Pedoman Penyusunan Naskah Por to Folio Karya Seni Monumental Pertunjukan Dan Kriteria Penilaiannya -...

51
PEDOMAN PENYUSUNAN NASKAH PORTOFOLIO KARYA SENI MONUMENTAL/PERTUNJUKAN DAN KRITERIA PENILAIANNYA SUPRIATUN Widyaiswara PPPG Kesenian Yogyakarta DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL JAKARTA 2008

Transcript of Pedoman Penyusunan Naskah Por to Folio Karya Seni Monumental Pertunjukan Dan Kriteria Penilaiannya -...

Page 1: Pedoman Penyusunan Naskah Por to Folio Karya Seni Monumental Pertunjukan Dan Kriteria Penilaiannya - Supriatun

PEDOMAN PENYUSUNAN NASKAH PORTOFOLIO

KARYA SENI MONUMENTAL/PERTUNJUKAN DAN KRITERIA PENILAIANNYA

SUPRIATUN Widyaiswara PPPG Kesenian Yogyakarta

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL JAKARTA

2008

Page 2: Pedoman Penyusunan Naskah Por to Folio Karya Seni Monumental Pertunjukan Dan Kriteria Penilaiannya - Supriatun

ii

PRAKATA

Dalam SK Mendikbud Nomor 025/O/1995 tentang Petunjuk Teknis Ketentuan Pe-

laksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, penciptaan karya seni termasuk

kelompok Sub-unsur III Pengembangan Profesi bersama dengan karya tulis ilmiah, pene-

muan teknologi tepat guna, dan sebagainya.

Buku kecil ini ditulis bukan sebagai pedoman bagaimana menciptakan karya seni

melainkan bagaimana cara mengusulkan karya seni untuk perhitungan angka kredit

jabatan guru, khususnya cara menyusun naskah portofolio bagi karya seni yang akan

diusulkan yang tidak dapat disertakan bukti fisiknya. Naskah potofolio karya seni adalah

naskah yang medeskripsikan atau melaporkan secara ringkas bagaimana suatu kegiatan

cipta seni telah dilakukan. Naskah tersebut digunakan sebagai pengganti karya seni yang

tidak dapat disertakan bukti fisiknya untuk usulan penilaian angka kredit jabatan guru.

Lukisan, patung, kriya, kaligrafi, seni instalasi, foto seni, mode (busana), konser

musik, pentas teater, dan pagelaran tari termasuk sebagian jenis karya seni yang tidak

dapat disertakan bukti fisiknya pada usulan penilaian angka kredit jabatan guru karena

antara lain sifat fisiknya tidak mungkin dipindahkan atau akan rusak jika dipindahkan.

Berbeda misalnya dengan jenis karya seni seperti karya sastra (kumpulan puisi,

kumpulan cerpen, novel, naskah drama), musik rekaman, naskah lagu (musik), cerita

rekaman (sinetron, film), cerita bergambar (komik), dan desain grafis yang bukti fisiknya

dapat dikirimkan atau disertakan.

Dalam konteks yang lebih luas, buku pedoman ini menjelaskan bagaimana persya-

ratan dan cara mengusulkan penilaian angka redit jabatan untuk untuk suatu karya seni,

serta cara penilaiannya.

Begitulah.

Jakarta, Oktober 2006

Penyusun

Page 3: Pedoman Penyusunan Naskah Por to Folio Karya Seni Monumental Pertunjukan Dan Kriteria Penilaiannya - Supriatun

iii

DAFTAR ISI

PRAKATA, ... ii KATA PENGANTAR, ... iii DAFTAR ISI, ... iv DAFTAR LAMPIRAN, ... v

Bagian 1 PENDAHULUAN, ... 1 1.1 Seni dan Keindahan, ... 2 1.2 Konsep tentang Seni, ... 5 Bagian 2 KARYA SENI, ... 7 2.1 Jenis Karya Seni, ... 7 2.2 Karya Seni Monumental, ... 9 Bagian 3 PORTOFOLIO DAN PELAPORAN, ... 10 Bagian 4 KRITERIA DAN FORMAT PENILAIAN, ... 13 4.1 Kriteria Penilaian, ... 14 4.1.1 Seni Rupa, ... 15 4.1.2 Seni Pertunjukan, ... 15 4.1.3 Seni Sastra, ... 17 4.2 Format penilaian, ... 17 4.3 Pedoman penilaian, ... 20 4.4 Kriteria Penolakan, ... 21 Bagian 5 PENUTUP, ... 24

DAFTAR PUSTAKA, ... 25 LAMPIRAN-LAMPIRAN , ...26

Page 4: Pedoman Penyusunan Naskah Por to Folio Karya Seni Monumental Pertunjukan Dan Kriteria Penilaiannya - Supriatun

iv

DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN 1 : Materi Laporan Portofolio Karya Seni Monumental/Pertunjukan, ... 26 LAMPIRAN 2a: Naskah Refleksi Deskriptif/Naratif, ... 27 LAMPIRAN 2b: Sampul Depan, ... 28 LAMPIRAN 2c: Identitas Pencipta, ... 29 LAMPIRAN 2d: Kata Pengantar, ... 30 LAMPIRAN 2e: Daftar Isi, ... 30 LAMPIRAN 2f : Bukti Pengakuan Masyarakat, ... 31 LAMPIRAN 2g: Surat Pernyataan Keaslian Karya Seni, ... 31 LAMPIRAN 2h: Biodata Pencipta, ... 32 LAMPIRAN 3 : Contoh Portofolio, ... 33

Page 5: Pedoman Penyusunan Naskah Por to Folio Karya Seni Monumental Pertunjukan Dan Kriteria Penilaiannya - Supriatun

1

Bagian 1

PENDAHULUAN

Seni adalah bagian dari kehidupan universal manusia. Setiap manusia

memiliki potensi untuk menciptakan karya seni, baik untuk keperluan

kebutuhan estetik dan batiniah individu mapun kelompok masyarakat. Guru

juga memiliki potensi untuk menciptakan karya seni tanpa harus memiliki

latar belakang formal pendidikan seni. Seniman tidak selalu dilahirkan oleh

pendidikan formal kesenian. Oleh karena itu, setiap guru memiliki

kesempatan yang sama untuk mengajukan karya seni yang diciptakannya bagi

pengusulan angka kredit jabatan fungsional guru dari kelompok Sub-unsur III

Pengembangan Profesi berdasarkan SK Mendikbud Nomor 025/O/1995 tentang

Petunjuk Teknis Ketentuan Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka

Kreditnya. Dengan demikian, tidak hanya guru pendidikan kesenian saja yang

dapat mengajukan karya seni ciptaannya untuk dinilai.

Kesan kemudahan bahwa setiap guru dapat mengusulkan karya seni

cipta-annya tidak berarti menciptakan suatu karya seni itu mudah. Tidak

setiap guru memiliki bakat dan kemampuan menciptakan karya seni. Tidak

setiap ciptaan guru otomatis bernilai seni. Sebab, untuk mendefinisikan apa

‘seni’ itu tidaklah mudah. Sebuah benda yang diakui sebagai sebuah karya

yang mengadung nilai seni dan selanjutnya digolongkan sebagai karya seni

pada awalnya lebih didasarkan kepada peranan ‘rasa’ yang subjektif

Page 6: Pedoman Penyusunan Naskah Por to Folio Karya Seni Monumental Pertunjukan Dan Kriteria Penilaiannya - Supriatun

2

dibandingkan peran logika yang objektif. Dasar rasa yang dikembangkan

dalam sebuah karya seni oleh penciptanya (seniman) sering disebut dengan

istilah rasa keindahan atau estetika.

Setiap orang memiliki kepekaan dan pengalaman yang berbeda-beda

tentang rasa keindahan. Oleh karena itu, bentuk ekspresi yang dilahirkan

atau diciptakannya pun berbeda-beda. Ada ekspresi dengan media suara (seni

suara), bahasa (seni sastra), bunyi (seni musik), warna dan benda (seni rupa),

gerak (seni tari), dan media yang lain. Selanjutnya ketika muncul

‘pengakuan’ oleh penikmat seni (apresian, apresiator, kritikus seni, sesama

seniman) bahwa sebuah karya itu ‘indah’, karya tersebut mendapat

legitimasi atau ‘pengobjektifan’ sebagai karya seni. Oleh karena itu, dalam

konteks formal subunsur “Menciptakan Karya Seni Monumental/Pertunjukan

dalam Pengembangan Profesi bagi Jabatan Fungsional Guru” berikut ini

adalah pokok-pokok pikiran yang perlu dipahami.

1.1 Seni dan Keindahan

Page 7: Pedoman Penyusunan Naskah Por to Folio Karya Seni Monumental Pertunjukan Dan Kriteria Penilaiannya - Supriatun

3

Seni sering diindentikkan dengan keindahan, Dalam peradaban manusia,

suatu karya dipandang memiliki ‘nilai seni’ biasanya didasarkan kepada

adanya pengakuan orang di luar diri seniman yang ‘menangkap’ nuansa

keindahan yang ‘unik’ pada karya seni yang diciptakan seniman. Pengakuan

oleh sejumlah orang yang memiliki kapabelitas sebagai penikmat seni

(apresian, apresiator, kritikus seni, seniman) itu merupakan bentuk ‘objektif’

atau rasionalisasi dari karya seni tersebut. Dari kondisi objektif itulah

selanjutnya orang mencoba mendefinisikan apa karya seni itu dari berbagai

sudut pandang dan pengalaman estetik masing-masing. Meskipun demikian,

tetap saja orang lebih mudah menunjuk sesuatu wujud tertentu yang

diekspresikan oleh seniman melalui gerak, suara, warna, dan benda lain

secara estetik sebagai karya seni dibandingkan harus mendefini-sikan seni itu

apa.

Setiap definisi tentang seni tidak pernah mampu mengungkapkan sosok

seni secara utuh dan memuaskan banyak pihak. Dalam sebuah makalahnya

Suparno (t.th) menyebut karya seni sebagai suatu proses kreatif dalam bidang

kesenian yang dilandasi oleh pengalaman dan penghayatan dengan

melibatkan cipta, rasa, dan karsa, antara lain berupa hasil seni lukis, seni

patung, seni grafis, seni keramik, seni musik, seni tari, seni karawitan, seni

teater, dan seni kriya.

Mattulada (2001) karya seni sebagai benda-benda budaya yang

memenuhi gagasan-gagasan, nilai-nilai ideal estetika yang selalui dipandang

menghampiri kesempurnaan. Sutopo (2001) menyebut seni adalah ekspresi

gagasan dan cita-cita, aspirasi spiritual, dan beragam fantasi yang dihasilkan

seniman dalam mewujudkan dunia sintetis dan dunia self-consistent.

Plato (428-348 s.M.) Seorang filsuf Yunani mengekspresikan keindahan

pada benda merupakan ilusi dari keindahan yang sebenarnya. Keindahan bagi

plato sangat rentan kaitannya dengan rasa indah yang berasal dari rasa cinta

dan kasih sayang. Hal tersebut karena keindahan yang sangat berdekatan

denga etika (kesusilaan) yang mempermasalahkan kebaikan budi/perilaku.

Page 8: Pedoman Penyusunan Naskah Por to Folio Karya Seni Monumental Pertunjukan Dan Kriteria Penilaiannya - Supriatun

4

Penekanan Plato pada ‘ukuran dan proporsi’ di kemudian hari dijadikan

premis keindahan sebagai refleksi dari kekuasaan Sang Pencipta yang lebih

abadi sifatnya.

Plato lebih memandang bahwa benda seni yang diciptakan oleh

seniman merupakan tiruan benda indah yang merupakan ilusi dari ide

keindahan. Pendapatnya yang demikian menyudutkannya untuk mengatakan

bahwa karya seni itu hanya sebuah ilusi penampakan realitas. Unsur

intelektual idealis dan subjektivitas dalam memandang karya sastra juga

menjadi dogmatis ketika seseorang harus menelaah karya seni. Kesemuanya

itu lebih dikarenakan oleh peran Sang Pencipta dalam memutuskan sesuatu.

Aritoteles (384-322 s.M.) mendukung pendapat Plato dengan

mengatakan bahwa seni itu suatu yang bersifat imitasi atau tiruan (mimesis)

dan keindahan adalah suatu kesatuan dan keharmonisan. Namun, bagi

Aritoteles karya seni yang lebih nyata penampakannya atau realistik,

sedangkan bagi Plato karya seni itu tansendental (dogmatik, suci). Ciri-ciri

kesatuan dan keharmonisan yang membentuk ‘keindahan’ atau ‘seni’ itu

meliputi (1) keutuhan bentuk dalam arti sesuatu itu harus pas dan khas

adanya, (2) keseimbangan proporsional ukurannya, dan (3) kejernihan atau

kejelasan ujudnya tanpa ambiguitas. Pemikirannya yag demikian memberikan

batasan pada karya seni yang harus utuh, tidak ada cacatnya, tidak ada yang

kurang dan tidak ada yang lebih.

Dengan demikian Aristoteles lebih objektif dibandingkan Plato dalam

memandang karya seni karena Aristoteleh berpijak pada dunia nyata

(realisme) sedangkan Plato pada dunis metafisis atau alam gaib di luar

kekuasaan manusia (transendental) dalam menempatkan kedudukan nilai

keindahan atau seni (George Dickie, 1979)

Imanuel Kant (1724-1804), pemikir berkebangsaan Jerman ini tidak

setuju dengan penyubjektivitas konsep keindahan yang dianggapnya akan

menimbulkan kekeliruan dalam mencari jawaban tentang keindahan.

Meskipun demikian, ia tidak menyangkal bahwa secara empirik orang bisa

Page 9: Pedoman Penyusunan Naskah Por to Folio Karya Seni Monumental Pertunjukan Dan Kriteria Penilaiannya - Supriatun

5

menyelidiki sebanyak mungkin sampai pada standar rasa terhadap sesuatu. Ia

menyangkal tentang keindahan yang dimunculkan dari sebuah benda dan

menganggap keindahan muncul dari subjektivitas manusia saat menikmati

objek keindahan itu. Dengan demikian, peran otak terlibat di dalamnya

sehingga unsur subjektivitas sesungguhnya tidak terlalu berperan.

Kant menolak unsur ‘rasa’ dalam menelaah karya seni. Dalam menilai

karya sastra misalnya, seorang pembaca hanya berhenti pada batas apa yag

dibacanya dan bukan sampai pada meneropong jauh keinginan seniman

(sastrawan). Apa yang dinilai itu tidak mungkin dipengaruhi oleh subjektivitas

pembaca, sebab apa yang terbaca atau terlihat itulah yang harus dimaknai.

Batasan itu menyebabkan peyebutan kata ‘indah’ hanya untuk sesuatu yang

mempunyai nilai dan kualitas tinggi atau hanya khusus untuk menilai karya

seni.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa (1) seni dan keindahan

tidak terpisahkan, (2) subjektivitas cocok untuk menelaah karya yang

sifatnya transendental, sedangkan objektivitas untuk menelaah keindahan

karya buatan manusia, dan (3) faktor subjektivitas dapat mengabaikan faktor

objektivitas jika manusia dihadapkan kepada realita permasalahan di luar

kekuasaan manusia.

1.2 Konsep tentang Seni

Proses penciptaan seni merupakan aktivitas otonom yang kehadirannya

dipengaruhi oleh bahan dan kondisi. Oleh sebab itu orang mengenal

bermacam-macam jenis dan bentuk karya seni. Dari sudut pandang

pragmatisme, Pamadhi (2001) menganggap bahwa proses penciptaan seni

identik dengan proses keilmuan dan teknologi. Dengan demikian, suatu

produk karya seni yang telah tervisualisasikan dalam karya terapan dapat

dikategorikan sebagai karya teknologi. Penilaian keberhasilannya harus

dilihat dari kebermaknaannya secara estetik dan ekonomis, karena eksplorasi

Page 10: Pedoman Penyusunan Naskah Por to Folio Karya Seni Monumental Pertunjukan Dan Kriteria Penilaiannya - Supriatun

6

dan penjelajahan cipta, rasa, dan karsa dalam penciptaan seni dapat

diuraikan dan direkonstruksi kembali berdasarkan kajian ilmiah.

Lebih lanjut, Pamadhi menyatakan bahwa, pertama, karya seni

merupakan karya intelektual, sehingga dari pemahaman keilmuan karya seni

memenuhi kriteria intellectual property right atau hak atas kekayaan

intelektuan (HaKI). Kedua, karya seni merupakan suatu wacana, karena

fungsinya sebagai teks yang berisi keragaman gagasan, perasaan,

pengalaman, imajinasi, dan obsesi lain yang divisualisasikan dengan berbagai

medium seperti rupa, gerak, bunyi, dan kata. Ketiga, karya seni sebagai

karya teknologi yang dalam terapannya mengedepankan substansi estetika

seperti yang tampak secara fungsional pada rancang busana, arsitektur,

desain seni, iklan, dan sebagainya. Keempat, karya seni sebagai hasil

penelitian seniman baik secara laboratoris, studio, empiris, maupun kuali-

tatif.

Menyikapi pandangan tersebut, logis jika karya seni diakui sebagai salah

satu bentuk karya produktif seseorang atau kolektif yang setara dengan karya

ilmiah. Dengan demikian, wajar jika karya seni yang diciptakan oleh guru

perlu dihargai sebagai suatu kompetensi yang mendukung profesionalitasnya.

Namun, persoalannya bahwa tidak setiap orang memiliki apresiasi seni yang

memadai, baik secara khusus maupun umum. Oleh karena itu, sebagaimana

penilai angka kredit jabatan guru untuk subunsur penulisan karya ilmiah

harus seseorang yang memiliki kompetensi bidang penelitian dan penulisan

karya ilmiah, penilai angka kredit jabatan guru untuk subunsur penciptaan

karya seni monumental/pertunjukan juga haruslah seseorang yang memiliki

kompetensi menilai karya seni, minimal memiliki apresiasi seni yang

memadai.

Page 11: Pedoman Penyusunan Naskah Por to Folio Karya Seni Monumental Pertunjukan Dan Kriteria Penilaiannya - Supriatun

7

Bagian 2

KARYA SENI

Jenis karya seni sangat beragam. Keragaman itu didasarkan kepada

sejumlah hal, seperti proses penciptaan, bentuk ekspresi fisik atau

medianya.

2.1 Jenis Karya Seni

Berdasarkan proses penciptaan, karya seni dapat dibedakan atas (a)

karya seni individual, dan (b) karya seni kolektif. Karya seni individual adalah

karya seni yang diciptakan oleh perorangan, sedangkan karya seni kolektif

adalah karya seni yang diciptakan oleh sejumlah orang berdasarkan fungsi

masing-masing yang berkreasi secara terpadu dalam suatu kerja seni yang

utuh. Berdasarkan bentuk ekspresi fisik dan medianya, karya seni terdiri dari

(a) seni rupa, (b) seni pertunjukan, dan (c) seni sastra.

Seni rupa adalah suatu bentuk karya seni yang menggunakan media

ekspresi berupa warna atau benda. Yang termasuk kelompok seni rupa antara

lain seni lukis, seni kriya, seni patung, seni fotografi, dan seni desain.

Kelompok seni kriya meliputi seni kriya kayu, seni kriya kulit, seni kriya

logam, seni kriya tekstil, dan seni kriya keramik. Kelompok seni desain

Page 12: Pedoman Penyusunan Naskah Por to Folio Karya Seni Monumental Pertunjukan Dan Kriteria Penilaiannya - Supriatun

8

meliputi seni grafis, seni arsitektur, seni lanskap, seni interior, dan

sebagainya.

Karya seni pertunjukan adalah suatu bentuk karya seni yang

menggunakan media ekspresi gerak dan irama. Seringkali seni pertunjukkan

memerlukan media lain untuk mewujudkannya dan biasanya bersifat benda-

tidak-permanen (cahaya, dialog, dan sebagainya) maupun benda-permanen

(kayu, logam, kain, kertas, dan sebagainya). Untuk membuat suatu seni

pertunjukan permanen atau monumental sehingga dapat ‘dinikmati’

penonton berulang-ulang dan tetap diperlukan media rekam audio (kaset,

cd), visual (foto), atau audiovisual (vcd, film). Termasuk dalam kelompok

seni pertunjukan ini antara lain ensambel musik, opera (drama musik),

karawitan, tari, drama atau teater, sendratari (seni drama tari), film, dan

seni pedalangan atau pewayangan.

Seni sastra adalah suatu bentuk karya seni yang menggunakan media

ekspresi bahasa (lisan maupun tulisan). Kelompok seni sastra terdiri dari

puisi, cerita pendek (cerpen), novel, naskah drama/teater, skenario film,

naskah sendratari, naskah cerita bergambar, dan naskah musik.

Berdasarkan perkembangan atau waktu, karya seni dapat dikelompokkan

sebagai karya seni tradisional, seni modern, seni kontemporer. Karya seni

tradisional adalah karya seni yang diciptakan berdasarkan konsep atau nilai-

nilai budaya suatu kelompok masyarakat yang diwariskan secara turun-

temurun. Karya seni modern adalah karya seni yang diciptakan berdasarkan

nilai-nilai budaya modern. Karya seni kontemporer adalah karya seni yang

diciptakan berdasarkan pengembangan nilai-nilai baru yang sebelumnya

belum ada atau pemaduan nilai-nilai budaya tradisional dan modern dalam

suatu kemasan yang bersifat eksperimental dan mutakhir.

Page 13: Pedoman Penyusunan Naskah Por to Folio Karya Seni Monumental Pertunjukan Dan Kriteria Penilaiannya - Supriatun

9

Suasana pengunjung pameran karya seni rupa (Foto: dok)

2.2 Seni Monumental/Pertunjukan

Monumental artinya bersifat permanen atau peringatan. Makna karya

seni monumental mengacu pada dua pengertian. Pertama, berarti karya seni

yang bersifat permanen atau menimbulkan kesan peringatan pada sesuatu

yang agung (KBBI 1995:665). Kedua, karya seni/desain untuk meningkatkan

wibawa lingkungan tertentu sesuai dengan nilai yang dikaitkan dengan

tempat, peristiwa, atau pribadi yang bersangsungkatan yang didukung oleh

aspirasi lingkungan (Suparno, t.th). Yang pertama mengacu pada semua

bentuk dan jenis karya seni, sedangkan yang kedua cenderung mengacu pada

karya seni rupa dan desain sebagai imbangan atas eksistensi seni pertunjukan

(Depdikbud, 1996/1997). Namun, secara umum kedua konsep tersebut sama-

sama merujuk pada suatu karya seni yang memiliki kualitas dan nilai-nilai

peringatan yang permanen dan diakui oleh ma-syarakatnya.

Dengan demikian. karya seni monumental dapat diartikan sebagai

bentuk karya seni yang secara fisik bersifat kebendaan seperti lukisan, desain

grafis, kriya kayu, patung, sastra, maupun karya seni pertunjukan seperti

musik, tari, dan teater yang mengandung nilai-nilai terkait dengan waktu dan

tempat yang mampu meningkatkan wibawa pencipta dan lingkungannya.

Untuk mengetahui karya seni itu mampu meningkatkan wibawa pencipta dan

lingkungannya, dapat diidentifikasi dari pengakuan masyarakat atas

eksistensi karya seni yang bersangkutan melalui komentar, opini, resensi,

Page 14: Pedoman Penyusunan Naskah Por to Folio Karya Seni Monumental Pertunjukan Dan Kriteria Penilaiannya - Supriatun

10

atau bentuk tulisan lain dalam media massa saat karya itu dipamerkan,

dipentaskan, atau diterbitkan.

Pengakuan masyarakat itu dapat terjadi pada suatu tempat dan kurun

waktu tertentu. Secara formal pengakuan itu juga didapatkan dari organisasi

profesi atau pakar/kritikus/kurator seni yang relevan. Pengakuan itu

menyangkut penilaian atau rekomendasi atas kualitas karya yang diciptakan

seseorang dan dipamerkan apakah memenuhi kriteria atau nilai-nilai suatu

karya seni yang bersifat monumental.

Page 15: Pedoman Penyusunan Naskah Por to Folio Karya Seni Monumental Pertunjukan Dan Kriteria Penilaiannya - Supriatun

11

Bagian 3

PORTOFOLIO DAN LAPORAN

Portofolio (portfolio) dalam dunia pendidikan oleh Ramli (1990) dan

Tierney (1991) diartikan sebagai dokumentasi yang dapat (1) memberikan

gambaran perkembangan belajar siswa secara konkret dalam periode

tertentu kepada guru, siswa, administrator, orang tua, dan pihak lain yang

berkepentingan, (2) mengembangkan kemandirian siswa dalam mengarahkan

proses belajarnya. Dengan portofolio siswa dilatih mengoleksi, memilih, dan

merefleksikan karyanya sendiri sehingga ia dapat mengukur sendiri perolehan

belajarnya. Berdasarkan perolehan belajarnya, siswa dan guru dapat

membuat keputusan tentang kegiatan belajar selanjutnya ke arah tujuan

yang ingin dicapai.

Dengan demikian konsep tentang portofolio dapat berarti (1) sarana

strategi pemelajaran dan pelatihan, dan (2) sarana evaluasi pembelajaran

dan pelatihan. Sebagai strategi pembelajaran, portofolio dapat digunakan

untuk melaksanakan sejumlah urutan tindakan atau proses pemelajaran dan

pelatihan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian. Sebagai alat

evaluasi, portofolio berisi sejumlah produk dari kegiatan siswa yang

menggambarkan keseluruhan proses pembelajaran dan pelatihan yang telah

dilakukan sejak prakegiatan hingga pas-cakegiatan.

Page 16: Pedoman Penyusunan Naskah Por to Folio Karya Seni Monumental Pertunjukan Dan Kriteria Penilaiannya - Supriatun

12

Dalam produk karya seni, portofolio dapat berarti: Pertama,

dokumentasi sejumlah karya seni yang menggambarkan proses kreatif atau

tahap-tahap penciptaan seorang seniman dari karya pertama hingga karya

terakhirnya. Dalam hal ini bentuk portofolionya dapat berupa sanggar atau

tempat pameran/pertunjukan karya-karya seminan tersebut. Jenis karya seni

yang tidak memungkinkan dipamerkan untuk menggambarkan perkembangan

proses kreatif senimannya, isi sanggar atau tempat pameran/pertunjukan itu

dapat berupa replika atau foto-foto karya sang seniman. Kedua, dokumentasi

proses penciptaan sebuah atau sejumlah karya seni tertentu yang tidak

memungkinkan dibuat tahapan penciptaannya dan tidak memungkinkan

ditampilkan produknya oleh sang seniman. Jenis portofolio ini dapat berupa

foto-foto atau hasil rekaman auditif atau rekaman audiovisual dan naskah

deskripsi suatu karya seni yang menggambarkan proses penciptaannya secara

lengkap.

Untuk kasus penilaian angka kredit jabatan fungsional guru subunsur

kegi-atan menciptakan karya seni monumental/seni pertunjukan, jenis atau

model portofolio kedua lebih sesuai digunakan sebagai bukti fisik pengganti

karya seni ciptaan guru yang tidak memungkinkan diajukan. Foto-foto atau

hasil rekaman auditif/audiovisual yang diajukan harus menggambarkan tahap

penciptaan atau proses kreatif karya seni itu dari awal hingga akhir. Foto-

foto dan hasil rekaman itu harus dilengkapi dengan penjelasan atau deskripsi

tertulis. Penjelasan deskriptif tentang foto-foto dan hasil rekaman itu berupa

naskah tertulis formal yang menggambarkan refleksi proses kreatif

penciptaan karya seni tersebut.

Bukti fisik berupa portofolio karya seni tidak diperlukan bagi karya

sastra yang diterbitkan sebagai buku ber-ISBN. Buku sastra tersebut

merupakan bukti fisik yang autentik. Untuk karya sastra yang dimuat dalam

media massa, perlu dibuatkan klipingnya dan disahkan oleh pejabat yang

berwenang. Demikian pula dengan karya seni pemenang lomba atau

sayembara seni minimal di tingkat kabupaten/kota, cukup hanya

Page 17: Pedoman Penyusunan Naskah Por to Folio Karya Seni Monumental Pertunjukan Dan Kriteria Penilaiannya - Supriatun

13

melampirkan foto-foto karya seni yang menang dilampiri sertifikat/surat

pemberitahuan kemenangannya dari pelaksana lomba yang disahkan oleh

kepala sekolah. Penerbitan itu sudah dianggap sebagai pengakuan

masyarakat. Demikian halnya dengan karya seni rekam auditif (kaset, cd),

dan audiovisual (vcd, film) yang diedarkan secara luas dapat dianggap seba-

gai pengakuan masyarakat.

Suasana ruang pameran karya seni (Foto: dok)

Portofolio Karya Seni yang diajukan oleh guru untuk penilaian angka

kreditnya berisi (1) foto-foto dan atau kaset/cd/vcd rekaman, (2) naskah

deskripsi proses penciptaan karya seni, (3) brosur atau iklan promosi

pameran/pertunjukan, (4) bukti-bukti pengakuan masyarakat berupa kliping

resensi, opini, dan berita dari media massa dan atau surat keterangan

pengakuan organisasi profesi yang relevan atau pejabat Dinas

Pendidikan/Kesenian tingkat Kabupaten/kota, (5) surat pernyataan kepala

sekolah bahwa karya seni yang diajukan memang benar asli karya guru yang

bersangkutan, (6) biodata ringkas pencipta), dan (7) dan lain-lain yang di

pandang perlu.

Selanjutnya portofolio itu disusun secara sistematis sebagai laporan

hasil cipta seni yang dapat dibuat sendiri oleh guru, dengan mengacu materi

Page 18: Pedoman Penyusunan Naskah Por to Folio Karya Seni Monumental Pertunjukan Dan Kriteria Penilaiannya - Supriatun

14

portofolio pada Lampiran 1, format portofolio pada Lampiran 2, dan contoh

portofolio pada Lampiran 3.

Page 19: Pedoman Penyusunan Naskah Por to Folio Karya Seni Monumental Pertunjukan Dan Kriteria Penilaiannya - Supriatun

15

Bagian 4

KRITERIA DAN FORMAT PENILAIAN

Penilaian atas suatu karya seni yang diusulkan untuk angka kredit oleh

Tim Penilaia Angka Kredit Jabatan Guru di daerah maupun di pusat tidak

dimaksudkan untuk menilai bobot atau kualitas karya seni tersebut melainkan

menilai kelengkapan dan keabsahan benda seni yang akan dinilaikan. Jika

kelengkapan administratif dan dan keabsahan karya seni yang akan dinilai itu

lengkap, tidak ada alasan bagi Tim penilai untuk menolaknya.

Seleksi keabsahan kualitas karya seni dilakukan oleh organisasi profesi

kesenian yang relevan atau oleh publikasi media massa (ruang seni-budaya

surat kabar, majalah seni, tayangan seni-budaya radio atau televisi). Jika

tidak memungkinkan diperoleh pengakuan dari organisasi profesi kesenian

atau media massa di suatu daerah, Kepala Dinas Pendidikan u.p. Kepala Seksi

Kebudayaan di tingkat kabupaten/kota dapat difungsikan sebagai

penggantinya. Pengakuan tersebut merupakan rekomendasi bagi karya seni

itu untuk dapat dinilaikan bagi angka kredit jabatan guru. Rekomendasi inilah

yang perlu dilampirkan pada naskah portofolio bagi karya seni yang bukti

fisiknya tidak dapat disertakan.

Bagi karya seni yang bukti fisiknya dapat disertakan, penilaian

sepenuhnya menjadi kewenangan Tim Penilaian. Dalam hal ini Tim Penilaian

Page 20: Pedoman Penyusunan Naskah Por to Folio Karya Seni Monumental Pertunjukan Dan Kriteria Penilaiannya - Supriatun

16

dapat menunjuk salah satu anggotanya yang memiliki kompetensi atau

apresiasi seni yang relevan berdasarkan ketentuan atau kriteria yang

ditetapkan di bawah ini.

4.1 Kriteria Penilaian

Berdasarkan Sub-unsur III Pengembangan Profesi berdasarkan SK

Mendikbud Nomor 025/O/1995 tentang Petunjuk Teknis Ketentuan

Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, standar nilai

penciptaan karya seni monumental/pertunjukannya sebagai berikut.

• Angka kredit perorangan 5.

• Angka kredit kelompok: Ketua 3, Anggota 2.

Standar nilai itu selanjutnya diterapkan kepada berbagai jenis karya

seni. Penerapan itu dapat berbeda-beda di antara sejumlah karya seni.

Perbedaan itu sangat ditentukan oleh kualitas proses penciptaan dan jenis

produk yang dihasilkan. Walaupun sesungguhnya nilai proses penciptaan seni

itu sama, namun intensitas dan tingkat kerumitan serta media masing-masing

menciptakan suatu produk karya seni yang berbeda. Contoh, proses

penciptaan sebuah lukisan sama dengan proses penciptaan sebuah puisi,

namun sebuah puisi tidak sebanding dengan sebuah lukisan dari segi materi

dan medianya. Untuk mengekspresikan gagasannya, seorang pelukis

memerlukan media yang tidak sederhana berupa kanvas dan cat, sedangkan

seorang penyair hanya memerlukan selembar kertas dan sebuah bolpoin

untuk menciptakan sebuah puisi. Secara material biaya produksi sebuah

lukisan jelas lebih mahal daripada sebuah puisi.

Berdasarkan kasus itulah diperlukan pembedaan kuantitas karya seni

yang akan dinilaikan. Pembedaan itu sekaligus sebagai acuan dalam

menentukan standar penilaian suatu karya seni yang diusulkan untuk angka

kredit jabatan guru sebagai berikut.

Page 21: Pedoman Penyusunan Naskah Por to Folio Karya Seni Monumental Pertunjukan Dan Kriteria Penilaiannya - Supriatun

17

4.1.1 Seni Rupa

Karya seni rupa berupa lukisan, kolase, kaligrafi, patung, karya

instrumental, kriya (keramik, kayu, logam, tekstil), busana (mode),

billboard, dan sebagainya harus asli karya sendiri. Jumlah setiap jenis

minimal 3 karya yang telah dipamerkan dalam pameran tunggal atau

pameran kolektif dan mendapat pengakuan dari organisasi profesi atau pakar

seni yang relevan minimal tingkat kabupaten/kota.

Sebuah lukisan batik karya Budiono dan lukisan kaligrafi karya siswa SMKN 5 Yogyakarta (Foto: dok)

Karya seni desain grafis jenis sampul buku berjumlah 3 karya buku yang

telah diterbitkan ber-ISBN. Jenis desain grafis berupa poster, folder, atau

brosur dan sejenisnya dapat diajukan minimal 20 desain yang telah dicetak

dan diedarkan secara massal dan diakui oleh masyarakat minimal di tingkat

kabupaten/kota dan direkomendasi oleh pakar seni yang relevan.

4.1.2 Seni Pertunjukan

Setiap jenis seni pertunjukan dapat dinilaikan untuk satu kali penilaian

angka kredit jabatan guru, dengan persyaratan umum telah dipertunjukkan di

Page 22: Pedoman Penyusunan Naskah Por to Folio Karya Seni Monumental Pertunjukan Dan Kriteria Penilaiannya - Supriatun

18

depan umum dan mendapat pengakuan atau rekomendasi dari organisasi

kesenian atau pakar kesenian yang relevan minimal di tingkat kabupaten/

ota.

Seni pertunjukan seperti teater/film memiliki unsur seni yang kompleks,

karena di dalamnya mengandung berbagai jenis karya seni lain sebagai

pendukung seperti tata laku (seni akting), tata pentas (seni dekorasi/

interior), tata busana (seni kriya tekstil), tata rian (seni kecantikan), tata

lampu (seni rupa), dan tata suara (seni musik/vokal). Terhadap setiap jenis

karya seni yang menjadi bagian dari pementasan teater/film dapat dianggap

sebagai bagian tersendiri dari kegiatan penciptaan seni, sejauh penciptanya

dapat menunjukkan bukti-bukti kreativitas proses penciptaan seni yang

dilakukannya masing-masing dalam sebuah portofolio sendiri.

Sebuah auditorium dan salah satu jenis seni pertunjukan (Foto: dok)

Karya seni pertunjukan yang lain seperti seni musik dan seni tari dapat

diperlakukan seperti seni teater/film sesuai dengan kegiatan proses kreatif

penciptaan seni yang menjadi subordinasinya. Bahkan jika naskahnya telah

diterbitkan ber-ISBN dapat dihargai sebagaimana karya sastra, sedangkan jika

pementasan juga dilakukan oleh penulis naskah dapat dihargai sebagai karya

seni pertunjukan. Tetapi jika yang mementaskan orang lain, penilaian

Page 23: Pedoman Penyusunan Naskah Por to Folio Karya Seni Monumental Pertunjukan Dan Kriteria Penilaiannya - Supriatun

19

berlaku hanya untuk sutradara (seni teater/film), pencipta tari (seni tari),

atau konduktor/aranger (seni musik) sebagai pencipta pertunjukan.

4.1.3 Seni Sastra

Untuk jenis karya seni sastra seperti puisi, novel, cerita pendek, lakon

(naskah drama, naskah sinetron/film) pengakuannya berupa penerbitan karya

itu oleh penerbit yang bereditor dan diedarkan luas di masyarakat. Setiap

penerbitan berupa buku sastra harus memiliki ISBN. Jika tidak berupa buku,

karya tersebut pernah dimuat dalam media massa (majalah atau surat kabar)

nasional/daerah yang reputasinya di bidang sastra diakui oleh

masyarakatnya. Jika karya itu dimuat bersambung, karya tersebut tetap

dianggap satu judul/naskah utuh.

Sastra adalah suatu karya seni bermedia bahasa (Foto: dok)

Untuk jenis cerita pendek (cerpen) yang dimuat dalam media massa

minimal harus berjumlah 10 cerpen, sedangkan jenis puisi minimal 20 puisi.

Hal yang sama juga berlaku bagi naskah lagu/aransemen musik dan karya seni

lain yang diterbitkan sebagai buku atau direkam sebagai kaset auditif, kaset

visual, compac disk (cd/vcd/dvd) yang diedarkan secara massal.

Naskah drama/teater dan repertoar musik yang tidak diterbitkan

sebagai buku atau bentuk rekaman, diakui sebagai bagian utuh dari suatu

pertujukan jika dipentaskan di depan publik sebagai bentuk pengakuan

masyarakat.

Page 24: Pedoman Penyusunan Naskah Por to Folio Karya Seni Monumental Pertunjukan Dan Kriteria Penilaiannya - Supriatun

20

4.2 Format Penilaian

Format penilaian berikut hanya sebuah model yang dapat dikembangkan

atau dimodifikasi sesuai dengan keperluan.

FORMAT PENILAIAN ANGKA KREDIT JABATAN FUNGSIONAL GURU

SUBUNSUR PENCIPTAAN KARYA SENI MONUMENTAL/PERTUNJUKAN

Nomor : Periode Penilaian : Tanggal Penilaian : Nama Penilai :

1. Jenis Karya Seni : ……………………………………………………………………………………………………… 3. Judul Karya Seni : ……………………………………………………………………………………………………… 4. Kategori Karya Seni : Perorangan/Kelompok* 5. Nama Pencipta Utama : ……………………………………………………………………………………………………… 6. Nama Pencipta Anggota : 1) ………………………………………………………………………………………………… 2) ........................................................................... 3) ...................................................................... dst. 7. Karya Seni yang dinilai:

No Jenis Karya Seni Ada Tidak Ada

Keterangan

1 Buku Sastra/Kumpulan Naskah Lagu

a. Buku asli atau fotokopi yang sah

DITERIMA/DITOLAK* NILAI: …………………… Alasan DITOLAK: ……………………………………………………………………………………………………………………………………………..

b. Memiliki nomor ISBN

c. Surat Keterangan dari Kepala Seko-lah tentang kebenaran dan keaslian ciptaan

2 Kaset/VCD/film

a. Kaset/VCD/film

DITERIMA/DITOLAK* NILAI: …………………. Alasan DITOLAK: ……………………………………………………………………………………………………………………………………………..

b. Diedarkan secara nasional/lokal de-ngan Surat Pernyataan dari Produ-ser atau Perusahaan yang mempro-duksi, atau kliping publikasi/iklan pada media massa

Page 25: Pedoman Penyusunan Naskah Por to Folio Karya Seni Monumental Pertunjukan Dan Kriteria Penilaiannya - Supriatun

21

c. Surat Keterangan dari Kepala Seko-lah tentang kebenaran dan keaslian ciptaan

3 Karya desain: brosur, sampul buku, dll.

a. Karya asli sesuai dengan kriteria jumlah yang dipersyaratkan

DITERIMA/DITOLAK* NILAI: …………………. Alasan DITOLAK: ……………………………………………………………………………………………………………………………………………..

b. Diedarkan secara luas minimal di tingkat kabupaten dengan Surat Pernyataan dari Penerbit atau Pemesan

c. Surat Keterangan dari Kepala Seko-lah tentang kebenaran dan keaslian ciptaan

4 Seni Rupa/Kriya/Pertunjukan

a. Foto-foto atau rekaman karya seni sesuai dengan kriteria jenis dan jumlah yang dipersyaratkan

DITERIMA/DITOLAK* NILAI: …………………. Alasan DITOLAK: ……………………………………………………………………………………………………………………………………………..

b. Narasi tentang proses penciptaan karya seni ybs.

c. Bukti dipamerkan/dipertunjukkan minimal di tingkat kabupaten/kota dari Panitia Penyelenggara atau kliping publikasi/iklan di media massa

d. Bukti pengakuan pakar/organisasi profesi seni yang bersangkutan minimal tingkat kabupaten/kota, atau surat penghargaan pemenang lomba, atau kliping resensi di me-dia massa tentang karya seni yang dipamerkan/dipertunjukkan

e. Surat Keterangan/Pengesahan dari Kepala Sekolah tentang kebenaran dan keaslian ciptaan

f. Identitas dan biodata pencipta

*Coret salah satu. Kriteria Nilai: Karya perorangan: 5

Page 26: Pedoman Penyusunan Naskah Por to Folio Karya Seni Monumental Pertunjukan Dan Kriteria Penilaiannya - Supriatun

22

Karya tim/kolektif: ....………………….., ……………………… 2006 o Ketua : 3 Penilai, o Anggota : 2

---------------------------------------------- (tanda tangan, nama lengkap, NIP)

4.3 Pedoman Penilaian

Dari kriteria tersebut selanjutnya dapat dirumuskan dalam suatu

pedoman penilaian sebagai berikut.

(1) Karya seni monumental adalah karya seni yang bersifat (a) permanen, (b)

meningkatkan wibawa penciptanya atau lingkungannya, (c) dipamerkan

atau dipentaskan minimal di tingkat kabupaten/kota, dan (d) diakui oleh

masyarakat dan pakar seni

(2) Seni monumental karya perorangan atau kolektif berupa seni rupa dan

kriya, seni sastra, seni desain, seni pertunjukan, dan sebagainya. Karya

tersebut dapat diciptakan tidak hanya oleh guru bidang studi Kesenian

tetapi oleh semua guru bidang studi yang lain.

(3) Naskah karya seni berupa portofolio yang terkait dengan kegiatan proses

penciptaan seni sampai proses pameran/pementasan, yang di dalamnya

berisi naskah:

(a) publikasi rencana tentang pameran/pertunjukan,

(b) deskripsi proses penciptaan, kegiatan pameran/pertunjukan, dll.,

(c) foto-foto kegiatan, dan

(d) pengakuan masyarakat dapat berupa: (i) kliping berita, resensi, atau

opini dalam surat kabar, (ii) surat penghargaan dari panitia

pertunjukan, (iii) surat penghargaan pemenang lomba, (iv)

pengakuan organisasi pro-fesi/pejabat dinas pendidikan tingkat

kabupaten/kota, dan (e) penge-sahan kepala sekolah. Hasil

penciptaan dan pameran/pementasan karya seni yang sama hanya

dapat digunakan untuk satu kali penilaian

Page 27: Pedoman Penyusunan Naskah Por to Folio Karya Seni Monumental Pertunjukan Dan Kriteria Penilaiannya - Supriatun

23

(4) Seni sastra berupa puisi, cerpen, novel, dan naskah drama telah

dipublikasikan dalam bentuk buku yg memiliki ISBN, atau setiap naskah

utuh yang dimuat dalam media massa nasional/daerah. Cerpen minimal

10 naskah cerpen dan puisi minimal 20 puisi.

(5) Setiap repertoar/aransemen atau lagu ciptaan baru yang pernah

dipentaskan dan diakui oleh masyarakat dan organisasi profesi minimal

tingkat kabupaten/ kota.

(6) Seni pendukung karya seni pertunjukan seperti seni drama/teater/film,

seni tari, dan seni musik dapat diusulkan secara mandiri sebagai karya

cipta seni.

(7) Karya seni busana minimal 3 kreasi yang harus diperagakan minimal di

tingkat kabupaten/kota.

(8) Karya seni desain grafis seperti pamflet, poster, brosur minimal 20 karya

yang berbeda yang dicetak dan diedarkan secara luas minimal di tingkat

kabupaten/kota dan diakui oleh pakar. Karya desain seperti poster besar

(billboard) yang diakui oleh masyarakat identik dengan sebuah lukisan.

(9) Karya seni pemenang lomba tingkat kabupaten/kota, sertifikat atau surat

penghargaan dianggap sebagai pengakuan pakar dan masyarakat.

Sebuah karya seni kriya kulit. Kapan harus ditolak? (Foto: dok)

Page 28: Pedoman Penyusunan Naskah Por to Folio Karya Seni Monumental Pertunjukan Dan Kriteria Penilaiannya - Supriatun

24

4.4 Kriteria Penolakan

Untuk memperjelas aplikasi kriteria penilaian, dapat dilakukan

pengecekan dengan mengidentifikasi unsur penolakan jenis karya seni yang

dinilaikan untuk angka kredit jabatan guru antara lain sebagai berikut.

(1) Karya seni yang bukti fisiknya dapat disertakan tetapi bukti fisik itu tidak

disertakan.

(2) Karya seni yang bukti fisiknya disertakan tetapi tidak disertai

kelengkapannya:

a. Tidak disertai surat keterangan kepala sekolah.

b. Tidak memiliki ISBN untuk penerbitan buku (sastra, aransemen musik,

dll.) atau surat keterangan diedarkan secara nasional oleh produser

untuk benda rekaman audio/audiovisual (kaset, vcd, film).

(3) Karya seni yang bukti fisiknya tidak dapat disertakan tetapi berkas/naskah

portofolio/narasinya tidak lengkap:

a. Tidak ada surat keterangan pengesahan dari Kepala Sekolah

b. Tidak ada surat keterangan/rekomendasi dari (salah satu):

(1) Organisasi profesi seni, minimal tingkat kaupaten/kota

(2) Pengakuan masyarakat berupa fotokopi sah resensi/ulasan karya

seni yang dipamerkan/dipertunjukkan dalam surat kabar/majalah

(3) Surat keterangan pengakuan ikut dipamerkan/dipertunjukkan dari

pa-nitia pameran/pertunjukkan minimal tingkat kabupaten/kota.

(4) Surat keterangan memenangkan lomba cipta seni.

c. Jumlah satuan jenis karya seni yang dinilaikan tidak sesuai dengan

keten-tuan.

d. Tidak ada naskah narasi/deskripsi tentang prosesn penciptaan karya

seni yang dinilaikan.

e. Tidak disertakan bukti foto/naskah rekaman auditif atau visual yang

lengkap.

Page 29: Pedoman Penyusunan Naskah Por to Folio Karya Seni Monumental Pertunjukan Dan Kriteria Penilaiannya - Supriatun

25

f. Tidak disertakan bukti telah dipamerkan/dipertunjukkan (foto-foto

pameran/pertunjukan dan surat keterangan panitia atau fotokopi sah

ulasan/resensi dalam surat kabar)

g. Tidak dijilid sebagai satu berkas yang utuh dengan diberi sampul

warna biru laut dan diberi judul/identitas sesuai dengan format yang

telah ditentukan.

(4) Sebagian atau semua karya seni yang diajukan ternyata telah ikut

dinilaikan pada periode penilaian angka kredit sebelumnya.

(5) Sebagian atau semua karya seni yang diajukan diragukan keasliannya atau

meniru hasil karya orang lain.

Brosur & katalog dan poster pameran lukisan. (Foto: dok)

Page 30: Pedoman Penyusunan Naskah Por to Folio Karya Seni Monumental Pertunjukan Dan Kriteria Penilaiannya - Supriatun

26

Bagian 5

PENUTUP

Proses penilaian angka kredit ditekankan pada aspek penciptaan karya seni

monu-mental/pertunjukan, baik yang dilakukan oleh individu maupun kolektif. Oleh

karena itu, kegiatan kesenian yang tidak terkait dengan penciptaan karya seni, tidak

dapat dinilaikan.

Pengajuan portofolio proses kreatif karya seni sebagai pengganti bukti fisik

karya seni yang diciptakan oleh guru hanya berlaku untuk satu kali pengusulan dan

penilaian. Berdasarkan ketentuan-ketentuan tersebut diharapkan semua guru yang

memiliki potensi sebagai pencipta seni dapat lebih termotivasi dalam berkreasi dan

beriniovasi untuk meningkatkan profesionalismenya sebagai guru yang seniman

maupun seniman yang guru. Pada gilirannya diharapkan juga akan berdampak positif

bagi pengembangan kreativitas siswa dan masyarakat di sekitarnya dalam rangka

peningkatan kualitas pendidikan dan sumber daya manusia.

Page 31: Pedoman Penyusunan Naskah Por to Folio Karya Seni Monumental Pertunjukan Dan Kriteria Penilaiannya - Supriatun

27

DAFTAR PUSTAKA

Depdikbud. 1996/1997. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 025/O/1995 tentang Petunjuk Teknis Ketentuan Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Jakarta: Depdikbud, Ditjen Dikdasmen, Ditdikgutentis.

Dickie, George. 1979.

Mattulada, H.A. 2001. “Fungsi Pendidikan Seni dalam Masyarakat,” dalam Suryahadi & Nusanti, 2001:49—57.

Pamadhi, Hadjar. 2001. “Model Penilaian Karya Seni untuk Angka Kredit.” Makalah Seminar & Lokakarya Penulisan Jurnal Seni dan Pendidikan Seni di Universitas Negeri Malang, 22—23 Mei.

Ramli, M. 1998. Portofolio dalam Evaluasi dan Pembelajaran. Makalah Seminar Asesmen Portofolio PSSJ D-2 PGSD IKIP Malang, 29 April 1998.

Sedyawati, Edi. 2002. Indonesian Heritage: Seni Pertunjukan. Jakarta: Buku Antar-bangsa untuk Grolier International, Inc.

Soemantri, Hilda. 2002. Indonesian Heritage: Seni Rupa. Jakarta: Buku Antarbangsa untuk Grolier International, Inc.

Suparno. T.th. “Menciptakan karya Seni Monumental/Pertunjukan dalam Pengem-bangan Profesi bagi Jabatan Fungsional Guru.” Makalah tidak diterbitkan.

Suryahadi, A.A. & Nusanti, I. 2001. Bunga Rampai Pendidikan Seni. Yogyakarta: Unit Pe-nelitian dan Pengembangan PPPG Kesenian.

Sutopo, H.B. 2001. “Memasyarakatkan Seni Rupa, “ dalam Suryahadi & Nusanti, 2001:89--98.

Tierney, R.J. 1991. Portfolio Assessment in the Reading-Writing Classroom. Norwood, M.A: Christophers Gordon Publisher.

Page 32: Pedoman Penyusunan Naskah Por to Folio Karya Seni Monumental Pertunjukan Dan Kriteria Penilaiannya - Supriatun

28

LAMPIRAN 1

MATERI LAPORAN PORTOFOLIO KARYA SENI MONUMENTAL/PERTUNJUKAN

1. SAMPUL DEPAN: JUDUL, NAMA PENCIPTA, NIP, NAMA SEKOLAH

2. IDENTITAS PENCIPTA YANG DISAHKAN OLEH KEPALA SEKOLAH (NAMA LENGKAP, NIP, TEMPAT TGL.LAHIR, PANGKAT/GOL, JABATAN STRUKTURAL, JABATAN FUNGSIONAL, INSTITUSI/UNIT KERJA, ALAMAT UNIT KERJA & RUMAH, DLL.)

3. KATA PENGANTAR PENCIPTA

4. DAFTAR ISI/TABEL/GAMBAR

5. FOTO-FOTO DAN/ATAU REKAMAN AUDITIF/AUDIOVISUAL

6. NASKAH REFLEKSI PROSES KREATIF/PENCIPTAAN

7. BROSUR/PUBLIKASI PAMERAN/PERTUNJUKAN

8. BUKTI PENGAKUAN MASYARAT: KLIPING RESENSI, BERITA, ATAU OPINI MEDIA MASSA

9. PENGAKUAN ORGANISASI PROFESI KESENIAN DAN/ATAU PEJABAT DINAS PENDIDIKAN/KESENIAN TINGKAT KABUPATEN/KOTA

10. PERNYATAAN KEPALA SEKOLAH TENTANG KEASLIAN KARYA SENI CIPTAAN GURU DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN UNTUK ANGKA KREDIT SEBELUMNYA

11. BIODATA PENCIPTA

12. LAIN-LAIN YANG DIANGGAP PERLU

Page 33: Pedoman Penyusunan Naskah Por to Folio Karya Seni Monumental Pertunjukan Dan Kriteria Penilaiannya - Supriatun

29

LAMPIRAN 2a

NASKAH REFLEKSI-DESKRIPTIF/NARATIF

1. JENIS KARYA SENI

2. JUDUL KARYA SENI

3. NAMA PENCIPTA

A. PENCIPTA UTAMA

B. PENCIPTA ANGGOTA

4. WAKTU PENCIPTAAN

A. LAMANYA

B. DARI TANGGAL S.D. TANGGAL

5. PROSES PENCIPTAAN

A. PERENCANAAN PENCIPTAAN

B. PROSES KREATIF

C. HASIL

6. PAMERAN/PEMENTASAN

A. PERENCANAAN PAMERAN/PEMENTASAN

B. TANGGAL PAMERAN/PEMENTASAN

C. TEMPAT PAMERAN/PEMENTASAAN

D. KEGIATAN PAMERAN/PEMENTASAN

E. EVALUASI PAMERAN/PEMENTASAN

7. DAFTAR KARYA SENI YANG PERNAH DIHASILKAN PENCIPTA

8. LAMPIRAN

Page 34: Pedoman Penyusunan Naskah Por to Folio Karya Seni Monumental Pertunjukan Dan Kriteria Penilaiannya - Supriatun

30

LAMPIRAN 2b

………….. (JUDUL) …………..

Naskah Laporan Potofolio Penciptaan Karya Seni Monumental/Pertunjukan

diajukan untuk Usulan Penilaian Angka Kredit Jabatan Fungsional Guru

LOGO SEKOLAH

….(Nama lengkap, dengan gelar)….. NIP ………………

PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA ….. SEKOLAH …..

KOTA …. BULAN DAN TAHUN

Page 35: Pedoman Penyusunan Naskah Por to Folio Karya Seni Monumental Pertunjukan Dan Kriteria Penilaiannya - Supriatun

31

LAMPIRAN 2c

IDENTITAS PENCIPTA

1. a. Judul Karya Seni : …………………………..................………………….1 b. Jenis Karya Seni : …………………………………………..................….2 c. Kategori : Perorangan/Kolektif3

2. Pencipta Utama : a. Nama lengkap : ………….……………………………….................... b. Jenis Kelamin : …………………………………………..................... c. Tempat, Tgl. Lahir : …………………………………......................… d. Pangkat/Gol./NIP : ……………………………………....................…. e. Jabatan : …………………………………………..................... f. Unit Kerja : …………………………………………..................... g. Alamat Unit Kerja : ..……………………………………..................... h. Alamat Rumah : ..……………………………………….....................

3. Jumlah Tim Pencipta : …...... orang a. Nama Anggota I : …..…………………………………. b. Nama Anggota II : ……………………………………

c. dst. : …………………………………….

4. Lokasi penciptaan : ……………………………………………….

5. Waktu penciptaan : …..hari (…….. s.d. ……… ) …….…………., ………………2005

Mengetahui/Mengesahkan: Pencipta Utama, Kepala Sekolah ……

(Nama lengkap, dengan gelar) (Nama lengkap, dengan gelar) NIP ……………… NIP ………………

1 Diisi judul atau tema karya seni 2 Diisi Seni Rupa, Seni Musik, Seni Teater, atau seni yang lain. 3 Coret salah satu

Page 36: Pedoman Penyusunan Naskah Por to Folio Karya Seni Monumental Pertunjukan Dan Kriteria Penilaiannya - Supriatun

32

LAMPIRAN 2d

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Pencipta

…………………………….. ………………………………………………………………………………………………….

Ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu ter-ciptanya karya seni ini ………………………..….………………………………... ………………………………………………………………………………………………………………

Manfaat dan harapan ………………………………..……..…………………………… ……….………………………………………………………………………………………

……………….., …………… 2005 Pencipta

LAMPIRAN 2e

DAFTAR ISI

halaman

IDENTITAS PENCIPTA ......................................................... ii KATA PENGANTAR PENCIPTA ................................................ iii DAFTAR ISI ..................................................................... IV DAFTAR TABEL/GAMBAR .................................................... v

1. FOTO-FOTO DAN/ATAU REKAMAN AUDITIF/AUDIOVISUAL ......... 1

2. NASKAH REFLEKSI PROSES KREATIF/PENCIPTAAN .................. 7

3. BROSUR/PUBLIKASI PAMERAN/PERTUNJUKAN ...................... 9

4. BUKTI PENGAKUAN MASYARAKAT** ................................... 4.1 Kliping Surat Kabar/Majalah ..................................... 4.2 Fotokopi Pernyataan pada Buku Tamu Pameran/Pertunjukan ..

5. PENGAKUAN ORGANISASI PROFESI ........................................

6. PERNYATAAN KEPALA SEKOLAH ...........................................

7. BIODATA PENCIPTA .........................................................

8. LAMPIRAN ....................................................................

**bisa salah satu LAMPIRAN 2f

BUKTI PENGAKUAN MASYARAKAT

Page 37: Pedoman Penyusunan Naskah Por to Folio Karya Seni Monumental Pertunjukan Dan Kriteria Penilaiannya - Supriatun

33

[Bukti pengkuan masyarakat dapat berupa beberapa atau salah satu dari bukti formal berikut.

Kliping berita, resensi, atau opini dalam media massa. Surat penghargaan dari panitia penyelenggara pameran/pementasan. Surat penghargaan pemenang lomba karya seni. Surat pengakuan dari organisasi profesi kesenian dan/atau pejabat

Dinas Pendidikan Kota/Kabupaten]. LAMPIRAN 2g

LOGO DAN KOP SEKOLAH

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN KARYA SENI Nomor: …………………………..

Yang bertanda tangan di bawah ini, Nama : NIP : Pangkat/Golongan: Jabatan : Kepala Sekolah Unit Kerja :

menyatakan bahwa sesugguhnya karya seni ………… bertema/berjudul: ………….…………………………………………………………………………......................... adalah benar karya asli dan belum pernah diusulkan untuk pengajuan Angka Kredit Jabatan Guru sebelumnya dari:

Nama : ................................................................ NIP : ................................................................ Pangkat/Golongan: Jabatan : Unit Kerja :

Surat pernyataan ini dibuat untuk digunakan sebagaimana mestinya. …………….., ………….. 2005 Kepala Sekolah,

(Nama lengkap, NPMP, dan NIP) LAMPIRAN 2h

Page 38: Pedoman Penyusunan Naskah Por to Folio Karya Seni Monumental Pertunjukan Dan Kriteria Penilaiannya - Supriatun

34

BIODATA PENCIPTA

[1. Biodata guru pencipta karya seni terdiri dari bagian-bagian:

Identitas Diri (Nama lengkap, Jenis kelamin, Tempat dan tgl.

lahir, dan lain-lain.)

Riwayat Pendidikan

Pengalaman (Kerja/Jabatan dan Kegiatan Kesenian)

Daftar Karya Seni yang Pernah Diciptakan

Penghargaan yang pernah diterima (di bidang seni dan nonseni)

Lain-lain yang perlu dikemukakan

2. Biodata harus benar dan ditandatangani oleh yang bersangkutan]

Page 39: Pedoman Penyusunan Naskah Por to Folio Karya Seni Monumental Pertunjukan Dan Kriteria Penilaiannya - Supriatun

LAMPIRAN 3a

FANTASI DUNIA ANAK

PORTOFOLIO

Penciptaan Karya Seni Monumental diajukan untuk Usulan Penilaian Angka Kredit

Jabatan Fungsional Guru Periode April 2006

Drs. Dewobroto, M.Pd NIP 131656351

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA

DINAS PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN SMA NEGERI 8 YOGYAKARTA

2005

Page 40: Pedoman Penyusunan Naskah Por to Folio Karya Seni Monumental Pertunjukan Dan Kriteria Penilaiannya - Supriatun

1

IDENTITAS PENCIPTA

1. a. Judul Karya Seni : FANTASI DUNIA ANAK

b. Jenis Karya Seni : Seni Lukis

c. Kategori : Perorangan

2. Pencipta Utama:

a. Nama lengkap : Drs. Dewobroto, M.Pd

b. Jenis Kelamin : Pria

c. Tempat, Tgl. Lahir : Yogyakarta, 21 Maret 1957

d. Pangkat/Gol./NIP : Pembina/IV.a/131656351

e. Jabatan : Guru Pembina

f. Unit Kerja : SMA Negeri 8 Yogyakarta

g. Alamat Unit Kerja : Jalan Kenari No. 70 Yogyakarta

h. Alamat Rumah : Jalan Kaliurang No. 69 Yogyakarta

3. Jumlah Tim Pencipta : 1 orang a. Nama Anggota I : -- b. Nama Anggota II : --

4. Lokasi penciptaan : Yogyakarta

5. Waktu penciptaan : 3 bulan (1 September 2005 s.d. 28 November 2005)

Yogyakarta, 7 Desember 2005

Mengetahui/Mengesahkan: Pencipta Utama,

Kepala SMA Negeri 8 Yogyakarta, ttd. ttd/cap Drs. M. Nurrachmat, M.Hum Drs. Dewobroto, M.Pd NIP 131598918 NIP 131656351

Page 41: Pedoman Penyusunan Naskah Por to Folio Karya Seni Monumental Pertunjukan Dan Kriteria Penilaiannya - Supriatun

2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Pencipta dengan selesainya serangkaian proses penciptaan hingga kegiatan pameran karya seni kriya topeng bertema “Fantasi

Dunis Anak.” Tema tersebut sebenarnya merupakan subtema dari tema induk dari suatu kegiatan penciptaan dan pameran 3 perupa Yogyakarta dengan 30 karyanya. Ketiga

perupa lain itu adalah Noor Effansyah (11 lukisan), J. Eka Suprihadi (6 lukisan, 5 desain

grafis), dan Dewobroto (8 lukisan). Adapun tema induk pameran bersama seni rupa yang bertempat di Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta tanggal 2—9 Juli 2005 itu

adalah “Tiga Lukisan Tiga Wajah”. Khusus proses penciptaan lima lukisan untuk dinilai dalam perhitungan angka

kredit jabatan fungsional guru ini, tidak lepas dari dukungan dan bantuan sejumlah na-

ma seperti Subroto (Banjarmasin), Hajar Pamadhi (Yogyakarta), M. Nurrachmat (Plh. Kepala SMA Negeri 8 Yogyakarta), serta rekan-rekan guru dan siswa SMA Negeri 8 Yog-

yakarta. Untuk itu, ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus patus saya sampai-kan kepada mereka. Ucapan serupa juga patut saya sampaikan kepada pihak-pihak lain,

yang tidak sempat saya sebut namanya satu demi satu, yang telah mendukung kegiatan tersebut.

Mudah-mudahan lukisan dan pameran lukisan itu dapat memberi nuansa baru bagi

kehidupan berkesenian di tanah air, khususnya di Yogyakarta. Selain itu, karya-karya tersebut juga diharapkan dapat menumbuhkan motivasi berapresiasi seni di kalangan

guru dan peserta didik. Semoga.

Yogyakarta, 5 Desember 2005

Pencipta

Page 42: Pedoman Penyusunan Naskah Por to Folio Karya Seni Monumental Pertunjukan Dan Kriteria Penilaiannya - Supriatun

3

DAFTAR ISI

hlm.

IDENTITAS PENCIPTA .................................................................................. ii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii

DAFTAR ISI .............................................................................................. iv

Bagian 1 FANTASI DUNIA ANAK DALAM FOTO .................................................... 1

Bagian 2 REFLEKSI PROSES PENCIPTAAN .......................................................... 3

Bagian 3 KELENGKAPAN LAIN ……………………………………………………………………………………………. 5 a. BROSUR/PUBLIKASI PERTUNJUKAN ……………………………………………………………….. 5 b. PENGAKUAN MASYARAKAT………………………………………………………………………………. 6

BIODATA PENCIPTA ……………………………………........................................................ 7

PENGESAHAN KEPALA SEKOLAH ……………………..................................................... 8

Page 43: Pedoman Penyusunan Naskah Por to Folio Karya Seni Monumental Pertunjukan Dan Kriteria Penilaiannya - Supriatun

4

BAGIAN I

FANTASI DUNIA ANAK DALAM FOTO

Lukisan bertema “Fantasi Dunia Anak” dalam portofolio ini terdiri atas 5 lukisan di atas

kanvas dalam berbagai ukuran dengan cat minyak. Lukisan-lukisan itu merupakan bagian dari

sejumlah lukisan yang disertakan dalam Pemeran Lukisan “Tiga Pelukis Tiga Wajah” bersama Noor

Effansyah dan J. Eka Suprihadi yang diselenggarakan pada tanggal 2—9 September 2000 di Musem

Benteng Vredenburg oleh pelukis masing-masing secara kolaborasi. Gambar fisik topeng

kontemporer itu sebagai berikut.

GAMBAR 1:

Dewobroto. Kucingku belang beranak belang.

90x90 cm, kanvas, cat minyak. GAMBAR 2:

Dewobroto. Aku dan temaku gajah 1.

90x90 cm, kanvas, cat minyak

Page 44: Pedoman Penyusunan Naskah Por to Folio Karya Seni Monumental Pertunjukan Dan Kriteria Penilaiannya - Supriatun

5

GAMBAR 3:

Dewobroto. Aku dan temanku gajah 2.

120 x 90 cm, kanvas, cat minyak

GAMBAR 4:

Dewobroto. Petak umpet.

120 x 90 cm, kanvas, cat minyak

GAMBAR 5:

Dewobroto. Bermain di luar rumah.

40 x 30 cm, kertas, cat air

Page 45: Pedoman Penyusunan Naskah Por to Folio Karya Seni Monumental Pertunjukan Dan Kriteria Penilaiannya - Supriatun

6

GAMBAR 6:

Pengunjung tampak menikmati lukisan yang dipamerkan (Foto: dok)

Pameran dihadiri oleh sekitar 243 pengunjung atau rata-rata 40 orang setiap hari, di

antaranya dihadiri oleh pengamat/kritikus seni, seniman, wartawan, mahasiswa seni, siswa,

dan masyakarakat umum.

Page 46: Pedoman Penyusunan Naskah Por to Folio Karya Seni Monumental Pertunjukan Dan Kriteria Penilaiannya - Supriatun

7

BAB III

REFLEKSI PROSES PENCIPTAAN

1. LATAR BELAKANG

Dunia anak-anak penuh dengan fantasi, tampak lucu, lugu, dan menyenangkan. Fan-tasi

mereka mampu mengungkapkan perasaan dan jiwa mereka yang merdeka tanpa takut salah atau

dipersalahkan. Kondisi tersebut bagi seorang seniman merupakan sumber ilham yang tak pernah

kering.

Cinta dan kasih sayang sayang mereka perlukan dari kita. Upaya untuk memahami mereka,

melindunginya, dan mengembangkan potensinya merupakan tugas orang tua sebagaimana diamah-

kan oleh Tuhan Sang Maha pencipta.

Kelima lukisan yang tercipta dan dipamerkan ini pun bersumber dari dunia fantasi anak-

anak tersebut. Tidak sedikit orang tua yang terobsesi kepada masa kanak-kanaknya sehingga

pengaruhnya abadi melekat pada dirinya. Tidak terkecuali diri saya.

2. PROSES PENCIPTAAN

Pengekspresian gagasan dan imajinasi tentang dunia fantasi anak-anak merupakan pilihan

yang saya sadari segala risikonya di antara tema-tema lukisan saya. Penggambaran di atas kanvas

dengan berbagai ukuran dan penggunaan cat minyak merupakan pilihan yang saya sukai karena

kemampuan eksplorasinya yang kaya alternatif. Sesekali memang, saya memerlukan cat air dan

kertas untuk bereksperimen.

Selain anak-anak, hewan-hewan tertentu yang akrab dengan kehidupan manusia mejadi

simbol dari kehidupan yang ramah dan damai serta indah. Mengaitkan antara nak-anak dan he-

wan-hewan tertentu, terutama hewan peliharaan seperti kucing,m anjing, ayam, kupu-kupu, dan

sebagainya, merupakan penjelajahan ektetik yang menakjubkan. Apalagi jika dikemas dengan

taman yang menawarkan wewangian dan aneka ragam warna bunga mekar.

Kucingku belang beranak belang. Menggambarkan keakraban seorang bocah dengan kelu-

arga kucing peliharaannya. Kebetulan induk kucing itu belang dan menurun kepada anaknya. Aku

dan temanku gaja1 1 dan 2, menggambarkan keakraban batin yang indah tanpa dihalangi oleh

perbedaan fisik dan lingkungan dua makhluk Tuhan yang bernama bocah kecil dan bocah gajah.

Petak umpet dan Bermain di luar rumah merupakan bagian dari kehidupan anak yang merujuk

kepada referensi bahwa tema ‘di luar rumah dunia begitu terbuka, indah, dan menarik.’ Refe-

rensi itu yang mendominasi gagasan ini tentang dunia anak.

Page 47: Pedoman Penyusunan Naskah Por to Folio Karya Seni Monumental Pertunjukan Dan Kriteria Penilaiannya - Supriatun

8

Warna latar yang cenderung hitam menyiratkan dunia luar yang misteri dan menakutkan

bagi anak-anak. Sementara warna merah, kuning, hijau, dan biru mengeksprsikan keceriaan, ha-

rapan, dan masa depan.

3. HASIL

Setiap lukisan tidak sama waktu penyelesainnya. Aku dan temanku gajah 1 dan 2 tersele-

saikan dalam 1 minggu. Lukisan yang lain rata-rata selesai dalam seminggu, sedangkan untuk me-

dium kertas dan cat air terselesaikan dalam 2 hari. Secara keseluruhan karya-karya tersebut

selesai dalam kurun 3 bulan antara bulan Januari sampai Maret 2005.

Hasil tersebut diharapkan dapat menambah wawasan pemerhari, penikmat, dan pencipta

seni, khususnya seni lukis, sekaligus memperkaya khasanah kesenian kita.

Page 48: Pedoman Penyusunan Naskah Por to Folio Karya Seni Monumental Pertunjukan Dan Kriteria Penilaiannya - Supriatun

9

BAGIAN III

KELENGKAPAN LAIN

Portofolio ini juga dilengkapi dengan brosur informasi pameran yang dipasang di beberapa

tempat umum sebagai publikasi pameran. Pengakuan masyarakat diperoleh dari komentar dan

kesan-pesan pengunjung, khususnya para seniman dan kritikus serta lukisan yang hadir dalam

pameran seperti Dr. Amri Yahya (Universitas Negeri Yogyakarta), Dr. Burhan (ISI Yogyakarta), dan

Dr. Bakdi Soemanto (UGM), serta sambutan di media massa seperti TVRI, Harian Kedaulatan Rak-

yat (Yogyakarta), Harian Bernas (Yogyakarta), dan Harian Kompas (Jakarta).

Sebagian publikasi dan komentar itu sebagai berikut.

1. BROSUR/PUBLIKASI PAMERAN

Page 49: Pedoman Penyusunan Naskah Por to Folio Karya Seni Monumental Pertunjukan Dan Kriteria Penilaiannya - Supriatun

10

2. PENGAKUAN MASYARAKAT

Logo

ASOSIASI PELUKIS INDONESIA (API) YOGYAKARTA

memberikan

PENGHARGAAN

kepada:

Drs. Dewobroto, M.Pd

atas partisipasinya dalam pameran lukisan bersama

pada 2—8 September 2000 di Benteng Vredeburg Yogyakarta.

Yogyakarta, 8 September 2006 Ketua,

ttd/cap

Djoko S. Passandaran

Page 50: Pedoman Penyusunan Naskah Por to Folio Karya Seni Monumental Pertunjukan Dan Kriteria Penilaiannya - Supriatun

11

BIODATA PENCIPTA

Pasfoto

Dewobroto, dilahirkan di Yogyakarta 21 Maret 1957. Pendidikan TK hingga Perguruan

Tinggi ditempuhnya di kota gudeg itu pula. Tamat SD tahun .... dst.

Page 51: Pedoman Penyusunan Naskah Por to Folio Karya Seni Monumental Pertunjukan Dan Kriteria Penilaiannya - Supriatun

12

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA

DINAS PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN SMA NEGERI 8 YOGYAKARTA

Jalan Kenari No. 70 Yogyakarta. Telepon 0274-511865

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN KARYA SENI Nomor: 007/SK.12/2005

Yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama : Drs. M. Nurrachmat, M.Hum NIP : 131598918 Pangkat/Golongan : Pembina tk. I/IV.b Jabatan : Plh. Kepala Sekolah Unit Kerja : SMA Negeri 8 Yogyakarta

menyatakan bahwa sesungguhnya karya seni lukis bertema/berjudul “Fantasi Dunia Anak” dengan judul:

1. Kucingku belang beranak belang 2. Aku dan temanku gajah 1 3. Aku dan temanku gajah 2 4. Petak Umpet 5. Bermain di luar rumah

adalah benar karya asli dan belum pernah diusulkan untuk pengajuan Angka Kredit Jabatan Guru sebelumnya dari:

Nama : Drs. Dewobroto, M.Pd NIP : 131656351 Pangkat/Golongan: Pembina/IV.a Jabatan : Guru Pembina Unit Kerja : SMA Negeri 8 Yogyakarta

Surat pernyataan ini dibuat untuk digunakan sebagaimana mestinya. Yogayakarta, 5 Desember 2005 Plh. Kepala Sekolah, ttd/cap

Drs. M. Nurrachmat, M.Hum NIP 131598916