Pedoman Zakat Edit 20 Juni 2012 (Repaired1)
-
Upload
pristiyanto -
Category
Documents
-
view
121 -
download
8
Transcript of Pedoman Zakat Edit 20 Juni 2012 (Repaired1)
PEDOMAN
KEGIATAN PENGELOLAAN ZAKAT OLEH KJKS/UJKS
KOPERASI UNTUK PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO
MELALUI KEMITRAAN
DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN
i
DRAFT25 JUNI 2012
KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM
2012
KATA PENGANTAR
Kementerian Koperasi dan UKM memfokuskan arah dan kebijakan prioritas dalam mendukung pelaksanaan Program Pembangunan Nasional, antara lain melalui peningkatan pendapatan kelompok masyarakat miskin serta meningkatkan produktifitas dan akses Usaha Mikro dalam memenuhi kebutuhan pendanaan modal usaha, yang merupakan langkah penting dalam mendukung terciptanya iklim usaha yang kondusif serta mengurangi Kemiskinan dan pengangguran.
Permasalahan yang dihadapi Usaha Mikro yang jumlahnya hampir mencapai 52,18 juta (98,88 %) selama ini masih mengalami kesulitan dan keterbatasan akses dalam memenuhi kebutuhan pendanaan modal usaha melalui Perbankan dan lembaga Keungan lainnya. Sementara disisi lain terdapat potensi dana Zakat, Infak dan shadaqoh (ZIS) yang jumlahnya cukup besar dari partisipasi masyarakat yang merupakan sumber pembiayaan alternative. Untuk itu perlu di optimalisasikan penghimpunan dan pendayagunaan Zakat untuk pemberdayaan usaha mikro melalui KJKS/UJKS Koperasi, sehingga dapat turut serta mendukung program Pemerintah dalam mengurangi kemiskinan dan pengangguran.
Buku Panduan Pengelolaan Zakat Untuk Pemberdayaan Usaha Mikro melalui Koperasi Jasa Keuangan Syariah /Unit Jasa Keuangan Syariah Koperasi (KJKS/UJKS) ini merupakan panduan yang dapat memberikan gambaran dan informasi mengenai Optimalisasi Penghimpunan dan
ii
Pendayagunaan Zakat untuk Pemberdayaan Usaha Mikro Miskin (Mustahik) oleh KJKS/UJKS.
Hal-hal yang tersaji dan terurai dalam buku ini mencakup mengenai pengertian Zakat, Zakat untuk pendanaan usaha Mikro, Kelembagaan Zakat oleh KJKS/UJKS, Pengelolaan Zakat untuk Pemberdayaan Usaha Mikro, Pembinaan, Monitoring dan Pelaporan.
Diharapkan buku ini dapat menjadi panduan dan bermanfaat bagi masyarakat khususnya KJKS/UJKS yang ingin memiliki Unit Pengelola Zakat/Mitra Pengelola Zakat (UPZ/MPZ) KJKS/UJKS, dalam rangka pemberdayaan usaha mikro guna mendorong pertumbuhan ekonomi dan kewirausahaan pada masyarkat miskin .
Jakarta, Pebruari 2012Kementerian Koperasi dan UKM
Deputi Bidang Pembiayaan
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................. iiDAFTAR ISI ................................................................................. iiiDAFTAR GAMBAR ....................................................... vii
BAB 1 PENDAHULUAN PENDAHULUAN .................................................................................... 11
A. LATAR BELAKANG ................................................. 1
B. MAKSUD DAN TUJUAN .......................................... 9
C. SISTEMATIKA ........................................................ 9
D. PENGERTIAN .......................................................... 11
BAB 2
ZAKAT DAN PEMBERDAYAAN USAHA ZAKAT DAN PEMBERDAYAAN USAHA MMIKROIKRO .................................................................................................................... 1515
A. ZAKAT SEBAGAI INSTRUMEN PEMERATAAN ..... 15
B. POTENSI ZAKAT DI INDONESIA ........................... 21
C. PEMANFAATAN ZAKAT UNTUK PENDANAAN
USAHA MIKRO ......................................................... 23
BAB 3
PERAN PERAN KJKS/UJKS KOPERASI DALAM KJKS/UJKS KOPERASI DALAM PENGELOLAAN ZAKATPENGELOLAAN ZAKAT ...................................................... 30
A. LANDASAN OPERASIONAL .................................... 33
B. PEMBENTUKAN UNIT MANAJEMEN ZAKAT KJKS/
UJKS KOPERASI ..................................................... 35
1. Dasar Pembentukan Unit Manajemen Zakat ...... 35
iv
2. Prinsip Pembentukan Unit Manajemen Zakat ..... 36
3. Persyaratan Pembentukan Unit Manajemen
Zakat ................................................................... 39
4. Penetapan Pembentukan Unit Manajemen
Zakat ................................................................... 40
C. POLA KERJASAMA LAZ DENGAN KJKS/UJKS
KOPERASI ............................................................... 42
BAB 4
OPERASIONALISASI UNIT MANAJEMEN OPERASIONALISASI UNIT MANAJEMEN ZAKAT KJKS/UJKS KOPERASI ZAKAT KJKS/UJKS KOPERASI .................................... 4848
A. ORGANISASI UNIT MANAJEMEN ZAKAT KJKS/UJKS
KOPERASI ................................................................ 48
B. PENGHIMPUNAN ZAKAT ....................................... 55
C. POLA PENGHIMPUNAN ZAKAT ............................ 61
D. PENYALURAN ZAKAT ............................................ 65
E. ADMINISTRASI KEUNGAN PENGELOLAAN ZAKAT
OLEH UNIT MANAJEMEN ZAKAT KJKS/UJKS
KOPERASI ............................................................... 69
BAB 5
PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN
PELAPORAN PELAPORAN ...................................................................................................... 7373
A. PEMBINAAN DAN PENGAWASAN ........................ 73
B. PELAPORAN ............................................................ 73
1.Kementerian Koperasi dan UKM RI ...................... 69
v
2.Pelaporan MPZ ...................................................... 72
3.2. Pelaporan Dinas Koperasi Kabupaten/Kota
4.3. Pelaporan Dinas Koperasi Provinsi
5.4. Pelaporan Lembaga Amil Zakat
6.Pelaporan Kementerian Koperasi dan UKM
7. Dinas yang membidangi Koperasi dan UKM
Provinsi ................................................................ 70
8. Dinas yang membidangi Koperasi dan UKM Kabupaten/Kota
...........................................................................72
9. LAZ ........................................................................... 73
1.
BAB 6 PENUTUPPENUTUP.................................................................................................................. 7878
LAMPIRAN ................................................................... 81
1. Permohonan Sertifikat kemitraan Pengelola Zakat .. 82
2. Laporan Keuangan ................................................... 84
3. Penghimpunan Zakat ............................................... 87
4. Pendistribusian Zakat Infaq dan Shodaqoh ............. 88
vi
DAFTAR GAMBARDAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Alur Proses Pembentukan Unit Manajemen
Zakat KJKS/UJKS Koperasi ..................... 20
Gambar 2 Organisasi Kerjasama unit KJKS/UJKS Koperasi
dengan LAZ ............................................. 21
Gambar 3 Sturktur Organisasi Unit Manajemen Zakat
KJKS/UJKS Koperasi .............................. 24
Gambar 4 Model Penyaluran Dana ZIS dengan Pembiayaan
Qordhulhasan ........................................... 35
Gambar 5 Model Kerjsama antara LAZ dengan KJKS/UJKS
Koperasi ................................................... 35
vii
BAB IPENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Menggerakkan ekonomi rakyat sesungguhnya
merupakan kewajiban mutlak dari suatu negara. Bagi
bangsa Indonesia yang berdasarkan Pancasila, membangun
dan mengembangkan ekonomi kerakyatan adalah untuk
mencapai kemakmuran sebagai pengamalan sila ke-lima
“Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Aplikasi
kebijakan perekonomian yang bercorak kerakyatan untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam jangka pendek di
arahkan pada tujuan mengurangi kemiskinan dan
pengangguran, salah satunya adalah dengan membangun
dukungan yang kuat kepada usaha mikro kecil dan
menengah (UMKM).
Peranan UMKM sebagai tulang punggung ekonomi
rakyat menjadi sangat strategis dalam penciptaan
kesempatan kerja sekaligus pada saat yang sama berperan
dalam hal pengurangan pengangguran. Dalam pengertian
secara luas, penumbuhan UMKM akan memilliki kontribusi
yang signifikan dalam upaya penanggulangan kemiskinan.
Oleh karena itu Pemberdayaan UMKM merupakan bagian
elementer dalam penanggulangan kemiskinan, karena
1
disinilah kunci pemutus mata rantai kemiskinan melalui
perluasan kesempatan kerja dan peningkatan pendapatan
masyarakat.
Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010,
pelaku usaha di Indonesia 99,92% tergolong sebagai pelaku
usaha mikro dan kecil (UMK) yang terdiri dari usaha mikro
sebanyak 53,2 juta unit (98,85%) dan usaha kecil 573,6 ribu
unit (1,07%). Jumlah UMK pun mengalami pertumbuhan
yang begitu pesat, dari yang semula pada tahun 2010
sebesar 53,78 juta unit dan diprediksikan pada tahun 2011
menjadi 55,16 juta unit. Gambaran tersebut menunjukkan
bahwa sesungguhnya perekonomian Indonesia secara riil
digerakkan oleh para pelaku usaha mikro dan kecil. Data
BPS juga menunjukkan bahwa pelaku usaha mikro, kecil
dan menengah memberikan andil besar dalam
perekonomian nasional dan daerah, kontribusinya secara
total dalam PDB sebesar 44,10%, dan mampu menyerap
tenaga kerja sebesar 94,53% dari total tenaga kerja
nasional.
Sesuai data statistik tersebut mengisyaratkan bahwa
UMKM dalam perekonomian nasional telah menunjukkan
peran sebagai berikut : (1) Pemain utama dalam kegiatan
ekonomi di berbagai sektor usaha, (2) Penyedia lapangan
kerja terbesar, (3) Pelaku penting dalam pemberdayaan dan
2
pengembangan ekonomi masyarakat, (4) Pencipta pasar
baru dan sumber inovasi.
Mencermati jumlah UMKM yang demikian besar, agar
mampu memberikan kontribusi yang lebih besar pada
Produk Domestik Bruto, maka perlu meningkatkan kapasitas
dan memberdayakan UMKM tersebut. Hal ini harus menjadi
fokus perhatian pemerintah khususnya Kementerian
Koperasi dan UKM. Upaya tersebut sekaligus mengarahkan
untuk menaikkan peringkat, setidak-tidaknya dari usaha
mikro menjadi usaha kecil dan dari usaha kecil menjadi
usaha menengah. Potensi peningkatan usaha tersebut
sangat layak, terutama bagi para pelaku usaha mikro yang
jumlahnya secara nasional sedemikian besar. Pembinaan
tersebut menjadi sangat relevan mengingat usaha mikro
mempunyai karakteristik positif dan unik yang tidak
selalu dimiliki oleh usaha non mikro, antara lain : (1)
Perputaran usaha umumnya tinggi. (2) Tidak sensitive
terhadap suku bunga (3) Tetap berkembang walau dalam
situasi krisis ekonomi dan moneter, (4) Pada umumnya para
pelaku usaha mikro bersikap tekun, polos, jujur dan dapat
menerima bimbingan, sepanjang dapat dilakukan dengan
pendekatan yang tepat.
Pelaku UMKM terutama mereka yang berada pada
segmen usaha mikro, dalam mengawali atau
mengembangkan usaha sering menghadapi persoalan klasik
3
yaitu sumber daya financial (permodalan), dimana
pemupukan modal sendiri (self financing) sangat terbatas
dan di lain pihak akses terhadap sumber-sumber
pembiayaan masih sangat sulit diperoleh dikarenakan
adanya hambatan internal maupun eksternal. Selama ini
usaha mikro dan kecil (UMK) belum efektif dalam
memanfaatkan berbagai pembiayaan usaha yang
disediakan oleh perbankan dan lembaga keuangan bukan
bank serta lembaga keuangan formal lainnya. Penyebabnya
antara lain adalah: (1) Masih rendahnya kredibilitas UMK
dari sudut analisa perbankan (2) Persyaratan administrasi
dan prosedur pengajuan pembiayaan yang rumit dan
birokratis, (3) Adanya persyaratan harus menyediakan
jaminan kredit yang tidak mudah untuk dipenuhi oleh
pengusaha mikro dan kecil, (4) Informasi yang tidak
merata mengenai layanan pembiayaan yang dapat
dimanfaatkan oleh pelaku UMK, dan (5) Sebagian besar
para pelaku usaha, khususnya uasaha mikro bergerak pada
sektor-sektor informal.
Untuk memberikan akses permodalan kepada UMK
ini, lebih optimal diberdayakan secara berkelompok
melalui koperasi, sesuai dengan azas koperasi yaitu
kebersamaan dan kerjasama. Misalnya, melalui koperasi
para pelaku UMK yang bergerak pada usaha-usaha
produksi, secara bersama-sama dapat menjual produk yang
4
dihasilkan disamping membeli input dan prasarana secara
bersama-sama pula. Dalam kebersamaan itu, akan terjadi
penguatan kemampuan bersaing, baik dalam hal penawaran
maupun permintaan. Dengan kebersamaan itu pula akan
dapat diwujudkan “economic of scale“ serta “economic of
scope” yang menekan besarnya komponen biaya seperti
biaya transportasi atau biaya-biaya lainnya sehingga dapat
dicapai efisiensi teknis dan ekonomis dalam kegiatan usaha
yang dijalankan para anggota koperasi. Demikian halnya
dalam aspek pembiayaan dan permodalan para pelaku
usaha dapat bergabung dalam wadah koperasi untuk
membangun lembaga keuangan sendiri yang mampu
memberikan pelayanan pembiayaan dan permodalan.
Pemerintah selama ini telah memberikan perhatian
yang sungguh-sungguh melalui penerbitan berbagai
kebijakan dan program. Kebijakan tersebut dimaksudkan
untuk mendorong dan mendukung perluasan akses
pembiayaan, seperti misalnya melalui Program Bantuan
Perkuatan Permodalan Dana Bergulir dan Bantuan Sosial
bagi usaha mikro melalui KSP/KJKS, fasilitasi perkuatan
permodalan melalui PKBL BUMN, bantuan sertipikasi hak
atas tanah bagi UMK, Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat (PNPM) Mandiri, fasilitasi penyaluran Kredit
Usaha Mikro dan Kecil dari dana SUP 005, skema Kredit
Usaha Rakyat (KUR) dan lain sebagainya. Program-program
5
tersebut pada kenyataannya belum secara optimal dapat
memenuhi kebutuhan pendanaan bagi UMK yang ada,
khususnya untuk pemberdayaan usaha mikro yang
difokuskan pada penumbuhan dan pengembangan para
pelaku usaha baru untuk modal awal (start up capital) dan
pemberian tambahan modal (seed capital) bagi pelaku
usaha yang akan mengembangkan yang masih berskala
mikro. Keberadaan program-program tersebut jumlahnya
kurang memadai, mengingat tidak sebandingnya
kapasitas program/kegiatan dengan kebutuhan usaha
mikro. Untuk melengkapi program dan sekaligus dalam
rangka upaya mengatasi kendala dan permasalahan yang
dihadapi para pelaku usaha mikro tersebut salah satu
langkah yang dilakukan oleh Kementerian Koperasi dan
UKM khususnya Deputi Bidang Pembiayaan adalah
mencari sumber-sumber pendanaan alternative yakni dana
yang berada ditengah-tengah masyarakat yaitu zakat, infaq,
shadaqah dan wakaf (ziswaf).
Zakat merupakan konsep ajaran Islam yang
mendorong nilai perbaikan ekonomi rakyat dalam rangka
mengurangi kemiskinan. Sebagai ajaran agama yang
mengandung dimensi perbaikan ekonomi, pengelolaan zakat
juga sudah diarahkan untuk manfaat strategis yang dikenal
dengan istilah zakat produktif.
6
Pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan
zakat untuk usaha ekonomi produktif bagi para pelaku usaha
mikro yang masuk dalam kategori dhuaffa dapat dilakukan
oleh koperasi (yang pengurusnya beragama Islam
khususnya KJKS/UJKS Koperasi). Secara formal peluang
tersebut diatur baik melalui Undang-Undang maupun
berbagai ketentuan dan peraturan pelaksananya. Peraturan
Menteri Koperasi dan UKM melalui Surat Keputusan
Menterio No. 91 Tahun 2004 tentang Pelaksanaan Kegiatan
Usaha Jasa Keuangan Syariah menyatakan bahwa
KJKS/UJKS Koperasi selain dapat menjalankan kegiatan
pembiayaannya (tamwil), juga dapat menjalankan kegiatan
Maalnya yaitu menghimpun dan menyalurkan zakat, infak
dan sadaqah, termasuk wakaf. Sementara UU No. 38/1999
sebagaimana diubah dengan UU No. 23/2011 tentang
Pengeolaan Zakat dan UU No.41/2004 tentang Wakaf
memberikan peluang kepada koperasi sebagai badan
hukum dapat berpartisipasi dalam mengelola dan
mendayagunakannya, atau sebagai “agent of asset
distribution” bagi para pelaku usaha mikro dan kecil.
Melalui kegiatan penghimpunan ZISWAF ini, KJKS/UJKS
Koperasi dapat berfungsi sebagai lembaga sosial,
sedangkan melalui kegiatan pembiayaan, investasi dan
simpanan dapat berfungsi sebagai lembaga bisnis yang
profit oriented dengan dengan konsep syariah (bagi hasil).
7
Sejalan dengan ketentuan formal tersebut, untuk
mewujudkan akses pendanaan bagi usaha mikro melalui
pendayagunaan zakat, Kementerian Koperasi dan UKM
melakukan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Membangun aliansi strategis melalui pendekatan
KJKS/UJKS Koperasi sebagai mitra pengelola zakat dari
Lembaga Amil Zakat.
2. KJKS/UJKS Koperasi membentuk Unit Manajemen Zakat
(UMZ) yang berfungsi melaksanakan penghimpunan dan
pendistribusian zakat serta pencatatan dan pelaporan
atas pendayagunaan zakat kepada Lembaga Amil Zakat.
3. Lembaga Amil Zakat meberikan pembinaan dan
peningkatan kapasitas Unit Manajemen Zakat
Melalui kerjasama tersebut membuat KJKS/UJKS Koperasi
memiliki legalitas dan peran yang lebih leluasa dalam
pengelolaan zakat untuk pemberdayaan ekonomi rakyat,
karena Unit Manajemen Zakat (UMZ) KJKS/UJKS Koperasi
sebagai mitra LAZ memiliki Surat Keputusan dan Sertifikat
Operasional dari LAZ.
8
B. MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud disusunnya pedoman ini adalah untuk
memberikan referensi dan panduan bagi KJKS/UJKS
Koperasi, Lembaga Amil Zakat dan lintas pelaku terkait
dalam kegiatan sosialisasi, bimbingan teknis, inisiasi,
pembentukan dan pengelolaan Zakat oleh KJKS/UJKS
Koperasi dengan tujuan :
1. Mengembangkan pembiayaan untuk modal awal dan
atau pengembangan usaha bagi fakir miskin sebagai
pelaku usaha mikro
2. mendorong perluasan akses dan sumber-sumber
pembiayaan bagi usaha mikro oleh KJKS/UJKS
Koperasi.
3. Mewujudkan pengelolaan Zakat oleh KJKS/UJKS
Koperasi secara profesional dan sesuai prinsip syariah.
4. Mewujudkan peran KJKS/UJKS Koperasi dalam
pemberdayaan ekonomi rakyat.
C. SISTEMATIKA
Pedoman ini disusun dengan sistematika sebagai
berikut:
1. Bab I Pendahuluan, memaparkan latar belakang,
maksud dan tujuan dan sistematika.
9
2. Bab II Zakat dan Pemberdayaan Usaha Mikro,
menjelaskan Filosofi Zakat, Dasar Hukum dalam
Penghimpunan, Pemanfaatan serta Manajemen
Pengelolaan Zakat dan Kerangka Dasar Hukum Syariah
(Fiqh) dalam Pendistribusian Zakat untuk Pendanaan
Usaha Mikro
3. Bab III Koperasi Jasa Keuangan Syariah Dalam
Mengelola Zakat, menerangkan, menjelaskan Prasyarat
Kelembagaan, Kemitraan dan Teknis Operasional unit
manajemen zakat KJKS/UJKS Koperasi
4. Bab IV Operasionalisasi Unit Manajemen Zakat
Koperasi, membahas Pengelolaan Operasional Zakat
untuk Pemberdayaan Usaha Mikro, baik Pengumpulan
Zakat (Fund Raising), Penyaluran Zakat serta
Administrasi Zakat dalam hal pencatatan serta
penyusunan Laporan Keuangan
5. Bab V Pembinaan, Monitoring dan Pelaporan,
mengungkap pola pembinaan di tingkat nasional, provinsi
hingga kabupaten/ kota serta bentuk pembinaan yang
dapat dilakukan, serta, membeberkan pentingnya
Pengawasan dan Evaluasi Program untuk berbagai pihak
dan model atau Pelaporan yang harus disusun.
10
6. Bab VI Penutup, menyimpulkan implikasi (arti penting)
Program Pengelolaan Zakat terhadap Penumbuhan dan
Pemberdayaan Usaha Mikro oleh unit manajemen zakat
KJKS/UJKS Koperasi.
D. PENGERTIAN
Amil : Institusi yang bertugas untuk mengurus zakat, yakni memungut, mencatat, menjaga dan mendistribusikan harta zakat.
BAZNAS : Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) adalah pengelola ZIS nasional yang dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden No. 8 tahun 2001, tanggal 17 Januari 2001 dengan tugas memungut zakat dan infaq dari gaji (zakat/infaq profesi).
LAZ : Lembaga Amil Zakat adalah lembaga penghimpun dan penyalur zakat yang didirikan oleh pihak non-pemerintah.
Fakir Miskin : Orang yang sama sekali tidak mempunyai kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pokok yang layak bagi kemanusiaan atau orang yang mempunyai sumber mata pencaharian tetapi tidak memenuhi kebutuhan pokok yang layak bagi kemanusiaan.
Fundraising : Penghimpunan dana ZIS yang berasal dari perorangan, kelompok masyarakat dan badan atau perusahaan.
Infaq dan : Pemberian yang diberikan oleh
11
Shodaqoh seorang muslim kepada orang lain secara spontan dan sukarela tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu.
Kemiskinan : Sebuah kondisi yang berada di bawah garis nilai standar kebutuhan minimum yang meliputi sandang, pangan, dan papan, serta lazim disebut garis kemiskinan (poverty line) atau batas kemiskinan (poverty threshold)
Koperasi : Badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan.
KJKS : Koperasi Jasa Keuangan Syariah, adalah koperasi yang kegiatan usahanya bergerak di bidang pembiayaan, investasi, dan simpanan sesuai pola bagi hasil (syariah).
UJKS : Unit Jasa Keuangan Syariah Koperasi, selanjutnya disebut UJKS, adalah unit usaha pada koperasi yang kegiatan usahanya bergerak di bidang pembiayaan, investasi, dan simpanan dengan pola bagi hasil (syariah), sebagai bagian dari kegiatan usaha koperasi yang bersangkutan.
Mustahik : Penerima dana zakat atau termasuk dari salah satu kelompok dari delapan asnaf yang telah diatur oleh agama
12
Muzaki : Orang yang membayar zakat
Munfik : Orang yang membayar infak
Nisab : Batas jumlah tertentu sesuai dengan ketetapan syara' atas harta kena zakat
Pengangguran : Orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak
Qardhulhasan : Pembiayaan yang bersifat sosial atau kebajikan (nirlaba) untuk calon mitra tergolong mustahik dengan pola KJKS tidak mendapatkan keuntungan atas pembiayaan ini, dan mitra hanya mengembalikan pokok pembiayaan
Usaha Produktif : Segala jenis usaha ekonomi yang dilakukan oleh individu atau kelompok masyarakat yang mempunyai transaksi hasil usaha harian, mingguan, bulanan, musiman maupun tahunan
UMZ : Unit Manajemen Zakat adalah unit kegiatan pengelolaan zakat pada KJKS/UJKS Koperasi yang bermitra dengan LAZ
Zakat : Bagian dari harta dengan persyaratan tertentu (nisab), yang Allah SWT mewajibkan kepada pemiliknya untuk diserahkan kepada yang berhak menerimanya
13
(mustahik), dengan persyaratan tertentu
Zakat Maal : Zakat yang dikenakan atas harta (maal) yang dimiliki oleh individu atau lembaga dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan secara hukum (syara). Maal berasal dari bahasa Arab yang secara harfiah berarti 'harta'.
Zakat Profesi : Zakat yang dikeluarkan dari penghasilan profesi (hasil profesi) bila telah mencapai nisab. Profesi dimaksud mencakup profesi pegawai negeri atau swasta, konsultan, dokter, notaris, akuntan, artis, wiraswasta, dll.
ZIS : Zakat, Infaq, Shodaqoh
14
BAB II
ZAKAT DAN PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO
D. ZAKAT SEBAGAI INSTRUMEN PEMERATAAN
Dalam ajaran Islam zakat adalah rukun Islam ketiga yang
memiliki fungsi sebagai alat distribusi aliran kekayaan dari
golongan kaya (the have) kepada golongan tidak berpunya
(the have not). Zakat merupakan istrumen resmi yang
diarahkan untuk menciptakan pemerataan dan keadilan bagi
masyarakat, sehingga taraf kehidupan masyarakat dapat
ditingkatkan. Zakat disamping dalam kategori ibadah
mahdhoh juga memiliki dimensi ekonomi, bahkan dalam
perspektif ilmu ekonomi zakat dapat pula dijadikan sebagai
instrument utama kebijakan fiskal.
Oleh karena itu Islam mengajarkan bahwa kepemilikan harta
yang dikuasai oleh individu atau orang perorangan tidaklah
bersifat mutlak. Hal tersebut disebutkan dalam Al Quran
Surat Adzdzariyat (51) ayat 19 dan juga surat Al Maarij (70)
Ayat 24 dan 25. Ayat tersebut harus dipahami bahwa
sesungguhnya tidak ada kepemilikan aset kekayaan yang
bersifat mutlak. Ada bagian prosentase tertentu yang diatur
oleh syar’i sebagai milik orang lain, yaitu milik kelompok fakir
15
miskin atau dhuaffa. Pernyataan Allah SWT yang
menegaskan bahwa ada bagian tertentu dalam harta
seseorang yang bukan merupakan miliknya, menunjukkan
bahwa harta tersebut harus dialihkan dan didistribusikan
kepada pihak lain yaitu orang-orang yang membutuhkan.
Zakat dalam hal ini berperan sebagai istrumen yang
mengatur aliran distribusi pendapatan dan kekeyaan.
Sebagaimana zakat secara etimologi bermakna
pertumbuhan dan pertambahan. Hal ini mengacu kepada
pendapat Ibn Faris yang mengatakan bahwa zakat memiliki
akar kata yang mengacu pada makna al-nama’ dan al-
ziyadah yang berarti pertumbuhan dan pertambahan. Ibn
Manzhur mengartikan zakat sebagai kebaikan dan
penyucian.
Secara terminologi, zakat memiliki makna yang
bervariasi. Ulama fiqih dalam lingkungan mazhab syafi’i
mendifinisikan zakat sebagai “istilah tentang suatu ukuran
tertentu dari harta yang telah ditentukan, yang wajib
dibagikan kepda golongan tertentu dengan syarat-syarat
yang telah ditentukan”. Yusuf al-Qardhawi mendifinisikan
zakat sebagai bagian tertentu dari harta yang diwajibkan
Allah SWT untuk diberikan kepada orang-orang yang
berhak. Dari dua pengertian zakat secara terminology dapat
disimpulkan bahwa diantara tujuan zakat adalah membantu
orang yang mengalami kesulitan dalam masalah ekonomi.
16
Zakat merupakan syariat agama yang sudah ada sejak
sebelum Islam. Hal ini dapat dilihat di dalam al-quran
diantaranya didalam surat al-maidah ayat 12 :
“Dan sesungguhnya Allah telah mengambil perjanjian (dari) Bani Israel dan telah Kami angkat di antara mereka dua belas orang pemimpin dan Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku beserta kamu, sesungguhnya jika kamu mendirikan shalat dan menunaikan zakat serta beriman kepada rasul-rasul-Ku dan kamu bantu mereka dan kamu pinjamkan kepada Allah pinjaman yang baik sesungguhnya Aku akan menghapus dosa-dosamu. Dan sesungguhnya kamu akan Kumasukkan ke dalam surga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai. Maka barang siapa yang kafir di antaramu sesudah itu, sesungguhnya ia telah tersesat dari jalan yang lurus".
Surat maryam, ayat 55 :
“Dan ia menyuruh ahlinya untuk bershalat dan menunaikan zakat, dan ia adalah seorang yang diridai di sisi Tuhannya”.
Surat maryam, ayat 31
17
”dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup;
Selain didalam ajaran nabi-nabi yang terdahulu,
konsep zakat juga ditemui pada agama Hindu, Budha, dan
Konfusu. Hindu misalnya, menggunakan istilah datria
datriun yang dapat diartikan sebagai anjuran kepada
penganutnya untuk mengeluarkan sebagian hartanya pada
kondisi tertentu. Orang yang berhak menerima harta disebut
danapatra. Agama Budha menggunakan konsep sutta
nipata yang memiliki 5 pilar yaitu : memberI dengan iman,
meberi dengan seksama, memberi dengan segera, memberI
dengan sepenuh hati dan memberi untuk tidak
mencelakakan diri sendiri dan orang lain. Dalam ajaran
Konfusian, konsep zakat dikenal dengan cara
membayarkan dua persepuluh dari harta kepada raja.
Ajaran Yahudi menggunakan istilah ma’sartu atau ma’ser
dibayarkan kepada rumah ibadah atau raja untuk membayar
pegawainya. Agama Kristen yaitu sepersepuluh dari harta
mesti diberikan gereja untuk pemeliharaan kelembagaan,
dukungan untuk pendeta dan membantu orang miskin.
Dalam ajaran Islam, zakat terkonsep sistematis dan
terperinci dengan tujuan untuk mencapai kesejahteraan
masyarakat yang masuk dalam golongan ashnaf. Ada
beberapa implikasi penting dari tuntunan zakat, yakni:
18
a) Zakat merupakan kewajiban syar’i dan salah satu dari
rukun Islam yang sangat penting setelah syahadat dan
shalat.
Kata zakat dalam bentuk ma’rifah (definisi) disebut
tiga puluh kali di dalam Qur’an, diantaranya 27 (dua
puluh tujuh kali) disebutkan dalam satu ayat bersama
shalat. Hal ini menegaskan adanya kaitan komplementer
antara ibadah shalat dan zakat. Jika shalat berdimensi
vertikal-ketuhanan, maka zakat merupakan ibadah yang
berdimensi horizontal-kemanusiaan.
b) Zakat merupakan ibadah yang tidak saja merupakan
ibadah ritual semata tetapi juga mempunyai dampak
ekonomi dan sosial yang sangat luas.
Zakat berperan sebagai Ibadah maaliyah Ijtima’iyyah
(ibadah harta yang berdimensi sosial) yang memiliki
posisi penting, strategis dan menentukan, baik dari sisi
pelaksanaan ajaran Islam maupun dari sisi pembanguna
kesejahteraan umat. Maknanya, zakat merupakan ibadah
yang memiliki peran strategis dalam konteks ekonomi
keumatan yang akan memberikan dampak kesejahteraan
dan kemakmuran bagi orang banyak.
c) Zakat pada tataran filosofis adalah ajaran keadilan.
Zakat merupakan konsekuensi logis dari prinsip harta
milik dalam ajaran Islam yang fundamental, yakni
19
haqqullah (milik Allah yang dititipkan kepada manusia).
Zakat dalam Islam adalah hak fakir miskin yang tersimpan
dalam kekayaan orang kaya. Hak itu ditetapkan oleh
pemilik kekayaan yang sebenarnya, yaitu Allah SWT.
Oleh karena itu, zakat adalah salah satu instrumen
pemerataan pendapatan dengan cara zakat yang
dihimpun tersebut dikelola dengan baik sehingga tercipta
pertumbuhan ekonomi sekaligus pemerataan
pendapatan.
d) Zakat berfungsi sebagai pembeda antara keislaman dan
kekafiran, antara keimanan dan kemunafikan serta antara
ketaqwaan dan kedurhakaan.
Menurut Yusuf Qardlawi sesuai dengan bunyi ayat 6 dan
7 Surat Fushshilat, menyebut bahwa seorang mukmin
yang tidak mengeluarkan zakat tidak berbeda dengan
orang musyrik.
e) Zakat akan mendorong umat untuk menjadi menjadi
muzakki sehingga akan meningkatkan etos kerja dan
etika bisnis yang benar.
Dalam Al-Quran, tidak ada perintah agar orang menerima
zakat , infaq dan sedekah. Sebaliknya, yang ada justru
perintah untuk agar orang mengeluarkan zakat, infaq dan
sedekah.
20
f) Zakat merupakan ibadah yang secara eksplisit disebutkan
adanya pengelola.
Istilah amil seperti yang diisyaratkan dalam surat At-
Taubah ayat 103. Artinya, pengelolaan zakat harus
dilakukan dengan transparan, akuntabel dan professional.
Rasulullah mengundang-undangkan zakat secara
formil kepada seluruh umat islam pada tahun ke 2 (dua)
hijriyah. Harta-harta diberikan syarat-syarat tertentu hingga
dikenakan kewajiban zakat. Rasulullah juga menunjuk
beberapa diantara sahabat beliau untuk menjadi pejabat
urusan zakat. Rasulullah juga menentukan kreteria orang-
orang yang berhak menerima zakat.
B. POTENSI ZAKAT DI INDONESIA
Potensi zakat di Indonesia yang dapat dikumpulkan
dari masyarakat sangat besar. Menurut sebuah sumber,
potensi zakat di Indonesia mencapai hampir 20 triliun per
tahun. Hasil penelitian Pusat Bahasa dan Budaya UIN Syarif
Hidayatullah dan Ford Foundation Tahun 2005
mengungkapkan, jumlah potensi filantropi (kedermawanan)
umat Islam Indonesia mencapai Rp 19,3 triliun. Di antara
potensi tersebut, Rp 5,1 triliun berbentuk barang dan Rp
14,2 triliun berbentuk uang. Jumlah dana sebesar itu,
21
sepertiganya masih berasal dari zakat fitrah (Rp 6,2 triliun)
dan sisanya zakat harta Rp 13,1 triliun.
Salah satu temuan menarik dari hasil penelitian
tersebut adalah bahwa 61 % zakat fitrah dan 93 % zakat
maal diberikan langsung kepada penerima. Penerima
zakat fitrah dan zakat maal terbesar (70 persen) adalah
masjid-masjid. Badan Amil Zakat (BAZ) pemerintah hanya
mendapatkan 5 persen zakat fitrah dan 3 persen zakat maal,
serta Lembaga Amil Zakat (LAZ) swasta hanya 4 persen
zakat maal.
Lebih lanjut hasil kajian Badan Amil Zakat Nasional
dengan Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) IPB pada
Juni 2011, mengklasifikasikan potensi zakat nasional ke
dalam tiga kelompok besar. Pertama, potensi zakat rumah
tangga secara nasional. Kedua, potensi zakat industri
menengah dan besar nasional, serta zakat BUMN. Potensi
yang dihitung pada kelompok yang kedua adalah zakat
perusahaan, dan bukan zakat direksi serta karyawan.
Ketiga, potensi zakat tabungan secara nasional. potensi
zakat rumah tangga secara nasional mencapai angka Rp
82,7 triliun. Angka ini equivalen dengan 1,30 persen dari
total PDB. Sedangkan potensi zakat industri mencapai
angka Rp 114,89 triliun. Pada kelompok industri ini, industri
pengolahan menyumbang potensi zakat sebesar Rp 22
triliun, sedangkan sisanya berasal dari kelompok industri
22
lainnya. Adapun potensi zakat BUMN mencapai angka Rp
2,4 triliun.
C. PEMANFAATAN ZAKAT UNTUK PENDANAAN USAHA
MIKRO
Zakat sebagai instrument ekonomi dalam Islam
tampak belum dikelola secara maksimal, sehingga belum
dapat menunjukan secara signifikan pemanfaatannya
terhadap peningkatan kehidupan ekonomi rakyat;
terutama dalam rangka pengentasan kemiskinan dan
perluasan kesempatan kerja.
Selama ini zakat lebih banyak diberikan untuk hal-hal
bersifat konsumtif, sehingga tidak memiliki dampak
perubahan secara ekonomi bagi mustahik. Padahal zakat
secara bahasa (lughat), berarti: tumbuh; berkembang dan
berkah (HR. At-Tirmidzi). Selain dapat berarti
membersihkan atau mensucikan (QS. At-Taubah : 10).
Kajian sejarah mencatat bahwa penyaluran zakat
secara produktif ini pernah terjadi di zaman Rasulullah SAW.
Dalam sebuah hadits riwayat Imam Muslim dari Salim Bin
Abdillah Bin Umar dari ayahnya, disebutkan bahwa
Rasulullah telah memberikan zakat kepadanya lalu
menyuruhnya untuk dikembangkan atau disedekahkan lagi.
Pada era Khalifah Umar Bin Abdul Azis, sistem pengelolaan
23
dana zakat diberikan kepada mereka yang memiliki daya beli
rendah sehingga dapat meningkatnya daya beli mereka, secara
langsung zakat ikut merangsang tumbuhnya demand atau permintaan dari
masyarakat, yang selanjutnya mendorong meningkatnya suplai. Dengan
meningkatnya konsumsi masyarakat, maka produksi juga akan ikut
meningkat. Jadi, pola distribusi zakat bukan hanya berdampak pada
hilangnya kemiskinan absolut, tapi juga dapat menjadi faktor stimulan
bagi pertumbuhan ekonomi di tingkat makro.
Berkenaan dengan zakat produktif, menurut K.H.
Didin Hafidhuddin M.Sc., disyaratkan bahwa yang berhak
memberikan zakat yang bersifat produktif adalah yang
mampu melakukan pembinaan dan pendampingan
kepada para mustahiq agar kegiatan usahanya dapat
berjalan dengan baik. Di samping melakukan pembinaan
dan pendampingan kepada para mustahik dalam kegiatan
usahanya, juga harus memberikan pembinaan ruhani dan
intelektual keagamaannya agar semakin meningkat kualitas
keimanan dan keislamanannya.
Selain dalam bentuk zakat produktif, Syekh Yusuf al-
Qardhawi, dalam bukunya yang fenomenal, yaitu Fiqh Zakat,
menyatakan bahwa zakat juga diperkenankan untuk
membangun pabrik-pabrik atau perusahaan-perusahaan
yang selanjutnya kepemilikan dan keuntungannya
24
diperuntukkan bagi kepentingan fakir miskin, sehingga
akan terpenuhi kebutuhan hidup mereka sepanjang masa.
Di Indonesia, pada Bahtsul Masail Diniyah
Maudluiyyah atau pembahasan masalah keagamaan penting
dalam Muktamar ke-28 Nahdlatul Ulama di Pondok
Pesantren Al-Munawwir, Krapyak, Yogyakarta, pada 25-28
November 1989 memberikan arahan bahwa diperbolehkan
zakat produktif dengan maksud untuk meningkatkan
kehidupan ekonomi para mustahiq zakat. Namun, ada
persyaratan penting bahwa para calon mustahiq itu sendiri
sebelumnya harus mengetahui bahwa harta zakat yang
sedianya mereka terima akan disalurkan secara produktif
atau didayagunakan dan mereka memberi izin atas
penyaluran zakat dengan cara seperti itu.
Pengambilan dalil antara lain dari Al-Majmu’ ‘ala
Syarhil Muhadzdzab, juz VI, hlm. 178. Bahwa tidak boleh
bagi petugas penarik zakat dan imam/penguasa untuk
mengelola harta-harta zakat yang mereka peroleh kecuali
para calon penerima zakat telah setuju atau memberikan
kuasa atas pengelolaan zakat itu untuk mereka.
Namun dari penjelasan tersebut diatas ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan untuk distribusi zakat yang
bersifat produktif:
25
Pertama, Mustahiq atau penerima dana zakat adalah salah
satu kelompok dari delapan asnaf yang telah diatur oleh
agama, yaitu kelompok f aqir dan m iskin yaitu orang yang
tidak memiliki penghasilan atau memiliki penghasilan akan
tetapi penghasilannya tersebut tidak mencukupi untuk
memenuhi kebutuhannya, Amil atau petugas zakat, fi
sabilillah yaitu orang yang dengan ikhlas berjuang di jalan
Allah, muallaf yaitu orang yang baru memeluk Islam, ibnu
sabil yaitu yang terputus bekalnya untuk bepergian yang
halal, gharim yaitu orang yang menanggung hutang untuk
keperluan dasar, dan riqab atau membebaskan budak.
Kedua, harus diberikan kepada pribadi mustahiq tidak boleh
diberikan atas nama lembaga atau institusinya, karena zakat
itu dimiliki (hak milik pribadi) mustahik bukan lembaga.
Ketiga, diberikan dalam bentuk hibah bukan dana bergulir
karena sudah menjadi milik mereka. Namun demikian, boleh
saja amil (bukan panitia zakat) dalam hal pembinaan
mustahik dengan pertimbangan kecukupan modal, aspek
pendidikan dan pendampingan usaha, tidak memberikannya
secara langsung akan tetapi dibuat program secara
kelompok dan ditunjuk salah seorang diantara mereka
menjadi ketua kelompoknya. Secara akad, disampaikan di
awal bahwa dana tersebut adalah hak penerima zakat atau
mustahik, namun tidak diterimakan kepada masing-masing
individu mustahiq akan tetapi dikelola bersama menjadi
26
usaha bersama dengan bermodal lebih besar. Tentu
keuntungan dari usaha ini akan diberikan kepada mustahiq,
dan kepemilikan usaha adalah milik bersama para mustahiq.
Beberapa contoh penerapan zakat produktif yang
dilakukan BAZNAS dan LAZ yang ada misalnya:
1. BAZNAS memiliki Program Indonesia Makmur yang
bertujuan untuk menumbuhkan kemandirian mustahiq
dan diharapkan untuk menjadi muzakki. Antara lain
dengan didirikan: a) BAZNAS Central ternak; b) desa
ternak makmur; c) lapak sampah terpadu; d) lumbung tani
organik; e) pemberdayaan kampung nelayan makmur; f)
pemberdayaan perempuan; g) centra ternak domba
cimande.
2. Baitulmaal Muamalat, adalah LAZ yang didirikan oleh
Bank Muamalat mempunyai program KUM3 (Komunitas
Usaha Mikro Muamalat berbasis Masjid) yang
mengembangkan zakat produktif untuk mustahik yang
memiliki usaha mikro dan merupakan jamaah masjid,
Kampung jamur, KJKS KUM3.
3. Dompet Dhuafa, membuat beberapa program seperti,
Lembaga pertanian sehat, kampoeng ternak, mikro kredit
masyarakat mandiri, program lantas berdaya, social
trustfund.
27
4. LAZIS Assalam, lembaga yang memiliki hubungan
kelembagaan dengan Pondok Pesantren Modern Islam
Assalaam menerapkan metode distribusi dana zakat yang
bersifat produktif yang khususnya pada orang-orang
(mustahik) tertentu atau dengan sebutan Masyarakat
Binaan L-ZIS Assalaam. Bentuknya dengan akad
pinjaman atau qardhul hasan kepada mustahik dengan
harapan masyarakat binaan tersebut mampu untuk
memiliki penghasilan yang cukup memenuhi kebutuhan
hidup serta memiliki hubungan ukhuwah islamiyah antar
sesama.
5. Beberapa BAZDA juga telah menggulirkan zakat
produktif seperti:
a. BAZDA Kendal Tahun 2010 telah disalurkan kepada
yang berhak menerima (mustahik) dengan perincian
sebagai berikut zakat Produktif (pedagang kecil),
berupa uang @ Rp.1.000.000,- (satu juta rupiah )
untuk tiap Kecamatan 3 (tiga) orang.
b. BAZDA Provinsi Riau dengan BAZDA Kabupaten
Rokan Hulu memberikan bantuan zakat produktif
perahu hinggaperalatan nelayan, yang disalurkan
melalui sehearing dari sebesar Rp175 juta kepada 25
mustahiq yang setiap harinya mencari nafkah sebagai
28
nelayan tradisional di 3 desa, Kecamatan Bonai
Darussalam dan Kepenuhan pada 23 Juni 2011.
c. BAZDA Kabupaten Agam dan KJKS sebagai
pendamping UKM melakukan MoU dengan mustahik
penerima zakat produktif agar bisa mengelola usaha
produktif secara sungguh - sungguh.
29
BAB IIIPERAN KJKS/UJKS KOPERASI
DALAM PENGELOLAAN ZAKAT
Koperasi adalah kumpulan orang perorang yang mandiri,
yang bersatu secara sukarela untuk memenuhi kepentingan
bersama mereka dalam bidang ekonomi, sosial, kebudayaan
dan aspirasi melalui suatu badan usaha (entreprese) yang
dimiliki bersama dan dikontrol secara deokratis.
Keberadaan Usaha Mikro dan Kecil (UMK) akan lebih
optimal diberdayakan secara berkelompok melalui koperasi,
sesuai dengan azas koperasi yaitu kebersamaan dan
kerjasama. Misalnya, melalui koperasi para pelaku UMK yang
bergerak pada usaha-usaha produksi, secara bersama-sama
dapat menjual produk yang dihasilkan disamping membeli input
dan prasarana secara bersama-sama pula. Dalam
kebersamaan itu, akan terjadi penguatan kemampuan bersaing,
baik dalam hal penawaran maupun permintaan. Dengan
kebersamaan itu pula akan dapat diwujudkan “economic of
scale“ serta “economic of scope” yang menekan besarnya
komponen biaya seperti biaya transportasi atau biaya-biaya
lainnya sehingga dapat dicapai efisiensi teknis dan ekonomis
dalam kegiatan usaha yang dijalankan para anggota koperasi.
30
Sejalan dengan perembangan tuntutan kebutuhan
transaksi yang tidak mengandung perbuatan riba (dengan
sistim bunga) yang dilarang oleh ajaran Islam, sejak awal
1990’an mulai tumbuh dan berkembang Lembaga Keuangan
Mikro yang menjalankan kegiatan usaha simpan pinjam dengan
prinsip syariah. LKM Syariah ini sebagian belum berbadan
hukum formal , namun sebagian lainnya berbadan hukum
koperasi yang selanjutnya dikenal dengan Koperasi Jasa
Keuangan Syariah. Kegiatan bisnis KJKS sepenuhnya
menerapkan prinsip syariah dengan pola bagi hasil.
Berdasarkan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM
Nomor 91/2004 tentang Petunjuk Kegiatan Usaha Jasa
Keuangan Syariah, Koperasi Jasa Keuangan Syariah/Unit Jasa
Keuangan Syariah Koperasi (KKS/UJKS) Koperasi dapat
menjalankan kegiatan pembiayaannya (tamwil), juga dapat
menjalankan kegiatannya maalnya, yaitu menghimpun dan
menyalurkan zakat, infaq dan sadaqah, termasuk wakaf.
Sementara itu jika mengacu pada UU No. 23 Tahun 2011,
bahwa yang berhak menghimpun zakat hanya Badan Amil
Zakat Nasional (BAZNAS) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ). Ini
dapat dilihat pada pasal 6, 17, 18, 38 dan 41. Untuk itu perlu
dilakukan terobosan hukum yang kreatif yang tidak berbenturan
dengan peraturan perundang-undangan yang ada. Oleh
31
karena itu pada 11 November 2011 bertempat di Auditorium
Kementerian Koperasi dan UKM, Jl Rasuna Said, Jakarta Pusat
dilakukan Nota Kesepahaman/ Memorandum of Understanding
(MoU) antara Kementerian Negara Koperasi dan UKM dengan
LAZ Baitulmaal Muamalat dan LAZ Dompet Dhuafa sehingga
KJKS dapat menghimpun dan mengelola ZISWAK bermitra
dengan LAZ yang ada.
Urgensi penting karena peran KJKS/UJKS dalam
pengelolaan Zakat amat sangat vital dengan alasan:
1. Usaha Mikro dan Kecil membutuhkan skim pendanaan
alternatif yang mudah dan murah. Skim ini tidak mungkin
berasal dari dana perbankan. Maka, dana yang paling
mungkin adalah ZIS
2. KJKS/UJKS memiliki basis di akar rumput yang
bersinggungan dengan UMK. Artinya, pengenalan dan
pemahaman atas karakteristik UMK yang bersifat lokal
yang dipahami betul oleh KJKS/ UJKS.
3. Beberapa KJKS/UJKS bahkan telah melakukan skim
pemberdayaan untuk UMK dengan dana-dana ZIS.
4. KJKS/UJKS memiliki kepentingan dalam menciptakan dan
membina anggota yang loyal
Atas dasar tersebut, maka KJKS/UJKS memiliki peran
penting dalam pengelolaan zakat secara professional dan
32
akuntabel. Dan untuk dapat mewujudkannya, maka perlu
melakukan upaya-upaya berikut ini.
A. LANDASAN OPERASIONAL
Landasan operasional kelembagaan Kegiatan Maal
KJKS/UJKS Koperasi merujuk pada:
1. Undang Undang Nomor 25 Tahun 1992, tentang
Perkoperasian;
2. Undang Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang
Perkoperasian;
3. UU Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat;
4. Peraturan Menteri Koperasi Nomor 91 Tahun 2004
tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha
Koperasi Jasa Keuangan Syariah;
Penjabaran dari Keputusan Menteri Koperasi dan UKM
No. 91 tahun 2004 tentang petunjuk pelaksanaan kegiatan
usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah :
1. Pasal 24 mengenai kegiatan maal koperasi Jasa
keuangan Syariah/Unit jasa Keuangan Syariah pasal 24
menyatakan KJKS/UJKS selain menjalankan kegiatan
pembiayaan atau Tamwil, dapat menjalankan kegiatan
maal dan atau kegiatan pengumpulan dan penyaluran
dana Zakat Infak Sodaqoh (ZIS) termasuk wakaf;
33
2. Pasal 25 mengenai Prinsip kerahasiaan pada ayat 1
sampai dengan ayat 4 memuat :
a. KJKS UJKS Koperasi yang menyelenggarakan
kegiatan maal harus dikelola dan di supervisi oleh
penanggung jawab khusus bidang maal;
b. KJKS/UJKS Koperasi yang menjalankan kegiatan
maal wajib memisahkan sistim administrasi dan
laporan keuangan kegiatan maalnya dengan
kegiatan pembiayaan tamwilnya;
c. Kegiatan bidang maal harus mengacu pada
peraturan dan perundang-undangan pengelolaan
zakat, infak dan sodaqoh;
d. Dalam hal pengelolaan baik aspek teknis maupun
aspek legal, maka Kegiatan maal tidak terpisahkan
dari KJKS/UJKS Koperasi;
Berdasarkan aturan tersebut maka dalam pelaksanaan
pengelolaan zakat KJKS/UJKS Koperasi wajib
membentuk Unit Manajemen Zakat yang melakukan
pengelolaan zakat, infaq dan shodaqoh.
34
B. PEMBENTUKAN UNIT MANAJEMEN ZAKAT KJKS/UJKS
KOPERASI
1. Dasar Pembentukan Unit Manajemen Zakat
KJKS/UJKS selain menjalankan kegiatan pembiayaan
atau Tamwil, dapat menjalankan kegiatan maal dan atau
kegiatan pengumpulan dan penyaluran dana Zakat Infak
Sodaqoh (ZIS) termasuk wakaf. Kegiatan baitulmaal
(pengelolaan ZIS) oleh KJKS/UJKS dijabarkan pada
Keputusan Menteri Koperasi dan UKM No. 91 tahun 2004
tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi
Jasa Keuangan Syariah, namun dengan KEPMEN
tersebut diatas KJKS belum memiliki dasar hukum yang
cukup memadai dan kuat dalam melakukan
penghimpunan ZIS di masyarakat sekitar KJKS.
Berdasarkan Undang-undang RI Nomor 23 tahun 2011
tentang Pengelolaan Zakat menyatakan bahwa lembaga
pengelola zakat di Indonesia terdiri dari 2 (dua) macam
yaitu Badan Amil Zakat (BAZ) dan Lembaga Amil Zakat
(LAZ) . BAZ dibentuk oleh Pemerintah, sedangkan LAZ
didirikan oleh masyarakat dan dikukuhkan oleh
Pemerintah melalui Kementerian Agama Republik
Indonesia.
Demikian pula dengan perubahan UU No. 38 Tahun 1999
menjadi UU No. 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan
35
Zakat, bahwa yang berhak menghimpun zakat hanya
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dan Lembaga Amil
Zakat (LAZ). Ini dapat dilihat pada pasal 6, 17, 18, 38
dan 41.
2. Prinsip Pembentukan Unit Manajemen Zakat
Prinsip kemitraan antara KJKS/UJKS koperasi dengan
LAZ sebagai berikut:
a. Sinergitas
Kemitraan yang dibangun berdasarkan kesamaan
kepentingan dalam mengangkat ekonomi umat yang
harus dikerjakan bersama-sama baik di tingkat pusat
maupun daerah. Diharapkan memberikan efek
penguatan kepada kedua belah pihak maupun pada
kemitraan ini, baik dari segi pencitraan, sisi fundraising
dan sebagainya.
b. Kepercayaan
Kemitraan unit manajemen zakat dengan LAZ harus
dibangun dari fondasi kepercayaan (trust), tanpa
kepercayaan kemitraan tidak akan langgeng. Oleh
karena itu kemitraan unit manajemen zakat harus
didampingi secara profesionalisme sehingga dapat
dibangun mekanisme kerjasama yang menjunjung
sikap dan kinerja positif.
36
c. Transparansi
Penguatan kepercayaan akan lebih efektif jika
dikembangkan transparasi/keterbukaan karena
transparansi menjadi awal dari proses akuntabilitas
unit manajemen zakat.
d. Saling Menguntungkan
Pembentukan kemitraan unit manajemen zakat akan
memberikan kemanfaatan KJKS/UJKS Koperasi
antara lain :
1) Legalitas
KJKS/UJKS Koperasi tidak perlu mengajukan izin
kegiatan pengelolaan zakat ke Kanwil Kementerian
Agama Kab/Kota, karena secara hukum sudah sah
bertindak melakukan kegiatan pengumpulan dan
penyaluran zakat.
2) Standarisasi Kualitas secara Manajemen dan
Syariah
(a) Dengan menjadi unit manajemen zakat,
operasional unit manajemen zakat telah
distandarisasi sesuai prinsip pengelolaan zakat
yang benar sesuai syariat Islam
(b) Kualitas manajerial unit manajemen zakat akan
semakin meningkat dan berkembang dengan
berbagai program peningkatan capacity
37
building untuk pengelola unit manajemen zakat
yang diselenggarakan LAZ
(c) Paska pelatihan akan dilakukan sertifikasi unit
manajemen zakat untuk memastikan bahwa
pengelola unit manajemen zakat telah memiliki
kompetensi yang memadai
3). Optimalisasi Pelayanan
Pelayanan yang diberikan oleh unit manajemen
zakat ke depannya akan semakin optimal dengan
adanya kewenangan untuk mencetak Bukti Setor
Zakat (BSZ) yang dapat dijadikan salah satu faktor
pengurang penghasilan kena pajak
4) Otonomi Pengelolaan
Manajemen pengelolaan unit manajemen zakat
terpisah dari kegiatan unit jasa keuangan.
5) Jejaringan ZIS nasional
Dengan bergabung sebagai mitra LAZ, maka unit
manajemen zakat KJKS/UJKS Koperasi memiliki
jaringan dengan Lembaga Amil Zakat
6) Kegiatan Pengelolaan ZIS
Unit manajemen zakat KJKS/UJKS Koperasi dapat
melaksanakan kegiatan penumbuhan wirausaha
pemula bagi mustahik usia produktif dengan pola
pendampingan pinjaman qordhulhasan/ kebajikan
38
atau kegiatan sosial antara lain beasiswa bagi anak
sekolah, kesehatan gratis dll.
3. Persyaratan Pembentukan Unit Manajemen Zakat
KJKS/UJKS Koperasi
Persyaratan KJKS/UJKS Koperasi yang menjadi
mitra LAZ harus memenuhi hal-hal,sebagai berikut :
a. Memiliki legalitas Koperasi Jasa Keuangan Syariah
(KJKS)
b. KJKS/UJKS Koperasi yang memiliki Baitul Maal,
mengajukan Surat Permohonan menjadi mitra unit
manajemen zakat kepada LAZ dilampiri dengan
Company Profile KJKS, Laporan Keuangan Baitul
Maal, copy Akta Anggaran Dasar KJKS/UJKS
Koperasi dan susunan pengurus KJKS/UJKS
Koperasi.
c. KJKS/UJKS Koperasi yang belum memiliki unit
manajemen zakat. Cara yang dilakukan adalah
membuat Berita Acara pendirian unit manajemen zakat
dari hasil rapat anggota luar biasa selanjutnya menjadi
lampiran untuk Surat Pengajuan menjadi mitra unit
manajemen zakat kepada LAZ.
d. Menyiapkan tenaga Pengelola unit manajemen zakat
yang di SK kan oleh pengurus KJKS/UJKS Koperasi
39
e. Memiliki perangkat operasional yang dibutuhkan
f. Memiliki gambaran potensi muzakki (form terlampir)
g. Mempunyai sumberdaya insani yang bertanggung
jawab
h. Sumberdaya insani yang terlibat dalam hal ini amil unit
manajemen zakat, harus memiliki kriteria sebagai
berikut:
1) Mempunyai aqidah yang lurus;
2) Mempunyai integritas dalam hal amanah, jujur
dalam kehidupan sehari-hari;
3) Mempunyai pengetahuan dan pemahaman
tentang fiqh zakat;
4) Memiliki pengalaman dalam bidang yang menjadi
tanggung jawabnya;
5) Memahami dan mempunyai kemampuan &
kemauan untuk melaksanakan operasional unit
manajemen zakat;
6) Bersedia bekerja penuh waktu sebagai pengelola
unit manajemen zakat;
4. Penetapan Pembentukan Unit Manajemen Zakat
Setelah persyaratan tersebut di atas dilengkapi,
maka langkah selanjutnya dalam penetapan unit
manajemen zakat oleh LAZ sebagai berikut:
a. LAZ menindaklanjuti permohonan tersebut dengan
melakukan evaluasi dan seleksi yang dapat dilakukan
40
baik berdasarkan data maupun kunjungan untuk
melakukan pengamatan di lapangan.
b. Berdasarkan hasil evaluasi, apabila KJKS/UJKS
Koperasi sesuai dengan kriteria LAZ, maka LAZ akan
memberikan Surat Keputusan Pembentukan unit
manajemen zakat tersebut.
c. Untuk mengatur tehnis operasional, maka dapat
dilanjutkan dengan perjanjian kerjasama Operasional
antara LAZ dengan unit manajemen zakat KJKS/UJKS
Koperasi
d. Untuk lebih jelasnya alur proses pembentukan unit
manajemen zakat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 1 :Alur Proses Pembentukan unit manajemen zakat KJKS/UJKS
Koperasi
41
Pengurus KJKS
Manajer Unit Kegiatan Maal
Manajer Unit Kegiatan Tamwil
LAZ
Perjanjian Kerjasama Operasional
C. POLA KERJASAMA LAZ DENGAN KJKS/UJKS
KOPERASI
Kemitraan antara LAZ dan KJKS/ UJKS Koperasi
diatur dengan sebuah kesepakatan di antara kedua belah
pihak. Kesepakatan yang diatur dalam kerjasama atau
kemitraan tersebut antara satu LAZ dengan LAZ yang lain
dapat berbeda-beda, namun hak dan kewajiban secara
umum harus diatur sebagaimana berikut ini:
Gambar 2Pola Kerjasama KJKS/UJKS Koperasi dengan LAZ
a. Tugas dan Tanggung Jawab Unit Manajemen Zakat
dan LAZ
42
Pendampingan
Pendampingan dan pelaporan
1).Tugas dan tanggung jawab LAZ
(a) Mengesahkan dan memberhentikan Unit
Manajemen Zakat KJKS/UJKS Koperasi
(b) Menjaga dan melestarikan keberlangsungan
unit manajemen zakat KJKS/UJKS Koperasi
(c) Membantu mensosialisasikan masyarakat
untuk menunaikan Zakat dan infaq
(d) Menyetujui/menolak program-program
pendistribusian yang diusulkan unit manajemen
zakat KJKS/UJKS Koperasi
(e) Menyelenggarakan pelatihan pengelolaan ZIS
(f) Menerima Laporan Pelaksanaan unit
manajemen zakat KJKS/UJKS Koperasi
(g) Melakukan audit pelaksanaan unit manajemen
zakat KJKS/UJKS Koperasi
2).Tugas dan tanggung Jawab unit manajemen zakat
KJKS/UJKS Koperasi
(a) Bertanggungjawaab akan keberlangsungan unit
manajemen zakat
(b) Mensosialisasikan, menghimpun dan mengajak
masyarakat untuk menunaikan zakat dan
infaqnya melalui unit manajemen zakat
KJKS/UJKS Koperasi
43
(c) Menyusun program pendistribusian yang
kemudian diusulkan kepada LAZ untuk
mendapatkan persetujuan.
(d) Membukakan rekening giro pada Bank Yang
ditunjuk oleh LAZ terdekat atas nama unit
manajemen zakat KJKS/UJKS Koperasi
sebagai rekening penampungan dana ZIS.
(e) Mengikuti kegiatan yang dilakukan oleh LAZ
dalam rangka peningkatan kemampuan unit
manajemen zakat.
(f) Melakukan penghimpunan dan penyaluran
dana ZIS
(g) Mengalokasikan hak amil untuk LAZ (untuk
besarannya kesepakatan antara LAZ dengan
Unit Manajemen Zakat KJKS/UJKS Koperasi.
(h) Memberikan laporan penghimpunan dan
pendistribusian dan kegiatan secara
menyeluruh kepada LAZ.
b. Hak dan Kewajiban LAZ dan Unit Manajemen Zakat
KJKS/UJKS Koperasi
1).Hak dan Kewajiban unit manajemen zakat
(a) Mengajukan permohanan kerjasama pendirian
unit manajemen zakat kepada LAZ secara
tertulis.
44
(b) Menyepakati dan menandatangani kerjasama
pendirian unit manajemen zakat dengan LAZ
(c) Menentukan dan mengangkat petugas unit
manajemen zakat dan membentuk struktur
organisasi unit manajemen zakat KJKS/UJKS
Koperasi.
(d) Menyediakan tempat, perlengkapan dan
peralatan kantor untuk operasional unit
manajemen zakat KJKS/UJKS Koperasi.
(e). Memasang papan nama unit manajemen zakat
KJKS/UJKS Koperasi pada tempat yang mudah
dibaca.
(f) Menerima hak amil atas dana zakat yang
dihimpun untuk besarannya atas kesepakatan
LAZ yang dipergunakan untuk gaji petugas unit
manajemen zakat, cetak tools marketing lokal
(brosur, spanduk, dll) dan biaya operasisonal.
(g) Melaporan kegiatan penghimpunan dan
penyaluran ke LAZ.
(h) Bersama LAZ menghimpun dan
mendayagunakan dana ZIS dan dana sosial
lainnya melalui program LAZ atau program
sinergi lain yang disepakati oleh LAZ dan unit
manajemen zakat sesuai prosedur. Prosedur
yang dimaksud adalah rangkaian proses yang
45
terdiri atas pengajuan proposal, pencairan,
pelaksanaan program dan laporan serta
evaluasi.
2) Hak dan Kewajiban LAZ
(a) Memberikan dan mensosialisasikan konsep
kepada unit manajemen zakat KJKS/UJKS
Koperasi
(b) Melakukan verifikasi berkas pengajuan
kemitraan Unit manajemen zakat dari
KJKS/UJKS Koperasi
(c) Menunjuk, mengangkat dan memberhentikan
petugas unit manajemen zakat dengan terlebih
dahulu memberikan surat pemberitahuan
(d) Memberikan pendidikan, Pelatihan, dan
pembinaan petugas unit manajemen zakat.
(e) Memberikan sertifikasi kemitraan bagi unit
manajemen zakat KJKS/UJKS koperasi yang
telah memenuhi ketentuan LAZ.
(f) Berhak mensosialisasikan perihal zakat, infak,
wakaf, dan program-program pemberdayaan
yang dilakukan unit manajemen zakat
(g) Bersama-sama unit manajemen zakat
KJKS/UJKS Koperasi menghimpun dan
mendayagunakan dana ZIS dan dana sosial
lainnya melalui program LAZ atau program
46
sinergi lain yang disepakati oleh kedua belah
pihak sesuai prosedur. Prosedur yang
dimaksud adalah rangkaian proses yang terdiri
atas pengajuan proposal, persetujuan komite,
pencairan, pelaksanaan program dan laporan
serta evaluasi
(h) Menerima hak amil atas dana zakat yang
dihimpun unit manajemen zakat KJKS/UJKS
Koperasi yang besarannya atas kesepakatan
anatar LAZ dengan unit manajemen zakat yang
dialokasikan untuk pengembangan dan
pelatihan petugas unit manajemen zakat, tools
marketing nasional, dan biaya operasional.
(i) Melakukan monitoring atas penghimpunan dan
penyaluran unit manajemen zakat KJKS/UJKS
koperasi.
(j) Berhak mengakui hasil penghimpunan dan
penyaluran ziswaf oleh unit manajemen zakat
KJKS/UJKS koperasi sebagai portofolio LAZ
sebagai lembaga Amil Zakat (LAZ).
47
BAB IVOPERASIONALISASI UNIT MANAJEMEN ZAKAT
KJKS/UJKS KOPERASI
A. ORGANISASI UNIT MANAJEMEN ZAKAT KJKS/UJKS
KOPERASI
a. Struktur organisasi unit manajemen zakat
KJKS/UJKS koperasi
Organisasi Unit Manajemen Zakat memmpunyai
karakteristik yang membedakannya dengan organisasi
nirlaba lainnya, yaitu:
- Terikat dengan aturan dan prinsip-prinsip syari’ah
islam.
- Sumber dana utama adalah dana zakat, infaq,
shadaqah, dan wakaf.
- Memiliki Dewan Syari’ah dalam struktur
organisasinya.
- Terikat dengan aturan dan prinsip-prinsip syari’ah
islam dikarenakan dana-dana yang menjadi
sumber utamanya UMZ telah ada aturannya dalam
Al-Quran dan hadits. Misalnya dalam surat At-
taubah ayat 60 dinyatakan oleh Allah SWT yang
artinya:
“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang
48
Manajer UMZ KJKS
PendayagunaanPenghimpunan
KeuangannAdministrasi
dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak; orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”.
Adapun struktur organisasi UMZ KJKS/UJKS Koperasi
adalah sebagai berikut:
Gambar 3 :Struktur Organisasi Unit Manajemen Zakat
KJKS/UJKS Koperasi
b. Tugas dan tanggung jawab
1) Manajer unit manajemen zakat KJKS/UJKS
koperasi
(a) Bertanggung jawab atas seluruh kegiatan
operasional unit manajemen zakat
(b) Melakukan pendekatan keberbagai lembaga/
perusahaan untuk fundraising maupun
kerjasama
49
(c) Mengkoordinasikan kegiatan antar Lini
(d) berkoordinasi dengan LAZ
(e) Melaporakan kegiatan operasional unit
manajemen zakat pada pengurus KJKS dan
LAZ serta pihak-pihak terkait
2) Kabag Administrasi
(a) Mengadakan pembagian tugas bagi masing-
masing staf sekretaris
(b) Melakukan penataan administrasi surat
menyurat (kode surat dan lain-lain dan
penataan arsip surat).
(c) Melakukan penataan sekretariat dari segi
kelengkapan dan tata letak arsip dan lain-lain
(d) Menghimpun data seluruh seksi untuk bahan
laporan dan publikasi.
(e) Melaksanakan sosialisasi pengelolaan zakat
bekerjasama dan berkoordinasi dengan seksi-
seksi lain.
(f) Melaksanakan tugas lain di seksi pengelolaan
zakat sesuai hasil keputusan
(g) Menerbitkan bulletin, pamphlet dan atau buku
petunjuk dan bimbingan zakat bersama dengan
seksi-seksi lain.
(h) Menyusun laporan tahunan bekerjasama dan
berkoordinasi seksi-seksi lain.
50
(i) Menyiapkan, membuat kupon pungutan dan
pendistribusian zakat.
(j) Mengadakan dan membuat data inventaris dan
lainnya.
(k) Melaksanakan sosialisasi peraturan perundang-
undangan.
3) Kabag Keuangan
(a) Membuat rencana anggaran tahun operasional
bersama sekretaris.
(b) Melaksanakan penataan administrasi keuangan
zakat dan keuangan operasional
(c) Mengadakan pembagian tugas yang
menangani administrasi keuangan zakat dan
menangani keuangan biaya operasional.
(d) Melaksanakan pembukuan penerimaan dan
pengeluaran keuangan zakat dan biaya
operasional sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
(e) Menyiapkan data keuangan baik penerimaan
dan pengumpulan, pendistribusian dan
pendistribusian serta data biaya pengelolaan
sebagai data laporan dan publikasi.
(f) Menyiapkan laporan keuangan bulanan,
triwulan, semesteran dan tahunan.
51
(g) Melaksanakan sosialisasi pengelolaan zakat
bekerjasama dan berkoordinasi dengan seksi-
seksi lain.
(h) Melaksanakan tugas lain di seksi pengelolaan
zakat sesuai hasil Rapat.
4) Kabag Penghimpunan
(a) Membuat rencana pelaksanaan pengumpulan
zakat, infaq dan sadhaqah bagi anggota atau
kelompok masing-masing muzakki,
umpamanya kelompok Pegawai Negeri Sipil
(PNS), Pegawai Swasta, karyawan pabrik,
pengusaha, kelompok profesi, Dokter, notaris,
Konsultan, pengacara, dokter dan lain-lain dan
kelompok masyarakat lainnya, baik perorangan
maupun badan.
(b) Membuat peta/ peta muzakki
(c) Melaksanakan kegiatan pengumpulan/
pungutan zakat, infaq sedekah dan
pengumpulan dana lain sesuai perundang-
undangan, berkoordinasi dengan seksi lain.
(d) Melaksanakan kerjasama dengan pihak-pihak
terkait dalam kegiatan pengumpulan
/penerimaan zakat, infaq dan sedekah.
(e) Membuat recana dan melaksanakan sosialisasi
pengelolaan zakat, kepada anggota
52
KJKS/UJKS koperasi, instansi, dinas,
perusahaan dan masyarakat umum lainnya,
bekerjasama dan berkoordinasi dengan seksi
lainnya.
(f) Melakukan bimbingan dan petunjuk bagi
muzakki.
(g) Membuat data hasil pengumpulan zakat
sebagai bahan laporan publikasi
(h) Melaksanakan tugas lain dan pengelolaan
zakat sesuai hasil Rapat.
(i) Menyetorkan hasil pengumpulan zakat
kebendahara.
(j) Menetukan target pencapaian dana zakat tiap
tahun.
5) Kabag Penyaluran (Pendistribusian)
(a) Membuat rencana pendistribusian hasil
pengumpulan zakat kepada mustahik.
(b) Melakukan pemetaan dan inventarisasi
mustahik melalui kegiatan sosialisasi,
koordinasi dengan pihak terkait.
(c) Membuat rencana kerjasama dengan pihak
terkait dalam pendistribusian zakat untuk
mengoptimalkan hasil dan dayaguna zakat.
(d) Merencanakan dan melaksanakan pendistri-
busian dana zakat, infaq, sadaqah, hibah,
53
waris, wasiat dan kafarat bekerjasama dengan
Tamwil untuk usaha produktif,.
(e) Merencanakan dan melaksanakan pendistri-
busian dana zakat untuk kegiatan non
komsumtif (Pendampingan modal usaha)
bersama seksi pendistribusian dan seksi
lainnya.
(f) Merencanakan pendistribusian zakat dan non
zakat dalam pengikutsertaan modal usaha
produktif sebagai bahan masukan kepada LAZ
(g) Melaksanakan sosialisasi pengelolaan zakat
bekerjasama dan berkoordinasi dengan seksi
lainnya.
(h) Mengadakan kerjasama dengan pihak-pihak
terkait dalam pendistribusian zakat dan non
zakat sesuai dengan ketentuan yang berlaku
(i) Membuat data pendistribusian zakat sebagai
bahan laporan dan publikasi
(j) Mengadministrasikan dokumen pendistribusian
dan pendistribusian zakat untuk bahan laporan
(k) Melaksanakan tugas lain seksi pengelolaan
zakat sesuai hasil Rapat.
(l) Melaksanakan tugas lain seksi pengelolaan
zakat dalam kegiatan sosial bersama dengan
54
pihak lain terutama dalam bakti sosial dan atau
bencana alam
B. PENGHIMPUNAN ZAKAT
Secara prinsip penghimpunan zakat merupakan tugas
dari amil zakat. Seperti yang difirmankan allah dalam al-
qur’an :
”Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (QS. At Taubah: 103)
Ayat di atas menegaskan bahwa kewajiban membayar zakat
pada dasarnya tidaklah semata-mata diserahkan kepada
kesadaran para muzakki, namun menjadi tangung jawab
petugas penghimpun zakat/ amil.
Pada masa Rasulullah dan para sahabatnya,
penghimpunan zakat dilakukan oleh amil zakat dengan
memungut/menagih dari para muzakki. Maka, kedudukan
zakat yang cukup signifikan dalam ajaran Islam. Bahkan
Islam menyerukan perang terhadap kaum yang
membangkang terhadap perintah membayar zakat, seperti
yang terjadi pada masa awal pemerintahan khalifah Abu
Bakkar.
55
Dalam UU No 38 Tahun 1999 Pasal 12,
penghimpunan zakat dilakukan oleh amil zakat dengan cara
menerima zakat dari paramuzakki atau dengan
memungutnya dari muzakki atas dasar pemberitahuan
muzakki.
Adapun tugas dari amil zakat meliputi penghimpunan
zakat dari masyarakat, dan mendistribusikan kembali
kepada para mustahiq di lingkungan tersebut, serta tugas-
tugas turunan seperti pencatatan, pemeliharaan, dan
melakukan investigasi untuk menentukan orang-orang yang
berhak menerima zakat serta orang-orang yang harus
membayar zakat. Amil zakat juga bertugas memberikan
penyuluhan kepada masyarakat tentang hukum zakat.
1. Syarat-syarat kekayaan yang wajib di zakati
a. Milik Penuh
Artinya harta tersebut berada dalam kontrol dan
kekuasaanya secara penuh, dan dapat diambil
manfaatnya secara penuh. Harta tersebut didapatkan
melalui proses pemilikan yang dibenarkan menurut
syariat Islam, seperti : usaha, warisan, pemberian
negara atau orang lain dan cara-cara yang sah.
Sedangkan apabila harta tersebut diperoleh dengan
cara yang haram, maka zakat atas harta tersebut
tidaklah wajib, sebab harta tersebut harus dibebaskan
56
dari tugasnya dengan cara dikembalikan kepada yang
berhak atau ahli warisnya.
b. Berkembang
Artinya harta tersebut dapat bertambah atau
berkembang bila diusahakan atau mempunyai potensi
untuk berkembang.
c. Cukup Nishab
Artinya harta tersebut telah mencapai jumlah tertentu
sesuai dengan ketetapan syara'. Sedangkan harta
yang tidak sampai nishabnya terbebas dari Zakat dan
dianjurkan mengeluarkan Infaq serta Sedekah.
d. Lebih Dari Kebutuhan Pokok
Kebutuhan pokok adalah kebutuhan minimal yang
diperlukan seseorang dan keluarga yang menjadi
tanggungannya, untuk kelangsungan hidupnya. Artinya
apabila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi yang
bersangkutan tidak dapat hidup layak. Kebutuhan
tersebut seperti kebutuhan primer atau kebutuhan
hidup minimum, misal, belanja sehari-hari, pakaian,
rumah, kesehatan, pendidikan, dsb.
e. Bebas Dari hutang
Orang yang mempunyai hutang sebesar atau
mengurangi senishab yang harus dibayar pada waktu
57
yang sama (dengan waktu mengeluarkan zakat), maka
harta tersebut terbebas dari zakat.
f. Berlalu Satu Tahun (Al-Haul)
Maksudnya adalah bahwa pemilikan harta tersebut
sudah belalu (mencapai) satu tahun. Persyaratan ini
hanya berlaku bagi ternak, harta simpanan dan
perniagaan. Sedangkan hasil pertanian, buah-buahan
dan rikaz (barang temuan) tidak ada syarat haul.
2. Harta (maal) yang wajib di zakati
Menurut terminologi bahasa (lughat), harta adalah
segala sesuatu yang diinginkan oleh manusia untuk
dimiliki, dimanfaatkan dan disimpan. Sedangkan
menurut terminologi syari'ah (istilah syara'), harta
adalah segala sesuatu yang dapat dimiliki (dikuasai)
dan dapat digunakan (dimanfaatkan) menurut
ghalibnya (lazim).
Sesuatu dapat disebut dengan maal (harta) apabila
memenuhi 2 (dua) syarat, yaitu:
a. Dapat dimiliki, dikuasai, dihimpun, disimpan
b. Dapat diambil manfaatnya sesuai dengan
ghalibnya. Misalnya rumah, mobil, ternak, hasil
pertanian, uang, emas, perak, dll.
58
Adapun harta (maal) yang wajib di zakati sebagai
berikut :
a. Binatang Ternak
Pengertian hewan ternak adalah meliputi hewan
besar (unta, sapi, kerbau), hewan kecil (kambing,
domba) dan unggas (ayam, itik, burung).
b. Emas Dan Perak
Emas dan perak merupakan logam mulia yang
selain merupakan tambang elok, juga sering
dijadikan perhiasan. Emas dan perak juga dijadikan
mata uang yang berlaku dari waktu ke waktu. Islam
memandang emas dan perak sebagai harta yang
(potensial) berkembang. Oleh karena syara'
mewajibkan zakat atas keduanya, baik berupa
uang, leburan logam, bejana, souvenir, ukiran atau
yang lain. Termasuk dalam kategori emas dan
perak, adalah mata uang yang berlaku pada waktu
itu di masing-masing negara. Oleh karena segala
bentuk penyimpanan uang seperti tabungan,
deposito, cek, saham atau surat berharga lainnya,
termasuk kedalam kategori emas dan perak.
sehingga penentuan nishab dan besarnya zakat
disetarakan dengan emas dan perak. Demikian juga
pada harta kekayaan lainnya, seperti rumah, villa,
kendaraan, tanah, dll. Yang melebihi keperluan
59
menurut syara' atau dibeli/dibangun dengan tujuan
menyimpan uang dan sewaktu-waktu dapat di
uangkan. Pada emas dan perak atau lainnya yang
berbentuk perhiasan, asal tidak berlebihan, maka
tidak diwajibkan zakat atas barang-barang tersebut.
c. Harta Perniagaan
Cakupan harta perniagaan adalah semua yang
diperuntukkan untuk diperjual-belikan dalam
berbagai jenisnya, baik berupa barang seperti alat-
alat, pakaian, makanan, perhiasan, dll. Perniagaan
tersebut di usahakan secara perorangan atau
perserikatan seperti : CV, PT, Koperasi, dsb.
d. Hasil Pertanian
Batasan hasil pertanian adalah hasil tumbuh-
tumbuhan atau tanaman yang bernilai ekonomis
seperti biji-bijian, umbi-umbian, sayur-mayur, buah-
buahan, tanaman hias, rumput-rumputan,
dedaunan, dll.
e. Ma'din dan Kekayaan Laut
Ma'din (hasil tambang) adalah benda-benda yang
terdapat di dalam perut bumi dan memiliki nilai
ekonomis seperti emas, perak, timah, tembaga,
marmer, giok, minyak bumi, batu-bara, dll.
Kekayaan laut adalah segala sesuatu yang
60
dieksploitasi dari laut seperti mutiara, ambar,
marjan, dll.
f. Rikaz
Rikaz adalah harta terpendam dari zaman dahulu
atau biasa disebut dengan harta karun. Termasuk
didalamnya harta yang ditemukan dan tidak ada
yang mengaku sebagai pemiliknya.
C. POLA PENGHIMPUNAN ZAKAT
1. Strategi fundraising ZIS yang dapat dilakukan oleh unit
manajemen zakat KJKS/UJKS koperais yakni:
a. Pemasaran Langsung (Direct Marketing)
Adalah sistem fundraising interaktif yang mengunakan
satu atau lebih media komunikasi untuk menghasilkan
tanggapan atau donasi yang dapat diukur pada suatu
lokasi.
b. Pemasaran Tidak Langsung (Indirect Marketing)
Berlawanan dengan direct fundraising, fundraising tak
langsung adalah berbagai kegiatan yang dilakukan
untuk tujuan fundraising dengan memanfaatkan
program secara tak langsung.
c. Media yang dapat dipergunakan pada 2 (dua) jenis
marketing di atas adalah sebagai berikut:
61
Strategi Alat/ Media Penjelasan
Direct Marketing
(Pemasaran Langsung)
Kampanye
Dilakukan dengan berbagai kegiatan yang fungsinya memberi informasi langsung dan mengajak sasaran untuk membayar Zakat, Infaq dan sodakoh
Dilakukan dengan komuni-kasi promosi dengan media out door, demo, sampling, pameran, kunjungan, pen-jualan produk fundrasing, lelang fundraising, kupon, malam amal
Iklan Respon
Pesan dengan bermacam media dapat dibuat agar mampu memudahkan pembacanya dengan untuk memberi tanggapan langsung
Bentuknya: iklan koran, iklan sms, Poster, kartu balasan, Internet dll
Direct Mail
Berupa kiriman langsung ke muzaki dengan surat
Kelengkapan Direct Mail: (i) Amplop luar; (2) Surat penawaran donasi; (3) Brosur atau katalog lembaga; (4) Formulir respon donasi; (5) Amplop Balasan
Tele- marketing (Pemasaran
Melalui Telekomunikasi)
Telemarketing adalah salah satu bentuk direct marketing yang efektif terutama untuk donasi berulang.
Telemarketing mampu mem-berikan kesan dekat dan interaktif
Cara ini mahal dibanding media cetak.
Pengembangan telemarketing adalah contact center.
Direct Catalogue
Dilakukan melalui kunjungan dan pertemuan dengan prospek
62
Strategi Alat/ Media Penjelasan
Peralatan dan dukungan:a. Marketing Kit akan
membantu menghindarkan keragaman komunikasi produk yang ditawarkan.
b. Kekuatan data prospek dan jumlah kunjungan akan meningkatkan hasil teknik fundraising ini
c. Mengandalkan salesmanship yang kuat dari para agent
Biaya tinggi namun efektif.
Indirect Marketing
(Pemasaran Tidak
Langsung)
Potongan Penjualan
Kegiatan ini terlaksana dengan kerjasama lembaga dengan produsen penjual produk tertentu untuk waktu tertentu.
Pengumpulan donasi dilaku-kan dengan kompensasi donasi tertentu untuk setiap pembelian produk. Contohnya setiap membeli produk makanan ini maka Rp 1000,- akan didonasikan untuk beasiswa dhuafa.
Produk Campuran
Mix Product untuk fundrasing dilakukan dengan kerjasama dengan produk pembayaran tertentu Contohnya adalah mix produk investasi dengan produk Infaq. Setiap dana yang disetor adalah 90% investasi dan 10% Infaq.
Mix Product ini dapat dikembangkan ke berbagai produk pembayaran lainnya seperti asuransi, iuran, pembayaran sekolah dll.
63
Strategi Alat/ Media Penjelasan
Kerjasama Promo Charity
Kegiatan ini berupa kerjasama kampanye charity dengan lembaga atau perusahaan lain.
Kegiatan ini berupa aktifitas komunikasi promo bersama suatu program untuk menghasilkan respon donasi bagi sebuah kegiatan charity tertentu, atau dengan kesepakan dana yang terkumpul dibagi menjadi dua bagian
Event Fundfraising
(Kegiatan Penggalangan
Dana)
Berbeda dengan malam pengalangan dana yang dilakukan dengan cara direct, maka event fundraising adalah event biasa yang diselenggarakan dengan maksud sosial.
Contohnya adalah Golf Peduli, Lari 10K, Sepeda santai, Umroh Sosial, dll yang dilaksanakan dengan maksud memanfaatkan keuntungan event untuk program sosial.
Kegiatan ini dapat bersifat massal dengan pendaftaran dengan biaya yang terjangkau. Biaya penyeleng-garaan harus dapat ditutup oleh pendapatan sponsor
64
D. PENYALURAN ZAKAT (DISTRIBUSI DAN
PENDISTRIBUSIAN)
Allah SWT telah menentukan orang-orang yang berhak
menerima zakat di dalam firman-Nya:
“Sesungguhnya sedekah (zakat-zakat) itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mualaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah; Dan Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana.” (QS At-Taubah [9]: 60)
Di dalam hadits riwayat Abu Daud dari Ziyad bin Al-
Harits Al-Shada’i, Rasulullah SAW bersabda;
“Sesungguhnya Allah SWT tidak berwasiat dengan hukum nabi dan juga tidak dengan hukum lainnya sampai Dia memberikan hukum di dalamnya. Maka, Allah membagi zakat kepada delapan bagian. Apabila kamu termasuk salah satu dari bagian tersebut, maka aku berikan hakmu.” (HR Abu Dawud)
Delapan kelompok (asnaf) yang berhak menerima
zakat dari ayat dan hadits di atas, yaitu terperinci sebagai
berikut: 1) fakir; 2) miskin; 3) amil zakat; 4) mualaf; 5) budak
(riqab); 6) orang yang berutang (gharimiin); 7) untuk jalan
Allah (fisabilillah); dan 8) musafir (ibnussabil).
Pendistribusian dana ZIS oleh Unit manajemen zakat
KJKS/UJKS koperasi dalam menjalankan operasional
65
diutamakan untuk menggerakkan pemberdayaan ekonomi
bagi Mustahik (anggota KJKS/UJKS dan masyarakat).
Berikut beberapa bentuk pendistribusian ZIS untuk
pemberdayaan ekonomi mustahik antara lain:
1. Pendistribusian dalam bentuk pemberian bantuan uang
sebagai modal kerja usaha mikro dalam meningkatkan
kapasitas dan mutu produksi usahanya;
2. Dukungan kepada mitra binaan untuk berperan serta
dalam berbagai upaya untuk pemberdayaan usaha mikro;
3. Penyediaan pendamping lapangan untuk menjamin
keberlanjutan usaha, misalnya pendampingan usaha
yang mengembangkan strategi pemberdayaan usaha
mikro dalam bentuk alih pengetahuan, keterampilan dan
informasi;
4. Pembangunan industri untuk pemberdayaan yang
ditujukan bagi masyarakat mustahiq melalui program -
program yang bertujuan yakni : penciptaan lapangan
kerja, peningkatan usaha, pelatihan, pembentukan
organisasi
Beberapa model pendistribusian zakat :
1. Pembiayaan Qardhulhasan untuk wirausaha produktif
oleh unit manajemen zakat KJKS/UJKS Koperasi dengan
dana Infak dan sedekah
66
LAZ
Unit Kegiatan Maal KJKS/UJKS
KelompokUsaha Mikro Mustahik
KelompokUsaha Mikro Mustahik
KelompokUsaha Mikro Mustahik
Muzakki/Munfik
Dana Titipan
Pembiayaan QurdhulhasanPendampingan Ekonomi dan Ruhiyah
Hibah :Zakat, Infak, Sedekah
Angsuran PokokMenjadi Anggota
Kemenegko dan UKMMOU
Koordinasi dan Pelaopran
Perjanjian Kerjasama Operasional
Gambar 4Model penyaluran dana ZIS
dengan Pembiayaan Qurdhulhasan
2. Skema kerjasamanya dengan LAZ model pendanaan
wirausaha produktif yang telah dibina diberikan
pembiayaan Qurdhul Hasan sebagai berikut:
Gambar 5Model Kerjasama antara LAZ dengan
KJKS/UJKS Koperasi
67
Marbot Masjid Lansia Beasiswa Klinik Dhuafa
LAZ
Unit Kegiatan Maal KJKS/UJKS
Anggota Wirausaha ProduktifAnggota Wirausaha ProduktifAnggota Wirausaha Produktif
Muzakki/Munfik
Dana Titipan
Pembiayaan QurdhulhasanPendampingan Ekonomi dan Ruhiyah
Hibah :Zakat, Infak, Sedekah
Angsuran PokokBagi Hasil
Kemenegko dan UKM
MOU
Koordinasi dan Pelaporan
Perjanjian Kerjasama Operasional
3. Pengembangannya, dari bagi hasil ZIS yang
diproduktifkan tersebut dapat dialokasikan untuk aktivitas
social seperti beasiswa, pengobatan gratis untuk ibu dan
anak dan lain-lainnya sebagaimana gambar berikut:
Gambar 6Produktivitas Zakat untuk Kegiatan Sosial
68
E. ADMINISTRASI KEUANGAN PENGELOLAAN ZAKAT
OLEH UNIT MANAJEMEN ZAKAT KJKS/UJKS
KOPERASI
Zakat adalah rukun Islam yang ketiga. Zakat
merupakan satu-satunya rukun Islam yang berdimensi
sosial langsung. Zakat merupakan instrumen utama dalam
melakukan pendistribusian aliran kekayaan dari tangan
muzaki kepada mustahik. Dengan demikian, zakat alat
untuk menciptakan pemerataan dan keadilan bagi
masyarakat. Untuk itu unit manajemen zakat dalam
pegelolaan ZIS harus profesional dan amanah,
keterbukaan, dan kepastian hukum sesuai dengan
Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.
Kegiatan perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, dan pengawasan terhadap pengumpulan dan
pendistribusian serta pendistribusian zakat yang dilakukan
unit manajemen zakat harus sesuai dengan ketentuan
agama, antara lain, sebagai berikut:
1. tidak menerima dana yang tidak halal;
2. setiap dana yang diterima harus dapat dibedakan
apakah zakat atau kewajiban harta lainnya (infaq,
shadaqoh, hibah, wasiat, waris, dan kafarat) serta harus
jelas bentuk akadnya apakah muthlaq atau muqoyyad;
69
3. menyalurkan dana hanya kepada mustahiq serta
menggolongkan seorang mustahiq dalam salah satu
asnaf mustahiq;
4. tidak menyalurkan dana dalam bentuk kegiatan yang
bertentangan dengan Syari’ah Islam;
5. tidak menzholimi hak masing-masing asnaf mustahiq;
6. berusaha meningkatkan kesejahteraan, merubah
kondisi, atau menyelesaikan permasalahan mustahiq;
7. setiap dana yang disalurkan harus dapat dibedakan
apakah berasal dari zakat atau kewajiban harta lainnya
(infaq, shadaqoh, hibah, wasiat, waris, dan kafarat)
serta jelas bentuk akadnya apakah muthlaq atau
muqoyyad;
8. wajib mencatat, melaporkan, dan mempublikasikan
laporan penerimaan dan penyaluran dana.
Unit manajemen zakat KJKS/UJKS Koperasi
lembaga yang melayani masyarakat, harus dapat
menyajikan informasi yang cukup dapat dipercaya dan
relevan bagi para penggunanya, namun tetap dalam
konteks syariah Islam. Akuntabilitas Unit manajemen zakat
KJKS/UJKS Koperasi ditunjukkan dengan laporan
keuangan serta audit terhadap laporan keuangan tersebut.
Laporan keuangan yang dihasilkan nantinya berfungsi
sebagai:
70
1. alat akuntabilitas terhadap para muzaki yang
menyerahkan zakatnya;
2. sebagai alat pengambil keputusan kepada para
pemangku kepentingan (stakeholder) seperti
pemerintah, swasta, lembaga profesi hingga masyarakat
umum termasuk internal Unit manajemen zakat
KJKS/UJKS Koperasi .
Laporan keuangan Unit manajemen zakat
KJKS/UJKS Koperasi sesuai Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 45 tentang Organisasi
Nirlaba dan PSAK Nomor 109 tentang Akuntansi Zakat dan
Infaq/Sedekah, meliputi :
1. Laporan posisi keuangan;
Laporan ini berfungsi untuk informasi mengenai aktiva,
kewajiban, dan saldo dana serta informasi mengenai
hubungan di antara unsur-unsur tersebut pada waktu
tertentu. Informasi dalam Laporan Posisi Keuangan
yang digunakan bersama pengungkapan informasi
dalam laporan keuangan lainnya dapat membantu para
pengguna laporan keuangan.
2. Laporan sumber dan penggunaan dana;
Pada laporan ini, amil menyajikan laporan perubahan
dana zakat, dana infak/sedekah, dana amil, dan dana non
halal. Unsur yang dicakup secara langsung oleh Laporan
71
Sumber dan Penggunaan Dana terdiri dari sumber dana,
penggunaan dana, surplus/defisit, dan saldo dana
Laporan ini adalah menyediakan informasi mengenai:
a. pengaruh transaksi dan peristiwa lain yang mengubah
jumlah dan sifat saldo dana;
b. hubungan antar transaksi dan peristiwa lain; dan
c. bagaimana penggunaan sumber daya dalam
pelaksanaan berbagai program atau jasa.
3. Laporan Arus Kas.
Laporan Arus Kas dimaksudkan untuk menyediakan
dasar untuk para pengguna laporan keuangan dalam
menilai:
a. kemampuan dalam menghasilkan kas dan setara kas;
b. kebutuhan untuk menggunakan arus kas tersebut.
4. Catatan atas Laporan Keuangan
Catatan ini bertujuan untuk menyediakan informasi bagi
para pengguna laporan keuangan mengenai: (i)
gambaran umum Unit manajemen zakat; (ii) ikhtisar
kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penyusunan
laporan keuangan; (iii) penjelasan atas pos-pos yang
dianggap penting yang terdapat dalam setiap komponen
laporan keuangan; (iv) rasio-rasio keuangan; dan; (v)
pengungkapan hal-hal penting lainnya yang berguna
untuk pengambilan keputusan.
72
BAB VPEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PELAPORAN
A. PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pembinaan dan pengawasan terhadap KJKS/UJKS
Koperasi sebagai Mitra Pengelola Zakat dilakukan oleh
Pemerintah, Lembaga Amil Zakat dan Dewan Pengawas
Syariah.
1. Kementerian Koperasi dan UKM dan Dinas Provinsi
dan Kabupaten/Kota yang bertanggungjawab dalam
bidang perkoperasian melaksanakan pembinaan
terhadap KJKS/UJKS Koperasi melalui :
a. Memantau perkembangan KJKS/UJKS Koperasi
dalam Pengelolan Zakat secara berkala dari
laporan keuangan Unit Manajemen Zakat
KJKS/UJKS Koperasi yang dihimpun oleh LAZ.
b. Melakukan pengawasan secara menyeluruh baik
yang menyangkut pengorganisasian maupun
kegiatan pengelolaan zakat.
2. Lembaga Amil Zakat (LAZ)
Lembaga Amil Zakat melaksanakan pembinaan terhadap
KJKS/UJKS Koperasi melalui :
73
a. Memantau perkembangan KJKS/UJKS Koperasi
dalam Pengelolan Zakat secara berkala melalui
laporan/audit keuangan.
b. Melakukan pengawasan secara menyeluruh baik
dalam aspek manajemen maupun pelaksanaan
prinsip syariah.
c. Memberikan peringatan kepada KJKS/UJKS
Koperasi yang tidak memberikan laporan berkala
dan pelaksanaan prinsip syariah.
3. Dewan Pengawas Syariah
Dewan Pengawas Syariah melakukan pembinaan dan
pengawasan pelaksanaan kegiatan KJKS/UJKS
Koperasi berdasarkan prinsip syariah
Dalam rangka menjaga kesinambungan dan
keberhasilan pelaksanaan kegiatan pengelolaan Zakat oleh
KJKS/UJKS Koperasi untuk pemberdayaan Usaha Mikro
maka pengawasan yang dilakukan oleh pihak-pihak terkait :
1. Kementerian Koperasi dan UKM
Melakukan pengawasan melalui Dinas yang membidangi
Koperasi dan UKM Provinsi dalam rangka pengelolaan
zakat oleh Unit Manajemen Zakat KJKS/UJKS Koperasi,
yang meliputi hal-hal sebagai berikut :
74
a) Menyusun dan merumuskan peraturan dan kebijakan
dalam rangka pembinaan dan pengawasan
KJKS/UJKS Koperasi dalam pengelolaan zakat.
b) Melakukan sosialisasi, edukasi dan pengembangan
program/ kegiatan.
c) Melaksanakan bimbingan teknis pengelolaan zakat.
d) Memfasilitasi pendamping KJKS/UJKS Koperasi dalam
pengelolaan zakat.
e) Melakukan koordinasi dengan LAZ dan
instansi/lembaga terkait dalam rangka pembinaan
KJKS/UJKS Koperasi dalam pengelolaan zakat.
f) Melaksanakan pengendalian melalui pemantauan,
pelaporan dan kunjungan lapangan perkembangan
Kemitraan Pengelolaan Zakat antara KJKS/UJKS
Koperasi dengan LAZ.
2 Dinas yang membidangi Koperasi dan UKM Provinsi
Melakukan pembinaan dan pengawasan melalui Dinas
yang membidangi Koperasi dan UKM Kabupaten/Kota
dalam rangka pengelolaan zakat oleh Unit Manajemen
Zakat KJKS/UJKS Koperasi, yang meliputi hal-hal
sebagai berikut :
a) Melakukan sosialisasi, edukasi dan pengembangan
program/kegiatan dalam rangka pembinaan
75
KJKS/UJKS Koperasi dalam pengelolaan zakat di
wilayahnya.
b) Melaksanakan bimbingan teknis pengelolaan zakat.
c) Memfasilitasi pendamping KJKS/UJKS Koperasi
dalam pengelolaan zakat.
d) Melakukan koordinasi dengan Cabang LAZ dan
instansi/lembaga terkait di daerah dalam rangka
pembinaan KJKS/UJKS Koperasi dalam pengelolaan
zakat.
e) Melaksanakan pengendalian melalui pemantauan,
pelaporan dan kunjungan lapangan perkembangan
Kemitraan Pengelolaan Zakat antara KJKS/UJKS
Koperasi dengan LAZ dan menyampaikan hasilnya
kepada Kementerian Koperasi dan UKM.
3. Dinas yang membidangi Koperasi dan UKM
Kabupaten/Kota
Melakukan pembinaan dan pengawasan melalui Dinas
yang membidangi Koperasi dan UKM Kabupaten/Kota
dalam rangka pengelolaan zakat oleh Unit Manajemen
Zakat KJKS/UJKS Koperasi, yang meliputi hal-hal
sebagai berikut :
a) Melakukan sosialisasi, edukasi dan pengembangan
program/kegiatan dalam rangka pembinaan
76
KJKS/UJKS Koperasi dalam pengelolaan zakat di
wilayahnya.
b) Melaksanakan bimbingan teknis pengelolaan zakat.
c) Memfasilitasi pendamping KJKS/UJKS Koperasi
dalam pengelolaan zakat.
d) Melakukan koordinasi dengan Cabang LAZ dan
instansi/lembaga terkait di daerah dalam rangka
pembinaan KJKS/UJKS Koperasi dalam pengelolaan
zakat.
e) Melaksanakan pengendalian melalui pemantauan,
pelaporan dan kunjungan lapangan perkembangan
Kemitraan Pengelolaan Zakat antara KJKS/UJKS
Koperasi dengan LAZ dan menyampaikan hasilnya
kepada kepada Dinas yang membidangi Koperasi
dan UKM Provinsi.
4. LEMBAGA AMIL ZAKAT (LAZ)
Melakukan pembinaan dan pengawasan kepada unit
manajemen zakat KJKS/UJKS Koperasi yang meliputi
hal-hal sebagai berikut :
a) Pendidikan dan Pelatihan Manajemen pengelolaan
unit manajemen zakat
b) Pendampingan terhadap operasional mitra unit
manajemen zakat
77
c) Peningkatan kapasitas kelembagaan unit manajemen
zakat KJKS/UJKS Koperasi
d) Linkage program pemberdayaan usaha mikro
mustahik
e) Melaksanakan siar (broadcasting) untuk sosialisasi dan
pencitraan terhadap program/kegiatan yang
dilaksanakan serta mendistribusikan kepada lintas
pelaku terkait.
f) Melaksanakan audit atas laporan penghimpunan dan
pendayagunaan zakat.
B. PELAPORAN
Kementerian Koperasi dan UKM mempunyai
mandatori yang jelas dan kuat untuk melaksanakan
Kebijakan Pembinaan dan Pengawasan dalam upaya
mendorong penumbuhan dan pengembangan unit
manajemen zakat KJKS/UJKS Koperasi yang bekerjasama
dengan LAZ dalam Pengelolaan Zakat untuk Pemberdayaan
Usaha Mikro, maka penyajian laporan dapat disampaikan
sebagai berikut :
1. Pelaporan Unit Manajemen Zakat KJKS/UJKS Koperasi
a. Melaporkan kinerja keuangan, kinerja kelembagaan,
organisasi dan perkembangan usaha mikro mustahik
yang diberdayakan dengan dana Zakat kepada LAZ
78
serta Dinas yang membidangi Koperasi dan UKM di
Kabupaten /Kota.
b. Melaporkan linkage program Pemberdayaan Usaha
Mikro Mustahik dengan Lembaga terkait kepada LAZ
dan Dinas yang membidangi Koperasi dan UKM
Kabupaten /Kota.
2. Pelaporan Dinas yang membidangi Koperasi dan UKM
Kabupaten/Kota :.
a. Melaporkan KJKS/UJKS Koperasi yang berminat
untuk bekerjasama dengan LAZ untuk menjadi unit
manajemen zakat, tembusan Dinas yang membidangi
Koperasi dan UKM propinsi dan Menteri Koperasi dan
UKM c/q Deputi Bidang Pembiayaan Kementerian
Koperasi dan UKM.
b. Melaporakan Hasil pembinaan terhadap unit
manajemen zakat kepada Dinas yang membidangi
Koperasi dan UKM propinsi dan Menteri Koperasi dan
UKM c/q Deputi Bidang Pembiayaan Kementerian
Koperasi dan UKM.
c. Melaporkan Kegiatan Operasional unit manajemen
zakat yang meliputi kegiatan, kinerja keuangan,
kegiatan kelembagaan, organisasi, perkembangan
usaha mikro mustahik yang diberdayakan kepada
Dinas yang membidangi Koperasi dan UKM propinsi
79
dan Menteri Koperasi dan UKM c/q Deputi Bidang
Pembiayaan Kementerian Koperasi dan UKM.
3. Pelaporan Dinas yang membidangi Koperasi dan UKM
Propinsi
a. Melaporkan KJKS/UJKS Koperasi yang berminat
untuk bekerja sama dengan LAZ tingkat propinsi untuk
menjadi unit manajemen zakat kepada LAZ tembusan
Menteri Koperasi dan UKM c/q Deputi Bidang
Pembiayaan Kementerian Koperasi dan UKM
b. Melaporkan hasil pembinaan dan kegiatan
operasional unit manajemen zakat KJKS/UJKS
Koperasi Kepada Menteri Koperasi dan UKM c/q
Deputi Bidang Pembiayaan Kementerian Koperasi dan
UKM
c. Melaporkan hasil koordinasi dengan Dinas yang
membidangi Koperasi dan UKM Kabupaten/Kota
kepada Menteri Koperasi dan UKM c/q Deputi Bidang
Pembiayaan Kementerian Koperasi dan UKM
4. Pelaporan LAZ yang bekerjasama dengan Kementerian
Koperasi dan UKM
a. Melaporkan jumlah KJKS/UJKS Koperasi yang telah
bekerjasam dan dikukuhkan menjadi Unit manajemen
80
zakat kepada Menteri Koperasi dan UKM c/q Deputi
Bidang Pembiayaan Kementerian Koperasi dan UKM.
b. Melaporkan dana terhimpun dan didayagunakan oleh
Unit manajemen zakat kepada Menteri Koperasi dan
UKM c/q Deputi Bidang Pembiayaan Kementerian
Koperasi dan UKM.
c. Melaporkan permasalahan yang belum dapat
terselesaikan antara Unit manajemen zakat
KJKS/UJKS Koperasi dengan LAZ kepada Menteri
Koperasi dan UKM c/q Deputi Bidang Pembiayaan
Kementerian Koperasi dan UKM.
d. Melaporkan program-program penyaluran/
pendayagunaan zakat
5. Pelaporan Kementerian Koperasi dan UKM
a. Deputi Bidang Pembiayaan Kementerian Koperasi dan
UKM melaporkan Perkembangan KJKS/UJKS
Koperasi yang bekerjasama dengan LAZ kepada
Menteri Koperasi dan UKM
b. Deputi Bidang Pembiayaan Kementerian Koperasi dan
UKM melaporkan perkembangan penghimpunan dana
ZIS oleh Unit manajemen zakat KJKS/UJKS Koperasi
kepada Menteri Koperasi dan UKM
81
c. Deputi Bidang Pembiayaan Kementerian Koperasi dan
UKM melaporkan perkembangan pendistribusian dana
ZIS oleh Unit manajemen zakat KJKS/UJKS Koperasi
untuk pemberdayaan usaha mikro mustahik kepada
Menteri Koperasi dan UKM
82
BAB VIPENUTUP
Pemerintah dalam hal ini Kementerian Koperasi dan UKM
telah berupaya untuk mencari perluasan sumber-sumber
pembiayaan untuk memenuhi pendanaan bagi usaha mikro
yang masih belum terlayani oleh Lembaga perbankan dan
Lembaga keuangan non Bank. Perluasan sumber pendanaan
tersebut antara lain berasal dari Zakat yang terhimpun dari
partisipasi luas dari masyarakat (Muzaki).
Kenyataan yang faktwa ,KJKS/UJKS Koperasi
mempunyai peluang mengelola Zakat, namun secara
operasional belum memiliki legalitas yang memadai untuk
mengembangkan penghimpunan dan penyaluran zakat kepada
masyarakat luas khususnya usaha mikro mustahik. Dalam
mengatasi masalah legalitas pengelolaan Zakat oleh
KJKS/UJKS Koperasi Kementerian Koperasi dan UKM
memfasilitasi kemitraan antara KJKS/UJKS Koperasi dengan
LAZ Diharapkan pendistribusian dana ZIS yang terhimpun oleh
Unit manajemen zakat KJKS/UJKS Koperasi dapat
dimanfaatkan untuk pemberdayaan Usaha Mikro Mustahik .
Langkah terobosan Kementerian Koperasi dan UKM
dalam hal ini Deputi bidang Pembiayaan untuk mengurangi
kemiskinan dan pengangguran.melalui optimalisasi
83
pendistribusian Zakat oleh Unit manajemen zakat KJKS/UJKS
Koperasi. Program ini merupakan entry point dan langkah baru
yang tidak hanya mengandalkan dana Perbankan dan APBN
namun juga mampu menjadi sumber pendanaan alternatif
bagi usaha mikro.
Dalam rangka mempercepat keberhasilan Pelaksanaan
Pengelolaan Zakat untuk Pemberdayaan Usaha Mikro oleh
KJKS/UJKS Koperasi maka diperlukan berbagai upaya dan
strategi pelaksanaan yang terpadu melalui:
1. Pengembangan kegiatan ekonomi rakyat yang diprioritaskan
pada masyarakat miskin dan pengangguran melalui
peningkatan kualitas SDM secara ekonomi dan ruhiyah;
2. Permodalan yang sangat murah untuk penumbuhan
wirausaha pemula;
3. Penguasaan teknologi, pemasaran hasil, dan pengelolaan
nilai tambah UKM.
Diharapkan kemitraan Unit manajemen zakat KJKS/UJKS
Koperasi dengan LAZ dapat memberikan manfaat antara lain :
1. Mewujudkan pengelolaan ZIS oleh Unit manajemen zakat
KJKS/UJKS Koperasi yang baik, benar dan berkembang
sesuai dengan ketentuan syariat Islam
2. meningkatkan peranan dan posisi Unit manajemen zakat
KJKS/UJKS Koperasi dalam mensejahterakan umat melalui
pemberdayaan
84
3. menggali optimalisasi potensi ZIS untuk pemanfaatan dan
pendistribusian dalam pemberdayaan usaha mikro di
lingkungan KJKS
4. meningkatkan kepercayaan anggota dan calon anggota
dalam pengelolaan zakat oleh Unit manajemen zakat
KJKS/UJKS Koperasi
Keberhasilan program sangat ditentukan oleh kerjasama
dan komitmen seluruh pemangku kepentingan mulai dari tahap
persiapan, pelaksanaan, sampai dengan dukungan anggaran
dari semua pihak terkait dalam rangka Pengelolaan ZIS untuk
pemberdayaan Usaha Mikro melalui Unit manajemen zakat
KJKS/UJKS Koperasi.
Pedoman ini diharapkan memberikan informasi dan
petunjuk pelaksanaan Pengelolaan Zakat untuk Pemberdayaan
Usaha Mikro oleh Unit manajemen zakat KJKS/UJKS Koperasi,
namun kami menyadari bahwa buku pedoman ini masih banyak
kekurangan, untuk itu kami menerima masukan-masukan, kritik
dan saran yang membangun untuk penyempurnaan.
85
86
LAMPIRAN
Permohonan Menjadi UPZ/MPZ
PERMOHONAN SERTIFIKAT KEMITRAAN PENGELOLA ZAKAT
Kepada Yth.Direktur BAZ/LAZdi ………………….
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Dengan ini kami mengajukan permohonan Sertifikat Operasi sebagai Unit Pengelola Zakat/Mitra Pengelola Zakat .......(DD/BMM/BAZNAS) dengan data sebagai berikut :
1. Identitas KJKS :a. Nama KJKS : ………..………………………………..…….……………………...b. Alamat Lengkap : ………..………………………………..…….……………………...
……..…..……………………………..…………………….…….…Telp.……...............…………Email .........................……..………
c. KJKS Diresmikan pada tanggal : ………..………………………………..…….……………………...Oleh : ………..………………………………..…….……………………...
d. Nomor Badan Hukum : ………..………………………………..…….……………………...e. Status Kantor : ………..………………………………..…….……………………...f. Susunan Pengurus
Ketua : ………..………………………………..…….……………………...Sekretaris : ………..………………………………..…….……………………...Bendahara : ………..………………………………..…….……………………...
2. Susunan Pengelola Maal KJKSManager : ………..………………………………..…….……………………...Kabag Keuangan : ………..………………………………..…….……………………...Kabag Administrasi : ………..………………………………..…….……………………...Kabag Penghimpunan : ………..………………………………..…….……………………...Kabag Penyaluran : ………..………………………………..…….……………………...
3. Lokasi Operasional KJKS a. ( ) Wilayas Ibukota Negarab. ( ) Wilayah Ibukota Propinsic. ( ) Wilayah Ibukota Kabupaten/Kodya
4. Waktu Operasional ( jam buka kas ) KJKS BMT( ) Setiap hari Pk. ……………….. - ………..( ) Hari-hari tertentu :
Hari ………………. Pukul. ………. - ………..Hari ………………. Pukul. ………. - ………..Hari ………………. Pukul ……….. - ………..Hari ………………. Pukul. ………. - ………..
87
4. Potensi Muzaki, Munfik dan musadik
No. Nama Lembaga atau Orang
Alamat : RT/RWDesa s.d. Kota Ket. Zakat, Infak, Sadakah
12345678910
Demikian , permohonan kami yang telah diisi sesuai dengan keadaan sebenar benarnya.
……………….....……., …. -…. 20...
PENGURUS KJKS/UJKS KOPERASI ...... ..................
(………………........................…….)Ketua
PENGELOLA BAITULMAALKJKS/UJKS KOPERASI..................
(…………….........................………)Manager
Terlampir :1. Photo kantor dari sisi luar dan dalam ruangan.2. Photo kopi KTP, Ijasah, CV , photo kopi sertifikat pelatihan pengurus KJKS dan pengelola
Baitulmaal KJKS3. Profil KJKS, Foto copy Anggaran dasar, Laporan Keuangan 3 bulan terakhir, surat ijin domisili KJKS
88
LAMPIRAN
LAPORAN KEUANGAN
1. Laporan Posisi Keuangan (Neraca)
Bulan :
Tahun :
UraianZakat
Khusus
Zakat
LainnyaInfaq
Total Dana
Aktiva
Aktiva Lancar
Kas dan Bank
Persediaan
Biaya Dibayar Dimuka
Biaya Perlengkapan
kantor
Total Aktiva Lancar
Aktiva Tetap
Tanah
Bangunan
Total Aktiva Tetap
Total Aktiva
Kewajiban dan saldo dana
Zakat
Hutang
Hutang Lancar
Hutang gaji
Total Hutang
89
1. Laporan Penerimaan dan Penggunaan Dana
Bulan :
Tahun :
Penerimaan
Sumbangan Muslim
Sumbangan Umum
Bagi Hasil Bank
Penghasilan Deviden
Total Penerimaan
Pengeluaran
Bantuan Modal Kerja (Mustahik)
Fisabililah
Publikasi
Beasiswa
Biaya Umum lainnya
Total Pengeluaran
Surplus
Transfer ke Dana Shodakoh
Saldo Awal Dana Shodakoh
Saldo Akhir Dana Shodakoh
90
LAMPIRAN
PENGHIMPUNAN ZAKAT
Penghimpunan ZIS oleh UPZ/MPZ KJKS/UJKS
Bulan :
Tahun :
No Jenis Sumber dana Jumlah
Rupiah
Jumlah Muzaki,
Munfik, musadik
Keterangan
1 Zakai
2 Infak
3 Sedekah
4 Lainnya..
Jumlah
.................................,....20…
UMZ KJKS /UJKS Koperasi............................................
91
LAMPIRAN
PENDISTRIBUSIAN ZAKAT,INFAK DAN SEDEKAH (ZIS)
Pendistribusian ZIS oleh UPZ/MPZ KJKS/UJKS
Bulan :
Tahun :
No Pendistribusian
Zakat Infak Sedekah
Jumlah
mustahik
Jumlah
Dana
Jumlah
mustahik
Jumlah
Dana
Jumlah
mustahik
Jumlah
Dana
1 Fakir
(Usaha Mikro)
2 Mustahik
(Usaha Mikro)
3 Mualaf
4 Budak
5 Gharimiin
6 Fisabililah
7 Musafir
................................,....20…
UMZ KJKS /UJKS Koperasi............................................
92