PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM...
Transcript of PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM...
1
PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM
MENGEMBANGKAN KECERDASAN SPIRITUAL REMAJA
DI YAYASAN IRTIQO KEBAJIKAN JAKARTA SELATAN
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan komunikasi untuk
Memenuhi Syarat-Syarat mencapai
Gelar Sarjana Sosial Islam
Oleh:
ARIE MUTYA WULAN SARI
NIM : 0052019823
Dibawah bimbingan :
Dra.Hj.Musfirah Nurlaily.M.A NIP : 150 299 324
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2007 M / 1428 H
2
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul Pelaksanaan Bimbingan Islam dalam mengembangkan
Kecerdasan Spiritual Kaum Dhuafa Diyayasan Irtiqo Kebajikan Ciputat Tangerang telah di ujikan dalam sidang Munaqasyah Fakultas Dakwah dan
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakrta pada tanggal 20 oktober 2008. skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana social
Islam ( S.SOS.I ) pada jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam.
Jakarta,20 Oktober 2008
Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap
Anggota
Dr.Arief Subhan,MA Wati Nilam Sari,M.Si Nip:150 262 442 Nip:150 293 223
Anggota
Penguji I Penguji II
Drs.M.Lutfi,M.Ag Nasichah,MA.
Nip:150 628 782 Nip:150 276
298
Pembimbing
Dra.Hj.Musfirah Nurlaily.M.A
Nip:150 299 324
3
ABSTRAKSI
ARIE MUTYA WULAN SARI
Pelaksana Bimbingan Islam Dalam Mengembangkan Kecerdasan Spiritual
Kaum Dhuafa di ayasan Irtiqo Kebajikan Ciputat Tangerang
Saat ini fenomena yang terjadi di masyarakat bukanlah sesuatu hal yang
baru yaitu adanya kemiskinan Intelektual dan material di kalangan masyarakat, di dalam bahasa agama mereka di sebut kaum dhuafa yang didalamnya terdapat anak
tidak atau kurang mampu baik secara moril maupun materil, anak yatim fakir
miskin, kaum manula.
Secara umum kaum dhuafa biasanya lemah dalam bidang pendidikan, ekonomi,
sosial dan agama, informasi, kesehatan dan lain-lain, oleh karena itu
mengembangkan kualitas kaum dhuafa, yaitu salah satunya kecerdasan spiritual,
melalui bimbingan Islam berarti memberdayakan mereka agar merka menjadi
manusia seutuhnya ( hant ) dan memiliki pola pemikiran tauhidi serta berperinsip
hanya karena Allah.
Penelitian ini dilakukan dalam mengembangkan kecerdasan spiritual
terhadap kaum dhuafa agar menjadi insane bertakwa dan untuk menjelaskan
factor pendukung dan penghambat pelaksanaan bimbingan Islam terhadap kaum
dhuafa.
Metode yang digunakan dalam penelitian skripsi ini adalah metode diskritif dengan penelitian skripsi ini adalah metode diskriptif dengan pendekatan
kualitatif. Penelitian diskriptif bertujuan untuk mendekripsikan apa-apa yang saat ini berlaku didalamnya, mencatat analisis dan dan menginterpretasikan kondisi-
kondisi yang sekarang ini terjadi. Melalui wawancara dan observasi diketahui bahwa proses bimbingan
Islam terjadi dengan menggunakan dua pendekatan yaitu pendekatan secara kekeluargaan dan pendekatan melalui pemahaman Islam.
Dengan dua tahap ini kaum dhuafa diarahkan untuk mempermudah proses
bimbingan Islam dan selanjutnya diharapkan adanya hasil terbaik untuk kaum
dhuafa setelah mengikuti proses bimbingan Islam.
4
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar stara 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 20 Oktober
2008
Arie Mutya Wulan
Sari
5
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kaharibaan Allah SWT yang
senantiasa melindungi, memberi kekuatan, kemudahan, sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini. Salawat dan salam tak lupa penulis
haturkan kepada Nabi Muhamad SAW, sebagai panutan dalam menjalani
hidup ini.
Penulis menyadari selama pelaksanaan dan penyelesaian skripsi ini
tidak jauh dari kendala dan kesulitan yang terjadi, namun berkat bantuan
dari semua pihak serta rahmat Allah SWT, maka penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih yahg
sebesar-besarnya kepada :
1. Dekan Fakultas dakwah dan komunikasi Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Dr. Murodi, MA.
2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam,
Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, Bapak Drs. M. Luthfi, M.Ag. dan Dra.
Nasichah, M.Ag., terima kasih atas bimbingan dan arahannya
dalam menghadapi penulis.
6
3. Pembimbing skripsi ibu Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, MA. Terima kasih
atas bimbingan, arahan dan kesabaran dalam menghadapi penulis.
4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidatullah Jakarta, terima kasih atas
sumbangan ilmunya.
5. Ayah dan ibunda tercinta M. Ridwan dan Chalimah, yang telah
begitu banyak memberikan dukungan moril dan materil kepada
penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
6. Pimpinan dan staff perpustakaan UIN, perpustakaan Fakultas
Dakwah dan Komunikasi, terima kasih telah membantu
mempermudah penulisan dalam mendapatkan referensi dan
inspirasi.
7. Pimpinan, Staff Yayasan Irtiqo Kebajikan dan Pembina serta guru
yang mau menyediakan waktu disela-sela kesibukannya membantu
kelancaran penulis dalam menyelesaikan skripsi.
8. Keluarga besar BPI A dan B 2000, teman-teman baik penulis dan
special : Mitri, Diana, Umi, Linda, Sri, Nur, Eva, Kokom, Azka, Elli,
Uun, Neni, Ais, Mimi, Yanti, Winda, Indah, dan Muthmainnah terima
kasih atas semua ketulusannya.
7
9. Keluarga besar Bapak Musonif, Keluarga besar Bapak Satiri dan
keluarga besar Bapak Makudi, terima kasih atas do’a dan
dukungannya.
Akhir kata, semoga kepada semua pihak yang telah membantu
penulis, diberikan pahala yang selayaknya oleh Allah SWT. Semoga
Skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semua pihak.
Jakarta, 20 Oktober 2008
Penulis
8
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN............................................................................... i
ABSTRAKSI .................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR....................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................... vi
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ........................................ 3
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... 4
D. Metologi Penelitian ....................................................................... 5
E. Sistematika Penelitian................................................................... 7
BAB II. KERANGKA TEORI
A. Bimbingan Islam
1. Pengertian Bimbingan Islam..................................................... 9
2. Tujuan dan Fungsi Bimbingan Islam........................................ 11
3. Metode bimbingan Islam........................................................... 16
V
B. Kaum Dhuafa
9
1. Pengertian Kaum Dhuafa.......................................................... 18
2. Faktor-faktor yang Menyebabkan Adanya Mustadhafin ........ 20
3. Tanggung Jawab Sosial terhadap Dhuafa ................................ 21
C. Kecerdasan Spiritual
1. Pengertian Kecerdasan Spiritual .............................................. 24
2. Unsur-unsur kecerdasan Spiritual ............................................ 26
3. Cara Mengingkatkan Kecerdasan Spiritual ............................ 29
BAB III. GAMBARAN UMUM YAYASAN IRTIQO KEBAJIKAN
A. Sejarah Berdirinya ……………………………………………….
31
B. Struktur Yayasan Irtiqo Kebajikan............................................. 32
C. Visi dan Misi ………………………………………………………
33
D. Sarana dan Prasarana .................................................................. 33
E. Keadaan Kaum Dhuafa di Yayasan Irtiqo Kebajikan................ 34
F. Program Kegiatan ........................................................................ 37
VI
10
BAB IV. PELAKSANAAN BIMBINGAN ISLAM DALAM
MENGEMBANGKAN KECERDASAN SPIRITUAL KAUM
DHUAFA
A. Pelaksanaan Bimbingan Islam terhadap Kaum Dhuafa di
Yayasan Irtiqo Kebajikan .......................................................... 42
B. Metode Bimbingan Islam ............................................................. 44
C. Faktor Penghambat dan Pendukung Bimbingan Islam di
yayasan Irtiqo Kebajikan ............................................................ 46
D. Tujuan Analisa Pelaksanaan Bimbingan Islam dalam
Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Kaum Dhuafa di
Yayasan Irtiqo Kebajikan ........................................................... 48
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................... 53
B. Saran ............................................................................................ 54
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
VII
BAB I
11
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Secara umum kondisi rakyat Indonesia sedang dihadapkan
pada berbagai macam persoalan yang berantai, seolah tidak diketahui
pangkal dan kapan akan berujung. Salah satu dari banyak persoalan
yang sedang dihadapi bangsa Indonesia adalah masalah kemiskinan.
Kondisi ini diperparah dengan banyak terjadi berbagai macam
bencana semakin manambah berat beban masyarakat yang hidup di
bawah garis kemiskinan. Pemutusan hubungan kerja (PHK) banyak
terjadi, melambungnya harga-harga pangan yang kian hari kian
meningkat mengakibatkan masyarakat tidak dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya secara layak.
Dalam kehidupan tatanan social, manusia banyak memiliki
keanekaragaman. Ada masyarakat atau individu yang hidup dengan
perekonomian yang cukup atau bahkan lebih, tetapi ada juga
masyarakat atau individu yang serba kekurangan dalarn rnaterinya
(masyarakat miskin).1
Kaum Dhuafa adalah orang-orang yang benar-benar tidak
mampu memenuhi kebutuhan hidupnya dengan harta dan tenaga
yang dimiliki atau orang yang tidak mampu mencukupi kehidupannya.
Kondisi ini pun memaksa kaum dhuafa untuk menghadapinya,
1 M. Arifin Noor, Ilmu Sosial Dasar, (Bandung : Pustaka Setia, 1997), h. 228. 1
12
kaum dhuafa dituntut untuk bisa lebih mandiri bertahan di tengah
himpitan hidup. Melihat fenomena di atas, diperlukan adanya sesuatu
pembinaan Islam secara intensif yang dapat mengarahkan dan
mengembangkan potensi-potensi dan fitrah kaum dhuafa, salah
satunya kecerdasan spiritual.
Kecerdasan spiritual merupakan sebuah konsep yang
berhubungan dengan bagaimana seseorang cerdas dalam mengelola
dan mendayagunakan nilai-nilai dan kualitas-kualitas kehidupan
spirituainya. Kehidupan spiritual di sini meliputi hasrat untuk hidup
bermakna (the will to meaning) yang memotivasi kehidupan manusia
untuk senantiasa mencari makna hidup (the meaning of life) dan
mendambakan hidup bermakna (the meaning of life).2
Dengan adanya pengembangan kecerdasan spiritual melalui
bimbingan Islam secara intensif terhadap kaum dhuafa, diharapkan
pengembangan kecerdasan spiritual melalui bimbingan Islam secara
intensif ini mampu mendidik kaum dhuafa menjadi manusia yang
tentram, damai, tabah, tawakal dan percaya pada diri sendiri serta
dapat membentuk manusia menjadi berani berjuang. Dhuafa pun
mampu memberdayakan kemampuannya secara maksimal untuk
mencapai kesejahteraannya secara mandiri.
Bimbingan-bimbigan secara intensif ini pun dapat terbentuk
dalam lembaga formal maupun non formal. Lembaga pembinaan
2 Danah, Zohar dan Marshall, lan, kecerdasan spiritual (spiritual Intelegensi : the
ultimate Intelegence), terjemahan Rahmati Astuti, Ahmad Wajib, Burhani dan Ahmad baiquni,
Bandung : Mizan, 2001, h.56
13
formal ini seperti lembaga pendidikan atau sekolah, sedangkan non
formal adalah pembinaan yang dilaksanakan alas kesadaran
masyarakat, baik terbentuk secara lembaga maupun dengan adanya
berbagai macam yayasan atau pesantren.
Yayasan Irtiqo kebajikan adalah salah satu dari sekian banyak
yayasan yang ada dan bergerak dalam bidang sosial dan agama.
Penulis merasa tertarik untuk mengkaji pembinaan agama yang
dilakukan oleh Yayasan Irtido Kebajikan, sehingga didasari latar
belakang tersebut penulis menyusun karya ilmiyah ini dengan judul
"Pelaksanaan Bimbingan Islam Dalam Mengembangkan
Kecerdasan Spiritual Kaum Dhuafa di Yayasan Irtiqo Kebajikan
Ciputat Tangerang".
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Penulis membatasi masalah sebagai berikut :
a. Bimbingan Islam dalam mengembangkan kecerdasan spiritual
kaum dhuafa di yayasan lrtiqo Kebajikan.
b. Kecerdasan spiritual kaum dhuafa pada usia remaja usia 16
tahun sampai 18 tahun.
2. Perumusan masalah
Dari pembatasan masalah di atas dapat dirumuskan sebagai
berikut :
14
a. Bagaimana pelaksanaan bimbingan Islam dalam
mengembangkan kecerdasan spiritual kaum dhuafa yang
diterapkan di yayasan Irtiqo Kebajikan ?
b. Apa sajakah metode yang digunakan dalam pelaksanaan
bimbingan Islam di Yayasan Irtqo Kebajikan ?
c. Apa faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan di
Yayasan Irtiqo Kebajikan ?
C. Tujuan dan Manfaat penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan later belakang dan gambaran masalah di
atas maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan bimbingan Islam
dalam mengembangkan kecerdasan spiritual kaum dhuafa
terhadap anak asuh agar menjadi insan yang bertakwa,
b. Untuk menjelaskan faktor dan pendukung dan penghambat
pelaksanaan bimbingan Islam terhadap kaum dhuafa.
2. Manfaat Penelitian
a. Teoritis
1) Dapat dijadikan pengembangan teori-teori keilmuan dakwah
khususnya dalam bimbingan Islam.
2) Sebagai bahan rujukan bagi perpustakaan UIN atau fakultas
sebagai acuan bagi penelitian selanjutnya yang berkenaan
15
dengan konseling.
b. Praktis
1) Sebagai input bagi yayasan dalam mengembangkan
pelaksanaan pembinaan terhadap anak asuhnya.
2) Bagi penulis untuk melengkapi persyaratan dalam
memperoleh gelar Sarjana Sosial Islam pada Fakultas
Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Subjek dan Objek Penelitian
Yang menjadi subjek pada penelitian ini adalah mereka
yang terlibat dalam pelaksanaan bimbingan Islam Yayasan Irtiqa
Kebajikan yang terdiri dari pembimbing Islam Yayasan Irtiqa
Kebajikan dan 4 orang kaum dhuafa yang berada di Yayasan
Irtiqa Kebajikan.
D. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode yang digunakan penulis dalam skripsi ini adalah
deskriptif kualitatif, yang bertujuan untuk menggambarkan secara
tepat tentang suatu keadaan tertentu yang ada kaitannya dengan
masalah yang dibahas. Kemudian penulis akan menganalisis,
mengembangkan konsep dan fakta yang relevan serta
memaparkan secara mendalam sehingga diperoleh gambaran
16
yang menyeluruh.
Penelitian ini dilakukan di Yayasan Irtiqo Kebajikan Ciputat
Tangerang. Pemilihan lokasi ini dengan pertimbangan bahwa
yayasan ini telah cukup lama dikelola secara professional yang
menggunakan tenaga ahli dibidangnya dan di Yayasan Irtiko
Kebajikan ini telah diberikan kegiatan bimbingan Islam.
2. Teknik Pengumpulan Data
Ada heberapa teknik pengumpulan data dalam penyusunan
penelitian ini, yaitu :
a. Wawancara
Wawancara dilakukan secara langsung dengan orang-
orang yang dianggap perlu dan mewakili dalam penelitian ini.
Wawancara ini dimaksud untuk fokus mendapatkan data
tentang pelaksanaan bimbingan Islam. Data ini diambil dari
pembimbing yang berjumlah 2 orang, serta untuk mengetahui
hasil bimbingan Islam dan data ini di ambil dari kaum dhuafa
pada usia remaja, usia 16 th -18 th yang berjumlah 4 orang.
b. Observasi (Pengamatan)
Peneliti rnelakukan pengamatan langsung kelapangan
tanpa ada partisipasi alat standar lain terhadap proses
penelitian.
c. Telaah Kepustakaan
17
Dimaksudkan untuk mendapatkan data-data yang
berkaitan dengan penelitian ini, selain itu telaah kepustakaan
juga bertujuan untuk mernperjeias teori yang digunakan. Telaah
Kepustakaan didapat dari sumber informasi seperti buku-buku,
jurnal, Surat kabar dan internet.
3. Metode Analisa Data
Dalam melakukan analisa deskriptif kualitatif yaitu penulis
berusaha memaparkan data yang telah tersusun sebagaimana
adanya, dengan melakukan kajian dan tafsiran data-data tersebut.
sehingga dapat menggambarkan permasalahan secara sistematis
dan representatif faktor-faktor yang berhubungan dengan
fenomena yang diteliti.
E. Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan
sistematika penulisan yaitu dengan membagi lima bab. Tiap-tiap bab
terbagi sub-sub bab yaitu :
BAB I : Pendahuluan, pada bab ini dibagi menjadi lima sub bab,
yaitu
mengenai latar belakang masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
metodelogi penelitian dan sistematika penulisan.
18
BAB II : Kerangka teori, dalam hal ini meliputi pengertian
bimbingan
Islam, tujuan dan fungsi bimbingan Islam, metodologi
bimbingan Islam, pengertian kaum dhuafa, faktor-faktor
yang menyebabkan kemiskinan, tanggung jawab sosial
terhadap dhuafa, pengertian kecerdasan spiritual, unsur-
unsur kecerdasan spiritual dan cara meningkatkan
kecerdasan spiritual.
BAB III : Meliputi gambaran umum Yayasan Irtido Kebajikan,
sejarah
berdirinya, visi dan misi, struktur, sarana dan prasarana dan
keadaan remaja Yayasan Irtiqo Kebajikan.
BAB IV : Meliputi pelaksanaan bimbingan Islam, metode bimbingan
Islam terhadap kaum dhuafa, faktor pendukung dan
penghambat bimbingan Islam di Yayasan Irtido Kebajikan
dan tinjauan analisis pelaksanaan bimbingan Islam dalam
mengembangkan kecerdasan spiritual kaum dhuafa di
Yayasan Irtiqo Kebajikan.
BAB V : Penutup, berisi kesimpulan dan saran kemudian
selengkapnya
diawali dengan kata pengantar dan daftar isi serta diakhiri
dengan daftar pustaka dan lampiran.
19
BAB II
KERANGKA TEORI
A. Bimbingan Islam
1. Pengertian Bimbingan Islam
Secara harfiah kata bimbingan yang merupakan terjemahan dari
bahasa Inggris “to guide” ini mempunyai arti "menunjukan" atau lebih
lenqkapnya adalah memberi jalan atau menuntun orang lain ke arah
tujuan yang lebih baik dan bermanfaat bagi hidupnya di masa kini dan di
masa mendatang.3
Menurut I. Djumhur dan Muhammad Surya bimbingan adalah
suatu proses pemberi bantuan yang terus menerus dan sistematis
kepada individu dalarn memecahkan masalah yang dihadapinya agar
tercapai kemampuan untuk dapat memahami dirinya (self
understanding), kemampuan menerima dirinya (self direction),
kemampuan untuk merealisasikan dirinya (self realization), sesuai
dengan potensi atau kernampuannya dalam mencapai menyesuian diri
dengan lingkungan, baik sekolah, keluarga ataupun masyarakat, dan
bantuan pun diberikan oleh orang-oranq yang memiliki pengalaman
khusus dibidang tersebut.4
3 H.M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: PT. Golden
Trayen Press, 1994), h. 1. 4 Djumhur dan Moh. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan Sekolah, (Bandung: CV. Ilmu, 1975), h.
28.
20
Secara terminologi, Rahman Natawijaya mengemukakan
bahwa bimbingan adalah suatu proses penberian bantuan kepada
individu yang dilakukan secara berkesinamb,ingan supaya individu
tersebut dapat memahami dirinya, sehingga ia sanggup mengarahkan
dirinya dan dapat bertindak secara walar, sesuai dengan tuntunan dan
keadaan lingkungan sekolah. Dengan demikian la dapat menqecap
kebahagian hidupnya dan dapat memberikan sumbangan yang berarti
kepada kehidupan masyarakat. Bimbingan membantu individu mencapai
perkembangan diri secara optimal sebagai mahluk sosial.5
Islam dalarn kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai
wahyu Allah SWT yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW
melalui malaikat perantara, malaikat Jibril dengan mukjizat terbesarnya
yaitu al-Quran al-Karim yang dijadikan sebagai pedoman utama ajaran
Islam untuk kebaikan seluruh umat manusia, baik di dunia maupun
akhirat.6
Sedangkan Islam secara lughowi (etimologi) adalah berasal dari
kata aslamu-yuslimu-assalam, yang artinya selamat. Namun secara
doktinair (terminologi) mempunyai arti bahwa Islam adalah agama yang
membirnbing umat manusia rnenuju jalan yang diridhai Allah SWT. Siapa
5 Rahman Natawijaya, Peranan Guru dalam Bimbingan di Sekolah, (Bandung: CV. Arbarqir,
1998), hal. 7 6 Poerwanto, makalah, Bimbingan dan Konselor di Perguruan Tinggi, (Jakarta: fakultas
Ekonomi UI), h. 8-9
10
21
saja mematuhi perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, rnaka ia akan
selamat dunia dan akhirat karena kata Islam itu sendiri mempunyai arti
"selamat".7
Dan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Islam adalah
agama Tuhan (Allah) yang diwahyukan kepada nabi Muhammad SAW
dengan dua pokok ajarannya yakni Alquran dan Assunnah untuk
membawa manusia kepada kebahagiaan dunia dan akhirat.8
Bimbingan Islam adalah proses pemberian bantuan terhadap
individu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dari petunjuk
Allah, sehingga dapat mencapai kebahagian hidup dunia dan akhirat.
Dengan demikian bimbingan Islam merupakan proses bimbingan
lain, tetapi dalam seluruh seginya berlandaskan ajaran Islam, artinya
berdasarkan al-Quran dan Sunnah Rasul.
Dari sini dapat ditarik kesimpulan bahwa bimbingan Islam
merupakan proses pemberian bantuan yang tidak menentukan atau
rnengharuskan, melainkan sekedar mernbantu individu dan dibimbing
agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah.
2. Tujuan dan Fungsi Bimbingan Islam
(1) Tujuan Bimbingan Islam
Pada dasarnva tujuan dari bimbingan Islam sama halnya
7 M. Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1990), h. 186
8 Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Yogyakarta : UII Press, 2000),
h. 4.
22
dengan tujuan bimbingan secara umum. Dalam hal ini penulis akan
kemukakan tujuan-tujuan bimbingan antara lain sebagai berikut :
1.1. Menyediakan fasilitas untuk perubahan perilaku. Para ahii psikologi sepakat bahwa bimbingan bertujuan untuk rnengadakan perubahan pads kelakuan individu, agar klien hidup lebih produktif dan menikmati kepuasan hidup dengan menghilangkan kelernahan dan ketidak puasannya dengan cara menggunakan semua kemungkinannya.
1.2. Meningkatkan keterampilan untuk menghadapi sesuatu realita. Kehidupan manusia membuktikan bahwa hampir sernua orang mengalami kesulitan, untuk itu diperlukannya kemampuan, keterampilan dan juga kemauan serta kesanggupan untuk menghadapi masalah tersebut. Hal itu tergantung dari kemampuan dan keterampilan dasar yang dimiliki, apakah ia bisa mengatasi atau tidak.
1.3. Meningkatkan kemampuan dalam menentukan keputusan-keputusan akhir dari masalah klien harus rnerupakan keputusan yang ditentukan oleh klien itu sendiri dengan bantuan konselor. Membuat suatu keputusan sering kali harus mempertimbangkan berbaqai faktor berpengaruh dan memperhatikan cara-cara dalam meiakukan penilaian. Namun sering kali cara peninjauan terhadap faktor-faktor yang berpengaruh dan sistematika berpikir, rrasih sering perlu diiatih dan ditunjukan oleh orang lain dalam hal ini konselor atau pembimbing. Padahal dalam kehidupan ini kita harus mengambil keputusan, tentunya dari yang paling ringan dan sederhana, sampai yang berat dan rumit dan beresike besar.
1.4. Meningkatkan dalam hubungan antar perorangan. Sebagai mahluk sosial, seseorang diharapkan mampu membina hubungan yang harmonis dengan lingkungan sosialnya mulai dari ketika kecil di sekolah dengan teman sebayanya, rekan seprofesi dan dalam keluarga. Kegagalan dalam hubungan antar perorangan adalah kegagalan dalam penyesuaian diri yang antara lain disebabkan oleh kurang tepatnya memandang atau menilai diri sendiri atau kurangnya keterampilan untuk menyesuaikan diri.
1.5. Menyediakan fasilitas untuk pengembangan kemampuan klien.
23
Setiap orang pada hakikatnya memiliki kemampuan namun terkadang kemampuan tersebut kurang berfungsi atau berfungsi tapi tidak maksimal sebagaimana keadaan yang sebenarnya yang mungkin dicapai, disinilah tugas konselor atau pembimbing untuk membantu memfungsikan kemampuan klien agar dapat berfungsi secara maksimal sesuai dengan potensi yang dimiliki.9 Dari beberapa tujuan bimbingan di atas secara singkat dapat
dikaitkan bahwa tujuan bimbingan adalah suatu usaha yang diberikan
seseorang kepada orang lain dengan maksud agar ia memiliki
kemampuan untuk :
1. Mengenal dan memahami dirinya secara pribadi dengan lebih
bijaksana, termasuk di dalamnya kelebihan dan kekurangannya.
2. Mengenal dan menerima lingkungannya dengan baik.
3. Menyesuaikan diri secara sehat terhadap lingkungannya
4. Berusaha sebaik mungkin dengan kekuatan yang ada pada
dirinya untuk mengatasi masalahnya.
5. Mencapai serta meningkatkan kesejahteraan mentalnya.10
Mengacu pada tujuan bimbingan secara, umum, maka dapat
diketahui kemampuan dan kernatangan individu baik secara sosial,
emosional, intelektual dan spiritual untuk menjadi diri yang terbaik
(insan kamil) dan mengusahakan yang terbaik (ikhtiar) sesuai
dengan potensi yang dimilikinya berdasarkan
9 Singgih D. Gunarsa, koseling dan Psikoterapi, (Jakarta : PT. Bpk Gunung Mulya, 1992), h.10
10
Ibid., h. 15.
24
ajaran-ajaran Islam. Hal ini juga merupakan suatu proses untuk
meneliti dan lebih mengenal diri sendiri dalam upaya nya meraih kunci
rahasia kesuksesan untuk lebih mengenal (ma'rifat) Allah SWT.11
2. Fungsi Bimbingan Islam
Dalam rangka mennsukseskan tugas dan fungsi bimbingan
Islam maka, seseorang pembimbing perlu memahami dan mengenal
sasaran kegiatan yang diprograrnkan rnencakup bagaimana watak
klien, kehidupan keluarganya dan situasi serta kondisi yang
dialaminya. Maka fungsi dari bimbingan Islam adalah :
2.1. Mengusahakan agar klien terhindar dari gangguan dan hambatan yang mengancam kelanjutan proses perkembangan dan pertumbuhan.
2.2. Mengarahkan klien agar dapat mengenali dan memahami masalah yang sedang dihadapi.
2.3. Mengungkapkan kenyataan tentang psikologis dari klien yang bersangkutan menyangkut kemampuan diri sendiri, minat dan bakat yang dimiliki serta berhubungan dengan cita-cita yang ingin dicapai.
2.4. Membantu individu dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan dan agar berani dalam memikul tanggung jawab sendiri dalam mengatasi kesukarannya sehingga menghasilkan berupa kemajuan dari keseluruhan orang yang bersangkutan.
2.5. Bimbingan Islam juga dapat memberikan psikoterapi dari sudut keagamaan melalui tuntunan al-Quran dan al-Hadits.
2.6. Bimbingan Islam dalam fungsinya juga lebih bersifat protektif (melindungi) dan pencegahan dalam bentuk terapi. Bimbingan Islam sangat signifikan sebagai upaya
11 Aunur rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, ( Yogyakarta : UII Press,
2001),h.4
25
praktis selain psikoterapi psikiatrik karena bimbingan Islam mengandung kekuatan spiritual yang membangkitkan rasa percaya diri dan sikap optimis untuk memperoleh kesembuhan rohaninya.12 Menurut Yusak Burhanuddin dalam bukunya kesehatan mental,
menyatakan bahwa bimbingan Islam juga berfungsi sebagai pendamai
diri dan pengendali moral. Disebut pendamai diri karena seseorang
yang merasa bersalah dan berdosa dapat mencapai kedamaian batin
melalui bimbingan Islam yang diberikan. Disebut pengendali moral,
karena moral adalah kelakuan yang disesuaikan dengan nilai-nilai
masyarakat yang timbul dari hati dan disertai oleh rasa tanggung
jawab atas kelakuan tersebut, sehingga dengan bimbingan Islam
orang dapat mengatur dan mengendalikan tingkah laku dan sikap
yang diridhai Allah SWT.13
Aunur Rahim pun meriambahkan. secara 'ingkas fungi dan
birribingan Islam adalah sebagai berikut :
1. Fungsi preventif atau pencegahan kepada seseorang agar terhindar dari masalah.
2. Fungsi kuratif atau korektif yakni membantu seseorang memecahkan masalah yang dihadapi atau dialaminya.
3. Fungsi preservatif yakni membantu seseorang menjaga situasi dan kondisi agar yang semula tidak baik (mengandung masalah) menjadi baik (terpecahkan) dan kebaikan itu bertahan lama.
4. Fungsi developmental atau pengembangan yakni membantu seseorang mernelihara dan rnengembangkan situasi dan kondisi yang telah baik atau menjadi lebih baik.14
12
Jalaludin dan Rahmayus, pengantar Ilmu Jiwa Agama, Jakarta, (Jakarta : Kalam Mulia, 1993),cet 13 Yusak Burhanudin, kesehatan mental, (bandung : pusataka mulia, 1999), cet.1, hal.37 14
Ainur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (yogyakarta : UII Press, 2004),h.4.
26
3. Metode Bimbingan Islam.
Dalam hal ini metode akan diklasifikasikan berdasarkan segi
komunikasi, pengelompokan menjadi :
(1) Metode komunikasi langsung atau metode langsung. (2) Metode komunikasi tidak langsung atau metode tidak langsung.
1. Metode Langsung Adalah metode dimana pembimbing melakukan
komunikasi lansung (bertatap muka) dengan orang yang membimbingnya, metode ini dapat dirinci menjadi : a. Metode Individual
Pembimbing dalam hal ini melakukan komunikasi langsung secara individual dengan pihak yang dibimbingnya. Hal ini dapat dapat diilakukan dengan mempergunakan teknik : 1. Percakapan pribadi, yakni pembimbing melakukan dialog
langsung tatap muka dengan pihak yang dibimbingnya. 2. Kunjungan ke rumah (home visit), yakni pembimbing
mengadakan dialog dengan kliennya tetapi dilaksanakan dirumah klien sekaligus untuk mengamati keadaaan rumah klien dan lingkungannya.
3. Kunjungan dan observasi kerja, yakni pembimbing atau konseling jabatan melakukan percakapan individual sekaligus mengamati kerja klien dan lingkungannya.
b. Metode Kelompok
Pembimbing melakukan komunikasi langsung
dengan klien dalam kelompok. Hal ini dapat dilakukan
dengan teknik-teknik :
1. Diskusi kelompok, yakni pembimbing melaksanakan
bimbingan dengan cara mengadakan diskusi dengan atau
27
bersama kelompok klien yang mempunyai masalah yang
sama.
2. Karyawisata, yakni bimbingan kelompok yang dilakukan
secara langsung daengan mempergunakan karya wisata
sebagai forumnya.
3. Sosiodrama, yakni bimbingan atau konseling yang
dilakukan dengan cara bermain peran untuk memecahkan
atau mencegah tirnbulnya masalah (psikologis).
4. Psikodrama, yakni bimbingan atau konseling yang
dilakukan dengan cara bermain peran untuk memecahkan
atau mencegah timbulnya masalah (psikologis).
5. Group Teaching, yakni memberikan bimbingan konseling
dengan memberikan rnataeri bimbingan atau konseling
tertentu (ceramah) kepada kelompok yang telah
disiapkan.15
2. Metode Tidak Langsung
Metode tidak langsung (metode komunikasi tidak
langsung ) adalah metode bimbingan atau konseling yang
dilakukan melalui media komunikasi massa. Hal ini dapat
dilakukan secara individual maiipun kelompok, bahkan massal.
15
Ibid.,h.54.
28
a. Metode Individual
1) Melalui surat menyurat;
2) Melalui telepon dsb;
b. Metode Kelompok atau massal
1) Melalui papan bimbingan;
2) Melalui surat kabar atau majalah;
3) Melalui brosur;
4) Melalui radio (media audio);
5) Melalui televisi;16
Metode dan teknik yang dipergunakan dalam melaksanakan
bimbingan atau konseling tergsantung pada :
a. Masalah/problem yang sedang dihadapi/digarap b. Tujuan penggarapan masalah c. Keadaan yang dibirnbing/klien d. Kemampuan pembimbing/konselor menggunakan rnetode atau
teknik e. Sarana dan prasana tersedia f. Kondisi dan situasi lingkungan sekitar g. Organisasi dan administrasi layanan dan bimbingan konseiing h. Biaya yang tersedia17
B. Kaum Dhuafa
1. Pengertian Kaum Dhuafa
Dhuafa adalah bentuk jama' dari kata dha'if, artinya “orang-
16
Faqih,Bimbingan dan Konseling dalam Islam,h.54. 17
Ibid.,h.55
29
orang lemah"18 Dalam literatur hukum Islam istilah dhuafa dibedakan
dengan fakir, dari telaah kitab fiqih, Ali Yafie membuat rumusan definisi
miskin, ialah "yang memiliki harta benda atau mata pencaharian, kedua--
duanya hanya menutupi seperdua atau lebih dari kebutuhan pokok19.
Sedangkan yang disebut fakir adalah "mereka yang tidak memiliki
sesuatu harta benda atau tidak mempunyai mata pencaharian tetap atau
mernpunyai harta benda tetapi hanya menutupi kurang dari seperdua
kebutuhan pokok20. Ada dua golongan orang-orang yang lemah
ekonominya yaitu :
a. Orang fakir adalah "orang yang amat sengsara hidupnya, tidak
mempunyai harta dan tenaga untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya".
b. Orang miskin adalah "orang yang tidak cukup penghidupannya dan
dalam keadaan kekurangan"21.
Konsep Lewis (1966) tentang budaya kemiskinan bahwa"golongan
miskin itu menjadi miskin karena memang mereka miskin, anak-anak
rnakan tidak layak, menerima pendidikan yang minim dan menerima
anggapan keluarga atau Leman sejawat bahwa kemiskinan sobagai
18
.Ahmad Zuhdi Muhdlor “Kamus konteporer Arab-Indonesia”,(Jakarta,Multi Karya
Grafik,2003),h.233. 19
.Ibid,.h.235. 20 .Ahmad Sanusi,Agama ditengah kemiskinan, (Jakarta : Logos, 1999),h.12-13 21
.Hamka, Tafsir Al-azhar Juz 10, (Jakarta, PT.Pustaka Panjimas),h.148-249.
30
suatu keniscayaan"22.
2. Faktor-faktor Yang Menyebabkan Timbulnya Mustadh’afin
Ada beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya Mustadh’afin
yaitu :
a. Pendidikan yang rendah. Dengan adanya tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan
seseorang kurang mempunyai keterampilan yang dimiliki menyebabkan keterbatasan kemampuan untuk masuk dalam dunia kerja.
b. Malas bekerja Sikap malas bekerja merupakan suatu masalah yang cukup
memprihatinkan, karena masalah ini menyangkut mentalitas dan keprihadian seseorang.
c. Keterbatasan lapangan kerja. Keterbatasan lapangan kerja akan membawa konsekuensi
Kemiskinan bagi masyarakat. Secara ideal banyak orang yang mengatakan bahwa seseorang atau masyarakat harus mampu menciptakan lapangan kerja barn, tetapi secara faktual hal ini kecil kernungkinannya, karena adanya keterbatasan kemampuan sesorang baik yang berupa skill maupun modal.
Sedangkan menurut Ginandjar Kartasasmita, kondisi kemiskinan dapat disebabkan sekurang-kurangnya karena empat faktor, sebagai berikut : a. Rendahnya taraf pendidikan.
Rendahnya taraf pendidikan mengakibatkan kemampuan pengembangan diri terbatas dan menyebabkan sampitnya lapangan kerja yang dapat dimasuki.
b. Rendahnya taraf kesehatan Rendahnya taraf kesehatan yang ditandai dengan gizi yang
rendah menyebabkan rendahnya daya tahan fisik,daya tahan fikir dan prakarsa.
c. Terbatasnya Lapangan Kerja Terbatasnya lapangan kerja inipun disebabkan rendahnya
taraf pendidikan dan adanya keterbatasan keterampilan dan modal23.
22
.Parsudi, Suparlan, Kemiskinan di perkotaan, (Jakarta, yayasan Obor Indonesia, 1993),h.5.
23
.Arnikum Aziz, Hartono, Ilmu Sosial Dasar,(Jakarta : Bumi Aksana, 1993),h. 33
31
d. Kondisi Keterisolasian. Kondisi keterisolasian mengakibatkan banyak penduduk
miskin secara ekonomi tidak berdaya karena terpencil dan terisolasi. Mereka hidup terisolasi sehingga sulit
atau tidak terjangkau oleh pelayanan pendidikan, kesehatan dan daya gerak kemajuan yang dinikmati masyarakat lain24.
3. Tanggung Jawab Sosial Terhadap Dhuafa
Perhatian Islam yang besar terhadap penanggulangan problema
kemiskinan/sosial dan orang-orang miskin dapat dilihat dari kenyataan
khususnya bahwa agama Islam semenjak baru muncul di kota mekkah
masih banyak orang yang hidup dalam keadaan ekonomi yang sulit dan
belum mempunyai pemerintahan. Juga organisasi politik tetapi Islam
sudah memiliki konsep yang jelas yaitu kitab suci al-Quran yang
memberikan perhatian penuh dan kontinyu untuk semua aspek
kehidupan termasuk aspek sosial dan kaum dhuafa.
Al-Quran merumuskannya dengan kata-kata member makan
orang-orang miskin, mengeluarkan sebagian rezeki yang diberikan oleh
Allah SWT, memberikan hak-hak orang-orang yang meminta-minta,
membayar zakata dan lain-lain.
Dalam al-Quran surat al-Fajr, Allah SWT membentuk orang-
orang jahiliyah yang menelantarkan anak yatim dan orang-orang
24 .Ginanjar Kartasasmita, Pembangunan untuk Rakyat : Memadukan Pertumbuhan dan Pemerataan,
(Jakarta : ades, 1996), h. 240-241
32
miskin.
Artinya : “sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya kamu tidak
memuliakan anak yatim, dan kamu tidak saling mengajak
memberi Makan orang miskin” (QS. 89 : 17 – 18)
Kata tahaadh “saling menolong” dalam ayat tersebut
mengandung arti “bahu membahu”25. Dengan demikian ayat ini
merupakan ayat seruan agar masyarakat bertanggung jawab
sepenuhnya dalam menangani kemiskinan. Masyarakat dan bangsa
perlu meyakini dengan sungguh-sungguh bahwa mencintai kaum dhuafa
dengan memberikan perhatian kepada mereka, baik dalam bidang
ekonomi, social maupun dalam pendidikan merupakan suatu keharusan.
Membiarkan mereka hidup terlantar dengan terlunta-lunta adalah sama
dengan mendustakan agama.
Kemiskinan menimbulkan banyaknya pengangguran. Hal ini
merupakan salah satu masalah social. Menurut Daldjuni (1985) masalah
social adalah suatu kesulitan atau ketimpangan yang bersumber dalam
masyarakat sendiri dan membutuhkan pemecahan segera, sementara
itu orang-orang masih percaya akan masih dapatnya masalah itu
25 Ahmad Zuhdi Muhdlor, kamus Kontemporer Arab Indonesia, ( Jakarta : Multi karya grafik, 2003),
h.233.
33
dipecahkan. Ukuran-ukuran masalah social menyangkut dengan
masalah kejahatan, perceraian dan kemiskinan.
Kaum dhuafa’ disebut oleh Nabi Muhammad sebagi orang-orang
yang sangat dekat dengan Nabi kelak di akhirat. Hidup mereka lebih
berharga dari mereka yang memakan uang rakyat.
Doa orang-orang Mustadh’afin (orang yang terlemahkan) akan cepat
dikabulkan oleh Allah SWT. Bahkan Nabi Muhammad bersabda, bahwa
kelak Nabi akan bersama kaum dhuafa’ di akhirat. Maka sudah
selayaknya, sebagai umat Nabi Muhammad SAW untuk membela
kepentingan para dhuafa’, berjuang memperoleh hak hidup yang layak
dan hak hidup yang adil dalam memperoleh makan dan minum serta
lapangan pekerjaan. Apabila kaum dhuafa’ dibiarkanmenderita maka
bangsa ini akan mendapatkan generasi-generasi lemah dan tidak
berdaya. Dengan memberdayakan kaum dhuafa’ maka mereka akan
bangkit dengan sendirinya untuk mengubah hidupnya26.
Salah satu langkah konkret yang seyogyanya dilakukan secara
bersama-sama adalah membangun lembaga pendidikan bagi kaum
dhuafa yang berkualitas tetap terjangkau oleh kemampuan mereka atau
lebih baik lagi jika diberikan secara gratis, yang tersebar di berbagai
daerah terutama di kantong-kantong kemiskinan, baik dilakukan secara
26
.Najlah Naqiyah 2:26 Am.http://najlah.blogspot.com/2005/10/dhuafa-korban-kekerasan-negara,html.
34
formal maupun nonformal. Hal yang sama juga dilakukan dalam bidang
kesehatan, dengan mendirikan klinik-klinik atau layanan kesehatan
Cuma-Cuma27.
C. Kecerdasan Spiritual
1. Pengertian Kecerdasan Spiritual.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia bahwa kecerdasan ialah
perihal cerdas, kesempurnaan perkembangan akal budi (seperti
kepandaian, ketajaman pikiran) dan spiritual adalah kejiwaan, rohani,
batin, mental dan moral.
Sedangkan menurut Danah Zohar dan Ian Marshall, seperti yang
dikutip oleh Ary Ginanjar bahwa kecerdasan spiritual adalah kecerdasan
jiwa. la adalah kecerdasan yang membantu kita menyempurnakan dan
membangun diri kita secara utuh. Yang dimaksud di sini ialah
kecerdasan yang berasala dari energi jiwa yang sangat besar, yang
mampu menggerakan potensi dari pusat diri menuju permukaan atau
lapisan ego. Bila kita mengalami penyakit spiritual, maka kecerdasan
spiritual adalah sarana yang dapat kita gunakan untuk bergerak dari
suatu yang satu ke yang lain, sarana yang dapat menyembuhkan diri
27
,Sumber : republika.co.id
35
kita sendiri28.
Dalam bentuk kata jadian bahasa inggris kuno, “health”
(kesehatan), “wholeness” (keutuhan), dan “healing” (penyembuhan),
semuanya berasal dari akar yang sama, dan “recollection” (ingatan),
kendaraan kecerdasan spiritual secara harfiah berarti “recollect”
(mengambil), atau “gather” (mengumpulkan) kepingan-kepingan diri kita
yang terbelah29.
Salah satu usaha untuk menyembuhkan diri dapat dilakukan
dengan berbagai cara, misalnya dengan kasih sayang dari orang-orang
yang kita cintai, oleh penasehat, dengan mendekatkan diri dengan alam
dan dengan mengambil simbol spiritual yang member makna pada kita.
Sedangkan menurut Ary Ginanjar Agustian, Quetion Spiritual
adalah “kemampuan untuk makna ibadah terhadap setiap perilaku dan
kegiatan melalui langkah-langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah,
menuju manusia yang seutuhnya (hanif) dan memiliki pola
pemikiran tauhid (integralistik) serta berprinsip hanya karena Allah30.
Begitu pula menurut pak MU (Muhammad Zuhri), seperti
yang dikutip oleh Ir. Agus Nggermanto memberikan definisi yang
menarik “Quetion Spiritual adalah kecerdasan manusia yang
28
.Ahmad Sanusi,Agama ditengah kemiskinan, (Jakarta : Logos, 1999),h.12-13 29
.Hamka, Tafsir Al-azhar Juz 10, (Jakarta, PT.Pustaka Panjimas),hal.148-249
30 .Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi Spiritual (ESQ) :
Berdasarkan 6 Rukun Iman 5 Rukun Islam,(Jakarta : Arga,2002),h.4
36
digunakan untuk berhubungan dengan tuhan”31.
Potensi Quetion Spiritual setiap orang sangat besar dan
tidak dibatasi oleh faktor keturunan, lingkungan atau matari lainnya.
Dari beberapa definisi di atas dapat ditar ik kesimpulan bahwa
kecerdasan spiritual adalah kemampuan manusia yang tidak
terbatas untuk dapat memaknai setiap aspek kehidupan dengan
makna ibadah dan bersifat fitrah,
agar menjadi manusia seutuhnya (hanif) dan memiliki "pola
pemikiran tauhidi (integralistik) serta berprinsip hanya karena
Allah". Dimana dalam setiap aspek kehidupan itu sendiri, manusia terus
melakukan aktiv itasnya yang bermacam-macarn dan secara
kreatif mampu menentukan ni lai-nilai baru, baik dalam
berhubungan atau ketika menjalani hubungan dengan tuhannya.
2. Unsur - unsur Kecerdasan Spiritual
a. Zero Mind Proccess (Penjernihan Emosi)
Pada masa Rasullallah diceritakan, ada seseorang
hamba sahaya bernarna bilal, yang dipaksa agar meninggalkan
agamanya c lan disiksa secara f is ik oleh kaum quraisy.
Namun Bilal tetap bertahan dan hanya berucap ahad...
31 Agus Nggermanto, Konseling Agama, Teori dan Kasus (Jakarta : PT.Bina Rena
Pariwara,2002),h.18.
37
ahad ... ahad32. Meski Bilal adalah budaknya yang tidak
merdeka secara fis ik tetapi Bi la l tetap memegang teguh
prins ip, mempertahankan keyakinan,apapun resiko yang
akan dihadapinya, termasuk nyawa sekalipun. Bilal melalui
kekuatan prinsipnya, mampu mengeluarkan dan memisahkan
antara f is ik ( tubuhnya) yang terbatas dan terbelenggu,
dengan hatinya yang bebas merdeka. Tetapi
batu itu t idak mampu menekan jiwanya yang bebas.
Bahkan Bilal t idak pernah mengizinkan pikirannya sendiri
untuk merasa tertekan. Bilal adalah raja atas pikiran dan hatinya
sendiri.
la telah mengetahui menguasai batinnya, ia mampu
keluar dari dirinya sendiri melihat jasadnya yang dihimpit
batu. Inilah makna "ahad", satu prinsip, tidak ada lain, bahkan
tidak pula untuk jasadnya sendiri.
Langkah-langkah di dalam penjernihan emosi agar
mampu mengambii tindakan secara tepat adalah :
1. Hindari selalu berprasangka buruk, upayakan berprasangka balk kepada orang lain.
2. Berprinsiplah selalu kepada Allah yang Maha Abadi. 3. Bebaskan diri dari pengalaman-pengalaman yang
32 .Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses ESQ (Jakarta : Arga,2002),h.6
38
membelenggu pikiran. 4. Dengarlah suara hati, peganglah prinsip "karena Allah ",
berpikirlah melingkar sebelum menentukan kepentingan dan prioritas.
5. Lihatlah semua sudut pandang secara bijaksana berdasarkan suara-suara hati yang bersumber dari asmaul husna (99 thinking hats).
6. Menilai sesuatu dengan obyektif dan apa adanya. 7. Ingatlah bahwa segala sesuatu ilmu pengetahuan adalah
sumber dari Allah SWT33.
b. Membangun Mental
Dalam membangun mental dibutuhkan prinsip-prinsip :
1. Suara hati manusia itu pads dasarnya bersifat universal.
2. Keteladanan malaikat. Keteladanan yang bisa diambil dari
sifat malaikat secara umum adalah kepercayaan
yang dimiliki, loyalitas dan integritasnya yang sangat
mengagumkan
3. Kepemimpinan semua orang adalah pemimpin minimal
terhadap dirinya sendiri. Diharapkan pemimpin dapat
menjadi pemimpin yang dicintai, dipercaya, membimbing,
mempunyai kepribadian baik dan pemimpin abadi yang
dikenang sepanjang masa.
4. Pembelajaran. Diharapkan untuk tidak berhenti belajar.
5. Memiliki visi yang jelas.
33
.ibid,h.28
39
6. Mengerjakan segala sesuatu dengan manajemem yang baik34.
c. Ketangguhan Pribadi
Untuk mengikuti pribadi yang tangguh diperlukan prinsip-
prinsip :
1. Menetapkan misi secara benar
2. Membangun karakter lewat shalat sebagai kekuatan
afirmasi (untuk menyelaraskan ni lai-n i la i keimanan
dengan real i tas kehidupan)
3. Melatih pengendalian diri dengan puasa
d. Ketangguhan Sosial
Ketangguhan sosial dapat dibangun dengan prinsip zakat.
Prinsip zakat adalah "memberi" member kepada
lingkungan sosial adalah salah satu modal awal untuk
membentuk suatu sinergi dalam rangka membangun
"ketangguhan sos ial" zakat adalah bentuk pelatihan dan
aplikasi konkrit dari "prinsip dan keseimbangan bismillah"35.
3. Cara Meningkatkan Kecerdasan Spiritual
Perubahan Spiritual Quetion dari yang rendah ke yang lebih
tinggi melalui beberapa iangkah utama sebagai berikut :
1. Sebaiknya setiap individu hares menyadari dimana dirinya
34 .ibid,h.45 35
.ibid,h.73
40
sekarang. Misalnya, bagaimana situasi dirinya saat ini? apakah
konsekuensi dan reaksi yang ditimbulkannya? apakah setiap
individu dapat membahayakan diri sendiri atau orang lain? Langkah
ini menuntut setiap individu untuk menggali kesadaran diri, yang
pada gilirannya menuntut dirinya untuk menggali kebiasaan
merenungkan pengalaman.
2. Jika renungan dapat mendorong setiap individu untuk
merasakan bahwa perilaku, hubungan, kehidupan, atau
hasil kerja dapat menjadi adi lebih baik, maka sebaiknya
setiap individu itu pun harus memiliki keinginan untuk berubah.
Berjanji dalam hati untuk berubah. Iri akan menuntut setiap
individu untuk memikirkan secara jujur apa yang harus dilakukan
demi peruabhan itu dalam bentuk energi dan pengorbanan.
Apakah setiap individu siap berhenti
untuk minum-minum atau merokok? Memberikan perhatian
lebih bestir untuk mendengarkan diri sendiri atau orang lain?
menjalankan disiplin sehari-hari, seperti membaca atau olah
raga atau merawat seekor hewan?
3. Kini dibutuhkan tingkat perenungan yang lebih dalam. Setiap
individu harus dapat mengenali diri sendiri, letak pusat dan
41
motivasi yang paling dalam. Jika setiap individu berpikir akan
mati minggu depan, apa yang ingin individu tersebut bisa
katakan mengenai apa yang bisa dicapai atau disumbangkan
dalam kehidupan? Jika individu diberi waktu setahun lagi,
apa yang akan dilakukan oleh setiap individu dengan waktu
tersebut.
4. Apakah penghalang yang merintangi setiap individu? apa yang
mencegah setiap individu sehingga menjalani kehidupan diluar pusat
diri mereka? kemarahan? kerakusan? rasa bersalah? sekedar
kemalasan? kebodohan? Kemanjaan diri? Kini setiap individu
sebaiknya membuat daftar hat yang menghambat dan
mengembangkan pemahaman tentang bagaimana diri mereka dapat
menyingkirkan penghalang-penghalang ini. Mungkin itu berupa
tindakan sederhana, seperti kesadaran untuk ketetapan hati, atau
perasaan memuncak seperti yang disebut dengan kaum buddhis.
"Perubahan perasaan-perasaan", muak terhadap diri sendiri. Akan
tetapi, mungkin juga suatu proses
yang panjang dan lambat serta akan membutuhkan pembimbing, ahli
terapi, sahabat dan penasehat spiritual. Langkah ini sering
diabaikan, namun sangat penting dan membutuhkan perhatian terus
menerus.
42
5. Praktek atau disiplin apa yang seharusnya setiap individu ambil?
jalan apa yang seharusnya diikuti? komitmen apa yang akan
bermanfaat? pada tahap ini, setiap individu perlu menyadari berbagai
kemungkinan untuk bergerak maju. Curahkan usaha mental clan
spiritual untuk menggali berbagai kemungkinan ini, dan membiarkan
setiap individu bermain dalam imajinasi, dan mereka dapat
menemukan tuntutan praktis yang dibutuhkan dan diputuskan
kelayakan setiap tuntutan tersebut bagi setiap individu.
6. Setiap individu harus menetapkan hati pada satu jalan dalam
kehidupan dan berusaha menuju pusat, sementara individu tersebut
pun melangkah di jalan itu. Diperlukan adanya perenungan setiap
hari. Apakah diri setiap individu telah berusaha sebaik-baiknya demi
diri sendiri dan orang lain? apakah telah mengambil manfaat
sebanyak mungkin dari setiap situasi? apakah setiap individu merasa
damai dan puas dengan keadaan sekarang? apakah ada makna
bagi setiap individu disini? menjalani hidup dijalan menuju ibadah
terns menerus, memunculkan kesucian alamiyah yang ada dalam
setiap situasi
yang bermakna.
7. Dan akhirnya, sementara setiap diri individu rnelangkah di jalan yang
dilpiiih sendiri, diharapkan kesadaran akan masih ada jalan-jalan
43
yang lain, seharusnya tetap ada. Menghormati mereka yang
melangkah di jalan-jalan tersebut karena ada kemungkinan setiap
diri individu tersebut dapat mengambil jalan-jalan tersebut36.
36 .Danah Zohar dan Ian Marshall,Kecerdasan Spiritual (Spiritual Intelegensi : The Ultimate
Intelegence),h.195.
44
BAB III
GAMBARAN UMUM YAYASAN
IRTIQO KEBAJIKAN
A. SEJARAH BERDIRINYA.
Banyak fenomena di masyarakat yang harus menjadi
perhatian serta menuntut kepedulian kita, orang-orang yang diuntungkan
oleh nasib untuk mengantisipasi dan mengatasi secara transparan
dan operasional, yaitu tuntutan sebuah peran yang lebih nyata dan
menyentuh langsung terhadap fenomena yang ada tersebut.
Fenomena tersebut yaitu adanya kemiskinan intelektual di
kalangan umat Islam. Di dalam bahasa agama, mereka yang
mengalami fenomena tersebut iaiah kaum dhuafa yang didalamnya
terdapat anak yatim piatu, fakir miskin, kaum manula, anak tidak atau
kurang mampu baik secara materil maupun akibat keretakan keluarga.
Melihat kenyataan tersebut di atas, para pendiri Yayasan lrtiqo
Kebajikan berusaha berperan aktif untuk "memberdayakan" dan
menempatkan mereka ditempat yang seharusnya mereka berada, hal
tersebut pun didorong oleh sebab lain yang tak kalah penting yakni,
"lebih balk memberi kail dari pada ikan". Berawal dari keprihatinan
para pendiri Yayasan Irtiqo Kebajikan dan bantuan dari seorang
muallaf, maka Yayasan R. Tiko Hidayah dibentuk pada tanggal 24
33
45
Oktober 1997. Namun dengan adanya kritis moneter, muallaf
tersebut mengundurkan diri, sebagai gantinya pada tanggal 31 Desember
1997 terjadi perubanan Hama Yayasan R. Tiko Hidayah menjadi
Yayasan Irtiqo Kebajikan, dan secara resmi disyahkan di depan
notaris Ny. Lanny Ratna Ekowati Soebnoto, S.H. dengan nomor akte
notaris 14837.
Dan seiring perjalanan waktu Yayasan Irtiqo Kebajikan
berkembang sehingga memiliki beberapa divisi dan bertambahnya
jumlah pembina, walau jumlahnya masih terbilang sedikit dan
mengakibatkan posisi pembina dan guru masih dirangkap oleh semua
pengurus. Namun hal tersebut di atas tidak menyurutkan semangat
Yayasan Irtiqo Kebajikan untuk memenuhi kebutuhan primer anak asuh
baik sandang, pangan maupun pendidikan.
B. Struktur Organisasi Yayasan Irtiqo Kebajikan
1. Dewan Pendiri
a. M. Gozali, A.Md
b. Tri Esti Rahmaningsih, S.Pd
c. Komaruddin, S.Ag
d. Tubagus Yamin, S.Ag
e. Maskuroh, S.Ag
37 .Wawancara pribadi dengan Tri Esti Rahmaningsih, Jakarta,14 Februari 2007
46
2. Penasehat
a. Hj. Soeharto Djokojahjono
b. Mosyanif Munir
3. Badan Pengurus Harian
Ketua : Komaruddin, S.Ag
Wakil Ketua & Bendahara : Tri Esti Rahmaningsih
Sekretaris & Kabid Pembinaan : Muslim
Kabid Pendidikan : Neneng Khaerunnisa
Kabid Rurnah Tangga : Sri Inawati
Kabid Usaha : Sholeh38
C. Visi Dan Misi
Yayasan Irtiqo Kebajikan mempunyai visi untuk meningkatkan
kualitas kaum dhuafa yakni kualitas intelektual, moral dan spiritual.
Sedangkan misinya ialah membina kaum dhuafabaik jasmani maupun
rohani dalam bentuk pendidikan yang diharapkan menjadi pribadi yang
memiliki integritas tinggi, beriman dan berakhlakul karimah.
D. Sarana dan Prasarana
Realitas yang dimiliki berdasarkan data dokumentasi dan
observasi terdiri dari atas 2 ruang belajar, 1 ruang kantor, 2 ruang
38
Yayasan Irtiqo Kebajikan, Profil yayasan dan kegiatan tahunan 2007,h.67
47
asrama putra, 4 ruang asrama puteri, 1 ruang perpustakaan, 1
gedung aula, 7 kamar mandi, 1 ruang makan, tempat foto copy dan
dapur.
Tabel 1
Sarana dan Prasarana
No Jenis Jumlah
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Ruang Belajar
Ruang Kantor Yayasan
Kamar Asrama Putri
Kamar Asrama Putra
Perpustakaan
Aula
Gudang
Kamar Mandi
Ruang Makan
Tempat Foto Copy
Dapur
2
1
4
2
1
1
1
7
1
1
1
Sumber :AD/ART Yayasan Irtiqo Kebajikan
E. Keadaan Kaum Dhuafa Di Yayasan Irtiqo Kebajikan
48
Anak adalah investas i terbesar yang harus di jaga
seberapa besar perhatian orang tua pada anaknya sejumlah itulah
investasi ditanam, semakin kecil perhatian berarti semakin
kecil jumlah investasi.
Kaum dhuafa pada usia remaja di Yayasan Irtiqo Kebajikan
terdiri dari laki-laki dengan jumlah 12 orang dan wanita yang
berjumlah 15 orang. Mereka sangat memperhatikan rasa
kebersamaan, kekeluargaan dan rasa keperdulian antar sesama tinggi
sekali, sehingga terciptalah suasana yang damai dan tentram di Yayasan
lrtiqo Kebajikan39.
Anak asuh di Yayasan Ir t iqo Kebajikan ini mereka dididik
dengan pengetahuan agama, pengetahuan sosial dan pengetahuan
umum yang mereka dapat di bangku sekolah dan yayasan, agar
mereka menjadi anak-anak yang saleh dan berguna bagi kedua
orangtuanya dan masyarakat pada umumnya, agar mereka tidak tertinggal
dengan teman-temannya. Yakni anak yang mampu hidup beribadah
dengan cara yang benar, mampu memperlihatkan kebenaran sekaligus
mendakwahkannya.
Di bawah ini adalah table tentang kaum dhuafa pada usia remaja di
Yayasan Irtiqo Kebajikan.
39
.ibid,h.85.
49
Tabel 1
Keadaan Kaum Dhuafa Di Yayasan Irtiqo Kebajikan
No Nama L/P Tanggal Lahir Status
1 Ali Murtado L Tegal, 16 April 1989 Tidak Mampu
2 Atin Supriyatin P Cirebon, 17 Juli 1991 Yatim
3 Bahriyah P Serang, 10 Oktober 1992 Yatim
4 Bayu Sugana P Tasik, 3 Februari 1990 Tidak Mampu
5 Budi Wahyudi L Serang, 12 Februari 1990 Yatim
6 Eko Purnomo HS L Tegal, 12 Januari 1992 Tidak Mampu
7 Ermiswaris L Bekasi, 5 Juni 1993 Tidak Mampu
8 Esilia P Tjg. Ka†Ê__, 8 September 1989 Yatim
9 Hendri Nuryasin L Brebes, 27 September 1989 Tidak Mampu
10 Heni Susilawati P Tegal, 2 Maret 1989 Tidak Mampu
11 Iwan Septiawan L Tangerang, 15 November 1993 Tidak Mampu
12 Lamini P Bogor, 24 Juni 1993 Tidak Mampu
13 Mastini P Bogor, 10 April 1990 Tidak Mampu
14 Misbahusudur L Bogor, 20 Februari 1992 Tidak Mampu
50
15 Muhaimin L Brebes, 3 Juli 1990 Yatim
16 Murifah P Tegal, 15 Agustus 1989 Yatim
17 Nefi Afriani P Serang, 27 Mei 1987 Piatu
18 Nukhin L Tegal, 3 Januari 1991 Piatu
19 Nuryeni P Bogor, 3 September 1988 Yatim
20 Saman L Bekasi, 12 Juli 1986 Yatim Piatu
21 Siti Juaikha P Brebes, 16 Nopember 1990 Tidak Mampu
22 Siti Maryam P Pemalang, 26 Januari 1994 Tidak Mampu
23 Siti Ropiah P Jakarta, 22 Februari 1992 Yatim
24 Sri Widyawati P Tegal, 24 Desember 1987 Yatim
25 Sobur L Tegal, 24 Desember 1987 Yatim
26 Susilawati P Bogor, 14 Juli 1988 Tidak Mampu
27 Saiful Hidayat L Bogor, 13 September 1991 Tidak Mampu
F. Program Kegiatan
Program Yayasan Ir t iqo Kebaj ikan dalam mengambi l
anak asuh harus memenuhi persyaratan ter lebih dahulu,
mula i dari ke lengkapan c lokumen, tentang anak yang akan
dididik, keberadaan orang tuanya, letak tempat t inggal sampai
tujuan apa yang di harapkan untuk diasuh di Yayasan Irtiqo kebajikan, hal
ini dilakukan karena yayasan tidak menginginkan suatu saat ada
tuntutan dari pihak keluarga.
Dalam menjalankan aktifitasnya agar lebih terarah Yayasan Irtiqo
Kebajikan mempunyai program kegiatan yang terdapat di Yayasan Irtiqo
51
Kebajikan yaitu :
1. Mengadakan shalat fardhu dan sunnah berjamaah, yaitu : shalat
fardhu lima waktu, shalat tahajjud dan dhuha berjamaah.
Pada hari senin sampai dengan minggu. Shalat fardhu berjamaah
ini lebih diharuskan atau diwajibkan dilaksanakan pada waktu
shalat Maghrib, Isya, dan Subuh karena anak-anak asuh mulai
melakukan aktifitas diyayasan setelah mereka pulang dari sekolah.
2. Mengadakan hafalan al-Qur’an dan do’a Qur’ani
3. Mengadakan Tadarus intifiradi dan jama’i
Kegiatan ini dilaksanakan setelah melaksanakan shalat fardhu dan
sunnah berjamaah.
4. Mengadakan Tausiah dan Dzikir
Kegiatan ini dilaksanakan setelah shalat fardhu clan sunnah.
5. Mengadakan Program wajib belajar disekolah formal, yaitu : tidak
semua anak asuh mengikuti wajib belajar formal disekolah yang sama.
6. Mengadakan latihan bahasa Indonesia-Arab-Inggris, Pendidikan
agama Islam, Pendidikan Sosial dan Eksakta, keterampilan dan kursus-
kursus dan perpustakaan serta mading sebagai bentuk kreatifitas dari
anak-anak asuh.
7. Mengadakan atau penerapan adab.-adab Islami yaitu menerapkan
peraturanperaturan sehari-hari untuk anak-anak asuh.
52
8. Mengadakan program sharing.
Materi program sharing ini berkaitan dengan mata pelajaran yang
dipelajari disekolah, materi umum yang diberikan oleh yayasan
dan permasalahan yang biasa dihadapi oleh anak asuh.
Kecerdasan Spiritual adalah kecerdasan jiwa, kcerdasan dimana adanya
kemampuan manusia yang terbatas untuk dapat memaknai setiap aspek
kehidupan dengan makna ibadah dan bersifat agar menjadi manusia seutuhnya
( hanif ) dan memiliki “pola pemikiran tauhid ( Integralistik ) serta
berprinsip hanya karena Allah”.
Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa pentingnya kecerdasan
spiritual bagi kehidupan manusia, oleh karenanya yayasan irtiqo kebajikan
berusaha menerapkan unsur-unsur kecerdasan spiritual di setiap program
kegiatan yaitu :
1. Mengadakan shalat fardhu dan sunnah berjama’ah, yaitu : shalat fardhu
lima waktu, shalat tahajjud dan dhuha berjama’ah.
Unsur kecerdasan spiritual yang diterapkan disinilah ialah penjernihan
emosi. Dengan melaksanakan shalat fardhu dan sholat sunnah. Artinya
kaum dhuafa dapat melatih secara berulang-ulang baik hati, pikiran dan
tindakan yang bertujuan untuk mensucikan fitrah ketika melakukan
shalat akan memberikan suatu peringatan dini dan kesadaran diri akan
arti kejernihan hati dan pikiran. Kejernihan pikiran ini, akan menjadi
53
landasan penting bagi pembangunan kecerdasan emosi dan spiritual
seseorang.
Beberapa hal dalam sholat yang bisa melatih serta menjaga ke jernihan hati
dan pikiran adalah sebagian berikut :
a. Wudhu
“Sukakah anda tunjukan suatu amal yang dapat menghapus segala dosa
dan sekaligus mengangkat derajat ?”
Jawab mereka, “Tentu ya Rasullah”
Sabda Beliau, “menyempurnakan wudhu disaat-saat segan, membanyakan
langkah ke masjid, dan menunggu waktu shalat, itulah cara yang menguasai
diri yang baik.”
Membasuh wajah melambangkan penjernihan –H.R. Muslim no. 197
Dan pensucian hati serta pikiran. Membasuh tangan melambangkan penyucian
segala kegiatan. Membasuh kepala melambangkan pikiran yang suci dan
membasuh kaki adalah melambangkan langkah lurus dan bersih.
b. Do’a Iftitah
Doa iftitah ini diucapkan setiap kali sholat, memuji Allah yang selalu suci
sepanjang pagi dan petang. Ini adalah pujian dan pengakuan kepada
tuhan, Rabb yang selalu suci dalam berpikir dan suci dalam bertindak.
Allah-lah teladan dari segalanya kesucian.
54
Menyatakan secara berulang-ulang tentang kesucian Allah, hal ini akan
mendoktrin jiwa seseorang untuk selalu mengikuti teladannya yaitu Allah
Yang Maha Suci.
Secara sadar atau melalui pikiran bawah sadar, dokterin ini akan
mengubah atau menjaga sikap dan karakter seseorang agar selalu suci
dan bersih. Inilah dasar dan landasan sebuah kecerdasan emosi dan
spiritual ( ESQ ) yaitu kemampuan untuk bebas dan mereka dari
berbagai belenggu hati dan pikiran, dimana hasil akhir yang diharapkan
adalah sebuah fitrah atau yang sangat cerdas.
c. Rukun dan Sujud
Pujian adalah sebuah pengakuan dan keinginan. Didalam ruku’ dan
sujud, dilafdzkan pujian dan keinginan. Memuji kepada Allah Yang
Maha Suci dan Maha Agung bisa diartikan bahwa seseorang yang
melakukan sholat sangat menjunjung tinggi sifat suci dan jernih yang
pada akhirnya menghasilkan keagungan. Memuji artinya menjunjung dan
orang yang menjunjung akan menempatkan sesuatu hal pada tempat
yang tinggi. Ini akan menghasilkan pemikiran yang juga selalu
menjunjung tinggi kesucian atau kejernihan hati, pikiran dan tindakan
yang bebas dari berbagai belenggu. Lapun akan menyakini bahwa
kejernihan hati dan tindakan akan membimbing seseorang kepada
55
keagungan tindakan dan langkah ini dilakukan 17 kali dalam sehari atau
6.250 kali dalam setahun.
Bisa di bayangkan, betapa suatu maha dokterin yang telah di berikan
oleh sang pencipta jiwa manusia. Ini seharusnya akan bisa
menghasilkan suatu fitrah yang cerdas, sekaligus membentengi God
Spot tersebut. Hal ini sangat bermanfaat bgi orang yang memahami arti
dan tujuan sholat.
56
BAB IV
PELAKSANAAN BIMBINGAN ISLAM DALAM MENGEMBANGKAN
KECERDASAN SPIRITUAL KAUM DHUAFA
A. Pelaksanaan Bimbingan Islam Terhadap Kaum Dhuafa
Petatalaksanaan bimbingan Islam yang dilaksanakan di Yayasan
Irtigo Kebajikan meliputi :
1. Pembimbing
Pembimbing merupakan orang yang memberikan bimbingan
kepada orang lain, dalam hal ini adalah anak asuh, dalam upaya
memecahkan permasalahan, serta memberikan motivasi agar anak
asuh tidak merasa asing (beda) dengan anak yang lain.
Nama-nama Pembina dan Profesinya
1. Komaruddin, S.Ag. usianya 40 tahun. Profesinya sebagai pembina di
yayasan irtiqo kebajikan dan tenaga pengayar di Al-azhar
2. Tri Esti Rahmaningsih. Usianya 32 tahun. Profesinya sebagai
pembina di yayasan irtiqo kebajikan.
3. Muslim . usianya 27 tahun. Profesinya sebagai pembina di yayasan
irtiqo kebajikan dan mahasiswa fakultas tarbiyah di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
57
4. Sri Inawati. Usianya 35 tahun. Profesinya sebagai Pembina di
yayasan Irtiqo kebajikan dan mahasiswi Akademi Bahasa Asing (
ABA )
5. Sholeh. Usianya 35 tahun. Profesi sebagai pembina di yayasan Irtiqo
kebajikan
6. Wati. Usianya 30 tahun. Profesi sebagai pembina di yayasan Irtiqo
kebajikan dan asisten dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Materi Bimbingan Islam
Materi yang disampaikan pembirnbing adalah hal-hal yang
berkaitan dengan kecerdasan spiritual seperti : membaca I-qur'an,
Dzikir, kegiatan berjamaah seperti shalat berjamaah, aqidah, fiqih,
akhlak clan pengetahuan umum lainnya.
Pokok-pokok materi yang disampaikan oleh para pembimbing
bersumber dari I-qur'an clan Al-hadits Nabi karena kedua sumber
ini merupakan pedoman hidup bagi manusia.
3. Media Bimbingan Islam
Media yang digunakan dalam proses bimbingan ini adalah
ayatayat Al-qur'an Hadits Nabi dan pengetahuan umum yang
borkaitan dengan kecerdasar. spiritual. Media la in yang wring
digunakan pembimbing adalah media elektronik, yaitu melalui
kaset-kaset yang berisi tentang kekuasaan Allah SWT.
Pembimbing juga biasanya menggunakan selebaran atau foto
44
44
58
copy tentang materi yang akan disampaikan, biasanya
selebaran itu pembimbing peroleh dari buku-buku, majalah-
majalah dan situs internet, selanjutnya selebaran itu diberikan
kepada anak asuh untuk dipelajari dan jika ada sesuatu yang
tidak dipahami maka anak asuh bisa menanyakannya kepada
pembimbing.
4. Waktu Bimbingan Islam
Pelaksanaan bimbingan Islam di Yayasan lrt iqo
Kebajikan dilaksanakan setiap hari diwaktu sore hari pada
pukul 15.00 WIB atau menjelang ashar sampai dengan pukul
21.00 WIB dengan metode dan lama kegiatan yang berbeda-
beda sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.
5. Tempat Bimbingan Islam
Tempat merupakan komponen yang paling mendasar dari suatu
aktivitas atau kegiatan bimbingan dan pembinaan. Adapun
tempat yang digunakan untuk melaksanakan program pembinaan Islam
di Yayasan lrtlqo Kebajikan biasanya berpusat pada 2 tempat,
yaitu aula dan ruang belajar. Aula digunakan sebagai pusat
pembinaan dalam aspek ibadah dan ceramah, sedangkan belajar
digunakan untuk kegiatan pembinaan yang bersifat kelompok.
59
B. Metode Bimbingan Islam
1. Metode Individual
Pembimbing mempunyai peranan penuh dalam
mengarahkan sesuai dengan rnasalah yang dihadapi anak asuh pada
usia remaja clan ini biasanya dilakukan secara personal. Pembimbing
dengan remaja duduk berdua bertatap muka setelah itu remaja
tersebut b , ,3)( langsung menceritakan masalah yang sedang
dihadapi.
Da la m me t o d e in d iv idu in i j ug a pe mb i mb i n g
b i asan ya melakukan metode wawancara atau percakapan
pribadi dengan remaja. Menanyakan bagaimana ia bisa berada
diyayasan tersebut, tujuan dan keinginannya sekarang.
Menanyakan pendapatnya tentang dirinya dan kondisi
yayasan serta pengertiannya tentang kecerdasan spiritual
biasanya pada awal bimbingan remaja tidak langsung menjawab
dengan jujur, ia akan menjawab seadanya. Padahal jika kita lihat
di usia remaja tersebut banyak hal yang perlu remaja konsultasikan.
Sebelum melakukan bimbingan individu, terlebih dahulu para
pembimbing mengadakan pengamatan terhadap perilaku kaum
dhuafa pada usia remaja ini. Pengamatan ini dilakukan dengan cara
mengadakan pendekatan-pendekatan persuasif.
60
2. Metode Kelompok
Metode yang digunakan oleh pembimbing, selain metode
individual adalah metode kelompok, dimana pembimbing berperan
serta dalam bimbingan ini, sehingga para
pembimbing bisa mengetahui sejauh mana kaum dhuafa pada usia
remaja tersebut mampu mengembangkan kecerdasan spiritual.
Metode kelompok ini diadakan pada kegiatan-kegiatan yang
biasa dilakukan oleh anak asuh atau remaja Yayasan Ir tiqo
Kebajikan, seperti program wajib belajar disekolah yang dimulai dari pagi
hari sampai siang hari, program keterampilan dan kursus-kursus,
diskusi atau tanya jawab yaitu penyampaian materi oleh para
pembimbing dengan cara mendorong memotivasi para remaja sehinga
mereka mampu mencurahkan dan menanyakan masalah yang dirasakan
belum mengerti, baik masalah kehidupan maupun masalah belajar dan
metode ceramah, metode ini salah satu yang digunakan oleh Rasulullah
SAW dalam menyampaikan dakwahnya dan materi yang disampaikan
oleh para pembimbing sesuai dengan tingkat pendidikan yang sedang
ditempuh oleh remaja40.
C. Faktor Penghambat dan Pendukung Bimbingan Islam Di Yayasan
40
.Wawancara Pribadi dengan Komaruddin,Jakarta,17 Februari 2007
61
Irtiqo Kebajikan
Keberadaan Yayas an l r t iqo Kebaj ikan sanga t pan t ing
dan membantu masyarakat, khususnya anak-anak yang kurang
mampu secara f inansial, mendapatkan
b imbingan dan pengarahan berupa kesempatan untuk belajar.
Dalam setiap proses bimbingan baik yang bersifat pendidikan atau
pengajaran yang mengarah kepada perbaikan dan keberhasilan
akan selalu mengalami hambatan yang selalu mengiringi setiap
rencana y a n g a k a n d i j a i a n i s e p e r t i y a n g d i p a p a r k a n
o l e h u s t a d z Komaruddin, S.Ag selaku ketua badan pengurus harian
Yayasan Irtiqo Kebajikan, sebagai berikut :
1. Se ka l igus teman kau m dhu a fa , ka rena per ta ma ya ng
ya yasan i r t iqo keb a j i kan l a ku kan ada l ah men erap kan
p rogra m- progr am keg ia t an a tau b i mb ing an Is la m un tu k
keg ia tan sehar i - ha r i seba ga i sa ran a pe la t ih an d i r i un tuk
dapa t meng e mba ng kan kec erda san sp i r i t ua l kau m
dhua fa . Kura ngn ya d is i p l in kaum dhua fa pada us i a
re ma j a da la m pelaksanaan bimbingan Islam Hal ini disebabkan
kurangnya pemahaman dan kesadaran tentang pentingnya disiplin bagi
62
kehidupan mereka. Serta kurangnya pemahaman tentang kecerdasan
spiritual.
2 . Kurangnya sumber daya manusia yang berkualitas dan bersedia
menjadi pembina dan guru Kurangnya SDM disebabkan karena pembina
dan guru mempunyai profesi dan kesibukan lain, selain di YIK. Serta
kurangnya publikasi mengenai diperlukan pembina dan guru yang
berkualitas untuk menjadi pembina dan guru di yayasan irtiqo.
3. Adanya double job pembina dan guru. disebabkan karena kurangnya
SDM, sehingga 1 guru bisa menerapkan 1 guru bisa merangkap sebagai
pengurus, sehingga hal tersebut mampu menghambat kelancaran
proses belajar mengajar.
Sedangkan dalam setiap proses bimbingan ini pun terdapat faktor-
faktor pendukungnya.
1. Kuatnya nilai kebersamaan antara para pembimbing dan para
kaum dhuafa Hal ini disebabkan karena para pembimbing lebih terbuka
kepada anak asuh sehingga anak asuh pun tidak merasa canggung
untuk bekerja sama dengan para pembimbing.
2. Adanya program-program kegiatan yang variatif sehingga kaum
dhuafa tidak merasa jenuh untuk mengikutinya Para pembimbing dan
pengurus mencoba menerapkan program-program kegiatan yang tidak
63
fokus hanya dalam satu bidang. Tapi program-program kegiatan ini
diterapkan sesuai dengan kebetulan para anak asuh.
3. Lingkungan yang baik sehingga keberadaan dan perkembangan
tingkah laku kaum dhuafa clapat terpantau setiap waktu Adanya
lingkungan yang baik seperti adanya pengurus dan
pembina yang seperti adanya pengurus dan pembina yang dapat
dijadikan sebagai orang tua dan kakak, tersedianya fasilitas dan adanya
program-program kegiatan yang variatif.
4. Adanya pelayanan yang baik dalam memperlakukan kaum dhuafa
sehingga menumbuhkan kesadaran kaum dhuafa untuk menjadi baik.
adanya pelayanan yang baik mampu menumbuhkan kesadaran untuk
menjadi baik, seperti : peran sebagai pembina dan guru bukan hanya
bertujuan untuk mengajarkan tapi juga membimbing dan mengasihi
kaum dhuafa sehingga merasa di akui keberadaannya maka akan
timbul kebersamaan antara pembina dan kaum dhuafa41.
D. Analisis Pelaksanaan Bimbingan Islam dalam Mengembangkan
Kecerdasan Spiritual Kaum Dhuafa
41
.M. Yunus, kamus Arab Indonesia, (Jakarta : PT. Hidakanya Agung, 1990),h.186
64
Berdasarkan hasil obserfasi dan wawancara yang penulis lakukan,
yayasan Irtiqo kebajikan secara organisasi dan personal memiliki kualitas
yang kreatif baik pelaksananya dalam mengembangkan kecerdasan kau
dhuafa. Dalam proses pelaksana bimbingan Islam dalam mengembangkan
kecerdasan spiritual ini, yayasan Irtiqo kebajikan berusaha bertindak
sebagai orang tua
Pertama-tama yang Pembina lakukan adalah mendekatkan diri secara
personal dengan melakukan wawancara atau percakapan pribadi agar
dapat mengetahui dan mendapatkan informasi yang tepat mengenai
permasalahan kaum dhuafa, unsure kecerdasan spritualnya adalah
penjernihan emosi..
Para pembina pun melakukan bimbingan dengan metode kelompok ini
pun bisa dilakukan pada kegiatan-kegiatan yang biasa dilakukan, Seperti
yang ada dalam program kegiatan, misalkan program wajib belajar
disekolah yang di mulai dari pagi hari sampai siang hari, program
keterampilan dan kursus-kursus, diskusi atau sharing dan tanya jawab yaitu
penyampaian materi oleh pembimbing dengan cara memotifasi para
kaum dhuafa sehingga mereka mampu mencurahkan dan menanyakan
masalah yang dirasakan belum mengerti, baik masalah kehidupan maupun
65
masalah belajar. Sedangkan unsur kecerdasan spiritual dari program-
program kegiatan diatas adalah ketangguhan pribadi dengan melatih
prinsip keteraturan.
Dengan metode personal, diharapkan pembina mendapat Informasi
tentang permasalahan kaum dhuafa. Sehingga pembina dapat memberikan
solusi atau penanganan yang tepat. Seperti memberikan solusi untuk
melaksanakan shalat wajib dan sunnah yang baik, baik dilaksanakan
secara Individu atau berjama’ah, sedangkan unsur kecerdasan
spiritual dari shalat
adalah penjernihan emosi.
Mengenai materi bimbingan Islam yang di berikan pembina cukup
bervariasi dan disesuaikan dengan keadaan kaum dhuafa. Seperti,
membaca Al-qur’an, dzikir, kegiatan berjamaah seperti berjamaah seperti
shalat berjamaah, aqiqah, fiqih, akhlak dan pengetahuan umum sedangkan
materi pokok yang diberikan pembimbing bersumber dari Al-qur’an dan
hadits.
Dengan metode personal dan kelompok ini, yayasan Irtiqo kebajikan
menggunakan dua pendekatan yaitu berupa kekeluargaan dan pemahaman
terhadap Islam. Kekeluargaan dalam arti agar lebih lntens dalam
mendengar, mengarahkan dan membimbing kaum dhuafa dalam
mengembang kecerdasan spiritual.
66
Pemahan Islam dimaksudkan agar pemahaman dan sikap kaum
dhuafa dapat di kontrol dan didisiplinkan dengan nilai-nilai Islam sehingga
perilakunya dapat lebih santun dan bermartabat.
Selama ini, kedua pendekatan ini relative cukup berhasil dalam
mengembangkan kecerdasan spiritual kaum dhuafa di yayasan Irtiqo
kebajikan.
Maka dapat disimpulkan dari penjelasan diatas tentang bimbingan
Islam dalam kecerdasan spiritual kaum dhuafa, yaitu :
1. Relaksi diri. Dari sini terdapat pengaturan rohani alam diri para kaum
dhuafa untuk melakukan penyegaran disetiap masalah yang dihadapi
agar bisa menyikapi masalah itu dan tidak menjadikan beban dan
menetapkan pikiran kepada Allah sebagai tempat melabuhkan setiap
permasalahan hidup.
2. Selalu mengingat Allah disetiap aktivitas
3. Yakin terhadap doa
4. Yakin terhadap takdir
5. Taat beribadah ketika mendengar adzan
6. Mengerjakan ibadah shalat
7. Ketenangan beribadah di yayasan Irtiqo kebajikan
8. Gemar beribadah
9. Al-qur’an sebagai obat hati
67
Melihat faktor penghambat,seperti berkurangnya sumber para
pembinapun melakukan bimbingan dengan metode kelompok. Metode
kelompok ini pun bisa dilakukan. Seperti yang ada dalam program
kegiatan,misalkan program wajib belajar disekolah yang dimulai dari pagi
hari sampai siang hari, program keterampilan dan kursus-kursus , diskusi
atau sharing dan tanya jawab yaitu penyampaian materi oleh pembimbing
dengan cara memotivasi para kaum dhuafa sehingga mereka mampu
mencurahkan dan menanyakan masalah kehidupan maupun masalah
belajar.
Sedangkan unsur kecerdasan spiritual dari program-program kegiatan
tersebut diatas adalah ketangguhan pribadi dengan melatih prinsip
keteraturan.
Dengan metede personal, diharapkan pembina mendapat informasi
tentang permasalahan kaum dhuafa. Sehingga pembina dapat memberikan
solusi atau penanganan yang tepat. Seperti memberikan solusi untuk
melaksanakan sholat wajib dan sunah dengan baik, baik dilaksankan secara
individu atau berjamaah, sedangkan unsur kecerdasan spiritual dan shalat
adalah penjernihan emosi.
Mengenai materi bimbingan Islam yang diberikan pembina cukup
bervariasi dan disesuaikan dengan keadaan kaum dhuafa, seperti membaca
68
Al-quran, dzikir, kegiatan berjamaah seperti shalat berjamaah, aqiqah, fiqih,
akhlak dan pengetahuan umum sedangkan materi pokok yang diberikan
pembimbing bersumber dari Al-quran dan Al-hadits.
Dengan metode personal dan kelompok ini, yayasan Irtiqo Kebajikan
menggunakan dua pendekatan yaitu berupa kekeluargaan dan pemahaman
terhadap Islam. Kekeluargaan dalam arti agar lebih intens dalam
mendengar, mengarahkan dan membimbing kaum dhuafa dalam
mengembangkan kecerdasan spiritual.
Pehaman Islam dimaksudkan agar pemahaman dan sikap kaum dhuafa
dapat dikontrol dan didisiplinkan dengan nilai-nilai Islam sehingga perilaku
dapat lebih santun dan bermartabat.
Selama ini, kedua pendekatan ini relatif cukup berhasil dalam
mengembangkan kecerdasan spiritual kaum dhuafa di yayasan Irtiqo
Kebajikan.
Para pembina berupaya menanamkan kedisiplinan terhadap kaum
dhuafa agar mereka dapat menjadi manusia yang berkualitas sehingga
memaksa mereka untuk mengorbankan waktu sepenuhnya untuk anak didik.
Dalam hal ini Yayasan Irtiqo Kebajikan sama sekali tidak keberatan dengan
adanya (double job), karena mereka harus merangkap tugas sebagai tenaga
pengajar sekaligus pengurus yayasan, bahkan mereka rela meninggalkan
kepentingan pribadi demi terlaksananya program kegiatan diyayasan.
69
Secara operasional program ini tidak mengganggu kegiatan kaum dhuafa,
karena keikhlasan dan pengabdian para pembina dan guru justru dapat
menutupi hambatan yang ada, sehingga kegiatan bimbingan baik di sekolah
mapun diyayasan dapat berjalan dengan lancar. Jadi dalam pelaksanaanya
kegiatan bimbingan agama Islam dalam mengembangkan spiritual kaum
dhuafa, selengkapnya apaun faktor pendukung dan penghambat yang ada
tidak berpengaruh besar bagi jalannya progra kegiatan di Yayasan Irtiqo
Kebajikan. Hal ini dikarenakan banyaknya dukungan dari pihak-pihak
bersangkutan terutama dari para pembina dan guru yang memiliki etos kerja
dan keikhlasan dalam mengemban amanah dan mengasuh anak didik dan
apapun yang terjadi faktor pendukung itu dijadikan pegangan oleh Yayasan
Irtiqo Kebajikan dalam menjalankansemua program kegiatan. Sedangkan
adanya faktor penghambat tersebut dijadikan contoh untuk berupaya keluar
dari hambatan tersebut walaupun tidak mudah. Harapan Yayasan Irtiqo
Kebajikan menjadi yayasan sosial ini agar pemerintah dan LSM-LSM lain
dapat mengcloning yayasan ini sebagai solusi pengembangan dan
peningkatan kecerdasan kaum dhuafa, terutama yang berhubungan
pembinaan (akhlak, pribadi, sosial dan mental) kaum dhuafa agar terciptanya
pribadi yang memiliki integritas tinggi, beriman dan berakhlak karimah.
70
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan basil penelitian mengenai pelaksanaan bimbingan Islam dnlam
rnengembangkan kecerdasan spiritual kaum dhuafa di Yayasan Irtiqo
Kebajikan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. pelaksanaan bimbingan Islam cukup signifikan. Para pembimbing yang
bertugas dalam bimbingan ini berkewajiban memberikan bimbingan dalam
upaya memecahkan masalah. Materi yang disampaikan bersumber dari Al-
qur'an, Al-hadits dan pengetahuan umum lainnya. Seperti membaca Al-
qur'an, dzikir dan shalat berjamaah. Adapun media yang digunakan dalam
bimbingan ini adalah sumber ajaran Islam yaitu Al-qur'an dan Hadits, selain
itu digunakan juga media elektronik berupa radio dan kaset atau melalui
selebaran foto copy, sedangkan waktu yang digunakan dalam bimbingan ini
yaitu setiap hari, mulai menjelang Ashar atau pukul 15.00 WIB s.d pukul
21.00 WIB.
2. Metode yang digunakan dalam bimbingan ini adalah metode bimbingan
individual yakni melalui wawancara dengan kaum dhuafa pada usia remaja.
Selain metode bimbingan individual, bimbingan ini pun menggunakan
metode bimbingan kelompok dimana pembimbing melakukan bimbingan
secara kelompok melalui program wajib belajar disekolah, program
keterampilan atau kursus-kursus, diskusi atau tanya jawab dan ceramah.
53
71
3. Faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan bimbingan Islam dalam
mengembangkan kecerdasan spiritual kaum dhuafa pada usia remaja di
Yayasan Irtiqo Kebajikan :
a. Faktor-faktor pendukung pelaksanaan bimbingan Islam :
1. Kuatnya nilai kebersamaan antar pembimbing dan kaum dhuafa pada
usia remaja.
2. Adanya program-program kegiatan yang variatif sehingga anak didik
tidak merasa jenuh untuk mengikutinya
3. Lingkungan yang baik sehingga keberadaan dan perkembangan
tingkah laku kaum dhuafa pada usia remaja dapat terpantau setiap
waktu
4. Adanya pelayanan yang baik dalam memperlakukan kaum dhuafa
pada usia remaja sehingga menumbuhkan kesadaran mereka untuk
menjadi baik
b. Faktor-faktor penghambat pelaksanaan bimbingan Islam :
1. Kurangnya disiplin kaum dhuafa pada usia remaja dalam pelaksanaan
bimbingan islam.
2. Kurangnya somber daya manusia yang berkualitas dan bersedia
menjadi pembina dan guru
3. Adanya double job tugas pembina dan guru
72
B. Saran
1. Adanya penambahan tenaga pengajar dan Pembina
2. Materi yang diberikan lebih banyak tentang pengembangan kecerdasan
spiritual kaum dhuafa
3. Diharapkan kepada kaum dhuafa pada usia remaja untuk menambah
dan melatih diri dengan memanfaatkan program pembinaan yang
disediakan
4. Agar pelaksanaan bimbingan dapat berjalan denga baik maka sarana
dan prasarana lebih dilengkapi lagi
5. Sikap terbuka kaum dhuafa usia remaja akan mempermudah
jalannya bimbingan, untuk itu diharapkan para pembimbing dapat
memberikan kesan bahwa remaja seolah-olah tidak sedang
berhadapan dengan pembimbing.
73
DAFTAR PUSTAKA
Azra, Azyurnardi, Prof, Dr., dkk, Pedornan Penulisan Skripsi, Tesis dan Desertasi, Jakarta: PT UIN Jakarta Press, 2002, cet.
A, Hallen, Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Ciputat Press, 2002, Arifin, H.M., M.Ed, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan
Agama, Jakarta: PT Golden Trayon Press, 1994 Danah, Zohar dan Marshall, Ian, Kecerdasan Spiritual (Spiritual
Intelegensi: The Ultimate lntelegence), Terjemahan Rahmati Astuti, Ahmad Najib Burhani clan Ahmad Baiquni, Bandung: Mizan, 2001.
Ginanjar Agustian, Ari, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan
Emosi -IbVW,4 -Spiritual (ESQ): Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam, Jakarta: Arga, 2002.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, Depdiknas,
1998. Ketut Sukardi, Dewa, Bimbingan dan Konseling, Jakarta: PT Bina
Aksara,1998. Nggermanto, Agus, Ir., M.A., Konseling Agama, Teori, dan Kasus,
Jakarta: PT Bina Rena Pariwara, 2002. Faqih, Aunur Rahim, Bimbingan dan Konseling Dalam Islam, Yogyakar.
Ull Press, 2001. Burhanudin, Yusak, Kesehatan Mental, Bandung: CV Pusaka Mulia,
1999. Muhdlor, Zuhdi, Achmad, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, Jakarta:
Multi Karya Grafika, 2003. Sanusi, Achmad, Agama di Tcvgah Kemiskinan, Jakarta: Logos, 1999. Hamka, TafsirA]-azharJuz 10, Jakarta: PT Pustaka Panjimas 2000 Suparlan, Parsudi, Kemiskinan di Perkotaan, Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, 1993. Arnikum Aziz, Hartono, 11mu Sosial Dasar, Jakarta: Bumi Aksara, 1993.
74
Kartasasmita, Giranjar, Pembangunan Untuk Rakyat; Memadukan
Petfivnbuhan dan Pemerataan, Jakarta: Cider, 1996 Noor Arifin, M., Ilmu Sosial Dasar, Bandung: Pustaka Setia, 1997 Syavi, Abdul, Drs., Sosiologi Kelompok dan Masalah Sosial, Jakarta: CV
Fajar Agung, 1987