PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951
Transcript of PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA 21 28 Oktober 1951
PEKAN OLAHRAGA NASIONAL II JAKARTA ( 21 – 28 Oktober 1951 )
SKRIPSI SARJANA
DIKERJAKAN
O
L
E
H
NAMA : DELFI SAHNAN LUBIS
NIM : 140706007
PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,atas
berkah,rahmat serta karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Walau
tantangan dan kesulitan datang, namun penulis masih diberi kesabaran, keikhlasan
dan ketangguhan sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini hingga sampai akhir.
Dalam perjalanan panjang melakukan penelitian dan pengumpulan data,
sungguh sebuah kebahagiaan dan anugerah bagi penulis dapat menyelesaikan sebuah
tulisan sejarah yang terbentuk skripsi dengan judul “Pekan Olahraga Nasional II
Jakarta ( 21 – 28Oktober 1951 )”. Skripsi ini penulis ajukan untuk meraih gelar
sarjana di Program Studi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera
Utara.
Penulis menyadari skripsi ini masih banyak sekali kekurangan dan masih
sangat jauh dari kata sempurna. Untuk itu,dengan kerendahan hati,penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca untuk
menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat dan menambah ilmu
bagi kita semua.
Penulis
Delfi Sahnan Lubis
Nim: 140706007
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ii
UCAPAN TERIMA KASIH
Pertama sekali penulis mengucapkan syukur dan terimakasi kepada
Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan penulis hidup yang indah dan
mencoba berari kepada sesama ciptaan-Nya. Skripsi ini juga tidak akan pernah selesai
tanpa bantuan baik moril ataupun materil,semangat,dorongan,motivasi dar berbagai
pihak. Untuk itu,dengan menyucapkan syukur penulis mengucapkan terimakasi yang
sangat mendalam kepada orang-orang yang berjasa dalam penulisan skripsi ini.
Ucapan terimakasi penulis sampaikan kepada
1. Bapak Dr. Budi Agustono, M.S., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara dan para Wakil Dekan,beserta seluruh Staf dan
pegawai di lingkungan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Edi Sumarno M.Hum., selaku Ketua Program Studi Ilmu Sejarah
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara beserta ibu Dra. Nina
Karina Purba, M. SP.selaku sekretaris Program Studi Ilmu Sejarah yang telah
membantu lancarnya penulisan skripsi ini.
3. Ibu Dra. Ratna, M.S dan Bapak Drs. Edi Sumarno M.Hum., selaku Dosen
pembimbing skripsi yang telah membimbing penulis serta selalu memberi
bantuan,masukan,dan doa kepada penulis sejak masa proposal skripsi
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
4. Seluruh staf pengajar di Program Studi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya
yang telah banyak memberi bimbingan, pengetahuan, pengalaman, pendidikan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
iii
dan pencerahan selama penulis menjadi mahasiswa. Tidak lupa juga pada staf
administrasi Program Studi Ilmu Sejarah, Bang Ampera Siregar, yang telah
banyak membantu penulis selama penulis menjadi mahasiswa.
5. Sumber semangat penulis yaitu keluarga penulis, Ayahanda Alfi Hutnan
Lubis dan ibunda Derwisah Batubara, yang telah membimbing, mendidik,
membesarkan dan memberikan penulis segenap kasih sayang yang tulus dari
awal penulis menghirup udara,hingga mencapai proses akhir perkuliahan.
6. Paman penulis, Nasrul Batubara, S.E, S.ST dan Elizar Lubis sebagai orang tua
penulis selama masa perkuliahan di Kota Medan.
7. Kepada Selvy Damayanti penulis ucapkan terimakasih atas dukungan dan
telah menemani serta memberi semangat dan kasih sayang selama penulis
menjalankan penulisan skripsi ini.
8. Rekan,teman dan keluarga penulis semua teman – teman yang membantu
selama menjadi mahasiswa, Stambuk 2014 yang sangat istimewa bagi penulis:
Roni,Rimhot, Fauzi, Rici, Habibi, Ikhsan, Firmanko, Jeremia Malau, Novri,
Hilwa, Najma, Anggi, Ika, Wiwid, terimakasih banyak buat kalian yang
selalu setia membantu mulai dari awal menjadi mahasiswa hingga sampai
berakhir. Serta rekan lain yang tidak bisa disebut satu persatu namanya,yang
selalu menunjukan kebersamaa baik di lingkungan kampus maupun diluar
kampus yang sangat melekat dalam hati penulis,serta seluruh suka maupun
duka yang kita lewati bersama semakin mempererat kekeluargaan kita. Kita
membuktikan bahwa kita bukan hanya teman karena perkuliahan. Setiap tawa
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
iv
dan airmata tidak akan pernah terlupakan dan akan selalu diukir penulis dalam
hati.
9. GMNI Fakultas Ilmu Budaya,yang mau membantu penulis hingga banyak
mengalami perubahan dan wawasan,serta kepada para perintis dari awal
hingga merasakan pait dan getirnya membangun bangunan yang roboh hingga
kembali elok di pandang kepada bung Daniel, bung Roy, bung Jacob, bung
Wilson,bung Fenrico, bung Tomi, sarinah Isti.Terimakasih juga kepada teman
dan sarinah lainnya telah setia sampai akhir memperjuangkan marhaenisme
secara bersama – sama,dan terimakasih atas kepengurusan priode 2019-
2020,Komisaris Vren, Sekretaris Juli Aryanti, Crist, Fathur, Briston, Oki, dan
Winda.
Medan, Oktober 2019
Penulis
Delfi Sahnan Lubis
Nim: 140706007
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
v
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
UCAPAN TERIMA KASIH ......................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... v
ABSTRAK ...................................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................... 4
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................... 5
1.4 Tinjauan Pustaka ..................................................................... 6
1.5 Metode Penelitian .................................................................... 7
BAB II KOTA JAKARTA SEBAGAI TUAN RUMAH PON II TAHUN 1951
2.1 Letak Geografis Kota Jakarta .................................................. 11
2.2 Penunjukan Kota Jakarta Sebagai Tuan Rumah PON II
Tahun 1951 .............................................................................. 18
BAB III PELAKSANAAN PON II JAKARTA TAHUN 1951
3.1 Sejarah Singkat Pelaksanaan PON I Tahun 1948
di Kota Surakarta ..................................................................... 23
3.2 Persiapan PON II Jakarta 1951 ............................................... 27
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
vi
3.2.1 Cabang Olahraga yang Dipertandingkan ......................... 27
3.2.2 Delegasi Peserta dan Penginapan Peserta PON II
Jakarta 1951...................................................................... 29
3.2.3 Pembiayaan PON II Jakarta 1951 .................................... 31
3.2.4 Syarat Mengikuti PON II Jakarta ..................................... 33
3.2.5 Acara Pembukaan PON II Jakarat .................................... 34
3.3 Pelaksanaan dan Hasil Pertandingan PON II .......................... 38
3.4 Upacara Penutupan dan Hasil PON II Jakarta ........................ 53
BAB IV PERANAN PON II BAGI BANGSA INDONESIA
4.1 Sebagai Alat Pemersatu Bangsa .............................................. 57
4.2 Berperan Terhadap Perkembangan Kota Jakarta .................... 61
4.3 Berperan Terhadap Perkembangan Olahraga Nasional .......... 63
4.4 Berperan Dalam Kelangsungan Olahraga Di Indonesia ......... 65
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan.............................................................................. 70
6.2 Saran ....................................................................................... 73
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR INFORMAN
DAFTAR GAMBAR
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
vii
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “PON II Jakarta ( 21 – 28 Oktober 1951 )”.
Merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses
penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional yang kedua saat berlangsung di Jakarta
pada tahun 1951 yang diikuti oleh 13 daerah.
Dalam penelitian ini digunakan metode sebagai acuan dalam penulisan sejarah yaitu
heuristik tahap awal yang dilakukan untuk mencari data melalui berbagai sumber
tertulis yang relevan dengan penelitian yang dilakukan dan menggunakan penelitian
lapangan melalui wawancara. Kemudian kritik sumber merupakan proses yang
dilakukan peneliti untuk mencari nilai kebenaran data melalui kritik intern dan
ekstern sehingga didapat keobjektifan dalam penelitian, tahap selanjutnya interpretasi
melakukan perbandingan dan analisa data terhadap sumber-sumber yang didapat
sebelumnya. Metode terakhir yaitu historiografi melakukan pemaparan dan
penyusunan hasil-hasil penelitian ke dalam karya tulis sejarah yang deskriptif
analisis.
PON II ini diselenggarakan pada tahun 1951 dimana pada periode tersebut Indonesia
masih baru merasakan kemerdekaan penuh tanpa adanya intimidasi dari pihak
manapun setelah perundingan KMB serta dimulainya proses pembangunan diseluruh
aspek kehidupan bermasyarakat dan berbangsa khususnya dunia olahraga.
Pelaksanaan PON II berlangsung lancar dan sesuai dengan waktunya. Diikuti oleh 13
daerah dan mempertandingkan 18 cabang olahraga yang semuanya berlangsung di
venue yang telah disiapkan oleh panitia.
PON II memiliki peranan dan pengaruh yang bisa dirasakan bagi penduduk Jakarta
serta bagi perkembangan dunia olahraga di Indonesia dimana banyak atlet – atlet
yang berhasil memenangkan perlombaan pada PON menjadi atlet yang berjuang di
kompetisi internasional untuk mewakili dan mengharumkan nama Indonesia.
Kata kunci: Pekan Olahraga Nasional, Jakarta
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang Masalah
Olahraga secara umum adalah sebagai salah satu aktifitas fisik maupun psikis
seseorang yang berguna untuk menjaga dan meningkatkan kualitas kesehatan
seseorang. Manusia pada hakikatnya telah melakukan olahraga semenjak awal
peradaban dimulai. Olahraga dan masyarakat merupakan suatu hal yang tidak
terpisahkan. Olahraga digambarkan sebagai sebuah representasi dari dunia sosial
yang melingkupinya serta juga menyumbang terbentuknya masyarakat karena
olahraga bukanlah semata-mata aktifitas fisik belaka. Olahraga mengandung nilai-
nilai tertentu yang bisa menyumbangkan konstruksi nilai-nilai dan budaya dalam
masyarakat. Olahraga tidak hanya dapat dilakukan oleh individu ataupun kelompok
klub-klub olahraga, tetapi dapat juga diselenggarakan oleh negara dalam bentuk
pertandingan.
Di Indonesia, pelaksanaan pertandingan olahraga secara nasional pertama kali
diselenggarakan pada tahun 1948. Hal ini dimungkinkan terjadi karena Indonesia
batal mengirimkan delegasi berpartisipasi pada Olimpiade 1948 di London, Inggris.
Persatuan Olahraga Republik Indonesia (PORI) yang dibantu oleh Komite Olimpiade
Republik Indonesia (KORI) pernah mempersiapkan para atlet Indonesia untuk
mengikuti Olimpiade Musim Panas XIV di London pada tahun 1948. PORI sebagai
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2
badan olahraga resmi di Indonesia pada saat itu belum diakui dan belum jadi anggota
International Olympic Committee (IOC), sehingga para atlet yang akan dikirim tidak
dapat diterima untuk berpartisipasi dalam peristiwa olahraga sedunia tersebut.
Pengakuan dunia atas kemerdekaan dan kedaulatan Indonesia yang belum diperoleh
pada waktu itu, menjadi penghalang besar dalam usaha menuju London. Atlet-atlet
Indonesia bisa diterima berpartisipasi jika memakai paspor Belanda. Delegasi
Indonesia hanya mau hadir di London dengan membawa nama Indonesia, hal ini
menyebabkan rencana kepergian beberapa anggota pengurus besar PORI ke London
menjadi batal dan menjadi topik pembahasan pada konferensi darurat PORI pada
tanggal 1 Mei 1948 di Solo. Oleh karena pengiriman para atlet dan beberapa anggota
pengurus besar PORI ke London sebagai peninjau tidak membawa hasil seperti yang
diharapkan semula, konferensi sepakat untuk mengadakan Pekan Olahraga yang
direncanakan berlangsung pada bulan Agustus atau September 1948 di Surakarta.
Penyelenggaraan PON ini adalah yang pertama dalam suasana kemerdekaan.
Para pesertanya hanya terdiri dari 13 kota keresidenan di Pulau Jawa saja, yaitu
Jakarta, Bandung, Semarang, Malang, Surabaya dari daerah penduduk Belanda. Dari
Republik Daerah Renville: Yogyakarta, Surabaya, Kedu, Banyumas, Pati, Madiun,
Kediri dan Bojonegoro. Terselenggaranya PON I membuktikan kepada dunia luar,
bahwa bangsa Indonesia dapat menjawab blokade Belanda sebagai negara yang
berdaulat sekaligus menjalankan peran strategis dalam revolusi kemerdekaan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3
Kota Surakarta dipilih menjadi tempat penyelenggaraan Pekan Olahraga
Nasional I karena sudah memiliki Stadion Sriwedari. Stadion ini merupakan stadion
pertama yang dibangun bangsa Indonesia yang dimanfaatkan untuk kegiatan
olahraga. PON I yang digelar pada 9-12 September 1948. Dalam PON ini di
pertandingkan cabang olahraga atletik, lempar cakram, bulutangkis, sepak bola, tenis,
renang, pencak silat, panahan, dan bola basket.
PON II sedianya diselenggarakan pada tahun 1950, setelah PON I
berlangsung pada tahun 1948 di Surakarta. Akan tetapi Belanda melancarkan
agresinya yang kedua pada tanggal 19 Desember 1948, tepat tiga bulan setelah PKI
melakukan pemberontakan di Madiun (18 September 1948). Sebagai akibat dari
agresi tersebut penyelenggaraan PON II terpaksa diundurkan sampai keadaan aman
kembali. Keadaan ini baru tercapai setelah adanya keputusan dari Konferensi Meja
Bundar (KMB) yang disusul oleh pengakuan kedaulatan penuh atas Negara Republik
Indonesia.1
Pembahasan ini menarik untuk dikaji karena ketika PON II berlangsung di
Jakarta selama 8 hari, keadaan jauh berbeda dari pada tiga tahun yang lalu di
Surakarta, terutama mengenai keamanan. Keadaan di Surakarta pada waktu itu tidak
terjamin, karena sering terjadi pertempuran, sedang di Jakarta keadaannya sudah
lebih tentram dan teratur. Situasi keamanan yang baik, perhubungan pos dan
1 KONI Pusat, Jejak Langkah KONI 1938-2015, Jakarta: Komite Olahraga Nasional
Indonesia, 2015, hal.18.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4
pengangkutan melalui darat, laut dan udara merupakan dukungan yang memperlancar
semua urusan yang dihadapi. Jika pada tahun 1948 hanya kota-kota keresidenan saja
yang dapat mengikuti PON I, pada tahun 1951 di Jakarta 10 propinsi turut mengambil
bagian. Tidak kurang dari 18 cabang olahraga yang dipertandingkan, yang diikuti
oleh 2600 atlit dari 10 propinsi peserta. Sumatera diwakili oleh dua propinsi,
Sumatera Utara dan Sumatera Selatan, dari Pulau Jawa adalah Jakarta Raya, Jawa
Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur, disusul oleh Kalimantan Selatan/Timur,
Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara dan Maluku. Irian Barat yang masih berada di
bawah penjajahan Belanda belum bisa hadir, karena pengembaliannya masih
diperjuangkan.2
Dari uraian-uraian tersebut diatas penulis ingin mengangkat penelitian tentang
penyelenggaraan PON II, mulai dari sejarah, perjalanan dan perkembangannya, serta
bagaimana olahraga bisa menjadi alat pemersatu bangsa yang sedang dilanda konflik.
Atas dasar pemikiran tersebut maka penulisan ini diberi judul “Pekan Olahraga
Nasional II Jakarta 21 – 28 Oktober 1951. Pemilihan skop temporal tahun 1951,
karena di tahun tersebut Pekan Olahraga Nasional (PON) II dilaksanakan.
1. 2 Rumusan Masalah
Perlu dibuat suatu rumusan sebagai landasan utama dalam sebuah penelitian
dan substansi dari penelitian. Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas
2 Sorip Harahap, PON I-X Sejarah Ringkas dan Perkembangannya, Jakarta: Kantor Komite
Olahraga Nasional Indonesia Pusat, 1985, hal. 272.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5
dan dalam mempermudah penulis dalam penulisan ini maka dibuatlah suatu rumusan
masalah yang berisi batasan-batasan penelitian dan ruang lingkup fokus
permasalahan. Bertitik tolak dari latar belakang di atas penulis membuat beberapa
permasalahan sebagai berikut:
1. Mengapa Kota Jakarta menjadi tuan rumah PON II Tahun 1951?
2. Bagaimana pelaksanaan Pekan Olahraga Nasional II di Jakarta 21-28
Oktober 1951?
3. Bagaimana peranan PON II Jakarta dalam mempersatukan bangsa dan
keberlangsungan olahraga di Indonesia?
1. 3 Tujuan dan Manfaat Penulisan
Setelah perumusan masalah nantinya dapat diselesaikan oleh penulis, pada
akhirnya pasti memiliki tujuan dan manfaat dari penulisan tersebut. Adapun tujuan
penulisan karya ilmiah ini dilakukan penulis ialah :
1. Menjelaskan alasan Kota Jakarta sebagai tuan rumah PON II.
2. Menjelaskan jalannya pelaksanaan PON II yang berlangsung di
Jakarta.
3. Menjelaskan peran PON II Jakarta dalam mempersatukan bangsa dan
keberlangsungan olahraga di Indonesia.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
6
Maka penulis berharap penulisan karya ilmiah ini memiliki manfaat sebagai
berikut :
1. Penelitian ini memberi gambaran tentang proses Kota Jakarta sebagai
tuan rumah dalam mempersiapkan serta menyelenggarakan PON II.
2. Memberikan informasi tentang jalannya pelaksanaan PON II yang
berlangsung di Jakarta.
3. Memberi gambaran tentang peran penting PON II Jakarta sebagai
pemersatu bangsa dan keberlangsungan olahraga di Indonesia
selanjutnya.
1. 4 Tinjauan Pustaka
Untuk melakukan kegiatan penelitian dan penulisan, perlu dilakukan tinjauan
pustaka dengan menggunakan buku-buku yang berhubungan dengan judul tulisan ini.
Ada beberapa buku yang digunakan sebagai tinjauan pustaka dalam penelitian ini dan
mampu mencari kerangka teoritis sebagai acuan penelitian. Beberapa buku yang
mendukung diantaranya sebagai berikut:
Sorip Harahap dalam “PON I – X Sejarah Ringkas dan Perkembangannya”
(1985) menjelaskan tentang sejarah dan perjalanan PON I – X. Buku ini membahas
tentang perkembangan PON yang dilaksanakan setiap 4 (empat) tahun sekali. Buku
ini menjadi bahan acuan penulis untuk membuat data tentang PON II yang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
7
dilaksanakan di Jakarta, seperti: jalannya pertandingan, perolehan medali, situasi dan
kondisi pada saat PON II.
Daryadi dkk, dalam “Jejak Langkah KONI 1938-2015” yang diterbitkan oleh
Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Pusat. Buku ini menjelaskan tentang
gambaran pasang surut prestasi olahraga Indonesia dengan berbagai konstelasi politik
dalam negeri yang mengiringi perjalanannya. KONI sebagai induk yang menaungi
olahraga memaparkan proses panjang perjalanan Indonesia dalam mengadakan
perhelatan olahraga, baik di tingkat nasional maupun internasional. Buku ini
digunakan untuk mendapat referensi yang pasti tentang peran pemerintah pada
olahraga di Indonesia.
Kementerian Pemuda dan Olahraga membuat buku yang berjudul “Sejarah
Olahraga Indonesia” (1991). Buku ini menguraikan tentang sejarah pertumbuhan
dan perkembangan olahraga di Indonesia sejak zaman prasejarah, kerajaan,
penjajahan dan kemerdekaan, hingga masa sekarang. Penulis menggunakan buku ini
sebagai acuan dalam tulisannya untuk menambah referensi tentang penjelasan dan
pengetahuan olahraga yang sudah dilaksanakan di Indonesia.
1. 5 Metode Penelitian
Di dalam suatu penelitian sejarah yang ilmiah pemakaian metode sejarah
sangatlah penting. Metode sejarah adalah suatu tahapan yang digunakan dalam
penelitian sejarah ilmiah. Metode sejarah adalah proses menguji dan menganalisa
secara kritis rekaman peninggalan masa lampau. Dengan adanya metode penelitian
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
8
dapat menjadi petunjuk peneliti untuk memperoleh sumber-sumber yang relevan
terhadap pokok pembahasan sehingga dapat dipertanggung jawabkan hasilnya.
Adapun tahap-tahap yang harus dilakukan dalam metode sejarah adalah:
1. Heuristik adalah tahapan paling awal dalam metode sejarah. Dalam tahap ini
peneliti mengumpulkan sumber atau data melalui studi kepustakaan, studi
arsip, dan penelitian lapangan. Penelitian dengan metode kepustakaan
bertujuan untuk memperoleh data dari sumber-sumber tertulis tersebut
diperoleh dari artikel koran seperti Harian Rakjat, Suara Merdeka, Haluan,
yang merekam dan melaporkan pertandingan – pertandingan pada saat
perhelatan PON ke-II berlangsung. Buku – buku tentang sejarah dan
perkembangan olahraga Indonesia di Perpustakaan Nasional Republik
Indonesia.
Studi arsip dilakukan dengan mengumpulkan dokumen-dokumen tentang
penyelenggaraan PON ke-II di arsip Komite Olahraga Nasional Indonesia
(KONI) Pusat, Kementerian Pemuda dan Olahraga (KEMENPORA), dan
Dinas Pemuda dan Olahraga (DISPORA)
Sedangkan pengumpulan data metode penelitian lapangan dilakukan dengan
teknik wawancara terhadap beberapa informan yang terkait dengan penelitian.
Wawancara yang dilakukan ditujukan kepada informan yang berhubungan
dengan topik penelitian. Penulis melakukan wawancara dengan Bapak
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
9
Mashudi yang merupakan anak dari pedagang asongan yang berdagang pada
saat PON II berlangsung di Stadion IKADA. Kemudian mewawancarai Bapak
Hasyim Anshori yang merupakan warga masyarakat yang pernah tinggal di
sekitar Stadion IKADA. Penulis juga mewawancarai Bapak Dharmono yang
merupakan anak pemilik rumah yang rumahnya disewakan selama PON II
berlangsung. Ibu Sutinah anak yang merupakan anak dari pemilik warung
makan disekitar penginapan atlet di daerah Cikini. Penulis juga
mewawancarai Nek Minah yang merupakan anak dari pedagang kerak telor
kuliner khas Betawi yang dijajakan pada saat PON II berlangsung. Terakhir
penulis mewawancarai Bapak Mudjianto yang merupakan anak dari pedagang
koran.
2. Kritik Sumber adalah tahapan kedua dalam metode sejarah. Pada tahapan ini
peneliti bertugas untuk mengkritik terhadap sumber-sumber yang diteliti agar
peneliti lebih dekat lagi dengan nilai kebenaran dan keaslian dari sumber yang
diperoleh. Dalam melakukan kritik terhadap sumber dapat dilakukan dengan
cara meninjau kembali data dengan menelaah kembali kebenaran isi atau fakta
dari sumber buku, arsip ataupun hasil wawancara dengan informan dan
kemudian diuji kembali keaslian sumber tersebut demi menjaga keobjektifan
suatu data.
3. Interpretasi adalah tahapan ketiga dalam metode sejarah. Pada tahapan ini
peneliti hendaknya menafsirkan data-data yang diperoleh agar menjadi suatu
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
10
data yang objektif. Dalam hal ini, peneliti menginterprestasi pengumpulan
sumber, mengkritik tentang objek kajian dalam penyelenggaraan PON ke-II di
Jakarta. Dengan adanya interpretasi ini diharapkan dapat menjadi data
sementara sebelum peneliti menuangkannya ke dalam bentuk tulisan.
4. Historiografi adalah tahapan terakhir dalam metode sejarah. Tahapan ini
dapat disebut juga sebagai penulisan laporan. Pada tahap ini, peneliti
menjabarkan secara kronologis dan sistematis fakta-fakta yang diperoleh agar
menghasilkan tulisan yang ilmiah dan bersifat objektif. Pada penulisan sejarah
PON II di Jakarta ini, penulis dalam menjelaskan atau menerangkan jalannya
pertandingan tentu memiliki pendekatan tertentu. Dengan adanya pendekatan
ilmiah ini diharapkan dapat memudahkan orang lain untuk memahami
maksud dan pengetahuan bagi orang yang membacanya.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
11
BAB II
KOTA JAKARTA SEBAGAI TUAN RUMAH PON II TAHUN 1951
2. 1 Letak Geografis Kota Jakarta
Wilayah DKI Jakarta merupakan dataran rendah dari ba- gian pantai
utara·Jawa Barat. Wilayah ini terletak pada 6° 12' Lintang Utara dan 106" 48' Bujur
Timur. Luas seluruhnya, termasuk pulau Seribu, sebesar 655,76 km2. Sebelah Utara
merupakan daerah pantai yang berawa-rawa dengan ketinggian tanah maksimal 7 m
dari titik 0 Tanjung Priok. Pada lokasi tertentu bahkan ada yang letaknya di bawah
permukaan laut. Sebelah Selatan merupakan daerah yang relatif berbukit-bukit
dengan ketinggian tanah mencapai kurang lebih 50 m di atas permukaan laut. Oleh
karena itu di wilayah Jakarta Selatan, sampai dengan banjir kanal, keadaan tanah
agak curam, sedangkan dari banjir kanal ke arah laut keadaan tanah hampir rata. Di
atas wilayah Jakarta mengalir banyak sungai yang umumnya mengalir dari selatan ke
utara. Sungai yang paling terkenal dan terbesar adalah sungai Ciliwung yang
membelah wilayah kota dan membagi wilayah DKI Jakarta menjadi dua bagian, barat
dan timur.
Jakarta memiliki iklim tropis dengan suhu berkisar antara 22°C sampai 34°C
dan suhu rata-rata sepanjang tahun 27°C. Tingkat kelembaban udara berkisar antara
80% dan 90%. Se- bagai bagian dari kawasan Katulistiwa, arah angin dipengaruhi
oleh angin musim. Dari bulan Nopember sampai dengan bulan April bertiup angin
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
12
musim Barat dan dari bulan Mei sampai dengan bulan Oktober bertiup angin Musim
Timur. Wilayah DKI sebagai kota pantai sehari-hari mengalami pula angin laut dari
sebelah utara ke selatan dengan kecepatan rata-rata 0,9 - 1,1 m per detik. Curah hujan
tertinggi terjadi sekitar bulan Januari dan yang terendah di sekitar bulan September.
Rata-rata curah hujan sepanjang tahun adalah 2.000 mm.
Dengan kembalinya pemerintahan Republik Indonesia ke Jakarta dan
kedudukan Jakarta sebagai ibukota mengakibatkan makin meningkatnya kebutuhan
kantor-kantor dan perumahan pegawai. Selain sebagai pusat pemerintahan, Jakarta
juga berkembang sebagai kota industri dan perdagangan sehingga jumlah penduduk
pun semakin meningkat terutama karena urbanisasi. Pada tahun 1950 penduduk
Jakarta 1.432.085 jiwa, sepuluh tahun kemudian (1960) menjadi duakali lipat lebih,
yaitu 2.910.858 jiwa. Ini berarti pemerintah DKI Jakarta harus me- nyediakan tanah
untuk gedung-gedung dan perumahan. Usaha tersebut antara lain dilakukan dengan
membebaskan tanah-tanah, yang dulu milik tuan-tuan tanah, dengan cara membeli.
Pada bulan Februari tahun 1949 telah selesai dibuat sebuah rencana perluasan
kota ke arah Kebayoran dengan luas 730 Ha. Daerah ini diproyeksikan sebagai daerah
perumahan yang tepinya bersinggungan dengan jalan kereta api Tanah Abang-
Tangerang. Realisasi dari rencana baru terwujud setahun kemudian dan tanah seluas
730 Ha dibagi untuk keperluan perumahan rakyat 152 Ha, perumahan sedang 69,8
Ha, villa 55,l Ha, bangunan-bangunan istimewa 75,2 Ha, flat 6,6 Ha, toko-toko 17
Ha, industri 20,9 Ha, taman-taman 118,4 Ha, jalan-jalan 181,5 Ha dan sawah-sawah
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
13
pinggiran 33 Ha Semua ini dimaksudkan untuk memberi tempat kediaman bagi
100.000 penduduk.
Pada masa-masa ini yang menjadi masalah utama adalah masalah tanah, yang
kepemilikannya ada 4 macam:
(1) tanah kotapraja
(2) tanah negara
(3) tanah individual
(4) tanah partikulir.
Adapun yang menjadi pemikiran Kotapraja adalah tanah partikulir yang pada
saat itu terdapat seluas 3.566 Ha. Adapun tanah ini dikuasai oleh 16 perusahaan dan
dalam kondisi terlantar. Kampung-kampung yang berada di atas tanah partikulir
sangat kotor, jalan-jalan tidak diaspal sehingga pada nusim hujan akan sangat becek
dan saluran air pernbuangan tidak rnengalir sehingga rnenirnpulkan bau busuk.
Keadaan perumahan penduduk saling berhimpitan dernikian juga dengan sumur dan
tempat buang air bergandengan sehingga tidak higienis.
Pemerintah Kotapraja dalam hal ini ingin rnernbeli kembali tanah-tanah
tersebut dan akan dilakukan pernbangunan dan perbaikan karnpung sebagairnana
layaknya ternpat tinggal manusia.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
14
Keadaan seperti ini sebenarnya adalah kelanjutan dari keadaan tanah pada
masa sebelumnya dan terutarna pada masa pernerintahan Jepang, yaitu dari tahun
1942-1945. Pada masa itu kepada penduduk dianjurkan untuk rnenggarap sernua
tanah kosong dengan menanam sayur-sayuran dan pohon jarak tanpa rnempedulikan
tanah yang digarap itu kepunyaan siapa. Kepada penduduk juga diperbolehkan
rnendirikan gubug-gubug di kebun-kebun tersebut, sehingga larnbat laun gubug-
gubug ini rnenjadi bertarnbah besar dan berubah rnenjadi rumah-rumah sederhana.
Pernakaian tanah-tanah yang digarap oleh penduduk tidak dikenakan biaya sewa baik
oleh pemerintah rnaupun oleh pihak Partikulir. Selain itu tidak diadakan pendaftaran
sehingga tidak lagi diketahui tentang letak tanah, luas tanah dan narna penggarap.
Pada rnasa pernerintahan Nasional dari tahun 1945-1947, pernerintahan kota
mengadakan pengumuman yang mengharuskan penduduk untuk rnendaftarkan tanah
garapannya. Banyak yang sudah rnendaftarkan tetapi masih banyak pula yang belum
rnendaftarkan. Baru pada tahun 1950 dan selanjutnya, seperti terbukti dari keputusan-
keputusan yang tercanturn dalarn notulen rapat-rapat Badan Pemerintah Harian sejak
tanggal 14 September 1950, persoalan tanah yang rnelanggar hukurn rnendapat
perbatian kembali dari pihak Pemerintah Kota. Pada saat itu daerah yang rnenjadi
tempat okupasi liar adalah daerah yang sekarang menjadi jalan M.H. Thamrin, Hotel
Indonesia, Hotel Asoka dan President Hotel.
Untuk memenuhi kebutuhan perumahan rakyat direncanakan pendirian
kampung-kampung baru yaitu di Bendungan Hilir, Karet, Pasar Baru, Jembatan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
15
Duren dan Tanjung Grogol. Khusus di Tanjung Grogol akan dibangun 103 buah
rumah yang akan dijual kepada rakyat. Bagi golongan kecil seperti tukang beca,
penjual makanan dan sebagainya, pemerintah daerah telah membangun beberapa
perumahan darurat untuk disewa dengan pembayaran yang ringan. Adapun lokasinya
berada di: Pisang- Baru, Karanganyar I, Karanganyar II, Tanjung Priok dan Tanah
Tinggi yang bisa menampung 2000 orang.
Beberapa daerah perumahan baru juga dibuka yaitu di jalan Gunung Sahari
seluas 12 Ha oleh Jawatan Pelayaran, di Karet Bendungan seluas 4 Ha untuk
Penupetel, di Cipinang Vrendendal dibangun kompleks asrama seluas 50 Ha,
Perkampungan baru daerah Rajawali seluas 25 Ha dan asrama mahasiswa di Utan
Kayu seluas 50 Ha.
Untuk memenuhi kebutuhan akan pelelangan ikan yang dihasilkan oleh para
nelayan yang tinggal disepanjang pantai utara dan pulau Seribu oleh Pemerintah
Daerah telah ditetapkan 3 tempat pelelangan ikan yaitu: Tanjung Priok, Pasar lkan
dan Kamal. Tanah-tanah sawah pada masa ini antara lain terdapat di daerah bagian
barat Cengkareng, bagian timur Klender dan bagian utara Tanjung Priok. Daerah-
daerah yang menghasilkan bahan makanan seperti buah-buahan dihasilkan dari
daerah selatan Jakarta yaitu: Pasar Minggu, Pasar Rebo, Kebun Jeruk, Kebayoran,
dan Mampang Prapatan. Untuk kebutuhan susu diperoleh dari daerah Mampang
Prapatan dengan produksi 8858 liter setiap hari. Dari daerah sepanjang pantai utara
Jakarta menghasilkan ikan air tawar terutama ikan bandeng dengan empang yang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
16
seluas 1201,01 Ha, sedangkan di daerah selatan menghasilkan ikan Gurame, Tawes
dan ikan Mas dengan luas empang 658 Ha.
Prasarana umum yang terdapat di Jakarta tahun 1950-1960 meliputi hal-hal
berikut ini:
a. Listrik : Untuk mengatasi masalah listrik akan dibangun pembangkit
baru di daerah Ancol.
b. Air bersih : Untuk mengatasi masalah ini akan dibangun Waterzuivering
di daerah Karet yang diperkirakan akan menarnbah sebanyak
5000 liter air per detik. Selain itu juga menarnbah jumlah pipa
ledeng dan menarnbah air dari sumber Ciomas Bogor
sedangkan bagi penduduk yang tinggal di daerah kering akan
dibuat 230 hydrant. Yang penting juga pada masa ini dibuat
instalasi pembersih air Pejompongan yang dibangun dengan
bantuan PUTL dengan kapasitas 2060 liter/detik.
c. Penanggulangan Banjir : dibuat rencana pembuatan waduk pengumpulan
air banjir sungai Cideng, Krukut dan cabang-cabangnya dan
kemudian air dipompa ke laut, proyek ini dikenal dengan
Rencana Pluit.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
17
d . Jalan : Untuk rnemenuhi kebutuhan akan jalan maka dibangun
Jakarta by pass yaitu jalan raya dari Tanjung Priok ke Cililitan
yang bersarnbung dengan jalan raya menuju Bogor.
e. Sarana ibadah : Pada rnasa ini dibuat persiapan pembangunan mesjid
Istiqlal
f. Sarana Hotel : dilakukan persiapan dan pernbebasan tanah untuk
membangun hotel Indonesia.
Selain proyek-proyek ini, juga dirumuskan rencana pembangunan dalam
jangka panjang yang dituangkan dalam bentuk Rencana Pendahuluan (Outline Plan)
yang kemudian hari dikembangkan menjadi Rencana Induk (Master Plan) untuk Kota
Jakarta3.
Gambar 1 : Peta Kota Jakarta Tahun 1950
3 Edy Sedywati, dkk., Sejarah Kota Jakarta 1950-1980. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan : Jakarta. Hal: 97
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
18
2. 2 Penunjukan Kota Jakarta Sebagai Tuan Rumah PON II Tahun 1951
Dalam periode tahun 1950-an perumusan identitas Bangsa Indonesia tidak
hanya melalui jalur politik akan tetapi berbagai saluran resmi yang digunakan dalam
membangkitkan kebudayaan nasional yang baru, apakah itu melalui perhelatan
olahraga, seni, dan budaya. Usaha pemerintah ini cukup sukses karena berhasil
mendapat dukungan dari berbagai kalangan baik dari kalangan intelektual, seniman,
masyarakat dan maupun mantan atlit-atlit peserta PON I. Dalam periode tahun 1950-
an terbilang cukup sulit bagi pemerintah Indonesia membangun negara ini. Beberapa
peristiwa politik yang terjadi pada dekade ini yaitu:
1. Peristiwa Madiun ( Muso ) yang terjadi tahun 1948
2. Peristiwa APRA di Bandung 1950 yang dipimpin oleh Raymon Westerling
3. Peristiwa Andi Aziz di Ujung Pandang tahun 1950
4. Peristiwa Republik Maluku Selatan ( RMS ) dengan diawali proklamasi RMS
yang dipimpin oleh Soumokil.
5. Proklamasi Negara Islam Indonesia ( NII ) yang dipimpin oleh Kartosoewiryo
pada 7 Agustus 1950 dengan DI/TII yang menjadi kekuatannya.
Adanya beberapa gerakan menentang pemerintah dan pemberontakan tidak menjadi
penghalang bagi pemerintah sendiri untuk mengembangkan atau merumuskan
identitas – identitas baru Bangsa Indonesia.
Pencarian identitas bangsa Indonesia pada masa-masa awal kemerdekan dari
tahun 1945 sampai tahun 1950an, adalah masa yang penting untuk dibicarakan.
Jalur politik tidak selamanya dijadikan instrument pemerintah Indonesia sebagai
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
19
upaya pembentukan identitas kebangsaan. Perhelatan olaraga, seni, gaya hidup adalah
salah satu bagian yang penting untuk membentuk karakter bangsa Indonesia.
Pertumbuhan nasionalisme Indonesia pada masa awal kemerdekaan tidak terlepas
dari perhelatan olahraga yang dibangun pemerintah Indonesia. Olahraga sebagai
penawar benih – benih perpecahan di kalangan masyarakat maupun perpecahan antar
daerah dan dalam proses ini olahraga menjadi bagian penting untuk memahami
nasionalisme. Soekarno sebagai presiden dalam membangun identitas bangsa
Indonesia menjadi bangsa yang betul – betul merdeka tanpa adanya intervensi pihak
Belanda, tidak hanya melalui jalur politik nasional tetapi juga melalui jalur olahraga.
Usaha ini tampak jelas setelah tanggal 19 Agustus 1945, yakni dibentuknya Kabinet
Presidensial sebagai kabinet pertama bangsa Indonesia.
Usaha pemerintah untuk membangun mental berbagai kalangan masyarakat,
khususnya generasi muda, yakni melalui olahraga sebagaimana yang pernah
dilakukan Jepang dalam membangun mental pemuda-pemuda Indonesia sebagai
pembantu angkatan perangnya. Untuk permasalahan ini, pemerintah menunjuk
Kementerian Pengajaran yang dibentuk pada tanggal 19 Agustus 1945 untuk
membentuk lembaga yang bertugas merencanakan atau melaksanakan kepengurusan
di bidang olahraga4.
4 Kementerian Pengajaran dipimpin oleh Ki Hajar Dewantara dan kegiatan olahraga dan
pendidikan jasmani dibawah Kemeneterian Pengajaran RI.
Kementerian Pemuda dan Olahraga. Sejarah Olahraga Indonesia. Jakarta: Kantor
Kemenpora, 1991, hal. 15
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
20
Usaha ini terbilang cukup sukses dalam membangun mental dan fisik pemuda
dan kemudian pada tahun 1946 pemeritah Indonesia membentuk GELORA (Gerakan
Latihan Rakyat), yang diketuai oleh Otto Iskandar Dinata5. Penunjukkan Otto
Iskandar Dinata sebagai ketua GELORA tidak terlepas karena perannya dalam
pembentukan BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdékaan Indonésia),
dan PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Pada masa kepemimpinan
Otto Iskandar Dinata, GELORA bergabung dengan pusat olahraga versi Jepang yakni
Djawa Tai Iku Kai6 menjadi Pesatuan Olahraga Republik Indonesia ( PORI ).
Dampak dari perjanjian Renville akhirnya membuat PORI dipindahkan ke
Solo. Pada bulan Januari tahun 1947 Presiden Soekarno meresmikan kepengurusan
tetap PORI dan dalam waktu bersamaan juga presiden membentuk KORI (Komite
Olimpiade Republik Indonesia) dan Sultan Hamengkubuwono IX ditunjuk sebagai
ketuanya. KORI yang mempunyai tugas menangani masalah olahraga, tidak lain
untuk mempersiapkan atlet-atlet yang akan diikutkan dalam pertandingan olimpiade
di London. Rencana ini gagal karena adanya agresi militer dan selain itu pihak
panitia di London menolak keikutsertaan Indonesia dalam olimpiade. Setelah
penolakan atlet Indonesia dalam olimpiade, masalah itu kemudian dibahas dalam
konferensi PORI di Solo pada 1 Mei 1948. Pada konferensi itu akhirnya para
pengurus PORI sepakat untuk mengadakan PON (Pekan Olahraga Nasional). PON
5 Daryadi, dkk., Jejak Langkah KONI 1938-2015. Jakarta: Komite Olahraga Nasional
Indonesia, 2015, hal. 28 6 Djawa Tai Iku Kai merupakan organisasi yang didirikan oleh pemerintah Jepang dengan
maksud melatih jasmani dan rohani di antara bangsa Jepang dan penduduk tanah Jawa pada umumnya
untuk membantu Jepang dalam kepentingannya di Perang Pasifik.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
21
pertama pun terselenggara pada 9 sampai 12 September 1948. Satu hal yang harus
dicatat bahwa PON pertama lahir karena semangat kebangsaan. Pekan olahraga yang
direncanakan pemerintah pada masa – masa awal kemerdekan bukan hanya untuk
mengembangkan minat olahraga para pemuda, akan tetapi merupakan salah satu
langkah membangun persatuan.
Usaha pemerintah ini cukup sukses karena berhasil mendapat dukungan dari
berbagai kalangan baik dari kalangan intelektual, seniman, masyarakat dan maupun
mantan atlit-atlit peserta PON I. Semangat pemerintah Indonesia dalam periode tahun
1950an bisa dikatakan puncak dari nasionalisme. Gerakan gerakan kekacauan yang
berlangsung dalam periode ini seolah-olah tidak mampu membendung cita-cita
pemeritah, terbukti karena dalam periode ini PON II akan diselenggarakan di Kota
Jakarta dan beberapa tahun kemudian juga akan diselenggarakan PON III di Kota
Medan dan PON IV di Kota Makassar. Harapan pemerintah Indonesia dalam
menyatukan semua daerah masuk ke wilayah Republik Indonesia melalui perhelatan
atau pertandingan olahraga terus mendapat dukungan dari berbagai kalangan
masyarakat. Dukungan datang dari kalangan masyarakat disebabkan suksesnya
penyelenggaraan PON I yang dilaksanakan pemerintah.
Keberhasilan penyelenggaraan PON I terus menyita perhatian masyarakat
pada waktu itu. Sri Sultan Hamengkubuwono IX terus mendorong pengurus PORI
merumuskan kembali penyelenggaraan PON II yang akan dilaksanakan di berbagai
daerah. Sri Sultan Hamengkubuwono IX melakukan rapat koordinasi tanggal 8
Agustus 1951 dengan pengurus PORI untuk menetapkan kapan PON II akan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
22
dilaksanakan dan siapa yang akan menjadi tuan rumah penyelenggara PON II. Hasil
keputusan kongres ini memutuskan PON II akan diadakan pada tahun 1951, tepatnya
di Kota Jakarta dengan alasan bahwa untuk menunjukkan kepada dunia luar Jakarta
sebagai ibukota negara RIS yang sudah bersatu dan akan berkembang menjadi negara
besar, baik itu dalam dunia politik maupun dunia olah raga. Alasan berikutya adalah
bahwa Jakarta memiliki fasilitas dan sarana pendukung untuk dilaksanakannnya PON
II dan memiliki tingkat keamanan yang terjamin bagi setiap warganya. Selain itu
pemerintah setempat siap menjadi penyelenggara PON II.
Beberapa hari setelah Jakarta ditetapkan sebagai tuan rumah penyelenggara
PON, A. Halim ( dokter ) ditunjuk sebagai ketua umum penyelenggara PON II di
Kota Jakarta dan Maladi sebagai Sekretaris Umum. A. Halim dengan segera
mempersiapkan segala sesuatunya untuk pembukaan PON II yang akan dihadiri oleh
Presiden Soekarno.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
23
BAB III
PELAKSANAAN PON II JAKARTA TAHUN 1951
3. 1 Sejarah Singkat Pelaksanaan PON I Tahun 1948 di Kota Surakarta
Pada Januari 1948, dikota Solo digelar Kongres Olahraga I yang
menghasilkan beberapa keputusan diantaranya adalah program peningkatan prestasi
atlet serta berjuang menembus blokade Belanda dengan ikut ambil bagian dalam
Olimpiade 1948 di London. Permintaan untuk bisa berpartisipasi dalam Olimpiade
diajukan ke London dan segera dijawab, namun jawaban jatuh ketangan Belanda di
Batavia dan tidak diteruskan ke Komite Olimpiade Republik Indonesia (KORI), yang
diketuai Sri Sultan Hamengku Buwono IX di Solo. Saat itu ibukota RI ada di
Yogyakarta karena dampak dari perjanjian Renville.
Isi perjanjian Renville yang ditandatangani pada tanggal 17 Januari 1948 yang
hanya mengakui wilayah Indonesia atas Jawa Tengah, Yogyakarta dan Sumatera
membuat pihak Indonesia harus mengosongkan wilayah – wilayah yang dikuasai oleh
pihak Belanda saat itu7. Dalam kondisi perang dan blokade dari Belanda, Pemerintah
Indonesia tak gentar untuk mendapat pengakuan dunia internasional. Harapan ini
mungkin bisa diperoleh melalui ajang Olimpiade yang berlangsung di kota London.
Akan tetapi balasan dari panitia olimpiade London menolak untuk mengikutsertakan
Indonesia dalam pesta olahraga tersebut dengan alasan bahwa Indonesia belum
7 Ide Anak Agung Gde Agung, RENVILLE, Jakarta: Sinar Harapan, 1991, hal. 37
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
24
menjadi anggota PBB serta belum menjadi anggota International Olympic Committee
(IOC), Indonesia hanya boleh menjadi peninjau dalam kegiatan tersebut. Ibukota RI
di Yogyakarta kemudian segera membentuk delegasi untuk menjadi peninjau yang
beranggotakan, Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Letkol Azis Saleh (wakil ketua
bagian atletik PORI), dan Mayor Maladi (ketua bagian sepakbola PORI). Delegasi
inipun tidak jadi berangkat karena Belanda menggunakan taktiknya supaya mereka
menggunakan paspor Belanda dengan tujuan untuk menunjukkan kepada dunia
bahwa mereka masih berdaulat di Indonesia.
Bertempat di kediaman Soerio Hamidjojo anggota BP KNIP8, mewakili
keraton Surakarta yang juga ketua seksi tenis PORI, acara itu dihadiri wakil-wakil
PORI daerah, Menteri Pembangunan dan Pemuda Wikana, serta Menteri Pengajaran
dan Kebudayaan Ali Sastroamidjojo. Konferensi tersebut menghasilkan kesepakatan:
jika Indonesia tak bisa ikut olimpiade, maka suatu pekan olahraga level nasional akan
diadakan. PORI bisa berkaca pada kegiatan yang pernah diadakan Ikatan Sport
Indonesia ( ISI ) di Solo pada 1938. Keputusan pun diambil, PORI akan mengadakan
PON di Surakarta antara bulan Agustus atau September tahun itu juga. 9Dilihat dari
penyediaan sarana olahraga, Solo dapat memenuhi persyaratan pokok dengan adanya
8 Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat ( BP KNIP ) dibentuk pada tanggal 17
Oktober 1945 yang bertugas sebagai dewan legislative sebelum MPR/DPR dibentuk. Badan ini
diketuai oleh Mr. Kasman Singodimedjo yang para anggotanya merupakan tokoh – tokoh masyarakat
dari berbagai golongan dan daerah termasuk mantan anggota PPKI. Bertugas sejak tanggal 29 Agustus
1945 – 15 Februari 1950. 9 Sorip Harahap PON I-X Sejarah Ringkas dan Perkembangannya, hal. 2.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
25
fasilitas stadion Sriwedari serta kolam renang, Sriwedari pada masa itu termasuk
daerah yang sudah lengkap sarana olahraga yang mendukung.
Pemilihan Surakarta sebenarnya cukup riskan. Sebagai akibat Perjanjian
Renville dan garis Van Mook yang membuat Jawa tengah dan Yogyakarta dipenuhi
dengan tentara Republik dan juga berbagai laskar rakyat.Pasalnya, kota itu menjadi
basis beberapa satuan tentara dan laskar dengan beragam aliran politik. Tak jarang,
ketegangan merebak di antara mereka. Namun hal ini tidak menyurutkan pemerintah
untuk bisa menggelar hajatan besar Pekan Olahraga Nasional ( PON ) pertama.
Dengan persiapan yang seadanya, PON I diikuti oleh 13 daerah. Semuanya
dari Jawa karena blokade Belanda membuat perwakilan daerah luar mustahil
diundang dan datang. Daerah-daerah peserta PON I di antaranya adalah Yogyakarta,
Surakarta, Surabaya, Malang, Kediri, Madiun, Semarang, Pati, Kedu, Magelang,
Banyumas, Bandung, dan Jakarta. PON I ini mempertandingkan sembilan cabang
olahraga yang ada dalam masyarakat kita seperti : atletik, bola keranjang (korfball),
bulutangkis, tenis, renang, panahan, sepakbola, basket, dan anggar.
Acara pembukaan PON I berlangsung pada 9 September 1948. Suasana
tegang ternyata juga tak menyurutkan antusiasme warga Surakarta untuk
menyaksikan upacara pembukaannya di Stadion Sriwedari Solo. Sejumlah tamu –
tamu penting turut hadir disana yakni, Menteri Pertahanan Sri Sultan
Hamengkubuwono IX, Sri Susuhunan Pakubuwono XI, dan Panglima Besar TNI
Jenderal Sudirman. Turut hadir pula anggota Komisi Tiga Negara ( KTN ) yang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
26
merupakan komisi bentukan Dewan Keamanan PBB untuk menengahi konflik
Indonesia – Belanda yakni Merle Cochran ( AS ), Thomas Critchley ( Australia ) dan
Paun van Zeeland ( Belgia ); serta Konsul Jenderal Inggris Shepherd; serta Konsul
Jenderal India Raghavan beserta wakilnya Mohammad Yunus.
Penyelenggaraan PON I juga mengandung pesan politik yang ditujukan
kepada Belanda bahwa Indonesia adalah negara berdaulat yang mana hal ini
disinggung oleh Presiden Sukarno dalam pidato pembukaannya.
“Pertama-tama mengucap syukur kepada Allah Subhanahuwata’ala
bahwa PON berlangsung dialam merdeka bebas. Kemudian
menyatakan perasaan bangga atas ikut serta pahlawan-pahlawan
dari daerah-daerah pendudukan. Pemuda-pemudi datang di Solo ini
tidak untuk berolahraga saja, tapi terutama untuk menunjukkan
semangat kemerdekaan yang menyala-nyala”
Usai pidato pembukaan Sukarno itu, pesta pembukaan pun dimulai dengan 13
kali dentuman meriam dan defile kontingen daerah peserta. Warga Surakarta yang
menyemut di Stadion Sriwedari juga dihibur dengan senam pencak silat massal oleh
murid-murid sekolah dasar. Bertahun kemudian, peristiwa itu diabadikan sebagai
Hari Olahraga Nasional yang diperingati setiap tahun.
Pada 12 September 1948, sesuai jadwal yang ditetapkan, PON I secara resmi
berakhir dengan Surakarta tampil sebagai juara umum. Tuan rumah merajai cabang
sepakbola, bulutangkis, renang, panahan, dan pencak silat. Juara kedua ditempati
Yogyakarta, disusul Kediri sebagai juara ketiga.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
27
Secara umum PON I berlangsung aman meskipun sempat terjadi insiden-
insiden kecil di lapangan. Penonton pun antusias menonton pesta olahraga nasional
pertama di Indonesia itu. 10
Sambutan masyarakat terhadap PON I sangat luar biasa
dan ini terbukti dari jumlah sekitar 40.000 penonton, yang setia mempersaksikan
pertandingan. Banyak dari penonton ini yang datang dari daerah – daerah di luar
Keresidenan Surakarta dan semuanya telah menjadi saksi atas kemeriahan upacara
pembukaan PON I.
PON I ini juga sebagai bukti bahwa olahraga kita mulai bangkit dan bisa
berbicara, bersikap patriotik dan ikut menjalankan peran strategis dalam revolusi
kemerdekaan.
3. 2 Persiapan PON II Jakarta 1951
Seperti yang telah disebutkan dalam Kongres PORI pada tanggal 8 Agustus
1951 di Jakarta telah memutuskan bahwa yang menjadi tuan rumah PON II adalah
kota Jakarta dan waktu pelaksanaan PON tersebut diadakan pada tanggal 21 – 28
Oktober 1951.
3. 2. 1 Cabang Olahraga yang dipertandingkan
Pergelaran PON II di Jakarta mempertandingkan beberapa cabang olahraga
seperti11
:
Atletik
10
Sorip Harahap PON I-X Sejarah Ringkas dan Perkembangannya, hal. 21. 11
Surat kabar Suara Merdeka, Semarang, tanggal 16 September 1951, halaman 1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
28
Bola Keranjang
Renang
Angkat Besi
Bola Tangan
Anggar
Panahan
Menembak
Bola Basket
Polo air
Tenis
Bola Volli
Bulu Tangkis
Pencak Silat
Bola Kasti
Rounders
Sepakbola
Hoki
Alasan dalam pemilihan cabang olah raga PON II ini meliputi berbagai aspek
pertimbangan dari panitia. Aspek pertama adalah ketersediaan lapangan pertandingan
dan juga tim penilai ( wasit ). Aspek selanjutnya adalah daerah yang memiliki atlet
untuk cabang olahraga yang ada sehingga bisa dipertandingkan karena memang untuk
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
29
pengembangan olahraga dan atlet pada masa itu belum jadi prioritas. Kemudian aspek
berikutnya adalah permintaan dari induk organisasi olahraga yang ada di Indonesia
dengan tujuan untuk mencari atlet yang akan diikutsertakan pada Olimpiade Helsinki
1952, Asian Games Manila tahun 1954.
3. 2. 2 Delegasi Peserta dan Penginapan Peserta PON II Jakarta 1951
Sesuai dengan undangan dari panitia kepada daerah di seluruh Indonesia yang
pada waktu itu hanya ada 11 propinsi, maka berdasarkan kemampuan dan keinginan
dari setiap daerah yang ingin mengikuti penyelenggaraan PON II di Jakarta tahun
1951, kegiatan PON II diikuti oleh 13 propinsi dengan rincian sebagai berikut12
:
1. Delegasi Maluku tiba di Jakarta pada 8 Oktober 1951 dengan kontingen
terdiri dari 33 atlet wanita dan 138 atlet pria dengan total 141 atlet.
2. Delegasi propinsi Kalimantan Selatan – Timur tiba di Jakarta 11 Oktober
1951 dengan kontingen 9 atlet wanita dan 87 atlet pria dengan jumlah 96
orang. Tetapi ada 5 orang atlet lagi yang menyusul, sehingga keseluruhan
berjumlah 101 orang.
3. Delegasi propinsi Sulawesi Selatan tiba di Jakarta pada tanggal 12 Oktober
1951 dengan kontingen yang terdiri dari 19 atlet wanita dan 2 atlet pria. Atlet
yang menyusul berjumlah 25 orang sehingga berjumlah 46 orang.
4. Kontingen Propinsi Sumatera Utara tiba pada tanggal 14 Oktober 1951
dengan mengirimkan 10 atlet pria dan 2 atlet wanita sehingga berjumlah 12
orang.
12
Surat kabar, Harian Rakyat, Jakarta, tanggal 17 Oktober 1951, halaman 2
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
30
5. Dari Propinsi Sunda Kecil tiba pada tanggal 15 Oktober 1951 dengan
mengirimkan delegasinya 54 atlet pria dan 8 atlet wanita dan yang menyusul
sebanyak 5 orang sehingga delegasi ini berjumlah 67 orang.
6. Propinsi Sulawesi Utara mengirimkan kontingen mereka ke Jakarta yang tiba
pada tanggal 16 Oktober 1951 dengan 62 atlet pria dan 12 atlet wanita. Atlet
yang datang menyusul 4 orang sehingga berjumlah 78 orang. Selain
mengirimkan atlet mereka, propinsi Sulawesi Utara juga mengirimkan
supporter mereka yang berjumlah 14 orang.
7. Delegasi dari Propinsi Sumatera Selatan tiba di Jakarta dengan mengirimkan
100 atlet pria dan 16 atlet wanita dan yang menyusul satu orang lagi sehingga
berjumlah 117 orang.
8. Delgasi Propinsi Jawa Timur.
9. Delegasi propinsi Jawa Tengah
10. Delegasi Propinsi Jawa Barat
11. Delegasi Propinsi Kalimantan Barat
12. Delegasi Propinsi Sumatera Tengah
13. Delegasi tuan rumah Jakarta
Semua para delegasi ini ditempatkan dan menginap ditempat yang disediakan
oleh panitia yaitu 12 buah gedung sekolah diantaranya gedung Koningklijke
Wilhelmina School ( KWS ) yang sekarang jadi gedung SMK Negeri 1 Jakarta, dan
60 buah rumah yang baru selesai dibangun untuk tempat menginap para atlet tersebut.
Selain itu juga ada yang ditempatkan di asrama – asrama polisi dan tentara. Lokasi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
31
penginapan para atlet ini terletak di daerah Cikini, daerah Gambir dan daerah
Jatinegara. Untuk sarana transportasi, panitia juga telah menyiapkan 100 unit truk dan
jeep milik tentara yang siap digunakan untuk keperluan pengangkutan dari dan ke
lokasi pertandingan13
. Beberapa dari lokasi tersebut sudah tidak ada lagi sehubungan
dengan dibangunnya komplek Monumen Nasional ( Monas )
3. 2. 3 Pembiayaan PON II Jakarta 1951
PON II yang berlangsung di Jakarta pada tahun 1951 menurut panitia akan
memakan biaya sebesar Rp 1.500.000.- dan lebih besar dari perkiraan yang telah
mereka perhitungkan. Peserta PON II ini mencapai 2500 orang atlet dengan tenaga
ofisial sebanyak 500 orang dan juga 10 orang dokter sebagai tenaga medis para atlet
tersebut.
Untuk biaya konsumsi selama pelaksanaan PON II ini mencakup beras
sebanyak 18.000 kg, gula sebanyak 2025 kg, garam sebanyak 450 kg, mentega
sebanyak 680 kg dan minyak goreng sebanyak 986 kg14
. Panitia menaksir biaya
konsumsi beserta dengan pengadaan transportasi atlet, pembangunan stadion semi
permanen dan tempat penginapan para atlet ini berkisar Rp 1.500.000.-
Untuk memenuhi dana PON II ini, panitia melakukan beberapa strategi
pendanaan agar biaya ini bisa segera tertutupi dan tidak menimbulkan masalah.
Beberapa cara yang dilakukan panitia adalah dengan 15
:
13
Surat kabar, Suara Merdeka, Semarang, tanggal 16 September 1951, halaman 1 14
Surat Kabar, Suara Merdeka, Semarang, tanggal 16 September 1951, hal. 1 15
Surat kabar, Harian Rakyat, Jakarta, tanggal 16 September 1951 halaman 3
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
32
1. Mengundang seluruh surat kabar yang ada di Jakarta untuk membicarakan dan
cara mendapatkan dana. Hasil dari pertemuan tersebut menyepakati bahwa
setiap surat kabar bersedia turut mengumpulkan dana dengan cara membuat
sebuah kolom di surat kabar mereka dengan judul “Dompet PON II”16
.
Beberapa yang diundang pada saat itu adalah surat kabar Harian Rakyat dan
Harian Umum.
2. Panitia juga mengeluarkan perangko pos edisi PON II yang diperkirakan akan
menghasilkan dana sebesar Rp 70.000.-
3. Selain itu panitia juga bekerja sama dengan pihak pemilik bioskop dengan
cara menambah harga tiket masuk bioskop sebagai dana sumbangan PON II.
Bioskop itu antara lain, Metropole yang saat ini menjadi Megaria Theatre,
Bioskop Cathay, Bioskop Menteng, Happy Sin Thu dan Globe. Bioskop ini
adalah bioskop yang pada masa itu berada diurutan atas dengan penonton
terbanyak dan menayangkan film – film dari luar negeri sehingga pantia PON
mengadakan kerjasama dengan mereka.
4. Selama pelaksanaan PON II, dalam setiap pertandingan panitia akan mencetak
dan menjual tiket masuk menonton pertandingan seharga Rp. 50.-
Panitia berharap melalui penjualan tiket ini beban biaya PON II bisa
berkurang dan bahkan tertutupi.
5. Sumbangan perusahaan – perusahaan negara dan swasta. Beberapa
sumbangan yang dimaksud adalah jika ada pegawai mereka baik itu pegawai
16
Surat kabar, Harian Umum, Jakarta, tanggal 13 Agustus 1951 halaman 3
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
33
pemerintah dan pegawai swasta yang menjadi utusan daerah menjadi peserta
PON II harus di ijinkan untuk ikut dan kepadanya diberikan gaji penuh tanpa
ada potongan. Meminta potongan harga dari perusahaan pengangkutan kapal
Koninklijke Paketvaart Mastschappij ( KPM ) yang mengangkut peserta PON
II. Hal ini pun disanggupi oleh pihak KPM dengan memberikan potongan
harga sebanyak 50% 17
. Dari sisi logistik, panitia telah bekerjasama dengan
Yayasan Makanan Rakyat dalam hal menu peserta PON II yang bahan –
bahannya dibeli dari Yayasan Bahan Makanan ( BAMA ).
3. 2. 4 Syarat mengikuti PON II Jakarta
Panitia PON II Jakarta mengeluarkan syarat yang harus diikuti jika ingin
terlibat dalam pelaksanaan PON II yang berlangsung di Jakarta pada tanggal 21 – 28
Oktober 1951. 18
Syarat yang harus dipatuhi tersebut adalah telah ditetapkan sebagai
warga negara Indonesia, yang ditegaskan dalam:
1. Mereka adalah warga negara Indonesia yang menurut Undang – Undang
Dasar Republik Indonesia dapat memenuhi syarat – syarat kewarganegaraan
Indonesia yaitu :
a) Semua warga negara Indonesia asli
b) Mereka yang berasal dari keturunan bangsa Tionghoa dan Arab yang
tidak atau belum menolak kewarganegaraan Indonesia, yang mereka
17
Surat kabar, Harian Rakyat, Jakarta, tanggal 16 September 1951 halaman 3 18
Surat kabar, Harian Rakyat, Jakarta, tanggal 15 Agustus 1951, halaman 4
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
34
miliki secara otomatis karena Undang Undang Dasar Republik
Indonesia.
c) Mereka yang berasal dari keturunan bangsa Belanda, yang telah
mendapatkan kewarganegaraan Indonesia atau juga telah mengajukan
permintaan kepada pemerintah untuk menjadi warga negara Indonesia.
Untuk hal ini perlu dilampirkan surat keputusan dari pemerintah atau
menunjukkan surat surat permintaan kepada pemerintah.
2. Jika ada hal – hal yang kurang jelas bagi panitia PON propinsi mengenai hal
kewarganegaraan seorang peserta maka hal tersebut dapat diajukan kepada
panitia umum untuk memperoleh kepastian mengenai ikut atau tidaknya
peserta tersebut.
3. 2. 5 Acara Pembukaan PON II Jakarta
Dua hari sebelum pembukaan PON II dilaksanakan, bendera PON sudah tiba
di Kota Jakarta dan hampir bersamaan tibanya atlit-atlit peserta PON II dari berbagai
daerah. Kedatangan atlit-atlit dan bendera PON langsung disambut dengan meriah
oleh masyarakat di Kota Jakarta dan langsung dibawa keliling kota.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
35
Gambar 2. Bendera PON
Bendera PON yang digunakan pada saat itu memiliki makna yang terkandung
dalam setiap gambar yaitu:19
1. Sayap Garuda yang melambangkan kekuatan Bangsa Indonesia. Gambar ini
dilukiskan dengan warna kuning keemasan dengan perototan merah. Artinya,
memberikan sendi kemurnian dan keluhuran serta dinamika dari kekuatan.
2. Tiga Lingkaran yang menghubungkan kedua sayap menyatakan bahwa
kekuatan itu akan tetap kokoh dan abadi bila didasari prinsip yang
berkebangsaan satu, Indonesia.
3. Api merah yang menyala-nyala melukiskan semangat yang berkobar – kobar
dan tak pernah padam untuk mengejar cita – cita dan kejayaan prestasi
olahraga nasional.
4. Bunga Teratai putih yang dilukiskan api, mengingatkan kita bahwa
bagaimanapun hebatnya kekuatan dan semangat apabila tidak dilandasi
dengan kesucian, kejujuran dan keluhuran budi pekerti akan menjadi sia – sia.
Bunga teratai berdaun lima melambangkan lima sila dalam Pancasila yang
menjadi sendi kehidupan bangsa Indonesia.
19
Daryadi, dkk., Jejak Langkah KONI 1938-2015. Jakarta: Komite Olahraga Nasional
Indonesia, 2015, halaman 48
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
36
Bendera PON langsung diserahkan kepada A. Halim selaku ketua umum
penyelenggara PON II.
Pada hari Sabtu 20 Oktober 1951 bertempat di Balai Kota Jakarta, dilakukan
upacara penyerahan bendera Sang Saka Merah Putih dan bendera PON kepada
Walikota Jakarta yaitu Sjamsuridzal. Setelah upacara penyerahan bendera, dilakukan
pawai dengan berkeliling kota Jakarta dengan menggunakan bus dan truk yang diikuti
oleh Walikota Jakarta, Ketua dan anggota panitia PON II. Pawai ini mendapat
sambutan dari penduduk Jakarta.
Malam harinya para peserta pawai PON ini menghadiri resepsi dan ramah
tamah di istana kepresidenan. Presiden berpesan kepada peserta yang merupakan
pemuda pemudi Indonesia untuk terus menjaga jiwa raga mereka untuk
mempertahankan kemerdekaan bangsa. Pertemuan ramah tamah ini bertujuan untuk
memeberikan kesempatan kepada para peserta PON untuk berkenalan dengan kepala
negara. Dalam acara ramah tamah tersebut juga dihadiri oleh para menteri, Walikota
Jakarta Sjamsuridjal, anggota parlemen, anggota panitia PON, ketua Komite
Olimpiade Indonesia yaitu Sultan Hamengkubuwono IX, ketua PORI yaitu Pakualam
IX, dan lainnya20
.
Hari Minggu tanggal 21 Oktober 1951, pukul 8.00 WIB, dilakukan upacara
pembukaan PON II yang dipimpin langsung oleh Presiden Sukarno yang berlangsung
20
Surat Kabar, Suara Merdeka, Semarang, tanggal 21 Oktober 1951 halaman 1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
37
di lapangan Ikada21
. Upacara pembukaan ini juga dihadiri oleh Wakil Presiden
Mohammad Hatta, Perdana Menteri Sukiman, Wakil Perdana Menteri Suwirjo, para
menteri, anggota parlemen, utusan negara sahabat, ketua umum PON II dr. A. Halim,
anggota panitia PON II, ketua Komite Olimpiade Indonesia yaitu Sultan
Hamengkubuwono IX, ketua PORI yaitu Pakualam IX dan para penggemar olah raga
serta rakyat Jakarta.
Setelah Presiden Sukarno dan Wakil Presiden M. Hatta mengambil tempat
upacara, lalu diperdengarkan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Kemudian
memperkenalkan panitia PON beserta wakil PON dari daerah kepada presiden dan
wakil presiden. Setelah acara perkenalan baru kemudian peserta PON II masuk ke
lapangan dengan dipimpin oleh seorang pemandu.
Setelah setiap regu peserta PON II mangambil tempat yang telah ditentukan,
maka selanjutnya adalah upacara menaikkan bendera merah putih dengan diiringi
lagu Indonesia Raya. Setelah itu dilanjutkan dengan menaikkan bendera pusaka PON
yang berada disamping bendera merah putih. Bendera PON ini akan berkibar selama
pelaksanaan PON berlangsung dilapangan Ikada.
21
Lapangan IKADA ( Ikatan Atletik Djakarta ) adalah lapangan olahraga yang ada di
Jakarta. Disekitar lapangan tersebut terdapat beberapa klub sepakbola mulai dari Hercules, VIOS,
Bataviasch Voetbal Club ( BVC ). Sebelum PON II dimulai, pemerintah Jakarta merombak lapangan
ini menjadi Stadion semi permanen untuk tempat acara pembukaan dan penutupan PON II.
Selanjutnya lapangan ini digunakan sebagai venue olah raga sepakbola dan bola tangan. Setelah PON
II lapangan ini digunakan untuk kompetisi sepakbola lalu menjelang Asian Games 1962 di Jakarta
lapangan ini digusur untuk pembangunan Komplek Monumen Nasional ( Monas ).
Sorip Harahap, 1985. PON I-X Sejarah Ringkas dan Perkembangannya. Jakarta: Kantor Komite
Olahraga Nasional Indonesia Pusat, hal. 58
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
38
Setelah upacara menaikkan bendera merah putih dan bendera PON, kemudian
dilanjutkan dengan memperdengarkan bunyi dentuman Meriam sebanyak 13 kali dan
diiringi dengan sirine22
. Makna dari angka 13 dalam acara ini adalah tanda bahwa ada
13 daerah yang ikut serta dalam PON II di Jakarta. Setelah itu dilanjutkan dengan
defile dari peserta PON yang disambut dengan tepuk tangan yang gemuruh.
Kemudian acara yang terakhir adalah petunjukan dari masing – masing olah raga
yang dipertandingkan. Seluruh rangkaian upacara pembukaan PON II ini berlangsung
dengan hikmat dan sangat memuaskan masyarakat.
3. 3 Pelaksanaan dan Hasil Pertandingan PON II
Setelah upacara pembukaan selesai, maka secara resmi PON II telah dimulai
pertandingan yang dilangsungkan sesuai dengan cabang olahraga yang
dipertandingkan di tempat yang telah disediakan oleh panitia. Berikut ini adalah hasil
pertandingan dan pemenang untuk setiap cabang olahraga selama pelaksanaan PON
II.
A. Sepakbola
Cabang olahraga sepakbola adalah pertandingan beregu yang diikuti oleh 11
kesebelasan yakni: Jawa Barat, Sumatera Tengah, Jawa Tengah, Sumatera Utara,
22
Surat kabar, Suara Merdeka, Semarang, tanggal 22 Oktober 1951 halaman 1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
39
Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Sunda Kecil23
, Kalimantan
Timur – Selatan, Kalimantan Barat, Jawa Timur dan tuan rumah Jakarta Raya.
Pertandingan ini menggunakan format pertandingan sistem gugur dan dilakukan
pengundian untuk menentukan tim mana yang bertanding terlebih dahulu.
Pertandingan ini dilakukan selama 2 x 45 menit dan apabila berakhir dengan skor
yang sama maka dilanjutkan dengan perpanjangan waktu selama 2 x 7½ menit. Jika
masih juga imbang maka dilanjutkan dengan babak adu tendangan pinalti dimana
setiap kesebelasan masing – masing tiga penendang.
Sepakbola adalah cabang olahraga yang paling besar jumlah penontonnya.
Meskipun demikian cabang olahraga sepakbola hanya memperebutkan satu medali
emas. Adapun peraih medali emas dari cabang olahraga sepakbola direbut
kesebelasan Jawa Barat setelah mengalahkan kesebelasan Jakarta dengan skor 3 – 2
pada pertandingan final yang dilaksanakan pada tanggal 28 Oktober 1951.
Kesebelasan Jakarta memperoleh medali perak dan untuk medali perunggu diperoleh
kesebelasan Jawa Timur setelah mengalahkan Sumatera Utara dengan skor 4 – 224
.
Seluruh pertandingan cabang sepakbola dilaksanakan di stadion IKADA.
B. Cabang olah raga Anggar
Pertandingan untuk cabang olah raga anggar terdiri atas 3 kategori yaitu
kategori degen, kategori floret dan kategori pedang. Untuk cabang olahraga anggar
23
Propinsi Sunda Kecil adalah propinsi yang didalamnya merupakan wilayah Nusa Tenggara
barat, Nusa Tenggara Timur dan Pulau Bali. Kementerian Penerangan: Republik Indonesia : Republik
Sunda Ketjil, Tahun 1953 Hal. 12 24
Surat kabar, Suara Merdeka, Semarang, tanggal 29 Oktober 1951, hal. 1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
40
diikuti oleh empat daerah yaitu: Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Jawa Barat dan
Jawa Tengah yang dipertandingkan di gedung AMVJ. Setelah dipertandingkan untuk
setiap kategorinya, maka perolehan medali berdasarkan poin tertingi yaitu25
:
a) Kategori degen26
: Jawa Barat dengan 17 poin, Sulawesi selatan 15 poin dan
Sulawesi Utara dengan 11 poin.
b) Kategori floret27
: Jawa Barat dengan 19 angka, Sulawesi Selatan dengan 18
angka dan Jawa Tengah dengan 15 angka.
c) Kategori sabel28
: Sulawesi Selatan dengan 19 poin, Sulawesi Utara dengan
18 poin, dan Jawa Tengah 14 poin.
C. Cabang olahraga Hoki
Pertandingan cabang olahroga hoki dilakukan dilapangan Bataviasch Sport
Centre ( BSC ) yang pesertanya terdiri dari 5 daerah yaitu: Jakarta Raya, Jawa Barat,
Jawa Timur, Jawa Tengah dan Sumatera Utara. Medali emas diraih oleh regu dari
Sumatera Utara, sementara medali perak diraih oleh regu Jawa Timur. Untuk medali
perak diraih oleh regu Jawa Barat29
.
25
Surat kabar, Suara Merdeka, Semarang, tanggal 26 Oktober 1951, hal. 1 26
Kategori dalam olahraga anggar yaitu pedang yang berbentuk langsing, lentur dan ringan
yang memiliki ujung berbentuk bulat atau datar, tumpul serta berpegas dengan berat 500 gram.
A. Salatin, Peraturan Permainan Anggar, Jakarta: DIKLUSEP0RA, 1991, hal. 31 27
Kategori dalam olahraga anggar yaitu pedang yang berbentuk segitiga dan sudutnya tidak
tajam, yang semakin keatas semakin pipih dan ujungnya ditetkuk hingga tidak meruncing dengan berat
500 gram. ibid., hal. 32 28
Kategori dalam olahraga anggar yaitu pedang yang berbentuk segitiga dan berparit, pada
pangkalnya tebal dan sedikit kaku. Ujungnya datar dan berpegas dengan berat 750 – 770 gram. ibid.,
hal. 33 29
Surat Kabar, Suara Merdeka, Semarang, tanggal 27 Oktober 1951, hal. 1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
41
D. Cabang olahraga Panahan
Pada PON II yang berlangsung di Jakarta, cabang olah raga Panahan yang
diikuti oleh peserta dari 5 propinsi yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,
Sumatera Tengah dan tuan rumah Jakarta, juga telah menentukan juaranya30
. Untuk
sektor beregu jarak 50 meter dengan setiap regu terdiri dari 4 orang pemanah. Mereka
bertanding untuk memroleh angka dari setiap sasaran yang mereka panah. Cabang
olahraga ini dimenangkan oleh regu Jawa Barat dengan 20 poin sehingga
memperoleh medali emas, juara kedua untuk medali perak yaitu regu Jakarta dengan
18 poin, sedangkan juara ketiga untuk medali perunggu diraih oleh regu Jawa Timur
dengan 17 poin.
Untuk sektor perseorangan, atlet panahan dari propinsi Jawa Tengah berhasil
menunjukkan prestasinya. Hal ini dibuktikan dengan prestasi yang mereka peroleh di
PON II ini dimana medali emas, perak dan perunggu berhasil mereka catatkan atas
nama Dojosunarto dengan 21 poin, Sumarmo dengan 18 poin, dan Nojowiranto
dengan 13 poin yang ketiganya berasal dari Jawa Tengah.
E. Cabang olahraga polo air.
Cabang olahraga ini diikuti oleh empat daerah yaitu: Jakarta sebagai tuan
rumah, kemudian regu dari Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah31
. Hasil
pengundian memutuskan bahwa Jawa Barat melawan Jawa Timur, sedangkan Jakarta
30
Surat Kabar, Suara Merdeka, Semarang, tanggal 26 Oktober 1951, hal. 1 31
Surat kabar, Suara Merdeka, Semarang, tanggal 25 Oktober 1951, hal. 1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
42
melawan Jawa Tengah. Cabang olahraga polo air bertanding di kolam renang
Manggarai. Hasil pertandingan dari cabang olahraga polo air PON II adalah:
Peringkat pertama untuk medali emas diraih oleh regu Jawa Barat
Peringkat kedua untuk medali perak diraih oleh regu tuan rumah Jakarta
Peringkat ketiga untuk medali perunggu diraih oleh regu Jawa Tengah
Peringkat empat diduduki regu dari Jawa Timur.
F. Cabang olahraga bola voli
Cabang olahraga bola voli diikuti oleh 7 daerah peserta yaitu: tuan rumah
Jakarta, regu Jawa Barat, regu Jawa Tengah, regu Jawa Timur, regu dari Sumatera
Tengah, regu dari Kalimantan Selatan, dan regu dari Maluku. Cabang olahraga bola
voli mempertandingkan dua kategori yaitu untuk putra dan untuk putri. Setiap
pertandingan dilangsungkan dilapangan Deca Park dengan setiap pertandingan terdiri
dari tiga set. Untuk kategori putra, medali emas diraih oleh regu dari Jawa Barat
kemudian medali perak diperoleh regu Jakarta, sedangkan medali perunggu diraih
oleh regu Jawa Timur. Perolehan medali untuk kategori putri medali emas diraih
oleh regu Jawa Timur, medali perak diraih oleh regu Jawa Tengah. Untuk medali
perunggu diraih oleh regu tuan rumah Jakarta32
.
G. Cabang olahraga Tennis Lapangan
32
Surat kabar Suara Merdeka, Semarang, tanggal 25 Oktober 1951, hal. 1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
43
Cabang olah raga tennis lapangan mempertandingkan kategori tunggal putra,
tunggal putri, ganda putra, serta ganda campuran. Pertandingan dilangsungkan di
gelanggang Taman Raden Saleh dalam tiga set. Untuk kategori tunggal putra diikuti
oleh 10 daerah yaitu Kalimantan Timur – Selatan, Sumatera Selatan, Jawa Tengah,
Sulawesi Utara, Sunda Kecil, Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa Timur, Maluku, dan
tuan rumah Jakarta.. Untuk kategori tunggal putri diikuti oleh 8 daerah yaitu Jawa
Tengah, Kalimantan Timur – Selatan, Sumatera Utara, Sulawesi Utara, Jawa Timur,
dan tuan rumah Jakarta. Untuk ganda putra diikuti oleh 6 daerah yaitu Jakarta,
Sulawesi Selatan, Sunda Kecil, Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat. Kategori
ganda campuran diikuti 8 daerah yaitu: Jakarta, Jawa Timur, Jawa Barat, Sulawesi
Utara, Kalimantan Timur – Selatan, Sulawesi Selatan, Sunda Kecil, dan Sumatera
Utara. Pertandingan tennis lapangan PON II berlangsung di gelanggang Taman
Raden Saleh.
Hasil pertandingan dan perolehan medali cabang olahraga tennis lapangan
PON II untuk setiap kategori adalah sebagai berikut:
1. Kategori tunggal putra diraih oleh Jakarta untuk medali emas, medali perak
oleh Sulawesi Utara dan medali perunggu oleh Jawa Timur.
2. Kategori tunggal putri, medali emas diraih oleh petenis daerah Sulawesi
Utara, untuk medali perak oleh petenis tuan rumah dan medali perak diraih
petenis Kalimantan Timur – Selatan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
44
3. Kategori ganda putra, petenis tuan rumah berhasil meraih medali emas,
medali perak diraih petenis Sulawesi Selatan, dan medali perunggu diraih oleh
petenis Jawa Timur.
4. Kategori ganda campuran untuk medali emas diraih pasangan petenis Jakarta,
untuk medali perak diraih pasangan petenis Sulawesi Utara dan medali
perunggu diraih oleh pasangan petenis Jawa Barat.
H. Cabang olahraga renang
Cabang olah raga renang juga berlangsung di kolam renang Manggarai.
Perolehan medali untuk pertandingan renang beberapa kategori, yaitu :
1. Gaya Dada 200 meter putri,
a. Medali emas diraih oleh perenang dari Jawa Timur
b. Medali perak diraih oleh perenang dari Jawa Barat
c. Medali perunggu diraih oleh perenang dari Jawa Barat
2. Gaya bebas 100 meter putri
a. Medali emas diraih oleh perenang dari Jawa Barat
b. Medali perak diraih oleh perenang dari tuan rumah Jakarta
c. Medali perunggu juga diraih oleh perenang asal Jakarta
3. Gaya punggung 100 meter putra
a. Pada kategori ini, perenang tuan rumah secara keseluruhan meraih
media emas, perak dan perunggu.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
45
I. Cabang olah raga Menembak
Pertandingan cabang menembak kategori pistol jarak 25 meter yang
dilangsungkan di lapangan tembak Sunter menempatkan Asp. Komisaris Polisi Said
sebagai juara pertama dan berhak atas medali emas, sedangkan peringkat kedua diraih
oleh Mayor Sitanala yang berhak atas medali perak. Kedua peserta ini berasal dari
Jakarta. Untuk posisi ketiga yaitu medali perunggu diraih oleh Letnan Subekti dari
Jawa Timur. Cabang olah raga ini diikuti oleh 11 peserta dari tiga daerah yaitu,
Jakarta, Jawa Timur dan Jawa Barat. Pertandingan ini menggunakan senjata dari
masing – masing dengan menembak target untuk memperoleh angka tertinggi dengan
delapan kali tembakan.
J. Cabang olah raga Atletik.
Cabang olahraga atletik dilangsungkan di lapangan IKADA dengan
mempertandingkan beberapa kategori. Cabang olahraga ini diikuti hampir dari
seluruh peserta PON II yang menurunkan atltet terbaik dari masing – masing daerah.
Hasil pertandingan PON II untuk cabang olahraga atletik adalah33
:
1. Kategori lari jarak 200 meter dimenangkan oleh
a) Oey Siaw Djoen pelari dari Jawa Barat yang memperoleh medali emas
b) M. Pellow pelari dari Jakarta yang memperoleh medali perak
c) F. Leasa pelari dari Jakarta yang memperoleh medali perunggu
33
Surat kabar, Suara Merdeka, Semarang, tanggal 27 Oktober 1951, hal. 1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
46
2. Kategori Loncat Tinggi :
a) Titiek Sudibjo adalah atlet tuan rumah Jakarta yang memperoleh
medali emas
b) Aryati Iskandar atlet dari Jawa Barat yang memperoleh medali perak
c) Suryowati atlet dari Jawa Timur yang memperoleh medali perunggu
3. Kategori Lempar Lembing :
a) Ny. M. Saleh atlet dari Jawa Barat memperoleh medali emas
b) Rohyati atlet tuan rumah Jakarta memperoleh medali perak
c) I. Soisay atlet dari Jakarta memperoleh medali perunggu
4. Kategori lari jarak 200 m :
a) Rivai atlet dari Jawa Timur memperoleh medali emas
b) Sumadi Mukajin atlet dari Jakarta memperoleh medali perak
c) Tetalepta atlet Jawa Barat memperoleh medali perunggu
5. Kategori lempar Cakram :
a) Sarbe Hupono atlet dari Jawa Tengah memperoleh medali emas
b) Sutrisno atlet dari Jawa tengah memperoleh medali perak
c) A. F. Matulessy atlet dari Jawa Tengah memperoleh medali perunggu
6. Kategori lari jarak 1500 meter :
a) Moh. Amin atlet dari Sulawesi Selatan memperoleh medali emas
b) J. Bernandus atlet dari Maluku memperoleh medali perak
c) Totho Subianto atlet dari Jakarta memperoleh medali perunggu
7. Kategori Lari Jarak 400 meter :
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
47
a) J. Timisela atlet dari Jawa Barat memperoleh medali emas
b) Henry Kapojas atlet dari Sulawesi Utara memperoleh medali perak
c) Abdul Rachman atlet dari Sumatera Selatan memperoleh medali
perunggu
8. Kategori Lari jarak 5000 meter
a. M. Daliph atlet dari Singh dari Sumatera Utara memperoleh medali
emas
b. Lim Sam Lee atlet dari Jakarta memperoleh medali perak
c. Reinhardt Pola atlet dari Sulawesi Utara memperoleh medali perunggu
9. Kategori Lari jarak 10.000 meter
a. M. Dalip Singh atlet dari Sumatera Utara memperoleh medali emas
b. Reinhardt Pola atlet dari Sulawesi Utara memperoleh medali perak
c. J. Rumanfruli atlet dari Sulawesi Utara memperoleh medali perunggu
10. Kategori Lempar Peluru
a. Sunasih atlet dari Jawa Barat memperoleh medali emas
b. Ny. M. Saleh atlet dari Jawa Barat memperoleh medali perak
c. Nuratri atlet dari Jawa Tengah memperoleh medali perunggu
11. Kategori Lari Marathon
a. M. Dalip atlet dari Singh dari Sumatera Utara memperoleh medali
emas
b. Reinhardt Pola atlet dari Sulawesi Utara memperoleh medali perak
c. Lim Sam Lee atlet dari Jakarta memperoleh medali perunggu
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
48
K. Cabang olah raga rounders
Pertandingan PON II untuk cabang olahraga rounders diikuti oleh 4 daerah
yaitu tuan tumah Jakarta, regu Jawa Tengah, regu Jawa Timur dan regu Jawa Barat.
Pertandingan ini dilangsungkan dilapangan deca park. Lama permainan ditentukan
dalam hitungan inning. Dalam satu inning, satu tim akan mendapat giliran satu kali
menjadi tim pemukul dan satu kali menjadi tim jaga. Pertukaran dari menjadi tim
pemukul ke tim jaga atau sebaliknya dilakukan apabila tim penjaga berhasil
menangkap bola dari tim pemukul sebanyak 5 kali atau ketika tim penjaga berhasil
mematikan tim pemukul sebanyak 6 kali. Kemenangan dalam bermain rounders ini
ditentukan dari jumlah poin yang dikumpulkan oleh masing-masing tim dan tim yang
paling banyak mengelilingi lapangan. Dalam penilaian, tim akan mendapatkan nilai 1
poin ketika berhasil melewati satu base dan akan mendapat nilai 6 poin ketika
berhasil melewati semua base hingga kembali ke ruang tunggu (home base) dengan
pukulan sendiri. Namun tim tidak akan mendapatkan nilai atau poin ketika terkena tik
atau dibakar oleh regu penjaga.
Hasil dari pertandingan rounders PON II adalah regu dari Jakarta meraih
medali emas, sedangkan regu dari Jawa Tengah meraih medali perak. Untuk medali
perunggu diraih oleh regu dari Jawa Barat.
L. Cabang olahraga Kasti
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
49
Pertandingan cabang olahraga kasti dilangsungkan dilapangan Bataviasch
Voetball Club ( BVC )34
dengan diikuti oleh 6 daerah yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah,
Jawa Timur, Sumatera Tengah, Sumatera Selatan, dan Jakarta. Untuk jumlah pemain
di setiap regunya, harus ada 12 orang di mana salah satu pemainnya harus ada yang
berperan sebagai kapten tim. Pemain seluruhnya wajib untuk menggunakan nomor
dada dari 1-12 yang juga ditambah dengan pemain pengganti maupun cadangan 6
orang banyaknya.
Permainan kasti dilaksanakan dalam 2 babak di mana tiap babak berdurasi 20-
30 menit. Ada istirahat selama 15 menit diantara tiap babak. Pada PON II ini
pertandingan kasti terdiri atas kategori putra dan putri.
Hasil dari pertandingan kasti PON II untuk kategori putra adalah regu Jakarta
meraih medali emas dan medali perak diraih oleh regu Sumatera Selatan sedangkan
medali perunggu diraih oleh regu Jawa Tengah. Untuk kategori putri, regu dari Jawa
Timur yang meraih medali emas sedangkan regu Jawa Tengah meraih medali perak.
Untuk medali perunggu diraih oleh regu Jawa Barat.
M. Cabang olahraga Bola tangan
Bola tangan adalah salah satu cabang olahraga bagian bola besar beregu yang
saling berlawanan satu sama lain, terdiri dari 14 – 16 pemain dalam satu tim dengan 7
34
Lapangan BVC merupakan lapangan milik klub sepakbola bernama Batavia Voetbal Club
di Jakarta. Saat ini lapangan tersebut sudah tidak ada lagi dan dijadikan lapangan Monumen Nasional (
Monas) bersama lapangan IKADA, lapangan Deca Park dan lapangan Bataviasch Sport Club ( BSC )
Wawancara, Hasyim Anshori, Jakarta, tanggal 12 Februari 2019 pukul 14.30 WIB
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
50
pemain inti termasuk kiper dan sisanya adalah pemain cadangan yang berguna untuk
mengganti pemain inti jika terjadi cedera atau performanya kurang bagus.
Sistem olahraga ini terlihat hampir mirip dengan sepak bola, namun terdapat banyak
perbedaan antara kedua olahraga ini, yaitu bola tangan membawa dan mencetak gol
dengan menggunakan tangan, sedangkan sepak bola menggunakan kaki serta jumlah
pemain dan peminatnya pun lebih sedikit dari sepak bola. Tujuan dari olahraga bola
tangan ini adalah untuk mencetak gol atau skor ke gawang lawan sebanyak –
banyaknya agar memenangkan sebuah pertandingan dan mempertahankan gawang
sendiri dari lawan agar tidak kebobolan.
Pada PON II, olah raga bola tangan dipertandingkan yang diikuti oleh 4
daerah yaitu: tuan ramah Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa
Barat. Seluruh pertandingan bola tangan dilakukan dilapangan Hercules35
. Peraih
medali emas untuk olahraga bola tangan adalah tuan rumah Jakarta dan medali perak
diraih oleh regu Jawa Timur sedangkan medali perunggu diraih oleh regu Jawa
Tengah.
N. Cabang olahraga bola keranjang
Berdasarkan pada peraturan resmi induk organisasi olahraga bola keranjang
internasional atau IKF (International KorfBall Federation). Permainan bola keranjang
35
Lapangan Hercules merupakan lapangan milik klub sepakbola bernama Hercules di Jakarta.
Saat ini lapangan tersebut sudah tidak ada dan lahannya dijadikan lapangan Monumen Nasional (
Monas) bersama lapangan IKADA, lapangan Deca Park dan lapangan Bataviasch Sport Club ( BSC )
Wawancara, Hasyim Anshori, Jakarta, tanggal 12 Februari 2019 pukul 14.30.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
51
di mainkan oleh 2 tim yang berhadapan, dalam satu tim terdapat 8 pemain yang
terdiri dari 4 pemain putra dan 4 pemain putri. Setiap regu akan di bagi menjadi 2 vak
(kamar) yang terdiri dari 4 orang pemain masing-masing vaknya. Tiap vak pemain
tersebut terdiri dari 2 orang putra dan dua orang putri. Pemain ini perlu koordinasi
yang sangat tinggi karena menggabungkan kemampuan fisik dan mental antara
pemain putra dan pemain putri dalam memenangi pertandingan.
Pada PON II, cabang olahraga bola keranjang diikuti sebanyak 10 daerah
yaitu: Jakarta, Sumatera Tengah, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Jawa Barat,
Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Sunda Kecil, dan Maluku. Peraih
medali emas untuk cabang olah raga bola keranjang diraih oleh regu Jawa Barat,
disusul peraih medali perak yaitu regu Jawa Timur. Untuk medali perunggu diraih
oleh tuan rumah Jakarta.
O. Cabang olahraga bulutangkis
Cabang olah raga bulutangkis yang dipertandingkan pada PON II diikuti oleh
enam daerah yaitu: Maluku, Sumatera Selatan, Sumatera Tengah, Jawa Tengah, Jawa
Barat dan tuan rumah Jakarta. Format pertandingan ini adalah pertandingan beregu
dan perseorangan. Setiap pertandingan dilangsungkan dalam 3 set permainan. Untuk
kategori beregu yang dipertandingkan adalah sektor tunggal putra sebanyak 2 kali dan
sekali untuk sektor ganda putra. Untuk kategori perseorangan, pertandingan
memainkan semua sektor yaitu: ganda putra, ganda putri, tunggal putra, tunggal putri
serta ganda campuran.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
52
Hasil pertandingan untuk cabang olahraga bulutangkis pada PON II adalah :
Untuk sektor beregu medali emas diraih oleh regu Jawa Tengah, kemudian medali
perak diraih oleh regu Jawa Timur dan medali perunggu oleh regu Jakarta.
Untuk sektor perseorangan, perolehan medalinya adalah sebagai berikut:
a. Tunggal Putra : medali emas diraih oleh Jawa Barat, medali perak oleh Jakarta
serta medali perunggu oleh Jawa Timur.
b. Tunggal Putri : medali emas diraih oleh Jakarta, untuk medali perak diraih
oleh Jawa Barat dan medali perunggu oleh Jawa Tengah
c. Ganda Putra : medali emas diraih oleh Jawa Barat, sedangkan medali perak
diraih oleh Jawa Tengah dan medali perunggu diraih oleh pasangan Jawa
Barat juga.
d. Ganda Putri : untuk medali emas diraih oleh pasangan Jawa Tengah, medali
perak diraih oleh pasangan Jawa Timur sedangkan medali perunggu diraih
pasangan Sumatera Selatan.
e. Ganda campuran : yang meraih medali emas adalah pasangan dari Jakarta,
sedangkan medali perak diraih pasangan dari Jawa Tengah. Untuk medali
perunggu juga diraih oleh pasangan dari Jakarta.
3. 4 Upacara Penutupan dan Hasil PON II Jakarta
Pelaksanaan PON II Jakarta berlangsung selama satu minggu dan ditutup pada
hari Minggu tepatnya tanggal 28 Oktober 1951. Sama seperti dengan upacara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
53
pembukaan, upacara penutupan ini juga dilakukan dilapangan IKADA, upacara
penutupan PON II akan dilangsungkan dan segala persiapan telah dilakukan. Sebelum
acara penutupan ditampilkan terlebih dahulu pertunjukan – pertunjukan untuk
menghibur penonton seperti tarian dari anak sekolah, pertandingan persahabatan bola
tangan antara Jawa Tengah dan Sulawesi Utara, serta mendengarkan lagu yang
dinyanyikan oleh anak – anak sekolah yang ada di Jakarta.
Setelah acara hiburan selesai, kemudian masuklah rombongan pembawa
bendera ke lapangan, membawa bendera lambang daerah peserta PON II. Upacara
penutupan ini dipimpin oleh ketua Komite Olimpiade Indonesia yaitu
Hamengkubuwono IX. Setelah memberikan sambutan dan amanat kepada seluruh
yang hadir di stadion IKADA, maka secara resmi beliau menutup PON II Jakarta
tepat pukul 16.°° WIB36
.
Setelah PON II resmi ditutup, maka acara selanjutnya adalah penaikan dan
pengibaran bendera Jawa Tengah, kemudian bendera Jakarta dan selanjutnya bendera
Sumatera Utara. Makna dari pengibaran ketiga bendera ini adalah untuk
mengingatkan bahwa bendera Jawa Tengah merupakan bendera tempat
dilangsungkannya PON I di kota Solo tahun 1948. Bendera Jakarta merupakan
bendera tuan rumah PON II yang baru saja selesai, sedangkan bendera Sumatera
Utara merupakan bendera untuk tuan rumah PON III tahun 1953.
36
Surat kabar, Suara Merdeka, Semarang, tanggal 29 Oktober 1951, hal. 1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
54
Setelah itu dilakukan acara penurunan bendera PON setelah selama sepekan
berkibar di lapangan yang bermakna sportivitas dan semangat persaudaran harus
dijunjung tinggi dimanapun kita berada. Upacara penurunan bendera ini diiringi
dengan Mars Harapan Bangsa yang dijadikan sebagai mars PON37
dan dentuman
meriam sebanyak lima kali. Bendera PON ini selanjutnya diserahkan langsung oleh
ketua umum PON II yaitu A. Halim kepada walikota Jakarta yaitu Syamsuridzal
untuk disimpan.
Acara terakhir pada hari itu adalah pertandingan final sepakbola antara
kesebelasan tuan rumah Jakarta melawan kesebelasan Jawa Barat. Sebelum
pertandingan final berlangsung terlebih dahulu dipertandingkan lanjutan perebutan
juara ketiga sepakbola antara kesebelasan Jawa Timur melawan kesebelasan
Sumatera Utara. Kedudukan diwaktu normal pertandingan ini adalah 2 – 2 sehingga
harus dilanjutkan dengan babak pertambahan waktu. Dibabak ini kesebelasan Jawa
Timur menang dengan skor akhir 4 – 2 sehingga berhak untuk medali perunggu. Pada
partai final, kesebelasan Jawa Barat menang 3 – 2 atas kesebelasan tuan rumah.
Medali emas digenggam oleh kesebelasan Jawa Barat sedangkan kesebelasan Jakarta
memperoleh medali perak.
37
Mars PON diciptakan oleh Kamsidi dan syair oleh Dalono, yang berisi: pencipta Tanah
jaya, aman dan sentausa, pemuda harapan bangsa, bahagia dan merdeka, Pahlawan lapangan hijau
ksatria tak kenal risau, berlomba mengadu kekuatan tenaga untuk Nusa bangsa yang tercinta.
Daryadi, dkk. 2015. Jejak Langkah KONI 1938-2015. Jakarta: Komite Olahraga Nasional Indonesia,
halaman 108
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
55
Dari 13 peserta PON II yang ikut bertanding dan memainkan semua cabang
olah raga yang dipertandingkan, daerah yang memperoleh juara umum atau meraih
medali emas terbanyak diraih oleh Jawa Barat dan disusul oleh tuan rumah Jakarta di
peringkat kedua. Berikut ini adalah daftar perolehan medali pada PON II Jakarta :
Tabel 1 : Daftar Perolehan Medali pada PON II Jakarta 1951
Peringkat Nama Daerah Emas Perak Perunggu Total
1. JAWA BARAT 21 10 11 42
2. JAKARTA RAYA 17 19 16 52
3. JAWA TIMUR 9 13 12 34
4. JAWA TENGAH 7 14 13 35
5. SULAWESI SELATAN 4 3 1 8
6. SUMATERA UTARA 4 - - 4
7. SULAWESI UTARA 2 3 6 11
8. SUMATERA
SELATAN 1 1 2 4
9. KALIMANTAN
TIMUR - SELATAN - 1 3 4
10. MALUKU - 1 1 2
11. SUNDA KECIL - - - -
12. SUMATERA TENGAH - - - -
13. KALIMANTAN - - - -
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
56
Sumber : Jejak Langkah KONI 1938 -2015
BARAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
57
BAB IV
PERANAN PON II BAGI BANGSA INDONESIA
4. 1 Sebagai Alat Pemersatu Bangsa
Gagasan awal dan dilaksanakannya Pekan Olahraga Nasional (PON) sebagai
gelaran olahraga di Indonesia adalah mencari bibit – bibit atlit berbakat di setiap
cabang olahraga di seluruh penjuru negeri ini untuk mempersiapkan diri dalam
keikutsertaan Asian Games pertama 1951 dan Olimpiade Musim Panas Helsinksi
1952. Selain itu, semangat yang digelorakan melalui PON adalah memupuk
persaudaraan, persatuan untuk membangun karakter bangsa melalui olahraga.
Manusia pada hakikatnya telah melakukan olahraga semenjak awal peradaban
manusia dimulai38
. Olahraga dan masyarakat merupakan suatu hal yang tidak
terpisahkan. Olahraga dapat digambarkan sebagai sebuah representasi dari dunia
sosial yang melingkupinya. Begitupun sebaliknya, olahraga juga menyumbang
terbentuknya masyarakat karena olahraga bukanlah semata-mata aktivitas fisik
belaka. Olahraga mengandung nilai-nilai tertentu yang bisa menyumbangkan
konstruksi nilai-nilai dan budaya dalam masyarakat. Disamping itu olahraga dapat
menunjukkan karakter dan identitas sebuah bangsa.
Pada tahun 1947, Menteri Negara Pemuda dan Olahraga Wikana
menyampaikan pidato kenegaraan tentang gerakan olahraga. Gerakan olahraga telah
38
Johan Huizinga, Homo Ludens : Fungsi dan Hakekat Permainan dalam Budaya, Jakarta,
LP3ES, 1990, hal. 12
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
58
nyata tidak bisa dipisahkan dari gerakan kebangsaan, dan kewajiban bagi masyarakat
adalah untuk memperhatikan gerakan olahraga sebagai suatu bagian kebulatan tekad
perjuangan.
Di saat Indonesia telah menjadi sebuah negara, tujuan perjuangan bangsa
adalah menegakkan negara Republik Indonesia menjadi negara yang besar. Olahraga
menjadi perhatian dan urusan negara sebagai representasi dari negara. Keolahragaan
yang menjadi tujuan para penggemar dan atlitnya apabila dilihat dari sudut
kenegaraan adalah jalan untuk menegakkan negara. Menurut Wikana, hasil olahraga
tidak bisa dilihat dari hasil pertandingan saja, olahraga adalah pembangunan bagi
perjalanan bangsa dan negara39
.
Olahraga harus dikembangkan secara merata dan menjadi kebiasaan. Olahraga
tidak hanya sebagai tontonan dan harus dilakukan oleh masyarakat sebagai bentuk
dukungan terhadap negara dalam mengembangkan visi olahraga. Olahraga
merupakan salah satu sektor yang menjadi perhatian dari negara untuk dikembangkan
lebih serius di era kemerdekaan. Olahraga memiliki potensi yang cukup besar untuk
mengenalkan dan membanggakan Indonesia sebagai bangsa yang masih baru saat itu.
Keberhasilan dalam dunia olahraga, tentu saja akan membuat bangga
sekaligus mengangkat citra bangsa Indonesia di mata dunia. Keberhasilan dalam
pembinaan olahraga serta prestasi yang berhasil diraih, tentu saja akan menjadi
magnet penarik perhatian bagi bangsa – bangsa lainnya dalam memandang Indonesia.
39
Daryadi, dkk., Jejak Langkah KONI 1938-2015. Jakarta: Komite Olahraga Nasional
Indonesia. 2015, Hal. 18
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
59
Olahraga yang dikemas dalam bentuk kompetisi, menjadi sarana yang tepat untuk
menarik perhatian dunia.
Dalam setiap tahun, banyak sekali agenda – agenda yang berkaitan dengan
olahraga yang dalam ajang tersebut melibatkan olahragawan-olahragawan dari
berbagai negara. Misalnya dalam Olimpiade40
, Asian Games41
, dan lain sebagainya
yang dalam kompetisinya banyak diikuti negara – negara besar, sehingga setiap
negara peserta kompetisi selalu menginginkan untuk menjadi yang terbaik.
Seandainya Indonesia mampu berprestasi dalam ajang olahraga tingkat
internasional, seperti Olimpiade ataupun Asian Games, tentu hal tersebut akan
menjadi catatan positif Indonesia di mata dunia, terutama dalam bidang olahraga.
Selain itu, prestasi yang diukir akan menumbuhkan rasa kebanggaan terhadap bangsa
dan sangat bermanfaat dalam membangun rasa cinta terhadap bangsa dan negara.
Sukarno pernah membangun visi olahraga Indonesia. Ia menegaskan bahwa
olahraga merupakan sarana, yakni sarana untuk membangun manusia, untuk
membangun komunitas nasional yang berarti membangun bangsa, menciptakan rasa
hormat antar sesama42
. Kita semua harus menjadi satu bangsa yang besar, bangsa
baru, bangsa yang pantas menjadi contoh daripada seluruh umat manusia di dunia ini.
Republik Indonesia menghendaki supaya seluruh rakyat Indonesia dari Sabang
40 Olimpiade merupakan pesta olahraga antar negara yang pelaksanaannya dilakukaan sekali
dalam empat tahun, ibid., hal. 52 41
Asian Games adalah pesta olahraga antar negara di benua Asia yang dilakukan sekali dalam
empat tahun, ibid., hal. 108 42
Husdarta, Sejarah Dan Filsafat Olahraga, Bandung: Alfabeta. 2006, hal. 37
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
60
sampai Merauke berolahraga. Berolahraga atas landasan revolusi, bukan berolahraga
tanpa tujuan mental, bukan berolahraga tanpa tujuan nasional.
Indonesia harus mempelajari dan meneladani perjalanan historis olahraga
yang telah dibangun oleh para founding fathers. Mereka semua menjadikan olahraga
sebagai sarana untuk membangun karakter bangsa dan negara melalui politik
olahraga serta menguatkan kembali tujuan diselenggarakannya PON sebagai sarana
membangun bangsa dan negara ini melalui olahraga.
Perhelatan olaraga, seni, gaya hidup adalah salah satu bagian yang penting
untuk membentuk jatidiri bangsa Indonesia. Pertumbuhan nasionalisme Indonesia
pada masa awal kemerdekaan tidak terlepas dari perhelatan olahraga yang dibangun
pemerintah Indonesia. Olahraga sebagai penawar benih – benih perpecahan di
kalangan masyarakat maupun perpecahan antar daerah dan proses inilah dimana
olahraga menjadi bagian penting untuk memahami dan menumbuhkan rasa
nasionalisme.
Presiden Soekarno dalam membangun identitas bangsa Indonesia menjadi
bangsa yang betul-betul merdeka tanpa adanya campur tangan pihak Belanda, tidak
hanya melalui jalur politik nasional tetapi juga melalui bidang olahraga. Usaha ini
tampak jelas setelah tanggal 19 Agustus 1945, yakni dilakukannya pembentukan
kabinet pertama bangsa Indonesia. Usaha pemerintah untuk membangun mental
berbagai kalangan masyarakat khususnya generasi muda yakni melalui olahraga
sebagaimana yang pernah dilakukan Jepang dalam membangun mental pemuda –
pemuda Indonesia sebagai pembantu angkatan perangnya. Untuk permasalahan ini,
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
61
pemerintah menunjuk Kementerian Pendidikan Pengajaran untuk membentuk
lembaga yang bertugas merencanakan atau melaksanakan kepengurusan di bidang
olahraga.
Pelaksanaan PON II yang berlangsung di Jakarta merupakan sarana dan jalan
dalam menyatukan bangsa dan negara terlebih Republik Indonesia merupakan negara
yang baru saja merdeka dan memperoleh pengakuan kedaulatan. PON II juga
merupakan PON yang dilaksanakan pada masa setelah revolusi dan jauh dari
ancaman dan gangguan pihak lain. PON II juga menunjukkan kepada dunia bahwa
republik yang masih muda ini memiliki kekuatan besar dalam diri rakyatnya yang
bisa menjadi raksasa dunia dalam bidang olah raga.
4. 2 Berperan Terhadap Perkembangan Kota Jakarta
Pelaksanaan PON II Jakarta secara langsung ataupun tidak langsung memiliki
pengaruh terhadap kota Jakarta. Sebagaimana telah dituliskan diawal penulisan ini,
ketika Jakarta ditunjuk menjadi tuan rumah PON II, di kota Solo, pemerintah kota
Jakarta pada saat itu langsung bertindak. Belajar dari pengalaman kota Solo, Jakarta
langsung berbenah dengan membentuk panitia PON yang diketuai oleh A. Halim.
Pemerintah Kota Jakarta segera membangun dan memperbaiki sarana dan prasarana
olah raga yang telah ada. Dalam hitungan bulan, lapangan IKADA dibangun menjadi
stadion semi permanen sebagai tempat pembukaan dan penutupan acara PON II dan
juga sebagai tempat pertandingan beberapa cabang olah raga yaitu atletik, bola
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
62
tangan, sepak bola dan lain sebagainya. Beberapa venue olahraga yang digunakan
dalam PON II Jakarta adalah :
1. Stadion IKADA sebagai arena untuk cabang olahraga Sepakbola, bola
tangan, atletik, bola keranjang.
2. Lapangan Bataviasch Sport Centre atau Deca Park ( BSC )
3. Lapangan Batavia Voetbal Club ( BVC )
4. Kolam Renang Manggarai tempat dilangsungkannya cabang olah raga
renang dan polo air. Saat ini kolam renang tersebut sudah tidak ada lagi dan
menjadi pusat perbelanjaan.
5. Lapangan Tembak Sunter
6. Taman Raden Saleh yang sekarang menjadi Taman Ismail Marzuki.
Selain itu, pemerintah Jakarta juga melakukan perbaikan sarana transportasi,
fasilitas umum dan sosialisasi kepada masyarakat supaya ikut mensukseskan
pelaksanaan PON II tersebut yaitu dengan mengundang pimpinan surat kabar yang
ada di Jakarta saat itu untuk ikut membantu pendanaan PON II melalui bantuan
sumbangan yang bisa dibaca melalui surat kabar yang mereka terbitkan. Berita
mengenai perkembangan PON II bisa diperoleh masyarakat yang ada di Jakarta dan
luar Jakarta.
Masyarakat Jakarta yang multikultur juga mendapatkan pengaruh dari
pelaksanaan PON II tersebut. Pengaruh paling besar dirasakan dalam bidang ekonomi
dan sosial. Banyak masyarakat Jakarta dan sekitarnya memanfaatkan PON II ini
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
63
dengan berdagang dan menawarkan jasa43
. Hal ini bisa diketahui dengan banyaknya
pedagang asongan disekitar arena pertandingan. Umumnya barang dagangan yang
mereka jual adalah makanan, kopi, rokok, dan kacang serta menawarkan jasa sebagai
tukang pijat, tukang becak, ojek sepeda, bahkan menawarkan rumah mereka sebagai
tempat penginapan bagi para pendukung yang berasal dari luar Kota Jakarta ataupun
Pulau Jawa44
.
Banyaknya pendukung yang datang ke Jakarta tidak sampai menimbulkan
pergesekan ataupun konflik pada penduduk Jakarta. Bahkan penduduk Jakarta sangat
terbuka dan mendapatkan banyak pengalaman berharga dengan kedatangan peserta
dan pendukung yang dari luar kota Jakarta. Mereka menjadi tahu tentang kebudayaan
dan karakter masyarakat yang baru meskipun mereka sebenarnya adalah masyarakat
yang multikultur. Hal ini sangat sesuai dengan cita-cita dari Presiden Soekarno yang
menginginkan pelaksanaan PON II ini sebagai sarana untuk mempersatukan bangsa.
Juga dengan keinginan panitia PON yang menginginkan agar PON II ini bisa
mempertemukan kebudayaan dan masyarakat yang berbeda tanpa harus saling merasa
memiliki kelebihan dan dipersatukan dengan semangat sportivitas.
4. 3 Berperan Terhadap Perkembangan Olahraga Nasional
PON II Jakarta juga memberi pengaruh terhadap proses pembinaan para atlet
dan peningkatan prestasi dalam cabang olahraga. Setiap daerah mulai melakukan
proses pembinaan dan regenerasi supaya bisa melahirkan bibit berprestasi agar bisa
43
Wawancara, Mashudi, Jakarta, tanggal 22 Februari 2019, pukul 10.30 WIB. 44
Wawancara, Darmono, Jakarta, tanggal 22 Februari 2019, pukul 15.00 WIB.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
64
mempertahankan prestasi yang mereka miliki. Setelah PON II berlangsung, dalam
PON yang berikutnya semakin banyak cabang olah raga yang dipertandingkan dan
semakin banyak juga atlet yang berprestasi lahir dari penyelenggaraan PON. Setiap
atlet yang berprestasi dalam setiap pelaksanaan PON merupakan atlet yang bisa
menjadi wakil bangsa kita dalam pesta olah raga antar bangsa seperti Asian Games
dan Olimpiade.
Selain peserta dan cabang olah raga yang semakin banyak, setiap daerah di
seluruh Indonesia juga semakin antusias untuk mengikuti setiap pelaksanaan PON.
Ini membuktikan bahwa PON telah melahirkan jiwa kompetitif yang dibalut
semangat sportivitas. Pengaruh berikut yang bisa dirasakan juga saat ini adalah
bahwa setiap daerah berlomba untuk menjadi penyelenggara atau tuan rumah PON.
Penyelenggaraan setelah PON IV di Makassar menjadi ajang pesta olah raga nasional
empat tahunan, dan menjadi sarana kompetitif untuk membuktikan hasil dari proses
pembinaan yang dilakukan setiap daerah.
PON juga telah melahirkan ajang serupa namun dalam kategori yang berbeda
untuk pengujian bibit atlet yang telah dibina. Beberapa ajang olah raga dibawah PON
yang ada di Indonesia adalah :
1. Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional ( POMNAS )
2. Pekan Olahraga Seni dan Pelajar ( PORSENI )
3. Pekan Olahraga Daerah ( PORDA ) merupakan kompetisi olahraga yang
diselenggarakan oleh propinsi di seluruh Indonesia
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
65
4. Pekan Olahraga Kota ( PORKOT ) serta Pekan Olahraga Kabupaten
( PORKAB ) yang diselenggarakan oleh daerah tingkat II kabupaten dan kota
di seluruh Indonesia
5. Kejuaraan Nasional ( Kejurnas )yang penyelenggaraannya untuk satu cabang
olah raga dan bersifat nasional
6. Kejuaraan Daerah ( Kejurda ) yang penyelenggaraannya untuk satu cabang
olah raga dan bersifat lokal atau daerah.
Dari berbagai jenis kompetisi yang ada di Indonesia selain PON, telah banyak
melahirkan atlet berprestasi dan mengharumkan nama Indonesia di mata dunia45
.
Dengan demikian Indonesia tetap memiliki bibit unggul dalam setiap cabang olah
raga untuk bisa bertanding di tingkat internasional.
4. 4 Berperan Dalam Kelangsungan Olahraga Di Indonesia
Pengaruh PON secara umum dan PON II secara khusus adalah untuk menjaga
keberlangsungan olahraga di Indonesia. Bila dilihat ke belakang, dalam setiap
pelaksanaan PON, cabang olah raga yang dipertandingkan selalu bertambah dan atlet
yang bertanding serta daerah yang ikut serta juga bertambah. Kemudian lahir
berbagai jenis kompetisi baik tingkat nasional maupun lokal. Hal ini membuktikan
bahwa olah raga di Indonesia telah mendarah daging dan hidup berdampingan dengan 45
Afdiharto Mardi Lestari, lahir di Binjai, Indonesia, 1 Juli 1968 adalah seorang pelari
Indonesia spesialis 100 meter. Mardi pada masa jayanya dikenal sebagai manusia tercepat se Asia
karena pernah menembus semifinal (16 besar) Olimpiade Seoul 1988 dan bertanding dengan para atlet
top dunia seperti Ben Johnson. Daryadi, dkk., Jejak Langkah KONI 1938-2015. Jakarta: Komite
Olahraga Nasional Indonesia, 2016, hal. 112
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
66
masyarakat. Sejak manusia dilahirkan sampai dengan menjadi tua, telah dikenalkan
dan pasti memiliki cabang olah raga yang diminatinya. Ada yang fokus menjalaninya
ada juga yang menjadikannya sebagai hobbi saja. Orang yang fokus berlatih berharap
bisa berprestasi dan menjadi duta bangsa di dunia internasional.
Bukti dari keberlangsungan olahraga di Indonesia adalah dengan banyaknya
berdiri induk olahraga dan juga aktifnya Indonesia dalam induk olahraga
Internasional. Induk Organisasi Olah Raga Nasional46
yaitu :
1. PASI : Persatuan Atletik Seluruh Indonesia
2. PSSI : Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia
3. PBSI : Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Imdonesia
4, PRSI : Persatuan Renang Seluruh Indonesia
5. PBVSI : Persatuan Bola Voli Seluruh Indonesia
6. PTMSI : Persatuan Tennis Meja Seleruh Indonesia
7. PELTI : Perstuan Lawn Tennis Seluruh Indnesia
8. PGSI : Persatuan Gulat Seluruh Indonesia
9. PHSI : Persatuan Hockey Seluruh Indonesia
10. PJSI : Persatuan Judo Seluruh Indonesia
46
Koni Pusat, Jejak Langkah Koni 1938 – 2015, Jakarta: KONI PUSAT, 2015, hal 324
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
67
11. PABBSI : Persatuan Angkat Besi & Bina Raga Seluruh Indonesia
12. PERBASI : Persatuan Bola Basket Seluruh Indonesia
13. PORDASI : Persatuan Olahraga Berkuda Seuluruh Indonesia
14. PERBASASI : Persatuan Baseball & Softball Seluruh Indonesia
15. PABSI : Persatuan Olah Raga Bilyar Seluruh Indonesia
16. PORTELASI : Persatuan Olah Raga Terbang Layar Seluruh Indonesia
17. PERCASI : Persatuan Catur Seluruh Indonesia
18. PERSASI : Persatuan Ski Air Seluruh Indonesia
19. PERTINA : Persatuan Tinju Amatir
20. PERSANI : Persatuan Senam Indonesia
21. PERBAKIN : Persatuan Menembak Indonesia
22. PERPANI : Persatuan Panahan Indonesia
23. PERKEMI : Persatuan Kempo Indonesia
24. PEROPI : Persatuan Olah Raga Perairan Indonesia
25. PGI : Persatuan Golf Indonesia
26. IKASI : Ikatan Anggar Seluruh Indonesia
27. ISSI : Ikatan Sport Sepeda Seluruh Indonesia
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
68
28. IPSI : Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia
29. GABSI : Gabungan Bridge Seluruh Indonesia
30. FORKI : Federasi Olah Raga Karate Indonesia
Struktur organisasi olahraga di Indonesia ini memiliki tingkatan kepengurusan
mulai dari pusat sampai kedaerah tingkat kabupaten/kota, dan menjadi wadah bagi
atlet – atlet daerah untuk bernaung dan bisa mengembangkan badan olahraga yang
digelutinya.
Indonesia yang merasa perlu untuk aktif dalam dunia olahraga internasional
sehingga perlu untuk ikut bergabung dalam induk olah raga internasional supaya bisa
mengikuti pertandingan dan kompetisi bertaraf internasional. Hal ini bertujuan untuk
mengetahui sejauh mana atlet Indonesia bisa berprestasi. Beberapa Induk Organisasi
Olah Raga Internasional47
yang diikuti oleh Indonesia adalah:
1. IAAF : International Amateur Athletic Federation (cabang olah raga atletik)
2. IBF : International Badminton Federation ( bulu tangkis )
3. FIBA : Federation Internationale de Basket Ball Amateur ( basket ball )
4. FIFA : Federation International de Football Assosiation ( sepak bola )
5. FINA : Federation Internasional de Nation Amateur ( cabang renang )
6. FIBV : Federation Internationale de Volleyball ( voli )
47
A. P. Pandjaitan, Dasar Teori Olah Raga Dan Organisasi, Bandung, 1992, Hal. 20
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
69
7. ITTF : International Table Tennis Federation ( tennis meja )
8. FIG : Federation Internationale de Gymnastique ( senam )
9. FIE : Federation Internationale de Eserime ( anggar )
10. FITA : Federation Internationale de Tir A’ Lare ( panahan )
11. FIH : Federation Internayen de Hockey ( hockey )
12. UCI : Union Cycliste Internationale ( balap sepeda )
13. IOC : International Olympic Committee
PON II Jakarta memiliki dampak positif sehingga bisa dirasakan sampai
dengan saat ini. Melalui penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional ( PON ), dunia
olahraga Indonesia diharapkan bisa bertumbuh dan berkembang dimasa yang akan
datang. Pelaksanaan PON yang akan datang tetap bisa menjadi kompetisi yang
kompetitif tanpa harus melupakan semangat sportivitas dan melahirkan atlet yang
berprestasi dan menjadi wakil bangsa di dunia olahraga internasional.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
70
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5. 1 Kesimpulan
Manusia pada hakikatnya telah melakukan olahraga semenjak awal peradaban
manusia dimulai. Olahraga dan masyarakat merupakan suatu hal yang tidak
terpisahkan. Olahraga dapat digambarkan sebagai sebuah representasi dari dunia
sosial yang melingkupinya. Begitupun sebaliknya, olahraga juga menyumbang
terbentuknya masyarakat karena olahraga bukanlah semata-mata aktivitas fisik
belaka. Olahraga mengandung nilai-nilai tertentu yang bisa menyumbangkan
konstruksi nilai-nilai dan budaya dalam masyarakat.
Manusia memiliki sifat dasar untuk bermain dan olahraga sebagai permainan
memiliki karakteristik terbebas. Secara fungsional olahraga memiliki peran untuk
menyehatkan tubuh, sementara pada sisi sosial berperan dalam menanamkan nilai-
nilai dan norma kehidupan yang patut untuk direnungkan dan diterapkan. Lebih jauh
lagi olahraga bahkan dapat menunjukkan karakter dan identitas sebuah bangsa.
Gagasan awal dan dilaksanakannya Pekan Olahraga Nasional (PON) sebagai
gelaran olahraga di Indonesia adalah mencari bibit-bibit atlit berbakat di setiap
cabang olahraga di seluruh penjuru negeri ini untuk mempersiapkan diri dalam
keikutsertaan Asian Games pertama 1951 dan Olimpiade Musim Panas Helsinksi
1952. Selain itu, semangat yang digelorakan melalui PON adalah memupuk
persaudaraan, persatuan untuk membangun karakter bangsa melalui olahraga. Dalam
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
71
setiap tahun, banyak sekali agenda-agenda yang berkaitan dengan olahraga yang
dalam ajang tersebut melibatkan olahragawan-olahragawan dari berbagai negara.
Misalnya dalam Olimpiade, Asian Games, dan lain sebagainya yang dalam
kompetisinya banyak diikuti negara-negara besar, sehingga setiap negara peserta
kompetisi selalu menginginkan untuk menjadi yang terbaik.
Seandainya Indonesia mampu berprestasi dalam ajang olahraga tingkat
internasional seperti Olimpiade ataupun Asian Games, tentu hal tersebut akan
menjadi catatan positif Indonesia di mata dunia, terutama dalam bidang olahraga.
Selain itu, prestasi yang diukir akan menumbuhkan rasa kebanggaan terhadap bangsa
yang mana hal tersebut akan sangat bermanfaat dalam membangun rasa cinta
terhadap bangsa dan negara.
PON II berlangsung dikota Jakarta dan waktu pelaksanaan PON tersebut
diadakan pada tanggal 21 – 28 Oktober 1951. Mempertandingkan beberapa cabang
olahraga seperti: Atletik, Bola Keranjang, Renang, Angkat Besi, Bola Tangan,
Anggar, Panahan, Menembak, Bola Basket, Balap Sepeda, Tenis, Bola Volli, Bulu
Tangkis, Pencak Silat, Bola Kasti, dan Rounders.
Pada hari Sabtu 20 Oktober 1951 bertempat di Balai Kota Jakarta, dilakukan
upacara penyerahan bendera Sang Merah Putih dan bendera PON kepada Walikota
Jakarta Syamsuridjal. Setelah upacara penyerahan bendera, dilakukan pawai dengan
berkeliling kota Jakarta dan pawai ini mendapat sambutan dari penduduk Jakarta.
Pelaksanaan PON II berlangsung aman dan sesuai jadwal, meski beberapa
pertandingan mengalami penundaan akibat cuaca yang berubah. Selama 7 hari setiap
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
72
hari dilakukan pertandingan dan di beberapa cabang olah raga dengan cepat
menentukan sang juara. Arena pertandingan yang digunakan adalah lapangan IKADA
untuk cabang olah raga Atletik, Sepakbola, Bolatangan,. Kemudian kolam renang
Manggarai untuk cabang olah raga renang dan Polo air. Lapangan tembak Sunter,
velodrome Rawamangun untuk balap sepeda. Lapangan Decapark untuk volli, bola
basket, bola keranjang dan angkat besi.
Untuk setiap pemenang, panitia menyiapkan medali yang dibedakan menurut
prestasi yang diraih. Medali emas untuk juara pertama, medali perak untuk juara
kedua, sedangkan medali perunggu untuk juara ketiga. Selain medali juga diberikan
piagam penghargaan dan hadiah. Semua ini diperoleh untuk setiap pemenang baik
untuk kategori kelompok/beregu maupun perorangan.
Dari 13 peserta PON II yang ikut bertanding dan memainkan semua cabang
olah raga yang dipertandingkan, daerah yang memperoleh juara umum atau meraih
medali emas terbanyak diraih oleh Jawa Barat dan disusul oleh tuan rumah Jakarta di
peringkat kedua dan peringkat ketiga diduduki oleh propinsi Jawa Timur.
Acara penutupan berlangsung pada tanggal 28 Oktober 1951 dipimpin oleh
Sultan Hamengkubuwono IX sebagai ketu Komite Olimpiade Republik Indonesia (
KORI ). Pada acara ini diumumkan bahwa PON III akan diadakan pada tahun 1953
dan yang bertindak sebagai tuan rumah adalah kota Medan propinsi Sumatera Utara.
Setiap pelaksanaan even olah raga pasti memiliki pengaruh terhadap
lingkungan sekitarnya. Demikian juga dengan pelaksanaan PON II di Jakarta yang
berpengaruh terhadap masyarakat sekitar dan juga terhadap perkembangan olah raga
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
73
daerah dan nasional. Pengaruh yang dirasakan dari penyelenggaraan PON II
berdampak langsung terhadap warga Jakarta dimana mereka merasakan
pembangunan dan perbaikan baik itu fasilitas umum, sarana olahraga, sarana
transportasi.
Pengaruh yang dirasakan bagi daerah adalah mulai munculnya program
pembinaan atlet untuk meraih prestasi dalam olahraga. Kemudian perkembangan
cabang olahraga yang dipertandingkan dan banyaknya lahir atlet – atlet berprestasi
dari ajang PON II yang menjadi wakil Indonesia diajang internasional. Setiap daerah
juga berusaha menjadi tuan rumah pelaksanaan PON dan menjadi juara umum dalam
pelaksanaan PON berikutnya.
5. 2 Saran
Saran yang dapat diberikan oleh peneliti sebagai gambaran dan pertimbangan
pada hasil penelitian ini adalah sebagai berikut adalah secara teoritis dari penelitian
ini agar dapat dengan mudah untuk di mengerti, bahwa penelitian ini mengambil dari
persepsi masyarakat itu sendiri dan terutama persepsi masyarakat pada suatau
kegiatan besar, karena kesuksesan menyelenggarakan setiap kegiatan yang di
dalamnya melibatkan masyarakat itu tergantung kepada pandangan masyarakat itu
sendiri.
Saran secara praktis dari penelitan ini adalah sebagai berikut : Saran untuk
setiap daerah yang akan menyelenggarakan suatu even olahraga akbar (Pekan
Olahraga Nasional) agar lebih mempersiapkan dengan matang baik dari segi teknis
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
74
dan non teknis, agar setiap oarang yang akan dilibatkan di dalamnya merasakan efek
langsung dari persiapan maupun selama dan setelah kegiatan berlangsung.
Saran untuk penelitian selanjutnya bagi mahasiswa yang akan mengadakan
penelitian lebih lanjut tentang even olahraga akbar, penulis menganjurkan untuk
mencoba persepsi lainnya yang dapat meningkatkan pemahaman untuk lebih
meningkatkan juga wawasan dan pengetahuan yang lebih mendalam. Oleh karena
masyarakat telah siap, maka agar lebih dapat diperhatikan tentang penyelenggaraan
PON untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat. Seluruh hasil penelitian dapat
dijadikan referensi dalam penyelenggaraan PON II.
Saran selanjutnya adalah supaya tata kelola administrasi beserta dokumen
pendukung setiap kegiatan baik yang sudah berlangsung dan yang akan datang
supaya lebih diperhatikan untuk penggunaan dimasa yang akan datang. Hal ini
menyebabkan penelitian ini menjadi sangat terbatas dalam hal pengembangan tulisan
dan persepsi karena minimnya sumber yang diperoleh. Demikianlah penelitian
dilakukan semoga bisa diterima dengan baik dan penulis juga mengharapkan kritik
dan saran yang membangun untuk bisa mengembangkan tulisan ini dan juga tulisan
lainnya.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Asyari, Ardha Ichsan. 2009. “Politisasi Olahraga Dibawah Soekarno: Games Of The
New Emerging Forces (Ganefo) di Jakarta 1963”. Skripsi, belum diterbitkan.
Surabaya: Prodi Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga.
Daryadi, dkk. 2015. Jejak Langkah KONI 1938-2015. Jakarta: Komite Olahraga
Nasional Indonesia.
Erlina. 2011. Metodologi Penelitian. Medan: USU Press.
Agung, Ide Anak Agung Gde, 1991 : RENVILLE, Jakarta, Sinar Harapan
Gotschalk, Louis. 1973. Mengerti Sejarah, diterjemahkan oleh Nugroho Notosusanto.
Jakarta: UI Press.
Harahap, Sorip. 1985. PON I-X Sejarah Ringkas dan Perkembangannya. Jakarta:
Kantor Komite Olahraga Nasional Indonesia Pusat.
______________, dkk. 1992. Sejarah Olahraga Sumatera Utara: Riwayat
Pertumbuhan dan Perkembangannya. Medan: Repro-Offset Hasmar Medan.
Harsuki. 2002. Olahraga dan Integrasi Bangsa, Seminar, Nasional. Jakarta:
Direktorat Jenderal Olahraga.
______________, dkk. 2004. Olahraga Indonesia Dalam Perspektif Sejarah.
Jakarta: Direktorat Jenderal Olahraga Kementerian Pendidikan Nasional.
Husdarta. 2010, Sejarah Dan Filsafat Olahraga, Bandung, Alfabeta.
Johan, Huzinga. 1990. Homo Ludens: Fungsi dan Hakekat Permainan Dalam
Budaya, Jakarta: LP3ES.
Kementerian Pemuda dan Olahraga. 1991. Sejarah Olahraga Indonesia. Jakarta:
Kantor Kemenpora.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Kementerian Penerangan. 1953. Republik Indonesia : Propinsi Sunda Ketjil. Jakarta,
Kemenpen RI.
Kuntowijoyo. 1994. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Lubis, Firman. 2008. Jakarta 1950-an: Kenangan Semasa Remaja. Jakarta: Masup
Jakarta.
______________, 2008. Jakarta 1960-an: Kenangan Semasa Mahasiswa. Jakarta:
Masup Jakarta.
Panjaitan, A.P. 1992. Dasar Teori Olahraga dan Organisasi, Remaja, Bandung,
Rosdakarya.
Ponne, Leni. 2017 “Berlomba di Daerah Bergolak: Penyelenggaraan Pekan Olahraga
Nasional (PON) IV di Kota Makassar”. Skripsi, belum diterbitkan. Makassar:
Prodi Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Hasanuddin.
Rina, Ester. 2007. “Pekan Olahraga Nasional Pertama 1948 di Solo: Dinamika
Keolahragaan di Indonesia Pada Masa Revolusi”. Skripsi, belum diterbitkan.
Jakarta: Prodi Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia.
Sedyawati, Edi, dkk. 1987. Sejarah Kota Jakarta 1950-1980. Jakarta: Direktorat
Sejarah dan Nilai Tradisional, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Wiarto, Giri. 2015. Olahraga Dalam Perspektif Sosial, Politik, Ekonomi, IPTEK,
dan Hiburan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Suratkabar :
Harian Umum tanggal 13 Agustus 1951
Harian Rakyat tanggal 15 Agustus 1951
Suara Merdeka tanggal 16 September 1951
Harian Rakyat tanggal 16 September 1951
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Harian Rakyat tanggal 17 Oktober 1951
Suara Merdeka tanggal 21 Oktober 1951
Suara Merdeka tanggal 22 Oktober 1951
Suara Merdeka tanggal 23 Oktober 1951
Suara Merdeka tanggal 24 Oktober 1951
Suara Merdeka tanggal 25 Oktober 1951
Suara Merdeka tanggal 26 Oktober 1951
Suara Merdeka tanggal 27 Oktober 1951
Suara Merdeka tanggal 28 Oktober 1951
Suara Merdeka tanggal 29 Oktober 1951
Studi Arsip
Kementerian Penerangan Republik Indonesia: Bagian Arsip Potret PON II
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR INFORMAN
1. Nama : Mashudi
Alamat : Bendungan Hilir, Jakarta Pusat
Usia : 71 Tahun
Pekerjaan : Pedagang
Keterangan : merupakan anak dari pedagang asongan yang berdagang pada
saat PON II berlangsung di stadion IKADA
2. Nama : Hasyim Anshori
Alamat : Bendungan Hilir, Jakarta Pusat
Usia : 72 Tahun
Pekerjaan : Ketua RT
Keterangan : Warga masyarakat disekitar lapangan IKADA yang kemudian
pindah karena adanya proyek Stadion Gelora Bung Karno dan
persiapan Asian Games tahun 1962 di Jakarta.
3. Nama : Darmono
Alamat : Rawamangun, Jakarta Timur
Usia : 73 Tahun
Pekerjaan : Pedagang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Keterangan : merupakan anak pemilik rumah yang rumahnya disewakan
selama PON II berlangsung. Rumah mereka saat ini tidak ada
lagi karena mereka pindah akibat pembangunan Monas.
4. Nama : Sutinah
Usia : 73 tahun
Alamat : Cikini Raya, Jakarta Pusat
Keterangan : anak dari pemilik warung makan disekitar penginapan atlet di
daerah Cikini.
5. Nama : nek Minah
Alamat : Jelambar, Jakarta Barat
Usia : 78 tahun
Pekerjaan : Tidak bekerja
Keterangan : merupakan anak dari pedagang kerak telor, kuliner khas
Betawi yang dijajakan pada saat PON II berlangsung
6. Nama : Pak Mudjianto
Alamat : Salemba, Jakarta Pusat
Usia : 73 tahun
Pekerjaan : Pemilik Angkot
Keterangan : anak dari pedagang koran di Jakarta
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR GAMBAR
Gambar I: Presiden dan Wakil presiden berada ditengah – tengah peserta PON II
Jakarta 1951, pada malam ramah tamah di istana negara.
Sumber : Arsip Nasional Republik Indonesia
Repro : Delfi Sahnan Lubis
\
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar II: Suasana Acara Pembukaan PON II 21 Oktober 1951 Di Stadion IKADA
Sumber : Arsip Nasional Republik Indonesia
Repro : Delfi Sahnan Lubis
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar III : Penaikan Bendera PON Pada Acara Pembukaan PON II 21 Oktober
1951 Di Stadion IKADA
Sumber : Arsip Nasional Republik Indonesia
Repro : Delfi Sahnan Lubis
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar IV : Pertandingan PON II 21 – 28 Oktober 1951 Jakarta cabang olahraga
Bola keranjang antara regu Sunda Ketjil melawan regu Sumatera Utara
Sumber : Arsip Nasional Republik Indonesia
Repro : Delfi Sahnan Lubis
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar V: Pertandingan PON II 21 – 28 Oktober 1951 Jakarta cabang olahraga Bola
tangan antara regu Jakarta melawan regu Jawa Timur
Sumber : Arsip Nasional Republik Indonesia
Repro : Delfi Sahnan Lubis
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar VI: Pertandingan PON II 21 – 28 Oktober 1951 Jakarta cabang olahraga
Lempar cakram, atlet Jawa Barat A. F. Matulessy
Sumber : Arsip Nasional Republik Indonesia
Repro : Delfi Sahnan Lubis
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar VII: Pertandingan PON II 21 – 28 Oktober 1951 Jakarta cabang olahraga
Hoki antara regu Jawa Tengah melawan regu Jawa Timur.
Sumber : Arsip Nasional Republik Indonesia
Repro : Delfi Sahnan Lubis
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar VIII: Pertandingan PON II 21 – 28 Oktober 1951 Jakarta cabang olahraga
Lempar Peluru Putri, Ny. Saleh Hartman dari jawa Barat sedang
beraksi.
Sumber : Arsip Nasional Republik Indonesia
Repro : Delfi Sahnan Lubis
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar IX: Pertandingan PON II 21 – 28 Oktober 1951 Jakarta cabang olahraga
Lompat tinggi putra.
Sumber : Arsip Nasional Republik Indonesia
Repro : Delfi Sahnan Lubis
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar X: Pertandingan PON II 21 – 28 Oktober 1951 Jakarta cabang olahraga
Loncat Jauh Putra, atlet Sutrasno dari jawa Timur sedang beraksi.
Sumber : Arsip Nasional Republik Indonesia
Repro : Delfi Sahnan Lubis
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar XI : Pertandingan PON II 21 – 28 Oktober 1951 Jakarta cabang olahraga
menembak jarak 50 meter, Ny. Sanusi dari Jakarta sedang beraksi.
Sumber : Arsip Nasional Republik Indonesia
Repro : Delfi Sahnan Lubis
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar XII: Pertandingan PON II 21 – 28 Oktober 1951 Jakarta cabang olahraga
panahan dilapangan Bataviasch Sport Center ( Deca Park )
Sumber : Arsip Nasional Republik Indonesia
Repro : Delfi Sahnan Lubis
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar XIII : Pertandingan PON II 21 – 28 Oktober 1951 Jakarta cabang olahraga
Anggar.
Sumber : Arsip Nasional Republik Indonesia
Repro : Delfi Sahnan Lubis
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar XIV: Pertandingan PON II 21 – 28 Oktober 1951 Jakarta cabang olahraga
Polo Air di kolam renang Manggarai antara regu Jawa Barat melawan
regu Jawa Timur
Sumber : Arsip Nasional Republik Indonesia
Repro : Delfi Sahnan Lubis
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar XV: Pertandingan PON II 21 – 28 Oktober 1951 Jakarta cabang olahraga
Sepakbola antara kesebelasan Sumatera Tengah melawan kesebelasan
Jawa Barat
Sumber : Arsip Nasional Republik Indonesia
Repro : Delfi Sahnan Lubis
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar XVI: Pertandingan PON II 21 – 28 Oktober 1951 Jakarta cabang olahraga
Tennis di Taman Raden Saleh.
Sumber : Arsip Nasional Republik Indonesia
Repro : Delfi Sahnan Lubis
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar XVII: Pertandingan PON II 21 – 28 Oktober 1951 Jakarta cabang olahraga
Bola Volli putri antara regu Jawa Timur melawan regu Sulawesi
Selatan.
Sumber : Arsip Nasional Republik Indonesia
Repro : Delfi Sahnan Lubis
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar XVIII: Pertandingan PON II 21 – 28 Oktober 1951 Jakarta cabang olahraga
Lari Jarak 400 meter putra.
Sumber : Arsip Nasional Republik Indonesia
Repro : Delfi Sahnan Lubis
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar XIX: Pengalungan medali untuk cabang olah raga lari jarak 10.000 meter
PON II Jakarta 1951 yang dimenangkan oleh: Ndaliph Singh (
Sumatera Utara ) emas, medali perak Reinhardt Pola (Sulawesi Utara )
dan perunggu oleh J. Rumampuh ( Sulawesi Utara )
Sumber : Arsip Nasional Republik Indonesia
Repro : Delfi Sahnan Lubis
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar XX: Upacara Penutupan PON II Jakarta 1951 dilapangan IKADA
Sumber : Arsip Negara Republik Indonesia
Repro : Delfi Sahnan Lubis
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1. Delfi Sahnan Lubis Pekan Olahraga Nasional II Jakarta (21 – 28 Oktober 1951)
1
JURNAL
Pekan Olahraga Nasional II Jakarta (21 – 28 Oktober 1951)
Delfi Sahnan Lubis
Program Studi Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara, Medan –
Indonesia
E-mail: [email protected]
Abstrak
Skripsi ini berjudul “PON II Jakarta ( 21 – 28 Oktober 1951 )”. Merupakan penelitian yang
bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional yang
kedua saat berlangsung di Jakarta pada tahun 1951 yang diikuti oleh 13 daerah. Dalam penelitian
ini digunakan metode sebagai acuan dalam penulisan sejarah yaitu heuristik tahap awal yang
dilakukan untuk mencari data melalui berbagai sumber tertulis yang relevan dengan penelitian yang
dilakukan dan menggunakan penelitian lapangan melalui wawancara. Kemudian kritik sumber
merupakan proses yang dilakukan peneliti untuk mencari nilai kebenaran data melalui kritik intern
dan ekstern sehingga didapat keobjektifan dalam penelitian, tahap selanjutnya interpretasi
melakukan perbandingan dan analisa data terhadap sumber-sumber yang didapat sebelumnya.
Metode terakhir yaitu historiografi melakukan pemaparan dan penyusunan hasil-hasil penelitian ke
dalam karya tulis sejarah yang deskriptif analisis. PON II ini diselenggarakan pada tahun 1951
dimana pada periode tersebut Indonesia masih baru merasakan kemerdekaan penuh tanpa adanya
intimidasi dari pihak manapun setelah perundingan KMB serta dimulainya proses pembangunan
diseluruh aspek kehidupan bermasyarakat dan berbangsa khususnya dunia olahraga. Pelaksanaan
PON II berlangsung lancar dan sesuai dengan waktunya. Diikuti oleh 13 daerah dan
mempertandingkan 18 cabang olahraga yang semuanya berlangsung di venue yang telah disiapkan
oleh panitia. PON II memiliki peranan dan pengaruh yang bisa dirasakan bagi penduduk Jakarta
serta bagi perkembangan dunia olahraga di Indonesia dimana banyak atlet – atlet yang berhasil
memenangkan perlombaan pada PON menjadi atlet yang berjuang di kompetisi internasional untuk
mewakili dan mengharumkan nama Indonesia.
Kata kunci: Pekan Olahraga Nasional, Jakarta
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2. Delfi Sahnan Lubis Pekan Olahraga Nasional II Jakarta (21 – 28 Oktober 1951)
PENDAHULUAN
Olahraga secara umum adalah
sebagai salah satu aktifitas fisik maupun
psikis seseorang yang berguna untuk
menjaga dan meningkatkan kualitas
kesehatan seseorang. Manusia pada
hakikatnya telah melakukan olahraga
semenjak awal peradabandimulai. Olahraga
dan masyarakat merupakan suatu hal yang
tidak terpisahkan. Olahraga digambarkan
sebagai sebuah representasi dari dunia sosial
yang melingkupinya serta juga menyumbang
terbentuknya masyarakat karena olahraga
bukanlah semata-mata aktifitas fisik belaka.
Olahraga mengandung nilai-nilai tertentu
yang bisa menyumbangkan konstruksi nilai-
nilai dan budaya dalam masyarakat.
Olahraga tidak hanya dapat dilakukan oleh
individu ataupun kelompok klub-klub
olahraga, tetapi dapat juga diselenggarakan
oleh negara dalam bentuk pertandingan.
Di Indonesia, pelaksanaan
pertandingan olahraga secara nasional
pertama kali diselenggarakan pada tahun
1948. Hal ini dimungkinkan terjadi karena
Indonesia batal mengirimkan delegasi
berpartisipasi pada Olimpiade 1948 di
London, Inggris. Persatuan Olahraga
Republik Indonesia (PORI) yang dibantu
oleh Komite Olimpiade Republik Indonesia
(KORI) pernah mempersiapkan para atlet
Indonesia untuk mengikuti Olimpiade
Musim Panas XIV di London pada tahun
1948. PORI sebagai badan olahraga resmi di
Indonesia pada saat itu belum diakui dan
belum jadi anggota International Olympic
Committee (IOC), sehingga para atlet yang
akan dikirim tidak dapat diterima untuk
berpartisipasi dalam peristiwa olahraga
sedunia tersebut. Pengakuan dunia atas
kemerdekaan dan kedaulatan Indonesia yang
belum diperoleh pada waktu itu, menjadi
penghalang besar dalam usaha menuju
London. Atlet-atlet Indonesia bisa diterima
berpartisipasi jika memakai paspor Belanda.
Delegasi Indonesia hanya mau hadir di
London dengan membawa nama Indonesia,
hal ini menyebabkan rencana kepergian
beberapa anggota pengurus besar PORI ke
London menjadi batal dan menjadi topik
pembahasan pada konferensi darurat PORI
pada tanggal 1 Mei 1948 di Solo. Oleh
karena pengiriman para atlet dan beberapa
anggota pengurus besar PORI ke London
sebagai peninjau tidak membawa hasil
seperti yang diharapkan semula, konferensi
sepakat untuk mengadakan Pekan Olahraga
yang direncanakan berlangsung pada bulan
Agustus atau September 1948 di Surakarta.
Penyelenggaraan PON ini adalah
yang pertama dalam suasana kemerdekaan.
Para pesertanya hanya terdiri dari 13 kota
keresidenan di Pulau Jawa saja, yaitu
Jakarta, Bandung, Semarang, Malang,
Surabaya dari daerah penduduk Belanda.
Dari Republik Daerah Renville: Yogyakarta,
Surabaya, Kedu, Banyumas, Pati, Madiun,
Kediri dan Bojonegoro. Terselenggaranya
PON I membuktikan kepada dunia luar,
bahwa bangsa Indonesia dapat menjawab
blokade Belanda sebagai negara yang
berdaulat sekaligus menjalankan peran
strategis dalam revolusi kemerdekaan.
Kota Surakarta dipilih menjadi
tempat penyelenggaraan Pekan Olahraga
Nasional I karena sudah memiliki Stadion
Sriwedari. Stadion ini merupakan stadion
pertama yang dibangun bangsa Indonesia
yang dimanfaatkan untuk kegiatan olahraga.
PON I yang digelar pada 9-12 September
1948. Dalam PON ini di pertandingkan
cabang olahraga atletik, lempar cakram,
bulutangkis, sepak bola, tenis, renang,
pencak silat, panahan, dan bola basket.
PON II sedianya diselenggarakan
pada tahun 1950, setelah PON I berlangsung
pada tahun 1948 di Surakarta. Akan tetapi
Belanda melancarkan agresinya yang kedua
pada tanggal 19 Desember 1948, tepat tiga
bulan setelah PKI melakukan
pemberontakan di Madiun (18 September
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3. Delfi Sahnan Lubis Pekan Olahraga Nasional II Jakarta (21 – 28 Oktober 1951)
3
1948). Sebagai akibat dari agresi tersebut
penyelenggaraan PON II terpaksa
diundurkan sampai keadaan aman kembali.
Keadaan ini baru tercapai setelah adanya
keputusan dari Konferensi Meja Bundar
(KMB) yang disusul oleh pengakuan
kedaulatan penuh atas Negara Republik
Indonesia.1
Pembahasan ini menarik untuk
dikaji karena ketika PON II berlangsung di
Jakarta selama 8 hari, keadaan jauh berbeda
dari pada tiga tahun yang lalu di Surakarta,
terutama mengenai keamanan. Keadaan di
Surakarta pada waktu itu tidak terjamin,
karena sering terjadi pertempuran, sedang di
Jakarta keadaannya sudah lebih tentram dan
teratur. Situasi keamanan yang baik,
perhubungan pos dan pengangkutan melalui
darat, laut dan udara merupakan dukungan
yang memperlancar semua urusan yang
dihadapi. Jika pada tahun 1948 hanya kota-
kota keresidenan saja yang dapat mengikuti
PON I, pada tahun 1951 di Jakarta 10
propinsi turut mengambil bagian. Tidak
kurang dari 18 cabang olahraga yang
dipertandingkan, yang diikuti oleh 2600 atlit
dari 10 propinsi peserta. Sumatera diwakili
oleh dua propinsi, Sumatera Utara dan
Sumatera Selatan, dari Pulau Jawa adalah
Jakarta Raya, Jawa Barat, Jawa Tengah dan
Jawa Timur, disusul oleh Kalimantan
Selatan/Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi
Utara dan Maluku. Irian Barat yang masih
berada di bawah penjajahan Belanda belum
bisa hadir, karena pengembaliannya masih
diperjuangkan.2
1 KONI Pusat, Jejak Langkah KONI
1938-2015, Jakarta: Komite Olahraga Nasional
Indonesia, 2015, hal.18.
2 Sorip Harahap, PON I-X Sejarah
Ringkas dan Perkembangannya, Jakarta: Kantor
Komite Olahraga Nasional Indonesia Pusat,
1985, hal. 272.
Berdasarkan latar belakang yang
telah dijelaskan di atas dan dalam
mempermudah penulis dalam penulisan ini
maka dibuatlah suatu rumusan masalah yang
berisi batasan-batasan penelitian dan ruang
lingkup fokus permasalahan. Bertitik tolak
dari latar belakang di atas penulis membuat
beberapa permasalahan sebagai berikut: (1)
Mengapa Kota Jakarta menjadi tuan rumah
PON II Tahun 1951 ? (2) Bagaimana
pelaksanaan Pekan Olahraga Nasional II di
Jakarta 21 - 28 Oktober 1951 ? (3)
Bagaimana peranan PON II Jakarta dalam
mempersatukan bangsa dan
keberlangsungan olahraga di Indonesia ?
METODE PENELITIAN
Di dalam suatu penelitian sejarah
yang ilmiah pemakaian metode sejarah
sangatlah penting. Metode sejarah adalah
suatu tahapan yang digunakan dalam
penelitian sejarah ilmiah. Metode sejarah
adalah proses menguji dan menganalisa
secara kritis rekaman peninggalan masa
lampau. Dengan adanya metode penelitian
dapat menjadi petunjuk peneliti untuk
memperoleh sumber-sumber yang relevan
terhadap pokok pembahasan sehingga dapat
dipertanggung jawabkan hasilnya.
Adapun tahap-tahap yang harus
dilakukan dalam metode sejarah adalah:
1. Heuristik adalah tahapan paling
awal dalam metode sejarah. Dalam
tahap ini peneliti mengumpulkan
sumber atau data melalui studi
kepustakaan, studi arsip, dan
penelitian lapangan. Penelitian
dengan metode kepustakaan
bertujuan untuk memperoleh data
dari sumber-sumber tertulis tersebut
diperoleh dari artikel koran seperti
Harian Rakjat, Suara Merdeka,
Haluan, yang merekam dan
melaporkan pertandingan –
pertandinganpada saat perhelatan
PON ke-II berlangsung. Buku –
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4. Delfi Sahnan Lubis Pekan Olahraga Nasional II Jakarta (21 – 28 Oktober 1951)
bukutentang sejarah dan
perkembangan olahraga Indonesia di
Perpustakaan Nasional Republik
Indonesia.
Studi arsip dilakukan dengan
mengumpulkan dokumen-dokumen
tentang penyelenggaraan PON ke-II
di arsip Komite Olahraga Nasional
Indonesia (KONI) Pusat,
Kementerian Pemuda dan Olahraga
(KEMENPORA), dan Dinas
Pemuda dan Olahraga (DISPORA)
Sedangkan pengumpulan data
metode penelitian lapangan
dilakukan dengan teknik wawancara
terhadap beberapa informan yang
terkait dengan penelitian.
Wawancara yang dilakukan
ditujukan kepada informan yang
berhubungan dengan topik
penelitian. Penulis melakukan
wawancara dengan Bapak Mashudi
yang merupakan anak dari pedagang
asongan yang berdagang pada saat
PON II berlangsung di Stadion
IKADA. Kemudian mewawancarai
Bapak Hasyim Anshori yang
merupakan warga masyarakat yang
pernah tinggal di sekitar Stadion
IKADA. Penulis juga
mewawancarai Bapak Dharmono
yang merupakan anak pemilik
rumah yang rumahnya disewakan
selama PON II berlangsung. Ibu
Sutinah anak yang merupakan anak
dari pemilik warung makan disekitar
penginapan atlet di daerah Cikini.
Penulis juga mewawancarai Nek
Minah yang merupakan anak dari
pedagang kerak telor kuliner khas
Betawi yang dijajakan pada saat
PON II berlangsung. Terakhir
penulis mewawancarai Bapak
Mudjianto yang merupakan anak
dari pedagang koran.
2. Kritik Sumber adalah tahapan kedua
dalam metode sejarah. Pada tahapan
ini peneliti bertugas untuk
mengkritik terhadap sumber-sumber
yang diteliti agar peneliti lebih dekat
lagi dengan nilai kebenaran dan
keaslian dari sumber yang diperoleh.
Dalam melakukan kritik terhadap
sumber dapat dilakukan dengan cara
meninjau kembali data dengan
menelaah kembali kebenaran isi
atau fakta dari sumber buku, arsip
ataupun hasil wawancara dengan
informan dan kemudian diuji
kembali keaslian sumber tersebut
demi menjaga keobjektifan suatu
data.
3. Interpretasi adalah tahapan ketiga
dalam metode sejarah. Pada tahapan
ini peneliti hendaknya menafsirkan
data-data yang diperoleh agar
menjadi suatu data yang objektif.
Dalam hal ini, peneliti
menginterprestasi pengumpulan
sumber, mengkritik tentang objek
kajian dalam penyelenggaraan PON
ke-II di Jakarta. Dengan adanya
interpretasi ini diharapkan dapat
menjadi data sementara sebelum
peneliti menuangkannya ke dalam
bentuk tulisan.
4. Historiografi adalah tahapan
terakhir dalam metode sejarah.
Tahapan ini dapat disebut juga
sebagai penulisan laporan. Pada
tahap ini, peneliti menjabarkan
secara kronologis dan sistematis
fakta-fakta yang diperoleh agar
menghasilkan tulisan yang ilmiah
dan bersifat objektif. Pada penulisan
sejarah PON II di Jakarta ini,
penulis dalam menjelaskan atau
menerangkan jalannya pertandingan
tentu memiliki pendekatan tertentu.
Dengan adanya pendekatan ilmiah
ini diharapkan dapat memudahkan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5. Delfi Sahnan Lubis Pekan Olahraga Nasional II Jakarta (21 – 28 Oktober 1951)
5
orang lain untuk memahami maksud
dan pengetahuan bagi orang yang
membacanya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kota Jakarta Sebagai Tuan Rumah Pon
II Tahun 1951.
Wilayah DKI Jakarta merupakan
dataran rendah dari bagian pantai utara·Jawa
Barat. Wilayah ini terletak pada 6° 12'
Lintang Utara dan 106" 48' Bujur Timur.
Luas seluruhnya, termasuk pulau Seribu,
sebesar 655,76 km2 • Sebelah Utara
merupakan daerah pantai yang berawa-rawa
dengan ketinggian tanah maksimal 7 m dari
titik 0 Tanjung Priok. Pada lokasi tertentu
bahkan ada yang letaknya di bawah
permukaan laut. Sebelah Selatan merupakan
daerah yang relatif berbukit-bukit dengan
ketinggian tanah mencapai kurang lebih 50
m di atas permukaan laut. Oleh karena itu di
wilayah Jakarta Selatan, sampai dengan
banjir kanal, keadaan tanah agak curam,
sedangkan dari banjir kanal ke arah laut
keadaan tanah hampir rata.
Pada tahun 1950 penduduk Jakarta
1.432.085 jiwa, sepuluh tahun kemudian
(1960) menjadi duakali lipat lebih, yaitu
2.910.858 jiwa. Ini berarti pemerintah DKI
Jakarta harus menyediakan tanah untuk
gedung-gedung dan perumahan. Usaha
tersebut antara lain dilakukan dengan
membebaskan tanah-tanah, yang dulu milik
tuan-tuan tanah, dengan cara membeli. Pada
bulan Februari tahun 1949 telah selesai
dibuat sebuah rencana perluasan kota ke
arah Kebayoran dengan luas 730 Ha.3
3 Edy Sedywati, dkk.,Sejarah Kota
Jakarta 1950-1980. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan : Jakarta. Hal: 97
Usaha pemerintah untuk
membangun mental berbagai kalangan
masyarakat, khususnya generasi muda,
yakni melalui olahraga sebagaimana yang
pernah dilakukan Jepang dalam membangun
mental pemuda-pemuda Indonesia sebagai
pembantu angkatan perangnya. Untuk
permasalahan ini, pemerintah menunjuk
Kementerian Pengajaran yang dibentuk pada
tanggal 19 Agustus 1945 untuk membentuk
lembaga yang bertugas merencanakan atau
melaksanakan kepengurusan di bidang
olahraga4.
Usaha ini terbilang cukup sukses
dalam membangun mental dan fisik pemuda
dan kemudian pada tahun 1946 pemeritah
Indonesia membentuk GELORA (Gerakan
Latihan Rakyat), yang diketuai oleh Otto
Iskandar Dinata5. Penunjukkan Otto
Iskandar Dinata sebagai ketua GELORA
tidak terlepas karena perannya dalam
pembentukan BPUPKI (Badan Penyelidik
Usaha Persiapan Kemerdékaan Indonésia),
dan PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia). Pada masa kepemimpinan Otto
Iskandar Dinata, GELORA bergabung
dengan pusat olahraga versi Jepang yakni
Djawa Tai Iku Kai6 menjadi Pesatuan
Olahraga Republik Indonesia ( PORI ).
Sri Sultan Hamengkubuwono IX
terus mendorong pengurus PORI
4 Kementerian Pengajaran dipimpin
oleh Ki Hajar Dewantara dan kegiatan olahraga
dan pendidikan jasmani dibawah Kemeneterian
Pengajaran RI. Kementerian Pemuda dan
Olahraga. Sejarah Olahraga Indonesia. Jakarta:
Kantor Kemenpora, 1991, hal. 15.
5 Daryadi, dkk.,Jejak Langkah KONI
1938-2015. Jakarta: Komite Olahraga Nasional
Indonesia, 2015, hal. 28.
6 Djawa Tai Iku Kai merupakan
organisasi yang didirikan oleh pemerintah
Jepang dengan maksud melatih jasmani dan
rohani di antara bangsa Jepang dan penduduk
tanah Jawa pada umumnya untuk membantu
Jepang dalam kepentingannya di Perang Pasifik.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
6. Delfi Sahnan Lubis Pekan Olahraga Nasional II Jakarta (21 – 28 Oktober 1951)
merumuskan kembali penyelenggaraan
PON II yang akan dilaksanakan di
berbagai daerah. Sri Sultan
Hamengkubuwono IX melakukan rapat
koordinasi tanggal 8 Agustus 1951
dengan pengurus PORI untuk
menetapkan kapan PON II akan
dilaksanakan dan siapa yang akan
menjadi tuan rumah penyelenggara PON
II. Hasil keputusan kongres ini
memutuskan PON II akan diadakan pada
tahun 1951, tepatnya di Kota Jakarta
dengan alasan bahwa untuk
menunjukkan kepada dunia luar Jakarta
sebagai ibukota negara RIS yang sudah
bersatu dan akan berkembang menjadi
negara besar, baik itu dalam dunia
politik maupun dunia olah raga. Beberapa hari setelah Jakarta
ditetapkan sebagai tuan rumah
penyelenggara PON, A. Halim ( dokter )
ditunjuk sebagai ketua umum penyelenggara
PON II di Kota Jakarta dan Maladi sebagai
Sekretaris Umum. A. Halim dengan segera
mempersiapkan segala sesuatunya untuk
pembukaan PON II yang akan dihadiri oleh
Presiden Soekarno.
Pelaksanaan Pon II Jakarta Tahun
1951
Pada Januari 1948, dikota Solo
digelar Kongres Olahraga I yang
menghasilkan beberapa keputusan
diantaranya adalah program peningkatan
prestasi atlet serta berjuang menembus
blokade Belanda dengan ikut ambil bagian
dalam Olimpiade 1948 di London.
Permintaan untuk bisa berpartisipasi dalam
Olimpiade diajukan ke London dan segera
dijawab, namun jawaban jatuh ketangan
Belanda di Batavia dan tidak diteruskan ke
Komite Olimpiade Republik Indonesia
(KORI), yang diketuai Sri Sultan Hamengku
Buwono IX di Solo. Saat itu ibukota RI ada
di Yogyakarta karena dampak dari
perjanjian Renville.
Seperti yang telah disebutkan dalam
Kongres PORI pada tanggal 8 Agustus 1951
di Jakarta telah memutuskan bahwa yang
menjadi tuan rumah PON II adalah kota
Jakarta dan waktu pelaksanaan PON tersebut
diadakan pada tanggal 21 – 28 Oktober
1951.
Pergelaran PON II di Jakarta
mempertandingkan beberapa cabang
olahraga seperti7: Atletik, Bola Keranjang,
Renang, Angkat Besi, Bola Tangan, Anggar,
Panahan, Menembak, Bola Basket, Polo air,
Tenis , Bola Volli, Bulu Tangkis, Pencak
Silat, Bola Kasti, Rounders, Sepak bola dan
Hoki.
Sesuai dengan undangan dari
panitia kepada daerah di seluruh
Indonesia yang pada waktu itu hanya ada
11 propinsi, maka berdasarkan
kemampuan dan keinginan dari setiap
daerah yang ingin mengikuti
penyelenggaraan PON II di Jakarta tahun
1951, kegiatan PON II diikuti oleh 13
propinsi dengan rincian sebagai berikut8 :
1. Delegasi Maluku tiba di Jakarta
pada 8 Oktober 1951 dengan
kontingen terdiri dari33 atlet wanita
dan 138 atlet pria dengan total 141
atlet.
2. Delegasi propinsi Kalimantan
Selatan – Timur tiba di Jakarta 11
Oktober 1951 dengan kontingen 9
atlet wanita dan 87 atlet pria dengan
jumlah 96 orang. Tetapi ada 5 orang
atlet lagi yang menyusul, sehingga
keseluruhan berjumlah 101 orang.
3. Delegasi propinsi Sulawesi Selatan
tiba di Jakarta pada tanggal 12
7Surat kabar Suara Merdeka, Semarang,
tanggal 16 September 1951, halaman 1. 8 Surat kabar, Harian Rakyat, Jakarta,
tanggal 17 Oktober 1951, halaman 2.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
7. Delfi Sahnan Lubis Pekan Olahraga Nasional II Jakarta (21 – 28 Oktober 1951)
7
Oktober 1951 dengan kontingen
yang terdiri dari 19 atlet wanita dan
2 atlet pria. Atlet yang menyusul
berjumlah 25 orang sehingga
berjumlah 46 orang.
4. Kontingen Propinsi Sumatera Utara
tiba pada tanggal 14 Oktober 1951
dengan mengirimkan 10 atlet pria
dan 2 atlet wanita sehingga
berjumlah 12 orang.
5. Dari Propinsi Sunda Kecil tiba pada
tanggal 15 Oktober 1951 dengan
mengirimkan delegasinya 54 atlet
pria dan 8 atlet wanita dan yang
menyusul sebanyak 5 orang
sehingga delegasi ini berjumlah 67
orang.
6. Propinsi Sulawesi Utara
mengirimkan kontingen mereka ke
Jakarta yang tiba pada tanggal 16
Oktober 1951 dengan 62 atlet pria
dan 12 atlet wanita. Atlet yang
datang menyusul 4 orang sehingga
berjumlah 78 orang. Selain
mengirimkan atlet mereka, propinsi
Sulawesi Utara juga mengirimkan
supporter mereka yang berjumlah 14
orang.
7. Delegasi dari Propinsi Sumatera
Selatan tiba di Jakarta dengan
mengirimkan 100 atlet pria dan 16
atlet wanita dan yang menyusul satu
orang lagi sehingga berjumlah 117
orang.
8. Delgasi Propinsi Jawa Timur.
9. Delegasi propinsi Jawa Tengah
10. Delegasi Propinsi Jawa Barat
11. Delegasi Propinsi Kalimantan Barat
12. Delegasi Propinsi Sumatera Tengah
13. Delegasi tuan rumah Jakarta
Semua para delegasi ini ditempatkan
dan menginap ditempat yang disediakan
oleh panitia yaitu 12 buah gedung sekolah
diantaranya gedung Koningklijke
Wilhelmina School ( KWS ) yang sekarang
jadi gedung SMK Negeri 1 Jakarta, dan 60
buah rumah yang baru selesai dibangun
untuk tempat menginap para atlet tersebut.
PON II yang berlangsung di Jakarta pada
tahun 1951 menurut panitia akan memakan
biaya sebesar Rp 1.500.000.- dan lebih besar
dari perkiraan yang telah mereka
perhitungkan. Peserta PON II ini mencapai
2500 orang atlet dengan tenaga ofisial
sebanyak 500 orang dan juga 10 orang
dokter sebagai tenaga medis para atlet
tersebut. Untuk biaya konsumsi selama
pelaksanaan PON II ini mencakup beras
sebanyak 18.000 kg, gula sebanyak 2025
kg, garam sebanyak 450 kg, mentega
sebanyak 680 kg dan minyak goreng
sebanyak 986 kg9. Panitia menaksir biaya
konsumsi beserta dengan pengadaan
transportasi atlet, pembangunan stadion semi
permanen dan tempat penginapan para atlet
ini berkisar Rp 1.500.000.-
Untuk memenuhi dana PON II ini,
panitia melakukan beberapa strategi
pendanaan agar biaya ini bisa segera
tertutupi dan tidak menimbulkan masalah.
Beberapa cara yang dilakukan panitia adalah
dengan 10
:
1. Mengundang seluruh surat kabar
yang ada di Jakarta untuk
membicarakan dan cara
mendapatkan dana. Hasil dari
pertemuan tersebut menyepakati
bahwa setiap surat kabar bersedia
turut mengumpulkan dana dengan
cara membuat sebuah kolom di surat
kabar mereka dengan judul
“Dompet PON II”11
. Beberapa yang
diundang pada saat itu adalah surat
kabar Harian Rakyat dan Harian
Umum.
2. Panitia juga mengeluarkan perangko
pos edisi PON II yang diperkirakan
akan menghasilkan dana sebesar Rp
70.000.-
9 Surat Kabar, Suara Merdeka,
Semarang, tanggal 16 September 1951, hal. 1 10 Surat kabar, Harian Rakyat, Jakarta,
tanggal 16 September 1951 halaman 3 11 Surat kabar, Harian Umum, Jakarta,
tanggal 13 Agustus 1951 halaman 3
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
8. Delfi Sahnan Lubis Pekan Olahraga Nasional II Jakarta (21 – 28 Oktober 1951)
3. Selain itu panitia juga bekerja sama
dengan pihak pemilik bioskop
dengan cara menambah harga tiket
masuk bioskop sebagai dana
sumbangan PON II. Bioskop itu
antara lain, Metropole yang saat ini
menjadi Megaria Theatre, Bioskop
Cathay, Bioskop Menteng, Happy
Sin Thu dan Globe. Bioskop ini
adalah bioskop yang pada masa itu
berada diurutan atas dengan
penonton terbanyak dan
menayangkan film – film dari luar
negeri sehingga pantia PON
mengadakan kerjasama dengan
mereka.
4. Selama pelaksanaan PON II, dalam
setiap pertandingan panitia akan
mencetak dan menjual tiket masuk
menonton pertandingan seharga Rp.
50.-
Panitia berharap melalui penjualan
tiket ini beban biaya PON II bisa
berkurang dan bahkan tertutupi.
5. Sumbangan perusahaan –
perusahaan negara dan swasta.
Beberapa sumbangan yang
dimaksud adalah jika ada pegawai
mereka baik itu pegawai pemerintah
dan pegawai swasta yang menjadi
utusan daerah menjadi peserta PON
II harus di ijinkan untuk ikut dan
kepadanya diberikan gaji penuh
tanpa ada potongan. Meminta
potongan harga dari perusahaan
pengangkutan kapal Koninklijke
Paketvaart Mastschappij ( KPM )
yang mengangkut peserta PON II.
Hal ini pun disanggupi oleh pihak
KPM dengan memberikan potongan
harga sebanyak 50% 12
. Dari sisi
logistik, panitia telah bekerjasama
dengan Yayasan Makanan Rakyat
dalam hal menu peserta PON II
12
Surat kabar, Harian Rakyat, Jakarta,
tanggal 16 September 1951 halaman 3
yang bahan – bahannya dibeli dari
Yayasan Bahan Makanan ( BAMA).
Pada hari Sabtu 20 Oktober 1951
bertempat di Balai Kota Jakarta, dilakukan
upacara penyerahan bendera Sang Saka
Merah Putih dan bendera PON kepada
Walikota Jakarta yaitu Sjamsuridzal.
Selanjutnya, dalam acara ramah tamah
tersebut juga dihadiri oleh para menteri,
Walikota Jakarta Sjamsuridjal, anggota
parlemen, anggota panitia PON, ketua
Komite Olimpiade Indonesia yaitu Sultan
Hamengkubuwono IX, ketua PORI yaitu
Pakualam IX, dan lainnya13
.
Hari Minggu tanggal 21 Oktober
1951, pukul 8.00 WIB, dilakukan
upacara pembukaan PON II yang
dipimpin langsung oleh Presiden
Sukarno yang berlangsung di lapangan
Ikada14
. Setelah upacara menaikkan
bendera merah putih dan bendera PON,
kemudian dilanjutkan dengan
memperdengarkan bunyi dentuman
Meriam sebanyak 13 kali dan diiringi
13
Surat Kabar, Suara Merdeka,
Semarang, tanggal 21 Oktober 1951 halaman 1.
14
Lapangan IKADA ( Ikatan Atletik
Djakarta ) adalah lapangan olahraga yang ada di
Jakarta. Disekitar lapangan tersebut terdapat
beberapa klub sepakbola mulai dari Hercules,
VIOS, Bataviasch Voetbal Club ( BVC ).
Sebelum PON II dimulai, pemerintah Jakarta
merombak lapangan ini menjadi Stadion semi
permanen untuk tempat acara pembukaan dan
penutupan PON II. Selanjutnya lapangan ini
digunakan sebagai venue olah raga sepakbola
dan bola tangan. Setelah PON II lapangan ini
digunakan untuk kompetisi sepakbola lalu
menjelang Asian Games 1962 di Jakarta
lapangan ini digusur untuk pembangunan
Komplek Monumen Nasional ( Monas ).
Sorip Harahap, 1985. PON I-X Sejarah Ringkas
dan Perkembangannya. Jakarta: Kantor Komite
Olahraga Nasional Indonesia Pusat, hal. 58.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
9. Delfi Sahnan Lubis Pekan Olahraga Nasional II Jakarta (21 – 28 Oktober 1951)
9
dengan sirine15
. Setelah upacara
pembukaan selesai, maka secara resmi
PON II telah dimulai pertandingan yang
dilangsungkan sesuai dengan cabang
olahraga yang dipertandingkan di tempat
yang telah disediakan oleh panitia. Pelaksanaan PON II Jakarta
berlangsung selama satu minggu dan ditutup
pada hari Minggu tepatnya tanggal 28
Oktober 1951. Upacara penutupan ini
dipimpin oleh ketua Komite Olimpiade
Indonesia yaitu Hamengkubuwono IX.
Setelah memberikan sambutan dan amanat
kepada seluruh yang hadir di stadion
IKADA, maka secara resmi beliau menutup
PON II Jakarta tepat pukul 16.00 WIB16
.
Tabel 1 : Daftar Perolehan Medali pada
PON II Jakarta 1951.
Peri
ngka
t
Nama
Daerah
Em
as
Per
ak
Perung
gu
Tot
al
1 Jawa
Barat
21 10 11 42
2 Jakarta
Raya
17 19 16 52
3 Jawa
Timur
9 13 12 34
4 Jawa
Tengah
7 14 13 35
5 Sulawe
si
Selatan
4 3 1 8
6 Sumate
ra
Utara
4 - - 4
7 Sulawe
si
Utara
2 3 6 11
8 Sumate
ra
1 1 2 4
15
Surat kabar, Suara Merdeka,
Semarang, tanggal 22 Oktober 1951 halaman 1 16
Surat kabar, Suara Merdeka,
Semarang, tanggal 29 Oktober 1951, hal. 1
Selatan
9 Kalima
ntan
Timur-
Selatan
- 1 3 4
10 Maluk
u
- 1 1 2
11 Sunda
Kecil
- - - -
12 Sumate
ra
Tengah
- - - -
13 Kalima
ntan
Barat
- - - -
Sumber : Jejak Langkah KONI 1938 -2015
Peranan Pon II Bagi Bangsa Indonesia
Pada tahun 1947, Menteri Negara
Pemuda dan Olahraga Wikana
menyampaikan pidato kenegaraan tentang
gerakan olahraga. Gerakan olahraga telah
nyata tidak bisa dipisahkan dari gerakan
kebangsaan, dan kewajiban bagi masyarakat
adalah untuk memperhatikan gerakan
olahraga sebagai suatu bagian kebulatan
tekad perjuangan. Menurut Wikana, hasil
olahraga tidak bisa dilihat dari hasil
pertandingan saja, olahraga adalah
pembangunan bagi perjalanan bangsa
dan negara17
. Dalam setiap tahun, banyak sekali
agenda – agenda yang berkaitan dengan
olahraga yang dalam ajang tersebut
melibatkan olahragawan-olahragawan dari
berbagai negara. Misalnya dalam
Olimpiade18
, Asian Games19
, dan lain
17
Daryadi, dkk., Jejak Langkah KONI
1938-2015. Jakarta: Komite Olahraga Nasional
Indonesia. 2015, Hal. 18.
18
Olimpiade merupakan pesta olahraga
antar negara yang pelaksanaannya dilakukaan
sekali dalam empat tahun, ibid., hal. 52.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
10. Delfi Sahnan Lubis Pekan Olahraga Nasional II Jakarta (21 – 28 Oktober 1951)
sebagainya yang dalam kompetisinya
banyak diikuti negara – negara besar,
sehingga setiap negara peserta kompetisi
selalu menginginkan untuk menjadi yang
terbaik.
Pelaksanaan PON II yang
berlangsung di Jakarta merupakan sarana
dan jalan dalam menyatukan bangsa dan
negara terlebih Republik Indonesia
merupakan negara yang baru saja merdeka
dan memperoleh pengakuan kedaulatan.
Pelaksanaan PON II Jakarta secara
langsung ataupun tidak langsung memiliki
pengaruh terhadap kota Jakarta. Pemerintah
Kota Jakarta segera membangun dan
memperbaiki sarana dan prasarana olah
raga yang telah ada. Dalam hitungan
bulan, lapangan IKADA dibangun
menjadi stadion semi permanen sebagai
tempat pembukaan dan penutupan acara
PON II dan juga sebagai tempat
pertandingan beberapa cabang olah raga
yaitu atletik, bola tangan, sepak bola dan
lain sebagainya. Selain itu, pemerintah Jakarta juga
melakukan perbaikan sarana transportasi,
fasilitas umum dan sosialisasi kepada
masyarakat supaya ikut mensukseskan
pelaksanaan PON II tersebut yaitu dengan
mengundang pimpinan surat kabar yang ada
di Jakarta saat itu untuk ikut membantu
pendanaan PON II melalui bantuan
sumbangan yang bisa dibaca melalui surat
kabar yang mereka terbitkan. Berita
mengenai perkembangan PON II bisa
diperoleh masyarakat yang ada di Jakarta
dan luar Jakarta.
Bukti dari keberlangsungan olahraga di
Indonesia adalah dengan banyaknya berdiri
induk olahraga dan juga aktifnya Indonesia
19
Asian Games adalah pesta olahraga
antar negara di benua Asia yang dilakukan sekali
dalam empat tahun, ibid., hal. 108.
dalam induk olahraga Internasional. Induk
Organisasi Olah Raga Nasional20
yaitu :
1. PASI : Persatuan Atletik
Seluruh Indonesia
2. PSSI : Persatuan Sepak Bola Seluruh
Indonesia
3. PBSI : Persatuan Bulu Tangkis Seluruh
Imdonesia
4, PRSI : Persatuan Renang Seluruh
Indonesia
5. PBVSI : Persatuan Bola Voli
Seluruh Indonesia
6. PTMSI : Persatuan Tennis Meja
Seleruh Indonesia
7. PELTI : Perstuan Lawn Tennis
Seluruh Indnesia
8. PGSI : Persatuan Gulat Seluruh
Indonesia
9. PHSI : Persatuan Hockey Seluruh
Indonesia
10. PJSI : Persatuan Judo Seluruh
Indonesia
11. PABBSI : Persatuan Angkat Besi
& Bina Raga Seluruh Indonesia
12. PERBASI : Persatuan Bola Basket
Seluruh Indonesia
13. PORDASI : Persatuan Olahraga
Berkuda Seuluruh Indonesia
14. PERBASASI : Persatuan Baseball &
Softball Seluruh Indonesia
15. PABSI : Persatuan Olah Raga
Bilyar Seluruh Indonesia
20
Koni Pusat, Jejak Langkah Koni 1938
– 2015, Jakarta: KONI PUSAT, 2015, hal 324.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
11. Delfi Sahnan Lubis Pekan Olahraga Nasional II Jakarta (21 – 28 Oktober 1951)
11
16. PORTELASI : Persatuan Olah Raga
Terbang Layar Seluruh Indonesia
17. PERCASI : Persatuan Catur
Seluruh Indonesia
18. PERSASI : Persatuan Ski Air
Seluruh Indonesia
19. PERTINA : Persatuan Tinju Amatir
20. PERSANI : Persatuan Senam
Indonesia
21. PERBAKIN : Persatuan Menembak
Indonesia
22. PERPANI : Persatuan Panahan
Indonesia
23. PERKEMI : Persatuan Kempo
Indonesia
24. PEROPI : Persatuan Olah Raga
Perairan Indonesia
25. PGI : Persatuan Golf Indonesia
26. IKASI : Ikatan Anggar Seluruh
Indonesia
27. ISSI : Ikatan Sport Sepeda
Seluruh Indonesia
28. IPSI : Ikatan Pencak Silat
Seluruh Indonesia
29. GABSI : Gabungan Bridge
Seluruh Indonesia
30. FORKI : Federasi Olah Raga
Karate Indonesia
Struktur organisasi olahraga di
Indonesia ini memiliki tingkatan
kepengurusan mulai dari pusat sampai
kedaerah tingkat kabupaten/kota, dan
menjadi wadah bagi atlet – atlet daerah
untuk bernaung dan bisa mengembangkan
badan olahraga yang digelutinya.
Indonesia yang merasa perlu untuk
aktif dalam dunia olahraga internasional
sehingga perlu untuk ikut bergabung dalam
induk olah raga internasional supaya bisa
mengikuti pertandingan dan kompetisi
bertaraf internasional. Hal ini bertujuan
untuk mengetahui sejauh mana atlet
Indonesia bisa berprestasi. Beberapa Induk
Organisasi Olah Raga Internasional21
yang
diikuti oleh Indonesia adalah:
1. IAAF : International Amateur
Athletic Federation (cabang olah raga
atletik)
2. IBF : International Badminton
Federation ( bulu tangkis )
3. FIBA : Federation Internationale
de Basket Ball Amateur ( basket ball )
4. FIFA : Federation International de
Football Assosiation ( sepak bola )
5. FINA : Federation Internasional
de Nation Amateur ( cabang renang )
6. FIBV : Federation Internationale
de Volleyball ( voli )
7. ITTF : International Table Tennis
Federation ( tennis meja )
8. FIG : Federation Internationale
de Gymnastique ( senam )
9. FIE : Federation Internationale
de Eserime ( anggar )
10. FITA : Federation Internationale
de Tir A’ Lare ( panahan )
11. FIH : Federation Internayen de Hockey
( hockey )
12. UCI : Union Cycliste
Internationale ( balap sepeda )
21
A. P. Pandjaitan, Dasar Teori Olah
Raga Dan Organisasi, Bandung, 1992, Hal. 20.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
12. Delfi Sahnan Lubis Pekan Olahraga Nasional II Jakarta (21 – 28 Oktober 1951)
13. IOC : International Olympic Committee
KESIMPULAN
Manusia pada hakikatnya telah
melakukan olahraga semenjak awal
peradaban manusia dimulai. Olahraga dan
masyarakat merupakan suatu hal yang tidak
terpisahkan. Olahraga dapat digambarkan
sebagai sebuah representasi dari dunia sosial
yang melingkupinya. Begitupun sebaliknya,
olahraga juga menyumbang terbentuknya
masyarakat karena olahraga bukanlah
semata-mata aktivitas fisik belaka. Olahraga
mengandung nilai-nilai tertentu yang bisa
menyumbangkan konstruksi nilai-nilai dan
budaya dalam masyarakat.
Manusia memiliki sifat dasar untuk
bermain dan olahraga sebagai permainan
memiliki karakteristik terbebas. Secara
fungsional olahraga memiliki peran untuk
menyehatkan tubuh, sementara pada sisi
sosial berperan dalam menanamkan nilai-
nilai dan norma kehidupan yang patut untuk
direnungkan dan diterapkan. Lebih jauh lagi
olahraga bahkan dapat menunjukkan
karakter dan identitas sebuah bangsa.
Gagasan awal dan dilaksanakannya
Pekan Olahraga Nasional (PON) sebagai
gelaran olahraga di Indonesia adalah
mencari bibit-bibit atlit berbakat di setiap
cabang olahraga di seluruh penjuru negeri
ini untuk mempersiapkan diri dalam
keikutsertaan Asian Games pertama 1951
dan Olimpiade Musim Panas Helsinksi
1952. Selain itu, semangat yang digelorakan
melalui PON adalah memupuk
persaudaraan, persatuan untuk membangun
karakter bangsa melalui olahraga. Dalam
setiap tahun, banyak sekali agenda-agenda
yang berkaitan dengan olahraga yang dalam
ajang tersebut melibatkan olahragawan-
olahragawan dari berbagai negara. Misalnya
dalam Olimpiade, Asian Games, dan lain
sebagainya yang dalam kompetisinya
banyak diikuti negara-negara besar,
sehingga setiap negara peserta kompetisi
selalu menginginkan untuk menjadi yang
terbaik.
Seandainya Indonesia mampu
berprestasi dalam ajang olahraga tingkat
internasional seperti Olimpiade ataupun
Asian Games, tentu hal tersebut akan
menjadi catatan positif Indonesia di mata
dunia, terutama dalam bidang olahraga.
Selain itu, prestasi yang diukir akan
menumbuhkan rasa kebanggaan terhadap
bangsa yang mana hal tersebut akan sangat
bermanfaat dalam membangun rasa cinta
terhadap bangsa dan negara.
PON II berlangsung dikota Jakarta
dan waktu pelaksanaan PON tersebut
diadakan pada tanggal 21 – 28 Oktober
1951. Mempertandingkan beberapa cabang
olahraga seperti: Atletik, Bola Keranjang,
Renang, Angkat Besi, Bola Tangan, Anggar,
Panahan, Menembak, Bola Basket, Balap
Sepeda, Tenis, Bola Volli, Bulu Tangkis,
Pencak Silat, Bola Kasti, dan Rounders.
Pada hari Sabtu 20 Oktober 1951
bertempat di Balai Kota Jakarta, dilakukan
upacara penyerahan bendera Sang Merah
Putih dan bendera PON kepada Walikota
Jakarta Syamsuridjal. Setelah upacara
penyerahan bendera, dilakukan pawai
dengan berkeliling kota Jakarta dan pawai
ini mendapat sambutan dari penduduk
Jakarta.
Pelaksanaan PON II berlangsung
aman dan sesuai jadwal, meski beberapa
pertandingan mengalami penundaan akibat
cuaca yang berubah. Selama 7 hari setiap
hari dilakukan pertandingan dan di beberapa
cabang olah raga dengan cepat menentukan
sang juara. Arena pertandingan yang
digunakan adalah lapangan IKADA untuk
cabang olah raga Atletik, Sepakbola,
Bolatangan,. Kemudian kolam renang
Manggarai untuk cabang olah raga renang
dan Polo air. Lapangan tembak Sunter,
velodrome Rawamangun untuk balap
sepeda. Lapangan Decapark untuk volli,
bola basket, bola keranjang dan angkat besi.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
13. Delfi Sahnan Lubis Pekan Olahraga Nasional II Jakarta (21 – 28 Oktober 1951)
13
Untuk setiap pemenang, panitia
menyiapkan medali yang dibedakan menurut
prestasi yang diraih. Medali emas untuk
juara pertama, medali perak untuk juara
kedua, sedangkan medali perunggu untuk
juara ketiga. Selain medali juga diberikan
piagam penghargaan dan hadiah. Semua ini
diperoleh untuk setiap pemenang baik untuk
kategori kelompok/beregu maupun
perorangan.
Dari 13 peserta PON II yang ikut
bertanding dan memainkan semua cabang
olah raga yang dipertandingkan, daerah yang
memperoleh juara umum atau meraih medali
emas terbanyak diraih oleh Jawa Barat dan
disusul oleh tuan rumah Jakarta di peringkat
kedua dan peringkat ketiga diduduki oleh
propinsi Jawa Timur.
Acara penutupan berlangsung pada
tanggal 28 Oktober 1951 dipimpin oleh
Sultan Hamengkubuwono IX sebagai ketu
Komite Olimpiade Republik Indonesia (
KORI ). Pada acara ini diumumkan bahwa
PON III akan diadakan pada tahun 1953 dan
yang bertindak sebagai tuan rumah adalah
kota Medan propinsi Sumatera Utara.
Setiap pelaksanaan even olah raga
pasti memiliki pengaruh terhadap
lingkungan sekitarnya. Demikian juga
dengan pelaksanaan PON II di Jakarta yang
berpengaruh terhadap masyarakat sekitar
dan juga terhadap perkembangan olah raga
daerah dan nasional. Pengaruh yang
dirasakan dari penyelenggaraan PON II
berdampak langsung terhadap warga Jakarta
dimana mereka merasakan pembangunan
dan perbaikan baik itu fasilitas umum,
sarana olahraga, sarana transportasi.
Pengaruh yang dirasakan bagi
daerah adalah mulai munculnya program
pembinaan atlet untuk meraih prestasi dalam
olahraga. Kemudian perkembangan cabang
olahraga yang dipertandingkan dan
banyaknya lahir atlet – atlet berprestasi dari
ajang PON II yang menjadi wakil Indonesia
diajang internasional. Setiap daerah juga
berusaha menjadi tuan rumah pelaksanaan
PON dan menjadi juara umum dalam
pelaksanaan PON berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Daryadi, dkk. 2015. Jejak Langkah KONI
1938-2015. Jakarta: Komite
Olahraga Nasional Indonesia.
Gotschalk, Louis. 1973. Mengerti Sejarah,
diterjemahkan oleh Nugroho
Notosusanto. Jakarta: UI Press.
Harahap, Sorip. 1985. PON I-X Sejarah
Ringkas dan Perkembangannya.
Jakarta: Kantor Komite Olahraga
Nasional Indonesia Pusat.
Kementerian Pemuda dan Olahraga. 1991.
Sejarah Olahraga Indonesia.
Jakarta: Kantor Kemenpora.
Kuntowijoyo. 1994. Metodologi Sejarah.
Yogyakarta: Tiara Wacana.
Panjaitan, A.P. 1992. Dasar Teori Olahraga
dan Organisasi, Remaja, Bandung,
Rosdakarya.
Sedyawati, Edi, dkk. 1987. Sejarah Kota
Jakarta 1950-1980. Jakarta:
Direktorat Sejarah dan Nilai
Tradisional, Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan.
Surat Kabar
Harian Umum tanggal 13 Agustus 1951
Harian Rakyat tanggal 15 Agustus 1951
Suara Merdeka tanggal 16 September 1951
Harian Rakyat tanggal 16 September 1951
Harian Rakyat tanggal 17 Oktober 1951
Suara Merdeka tanggal 21 Oktober 1951
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
14. Delfi Sahnan Lubis Pekan Olahraga Nasional II Jakarta (21 – 28 Oktober 1951)
Suara Merdeka tanggal 22 Oktober 1951
Suara Merdeka tanggal 23 Oktober 1951
Suara Merdeka tanggal 24 Oktober 1951
Suara Merdeka tanggal 25 Oktober 1951
Suara Merdeka tanggal 26 Oktober 1951
Suara Merdeka tanggal 27 Oktober 1951
Suara Merdeka tanggal 28 Oktober 1951
Suara Merdeka tanggal 29 Oktober 1951
Studi Arsip
Kementerian Penerangan Republik
Indonesia: Bagian Arsip Potret PON II
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA