Pedoman Tata Laksana Tb Mono Dan Poli Resisten

download Pedoman Tata Laksana Tb Mono Dan Poli Resisten

of 38

description

pedoman tb

Transcript of Pedoman Tata Laksana Tb Mono Dan Poli Resisten

  • 5/19/2018 Pedoman Tata Laksana Tb Mono Dan Poli Resisten

    1/38

    1

    LAMPIRAN 1

    PenatalaksanaanTBresisten obat selain TB MDR

    1. Penatalaksanaan TB Monoresisten/ Poliresisten

    Pasien TB mono resisten dan poli resisten akan ditemukan dalam upaya

    penemuan kasus TB MDR. Beberapa penelitian menyatakan bahwa ada

    hubungan antara pengobatan menggunakan paduan standar jangka pendek

    (SCC: short course chemotherapy) yang diberikan kepada pasien TB

    monoresisten atau poliresisten dengan peningkatan resiko terjadinya

    kegagalan pengobatan maupun terjadinya kekebalan lebih lanjut terhadap

    OAT (TB MDR/XDR). Penelitian tersebut juga menyatakan bahwa pengobatan

    menggunakan paduan standar jangka pendek (SCC) terbukti masih efektif

    pada beberapa varian monoresisten atau poliresisten yang ditunjukkan

    dengan rendahnya angka kegagalan pengobatan dan mayoritas pasien

    tersebut sembuh.

    Pasien yang hanya memerlukan perubahan kecil dalam paduan obat yang

    digunakan akan dicatat dalam Buku register TB reguler tanpa ada perubahan

    apapun. Pasien ini tetap dianggap sebagai pasien TB kategori I dan kategori II

    biasa. Pasien ini tidak dianggap sebagai pasien yang memerlukan paduan

    khusus seperti halnya pada pasien TB MDR/ XDR. Perubahan paduan dan

    lama pengobatan tersebut harus dicatat dalam kolom keterangan pada

    register TB yang digunakan baik di fasyankes maupun kabupaten/ kota.

    Pedoman dalam buku ini disusun berdasarkan rekomendasi WHO mengenai

    pengobatan TB monoresisten dan poliresisten dengan penyesuaian terhadap

    situasi dan kondisi di Indonesia serta pendapat para ahli dan klinisi yang telah

    berpengalaman menangani pasien TB monoresisten dan poliresisten yang

  • 5/19/2018 Pedoman Tata Laksana Tb Mono Dan Poli Resisten

    2/38

    2

    kemudian disusun dalam sebuah tabel pengobatan untuk mempermudah

    pelaksanaan sehari-hari.

    Prinsip yang dipahami sebelum menggunakan tabel pengobatan TB ini :

    a) Ketika melakukan perubahan paduan standar Kategori I maupun Kategori

    II, maka jenis obat yang digunakan dalam paduan baru harus dipilih dari

    OAT yang paling efektif sejak pertama kali mulai pengobatan untuk

    meningkatkan kemungkinan kesembuhan. Penggunaan jenis OAT yang

    efektif tidak boleh ditunda.

    b) Sangat disarankan untuk melakukan kajian terhadap OAT yang akan

    dipakai apakah sudah terjadi resistensi tambahan terhadap OAT tersebut

    selama tenggang waktu antara kapan spesimen untuk uji kepekaan di

    ambil dan kapan pengobatan dengan paduan yang disesuaikan akan

    dilaksanakan. Resistensi tambahan harus dicurigai bila pasien secara

    efektif hanya mendapatkan satu jenis OAT selama lebih dari satu bulan.

    c) Pirazinamid tidak termasuk OAT yang mampu mencegah resistensi.

    Sebagai contoh :

    - Pasien terbukti resisten terhadap INH dan etambutol, pasien telah

    terlanjur menjalani pengobatan dengan paduan standar kategori I(HRZE) selama lebih dari satu bulan. Secara efektif pasien hanya

    menjalani pengobatan dengan rifampisin, karena pirazinamid tidak

    bisa mencegah resistensi. Resistensi terhadap Rifampisin

    kemungkinan besar telah terjadi sehingga sekarang pasien dicurigai

    sebagai pasien TB MDR

    - Pasien terbukti resisten terhadap rifampisin, etambutol dan

    streptomisin. Pasien telah menjalani pengobatan dengan kategori II

    selama lebih dari satu bulan. Secara efektif pasien hanya menerima

    INH dan pirazinamid selama pengobatan. Resistensi tambahan

    terhadap INH kemungkinan besar telah terjadi.

    d) Hasil uji kepekaan M.tuberculosis yang didapatkan menggambarkan

    populasi kuman TB pada saat spesimen pemeriksaan diambil. Paduan

  • 5/19/2018 Pedoman Tata Laksana Tb Mono Dan Poli Resisten

    3/38

    3

    yang dipakai dalam tabel pengobatan dibuat dengan asumsi bahwa tidak

    terjadi perubahan pola resistensi OAT selama interval tersebut. Untuk itu

    tabel pengobatan yang ada tidak boleh digunakan bila sudah ada

    kecurigaan yang tinggi telah terjadi resistensi terhadap OAT yang akan

    digunakan.

    e) Untuk meningkatkan efektifitas dari tabel pengobatan maka hanya hasil

    laboratorium yang terjamin mutunya yang boleh dipakai sebagai dasar

    pertimbangan. Untuk OAT yang tidak dilakukan uji kepekaan seperti

    pirazinamid maka obat tersebut tidak dihitung sebagai OAT yang masih

    efektif, meskipun masih bisa dimasukkan ke dalam paduan yang akan

    diberikan.

    f) Merancang paduan obat untuk pasien TB monoresisten atau poliresisten

    sangat memerlukan keahlian dan infrastruktur yang memadai, untuk itu

    hanya boleh dilakukan di fasyankes yang memiliki pengalaman

    melaksanakan PMDT. Semua keputusan harus dilakukan oleh TAK

    secara kolegial dengan mempertimbangkan semua faktor di atas.

  • 5/19/2018 Pedoman Tata Laksana Tb Mono Dan Poli Resisten

    4/38

    4

    Tabel Paduan OAT Sesuai Pola Resistensi

    Pola

    Resistensi

    Paduan yang

    direkomendasikan

    Lama

    Pengobatan

    Catatan

    H REZ (Pasien baru) 6 Bulan

    9 Bulan

    Quinolon disarankan bila

    sakit berat dan lama

    pengobatan dapat

    diperpanjang.

    HS RQEZ 9 Bulan

    HE 3 SRQZ / 6 RQZ 9 Bulan Pengobatan yang lebih

    lama (maksimal 12 bulan)

    diberikan bila sakit berat.

    HES 3 KmRQZ / 9 RQZ 12 Bulan Obat injeksi bisa diberikan

    sampai 6 bulan bila sakit

    berat.

    R 3 HQEZ / 9 HQE

    atau

    3 SHEZ/ 9 HEZ

    12 Bulan

    RS 3 KmHEZ / 15 HEZ 18 Bulan Injeksi Km bisa diberikan

    sampai 6 bulan bila sakit

    berat.

    RE 3 SHQZ / 15 HQZ 18 Bulan Injeksi S bisa

    diperpanjang sampai 6

    bulan bila sakit berat.

    RES 3 KmHQZ / 15 HQZ 18 Bulan Injeksi Km bisa

    diperpanjang sampai 6

    bulan bila sakit berat.

    Ket :

    H : INH R : Rifampisin Z : Pirazinamid E : Etambutol

    Eto : Etionamid Q : Quinolon Km : Kanamisin S : Streptomisin

  • 5/19/2018 Pedoman Tata Laksana Tb Mono Dan Poli Resisten

    5/38

    5

    Prinsip dasar pengobatan pasien TB monoresisten dan poliresisten

    a) Menggunakan strategi pengobatan individual yang sesuai dengan pola

    resistensi dari masing-masing pasien.

    b) OAT yang digunakan merupakan paduan OAT lini pertama dan beberapa

    OAT lini kedua. Jenis-jenis paduan mengacu pada tabel pengobatan di

    atas.

    c) Pengobatan ini diberikan untuk pasien yang sudah memiliki hasil

    pemeriksaan uji kepekaan M.tuberculosis dari laboratorium yang sudah

    tersertifikasi.

    d) Pasien dan keluarga diberi konseling dan KIE sebelum mulai pengobatan

    seperti pada pasien TB MDR/ XDR.

    e) Dilakukan beberapa pemeriksaan data dasar yang penting sebelum

    memulai pengobatan, terutama data dasar yang terkait dengan

    pemakaian obat-obat injeksi (Streptomisin/ Kanamisin), kuinolon dan

    etionamid

    f) Penentuan kapan pasien mulai pengobatan, dosis dan lama pemberian

    obat dilakukan oleh TAK.

    g) Dosis OAT berdasarkan berat badan

    h) Lama pengobatan berkisar antara 6-18 bulan tergantung pola resistensidan keparahan penyakit.

    i) Pemeriksaan untuk memantau kemajuan pengobatan adalah pemeriksaan

    apusan dan biakan dahak, dilakukan setiap 3 bulan sampai selesai masa

    pengobatan.

    j) Konversi tercapai bila pada pemeriksaan bulan ketiga pengobatan

    menunjukkan hasil biakan sudah negatif.

    k) Bila pemeriksaan bulan ketiga menunjukkan hasil biakan masih positif

    maka dilaksanakan uji kepekaan M.tuberculosis ulang untuk OAT lini

    pertama dan kedua. Pengobatan dihentikan sambil menunggu hasil

    pemeriksaan laboratorium keluar.

    l) Pemeriksaan penunjang lain mengikuti prinsip pemeriksaan penunjang

    untuk pasien TB MDR.

  • 5/19/2018 Pedoman Tata Laksana Tb Mono Dan Poli Resisten

    6/38

    6

    m) Cara pemberian obat :

    Tahap awal: Bila mendapatkan suntikan maka diberikan 5 kali

    seminggu, baik selama rawat inap dan rawat jalan. Obat per-oral

    diminum/ditelan setiap hari 7 hari dalam seminggu didepan petugas

    kesehatan.

    Tahap lanjutan:obat oral diberikan dan diminum/ditelan setiap hari 6

    hari dalam seminggu didepan PMO.

    Setiap pemberian suntikan harus dibawah pengawasan petugas

    kesehatan, obat oral bisa dibawa pulang untuk diminum di rumah dibawah

    pengawasan seorang PMO yang ditunjuk.

    n) Pasien dinyatakan :

    Sembuhbila pemeriksaan biakan 3 bulan sebelum akhir pengobatan

    dan akhir pengobatan menunjukkan bahwa hasil biakan sudah negatif.

    Pengobatan Lengkap : pasien menyelesaikan seluruh pengobatan

    tetapi tidak memenuhi kriteria sembuh maupun gagal

    Gagal : bila pemeriksaan pada 3 bulan sebelum akhir pengobatan

    atau pada akhir pengobatan biakan masih tetap positif.

    Pindah : Pasien yang pindah ke fasyankes di daerah lain, dibuktikan

    dengan balasan TB 09. Meninggal : Pasien meninggal karena sebab apapun selama masa

    pengobatan.

    Default : Pasien terputus pengobatannya selama dua bulan berturut-

    turut atau lebih dengan alasan apapun.

    o) Semua OAT sebaiknya diberikan dalam dosis tunggal, kecuali jika terjadi

    efek samping, OAT yang dapat diberikan dalam dosis terbagi adalah

    etionamid.

  • 5/19/2018 Pedoman Tata Laksana Tb Mono Dan Poli Resisten

    7/38

    7

    Dosis OAT

    Untuk menentukan dosis OAT yang akan diberikan kepada pasien monoresisten

    dan poliresisten maka perhatikan beberapa ketentuan dibawah ini:

    a) Penentuan dosis OAT oleh TAK yang dibuat berdasarkan kelompok berat

    badan pasien.

    b) Dosis yang diberikan adalah dosis maksimum, tetapi harus tetap

    memperhatikan kondisi klinis pasien.

    c) Perubahan dosis pada saat pengobatan sangatlah dimungkinkan apabila TAK

    merekomendasikan hal tersebut.

    Tabel Penentuan dosis OAT berdasarkan kelompok berat badan pasien :

    OAT Berat Badan

    < 33 kg 33-50 kg 51-70 kg >70 kg

    Isoniazid

    (Tablet, 100 mg)

    4-6 mg/kg/hari 200-300 mg 300 mg 300 mg

    Rifampisin

    (Tablet 150 mg)

    10-20 mg/kg/hari 450-600 mg 600 mg 600 mg

    Pirazinamid

    (Tablet, 500 mg)

    30-40 mg/kg/hari 1000-1750 mg 1750-2000 mg 2000-2500 mg

    Etambutol

    (Tablet, 400 mg)

    25 mg/kg/hari 800-1200 mg 1200-1600 mg 1600-2000 mg

    Streptomisin

    (Vial, 1000 mg)

    10-20 mg/

    kg/hari

    500-750 mg 1000 mg 1000 mg

    Kanamisin

    (Vial, 1000 mg)

    15-20 mg/kg/hari 500-750 mg 1000 mg 1000 mg

    Levofloksasin

    (Kaplet, 250 mg)

    750 mg per hari 750 mg 750 mg 750-1000 mg

  • 5/19/2018 Pedoman Tata Laksana Tb Mono Dan Poli Resisten

    8/38

    8

    2. Penatalaksanaan TB XDR

    Definisi kasus TB XDR adalah kasus TB MDR yang juga resisten terhadap

    salah satu fluorokuinolon (Ofloksasin, Levofloksasin atau Moksifloksasin)

    dan sekurangnya satu OAT suntik lini kedua (amikasin, kapreomisin atau

    kanamisin).

    Untuk melakukan diagnosis kasus TB XDR harus tersedia fasilitas

    laboratorium yang mampu melakukan pemeriksaan uji kepekaan dan

    tersertifikasi baik untuk OAT lini pertama dan lini kedua. Saat ini

    laboratorium yang tersertifikasi di Indonesia mampu melaksanakan uji

    kepekaan OAT lini pertama untuk isoniazid, rifampisin, streptomisin atau

    etambutol dan OAT lini kedua untuk ofloksasin, kanamisin atau amikasin.

    Suspek TB resisten OAT yang berasal dari fasilitas non DOTS, hasil

    anamnesis diketahui mempunyai riwayat pernah mendapatkan pengobatan

    TB dengan kuinolon dan atau suntikan dari lini kedua, harus dilakukan

    pemeriksaan uji kepekaan M.tuberculosis untuk OAT lini pertama dan

    kedua sejak dari awal. Uji pendahuluan PMDT yang dilakukan di Jakartamenunjukkan bahwa pasien terkonfirmasi TB XDR juga ditemukan dari

    kriteria suspek kasus kronis maupun kambuh yang kemungkinan besar

    terjadi karena anamnesis, pencatatan yang kurang lengkap dan kebiasaan

    pasien untuk shopping pengobatan.

    Dari seluruh kasus TB resisten obat yang saat ini diobati di Indonesia dalam

    kerangka PMDT, ditemukan sekitar 4% kasus yang terdagnosis sebagai

    pasien TB XDR. Mengingat jumlah kasus yang masih sedikit maka

    penatalaksanaan pasien TB XDR untuk saat ini belum masuk secara

    menyeluruh dalam kegiatan PMDT dan akan ditanggulangi menggunakan

    pendekatan dan ketentuan khusus.

  • 5/19/2018 Pedoman Tata Laksana Tb Mono Dan Poli Resisten

    9/38

    9

    Prinsip pengobatan, aturan administrasi dan pendekatan yang dipakai

    dalam pengobatan TB XDR sama dengan TB MDR.

    Paduan ideal untuk pasien TB XDR adalah paduan individual yang

    disesuaikan dengan kondisi masing-masing pasien serta berdasarkan hasil

    uji kepekaan M.tuberculosisterhadap OAT lini 1 dan lini 2. Akan tetapi

    paduan ini memerlukan sumber daya, biaya dan sarana yang besar.

    Mengingat keterbatasan yang ada maka untuk pengobatan TB XDR dibuat

    berdasarkan paduan standar TB MDR dengan penambahan ketentuan

    sebagai berikut:

    Levofloksasin diganti dengan Moksifloksasin,

    Kanamycin diganti dengan Kapreomisin,

    Paduan harus ditambahkan PAS.

    Sehingga paduan standar untuk TB XDR di Indonesia saat ini adalah:

    CmMfxEto Cs PAS Z (E) / MfxEto Cs PAS Z (E)

    Bila paduan dianggap masih kurang adekuat yang dibuktikan dengan

    respon klinis yang jelek maka dapat dipertimbangkan untuk menambahkanminimal 2 jenis OAT dari kelompok ke-5. Perlu diingat bahwa OAT

    kelompok 5 ini masih belum terbukti efektifitasnya. OAT kelompok 5 terbukti

    bekerja secara in vitro tetapi belum terbukti efeknya secara in vivo.

    Plilihan untuk OAT kelompok 5 adalah: Klofazimin, Amoksilin- asam

    klavulanat, Klaritromisin dan Linezolid

    Prinsip pemberian obat untuk pasien TB XDR:

    Penggunaan minimal 4 OAT yang masih efektif selama 24 bulan.

    Memulai pengobatanTB XDR harus dengan pengawasan pengobatan

    yang ketat, penyuluhan dan konseling yang efektif, pemantauan efek

    samping pengobatan dan terutama menanggulangi tokisisitias obat.

  • 5/19/2018 Pedoman Tata Laksana Tb Mono Dan Poli Resisten

    10/38

    10

    Sesuaikan pemantauan efek samping dengan obat yang digunakan.

    Bila memakai obat dari OAT kelompok 5 seperti amoksiklav atau

    klaritromisin maka perlu ditambahkan antasida secara rutin dengan

    memberi jarak dengan pemberian moksifloksasin.

    Obat yang terbukti gagal dalam pengobatan sebelumnya atau terbukti

    sudah menjadi resisten tidak diberikan lagi. Berdasarkan data dari

    National Jewish Medical and Research Center dilaporkan bahwa

    terdapat penurunan efikasi obat yang pernah digunakan, sesudah 1

    bulan pemberiannya walau uji kepekaan obat membuktikan masih

    sensitif. Walaupun demikian, sebagian besar ahli merekomendasi obat

    lini pertama tetap diberikan dengan catatan uji kepekaan obat

    menunjukkan isolat masih sensitif terhadap OAT lini pertama.

    Pertimbangkan efek samping dalam pemilihan obat. Sebagai contoh

    pada pasien yang mengalami penurunan fungsi ginjal, psikosis atau

    gangguan perlaku pemakaian sikloserin sebaiknya dihindari.

    Pada keadaan yang mengharuskan salah satu OAT pada paduan

    standar TB XDR tidak bisa diberikan lagi maka dapat diganti dengan 2jenis obat dari OAT kelompok 5

    Ketentuan Umum dalam pengobatan pasien TB XDR di Indonesia

    1. Bila dtemukan Kasus TB XDR maka FASYANKES yang mengidentifikasi

    kasus harus melaporkan hal tersebut kepada POKJA dan TAK Nasional.

    2. POKJA akan melakukan kajian dan memberikan rekomendasi apakah

    pasien akan diobati atau tidak. Fasyankes akan mendapat jawabanmaksimal 10 hari kerja.

    3. Secara umum pasien akan diobati menggunakan paduan standar untuk

    TB XDR.

  • 5/19/2018 Pedoman Tata Laksana Tb Mono Dan Poli Resisten

    11/38

    11

    4. Bila dengan paduan standar tersebut tidak memberikan respons yang

    diharapkan maka rejimen akan diubah menjadi paduann individualistik.

    Jenis OAT yang disediakan adalah OAT yang telah disebut di atas.

    5. Keberhasilan pengobatan TB DR lebih rendah daripada pengobatan TB

    MDR, sehingga perlu dilakukan proses inform consent ulangan yang

    menerangkan hal tersebut kepada pasien dan keluarga.

  • 5/19/2018 Pedoman Tata Laksana Tb Mono Dan Poli Resisten

    12/38

    12

    Lampiran 2 :

    Algoritma Penanganan Efek Samping OAT MDR

    Hampir semua OAT yang dipakai dalam pengobatan pasien TB MDR saat ini

    memiliki potensi untuk menimbulkan reaksi yang tidak diinginkan pada sebagian

    besar pasien. Tetapi karena pilihan OAT yang sudah terbatas dan pada

    beberapa kondisi merupakan pilihan terakhir untuk menyembuhkan pasien maka

    obat tersebut harus diberikan. Untuk menjamin kepatuhan pasien TB MDR agar

    mau menjalani pengobatan sampai sembuh maka upaya dan dukungan

    semaksimal mungkin harus diberikan, termasuk penanganan efek samping yang

    tepat dan rasional.

    Penanganan efek samping dilaksanakan secara sistematis, dimulai dari proses

    pemberian KIE kepada pasien dan keluarganya. Pada awal pengobatan TB MDR

    perlu dijelaskan mengenai manfaat dan resiko pengobatan yang akan dijalani

    pasien. Petugas kesehatan harus memastikan bahwa pasien memahami

    beberapa hal, antara lain :

    Bahwa pasien memerlukan pengobatan atas sakit yang diderita dan semua

    jenis obat yang diberikan sangat penting untuk kesembuhan pasien.

    Bahwa akan ada kemungkinan efek samping yang akan muncul dan tidak bisa

    dihindari, tetapi semua upaya yang memungkinkan akan diambil untuk

    mempermudah jalannya pengobatan.

    Bagaimanapun pasien harus mempersiapkan mental agar dapat memberikan

    toleransi terhadap beberapa ketidaknyamanan dan reaksi-reaksi ringan yang

    mungkin muncul.

    Sebagai prinsip dasar dalam penanganan efek samping OAT MDR adalah

    segala upaya yang memungkinkan untuk penanganan efek samping tanpa

    merubah paduan OAT MDR harus didahulukan. Prinsip tersebut yang

    diterjemahkan dalam urutan algoritma yang ada di pedoman ini. Pengurangan

    dosis, penghentian dan penggantian OAT MDR dilakukan sebagai langkah

  • 5/19/2018 Pedoman Tata Laksana Tb Mono Dan Poli Resisten

    13/38

    13

    terakhir karena pada kenyataan sudah tidak banyak pilihan OAT yang bisa

    diberikan kepada pasien TB MDR.

    Semua keputusan terapetik yang berkaitan dengan penanganan efek samping

    dilakukan secara sistematis sesuai berat ringannya gejala. Untuk penanganan

    efek samping berat direkomendasikan untuk dilaksanakan dalam sebuah tim

    yang multi keahlian agar keputusan yang diambil bisa tepat sasaran. Anggota tim

    tersebut selain memiliki keahlian dan kompetensi dasar keilmuan, juga

    diharapkan mempunyai dasar pemahaman yang cukup mengenai prinsip-prinsip

    pengobatan pasien TB MDR.

  • 5/19/2018 Pedoman Tata Laksana Tb Mono Dan Poli Resisten

    14/38

    14

    Algoritma 1 : Mual/ Muntah

    Mual/ Muntah

    Hanya mual

    Muntah ada darah

    atau coffee ground

    material

    Kirim ke fasyankes Pusat

    Rujukan mungkin

    perdarahan lambung

    dandikelolasebagaiperdarahan GIT

    Y Y

    T

    Ikterus, Nyeri perut kanan

    atasY

    T

    Kirim ke fasyankes Pusat

    Rujukan PMDT Tangani

    sebagai kasus

    Hepatitis (Lihat

    algoritma 14)

    Tanda dehidrasi berat: Mulut kering, mata cekung,

    hipotensi, nadi cepat dan lemah , lemas

    YT

    Rawat InapRehidrasi:

    Infus NaCl 0,9% 500 ml dalam 1 jam

    TERAPI

    Tahap 1

    - Bilai disertai muntah, cek elektrolit bila perlu, Penggantian elektrolit

    - Pemberian OAT TB MDR dengan dosis terbagi (tetap mengacu pada DOT) t.u Eto dan atau PAS

    ( tergantung obat mana yang kemungkinan menjadi penyebab.

    - Bila pasien di rawat inap atau bila DOT bisa diatur maka bisa diupayakan pemberian OAT TB MDR pada

    malam hari

    -

    Tahap 2

    Berikan anti emetik : Promethazin 12.5-25 mg p.o, minimal 30 menit sebelum minum OAT TB MDR.

    Bila mual/ muntah menetap berikan Metoklopramid 10 mg/hari p.o yang bisa dinaikkan sampai 15mg 2x/hari.

    Pantau munculnya gejala neurologist, hindari pemakaian bila ada gangguan neurologis.

    Bila mual/ muntah masih persisten, berikan Ondansetron 4 mg p.o 30 menit sebelum minum OAT dan diulang 8jam setelah minum OAT. Dosis bisa dinaikkan sampai 24 mg p.o 30 menit sebelum minum OAT.

    Tahap 3 Berikan anti emetik : Difenhidramin 10 mg i.m bila sangat diperlukan atau pasien tidak bisa minumobat oral atau mual/muntah persisten.

    Berikan diazepam 2 mg p.o bila mual/ muntah tersebut terkait dengan kecemasan ( anticipatory

    vomiting) Hindari bila status respirasi tidak stabil atau dengan risiko retensi CO2.

    Tahap 4 Penyesuaian dosis OAT oleh TAK, misalnya dosis Etodan atau PAS disesuaikan dengan memperhatikan

    dosis tetap sesuai rekomendasi, hindari penurunan dosis lebih dari satu kelompok berat badan.

  • 5/19/2018 Pedoman Tata Laksana Tb Mono Dan Poli Resisten

    15/38

    15

    Tambahan :

    1. Kehamilan bisa dipertimbangkan menjadi penyebab keluhan mual dan

    muntah terutama pada pasien perempuan yang sebelumnya tidak muncul

    gejala tersebut.

    2. Mengidentifikasi OAT penyebab akan sangat membantu, suatu tes

    sederhana untuk identifikasi bisa dilakukan, yaitu dengan tidak memberikan

    etionamid selama 1-2 hari. Bila gejala mual/muntah tidak muncul maka

    penyebabnya adalah etionamid, bila masih muncul teruskan dengan

    menghentikan PAS untuk 1-2 hari. Berikan kembali etionamid dalam dosis

    terbagi atau dengan diberi jarak 1 jam dari obat oral yang lain. Bisa pula

    diberikan anti emetik 30 menit sebelum pasien minum etionamid.

    3. Serpihan es batu mungkin akan membantu mengurangi rasa mual

    4. Bila ada indikasi terjadi gastritis, tangani secara simultan sesuai algoritma 8.

    5. Bila semua langkah telah dilakukan dan mual/ muntah masih persisten maka

    pertimbangkan penggantian OAT penyebab bila syarat empat OAT yang

    masih efektif bisa terpenuhi.

  • 5/19/2018 Pedoman Tata Laksana Tb Mono Dan Poli Resisten

    16/38

    16

    Algoritma 2 : Diare

    Y

    Observasi,

    konsumsi cairan lebih banyak

    cek elektrolit bila banyak

    cairan yang hilang, lihat

    algoritma 7.

    Apakah feses lunak/lunak

    Cair

    Ada darah / lendir?

    Demam? Tangani kemungkinan

    Infeksi bakterial:C. difficile, giardia,

    cholera, dysentery etc.

    Lakukan pemeriksaan feses dan

    kultur

    Hindari obat anti motalitas

    TERAPI

    T

    TERAPI Kausatif

    Y

    Tahap 1

    - Rehidrasi oral (cairan rumah tangga, Oralit) atau i.v tergantung derajat

    dehidrasi

    - Menambah Intake cairan

    - Makanan: hindari makanan berlemak, perbanyak sayur,konsumsi buah.

    -

    Tahap 2 Lactobacillus atau yogurt (2 jam setelah kuinolon)

    Kaopektin / Atapulgit, Aluminium Hidroksida (2 jam setelah kuinolon), NoritTahap 3

    Loperamid 2-4 mg p.o atau 1-2 mg p.o sehabis BAB, max 10-16 mg/hari

    Frekwensi > 3 kali sehariT

    Observasi,

    konsumsi cairan lebih banyak

    Bila semua langkah tidak menghentikan diare, kurangi dosis obat yang dicurigai

    selama masih memenuhi range terapi. Bila tidak berhasil pertimbangkan

    en antian OAT an kelasn a sama bila ada.

    Tahap 4

  • 5/19/2018 Pedoman Tata Laksana Tb Mono Dan Poli Resisten

    17/38

    17

    Algoritma 3 : Athralgia

    Nyeri atau radang pada

    persendian

    mungkin OA, AR maupun

    penyakit sendi kronis/

    degeneratif lain.

    (Bukan efek samping obat)

    Periksa kenaikan kadar asam

    urat serum

    TERAPI

    Y

    Pseudogout

    Y

    Terjadi tiba-tiba atau pernah

    ada keluhan sebelumnya

    Akut

    Tangani sesuai penyebab

    Kronis

    T

    Tahap 1 Terapi dengan OAINS dosis rendah (Ibuprofen 200-400 mg TID prn ), atau Acetaminophen 325-600 mg PO setiap 4-6 jam prn

    Allupurinol 200-300 mg p.o satu kali/ hari,

    Tahap 2 Bila keluhan menetap atau makin berat, konsultasi dan rawat bersama dengan ahli rematologi/

    penyakit dalam

    Tahap 3 Tirah baring sampai 24 jam setelah serangan menghilang.

    Turunkan dosis OAT penyebab (Z, Lfx). Penghentian adalah pilihan terakhir

    Pirazinamid bisa dihentikan tanpa diganti obat lain, selama 4 OAT yang efektif masihdiberikan.

  • 5/19/2018 Pedoman Tata Laksana Tb Mono Dan Poli Resisten

    18/38

    18

    Algoritma 4 : Vertigo

    Gejala vertigo

    Intensitas vertigo beratPasien merasa sakit berat dan lebih suka

    diam tak bergerak

    Tidak ada gejala neurologis lain

    Pendengaran normalVestibuler Sentral

    Vestibuler Perifer

    Kelainan fosa posterior batang otak

    TERAPI

    Y

    T

    Tahap 1

    - Pemberian antihistamin-antivertigo : Betahistine Mesilat 6-8 mg 3x/hari

    - Konsultasi dan rawat bersama dengan Ahli neurology, bila keluhan menetap

    - Bila disertai mual/muntah berat. Rujuk Algoritma 1.

    - Berikan OAT suntik 1 jam setelah pemberian OAT oral.

    Tahap 2

    Obat anti vertigo diberikan dan tidak memberikan efek, tirah baring selama 1-2 hari

    Bila mual dan muntah berat maka cairan intravena diberikan untuk mencegah

    dehidrasi

    Tahap 3 Merujuk ke Tim Ahli Klinis untuk latihan fiksasi visual dan latihan vestibular beberapa

    hari setelah gejala mereda.

  • 5/19/2018 Pedoman Tata Laksana Tb Mono Dan Poli Resisten

    19/38

    19

    Algoritma 5 : Nyeri Kepala

    Nyeri kepala

    Nyeri kepala dengan kaku kuduk,

    fotofobia, demam, penurunan

    kesadaran

    Rujuk ke fasyankes Pusat

    Rujukan PMDT

    Kemungkinan Meningitis

    Nyeri kepala berdenyut disertai

    mual, muntah dan anoreksia.

    Aura, fotofobia dan fonofobia

    Keluhan mereda bila tidur atau

    suasana gelap

    Mungkin Migren

    TERAPI

    T

    Y

    Tahap 1

    - Pemberian analgesik bila perlu (aspirin, parasetamol, ibuprofen).

    - Hindari OAINS pada pasien dengan gastritis berat dan hemoptysis.

    - Tingkatkan pemberian Piridoksin menjadi 300 mg bila pasien mendapat Cs.

    Tahap 2

    Dukungan psikososial untuk mengurangi pengaruh emosi yang mungkin berpengaruh

    terhadap nyeri kepala bila dengan obat tidak berkurang.

    Paduan analgesic dengan obat anti inflamasi : Parasetamol 500 mg dan kodein 30 mg p.o

    3x/hari bila nyeri kepala menetap. (perhatian: hati-hati terhadap adiksi obat ini)

    Tahap 3 Amitriptilin 100150 mg pada malam hari.

    Y

    Terapi empirik migren :

    Analgesik, Ergotamin,

    Sumatriptan

    T

    Tahap 4 Turunkan dosis tetapi masih dalam rentang dosis yang direkomendasikan. Konsultasi dan rawat bersama dengan ahli neurologi.

  • 5/19/2018 Pedoman Tata Laksana Tb Mono Dan Poli Resisten

    20/38

    20

    Algoritma 6 : Insomnia/ Gangguan Tidur

    Gangguan Tidur

    Berapa lama mengalami

    gangguan tidur

    < 1 minggu

    TERAPI

    Tahap 1

    - Berikan OAT yang dicurigai pada pagi hari, jauh sebelum waktu tidur pasien.

    - Pemberian dukungan psikososial pada pasien,e .g., reassurance.

    - Lakukan konseling.

    - Lakukan pola tidur yang baik.

    1. Tidur dan bangun secara reguler, hindari tidur pada siang hari.

    2. Hindari konsumsi minuman berkafein (teh, kopi, softdrink), rokok dan obat

    dekongestan.

    3. Lakukan kegiatan ringan sebelum tidur, min 20 menit.Hindari langsung tidur

    setelah makan atau tidur dengan perut kosong.

    4. Hindari perasaan cemas dan frustasi

    Tahap 2

    Pemberian Diazepam 25 mg p.o, lama pengobatan dibatasi sd 3 hari untuk transient

    insomnia dan sd 2 minggu untuk short term insomnia

    Long Term

    Insomnia

    1-3 minggu > 3 minggu

    Short Term

    Insomnia

    Transient

    Insomnia

    Biasanya berhubungan dengan

    gangguan tidur primer, gangguan

    psikis dan gangguan kesehatan

    kronis yang berat

    Biasanya berhubungan dengan stres yang

    akut, perubahan kehidupan sosial, faktor

    lingkungan dan efek samping obat

    Rujuk ke Ahli Jiwa

  • 5/19/2018 Pedoman Tata Laksana Tb Mono Dan Poli Resisten

    21/38

    21

    Algoritma 7 : Gangguan Elektrolit

    Pasien muntah atau diare ?

    Merasa letih atau kram otot?

    Lemas atau paralisis

    Cek Elektrolit (K, Mg, Ca)

    Hipokalemia

    (

  • 5/19/2018 Pedoman Tata Laksana Tb Mono Dan Poli Resisten

    22/38

    22

    Algoritma 8 : Gastritis

    Sindrom dispepsia : nyeri epigastrium, mual, muntah, kembung

    Ada tanda perdarahan

    (Hematemesis, Melena)

    Gastritis Tipe Ulkus

    Tahap 1

    - Berikan OAT dengan dengan makanan yang tidak terlalu berat atau setelah makan

    - Hindari kafein (kopi, teh, atau soda) dan merokok.

    - Pemberian OAT TB MDR dengan dosis terbagi dengan tetap mengacu pada DOT ( untuk Eto dan atau PAS,

    tergantung OAT mana yang dicurigai sebagai penyebab)

    - Bila pasien di rawat inap atau DOT bisa diatur maka dimungkinkan pemberian OAT TB MDR pada malam

    hari, bila mendapat PAS berikan 1 jam sebelum OAT yang lain.

    Tahap 2

    Dilakukan rawat bersama dengan ahli gastrenterologi/ ahli penyakit dalam.

    Pemberian terapi empirik untuk gastritis selama 2 minggu , yaitu salah satu dari :

    1. PPI : Omeprazol 20 mg p.o 1x/ hari, setiap pagi, atau

    2. Antagonis H2 : Ranitidin 2x150 mg p.o, malam hari. Bila tidak ada perbaikan maka berikan antacid dengan jarak 2 jam sebelum atau 3 jam setelah pemberian

    kuinolon. Beberapa catatan :

    1. Al (OH) mungkin memperingan gejala diare.

    2. Mg(OH) mungkin menimbulkan konstipasi.

    Prokinetik : metoclopramide 10 mg p.o bila ada refluks esofagitis.

    Rujuk ke RS

    Nyeri bertambah bila makan

    Gastritis tipe dismotilitas

    Y

    T

    Y T

    TERAPI Bukan efek samping

    Tahap 3

    Bila keadaaan bertambah berat di rujuk ke RS rujukan, TAK bisa mempertimbangkan :

    Penghentian sementara OAT TB MDR, selama 1-7 hari bila keluhan tidak terkendali.

    Penurunan dosis within the recommended range.

    Penghentian OAT penyebab selama masih tersedia 4 OAT yang masih efektif.

  • 5/19/2018 Pedoman Tata Laksana Tb Mono Dan Poli Resisten

    23/38

    23

    Algoritma 9 : Anoreksia

    Asupan makanan berkurang

    Mudah merasa kenyang

    Intoleransi terhadap beberapa

    bahan makanan (Susu/ makananberlemak)

    Observasi

    Makan dengan porsi kecil

    dengan frekwensi lebih sering

    Hindari makanan pemicu

    T

    Y

    T

    Tangani Depresi

    Lihat Algoritma 12.

    Tangani Hepatitis. Lihat

    Algoritma 14.

    Tangani symptom lain

    Y

    Y

    T

    Anoreksia dengan simptom lain :

    Insomnia, letih, kehilangan minat,

    Anoreksia dengan mual, muntah,

    diare, letih, lesu

    Y

    Y

    T

    Perbaikan gizi, pemberian PMT

    Anoreksia mungkin adalah gejala depresi.Lakukan konseling dan berikan dukungansosial bila diperlukan.

    Pemantauan BB, pengaturan diet.

    Edukasi mengenai gizi dan kualitas makanan

    Anjurkan pasien untuk cukup istirahat danolah raga teratur.

    T

    Penambah nafsu makan

    Nutrisi enteral/ parenteralbila terjadi

    malnutrisi berat.

  • 5/19/2018 Pedoman Tata Laksana Tb Mono Dan Poli Resisten

    24/38

    24

    Algoritma 10 : Psikosis/ Gangguan perilaku

    Halusinasi pendengaran/

    penglihatan

    Pikiran dirasuki pikiran orang lain

    Mulai berperilaku aneh

    Rujuk ke RS

    Rawat inapKeamanan asien lin kun an

    Observasi

    Bila tanpa perilaku aneh

    mungkin depresi ringan

    Cenderung melukai diri sendiri/ orang lain

    Mengutarakan keinginan bunuh diri

    T

    Y

    T

    Mungkin Psikosis

    Apakah pasien minum obat lain? Y

    TYakinkan tidak ada penyebab lain termasuk

    pemakaian obat lain non OAT, kejang, kecanduanalkohol, dll. Jika ada penyebab lain diterapi

    penyebabnya.TERAPI

    Tahap 1 - Konsulkan ke Psikiater

    - Evaluasi kemungkinan Cs menjadi penyebab, hentikan pemberian Cs untuk sementara

    Tahap 2

    - Berikan Haloperidol 5 mg IV atau IM, ulangi bilamana respon tidak ada, bila ada respon

    berikan Haloperidol 2 mg p.o/ hari. Bila gejala muncul kembali dosis naik 2 mg/ hari

    maksimal 10 mg/ hari.

    -

    Diazepam 2-5 mg dapat pula diberikan bila ada gejala kecemasan/ansietas.- Tingkatkan dosis B6 sampai 300 mg/ hari

    Tahap 3 - Bila respon belum memadai terapi psikosis dilanjutkan dengan supervisi oleh psikiater.

    - Difenhidramin 25 mg untuk mencegah gejala ekstra piramidal.

    Tahap 4 - Kurangi dosis Cs

    - Beri dukungan Psikososial, lanjutkan terapi antipsikotik bila ada kecemasan/ depresi

  • 5/19/2018 Pedoman Tata Laksana Tb Mono Dan Poli Resisten

    25/38

    25

    Algoritma 11 : Dermatitis

    Dermatitis

    Singkirkan penyebab lain

    Tidak ada kemungkinan penyebab

    lain

    Hentikan pengobatan sampai ruam

    hilang

    Lakukan penanganan simptomatik

    Perkenalkan kembali OAT melalui

    trial selama 3 hari*

    Hentikan pemberian OAT penyebab

    dermatitis, re-evaluasi kekuatan paduan

    OAT TB MDR

    Terapi simptomatik :

    Antihistamin :

    CTM 3 x 2 mg, Cetirizin 1x 10 mg

    Topikal :

    Hidrokortison Krim 1 % 2-3x/ hari

    Ruam ringanRuam berat

    Catatan :

    Bila reaksi kulit berat mulai dengan dosis 1/10 dari dosis awal Urutan OAT TB MDR yang menyebabkan reaksi kulit dari yang paling kuat:

    a. Pirazinamid

    b. Ethionamid

    c. Sikloserin

    d. Etambutol

    e. PAS

    f. Kanamisin

  • 5/19/2018 Pedoman Tata Laksana Tb Mono Dan Poli Resisten

    26/38

    26

    Algoritma 12 : Depresi

    > 2 mg mengalami perasaan sedih menetap, hilang

    konsentrasi dan minat, penurunan nafsu makan,

    perasaan tak berguna/ bersalah, memikirkan

    kematian

    Rujuk ke RS untuk Rawat inap

    Keamanan pasien/ lingkungan

    Observasi

    Cenderung melukai diri sendiri/ orang lain

    Mengutarakan keinginan bunuh diri

    T

    Y

    Delusi, halusinasi, Pemikiran inkoheren, bicara aneh,perilaku katatonik

    Y

    Konstipasi, intoleransi, kram otot, kenaikan BB

    Menstrual bleeding meningkat, pembesaran Tiroid

    Kulit kering, rambut rontok

    Tahap 1 - Konseling pada pasien dan keluarga, dukungan psikososial untuk mengurangi dampakstresor.

    - Tera i dalam kelom ok elalui diskusi eer rou FGD

    Tahap 2

    - Pengobatan TB MDR diteruskan

    -

    Bila tidak ada perbaikan dengan dukungan psikososial, berikan :1.Kenaikan dosis Piridoksin sd 300mg /hari

    2.Anti depresan : (hati-hati pada pasien dengan konvulsi)

    Trisiklik : Amitriptilin, atau

    Serotonin selective re-uptake inhibitor : Fluoxetin

    - Pertimbangkan pemberian anti psikotik dan benzodiazepin dibawah supervisi psikiater

    Psikosis

    YHipotiroidisme

    Mungkin efek samping OAT (Cs,Lfx,Eto) atau obat lain

    Pertimbangkan ulang kepentingan pemberian obat tersebut

    Y

    T

    T

    T

  • 5/19/2018 Pedoman Tata Laksana Tb Mono Dan Poli Resisten

    27/38

    27

    Algoritma 13 : Nefrotoksis

    Lakukan pemantauan rutin fungsi ginjal

    sesuai pedoman

    Kenaikan BUN dan atau Kreatinin dibandingkan baseline/

    pemeriksaan sebelumnya

    Muncul gejala :

    Penurunan produksi urin, Edema atau anasarka,

    Lemah, Muntah, Kesulitan bernafas

    Y

    T

    Y

    Observasi/Monitoring

    TERAPI

    Tahap 1 - Monitoring BUN dan Kreatinin mingguan.

    - Pertimbangkan untuk rawat inap bila gejala berat

    - Bila ada perbaikan, kurangi frekwensi monitoring BUN dan kreatinine 2 minggu sekali kemudian sebulan

    sekali bila perbaikan berlanjut. Pantau perkembangan dan normalisasi kadar BUN dan Kreatinin bila

    pengobatan TB-MDR dimulai lagi

    - Bila ada gangguan elektrolit, lihat algoritma 7.

    Tahap 2 - Bila kondisi pasien membaik maka lakukan penggantian Km dengan Cm, direkomendasikan untukmemberikan secara intermiten sesuai pedoman.

    - Bila BUN dan kreatinin tidak turun maka hentikan pemberian OAT suntikan dang anti dengan OAT lain

    yang tidak atau relatif lebih tidak nefrotoksik, sesuai rekomendasi dari ahli nefrologi/ penyakit dalam.

    Tahap 3 Lanjutkan pengobatan dengan :

    - Monitor rutin BUN dan Kreatinin setiap bulan selama sisa masa pengobatan

    - Pengawasan lebih ketat untuk kemungkinan gagal pengobatan atau penguatan resistensi bila terjadi

    ketidakteraturan akibat penanganan gangguan ginjal akut.

    Pemeriksaan BUN dan atau Kreatinin

    (Cek urinalisis bila ada tanda bahaya)

  • 5/19/2018 Pedoman Tata Laksana Tb Mono Dan Poli Resisten

    28/38

    28

    Algoritma 14 : Hepatotoksis

    Periksa LFT

    Hentikan semua OAT

    Singkirkan kemungkinan penyebab lain seperti : Hepatitis A, B, C, infeksi viral lain, alkohol, konsum

    obat lain (asetaminofen, anti konvulsan, golongan sulfa, dll.) Lakukan terapi sesuai penyebabnya.

    Lakukan rawat inap bila perlu sampai kondisi pasien stabil dan LFT turun.

    LFT naik LFT normal

    Terapi Simptomatik< 3 x > 3 x

    LFT normal

    Tahap 1

    TERAPI

    Tahap 3 Lakukan pemeriksaan LFT mingguan sampai kondisi benar-benar stabil.

    Mulai kembali pemberian OAT sesuai protokol dosis uji dimulai dari OAT yang paling hepatotoksik

    Lakukan monitoring LFT 2 x seminggu, kemudian sekali seminggu, setiap 2 minggu dan sebulansekali sampai kondisi stabil dengan OAT dosis penuh.

    Hentikan pemberian OAT yang terbukti menyebabkan DIH secara permanen.

    Tambahkan OAT Group 4 dan Group 5 untuk memastikan pemberian OAT yang efektif bila ada OA

    hepatotoksik yang harus diganti.

    Lanjutkan terapi OAT

    kecuali bila pasien mengalami Ikterus

    Pasien dengan gejala ikterik, mual/muntah berat, urin berwarna coklat

    tua, BAB se erti de ul, N eri erut kanan atas dan ruritus

    Y

  • 5/19/2018 Pedoman Tata Laksana Tb Mono Dan Poli Resisten

    29/38

    29

    Algoritma 15 : Hipotiroidisme

    Evaluasi :

    Kelelahan, pembesaran tiroid, letih, lesu,

    depresi, konstipasi, tidak tahan dingin,sulit konsentrasi, hilang nafsu makan,

    BB naik, kulit kering, rambut rontok

    Y

    N

    Observasi

    Periksa TSH, bila tersedia

    TSH > 10mU/L N Pertimbangkan

    Depresi

    Y

    Terapi

    Tahap 1

    Pemberian terapi sulih hormon : Levotiroksin/ Natrium tiroksin

    - Pasien < 60 tahun tanpa riwayat gangguan jantung, mulai dengan dosis 50 - 100 mcg

    - Dosis terapi antara 100 - 200 mcg

    - Monitor dengan pemeriksaan TSH setiap bulan sampai dosis efektif Tiroksindiketahui, kenaikan bertahap 12,5 25 mcg.

    - Setelah stabil lakukan monitoring setiap 4 bulan.

    Tahap 2

    Setelah pengobatan TB MDR selesai

    - Levotiroksin tetap diberikan.

    - Lakukan monitoring TSH 3 bulan setelah pengobatan selesai, bila TSH sudah normalmaka hentikan pemberian Levotiroksin

    - Bila tidak tersedia pemeriksaan TSH lakukan monitoring gejala. Bila tidak ada gejalahipotiroid yang muncul maka hentikan pemberian Levotiroksin.

  • 5/19/2018 Pedoman Tata Laksana Tb Mono Dan Poli Resisten

    30/38

    30

    Algoritma 16 : Gangguan Pendengaran

    Riwayat paparan aminoglikosida (Sm,

    Km, Am) dan/atau Cm

    Lakukan pemeriksaan baseline Audiometri

    dan perkuatan KIE

    Gunakan Km

    Audiometri setiap bulan

    Ikuti algoritma untuk

    Tuli Ringan dan Berat

    Normal

    0-25 dB

    Hasil Follow up :

    Perubahan >20 dB

    frekwensi berapapun

    Perubahan >10 dB

    pada 2 frekwensi

    Tuli Ringan

    26-40 dB

    Tuli Sedang 41-60 dB sampai

    Tuli Berat 41-80 dB

    Gunakan Cm

    Rawat bersama ahli THT

    .

    Gunakan Cm 3X seminggu.

    Rawat bersama ahli THT dan

    lakukan risk assessment pote

    pemberian alat bantu dengar

    Kurangi frekwensi

    suntikan menjadi 3X

    seminggu

    Hasil Follow up :

    Perubahan >20 dB

    frekwensi berapapun

    Perubahan >10 dB

    pada 2 frekwensi

  • 5/19/2018 Pedoman Tata Laksana Tb Mono Dan Poli Resisten

    31/38

    31

    LAMPIRAN 3

    FORMULARIUM OBAT EFEK SAMPING OAT MDR

    No Kelas Terapi Nama Generik Sediaan

    1. Analgetik,Antipiretik,anti inflamasi Non Steroid

    Asam Mefenamat Tab 250 mgTab salut 500 mg

    Ibuprofen Tab 200 mg, 400 mg

    Ketoprofen Tab 100 mg

    Inj 100 mg

    Na Diklofenak Tab 25 mg, 50 mg

    Meloksikam Tab 7,5 mg, 15 mg

    Suppositoria

    Piroksikam Tab 10 mg, 20 mg

    Kap 20 mg

    Cap 10 mg

    Parasetamol Tab 100 mg, 500 mg

    Syr 120 mg/ 5 ml

    Sup 120 mg/ 240 mg

    Tramadol Tab 50 mg, Cap 50 mg

    Injeksi 50mg/ml

    2. Anti Pirai Allopurinol Tab 100 mg, 300 mg

    Probenesid Tab 500 mg

    3. Anti Alergi Klorfeniramin Maleat Tab 4 mg

    Inj 5 mg

    Cetirizine Tab 10 mg

    Deksametason Tab 0,5 mg

    Inj.iv 5 mg/ ml

    Prednison Tab 5 mg

    Metilprednisolon Tab 4 mg, 8 mg, 16 mg

    Inj 500 mg

    Hidrokortison Krim 1%; 2,5%

  • 5/19/2018 Pedoman Tata Laksana Tb Mono Dan Poli Resisten

    32/38

    32

    Difenhidramin Inj.im 10 mg/ml

    4. Anti Anafilaksis Epinefrin Inj.sk/im 0,1%

    5. Anti Epilepsi-Anti

    konvulsi

    Diazepam Tab 2 mg, 5 mg

    Inj 5 mg

    Fenitoin Tab 30 mg, 100 mg

    Inj 50 mg

    Fenobarbital Tab 30 mg, 100 mg

    Asam Valproat Tab 150 mg, 300 mg

    6. Antasida Anti ulkus Antisida DOEN I Tablet kunyah

    Antasida DOEN II Susp 60 ml

    Ranitidin Hidroklorida Tab 150 mg

    Inj 25 mg/ 2 ml

    Omeprazol Cap 20 mg

    Lansoprazol Tab 30 mg

    Sukralfat Tab 500 mg

    Susp 500 mg/5 ml

    7. Anti emetik Metoklopramid Tab 5 mg, 10 mg

    Syr 5 mg/ml

    Inj 5 mg/ml

    Prometazin Tab 25 mg

    Difenhidramin Inj 10 mg/ml

    Ondansetron Tab 4 mg

    Domperidon Tab 10 mg

    Susp 5 mg/ 5 ml

    8. Diare Garam oralit Sachet

    Loperamide Tab 2 mgNorit Tablet

    9. Anti spasmodik Atropin Tab 1 mg

    Inj im/iv/sk 0,25 mg/ 1

    mg

  • 5/19/2018 Pedoman Tata Laksana Tb Mono Dan Poli Resisten

    33/38

    33

    Ekstrak Belladona Tab 10 mg

    10. Katartik Bisacodil Sup 5 mg/ 10 mg

    Gliserin Susp 100 ml

    11. Anti tusif Dekstrometorfan Tab 15 mg

    Syrup 10 mg/ 5 ml

    Kodein Tab 10 mg

    12. Ekspektoran Gliseril guaiakolat Syr 25 mg/ 5 ml

    Tab 100 mg

    OBH Cairan 100 ml, 200 ml

    13. Mukolitik Ambroxol Tab 30 mg

    Syr 15 mg/ml

    14. Anti ansietas anti

    insomnia

    Diazepam Tab 2 mg, 5 mg

    Inj im 5 mg/ml

    Alprozolam Tab 0,25 mg; 0,5 mg; 1

    mg

    15. Anti depresi Amitriptilin Tab 25 mg

    Fluoksetin Cap 10 mg, 20 mg

    16. Anti psikosis Haloperidol Tab 0,5 mg, 1,5 mg, 2

    mg, 5 mg

    Klorpromazin Tab salut 25 mg, 100 mg

    Inj im 25 mg/ ml

    17. Gejala Ekstrapiramidal Triheksifenidil Tab 2 mg

    18. Anti Vertigo Betahistin mesilat Tab 6 mg

    19 Diuretik Furosemid Tab 40 mg

    Inj 10 mg

    Sprironolakton Tab 25 mg, 100 mgHCT Tab 25 mg

    20. Vitamin dan Mineral Asam askorbat Tab 50 mg

    Kalsium glukonas Inj 100 mg/ml

    Kalsium laktat Tab 500 mg

  • 5/19/2018 Pedoman Tata Laksana Tb Mono Dan Poli Resisten

    34/38

    34

    Nikotinamid

    Piridoksin

    Retinol

    Anti hipotiroid Na Tiroksin Tab 0,1 mg

    Syok

    Anti Migren

  • 5/19/2018 Pedoman Tata Laksana Tb Mono Dan Poli Resisten

    35/38

    35

    LAMPIRAN 4

    PELAKSANAAN RAMPING OBAT (DOSIS INCREMENTAL)

    Metode rampingadalah salah satu metode memulai pengobatan TB MDR yang

    bertujuan untuk meminimalkan efek samping yang dialami pasien yang

    menggunakan OAT lini kedua (Etionamid, Sikloserin dan PAS) yaitu keluhan

    gastrointestinal berupa mual, muntah dan nyeri lambung.

    Ramping obat yang direkomendasikan dilaksanakan maksimal 1 minggu.

    Pengobatan dimulai dan mulai dicatat ketika pasien sudah menerima dosis

    penuh obat.

    Tabel. Ramping OAT Lini kedua

    OAT Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4

    (DP)

    Hari 5 Hari 6 Hari 7

    (DP)

    Eto 250 mg/tab 1 1 1 2 2 2 3

    Cs 250 mg/cap 1 1 1 2 2 2 3

    PAS 4 g/sachet 1 1 1 2 2 2 3

    DP: Dosis Penuh

    Langkah-langkah ramping obat :

    1. Hari pertama dan kedua

    - Pastikan pasien telah makan sebelumnya.

    - Pertama kali berikanlah Levofloksasin dan Pirazinamid dosis penuh

    disertai pemberian minum yang banyak.

    - Kemudian berikanlah injeksi Kanamisin.

    - Setelah satu jam berikanlah satu tablet sikloserin, satu tablet

    etionamid dan 1 sachet PAS (bila perlu).

  • 5/19/2018 Pedoman Tata Laksana Tb Mono Dan Poli Resisten

    36/38

    36

    2. Hari ketiga

    - Berikanlah dosis penuh Levofloksasin dan Pirazinamid, serta satu

    tablet sikloserin, satu tablet etionamid dan satu sachet PAS secara

    bersamaan.

    - Setelah itu baru injeksi kanamisin diberikan.

    3. Hari keempat

    - Lakukan langkah seperti pada hari ketiga.

    - Setelah satu jam berikanlah sisa dosis sikloserin, ethionamid dan

    PAS.

    - Bila pasien mendapatkan dosis etionamid dan sikloserin sebanyak

    2 tablet maka dosis penuh sudah tercapai.

    4. Hari kelima dan keenam

    - Berikan dosis penuh Levofloksasin dan pirazinamid serta dua tablet

    etionamid, dua tablet sikloserin dan dua sachet PAS.

    - Berikan suntikan kanamisin

    5. Hari ketujuh

    - Lakukan langkah seperti pada hari keenam.

    - Setelah satu jam berikanlah sisa dosis sikloserin, ethionamid dan

    PAS.

    - Bila pasien mendapatkan dosis etionamid dan sikloserin sebanyak

    3 tablet maka dosis penuh sudah tercapai.

  • 5/19/2018 Pedoman Tata Laksana Tb Mono Dan Poli Resisten

    37/38

    37

    Langkah menangani keluhan gastrointestinal :

    Bila pada hari tersebut pasien mengalami mual, nyeri lambung, kehilangan nafsu

    makan lakukan langkah-langkah sebagai berikut:

    - Mintalah pasien untuk menghindari makanan yang terlalu pedas,

    berbumbu dan berbau tajam. Hindari merokok dan minum the/ kopi

    di pagi hari.

    - Mintalah pasien untuk duduk ketika minum obat, terkadang posisi

    duduk setengah tiduran sangat membantu mengurangi mual.

    Minum banyak cairan (sekitar 3 cangkir penuh) akan sangat

    membantu.

    - Mintalah pasien untuk mengkonsumsi puding atau agar yang

    mengandung susu sesaat sebelum minum obat.

    - Berikan ranitidin 2 tablet pada pagi hari bangun tidur dan perut

    kosong. Bisa pula ranitidin ini diminum malam hari sebelum tidur.

    - Bila langkah-langkah di atas tidak mengurangi gejala dalam 2 hari

    atau gejala mual dan muntah sangat berat maka berikan

    Domperidone (10mg) setengah jam sebelum minum OAT hari

    selanjutnya.

  • 5/19/2018 Pedoman Tata Laksana Tb Mono Dan Poli Resisten

    38/38

    38

    DAFTAR RUJUKAN

    1. Dewan, P., Kluge, H., Jensen, P. Preventing Institutional Transmission of

    multiple drug resistant TB. Presentation during Faridabad MDR TB Workshop,

    August 2007.

    2. Harkins, T.J. and Condos, Ram. Management of MDR. Rom, W.N. and

    Garay, S.N. Tuberculosis. 2ndEdition. Lippincot, Williams & Wilkins: 729.

    3. Komunikasi Pribadi: PMDT Training, Manila November-December 2008.

    4. Leibert, Eric. And Rom, W.N. Principles of TB Management. Rom, W.N. and

    Garay, S.N. Tuberculosis. 2nd

    Edition. Lippincot, Williams & Wilkins: 713.

    5. PIH

    6. PIH

    7. TB Infection Control in the Era of Expanding HI V Care and Treatment. WHO:

    Addendum to Guidelines for the prevention of TB in Health Care Facilities in

    Resources Limited Setting.

    8. WHO. Guidelines for the Programmatic Management of Drug Resistance

    Tuberculosis. Emergency Update. WHO/HTM/TB/2008.402.

    9. WHO. Anti Tuberculosis Drug Resistance in the World. Report no-4.WHO/HTM/TB/2008.394.

    10. WHO. Improving the diagnosis and treatment of smear-negative pulmonary

    and extrapulmonary tuberculosis among adults and adolescents. WHO

    /HIV/2007.01 - WHO /HTM /TB /2007.379.

    11. WHO. Anti Tuberculosis Drug Resistance in the World. Report no-3.

    WHO/HTM/TB/2004.343.

    12. Wilson D et al. Diagnosing smear-negative tuberculosis using case definitions

    and treatment response in HIV-infected adults. International Journal of

    Tuberculosis and Lung Disease, 2006, 10(1):3138.