PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos...

107
PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK MENEROBOS KETIDAKSETUJUAN ORANG TUA SETELAH BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR : 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN ( Studi Di Kecamatan Dompu Kabupaten Dompu NTB ) Tesis Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Derajat S2 Program Studi Magister Kenotariatan Oleh : S U D A R M A W A N B4B 007 197 PEMBIMBING : Mulyadi, SH.MS Yunanto, SH.M.Hum PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2009

Transcript of PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos...

Page 1: PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah ... Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada

PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK

MENEROBOS KETIDAKSETUJUAN ORANG TUA SETELAH

BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR : 1 TAHUN 1974

TENTANG PERKAWINAN

( Studi Di Kecamatan Dompu Kabupaten Dompu NTB )

Tesis

Disusun

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Derajat S2

Program Studi Magister Kenotariatan

Oleh :

S U D A R M A W A N

B4B 007 197

PEMBIMBING :

Mulyadi, SH.MS Yunanto, SH.M.Hum

PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2009

Page 2: PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah ... Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada

PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK

MENEROBOS KETIDAKSETUJUAN ORANG TUA SETELAH

BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR : 1 TAHUN 1974

TENTANG PERKAWINAN

( Studi Di Kecamatan Dompu Kabupaten Dompu NTB )

Tesis

Disusun

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Derajat S2

Program Studi Magister Kenotariatan

Oleh :

S U D A R M A W A N

B4B 007 197

PEMBIMBING :

Mulyadi, SH.MS Yunanto, SH.M.Hum

PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

© Sudarmawan 2009

Page 3: PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah ... Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puja dan puji syukur kehadirat ALLAH SWT, karena

dengan taufik, rahmad dan hidayah-NYA, sehingga tesis ini dapat Penulis selesaikan,

yaitu dengan judul :

“PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK

MENEROBOS KETIDAKSETUJUAN ORANG TUA SETELAH BERLAKUNYA

UNDANG-UNDANG NOMOR : 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN”

( Studi Di Kecamatan Dompu Kabupaten Dompu NTB ).

Tesis ini disusun sebagai salah satu syarat guna mencapai gelar Magister

Kenotariatan pada Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro dan Penulis menyadari

bahwa tanpa bimbingan, bantuan, dorongan dan semangat dari berbagai pihak, tesis ini

tidak mungkin Penulis susun, oleh karena itu sudah semestinya Penulis menghaturkan

terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Rektor Universitas Diponegoro Semarang, beserta stafnya.

2. Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro Semarang.

3. Bapak H. Kashadi, S.H.,M.H., selaku Ketua Program Studi Magister Kenotariatan

Fakultas Hukum Universitas Diponegoro Semarang dan Dosen Penguji, yang telah

memberikan saran dan motivasi dalam penulisan tesis ini.

4. Bapak Dr. Budi Santoso, S.H., M.S., Selaku Sekretaris Satu Program Studi Magister

Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Diponegoro Semarang dan Dosen Penguji,

yang telah memberikan saran dan masukan dalam penulisan tesis ini.

5. Bapak Dr. Suteki, S.H.,M.Hum., Selaku Sekretaris Dua Program Studi Magister

Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Diponegoro Semarang.

Page 4: PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah ... Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada

6. Bapak Mulyadi, S.H.,M.S., selaku Dosen Pembimbing utama dan Dosen penguji, yang

telah meneliti, memberikan saran dan masukan dalam penulisan tesis ini.

7. Bapak Yunanto, S.H.,M.Hum., selaku Dosen Pembimbing dua dan Dosen penguji,

yang telah meneliti, memberikan saran dan masukan dalam penulisan tesis ini.

8. Ibu Dewi Hendrawati, S.H., M.Hum., selaku Dosen Penguji, yang telah memberikan

saran dan masukan dalam penulisan tesis ini.

8. Bapak H.R. Suharto, S.H., M.Hum., selaku Dosen Wali yang telah membantu Penulis

selama menempuh pendidikan di Program Magister Kenotariatan.

9. Bapak Abidin Awahab, selaku Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan Dompu

Kabupaten Dompu, yang telah berkenan memberikan keterangan dalam penulisan

tesis ini.

10. Ibu Nurbani, S.Sos., selaku Kepala Kelurahan Bada Kecamatan Dompu, Bapak A.

Karim, selaku Plt. Kepala Kelurahan Dorotangga Kecamatan Dompu, Bapak

H.M.Ali A. Gani, S.Sos., selaku Kepala Kelurahan Bali I Kecamatan Dompu

Kabupaten Dompu, yang telah berkenan memberikan informasi dan keterangan dalam

penulisan tesis ini.

11. Bapak H. Husen Nur, Selaku pembantu Pegawai Pencatat Nikah Kelurahan Bada,

Bapak H. Muhtar Yusuf, selaku pembantu Pegawai Pencatat Nikah Kelurahan

Dorotangga, Bapak Abidin Ismail, selaku pembantu Pegawai Pencatat Nikah

Kelurahan Bali I, yang telah berkenan memberikan informasi

dan keterangan dalam penulisan tesis ini.

Page 5: PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah ... Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada

12. Para staf pengajar pada Program Magister Kenotariatan yang telah memberikan bekal

yang sangat berharga selama penulis menempuh pendidikan di Program Magister

Kenotariatan Universitas Diponegoro.

13. Para staf Tata Usaha Program Magister Kenotariatan Universitas Diponegoro yang

telah membantu penulis selama menempuh pendidikan di Program Magister

Kenotariatan.

14. Kedua orang tua dan kedua mertuaku yang tidak henti-hentinya memberikan do’a,

dorongan dan semangat yang tulus ikhlas sampai Penulis dapat menyelesaikan

pendidikan di Program Magister Kenotariatan Universetitas Diponegoro.

15. Istriku tercinta Indarti, S.Pd dan Ananda Tersayang Moh. Fauzan Pratama, yang

telah memberikan inspirasi, inovatif dan kasih sayang serta yang tidak bisa terukur

penghargaanya adalah tulus ikhlas untuk rela hidup berpisah bersama ayah selama

pendidikan.

16. Saudara kandung dan ipar-iparku serta seluruh keponakanku yang selalu

memberikan bantuan moril maupun materil sehingga Penulis termotovasi untuk

menyelesaikan pendidikan di Program Magister Kenotariatan.

17. Teman-teman seangkatanku yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu,

terutama Adinda Bambang Hadinata yang kebetulan sekamar kos dengan Penulis

yang telah banyak saling dukung mendukung dan motivasi sehingga segala tugas

selalu diselasaikan secara bersama-sama, tiadaku lupakan kebaikan dan

ketulusannya.

Page 6: PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah ... Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada

Harapan penulis semoga ALLAH SWT, melimpahkan taufik dan hidayah-NYA,

serta membalas budi baik kepada yang telah membantu Penulis sehingga dapat

menyelesaikan tesis ini.

Semarang, Maret 2009

Penulis

SUDARMAWAN.

Page 7: PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah ... Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : SUDARMAWAN, S.H.

Nirm : B4B007197.

Program Studi : Magister Kenotariatan Universitas Diponegoro.

Dengan ini menyatakan hal-hal sebagai berikut :

1. Tesis ini adalah hasil karya saya sendiri dan di dalam tesis ini tidak terdapat karya

orang lain yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar di perguruan

tinggi/lembaga pendidikan manapun. Pengambilan karya orang lain dalam tesis ini

dilakukan dengan menyebutkan sumbernya sebagaimana tercantum dalam Daftar

Pustaka;

2. Tidak berkeberatan untuk dipublikasikan oleh Universitas Diponegoro dengan

sarana apapun, bauk seluruhnya atau sebagian, untuk kepentingan akademik/ilmiah

yang non komersial sifatnya.

Semarang, Maret 2009.

SUDARMAWAN, S.H.

Page 8: PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah ... Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada

ABSTRAK

Merupakan suatu kewajiban bagi anak perempuan memperkenalkan sekaligus meminta persetujuan orag tua dan keluarga terhadap laki-laki yang menjadi pilihannya. Namun karena tidak mendapat persetujuan dari orang tua dan keluarga maka si anak menempuh jalan pintas yaitu kawin lari.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah pelaksanaan kawin lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah berlakunya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan bagaimanakah akibat hukum dari pada pelaksanaan kawin lari.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan kawin lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah berlakunya Undang-Undang Nomor I Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan akibat hukum dari pada pelaksanaan kawin lari

Dalam penelitian ini, digunakan metode pendekatan Yuridis Empiris, dengan menggunakan data primer dan data sekunder yang kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik analisa kualitatif.

Hasil penelitian tentang pelaksanaan kawin lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua, berdasarkan keterangan dari lima responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini menyatakan, cara kawin lari ini terpaksa dilakukan karena si laki-laki yang menjadi pilihan anaknya tidak mendapat persetujuan dari orang tua dan keluarganya. Akibat hukum dari pada kawin lari ini adalah apabila dari pihak wali (orang tua) merasa keberatan dengan cara yang dilakukan oleh si laki-laki, maka orang tua dapat menyatakan keberatan dan melaporkan kepihak yang berwajib dengan tuntutan bahwa laki-laki tersebut telah melanggar Pasal 332 KUHPidana. Dan perkawinan tersebut dapat diterima oleh orang tua apabila si pria dapat membayar denda atau membayar uang sesuai pelanggaran dalam ketentuan kawin lari.

Dapat disimpulkan bahwa kawin lari ini merupakan suatu alternatif terakhir yang terpaksa dilakukan, karena hubungannya tidak mendapat persetujuan dari orang tua dan keluarga.

Kata Kunci : Kawin Lari.

Page 9: PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah ... Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada

ABSTARACT

It is an obligation for the daughter in the family to introduce and to ask parent’s and family’s permission upon the chosen gentleman. Nevertheless, in several cases, there is a story of the refusal of the parent upon the future husband of the girl, thus she chooses to complete elopement as the shortcut.

The problem obstacle upon the research is how the execution of elopement as the alternative to pass the refusal of the perent after the issuing of Code Number 1 Year 1974 upon the marriage is and how the law consequence tward the execution of elopement is.

The purpose of the research is to acknowledge the execution of elopement as the alternative to pass the refusal of the parent after the issuing of Code Number 1 Year 1974 upon the marriage and the law consequence of the execution of elopement.

Upon the research, there was a using of juridical empirical method, by using primary and secondary data in thet it was directly analyzed by using qualitative analysis technique.

The research result upon the execution of elopement as the alternative to pass the refusal of the parent, based upon the acknowledgement from five respondents that stand as the sample upon the research, the method of elopement is unwillingly completed since the chosen future gentlemen does not receive permission from the girl’s parent. The law consequence of the elopement is in case the parent (the representative) considers objection upon the method done by the man and then states the objection and reports it to the authority within the charge of the man violating section 332 KUHPidana (Penal Law Procedural Code). The future marriage could be accepted if the man paid the fine appropriated to the violation upon the rule on elopement.

It Could be concluded that elopement is a final alternative that is unwillingly done, because of the refusal of parents or family.

Key Words : Elopement.

Page 10: PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah ... Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada

D A F T A R I S I

HALAMAN JUDUL…………………………………………………..i HALAMAN PENGESAHAN………………………………………...ii

KATA PENGANTAR……………………………………………….iii

SURAT PERNYATAAN……………………………….………......vii

ABSTRAK………………………………………………………….viii

ABSTRACT………………………………………………………….ix

DAFTAR ISI………………………………………………………….x

DAFTAR TABEL…………………………………………………..xiii

BAB I : PENDAHULUAN...............................................................1

1. Latar Belakang………………………………………….1

2. Perumusan Masalah…………………………………….6

3. Tujuan Penelitian……………..………………………...7

4. Manfaat Penelitian……………………………………...7

5. Kerangka Pemikiran…………………...……...………...8

6. Metode Penelitian……………………………………...11

a. Metode Pendekatan……………………………..…..12

b. Spesifikasi Penelitian…………………………..…...13

c. Populasi dan Teknik Sampling……………...………14

Page 11: PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah ... Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada

c.1. Populasi……...…………………………………14

c.2. Teknik Sampling……..………………………..16

d. Teknik Pengumpulan Data……………..…………...16

e. Teknik Analisa Data…………………..…………….17

7. Sistematika Penulisan………………………………….17

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA………………………………...19

1. Pengertian Perkawinan…………………………..........19

1.1. Pengertian Perkawinan Menurut Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan………19

1.2. Pengertian Perkawinan menurut Hukum Adat…..24

2. Tujuan Perkawinan…………………………………....27

3. Asas-asas Perkawinan………………………………...29

4. Bentuk-Bentuk Perkawinan…………………………...32

5. Syarat-Syarat Perkawinan…………………………….39

6. Akibat Hukum Perkawinan…………………………...43

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……….49

1. Gambaran Umum Masyarakat Dompu Kabupaten

Dompu………………………………………………..49

2. Pelaksanaan Kawin Lari Sebagai Alternatif untuk

Menerobos Ketidaksetujuan Orang Tua Setelah

Page 12: PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah ... Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada

Berlakunya Undang-Undang Nomor 1 Tahun

1974 tentang Perkawinan di Kecamatan Dompu

Kabupaten Dompu NTB..............................................55

3. Akibat Hukum Dari Pada Pelaksanaan Kawin Lari

Pada Masyarakat Kecamatan Dompu

Kabupaten Dompu.......................................................92

BAB IV : P E N U T U P................................................................96

1. Kesimpulan...................................................................96

2. Saran-saran...................................................................98

DAFTAR PUSTAKA........................................................................99

LAMPIRAN

Page 13: PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah ... Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Mata Pencaharian Penduduk Kabupaten Dompu Tahun 2007…………51

Tabel 2. Jumlah Penduduk Kecamatan Dompu Menurut Kelompok Umur……..52

Tabel 3. Jumlah Yang Melaksanakan Perkawinan Periode Tahun 2007 samapi

Dengan Agustus 2008 Menurut Klasifikasi Asal Kelurahan/Desa di

Kecamatan Dompu……………………………………………………...76

Tabel 4. Jumlah Kasus Kawin Lari Periode Tahun 2007 Sampai Dengan

Agustus 2008 Menurut Klasifikasi Asal Kelurahan/Desa Di

Kecamatan Dompu……………………………………………………...77

Tabel 5. Jumlah Kasus Kawin Lari Di Kecamatan Dompu Tahun 2004-

Agustus 2008…………………………………………………………....78

Tabel 6. Waktu Pelaksanaan Kawin Lari………………………………………...87

Tabel 7. Tokoh Atau Orang Tua-Tua Adat Yang Menjadi Tujuan Kawin Lari

Responden………………………………………………………………88

Page 14: PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah ... Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang.

Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada seorangpun yang bisa hidup

sendiri-sendiri, yaitu hidup terpisah dengan orang lain atau hidup terpisah dari kelompok

manusia lainnya, kecuali dalam keadaan terpaksa dan itupun hanyalah untuk sementara

waktu.

Lebih lanjut oleh Aristoteles, seorang ahli pikir Yunani kuno menyatakan dalam

ajarannya, bahwa manusia itu adalah Zoon Politikon, artinya bahwa manusia sebagai

mahluk yang pada dasarnya selalu ingin bergaul, berinteraksi dan berkumpul dengan

sesama manusia lainnya, dalam arti mahluk yang suka hidup bermasyarakat, dalam

bentuk yang terkecil hidup bersama itu dimulai dengan adanya keluarga.1 Dan oleh

karena sifatnya yang suka bergaul satu sama lain, maka manusia disebut mahluk sosial.

Hasrat untuk hidup bersama memang telah menjadi pembawaan manusia,

merupakan suatu keharusan badaniah untuk melangsungkan hidupnya, karena setiap

manusia mempunyai keperluan sendiri-sendiri dan seringkali keperluan itu searah serta

sepadan satu sama lain, sehingga dengan kerjasama tujuan manusia untuk memenuhi

keperluan itu akan lebih mudah dan lekas tercapai. Akan tetapi seringkali kepentingan-

kepentingan itu berlainan, bahkan ada juga yang bertentangan, sehingga dapat

menimbulkan pertikaian yang mengganggu keserasian hidup bersama.

1 C.S.T. Kansil., Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, PN Balai Pustaka, Jakarta, 1984 hlm. 29.

Page 15: PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah ... Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada

Dalam kehidupan manusia, ada lima hal yang sangat mendasar yaitu : kelahiran,

pekerjaan, rezeki, perkawinan dan kematian. Perkawinan, merupakan salah satu cita-cita

setiap manusia dalam hidupnya dan hal ini didukung oleh setiap agama manapun di dunia

termasuk Indonesia.

Di Indonesia, mengenai perkawinan telah ada aturan yang mengaturnya yaitu

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yang dimuat dalam Lembaran

Negara Nomor 309 dan diatur pelaksanaannya pada Peraturan Pemerintah Nomor 9

Tahun 1975. Undang-Undang tersebut merupakan salah satu hukum nasional yang

diundangkan pada tanggal 2 Januari 1974 dan dinyatakan berlaku secara efektif pada

tanggal 1 Oktober 1975.

Undang-undang perkawinan tersebut bersifat nasional, karena bersumber dari

budaya dan agama yang ada di Indonesia dan berpijak pada keanekaragaman suku bangsa

dan budaya serta adat istiadat bangsa yang tentunya berlaku bagi semua golongan dan

daerah di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dengan berlakunya

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan, maka telah ada unifikasi

hukum dalam perkawinan di Indonesia. Sehingga pengaturan hukum tentang perkawinan,

telah berlaku sama terhadap semua warga negara dan dijadikan sebagai pedoman di

dalam pelaksanaan perkawinan.

Dengan berlakunya undang-undang perkawinan tersebut, maka ikatan perkawinan

seorang pria dengan seorang wanita dapat dipandang sebagai suami istri yang sah,

apabila ikatan mereka didasarkan pada aturan atau ketentuan yang telah ditetapkan.

Sehingga perkawinan dinyatakan sah, bilamana telah memenuhi syarat-syarat

yang ditentukan oleh undang-undang, baik syarat intern maupun syarat ekstern, artinya

Page 16: PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah ... Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada

pria dan wanita tersebut telah matang jiwa raganya dan telah mampu secara materi untuk

menopang keberlanjutan kehidupannya, serta telah memenuhi ketentuan agama yang

dianut dan undang-undang yang berlaku. Di samping itu dengan adanya perkawinan yang

sah, maka anak yang dilahirkan akan berkedudukan sebagai anak yang sah pula, dalam

arti bahwa apabila perkawinan dilakukan secara sah menurut agama dan undang-undang

yang berlaku, maka keberadaan dan segala akibat yang ditimbulkannya akan diterima dan

diakui secara sah oleh masyarakat maupun Bangsa dan Negara.

Dalam proses perkembangan kehidupan anak, pada tataran usia yang telah matang

jiwa raganya akan berhadapan dengan tahapan perkawinan. Perkawinan menurut Pasal 1

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, adalah ikatan lahir batin

antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri, dengan tujuan membentuk

keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha

Esa.

Tujuan perkawinan yang dimaksudkan dalam Undang-Undang Nomor 1 tahun

1974 tentang Perkawinan dirasakan sangat ideal, karena tujuan perkawinan itu tidak

hanya dilihat dari segi lahirnya saja, tetapi sekaligus terdapat adanya suatu pertautan

bathin antara suami istri yang ditujukan dalam membina kehidupan rumah tangga yang

kekal dan bahagia, dengan harapan dapat dipertahankan selama hidupnya.

Indonesia yang berlatar belakang Negara kepulauan, terdapat perbedaan budaya,

suku, bahasa dan berbagai macam adat istiadat, yang diantaranya masing-masing

memiliki tata cara pelaksanaan perkawinan yang antara pulau satu dengan pulau lainnya

dan bahkan antara daerah satu dengan daerah lainnya berbeda-beda. Hal ini dapat dilihat

dari masyarakat Nusa Tenggara Barat.

Page 17: PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah ... Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada

Di Provinsi Nusa Tenggara Barat terdiri dari dua pulau, yaitu Pulau Lombok dan

Pulau Sumbawa. Dalam tata cara pelaksanaan perkawinan di Pulau Lombok memiliki

budaya sendiri, sedangkan di Pulau Sumbawa memiliki dua tata cara pelaksanaan

perkawinan, yaitu tata cara Adat Sumbawa dan tata cara Adat Bima Dompu.

Tata cara pelaksanaan perkawinan masyarakat Provinsi Nusa Tenggara Barat

pada umumnya dan masyarakat Kabupaten Dompu pada khususnya, lebih didasari oleh

nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran agama Islam, hal ini dikarenakan ada hubungan

dengan latar belakang masyarakatnya yang mayoritas menganut agama Islam. Kendati

demikian tata caranya juga tetap mengikuti tata cara yang tetuang dalam Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.

Masyarakat Kabupaten Dompu di dalam tata cara pelaksanaan perkawinannya,

pada dasarnya sama dengan tata cara perkawinan daerah-daerah lain di Indonesia, yaitu

yang diawali dengan perkenalan antara muda mudinya yang berlanjut kepada masa

penjajakan (pacaran untuk istilah zaman sekarang). Dalam masa penjajakan pasangan

muda mudi, masing-masing akan memperkenalkan diri kepada orang tua dan

keluarganya. Apabila terjalin kesepahaman, artinya pihak orang tua dan keluarga si

wanita menerima kehadiran si laki-laki untuk di jadikan suami bagi anaknya dan begitu

pula sebaliknya si laki-laki, maka akan berlanjut ketingkat tata cara pelaksanaan

perkawinan dengan diawali oleh acara melamar/peminangan.

Akan tetapi, kalau dalam proses memperkenalkan diri kepada masing-masing

orang tua, baik itu dilakukan oleh sipemuda/pemudi sendiri maupun melalui perantaraan

orang lain terjadi ketidak cocokan atau tidak direstuinya hubungan di antara mereka,

yaitu dengan berbagai macam alasan-alasan dan atau pertimbangan-pertimbangan, maka

Page 18: PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah ... Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada

dengan demikian pembicaraan tentang pelaksanaan perkawinan tidak dapat dilanjutkan.

Berhubung keinginannya ditolak, maka sipemuda menanggung rasa malu dan merasa

tidak ada harga dirinya, sehingga karena didasari oleh rasa cinta yang sangat mendalam,

maka sipemuda dan pemudi akan mengambil jalan pintas, yaitu dengan jalan selarian

(londo iha), yang artinya lari bersama pemuda dan pemudi atas dasar cinta tanpa

sepengetahuan orang tua dan keluarganya.

Menurut Hilman Hadikusuma, bahwa latar belakang terjadinya kawin lari adalah

dikarenakan2 :

1. Syarat-syarat pembayaran, pembiayaan dan upacara perkawinan yang

diminta pihak perempuan tidak dapat dipenuhi pihak laki-laki.

2. Perempuan belum diijinkan oleh orang tuanya untuk bersuami tetapi

dikarenakan keadaan perempuan bertindak sendiri.

3. Orang tua akan keluarga perempuan menolak lamaran pihak laki-laki, lalu

perempuan bertindak sendiri.

4. perempuan yang telah bertunangan dengan seorang pemuda yang tidak

disukai oleh si perempuan.

5. Perempuan dan laki-laki telah berbuat yang bertentangan dengan hak adat

dan hukum agama (perempuan sudah hamil, dan lain-lain).

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk menulis dalam bentuk tesis yang

berjudul : “ PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK

MENEROBOS KETIDAKSETUJUAN ORANG TUA SETELAH BERLAKUNYA

UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN “

(Studi di Kecamatan Dompu Kabupaten Dompu-NTB). 2 Hilman Hadikusuma., Hukum Perkawinan Adat, Alumni, Bandung, 1983, hlm. 34.

Page 19: PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah ... Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada

2. Perumusan Masalah.

Untuk memperoleh gambaran yang jelas dan terarah maka dalam hal ini penulis

membatasi permasalahan sebagai berikut :

a. Bagaimanakah pelaksanaan kawin lari sebagai alternatif untuk menerobos

ketidaksetujuan orang tua setelah berlakunya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974

tentang Perkawinan di Kecamatan Dompu Kabupaten Dompu NTB ?

b. Bagaimanakah akibat hukum dari pada pelaksanaan kawin lari pada masyarakat

Kecamatan Dompu Kabupaten Dompu NTB ?

3. Tujuan Penelitian.

Tujuan/Kegunaan dari penelitian ini adalah :

1.Untuk mengetahui pelaksanaan kawin lari sebagai alternatif untuk menerobos

ketidaksetujuan orang tua setelah berlakunya Undang- Undang Nomor 1 Tahun

1974 tentang Perkawinan di Kecamatan Dompu Kabupaten Dompu NTB.

2.Untuk mengetahui akibat hukum dari pada pelaksanaan kawin lari pada masyarakat

Kecamatan Dompu Kabupaten Dompu NTB.

4. Manfaat Penelitian.

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat memberikan masukan dan sumbangan

pemikiran dalam bidang ilmu hukum bagi akademisi dalam mempelajari ilmu

hukum.

Page 20: PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah ... Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada

2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat

serta menambah wawasan dalam bidang ilmu pengetahuan khususnya ilmu

hukum.

5. Kerangka Pemikiran.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yang dimuat dalam

Lembaran Negara Nomor 309 dan diatur pelaksanaannya pada Peraturan Pemerintah

Nomor 9 Tahun 1975. Undang-Undang tersebut merupakan salah satu hukum nasional

yang diundangkan pada tanggal 2 Januari 1974 dan dinyatakan berlaku secara efektif

pada tanggal 1 Oktober 1975.

Undang-Undang perkawinan tersebut bersifat nasional, karena bersumber dari

budaya dan agama yang ada di Indonesia dan berpijak pada keanekaragaman suku bangsa

dan budaya serta adat istiadat bangsa yang tentunya berlaku bagi semua golongan dan

daerah di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dengan berlakunya

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan, maka telah ada unifikasi

hukum dalam perkawinan di Indonesia. Sehingga pengaturan hukum tentang perkawinan,

telah berlaku sama terhadap semua warga negara dan dijadikan sebagai pedoman di

dalam pelaksanaan perkawinan.

Dalam Undang-Undang tentang Perkawinan mengatur mengenai Dasar

perkawinan, Syarat-syarat perkawinan, Pencegahan perkawinan, Batalnya perkawinan,

Perjanjian perkawinan, Hak dan kewajiban suami istri, Harta benda dalam perkawinan,

Page 21: PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah ... Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada

Putusnya perkawinan, Kedudukan anak, Hak dan kewajiban antara orang tua dan anak,

Perwalian, Ketentuan-ketentuan lain dan Ketentuan peralihan. Sehingga segala yang

berkaitan dengan perkawinan telah terkafer secara keseluruhan dalam Undang-Undang

tersebut.

Kebiasaan Kawin Lari yang banyak dilakukan oleh masyarakat Dompu umumnya

dan masyarakat Kecamatan Dompu pada khususnya dalam pembahasan tesis ini,

merupakan suatu proses untuk menuju perkawinan yang syah yaitu yang pada akhirnya

akan mengikuti prosesi perkawinan yang berdasarkan aturan pada Undang-Undang

Nomor 1 tahun 1974.

Proses tersebut atau cara kawin lari bertentangan dengan norma agama, norma

adat dan dapat menurunkan martabat orang tua dan keluarga. Melanggar norma agama

karena diharamkan bagi seorang muslim untuk berduaan dengan lawan jenisnya pada

malam hari, lebih-lebih kalau berduaan dalam satu kamar. Melanggar norma adat yaitu

pada dasarnya perkawinan adat di Dompu hanya mengenal pelaksanaan perkawinan yang

diawali dengan peminangan. Menurunkan martabat orang tua dan keluarga, sudah jelas

apabila si anak berbuat sesuatu yang melanggar norma-norma agama, norma adat maka

otomatis akan dapat menurunkan martabat orang tua dan keluarga di mata masyarakat.

Namun karena karena kawin lari sudah biasa terjadi pada masyarakat Dompu, maka

pelanggaran tersebut di atas menjadi hal yang wajar.

Berdasarkan hukum adat bahwa apabila yang melakukan kawin lari dan ingin

melaksanakan kawin syah maka pihak laki-laki akan dikenakan denda berupa uang dan

barang. Besar kecilnya uang dan barang akan ditentukan oleh hasil musyawarah antara

Page 22: PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah ... Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada

pihak laki-laki dan pihak perempuan. Tanda adanya kesepakatan adanya denda yang

dimaksud dapat dilihat dari besar kecilnya pelaksanaan acara perkawinan.

Kawin lari menurut ketentuan pasal 332 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

menegaskan.

(a). Bersalah melarikan wanita diancam dengan penjara :

Ke-1 : Paling lama tujuh tahun, barangsiapa membawa pergi seorang wanita yang

belum cukup umur, tanpa dikehendaki orang tuanya atau walinya tetapi

dengan persetujuannya, dengan maksud untuk memastikan penguasaannya

terhadap wanita itu, baik di dalam maupun di luar pernikahan.

Ke-2 : Paling lama sembilan tahun barangsiapa membawa pergi seorang wanita

dengan tipu muslihat, kekerasan atau ancaman kekerasan, dengan maksud

untuk memastikan penguasaannya terhadap wanita itu, baik di dalam

maupun di luar pernikahan.

(b). Penuntutan hanya dilakukan atas pengaduan.

(c) Pengaduan dilakukan :

(i). Jika wanita ketika dibawa pergi belum cukup umur, oleh dia sendiri, atau orang

lain yang harus memberi izin bila dia nikah.

(ii). Jika wanita ketika dibawa pergi sudah cukup umur, oleh dia sendiri atau oleh

suaminya.

(d). Jika yang membawa pergi lalu nikah dengan wanita yang dibawa pergi dan terhadap

pernikahannya berlaku aturan-aturan Burgerlijk Wetboek, maka tak dapat

dijatuhkan pidana sebelum pernikahaanya dinyatakan batal.

Page 23: PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah ... Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada

Ketentuan Pasal 332 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang dimaksud akan

memberikan faktor jera terhadap yang melakukan kawin lari.

Yaitu dengan harapan masyarakat Dompu dalam mengawali perkawinan tidak lagi

dengan cara kawin lari.

6. Metode Penelitian.

Menurut Soerjono Soekamto, metode adalah proses, prinsip-prinsip dan tata cara

pemecahan suatu masalah, sedangkan penelitian, adalah pemeriksaan secara hati-hati,

tekun dan tuntas terhadap suatu gejala untuk menambah pengetahuan manusia, maka

metode penelitian dapat diartikan sebagai proses prinsip-prinsip dan tata cara untuk

memecahkan masalah yang dihadapi dalam melakukan penelitian.3

Sedangkan menurut Sutrisno Hadi, penelitian atau research adalah usaha untuk

menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan, usaha

mana dilakukan dengan menggunakan metode-metode ilmiah.4

Dengan demikian penelitian yang dilakukan tidak lain untuk memperoleh data

yang telah teruji kebenaran ilmiahnya. Namun untuk mencapai kebenaran ilmiah

tersebut, ada dua buah pola berpikir menurut sejarahnya, yaitu berpikir secara

rasional dan berpikir secara empiris atau melalui pengelaman.

Dalam penelitian hukum yang normatif, biasanya hanya dipergunakan sumber-

sumber data sekunder saja, yaitu peraturan perundang-undangan, keputusan-

keputusan pengadilan, teori-teori hukum dan pendapat para sarjana hukum yang telah

diakui kebenarannya. Karena itu untuk menemukan metode ilmiah, maka

digabungkanlah metode pendekatan rasional dan metode pendekatan empiris, di sini

3 Soerjono Soekamto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 1986. hlm. 6. 4 Sutrisno Hadi , Metodologi Research Jilid I, Penerbit ANDI, Yogyakarta, 2000, hlm. 4.

Page 24: PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah ... Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada

rasionalisme memberikan kerangka pemikiran yang logis sedangkan empirisme

memberikan kerangka pembuktian dan pengujian untuk memastikan suatu

kebenaran.5

Dalam metode penelitian ilmu hukum khususnya hukum adat, diuraikan

mengenai penalaran, dalil-dalil, postulat dan proposisi-proposisi yang menjadi latar

belakang dari setiap langkah dalam proses yang lazim ditempuh dalam kegiatan

penelitian hukum, kemudian memberikan alternatif-alternatif tersebut serta

membandingkan unsur-unsur penting di dalam rangkaian penelitian hukum.6

Penelitian sebagai suatu sarana pokok dalam pengembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi, bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran-kebenaran secara

sistimatis, metodologis dan konsisten, karena melalui proses penelitian tersebut

diadakan analisis dan konstruktif terhadap data yang telah dikumpulkan dan diolah.

a. Metode Pendekatan.

Dalam penulisan tesis ini, penulis menggunakan metode pendekatan yuridis

empiris yaitu menggunakan norma-norma hukum yang bersifat menjelaskan dengan

cara meneliti dan membahas peraturan-peraturan hukum yang berlaku. Artinya

pendekatan yuridis, yaitu untuk menganalisa berbagai peraturan perundanag-

undangan dibidang perkawinan yang dikaitkan dengan masalah kawin lari.

Sedangkan pendekatan empiris digunakan untuk menganalisa hukum, bukan

semata-mata sebagai suatu perangkat aturan perundang-undangan yang bersifat

normatif belaka, akan tetapi hukum dilihat sebagai perilaku masyarakat yang

5 Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1990, hlm. 36. 6 Ibid, hlm. 9.

Page 25: PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah ... Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada

menggejala dan telah terbentuk dalam kehidupan masyarakat, yaitu yang selalu

berinteraksi dan berhubungan dengan aspek kemasyarakatan seperti sosial, budaya,

politik dan ekonomi. Dengan demikian data yang diperoleh dari masyarakat sebagai

objek penelitian, penulis dapat mengetahui gambaran dari pada pelaksanaan kawin

lari dan akibat hukum dari pada pelaksanaan kawin lari pada masyarakat Kecamatan

Dompu Kabupaten Dompu Provinsi Nusa Tenggara Barat.

b. Spesifikasi Penelitian.

Berdasarkan spesifikasi penelitian yang telah diuraikan dari beberapa rumusan

masalah, kemudian dihubungkan dengan tujuan yang dicapai dengan adanya

penelitian ini, spesifikasi penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif analisis

yang dimaksudkan untuk memberikan data seteliti mungkin tentang manusia, keadaan

dan gejala-gejala lainnya.7

Dikatakan deskriptif, karena penelitian ini merupakan suatu upaya untuk

mendeskripsikan pelaksanaan kawin lari dan akibat hukum dari pada pelaksanaan

kawin lari di Kecamatan Dompu Kabupaten Dompu Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Dari hasil deskripsi tersebut, selanjutnya dianalisis norma-norma hukumnya untuk

dicari azas-azasnya baik dengan pendapat para tokoh masyarakat setempat maupun

pendapat para ahli lainnya, sehingga pada akhirnya dapat dihasilkan suatu kesimpulan

yang menggambarkan apa yang menjadi tujuan dari pada rumusan masalah dalam

penulisan ini.

7 Soerjono Soekamto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001, hlm 10.

Page 26: PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah ... Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada

c. Populasi dan Teknik Sampling.

1. Populasi.

Pengertian populasi, adalah seluruh obyek atau seluruh individu atau seluruh

gejala atau seluruh kejadian atau seluruh unit yang akan diteliti.8 Oleh karena

populasi biasanya sangat besar dan luas, maka kerap kali tidak mungkin untuk

meneliti seluruh populasi tersebut, tetapi cukup diambil sebagian saja untuk

diteliti sebagai sampel untuk memberikan gambaran yang tepat dan benar.

Dalam penelitian ini populasinya adalah hal-hal yang berkaitan dengan tesis

ini yaitu :

a. Pemuka adat di Kabupaten Dompu.

b. Aparat Pemerintah Kabupaten Dompu.

(i). Pemerintah Kelurahan dan Pemerintah Kecamatan Dompu.

(ii). Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Dompu.

(iii). Para Pembantu Pencatat Nikah Di kecamatan Dompu.

c. Masyarakat yang berada di Kecamatan Dompu Kabupaten Dompu.

Adapun mengenai jumlah sampel yang akan diambil menurut Ronny Hanitijo

Soemitro, bahwa pada prinsipnya tidak ada peraturan yang ketat secara mutlak

menentukan berapa persen sampel tersebut harus diambil dari populasi.9

Adapun sampel dalam penelitian ini adalah :

1. Pemuka adat setempat sebanyak 2 (dua) orang.

2. Aparat Pemerintah di Kecamatan Dompu Kabupaten Dompu, yang

terdiri dari:

8 Ronny Hanitijo Soemitro, Op. Cit, hlm. 9 9 Ibid, hlm. 47.

Page 27: PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah ... Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada

a. Pemerintah Kelurahan Bada, Pemerintah Kelurahan Dorotangga dan

pemerintah Kelurahan Bali I, masing-masing 1(satu) orang.

b. 1 (satu) orang yang mewakili Kantor Urusan Agama (KUA)

Kecamatan Dompu.

c. Para Pembantu Pencatat Nikah di Kelurahan Bada, Kelurahan

Dorotangga dan Kelurahan Bali I, masing-masing 1 (satu) orang.

3. Sebanyak 5 (lima) pasang suami istri yang melakukan kawin lari, yang

berada di wilayah Kelurahan Bada, Kelurahan Dorotangga dan Kelurahan

Bali I. Adalah sebagai berikut :

a. Nuraya dan A. Thalib, alamat Kelurahan Bada.

b. Syamsiah dan Nurdin Kasim, alamat Kelurahan Bada.

c. Evy Haryati dan Muhammad Yani, alamat Kelurahan Dorotangga.

d. Halima dan Husen Ismail, alamat Kelurahan Bali I.

e. Turaya dan Ahmadin, alamat Kelurahan Bali I.

2. Teknik Sampling.

Teknik sampling adalah tata cara pengambilan sampel. Untuk menentukan

sampel yang akan digunakan dalam penelitian terdapat berbagai teknik sampel

yang digunakan, namun dalam penelitian ini teknik sampling yang

digunakan, yaitu dilakukan secara purposive sampling, yaitu penarikan

sampel yang dilakukan dengan cara mengambil subyek yang didasarkan pada

tujuan tertentu atau tidak semua populasi akan diteliti tetapi dipilih yang

dianggap mewakili.

Page 28: PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah ... Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada

d. Teknik Pengumpulan data.

Dalam penelitian ini akan menggunakan data primer dan data sekunder. Data

primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumbernya sehingga dapat

memberikan keterangan secara jelas dan nyata. Cara memperoleh data dilakukan

dengan wawancara/interview yang dilakukan dengan berpedoman pada daftar

pertanyaan yang telah dibuat oleh peneliti dan juga tanpa menggunakan yang

berpedoman pada daftar pertanyaan karena materi diharapkan berkembang sesuai

dengan jawaban informasi dan situasi yang berlangsung.

Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui studi pustaka, dipergunakan

untuk mencari konsep-konsep, teori-teori, pendapat-pendapat yang berhubungan erat

dengan pokok permasalahan dengan mengambil bahan-bahan kepustakaan,

perundang-undangan, yurisprudensi atau keputusan-keputasan pengadilan yang erat

hubungannya dengan judul tesis ini.

e. Teknik Analisa Data.

Metode analisis data yang digunakan adalah metode diskriptif analisis yaitu

mencari dan menemukan hubungan antara data yang diperoleh dari penelitian dengan

landasan teori yang ada dan yang dipakai, sehingga memberikan gambaran-gambaran

konstruktif mengenai permasalahan yang diteliti.10

10 Wiranto Surachmad, Dasar dan Teknik Penelitian Researh Pengantar, Alumni, Bandung, 1982, hlm. 20.

Page 29: PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah ... Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada

Di samping itu, menggunakan metode analisis kualitatif, yaitu cara penelitian

yang menghasilkan data deskriptif analisis yaitu yang dinyatakan oleh responden

secara tertulis dan lisan, diteliti kembali dan dipelajari sebagai suatu yang utuh.11

7. Sistematika Penulisan.

Hasil penelitian yang diperoleh setelah dilakukan analisis, kemudian disusun

dalam bentuk laporan akhir dengan sistimatika penulisan sebagai berikut

BAB I : PENDAHULUAN, berisi uraian tentang latar belakang masalah,

perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA, berisi uraian tentang pengertian perkawinan,

tujuan perkawinan, asas-asas perkawinan, bentuk-bentuk perkawinan, tata cara

perkawinan dan syarat sahnya perkawinan.

BAB III : METODE PENELITIAN, yang menguraikan secara perinci

tentangmetode pendekatan, spesifikasi penelitian, populasi dan teknik sampling, teknik

pengumpulan data dan teknik analisis data.

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN, akan diuraikan mengenai

gambaran umum Kabupaten Dompu, pelaksanaan kawin lari sebagai alternatif untuk

menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah berlakunya Undang-Undang Nomor 1

Tahun 1974 tentang Perkawinan di Kecamatan Dompu Kabupaten Dompu NTB dan

akibat hukum dari pada pelaksanaan kawin lari pada masyarakat Kecamatan Dompu

Kabupaten Dompu NTB.

BAB V : PENUTUP, berisikan kesimpulan dari pembahasan yang telah

11 Ibid, hlm. 250.

Page 30: PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah ... Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada

diuraikan dan disertai pula saran-saran sebagai rekomendasi berdasarkan temuan-temuan

yang diperoleh dari penelitian.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Perkawinan.

1.1. Pengertian Perkawinan Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974

tentang Perkawinan.

Perkawinan adalah perilaku mahluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa agar

kehidupan didunia dapat berkembang. Perkawinan bukan saja terjadi pada manusia, tetapi

juga terjadi pada mahluk lainnya. Oleh karena manusia adalah hewan yang berakal, maka

perkawinan merupakan salah satu budaya yang beraturan yang mengikuti perkembangan

budaya manusia dalam kehidupan masyarakat.

Dalam Bab I Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan,

pengertian perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria dan seorang wanita

sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal

berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Dengan “ikatan lahir bathin” dimaksudkan

Page 31: PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah ... Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada

bahwa perkawinan itu tidak hanya cukup dengan adanya “ikatan lahir” atau “ikatan

bathin” saja, tetapi harus kedua-duanya.

Bahwa ikatan lahir mengungkapkan adanya suatu hubungan hukum antara

seorang pria dan seorang wanita untuk hidup bersama sebagai suami istri. Ikatan bathin

merupakan hal penting dalam perkawinan ini menunjukan bahwa menurut Undang-

Undang tujuan adanya perkawinan bukanlah semata-mata memenuhi hawa nafsu12

Berdasarkan batasan pengertian perkawinan di atas, unsur-unsur yang terkait di

dalamnya adalah sebagai berikut :

1. Perkawinan merupakan ikatan lahir bathin.

Ini berarti secara formal merupakan suami-istri, baik hubungan antara mereka sendiri

maupun dengan masyarakat. Pengertian lahir bathin dalam perkawinan, berarti dalam

bathin suami-istri terkandung niat yang suci untuk hidup bersama, membentuk dan

membina keluarga yang kekal, bahagia dan saling melengkapi kekurangan dan

kelebihan.

2. Antara seorang pria dan seorang wanita.

Kesucian perkawinan itu harus dijaga dan dipertahankan, ikatan perkawinan hanya

boleh terjadi antara seorang pria dan seorang wanita. Atas dasar pernyataan ini,

terlihat adanya asas monogami relatif yang artinya seorang suami bisa beristri lebih

dari seorang, apabila istrinya mengijinkan dan memnuhi persyaratan untuk itu dan

diputus oleh pengadilan.

3. Sebagai suami istri.

12 Lili Rasjidi., Hukum Perkawinan dan Percereian di Malaysia dan di Indonesia. Alumni, Bandung, 1982, hlm.8.

Page 32: PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah ... Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada

Seorang pria dan seorang wanita dapat dipandang sebagai suami istri, apabila ikatan

perkawinan mereka didasarkan pada suatu perkawinan yang sah, yaitu telah

memenuhi syarat material maupun syarat formal dari suatu perkawinan.

4. Tujuan perkawinan adalah untuk membentuk keluarga (rumah tangga) yang kekal dan

bahagia.

Untuk dapat mewujudkan tujuan perkawinan tersebut, ikatan lahir bathin harus

didasarkan atas kesepakatan dan tidak ada unsur paksaan. Sedangkan untuk

membentuk keluarga yang bahagia, erat hubungannya dengan keturunan yang

merupakan tujuan utama perkawinan, yang tidak terlepas dari hak dan kewajiban

orang tua dalam hal pemeliharaan dan pendidikan anak-anak.

5. Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Ini berarti adanya norma masing-masing agama dan kepercayaan harus menjiwai

perkawinan tersebut, karena perkawinan menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun

1974 tentang Perkawinan menetapkan unsur agama, sehingga apabila perkawinan

ditinjau dari perbuatan keagamaan akan selalu berhubungan dengan ajaran

keagamaan atas kepercayaan. Selain itu Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974

tentang Perkawinan menekankan pada perbuatan hukum, yang merupakan masalah

keperdataan untuk keabsahan dimata hukum.

Dilihat dari aspek sosial, perkawinan mempunyai arti penting, yaitu :13

1. Dilihat dari penilaian umum, pada umumnya berpendapat bahwa orang yang

melakukan perkawinan atau pernah melakukan, perkawinan mempunyai kedudukan

yang lebih dihargai dari pada mereka yang belum kawin. Khusus bagi wanita, dengan

perkawinan akan memberikan kedudukan sosial yang tinggi, karena ia sebagai istri 13 H. Zahry Hamid., Pokok-Pokok Hukum Perkawinan Islam, Bina Cipta, Jakarta, 1978, hlm. 29.

Page 33: PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah ... Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada

dan wanita mendapat hak-hak tertentu dan dapat melakukan tindakan hukum dalan

berbagai lapangan mu’amalat, yang sebelumnya ketika masih gadis tindakan-

tindakannya masih terbatas, harus dengan persetujuan dan pengawasan orang tuanya.

2. Sebelum adanya peraturan tentang perkawinan, wanita dahulu bisa dimadu tanpa bisa

berbuat apa-apa, tetapi menurut ajaran Islam dalam perkawinan mengenai kawin

poligami ini, hanya dibatasi paling banyak empat kali, itupun dengan syarat-syarat

yang tertentu pula.

Perkawinan yang bertujuan untuk membentuk keluarga (rumah tangga) yang

bahagia dan kekal, dapat diartikan bahwa perkawinan tersebut haruslah berlangsung

seumur hidup dan tidak boleh diputuskan begitu saja. Pemutusan perkawinan karena

sebab-sebab lain selain kematian, diberikan suatu pembatasan yang ketat, sehingga

diharapkan pemutusan perkawinan dengan cara cerai hidup hanya merupakan jalan

terakhir, setelah jalan lain tidak dapat ditempuh lagi.

Di samping uraian tentang perkawinan di atas, maka akan dikemukakan

pengertian perkawinan menurut para sarjana, yaitu :

1. Menurut Wirjono Prodjodikoro, perkawinan adalah suatu hidup bersama dari seorang

laki-laki dan seorang perempuan yang memenuhi syarat-syarat yang termasuk dalam

peraturan tersebut.14

2. Menurut R. Soetojo Prawirohamidjojo dan Asis Safioedin, perkawinan adalah suatu

hubungan hukum antara seorang pria dan seorang wanita untuk hidup bersama

dengan kekal, yang diakui Negara.15

14 Wirjono Prodjodikoro., Hukum Perkawinan Di Indonesia, Sumur, Bandung, 1974, hlm. 7. 15 Soetojo Prawirohamidjojo R., Hukum Orang dan Keluarga, Alumni, Bandung, 1986, hlm. 13.

Page 34: PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah ... Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada

3. Menurut R. Subekti, perkawinan adalah pertalian yang sah antara seorang laki-laki

dan seorang perempuan untuk waktu yang lama.16

Dengan melihat beberapa pengertian perkawinan yang dikemukakan oleh para

sarjana, maka jelaslah kiranya, bahwa para sarjana memandang perkawinan merupakan

suatu perjanjian antara seorang laki-laki dan seorang perempuan untuk membentuk

keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha

Esa.17 Perjanjian di sini bukan asal perjanjian seperti sewa menyewa atau jual beli, tetapi

perjanjian dalam perkawinan adalah merupakan perjanjian suci untuk membentuk

keluarga sejahtera, lahir dan bathin.

Perjanjian dalam perkawinan ini mempunyai tiga karakter yang khusus yaitu :18

1. Perkawinan tidak dapat dilakukan unsur sukarela dari kedua belah pihak.

2. Kedua belah pihak (pria dan wanita) yang mengikat persetujuan perkawinan itu saling

mempunyai hak untuk memutuskan perjanjian tersebut berdasarkan ketentuan yang

sudah ada hukumnya.

3. Persetujuan perkawinan itu mengatur batas-batas hukum mengenai hak dan

kewajiban masing-masing pihak.

Lebih lanjut menurut Wirjono Prodjodikoro, bahwa perbedaan antara persetujuan

perkawinan dan persetujuan-persetujuan lainnya, adalah dalam persetujuan biasa dari

kedua pihak yang pada pokoknya bebas menentukan sendiri isi dari persetujuannya itu

sesuka hati, asalkan isi persetujuan itu tidak bertentangan dengan kesusilaan, undang-

16 R. Subekti., Pokok-pokok Hukum Perdata, Intermasa, Jakarta, 1984, hlm. 13. 17 Hilman Hadikusuma, Hukum Perkawinan Indonesia, Mega Jaya Abadi, Bandung. 1990. hlm 90. 18 Wirjono Prodjodikoro, Hukum Perkawinan Indonesia, Ghalia Indonesia, 1980, hlm. 15.

Page 35: PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah ... Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada

undang dan ketertiban umum. Sebaliknya dalam suatu perkawinan, semula ditentukan

oleh hukum isi dari persetujuan antara suami istri itu.19

Perkawinan yang bertujuan untuk membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan

kekal dapat diartikan bahwa perkawinan tersebut haruslah berlangsung seumur hidup dan

tidak boleh diputuskan begitu saja. Pemutusan perkawinan karena sebab-sebab lain selain

kematian diberikan suatu pembatasan yang ketat sehingga diharapkan pemutusan

perkawinan dengan cara cerei hidup hanya merupakan jalan terakhir setelah jalan lain

tidak dapat ditempuh lagi. Dan percereian hanya dapat dilakukan di depan sidang

Pengadilan, setelah pengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak berhasil

mendamaikan kedua belah pihak. Tata cara persidangan didepan sidang Pengadilan

diatur pada Pasal 39 ayat (1), (2) dan (3) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan.

1.2. Pengertian perkawinan menurut hukum Adat.

Pengertian perkawinan menurut hukum Adat adalah urusan kerabat, urusan

keluarga, urusan masyarakat, urusan martabat dan urusan pribadi dan begitu pula ia

menyangkut urusan keagamaan.20 Artinya perkawinan itu bukan saja berarti sebagai

perikatan perdata, tetapi juga sekaligus merupakan perikatan kekerabatan dan

ketetanggaan. Jadi terjadinya suatu ikatan perkawinan bukan semata-mata membawa

akibat terhadap hubungan-hubungan keperdataan, seperti hak dan kewajiban suami-istri,

harta bersama, kedudukan anak dan kewajiban orang tua, tetapi juga menyangkut tentang

hubungan-hubungan adat- istiadat, kewarisan, kekeluargaan, kekerabatan dan

19Ibid. hal. 12. 20 Hilman Hadikusuma, Hukum Perkawinan Indonesia, Op. Cit, hlm. 23.

Page 36: PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah ... Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada

ketetanggaan serta menyangkut upacara-upacara adat dan keagamaan. Begitu juga

menyangkut kewajiban mentaati perintah dan larangan agama, baik dalam hubungan

manusia dengan Tuhannya (ibadah) maupun hubungan manusia dengan sesama manusia

(mu’amalah) dalam pergaulan hidup agar selamat di dunia dan selamat di akhirat.21

Perkawinan bagi masyarakat hukum adat adalah merupakan suatu peristiwa yang

sangat penting, oleh karena menurut pandangan masyarakat adat, perkawinan itu

bukanlah merupakan urusan dari para pihak yang kawin itu saja atau keluarga dan

kerabatnya semata-mata, akan tetapi masyarakat yang tidak ada hubungan

kekeluargaanpun yang tinggal disekitar tempat dilangsungkan perkawinan, ikut

bertanggung jawab atau setidak-tidaknya ikut berpartisipasi atas pelaksanaan peristiwa

penting yang bersangkutan dan menganggap urusan mereka juga.

Sehubungan dengan pentingnya perkawinan menurut masyarakat adat, Iman

Sudiyat menyatakan 22 bahwa : “Namun meskipun urusan keluarga, urusan kerabat dan

urusan persekutuan bagaimanapun juga, perkawinan itu tetap merupakan urusan hidup

pribadi dari pihak-pihak individual yang kebetulan tersangkut di dalamnya; jadi soal suka

atau benci. Jalannya proses pada kawin pinang, lebih-lebih bentuk kawin lari bersama

dan kawin bawa lari mencerminkan ketegangan tersebut antara kelompok dan warga

selaku oknum”.

Oleh karenanya Ter Haar menyatakan, bahwa perkawinan itu adalah urusan

kerabat, urusan keluarga, urusan masyarakat, urusan martabat dan urusan pribadi dan

begitupula ia menyangkut keagamaan.23 Lebih lanjut dikatakan oleh Van Hollenhoven, “

21 Ter Haar, Beginselen en Stelsel van het Adatrecht, diterjemahkan oleh Soebekti dalam Asas-asas dan Susunan Hukum Adat. PT. Pradnya Paramita. Jakarta. 1997. hlm 158. 22 Imam Sudiyat, Hukum Adat, Sketsa Adat. Liberty. Yogyakarta. 1987. hlm. 108. 23 Ibid, hal 158.

Page 37: PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah ... Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada

dalam hukum adat banyak lembaga-lembaga hukum dan kaidah-kaidah hukum yang

berhubungan dengan tatanan dunia di luar dan di atas kemampuan manusia (Hoogere

Wereldorde).24

Perkawinan dalam arti “perikatan adat”, ialah perkawinan yang mempunyai akibat

hukum terhadap hukum adat, yang berlaku dalam masyarakat bersangkutan. Akibat

hukum ini telah ada sejak perkawinan terjadi, yaitu misalnya dengan adanya hubungan

pelamaran yang merupakan “rasan sanak” (hubungan anak-anak, bujang-gadis) dan

“rasah tuha” (hubungan antara orang tua keluarga dari para calon suami-istri).25 Setelah

terjadinya ikatan perkawinan, maka timbul hak-hak dan kewajiban-kewajiban orang tua

(termasuk anggota keluarga/kerabat) menurut hukum adat setempat, yaitu dalam

pelaksanaan upacara adat dan selanjutnya dalam peran serta memelihara dan membina

kerukunan, keutuhan dan kelanggengan dari kehidupan anak-anak mereka yang terikat

dalam perkawinan.

Sejauh mana ikatan perkawinan itu membawa akibat hukum dalam “ikatan adat”

seperti tentang kedudukan suami dan kedudukan istri, begitu pula dengan kedudukan

anak dan pengangkatan anak, kedudukan anak tertua, anak penerus keturunan, anak adat,

anak asuh dan lain-lain, dan harta perkawinan, yaitu harta yang timbul akibat terjadinya

perkawinan tergantung pada bentuk dan sistem perkawinan adat tersebut.

Bagaimana tata tertib adat yang harus dilakukan oleh mereka yang akan

melangsungkan perkawinan menurut bentuk dan sistem perkawinan yang berlaku dalam

masyarakat Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan tidak

mengaturnya. Hal mana berarti terserah kepada selera dan nilai-nilai budaya dari

24 Hilman Hadikusuma. Pokok-pokok Pengertian Hukum Adat. Alumni. Bandung. 1980, hlm. 27. 25 Hilman Hadikusuma, Hukum Perkawinan Adat, Alumni, Bandung, 1977, hlm. 28.

Page 38: PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah ... Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada

masyarakat yang bersangkutan, asal saja segala sesuatunya tidak bertentangan dengan

kepentingan umum.

2. Tujuan Perkawinan.

Tujuan perkawinan yang bersifat kekerabatan pada hukum adat, adalah

mempertahankan dan meneruskan keturunan garis kebapaan atau keibuan atau keibu

bapaan untuk kebahagiaan rumah tangga, keluarga/kerabat untuk memperoleh nilai-nilai

adat, budaya dan kedamaian, dan mempertahankan kewarisan.26

Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, tujuan

perkawinan adalah membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal

berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Bagi masyarakat yang beragama, akan melangsungkan tata cara perkawinannya

berdasarkan mekanisme dalam agamanya. Karena mayoritas masyarakat Indonesia

memeluk agama Islam, maka tata cara pelaksanaan perkawinannya berlandaskan kepada

hukum Islam. Sehingga tujuan perkawinannya secara tidak langsung akan disesuaikan

dengan tujuan perkawinan menurut ketentuan hukum Islam, Yaitu:27

1. Menegakkan agama Allah, dalam arti mentaati perintah dan menjauhi larangan

Allah.

2. Mencegah maksiat, terjadinya perzinahan dan atau pelacuran.

3. Menjalankan sunah Nabi.

4. Melanjutkan dan meneruskan garis keturunan.

5. mempererat tali silaturahmi antara dua keluarga.

26 Soetojo Prawirohadjojo R, Hukum Orang dan Keluarga, Op. Cit, hlm.23 27 Ibid, hlm. 24.

Page 39: PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah ... Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada

Pembentukan keluarga yang bahagia itu erat hubungannya dengan keturunan,

dimana pemeliharaan dan pendidikan anak-anak menjadi hak dan kewajiban orang tua.

Dengan demikian yang menjadi tujuan perkawinan menurut perundangan adalah untuk

kebahagiaan suami istri, untuk mendapatkan keturunan dan menegakkan agamanya.

Sedangkan tujuan perkawinan bagi masyarakat hukum adat yang bersifat

kekerabatan adalah untuk mempertahankan dan meneruskan keturunan menurut garis

kebapakan (patrilineal), garis keibuan (matrilineal) dan garis keibubapakan

(parenta/bilateral). Bagi Bangsa Indonesia dengan kebhineka tuggal ikanya, memberikan

peluang kepada masyarakatnya untuk membentuk rumah tangga dan kekerabatan

terhadap masyarakat manapun, sehingga diharapkan terbinanya nilai-nilai adat dan

budaya dalam suatu hubungan kekerabatan yang besar termasuk di dalamnya dapat

mempertahankan nilai-nilai kewarisan berdasarkan sistim kekerabatannya masing-

masing.

3. Asas-asas Perkawinan.

3.1. Asas-asas Perkawinan dalam Undang-Undang Perkawinan.

Di dalam suatu perkawinan perlu adanya suatu ketentuan yang menjadi dasar atau

prinsip dari pelaksanaan suatu perkawinan.

Adapun prinsip-prinsip atau asas-asas mengenai perkawinan yang diatur dalam

penjelasan umum dari Undang-Undang Perkawinan Nasional (Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan).28

a. Tujuan perkawinan adalah membentuk keluarga yang bahagia dan kekal.

28 Penjelasan Umum Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, Sub. 4.

Page 40: PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah ... Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada

Untuk itu suami istri perlu saling membantu dan melengkapi, agar masing-

masing dapat mengembangkan kepribadiannya dan mencapai kesejahteraan

spiritual dan materiil.

b. Dalam Undang-Undang ini dinyatakan, bahwa suatu perkawinan adalah sah

bilamana dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan

kepercayaannya itu, dan disamping itu tiap-tiap perkawinan harus dicatat

menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

c. Undang-Undang ini menganut asas monogami. Hanya apabila dikehendaki oleh

yang bersangkutan karena hukum dan agama dari yang bersangkutan,

mengijinkannya, seorang suami dapat beristri lebih dari seorang. Namun

demikian, perkawinan seorang suami dengan lebih dari seorang istri, meskipun

hal itu dikehendaki oleh pihak-pihak yang bersangkutan, hanya dapat dilakukan

apabila dipenuhi berbagai per-syaratan tertentu dan diputuskan oleh

pengadilan.

d. Undang-Undang ini menganut prinsip, bahwa calon suami istri itu telah masak

jiwa raganya untuk dapat melangsungkan perkawinan, agar supaya dapat

mewujudkan perkawinan secara baik tanpa berakhir pada perceraian dan

mendapat keturunan yang baik dan sehat. Untuk itu harus dicegah adanya

perkawinan antara calon suami istri yang masih di bawah umur dan di samping

itu perkawinan mempunyai hubungan dengan masalah kedudukan. Ternyatalah

bahwa batas umur yang lebih rendah bagi seorang wanita untuk kawin,

mengakibatkan laju kelahiran lebih tinggi, berhubungan dengan itu, maka

Page 41: PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah ... Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada

Undang-Undang ini menentukan batas umur untuk kawin, baik bagi pria

maupun bagi wanita yaitu 19 tahun bagi pria dan 16 tahun bagi wanita.

e. Karena tujuan perkawinan adalah untuk membentuk keluarga yang bahagia,

kekal dan sejahtera, maka Undang-Undang ini menganut prinsip untuk

mempersukar terjadi perceraian. Untuk memungkinkan perceraian harus ada

alasan-alasan tertentu serta harus dilakukan di depan sidang Pengadilan.

f. Hak dan kedudukan istri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan suami

baik dalam kehidupan rumahtangga maupun dalam pergaulan masyarakat,

sehingga dengan demikian segala sesuatu dalam keluarga dapat dirundingkan

dan diputuskan bersama oleh suami istri.

3.2. Asas-asas Perkawinan Menurut Hukum Adat.

Asas-asas Perkawinan menurut Hukum Adat, adalah merupakan urusan kerabat,

keluarga, persekutuan, martabat, bisa merupakan urusan pribadi, bergantung kepada tata

susunan masyarakat yang bersangkutan. Bagi kelompok-kelompok wangsa yang

menyatakan diri sebagai kesatuan-kesatuan, sebagai persekutuan-persekutuan hukum

(bagian clan, kaum kerabat), perkawinan para warganya (pria, wanita atau kedua-duanya)

adalah sarana untuk melangsungkan hidup kelompoknya secara tertib teratur. Namun di

dalam lingkungan persekutuan-persekutuan kerabat, perkawinan juga selalu merupakan

Page 42: PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah ... Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada

cara meneruskan garis keluarga tertentu yang termasuk persekutuan tersebut, jadi

merupakan urusan keluarga, urusan bapak/ibu selaku inti keluarga yang bersangkutan.29

Apabila kelompok-kelompok wangsa tidak bernilai persekutuan hukum, jika

keluarga itu (telah menjadi) primer didalam kehidupan hukum, maka meskipun pengaruh

kelompok wangsa masih tetap terasa perkawinan adalah pertama-tama urusan keluarga

dan kemudian anak-anak tersebut melepaskan dirinya dari ikatan kedua orang tuanya

untuk membangun keluarganya sendiri-sendiri.

Pada tata susunan kerabat yang berkonsentrasi unilateral, perkawinan itu juga

merupakan sarana yang mengatur hubungan semenda antara kelompok-kelompok yang

bersangkutan, perkawinan merupakan bagian dari lalu lintas clan. Sehingga bagian clan

dapat mempertahankan atau memperbaiki posisi keseimbangan di dalam suku, di dalam

keseluruhan warga suku. Oleh karena itu, maka sengketa-sengketa hukum antara dua

kerabat, permusuhan kerabat yang sudah berlangsung lama, kadang-kadang diselesaikan

dengan jalan perkawinan seorang pria dari kerabat satu, dengan seorang wanita dari

kerabat yang lainnya.

Di dalam persekutuan-persekutuan hukum yang merupakan kesatuan-kesatuan

susunan rakyat, yaitu persekutuan desa dan wilayah, maka perkawinan para warganya

merupakan unsur penting di dalam peralihanya kepada inti sosial dari masyarakat,

sepanjang ada kemungkinan untuk masuk yang sepenuhnya menikmati hak dan memikul

kewajiban serta bertanggung jawab penuh atas kesejahteraan masyarakat, baik idiil

maupun materiil. Perkawinan yang dipilih dengan tepat, dapat pula mempertahankan

gengsi atau martabat, kelas-kelas di dalam maupun di luar persekutuan, sehingga yang

29 Imam Sudiyat, Hukum Adat, Op cit. hlm. 107.

Page 43: PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah ... Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada

bersangkutan menganggap dirinya memiliki kredibilitas dan bermartabat terhadap

kerabatnya dan masyarakat lain secara umum.

4. Bentuk-Bentuk Perkawinan.

Menurut Hilman Hadikusuma bahwa bentuk-bentuk perkawinan dalam

masyarakat Indonesia terdiri dari tiga macam, yaitu :30

1. Perkawinan jujur.

Bentuk perkawinan jujur adalah perkawinan yang dilakukan dengan pembayaran

uang jujur dari pihak pria kepada pihak wanita. Bentuk perkawinan ini terdapat pada

masyarakat adat yang susunannya patrilinial.

Dalam kerangka bentuk perkawinan jujur terdapat beberapa variasi bentuk

perkawinan, seperti :

a. Perkawinan ganti suami, adalah dikarenakan suami wafat maka istri harus kawin

dengan saudara pria dari suami yang telah wafat.

b. Perkawinan ganti istri, adalah disebabkan istri meninggal dunia maka suami kawin

lagi dengan kakak atau adik wanita dari istri yang telah wafat itu (silih tikar).

c. Perkawinan mengabdi, adalah dikarenakan ketika diadakan pembicaraan lamaran,

ternyata pihak pria tidak memenuhi syarat-syarat permintaan dari pihak wanita,

sedangkam pihak bujang tidak menghendaki perkawinan semenda lepas, sehingga

setelah perkawinan maka suami akan terus menerus bertempat kediaman dipihak

kerabat istri.

30 Hilman Hadikusuma, Hukum Perkawinan Adat, Alumni, Bandung, 1981, hlm 72.

Page 44: PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah ... Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada

d. Perkawinan ambil beri, adalah perkawinan yang terjadi di antara kerabat yang

sifatnya simetris, dimana pada suatu masa kerabat A mengambil istri dari kerabat

B, dan pada saat yang lain kerabat B mengabil istri dari kerabat si A.

e. Perkawinan ambil abak, adalah perkawinan yang terjadi dikarenakan hanya

mengambil anak wanita (tunggal), maka anak wanita itu mengambil pria (dari

anggota kerabat) untuk menjadi suaminya dan mengikuti kerabat istri untuk

selama perkawinannya guna menjadi penerus keturunan pihak istri atau wanita.

2. Perkawinan Semanda.

Bentuk perkawinan semanda, adalah bentuk perkawinan tanpa pembayaran jujur dari

pihak pria kepada pihak wanita, perkawinan semanda terdapat pada masyarakat adat

yang patrilinial alternerend (kebapakan beralih-alih dari matrilinial).

Macam-macam bentuk perkawinan semanda adalah:

a. Semanda raja-raja, yaitu perkawinan di mana suami dan istri sebagai raja dan ratu

yang dapat menentukan sendiri tempat kedudukan rumah tangga mereka sendiri.

b. Semanda lepas, adalah perkawinan dimana suami melepaskan hak dan

kedudukannya dipihak kerabatnya dan masuk ke dalam kerabat istri.

c. Semanda runggu, adalah perkawinan yang sifatnya sementara dimana setelah

perkawinan suami bertempat kedudukan dipihak kerabat istri dengan ketentuan

menunggu sampai tugas pertanggungjawabannya terhadap keluarga mertua

selesai diurusnya.

Page 45: PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah ... Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada

d. Semanda anak dagang, adalah bentuk perkawinan yang tidak kuat ikatannya, oleh

karena kedatangan suami pihak istri tidak bersyarat apa-apa, ia cukup datang

dengan tangan hampa dan begitu pula sewaktu-waktu dapat pergi tanpa membawa

apa-apa pula.

e. Semanda ngangkit, adalah perkawinan dimana seorang tidak punya anak wanita

dan hanya mempunyai anak pria maka untuk meneruskan kedudukan dan

keturunan serta mengurus harta kekayaannya ia harus mencari wanita untuk

dikawinkan dengan anak prianya, sehingga kedua suami istri itu nanti yang akan

menguasai harta kekayaan dan meneruskan keturunannya itu.

3. Perkawinan Mentas.

Perkawinan mentas, adalah bentuk perkawinan di mana kedudukan suami istri

dilepaskan dari tanggung jawab orang tua dan keluarga kedua belah pihak, untuk

dapat berdiri membangun keluarga rumah tangga yang bahagia dan kekal.

Bentuk perkawinan ini yang penting adalah persetujuan antara pria dan wanita yang

akan melakukan perkawinan itu. Bentuk perkawinan mentas terdapat pada

masyarakat adat parental.

Bentuk-bentuk perkawinan lain yang ada dan berlaku di Indonesia dapat dibagi

menjadi dua, yaitu :

1. Bentuk perkawinan yang didasarkan atas prosedurnya, yaitu terdiri dari tiga macam :

a. Perkawinan pinang (anzoekhuweliak).

Perkawinan pinang (meminang), cara pelaksanaannya adalah pihak suami dengan

menghidangkan sirih mengajak pihak calon istri mengadakan perkawinan yang

telah ditentukan. Peminangan demikian itu hampir selalu dijadikan oleh seorang

Page 46: PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah ... Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada

utusan atau seorang wali, biasanya dalam pada itu dipakainya pribahasa-

pribahasa, kiasan-kiasan lama atau tempo dulu.

Pihak yang bertindak adalah golongan kerabat, atau orang tuanya dengan

persetujuannya golongan sekerabatnya, atau juga orang tuanya sendiri,

kesemuanya kebanyakan sesudah perundingan dengan mereka yang bersangkutan

atau yang bersangkutan, yang sering disebut bahwa calon suami istri itu

berpengaruh menentukan pemilihan bakal jodohnya itu. Serangkaian dengan itu

apabila peminangannya itu diterima baik, maka ia biasanya tidak sekaligus

mengakibatkan pertunangan dulu yaitu persetujuan antara kedua pihak, dimana

mereka antara satu sama lain bertindak timbal balik berjanji mengadakan

perkawinan yang tentu terkadang ini bukan suatu keharusan ditetapkan pada saat

pertunangan itu hari akan bakal perkawinan, dan dibuat perjanjian mengenai

pembanyaran denda pelanggaran, bilamana pertunangan dibatalkan.

Perjanjian ini baru mengikat kedua pihak pada saat diterimanya hadiah

pertunangan (verlovingsgeschenk) ialah alat pengikat atau tanda yang kelihatan,

yang terkadang-kadang dari kedua belah pihak satu kepada yang lain.

Bilamana pertunangan itu untuk mereka yang belum aqil baliq, maka biasanya

mereka yang bersangkutan ada hak bersuara.

Alasan untuk bertunangan itu dapat berbeda-beda. Orang dengan segera

menghendaki sudah adanya kepastian akan perkawinan yang diinginkannya.

Terkadang orang dapat pertolongan dari bakal menantunya, dimana pergaulan

dikalangan pemuda pemudi itu segera menjauhkan diri dari pergaulan itu dan

Page 47: PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah ... Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada

selanjutnya karena pertimbangan-pertimbangan lain-lain lagi yang berlainan

pertalian dengan keadaan sosial.

Biasanya berhubungan dengan pertunangan ini diadakan perjamuan-perjamuan

dimana sanak saudara dan kerabat turut ikut hadir. Sedangkan pertunangan

diberitahukan kepada penghulu-penghulu masyarakat agar supaya masyarakat

turut mengikuti juga peristiwa hukum baru tersebut untuk mendapatkan jaminan

perlindungan hukum baru.

Pada saat pelaksanaan pertunangan maka saat itu pula berlaku aturan-aturan

mengenai larangan perkawinan dan kecendrungan perkawinan, larangan

perkawinan dalam lingkungan (bagian) clannya sendiri (exogamie), larangan

untuk mengadakan hubungan perkawinan dengan timbal balik, larangan-larangan

mengenai antara pupu-pupu, kesanak-saudaraan mana yang tak boleh berkawin

satu sama lain, larangan perkawinan dengan istri yang sudah bercerei dari pada

sesama anggota-anggota clan, kecendrungan kearah anak perempuannya saudara

laki-laki ibunya yaitu kearah perkawinan “cross-cousin” (perkawinan anaknya

dengan saudara laki-laki dengan anak saudara perempuan), segi satu, desakan

supaya berkawin dengan perempuan dari dusunnya sendiri dan seterusnya.

Akibat-akibat pertunangan :

(i) Disatu pihak terikat perjanjian untuk kawin dengan pihak lainnya.

(ii) Timbulnya keharusan memberi hadiah, jadi jika tak ada pemberian maka

pertunangan dibatalkan.

(iii) Perlindungan terhadap calon istri agar terhindar dari pergaulan bebas.

Page 48: PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah ... Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada

Secara ringkas bahwa perkawinan pinang adalah suatu perkawinan yang

dilakukan dengan cara meminang terlebih dahulu dengan memberikan suatu mas

kawin. Disisi lain bahwa hukum Islam tidak mengenal pertunangan sebagai suatu

aturan hukum yang harus dilaksanakan.

b. Perkawinan lari bersama (wegloorphiwelijk).

Pengertian perkawinan bawa lari, ialah suatu perkawinan mana seorang laki-laki

yang akan kawin membawa lari seorang perempuan yang sudah ditunangkan atau

dikawinkan dengan paksaan.31 Adapun kebaikan dari perkawinan bawa lari dan

perkawinan lari bersama adalah karena si Pemuda (laki-laki) dan Pemudi

(perempuan) telah sungguh-sungguh saling mencintai dan berkeinginan untuk

mewujudkan suatu rumah tangga.

Cara perkawinan semacam ini banyak terjadi pada masyarakat yang menganut

garis kekeluargaan patrilineal yaitu menarik garis keturunan ke atas melalui garis

bapak. Pada umumnya yang menjadikan alasan dilakukannya cara perkawinan

seperti ini adalah untuk membebaskan diri dari bermacam-macam kewajiban yang

harus dipenuhi dalam perkawinan yang dilakukan dengan lamaran dan

pertunangan, misalnya memberi piningset pada pihak calon istri.

c. Kawin bawa lari.

Yang disebut kawin bawa lari adalah :

(i) Lari dengan seorang wanita yang sudah dipertunangkan atau dikawinkan

dengan pria lain; atau

(ii) Melarikan seorang secara paksa.

31 Ter Haar Bzn, Beginselen En Stetsel Van Het Adatrecht. Vierde ongewijzigdedruk, Wolter-Groningen, Jakarta, 1950, hlm 193-194.

Page 49: PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah ... Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada

2. Bentuk perkawinan yang didasarkan pada pembayarannya.

Bentuk perkawinan ini terdapat pada daerah-daerah tertentu dikalangan masayarakat

kita, dilakukan karena pertimbangan adat istiadat yang berlaku dan faktor-faktor

harkat dan martabat. Dengan mengedepankan faktor harkat dan martabat oleh

masyarakat yang melakukan perkawinan ini, maka segala cara dilakukannya yaitu

misalanya meminjam uang kepada keluarga dan kerabatanya dan menjual harta benda

yang dimilikinya.

5. Syarat-syarat perkawinan.

Seseorang yang akan melaksanakan perkawinan harus memenuhi syarat-syarat

yang telah ditentukan oleh undang-undang. Menurut Pasal 6 Undang-Undang Nomor 1

Tahun 1974 Tentang Perkawinan, bahwa syarat-syarat perkawinan adalah :

1. Perkawinan harus didasarkan atas persetujuan kedua calon mempelai.

2. Untuk melangsungkan perkawinan seorang yang belum mencapai umur 21 (dua puluh

satu) tahun harus mendapat izin dari orang tua.

3. Dalam hal salah seorang dari kedua orang tua telah meninggal dunia atau dalam

keadaan tidak mampu menyatakan kehendaknya, maka izin dimaksud ayat (2) pasal

ini cukup diperoleh dari orang tua yang masih hidup atau dari orang tua yang mampu

menyatakan kehendaknya.

4. Dalam hal kedua orang tua telah meninggal dunia atau dalam keadaan tidak mampu

untuk menyatakan kehendaknya, maka izin diperoleh dari wali, orang yang

memelihara atau keluarga yang mempunyai hubungan darah dalam garis keturunan

Page 50: PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah ... Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada

lurus ke atas selama mereka masih hidup dan dalam keadaan dapat menyatakan

kehendaknya.

5. Dalam hal ada perbedaan pendapat antara orang-orang yang disebut dalam ayat (2),

(3) dan (4) pasal ini, atau salah seorang atau lebih diantara mereka tidak menyatakan

pendapatnya, maka pengadilan dalam daerah hukum tempat tinggal orang yang akan

melangsungkan perkawinan atas permintaan orang tersebut dapat memberikan izin

setelah lebih dahulu mendengar orang-orang tersebut dalam ayat (2), (3) dan (4) pasal

ini.

6. Ketentuan tersebut ayat (1) sampai dengan ayat (5) pasal ini berlaku sepanjang hukum

masing-masing agamanya dan kepercayaan itu dari yang bersangkutan tidak

menentukan lain.

Berdasarkan Pasal 6 ayat (2) tersebut di atas, M. Yahya Harahap mengatakan :

Bahwa bagi mereka yang belum berumur 21 tahun harus ada izin dari orang tua atau

wali, sebagai salah satu syarat perkawinan. Memang hal ini patut ditinjau dari segi

hubungan pertanggung jawaban pemeliharaan yang dilakukan secara susah payah oleh

orang tua untuk si anak. Sehingga kebebasan yang ada pada si anak untuk menentukan

calon suami/istri jangan sampai menghilangkan fungsi tanggung jawab orang tua. Adalah

sangat selaras apabila kebebasan si anak itu berpadu dengan izin orang tua atau wali.32

Penentuan izin tersebut bukanlah bertujuan untuk mempersulit perkawinan yang

dilakukan oleh seorang yang belum berumur 21 tahun, tetapi hanya untuk sekedar

32 M. Yahya Harahap, Hukum Perkawinan Nasional, Berdasarkan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974, Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975. hlm. 36-37.

Page 51: PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah ... Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada

mengingatkan mereka yang akan melangsungkan perkawinan, bahwa kehidupan

perkawinan itu tidak semudah dan seindah yang mereka bayangkan.33

Berdasarkan bunyi Pasal 7 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan ialah :

1. Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 (sembilan belas)

tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 (enam belas) tahun.

2. Dalam hal penyimpangan terhadap ayat (1) pasal ini dapat meminta dispensasi

kepada Pengadilan atau pejabat lain yang ditunjuk oleh kedua orang tua pihak pria

maupun pihak wanita.

3. Ketentuan-ketentuan mengenai keadaan salah seorang atau kedua orang tua tersebut

dalam Pasal 6 ayat (3) dan (4) Undang-Undang ini, berlaku juga dalam hal

permintaan dispensasi tersebut ayat (2) pasal ini dengan tidak mengurangi yang

dimaksud dalam Pasal 6 ayat (6).

Dari ketentuan pasal 7 tersebut di atas akan sangat jelas uraiannya, kendati terjadi

suatu halangan atau penyimpangan terhadap ayat (1) maka akan ada kebijaksanaan

berupa dispensasi kepada Pengadilan dan pejabat lain yang ditunjuk oleh orang tua

masing-masing.

Serangkaian dengan hal tersebut di atas, lebih lanjut diuraikan dalam Pasal 8

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, Perkawinan dilarang antara

dua orang yang :

a. Berhubungan darah dalam garis keturunan lurus kebawah ataupun ke atas.

b. Berhubungan darah dalam garis keturunan menyamping yaitu saudara , antara

33 Mulyadi, Hukum Perkawinan Indonesia, Badan penerbit Universitas Diponegoro Semarang, 2008, hlm. 15.

Page 52: PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah ... Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada

seorang dengan saudara orang tua dan antara seorang dengan saudara

neneknya.

c. Berhubungan semenda, yaitu mertua, anak tiri, menantu dan ibu/bapak tiri.

d. Berhubungan susuan, yaitu orang tua susuan, anak susuan, saudara susuan dan

bibi/paman susuan.

e. Berhubungan saudara dengan istri atau sebagai bibi atau kemenakan dari istri,

dalam hal seorang suami istri lebih dari seorang.

f. Mempunyai hubungan yang oleh agamanya atau peraturan lain yang berlaku,

dilarang kawin.

Disamping itu karena perkawinan merupakan suatu nilai kehidupan yang

menyangkut kehormatan keluarga dan kekerabatan dalam kehidupan bermasyarakat dan

bernegara, maka proses pelaksanaan perkawinan haruslah memenuhi persyaratan yang

telah ditentukan oleh hukum adat, agar dapat terhindar dari penyimpangan dan

pelanggaran yang tidak diinginkan sehingga dapat menjatuhkan kehormatan dan martabat

keluarga dan kekerabatannya.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas maka menurut hukum adat syarat-syarat

sahnya perkawinan, adalah :

1. Perkawinan tidak saja harus sah dilaksanakan menurut hukum agama dan perundang-

undangan yang berlaku, tetapi juga harus mendapat pengakuan dari para anggota

kerabat.

2. Perkawinan harus didasarkan atas persetujuan oramg tua dan anggota kerabat, agar

kedudukan suami istri sebagai keluarga/rumah tangga dapat diterima atau diakui oleh

kerabat dan masyarakat.

Page 53: PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah ... Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada

3. Perkawinan dapat dilakukan oleh pria dan wanita yang belum cukup umur atau

usia yang belum memenuhi syarat untuk melaksanakan perkawinan, harus

pula mendapat ijin dari kedua orang tua, keluarga dan kerabat masing-masing.

6. Akibat Hukum perkawinan.

Akibat hukum dari perkawinan antara suami istri menurut Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, telah diatur dengan jelas dan gampang

dipahami, ketika adanya niat yang baik dalam menegakkan dan menghormati Undang-

Undang. Suatu perkawinan yang dilangsungkan secara sah menurut hukum akan

menimbulkan berbagai akibat hukum, yang pada pokoknya ada tiga hal penting yang

perlu diperhatikan, yaitu :

1. Hubungan antara suami istri.

Berkaitan dengan hubungan antara suami istri dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun

1974 tentang Perkawinan, dalam Pasal 30 sampai dengan Pasal 34 telah dirumuskan

secara jelas tentang adanya kedudukan yang seimbang antara suami dan istri, yang

masing-masing pihak berhak untuk melakukan perbuatan hukum, baik dalam

kehidupan berumah tangga maupun dalam pergaulan hidup bersama dalam

masyarakat.

Lebih lengkapnya diuraikan dalam Pasal 31 berbunyi, sebagai berikut :

1. Hak dan kedudukan istri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan suami dalam

kehidupan rumah tangga dan pergaulan hidup bersama dalam masyarakat.

2. Masing-masing pihak berhak untuk melakukan perbuatan hukum.

3. Suami adalah kepala keluarga dan istri ibu rumah tangga.

Page 54: PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah ... Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada

Hak dan kedudukan yang seimbang yang diikuti oleh suatu kewajiban yang sama

antara suami dan istri dalam membina dan menegakkan rumah tangga yang bahagia

dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa akan menjadikan sendi dasar dari

susunan masyarakat.

2. Hubungan orang tua dengan anak sebagai ahli waris dan dengan kekerabatannya.

Jika dalam perkawinan itu telah dikaruniai keturunan (anak), maka tanggung

jawab suami istri akan bertambah pula, dan dengan sendirinya akibat hukum

mengenai kedudukan dan hubungan orang tua dengan anak-anak telah diatur dalam

Bab X Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.

Kewajiban orang tua terhadap anak-anaknya sekaligus sebagai ahli waris dalam

perkawinan, diatur dalam Pasal 45, yang berbunyi sebagai brikut :

(1) Kedua orang tua wajib memelihara dan mendidik anak-anak mereka

sebaik-baiknya.

(2) Kewjiban orang tua yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini berlaku

sampai anak itu kawin atau dapat berdiri sendiri. Kewajiban mana berlaku

terus meskipun perkawinan antara kedua orang tua putus.

Sedangkan kewajiban anak-anak terhadap orang tuanya diatur dalam Pasal 46,

yaitu :

(1) Anak wajib menghormati orang tua dan mentaati kehendak mereka yang

baik.

(2) Jika anak telah dewasa, ia wajib memelihara menurut kemampuannya,

orang tua dan keluarga dalam garis lurus ke atas, bila mereka itu

memerlukan bantuannya.

Page 55: PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah ... Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada

Lebih lanjut dalam Pasal 47 mengatur, bahwa :

(1) Anak yang belum mencapai umur 18 (delapan belas) tahun atau belum pernah

melagsungkan perkawinan ada di bawah kekuasaan orang tuanya selama

mereka tidak dicabut dari kekuasaannya.

(2) Orang tua mewakili anak tersebut mengenai perbuatan hukum di dalam dan

diluar Pengadilan.

Tentang hubungan anak dengan kerabat ayah dan ibunya, Undang-Undang Nomor

1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, mengaturnya dalam dua hal, yaitu :

1. Dalam Pasal 46 ayat (2) tentang kewajiban anak untuk memelihara menurut

kemampuannya, orang tua dan keluarga.

2. Dalam Pasal 49 ayat (1) tentang hak keluarga anak dalam garis lurus ke atas yang

telah dewasa untuk memohon pencabutan kekuasaan orang tuanya ke Pengadilan.

Akibat hukum pada perkawinan masyarakat hukum adat yaitu tergantung dari

sistim kekerabatan yang dianut oleh yang bersangkutan, apakah sistim kekerabatan

patrilineal, matrilineal atau parental/bilateral. Dalam perkawinan masyarakat adat, ada

tiga hal akibat hukum perkawinan yang ditimbulkannya, yaitu :

1. Hubungan antara suami istri.

Pada masyarakat yang bersistem kekerabatan patrilineal, dengan diterimanya

uang atau barang jujur berarti perempuan tersebut telah mengikatkan dirinya pada

perjanjian untuk ikut pihak suami, baik pribadi maupun harta benda yang dibawa,

maka akan tunduk pada hukum adat suami, kecuali ada ketentuan lain yang

menyangkut barang-barang bawaan istri tertentu.

Page 56: PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah ... Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada

Hal tersebut di atas seiring dengan yang dinyatakan oleh Hilman Hadikusuma,

bahwa :

Setelah istri berada ditangan susmi, maka istri dalam segala perbuatan hukumnya

harus berdasarkan persetujuan suami atau atas persetujuan kerabat suami. Istri tidak

boleh bertindak sendiri, oleh karena ia adalah pembantu suami dalam mengatur

kehidupan berumah tangga, baik dalam hubungan kekerabatan maupun dalam

hubungan kemasyarakatan.34

Akibat hukum yang terjadi dari sistem ini adalah istri karena perkawinannya

(uang jujur) dikeluarkan dari keluarganya kemudian masuk ke dalam keluarga

suaminya. Anak-anak yang lahir menjadi keluarga bapak (suami), harta yang ada

milik bapak (suami) yang nantinya diperuntukkan bagi anak-anak yang menjadi

keturunannya.

Pada masyarakat yang bersistim kekerabatan matrilineal dengan sistem

perkawinan semenda mempunyai akibat hukum, yaitu semua keluarga adalah

keluarga ibu, harta yang ada merupakan milik ibu yang nantinya diperuntukan bagi

anak-anak keturunannya, sedangkan suami (bapak) tidak masuk dalam keluarga ibu.

Sedangkan dalam masyarakat yang bersistem kekerabatan Parental/bilateral

adalah karena menganut sistem perkawinan mentas yang bersifat bebas, mempunyai

akibat hukum antara kedudukan antara laki-laki dan perempuan tidak dibedakan.

Artinya diantara suami dan istri bebas untuk menentukan dimana yang bersangkutan

untuk menceburkan diri.

2. Hubungan anak-anak dengan kedua orang tuannya dan dengan kerabat ayah ibunya. 34 Hilman Hadikusuma, Op. Cit, hlm. 73.

Page 57: PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah ... Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada

Dalam masyarakat yang bersistem kekerabatan patrilineal, sebagai konsekwensi

dari perkawinan dengan cara pembayaran uang jujur maka semua anak yang lahir dari

perkawinan itu masuk dalam klan ayahnya dan anak-anak baik laki-laki maupun

perempuan berhak untuk memakai marga dari ayahnya. Berikutnya apabila

perkawinan orang tuannya putus karena percereian (cerei hidup) maka semua anak

harus tetap tinggal bersama ayahnya.

Demikian sebaliknya bahwa konsekwensi masyarakat yang bersistem kekerabatan

matrilineal yaitu menyatakan semua anak yang dilahirkan dari perkawinannya itu

adalah milik ibunya. Sehingga apabila terjadi percereian semua anak harus tetap

tinggal bersama kerabat ibunya.

Sedangkan pada masyarakat yang bersistem kekerabatan parental/bilateral, semua

anak dari hasil perkawinannya adalah milik kedua orang tuannya, sehingga apabila

terjadi percereian maka pengurusan dan kedudukan anak dibicarakan secara

musyawarah mufakat demi kesejahteraan anak.

Page 58: PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah ... Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Gambaran Umum Masyarakat Dompu kabupaten Dompu.

a. Letak Geografis dan Luas Wilayah.

Secara geografis Kabupaten Dompu terletak diantara 117º42’-118º 30’ Bujur

Timur dan 8º 06’-9º 05’ Lintang Selatan, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :35

- Sebelah Utara : Laut Flores dan Kabupaten Bima.

- Sebelah Selatan : Laut Indonesia.

- Sebelah Timur : Kabupaten Bima.

- Sebelah Barat : Kabupaten Sumbawa.

Luas wilayah Kabupaten Dompu 2.324,55 Km2 dengan ketinggian kota berkisar

antara 15-62 Meter di atas permukaan laut. Luas tersebut termasuk Pulau Satonda seluas

472 Ha sesuai dengan SK Gubernur KDH Nusa Tenggara Barat tanggal Desember 1995

Nomor 678 Tahun 1995 tentang penetapan kedudukan Pulau Satonda yang menyatakan

bahwa Pulau Patonda, termasuk dalam wilayah Kabupaten Dompu.

Sedangkan luas Kecamatan Dompu sebgai tempat penelitian 223,27 km² terletak

diantra Barat Timur 117º 30’ Bujur Timur, 118º 30’ Bujur Barat dan Utara Selatan 8º 04’

Lintang Selatan, 5º 54’ Lintang Utara. Dengan batas-batas wilayah adalah sebagai berikut

:

- Sebelah Utara : Laut Flores dan sebagian Kabupaten Bima.

- Sebelah Selatan : Desa Kareke Kecamatan Pajo.

- Sebelah Barat : Kelurahan Simpasai Kecamatan woja. 35 BPS Kabupaten Dompu, Dompu Dalam Angka, Tahun 2007/2008.

Page 59: PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah ... Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada

- Sebelah Timur : Kabupaten Bima.

Kecamatan Dompu terdiri dari enam kelurahan dan sembilan desa, yaitu :

1. Kelurahan Karijawa.

2. Kelurahan Bali I.

3. Kelurahan Bada.

4. Kelurahan Dorotangga.

5. Kelurahan Potu.

6. Kelurahan Kandai I.

7. Desa Dore Bara.

8. Desa Mbawi.

9. Desa O’O.

10. Desa Karamabura.

11. Desa Mangge Asi.

12. Desa Mangge Na’e.

13. Desa Kareke.

14. Desa Katua.

15. Desa Persiapan Sorisakolo.

Adapun lokasi sebagai tempat penelitian penulis adalah kelurahan Bada,

Kelurahan Dorotangga dan Kelurahan Bali I, yang letak wilayahnya termasuk dalam

wilayah ibu kota kabupaten.

b. Keadaan Topografi dan Iklim.

Daerah Kabupaten Dompu beriklim tropis, dipengaruhi oleh dua musim yaitu

musim hujan dan musim kemarau. Dari tahun ke tahun curah hujan selalu merata disetiap

Page 60: PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah ... Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada

Kecamatan dan Desa. Hanya di Kecamatan Pekat yang memiliki curah hujan tertinggi

dengan rata-rata 144 mm perbulan. Sedangkan topografi Kecamatan Dompu adalah datar

sampai berombak 60 %, sementara berombak samapi berbukit 40 %.

c. Mata Pencaharian.

Mata pencaharian penduduk Kabupaten Dompu dapat dilihat dalam tabel 1 di

bawah ini.

Tabel 1: Mata Pencaharian Penduduk Kabupaten Dompu Tahun 2007

No Mata Pencaharian Jumlah Penduduk % 1 Petani 51.310 orang 55,91 2 PNS 4.538 orang 4,94 3 Pedagang 10.367 orang 11,29 4 Pengusaha 1.748 orang 1,90 5 ABRI/POLRI 548 orang 0,59 6 Pengrajin 1.745 orang 1,90 7 Perbengkelan 446 orang 0,48 8 Buruh bangunan 5.080 orang 5,53 9 Buruh industri 1.745 orang 1,90 10 Pengangkutan 2.753 orang 3,00 11 Peternak 987 orang 1,07 12 Pertukangan 2.675 orang 2,91 13 Nelayan 7.326 orang 10,18 14 Lain-lain 494 orang 0,53 Jumlah 91.762 orang 100

Sumber data : Dompu Dalam Angka 2007/2008.

Dari tabel tersebut di atas, diketahui bahwa masyarakat kabupaten Dompu

sebagian besar adalah bermata pencaharian sebagai petani, termasuk di dalamnya buruh

tani, kemudian diikuti oleh pedagang yang berjumlah 11,29 %, nelayan, buruh bangunan

dan lain sebagainya.

d. Penduduk.

Page 61: PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah ... Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada

Jumlah penduduk Dompu sampai dengan tahun 2007 berjumlah 208.867 jiwa

dengan 48.508 KK. Sedangkan jumlah penduduk Kecamatan Dompu adalah 47.146 jiwa

dengan rincian 23.413 laki-laki dan 23.733 perempuan. Luas wilayahnya 223,27 km²

dengan kepadatan penduduk 211/km².

Tabel 2 : Jumlah penduduk Kecamatan Dompu menurut kelompok umur.

No Kelompok Umur (Tahun) Laki-laki Perempuan Jumlah

1 0 – 4 3054 2885 5929

2 5 – 9 3117 2890 6007

3 10-14 3124 3043 6167

4 15-19 2517 2441 4958

5 20-24 1833 2077 3910

6 25-29 1882 2083 3965

7 30-34 1596 1882 3478

8 35-39 1558 1566 3124

9 40-44 1326 1341 2667

10 45-49 998 918 1916

11 50-54 709 778 1487

12 55-59 534 554 1088

13 60-64 414 516 930

14 65-69 306 316 622

15 70-74 224 217 441

16 75 221 226 447

Jumlah 23.413 23.733 47.146

Sumber data : Kantor Kecamatan Dompu, Agustus 2007. Dari tabel tersebut di atas, kelompok umur terbanyak adalah usia 10-14 tahun

dengan jumlah 6167, kemudian kelompok umur 5-9 tahun dan diikuti oleh kelompok

umur lainnya.

e. Agama dan kepercayaan.

Page 62: PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah ... Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada

Agama dan kepercayaan yang ada di Kabupaten Dompu yaitu terdiri dari Agama

Islam, Katolik, Protestan, Hindu dan Budha. Sedangkan Agama Konghucu dan

Kepercaan tidak ada.

Berdasarkan data dari Departemen Agama yang telah tercatat dalam Dompu

Dalam Angka Tahun 2007 oleh BPS, bahwa pemeluk Agama Islam Sejumlah 201.368

jiwa dari 208.867 jiwa keseluruhan jumlah penduduk Dompu. Sehingga di Kabupaten

Dompu tercatat mayoritas sebagai pemeluk Agama Islam yaitu sejumlah ± 95 %.

g. Sistim Kekerabatan Masyarakat Dompu.

Dalam sistim kekerabatan di Indonesia dikenal adanya tiga sistim kekerabatan

yaitu sistim kekerabatan Patrilinial, Matrilinial dan Parental atau Bilateral.

Sistim kekerabatan patrilinial adalah sistim yang anggotanya menarik garis

keturunan melalui Bapak dan dari Bapak dan seterusnya ke atas sampai dijumpai seorang

laki-laki sebagai moyangnya. Sistim ini memperhitungkan hubungan kekerabatan melalui

laki-laki saja, yang mengakibatkan setiap laki-laki dalam kerabat ayah masuk di dalam

hubungan kekerabatan, sedangkan semua kaum kaum kerabat ibu jatuh di luar

kekerabatan.

Sistim kekerabatan Matrilinial adalah sistim yang anggotanya menarik garis

keturunan Ibu dan dari Ibu dan seterusnya ke atas sampai dijumpai seorang perempuan

sebagai moyangnya. Maksud sistim ini yaitu memperhitungkan kekerabatan melalui ibu

dan mengakibatkan bahwa setiap perempuan dalam kerabat ibu masuk dalam hubungan

di luar kerabat.

Sistim kekerabatan Parental atau Bilateral adalah sistim yang anggotanya menarik

garis keturunan Bapak atau ibu dan dari Bapak atau Ibu dan seterusnya ke atas samapai

Page 63: PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah ... Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada

dijumpai seorang laki-laki atau perempuan sebagai moyangnya. Maksud dari sistim ini

yaitu memperhitungkan hubungan kekerabatan melalui kaum laki-laki maupun kaum

perempuan, sehingga sistim ini tidak mempunyai suatu akibat yang selektif, karena bagi

tiap laki-laki maupun perempuan dalam kerabat ayah maupun ibu masuk dalam batas

hubungan kekerabatan, sehingga tidak ada batas sama sekali diantaranya.

Sistim kekerabatan yang ada pada masyarakat Dompu masih sangat kuat sekali

dan berlaku sistim kekerabatan patrilinial. Artinya sistim ini memperhitungkan

hubungan kekerabatan melalui garis keturunan pihak laki-laki saja, sehingga

mengakibatkan setiap laki-laki dalam kerabat Bapak masuk di dalam hubungan

kekerabatan, sedangkan semua kaum kerabat pihak Ibu jatuh di luar kekerabatan.

Sebegitu kuatnya sestim kekerabatan yang berlaku pada masyarakat Dompu

sehingga berpengaruh dalam pola kehidupannya sehari-hari, yang selalu mendahulukan

pihak laki-laki dalam segala hal. Seperti budaya menerima tamu harus dilakukan oleh

pihak laki-laki dan kalaupun tamunya berkepentinangan dengan istri maka disamping

istri juga harus didampingi suami atau saudara laki-lakinya, yang harus mendahului

makan makanan yang sudah dihidangkan pada meja makan harus didahuli oleh pihak

bapak. Termasuk ketika membicarakan soal perkawinan, hal ini tidak hanya cukup

berhadapan pihak orang tua laki-laki atau orang tua perempuan saja tetapi juga harus

berhadapan dengan saudara-saudara lelaki ayah dan seterusnya keatas (kalau seandainya

masih hidup) serta saudara laki-lakinya ibu.

Page 64: PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah ... Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada

2. Pelaksanaan Kawin Lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidak-setujuan

Orang Tua setelah berlakunya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang

Perkawinan di Kecamatan Dompu Kabupaten Dompu Nusa Tenggara Barat.

Dari hasil penelitian penulis, ada beberapa data yang sangat penting untuk

diungkapkan sebagai landasan pikir awal untuk mendapatkan jawaban atas permasalahan

terhadap pelaksanaan kawin lari sebagai alternatif untk menerobos ketidak setujuan orang

tua.

Ada dua jenis/cara perkawinan pada masyarakat Dompu yaitu :36

a. Nika Taho yakni perkawinan yang disepakati oleh seluruh keluarga dari kedua belah

pihak.

b. Nika Iha yakni perkawinan yang tidak direstui oleh orang tua atau keluarga kedua

belah pihak terutama dari pihak wanita.

Nika Taho yang artinya perkawinan yang dilaksanakan atas kesepakatan atau

persetujuan dari orang tua dan keluarganya, yang kemudian akan dilaksanakannya secara

adat. Prosesi pelaksanaan perkawinan adat, dalam setiap tahap maupun syarat-syaratnya

tidak boleh dilanggar, artinya harus dilakukan secara utuh dan sempurna. Dan karena

masyarakat Dompu mayoritas menganut agama Islam maka akan mengikuti tata cara

perkawinan menurut agama Islam dengan didasarkan atas ketentuan pasal 10 dan 11

Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor

1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.

36 Kantor Informasi & Komunikasi Kabupaten Dompu, Nika Ra Nako Dou Dompu. Kantor Informasi & Komunikasi Kabupaten Dompu. Dompu. 1997, hlm. 4.

Page 65: PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah ... Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada

Perkawinan adat yang dilakukan dengan syari’at Islam pada masyarakat Dompu,

dilaksanakan melalui tahapan-tahapan yang harus dilalui. Tahapan-tahapan pelaksanaan

perkawinan Adat Bima/Dompu, adalah sebagai berikut :37

a. Tahap Perkenalan (Pata Angi).

Sebelum sampai pada diselenggarakannya acara perkawinan, maka terdapat

beberapa tahap yang harus dilalui baik oleh calon pengantin maupun keluarganya.

Diawali dengan perkenalan antara seorang pemuda dengan seorang pemudi, dalam hal ini

dapat dipahami sebagai hal yang mempunyai pengertian yang sangat luas yaitu mencakup

semua persiapan yang harus dipenuhi oleh kedua belah pihak untuk membina sebuah

rumah tangga yang baik dan termasuk di dalamnya upaya untuk memperkenalkan

keluarga kedua belah pihak.

Dalam memenuhi semua itu , maka kegiatan perkenalan tersebut dilakaukan melalui

proses adalah sebagai berikut :

a.1. Menyatakan Maksud (Katanda Nggahi).

Untuk mengetahui seorang gadis sudah dipinang oleh pemuda lain atau belum, maka

orang tua si pemuda secara diam-diam akan datang kerumah gadis untuk menanyakan

apakah anak gadisnya sudah dipinang oleh pemuda lain atau belum. Seandainya

belum, maka ada peluang bagi orang tua si pemuda untuk meminang gadis idaman

puteranya. Setelah itu orang tua si pemuda akan mengirim utusan yang disebut “

Ompu Panati “ untuk mengutarakan maksud atau keinginan untuk meminang gadis 37 Pemerintah Prop. NTB, Dinas Pendidikan dan Kebuadayaan Bagian Proyek Pengembangan Masyarakat Bidang Pendidikan Nusa Tenggara Barat, Bunga Rampai Upacara Adat Daerah Nusa Tenggara Barat, Tahun 2001. Dan hasil wawancara dengan Jahja ong, Sa’id Har, Budi AR, Tokoh Adat Dompu, pada tanggal 22-23 September 2008.

Page 66: PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah ... Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada

untuk dijadikan tunangan bagi puteranya. Apabila pinangan diterima, maka akan

diumumkan pada seluruh keluarga dan aparat Desa bahwa kedua anak mereka telah

resmi bertunangan atau “ Sodi Angi “. Selepas itu maka orang tua kedua belah pihak

akan saling berkunjung untuk meningkatkan hubungan kekeluargaan serta menjaga

setiap kemungkinan yang akan mengganggu jalinan yang telah disepakati.

a.2. Mempererat Kesepakatan atau Pita Nggahi.

Hubungan pertunangan akan terus ditingkatkan melalui utusan yang dikirim oleh

orang tua si pemuda dalam acara mempererat ikatan pertunangan atau Pita Nggahi.

Kegiatan ini juga dimaksudkan sebagai tanda bahwa apa yang disepakati dahulu tetap

menjadi kesepakatan yang harus diwujudkan menjadi sebuah ikatan perkawinan.

Untuk itu kewaspadaan terhadap hal-hal yang bisa merenggangkan hubungan kedua

belah pihak harus tetap sama-sama dijaga.

Pada saat pertunangan atau Sodi Angi, pihak keluarga si pemuda harus melakukan

berbagai kegiatan adat sebagai tanda setia pada pihak orang tua si gadis . Kegiatan

adat yang dimaksud adalah sebagai berikut :

a. Mengantar Sirih Pinang (Wa’a Mama).

Kegiatan ini dilaksanakan masih dalam kaitannya dengan mempererat ikatan

kekeluargaan serta sebagai pemberitahuan kepada masyarakat tentang

pertunangan antara si pemuda dengan si gadis, sehingga si gadis itu tidak lagi

dipinang oleh pemuda lain. Disebut Mengantar Sirih Pinang (Wa’a Mama)

karena bahan utama yang menandai adanya ikatan kekeluargaan ini adalah

ramuan sirih pinang berupa daun sirih, pinang, kapur sirih, gambir, dan

tembakau. Disamping itu pengantaran ini disertakan pula bermacam-macam

Page 67: PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah ... Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada

jajan tradisional khas, seperti jajan kembang (pangaha bunga), dodol (kadodo),

ringginang (aru nggina), oha mina, Jajan cincin (pangaha sinci), ketupat

(kahuntu), dan lain-lain.

Rombongan pengantar sirih pinang inti terdiri dari tokoh adat dan keluarga yang

dipimpin oleh ompu panati.

b. Berbakti (Ngge’e Nuru).

Menurut pengertiannya berbakti (ngge’e nuru) adalah masa pengabdian si pemuda

kepada orang tua si gadis atau calon mertua. Tujuan dari pada berbakti (ngge’e

nuru) ini adalah :

b.1. Untuk melatih kesabaran dan keuletan sang pemuda yang akan menjadi calon

suami dan kepala rumah tangga.

b.2. Merupakan masa perkenalan antara si pumuda sebagai calon menantu

dengan calon mertua, calon istri beserta seluruh keluarga. Selama masa

mengabdi tersebut sang pemuda akan bekerja sesuai dengan aktivitas yang

dilakukan oleh pihak keluarga wanita.

Apabila selama waktu tersebut terdapat kecocokan, maka si pemuda

melaporkan kepada keluarganya akan diadakan kesepakatan untuk

berhenti dari ngge’e nuru tersebut, dan kemudian dilanjutkan dengan

proses berikutnya.

b. Upacara Inti (Made Rawi).

Pada acara ini ada beberapa tahap atau proses perkawinan yang harus dilalui

adalah sebagai berikut :

b.1. Meminang (Panati).

Page 68: PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah ... Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada

Meminang (panati) merupakan kegiatan yang dilaksanakan untuk mendapatkan

persetujuan dari pihak keluarga wanita apakah si pemuda yang telah melakukan

bakti “ngge’e nuru’ di rumah wanita itu dapat diterima oleh keluarga pihak

perempuan dan bagaimana apakah disepakati pula mengenai waktu pelaksanaan

acara perkawinan. Apabila diterima akan dilanjutkan dengan kesepakatan mengenai

besarnya mahar yang akan diminta oleh keluarga wanita. Orang yang mewakili

keluarga pihak laki-laki untuk melamar ini disebut “Ompu Panati”. Seandainya

telah dicapai kesepakatan (diterima lamarannya) utusan akan kembali untuk

memberitakan hasilnya kepada keluarga pihak laki-laki, yang dilanjutkan dengan

musyawarah keluarga untuk mempersiapkan segala sesuatu yang harus disiapkan

menyambut acara perkawinan.

Setelah adanya tanda putus dan disepakati tentang segala sesuatu mengenai

perkawinan, maka kedua belah pihak akan menurunkan padi dari lumbung untuk

ditumbuk dan dalam menumbuk padi ini ada bentuk kebersamaan dalam bentuk

gotong royong yang diawali dari tempat atau alat penumbuk padi yang disebut

“kandei” (lesung). Wujud dari rasa kebersamaan ini berawal dari bunyi antan yang

dibunyikan dalam irama yang indah (kareku kandei). Siapapun yang mendengar

bunyi itu akan maklum bahwa di tempat tersebut ada keluarga yang akan

melaksanakan acara perkawinan. Untuk itu masyarakat akan berbondong-bondong

mendatangi tempat tersebut dengan membawa serta satu, dua bahkan beberapa ikat

padi untuk disumbangkan dalam acara tersebut. Jumlah ikatan padi yang dibawa

tergantung pada siapa yang berhajat dan bagaimana hubungannya dengan yang

punya hajat. Untuk itu pada masa lalu terdapat kecendrungan semakin tingginya

Page 69: PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah ... Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada

status sosial seseorang dalam masyarakat maka akan menentukan besarnya

sumbangan yang diterima. Apalagi kalau yang melaksanakan hajatan tersebut

adalah keluarga kesultanan/raja.

Hal ini menandakan bahwa betapapun mampunya seseorang yang akan

melaksanakan hajat, maka tidak akan mengurangi niat mereka untuk ikut bergotong

royong membantu dalam hal finansial (materi), tenaga, maupun secara moril. Dan

dengan adanya suara kandei dan antan, itu merupakan pertanda bahwa hajatan

dirumah tersebut akan dimulai.

b.2. Musyawarah Keluarga (Mbolo ro Dampa).

Acara ini dimaksudkan untuk membahas segala sesuatu yang akan dilaksanakan

dalam menyambut perkawinan yang telah disepakati oleh kedua belah pihak. Hal-

hal yang perlu dibahas dalam musywarah ini antara lain mengenai hari dan tanggal

pelaksanaan nikah serta memilih petugas (parenta) yang akan bertanggung jawab

atas terlaksananya seluruh rangkaian acara perkawinan. Dan petugas inilah yang

akan menunjuk orang yang akan membantunya dalam melaksanakan tugas dalam

pelaksanaan perkawinan.

b.3. Mengantar Mas Kawin (Wa’a Co’i).

Setelah disepakati besarnya mas kawin, maka keluarga pihak laki-laki akan

melaksanakan kegiatan pengantaran mas kawin (Wa’a Co’i).

Acara ini biasanya dimeriahkan dengan arak-arakan yang diiringi dengan

kesenian tradisional yang disebut “Jiki Hadra” (Jikir Hadrah) berupa alunan suara

rebana yang mengiringi jikir yang dikutip dari syair yang ada dalam kitab Berjanji.

Page 70: PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah ... Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada

Rombongan yang terdiri dari ompu panati, pemuka adat dan pemuka agama serta

anggota keluarga lainnya berangkat dari rumah pihak laki-laki menuju ke rumah

pihak perempuan dengan membawa berbagai wadah yang berisi bahan-bahan yang

terhitung dalam mas kawin maupun beberapa tambahan sebagai variasi untuk

menyempurnakan kegiatan pengantaran mas kawin tersebut.

b.4. Menuntunkan calon pengantin puteri (Kalondo Dou di Wei) dan Penempelan inai

(Kapanca).

a. Menuntunkan calon pengantin puteri (Kalondo Dou di Wei).

Kegiatan kalondo dou di wei ini dimaksudkan sebagai upacara menurunkan

calon pengantin puteri dari rumah orang tuanya, untuk selanjutnya diusung

menuju “uma ruka”.

Rombongan pengantar pengantin puteri ini diiringi dengan atraksi “jiki hadra”

khusus diperuntukkan pada acara “ kalondo Dou di Wei “. Kegiatan ini semakin

meriah karena disepanjang jalan yang dilalui rombongan dipenuhi oleh

masyarakat yang sengaja menonton acara ini.

b. Penempelan inai (Kapanca).

Sesampainya rombongan kalondo dou di wei di rumah pelaminan disambut

dengan gembira oleh para undangan yang sedang menunggu kehadiran calon

pengantin puteri. Suasana semakin meriah karena di halaman uma ruka tengah

berlangsung penyambutan dengan atraksi bermacam-macam keseniaan rakyat.

Sementara di atas uma ruka telah hadir para pemuka adat beserta hadirin lainnya

yang akan melaksanakan upacara “Kapanca” (penempelan inai).

Page 71: PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah ... Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada

Upacara kapanca untuk pengantin puteri ini dimaksudkan sebagai peringatan

kepada pengantin puteri bahwa dalam mengarungi kehidupan berumah tangga

kelak harus tetap tabah dan sabar walau godaan apapun yang akan menimpa

yang dilambangkan dengan merahnya warna tempelan daun inai sebagai darah

yang berceceran dari tangan yang halus dan bersih. Penempelan kapanca pada

tangan kanan calon pengantin puteri ini dilakukan secara bergilir oleh lima

orang wanita yang terdiri dari Isteri Kepala Desa, Isteri Lebe, dan tiga orang

pemuka adat wanita.

Dalam pelaksanaan acara kapanca ini diiringi dengan lantunan suara “jiki

kapanca” (jikir kapanca).

c. Aqad Nikah (Lafa).

Keesokan harinya akan dilaksanakan acara “lava” (akad nikah) yang merupakan

puncak dari seluruh rangkaian upacara perkawinan itu sendiri. Pada acara

kesultanan/raja pada masa lalu terdapat beberapa acara adat yang dilaksanakan

berkaitan dengan aqad nikah ini, yaitu :

c.1. Mengiring calon pengantin pria (Dende Bunti Mone).

Acara dende ini dimaksudkan sebagai kegiatan mengiring calon pengantin

pria dari rumah orang tuanya menuju “uma ruka” (rumah pelaminan).

Sementara rombongan pengiring ini terdiri dari ompu penati, pemuka adat,

pemuka agama serta remaja putera dan puteri. Sementara pada perkawinan

adat yang dilakukan dilingkungan kesultanan, peristiwa dende bunti mone

ini masih diramaikan oleh para sesepuh dan pengawal istana. Peristiwa ini

semakin ramai karena diiringi pula oleh atraksi jiki hadra (jikir hadrah) yang

Page 72: PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah ... Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada

melantunkan syair-syair jikir yang diiringi dengan musik “ arubana”

(rebana) hingga sampai di uma ruka.

c.2. Sesampainya rombongan pengantin pria di uma ruka yang disambut oleh

para hadirin yang terdiri dari aparat desa beserta tokoh adat dan tokoh

agama serta para undangan lainnya, maka acara selanjutnya adalah “lafa”

(aqad nikah). Sementara inti dari pada pelaksanaan acara aqad nikah ini

adalah penyerahan tanggung jawab atas diri seseorang anak gadis yang

semula berada ditangan orang tua untuk selanjutnya beralih kepada seorang

pemuda.

Makna dari penyerahan ini amatlah luas hingga mencakup tatanan

kehidupan yang akan dilalui oleh keduanya dalam membina sebuah rumah

tangga baru.

Dalam memahami hal inilah maka sebuah penyerahan itu baru dilakukan

setelah melalui proses yang amat panjang yang maksudnya antara lain untuk

mengetahui kemampuan dan kecocokan dari keduanya untuk hidup

bersama. Disamping itu untuk membekali pengantin baru, maka acra ini

akan dihadiri untuk memberikan wejangan yang tersusun dalam acara

Khotbah Nikah yang biasanya akan disampaikan oleh lebe atau seorang

ulama yang terkemuka.

Dengan berakhirnya acara aqad nikah ini, maka sejak itu kedua calon

pengantin telah resmi menjadi suami istri yang masih berstatus “bunti bou”

(pengantin baru).

Page 73: PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah ... Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada

c.3. Hengga Dindi (membuka tabir) .

Selepas acara lafa, selanjutnya dilaksanakan upacara adat “hengga dindi”

(membuka tabir) atau kadang-kadang disebut “Hengga Kelambu” (buka

kelambu).

Upacara ini dimaksudkan sebagai pengantar pengantin pria untuk menemui

pengantin wanita yang sejak di uma ruka ini berada dalam kamar khusus

bersama “Ina Bunti” (pengasuh pengantin wanita).

Sebelum masuk ke kamar tersebut, pengantin laki-laki tidak diperkenankan

untuk masuk begitu saja dalam kamar, akan tetapi harus melalui proses yang

telah dikemas dalam upacara hengga dindi. Upacara ini dimulai oleh

pengantin pria yang didampingi galarang, lebe dan beberapa orang tokoh adat

menuju kamar pengantin putri dan berdiri di luar “dindi satampa” (tabir

pemisah).

Acara diawali oleh ompu panati sebagai juru bicara pengantin pria dengan

membaca salawat sebanyak tiga kali, yang dilanjutkan dengan memberi salam

kepada ina bunti sebagai juru bicara pihak pengantin wanita. Dengan bahasa

daerah yang indah memohon kepada ina bunti agar sudi kiranya menerima

kehadiran pengantin pria. Selanjutnya terjadi dialog yang indah antara kedua

juru bicara ini, hingga sampai pada saat pembuktian apa yang dibawa oleh

pengantin pria yang diperagakan melalui pelemparan beberapa keping uang

logam yang dilakukan hingga tiga kali. Setelah itu tabir pembatas dibuka dan

pengantin pria diijinkan memasuki kamar pengantin wanita.

Page 74: PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah ... Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada

c.4. Nenggu atau Cepe Jungge (menukar kembang).

Setelah berada dalam kamar pengantin wanita, pengantin pria tidak boleh

dengan begitu saja menemui pengantin wanita, akan tetapi harus melalui

proses yang dikenal dengan istilah “Nenggu” yakni upacara adat memasang

tiga tangkai jungge (kembang) ke sanggul pengantin puteri.

Upacara ini juga bisa disebut “Cepe Jungge” (mengganti kembang), karena

terdapat tiga tangkai bunga yang terbuat dari kertas yang memiliki warna yang

berbeda, yaitu terdiri dari jungge kala (kembang warna merah), jungge monca

(kembang warna kuning), dan jungge bura (kembang warna putih).

Disebut pengganti kembang karena proses pemasangannya secara bergantian

sesuai dengan keinginan pengantin puteri.

Pengantin laki-laki bersama ompu panati mendekati pengantin puteri yang

sedang duduk di atas pelaminan. Pengantin pria menyerahkan jungge kala

(kembang warna merah) kepada pengantin puteri sebagai pernyataan bahwa

pengantin pria adalah seorang yang berani dan perkasa yang akan sanggup

melindungi pengantin puteri dan sanggup menafkahi baik nafkah lahir

maupun nafkah bathin dengan sehidup dan semati. Pemberian kembang ini

ditampik untuk selanjutnya disusulkan pula dengan jungge monca (kembang

warna kuning) sebagai pemberitahuan bahwa pengantin laki-laki adalah

seorang yang tersohor dan jaya maksudnya si pengantin laki-laki dalam

kehudupan keseharian bersama orang tuanya suka berjiwa sosial suka

membantu arang lain dan aktif dalam kehidupan kemasyarakatan, ternyata

ditampik pula oleh pengantin puteri karena kesemuanya itu tidak akan ada

Page 75: PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah ... Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada

artinya tanpa keikhlasan dan kesucian hati. Untuk menyempurnakan maka

diusulkan pula dengan memberi jungge bura (kembang warna putih) sebagai

lambang kesucian hati dan keikhlasan pengantin pria menerima pengantin

wanita sebagai pendamping hidupnya. Dan kembang warna putih itupun

diterima oleh pengantin wanita dengan perasaan riang karena kejayaan dan

keberanian baru berarti apabila disertai dengan kesucian dan keikhlasan hati.

Itulah alasanya sehingga acara nenggu atau cepe jungge ini dilaksanakan

dalam rangkaian upacara perkawinan adat.

Disamping pelaksanaan perkawinan yang dilakukan secara adat atau perkawinan

yang direstui oleh orang tua dan keluarganya yaitu yang diawali dengan peminangan atau

melamar, juga ada kebiasaan perkawinan dengan diawali dengan cara selarian atau lari

bersama yang istilah dalam bahasa daerah Dompu-Bimanya adalah Londo Iha, yaitu

membawa lari si gadis oleh si pria sebagai pasangan kekasih dengan cara diam-diam

tanpa sepengetahuan siapapun juga. Yang menurut kebiasaannya dilakukan pada malam

hari, karena pada malam hari dianggap tidak dapat dilihat oleh orang lain, dan oleh orang

atau tokoh yang akan menjadi tempat selarian langsung menganggap bahwa mereka pasti

melakukan selarian atau londo iha.

Ada beberapa istilah dalam selarian atau Londo Iha, yaitu :38

a. Campo Ca’u Sabua Eli Ade atau lari bersama.

Maksudnya dimana kedua pasangan pria dan wanita tadi telah sepakat, seia sekata

untuk bersuami istri, maka keduanya melarikan diri kerumah penghulu, Imam, Lebe Na’e

(penghulu adat/pejabat hukum), lebe atau cepe lepe (penghulu pengganti) serta ke rumah

38 Ibid, hlm, 4.

Page 76: PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah ... Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada

orang tua-tua (tokoh masyarakat atau guru-guru ngaji) untuk menyatakan kehendak

hatinya untuk bersuami istri, Campo ca’u sabua eli ade (menyatakan kata sepakat seia

sekata untuk bersuami istri).

b. Karenda Ne’e atau menyatakan kehendaknya.

Maksudnya adalah seorang datang ke rumah orang tua-tua atau rumah pejabat

hukum seperti disebutkan diatas untuk menyatakan kehendak hatinya bahwa ia telah

jatuh cinta dengan seorang pria pilihannya, sedangkan dari pihak orang tuanya tidak

menghiraukan karena merasa khawatir kalau nantinya akan dikawinkan secara paksa.

Dalam hal demikian si gadis tidak berangkat pergi bersama pria pilihannya kerumah

orang tua-tua atau pejabat hokum, tetapi pergi sendiri atau diantar oleh orang lain dan

biasanya hanya membawa bukti pengganti diri si pria seperti sebentuk cincin, selembar

sapu tangan atau selembar daster dan lain sebagainya, yang telah dipertukarkan selama

masa pacaran dan tidak diketahui oleh orang tuanya. Biasanya hal demikian sudah

disepakati juga dengan pacarnya. Dari pihak orang tua-tua atau pejabat hukum tempat si

gadis tadi dating karena ne’e (mau), lalu memanggil si prianya dengan diam-diam untuk

diberi tahu dan ditanyakan pengakuannya, setelah itu barulah diberitahukan kepada orang

tua kedua belah pihak.

c. Wa’a Pili atau menyampaikan isi hati kepada si gadis yang tidak mencintainya.

Maksudnya Seorang gadis datang kerumah orang tua-tua atau pejabat hukum

untuk menyatakan isi hatinya, artinya apabila telah terjadi sesuatu yang dilakukan

seorang pria terhadap dirinya (si gadis). Hal ini boleh terjadi karena disebabkan seorang

pria sangat cinta pada si gadis tersebut, tetapi si gadis tidak cinta kepadanya, sehingga si

pria mencari jalan agar hatinya tersentuh dengan rasa malu yang teramat dalam seperti

Page 77: PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah ... Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada

memegang sarung atau kerudungnya, apalagi memegang anggota badannya di muka

umum dan kalau tidak maka akan ditutup dengan jalan selarian bersama si pria tadi,

sehingga si pria akan menanggung rasa malu.

Atau seorang gadis merasa cinta yang sangat dalam pada seorang pria sedangkan

dari pihak pria kurang meladeninya, maka apabila pada suatu kesempatan terjadi hal

seperti tersebut di atas, maka hal tersebut dapatlah dijadikan alas an oleh si gadis untuk

dating kerumah orang tua-tua atau pejabat hukum uantu menyatakan rasa malu.

Kebiasaan bertemu seorang gadis dan seorang pria semacam ini ialah pada saat-

saat mereka lagi bekerja di persawahan atau lading ketika musim menanam padi atau

panen padi telah tiba.

d. Wa’a Rai Siwe (Bawa lari anak gadis).

Maksudnya seorang pria membawa lari seorang gadis pilihannya ini biasa terjadi

dalam keadaan seorang gadis tiada sadarkan dirinya karena kena mantera atau guna-guna

dari si pria. Peristiwa ini apabila pihak orang tua si gadis merasa keberatan maka akan

bisa jadi dituntut melanggar hokum, akan tetapi biasanya seorang gadis akan merasa

malu untuk kembali lagi kerumah orang tuanya karena sudah mendapat sentuhan-

sentuhan dari si pria yang melakukan mantera tadi yang menyebabkan si gadis

menanggung rasa malu.

Londo iha (selarian) biasanya juga dapat diselesaikan dengan nika taho

(pernikahan yang telah mendapat persetujuan dari orang tua dan keluarganya) apabila

telah dirintis musyawarah menuju jalan kebaikan oleh orang tua-tua adat yang kemudian

Page 78: PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah ... Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada

mendapat persetujuan dari kedua orang tua masing-masing dan keluarganya. Tetapi

apabila pihak orang tua si gadis sudah mempunyai pilihan maka jalan untuk nika taho

(perkawinan yang disetujui) kembali sukar untuk ditempuh karena rasa malunya pada

orang tua si pria yang akan dipilihnya jadi menantu. Bila hal ini terjadi maka perkawinan

akan dilangsungkan dengan wali hakim.

Dari beberapa istilah londo iha tersebut diatas, menggambarkan model atau cara

pelaksanaan londo iha yang dilakukan oleh masyarakat Dompu sebelum tahun 1970.

Seiring dengan kemajuan dari masa ke masa dan dari hari kehari, juga berpengaruh

terhadap perubahan tata cara pelaksanaan londo iha yang semakin terbuka dan berani,

seolah-olah mengarahkan pikiran dan atau menghalalkan cara perkawinan dengan diawali

oleh londo iha (selarian) ini dengan cara sesuka hatinya yang penting berlarian bersama

tanpa sepengetahuan orang lain, dengan tanpa memikirkan tata kerama atau nilai

kebiasaan yang santun dalam masyarakat yang menjujung tinggi adat dan budaya.

Padahal tata cara londo iha (selarian) dengan apapun jenis dan bentuknya, sebenarnya

tidak dibenarkan. Karena dengan cara ini berdampak kepada terputusnya komunikasi

antara anak dengan orang tua, antara keluarga wanita dengan keluarga laki-laki dan

termasuk adanya celaan dari masyarakat.39

Seiring dengan perjalanan waktu dan perkembangan zaman, maka telah terjadi

pergeseran tata cara perkawinan yang diawali dengan jalan londo iha (selarian) ini. Atas

dasar rasa cinta yang sangat mendalam dan kesepakatan bersama antara si gadis dan si

pria dengan berbagai macam latar belakangnya keduanya beralasan/berdalih, sehingga

memutuskan untuk melakukan londo iha (selarian). Pada hal cara perkawinan ini sangat

39 Wawancara dengan Abidin A. Wahab, Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan Dompu, 25 September 2008.

Page 79: PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah ... Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada

bertentangan dengan ketentuan agama, adat maupun peraturan perundangan-undangan

yang berlaku. Kendati cara perkawinan yang diawali dengan selarian (londo iha) ini

bertentangan dengan seperti yang disebutkan di atas, oleh sebagian masyarakat Dompu

masih saja ada yang melakukannya dan bahkan dari tahun ketahun selalu terjadi,

termasuk diantaranya di Kecamatan Dompu.

Adapun proses pelaksanaan Londo iha (selarian) yang sering terjadi pada

masyarakat Dompu termasuk di Kecamatan Dompu pada akhir-akhir ini, adalah sebagai

berkut :40

1. Mendatangi orang tua-tua adat, tokoh agama atau tokoh masyarakat lainnya.

Si perempuan dan si pria secara bersama-sama atau berduaan tanpa

sepengetahuan siapapun, menuju ke rumah orang tua-tua adat atau tokoh agama atau

tokoh-tokoh masyarakat lainnya yang sekirannya mampu melindungi dan mengamankan

mereka sehingga niatnya untuk melaksanakan perkawinan dapat terlaksana.

Tokoh yang didatangi tersebut seolah-olah menganggap bahwa kedua tamu yang

datang ke rumahnya merupakan bagian dari keluarganya, sehingga akan diperlakukan

sebagaimana layaknya anak kandungnya sendiri. Dengan demikian peralihan tanggung

jawab orang tua beralih kepada tokoh yang didatanginya (selama proses selarian

berlangsung). Artinya kepada siapapun yang berniat menjemput atau menarik kembali

selarian tersebut, harus melalui persetujuan tokoh yang dimaksud.

2. Tuan rumah melapor ke ketua RT/RW.

Keesokan harinya oleh tokoh tersebut atau orang suruhannya, melaporkan

kejadian yang terjadi di rumahnya ke Ketua RT/RW dan diteruskan ke Kepala 40 Wawancara dengan H. Husen Nur, H. Muhtar Yusuf dan Abidin Ismail, Pembantu Pegawai Pencatat Nikah Kelurahan Bada, Kelurahan Dorotangga dan Kelurahan Bali I, 26 September 2008.

Page 80: PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah ... Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada

Kelurahan/desa serta menginformasikan kepada jiran dan tetangga. Hal ini dimaksudkan

agar si perempuan dan si pria tersebut dapat dicarikan jalan keluarnya dalam waktu yang

tidak boleh lebih dari 1 x 24 jam dan jalan keluar yang dimaksud dimohon kepada para

tokoh dan jiran tetangga untuk bersama-sama memikirkan dan membantu mereka sampai

dengan paling tidak telah melaporkan ke kedua orang tuanya terutama orang tua si

perempuan.

3. Tokoh tersebut mengadakan musyawarah.

Setelah melaporkan sebagai mana tersebut di atas, tokoh/tuan rumah mengundang

beberapa orang yang berkompeten untuk membicarakan langkah selanjutnya yaitu untuk

mengkhabarkan kepihak orang tuanya masing-masing, termasuk melapor ke Kepala

Kelurahan/Desa dimana keduanya berdomisisli. Biasanya orang yang diutus untuk

melaporkan kejadian tersebut, dipilih para tokoh yang sekiranya disegani oleh kedua

orang tua si perempuan dan si pria. Sehingga diharapkan proses negosiasi untuk

mengatasi persoalan tersebut segera ditempuh jalan musyawarah yang baik atau diterima.

4. Melaporkan kepada orang tua.

Pada tahap ini, pelaporannya dilakukan secara dua tahap yaitu yang pertama

melaporkan kepada orang tua si perempuan dan yang kedua kepada orang tua si pria.

Biasanya laporan yang lebih penting dan perlu kehati-hatian adalah kepada orang tua si

perempuan, karena orang tua si perempuan merasa tersinggung dengan telah

dipermalukan oleh si pria dengan jalan selarian yang dimaksud.

Proses musyawarah yang dilakukan pada tahap ini, berlangsung dengan sangat

menegangkan, biasanya sering terdengar kata-kata kasar yang bernuasa emosional yang

Page 81: PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah ... Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada

dikeluarkan oleh orang tua si perempuan dan keluarganya, dan bahkan saking tidak

sukanya kedang-kadang orang-orang yang datang, tidak akan mau ditemuinnya. Namun

karena orang-orang yang diutus merupakan tokoh-tokoh yang disegani, terhormat maka

suasana seperti itu akan segera cair dan kadang penuh dengan rasa haru serta rasa

instropeksi diri. Akhir musyawarah ini biasanya menghasilkan dua jawaban yaitu

menerima dan menolak, dengan uraian sebagai berikut :

4.1. Menerima.

Pada jawaban ini ada beberapa kemungkinan yang dilakukan, yakni :

a. Anaknya (si gadis) diambilnya kembali dengan telah dilakukan suatu

kesepakatan (perjanjian), bahwa anaknya akan dilaksanakan pernikahan dengan

baik-baik (dilakukan secara adat yaitu melalui proses adat atau dilakukan secara

sederhana yang penting sah pernikahannya).

b. Disetujuinya tapi wali nikahnya diserahkan kepada ahli walinya yang lain.

Tempat pelaksanaan pernikahannya dilaksanakan di kediaman saudaranya atau

keluarganya yang lain dan bahkan ada juga dilaksanakan di kediaman teman-

teman atau kerabat-kerabatnya.

Kedua cara tersebut di atas akan diproses mengikuti petunjuk yang tertuang dalam

Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.

4.2. Menolak.

Jawaban ini diperoleh, setelah dilakukan beberapa kali pendekatan dan dilakukan

dengan berbagai macam cara, namun tidak mampu meluluhkan hati orang tua si

perempuan.

Page 82: PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah ... Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada

Kalau sudah demikian halnya, cara yang ditempuh selanjutnya dikembalikan

kepada si perempuandan si pria. Apabila cinta si perempuan dan si pria susah dipisahkan

atau telah terjalin cinta sehidup semati, maka mereka akan mengambil tindakan sendiri

yaitu mendatangi petugas PPPN (pembantu pegawai pencatat nikah) untuk melaksanakan

pernikahan dengan wali hakim.

Di setiap anggota masyarakat yang akan melaksanakan perkawinan, khususnya

masyarakat Kecamatan Dompu, oleh Bapak Abidin A. Wahab selaku Kepala Kantor

Urusan Agama Kecamatan Dompu selalu menghimbau agar jangan melakukan

perkawinan dengan cara selarian atau londo iha dan lebih terhormat melakukan

perkawinan dengan cara baik-baik artinya diawali dengan melamar atau meminang

melalui musyawarah keluarga, sehingga orang tua dan keluarga merasa bangga dan

terhormat dimata masayarakat. Karena cara perkawinan yang diawali dengan selarian,

bertentangan dengan norma agama, adat dan bertentangan dengan nilai yang tertuang

dalam perundang-undangan.

Berdasarkan data dari Kantor Urusan Agama Kecamatan Dompu bahwa yang

melaksanakan perkawinan periode tahun 2007 sampai dengan Agustus 2008 untuk

wilayah Kecamatan Dompu, adalah sejumlah 740 pasangan pengantin. Jumlah ini

diklasifikasikan menurut alamat asal Kelurahan/Desa dan dapat dilihat pada tabel tersebut

di bawah ini :

Page 83: PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah ... Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada

Tabel 3 : Jumlah yang melaksanakan perkawinan periode tahun 2007 sampai dengan Agustus 2008 menurut klasifikasi asal Kelurahan/Desa di Kecamatan Dompu.

No.

Nama Kelurahan

Jumlah yang kawin Th 2007 s/d Agustus

2008

%

1 Kelurahan Karijawa 45 6,08 2 Kelurahan Bali I 123 13,08 3 Kelurahan Bada 47 6,35 4 Kelurahan Dorotangga 62 8,37 5 Kelurahan Potu 72 9,72 6 Kelurahan Kandai I 60 8,10 7 Desa Dorebara 39 5,27 8 Desa Mbawi 37 5 9 Desa O’O 61 8,24 10 Desa Karamabura 34 4,49 11 Desa Mangge Asi 31 4,18 12 Desa Mangge Na’e 17 2,29 13 Desa Kareke 15 6,89 14 Desa Katua 8 1,08 15 Desa Persiapan

Sorisakolo 3 0,40

Jumlah 740 100 Sumber Data : Kantor Urusan Agama Kecamatan Dompu Tahun 2007/2008.

Dari tabel tersebut di atas menunjukan bahwa angka terbesar yang melaksanakan

perkawinan pada periode tahun 2007 sampai dengan bulan Agustus 2008, sebanyak 123

(13,08 %) pasang pengantin terdapat pada Kelurahan Bali I yang mana Kelurahan Bali I

ini termasuk salah satu kelurahan tempat dilaksanakannya penelitian dalam penulisan

tesis ini. Sedangkan kedua kelurahan lainnya yang juga termasuk tempat pelaksanaan

penelitian, yaitu Kelurahan Bada sejumlah 47 (6,35 %) pasang pengantin dan Kelurahan

Dorotangga sejumlah 62 (8,37 %) pasang pengantin. Sedangkan angka pelaksanaan

perkawinan yang paling sedikit di tahun 2007 sampai dengan Agustus 2008 adalah Desa

Persiapan Sorisakolo yaitu 3 (0,40 %) pasang pengantin, hal ini wajar karna Desa

Page 84: PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah ... Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada

Persiapan Sorisakolo yang dimaksud baru dikukuhkan sebagai Desa persiapan dan masuk

wilayah kecamatan Dompu pada bulan Februari 2008.

Dari jumlah 740 pasang pengantin yang melaksanakan pernikahannya dari tahun

2007 sampai dengan Agustus 2008 dan tercatat pada Kantor Urusan Agama Kecamatan

Dompu, artinya perkawinan yang dilangsungkan dengan mengikuti aturan-aturan yang

tertuang dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, tercatat

sebanyak 17 orang atau 2,29 porsen yang mengawali perkawinannya dengan cara selarian

(londo iha). Dari jumlah tersebut dapat dirincikan berdasarkan asal Kelurahan/Desa

dalam tabel tersebut di bawah ini.

Tabel 4 : Jumlah kasus kawin lari periode tahun 2007 sampai dengan Agustus 2008 menurut klasifikasi asal Kelurahan/Desa Di Kecamatan Dompu.

No.

Nama Kelurahan Jumlah pasangan selarian Th 2007 s/d Agustus 2008

1 Kelurahan Karijawa 1 2 Kelurahan Bali I 4 3 Kelurahan Bada 2 4 Kelurahan Dorotangga 4 5 Kelurahan Potu 2 6 Kelurahan Kandai I 1 7 Desa Dorebara - 8 Desa Mbawi - 9 Desa O’O - 10 Desa Karamabura - 11 Desa Mangge Asi 1 12 Desa Mangge Na’e - 13 Desa Kareke 2 14 Desa Katua - 15 Desa Persiapan Sorisakolo -

Jumlah 17 Sumber Data : Kantor Urusan Agama Kecamatan Dompu, 2007/2008.

Berdasarkan tabel tersebut diatas ternyata sampai dengan bulan Agustus 2008

kasus kawin lari selalu tetap ada dan tidak ada satupun wilayah Kelurahan Kecamatan

Page 85: PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah ... Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada

Dompu yang tidak pernah mengalami kasus kawin lari. Diantara tahun tersebut di atas

wilayah Kelurahan yang paling banyak terdapat kasus kawin lari yaitu Kelurahan Bali I

dan Kelurahan Doro Tangga.

Kendati telah berada pada era yang pola pikir terbuka dan rasional yang mengarah

kepada hubungan dan interaksi antara orang tua dengan anak, sudah tidak ada lagi hal-hal

yang ditutupi, namun kasus kawin lari tetap saja terjadi. Adapun jumlah kasus kawin lari

sejak tahun 2004 sampai dengan tahun 2008, dapat dilihat pada tabel tersebut di bawah

ini :

Tabel 5: Jumlah Kasus Kawin Lari di Kecamatan Dompu Tahun 2004 – Agustus 2008 Kasus Kawin Lari

No Nama Kelurahan 2004 2005 2006 2007 2008 Jumlah

1 Bada 2 3 2 4 2 13

2 Dorotangga 3 2 3 3 4 15

3 Bali I 3 2 3 2 4 14

Jumlah 8 7 8 9 10 42

Sumber Data : Kantor Kelurahan Bada, Kelurahan Dorotangga dan Kelurahan Bali I Kecamatan Dompu.

Berdasarkan tabel tersebut di atas dapat diketahui bahwa jumlah kasus kawin lari

yang terjadi di tiga Kelurahan di Kecamatan Dompu yaitu berjumlah 42 kasus, dengan

rincian Kelurahan Bada pada tahun 2004 terjadi 2 kasus, tahun 2005 terjadi 3 kasus,

tahun 2006 terjadi 2 kasus, tahun 2007 terjadi 4 kasus, tahun 2008 (sampai dengan bulan

Agustus) terjadi 2 kasus. Kelurahan Dorotangga pada tahun 2004 terjadi 3 kasus, tahun

2005 terjadi 2 kasus, tahun 2006 terjadi 3 kasus, tahun 2007 terjadi 3 kasus, tahun 2008

(sampai dengan bulan Agustus 2008) terjadi 4 kasus. Kelurahan Bali I pada tahun 2004

terjadi 3 kasus, tahun2005 terjadi 2 kasus, tahun 2006 terjadi 3 kasus, tahun 2007 terjadi

2 kasus dan tahun 2008 (sampai dengan bulan Agustus 2008) terjadi 4 kasus kawin lari.

Page 86: PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah ... Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada

Dengan demikian ternyata kasus kawin lari yang terjadi pada masyarakat di

Kecamatan Dompu setiap tahunnya selalu terjadi, yang walaupun cara kawin lari ini

bertentangan dengan norma adat, agama dan bertentangan dengan nilai-nilai yang

terkandung dalam perundang-undangan yang berlaku.

Sebenarnya terjadinya kasus kawin lari terhadap masyarakat Kecamatan Dompu

pada khususnya dan masyarakat Kabupaten Dompu pada umumnya, bukanlah atas

kehendak mereka yang sebenarnya, melainkan mereka menginginkan perkawinannya

direstui orang tua dan keluarga dengan dilaksanakan menurut adat, ketentuan agama dan

sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku. Tetapi karena adanya faktor-faktor

penghambat dilangsungkannya perkawinan yang diawali dengan cara

melamar/meminang, maka mereka nekat untuk mengawali perkawinannya dengan cara

kawin lari.

Faktor-faktor penyebab terjadinya kawin lari menurut kepala Kelurahan Bada

Kecamatan Dompu, adalah :

1. Kedua orang tua perempuan tidak menyetujui laki-laki pilihan anaknya, karena latar

belakang laki-laki tersebut tidak sederajat dengan keluarga mereka.

2. Perempuan dan laki-laki telah berbuat yang bertentangan dengan norma agama dan

adat (hamil di luar pernikahan).

3. Syarat-syarat pembanyaran, pembiayaan dan upacara perkawinan yang diminta oleh

pihak perempuan tidak dapat didipenuhi oleh pihak laki-laki.41

Kemudian menurut Plt Kepala Kelurahan Dorotangga Kecamatan Dompu, bahwa

faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kawin lari adalah :

41 Wawancara dengan Nurbani, Kepala Kelurahan Bada Kecamatan Dompu, 15 September 2008.

Page 87: PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah ... Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada

1. Kedua orang tua si perempuan tidak menyetujui laki-laki pilihan anaknya, karena

orang tua secara diam-diam tanpa sepengatahuan anaknya telah menjodohkannya

dengan laki-laki lain.

2. Menurut orang tua dan keluarga perempuan, laki-laki tersebut berkelakuan tidak baik

yang bertentangan dengan hukum adat dan agama.

3. Orang tua dan keluarga perempuan menolak lamaran pihak laki-laki, menyebabkan

anaknya bertindak sendiri.42

Sedangkan menurut Kepala Kelurahan Bali I Kecamatan Dompu, penyebabnya

adalah :

1. Orang tua pihak perempuan tidak menyetujui laki-laki pilihan anaknya, karena laki-

laki tersebut tidak memiliki pekerjaan.

2. Laki-laki tersebut pemeluk agama lain.

3. Laki-laki tersebut tidak berkelakuan baik dipandang oleh orang tua dan keluarga

perempuan.

4. Perempuan dan laki-laki tersebut lagi dalam proses pendidikan (kuliah).43

Berdasarkan keterangan dari ketiga Kepala Kelurahan tersebut di atas, terlihat

adanya berbagai faktor penyebab dari terjadinya kawin lari di Kecamatan Dompu, dan

dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Kedua orang tua perempuan tidak menyetujui laki-laki pilihan anaknya, karena latar

belakang laki-laki tersebut tidak sederajat dengan keluarga mereka.

42 Wawancara dengan A. Karim, Plt. Kepala Kelurahan Dorotangga Kecamatan Dompu, 19 September 2008. 43 Wawancara dengan H. M. Ali A. Gani, Kepala Kelurahan Bali I Kecamatan Dompu, 17 September 2008.

Page 88: PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah ... Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada

Hal ini cenderung terjadi pada masyarakat yang garis keturunan raja-raja atau yang

dikenal dengan keturunan darah biru. Kecendrungan pada komunitas raja-raja ini,

kepada anak-anaknya selalu dijodoh-jodohkan dengan sesama golongannya sendiri.

2. Perempuan dan laki-laki telah berbuat yang bertentangan dengan norma agama dan

adat (hamil di luar nikah).

Faktor ini disamping terjadi karena pergaulan bebas, juga dikarenakan dengan unsur

kesengajaan, dengan harapan kedua orang tua dan keluarga masing-masing dapat

menyetujuinya untuk dilangsungkan perkawinan. Dengan menunjukan bukti bahwa

si perempuan telah berbadan dua, otomatis orang tua dan keluarga merasa malu dan

merasa tidak terhormat lagi dimata keluarga dan masyarakat.

3. Syarat-syarat pembanyaran, pembiayaan dan upacara perkawinan yang diminta oleh

pihak perempuan tidak dapat didipenuhi oleh pihak laki-laki.

Pada dasarnya syarat ini sudah biasa terjadi sejak dulu, namun oleh karna pihak

laki-laki tidak mampu untuk memenuhinya maka hal ini menjadi beban dan bahan

pemikiran yang sangat mendasar bagi pihak laki. Sebenarnya hal ini dapat

dimusyawarahkan, tetapi karena orang tua dan keluarga perempuan merasa gengsi

serta beranggapan berkenaan dengan martabat maka pihak perempuan tetap ngotot

dengan kebiasaan yang dilakukan orang lain.

4. . Kedua orang tua si perempuan tidak menyetujui laki-laki pilihan anaknya, karena

orang tua secara diam-diam tanpa sepengatahuan anaknya telah menjodohkannya

dengan laki-laki lain.

Page 89: PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah ... Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada

Masalah ini sudah lumrah terjadi pada masyarakat Kecamatan Dompu, yang mana

orang tua dan keluarga selalu menjodoh-jodohkan anaknya dengan keluarganya

sendiri.

5. Laki-laki tersebut pemeluk agama lain.

Karena masyarakat Kabupaten Dompu mayoritas memeluk agama Islam, sehingga

ketika ada yang berhubungan/pacaran dengan orang yang beragama lain maka

dianggap tabu dan tidak menghormati agamanya.

6. Laki-laki tersebut tidak berkelakuan baik dipandang oleh orang tua dan keluarga

perempuan.

Lumrah terjadi bagi orang tua, bahwa berkeinginan bagi anak gadisnya untuk

mendapatkan suami yang dapat menjadi kepala keluarga yang bertanggung jawab.

Sehingga kehendak dari orang tua dan keluarga perempuan dapat dibenarkan

apabila laki-laki tersebut benar-benar tidak berkelakuan baik dalam kehidupannya,

karena dengan menerima laki-laki yang diketahui tidak berkelakuan baik dalam

kehidupan sehari-harinya dapat merusak nama baik keluarga dan dapat pula tidak

menjaminnya kebahagiaan hidup anak perempuannya dikemudian hari. Oleh karena

cinta si laki-laki maupun perempuan yang susah dipisahkan maka mereka

memutuskan jalan pintas yaitu menempuh jalan kawin lari.

Dari uraian tersebut di atas dapat dibuktikan dengan pengakuan para responden

yang menjadi sampel dalam penelitian ini. Namun sebelumnya perlu kiranya di uraikan

mengenai identitas dari para responden yaitu lima pasang suami istri sebagai sampel

penelitian, adalah sebagai berikut :

1. a. -Nama : A. Thalib (suami).

Page 90: PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah ... Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada

-Umur/usia : 27 Tahun.

-Agama : Islam.

-Pendidikan terakhir : SMA (Sekolah Menengah Atas).

-Pekerjaan : Petani.

-Alamat : Kelurahan Bada Kecamatan Dompu.

b. -Nama : Nuraya (istri).

-Umur/usia : 25 Tahun.

-Agama : Islam.

-Pendidikan terakhir : SMA (Sekolah Menengah Atas).

-Pekerjaan : Pembantu Rumah Tangga.

-Alamat : Kelurahan Bada Kecamatan Dompu.

2. a. -Nama : Nurdin Kasim (suami).

-Umur/usia : 26 Tahun.

-Agama : Islam.

-Pendidikan terakhir : SMA (Sekolah Menengah Atas).

-Pekerjaan : Swasta (Kios sembako).

-Alamat : Kelurahan Bada Kecamatan Dompu.

b. -Nama : Syamsiah (istri).

-Umur/usia : 23 Tahun.

-Agama : Islam.

-Pendidikan terakhir : SMA (Sekolah Menengah Atas).

-Pekerjaaan : Membantu suami.

Page 91: PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah ... Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada

-Alamat : Kelurahan Bada Kecamatan Dompu.44

3. a. -Nama : Muhammad Yani (suami).

-Umur/usia : 28 Tahun

-Agama : Islam.

-Pendidikan terakhir : SMA (Sekolah Menengah Atas).

-Pekerjaan : Swasta (jual beli kayu bangunan).

-Alamat : Kelurahan Dorotangga Kecamatan Dompu.

b. -Nama : Evy Haryati (istri).

-Umur/usia : 25 Tahun.

-Agama : Islam

-Pendidikan terakhir : SMA (Sekolah Menengah Atas).

-Pekerjaan : Swasta (jual beli meubel).

-Alamat : Kelurahan Dorotangga Kecamatan Dompu.45

4. a. -Nama : Husen Ismail (suami).

-Umur/usia : 25 Tahun.

-Agama : Islam.

-Pendidikan terakhir : SMA (Sekolah Menengah Atas).

-Pekerjaan : Swasta (buka toko sembako).

-Alamat : Kelurahan Bali I Kecamatan Dompu.

b. -Nama : Halima (istri).

-Umur/usia : 23 Tahun.

-Agama : Islam.

44 Wawancara dengan H. Husen Nur, Pembantu PPN Kelurahan Bada, 15 September 2008. 45 Wawancara dengan H. Muhtar Yusuf, Pembantu PPN Kelurahan Dorotangga, 19 September 2008.

Page 92: PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah ... Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada

-Pendidikan terakhir : SMA (Sekolah Menengah Atas).

-Pekerjaan : Membantu suami.

-Alamat : Kelurahan Bali I Kecamatan Dompu.

5. a. -Nama : Ahmadin (suami).

-Umur/usia : 26 Tahun.

-Agama : Islam.

-Pendidikan terakhir : SMA (Sekolah Menengah Atas).

-Pekerjaan : Tukang Jahit.

-Alamat : Kelurahan Bali I Kecamatan Dompu.

b. -Nama : Turaya (istri).

-Umur/usia : 24 Tahun.

-Agama : Islam.

-Pendidikan terakhir : SMA (Sekolah Menengah Atas).

-Pekerjaan : Membantu suami.

-Alamat : Kelurahan Bali I Kecamatan Dompu.46

Menurut keterangan para responden bahwa pada umumnya mereka berkeinginan

untuk menikah secara baik-baik menurut tata cara adat yang berlaku dan kebetulan sudah

saatnya untuk itu. Keterangan responden tersebut juga telah sesuai dengan bunyi pasal 7

ayat 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yang berbunyi

Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 (sembilan belas)

tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 (enam belas) tahun.47

46 Wawancara dengan Abidin Ismail, Pembantu PPN Kelurahan Bali I, 17 September 2008. 47 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, pasal 7 ayat 1 .

Page 93: PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah ... Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada

Dalam kenyataannya hubungan mereka tidak disetujui oleh orang tua dan

keluarganya, dengan demikian si anak merasa tidak tenang dan selalu mengurung diri.

Pada situasi ini si laki-laki terus melakukan berbagaimacam upaya untuk mencari jalan

terbaik, termasuk meminta orang lain untuk memfasilitasikannya sampai dengan

melakukan peminangan, namun tetap saja ditolak. Karena segala upayanya selalu ditolak,

sehingga si anak merasa kesal, dan terasa suasana rumah yang sudah tidak

menyenangkan lagi. Dalam suasana galau inilah si anak mengambil tindakan/keputusan

sendiri untuk melakukan selarian.

Berdasarkan informasi dari Pembantu PPN (petugas pencatat nikah) Kelurahan

Bada, Kelurahan Dorotangga dan Kelurahan Bali I, atas cerita dari masing-masing orang

tua responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini, bahwa alasan orang tua

responden sehingga tidak menyetujui hubungan antara anaknya dengan laki-laki yang

menjadi pilihannya anaknya, adalah :

1. Anaknya telah dijodohkannya dengan keluarganya sendiri.

2. Si laki-laki belum memiliki pekerjaan.

3. Laki-laki tersebut tidak berkelakuan baik dipandang oleh keluarga pihak perempuan.

Kendati orang tua dan keluarga tidak menyetujui hubungannya, mereka akan

menempuh jalan kawin lari untuk menerobos ketidaksetujuan orang tuannya tersebut.

Dengan menghitung hari yang tepat dan sambil mengelabuin orang tua dan keluarganya

seolah-olah mereka sudah tidak berhubungan lagi, pada saatnya antara perempuan dan

laki-laki secara diam-diam merencanakan kapan waktunya untuk keluar/turun dari rumah.

Karena dalam melaksanakan kawin lari, pemilihan waktu yang paling tepat sangat

Page 94: PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah ... Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada

menentukan keberhasilannya artinya agar proses kawin lari mereka tidak dapat diketahui

oleh orang lain dan bisa sampai ketempat tujuan dengan aman dan selamat.

Dari keterangan responden diketahui tentang waktu pelaksanaan kawin lari yang

telah dilakukan oleh mereka yaitu tersebut pada tabel dibawah ini :

Tabel 6 : Waktu pelaksanaan Kawin Lari.

No N a m a Tgl/Bln/Thn J a m

1 Nuraya 5 Juli 2005 02.00 WITA

2 Syamsiah 9 Agustus 2005 01.00 WITA

3 Evi Haryati 7 Juni 2004 01.00 WITA

4 Halima 11 November 2005 02.00 WITA

5 Turaya 21 Oktober 2004 02.00 WITA

Sumber data : Hasil wawancara dengan responden dengan masing-masing tanggal 16, 18 dan 20 September 2008

Berdasarkan keterangan dari responden bahwa mereka melakukan selarian pada

waktu tengah malam, yaitu antara jam 01.00 sampai dengan jam 02.00. Alasan mereka

pada waktu-waktu itu orang-orang sangat pulas/nyenyak tidurnya. Dan kalau lewat dari

jam 02.00, ada sebagian orang-orang tua yang sudah bangun untuk melakukan sholat

malam dan mengaji. Dengan demikian ketika mulai keluar ruamah dengan segala

kelengkapannya, mereka harus keluar dengat pas waktu dan tidak boleh meleset dari

waktu yang telah direncanakan. Karena apabila diketahui oleh orang apalagi oleh orang

tuanya, maka berakibat batalnya tujuan mereka.

Disamping penentuan waktu, juga tempat/orang atau tokoh/sepuh yang menjadi

tempat sasaran dari pada kawin lari, karena faktor ini sangat menentukan juga terhadap

Page 95: PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah ... Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada

keberhasilan kawin larinya. Tentang penentuan tempat yang dimaksud telah diuraikan

tersebut di atas, dan menurut keterangan responden, tokoh/orang tua-tua adat yang

menjadi tempat yang dikunjungi mereka adalah tersebut pada tabel di bawah ini :

Tabel 7 : Tokoh atau orang tua-tua adat yang menjadi tujuan kawin lari responden. No Nama responden Nama orang tempat

kawin lari Status

1 Nuraya Rusli Zakaria, AM.Pd Kepala SD

2 Syamsiah Ridwan Masri, S.Pd Guru SLTP

3 Evy Haryati M. Yamin Pegawai P.U

4 Halima Hamdan Abdullah Tokoh Adat

5 Turaya H. Ahmad H. Saleh Staf Kelurahan

Sumber data : Hasil wawancara dengan responden dengan masing- masing tanggal 16, 18 dan 20 September 2008.

Menurut responden orang yang tersebut dalam tabel 6, yang dapat menjamin

terlaksananya perkawinan mereka. Si Nuraya memilih ke rumahnya Bapak Rusli

Zakaria, AM.Pd, Kepala Sekolah Dasar dan beralamat rumah di Kelurahan Kandai I

Kecamatan Dompu, Si Syamsiah Memilih ke rumahnya Bapak Ridwan Masri, S.Pd,

Guru SLTP (sekolah lanjutan tingkat pertama) dengan alamat rumah Kampung Salama

Kelurahan Bada. Si Evy Haryati memilih ke rumahnya Bapak M. Yamin, Pegawai

Kantor Pekerjaan Umum, dengan alamat rumah Sera Telaka Kelurahan Dorotangga.

Sedangkan Si Halima mendatangi rumahnya Bapak Hamdan Abdullah, Tokoh Adat

dengan alamat rumah Desa Mangge Asi Kecamatan Dompu.

Menurut Keterangan dari responden bahwa orang tua-tua atau sesepuh yang

didatanginya, adalah betul-betul orang yang sangat bijaksana, berjiwa sosial dan disegani

oleh masyarakatnya. Sehingga mereka betul-betul merasa terlindungi, yang dalam

Page 96: PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah ... Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada

kenyataannya mereka diperhatikannya dan dibina sebagaimana layaknya memberlakukan

terhadap anak kandungnya sendiri.

Karena masalah kawin lari ini merupakan salah satu cara perkawinan yang sudah

diakui keberadaannya dalam masyarakat dan merupakan hal yang biasa terjadi pada

masyarakat Dompu dan Bima, maka saya selaku pemilik rumah yang didatangi,

berkewajiban untuk mencarikan jalan keluarnya. Dengan penuh kehati-hatian persoalan

ini ditanganinya, diawali melaporkan ke Ketua RT/RW dan Kepala Kelurahan Kandai I

serta tetangga disekitarnya. Bersama dengan Ketua RT, Bapak Lurah dan empat orang

tua-tua adat, Bapak Rusli Zakaria melaporakannya kasus ini ke orang tua Perempuan dan

laki-laki. Dalam hal ini terjadi dialog/musyawarah yang sangat alot sehingga pada

akhirnya persoalan ini mendapatkan kata sepakat yang baik. Anaknya yang bernama

Nuraya disepakiti untuk dikembalikan dan berjanji untuk dikawinkan yang walaupun

dilaksanakan secara sederhana di rumah orang tua dan sekarang responden yang

bernama nuraya telah mempunyai dua orang anak.48

Menangani kasus kawin lari syamsiah dengan Nurdin Kasim, setelah dilaporkan

ke orang tuanya oleh Bapak Ridwan Masri, S.Pd, pada dasarnya orang tuanya menerima

untuk diambil kembali dan dikawinkan, tetapi yang tidak menyetujuinya adalah saudara

laki-laki sekandungnya si Syamsiah. Akhirnya secara diam-diam orang tua menyerahkan

walinya kepada saudara kandungnya dan pelaksanaan perkawinan dilakukan secara

sederhana di rumah saudaranya dan sekarang telah memiliki dua orang anak.49

48 Rusli Zakaria, Kepala Sekolah Dasar dan selaku tokoh masyarakat Kelurahan Kandai I, Wawancara tanggal 18 September 2008. 49 Ridwan Masri, Guru SLTP dan selaku tokoh masyarakat, Kelurahan Bada, Wawancara tanggal 16 September 2008.

Page 97: PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah ... Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada

Kasus kawin lari antara Evy Haryati dengan Muhammad Yani, setelah dilakukan

segala upaya, pihak orang tua dan kelurga tetap saja menolak dan mengaku sudah tidak

punya anak lagi yang bernama Evy Haryati. Olehnya demikian Bapak M. Yamin bersama

orang tua-tua yang diikutkan menyerahkan kepada yang bersangkutan untuk mengambil

keputusan. Pada akhirnya yang bersangkutan mengambil keputusan sendiri melakukan

perkawinan dengan wali hakim.50

Sedangkan kawin larinya Halima dan Turaya, prosesnya sama dengan kawin

larinya Nuraya, yaitu diambilnya kembali oleh orang dan dilaksanakan perkawinan

sederhana. Dan mereka sekarang masing-masing telah memiliki anak.

Musyawarah dapat dilakukan antara lain apabila pihak laki-laki bersedia mebayar

denda atau uang pengganti menurut pelanggaran yang dilakukan terhadap ketentua kawin

lari. Uang denda yang dimaksud akan ditentukan secara interen oleh kedua keluarga

melalui musyawarah mufakat. Dan pada musyawarah ini yang lebih ditonjolkan adalah

terjadinya permohonan maaf pihak laki-laki kepada pihak perempuan atas kasus yang

telah terjadi

Menurut keterangan responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini, bahwa

pada dasarnya mereka berkeinginan untuk melaksanakan perkawinan yang diawali

dengan peminangan, namun karena orang tua dan keluarga tidak menyetujuinya, maka

dengan terpaksa cara kawin lari dilakukan.

Dalam kasus kawin lari di Kecamatan Dompu, penulis menganalisa bahwa setiap

yang melaksanakan perkawinan dengan diawali kawin lari, perkawinannya tetap

dilaksanakan, yang walaupun prosesnya berbelit-belit dan penanganannya ekstra hati-

50 M. Yamin, Pegawai Kantor Pekerjaan Umum dan selaku tokoh masyarakat Kelurahan Dorotangga, Wawancara tanggal 20 September 2008.

Page 98: PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah ... Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada

hati, namun selama perempuan dan laki-laki telah memenuhi syarat yang syah

berdasarkan ketentuan agama dan telah sesui dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun

1974 tentang perkawinan, maka perkawinannya akan dinyatakan syah.51

3. Akibat Hukum dari pada Pelaksanaan Kawin Lari pada Masyarakat Kecamatan

Dompu Kabupaten Dompu.

Kawin lari yang selama ini terjadi di Kecamatan Dompu Kabupaten Dompu

adalah merupakan suatu kebiasaan yang sudah lama terjadi dan turun temurun, tetapi

bukan merupakan adat.

Seperti halnya di masyarakat adat suku Sasak Lombok Propinsi Nusa Tenggara

Barat, bahwa kawin lari itu merupakan adat, sehingga bagi masyarakat yang akan

melaksanakan perkawinan harus didahului oleh kawin lari, sehingga kawin larinya tidak

dilakukan secara sembunyi-sembunyi tetapi orang lain ikut mengetahui kepergiannya.

Disamping itu mekanisme pelaksanaannya harus berdasarkan mekanisme adat sampai

kepada yang berhubungan dengan sanksi-sanksi bagi yang melanggarnya.

Kasus kawin lari di Kecamatan Dompu pada dasarnya suatu perbuatan yang tidak

menyenangkan dan tidak terpuji serta tidak bermartabat, karena perbuatan tersebut akan

mempengaruhi status sosial orang tua dan keluarga.

Menurut pandangan agama Islam bahwa perbuatan kawin lari tersebut

bertentangan dengan agama, karena tidak dibenarkan bagi kaum muslim untuk berduaan

antara laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim, sehingga haram hukumnya.

51Abidin A. Wahab, Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan Dompu, Wawancara tanggal 25 September 2008.

Page 99: PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah ... Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada

Dalam kehidupan sosial kemasyarakatan pada dasarnya kawin lari tersebut juga

tidak dibenarkan, karena didalamnya ada hal-hal yang dilanggar yaitu antara lain : Tidak

mengindahkan asas musyawarah dan mufakat, terjadinya pemaksaan kehendak dan

terbukanya aib keluarga maupun masyarakat, karena konotasi dari kawin lari akan

berpeluang terjadinya perbuatan-perbuatan maksiat.

Tetapi karena kawin lari tersebut merupakan suatu kebiasaan yang telah diakui

keberadaannya oleh masyarakat Kecamatan Dompu khususnya dan masyarakat Dompu

pada umumnya, maka apabila terdengar orang yang kawin lari, oleh masyarakat itu sudah

menjadi hal yang biasa.

Kawin lari menurut ketentuan pasal 332 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

menegaskan.

(a). Bersalah melarikan wanita diancam dengan penjara :

Ke-1 : Paling lama tujuh tahun, barangsiapa membawa pergi seorang wanita yang

belum cukup umur, tanpa dikehendaki orang tuanya atau walinya tetapi

dengan persetujuannya, dengan maksud untuk memastikan penguasaannya

terhadap wanita itu, baik di dalam maupun di luar pernikahan.

Ke-2 : Paling lama sembilan tahun barangsiapa membawa pergi seorang wanita

dengan tipu muslihat, kekerasan atau ancaman kekerasan, dengan maksud

untuk memastikan penguasaannya terhadap wanita itu, baik di dalam

maupun di luar pernikahan.

(b). Penuntutan hanya dilakukan atas pengaduan.

(c) Pengaduan dilakukan :

Page 100: PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah ... Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada

(i). Jika wanita ketika dibawa pergi belum cukup umur, oleh dia sendiri, atau orang

lain yang harus memberi izin bila dia nikah.

(ii). Jika wanita ketika dibawa pergi sudah cukup umur, oleh dia sendiri atau oleh

suaminya.

(d). Jika yang membawa pergi lalu nikah dengan wanita yang dibawa pergi dan terhadap

pernikahannya berlaku aturan-aturan Burgerlijk Wetboek, maka tak dapat

dijatuhkan pidana sebelum pernikahaanya dinyatakan batal.

Dari ketentuan pasal 332 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana tersebut di atas,

dapat diuraikan bahwa disetiap pelaksanaan kawin lari yang secara tidak langsung bahwa

membawa lari anak perempuan orang lain akan dikenakan ancaman hukuman pidana

penjara yaitu tujuh tahun apabila perbuatan berlarian itu disetujui oleh perempuan yang

dibawa lari, tetapi apabila berlarian itu perempuannya tidak setuju untuk melarikan diri

tetapi akibat tipu daya, kekerasan atau ancaman kekerasan maka terhadap laki-laki yang

membawanya lari dikenakan ancaman hukuman penjara selama-lamanya sembilan tahun.

Hukuman yang dimaksud terlebih lebih, terhadap kawin lari yang dilakukan terhadap

anak perempuan yang belum cukup umur.

Untuk dapat melakukan penuntutan terhadap laki-laki yang membawa lari anak

perempuan orang lain tersebut adalah apabila ada pengaduan, yang mana pengaduan

dapat dilakukan oleh perempuan itu sendiri atau walinya, apabila pada waktu dibawa lari

telah dewasa, maka pengaduan dapat dilakukan oleh perempuan itu ataupun suaminya,

kalau sudah kawin. Apabila dalam kawin lari tersebut mereka telah kawin, maka laki-laki

yang membawa lari tidak dapat dikenakan pidana sebelum perkawinan dibatalkan.

Page 101: PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah ... Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada

Tetapi apabila orang tua merasa keberatan dengan tindakan yang dilakukan oleh

pihak laki-laki terhadap anaknya, maka anak laki-laki tersebut akan bisa dilaporkan

kepada pihak yang berwajib untuk diproses secara hukum.

Karena kawin lari merupakan perbuatan yang dapat menurunkan martabat atau

status sosial orang tua dan keluarga, sehingga ada salah seorang responden yang menjadi

sampel dalam penelitian ini yang dalam perkawinan (melalui kawin lari) oleh orang

tuanya tidak diberikan hak walinya. Namun karena perempuan dan laki-laki yang

berlarian tersebut sudah terlanjur menanggung rasa malu dan merasa bersalah, maka

perempuan tersebut mengajukan permohonan kepada Ketua Pengadilan Agama untuk

meminta surat penetapan penunjukan wali nikah. Dengan demikian pelaksanaan

perkawinan pada akhirnya tetap dilaksanakan, tetapi yang menjadi wali nikahnya adalah

wali hakim.

Disamping tidak diberikannya wali nikah, kepada yang melaksanakan kawin lari,

setelah dilakukan upaya musyawarah oleh para tokoh masyarakat yang menjadi utusan

dalam rangka upaya perbaikan ke kedua orang tua si perempuan dan laki-laki, upaya

musyawarah tersebut akan dapat diterima apabila pihak laki-laki bersedia membayar

denda atau uang pengganti menurut pelanggaran yang dilakukan terhadap ketentuan

kawin lari dan prosesnya tidak dilakukan acara lamaran tetapi pihak laki-laki melakukan

permintaan maaf terhadap kejadian tersebut. Denda yang dimaksud akan

dimusyawarahkan antara kedua orang tua perempuan dan laki-laki, dan mengenai besar

kecilnya denda akan diputuskan secara musyawarah yang sifatnya rahasia.

BAB IV

Page 102: PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah ... Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada

P E N U T U P

1. KESIMPULAN.

Dari uraian hasil penelitian dan analisa data tersebut di atas, ada beberapa hal yang

dapat penulis simpulkan, yaitu :

a. Pelaksanaan kawin lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua

setelah berlakunya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan

disebabkan adanya ketidaksetujuan orang tua dan keluarga terhadap pasangan yang

menjadi pilihan anaknya. Dari hasil penelitian, bahwa proses pelaksanaan kawin lari pada

masyarakat Kecamatan Dompu adalah sebagai berikut :

a.1. Perempuan dan laki-laki menuju ke salah satu tokoh-tokoh adat, tokoh- tokoh

formal dan orang tua tua lain yang sekiranya mampu menyelesaikan perkawinan

mereka, secara sembunyi-sembunyi tanpa sepengetahuan orang lain.

a.2. Tokoh yang dituju melaporkan/menginformasikan ke Ketua RT/RW dan

dilanjutkan ke Kelurahan/Desa dan tetangga sekitarnya, dalam waktu 1 X 24

jam.

a.3. Dalam waktu 1 X 24 jam atau keesokan harinya tokoh tersebut mengundang

beberapa tokoh terutama Ketua RT atau Ketua RW, Kepala Kelurahan/Desa dan

beberapa tokoh lainnya yang sekiranya dapat disegani/dihormati oleh orang tua

si perempuan. Pada malam hari besoknya ( pukul 19.30) para tokoh yang

dibentuk tersebut bersilaturahmi sekaligus menginformasikan tentang masalah

yang terjadi ke masing-masing orang tua si perempuan dan laki-laki.

Page 103: PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah ... Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada

a.4. Apabila hasil silaturahmi tersebut dapat dimusyawarahkan dengan baik dan

dapat diterima termasuk adanya kesedian membayar uang pengganti atas

kesalahan yang dilakukan, maka perkawinan dapat dilaksanakan yang walaupun

dalam suasana sederhana. Dan apabila tidak diterima, maka upaya dapat

dilakukan sampai dengan tiga kali.

a.5. Apabila betul-betul tidak ada jalan keluar maka akan diserahkan kepada si

perempuan dan laki-laki untuk dimintain keputusan apa yang dapat dilakukan

selanjutnya. Pada tahap ini keputusan terakhir yang biasa ditempuh oleh

perempuan dan laki-laki adalah meminta wali hakim untuk menjadi wali dalam

pernikahannya.

a.6. Diterima atau tidak diterima (wali hakim) oleh orang tua dan keluarga, proses

perkawinan selanjutnya akan mengikuti ketentuan menurut agama dan Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.

b. Akibat hukum dari pada pelaksanaan kawin lari pada masyarakat Kecamatan

Dompu Kabupaten Dompu Nusa Tenggara Barat, apabila orang tua perempuan dan

keluarga merasa keberatan atas kasus yang dialami oleh anaknya maka sesuai dengan

ketentuan Pasal 332 Undang-undang Hukum Pidana, pihak orang tua perempuan dan

keluarga dapat melaporkannya ke pihak yang berwajib dan diproses secara hukum. Tetapi

apabila tidak ada keberatan maka pihak laki-laki hanya cukup membayar denda atau uang

pengganti menurut pelanggaran yang dilakukan terhadap ketentuan kawin lari, dan

mengenai besar kecilnya denda akan diputuskan secara musyawarah mufakat yang

sifatnya rahasia oleh kedua belah pihak.

Page 104: PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah ... Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada

2. SARAN-SARAN.

Berdasarkan pembahasan yang mendalam mengenai pelaksanaan kawin lari

sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah berlakunya

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 dalam tesis ini, penulis memberikan saran-saran

sebagai berikut :

a. Hendaknya kepada orang-orang tua di Kecamatan Dompu, terutama yang mempunyai

anak yang telah memasuki usia perkawinan, untuk lebih terbuka membangun

komunikasi dengan anak artinya pada umur yang dimaksud si anak sudah saatnya

untuk diajak duduk bersama untuk membicarakan tentang calon suami/istri.

b. Dalam kurikulum pendidikan daerah, perlu kiranya secara cermat muatan lokal

pendidikan budaya daerah diikut sertakan dalam pengajaran mengenai kawin lari.

Sehingga secara dini generasi memahami bahwa apa dan bagaimana sebenarnya

kebiasaan kawin lari tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

C.S.T. Kansil., 1984, Pengatar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. PN Balai Pustaka, Jakarta.

Hilman Hadikusuma., 1990, Hukum Perkawinan Indonesia. Mega Jaya Abadai. Bandung. ________________., 1980, Pokok-pokok Pengertian Hukum Adat., Alumni. Bandung. ________________., 1977, Hukum Perkawinan Adat, Alumni, Bandung.

Page 105: PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah ... Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada

________________., 1983, Perkawinan Adat, Alumni, Bandung. H. Zahry Hamid., 1978, Pokok-Pokok Perkawinan Islam. Bina Cipta. Jakarta. Kantor Informasi & Komunikasi Kabupaten Dompu., 1997, Nika Ra Nako Dou Dompu, Dompu. Imam Sudiyat, Hukum Adat : Sketsa Adat, Liberty, Yogyakarta, 1987. Lili Rasjidi., 1987, Hukum Perkawinan dan Percereian di Malaysia dan Indonesia,

Alumni, Bandung, hal 108.

Mulyadi., 2008, Hukum Perkawinan Indonesia. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. M. Yahya Harahap., Hukum Perkawinan Nasional, Berdasarkan Undang-undang Nomor

1 Tahun 1974, Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975. Pemerintah Prop. NTB Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Bagian Proyek Pengembangan

Masyarakat Bidang Pendidikan NTB, Bunga Rampai Upacara Adat Daerah Nusa Tenggara Barat, NTB, 2001

Wirjono Pridjodikoro., 1980, Hukum Perkawinan Indonesia, Ghalia Indonesia. _________________., 1974, Hukum Perkawinan di Indonesia. Sumur. Bandung. Ronny Hanitijo Soemitro., 1990, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia

Indonesia, Jakarta. R. Soetojo Prawirihamidjoyo., 1986, Hukum Orang dan Keluaraga. Alumni. Bandung. R. Subekti., 1984, Pokok-Pokok Hukum Perdata. Intermasa. Jakarta. Sutrisno Hadi., 2000, Metodologi Research Jilid I, Penerbit ANDI, Yogyakarta. Soerjono Soekamto., 1986, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta. ________________., 2001, dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Raja Grafindo Persada, Jakarta. Ter Haar., 1997, Beginselen en Stelsel van het Adatrecht, diterjemahkan oleh Soebekti

dalam buku Asas-asas dan Susunan Hukum Adat. PT. Pradnya Paramita. Jakarta. Ter Haar Bzn,. 1950, Beginselen En Stetsel Van Het Adatrecht. Vierde ongewijzigdedruk,

Wolter-Groningen, Jakarta.

Page 106: PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah ... Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada

Wiranto Surachmad., 1982, Dasar dan Teknik Penelitian Researh Pengantar, Alumni, Bandung. Peraturan Perundang – undangan :

• Undang – undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan. • Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. • Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

Page 107: PELAKSANAAN KAWIN LARI SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK … · lari sebagai alternatif untuk menerobos ketidaksetujuan orang tua setelah ... Dalam sejarah perkembangan manusia, tidak ada