PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENGEMBANGAN...

29
i PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENGEMBANGAN KURIKULUM PROGRAM STUDI SARJANA UNIVERSITAS WAHID HASYIM 2013-2016

Transcript of PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENGEMBANGAN...

i

PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENGEMBANGANKURIKULUM PROGRAM STUDI SARJANA

UNIVERSITAS WAHID HASYIM2013-2016

i

KATA PENGANTARKurikulum memiliki arti yang sangat penting dalam proses pendidikan tinggi. Melalui kurikulumdirencanakan kompetensi atau learning outcomes beserta strategi pencapaiannya. Kurikulumyang baik, jika dilaksanakan dengan baik, akan menghasilkan lulusan yang berkualitas danmampu bersaing di pasar kerja.

Buku pedoman ini merupakan pedoman bagi penyusunan dan pengembangan kurikulumprogram studi sarjana (S1) di Universitas Wahid Hasyim. Isi buku ini diharapkan memberi arahyang jelas bagaimana cara atau prosedur dalam menyusun dan mengembangkan kurikulum,sehingga diperoleh kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan para stakeholders. Langkah-langkah kreatif sangat dibutuhkan dalam menyusun dan mengembangkan kurikulum agarkurikulum dapat dilaksanakan dengan berpusat pada mahasiswa (student centered learning).Namun demikian, kurikulum yang dihasilkan tidak boleh bertentangan dengan peraturanperundang-undangan yang berlaku.

Isi buku ini sangat ringkas, sehingga tidak memuat secara rinci tentang semua hal yangberkaitan dengan kurikulum, sehingga para penyusun dan pengembang kurikulum harus tetapmempelajari hal-hal yang berkaitan dengan kurikulum pendidikan tinggi. Dapat dipastikanbahwa buku ini memiliki banyak kekurangan, sehingga memerlukan saran dan kritik perbaikanagar kualitasnya meningkat.

Terima kasih yang sebesar-besarnya disampaikan kepada Tim Penyusun buku pedoman ini.Semoga dengan keberadaan buku pedoman ini kurikulum, proses pendidikan, dan lulusanUniversitas Wahid Hasyim memiliki kualitas tinggi.

Rektor,

Dr. H. Noor Achmad, MA

ii

DAFTAR ISIKATA PENGANTAR..........................................................................................................................i

DAFTAR ISI ..................................................................................................................................... ii

DAFTAR TABEL.............................................................................................................................. iii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................................................... iv

BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................................................. 1

BAB 2 KURIKULUM PENDIDIKAN TINGGI .................................................................................... 3

A. DEFINISI ......................................................................................................................... 3

B. KOMPETENSI................................................................................................................. 3

C. LEARNING OUTCOMES (LO/CAPAIAN PEMBELAJARAN)........................................... 5

Deskripsi Umum..............................................................................................................6

Deskripsi spesifik:............................................................................................................7

D. STANDAR KOMPETENSI LULUSAN.............................................................................. 7

E. SISTEM KREDIT SEMESTER (SKS) .............................................................................. 8

F. RAMBU-RAMBU PENGEMBANGAN KURIKULUM ........................................................ 9

G. TAHAP PENYUSUNAN KURIKULUM........................................................................... 10

Penetapan profil lulusan ................................................................................................ 11

Penetapan kompetensi lulusan/capaian pembelajaran..................................................12

Pengkajian kandungan elemen kompetensi ..................................................................13

Penentuan bahan kajian atau materi ajar ......................................................................14

Perkiraan dan penetapan beban (sks) serta pembentukan mata kuliah.........................15

Penyusunan struktur kurikulum .....................................................................................17

BAB 3 DOKUMEN KURIKULUM JURUSAN/PROGRAM STUDI................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................... 23

LAMPIRAN

1. Prosedur Tetap Evaluasi dan Pengembangan Kurikulum2. Prosedur Tetap Penyusunan Kurikulum Program Studi Baru

iii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Matriks hubungan antara kompetensi dengan elemen kompetensi............................... 5

Tabel 2 Contoh profil lulusan (Sailah, et al., 2012) .................................................................. 12

Tabel 3 Hubungan profil lulusan dengan kompetensi (Sailah, et al., 2012).............................. 13

Tabel 4 Matriks antara Rumusan Kompetensi dan Elemen Kompetensi dalam SKMendiknas No. 045/U/2002 (Sailah, et al., 2012)........................................................ 14

Tabel 5 Peta kaitan kompetensi dengan bahan kajian (Sailah, et al., 2012) ............................ 15

Tabel 6 Matriks hubungan bahan kajian dan kompetensi dalam bentuk mata kuliah(Sailah, et al., 2012).................................................................................................... 16

Tabel 7 Contoh Penetapan Mata Kuliah berdasarkan Matriks Hubungan antaraKompetensi Lulusan dan Bahan Kajian ...................................................................... 17

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kesetaraan capaian pembelajaran masing-masing program pendidikanpada ke-3 jalur pendidikan tinggi dengan jenjang kualifikasi pada KKNI(Dikti, 2010).............................................................................................................. 6

Gambar 2 Tahapan penyusunan kurikulum (Sailah, et al., 2012) ............................................ 11

Gambar 3 Contoh skematik struktur kurikulum serial (Sailah, et al., 2012).............................. 18

Gambar 4 Contoh skematik struktur kurikulum paralel (Sailah, et al., 2012) ........................... 18

Gambar 5 Contoh skematik struktur kurikulum seri-paralel (Sailah, et al., 2012)..................... 19

1

BAB 1PENDAHULUAN

Proses globalisasi dalam sosial ekonomi dan proses pengembangan sumber daya manusiasekarang ini dikaitkan dengan teknologi informas dan komunikasi (TIK) dan aktifitas berbasisilmu pengetahuan. Pada proses ini, institusi pendidikan tinggi memiliki peran vital dalampenyebarluasan hasil riset dan informasi. Kecenderungan yang muncul adalah institusipendidikan tinggi di negara berkembang maupun sedang berkembang mencoba menjembataniperkembangan pengetahuan dengan penyebarluasan informasi melalui proses pendidikan jarakjauh dan aktifitas riset bersama dan konsultasi. Bersamaan dengan itu, terdapat fenomenapeningkatan mobilitas mahasiswa, dosen, dan peneliti antar benua untuk menyampaikanidealisme globalisasi dalam aktifitas berbasis ilmu pengetahuan dan penyebarluasan informasi.Selain itu juga terdapat penekanan yang lebih besar pada program pembelajaran sepanjanghayat (lifelong educational learning) yang sejalan dengan United Nations MillenniumDevelopment Goals (MDGs).

Peran institusi pendidikan tinggi digarisbawahi dalam laporan International Commission onEducation in the 21st Century UNESCO, sebagai:

“higher education services prepare students for research, provide highly specialized trainingcourses adopted to the needs of the economy and social life, open to all, so as to cater to themany aspects of life long learning in the widest sense, promote international co-operationthrough internalization of research, technology networking and free movement of persons andscientific ideas” (UNESCO, 1996).

UNESCO (1998) menjelaskan bahwa untuk melaksanakan empat perubahan besar dipendidikan tinggi tersebut, dipakai dua basis landasan, berupa : Empat pilar pendidikan: (i)learning to know, (ii) learning to do yang bermakna pada penguasaan kompetensi dari padapenguasaan ketrampilan menurut klasifikasi ISCE (International Standard Classification ofEducation) dan ISCO (International Standard Classification of Occupation), dematerialisasipekerjaan dan kemampuan berperan untuk menanggapi bangkitnya sektor layanan jasa, danbekerja di kegiatan ekonomi informal, (iii) learning to live together (with others), dan (iv)learning to be, serta; belajar sepanjang hayat (learning throughout life) yang disepadankandengan 5 (lima) elemen kompetensi: (i) landasan kepribadian; (ii) penguasaan ilmu danketerampilan; (iii) kemampuan berkarya; (iv) sikap dan perilaku dalam berkarya menurut tingkatkeahlian berdasarkan ilmu dan keterampilan yang dikuasai; dan (v) pemahaman kaidahberkehidupan bermasyarakat sesuai dengan pilihan keahlian dalam berkarya.

Perubahan-perubahan mendasar pendidikan tinggi yang berlangsung di abad XXI, akanmeletakkan kedudukan pendidikan tinggi sebagai: (i) lembaga pembelajaran dan sumberpengetahuan, (ii) pelaku, sarana dan wahana interaksi antara pendidikan tinggi denganperubahan pasaran kerja, (iii) lembaga pendidikan tinggi sebagai tempat pengembanganbudaya dan pembelajaran terbuka untuk masyarakat, dan (iv) pelaku, sarana dan wahanakerjasama internasional (Kunaefi, et al., 2008).

Universitas Wahid Hasyim (Unwahas) sebagai perguruan tinggi yang berbasis ilmiah-religius,berperan serta dalam menjawab tantangan globalisasi tersebut melalui usahanya mencetakcendikiawan professional, bertaqwa dan berbudaya. Wujud nyata peran tersebut adalahdengan penyelenggaraan pendidikan tinggi yang mengedepankan kualitas akademik yangdidasari etika Islam Ahl Sunnah Waljama’ah. Untuk itu Unwahas harus terus berupaya

2

mengembangkan kurikulum dan meningkatkan proses pembelajaran sehingga mampumemberikan bekal secara memadai bagi lulusannya. Hal ini sangat penting karena kurikulummerupakan landasan utama penyelenggaraan pendidikan akademik dan/atau profesionalmenuju ke pencapaian hasil belajar sesuai dengan standar kompetensi lulusan yang ditetapkanagar lulusan dapat diserap dan bersaing di pasar kerja.

Untuk menyusun, mengevaluasi, dan mengembangkan kurikulum perlu memperhatikan hal-halsebagai berikut

1. Pergeseran paradigma kurikulum ke konsep kurikulum berbasis kompetensi (KBK)(Kepmendiknas no 232/U/2000, dan perubahannya Kepmendiknas no 045/U/2002)

2. Kurikulum dikembangkan oleh PT sendiri (PP 19 th 2005 Pasal 17 ayat 4, PP 17 th 2010),

3. Dikembangkan berbasis kompetensi (PP 17 th 2010,ps 97, ayat 1),

4. Minimum mengandung 5 elemen kompetensi (PP 17 th 2010, ps 97, ayat 3),

5. Capaian pembelajaran sesuai dengan level KKNI (Peraturan Presiden No.8/2012),

6. Kompetensi lulusan ditetapkan dengan mengacu pada KKNI ( UU PT No12 tahun 2012, Ps29)

Kurikulum memuat tentang metode dan proses pembelajaran yang harus diketahui olehmahasiswa serta bagaimana cara mahasiswa mencapai tujuan pendidikan dan kompetensilulusan. Kurikulum dikemas dalam bentuk yang mudah dikomunikasikan kepada berbagai pihakyang berkepentingan (stakeholders) di dalam institusi pendidikan, akuntabel dan mudahdiaplikasikan dalam praktek serta juga harus responsif terhadap perubahan kebutuhanstakeholders.

3

BAB 2KURIKULUM PENDIDIKAN TINGGI

A. DEFINISIKurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan isi maupun bahan kajian dan pelajaranserta cara penyampaian dan penilaiannya yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraankegiatan belajar dan mengajar di Perguruan Tinggi. Kurikulum adalah sebuah program yangdisusun dan dilaksanakan untuk mencapai suatu tujuan pendidikan. Jadi kurikulum bisadiartikan sebuah program yang berupa dokumen program dan pelaksanaan program. Sebagaisebuah dokumen kurikulum (curriculum plan) diwujudkankan dalam bentuk rincian matakuliah,silabus, rancangan pembelajaran, sistem evaluasi keberhasilan. Sedang kurikulum sebagaisebuah pelaksanaan program adalah bentuk pembelajaran yang nyata-nyata dilakukan (actualcurriculum).

BNSP mendefinikan kurikulum sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraanpembelajaranuntuk mencapai tujuan program pendidikan tertentu. Tujuan adalah kompetensiatau learning outcomes, isi dan bahan pelajaran adalah bahan kajian, cara adalah metodapembelajaran dan cara penilaian, dan kegiatan pembelajaran adalah implementasi dari semuakomponen di atas, yang realisasinya diwujudkan dalam mata kuliah program studi (BNSP,2010).

B. KOMPETENSIKompetensi adalah adalah kemampuan berpikir, bersikap, dan bertindak secara konsistensebagai perwujudan dari pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dimiliki oleh pesertadidik(BNSP, 2010). Sementara itu, kompetensi menjadi kata kunci dalam menetapkan kurikulumprogam studi. Kepmendiknas no 232/U/2000 menetapkan bahwa kurikulum pendidikan tinggiterdiri dari kurikulum inti dan kurikulum institusional dengan proporsi berkisar antara 40-80%untuk kurikulum inti. Kepmen ini juga membagi kurikulum inti program sarjana dalam 5 (lima)kelompok mata kuliah, yaitu:

(1) Kelompok matakuliah pengembangan kepribadian (MPK) adalah kelompok bahan kajiandan pelajaran untuk mengembangkan manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwaterhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, berkepribadian mantap, danmandiri serta mempunyai rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan, terdiriatas matakuliah yang relevan dengan tujuan pengayaan wawasan, pendalaman intensitaspemahaman dan penghayatan MPK inti;.

(2) Kelompok matakuliah keilmuan dan keterampilan (MKK) adalah kelompok bahan kajiandan pelajaran yang ditujukan terutama untuk memberikan landasan penguasaan ilmu danketrampilan tertentu, . terdiri atas matakuliah yang relevan untuk memperkuat penguasaandan memperluas wawasan kompetensi keilmuan atas dasar keunggulan kompetitif sertakomparatif penyelenggaraan program studi bersangkutan;

(3) Kelompok matakuliah keahlian berkarya (MKB) adalah kelompok bahan kajian danpelajaran yang bertujuan menghasilkan tenaga ahli dengan kekaryaan berdasarkan dasarilmu dan ketrampilan yang dikuasai, terdiri atas matakuliah yang relevan, bertujuan untukmemperkuat penguasaan dan memperluas wawasan kompetensi keahlian dalam berkarya

4

di masvarakat sesuai dengan keunggulan kompetitif serta komparatif penyelenggaraanprogram studi bersangkutan;

(4) Kelompok matakuliah perilaku berkarya (MPB) adalah kelompok bahan kajian danpelajaran yang bertujuan untuk membentuk sikap dan perilaku yang diperlukan seseorangdalam berkarya menurut tingkat keahlian berdasarkan dasar ilmu dan keterampilan yangdikuasai, terdiri atas matakuliah yang relevan, bertujuan untuk memperkuat penguasaandan memperluas wawasan perilaku berkarya sesuai dengan ketentuan yang berlaku dimasyarakat untuk setiap program studi;

(5) Kelompok matakuliah berkehidupan bermasyarakat (MBB) adalah kelompok bahan kajiandan pelajaran yang diperlukan seseorang untuk dapat memahami kaidah berkehidupanbermasyarakat sesuai dengan pilihan keahlian dalam berkarya, terdiri atas matakuliah yangrelevan dengan upaya pemahaman serta penguasaan ketentuan yang berlaku dalamberkehidupan di masyarakat, baik secara nasional maupun global, yang membatasi tindakkekaryaan seseorang sesuai dengan kompetensi keahliannya.

Dalam pelaksanaannya, penyusunan dan pengembangan kurikulum selalu terfokus pada upayamengelompokkan mata kuliah dalam kelompok-kelompok tersebut dan bukan berdasarkompetensi. Pada Kemendiknas no 045/U/2002 hal ini diluruskan dengan memberi definisikompetensi sebagai: seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggungjawab yang dimilikiseseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakantugastugas di bidang pekerjaan tertentu. Kepmen juga menetapkan kompetensi hasil didiksuatu program studi terdiri atas:

(1) kompetensi utama yang dicirikan oleh kurikulum inti (perbandingan beban dalam kurikulum40-80%), merupakan kemampuan untuk menampilkan unjuk kerja yang memuaskan sesuaidengan penciri program studi;

(2) kompetensi pendukung (perbandingan beban dalam kurikulum 20-40%), merupakankemampuan yang gayut dan dapat mendukung kompetensi utama serta merupakan cirikhas Perguruan Tinggi yang bersangkutan;

(3) kompetensi lain yang bersifat khusus dan gayut dengan kompetensi utama (perbandinganbeban dalam kurikulum 0-30%), merupakan kemampuan yang ditambahkan yang dapatmembantu meningkatkan kualitas hidup, dan ditetapkan berdasarkan keadaan sertakebutuhan lingkungan Perguruan Tinggi.

Ketiga kompetensi tersebut memiliki 5 (lima) elemen kompetensi: (i) landasan kepribadian; (ii)penguasaan ilmu dan keterampilan; (iii) kemampuan berkarya; (iv) sikap dan perilaku dalamberkarya menurut tingkat keahlian berdasarkan ilmu dan keterampilan yang dikuasai; dan (v)pemahaman kaidah berkehidupan bermasyarakat sesuai dengan pilihan keahlian dalamberkarya. Dengan demikian pengelompokan mata kuliah menjadi tidak berperan lagi karenatidak terkait langsung dengan pencapaian kompetensi lulusan. Bisaterjadi satu mata kuliahdibangun untuk mencapai satu atau lebih kompetensi (learning to do, learning to know, learningto be, learning to live together) (Kunaefi, et al., 2008). Kompetensi utama ditetapkan olehkalangan perguruan tinggi, masyarakat profesi, dan pengguna lulusan. Matriks hubunganantara kompetensi dengan elemen kompetensi disajikan pada Tabel 1.

5

Tabel 1 Matriks hubungan antara kompetensi dengan elemen kompetensi

ELEMEN KOMPETENSI

KURIKULUM INTI KURIKULUM INSTITUSIONAL

KompetensiUtama

KompetensiPendukung

KompetensiLainnya

1. Landasan kepribadian.

40% - 80 % 20% - 40% 0% - 30%

2. Penguasaan ilmu dan ketrampilan.

3. Kemampuan berkarya.

4. Sikap dan perilaku dalam berkarya.

5. Pemahaman kaidah berkehidupan bermasyarakat.

Kompetensi utama program sarjana adalah: (BNSP, 2010)

1. menguasai dasar-dasar ilmiah disiplin ilmu dalam bidang ilmu tertentu sehingga mampumengidentifikasi, memahami, menjelaskan, mengevaluasi/ menganalisis secara kritisdan merumuskan cara penyelesaian masalah yang ada dalam cakupan disiplin ilmunya;

2. mampu menerapkan pengetahuan dan keterampilan di masyarakat sesuai dengandisiplin ilmunya;

3. bersikap dan berperilaku/ berkarya dalam karir tertentu sesuai dengan norma kehidupanmasyarakat;

4. mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan/ atau seni.

C. LEARNING OUTCOMES (LO/CAPAIAN PEMBELAJARAN)Istilah learning outcomes (LO) muncul dalam naskah akademik Kerangka Kualifikasi NasionalIndonesia (KKNI). Dalam naskah KKNI, learning outcomes diterjemahkan sebagai capaianpembelajaran. Dalam Perpres 8/2012, capaian pembelajaran didefinisikan sebagai kemampuanyang diperoleh melalui internalisasi pengetahuan, sikap, ketrampilan, kompetensi, danakumulasi pengalaman kerja. Di sisi lain, dalam naskah akademik KKNI, capaian pembelajarandiberi definisi internasilisasi dan akumulasi ilmu pengetahuan, pengetahuan, keterampil an,afeksi, dan kompetensi yang dicapai melalui proses pendidikan yang terstruktur dan mencakupsuatu bidang ilmu/keahlian tertentu atau melalui pengalaman kerja”.

Badan Nasional Standar Pendidikan menetapkan bahwa Program studi wajib merumuskankompetensi atau learning outcomes lulusannya dengan mengacu pada Kerangka KualifikasiNasional Indonesia (KKNI) dan pada rumusan kompetensi hasil kesepakatan forum programstudi sejenis yang melibatkan dunia profesi dan pemangku kepentingan (BNSP, 2010). Jadisecara tegas dikatakan bahwa perumusan kompetensi didasarkan pada LO KKNI dankesepakatan forum program studi (sebagai kompetensi utama).

Kesetaraan antara capaian pembelajaran setiap jenjang program pendidikan pada ke-3 jalurpendidikan tinggi dengan jenjang kualifikasi KKNI dapat dilihat pada Gambar 1. Pada programpendidikan tinggi, S1 memiliki capaian pembelajaran pada jenjang (level) 6, S2 level 8, S3 level9, dan Profesi level 7. Capaian pembelajaran ini ditentukan dengan dua deskriptor, yaitudeskripsi umum yang mendeskripsikan karakter, kepribadian, sikap dalam berkarya, etika,moral dari setiap manusia Indonesia pada setiap jenjang; dan deskripsi spesifik yang

6

mendeskripsikan keterampilan, pengetahuan praktis, pengetahuan, ilmu pengetahuan yangdikuasai seseorang bergantung pada jenjangnya (Dikti, 2010).

Gambar 1 Kesetaraan capaian pembelajaran masing-masing program pendidikan pada ke-3jalur pendidikan tinggi dengan jenjang kualifikasi pada KKNI (Dikti, 2010)

1. Deskripsi UmumSesuai dengan ideologi Negara dan budaya Bangsa Indonesia, maka implementasi sistempendidikan nasional dan sistem pelatihan kerja yang dilakukan di Indonesia pada setiap jenjangkualifikasi pada KKNI mencakup proses yang membangun karakter dan kepribadian manusiaIndonesia sebagai berikut:

Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

Memiliki moral, etika dan kepribadian yang baik di dalam menyelesaikan tugasnya

Berperan sebagai warga negara yang bangga dan cinta tanah air serta mendukungperdamaian dunia

Mampu bekerja sama dan memiliki kepekaan sosial dan kepedulian yang tinggiterhadap masyarakat dan lingkungannya

Menghargai keanekaragaman budaya, pandangan, kepercayaan, dan agama sertapendapat/temuan original orang lain

Menjunjung tinggi penegakan hukum serta memiliki semangat untuk mendahulukankepentingan bangsa serta masyarakat luas.

7

2. Deskripsi spesifik:LEVEL 6 (Sarjana)

Mampu mengaplikasikan bidang keahliannya dan memanfaatkan IPTEKS padabidangnya dalam penyelesaian masalah serta mampu beradaptasi terhadap situasi yangdihadapi

Menguasai konsep teoritis bidang pengetahuan tertentu secara umum dan konsepteoritis bagian khusus dalam bidang pengetahuan tersebut secara mendalam, sertamampu memformulasikan penyelesaian masalah prosedural

Mampu mengambil keputusan yang tepat berdasarkan analisis informasi dan data, danmampu memberikan petunjuk dalam memilih berbagai alternatif solusi secara mandiridan kelompok

Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi tanggung jawab ataspencapaian hasil kerja organisasi

D. STANDAR KOMPETENSI LULUSANStandar kompetensi lulusan merupakan kriteria capaian pembelajaran lulusan pendidikan tinggiyang merupakan internalisasi dari

1. Ranah sikap merupakan penghayatan mahasiswa tentang nilai, norma, dan aspekkehidupan yang terbentuk dari proses pendidikan, lingkungan kampus, lingkungankehidupan keluarga, masyarakat, atau pengalaman kerja mahasiswa

2. Ranah pengetahuan merupakan penguasaan teori oleh mahasiswa dalam bidang ilmudan keahlian tertentu, atau penguasaan konsep, fakta, informasi, dan metode dalambidang pekerjaan tertentu.

3. Ranah keterampilan merupakan kemampuan psikomotorik dan kemampuanmenggunakan metode, bahan, dan instrumen, yang diperoleh melalui pendidikan,pelatihan, atau pengalaman kerja mahasiswa.

Pengalaman kerja mahasiswa merupakan pengalaman dalam kegiatan di bidang tertentu padajangka waktu tertentu, berbentuk pelatihan kerja, magang, simulasi pekerjaan, kerja praktek,atau praktek kerja lapangan.

Deskripsi capaian pembelajaran minimal pada aspek sikap dan tata nilai adalah sebagaiberikut:

1. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mampu menunjukkan sikap religius;

2. menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dalam menjalankan tugas berdasarkan agama,moral dan etika;

3. berperan sebagai warga negara yang bangga dan cinta tanah air, memiliki nasionalismeserta rasa tanggungjawab pada negara dan bangsa;

4. berkontribusi dalam peningkatan mutu kehidupan bermasyarakat, berbangsa, danbernegara berdasarkan Pancasila;

5. bekerja sama dan memiliki kepekaan sosial serta kepedulian terhadap masyarakat danlingkungan;

8

6. menghargai keanekaragaman budaya, pandangan, agama, dan kepercayaan, sertapendapat atau temuan orisinal orang lain;

7. taat hukum dan disiplin dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara;

8. menunjukkan sikap bertanggungjawab atas pekerjaan di bidang keahliannya secaramandiri;

9. menginternalisasi nilai, norma, dan etika akademik

10. menginternalisasi semangat kemandirian, kejuangan, dan kewirausahaan.

Capaian pembelajaran program sarjana pada aspek keterampilan kerja umum adalah lulusanmampu:

1. menerapkan ilmu pengetahuan dan/atau teknologi di bidang keahliannya melaluipenalaran ilmiah berdasarkan pemikiran logis, kritis, sistematis, dan inovatif;

2. mengkaji pengetahuan dan atau teknologi di bidang keahliannya berdasarkan kaidahkeilmuan, atau menghasilkan karya desain/seni beserta deskripsinya berdasarkankaidah atau metoda rancangan baku, yang disusun dalam bentuk skripsi atau laporantugas akhir;

3. mempublikasikan hasil tugas akhir atau karya desain/ seni, yang memenuhi syarat tatatulis ilmiah, dan dapat diakses oleh masyarakat akademik;

4. menyusun dan mengkomunikasikan ide dan informasi bidang keilmuannya secaraefektif, melalui berbagai bentuk media kepada masyarakat akademik;

5. mengambil keputusan secara tepat berdasarkan analisis dalam melakukan supervisidan evaluasi terhadap pekerjaan yang menjadi tanggungjawabnya;

6. mengelola pembelajaran diri sendiri;

7. mengembangkan dan memelihara jaringan kerja dengan pembimbing, kolega, sejawatbaik di dalam maupun di luar lembaganya.

E. SISTEM KREDIT SEMESTER (SKS)Sistem Kredit Semester (SKS) adalah penyelenggaraan pendidikan dengan menggunakansatuan kredit semester (sks) untuk menyatakan beban belajar mahasiswa, beban kerja dosen,pengalaman belajar, dan beban penyelenggaraan program pendidikan. Dari sisi mahasiswa,satuan kredit semester merupakan takaran penghargaan terhadap beban belajar ataupengalaman belajar mahasiswa yang diperoleh selama satu semester melalui kegiatanterjadwal per minggu.

Kegiatan 1 (satu) SKS untuk mahasiswa sesuai dengan bentuk kegiatannya adalah:

1. Kuliah, adalah kegiatan belajar perminggu per semester yang terdiri dari tatap muka 50menit, tugas terstruktur 60 menit, belajar mandiri 60 menit

2. Responsi/ tutorial/ seminar, adalah kegiatan per minggu per semester yang terdiri daritatap muka 100 menit dan belajar mandiri 100 menit.

3. Praktikum adalah kegiatan belajar di laboratorium/bengkel/studio, selama 4 jam (240menit) perminggu, per semester.

9

4. Praktek lapangan/ kerja praktek, adalah kegiatan praktek di lapangan selama 160 jamper semester atau 10 jam (600 menit) per minggu

5. Skripsi/tugas akhir/karya seni/bentuk lain yang setara, adalah kegiatanpenelitian/pembuatan model/pembuatan dan atau pergelaran karyaseni/perencanaan/perancangan, setara dengan 4 jam (240 menit) per minggu, persemester.

Semester sendiri didefinisikan sebagai satuan waktu kegiatan kuliah dan atau kegiatanterjadwal lainnya selama minimal 16 minggu efektif dan terdapat 2 (dua) semester dalam satutahun.

Jumlah beban belajar untuk program sarjana, minimal 144 SKS, termasuk skripsi dengankomposisi:

1. Mata kuliah umum/universitas:

a. Pendidikan Pancasila (2 SKS) (UU 12/2012)

b. Pendidikan Kewarganegaraan (2 SKS) (UU 12/2012)

c. Pendidikan Agama (2 SKS) (UU 12/2012)

d. Bahasa Indonesia (2 SKS) (UU 12/2012)

e. Bahasa Inggris (2 SKS) (BNSP, 2010)

f. Matematika atau statistika atau logika (2 SKS) (UU 12/2012)

g. Filsafat Agama (2 SKS) (Peraturan Rektor)

Untuk program studi yang bidang kajian utamanya sama dengan bahan kajian salah satumata kuliah umum di atas, mata kuliah tersebut tidak diwajibkan dan hanya wajibmencantumkan mata kuliah lainnya.

2. Mata kuliah keahlian minimal 126 sks

3. Skripsi/ tugas akhir/ karya seni/ bentuk lain yang setara, diberi bobot 6-8 sks dan merupakanbagian dari mata kuliah keahlian.

Lama studi untuk program sarjana adalah 4-7 tahun (8-14 semester), untuk mahasiswa yangmempunyai kemampuan diatas rata-rata dapat menyelesaikan studi program sarjana dalamwaktu sekurang-kurangnya 3,5 tahun (7 semester).

F. RAMBU-RAMBU PENGEMBANGAN KURIKULUMPengembangan kurikulum Universitas Wahid Hasyim berpijak pada prinsip:

1. Prinsip pemenuhan atau melebihi standar nasional pendidikan. Kurikulum disusun dandikembangkan dengan berorientasi untuk memenuhi standar nasional pendidikan yangditetapkan oleh Pemerintah dan bila memungkinkan dikembangkan untuk memenuhistandar internasional yang melebihi standar nasional pendidikan;

2. Prinsip pengembangan budaya dan karakter bangsa berdasar ajaran Islam Ahlussunahwal jamaah. Kurikulum dikembangkan dengan berorientasi wawasan kebangsaan untukmemperkuat karakter jati diri bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia denganbudaya dan daya saing tinggi yang seimbang dalam pengembangan potensi dan kondisi

10

nasional dan daerah serta perkembangan global, didasarkan pada ajaran IslamAhlussunah wal jamaah dengan tetap memperhatikan kearifan lokal.

3. Prinsip pemberdayaan dan pemandirian mahasiswa. Kurikulum dikembangkan denganberorientasi pada pemberdayaan dan pemandirian peserta didik yang berkembangsecara optimal sepanjang hayat, sehat jasmani dan rohani sesuai dengan potensidirinya, nilai-nilai agama, nilai dan norma budaya, hukum dan keilmuan dalamkehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa, bernegara, serta global

4. Prinsip keilmuan dan pengembangan kompetensi dalam bidang ilmu, teknologi/keahliandan seni. Kurikulum dikembangkan dengan berorientasi pada kaidah-kaidah keilmuandan pengembangan kompetensi dalam bidang ilmu, teknologi / keahlian dan seni untukberkehidupan yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, cerdas,berbudaya, aktif, kreatif dan produktif dalam bekerja melalui kegiatan pendidikan,penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat

5. Prinsip beragam, menyeluruh, dan terpadu. Kurikulum dikembangkan denganberorientasi pada keragaman bidang ilmu, teknologi dan seni, bidang keterampilan,serta bidang keahlian profesi yang secara menyeluruh dan terpadu membentuk pribadiutuh peserta didik. Kurikulum tersebut meliputi muatan mata kuliah umum dan muatanmata kuliah keahlian program studi; serta muatan pengembangan diri yang tersusunsecara menyeluruh dan terpadu dalam kurikulum program studi, sehinggamemungkinkan kurikulum disusun dengan sistem blok.

6. Prinsip relevan, dinamis, dan terukur. Kurikulum dikembangkan dengan berorientasipada kebutuhan kehidupan peserta didik dan masyarakat pada umumnya, serta tuntutanyang bersifat strategis termasuk di dalamnya pengembangan kemampuan bekerjapeserta didik dan dunia kerja serta keseimbangan pembangunan nasional dan daerah.Kurikulum tersebut disusun dan dikembangkan secara dinamis serta terukur sesuaidengan kaidah-kaidah penilaian dan pengendalian/ penjaminan mutu.

G. TAHAP PENYUSUNAN KURIKULUMTahap penyusunan kurikulum disajikan pada Gambar 2. Langkah awal yang harus dilakukanadalah melaksanakan analisis SWOT, tracer study, dan labor market signal.

11

Gambar 2 Tahapan penyusunan kurikulum (Sailah, et al., 2012)

Secara rinci penyusunan kurikulum diuraikan sebagai berikut (Sailah, et al., 2012):

1. Penetapan profil lulusanYang dimaksud dengan profil di sini adalah peran dan fungsi yang dapat dijalankan oleh lulusansetelah memasuki area kerja dan atau masyarakat. Profil ini dihasilkan dari tracer studyterhadap alumni, analisis need assessment dari stakeholders, sciencetific vision dan analisisSWOT dari program studi maupun perguruan tinggi. Profil ini dapat dipandang sebagai outcomependidikan yang akan dituju. Dengan menetapkan profil, perguruan tinggi dapat memberijawaban terutama kepada calon mahasiswa tentang apa yang dapat diperankan setelahmelakukan semua proses pembelajaran di program studi tersebut.

Untuk menetapkan profil lulusan, dapat dimulai dengan menjawab pertanyaan: “Akan menjadiapa sajakah setelah lulus program studi ini?”

11

Gambar 2 Tahapan penyusunan kurikulum (Sailah, et al., 2012)

Secara rinci penyusunan kurikulum diuraikan sebagai berikut (Sailah, et al., 2012):

1. Penetapan profil lulusanYang dimaksud dengan profil di sini adalah peran dan fungsi yang dapat dijalankan oleh lulusansetelah memasuki area kerja dan atau masyarakat. Profil ini dihasilkan dari tracer studyterhadap alumni, analisis need assessment dari stakeholders, sciencetific vision dan analisisSWOT dari program studi maupun perguruan tinggi. Profil ini dapat dipandang sebagai outcomependidikan yang akan dituju. Dengan menetapkan profil, perguruan tinggi dapat memberijawaban terutama kepada calon mahasiswa tentang apa yang dapat diperankan setelahmelakukan semua proses pembelajaran di program studi tersebut.

Untuk menetapkan profil lulusan, dapat dimulai dengan menjawab pertanyaan: “Akan menjadiapa sajakah setelah lulus program studi ini?”

11

Gambar 2 Tahapan penyusunan kurikulum (Sailah, et al., 2012)

Secara rinci penyusunan kurikulum diuraikan sebagai berikut (Sailah, et al., 2012):

1. Penetapan profil lulusanYang dimaksud dengan profil di sini adalah peran dan fungsi yang dapat dijalankan oleh lulusansetelah memasuki area kerja dan atau masyarakat. Profil ini dihasilkan dari tracer studyterhadap alumni, analisis need assessment dari stakeholders, sciencetific vision dan analisisSWOT dari program studi maupun perguruan tinggi. Profil ini dapat dipandang sebagai outcomependidikan yang akan dituju. Dengan menetapkan profil, perguruan tinggi dapat memberijawaban terutama kepada calon mahasiswa tentang apa yang dapat diperankan setelahmelakukan semua proses pembelajaran di program studi tersebut.

Untuk menetapkan profil lulusan, dapat dimulai dengan menjawab pertanyaan: “Akan menjadiapa sajakah setelah lulus program studi ini?”

12

Tabel 2 Contoh profil lulusan (Sailah, et al., 2012)

NO PRODI CONTOH PROFIL

1 Agroteknologi Pelaku bisnis pertanian;Pengusaha di bidang pertanian;Peneliti, pendidik

2 Seni Pencipta seni; Pengkaji seni; Pengelolaseni; Pendidik seni

3 Keperawatan Care provider; Konsultan kesehatan;Community leader; Pendidik

4 Arsitek Arsitek/Perancang;Kontraktor/Pembangun;Peneliti/Pengamat.

5 Psikologi Pengelola SDM; Konsultan advertising;Konsultan pendidikan; Pengelola training;Pendidik PAUD

2. Penetapan kompetensi lulusan/capaian pembelajaranSetelah menetapkan profil lulusan sebagai outcome program studi, maka langkahselanjutnya adalah menentukan kompetensi apa saja yang harus dimiliki oleh lulusan programstudi sebagai output pembelajarannya. Untuk menetapkan kompetensi lulusan, dapat dilakukandengan menjawab pertanyaan: “Untuk menjadi profil ……. lulusan harus mampumelakukan apa saja?” Pertanyaan ini diulang untuk setiap profil, sehingga diperoleh daftarkompetensi lulusan yang lengkap.

Kompetensi lulusan ini minimal harus mengandung 4 unsur deskripsi KKNI, yakni

(i) deskripsi umum, sebagai ciri lulusan pendidikan di Indonesia;

(ii) rumusan kemampuan di bidang kerja;

(iii) rumusan lingkup keilmuan yang harus dikuasai; dan

(iv) rumusan hak dan kewenangan manajerialnya.

Rumusan deskripsi KKNI unsur deskripsi umum (1), kemampuan kerja (2), dan unsur (4) yaknihak dan tanggung jawab manajerial, dapat disetarakan dengan istilah “kompetensi utama”Sementaraitu, unsur ke (3) dari deskripsi KKNI, yang berisi rumusan pengetahuan/keilmuanyang harus dikuasai, dapat disetarakan dengan istilah “bahan kajian”. Kompetensi terdiri darikompetensi utama sebagai penciri program studi, kompetensi pendukung yang gayut dan dapatmendukung kompetensi utama serta merupakan ciri khas Universitas, dan kompetensi lain yangbersifat khusus dan gayut dengan kompetensi utama yang dapat membantu meningkatkankualitas hidup, dan ditetapkan berdasarkan keadaan serta kebutuhan lingkungan Universitas.Tabel berikut dapat menjelaskan hal itu.

13

Tabel 3 Hubungan profil lulusan dengan kompetensi (Sailah, et al., 2012)

3. Pengkajian kandungan elemen kompetensiSetiap kompetensi yang dirumuskan dianalisis untuk melihat adanya kandungan elemenkompetensi. Dimungkinkan sebuah kompetensi mengandung lebih dari satu elemenkompetensi. Analisis adanya kandungan elemen kompetensi dilakukan dengan cara mengecekkemungkinan strategi pembelajaran untuk dapat mencapai kompetensi tersebut. Elemenkompetensi tersebut adalah:

(a) landasan kepribadian;

(b) penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan olah raga;

(c) kemampuan berkarya;

(d) sikap dan perilaku dalam berkarya; serta

(e) kaidah pemahaman berkehidupan bermasyarakat

Berikut adalah kemungkinan kandungan elemen kompetensi dalam suatu kompetensi:

Jika suatu kompetensi dapat dicapai dengan diselipkan ke dalam bentuk kurikulum terselubung,tidak diajarkan dalam sebagai topik bahasan, maka kompetensi tersebut dapat dinyatakanbermuatan elemen (a) landasan kepribadian yang lebih bersifat softskills.

Jika akan diajarkan dalam bentuk topik bahasan dalam mata kuliah, kompetensi tersebut dapatdiartikan mengandung elemen (b) penguasaan ilmu dan keterampilan.

Jika kompetensi tersebut harus ditempuh dengan praktik kerja tertentu, kompetensi tersebutmengandung elemen (c) kemampuan berkarya.

Jika pembelajarannya dalam bentuk kerja praktik profesi yang memberikan kemampuanberperilaku sesuai dengan etik profesi, kompetensi tersebut mengandung elemen (d) sikap danperilaku dalam berkarya.

Jika untuk mencapai kompetensi tersebut pembelajarannya dilakukan dengan mahasiswa yangterlibat langsung dengan masyarakat , kompetensi tersebut mengandung elemen (e)pemahaman kaidah berkehidupan bermasyarakat.

13

Tabel 3 Hubungan profil lulusan dengan kompetensi (Sailah, et al., 2012)

3. Pengkajian kandungan elemen kompetensiSetiap kompetensi yang dirumuskan dianalisis untuk melihat adanya kandungan elemenkompetensi. Dimungkinkan sebuah kompetensi mengandung lebih dari satu elemenkompetensi. Analisis adanya kandungan elemen kompetensi dilakukan dengan cara mengecekkemungkinan strategi pembelajaran untuk dapat mencapai kompetensi tersebut. Elemenkompetensi tersebut adalah:

(a) landasan kepribadian;

(b) penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan olah raga;

(c) kemampuan berkarya;

(d) sikap dan perilaku dalam berkarya; serta

(e) kaidah pemahaman berkehidupan bermasyarakat

Berikut adalah kemungkinan kandungan elemen kompetensi dalam suatu kompetensi:

Jika suatu kompetensi dapat dicapai dengan diselipkan ke dalam bentuk kurikulum terselubung,tidak diajarkan dalam sebagai topik bahasan, maka kompetensi tersebut dapat dinyatakanbermuatan elemen (a) landasan kepribadian yang lebih bersifat softskills.

Jika akan diajarkan dalam bentuk topik bahasan dalam mata kuliah, kompetensi tersebut dapatdiartikan mengandung elemen (b) penguasaan ilmu dan keterampilan.

Jika kompetensi tersebut harus ditempuh dengan praktik kerja tertentu, kompetensi tersebutmengandung elemen (c) kemampuan berkarya.

Jika pembelajarannya dalam bentuk kerja praktik profesi yang memberikan kemampuanberperilaku sesuai dengan etik profesi, kompetensi tersebut mengandung elemen (d) sikap danperilaku dalam berkarya.

Jika untuk mencapai kompetensi tersebut pembelajarannya dilakukan dengan mahasiswa yangterlibat langsung dengan masyarakat , kompetensi tersebut mengandung elemen (e)pemahaman kaidah berkehidupan bermasyarakat.

13

Tabel 3 Hubungan profil lulusan dengan kompetensi (Sailah, et al., 2012)

3. Pengkajian kandungan elemen kompetensiSetiap kompetensi yang dirumuskan dianalisis untuk melihat adanya kandungan elemenkompetensi. Dimungkinkan sebuah kompetensi mengandung lebih dari satu elemenkompetensi. Analisis adanya kandungan elemen kompetensi dilakukan dengan cara mengecekkemungkinan strategi pembelajaran untuk dapat mencapai kompetensi tersebut. Elemenkompetensi tersebut adalah:

(a) landasan kepribadian;

(b) penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan olah raga;

(c) kemampuan berkarya;

(d) sikap dan perilaku dalam berkarya; serta

(e) kaidah pemahaman berkehidupan bermasyarakat

Berikut adalah kemungkinan kandungan elemen kompetensi dalam suatu kompetensi:

Jika suatu kompetensi dapat dicapai dengan diselipkan ke dalam bentuk kurikulum terselubung,tidak diajarkan dalam sebagai topik bahasan, maka kompetensi tersebut dapat dinyatakanbermuatan elemen (a) landasan kepribadian yang lebih bersifat softskills.

Jika akan diajarkan dalam bentuk topik bahasan dalam mata kuliah, kompetensi tersebut dapatdiartikan mengandung elemen (b) penguasaan ilmu dan keterampilan.

Jika kompetensi tersebut harus ditempuh dengan praktik kerja tertentu, kompetensi tersebutmengandung elemen (c) kemampuan berkarya.

Jika pembelajarannya dalam bentuk kerja praktik profesi yang memberikan kemampuanberperilaku sesuai dengan etik profesi, kompetensi tersebut mengandung elemen (d) sikap danperilaku dalam berkarya.

Jika untuk mencapai kompetensi tersebut pembelajarannya dilakukan dengan mahasiswa yangterlibat langsung dengan masyarakat , kompetensi tersebut mengandung elemen (e)pemahaman kaidah berkehidupan bermasyarakat.

14

Dengan demikian dalam satu kompetensi dimungkinkan memiliki beberapa elemen kompetensi.

Untuk lebih mudah dalam menganalisiselemen kompetensi, dapat digunakan matriks yang adapada Tabel 4.

Tabel 4 Matriks antara Rumusan Kompetensi dan Elemen Kompetensi dalam SK MendiknasNo. 045/U/2002 (Sailah, et al., 2012)

RUMUSAN KOMPETENSIELEMEN KOMPETENSI

A B C D EKompetensiUtama

1

2

...

KompetensiPendukung

1

2

...

Kompetensilainnya

1

2

...

(A) Landasan kepribadian; (B) Penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan OR;(C) Kemampuan berkarya; (D) Sikap dan perilaku dalam berkarya;(E) Pemahaman kaidah berkehidupan bermasyarakat

4. Penentuan bahan kajian atau materi ajarSetelah menganalisis elemen kompetensi, langkah selanjutnya adalah menentukan bahankajian yang akan harus dikuasai untuk mencapai kompetensi lulusan yang telahditetapkan. Bahan kajian adalah suatu bangunan ilmu, teknologi, ataupun seni yangmenunjukkan ciri dari rumpun atau cabang ilmu tertentu, atau bidang kajian yang merupakaninti keilmuan suatu program studi.

Bahan kajian dapat pula merupakan pengetahuan/bidang kajian yang akan dikembangkan yangdibutuhkan bagi masyarakat atau pemangku kepentingan pada masa yang akan datang. Pilihanbahan kajian itu sangat dipengaruhi oleh visi keilmuan program studi yang bersangkutan, yangbiasanya dapat diambil dari program pengembangan program studi (misalnya, diambil daripohon penelitian program studi).

Tingkat keluasan, kedalaman, dan kerincian bahan kajian merupakan hak otonom masyarakatakademik di program studi tersebut. Bahan kajian bukan merupakan mata kuliah. Contohbahan kajian yang sering ditemukan misalnya bidang agroteknologi antara lain, (1) ilmutanaman; (2) media tanam; (3) teknologi tanaman; (4) lingkungan.

Untuk mempermudah meninjau kaitan kompetensi dengan bahan kajian, Tabel 4 dapatdigunakan untuk pemetaan.

15

Tabel 5 Peta kaitan kompetensi dengan bahan kajian (Sailah, et al., 2012)

5. Perkiraan dan penetapan beban (sks) serta pembentukan mata kuliahPembentukan mata kuliah yang dapat dilakukan dengan dua alternatif, yakni mata kuliah yangbersifat komprehensif yang mengintergrasikan beberapa bahan kajian, atau mata kuliah yangparsial yang berisi satu bahan kajian. Dalam merangkai beberapa bahan kajian menjadi suatumata kuliah dapat dilakukan melalui beberapa pertimbangan, yaitu

1. adanya keterkaitan yang erat antarbahan kajian yang apabil a dipelajari secaraterintergrasi, diperkirakan akan lebih baik hasilnya;

2. adanya pertimbangan konteks keilmuan, artinya mahasiswa akan menguasai suatumakna keilmuan dalam konteks tertentu;

3. adanya metode pembelajaran yang tepat yang menjadikan pencapaian kompetensi lebihefektif dan efisien serta berdampak positif pada mahasiswa apabila suatu bahan kajiandipelajari secara komprehensif dan terintegrasi.

Dengan demikian, pembentukan mata kuliah mempunyai fleksibilitas yang tinggi sehingga satuprogram studi sangat dimungkinkan mempunyai jumlah dan jenis mata kuliah yang sangatberbeda. Dalam hal ini, mata kuliah hanyalah bungkus serangkai bahan kajian yang dipilihsendiri oleh sebuah program studi.

15

Tabel 5 Peta kaitan kompetensi dengan bahan kajian (Sailah, et al., 2012)

5. Perkiraan dan penetapan beban (sks) serta pembentukan mata kuliahPembentukan mata kuliah yang dapat dilakukan dengan dua alternatif, yakni mata kuliah yangbersifat komprehensif yang mengintergrasikan beberapa bahan kajian, atau mata kuliah yangparsial yang berisi satu bahan kajian. Dalam merangkai beberapa bahan kajian menjadi suatumata kuliah dapat dilakukan melalui beberapa pertimbangan, yaitu

1. adanya keterkaitan yang erat antarbahan kajian yang apabil a dipelajari secaraterintergrasi, diperkirakan akan lebih baik hasilnya;

2. adanya pertimbangan konteks keilmuan, artinya mahasiswa akan menguasai suatumakna keilmuan dalam konteks tertentu;

3. adanya metode pembelajaran yang tepat yang menjadikan pencapaian kompetensi lebihefektif dan efisien serta berdampak positif pada mahasiswa apabila suatu bahan kajiandipelajari secara komprehensif dan terintegrasi.

Dengan demikian, pembentukan mata kuliah mempunyai fleksibilitas yang tinggi sehingga satuprogram studi sangat dimungkinkan mempunyai jumlah dan jenis mata kuliah yang sangatberbeda. Dalam hal ini, mata kuliah hanyalah bungkus serangkai bahan kajian yang dipilihsendiri oleh sebuah program studi.

15

Tabel 5 Peta kaitan kompetensi dengan bahan kajian (Sailah, et al., 2012)

5. Perkiraan dan penetapan beban (sks) serta pembentukan mata kuliahPembentukan mata kuliah yang dapat dilakukan dengan dua alternatif, yakni mata kuliah yangbersifat komprehensif yang mengintergrasikan beberapa bahan kajian, atau mata kuliah yangparsial yang berisi satu bahan kajian. Dalam merangkai beberapa bahan kajian menjadi suatumata kuliah dapat dilakukan melalui beberapa pertimbangan, yaitu

1. adanya keterkaitan yang erat antarbahan kajian yang apabil a dipelajari secaraterintergrasi, diperkirakan akan lebih baik hasilnya;

2. adanya pertimbangan konteks keilmuan, artinya mahasiswa akan menguasai suatumakna keilmuan dalam konteks tertentu;

3. adanya metode pembelajaran yang tepat yang menjadikan pencapaian kompetensi lebihefektif dan efisien serta berdampak positif pada mahasiswa apabila suatu bahan kajiandipelajari secara komprehensif dan terintegrasi.

Dengan demikian, pembentukan mata kuliah mempunyai fleksibilitas yang tinggi sehingga satuprogram studi sangat dimungkinkan mempunyai jumlah dan jenis mata kuliah yang sangatberbeda. Dalam hal ini, mata kuliah hanyalah bungkus serangkai bahan kajian yang dipilihsendiri oleh sebuah program studi.

16

Tabel 6 Matriks hubungan bahan kajian dan kompetensi dalam bentuk matakuliah (Sailah, et al., 2012)

Untuk menetapkan besaran sks sebuah mata kuliah, terdapat beberapa prinsip yang harusdiikuti. Beban (SKS) mata kuliah sangat ditentukan oleh keluasan, kedalaman, dan kerincianbahan kajian yang diperlu kan untuk mencapai suatu kompetensi, serta tingkat penguasaanyang ditetapkan. Secara prinsip, pengertian sks harus dipahami sebagai waktu yangdibutuhkan oleh mahasiswa untuk mencapai kompetensi tertentu, melalui bentukpembelajaran dan bahan kajian tertentu.

Setelah mendapatkan beban/alokasi waktu untuk sebuah mata kuliah, dapat dihitung satuankredit per semesternya dengan cara memperbandingkan secara proporsional beban matakuliah terhadap beban total untuk mencapai 144 SKS.

16

Tabel 6 Matriks hubungan bahan kajian dan kompetensi dalam bentuk matakuliah (Sailah, et al., 2012)

Untuk menetapkan besaran sks sebuah mata kuliah, terdapat beberapa prinsip yang harusdiikuti. Beban (SKS) mata kuliah sangat ditentukan oleh keluasan, kedalaman, dan kerincianbahan kajian yang diperlu kan untuk mencapai suatu kompetensi, serta tingkat penguasaanyang ditetapkan. Secara prinsip, pengertian sks harus dipahami sebagai waktu yangdibutuhkan oleh mahasiswa untuk mencapai kompetensi tertentu, melalui bentukpembelajaran dan bahan kajian tertentu.

Setelah mendapatkan beban/alokasi waktu untuk sebuah mata kuliah, dapat dihitung satuankredit per semesternya dengan cara memperbandingkan secara proporsional beban matakuliah terhadap beban total untuk mencapai 144 SKS.

16

Tabel 6 Matriks hubungan bahan kajian dan kompetensi dalam bentuk matakuliah (Sailah, et al., 2012)

Untuk menetapkan besaran sks sebuah mata kuliah, terdapat beberapa prinsip yang harusdiikuti. Beban (SKS) mata kuliah sangat ditentukan oleh keluasan, kedalaman, dan kerincianbahan kajian yang diperlu kan untuk mencapai suatu kompetensi, serta tingkat penguasaanyang ditetapkan. Secara prinsip, pengertian sks harus dipahami sebagai waktu yangdibutuhkan oleh mahasiswa untuk mencapai kompetensi tertentu, melalui bentukpembelajaran dan bahan kajian tertentu.

Setelah mendapatkan beban/alokasi waktu untuk sebuah mata kuliah, dapat dihitung satuankredit per semesternya dengan cara memperbandingkan secara proporsional beban matakuliah terhadap beban total untuk mencapai 144 SKS.

17

Tabel 7 Contoh Penetapan Mata Kuliah berdasarkan Matriks Hubunganantara Kompetensi Lulusan dan Bahan Kajian (Sailah, et al., 2012)

Besarnya sks sebuah mata kuliah atau suatu pengalaman belajar yang direncanakan dilakukandengan menganalisis secara simultan beberapa variabel, yaitu

1. tingkat kemampuan yang ingin dicapai,

2. tingkat keluasan dan kedalaman bahan kajian yang dipelajari,

3. cara/strategi pembelajaran yang akan diterapkan,

4. posisi/letak semester suatu mata kuliah atau suatu kegiatan pembelajaran dilakukan,dan

5. perbandingan terhadap keseluruhan beban studi di satu semester yang menunjukkanperan/besarnya sumbangan suatu mata kuli ah dalam mencapai kompetensi lulusan.

6. Penyusunan struktur kurikulumPengaturan mata kuliah dalam tahapan semester sering dikenal sebagai struktur kurikulum.Secara teoretis terdapat dua macam pendekatan struktur kurikulum, yaitu model serial danmodel paralel.

Pendekatan model serial adalah pendekatan yang menyusun mata kuliah berdasarkan logikaatau struktur keilmuannya. Pada pendekatan serial itu, mata kuliah disusun dari yang palingdasar (berdasarkan logika keilmuannya) sampai di semester akhir yang merupakan mata kuliahlanjutan (advanced). Setiap mata kuliah saling berhubungan yang ditunjukkan dengan adanyamata kuliah prasyarat (pre-requisite). Mata kuliah yang tersaji pada semester awal akanmenjadi syarat bagi mata kuliah di atasnya.

Permasalahan yang sering muncul adalah tidak ada yang menjamin terjadinya kaitan antarmata kuliah mengingat antara mata kuliah satu dan yang lain diampu oleh dosen yang berbedadan sulit dijamin adanya komunikasi yang baik antar dosen yang terlibat. Kelemahan itulahyang menyebabkan lulusan dengan model struktur serial itu kurang memiliki kompetensi yangterintegrasi. Selain itu, adanya mata kuliah prasyarat sering menjadi penyebab melambatnya

17

Tabel 7 Contoh Penetapan Mata Kuliah berdasarkan Matriks Hubunganantara Kompetensi Lulusan dan Bahan Kajian (Sailah, et al., 2012)

Besarnya sks sebuah mata kuliah atau suatu pengalaman belajar yang direncanakan dilakukandengan menganalisis secara simultan beberapa variabel, yaitu

1. tingkat kemampuan yang ingin dicapai,

2. tingkat keluasan dan kedalaman bahan kajian yang dipelajari,

3. cara/strategi pembelajaran yang akan diterapkan,

4. posisi/letak semester suatu mata kuliah atau suatu kegiatan pembelajaran dilakukan,dan

5. perbandingan terhadap keseluruhan beban studi di satu semester yang menunjukkanperan/besarnya sumbangan suatu mata kuli ah dalam mencapai kompetensi lulusan.

6. Penyusunan struktur kurikulumPengaturan mata kuliah dalam tahapan semester sering dikenal sebagai struktur kurikulum.Secara teoretis terdapat dua macam pendekatan struktur kurikulum, yaitu model serial danmodel paralel.

Pendekatan model serial adalah pendekatan yang menyusun mata kuliah berdasarkan logikaatau struktur keilmuannya. Pada pendekatan serial itu, mata kuliah disusun dari yang palingdasar (berdasarkan logika keilmuannya) sampai di semester akhir yang merupakan mata kuliahlanjutan (advanced). Setiap mata kuliah saling berhubungan yang ditunjukkan dengan adanyamata kuliah prasyarat (pre-requisite). Mata kuliah yang tersaji pada semester awal akanmenjadi syarat bagi mata kuliah di atasnya.

Permasalahan yang sering muncul adalah tidak ada yang menjamin terjadinya kaitan antarmata kuliah mengingat antara mata kuliah satu dan yang lain diampu oleh dosen yang berbedadan sulit dijamin adanya komunikasi yang baik antar dosen yang terlibat. Kelemahan itulahyang menyebabkan lulusan dengan model struktur serial itu kurang memiliki kompetensi yangterintegrasi. Selain itu, adanya mata kuliah prasyarat sering menjadi penyebab melambatnya

17

Tabel 7 Contoh Penetapan Mata Kuliah berdasarkan Matriks Hubunganantara Kompetensi Lulusan dan Bahan Kajian (Sailah, et al., 2012)

Besarnya sks sebuah mata kuliah atau suatu pengalaman belajar yang direncanakan dilakukandengan menganalisis secara simultan beberapa variabel, yaitu

1. tingkat kemampuan yang ingin dicapai,

2. tingkat keluasan dan kedalaman bahan kajian yang dipelajari,

3. cara/strategi pembelajaran yang akan diterapkan,

4. posisi/letak semester suatu mata kuliah atau suatu kegiatan pembelajaran dilakukan,dan

5. perbandingan terhadap keseluruhan beban studi di satu semester yang menunjukkanperan/besarnya sumbangan suatu mata kuli ah dalam mencapai kompetensi lulusan.

6. Penyusunan struktur kurikulumPengaturan mata kuliah dalam tahapan semester sering dikenal sebagai struktur kurikulum.Secara teoretis terdapat dua macam pendekatan struktur kurikulum, yaitu model serial danmodel paralel.

Pendekatan model serial adalah pendekatan yang menyusun mata kuliah berdasarkan logikaatau struktur keilmuannya. Pada pendekatan serial itu, mata kuliah disusun dari yang palingdasar (berdasarkan logika keilmuannya) sampai di semester akhir yang merupakan mata kuliahlanjutan (advanced). Setiap mata kuliah saling berhubungan yang ditunjukkan dengan adanyamata kuliah prasyarat (pre-requisite). Mata kuliah yang tersaji pada semester awal akanmenjadi syarat bagi mata kuliah di atasnya.

Permasalahan yang sering muncul adalah tidak ada yang menjamin terjadinya kaitan antarmata kuliah mengingat antara mata kuliah satu dan yang lain diampu oleh dosen yang berbedadan sulit dijamin adanya komunikasi yang baik antar dosen yang terlibat. Kelemahan itulahyang menyebabkan lulusan dengan model struktur serial itu kurang memiliki kompetensi yangterintegrasi. Selain itu, adanya mata kuliah prasyarat sering menjadi penyebab melambatnya

18

kelulusan mahasiswa karena apabila salah satu mata kuliah prasyarat tersebut gagal, dia harusmengulang pada tahun berikutnya. Gambar 3 di bawah ini menyajikan contoh kurikulum serial.

Gambar 3 Contoh skematik struktur kurikulum serial (Sailah, et al., 2012)

Pendekatan struktur kurikulum model paralel menyajikan mata kuliah pada setiap semestersesuai dengan tujuan kompetensinya. Struktur paralel itu secara ekstrem sering ditemukandalam model blok di program studi kedokteran. Model Blok adalah struktur kurikulum paralelyang tidak berdasarkan pembelajaran semesteran, tetapi berdasarkan ketercapaian kompetensidi setiap blok sehingga sering pula disebut sebagai model modular, karena terdiri dari beberapamodul/blok. Struktur kurikulum paralel juga dapat dilakukan dalam bentuk semesteran yaitudengan mengelompokkan beberapa mata kuliah berdasarkan kompetensi yang sejenis.Dengan demikian, setiap semester akan mengarah pada pencapaian kompetensi yang serupadan tuntas pada semester tersebut, tanpa harus menjadi syarat bagi mata kuliah di semesterberikutnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat contoh pada Gambar 4 di bawah ini.

Gambar 4 Contoh skematik struktur kurikulum paralel (Sailah, et al., 2012)18

kelulusan mahasiswa karena apabila salah satu mata kuliah prasyarat tersebut gagal, dia harusmengulang pada tahun berikutnya. Gambar 3 di bawah ini menyajikan contoh kurikulum serial.

Gambar 3 Contoh skematik struktur kurikulum serial (Sailah, et al., 2012)

Pendekatan struktur kurikulum model paralel menyajikan mata kuliah pada setiap semestersesuai dengan tujuan kompetensinya. Struktur paralel itu secara ekstrem sering ditemukandalam model blok di program studi kedokteran. Model Blok adalah struktur kurikulum paralelyang tidak berdasarkan pembelajaran semesteran, tetapi berdasarkan ketercapaian kompetensidi setiap blok sehingga sering pula disebut sebagai model modular, karena terdiri dari beberapamodul/blok. Struktur kurikulum paralel juga dapat dilakukan dalam bentuk semesteran yaitudengan mengelompokkan beberapa mata kuliah berdasarkan kompetensi yang sejenis.Dengan demikian, setiap semester akan mengarah pada pencapaian kompetensi yang serupadan tuntas pada semester tersebut, tanpa harus menjadi syarat bagi mata kuliah di semesterberikutnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat contoh pada Gambar 4 di bawah ini.

Gambar 4 Contoh skematik struktur kurikulum paralel (Sailah, et al., 2012)18

kelulusan mahasiswa karena apabila salah satu mata kuliah prasyarat tersebut gagal, dia harusmengulang pada tahun berikutnya. Gambar 3 di bawah ini menyajikan contoh kurikulum serial.

Gambar 3 Contoh skematik struktur kurikulum serial (Sailah, et al., 2012)

Pendekatan struktur kurikulum model paralel menyajikan mata kuliah pada setiap semestersesuai dengan tujuan kompetensinya. Struktur paralel itu secara ekstrem sering ditemukandalam model blok di program studi kedokteran. Model Blok adalah struktur kurikulum paralelyang tidak berdasarkan pembelajaran semesteran, tetapi berdasarkan ketercapaian kompetensidi setiap blok sehingga sering pula disebut sebagai model modular, karena terdiri dari beberapamodul/blok. Struktur kurikulum paralel juga dapat dilakukan dalam bentuk semesteran yaitudengan mengelompokkan beberapa mata kuliah berdasarkan kompetensi yang sejenis.Dengan demikian, setiap semester akan mengarah pada pencapaian kompetensi yang serupadan tuntas pada semester tersebut, tanpa harus menjadi syarat bagi mata kuliah di semesterberikutnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat contoh pada Gambar 4 di bawah ini.

Gambar 4 Contoh skematik struktur kurikulum paralel (Sailah, et al., 2012)

19

Mengombinasikan sistem seri dan sistem paralel juga memungkinkan untuk dilakukan, yaitukelompok bidang ilmu (dengan perincian bahan kajiannya) disusun secara paralel, kemudianrumusan kompetensi dan urutan strategi pembelajarannya disusun secara bertahap menurutsemesternya. Dalam bentuk itu sebuah ilmu (bahan kajian) dipelajari pada saat yang diperlukansesuai dengan tingkat kemampuan yang diharapkan mengarah kepada pencapaian kompetensilulusan.

Gambar 5 Contoh skematik struktur kurikulum seri-paralel (Sailah, et al., 2012)

Sebagai catatan, penyusunan kurikulum lebih menekankan pada pemikiran bahwa keilmuanbukan dijadikan sebagai suatu tujuan pendidikan, melainkan sebagai sarana dan media untukmencapai kompetensi lulusan.

19

Mengombinasikan sistem seri dan sistem paralel juga memungkinkan untuk dilakukan, yaitukelompok bidang ilmu (dengan perincian bahan kajiannya) disusun secara paralel, kemudianrumusan kompetensi dan urutan strategi pembelajarannya disusun secara bertahap menurutsemesternya. Dalam bentuk itu sebuah ilmu (bahan kajian) dipelajari pada saat yang diperlukansesuai dengan tingkat kemampuan yang diharapkan mengarah kepada pencapaian kompetensilulusan.

Gambar 5 Contoh skematik struktur kurikulum seri-paralel (Sailah, et al., 2012)

Sebagai catatan, penyusunan kurikulum lebih menekankan pada pemikiran bahwa keilmuanbukan dijadikan sebagai suatu tujuan pendidikan, melainkan sebagai sarana dan media untukmencapai kompetensi lulusan.

19

Mengombinasikan sistem seri dan sistem paralel juga memungkinkan untuk dilakukan, yaitukelompok bidang ilmu (dengan perincian bahan kajiannya) disusun secara paralel, kemudianrumusan kompetensi dan urutan strategi pembelajarannya disusun secara bertahap menurutsemesternya. Dalam bentuk itu sebuah ilmu (bahan kajian) dipelajari pada saat yang diperlukansesuai dengan tingkat kemampuan yang diharapkan mengarah kepada pencapaian kompetensilulusan.

Gambar 5 Contoh skematik struktur kurikulum seri-paralel (Sailah, et al., 2012)

Sebagai catatan, penyusunan kurikulum lebih menekankan pada pemikiran bahwa keilmuanbukan dijadikan sebagai suatu tujuan pendidikan, melainkan sebagai sarana dan media untukmencapai kompetensi lulusan.

20

BAB 3DOKUMEN KURIKULUM JURUSAN/PROGRAM STUDI

Dokumen Kurikulum Jurusan/Program Studi sekurang-kurangnya terdiri dari bagian-bagian:

1. Visi Jurusan/Program Studi

Bagian ini memuat visi jurusan/prodi yang dirumuskan berdasarkan kajian terhadap berbagaidokumen yang relevan, khususnya visi dan misi Universitas dan Fakultas, serta harapan danmasukan dari para pemangku kepentingan yang terkait.

2. Misi Jurusan/Program Studi

Bagian ini memuat misi jurusan/prodi yang dirumuskan berdasarkan kajian terhadap berbagaidokumen yang relevan, khususnya visi dan misi Universitas dan Fakultas, serta harapan danmasukan dari para pemangku kepentingan yang terkait.

3. Tujuan Jurusan/Program Studi

Bagian ini memuat tujuan Jurusan/Program Studi yang merupakan implementasi ataupenjabaran dari misi.

4. Sasaran Jurusan/Program Studi

Bagian ini memuat sasaran Jurusan/Program Studi sebagai target-target dalam pelaksanaanmisi dan mencapai tujuan.

5. Profil Lulusan

Bagian ini memuat rumusan profil berdasarkan dihasilkan dari tracer study terhadap alumni,analisis need assessment dari stakeholders, sciencetific vision dan analisis SWOT

6. Kompetensi Lulusan

Bagian ini memuat rumusan tujuan pendidikan jurusan/Prodi yang dirumuskan dalam bentukprofil dan kompetensi lulusan (learning outcomes). Gunakan tabel di bawah ini sebagaipendukung.

PROFIL LULUSANKLASIFIKASI KOMPETENSI

KOMPETENSIUTAMA

KOMPETENSIPENDUKUNG

KOMPETENSILAINNYA

123

Hubungan rumusan kompetensi dan elemen kompetensi dirumuskan menggunakan berikut.

21

RUMUSAN KOMPETENSIELEMEN KOMPETENSI

A B C D EA. Kompetensi UtamaA.1..B. Kompetensi PendukungB.1..C. Kompetensi LainnyaC.1..Keterangan:(A) landasan kepribadian; (B) penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan olah raga; (C) kemampuanberkarya; (D) si kap dan perilaku dalam berkarya; serta (E) kaidah pemahaman berkehidupan bermasyarakat

7. Bahan Kajian/Materi Ajar

Bagian ini mengidentifikasi, menghimpun, dan menata pokok-pokok substansi materiperkuliahan yang perlu dijadikan bahan ajar bagi mahasiswa untuk menguasai kompetensi-kompetensi yang sudah dirumuskan, termasuk beban sks-nya. Perlu diingat bahwa bahankajian bukan merupakan mata kuliah. Gunakan tabel berikut untuk merumuskan bahan kajianyang dihubungkan dengan kompetensi.

RUMUSAN KOMPETENSIBAHAN KAJIAN

A B C D ...Kompetensi Utama1..Kompetensi Pendukung1..Kompetensi Lainnya1..

JUMLAH BEBAN (SKS)Keterangan:

(A) Bahan kajian A(B) Bahan kajian B(C) Bahan kajian C

Catatan: Kolom A, B, C, D, dst diisi tanda centang sesuai dengan kompetensi yang akandicapai

8. Pembentukan Mata Kuliah

Bagian ini berisi tentang pembentukan mata kuliah berdasarkan bahan kajian dan jumlah sks.Bagian ini juga memuat strategi proses pembelajaran. Hasil pembentukan mata kuliah disajikanmenggunakan tabel berikut.

22

KOMPETENSI (LEARNING OUTCOMES)BAHAN KAJIAN

A B C D ...

JUMLAH BEBAN (SKS)Keterangan:

(A) Bahan kajian A(B) Bahan kajian B(C) Bahan kajian C

Catatan: Kolom A, B, C, D, dst diisi mata kuliah yang memuat bahan kajian untuk mencapaikompetensi.

9. Struktur dan Isi Kurikulum

Bagian ini berisi struktur kurikulum yang memuat hubungan antar mata kuliah. Mata kuliah yangsudah diidentifikasi dan diberi bobot ditata dan diatur penyebarannya ke dalam sejumlahsemester dan disajikan dalam peta kurikulum. Hal ini dilakukan untuk kepentingan manajemenperkuliahan dan memudahkan mahasiswa dalam merencanakan studi. Penyusunan petakurikulum mengikuti tabel berikut.

MATA KULIAH SKSKOMPETENSI

A.1 A.2 A... B.1 B.2 B... C.1 C.2 C...

Keterangan: Kolom A.1, A.2 dst diisi tanda centang sesuai dengan kompetensi/LO

10. Silabus Mata Kuliah

Sebagai kelengkapan operasional untuk penyelenggaraan perkuliahan, setiap mata kuliahharus tersedia silabus. Silabus ini memberikan gambaran menyeluruh tentang suatu matakuliah mulai dari identitas, tujuan (kompetensi), materi pembelajaran, metode dan mediapembelajaran, hingga ke cara evaluasi dan rujukan yang digunakan. Secara garis besar,silabus mata kuliah terdiri atas tiga komponen utama, yakni komponen identitas, deskripsi matakuliah, dan bagian silabusnya itu sendiri. Bagian Identitas Mata Kuliah memuat nama matakuliah, kode mata kuliah, dan bobot sks. Bagian Deskripsi memuat uraian singkat tentang matakuliah yang mencakup status mata kuliah, garis besar materi perkuliahan, kompetensi/capaianhasil pembelajaran yang diharapkan dapat dikuasai oleh mahasiswa, pendekatan dan metodepembelajaran secara umum, cara evaluasi secara umum, dan daftar pustaka utama (UPI,2012).

23

DAFTAR PUSTAKA

BNSP. (2010). Standar Isi Pendidikan Tinggi. Jakarta: BNSP.

Dikti, D. (2010). Buku Pedoman Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia Edisi 1. Jakarta:Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

Kunaefi, T. D., Sailah, I., Dewajani, S., Endrotomo, Mursid, et al. (2008). Buku PanduanPengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi Perguruan Tinggi (Sebuah alternatifpenyusunan kurikulum). Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

Sailah, I., Kunaifi, I., Suparta, I. M., Mursid, S., Endrotomo, Dewajani, S., et al. (2012). PanduanPenyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi (KPT). Jakarta: Direktorat JenderalPendidikan Tinggi.

UPI. (2012). Rambu-rambu Pengembangan Kurikulum UPI Tahun 2013. Bandung: UPI.

24

LAMPIRAN

1. PROSEDUR TETAP EVALUASI DAN PENGEMBANGAN KURIKULUM2. PROSEDUR TETAP PENYUSUNAN KURIKULUM PROGRAM STUDI BARU