PEDULI KARAKTER BANGSA.ppt

33
disarikan dari makalah Qomari Komar dan berbagai sumber, 2010

Transcript of PEDULI KARAKTER BANGSA.ppt

  • disarikan dari makalah Qomari Komar dan berbagai sumber, 2010

  • A.WHY:Mengapa harus ada pendidikan karakterB.WHAT: Apa karakterApa pendidikan karakterC.WHEN:Kapan pendidikan karakter tepat diberikanD.HOW:Bagaimana melakukan pendidikan karakterE. WHO: Siapa yang harus diberi pendidikan karakterSiapa yang harus bertanggung jawab melakukan pendidikan karakter

  • .Input/kondisi saat ini: -murid-Mahasiswa-Pejabat-Akademisi-Masyakat -DllOutput/keadaan yang diharapkan-murid-Mahasiswa-Pejabat-Akademisi-Masyakat -Dll

    1.isi/materi2. Pendekatan/metode/cara3.SDM (murid/mhs-guru/dosen)4.sarana/prasarana5.Peraturan6.Evaluasi7.Dll

    PROSES

  • .Input/kondisi saat ini: -murid-Mahasiswa-Pejabat-Akademisi-Masyakat -DllOutput/keadaan yang diharapkan-murid-Mahasiswa-Pejabat-Akademisi-Masyakat -Dll

    Unkwon activities -Pendidikan-Pelatihan-Pembimbingan-Pembiasaan-Dll

    PROSES

  • Karakter bangsa merupakan aspek penting dari kualitas SDM karena turut menentukan kemajuan suatu bangsa. Karakter yang berkualitas perlu dibentuk dan dibina sejak usia dini. Usia dini merupakan masa emas namun kritis bagi pembentukan karakter seseorang. Thomas Lickona (seorang profesor pendidikan dari Cortland University) mengungkapkan bahwa ada sepuluh tanda jaman yang kini terjadi, tetapi harus diwaspadai karena dapat membawa bangsa menuju jurang kehancuran. 10 tanda jaman itu adalah: (1) meningkatnya kekerasan di kalangan remaja/masyarakat; (2) penggunaan bahasa dan kata-kata yang memburuk/tidak baku; (3) pengaruh peer-group (geng) dalam tindak kekerasan, menguat; (4) meningkatnya perilaku merusak diri, seperti penggunaan narkoba; alkohol dan seks bebas;(5) semakin kaburnya pedoman moral baik dan buruk; (6) menurunnya etos kerja; (7) semakin rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru; (8) rendahnya rasa tanggung jawab individu dan kelompok; (9) membudayanya kebohongan/ketidakjujuran, dan(10) adanya rasa saling curiga dan kebencian antar sesama.

  • .Bahaya manusia Indonesia menjadi manusia marginal Kuatnya desakan pasar dalam penyelenggaraan pendidikan. Menipisnya nasionalisme, lunturnya semangat gotong-royong, menguatnya ikatan2 primordial, merajalelanya tindakan2 kekerasan dll

  • .

    NOASPEK YANG DIBANDINGKANPERINGKAT1Buta huruf usia > 15 tahun44 dari 492Literasi Membaca39 dari 413Kemampuan berkomunikasi49 dari 494KKN dan Praktik Tak Etis49 dari 495Pengangguran generasi muda48 dari 496Daya tarik terhadap Iptek34 dari 497Pengembangan teknologi dan aplikasi 46 dari 498Kemampuan alih teknologi49 dari 499Implementasi Tekno-informasi47 dari 4910Literasi IPA38 dari 4211Riset Dasar45 dari 4912Indeks berkompetisi59 dari 60

  • PENGEMBANGAN: USIA REMAJA(Lingkungan masyarakat tidak kondusif)PEMBENTUKAN: USIA DINI(Banyak diserahkan pada pembantu)PEMANTAPAN: USIA DEWASA(Terbentuknya low trust society) Pengembangan KARAKTER di INDONESIA

  • TIDAK SINCERE(Tidak Tulus Ikhlas Tidak Sungguh-sungguh)SEMU(Senang Basa Basi &Budaya Abs)Akibat dari the existing situationAKIBATNYA:DATA TIDAK AKURAT, KEBIJAKAN TIDAK TEPAT, TIDAK RELEVAN, DLL

  • Dan perumpamaan kalimat (kebijakan) yang buruk bagaikan pohon yang buruk, yang telah dicabut akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tegak sedikitpun. (Ibrahim:26)BANGSA INDONESIA MENGALAMI KRISIS KEPRIBADIAN ?Timbulkan Akibat Buruk: Karakter Bangsa Luntur Bencana Meluas Di Bidang: Krisis Politik - Ekonomi - Moneter - Kepercayaan Hukum - Dll

  • Menurut Simon Philips (2008), karakter adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu sistem, yang melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku yang ditampilkan. Sedangkan Doni Koesoema A (2007) memahami bahwa karakter sama dengan kepribadian. Kepribadian dianggap sebagai ciri, atau karakteristik, atau gaya, atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan, Sementara Winnie memahami bahwa istilah karakter memiliki dua pengertian tentang karakter. Pertama, ia menunjukkan bagaimana seseorang bertingkah laku. Apabila seseorang berperilaku tidak jujur, kejam, atau rakus, tentulah orang tersebut memanifestasikan perilaku buruk. Sebaliknya, apabila seseorang berperilaku jujur, suka menolong, tentulah orang tersebut memanifestasikan karakter mulia. Kedua, istilah karakter erat kaitannya dengan personality. Seseorang baru bisa disebut orang yang berkarakter (a person of character) apabila tingkah lakunya sesuai kaidah moral. Sedangkan Imam Ghozali menganggap bahwa karakter lebih dekat dengan akhlaq, yaitu spontanitas manusia dalam bersikap, atau melakukan perbuatan yang telah menyatu dalam diri manusia sehingga ketika muncul tidak perlu dipikirkan lagi.

  • Dari pendapat di atas difahami bahwa karakter itu berkaitan dengan kekuatan moral, berkonotasi positif, bukan netral. Jadi, orang berkarakter adalah orang yang mempunyai kualitas moral (tertentu) positif. Dengan demikian, pendidikan membangun karakter, secara implisit mengandung arti membangun sifat atau pola perilaku yang didasari atau berkaitan dengan dimensi moral yang positif atau baik, bukan yang negatif atau buruk. Hal ini didukung oleh Peterson dan Seligman (Gedhe Raka, 2007:5) yang mengaitkan secara langsung character strength dengan kebajikan. Character strength dipandang sebagai unsur-unsur psikologis yang membangun kebajikan (virtues). Salah satu kriteria utama dari character strength adalah bahwa karakter tersebut berkontribusi besar dalam mewujudkan sepenuhnya potensi dan cita-cita seseorang dalam membangun kehidupan yang baik, yang bermanfaat bagi dirinya, orang lain, dan bangsanya

  • Pendidikan adalah proses internalisasi budaya ke dalam diri seseorang dan masyarakat sehingga membuat orang dan masyarakat jadi beradab. Pendidikan bukan merupakan sarana transfer ilmu pengetahuan saja, tetapi lebih luas lagi yakni sebagai sarana pembudayaan dan penyaluran nilai (enkulturisasi dan sosialisasi). Anak harus mendapatkan pendidikan yang menyentuh dimensi dasar kemanusiaan. Dimensi kemanusiaan itu mencakup sekurang-kurangnya tiga hal paling mendasar, yaitu: (1) afektif yang tercermin pada kualitas keimanan, ketakwaan, akhlak mulia termasuk budi pekerti luhur serta kepribadian unggul, dan kompetensi estetis; (2) kognitif yang tercermin pada kapasitas pikir dan daya intelektualitas untuk menggali dan mengembang-kan serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi; dan (3) psikomotorik yang tercermin pada kemampuan mengembangkan keterampilan teknis, kecakapan praktis, dan kompetensi kinestetis.

  • Selain memperkecil resiko kehancuran, karakter juga menjadi modal yang sangat penting untuk bersaing dan bekerja sama secara tangguh dan terhormat di tengah-tengah bangsa lain. Karakterlah yang membuat bangsa Jepang cepat bangkit sesudah kekalahannya dalam Perang Dunia II dan meraih kembali martabatnya di dunia internasional. Karakterlah yang membuat bangsa Vietnam tidak bisa ditaklukkan, bahkan mengalahkan dua bangsa yang secara teknologi dan ekonomi jauh lebih maju, yaitu Perancis dan Amerika. Pembangunan karakterlah yang membuat Korea Selatan sekarang jauh lebih maju dari Indonesia, walaupun pada tahun 1962 keadaan kedua negara secara ekonomi dan teknologi hampir sama. Pembangunan karakterlah yang membuat para pejuang kemerdekaan berhasil menghantar bangsa Indonesia ke gerbang kemerdekaannya (Gedhe Raka, 1997 ).

  • Selama dimensi karakter tidak menjadi bagian dari kriteria keberhasilan dalam pendidikan, selama itu pula pendidikan tidak akan berkontribusi banyak dalam pembangunan karakter (I Gedhe Raka) Dalam kenyataanya, pendidik berkarakterlah yang menghasilkan SDM handal dan memiliki jati diri. Oleh karena itu, jadilah manusia yang memiliki jati diri, berkarakter kuat dan cerdas.

    Pilar akhlak (moral) yang dimiliki (mengejewantah) dalam diri seseorang, sehingga ia menjadi orang yang berkarakter baik (good character), memiliki sikap jujur, sabar, rendah hati, tanggung jawab dan rasa hormat, yang tercermin dalam kesatuan organisasi pribadi yang harmonis dan dinamis. Tanpa nilai-nilai moral dasar (basic moral values) yang senantiasa mengejewantah dalam diri pribadi kapan dan dimana saja, orang dapat dipertanyakan kadar keimanan dan ketaqwaan

  • Nilai-nilai itu meliputi : (1). Ketuhanan yang maha Esa, (2) Kemanusiaan yang adil dan beradap, (3) Persatuan Indonesia, (4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, dan (5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

    Nilai-nilai ini selaras dengan nilai-nilai 5 pilars characteristics :

    1. Transendensi: Menyadari bahwa manusia merupakan ciptaan Tuhan yang maha Esa. Darinya akan memunculkan penghambaan semata-mata pada Tuhannya yang Esa. Kesadaran ini juga berarti memahami keberadaan diri dan alam sekitar sehingga mampu memakmurkannya. 2. Humanisasi: Setiap manusia pada hakekatnya setara di mata Tuhan kecuali ilmu dan ketakwaan yang membedakannya. Manusia diciptakan sebagai subjek yang memiliki potensi. 3. Kebinekaan: Kesadaran akan ada sekian banyak perbedaan di dunia. Akan tetapi, mampu mengambil kesamaan untuk menumbuhkan kekuatan 4. Liberasi: Pembebasan atas penindasan sesama manusia. Olehnya, tidak dibenarkan adanya penjajahan manusia oleh manusia. 5. Keadilan: Keadilan merupakan kunci kesejahteraan. Adil tidak berarti sama, tetapi proporsional.

  • 1.Kejujuran 2.Loyalitas dan dapat diandalkan 3.Hormat 4.Cinta 5.Ketidak egoisan dan sensitifitas 6.Baik hati dan pertemanan 7.Keberanian 8.Kedamaian 9.Mandiri dan Potensial 10.Disiplin diri dan Moderasi 11.Kesetiaan dan kemurnian 12.Keadilan dan kasih sayang

  • Seorang intelektual profetik tidak memikirkan dirinya sendiri, tetapi berpikir bagaimana dapat memberikan sebanyak-banyaknya bagi lingkungan.

    1.Sadar sebagai makhluq ciptaan Tuhan. Sadar sebagai makhluq muncul ketika ia mampu memahami keberadaan dirinya, alam sekitar, dan Tuhan YME. Konsepsi ini dibangun dari nilai-nilai transendensi.

    2.Cinta Tuhan. Orang yang sadar akan keberadaan Tuhan meyakini bahwa ia tidak dapat melakukan apapun tanpa kehendak Tuhan. Oleh karenanya memunculkan rasa cinta kepada Tuhan. Orang yang cinta Tuhan akan menjalankan apapun perintah dan menjauhi larangan-Nya. 3.Bermoral. Jujur, saling menghormati, tidak sombong, suka membantu, dll merupakan turunan dari manusia yang bermoral. 4.Bijaksana. Karakter ini muncul karena keluasan wawasan seseorang. Dengan keluasan wawasan, ia akan melihat banyaknya perbedaan yang mampu diambil sebagai kekuatan. Karakter bijaksana ini dapat terbentuk dari adanya penanaman nilai-nilai kebinekaan. 5.Pembelajar sejati. Untuk dapat memiliki wawasan yang luas, seseorang harus senantiasa belajar. Seorang pembelajar sejati pada dasarnya dimotivasi oleh adanya pemahaman akan luasnya ilmu Tuhan (nilai transendensi). Selain itu, dengan penanaman nilai-nilai kebinekaan ia akan semakin bersemangat untuk mengambil kekuatan dari sekian banyak perbedaan. 6.Mandiri. Karakter ini muncul dari penanaman nilai-nilai humanisasi dan liberasi. Dengan pemahaman bahwa tiap manusia dan bangsa memiliki potensi dan sama-sama subjek kehidupan maka ia tidak akan membenarkan adanya penindasan sesama manusia. Darinya, memunculkan sikap mandiri sebagai bangsa. 7.Kontributif. Kontributif nerupakan cermin seorang pemimpin.

  • 1.Cinta Tuhan dan segenap ciptaanNya (love Allah, trust, reverence, loyalty)2.Tanggung jawab, Kedisiplinan dan Kemandirian (responsibility, excellence, self reliance, discipline, orderliness)3.Kejujuran/Amanah dan Arif (trustworthines, honesty, and tactful)4.Hormat dan Santun (respect, courtesy, obedience) 5.Dermawan, Suka menolong dan Gotong-royong/Kerjasama (love, compassion, caring, empathy, generousity, moderation, cooperation)6.Percaya Diri, Kreatif dan Pekerja keras (confidence, assertiveness, creativity, resourcefulness, courage, determination, enthusiasm)7.Kepemimpinan dan Keadilan (justice, fairness, mercy, leadership)8.Baik dan Rendah Hati (kindness, friendliness, humility, modesty)9.Toleransi, Kedamaian dan Kesatuan (tolerance, flexibility, peacefulness, unity)

  • Tiga pendekatan dalam membangun karakter bangsa

    Socio-cultural development(pembiasaan dan penciptaan perilaku)Socio-political development(kebijakan politik pemerintah)

    Psycho-paedagogical development(psikologis-proses pendidikan)

    Bangsa

  • Tiga pendekatan dalam membangun karakter bangsa:Social-cultural development, melalui penciptaan dan pembiasaan perilaku dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.2. Psycho-paedagogical development, melalui perkembangan psikologis seseorang melalui proses belajar. 3. Socio-political development, melalui berbagai intervensi kebijakan politik pemerintah.

  • SEBELAS (11) prinsip agar pendidikan karakter efektif:kembangkan nilai-nilai etika inti dan nilai-nilai kinerja pendukungnya sebagai fondasi karakter yang baikdefinisikan 'karakter' secara komprehensif yang mencakup pikiran, perasaan, dan perilaku, gunakan pendekatan yang komprehensif, disengaja, dan proaktif dalam pengembangan karakter, ciptakan komunitas sekolah yang penuh perhatian, beri siswa kesempatan untuk melakukan tindakan moral, buat kurikulum akademik yang bermakna dan menantang yang menghormati semua peserta didik, mengembangkan karakter, dan membantu siswa untuk berhasil, usahakan mendorong motivasi diri siswalibatkan staf sekolah sebagai komunitas pembelajaran dan moral yang berbagi tanggung jawab dalam pendidikan karakter dan upaya untuk mematuhi nilai-nilai inti yang sama yang membimbing pendidikan siswa, tumbuhkan kebersamaan dalam kepemimpinan moral dan dukungan jangka panjang bagi inisiatif pendidikan karakter, libatkan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam upaya pembangunan karakter, evaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai pendidik karakter, dan sejauh mana siswa memanifestasikan karakter yang baik.

  • Sekolah memiliki tanggungjawab moral menanamkan nilai-nilai yang berkarakter baik dan positif kepada peserta didik;Karakter apa yang perlu ditanamkan melalui pendidikan, (1) kepedulian, (2) kejujuran, (3) keadilan, (4) tanggung jawab, dan (5) rasa hormat terhadap diri dan orang lain ;Karakter pendukung lain; (1) ketekunan, (2) etos kerja yang tinggi, dan (3) kegigihan--sebagai basis karakter yang baik

  • Perlu pendekatan komprehensif agar pendidikan karakter berjalan optimal, Yakni, semua aspek dalam persekolahan terlibat aktif membangun karakter baik dan positif, melalui;Mengorganisir perilaku yang mengarah pada pembentukan karakter dalam kurikulum tersembunyi (hidden curriculum), seperti; keteladanan guru; hubungan siswa dengan guru, staf sekolah lainnya, dan sesama mereka sendiri; proses pengajaran; keanekaragaman siswa; pengelolaan lingkungan sekolah; kebijakan disiplin, dsbPembentukan kurikulum akademik (academic curriculum) seperti; mata pelajaran inti, termasuk kurikulum dan program-program ekstrakurikuler, extracurricular programs (tim olahraga, klub, proyek pelayanan, dan kegiatan-kegiatan setelah jam sekolah).

  • PROSES PEMBUDAYAAN DAN PEMBERDAYAAN MENUJU PRILAKU BERKARAKTERPERAN PENDIDIK

  • OLAH HATI:OLAH PIKIR:OLAH RASA DAN KARSA:OLAH RAGA:Perilaku BerkarakterCerdasReligiusMandiri ModeratPROSES PENDIDIKAN KOMPREHENSIF

  • KEGIATANKESEHARIAN DI RUMAH DAN MASYARAKATIntegrasi ke dalam kegiatan Ektrakurikuler : Pramuka, Olahraga, Karya Tulis, Dsb.Integrasi ke dalam KBM pada setiap MapelPembiasaan dalam kehidupan keseharian di satuan pendidikanPenerapan pembiasaan kehidupan keseharian di rumah yang sama dengan di satuan pendidikanBUDAYA SEKOLAH: (KEGIATAN/KEHIDUPANKESEHARIAN DI SATUAN PENDIDIKAN)STRATEGI MIKRO DALAM SEKOLAH

  • PENDIDIKAN KARAKTER?Upaya terencana untuk membantu orang untuk memahami, peduli, dan bertindak atas nilai-nilai etika/ moral. Mengajarkan kebiasaan berpikir dan berbuat yang membantu orang hidup dan bekerja bersama-sama sebagai keluarga, teman, tetangga, masyarakat, dan bangsa.

  • IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTERPerkembangan hubungan antara siswa, guru, dan masyarakatMasyarakat peserta didik yang peduliPembelajaran emosional dan sosialKeadilan, rasa hormat, dan kejujuranKesempatan mempraktekkan prilaku moralnyaFokus dalam memecahkan masalahKerjasama dan kolaborasiKelas demokrasi

  • PERAN PENDIDIKTerlibat dalam proses pembelajaranmenjadi model

    Menjadi model bagi siswa

    Memberikan pemahaman

    Melakukan refleksi

    Menjelaskan nilai baik dan buruk

    Menerapkan metode pembelajaran

    Menciptakan lingkungan belajar

    Memperhatik-an keunikan siswa

  • PILAR-PILAR PENGEMBANGAN KARAKTER

    Nilai-nilai LuhurPilarLembaga PendidikanPeran PendidikReligiusKeluargaPendidikan formal danPendidikan non formalterlibat dalam proses pembelajaranmenjadi contoh tauladan kepada siswanya dalam berprilaku dan bercakapmendorong siswa aktif dalam pembelajaran melalui penggunaan metode pembelajaran yang variatifCerdasSekolahmendorong dan membuat perubahanmembantu dan mengembangkan emosi dan kepekaan sosial siswamenunjukkan rasa kecintaan kepada siswaModeratPendidikan informalmenunjukkan nilai-nilai moralitas bagi anak-anaknyaMasyarakatmemiliki kedekatan emosional kepada anak dengan menunjukkan rasa kasih sayangMandirimemberikan lingkungan yang kondusif bagi pengembangan karakter anakmengajak anak-anaknya untuk senantiasa mendekatkan diri kepada Allah

  • *********************************