PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

125
PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA ( 21 28 Oktober 1951 ) SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O L E H NAMA : DELFI SAHNAN LUBIS NIM : 140706007 PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2019 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Transcript of PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

Page 1: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA ( 21 – 28 Oktober 1951 )

SKRIPSI SARJANA

DIKERJAKAN

O

L

E

H

NAMA : DELFI SAHNAN LUBIS

NIM : 140706007

PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2019

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 2: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 3: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 4: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 5: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 6: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,atas

berkah,rahmat serta karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Walau

tantangan dan kesulitan datang, namun penulis masih diberi kesabaran, keikhlasan

dan ketangguhan sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini hingga sampai akhir.

Dalam perjalanan panjang melakukan penelitian dan pengumpulan data,

sungguh sebuah kebahagiaan dan anugerah bagi penulis dapat menyelesaikan sebuah

tulisan sejarah yang terbentuk skripsi dengan judul “Pekan Olahraga Nasional II

Jakarta ( 21 – 28Oktober 1951 )”. Skripsi ini penulis ajukan untuk meraih gelar

sarjana di Program Studi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera

Utara.

Penulis menyadari skripsi ini masih banyak sekali kekurangan dan masih

sangat jauh dari kata sempurna. Untuk itu,dengan kerendahan hati,penulis

mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca untuk

menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat dan menambah ilmu

bagi kita semua.

Penulis

Delfi Sahnan Lubis

Nim: 140706007

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 7: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

ii

UCAPAN TERIMA KASIH

Pertama sekali penulis mengucapkan syukur dan terimakasi kepada

Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan penulis hidup yang indah dan

mencoba berari kepada sesama ciptaan-Nya. Skripsi ini juga tidak akan pernah selesai

tanpa bantuan baik moril ataupun materil,semangat,dorongan,motivasi dar berbagai

pihak. Untuk itu,dengan menyucapkan syukur penulis mengucapkan terimakasi yang

sangat mendalam kepada orang-orang yang berjasa dalam penulisan skripsi ini.

Ucapan terimakasi penulis sampaikan kepada

1. Bapak Dr. Budi Agustono, M.S., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara dan para Wakil Dekan,beserta seluruh Staf dan

pegawai di lingkungan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Edi Sumarno M.Hum., selaku Ketua Program Studi Ilmu Sejarah

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara beserta ibu Dra. Nina

Karina Purba, M. SP.selaku sekretaris Program Studi Ilmu Sejarah yang telah

membantu lancarnya penulisan skripsi ini.

3. Ibu Dra. Ratna, M.S dan Bapak Drs. Edi Sumarno M.Hum., selaku Dosen

pembimbing skripsi yang telah membimbing penulis serta selalu memberi

bantuan,masukan,dan doa kepada penulis sejak masa proposal skripsi

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

4. Seluruh staf pengajar di Program Studi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya

yang telah banyak memberi bimbingan, pengetahuan, pengalaman, pendidikan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 8: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

iii

dan pencerahan selama penulis menjadi mahasiswa. Tidak lupa juga pada staf

administrasi Program Studi Ilmu Sejarah, Bang Ampera Siregar, yang telah

banyak membantu penulis selama penulis menjadi mahasiswa.

5. Sumber semangat penulis yaitu keluarga penulis, Ayahanda Alfi Hutnan

Lubis dan ibunda Derwisah Batubara, yang telah membimbing, mendidik,

membesarkan dan memberikan penulis segenap kasih sayang yang tulus dari

awal penulis menghirup udara,hingga mencapai proses akhir perkuliahan.

6. Paman penulis, Nasrul Batubara, S.E, S.ST dan Elizar Lubis sebagai orang tua

penulis selama masa perkuliahan di Kota Medan.

7. Kepada Selvy Damayanti penulis ucapkan terimakasih atas dukungan dan

telah menemani serta memberi semangat dan kasih sayang selama penulis

menjalankan penulisan skripsi ini.

8. Rekan,teman dan keluarga penulis semua teman – teman yang membantu

selama menjadi mahasiswa, Stambuk 2014 yang sangat istimewa bagi penulis:

Roni,Rimhot, Fauzi, Rici, Habibi, Ikhsan, Firmanko, Jeremia Malau, Novri,

Hilwa, Najma, Anggi, Ika, Wiwid, terimakasih banyak buat kalian yang

selalu setia membantu mulai dari awal menjadi mahasiswa hingga sampai

berakhir. Serta rekan lain yang tidak bisa disebut satu persatu namanya,yang

selalu menunjukan kebersamaa baik di lingkungan kampus maupun diluar

kampus yang sangat melekat dalam hati penulis,serta seluruh suka maupun

duka yang kita lewati bersama semakin mempererat kekeluargaan kita. Kita

membuktikan bahwa kita bukan hanya teman karena perkuliahan. Setiap tawa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 9: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

iv

dan airmata tidak akan pernah terlupakan dan akan selalu diukir penulis dalam

hati.

9. GMNI Fakultas Ilmu Budaya,yang mau membantu penulis hingga banyak

mengalami perubahan dan wawasan,serta kepada para perintis dari awal

hingga merasakan pait dan getirnya membangun bangunan yang roboh hingga

kembali elok di pandang kepada bung Daniel, bung Roy, bung Jacob, bung

Wilson,bung Fenrico, bung Tomi, sarinah Isti.Terimakasih juga kepada teman

dan sarinah lainnya telah setia sampai akhir memperjuangkan marhaenisme

secara bersama – sama,dan terimakasih atas kepengurusan priode 2019-

2020,Komisaris Vren, Sekretaris Juli Aryanti, Crist, Fathur, Briston, Oki, dan

Winda.

Medan, Oktober 2019

Penulis

Delfi Sahnan Lubis

Nim: 140706007

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 10: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

v

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

UCAPAN TERIMA KASIH ......................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... v

ABSTRAK ...................................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah .......................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................... 4

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................... 5

1.4 Tinjauan Pustaka ..................................................................... 6

1.5 Metode Penelitian .................................................................... 7

BAB II KOTA JAKARTA SEBAGAI TUAN RUMAH PON II TAHUN 1951

2.1 Letak Geografis Kota Jakarta .................................................. 11

2.2 Penunjukan Kota Jakarta Sebagai Tuan Rumah PON II

Tahun 1951 .............................................................................. 18

BAB III PELAKSANAAN PON II JAKARTA TAHUN 1951

3.1 Sejarah Singkat Pelaksanaan PON I Tahun 1948

di Kota Surakarta ..................................................................... 23

3.2 Persiapan PON II Jakarta 1951 ............................................... 27

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 11: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

vi

3.2.1 Cabang Olahraga yang Dipertandingkan ......................... 27

3.2.2 Delegasi Peserta dan Penginapan Peserta PON II

Jakarta 1951...................................................................... 29

3.2.3 Pembiayaan PON II Jakarta 1951 .................................... 31

3.2.4 Syarat Mengikuti PON II Jakarta ..................................... 33

3.2.5 Acara Pembukaan PON II Jakarat .................................... 34

3.3 Pelaksanaan dan Hasil Pertandingan PON II .......................... 38

3.4 Upacara Penutupan dan Hasil PON II Jakarta ........................ 53

BAB IV PERANAN PON II BAGI BANGSA INDONESIA

4.1 Sebagai Alat Pemersatu Bangsa .............................................. 57

4.2 Berperan Terhadap Perkembangan Kota Jakarta .................... 61

4.3 Berperan Terhadap Perkembangan Olahraga Nasional .......... 63

4.4 Berperan Dalam Kelangsungan Olahraga Di Indonesia ......... 65

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan.............................................................................. 70

6.2 Saran ....................................................................................... 73

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR INFORMAN

DAFTAR GAMBAR

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 12: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

vii

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “PON II Jakarta ( 21 – 28 Oktober 1951 )”.

Merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses

penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional yang kedua saat berlangsung di Jakarta

pada tahun 1951 yang diikuti oleh 13 daerah.

Dalam penelitian ini digunakan metode sebagai acuan dalam penulisan sejarah yaitu

heuristik tahap awal yang dilakukan untuk mencari data melalui berbagai sumber

tertulis yang relevan dengan penelitian yang dilakukan dan menggunakan penelitian

lapangan melalui wawancara. Kemudian kritik sumber merupakan proses yang

dilakukan peneliti untuk mencari nilai kebenaran data melalui kritik intern dan

ekstern sehingga didapat keobjektifan dalam penelitian, tahap selanjutnya interpretasi

melakukan perbandingan dan analisa data terhadap sumber-sumber yang didapat

sebelumnya. Metode terakhir yaitu historiografi melakukan pemaparan dan

penyusunan hasil-hasil penelitian ke dalam karya tulis sejarah yang deskriptif

analisis.

PON II ini diselenggarakan pada tahun 1951 dimana pada periode tersebut Indonesia

masih baru merasakan kemerdekaan penuh tanpa adanya intimidasi dari pihak

manapun setelah perundingan KMB serta dimulainya proses pembangunan diseluruh

aspek kehidupan bermasyarakat dan berbangsa khususnya dunia olahraga.

Pelaksanaan PON II berlangsung lancar dan sesuai dengan waktunya. Diikuti oleh 13

daerah dan mempertandingkan 18 cabang olahraga yang semuanya berlangsung di

venue yang telah disiapkan oleh panitia.

PON II memiliki peranan dan pengaruh yang bisa dirasakan bagi penduduk Jakarta

serta bagi perkembangan dunia olahraga di Indonesia dimana banyak atlet – atlet

yang berhasil memenangkan perlombaan pada PON menjadi atlet yang berjuang di

kompetisi internasional untuk mewakili dan mengharumkan nama Indonesia.

Kata kunci: Pekan Olahraga Nasional, Jakarta

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 13: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

1

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang Masalah

Olahraga secara umum adalah sebagai salah satu aktifitas fisik maupun psikis

seseorang yang berguna untuk menjaga dan meningkatkan kualitas kesehatan

seseorang. Manusia pada hakikatnya telah melakukan olahraga semenjak awal

peradaban dimulai. Olahraga dan masyarakat merupakan suatu hal yang tidak

terpisahkan. Olahraga digambarkan sebagai sebuah representasi dari dunia sosial

yang melingkupinya serta juga menyumbang terbentuknya masyarakat karena

olahraga bukanlah semata-mata aktifitas fisik belaka. Olahraga mengandung nilai-

nilai tertentu yang bisa menyumbangkan konstruksi nilai-nilai dan budaya dalam

masyarakat. Olahraga tidak hanya dapat dilakukan oleh individu ataupun kelompok

klub-klub olahraga, tetapi dapat juga diselenggarakan oleh negara dalam bentuk

pertandingan.

Di Indonesia, pelaksanaan pertandingan olahraga secara nasional pertama kali

diselenggarakan pada tahun 1948. Hal ini dimungkinkan terjadi karena Indonesia

batal mengirimkan delegasi berpartisipasi pada Olimpiade 1948 di London, Inggris.

Persatuan Olahraga Republik Indonesia (PORI) yang dibantu oleh Komite Olimpiade

Republik Indonesia (KORI) pernah mempersiapkan para atlet Indonesia untuk

mengikuti Olimpiade Musim Panas XIV di London pada tahun 1948. PORI sebagai

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 14: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

2

badan olahraga resmi di Indonesia pada saat itu belum diakui dan belum jadi anggota

International Olympic Committee (IOC), sehingga para atlet yang akan dikirim tidak

dapat diterima untuk berpartisipasi dalam peristiwa olahraga sedunia tersebut.

Pengakuan dunia atas kemerdekaan dan kedaulatan Indonesia yang belum diperoleh

pada waktu itu, menjadi penghalang besar dalam usaha menuju London. Atlet-atlet

Indonesia bisa diterima berpartisipasi jika memakai paspor Belanda. Delegasi

Indonesia hanya mau hadir di London dengan membawa nama Indonesia, hal ini

menyebabkan rencana kepergian beberapa anggota pengurus besar PORI ke London

menjadi batal dan menjadi topik pembahasan pada konferensi darurat PORI pada

tanggal 1 Mei 1948 di Solo. Oleh karena pengiriman para atlet dan beberapa anggota

pengurus besar PORI ke London sebagai peninjau tidak membawa hasil seperti yang

diharapkan semula, konferensi sepakat untuk mengadakan Pekan Olahraga yang

direncanakan berlangsung pada bulan Agustus atau September 1948 di Surakarta.

Penyelenggaraan PON ini adalah yang pertama dalam suasana kemerdekaan.

Para pesertanya hanya terdiri dari 13 kota keresidenan di Pulau Jawa saja, yaitu

Jakarta, Bandung, Semarang, Malang, Surabaya dari daerah penduduk Belanda. Dari

Republik Daerah Renville: Yogyakarta, Surabaya, Kedu, Banyumas, Pati, Madiun,

Kediri dan Bojonegoro. Terselenggaranya PON I membuktikan kepada dunia luar,

bahwa bangsa Indonesia dapat menjawab blokade Belanda sebagai negara yang

berdaulat sekaligus menjalankan peran strategis dalam revolusi kemerdekaan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 15: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

3

Kota Surakarta dipilih menjadi tempat penyelenggaraan Pekan Olahraga

Nasional I karena sudah memiliki Stadion Sriwedari. Stadion ini merupakan stadion

pertama yang dibangun bangsa Indonesia yang dimanfaatkan untuk kegiatan

olahraga. PON I yang digelar pada 9-12 September 1948. Dalam PON ini di

pertandingkan cabang olahraga atletik, lempar cakram, bulutangkis, sepak bola, tenis,

renang, pencak silat, panahan, dan bola basket.

PON II sedianya diselenggarakan pada tahun 1950, setelah PON I

berlangsung pada tahun 1948 di Surakarta. Akan tetapi Belanda melancarkan

agresinya yang kedua pada tanggal 19 Desember 1948, tepat tiga bulan setelah PKI

melakukan pemberontakan di Madiun (18 September 1948). Sebagai akibat dari

agresi tersebut penyelenggaraan PON II terpaksa diundurkan sampai keadaan aman

kembali. Keadaan ini baru tercapai setelah adanya keputusan dari Konferensi Meja

Bundar (KMB) yang disusul oleh pengakuan kedaulatan penuh atas Negara Republik

Indonesia.1

Pembahasan ini menarik untuk dikaji karena ketika PON II berlangsung di

Jakarta selama 8 hari, keadaan jauh berbeda dari pada tiga tahun yang lalu di

Surakarta, terutama mengenai keamanan. Keadaan di Surakarta pada waktu itu tidak

terjamin, karena sering terjadi pertempuran, sedang di Jakarta keadaannya sudah

lebih tentram dan teratur. Situasi keamanan yang baik, perhubungan pos dan

1 KONI Pusat, Jejak Langkah KONI 1938-2015, Jakarta: Komite Olahraga Nasional

Indonesia, 2015, hal.18.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 16: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

4

pengangkutan melalui darat, laut dan udara merupakan dukungan yang memperlancar

semua urusan yang dihadapi. Jika pada tahun 1948 hanya kota-kota keresidenan saja

yang dapat mengikuti PON I, pada tahun 1951 di Jakarta 10 propinsi turut mengambil

bagian. Tidak kurang dari 18 cabang olahraga yang dipertandingkan, yang diikuti

oleh 2600 atlit dari 10 propinsi peserta. Sumatera diwakili oleh dua propinsi,

Sumatera Utara dan Sumatera Selatan, dari Pulau Jawa adalah Jakarta Raya, Jawa

Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur, disusul oleh Kalimantan Selatan/Timur,

Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara dan Maluku. Irian Barat yang masih berada di

bawah penjajahan Belanda belum bisa hadir, karena pengembaliannya masih

diperjuangkan.2

Dari uraian-uraian tersebut diatas penulis ingin mengangkat penelitian tentang

penyelenggaraan PON II, mulai dari sejarah, perjalanan dan perkembangannya, serta

bagaimana olahraga bisa menjadi alat pemersatu bangsa yang sedang dilanda konflik.

Atas dasar pemikiran tersebut maka penulisan ini diberi judul “Pekan Olahraga

Nasional II Jakarta 21 – 28 Oktober 1951. Pemilihan skop temporal tahun 1951,

karena di tahun tersebut Pekan Olahraga Nasional (PON) II dilaksanakan.

1. 2 Rumusan Masalah

Perlu dibuat suatu rumusan sebagai landasan utama dalam sebuah penelitian

dan substansi dari penelitian. Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas

2 Sorip Harahap, PON I-X Sejarah Ringkas dan Perkembangannya, Jakarta: Kantor Komite

Olahraga Nasional Indonesia Pusat, 1985, hal. 272.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 17: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

5

dan dalam mempermudah penulis dalam penulisan ini maka dibuatlah suatu rumusan

masalah yang berisi batasan-batasan penelitian dan ruang lingkup fokus

permasalahan. Bertitik tolak dari latar belakang di atas penulis membuat beberapa

permasalahan sebagai berikut:

1. Mengapa Kota Jakarta menjadi tuan rumah PON II Tahun 1951?

2. Bagaimana pelaksanaan Pekan Olahraga Nasional II di Jakarta 21-28

Oktober 1951?

3. Bagaimana peranan PON II Jakarta dalam mempersatukan bangsa dan

keberlangsungan olahraga di Indonesia?

1. 3 Tujuan dan Manfaat Penulisan

Setelah perumusan masalah nantinya dapat diselesaikan oleh penulis, pada

akhirnya pasti memiliki tujuan dan manfaat dari penulisan tersebut. Adapun tujuan

penulisan karya ilmiah ini dilakukan penulis ialah :

1. Menjelaskan alasan Kota Jakarta sebagai tuan rumah PON II.

2. Menjelaskan jalannya pelaksanaan PON II yang berlangsung di

Jakarta.

3. Menjelaskan peran PON II Jakarta dalam mempersatukan bangsa dan

keberlangsungan olahraga di Indonesia.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 18: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

6

Maka penulis berharap penulisan karya ilmiah ini memiliki manfaat sebagai

berikut :

1. Penelitian ini memberi gambaran tentang proses Kota Jakarta sebagai

tuan rumah dalam mempersiapkan serta menyelenggarakan PON II.

2. Memberikan informasi tentang jalannya pelaksanaan PON II yang

berlangsung di Jakarta.

3. Memberi gambaran tentang peran penting PON II Jakarta sebagai

pemersatu bangsa dan keberlangsungan olahraga di Indonesia

selanjutnya.

1. 4 Tinjauan Pustaka

Untuk melakukan kegiatan penelitian dan penulisan, perlu dilakukan tinjauan

pustaka dengan menggunakan buku-buku yang berhubungan dengan judul tulisan ini.

Ada beberapa buku yang digunakan sebagai tinjauan pustaka dalam penelitian ini dan

mampu mencari kerangka teoritis sebagai acuan penelitian. Beberapa buku yang

mendukung diantaranya sebagai berikut:

Sorip Harahap dalam “PON I – X Sejarah Ringkas dan Perkembangannya”

(1985) menjelaskan tentang sejarah dan perjalanan PON I – X. Buku ini membahas

tentang perkembangan PON yang dilaksanakan setiap 4 (empat) tahun sekali. Buku

ini menjadi bahan acuan penulis untuk membuat data tentang PON II yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 19: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

7

dilaksanakan di Jakarta, seperti: jalannya pertandingan, perolehan medali, situasi dan

kondisi pada saat PON II.

Daryadi dkk, dalam “Jejak Langkah KONI 1938-2015” yang diterbitkan oleh

Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Pusat. Buku ini menjelaskan tentang

gambaran pasang surut prestasi olahraga Indonesia dengan berbagai konstelasi politik

dalam negeri yang mengiringi perjalanannya. KONI sebagai induk yang menaungi

olahraga memaparkan proses panjang perjalanan Indonesia dalam mengadakan

perhelatan olahraga, baik di tingkat nasional maupun internasional. Buku ini

digunakan untuk mendapat referensi yang pasti tentang peran pemerintah pada

olahraga di Indonesia.

Kementerian Pemuda dan Olahraga membuat buku yang berjudul “Sejarah

Olahraga Indonesia” (1991). Buku ini menguraikan tentang sejarah pertumbuhan

dan perkembangan olahraga di Indonesia sejak zaman prasejarah, kerajaan,

penjajahan dan kemerdekaan, hingga masa sekarang. Penulis menggunakan buku ini

sebagai acuan dalam tulisannya untuk menambah referensi tentang penjelasan dan

pengetahuan olahraga yang sudah dilaksanakan di Indonesia.

1. 5 Metode Penelitian

Di dalam suatu penelitian sejarah yang ilmiah pemakaian metode sejarah

sangatlah penting. Metode sejarah adalah suatu tahapan yang digunakan dalam

penelitian sejarah ilmiah. Metode sejarah adalah proses menguji dan menganalisa

secara kritis rekaman peninggalan masa lampau. Dengan adanya metode penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 20: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

8

dapat menjadi petunjuk peneliti untuk memperoleh sumber-sumber yang relevan

terhadap pokok pembahasan sehingga dapat dipertanggung jawabkan hasilnya.

Adapun tahap-tahap yang harus dilakukan dalam metode sejarah adalah:

1. Heuristik adalah tahapan paling awal dalam metode sejarah. Dalam tahap ini

peneliti mengumpulkan sumber atau data melalui studi kepustakaan, studi

arsip, dan penelitian lapangan. Penelitian dengan metode kepustakaan

bertujuan untuk memperoleh data dari sumber-sumber tertulis tersebut

diperoleh dari artikel koran seperti Harian Rakjat, Suara Merdeka, Haluan,

yang merekam dan melaporkan pertandingan – pertandingan pada saat

perhelatan PON ke-II berlangsung. Buku – buku tentang sejarah dan

perkembangan olahraga Indonesia di Perpustakaan Nasional Republik

Indonesia.

Studi arsip dilakukan dengan mengumpulkan dokumen-dokumen tentang

penyelenggaraan PON ke-II di arsip Komite Olahraga Nasional Indonesia

(KONI) Pusat, Kementerian Pemuda dan Olahraga (KEMENPORA), dan

Dinas Pemuda dan Olahraga (DISPORA)

Sedangkan pengumpulan data metode penelitian lapangan dilakukan dengan

teknik wawancara terhadap beberapa informan yang terkait dengan penelitian.

Wawancara yang dilakukan ditujukan kepada informan yang berhubungan

dengan topik penelitian. Penulis melakukan wawancara dengan Bapak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 21: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

9

Mashudi yang merupakan anak dari pedagang asongan yang berdagang pada

saat PON II berlangsung di Stadion IKADA. Kemudian mewawancarai Bapak

Hasyim Anshori yang merupakan warga masyarakat yang pernah tinggal di

sekitar Stadion IKADA. Penulis juga mewawancarai Bapak Dharmono yang

merupakan anak pemilik rumah yang rumahnya disewakan selama PON II

berlangsung. Ibu Sutinah anak yang merupakan anak dari pemilik warung

makan disekitar penginapan atlet di daerah Cikini. Penulis juga

mewawancarai Nek Minah yang merupakan anak dari pedagang kerak telor

kuliner khas Betawi yang dijajakan pada saat PON II berlangsung. Terakhir

penulis mewawancarai Bapak Mudjianto yang merupakan anak dari pedagang

koran.

2. Kritik Sumber adalah tahapan kedua dalam metode sejarah. Pada tahapan ini

peneliti bertugas untuk mengkritik terhadap sumber-sumber yang diteliti agar

peneliti lebih dekat lagi dengan nilai kebenaran dan keaslian dari sumber yang

diperoleh. Dalam melakukan kritik terhadap sumber dapat dilakukan dengan

cara meninjau kembali data dengan menelaah kembali kebenaran isi atau fakta

dari sumber buku, arsip ataupun hasil wawancara dengan informan dan

kemudian diuji kembali keaslian sumber tersebut demi menjaga keobjektifan

suatu data.

3. Interpretasi adalah tahapan ketiga dalam metode sejarah. Pada tahapan ini

peneliti hendaknya menafsirkan data-data yang diperoleh agar menjadi suatu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 22: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

10

data yang objektif. Dalam hal ini, peneliti menginterprestasi pengumpulan

sumber, mengkritik tentang objek kajian dalam penyelenggaraan PON ke-II di

Jakarta. Dengan adanya interpretasi ini diharapkan dapat menjadi data

sementara sebelum peneliti menuangkannya ke dalam bentuk tulisan.

4. Historiografi adalah tahapan terakhir dalam metode sejarah. Tahapan ini

dapat disebut juga sebagai penulisan laporan. Pada tahap ini, peneliti

menjabarkan secara kronologis dan sistematis fakta-fakta yang diperoleh agar

menghasilkan tulisan yang ilmiah dan bersifat objektif. Pada penulisan sejarah

PON II di Jakarta ini, penulis dalam menjelaskan atau menerangkan jalannya

pertandingan tentu memiliki pendekatan tertentu. Dengan adanya pendekatan

ilmiah ini diharapkan dapat memudahkan orang lain untuk memahami

maksud dan pengetahuan bagi orang yang membacanya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 23: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

11

BAB II

KOTA JAKARTA SEBAGAI TUAN RUMAH PON II TAHUN 1951

2. 1 Letak Geografis Kota Jakarta

Wilayah DKI Jakarta merupakan dataran rendah dari ba- gian pantai

utara·Jawa Barat. Wilayah ini terletak pada 6° 12' Lintang Utara dan 106" 48' Bujur

Timur. Luas seluruhnya, termasuk pulau Seribu, sebesar 655,76 km2. Sebelah Utara

merupakan daerah pantai yang berawa-rawa dengan ketinggian tanah maksimal 7 m

dari titik 0 Tanjung Priok. Pada lokasi tertentu bahkan ada yang letaknya di bawah

permukaan laut. Sebelah Selatan merupakan daerah yang relatif berbukit-bukit

dengan ketinggian tanah mencapai kurang lebih 50 m di atas permukaan laut. Oleh

karena itu di wilayah Jakarta Selatan, sampai dengan banjir kanal, keadaan tanah

agak curam, sedangkan dari banjir kanal ke arah laut keadaan tanah hampir rata. Di

atas wilayah Jakarta mengalir banyak sungai yang umumnya mengalir dari selatan ke

utara. Sungai yang paling terkenal dan terbesar adalah sungai Ciliwung yang

membelah wilayah kota dan membagi wilayah DKI Jakarta menjadi dua bagian, barat

dan timur.

Jakarta memiliki iklim tropis dengan suhu berkisar antara 22°C sampai 34°C

dan suhu rata-rata sepanjang tahun 27°C. Tingkat kelembaban udara berkisar antara

80% dan 90%. Se- bagai bagian dari kawasan Katulistiwa, arah angin dipengaruhi

oleh angin musim. Dari bulan Nopember sampai dengan bulan April bertiup angin

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 24: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

12

musim Barat dan dari bulan Mei sampai dengan bulan Oktober bertiup angin Musim

Timur. Wilayah DKI sebagai kota pantai sehari-hari mengalami pula angin laut dari

sebelah utara ke selatan dengan kecepatan rata-rata 0,9 - 1,1 m per detik. Curah hujan

tertinggi terjadi sekitar bulan Januari dan yang terendah di sekitar bulan September.

Rata-rata curah hujan sepanjang tahun adalah 2.000 mm.

Dengan kembalinya pemerintahan Republik Indonesia ke Jakarta dan

kedudukan Jakarta sebagai ibukota mengakibatkan makin meningkatnya kebutuhan

kantor-kantor dan perumahan pegawai. Selain sebagai pusat pemerintahan, Jakarta

juga berkembang sebagai kota industri dan perdagangan sehingga jumlah penduduk

pun semakin meningkat terutama karena urbanisasi. Pada tahun 1950 penduduk

Jakarta 1.432.085 jiwa, sepuluh tahun kemudian (1960) menjadi duakali lipat lebih,

yaitu 2.910.858 jiwa. Ini berarti pemerintah DKI Jakarta harus me- nyediakan tanah

untuk gedung-gedung dan perumahan. Usaha tersebut antara lain dilakukan dengan

membebaskan tanah-tanah, yang dulu milik tuan-tuan tanah, dengan cara membeli.

Pada bulan Februari tahun 1949 telah selesai dibuat sebuah rencana perluasan

kota ke arah Kebayoran dengan luas 730 Ha. Daerah ini diproyeksikan sebagai daerah

perumahan yang tepinya bersinggungan dengan jalan kereta api Tanah Abang-

Tangerang. Realisasi dari rencana baru terwujud setahun kemudian dan tanah seluas

730 Ha dibagi untuk keperluan perumahan rakyat 152 Ha, perumahan sedang 69,8

Ha, villa 55,l Ha, bangunan-bangunan istimewa 75,2 Ha, flat 6,6 Ha, toko-toko 17

Ha, industri 20,9 Ha, taman-taman 118,4 Ha, jalan-jalan 181,5 Ha dan sawah-sawah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 25: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

13

pinggiran 33 Ha Semua ini dimaksudkan untuk memberi tempat kediaman bagi

100.000 penduduk.

Pada masa-masa ini yang menjadi masalah utama adalah masalah tanah, yang

kepemilikannya ada 4 macam:

(1) tanah kotapraja

(2) tanah negara

(3) tanah individual

(4) tanah partikulir.

Adapun yang menjadi pemikiran Kotapraja adalah tanah partikulir yang pada

saat itu terdapat seluas 3.566 Ha. Adapun tanah ini dikuasai oleh 16 perusahaan dan

dalam kondisi terlantar. Kampung-kampung yang berada di atas tanah partikulir

sangat kotor, jalan-jalan tidak diaspal sehingga pada nusim hujan akan sangat becek

dan saluran air pernbuangan tidak rnengalir sehingga rnenirnpulkan bau busuk.

Keadaan perumahan penduduk saling berhimpitan dernikian juga dengan sumur dan

tempat buang air bergandengan sehingga tidak higienis.

Pemerintah Kotapraja dalam hal ini ingin rnernbeli kembali tanah-tanah

tersebut dan akan dilakukan pernbangunan dan perbaikan karnpung sebagairnana

layaknya ternpat tinggal manusia.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 26: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

14

Keadaan seperti ini sebenarnya adalah kelanjutan dari keadaan tanah pada

masa sebelumnya dan terutarna pada masa pernerintahan Jepang, yaitu dari tahun

1942-1945. Pada masa itu kepada penduduk dianjurkan untuk rnenggarap sernua

tanah kosong dengan menanam sayur-sayuran dan pohon jarak tanpa rnempedulikan

tanah yang digarap itu kepunyaan siapa. Kepada penduduk juga diperbolehkan

rnendirikan gubug-gubug di kebun-kebun tersebut, sehingga larnbat laun gubug-

gubug ini rnenjadi bertarnbah besar dan berubah rnenjadi rumah-rumah sederhana.

Pernakaian tanah-tanah yang digarap oleh penduduk tidak dikenakan biaya sewa baik

oleh pemerintah rnaupun oleh pihak Partikulir. Selain itu tidak diadakan pendaftaran

sehingga tidak lagi diketahui tentang letak tanah, luas tanah dan narna penggarap.

Pada rnasa pernerintahan Nasional dari tahun 1945-1947, pernerintahan kota

mengadakan pengumuman yang mengharuskan penduduk untuk rnendaftarkan tanah

garapannya. Banyak yang sudah rnendaftarkan tetapi masih banyak pula yang belum

rnendaftarkan. Baru pada tahun 1950 dan selanjutnya, seperti terbukti dari keputusan-

keputusan yang tercanturn dalarn notulen rapat-rapat Badan Pemerintah Harian sejak

tanggal 14 September 1950, persoalan tanah yang rnelanggar hukurn rnendapat

perbatian kembali dari pihak Pemerintah Kota. Pada saat itu daerah yang rnenjadi

tempat okupasi liar adalah daerah yang sekarang menjadi jalan M.H. Thamrin, Hotel

Indonesia, Hotel Asoka dan President Hotel.

Untuk memenuhi kebutuhan perumahan rakyat direncanakan pendirian

kampung-kampung baru yaitu di Bendungan Hilir, Karet, Pasar Baru, Jembatan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 27: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

15

Duren dan Tanjung Grogol. Khusus di Tanjung Grogol akan dibangun 103 buah

rumah yang akan dijual kepada rakyat. Bagi golongan kecil seperti tukang beca,

penjual makanan dan sebagainya, pemerintah daerah telah membangun beberapa

perumahan darurat untuk disewa dengan pembayaran yang ringan. Adapun lokasinya

berada di: Pisang- Baru, Karanganyar I, Karanganyar II, Tanjung Priok dan Tanah

Tinggi yang bisa menampung 2000 orang.

Beberapa daerah perumahan baru juga dibuka yaitu di jalan Gunung Sahari

seluas 12 Ha oleh Jawatan Pelayaran, di Karet Bendungan seluas 4 Ha untuk

Penupetel, di Cipinang Vrendendal dibangun kompleks asrama seluas 50 Ha,

Perkampungan baru daerah Rajawali seluas 25 Ha dan asrama mahasiswa di Utan

Kayu seluas 50 Ha.

Untuk memenuhi kebutuhan akan pelelangan ikan yang dihasilkan oleh para

nelayan yang tinggal disepanjang pantai utara dan pulau Seribu oleh Pemerintah

Daerah telah ditetapkan 3 tempat pelelangan ikan yaitu: Tanjung Priok, Pasar lkan

dan Kamal. Tanah-tanah sawah pada masa ini antara lain terdapat di daerah bagian

barat Cengkareng, bagian timur Klender dan bagian utara Tanjung Priok. Daerah-

daerah yang menghasilkan bahan makanan seperti buah-buahan dihasilkan dari

daerah selatan Jakarta yaitu: Pasar Minggu, Pasar Rebo, Kebun Jeruk, Kebayoran,

dan Mampang Prapatan. Untuk kebutuhan susu diperoleh dari daerah Mampang

Prapatan dengan produksi 8858 liter setiap hari. Dari daerah sepanjang pantai utara

Jakarta menghasilkan ikan air tawar terutama ikan bandeng dengan empang yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 28: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

16

seluas 1201,01 Ha, sedangkan di daerah selatan menghasilkan ikan Gurame, Tawes

dan ikan Mas dengan luas empang 658 Ha.

Prasarana umum yang terdapat di Jakarta tahun 1950-1960 meliputi hal-hal

berikut ini:

a. Listrik : Untuk mengatasi masalah listrik akan dibangun pembangkit

baru di daerah Ancol.

b. Air bersih : Untuk mengatasi masalah ini akan dibangun Waterzuivering

di daerah Karet yang diperkirakan akan menarnbah sebanyak

5000 liter air per detik. Selain itu juga menarnbah jumlah pipa

ledeng dan menarnbah air dari sumber Ciomas Bogor

sedangkan bagi penduduk yang tinggal di daerah kering akan

dibuat 230 hydrant. Yang penting juga pada masa ini dibuat

instalasi pembersih air Pejompongan yang dibangun dengan

bantuan PUTL dengan kapasitas 2060 liter/detik.

c. Penanggulangan Banjir : dibuat rencana pembuatan waduk pengumpulan

air banjir sungai Cideng, Krukut dan cabang-cabangnya dan

kemudian air dipompa ke laut, proyek ini dikenal dengan

Rencana Pluit.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 29: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

17

d . Jalan : Untuk rnemenuhi kebutuhan akan jalan maka dibangun

Jakarta by pass yaitu jalan raya dari Tanjung Priok ke Cililitan

yang bersarnbung dengan jalan raya menuju Bogor.

e. Sarana ibadah : Pada rnasa ini dibuat persiapan pembangunan mesjid

Istiqlal

f. Sarana Hotel : dilakukan persiapan dan pernbebasan tanah untuk

membangun hotel Indonesia.

Selain proyek-proyek ini, juga dirumuskan rencana pembangunan dalam

jangka panjang yang dituangkan dalam bentuk Rencana Pendahuluan (Outline Plan)

yang kemudian hari dikembangkan menjadi Rencana Induk (Master Plan) untuk Kota

Jakarta3.

Gambar 1 : Peta Kota Jakarta Tahun 1950

3 Edy Sedywati, dkk., Sejarah Kota Jakarta 1950-1980. Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan : Jakarta. Hal: 97

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 30: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

18

2. 2 Penunjukan Kota Jakarta Sebagai Tuan Rumah PON II Tahun 1951

Dalam periode tahun 1950-an perumusan identitas Bangsa Indonesia tidak

hanya melalui jalur politik akan tetapi berbagai saluran resmi yang digunakan dalam

membangkitkan kebudayaan nasional yang baru, apakah itu melalui perhelatan

olahraga, seni, dan budaya. Usaha pemerintah ini cukup sukses karena berhasil

mendapat dukungan dari berbagai kalangan baik dari kalangan intelektual, seniman,

masyarakat dan maupun mantan atlit-atlit peserta PON I. Dalam periode tahun 1950-

an terbilang cukup sulit bagi pemerintah Indonesia membangun negara ini. Beberapa

peristiwa politik yang terjadi pada dekade ini yaitu:

1. Peristiwa Madiun ( Muso ) yang terjadi tahun 1948

2. Peristiwa APRA di Bandung 1950 yang dipimpin oleh Raymon Westerling

3. Peristiwa Andi Aziz di Ujung Pandang tahun 1950

4. Peristiwa Republik Maluku Selatan ( RMS ) dengan diawali proklamasi RMS

yang dipimpin oleh Soumokil.

5. Proklamasi Negara Islam Indonesia ( NII ) yang dipimpin oleh Kartosoewiryo

pada 7 Agustus 1950 dengan DI/TII yang menjadi kekuatannya.

Adanya beberapa gerakan menentang pemerintah dan pemberontakan tidak menjadi

penghalang bagi pemerintah sendiri untuk mengembangkan atau merumuskan

identitas – identitas baru Bangsa Indonesia.

Pencarian identitas bangsa Indonesia pada masa-masa awal kemerdekan dari

tahun 1945 sampai tahun 1950an, adalah masa yang penting untuk dibicarakan.

Jalur politik tidak selamanya dijadikan instrument pemerintah Indonesia sebagai

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 31: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

19

upaya pembentukan identitas kebangsaan. Perhelatan olaraga, seni, gaya hidup adalah

salah satu bagian yang penting untuk membentuk karakter bangsa Indonesia.

Pertumbuhan nasionalisme Indonesia pada masa awal kemerdekaan tidak terlepas

dari perhelatan olahraga yang dibangun pemerintah Indonesia. Olahraga sebagai

penawar benih – benih perpecahan di kalangan masyarakat maupun perpecahan antar

daerah dan dalam proses ini olahraga menjadi bagian penting untuk memahami

nasionalisme. Soekarno sebagai presiden dalam membangun identitas bangsa

Indonesia menjadi bangsa yang betul – betul merdeka tanpa adanya intervensi pihak

Belanda, tidak hanya melalui jalur politik nasional tetapi juga melalui jalur olahraga.

Usaha ini tampak jelas setelah tanggal 19 Agustus 1945, yakni dibentuknya Kabinet

Presidensial sebagai kabinet pertama bangsa Indonesia.

Usaha pemerintah untuk membangun mental berbagai kalangan masyarakat,

khususnya generasi muda, yakni melalui olahraga sebagaimana yang pernah

dilakukan Jepang dalam membangun mental pemuda-pemuda Indonesia sebagai

pembantu angkatan perangnya. Untuk permasalahan ini, pemerintah menunjuk

Kementerian Pengajaran yang dibentuk pada tanggal 19 Agustus 1945 untuk

membentuk lembaga yang bertugas merencanakan atau melaksanakan kepengurusan

di bidang olahraga4.

4 Kementerian Pengajaran dipimpin oleh Ki Hajar Dewantara dan kegiatan olahraga dan

pendidikan jasmani dibawah Kemeneterian Pengajaran RI.

Kementerian Pemuda dan Olahraga. Sejarah Olahraga Indonesia. Jakarta: Kantor

Kemenpora, 1991, hal. 15

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 32: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

20

Usaha ini terbilang cukup sukses dalam membangun mental dan fisik pemuda

dan kemudian pada tahun 1946 pemeritah Indonesia membentuk GELORA (Gerakan

Latihan Rakyat), yang diketuai oleh Otto Iskandar Dinata5. Penunjukkan Otto

Iskandar Dinata sebagai ketua GELORA tidak terlepas karena perannya dalam

pembentukan BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdékaan Indonésia),

dan PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Pada masa kepemimpinan

Otto Iskandar Dinata, GELORA bergabung dengan pusat olahraga versi Jepang yakni

Djawa Tai Iku Kai6 menjadi Pesatuan Olahraga Republik Indonesia ( PORI ).

Dampak dari perjanjian Renville akhirnya membuat PORI dipindahkan ke

Solo. Pada bulan Januari tahun 1947 Presiden Soekarno meresmikan kepengurusan

tetap PORI dan dalam waktu bersamaan juga presiden membentuk KORI (Komite

Olimpiade Republik Indonesia) dan Sultan Hamengkubuwono IX ditunjuk sebagai

ketuanya. KORI yang mempunyai tugas menangani masalah olahraga, tidak lain

untuk mempersiapkan atlet-atlet yang akan diikutkan dalam pertandingan olimpiade

di London. Rencana ini gagal karena adanya agresi militer dan selain itu pihak

panitia di London menolak keikutsertaan Indonesia dalam olimpiade. Setelah

penolakan atlet Indonesia dalam olimpiade, masalah itu kemudian dibahas dalam

konferensi PORI di Solo pada 1 Mei 1948. Pada konferensi itu akhirnya para

pengurus PORI sepakat untuk mengadakan PON (Pekan Olahraga Nasional). PON

5 Daryadi, dkk., Jejak Langkah KONI 1938-2015. Jakarta: Komite Olahraga Nasional

Indonesia, 2015, hal. 28 6 Djawa Tai Iku Kai merupakan organisasi yang didirikan oleh pemerintah Jepang dengan

maksud melatih jasmani dan rohani di antara bangsa Jepang dan penduduk tanah Jawa pada umumnya

untuk membantu Jepang dalam kepentingannya di Perang Pasifik.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 33: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

21

pertama pun terselenggara pada 9 sampai 12 September 1948. Satu hal yang harus

dicatat bahwa PON pertama lahir karena semangat kebangsaan. Pekan olahraga yang

direncanakan pemerintah pada masa – masa awal kemerdekan bukan hanya untuk

mengembangkan minat olahraga para pemuda, akan tetapi merupakan salah satu

langkah membangun persatuan.

Usaha pemerintah ini cukup sukses karena berhasil mendapat dukungan dari

berbagai kalangan baik dari kalangan intelektual, seniman, masyarakat dan maupun

mantan atlit-atlit peserta PON I. Semangat pemerintah Indonesia dalam periode tahun

1950an bisa dikatakan puncak dari nasionalisme. Gerakan gerakan kekacauan yang

berlangsung dalam periode ini seolah-olah tidak mampu membendung cita-cita

pemeritah, terbukti karena dalam periode ini PON II akan diselenggarakan di Kota

Jakarta dan beberapa tahun kemudian juga akan diselenggarakan PON III di Kota

Medan dan PON IV di Kota Makassar. Harapan pemerintah Indonesia dalam

menyatukan semua daerah masuk ke wilayah Republik Indonesia melalui perhelatan

atau pertandingan olahraga terus mendapat dukungan dari berbagai kalangan

masyarakat. Dukungan datang dari kalangan masyarakat disebabkan suksesnya

penyelenggaraan PON I yang dilaksanakan pemerintah.

Keberhasilan penyelenggaraan PON I terus menyita perhatian masyarakat

pada waktu itu. Sri Sultan Hamengkubuwono IX terus mendorong pengurus PORI

merumuskan kembali penyelenggaraan PON II yang akan dilaksanakan di berbagai

daerah. Sri Sultan Hamengkubuwono IX melakukan rapat koordinasi tanggal 8

Agustus 1951 dengan pengurus PORI untuk menetapkan kapan PON II akan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 34: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

22

dilaksanakan dan siapa yang akan menjadi tuan rumah penyelenggara PON II. Hasil

keputusan kongres ini memutuskan PON II akan diadakan pada tahun 1951, tepatnya

di Kota Jakarta dengan alasan bahwa untuk menunjukkan kepada dunia luar Jakarta

sebagai ibukota negara RIS yang sudah bersatu dan akan berkembang menjadi negara

besar, baik itu dalam dunia politik maupun dunia olah raga. Alasan berikutya adalah

bahwa Jakarta memiliki fasilitas dan sarana pendukung untuk dilaksanakannnya PON

II dan memiliki tingkat keamanan yang terjamin bagi setiap warganya. Selain itu

pemerintah setempat siap menjadi penyelenggara PON II.

Beberapa hari setelah Jakarta ditetapkan sebagai tuan rumah penyelenggara

PON, A. Halim ( dokter ) ditunjuk sebagai ketua umum penyelenggara PON II di

Kota Jakarta dan Maladi sebagai Sekretaris Umum. A. Halim dengan segera

mempersiapkan segala sesuatunya untuk pembukaan PON II yang akan dihadiri oleh

Presiden Soekarno.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 35: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

23

BAB III

PELAKSANAAN PON II JAKARTA TAHUN 1951

3. 1 Sejarah Singkat Pelaksanaan PON I Tahun 1948 di Kota Surakarta

Pada Januari 1948, dikota Solo digelar Kongres Olahraga I yang

menghasilkan beberapa keputusan diantaranya adalah program peningkatan prestasi

atlet serta berjuang menembus blokade Belanda dengan ikut ambil bagian dalam

Olimpiade 1948 di London. Permintaan untuk bisa berpartisipasi dalam Olimpiade

diajukan ke London dan segera dijawab, namun jawaban jatuh ketangan Belanda di

Batavia dan tidak diteruskan ke Komite Olimpiade Republik Indonesia (KORI), yang

diketuai Sri Sultan Hamengku Buwono IX di Solo. Saat itu ibukota RI ada di

Yogyakarta karena dampak dari perjanjian Renville.

Isi perjanjian Renville yang ditandatangani pada tanggal 17 Januari 1948 yang

hanya mengakui wilayah Indonesia atas Jawa Tengah, Yogyakarta dan Sumatera

membuat pihak Indonesia harus mengosongkan wilayah – wilayah yang dikuasai oleh

pihak Belanda saat itu7. Dalam kondisi perang dan blokade dari Belanda, Pemerintah

Indonesia tak gentar untuk mendapat pengakuan dunia internasional. Harapan ini

mungkin bisa diperoleh melalui ajang Olimpiade yang berlangsung di kota London.

Akan tetapi balasan dari panitia olimpiade London menolak untuk mengikutsertakan

Indonesia dalam pesta olahraga tersebut dengan alasan bahwa Indonesia belum

7 Ide Anak Agung Gde Agung, RENVILLE, Jakarta: Sinar Harapan, 1991, hal. 37

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 36: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

24

menjadi anggota PBB serta belum menjadi anggota International Olympic Committee

(IOC), Indonesia hanya boleh menjadi peninjau dalam kegiatan tersebut. Ibukota RI

di Yogyakarta kemudian segera membentuk delegasi untuk menjadi peninjau yang

beranggotakan, Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Letkol Azis Saleh (wakil ketua

bagian atletik PORI), dan Mayor Maladi (ketua bagian sepakbola PORI). Delegasi

inipun tidak jadi berangkat karena Belanda menggunakan taktiknya supaya mereka

menggunakan paspor Belanda dengan tujuan untuk menunjukkan kepada dunia

bahwa mereka masih berdaulat di Indonesia.

Bertempat di kediaman Soerio Hamidjojo anggota BP KNIP8, mewakili

keraton Surakarta yang juga ketua seksi tenis PORI, acara itu dihadiri wakil-wakil

PORI daerah, Menteri Pembangunan dan Pemuda Wikana, serta Menteri Pengajaran

dan Kebudayaan Ali Sastroamidjojo. Konferensi tersebut menghasilkan kesepakatan:

jika Indonesia tak bisa ikut olimpiade, maka suatu pekan olahraga level nasional akan

diadakan. PORI bisa berkaca pada kegiatan yang pernah diadakan Ikatan Sport

Indonesia ( ISI ) di Solo pada 1938. Keputusan pun diambil, PORI akan mengadakan

PON di Surakarta antara bulan Agustus atau September tahun itu juga. 9Dilihat dari

penyediaan sarana olahraga, Solo dapat memenuhi persyaratan pokok dengan adanya

8 Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat ( BP KNIP ) dibentuk pada tanggal 17

Oktober 1945 yang bertugas sebagai dewan legislative sebelum MPR/DPR dibentuk. Badan ini

diketuai oleh Mr. Kasman Singodimedjo yang para anggotanya merupakan tokoh – tokoh masyarakat

dari berbagai golongan dan daerah termasuk mantan anggota PPKI. Bertugas sejak tanggal 29 Agustus

1945 – 15 Februari 1950. 9 Sorip Harahap PON I-X Sejarah Ringkas dan Perkembangannya, hal. 2.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 37: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

25

fasilitas stadion Sriwedari serta kolam renang, Sriwedari pada masa itu termasuk

daerah yang sudah lengkap sarana olahraga yang mendukung.

Pemilihan Surakarta sebenarnya cukup riskan. Sebagai akibat Perjanjian

Renville dan garis Van Mook yang membuat Jawa tengah dan Yogyakarta dipenuhi

dengan tentara Republik dan juga berbagai laskar rakyat.Pasalnya, kota itu menjadi

basis beberapa satuan tentara dan laskar dengan beragam aliran politik. Tak jarang,

ketegangan merebak di antara mereka. Namun hal ini tidak menyurutkan pemerintah

untuk bisa menggelar hajatan besar Pekan Olahraga Nasional ( PON ) pertama.

Dengan persiapan yang seadanya, PON I diikuti oleh 13 daerah. Semuanya

dari Jawa karena blokade Belanda membuat perwakilan daerah luar mustahil

diundang dan datang. Daerah-daerah peserta PON I di antaranya adalah Yogyakarta,

Surakarta, Surabaya, Malang, Kediri, Madiun, Semarang, Pati, Kedu, Magelang,

Banyumas, Bandung, dan Jakarta. PON I ini mempertandingkan sembilan cabang

olahraga yang ada dalam masyarakat kita seperti : atletik, bola keranjang (korfball),

bulutangkis, tenis, renang, panahan, sepakbola, basket, dan anggar.

Acara pembukaan PON I berlangsung pada 9 September 1948. Suasana

tegang ternyata juga tak menyurutkan antusiasme warga Surakarta untuk

menyaksikan upacara pembukaannya di Stadion Sriwedari Solo. Sejumlah tamu –

tamu penting turut hadir disana yakni, Menteri Pertahanan Sri Sultan

Hamengkubuwono IX, Sri Susuhunan Pakubuwono XI, dan Panglima Besar TNI

Jenderal Sudirman. Turut hadir pula anggota Komisi Tiga Negara ( KTN ) yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 38: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

26

merupakan komisi bentukan Dewan Keamanan PBB untuk menengahi konflik

Indonesia – Belanda yakni Merle Cochran ( AS ), Thomas Critchley ( Australia ) dan

Paun van Zeeland ( Belgia ); serta Konsul Jenderal Inggris Shepherd; serta Konsul

Jenderal India Raghavan beserta wakilnya Mohammad Yunus.

Penyelenggaraan PON I juga mengandung pesan politik yang ditujukan

kepada Belanda bahwa Indonesia adalah negara berdaulat yang mana hal ini

disinggung oleh Presiden Sukarno dalam pidato pembukaannya.

“Pertama-tama mengucap syukur kepada Allah Subhanahuwata’ala

bahwa PON berlangsung dialam merdeka bebas. Kemudian

menyatakan perasaan bangga atas ikut serta pahlawan-pahlawan

dari daerah-daerah pendudukan. Pemuda-pemudi datang di Solo ini

tidak untuk berolahraga saja, tapi terutama untuk menunjukkan

semangat kemerdekaan yang menyala-nyala”

Usai pidato pembukaan Sukarno itu, pesta pembukaan pun dimulai dengan 13

kali dentuman meriam dan defile kontingen daerah peserta. Warga Surakarta yang

menyemut di Stadion Sriwedari juga dihibur dengan senam pencak silat massal oleh

murid-murid sekolah dasar. Bertahun kemudian, peristiwa itu diabadikan sebagai

Hari Olahraga Nasional yang diperingati setiap tahun.

Pada 12 September 1948, sesuai jadwal yang ditetapkan, PON I secara resmi

berakhir dengan Surakarta tampil sebagai juara umum. Tuan rumah merajai cabang

sepakbola, bulutangkis, renang, panahan, dan pencak silat. Juara kedua ditempati

Yogyakarta, disusul Kediri sebagai juara ketiga.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 39: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

27

Secara umum PON I berlangsung aman meskipun sempat terjadi insiden-

insiden kecil di lapangan. Penonton pun antusias menonton pesta olahraga nasional

pertama di Indonesia itu. 10

Sambutan masyarakat terhadap PON I sangat luar biasa

dan ini terbukti dari jumlah sekitar 40.000 penonton, yang setia mempersaksikan

pertandingan. Banyak dari penonton ini yang datang dari daerah – daerah di luar

Keresidenan Surakarta dan semuanya telah menjadi saksi atas kemeriahan upacara

pembukaan PON I.

PON I ini juga sebagai bukti bahwa olahraga kita mulai bangkit dan bisa

berbicara, bersikap patriotik dan ikut menjalankan peran strategis dalam revolusi

kemerdekaan.

3. 2 Persiapan PON II Jakarta 1951

Seperti yang telah disebutkan dalam Kongres PORI pada tanggal 8 Agustus

1951 di Jakarta telah memutuskan bahwa yang menjadi tuan rumah PON II adalah

kota Jakarta dan waktu pelaksanaan PON tersebut diadakan pada tanggal 21 – 28

Oktober 1951.

3. 2. 1 Cabang Olahraga yang dipertandingkan

Pergelaran PON II di Jakarta mempertandingkan beberapa cabang olahraga

seperti11

:

Atletik

10

Sorip Harahap PON I-X Sejarah Ringkas dan Perkembangannya, hal. 21. 11

Surat kabar Suara Merdeka, Semarang, tanggal 16 September 1951, halaman 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 40: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

28

Bola Keranjang

Renang

Angkat Besi

Bola Tangan

Anggar

Panahan

Menembak

Bola Basket

Polo air

Tenis

Bola Volli

Bulu Tangkis

Pencak Silat

Bola Kasti

Rounders

Sepakbola

Hoki

Alasan dalam pemilihan cabang olah raga PON II ini meliputi berbagai aspek

pertimbangan dari panitia. Aspek pertama adalah ketersediaan lapangan pertandingan

dan juga tim penilai ( wasit ). Aspek selanjutnya adalah daerah yang memiliki atlet

untuk cabang olahraga yang ada sehingga bisa dipertandingkan karena memang untuk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 41: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

29

pengembangan olahraga dan atlet pada masa itu belum jadi prioritas. Kemudian aspek

berikutnya adalah permintaan dari induk organisasi olahraga yang ada di Indonesia

dengan tujuan untuk mencari atlet yang akan diikutsertakan pada Olimpiade Helsinki

1952, Asian Games Manila tahun 1954.

3. 2. 2 Delegasi Peserta dan Penginapan Peserta PON II Jakarta 1951

Sesuai dengan undangan dari panitia kepada daerah di seluruh Indonesia yang

pada waktu itu hanya ada 11 propinsi, maka berdasarkan kemampuan dan keinginan

dari setiap daerah yang ingin mengikuti penyelenggaraan PON II di Jakarta tahun

1951, kegiatan PON II diikuti oleh 13 propinsi dengan rincian sebagai berikut12

:

1. Delegasi Maluku tiba di Jakarta pada 8 Oktober 1951 dengan kontingen

terdiri dari 33 atlet wanita dan 138 atlet pria dengan total 141 atlet.

2. Delegasi propinsi Kalimantan Selatan – Timur tiba di Jakarta 11 Oktober

1951 dengan kontingen 9 atlet wanita dan 87 atlet pria dengan jumlah 96

orang. Tetapi ada 5 orang atlet lagi yang menyusul, sehingga keseluruhan

berjumlah 101 orang.

3. Delegasi propinsi Sulawesi Selatan tiba di Jakarta pada tanggal 12 Oktober

1951 dengan kontingen yang terdiri dari 19 atlet wanita dan 2 atlet pria. Atlet

yang menyusul berjumlah 25 orang sehingga berjumlah 46 orang.

4. Kontingen Propinsi Sumatera Utara tiba pada tanggal 14 Oktober 1951

dengan mengirimkan 10 atlet pria dan 2 atlet wanita sehingga berjumlah 12

orang.

12

Surat kabar, Harian Rakyat, Jakarta, tanggal 17 Oktober 1951, halaman 2

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 42: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

30

5. Dari Propinsi Sunda Kecil tiba pada tanggal 15 Oktober 1951 dengan

mengirimkan delegasinya 54 atlet pria dan 8 atlet wanita dan yang menyusul

sebanyak 5 orang sehingga delegasi ini berjumlah 67 orang.

6. Propinsi Sulawesi Utara mengirimkan kontingen mereka ke Jakarta yang tiba

pada tanggal 16 Oktober 1951 dengan 62 atlet pria dan 12 atlet wanita. Atlet

yang datang menyusul 4 orang sehingga berjumlah 78 orang. Selain

mengirimkan atlet mereka, propinsi Sulawesi Utara juga mengirimkan

supporter mereka yang berjumlah 14 orang.

7. Delegasi dari Propinsi Sumatera Selatan tiba di Jakarta dengan mengirimkan

100 atlet pria dan 16 atlet wanita dan yang menyusul satu orang lagi sehingga

berjumlah 117 orang.

8. Delgasi Propinsi Jawa Timur.

9. Delegasi propinsi Jawa Tengah

10. Delegasi Propinsi Jawa Barat

11. Delegasi Propinsi Kalimantan Barat

12. Delegasi Propinsi Sumatera Tengah

13. Delegasi tuan rumah Jakarta

Semua para delegasi ini ditempatkan dan menginap ditempat yang disediakan

oleh panitia yaitu 12 buah gedung sekolah diantaranya gedung Koningklijke

Wilhelmina School ( KWS ) yang sekarang jadi gedung SMK Negeri 1 Jakarta, dan

60 buah rumah yang baru selesai dibangun untuk tempat menginap para atlet tersebut.

Selain itu juga ada yang ditempatkan di asrama – asrama polisi dan tentara. Lokasi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 43: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

31

penginapan para atlet ini terletak di daerah Cikini, daerah Gambir dan daerah

Jatinegara. Untuk sarana transportasi, panitia juga telah menyiapkan 100 unit truk dan

jeep milik tentara yang siap digunakan untuk keperluan pengangkutan dari dan ke

lokasi pertandingan13

. Beberapa dari lokasi tersebut sudah tidak ada lagi sehubungan

dengan dibangunnya komplek Monumen Nasional ( Monas )

3. 2. 3 Pembiayaan PON II Jakarta 1951

PON II yang berlangsung di Jakarta pada tahun 1951 menurut panitia akan

memakan biaya sebesar Rp 1.500.000.- dan lebih besar dari perkiraan yang telah

mereka perhitungkan. Peserta PON II ini mencapai 2500 orang atlet dengan tenaga

ofisial sebanyak 500 orang dan juga 10 orang dokter sebagai tenaga medis para atlet

tersebut.

Untuk biaya konsumsi selama pelaksanaan PON II ini mencakup beras

sebanyak 18.000 kg, gula sebanyak 2025 kg, garam sebanyak 450 kg, mentega

sebanyak 680 kg dan minyak goreng sebanyak 986 kg14

. Panitia menaksir biaya

konsumsi beserta dengan pengadaan transportasi atlet, pembangunan stadion semi

permanen dan tempat penginapan para atlet ini berkisar Rp 1.500.000.-

Untuk memenuhi dana PON II ini, panitia melakukan beberapa strategi

pendanaan agar biaya ini bisa segera tertutupi dan tidak menimbulkan masalah.

Beberapa cara yang dilakukan panitia adalah dengan 15

:

13

Surat kabar, Suara Merdeka, Semarang, tanggal 16 September 1951, halaman 1 14

Surat Kabar, Suara Merdeka, Semarang, tanggal 16 September 1951, hal. 1 15

Surat kabar, Harian Rakyat, Jakarta, tanggal 16 September 1951 halaman 3

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 44: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

32

1. Mengundang seluruh surat kabar yang ada di Jakarta untuk membicarakan dan

cara mendapatkan dana. Hasil dari pertemuan tersebut menyepakati bahwa

setiap surat kabar bersedia turut mengumpulkan dana dengan cara membuat

sebuah kolom di surat kabar mereka dengan judul “Dompet PON II”16

.

Beberapa yang diundang pada saat itu adalah surat kabar Harian Rakyat dan

Harian Umum.

2. Panitia juga mengeluarkan perangko pos edisi PON II yang diperkirakan akan

menghasilkan dana sebesar Rp 70.000.-

3. Selain itu panitia juga bekerja sama dengan pihak pemilik bioskop dengan

cara menambah harga tiket masuk bioskop sebagai dana sumbangan PON II.

Bioskop itu antara lain, Metropole yang saat ini menjadi Megaria Theatre,

Bioskop Cathay, Bioskop Menteng, Happy Sin Thu dan Globe. Bioskop ini

adalah bioskop yang pada masa itu berada diurutan atas dengan penonton

terbanyak dan menayangkan film – film dari luar negeri sehingga pantia PON

mengadakan kerjasama dengan mereka.

4. Selama pelaksanaan PON II, dalam setiap pertandingan panitia akan mencetak

dan menjual tiket masuk menonton pertandingan seharga Rp. 50.-

Panitia berharap melalui penjualan tiket ini beban biaya PON II bisa

berkurang dan bahkan tertutupi.

5. Sumbangan perusahaan – perusahaan negara dan swasta. Beberapa

sumbangan yang dimaksud adalah jika ada pegawai mereka baik itu pegawai

16

Surat kabar, Harian Umum, Jakarta, tanggal 13 Agustus 1951 halaman 3

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 45: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

33

pemerintah dan pegawai swasta yang menjadi utusan daerah menjadi peserta

PON II harus di ijinkan untuk ikut dan kepadanya diberikan gaji penuh tanpa

ada potongan. Meminta potongan harga dari perusahaan pengangkutan kapal

Koninklijke Paketvaart Mastschappij ( KPM ) yang mengangkut peserta PON

II. Hal ini pun disanggupi oleh pihak KPM dengan memberikan potongan

harga sebanyak 50% 17

. Dari sisi logistik, panitia telah bekerjasama dengan

Yayasan Makanan Rakyat dalam hal menu peserta PON II yang bahan –

bahannya dibeli dari Yayasan Bahan Makanan ( BAMA ).

3. 2. 4 Syarat mengikuti PON II Jakarta

Panitia PON II Jakarta mengeluarkan syarat yang harus diikuti jika ingin

terlibat dalam pelaksanaan PON II yang berlangsung di Jakarta pada tanggal 21 – 28

Oktober 1951. 18

Syarat yang harus dipatuhi tersebut adalah telah ditetapkan sebagai

warga negara Indonesia, yang ditegaskan dalam:

1. Mereka adalah warga negara Indonesia yang menurut Undang – Undang

Dasar Republik Indonesia dapat memenuhi syarat – syarat kewarganegaraan

Indonesia yaitu :

a) Semua warga negara Indonesia asli

b) Mereka yang berasal dari keturunan bangsa Tionghoa dan Arab yang

tidak atau belum menolak kewarganegaraan Indonesia, yang mereka

17

Surat kabar, Harian Rakyat, Jakarta, tanggal 16 September 1951 halaman 3 18

Surat kabar, Harian Rakyat, Jakarta, tanggal 15 Agustus 1951, halaman 4

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 46: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

34

miliki secara otomatis karena Undang Undang Dasar Republik

Indonesia.

c) Mereka yang berasal dari keturunan bangsa Belanda, yang telah

mendapatkan kewarganegaraan Indonesia atau juga telah mengajukan

permintaan kepada pemerintah untuk menjadi warga negara Indonesia.

Untuk hal ini perlu dilampirkan surat keputusan dari pemerintah atau

menunjukkan surat surat permintaan kepada pemerintah.

2. Jika ada hal – hal yang kurang jelas bagi panitia PON propinsi mengenai hal

kewarganegaraan seorang peserta maka hal tersebut dapat diajukan kepada

panitia umum untuk memperoleh kepastian mengenai ikut atau tidaknya

peserta tersebut.

3. 2. 5 Acara Pembukaan PON II Jakarta

Dua hari sebelum pembukaan PON II dilaksanakan, bendera PON sudah tiba

di Kota Jakarta dan hampir bersamaan tibanya atlit-atlit peserta PON II dari berbagai

daerah. Kedatangan atlit-atlit dan bendera PON langsung disambut dengan meriah

oleh masyarakat di Kota Jakarta dan langsung dibawa keliling kota.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 47: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

35

Gambar 2. Bendera PON

Bendera PON yang digunakan pada saat itu memiliki makna yang terkandung

dalam setiap gambar yaitu:19

1. Sayap Garuda yang melambangkan kekuatan Bangsa Indonesia. Gambar ini

dilukiskan dengan warna kuning keemasan dengan perototan merah. Artinya,

memberikan sendi kemurnian dan keluhuran serta dinamika dari kekuatan.

2. Tiga Lingkaran yang menghubungkan kedua sayap menyatakan bahwa

kekuatan itu akan tetap kokoh dan abadi bila didasari prinsip yang

berkebangsaan satu, Indonesia.

3. Api merah yang menyala-nyala melukiskan semangat yang berkobar – kobar

dan tak pernah padam untuk mengejar cita – cita dan kejayaan prestasi

olahraga nasional.

4. Bunga Teratai putih yang dilukiskan api, mengingatkan kita bahwa

bagaimanapun hebatnya kekuatan dan semangat apabila tidak dilandasi

dengan kesucian, kejujuran dan keluhuran budi pekerti akan menjadi sia – sia.

Bunga teratai berdaun lima melambangkan lima sila dalam Pancasila yang

menjadi sendi kehidupan bangsa Indonesia.

19

Daryadi, dkk., Jejak Langkah KONI 1938-2015. Jakarta: Komite Olahraga Nasional

Indonesia, 2015, halaman 48

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 48: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

36

Bendera PON langsung diserahkan kepada A. Halim selaku ketua umum

penyelenggara PON II.

Pada hari Sabtu 20 Oktober 1951 bertempat di Balai Kota Jakarta, dilakukan

upacara penyerahan bendera Sang Saka Merah Putih dan bendera PON kepada

Walikota Jakarta yaitu Sjamsuridzal. Setelah upacara penyerahan bendera, dilakukan

pawai dengan berkeliling kota Jakarta dengan menggunakan bus dan truk yang diikuti

oleh Walikota Jakarta, Ketua dan anggota panitia PON II. Pawai ini mendapat

sambutan dari penduduk Jakarta.

Malam harinya para peserta pawai PON ini menghadiri resepsi dan ramah

tamah di istana kepresidenan. Presiden berpesan kepada peserta yang merupakan

pemuda pemudi Indonesia untuk terus menjaga jiwa raga mereka untuk

mempertahankan kemerdekaan bangsa. Pertemuan ramah tamah ini bertujuan untuk

memeberikan kesempatan kepada para peserta PON untuk berkenalan dengan kepala

negara. Dalam acara ramah tamah tersebut juga dihadiri oleh para menteri, Walikota

Jakarta Sjamsuridjal, anggota parlemen, anggota panitia PON, ketua Komite

Olimpiade Indonesia yaitu Sultan Hamengkubuwono IX, ketua PORI yaitu Pakualam

IX, dan lainnya20

.

Hari Minggu tanggal 21 Oktober 1951, pukul 8.00 WIB, dilakukan upacara

pembukaan PON II yang dipimpin langsung oleh Presiden Sukarno yang berlangsung

20

Surat Kabar, Suara Merdeka, Semarang, tanggal 21 Oktober 1951 halaman 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 49: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

37

di lapangan Ikada21

. Upacara pembukaan ini juga dihadiri oleh Wakil Presiden

Mohammad Hatta, Perdana Menteri Sukiman, Wakil Perdana Menteri Suwirjo, para

menteri, anggota parlemen, utusan negara sahabat, ketua umum PON II dr. A. Halim,

anggota panitia PON II, ketua Komite Olimpiade Indonesia yaitu Sultan

Hamengkubuwono IX, ketua PORI yaitu Pakualam IX dan para penggemar olah raga

serta rakyat Jakarta.

Setelah Presiden Sukarno dan Wakil Presiden M. Hatta mengambil tempat

upacara, lalu diperdengarkan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Kemudian

memperkenalkan panitia PON beserta wakil PON dari daerah kepada presiden dan

wakil presiden. Setelah acara perkenalan baru kemudian peserta PON II masuk ke

lapangan dengan dipimpin oleh seorang pemandu.

Setelah setiap regu peserta PON II mangambil tempat yang telah ditentukan,

maka selanjutnya adalah upacara menaikkan bendera merah putih dengan diiringi

lagu Indonesia Raya. Setelah itu dilanjutkan dengan menaikkan bendera pusaka PON

yang berada disamping bendera merah putih. Bendera PON ini akan berkibar selama

pelaksanaan PON berlangsung dilapangan Ikada.

21

Lapangan IKADA ( Ikatan Atletik Djakarta ) adalah lapangan olahraga yang ada di

Jakarta. Disekitar lapangan tersebut terdapat beberapa klub sepakbola mulai dari Hercules, VIOS,

Bataviasch Voetbal Club ( BVC ). Sebelum PON II dimulai, pemerintah Jakarta merombak lapangan

ini menjadi Stadion semi permanen untuk tempat acara pembukaan dan penutupan PON II.

Selanjutnya lapangan ini digunakan sebagai venue olah raga sepakbola dan bola tangan. Setelah PON

II lapangan ini digunakan untuk kompetisi sepakbola lalu menjelang Asian Games 1962 di Jakarta

lapangan ini digusur untuk pembangunan Komplek Monumen Nasional ( Monas ).

Sorip Harahap, 1985. PON I-X Sejarah Ringkas dan Perkembangannya. Jakarta: Kantor Komite

Olahraga Nasional Indonesia Pusat, hal. 58

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 50: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

38

Setelah upacara menaikkan bendera merah putih dan bendera PON, kemudian

dilanjutkan dengan memperdengarkan bunyi dentuman Meriam sebanyak 13 kali dan

diiringi dengan sirine22

. Makna dari angka 13 dalam acara ini adalah tanda bahwa ada

13 daerah yang ikut serta dalam PON II di Jakarta. Setelah itu dilanjutkan dengan

defile dari peserta PON yang disambut dengan tepuk tangan yang gemuruh.

Kemudian acara yang terakhir adalah petunjukan dari masing – masing olah raga

yang dipertandingkan. Seluruh rangkaian upacara pembukaan PON II ini berlangsung

dengan hikmat dan sangat memuaskan masyarakat.

3. 3 Pelaksanaan dan Hasil Pertandingan PON II

Setelah upacara pembukaan selesai, maka secara resmi PON II telah dimulai

pertandingan yang dilangsungkan sesuai dengan cabang olahraga yang

dipertandingkan di tempat yang telah disediakan oleh panitia. Berikut ini adalah hasil

pertandingan dan pemenang untuk setiap cabang olahraga selama pelaksanaan PON

II.

A. Sepakbola

Cabang olahraga sepakbola adalah pertandingan beregu yang diikuti oleh 11

kesebelasan yakni: Jawa Barat, Sumatera Tengah, Jawa Tengah, Sumatera Utara,

22

Surat kabar, Suara Merdeka, Semarang, tanggal 22 Oktober 1951 halaman 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 51: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

39

Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Sunda Kecil23

, Kalimantan

Timur – Selatan, Kalimantan Barat, Jawa Timur dan tuan rumah Jakarta Raya.

Pertandingan ini menggunakan format pertandingan sistem gugur dan dilakukan

pengundian untuk menentukan tim mana yang bertanding terlebih dahulu.

Pertandingan ini dilakukan selama 2 x 45 menit dan apabila berakhir dengan skor

yang sama maka dilanjutkan dengan perpanjangan waktu selama 2 x 7½ menit. Jika

masih juga imbang maka dilanjutkan dengan babak adu tendangan pinalti dimana

setiap kesebelasan masing – masing tiga penendang.

Sepakbola adalah cabang olahraga yang paling besar jumlah penontonnya.

Meskipun demikian cabang olahraga sepakbola hanya memperebutkan satu medali

emas. Adapun peraih medali emas dari cabang olahraga sepakbola direbut

kesebelasan Jawa Barat setelah mengalahkan kesebelasan Jakarta dengan skor 3 – 2

pada pertandingan final yang dilaksanakan pada tanggal 28 Oktober 1951.

Kesebelasan Jakarta memperoleh medali perak dan untuk medali perunggu diperoleh

kesebelasan Jawa Timur setelah mengalahkan Sumatera Utara dengan skor 4 – 224

.

Seluruh pertandingan cabang sepakbola dilaksanakan di stadion IKADA.

B. Cabang olah raga Anggar

Pertandingan untuk cabang olah raga anggar terdiri atas 3 kategori yaitu

kategori degen, kategori floret dan kategori pedang. Untuk cabang olahraga anggar

23

Propinsi Sunda Kecil adalah propinsi yang didalamnya merupakan wilayah Nusa Tenggara

barat, Nusa Tenggara Timur dan Pulau Bali. Kementerian Penerangan: Republik Indonesia : Republik

Sunda Ketjil, Tahun 1953 Hal. 12 24

Surat kabar, Suara Merdeka, Semarang, tanggal 29 Oktober 1951, hal. 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 52: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

40

diikuti oleh empat daerah yaitu: Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Jawa Barat dan

Jawa Tengah yang dipertandingkan di gedung AMVJ. Setelah dipertandingkan untuk

setiap kategorinya, maka perolehan medali berdasarkan poin tertingi yaitu25

:

a) Kategori degen26

: Jawa Barat dengan 17 poin, Sulawesi selatan 15 poin dan

Sulawesi Utara dengan 11 poin.

b) Kategori floret27

: Jawa Barat dengan 19 angka, Sulawesi Selatan dengan 18

angka dan Jawa Tengah dengan 15 angka.

c) Kategori sabel28

: Sulawesi Selatan dengan 19 poin, Sulawesi Utara dengan

18 poin, dan Jawa Tengah 14 poin.

C. Cabang olahraga Hoki

Pertandingan cabang olahroga hoki dilakukan dilapangan Bataviasch Sport

Centre ( BSC ) yang pesertanya terdiri dari 5 daerah yaitu: Jakarta Raya, Jawa Barat,

Jawa Timur, Jawa Tengah dan Sumatera Utara. Medali emas diraih oleh regu dari

Sumatera Utara, sementara medali perak diraih oleh regu Jawa Timur. Untuk medali

perak diraih oleh regu Jawa Barat29

.

25

Surat kabar, Suara Merdeka, Semarang, tanggal 26 Oktober 1951, hal. 1 26

Kategori dalam olahraga anggar yaitu pedang yang berbentuk langsing, lentur dan ringan

yang memiliki ujung berbentuk bulat atau datar, tumpul serta berpegas dengan berat 500 gram.

A. Salatin, Peraturan Permainan Anggar, Jakarta: DIKLUSEP0RA, 1991, hal. 31 27

Kategori dalam olahraga anggar yaitu pedang yang berbentuk segitiga dan sudutnya tidak

tajam, yang semakin keatas semakin pipih dan ujungnya ditetkuk hingga tidak meruncing dengan berat

500 gram. ibid., hal. 32 28

Kategori dalam olahraga anggar yaitu pedang yang berbentuk segitiga dan berparit, pada

pangkalnya tebal dan sedikit kaku. Ujungnya datar dan berpegas dengan berat 750 – 770 gram. ibid.,

hal. 33 29

Surat Kabar, Suara Merdeka, Semarang, tanggal 27 Oktober 1951, hal. 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 53: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

41

D. Cabang olahraga Panahan

Pada PON II yang berlangsung di Jakarta, cabang olah raga Panahan yang

diikuti oleh peserta dari 5 propinsi yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,

Sumatera Tengah dan tuan rumah Jakarta, juga telah menentukan juaranya30

. Untuk

sektor beregu jarak 50 meter dengan setiap regu terdiri dari 4 orang pemanah. Mereka

bertanding untuk memroleh angka dari setiap sasaran yang mereka panah. Cabang

olahraga ini dimenangkan oleh regu Jawa Barat dengan 20 poin sehingga

memperoleh medali emas, juara kedua untuk medali perak yaitu regu Jakarta dengan

18 poin, sedangkan juara ketiga untuk medali perunggu diraih oleh regu Jawa Timur

dengan 17 poin.

Untuk sektor perseorangan, atlet panahan dari propinsi Jawa Tengah berhasil

menunjukkan prestasinya. Hal ini dibuktikan dengan prestasi yang mereka peroleh di

PON II ini dimana medali emas, perak dan perunggu berhasil mereka catatkan atas

nama Dojosunarto dengan 21 poin, Sumarmo dengan 18 poin, dan Nojowiranto

dengan 13 poin yang ketiganya berasal dari Jawa Tengah.

E. Cabang olahraga polo air.

Cabang olahraga ini diikuti oleh empat daerah yaitu: Jakarta sebagai tuan

rumah, kemudian regu dari Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah31

. Hasil

pengundian memutuskan bahwa Jawa Barat melawan Jawa Timur, sedangkan Jakarta

30

Surat Kabar, Suara Merdeka, Semarang, tanggal 26 Oktober 1951, hal. 1 31

Surat kabar, Suara Merdeka, Semarang, tanggal 25 Oktober 1951, hal. 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 54: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

42

melawan Jawa Tengah. Cabang olahraga polo air bertanding di kolam renang

Manggarai. Hasil pertandingan dari cabang olahraga polo air PON II adalah:

Peringkat pertama untuk medali emas diraih oleh regu Jawa Barat

Peringkat kedua untuk medali perak diraih oleh regu tuan rumah Jakarta

Peringkat ketiga untuk medali perunggu diraih oleh regu Jawa Tengah

Peringkat empat diduduki regu dari Jawa Timur.

F. Cabang olahraga bola voli

Cabang olahraga bola voli diikuti oleh 7 daerah peserta yaitu: tuan rumah

Jakarta, regu Jawa Barat, regu Jawa Tengah, regu Jawa Timur, regu dari Sumatera

Tengah, regu dari Kalimantan Selatan, dan regu dari Maluku. Cabang olahraga bola

voli mempertandingkan dua kategori yaitu untuk putra dan untuk putri. Setiap

pertandingan dilangsungkan dilapangan Deca Park dengan setiap pertandingan terdiri

dari tiga set. Untuk kategori putra, medali emas diraih oleh regu dari Jawa Barat

kemudian medali perak diperoleh regu Jakarta, sedangkan medali perunggu diraih

oleh regu Jawa Timur. Perolehan medali untuk kategori putri medali emas diraih

oleh regu Jawa Timur, medali perak diraih oleh regu Jawa Tengah. Untuk medali

perunggu diraih oleh regu tuan rumah Jakarta32

.

G. Cabang olahraga Tennis Lapangan

32

Surat kabar Suara Merdeka, Semarang, tanggal 25 Oktober 1951, hal. 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 55: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

43

Cabang olah raga tennis lapangan mempertandingkan kategori tunggal putra,

tunggal putri, ganda putra, serta ganda campuran. Pertandingan dilangsungkan di

gelanggang Taman Raden Saleh dalam tiga set. Untuk kategori tunggal putra diikuti

oleh 10 daerah yaitu Kalimantan Timur – Selatan, Sumatera Selatan, Jawa Tengah,

Sulawesi Utara, Sunda Kecil, Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa Timur, Maluku, dan

tuan rumah Jakarta.. Untuk kategori tunggal putri diikuti oleh 8 daerah yaitu Jawa

Tengah, Kalimantan Timur – Selatan, Sumatera Utara, Sulawesi Utara, Jawa Timur,

dan tuan rumah Jakarta. Untuk ganda putra diikuti oleh 6 daerah yaitu Jakarta,

Sulawesi Selatan, Sunda Kecil, Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat. Kategori

ganda campuran diikuti 8 daerah yaitu: Jakarta, Jawa Timur, Jawa Barat, Sulawesi

Utara, Kalimantan Timur – Selatan, Sulawesi Selatan, Sunda Kecil, dan Sumatera

Utara. Pertandingan tennis lapangan PON II berlangsung di gelanggang Taman

Raden Saleh.

Hasil pertandingan dan perolehan medali cabang olahraga tennis lapangan

PON II untuk setiap kategori adalah sebagai berikut:

1. Kategori tunggal putra diraih oleh Jakarta untuk medali emas, medali perak

oleh Sulawesi Utara dan medali perunggu oleh Jawa Timur.

2. Kategori tunggal putri, medali emas diraih oleh petenis daerah Sulawesi

Utara, untuk medali perak oleh petenis tuan rumah dan medali perak diraih

petenis Kalimantan Timur – Selatan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 56: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

44

3. Kategori ganda putra, petenis tuan rumah berhasil meraih medali emas,

medali perak diraih petenis Sulawesi Selatan, dan medali perunggu diraih oleh

petenis Jawa Timur.

4. Kategori ganda campuran untuk medali emas diraih pasangan petenis Jakarta,

untuk medali perak diraih pasangan petenis Sulawesi Utara dan medali

perunggu diraih oleh pasangan petenis Jawa Barat.

H. Cabang olahraga renang

Cabang olah raga renang juga berlangsung di kolam renang Manggarai.

Perolehan medali untuk pertandingan renang beberapa kategori, yaitu :

1. Gaya Dada 200 meter putri,

a. Medali emas diraih oleh perenang dari Jawa Timur

b. Medali perak diraih oleh perenang dari Jawa Barat

c. Medali perunggu diraih oleh perenang dari Jawa Barat

2. Gaya bebas 100 meter putri

a. Medali emas diraih oleh perenang dari Jawa Barat

b. Medali perak diraih oleh perenang dari tuan rumah Jakarta

c. Medali perunggu juga diraih oleh perenang asal Jakarta

3. Gaya punggung 100 meter putra

a. Pada kategori ini, perenang tuan rumah secara keseluruhan meraih

media emas, perak dan perunggu.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 57: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

45

I. Cabang olah raga Menembak

Pertandingan cabang menembak kategori pistol jarak 25 meter yang

dilangsungkan di lapangan tembak Sunter menempatkan Asp. Komisaris Polisi Said

sebagai juara pertama dan berhak atas medali emas, sedangkan peringkat kedua diraih

oleh Mayor Sitanala yang berhak atas medali perak. Kedua peserta ini berasal dari

Jakarta. Untuk posisi ketiga yaitu medali perunggu diraih oleh Letnan Subekti dari

Jawa Timur. Cabang olah raga ini diikuti oleh 11 peserta dari tiga daerah yaitu,

Jakarta, Jawa Timur dan Jawa Barat. Pertandingan ini menggunakan senjata dari

masing – masing dengan menembak target untuk memperoleh angka tertinggi dengan

delapan kali tembakan.

J. Cabang olah raga Atletik.

Cabang olahraga atletik dilangsungkan di lapangan IKADA dengan

mempertandingkan beberapa kategori. Cabang olahraga ini diikuti hampir dari

seluruh peserta PON II yang menurunkan atltet terbaik dari masing – masing daerah.

Hasil pertandingan PON II untuk cabang olahraga atletik adalah33

:

1. Kategori lari jarak 200 meter dimenangkan oleh

a) Oey Siaw Djoen pelari dari Jawa Barat yang memperoleh medali emas

b) M. Pellow pelari dari Jakarta yang memperoleh medali perak

c) F. Leasa pelari dari Jakarta yang memperoleh medali perunggu

33

Surat kabar, Suara Merdeka, Semarang, tanggal 27 Oktober 1951, hal. 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 58: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

46

2. Kategori Loncat Tinggi :

a) Titiek Sudibjo adalah atlet tuan rumah Jakarta yang memperoleh

medali emas

b) Aryati Iskandar atlet dari Jawa Barat yang memperoleh medali perak

c) Suryowati atlet dari Jawa Timur yang memperoleh medali perunggu

3. Kategori Lempar Lembing :

a) Ny. M. Saleh atlet dari Jawa Barat memperoleh medali emas

b) Rohyati atlet tuan rumah Jakarta memperoleh medali perak

c) I. Soisay atlet dari Jakarta memperoleh medali perunggu

4. Kategori lari jarak 200 m :

a) Rivai atlet dari Jawa Timur memperoleh medali emas

b) Sumadi Mukajin atlet dari Jakarta memperoleh medali perak

c) Tetalepta atlet Jawa Barat memperoleh medali perunggu

5. Kategori lempar Cakram :

a) Sarbe Hupono atlet dari Jawa Tengah memperoleh medali emas

b) Sutrisno atlet dari Jawa tengah memperoleh medali perak

c) A. F. Matulessy atlet dari Jawa Tengah memperoleh medali perunggu

6. Kategori lari jarak 1500 meter :

a) Moh. Amin atlet dari Sulawesi Selatan memperoleh medali emas

b) J. Bernandus atlet dari Maluku memperoleh medali perak

c) Totho Subianto atlet dari Jakarta memperoleh medali perunggu

7. Kategori Lari Jarak 400 meter :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 59: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

47

a) J. Timisela atlet dari Jawa Barat memperoleh medali emas

b) Henry Kapojas atlet dari Sulawesi Utara memperoleh medali perak

c) Abdul Rachman atlet dari Sumatera Selatan memperoleh medali

perunggu

8. Kategori Lari jarak 5000 meter

a. M. Daliph atlet dari Singh dari Sumatera Utara memperoleh medali

emas

b. Lim Sam Lee atlet dari Jakarta memperoleh medali perak

c. Reinhardt Pola atlet dari Sulawesi Utara memperoleh medali perunggu

9. Kategori Lari jarak 10.000 meter

a. M. Dalip Singh atlet dari Sumatera Utara memperoleh medali emas

b. Reinhardt Pola atlet dari Sulawesi Utara memperoleh medali perak

c. J. Rumanfruli atlet dari Sulawesi Utara memperoleh medali perunggu

10. Kategori Lempar Peluru

a. Sunasih atlet dari Jawa Barat memperoleh medali emas

b. Ny. M. Saleh atlet dari Jawa Barat memperoleh medali perak

c. Nuratri atlet dari Jawa Tengah memperoleh medali perunggu

11. Kategori Lari Marathon

a. M. Dalip atlet dari Singh dari Sumatera Utara memperoleh medali

emas

b. Reinhardt Pola atlet dari Sulawesi Utara memperoleh medali perak

c. Lim Sam Lee atlet dari Jakarta memperoleh medali perunggu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 60: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

48

K. Cabang olah raga rounders

Pertandingan PON II untuk cabang olahraga rounders diikuti oleh 4 daerah

yaitu tuan tumah Jakarta, regu Jawa Tengah, regu Jawa Timur dan regu Jawa Barat.

Pertandingan ini dilangsungkan dilapangan deca park. Lama permainan ditentukan

dalam hitungan inning. Dalam satu inning, satu tim akan mendapat giliran satu kali

menjadi tim pemukul dan satu kali menjadi tim jaga. Pertukaran dari menjadi tim

pemukul ke tim jaga atau sebaliknya dilakukan apabila tim penjaga berhasil

menangkap bola dari tim pemukul sebanyak 5 kali atau ketika tim penjaga berhasil

mematikan tim pemukul sebanyak 6 kali. Kemenangan dalam bermain rounders ini

ditentukan dari jumlah poin yang dikumpulkan oleh masing-masing tim dan tim yang

paling banyak mengelilingi lapangan. Dalam penilaian, tim akan mendapatkan nilai 1

poin ketika berhasil melewati satu base dan akan mendapat nilai 6 poin ketika

berhasil melewati semua base hingga kembali ke ruang tunggu (home base) dengan

pukulan sendiri. Namun tim tidak akan mendapatkan nilai atau poin ketika terkena tik

atau dibakar oleh regu penjaga.

Hasil dari pertandingan rounders PON II adalah regu dari Jakarta meraih

medali emas, sedangkan regu dari Jawa Tengah meraih medali perak. Untuk medali

perunggu diraih oleh regu dari Jawa Barat.

L. Cabang olahraga Kasti

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 61: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

49

Pertandingan cabang olahraga kasti dilangsungkan dilapangan Bataviasch

Voetball Club ( BVC )34

dengan diikuti oleh 6 daerah yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah,

Jawa Timur, Sumatera Tengah, Sumatera Selatan, dan Jakarta. Untuk jumlah pemain

di setiap regunya, harus ada 12 orang di mana salah satu pemainnya harus ada yang

berperan sebagai kapten tim. Pemain seluruhnya wajib untuk menggunakan nomor

dada dari 1-12 yang juga ditambah dengan pemain pengganti maupun cadangan 6

orang banyaknya.

Permainan kasti dilaksanakan dalam 2 babak di mana tiap babak berdurasi 20-

30 menit. Ada istirahat selama 15 menit diantara tiap babak. Pada PON II ini

pertandingan kasti terdiri atas kategori putra dan putri.

Hasil dari pertandingan kasti PON II untuk kategori putra adalah regu Jakarta

meraih medali emas dan medali perak diraih oleh regu Sumatera Selatan sedangkan

medali perunggu diraih oleh regu Jawa Tengah. Untuk kategori putri, regu dari Jawa

Timur yang meraih medali emas sedangkan regu Jawa Tengah meraih medali perak.

Untuk medali perunggu diraih oleh regu Jawa Barat.

M. Cabang olahraga Bola tangan

Bola tangan adalah salah satu cabang olahraga bagian bola besar beregu yang

saling berlawanan satu sama lain, terdiri dari 14 – 16 pemain dalam satu tim dengan 7

34

Lapangan BVC merupakan lapangan milik klub sepakbola bernama Batavia Voetbal Club

di Jakarta. Saat ini lapangan tersebut sudah tidak ada lagi dan dijadikan lapangan Monumen Nasional (

Monas) bersama lapangan IKADA, lapangan Deca Park dan lapangan Bataviasch Sport Club ( BSC )

Wawancara, Hasyim Anshori, Jakarta, tanggal 12 Februari 2019 pukul 14.30 WIB

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 62: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

50

pemain inti termasuk kiper dan sisanya adalah pemain cadangan yang berguna untuk

mengganti pemain inti jika terjadi cedera atau performanya kurang bagus.

Sistem olahraga ini terlihat hampir mirip dengan sepak bola, namun terdapat banyak

perbedaan antara kedua olahraga ini, yaitu bola tangan membawa dan mencetak gol

dengan menggunakan tangan, sedangkan sepak bola menggunakan kaki serta jumlah

pemain dan peminatnya pun lebih sedikit dari sepak bola. Tujuan dari olahraga bola

tangan ini adalah untuk mencetak gol atau skor ke gawang lawan sebanyak –

banyaknya agar memenangkan sebuah pertandingan dan mempertahankan gawang

sendiri dari lawan agar tidak kebobolan.

Pada PON II, olah raga bola tangan dipertandingkan yang diikuti oleh 4

daerah yaitu: tuan ramah Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa

Barat. Seluruh pertandingan bola tangan dilakukan dilapangan Hercules35

. Peraih

medali emas untuk olahraga bola tangan adalah tuan rumah Jakarta dan medali perak

diraih oleh regu Jawa Timur sedangkan medali perunggu diraih oleh regu Jawa

Tengah.

N. Cabang olahraga bola keranjang

Berdasarkan pada peraturan resmi induk organisasi olahraga bola keranjang

internasional atau IKF (International KorfBall Federation). Permainan bola keranjang

35

Lapangan Hercules merupakan lapangan milik klub sepakbola bernama Hercules di Jakarta.

Saat ini lapangan tersebut sudah tidak ada dan lahannya dijadikan lapangan Monumen Nasional (

Monas) bersama lapangan IKADA, lapangan Deca Park dan lapangan Bataviasch Sport Club ( BSC )

Wawancara, Hasyim Anshori, Jakarta, tanggal 12 Februari 2019 pukul 14.30.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 63: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

51

di mainkan oleh 2 tim yang berhadapan, dalam satu tim terdapat 8 pemain yang

terdiri dari 4 pemain putra dan 4 pemain putri. Setiap regu akan di bagi menjadi 2 vak

(kamar) yang terdiri dari 4 orang pemain masing-masing vaknya. Tiap vak pemain

tersebut terdiri dari 2 orang putra dan dua orang putri. Pemain ini perlu koordinasi

yang sangat tinggi karena menggabungkan kemampuan fisik dan mental antara

pemain putra dan pemain putri dalam memenangi pertandingan.

Pada PON II, cabang olahraga bola keranjang diikuti sebanyak 10 daerah

yaitu: Jakarta, Sumatera Tengah, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Jawa Barat,

Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Sunda Kecil, dan Maluku. Peraih

medali emas untuk cabang olah raga bola keranjang diraih oleh regu Jawa Barat,

disusul peraih medali perak yaitu regu Jawa Timur. Untuk medali perunggu diraih

oleh tuan rumah Jakarta.

O. Cabang olahraga bulutangkis

Cabang olah raga bulutangkis yang dipertandingkan pada PON II diikuti oleh

enam daerah yaitu: Maluku, Sumatera Selatan, Sumatera Tengah, Jawa Tengah, Jawa

Barat dan tuan rumah Jakarta. Format pertandingan ini adalah pertandingan beregu

dan perseorangan. Setiap pertandingan dilangsungkan dalam 3 set permainan. Untuk

kategori beregu yang dipertandingkan adalah sektor tunggal putra sebanyak 2 kali dan

sekali untuk sektor ganda putra. Untuk kategori perseorangan, pertandingan

memainkan semua sektor yaitu: ganda putra, ganda putri, tunggal putra, tunggal putri

serta ganda campuran.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 64: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

52

Hasil pertandingan untuk cabang olahraga bulutangkis pada PON II adalah :

Untuk sektor beregu medali emas diraih oleh regu Jawa Tengah, kemudian medali

perak diraih oleh regu Jawa Timur dan medali perunggu oleh regu Jakarta.

Untuk sektor perseorangan, perolehan medalinya adalah sebagai berikut:

a. Tunggal Putra : medali emas diraih oleh Jawa Barat, medali perak oleh Jakarta

serta medali perunggu oleh Jawa Timur.

b. Tunggal Putri : medali emas diraih oleh Jakarta, untuk medali perak diraih

oleh Jawa Barat dan medali perunggu oleh Jawa Tengah

c. Ganda Putra : medali emas diraih oleh Jawa Barat, sedangkan medali perak

diraih oleh Jawa Tengah dan medali perunggu diraih oleh pasangan Jawa

Barat juga.

d. Ganda Putri : untuk medali emas diraih oleh pasangan Jawa Tengah, medali

perak diraih oleh pasangan Jawa Timur sedangkan medali perunggu diraih

pasangan Sumatera Selatan.

e. Ganda campuran : yang meraih medali emas adalah pasangan dari Jakarta,

sedangkan medali perak diraih pasangan dari Jawa Tengah. Untuk medali

perunggu juga diraih oleh pasangan dari Jakarta.

3. 4 Upacara Penutupan dan Hasil PON II Jakarta

Pelaksanaan PON II Jakarta berlangsung selama satu minggu dan ditutup pada

hari Minggu tepatnya tanggal 28 Oktober 1951. Sama seperti dengan upacara

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 65: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

53

pembukaan, upacara penutupan ini juga dilakukan dilapangan IKADA, upacara

penutupan PON II akan dilangsungkan dan segala persiapan telah dilakukan. Sebelum

acara penutupan ditampilkan terlebih dahulu pertunjukan – pertunjukan untuk

menghibur penonton seperti tarian dari anak sekolah, pertandingan persahabatan bola

tangan antara Jawa Tengah dan Sulawesi Utara, serta mendengarkan lagu yang

dinyanyikan oleh anak – anak sekolah yang ada di Jakarta.

Setelah acara hiburan selesai, kemudian masuklah rombongan pembawa

bendera ke lapangan, membawa bendera lambang daerah peserta PON II. Upacara

penutupan ini dipimpin oleh ketua Komite Olimpiade Indonesia yaitu

Hamengkubuwono IX. Setelah memberikan sambutan dan amanat kepada seluruh

yang hadir di stadion IKADA, maka secara resmi beliau menutup PON II Jakarta

tepat pukul 16.°° WIB36

.

Setelah PON II resmi ditutup, maka acara selanjutnya adalah penaikan dan

pengibaran bendera Jawa Tengah, kemudian bendera Jakarta dan selanjutnya bendera

Sumatera Utara. Makna dari pengibaran ketiga bendera ini adalah untuk

mengingatkan bahwa bendera Jawa Tengah merupakan bendera tempat

dilangsungkannya PON I di kota Solo tahun 1948. Bendera Jakarta merupakan

bendera tuan rumah PON II yang baru saja selesai, sedangkan bendera Sumatera

Utara merupakan bendera untuk tuan rumah PON III tahun 1953.

36

Surat kabar, Suara Merdeka, Semarang, tanggal 29 Oktober 1951, hal. 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 66: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

54

Setelah itu dilakukan acara penurunan bendera PON setelah selama sepekan

berkibar di lapangan yang bermakna sportivitas dan semangat persaudaran harus

dijunjung tinggi dimanapun kita berada. Upacara penurunan bendera ini diiringi

dengan Mars Harapan Bangsa yang dijadikan sebagai mars PON37

dan dentuman

meriam sebanyak lima kali. Bendera PON ini selanjutnya diserahkan langsung oleh

ketua umum PON II yaitu A. Halim kepada walikota Jakarta yaitu Syamsuridzal

untuk disimpan.

Acara terakhir pada hari itu adalah pertandingan final sepakbola antara

kesebelasan tuan rumah Jakarta melawan kesebelasan Jawa Barat. Sebelum

pertandingan final berlangsung terlebih dahulu dipertandingkan lanjutan perebutan

juara ketiga sepakbola antara kesebelasan Jawa Timur melawan kesebelasan

Sumatera Utara. Kedudukan diwaktu normal pertandingan ini adalah 2 – 2 sehingga

harus dilanjutkan dengan babak pertambahan waktu. Dibabak ini kesebelasan Jawa

Timur menang dengan skor akhir 4 – 2 sehingga berhak untuk medali perunggu. Pada

partai final, kesebelasan Jawa Barat menang 3 – 2 atas kesebelasan tuan rumah.

Medali emas digenggam oleh kesebelasan Jawa Barat sedangkan kesebelasan Jakarta

memperoleh medali perak.

37

Mars PON diciptakan oleh Kamsidi dan syair oleh Dalono, yang berisi: pencipta Tanah

jaya, aman dan sentausa, pemuda harapan bangsa, bahagia dan merdeka, Pahlawan lapangan hijau

ksatria tak kenal risau, berlomba mengadu kekuatan tenaga untuk Nusa bangsa yang tercinta.

Daryadi, dkk. 2015. Jejak Langkah KONI 1938-2015. Jakarta: Komite Olahraga Nasional Indonesia,

halaman 108

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 67: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

55

Dari 13 peserta PON II yang ikut bertanding dan memainkan semua cabang

olah raga yang dipertandingkan, daerah yang memperoleh juara umum atau meraih

medali emas terbanyak diraih oleh Jawa Barat dan disusul oleh tuan rumah Jakarta di

peringkat kedua. Berikut ini adalah daftar perolehan medali pada PON II Jakarta :

Tabel 1 : Daftar Perolehan Medali pada PON II Jakarta 1951

Peringkat Nama Daerah Emas Perak Perunggu Total

1. JAWA BARAT 21 10 11 42

2. JAKARTA RAYA 17 19 16 52

3. JAWA TIMUR 9 13 12 34

4. JAWA TENGAH 7 14 13 35

5. SULAWESI SELATAN 4 3 1 8

6. SUMATERA UTARA 4 - - 4

7. SULAWESI UTARA 2 3 6 11

8. SUMATERA

SELATAN 1 1 2 4

9. KALIMANTAN

TIMUR - SELATAN - 1 3 4

10. MALUKU - 1 1 2

11. SUNDA KECIL - - - -

12. SUMATERA TENGAH - - - -

13. KALIMANTAN - - - -

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 68: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

56

Sumber : Jejak Langkah KONI 1938 -2015

BARAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 69: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

57

BAB IV

PERANAN PON II BAGI BANGSA INDONESIA

4. 1 Sebagai Alat Pemersatu Bangsa

Gagasan awal dan dilaksanakannya Pekan Olahraga Nasional (PON) sebagai

gelaran olahraga di Indonesia adalah mencari bibit – bibit atlit berbakat di setiap

cabang olahraga di seluruh penjuru negeri ini untuk mempersiapkan diri dalam

keikutsertaan Asian Games pertama 1951 dan Olimpiade Musim Panas Helsinksi

1952. Selain itu, semangat yang digelorakan melalui PON adalah memupuk

persaudaraan, persatuan untuk membangun karakter bangsa melalui olahraga.

Manusia pada hakikatnya telah melakukan olahraga semenjak awal peradaban

manusia dimulai38

. Olahraga dan masyarakat merupakan suatu hal yang tidak

terpisahkan. Olahraga dapat digambarkan sebagai sebuah representasi dari dunia

sosial yang melingkupinya. Begitupun sebaliknya, olahraga juga menyumbang

terbentuknya masyarakat karena olahraga bukanlah semata-mata aktivitas fisik

belaka. Olahraga mengandung nilai-nilai tertentu yang bisa menyumbangkan

konstruksi nilai-nilai dan budaya dalam masyarakat. Disamping itu olahraga dapat

menunjukkan karakter dan identitas sebuah bangsa.

Pada tahun 1947, Menteri Negara Pemuda dan Olahraga Wikana

menyampaikan pidato kenegaraan tentang gerakan olahraga. Gerakan olahraga telah

38

Johan Huizinga, Homo Ludens : Fungsi dan Hakekat Permainan dalam Budaya, Jakarta,

LP3ES, 1990, hal. 12

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 70: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

58

nyata tidak bisa dipisahkan dari gerakan kebangsaan, dan kewajiban bagi masyarakat

adalah untuk memperhatikan gerakan olahraga sebagai suatu bagian kebulatan tekad

perjuangan.

Di saat Indonesia telah menjadi sebuah negara, tujuan perjuangan bangsa

adalah menegakkan negara Republik Indonesia menjadi negara yang besar. Olahraga

menjadi perhatian dan urusan negara sebagai representasi dari negara. Keolahragaan

yang menjadi tujuan para penggemar dan atlitnya apabila dilihat dari sudut

kenegaraan adalah jalan untuk menegakkan negara. Menurut Wikana, hasil olahraga

tidak bisa dilihat dari hasil pertandingan saja, olahraga adalah pembangunan bagi

perjalanan bangsa dan negara39

.

Olahraga harus dikembangkan secara merata dan menjadi kebiasaan. Olahraga

tidak hanya sebagai tontonan dan harus dilakukan oleh masyarakat sebagai bentuk

dukungan terhadap negara dalam mengembangkan visi olahraga. Olahraga

merupakan salah satu sektor yang menjadi perhatian dari negara untuk dikembangkan

lebih serius di era kemerdekaan. Olahraga memiliki potensi yang cukup besar untuk

mengenalkan dan membanggakan Indonesia sebagai bangsa yang masih baru saat itu.

Keberhasilan dalam dunia olahraga, tentu saja akan membuat bangga

sekaligus mengangkat citra bangsa Indonesia di mata dunia. Keberhasilan dalam

pembinaan olahraga serta prestasi yang berhasil diraih, tentu saja akan menjadi

magnet penarik perhatian bagi bangsa – bangsa lainnya dalam memandang Indonesia.

39

Daryadi, dkk., Jejak Langkah KONI 1938-2015. Jakarta: Komite Olahraga Nasional

Indonesia. 2015, Hal. 18

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 71: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

59

Olahraga yang dikemas dalam bentuk kompetisi, menjadi sarana yang tepat untuk

menarik perhatian dunia.

Dalam setiap tahun, banyak sekali agenda – agenda yang berkaitan dengan

olahraga yang dalam ajang tersebut melibatkan olahragawan-olahragawan dari

berbagai negara. Misalnya dalam Olimpiade40

, Asian Games41

, dan lain sebagainya

yang dalam kompetisinya banyak diikuti negara – negara besar, sehingga setiap

negara peserta kompetisi selalu menginginkan untuk menjadi yang terbaik.

Seandainya Indonesia mampu berprestasi dalam ajang olahraga tingkat

internasional, seperti Olimpiade ataupun Asian Games, tentu hal tersebut akan

menjadi catatan positif Indonesia di mata dunia, terutama dalam bidang olahraga.

Selain itu, prestasi yang diukir akan menumbuhkan rasa kebanggaan terhadap bangsa

dan sangat bermanfaat dalam membangun rasa cinta terhadap bangsa dan negara.

Sukarno pernah membangun visi olahraga Indonesia. Ia menegaskan bahwa

olahraga merupakan sarana, yakni sarana untuk membangun manusia, untuk

membangun komunitas nasional yang berarti membangun bangsa, menciptakan rasa

hormat antar sesama42

. Kita semua harus menjadi satu bangsa yang besar, bangsa

baru, bangsa yang pantas menjadi contoh daripada seluruh umat manusia di dunia ini.

Republik Indonesia menghendaki supaya seluruh rakyat Indonesia dari Sabang

40 Olimpiade merupakan pesta olahraga antar negara yang pelaksanaannya dilakukaan sekali

dalam empat tahun, ibid., hal. 52 41

Asian Games adalah pesta olahraga antar negara di benua Asia yang dilakukan sekali dalam

empat tahun, ibid., hal. 108 42

Husdarta, Sejarah Dan Filsafat Olahraga, Bandung: Alfabeta. 2006, hal. 37

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 72: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

60

sampai Merauke berolahraga. Berolahraga atas landasan revolusi, bukan berolahraga

tanpa tujuan mental, bukan berolahraga tanpa tujuan nasional.

Indonesia harus mempelajari dan meneladani perjalanan historis olahraga

yang telah dibangun oleh para founding fathers. Mereka semua menjadikan olahraga

sebagai sarana untuk membangun karakter bangsa dan negara melalui politik

olahraga serta menguatkan kembali tujuan diselenggarakannya PON sebagai sarana

membangun bangsa dan negara ini melalui olahraga.

Perhelatan olaraga, seni, gaya hidup adalah salah satu bagian yang penting

untuk membentuk jatidiri bangsa Indonesia. Pertumbuhan nasionalisme Indonesia

pada masa awal kemerdekaan tidak terlepas dari perhelatan olahraga yang dibangun

pemerintah Indonesia. Olahraga sebagai penawar benih – benih perpecahan di

kalangan masyarakat maupun perpecahan antar daerah dan proses inilah dimana

olahraga menjadi bagian penting untuk memahami dan menumbuhkan rasa

nasionalisme.

Presiden Soekarno dalam membangun identitas bangsa Indonesia menjadi

bangsa yang betul-betul merdeka tanpa adanya campur tangan pihak Belanda, tidak

hanya melalui jalur politik nasional tetapi juga melalui bidang olahraga. Usaha ini

tampak jelas setelah tanggal 19 Agustus 1945, yakni dilakukannya pembentukan

kabinet pertama bangsa Indonesia. Usaha pemerintah untuk membangun mental

berbagai kalangan masyarakat khususnya generasi muda yakni melalui olahraga

sebagaimana yang pernah dilakukan Jepang dalam membangun mental pemuda –

pemuda Indonesia sebagai pembantu angkatan perangnya. Untuk permasalahan ini,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 73: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

61

pemerintah menunjuk Kementerian Pendidikan Pengajaran untuk membentuk

lembaga yang bertugas merencanakan atau melaksanakan kepengurusan di bidang

olahraga.

Pelaksanaan PON II yang berlangsung di Jakarta merupakan sarana dan jalan

dalam menyatukan bangsa dan negara terlebih Republik Indonesia merupakan negara

yang baru saja merdeka dan memperoleh pengakuan kedaulatan. PON II juga

merupakan PON yang dilaksanakan pada masa setelah revolusi dan jauh dari

ancaman dan gangguan pihak lain. PON II juga menunjukkan kepada dunia bahwa

republik yang masih muda ini memiliki kekuatan besar dalam diri rakyatnya yang

bisa menjadi raksasa dunia dalam bidang olah raga.

4. 2 Berperan Terhadap Perkembangan Kota Jakarta

Pelaksanaan PON II Jakarta secara langsung ataupun tidak langsung memiliki

pengaruh terhadap kota Jakarta. Sebagaimana telah dituliskan diawal penulisan ini,

ketika Jakarta ditunjuk menjadi tuan rumah PON II, di kota Solo, pemerintah kota

Jakarta pada saat itu langsung bertindak. Belajar dari pengalaman kota Solo, Jakarta

langsung berbenah dengan membentuk panitia PON yang diketuai oleh A. Halim.

Pemerintah Kota Jakarta segera membangun dan memperbaiki sarana dan prasarana

olah raga yang telah ada. Dalam hitungan bulan, lapangan IKADA dibangun menjadi

stadion semi permanen sebagai tempat pembukaan dan penutupan acara PON II dan

juga sebagai tempat pertandingan beberapa cabang olah raga yaitu atletik, bola

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 74: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

62

tangan, sepak bola dan lain sebagainya. Beberapa venue olahraga yang digunakan

dalam PON II Jakarta adalah :

1. Stadion IKADA sebagai arena untuk cabang olahraga Sepakbola, bola

tangan, atletik, bola keranjang.

2. Lapangan Bataviasch Sport Centre atau Deca Park ( BSC )

3. Lapangan Batavia Voetbal Club ( BVC )

4. Kolam Renang Manggarai tempat dilangsungkannya cabang olah raga

renang dan polo air. Saat ini kolam renang tersebut sudah tidak ada lagi dan

menjadi pusat perbelanjaan.

5. Lapangan Tembak Sunter

6. Taman Raden Saleh yang sekarang menjadi Taman Ismail Marzuki.

Selain itu, pemerintah Jakarta juga melakukan perbaikan sarana transportasi,

fasilitas umum dan sosialisasi kepada masyarakat supaya ikut mensukseskan

pelaksanaan PON II tersebut yaitu dengan mengundang pimpinan surat kabar yang

ada di Jakarta saat itu untuk ikut membantu pendanaan PON II melalui bantuan

sumbangan yang bisa dibaca melalui surat kabar yang mereka terbitkan. Berita

mengenai perkembangan PON II bisa diperoleh masyarakat yang ada di Jakarta dan

luar Jakarta.

Masyarakat Jakarta yang multikultur juga mendapatkan pengaruh dari

pelaksanaan PON II tersebut. Pengaruh paling besar dirasakan dalam bidang ekonomi

dan sosial. Banyak masyarakat Jakarta dan sekitarnya memanfaatkan PON II ini

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 75: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

63

dengan berdagang dan menawarkan jasa43

. Hal ini bisa diketahui dengan banyaknya

pedagang asongan disekitar arena pertandingan. Umumnya barang dagangan yang

mereka jual adalah makanan, kopi, rokok, dan kacang serta menawarkan jasa sebagai

tukang pijat, tukang becak, ojek sepeda, bahkan menawarkan rumah mereka sebagai

tempat penginapan bagi para pendukung yang berasal dari luar Kota Jakarta ataupun

Pulau Jawa44

.

Banyaknya pendukung yang datang ke Jakarta tidak sampai menimbulkan

pergesekan ataupun konflik pada penduduk Jakarta. Bahkan penduduk Jakarta sangat

terbuka dan mendapatkan banyak pengalaman berharga dengan kedatangan peserta

dan pendukung yang dari luar kota Jakarta. Mereka menjadi tahu tentang kebudayaan

dan karakter masyarakat yang baru meskipun mereka sebenarnya adalah masyarakat

yang multikultur. Hal ini sangat sesuai dengan cita-cita dari Presiden Soekarno yang

menginginkan pelaksanaan PON II ini sebagai sarana untuk mempersatukan bangsa.

Juga dengan keinginan panitia PON yang menginginkan agar PON II ini bisa

mempertemukan kebudayaan dan masyarakat yang berbeda tanpa harus saling merasa

memiliki kelebihan dan dipersatukan dengan semangat sportivitas.

4. 3 Berperan Terhadap Perkembangan Olahraga Nasional

PON II Jakarta juga memberi pengaruh terhadap proses pembinaan para atlet

dan peningkatan prestasi dalam cabang olahraga. Setiap daerah mulai melakukan

proses pembinaan dan regenerasi supaya bisa melahirkan bibit berprestasi agar bisa

43

Wawancara, Mashudi, Jakarta, tanggal 22 Februari 2019, pukul 10.30 WIB. 44

Wawancara, Darmono, Jakarta, tanggal 22 Februari 2019, pukul 15.00 WIB.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 76: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

64

mempertahankan prestasi yang mereka miliki. Setelah PON II berlangsung, dalam

PON yang berikutnya semakin banyak cabang olah raga yang dipertandingkan dan

semakin banyak juga atlet yang berprestasi lahir dari penyelenggaraan PON. Setiap

atlet yang berprestasi dalam setiap pelaksanaan PON merupakan atlet yang bisa

menjadi wakil bangsa kita dalam pesta olah raga antar bangsa seperti Asian Games

dan Olimpiade.

Selain peserta dan cabang olah raga yang semakin banyak, setiap daerah di

seluruh Indonesia juga semakin antusias untuk mengikuti setiap pelaksanaan PON.

Ini membuktikan bahwa PON telah melahirkan jiwa kompetitif yang dibalut

semangat sportivitas. Pengaruh berikut yang bisa dirasakan juga saat ini adalah

bahwa setiap daerah berlomba untuk menjadi penyelenggara atau tuan rumah PON.

Penyelenggaraan setelah PON IV di Makassar menjadi ajang pesta olah raga nasional

empat tahunan, dan menjadi sarana kompetitif untuk membuktikan hasil dari proses

pembinaan yang dilakukan setiap daerah.

PON juga telah melahirkan ajang serupa namun dalam kategori yang berbeda

untuk pengujian bibit atlet yang telah dibina. Beberapa ajang olah raga dibawah PON

yang ada di Indonesia adalah :

1. Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional ( POMNAS )

2. Pekan Olahraga Seni dan Pelajar ( PORSENI )

3. Pekan Olahraga Daerah ( PORDA ) merupakan kompetisi olahraga yang

diselenggarakan oleh propinsi di seluruh Indonesia

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 77: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

65

4. Pekan Olahraga Kota ( PORKOT ) serta Pekan Olahraga Kabupaten

( PORKAB ) yang diselenggarakan oleh daerah tingkat II kabupaten dan kota

di seluruh Indonesia

5. Kejuaraan Nasional ( Kejurnas )yang penyelenggaraannya untuk satu cabang

olah raga dan bersifat nasional

6. Kejuaraan Daerah ( Kejurda ) yang penyelenggaraannya untuk satu cabang

olah raga dan bersifat lokal atau daerah.

Dari berbagai jenis kompetisi yang ada di Indonesia selain PON, telah banyak

melahirkan atlet berprestasi dan mengharumkan nama Indonesia di mata dunia45

.

Dengan demikian Indonesia tetap memiliki bibit unggul dalam setiap cabang olah

raga untuk bisa bertanding di tingkat internasional.

4. 4 Berperan Dalam Kelangsungan Olahraga Di Indonesia

Pengaruh PON secara umum dan PON II secara khusus adalah untuk menjaga

keberlangsungan olahraga di Indonesia. Bila dilihat ke belakang, dalam setiap

pelaksanaan PON, cabang olah raga yang dipertandingkan selalu bertambah dan atlet

yang bertanding serta daerah yang ikut serta juga bertambah. Kemudian lahir

berbagai jenis kompetisi baik tingkat nasional maupun lokal. Hal ini membuktikan

bahwa olah raga di Indonesia telah mendarah daging dan hidup berdampingan dengan 45

Afdiharto Mardi Lestari, lahir di Binjai, Indonesia, 1 Juli 1968 adalah seorang pelari

Indonesia spesialis 100 meter. Mardi pada masa jayanya dikenal sebagai manusia tercepat se Asia

karena pernah menembus semifinal (16 besar) Olimpiade Seoul 1988 dan bertanding dengan para atlet

top dunia seperti Ben Johnson. Daryadi, dkk., Jejak Langkah KONI 1938-2015. Jakarta: Komite

Olahraga Nasional Indonesia, 2016, hal. 112

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 78: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

66

masyarakat. Sejak manusia dilahirkan sampai dengan menjadi tua, telah dikenalkan

dan pasti memiliki cabang olah raga yang diminatinya. Ada yang fokus menjalaninya

ada juga yang menjadikannya sebagai hobbi saja. Orang yang fokus berlatih berharap

bisa berprestasi dan menjadi duta bangsa di dunia internasional.

Bukti dari keberlangsungan olahraga di Indonesia adalah dengan banyaknya

berdiri induk olahraga dan juga aktifnya Indonesia dalam induk olahraga

Internasional. Induk Organisasi Olah Raga Nasional46

yaitu :

1. PASI : Persatuan Atletik Seluruh Indonesia

2. PSSI : Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia

3. PBSI : Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Imdonesia

4, PRSI : Persatuan Renang Seluruh Indonesia

5. PBVSI : Persatuan Bola Voli Seluruh Indonesia

6. PTMSI : Persatuan Tennis Meja Seleruh Indonesia

7. PELTI : Perstuan Lawn Tennis Seluruh Indnesia

8. PGSI : Persatuan Gulat Seluruh Indonesia

9. PHSI : Persatuan Hockey Seluruh Indonesia

10. PJSI : Persatuan Judo Seluruh Indonesia

46

Koni Pusat, Jejak Langkah Koni 1938 – 2015, Jakarta: KONI PUSAT, 2015, hal 324

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 79: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

67

11. PABBSI : Persatuan Angkat Besi & Bina Raga Seluruh Indonesia

12. PERBASI : Persatuan Bola Basket Seluruh Indonesia

13. PORDASI : Persatuan Olahraga Berkuda Seuluruh Indonesia

14. PERBASASI : Persatuan Baseball & Softball Seluruh Indonesia

15. PABSI : Persatuan Olah Raga Bilyar Seluruh Indonesia

16. PORTELASI : Persatuan Olah Raga Terbang Layar Seluruh Indonesia

17. PERCASI : Persatuan Catur Seluruh Indonesia

18. PERSASI : Persatuan Ski Air Seluruh Indonesia

19. PERTINA : Persatuan Tinju Amatir

20. PERSANI : Persatuan Senam Indonesia

21. PERBAKIN : Persatuan Menembak Indonesia

22. PERPANI : Persatuan Panahan Indonesia

23. PERKEMI : Persatuan Kempo Indonesia

24. PEROPI : Persatuan Olah Raga Perairan Indonesia

25. PGI : Persatuan Golf Indonesia

26. IKASI : Ikatan Anggar Seluruh Indonesia

27. ISSI : Ikatan Sport Sepeda Seluruh Indonesia

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 80: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

68

28. IPSI : Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia

29. GABSI : Gabungan Bridge Seluruh Indonesia

30. FORKI : Federasi Olah Raga Karate Indonesia

Struktur organisasi olahraga di Indonesia ini memiliki tingkatan kepengurusan

mulai dari pusat sampai kedaerah tingkat kabupaten/kota, dan menjadi wadah bagi

atlet – atlet daerah untuk bernaung dan bisa mengembangkan badan olahraga yang

digelutinya.

Indonesia yang merasa perlu untuk aktif dalam dunia olahraga internasional

sehingga perlu untuk ikut bergabung dalam induk olah raga internasional supaya bisa

mengikuti pertandingan dan kompetisi bertaraf internasional. Hal ini bertujuan untuk

mengetahui sejauh mana atlet Indonesia bisa berprestasi. Beberapa Induk Organisasi

Olah Raga Internasional47

yang diikuti oleh Indonesia adalah:

1. IAAF : International Amateur Athletic Federation (cabang olah raga atletik)

2. IBF : International Badminton Federation ( bulu tangkis )

3. FIBA : Federation Internationale de Basket Ball Amateur ( basket ball )

4. FIFA : Federation International de Football Assosiation ( sepak bola )

5. FINA : Federation Internasional de Nation Amateur ( cabang renang )

6. FIBV : Federation Internationale de Volleyball ( voli )

47

A. P. Pandjaitan, Dasar Teori Olah Raga Dan Organisasi, Bandung, 1992, Hal. 20

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 81: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

69

7. ITTF : International Table Tennis Federation ( tennis meja )

8. FIG : Federation Internationale de Gymnastique ( senam )

9. FIE : Federation Internationale de Eserime ( anggar )

10. FITA : Federation Internationale de Tir A’ Lare ( panahan )

11. FIH : Federation Internayen de Hockey ( hockey )

12. UCI : Union Cycliste Internationale ( balap sepeda )

13. IOC : International Olympic Committee

PON II Jakarta memiliki dampak positif sehingga bisa dirasakan sampai

dengan saat ini. Melalui penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional ( PON ), dunia

olahraga Indonesia diharapkan bisa bertumbuh dan berkembang dimasa yang akan

datang. Pelaksanaan PON yang akan datang tetap bisa menjadi kompetisi yang

kompetitif tanpa harus melupakan semangat sportivitas dan melahirkan atlet yang

berprestasi dan menjadi wakil bangsa di dunia olahraga internasional.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 82: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

70

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5. 1 Kesimpulan

Manusia pada hakikatnya telah melakukan olahraga semenjak awal peradaban

manusia dimulai. Olahraga dan masyarakat merupakan suatu hal yang tidak

terpisahkan. Olahraga dapat digambarkan sebagai sebuah representasi dari dunia

sosial yang melingkupinya. Begitupun sebaliknya, olahraga juga menyumbang

terbentuknya masyarakat karena olahraga bukanlah semata-mata aktivitas fisik

belaka. Olahraga mengandung nilai-nilai tertentu yang bisa menyumbangkan

konstruksi nilai-nilai dan budaya dalam masyarakat.

Manusia memiliki sifat dasar untuk bermain dan olahraga sebagai permainan

memiliki karakteristik terbebas. Secara fungsional olahraga memiliki peran untuk

menyehatkan tubuh, sementara pada sisi sosial berperan dalam menanamkan nilai-

nilai dan norma kehidupan yang patut untuk direnungkan dan diterapkan. Lebih jauh

lagi olahraga bahkan dapat menunjukkan karakter dan identitas sebuah bangsa.

Gagasan awal dan dilaksanakannya Pekan Olahraga Nasional (PON) sebagai

gelaran olahraga di Indonesia adalah mencari bibit-bibit atlit berbakat di setiap

cabang olahraga di seluruh penjuru negeri ini untuk mempersiapkan diri dalam

keikutsertaan Asian Games pertama 1951 dan Olimpiade Musim Panas Helsinksi

1952. Selain itu, semangat yang digelorakan melalui PON adalah memupuk

persaudaraan, persatuan untuk membangun karakter bangsa melalui olahraga. Dalam

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 83: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

71

setiap tahun, banyak sekali agenda-agenda yang berkaitan dengan olahraga yang

dalam ajang tersebut melibatkan olahragawan-olahragawan dari berbagai negara.

Misalnya dalam Olimpiade, Asian Games, dan lain sebagainya yang dalam

kompetisinya banyak diikuti negara-negara besar, sehingga setiap negara peserta

kompetisi selalu menginginkan untuk menjadi yang terbaik.

Seandainya Indonesia mampu berprestasi dalam ajang olahraga tingkat

internasional seperti Olimpiade ataupun Asian Games, tentu hal tersebut akan

menjadi catatan positif Indonesia di mata dunia, terutama dalam bidang olahraga.

Selain itu, prestasi yang diukir akan menumbuhkan rasa kebanggaan terhadap bangsa

yang mana hal tersebut akan sangat bermanfaat dalam membangun rasa cinta

terhadap bangsa dan negara.

PON II berlangsung dikota Jakarta dan waktu pelaksanaan PON tersebut

diadakan pada tanggal 21 – 28 Oktober 1951. Mempertandingkan beberapa cabang

olahraga seperti: Atletik, Bola Keranjang, Renang, Angkat Besi, Bola Tangan,

Anggar, Panahan, Menembak, Bola Basket, Balap Sepeda, Tenis, Bola Volli, Bulu

Tangkis, Pencak Silat, Bola Kasti, dan Rounders.

Pada hari Sabtu 20 Oktober 1951 bertempat di Balai Kota Jakarta, dilakukan

upacara penyerahan bendera Sang Merah Putih dan bendera PON kepada Walikota

Jakarta Syamsuridjal. Setelah upacara penyerahan bendera, dilakukan pawai dengan

berkeliling kota Jakarta dan pawai ini mendapat sambutan dari penduduk Jakarta.

Pelaksanaan PON II berlangsung aman dan sesuai jadwal, meski beberapa

pertandingan mengalami penundaan akibat cuaca yang berubah. Selama 7 hari setiap

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 84: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

72

hari dilakukan pertandingan dan di beberapa cabang olah raga dengan cepat

menentukan sang juara. Arena pertandingan yang digunakan adalah lapangan IKADA

untuk cabang olah raga Atletik, Sepakbola, Bolatangan,. Kemudian kolam renang

Manggarai untuk cabang olah raga renang dan Polo air. Lapangan tembak Sunter,

velodrome Rawamangun untuk balap sepeda. Lapangan Decapark untuk volli, bola

basket, bola keranjang dan angkat besi.

Untuk setiap pemenang, panitia menyiapkan medali yang dibedakan menurut

prestasi yang diraih. Medali emas untuk juara pertama, medali perak untuk juara

kedua, sedangkan medali perunggu untuk juara ketiga. Selain medali juga diberikan

piagam penghargaan dan hadiah. Semua ini diperoleh untuk setiap pemenang baik

untuk kategori kelompok/beregu maupun perorangan.

Dari 13 peserta PON II yang ikut bertanding dan memainkan semua cabang

olah raga yang dipertandingkan, daerah yang memperoleh juara umum atau meraih

medali emas terbanyak diraih oleh Jawa Barat dan disusul oleh tuan rumah Jakarta di

peringkat kedua dan peringkat ketiga diduduki oleh propinsi Jawa Timur.

Acara penutupan berlangsung pada tanggal 28 Oktober 1951 dipimpin oleh

Sultan Hamengkubuwono IX sebagai ketu Komite Olimpiade Republik Indonesia (

KORI ). Pada acara ini diumumkan bahwa PON III akan diadakan pada tahun 1953

dan yang bertindak sebagai tuan rumah adalah kota Medan propinsi Sumatera Utara.

Setiap pelaksanaan even olah raga pasti memiliki pengaruh terhadap

lingkungan sekitarnya. Demikian juga dengan pelaksanaan PON II di Jakarta yang

berpengaruh terhadap masyarakat sekitar dan juga terhadap perkembangan olah raga

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 85: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

73

daerah dan nasional. Pengaruh yang dirasakan dari penyelenggaraan PON II

berdampak langsung terhadap warga Jakarta dimana mereka merasakan

pembangunan dan perbaikan baik itu fasilitas umum, sarana olahraga, sarana

transportasi.

Pengaruh yang dirasakan bagi daerah adalah mulai munculnya program

pembinaan atlet untuk meraih prestasi dalam olahraga. Kemudian perkembangan

cabang olahraga yang dipertandingkan dan banyaknya lahir atlet – atlet berprestasi

dari ajang PON II yang menjadi wakil Indonesia diajang internasional. Setiap daerah

juga berusaha menjadi tuan rumah pelaksanaan PON dan menjadi juara umum dalam

pelaksanaan PON berikutnya.

5. 2 Saran

Saran yang dapat diberikan oleh peneliti sebagai gambaran dan pertimbangan

pada hasil penelitian ini adalah sebagai berikut adalah secara teoritis dari penelitian

ini agar dapat dengan mudah untuk di mengerti, bahwa penelitian ini mengambil dari

persepsi masyarakat itu sendiri dan terutama persepsi masyarakat pada suatau

kegiatan besar, karena kesuksesan menyelenggarakan setiap kegiatan yang di

dalamnya melibatkan masyarakat itu tergantung kepada pandangan masyarakat itu

sendiri.

Saran secara praktis dari penelitan ini adalah sebagai berikut : Saran untuk

setiap daerah yang akan menyelenggarakan suatu even olahraga akbar (Pekan

Olahraga Nasional) agar lebih mempersiapkan dengan matang baik dari segi teknis

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 86: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

74

dan non teknis, agar setiap oarang yang akan dilibatkan di dalamnya merasakan efek

langsung dari persiapan maupun selama dan setelah kegiatan berlangsung.

Saran untuk penelitian selanjutnya bagi mahasiswa yang akan mengadakan

penelitian lebih lanjut tentang even olahraga akbar, penulis menganjurkan untuk

mencoba persepsi lainnya yang dapat meningkatkan pemahaman untuk lebih

meningkatkan juga wawasan dan pengetahuan yang lebih mendalam. Oleh karena

masyarakat telah siap, maka agar lebih dapat diperhatikan tentang penyelenggaraan

PON untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat. Seluruh hasil penelitian dapat

dijadikan referensi dalam penyelenggaraan PON II.

Saran selanjutnya adalah supaya tata kelola administrasi beserta dokumen

pendukung setiap kegiatan baik yang sudah berlangsung dan yang akan datang

supaya lebih diperhatikan untuk penggunaan dimasa yang akan datang. Hal ini

menyebabkan penelitian ini menjadi sangat terbatas dalam hal pengembangan tulisan

dan persepsi karena minimnya sumber yang diperoleh. Demikianlah penelitian

dilakukan semoga bisa diterima dengan baik dan penulis juga mengharapkan kritik

dan saran yang membangun untuk bisa mengembangkan tulisan ini dan juga tulisan

lainnya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 87: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Asyari, Ardha Ichsan. 2009. “Politisasi Olahraga Dibawah Soekarno: Games Of The

New Emerging Forces (Ganefo) di Jakarta 1963”. Skripsi, belum diterbitkan.

Surabaya: Prodi Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga.

Daryadi, dkk. 2015. Jejak Langkah KONI 1938-2015. Jakarta: Komite Olahraga

Nasional Indonesia.

Erlina. 2011. Metodologi Penelitian. Medan: USU Press.

Agung, Ide Anak Agung Gde, 1991 : RENVILLE, Jakarta, Sinar Harapan

Gotschalk, Louis. 1973. Mengerti Sejarah, diterjemahkan oleh Nugroho Notosusanto.

Jakarta: UI Press.

Harahap, Sorip. 1985. PON I-X Sejarah Ringkas dan Perkembangannya. Jakarta:

Kantor Komite Olahraga Nasional Indonesia Pusat.

______________, dkk. 1992. Sejarah Olahraga Sumatera Utara: Riwayat

Pertumbuhan dan Perkembangannya. Medan: Repro-Offset Hasmar Medan.

Harsuki. 2002. Olahraga dan Integrasi Bangsa, Seminar, Nasional. Jakarta:

Direktorat Jenderal Olahraga.

______________, dkk. 2004. Olahraga Indonesia Dalam Perspektif Sejarah.

Jakarta: Direktorat Jenderal Olahraga Kementerian Pendidikan Nasional.

Husdarta. 2010, Sejarah Dan Filsafat Olahraga, Bandung, Alfabeta.

Johan, Huzinga. 1990. Homo Ludens: Fungsi dan Hakekat Permainan Dalam

Budaya, Jakarta: LP3ES.

Kementerian Pemuda dan Olahraga. 1991. Sejarah Olahraga Indonesia. Jakarta:

Kantor Kemenpora.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 88: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

Kementerian Penerangan. 1953. Republik Indonesia : Propinsi Sunda Ketjil. Jakarta,

Kemenpen RI.

Kuntowijoyo. 1994. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Lubis, Firman. 2008. Jakarta 1950-an: Kenangan Semasa Remaja. Jakarta: Masup

Jakarta.

______________, 2008. Jakarta 1960-an: Kenangan Semasa Mahasiswa. Jakarta:

Masup Jakarta.

Panjaitan, A.P. 1992. Dasar Teori Olahraga dan Organisasi, Remaja, Bandung,

Rosdakarya.

Ponne, Leni. 2017 “Berlomba di Daerah Bergolak: Penyelenggaraan Pekan Olahraga

Nasional (PON) IV di Kota Makassar”. Skripsi, belum diterbitkan. Makassar:

Prodi Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Hasanuddin.

Rina, Ester. 2007. “Pekan Olahraga Nasional Pertama 1948 di Solo: Dinamika

Keolahragaan di Indonesia Pada Masa Revolusi”. Skripsi, belum diterbitkan.

Jakarta: Prodi Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia.

Sedyawati, Edi, dkk. 1987. Sejarah Kota Jakarta 1950-1980. Jakarta: Direktorat

Sejarah dan Nilai Tradisional, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Wiarto, Giri. 2015. Olahraga Dalam Perspektif Sosial, Politik, Ekonomi, IPTEK,

dan Hiburan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Suratkabar :

Harian Umum tanggal 13 Agustus 1951

Harian Rakyat tanggal 15 Agustus 1951

Suara Merdeka tanggal 16 September 1951

Harian Rakyat tanggal 16 September 1951

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 89: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

Harian Rakyat tanggal 17 Oktober 1951

Suara Merdeka tanggal 21 Oktober 1951

Suara Merdeka tanggal 22 Oktober 1951

Suara Merdeka tanggal 23 Oktober 1951

Suara Merdeka tanggal 24 Oktober 1951

Suara Merdeka tanggal 25 Oktober 1951

Suara Merdeka tanggal 26 Oktober 1951

Suara Merdeka tanggal 27 Oktober 1951

Suara Merdeka tanggal 28 Oktober 1951

Suara Merdeka tanggal 29 Oktober 1951

Studi Arsip

Kementerian Penerangan Republik Indonesia: Bagian Arsip Potret PON II

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 90: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

DAFTAR INFORMAN

1. Nama : Mashudi

Alamat : Bendungan Hilir, Jakarta Pusat

Usia : 71 Tahun

Pekerjaan : Pedagang

Keterangan : merupakan anak dari pedagang asongan yang berdagang pada

saat PON II berlangsung di stadion IKADA

2. Nama : Hasyim Anshori

Alamat : Bendungan Hilir, Jakarta Pusat

Usia : 72 Tahun

Pekerjaan : Ketua RT

Keterangan : Warga masyarakat disekitar lapangan IKADA yang kemudian

pindah karena adanya proyek Stadion Gelora Bung Karno dan

persiapan Asian Games tahun 1962 di Jakarta.

3. Nama : Darmono

Alamat : Rawamangun, Jakarta Timur

Usia : 73 Tahun

Pekerjaan : Pedagang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 91: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

Keterangan : merupakan anak pemilik rumah yang rumahnya disewakan

selama PON II berlangsung. Rumah mereka saat ini tidak ada

lagi karena mereka pindah akibat pembangunan Monas.

4. Nama : Sutinah

Usia : 73 tahun

Alamat : Cikini Raya, Jakarta Pusat

Keterangan : anak dari pemilik warung makan disekitar penginapan atlet di

daerah Cikini.

5. Nama : nek Minah

Alamat : Jelambar, Jakarta Barat

Usia : 78 tahun

Pekerjaan : Tidak bekerja

Keterangan : merupakan anak dari pedagang kerak telor, kuliner khas

Betawi yang dijajakan pada saat PON II berlangsung

6. Nama : Pak Mudjianto

Alamat : Salemba, Jakarta Pusat

Usia : 73 tahun

Pekerjaan : Pemilik Angkot

Keterangan : anak dari pedagang koran di Jakarta

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 92: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

DAFTAR GAMBAR

Gambar I: Presiden dan Wakil presiden berada ditengah – tengah peserta PON II

Jakarta 1951, pada malam ramah tamah di istana negara.

Sumber : Arsip Nasional Republik Indonesia

Repro : Delfi Sahnan Lubis

\

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 93: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

Gambar II: Suasana Acara Pembukaan PON II 21 Oktober 1951 Di Stadion IKADA

Sumber : Arsip Nasional Republik Indonesia

Repro : Delfi Sahnan Lubis

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 94: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

Gambar III : Penaikan Bendera PON Pada Acara Pembukaan PON II 21 Oktober

1951 Di Stadion IKADA

Sumber : Arsip Nasional Republik Indonesia

Repro : Delfi Sahnan Lubis

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 95: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

Gambar IV : Pertandingan PON II 21 – 28 Oktober 1951 Jakarta cabang olahraga

Bola keranjang antara regu Sunda Ketjil melawan regu Sumatera Utara

Sumber : Arsip Nasional Republik Indonesia

Repro : Delfi Sahnan Lubis

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 96: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

Gambar V: Pertandingan PON II 21 – 28 Oktober 1951 Jakarta cabang olahraga Bola

tangan antara regu Jakarta melawan regu Jawa Timur

Sumber : Arsip Nasional Republik Indonesia

Repro : Delfi Sahnan Lubis

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 97: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

Gambar VI: Pertandingan PON II 21 – 28 Oktober 1951 Jakarta cabang olahraga

Lempar cakram, atlet Jawa Barat A. F. Matulessy

Sumber : Arsip Nasional Republik Indonesia

Repro : Delfi Sahnan Lubis

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 98: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

Gambar VII: Pertandingan PON II 21 – 28 Oktober 1951 Jakarta cabang olahraga

Hoki antara regu Jawa Tengah melawan regu Jawa Timur.

Sumber : Arsip Nasional Republik Indonesia

Repro : Delfi Sahnan Lubis

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 99: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

Gambar VIII: Pertandingan PON II 21 – 28 Oktober 1951 Jakarta cabang olahraga

Lempar Peluru Putri, Ny. Saleh Hartman dari jawa Barat sedang

beraksi.

Sumber : Arsip Nasional Republik Indonesia

Repro : Delfi Sahnan Lubis

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 100: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

Gambar IX: Pertandingan PON II 21 – 28 Oktober 1951 Jakarta cabang olahraga

Lompat tinggi putra.

Sumber : Arsip Nasional Republik Indonesia

Repro : Delfi Sahnan Lubis

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 101: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

Gambar X: Pertandingan PON II 21 – 28 Oktober 1951 Jakarta cabang olahraga

Loncat Jauh Putra, atlet Sutrasno dari jawa Timur sedang beraksi.

Sumber : Arsip Nasional Republik Indonesia

Repro : Delfi Sahnan Lubis

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 102: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

Gambar XI : Pertandingan PON II 21 – 28 Oktober 1951 Jakarta cabang olahraga

menembak jarak 50 meter, Ny. Sanusi dari Jakarta sedang beraksi.

Sumber : Arsip Nasional Republik Indonesia

Repro : Delfi Sahnan Lubis

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 103: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

Gambar XII: Pertandingan PON II 21 – 28 Oktober 1951 Jakarta cabang olahraga

panahan dilapangan Bataviasch Sport Center ( Deca Park )

Sumber : Arsip Nasional Republik Indonesia

Repro : Delfi Sahnan Lubis

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 104: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

Gambar XIII : Pertandingan PON II 21 – 28 Oktober 1951 Jakarta cabang olahraga

Anggar.

Sumber : Arsip Nasional Republik Indonesia

Repro : Delfi Sahnan Lubis

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 105: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

Gambar XIV: Pertandingan PON II 21 – 28 Oktober 1951 Jakarta cabang olahraga

Polo Air di kolam renang Manggarai antara regu Jawa Barat melawan

regu Jawa Timur

Sumber : Arsip Nasional Republik Indonesia

Repro : Delfi Sahnan Lubis

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 106: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

Gambar XV: Pertandingan PON II 21 – 28 Oktober 1951 Jakarta cabang olahraga

Sepakbola antara kesebelasan Sumatera Tengah melawan kesebelasan

Jawa Barat

Sumber : Arsip Nasional Republik Indonesia

Repro : Delfi Sahnan Lubis

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 107: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

Gambar XVI: Pertandingan PON II 21 – 28 Oktober 1951 Jakarta cabang olahraga

Tennis di Taman Raden Saleh.

Sumber : Arsip Nasional Republik Indonesia

Repro : Delfi Sahnan Lubis

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 108: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

Gambar XVII: Pertandingan PON II 21 – 28 Oktober 1951 Jakarta cabang olahraga

Bola Volli putri antara regu Jawa Timur melawan regu Sulawesi

Selatan.

Sumber : Arsip Nasional Republik Indonesia

Repro : Delfi Sahnan Lubis

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 109: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

Gambar XVIII: Pertandingan PON II 21 – 28 Oktober 1951 Jakarta cabang olahraga

Lari Jarak 400 meter putra.

Sumber : Arsip Nasional Republik Indonesia

Repro : Delfi Sahnan Lubis

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 110: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

Gambar XIX: Pengalungan medali untuk cabang olah raga lari jarak 10.000 meter

PON II Jakarta 1951 yang dimenangkan oleh: Ndaliph Singh (

Sumatera Utara ) emas, medali perak Reinhardt Pola (Sulawesi Utara )

dan perunggu oleh J. Rumampuh ( Sulawesi Utara )

Sumber : Arsip Nasional Republik Indonesia

Repro : Delfi Sahnan Lubis

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 111: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

Gambar XX: Upacara Penutupan PON II Jakarta 1951 dilapangan IKADA

Sumber : Arsip Negara Republik Indonesia

Repro : Delfi Sahnan Lubis

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 112: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

1. Delfi Sahnan Lubis Pekan Olahraga Nasional II Jakarta (21 – 28 Oktober 1951)

1

JURNAL

Pekan Olahraga Nasional II Jakarta (21 – 28 Oktober 1951)

Delfi Sahnan Lubis

Program Studi Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara, Medan –

Indonesia

E-mail: [email protected]

Abstrak

Skripsi ini berjudul “PON II Jakarta ( 21 – 28 Oktober 1951 )”. Merupakan penelitian yang

bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional yang

kedua saat berlangsung di Jakarta pada tahun 1951 yang diikuti oleh 13 daerah. Dalam penelitian

ini digunakan metode sebagai acuan dalam penulisan sejarah yaitu heuristik tahap awal yang

dilakukan untuk mencari data melalui berbagai sumber tertulis yang relevan dengan penelitian yang

dilakukan dan menggunakan penelitian lapangan melalui wawancara. Kemudian kritik sumber

merupakan proses yang dilakukan peneliti untuk mencari nilai kebenaran data melalui kritik intern

dan ekstern sehingga didapat keobjektifan dalam penelitian, tahap selanjutnya interpretasi

melakukan perbandingan dan analisa data terhadap sumber-sumber yang didapat sebelumnya.

Metode terakhir yaitu historiografi melakukan pemaparan dan penyusunan hasil-hasil penelitian ke

dalam karya tulis sejarah yang deskriptif analisis. PON II ini diselenggarakan pada tahun 1951

dimana pada periode tersebut Indonesia masih baru merasakan kemerdekaan penuh tanpa adanya

intimidasi dari pihak manapun setelah perundingan KMB serta dimulainya proses pembangunan

diseluruh aspek kehidupan bermasyarakat dan berbangsa khususnya dunia olahraga. Pelaksanaan

PON II berlangsung lancar dan sesuai dengan waktunya. Diikuti oleh 13 daerah dan

mempertandingkan 18 cabang olahraga yang semuanya berlangsung di venue yang telah disiapkan

oleh panitia. PON II memiliki peranan dan pengaruh yang bisa dirasakan bagi penduduk Jakarta

serta bagi perkembangan dunia olahraga di Indonesia dimana banyak atlet – atlet yang berhasil

memenangkan perlombaan pada PON menjadi atlet yang berjuang di kompetisi internasional untuk

mewakili dan mengharumkan nama Indonesia.

Kata kunci: Pekan Olahraga Nasional, Jakarta

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 113: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

2. Delfi Sahnan Lubis Pekan Olahraga Nasional II Jakarta (21 – 28 Oktober 1951)

PENDAHULUAN

Olahraga secara umum adalah

sebagai salah satu aktifitas fisik maupun

psikis seseorang yang berguna untuk

menjaga dan meningkatkan kualitas

kesehatan seseorang. Manusia pada

hakikatnya telah melakukan olahraga

semenjak awal peradabandimulai. Olahraga

dan masyarakat merupakan suatu hal yang

tidak terpisahkan. Olahraga digambarkan

sebagai sebuah representasi dari dunia sosial

yang melingkupinya serta juga menyumbang

terbentuknya masyarakat karena olahraga

bukanlah semata-mata aktifitas fisik belaka.

Olahraga mengandung nilai-nilai tertentu

yang bisa menyumbangkan konstruksi nilai-

nilai dan budaya dalam masyarakat.

Olahraga tidak hanya dapat dilakukan oleh

individu ataupun kelompok klub-klub

olahraga, tetapi dapat juga diselenggarakan

oleh negara dalam bentuk pertandingan.

Di Indonesia, pelaksanaan

pertandingan olahraga secara nasional

pertama kali diselenggarakan pada tahun

1948. Hal ini dimungkinkan terjadi karena

Indonesia batal mengirimkan delegasi

berpartisipasi pada Olimpiade 1948 di

London, Inggris. Persatuan Olahraga

Republik Indonesia (PORI) yang dibantu

oleh Komite Olimpiade Republik Indonesia

(KORI) pernah mempersiapkan para atlet

Indonesia untuk mengikuti Olimpiade

Musim Panas XIV di London pada tahun

1948. PORI sebagai badan olahraga resmi di

Indonesia pada saat itu belum diakui dan

belum jadi anggota International Olympic

Committee (IOC), sehingga para atlet yang

akan dikirim tidak dapat diterima untuk

berpartisipasi dalam peristiwa olahraga

sedunia tersebut. Pengakuan dunia atas

kemerdekaan dan kedaulatan Indonesia yang

belum diperoleh pada waktu itu, menjadi

penghalang besar dalam usaha menuju

London. Atlet-atlet Indonesia bisa diterima

berpartisipasi jika memakai paspor Belanda.

Delegasi Indonesia hanya mau hadir di

London dengan membawa nama Indonesia,

hal ini menyebabkan rencana kepergian

beberapa anggota pengurus besar PORI ke

London menjadi batal dan menjadi topik

pembahasan pada konferensi darurat PORI

pada tanggal 1 Mei 1948 di Solo. Oleh

karena pengiriman para atlet dan beberapa

anggota pengurus besar PORI ke London

sebagai peninjau tidak membawa hasil

seperti yang diharapkan semula, konferensi

sepakat untuk mengadakan Pekan Olahraga

yang direncanakan berlangsung pada bulan

Agustus atau September 1948 di Surakarta.

Penyelenggaraan PON ini adalah

yang pertama dalam suasana kemerdekaan.

Para pesertanya hanya terdiri dari 13 kota

keresidenan di Pulau Jawa saja, yaitu

Jakarta, Bandung, Semarang, Malang,

Surabaya dari daerah penduduk Belanda.

Dari Republik Daerah Renville: Yogyakarta,

Surabaya, Kedu, Banyumas, Pati, Madiun,

Kediri dan Bojonegoro. Terselenggaranya

PON I membuktikan kepada dunia luar,

bahwa bangsa Indonesia dapat menjawab

blokade Belanda sebagai negara yang

berdaulat sekaligus menjalankan peran

strategis dalam revolusi kemerdekaan.

Kota Surakarta dipilih menjadi

tempat penyelenggaraan Pekan Olahraga

Nasional I karena sudah memiliki Stadion

Sriwedari. Stadion ini merupakan stadion

pertama yang dibangun bangsa Indonesia

yang dimanfaatkan untuk kegiatan olahraga.

PON I yang digelar pada 9-12 September

1948. Dalam PON ini di pertandingkan

cabang olahraga atletik, lempar cakram,

bulutangkis, sepak bola, tenis, renang,

pencak silat, panahan, dan bola basket.

PON II sedianya diselenggarakan

pada tahun 1950, setelah PON I berlangsung

pada tahun 1948 di Surakarta. Akan tetapi

Belanda melancarkan agresinya yang kedua

pada tanggal 19 Desember 1948, tepat tiga

bulan setelah PKI melakukan

pemberontakan di Madiun (18 September

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 114: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

3. Delfi Sahnan Lubis Pekan Olahraga Nasional II Jakarta (21 – 28 Oktober 1951)

3

1948). Sebagai akibat dari agresi tersebut

penyelenggaraan PON II terpaksa

diundurkan sampai keadaan aman kembali.

Keadaan ini baru tercapai setelah adanya

keputusan dari Konferensi Meja Bundar

(KMB) yang disusul oleh pengakuan

kedaulatan penuh atas Negara Republik

Indonesia.1

Pembahasan ini menarik untuk

dikaji karena ketika PON II berlangsung di

Jakarta selama 8 hari, keadaan jauh berbeda

dari pada tiga tahun yang lalu di Surakarta,

terutama mengenai keamanan. Keadaan di

Surakarta pada waktu itu tidak terjamin,

karena sering terjadi pertempuran, sedang di

Jakarta keadaannya sudah lebih tentram dan

teratur. Situasi keamanan yang baik,

perhubungan pos dan pengangkutan melalui

darat, laut dan udara merupakan dukungan

yang memperlancar semua urusan yang

dihadapi. Jika pada tahun 1948 hanya kota-

kota keresidenan saja yang dapat mengikuti

PON I, pada tahun 1951 di Jakarta 10

propinsi turut mengambil bagian. Tidak

kurang dari 18 cabang olahraga yang

dipertandingkan, yang diikuti oleh 2600 atlit

dari 10 propinsi peserta. Sumatera diwakili

oleh dua propinsi, Sumatera Utara dan

Sumatera Selatan, dari Pulau Jawa adalah

Jakarta Raya, Jawa Barat, Jawa Tengah dan

Jawa Timur, disusul oleh Kalimantan

Selatan/Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi

Utara dan Maluku. Irian Barat yang masih

berada di bawah penjajahan Belanda belum

bisa hadir, karena pengembaliannya masih

diperjuangkan.2

1 KONI Pusat, Jejak Langkah KONI

1938-2015, Jakarta: Komite Olahraga Nasional

Indonesia, 2015, hal.18.

2 Sorip Harahap, PON I-X Sejarah

Ringkas dan Perkembangannya, Jakarta: Kantor

Komite Olahraga Nasional Indonesia Pusat,

1985, hal. 272.

Berdasarkan latar belakang yang

telah dijelaskan di atas dan dalam

mempermudah penulis dalam penulisan ini

maka dibuatlah suatu rumusan masalah yang

berisi batasan-batasan penelitian dan ruang

lingkup fokus permasalahan. Bertitik tolak

dari latar belakang di atas penulis membuat

beberapa permasalahan sebagai berikut: (1)

Mengapa Kota Jakarta menjadi tuan rumah

PON II Tahun 1951 ? (2) Bagaimana

pelaksanaan Pekan Olahraga Nasional II di

Jakarta 21 - 28 Oktober 1951 ? (3)

Bagaimana peranan PON II Jakarta dalam

mempersatukan bangsa dan

keberlangsungan olahraga di Indonesia ?

METODE PENELITIAN

Di dalam suatu penelitian sejarah

yang ilmiah pemakaian metode sejarah

sangatlah penting. Metode sejarah adalah

suatu tahapan yang digunakan dalam

penelitian sejarah ilmiah. Metode sejarah

adalah proses menguji dan menganalisa

secara kritis rekaman peninggalan masa

lampau. Dengan adanya metode penelitian

dapat menjadi petunjuk peneliti untuk

memperoleh sumber-sumber yang relevan

terhadap pokok pembahasan sehingga dapat

dipertanggung jawabkan hasilnya.

Adapun tahap-tahap yang harus

dilakukan dalam metode sejarah adalah:

1. Heuristik adalah tahapan paling

awal dalam metode sejarah. Dalam

tahap ini peneliti mengumpulkan

sumber atau data melalui studi

kepustakaan, studi arsip, dan

penelitian lapangan. Penelitian

dengan metode kepustakaan

bertujuan untuk memperoleh data

dari sumber-sumber tertulis tersebut

diperoleh dari artikel koran seperti

Harian Rakjat, Suara Merdeka,

Haluan, yang merekam dan

melaporkan pertandingan –

pertandinganpada saat perhelatan

PON ke-II berlangsung. Buku –

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 115: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

4. Delfi Sahnan Lubis Pekan Olahraga Nasional II Jakarta (21 – 28 Oktober 1951)

bukutentang sejarah dan

perkembangan olahraga Indonesia di

Perpustakaan Nasional Republik

Indonesia.

Studi arsip dilakukan dengan

mengumpulkan dokumen-dokumen

tentang penyelenggaraan PON ke-II

di arsip Komite Olahraga Nasional

Indonesia (KONI) Pusat,

Kementerian Pemuda dan Olahraga

(KEMENPORA), dan Dinas

Pemuda dan Olahraga (DISPORA)

Sedangkan pengumpulan data

metode penelitian lapangan

dilakukan dengan teknik wawancara

terhadap beberapa informan yang

terkait dengan penelitian.

Wawancara yang dilakukan

ditujukan kepada informan yang

berhubungan dengan topik

penelitian. Penulis melakukan

wawancara dengan Bapak Mashudi

yang merupakan anak dari pedagang

asongan yang berdagang pada saat

PON II berlangsung di Stadion

IKADA. Kemudian mewawancarai

Bapak Hasyim Anshori yang

merupakan warga masyarakat yang

pernah tinggal di sekitar Stadion

IKADA. Penulis juga

mewawancarai Bapak Dharmono

yang merupakan anak pemilik

rumah yang rumahnya disewakan

selama PON II berlangsung. Ibu

Sutinah anak yang merupakan anak

dari pemilik warung makan disekitar

penginapan atlet di daerah Cikini.

Penulis juga mewawancarai Nek

Minah yang merupakan anak dari

pedagang kerak telor kuliner khas

Betawi yang dijajakan pada saat

PON II berlangsung. Terakhir

penulis mewawancarai Bapak

Mudjianto yang merupakan anak

dari pedagang koran.

2. Kritik Sumber adalah tahapan kedua

dalam metode sejarah. Pada tahapan

ini peneliti bertugas untuk

mengkritik terhadap sumber-sumber

yang diteliti agar peneliti lebih dekat

lagi dengan nilai kebenaran dan

keaslian dari sumber yang diperoleh.

Dalam melakukan kritik terhadap

sumber dapat dilakukan dengan cara

meninjau kembali data dengan

menelaah kembali kebenaran isi

atau fakta dari sumber buku, arsip

ataupun hasil wawancara dengan

informan dan kemudian diuji

kembali keaslian sumber tersebut

demi menjaga keobjektifan suatu

data.

3. Interpretasi adalah tahapan ketiga

dalam metode sejarah. Pada tahapan

ini peneliti hendaknya menafsirkan

data-data yang diperoleh agar

menjadi suatu data yang objektif.

Dalam hal ini, peneliti

menginterprestasi pengumpulan

sumber, mengkritik tentang objek

kajian dalam penyelenggaraan PON

ke-II di Jakarta. Dengan adanya

interpretasi ini diharapkan dapat

menjadi data sementara sebelum

peneliti menuangkannya ke dalam

bentuk tulisan.

4. Historiografi adalah tahapan

terakhir dalam metode sejarah.

Tahapan ini dapat disebut juga

sebagai penulisan laporan. Pada

tahap ini, peneliti menjabarkan

secara kronologis dan sistematis

fakta-fakta yang diperoleh agar

menghasilkan tulisan yang ilmiah

dan bersifat objektif. Pada penulisan

sejarah PON II di Jakarta ini,

penulis dalam menjelaskan atau

menerangkan jalannya pertandingan

tentu memiliki pendekatan tertentu.

Dengan adanya pendekatan ilmiah

ini diharapkan dapat memudahkan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 116: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

5. Delfi Sahnan Lubis Pekan Olahraga Nasional II Jakarta (21 – 28 Oktober 1951)

5

orang lain untuk memahami maksud

dan pengetahuan bagi orang yang

membacanya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kota Jakarta Sebagai Tuan Rumah Pon

II Tahun 1951.

Wilayah DKI Jakarta merupakan

dataran rendah dari bagian pantai utara·Jawa

Barat. Wilayah ini terletak pada 6° 12'

Lintang Utara dan 106" 48' Bujur Timur.

Luas seluruhnya, termasuk pulau Seribu,

sebesar 655,76 km2 • Sebelah Utara

merupakan daerah pantai yang berawa-rawa

dengan ketinggian tanah maksimal 7 m dari

titik 0 Tanjung Priok. Pada lokasi tertentu

bahkan ada yang letaknya di bawah

permukaan laut. Sebelah Selatan merupakan

daerah yang relatif berbukit-bukit dengan

ketinggian tanah mencapai kurang lebih 50

m di atas permukaan laut. Oleh karena itu di

wilayah Jakarta Selatan, sampai dengan

banjir kanal, keadaan tanah agak curam,

sedangkan dari banjir kanal ke arah laut

keadaan tanah hampir rata.

Pada tahun 1950 penduduk Jakarta

1.432.085 jiwa, sepuluh tahun kemudian

(1960) menjadi duakali lipat lebih, yaitu

2.910.858 jiwa. Ini berarti pemerintah DKI

Jakarta harus menyediakan tanah untuk

gedung-gedung dan perumahan. Usaha

tersebut antara lain dilakukan dengan

membebaskan tanah-tanah, yang dulu milik

tuan-tuan tanah, dengan cara membeli. Pada

bulan Februari tahun 1949 telah selesai

dibuat sebuah rencana perluasan kota ke

arah Kebayoran dengan luas 730 Ha.3

3 Edy Sedywati, dkk.,Sejarah Kota

Jakarta 1950-1980. Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan : Jakarta. Hal: 97

Usaha pemerintah untuk

membangun mental berbagai kalangan

masyarakat, khususnya generasi muda,

yakni melalui olahraga sebagaimana yang

pernah dilakukan Jepang dalam membangun

mental pemuda-pemuda Indonesia sebagai

pembantu angkatan perangnya. Untuk

permasalahan ini, pemerintah menunjuk

Kementerian Pengajaran yang dibentuk pada

tanggal 19 Agustus 1945 untuk membentuk

lembaga yang bertugas merencanakan atau

melaksanakan kepengurusan di bidang

olahraga4.

Usaha ini terbilang cukup sukses

dalam membangun mental dan fisik pemuda

dan kemudian pada tahun 1946 pemeritah

Indonesia membentuk GELORA (Gerakan

Latihan Rakyat), yang diketuai oleh Otto

Iskandar Dinata5. Penunjukkan Otto

Iskandar Dinata sebagai ketua GELORA

tidak terlepas karena perannya dalam

pembentukan BPUPKI (Badan Penyelidik

Usaha Persiapan Kemerdékaan Indonésia),

dan PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan

Indonesia). Pada masa kepemimpinan Otto

Iskandar Dinata, GELORA bergabung

dengan pusat olahraga versi Jepang yakni

Djawa Tai Iku Kai6 menjadi Pesatuan

Olahraga Republik Indonesia ( PORI ).

Sri Sultan Hamengkubuwono IX

terus mendorong pengurus PORI

4 Kementerian Pengajaran dipimpin

oleh Ki Hajar Dewantara dan kegiatan olahraga

dan pendidikan jasmani dibawah Kemeneterian

Pengajaran RI. Kementerian Pemuda dan

Olahraga. Sejarah Olahraga Indonesia. Jakarta:

Kantor Kemenpora, 1991, hal. 15.

5 Daryadi, dkk.,Jejak Langkah KONI

1938-2015. Jakarta: Komite Olahraga Nasional

Indonesia, 2015, hal. 28.

6 Djawa Tai Iku Kai merupakan

organisasi yang didirikan oleh pemerintah

Jepang dengan maksud melatih jasmani dan

rohani di antara bangsa Jepang dan penduduk

tanah Jawa pada umumnya untuk membantu

Jepang dalam kepentingannya di Perang Pasifik.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 117: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

6. Delfi Sahnan Lubis Pekan Olahraga Nasional II Jakarta (21 – 28 Oktober 1951)

merumuskan kembali penyelenggaraan

PON II yang akan dilaksanakan di

berbagai daerah. Sri Sultan

Hamengkubuwono IX melakukan rapat

koordinasi tanggal 8 Agustus 1951

dengan pengurus PORI untuk

menetapkan kapan PON II akan

dilaksanakan dan siapa yang akan

menjadi tuan rumah penyelenggara PON

II. Hasil keputusan kongres ini

memutuskan PON II akan diadakan pada

tahun 1951, tepatnya di Kota Jakarta

dengan alasan bahwa untuk

menunjukkan kepada dunia luar Jakarta

sebagai ibukota negara RIS yang sudah

bersatu dan akan berkembang menjadi

negara besar, baik itu dalam dunia

politik maupun dunia olah raga. Beberapa hari setelah Jakarta

ditetapkan sebagai tuan rumah

penyelenggara PON, A. Halim ( dokter )

ditunjuk sebagai ketua umum penyelenggara

PON II di Kota Jakarta dan Maladi sebagai

Sekretaris Umum. A. Halim dengan segera

mempersiapkan segala sesuatunya untuk

pembukaan PON II yang akan dihadiri oleh

Presiden Soekarno.

Pelaksanaan Pon II Jakarta Tahun

1951

Pada Januari 1948, dikota Solo

digelar Kongres Olahraga I yang

menghasilkan beberapa keputusan

diantaranya adalah program peningkatan

prestasi atlet serta berjuang menembus

blokade Belanda dengan ikut ambil bagian

dalam Olimpiade 1948 di London.

Permintaan untuk bisa berpartisipasi dalam

Olimpiade diajukan ke London dan segera

dijawab, namun jawaban jatuh ketangan

Belanda di Batavia dan tidak diteruskan ke

Komite Olimpiade Republik Indonesia

(KORI), yang diketuai Sri Sultan Hamengku

Buwono IX di Solo. Saat itu ibukota RI ada

di Yogyakarta karena dampak dari

perjanjian Renville.

Seperti yang telah disebutkan dalam

Kongres PORI pada tanggal 8 Agustus 1951

di Jakarta telah memutuskan bahwa yang

menjadi tuan rumah PON II adalah kota

Jakarta dan waktu pelaksanaan PON tersebut

diadakan pada tanggal 21 – 28 Oktober

1951.

Pergelaran PON II di Jakarta

mempertandingkan beberapa cabang

olahraga seperti7: Atletik, Bola Keranjang,

Renang, Angkat Besi, Bola Tangan, Anggar,

Panahan, Menembak, Bola Basket, Polo air,

Tenis , Bola Volli, Bulu Tangkis, Pencak

Silat, Bola Kasti, Rounders, Sepak bola dan

Hoki.

Sesuai dengan undangan dari

panitia kepada daerah di seluruh

Indonesia yang pada waktu itu hanya ada

11 propinsi, maka berdasarkan

kemampuan dan keinginan dari setiap

daerah yang ingin mengikuti

penyelenggaraan PON II di Jakarta tahun

1951, kegiatan PON II diikuti oleh 13

propinsi dengan rincian sebagai berikut8 :

1. Delegasi Maluku tiba di Jakarta

pada 8 Oktober 1951 dengan

kontingen terdiri dari33 atlet wanita

dan 138 atlet pria dengan total 141

atlet.

2. Delegasi propinsi Kalimantan

Selatan – Timur tiba di Jakarta 11

Oktober 1951 dengan kontingen 9

atlet wanita dan 87 atlet pria dengan

jumlah 96 orang. Tetapi ada 5 orang

atlet lagi yang menyusul, sehingga

keseluruhan berjumlah 101 orang.

3. Delegasi propinsi Sulawesi Selatan

tiba di Jakarta pada tanggal 12

7Surat kabar Suara Merdeka, Semarang,

tanggal 16 September 1951, halaman 1. 8 Surat kabar, Harian Rakyat, Jakarta,

tanggal 17 Oktober 1951, halaman 2.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 118: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

7. Delfi Sahnan Lubis Pekan Olahraga Nasional II Jakarta (21 – 28 Oktober 1951)

7

Oktober 1951 dengan kontingen

yang terdiri dari 19 atlet wanita dan

2 atlet pria. Atlet yang menyusul

berjumlah 25 orang sehingga

berjumlah 46 orang.

4. Kontingen Propinsi Sumatera Utara

tiba pada tanggal 14 Oktober 1951

dengan mengirimkan 10 atlet pria

dan 2 atlet wanita sehingga

berjumlah 12 orang.

5. Dari Propinsi Sunda Kecil tiba pada

tanggal 15 Oktober 1951 dengan

mengirimkan delegasinya 54 atlet

pria dan 8 atlet wanita dan yang

menyusul sebanyak 5 orang

sehingga delegasi ini berjumlah 67

orang.

6. Propinsi Sulawesi Utara

mengirimkan kontingen mereka ke

Jakarta yang tiba pada tanggal 16

Oktober 1951 dengan 62 atlet pria

dan 12 atlet wanita. Atlet yang

datang menyusul 4 orang sehingga

berjumlah 78 orang. Selain

mengirimkan atlet mereka, propinsi

Sulawesi Utara juga mengirimkan

supporter mereka yang berjumlah 14

orang.

7. Delegasi dari Propinsi Sumatera

Selatan tiba di Jakarta dengan

mengirimkan 100 atlet pria dan 16

atlet wanita dan yang menyusul satu

orang lagi sehingga berjumlah 117

orang.

8. Delgasi Propinsi Jawa Timur.

9. Delegasi propinsi Jawa Tengah

10. Delegasi Propinsi Jawa Barat

11. Delegasi Propinsi Kalimantan Barat

12. Delegasi Propinsi Sumatera Tengah

13. Delegasi tuan rumah Jakarta

Semua para delegasi ini ditempatkan

dan menginap ditempat yang disediakan

oleh panitia yaitu 12 buah gedung sekolah

diantaranya gedung Koningklijke

Wilhelmina School ( KWS ) yang sekarang

jadi gedung SMK Negeri 1 Jakarta, dan 60

buah rumah yang baru selesai dibangun

untuk tempat menginap para atlet tersebut.

PON II yang berlangsung di Jakarta pada

tahun 1951 menurut panitia akan memakan

biaya sebesar Rp 1.500.000.- dan lebih besar

dari perkiraan yang telah mereka

perhitungkan. Peserta PON II ini mencapai

2500 orang atlet dengan tenaga ofisial

sebanyak 500 orang dan juga 10 orang

dokter sebagai tenaga medis para atlet

tersebut. Untuk biaya konsumsi selama

pelaksanaan PON II ini mencakup beras

sebanyak 18.000 kg, gula sebanyak 2025

kg, garam sebanyak 450 kg, mentega

sebanyak 680 kg dan minyak goreng

sebanyak 986 kg9. Panitia menaksir biaya

konsumsi beserta dengan pengadaan

transportasi atlet, pembangunan stadion semi

permanen dan tempat penginapan para atlet

ini berkisar Rp 1.500.000.-

Untuk memenuhi dana PON II ini,

panitia melakukan beberapa strategi

pendanaan agar biaya ini bisa segera

tertutupi dan tidak menimbulkan masalah.

Beberapa cara yang dilakukan panitia adalah

dengan 10

:

1. Mengundang seluruh surat kabar

yang ada di Jakarta untuk

membicarakan dan cara

mendapatkan dana. Hasil dari

pertemuan tersebut menyepakati

bahwa setiap surat kabar bersedia

turut mengumpulkan dana dengan

cara membuat sebuah kolom di surat

kabar mereka dengan judul

“Dompet PON II”11

. Beberapa yang

diundang pada saat itu adalah surat

kabar Harian Rakyat dan Harian

Umum.

2. Panitia juga mengeluarkan perangko

pos edisi PON II yang diperkirakan

akan menghasilkan dana sebesar Rp

70.000.-

9 Surat Kabar, Suara Merdeka,

Semarang, tanggal 16 September 1951, hal. 1 10 Surat kabar, Harian Rakyat, Jakarta,

tanggal 16 September 1951 halaman 3 11 Surat kabar, Harian Umum, Jakarta,

tanggal 13 Agustus 1951 halaman 3

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 119: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

8. Delfi Sahnan Lubis Pekan Olahraga Nasional II Jakarta (21 – 28 Oktober 1951)

3. Selain itu panitia juga bekerja sama

dengan pihak pemilik bioskop

dengan cara menambah harga tiket

masuk bioskop sebagai dana

sumbangan PON II. Bioskop itu

antara lain, Metropole yang saat ini

menjadi Megaria Theatre, Bioskop

Cathay, Bioskop Menteng, Happy

Sin Thu dan Globe. Bioskop ini

adalah bioskop yang pada masa itu

berada diurutan atas dengan

penonton terbanyak dan

menayangkan film – film dari luar

negeri sehingga pantia PON

mengadakan kerjasama dengan

mereka.

4. Selama pelaksanaan PON II, dalam

setiap pertandingan panitia akan

mencetak dan menjual tiket masuk

menonton pertandingan seharga Rp.

50.-

Panitia berharap melalui penjualan

tiket ini beban biaya PON II bisa

berkurang dan bahkan tertutupi.

5. Sumbangan perusahaan –

perusahaan negara dan swasta.

Beberapa sumbangan yang

dimaksud adalah jika ada pegawai

mereka baik itu pegawai pemerintah

dan pegawai swasta yang menjadi

utusan daerah menjadi peserta PON

II harus di ijinkan untuk ikut dan

kepadanya diberikan gaji penuh

tanpa ada potongan. Meminta

potongan harga dari perusahaan

pengangkutan kapal Koninklijke

Paketvaart Mastschappij ( KPM )

yang mengangkut peserta PON II.

Hal ini pun disanggupi oleh pihak

KPM dengan memberikan potongan

harga sebanyak 50% 12

. Dari sisi

logistik, panitia telah bekerjasama

dengan Yayasan Makanan Rakyat

dalam hal menu peserta PON II

12

Surat kabar, Harian Rakyat, Jakarta,

tanggal 16 September 1951 halaman 3

yang bahan – bahannya dibeli dari

Yayasan Bahan Makanan ( BAMA).

Pada hari Sabtu 20 Oktober 1951

bertempat di Balai Kota Jakarta, dilakukan

upacara penyerahan bendera Sang Saka

Merah Putih dan bendera PON kepada

Walikota Jakarta yaitu Sjamsuridzal.

Selanjutnya, dalam acara ramah tamah

tersebut juga dihadiri oleh para menteri,

Walikota Jakarta Sjamsuridjal, anggota

parlemen, anggota panitia PON, ketua

Komite Olimpiade Indonesia yaitu Sultan

Hamengkubuwono IX, ketua PORI yaitu

Pakualam IX, dan lainnya13

.

Hari Minggu tanggal 21 Oktober

1951, pukul 8.00 WIB, dilakukan

upacara pembukaan PON II yang

dipimpin langsung oleh Presiden

Sukarno yang berlangsung di lapangan

Ikada14

. Setelah upacara menaikkan

bendera merah putih dan bendera PON,

kemudian dilanjutkan dengan

memperdengarkan bunyi dentuman

Meriam sebanyak 13 kali dan diiringi

13

Surat Kabar, Suara Merdeka,

Semarang, tanggal 21 Oktober 1951 halaman 1.

14

Lapangan IKADA ( Ikatan Atletik

Djakarta ) adalah lapangan olahraga yang ada di

Jakarta. Disekitar lapangan tersebut terdapat

beberapa klub sepakbola mulai dari Hercules,

VIOS, Bataviasch Voetbal Club ( BVC ).

Sebelum PON II dimulai, pemerintah Jakarta

merombak lapangan ini menjadi Stadion semi

permanen untuk tempat acara pembukaan dan

penutupan PON II. Selanjutnya lapangan ini

digunakan sebagai venue olah raga sepakbola

dan bola tangan. Setelah PON II lapangan ini

digunakan untuk kompetisi sepakbola lalu

menjelang Asian Games 1962 di Jakarta

lapangan ini digusur untuk pembangunan

Komplek Monumen Nasional ( Monas ).

Sorip Harahap, 1985. PON I-X Sejarah Ringkas

dan Perkembangannya. Jakarta: Kantor Komite

Olahraga Nasional Indonesia Pusat, hal. 58.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 120: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

9. Delfi Sahnan Lubis Pekan Olahraga Nasional II Jakarta (21 – 28 Oktober 1951)

9

dengan sirine15

. Setelah upacara

pembukaan selesai, maka secara resmi

PON II telah dimulai pertandingan yang

dilangsungkan sesuai dengan cabang

olahraga yang dipertandingkan di tempat

yang telah disediakan oleh panitia. Pelaksanaan PON II Jakarta

berlangsung selama satu minggu dan ditutup

pada hari Minggu tepatnya tanggal 28

Oktober 1951. Upacara penutupan ini

dipimpin oleh ketua Komite Olimpiade

Indonesia yaitu Hamengkubuwono IX.

Setelah memberikan sambutan dan amanat

kepada seluruh yang hadir di stadion

IKADA, maka secara resmi beliau menutup

PON II Jakarta tepat pukul 16.00 WIB16

.

Tabel 1 : Daftar Perolehan Medali pada

PON II Jakarta 1951.

Peri

ngka

t

Nama

Daerah

Em

as

Per

ak

Perung

gu

Tot

al

1 Jawa

Barat

21 10 11 42

2 Jakarta

Raya

17 19 16 52

3 Jawa

Timur

9 13 12 34

4 Jawa

Tengah

7 14 13 35

5 Sulawe

si

Selatan

4 3 1 8

6 Sumate

ra

Utara

4 - - 4

7 Sulawe

si

Utara

2 3 6 11

8 Sumate

ra

1 1 2 4

15

Surat kabar, Suara Merdeka,

Semarang, tanggal 22 Oktober 1951 halaman 1 16

Surat kabar, Suara Merdeka,

Semarang, tanggal 29 Oktober 1951, hal. 1

Selatan

9 Kalima

ntan

Timur-

Selatan

- 1 3 4

10 Maluk

u

- 1 1 2

11 Sunda

Kecil

- - - -

12 Sumate

ra

Tengah

- - - -

13 Kalima

ntan

Barat

- - - -

Sumber : Jejak Langkah KONI 1938 -2015

Peranan Pon II Bagi Bangsa Indonesia

Pada tahun 1947, Menteri Negara

Pemuda dan Olahraga Wikana

menyampaikan pidato kenegaraan tentang

gerakan olahraga. Gerakan olahraga telah

nyata tidak bisa dipisahkan dari gerakan

kebangsaan, dan kewajiban bagi masyarakat

adalah untuk memperhatikan gerakan

olahraga sebagai suatu bagian kebulatan

tekad perjuangan. Menurut Wikana, hasil

olahraga tidak bisa dilihat dari hasil

pertandingan saja, olahraga adalah

pembangunan bagi perjalanan bangsa

dan negara17

. Dalam setiap tahun, banyak sekali

agenda – agenda yang berkaitan dengan

olahraga yang dalam ajang tersebut

melibatkan olahragawan-olahragawan dari

berbagai negara. Misalnya dalam

Olimpiade18

, Asian Games19

, dan lain

17

Daryadi, dkk., Jejak Langkah KONI

1938-2015. Jakarta: Komite Olahraga Nasional

Indonesia. 2015, Hal. 18.

18

Olimpiade merupakan pesta olahraga

antar negara yang pelaksanaannya dilakukaan

sekali dalam empat tahun, ibid., hal. 52.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 121: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

10. Delfi Sahnan Lubis Pekan Olahraga Nasional II Jakarta (21 – 28 Oktober 1951)

sebagainya yang dalam kompetisinya

banyak diikuti negara – negara besar,

sehingga setiap negara peserta kompetisi

selalu menginginkan untuk menjadi yang

terbaik.

Pelaksanaan PON II yang

berlangsung di Jakarta merupakan sarana

dan jalan dalam menyatukan bangsa dan

negara terlebih Republik Indonesia

merupakan negara yang baru saja merdeka

dan memperoleh pengakuan kedaulatan.

Pelaksanaan PON II Jakarta secara

langsung ataupun tidak langsung memiliki

pengaruh terhadap kota Jakarta. Pemerintah

Kota Jakarta segera membangun dan

memperbaiki sarana dan prasarana olah

raga yang telah ada. Dalam hitungan

bulan, lapangan IKADA dibangun

menjadi stadion semi permanen sebagai

tempat pembukaan dan penutupan acara

PON II dan juga sebagai tempat

pertandingan beberapa cabang olah raga

yaitu atletik, bola tangan, sepak bola dan

lain sebagainya. Selain itu, pemerintah Jakarta juga

melakukan perbaikan sarana transportasi,

fasilitas umum dan sosialisasi kepada

masyarakat supaya ikut mensukseskan

pelaksanaan PON II tersebut yaitu dengan

mengundang pimpinan surat kabar yang ada

di Jakarta saat itu untuk ikut membantu

pendanaan PON II melalui bantuan

sumbangan yang bisa dibaca melalui surat

kabar yang mereka terbitkan. Berita

mengenai perkembangan PON II bisa

diperoleh masyarakat yang ada di Jakarta

dan luar Jakarta.

Bukti dari keberlangsungan olahraga di

Indonesia adalah dengan banyaknya berdiri

induk olahraga dan juga aktifnya Indonesia

19

Asian Games adalah pesta olahraga

antar negara di benua Asia yang dilakukan sekali

dalam empat tahun, ibid., hal. 108.

dalam induk olahraga Internasional. Induk

Organisasi Olah Raga Nasional20

yaitu :

1. PASI : Persatuan Atletik

Seluruh Indonesia

2. PSSI : Persatuan Sepak Bola Seluruh

Indonesia

3. PBSI : Persatuan Bulu Tangkis Seluruh

Imdonesia

4, PRSI : Persatuan Renang Seluruh

Indonesia

5. PBVSI : Persatuan Bola Voli

Seluruh Indonesia

6. PTMSI : Persatuan Tennis Meja

Seleruh Indonesia

7. PELTI : Perstuan Lawn Tennis

Seluruh Indnesia

8. PGSI : Persatuan Gulat Seluruh

Indonesia

9. PHSI : Persatuan Hockey Seluruh

Indonesia

10. PJSI : Persatuan Judo Seluruh

Indonesia

11. PABBSI : Persatuan Angkat Besi

& Bina Raga Seluruh Indonesia

12. PERBASI : Persatuan Bola Basket

Seluruh Indonesia

13. PORDASI : Persatuan Olahraga

Berkuda Seuluruh Indonesia

14. PERBASASI : Persatuan Baseball &

Softball Seluruh Indonesia

15. PABSI : Persatuan Olah Raga

Bilyar Seluruh Indonesia

20

Koni Pusat, Jejak Langkah Koni 1938

– 2015, Jakarta: KONI PUSAT, 2015, hal 324.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 122: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

11. Delfi Sahnan Lubis Pekan Olahraga Nasional II Jakarta (21 – 28 Oktober 1951)

11

16. PORTELASI : Persatuan Olah Raga

Terbang Layar Seluruh Indonesia

17. PERCASI : Persatuan Catur

Seluruh Indonesia

18. PERSASI : Persatuan Ski Air

Seluruh Indonesia

19. PERTINA : Persatuan Tinju Amatir

20. PERSANI : Persatuan Senam

Indonesia

21. PERBAKIN : Persatuan Menembak

Indonesia

22. PERPANI : Persatuan Panahan

Indonesia

23. PERKEMI : Persatuan Kempo

Indonesia

24. PEROPI : Persatuan Olah Raga

Perairan Indonesia

25. PGI : Persatuan Golf Indonesia

26. IKASI : Ikatan Anggar Seluruh

Indonesia

27. ISSI : Ikatan Sport Sepeda

Seluruh Indonesia

28. IPSI : Ikatan Pencak Silat

Seluruh Indonesia

29. GABSI : Gabungan Bridge

Seluruh Indonesia

30. FORKI : Federasi Olah Raga

Karate Indonesia

Struktur organisasi olahraga di

Indonesia ini memiliki tingkatan

kepengurusan mulai dari pusat sampai

kedaerah tingkat kabupaten/kota, dan

menjadi wadah bagi atlet – atlet daerah

untuk bernaung dan bisa mengembangkan

badan olahraga yang digelutinya.

Indonesia yang merasa perlu untuk

aktif dalam dunia olahraga internasional

sehingga perlu untuk ikut bergabung dalam

induk olah raga internasional supaya bisa

mengikuti pertandingan dan kompetisi

bertaraf internasional. Hal ini bertujuan

untuk mengetahui sejauh mana atlet

Indonesia bisa berprestasi. Beberapa Induk

Organisasi Olah Raga Internasional21

yang

diikuti oleh Indonesia adalah:

1. IAAF : International Amateur

Athletic Federation (cabang olah raga

atletik)

2. IBF : International Badminton

Federation ( bulu tangkis )

3. FIBA : Federation Internationale

de Basket Ball Amateur ( basket ball )

4. FIFA : Federation International de

Football Assosiation ( sepak bola )

5. FINA : Federation Internasional

de Nation Amateur ( cabang renang )

6. FIBV : Federation Internationale

de Volleyball ( voli )

7. ITTF : International Table Tennis

Federation ( tennis meja )

8. FIG : Federation Internationale

de Gymnastique ( senam )

9. FIE : Federation Internationale

de Eserime ( anggar )

10. FITA : Federation Internationale

de Tir A’ Lare ( panahan )

11. FIH : Federation Internayen de Hockey

( hockey )

12. UCI : Union Cycliste

Internationale ( balap sepeda )

21

A. P. Pandjaitan, Dasar Teori Olah

Raga Dan Organisasi, Bandung, 1992, Hal. 20.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 123: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

12. Delfi Sahnan Lubis Pekan Olahraga Nasional II Jakarta (21 – 28 Oktober 1951)

13. IOC : International Olympic Committee

KESIMPULAN

Manusia pada hakikatnya telah

melakukan olahraga semenjak awal

peradaban manusia dimulai. Olahraga dan

masyarakat merupakan suatu hal yang tidak

terpisahkan. Olahraga dapat digambarkan

sebagai sebuah representasi dari dunia sosial

yang melingkupinya. Begitupun sebaliknya,

olahraga juga menyumbang terbentuknya

masyarakat karena olahraga bukanlah

semata-mata aktivitas fisik belaka. Olahraga

mengandung nilai-nilai tertentu yang bisa

menyumbangkan konstruksi nilai-nilai dan

budaya dalam masyarakat.

Manusia memiliki sifat dasar untuk

bermain dan olahraga sebagai permainan

memiliki karakteristik terbebas. Secara

fungsional olahraga memiliki peran untuk

menyehatkan tubuh, sementara pada sisi

sosial berperan dalam menanamkan nilai-

nilai dan norma kehidupan yang patut untuk

direnungkan dan diterapkan. Lebih jauh lagi

olahraga bahkan dapat menunjukkan

karakter dan identitas sebuah bangsa.

Gagasan awal dan dilaksanakannya

Pekan Olahraga Nasional (PON) sebagai

gelaran olahraga di Indonesia adalah

mencari bibit-bibit atlit berbakat di setiap

cabang olahraga di seluruh penjuru negeri

ini untuk mempersiapkan diri dalam

keikutsertaan Asian Games pertama 1951

dan Olimpiade Musim Panas Helsinksi

1952. Selain itu, semangat yang digelorakan

melalui PON adalah memupuk

persaudaraan, persatuan untuk membangun

karakter bangsa melalui olahraga. Dalam

setiap tahun, banyak sekali agenda-agenda

yang berkaitan dengan olahraga yang dalam

ajang tersebut melibatkan olahragawan-

olahragawan dari berbagai negara. Misalnya

dalam Olimpiade, Asian Games, dan lain

sebagainya yang dalam kompetisinya

banyak diikuti negara-negara besar,

sehingga setiap negara peserta kompetisi

selalu menginginkan untuk menjadi yang

terbaik.

Seandainya Indonesia mampu

berprestasi dalam ajang olahraga tingkat

internasional seperti Olimpiade ataupun

Asian Games, tentu hal tersebut akan

menjadi catatan positif Indonesia di mata

dunia, terutama dalam bidang olahraga.

Selain itu, prestasi yang diukir akan

menumbuhkan rasa kebanggaan terhadap

bangsa yang mana hal tersebut akan sangat

bermanfaat dalam membangun rasa cinta

terhadap bangsa dan negara.

PON II berlangsung dikota Jakarta

dan waktu pelaksanaan PON tersebut

diadakan pada tanggal 21 – 28 Oktober

1951. Mempertandingkan beberapa cabang

olahraga seperti: Atletik, Bola Keranjang,

Renang, Angkat Besi, Bola Tangan, Anggar,

Panahan, Menembak, Bola Basket, Balap

Sepeda, Tenis, Bola Volli, Bulu Tangkis,

Pencak Silat, Bola Kasti, dan Rounders.

Pada hari Sabtu 20 Oktober 1951

bertempat di Balai Kota Jakarta, dilakukan

upacara penyerahan bendera Sang Merah

Putih dan bendera PON kepada Walikota

Jakarta Syamsuridjal. Setelah upacara

penyerahan bendera, dilakukan pawai

dengan berkeliling kota Jakarta dan pawai

ini mendapat sambutan dari penduduk

Jakarta.

Pelaksanaan PON II berlangsung

aman dan sesuai jadwal, meski beberapa

pertandingan mengalami penundaan akibat

cuaca yang berubah. Selama 7 hari setiap

hari dilakukan pertandingan dan di beberapa

cabang olah raga dengan cepat menentukan

sang juara. Arena pertandingan yang

digunakan adalah lapangan IKADA untuk

cabang olah raga Atletik, Sepakbola,

Bolatangan,. Kemudian kolam renang

Manggarai untuk cabang olah raga renang

dan Polo air. Lapangan tembak Sunter,

velodrome Rawamangun untuk balap

sepeda. Lapangan Decapark untuk volli,

bola basket, bola keranjang dan angkat besi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 124: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

13. Delfi Sahnan Lubis Pekan Olahraga Nasional II Jakarta (21 – 28 Oktober 1951)

13

Untuk setiap pemenang, panitia

menyiapkan medali yang dibedakan menurut

prestasi yang diraih. Medali emas untuk

juara pertama, medali perak untuk juara

kedua, sedangkan medali perunggu untuk

juara ketiga. Selain medali juga diberikan

piagam penghargaan dan hadiah. Semua ini

diperoleh untuk setiap pemenang baik untuk

kategori kelompok/beregu maupun

perorangan.

Dari 13 peserta PON II yang ikut

bertanding dan memainkan semua cabang

olah raga yang dipertandingkan, daerah yang

memperoleh juara umum atau meraih medali

emas terbanyak diraih oleh Jawa Barat dan

disusul oleh tuan rumah Jakarta di peringkat

kedua dan peringkat ketiga diduduki oleh

propinsi Jawa Timur.

Acara penutupan berlangsung pada

tanggal 28 Oktober 1951 dipimpin oleh

Sultan Hamengkubuwono IX sebagai ketu

Komite Olimpiade Republik Indonesia (

KORI ). Pada acara ini diumumkan bahwa

PON III akan diadakan pada tahun 1953 dan

yang bertindak sebagai tuan rumah adalah

kota Medan propinsi Sumatera Utara.

Setiap pelaksanaan even olah raga

pasti memiliki pengaruh terhadap

lingkungan sekitarnya. Demikian juga

dengan pelaksanaan PON II di Jakarta yang

berpengaruh terhadap masyarakat sekitar

dan juga terhadap perkembangan olah raga

daerah dan nasional. Pengaruh yang

dirasakan dari penyelenggaraan PON II

berdampak langsung terhadap warga Jakarta

dimana mereka merasakan pembangunan

dan perbaikan baik itu fasilitas umum,

sarana olahraga, sarana transportasi.

Pengaruh yang dirasakan bagi

daerah adalah mulai munculnya program

pembinaan atlet untuk meraih prestasi dalam

olahraga. Kemudian perkembangan cabang

olahraga yang dipertandingkan dan

banyaknya lahir atlet – atlet berprestasi dari

ajang PON II yang menjadi wakil Indonesia

diajang internasional. Setiap daerah juga

berusaha menjadi tuan rumah pelaksanaan

PON dan menjadi juara umum dalam

pelaksanaan PON berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Daryadi, dkk. 2015. Jejak Langkah KONI

1938-2015. Jakarta: Komite

Olahraga Nasional Indonesia.

Gotschalk, Louis. 1973. Mengerti Sejarah,

diterjemahkan oleh Nugroho

Notosusanto. Jakarta: UI Press.

Harahap, Sorip. 1985. PON I-X Sejarah

Ringkas dan Perkembangannya.

Jakarta: Kantor Komite Olahraga

Nasional Indonesia Pusat.

Kementerian Pemuda dan Olahraga. 1991.

Sejarah Olahraga Indonesia.

Jakarta: Kantor Kemenpora.

Kuntowijoyo. 1994. Metodologi Sejarah.

Yogyakarta: Tiara Wacana.

Panjaitan, A.P. 1992. Dasar Teori Olahraga

dan Organisasi, Remaja, Bandung,

Rosdakarya.

Sedyawati, Edi, dkk. 1987. Sejarah Kota

Jakarta 1950-1980. Jakarta:

Direktorat Sejarah dan Nilai

Tradisional, Departemen Pendidikan

dan Kebudayaan.

Surat Kabar

Harian Umum tanggal 13 Agustus 1951

Harian Rakyat tanggal 15 Agustus 1951

Suara Merdeka tanggal 16 September 1951

Harian Rakyat tanggal 16 September 1951

Harian Rakyat tanggal 17 Oktober 1951

Suara Merdeka tanggal 21 Oktober 1951

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 125: PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951

14. Delfi Sahnan Lubis Pekan Olahraga Nasional II Jakarta (21 – 28 Oktober 1951)

Suara Merdeka tanggal 22 Oktober 1951

Suara Merdeka tanggal 23 Oktober 1951

Suara Merdeka tanggal 24 Oktober 1951

Suara Merdeka tanggal 25 Oktober 1951

Suara Merdeka tanggal 26 Oktober 1951

Suara Merdeka tanggal 27 Oktober 1951

Suara Merdeka tanggal 28 Oktober 1951

Suara Merdeka tanggal 29 Oktober 1951

Studi Arsip

Kementerian Penerangan Republik

Indonesia: Bagian Arsip Potret PON II

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA