lebih dari 3

juta orang. Anggota PMR merupakan salah satu kekuatan PMI dalam melaksanakan

kegiatan-kegiatan kemanusiaan dibidang kesehatan dan siaga bencana,

mempromosikan Prinsip-Prinsip Dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit

Merah Internasional, serta mengembangkan kapasitas organisasi PMI (Susilo,

dkk 2008 : 1).

PMR dibentuk oleh Palang Merah Indonesia di Jakarta pada 1 Maret 1950

yang dipimpin oleh Nn. Siti Dasimah, dan tokoh lainnya ialah Nn. Paramita

Abdurachman. Palang Merah Remaja Dahulu bernama Palang Merah Pemuda

(PMP). Terbentuknya Palang Merah Remaja dilatarbelakangi oleh Perang Dunia I.

Pada waktu itu Palang Merah Australia mengerahkan anak sekolah untuk turut

membantu sesuai dengan kemampuannya seperti : mengumpulkan pakaian bekas,

menghimpun majalah bekas dari dermawan, menggulung pembalut dan sebagainya.

Anak – anak tersebut dihimpun oleh sebuah organisasi yang dinamakan “Palang

Merah Remaja”. Kemudian prakarsa ini diikuti oleh negara-negara lain.

Setelah peperangan berakhir, Perhimpunan Palang Merah menyadari bahwa

banyak pekerjaan-pekerjaan kepalangmerahan yang dapat dilakukan oleh PMR,

tidak hanya terbatas di waktu perang saja. Kemudian, dalam sidang pertama Liga

20

Perhimpunan-perhimpunan Palang Merah Nasional tahun 1919, diputuskan bahwa

PMR menjadi satu bagian dari Perhimpunan Palang Merah.

1) Visi dan Misi Palang Merah Remaja

Visi dan misi PMR yang tercantum di dalam Manajemen PMR yaitu sebagai

berikut:

a. Visi PMR

PMR sebagai generasi muda kader PMI mampu dan siap menjalankan

kegiatan sosial kemanusiaan sesuai dengan Prinsip-Prinsip Dasar Palang Merah

dan Bulan Sabit Merah Internasional.

b. Misi PMR

1) Membangun karakter kader muda PMI sesuai dengan Prinsip Dasar Gerakan

Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional serta Tri Bhakti PMR

2) Menanamkan jiwa sosial kemanusiaan.

3) Menanamkan rasa kesukarelaan.

Tujuan dikembangkannya kegiatan PMR dalam pandangan Rifai dalam

Kompri (233:2015) adalah sebagai berikut:

1) membentuk sebuah wadah di sekolah yang siap dan terampil dalam

melakukan pelayanan kesehatan dan medis terhadap masyarakat, khususnya

untuk teman di sekolah.

2) Membentuk mental dan karakter peserta didik sehingga memiliki kepekaan

dan solidaritas sosial yang tinggi serta siap berkorban demi kepentingan

orang lain.

21

3) Menanamkan nilai-nilai kemanusiaan dan keagamaan pada diri peserta

didik sehingga senantiasa berbuat baik dan memberi manfaat kepada

sesamanya.

2) Landasan Hukum Palang Merah Remaja

a. Perjanjian kerjasama PMI dengan Depdiknas RI tanggal 24 Mei 1995 No.

118/U/95 dan No. 0090-KEP/PP/V/95 tentang Pembinaan dan

Pengembangan Kepalangmerahan di kalangan siswa, Warga Belajar, dan

mahasiswa.

b. Keputusan bersama antara Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI

dengan PMI No. D119/U/1996; No 320A.KEP/PP/V/96 tanggal 7 Mei 1996

tentang pembentukan tim pembina pengembangan kepalangmerahan di

kalangan siswa warga belajar dan mahasiswa.

c. Perjanjian kerjasama PMI dengan Depag RI tanggal 26 September 1995 No.

459 tahun 1995 dan No. 0185-KEP/PP/IX/95 tentang Pembinaan dan

Pengembangan Kepalangmerahan di Madrasah.

d. Kesepakatan bersama antara Mendiknas RI dengan Ketua Umum Palang

Merah Indonesia, No.01/III/KB/2003 dan No.0753/SDM/III/2003 tentang

pengembangan dan pemberdayaan kepalangmerahan di Perguruan Tinggi.

3) Keanggotaan Palang Merah Remaja

Untuk menjadi anggota PMR bisa dikatakan tidak mudah. Karena anggota

PMR harus mau dan mampu untuk menolong sesama umat manusia yang

memerlukan bantuannya atas dasar rasa kemanusiaan yang luhur, dan disertai

dengan fisik dan mental yang kuat. Selain itu harus mengikuti kegiatan yang

22

diadakan oleh PMI berupa pendidikan dan latihan kepalangmerahan. Oleh karena

itu, dalam penerimaan anggota PMR ada beberapa syarat yang harus dipenuhi.

Menurut Depdikbud (1996:4) syarat menjadi anggota PMR yaitu:

a. Warga negara Republik Indonesia

b. Berusia 7 tahun sampai dengan 20 tahun, belum menikah, atau seusia

siswa SD/MI s/d SMU/MA atau yang sederajat.

c. Dapat membaca dan menulis.

d. Atas kemauan sendiri.

e. Mendapatkan persetujuan orang tua/wali

f. Bersedia mengikuti orientasi , pelatihan, dan pelaksanaan kegiatan

kepalangmerahan

g. Mengisi formulir pendaftaran dan mengembalikannya kepada Pembina

PMR diunit PMR masing-masing, untuk selanjutnya disampaikan

kepada Pengurus Cabang Palang Merah Indonesia setempat

h. Setelah dilantik menjadi anggota penuh, bersedia melaksanakan tugas-

tugas kepalangmerahan selaku anggota PMR secara sukarela.

4) Kurikulum Palang Merah Remaja

Kurikulum adalah segala kegiatan, usaha dan pekerjaan yang dilaksanakan

oleh para siswa, sehingga melalui proses belajar mengajar dapat tercapai tujuan

pendidikan. Kurikulum juga dipakai sebagai dokumen rencana, dokumen program

pelaksanaan dan bahan untuk evaluasi, serta dasar untuk pengembangan pendidikan

sesuai dengan perkembangan zaman. Isi dari kurikulum PMR yang lengkap berisi:

a. Tujuan Pendidikan

Tujuan umum pelaksanaan pendidikan PMR adalah untuk menghasilkan

tunas bangsa yang bermental PMI, terampil dalam melakukan kegiatan

kepalangmerahan sesuai dengan jenjang usia. Sedangkan tujuan khusus dari

Pelaksanaan PMR adalah:

1) Melakukan tugas kepalangmerahan sesuai dengan tingkat usia peserta

didik.

23

2) Menjalin hubungan baik antar remaja yang serasi dalam lingkup nasional

maupun internasional.

3) Menjadi suri teladan terutama dalam hal membantu sesama yang

menderita.

4) Memberikan informasi yang tepat dan benar kepada orangtua, OSIS, dan

masyarakat yang membutuhkannya demi memasyarakatkan PMI.

b. Pengajar/Pelatih/Fasilitator

Dalam pembelajaran PMR tidak hanya menitikberatkan pada pengetahuan

dan keterampilan, tetapi juga pemahaman dan penerapan, maka diperlukan pelatih

dan fasilitator. Pelatih berperan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan.

Fasilitator berperan meningkatkan pemahaman, bagaimana anggota PMR

menerapkan apa yang telah dipelajari dalam kegiatan kepalangmerahan (Tri Bakti

PMR), meningkatkan keterlibatan anggota PMR dalam proses pengambilan

keputusan perilaku hidup sehat , dan memberikan peluang pada PMR untuk

berperan dalam peningkatan kapasitas lingkungannya. Pelatih/fasilitator dalam

pendidikan PMR terdiri dari:

1) Pelatih yang telah lulus program pendidikan Pelatih PMR tingkat

pusat/daerah/cabang.

2) Tenaga ahli dari Tingkat cabang yang mempunyai tugas dan tanggung

jawab dalam pembinaan PMR.

3) Pelatih/konsultan lainnya, baik dari dalam maupun dari luar lingkungan

PMI.

24

c. Siswa

Siswa atau peserta didik yang bergabung dalam keanggotaan PMR dibagi

menjadi tiga tingkatan, yaitu :

1) PMR Mula : setingkat usia sekolah dasar, dari 10 sampai dengan 12 tahun.

2) PMR Madya : setingkat usia siswa Sekolah Menengah Pertama, dari 12

sampai dengan 15 tahun.

3) PMR Wira : setingkat usia siswa Sekolah Menengah Atas, dari usia 15

sampai dengan 17 tahun.

d. Tempat/Waktu penyelenggaran

Pelatihan anggota PMR diselenggarakan oleh pengurus cabang PMI setempat

dengan koordinasi tim pembina PMI Kabupaten/kota Madya setempat dengan

waktu diluar jam pelajaran, liburan sekolah, atau diluar masa ujian/evaluasi

pelajaran serta bertempat di lingkungan sekolah atau tempat lain sesuai kesepakatan

antara pengurus PMI Cabang dan sekolah.

e. Metode dan Model Pendidikan

Metode yang dapat digunakan dalam pelatihan PMI ialah metode partisipatif

(Susilo dkk, 2008:37). Bentuk-bentuk metode partisipatif tersebut antara lain yaitu:

ceramah dan tanya jawab, studi kasus, brainstorming, role playing, outbond,

diskusi, praktek, presentasi, penugasan dan simulasi lapangan. Kegiatan

ekstrakurikuler PMR di luar jam pelajaran kurikuler pada umumnya dilaksanakan

pada siang hari setelah selesai jam pelajaran. pada kondisi tersebut, siswa sudah

kelelahan dan sulit untuk dapat menangkap materi pelatihan yang disampaikan oleh

pelatih/fasilitator. Oleh karena itu, pelatih atau fasilitator dapat menggunakan

25

strategi atau model yang dapat membuat siswa merasa tertarik untuk mengikuti

materi yang akan dipelajari. Beberapa strategi tersebut antara lain sebagai berikut:

1) belajar yang menyenangkan (Fun learning)

Proses belajar dan kegiatan menjadi aktivitas kehidupan nyata yang dihayati

dengan penuh kegembiraan. Hal ini membantu anggota PMR menikmati kegiatan

dan membangun gambaran tentang apa dan bagaimana seharusnya menjadi seorang

anggota PMR

2) belajar sambil mengalami (Learning by doing)

Untuk menjadi lebih paham dan mengerti, anggota PMR hanya perlu

difasilitasi dalam mempelajari sesuatu. Biarkan mereka mengamati, mengalami,

merasakan, dan memahami berbagai macam perbedaan. Biarkan mereka yang

merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi hasil kerja mereka.

3) jaring laba-laba (Spider web)

Setiap materi dan kegiatan pelatihan saling terkait. Ketika belajar siaga banjir,

maka akan belajar juga tentang Pertolongan Pertama pada luka atau sakit akibat

banjir (diare, demam, akibat terbantur benda keras, luka lecet), sanitasi dan air

bersih, belajar bagaimana menerapkan 7 Prinsip dan kepemimpinan jika

memberikan pertolongan, cara-cara menyelenggarakan aksi donor darah untuk

korban banjir, belajar kandungan gizi yang tepat jika akan menyumbang bahan

makanan, bagaimana menyelenggarakan acara-acara untuk menghibur remaja dan

anak korban bencana.

26

f. Media Pendidikan

Beberapa jenis media pendidikan yang digunakan dalam proses pendidikan

(Harjanto, 2005 : 237) yaitu sebagai berikut:

1) Media grafis seperti gambar, foto, grafik, bagan atau diagram, poster,

kartun, komik dan lain-lain. Media grafis disebut juga media dua dimensi,

yakni media yang mempunyai ukuran panjang dan lebar.

2) Media tiga dimensi yaitu dalam bentuk model seperti model padat (solid

model), model penampang, model susun, model kerja, diorama, dan lain-

lain.

3) Media proyeksi seperti slide, filmstrip, film, OHP.

4) Penggunaan lingkungan sebagai media pendidikan.

g. Evaluasi Pendidikan.

Saputra (1998: 151) menerangkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler merupakan

suatu program pengajaran yang diselenggarakan di luar jam pelajaran

intrakurikuler. Untuk melihat dan mengetahui keberhasilan dari program terebut

perlu dilakukan evaluasi. Evaluasi berkaitan dengan segala sesuatu yang dilakukan

oleh guru, pembina, pelatih, dan anak didik guna mendapatkan informasi seberapa

jauh tujuan atau sasaran kegiatan ekstrakurikuler itu telah dicapai.

5) Manajemen Palang Merah Remaja

Manajemen PMR merupakan proses pembinaan dan pengembangan anggota

remaja PMI agar dapat mendukung peningkatan kapasitas organisasi dan

pelayanan PMI. Pembinaan dan pengembangan ini bertujuan untuk membangun

dan mengembangkan karakter PMR yang berpedoman pada Prinsip

27

Kepalangmerahan untuk menjadi relawan masa depan. Proses manajemen PMR

dapat digambarkan dalam sebuah siklus sebagai berikut:

Gambar 1. Siklus Manajemen PMR

a) Perekrutan

Perekrutan adalah peningkatan jumlah anggota dan kelompok PMR.

Perekrutan dapat dilakukan melalui proses promosi, pendaftaran, dan wawancara.

Perekrutan dilakukan minimal setahun sekali pada bulan Juli - Agustus, sebagai

Bulan Perekrutan Nasional sekaligus memperingati Hari Remaja Internasional dan

Hari PMR (12 Agustus).

b) Proses Pelatihan

Pelatihan merupakan proses pembekalan pengetahuan, keterampilan dan

sikap untuk dapat melaksanakan tugas-tugas kepalangmerahan sesuai dengan

prinsip dasar gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional (susilo

dkk, 2008:31) Pelatihan bertujuan untuk menguatkan karakter (kualitas positif)

anggota PMR untuk meningkatkan keterampilan hidup sehat dan menjadi calon

28

relawan, anggota PMR tidak hanya tahu dan terampil, tetapi juga perlu

memahami dan menerapkan yang telah mereka pelajari dalam proses pelatihan.

Proses pelatihan dapat dilakukan oleh PMI Cabang maupun Unit PMR,

sesuai kurikulum yang telah ditetapkan. Waktu pelaksanaan menyesuaikan

dengan kalender pendidikan, berintegrasi dengan kegiatan-kegiatan tertentu,

maupun waktu-waktu yang telah disepakati bersama antara PMI Cabang,

fasilitator/pelatih, dan anggota PMR.

Pada awal pelatihan seluruh anggota PMR akan mendapatkan informasi

mengenai cakupan materi dan tujuan yang akan dicapai. Pada tahap ini pelatih

maupun fasilitator mengidentifikasi anggota yang baru pertama bergabung dengan

PMR, dan anggota yang melanjutkan keanggotaannya (misalnya dari anggota

PMR Mula melanjutkan ke PMR Madya). Anggota yang baru bergabung akan

mengikuti proses pelatihan sejak awal, sedangkan yang melanjutkan

keanggotaannya dapat dilibatkan sebagai asisten membantu anggota yang baru

untuk memahami materi.

Salah satu unsur yang dapat mempengaruhi hasil pelatihan adalah

penggunaan media pelatihan yang memadahi (Susilo dkk, 2008:37). Kemajuan

teknologi bukan menjadi ukuran media yang memadahi, tetapi keterampilan dan

kreatifitas untuk memilih dan menggunakan media yang tersedia sesuai dengan

topik yang disampaikan. Oleh karena itu, untuk mendapatkan hasil pelatihan yang

sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dibutuhkan keterampilan dan

kreatifitas pelatih dalam pemilihan metode belajar dan media pembelajaran yang

tepat.

29

Materi-materi yang diberikan dalam kegiatan pelatihan tercantum di dalam

kurikulum pelatihan PMR. Isi dari kurikulum PMR yaitu sebagai berikut:

Tabel 1. Kurikulum Pelatihan PMR

Materi Judul buku Cakupan materi

1 jam pelajaran = 45

menit

Mula Madya Wira

1. Gerakan

Mengenal Gerakan

Kepalangmerahan

Sejarah, Lambang,

kegiatan

kepalangmerahan,

penyebarluasan 7

prinsip

10 14 16

2. Kepemimpinan

PMR Relaw

an Masa

Depan

Bekerja sama,

berkomunikasi,

bersahabat, menjadi

pendidik sebaya,

memberikan dukungan,

menjadi contoh

perilaku

hidup sehat

12 14 16

3. Pertolongan

Pertama

Pertolongan

Pertama

Menghubungi

dokter/rumah sakit,

melakukan pertolongan

pertama di

sekolah dan rumah,

menolong diri sendiri

12 34 48

4. Sanitasi dan

Kesehatan

Remaja Sehat

Peduli Sesama

Merawat keluarga yang

sakit di rumah,

perilaku hidup sehat,

kebersihan diri dan

Lingkungan

8 14 16

5. Kesehatan

Remaja

Kesehatan dan

Kesejahteraan

Remaja untuk

Pendidik Sebaya

Kesehatan reproduksi,

Napza, HIV/AIDS

10 16 20

6. Kesiapsiagaan

Bencana

Ayo Siaga

Bencana

Jenis bencana, cara-

cara pencegahan,

mempersiapkan

diri, teman, dan

keluarga

menghadapi bencana

8 10 12

7. Donor Darah Siapkan Dirimu

menjadi Donor

Darah Sukarela

Kampanye donor

darah, merekrut donor

darah remaja,

mempersiapkan diri

menjadi pedonor ,

mengadakan kegiatan

donor darah pada saat

wabah demam berdarah

atau setelah kejadian

bencana

5 6 10

Sumber: Manajemen Palang Merah Remaja (2008:18)

30

c) Tri Bakti PMR

PMI (1991:59) memberikan gambaran bahwa anggota PMR diperbantukan

dalam tugas-tugas kepalangmerahan seperti membantu memberikan pertolongan

pertama pada kecelakaan, membantu korban bencana, dan lain sebagainya sesuai

dengan tingkatannya. Tugas-tugas tersebut dimuat dalam tiga pedoman kegiatan

yang disebut dengan Tri Bakti PMR. Isi kegiatan dari Tri Bakti PMR untuk tingkat

Mula yaitu sebagai berikut:

1) Meningkatkan keterampilan hidup sehat

Mempraktekkan kebersihan pribadi antara lain melalui kegiatan pemeriksaan

kebersihan rutin (kuku, pakaian, sepatu, rambut, gigi, kulit) serta Penerapan Hidup

Bersih dan Sehat (PHBS). Melakukan pemeriksaan kesehatan berkala umpamanya

pemeriksaan ketajaman mata, pengukuran tinggi dan berat badan berkala yang

diisikan pada KMS-AS, pemeriksaan gigi, telinga, dan kulit. Serta melakukan

kegiatan UKS lainnya.

2) Berkarya dan berbakti di masyarakat

Di rumah, membantu pekerjaan orang tua. Menjaga kebersihan sekolah

melalui kerja bakti kebersihan di lingkungan sekolah dan sekitarnya, piket

kebersihan, lomba kebersihan kelas dan lain-lain.

3) Mempererat persahabatan nasional dan internasional

Kegiatan surat-menyurat antar anggota PMR baik dalam satu daerah maupun

dengan luar daerah atau dengan anggota PMR di luar negeri, kegiatan pertukaran

album, kegiatan anjangsana antar kelompok PMR dalam satu daerah atau dengan

daerah lain.

31

Keterlibatan anggota remaja PMI dalam kegiatan Tri Bakti PMR disesuaikan

dengan kompetensi dan ketertarikan mereka, serta kebutuhan PMI dan remaja.

Dalam merancang dan melaksanakan kegiatan, mereka memerankan fungsi yang

berbeda-beda. Contoh; PMR Mula berfungsi sebagai peer leadership, yaitu dapat

menjadi contoh/model keterampilan hidup sehat bagi teman sebaya. PMR Madya

berfungsi sebagai peer support, yaitu memberikan dukungan, bantuan, semangat

kepada teman sebaya agar meningkatkan keterampilan hidup sehat. PMR Wira

berfungsi sebagai peer educator, yaitu pendidik sebaya keterampilan hidup sehat.

d) Pengakuan Dan Penghargaan

Pengakuan dan penghargaan memiliki tujuan untuk memotivasi PMR agar

tetap bersama dengan PMI, memberikan rasa bangga dan kesadaran akan

kualitasnya bahwa meskipun masih remaja PMR dapat berperan untuk

kemanusiaan, meningkatkan kepercayaan diri dan komitmen, serta meningkatkan

kualitas kegiatan kepalangmerahan.

Peranan pengurus, staf, pembina PMR, pelatih, dan fasilitator sangat penting

dalam menyampaikan penghargaan dan pengakuan atas peran dan kegiatan PMR.

Hal ini memberikan dampak yang besar dan efektif karena pihak tersebut bagian

dari markas PMI dan yang berinteraksi dengan PMR.

Suatu sistem penghargaan, pengakuan, pemantauan, dan evaluasi tingkat

pengetahuan, keterampilan, pemahaman, dan sikap dirancang dalam bentuk Syarat

Kecakapan PMR.

e) Pemantauan dan Evaluasi

Evaluasi program kegiatan ekstrakurikuler dimaksudkan untuk

mengumpulkan data atau informasi mengenai tingkat keberhasilan yang dicapai

32

siswa (Kompri, 2015:245). Penilaian dapat dilakukan sewaktu-waktu untuk

menetapkan tingkat keberhasilan siswa pada tahap-tahap tertentu dan pada jangka

waktu tertentu berkenaan dengan proses dan hasil kegiatan ekstrakurikuler.

PMI harus mengetahui apakah anggota PMR telah melaksanakan hak dan

kewajibanya dengan tepat, sedangkan anggota PMR juga perlu mengetahui apakah

mereka telah melaksanakan tugas dengan baik. Pemantauan dan evaluasi adalah

proses berkelanjutan dan melekat di keseluruhan siklus.

Memerlukan waktu untuk memantau bagaimana anggota PMR melakukan

kegiatan, apa yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas dan menjawab

kebutuhan anggota PMR, merupakan sebagian dari tahapan pemantauan dan

evaluasi, yang jika tidak dilakukan menunjukkan ketidakpedulian PMI terhadap

kualitas anggota, kegiatan, dan Tri Bakti yang sedang dan telah dilakukan.

Pemantauan dan Evaluasi dilaksanakan secara berjenjang dari PMI Pusat ke

Daerah minimal setahun sekali, PMI Daerah ke Cabang minimal 2x/tahun, dan dari

PMI Cabang ke unit PMR minimal 1x /bulan

6) Karakteristik Siswa Sekolah Dasar

Program pembelajaran di SD akan berlangsung efektif jika sesuai dengan

karakteristik siswa yang belajar. Oleh karena itu, guru perlu mengetahui

karakteristik siswa SD. Siswa SD rata-rata berusia 6-12 tahun, pada umur 6-7 tahun

anak dianggap sudah matang untuk memasuki sekolah. menurut suryobroto (dalam

Djamarah, 2002:90) kelas di SD dikelompokkan menjadi dua yaitu kelas rendah

(kelas 1, 2 dan 3) dan kelas tinggi (kelas 4, 5 dan 6).

Karakteristik siswa SD pada masa kelas rendah (6/7-9/10 tahun) yaitu:

33

a. Adanya korelasi positif yang tinggi antara keadaan jasmani dengan prestasi.

b. Sikap tunduk kepada peraturan-peraturan permainan tradisional.

c. Adanya kecenderungan memuji diri sendiri.

d. Membandingkan dirinya dengan anak yang lain.

e. Apabila tidak dapat menyelesaikan suatu soal, maka soal itu dianggap tidak

penting.

f. Pada masa ini (terutama usia 6-8 tahun) anak menghendaki nilai angka rapor

yang baik, tanpa mengingat apakah prestasinya memang pantas diberi nilai

baik atau tidak.

Karakteristik siswa SD pada masa kelas tinggi (9/10-12/13 tahun) yaitu:

a. Minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret.

b. Sangat realistik, rasa ingin tahu dan ingin belajar.

c. Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal atau mata pelajaran

khusus sebagai mulai menonjolnya bakat-bakat khusus.

d. Sampai usia 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang dewasa lainnya

untuk menyelesaikan tugas dan memenuhi keinginannya. Selepas usia ini pada

umumnya anak menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha untuk

menyelesaikannya.

e. Pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran tepat

mengenai prestasi sekolahnya.

f. Gemar membentuk kelompok sebaya untuk bermain bersama. Dalam

permainan itu mereka tidak terikat lagi dengan aturan permainan tradisional

(yang sudah ada), mereka membuat peraturan sendiri.

34

Setiap fase perkembangan anak menunjukkan karakteristik yang berbeda-

beda. Demikian pula pada anak usia SD mempunyai karakteristik tersendiri.

Menurut Sumantri dan Sukmadinata (2006) karakteristik anak pada usia SD adalah:

a. Senang Bermain.

Pada umumnya anak SD terutama kelas-kelas rendah itu senang bermain.

Karakteristik ini menuntut guru SD untuk melaksanakan kegiatan pendidikan yang

bermuatan permainan lebih-lebih untuk kelas rendah. Guru SD mampu merancang

model pembelajaran yang memungkinkan adanya unsur permainan di dalamnya.

Guru hendaknya mengembangkan model pengajaran yang serius tapi santai.

Penyusunan jadwal pelajaran hendaknya diselang saling antara mata pelajaran

serius seperti IPA, Matematika, dengan pelajaran yang mengandung unsur

permainan seperti pendidikan jasmani, atau Seni Budaya dan Keterampilan (SBK).

b. Senang Bergerak

Karakteristik yang kedua adalah senang bergerak, orang dewasa dapat duduk

berjam-jam, sedangkan anak SD dapat duduk dengan tenang paling lama sekitar 30

menit. Oleh karena itu, guru hendaknya merancang model pembelajaran yang

memungkinkan anak berpindah atau bergerak. Menyuruh anak untuk duduk rapi

untuk jangka waktu yang lama, dirasakan anak sebagai siksaan.

c. Senangnya Bekerja dalam Kelompok

Melalui pergaulannya dengan kelompok sebaya,anak dapat belajar aspek-

aspek penting dalam proses sosialisasi seperti : belajar memenuhi aturan-aturan

kelompok,belajar setia kawan,belajar tidak tergantung pada orang dewasa di

sekelilingnya,mempelajari perilaku yang dapat diterima oleh lingkungannya,belajar

35

menerima tanggung jawab, belajar bersaing secara sehat bersama teman-temannya,

belajar bagaimana bekerja dalam kelompok,belajar keadilan dan demokrasi melalui

kelompok. Karakteristik ini membawa implikasi bahwa guru harus merancang

model pembelajaran yang memungkinkan anak untuk bekerja atau belajar dalam

kelompok. Guru dapat meminta siswa untuk membentuk kelompok kecil dengan

anggota 3-4 orang untuk mempelajari atau menyelesaikan suatu tugas secara

kelompok.

d. Senang Merasakan atau Melakukan Sesuatu Secara Langsung

Berdasarkan teori tentang psikologi perkembangan yang terkait dengan

perkembangan kognitif, anak SD memasuki tahap operasi konkret. Dari apa yang

dipelajari di sekolah, anak belajar menghubungkan antara konsep-konsep baru

dengan konsep-konsep lama. Pada masa ini anak belajar untuk membentuk konsep-

konsep tentang angka, ruang, waktu, fungsi badan, peran jenis kelamin, moral.

Pembelajaran di SD cepat dipahami anak, apabila anak dilibatkan langsung

melakukan atau praktik apa yang diajarkan gurunya. Dengan demikian guru

hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak terlibat

langsung dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan karakteristik siswa SD yang telah dipaparkan diatas, peran orang

dewasa dan guru sangat diperlukan dalam memaksimalkan dan membantu siswa

untuk melangkah ke tahap perkembangan kognitif selanjutnya. Dengan memahami

karakteristik siswa, diharapkan dapat membawa dampak dalam pencapaian tujuan

pembelajaran secara efektif dan efesien.

36

C. Penelitian Yang Relevan

Berikut ini adalah hasil dari beberapa penelitian yang relevan dengan

penelitian yang akan dilakukan.

1. Nilai –Nilai Pendidikan Islam dalam Kegiatan Ekstrakurikuler Palang Merah

Remaja (PMR) Di SMA Negeri 5 Yogyakarta yang diteliti oleh Doni Setiyono

pada tahun 2011. Penelitian tersebut membahas tentang nilai-nilai pendidikan

Islam dalam kegiatan ekstrakurikuler PMR. Data penelitian dikumpulkan

dengan menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil

dari penelitian tersebut adalah: (1) Nilai-nilai pendidikan Islam yang

terkandung dalam kegiatan ekstrakurikuler PMR di SMA Negeri 5 yogyakarta

adalah: iman dan taqwa. (2) Implikasi nilai-nilai pendidikan Islam terhadap

perilaku siswa anggota PMR di SMA Negeri 5 yogyakarta yaitu: siswa

memiliki sikap tenggang rasa dengan yang berlainan agama, menghormati

orang lain, menjalin persahabatan, senang menolong, menolong dengan

ikhlas, disiplin, tidak membuang sampah sembarangan, dan hati-hati dalam

memberikan pertolongan.

2. Partisipasi Siswa dalam Kegiatan Ekstrakurikuler Palang Merah Remaja

(PMR) di SMP Muhammadiyah Kasihan Bantul yang diteliti oleh Sari

Suhartini pada tahun 2012. Penelitian ini membahas tentang partisipasi siswa

SMP Muhammadiyah Kasihan Bantul dalam kegiatan ekstrakurikuler PMR.

Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan metode observasi dan

wawancara. Hasil dari penelitian ini bahwa partisipasi siswa dalam kegiatan

ekstrakurikuler PMR di SMP Muhammadiyah Kasihan Bantul dapat dilihat

37

dari dua unsur yaitu: (1) unsur pikiran (pendapat, respon, dan motivasi siswa

dalam mengikuti kegiatan PMR, serta pengenalan alat-alat peraga pada

kegiatan PMR), (2) unsur perbuatan yang meliputi pelaksanaan kegiatan dan

pengalaman siswa dalam mengikuti kegiatan PMR.

D. Pertanyaan Penelitian

Adapun pertanyaan penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut.

1. Bagaimana perencanaan program untuk ekstrakurikuler Palang Merah

Remaja di SD Negeri Bhayangkara?

2. Bagaimana pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD Negeri

Bhayangkara?

3. Bagaimana evaluasi program pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR di

SD Negeri Bhayangkara?

a. Faktor pendukung kegiatan ekstrarkurikuler PMR di SD Negeri

Bhayangkara

b. Faktor penghambat kegiatan ekstrarkurikuler PMR di SD Negeri

Bhayangkara

38

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif dengan jenis deskriptif. Richie

dalam Moleong (2013:6) menyataan bahwa penelitian kualitatif adalah upaya untuk

menyajikan dunia sosial, dan perspektifnya di dalam dunia, dari segi konsep,

perilaku, persepsi, dan persoalan tentang manusia yang diteliti.

Selanjutnya diungkapkan oleh Akbar (2001: 4), bahwa penelitian deskriptif

adalah penelitian yang bertujuan mendeskripsikan suatu obyek secara sistematis,

faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta tertentu. Hal ini sejalan dengan pendapat

Soedjarwo (2001: 51) yang mengemukakan bahwa penelitian deskriptif merupakan

pola penelitian yang berpola menggambarkan apa yang ada di lapangan dan

mengupayakan penggambaran data, terlepas apakah itu data kualitatif atau

kuantitatif.

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, peneliti menggunakan jenis

penelitian kualitatif deskriptif untuk memahami pelaksanaan kegiatan

ekstrakurikuler Palang Merah Remaja Unit 74 SD Negeri Bhayangkara

Yogyakarta. Penelitian ini memberikan gambaran menyeluruh tentang kegiatan

ekstrakurikuler PMR tanpa adanya penambahan perilaku dan intervensi dari

peneliti.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Bhayangkara yang beralamat di

Jalan Kemakmuran Nomor 05 Yogyakarta.

39

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Maret-April 2016 dimana pada

bulan-bulan tersebut merupakan bulan-bulan efektif pelaksanaan kegiatan

ekstrakurikuler PMR.

C. Sumber Data Penelitian

Menurut Lofland dan Lofland (Moleong, 2000:112) Sumber data dalam

penelitian kualitatif adalah kata-kata, tindakan, dokumen, dan lain-lain. Penentuan

sumber data pada penelitian kualitatif dilakukan secara purposive, yaitu dipilih

dengan pertimbangan dan tujuan tertentu (Sugiyono, 2008: 216). Sejalan dengan

pendapat tersebut, teknik dalam menentukan sumber data pada penelitian ini

menggunakan teknik purposive sampling, yaitu teknik menentukan sumber data

dengan mempertimbangkan informan yang dianggap paling tahu tentang masalah

yang akan diteliti dan mempunyai informasi yang dapat digunakan peneliti. Dalam

penelitian ini yang menjadi sumber data penelitian adalah kepala sekolah, Pelatih

PMR, dan pembina PMR SD Negeri Bhayangkara.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan salah satu aspek penting dalam setiap

penelitian. Hal ini dikarenakan agar hasil penelitian yang dilaksanakan dapat logis

serta dapat diterima oleh pemakai hasil penelitian pada akhirnya. Teknik

pengumpulan yang data yang dilakukan dalam pnelitian ini adalah wawancara,

observasi, dan dokumentasi. Berikut ini penjelasan dari ketiga teknik pengumpulan

data tersebut.

40

1. Observasi

Menurut Sukmadinata (2010:220) observasi atau pengamatan adalah suatu

teknik atau cara mengumpulkan data dengan cara mengadakan pengamatan

terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Pengamatan meliputi kegiatan

pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra

(Arikunto, 2006: 156). Jadi observasi dapat dilakukan melalui penglihatan,

pendengaran, peraba, dan pengecap.

Pengumpulan data secara observasi dilakukan dengan pengamatan langsung

di tempat penelitian yaitu SD Negeri Bhayangkara, Gondokusuman, kota

Yogyakarta. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan

ekstrakurikuler PMR. Observasi yang dilakukan oleh peneliti adalah observasi

partisipatif dengan mengikuti kegiatan pembelajaran ekstrakurikuler PMR yang

rutin dilaksanakan setiap hari Sabtu setelah kegiatan belajar mengajar (KBM)

kurikuler selesai.

2. Wawancara

Wawancara merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi verbal dengan

tujuan untuk mendapatkan informasi penting yang diinginkan. Menurut Zuriah

(2005:179) wawancara ialah alat pengumpul informasi dengan cara mengajukan

sejulah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula. Ciri utama dari

wawancara adalah adanya kontak langsung dengan tatap muka antara pencari

informasi (interviewer) dan sumber informasi (interviewee). Melalui wawancara,

data dan informasi yang diperoleh berupa deskripsi tentang pelaksanaan kegiatan

ekstrakurikuler PMR di SD Negeri Bhayangkara. Dalam penelitian ini peneliti akan

41

melakukan wawancara kepada kepala sekolah, pembina ekstrakurikuler PMR, dan

pelatih/pengajar ekstrakurikuler PMR. Untuk memperoleh informasi yang lengkap,

tepat, dan objektif peneliti harus mampu menciptakan hubungan baik dengan

narasumber, yaitu situasi psikologis yang menunjukkan bahwa narasumber

bersedia bekerja sama, bersedia menjawab pertanyaan dan memberi informasi

sesuai dengan pikiran dan keadaan sebenarnya.

3. Dokumentasi

Dokumentasi dimaksudkan untuk mendapatkan data mengenai hal-hal atau

variabel yang berupa catatan, transkrip, buku-buku acuan, surat kabar, majalah,

notulen rapat, legger, agenda, dan sumber lain yang berhubungan dengan masalah

penelitian. Menurut Sukmadinata (2010: 221) studi dokumenter merupakan suatu

teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-

dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik. Dokumen-dokumen

yang dihimpun dipilih yang sesuai dengan tujuan dan fokus masalah. Pada

penelitian ini peneliti menggunakan dokumentasi foto dan dokumentasi

administrasi. Dokumentasi foto berupa foto-foto kegiatan siswa yang mengikuti

ekstrakurikuler PMR. Dokumenasi administratif berupa pengumpulan dokumen-

dokumen administratif yang berhubungan dengan pelaksanaan kegiatan

ekstrakurikuler PMR di SD Negeri Bhayangkara.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen utama dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri. Borg

dan Gall dalam Sugiyono (2008:213) menyatakan bahwa penelitian kualitatif lebih

sulit bila dibandingkan dengan penelitian kuantitatif, karena data yang terkumpul

42

bersifat subyektif dan instrumen sebagai alat pengumpul data adalah peneliti itu

sendiri. Lincoln dan Guba menyatakan bahwa karakteristik manusia sebagai

instrumen penelitian kualitatif memiliki ciri-ciri, yaitu responsif, dapat

menyesuaikan diri, menekankan keutuhan, mendasarkan diri atas perluasan

pengetahuan, memperluas dan meningkatkan pengetahuan berdasarkan

pengalaman, memproses data secepatnya, memanfaatkan kesempatan untuk

mengklarifikasi dan mengikhtisarkan, dan memanfaatkan kesempatan untuk

mencari respon yang tidak lazim. selanjutnya Sugiyono (2010: 223) berpendapat

bahwa setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka kemungkinan akan

dikembangkan instrumen penelitian sederhana, yang diharapkan dapat melengkapi

data dan membandingkan dengan data yang telah ditemukan.

Adapun instrumen sederhana yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pedoman observasi, pedoman wawancara, dan dokumentasi. Untuk memudahkan

proses pengumpulan data maka dibutuhkan kisi-kisi yang memperjelas proses

pelaksanaan penelitian. Adapun penjabaran dari kisi-kisi penelitian tersebut sebagai

berikut:

43

Tabel 2. kisi-kisi umum hubungan sumber data, metode dan instrumen

pengumpulan data

Sub Aspek Indikator Sumber

Data

Teknik

Pengumpulan

Data

Instrumen

Pengumpulan

Data

Perencanaan

program

ekstrakurikul

er PMR di SD

Negeri

Bhayangkara

a. Waktu berdirinya ekstrakurikuler

PMR

b. Struktur organisasi

c. Tujuan ekstrakurikuler PMR

d. Proses perencanaan ekstrakurikuler

PMR

e. Pihak yang terlibat dalam

perencanaan program

ekstrakurikuler PMR

Kepala

Sekolah

Pembina

PMR

Pelatih

PMR

Wawancara

Dokumentasi

Kisi-Kisi

Wawancara

Dokumen

Pelaksanaan

kegiatan

ekstrakurikul

er PMR di SD

Negeri

Bhayangkara

a. Waktu pelaksanaan kegiatan

ekstrakurikuler PMR

b. Bentuk kegiatan dalam

ekstrakurikuler PMR

c. Sarana dan prasarana yang

dibutuhkan dalam kegiatan

ekstrakurikuler PMR

d. Sumber dana yang dibutuhkan

e. Materi kegiatan pelatihan

f. Metode dalam pelatihan

g. Media belajar

Kepala

sekolah

Pembina

PMR

Pelatih

PMR

Wawancara

Observasi

Dokumentasi

Kisi-Kisi

Wawancara

Kisi-Kisi

Observasi

Dokumen

(foto)

Evaluasi

kegiatan

ekstrakurikul

er PMR di SD

Negeri

Bhayangkara

a. Bentuk evaluasi dalam kegiatan

ekstrakurikuler PMR

b. Dampak positif pelaksanaan

kegiatan ekstrakurikuler PMR

c. Hambatan dalam pelaksanaan

ekstrakurikuler PMR

d. Upaya untuk menyelesaikan

hambatan

e. Faktor pendukung pelaksanaan

ekstrakurikuler PMR

Kepala

Sekolah

Pembina

PMR

Pelatih

PMR

Wawancara

Dokumentasi

Kisi-Kisi

Wawancara

Kisi-Kisi

Observasi

Dokumen

(foto)

44

Tabel. 3. Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Kepala Sekolah

No Subjek Variabel Aspek Indikator No

Item

1 Kepala

Sekolah

Pelaksanaan

kegiatan

ekstrakurikuler

PMR di SD

Negeri

Bhayangkara

Perencanaan

program

ekstrakurikuler

PMR di SD

Negeri

Bhayangkara

a. waktu berdirinya

ekstrakurikuler PMR

b. Struktur organisasi

c. Tujuan ekstrakurikuler

PMR

d. Koordinasi dengan

pihak-pihak yang

berhubungan dengan

ekstrakurikuler PMR

1

2

3

4

Pelaksanaan

kegiatan

ekstrakurikuler

PMR di SD

Negeri

Bhayangkara

a. Waktu pelaksanaan

kegiatan ekstrakurikuler

PMR

b. Bentuk kegiatan dalam

ekstrakurikuler PMR

c. Sarana dan prasarana

yang dibutuhkan dalam

kegiatan ekstrakurikuler

PMR

d. Sumber dana yang

dibutuhkan

5

6

7

8

Evaluasi

kegiatan

ekstrakurikuler

PMR di SD

Negeri

Bhayangkara

a. Monitoring dan Evaluasi

program ekstrakurikuler

PMR

b. Dampak positif

pelaksanaan kegiatan

ekstrakurikuler PMR

c. Hambatan dalam

pelaksanaan

ekstrakurikuler PMR

d. Upaya untuk

menyelesaikan hambatan

e. Faktor pendukung

pelaksanaan

ekstrakurikuler PMR

9

10

11

12

13

45

Tabel 4. Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Pembina PMR

No Subjek Variabel Aspek Indikator No

Item

1. Pembina

PMR

Pelaksanaan

kegiatan

ekstrakurikuler

PMR di SD

Negeri

Bhayangkara

Perencanaan

program

ekstrakurikuler

PMR di SD

Negeri

Bhayangkara

a. Waktu berdirinya

ekstrakurikuler PMR

b. Struktur organisasi

c. Tujuan ekstrakurikuler

PMR

d. Pihak yang terlibat

dalam perencanaan

1

2

3

4

Pelaksanaan

kegiatan

ekstrakurikuler

PMR di SD

Negeri

Bhayangkara

a. Waktu pelaksanaan

kegiatan

ekstrakurikuler PMR

b. Bentuk kegiatan dalam

ekstrakurikuler PMR

c. Sarana dan prasarana

yang dibutuhkan dalam

kegiatan

ekstrakurikuler PMR

d. Sumber dana yang

dibutuhkan

e. Materi kegiatan

pelatihan

f. Metode dalam

pelatihan

g. Media belajar

5

6

7

8

9

10

11

Evaluasi

kegiatan

ekstrakurikuler

PMR di SD

Negeri

Bhayangkara

a. Evaluasi dalam

kegiatan

ekstrakurikuler PMR

b. Dampak positif

pelaksanaan kegiatan

ekstrakurikuler PMR

c. Hambatan dalam

pelaksanaan

ekstrakurikuler PMR

d. Upaya untuk

menyelesaikan

hambatan

e. Faktor pendukung

pelaksanaan

ekstrakurikuler PMR

12

13

14

15

16

46

Tabel 5. Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Pelatih PMR

No Subjek Variabel Aspek Indikator No

Item

1. Pelatih

PMR

Pelaksanaan

kegiatan

ekstrakurikuler

PMR di SD

Negeri

Bhayangkara

Perencanaan

program

ekstrakurikuler

PMR di SD

Negeri

Bhayangkara

a. Sejarah berdirinya

ekstrakurikuler PMR

b. Struktur organisasi

c. Tujuan ekstrakurikuler

PMR

d. Pihak yang terlibat

dalam perencanaan

e. Koordinasi dengan

pihak-pihak yang

terkait

1

2

3

4

5

Pelaksanaan

kegiatan

ekstrakurikuler

PMR di SD

Negeri

Bhayangkara

a. Waktu pelaksanaan

kegiatan

ekstrakurikuler PMR

b. Bentuk kegiatan dalam

ekstrakurikuler PMR

c. Sarana dan prasarana

yang dibutuhkan dalam

kegiatan

ekstrakurikuler PMR

d. Sumber dana yang

dibutuhkan

e. Materi kegiatan

pelatihan

f. Metode dalam

pelatihan

g. Media belajar

6

7

8

9

10

11

12

Evaluasi

kegiatan

ekstrakurikuler

PMR di SD

Negeri

Bhayangkara

a. Evaluasi dalam

kegiatan

ekstrakurikuler PMR

b. Dampak positif

pelaksanaan kegiatan

ekstrakurikuler PMR

c. Hambatan dalam

pelaksanaan

ekstrakurikuler PMR

d. Upaya untuk

menyelesaikan

hambatan

e. Faktor pendukung

pelaksanaan

ekstrakurikuler PMR

13

14

15

16

17

47

F. Teknik Analisis Data

Analisis data menurut Bogdan dalam Sugiyono (2008:244) adalah proses

mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara,

catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan

temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Selanjutnya, Muhadjir dalam

Tohirin (2012:141) mendefinisikan analisis data sebagai proses Mencari dan

menyusun atur secara sistematis catatan temuan penelitian melalui pegamatan dan

wawancara dan lainnya untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang fokus

yang dikaji dan menjadikannya sebagai temuan untuk orang lain, mengedit,

mengklasifikasi, mereduksi dan menyajikannya.

Miles dan Hubberman dalam Tohirin (2012:141-142) juga menjelaskan

bahwa analisis data merupakan langkah-langkah untuk memproses temuan

penelitian yang telah ditranskripsikan melalui proses reduksi data, yaitu data

disaring dan disusun lagi, dipaparkan, diverifikasi atau dibuat kesimpulan. Analisis

data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan,

selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan. Namun, analisis data lebih

difokuskan selama proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data.

Gambar 2. Komponen dalam analisis data (interactive model)

Data Collection

Data Display

Data Reduction

Drawing/

Verification

Display Data

48

1. Pengumpulan Data

Pada tahap ini menggunakan teknik pengumpulan data wawancara, observasi

dan studi dokumentasi. Analisis data dalam penelitian kulitatif mulai dilakukan

pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data

dalam periode tertentu (Sugiyono, 2008: 246).

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini berasal dari subjek penelitian

yaitu kepala sekolah, pembina PMR dan Pelatih PMR dengan menggunakan tehnik

pengumpulan data wawancara, observasi dan studi dokumentasi.

2. Reduksi data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan

pada hal-hal yang penting, serta dicari tema dan polanya. Saat mereduksi data,

peneliti dapat membuang data-data yang tidak dipakai. Data yang telah direduksi

akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk

melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan

3. Display data

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data.

Penyajian data dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan bentuk uraian

singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan sebagainya. Penyajian data

akan memudahkan peneliti untuk memahami apa yang terjadi, dan merencanakan

kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut. Penyajian data

pada penelitian kualitatif biasanya berupa uraian deskriptif yang panjang. Oleh

karena itu dalam penyajian data diusahakan secara sederhana, sehingga mudah

dipahami dan tidak menjemukan untuk dibaca.

49

4. Kesimpulan dan verifikasi

Pengambilan kesimpulan dilakukan secara sementara, kemudian diverifikasi

dengan cara mempelajari kembali data yang terkumpul. Kesimpulan juga

diverifikasi selama penelitian berlangsung. Dari data yang direduksi dapat ditarik

kesimpulan yang memenuhi syarat kredibilitas dan objektifitas hasil penelitian,

dengan jalan membandingkan hasil penelitian dengan teori.

G. Keabsahan Data

Untuk mendapatkan keabsahan data (trustworthiness) data diperlukan teknik

pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria

tertentu. Teknik pengujian keabsahan data dalam penelitian ini mencakup uji

kredibilitas data (credibility) menggunakan teknik trianggulasi.

Moleong (2000:178) mengemukakan triangulasi adalah tenik pemeriksaan

keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk

keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Triangulasi yang

digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi teknik dan triangulasi sumber.

Triangulasi teknik yaitu teknik untuk menguji kredibilitas data dengan cara

mengecek data dengan sumber yang sama dengan teknik yang berbeda yaitu

observasi, wawancara, dan dokumentasi. Bila dengan tiga teknik pengujian

kredibilitas data tersebut, menghasilkan data yang berbeda-beda, maka peneliti

melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau yang

lain, untuk memastikan data mana yang dianggap benar. Triangulasi sumber

dilakukan dengan menanyai narasumber/informan yang berbeda yaitu kepala

50

sekolah, pembina PMR, dan pelatih PMR. Adapun untuk mengecek kredibilitas

data, maka ditempuh langkah-langkah sebagai berikut.

1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.

2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa

yang dikatakan secara pribadi.

3. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang

berkaitan.

51

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Lokasi Penelitian

SD Negeri Bhayangkara beralamat di Jalan Kemakmuran No. 5, Klitren,

Gondokusuman, Yogyakarta 55222, Telp. (0274) 585451. SD Negeri Bhayangkara

merupakan sekolah yang pada awalnya menempati gedung sumbangan dari Jon 310

Brimob Kepolisian RI di atas tanah milik Pemda DIY yang diresmikan pada tanggal

27 Maret 1970. Pada tanggal 24 Oktober 1970, Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta

mulai menggunakan gedung sebagai tempat untuk belajar mengajar. Oleh Dinas

Pendidikan Kota Yogyakarta tempat belajar mengajar tersebut dibuat menjadi dua

nama yaitu SD Terbantaman 1 dan SD Terbantaman 2. Pada tahun 1978, di lokasi

yang sama tepatnya dibelakang gedung Jon 310 Brimob (SD Terbantaman 1 dan

SD Terbantaman 2), didirikan bangunan SD Inpres oleh Pemerintah Kota

Yogyakarta. Bangunan SD Inpres tersebut selanjutnya ditempati oleh SD

Terbantaman 3 dan SD Demangan 3. Beberapa tahun kemudian SD Terbantaman 3

dan SD Demangan 3 dipindah oleh Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta ke komplek

Langensari menempati bagian utara. Nama kedua SD tersebut pun diubah menjadi

SD Negeri Langensari. SD Negeri Terbantaman 1 diubah menjadi SD Negeri

Bhayangkara 1 menempati gedung Jon 310 Brimob dan SD Negeri Terbantaman 2

diubah menjadi SD Negeri Bhayangkara 2 menempati gedung SD Inpres yang dulu

digunakan oleh SD Negeri Terbantaman 3 dan SD Negeri Demangan 3 dengan

lokasi yang sama hanya berada di belakang SD Negeri Bhayangkara 1 (gedung Jon

52

310 Brimob). Pada tahun 2007 SD Negeri Bhayangkara 1 dan SD Negeri

Bhayangkara 2 diregruping menjadi SD Negeri Bhayangkara. Pada bulan

September tahun 2014 SD Negeri Bhayangkara diregruping lagi dengan SD Negeri

Langensari menjadi SD Negeri Bhayangkara.

a. Berikut profil dari SD Negeri Bhayangkara :

Nama Sekolah : SD Negeri Bhayangkara

Terakreditasi : A

Alamat : Jl. Kemakmuran No. 5 Klitren, Yk

NSS : 101046002016

NPSN : 20403476

Status : Negeri

No. Telpon : (0274) 585451

Kelurahan : Klitren

Kecamatan : Gondokusuman

Kota : Yogyakarta

Provinsi : Daerah Istimewa Yogyakarta

E-mail : [email protected]

Nama Kepala Sekolah : Dewi Partini, M.Pd

No. HP : 08122733205

b. Visi dan Misi SD Negeri Bhayangkara

Visi :

“Unggul dalam prestasi berlandaskan imtaq, IPTEK dan berwawasan

lingkungan berbasis budaya Daerah Istimewa Yogyakarta”.

Misi :

1) Menciptakan kegiatan pembelajaran yang efektif sehingga potensi siswa

berkembang optimal dan tuntas sebagai realisasi Manajemen Berbasis

Sekolah

53

2) Melaksanakan kegiatan ilmiah sederhana di berbagai mata pelajaran

3) Menciptakan kondisi sekolah yang kondusif melalui komunikasi

intensif sehingga tumbuh semangat belajar dan kerja yang terprogram

pada semua warga sekolah

4) Melestarikan dan mengembangkan seni budaya bangsa berbasis budaya

Daerah Istimewa Yogyakarta

5) Meningkatkan pembinaan kompetensi dan kinerja pendidik dan tenaga

kependidikan

6) Meningkatkan kegiatan keagamaan secara kontinyu

7) Meningkatkan pembinaan Sekolah Berwawasan Lingkungan

8) Melaksanakan pembinaan dalam bidang Olahraga dan Kepramukaan

9) Menjalin kerjasama dan hubungan dengan berbagai pihak sebagai

jaringan usaha pengembangan pendidikan

10) Menerapkan Manajemen Berbasis Sekolah bersama dengan komite

sekolah

11) Memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam

pembelajaran

c. Tujuan SD Negeri Bhayangkara

1) Meningkatkan mutu akademis dan non akademis di atas Kriteria Ketuntasan

Minimal berdasarkan Standar Nasional Pendidikan.

2) Meningkatkan kemampuan penelitian sederhana sesuai dengan

pengembangan mata pelajaran.

3) Meningkatkan prestasi siswa bidang seni budaya nasional berbasis budaya

Daerah Istimewa Yogyakarta.

4) Terwujudnya pendidik dan tenaga kependidikan yang profesional.

5) Terwujudnya pendidik dan tenaga kependidikan yang mampu memberikan

keteladanan yang mengedepankan pola pikir, pola sikap dan pola tindak

ʺIng Ngarso Sung Tulodha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri

Handayaniʺ

6) Terwujudnya sarana dan prasarana yang dapat digunakan untuk

mengembangkan pembelajaran.

54

7) Terwujudnya hubungan harmonis dan dinamis yang dijiwai semangat nilai-

nilai budaya Daerah Istimewa Yogyakarta baik di lingkungan sekolah

maupun di masyarakat.

8) Terwujudnya lingkungan sekolah yang bersih, indah, dan nyaman.

9) Pendidikan Lingkungan Hidup

10) Pendidikan Etika Lalu Lintas

d. Guru, Karyawan dan Siswa SD Negeri Bhayangkara

Tabel 6. Jumlah guru dan karyawan SD Negeri Bhayangkara

No. Tenaga Pendidikan Jumlah Status

Laki-laki Perempuan Total

1. Guru Penjaskes 1 2 3 PNS

2. Guru Mulok 1 - 1 GTT Naban

3. Guru Ekstrakurikuler 4 2 6 HR SD

4. Tata Usaha - 1 1 PNS

5. Tata Usaha 1 2 3 PTT Naban

6. Tata Usaha - 1 1 HR SD

7. Petugas Perpustakaan 1 - 1 CPNS

8. Petugas Perpustakaan - 1 1 PTT Naban

9. Penjaga Sekolah 1 - 1 PNS

10. Penjaga Sekolah 2 - 2 PTT Naban

11. Satpam 1 - 1 HR SD

Tabel 7. Jumlah siswa SD Negeri Bhayangkara

KELAS TAHUN 2014/2015 TAHUN 2015/2016

L P Jml Jumlah Kelas L P Jml Jumlah kelas I 49 35 84 3 4

4

40 84 3

II 36 30 66 3 4

9

32 81 3

III 39 36 75 3 3

0

32 62 3

IV 38 36 74 3 3

8

35 73 3

V 40 36 76 3 3

7

34 71 3

VI 54 52 106 3 3

5

39 74 3

55

e. Kegiatan Ekstrakurikuler SD Negeri Bhayangkara

2. Deskripsi Hasil Penelitian

Kegiatan ekstrakurikuler PMR SD Negeri Bhayangkara mulai dilaksanakan

pada tahun 2009 untuk mewakili kota Yogyakarta dalam kegiatan Jumbara Daerah

PMR DIY pada tahun tersebut. Hal ini sesuai dengan wawancara dengan bapak D

selaku pelatih kegiatan ekstrakurikuler PMR SD Negeri Bhayangkara dan dengan

R selaku wali kelas V sebagai berikut:

D : “PMR di Bhayangkara sudah ada sejak 2009. 2009 itu sudah ikut

JUMDA (Jumbara Daerah) yang kebetulan kota tuan rumah, dari sana

cikal bakal PMR SD Bhayangkara, kemudian 2010 ikut jumbara cabang,

prosesnya kemarin juga sedikit lama karena anak-anak juga belum terlalu

tertarik belum aktif di PMR, kemudian 2013 baru keluar SKnya. Saya

sebagai salah satu pendiri yang merintis PMR di SD Bhayangkara sama

mbak Yani dulu. Awalnya cuma ikut-ikutan, terus kita pikir PMR Mula

kog hanya dibutuhkan waktu saat ada kegiatan. Kenapa enggak kontinyu?

Akhirnya sama teman-teman sama mbak Yani ok kita kontinyu. Kontinyu-

kontinyu terus pembentukan”. (CW3,05/04/2016)

R : “Kegiatan PMR disini ada sejak 2013, 2012 apa 2011. Ada SK-nya. kita

kalau ininya baru 2013, neg enggak salah itu waktu itu kita, Kalau pramuka

itu ada gugus depan, kalau PMR itu unit, nomor unit di PMI baru

diserahkan tahun 2013”. (CW1,08/03/2016)

SD Negeri Bhayangkara mendapat Surat Keputusan dari PMI Kota

Yogyakarta pada tahun 2013 dengan Nomor 037/02.05.01/KEP-PMI/PK/RLW/V-

2013 tentang pendirian dan pengesahan pengurus unit PMR SD Negeri

Bhayangkara (pada lampiran 9 halaman 119).

1). (BTQ) & BTA 7). Drumb Band

2). PRAMUKA 8). Seni Musik

3). Palang Merah Remaja 9). Olah Vokal

4). English Club 10). Seni Lukis

5). Pencak Silat 11). Seni Tari

6). Sepak Takraw 12). Membatik

56

Berdasarkan dokumen Surat Keputusan yang ditetapkan pada 8 Mei 2013

diatas dapat dianalisis secara jelas bahwa terdapat empat hal penting bagi PMR SD

Negeri Bhayangkara. Empat hal pokok tersebut adalah 1) pengesahan PMR SD

Negeri Bhayangkara dengan nama PMR Unit SD Negeri Bhayangkara Yogyakarta,

2) pengesahan kepengurusan PMR Unit SD Negeri Bhayangkara tahun 2013, 3)

pelaksanaan kegiatan kepalangmerahan dibawah ketentuan sekolah dan PMI Kota

Yogyakarta, dan 4) pelaksanaan tugas kepalangmerahan harus berkoordinasi

dengan kepala sekolah SD Negeri Bhayangkara dan pengurus PMI Kota

Yogyakarta (staf Diklat dan Relawan).

Berdasarkan hasil wawancara dan analisis dokumentasi dapat disimpulkan

bahwa kegiatan ekstrakurikuler PMR SD Negeri Bhayangkara yogyakarta

dilaksanakan mulai pada tahun 2009 dan resmi disahkan oleh PMI Kota Yogyakarta

pada 8 Mei 2013.

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kualitatif deskriptif dengan data

yang dihasilkan berupa hasil wawancara, tabel hasil observasi dan dokumentasi

kegiatan ekstrakurikuler PMR SD Negeri Bhayangkara. Adapun data-data yang

diperoleh tersebut dapat disajikan sebagai berikut:

a. Perencanaan program ekstrakurikuler PMR SD Negeri Bhayangkara

1) Struktur organisasi PMR SD Negeri Bhayangkara

Ekstrakurikuler PMR SD Negeri Bhayangkara memiliki struktur organisasi.

Struktur organisasi merupakan salah satu syarat pelengkap dalam pendirian unit

PMR. Struktur organisasi dibentuk oleh pelatih yang disetujui oleh kepala sekolah

dan Pembina PMR. Pada struktur organisasi, anak-anak sudah mendapat tugas dan

57

tanggung jawabnya masing-masing. Ekstrakurikuler PMR menjadi bagian dari

kegiatan UKS. Berikut petikan wawancara yang dilakukan dengan R, N, dan D

sebagai berikut:

R : “ada, strukturnya pun ada. Filenya ada di laptop, saya saya enggak hafal”.

N : “Tetap ada, dari administrasi sudah ada, dari struktur organisasi terus

terang yang membuat pak D sendiri. jadi saya sendiri istilahnya jadi

pembina PMR sebagai guru yang ditunjuk, yang mengetahui saja. Dulu

saya aslinya juga buta sekali tentang PMR tetapi juga ikut belajar dari

anak-anak kalau kegiatannya seperti ini.”

D : “Struktur organisasi PMR ada, di UKS letaknya. PMR bagian dari UKS.

Udah ada pembagian tugas untuk anak-anaknya”.

Struktur organisasi PMR SD Negeri Bhayangkara dapat digambarkan sebagai

berikut:

Tabel 8. Struktur Organisasi PMR

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Sesuai dengan struktur organisasi diatas, terdapat kepala sekolah sebagai

penanggung jawab kegiatan ekstrakurikuler PMR. Kepala sekolah dalam

Penanggung jawabDewi Partini, M.Pd.

Seksi Keterampilan Hidup Sehat

1. Shelferrisha Putri Chiara

2. Zainal Rifqi Abidin

Seksi Berkarya dan Berbakti di Masyarakat

1. Hidayat Abdul Aziz

2. Made Ratih Resita Kusuma D

Seksi Persahabatan

1. Olivia Jelita Putri

2 Riswanda Himawan.

Seksi Umum

1. Raka Dian Syahlevi

2.Yemima Amanda Sekar Laksmi

Ketua1. Seto Bagus W

2. Bima Ade Saputra

Sekretaris

1. Aprillya Anggraini

2. Athaya Riski D P.

Bendahara

1. Anandia N R D.

2. Fariel Alfian F.

Pembina PMR

Nanik Mutaqwimah, S.Pd.

58

menjalankan peranannya melakukan koordinasi dengan PMI Kota Yogyakarta

bidang Diklat dan Relawan. Kemudian dibawah kepala sekolah ada pembina PMR,

pembina PMR ditunjuk dari guru Penjaskes karena guru penjaskes memiliki

tanggung jawab dibidang kesehatan dan Usaha kesehatan Sekolah yang merupakan

salah satu tujuan diadakannya ekstrakurikuler PMR.

Anggota ekstrakurikuler PMR pada tahun pelajaran 2015/2016 berjumlah 29

siswa (17 siswa dan 12 siswi). Adapun penjelasan rinci terdapat dalam lampiran.

11 pada halaman 124.

2) Tujuan kegiatan ekstrakurikuler PMR SD Negeri Bhayangkara

PMR merupakan salah satu bentuk kegiatan ekstrakurikuler yang

dilaksanakan di SD Negeri Bhayangkara, sehingga tujuan yang akan dicapai dalam

kegiatan ekstrakurikuler PMR diselaraskan dengan tujuan SD Negeri Bhayangkara

yang tertuang pada visi dan misi sekolah. Tujuan sekolah yang telah dirumuskan

dalam visi dan misi sekolah tersebut dapat dijabarkan dalam pelaksanaan kegiatan

ekstrakurikuler PMR. Hal ini dikemukakan oleh R selaku guru kelas yang

mendampingi kegiatan ekstrakurikuler PMR yang mengatakan:

“Ada Tentunya. Untuk tujuan kegiatan PMR saya rasa sudah sesuai dengan

visi dan misi SD Bhayangkara. Kalau kita lihat di visi dan misi sekolah itu

ada butir ini: menjalin kerjasama dan hubungan dengan berbagai pihak

sebagai jaringan usaha pengembangan pendidikan ini masuk, terus di tujuan

sekolah di nomor satu; meningkatkan mutu akademis dan non akademis di

atas kriteria ketuntasan minimal berdasarkan Standar Nasional Pendidikan

masuk, terus ini terwujudnya hubungan harmonis dan dinamis yang dijiwai

semangat nilai-nilai budaya Daerah Istimewa Yogyakarta baik di lingkungan

sekolah maupun di masyarakat ini masuk. Terwujudnya lingkungan sekolah

yang bersih, indah, dan nyaman ini juga iya. Pendidikan Lingkungan Hidup

juga iya. Itu tadi kan sudah sejalan antara tujuan yang ingin dicapai sekolah

sama tujuan PMRnya”. (CW1,08/03/2016)

59

Tujuan SD Negeri Bhayangkara dalam meningkatkan mutu akademik dan

nonakademik diatas kriteria ketuntasan minimal berdasarkan Standar Nasional

Pendidikan yang lebih dispesifikkan dalam kegiatan ekstrakurikuler PMR yaitu

peningkatan pengetahuan siswa dalam bidang kepalangmerahan dan pembentukan

karakter siswa seperti: pembelajaran cara berorganisasi, bersosial, melatih dan

menambah pengalaman anak dalam memberikan pertolongan pertama. Tujuan

sekolah ini didukung oleh N selaku pembina ekstrakurikuler PMR yang

menyatakan:

“Pembelajaran cara berorganisasi, kemudian bersosial, kemudian mengerti

model-model seperti itu, menambah pengalaman di materi kan ada

pertolongan pertama.” (CW2,10/03/2016)

Pendapat senada mengenai tujuan pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR

ini juga dikemukakan oleh D selaku pelatih ekstrakurikuler PMR seperti berikut:

“Tujuan PMR secara umum dimana-mana itu sama, untuk pembentukan

karakter anak. ... Salah satu tujuan diadakannya PMR itu untuk melatih anak-

anak, terus sinkronisasi antara UKS dan kegiatan, kalau kita berharap UKS

ini bisa dihandle oleh teman-teman anak-anak PMR”. (CW3,05/04/2016)

Tujuan kegiatan ekstrakurikuler PMR diselaraskan dengan tujuan SD Negeri

Bhayangkara yang tertuang pada visi dan misi sekolah. Tujuan kegiatan

ekstrakurikuler PMR di SD Negeri Bhayangkara dibagi menjadi dua yaitu tujuan

umum dan tujuan khusus. Tujuan umumnya yaitu untuk pembentukan karakter anak

seperti : pembelajaran cara berorganisasi, bersosial, melatih dan menambah

pengalaman anak dalam memberikan pertolongan pertama. Sedangkan tujuan

khususnya yaitu menyinkronisasikan antara UKS dengan kegiatan ekstrakurikuler

PMR agar anak-anak dapat mengurus dan mengelola UKS yang ada di sekolah

dengan baik.

60

Keberhasilan tujuan kegiatan ekstrakurikuler tidak terlepas dari adanya

perencanaan program kegiatan, sehingga tujuan yang akan ditetapkan dalam

kegiatan ekstrakurikuler PMR dapat dicapai dengan efektif dan efisien. Penyusunan

program kegiatan dibuat oleh pelatih PMR dengan menyertakan daftar kegiatan dan

anggaran dana yang dibutuhkan kemudian dikonsultasikan pada kepala sekolah.

Rancangan rencana program kegiatan tersebut kemudian dirapatkan dan diseleksi

dalam rapat intern sekolah untuk pengalokasian dana yang diperlukan dalam

kegiatan ekstrakurikuler seperti yang dikemukakan oleh R selaku wali kelas VB

berikut.

“ada, itu mas dedi bagus sekali, kan yang merencanakan, daftar kegiatan,

program kegiatan yang praktik yang membuat mas Dedi, itu ada”.

Peneliti : Berarti yang membuat perencanaan itu mas Dedi sendiri atau sekolah

juga ikut?

“Tetap sekolah juga iya kan disitu kepala sekolah menyetujui. Dari program

yang diajukan nanti yang masuk mana yang tidak masuk tidak serta merta

semuanya diterima tapi tetap dirapatkan tho, program yang cocok. Terus

selain itu, kita kan juga perlu anggaran, nah itu juga disesuaikan dengan

anggaran sekolah. Itu biasanya kita yang sifatnya kembali ke anak itu

direncanakan karena anggaran dari sekolah itu terbatas kan sekian persen

masih dibagi-bagi untuk sekian ekstra disini banyak sekali ekstranya”.

(CW1,08/03/2016)

Hasil dari perencanaan program kegiatan yang telah dibahas dalam rapat

sekolah didokumentasikan dalam program kegiatan ekstrakurikuler PMR SD

Negeri Bhayangkara tahun pelajaran 2015-2016 yang ditandatangani oleh kepala

sekolah pada tanggal 10 Juli 2015. Program kerja tersebut memuat sepuluh program

kegiatan dilengkapi dengan tujuan kegiatan, waktu pelaksanaan, anggaran dana,

dan penanggung jawab kegiatan (lampiran 12 hal. 126).

61

b. Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR SD Negeri Bhayangkara

1. Pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR

SD Negeri Bhayangkara.

Kelancaran pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler tidak terlepas dari

partisipasi semua pihak yang ada dalam lingkungan sekolah. Pihak-pihak tersebut

sudah memiliki perannya masing-masing dalam upaya kelancaran pelaksanaan

kegiatan ekstrakurikuler PMR. Hal ini disampaikan langsung oleh R pada

wawancara yang dilakukan peneliti. Argumen tersebut sebagai berikut:

”Semua. Yang telibat utama pembina, kalau kegiatan ini yang terlibat pihak

sekolah terutama guru-guru, kepala sekolah yang memberikan keputusan,

terus keuangan ketika mau mengeluarkan dana tetap ada koordinasi, ini

bisanya hanya segini jatahnya bagaimana caranya harus cukup. Inikan istilah

semua pihak terlibat, ada dari guru, kepala sekolah, keuangan. Kalau guru

kelas kaitannya komunikasi dengan jadwal mengajar.” (CW1,08/03/2016)

Hal ini juga didukung oleh pendapat N yang mengatakan bahwa:

“Disini semua. siswa kan disuruh memilih, kegiatan dihari sabtu kebetulan

ada Takraw, ada pencak silat, ada PMR. Jadi anak-anak memilih ekstra yang

disukainya. Kemudian nanti untuk guru itu pelatih itu kan sudah ada izin dari

kepala sekolah, guru juga sudah mengizinkan kemudian ada beberapa guru

yang ditunjuk. Kalau peserta ekstra Cuma siswa yang memilih ekstra disitu.

Peneliti : Pihak-pihak lain seperti dari Dinas dan PMI juga termasuk?

Iya dari PMI jelas, kita kan juga harus ada izin dari PMI, istilahnya koordinasi

jelas harus ada. ... Jadi kalau misalnya kalau yang hubungannya sama musik

kita juga sama pak guru musiknya kita koordinasi dengan pak S”.

(CW2,10/03/2016)

Sedangkan pendapat D tentang pihak yang terlibat dalam upaya kelancaran

ekstrakurikuler PMR adalah sebagai berikut:

“Yang terlibat pasti semua. Cuma yang bertanggung jawab penuh itu pembina

PMR yang saat ini adalah guru bagian olahraga. Karena guru yang

membidangi olahraga itu secara tidak langsung itu dia mengampu UKS. Jadi

guru olahraga itu bertanggung jawab penuh terhadap UKS. PMR karena

banyak menangani tentang kesehatan juga, pembinanya jadi dari guru

62

olahraga. wali kelasnya juga sangat mendukung, kalau ada kegiatan-kegiatan

PMR juga mau turun tangan. Orang tua siswa juga aktif banget, banyak itu

foto-foto kegiatan termasuk kemarin kita mengadakan pelantikan di Bonbin,

tahun kemarin 2015 kita mengadakan donor darah yang pertama tempatnya

di UIN kan setelah selesai kan kita dapat voucher masuk gratis Bonbin itu

orang tua mendukung sekali. Jadi selama ini apa yang dibutuhkan anak-anak

PMR, orang tua sangat welcome enggak ada masalah sama orang tua malahan

mereka sangat mendukung. Apalagi saat anaknya dijadikan kepanitiaan

waktu itu. Anggaran sama orang tua gampang. Malahan kalau anaknya

enggak ikut, “kog ada kegiatan PMR anak kami kog enggak dilibatkan, kog

anak kami enggak diajak?” (CW3,05/04/2016)

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diperoleh kesimpulan dengan

menggunakan trianggulasi sumber bahwa Pihak-pihak yang terlibat dalam

pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD Negeri Bhayangkara adalah

semua dewan sekolah. Dewan sekolah tersebut yaitu;

a) Kepala Sekolah, kepala sekolah adalah orang yang memberi keputusan

dan kebijakan tentang semua kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler.

b) guru, guru kelas dan pelatih ekstrkurikuler berkoordinasi tentang jadwal

pelaksanaan kegiatan.

c) Keuangan Sekolah, keuangan sekolah memberikan anggaran dana yang

dibutuhkan dalam setiap pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler.

d) Pembina PMR, pembina PMR diambil dari guru yang membidangi

kesehatan yaitu guru olahraga.

e) Wali murid, wali murid sangat mendukung anak-anaknya untuk mengikuti

kegiatan ekstrakurikuler PMR.

f) PMI Kota Yogyakarta, PMI Kota Yogyakarta terlibat dalam kegiatan

ekstrakurikuler PMR di SD Bhayangkara secara insidental ketika sekolah

mengadakan kegiatan donor darah pihak PMI membantu menyediakan

sarana untuk kegiatan tersebut.

63

2. Jadwal pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR SD Negeri Bhayangkara

Kegiatan ekstrakurikuler PMR dilaksanakan sesuai dengan rencana program

kegiatan yang telah dibuat. Rencana program dibuat oleh pelatih dengan

menyertakan daftar kegiatan lengkap beserta anggaran dana yang dibutuhkan

kemudian diserahkan kepada kepala sekolah. Kegiatan ekstrakurikuler PMR pada

tahun ajaran 2015/2016 dimulai pada bulan agustus 2015. Kegiatan dilaksanakan

rutin setiap hari sabtu. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan pada

tiga orang narasumber sebagai berikut:

R : “Kegiatannya setiap hari sabtu jam 09.30 sampai 10.30”.

N : “Iya, ekstranya setiap hari sabtu thok, hari sabtu thok pagi”.

D : “Setiap hari sabtu, sabtu jam 10. Kenapa kita ngambil hari sabtu? Karena

hari sabtu, pertama jam pulang anak-anak cepat, kedua karena hari akhir.

hari akhir minggu ya, jadi kegiatan lebih enjoy di lapangan”

Hasil observasi kegiatan pelatihan PMR yang dilakukan oleh peneliti pada

tanggal 12 Maret 2016 dan 2 April 2016 menunjukkan bahwa pelaksanaan pelatihan

dimulai pada pukul 10.00 sampai dengan pukul 11.30 WIB seusai kegiatan belajar

mengajar intrakurikuler. Jeda waktu diberikan oleh pelatih untuk mengkondisikan

siswa kelas V dimana salah satu kelas selesai jam pelajaran olah raga.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada tiga narasumber dan hasil

observasi yang dilakukan oleh peneliti dapat ditarik kesimpulan bahwa kegiatan

ekstrakurikuler PMR SD Negeri Bhayangkara dilaksanakan setiap hari sabtu pukul

10.00 sampai dengan 11.30 WIB.

3. Program Kegiatan ekstrakurikuler PMR SD Negeri Bhayangkara

Kegiatan ekstrakurikuler PMR SD Negeri Bhayangkara dilaksanakan sesuai

dengan program kegiatan yang telah disusun. Program kegiatan tersebut disusun

64

untuk mencapai tujuan ekstrakurikuler PMR yang diselaraskan dengan tujuan yang

dirumuskan oleh SD Negeri Bhayangkara. Adapun kegiatan-kegiatan yang

dilaksanakan dalam ekstrakurikuler PMR SD Negeri Bhayangkara adalah sebagai

berikut.

a) Pendaftaran anggota baru

Pendaftaran anggota baru PMR dimulai pada awal semester ganjil tahun

pelajaran 2015. PMR merupakan salah satu kegiatan ekstrakurikuler yang sifatnya

pilihan untuk siswa kelas V. Siswa kelas V memilih ekstrakurikuler yang diminati

dengan mengisi angket yang telah disediakan dari sekolah. Hal ini dijelaskan oleh

R dalam petikan wawancara “anak-anak memilih kegiatan yang disukai melalui

angket kemudian disitu orangtua menandatangani” (CW1,08/03/2016). Hal senada

juga diungkapkan oleh N “siswa disuruh memilih, kegiatan di hari sabtu ada takraw,

ada pencak silat, ada PMR. Jadi anak-anak memilih ekstra yang disukainya”

(CW2,10/03/2016).

b) Pemilihan pengurus PMR yang baru

Pemilihan pengurus baru PMR dilakukan untuk meregenarasi pengurus.

Pemilihan pengurus baru dibentuk oleh pelatih PMR mengingat siswa SD masih

memerlukan bimbingan dan arahan dari orang yang lebih dewasa. Anggota PMR

yang ditunjuk sebagai pengurus ini berkewajiban untuk melaksanakan tugas sesuai

dengan bidang kepengurusannya. Daftar nama siswa yang menjadi pengurus

organisasi PMR telah dijelaskan pada tabel 8. struktur organisasi PMR.

65

c) Orientasi anggota, pelantikan pengurus, dan keakraban anggota PMR

Tiga kegiatan ini merupakan satu rangkaian kegiatan yang dilakukan di luar

lingkungan SD Negeri Bhayangkara. Proses orientasi, pelantikan pengurus dan

keakraban anggota PMR dilaksanakan bersama dengan 13 unit PMR baik itu

tingkat Mula, Madya, dan Wira binaan dari KSR PMI Unit 7 UIN Yogyakarta.

Tujuan dari kegiatan gabungan ini yaitu untuk mengenal dan memperdalam materi

kepalangmerahan serta mengenalkan anggota pada sahabat-sahabatnya yang ikut

pula menjadi anggota PMR.

Gambar 3. Anggota PMR SD Negeri Bhayangkara (kaos olahraga warna jingga)

dalam kegiatan orientasi, pengukuhan pengurus, dan keakraban

anggota PMR di bumi perkemahan Babarsari.

Sumber : dokumentasi sekolah

Berdasarkan dokumentasi foto diatas menunjukkan anggota PMR SD Negeri

Bhayangkara sedang mengikuti persiapan upacara pembukaan kegiatan latihan

gabungan bersama PMR dari Unit sekolah lainnya yang digagas oleh KSR PMI

Unit 7 UIN Yogyakarta.

66

d) Pelatihan PMR

Kegiatan pelatihan PMR merupakan kegiatan rutin yang dilaksanakan setiap

minggu dalam satu tahun ajaran. Latihan rutin dilaksanakan setiap hari sabtu pukul

10.00 – 11.30 WIB seusai kegiatan belajar mengajar intrakurikuler. Kegiatan

pelatihan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman dan meningkatkan

kemampuan siswa tentang pemberian pertolongan pertama, organisasi Palang

Merah Internasional dan Palang Merah Indonesia, serta peran serta anggota PMR

dalam masyarakat.

Gambar 4.1. Anggota PMR sedang melakukan permainan ular tangga siaga

bencana dalam pelatihan PMR

Gambar 4.2. Pelatih sedang mengamati dan mengarahkan permainan ular tangga

siaga bencana dalam pelatihan PMR

67

Dokumentasi foto diatas sedang menunjukkan proses latihan rutin PMR yang

dilakukan dengan metode permainan. Anggota PMR sedang melakukan permainan

ular tangga siaga bencana. permainan dibentuk dalam beberapa kelompok yang

terdiri dari 4-5 orang anak. Anak yang mendapat giliran main menjalankan pionnya

sesuai dengan jumlah angka yang ditunjukkan oleh dadu kemudian melakukan

perintah yang sesuai dengan titik keberadaan pionnya. Pelatih mengamati kegiatan

yang dilakukan oleh anak dan memberikan arahan pada setiap kelompok.

e) Apotik hidup

Program ini memiliki tujuan untuk mengenalkan tanaman yang dapat

digunakan sebagai obat yang biasa siswa temukan disekitar lingkungannya.

Program kegiatan apotek hidup ini merupakan program kegiatan yang sasarannya

tidak hanya diperuntukkan untuk siswa yang mengikuti ekstrakurikuler PMR tetapi

juga untuk semua warga SD Negeri Bhayangkara baik itu siswa kelas I – VI, guru-

guru dan karyawan sekolah. Program kerja ini diwujudkan dengan membentuk

tanaman obat keluarga (TOGA) di halaman sekolah.

68

Gambar 5. Tanaman TOGA yang terletak di halaman samping SD Negeri

Bhayangkara.

Sumber : Dokumentasi pribadi

Berdasarkan gambar diatas, dapat diketahui program apotek hidup dapat

berjalan dengan baik. Penanaman TOGA menggunakan media pot tertata dengan

rapi. Tanaman yang terlihat diantaranya kunyit, jahe, lempuyang, jeruk nipis, jarak,

dan pandan. Beberapa tanaman telah diberi label nama tanaman beserta dengan

kegunaan tanaman dalam mengobati penyakit.

f) Pembuatan seragam, slayer dan bed anggota PMR

Tujuan kegiatan pengadaan seragam, slayer dan bed anggota PMR adalah

menambah minat belajar dan berlatih siswa. Atribut ini juga secara tersirat

menunjukkan bahwa siswa yang mengikuti ekstrakurikuler PMR merupakan

anggota perhimpunan Palang Merah Indonesia juga Palang Merah Internasional.

Hal ini akan menambah kemantapan dan percaya diri siswa untuk bersungguh-

sungguh dalam mengikuti setiap kegiatan PMR.

69

Gambar 6. Slayer, seragam dan bed anggota PMR SD Negeri Bhayangkara

Sumber: dokumentasi sekolah

Gambar diatas menunjukkan seragam harian, bed, dan slayer anggota PMR

tingkat Mula. Seragam harian warna putih dengan baju berkantong, celana panjang

dan rok berwarna biru dongker, ukuran lambang PMI yang sesuai standar, serta

slayer berwarna hijau yang menandakan anggota PMR tingkat Mula. Atribut PMR

SD Negeri Bhayangkara telah sesuai dengan standar aturan penggunaan atribut

yang dibuat oleh PMI Pusat.

g) Aksi donor darah

Pada tahun pelajaran 2015/2016 kegiatan aksi donor darah dilaksanakan pada

tanggal 19 Maret 2016. Kegiatan ini diselenggarakan bersamaan dengan hari ulang

tahun SD Negeri Bhayangkara. Kegiatannya berupa donor darah untuk guru-guru,

karyawan, wali murid dan tamu undangan serta pemeriksaan golongan darah bagi

semua siswa SD Negeri Bhayangkara. Dalam aksi donor darah ini, peneliti

mengamati secara langsung kegiatan dan mendapatkan temuan anggota PMR

dilibatkan langsung dalam kegiatan. Anggota PMR dilatih menjadi panitia

penyelenggara kegiatan dengan diberi tanggung jawab agar kegiatan donor dapat

berjalan tertib dan lancar. Ada pembagian tugas seperti memanggil pendonor,

70

memberikan kenang-kenangan pada pendonor, serta mengajak semua orang yang

ada dalam acara tersebut untuk mendonorkan darahnya. Hal ini dapat dilihat

melalui beberapa dokumentasi dibawah ini.

Gambar 7.1. Anggota PMR menggunakan Co-card panitia dalam kegiatan

pemeriksaan golongan darah

Gambar 7.2. Pelatih memberikan arahan pada anggota PMR yang sedang bertugas

memanggil peserta aksi donor darah

71

Gambar 7.3. Anggota PMR sedang duduk menunggu pendonor yang telah

selesai mendonorkan darahnya untuk diberi cenderamata

Gambar 7.4. Walikota Yogyakarta sedang berbincang-bincang dengan

petugas UPTD PMI Kota Yogyakarta dalam aksi donor darah

yang dilaksanakan oleh PMR SD Negeri Bhayangkara.

Dokumentasi gambar 7.4. menunjukkan bahwa walikota Yogyakarta

mengapresiasi kegiatan kegiatan donor darah yang dilakukan oleh anggota PMR

SD Negeri Bhayangkara. Walikota menyempatkan waktu untuk mengamati secara

langsung kegiatan dengan didampingi oleh Kapolresta dan Kadindikdas kota

Yogyakarta.

72

h) Kunjungan ke PMI

Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengenalkan organisasi, pengurus, dan

kegiatan PMI yang berada di kabupaten/kota madya kepada anggota PMR. Dalam

kunjungan ke PMI sebelumnya anak-anak sudah diminta membuat surat untuk

ketua PMI untuk menyampaikan pendapat mereka tentang PMI. Hal ini

diungkapkan oleh R pada petikan wawancara yang dilakukan oleh peneliti sebagai

berikut:

“Kemarin juga anak-anak mengumpulkan surat untuk PMI, ditujukan ke

Ketua PMI. Kemarin anak-anak mengumpulkannya di saya. Harapannya

nanti pas kunjungan itu dibawa kemudian dihaturke gitu”.

(CW1,08/03/2016)

i) Perlombaan PMR

Tujuan kegiatan perlombaan PMR adalah untuk meningkatkan dan melihat

kemampuan anggota dalam menerapkan materi PMR yang telah diperoleh.

Perlombaan PMR difasilitasi oleh PMI dalam bentuk Jumpa Bakti Gembira

(Jumbara) PMR yang salah satu kegiatannya berupa perlombaan. SD Negeri

Bhayangkara telah mengikuti kegiatan Jumbara baik itu tingkat cabang, tingkat

daerah maupun tingkat Nasional. Hal ini disampaikan oleh N dalam wawancara

pada yang menyatakan “Jumda Jumbara di kaliurang itu sudah”

(CW2,10/03/2016), juga diperkuat oleh D dalam petikan wawancara yang

menyatakan, “3 siswa SD Negeri Bhayangkara lolos seleksi untuk mewakili daerah

Istimewa Yogyakarta dalam kegiatan Jumbara Nasional yang akan dilaksanakan di

Gorontalo”. (CW3,08/06/2016)

73

j) Peringatan hari-hari besar PMI

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengenal dan mengingat hari-hari bersejarah

PMI. Dalam kegiatan ini, PMR SD Negeri Bhayangkara dilibatkan langsung oleh

PMI Kota Yogyakarta sebagai tim paduan suara dalam kegiatan-kegiatan di PMI.

Kegiatan-kegiatan tersebut seperti: upacara pelantikan pengurus PMI Kota

Yogyakarta, upacara penghargaan donor darah oleh PMI DIY, dan upacara hari

ulang tahun PMI.

Gambar 8.1. Tim paduan suara PMR SD Negeri Bhayangkara dalam acara

penghargaan relawan PMI DIY

Gambar 8.2. Tim paduan suara PMR SD Negeri Bhayangkara berfoto bersama

Gubernur DIY dan ketua PMI DIY

Sumber: dokumentasi sekolah

74

Berdasarkan dokumentasi gambar 8.1 diatas, anggota PMR terlihat sedang

pentas menyanyikan lagu-lagu kepalangmerahan dengan gerakan yang kompak. tim

paduan suara juga didukung oleh guru seni musik yang mengiringi lagu dengan alat

musik organ serta memberikan kreasi gerakan pada setiap lagunya. Pada gambar

8.2, terlihat tim paduan suara berfoto bersama Bapak Sri Sultan Hamengkubuwono

X dan Bapak Heri Zudianto. Seusai kegiatan, tim paduan suara juga diberi

kesempatan untuk berfoto bersama dengan beberapa orang penting yang

menghadiri kegiatan.

Paduan suara PMR SD Negeri Bhayangkara mampu tampil dengan baik

dalam kegiatan-kegiatan PMI karena mendapat dukungan dari semua pihak. Guru

seni musik yang melatih dan selalu mengiringi tim paduan suara. Kepala sekolah,

guru dan karyawan juga hadir mendampingi di tempat kegiatan. Serta partisipasi

dari orang tua murid yang bersedia mengantar anak-anaknya menuju tempat

kegiatan. Hal ini diungkapkan oleh N pada petikan wawancara yang dilakukan

sebagai berikut:

“Kalau nyanyi di Gubernur itu barusan bulan kemarin. Anak-anak anggota

PMR kita diundang untuk kesana nyanyi kemudian diiringi sama pak S. Jadi

kalau misalnya kalau yang hubungannya sama musik kita juga sama pak guru

musiknya kita koordinasi dengan pak S. Terus nanti ada Bu kepala sekolah

juga rawuh kesana terus dari TU ada perwakilan berapa, yang ngantar kesana

kan ada guru kelasnya. Anak-anak kan yang PMR kelas 5 guru kelasnya kalau

enggak ngikut kan juga enggak enak ya. Nah kebetulan banget kalau disini

enggak repot masalah transport mas, jadi misalnya ada masalah open seperti

itu orang tua itu kalau udah dikasih tahu sama sekolah otomatis beliau “buk

nggak usah ngene langsung diantar ditunggu mas. ... Semuanya mendukung,

kebetulan wali siswa mungkin juga seneng ya, anak-anaknya ikut dikegiatan

tersebut. Soalnya juga kan kegiatan ekstra PMR masih jarang”.

(CW2,10/03/2016)

75

Kegiatan-kegiatan diatas adalah kegiatan yang sudah ada jadwal pelaksanaan

dalam program kegiatan PMR SD Negeri Bhayangkara. Namun adapula kegiatan

yang sudah rutin dilakukan setiap tahun tetapi tidak dimasukkan kedalam rencana

program kegiatan. Kegiatan tersebut ialah futsal. Futsal adalah kegiatan

pertandingan persahabatan antara anggota PMR SD Negeri Bhayangkara dengan

anggota PMR dari SD lainnya yang sudah masuk kelas VI. Hal ini diungkapkan

oleh D dalam petikan wawancara yang dilakukan sebagai berikut:

“enggak itu aja, mereka futsal. Futsal itu rutin tiap tahun setelah yang kelas

enam. Yang kelas enam kan masih aktif di PMR jadi setelah ujian mereka

mengadakan futsal. Mereka ada tanding dengan PMR mana. Kalau kemarin

pertama rutin dengan sesama mereka yang terakhir dengan SD Demangan”.

(CW3,05/04/2016)

Gambar 9. Kegiatan futsal persahabatan antara PMR SD Negeri Bhayangkara

dengan PMR SD Negeri Demangan

Sumber: dokumentasi sekolah

Berdasarkan gambar diatas, terlihat anggota PMR SD Negeri akan melakukan

pertandingan futsal dengan anggota PMR SD Negeri Demangan. Kegiatan ini

dilaksanakan untuk menjalin persahabatan dan keakraban sesama anggota PMR.

76

4. Sarana dan prasarana yang digunakan dalam kegiatan ekstrakurikuler PMR

di SD Negeri Bhayangkara

Sarana-prasarana yang dimiliki oleh sekolah untuk kegiatan ekstrakurikuler

PMR sudah cukup memadahi. Sarana dan prasarana utama yang dapat menunjang

kegiatan ekstrakurikuler PMR yaitu alat/media pembelajaran, tempat pembelajaran

dan perlengkapan P3K. Media pembelajaran yang digunakan menyesuaikan dengan

materi kegiatan yang diajarkan. Media tersebut dapat berupa alat-alat pertolongan

pertama ketika terjadi kecelakaan, alat permainan siaga bencana dan buklet untuk

pembelajaran hidup bersih dan sehat (PHBS). Hal ini diungkapkan oleh R dalam

petikan wawancara yang dilakukan oleh peneliti sebagai berikut:

“Ada mitela, P3K, dragbar, terus nganu alat permainan siaga bencana. Itu ada

sudah ada terus itu kan tidak setiap hari dipakai jadi kita simpen di gudang.

Kemarin dapat bantuan dari PMI Daerah media pembelajaran penularan

penyakit-penyakit itu lho secara umum ya PHBS lah, semacam buklet itu

dapat dua.” (CW1,08/03/2016)

Berdasarkan petikan wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa PMI DIY

turut berpartisipasi dalam kegiatan pelatihan ekstrakurikuler PMR. Sedangkan

untuk perlengkapan P3K sudah difasilitasi oleh sekolah secara lengkap.

Perlengkapan tersebut mitela, dragbar, obat-obatan P3K yang semuanya

ditempatkan di ruang UKS. Media yang digunakan di lapangan dibawa sendiri oleh

anak-anak ketika fasilitas dari sekolah tidak mencukupi. Hal ini disampaikan oleh

N dalam petikan wawancara yang dilakukan oleh peneliti “Kalau di sekolah itu ada

mitela, P3K lengkap semua, terus nanti kalau ada kegiatan diluar kalau yang pribadi

biasanya anak-anak bawa jadi dari sekolah cuma memfasilitasi”.

(CW2,10/03/2016)

77

Gambar 10.1. Ruang UKS sebagai salah satu tempat anggota PMR memberikan

bantuan pertolongan kepada teman yang sedang sakit

Gambar 10.2 Ruang kelas sebagai sarana pelatihan PMR

Gambar 10.3 Penggunaan halaman sekolah untuk kegiatan praktek atau permainan

dalam pelatihan

Sumber : dokumentasi pribadi

78

Berdasarkan dokumentasi gambar diatas, dapat dianalisis beberapa sarana

yang digunakan dalam pelatihan PMR. Gambar 10.1 menunjukkan ruang UKS

yang dimiliki SD Negeri Bhayangkara termasuk kedalam kategori baik untuk

melakukan tindakan kesehatan. Didalamnya terdapat kasur, selimut, tempat tidur

kondisi bersih dan nyaman dilengkapi dengan tirai untuk menutupi orang yang

sedang dirawat. Tas obat dan perlengkapan alat pertolongan pertama tertata dengan

rapi didalam lemari besi. Pada ruang UKS juga terdapat meja dan kursi untuk

kegiatan administrsi UKS. Pada gambar 10.2 terlihat ruang kelas yang digunakan

untuk pelatihan PMR dalam keadaan bersih dan rapi serta tempat duduk siswa

tertata dengan bentuk leter U. Pada gambar 10.3 terlihat halaman sekolah dalam

keadaan bagus, bersih dan luas. Kegiatan pelatihan dilakukan dibawah pohon yang

rindang. Anggota PMR tampak duduk dengan nyaman di halaman tanpa terkena

paparan langsung matahari.

Tempat yang digunakan untuk pelatihan PMR juga menyesuaikan dengan

materi yang diajarkan. Materi teori menggunakan ruang kelas dan ruang UKS,

sedangkan kegiatan praktek dilakukan di lapangan (halaman) sekolah.

Sarana dan prasarana diatas sudah mencukupi kebutuhan pelaksanaan

kegiatan ekstrakurikuler PMR. Setiap tahun diadakan pengadaan-pengadaan sarana

dan prasarana terutama perlengkapan P3K yang habis digunakan untuk pelatihan

maupun memberikan bantuan pertolongan ketika terjadi kecelakaan. Hal ini

diungkapkan D dalam petikan wawancara yang dilakukan oleh peneliti sebagai

berikut:

“Sarana prasarana ada udah mencukupi. Yang namanya mencukupi disini

bisa dipergunakan, kalau mau menuruti juga belum cukup. Tapi ya selama ini

79

udah cukup untuk latihan mereka baik itu untuk teori maupun praktek.

Memang banyaklah yang kurang setiap tahun juga mengadakan pengadaan-

pengadaan cuman kan setiap tahun banyak yang hilang, barang-barang

banyak yang dipakai. Sarana-prasarana itu bentuknya, ruang UKS itu yang

pasti. Ruang UKS bisa dibilang anak-anak PMR yang mengelola. Terus

lapangan juga seperti itu kondisinya”. (CW3,05/04/2016)

5. Sumber dana pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR

Sumber dana yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan Ekstrakurikuler

PMR di SD Negeri Bhayangkara berasal dari anggaran sekolah (Bantuan

Operasional Sekolah) dan wali murid. Anggaran yang diperlukan untuk kegiatan

ekstrakurikuler PMR setiap tahun diajukan ke sekolah dengan membuat program

kegiatan lengkap beserta dengan anggaran biayanya. Hal ini dikemukakan oleh D

dalam petikan wawancara yang menyatakan bahwa:

“Kalau dengan pendanaan tidak ada masalah. Karena setiap tahun memang

kita punya program kita ajukan ke sekolah, program dianggarkan dari RAB.

Ada RABnya, RAB dari sekolah sudah teralokasi untuk ekstrakurikuler.

Cuma RAB dari setiap sekolah kan beda-beda. Enggak terlalu banyak Cuma

1-2 jutaan”. (CW3,05/04/2016)

Sekolah telah menganggarkan dana untuk semua kegiatan ekstrakurikuler.

Namun, jumlah anggarannya terbatas mengingat kebutuhan sekolah selain kegiatan

ekstrakurikuler juga banyak. Hal ini disampaikan oleh R dalam petikan wawancara

“Dari sekolah berapa sekolah, berapa persennya saya kurang tahu. Karena dibagi-

bagi untuk bermacam-macam ekstrakurikuler” (CW1,08/03/2016). Hal senada juga

didukung oleh pernyataan N dalam petikan wawancara yang dilakukan peneliti

yang menyatakan “Kalau sumber dananya dari BOS itu ada, tapi hanya seperberapa

gitu karena dibagi-bagi untuk keperluan sekolah lainnya”. (CW2,10/03/2016)

80

Sumber pendanaan berikutnya berasal dari swadaya wali murid, wali murid

tidak keberatan untuk mengeluarkan dana hal ini karena wali murid sangat

mendukung anak-anaknya untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler PMR.

Anggaran dana dari swadaya wali murid digunakan ketika anggaran dari sekolah

belum cukup untuk menutupi kebutuhan dana untuk kegiatan. Hal ini diungkapkan

oleh R dalam petikan wawancara yang dilakukan oleh peneliti sebagai berikut;

“Terus swadaya wali murid, terutama kegiatan yang kontribusinya kembali

ke anak misal konsumsi itu untuk anak-anak tho, kaos terus badge itukan

kembali ke anak, biasanya yang kembali ke anak kita musyawarahkan dengan

orang tua. Dari sekolah adanya dana sekian, untuk kegiatan ini habis sekian,

jadi monggo dibantu acaranya, jadi udah cetho nggih, itu yang kembali ke

anak monggo”. (CW1,08/03/2016)

Hal senada juga disampaikan oleh N dalam petikan wawancara yang dilakukan

sebagai berikut pernyataannya:

“Kemudian ada misalnya kegiatan aksi donor darah kemaren di UIN misalnya

konsumsi anak dan sebagainya itu dari anak sendiri dari pihak wali itu sudah

ada istilahnya mengkoordinir. Karena kebetulan wali dari yang ikut PMR itu

juga sangat mendukung. Kalau kegiatan di luar walinya siswa juga

mendukung, biasanya malah yang heboh sing tuo. Daripada itu anak disuruh

“pokoke mengko melu materinya pak D aja”. Disuruhnya pak Dedi apa nanti

kamu enggak usah ngurusi misalnya konsumsi. Nanti akhirnya kan orang tua.

Jadi orang tua yang mengurusi. Dari orang tua sendiri sangat-sangat

mendukung”. (CW2,10/03/2016)

6. Materi yang diajarkan dalam ekstrakurikuler PMR

Materi yang diajarkan dalam ekstrakurikuler PMR selama tahun pelajaran

2015-2016 disusun dalam silabus kegiatan pembelajaran ekstrakurikuler PMR SD

Negeri Bhayangkara (lampiran 14 halaman 131). Silabus kegiatan pembelajaran

memuat tujuh pokok materi kepalangmerahan, ujian kompetensi, program remedial

dan program pengayaan. Tujuh pokok materi kepalangmerahan terdiri dari: 1).

Sejarah dan gerakan palang merah, 2) PMR relawan masa depan (peranan dan

81

fungsi anggota PMR), 3) kebersihan dan kesehatan, 4) donor darah, 5) pertolongan

pertama, 6) siaga bencana, dan 7) pendidikan remaja sebaya (NAPZA).

Selanjutnya, hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 12 maret 2016

menunjukkan latihan rutin anggota PMR diajarkan tentang jenis-jenis bencana

dengan metode permainan. Observasi pada tanggal 19 Maret 2016 menunjukkan

anggota PMR melakukan kegiatan aksi donor darah dan pemeriksaan golongan

darah. Dalam kegiatan ini, anggota PMR mengamati secara langsung proses

transfusi darah dan ditugaskan sebagai panitia penyelenggara aksi donor darah,

sebagian anggota lainnya bertugas untuk mengajak orang-orang yang hadir untuk

mendonorkan darahnya. Observasi pada tanggal 2 April 2016 menunjukkan

anggota PMR belajar upaya penanggulangan bencana dengan pembuatan biopori.

Materi yang diajarkan kepada anggota PMR disesuaikan dengan kebutuhan

dan kondisi anak-anak. Hal ini disampaikan oleh D dalam petikan wawancara yang

dilakukan peneliti, berikut pernyataan pelatih D:

“Materi sama metode tidak jauh beda dengan yang lain sesuai dengan

kurikulum PMR. Materi kita menyesuaikan dengan kondisi anak-anak karena

sasaran kita adalah anak-anak itu bisa mengamankan diri mereka sendiri, bisa

meningkatkan kesehatan diri mereka sendiri, baru nanti lainnya. Jadi materi

kita menyesuaikan dengan anak-anak. Lompat-lompat”. (CW3,05/04/2016)

Selain materi kepalangmerahan, anggota PMR secara tidak langsung

mendapatkan materi tentang kemandirian, keberanian dan cara-cara berorganisasi.

Hal ini diungkapkan oleh N pada wawancara yang dilakukan pada oleh peneliti.

“Kalau materi-materi itu yang jelas cara belajar berorganisasi jelas ada, terus

tentang kesehatan, pertolongan pertama, terus melatih anak untuk mandiri, berani”.

(CW2,10/03/2016)

82

Berdasarkan hasil analisis dokumen silabus kegiatan pembelajaran, hasil

observasi dan wawancara dapat disimpulkan bahwa materi yang diberikan dalam

kegiatan ekstrakurikuler PMR SD Negeri Bhayangkara adalah tujuh pokok materi

kepalangmerahan. Pemilihan materi yang akan diajarkan menyesuaikan dengan

kebutuhan dan kondisi anak-anak. Secara tidak langsung anggota PMR juga

diajarkan tentang keberanian, kemandirian, dan cara menjalankan organisasi.

7. Metode yang digunakan dalam penyampaian materi ajar PMR

Metode yang digunakan dalam pelaksanaan pelatihan PMR bervariasi.

Metode yang sering digunakan oleh pelatih dalam pelatihan adalah ceramah,

praktek, dan permainan. Pelatih PMR kreatif dalam memberikan kegiatan teori

maupun praktik. Hal ini disampaikan oleh R pada wawancara yang menerangkan

bahwa “Nah ini nganu kog mas D kreatif, jadi tidak hanya ceramah, praktek, kadang

permainan, multimethods”. (CW1,08/03/2016)

Hal senada juga disampaikan oleh N pada kutipan wawancara yang

dilakukan, “Kadang di ruang kadang praktek di lapangan. Kalau kita butuh

dilapangan kita praktik dilapangan. Tapi kalau misalnya enggak kita Cuma di kelas

tapi biasanya kalau pak D ngajari walaupun materi dikasih di lapangan sambil kita

ini sekalian dipraktikkan di lapangan”. (CW2,10/03/2016)

83

Gambar 11. Anggota PMR sedang melakukan Simulasi pemberian

pertolongan untuk patah tulang di halaman sekolah.

Sumber : dokumentasi sekolah

Berdasarkan studi dokumen foto diatas, terlihat anggota PMR sedang

melakukan simulasi pemeriksaan fisik untuk korban yang mengalami patah tulang.

Anggota PMR mampu memberikan pertolongan dengan tenang. Beberapa anggota

PMR terlihat bekerja sama untuk memeriksa keadaan fisik korban, dua anak bekerja

sama memeriksa tubuh bagian atas, dua anak bekerja sama memeriksa anggota

gerak bawah, dan dua anak lainnya memperhatikan dan menilai simulasi yang

dilakukan. Simulasi digunakan untuk mempraktikkan langsung cara memberikan

perawatan pada luka dengan tujuan agar anak-anak lebih memahami cara dan

prinsip dalam merawat luka.

Berdasarkan hasil wawancara dan studi dokumentasi dapat disimpulkan

menggunakan trianggulasi teknik bahwa pelatih menggunakan metode ceramah,

praktik, permainan dan simulasi dalam kegiatan pelatihan PMR.

84

8. Media belajar yang digunakan pada pembelajaran ekstrakurikuler PMR

Media belajar yang digunakan dalam pembelajaran ekstrakurikuler PMR

menyesuaikan dengan kondisi dan pokok materi pelatihan PMR yang sedang

diajarkan. Media yang digunakan untuk pembelajaran teori didalam kelas

menggunakan lcd proyektor atau papan tulis, sedangkan untuk kegiatan praktek

diluar kelas menggunakan media langsung yang berkaitan dengan materi yang

diajarkan. Hal ini disampaikan oleh N pada petikan wawancara yang dilakukan oleh

peneliti, “medianya macam-macam mas. Kalo teori di ruangan ya biasanya pakai

powerpoint, kalau di lapangan biasanya langsung menggunakan alatnya langsung

seperti itu ada permainan ular tangga itu, terus obat-obat P3Knya itu, tandu, macam-

macam”. (CW2,10/03/2016)

Hal senada juga diungkapkan oleh D pada petikan wawancara yang dilakukan

oleh peneliti, berikut pernyataan yang disampaikan oleh D:

“Kalau media sendiri ada media lapangan ada media kelas. Media kelas itu

untuk teori dalam artian bisa papan tulis, bisa lcd. Kalau untuk lapangan

misalnya siaga bencana bisa langsung praktek di lapangan. Jadi kemarin SD

Bhayangkara kemarin sempet jadi SD siaga bencana itu dapat bantuan media

ular tangga siaga bencana dengan ukuran 3 meter x 3 meter. Kalau enggak

salah itu bantuan dari ICRC kalau tidak Palang Merah Denmark”.

(CW3,05/04/2016)

c. Evaluasi kegiatan ekstrakurikuler PMR SD Negeri Bhayangkara

1. Bentuk monitoring dan evaluasi program ekstrakurikuler PMR SD Negeri

Bhayangkara

Kegiatan ekstrakurikuler PMR unit 74 SD Negeri Bhayangkara telah

menerapkan kegiatan monitoring dan evaluasi. Monitoring dan evaluasi dilakukan

untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan kegiatan pelatihan atau pembelajaran

85

dan pelaksanaan program kerja yang telah dibuat. Monitoring program kerja

dilaksanakan oleh PMI cabang kota Yogyakarta melalui pelatih yang mengampu

sekolah PMR, setiap tiga bulan sekali diadakan rapat para pelatih PMR untuk

mengevaluasi kegiatan PMR sekolah yang diampu. Hal ini disampaikan oleh D

pada petikan wawancara yang dilakukan oleh peneliti, berikut pernyataan D

mengenai monitoring:

“Kalau monitoring pertama program kerja, sejauh mana anak-anak

menjalankan program kerja mereka, terus kendalanya apa. Monitoring itu

kebanyakan dari hasil bukan hanya harus dilihat perminggu perbulan, tapi

hampir setiap hari dimonitoring kira-kira seperti apa kendalanya apa, aksi

Donor darah yang dilaksanakan kemarin kan hasil monitoring donor darah

tahun kemarin. Tahun kemarin mereka kita lihat, mereka jalan, bagus,

dievaluasi pun bagus makanya tetap berjalan. Monitoringnya melalui pelatih,

jadi tiga bulan sekali kan ada rapat kumpul pelatih PMR se-Kota Yogyakarta

terus ada Kumpul Pembina PMR se-Kota Yogyakarta. Itu untuk

memonitoring kegiatan PMR sekolah masing-masing”. (CW3,05/04/2016)

Evaluasi untuk peserta didik dilakukan dengan ujian tertulis, waktu

pelaksanaannya bersamaan dengan ujian semester yang waktunya telah

dijadwalkan oleh sekolah. Evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana

keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran ekstrakurikuler dan untuk

mengetahui keefektifan metode maupun media yang digunakan oleh pelatih dalam

menyampaikan materi pembelajaran. Evaluasi ini menggunakan sistem huruf dalam

penilaiannya. Hal ini diungkapkan oleh D pada petikan wawancara yang dilakukan

oleh peneliti sebagai berikut:

“Evaluasi dalam artian pendidikan. Jadi anak-anak ada ujian. Ujian PMR ada

dan nilainya masuk di raport. Jadi nilai di raport itu jelas nilainya berapa di

raport. Nilainya menggunakan sistem huruf kalau untuk ekstrakurikuler.

Memang ada ujian mereka, soalnya juga dibuatkan dan ujiannya dilakukan

serentak. Misalkan ujian UTS, hari jum’at atau sabtunya khusus untuk

jadwalnya ekstrakurikuler. Bahasa Inggris sama PMR biasanya”.

(CW3,05/04/2016)

86

Evaluasi program kegiatan dalam lingkup internal sekolah dilakukan

bersama-sama antara pelatih, kepala sekolah, dan guru-guru lainnya pada rapat

besar dan dibahas secara lisan belum dilakukan secara tertulis. Hal ini disampaikan

oleh R dalam petikan wawancara sebagai berikut:

“Nah paling pas rapat, pas rapat besar sebelum kenaikan paling itu saja. Tapi

secara tertulis belum, hanya secara umum. Bu ini begini, ini begini bagaimana

hanya secara umum saja. Dari ekstra yang ada kita bahas jadi tidak khusus

PMR saja, tapi semua kegiatan”. (CW1,08/03/2016)

Hal ini senada juga diungkapkan oleh N pada petikan wawancara yang dilakukan

oleh peneliti, berikut pernyataan N:

“Kebetulan kalau evaluasi itu mesti juga harus tetap ada. Karena biasanya kan

programnya pak Dedi sudah bikin misalnya program PMR kita satu semester

pelaksanaannya ini. Kemudian nanti kita akan ikut kegiatan misalnya Jumda

itu kan kebetulan kita ikut. Biasanya evaluasi kita cuma kurangnya apa. Bu

kita kemarin cuma kurang koordinasi ini... ini.. model-model seperti itu”.

Berdasarkan dokumen pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR yang

peneliti temukan dari sekolah (lampiran 15 hal. 135), pelatih PMR telah membuat

lembar catatan harian mengenai rincian kegiatan yang dilakukan lengkap dengan

faktor penghambat dan efektifitas (yang menunjang) kegiatan. Tujuan dari catatan

ini sebagai pengingat, evaluasi, dan referensi untuk pelaksanaan kegiatan serupa

diwaktu berikutnya . Namun pelatih atau pihak yang memiliki wewenang untuk

mencatat belum melengkapi lembar catatan ini.

Berdasarkan pada hasil wawancara dengan R dan N serta studi dokumen

dapat disimpulkan bahwa evaluasi program kegiatan ekstrakurikuler PMR Unit 74

SD Negeri Bhayangkara telah dilakukan namun belum didokumentasikan dalam

lembar evaluasi yang telah disusun.

87

2. Dampak positif pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR

Kegiatan ekstrakurikuler PMR memiliki banyak dampak positif terhadap

perkembangan siswa. Berikut petikan wawancara yang dilakukan dengan tiga

narasumber R, N, dan D yang dilakukan oleh peneliti:

R : “Banyak, anak mendapat tambahan pengetahuan, terus kita melebarkan

mitra juga, untuk sekolah juga sangat bermanfaat untuk menambah

akreditasi sekolah, terus kita jadi tambah mitra, mitra PMI baik kota

maupun provinsi bahkan ini PMI daerah mau mengadakan MoU dengan

Bhayangkara (SD) kalau tidak maret/april, kurang tahu bentuknya seperti

apa karena masih wacana dari mas Dedi, Cuma kita dari pihak sekolah

harus ketemu langsung dan harus tahu kerjasama dalam bentuk apa

bagaimana kontribusinya buat sekolah”. (CW1,08/03/2016)

N : “Yang jelas, nek misale ada ini, ... kalo dulu misale anak-anak pada

takut mobil ambulans itu, kadang-kadang wedi ada suntikan kayak gitu

kan pada takut, sekarang alhamdulillah udah enggak, enggak seperti itu.

...Terus biasanya anak-anak yang ikut PMR itu mesti ketok mas, jadi nek

misale ada kejadian sekolah misalnya ada temannya yang sakit atau

misalnya ada kecelakaan pas olah raga mesti biasanya buk saya yang

harus ini ya..., nah jadinya udah siap, tak ambilkan. Walaupun harus

tanya gurunya. Bu kog ininya enggak ada, ...manfaatnya juga seperti itu

bocahe biasane juga lebih ini kog mas, lebih wani, kreatif. Seng jelas nek

saya senengnya banyak positifnya yang jelas itu, jadi manfaat bagi anak-

anak itu banyak positifnya, ... Terus kemarin ini kita pernah ikut jumbara

di Gorontalo, PMR yang 2011 itu sebelum saya datang kesini. Itu barusan

tim PMR SD Bhayangkara acara baksos atau apa. Sini juga sering misal

misale baksos, kerja bakti di RT/RW, yang kebersihan lingkungan

kemarin itu anak-anak PMR juga ada kegiatan itu.kalau yang baksos itu

kita hanya ngumpulin barang yang pantas pakai”. (CW2,10/03/2016)

D : Perkembangannya ya, pertama kalau kita fikir itu ya memang positif,

karena positif itu begini, mereka sudah bisa untuk keselamatan

sendirilah, mereka bisa membedakan mana yang bisa mereka kerjakan

dan mana yang tidak bisa. Selagi mereka bisa mengerjakan mereka akan

kerjakan mereka sendiri. Kalau mereka tidak bisa mengerjakan ya apa

boleh buat. Contohnya kemarin mereka mengadakan bersih-bersih

sekolah, mereka mengerjakan sendiri, piket, piket UKS mereka udah

bisa, kita Cuma mengontrol. Memang beda ya sistem untuk Mula, Madya

dan Wira. Mula masih perlu banyak bimbingan, didampingi dan

diarahkan. (CW3,05/04/2016)

Berdasarkan trianggulasi sumber dari wawancara diatas dapat disimpulkan

bahwa kegiatan ekstrakurikuler PMR memiliki banyak dampak positif bagi siswa

88

maupun sekolah. Dampak positif bagi siswa yaitu; menambah pengetahuan dan

pengalaman anak dalam kegiatan kepalangmerahan, menumbuhkan keberanian

anak untuk memberikan pertolongan pertama ketika terjadi kecelakaan, mengubah

persepsi anak-anak untuk tidak takut ketika ada ambulans yang melintas,

menumbuhkan kepedulian sosial anak melalui bakti sosial maupun gotong royong,

dan kegiatan PMR sebagai wadah untuk anak memperoleh prestasi. Selanjutnya,

dampak positif kegiatan ekstrakurikuler PMR bagi SD Negeri Bhayangkara yaitu

dengan adanya kegiatan ekstrakurikuler akan menambah akreditasi sekolah serta

menambah mitra bagi sekolah.

3. Faktor penghambat pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR

Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR SD Negeri Bhayangkara memiliki

banyak kendala. Beberapa faktor yang menjadi penghambat dalam pelaksanaan

kegiatan ekstrakurikuler PMR dijelaskan oleh R, N dan D dalam petikan

wawancara yang dilakukan oleh peneliti sebagai berikut:

R : “Tentunya ada, sebelumnya mungkin mas Dedi masih fokus di sekolah,

sekarang beliau di pengurus di PMI ini juga mungkin jadi enggak jadi

latihan. Mas dedi langsung nelpon, ... Jadi kemarin gak ada jadwal

kegiatan PMR. Dan kemarin memang tidak saya isi karena jadwal saya

full dan di jam PMR itu ada dua pilihan ekstrakurikuler jadi anak memilih

salah satu. Yang sudah memilih PMR enggak ikut English Club, yang

memilih English Club enggak ikut PMR”. (CW1,08/03/2016)

N : “Kadang latihannya anak-anak itu lho mas, misalnya 15-20 anak,

kadang 5 tidak berangkat hari ini, yang hari ini berangkat besok enggak

berangkat. terus karo iki mas, biasanya kendala yang paling ini anggaran

yang kita butuhkan untuk kegiatan dengan anggaran yang dikeluarkan

oleh sekolah itu kurang mesti banyak. Seperti kemarin kita ini mau aksi

donor darah harusnya sekitar jutaan berapa dari sekolah kan hanya ada

satu juta berapa”. (CW2,10/03/2016)

D : “Faktor penghambat pelaksanaan ada, dimana-mana pasti ada. Cuma

kalau di SD Bhayangkara kalau dibilang penghambat juga bukan

penghambat. Karena anak-anaknya, mereka apa ya, aktif sangat aktif,

89

aktif ini dalam artian kalau tidak bisa kita arahkan dengan kegiatan-

kegiatan, mereka akan nanti jadi rusuh atau jadi pengganggu temen-

temennya”. (CW3,05/04/2016)

Berdasarkan beberapa wawancara diatas, diperoleh kesimpulan melalui

trianggulasi sumber bahwa terdapat beberapa faktor yang menghambat pelaksanaan

kegiatan ekstrakurikuler PMR SD Negeri Bhayangkara. Faktor tersebut yang

pertama adalah pelatih ekstrakurikuler PMR SD Negeri Bhayangkara mulai pada

bulan Agustus 2015 mendapat tugas sebagai pengurus di PMI kota Yogyakarta. Hal

ini berpengaruh pada pelaksanaan latihan yang dilaksanakan rutin setiap hari sabtu.

Pelatih meminta ijin kepada pembina PMR atau guru kelas ketika ada rapat atau

kegiatan di PMI Kota Yogyakarta. Sehingga menyebabkan latihan rutin diliburkan

atau diisi oleh guru kelas. Faktor kedua yang menjadi penghambat pelaksanaan

kegiatan PMR adalah partisipasi anak dalam mengikuti kegiatan latihan masih

kurang. Hal ini ditunjukkan dari 29 anak yang mengikuti ekstrakurikuler PMR yang

berangkat sekitar 15-20 anak. Faktor ketiga yaitu anggaran yang dikeluarkan oleh

sekolah belum mencukupi untuk memenuhi kebutuhan program kerja PMR SD

Negeri Bhayangkara. Faktor keempat yaitu karakteristik anggota PMR SD Negeri

Bhayangkara yang masih dalam usia 10-12 tahun ini tergolong aktif masih

membutuhkan arahan yang tepat agar tidak menjadi perusuh atau pengganggu

dalam kegiatan latihan rutin PMR.

4. Strategi mengatasi hambatan dalam kegiatan PMR SD Negeri Bhayangkara

Faktor penghambat tidak menjadi penghalang utama dalam pelaksanaan

kegiatan ekstrakurikuler PMR. Pihak guru, pelatih dan wali murid secara bahu-

membahu mengatasi masalah yang menjadi penghambat pelaksanaan

ekstrakurikuler PMR. Strategi yang digunakan untuk mengatasi masalah pelatih

90

yang tidak bisa hadir mengisi latihan adalah guru kelas menggantikan tugas pelatih

menjadi fasilitator kegiatan latihan atau mengajak anggota PMR dalam kegiatan

lain dari sekolah. Hal ini diuraikan oleh R dalam petikan wawancara yang dilakukan

oleh peneliti sebagai berikut:

“Biasanya kalau pak D tidak datang dan bu A tidak bisa saya sebagai guru

kelas saya pegang. Kalau ada Bahasa Inggris berarti saya pegang PMRnya,

sebisa saya dengan membaca kan kita bisa menyampaikan pengetahuannya,

nanti prakteknya pak Dedi yang menyampaikan”. (CW1,08/03/2016)

Hasil observasi yang dilakukan pada Sabtu, 2 April 2016 juga menunjukkan

bahwa guru kelas mengikutsertakan anggota PMR dalam pembuatan biopori yang

berguna untuk mencegah bencana banjir. (Obs3,02/04/2016)

Strategi untuk meningkatkan partisipasi anak dalam mengikuti latihan PMR

adalah pembina PMR memberikan motivasi pada anak-anak untuk berpartisipasi

aktif dalam kegiatan PMR. Hal ini dijelaskan oleh N dalam petikan wawancara

yang dilakukan peneliti. Berikut ringkasan penjelasan yang diungkapkan oleh N:

“Terus biasanya kalau sudah seperti itu pak Dedi terus ngundang saya. Terus

saya tanggapi, buat anak-anak yang sudah mantap ikut PMR tetap harus hadir

besok yang tidak hadir lapor sama saya. Saya tidak mengancam sebenarnya

supaya anak-anak bisa tertib saja. Niatnya yang mau ikut ya ayo. Kan,

manfaatnya buat kalian sendiri bukan untuk pak guru bukan buat pak D itu

ndak. Dengan cara seperti itu kita memotivasi anak-anak untuk aktif

mengikuti PMR”. (CW2,10/03/2016)

Strategi yang digunakan untuk mencukupi kebutuhan dana dalam

pelaksanaan program kegiatan PMR adalah mengkomunikasikan kegiatan dengan

wali murid. Pihak wali murid secara swadaya mengatasi masalah kekurangan

anggaran dana dalam pelaksanaan program kerja PMR. Hal ini diungkapkan oleh

R, N, dan D pada petikan wawancara yang dilakukan sebagai berikut:

91

R : “Terus swadaya wali murid, terutama kegiatan yang kontribusinya

kembali ke anak misal konsumsi itu untuk anak-anak tho, kaos terus

badge itukan kembali ke anak, biasanya yang kembali ke anak kita

musyawarahkan dengan orang tua. Dari sekolah adanya dana sekian,

untuk kegiatan ini habis sekian, jadi monggo dibantu acaranya, jadi udah

cetho nggih, itu yang kembali ke anak monggo”. (CW1,08/03/2016)

N : “Kemudian ada misalnya kegiatan aksi donor darah kemaren di UIN

misalnya konsumsi anak dan sebagainya itu dari anak sendiri dari pihak

wali itu sudah ada istilahnya mengkoordinir. Karena kebetulan wali dari

yang ikut PMR itu juga sangat mendukung”. (CW2,10/03/2016)

D : “Kalau ada yang mendesak seperti kemarin ada aksi donor darah terus

orang tua siswa juga membantu, komite sekolah sangat mendukung. ...

Jadi selama ini apa yang dibutuhkan anak-anak PMR, orang tua sangat

welcome enggak ada masalah sama orang tua malahan mereka sangat

mendukung. Apalagi saat anaknya dijadikan kepanitiaan waktu itu.

Anggaran sama orang tua gampang”. (CW3,05/04/2016)

Strategi untuk mengatasi anak-anak yang terlalu aktif agar tidak menjadi

perusuh dalam latihan PMR adalah melibatkan anak langsung dalam kegiatan

dengan memberikan tugas untuk diselesaikan. Sehingga anak-anak mempunyai

tanggung jawab dan merasa dipercaya untuk menyelesaikan sebuah tugas. Hal ini

diungkapkan oleh D dalam petikan wawancara yang dilakukan oleh peneliti sebagai

berikut:

“Dilibatkan langsung anaknya. Jadi anak dilibatkan langsung dalam kegiatan

dikasih amanah dikasih satu kepercayaan. Ini lho kamu selesaikan, kalau

enggak selesai itu tanggung jawabmu. Jadi besok kalau enggak selesai kamu

yang tak panggil. Panggilan disini kan bukan kita menghukum enggak, jadi

kita panggil kita arahkan kenapa apa kog enggak bisa sampai sana. Dengan

anak-anaknya aktif terlibat langsung mereka merasa punya kepercayaan, aku

dipercayai aku dikasih ini dikasih itu”. (CW3,05/04/2016)

5. Faktor pendukung pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR

Kegiatan ekstrakurikuler PMR SD Negeri Bhayangkara memiliki beberapa

faktor pendukung sehingga dapat berjalan dengan baik. Beberapa faktor pendukung

tersebut diungkapkan oleh R, N dan D melalui petikan wawancara yang dilakukan

peneliti sebagai berikut:

92

R : “Jelas ada ya mas, yang pertama kepala sekolah mendukung, peralatan

ada memadahi, terus disisi lain ketika memilih seperti ini kita sampaikan

ke orang tua, jadi model memilihnya nanti anak-anak kita bagikan angket

silahkan memilih orang tua disitu tanda tangan”. (CW1,08/03/2016)

N : “Kebetulan kalau disini semua bapak ibu guru istilahnya dengan adanya

kegiatan itu juga sangat mendukung kemudian wali juga juga apa,

istilahnya juga sangat mendukung.” (CW2,10/03/2016)

D : “Faktor pendukung enggak ada masalah, faktor pendukung dari dewan

guru, dari sekolah itu sangat mendukung sekali apalagi dari orangtua.

Dari segi sekolah ya, guru-guru sangat mendukung jadi enggak ada

masalah dengan PMR. Terus orang tua, orang tua juga sangat

mendukung, kegiatan yang khususnya ada anaknya disana. Terus mereka

juga bisa apa ya, mereka bisa bagi waktulah. Ada beberapa anak itu dia

ikut kegiatan silat. Cuman karena dia begitu semangatnya pengen ikut

PMR malamnya silat besok dia berangkat PMR. Padahal di PMR itu ada

pengukuhan. Pengukuhan butuh waktu dan tenaga yang lumayan ya. Dia

tetep dateng walaupun disana dia mewek nangis mau istirahat. Yaudah

kita suruh tidur, selesai tidur seger terus ikut lagi”. (CW3,05/04/2016)

Berdasarkan wawancara diatas, melalui trianggulasi sumber dapat

disimpulkan bahwa faktor pendukung terlaksananya kegiatan ekstrakurikuler

PMR di SD Negeri Bhayangkara yaitu: adanya dukungan dari kepala sekolah, guru,

maupun wali murid serta sarana dan prasarana yang dimiliki oleh sekolah yang

memadahi. Serta tingginya semangat anak-anak dalam mengikuti ekstrakurikuler

PMR.

6. Saran untuk pengembangan ekstrakurikuler PMR di SD Negeri Bhayangkara

Kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD Negeri Bhayangkara dapat berjalan

dengan baik karena semua pihak mendukung terhadap pelaksanaan kegiatan.

Semua pihak tersebut mempunyai harapan agar di tahun pelajaran mendatang

pelaksanaannya lebih baik lagi. Beberapa harapan itu dituangkan dalam beberapa

saran yang diperoleh melalui wawancara yang dilakukan terhadap R, N, dan D

sebagai berikut ini;

93

R : “monitoring ya yang jadi masukan, monitoring dan evaluasi bagusnya

kalau diterapkan seperti guru kan ada monitoring dan evaluasi tertulis, ya

itu mungkin sarannya”. (CW1,08/03/2016)

N : “Kalau saya yo pengene semua sarana-prasarana ki lengkap, kemudian

pas kalo kegiatan pendanaan kegiatan kalau yang memang harus tidak

usah melibatkan istilahnya orang tua, uang itu. Saya pengennya enggak

kayak gitu jadi pengen tu anggaran ada langsung tercover di APBS. Tapi

sayang mas kalau disini tu kan kegiatan ekstranya baru dimulai kelas

empat lima, jadi hanya dari kelas empat lima, tidak dari kelas bawah baik

itu dari olahraga seni maupun PMR. Kalau pramuka bisa dari kelas satu,

kalau dari PMR kebetulan belum. Kepengennya anggotanya tambah

kemudian faktor pendukungnya juga tambah. Terutama dalam

pendanaan yang jelas sing marai anu”. (CW2,10/03/2016)

D : Kalau saya sih saran sebenarnya lagi-lagi kembali ke program. Kita

berharap dimana ada PMRnya bukan hanya di SD Bhayangkara tetapi

pada umumnya lagi-lagi kembali ke program. Program dari pelatih itu

seperti apa, yang berfokus pada anak-anak. Jadi anak-anak itu benar-

benar dilibatkan bukan hanya anak-anak dijadikan objek dikasih materi-

materi terus jadikan juga objek dan subjeknya kegiatan. Jadi bukan hanya

mereka dibutuhkan digunakan waktu sukuran. Jadi program yang

melibatkan langsung anak-anak itu lebih solid. Jadi misalkan

perkemahan dan upacara hari senin anak-anak nanti dilibatkan, mereka

dijadikan tim medis. Jadi mereka yang menangani, Cuma bukan hanya

dilibatkan tanpa pengawasan, disanalah peranan pelatih dan pembina.

Apakah bisa mendampingi mereka. Kalau mereka ada keluhan mereka

enggak mampu menangani baru kita. Dengan melibatkan langsung anak-

anak dikegiatan PMR di kegiatan seperti itu maka mereka akan merasa,

“oh aku bangga jadi anak PMR”. Mereka jadikan tim medis itu sebuah

kebanggaan buat mereka karena dari teman-teman mereka enggak ada

yang bisa jadi tim medis sekolah, mereka bisa. Kalau saran saya lebih

banyak libatkan langsung mereka di dalam suatu kegiatan. Bikin piket

UKS bikin pemeriksaan jentik-jentik nyamuk atau pengawas lingkungan

sekolah”. (CW3,05/04/2016)

Berdasarkan wawancara diatas dapat ditrianggulasikan bahwa beberapa saran

untuk pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR SD Negeri Bhayangkara yaitu; 1)

adanya evaluasi tertulis dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR, 2)

pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler tidak hanya untuk kelas 5 saja tetapi tambah

untuk kelas awal (kelas 1, 2, dan 3), 3) melibatkan wali murid untuk memberikan

dukungan pada anaknya dalam kegiatan ekstrakurikuler, 4) anggaran dana

94

pelaksanaan program kegiatan dapat tercukupi dari anggaran sekolah sehingga

tidak memberatkan pihak wali murid, 5) adanya perencanaan program kerja yang

melibatkan peserta didik aktif berpartisipasi dalam kegiatan. 6) membentuk tim

medis sekolah yang dapat ditugaskan dalam upacara bendera hari senin, kegiatan

perkemahan, dan petugas pemeriksa jentik-jentik nyamuk di lingkungan sekolah.

B. Pembahasan

SD Negeri Bhayangkara merupakan sekolah yang telah melaksanakan

kegiatan ekstrakurikuler PMR. PMR pada jenjang sekolah dasar termasuk dalam

PMR tingkat Mula. PMR tingkat Mula memiliki peranan menjadi model atau

contoh bagi anak-anak lainnya dalam menjaga kebersihan dan kesehatan diri dan

lingkungannya (peer support). Kegiatan PMR yang dilaksanakan sejak jenjang

sekolah dasar diharapkan mampu menumbuhkan kesadaran siswa akan pentingnya

hidup sehat dan rasa kepedulian sosial anak terhadap orang lain.

1. Perencanaan program kegiatan ekstrakurikuler PMR

Tujuan kegiatan ekstrakurikuler PMR sudah selaras dengan tujuan SD Negeri

Bhayangkara. Hal ini dapat dilihat dari beberapa program kegiatan PMR yaitu;

kegiatan apotek hidup sesuai dengan tujuan sekolah: pendidikan lingkungan hidup,

kegiatan perlombaan PMR sesuai dengan tujuan sekolah: meningkatkan prestasi

siswa bidang seni budaya nasional berbasis budaya Daerah Istimewa Yogyakarta.

Secara eksplisit juga dapat dilihat dari kegiatan pelatihan PMR memiliki tujuan

yang sama dengan tujuan sekolah yaitu untuk meningkatkan mutu akademis dan

non akademis diatas kriteria ketuntasan minimal berdasarkan Standar Nasional

Pendidikan serta salah satu cakupan materi yang diajarkan dalam pelatihan PMR

95

yaitu kebersihan dan kesehatan merupakan realisasi dari tujuan sekolah yakni

mewujudkan lingkungan sekolah yang bersih, indah, dan nyaman.

Tujuan kegiatan ekstrakurikuler PMR SD Negeri Bhayangkara ini sesuai

dengan teori yang dikemukakan oleh Hernawan (2008 : 6-7) bahwa tujuan yang

ingin dicapai dalam kegiatan ekstrakurikuler yaitu memperdalam pengetahuan yang

relevan dengan program kurikuler, memberikan pemahaman terhadap hubungan

antar mata pelajaran, menyalurkan minat dan bakat siswa, serta mendekatkan

pengetahuan yang diperoleh dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat. Tujuan

khusus dalam ekstrakurikuler PMR SD Negeri Bhayangkara adalah

menyinkronisasikan UKS dengan kegitan ekstrakurikuler PMR agar anak-anak

dapat mengurus dan mengelola UKS yang ada di sekolah dengan baik. Hal ini

sesuai dengan pendapat Rifai dalam kompri (2015 : 233) yang menyatakan tujuan

dikembangkannya kegiatan PMR adalah untuk membentuk sebuah wadah di

sekolah yang siap dan terampil dalam melakukan pelayanan kesehatan dan medis

terhadap masyarakat, khususnya untuk teman di sekolah.

Usulan program kegiatan PMR SD Negeri Bhayangkara dibuat oleh pelatih

sendiri untuk efektifitas dan efesiensi waktu. Hal ini mengingat anak-anak tingkat

usia sekolah dasar masih berada dalam tahap berpikir konkret. Namun, penetapan

program kegiatan yang akan dilakukan dalam satu tahun kedepan diambil

berdasarkan hasil rapat sekolah antara kepala sekolah, bendahara, wali kelas, guru

dan guru ekstrakurikuler. Hal ini berkaitan dengan mempertimbangkan anggaran

yang dikeluarkan sekolah dan jadwal pelaksanaan kegiatan agar tidak berbenturan

dengan kegiatan sekolah lainnya. Hal tersebut sesuai dengan teori yang

96

dikemukakan oleh Moh. Uzer Usman dan Lilis Setiawati (1993: 22-23) di mana

penyusunan rencana program dan pembiayaan dilakukan dengan melibatkan kepala

sekolah, wali kelas, dan guru-guru.

2. Pelaksanaan program kegiatan ekstrakurikuler PMR

Pelaksanaan program kegiatan ekstrakurikuler PMR dimulai pada bulan juli

tahun pelajaran 2015 diawali dengan pendaftaran anggota baru. Hal ini bertujuan

untuk merekrut anggota baru yang akan mengikuti proses kegiatan PMR. Siswa

memilih ekstrakurikuler yang diminati melalui formulir yang disediakan oleh

sekolah kemudian disetujui oleh pihak orangtua dengan menandatanganinya.

PMR merupakan salah satu kegiatan ekstrakurikuler untuk siswa kelas V,

sehingga hanya siswa yang mendaftar menjadi anggota PMR yang memiliki

kemampuan memberikan pertolongan pertama. Siswa yang tidak mengikuti

ekstrakurikuler PMR tidak dapat memberikan pertolongan secara cepat dan tepat

ketika terjadi kecelakaan. Kejadian kecelakaan tidak hanya terjadi di lingkungan

sekolah, bisa terjadi di lingkungan bermain, di rumah bahkan di jalan raya. Tujuan

pelaksanaan kegiatan PMR di SD Negeri Bhayangkara belum dapat dirasakan oleh

semua siswa. Tujuan dikembangkannya kegiatan PMR dalam pandangan Rifai

dalam Kompri (233:2015) adalah membentuk sebuah wadah di sekolah yang siap

dan terampil dalam melakukan pelayanan kesehatan dan medis khususnya untuk

teman di sekolah, membentuk mental dan karakter siswa sehingga memiliki

kepekaan dan solidaritas sosial yang tinggi, menanamkan nilai-nilai kemanusiaan

dan keagamaan pada diri peserta didik sehingga senantiasa berbuat baik dan

memberi manfaat kepada sesamanya.

97

Setelah mendapat anggota baru, program kegiatan ekstrakurikuler PMR

diantaranya adalah 1) pelatihan PMR, 2) pemilihan pengurus PMR yang baru, 3)

orientasi anggota, pelantikan pengurus dan keakraban anggota PMR, 4) apotik

hidup, 5) pembuatan seragam, slayer dan bed anggota PMR, 6) aksi donor darah,

7) kunjungan ke PMI, 8) perlombaan PMR dan 9) peringatan hari-hari besar PMI.

Aksi donor darah dilaksanakan pada tanggal 19 Maret 2016. Kegiatannya

berupa donor darah untuk guru-guru, karyawan, wali murid dan tamu undangan

serta pemeriksaan golongan darah bagi semua siswa SD Negeri Bhayangkara.

Dalam aksi donor darah ini, anggota PMR dilibatkan langsung dalam kegiatan.

Anggota PMR dilatih menjadi panitia penyelenggara kegiatan dengan diberi

tanggung jawab agar kegiatan donor dapat berjalan tertib dan lancar. Ada

pembagian tugas seperti memanggil pendonor, memberikan kenang-kenangan pada

pendonor, serta mengajak semua orang yang ada dalam acara tersebut untuk

mendonorkan darahnya. Pada kegiatan ini, anggota PMR membantu tugas PMI

dalam mempromosikan gerakan donor darah, salah satu tugas utama PMI adalah

pelayanan transfusi darah. Anggota PMR SD Negeri Bhayangkara belum

memenuhi syarat untuk melakukan donor darah, akan tetapi anggota PMR memiliki

peranan untuk mengampanyekan dan mengajak orang-orang yang telah memenuhi

persyaratan untuk melakukan donor darah. Aksi donor darah ini sangat baik untuk

menumbuhkan sikap sosial kemanusiaan siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat

Rifai dalam Kompri (233:2015) bahwa salah satu tujuan pengembangan kegiatan

PMR adalah untuk menanamkan nilai kemanusiaan dan keagamaan pada diri

98

peserta didik sehingga senantiasa berbuat baik dan memberi manfaat kepada

sesamanya.

Program kegiatan diatas telah mencakup semua inti dari tri bakti PMR. Hal ini

sesuai dengan pendapat dalam PMI (1991:59) bahwa anggota PMR diperbantukan

dalam tugas-tugas kepalangmerahan seperti membantu memberikan pertolongan

pertama pada kecelakaan, membantu korban bencana, dan lain sebagainya sesuai

dengan tingkatannya. Tri bakti PMR yang dilaksanakan oleh PMR SD Negeri

Bhayangkara dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Meningkatkan keterampilan hidup sehat

PMR SD Bhayangkara telah melatihkan kebiasaan hidup bersih dan sehat

dalam cakupan materi yang dilakukan melalui latihan rutin dan mengelola

kegiatan-kegiatan UKS.

2) Berkarya dan berbakti di masyarakat

PMR SD Negeri Bhayangkara melakukan kerja bakti, membantu

menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat di sekolah, aksi donor

darah dan pemeriksaan golongan darah serta mengikuti kegiatan

perlombaan-perlombaan yang dilaksanakan pada tingkat cabang, daerah

dan nasional.

3) Mempererat persahabatan nasional dan internasional

PMR SD Negeri Bhayangkara melakukan kunjungan ke PMI, mengikuti

orientasi anggota, pelantikan pengurus dan keakraban anggota, serta

mengadakan pertandingan persahabatan futsal dengan unit PMR dari

sekolah lainnya.

99

Materi yang diajarkan dalam latihan rutin PMR SD Negeri Bhayangkara

dalam silabus kegiatan pembelajaran yang disusun oleh pelatih PMR. Materi

tersebut antara lain gerakan, PMR relawan masa depan, remaja sehat peduli sesama,

donor darah, pertolongan pertama, siaga bencana, dan pendidikan remaja sebaya.

Isi silabus tersebut telah sesuai dengan kurikulum PMR yang dibuat oleh PMI

Pusat.

Pelaksanaan latihan rutin PMR diadakan setiap hari sabtu siang pada pukul

10.00 WIB. Kondisi siswa pada siang hari biasanya sudah capek, lelah dan susah

untuk berkonsentrasi. Pelatih PMR menggunakan berbagai metode dalam

pelaksanaan pelatihan. Metode-metode tersebut antara lain ceramah, praktek dan

permainan. Hal ini dilakukan oleh pelatih untuk menarik perhatian siswa untuk

mengikuti pelatihan dengan sungguh-sungguh. Metode yang digunakan oleh

pelatih sudah sesuai dengan pendapat Juliati Susilo (2008 : 37) Metode yang dapat

digunakan dalam pelatihan PMI ialah metode partisipatif. Bentuk-bentuk metode

partisipatif tersebut antara lain yaitu: ceramah dan tanya jawab, studi kasus,

brainstorming, role playing, outbond, diskusi, praktek, presentasi, penugasan dan

simulasi lapangan.

Media belajar yang digunakan dalam pembelajaran ekstrakurikuler PMR

menyesuaikan dengan kondisi dan pokok materi pelatihan PMR yang sedang

diajarkan. Media yang digunakan untuk pembelajaran teori didalam kelas

menggunakan lcd proyektor atau papan tulis, sedangkan untuk kegiatan praktek

diluar kelas menggunakan media langsung yang berkaitan dengan materi yang

diajarkan. Jenis media yang digunakan sudah sesuai dengan jenis media yang

100

diungkapkan oleh Haryanto (2005: 237). Beberapa jenis media pendidikan yang

digunakan dalam proses pendidikan antara lain media grafis, media tiga dimensi,

media proyeksi dan pengunaan lingkungan sebagai media pendidikan. Ketepatan

penggunaan media yang dipilih oleh pelatih ini juga sejalan dengan juliati

susilo,dkk (2008: 37) yang menyatakan Salah satu unsur yang dapat mempengaruhi

hasil pelatihan adalah penggunaan media pelatihan yang memadahi. Kemajuan

teknologi bukan menjadi ukuran media yang memadahi, tetapi keterampilan dan

kreatifitas untuk memilih dan menggunakan media yang tersedia sesuai dengan

topik yang disampaikan.

3. Evaluasi program kegiatan PMR SD Negeri Bhayangkara

Kegiatan ekstrakurikuler PMR SD Negeri Bhayangkara telah menerapkan

kegiatan monitoring dan evaluasi. Evaluasi ada dua macam yaitu evaluasi

pelatihan(kognitif) dan evaluasi program kegiatan. Evaluasi pelatihan untuk peserta

didik dilakukan dengan ujian tertulis, waktu pelaksanaannya bersamaan dengan

ujian semester yang waktunya telah dijadwalkan oleh sekolah. Evaluasi ini

bertujuan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan siswa dalam mencapai

tujuan pembelajaran ekstrakurikuler dan untuk mengetahui keefektifan metode

maupun media yang digunakan oleh pelatih dalam menyampaikan materi

pembelajaran. Hal ini sesuai dengan Kompri (2015: 245) evalusi dimaksudkan

untuk mengumpulkan data atau informasi mengenai tingkat keberhasilan yang

dicapai siswa. Penilaian dapat dilakukan sewaktu-waktu untuk menetapkan tingkat

keberhasilan siswa pada tahap-tahap tertentu dan pada jangka waktu tertentu

berkenaan dengan proses dan hasil kegiatan ekstrakurikuler.

101

Evaluasi program kegiatan ekstrakurikuler PMR SD Negeri Bhayangkara

sudah dilakukan dan disampaikan kepada pembina atau wali kelas dengan bentuk

lisan secara personal dalam waktu pelaksanaan maupun seusai kegiatan. Evaluasi

program kegiatan dalam lingkup internal sekolah dilakukan bersama-sama antara

pelatih, kepala sekolah, dan guru-guru lainnya pada rapat besar sekolah. Hal ini

sejalan dengan Yudha M. Saputra (1998: 151) evaluasi berkaitan dengan segala

sesuatu yang dilakukan oleh guru, pembina, pelatih, dan anak didik guna

mendapatkan informasi seberapa jauh tujuan atau sasaran kegiatan ekstrakurikuler

itu telah dicapai. Namun, evaluasi program kegiatan tersebut masih dilakukan

secara lisan.

Monitoring program kerja dilaksanakan oleh PMI cabang kota Yogyakarta

melalui pelatih yang mengampu sekolah PMR, setiap tiga bulan sekali diadakan

rapat para pelatih PMR untuk mengevaluasi kegiatan PMR sekolah yang diampu.

Kegiatan ekstrakurikuler PMR memiliki banyak dampak positif bagi siswa

maupun sekolah. Dampak positif bagi siswa yaitu; menambah pengetahuan dan

pengalaman anak dalam kegiatan kepalangmerahan, menumbuhkan keberanian

anak untuk memberikan pertolongan pertama ketika terjadi kecelakaan, mengubah

persepsi anak-anak untuk tidak takut ketika ada ambulans yang melintas,

menumbuhkan kepedulian sosial anak melalui bakti sosial maupun gotong royong,

dan kegiatan PMR sebagai wadah untuk anak memperoleh prestasi. Selanjutnya,

dampak positif kegiatan ekstrakurikuler PMR bagi SD Negeri Bhayangkara yaitu

dengan adanya kegiatan ekstrakurikuler akan menambah akreditasi sekolah serta

menambah mitra bagi sekolah. Hal ini sejalan dengan pendapat Muhaimin (2008:

102

75) yang menyatakan kegiatan ekstrakurikuler memiliki fungsi sebagai edukatif dan

ritual yaitu kegiatan-kegiatan tersebut sangat menunjang proses pembinaan dan

pendidikan praktis di sela-sela kehidupan peserta didik, pengembangan, yaitu

fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan potensi, minat, dan bakat

peserta didik, sosial yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan

kemampuan dan rasa tanggung jawab peserta didik.

Ada beberapa faktor yang menghambat pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler

PMR SD Negeri Bhayangkara. Faktor tersebut yang pertama adalah pelatih

ekstrakurikuler PMR SD Negeri Bhayangkara mulai pada bulan Agustus 2015

mendapat tugas sebagai pengurus di PMI kota Yogyakarta. Hal ini berpengaruh

pada pelaksanaan latihan yang dilaksanakan rutin setiap hari sabtu. Pelatih meminta

ijin kepada pembina PMR atau guru kelas ketika ada rapat atau kegiatan di PMI

Kota Yogyakarta. Sehingga menyebabkan latihan rutin diliburkan atau diisi oleh

guru kelas. Faktor kedua yang menjadi penghambat pelaksanaan kegiatan PMR

adalah partisipasi anak dalam mengikuti kegiatan latihan masih kurang. Hal ini

ditunjukkan dari 29 anak yang mengikuti ekstrakurikuler PMR yang berangkat

sekitar 15-20 anak. Faktor ketiga yaitu anggaran yang dikeluarkan oleh sekolah

belum mencukupi untuk memenuhi kebutuhan program kerja PMR SD Negeri

Bhayangkara. Faktor keempat yaitu karakteristik anggota PMR SD Negeri

Bhayangkara yang masih dalam usia 10-12 tahun ini tergolong aktif masih

membutuhkan arahan yang tepat agar tidak menjadi perusuh atau pengganggu

dalam kegiatan latihan rutin PMR.

103

Faktor penghambat tidak menjadi penghalang utama dalam pelaksanaan

kegiatan ekstrakurikuler PMR. Pihak guru, pelatih dan wali murid secara bahu-

membahu mengatasi masalah yang menjadi penghambat pelaksanaan

ekstrakurikuler PMR. Strategi yang digunakan untuk mengatasi masalah pelatih

yang tidak bisa hadir mengisi latihan adalah guru kelas menggantikan tugas pelatih

menjadi fasilitator kegiatan latihan atau mengajak anggota PMR dalam kegiatan

lain dari sekolah. Strategi untuk meningkatkan partisipasi anak dalam mengikuti

latihan PMR adalah pembina PMR memberikan motivasi pada anak-anak untuk

berpartisipasi aktif dalam kegiatan PMR. Strategi yang digunakan untuk mencukupi

kebutuhan dana dalam pelaksanaan program kegiatan PMR adalah

mengkomunikasikan kegiatan dengan wali murid. Pihak wali murid secara swadaya

mengatasi masalah kekurangan anggaran dana dalam pelaksanaan program kerja

PMR. Strategi untuk mengatasi anak-anak yang terlalu aktif agar tidak menjadi

perusuh dalam latihan PMR adalah melibatkan anak langsung dalam kegiatan

dengan memberikan tugas untuk diselesaikan.

Kegiatan ekstrakurikuler SD Negeri Bhayangkara memiliki beberapa faktor

pendukung sehingga pelaksanaan kegiatan dapat berjalan dengan baik. Faktor

pendukung terlaksananya kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD Negeri Bhayangkara

yaitu: adanya dukungan dari kepala sekolah, guru, wali murid, sarana dan prasarana

yang dimiliki oleh sekolah yang memadahi, serta tingginya semangat anak-anak

dalam mengikuti ekstrakurikuler PMR.

104

C. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini telah diusahakan dan dilaksanakan sesuai dengan prosedur

ilmiah, namun demikian peneliti memiliki keterbatasan untuk melaksanakan

penelitian ini secara maksimal. Keterbatasan tersebut yaitu:

1. Penentuan sumber data dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive

sampling. Kepala sekolah, pembina dan pelatih PMR sebagai sumber data

primer penelitian. Siswa dimasukkan sebagai sumber data sekunder.

2. Pelaksanaan observasi kegiatan pelatihan PMR tidak sesuai dengan jadwal

yang telah ditentukan peneliti. Hal ini dikarenakan pelatih yang mengisi

latihan meminta izin tidak hadir karena ada acara di PMI dan kegiatan

ekstrakurikuler diliburkan dua kali pertemuan untuk persiapan UN kelas VI.

Hal ini berpengaruh pada jumlah observasi tentang kegiatan latihan rutin PMR

yang dilakukan oleh peneliti

3. Wawancara dengan narasumber waktunya terbatas dan situasi sekitar yang

kurang mendukung. Beberapa hal pokok tidak dapat diperoleh informasi

secara mendalam.

105

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan pada bab

sebelumnya peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa pelaksanaan kegiatan

ekstrakurikuler Palang Merah Remaja SD Negeri Bhayangkara dapat berjalan

dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari tiga komponen yang peneliti rumuskan dalam

bab pertama yaitu perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kegiatan ekstrakurikuler

PMR SD Negeri Bhayangkara. Adapun kesimpulan dari ketiga komponen diatas

adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR SD Negeri Bhayangkara

Rencana program kegiatan ekstrakurikuler PMR disusun oleh pelatih PMR

kemudian ditentukan melalui rapat sekolah. Rancangan program kegiatan

ekstrakurikuler PMR yang disetujui dalam rapat tersebut kemudian ditandatangani

oleh kepala sekolah.

2. Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR SD Negeri Bhayangkara

Kegiatan ekstrakurikuler PMR merupakan ekstrakurikuler pilihan untuk

siswa kelas V SD Negeri Bhayangkara, sehingga hanya sebagian siswa yang

memiliki kemampuan dalam memberikan pertolongan pertama. Program kegiatan

ekstraurikuler PMR tahun pelajaran 2015-2016 dapat dikelompokkan menjadi dua

yaitu kegiatan internal dan eksternal sekolah. kegiatan internal sekolah diantaranya:

pendaftaran anggota baru, pemilihan pengurus PMR, pelatihan PMR, apotek hidup,

pembuatan seragam, slayer, dan bed anggota PMR. Sedangkan kegiatan eksternal

sekolahnya yaitu: orientasi anggota, pelantikan pengurus, dan keakraban anggota

106

PMR, aksi donor darah dan pemeriksaan golongan darah, kunjungan ke PMI,

perlombaan PMR, peringatan hari-hari besar PMI, dan pertandingan futsal

persahabatan antar PMR mula dari SD lainnya.

3. Evaluasi kegiatan ekstrakurikuler PMR SD Negeri Bhayangkara

Evaluasi program kegiatan ekstrakurikuler PMR SD Negeri Bhayangkara

dalam lingkup internal sekolah dilakukan bersama-sama antara pelatih, kepala

sekolah, dan guru-guru lainnya pada rapat besar dan dibahas secara lisan belum

dilakukan secara tertulis. Evaluasi pelatihan PMR dilakukan dengan ujian tengah

semester dan ujian akhir semester yang jadwalnya dilaksanakan bersamaan dengan

ujian pembelajaran kurikuler.

Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR SD Negeri Bhayangkara memiliki

berbagai kendala. Faktor kendala tersebut adalah pelatih PMR memiliki kesibukan

lain di PMI Kota yogyakarta, partisipasi anak dalam mengikuti kegiatan masih

kurang, anggaran dari sekolah belum mencukupi kebutuhan program kegiatan

PMR, dan karakteristik anggota PMR dalam usia 10-12 tahun tergolong aktif yang

dapat menjadi perusuh atau pengganggu dalam kegiatan latihan rutin PMR.

Faktor pendukung terlaksananya kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD Negeri

Bhayangkara yaitu: adanya dukungan dari kepala sekolah, guru, maupun wali

murid serta sarana dan prasarana yang dimiliki oleh sekolah yang memadahi. Serta

tingginya semangat anak-anak dalam mengikuti ekstrakurikuler PMR.

B. SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh tentang pelaksanaan kegiatan

ekstrakurikuler PMR Unit 74 SD Negeri Bhayangkara yogyakarta tahun 2016,

penulis menyampaikan saran sebagai berikut:

107

1. Sekolah

a. Ekstrakurikuler PMR dapat diikuti oleh semua siswa tidak hanya

sebagai ekstrakurikuler pilihan. Ekstrakurikuler PMR memiliki

peranan untuk menumbuhkan sikap sosial, kerja sama dan tanggung

jawab siswa terhadap teman sebaya maupun keadaan masyarakat

sekitar.

b. Anggaran biaya ekstrakurikuler dapat tercukupi melalui anggaran

sekolah sehingga tidak memberatkan pihak orang tua siswa.

c. Sekolah membentuk tim medis sekolah dari anggota PMR yang

dapat ditugaskan untuk menjadi tim medis dalam upacara bendera,

kegiatan perkemahan, maupun pemeriksaan jentik-jentik nyamuk di

lingkungan sekolah dengan pengawasan dan bimbingan dari wali

kelas, guru penjas, pelatih dan pembina PMR.

2. Pelatih PMR

a. Penyusunan rencana program kegiatan sebaiknya dibahas bersama

wali kelas dan pembina PMR agar program yang akan dilaksanakan

oleh siswa lebih inovatif dan pembina serta wali kelas memiliki

tanggung jawab penuh membimbing siswa melaksanakan program.

b. Pelatih PMR melakukan komunikasi dengan pelatih lain untuk

mengisi jadwal kegiatan PMR di SD Negeri Bhayangkara jika

memiliki acara yang tidak dapat ditinggalkan .

c. Evaluasi dibuat secara tertulis, sehingga pihak guru, pelatih, dan

sekolah dasar lain yang ingin mengetahui pelaksanaan

108

ekstrakurikuler PMR dapat memperoleh gambaran faktor kendala

maupun faktor pendukung sehingga pelaksanaan kegiatan pada

waktu yang akan datang dapat berjalan secara maksimal.

3. siswa

Anggota PMR selalu rutin dan aktif untuk mengikuti kegiatan

ekstrakurikuler PMR. Kegiatan ekstrakurikuler PMR merupakan salah

satu wadah untuk mengembangkan bakat, potensi, prestasi dan

kepedulian terhadap sesama manusia sehingga dapat menjadi pribadi

yang berkarakter mulia.

109

DAFTAR PUSTAKA

Adi, B.S. 2012. “Pemahaman Guru Tentang Pertolongan Pertama Pada

Kecelakaan”.Didaktika, Vol 3, No 1

Akbar, H., Usman & Setiady, P. (2001). Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta:

Bumi Aksara

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:

Rineka cipta.

Bafadal, I. (2003), Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar, Dari Sentralisasi

menuju Desentralisasi, Jakarta: Bumi Aksara

Djamarah, S.B. (2002). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta

Depdikbud. (2003) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20, Tahun 2003,

tentang Sistem Pendidikan Nasional

Depdikbud. (1996). Petunjuk Pelaksanaan Palang Merah Remaja. Jakarta:

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Harjanto. (2005). Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Hernawan, A.H. dkk. (2008). Pengembangan Kurikiulum dan Pembelajaran.

Jakarta: Universitas Terbuka

Hidayat, R. 22 Februari 2015. Mengenal Mainan Tradisional di Kampung Dolanan.

Sindonews. Diakses tanggal 12 juni 2015 retrieved from

Http://daerah.sindonews.com/read/967395/151/mengenal-mainan-

tradisional-di-kampung-dolanan-1424580420

Kemendikbud. (2013). Permendikbud No.81A, tentang Implementasi Kurikulum

Kompri. (2015). Manajamen Pendidikan: Komponen-Komponen Elementer

Kemajuan Sekolah. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Muhaimin, dkk. (2008). Pengembangan Model Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) pada Sekolah dan Madrasah. Jakarta: PT RajaGrafin.

Munandar, H. (2008). Mengenal Palang Merah Indonesia (PMI) dan Badan Sar

Nasional (Basarnas). Jakarta: Erlangga

Moleong, L.J. (2000). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

........................ (2013). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

PMI. (1991). Materi Pendidikan PMR Madya. Jakarta: Markas Besar PMI.

110

PMI. (2007, Oktober- Desember). PMR & Relawan: PMR Saat ini, Tak kenal Maka

Tak Sayang. Suara PMI. No. 12. Halaman 10

PMI Provinsi Jawa Timur. (2012). Profil PMI Provinsi Jawa Timur Berbakti

Lebih Cepat. Surabaya: Markas Provinsi PMI Jawa Timur

Raharjo, R. (2012). Inovasi Kurikulum Pendidikan Agama Islam. Yogyakarta:

Magnum Pustaka.

Sapta, S.A. (2009). Kenali PMI. Jakarta: Palang merah Indonesia Pusat.

Saputra, Y.M. (1998). Pengembangan Kegiatan Ko- dan Ekstrakurikuler.

Yogyakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Soedjarwo, H. (2001). Metodologi Penelitian Sosial. Bandung: Mandar Maju.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, N.S. (2010). Metode Penelitian Pendidikan.Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Sumantri, M. & Sukmadinata, N. S. (2006). Perkembangan Peserta Didik.

Jakarta: Universitas Terbuka.

Susilo, J. dkk. (2008). Manajemen Palang Merah Remaja. Jakarta: Kantor Pusat

Palang Merah Indonesia.

Susilo, J. dkk. (2008). Kenali PMI. Jakarta: Kantor Pusat Palang Merah Indonesia.

Tohirin. (2012). Metode Penelitian Kualitatif dalam Pendidikan dan Bimbingan

Konseling: Pendekatan Praktis untuk peneliti Pemula dan Dilengkapi

dengan Contoh Transkrip Hasil Wawancara Serta Model Penyajian Data.

Jakarta: Rajawali Pers.

Zuriah, N. (2009). Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta: Bumi

Aksara.

111

Lampiran 1. Surat ijin observasi

112

Lampiran 2. Surat ijin penelitian

113

Lampiran 3. Surat ijin dari Dinas Perijinan Kota Yogyakarta

114

Lampiran 4. Instrumen Wawancara Pembina Ekstrakurikuler PMR

Nama :

Usia :

Jabatan :

4. Sejak kapan diadakan kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD Negeri

Bhayangkara?

5. Adakah struktur organisasi kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD Negeri

Bhayangkara ?

6. Apa tujuan dari kegiatan PMR di SD Negeri Bhayangkara?

7. Siapa saja pihak yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR

di SD Negeri Bhayangkara?

8. Kapan waktu pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD Negeri

Bhayangkara?

9. Kegiatan apa saja yang dimiliki ekstrakurikuler PMR?

10. Apa saja sarana dan prasarana yang digunakan dalam kegiatan ekstrakurikuler

PMR di SD Negeri Bhayangkara?

11. Berasal dari mana sumber dana pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR?

12. Materi apa saja yang di ajarkan dalam ekstrakurikuler PMR?

13. Apa saja metode yang digunakan dalam penyampaian materi ajar?

14. Media belajar yang digunakan pada pembelajaran ekstrakurikuler PMR?

15. Bagaimana bentuk monitoring dan evaluasi program untuk ekstrakurikuler

Palang Merah Remaja di SD Negeri Bhayangkara?

16. Bagaimana dampak positif pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR bagi

sekolah?

17. Apakah ada faktor penghambat pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR?

18. Bagaimana strategi mengatasi hambatan yang dialami?

19. Apakah ada faktor pendukung pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR?

20. Bagaimana saran untuk pengembangan kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD

Negeri Bhayangkara kedepan?

115

Lampiran 5. Instrumen Wawancara Kepala Sekolah SD Negeri Bhayangkara

Nama :

Usia :

Jabatan :

1. Sejak kapan diadakan kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD Negeri

Bhayangkara?

2. Adakah struktur organisasi kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD Negeri

Bhayangkara ?

3. Apa tujuan dari kegiatan PMR di SD Negeri Bhayangkara?

4. Siapa saja pihak yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler

PMR di SD Negeri Bhayangkara?

5. Kapan waktu pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD Negeri

Bhayangkara?

6. Kegiatan apa saja yang dimiliki ekstrakurikuler PMR?

7. Apa saja sarana dan prasarana yang digunakan dalam kegiatan ekstrakurikuler

PMR di SD Negeri Bhayangkara?

8. Berasal dari mana sumber dana pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR?

9. Bagaimana bentuk monitoring dan evaluasi program ekstrakurikuler PMR di

SD Negeri Bhayangkara?

10. Apakah ada dampak positif pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR bagi

siswa maupun bagi sekolah?

11. Apakah ada faktor penghambat pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR?

12. Bagaimana strategi mengatasi hambatan yang dialami?

13. Apakah ada faktor pendukung pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR?

14. Bagaimana saran untuk pengembangan kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD

Negeri Bhayangkara kedepan?

116

Lampiran 6. Instrumen Wawancara Pelatih Ekstrakurikuler PMR

Nama :

Usia :

Jabatan :

1. Sejak kapan diadakan kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD Negeri

Bhayangkara?

2. Adakah struktur organisasi kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD Negeri

Bhayangkara ?

3. Apa tujuan dari kegiatan PMR di SD Negeri Bhayangkara?

4. Siapa saja pihak yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR

di SD Negeri Bhayangkara?

5. Kapan waktu pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD Negeri

Bhayangkara?

6. Kegiatan apa saja yang dimiliki ekstrakurikuler PMR?

7. Apa saja sarana dan prasarana yang digunakan dalam kegiatan ekstrakurikuler

PMR di SD Negeri Bhayangkara?

8. Berasal dari mana sumber dana pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR?

9. Materi apa saja yang di ajarkan dalam ekstrakurikuler PMR?

10. Apa saja metode yang digunakan dalam penyampaian materi ajar?

11. Apa saja media belajar yang digunakan pada pembelajaran ekstrakurikuler

PMR?

12. Bagaimana bentuk monitoring dan evaluasi pembelajaran program

ekstrakurikuler PMR di SD Negeri Bhayangkara?

13. Adakah dampak positif yang dialami oleh peserta didik setelah mengikuti

kegiatan PMR?

14. Apakah ada faktor penghambat pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR?

15. Bagaimana strategi mengatasi hambatan yang dialami?

16. Apakah ada faktor pendukung pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR?

17. Bagaimana saran untuk pengembangan kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD

Negeri Bhayangkara kedepan?

117

Lampiran 7. Pedoman Dokumentasi

Variabel Aspek Indikator

Pelaksanaan ekstrakurikuler

PMR di SD Negeri

Bhayangkara

Perencanaan program

ekstrakurikuler PMR di

SD Negeri

Bhayangkara

a. Foto-foto rapat

perencanaan kegiatan

ekstrakurikuler

b. Notulen rapat

c. Surat-surat

Pelaksanaan kegiatan

ekstrakurikuler PMR di

SD Negeri

Bhayangkara

a. Foto-foto pelaksanaan

kegiatan ekstrakurikuler

PMR

b. Silabus dan perangkat

pembelajaran

c. Presensi kehadiran

peserta didik

Evaluasi kegiatan

ekstrakurikuler PMR di

SD Negeri

Bhayangkara

a. Buku penilaian hasil

belajar peserta didik

118

Lampiran 8. Lembar Observasi

Hari/tanggal :

Waktu :

Tempat :

Pengamatan ke :

No. Aspek yang

Diamati Hasil Pengamatan

1. Waktu

Pelaksanaan

2. Materi Kegiatan

3. Sumber Belajar

4. Media Belajar

5. Strategi Belajar

6. Sarana dan

Prasarana

119

Lampiran 9. Surat Keputusan PMI Kota Yogyakarta

120

121

122

Lampiran 10. Struktur Organisasi PMR

123

124

Lampiran 11. Anggota PMR SD Negeri Bhayangkara

125

126

Lampiran 12. Program kegiatan ekstrakurikuler PMR SD Negeri Bhayangkara

127

128

129

Lampiran 13. Foto kegiatan PMR Unit 74 SD Negeri Bhayangkara

Orientasi pengurus, pengukuhan pengurus dan keakraban anggota PMR

Latihan rutin PMR SD Negeri Bhayangkara

Aksi donor darah dan pemeriksaan golongan darah tahun 2014

130

Lomba dalam JUMBARA PMR Tahun 2014 PMI Kota Yogyakarta

Pertandingan futsal antar PMR

131

Lampiran 14. Silabus kegiatan pembelajaran ekstrakurikuler PMR SD Negeri Bhayangkara tahun 2015/2016

132

133

134

135

Lampiran 15. Lembar pelaksanaan harian ekstrakurikuler PMR

136

137

138

139

Lampiran 16. Catatan Wawancara Kepala Sekolah SD Negeri Bhayangkara

Nama : Rina

Jabatan : guru kelas V.B

1. Sejak kapan diadakan kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD Negeri Bhayangkara?

Kegiatan PMR disini ada sejak 2013, 2012 apa 2011.

Kalau begitu ada bukti resmi berdirinya PMR misalnya SK?

Ada.kita kalu ininya baru 2013, neg enggak salah itu waktu itu kita, Kalau

pramuka itu ada gugus depan, kalau PMR itu unit, nomor unit di PMI baru

diserahkan tahun 2013.

2. Adakah struktur organisasi kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD Negeri

Bhayangkara?

ada, strukturnya pun ada. Filenya ada di laptop, saya saya enggak hafal.

3. Apa tujuan dari kegiatan PMR di SD Negeri Bhayangkara?

Ada Tentunya. Untuk tujuan kegiatan PMR saya rasa sudah sesuai dengan visi

dan misi SD Bhayangkara. Kalau kita lihat di visi dan misi sekolah itu ada butir

ini: menjalin kerjasama dan hubungan dengan berbagai pihak sebagai jaringan

usaha pengembangan pendidikan ini masuk, terus di tujuan sekolah di nomor

satu meningkatkan mutu akademis dan non akademis di atas kriteria ketuntasan

minimal berdasarkan Standar Nasional Pendidikan masuk, terus ini

terwujudnya hubungan harmonis dan dinamis yang dijiwai semangat nilai-nilai

budaya Daerah Istimewa Yogyakarta baik di lingkungan sekolah maupun di

masyarakat ini masuk. Terwujudnya lingkungan sekolah yang bersih, indah,

dan nyaman ini juga iya. Pendidikan Lingkungan Hidup juga iya. Itu tadi kan

sudah sejalan antara tujuan yang ingin dicapai sekolah sama tujuan PMRnya.

4. Siapa saja pihak yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR

di SD Negeri Bhayangkara?

Semua. Yang telibat utama pembina, kalau kegiatan ini yang terlibat pihak

sekolah terutama guru-guru, kepala sekolah yang memberikan keputusan, terus

keuangan ketika mau mengeluarkan dana tetap ada koordinasi, ini bisanya

140

hanya segini jatahnya bagaimana caranya harus cukup. Inikan istilah semua

pihak terlibat, ada dari guru, kepala sekolah, keuangan. Kalau guru kelas

kaitannya komunikasi dengan jadwal mengajar.

5. Kapan waktu pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD Negeri

Bhayangkara?

Kegiatannya setiap hari sabtu jam 09.30 sampai 10.30

Perencanaan kegiatan PMR ada atau tidak?

ada, itu mas dedi bagus sekali, kan yang merencanakan, daftar kegiatan,

program kegiatan yang praktik yang membuat mas Dedi, itu ada.

Berarti yang membuat perencanaan itu mas Dedi sendiri atau sekolah juga ikut?

Tetap sekolah juga iya kan disitu kepala sekolah menyetujui. Dari program yang

diajukan nanti yang masuk mana yang tidak masuk tidak serta merta semuanya

diterima tapi tetap dirapatkan tho, program yang cocok. Terus selain itu, kita

kan juga perlu anggaran, nah itu juga disesuaikan dengan anggaran sekolah. Itu

biasanya kita yang sifatnya kembali ke anak itu direncanakan karena anggaran

dari sekolah itu terbatas kan sekian persen masih dibagi-bagi untuk sekian

ekstra disini banyak sekali ekstranya.

Kalau dari pihak PMI sendiri bagaimana bu?

Kalau nganu langsung ke sekolah. Maunya dana yang dikucurkan sana ke

sekolah? itu sepertinya tidak ada. hanya ketika ada agenda misalnya seperti pak

D itu kan pembina PMI tho pelatih PMR. itu kan dibawah naungan PMI tho,

nah itu mungkin kerjasamanya itu. Terus kemudian ini, kayak donor darah itu

kan fasilitas untuk pendonor, kursi, selebaran itu dari PMI nanti kita

menyediakan tempat sudah itu saja sama perlengkapannya itu kita. Jadi kita

dengan sana ya insidental lah. Tidak setiap bulan dikucuri dana.

6. Kegiatan apa saja yang dimiliki ekstrakurikuler PMR?

Untuk 2016 ini salah satunya donor darah, terus kemarin pelantikan bersama,

untuk semua kegiatan dibuat pada awal tahun pelajaran perjuli sampai juli.

Larut setiap sabtu, donor darah, UTS juga ada. Kalau yang program langsung

tanya saja ke Pak Dedi, itu komplit kog ada perencanaan, pelaksanaan sama

evaluasinya juga. Karena kita kan sudah sesuai bidang masing-masing. Terus

141

besok ada donor darah sam cek golongan darah. Ada mewarnai terkait bencana,

Siaga Bencana. Kunjungan PMI kurang tahu biasanya ada program kunjungan

PMI. Kemarin juga anak-anak mengumpulkan surat untuk PMI, ditujukan ke

Ketua PMI. Kemarin anak-anak mengumpulkannya di saya. Harapannya nanti

pas kunjungan itu dibawa kemudian dihaturke gitu . Berarti kan ada program

kunjungan hanya belum.

7. Apa saja sarana dan prasarana yang digunakan dalam kegiatan ekstrakurikuler

PMR di SD Negeri Bhayangkara?

Ada mitela, P3K, dragbar, terus nganu alat permainan siaga bencana. Itu ada

sudah ada terus itu kan tidak setiap hari dipakai jadi kita simpen di gudang.

Kemarin dapat bantuan dari PMI Daerah media pembelajaran penularan

penyakit-penyakit itu lho secara umum ya PHBS lah, semacam buklet itu dapat

dua.

8. Berasal dari mana sumber dana pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR?

Dari sekolah berapa sekolah, berapa persennya saya kurang tahu. Karena

dibagi-bagi untuk bermacam-macam ekstrakurikuler. Terus swadaya wali

murid, terutama kegiatan yang kontribusinya kembali ke anak misal konsumsi

itu untuk anak-anak tho, kaos terus badge itukan kembali ke anak, biasanya

yang kembali ke anak kita musyawarahkan dengan orang tua. Dari sekolah

adanya dana sekian, untuk kegiatan ini habis sekian, jadi monggo dibantu

acaranya, jadi udah cetho nggih, itu yang kembali ke anak monggo.

Metode yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR?

Nah ini nganu kog mas D kreatif, jadi tidak hanya ceramah, praktek, kadang

permainan, multimethods

9. Bagaimana bentuk monitoring dan evaluasi program ekstrakurikuler PMR di

SD Negeri Bhayangkara?

Nah paling pas rapat, pas rapat besar sebelum kenaikan paling itu saja. Tapi

secara tertulis belum, hanya secara umum. Bu ini begini, ini begini bagaimana

hanya secara umum saja. Dari ekstra yang ada kita bahas jadi tidak khusus

PMR saja, tapi semua kegiatan.

142

10. Apakah ada dampak positif pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR bagi

siswa maupun bagi sekolah?

Banyak, anak mendapat tambahan pengetahuan, terus kita melebarkan mitra

juga, untuk sekolah juga sangat bermanfaat untuk menambah akreditasi

sekolah, terus kita jadi tambah mitra, mitra PMI baik kota maupun provinsi

bahkan ini PMI daerah mau mengadakan MoU dengan Bhayangkara (SD)

kalau tidak maret/april, kurang tahu bentuknya seperti apa karena masih

wacana dari mas Dedi, Cuma kita dari pihak sekolah harus ketemu langsung

dan harus tahu kerjasama dalam bentuk apa bagaimana kontribusinya buat

sekolah?.

11. Apakah ada faktor penghambat pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR?

Tentunya ada, sebelumnya mungkin mas Dedi masih fokus di sekolah,

sekarang beliau di pengurus di PMI ini juga mungkin jadi enggak jadi latihan.

Mas dedi langsung nelpon, tapi untungnya anak-anak pas sabtu kemaren dari

pagi ada sosialisasi sarapan sehat sama silat menghendaki latihan persiapan

pentas seni jadi menghendaki anak-anak yang lain untuk menonton. Jadi

kemaren gak ada jadwal kegiatan PMR. Dan kemaren memang tidak saya isi

karena jadwal saya full dan di jam PMR itu ada dua pilihan ekstrakurikuler jadi

anak memilih salah satu. Yang sudah memilih PMR enggak ikut English Club,

yang memilih English Club enggak ikut PMR.

12. Bagaimana strategi mengatasi hambatan yang dialami?

Biasanya kalau pak Dedi tidak datang dan bu Ani tidak bisa saya sebagai guru

kelas saya pegang. Kalau ada Bahasa Inggris berarti saya pegang PMRnya,

sebisa saya dengan membaca kan kita bisa menyampaikan pengetahuannya,

nanti prakteknya pak Dedi yang menyampaikan.

13. Apakah ada faktor pendukung pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR?

Jelas ada ya mas, yang pertama kepala sekolah mendukung, peralatan ada

memadahi, terus disisi lain ketika memilih seperti ini kita sampaikan ke orang

tua, jadi model memilihnya nanti anak-anak kita bagikan angket silahkan

memilih orang tua disitu tanda tangan.

143

14. Bagaimana saran untuk pengembangan kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD

Negeri Bhayangkara kedepan?

monitoring ya yang jadi masukan, monitoring dan evaluasi bagusnya kalau

diterapkan seperti guru kan ada monitoring dan evaluasi tertulis, ya itu

mungkin sarannya.

144

Lampiran 17. Catatan Wawancara Pembina Ekstrakurikuler PMR

Nama : N

Jabatan : Guru Olahraga dan Pembina PMR

1. Sejak kapan diadakan kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD Negeri

Bhayangkara?

Kan saya masuk di sekolah ini tahun 2012, adanya PMR saya tanya yang lebih

senior dari Juli tahun ajaran 2010/2011 dulu pembinanya bu Y sama pak

D,kebetulan bu Y sudah berkeluarga terus gantian jadi pak D.

2. Adakah struktur organisasi kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD Negeri

Bhayangkara ?

Tetap ada, dari administrasi sudah ada, dari struktur organisasi terus terang yang

membuat pak D sendiri. jadi saya sendiri istilahnya jadi pembina PMR sebagai

guru yang ditunjuk, yang mengetahui saja. Dulu saya aslinya juga buta sekali

tentang PMR tetapi juga ikut belajar dari anak-anak kalau kegiatannya seperti

ini.

3. Apa tujuan dari kegiatan PMR di SD Negeri Bhayangkara?

Pembelajaran cara berorganisasi, kemudian bersosial, kemudian mengerti

model-model seperti itu, menambah pengalaman di materi kan ada pertolongan

pertama.

4. Siapa saja pihak yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR

di SD Negeri Bhayangkara?

Disini semua. siswa kan disuruh memilih, kegiatan dihari sabtu kebetulan ada

Takraw, ada pencak silat, ada PMR. Jadi anak-anak memilih ekstra yang

disukainya. Kemudian nanti untuk guru itu pelatih itu kan sudah ada izin dari

kepala sekolah, guru juga sudah mengizinkan kemudian ada beberapa guru yang

ditunjuk. Kalau peserta ekstra Cuma siswa yang memilih ekstra disitu.

Pihak-pihak lain seperti dari Dinas dan PMI juga termasuk? Iya dari PMI jelas,

kita kan juga harus ada izin dari PMI, istilahnya koordinasi jelas harus ada.

5. Kapan waktu pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD Negeri

Bhayangkara?

145

Iya, ekstranya setiap hari sabtu thok, hari sabtu thok pagi. Kemarin hari sabtu

saya mau observasi kegiatan PMRnya tapi kebetulan pak D ada acara. Iya

soalnya dia itu pak D sekarang baru mulai bulan apa ya, agustus atau apa ya,

istilahnya itu dijadikan tenaga di PMI pengurus disana. Tapi kan kemarin saya

juga takut: pak D kalau misalkan panjenengan mau di PMI saya juga dicarikan

ganti guru PMR, jangan sampai PMRnya hilang soalnya saya pengen tetap

PMRnya ada. Anu Bu, saya tetap ada disini, tetap masih ikut membawahi di

PMR soalnya saya memang pas kebetulan saya tugasnya juga membawahi dari

kegiatan PMR. O yowes neg njenengan ra metu aku wes ayem. Terus terang

banget saya senang dengan kinerja beliau.

Biasanya kalau sedang melatih itu pak D dibantu dengan siapa? Kalau pak D

biasanya dibantu sama mbak A, mbak A itu dari KSR UIN, biasanya sama mbak

A. Kalau guru biasanya saya sama bu R Cuma kalo ada apa-apa mendampingi.

Kemarin kata bu Rina ada pembinaan untuk pembina PMR?

Oiya kebetulan kemarin itu barusan ada kemarin rekane itu sama Bu U, guru

olahraga yang satu. Itu bu U yang kemarin diaturi rawuh didawuhi rawuh sama

Bu kepala sekolah Bu U suruh ikut kepelatihan pembina PMR itu. Akhirnya

beliau yang rawuh kesana tapi kebetulan Bu U baru cuti karena sakit.

Pelatihannya kemarin tentang apa itu Bu?

Kalau pelatihan Cuma ini mas, ketoke pertolongan pertama dan sebagainya

model begitu terus pengenalan PMR kan kita belum tahu sek masuk PMR Mula,

Wira dan sebagainya itu kan kita juga belum banyak yang tahu tho. Ketoke

pengetahuan-pengetahuan tentang PMR aja.

6. Kegiatan apa saja yang dimiliki ekstrakurikuler PMR?

Tahun pelajaran ini, kebetulan kan kita mau Open House kita mengadakan Aksi

Donor Darah disini. Tanggal 19 besok pelaksanaannya, hari sabtu. Open

housenya kan hari sabtu minggu, aksi donor darahnya hari sabtu besok. Insya

Allah kalau mas nya bisa datang kesini, sekalian syukur kalo memenuhi syarat

dan bisa donor, ya ayo kita bareng-bareng hehe.

Selain aksi donor darah, ada apa lagi Bu kegiatannya?

146

Kita ini mas, misalnya kemarin ada pentas nyanyi yang diundang oleh bapak

Gubernur di kantor bapak Gubernur juga sudah. Pelaksanaannya sudah bulan

kemarin tanggal berapa ya saya lupa. Pokoknya pas ada peringatan apa ya

berhubungan dengan PMR juga kali ya. Sering kog mas kita diundang setiap

ada kegiatan di Gubernuran yang nyanyi itu PMR dari SD Bhayangkara itu pasti

diundang. Kemudian JUMDA JUMBARA di Kaliurang itu juga sudah.

Kemudian yang terakhir itu di Babarsari ikut pelantikan bersama. Kalau nyanyi

di Gubernur itu barusan bulan kemarin. Jadi yang jadi koor pelaksanaan itu

anak-anak khusus dari PMR dari sini, anak-anak anggota PMR kita diundang

untuk kesana nyanyi kemudian diiringi sama pak S. Jadi kalau misalnya kalau

yang hubungannya sama musik kita juga sama pak guru musiknya kita

koordinasi dengan pak S. Terus nanti ada Bu kepala sekolah juga rawuh kesana

terus dari TU ada perwakilan berapa, yang ngantar kesana kan ada guru

kelasnya. Anak-anak kan yang PMR kelas 5 guru kelasnya kalau enggak ngikut

kan juga enggak enak ya. Nah kebetulan banget kalau disini enggak repot

masalah transport mas, jadi misalnya ada masalah open seperti itu orang tua itu

kalau udah dikasih tahu sama sekolah otomatis beliau “buk nggak usah ngene

langsung diantar ditunggu mas. Biasanya kayak gitu kalau kebetulan

kegiatannya kayak gitu. Semuanya mendukung, kebetulan wali siswa mungkin

juga seneng ya, anak-anaknya ikut dikegiatan tersebut. Soalnya juga kan

kegiatan ekstra PMR masih jarang.

7. Apa saja sarana dan prasarana yang digunakan dalam kegiatan ekstrakurikuler

PMR di SD Negeri Bhayangkara?

Kalau disekolah itu ada mitela, P3K lengkap semua, terus nanti kalau ada

kegiatan diluar kalau yang pribadi biasanya anak-anak bawa jadi dari sekolah

Cuma memfasilitasi.

8. Berasal dari mana sumber dana pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR?

Kalau sumber dananya dari BOS itu ada, tapi hanya seperberapa gitu karena

dibagi-bagi untuk keperluan sekolah lainnya. Kemudian ada misalnya kegiatan

aksi donor darah kemaren di UIN misalnya konsumsi anak dan sebagainya itu

dari anak sendiri dari pihak wali itu sudah ada istilahnya mengkoordinir.

147

Karena kebetulan wali dari yang ikut PMR itu juga sangat mendukung. Kalau

kegiatan di luar walinya siswa juga mendukung, biasanya malah yang heboh

sing tuo. Daripada itu anak disuruh “pokoke mengko melu materinya pak D

aja”. Disuruhnya pak Dedi apa nanti kamu enggak usah ngurusi misalnya

konsumsi. Nanti akhirnya kan orang tua. Jadi orang tua yang mengurusi. Dari

orang tua sendiri sangat-sangat mendukung. Jadi dana dari bos biasanya untuk

beli fasilitas kita yang disini. Karena yang utama kayak itu harus ada

laporannya juga.

9. Materi apa saja yang di ajarkan dalam ekstrakurikuler PMR?

Kalau materi-materi itu yang jelas cara belajar berorganisasi jelas ada, terus

tentang kesehatan, pertolongan pertama, terus melatih anak untuk mandiri,

berani.

10. Apa saja metode yang digunakan dalam penyampaian materi ajar?

Kadang di ruang kadang praktek di lapangan. Kalau kita butuh dilapangan kita

praktik dilapangan. Tapi kalau misalnya enggak kita Cuma di kelas tapi

biasanya kalau pak D ngajari walaupun materi dikasih di lapangan sambil kita

ini sekalian dipraktikkan di lapangan.

11. Media belajar yang digunakan pada pembelajaran ekstrakurikuler PMR?

12. Bagaimana bentuk monitoring dan evaluasi program untuk ekstrakurikuler

Palang Merah Remaja di SD Negeri Bhayangkara?

Kebetulan kalau evaluasi itu mesti juga harus tetap ada. Karena biasanya kan

programnya pak Dedi sudah bikin misalnya program PMR kita satu semester

pelaksanaannya ini. Kemudian nanti kita akan ikut kegiatan misalnya Jumda

jumbara itu kan kebetulan kita ikut. Biasanya evaluasi kita cuma kurangnya

apa. Bu kita kemarin cuma kurang koordinasi ini... ini.. model-model seperti

itu.

13. Bagaimana dampak positif pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR bagi

sekolah?

Yang jelas, nek misale ada ini... apa., kalo dulu misale anak-anak pada takut

mobil ambulance itu, kadang-kadang wedi ada suntikan kayak gitu kan pada

takut, sekarang alhamdulillah udah enggak, enggak seperti itu. Baik dari kelas

148

1 pun sudah tahu karena kita sering kedatangan itu tho, jadi mereka-mereka

istilahnya sudah enggak takut lagi. Terus biasanya anak-anak yang ikut PMR

itu mesti ketok mas, jadi nek misale ada kejadian sekolah misalnya ada

temannya yang sakit atau misalnya ada kecelakaan pas olah raga mesti

biasanya buk saya yang harus ini ya..., nah jadinya udah siap, tak ambilkan.

Walaupun harus tanya gurunya. Bu kog ininya enggak ada, jadi memang tapi

yo yowes karo..., memang latihannya pada... manfaatnya juga seperti itu

bocahe biasane juga lebih ini kog mas, lebih wani, kreatif. Neg bocah yo mung

ngono-ngono kui waelah. Seng jelas nek saya senengnya banyak positifnya

yang jelas itu, jadi manfaat bagi anak-anak itu banyak positifnya, terus terang

saya sendiri juga apa ya.. dulu dari enggak tahu menjadi oww PMR tu kayak

gini. Karena di sekolah saya dulu belum pernah belum ada di Lempuyangan.

Nah tahu-tahu kog disini ada PMR. Lho PMR ki piye tho? Terus takon Cuma

pengen ngerti pembinane yang mana, Cuma model gitu-gitu. Terus kemarin ini

kita dapat ha kebetulan sini pernah mas di Gorontalo, PMR yang 2011 itu

sebelum saya datang kesini. Itu barusan tim PMR SD Bhayangkara acara

baksos atau apa. Sini juga sering misal misale baksos, kerja bakti di RT/RW,

yang kebersihan lingkungan kemarin itu anak-anak PMR juga ada kegiatan

itu.kalau yang baksos itu kita hanya ngumpulin barang yang pantas pakai. Ha

kemaren itu pas dibawa ke.. nengdi yo pak D kae jenenge, pokoke sudah pernah

dibawa keluar untuk baksos sama pak D.

14. Apakah ada faktor penghambat pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR?

Kadang latihannya anak-anak itu lho mas, misalnya 15-20 anak, kadang 5 tidak

berangkat hari ini, yang hari ini berangkat besok enggak berangkat. Terus

biasanya kalau sudah seperti itu pak Dedi terus ngundang saya. Terus saya

tanggapi, buat anak-anak yang sudah mantap ikut PMR tetap harus hadir besok

yang tidak hadir lapor sama saya. Saya tidak mengancam sebenarnya supaya

anak-anak bisa tertib saja. Niatnya yang mau ikut ya ayo. Kan, manfaatnya buat

kalian sendiri bukan untuk pak guru bukan buat pak D itu ndak. Dengan cara

seperti itu kita memotivasi anak-anak untuk aktif mengikuti PMR.

149

Yo kuwi mas, neg kene ki mung kuwi misale kadang absene cah 30 ora

terpenuhi cah 30 modelnya kayak gitu yo sing mbuh karena absene sakit bener

atau mungkin ada apa atau karena apa atau anak kan kadang juga gini. Ada

anak yang milih, milih tu yang pas bareng. Kemaren terus tak suruh milih,

kamu mau pencak silat atau PMR, kalau di pencak silat yo silahkan di pencak

silat, kalau di PMR yo silahkan di PMR. Bu tapi aku pengen dua-duanya.

Latihan bareng raiso mas, kalo yang tidak latihan bareng wae miliho telu oleh

sing penting jam e rapopo. Itu modelnya kayak gitu, terus karo iki mas,

biasanya kendala yang paling ini anggaran yang kita butuhkan untuk kegiatan

dengan anggaran yang dikeluarkan oleh sekolah itu kurang mesti banyak.

Seperti kemarin kita ini mau aksi donor darah harusnya sekitar jutaan berapa

dari sekolah kan hanya ada satu juta berapa. Pak soalnya ini kalau panjenengan

ambil kalau nanti kegiatan keluar sudah habis, njud ming nggo gawe

pengalaman berarti besok. Karena kecenthoknya baru sekarang di anggaran

yang sekarang. Kalau merubah anggaran di tengah kan nggak mungkin ya mas,

nanti untuk pengalaman aja besok dari bendahara jadi tambah istilahnya gitu.

15. Bagaimana strategi mengatasi hambatan yang dialami?

Sudah dibahas di penjelasan yang sebelumnya. Terus saya tanggapi, buat anak-

anak yang sudah mantap ikut PMR tetap harus hadir besok yang tidak hadir

lapor sama saya. Saya tidak mengancam sebenarnya supaya anak-anak bisa

tertib saja. Niatnya yang mau ikut ya ayo. Kan, manfaatnya buat kalian sendiri

bukan untuk pak guru bukan buat pak D itu ndak. Dengan cara seperti itu kita

memotivasi anak-anak untuk aktif mengikuti PMR.

16. Apakah ada faktor pendukung pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR?

Kebetulan kalau disini semua bapak ibu guru istilahnya dengan adanya

kegiatan itu juga sangat mendukung kemudian wali juga juga apa, istilahnya

juga sangat mendukung. Nah anak-anak belum semua ini belum semua pengen

aku masuk ke PMR ya karena di jadwal kegiatannya bareng dengan kegiatan

olahraga kan biasanya anak-anak terus yo seng pencak silat pengen pencak silat

jadi belum istilahnya belum maksimal.

150

17. Bagaimana saran untuk pengembangan kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD

Negeri Bhayangkara kedepan?

Kalau saya yo pengenne semua sarana-prasarana ki lengkap, kemudian pas

kalo kegiatan pendanaan kegiatan kalau yang memang harus tidak usah

melibatkan istilahnya orang tua, uang itu. Saya pengennya enggak kayak gitu

jadi pengen tu anggaran ada langsung tercover di APBS. Kalau intensitas

latihan enggak usah nambah waktu, soalnya sudah dibagi-bagi. Karo seng jelas

bocah pengen anggotanya tambah lah. Tapi sayang mas kalau disini tu kan

kegiatan ekstranya baru dimulai kelas empat lima, jadi hanya dari kelas empat

lima, tidak dari kelas bawah baik itu dari olahraga seni maupun PMR. Kalau

pramuka bisa dari kelas satu, yang bisa dari kelas dua itu baru pramuka, TPA,

tari, ya itu model kayak gitu-gitu. Modelnya itu kalau dari PMR kebetulan

belum. Kepengennya anggotanya tambah kemudian faktor pendukungnya juga

tambah. Terutama dalam pendanaan yang jelas sing marai anu. Yo Cuma

untungnya satu kita punya wali kadang kalau, yo udah Bu kalau itu nggak usah

dari sekolah enggak apa-apa dari kita aja, tapi sok kadang kita sok pekewuh

juga. Tapi yo gimana lagi yoweslah, untuk anak kembali ke anak juga.

151

Lampiran 18. Catatan Wawancara Pelatih Ekstrakurikuler PMR

1. Sejak kapan diadakan kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD Negeri

Bhayangkara?

PMR di Bhayangkara sudah ada sejak 2009. 2009 itu sudah ikut JUMDA

(Jumbara Daerah) yang kebetulan kota tuan rumah, dari sana cikal bakal PMR

SD Bhayangkara, kemudian 2010 ikut jumbara cabang, prosesnya kemarin juga

sedikit lama karena anak-anak juga belum terlalu tertarik belum aktif di PMR,

kemudian 2013 baru keluar SKnya.

2. Adakah struktur organisasi kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD Negeri

Bhayangkara ?

Struktur organisasi PMR ada, di UKS letaknya. PMR bagian dari UKS. Udah

ada pembagian tugas untuk anak-anaknya.

3. Apa tujuan dari kegiatan PMR di SD Negeri Bhayangkara?

Tujuan PMR secara umum dimana-mana itu sama, untuk pembentukan karakter

anak. Saya sebagai salah satu pendiri yang merintis PMR di SD Bhayangkara

sama mbak Yani dulu. Awalnya cuma ikut-ikutan, terus kita pikir PMR Mula

kog hanya dibutuhkan waktu saat ada kegiatan. Kenapa enggak kontinyu?

Akhirnya sama teman-teman sama mbak Yani ok kita kontinyu. Kontinyu-

kontinyu terus pembentukan. Salah satu tujuan diadakannya PMR itu untuk

melatih anak-anak, terus sinkronisasi antara UKS dan kegiatan, kalau kita

berharap UKS ini bisa dihandle oleh teman-teman anak-anak PMR.

4. Siapa saja pihak yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR

di SD Negeri Bhayangkara?

Yang terlibat pasti semua. Cuma yang bertanggung jawab penuh itu pembina

PMR yang saat ini adalah guru bagian olahraga. Karena guru yang membidangi

olahraga itu secara tidak langsung itu dia mengampu UKS. Jadi guru olahraga

itu bertanggung jawab penuh terhadap UKS. PMR karena banyak menangani

tentang kesehatan juga, pembinanya jadi dari guru olahraga. wali kelasnya juga

sangat mendukung, kalau ada kegiatan-kegiatan PMR juga mau turun tangan.

Orang tua siswa juga aktif banget, banyak itu foto-foto kegiatan termasuk

152

kemarin kita mengadakan pelantikan di Bonbin, tahun kemarin 2015 kita

mengadakan donor darah yang pertama tempatnya di UIN kan setelah selesai

kan kita dapat voucher masuk gratis Bonbin itu orang tua mendukung sekali.

Jadi selama ini apa yang dibutuhkan anak-anak PMR, orang tua sangat welcome

enggak ada masalah sama orang tua malahan mereka sangat mendukung.

Apalagi saat anaknya dijadikan kepanitiaan waktu itu. Anggaran sama orang

tua gampang. Malahan kalau anaknya enggak ikut, “kog ada kegiatan PMR

anak kami kog enggak dilibatkan, kog anak kami enggak diajak?”.

5. Kapan waktu pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD Negeri

Bhayangkara?

Setiap hari sabtu, sabtu jam 10. Kenapa kita ngambil hari sabtu? Karena hari

sabtu, pertama jam pulang anak-anak cepat, kedua karena hari akhir. hari akhir

minggu ya, jadi kegiatan lebih enjoy di lapangan.

6. Kegiatan apa saja yang dimiliki ekstrakurikuler PMR?

Kegiatannya, yang pertama kemarin ada gabungan pelantikan dan pengukuhan

itu tanggal 20 Desember kemarin. Terus aksi donor darah dan pemeriksaan

golongan darah kemarin tanggal 19 Maret 2016. Terus latihan-latihan yang

sifatnya kontinyu di sekolahan. Karena kita kan juga menyesuaikan dengan

kondisi anak-anak, kan bisa aja kita bikin program besar terkadang kasihan

anak-anak juga banyak kegiatan. Enggak itu aja, mereka futsal. Futsal itu rutin

tiap tahun setelah yang kelas enam. Yang kelas enam kan masih aktif di PMR

jadi setelah ujian mereka mengadakan futsal. Mereka ada tanding dengan PMR

mana. Kalau kemarin pertama rutin dengan sesama mereka yang terakhir

dengan SD Demangan. Terus yang kemarin paduan suaranya, paduan suaranya

kemarin di Kepatihan dalam rangka pemberian penghargaan donor darah yang

mengadakan PMI Daerah. Paduan suaranya diserahkan ke PMR SD

Bhayangkara. Ini tahun kedua mereka mengikuti di Kepatihan. Itu tanggal 14

januari kemarin. Terus tanggal 16 Februari kemarin di walikota untuk

menyuport PMI Kota Yogyakarta.

7. Apa saja sarana dan prasarana yang digunakan dalam kegiatan ekstrakurikuler

PMR di SD Negeri Bhayangkara?

153

Sarana prasarana ada udah mencukupi. Yang namanya mencukupi disini bisa

dipergunakan, kalau mau menuruti juga belum cukup. Tapi ya selama ini udah

cukup untuk latihan mereka baik itu untuk teori maupun praktek. Memang

banyaklah yang kurang setiap tahun juga mengadakan pengadaan-pengadaan

cuman kan setiap tahun banyak yang hilang, barang-barang banyak yang

dipakai. Sarana-prasarana itu bentuknya, ruang UKS itu yang pasti. Ruang UKS

bisa dibilang anak-anak PMR yang mengelola. Terus lapangan juga seperti itu

kondisinya.

8. Berasal dari mana sumber dana pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR?

Kalau dengan pendanaan tidak ada masalah. Karena setiap tahun memang kita

punya program kita ajukan ke sekolah, program dianggarkan dari RAB. Ada

RABnya, RAB dari sekolah sudah teralokasi untuk ekstrakurikuler. Cuma

RAB dari setiap sekolah kan beda-beda. Enggak terlalu banyak Cuma 1-2

jutaan. Kalau ada yang mendesak seperti kemarin ada aksi donor darah terus

orang tua siswa juga membantu, komite sekolah sangat mendukung.

9. Materi apa saja yang di ajarkan dalam ekstrakurikuler PMR?

Materi sama metode tidak jauh beda dengan yang lain sesuai dengan kurikulum

PMR. Materi kita menyesuaikan dengan kondisi anak-anak karena sasaran kita

adalah anak-anak itu bisa mengamankan diri mereka sendiri, bisa

meningkatkan kesehatan diri mereka sendiri, baru nanti lainnya. Jadi materi

kita menyesuaikan dengan anak-anak. Lompat-lompat.

10. Apa saja metode yang digunakan dalam penyampaian materi ajar?

Metodenya sama dengan pembelajaran lainnya. Jadi ada teori terus praktek,

selain teori dan praktek bukan hanya didalam ruangan dilapangan juga. Nanti

membuat anak-anak tertarik.

11. Apa saja media belajar yang digunakan pada pembelajaran ekstrakurikuler

PMR?

Media pembelajaran ya, kalau media sendiri ada media lapangan ada media

kelas. Media kelas itu untuk teori dalam artian bisa papan tulis, bisa lcd. Kalau

untuk lapangan misalnya siaga bencana bisa langsung praktek di lapangan. Jadi

kemarin SD Bhayangkara kemain sempet jadi SD siaga bencana itu dapat

154

bantuan media ular tangga siaga bencana dengan ukuran 3 meter x 3 meter.

Kalau enggak salah itu bantuan dari ICRC kalau tidak Palang Merah Denmark.

12. Bagaimana bentuk monitoring dan evaluasi pembelajaran program

ekstrakurikuler PMR di SD Negeri Bhayangkara?

Monitoring ada setahun dua kali, evaluasi juga ada setahun dua kali.

Monitoring dalam arti kegiatan kalau evaluasi dalam artian pendidikan. Jadi

anak-anak ada ujian. Ujian PMR ada dan nilainya masuk di raport. Jadi nilai di

raport itu jelas nilainya berapa di raport. Nilainya menggunakan sistem huruf

kalau untuk ekstrakurikuler. Memang ada ujian mereka, soalnya juga dibuatkan

dan ujiannya dilakukan serentak. Misalkan ujian UTS, hari jum’at atau

sabtunya khusus untuk jadwalnya ekstrakurikuler. Bahasa Inggris sama PMR

biasanya. Kalau monitoring pertama program kerja, sejauh mana anak-anak

menjalankan program kerja mereka, terus kendalanya apa. Monitoring itu

kebanyakan dari hasil bukan hanya harus dilihat perminggu perbulan, tapi

hampir setiap hari dimonitoring kira-kira seperti apa kendalanya apa, aksi

Donor darah yang dilaksanakan kemarin kan hasil monitoring donor darah

tahun kemarin. Tahun kemarin mereka kita lihat, mereka jalan, bagus,

dievaluasi pun bagus makanya tetap berjalan.

Kalau dari PMI monitoringnya bagaimana?

Monitoringnya melalui pelatih, jadi tiga bulan sekali kan ada rapat kumpul

pelatih PMR se-Kota Yogyakarta terus ada Kumpul Pembina PMR se-Kota

Yogyakarta. Itu untuk memonitoring kegiatan PMR sekolah masing-masing.

13. Adakah dampak positif yang dialami oleh peserta didik setelah mengikuti

kegiatan PMR?

Perkembangannya ya, pertama kalau kita fikir itu ya memang positif, karena

positif itu begini, mereka sudah bisa untuk keselamatan sendirilah, mereka

bisa membedakan mana yang bisa mereka kerjakan dan mana yang tidak bisa.

Selagi mereka bisa mengerjakan mereka akan kerjakan mereka sendiri. Kalau

mereka tidak bisa mengerjakan ya apa boleh buat. Contohnya kemarin mereka

mengadakan bersih-bersih sekolah, mereka mengerjakan sendiri, piket, piket

UKS mereka udah bisa, kita Cuma mengontrol. Memang beda ya sistem untuk

155

Mula, Madya dan Wira. Mula masih perlu banyak bimbingan, didampingi dan

diarahkan.

14. Apakah ada faktor penghambat pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR?

Faktor penghambat pelaksanaan ada, dimana-mana pasti ada. Cuma kalau di

SD Bhayangkara kalau dibilang penghambat juga bukan penghambat. Karena

anak-anaknya, mereka apa ya, aktif sangat aktif, aktif ini dalam artian kalau

tidak bisa kita arahkan dengan kegiatan-kegiatan, mereka akan jadi perusak-

perusak. Kalau enggak bisa diarahkan ya mau enggak mau nanti jadi rusuh atau

jadi pengganggu temen-temennya.

15. Bagaimana strategi mengatasi hambatan yang dialami?

Dilibatkan langsung anaknya. Jadi anak dilibatkan langsung dalam kegiatan

dikasih amanah dikasih satu kepercayaan. Ini lho kamu selesaikan, kalau

enggak selesai itu tanggung jawabmu. Jadi besok kalau enggak selesai kamu

yang tak panggil. Panggilan disini kan bukan kita menghukum enggak, jadi kita

panggil kita arahkan kenapa apa kog enggak bisa samapi sana. Dengan anak-

anaknya aktif terlibat langsung mereka merasa punya kepercayaan, aku

dipercayai aku dikasih ini dikasih itu.

16. Apakah ada faktor pendukung pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR?

Faktor pendukung enggak ada masalah, faktor pendukung dari dewan guru,

dari sekolah itu sangat mendukung sekali apalagi dari orangtua. Komite

sekolah sangat mendukung sekali kegiatan-kegiatan yang melibatkan anak-

anaknya. Dari segi sekolah ya, guru-guru sangat mendukung jadi enggak ada

masalah dengan PMR. Terus orang tua, orang tua juga sangat mendukung,

kegiatan yang khususnya ada anaknya disana. Terus mereka juga bisa apa ya,

mereka bisa bagi waktulah. Ada beberapa anak itu dia ikut kegiatan silat.

Cuman karena dia begitu semangatnya pengen ikut PMR malamnya silat besok

dia berangkat PMR. Padahal di PMR itu ada pengukuhan. Pengukuhan butuh

waktu dan tenaga yang lumayan ya. Dia tetep dateng walaupun disana dia

mewek nangis mau istirahat. Yaudah kita suruh tidur, selesai tidur seger terus

ikut lagi.

156

17. Bagaimana saran untuk pengembangan kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD

Negeri Bhayangkara kedepan?

Kalau saya sih saran sebenarnya lagi-lagi kembali ke program. Kita berharap

dimana ada PMRnya bukan hanya di SD Bhayangkara tetapi pada umumnya

lagi-lagi kembali ke program. Program dari pelatih itu seperti apa, yang

berfokus pada anak-anak. Jadi anak-anak itu benar-benar dilibatkan bukan

hanya anak-anak dijadikan objek dikasih materi-materi terus jadikan juga objek

dan subjeknya kegiatan. Kemarin forpis kota mengadakan baksos di titik nol

tanggal 3 kemarin, bagi-bagi 500 bungkus nasi. Tanpa diminta mereka datang

sendiri, mereka butuh wadah ini, butuh wadah dan fasilitas untuk

mengembangkan mereka, mengajak mereka, merangkul mereka. Jadi bukan

hanya mereka dibutuhkan digunakan waktu sukuran. Jadi program yang

melibatkan langsung anak-anak itu lebih solid. Jadi misalkan perkemahan,

perkemahan anak-anak nanti dilibatkan, mereka dijadikan tim medis. Jadi

mereka yang menangani, Cuma bukan hanya dilibatkan tanpa pengawasan,

disanalah peranan pelatih dan pembina. Apakah bisa mendampingi mereka.

Kalau mereka ada keluhan mereka enggak mampu menangani baru kita.

Dengan melibatkan langsung anak-anak dikegiatan PMR di kegiatan seperti itu

maka mereka akan merasa, “oh aku bangga jadi anak PMR”. Contoh lagi,

mereka ada apel pagi apel hari senin ya upacara hari senin, mereka jadikan tim

medis itu sebuah kebanggaan buat mereka karena dari teman-teman mereka

enggak ada yang bisa jadi tim medis sekolah, mereka bisa. Kalau saran saya

lebih banyak libatkan langsung mereka di dalam suatu kegiatan. Bikin piket

UKS bikin pemeriksaan jentik-jentik nyamuk atau pengawas lingkungan

sekolah.

157

Lampiran 19. Analisis data

ANALISIS DATA

(Reduksi, display dan kesimpulan hasil wawancara)

1. Sejak kapan diadakan kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD Negeri Bhayangkara?

R : Kegiatan PMR disini ada sejak 2013, 2012 apa 2011. Kalau begitu ada bukti

resmi berdirinya PMR misalnya SK? Ada. kita kalau ininya baru 2013, neg

enggak salah itu waktu itu kita, Kalau pramuka itu ada gugus depan, kalau

PMR itu unit, nomor unit di PMI baru diserahkan tahun 2013.

N : Kan saya masuk di sekolah ini tahun 2012, adanya PMR saya tanya yang

lebih senior dari Juli tahun ajaran 2010/2011 dulu pembinanya bu Y sama

pak D,kebetulan bu Y sudah berkeluarga terus gantian jadi pak D.

D : PMR di Bhayangkara sudah ada sejak 2009. 2009 itu sudah ikut JUMDA

(Jumbara Daerah) yang kebetulan kota tuan rumah, dari sana cikal bakal

PMR SD Bhayangkara, kemudian 2010 ikut jumbara cabang, prosesnya

kemarin juga sedikit lama karena anak-anak juga belum terlalu tertarik

belum aktif di PMR, kemudian 2013 baru keluar SKnya. Saya sebagai salah

satu pendiri yang merintis PMR di SD Bhayangkara sama mbak Yani dulu.

Awalnya cuma ikut-ikutan, terus kita pikir PMR Mula kog hanya

dibutuhkan waktu saat ada kegiatan. Kenapa enggak kontinyu? Akhirnya

sama teman-teman sama mbak Yani ok kita kontinyu. Kontinyu-kontinyu

terus pembentukan. Salah satu tujuan diadakannya PMR itu untuk melatih

anak-anak, terus sinkronisasi antara UKS dan kegiatan, kalau kita berharap

UKS ini bisa dihandle oleh teman-teman anak-anak PMR.

Kesimpulan :

Kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD Negeri Bhayangkara dimulai

pada tahun 2009 dengan mewakili kota Yogyakarta dalam kegiatan Jumbara

Daerah PMR DIY tahun 2009, setelah itu diikuti dengan kegiatan-kegiatan

lainnya. Pada awal kegiatan yang diikuti, SD Negeri Bhayangkara belum

memiliki Surat Keputusan (SK) dari PMI Kota Yogyakarta. Kemudian

158

perintis kegiatan PMR SD Negeri Bhayangkara mengharapkan kegiatan

PMR dilaksanakan secara berkelanjutan dan barulah pada tahun 2013

kemudian Surat Keputusan keluar. SK tersebut menjadi bukti otentik bahwa

kegiatan PMR di SD tersebut telah berjalan dengan baik.

2. Adakah struktur organisasi kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD Negeri

Bhayangkara ?

R : ada, strukturnya pun ada. Filenya ada di laptop, saya saya enggak hafal.

N : Tetap ada, dari administrasi sudah ada, dari struktur organisasi terus terang

yang membuat pak D sendiri. jadi saya sendiri istilahnya jadi pembina PMR

sebagai guru yang ditunjuk, yang mengetahui saja. Dulu saya aslinya juga

buta sekali tentang PMR tetapi juga ikut belajar dari anak-anak kalau

kegiatannya seperti ini.

D : Struktur organisasi PMR ada, di UKS letaknya. PMR bagian dari UKS.

Udah ada pembagian tugas untuk anak-anaknya.

Kesimpulan :

Ekstrakurikuler PMR SD Negeri Bhayangkara memiliki struktur organisasi.

Struktur organisasi dibentuk oleh pelatih yang disetujui oleh kepala sekolah

dan Pembina PMR. Pada struktur organisasi, anak-anak sudah mendapat

tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. Ekstrakurikuler PMR

menjadi bagian dari kegiatan UKS.

3. Apa tujuan dari kegiatan PMR di SD Negeri Bhayangkara?

R : Ada Tentunya. Untuk tujuan kegiatan PMR saya rasa sudah sesuai dengan

visi dan misi SD Bhayangkara. Kalau kita lihat di visi dan misi sekolah itu

ada butir ini: menjalin kerjasama dan hubungan dengan berbagai pihak

sebagai jaringan usaha pengembangan pendidikan ini masuk, terus di tujuan

sekolah di nomor satu; meningkatkan mutu akademis dan non akademis di

atas kriteria ketuntasan minimal berdasarkan Standar Nasional Pendidikan

masuk, terus ini terwujudnya hubungan harmonis dan dinamis yang dijiwai

semangat nilai-nilai budaya Daerah Istimewa Yogyakarta baik di

lingkungan sekolah maupun di masyarakat ini masuk. Terwujudnya

159

lingkungan sekolah yang bersih, indah, dan nyaman ini juga iya. Pendidikan

Lingkungan Hidup juga iya. Itu tadi kan sudah sejalan antara tujuan yang

ingin dicapai sekolah sama tujuan PMRnya.

N : Pembelajaran cara berorganisasi, kemudian bersosial, kemudian mengerti

model-model seperti itu, menambah pengalaman di materi kan ada

pertolongan pertama.

D : Tujuan PMR secara umum dimana-mana itu sama, untuk pembentukan

karakter anak. Saya sebagai salah satu pendiri yang merintis PMR di SD

Bhayangkara sama mbak Yani dulu. Awalnya cuma ikut-ikutan, terus kita

pikir PMR Mula kog hanya dibutuhkan waktu saat ada kegiatan. Kenapa

enggak kontinyu? Akhirnya sama teman-teman sama mbak Yani ok kita

kontinyu. Kontinyu-kontinyu terus pembentukan. Salah satu tujuan

diadakannya PMR itu untuk melatih anak-anak, terus sinkronisasi antara

UKS dan kegiatan, kalau kita berharap UKS ini bisa dihandle oleh teman-

teman anak-anak PMR.

Kesimpulan :

Tujuan kegiatan ekstrakurikuler PMR diselaraskan dengan tujuan SD

Negeri Bhayangkara yang tertuang pada visi dan misi sekolah. Beberapa

butir tujuan sekolah merupakan inti dari kegiatan ekstrakurikuler PMR.

Tujuan kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD Negeri Bhayangkara dibagi

menjadi dua yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umumnya yaitu

untuk pembentukan karakter anak seperti : pembelajaran cara berorganisasi,

bersosial, melatih dan menambah pengalaman anak dalam memberikan

pertolongan pertama. Sedangkan tujuan khususnya yaitu

menyinkronisasikan antara UKS dengan kegiatan ekstrakurikuler PMR agar

anak-anak dapat mengurus dan mengelola UKS yang ada di sekolah dengan

baik.

4. Siapa saja pihak yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR

di SD Negeri Bhayangkara?

160

R : Semua. Yang telibat utama pembina, kalau kegiatan ini yang terlibat pihak

sekolah terutama guru-guru, kepala sekolah yang memberikan keputusan,

terus keuangan ketika mau mengeluarkan dana tetap ada koordinasi, ini

bisanya hanya segini jatahnya bagaimana caranya harus cukup. Inikan istilah

semua pihak terlibat, ada dari guru, kepala sekolah, keuangan. Kalau guru

kelas kaitannya komunikasi dengan jadwal mengajar.

N : Disini semua. siswa kan disuruh memilih, kegiatan dihari sabtu kebetulan

ada Takraw, ada pencak silat, ada PMR. Jadi anak-anak memilih ekstra yang

disukainya. Kemudian nanti untuk guru itu pelatih itu kan sudah ada izin dari

kepala sekolah, guru juga sudah mengizinkan kemudian ada beberapa guru

yang ditunjuk. Kalau peserta ekstra Cuma siswa yang memilih ekstra disitu.

Pihak-pihak lain seperti dari Dinas dan PMI juga termasuk? Iya dari PMI

jelas, kita kan juga harus ada izin dari PMI, istilahnya koordinasi jelas harus

ada. ... Jadi kalau misalnya kalau yang hubungannya sama musik kita juga

sama pak guru musiknya kita koordinasi dengan pak S.

D : Yang terlibat pasti semua. Cuma yang bertanggung jawab penuh itu

pembina PMR yang saat ini adalah guru bagian olahraga. Karena guru yang

membidangi olahraga itu secara tidak langsung itu dia mengampu UKS. Jadi

guru olahraga itu bertanggung jawab penuh terhadap UKS. PMR karena

banyak menangani tentang kesehatan juga, pembinanya jadi dari guru

olahraga. wali kelasnya juga sangat mendukung, kalau ada kegiatan-kegiatan

PMR juga mau turun tangan. Orang tua siswa juga aktif banget, banyak itu

foto-foto kegiatan termasuk kemarin kita mengadakan pelantikan di Bonbin,

tahun kemarin 2015 kita mengadakan donor darah yang pertama tempatnya

di UIN kan setelah selesai kan kita dapat voucher masuk gratis Bonbin itu

orang tua mendukung sekali. Jadi selama ini apa yang dibutuhkan anak-anak

PMR, orang tua sangat welcome enggak ada masalah sama orang tua malahan

mereka sangat mendukung. Apalagi saat anaknya dijadikan kepanitiaan

waktu itu. Anggaran sama orang tua gampang. Malahan kalau anaknya

enggak ikut, “kog ada kegiatan PMR anak kami kog enggak dilibatkan, kog

anak kami enggak diajak?”.

161

Kesimpulan :

Pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan

ekstrakurikuler PMR di SD Negeri Bhayangkara adalah semua dewan

sekolah. Dewan sekolah tersebut yaitu; (1) Kepala Sekolah, Kepala Sekolah

adalah orang yang memberi keputusan dan kebijakan tentang semua

kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler, (2) guru, guru kelas dan pelatih

ekstrkurikuler berkoordinasi tentang jadwal pelaksanaan kegiatan, (3)

Keuangan Sekolah, keuangan sekolah memberikan anggaran dana yang

dibutuhkan dalam setiap pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler, (4) Pembina

PMR, pembina PMR diambil dari guru yang membidangi kesehatan yaitu

guru olahraga, (5) Wali murid, wali murid sangat mendukung anak-anaknya

untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler PMR. (6) PMI Kota Yogyakarta,

PMI Kota Yogyakarta terlibat dalam kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD

Bhayangkara secara insidental ketika sekolah mengadakan kegiatan donor

darah pihak PMI membantu menyediakan sarana untuk kegiatan tersebut.

5. Kapan waktu pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD Negeri

Bhayangkara?

R : Kegiatannya setiap hari sabtu jam 09.30 sampai 10.30. Perencanaan

kegiatan PMR ada atau tidak? ada, itu mas dedi bagus sekali, kan yang

merencanakan, daftar kegiatan, program kegiatan yang praktik yang membuat

mas Dedi, itu ada. Berarti yang membuat perencanaan itu mas Dedi sendiri

atau sekolah juga ikut? Tetap sekolah juga iya kan disitu kepala sekolah

menyetujui. Dari program yang diajukan nanti yang masuk mana yang tidak

masuk tidak serta merta semuanya diterima tapi tetap dirapatkan tho, program

yang cocok. Terus selain itu, kita kan juga perlu anggaran, nah itu juga

disesuaikan dengan anggaran sekolah. Itu biasanya kita yang sifatnya kembali

ke anak itu direncanakan karena anggaran dari sekolah itu terbatas kan sekian

persen masih dibagi-bagi untuk sekian ekstra disini banyak sekali ekstranya.

Kalau dari pihak PMI sendiri bagaimana bu? Kalau nganu langsung ke

sekolah. Maunya dana yang dikucurkan sana ke sekolah? itu sepertinya tidak

162

ada. hanya ketika ada agenda misalnya seperti pak D itu kan pembina PMI

tho pelatih PMR. itu kan dibawah naungan PMI tho, nah itu mungkin

kerjasamanya itu. Terus kemudian ini, kayak donor darah itu kan fasilitas

untuk pendonor, kursi, selebaran itu dari PMI nanti kita menyediakan tempat

sudah itu saja sama perlengkapannya itu kita. Jadi kita dengan sana ya

insidental lah. Tidak setiap bulan dikucuri dana.

N : Iya, ekstranya setiap hari sabtu thok, hari sabtu thok pagi. Kemarin hari

sabtu saya mau observasi kegiatan PMRnya tapi kebetulan pak D ada acara.

Iya soalnya dia itu pak D sekarang baru mulai bulan apa ya, agustus atau

apa ya, istilahnya itu dijadikan tenaga di PMI pengurus disana. Tapi kan

kemarin saya juga takut: pak D kalau misalkan panjenengan mau di PMI

saya juga dicarikan ganti guru PMR, jangan sampai PMRnya hilang soalnya

saya pengen tetap PMRnya ada. Anu Bu, saya tetap ada disini, tetap masih

ikut membawahi di PMR soalnya saya memang pas kebetulan saya tugasnya

juga membawahi dari kegiatan PMR. O yowes neg njenengan ra metu aku

wes ayem. Terus terang banget saya senang dengan kinerja beliau.

Biasanya kalau sedang melatih itu pak D dibantu dengan siapa? Kalau pak

D biasanya dibantu sama mbak A, mbak A itu dari KSR UIN, biasanya sama

mbak A. Kalau guru biasanya saya sama bu R Cuma kalo ada apa-apa

mendampingi. Kemarin kata bu Rina ada pembinaan untuk pembina PMR?

Oiya kebetulan kemarin itu barusan ada kemarin rekane itu sama Bu U, guru

olahraga yang satu. Itu bu U yang kemarin diaturi rawuh didawuhi rawuh

sama Bu kepala sekolah Bu U suruh ikut kepelatihan pembina PMR itu.

Akhirnya beliau yang rawuh kesana tapi kebetulan Bu U baru cuti karena

sakit. Pelatihannya kemarin tentang apa itu Bu?

Kalau pelatihan Cuma ini mas, ketoke pertolongan pertama dan sebagainya

model begitu terus pengenalan PMR kan kita belum tahu sek masuk PMR

Mula, Wira dan sebagainya itu kan kita juga belum banyak yang tahu tho.

Ketoke pengetahuan-pengetahuan tentang PMR aja.

163

D : Setiap hari sabtu, sabtu jam 10. Kenapa kita ngambil hari sabtu? Karena hari

sabtu, pertama jam pulang anak-anak cepat, kedua karena hari akhir. hari

akhir minggu ya, jadi kegiatan lebih enjoy di lapangan

Kesimpulan :

Kegiatan ekstrakurikuler PMR dilaksanakan sesuai dengan rencana program

kegiatan yang telah dibuat. Rencana program dibuat oleh pelatih dengan

menyertakan daftar kegiatan dan anggaran dana yang dibutuhkan kemudian

diserahkan kepada kepala sekolah. Rencana program yang masuk kemudian

dirapatkan dan diseleksi dalam rapat internal sekolah. Kegiatan

ekstrakurikuler PMR dilaksanakan rutin setiap hari sabtu pada pukul 10.00

WIB.

6. Kegiatan apa saja yang dimiliki ekstrakurikuler PMR?

R : Untuk 2016 ini salah satunya donor darah, terus kemarin pelantikan

bersama, untuk semua kegiatan dibuat pada awal tahun pelajaran perjuli

sampai juli. Larut setiap sabtu, donor darah, UTS juga ada. Kalau yang

program langsung tanya saja ke Pak Dedi, itu komplit kog ada perencanaan,

pelaksanaan sama evaluasinya juga. Karena kita kan sudah sesuai bidang

masing-masing. Terus besok ada donor darah sam cek golongan darah. Ada

mewarnai terkait bencana, Siaga Bencana. Kunjungan PMI kurang tahu

biasanya ada program kunjungan PMI. Kemarin juga anak-anak

mengumpulkan surat untuk PMI, ditujukan ke Ketua PMI. Kemarin anak-

anak mengumpulkannya di saya. Harapannya nanti pas kunjungan itu

dibawa kemudian dihaturke gitu . Berarti kan ada program kunjungan

hanya belum.

N : Tahun pelajaran ini, kebetulan kan kita mau Open House kita mengadakan

Aksi Donor Darah disini. Tanggal 19 besok pelaksanaannya, hari sabtu.

Open housenya kan hari sabtu minggu, aksi donor darahnya hari sabtu

besok. Insya Allah kalau mas nya bisa datang kesini, sekalian syukur kalo

memenuhi syarat dan bisa donor, ya ayo kita bareng-bareng hehe. Selain

aksi donor darah, ada apa lagi Bu kegiatannya?Kita ini mas, misalnya

kemarin ada pentas nyanyi yang diundang oleh bapak Gubernur di kantor

164

bapak Gubernur juga sudah. Pelaksanaannya sudah bulan kemarin tanggal

berapa ya saya lupa. Pokoknya pas ada peringatan apa ya berhubungan

dengan PMR juga kali ya. Sering kog mas kita diundang setiap ada kegiatan

di Gubernuran yang nyanyi itu PMR dari SD Bhayangkara itu pasti

diundang. Kemudian JUMDA JUMBARA di Kaliurang itu juga sudah.

Kemudian yang terakhir itu di Babarsari ikut pelantikan bersama. Kalau

nyanyi di Gubernur itu barusan bulan kemarin. Jadi yang jadi koor

pelaksanaan itu anak-anak khusus dari PMR dari sini, anak-anak anggota

PMR kita diundang untuk kesana nyanyi kemudian diiringi sama pak S. Jadi

kalau misalnya kalau yang hubungannya sama musik kita juga sama pak

guru musiknya kita koordinasi dengan pak S. Terus nanti ada Bu kepala

sekolah juga rawuh kesana terus dari TU ada perwakilan berapa, yang

ngantar kesana kan ada guru kelasnya. Anak-anak kan yang PMR kelas 5

guru kelasnya kalau enggak ngikut kan juga enggak enak ya. Nah kebetulan

banget kalau disini enggak repot masalah transport mas, jadi misalnya ada

masalah open seperti itu orang tua itu kalau udah dikasih tahu sama sekolah

otomatis beliau “buk nggak usah ngene langsung diantar ditunggu mas.

Biasanya kayak gitu kalau kebetulan kegiatannya kayak gitu. Semuanya

mendukung, kebetulan wali siswa mungkin juga seneng ya, anak-anaknya

ikut dikegiatan tersebut. Soalnya juga kan kegiatan ekstra PMR masih

jarang.

D : Kegiatannya, yang pertama kemarin ada gabungan pelantikan dan

pengukuhan itu tanggal 20 Desember kemarin. Terus aksi donor darah dan

pemeriksaan golongan darah kemarin tanggal 19 Maret 2016. Terus latihan-

latihan yang sifatnya kontinyu di sekolahan. Karena kita kan juga

menyesuaikan dengan kondisi anak-anak, kan bisa aja kita bikin program

besar terkadang kasihan anak-anak juga banyak kegiatan. Enggak itu aja,

mereka futsal. Futsal itu rutin tiap tahun setelah yang kelas enam. Yang

kelas enam kan masih aktif di PMR jadi setelah ujian mereka mengadakan

futsal. Mereka ada tanding dengan PMR mana. Kalau kemarin pertama rutin

dengan sesama mereka yang terakhir dengan SD Demangan. Terus yang

165

kemarin paduan suaranya, paduan suaranya kemarin di Kepatihan dalam

rangka pemberian penghargaan donor darah yang mengadakan PMI Daerah.

Paduan suaranya diserahkan ke PMR SD Bhayangkara. Ini tahun kedua

mereka mengikuti di Kepatihan. Itu tanggal 14 januari kemarin. Terus

tanggal 16 Februari kemarin di walikota untuk menyuport PMI Kota

Yogyakarta.

Kesimpulan :

Kegiatan ekstrakurikuler PMR dilakukan selama satu tahun pelajaran

dimulai dari awal semester ganjil bulan Juli 2015 sampai bulan Juni 2016.

Kegiatan-kegiatannya yaitu: (1) Latihan Rutin, latihan yang dilaksanakan setiap

hari sabtu dimulai pada pukul 10.00 WIB. Kegiatan ini bersifat kontinyu diisi

dengan pembelajaran teori maupun praktek materi-materi kePMRan. (2)

Pelantikan dan Pengukuhan Gabungan. Pelantikan anggota baru PMR yang

dilakukan secara gabungan dari beberapa sekolah yang ada kegiatan PMRnya.

(3) Jumbara, jumpa Bakti Gembira merupakan kegiatan berkumpulnya anggota

PMR untuk menyamakan materi kepalangmerahan dari beberapa sekolah PMR.

Salah satu kegiatan Jumbara nya yaitu perlombaan. (4) Paduan Suara, PMR SD

Negeri Bhayangkara menjadi petugas paduan suara ketika ada upacara atau

kegiatan yang diselenggarakan PMI. (5) Aksi Donor Darah dan Pemeriksaan

Golongan Darah, anak-anak dilatih menjadi penyelenggara kegiatan donor

darah dengan diberi tanggung jawab agar pelaksanaan kegiatan berjalan dengan

lancar dan tertib. (6) Ujian Tengah Semeter dan Ujian Akhir Semester. (7)

Futsal, pertandingan persahabatan futsal yang dilakukan dengan anggota PMR

mula dari SD lainnya.

7. Apa saja sarana dan prasarana yang digunakan dalam kegiatan ekstrakurikuler

PMR di SD Negeri Bhayangkara?

R : Ada mitela, P3K, dragbar, terus nganu alat permainan siaga bencana. Itu

ada sudah ada terus itu kan tidak setiap hari dipakai jadi kita simpen di

gudang. Kemarin dapat bantuan dari PMI Daerah media pembelajaran

penularan penyakit-penyakit itu lho secara umum ya PHBS lah, semacam

buklet itu dapat dua.

166

N : Kalau disekolah itu ada mitela, P3K lengkap semua, terus nanti kalau ada

kegiatan diluar kalau yang pribadi biasanya anak-anak bawa jadi dari

sekolah Cuma memfasilitasi. Biasanya kalau sedang ekstra tempatnya

dimana? Kadang di ruang kadang praktek di lapangan. Kalau kita butuh

dilapangan kita praktik dilapangan. Tapi kalau misalnya enggak kita Cuma

di kelas tapi biasanya kalau pak D ngajari walaupun materi dikasih di

lapangan sambil kita ini sekalian dipraktikkan di lapangan.

D : Sarana prasarana ada udah mencukupi. Yang namanya mencukupi disini

bisa dipergunakan, kalau mau menuruti juga belum cukup. Tapi ya selama

ini udah cukup untuk latihan mereka baik itu untuk teori maupun praktek.

Memang banyaklah yang kurang setiap tahun juga mengadakan pengadaan-

pengadaan cuman kan setiap tahun banyak yang hilang, barang-barang

banyak yang dipakai. Sarana-prasarana itu bentuknya, ruang UKS itu yang

pasti. Ruang UKS bisa dibilang anak-anak PMR yang mengelola. Terus

lapangan juga seperti itu kondisinya.

Kesimpulan :

Sarana-prasarana yang dimiliki oleh sekolah untuk kegiatan

ekstrakurikuler PMR sudah cukup memadahi. Sarana-prasarana nya yaitu:

perlengkapan P3K (mitela, obat-obatan, dragbar dan lain-lain),

perlengkapan/media pembelajaran, ruang UKS, ruang kelas, dan halaman

sekolah. Sarana-prasana tersebut yang digunakan untuk latihan rutin setiap

hari sabtu dan peralatan P3K yang digunakan untuk memberikan

pertolongan ketika ada siswa/guru yang mengalami kecelakaan. Setiap

tahun pelajaran selalu melakukan kegiatan pengadaan sarana-prasarana

terutama untuk perlengkapan yang habis pakai terutama untuk perlengkapan

P3K.

8. Berasal dari mana sumber dana pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR?

R : Dari sekolah berapa sekolah, berapa persennya saya kurang tahu. Karena

dibagi-bagi untuk bermacam-macam ekstrakurikuler. Terus swadaya wali

murid, terutama kegiatan yang kontribusinya kembali ke anak misal

konsumsi itu untuk anak-anak tho, kaos terus badge itukan kembali ke anak,

167

biasanya yang kembali ke anak kita musyawarahkan dengan orang tua. Dari

sekolah adanya dana sekian, untuk kegiatan ini habis sekian, jadi monggo

dibantu acaranya, jadi udah cetho nggih, itu yang kembali ke anak monggo.

N : Kalau sumber dananya dari BOS itu ada, tapi hanya seperberapa gitu karena

dibagi-bagi untuk keperluan sekolah lainnya. Kemudian ada misalnya

kegiatan aksi donor darah kemaren di UIN misalnya konsumsi anak dan

sebagainya itu dari anak sendiri dari pihak wali itu sudah ada istilahnya

mengkoordinir. Karena kebetulan wali dari yang ikut PMR itu juga sangat

mendukung. Kalau kegiatan di luar walinya siswa juga mendukung,

biasanya malah yang heboh sing tuo. Daripada itu anak disuruh “pokoke

mengko melu materinya pak D aja”. Disuruhnya pak Dedi apa nanti kamu

enggak usah ngurusi misalnya konsumsi. Nanti akhirnya kan orang tua. Jadi

orang tua yang mengurusi. Dari orang tua sendiri sangat-sangat mendukung.

Jadi dana dari bos biasanya untuk beli fasilitas kita yang disini. Karena yang

utama kayak itu harus ada laporannya juga.

D : Kalau dengan pendanaan tidak ada masalah. Karena setiap tahun memang

kita punya program kita ajukan ke sekolah, program dianggarkan dari RAB.

Ada RABnya, RAB dari sekolah sudah teralokasi untuk ekstrakurikuler.

Cuma RAB dari setiap sekolah kan beda-beda. Enggak terlalu banyak Cuma

1-2 jutaan. Kalau ada yang mendesak seperti kemarin ada aksi donor darah

terus orang tua siswa juga membantu, komite sekolah sangat mendukung.

Kesimpulan :

Sumber dana yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan Ekstrakurikuler

PMR di SD Negeri Bhayangkara berasal dari anggaran sekolah (Bantuan

Operasional Sekolah) dan wali murid. Anggaran yang diperlukan untuk

kegiatan ekstrakurikuler PMR setiap tahun diajukan ke sekolah dengan

membuat program kegiatan lengkap beserta dengan anggaran biayanya. sumber

pendanaan berikutnya berasal dari swadaya wali murid, wali murid tidak

keberatan untuk mengeluarkan dana hal ini karena wali murid sangat

mendukung anak-anaknya untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler PMR.

Anggaran dana dari swadaya wali murid digunakan ketika anggaran dari

168

sekolah belum cukup untuk menutupi kebutuhan dana untuk kegiatan yang

besar dan untuk kegiatan yang sifatnya kembali ke anak-anak misalnya: kaos

seragam dan badge PMR.

9. Materi apa saja yang diajarkan dalam ekstrakurikuler PMR?

N : Kalau materi-materi itu yang jelas cara belajar berorganisasi jelas ada, terus

tentang kesehatan, pertolongan pertama, terus melatih anak untuk mandiri,

berani.

D : Materi sama metode tidak jauh beda dengan yang lain sesuai dengan

kurikulum PMR. Materi kita menyesuaikan dengan kondisi anak-anak

karena sasaran kita adalah anak-anak itu bisa mengamankan diri mereka

sendiri, bisa meningkatkan kesehatan diri mereka sendiri, baru nanti

lainnya. Jadi materi kita menyesuaikan dengan anak-anak. Lompat-lompat

Kesimpulan :

Materi yang diajarkan dalam ekstrakurikuler PMR sesuai dengan kurikulum

PMR yang dibuat oleh PMI Pusat. Materi diajarkan menyesuaikan dengan

kebutuhan dan kondisi anak-anak. Anggota PMR secara tidak langsung

mendapatkan materi keberanian, kemandirian dan berorganisasi.

10. Apa saja metode yang digunakan dalam penyampaian materi ajar?

R : Nah ini nganu kog mas D kreatif, jadi tidak hanya ceramah, praktek, kadang

permainan, multimethods

N : Kadang di ruang kadang praktek di lapangan. Kalau kita butuh dilapangan

kita praktik dilapangan. Tapi kalau misalnya enggak kita Cuma di kelas tapi

biasanya kalau pak D ngajari walaupun materi dikasih di lapangan sambil

kita ini sekalian dipraktikkan di lapangan.

D : metodenya sama dengan pembelajaran lainnya. Jadi ada teori terus praktek,

selain teori dan praktek bukan hanya didalam ruangan dilapangan juga.

Nanti membuat anak-anak tertarik.

Kesimpulan :

Metode yang digunakan dalam pelaksanaan pelatihan PMR bervariasi. Ada

ceramah, praktek, dan permainan. Pelatih PMR kreatif dalam memberikan

kegiatan teori maupun praktik.

169

11. Media belajar yang digunakan pada pembelajaran ekstrakurikuler PMR?

N : medianya macam-macam mas. Kalo teori di ruangan ya biasanya pakai

powerpoint, kalau di lapangan biasanya langsung menggunakan alatnya

langsung seperti itu ada permainan ular tangga itu, terus obat-obat P3Knya

itu, tandu, macam-macam.

D :Kalau media sendiri ada media lapangan ada media kelas. Media kelas itu

untuk teori dalam artian bisa papan tulis, bisa lcd. Kalau untuk lapangan

misalnya siaga bencana bisa langsung praktek di lapangan. Jadi kemarin SD

Bhayangkara kemarin sempet jadi SD siaga bencana itu dapat bantuan

media ular tangga siaga bencana dengan ukuran 3 meter x 3 meter. Kalau

enggak salah itu bantuan dari ICRC kalau tidak Palang Merah Denmark.

Kesimpulan :

Media belajar yang digunakan dalam pembelajaran ekstrakurikuler PMR

yaitu papan tulis, slide presentasi, peralatan Pertolongan Pertama seperti obat-

obatan, kassa steril, betadin, dan tandu, serta media ular tangga siaga bencana.

12. Bagaimana bentuk monitoring dan evaluasi program untuk ekstrakurikuler

Palang Merah Remaja di SD Negeri Bhayangkara?

R : Nah paling pas rapat, pas rapat besar sebelum kenaikan paling itu saja. Tapi

secara tertulis belum, hanya secara umum. Bu ini begini, ini begini

bagaimana hanya secara umum saja. Dari ekstra yang ada kita bahas jadi

tidak khusus PMR saja, tapi semua kegiatan.

N : Kebetulan kalau evaluasi itu mesti juga harus tetap ada. Karena biasanya

kan programnya pak Dedi sudah bikin misalnya program PMR kita satu

semester pelaksanaannya ini. Kemudian nanti kita akan ikut kegiatan

misalnya Jumda itu kan kebetulan kita ikut. Biasanya evaluasi kita cuma

kurangnya apa. Bu kita kemarin cuma kurang koordinasi ini... ini.. model-

model seperti itu.

D : Monitoring ada setahun dua kali, evaluasi juga ada setahun dua kali.

Monitoring dalam arti kegiatan kalau evaluasi dalam artian pendidikan. Jadi

anak-anak ada ujian. Ujian PMR ada dan nilainya masuk di raport. Jadi nilai

di raport itu jelas nilainya berapa di raport. Nilainya menggunakan sistem

170

huruf kalau untuk ekstrakurikuler. Memang ada ujian mereka, soalnya juga

dibuatkan dan ujiannya dilakukan serentak. Misalkan ujian UTS, hari jum’at

atau sabtunya khusus untuk jadwalnya ekstrakurikuler. Bahasa Inggris sama

PMR biasanya. Kalau monitoring pertama program kerja, sejauh mana

anak-anak menjalankan program kerja mereka, terus kendalanya apa.

Monitoring itu kebanyakan dari hasil bukan hanya harus dilihat perminggu

perbulan, tapi hampir setiap hari dimonitoring kira-kira seperti apa

kendalanya apa, aksi Donor darah yang dilaksanakan kemarin kan hasil

monitoring donor darah tahun kemarin. Tahun kemarin mereka kita lihat,

mereka jalan, bagus, dievaluasi pun bagus makanya tetap berjalan.

Monitoringnya melalui pelatih, jadi tiga bulan sekali kan ada rapat kumpul

pelatih PMR se-Kota Yogyakarta terus ada Kumpul Pembina PMR se-Kota

Yogyakarta. Itu untuk memonitoring kegiatan PMR sekolah masing-

masing.

Kesimpulan :

Kegiatan ekstrakurikuler PMR unit 74 SD Negeri Bhayangkara telah

menerapkan kegiatan monitoring dan evaluasi. Monitoring dan evaluasi

dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan kegiatan pelatihan atau

pembelajaran dan pelaksanaan program kerja yang telah dibuat. Evaluasi untuk

peserta didik dilakukan dengan ujian tertulis, waktu pelaksanaannya bersamaan

dengan ujian semester yang waktunya telah dijadwalkan oleh sekolah. Evaluasi

ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan siswa dalam

mencapai tujuan pembelajaran ekstrakurikuler dan untuk mengetahui

keefektifan metode maupun media yang diguanakan oleh pelatih dalam

menyampaikan materi pembelajaran. Evaluasi ini menggunakan sistem huruf

dalam penilaiannya. Evaluasi program kerja ekstrakurikuler PMR pada intern

sekolah dilakukan bersama-sama antara pelatih, kepala sekolah, dan guru-guru

lainnya pada rapat besar dan dibahas secara lisan belum dilakukan secara

tertulis. Kemudian ada monitoring dan evaluasi ekstern dari beberapa sekolah

yang dilakukan tiga bulan sekali melalui rapat pelatih PMR se-Kota

171

Yogyakarta. Kemudian ada pula kumpul pembina PMR se-kota Yogyakarta

untuk memonitoring kegiatan PMR di sekolah masing-masing.

13. Bagaimana dampak positif pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR bagi

sekolah?

R : Banyak, anak mendapat tambahan pengetahuan, terus kita melebarkan mitra

juga, untuk sekolah juga sangat bermanfaat untuk menambah akreditasi

sekolah, terus kita jadi tambah mitra, mitra PMI baik kota maupun provinsi

bahkan ini PMI daerah mau mengadakan MoU dengan Bhayangkara (SD)

kalau tidak maret/april, kurang tahu bentuknya seperti apa karena masih

wacana dari mas Dedi, Cuma kita dari pihak sekolah harus ketemu langsung

dan harus tahu kerjasama dalam bentuk apa bagaimana kontribusinya buat

sekolah?

N : Yang jelas, nek misale ada ini... apa., kalo dulu misale anak-anak pada takut

mobil ambulans itu, kadang-kadang wedi ada suntikan kayak gitu kan pada

takut, sekarang alhamdulillah udah enggak, enggak seperti itu. Baik dari

kelas 1 pun sudah tahu karena kita sering kedatangan itu tho, jadi mereka-

mereka istilahnya sudah enggak takut lagi. Terus biasanya anak-anak yang

ikut PMR itu mesti ketok mas, jadi nek misale ada kejadian sekolah

misalnya ada temannya yang sakit atau misalnya ada kecelakaan pas olah

raga mesti biasanya buk saya yang harus ini ya..., nah jadinya udah siap, tak

ambilkan. Walaupun harus tanya gurunya. Bu kog ininya enggak ada, jadi

memang tapi yo yowes karo..., memang latihannya pada... manfaatnya juga

seperti itu bocahe biasane juga lebih ini kog mas, lebih wani, kreatif. Neg

bocah yo mung ngono-ngono kui waelah. Seng jelas nek saya senengnya

banyak positifnya yang jelas itu, jadi manfaat bagi anak-anak itu banyak

positifnya, terus terang saya sendiri juga apa ya.. dulu dari enggak tahu

menjadi ooooh... PMR tu kayak gini. Karena di sekolah saya dulu belum

pernah belum ada di Lempuyangan. Nah tahu-tahu kok disini ada PMR. Lho

PMR ki piye tho? Terus takon Cuma pengen ngerti pembinane yang mana,

Cuma model gitu-gitu. Terus kemarin ini kita pernah ikut jumbara di

Gorontalo, PMR yang 2011 itu sebelum saya datang kesini. Itu barusan tim

172

PMR SD Bhayangkara acara baksos atau apa. Sini juga sering misal misale

baksos, kerja bakti di RT/RW, yang kebersihan lingkungan kemarin itu

anak-anak PMR juga ada kegiatan itu.kalau yang baksos itu kita hanya

ngumpulin barang yang pantas pakai. Ha kemaren itu pas dibawa ke.. nengdi

yo pak D kae jenenge, pokoke sudah pernah dibawa keluar untuk baksos

sama pak D.

D : Perkembangannya ya, pertama kalau kita fikir itu ya memang positif, karena

positif itu begini, mereka sudah bisa untuk keselamatan sendirilah, mereka

bisa membedakan mana yang bisa mereka kerjakan dan mana yang tidak

bisa. Selagi mereka bisa mengerjakan mereka akan kerjakan mereka sendiri.

Kalau mereka tidak bisa mengerjakan ya apa boleh buat. Contohnya

kemarin mereka mengadakan bersih-bersih sekolah, mereka mengerjakan

sendiri, piket, piket UKS mereka udah bisa, kita Cuma mengontrol.

Memang beda ya sistem untuk Mula, Madya dan Wira. Mula masih perlu

banyak bimbingan, didampingi dan diarahkan.

Kesimpulan :

Dampak positif pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR bagi siswa

yaitu: menambah pengetahuan dan pengalaman anak-anak dalam kegiatan

kepalangmerahan terutama dalam memberikan pertolongan pertama ketika

terjadi kecelakaan, mengubah persepsi anak-anak untuk tidak takut ketika ada

ambulans yang lewat, memberikan keberanian pada anak untuk memberikan

pertolongan, dan melatih anak untuk mandiri. Sedangkan dampak positif

ekstrakurikuler PMR bagi SD Negeri Bhayangkara yaitu dengan adanya

kegiatan ekstrakurikuler akan menambah akreditasi sekolah serta menambah

mitra bagi sekolah.

14. Apakah ada faktor penghambat pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR?

R : Tentunya ada, sebelumnya mungkin mas Dedi masih fokus di sekolah,

sekarang beliau di pengurus di PMI ini juga mungkin jadi enggak jadi

latihan. Mas dedi langsung nelpon, tapi untungnya anak-anak pas sabtu

kemaren dari pagi ada sosialisasi sarapan sehat sama silat menghendaki

latihan persiapan pentas seni jadi menghendaki anak-anak yang lain untuk

173

menonton. Jadi kemarin gak ada jadwal kegiatan PMR. Dan kemarin

memang tidak saya isi karena jadwal saya full dan di jam PMR itu ada dua

pilihan ekstrakurikuler jadi anak memilih salah satu. Yang sudah memilih

PMR enggak ikut English Club, yang memilih English Club enggak ikut

PMR.

N : Kadang latihannya anak-anak itu lho mas, misalnya 15-20 anak, kadang 5

tidak berangkat hari ini, yang hari ini berangkat besok enggak berangkat.

Terus biasanya kalau sudah seperti itu pak Dedi terus ngundang saya.

Terus saya tanggapi, buat anak-anak yang sudah mantap ikut PMR tetap

harus hadir besok yang tidak hadir lapor sama saya. Saya tidak mengancam

sebenarnya supaya anak-anak bisa tertib saja. Niatnya yang mau ikut ya

ayo. Kan, manfaatnya buat kalian sendiri bukan untuk pak guru bukan buat

pak D itu ndak. Dengan cara seperti itu kita memotivasi anak-anak untuk

aktif mengikuti PMR.Yo kuwi mas, neg kene ki mung kuwi misale kadang

absene cah 30 ora terpenuhi cah 30 modelnya kayak gitu yo sing mbuh

karena absene sakit bener atau mungkin ada apa atau karena apa atau anak

kan kadang juga gini. Ada anak yang milih, milih tu yang pas bareng.

Kemaren terus tak suruh milih, kamu mau pencak silat atau PMR, kalau di

pencak silat yo silahkan di pencak silat, kalau di PMR yo silahkan di PMR.

Bu tapi aku pengen dua-duanya. Latihan bareng raiso mas, kalo yang tidak

latihan bareng wae miliho telu oleh sing penting jam e rapopo. Itu

modelnya kayak gitu, terus karo iki mas, biasanya kendala yang paling ini

anggaran yang kita butuhkan untuk kegiatan dengan anggaran yang

dikeluarkan oleh sekolah itu kurang mesti banyak. Seperti kemarin kita ini

mau aksi donor darah harusnya sekitar jutaan berapa dari sekolah kan

hanya ada satu juta berapa. Pak soalnya ini kalau panjenengan ambil kalau

nanti kegiatan keluar sudah habis, njud ming nggo gawe pengalaman

berarti besok. Karena kecenthoknya baru sekarang di anggaran yang

sekarang. Kalau merubah anggaran di tengah kan nggak mungkin ya mas,

nanti untuk pengalaman aja besok dari bendahara jadi tambah istilahnya

gitu.

174

D : Faktor penghambat pelaksanaan ada, dimana-mana pasti ada. Cuma kalau

di SD Bhayangkara kalau dibilang penghambat juga bukan penghambat.

Karena anak-anaknya, mereka apa ya, aktif sangat aktif, aktif ini dalam

artian kalau tidak bisa kita arahkan dengan kegiatan-kegiatan, mereka akan

jadi perusak-perusak. Kalau enggak bisa diarahkan ya mau enggak mau

nanti jadi rusuh atau jadi pengganggu temen-temennya.

Kesimpulan :

Ada beberapa faktor yang menghambat pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler

PMR SD Negeri Bhayangkara. Faktor tersebut yang pertama adalah pelatih

ekstrakurikuler PMR SD Negeri Bhayangkara mulai pada bulan Agustus 2015

mendapat tugas sebagai pengurus di PMI kota Yogyakarta. Hal ini berpengaruh

pada pelaksanaan latihan yang dilaksanakan rutin setiap hari sabtu. Pelatih

meminta ijin kepada pembina PMR atau guru kelas ketika ada rapat atau

kegiatan di PMI Kota Yogyakarta. Sehingga menyebabkan latihan rutin

diliburkan atau diisi oleh guru kelas. Faktor kedua yang menjadi penghambat

pelaksanaan kegiatan PMR adalah partisipasi anak dalam mengikuti kegiatan

latihan masih kurang. Hal ini ditunjukkan dari 29 anak yang mengikuti

ekstrakurikuler PMR yang berangkat sekitar 15-20 anak. Faktor ketiga yaitu

anggaran yang dikeluarkan oleh sekolah belum mencukupi untuk memenuhi

kebutuhan program kerja PMR SD Negeri Bhayangkara. Faktor keempat yaitu

karakteristik anggota PMR SD Negeri Bhayangkara yang masih dalam usia 10-

12 tahun ini tergolong aktif masih membutuhkan arahan yang tepat agar tidak

menjadi perusuh atau pengganggu dalam kegiatan latihan rutin PMR.

15. Bagaimana strategi mengatasi hambatan yang dialami?

R : Biasanya kalau pak Dedi tidak datang dan bu Ani tidak bisa saya sebagai

guru kelas saya pegang. Kalau ada Bahasa Inggris berarti saya pegang

PMRnya, sebisa saya dengan membaca kan kita bisa menyampaikan

pengetahuannya, nanti prakteknya pak Dedi yang menyampaikan

N : Kadang latihannya anak-anak itu lho mas, misalnya 15-20 anak, kadang 5

tidak berangkat hari ini, yang hari ini berangkat besok enggak berangkat.

Terus biasanya kalau sudah seperti itu pak Dedi terus ngundang saya. Terus

175

saya tanggapi, buat anak-anak yang sudah mantap ikut PMR tetap harus

hadir besok yang tidak hadir lapor sama saya. Saya tidak mengancam

sebenarnya supaya anak-anak bisa tertib saja. Niatnya yang mau ikut ya ayo.

Kan, manfaatnya buat kalian sendiri bukan untuk pak guru bukan buat pak

D itu ndak. Dengan cara seperti itu kita memotivasi anak-anak untuk aktif

mengikuti PMR. Itu modelnya kayak gitu, terus karo iki mas, biasanya

kendala yang paling ini anggaran yang kita butuhkan untuk kegiatan dengan

anggaran yang dikeluarkan oleh sekolah itu kurang mesti banyak. Seperti

kemarin kita ini mau aksi donor darah harusnya sekitar jutaan berapa dari

sekolah kan hanya ada satu juta berapa. Pak soalnya ini kalau panjenengan

ambil kalau nanti kegiatan keluar sudah habis, njud ming nggo gawe

pengalaman berarti besok. Karena kecenthoknya baru sekarang di anggaran

yang sekarang. Kalau merubah anggaran di tengah kan nggak mungkin ya

mas, nanti untuk pengalaman aja besok dari bendahara jadi tambah

istilahnya gitu.

D : Dilibatkan langsung anaknya. Jadi anak dilibatkan langsung dalam kegiatan

dikasih amanah dikasih satu kepercayaan. Ini lho kamu selesaikan, kalau

enggak selesai itu tanggung jawabmu. Jadi besok kalau enggak selesai kamu

yang tak panggil. Panggilan disini kan bukan kita menghukum enggak, jadi

kita panggil kita arahkan kenapa apa kog enggak bisa sampai sana. Dengan

anak-anaknya aktif terlibat langsung mereka merasa punya kepercayaan,

aku dipercayai aku dikasih ini dikasih itu.

Kesimpulan :

Strategi yang digunakan untuk menyelesaikan hambatan dalam pelaksanaan

kegiatan ekstrakurikuler SD Negeri Bhayangkara adalah: 1). Guru kelas

menggantikan tugas pelatih menjadi pendamping untuk memfasilitasi kegiatan

latihan atau mengajak anggota PMR dalam kegiatan lainnya dari sekolah. 2).

Pelatih PMR meminta kepada pembina PMR untuk memberikn motivasi kepada

anak-anak untuk berpartisipasi aktif di kegiatan ekstrakurikuler PMR. 3). Wali

murid secara swadaya menutupi anggaran kebutuhan pelaksanaan program

kerja PMR. 4). Melibatkan anak secara langsung dalam kegiatan dengan

176

memberikan tugas untuk diselesaikan. Sehingga anak-anak mempunyai

tanggung jawab dan merasa dipercaya untuk menyelesaikan sebuah tugas.

16. Apakah ada faktor pendukung pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR?

R : Jelas ada ya mas, yang pertama kepala sekolah mendukung, peralatan ada

memadahi, terus disisi lain ketika memilih seperti ini kita sampaikan ke

orang tua, jadi model memilihnya nanti anak-anak kita bagikan angket

silahkan memilih orang tua disitu tanda tangan.

N : Kebetulan kalau disini semua bapak ibu guru istilahnya dengan adanya

kegiatan itu juga sangat mendukung kemudian wali juga juga apa, istilahnya

juga sangat mendukung. Nah anak-anak belum semua ini belum semua

pengen aku masuk ke PMR ya karena di jadwal kegiatannya bareng dengan

kegiatan olahraga kan biasanya anak-anak terus yo seng pencak silat pengen

pencak silat jadi belum istilahnya belum maksimal.

D : Faktor pendukung enggak ada masalah, faktor pendukung dari dewan guru,

dari sekolah itu sangat mendukung sekali apalagi dari orangtua. Komite

sekolah sangat mendukung sekali kegiatan-kegiatan yang melibatkan anak-

anaknya. Dari segi sekolah ya, guru-guru sangat mendukung jadi enggak

ada masalah dengan PMR. Terus orang tua, orang tua juga sangat

mendukung, kegiatan yang khususnya ada anaknya disana. Terus mereka

juga bisa apa ya, mereka bisa bagi waktulah. Ada beberapa anak itu dia ikut

kegiatan silat. Cuman karena dia begitu semangatnya pengen ikut PMR

malamnya silat besok dia berangkat PMR. Padahal di PMR itu ada

pengukuhan. Pengukuhan butuh waktu dan tenaga yang lumayan ya. Dia

tetep dateng walaupun disana dia mewek nangis mau istirahat. Yaudah kita

suruh tidur, selesai tidur seger terus ikut lagi

Kesimpulan :

Faktor pendukung terlaksananya kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD

Negeri Bhayangkara yaitu: adanya dukungan dari kepala sekolah, guru,

maupun wali murid serta sarana dan prasarana yang dimiliki oleh sekolah

yang memadahi. Serta tingginya semangat anak-anak dalam mengikuti

ekstrakurikuler PMR.

177

17. Bagaimana saran untuk pengembangan kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD

Negeri Bhayangkara kedepan?

R : monitoring ya yang jadi masukan, monitoring dan evaluasi bagusnya kalau

diterapkan seperti guru kan ada monitoring dan evaluasi tertulis, ya itu

mungkin sarannya

N : Kalau saya yo pengene semua sarana-prasarana ki lengkap, kemudian pas

kalo kegiatan pendanaan kegiatan kalau yang memang harus tidak usah

melibatkan istilahnya orang tua, uang itu. Saya pengennya enggak kayak

gitu jadi pengen tu anggaran ada langsung tercover di APBS. Kalau

intensitas latihan enggak usah nambah waktu, soalnya sudah dibagi-bagi.

Karo seng jelas bocah pengen anggotanya tambah lah. Tapi sayang mas

kalau disini tu kan kegiatan ekstranya baru dimulai kelas empat lima, jadi

hanya dari kelas empat lima, tidak dari kelas bawah baik itu dari olahraga

seni maupun PMR. Kalau pramuka bisa dari kelas satu, yang bisa dari kelas

dua itu baru pramuka, TPA, tari, ya itu model kayak gitu-gitu. Modelnya itu

kalau dari PMR kebetulan belum. Kepengennya anggotanya tambah

kemudian faktor pendukungnya juga tambah. Terutama dalam pendanaan

yang jelas sing marai anu. Yo Cuma untungnya satu kita punya wali kadang

kalau, yo udah Bu kalau itu nggak usah dari sekolah enggak apa-apa dari

kita aja, tapi sok kadang kita sok pekewuh juga. Tapi yo gimana lagi

yoweslah, untuk anak kembali ke anak juga.

D : Kalau saya sih saran sebenarnya lagi-lagi kembali ke program. Kita

berharap dimana ada PMRnya bukan hanya di SD Bhayangkara tetapi pada

umumnya lagi-lagi kembali ke program. Program dari pelatih itu seperti apa,

yang berfokus pada anak-anak. Jadi anak-anak itu benar-benar dilibatkan

bukan hanya anak-anak dijadikan objek dikasih materi-materi terus jadikan

juga objek dan subjeknya kegiatan. Kemarin forpis kota mengadakan baksos

di titik nol tanggal 3 kemarin, bagi-bagi 500 bungkus nasi. Tanpa diminta

mereka datang sendiri, mereka butuh wadah ini, butuh wadah dan fasilitas

178

untuk mengembangkan mereka, mengajak mereka, merangkul mereka. Jadi

bukan hanya mereka dibutuhkan digunakan waktu sukuran. Jadi program

yang melibatkan langsung anak-anak itu lebih solid. Jadi misalkan

perkemahan, perkemahan anak-anak nanti dilibatkan, mereka dijadikan tim

medis. Jadi mereka yang menangani, Cuma bukan hanya dilibatkan tanpa

pengawasan, disanalah peranan pelatih dan pembina. Apakah bisa

mendampingi mereka. Kalau mereka ada keluhan mereka enggak mampu

menangani baru kita. Dengan melibatkan langsung anak-anak dikegiatan

PMR di kegiatan seperti itu maka mereka akan merasa, “oh aku bangga jadi

anak PMR”. Contoh lagi, mereka ada apel pagi apel hari senin ya upacara

hari senin, mereka jadikan tim medis itu sebuah kebanggaan buat mereka

karena dari teman-teman mereka enggak ada yang bisa jadi tim medis

sekolah, mereka bisa. Kalau saran saya lebih banyak libatkan langsung

mereka di dalam suatu kegiatan. Bikin piket UKS bikin pemeriksaan jentik-

jentik nyamuk atau pengawas lingkungan sekolah.

Kesimpulan :

Beberapa saran untuk pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR Unit 74 SD

Negeri Bhayangkara yaitu; 1) adanya evaluasi tertulis dalam pelaksanaan

kegiatan ekstrakurikuler PMR, 2) pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler tidak

hanya untuk kelas 5 saja tetapi tambah untuk kelas awal (kelas 1, 2, dan 3), 3)

melibatkan wali murid untuk memberikan dukungan pada anaknya dalam

kegiatan ekstrakurikuler, dan 4) adanya perencanaan program kerja yang

melibatkan peserta didik aktif berpartisipasi dalam kegiatan.

179

Lampiran 20. Lembar Observasi

180

181

182

183

Lampiran 21. Catatan lapangan

CATATAN LAPANGAN I

Lokasi : Ruang kepala Sekolah SD Negeri Bhayangkara

Hari/tanggal : Senin 2 Maret 2016

Waktu : 11.00 WIB – 12.30 WIB

Kegiatan : Meminta ijin penelitian dan ijin melakukan wawancara Kepala

Sekolah

Deskripsi

Pada tanggal pukul Senin 2 Maret 2016 pukul peneliti berkunjung ke SD

Negeri Bhayangkara untuk bertemu dengan kepala sekolah untuk melakukan

perijinan penelitian di SD Negeri Bhayangkara. Peneliti disambut baik oleh ibu DP

selaku kepala sekolah. Peneliti mengutarakan maksud kedatangannya sambil

menyerahkan surat ijin penelitian dari Dinas Perijinan Kota Yogyakarta. Setelah

mendengarkan maksud kedatangan dari peneliti lalu ibu DP menyambut baik

kedatangan dan memberikan ijin kepada peneliti dalam melaksanakan penelitian.

Kemudian peneliti meminta ijin Ibu DP untuk melakukan wawancara dengan

beliau tentang pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler di SD tersebut. Ibu DP

menceritakan bahwa beliau menjabat sebagai kepala sekolah di SD Bhayangkara

baru 2 tahun, kemudian beliau menganjurkan untuk menemui ibu RL selaku wali

kelas V.B yang lebih lama mengajar di SD Negeri Bhayangkara dan mendampingi

siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler PMR.

Peneliti menuju ruang kelas V.B untuk menemui ibu RL, disana peneliti

tidak menemukan beliau. Kemudian peneliti bertanya pada salah satu siswa, siswa

tersebut mengatakan bahwa ibu RL sedang tidak ada di kelas. Kemudian peneliti

bertanya pada operator sekolah di ruang komputer yang letaknya didepan ruang

kelas V.B, kemudian operator tersebut ikut membantu mencari ibu RL di ruang tata

usaha dan ruang guru tetapi juga tidak bertemu. Karena tidak bisa bertemu dengan

ibu RL pada hari itu, peneliti memohon pamit dari sekolah.

184

CATATAN LAPANGAN II

Lokasi : SD Negeri Bhayangkara

Hari/tanggal : Sabtu, 5 Maret 2016

Waktu : 09.00 WIB – 11.00 WIB

Kegiatan : Obsevasi kegiatan PMR dan meminta ijin untuk mewawancarai

ibu RL

deskripsi :

Pada pukul 09.00 WIB peneliti menuju ruang guru untuk menemui ibu RL.

Di ruang guru terdapat beberapa guru yang sedang latihan paduan suara bersama

guru seni dengan iringan organ. Peneliti meminta ijin pada salah satu guru untuk

menemui ibu RL, kemudian guru tersebut membantu mencari ibu RL. Setelah

bertemu ibu RL, peneliti kemudian memperkenalkan diri dan menyampaikan

maksud kedatangan peneliti. Ibu RL mempersilahkan untuk duduk di salah satu

ruang kelas, kemudian menyambut baik kedatangan peneliti. Peneliti menjelaskan

bahwa akan melakukan penelitian tentang pelaksanaan kegiatan PMR di SD Negeri

Bhayangkara dengan instrumen yang salah satunya yaitu wawancara dengan kepala

sekolah. Peneliti juga menyampaikan bahwa Kepala sekolah telah memberikan

rekomendasi untuk mewawancarai ibu RL. Ibu RL bersedia diwawancarai tetapi

tidak bisa pada hari itu dikarenakan akan menghadiri Rapat Guru dan

menyampaikan bahwa pelatih kegiatan PMR yaitu bapak D pada hari itu juga tidak

dapat mengisi kegiatan PMR karena ada kepentingan di kantor walikota. Ibu RL

menyampaikan jam dimana beliau sedang tidak mengajar. Setelah mendapat

kesepakatan waktu untuk wawancara dengan beliau, peneliti memohon diri dari ibu

RL untuk menemui ibu kepala sekolah.

Peneliti menuju ruang kepala sekolah dan menemui ibu D, peneliti meminta

ijin waktu beliau untuk berbincang-bincang dengan tentang gambaran umum SD

Negeri Bhayangkara dan data-data yang dibutuhkan untuk penelitian. Ibu D

menyampaikan maaf pada waktu tersebut beliau sedang sibuk dan meminta peneliti

untuk menemui ibu Y. Kemudian peneliti pamit dari ruang kepala sekolah untuk

menemui ibu Y.

Setelah mencari ibu Y di ruang tata usaha dan ruang komputer tidak

menemukan ibu Y, dari salah satu guru peneliti mendapat informasi bahwa ibu Y

sedang mengecek taman sekolah. Karena di taman sekolah juga tidak bertemu

dengan ibu Y, peneliti memutuskan untuk undur diri dari sekolah.

185

CATATAN LAPANGAN III

Lokasi : Ruang UKS SD Negeri Bhayangkara

Hari/tanggal : Selasa / 8 Maret 2016

Waktu : 08.00 WIB – 10 .00 WIB

Kegiatan : Pengambilan data ( Ibu RL)

Deskripsi

Pada tanggal 8 Maret 2016 pukul 08.00 WIB peneliti menemui ibu RL untuk

keperluan pengambilan data. Ibu RL kemudian menyambut peneliti dan

mempersilahkan peneliti duduk di ruang UKS. Kemudian peneliti melakukan

wawancara dengan ibu RL. Peneliti menggali informasi berdasarkan pedoman

wawancara yang telah dibuat sebelumnya. Setelah memperoleh data yang

diinginkan, peneliti berbincang-bincang pada ibu RL. Ibu RL menyampaikan

bahwa pembina PMR di SD Negeri Bhayangkara adalah ibu N. Peneliti

menyampaikan bahwa nantinya juga akan menemui ibu N untuk mendapatkan

informasi yang berkaitan dengan kegiatan ekstrakurikuler PMR. Secara kebetulan

ibu N melintas didepan ruang UKS, kemudian ibu RL menyapa ibu N dan

menyampaikan bahwa peneliti akan melakukan penelitian tentang kegiatan PMR.

Ibu RL kemudian mengajak peneliti untuk berbincang-bincang dengan ibu N.

Kemudian ibu RL pamit untuk mengisi jam mengajar di kelasnya.

Peneliti memperkenalkan diri dan menyampaikan maksud penelitian di SD

Negeri Bhayangkara sambil menyerahkan proposal penelitian. Ibu N menyambut

baik peneliti dan menyampaikan beberapa informasi terkait pelaksanaan kegiatan

PMR. Kemudian peneliti meminta waktu untuk melakukan wawancara dengan

beliau selaku Pembina PMR di SD Negeri Bhayangkara. Ibu N dan peneliti sepakat

untuk melakukan wawancara pada hari kamis tanggal 8 Maret 2016 setelah beliau

selesai mengajar. Peneliti kemudian mohon pamit pada ibu N untuk menemui ibu

Y karena ingin menemui ibu Y. Ibu N membantu peneliti menemui ibu Y.

Peneliti memperkenalkan diri pada ibu Y dan menyampaikan maksud

penelitian. Ibu Y mempersilahkan peneliti untuk melakukan penelitian dan

memberikan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti. Kemudian ibu Y meminta

bantuan pada peneliti untuk menyebarkan pamflet Donor Darah yang akan

dilaksanakan di SD Negeri Bhayangkara. Peneliti menyanggupi menyebarkan

pamflet tersebut kemudian peneliti memohon undur diri.

186

CATATAN LAPANGAN IV

Lokasi : Ruang guru SD Negeri Bhayangkara

Hari/tanggal : Kamis / 10 Maret 2016

Waktu : 09.30 WIB – 10.30 WIB

Kegiatan : Pengambilan data ( Ibu N )

Deskripsi :

Pada tanggal 10 Maret 2016 pukul 09.30 WIB peneliti datang ke ruang guru

SD Negeri Bhayangkara untuk melakukan wawancara dengan ibu N. Peneliti

disambut oleh para guru yang sedang berada diruangan tersebut. Peneliti meminta

waktu ibu N untuk wawancara selaku pembina PMR di SD Negeri Bhayangkara.

Peneliti melakukan wawancara dengan ibu N sesuai dengan pedoman wawancara

yang telah dibuat. Disela wawancara ibu N menyampaikan bahwa sekolah akan

mengadakan Open House yang bersamaan dengan acara Donor Darah serta

mengundang peneliti untuk mengikuti acara tersebut. Setelah mendapatkan

informasi yang diperlukan, peneliti menutup kegiatan wawancara dan mohon untuk

undur diri.

Peneliti menuju ruang tata usaha menemui ibu Y untuk meminta pamflet

Donor Darah yang akan disebarkan. Setelah mendapatkan pamflet tersebut peneliti

mohon berpamitan untuk undur diri.

187

CATATAN LAPANGAN V

Lokasi : Halaman Sekolah SD Negeri Bhayangkara

Hari/tanggal : Sabtu / 12 Maret 2016

Waktu : 10.00 WIB – 11.30 WIB

Kegiatan : Observasi latihan PMR

Deskripsi

Pada tanggal 12 Maret 2016 pukul 10.00 WIB, peneliti berada didepan

ruang kelas V menunggu bapak D memulai kegiatan PMR. Bapak D tiba diruang

kelas bersama dengan saudara S dari KSR PMI Unit Markas Kota Yogyakarta

untuk mengajar kegiatan PMR pada hari tersebut. Peneliti menyapa Bapak D dan

saudara S dan mengikuti masuk ke ruang kelas. Setelah membuka pembelajaran

bapak D menyampaikan pada anak-anak akan belajar tentang siaga bencana

bersama saudara S di halaman sekolah.

Anak-anak diarahkan menuju halaman sekolah dan mulai mengikuti

kegiatan. Peneliti melakukan pengamatan terhadap kegiatan belajar tersebut.

Setelah selesai kegiatan latihan, peneliti ikut berbincang-bincang bersama dengan

bapak D dan saudara S. Setelah mendapatkan cukup informasi pada hari itu, peneliti

mohon undur diri.

188

CATATAN LAPANGAN VI

Lokasi : Halaman SD Negeri Bhayangkara

Hari/tanggal : Sabtu / 19 Maret 2016

Waktu : 08.00 WIB – 11.30 WIB

Kegiatan : Observasi kegiatan PMR ( Aksi Donor Darah dan Pemeriksaan

Golongan darah )

Deskripsi

Pada hari tanggal 19 Maret 2016 pukul 08.00 WIB, peneliti tiba di halaman

SD Negeri Bhayangkara disambut oleh dua guru yang bertugas menerima tamu.

Suasana sekolah telah ramai oleh para wali murid, guru, tamu undangan, serta

stand-stand sponsor yang memenuhi halaman sekolah. Pada tanggal tersebut

diadakan acara “Open House dan peresmian gedung baru SD Negeri

Bhayangkara”.

Pada acara tersebut, sekolah juga mengadakan kegiatan Aksi Donor Darah

dan Pemeriksaan Golongan Darah yang diserahkan sepenuhnya pada siswa yang

mengikuti kegiatan ekstrakurikuler PMR. Kegiatan tersebut dibantu oleh petugas

Unit Donor Darah PMI Kabupaten Gunungkidul. Kemudian peneliti mengambil

dokumentasi kegiatan siswa yang bertugas memanggil para pendonor dan

menunggu antrean pendonor.

Peneliti menemui pelatih PMR (Bapak D) untuk menawarkan diri

membantu acara donor darah. Pelatih memberikan instruksi kepada peneliti untuk

mendampingi siswa yang sedang bertugas memanggil para pendonor. Kemudian

sebagian siswa ditugaskan untuk mengajak wali murid untuk mendonorkan

darahnya.

Acara tersebut dihadiri oleh Bapak Walikota Yogyakarta, kepala Dinas

Pendidikan Dasar dan Menengah Kota Yogyakarta dan Kementerian Keagamaan

Kota Yogyakarta.

189

CATATAN LAPANGAN VII

Lokasi : Halaman SD Negeri Bhayangkara

Hari/tanggal : Sabtu / 2 April 2016

Waktu : 10.00 WIB – 11.00 WIB

Kegiatan : Observasi kegiatan PMR

Deskripsi

Peneliti tiba di SD Negeri Bhayangkara untuk mengamati proses pelatihan

rutin ekstrakurikuler PMR. Peneliti menunggu pelatih didepan ruang kelas VB

untuk berpartisipasi dalam kegiatan pelatihan. Anak-anak kelas VB sedang berada

di dalam kelas dengan suasana ramai karena jam pelajaran intrakurikuler sudah

habis. Tidak lama kemudian wali kelas VB, Ibu R datang menghampiri sembari

mengatakan pelatih tidak bisa hadir dan sudah meminta izin melalui pesan singkat

(SMS). Ibu R menyampaikan maaf dari pelatih kemudian menyampaikan inisatif

beliau untuk mengikutkan anak-anak yang mengikuti ekstrakurikuler PMR untuk

diikutkan dalam pembuatan biopori yang diisi oleh kepala sekolah. Ibu R

menghubungi wali kelas VA untuk bersama-sama meminta izin dari kepala sekolah.

setelah mendapat izin dari kepala sekolah ibu R menyuruh anak-anak untuk kumpul

di halaman mengikuti kegiatan pembuatan biopori bersama kepala sekolah.

Peneliti mengamati proses pembuatan biopori yang diikuti oleh anak-anak

anggota PMR. Setelah dirasa cukup, peneliti memohon pamit undur diri pada ibu

kepala sekolah dan ibu R.

190

CATATAN LAPANGAN VIII

Lokasi : Ruang tamu lantai 2 PMI Kota Yogyakarta

Hari/tanggal : Selasa / 5 April 2016

Waktu : 13.00 WIB – 14.30 WIB

Kegiatan : wawancara pelatih PMR

Deskripsi

Pada tanggal 5 April 2016 pukul 13.00 WIB peneliti datang ke ruang

pengurus PMI Kota Yogyakarta untuk melakukan wawancara dengan bapak D.

Sebelumnya telah dilakukan permintaan izin dari peneliti untuk mewawancarai

pelatih melalui pesan singkat. Peneliti disambut bapak D yang sedang berada

diruangan tersebut. Peneliti melakukan wawancara dengan bapak D sesuai dengan

pedoman wawancara yang telah dibuat. Disela wawancara pelatih memberikan

salinan SK tentang pendirian PMR SD Negeri Bhayangkara. Setelah peneliti

merasa cukup memperoleh informasi, peneliti memohon pamit undur diri.

191

CATATAN LAPANGAN IX

Lokasi : Halaman SD Negeri Bhayangkara

Hari/tanggal : Sabtu / 9 April 2016

Waktu : 10.00 WIB – 10.30 WIB

Kegiatan : Observasi kegiatan PMR

Deskripsi

Peneliti tiba didepan ruang kepala sekolah dan menyalami kepala sekolah. kepala

sekolah memberitahukan bahwa semua kegiatan ekstrakurikuler pada hari itu

diliburkan karena akan dilakukan kerja bakti menata ruang kelas yang akan

digunakan untuk ujian nasional kelas VI. Kemudian peneliti menemui wali kelas

VB ibu R untuk mengkonfirmasi hal tersebut. Hal itu dibenarkan oleh wali kelas

dan menyampaikan beliau akan ditugaskan mengawas di sekolah lain. Kemudian

peneliti meminta file-file dokumentasi tentang kegiatan PMR. Ibu R mengajak

peneliti menuju ruang UKS mengambil dokumen-dokumen PMR. Untuk

dokumentasi foto diberikan pada hari selasa minggu depan dikarenakan ada di

komputer ibu R. Setelah mendapatkan dokumen-dokumen kegiatan PMR, peneliti

meminta izin untuk pamit.

192

CATATAN LAPANGAN X

Lokasi : Ruang TI SD Negeri Bhayangkara

Hari/tanggal : Selasa / 12 April 2016

Waktu : 10.00 WIB – 10.30 WIB

Kegiatan : mencari dokumentasi PMR dari Ibu Y

Deskripsi

Peneliti tiba di SD Negeri Bhayangkara kemudian menyalami ibu kepala

sekolah yang kebetulan akan menuju ke ruang kepala sekolah. peneliti menanyakan

keberadaan ibu R. Kepala sekolah memberikan saran pada peneliti untuk mencari

di ruang guru. Peneliti memohon diri untuk menemui ibu R. Peneliti bertanya pada

salah satu guru dan mendapat informasi bahwa ibu R kemungkinan masih berada

di tempat mengawas ujian di SD lain dan kira-kira tiga puluh menit lagi ibu R sudah

berada di SD Negeri Bhayangkara. Sambil menunggu kehadiran ibu R, peneliti

menemui ibu Y di ruang TI meminta informasi mengenai profil dan sarana

prasarana yang dimiliki oleh sekolah. Ibu Y juga memberikan informasi tentang

prestasi yang telah diperoleh oleh siswa SD Negeri Bhayangkara pada tahun 2015-

2016.

Setelah mendapat informasi tentang profil, sarana dan prasarana sekolah

peneliti kemudian menemui ibu R yang sudah tiba di sekolah, kemudian menuju

ruang kelas V B untuk menyalin dokumentasi foto dari komputer ibu R.

Setelah mendapatkan data-data yang dibutuhkan, peneliti menemui ibu R,

ibu Y dan ibu kepala sekolah meminta ijin untuk undur diri.

193

CATATAN LAPANGAN XI

Lokasi : Pelataran Monumen Serangan Oemoem 1 Maret 1949

Hari/tanggal : Minggu / 22 Mei 2016

Waktu : 08.00 WIB – 11.30 WIB

Kegiatan : Observasi kegiatan PMR (peringatan hari relawan internasional)

Deskripsi

Pukul 08.00 WIB peneliti tiba di monumen Serangan Oemoem 1 Maret mendapati

tim paduan suara PMR SD Negeri Bhayangkara sudah latihan menyanyi diatas

panggung. Guru seni musik mengiringi siswa menyanyi dengan alat musik organ

tepat di sisi utara panggung. Pelatih PMR juga mengawasi anggota PMR yang

sedang latihan pentas. Guru musik dan pelatih bekerja sama mengarahkan siswa

dalam mengatur formasi siswa turun dari panggung.

Ketika upacara telah dimulai pada bagian menyanyikan lagu Indonesia Raya

dan Mars PMI, tim paduan PMR SD Negeri Bhayangkara naik ke panggung

berbaris dengan rapi untuk menyanyi dan diiringi menggunakan alat musik organ.

Seusai upacara tim paduan suara naik ke panggung lagi menyanyikan tiga lagu

untuk menghibur peserta upacara.

194

Lampiran 22. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian