Pedoman Skd Ewars-revisi 2012

39
PEDOMAN SISTEM KEWASPADAAN DINI DAN RESPON KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA 2012

description

Buku berisi pedoman pelaksanaan kewaspadaan dini KLB penyakit menular

Transcript of Pedoman Skd Ewars-revisi 2012

0 pedoman sistem kewaspadaan dini dan respon

PEDOMAN SISTEM KEWASPADAAN DINI DAN RESPON

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA 2012

pedoman sistem kewaspadaan dini dan respon 1

BUKU PEDOMAN SISTEM KEWASPADAAN DINI DAN RESPON

EDISI REVISI TAHUN 2012 Katalog Terbitan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2012 Pembina Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama; Direktur Jenderal PP dan PL Pengarah Dr. Andi Muhadir, MPH; Direktur Surveilans, Imunisasi, Karantina, dan Kesehatan Matra Penulis DR. Hari Santoso, SKM, M.Epid; Kepala Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB Rosliany, SKM, M.Sc.PH; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB Dr. Ratna Budi Hapsari, MKM; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB Dr. A Muchtar Nasir; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB Edy Purwanto, SKM, M.Kes; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB Indra Jaya, SKM, M.Epid; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB Abdurrahman, SKM, M.Kes; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB Gunawan Wahyu Nugroho, SKM, MKM; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB Kontributor WHO Representative for Indonesia CDC – Atlanta Representative for Indonesia Dr. Juzi Delianna, M.Epid; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB Rosmaniar, S.Kep, M.Kes; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB Dr. Soitawati, M.Epid; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB Eka Muhiriyah, SKM, MKM; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB Dr. Mieke Vennyta; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB Viviyanti Sidi, SKM; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB Lia Septiana, SKM; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB Fajrianto, SKM; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB

Subdirektorat Pengendalian Zoonosis Subdirektorat Pengendalian Diare dan Infeksi Saluran Pencernaan Subdirektorat Pengendalian Malaria Subdirektorat Pengendalian Arbovirosis Subdirektorat Infeksi Saluran Pernafasan Editor DR. Hari Santoso, SKM, M.Epid; Kepala Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB

Dr. Ratna Budi Hapsari, MKM; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB Dr. A Muchtar Nasir; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB

2 pedoman sistem kewaspadaan dini dan respon

pedoman sistem kewaspadaan dini dan respon 3

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa dengan rahmat dan petunjuk-Nya sehingga buku ”PEDOMAN SISTEM KEWASPADAAN DINI DAN RESPON” ini dapat diterbitkan kembali setelah dilakukan beberapa revisi mengikuti perkembangan penyakit menular di Indonesia.

Buku ini merupakan salah satu dari Trilogi tentang EWARS (Early Warning Alert and Respon System) yang terdiri dari tiga seri buku yaitu:

1. Buku “Pedoman Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon“ 2. Buku “Algoritma Diagnosis Penyakit dan Respon serta Format Penyelidikan Epidemiologi“ 3. Buku “Panduan Pengguna Piranti Lunak (Software) Peringatan Dini Penyakit Menular“

Buku pertama ini ditujukan bagi petugas surveilans di tingkat Propinsi, Kabupaten dan Puskesmas sebagai pedoman dalam memahami sistem kewaspadaan dini dan respon dengan memanfaatkan piranti lunak peringatan dini surveilans penyakit menular. Buku ini diharapkan dapat menggugah kesadaran semua pihak untuk dapat meningkatkan kinerja surveilans sebagai bentuk upaya deteksi dini dan respon cepat dalam rangka pengendalian penyakit menular yang potensial wabah. Akhirnya disampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan aktif dalam penyusunan pedoman ini semoga pedoman ini dapat digunakan oleh seluruh propinsi dan kabupaten di Indonesia sehingga Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon dapat berjalan lebih optimal.

Jakarta, Agustus 2012 Direktur SIMKAR-KESMA

Dr. H. Andi Muhadir, MPH

4 pedoman sistem kewaspadaan dini dan respon

SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dengan rahmat dan petunjuk-Nya sehingga buku “ PEDOMAN SISTEM KEWASPADAAN DINI DAN RESPON“ ini dapat terwujud. Kita ketahui bersama bahwa Indonesia merupakan salah satu anggota dari organisasi Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) yang selalu mendukung kebijakan dari organisasi tersebut apabila tidak bertentangan dengan kebijakan nasional maupun internasionalnya. Indonesia yang telah meratifikaskasi IHR (International Health Regulation) tahun 2005 mau tidak mau harus mengikuti dan menjalankan aturan tersebut. WHO telah menyatakan bahwa IHR 2005 mulai diimplementasikan pada 15 Juni 2007 tetapi kepada seluruh negara masih diberikan waktu selama 5 tahun hal ini sesuai dengan IHR, Bab II, Pasal 5, ayat 1 dinyatakan bahwa Suatu Negara harus mengembangkan, memperkuat, dan memelihara kemampuan untuk mendeteksi, menilai, dan melaporkan kejadian sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran 1 IHR (Kapasitas Inti Bidang Surveilans Dan Respon Yang Harus Dipenuhi), sedini mungkin dan paling lambat lima tahun sejak diberlakukannya IHR.

Disamping itu Indonesia juga merupakan negara yang selalu komit terhadap komitmen global seperti eradikasi polio, eliminasi Tetanus Neonatorum (TN), reduksi maupun eliminasi campak, eliminasi malaria, pengendalian HIV/AIDS maupun Tuberkulosis (TB) Paru. Untuk eradikasi polio, Indonesia mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB) Polio tahun 2005 dengan jumlah sebanyak 349 kasus (termasuk 46 kasus VDVP tipe 1) dan dapat ditangani dengan baik untuk memutus mata rantai penularan melalui Pekan Imunisasi Nasional (PIN) sehingga sampai saat ini tidak ditemukan kembali virus polio. Untuk menjaring kasus polio maka surveilans Acute Flaccid Paralysis (AFP) yang optimal juga sangat berperan penting.

Dalam era globalisasi ini mobilisasi manusia maupun barang sudah sangat tinggi dan sangat cepat. Tetapi kondisi ini juga dapat dilihat sebagai sebuah ancaman misalnya transmisi penyakit menular dari suatu negara ke negara lain. Salah satu contoh adalah Kejadian Luar Biasa (KLB) Polio di Indonesia tahun 2005 terjadi karena ada import virus polio dari negara lain. Selain itu saat ini dunia telah mengalami perubahan iklim yang disebabkan oleh pemanasan global yang semakin cepat. Kondisi ini juga akan mempengaruhi pola dan jenis penyakit potensial wabah secara langsung maupun tidak langsung misalnya seperti malaria, Demam Berdarah Dengue (DBD), maupun penyakit new emerging seperti flu burung.

Indonesia yang letaknya strategis secara geografis masih memiliki beberapa penyakit potensial KLB seperti malaria, demam dengue, leptospirosis, diare, kolera, difteri, antraks, rabies, campak, pertusis, maupun ancaman flu burung pada manusia. Penyakit-penyakit tersebut apabila tidak dipantau dan dikendalikan maka akan mengancam kesehatan masyarakat Indonesia dan menyebabkan KLB yang lebih besar atau bahkan dapat menyebar ke negara tetangga lainnya.

Dengan latar belakang itu semua maka sangat penting pelaksanaan Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon ditingkatkan kembali di seluruh wilayah di Indonesia.

pedoman sistem kewaspadaan dini dan respon 5

Kelebihan dari sistem yang dibangun ini, pada perangkat lunaknya adalah dapat menampilkan sinyal “alert“ adanya peningkatan kasus melebihi nilai ambang batas di suatu wilayah baik wilayah kerja puskesmas, kabupaten maupun propinsi. Output yang dihasilkan dapat berupa tabel, grafik, maupun peta, sehingga dapat dibuat analisis yang lebih tajam, respon lebih cepat, dan penanggulangan yang lebih terarah dan akurat.

Semoga buku ini dapat digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon di Indonesia.

Jakarta, Agustus 2012 Direktur Jenderal PP dan PL

Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama

6 pedoman sistem kewaspadaan dini dan respon

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………………………………………………………………………... 3

SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL PP DAN PL …………………………………………………………………………………………... 4

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………………………………………………………………….... 6

BAB I GAMBARAN SISTEM KEWASPADAAN DINI DAN RESPON

Tujuan ....................................................................................................................................... 7 Populasi dalam Surveilans ........................................................................................................ 7 Surveilans Penyakit dan Definisi Kasus Baru ............................................................................ 7 Jenis Surveilans ........................................................................................................................ 7 Unit Pelapor ............................................................................................................................. 7 Alur Data ............................................................................................................................. ..... 8 Pengiriman Data ..................................................................................................................... . 8 Format Mingguan ................................................................................................................... . 9 Pelaporan menggunakan SMS ................................................................................................. 9 Entri Data dan Analisis ............................................................................................................ . 9 Indikator ................................................................................................................................... 10 Nilai Ambang Batas Penyakit Dalam Sistem ............................................................................. 10 Monitoring Laporan ................................................................................................................ .. 10 Umpan Balik ............................................................................................................................. 10 Sistem Manajemen Rumor KLB ................................................................................................ 10 Kewaspadaan Dini dan Respon ................................................................................................ 11 Pemeriksaan Laboratorium ...................................................................................................... 12

BAB II PROSEDUR STANDAR OPERASIONAL

Prosedur Pelaporan Data di setiap tingkat Pelaksana ............................................................. 14 Validasi Data ............................................................................................................................ 15 Monitoring ............................................................................................................................... 16 Evaluasi ............................................................................................................................. ........ 16 Keterbatasan ............................................................................................................................. 16 Kepemilikan Data ...................................................................................................................... 16

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Prioritas Penyakit Potensial KLB ............................................................................. 17 Lampiran 2 Format Laporan Mingguan (W2) ....................................................................................... 18 Lampiran 3 Definisi Operasional Penyakit ........................................................................................... 19 Lampiran 4 Nilai Ambang Batas Penyakit Dalam Sistem ...................................................................... 20 Lampiran 5 Format Penyelidikan Epidemiologi Umum ........................................................................ 21 Lampiran 6 Format Sistem Manajemen Rumor KLB ............................................................................. 24 Lampiran 7 Surveilans Terpadu Penyakit Berbasis KLB …………………………………………………………………….. 25 Lampiran 8 Manajemen Spesimen Penyakit ke Laboratorium ............................................................. 26 Lampiran 9 Tabel Tes Diagnosis dan Manajemen Spesimen di Laboratorium ...................................... 27 Lampiran 10 Buku Catatan Laboratorium (Log Book) ............................................................................. 34 Lampiran 11 Lembaran Rujukan Spesimen ............................................................................................. 35 Lampiran 12 Daftar Penyakit Atau Kejadian Yang Wajib Dilaporkan Segera (<24 Jam) .......................... 36 Lampiran 13 Informasi Penting Tentang Rumor atau Kejadian ............................................................... 37 Lampiran 14 Informasi Penting “Segera Lapor Bila Terjadi KLB” ............................................................. 38

pedoman sistem kewaspadaan dini dan respon 7

BAB I GAMBARAN SISTEM KEWASPADAAN DINI DAN RESPON

Tujuan

o Menyelenggarakan Deteksi Dini KLB bagi penyakit menular. o Stimulasi dalam melakukan pengendalian KLB penyakit menular. o Meminimalkan kesakitan/kematian yang berhubungan dengan KLB. o Memonitor kecenderungan penyakit menular. o Menilai dampak program pengendalian penyakit yang spesifik.

Populasi dalam Surveilans

Adalah semua penduduk di wilayah propinsi

Surveilans Penyakit dan Definisi Kasus Baru Adalah semua kasus dari seluruh penyakit yang telah diprioritaskan sebagaimana terdapat dalam daftar Lampiran 1, yang datang ke unit pelayanan kesehatan yang seharusnya dilaporkan. Kasus Baru adalah orang yang datang ke fasilitas kesehatan selama seminggu dan memiliki diagnosis baru. Kunjungan ulang dengan sakit yang sama tidak dimasukan kedalam laporan. Dalam sistem surveilans ini terdapat definisi kasus untuk setiap penyakit atau sindrom (lampiran 3). Untuk membantu petugas kesehatan dalam mendiagnosa kasus, pengambilan spesimen dan pelaporan, maka penjelasan mengenai algoritma diagnosis akan dijelaskan secara detil dalam buku pedoman seri kedua, yaitu “Algoritma Diagnosis Penyakit Dan Respon Serta Format Penyelidikan Epidemiologi”. Selain algoritma untuk deteksi kasus, terdapat juga algoritma untuk respon KLB dalam pedoman tersebut. Ini menggambarkan langkah-langkah umum dalam tatalaksana kasus, respon kesehatan masyarakat dan pelaporan hasil investigasi KLB.

Jenis Surveilans

Dalam kegiatan ini, surveilans digunakan untuk mengamati penyakit melalui pengumpulan data rutin. Lengkap: seluruh unit kesehatan yang terlibat adalah puskesmas dan unit pelayanan kesehatan yang berada di wilayah kerja puskesmas, seperti puskesmas pembantu (Pustu), bidan desa, mantri, dan sebagainya. Pasif: Pustu, Bidan Desa akan melaporkan secara mingguan ke puskesmas. Laporan Nihil harus dikirim dengan mengisi format laporan dengan nilai “nol” atau nihil. Data Agregat: adalah data dari pustu, bidan desa, dan kegiatan rawat jalan Puskesmas, akan menjadi agregat di tingkat puskesmas. Pengumpulan data dilakukan secara berkesinambungan dan periode mingguan

Unit Pelapor Unit pelapor dari sistem ini adalah Puskesmas, dan kelengkapan maupun ketepatan laporan dari unit pelapor dihitung berdasarkan jumlah puskesmas di setiap kabupaten dan di propinsi dan secara otomatis dihitung oleh aplikasi software.

8 pedoman sistem kewaspadaan dini dan respon

Alur Data Periode: Mingguan (Minggu-Sabtu)

WAKTU UNIT & TINGKAT Yang bertanggungjawab

Koordinator Cara Pengiriman

Sabtu sore

Pustu, Bidan Desa kirim via SMS. Format Surveilans Mingguan ke puskesmas

Petugas kesehatan yang bertanggung jawab terhadap pengumpulan data

Melalui SMS, HT, dan lain-lain

Senin pagi Data agregat Puskesmas dan kirim data ke tingkat kabupaten/kota

Petugas surveilans di tingkat puskesmas

Melalui SMS, HT, dan lain-lain

Selasa pagi

Petugas Surveilans Kabupaten melakukan entri data dan mengirim file export ke propinsi

Petugas Surveilans Kabupaten

Melalui Email

Petugas Surveilans Kabupaten melakukan analisis data dan menghasilkan laporan mingguan

Petugas Surveilans Kabupaten

Selasa siang

Petugas surveilans propinsi melakukan analisis data dan menghasilkan laporan mingguan

Petugas surveilans propinsi

Petugas surveilans propinsi mengirimkan file export ke Subdit Surveilans dan Respon KLB Kementerian Kesehatan RI

Petugas surveilans propinsi

Melalui Email ke

[email protected]

Pengiriman Data

Dari puskesmas ke kabupaten/kota data dikirim melalui SMS, HT, dan lain-lain. Dari Kabupaten/Kota ke propinsi data dikirim melalui email Dari Propinsi ke Pusat (Subdit Surveilans dan Respon KLB) data dikirim melalui email

Pustu Bidan Desa

Pasien Rawat Jalan Puskesmas

Klinik swasta/private di desa

Petugas Surveilans Puskesmas

Petugas Surveilans Kabupaten/Kota

Petugas Surveilans Propinsi

Pengumpulan spesimen

Pengiriman spesimen

Konfirmasi Laboratorium Propinsi

Otoritas Kesehatan Nasional (Kemenkes RI), Laboratorium Nasional (Balitbangkes), WHO

pedoman sistem kewaspadaan dini dan respon 9

Format Mingguan (W2) Kasus baru akan dilaporkan oleh bidan desa maupun puskesmas melalui Format Mingguan (lihat lampiran 2). Format pengumpulan data itu berisi informasi dibawah ini: o Nomor Urut format: nomer ini harus diisi dan dilengkapi oleh unit kesehatan yang mengirimkan

laporan di setiap tingkat. Nomor urut untuk setiap unit kesehatan yang mengirimkan laporan dimulai dari angka 1 dan dilanjutkan secara berurutan.

o Identitas Unit Kesehatan:

Puskesmas/Pustu/Bidan

Kecamatan

Kabupaten o Jumlah minggu epidemiologi, periode laporan adalah satu pekan dimana kasus dilaporkan. Unit

puskesmas pelapor harus memberikan indikasi tanggal dimana awal pekan adalah pada hari Minggu dan akhir pekan adalah pada hari Sabtu.

o Data Penyakit: Data diisi dan diilengkapi berdasarkan buku registrasi harian puskesmas bersama data yang

dikumpulkan dari unit pelayanan tingkat desa, berdasarkan definisi kasus baku sistem surveilans. Setiap fasilitas kesehatan harus memiliki daftar definisi kasus. Hanya kasus baru (konsultasi pertama) yang harus dilaporkan untuk seluruh usia yang ditemukan.

Pelaporan menggunakan SMS

Setiap unit puskesmas menggunakan SMS untuk melaporkan data mingguan sesuai format baku pencatatan perlu mengikuti standar yang sama dalam SMS seperti informasi dibawah ini:

Minggu Epidemiologi ke berapa

Nama unit pelapor

Jumlah kasus setiap penyakit yang melaporkan kasus pada minggu tersebut:

Jumlah Total Kunjungan Pasien.

CONTOH PELAPORAN MENGGUNAKAN SMS

2,pustu sukoharjo,A10,B15,H3,T4,X110

Artinya:

Minggu epidemiologi ke 2, nama unit pelapor adalah pustu sukoharjo, jumlah kasus diare= 10, jumlah kasus malaria = 15, jumlah kasus tersangka Chikungunya = 3, jumlah kasus klaster

penyakit yang tidak lazim = 4, Jumlah kunjungan = 110

Entri Data dan Analisis

Aplikasi komputer akan diinstal di tingkat Kabupaten dan Propinsi yang dapat digunakan untuk melakukan entri data, membuat analisis sederhana, memunculkan alert atau peringatan, dan indikator baku serta laporan secara otomatis. Setiap puskesmas menyimpan format mingguan yang sudah diisi dan file menurut minggu dan bulan.

10 pedoman sistem kewaspadaan dini dan respon

Indikator Indikator akan dihitung secara otomatis oleh aplikasi. Aplikasi mengizinkan penghitung indikator laporan mingguan pada tingkat geografis yang berbeda seperti puskesmas, kecamatan, kabupaten/kota dan propinsi.

Jumlah kasus baru setiap penyakit menurut minggu

Total Kunjungan

Proporsi Kesakitan

Insidence Rate setiap penyakit menurut minggu dan tingkat geografis

Ketepatan waktu dari Puskesmas ke Kabupaten/Kota

Ketepatan waktu dari Kabupaten ke Propinsi

Kelengkapan laporan unit pelapor menurut Kabupaten/Kota dan Propinsi

Nama fasilitas kesehatan yang melapor dan yang TIDAK melapor

Daftar alert (sinyal siaga) mingguan berdasarkan definisi nilai ambang batas

Nilai Ambang Batas Setiap Penyakit dalam Sistem Merujuk pada lampiran 4 untuk spesifikasi setiap nilai ambang batas penyakit.

Monitoring Laporan o Tingkat Kabupaten/Kota

Setiap Senin pagi, cek jika semua format dari puskesmas telah diterima. Hubungi fasilitas kesehatan yang belum mengirimkan informasi/laporan.

o Tingkat Propinsi Setiap Selasa siang, cek jika semua format dari kabupaten/kota telah diterima. Hubungi petugas surveilans kabupaten/kota untuk mendapatkan informasi yang belum lengkap.

Umpan Balik

Seksi Surveilans Kabupaten/Kota dan Propinsi akan membuat ringkasan laporan mingguan (Bulletin Mingguan) termasuk: o Alert (sinyal siaga) o Informasi epidemiologi yang relevan o Rekomendasi kegiatan yang dianjurkan untuk mengendalikan tersangka KLB. o Hasil kegiatan minggu sebelumnya untuk mengendalikan KLB.

Sistem Manajemen Rumor KLB

Petugas surveilans propinsi mengamati informasi tentang rumor KLB yang berasal dari media massa atau sumber lain. Setiap pagi petugas ini mencari berita di media massa (koran, internet, radio, TV) yang berada di wilayah propinsinya. Apabila ada rumor maka perlu dicatat dalam format (lampiran 6) dan mulai proses verifikasi rumor dengan menghubungi Kabupaten/Kota.

Proses Pengumpulan Informasi Staf akan:

memindai website lokal setiap pagi dan salah satu propinsi tetangga untuk memeriksa setiap rumor yang berhubungan dengan ancaman kesehatan masyarakat di propinsi.

Menghubungi secara aktif instansi/dinas seperti pertanian, peternakan, pengendalian air dan sanitasi, keamanan makanan, dan lain-lain, jika ada informasi mengenai ancaman bagi kesehatan masyarakat.

Membuat jejaring informasi diantara media lokal, distribusi nomor hotline, merekap seluruh informasi mengenai seluruh ancaman bagi kesehatan masyarakat.

Menerima informasi melalui hotline, seluruh informasi dari masyarakat atau sumber lain.

pedoman sistem kewaspadaan dini dan respon 11

Penyaringan Staf akan: Melakukan kompilasi daftar rumor harian yang dikirim jam 10 pagi ke petugas surveilans propinsi. Ringkasan daftar rumor harian (lampiran 6) berupa informasi dibawah ini: - Kejadian - Populasi Resiko - Lokasi - Waktu Kejadian - Tanggal Kejadian diketahui - Tanggal Verifikasi - Kronologis Kejadian - Status (sedang atau sudah verifikasi) Verifikasi Setelah menerima daftar harian yang diduga merupakan rumor/kejadian penyakit, petugas surveilans propinsi melakukan koordinasi dengan tim dan menghubungi petugas surveilans kabupaten/kota untuk melakukan klarifikasi terhadap rumor/kejadian penyakit yang terdeteksi/didapatkan. Pada hari itu juga petugas surveilans propinsi berusaha mendapatkan hasil dari verifikasi/investigasi terhadap rumor/kejadian penyakit dari petugas surveilans Kabupaten/Kota mengenai status kejadian (benar atau tidak rumor tersebut). Bila benar maka informasi yang harus dilengkapi sesuai dengan format Surveilans Terpadu Penyakit (STP) berbasis KLB (lampiran 7).

Kewaspadaan Dini dan Respon

Unit Surveilans Kabupaten/Kota: Unit Surveilans Kabupaten/Kota harus melakukan pemeriksaan setiap minggu terhadap seluruh laporan penyakit yang telah dientri dalam sistem aplikasi. Apabila ditemukan alart atau sinyal peringatan terhadap suatu penyakit maka petugas kabupaten/kota menghubungi petugas puskesmas untuk melakukan klarifikasi terhadap sinyal tersebut. Apabila hasil klarifikasi benar menunjukan sebagai KLB maka selanjutnya petugas surveilans kabupaten/kota menghubungi petugas laboratorium untuk mengambil spesimen dan memeriksa spesimen tersebut. Apabila Laboratorium Propinsi tidak memiliki kemampuan dalam melakukan pemeriksaan spesimen tertentu maka dapat meminta bantuan Laboratorium Rujukan Nasional. Melaksanakan Investigasi Pendahuluan Langkah pertama investigasi KLB adalah untuk melakukan konfirmasi KLB dan melihat besarnya masalah KLB tersebut. Tim propinsi dan kabupaten/kota akan bergabung dengan petugas dari Puskesmas dan memulai investigasi dan menemukan kasus secara aktif. Setiap KLB diinvestigasi dengan menggunakan format PE KLB khusus sesuai dengan penyakitnya. Bila tidak tersedia format PE KLB khusus penyakit tertentu dapat menggunakan format PE KLB Umum (lihat lampiran 5). Semua informasi tentang kasus KLB tersebut dicatat dalam program spreed sheet (program microsoft excel). Kemudian melakukan analisa data diprogram seperti Epi Info atau Epi Data untuk menghasilkan analisis deskriptif menurut waktu, tempat dan orang. Pada saat yang sama respon tim sebaiknya melakukan: - Rencana pengambilan sample klinis dan lingkungan. - Formulasi hipotesis mengenai sumber pajanan dan cara penularan. - Tes hipotesis - Menulis laporan dan rekomendasi.

12 pedoman sistem kewaspadaan dini dan respon

Melakukan Tindakan Pengendalian Awal dengan segera meliputi: - Tatalaksana kasus - Pengendalian infeksi - Pencarian kontak kasus - Pengendalian lingkungan - Mobilisasi sosial - Komunikasi, Informasi dan Edukasi kepada masyarakat

Pemeriksaan Laboratorium

Setiap penyakit yang membutuhkan pemeriksaan laboratorium yang tidak dapat dilakukan oleh puskesmas atau laboratorium tingkat kabupaten, maka Laboratorium propinsi berfungsi sebagai rujukan bagi setiap kabupaten/kota. Stok media transport yang adekuat perlu disediakan di setiap kabupaten/kota. Pedoman pengumpulan spesimen dan transportasi akan didistribusikan ke seluruh unit pelapor seperti pada Lampiran 8, 9, 10, dan 11. Setiap petugas surveilans kabupaten/kota perlu memiliki daftar nama dan nomor telpon dari staf laboratorium unit khusus seperti bagian: Bakteriologi, Virologi, Serologi, Parasitologi, dan Toksikologi. Setiap saat spesimen dikumpulkan oleh petugas di lapangan perlu: - Membuat pengaturan lebih lanjut dengan penerima spesimen termasuk investigasi, keperluan

untuk ijin import jika ada transport ke luar negeri. - Membuat pengaturan lebih lanjut dengan pembawa agar yakin bahwa pengiriman akan diterima

sesuai dengan alat transportasinya. - Perhatikan peraturan penerbangan domestik perihal Biosafety. - Bahwa pengiriman (transport langsung jika mungkin) ditangani oleh perjalanan langsung, hindari

kedatangan diakhir pekan bila mungkin, hindari perubahan dalam transport jika mungkin. - Siapkan dokumen yang perlu seperti syarat pengiriman, termasuk ijin bila diperlukan, berita acara,

dan dokumen pengiriman. - Beritahukan kepada penerima spesimen di laboratorium perkiraan waktu kedatangan spesimen. Sebelum mengirim spesimen harus ada: - Perjanjian atau persetujuan telah dibuat antara pengirim, pembawa dan penerima. - Konfirmasi dari laboratorium penerima bahwa siap untuk menerima spesimen. - Bila spesimen tiba di luar jam kerja, maka petugas laboratorium harus diberitahukan agar siap

menerima spesimen.

Biosafety Memberikan perlindungan terhadap pasien dan diri kita dari risiko terpapar/kontak dengan kuman pathogen merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Prinsipnya adalah harus “SELALU” menggunakan peralatan sekali pakai (disposible) dan tidak boleh digunakan lagi. Misalnya pada kondisi di lapangan, jika anda merencanakan untuk mengambil sample dari pasien yang tidak dapat dibawa ke RS, cobalah membuat zona bersih untuk mengurangi risiko terkontaminasi.

pedoman sistem kewaspadaan dini dan respon 13

Tabel ini memberikan informasi tentang perlindungan diri dari kemungkinan terpapar/ kontak dengan kuman pathogen.

Tipe Penularan/ Transmisi

Kondisi/ Situasi Alat Yang Digunakan

Kontak Penulran dapat terjadi melalui kontak langsung dengan pasien atau kontak dengan lingkungan pasien.

- Sarung Tangan (Gloves) - Baju Pelindung (Gown)

Droplet Penularan dapat terjadi melalui droplet yang mengandung kuman penyakit dengan ukuran partikel partikel >5 micron, droplet dapat dihasilkan ketika mereka batuk, bersin atau berbicara.

- Sarung Tangan (Gloves) - Baju Pelindung (Gown) - Masker - Kaca mata (Gogle)

Udara Penularan dapat terjadi melalui udara. - Sarung Tangan (Gloves) - Baju Pelindung (Gown) - Kaca mata (Gogle) - Masker N95 - Ruang isolasi (di RS)

14 pedoman sistem kewaspadaan dini dan respon

BAB II PROSEDUR STANDAR OPERASIONAL

Prosedur Pelaporan Data di setiap Tingkat Pelaksana 1. Pustu, Bidan Desa:

1) Setiap Sabtu dokter atau perawat/asisten kesehatan yang bertugas akan mengisi format mingguan berdasarkan buku register harian.

2) Sabtu mengirim format mingguan yang telah terisi kepada petugas surveilans di puskesmas melalui SMS dengan kode standar.

2. Puskesmas

1) Menerima SMS dari unit kesehatan (bidan, pustu, polindes, dan lain-lain) dan buat transkrip setiap SMS ke dalam format mingguan. Contoh: Bila ada 4 pustu atau bidan yang lapor melalui SMS maka puskesmas harus mengisi 4 format mingguan (1 format untuk masing-masing pustu/bidan)

2) Hubungi unit kesehatan yang tidak mengirimkan format mingguan tepat waktu 3) Siapkan format mingguan puskesmas yang berisi agregasi data dari puskesmas tersebut dan

semua unit pelapor dibawahnya (seperti bidan/ pustu). - Tulis nomer urut format, - Tulis nama Puskesmas/Pustu/Bidan, Kecamatan, dan Kabupaten/Kota - Tulis Periode pelaporan dari hari Minggu tgl ..... sampai Sabtu tgl ...... - Tulis Minggu Epidemiologi ke ..... - Isi jumlah kasus baru setiap penyakit sesuai dengan kasus yang ditemukan - Apabila tidak ada kasus pada penyakit tertentu maka isi dengan angka nol. - Isi jumlah kunjungan pada minggu laporan. Contoh: Bila ada 30 kasus baru penyakit

dalam sistem ini dan ada 50 kunjungan penyakit lain maka isi jumlah kunjungan dengan angka 80.

4) Cek kemungkinan adanya kesalahan/error 5) Puskesmas jangan menunda mengirim laporan mingguannya ke Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota. 6) Simpan format mingguan dari semua unit pelapor (bidan /pustu) dan juga format mingguan

agregat puskesmas menurut bulan dan minggu. 7) Kirim kopi format mingguan (agregat puskesmas) melalui SMS atau fax ke petugas surveilans

kabupaten/kota.

3. Kabupaten/Kota 1) Menerima SMS atau fax dari semua puskesmas. 2) Bila puskesmas mengirim melalui SMS maka Kabupaten membuat transkrip ke dalam format

mingguan. 3) Cek format mingguan dari kemungkinan adanya kesalahan. 4) Hubungi puskesmas yang tidak mengirimkan format mingguan tepat waktu 5) Simpan format mingguan dari semua puskesmas menurut bulan dan minggu. 6) Masukan data format mingguan dari semua puskesmas menggunakan aplikasi komputer. 7) Cek data yang telah dimasukan untuk melihat apakah ada kesalahan. 8) Buat backup file setiap minggu dan simpan di folder yang aman. 9) Kirim kopi format atau file elektronik ke petugas surveilans propinsi melalui email 10) Kabupaten jangan menunda mengirim laporan ke Dinas Kesehatan Propinsi. 11) Buat output laporan mingguan melalui aplikasi EWARS dan cek indikator kelengkapan dan

ketepatan laporan. 12) Bila ada alert, lakukan respon dan kontrol sesuai SOP (Lihat buku seri kedua Algoritma)

pedoman sistem kewaspadaan dini dan respon 15

13) Bila ada indikasi KLB, maka ambil dan kirim spesimen ke laboratorium rujukan sesuai SOP. 14) Diskusikan dengan LABORATORIUM hasil dari spesimen. 15) Buat bulletin mingguan dan mengirimkannya ke puskesmas.

4. Propinsi

1) Masukan data kedalam PC, import file elektronik yang dikirim oleh kabupaten/kota. 2) Cek data yang telah diimport. 3) Hubungi petugas kabupaten yang belum mengirimkan file tepat waktu atau kalau ada

pertanyaan tentang data. 4) Cek bahwa kopi back up data telah dibuat dan simpan pada folder yang aman. 5) Diskusikan dengan LABORATORIUM hasil dari spesimen. 6) Membantu Kabupaten/Kota ketika terjadi KLB. 7) Kumpulkan semua file elektronik dari tiap kabupaten/kota dan kirim ke pusat (Subdit Surveilans

dan Respon KLB melalui email ke alamat: [email protected]) 8) Membuat bulletin mingguan dan mengirimkannya ke Kabupaten/Kota.

5. Laboratorium Propinsi

1) Simpan alat-alat yang perlu untuk pengambilan spesimen dan pengiriman. 2) Pastikan bahwa peralatan untuk pengambilan spesimen dan pengiriman selalu tersedia 3) Lakukan pengambilan 2 sampel dari jenis spesimen yang sama ketika KLB atau adanya

sinyal/alert. 4) Cek label dan semua informasi yang diminta untuk masing-masing spesimen sesuai petunjuk. 5) 1 set sampel diperiksa/disimpan di laboratorium propinsi dan 1 set sampel dikirim ke

laboratorium pusat (rujukan). 6) Memberkan informasi segera kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Propinsi tentang

hasil pemeriksaan laboratorium. 7) Simpan semua catatan analisa spesimen, tehnik, dan hasilnya. 8) Diskusikan hasil laboratorium propinsi dan pusat untuk kendali mutu.

Validasi Data:

o Puskesmas Saat melengkapi format: cek bahwa kasus dilaporkan sesuai dengan definsi kasus dan hanya kasus baru yang dilaporkan. Sebelum mengirimkan format ke kabupaten/kota cek bahwa semua informasi telah lengkap. Saat menerima format pengumpulan data dari unit kesehatan lain (pustu, bidan desa, klinik swasta/privat, dan lain-lain) Cek bahwa periode laporan benar. Tulis nomor urut format mingguan. Memastikan bahwa periode laporan adalah benar Memastikan jumlah kasus yang dilaporkan untuk setiap penyakit Apakah data penyakit tersebut wajar (contoh: kasus diare biasanya banyak tetapi hanya

dilaporkan dalam jumlah kecil)

Apabila ada peningkatan jumlah kasus dari biasanya pastikan bahwa benar ada peningkatan kasus atau hanya merupakan kesalahan ketika menulis data (contoh: ada 10 kasus gigitan hewan penular rabies per minggu tetapi menulis 100 gigitan)

o Kabupaten/Kota

Saat menerima SMS dari puskesmas, Petugas Surveilans Kabupaten harus memperhatikan hal-hal di bawah ini: Tulis nomor urut format mingguan. Memastikan bahwa periode laporan adalah benar Memastikan jumlah kasus yang dilaporkan untuk setiap penyakit

16 pedoman sistem kewaspadaan dini dan respon

Apakah data penyakit tersebut wajar (contoh: kasus diare biasanya banyak tetapi hanya dilaporkan dalam jumlah kecil)

Apabila ada peningkatan jumlah kasus dari biasanya pastikan bahwa benar ada peningkatan kasus atau hanya merupakan kesalahan ketika menulis data (contoh: ada 10 kasus gigitan hewan penular rabies perminggu tetapi menulis 100 gigitan)

Lakukan entri data Setelah menjalankan laporan mingguan, cek hasilnya (tabel, grafik dan peta) apakah ada

kesalahan/ error. Monitoring

Setiap bulan Kabupaten/Kota harus melakukan diskusi dengan semua puskesmas untuk membahas tentang sistem surveilans (pengumpulan data, pengiriman data, kualitas data, jumlah KLB dan lain-lain). Dalam sistem surveilans terdapat indikator kwalitatif dan kwantitatif: - Proporsi puskesmas yang melapor dalam satu kabupaten. - Proporsi kabupaten yang melapor dalam satu propinsi. - Ketepatan waktu penerimaan pada tingkatan Kabupaten/Kota - Ketepatan waktu penerimaan pada tingkatan propinsi - Kemampuan menerima - Jumlah dari KLB yang terdeteksi - Jumlah tindakan diambil berdasar pada analisis data.

Evaluasi Sistim ini akan dievaluasi setelah 6 bulan dalam kaitan dengan: - Keterwakilan - Kemampuan menerima - Kesederhanaan - Ketepatan waktu - Kegunaan - Kepekaan - Fleksibilitas

Keterbatasan

Keterbatasan dari sistem ini dapat terjadi apabila: 1) Adanya komunikasi dan pengiriman format mingguan yang terlambat akan memberikan dampak

terhadap ketepatan dan kelengkapan laporan, serta deteksi dini KLB. 2) Adanya keterbatasan kapasitas pemeriksaan laboratorium. Untuk itu perlu dilakukan peningkatan

kapasitas dan peran laboratorium beserta jejaringnya dalam sistem surveilans dan pada saat KLB.

Kepemilikan data Adalah pada masing-masing tingkat seperti dalam peraturan nasional seperti Puskesmas, Dinas Kesehatan Kabupaten, Dinas Kesehatan Propinsi dan Kementerian Kesehatan RI.

pedoman sistem kewaspadaan dini dan respon 17

Lampiran 1

DAFTAR PRIORITAS PENYAKIT POTENSIAL KLB

1. Diare Akut

2. Malaria Konfirmasi

3. Tersangka Demam Dengue

4. Pneumonia

5. Diare Berdarah ATAU Disentri

6. Tersangka Demam Tifoid

7. Sindrom Jaundis Akut

8. Tersangka Chikungunya

9. Tersangka Flu Burung pada Manusia

10. Tersangka Campak

11. Tersangka Difteri

12. Tersangka Pertussis

13. AFP (Lumpuh Layuh Mendadak)

14. Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies

15. Tersangka Antraks

16. Tersangka Leptospirosis

17. Tersangka Kolera

18. Klaster Penyakit yang tidak lazim

19. Tersangka Meningitis/Ensefalitis

20. Tersangka Tetanus Neonatorum

21. Tersangka Tetanus

22. ILI (Influenza Like Illness)

23. Tersangka HFMD (Hand Foot Mouth Disease)

18 pedoman sistem kewaspadaan dini dan respon

Lampiran 2

FORMAT LAPORAN MINGGUAN (W2) Puskesmas/Pustu/Bidan* : .................................................. Kecamatan : .................................................. Kabupaten/Kota : ……………….................................. Periode pelaporan dari Minggu tanggal ……/……/…….. sampai Sabtu tanggal ……/……/………. Minggu Epidemiologi ke-: ..........

KODE SMS PENYAKIT JUMLAH KASUS BARU

A Diare Akut

B Malaria Konfirmasi

C Tersangka Demam Dengue

D Pneumonia

E Diare Berdarah ATAU Disentri

F Tersangka Demam Tifoid

G Sindrom Jaundis Akut

H Tersangka Chikungunya

J Tersangka Flu Burung pada Manusia

K Tersangka Campak

L Tersangka Difteri

M Tersangka Pertussis

N AFP (Lumpuh Layuh Mendadak)

P Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies

Q Tersangka Antraks

R Tersangka Leptospirosis

S Tersangka Kolera

T Klaster Penyakit yang tidak lazim

U Tersangka Meningitis/Ensefalitis

V Tersangka Tetanus Neonatorum

W Tersangka Tetanus

Y ILI (Influenza Like Illness)

Z Tersangka HFMD

X TOTAL (JUMLAH KUNJUNGAN)**

* Pilih salah satu (puskesmas atau pustu atau bidan) ** adalah jumlah seluruh kunjungan pada minggu ini di unit pelayanan kesehatan

Contoh penulisan SMS: 2,pustu sukoharjo,A10,B15,H3,T4,X110, artinya: Minggu epidemiologi ke 2, nama unit pelapor adalah pustu sukoharjo, jumlah kasus diare= 10, jumlah kasus malaria = 15, jumlah kasus tersangka Chikungunya = 3, jumlah kasus klaster penyakit yang tidak lazim = 4, Jumlah kunjungan = 110

pedoman sistem kewaspadaan dini dan respon 19

Lampiran 3 KODE SMS

PENYAKIT DEFINISI

A Diare Akut Pada dewasa: BAB (defekasi) dengan tinja lembek ATAU setengah cair dengan frekuensi lebih dari 3 kali sehari ATAU dapat berbentuk cair saja.

Pada anak: BAB yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (pada umumnya 3 kali atau lebih per hari dengan konsistensi cair DAN berlangsung kurang dari 7 hari).

Pada neonatus yang mendapat ASI: diare akut adalah buang air besar dengan frekuensi lebih sering (biasanya 5-6 kali per hari) dengan konsistensi cair.

B Malaria Konfirmasi Penderita yang di dalam tubuhnya ada plasmodium atau parasit malaria DAN dibuktikan dengan RDT (Rapid Diagnostic Test) positif DAN/ATAU pemeriksaan Mikroskopis positif.

C Tersangka Demam Dengue

Demam mendadak tanpa sebab yang jelas 2-7 hari, mual, muntah, sakit kepala, nyeri dibelakang bola mata (nyeri retro orbital), nyeri sendi, dan adanya manifestasi perdarahan sekurang-kurangnya uji torniquet positif.

D Pneumonia Pada usia <5 thn ditandai dengan batuk DAN/ATAU tanda kesulitan bernapas (adanya nafas cepat, kadang disertai tarikan dinding dada bagian bawah kedalam (TDDK) atau gambaran radiologi foto torak menunjukan infiltrat paru akut), frekuensi nafas berdasarkan usia penderita: • <2 bulan: 60/menit • 2-12 bulan: 50/menit • 1-5 tahun: 40/menit Pada usia >5thn ditandai dengan demam ≥ 38°C, batuk DAN/ATAU kesulitan bernafas, dan nyeri dada saat menarik nafas

E Diare Berdarah ATAU Disentri

Diare dengan darah disertai ATAU tidak disertai dengan lendir dalam tinja, dapat juga disertai dengan adanya tenesmus.

F Tersangka Demam Tifoid Dengan anamnesis pemeriksaan fisik didapatkan gejala demam, gangguan saluran cerna dan tanda gangguan kesadaran.

G Sindrom Jaundice Akut Gejala penyakit yang timbul secara mendadak (< 14 hari) ditandai dengan kulit dan sklera berwarna ikterik/kuning dan urine berwarna gelap

H Tersangka Chikungunya Demam mendadak diatas 38,5 derajat celcius dan nyeri sendi yang hebat dapat disertai adanya ruam.

J Tersangka Flu Burung pada Manusia

ILI dengan kontak unggas sakit atau mati mendadak, produk unggas ATAU leukopenia ATAU pneumonia.

K Tersangka Campak Demam >38°C selama 3 hari atau lebih disertai bercak kemerahan berbentuk makulopapular, disertai salah satu gejala batuk, pilek ATAU mata merah (konjungivitis)

L Tersangka Difteri Panas >38°C, sakit menelan, sesak napas disertai bunyi (stridor) dan ada tanda selaput putih keabu-abuan (pseudomembran) di tenggorokan dan pembesaran kelenjar leher.

M Tersangka Pertussis Batuk lebih dari 2 minggu disertai dengan batuk yang khas (terus-menerus/ paroxysmal), napas dengan bunyi “whoop” dan kadang muntah setelah batuk.

N AFP (Lumpuh Layuh Mendadak)

Kasus lumpuh layuh mendadak, BUKAN disebabkan oleh ruda paksa/ trauma pada anak < 15 tahun.

P Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies

Kasus gigitan hewan (Anjing, Kucing, Tupai, Monyet, Kelelawar) yang dapat menularkan rabies pada manusia . ATAU

Kasus dengan gejala Stadium Prodromal (demam, mual, malaise/lemas), atau kasus dengan gejala Stadium Sensoris (rasa nyeri, rasa panas disertai kesemutan pada tempat bekas luka, cemas dan reaksi berlebihan terhadap ransangan sensorik).

Q Tersangka Antraks (1). Antraks Kulit (Cutaneus Anthrax); Papel pada inokulasi, rasa gatal tanpa disertai rasa sakit, 2-3 hari vesikel berisi cairan kemerahan, haemoragik menjadi jaringan nekrotik, ulsera ditutupi kerak hitam, kering, Eschar (patognomonik), demam, sakit kepala dan pembengkakan kelenjar limfe regional (2). Antraks Saluran Pencernaan (Gastrointestinal Anthrax); Rasa sakit perut hebat, mual, muntah, tidak nafsu makan, demam, konstipasi, gastroenteritis akut kadang disertai darah, hematemesis, pembesaran kelenjar limfe daerah inguinal, perut membesar dan keras, asites dan oedem scrotum, melena. (3). Antraks Paru-paru (Pulmonary Anthrax); Gejala klinis antraks paru-paru sesuai dengan tanda-tanda bronchitis. Dalam waktu 2-4 hari gejala semakin berkembang dengan gangguan respirasi berat, demam, sianosis, dispnue, stridor, keringat berlebihan, detak jantung meningkat, nadi lemah dan cepat. Kematian biasanya terjadi 2-3 hari setelah gejala klinis timbul.

R Tersangka Leptospirosis Pasien dengan gejala demam < 9 hari dengan suhu > 38 derajat Celcius disertai gejala khas conjunctival suffusion (radang pada konjungtiva), nyeri betis, jaundis/ikterik/kuning.

S Tersangka Kolera Penderita menjadi dehidrasi berat karena diare akut cair secara tiba-tiba (biasanya disertai muntah dan mual), tinjanya cair seperti air cucian beras.

T Klaster Penyakit yang tidak lazim

Didapatkan tiga atau lebih kasus/kematian dengan gejala sama di dalam satu kelompok masyarakat/ desa dalam satu periode waktu yang sama (lebih kurang 7 hari), yang tidak dapat dimasukan ke dalam definisi kasus penyakit yang lain.

U Tersangka Meningitis/Ensefalitis

Panas > 38°C mendadak, sakit kepala, kaku kuduk, kadang disertai penurunan kesadaran dan muntah. Pada anak < 1 tahun ubun-ubun besar cembung.

V Tersangka Tetanus Neonatorum

Setiap bayi lahir hidup umur 3-28 hari sulit menyusu/menetek, dan mulut mencucu dan disertai dengan kejang rangsang.

W Tersangka Tetanus Ditandai dengan kontraksi dan kekejangan otot mendadak, dan sebelumnya ada riwayat luka.

Y ILI (Influenza Like Illness) Penderita dengan gejala Demam ≥ 38°C disertai batuk ATAU sakit tenggorokan

Z Tersangka HFMD (Hand, Foot, Mouth Disease)

Demam 38 - 39°C dalam 3-7 hari, nyeri telan, nafsu makan turun, muncul vesikel di rongga mulut dan atau ruam di telapak tangan, kaki dan bokong. Biasanya terjadi pada anak dibawah 10 tahun.

X Total Kunjungan Jumlah kunjungan pasien yang datang berobat dan terdaftar di fasilitas kesehatan (puskesmas atau pustu)

20 pedoman sistem kewaspadaan dini dan respon

Lampiran 4

NILAI AMBANG BATAS PENYAKIT DALAM SISTEM

PENYAKIT Nilai Ambang 1. Diare Akut Peningkatan Kasus 2. Malaria Konfirmasi Peningkatan Kasus 3. Tersangka Demam Dengue Peningkatan Kasus 4. Pneumonia Peningkatan Kasus 5. Diare Berdarah ATAU Disentri Peningkatan Kasus 6. Tersangka Demam Tifoid Poisson 7. Sindrom Jaundis Akut Poisson 8. Tersangka Chikungunya Poisson 9. Tersangka Flu Burung pada Manusia 1 kasus 10. Tersangka Campak 1 kasus 11. Tersangka Difteri 1 kasus 12. Tersangka Pertussis 1 kasus 13. AFP (Lumpuh Layuh Mendadak) 1 kasus 14. Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies 1 kasus 15. Tersangka Antraks 1 kasus 16. Tersangka Leptospirosis 1 kasus 17. Tersangka Kolera 1 kasus 18. Klaster Penyakit yang tidak lazim 3 kasus 19. Tersangka Meningitis/Ensefalitis Poisson 20. Tersangka Tetanus Neonatorum 1 kasus 21. Tersangka Tetanus 1 kasus 22. ILI (Influenza Like Illness) Peningkatan Kasus 23. Tersangka HFMD 1 kasus

Keterangan: - Poisson adalah nilai ambang batas yang mengikuti distribusi diskrit yang mengestimasi

probabilitas munculnya suatu keluaran dalam suatu standar unit tertentu sebanyak x kali, dimana rata-rata kemunculan keluaran tersebut per unitnya konstan sebesar l. Standar unit ini dapat berupa interval waktu (menit, detik, hari, bulan, dan lain-lain) atau luas daerah tertentu. Pada nilai ambang ini, angka kemaknaan sinyal kasus mengikuti nilai p < 0,05, artinya bila kriteria kasus lebih kecil dari nilai ambang, maka nilai alert akan lebih bermakna.

- Peningkatan Kasus adalah adanya peningkatan jumlah kasus lebih dari 1,5 kali dari periode sebelumnya.

pedoman sistem kewaspadaan dini dan respon 21

Lampiran 5

FORMAT PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI UMUM

Kabupaten/Kota :……………………………………………… Kecamatan : ..........………………………………. Desa : ………………………………………... Nama Puskesmas/ RS/ Unit Pelayanan Kesehatan : ……………………................................... Tanggal : …../……/……. Nama Petugas : …………………………………………………….

Tersangka Penyakit / Sindrom : Berikan tanda () pada kotak dibawah ini :

Gejala dan Tanda yang timbul : Berikan tanda () pada kotak dibawah ini:

[ ] Tersangka Kolera [ ] Diare Akut [ ] Diare Akut Berdarah (Disentri) [ ] Sindrom Jaundis Akut [ ] Tersangka Leptospirosis [ ] Tersangka Meningitis / Ensefalitis [ ] Pneumonia [ ] Tersangka Flu Burung [ ] Tersangka Difteri [ ] Tersangka Campak [ ] Tersangka Demam Tifoid [ ] Tersangka Malaria [ ] Tersangka Demam Dengue [ ] Tersangka Demam Chikungunya [ ] Influenza Like Illness (ILI) [ ] Tersangka Antraks [ ] Klaster Penyakit yang Tidak Lazim [ ] Lumpuh Layuh Mendadak (AFP) [ ] Tersangka Tetanus [ ] Tetanus Neonatorum (TN) [ ] Gigitan Hewan Penular Rabies [ ] Tersangka HFMD [ ] Lainnya ( sebutkan ) :

[ ] BAB lembek [ ] BAB cair seperti cucian beras [ ] BAB Berdarah/ lendir [ ] Demam [ ] Hipothermia [ ] Kemerahan (rash) [ ] Lesi Kulit Lainnya [ ] Batuk [ ] Napas berbunyi (stridor) [ ] Dispnea (sulit bernapas) [ ] Muntah [ ] Jaundis (mata kuning, kulit kuning) [ ] Conjunctival Suffosion (peradangan khas konjungtiva) [ ] Kaku kuduk [ ] Kejang [ ] Koma [ ] Kelemahan Otot/ lumpuh anggota gerak [ ] Peningkatan Sekresi cairan (contoh : berkeringat ) [ ] Perdarahan Gusi [ ] Ptekhie [ ] Mimisan [ ] Konjungtivitis [ ] Sakit kepala [ ] Lain-Lain (sebutkan):

TOTAL JUMLAH KASUS YANG DILAPORKAN :

22 pedoman sistem kewaspadaan dini dan respon

Data Kasus

Nomor Kasus:

Usia Alamat Jenis Kelamin

Tanggal Onset

(dd/mm/YY)

Jenis Spesimen

yang diambil

(*)

Terapi yang

diberikan

Kondisi Sekarang

(**)

Diagnosis

* Jenis Spesimen yang diambil : D=darah , T= Tinja , LCS=Liquor serebro Spinal, U=Urine, L= Lainnya (sebutkan ) **Kondisi Sekarang: S= Sakit, P= Pemulihan, M= Meninggal Dari Kejadian Penyakit yang tak diketahui sebabnya atau tidak lazim di wilayah tersebut, beberapa pertanyaan berikut dapat dijadikan acuan untuk pelacakan. Daftar pertanyaan dapat dikembangkan sesuai kondisi di lapangan. Pertanyaan: A. Gambaran Klinis dan Definisi Kasus

1. Apa saja informasi dari gambaran klinis yang mengarah kepada suatu definisi kasus?

Tolong Jelaskan :

2. Berapa lama waktu dari awal gejala sampai mengalami sakit? 3. Selama sakit gambaran klinis apa saja yang nampak?

pedoman sistem kewaspadaan dini dan respon 23

B. Epidemiologi

1. Uraikan dari golongan umur dan jenis kelamin apa yang ada dalam daftar kasus? 2. Apa gambaran distribusi geografis dari kasus dalam kelompok rumah, tempat kerja, tempat makan,

dan sumber air ? 3. Adakah kelompok yang spesifik?

C. Sumber yang memungkinkan

1. Apakah ada merk tertentu dari makanan ( seperti tepung, gula, garam, minyak makan dan lainnya), minuman obat yang digunakan oleh mayoritas kasus atau asal dari produk apakah dari distributor tunggal atau dari pabrik?

2. Adakah kasus makanan yang dimakan bersama sudah dikumpulkan di tempat tersebut seperti

buah, sayur mayor, ikan, dan jamur?

3. Adakah sumber air yang dipakai bersama?

4. Adakah obat-obat tradisional tertentu yang digunakan oleh mayoritas kasus?

5. Adakah pestisida yang digunakan dilokasi tersebut? Jika ada, pestisida apa dan untuk maksud apa digunakan?

6. Adakah bahan kimia yang dilepaskan atau digunakan ? Apa nama bahan kimia yang digunakan?

24 pedoman sistem kewaspadaan dini dan respon

Lampiran 6

FORMAT SISTEM MANAJEMEN RUMOR KLB

KEJADIAN PENYAKIT

POPULASI RISIKO

LOKASI WAKTU KEJADIAN TGL LAPORAN

DITERIMA KRONOLOGIS

KEJADIAN TGL MULAI VERIFIKASI

STATUS: 1) DLM PROSES

VERIFIKASI 2) TELAH

VERIFIKASI

pedoman sistem kewaspadaan dini dan respon 25

Lampiran 7

SURVEILANS TERPADU PENYAKIT BERBASIS KLB PROVINSI : TAHUN : KAB/KOTA : BULAN :

No. Jenis

Penyakit Tempat Kejadian

Tanggal Kejadian Golongan Umur (tahun) Total Jumlah Populasi Rentan

Keterangan

Mulai Akhir Diketahui Ditanggulangi 0-7 hr 8-28 hr <1 1-4 5-9 10-14 15-19 20-44 45-54 55-69 70+ L P Kasus Meninggal (hasil lab,data

khusus dsb)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 20 21 22 23 24 25

Keterangan : Tempat kejadian adalah Kab/Kota, puskesmas, Desa/Kelurahan,Tempat khusus

......................, ...... / ......... / .............. Kepala Dinas Kesehatan Prov/Kab/Kota, ................................................... NIP.

26 pedoman sistem kewaspadaan dini dan respon

Lampiran 8

MANAJEMEN SPESIMEN PENYAKIT KE LABORATORIUM

Menetapkan diagnosa penyakit menular adalah penting. Hasil laboratorium digunakan untuk:

Mendiagnosa suatu penyakit

Memantau hasil pengobatan

Memverifikasi penyebab (etiologi) dari suatu KLB yang dicurigai. Spesimen-spesimen KLB harus dikumpulkan dan dikirim ke laboratorium dengan memperhatikan persyaratan sebagai berikut :

Prosedur pengambilan dilakukan dengan cara yang benar dan aman (memperhatikan universal precaution)

Spesimen disimpan di dalam wadah dan media transport yang sesuai.

Spesimen dijaga di dalam suatu cakupan temperatur yang spesifik dan dilakukan pengiriman ke laboratorium sesegera mungkin.

Spesimen KLB yang tiba di laboratorium harus memenuhi syarat pengiriman yang baik dan benar dengan memperhatikan stabilitas spesimen. Kondisi spesimen yang diterima oleh laboratorium sangat berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Laboratorium harus dapat memastikan bahwa hasil pemeriksaan yang dilakukan berkualitas dan dapat dipercaya. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kualitas hasil uji di laboratorium. Hasil pemeriksaan laboratorium yang tidak berkualitas menyebabkan terjadinya kesulitan dalam menginterpretasikan hasil pemeriksaan. Beberapa faktor penyebab ketidak tepatan hasil laboratorium antara lain:

Spesimen serum yang dikirim telah mengalami hemolisis

Spesimen yang telah diambil tidak segera dikirim ke laboratorium dan tidak disimpan pada suhu yang dipersyaratkan (suhu dingin), hingga menyebabkan terjadinya pertumbuhan mikroorganisme secara cepat.

Sarana penyimpanan tidak adekuat sehingga menyebabkan kelangsungan hidup organisme atau antibodi menjadi berkurang.

Spesimen tidak dibiakan pada media dan reagen yang tepat.

Adanya kontaminasi dari lingkungan/wadah yang digunakan Jika semua persyaratan dalam pengambilan, penyimpanan, pengiriman dan prosedur pemeriksaan laboratorium telah dilaksanakan sesuai dengan pedoman, maka hasil pemeriksaan laboratorium akan dapat memberikan jawaban terhadap penyebab suatu KLB yang dicurigai. Jika ternyata hasil pemeriksaan laboratorium negatif maka dapat dilakukan pengujian ulang untuk memastikan hasil diagnosis. Tabel referensi pada halaman berikut ini adalah daftar tes laboratorium yang dianjurkan untuk konfirmasi penyakit dan kondisinya. Tabel berikut berisi informasi tentang:

Jenis pemeriksaan laboratorium untuk menentukan suatu penyebab penyakit (KLB)

Jenis spesimen yang dikumpulkan

Waktu pengumpulan spesimen

Prosedur mempersiapkan, menyimpan dan mengirimkan spesimen ke laboratorium

Waktu yang dibutuhkan dalam pemeriksaan laboratorium

Sumber/referensi sebagai informasi tambahan Tabel konfirmasi pemeriksaan laboratorium ini dapat digunakan sebagai acuan bagi petugas terkait, ketika terjadi KLB atau penyakit lain yang dicurigai.

pedoman sistem kewaspadaan dini dan respon 27

Lampiran 9

TABEL TES DIAGNOSIS DAN MANAJEMEN SPESIMEN BEBERAPA PENYAKIT DI LABORATORIUM

Suspek Penyakit/ Kondisi Tes Diagnostik Spesimen Waktu Pengumpulan Cara Penyiapan,

Penyimpanan dan Pengiriman

Hasil

Acute flaccid paralysis (Suspected polio) REFERENCE: WHO global action plan for laboratory containment of wild polio viruses. WHO/V&B/99.32, Geneva, 1999 Manual for the virological investigation of polio WHO/EPI/GEN/97.01 Geneva, 1997

Isolasi virus polio

Stool (tinja) Note: Jika tdk ada specimen yang dikumpulkan, evaluasi pasien setelah 60 hari untuk konfirmasi klinis polio (AFP)

Ambil sample dari setiap kasus suspek AFP. Ambil specimen pertama waktu investigasi kasus. Ambil specimen kedua pada pasien yg sama 24 s/d 48 jam kemudian.

Letakan tinja, masukan kedalam container/wadah yg tdk bocor, beri label secara jelas.

Segera tempatkan dalam kulkas atau coldbox tdk dignakan untuk menyimpan vaksin atau obat.

Kirim specimen, sampai di lab polio dalam waktu kurang dari 72 jam.

Bila tertunda, spesimen tdk terkirim dlm jangka 72 jam, bekukan spesimen pada suhu minus 20oC atau lebih dingin. Kemudian kirim spesimen dgn dry ice atau cold packs juga beku pada suhu -20oC or lbh dingin.

Hasil tes awal umumnya tersedian antara 14-28 hari setelah spesime diterima lab. Bila virus polio liar ditemukan, maka program nasional segera membuat rencana aksi yg tepat.

Kolera

Isolate V. cholerae dari kultur tinja dan menentukanseroipe O1 menggunakan polyvalent antisera untuk V. cholerae O1. Jika diinginkan, mengkonfirmasikan identifikasi dengan Inaba dan Ogawa antisera. Jika spesimen bukanlah serotypable, mempertimbangkan; menganggap, V.cholerae O139 (lihat catatan di kolom hasil).

Tinja cair atau rectal swab Air minum atau air bersih

Kumpulkan contoh tinja dari kasus suspek kolera pertama. Jika lebih dari satu suspek, kumpulkan spesimen 5 sampai 10 kasus. Kumpulkan tinja menurut definisi berikut: serangan di dalam 5 hari yang

terakhir, dan sebelum pemberian antibiotik

dimulai Jangan menunda perawatan pasien yang mengalami dehidrasi. Spesimen-spesimen itu bisa dikumpulkan setelah rehidrasi (ORS atau IV therapy) sudah mulai.

Letakan spesimen (tinja atau rectal swab) di suatu kontainer yang tahan bocor , bersih, dan steril kirim ke laboratorium dalam waktu 2 jam.

Jika penundaan diperkirakan lebih dari 2 jam, letakan tinja atau rektal swab ke dalam medium transport Cary-Blair.

Jika medium pengangkut Cary- Blair tidak tersedia, dan spesimen tidak akan menjangkau laboratorium dalam 2 jam maka: Simpan pada suhu 4°C - 8°C Jangan biarkan spesimen

mengering. Tambahkan sedikit 0,85% NaCl jika perlu.

Untuk pengiriman, transport

Tes Kolera mungin tidak secara rutin dilaksanakan oleh semua laboratorium. Hasil kultur biasanya 2 sampai 4 hari setelah spesimen sampai di laboratorium. Medai transport Cary-Blair biasanya dalam kondisi stabil dan baik dalam waktu satu tahun setelah persiapan. Tidak diperlukan pendinginan (lemari es) jika kontainer dalam kondisi steril dan tersegel. Jika warna berubah (medium menguning) atau mengkerut (mengering), jangan gunakan media itu. serotipe O139 belum dilaporkan di Afrika dan hanya jika beberapa

28 pedoman sistem kewaspadaan dini dan respon

Suspek Penyakit/ Kondisi Tes Diagnostik Spesimen Waktu Pengumpulan Cara Penyiapan,

Penyimpanan dan Pengiriman

Hasil

REFERENCE: “Laboratory Methods for the Diagnosis of Epidemic Dysentery and Cholera”. CDC/WHO, 1999 CDC, Atlanta, GA, USA

Lakukan pengambilan sampel air dari daerah sekitar terjadinya kasus/suspek

dalam kondisi baik dan kontainer tahan bocor

Transport Kontainer dalam Cold Box pada suhu 4°C - 8°C

Gunakan media Pepton Water dan lakukan pengiriman seperti prosedur diatas

tempat di dalam Asia barat daya. Penentuan Serological Ogawa atau Inaba tidak secara klinis diperlukan. Ini juga tidak dibutuhkan jika hasil dari polyvalent antisera adalah positif secara jelas.

Diare Berdarah (Shigella dysenteriae jenis 1) dan shigellae lain Catatan: SD1 infeksi/peradangan bersifat mudah mewabah dan yang dihubungkan dengan tingkat tingginya terhadap ketahanan antibiotik. SD1 adalah shigella paling signifikan karena dapat menyebabkan tingkat kematian yang cukup tinggi pada usia muda maupun tua. Hal ini disebabkan karena bakteri ini dapat berasosiasi dengan sindrom uremic yang hemolytic (HUS). ACUAN: - Metoda-metoda Laboratorium untuk Diagnosis dari Epidemic Dysentery dan Cholera". CDC/WHO, 1999 CDC, Atlanta, GA, AS

Isolasikan Shigella dysenteriae jenis 1 (SD1) di dalam kultur untuk mengkonfirmasikan KLB shigella Jika SD1 telah konfirmasi, lakukan uji kepekaan antibiotik dengan obat yang sesuai.

Stool or rectal swab.

Kumpulkan sampel ketika terjadi suspek KLB. Kumpulkan tinja dari 5-10 pasien yang mempunyai diare berdarah dan: Onset di dalam 4 hari yang

terakhir, dan Sebelum pengobatan antibiotik

diberikan. Ambil/kumpulkan spesimen tinja dalam wadah yang kering dan steril. Hindari terjadinya kontaminasi oleh material lain. Ambil spesimen tinja pada bagian yang berdarah atau berlendir. Jika stool tidak bisa dikumpulkan, maka dapat dilakukan pengambilan spesimen rectal swab dengan menggunakan lidi kapas steril.

Tempatkan stool swab atau rectal swab dalam media transport Cary-Blair. Segera kirim ke laboratorium.

Jika media transport Cary-Blair tidak tersedia, kirim sample ke laboratorium dalam waktu 2 jam dalam wadah yang bersih, kering dengan penutup yang kuat. Spesimen tidak dipelihara di Cary-Blair secara signifikan akan mengurangi shigellae setelah 24 jam.

Jika ruang simpan diperlukan, gunakan temperatur penyimpanan 4oC s.d 8oC. Hindari penyimpanan pada temperatur beku

Hasil kultur biasanya tersedia 2 sampai 4 hari setelah diterima oleh laboratorium. Jika ditemukan Isolat SD1 lanjutkan dengan uji kepekaan antibiotik. Setelah konfirmasi awal 5-10 kasus dalam KLB, sampel kasus diperiksa hanya dalam jumlah sampai KLB berakhir. Lihat pada petunjuk penyakit spesifik di Section 8 untuk informasi tambahan tentang potensi yang mewabah dari Shigella dysenteriae 1

HIV

ELISA untuk HIV atau Lihat pada Petunjuk Program Nasional HIV/AIDS untuk uji diagnosis yang direkomendasikan

Serum Peroleh spesimen menurut strategi program nasional HIV/AIDS untuk klinis atau epidemiological sampling.

Gunakan universal precution untuk memperkecil pajanan terhadap benda tajam dan cairan tubuh apapun. Untuk ELISA: Ambil/kumpulkan 10 ml dari darah vena. Biarkan darah dalam tabung

selama 30 menit supaya terjadi

Tes HIV sangat diatur dengan kendali yang tegas untuk release informasinya. Hasil lab biasanya tersedia setelah satu minggu sejak sampel tiba di laboratorium.

pedoman sistem kewaspadaan dini dan respon 29

Suspek Penyakit/ Kondisi Tes Diagnostik Spesimen Waktu Pengumpulan Cara Penyiapan,

Penyimpanan dan Pengiriman

Hasil

REFERENCE: Guidelines for Second Generation HIV Surveillance, WHO and UNAIDS, 2000 WHO/CDC/CSR/EDC/2000.5

penggumpalan, selanjutnya darah di sentrifuse untuk memisahkan serum dari sel darah.

Secara aseptik tuangkan serum ke dalam tabung bersekrup dan steril.

Simpan Serum pada suhu 4oC Kirim sampel serum

menggunakan pengemasan yang sesuai untuk mencegah kerusakan atau kebocoran.

Lepra Konfirmasi laboratorium rutin untuk surveilans tidak diperlukan

Malaria Referensi: “Basic Laboratory Methods in Medical Parasitology” WHO, Geneva, 1991

X Adanya parasit dalam sediaan darah untuk kasus suspek

X Hematokrit atau hemoglobin

untuk suspek malaria pada anak-anak 2 bulan sampai 5 tahun.

Darah Biasanya diambil dari pembuluh kapiler di jari. Pada bayi/balita pengambilan sampel darah dapat dilakukan pada tungkai atau tempat lainnya

Untuk Blood Smear: persiapkan film sediaan darah untuk semua kasus yang dicurigai pada fasilitas rawat inap, atau menurut petunjuk manajemen kasus malaria nasional Untuk hematokrit atau hemoglobin: Dalam pengaturan pasien rawat inap, lakukan uji laboratorium bagi pasien dengan anemia berat

Untuk Blood Smear: Ambil/kumpulkan darah secara langsung, benar, bersih dan beri label slide mikroskop dan lakukan usap tebal dan tipis. Biarkan usapan mengering

secara menyeluruh. Gunakan pewarnaan dengan

teknik yang sesuai. Simpan stained dan slide

dikeringkan secara menyeluruh pada suhu-kamar, hindari cahaya matahari langsung.

Untuk hematokrit atau hemoglobin: Kumpulkan spesimen menurut petunjuk nasional.

Hasil usap tebal dan tipis tersedia pada hari yang sama sebagai persiapan. Pemeriksaan mikroskop slide malaria dapat juga mengungkapkan adanya parasit lain dalam darah. Perhatikan mutu Giemsa yang digunakan

Campak Referensi: WHO Guidelines for Epidemic Preparedness and Response to Measles Outbreaks WHO/CDS/CSR/ISR/99.1

Adanya IgM antibody virus campak dalam serum

Serum Ambil/Kumpulkan sampel darah 5 suspek campak saat KLB campak (biasanya lebih dari 5 kasus dalam kabupaten/kota dalam satu bulan) Di Negara dalam fase eliminasi: Ambil/Kumpulkan spesimen

setiap ada suspek kasus campak.

Kumpulkan serum untuk uji antibodi pada kesempatan pertama atau pada kunjungan

Untuk anak-anak, kumpulkan 1 sampai 5 ml dari darah vena. Kumpulkan ke dalam suatu tabung reaksi, pipa kapiler atau microtainer.

Pisahkan sel darah dari serum: - Biarkan darah selama 30

sampai 60 menit pada suhu-kamar supaya terjadi pemisahan atau gumpalan darah. Lakukan sentifuge

Spesimen sebaiknya sampai di laboratorium dalam 3 hari setelah diambil/dikumpulkan.. Hasil lab biasanya tersedia setelah 7 hari. Jika sedikitnya 2 dari 5 kasus suspek campak adalah konfirmasi laboratorium, maka KLB tersebut ditetapkan sebagai KLB Campak.

30 pedoman sistem kewaspadaan dini dan respon

Suspek Penyakit/ Kondisi Tes Diagnostik Spesimen Waktu Pengumpulan Cara Penyiapan,

Penyimpanan dan Pengiriman

Hasil

di fasilitas kesehatan. pada kecepatan 2000 rpm selama 10-20 menit dan tuangkan serum ke dalam tabung kaca yang bersih.

- Jika tidak ada centrifuge, letakan sampel dalam lemari pendingan semalam (4 sampai 6 jam) sampai terjadi gumpalan dan pemisahan serumi. Tuangkan serum besoknya.

- Jika tidak ada centrifuge dan tdk ada lemari es, biarkan darah mengendap sedikitnya 60 menit (tanpa goncangan atau sarana lain). Tuangkan serum ke dalam suatu tabung yang bersih.

Letakan serum pada 4°C.

Kirim sampel gunakan

pengemasan yang sesuai untuk mencegah kerusakan atau kebocoran-kebocoran selama pengiriman.

Hindari spesimen dari goncangan sebelum serum dikumpulkan. Untuk mencegah pertumbuhan bakteri terlalu cepat, pastikan bahwa serum itu dituangkan ke dalam suatu tabung reaksi gelas/kaca yang bersih. Tabung tidak perlu steril tetapi bersih. Angkut serum dalam satu pengangkut vaksin tangan EPI pada suhu 4-8 derajat celcius untuk mencegah pertumbuhan bakteri terlalu cepat (sampai dengan 7 hari). Jika tidak didinginkan, serum disimpan di suatu tabung yang bersih dalam waktu sedikitnya 3 hari.

Meningitis REFERENSI: “Laboratory Methods for the Diagnosis of Meningitis Caused by Neisseria meningitis, Streptococcus pneumoniae and Haemophilus influenzae”. WHO document WHO/CDS/EDC/99.7 WHO, Geneva

Pemeriksaan mikroskop CSF untuk diplokokus Gram-negatif Kultur dan isolasi N. meningitis dari CSF atau swab nasopharing

Cairan tulang belakang cerebral (CSF) Swab nasopharing Catatan: CSF adalah spesimen [pilihan utama ] untuk kultur dan uji mikroskopis. Jika CSF tidak tersedia, kumpulkan darah (10ml orang dewasa, 1-5 ml untuk anak-anak) untuk kultur.

Kumpulkan spesimen 5 sampai 10 kasus ketika yang ada sinyal siaga atau ambang tindakan ( lihat "Meningitis" di Section 8) sudah dicapai.

Persiapkan pasien dan secara aseptik kumpulkan CSF ke dalam tabung reaksi yang steril dengan tanda.

Dengan segera menempatkan 1 ml dari CSF ke dalam suatu botol yang pre-warmed dari medium trans-isolate.

inkubasi pada pada suhu tubuh (36 sd 37 derajat selsius).

Jangan pernah mendinginkan spesimen yang akan dibiakkan.

Simpan CSF untuk uji mikroskopis dan kimia dalam syringe orsinil (replace cap).

Isolasi Neisseria meningitidis, suatu organisme sensitif, mahal, dan sulit. Itu memerlukan teknik-teknik sempurna untuk mengumpulkan spesimen dan penanganannya dan mahal untuk media dan antisera. Spesimen awal dalam satu KLB atau karena satu demi satu terjadi isolat-isolat dari N. meningitis harus serotyped dan satu antibiogram yang dilaksanakan untuk memastikan perawatan yang sesuai. Trans Isolate medium (TI) kukuh stabil. Jaga dengan baik menyimpan pada temperatur

pedoman sistem kewaspadaan dini dan respon 31

Suspek Penyakit/ Kondisi Tes Diagnostik Spesimen Waktu Pengumpulan Cara Penyiapan,

Penyimpanan dan Pengiriman

Hasil

Dinginkan dan kirim ke laboratorium secepat mungkin.

lemari es (4 derajat selsius) dan dapat beratahan sampai dengan dua tahun setelah persiapan. Di dalam lemari es, fasa-cair berubah seperti agar-agar hanya pada suhu-kamar. botol-botol TI Yang Tak Terpakai harus dijaga dengan ketat tersegel. Jika ada setiap warna berubah (menguning atau pengabutan media cair) atau pengeringan atau adanya penyusutan jelas dan nyata dari agar-agar merosot, medium itu sebaiknya jangan digunakan.

PES REFERENSI:

“Plague Manual: Epidemiology, Distribution, Surveillance and Control”. WHO/CDS/EDC/99.2 WHO, Geneva, 1999 “Laboratory Manual of Plague Diagnostic tests”. CDC/WHO publication, 2000, Atlanta, GA

Isolasi hama Yersinia dari aspirat bubo atau dari kultur dari darah, CSF atau dahak. Identifikasi zat darah penyerang kuman kepada Y.pestis F1 antigen dari serum.

Aspirat dari bubo-bubo, darah, CSF, dahak, mencuci tracheal atau bahan-bahan otopsi untuk kultur Darah untuk uji serological

Kumpulkan spesimen dari kasus pertama suspek pes. Jika lebih dari satu suspek kasus, kumpulkan spesimen 5 sampai 10 kasus sebelum administrasi antibiotik.

Dengan bubo, suatu jumlah yang kecil dari bersifat garam yang steril (1-2 ml) bisa disuntik ke dalam bubo itu untuk memperoleh satu spesimen yang cukup

Jika antibiotik mulai diberikan, pes dapat ditetapkan oleh seroconversion (4-fold atau lebih besar titer) kepada antigen F1 oleh hemaglutinasi yang pasif yang menggunakan sera yang dikupas. Serum harus digambar/ditarik di dalam 5 hari serangan lalu lagi; kembali setelah 2-3 minggu.

Spesimen harus dikumpulkan dengan teknik aseptik. Bahan untuk kultur harus dikirim ke laboratorium menggunakan media transport Cary Blair atau dibekukan (terutama/lebih disukai dengan batu karbon dioksida (CO2 beku). Spesimen yg tdk diawetkan harus sampai di laboratorium pada hari yang sama.

Cairan Spesimen (aspirat) harus terserap oleh suatu kain penyeka kapas yang steril dan menempatkannya ke dalam media transport Cary-Blair. Mendinginkan.

Jika pengangkutan akan memerlukan 24 jam atau lebih dan medi transport Cary Blair tidak tersedia, maka bekukan spesimen dan mengirimkannya dengan kemasan dingin.

Kultur hanya dikirim ke laboratorium yang memiliki kemampuan diagnostik Pes atau WHO Collaborating Center untuk Pes. Hasil kultur akan tersedia sedikitnya dalam 3 sampai 5 hari kerja setelah diterima oleh laboratorium. Pengobatan antibiotik harus diaktipkan sebelum kultur muncul diperoleh. Pasien Pes seroconvert kepada antigen F1 Ypestis 7-10 hari setelah serangan.

Sexually transmitted infections (STIs)

Konfirmasi laboratorium rutin untuk surveilans tidak diperlukan

TB Paru: (BTA positif)

Adanya baksil tahan asam (AFB) pada pewarnan Ziehl Neelsen (ZN)

Dahak dari saluran nafas bagian bawah (paru-paru)

Kumpulkan dahak (bukan air liur) untuk usapan mikroskopi langsung dan menguji sedikitnya

usapan harus diuji pada fasilitas kesehatan di mana spesimen itu diambil.

TB mikroskopi dibaca harian. Hitungan mengamati mycobacteria dilaporkan dengan

32 pedoman sistem kewaspadaan dini dan respon

Suspek Penyakit/ Kondisi Tes Diagnostik Spesimen Waktu Pengumpulan Cara Penyiapan,

Penyimpanan dan Pengiriman

Hasil

REFERENSI: Laboratory Services in Tuberculosis Control, Parts I, II and III. WHO publications WHO/TB/98.258

tiga pewarnaan spesimen dengan hari yang berbeda (S-P-S)

berbagai metoda pelaporan. Lihat pada criteria yang digunakan oleh laboratorium penguji.

Demam-demam hemorrhagic karena virus REFERENSI: Infection Control for Viral Hemorrhagic Fevers in the African Health Care Setting WHO/EMC/ESR/98.2 Viral Infections of Humans; Epidemiology and Control. 1989. Evans, A.S. (ed). Plenum Medical Book Company, New York

Adanya IgM antibody terhadap Ebola, Marburg, CCHF, Lassa atau Demam Dengue atau Adanya Ebola di kulit post-mortum necropsy

Untuk ELISA: Darah utuh, serum atau plasma Untuk PCR: Gumpal Darah atau darah utuh, serum/plasma atau jaringan/tisu Untuk immunohistochemistry: spesimen Kulit atau jaringan/tisu dari kasus-kasus fatal.

Kumpulkan spesimen suspek kasus pertama. Jika lebih dari satu suspek, kumpulkan pesimen 5 sampai10.

TANGANI DAN KIRIM SPESIMEN PASIEN SUSPEK VHF WITH PERINGATAN EXTREME. GUNAKAN PAKAIAN PELINDUNG DAN MENGGUANAKAN BARRIER PRECAUTION. Untuk ELISA atau PCR: Dinginkan serum atau gumpal

Pembekuan (-20C atau lebih

dingin) spesimen-spesimen jaringan/tisu untuk pengasingan virus

Untuk Immunohistochemistry: Menentukan/memperbaiki

spesimen carik kulit di dalam formalin. Spesimen dapat disimpan sampai 6 minggu. Spesimen itu tidaklah cepat menyebar saat dalam formalin.

Simpan pada suhu-kamar

Spesimen Formalin-fixed bisa dikirimkan pada suhu-kamar.

Jasa diagnostik untuk VHF tidak secara rutin tersedia. Pengaturan-pengaturan advance biasanya diperlukan untuk jasa VHF diagnostik. Hubungi otoritas National yang sesuai atau WHO.

Demam Kuning Referensi: District guidelines for Yellow Fever Surveillance, WHO/GPVI/EPI/98.09

Yellow Fever. 1998. WHO/EPI/Gen/98.11

ELISA untuk menentukan adanya IgM antibodi demam kuning

Serum Kumpulkan spesimen dari suspek kasus pertama demam kuning. Jika lebih dari 1 suspek, kumpulkan spesimen 5 sampai 10 sampel

Kumpulkan 10 ml darah vena orang dewasa, 1-5 ml dari anak-anak. Di suatu tabung reaksi gelas/kaca yang standar, pipa kapiler atau microtainer.

Sel darah terpisah dari serum:

- Gumpal dibiarkan menarik kembali selama 30 sampai 60 menit pada suhu-kamar.

Spesimen sebaiknya sampai di laboratorium dalam 3 hari setelah pengumpulan. Hindari goncangan spesimen sebelum serum dikumpulkan. Untuk mencegah pertumbuhan bakteri terlalu cepat, pastikan bahwa serum itu dituangkan ke dalam suatu tabung reaksi

pedoman sistem kewaspadaan dini dan respon 33

Suspek Penyakit/ Kondisi Tes Diagnostik Spesimen Waktu Pengumpulan Cara Penyiapan,

Penyimpanan dan Pengiriman

Hasil

Centrifuge pada 2000 rpm untuk 10-20 menit dan tuangkan serum ke dalam suatu tabung kaca yang bersih.

- Jika tanpa centrifuge, sampel ditaruh dalam lemari es semalam (4 sampai 6 jam) sampai gumpal menarik kembali. Tuangkan serum besoknya.

- Jika tanpa centrifuge dan tanpa lemari es, biarkan darah mengendap sedikitnya 60 menit (tanpa goncangan atau suatu sarana). Tuangkan serum ke dalam suatu tabung yang bersih.

Simpan Serum pada suhu 4°C.

Kirim sampel serum menggunakan pengemasan yang sesuai untuk mencegah kerusakan atau kebocoran-kebocoran selama pengiriman.

gelas/kaca yang bersih. Tabung tidak perlu steril tetapi cukup bersih. Angkut serum dalam satu pengangkut vaksin tangan EPI pada suhu 4-8 derajat selsius untuk mencegah pertumbuhan bakteri terlalu cepat (sampai dengan 7 hari). Jika tidak didinginkan, serum disimpan di suatu tabung yang bersih akan baik untuk sedikitnya 3 hari.

34 pedoman sistem kewaspadaan dini dan respon

Lampiran 10

BUKU CATATAN LABORATORIUM (LOG BOOK)

Nomer Identitas

Tanggal Pengambilan

Jam Jenis

spesimen Nama Pasien

Jenis Kelamin

Umur Alamat Tanggal

Pengiriman Jam

Petugas Pengambil

Diagnosis sementara

pedoman sistem kewaspadaan dini dan respon 35

Lampiran 11

LEMBARAN RUJUKAN SPESIMEN

Format Permintaan Pemeriksaan Spesimen KLB

Nama & Alamat Pengirim (RS/Puskesmas):

Dokter/ Pemeriksa:

Nama Lengkap Pasien:

Alamat Pasien:

Umur:

Jenis Kelamin:

Informasi Klinis yang penting:

Diagnosa Klinis/ Diagnosa sementara:

Tanggal Mulai Gejala:

Antibiotik yang telah diberikan:

Jenis Spesimen:

Waktu Pengambilan Spesimen:

36 pedoman sistem kewaspadaan dini dan respon

Lampiran 12

DAFTAR PENYAKIT ATAU KEJADIAN YANG WAJIB DILAPORKAN SEGERA (<24 JAM)

KE DINAS KESEHATAN Jika anda menemukan penyakit dibawah ini segera hubungi dinas kesehatan kabupaten/ kota

Tersangka Kolera

Tersangka Flu Burung pada Manusia

Tersangka Flu Burung pada Unggas

AFP (Lumpuh Layuh Akut)

Tersangka Difteri

Meningitis/Encefalitis

Tetanus Neonatorum

Keracunan Makanan

Tersangka Antraks

Gigitan Hewan Penular Rabies

Kluster Penyakit yang Tidak Diketahui

DR._____________

TELEPON:__________________

Jika Telepon Tidak Dapat Dihubungi , Anda dapat menghubungi Telepon Kantor Dinas Kesehatan pada Bagian Seksi Surveilans

Ingat masing-masing kasus diatas sangat penting untuk segera dilakukan penatalaksanaan kasusnya

pedoman sistem kewaspadaan dini dan respon 37

Lampiran 13

INFORMASI PENTING TENTANG RUMOR ATAU KEJADIAN

Jika anda mendapatkan telepon tentang kejadian atau kasus penyakit potensial KLB, lakukan klarifikasi terhadap hal-hal sebagai berikut:

1. Jumlah Kasus 2. Jumlah Kematian 3. Jumlah Kasus Yang Dirawat Di Rumah Sakit 4. Identifikasi Kasus Berdasarkan Orang, Tempat, Dan

Waktu Kejadian 5. Kapan Waktu Awal Kejadian 6. Identifikasi Gejala Utama Yang Timbul 7. Langkah-Langkah Yang Telah Dilakukan 8. Spesimen Apa Yang Telah Diambil Dan Dikirim Ke

Laboratorium 9. Sumber Informasi 10. Mobilisasi Tim Gerak Cepat

Informasikan hal tersebut diatas kepada petugas surveilans dinas kesehatan propinsi

TELEPON:………………………..

38 pedoman sistem kewaspadaan dini dan respon

Lampiran 14

SEGERA LAPOR BILA TERJADI KLB !!!!

Bila menerima informasi tentang kejadian penyakit dari kabupaten/kota yang ada di wilayah propinsi, lakukan segera klarifikasi dan investigasi untuk konfirmasi. Jika hasil konfirmasi merupakan kejadian luar biasa maka segera melaporkan kepada Subdit Surveilans dan Respon KLB Ditjen PP dan PL Kementerian Kesehatan RI.

TELEPON : 021 - ………………………. FAX : 021 - ..……………………..

EMAIL : [email protected]

[email protected]