Pedoman Penyusunan Ripda

38
PEDOMAN PENYUSUNAN RIPDA

description

PenyusuanRencana Induk Pengembangan PariwisataDaerah (RIPPDA) Kabupaten/ Kota

Transcript of Pedoman Penyusunan Ripda

Page 1: Pedoman Penyusunan Ripda

PEDOMAN

PENYUSUNAN

RIPDA

Page 2: Pedoman Penyusunan Ripda

BAB I

PENDAHULUAN

Pada dasarnya wisata adalah kegiatan perjalanan yang di lakukan oleh seseorangatau

sekelompok orang di luar tempat tinggalnya, bersifat sementara untuk berbagai berbagai

tujuan selain untuk mencari nafkah. Kegiatan berwisata merupakan hak asasi seseorang

yang perlu dihargai sebagaimana dinyatakan dalam Universal Declaration of Human

Rights. Untuk memenuhi kebutuhan wisatawan yang melakukan kegiatan wisata

dipelukan serengkaian upaya yang saling terkait dan terpadu oleh dunia usaha,

masyarakat dan pemerintah.

Hakekat pariwisata indonesia bertumpu pada keunikan dan kekhasan budaya dan alam,

serta hungana antara manusia. Melalui pengembangan pariwisata diharapkan dapat

memperkukuh jati diri bangsa dan lestarinya fungsi lingkungan. Namun demikian

pengembangan kepariwisataan Indonesia tetap menempatkan kebhinekaan sebagai suatu

yang hakiki dalam bingkai negara kesatuan republik Indonesia.

Pembangunan kepariwisataan Indonesia sebagai bagian integral dari pembangunan

nasional dilaksanakan secara berkelanjutan bertujuan untuk turut mewujudkan peningkatan

kemampuan manusia danmasyarakat Indonesia bedasarkan kemampuan nasional,

denganmemanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memperhatikan tantangan

perkembangan global.

Piwisata dikembangkan oleh banyak negara di dunia sebagai salah satu alternatif

dalam pembanguna ekonominya melalui berbagai macam pendekatan dan cara. Indonesia

mengembangkan kepariwisataannya memulai suatu konsepsi pembangunan yang bertumpu

pada asas kehidupan yang berkeseimbangan, Untuk Itu diperlikan suatu konsepsi yang

menjadi landasan dalam pengembangan kepariwisataan nasional. Konsepsi tersebut

meliputi filsafah pengembangan kepariwisataan nasional, sistem kepariwisataan nasional,

sistem kepariwisataan nasional dan sistem pariwisata nasional.

1. Falsafah Pengembangan Kepariwisataan Nasional

Pengembangan Kepariwisataan Indonesia harus tetap menjunjung dari khas bangsa

Indonesia, seperti yang tertuang dalam Pancasila, UUD 1945, GBHN dan ketetapan

MPR mengenai kesatuan dan persatuan bangsa serta etika berbangsa dan

bernegara. Pada intinya pengembangan kepariwisataan Indonesia harus selalu

merujuk pada norma-norma agama dan nilai-nilai Budaya dalam setiap segi

kehidupannya. Norma-norma dan nilai-nilai dasar tersebut mewarnai perilaku

Page 3: Pedoman Penyusunan Ripda

pengembangan kepariwisataan nasional dalam rangka mewujudkan kehidupan

ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya dan pertahanan keamanan ( Gambar 1 :

aspek kehidupan kebudayaan ) Hal ini merupakan keunggulan komparatif

pengembangan kepariwisataan Di Indonesia.

Gambar 1 : Aspek kehidupan kebudayaan

Kekayaan budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia merupakan aset Penting

dalam pengembanagn pariwisata, di mana pariwisata sebagai alat pelestarian kebudayaan,

yang dapat berperan secara aktif memperkenalkan hasil-hasil budaya Indonesia.

Falsafah pengembangan kepariwisataan nasional dilandasi oleh konsep hidup bangsa

Indonesia yang berkeseimbangan yaitu hubungan manusia dengan Tuhan Maha Esa,

hubungan antara sesama manusia dan manusia dengan lingkungan alam, baik yang berupa

lingkungan sumber daya alam maupun lingkungan geografis ( Gambar 2 : Landasan

Filosofis pembangunan pariwisata Indonesia. )

Semua agama yang diakui di Indonesia pada dasarnya mengajarkan prinsip-prinsip

kehidupan yang berkeseimbangan, seperti misalnya : Agama Islam dengan prinsip

Hablumminallah wa hablumminannas, Agama nasrani mengajarkan hukum kasih, Agama

Buddha mengajarkan Mangalasutta, Agama Hindu Dharma dengan Tri Hita Karana, dan

Agama Khonghucu mengajarkan Tiar Oi Ren/Thian The Jen. Demikian pula dengan nilai-

nilai budaya yang berkembang di Indonesia, seperti misalnya Upacara Boras Si Pir Tondi di

Tapanuli yang menggambarkan rasa syukur manusia kepada.

Gambar 2 : Landasan Filosofis Pengembangan pariwisata Indonesia

Konsep hubungan kehidupan manusia yang berkeseimbangan ( balance of life ) dapat

dijelaskan sebagai berikut :

a) Hubungan secara vertikal Manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa

Segala usaha dan kegiatan pembangunan kepariwisataan hendaknya digerakkan

dan dikendalikan oleh keimana dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sebagai

nilai luhur yang menjadi landasan spiritua, moral dan etika. Dengan demikian segala bentuk

kegiatan yang bertentangan dengan nilai-nilai tersebut di atas, seperti perjudian, narkoba

dan perbuatan yang melangar kesusilaan, tidak dapat ditolelir dan bukan merupakan bagian

dari pengembangan pariwisata.

Page 4: Pedoman Penyusunan Ripda

b) Hubungan Manusia dengan sesamanya

Sebagai mahluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri oleh karena Itu ia harus

berinterraksi dengan sesamanya, baik dalam lingkungan keluarga maupun lingkungan

masyarakat, interaksi yang dijalani harus tetap mengedepankan toleransi dan rasa

saling mengasihi, serta menjunjung tinggi asas keadilan dan kesetaraan. Dalam

pengembangan pariwisata hendaknya tetap mengacu pada prinsip-prinsip di atas.

c) Hubungan Manusia dengan Lingkungannya

Manusia hidup ditengah-tengah lingkungan alam dan mendapatkan ke hidupannya

dengan memanfaatkan alam, sehingga dalam rangka menjaga kesinambungan kehidupan

ia wajib memelihara dan melestarikan alam pengembangan pariwisata di Indonesia

memanfatkaan lingkungan, baik berupa sumber daya alam maupun kondisi geografis,

dengan menerapkan keseimbangan hubungan mikro (manusia) dan makro (alam) kosmos

untuk mencegah ketidakadilan, keserakahan dan pengrusakan budaya dan alam.

Konsep kehidupan yang berkeseimbangan tersebut di atas mengajarkan manusia

untuk tidak menjadi rakus dan selalu mempertimbangkan keseimbangan antara

pemanfaatan sumber daya dan pelestariannya. Konsep dimaksud sesungguhnya telah

dimiliki oleh bangsa Indonesia sejak dahulu dengan berbagai keunikan konsep pemikiran

yang dihasilkan dan dalam masyarakat sendiri tanpa campur tangan pihak luar (local

genius/local wisdom). Filosofi dan hakekat pembnagunan kepaeriwisataan nasional yang

menonjolkan prinsip-prinsip keseimbangan ini, di dalam operasionalisaisnya menekankan

pada aspek keseimbangan antara unsur pemanfaatan sumber daya dan konservasi, di

mana hal ini merupakan jiwa yanag dianut dalam konsep pembangunan yang berkelanjutan

(sustainable development).

Di samping itu peran serta dan keterlibatan masyarakat dalam pengembangan

Kepariwisataan juga merupakan faktor penentu yang secara nyata di wujudkan Melalui

partisipasi masyarakat kepariwisataan nasional adalah pariwisata yang Berasal dari rakyat,

oleh rakyat dan unutuk rakya. Pelibatan masyarakat secara aktif merupakan salah satu

landasan penting keberhasilan pembangunan yang berkelanjutan. Pariwisata Inti Rakyat

merupakan sarana dalam perwujudan pembangunan pariwisata yang berkelanjutan.

Pembangunan kepariwisataan akan berhasil bila destinasi tersebut memiliki keunikan dan

kekhasan yang menjadi modal dasra daya tarik dan meningkatkan daya saing daerah

tersebut.

Page 5: Pedoman Penyusunan Ripda

Salah satu unsur perjalanan wisatawan ke suatu destinasi adalah unutuk melihat

sesuatu yang unik yang belum pernah dilihat atau dirasakan. Dengan demikian destinasi

yang dapat mempertahankan keunikan, kekhasan serta kelokalan dan keaslian daerahnya

akan menjadi penentuan pembangunan pariwisata yang berkelanjutan di daerah tersebut.

2. Sistem Kepariwisataan Nasional

Pengembangan kepariwisataan nasional mengacu pada landasan adil (Nilai-nilai

Agama dan Pancasila) dan landasan konsitusional (UUD 1945, Garis-garis Besar Haluan

dan UU No. 9 Tahun 1990) yang secara Operasional dilaksanakan oleh para pelaku utama

pengembangan kepariwisataan. Para pelaku utama tersebut menggerakan aspek-aspek

ketahanan ideologi,politik,ekonomi,sosial,budaya dan pertahanan keamanan yang secara

dinamis mendukung kepariwisataan nasional.

Pelaku utama yang menggerakan roda pembangunan pariwisata adalah unsur : dunia

usaha, masyarakat (termasuk pers, LSM, akademis) dan pemerintah. namun demikian,

pemerintah lebih berperan sebagai fasilitator, sadangkan usaha pariwisata dan masyarakat

merupakan pelaku-pelaku langsung dan kegiatan pariwisata. Kepariwisataan Nasional yang

dilaksanakan dalam konsepsi tersebut di atas bersifat multi dimensi, interdisipliner dan

partisipatoris dalam sauatu sistem yang untuh dan terpadu. Melalui pembangunan

pariwisata yang dilakukan secara komprehensif dan Intergral dengan memanfaatkan

kekayaan sumber daya alam dan kondisi Geografis Indonesia secara arif, maka akan

tercipta kehidupan bermasyarakat, Berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia,

yang pada akhirnya akan menciptakan ketahanan nasional yang tangguh (Gambar 3 :

Sistem Kepariwisataan Nasional).

Gambar 3 : Sistem Kepariwisataan Nasional

Kondisi yang diharapkan dari aspek-aspek yang memberikan pengaruh dan sekaligus

dipengaruhi oleh pengembangan pariwisata adalah sebagai berikut :

a. Ketahanan ideologi adalah kondisi mental bangsa Indonesia yang berlandaskan

Keyakinan akan kebenaran ideologi Pancasila yang mengandung kemampuan

untuk menggalang dan memelihara persatuan dan kesatua nasional dan

kemampuan untuk menangkal penetrasi ideologi asing serta nilai-nilai yang tidak

sesuai dengan kepribadian bangsa.

b. Ketahanan Politik adalah kondisi kehidupan politik bangsa yang berlandasan

demokrasi yang mengandung kemampuan memelihara stabilitas politik yang sehat

Page 6: Pedoman Penyusunan Ripda

dan dinamis serta kemampuan menerapkan politik luar negeri yang bebas dan

aktif.

c. Ketahanan Ekonomi adalah kondisi kehidupan perekonomian bangsa yang

berlandasan ekonomi kerakyatan, yang mengandung kemampuan memelihara

stabilitas ekonomi,kemampuan daya saing yang tinggi dan mewujudkan

kemakmuran rakyat yang adil dan merata.

d. Ketahanan Sosial Budaya adalah kondisi kehidupan sosial Budaya bangsa yang

dijiwai kepribadian nasional berdasarkan Pancasila, yang mengandung

kemampuan membentuk dan mengembangkan sosial budaya manusia dan

masyarakat Indonesia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha

Esa, rukun, bersatu dalam kehidupan yang serba selaras, serasi,seimbang serta

kemampuan menangkal penetrasi budaya asing yang tidak sesuai dengan

kebudayaan nasional.

e. Ketahanan Pertahanan Keamanan adalah kodisi daya tangkal bangsa yang

dilandasi kesadaran bela negara seluruh rakyat yang mengandung kemampuan

memelihara stabilitas keamanan, mengamankan pembangunan dan hasil-hasilnya,

mempertahankan kedaulatan negara menangkal segala bentuk ancaman.

3. Latar Belakang

Pariwisata dikembangkan di suatu daerah dengan berbagai alasan, namun biasanya

yang menjadi alasan utama adalah untuk menghasilka manfaat ekonomi dari masuknya

devisa bagi daerah, negara, peningkatan pendapatan masyarakat dan pemerintah.

pariwisata juga dapat mendorang proses perlindungan terhadap suatu lingkungan fisik

maupun sosial budaya dari masyarakat setempat, karena hal tersebut merupakan aset yang

dapat dijual kepada wisatawan dan jika ingin berlanjut, maka harus dipertahankan.

Pariwisata selain dapat menghasilkan banyak manfaat bagi daerah, juga dapat

Menimbulkan permasalahan, seperti distrosi terhadap masyarakat lokal, degradasi

Lingkungan, hilangnya identitas dan integritas bangsa, kesalahpahaman. Oleh karena Itu

untuk mengoptimalkan manfaat dan mengurangi berbagai masalah yang ditimbulkan

dengan adanya pengembangan pedoman penyusunan RIPPDA pariwisata, maka

diperlukan perencanaan yang baik dan manajemen pariwisata yang baik. Tujuan pariwisata

akan dapat dicapai dengan efektif jika pembangunan dilakukan dengan perencanaan yang

baik dan terintegrasi dengan pengembangan daerah secara keseluruhan. Secara umum,

perencanaan pariwisata diperlukan karena berbagai alasan,

Page 7: Pedoman Penyusunan Ripda

diantaranya adalah sebagai beriku :

Pariwisata moderen merupakan suatu kegiatan yang relatif baru bagi sebagian

besar daerah, dan umumnya mereka tidak memiliki pengalaman untuk

mengembangkan dengan baik dan tepat. Sebuah rencana induk yang menyeluruh

dan terpadu, dapat memberikan arahan kepada daerah untuk melakukan

langkah-langkah pengembangan ini.

Pariwisata adalah sangat kompleks, multi sektor dan melibatkan berbagai

kegiatan, seperti pertanian, kehutanan, industri, perikanan, komponen rekreasi

dan lain-lain. Perencanaan pariwisata mengorganisasi komponen-komponen

tersebut sehinga dalam pengembangan yang dilakukan dapat terintegrasi

dengan baik, bukan sebagai bagian yang terpisah atau parsial.

Pariwisata akan menimbulkan dampak ekonomi baik secara langsung maupun

tidak langsung sehingga membutuhkan perencanaan yang terintegrasi.

Dengan alasan-alasan di atas, maka perlu disusun suatu pedoman di, dalam penyusunan

rencana induk pengembangan pariwisata yang akan dilakukan di daerah yang dikenal

dengan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) sebagai suatu proses

sistematis dengan tahapan-tahapan tertentu.

4. Tujuan

Tujuan Pedoman Penyusunan Rencana Imduk Pengembangan Pariwisata Daerah

untuk wilayah Kabupaten/Kota terdiri dari 2 bagian, yaitu :

a. Tujuan Umum

Buku pedoman RIPPDA ini dapat digunakan oleh pejabat di daerah sebagai

acuan bagi tersusunnya RIPPDA kabupaten/kota yang akan digunakan sebagai

landasan pengembangan dan pengendalian pembangunan pariwisata yang

berkelanjutan. RIPPDA diharapkan menjadi pedoman yang mempunyai kekuatan

hukum yang menjadi acuan bagi pemberian perijinan pengembangan pariwisata.

b. Tujuan Khusus

Berdasarkan buku Pedoman ini, pemerintah daerah dapat menyusun :

Kerangka acuan Kerja, dan langkah-langkah atau tahapan-tahapan yang Perlu

dilakukan secara sistematis dan terstruktur untuk dapat menghasilkan Suatu

RIPPDA.

Page 8: Pedoman Penyusunan Ripda

5. Pendekatan Perencanaan

Di dalam pengembangan pariwisata, saluran stakeholder yang akan bergerak di

bidang pariwisata perlu memahami isu-isu yang akan menjadi dasar di dalam

pengembangan pariwisata yang akan dilakukan. Sebaiknya sebelum diputuskan

untuk mengembangkan pariwisata, isu-isu tersebut dapat diwajib secara objektif dan

logis, sehinga usaha-usaha pengembangan yang akan dilakukan akan membawa

manfaat yang maksimal bagi wilayah dan masyarakat, serta meminimalkan biaya dan

dampak yang akan terjadi bila dilakukan pengembangan pariwisata. Pemahaman

terhadap isu-isu akan membantu seluruh pihak yang terlibat menetapkan arah

pembangunan kepariwisataan di daerah.

konsep perencanaan pariwisata dilakukan dengan pendekatan yang berkelanjutan,

inkremental, berorientasi sistem, komprehensif, terintegresi dan memperhatikan

lingkungan, dengan fokus untuk pencapaian pembangunan berkelanjutan dan

keterlibatan masyrakat. Penjelasan dari elemen pendekatan perencanaan tersebut

adalah sebagian berikut :

Pendekatan Kontinu, inkremental dan fleksibel - Perencanaan pariwisata

merupakan proses kontinu dengan melakukan penyesuaian berdasarkan hasil

pemantauan dan umpan balik, namun tetap dalam kerangka kerja untuk

menjaga tujuan dan kebijakan dasar dari pengembangan pariwisata

Pendekatan sistem – pariwisata dipandang sabagai sistem yang saling

berkaitan dan harus di rencanakan dengan mamanfaatkan teknik analisis

sistem

Pendekatan kmprehensif – Berkaitan dengan pendekatan sistem, seluruh

aspek dalam pengembangan pariwisata termasuk di dalamnya elemen

kelembagaan, lingkungan dan dampak sosial ekonomi, harus direncanakan

dan dianalisi secara komprehensif

Pendekatan terintegrasi – Berkaitan dengan pendekatan sistem dan

komprehensif, perencanaan pariwisata harus direncanakan dan

dikembangkan sebagai sebuah sistem yang terintegrasi baik untuk pariwisata

sendiri maupun untuk perencanaan secara keseluruhan dan pengembangan

secara total di daerah studi

Pendekatan lingkungan dan pembangunan berkelanjutan – Pariwisata

hendaknya direncanakan dengan baik dengan tidak mengabaikan dan

merusak kondisi lingkungan fisik dan sosial budaya, lingkungan fisik dan

sosial-budaya hendaknya dijaga sebagai sumber daya permanen untuk

pemanfaatan di masa depan, oleh karena itu hendaknya perencanaan

melakukan analisis daya dukung.

Page 9: Pedoman Penyusunan Ripda

Pendekatan masyarakat – Adanya keterlibatan maksimum dari masyarakat

lokal dalam prpses perencanaan dan pengambilan keputusan sehingga

pengembangan yang dilakukan dapat diterima dan dapat menghasilkan

manfaat sosial ekonomik

Pendekatan implementasi – Kebijaka, rencana dan rencana dan

rekomendasi pengembangan pariwisata diformulasikan sehingga bersifat

realistik dan dapat diimplementasikan dengan memanfaatkan teknik-teknik

emplementasi

Pendekatan proses perencanaan sistemik – Proses perencanaan bersifat

sistematika dengan tahapan yang logis dari setiap aktivitas.

6. Kedudukan RIPPD Kabupaten/kota

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah Kabupaten/Kota merupakan

pakan perencanaan pariwisata daerah pada tingkatan sub-DTW. Dalam proses

penyusunannya RIPPDA kabupaten/kota, mengacu pada dokumen rencana yang

berada pada hirarki yang lebih tinggi, yaitu RIPPDA propinsi (kalau sudah tersedia).

Selain itu sebagai bagian pengembangan salah satu sektor di daerah, maka

penyusunan dokumen ini mengacu pula pada rencana tata ruang wilayah

kabupaten/kota. Diharapkan dengan memperhatikan hirarki tersebut, pengembangan

pariwisata yang dilakukan di suatu daerah dapat merupakan suatu pengembangan

pariwisata yang dilakukan di suatu daerah dapat merupakan suatu pengembangan

yang terintegrasi baik secara vertikal maupun horisontal. Hirarki dari perencanaan

pembangunan kepariwisataan ini dapat dilihat pada gambar 4 : Hirarkhi Perencanaan

Pembangunan Kepariwisataan dan Penataan Ruang.

Page 10: Pedoman Penyusunan Ripda

Bab II

Persiapan Penyusuan

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata

Daerah (RIPPDA) Kabupaten/ Kota

1. Kriteria

a. Penyusunan RIPPDA kabupaten /kota merupakan kegiatan di dalam proses

perencanaan sektoral di dalam ruang wilayah kabupaten/kota yang:

1. Berazaskan:

Fungsi dan peranan sector pariwisata terhadap pengembangan

wilayah

Kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup

Tidak bertantangan dengan agama, adat-istiadat, dan social budaya

masyarakat

Harmonis dengan pembangunan sector-sektor lain di dalam wilayah

dan berdayaguna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang dan

berkelanjutan

2. Bertujuan Untuk :

Mewujudkan rencana pengembangan pariwisata yang berkualitas,

serasi dan optimal, sesuai dengan kebijakan pembangunan daerah

Mewujudkan kesesuaian antara kebutuhan pembangunan dan

kemampuan daya dukung lingkungan, melalui pemanfaatan dan

pengelolaan sumber daya alam, simber daya buatan.

Meningkatkan kualitas sumber daya manusia

Mencapai keseimbangan pembangunan antara sector dan antar

wilayah

Mewujudkan pembangunan berkelanjutan dan meningkatkan

kesejahteraan masyarakat.

b. Perencanaan pengembangan pariwisata daerah kabupaten/kota di dasarkan

kepada pendekatan kewilayahan, pendekatan pengembangan produk wisata dan

pendekatan pasar, di masa keseluruhan unsure-unsur pembentuk

kepariwisataan terintegrasi membentuk suatu kesatuan di dalam suatu system

wilayah

Page 11: Pedoman Penyusunan Ripda

Perencanaan pariwisata melalui pendekatan wilayah adalah suatu upaya

perencanaan agar interaksi mahluk hidup/ manusia dengan lingkungannya dapat

berjalan serasi, selaras, dan seimbang menghasilkan kinerja pariwisata yang

lebih baik sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, kelestarian

lingkungan dan pengembangan budaya masyarakat.,

c. Penyusunan RIPPDA kabupaten/kota harus dilakukan dengan tetap

memperhatikan hubungan keterkaitan fungsional di antara RIPPDA, baik vertical

maupun horizontal serta harus di jaga konsistensi perencanaannya.

1. Keterkaitan Fungsional

Mewujudkan keterpaduan, keterkaitan dan keseimbangan perkembangan

antara wilayah satu dengan wilayah lainnya yang berdekatan.

2. Konsistensi Perencanaan

RIPPDA pada jenjang tentu bersifat menjabarkan/merinci RIPPDA pada

jenjang di atasnya, serta memberikan arahan/acuan kepada rencana jenjang

di bawahnya. Di samping itu RIPPDA tersebut harus selaras dengan

Rencana Tata Ruang pada jenjang yang sama.

d. Aspek teknik sektoral, aspek teknik ruang dan aspek kebijakan pemanfaatan

ruang perlu diperhatikan dalam penyusunan RIPPDA

1. Aspek Teknik Sektoral

Dalam melakukan analisis di butuhkan standar-standar dan criteria teknik

sektoral serta analisis aspek-aspek yang berkaitan dengan keparwisataan,

seperti aspek pasar, dan aspek produk wisata.

2. Aspek Teknik Ruang

Dalam perumusan kebijakan dan strategi pembangunan pengembanagn

pariwisata hendaknya memperhatikan kebijkaan pembangunan wilayah dan

kebijakan sector lain yang terkait.

e. RIPPDA kabupaten/kota sekurang-kurangnya memperhatikan antara lain:

1. Kepentingan nasional dan daerah

2. Arah dan kebijakan pengembangan pariwisata tingkat nasional dan propinsi

3. Arah dan kebijakan penataan ruang wilayah tingkat nasional dan propinsi

4. Pokok permasalahan daerah (kabupaten/kota) dan mengutamakan

kepentingan kesejahteraan masyarakat dan kelestarian lingkungan

5. Keselarasan dengan aspirasi masyarakat

6. Persediaan dan peruntukan tanah, air, dan sumber daya alam lainnya

7. Daya dukung dan daya tampung lingkungan

8. RIPPDA daerah/kabupaten lainnya yang berbatasan

Page 12: Pedoman Penyusunan Ripda

2. Tahapan Penyususnan

Penyusunan RIPPDA kabupaten/kota diselenggarakan melalui tahapan kegiatan

sebagai berikut :

a. Persiapan penyusunan

b. Pelaksanaan penyusunan

c. Pembahasan rancangan

d. Penetapan RIPPDA

a. Pesiapan Penyusunan

Kegiatan persiapan kegiatan penyusunan terdiri dari :

1. Persiapan penganggaran berisi perumusan mengenai :

Sumber dana

Pemrakarsa

Penanggung jawab dan pelaksanaan kegiatan

Program kerja dan jadwal kegiatan

2. Persiapan teknik yaitu penyusunan kerangka acuan kerja yang meliputi :

Latar belakang

Tujuan studi

Lingkup pekerjaan

Metodologi

Perumusan substansi

Proses dan produk rencana

b. Pelaksanaan Penyusunan

Kegiatan pelaksanaan penyusunan meliputi :

1. Pengumpulan serta pengelolaan data/informasi

2. Analisis yang terdiri dari :

a. Analisis kondisi eksisting terhadap aspek-aspek :

Kewilayahan

Produk pariwisata

Pasar

Daya dukung lingkungan

Investasi

Klembagaan

b. Analisis pengembangan

Proyeksi kunjungan wisatawan

Kebutuhan sarana dan prasarana penunjang

Perkiraan kapasitas/kemampuan pengembangan

Page 13: Pedoman Penyusunan Ripda

3. Perumusan sasaran pengembangan

4. Perumusan rencana pengembangan, yang terdiri dari :

a. Kebijakan pengembangan

b. Strategi dan langkah pengembangan :

Struktur ruang

Produk

Pasar

Investasi

Pengelolaan lingkungan

SDM

Kelembagaan.

c. Indikasi program pengembangan meliputi :

Program utam (program-program kepariwisataan)

Program penunjang (program sector lain)

Indikasi program dijabarkan untuk kerangka waktu 1-5 Tahun

c. Pembahasan Rancangan RIPPDA dan Rancangan Peraturan Daerah

Kegiatan ini meliputi :

1. Pembahasan rencana RIPPDA termasuk laporan pendahuluan, laporan

kemajuan dan konsep rancangan RIPPDA

2. Penyempurnaan rancangan RIPPDA dan penyusunan rancangan

peraturan daerah

3. Pembahasan materi RIPPDA dan rancangan peraturan daerah

d. Penetapan RIPPDA dan Pengesahan RIPPDA

Kegiatan ini meliputi :

1. Penetapan RIPPDA setelah diperoleh pertimbangan teknis, pertimbangan

kelembagaan dan penyempurnaan

2. Pengesahan peraturan daerah tentang RIPPDA kabupaten/kota oleh

yang berwenang

3. Persiapan Penyusunan

Pada tahapan ini keputusan untuk melaksanakan studi penyusunan RIPPDA

kabupaten/kota sepenuhnya berada di tangan pemerintah daerah kabupaten/kota.

Keputusan untuk melakukang pengembanagan dilakukan melalui konsultasi dengan

pihak legislative, swasta dan masyarakat melalui proses kelembagaan yang ada

Page 14: Pedoman Penyusunan Ripda

Jika dalam pertemuan tersebut terdapat berbagai sanggahan atau keberatan untuk

melakukan pengembanagan pariwisata maka Pemerintah Daerah perlu melakukan

analisis pendahuluan kelayakan pengembangan pariwisata untuk mengidentifikasi

manfaat dan biaya yang di timbukan akibat pengembangan pariwisata di daerahnya

Bila hasil analisis dan kebijakan makro pembangunan daerah menujukan bahwa

pariwisata layak untuk dikembangakan maka keputusan untuk menyusun RIPPDA

kabupaten/kota dapat dilanjutkan dengan menyusun Kerangka Acuan Kerja (KAK)

a. Kerangka Acuan Kerja (KAK)/Terms of Reference(TOR)

KAK/TOR ini pada dasarnya berisikan uraian mengenai ouput atau hasil akhir

dari pekerjaan RIPPDA yang di harapkan dan dicantumkan dengan jelas dengan

disertai rekomendasi-rekomendasi yang diperlukan. Rekomendasi tersebut

nantinya perlu didukung dengan kerangka waktu yang jelas untuk

mengindikasikan kapan rencana dan target dari sebuah rekomendasi dapat

terealisasikan

Selain itu dalam KAK/TOR juga di tetapkan jangka waktu perencanaan biasanya

meliputi perencanaan jangka panjang yang memiliki priode 5 tahun ke depan,

serta rekomendasi program implementasi tahunan dalam 5 tahun.

Namun untuk perencanaan jangka panjang akan sulit diperkirakan karena sifat

pariwisata yang sangat dinamis dan mudah dipengeruhi oleh berbagai factor-

faktor luar yang mudah berubah dan sulit untuk diprediksi sehingga danal

KAK/TOR perlu ditetapkan bahwa rencana yang dihasilkan haruslah fleksibel

untuk mengantisipasi perubahan yang terjadi

Selanjutnya secara rinci TOR memuat :

1. Latar belakang yang berisikan antara lain :

Perlunya disusun RIPPDA

Isu-isu pengembangan pariwisata di daerah

Penjelasan singkat perkembangan sector pariwisata internal dalam

lingkup kabupaten/kota dan perkembangan sector pariwisata di

Propinsi:

2. Tujuan terdiri atas :

Tujuan umum yang berisikan tujuan pengembagan pariwista di daerah

dikaitkan dengan pengembangan wilayah kabupaten/kota secara

keseluruhan, visi dan misi daerah.

Tujuan khusus berisikan apa yang ingin dicapai dengan dilakukan

penyusunan RIPPDa kabupaten/kota ini.yang ingin dicapai baik

secara kualitatif maupun kuantitatif

Page 15: Pedoman Penyusunan Ripda

3. Sasaran kegiatan : memberikan gambaran hal-hal yang lebih rinci mengenai

apa

4. Lingkup pekerjaan : memberikan gambaran kegiatan-kegiatan yang harus

dilakukan dalam rangka pelaksanaan penyusunan RIPPDA: selanjutnya juga

di jelaskan mengenai lingkup wilayah studi dan jangka waktu perencanaan

5. Keluaran pekerjaan yang berisikan materi-materi yang harus terdapat dan

diuraikan di dalam RIPPDA.

6. Tenaga Ahli yang berisikan tenaga ahli minimal yang diperlukan di dalam

penyusunan RIPPDA. Beserta uraian tugasnya serta disesuaikan dengan

karakteristik wilayah perencanaan. Tenaga ahli yang harus ada dalam tim

penyusun RIPPDA kabupaten/kota ada minimal adalah :

Ahli Perencanan Pariwisata

Ahli Pemasaran Pariwisata

Ahli Perencanaan Wilayah

Ahli Sosial Budaya dan Pengembangan Masyarakat

Ahli Ekonomi

Ahli Lingkungan

Ahli Arsitektur/Lansekap

Ahli Transportasi

Ahli Pengelolaan Sumber Daya Alam (misalnya : kelautan, kehutanan,

gua dan lain-lain). Sesuai dengan karakteristik dan potensi daerah

Ahli Antropologi

Dan tenaga prifesional lainnya yang berpengalaman/bergerak secara

langsung di bidang pengembangan produk pariwisata

7. Jadwal waktu pelaksanaan

8. Sistem Pelaporan

Pelaporan terdiri dari 4 tahap yaitu :

1. Laporan Pendahuluan

Laporan Pendahuluan merupakan laporan yang berisikan :

Penjabaran atas Kerangka Acuan yang telah diberikan

Pendekatan Perencanaan

Metodologi atau kerangka umum pelaksanaan pekerjaan

Rencana kerja yang akan dilakukan

Di dalam laporan Pendahuluan juga telah dilampirkan kuesioner serta

daftar yang akan dikumpul.

Page 16: Pedoman Penyusunan Ripda

Laporan Pendahuluan diserahkan paling lambat 30 hari kerja setelah

dilakukan. Laporan Pendahuluan ini kemudian di bahas dalam Rapat Tim

Pengarah ( Steering Committee) guna mendapat masukan

Hasil dari rapat dituangkan di dalam Notulen Rapat yang kemudian

ditandatagani oleh pihak pemberi karena kena dan pelaksana Pekerjaan,

dan merupakan dokumen kesepakatan untuk melanjutkan pekerjaan.

2. Laporan Kemajuan

Laporan kemajuan secara umum berisikan temuan awal dari hasil

kunjungan lapangan dan kajian mengenai aspek-aspek kebijakan daerah,

potensi kepariwisataan daerah, dan aspek-aspek terkait lainnya. Di dalam

laporan kemajuan ini telah dapat digambarkan isu-isu, potensi dan

kendala pengemvbangan pariwisata di daerah perencanaan. Lebih jauh

lagi dalam laporan ini telah dapat dituangkan rumusan sasaran

pembangunan kepariwisataan daerah.

Laporan Kemajuan dibahas dalam Rapat Tim Pengarah ( Steering

Committee) guna mendapat masukan hasil dari rapat tersebut dituangkan

dalam notulen rapat yang kemudian ditandatangani oleh pihak pemberi

kerja dan pihak pelaksana pekerjaan dan merupakan dokumen

kesepakatan unruk melanjutkan pekerjaan

3. Rancangan Laporan Akhir

Rancangan Laporan Akhir (Draf Final Report) berisi rumusan awal

rencana pengembangan pariwisata daerah yang memuat rumusan

kebijakan, strategi dan program pengembangan. Laporan ini telah

dilengkapi dengan peta-peta rencana serta gambar-gambar yang relevan

dengan kepentingan perencanaan

4. Lapran Akhir

Laporan akhir berisi rumusan rencana (kebijakan,strategi, dan indikasi

program pengembangan) sebagaimana tertuang dalam rencana Laporan

Akhir yang telah diperbaiki sebagaimana telah disepakati bersama di

dalam Notulen Rapat sebelumnya

Page 17: Pedoman Penyusunan Ripda

b. Pembentukan Tim Pengarah/Steering Committee

Mengigat bahwa pengembvangan pariwisata daerah merupakan suatu

keputusan bersama antara pihak pemerintah, swasta dan masyarakat. Maka di

dalam pekerjaan penyususnan RIPPDA ini perlu di bentuk Tim Pengarah yang

melibatkan berbagai pihak terkait dari masing-masing unsur tersebut. Tim

Pengarah ini berperan memberikan berbagai masukan kepada pihak pelaksana

kebijakan agar RIPPDA tesebut tetap sejalan dengan tujuan pengembangan

pariwisata daerah.

Page 18: Pedoman Penyusunan Ripda

Bab III

Tahapan dan Langkah Penyusunan

(RIPPDA) Kabupaten/Kota

Tahapan-tahapan dan lingkup kegiatan di dalam pelaksanaan penyusunan

RIPPDA kabupaten/kota meliputi :

1. Pengumpulan data/survey.

2. Analisis.

3. Perumusan sasaran pengembangan pariwisata.

4. Perumusan rencana pengembangan pariwisata : kebijakan pengembangan,

strategi pengembangan dan indikasi program.

1. Pengumpulan Data/survey

Tahapan pengumpulan data/survey dalam proses perencanaan ini meliputi

pengumpulan data, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif terhadap

aspek-aspek yang berhubungan dengan pariwisata dan wilayah. Data yang

dikumpulkan meliputi : data sekunder (instansional), primer (wawancara dan

kuesioner), serta pengamatan langsung di lapangan sebagai dasar untuk

memahami kodisi wilayah perencanaan.

Survei terhadap aspek-aspek tersebut perlu dikelola dengan baik sehingga

Proses yang dilakukan dapat efektif dan efisien. Tahapan ini dilakukan Dengan

melakukan survey lapangan terhadap :

Objek dan daya tarik wisata

Fasilitas wisata

Pelayanan

Transportasi

Infrastruktur, dan lain-lain :

Dan melakukan diskusi dengan pemerintah, swasta dan tokoh masyarakat.

Pada tahapan ini sangat mugkin diperoleh gagasan-gagasan baru untuk

Pengembangan pariwisata dari berbagai pihak yang dapat dianalisis untuk

Dijadikan rekomendasi pada akhir studi.

Di samping survey untuk mengumpulkan data informasi dari lapangan Secara

umum, survey khusus untuk melihat aspek pasar perlu dilakukan, Survey ini

dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada para wisatawan, maupun

usaha perjalanan, untuk mengidentifikasi karakteristik demografi maupun

perjalanan wisatawan, yang meliputi komponen :

Page 19: Pedoman Penyusunan Ripda

Pola pengeluaran

Demografi wisatawan

Maksud kunjungan

Kegiatan wisata yang dilakukan

Sikap serta

Tingkat keputusan terhadap masing-masing komponen pariwisata yang

mereka beli.

a. Kegiatan Mengumpulkan Data

Kegiatan pengumpulan data terdiri dari 3 (tiga) komponen yaitu :

1. Persiapan Survei

Kegiatan ini meliputi :

Studi keputusan untuk mendapatkan gambaran keadaan wilayah

perencanaan masa lalu dan sekarang

Menyiapkan metode dan jadwal survei, kuesioner/daftar isian,

daftar peta, daftar peralatan : serta menyiapkan administrasi, peta,

peralatan dan tenaga yang diperlukan.

2. Pelaksanaan survei

Kegiatan pelaksanaan survei meliputi survei instansional terkait

(pemerintah dan swasta) untuk mendapatkan data tertulis atau Peta serta

survei lapangan untuk memperoleh informasi dengan Cara pengamatan,

pengumpulan dan wawancara dengan pihak Industri pariwisata (hotel, biro

perjalanan, objek wisata), dan Wisatawan (mancanegara/nusantara), serta

masyarakat dan tokoh-tokoh masyarakat.

3. Kompilasi Awal

Kegiatan ini meliputi :

Seleksi dan pengelompokan data sesuai kebutuhan analisis

Mengubah bentuk data ke dalam peta, tabel, diagram, grafik,

gambar dan uraian,sesuai dengan tujuan analisis, yang dihmpun

dalam suatu dokumen kompilasi

b. Jenis dan Tingkat Kedalaman Data

Data yang dimaksud meliputi data yang berhubungan dengan wilayah

Perencanaan dan diluar wilayah perencanaan yang merupakan wilayah

Pengaruh dari wilayah perencanaan yang bersangkutan. Sesuatu

Pengamatan untuk RIPPDA Kabupaten/Kota adalah sampai dengan

Tingkat kecamatan.

Data yang dikumpulkan disesuaikan dengan kebutuhan analisis yang

Akan digunakan yang dapat dekelompokan ke dalam aspek-aspek :

Page 20: Pedoman Penyusunan Ripda

1. Kebijakan pembangunan, investasi, arah pembangunan dan

pengembangan wilayah yang berkaitan dengan wilayah

perencanaan dan wilayah yang lebih luas (propinsi,kebijakan untuk

kawasan khusus misalnya kapet, kawasan berikat, kawasan

otorita) serta fungsi dan peran wilayah perencanaan dalam lingkup

regional dan nasional.

2. Karakteristik daerah yang meliputi :

Ekonomi wilayah

Kondisi sektor-sektor perekonomian

SDM dan kependudukan

Sosial kemasyarakatan

Kondisi alam/fisik lingkungan

Sumber daya alam

Sumber daya buatan

Di wilayah perencanaan.

3. Sediaan Produk wisata yang meliputi :

Obyek dan daya tarik wisata (alam,budaya,minat khusus)

Event-event

Sarana pariwisata (akomodasi, biro perjalanan/agen

perjalanan,restoran)

Paket-paket perjalanan yang ada.

Di samping itu perlu pula diinvestarisasi ketersediaan sarana dan

prasaranan pendukung/penunjang kepariwisataan, seperti :

Transportasi

Perbankan dan tempat penukaran uang

Fasilitas hiburan dan olah raga

Rumah sakit

Pos dan telekomunikasi

Ketersediaan air bersih

4. Sisis pasar berupa kunjungan wisatawan mancanegara, dan

wisatawan nusantara yang meliputi :

Pola perjalanan ekstrnal dan internal

Karakteristik wisatawan (asal,usia,jenis kelamin,maksud

kunjungan,obyek yang di kunjungi

Dan lain-lain

Data yang dihimpun hendaknya bersifat time-series.

2. Analisis

RIPPDA membutuhkan serangkaian analisi untuk memahami karakteristik

wilayah, karakteristik sediaan produk wisata, dan karakteristik pasar dan

komponen lainnya yang mempengaruhi pengembangan pariwisata di suatu

wilayah. Untuk itu analisis dilakukan sekurang-kurangnya untuk :

Page 21: Pedoman Penyusunan Ripda

a. Meliputi keadaan masa kini, meliputi penelitian keadaan :

Perkembangan pasar (kunjungan wisatawan mancanegara dan nusantara)

Perkembangan sediaan produk wisata (obyek wisata, akomodasi, biro

perjalanan/agen perjalanan, hotel/restoran)

Karakteristik wilayah dan ketersediaan antara wilayah perencanaan

dengan wilayah yang lebih luas, keadaan masyarakat, kegiatan usaha,

lingkungan dan modal pada masa kini, sehingga dapat memberikan

gambaran potensi, dan pemasalahan pembangunan wilayah dan

kepariwisataan di wilayah perencanaan.

b. Menilai kecendrungan perkembangan meliputi penelitian perkembangan :

1. Kunjungan wisatawan (mancanegara dan nusantara)

2. Perkembangan :

Sediaan produk wisata

Kegiatan usaha

Sumber daya alam

Investasi

Lingkungan

Pada masa lalu sampai masa kini, sehingga dapata memberikan

gambaran kemungkinan keadaan wilayah perencanaan pada masa yang

akan datang.

c. Menghitung kapasitas pengembangan, yang meliputi penghitungan :

Kemampuan modal

Lingkungan

Sumber daya alam

Kegiatan usaha

Sumber daya buatan dan masyarakat

Yang dapat dikembangkan sehingga dapat memberikan gambaran

kemampuan pengembangan wilayah perencanaan.

d. Memperkirakan kebutuhan masa yang akan datang meliputi perkiraan

kebutuhan ketersediaan sarana dan prasaranan pariwisata dan

perkembangan kegiata usaha yang akan datang akibat dari kunjungan

wisatawa yang dipoyeksikan akan datang.

e. Memperkirakan arah perkembangan masa yang akan datang meliputi

perkiraan kemungkinan-kemungkinan perkembangan fisik, sosial dan

ekonomi, arah perkembangan jenis wisata yang akan dikembangkan sesuai

dengan kondisi dan kemampuan wilayah perencanaan sehingga dapat

membuka peluang-peluang pembangunan.

Aspek-aspek yang dianalisis meliputi :

a. Analisi Kebijakan Pembangunan

Analisis kebijakan pembangunan,dilakukan terutama untuk menemukan

tujuan/sasaran peembangunan berupa target-target pembangunan

antara lain :

Pertumbuhan ekonomi

Struktur ekonomi

Page 22: Pedoman Penyusunan Ripda

Perkembangan sektor

Arahan pengembangan tata ruang wilayah

b. Analisis kewilayahan

Analisis wilayah termasuk di dalamnya mengenai :

Kependudukan

Daya dukung lingkungan

Ekonomi wilayah

Geografi

Kesempatan.

Analisis ini termasuk untuk mengetahui potensi wilayah untuk mendukung

pengembangan pariwisata, sperti :

Kesempatan kerja.

Potensi sumber daya manusia.

Adat istiadat.

Daya dukung alam.

Kesesuaian lahan.

Kemampuan sektor-sektor dan dukungan sektor terhadap

pengembangan sektor pariwisata.

c. Analisis Sisi sediaan

Analisis sisi sediaan (suppy side) terutama untuk menemukan potensi dan

permasalahan daya tarik wisata serta kesiapaan sarana penunjang

pengembangan yang ada di wilayah perencanaan.

Analisis sisi sediaan meliputi kajian terhadap aspek :

1. Potensi obyek dan daya tarik wisata (yang berbasis pada alam serta

buatan manusia, dan daya budaya)

2. Sarana kepariwisataan (akomodasi, restoran, bio/agen perjalana,

angkutan wisata, sarana MICE)

3. Transportasi (darat, laut dan udara) yang memberkan gambaran

aksesibilitas ke, di dalam dan dari wilayah perencanaan

4. Paket-paket perjalanan wisata.

5. Prasarana penunjang lainnya, sperti ketersedian air bersih, listrik, rumah

sakit, kantor pos, sarana telekomunikasi, bank/money changer, dan lain-

lain

Di samping itu di dalam analisis sediaan juga telah dilakukan penghitungan

terhadap kebutuhan lahan, kebutuhan fasilitas dan infrastruktur, proyeksi

akomodasi dan kebutuhan lahan, kebutuhan moda transportasi dan lainnya.

d. Analisis Pasaran dan Proyeksi Wisatawan

Analisis pasar dimaksudkan untuk menemukan potensi dan karakteristik calon

pasar bagi wilayah perencanaan antara lain dari segi kuantitatif (jumlah

wisatawan yang ingin diraih) dan kunantitatif yang meliputi asal wisatawan,

lama tinggal, karakteristik wisatawan. Analisis pasar ini akan menentukan arah

Page 23: Pedoman Penyusunan Ripda

pengembangan atraksi dan produk wisata yang akan dikembangkan,

kebutuhan sarana transportasi serta kebutuhan akomodasi.

Analisis pasar ke wilayah perencanaan harus meperhatika : pola kunjungan

wisatawan (mancanegara dan domestik) ke wilayah yang lebih luas (lingkup

propinsi, atau wilayah tujuan wisata yang lebih luas). Mengingat wilayah

perencanaan adalah tingkat kebupaten/kota, analisi kunjungan wisatawan

harus dilakukan lebih detail. Metode survey langsung/wawancara dengan

wisatawan merupakan hal yang sangat penting untuk mengetahui karakteristik

wisatawan yang melakukan perjalanan di tingkat kabupaten/kota.

Analisis ini merupakan masukan penting dalam perencanaan obyek dan daya

tarik wisata, penentuan pengembangan fasilitas pariwisata, pelayanan,

transportasi dan prasaranan pendukung lainnya. Selain itu analisis pasar juga

merupakan dasar untuk merumuskan strategi pemasaran dan program

promosi.

Fokus utama dalam analisis pasar adalah sebagai masukan dalam persiapan

perencanaan pariwisata.namun, karena perkembangan pariwisata secara

umum, produk wisata dan daya saing dari sektor ini mengalami perubahan

yang sangat cepat, maka analisis pasar secara terpisah dan kontinyu dapat

merupakan suatu elemen penting dalam pengembangan pariwisata di suatu

daerah.

Dalam proses penyusunan RIPPDA kabupaten/kota, analisis pasar tindak

dilakukan secara mendalam,namun, lebih bersifat umum mengingat bahwa

kunjungan wisatawan tidak dapat dibatasi oleh batasan administrasi tetap

merupakan suatu bagian yang terintegrasi dengan wilayah-wilayah di

sekitarnya. Trend kunjungan serta pola perjalanan wisatawan ke suatu

propinsi menjadi acuan di dalam melakukan analisis pasar pada tingkat

kabupaten/kota. Proyeksi wisatawan di lakukan untuk kerangka waktu 15

tahun, serta untuk 5 tahun pertama dirinci pertahun.

3. Perumusan Sasaran Pembangunan Pariwisata Daerah

Setelah melakukan analisis, perlu dirumuskan sasaran pengembangan

pariwisata sesuai dengan kapasitas daya dukung dan sumber daya yang

tersedia di wilayah perencanaan. Sasaran pembangunan ini akan menjadi

‘’bench marking’’ (tolak ukur) yang memberikan gambaran apakah

pembangunan pariwisata yang dilakukan telah sesuai dengan rencana yang

diuraikan dalam RIPPDA. Sasaran pembangunan pariwisata daerah

ditetapkan untuk jangka waktu tertent, yang terdiri dari :

a. Sasaran Jangka Panjang

Sasaran ini adalah untuk jangka waktu 15 tahun. Sasaran jangka panjang

ini dibagi atas 3 periode 5 tahunan. Pariwisata merupakan sektor yang

sangat dinamis, yang kondisinya sangat dipengaruhi oleh fakto-faktor

situasi ekonomi,politik, pola liburan, kecendrungan/trend pasar, dan

Page 24: Pedoman Penyusunan Ripda

lain-lain yang kadang kala sulit untuk diprediksi. Namun, demikian,

destinasi/daerah tujuan wisata harus dapat menentapkan sasaran

pembangunan jangka panjang yang digunakan sebagai tolak ukur

pembangunan. Dalam oprasionalisasinya, sasara jangka panjang

15 tahun ini kemudian dibagi menjadi 3 periode 5 tahunan untuk

mengantisipasi perubahan-perubahan yang mungkin terjadi selama

jangka waktu tersebut.

b. Sasaran jangka pendek

Sasaran jangka pendek merupakan sasaran tahunan untuk setiap periode

5 tahunan. Sasaran jangka pendek ini dirumuskan sebagai tolak ukur bagi

pencapaian program-program yang akan dilakukan.

Rumusan sasaran pembangunan pariwisata meliputi :

1) Sasaran Jumlah Kunjungan Wisatawan

Dari hasil proyeksi wisatawan ditetapkan sasaran jumlah wisatawan

(baik wisma maupun wisnus) yang akan diraih oleh daerah yang telah

disesuaikan dengan kapasitas pengembangan rumusan sasaran ini

bersifat kuantitatif.

2) Sasaran Ekonomi

Sasaran ekonomi yang dimaksudkan adalah manfaat ekonomi

Yang diperoleh dari pengembangan pariwisata, yang meliputi jumlah

tenaga kerja yang diharapkan akan terserap di sektor pariwisata,

pendapatan daerah,. Kesempatan barusaha masyarakat di bidang

pariwisata (langsung dan tak langsung). Rumusan sasaran ini bersifat

kuantitatif.

3) Sasaran Sosial Budaya

Pengembangan pariwisata daerah juga hendaknya telah dapat

Merumuskan sasaran yang berkaitan dengan aspek sosial budaya,

Seperti : meningkatkanya apresiasi masyarakat terhadap budaya

lokal/tradisional, tergalinya aspek-aspek budaya tradisional atau

keunikan budaya lokal (cerita rakyat, tradisi masyarakat, dan lain-lain)

Yang kesemuanya akan mendorong pelestarian nilai-nilai budaya

tradisional, dan memelihara kepribadian bangsa. Sasaran ini bersifat

kualitatif dan normatif.

4. Perumusan Rencana Pengembangan

Perumusan rencana pengembangan terdiri dari :

a. Kebijakan pengembangan.

b. Strategi dan langkah pengembangan.

c. Indikasi program pengembangan.

Page 25: Pedoman Penyusunan Ripda

Rumusan rencana pengembangan merupakan hasil dari analisis terhadap

sisi sediaan, sisi permintaan (pasar) dan aspek-aspek kewilayahan.

A. Pertimbangan-Pertimbangan dalam Perumusan Rencana

Pengembangan

Rencana pengembangan pariwisata dapat memiliki berbagai bentuk,

Bergantung pada sasaran pengembangan pariwisata yang akan

Dicapai, sember daya yang dimiliki, serta kebijakan daerah yang dianut.

Beberapa aspek yang dipertimbangkan di dalam penentuan kebijakan

Pengembangan adalah :

1. Peran Pemerintah Daerah

Keputusan kebijakan dasar sangat bergantung pada asumsi peran

yang akan diambil oleh pemerintah. Pemerintah daerah dapat berlaku

aktif, pasif atau diantara keduanya. Peran tersebut tercermin di dalam

kebijakan, strategi dan program pengembangan yang akan dilakukan

dalam rangka pengembangan pariwisata.

Keterlibatan pemerintah secara aktif adalah jika pemerintah daerah

melakukan pengembangan secara khusus dengan manentukan

Tujuan tertentu, menyediakan dana khusus untuk melakukan poromosi

Pariwisata, memberikan pelatihan yang berkaitan dengan pariwisata

Secara intinsif, memberikan insentif bagi investasi di bidang pariwisata,

Pembuatan peraturan, peningkatan pelayanan di sektor transportasi,

penyediaan pusat informasi pariwisata. Di samping itu pemerintah daerah

juga melakukan investasi untuk pengembangan obyek wisata, dan

pengembangan fasilitas pariwisata lainnya.

Setiap daerah yang menginginkan pariwisatanya berkembang,maka

Pemerintah daerah dituntut untuk berperan secara aktif dalam

Mengadopsi kebijakan pariwisata, membuat rencana, membuat peraturan

Daerah, mengembangkan prasarana dan akses.

2. Perlindungan Lingkungan, konservasi budaya dan Pengembanga

Berkelanjutan

Penerapan konsep kontemporer dari pengembangan pariwisata,

umumnya akan menghasilkan kebijakan pengembangan pariwisata

yang dapat menjaga kualitas lingkungan fisik. Selain itu dengan

konsep ini lokasi-lokasi arkeologi dan bersejarah dilindungi, dari dampak

negatif terhadap sosial budaya masyarakat dapat diminimalkan, sehingaga

pola budaya yang dimiliki daerah sebagai salah satu daya tarik dapat

dijaga.

Pengembangan pariwisata yang berwawasan lingkungan merupakan

Konsep yang memberikan perhatian khusus terhadap kelestarian alam,

Page 26: Pedoman Penyusunan Ripda

Kelestarian dan pengembangan budaya serta, keikutsertaan masyarakat

Lokal dalam pengembangan pariwisata, di mana hal ini akan menjadikan

pengembangan pariwisata di daerah perencanaan berkelanjutan dan

memberikan manfaat yang lebih besar terhadap pembangunan

masyarakat di wilayah.

3. Tingkat/kKecepatan Pertumbuhan Pariwisata

Tingkat/kecepatan pertumbuhan pariwisata dapat berupa tingkat

Pertumbuhan rendah, sedang atau tinggi. Hal ini harus dipertmbangkan

Di dalam penentuan kebijakan.tiap-tiap daerah memiliki alasan-alasan

Tertentu dalam menentukan tingkat pertumbuhan, hal ini tergantung pada

tingkat kesiapan serta kondisi daerah masing-masing. Beberapa faktor

yang perlu dipertimbangkan di dalam penetapan tingkat pertumbuhan

pariwisata :

Sosial budaya : kesiapan serta tingkat penerimaan masyarakat lokal

untuk melakukan penyesuaian terhadap perkembangan pariwisata.

Pengembangan untuk menyeimbangkan pembangunan prasarana

dengan tingkat permintaan yang ada akibat ketersediaan dana

pemerintah yang masih terbatas.

Pengembangan untuk menyeimbangkan pembangunan prasarana

dengan tingkat permintaan yang ada akibat ketersediaan dana

pemerintah yang masih terbatas.

Perencanaan sumber daya manusia, yaitu memberikan kesempatan

waktu kepada tenaga kerja yang ada di daerah untuk dilatih sehingan

dapat bekerja di bidang pariwisata secara profesional.

Ekonomi dan proses integrasi berbagai sektor yang akan

dikembangkan sehingga tidak menimbulkan gangguan terhadap

pembangunan yang dilakukan.

4. Jangka Waktu Penyusunan Rencana

Secara umum RIPPDA kabupaten/kota mempunyai rentang waktu 10

tahun, dimana jika diperlukan dapat dilakukan penyesuaian terhadap

sasaran dan strategi pengembangan tiap 5 tahun sesuai dengan

perubahan situasi dan kondisi di daerah.

Perumusan kebijakan pengembangan pariwisata, disusun untuk

jangka panjang 10 tahun. RIPPDA harus dapat merumuskan kebijakan

pengmbangan pariwisata jangka panjang sebagai landasan perumusan

rencana tingkat dibawahnya.

Perumusan strategi pengembangan, disusun dalam kurun waktu 5

tahunan selama 10 tahun yang dibagi atas strategi pengembangan 5

tahun pertama dan kedua. Strategi pengembangan ini merupakan

langkah operasional untuk mendukung pencapaian sasaran dan

merupakan turunan dari kebijakan yang telah dirumuskan.

Indikasi program pengembangan, disusun untuk jangka waktu

gitahunan pada periode 5 tahun pertama.

Page 27: Pedoman Penyusunan Ripda

B. Perumusan Kebijakan Pengembangan Pariwisata

1. Aspek-aspek yang perlu dirumuskan dalam kebijakan pengembangan

pariwisata :

Aspek pemasaran.

Aspek pengembangan produk pariwisata.

Aspek pemanfaatan ruang untuk pengembangan pariwisata.

Aspek pengelolaan lingkungan.

Aspek pengembangan sumber daya manusia.

Aspek pemberdayaan masyarakat.

Aspek investasi.

2. Rumusan kebijakan merupakan jawaban atas isu-isu atau permasalahan

strategis baik internal maupun eksternal yang dihadapi oleh daerah.

3. Kebijakan merupakan arahan yang akan dijadikan landasan bagi

langkah-langkah pengembangan pariwisata yang lebih operasiona.

Beberapa hal yang dapat menjadi landasan dasar pengembangan

pariwisata daerah, sebagai contoh pengembangan pariwisata daerah

diarahkan pada :

Pariwisata yang menunjukkan ciri kelokalan dan keaslian daerah

setempat.

Pariwisata yang serasi dengan lingkungan di mana produk wisata

akan dikembangkan.

Pengembangan sarana pariwisata memperhatikan standar-

standar internasional dalam hal kualitas bangunan, keamanan,

kesehatan serta sirkulasi udara.

Pengembangan pariwisata memberikan kesempatan yang lebih

besar kepada masyarakat untuk berpartisipasi secara aktif.

4. Kebijakan diarahkan untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan.

C. Perumusa Strategi Pengembangan Pariwisata

Strategi pengembangan menujukkan langkah-langkah yang sistematis untuk

mencapai tujuan atau sasaran pengembangan sebagaimana tidak ditetapkan

sebelumnya. Strategi ini menjelaskan strategi-strategi dasar yang akan

dilakukan oleh daerah di dalm pengembagan pariwisata, yang merupakan

penjabaran dan kebijakan dan arahan pengembangan. Strategi

pengembangan terdiri dari :

Strategi pengembangan produk wisata.

Strategi pengembangan pasar dan promosi.

Strategi pemanfaatan ruang untuk pariwisata.

Strategi pengembangan sumber daya manusia.

Strategi pengembangan investasi.

Strategi pengelolaan lingkungan.

1. Strategi Pengembangan Produk Wisata

Page 28: Pedoman Penyusunan Ripda

Strategi pengembangan produk wisata menunjukkan langkah-langkah

yang harus dilakukan untuk pengembangan obyek dan daya tarik

wisata, pengembangan sarana akomodasi, pengembangan

aksesibilitas, dan lain-lain. Strategi ini merupakan penjabaran dari

kebijakan yang ditetapkan, dengan telah mempertimbangkan aspek-

aspek terkait, serta merupakan cerminan dari hasil analisi dan sistesis

yang telah dilakukan sebelumnya.

Dalam melakukan perumusan strategi pengembangan produk wisata

sangat penting untuk dipahami bahwa terdapat berbagai perbedaan

bentuk dan fisk dari pengembanga pariwisata di suatu daerah. Setiap

daerah memiliki karakteristik kesesuaian pengembangan yang

berbeda dengan daerah lainya, sehinga dibutuhkan pendekatan

perencanaan yang berbeda pula. Perbedaan ini sangat bergantung

pada sumber daya, posisi geografis, lokasi, segmen pasar yang akan

diraih, kebijakan pariwisata yang dianut serta faktor-faktor lainnya.

a. Materi yang Dirumuskan

Strategi pengembangan produk wisata ditekankan pada aspek

pengembangan obyak dan daya tarik wisata, pengembangan

sarana prasarana pariwisata, dan pengembangan aksesibilitas dan

infrastruktur. Strategi dan arah pengembangan obyek dan daya

tarik wisata, sebagai contoh :

Pengembangan pariwisata minat khusus dan petualangan.

Pengembangan pariwisata pedesaan.

Pengembangan agrowisata.

b. Materi yang Diatur

1. Jenis Pengembangan Pariwisata

Jenis pengembangan pariwisata yang dimaksud adalah tipe

daya tarik dominasi yang akan dijadikan andalan bagi

pengembangan pariwisata di wilayah perencanaan. Terdapat

berbagai jenis atau tipe pengembangan yang disesuaikan

dengan kondisi wilayah serta tujuan pengembangan pariwisata

di masing-masing wilayah.

2. Skala Pengembangan

Berkaitan dengan jenis pengembangan pariwisata yang akan

diambil, seperti halnya pertimbangan sosialekonomi dan

lingkungan, kesesuaian pengembangan yang akan dilakukan

merupakan hal yang perlu dipertimbangkan dalam proses

penentuan kebijakan.

Page 29: Pedoman Penyusunan Ripda

Pariwisata yang dikembangkan dapat merupakan pariwisata

skala kecil dengan jumlah kunjungan ratusan orang pertahun,

hingga pariwisata skala besar dengan kunjungan wisatawan ke

daerah berjumlah puluhan ribu bahkan ratusan ribu wisatawan.

Hal ini bergantung.

Contoh strategi pengembangan produk pariwisata :

a. Strategi 1

Menjadikan Wisata Pantai sebagai Daya Tarik Utama di

Wilayah Perencanaan

Hal-hal yang perlu dilakukan unuk mendukung strategi

tersebut :

Menentukan lokasi-lokasi prioritas pengembangan.

Melakukan perencanaan detail untuk kawasan yang akan

dikembangkan.

Rencana pengembangan atraksi wisata dan sarana

pendukung.

Meningkatkan aksesibilitas ke kawasan yang akan

dikembangkan.

Rencana pengelolaan lingkungan.

Sasaran pengembangan dan skala waktu

pengembangan.

b. Strategi 2

Pengembangan Desa Wisata untuk mendorong

Pertumbuhan Wilayah dan Peningkatan Kesejahteraan

Masyarakat

Hal-hal yang perlu dilakukan untuk mendukung strategi

tersebut :

Menentukan lokasi-lokasi pengembangan.

Menyusun rencana pengembangan yang meliputi aspek

(fisik, manajemen, dan kelembagaan).

Rencana pengembangan atraksi wisata.

Sasaran pengembangan dan skala waktu

pengembangan.

Meningkatkan aksesibilitas ke lokasi yang

dikembangkan.

Rencana pengelolaan lingkungan.

c. Strategi 3

Konservasi Hutan dan Kawasan Nonbudidaya untuk

Mendukung Pengembangan Ekowisata

Page 30: Pedoman Penyusunan Ripda

Hal-hal yang perlu dilakukan untuk mendukung strategi

tersebut adalah :

Menyusun rencana pengembangan ekowisata di lokasi

yang akan dikembangkan.

Menyusun rencana pengelolaan kawasan.

Menyusun pedoman-pedoman yang berkaitan dengan

pemanfaatan hutan.

Sosialisasi dan kordinasi dengan instansi terkait,

masyrakat setempat dan usaha pariwisata yang akan

mengembangkan paket tersebut.

Strategi pengembangan produk ini kemudian dijabarkan

lebih rinci di dalam rumusan program pengembangan

produk.

2. Strategi Pemasaran dan Pengembangan Pasara

Strategi pemasaran dan pengembangan pasar menujukkan

langkah-langkah yang akan dilakukan oleh daerah dalam rangka

Mencapai target serta sasaran pasar yang telah dirumuskan di

dalam arahan kebijakan pengembangan pasar. Strategi ini

Meliputi aspek pengembangan pasar, promosi, market intelegent

dan positioning. Strategi ini merupakan penjabaran dari kebijakan

yang di tetapkan, dengan telah mempertimbangkan aspek-aspek

terkait, serta merupakan cerminan dari hasil analisi yang telah

dilakukan sebelumnya.

a. Strategi Pengembangan Pasar

Dalam strategi pengembangan pasar ini dirumuskan orientasi

pasar yang akan diraih dan langkah-langkah yang perlu

dilakukan untuk meraih pasar tersebut. Penentuan segmen

pasar yang diraih ini mempertimbangkan jenis dan potensi

obyak dan daya tarik potensial yang ada serta jenis/bentuk

pariwisata yang akan dikembangkan. Penentuan kelompok

atau segmen pasar yang akan diraih mempertimbangkan

antara lain :

1) Asal Wisatawan :

Wisatawan Mancanegara atau Wisatawan Nusantara

Penting untuk ditentukan arah kebijakan pariwisata yang

akan dikembangkan apakah lebih ditunjukan untuk bangsa

pasar mancanegara ataukah nusantara, mengingat hal ini

membawa konsekuensi di dalam pengembangan sisi

sediaan. Walaupun demikian, hal ini bukan berarti bila

bangsa pasar yang akan dikembangkan adalah wisatawan

Page 31: Pedoman Penyusunan Ripda

mancanegara, maka kebutuhan penyediaan fasilitas dan

jenis pengembangan untuk segmen pasar wisatawan

nusantara tidak diperhatikan sama sekali. Yang perlu di

perhatikan adalah bila suatu daerah ingin mengembangkan

pariwisata berskala internasional, maka daerah tersebut

harus mengembangkan fasilitas dan pelayanan yang

memiliki standar internasional yang berlaku. Dan seringkali

terjadi perkembangan pariwisata internasional yang

berhasil akan mendorong pula pertumbuhan kunjungan

wisatawan nusantara.

2) Kelas Pendapatan :

Wisatwan Kelas Atas atau Backpackers

Penentuan kelas wisatawan juga akan sangat berpengaruh

terhadap penyediaan fasilitas, skala dan jenis

pengembangan wisata yang akan dilakukan. Bila daerah

kabupaten/kota menginginkan kunjungan wisatwan yang

berasal dari kelompok wisatawan “kelas atas’’, maka

fasilitas yang harus dibangun lebih bersifat ekslusif.

Mengingat bahwa biasanya kelompok ini tidak berminat

pada pengembangan yang bersifat masstourism. Hal ini

biasanya membutuhkan investasi yang cukup besar.

b. Strategi Promosi

strategi promosi menjelaskan langkah-langkah yang perlu

dilakukan daerah dalam mempromosikan daerah. Strategi

promosi ini dilakukan dengan mempertimbangkan

sasaran/target wisatawan yang akan diraih. Strategi promosi

meliputi antara lain :

Sarana promosi yang akan digunakan : media cetak, media

elektronik, website.

Bentuk promosi : famtour, menghadiri event-event (dalam

dan luar negeri).

Strategi pengembangan pasar dan promosi antara lain

meliputin :

1. Pemasaran bersama dengan daerah lain yang memiliki

pasar sasaran sejenis

2. Pengembangan dan pemantapan sistem informasi

kepariwisataan

3. Peningkatan kegiatan promosi daya tarik wisata dan

investasi pariwisata.

4. Penetapan dan pemantapan event pariwisata.

Strategi pengembangan pemasaran dan promosi ini kemudian

dijabarkan lebih rinci didalam penyusunan program pemasaran

dan promosi.

Page 32: Pedoman Penyusunan Ripda

3. Strategi Pemanfaatan Ruang Untuk Pengembangan

Pariwisata

a) Materi yang Dirumuskan

Strategi pengembangan ruang pariwisata pada lingkup

kabupaten/kota memberikan gambaran dan indikasi lokasi-lokasi

prioritas pengembangan, berdasarkan hasil analisis terhadap

potensi obyek dan daya tarik wisata yang ada di wilayah

tersebut. Secara umum arahan pengembangan ruang untuk

kepariwisataan meliputi :

Penetapan pusat-pusat pengembangan.

Penetapan kawasan prioritas pengembangan.

Penetapan jalur/koridor wisata.

b) Materi yang Diatur

Kedalaman materi yang diatur sebagaimana dijabarkan di

bawah ini :

1) Penetapan pusat-pusat Pengembangan

Pusat pengembangan pariwisata dalam lingkup wilayah

biasanya sam dengan pusat pelayanan dan jasa (dalam hal

ini adalah ibukota kabupaten/kota, atau kota kecamatan). Di

dalam pusat pengembangan pariwisata tersebut tersedia

sarana kepariwisataan, sperti sarana akomodasi,restoran,

serta fasilitas pendukung lainnya, seperti layanan kantor pos

dan telekomunikasi, tempat penukaran uang, pusat informasi

pariwisata, terminal angkutan penumpang dan lain-lain.

Pusat pengembangan ini merupakan titik distribusi dari

penyebaran wisatawan dalam kabupaten/kota.

2) Penetapan Kawasan Prioritas Pengembangan

Berdasarkan hasil analisis dan evaluasi terhadap potensi

sumber daya yang ada, ditentukan beberapa kawasan untuk

pengembangan. Kawasan tersebut dapat merupakan

kawasan yang berada di daerah pantai, pegunungan, atau di

daerah perkotaan/terbangun. Pertimbangan lain yang perlu

di perhatikan adalah jenis pengembangan yang akan

dilakukan, ketersediaan lahan, serta kemampuan/daya

dukung lingkungan (alam, dan sosial budaya).

Kawasan prioritas pengembangan ini dapat terdiri dari

Suatu :

Page 33: Pedoman Penyusunan Ripda

Kawasan yang terintegrasi di mana beberapa fasilitas

kepariwisataan dibangun untuk mendukung pengembangan

obyek dan daya tarik wisata di wilayah tersebut

Kawasan tersebut hanyalah merupakan obyek wisata, di

mana wisatawan yang berkunjung hanya menikmati daya

tarik yang ada, dan fasilitas kepariwisataan yang

dikembangkan seminimal mungkin dan hanya yang

menunjang kegiatan wisata. Hal ini dapat terjadi bila

kawasan prioritas yang akan dikembangkan adalah di

daerah taman-taman nasional, cagar alam, kawasan

konservasi atau kawasan di mana lingkungan alamnya

sangat rentan terhadap kegiatan pembangunan fisk.

Kawasan tersebut biasanya dikembangkan untuk jenis

ekowisata, dan wisata alternatif lainnya yang daya tarik

utamanya adalah keaslian lingkungan alamnya.

3) Pengembangan Jalur/Koridor Wisata

Pengembangan jalur/koridor wisata dalam lingkup

kebupaten/kota akan meningkatkan daya tarik serta lama

tinggal wisatawan yang berkunjung ke wilayah tersebut. Jalur

wisatawan yang dikembangkan akan menghubungkan

beberapa obyek dan daya tarik wisata yang berbeda-beda,

dengan pengaturan rute perjalanan yang berbeda pula.

Alternatif jalur wisata yang dikembangkan sbauknya memiliki

tema yang berbeda sesuai dengan jenis/daya tarik wisata

yang ditawarkan.

4. Strategi Pengembangan sumber Daya Manusia

Strategi pengembangan sumber daya manusia merupakan

strategi yang mendukung pengembangan produk dan pemasaran.

Pengembangan sumber daya manusia di bidang kepariwisataan

sangat penting dilakukan agar daerah yang akan mengembangkan

pariwisata dapat menyediakan sendiri kebutuhan akan tenaga-

tenaga pariwisata yang terlatih, sehingga dapat menyerap tenaga

kerja lokal. Di samping itu juga akan meningkatkan apresiasi dan

pengertian terhadap pariwisata, sehingga dapat memberikan

pelayanan sesuai dengan standar internasional.

Pengembangan sumber daya manusia juga dilakukan bagi aparat

pembina kepariwisataan daerah, agar dapat melaksanakan fungsi-

fungsi pembinaan dalam rangka menerapkan kebijakan-kebijakan

yang telah disepakati bersama.

Strategi pengembangan sumber daya manusia antara lain adalah :

Penyiapan tenaga-tenaga terampil di bidang prhotelan,

restoran, biro perjalana dan pamandu wisata.

Page 34: Pedoman Penyusunan Ripda

Peningkatan kemampuan berbahasa asing di kalangan

stakeholder yang bergerak di bidang pariwisata dan terkait

dengan pengembangan pariwisata, seperti : tenaga kerja di

usaha pariwisata, dan pemerintah daerah.

Peningkatan dan pemantapan kesiapan masyarakat sebagai

tuan rumah.

Peningkatan kemampuan teknis di bidang manajemen

kepariwisataan.

Peningkatan kemampuan di bidang perencanaan, dan

pemasaran pariwisata.

5. Strategi Pengembangan Investasi

Strategi pengembangan investasi ini berisikan langkah-langkah

strategi yang diperlukan dalam rangka peningkatan investasi di

bidang kepariwisataan, yang dilakukan baik oleh pananaman

modal yang berasal dari luar daerah maupun penanaman modal

yang beras dari daerah itu sendiri.

Strategi pengembangan investasi antara lain :

Meningkatkan iklim yang kondusif bagi penanaman modal

pada usaha pariwisata.

Memberikan insentif bagi pengusaha menengah kecil dan

masyarakat yang akan berusaha di bidang kepariwisataan.

Menciptakan kepastian hukum dan keamanan.

Menyiapkan infrastruktur antara lain : jaringan jalan, jaringan

telekomunikasi, listrik dan lainnya.

Memberikan subsidi bagi investor yang mau menanamkan

modal bagi daerah-daerah yang kurang menarik bagi investasi

tetapi memiliki potensi pariwisata.

6. Strategi Pengelolaan Lingkungan

Strategi pengelolaan lingkungan merupakan strategi umum yang

Mendasari semua pengembangan kepariwisataan yang akan

dilakukan. Strategi ini mendukung kebijakan pembangunan

pariwisata yang berkelanjutan dan merupakan langkah proaktif di

Dalam upaya pelestarian lingkungan ini merupakan pula langkah

dalam, menjawab perubahan paradigma pariwisata global, di

mana isu lingkungan menjadi salah satu isu sentral pembangunan.

Strategi pengelolaan lingkungan antara lain adalah :

Pengembangan usaha pariwisata yang ramah lingkungan dan

hemat energi.

Peningkatan kesadaran lingkungan di obyek dan daya tarik

wisata.

Peningkatan dan pemantapan konservasi kawasan-kawasan

yang rentan terhadap perubahan.

Page 35: Pedoman Penyusunan Ripda

Strategi penglolaan lingkungan ini kemudian di jabarkan secara

lebih rinci kedalam program-program pengembangan.

D. Indikasi Program Pengembangan

Indikasi program pengambangan merupakan jabaran rinci dari setiap

strategi yang disusun kedalam suatu bentuk program yang akan dilakukan

pada jangka waktu tertentu. Indikasih program disusun untuk kerangka

waktu 5 tahun, dan tiap 5 tahun program hendaknya dikaji kembali dengan

mempedomani kebijakan dan strategi yang telah ditetapkan.

Rincian indikasi program terdiri dari :

Program Jangka Panjang, dengan skala waktu 10 tahun, yang dibagi

menjadi program 5 tahunan. Perumusan program masih bersifat umum

dan garis besar, tetap memperlihatkan langkah-langkah yang akan

dilakukan pada setiap lima tahunan selama 10 tahun.

Program Jangka Pendek, dengan skala waktu 5 tahun, yang terdiri,

dari program tahunan. Merupakan program 5 tahun pertama dari

program 10 tahun, yang mengidikasikan materi program utama dan

program pendukung.

Gambar 5 : Kerangka Proses dan Tahapan Penyusunan Rencana

Induk Pengembangan Pariwisata Daerah Kabupaten/Kota.

Rincian indikasi program meliputi :

Program Utama, yaitu program yang berkaitan dengan substansi

pariwisata, meliputi : pengembangan produk, pemasaran dan promosi,

sumber daya manusia, pengelolaan lingkungan, pemantapan

kelembagaan, dan pemberdayaan masyarakat.

Program Pendukung, yaitu program-program yang diharapkan

dilakukan oleh instansi lain untukl mendukung pengembangan

pariwisata.

Indikasi program pengembangan memuat :

Nama program.

Sasaran dan tujuan program dan kaitannya di dalam mendukung

strategi tertentu.

Justifikasi dan rincian program.

Jadwal pelaksanaan program.

Pihak yang terlibat di dalam pelaksanaan program.

Sumber dana serta indikasi biaya yang diperlukan.

Page 36: Pedoman Penyusunan Ripda

Bab IV

Materi Produk-Produk RIPPDA Kabupaten/ Kota

Prodok-produ RIPPDA, Kabupaten/Kota adalah produk yang dihasilkan dalam rangka

penyusunan atau peninjauan kembali RIPPDA kebupaten/kota yang terdiri dari dokumen-

dokumen :

1. Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota tentang RIPPDA Kabupaten/Kota

2. Rancangan RIPPDA Kabupaten/Kota

3. Analisis dan Sintesis RIPPDA Kabupaten/Kota

4. Kompilasi Data RIPPDA kabupaten/kota

Dokumen-dokumen sebagaimana dimaksud pada Butir 1 di atas berupa uraian lengkap

secara kualitatif beserta peta. Table dan diagram. Uraian lengkap sebagaimana dimaksud

pada butir 2 untuk dokumen-dokumen rancangan perda meliputi :

Pola piker yang berisi penjelasan-penjelasan yang melatarbelakangi perlunya

peraturan tersebut, hal-hal diatur, siapa yang diatur, dan bagaimana mengaturnya.

Rancangan Perda RIPPDa kabupaten/kota yang berisi konsideran, batang tubuh,

aturan peralihan, penutup, serta lampiran materi RIPPDA kabupaten/kota

Uraian lengkap sebagaimana dimaksud pada butir 2 utuk kopilasi data, analisis dan

rancangan RIPPDA kabupaten/kota dapat dilihat pada bab dan pedoman penyusunan

RIPPDA kabupaten/kota dan di sesuaikan dengan kondisi dan karakteristik di masing-

masing daera. Ketentuan presentasi peta-peta untuk RIPPDA kabupaten/kota sebagimana

di maksud dalam sesuai dengan yang di pergunakan didalam penyusunan RTRW

kabupaten/kota. Uraian lengkap sebagimna dimaksud pada butir 2 untuk rancangan

kabupaten/kota meliputi :

Tujuan pengembangan Kepariwisataan Daerah

Metodologi dan Pendekatan Perencanaan

Gambaran Potensi dan Permasalahan Kepariwisataan Daerah

Sasaran Pengembangan Pariwisata

Rencana Pengembangan Pariwisata yang terdiri dari: kebijakan pengembangan

pariwisata daerah, strategi pengembangan kepariwisataan, dan indikasi program

pengembangan kepariwisataan.

Page 37: Pedoman Penyusunan Ripda

Tujuan pengembangan kepariwisataan daerah sebagimana di maksud dalam butir 6 di

atas adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, meningkatkan perekonomian

daerah, serta pelestaraian budaya dan lingkungan alam daerah, sebagimna dimaksud di

dalam GBHN serta visi misi pengembangan pariwisat.

Metodologi pendekatan sebagaimana di maksud dalam butir 6 di atas menjabarkan

bagaimana pariwisata dikembangkan di tinjua dari berbagai aspe dan selaras dengan

konsep pembangunan wilayah dan pembangunan pariwisata yang berkelanjutan.

Pendekatan-pendekatan serta pertimbangan-pertimbangan umum yang di adopsi untuk

pengembangan pariwisata menunjang tujuan pembangunan wilayah dijabarkan dalam

bentuk konsepsi-konsepsi perencanaan pembangunan.

Gambaran potensi dan permasalahan pembangunan kepariwisataan wilayah

sebagimana di maksud dalam butir 6 di atas menjabarkan hasil evaluasi terhadap aspek-

aspek kewilayahan, aspek sediaan (produk wisata) dan aspek permintaan (pasar)

sebagaimana di atur dalam Bab III.

Sasaran pengembangan kepariwisataan merupakan target-target, baik yang bersifat

kuantitatif, kualitatif ataupun normative dalam pengembangan kepariwisataan di daerah.

Sasaran tersebut meliputi :

Sasaran jumlah kunjungan wisata

Sasaran ekonomi

Sasaran social budaya

Sasaran pengelolaan fisik/lingkungan

Kebujakan pengembangan pariwisata merupakan arahan umum yang kan dijadikan

landasan bagi langka-langka pengembangan pariwisata yang lebih operasional. Kebijakn ini

menjawab isu-isu strategis internal dan eksternal yang terjadi dan dihadapi oleh daerah,

kebijakan pengembangan pariwisata, meliputi aspek-aspek :

Produk

Pasar

Pemanfaatan Ruang

SDM

Lingkungan

Investasi

Pemberdayaan Masyarakat

Page 38: Pedoman Penyusunan Ripda

Strategi Pengembangan keparisataan merupakan langka-langka strategis yang perlu

dilakukan berkaitan dengan aspek-aspek pengembangan kepariwisataan agar arahan

pengembanagn kepariwisataan dapat terwujud . Perumusan strategis memperhatikan

pendekatan :

Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi

Kesesuaian produk dengan pasar

Kelestarian lingkungan

Strategis pengembangan kepariwisataan ini meliputi :

Strategi pengembangan produk

Strategi pengembangan pasar dan promosi

Strategi pengembangan sumber daya manusia

Strategi pengembangan investasi

Strategi pemberdayan masyarakat

Strategi pengelolaan lingkungan

Indikasi program pengembangan kepariwisataan merupakan penjabaran strategi ke

dalm kegiatan-kegiatan yang bersifat operasional, yang telah menujukan rincian-rincian

program, justifikasi program, sasaran dan tujuan program, jadwal waktu pelaksanaan

program, pihak yang terlibat, serta sumber dana/ pembiayaan dan indikasi biaya.