PEDOMAN PENULISAN SKRIPSI

137
PEDOMAN PENULISAN SKRIPSI BAB I PENGERTIAN KARYA ILMIAH PENDAHULUAN Karya Ilmiah terbagi atas karangan ilmiah dan laporan ilmiah. BATASAN Karangan Ilmiah Karangan ilmiah adalah salah satu jenis karangan yang berisi serangkaian hasil pemikiran yang diperoleh sesuai dengan sifat keilmuannya. Suatu karangan dari hasil penelitian, pengamatan, ataupun peninjauan dikatakan ilmiah jika memenuhi syarat sebagai berikut : 1. penulisannya berdasarkan hasil penelitian; 2. pembahasan masalahnya objektif sesuai dengan fakta; 3. karangan itu mengandung masalah yang sedang dicarikan pemecahannya; 4. baik dalam penyajian maupun dalam pemecahan masalah digunakan metode tertentu; 5. bahasanya harus lengkap, terperinci, teratur, dan cermat; 1

Transcript of PEDOMAN PENULISAN SKRIPSI

PEDOMAN PENULISAN SKRIPSI

BAB I PENGERTIAN KARYA ILMIAH PENDAHULUAN Karya Ilmiah terbagi atas karangan ilmiah dan laporan ilmiah. BATASAN Karangan Ilmiah Karangan ilmiah adalah salah satu jenis karangan yang berisi serangkaian hasil pemikiran yang diperoleh sesuai dengan sifat keilmuannya. Suatu karangan dari hasil penelitian, pengamatan, ataupun peninjauan dikatakan ilmiah jika memenuhi syarat sebagai berikut : 1. penulisannya berdasarkan hasil penelitian; 2. pembahasan masalahnya objektif sesuai dengan fakta; 3. karangan itu mengandung masalah yang sedang dicarikan pemecahannya; 4. baik dalam penyajian maupun dalam pemecahan masalah digunakan metode tertentu; 5. bahasanya harus lengkap, terperinci, teratur, dan cermat; 6. bahasa yang digunakan hendaklah benar, jelas, ringkas, dan tepat sehingga tidak terbuka kemungkinan bagi pembaca untuk salah tafsir. Melihat persyaratan di atas, seorang penulis karangan ilmiah hendaklah memiliki ketrampilan dan pengetahuan dalam bidang : 1. masalah yang diteliti,

1

2. metode penelitian, 3. teknik penulisan karangan ilmiah, 4. penguasaan bahasa yang baik. Laporan ilmiah Di samping istilah karangan ilmiah terdapat pula istilah laporan ilmiah. Apakah kedua istilah ini sama maknanya ? Untuk jelasnya, lebih baik dikaji lebih dahulu apakah laporan itu. Laporan ialah suatu wahana penyampaian berita, informasi, pengetahuan, atau gagasan dari seseorang kepada orang lain. Laporan ini dapat berbentuk lisan dan dapat berbentuk tulisan. Laporan yang disampaikan secara tertulis merupakan suatu karangan.. Jika laporan ini berisi serangkaian hasil pemikiran yang diperoleh dari hasil penelitian, pengamatan ataupun peninjauan, maka laporan ini termasuk jenis karangan ilmiah. Dengan kata lain, laporan ilmiah ialah sejenis karangan ilmiah yang mengupas masalah ilmu pengetahuan dan telnologi yang sengaja disusun untuk disampaikan kepada orang-orang tertentu dan dalam kesempatan tertentu. JENIS KARANGAN/LAPORAN ILMIAH Karangan/laporan ilmiah dapat dibedakan berdasarkan tujuan penulisannya. 1. Kerta kerja Kertas kerja ditulis untuk disampaikan kepada kelompok tertentu dalam suatu pertemuan ilmiah, misalnya dalam seminar, simposium, lokakarya, konerensi atau kongres. Di samping itu kertas kerja dapat juga ditulis untuk melengkapi tugas-tugas pada mata kuliah tertentu. 2. Artikel Artikel ditulis untuk pembaca tertentu, umpamanya untuk dimuat dalam majalah

2

ilmiah. Jika artikel ini ditujukan untuk orang awam, biasanya penyajiannya secara populer dan dimuat pada surat kabar atau dalam majalah umum. 3. Skripsi, Tesis, dan Desertasi Ketiga jenis karangan ilmiah ini ditulis untuk memperoleh pengakuan tingkat kesarjanaan dalam suatu perguruan tinggi. Skripsi ditulis untuk memperoleh gelar Sarjana, tesis untuk memperoleh gelar Master (S2), dan disertasi untuk memperoleh gelar Doktor. Istilah skripsi sering disebut dengan istilah lain yaitu tugas akhir untuk persyaratan memperoleh gelar Sarjana. 4. Laporan Dalam dunia perusahaan dan instansi pemerintah, kegiatan menulis laporan memegang peranan penting karena tindakan selanjutnya diambil berdasarkan laporan yang diterima. Laporan itu ada yang ditulis dalam jangka waktu tertentu yang disebut laporan periodek, dan ada juga yang ditulis berdasarkan kebutuhan dan permintaan. Laporan ilmiah biasanya ditulis oleh staf ahli. FUNGSI LAPORAN Dalam perkembangan sistem masyarakat dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kedudukan penulisan laporan makin bertambah penting. Manfaat laporan sangat dirasakan dalam sistem manajemen modern. Betapa besar manfaatnya dapat dilihat dari fungsi laporan tersebut. 1. Laporan berfungsi untuk membantu penerima laporan mengambil keputusan berdasarkan fakta dan gagasan yang dikemukakan penulisnya; 2. Di dalam suatu organisasi yang besar, seorang pemimpin dapat mengetahui dan mengendalikan perkembangan yang terjadi pada seksi-seksi yang ada dalam

3

organisasinya dengan mempelajari laporan yang diterimanya; 3. Bagi seorang pemimpin, laporan dapat mempersingkat jarak dan waktu; 4. Laporan berfungsi juga sebagai penyimpanan ilmu pengetahuan, di samping sebagai alat penyebarannya; 5. Laporan merupakan wahana yang sangat efektif bagi pemikiran yang kreatif; 6. Laporan dapat juga digunakan untuk menilai kemampuan dan ketrampilan pembuat laopran. PENULISAN KARYA ILMIAH Penulisan karya ilmiah menggunakan bahasa ragam resmi, sederhana, dan lugas, serta selalu dipakai untuk mengacu hal yang dibicarakan secara objektif. Bahan dalam karangan disebut ilmiah apabila lafal, kosa kata, peristilahan, tata kalimat, dan ejaan mengikuti bahasa yang telah ditetapkan sebagai pola atau acuan bagi komunikasi, resmi, baik tertulis maupun lisan. Kesulitan utama dalam pembakuan bahasa Indonesia ialah dalam bidang ejaan dan peristilahan. Untuk mengatasi masalah tersebut penulis harus mengacu pada 1. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD) 2. Pedoman Umum Pembentukan Istilah (PUPI). Penulisan Kata Mengenai penulisan kata, yang masih perlu kita pertahankan adalah sebagai berikut. 1. Awalan di- dan ke- ditulis serangkai dengan kata dasarnya. Benar Salah

dikelola di kelola

4

ketujuh

ke tujuh

2. Gabungan kata yang salah satu unsurnya merupakan unsur terikat ditulis serangkai. Benar saptakrida Salah sapta krida sapta-krida subseksi sub seksi sub-seksi nonkolaborasi non kolaborasi non-kolaborasi 3. Bentuk dasar berupa gabungan kata yang mendapat awalan atau akhiran ditulis dengan membubuhkan tanda hubung (-) di antara unsur gabungan kata itu. Benar Salah

bertolak belakang bertolakbelakang bertolak-belakang tanda tangani tandatangani tanda-tangani mendarah daging mendarahdaging mendarah-daging 4. Bentuk dasar berupa gabungan kata yang sekaligus mendapat awalan dan akhiran sekaligus ditulis serangkai. Benar melatarbelakangi Salah melatar belakangi

5

melatar-belakangi menghancurleburkan menghancur leburkan menghancur-leburkan penyebarluasana penyebar luasan penyebar-luasan dibumihanguskan dibumi hanguskan dibumi-hanguskan 5. Bentuk terikat yang diikuti oleh kata yang huruf awalnya huruf kapital, di antara kedua unsur itu dibubuhkan tanda hubung (-) Benar Non-Indonesia Salah nonIndonesia Non Indonesia Non-Afrikanisme nonAfrikasnisme Non Afrikanisme 6. Kata ulang dituliskan dengan menggunakan tanda hubung di antara kedua unsurnya. Benar anak-anak undang-undang terus-menerus Salah anak anak undang undang terus menerus

7. Kata depan di atau ke ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya. Benar di rumah Salah dirumah

6

ke mana

kemana

8. Kata sandang si ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya. Benar si pengirim si penerima si pemalu si pencuri Salah sipengirim sipenerima sipemalu sipencuri

9. Partikel per yang berarti tiap dan mulai ditulis terpisah dari bagian kalimat yang mendahulu dan mengikutinya. Sebaliknya, per pada bilangan pecahan ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. Benar Salah

satu persatu turun satu per satu turun dua pertiga dua per tiga

10. Singkatan nama gelar sarjana kesehatan, dokter, seringkali dipermasalahkan. Di dalam lingkungan masyarakat muncul singkatan dr. untuk dokter (kesehatan) dan DR untuk doktor (purnasarjana). Hal ini saja bertentangan dengan kaidah karena singkatan Dr. diperuntukan bagi gelar Doktor, sedangkan DR seolah-olah merupakan singkatan kata atau nama yang sama halnya dengan PT (perseroan terbatas), SD (sekolah dasar). 11. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf kapital, tidak diikuti tanda titik. Benar Salah

7

DPR PT

D.P.R P.T.

SMP S.M.P SD S.D.

12. Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik. Benar Salah sda. ttd. yad. s.d.a t.t.d. y.a.d

13. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik. Benar Salah cm Rp km cm. Rp. km.

14. Akronim nama dari, yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kaiptal. Benar Salah

Golkar GOLKAR Kowani KOWANI Bappenas BAPPENAS Penulisan Kata Serapan Bahasa Indonesia telah menyerap berbagai unsur dari bahasa lain, baik dari

8

bahasa daerah maupun dari bahasa asing misalnya bahasa Sansekerta, Arab, Portugis, Belanda, Inggris dan bahasa asing lain. Berdasarkan cara masuknya, unsur pinjaman dalam bahasa Indonesia dibagi menjadi dua golongan, (1) unsur asing yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia dan (2) unsur asing yang pengucapan dan pernulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Untuk keperluan itu telah diusahakan ejaan asing hanya diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesia masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya. Di dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dicantumkan aturan penyesuaian itu. Dapat ditambahkan bahwa dalam hal ini terutama dikenakan kepada kata dan istilah yang baru masuk ke dalam bahasa Indonesia, serapan lama yang sudah dianggap umum tidak selalu harus mengikuti aturan penyelesaian tadi. Berikut ini contoh serapan itu. Baku Tidak Baku

apotek apotik arkeologi arkheologi atlet akhlak atlit ahlak

atmosfer atmosfir akhir aktif advis ahir, akir aktip adpis

aktivitas aktipitas advokat adpokat

9

arkais

arkhais

adjektif ajktif asas azas

konsekuensi konsekwensi asasi azasi

kualifikasi kwalifikasi analisis kualitas analisa kwalitas

menganalisis menganalisa kuarsa kwarsa

penganalisisan penganalisaan kuitansi ambulans kuorum kwitansi ambulan kworum

anggota anggauta kuota kwota

beranggotakan beranggautakan konfrontasi balans konfrontir balan

konsinyasi konsinyir definisi difinisi

diskonsinyasi dikonsinyir depot depo

10

koordinasi koordinir, kordinir diferensial differensial dikoordinasi dikoordinir ekspor eksport konduite kondite aktrover ektrovert kategori katagori ekuivalen ekwivalen dikategorikan dikatagorikan esai esei konsesi kosessi formal formil kelas klas februari pebruari klasifikasi kelasifikai filologi philologi linguistik lingguistik fisik phisik lazim lajim foto photo likuidasi likwidasi frekuensi frekwensi metode metoda

11

film filem motif motip hakikat hakekat motivasi motifasi hierarki hirarki masyarakat masarakat hipotesis hipotesa mantra mantera intensif intensip manajemen mangemen insaf insyaf manajer manager ikhlas ihlas massa massa (orang banyak) ikhtiar ihtiar masalah masaalah impor import masal massal introver introvert misi missi istri isteri november nopember iktikad itikad

12

nasihat nasehat ijazah ijasah penasihat penasehat izin ijin nasionalisasi nasinalisir ilustrasi ilustrasi dinasionalisasikan dinasionalasirkan jenderal jendral operasional operasianil jadwal jadual objek obyek kartotek kartotik ons on komedi komidi organisasi organisir konkret konkrit probelm problim karier karir problematik problimatik kaidah kaedah positif positip khotbah khutbah produktivitas produktifitas

13

berkhotbah berkhutbah produktivitas produktifitas konsepsional konsepsionil psikis psikhis konferensi konperensi psikologi psikhologi kreativitas kreatifitas paspor pasport kongres konggres putra putera kopleks komplek putri puteri katalisis katalisa produksi produsir kuantum kwantum profesi professi BAB II PEMAKAIAN KALIMAT PENGERTIAN KALIMAT Orang berbahasa tidak menggunakan kata-kata secara lepas, tetapi dengan merangkaikannya menjadi bentuk untaian kata yang mengungkapkan pikiran utuh. Untaian kata yang menggungkapkan pikiran secara utuh itu disebut kalimat. Dalam sebuah karangan tertulis surat, kalimat itu merupakan bagian terkecil sebagi unsur

14

pembentuknya. Paling tidak, kalimat itu merupakan titik tolak atau bagian awal sebuah karangan. Agar kalimat dapat dipahami lebih jelas, perhatikan contoh petikan karangan berikut ini. Ujian telah lama berakhir. Bahkan, sudah diumumkan hasilnya. Fernando sudah meraih tanda tamat belajar SMA jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial dengan nilai baik sekali. Ia tidak berhasil menjadi jauara umum di sekolahnya, tetapi hanya nomor tiga. Walaupun demikian, ini pun sudah merupakan prestasi yang gemilang, mengingat bahwa disamping belajar, ia harus melakukan kegiatan lain yang tidak ringan, yaitu mengurusi pemasangan pompa sumur untuk para petani di desanya. Pada contoh di atas, kita dapat menemukan 5 buah kalimat yang membangun bagian karangan itu, yaitu : 1. Ujian telah lama berakhir; 2. Bahkan, sudah diumumkan hasilnya; 3. Fernando sudah meraih tanda tamat belajar SMA jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial dengan nilai baik sekali; 4. Ia tidak berhasil menjadi juara umum di sekolahnya, tetapi hanya nomor tiga; 5. Walaupun demikian, ini pun sudah merupakan prestasi yang gemilang, mengingat bahwa di samping belajar ia harus melakukan kegiatan lain yang tidak ringan, yaitu mengurusi pemasangan pompa sumur untuk para petani di desanya. Kalimat sebagai unsur dasar pembentuk karangan dalam wujud tulisan mempunyai ciriciri berikut. a. Kalimat diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.) atau

15

mungkin juga dengan tanda tanya (?) atau tanda seru (!); b. Di tengahnya dipakai spasi dan tanda baca seperti koma (,), titik dua ( : ), titik koma (;), tanda hubung (-). Contoh kalimat (1) sampai dengan (5) adalah kalimat yang utuh. Untuk mengetahui keutuhan sebuah kalimat, kita dapat mengamati contoh kalimat (1) Ujian telah lama berakhir, misalnya. Kata ujian dan berakhir dalam kalimat itu merupakan kata-kata yang diperlukan. Jika salah satu di antaranya kita hilangkan sehingga kalimat itu menjadi (a) Ujian talah lama atau (b) telah lama berakhir. Pernyataan (a) dan (b) merupakan bentuk pengungkapan pikiran yang tidak utuh lagi. Dengan perkataan lain bentuk pengungkapan pikiran itu merupakan kalimat yang tidak benar. Kebenaran sebuah kalimat, selain ditentukan oleh keutuhan unsur-unsur pikiran, ditentukan juga oleh, a. Kelugasan penyusunannnya (tidak rancu); b. Urutan kata-katanya; c. Ketepatan pemakaian kata-kata penghubungnya atau perangkainya; d. Kecermatan memilih kata-katanya; e. Kebenaran menggunakan bentuk kata-katnaya. Berikut ini dikemukakan beberapa kesalahan kalimat yang disebabkan oleh (1) penulisan kalimat yang tidak utuh, (2) pemakaian bentuk kata yang rancu, (3) pemakaian keterangan yang tidak lengkap, (4) urutan kata yang menyalahi aturan berbahasa Indonesia, (5) pemakaian kata atau ungkapan penghubung yang tidak tepat, dan (6) pemakaian bentuk dan pilihan kata yang tidak cermat. Penulisan Kalimat yang Tidak Utuh

16

Yang tergolong ke dalam jenis kesalahan seperti ini adalah kalimat yang menghilangkan salah satu atau bebarapa bagian kalimat yang kehadirannya wajib atau menentukan kelengkapan kalimat itu. Contoh : (1) Dalam musyawarah itu menghasilkan lima ketetapan yang harus dipatuhi bersama. (2) Kegagalan proyek itu karena perancangan yang tidak mantap. (3) Yaitu tenun ikat yang khas Timor Timur Ketidakbenaran kalimat (1) adalah bahwa kalimat itu tidak menampilkan apa siapa yang menghasilkan lima ketetapan yang harus dipatuhi bersama. Bagian itu dalam kalimat (1) dihilangkan sehingga pikiran yang diungkapkan kalimat tersebut menjadi tidak utuh lagi. Dalam kalimat (2) kita tidak melihat bagian kalimat yang menyatakan perbuatan apa atau dalam keadaan apa yang dilakukan atau dialami oleh kegagalan proyek itu sehingga dengan hilangnya bagian itu, kalimat menjadi tidak utuh lagi, dalam kalimat (3) ada beberapa bagian yang dihilangkan, yaitu bagian yang menyatakan siapa yang berbuat dan jenis perbuatan apa yang dilakukan yang diterangkan oleh tenun ikat yang khas Timor Timur itu. Jadi kalimat (1), (2), dan (3) kita betulkan menjadi kalimat yang utuh, kalimatkalimat itu kita ubah menjadi (1a) Dalam musyawarah itu mereka menghasilkan lima ketetapan yang harus dipatuhi bersama (2a) Kegagalan proyek itu terjadi karena perancangan yang tidak mantap. (3a) Tenun ikat yang dipakai oleh Raja Los Palos tergolong kedalam tenun ikat yang

17

khas, yaitu tenun ikat yang khas Timor Timur. Kalimat (1) dapat juga kita betulkan dengan tidak menambah bagian lain ke dalam kalimat, tetapi dengan mengubah bentuk menghasilkan menjadi dihasilkan. Sehingga kalimat itu menjadi (1b) Dalam musyawarah itu dihasilkan lima ketetapan yang harus dipatuhi bersama. atau dapat juga dibetulkan dengan cara menghilangkan kata dalam sehingga kalimat menjadi (1c) Musyawarah itu menghasilkan lima ketetapan yang harus dipatuhi bersama. Penulisan Kalimat yang Rancu Kesalahan kalimat seperti itu dimungkinkan karena penulis (pemakai bahasa) mengacaukan dua macam pengungkapan kalimat atau lebih, misalnya : (4) Meskipun negara itu merupakan penghasil kapas nomor satu didunia, tetapi harga tekstil untuk keperluan rakyatnya sangat tinggi. Yang dirancukan dalam kaliamt (4) itu adalah (4a) Meskipun negara itu merupakan penghasil kapas nomor satu di dunia, harga tekstil untuk keperluan rakyatnya sangat tinggi; dan (4b) Negara itu merupakan penghasil kapas nomor satu di dunia, tetapi harga tekstil untuk keperluan rakyatnya sangat tinggi. Jadi kerancuan yang tampak pada kalimat (a) itu adalah pemakaian sekaligus kata meskipun dan tetapi dalam sebuah kalimat. Kerancuan kalimat seperti di atas terdapat juga pada kalimat yang berikut ini. Latihan Ubahlah kalimat berikut ini menjadi kalimat yang benar.

18

1. Bersama ini kami beritahukan, biodata para penceramah telah disiapkan dan kami lampirkan bersama surat ini juga. 2. Pantai Pasir Putih adalah merupakan sebuah daerah wisata bahari yang terindah di Timor Timur. 3. Kepada para karyawati yang berminat mengikuti kegiatan PKK kami persilahkan mendaftarkan diri di kantornya masing-masing. 4. Daerah pertanian itu hanya menghasilkan padi sekali setahun karena disebabkan oleh kemarau yang terlalu panjang. 5. Betapapun Pemerintah Daerah Timor Timur menginginkan agar supaya pembangunan Bandara Komoro dilaksanakan dengan segera, namun demikian pengadaan prasarana untuk keperluan itu sering mengalami hambatan. 6. Berhubungan dengan waktu kami sangat terbatas, karena itu tugas itu tidak sesuai pada waktunya. 7. Barang keperluan penduduk desa itu antara lain sebagai contohnya beras, gula, obat-obatan dan lain-lain sebagainya. 8. Para Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu sekalian terlebih dulu kami ucapkan salam sejahtera. 9. Sejak dari dulu penanaman kopi itu sudah dilakukan oleh rakyat. 10. Demikian juga kehadiran para pengusaha nasional pun untuk meningkatkan produksi dan mutu perkebunan kopi itu. Kesalahan Urutan Kata Kesalahan penulisan kalimat dapat juga terjadi karena urutan katanya tidak sesuai dengan kaidah kalimat bahasa Indonesia. Kesalahan seperti itu dapat dilihat pada contoh

19

berikut. ( 6 ) Saya telah umumkan bahwa pada hari ini juga panggung itu kita bangun untuk merayakan hari ulang tahun megara kita yang ke-45. Kesalahan urutan pada kaliamt (6) tampak pada bagian saya telah umumkan, pada ini hari, dan ulang tahun negara kita yang ke-45. Menurut kaidah penulisan kalimat bahasa Indonesia, urutan kata pada bagian-bagian itu hendaklah diubah menjadi telah saya umumkan, pada hari ini, dan ulang tahun ke-45 negara kita. Dengan perubahan urutan kata seperti yang telah dilakukan itu, kalimat berikut ini menjadi kalimat yang benar. (6a) Telah saya umumkan bahwa pada hari ini juga panggung itu kita bangun untuk merayakan hari ulang tahun ke-45 negar kita. Latihan Ubahlah urutan kata pada bagian tertentu dalam kalimat-kalimat berikut ini sehingga menjadi kalimat yang benar. 1. Saya punya istri pergi berobat ke dokter. 2. Itu peristiwa kami tidak lupakan. 3. Selama di Jayapura aku tinggal di Wisma Cendana. 4. Persoalan yang begitu macam yang saya tidak senangi. 5. Negara kebanyakan sudah mengetahui bahwa perang Iran-Irak selesai sudah. 6. Sekarang sudah mereka menyadari, barang-barang itu adalah mereka punya. 7. Mereka melangsungkan pernikahannya ketika berumur 20 dan 25 masing masing. 8. Waspadai kita harus supaya desa kita tetap aman.

20

9. Rumah besar itu dapat dihuni oleh tiga atau lebih kepala keluarga. 10. Sebelum diterbitkan naskah itu perlu dicoba cetak. Kesalahan Pemakaian Kata dan Ungkapan Penghubung. Yang dimaksud dengan kata atau ungkapan penghubung dalam pembicaraan , ini ialah semua kata atau ungkapan yang digunakan oleh penulis (pemakai bahasa) untuk menghubungkan bagian-bagian kalimat atau menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat yang lain. Kata penghubung antarbagian kalimat yang lazim dipakai supaya, meskipun, sebagai, karena, dan bahwa. (7) Bu Siska adalah seorang guru teladan dan anak-anaknya pun pandai-pandai pula. (8) Fernandez ingin menjadi juara umum di sekolahnya, tetapi ai hanya berhasil menjadi juara tiga. (9) Pak Mario tidak masuk kantor hari ini karena sakit. (10) Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I irian Jaya berusaha keras untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. (11) Gubernur mengumumkan bahwa kota Mataram, tahun depan akan menjadi kota wisata. (12) Pembangunan di bidang pariwisata Propinsi Nusa Tenggara Timur terus ditingkatkan agar kehadiran para wisatawan asing terus meningkat. (13) Di kampung kami dipasang dua puluh sumur pompa ketika musim kemarau sangat panjang. Menurut kenyataannya, dalam pemakaian bahasa Indonesia sehari-hari sering ditemukan beberapa kesalahan, yaitu makin kaburnya batas pemakaian penghubung antarbagian kalimat dan penghubung antar kalimat.

21

Contoh: (14) Pak Carlos menghadapi persolan yang berat di kantornya. Tapi ia pun dengan sabar dapat menyelesaikannya. (15) Kabupaten Los Palos dikenal dengan kain tenun ikatnya. Yaitu tenun ikat khas Timor Timur yang dahulu hanya diapakai oleh raja-raja. Kata tapi dan yaitu yang seharusnya berfungsi sebagai penghubung antarbagain kalimat, dapat juga sebagai penghubung antarkalimat. Bandingkanlah dengan kalimat di bawah ini. (14a) Pak Carlos menghadapi persoalan yang berat di kantornya, tetapi ia pun dengan sabar dapat menyelesaikannya. (15a) Kabupaten Los Palos dikenal dengan kain tenun ikatnya, yaitu tenun ikat yang khas Timor Timur yang dahulu dipakai oleh raja-raja. Ungkapan penghubung yang berfungsi menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat yang lain tidak banyak jumlahnya. Yang lazim dipakai dalam bahasa Indonesia antara lain (oleh), karena itu, namun, kemudian, setelah itu, bahkan, selain itu, sementara itu, walupun demikian, sehubungan dengan itu. Contoh pemakaiannya dapat dilihat seperti dibawah ini. (16) Pembangunan di bidang pariwisata terus ditingkatkan. Oleh karena itu kehadiran wisatawan asing di Indonesia setiap tahun terus bertambah. (17) Musim kemarau tahun ini di desa kami sangat lama. Walaupun demikian berkat pemasangan sumur pompa bahaya kekeringan dapat diatasi. Kesalahan pemakaian ungkapan penghubung antarkalimat sama halnya dengan

22

kesalahan pemakaian kata penghubung antar bagian kalimat yaitu pemakaian kedua jenis penghubung itu dikaburkan seperti contoh berikut ini. (18) Saya tidak sependapat dengan mereka, namun demikian saya tidak akan menentangnya. (19) Fernandez anak yang tergolong pandai di sekolahnya bahkan ia pernah menjadi juara tiga. Jika ungkapan penghubung antarkalimat digunakan dengan benar, kalimat itu seharusnya ditulis sebagai berikut. (18a) Saya tidak sependapat dengan mereka. Namun, saya tidak akan menentangnya. (19a) Fernandez anak yang tergolong pandai di sekolahnya. Bahkan, ia pernah menjadi juara kelas. Latihan. 1. a. Semua penduduk kecamatan itu dikerahkan untuk melakukan penghijauan bukit-bukit gersang. b. Pada musim hujan bahaya banjir dapat dicegah. 2. a. Raja Los Palos selama lima hari berada di Jakarta. b. Semua objek wisata di kota itu dikunjunginya. 3. a. BRI memberikan kredit ringan kepada para petani kecil untuk meningkatkan produksi pertaniannya. b. Tidak semua petani dapat memanfaatkan kesempatan ini. 4. a. Pembangunan di daerah itu tidak perlu memiliki pola yang sama dengan pola pembangunan di daerah lain. b. Kegagalan pembangunan yang dialami di daerah itu tidak terulang lagi.

23

5. a. Setiap orang dalam hidupnya pasti mengalami berbagai persoalan. b. Kadang-kadang mereka tenggelam dalam sejuta kesulitan hidupnya. Kesalahan Pemakaian Kata Depan Berikut ini dikemukakan contoh kesalahan pemakaian kata depan. (20) Kegiatan itu kami laksanakan berdasarkan arahan daripada Menteri Dalam Negeri, Rudini (21) Ia dapat menamatkan pendidikannya dari SMA berkat dorongan dari kepala desanya. (22) Bagi warga desa yang berminat mendapatkan kredit bank harap mendaftarkan namanya di kantor kelurahan. (23) Saya mengharapkan Saudara untuk hadir dalam rapat itu. (24) Sebaiknya mereka sudah menyadari tentang perbuatannya yang merugikan masayarakat itu. (25) Pembinaan hukum di Indonesia harus dilaksanakan dengan berlandaskan pada Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945. (26) Dengan pandangan itu dapat menerapkan program keluarga berencana di desa ini. Pemakaian kata daripada, dari, bagi, untuk, tentang, pada, dan dengan dalam kalimatkalimat itu merupakan kata-kata yang mubazir. Karena itu, kehadiran kata yang mubazir dapat merupakan ganjalan bagi pengungkapan pikiran yang terkandung dalam kalimat itu. Jika kata yang dianggap mubazir itu dihilangkan, kalimat tersa lebih jernih. Bandingkan kejernihan kalimat (20) hingga (26) dengan kalimat-kalimat berikut: (20a) Kegiatan itu kami laksanakan berdasarkan arahan Menteri Dalam Negeri, Rudini. (21a) Ia dapat menamatkan pendidikan SMA-nya berkat dorongan kepala desanya.

24

(22a) Warga desa yang berminat mendapatkan kredit bank, harap mendaftarkan namanya di kantor kelurahan. (23a) Saya mengharapkan saudara hadir dalam rapat itu. (24a) Sebaiknya mereka sudah menyadari perbuatannya yang merugikan masyarakat. (25a) Pembinaan hukum di Indonesia harus dilaksanakan dengan berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. (26a) Pandangan itu dapat menerapkan program keluarga berencana di desa ini. Agar kita dapat menggunakan kalimat yang benar dalam berbahasa Indonesia, kata daripada, dari, bagi, untuk, tentang, pada dan dengan harus dipakai secara tepat. Kaidah pemakaiannya dapat dikemukakan seperti dibawah ini. a. Kata daripada dipakai untuk menandai perbandingan. b. Kata dari dipakai untuk menandai hubungan asal, arah dari suatu tempat, atau pemilik. c. Kata bagi dipakai untuk menandai hubungan peruntukan. d. Kata tentang dipakai untuk menandai hal ihwal peristiwa. e. Kata pada dipakai untuk menandai hubungan tempat atau waktu. f. Kata untuk pemakainya sama dengan kata bagi. g. Kata dengan dipakai untuk menandai hubungan kesertaan atau cara. Latihan Gunakanlah kata depan seperti yang dikemukakan di atas secara tepat dalam kalimat berikut. 1. Usia istriku sama .......... usia Bu Maria. 2. ..... wanita itu tidak terlihat adanya sifat keibuan.

25

3. Masalah ....pembinaan koperasi unit desa di daerah itu mulai menjadi perhatian. 4. Pak Pedro bekerja keras ....... kepentingan masyarakat. 5. Keuntungan apa yang bisa kita petik .... peristiwa ini. 6. Harga pakaian wanita di kota Dili lebih mahal ......... harga pakaian wanita di kota kupang. 7. Kayu itu dibelah ...... kapak. 8. Pertemuan itu akan diadakan ........ tanggal 21 Maret 1990. 9. Mereka bercerita ...... pengalamannya di Australia. 10. ....... siapa baju itu Anda buat? 11. Bu Susana berasal ..... Kabupaten Minahasa. 12. Pak Carlis lebih tua ........ Fernandez. Kesalahan Pemakaian Bentuk Kata Kebenaran suatu kalimat tidak hanya ditentukan oleh keteraturan bagianbagiannya sebagai satuan pembentuk kalimat, tetapi juga ditentukan oleh bentuk dan pilihan kata yang mengisi bagian-bagian itu. Jadi, kesalahan kalimat dimungkinkan juga oleh adanya pemakaian bentuk dan pilihan kata yang tidak benar. Kesalahan kalimat yang disebabkan oleh kekurangtepatan memilih bentuk kata, dalam kenyataannya masih sering dijumpai. Hal itu seperti tampak dalam kalimat berikut. (27) Dengan sangat menyesal kami tidak dapat memenuhi permintaan Anda karena persediaan barang kami sudah habis. (Bentuk yang benar adalah sediaan, bukan persediaan) (28) Semula langganan Bapak saya layani dengan baik

26

(Bentuk yang benar adalah pelanggan, bukan langganan) (29) Pemutaran roda itu harus tetap pada porosnya. (Bentuk yang benar adalah perputaran karena bentuk ini diangkat dari berputat, bukan memutarkan). (30) Bahasa Indonesia adalah pemersatu bangsa dalam usaha menyatukan bangsa Indonesia. (Bentuk yang benar adalah mempersatukan, bukan menyatukan; mempersatukan berkolerasi dengan bersatu). Dalam bahasa Indonesia tersapat serangkaian kata yang proses pembentukannya menunjukkan keteraturan, misalnya dalam pembentukan kata-kata berikut : tulis menulis penulis penulisan tulisan pilih memilih pemilih pemilihan pilihan buat mebuat pembuat pembuatan buatan serang menyerang penyerang penyerangan serangan pukul memukul pemukul pemukulan pukulan tani bertani petani pertanian dagang berdagang pedagang perdagangan tinju bertinju petinju pertinjuan gulat bergulat pergulat pergulatan mukim bermukim pemukiman permukiman satu bersatu mempersatukan pemersatu solek bersolek mempersolek pemesolek oleh beroleh memperoleh pemeroleh

27

Latihan Istilah kalimat berikut ini dengan bentuk kata yang tepat dan benar. 1. Negara kita adalah negara (satu). 2. Pusat (didik dan latih) Departemen Pertanian berada di luar kota. 3. (mukim) baru pegawai Pemerintah Daerah Timor Timur dipusatkan di luar kota Dili. 4. Setiap hari Jumat semua karyawan dan karyawati melakukan kegiatan senam pagi sebagai usaha (olahraga) masyarakat. 5. Thomas Americo (tinju) yang berasal dari Timor Timur. 6. Karena masa dinasnya sudah habis Pak Inyo (henti) dengan hormat dari jabatannya. 7. Bahasa Indonesia adalah alat (satu) bangsa. 8. Fernandez berusaha (terap) ilmu yang selama ini ditekuninya sebagai petani unggulan. 9. (terampil) menggunakan komputer sekarang sangant diperlukan. 10. Mereka hidup dari (tinggal) orang tuanya. 11. Semua (taman) di kota itu sangat menarik karena ditata dengan baik. 12. (naik) pangkat Pak Mario terpaksa ditunda karena semua jabatan di katnornya sudah terisi. 13. Kepala sekolah memanggil beberapa orang tua murid untuk (tanggung jawab) perbuatannya yang merugikan sekolah. 14. Pameran itu (selenggara) untuk merayakan Hari Kanak-Kanak Sedunia. 15. Selama ini biaya yang digunakan untuk kuliah adalah (beri) pamannya.

28

16. Masalah (penduduk) sangat erat hubungannya dengan kelestarian lingkungan hidup. 17. Keadaan penghasilan dan pengeluaran yang belum (imbang) menunjukkan perekonomian yang lemah. 18. Pusat perbukuan dapat mengatur (ada) buku pelajaran dari SD hingga SMA. 19. (kembang) perbankan di Indonesia dewasa ini cukup menggembirakan. 20. Selama penataan ini para peserta (pusat) perhatiannya kepada pemakaian bahasa Indonesia yang benar. Ciri ragam bahasa keilmuan ditandai dengan penalarannya yang cermat dan teliti, di samping objektif. Pengalimatan dalam penulisan karya ilmiah harus memperhatikan 3 syarat yaitu jelas, lugas dan komunikatif. Kejelasan kalimat dapat dicapai mengeksplisitkan unsur-unsur kalimat ragam bahasa tulis, seperti subjek, predikat, objek dan keterangan. Setiap susunan kalimat hendaknya terdiri dari subjek dan predikat, atau juga mengandung objek dan keterangan kalimat (sesuai dengan keperluan) sehingga dapat disebut struktur kalimat yang memenuhi persyaratan tata bahasa. Kelugasan kalimat berkaitan dengan makna, artinya kalimat dalam suatu paragraf harus hanya mempunyai satu tafsiran yang sama bagi penulis dan pembacanya. Hindarkan pemakaian pengulangan kata, contoh: Kalimat salah : 1. Daftar lembaga-lembaga yang pernah bekerja sama dengan Universitas Bina Nusantara dapat dilihat pada Tabel 5. 2. Menurut keterangan yang diperoleh, selama ini belum pernah ada tawaran bagi

29

dosen-dosen untuk mengikuti program-program di luar negeri. Kalimat yang benar : 1. Daftar lembaga yang pernah bekerja sama dengan Universitas Bina Nusantara dapat dilihat pada Tabel 5. 2. Menurut keterangan yang diperoleh, selama ini belum pernah ada tawaran bagi dosen untuk mengikuti program pelatih di luar negeri. Komunikatif berkaitan dengan pemahaman pembaca terhadap suatu karya ilmiah. Sebuah karangan disebut komunikatif apabila disajikan secara logis dan sistematis. Hubungan kelogisan ditandai dengan hubungan antarbagian dalam kalimat, antarkalimat dalam alinea, dan antaralinea dalam wacana, yang antara lain memperlihatkan sebab akibat, kesejajaran, atau kemungkinan. PARAGRAF 1. Pengertian : Inti penuangan buah pikiran dalam sebuah karangan. 2. Keguanaan paragraf : Untuk menandai pembukaan topik baru, atau pengembangan lebih lajut topik sebelumnya. 3. Macam-macam paragraf : a. Berdasarkan tujuan dan tempatnya : 1. Paragraf pembuka Pengantar Penarik minat dan perhatian pembaca Penyiapan pikiran pembaca kepada masalah yang akan diuraikan

30

Pendek, supaya tidak membosankan yaitu 1/7 panjang paragraf 2. Paragraf penghubung Berisi inti persoalan yang akan dikemukakan. Analisa masalah Antara paragraf dengan paragraf harus berhubungan secara logis. 3. Paragraf penutup Mangakhiri sebuah karangan/wacana Berisi kesimpulan, penegasan dari paragraf penghubung Pendek TUGAS : 1) Baca salah satu paragraf 2) Sebutkan ciri-ciri, isi, dan sifat-sifat paragraf pada contoh yang anda baca! a) paragraf pembukanya; b) paragraf penghubungnya; c) paragraf penutupnya. 4. Syarat-syarat paragraf: a. Kesatuan pikiran : Tiap paragraf mengandung satu pikiran atau gagasan (tema); Fungsi paragraf mengembangkan tema; Tidak boleh ada kalimat yang sumbang; Semua kalimat mengembangkan/mendukung atau menjelaskan satu pikiran pokok. TUGAS

31

Baca contoh suatu paragraf dan analisislah: Tema Fungsi kalimat Pengembangannya b. Kepaduan koherensi : Tiap kalimat mempunyai hubungan timbal balik; Masing-masing kalimat mempunyai hubungan terpadu; Menggambarkan jalan pikiran yang logis; Kepaduan paragraf dibangun dengan : 1) Unsur kebahasan: Repetisi / Pengulangan Kata ganti Kata / ungkapan transisi 2) Urutan isi : Pikiran utama --- penjelasan Kronologis Sebab akibat / akibat sebab Umum khusus / khusus umum Proses Urutan ruang / spasial Analogi Perbandingan Pemecahan masalah

32

c. Kelengkapan Berisi kalimat-kalimat penjelasan yang cukup untuk menunjang kejelasan kalimat topik atau kalimat utama. TUGAS: Baca salah satu contoh paragraf dan analisislah jenis mana yang digunakan dan kelengkapannya! Letak Kalimat Utama 1. Pada Awal Paragraf Paragraf dimulai dengan mengemukakan persoalan pokok atau kalimat utama kemudian diikuti oleh kalimat-kalimat penjelasan. Paragraf ini bersifat deduktif (dari yang umum kepada yang khusus). TUGAS: Baca salah satu contoh paragraf yang kalimat utamanya terletak di awal paragraf! 2. Pada Akhir Paragraf Paragraf ini dimulai dengan kalimat-kalimat yang berisi penjelasan-penjelesan atau perincian-perincian kemudian ditutup dengan kalimat utama. Paragraf ini bersifat induktif (dari yang khusus kepada yang umum). TUGAS: Baca salah satu contoh paragraf yang bersifat induktif! 3. Pada Awal dan Akhir Paragraf Kalimat utama dapat diletakkan pada awal dan akhir paragraf. Fungsi kalimat utama pada akhir paragraf ini untuk menentukan/menegaskan kembali pikiran utama dengan kalimat yang bervariasi.

33

TUGAS: Baca salah satu contoh paragraf yang kalimat utamanya terletak pada awal dan akhir paragraf! 4. Paragraf Tanpa Kalimat Utama Paragraf seperti ini menunjukkan bahwa pikiran utama terbesar di seluruh kalimat yang membangun paragraf tersebut. TUGAS: Baca salah satu contoh paragraf yang tanpa kalimat utama! CONTOH KOHERENSI PARAGRAF YANG KURANG BAIK PEREDAMAN INTERFERENSI PITA SEMPIT PADA DIRECT SEQUENCE CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS DENGAN FILTER PREDIKSI MULTI BANDSTOP BERBASIS JARINGAN SYARAT TIRUAN LAPIS BANYAK Yudha Pratidina, Taufik Hasan, Joko Haryanto STT Telkom, Jl. Radio Palasari Bandung Sistem komunikasi Direct Sequence Code Division Multiple Acces (DS-CDMA) merupakan teknik akses jamak spektrum tersebar yang mempunyai kemampuan bertahan terhadap alur jalur ragam dan kemampuan meredam sinyal interfensi. Pada saat DSCDMA menempati jalur frekuensi yang sama dengan suatu spektrum frekuensi pita sempit. Maka akan timbul interfensi pita sempit pada DS-CDMA. Untuk suatu kondisi di mana perbandingan daya interfensi dan daya sinyal spektrum masih di bawah nilai ambangnya DS-CDMA dapat menekan daya sinyal pita sempit tersebut. Pada proses despreading yang dilakukan oleh penerima, sinyal spektrum tersebar akan dikolerasi oleh penerima, sinyal spektrum tersebar akan dikolerasi oleh kode yang

34

bersesuaian pada penerima, sehingga akan mengembalikan informasi pita sempit yang dibawanya. Sebaliknya, sinyal interfensi pita sempit yang masuk pada penerima akan dispreading oleh bit-bit kode, sehingga akan menjadi sinyal dengan daya yang tersebar pada rentang lebar pita yang lebar. Daya yang tersebar ini akan mempunyai rapat daya yang rendah, sehingga pengaruhnya akan semakin kecil terhadap sinyal DS-CDMA. Tingkat penyebaran daya sinyal interfensi pita sempit (jammer) sangat dipengaruhi oleh panjang kode yang digunakan pada sistem DS-CDMA tersebut. Semakin panjang kode yang digunakan maka tingkat penyebaran sinyal jammer akan semakin besar, yang berarti level daya sinyal jammer tersebut akan terlalu panjang dan level sinyal jammer yang sangat tinggi, kinerja sistem DS-CDMA akan sangat jelek. Hal ini bisa dilihat dengan nilai probability of error yang semakin besar. CONTOH KOHERENSI PARAGRAF YANG BAIK MEMPERKUAT BUDAYA PERUSAHAAN UNTUK MENINGKATKAN KINERJANYA DALAM JANGKA PANJANG Nurainun Bangun Budaya perusahaan adalah seperangkat nilai, norma, persepsi dan pola perilaku yang diciptakan atau dikembangkan dalam sebuah perusahaan untuk mengatasi masalah adaptasi secara eksternal dan integrasi secara internal. Premis ini diyakini kebenarannya setelah teraplikasi dengan baik dalam perusahaan, sehingga dianggap bernilai positif dan pantas diajarkan kepada pegawai baru sebagai pangkal tolak yang tepat untuk berpikir dan bertindak dalam mengatasi masalah (Schein 1985). Untuk memahami budaya perusahaan, perlu disimak melalui lingkup yang lebih luas yaitu kebudayaan nasional yang bersifat makro, sebab pada dasarnya budaya dari

35

sebuah organisasi timbul karena adanya iteraksi antar anggota oraganisasi itu. Sedangkan, sebelum orang masuk ke dalam wadah organisasi, mereka telah membawa atau memiliki nilai dasar yang diyakini. Budaya perusahaan umumnya diciptakan oleh pemilik atau para pemimpin yang mendirikan perusahaan. Gaya kempemimipinan cenderung dipengaruhi oleh perilaku manajemen perusahaan yang selanjutnya akan memberi efek terhadap budaya perusahaan. Budaya perusahaan mempunyai pengaruh penting terhadap kinerja ekonomi jangka panjang bagi perusahaan. Diketahui bahwa dengan budaya yang mengutamakan pelanggan, pemegang saham, karyawan dan kepemimpinan dari manajer pada semua tingkat organisasi, menggalakkan kinerja perusahaan yang tidak mempunyai budaya kuat dengan perbedaan yang amat besar. BAB III PENULISAN KARYA ILMIAH PEMILIHAN TOPIK Kegiatan yang mula-mula dilakukan jika akan menulis suatu karya ilmiah ialah menentukan topik (pokok pembicaraan). Dalam memilih topik perlu dipertimbangkan beberapa hal sebagai berikut : 1. Topik tersebut ada manfaatnya dan layak dibahas; 2. Topik tersebut cukup menarik terutama bagi penulis; 3. Topik tersebut dikenal baik oleh penulis; 4. Bahan pendukung penulisan dapat diperoleh dan cukup memadai; Topik yang telah dipilih harus dibatasi, jangan terlalu luas dan juga tidak terlalu sempit. Proses pembatasan topik dapat dipermudah dengan cara membuat diagram jam,

36

diagram pohon, dan piramida terbalik. PEMBATASAN TOPIK 1. Diagram Jam Untuk membuat diagram jam, topik diletakkan dalam sebuah lingakaran. Dari topik itu diturunkan beberapa topik yang lebih sempit.

Ilmu Kelautan Lautan Atlantik laut sebagai sumber energi masa depan Lautan teritorial kekayaan di lautan Indonesia Lautan sebagai laut di

37

lapangan kerja Indonesia peranan laut dalam laut bagi hubungan antarbangsa bangsa Indonesia riwayat lautan kehidupan dalam laut kandungan kimia air laut Gambar 1. Diagram Jam LAUT Diagram di atas disebut diagram jam. Dengan diagram jam itu akan diperoleh dua belas topik yang lebih terbatas tentang laut. Kedua belas topik itu dapat dibatasi lebihlanjut dengan mengembangkan pertanyaan-pertanyaan yang akan mempersempit dan mengarahkan pembahasan. Misalnya, kita ingin membahas topik kekayaan di lautan. Kekayaan di lautan mana? Di wilayah Indonesia? Kekayaan jenis mana yang akan dibahas: fauna, flora atau mineral? Kita pilih misalnya, fauna. Fauna yang mana: ikan, udang, kerang mutiara ? Aspek apa yang akan kita bahas? Pembudidayaannya? Melalui pertanyaanpertanyaan itu kita akan sampai pada topik yang cukup terbats, misalnya pembudidayaan karang mutiara di Maluku Selatan. Cara lain untuk menemukan topik yang terbatas ialah dengan jalan membuat diagram pohon. Dengan diagram ini kita akan memecahkan topik-topik setingkat demi setingkat dan menggambarkannya sebagai cabang-cabang dan ranting pohon yang terbalik (lihat Gambar 2). Selain dengan diagram jam dan diagram pohon, pembatasan topik juga

38

digambarkan dengan piramida terbalik (lihat gambar 3). Lautan kekayaan lautan sebagai lautan sebagai dst di lautan lapangan kerja sumber energi yang potensial fauna flora mineral ikan udang kerang mutiara pembudidayaannya pemasaran hasilnya dst

Gambar 2. Diagram pohon -------------------------------------------------------------------Lautan ------------------------------------------------------------lautan Indonesia -----------------------------------------------------kekayaan lautan Indonesia -------------------------------------------39

fauna ------------------------------------karang mutiara -------------------------pembudidayaan karang mutiara di Maluku Selatan

Gambar 3. Piramida Terbalik TOPIK DAN JUDUL Setelah diperoleh topik yang sesuai maka dalam pelaksanannya topik yang telah dipilih itu harus dinyatakan dalam suatu judul karangan. Apakah yang dimaksud dengan

40

judul? Samakah judul dengan topik? Yang dimaksud dengan topik ialah pokok pembicaraan dalam keseluruhan karangan yang akan digarap; sedangkan judul ialah nama, titel atau semacam label untuk suatu karangan. Pernyataan topik mungkin saja sama dengan judul, tetapi tidak mungkin juga tidak. Dalam karangan fiktif (rekanan) kerap kali judul karangan tidak menunjukkan topik. Roman Layar Terkembang misalnya tidak membicarakan layar dalam arti sebenarnya. Demikian juga novel Kabut Sutra Ungu, sama sekali tidak membahas kabut ataupun sutera dalam arti yang sebenarnya. Dalam karangan formal atau karangan ilmiah judul karangan harus tepat menunjukkan topiknya. Penentuan judul tersebut harus dipikirkan secara bersungguhsungguh dengan mengingat beberapa persyaratan, antara lain : 1) Harus sesuai dengan topik atau isi karangan beserta jangkauannya; 2) Judul sebaiknya dinyatakan dalam bentuk frase. Judul sebaiknya dinyatakan dalam bentuk frase benda dan bukan dalam bentuk kalimat. Judul Pembudidayaan Kerang Mutiara di Maluku Selatan berbentuk frase. Judul itu akan menjadi kalimat bila kita ubah menjadi Kerang Mutiara di Maluku Selatan Perlu Dibudidayakan. 3) Selanjutnya, judul karangan diusahakan sesingkat mungkin. Misalnya Cara untuk Membudidayakan Kekayaan Lautan yang Berupa Kerang Mutiara di Maluku Selatan, dapat disingkat dalam bentuk frase seperti pada butir 2); 4) Judul harus dinyatakan secara jelas, artinya judul itu tidak dinyatakan dalam kata kiasan atau tidak mengandung kata yang mengandung arti ganda. Misalnya judul Menjelajahi Neraka Dunia tidak dapat digunakan dalam karangan ilmiah yang

41

memaparkan hasil pengamatan terhadap keadaan ekonomi negara-negara yang sedang berperang. Harus pula diingat bahwa: 1. Judul merupakan satu-satunya bagian tulisan seseorang yang dibaca orang lain; 2. Usahakan agar sekali dibaca judul dapat langsung ditangkap maknanya. 3. Judul tidak boleh lebih dari 12 patah kata atau paling banyak 90 ketukan mesin ketik; 4. Kalau tak terhindarkan, pisahkan sebagian menjadi anak judul; 5. Oleh sebab itu gunakan kata dan istilah yang padat makna; 6. Judul hendaknya tidak mengandung singkatan atau akronim; BAB IV PERPUSTAKAAN SEBAGAI SUMBER INFORMASI PENDAHULUAN Setiap kegiatan ilmiah, khususnya penulisan karya ilmiah selalu dimulai dengan studi literatur atau lazim juga disebut studi kepustakaan. Literatur yang dicari dan dipelajari tentunya mengenai subjek yang telah ditentukan sebagai topik penulisan. IFLA (International Federation of Library Association and Institution) mendefinisikan perpustakaan sebagai suatu tempat yang mempunyai koleksi (buku dan terbitan cetak atau noncetak, serta sumber informasi dalam komputer) yang disusun secara sistematis untuk kepentingan pemakainya. Susunan koleksi yang telah diatur secara sistematis tersbut mempunyai alat untuk mengakses yang disebut katalog. Urat nadi perpustakaan adalah katalog. Oleh sebab itu

42

katalog harus dibuat dengan teliti dan konsisten mencerminkan informasi penting yang tersimpan di koleksi perpustakaan. Informasi perpustakaan dapat diketahui melalui: 1. Katalog pengarang Terdiri dari entri pengarang yang disusun secara alfabetis, memberikan informasi mengenai karya seorang pengarang yang dimiliki perpustakaan. Pengertian pengarang mencakup juga penyuntingan (editor), compiler (penyusun), ilustrator, dan penerjemah. Contoh : Anwar, Rosihan Indonesia 1976 1983 : dari koresponden kami di Jakarta / oleh Rosihan Anwar, Penyunting Anzis Kleden, Bhanu Setyanto Jakarta: Pustakan Utama Grafiti, 1992. X, 162p.; 21 cm. 2. Katalog Judul Merupakan entri judul yang disusun menurut abjad. Contoh : Abnormal Psychology. Duke Marshall P. Abnormal Psychology / by Marshall P. Duke, Stephen Nowichi New York: Holt Renchart and Winston, 1996. 3. Katalog Subjek merupakan entri subjek yang disusun menurut abjad. Katalog ini banyak diminati

43

pemakai yang tidak mengerti judul ataupun pengarang koleksi perpustakaan dengan baik. Contoh: Agama Islam Amal, Taufik Adnan. Tafsir Kontekstual Al-Quran / oelh Taufik Adnan Amal, Syamsu Rizal Panggabean. Bandung: Mirza, 1990 199p; 21 cm Katalog dapat berupa kartu, list (daftar), ataupun berkomputer yang biasa disebut OPAC (Online Public Access Catalogues). KOLEKSI PERPUSTAKAAN Dengan adanya ledakan informasi sungguh tidak mudah bagi seorang penulis atau penyusun karya ilmiah untuk menemukan informasi secara tepat dan ceat. Strategi untuk menemukan informasi secara cepat dan tepat disebut penelusuran. Supaya penelusuran dapat berjalan dengan efektif, penulis perlu mengenal koleksi referensi dengan berbagai kegunaan dan keterbatasannya. Menguasai koleksi referensi berarti mempersempit kemungkinan tersesat (dalam arti membuang waktu) dalam usaha penulis untuk menemukan informasi yang mereka perlukan. Katz (1992) menggolongkan koleksi referensi sebagai berikut: Kamus: untuk mengetahui ejaan, ucapan, etimologi, definisi secara singkat. Untuk memperoleh penjelasan terminologi mungkin akan diperlukan kamus luas (unabridged) atau melalui jenis glosari. Kamus dua bahasa mungkin juga akan diperlukan untuk memperoleh penjelasan suatu terminologi.

44

Ensiklopedi: tak jauh berbeda dengan kamus, hanya saja uraian di ensiklopedi bersifat lebih luas. Dari suatu ensiklopedi kita diatar ke pengetahuan dasar. Lazimnya akhir suatu penjelasan pada ensiklopedi ditutup dengan suatu bibliografi sebagai saran studi lanjut. Tabel: suatu deretan kata-kata, fakta, bilangan dalam suatu sistem untuk memudahkan referensi dan perbandingan. Tabel dapat terdiri dari satu atau dua baris, dapat juga terdiri dari berjilid-jilid buku seperti International Critical Tables. Tabel bisa berdiri sendiri menjelaskan maksud, tetapi dapat juga tergantung dengan teks yang mengikutinya. Grafik dapat juga dimaksukan dalam golongan tabel, karena keduanya menunjukkan hubungan 2 atau 3 variabel yang satu digambarkan dengan grafik yang lainnya dengan bentuk tabular. Buku pegangan: terutama disiapkan dengan tujuan sebagai alat referensi dalam suatu bidang khusus, oleh sebab itu bahasa baku pegangan bersifat teknis dan banyak menggunakan istilah. Bidang khusus tadi perlu penulis kuasai supaya dapat memahami pesan-pesannya. Mereka yang masih sukar memahami buku pegangan, berarti bahwa mereka belum menguasai benar bidangnya. Dalam tugas sehari-hari buku pegangan dimanfaatkan untuk memperoleh data teknis atau ide baru. Sifat baru (up to dateness) buku pegangan perlu diawasi dalam orang menggunakannya sebagai referensi. Apa sebenarnya bedanya dengan ensiklopedi? Kita menggunakan ensiklopedi untuk memperoleh gambaran atau dukungan suatu konsep. Pada buku pegangan kita memperoleh kesatuan fakta. Treatise: sebenarnya treatise merupakan rangkuman suatu bidang ilmu dengan tujuan

45

mengupas persolan-persoalan, dalam memahami argumentasi pada traitise, penulis menguasai bidang tadi. Supaya penulusuran dapat dikerjakan secara efektif, penting bagi penulis untuk mengetahui penggolongan literatur sebagai berikut: 1. Sumber Primer (tak teratur pemuatannya) Lazimnya memuat infomasi yang terbaru A. Majalah B. Karangan hasil lembaga C. Literatur mengenai paten D. Berbagai jenis sumbangan pikiran 2. Sumber Sekunder Memuat informasi yang tercakup pada sumber primer. Pemuatannya dapat dikatakan teratur. A. Majalah dari jenis serial 1. Majalah indeks 2. Majalah sari 3. Jenis telaah (review) B. Bibliografi C. Refernsi umum dan eks 1. Referensi Umum a. Indeks b. Kamus c. Ensiklopedi

46

d. Buku pegangan e. Treatise f. Monografi 2. Buku Teks D. Lain-lain rangkuman Bekal seseorang untuk menelusur dengan efektif ialah: 1. Imajinasi mengarah ke sumber-sumber yang tidak terpikirkan oleh mereka yang kurang imajinasi. 2. Keluwesan mental mampu menyesuaikan diri pada ide-ide baru dan kemungkinan-kemungkinan baru pada waktu penelusuran berjalan 3. Cermat tidak melewatkan informasi penting 4. Teratur mencatat apa yang telah ditelusur, apa dan di mana ditemukan 5. Tekun tidak mudah menyerah kalau informasi yang diperlukan tidak ditemukan 6. Awas mampu menemukan petunjuk-petunjuk baru 7. Tajam mampu memutuskan pilihan informasi yang bertentangan 8. Teliti ketidaktelitian dalam mencatat situasi pemborosan waktu kerja KERANGKA KARANGAN Kerangka karangan merupakan hasil penangungkapan ide seorang penulis yang mampu mengungkapkannya secara tersusun dan terpadu. Susunan ide dalam komposisi yang terpadu ikut menentukan baik tidaknya suatu karangan / laporan ilmiah. Cara Penyusunan Ide 1. Menyusun kerangka karangan sebelum mulai menulis laporan 2. Mengembangkan pokok-pokok ide dalam alinea pada saat menyusun / menulis

47

laporan. Penyusunan Kerangka Karangan Sebelum dijelaskan bagaimana cara menyusun kerangka karangan, ada baiknya calon penulis karangan/laporan ilmiah mengetahui batasan, fungsi dan jenis kerangka karangan. 1. Batasan Kerangka karangan ialah susunan pokok-pokok pembicaraan yang dikemukakan dalam suatu karangan/laporan. 2. Fungsi Fungsi kerangka karangan ini dapat ditinjau dari tiga segi yaitu dari segi peneliti, penulis laporan, dan pembaca. a. Fungsi kerangka karangan ditinjau dari segi peniliti. Laporan ilmiah memuat masalah yang diteliti, jalan penelitian, pembahasan, dan hasil penelitian, serta saran-saran untuk langkah yang akan diambil sebagai tindak lanjut. Jalan penelitian direncakan sebelum penelitian dilakukan. Penelitian dilaksanakan dengan berpedoman pada rencana ini, yaitu yang berupa langkah-langkah yang akan dilakukan. Langkah-langkah ini diungkapkan berupa topik-topik sebagai pokok pembicaraan yang nanti dituangkan ke dalam laporan. Topik-topik disusun di dalam kerangka karangan. Oleh sebab itu, kerangka karangan ini berguna bagi peniliti sebagai pedoman untuk melaksanakan penelitian terutama dalam mengumpulkan data. Biasa kerangka karangan yang disusun sebelum penelitian dilakukan ini akan mengalami perubahan pada waktu penulisan laporan akan dimulai. Jadi, kerangka karangan disini berfungsi sebagai ancangancang melakukan penelitian. b. Fungsi kerangka karangan ditinjau dari segi penulisan laporan.

48

Kerangka karangan yang dibuat sebelum penelitian dilakukan diperhatikan kembali, kemudian dibandingkan dengan fakta yang dihadapi waktu melaksanakan penelitian. Selama mengumpulkan data dan melakukan penelitian banyak sekali pengetahuan dan pengalaman penulis bertambah. Berdasarkan penambahan pengetahuan dan pengalaman inilah peneliti/penulis laporan menyempurnakan dan menyusun kembali kerangka karangan ini, makin mudah bagi penulis untuk menuangkan hasil penelitian dan mengungkapkan gagasannya ke dalam laporan ini. Dengan demikian, diketahui bahwa kerangka karangan berguna bagi penulis sebagai pedoman penulisan laporan tersebut. Karangan pokok-pokok ide sudah tersusun secara terperinci dan terpadu. c. Fungsi kerangka karangan ditinjau dari segi pembaca Jika laporan sudah selesai ditulis, maka kerangka karangan (pokok-pokok pembicaraan) ini dincantumkan di dalam daftar isi. Hal ini berguna bagi pembaca, karena mereka dapat mengetahui dengan cepat ide-ide yang diungkapkan dalam laporan tersebut. Jenis Kerangka Karangan Berdasarkan cara mengungkapkan pokok-pokok pembicaraan ke dalam kerangka karangan, maka kerangka karangan dapat dibagi atas tiga jenis a. Kerangka karang topik Pada kerangka karangan topik, pokok pembicaraan diungkapkan berupa kata atau kelompok kata. b. Kerangka karangan kalimat Pada kerangka karangan kalimat, pokok pembicaraan diungkapkan dengan menggunakan kalimat. Bentuk ini disebut juga kerangka karangan formal, karena bentuk inilah yang diperlihatkan kepada pembimbing jika penelitian itu dilakukan dengan mendapat

49

bimbingan dari seseorang. Bentuk ini digunakan juga sebagai dasar pembuatan proposal. c. Kerangka karangan alinea Pada kerangka karangan alinea, pokok pembicaraan diungkapkan dengan disertai penjelasan seperlunya seghingga berbentuk alinea. Cara pembuatan kerangka karangan. Untuk memperoleh kerangka karangan yang tersusun, terperinci dan padu, hendaklah ditempuh beberapa tahap kegiatan yaitu tahap: 1. pengumpulan ide; 2. penyaringan ide; 3. penyempurnaan ide; 4. pengelompokan ide; 5. penyusunan urutan ide; 1. Pengumpulan ide Pada tahap pertama ini penulis cukup menuliskan pada selembar kertas semua ide (pokok-pokok pembicaraan) yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, baik mengenai bagian-bagian masalah, aspek-aspek yang mempengaruhi masalah, akibatakibatnya, maupun jalan keluarnya. Semua ide (pokok pembicaraan) yang teringat oleh penulis dicantumkan semua tanpa pikiran apakah ide itu perlu dikemukakan dan dibahas atau tidak. 2. Penyaringan dan penyempurnaan ide Setelah ditempuh tahap pertama, baru diperhatikan dan dipikirkan, apakah ada ide yang tidak perlu dikemukakan/dibahas, kalau ada maka ide itu dicoret/dihilangkan. Sebaliknya

50

jika ada ide yang perlu dibahas tetapi belum tercantum pada daftar ide tadi, maka pada daftar itu perlu ditambahkan ide yang dimaksud, demikina seterusnya sampai penulis menganggap bahwa daftar ide itu cukup bagus. 3. Pengelompokan ide Setelah penulis menganggap bahwa daftar ide itu sudah cukup, langkah berikutnya ialah mengelompokkan ide-ide tersebut menurut jenisnya. 4. Penyusunan urutan ide Ide-ide sekarang sudah terkelompok. Langkah-langkah berikutnya ialah penulis memperhatikan ide yang terdapat pada setiap kelompok. Kemudian ide yang terdapat pada setiap kelompok itu disusun menurut tingkatnya. Setiap kelompok ide diberi judul. Kemudian judul-judul kelompok (beserta anggota kelompoknya) ini disusun pula menurut tingkatnya. Jika langkah-langkah ini dilakukan dengan baik, maka penulis akan melihat bahwa pokok-pokok pembicaraan sudah lengkap dikemukakan serta tersusun secara teratur dan terpadu. Contoh Kerangka Karangan I. Kerangka Sementara Topik: Kegiatan Mahasiswa Universitas Bina Nusantara Periode 1990 1995 I. Kegiatan Akademis II. Kegiatan Sosial III. Kegiatan Oleh Raga Seni II. Kerangka Sementara dirinci, dikembangkan idenya menjadi: Topik: Kegiatan Mahasiswa Universitas Bina Nusantara Periode 1990 1995 1. Kegiatan Akademis

51

1.1 Penelitian 1.2 Seminar 1.3 Ceramah Ilmiah 1.4 Karya Wisata 2. Kegiatan Sosial 2.1 Partisipasi Mahasiswa dalam Membagikan Sembako kepada Masyarakat Sekitar Kampus 2.2 Partispasi Mahasiswa dalam Meningkatkan Kesehatan Masyarakat di Ciater, Jawa Barat 2.3 Penggalangan Kerukunan Beragama bagi Warga Sekitar Kampus BAB V PENDAHULUAN Bab ini merupakan pengenalan masalah yang akan dibahas dan menggambarkan isi tubuh karangan secara singkat dan menyeluruh. Bab Pendahuluan, biasanya di Bab I, mengemukakan: 1. perumusan dan pembatasan masalah 2. tujuan pemecahan masalah 3. dasar pemikiran pemecahan masalah 4. postulat (anggapan dasar) 5. hipotesis 6. metode penelitian dan teknik pengumpulan data 7. pembagaian tubuh karangan. KERANGKA PENDAHULUAN

52

Terdiri dari 4 tahap: Tahap I : Pengukuhan lingkup penelitian / pemikiran secara umum. a) Dengan menyebutkan pentingnya penelitian atau gagasan tersebut atau b) Menyebutkan penelitian / gagasan terbaru di bidang tersebut. Tahap II : Ringkasan penelitian terdahulu (secukupnya, relevant, sebaiknya artikel, hindari text book yang berisi teori umum) Tahap III : Menyiapkan penelitian / hasil pemikiran yang akan diuraikan a) Dengan menunjukkan kekurangan / kelemahan penelitian terdahulu, dan tujuan penelitian ini akan memperbaiki kekurangan tersebut atau b) Dengan mengajukan pertanyaan pada penelitian / hasil pemikiran yang pernah dilakukan. Tahap IV : Memperkenalkan penelitian / gagasan sekarang a) Menyebutkan tujuan penelitian / gagasan atau b) Membuat kerangka (outline) penelitian / gagasan. CONTOH PENDAHULUAN I. (a) Tekanan Turgor dianggap suatu kekuatan pemacu yang diperlukan pada perpanjangan sel tumbuhan. Suatu penelitian tentang hubungan langsung di antara tekanan turgor pada dinding sel dan perpanjangan selnya telah dilakukan pada sel ganggang (Green et all, 1991), pada akar (Greasen dan Owen, 1982), coleoptiles (Cleland, 1987), dan

53

Cotyledons (Kirkhan et all, 1982) II. (a) Melihat hasil penelitian di atas, terlihat masih banyak kesulitan untuk pengukuran turgor daun, terutama di daerah perpanjangan sel-nya. Tingkat perpanjangan daun dianggap tergantung pada kekuatan air daun. (Bayer, 1988). III. (b) Tulisan ini akan membahas hubungan antara tingkat perpanjangan sel daun dan jumlah kandungan air yang terdapat di daun tumbuhan berbiji tunggal dan berbiji belah. Tujuan penelitian untuk memperbaiki masalah pengukuran turgor pada daun. Sampel diambil dari daun cemara dan gandum, kemudian melalui percobaan laboratorium. Percobaan dilakukan pada tingkat penguapan rendah, dilajutkan dengan pengukuran kekuatan osmotik cariran di dalam sel daun. (Physiol. Plant 37:291-297) (Sands, R dan Correl, R.L. Kekuatan air dan perpanjangan sel daun pada tanaman cemara dan gandum, 1991.) LATIHAN PEMBUATAN PENDAHULUAN Urutkan paragraf di bawah ini menjadi suatu pendahuluan artikel ilmiah. ( ) Padi ini tahan terhadap pengaruh limbah logam, keasaman, keracunan boron dan kekurangan unsur seng. ( ) Penelitian ini dibuat untuk mengumpulkan informasi pada pertumbuhan, produksi, dan status nutrisi padi jenis IR 36 yang ditanam di daerah basah kering. ( ) Petani lebih menyukai menanam padi jenis ini karena masa tanamnya yang pendek, berbatang rendah, berbulir banyak, dan tahan terhadap belalang dan wereng jenis 1 dan 2. ( ) Informasi tentang pertumbuhan padi IR 36 di tanah yang kandungan airnya berbeda

54

sangat terbatas. ( ) Padi dapat ditanam di tanah yang basah dan kering. Ditanam sebagai padi gogo rencah, yaitu dengan pembenihan secara langsung, kemudian pertumbuhan selanjutnya sebagai padi tanah basah atau kering. ( ) Varietas ini telah direkomendasikan sejak 1977. ( ) Di antara jenis padi unggul, IR 36 merupakan jenis yang banyak ditanam di sebagian besar daerah Indonesia ( ) Di daerah kering padi ini tahan terhadap kekurangan zat besi dan keracunan perak (IRRI, 1985) Kerangka Pendahuluan Skripsi Universitas Bina Nusantara Kerangka Pendahuluan Skripsi terdiri dari: 1. Latar Belakang Ide pokoknya menguraikan alasan yang melatarbelakangi penulis meneliti topik skripsi tersebut. Uraian dimulai dari hal-hal yang bersifat umum menuju hal yang berhubungan topik skripsi yang sedang dibahas. 2. Ruang Lingkup Penelitian Batasan ide, pembahasan, dan sistem yang dibahas dalam tubuh karya ilmiah. 3. Tujuan dan Manfaat Berisi penjelasan keadaan, hasil yang ingin dicapai dalam pemecahan masalah dan manfaatnya. 4. Meotodologi Tetapkan metode yang akan digunakan dalam penelitian dan cara memperoleh datanya.

55

a. Pengumpulan data. Sunber data adalah: lapangan laboratorium perpustakaan b. Teknik Pengumpulan data: studi kepustakaan observasi eksperimen wawancara pengumpulan angket Data utama dapat diperoleh langsung dari sumber asli. Di samping itu data dapat juga diperoleh melalui tulisan yang sudah didokumentasikan atau dipublikasikan. 5. Sistematika Penulisan Kerangka atau uraian masing-masing bab secara ringkas. Hindari kata-kata yang menyebut nama diri, misalnya : penulis, saya, kami, dsb. Latiahan: 1) Buatlah judul dari suatu topik yang penulis pilih. 2) Susun kerangka penulisannya. 3) Buatlah pendahuluan. BAB VI LANDASAN TEORI Bab ini berisi teori ataupun peraturan yang dapat menunjang pembahasan dan dipakai

56

untuk memecahkan masalah di dalam karya ilmiah. Di samping itu, bila masalah itu berhubungan erat dengan lokasi dan situasi sekitarnya, maka pada bab ini perlu pula dikemukakan penggambaran lokasi dan situasi tersebut. Penyajian teori dibagi atas 1) Teori dasar/umum 2) Teori khusus yang berhubungan dengan topik. 3) Review (tinjauan) penelitian yang telah dilakukan sebagai penunjang penelitian yang sedang dilakukan. Pengungkapan teori diambil dari literatur (buku teks, berkala) dipakai sebagai penunjang penulisan karya ilmiah dengan cara mengutip pendapat penulis ataupun pakar penyunting, penerjemah yang dimuat dalam koleksi literatur tersebut. Pemakaian kutipan mempunyai aturan tertentu dan harus dipahami oleh setiap penulisan karangan dan laporan ilmiah. Pemakaian Kutipan Dalam laporan ilmiah, kutipan dapat berupa sebagian (tidak utuh) dan kutipan utuh. Kutipan tidak utuh terdiri dari kutipan yang dilesapkan pada bagian awal, tengah, atau akhir kalimat, sesuai dengan keperluan. Kutipan yang dilesapkan pada bagian awal, menurut Pedoman EYD, disulihkan dengan tiga buah tanda titik; yang dilesapkan pada bagian akhir kalimat disulih dengan empat buah tanda titik (titik terakhir merupakan titik terminal). Berikut ini beberapa ketentuan menyajikan kutipan di dalam karya keilmuan. a. Kutipan berbahasa Indonesia yang terdiri paling banyak tiga baris disajikan di dalam teks laporan seperti menyajikan kalimat langsung. Menurut kaidah EYD,

57

penulisannya didahului oleh pemakaian tanda koma dan diapit oleh tanda petik ganda. Jarak antarbaris pernyataan kutipan sama dengan jarak antarbaris teks laporan. Antar huruf pertama dan terakhir tanda petik ganda tidak diberi spasi. Misalnya: (1) Keraf (1980:51) memberikan batasan tentang morfem sebagai berikut, Morfem adalah kesatuan yang ikut serta dalam pembentukan kata dan yang dapat dibedakan artinya.... (2) Hal yang sama dikemukakan Tanpubolon (1983:493), ..., sedangkan bahasa terdiri dari sejumlah perubahan .... Dengan demikian, di dalam masyarakat yang multilingual .... (3) Bachtiar (1982:21) mengemukakan, Para anggota birokrasi sesungguhnya diatur oleh lebih daripada satu sistem budaya. Oleh karena itu, .... (4) Menurut Koentjaraningrat (1983:9) Nilai gotong royong sering juga menghambat karena menimbulkan gagasan bahwa kemajuan warga komunitas juga harus sama dan merata. Ma-syarakat desa .... b. Kutipan berbahasa asing atau daerah yang terdiri paling banyak tiga baris disajikan di dalam teks laporan, seperti menyajikan kalimat langsung, dengan huruf miring, dan diapit dengan tanda petik ganda. Jarak antarbaris pernyataan kutipan sama dengan jarak antarbaris laporan. Antara huruf pertama dan terakhir tuturan kutipan dan tanda petik ganda tidak diikuti spasi. Misalnya: (1) Bloomfield (1969:161) menyatakan, A linguistic form which bears no pertial phonetic-semantic resembelance to any other form, is a simple

58

form or morpheme..... (2) Sehubungan dengan masalah kata, Lyon (1969:194) mengemukakan. The word is the unit par excellence of traditional grammatical theory. Hal yang senada dikemukakan oleh .... (3) Hierarki masyarakat Minangkabau, menurut Dhofier (1982-81) adalah, Kemenakan beraja ke mamak, mamak beraja ke penghulu, penghulu beraja ke nan benar, nan benar berdiri sendiri. Jadi, .... c. Kutipan, baik yang berbahasa Indonesia maupun yang berbahasa asing atau daerah, yang lebih dari tiga baris, dikeluarkan dari teks laporan, kemudian disajikan agak menjorok ke tengah dari pias kiri teks laporan (kira-kira sepuluh ketukan) dan dari pias kanan (kira-kira lima ketukan). Jarak antar baris teks kutipan itu adalah satu spasi (spasi rapat) dan teks kutipan itu tidak diapit dengan tanda petik ganda. Misalnya: (1) Dalam hubungan itu, Norbeck (1962:73-85) mengemukakan bahwa Asosiasi suka rela berpengaruh terhadap semakin menurunnya kadar kepentingan kelompok-kelompok yang berdasarkan kekerabatan dan semakin besarnya impersonalitas dalam hubungan antarpribadi dan menjadi pengganti bagi ikatan-ikatan kekerabatan dan pribadi dalam mempertahankan solidaritas sosial. (Terjemahan penulis) (2) Dalam karangan berbahasa Sunda gubahan R.H. Abdussalam (1957:14) terdapat dangding dalam pupuh kinanti yang mengandung kata-kata pinjaman dari bahasa Jawa, yakni:

59

Rengganis bendera mami, gelepung pilis wadarna, sesulung kang medal enjing, setahun mangsa lipura, Yen durung aliliron sih. (3) Pendapat yang senada dengan Reiching itu adalah pendapat Uhlenbeck (dalam Kaseng, 1975:15) yang mengemukakan sebagai berikut, The facts force us to the opinion that the morpheme, in contradiction to the word, is not a linguistic unti, its meely a moment in a word. Selain kutipan, di dalam karya ilmiah sering pula dipakai catatan dan rujukan yang mempunyai aturan tertentu pula. Pemakaian Catatan dan Rujukan a. Catatan Catatan, yang lazim disebut catatan kaki (footnote). Dalam karya tulis ilmiah tidak disajikan di bawah teks laporan, tetapi dikumpulkan dan didaftarkan (dinomori dengan angka Arab), kemudian di sajikan sebelum daftar pustaka. Lembar / halaman yang berisi daftar catatan itu diberi judul CATATAN (dengan huruf kapital semua) dan jarak antarbarisnya adalah satu spasi (spasi rapat). Teks karangan yang mendapat catatan (seperti telah dikemukakan) harus dinomori secara berurut dengan angka Arab. Nomor urut catatan itu diketik satu spasi di

60

atas baris teks karangan. Pada teks karangan yang berakhir dengan tanda baca koma, tanda titik, tanda seru, dan tanda tanya, nomor catatan itu diketik satu spasi di atas teks tersebut sesudah tanda baca itu. Jika yang mendapat catatan itu berada di tengah-tengah teks karangan, nomor urut catatan itu secara langsung diketik satu spasi di atas huruf terakhir unsur pernyataan teks karangan itu. Misalnya: (1) Krietman (1981:11) menemukan ciri-ciri kelompok orang yang melakukan percobaan bunuh diri, yang salah satu di antaranya adalah broken home pada masa kanak-kanak1 (2) Pada tahun 1977 jumlah arus wisatawan dilaporkan menjadi sebanyak 245 juta kunjungan dengan pendapatan sejumlah 50 milyar dolar Amerika2 (3) Saad (1978:421) menyatakan bahwa bila karangan-karangan ilmiah kita mulai cenderung memakai ragam resmi3, kutipan yang saya sajikan dalam kertas kerja ini tidak mengarah ke situ. (4) Di dalam karya sastra terhimpun perbendaharaan kata yang luas. Misalnya, dalam puisi dan prosa Jawa terdapat kata-kata Jawa Kuno yang disebut tembang Kawi.4 (5) Selanjtunya, Kerri juga mengemukakan bahwa asosiasi suka rela5 merupakan salah satu bentuk kelompok persamaan minat yang tentu saja bercirikan adanya persamaan minat dan keanggotaannya bersifat suka rela. (6) ... Dengan demikian, kita dapat menemukan adanya kata kompleks atau bermoferm jamak6 dan kata /kaTo/ disebut kata tunggal. (7) Cita-cita merupakan suatu lampu sorot untuk melihat apa yang ada sekarang; Anda harus menutup sengang itu atau celah-celahnya7 dan Anda tidak dapat hidup dengan pertentangan-pertentangan yang Anda hadapi.

61

Contoh Rangkuman Catatan CATATAN 1. Neumeyer (1955) memberikan batasan broken home dalam arti yang luas, yaitu disorganisasi keluarga, yakni pecahnya kesatuan, konsensus, dan fungsi normal unit keluarga; dalam arti yang sempit suatu disorganisasi keluarga adalah apabila hubungan pernikahan diperberat dengan separasi, perceraian, dosersi, kematian, atau absen yang lama dari salah saru orang tua. 2. Saya berterima kasih kepada Sdr. Drs. Sapardi Fjoko Damono yang telah bersedia melakukan transformasi dari sebuah berita menjadi sebuah cerita untuk keperluan kertas kerja ini. 3. Tulisan ini lebih ingin memilih istilah langgam resmi. Ini ada kaitannya dengan pengkajian sastra yang menggunakan istilah ragam untuk ragam prosa, ragam puisi, ragam drama (trikotomi). 4. Betapa kayanya persajakan dalam mantra, pujian, dan sawer dapat dilihat dalam YUS Rusyana (1970:13 26), Bagbagan Puisi Mantra Sunda, Proyek Penelitian Pantun Folklore Sunda, Bandung, Bagbagan Puisi Pujian Sunda (1971 ; 13 20). 5. Asosiasi suka rela (voluntary assosiation) adalah setiap kelompok pribadi yang diorganisasi secara suka rela dan agak formal serta dimasukkan dan dipertahankan oleh anggota-anggota yang mempunyai persamaan minat melalui kegiatankegiatan tanpa bayaran. 6. Morferm itu oleh Uhlenbeck disebut monomorfemis word. 7. Pernyataan itu disadur oleh penulis, dengan beberapa perubahan kecil, dari Richard Beckhard (1966)

62

b. Rujukan Bahan rujukan adalah bahan kepustakaan yang secara langsung digunakan sebagai sumber acuan, sumber kutipan, atau sumber informasi tambahan mengenai masalah yang sedang dibahas. Rujukan disajikan di dalam teks dengan mencantumkan nama penulis yang dirujuk dan tahun terbit bahan rujukan dengan dua tanda kurung; antara nama penulis dan tahun terbit dipisahkan dangan tanda koma. Apabila halaman tertentu dirujuk, nomor halaman itu dicantumkan seluruhnya; antara halaman pertama dan halaman terakhir yang dirujuk dipisahkan dengan dua buah tanda hubung atau dengan sebuah tanda pisah. Misalnya: (1) Menurut Bintoro (1977), partisipasi masyarakat, antara lain, adalah keterlibatannya di dalam memikul beban dan pelaksanaan suatu kegiatan. (2) Suatu sistem religi dapat dianalisis ke dalam empat koponen dasar yang mempunyai hubungan korelasi erat sekali satu dengan yang lain (Koentjoroningrat, 1967). (3) Selain kesenian rakyat tradisional seperti lenong (Probonegoro, 1975), ropeng (Muhadjir dan Halim, 1972), serta hikayat (Muhadjir, 1971:6), kini berbagai surat kabar mingguan ibu kota secara teratur memuat juga berbagai berita pendek dan cerita bersambung yang sebagian mempergunakan dialek Jakarta sebagai medianya. BAB VII INTI PENELITIAN (judul tergantung masalah)

63

Bab ini: - Menggambarkan situasi dan kondisi saat penelitian dilakukan sehingga ditemukan masalah pada sistem yang lama tersebut. - Pengembangan isi dapat diperoleh dari pengamatan, laporan, dan data dari objek yang diteliti tersebut. Di dalam bab ini diuraikan secara garis besar kerangka analisis objek yang diteliti. Bab ini terdiri dari beberapa sub-bab dengan judul, uraian, dan alat bantu (diagram, chart, blok, skema) sesuai dengan masalah yang dibahas. Format dan kerangka bab ini menekankan pada inti permasalahan yang ada pada objek yang diteliti. Beberapa contoh kerangka inti penelitian sebagai berikut: A. Contoh perumusan objek penelitian survei atau populasi dan sampel. BAB 3 PERUMUSAN OBJEK PENELITIAN 3.1 Struktur Organisasi Perusahaan 3.2 Prosedur yang Berlaku 3.3 Metode Pengumpulan Data (opsional) 3.4 Permasalahan yang ada B. Contoh yang mengarah ke rancang bangun, baik hardware, software, maupun aplikasi lainnya. BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Perancangan Perangkat Keras 3.1.1. Diagram blok sistem

64

3.1.2. Model sistem dan cara kerja 3.2. Perancangan Piranti Lunak 3.2.1. Diagram Alir Program Utama 3.2.2. Model sistem dan cara kerja 3.3. Rancangan Bangun (Sketsa dan dimensi sistem) C. Contoh yang mengarah ke analisis dan perancangan sistem informasi. BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1. Riwayat Perusahaan 3.1.1. Tahun berdiri, notaris, nomor akata, alamat, bidang usaha. 3.2. Struktur organisasi perusahaan, pembagian tugas, tanggung jawab dan wewenang antarbagian. 3.3. Tata laksana / prosedur yang sedang berjalan. 3.4. Diagaram Aliran Data. 3.4.1. Diagram hubungan Sistem Informasi 3.4.2. Diagram nol 3.5. Permasalahan yang dihadapi. 3.6. Alternatif pemecahan masalah. BAB VIII HASIL PENELITIAN (judul tergantung masalah) Bab ini berisi:

65

1. pembahasan yang merupakan jawban atau solusi dari permasalahan yang diuraikan pada inti penelitian (bab sebelumnya). 2. pembahasan yang berupa analisis. 3. merupakan titik pusat / inti karya tulis. 4. terdiri dari beberapa sub bab dengan judul, uraian, dan alat bantu (diagram, chart, block schema) yang sesuai dengan masalah yang dibahas. 5. semua data diolah, ditafsirkan, diuji, dan semua fakta yang membantu kejelasan masalah dapat menguatkan atau bahkan menolak hipotesis akan dibahas secara mendalam. 6. semua teori, peraturan, pendapat, serta keadaan yang mempengaruhi masalah yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya (inti penelitian) diikutsertakan dalam perubahan pemecahan masalah ini. Beberapa contoh kerangka bab yang menguraikan hasil penelitian sebagai berikut. A. Contoh kerangka hasil penelitian perumusan objek penelitian survei atau populasi dan sampel. BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1. Penyajian Data Penelitian 4.2. Pengolahan Data Terkumpul 4.3. Pembahasan Hasil Penelitian B. Contoh kerangka hasil penelitian yang mengarah ke rancang bangun, baik perangkat keras, perangkat lunak, maupun aplikasi lainnya. BAB 4

66

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1. Spesifikasi Alat yang Dirancang 4.2. Daftar Komponen yang Dipakai 4.3. Rencana Implementasi 4.4. Evaluasi C. Contoh kerangka hasil penelitian yang mengarah ke analisis dan perancangan sistem informasi. BAB 4 RANCANGAN SISTEM YANG DIUSULKAN 4.1. Usulan Prosedur Baru 4.2. Diagram Aliran Data 4.2.1. Diagram Hubungan 4.2.2. Diagram Nol 4.2.3. Diagram rinci 4.3. Data Sistem 4.3.1. Kamus Data (Aliran Data, Penyimpanan Data) 4.3.2. Normalisasi Data 4.3.3. Spesifikasi File Data 4.3.4. Diagram Hubungan Entitas 4.4. Perancangan Proses 4.4.1. Bagan Terstruktur 4.4.2. Spesifikasi Proses 4.5. Perancangan Masukan (Dokumentasi/formulir baru, layar masukan)

67

4.6. Perancangan Keluaran (laporan/layar keluaran) 4.7. Perencanaan Implementasi 4.7.1. Tata Laksana Sistem yang Diusulkan (kebutuhan perangkat keras, lunak, SDM, jadwal pengolahan) 4.7.2. Jadwal Implementasi Sistem Penyajian Data atau Hasil 1. Hasil merupakan inti tulisan ilmiah, karena data dan informasi yang ditemukan penulis/peneliti akan dipakai sebagai sumber dasar penyimpulan atau bahkan penyusunan teori baru. 2. Sajikan hasil penelitian sewajarnya secara bersistem, yang terbagi atas 3 tahapan: a. Uraian temuan data/informasi yang terkumpul b. Uraian analisis sesuai dengan rancangan penelitian. c. Penafsiran serta penjelasan sistematisnya Sajikan hasil ini dalam anak sistematisnya 3. Laporkan data representatif (jangan repetitif). 4. Rangkum hasil pengamatan atau wawancara lengkap dengan data pendukung (foto, dokumen) secara obyektif. 5. Batasi data yang disajikan seperti yang telah diuraikan pada pendahuluan. 6. Pergunakan tabel, grafik, gambar, foto dan peta untuk memperjelas dan mempersingkat uraian. I. TABEL Menerangkan data secara efisien Bagian utama tabel:

68

1. Nomor tabel dan judulnya 2. Bab-bab yang perlu diterangkan data 3. Data Tabel yang baik bernilai ratusan Ukuran tabel jangan melebihi ukuran kertas Usahakan tabel tidak disambung pada halaman selanjutnya. Seandainya terjadi, pada halaman berikutnya judul serta keterangan kolom harus disertakan lagi. Jika tabel merupakan kutipan, harus disebutkan sumbernya pada akhir tabel. Tiap tabel harus ada rujukannya di dalam naskah dengan cukup menyebutkan nomor tabelnya saja. Untuk pengiriman naskah ke redaksi majalah, tabel supaya diketik pada lembar tersendiri dengan kertas kalkir. Naskahnya diberi tanda di mana tabel terletak. Judul Tabel Letak judul tabel di atas tabel. Jika tabel itu bersambung, judul tabelnya harus tetap dipakai (dicantumkan) pada sambungannya (lanjutannya) dan dicantumkan kata SAMBUNGAN / LANJUTAN. Hindarkan pemakaian nomor urut di bawah kotak keterangan tabel. Misalnya:

69

TABEL 1 NILAI RATA-RATA MATEMATIKA MAHASISWA DI TIAP FAKULTAS No. Propinsi Nilai Rata - Rata Jumlah Responden TABEL 1 NILAI RATA-RATA MATEMATIKA MAHASISWA DI TIAP FAKULTAS (SAMBUNGAN) No. Propinsi Nilai Rata - Rata Jumlah Responden TABEL 1 NILAI RATA-RATA MATEMATIKA MAHASISWA DI TIAP FAKULTAS (LANJUTAN) No. Propinsi Nilai Rata - Rata Jumlah Responden 2. BAGAN Bagan terdiri dari: Judul kegiatan, posisi jabatan 70

Pembagiannya unsur / entitas tersebut dalam suatu sistem Judul Bagan

(Letaknya dibawah bagan)

BAGAN I. RAGAM BAHASA MENURUT SARANANYA 3. GAMBAR (foto, ilustrasi tangan, keluaran komputer) Judul Gambar (letaknya di bawah gambar) Misalnya: ********************* Gambar 1. KAMPUS ANGGREK UNIVERSITAS BINA NUSANTARA 4. GRAFIK 1.Diagram dibuat dengan hati-hati Skala dibuat dengan hati-hati. Garis grafik haris berbeda dan terang 2.Diagram blok (block diagram) Untuk menggambarkan variable pada suatu massa, atau pada kondisi yang berbeda.

71

3.Diagram pie Menggambarkan suatu bagian dari keseluruhan. Ragam Bahasa Ragam Bahasa Lisan Ragam Bahasa Tulis Judul Diagram atau Grafik (Letaknya di bawah gambar) Misalnya:

GRAFIK JUMLAH KASUS PEGAWAI GOLONGAN III DAN II DI DEPARTEMEN PENIMBUNAN BATA, 1987-1989 PETA Diberi skala Ada indikator mata angin Judul Peta Letaknya di bawah peta

72

SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berupa pernyataan keputusan yang berpangkal pada kenyataan yang dikemukakan pada inti penelitian (masalah) dan hasil penelitian (cara mengatasi masalah). Oleh karenanya simpulan harus mempunyai kaitan dengan kenyataan yang diungkapkan. Contoh: Kenyataan 1 Desa A bertanah tandus. Usaha pertanian tidak dapat diharapkan. Penduduk yang menjadi petani di desa A kekurangan gizi. Kenyataan 2 Penduduk desa A yang bekerja sebagai buruh di kota mempunyai penghasilan yang lebih tinggi daripada penduduk yang bertani. Penduduk yang bekerja sebagai buruh taraf gizinya lebih baik. Simpulan: 1. Petani Desa A kekurangan gizi. 2. Buruh desa A bergizi lebih baik. 3. Taraf gizi penduduk Desa A tidak ditentukan oleh keadaan, tanah, tetapi oleh tingkat penghasilannya. B. Saran Berisi garis besar acuan yang merupakan tindakan yang perlu diambil untuk tindak lanjut yang lebih baik dari hasil pemecahan masalah. Contoh Berdasarkan kenyataan 1 dan kenyataan 2 di atas dapat dikemukakan saran sebagai

73

berikut: 1. Usaha pemakaian lahan untuk mengubah tanah tandus di desa A menjadi lahan yang bisa ditanami. 2. Mencari jenis tanaman (palawija, sayuran) yang cocok untuk tanah tandus. 3. Membekali pertanian dengan ketrampilan lain seperti industri rumah tangga dan teknologi tepat guna supaya petani dapat memanfaatkan masa senggangnya secara lebih efektif dan efisien; 4. dsb. Keterangan: Semua uraian penelitian (masalah), hasil penelitian (pemecahan masalah), kesimpulan, dan saran ditulis dengan format uraian ke bawah tidak dengan kalimat berurut didalam satu paragraf kecuali apabila itemnya memang hanya satu. Di dalam karya ilmiah uraian ini menunjukkan jalan pikiran yang jelas, cermat, dan sistematis di samping mempermudah pembaca ataupun dosen pembimbing dan penguji untuk memahami paragraf tersebut. BAB IX PUSTAKA ACUAN DAN BIBLIOGRAFI Untuk mempersiapkan bahan dari suatu karya ilmiah biasanya banyak digunakan sumber bacaan (pustaka acuan) terutama yang berhubungan dengan karya ilmiah yang akan ditulis. Bibliografi (daftar pustaka) berguna untuk mendaftar semua sumber bacaan yang digunakan. Melalui bibliografi ini pembaca dapat mengetahui sumber apa saja yang digunakan tanpa membaca seluruh tulisan terlebih dahulu. Berdasarkan bibliografi

74

tersebut pembaca yang berpengalaman akan dapat mengira mutu pembahasan suatu tulisan, karena tujuan utama dari bibliografi adalah untuk mengidentifikasikan karya ilmiah tersebut. Di dalam menuliskan setiap sumber bacaan, unsur-unsur yang harus dicantumkan adalah: 1. Pengarang Pengarang adalah orang atau badan korporasi (nana lambaga). Pengarang menerangkan sumbangan seseorang atau suatu badan korporasi pada isi kecendekiawanan atau kesenian suatu karya, misalnya pengarang teks, perediksi, penggambar, dan pengoreksi. Jika dalam suatu terbitan terdapat sebanyak-banyaknya tiga pengarang, maka semuanya dicantumkan dalam pernyataan kepengarangan. Jika lebih dari tiga maka yang disalin adalah pengarang pertama atau pengarang yang dianggap paling penting dan diikuti dengan tanda et al. 2. Judul karangan Judul ditulis seperti yang tercatnum pada halaman judul, kata demi kata. Suatu dokumen dapat memiliki judul biasa atau dapat juga judul pararel (terjemahan dari judul biasa), judul tambahan atau keterangan dari judul. Bila suatu dokumen memiliki beberapa judul, maka perlu ditentukan mana yang judul biasa, judul pararel, dan judul tambahan. Pola tanda baca dalam penulisan judul adalah: Judul pararel didahului dengan tanda sama dengan (=) Judul tambahan atau keterangan judul didahului dengan tanda titik dua (:) Impresium dan kolasi Impresium terdiri dari kota di mana publikasi diterbitkan atau dicetak, nama penerbit,

75

nama percetakan, atau nama pencetak, dan nama tahun terbit atau tahun pencetakan. Kolasi terdiri dari jumlah halaman atau jumlah jilid, dan keterangan lain jika ada dan diperlukan. Cara penulisan impresium dan kolasi untuk setiap bentuk dokumen berbedabeda. Untuk penulisan dalam: Artikel majalah Dicantumkan judul majalah, volume, nomor, tahun, dan halaman. Makalah konferensi Dicantumkan judul keferensi lokasi diadakannya konferensi, waktu (tanggal, bulan, tahun) diadakannya, kemudian diikuti jumlah halaman makalah. Terbitan lain seperti buku, tesis, disertasi, dll. Dicantumkan tempat terbit, penerbit, tahun terbit, jumlah halaman, dan keterangan lain jika ada dan diperlukan. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun bibliografi, yaitu: 1. Biblografi tidak diberi nomor urut; 2. Nama penulis disusun menurut abjad; 3. Gelar penulis tidak dicantumkan walaupun dalam buku yang dikutip penulis mencantumkan gelar; 4. Judul buku dan majalah biasanya dicetal dengan huruf miring; 5. Bibliografi diletakkan pada bagian terakhir dari tulisan. Penyusunan Daftar Pustaka Salah satu ciri yang mendukung karya tulis ilmiah adalah kejujuran ilmiah dalam bentuk pernyataan tentang hasil penelitian orang lain yang disajikan dalam bentuk bahan pustaka. Bahan pustaka itu kemudian dirangkum dalam bentuk daftar pustaka.

76

Daftar pustaka pada dasarnya berfungsi sebagai dokumentasi bahan kepustakaan, baik yang secara langsung dipakai maupun yang tidak dipakai sebagai bahan rujukan, tetapi berkaitan dengan masalah yang sedang dibahas di dalam karya tulis yang bersangkutan. Daftar pustaka disusun dengan urutan dan penyajian sebagai berikut: a. nama pengarang, b. tahun terbit, c. judul karya tulis beserta keterangannya, d. tempat terbit, dan e. nama penerbit. Penyajiannya adalah sebagai berikut: a. Setiap unsur kepustakaan diikuti dengan tanda titik, kecuali unsur tempat terbit; unsur tempat terbit diikuti oleh tandan titik dua; setelah pemakaian tanda titik dan titik dua, unsur-unsur itu diikuti oleh spasi. b. Setiap huruf pertama unsur kepustakaan itu dinyatakan dengan huruf kapital, keculai kata tugas. c. Urutan nama penulis yang terdiri dari unsur atau lebih, baik yang tidak mengandung nama marga maupun yang mengandung nama marga, seperti nama marga lingkungan etnik Batak, Manado, dan Ambon, dibalik; unsur nama yang terakhir atau nama marga disajikan terlebih dahulu dengan pisahkan oleh tanda koma dan spasi. d. Nama marga penulis Cina terletak pada unsur pertama. Oleh karena itu, nama marga penulis Cina tidak dibalik.

77

e. Di dalam pustaka nama penulis disajikan secara alfabet dan tidak dinomori. Misalnya; Jiyono Jiyono (tetap) Maurits Simatupang Simatupang, Maurits Amran Halim Halim, Amran Elly Silangen Sumampau Sumampau, Elly Silangen E. K. M. Masinambow Masinambow, E.K.M. Iskandar Agung Agung, Iskandar Li, Charles Li, Charles Penulis karya ilmiah (buku, artikel, atau makalah) terdiri dari 1) seorang penulis satu karya tulis; 2) dua orang penulis atau lebih satu karya tulis; 3) satu penulis atau lebih satu karya tulis atau lebih; 4) lembaga atau instansi sebagai penulis. a. Seorang Penulis Satu Karya Tulis Ketentuan penyajian sebuah karya tulis (seperti makalah, artikel, atau kertas kerja) yang disusun oleh seorang penulis adalah sebagai berikut: (a) Jika karya tulis itu sudah diterbitkan dan dimuat dalam majalah/jurnal/atau buku, judul karya tulis itu disajikan dengan diapit oleh tanda petik ganda; nama majalah/jurnal yang memuat karya tulis tersebut disajikan dengan huruf miring (kursif). (b) Jika karya tulis itu terdapat pada kumpulan buku yang sudah diterbitkan, dan buku itu dieditori oleh seorang atau lebih editor, karya tulis itu harus diapit oleh

78

tanda petik ganda, nama buku yang memuatnya disajikan dengan huruf miring (kursif), nama editornya (baik seorang maupun lebih, terdiri dari satu unsur nama ataupun lebih) tidak dibalik urutan unsur namanya. Misalnya: (1) Hymes, Dell. 1972. :Towrd Ethomographies of Communication: The Analysis of Communicative Events. Dalam Pier Paolo Gigloioli. Editor. Language and Social Contaxt. London: Penguin Books. (2) Hymes, Dell. 1972. Models of Interaction of Language and Social Life. Dalam J.J. Gumperz D. Hymes. Editor. Direction in Socioligguitics: The Ethnography of Communication. New York: Holt Rinehart Winston. Misalnya: (1) Arifin, Zaenal dkk. 1984. Sintaksis Bahasa Indonesia di TVRI. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (2) I, Cheng Chi dkk. 1981. Kematian Ibu pada Dua Belas Rumah Sakit di Indonesia: Sebuah Analisis Epidemilogi. Majalah Obstetri dan Ginekologi Indonesia. Vol. 7. No. 4. Oktober. (3) Evans, Larry etal. 1992. Complete illustration guide for architecture, designers, artist, and students. New York: Van Nostrand Reinhold. c. Satu Penulis atau Lebih Satu Karya atau Lebih

79

Sebuah karya tulis atau lebih yang disusun oleh seorang penulis atau lebih disajikan dalam daftar pustaka sebagai berikut. (1) Nama penulis yang disajikan hanyalah nama penulis pada buku atau majalah yang pertama dengan urutan tahun yang kronologis. (2) Nam penulis selanjutnya dinyatakan dengan garis mendatara sepanjang sepuluh spasi (satu tab). (3) Jika beberapa karya tulis diterbitkan dalam tahun yang sama, angka yang menunjukkan tahun yang sama itu diiringi dengan huruf a, b, c, dan seterusnya, sesuai dengan jumlah karya tulis yang diterbitkan dalam tahun yang sama itu. Misalnya: (1) Lumintaintang, Yayah B. 1980. Pola Kalimat Ragam Bahasa Indonesia Tulis Fungsional. Jakarta: Pusat Pembianaan dan Pengembangan Bahasa. --------------- . 1989. Bahasa dalam Lirik Lagu Indonesia Populer. Dalam Bahasa dan Sastra. Tahun IX. No. 3. ___________ . 1990. Bahasa dalam Film Kependudukan yang Multilingual: Kasus Film Indonesia. Dalam Bahasa dan Sastra. Tahun X. No. 3 ___________ . 1991. Permasalahan Kebahasaan di dalam Bahasa Indonesia Jurnalistik:. Dalam Bahasa dan Sastra. Tahun XI. No. 3. ___________ . 1993. Laras Bahasa Hukum. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. (2) Labov; William. 1968. The Reflection of Social Processes in Linguistics Structures. Dalam J.A. Fishman. Editor. Reading in the Sociology of Language. The Hague: Mounton.

80

------------- . 1972. The Study of Language in its Social Context. Dalam J.B. Pride dan J. Holmes. Editor. Sociolinguistics. London: Penguin. (3) Nababan, P.W.J. et al. 1984a. Laporan Penelitian Survei Kedwibahasaan di Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan Bahasa. ------------ . 1984b. Perkembangan Bahasa Indonesia sebagai Suara Komunikasi Rakyat. Makalah pada Kongres Bahasa Indonesia IV. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. d. Lembaga sebagai Penulis Di samping contoh-contoh di atas, terdapat pula terbitan yang diolah suatu instansi atau lembaga. Dalam hal ini nama instansi atau lembaga itu dianggap sebagai penulisnya. Nama lembaga atau instansi itu ditulis sepenuhnya seperti adanya, tanpa dibalik susunannya. Misalnya: (1) Lembaga Penelitian dan Penerangan Ekonomi dan Sosial. 1974. Pre Feasibility Study Pengembangan Potensi Ekonomi Madura, Jakarta: LP3ES. (2) Departemen Kesehatan, Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 1986. Proyek Makanan Pendamping ASI: Laporan Pelaksanaan Kegiatan Etnografi Propinsi Jawa Timur dan Nusa Tenggara Barat. Jakarta: Departemen Kesehatan. (3) Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1993. Pedoman Ejaan yang Disempurnakan. Jakarta: Balai Pustaka. Latihan Buatlah Daftar Bibliografi dari informasi berikut ini 1. Pengarang: Justina C. Roy