Pedoman Teknis Embung 2007 Lkp

37
Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung 1 Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pengembangan Embung

Transcript of Pedoman Teknis Embung 2007 Lkp

Page 1: Pedoman Teknis Embung 2007 Lkp

Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung

1

Pedoman Teknis Konservasi

Air Melalui Pengembangan

Embung

Page 2: Pedoman Teknis Embung 2007 Lkp

Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung

2

KATA PENGANTAR

Dampak kekeringan dan banjir kini dirasakan semakin besar

dan resiko pertanian semakin meningkat dan sulit diprediksi.

Sementara itu, tekanan penduduk yang luar biasa menyebabkan

kerusakan hutan dan daur hidrologi tidak terelakkan lagi.

Indikatornya, debit sungai merosot tajam di musim kemarau,

sementara di musim penghujan debit air meningkat tajam.

Rendahnya daya serap dan kapasitas simpan air di DAS ini

menyebabkan pasokan air untuk pertanian semakin tidak

menentu. Kondisi ini diperburuk dengan terjadinya kekeringan

agronomis akibat pemilihan komoditas yang tidak sesuai dengan

kemampuan pasokan airnya. Gadu nekad adalah teladannya.

Untuk mengatasi kekeringan, maka salah satu strategi yang

paling murah, cepat dan efektif serta hasilnya langsung terlihat

adalah dengan memanen aliran permukaan dan air hujan di

musim penghujan melalui water harvesting. Teknologi ini sudah

berkembang sangat pesat dan luas tidak saja di negara maju

seperti Eropa, Amerika dan Australia, melainkan juga di negara

seperti China yang padat penduduk dan luas pemilikan lahannya

sangat terbatas. Upaya water harvesting yang dibarengi dengan

memperbesar daya simpan air tanah di sungai, waduk dan danau

yang akan dapat menjaga pasokan sumber-sumber air untuk

keperluan pertanian, domestik, municipal dan industri. Salah satu

Page 3: Pedoman Teknis Embung 2007 Lkp

Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung

3

upaya yang dapat dilakukan untuk memanfaatkan limpahan air

hujan adalah dengan membangun embung (onfarm reservoir).

Buku Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui

Pengembangan Embung ini disusun untuk memberikan

informasi praktis bagi para petugas terkait dalam melakukan

upaya melestarikan keberadaaan air. Pedoman ini supaya

ditindaklanjuti dengan penyusunan juklak di propinsi dan

juknis di kabupaten agar petugas dapat memahami dan

melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan sebaik-baiknya

sehingga tujuan dan sasaran kegiatan ini dapat terwujud sesuai

harapan yang ingin dicapai.

Semoga buku ini dapat bermanfaat dan membuka wawasan

lebih luas bagi petugas dalam menerapkan kaidah-kaidah

konservasi air.

Jakarta, Januari 2007

Direktur,

Dr. Ir. S. Gatot Irianto NIP. 080.085.357

Page 4: Pedoman Teknis Embung 2007 Lkp

Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung

4

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI iv

I. PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Tujuan 3

C. Sasaran 4

D. Istilah 4

II. PELAKSANAAN 6

A. Persyaratan Lokasi 6

B. Persyaratan Petani dan Kelompok Tani 7

C. Survey CP/CL 7

D. Pencatatan Koordinat 7

E. Desain 8

F. Pengadaan Bahan dan Peralatan 9

G. Konstruksi 9

H. Pengawasan 17

I. Pembiayaan 17

III. INDIKATOR KINERJA 18

A. Keluaran (Output) 18

B. Hasil (Outcome) 18

C. Manfaat (Benefit) 18

D. Dampak (Impact) 18

IV. MONITORING DAN EVALUASI 19

A. Monitoring dan Evaluasi 19

Page 5: Pedoman Teknis Embung 2007 Lkp

Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung

5

B. Operasional dan Pemeliharaan 19

C. Pelaporan 21

V. PENUTUP 24

DAFTAR PUSTAKA 25

LAMPIRAN

Page 6: Pedoman Teknis Embung 2007 Lkp

Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung

6

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Air merupakan sumber daya dan faktor determinan yang

menentukan kinerja sektor pertanian, karena tidak ada satu pun

tanaman pertanian dan ternak yang tidak memerlukan air.

Meskipun perannya sangat strategis, namun pengelolaan air masih

jauh dari yang diharapkan, sehingga air yang semestinya

merupakan sehabat petani berubah menjadi penyebab bencana

bagi petani. Indikatornya, di musim kemarau, ladang dan sawah

sering kali kekeringan dan sebaliknya di musim penghujan, ladang

dan sawah banyak yang terendam air.

Secara kuantitas, permasalahan air bagi pertanian terutama

di lahan kering adalah persoalan ketidaksesuaian distribusi air

antara kebutuhan dan pasokan menurut waktu (temporal) dan

tempat (spatial). Persoalan menjadi semakin kompleks, rumit dan

sulit diprediksi karena pasokan air tergantung dari sebaran curah

hujan di sepanjang tahun, yang sebarannya tidak merata walau di

musim hujan sekalipun. Oleh karena itu, diperlukan teknologi

tepat guna, murah dan aplicable untuk mengatur ketersediaan air

agar dapat memenuhi kebutuhan air (water demand) yang

semakin sulit dilakukan dengan cara-cara alamiah (natural

manner). Teknologi embung atau tandon air merupakan salah

Page 7: Pedoman Teknis Embung 2007 Lkp

Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung

7

satu pilihan yang menjanjikan karena teknologinya sederhana,

biayanya relatif murah dan dapat dijangkau kemampuan petani.

Embung atau tandon air merupakan waduk berukuran

mikro di lahan pertanian (small farm reservoir) yang dibangun

untuk menampung kelebihan air hujan di musim hujan. Air yang

ditampung tersebut selanjutnya digunakan sebagai sumber irigasi

suplementer untuk budidaya komoditas pertanian bernilai ekonomi

tinggi (high added value crops) di musim kemarau atau di saat

curah hujan makin jarang. Embung merupakan salah satu teknik

pemanenan air (water harvesting) yang sangat sesuai di segala

jenis agroekosistem. Di lahan rawa namanya pond yang berfungsi

sebagai tempat penampungan air drainase saat kelebihan air di

musim hujan dan sebagai sumber air irigasi pada musim kemarau.

Sementara pada ekosistem tadah hujan atau lahan kering dengan

intensitas dan distribusi hujan yang tidak merata, embung dapat

digunakan untuk menahan kelebihan air dan menjadi sumber air

irigasi pada musim kemarau. Secara operasional sebenarnya

embung berfungsi untuk mendistribusikan dan menjamin

kontinuitas ketersediaan pasokan air untuk keperluan tanaman

ataupun ternak di musim kemarau dan penghujan.

B. Tujuan

Pembuatan embung untuk pertanian bertujuan antara lain

Page 8: Pedoman Teknis Embung 2007 Lkp

Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung

8

untuk :

1. Menampung air hujan dan aliran permukaan (run off) pada

wilayah sekitarnya serta sumber air lainnya yang

memungkinkan seperti mata air, parit, sungai-sungai kecil

dan sebagainya.

2. Menyediakan sumber air sebagai suplesi irigasi di musim

kemarau untuk tanaman palawija, hortikultura semusim,

tanaman perkebunan semusim dan peternakan.

C. Sasaran

Sasaran pembangunan embung untuk pertanian antara

lain:

1. Tertampungnya air hujan dan aliran permukaan (run off)

pada wilayah sekitarnya serta sumber air lainnya yang

memungkinkan.

2. Tersedianya air untuk suplesi irigasi di musim kemarau

untuk tanaman palawija, hortikultura semusim, tanaman

perkebunan semusim dan peternakan.

D. Istilah

Dalam Pedoman Teknis ini akan dijumpai istilah-istilah yang

memiliki pengertian sebagai berikut :

Page 9: Pedoman Teknis Embung 2007 Lkp

Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung

9

1. Embung

Embung adalah bangunan konservasi air berbentuk kolam

untuk menampung air hujan dan air limpasan (run off) serta

sumber air lainnya untuk mendukung usaha pertanian,

perkebunan dan peternakan.

2. Dinas Pertanian

Dinas Pertanian adalah dinas yang di dalam tugas pokok dan

fungsinya mendapat mandat di bidang pertanian tanaman

pangan dan hortikultura, perkebunan dan peternakan.

Page 10: Pedoman Teknis Embung 2007 Lkp

Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung

10

II. PELAKSANAAN

Pengembangan lokasi embung harus memenuhi persyaratan lokasi

dan persyaratan petani dan kelompok tani.

A. Persyaratan Lokasi

1. Daerah pertanian lahan kering/perkebunan/ peternakan

yang memerlukan pasokan air dari embung sebagai suplesi

air irigasi.

2. Air tanahnya sangat dalam.

3. Bukan lahan berpasir.

4. Terdapat sumber air yang dapat ditampung baik berupa air

hujan, aliran permukaan dan mata air atau parit atau

sungai kecil.

5. Wilayah sebelah atasnya mempunyai daerah tangkapan air

atau wilayah yang mempunyai sumber air untuk

dimasukkan ke embung, seperti mata air, sungai kecil atau

parit dan lain sebagainya.

B. Persyaratan Petani/Kelompok Tani

1. Bersedia menyediakan lahan untuk embung tanpa ganti rugi

dan dinyatakan dalam surat pernyataan.

Page 11: Pedoman Teknis Embung 2007 Lkp

Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung

11

2. Kelompok tani yang terpilih adalah kelompok tani yang

telah ada sebelumnya, bukan kelompok tani yang baru

dibentuk karena ada kegiatan ini.

3. Bersedia mengoperasikan, memelihara bangunan secara

berkelompok dan bersedia menanggung biaya operasional

dan pemeliharaan dan dinyatakan dalam surat pernyataan.

C. Survey CP/CL

Penanggung jawab kegiatan (Dinas Pertanian

Kabupaten/Kota) menentukan Calon Lokasi dan Calon Kelompok

Tani sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan pada butir

A dan B.

D. Pencatatan Koordinat

Lokasi embung yang akan dibuat supaya dicatat koordinat

geografisnya yang meliputi :

- Lintang dan bujur

- Ketinggian lokasi (dpl)

dengan menggunakan Global Positioning System (GPS) atau

dengan ekstrapolasi peta topografi yang tersedia. Data koordinat

sumur resapan ini selanjutnya diperlukan untuk menyusun sistem

basis data pengelolaan lahan dan air sekaligus memantau kinerja

pelaksanaan kegiatan yang telah berjalan.

Page 12: Pedoman Teknis Embung 2007 Lkp

Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung

12

E. Desain Sederhana

Desain sederhana dibuat oleh Dinas Pertanian

Kabupaten/Kota bersama dengan petani/kelompok tani. Desain

diusahakan sesederhana mungkin agar dapat dibaca oleh

pelaksana (petani/kelompok tani) di lapangan.

Dalam penyusunan Desain perlu diperhatian hal-hal sbb:

1. Melakukan observasi lapangan untuk menentukan kontruksi

embung yang paling sesuai dengan kondisi lokasi setempat.

Misalnya pada kondisi tanah yang porus, dinding embung

harus lebih kuat dan kedap air. Embung dapat dibangun

dengan memanfaatkan alur alami, saluran drainase,

menampung mata air atau menggali tanah, atau langsung

menampung air hujan.

2. Menentukan letak geografis embung

Dalam menentukan letak embung harus diperhatikan posisi

lahan dan areal pertanaman, lokasi sumber air, ketinggian

dan kemiringan lahan. Sebaiknya letak embung lebih tinggi

dibandingkan lahan usahatani agar distribusi dan pengaliran

air ke lahan pertanian/peternakan dapat dilakukan dengan

sistem gravitasi.

Page 13: Pedoman Teknis Embung 2007 Lkp

Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung

13

3. Daerah atas calon lokasi embung sebaiknya merupakan

daerah tangkapan air hujan, yang aliran permukaannya dapat

diarahkan masuk ke embung.

F. Pengadaan Bahan dan Peralatan

Pengadaan bahan dan peralatan dilaksanakan oleh

petani/kelompok tani agar mengikuti pedoman pengelolaan

anggaran yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pengelolaan

Lahan dan Air.

G. Konstruksi

Konstruksi pembangunan embung dilakukan oleh pelaksana

yang telah ditunjuk (kelompok tani) dan dilaksanakan secara

padat karya agar petani mampu mengembangkan embung dan

merasa ikut memiliki sejak dini. Pelaksanaaan pembuatan embung

dilakukan dalam beberapa tahap antara lain :

1. Bentuk permukaan embung

a. Bentuk permukaan embung disesuaikan dengan kondisi di

lapangan

Page 14: Pedoman Teknis Embung 2007 Lkp

Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung

14

Gambar 1. Bentuk Permukaan Embung (Tidak Beraturan) Sesuai Kondisi Di Lapangan

b. Volume galian merupakan volume air yang akan ditampung.

Besaran volume yang dibuat minimal 170 m3. Besaran

volume embung ini akan tergantung kepada konstruksi

embung yang akan digunakan atau ada partisipasi dari

masyarakat. Embung dengan kontruksi sederhana (tanpa

memperkuat dinding) dimungkinkan akan lebih luas dari

volume minimal tersebut.

Page 15: Pedoman Teknis Embung 2007 Lkp

Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung

15

Kedalaman

Tampak dari atas

Penampang melintang

embung

Saluran Pemasukan

Lebar

Embung

Saluran Pembuang

Panjang Embung

Gambar 2. Sketsa Bentuk Embung Tampak Atas Dan Samping 2. Menggali Tanah

Penggalian dapat pula dilakukan di dekat alur alami/saluran

drainase/mata air untuk dapat dijadikan sebagai sumber

pengisian air ke dalam embung.

3. Dinding pinggir embung dibuat miring atau tegak dengan

Page 16: Pedoman Teknis Embung 2007 Lkp

Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung

16

kedalaman 2 s/d 2,5 m (tergantung kondisi lapangan). Tanggul

dibuat agak tinggi untuk menghindari kotoran yang terbawa air

limpasan.

4. Memperkokoh dinding embung

a. Prinsip tahapan ini adalah agar embung tidak mudah retak

dan air yang telah berada embung tidak bocor. Jika struktur

tanah yang ada kuat dan memungkinkan air di embung

tidak bocor, maka kegiatan ini tidak diperlukan.

Gambar 3. Dinding Embung Yang Tidak Diperkokoh (Tanah Asli)

Page 17: Pedoman Teknis Embung 2007 Lkp

Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung

17

Penguatan dinding embung ini juga dapat dilakukan pada

bagian-bagian tertentu yang rawan bocor, seperti pada

Gambar 3.

b. Untuk memperkokoh dinding embung, ada beberapa bahan

yang bisa digunakan tergantung dari bahan/material yang

mudah diperoleh di lokasi dan biaya yang tersedia. Adapun

bahan/material yang dapat dipakai untuk dinding embung

antara lain pasangan batu bata, pasangan batu kali,

pasangan beton. Proses pembuatan dinding embung seperti

membangun kolam, kemudian permukaan dinding embung

dapat dilapisi dengan adukan pasir dan semen.

c. Jika diperlukan dasar embung dapat dipasangi batu bata/batu

kali yang dilapisi semen agar tidak bocor.

d. Untuk mengurangi longsor pada dinding embung, dapat

dibuat tangga atau undakan di sekeliling dinding selain dapat

juga berfungsi untuk mempermudah pengambilan air.

Page 18: Pedoman Teknis Embung 2007 Lkp

Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung

18

Gambar 4. Tangga Atau Undakan Di Sekeliling Dinding Embung 4. Pembuatan saluran pemasukan (inlet).

Pembuatan saluran pemasukan berupa sudetan dari saluran air

ke embung sangatlah penting. Saluran pemasukan dibuat

untuk mengarahkan aliran air yang masuk ke dalam embung,

sehingga tidak merusak dinding/tanggul. Saluran pemasukan

ini dapat dilengkapi dengan pintu pembuka/penutup berupa

sekat balok yang mudah dibuka dan ditutup.

5. Membuat pelimpas air/saluran pembuangan (outlet).

Pelimpas air sangat diperlukan bagi embung yang dibuat pada

alur alami atau saluran drainase. Hal ini untuk melindungi

bendung sekaligus mengalirkan air berlebih. Demikian pula

pembuatan saluran pembuangan bagi embung. Secara

Page 19: Pedoman Teknis Embung 2007 Lkp

Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung

19

skematis embung dapat direpresentasikan pada gambar-

gambar berikut

Gambar Embung Tampak Atas

Arah topografi ke bawah

Embung

Inlet

Lahan Pertanian

Gambar Embung Tampak Samping

Outlet

Pintu

Pengatur

Gambar 5. Desain Sederhana Embung

H. Pengawasan

Aparat Dinas Pertanian sebagai penanggung jawab kegiatan

harus melakukan pengawasan selama proses pembangunan

sejak perencanaaqn hingga konstruksi selesai.

Page 20: Pedoman Teknis Embung 2007 Lkp

Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung

20

I. Pembiayaan

Biaya disediakan melalui dana Tugas Pembantuan, yang

terdiri dari Belanja Uang Honor Tidak Tetap yang digunakan

untuk upah tenaga (Padat Karya) sebesar 50% (Rp. 25

juta/unit), dan Belanja Lembaga Sosial lainnya, digunakan

untuk pembelian bahan bangunan sebesar 50% (Rp. 25

juta/unit). Biaya Belanja Lembaga Sosial Lainnya semua akan

ditransfer ke rekening kelompok tani setelah mereka

membuat proposal rencana kebutuhan biaya pembangunan

embung. Proposal harus disetujui oleh Kepala Desa dan

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota.

Rangkaian kegiatan pelaksanaan pembangunan dam parit agar

dibuat jadwal palang untuk alat kontrol pengawasan dan

pembinaan. Contoh jadwal palang yang dimaksud adalah seperti

Lampiran 1.

Page 21: Pedoman Teknis Embung 2007 Lkp

Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung

21

III. INDIKATOR KINERJA

A. Keluaran (Output)

Terbangunnya dan berfungsinya embung di kawasan

pertanian lahan kering untuk tanaman palawija, hortikultura,

tanaman perkebunan semusim dan usaha peternakan.

B. Hasil (Outcome)

Tersedianya air untuk usaha pertanian pada saat diperlukan

(sebagai suplesi).

C. Manfaat (Benefit)

- Mengurangi resiko usaha pertanian akibat kekeringan.

- Meningkatnya kesempatan berusaha tani terutama pada musim

kemarau.

D. Dampak (Impact)

Meningkatnya produktifitas usaha pertanian dan atau

indeks pertanaman bagi usahatani tanaman.

Page 22: Pedoman Teknis Embung 2007 Lkp

Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung

22

IV. MONITORING DAN EVALUASI

A. Monitoring dan Evaluasi

Monitoring dan Evaluasi dilakukan terhadap keseluruhan

kegiatan Pembangunan Embung yang meliputi kegiatan

perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian, yaitu :

1. Terhadap kegiatan perencanaan meliputi antara lain

pemilihan lokasi, sosialisasi, rencana pembiayaan,

dukungan dari pemerintah daerah setempat dan lain-lain.

2. Terhadap pelaksanaan meliputi kegiatan persiapan,

penyusunan rencana kegiatan, organisasi, tugas dan

fungsi pelaksana, pengadaan dan penggunaan bahan/alat,

pelaksanaan kegiatan fisik, produktivitas pekerjaan dan

lain-lain.

3. Terhadap pengendalian dan pengawasan meliputi peranan

pengawasan, teknis pelaksanaan pekerjaan fisik dan lain-

lain.

a. Operasional dan Pemeliharaan

Operasional dan pemeliharaan embung yang telah selesai

dibangun dilakukan oleh petani/kelompok tani pengelola embung.

Pemanfaatan air embung dilakukan dengan membuat Jaringan/

Saluran Air ke lahan usahatani. Ada beberapa cara untuk mengairi

lahan usahatani, antara lain :

Page 23: Pedoman Teknis Embung 2007 Lkp

Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung

23

1. Apabila lahan bertopografi miring (Iereng), maka air dapat

dialirkan dari petak ke petak lahan usahatani secara

gravitasi.

2. Apabila lahan agak datar, maka dapat digunakan teknik

irigasi pompa (bertekanan seperti tetes, sprinkler, atau

disalurkan langsung ke lahan), atau dengan alat manual

lainnya.

Kebutuhan air tanaman harus menjadi acuan utama dalam

pemberian air irigasi suplementer.

Untuk menjaga keberlanjutan embung, maka beberapa

komponen pemeliharaan embung yang perlu mendapatkan

perhatian antara lain :

1. Mengurangi kehilangan air karena penguapan.

Untuk mengurangi kehilangan air oleh penguapan dapat

dilakukan dengan, antara lain :

a. Buat tiang peneduh di pinggir bibir embung kemudian di

atas embung dibuat anyaman untuk media rambatan

tanaman dan ditanami dengan tanaman merambat.

b. Tiang penahan angin disamping embung (wind

breaker) pada sisi datangnya angin dan bisa ditanam

tanaman merambat atau pohon sebagai pengganti

tiang.

Page 24: Pedoman Teknis Embung 2007 Lkp

Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung

24

2. Memelihara/Melindungi Embung

a. Pemagaran sementara untuk mencegah gangguan

ternak terhadap tanggul embung.

b. Pengangkatan endapan Lumpur.

c. Perbaikan tanggul yang bocor.

d. Tidak membuang sampah padat / cair ke dalam

embung.

b. Pelaporan

Laporan diperlukan untuk mengetahui perkembangan

pelaksanaan kegiatan dalam mencapai sasaran yang telah

ditetapkan. Adapun macam laporan adalah :

1) Laporan Perkembangan

Laporan ini berisi antara lain data dan informasi tentang

perkembangan pelaksanaan fisik dan keuangan.

Perkembangan realisasi pelaksanaan fisik kegiatan agar

dilakukan pembobotan. Penilaian pembobotan pekerjaan

hanya dilakukan terhadap kegiatan yang didanai dari dana

Tugas Pembantuan.

Page 25: Pedoman Teknis Embung 2007 Lkp

Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung

25

Tabel Perkembangan Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Embung

Laporan pelaksanaan ini agar dibuat sebagai laporan

bulanan (format laporan lihat Lampiran 2). Laporan

tersebut ditujukan ke Dinas Pertanian/Perkebunan/

Peternakan Propinsi dengan tembusan Ditjen Pengelolaan

Lahan dan Air Cq. Dit. Pengelolaan Air dengan alamat Jl.

Taman Margasatwa No. 3 Ragunan, Pasar Minggu, Jakarta

Selatan.

No

Realisasi Pekerjaan Persentase Pekerjaan

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

Pembuatan TOR

Penentuan CP/CL

Sosialisasi pada :

- aparat

- penerima manfaat

Penyusunan rencana/proposal :

a. Penetapan CP/CL oleh Dinas Pert Kab/kota

b. Penyusunan Rencana Kegiatan dan RAB

c. Penyusunan Desain sederhana

d. Persetujuan Rencana Kegiatan dan RAB

oleh Dinas Pertanian Kab/Kota

Persiapan Administrasi

a. Penyiapan Rekening Kelompok Tani

b. Transfer dana ke rekening kelompok

Proses Pengadaan Bahan dan Alat

Pengiriman Bahan dan Alat

Pelaksanaan Konstruksi

a. Pembuatan Daftar Pekerja

b. Pelaksanaan Padat Karya

Pengendalian

a. Pengawasan

b. Monitoring dan Evaluasi

c. Pelaporan

Sudah/belum

Sudah/belum

Sudah/belum

Sudah/belum

Sudah/belum

Sudah/belum

Sudah/belum

Sudah/Belum

Sudah/Belum

Sudah/Belum

10 %

15 %

Sudah/Belum

75 %

Sudah/belum

Sudah/belum

Sudah/belum

Page 26: Pedoman Teknis Embung 2007 Lkp

Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung

26

2) Laporan akhir

Setelah pelaksanaan Pengembangan embung selesai,

penanggung jawab kegiatan di tingkat kabupaten wajib

menyiapkan dan menyampaikan laporan akhir pelaksanaan

program Pengembangan Embung baik dari segi fisik

maupun keuangan. Laporan akan lebih informatif dan

komunikatif bila dilengkapi dengan foto-foto dokumentasi

minimal kondisi sebelum dan setelah kegiatan. Out line

laporan akhir adalah seperti Lampiran 3

Page 27: Pedoman Teknis Embung 2007 Lkp

Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung

27

V. PENUTUP

1. Mengingat pembangunan embung ini merupakan kegiatan

pendukung usaha agribisnis pertanian, khususnya dalam

antisipasi penyediaan air untuk pertanian pada saat musim

kemarau maka seluruh jajaran yang terkait baik secara

langsung maupun tidak langsung diharapkan dapat bekerja

dengan penuh tanggungjawab yang berorientasi kepada

kepentingan masyarakat pertanian. Partisipasi masyarakat

sangat diperlukan untuk diperoleh pembangunan yang lebih

baik dan besar.

2. Untuk terwujudnya pelaksanaan yang efisien dan efektif,

setiap penanggungjawab kegiatan menyusun rencana

pelaksanaan kegiatan secara terinci.

3. Apabila terjadi perubahan-perubahan rencana fisik dan hal-hal

yang belum jelas, dan belum tertuang dalam Pedoman Teknis

ini agar segera berkonsultasi kepada koordinator tingkat

Propinsi (Dinas Pertanian Tanaman Pangan/

Perkebunan/Peternakan Propinsi) atau Penanggungjawab

Program/Teknis di tingkat Pusat.

Page 28: Pedoman Teknis Embung 2007 Lkp

Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung

28

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1998. Petunjuk Teknis Pembuatan Embung Pertanian Direktorat Bina Rehabilitasi dan Pengembangan Lahan, Jakarta.

Anonim, 2003. Pengembangan Sarana Konservasi Air Penunjang Pertanian Direktorat Pemanfaatan Air Irigasi, Jakarta.

Syafruddin Karama, Kekeringan dan Banjir, Bom Besar Bagi

Pertanian Indonesia, Harian Suara Pembaharuan, 16 September 2004, Jakarta

Page 29: Pedoman Teknis Embung 2007 Lkp

Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pengembangan Embung i

Lampiran 1

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1. Pembuatan TOR

2. Penentuan CP/CL

3. Sosialisasi : - Aparat

- Penerima manfaat

4. Penyusunan Rencana/Proposal :

- Penetapan CP/CL

- Penyusunan Rencana Kegiatan & RAB

- Penyusunan Desain Sederhana

- Persetujuan Renc. Kegiatan & RAB

Oleh Dinas Pert.Kab/Kota

5. Persiapan Administrasi

- Penyiapan Rekening kelompok Tani

- Transfer Dana ke rekening Kelompok tani

6. Proses Pengadaan Bahan/Alat

7. Pengiriman Bahan/Alat

8. Pelaksanaan Konstruksi

- Pembuatan daftar Pekerja

- Pelaksanaan padat karya

9. Pengawasan

10. Monitoring dan Evaluasi

11. Pelaporan

JADWAL PALANG

PELAKSANAAN KEGIATAN EMBUNG

JENIS PEKERJAANBULAN KE

Page 30: Pedoman Teknis Embung 2007 Lkp

Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pengembangan Embung ii

Lampiran 2

No. Tahapan Pelaksanaan Ket

Kegiatan Fisik Keuangan 1 2 3 DST1 2 3 4 5 6 7 10 11

1 Penyusunan TOR Sudah/Belum -

2 Penentuan CP/CL Sudah/Belum -

3 Sosialisasi

a. Aparat Sudah/Belum -

b. Penerima manfaat Sudah/Belum -

4 Penyusunan Rencana/Proposal

a. Penetapan CPCL Sudah/Belum -

b. Penyusunan Rencana Kegiatan Sudah/Belum -

dan RAB

c. Penyusunan Desain Sederhana Sudah/Belum -

d. Persetujuan Renc. Kerja dan Sudah/Belum -

RAB oleh Kep. Dinas Pert Kab/Kota

5 Persiapan Administrasi

a. Penyiapan Rekening Kel Tani Sudah/Belum -

b. Tran sfer dana ke Rekenuing Sudah/Belum -

kelompok tani

6 Proses Pengadaan Bahan/Alat 10% 20%

7 Pengiriman Bahan/Alat 15% 30%

8 Pelaksanaan Konstruksi

a. Pembuatan Daftar Pekerja Sudah/Belum -

b. Pelaksanaan Padat Karya 75% 50%

9 Pengawasan Sudah/Belum -

8 Monitoring dan Evaluasi Sudah/Belum -

10 Pelaporan Sudah/Belum -

Bobot

Lampiran 3

FORM LAPORAN PERKEMBANGAN KEGIATAN

(BULANAN)

Prop/Kab. :

Jenis Kegiatan :

Bulan :

Lokasi

Page 31: Pedoman Teknis Embung 2007 Lkp

Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pengembangan Embung iii

Lampiran 3

Out Line dari Laporan Akhir ini adalah :

Kata Pengantar

Daftar Isi

I. Pendahuluan

� Latar belakang

� Tujuan dan Sasaran

II. Pelaksanaan

A.A.A.A. Masukan

B.B.B.B. Lokasi

C.C.C.C. Tahap Pelaksanaan

D.D.D.D. Permasalahan

E.E.E.E. Pemecahan Masalah

III. Permasalahan dan Upaya Pemecahan

IV. Kesimpulan dan Saran

Lampiran

Dokumentasi setiap tahapan kegiatan

Tabel perkembangan kegiatan

Tabel daftar bangunan sejenis yang pernah

dibangun/dilaksanakan Dinas Pertanian

Kabupaten/Kota.

Page 32: Pedoman Teknis Embung 2007 Lkp

Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pengembangan Embung iv

Lampiran 4

TPH HORT BUN NAK

1 Propinsi Jawa Barat

Kab. Bandung 2 2

Kab. Bekasi 1 1

Kab. Garut 1 1 3 5

Kab. Sumedang 4 4

Kab. Tasikmalaya 3 3

Kota Bogor 2 2

Kota Depok 2 2

Kab. Sukabumi 3 3

Kab. Bogor 1 1

23

2 Propinsi Jawa Tengah

Kab. Sragen 1 2 3

Kab. Banyumas 1 1

Kab. Pati 1 1

Kab. Kudus 1 1

Kab. Rembang 1 1

Kab. Magelang 2 2

Kab. Wonosobo 1 1 2

Kab. Purworejo 1 1

Kab. Demak 1 1

Kab. Jepara 2 2

Kab. Semarang 4 1 5

Kab. Wonogiri 1 4 5

Kab. Karanganyar 1 1

Kab. Pekalongan 1 1

Kab. Pemalang 1 1

28

3 Propinsi DIY

Kab.Sleman 1 1

Kab.Bantul 2 2

Kab. Gunung Kidul 2 2 4

Kab. Kulon Progo 2 2 4

11

DAFTAR LOKASI EMBUNG TAHUN ANGGARAN 2007

No. Propinsi/KabupatenMendukung

Jumlah

Page 33: Pedoman Teknis Embung 2007 Lkp

Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pengembangan Embung v

4 Propinsi Jawa Timur

Kab. Bangkalan 3 3

Kab. Banyuwangi 2 2

Kab. Blitar 3 3

Kab. Bojonegoro 4 4

Kab. Bondowoso 1 2 3

Kab. Jombang 2 2

Kab. Madiun 2 2

Kab. Malang 2 2 4

Kab. Mojokerto 4 4

Kab. Pacitan 2 2

Kab. Pasuruan 2 2

Kab. Sumenep 1 3 4

Kab. Tuban 4 4

39

5 Propinsi NAD

Kab. Aceh Singkil 2 3 5

Kab. Aceh Tenggara 2 2

7

6 Propinsi Sumatera Utara

Kab. Asahan 2 2

Kab.Tanah Karo 5 5

Kab. Labuhan Batu 7 7

Kab. Mandailing Natal 3 3

Kab. Nias 5 5

Kab. Simalungun 4 4

Kab. Tapanuli Selatan 2 3 5

Kab. Tapanuli Tengah 4 4

Kab. Tapanuli Utara 3 3

Kab. Toba Samosir 5 5

Kota Pakpak Bharat 3 3

Kab. Humbang Hasundutan 3 3

Kab. Samosir 2 2

51

Page 34: Pedoman Teknis Embung 2007 Lkp

Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pengembangan Embung vi

7 Propinsi Sumatera Barat

Kab. Lima Puluh Kota 1 2 3

Kab. Agam 1 2 3

Kab. Solok 1 1 2

Kab. Tanah Datar 5 5 10

Kab. Dharmas Raya 1 1

19

8 Propinsi Lampung

Kab. Lampung Barat 2 2

Kab. Lampung Selatan 5 5

Kab. Lampung Utara 2 2

Kab. Tanggamus 1 2 3

Kab. Tulang Bawang 3 3

15

9 Propinsi Kalimantan Barat

Kab. Bangkayang 2 2

Kab. Kapuas Hulu 4 4

Kab. Pontianak 2 1 1 4

Kab. Sintang 2 2

Kota Pontianak 2 2

Kab. Sekadau 3 3

17

10 Propinsi Kalimantan Tengah

Kab.Kapuas 1 1

Kab. Kota Waringin Barat 1 1

2

11 Propinsi Kalimantan Selatan

Kab. Tanah Laut 1 1

1

12 Propinsi Kalimantan Timur

Kab. Kutai Barat 3 3

Kab. Malinau 3 3

Kab. Nunukan 2 4 6

Kab. Pasir 2 2

Kota Samarinda 4 4

Kab. Kutai Kertanegara 4 4

22

Page 35: Pedoman Teknis Embung 2007 Lkp

Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pengembangan Embung vii

13 Prop. Sulawesi Utara

Kab. Minahasa Utara 1 1

1

14 Prop. Sulawesi Tengah

Kab.Banggai Kepulauan 1 1

Kab. Donggala 2 2

Kab. Parigi Moutong 2 2 4

7

15 Prop. Sulawesi Selatan

Kab. Barru 6 6

Kab. Luwu Utara 3 3

Kab. Pangkep 2 2

Kab. Selayar 2 2

Kab. Soppeng 4 4 8

Kab. Takalar 1 1

Kab. Tana Toraja 3 2 1 6

Kota Palopo 2 2

30

16 Prop. Sulawesi Tenggara

Kab.Buton 1 1

Kab. Konawe 1 1

Kab. Muna 2 2

Kab. Konawe Selatan 2 1 3

Kab. Kolaka Utara 2 4 6

Kota Kendari 2 2

15

17 Prop. Maluku

Kab. Seram Bagian Barat 1 1

1

18 Prop. Bali

Kota Bangli 2 2

Kota Buleleng 4 4 8

Kab. Gianyar 4 4

Kab. Jembrana 4 4

Kab. Karangasem 3 3

Kab. Klungkung 2 6 8

Kab. Tabanan 7 7

Kota Denpasar 5 5

41

Page 36: Pedoman Teknis Embung 2007 Lkp

Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pengembangan Embung viii

19 Prop. NTB

Kab. Bima 2 3 2 7

Kab. Dompu 5 2 2 9

Kab. Lombok Tengah 4 4

Kab. Lombok Timur 4 4

Kab. Sumbawa 5 4 9

Kota Bima 5 5

Kota Sumbawa Barat 4 4 8

46

20 Prop. NTT

Kab. Kupang 7 7 7

Kab. Timor Tengah Selatan 2 2 5 9

Kab. Belu 6 2 6 14

Kab. Alor 4 5 9

Kab. Lembata 5 5

Kab. Manggarai 5 4 9

Kab. Sumba Barat 6 8 14

Kab. Sumba Timur 10 8 18

Kab. Rotendau 6 6

Kab. Manggarai Barat 5 5

Kab. Ende 10 10

Kab. Ngada 10 6 16

Kab. Sikka 3 3

Kab. Flores Timur 8 4 12

137

21 Prop. Papua

Kab. Jayapura 4 2 6

Kab. Merauke 4 4

10

22 Prop. Bengkulu

Kab. Bengkulu Selatan 2 1 1 4

Kab. Seluma 1 1

Kab. Kepahiang 2 1 3

8

Page 37: Pedoman Teknis Embung 2007 Lkp

Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pengembangan Embung ix

23 Prop. Maluku Utara

Kota Ternate 3 3

3

24 Prop. Banten

Kab. Lebak 1 1 2 2 6

Kab. Pandeglang 1 2 3

Kab. Serang 3 2 5

Kab. Tangerang 2 2

16

25 Prop. Gorontalo

Kab.Boalemo 2 2 4

Kab. Gorontalo 1 1

Kab. Pohuwato 3 3

Kab. Bone Bolango 2 2 1 5

13

26 Prop. Sulawesi Barat

Kab. Mamuju 1 1

Kab. Majene 1 1

Kab. Mamuju Utara 1 1

Kab. Polewali Mandar 1 1

4